osteo art ritis

46
BAB 1 PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi dengan etiologi kompleks yang mengakibatkan hilangnya fungsi normal akibat kerusakan kartilago artikuler. Definisi konsensus workshop tahun 1995, penyakit OA adalah hasil dari peristiwa mekanik dan biologi yang menggangu stabilitas proses degradasi sintesis kondrosit dan matriks ekstrasel kartilago artikuler dan tulang subkondral. American Collage of Rheumatology Annual meeting 1999, akhir diskusi kebanyakan yakin bahwa proses degeneratif maupun inflamasi berperan pada patogenesis OA. OA terjadi pada setiap etnis, lebih sering pada wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien berumur lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang berusia 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai dari sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermitten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota 1

Upload: dian-putri-r

Post on 06-Aug-2015

78 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Osteo Art Ritis

BAB 1

PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi dengan etiologi kompleks yang

mengakibatkan hilangnya fungsi normal akibat kerusakan kartilago artikuler. Definisi

konsensus workshop tahun 1995, penyakit OA adalah hasil dari peristiwa mekanik

dan biologi yang menggangu stabilitas proses degradasi sintesis kondrosit dan matriks

ekstrasel kartilago artikuler dan tulang subkondral. American Collage of

Rheumatology Annual meeting 1999, akhir diskusi kebanyakan yakin bahwa proses

degeneratif maupun inflamasi berperan pada patogenesis OA.

OA terjadi pada setiap etnis, lebih sering pada wanita, dan merupakan

penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien berumur lebih dari 65

tahun. Lebih dari sepertiga orang berusia 45 tahun mengeluhkan gejala persendian

yang bervariasi mulai dari sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermitten

yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri

hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi.

Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoarthritis muncul

pada sendi tangan, sendi panggul, tulang belakang, dan sendi lutut. OA dianggap

menjadi masalah aspek morbiditas, kelumpuhan serta isolasi sosial, khususnya bila

mengenai sendi lutut dan panggul yang merupakan sendi penopang berat badan,

sehingga berakibat langsung terhadap pengurangan aktifitas.

1

Page 2: Osteo Art Ritis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Osteoartritis

Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan

struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang

rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng

tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi,

timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi.

2.2. Dasar Osteoarthritis: Persendian dan Bagiannya

Sendi

adalah

bagian

dari tubuh

di mana

dua tulang

atau lebih

bersatu dalam suatu koordinasi antara otot, tendon, ligamen, cartilage. Otot diikat

pada tulang dengan tendon (jaringan yang fleksibel, seperti tali berserabut). Otot

menciptakan gerakan pada sendi, dan juga membantu menstabilkan sendi. Cartilage

artikular yang licin menyelubungi tulang di sendi dan membantu gerakan yang bebas

gesekan, sedangkan penutup kartilago membantu meredam hentakan. Seluruh sendi

2

Page 3: Osteo Art Ritis

dikelilingi oleh sarung yang kuat dari bahan berserat dinamakan kapsul sendi.

Lapisan sinovial dari kapsul sendi mengeluarkan cairan sangat sedikit, yang

berfungsi sebagai lubrikan sendi. Selain itu beberapa sendi (seperti bahu dan lutut)

mempunyai kantong bursa (bursae), kantung kecil berisi cairan yang berfungsi

sebagai bantalan sendi dan mengurangi gesekan.

Tubuh manusia mempunyai berbagai macam sendi, dari ”engsel” yang

sederhana seperti siku sampai yang sangat kompleks seperti panggul dan bahu, yang

dapat digerakkan ke segala arah. Selain itu beberapa sendi harus mampu menahan

beban dan tekanan yang besar, seperti sendi lutut yang harus menopang berat seluruh

tubuh. Selanjutnya, tekanan pada lutut berlipat ganda saat kita berlari, naik tangga,

atau berjalan pada permukaan yang tidak rata.

Sendi terdiri dari:

• Kartilago:

Merupakan lapisan yang keras tetapi licin, terdapat pada ujung setiap tulang.

Kartilago mempunyai sifat viskoelastis yang memberikan lubrikasi pada gerakan,

meredam hentakan pada gerakan cepat dan pendukung beban.

Fungsi utama kartilago :

- Memungkinkan bergerak dalam rentang gerakan yang dibutuhkan

- Mendistribusikan beban ke semua jaringan sendi, dengan demikian dapat

mencegah kerusakan sendi.

- Menstabilkan sendi selama digunakan.

Kartilago merupakan jaringan avaskular, aneural, dan alimpatik. Karena kartilago

avaskular, maka kondrosit diberi nutrisi oleh cairan sinovial. Dengan adanya gerakan

3

Page 4: Osteo Art Ritis

siklis dan pembebanan sendi, nutrisi mengalir ke dalam kartilago, sedangkan

imobiliasi, akan mengurangi suplai nutrisi.

Kartilago mudah dikompresi, dan akan kehilangan tinggi normal sebanyak 40%

apabila diberi beban. Kompresi meningkat pada area kontak dan meneruskan tekanan

lebih merata ke tulang, tendon, ligamen dan otot.

Kartilago terdiri dari 65-80% air. Komponen lain yang membangun jaringan

kartilago adalah : kolagen, proteoglikan, dan kondrosit.

• Kolagen

Merupakan protein berserabut. Kolagen juga merupakan unsur dari kulit,

tendon, tulang dan jaringan penyambung lainnya

• Proteoglikan

Kombinasi dari protein dan gula. Untaian proteoglikan dan kolagen

membentuk anyaman seperti jala. Ini memungkinkan kartilago melentur dan

menyerap hentakan fisik. Proteoglikan berkombinasi dengan molekul hialuronat di

dalam agregat yang hidrofilik dan anionik, yang menjaga kandungan air agar tetap

tinggi di dalam kartilago.

• Kondrosit

Sel yang ada di seluruh kartilago. Memelihara kartilago tetap sehat dan

tumbuh. Kondrosit mengendalikan kartilago terus menerus dengan me-remodel

secara biokimia dan struktur. Kadang kondrosit melepaskan enzim yang dapat

merusak kolagen dan protein lain.

• Kapsul Sendi

Kantung membran yang liat yang mengikat semua tulang dan bagian

persendian lainnya menjadi satu.

• Sinovium

4

Page 5: Osteo Art Ritis

Membran tipis di dalam kapsul sendi

• Cairan Sinovial

Cairan lubrikasi sendi yang menjaga agar kartilago tetap licin dan sehat.

• Ligamen, tendon, dan otot

Merupakan jaringan yang menjaga tulang agar stabil, dan memungkinkan

persendian menekuk dan bergerak. Ligamen sifatnya liat, jaringan seperti tali yang

menghubungkan tulang satu dengan lainnya. Tendon liat, seperti tali berserabut yang

menghubungkan otot dengan tulang. Otot adalah ikatan dari sel-sel khusus yang bila

distimulasi saraf akan berkontraksi menghasilkan gerakan.

2.3. Epidemiologi Osteoartritis

Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum

di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki

tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling

umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010)

menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%.

Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui

dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Berdasarkan data Badan Kesehatan

Dunia (WHO), penduduk yang mengalami gangguan OA di Indonesia tercatat 8,1%

dari total penduduk. Sebanyak 29% di antaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan

sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Lutut merupakan sendi yang

paling sering dijumpai terserang OA dari sekian banyak sendi yang dapat terserang

OA. Osteoartritis lutut merupakan penyebab utama rasa sakit dan ketidakmampuan

dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya. Sedangkan berdasarkan data WHO, 40%

penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun mengalami OA lutut.

5

Page 6: Osteo Art Ritis

2.4. Klasifikasi

Osteoartritis dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Osteoartritis primer

Osteoartritis primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat

mengenai satu atau beberapa sendi. Osteoartritis jenis ini terutama ditemukan

pada wanita kulit putih, usia pertengahan dan umumnya bersifat poli artikuler

dengan nyeri yang akut disertai rasa panas pada bagian distal interphalangeal

yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang yang disebut nodus Herbeden.

2. Osteoartritis sekunder

Osteoartritis sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang

menyebabkan kerusakan pada sinovia sehingga menimbulkan osteoarthritis

sekunder.

Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoarthritis sekunder:

Trauma/instabilitas

Osteoartritis dekunder terutama terjadi akibat fraktur pada daerah sendi,

setelah menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya

hipermobilitas dan instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan ketidakserasian

permukaan sendi.

Faktor genetik/perkembangan

Adanya kelainan genetic dan kelainan perkembangan tubuh seperti dysplasia

epifisial, dysplasia asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi

panggul bawaan dan tergelincirnya epifisis (slipped epiphysis).

Penyakit metabolic/endokrin

6

Page 7: Osteo Art Ritis

Osteoartritis sekunder dapat pula disebabkan oleh penyakit

metabolic/endokrin seperti pada penyakit okronosis, akromegali,

mukopolisakaridosis, deposisi Kristal atau setelah suatu inflamasi pada sendi,

misalnya arthritis rheumatoid atau arthropati oleh inflamasi.

Osteonekrosis

Osteoartritis dapat berkembang akibat osteonekrosis kaput femoris oleh

bermacam-macam sebab, misalnya penyakit Caisson, penyakit sickle cell.

2.5. Etiologi

               Pada umumnya penderita Osteoarthritis lutut ini, etiologinya tidak diketahui.

Namun beberapa faktor yang disebut-sebut mempunyai peranan atas timbulnya

Osteoarthritis antara lain :

1. Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor umur adalah

yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis semakin meningkat dengan

bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur

di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun Hal ini disebabkan

karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan

proteoglikan pada kartilago sendi.

2. Jenis kelamin

Kelainan ini dapat ditemukan baik pada pria maupun wanita dimana

osteoartitis primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca menopause

sedangkan osteoarthritis sekunder lebih banyak ditemukan pada laki-laki.

3. Suku bangsa

7

Page 8: Osteo Art Ritis

Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat

perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Hal ini mungkin

berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaaan pada frekuensi pada

kelainan kongenital dan pertumbuhan. Lebih sering pada orang Asia khusunya

Cina, Eropa dan Amerika daripada kulit hitam.

4. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi

dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan

sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan

familial pada osteoartritis.

5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik

pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut.

Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang

menanggung beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat

faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain

penyakit jantung koroner,diabetes melitus dan hipertensi.

6. Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-menerus,

berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Demikian juga cedera

sendi dan oleh raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko

osteoartritis yang lebih tinggi. Trauma yang hebat seperti fraktur intra-artikuler

atau dislokasi sendi merupakan predisposisi osteoartritis.

2.6. Patogenesis Osteoartritis

8

Page 9: Osteo Art Ritis

Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan

yang tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang

berpendapat bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari

metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang

penyebabnya belum jelas diketahui. Proses utama OA tersebut sebenarnya terdapat

pada kondrosit yang merupakan satu-satunya sel hidup yang ada di dalam rawan

sendi. Gangguan pada fungsi kondrosit itulah yang akan memicu proses patogenik

OA. Kondrosit akan mensintesis berbagai komponen yang diperlukan dalam

pembentukan rawan sendi, seperti proteoglikan, kolagen dan sebagainya. Disamping

itu ia akan memelihara keberadaan komponen dalam matriks rawan sendi melalui

mekanisme turn over yang begitu dinamis.

Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan

dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh khondrosit

sebagai kompensasi perbaikan (repair). Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi

antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi.  Dengan

kata lain terdapat satu keseimbangan antara proses sintesis dan degradasi rawan sendi.

Gangguan keseimbangan ini yang pada umumnya berupa peningkatan proses

degradasi, akan menandai penipisan rawan sendi dan selanjutnya kerusakan rawan

sendi yang berfungsi sebagai bantalan redam kejut. Sintesis matriks rawan sendi tetap

ada terutama pada awal proses patologik OA, namun kualitas matriks rawan sendi

yang terbentuk tidak baik. Pada proses akhir kerusakan rawan sendi, adanya sintesis

yang buruk tidak mampu lagi mengatasi proses destruksi sendi yang cepat. Hal ini

terlihat dari menurunya produksi proteoglikan yang ditandai dengan menurunnya

fungsi kondrosit. Kondrosit yang merupakan aktor tunggal pada proses ini akan

dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan keseimbangan

9

Page 10: Osteo Art Ritis

sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitokin Interleukin-1

(IL-1) dan tumour necrosis factor a (TNFa) yang dikeluarkan oleh sel lain di dalam

sendi. Sedangkan faktor anabolik diperankan oleh transforming growth factor

b(TGFb) dan insulin like growth factor-1 (IGF-1).

Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian

matriks, namun stimulasI IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi matriks.

TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO),

dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF

yang berlebihan mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan

menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada

jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya OA.

Perubahan patologik pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal dan

mengalami fibrosis serta distorsi. Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses

peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini

menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh

darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan

subkondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti

prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat

subkondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat

menghantarkan rasa sakit. Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari

dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan

radang sendi, peregangan tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot

ekstraartikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh

adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla

spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler

10

Page 11: Osteo Art Ritis

karena proses remodelling pada trabekula dan subkondral. Sinovium mengalami

keradangan dan akan memicu terjadinya efusi serta proses keradangan kronik sendi

yang terkena. Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi fibrilasi serta fisura yang

lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan sendi fokal. Selanjutnya

akan tampak respon dari tulang subkhondral berupa penebalan tulang, sklerotik dan

pembentukkan kista. Pada ujung tulang dapat dijumpai pembentukan osteofit serta

penebalan jaringan ikat sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini

memberikan gambaran seolah persendian yang terkena itu bengkak.

Peran makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang

oleh jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan

memproduksi sitokin aktivator plasminogen (PA) yang disebut katabolin. Sitokin

tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF α dan β, dan interferon (IFN) α dan t. Interleukin-1

mempunyai efek multiple pada sel cairan sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim

yang mendegradasi rawan sendi yaitu stromelisin dan kolagenosa, menghambat

proses sintesis dan perbaikan normal kondrosit.

Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian matriks

yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi. Namun,

pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat

aktif. Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan

aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi.

Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah

mengendur. Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi

akan meningkatkan kemungkinan timbulnya OA pada sendi.

Faktor pertumbuhan dan sitokin mempunyai pengaruh yang berlawanan

dengan perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen

11

Page 12: Osteo Art Ritis

matriks rawan sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan merangsang sintesis, padahal

IGF-1 pasien OA lebih rendah dibandingkan individu normal pada umur yang sama.

2.6. Diagnosis Osteoartirits

Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai dan hasil radiografis.

2.6.1. Tanda dan Gejala Klinis

Diagnosis sendi lutut berdasarkan gambaran klinis dan radiologi. American

College of Rheumathology (ACR) membagi kriteria diagnostik menjadi OA panggul,

OA lutut dan OA tangan.

Kriteria Diagnostik OA lutut menurut ACR:

Nyeri lutut dengan gambaran osteofit pada rontgen lutut, atau

Nyeri lutut dengan usia lebih dari 40 tahun, kekakuan sendi kurang dari 30

menit dan krepitasi pada pergerakan.

Kriteria Diagnostik OA panggul menurut ACR:

Nyeri panggul dengan gambaran osteofit femoral atau asetabular pada

rontgen panggul, atau

Nyeri panggul dengan penyempitan celah sendi pada rontgen dan LED

<20mm/jam

Kriteria Dianostik OA tangan menurut ACR:

Nyeri tangan, tajam atau kaku, plus

Pembengkakan 2 atau lebih dari 10 sendi tertentu* , plus

< 3 pembengkakan sendi MCP , plus

Pembengkakan 2 ≥ sendi DIP , atau

Deformitas 2 ≥ dari 10 sendi tertentu

*Sendi DIP jari 2 & 3, Sendi PIP jari 2 & 3, Sendi CMC ibu jari

12

Page 13: Osteo Art Ritis

Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang

dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut

adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA :

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah

dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu

terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini

dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini ( secara radiologis ). Umumnya

bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias

digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah

gerakan ) maupun eksentris ( salah satu arah gerakan saja ).

Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi

tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang

timbul pada OA berasal dari luar kartilago.

Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri

yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema

sumsum tulang.

Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit

tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago

dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri. Nyeri

dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri

yang umum di lutut adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band.

b. Gangguan pergerakan

13

Page 14: Osteo Art Ritis

Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan oleh adanya fibrosis pada kapsul,

osteofit atau iregularitas permukaan sendi. Pada pergerakan sendi dapat ditemukan

atau didengar adanya krepitasi. Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat

secara perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri.

c. Kaku pagi

Kekakuan terutama terjadi oleh karena adanya lapisan yang terbentuk dari

bahan elastik akibat pergeseran sendi atau oleh adanya cairan yang viskosa. Rasa

kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan

banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama,

bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.

d. Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini

umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan

adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.

Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak

tertentu.

e. Deformitas

Deformitas sendi yang ditemukan akibat kontraktur kapsul serta instabilitas

sendi karena kerusakan tulang dan tulang rawan.

f. Pembengkakan sendi yang asimetris

Pembengkakan terutama ditemukan pada lutut dan siku. Pembengkakan sendi

dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100

cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah. Juga

dapat terjadi oleh karena adanya pembengkakan dan penebalan pada sinovia yang

berupa kista.

14

Page 15: Osteo Art Ritis

g. Nodus Heberden dan Bouchard

Ditemukan pada bagian dorsal sendi interfalangeal distal, sedangkan nodus

Bouchard pada bagian proksimal sendi interphalangeal tangan terutama wanita

dengan osteoartritis primer. Nodus Heberden kadang-kadang tanpa diserati rasa nyeri

tapi sering ditemukan parestesia dan kekakuan sendi jari-jari tangan pada stadium

lanjut disertai dengan deviasis jari ke lateral.

h. Tanda – tanda peradangan

Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,

rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena

adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada

perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut.

i. Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan

ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia.

15

Page 16: Osteo Art Ritis

Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan

terutama pada OA lutut.

2.6.2. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.

Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas – batas normal, kecuali OA generalisata

yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan faktor reumatoid

negatif. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan

sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein.

2.6.3. Pemeriksaan Diagnostik

Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang

terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik ( Soeroso, 2006 ).

Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :

a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris karena hilangnya tulang rawan

sendi ( lebih berat pada bagian yang menanggung beban seperti lutut )

b. Densitas tulang normal atau meninggi

c. Sklerosis tulang subkondral

d. Kista pada tulang pada permukaan sendi terutama subkondral

e. Osteofit pada tepi sendi

Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan

suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria

Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga tingkat

berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih

terlihat normal.

Grade Classification Description

16

Page 17: Osteo Art Ritis

0 Normal No features of OA

1 Doubtfull Minute osteophyte

Doubtful significance

2 Mild Definite osteophyte. Normal joint space

3 Moderate Moderate joint space reduction

4 Severe Joint space greatly reduced Subchondral

sclerosis

Tabel 1. Klasifikasi osteoarthritis berdasarkan gambaran radiologis menurut kriteria

Kellgren dan Lawrence

Pemeriksaan radiografi sendi lain atau penginderaan magnetic mungkin

diperlukan pada beberapa kondisi tertentu seperti pada pasien yang dicurigai berkaitan

dengan penyakit metabolic atau genetik seperti alkaptonuria, dysplasia epifisis,

hiperparatiroidisme, penyakit Paget atau hemokromatosis (terutama pemeriksaan

radiografi pada tengkorak dan tulang belakang). Radiografi sendi lain perlu

dipertimbangkan juga pada pasien yang mempunyai keluhan banyak sendi

(osteoarthritis generalisata), penyakit yang jarang tetapi berat (osteonekrosis),

neuropati Charcot) perlu pemeriksaan mendalam.

Untuk diagnosis pasti penyakit-penyakit tersebut seringkali diperlukan MRI,

artroskopi dan artrosentesis. MRI dan mielografi mungkin juga diperlukan pada

pasien dengan gejala OA tulang belakang untuk menetapkan sebab-sebab gejala dan

keluhan-keluhan kompresi radikuler atau medula spinalis.

2.7. Penatalaksanaan Osteoartritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:

1. Meredakan nyeri

17

Page 18: Osteo Art Ritis

2. Mengoptimalkan fungsi sendi

3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas hidup

4. Menghambat progresivitas penyakit

5. Mencegah terjadinya komplikasi

Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya OA

yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :

2.7.1.Terapi non-farmakologis

a. Edukasi

Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat

mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar

penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai.

b. Terapi fisik atau rehabilitasi

Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini

dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih

pasien untuk melindungi sendi yang sakit.

Terapi fisik dan terapi kerja bertujuan agar penderita dapat melakukan

aktivitas optimal dan tidak tergantung pada orang lain. Terapi ini terdiri dari

pendinginan, pemanasan dan latihan penggunaan alat bantu. Dalam terapi fisik dan

terapi kerja dianjurkan latihan yang bersifat penguatan otot, memperluas lingkup

gerak sendi dan latihan aerobik. Semua pasien osteoartritis lutut harus melakukan

latihan quadriceps-strengthening dan dilakukan setiap hari. Latihan lainnya seperti

bersepeda dan berenang juga dapat dilakukan. Latihan tidak hanya dilakukan pada

18

Page 19: Osteo Art Ritis

pasien yang tidak menjalani tindakan bedah, tetapi juga dilakukan pada pasien yang

akan dan sudah menjalani tindakan bedah, sehingga pasien dapat segera mandiri

setelah pembedahan dan mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

Selain itu, dapat pula digunakan alat bantu. Banyak pasien osteoartritis

panggul dan lutut lebih nyaman menggunakan sepatu dengan good shock-absorbing

atau orthoses.

c. Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh

karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk

melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih.

2.7.2.Terapi farmakologis

Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul,

mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi

klinis dari ketidakstabilan sendi.

a. Asetaminofen

The American College of Rheumatology merekomendasikan asetaminofen

sebagai first line terapi obat untuk nyeri yang disebabkan OA. Alasannya adalah

karena asetaminofen lebih aman, efikasi, dan biayanya lebih murah dibandingkan obat

golongan NSAIDS. Asetaminofen bekerja pada sistem saraf pusat dengan

penghambatan sintesis prostaglandin, suatu zat kimia yang dapat meningkatkan rasa

nyeri. Asetaminofen mencegah sintesis prostaglandin melalui penghambatan kerja

dari siklooksigenasi pusat.

19

Page 20: Osteo Art Ritis

Untuk nyeri OA ringan sampai sedang dapat menggunakan dosis 2,6-4 g per

hari, aspirin 650 mg empat kali per hari, dan OAINS temasuk ibuprofen dengan dosis

1200-2600 mg per hari, dan naproxen 750 mg/hari.

Pada penderita OA kronis, asetaminofen harus digunakan teratur. Untuk

mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS dan

Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun

karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen

tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain

untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara

mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2.

b. Obat topikal

Capsaicin

Merupakan hasil isolasi dari lada merah yang menyebabkan pelepasan dan

pengosongan substansi P dari serabut saraf. Capsaicin bermanfaat dalam

menghilangkan rasa sakit pada OA jika digunakan secara topikal pada sendi yang

dipengaruhi. Dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan analgesik oral atau

AINS. Agar efektif, capsaisin harus digunakan teratur dan dapat membtuhkan waktu

hingga 2 minggu untuk bekerja. Capsaicin tersedia dalam konsentrasi 0,025% sampai

0,075%.

Pennaid

Pennaid topikal merupakan terapi yang aman dan efektif untuk nyeri yang terkait

dengan OA. Mekanisme kerja dari AINS topikal yaitu menghambat enzim COX-2

20

Page 21: Osteo Art Ritis

secara lokal. Hal ini meminimalisasi paparan sistemik dan dapat menurunkan resiko

efek samping dibandingkan ketika digunakan secara oral.

c. NSAID

NSAID mempunyai sifat analgetik pada dosis kecil dan anti inflamasi pada

dosis yang lebih tinggi. Efek analgetik dimulai pada jam ke-1 atau ke-2, sedang efek

anti inflamasi muncul setelah 2-3 minggu. Semua NSAID terbukti efektif pada

pengurangan rasa sakit dan inflamasi pada pasien OA. NSAID biasanya diberikan

setelah terapi dengan asetaminofen atau aspirin terbukti tidak efektif atau tidak bisa

ditolerir atau pada pasien dengan inflamasi. Semua NSAID sama efektif dengan

aspirin namun efek samping saluran cerna lebih kecil tapi beberapa produk lebih

mahal. Keluhan saluran cerna adalah efek samping paling umum dari NSAID.

Keluhan ringan seperti nausea, dispepsia, anoreksia, rasa sakit pada abdomen,

kembung dan diare pa da 10-60% pasien.

Faktor resiko untuk ulser terkait NSAID dan komplikasi ulcer (perforasi,

obstruksi lambung, perdarahan saluran cerna) termasuk usia diatas 65 tahun, kondisi

medis yang rentan (kardiovaskuler), terapi kortikosteroid atau anti koagulan dan

riwayat peptic ulcer atau perdarahan saluran cerna atas. Untuk pasien OA yang

membutuhkan NSAID tapi berisiko tinggi untuk komplikasi saluran cerna,

rekomendasi ACR termasuk COX-2 selektif inhibitor atau NSAID non spesifik

dengan kombinasi inhibitor pompa proton atau misoprostol.

d. Analgesik Opioid

Analgesik opioid digunakan jika terapi dengan asetaminofen, NSAIDs, injeksi

intraartikuler ataupun topikal belom menunjukkan hasil yang diinginkan. Salah satu

21

Page 22: Osteo Art Ritis

analgesik opioid yang digunakan untuk terapi OA adalah tramadol. Dosis dimulai dari

100 mg/hari, kemudian di titrasi untuk mencapai dosis yang dibutuhkan untuk

meredakan nyeri hingga 200 mg/hari.

e. Chondroprotective Agent

Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga atau merangsang

perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Sebagian peneliti menggolongkan obat-

obatan tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease

Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs).

Glukosamin dan Chondroitin

Glukosamin dan Chondroitin melalui uji in vitro dapat memicu sintesis proteoglikan.

Keduanya cukup aman digunakan, terutama untuk pasien dengan resiko efek samping

yang tinggi pada usia lanjut. Keduanya dapat mengurangi rasa sakit dan

meningkatkan mobilitas. Sedangkan glukosamin mengurangi penyempitan ruang

sendi. Dosis glukosamin minimal 1500 mg/hari, sedangkan dosis chondroitin 1200

mg/hari.

Glukokortikoid

Terapi glukokortikoid sistemik tidak disarankan pada OA karena manfaatnya

yang kurang dan efek samping dalam penggunaan lama. Intra articular glucocorticoid

bisa mengurangi rasa sakit jika terjadi inflamasi lokal atau efusi sendi tetapi manfaat

jangka panjang masih kontroversi.

22

Page 23: Osteo Art Ritis

Injeksi Asam Hyaluronat

Disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah satu manfaatnya

adalah memperbaiki viskositas cairan sinovial, meningkatkan elastisitasnya sementara

dan memperbaiki fungsi sendi. Asam hyaluronat ternyata memegang peranan penting

dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agrerasi dengan proteoglikan. Obat

ini diberikan intra-artikuler. Terapi ini bermanfaat untuk mereka yang tidak merespon

terhadap terapi lain.

2.7.3.Terapi pembedahan

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk

mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas

sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.

Tindakan pembedahan dilakukan apabila:

Nyeri yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan lokal

Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau defomitas pada sendi

Adanya kerusakan sendi pada tingkat lanjut

Untuk mengoreksi beban pada sendi agar distribusi beban terbagi sama rata

Ada beberapa tipe pembedahan, antara lain:

1. Realignment osteotomi

            Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah

sudut dari weightbearing. Tujuannya untuk membuat kartilago sendi yang sehat

menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen

atau meniscus repair.

23

Page 24: Osteo Art Ritis

2. Arthroplasty

            Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang baru

ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang berada dalam high-

density polyethylene. Arthroplasty dikerjakan dengan joint replacement dapat dengan

unicompartment atau total knee replacement (TKR). TKR merupakan tindakan bedah

persendian yang paling sukses pada saat ini.

Arthroplasty dimulai dengan konsep sederhana oleh Gunston pada tahun 1960

dan berkembang menjadi prosedur yang canggih dengan hasil yang sempurna pada

saat ini. Arthroplasty dapat menghilangkan keluhan sakit untuk jangka waktu yang

panjang (pada long term report) dan merupakan terapi pilihan untuk penyakit OA

lutut lanjut namun tergantung pada usia dan beratnya penyakit.

 3. Arthrodesis

Merupakan prosedur pembedahan dengan cara membuang sendi dan

menyatukan dua tulang menjadi satu kesatuan yang immobil, sering menggunakan

cangkok tulang dari pelvis pasien. Meskipun hal ini menyebabkan keterbatasan

gerakan, hal ini berguna untuk meningkatkan stabilitas dan meredakan nyeri di sendi

yang terkena. Arthrodesis dilakukan juga pada keadaan dimana kondisi tulang tidak

baik untuk rekontruksi atau pada gangguan ekstensi lutut. Saat ini arthrodesis

dilakukan untuk tindakan salvage bila TKR gagal akibat infeksi. 

Total knee replacement

Operasi penggantian sendi lutut (total knee replacement) adalah operasi

ortopedik yang cukup rumik, tetapi semakin banyak dilakukan. Tindakan yang

dilakukan adalah mengganti sendi lutut menggunakan prothese. Material implant

standart (titanium) dengan material implant oxinium total knee replacement diberikan

24

Page 25: Osteo Art Ritis

untuk kondisi perkapuran stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan

perubahan bentuk fisik dan kaki menyerupai huruf ‘O’ atau ‘X’. Indikasi

dilakukan total knee replacement adalah untuk mengurangi rasa sakit yang

disebabkan oleh arthritis. Tujuan sekunder untuk memperbaiki cacat dan

mengembalikan fungsi. Sedangankan kontraindikasi meliputi non fungsi otot

ektensor, adanya neuromuscular dysfunction, Infeksi, Neuropathic Joint, Prior

Surgical fusion.

2.8. Dianosis Banding

Arthtritis rheumatoid

Pada stadium awal osteoarthritis poli-artikuler sering sulit dibedakan dengan

arthritis rheumatoid karena pada stadium ini ditemukan pula nyeri dan

inflamasi jari tangan. Pada stadium lanjut kelainan lebih mudah dibedakan.

Pada arthritis rheumatoid kelainan terutama pada bagian distal interphalangeal

dan metakarpofalangeal. Mengenai sendi-sendi kecil, simetris dan disertai

gejala sistematik.

Artritis psoriatik

Artritis psoriatik mengenai bagian distal jari tangan berupa arthritis erosif

yang menyebabkan destruksi tanpa adanya osteofit.

Artritis gout

Pada biasanya arthritis gout bersifat poli arthritis kronik disertai dengan

benjolan berupa tofus dan pada pemeriksaan radiologis terlihat adanya

destruksi tulang peri-artikuler. Pada pemeriksaan lab didapatkan kadar asam

urat yang tinggi dalam darah serta peningkata leukosit dan LED.

25

Page 26: Osteo Art Ritis

2.9. Komplikasi

Penyakit ini apabila tidak mendapat penanganan yang baik dan tepat, maka

memerlukan berbagai masalah baru yang teriadi akibat proses penyakit itu sendiri.

Seperti adanya spur (osteofit) sehingga teriadi proses penghancuran tulang rawan

sendi. Tulang subkondral lama kelamaan dapat menusuk pada metafisis dari tulang

tibia dan tulang femur sebagai akibatnya terjadi komplikasi seperti nyeri, kaki

terbentuk varus dan valgus, atrofi kelemahan otot meniscus quadriceps femoris,

menurunya ketahanan struktur dan komplikasi deformitas varus dan valgus

(Reksoprojo, 1990). Terganggunya aktifitas sehari-hari seperti aktifitas beribadah,

jongkok, duduk, bendiri dan jalan.

Ada beberapa komplikasi dari osteoarthritis antara lain kerusakan komplit

kartilago sebagai hasil dari hilangnya substansi jaringan sendi yang disebut

kondrolisis. Selain itu dapat juga menyebabkan osteonekrosis, perdarahan atau infeksi

didalam sendi. Kadang pasien dengan osteoarthtitis dapat menderita stress fraktur.

2.10. Prognosis

Prognosis osteoarthritis tergantung dari sendi mana yang terlibat dan

keparahannya. Mengingat bahwa osteoartritis adalah penyakit

degeneratif, maka dapat dimengerti bahwa penyakit ini progresif

sesuai dengan usia, namun apabila diketahui secara dini dan belum

menimbulkan deformitas (valgus atau varus) maka penjalanan

penyakit dapat dihambat dengan cara membuat atau berusaha untuk

memperbaiki stabilitas sendi.

Pada OA sekunder, prognosis penyakit tergantung pada penyebabnya. Tidak

ada obat modifikasi struktur/penyakit yang dapat menyembuhkan osteoarthritis.

26

Page 27: Osteo Art Ritis

Sampai saat ini, pengobatan yang diterapkan hanya bersifat simptomatis, tidak dapat

mengembalikan kerusakan yang sudah ada pada kartilago artikular.. Dengan obat-obat

konservatif, sebagian besar pasien dapat teratasi. Hanya kasus-kasus yang berat yang

memerlukan operasi

Pada ekstremitas bawah, penyakit sendi degeneratif ini relatif prognosis lebih

buruk karena sendi ini sering digunakan untuk berjalan. Dalam beberapa literatur

menyebutkan pada osteortrhitis ektremitas bawah mempunyai prognosis yang lebih

buruk karena kebutuhan yang berkelanjutan seperti berjalan mempengaruhi sendi.

Dalam hal ini biasanya tejadi pada sendi panggul dan ketika keduanya terkena

arthritis, kecacatan bisa sangat berat.

27

Page 28: Osteo Art Ritis

BAB III

KESIMPULAN

Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif, ditandai kelainan pada

kartilago, sendi dan tulang di dekatnya. Paling sering terkena adalah sendi lutut, sendi

panggul, sendi-sendi tangan, dan tulang belakang.

Sampai saat ini pengobatan yang dilakukan hanya untuk mengontrol nyeri dan

gejala lainnya, untuk mengatasi gangguan pada aktivitas sehari-hari, dan untuk

menghambat proses penyakit.

Terapi yang dilakukan yaitu terapi tanpa obat dan terapi dengan obat. Bila

pilihan terapi tersebut tidak memberikan hasil, maka dapat dilakukan terapi operatif.

28

Page 29: Osteo Art Ritis

DAFTAR PUSTAKA

1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In:

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku

ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia; 2006. p. 1195-201.

2. Carter MA. Osteoartritis. In: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep

klinis proses-proses penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 1380-4

3. Skinner H. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics. New Hampshire:

Appleton & Lange; 2003.

4. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 6th ed.Jakarta: Yarsif Watampone;

2009.

5. http://emedicine.medscape.com/article/330487-overview#a0104

6. http://osteoarthritis.about.com/od/osteoarthritistreatments/a/Arthroscopic-

Debridement.htm

7. http://www.dokterbedahtulang.com/?mn=101&id=12

8. http://binfar.depkes.go.id/download/ARTRITIS.pdf

9. http://www.duniakesehatan.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=62:osteoartritis-dan-artritis-

reurnatoid-perbedaan-patogenesis-gambaran-klinis-dan-

terapi&catid=39:umum

10. http://www.therapy.protocols.webs.com/pathology of oa/

11. http://www.eorthopod.com/content/osteoarthritis-knee

29

Page 30: Osteo Art Ritis

30