pemberian terapi aktivitas bermain meniup -...

100
PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP “TIUPAN LIDAH” TERHADAP STATUS OKSIGENASI ANAK USIA PRASEKOLAH PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. Y DENGAN ASMA DI RUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA DISUSUN OLEH : ANNA ISNAINI P.12 007 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: others

Post on 13-Aug-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP

“TIUPAN LIDAH” TERHADAP STATUS OKSIGENASI

ANAK USIA PRASEKOLAH PADA ASUHAN

KEPERAWATAN An. Y DENGAN ASMA

DI RUANG MELATI 2 RSUD

Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

ANNA ISNAINI

P.12 007

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

i

PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP

“TIUPAN LIDAH” TERHADAP STATUS OKSIGENASI

ANAK USIA PRASEKOLAH PADA ASUHAN

KEPERAWATAN An. Y DENGAN ASMA

DI RUANG MELATI 2 RSUD

Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

ANNA ISNAINI

P.12 007

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

ii

Page 4: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

iii

Page 5: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

iv

Page 6: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendah hati

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk orang yang kusayangi

Ayah dan ibu ku tercinta yang tiada henti-hentinya memberi doa restu,

kasih sayang, perhatian dan dukungan untuk menjadikanku orang yang sukses.

Kedua saudaraku Toni Harmanto dan Iin Endarwati tersayang yang selalu memberikan

motivasi dan support setiap langkahku.

Sahabatku tercinta “Peni, Dwi linda, Iin rohana, Asti , Arlita, Garinda dan Iin Rosalinda”,

semoga perjalanan yang kita tempuh selama ini mampu menjadikan

kita lebih baik dan menjadikan kita sukses kedepanya.

Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 terutama kelas 3A.

Bu Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep. terimakasih atas bimbingannya selama ini.

Almamaterku tercinta

Page 7: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat, rahmat dan karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan

dengan baik, tepat pada waktunya dengan judul “Pemberian Terapi Aktivitas

Bermain Meniup Tiupan Lidah” Terhadap Status Oksigenasi Anak Usia

Prasekolah pada Asuhan Keperawatan An. Y dengan Asma di Ruang Melati 2

RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis banyak mendapat bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Ibu Atiek Murharyati, S. Kep., Ns. M. Kep., selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep., selaku Sekretaris Program Studi

DIII Keperawatan dan sekaligus dosen pembimbing yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah

ini.

3. Ibu S. Dwi Sulisetyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

Page 8: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

vii

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Alfyana Nadya Rachmawati S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku dosen penguji yang

telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan dan Staf Perpustakaan STIKes

Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar

dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

6. Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk dapat mengambil kasus di Ruang Melati dan memperbolehkan

mengaplikasikan jurnal yang penulis ambil.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Juni 2015

Penulis

Page 9: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ........................................................................ 6

C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ............................................................................ 9

1. Asma .................................................................................... 9

2. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah ............... 23

3. Oksigenasi ............................................................................. 27

4. Konsep Bermain .................................................................... 30

B. Kerangka Teori .......................................................................... 37

C. Kerangka Konsep ....................................................................... 38

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset ................................................................. 39

B. Tempat dan Waktu ..................................................................... 39

C. Media dan Alat yang digunakan ................................................ 39

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ........................ 40

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset .............................. 41

Page 10: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

ix

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ............................................................................ 43

B. Pengkajian .................................................................................. 43

C. Daftar Perumusan Masalah ........................................................ 49

D. Intervensi Keperawatan ............................................................. 51

E. Implementasi Keperawatan ........................................................ 52

F. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 56

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian .................................................................................. 59

B. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 65

C. Intervensi Keperawatan ............................................................. 69

D. Implementasi Keperawatan ........................................................ 72

E. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 80

B. Saran .......................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 11: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Frekuensi Pernafasan per menit ................................................. 30

Tabel 3.1 : Frekuensi Heart Rate per menit .................................................. 41

Tabel 3.2 : Frekuensi Respiratory Rate per menit ........................................ 42

Page 12: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Kerangka Teori ........................................................................ 37

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep ..................................................................... 38

Gambar 4.1 : Genogram ................................................................................ 45

Page 13: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Usulan Judul

Lampiran 3 : Surat Pernyataan

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 : Loog Book

Lampiran 6 : Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 7 : Lembar Observasi

Lampiran 8 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 9 : Jurnal Penelitian tentang Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain

Meniup “Tiupan Lidah” Terhadap Status Oksigenasi Pada

Anak Usia Prasekolah dengan pneumonia di Rumah Sakit Ilam

Jakarta.

Page 14: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, para ahli

mendefinisikan bahwa asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran

nafas yang memberikan gejala–gejala batuk, mengi, dan sesak nafas

(Somantri, 2009). Asma atau sesak nafas merupakan suatu penyakit

penyumbatan saluran pernafasan yang disebabkan oleh alergi bulu, debu atau

tekanan psikologis dan asma bersifat menurun. Pada penderita asma yang

serius, terlihat dengan jelas bahwa anak mengalami kesulitan bernafas.

Nafasnya tersengal-sengal dan berbunyi (mengi), pada kondisi terburuk,

badan bagian atas anak akan menegang karena berusaha sekuat tenaga supaya

dapat bernafas (Pratyahara, 2011).

Asma disebabkan oleh beberapa faktor, penyebab asma terbanyak

yaitu karena faktor ekstrinsik yang disebabkan karena adanya alergen seperti

serbuk sari, debu, polusi, bulu binatang, makanan dan alergi lain. Asma juga

dapat disebabkan karena faktor instrinsik seperti emosi, perubahan suhu

dingin, infeksi traktus respiratorius, latihan berat, stres, dan faktor genetik.

Obstruksi saluran pernafasan merupakan gangguan fisiologis terpenting pada

asma akut. Keluhan utama pada pasien asma adalah nafas pendek, ekspirasi

yang memanjang, retraksi dada, whezing, batuk-batuk, sianosis, sulit tidur

dan tidak mampu beraktivitas. Penyakit asma bila tidak ditangani dengan

Page 15: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

2

benar dapat menyebabkan pneumotoraks, kegagalan jantung, infeksi

pernafasan, gangguan emosional dan bahkan kematian (Pratyahara, 2011).

Berdasarkan organisasi kesehatan sedunia (WHO) (2009),

memperkirakan antara 100-150 juta penduduk di dunia penyandang asma dan

diperkirakan jumlahnya terus bertambah sekitar 180.000 setiap tahunnya.

Penyakit asma banyak diderita oleh anak-anak khususnya anak di bawah usia

lima tahun. Asma menyebabkan kehilangan 16% hari sekolah pada anak-anak

di Asia, 34% anak-anak di Eropa dan 40% anak-anak di Amerika Serikat

(Rusmono, 2010).

Di Indonesia, diperkirakan sekitar 10% penduduk mengidap asma

dalam berbagai variannya. Penyakit asma di Indonesia masuk dalam sepuluh

besar penyebab kesakitan dan kematian, dengan jumlah penderita pada tahun

2002 sebanyak 12.500.000. Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005

mencatat 225.000 orang meninggal karena asma. Meningkatnya tingkat

kejadian asma di Indonesia dan hampir seluruh dunia ini diduga berhubungan

dengan meningkatnya industri yang mengakibatkan tingkat polusi semakin

tinggi, serta makin banyaknya kendaraan bermotor. Asma banyak diderita

oleh masyarakat, terutama pada anak-anak, penyakit ini berkaitan dengan

faktor keturunan (Pratyahara, 2011).

Rusmono (2010) menyatakan bahwa pada tahun 2006 penyakit asma

termasuk penyakit yang membahayakan dan pasien asma di Jawa Tengah

mengalami peningkatan 5,6% dibandingkan tahun 2005. Jumlah pasien asma

pada tahun 2005 berjumlah 74.253 dan pada tahun 2006 berjumlah 78.411.

Page 16: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

3

Ditambahkan oleh Natalia (2007) dalam penelitiannya tentang pasien asma di

Surakarta berjumlah 2.126 dari berbagai pasien di rumah sakit Surakarta baik

negeri ataupun swasta.

Pada pasien asma mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan

oksigenasi. Kebutuhan oksigenasi marupakan kebutuhan fisiologis mendasar

pada manusia yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi terlebih

dahulu daripada kebutuhan yang lain. Oksigen merupakan kebutuhan dasar

yang paling penting didalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen

akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya

kematian. Oleh sebab itu berbagai upaya harus dilakukan apabila tubuh

mengalami gangguan oksigenasi untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini

terpenuhi dengan baik (Mubarak, 2007).

Gangguan oksigenasi yang di alami anak dengan asma yang dirawat di

rumah sakit adalah distress pernafasan yang ditandai dengan nafas cepat,

dalam , retraksi dada, nafas cuping hidung dan disertai stridor (WHO, 2009).

Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret merupakan kendala yang juga

sering dijumpai pada anak usia bayi sampai dengan usia prasekolah karena

pada usia tersebut reflek batuk masih lemah. Beberapa tindakan yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah fisioterapi dada yang

meliputi postural drainage, vibrasi dan perkusi (Potter & Perry, 2009). Oleh

sebab itu munculah permasalahan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada

pasien asma karena peningkatan produksi mukus pada saluran pernafasan.

Page 17: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

4

Masalah tersebut harus segera ditangani dan mendapatkan perawatan,

tujuan perawatan asma adalah untuk menjaga agar asma tetap terkontrol yang

ditandai dengan penurunan gejala asma yang dirasakan atau bahkan tidak

sama sekali, sehingga penderita dapat melakukan aktivitas tanpa terganggu

oleh asmanya. Gejala asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang

dilakukan secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis

tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara

mengontrol gejala yang timbul serta mengurangi keparahan gejala asma yang

dialami ketika terjadi serangan (Wong, 2008). Terapi non farmakologis yang

umumnya digunakan untuk pengelolaan asma adalah dengan melakukan

terapi pernafasan. Terapi pernafasan bertujuan untuk melatih cara bernafas

yang benar, melatih ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi,

mempercepat dan mempertahankan pengontrolan asma yang ditandai dengan

penurunan gejala dan meningkatkan kualitas hidup bagi penderitanya

(Nugroho, 2012).

Salah satu bentuk terapi pernafasan yang dapat diberikan kepada

pasien asma adalah latihan Pursed Lips Breathing (PLB). Pursed Lips

Breathing (PLB) dapat digunakan untuk membantu mengatasi

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada anak dengan asma. PLB

bermanfaat untuk meningkatkan pengembangan alveolus pada setiap lobus

paru sehingga tekanan alveolus meningkat dan dapat membantu mendorong

sekret pada jalan nafas saat ekspirasi dan dapat menginduksi pola nafas

menjadi normal. Tehnik PLB hanya dapat digunakan pada anak yang sadar

Page 18: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

5

dan dapat diajak bekerja sama. Usia prasekolah adalah kelompok usia yang

sudah mampu menguasai bahasa dan perintah sederhana selain kemampuan

motoriknya yang sudah lebih berkembang dari anak usia toddler (Sutini,

2011).

Pursed Lips Breathing (PLB) dapat dianalogikan dengan aktivitas

bermain terapeutik sebagai tindakan pendekatan atraumatic care, dimana

anak merasa aman dengan lingkungannya serta memperoleh kesenangan saat

melakukan tindakan. Kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk latihan

pernapasan pada anak-anak yang masih kecil adalah meniup pluit atau

meniup bola kapas di atas meja (Wong, 2008).

Alat yang digunakan untuk pemberian terapi PLB berupa mainan yang

di sebut “tiupan lidah”. Cara meniupnya menggunakan tekhnik pursed lip

breathing, yaitu anak bernafas dalam dan ekshalasi melalui mulut, dengan

mulut dimonyongkan atau mencucu dan dikerutkan sehingga mainan yang

tadinya tergulung setelah ditiup menjadi mengembang dan panjang karena

terisi udara. Meniup dilakukan terus menerus sebanyak 30 kali dalam rentang

waktu 10-15 menit dan setiap tiupan di selingi dengan istirahat (nafas biasa).

Posisi anak saat bermain adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah

duduk diatas tempat tidur atau kursi (Sutini, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan Almeida, et al (2005) dan Santos

(2009) untuk menganalisis efektifitas PLB yang dilakukan oleh fisioterapis

pada anak yang mengalami gangguan pernafasan, dimana prinsip PLB adalah

meningkatkan aliran udara saat ekspirasi dengan tujuan mengaktifkan silia

Page 19: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

6

pada saluran nafas untuk mengevakuasi sekret yang ada pada jalan nafas

menuju bronkhial dan trakhea. Mekanisme yang digunakan adalah

mekanisme fisiologis sehingga akan meminimalkan dampak negatif dan

efektif untuk memperbaiki jalan nafas.

Penelitian yang dilakukan Sutini (2011), pada pemberian terapi

aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” terhadap status oksigenasi, yaitu

menurunkan frekuensi RR dan meningkatkan frekuensi HR serta

meningkatkan SaO2. Hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada An. Y,

klien sesak nafas, nafas berbunyi ngik-ngik, dan batuk-batuk dahak susah

keluar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis pada perawat dan tim

kesehatan lain yang ada di RSUD Dr. Moewardi, terapi aktivitas bermain

meniup “tiupan lidah” belum pernah di lakukan sebelumnya. Menindaklanjuti

hasil penelitan tersebut serta hasil pengkajian yang dilakukan penulis maka,

penulis tertarik untuk mengaplikasikan jurnal Pemberian Terapi Aktivitas

Bermain Meniup “Tiupan Lidah” Terhadap Status Oksigenasi Anak Usia

Prasekolah Pada Asuhan Keperawatan An. Y Dengan Asma Di Ruang Melati

2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan pemberian terapi aktivitas bermain meniup

“tiupan lidah” terhadap status oksigenasi anak usia prasekolah pada

Page 20: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

7

Asuhan Keperawatan An. Y dengan Asma di Ruang Melati 2 RSUD Dr.

Moewardi Surakarta.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. Y dengan Asma di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. Y

dengan Asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

c. Penulis mampu menyusun intervensi pada An. Y dengan Asma di

RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

d. Penulis mampu melakukan implemenasi keperawatan pada An. Y

dengan asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An. Y dengan

asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi aktivitas bermain

meniup “tiupan lidah” terhadap status oksigenasi pada An. Y dengan

Asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

C. Manfaat penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

melakukan asuhan keperawatan khususnya bagi An. Y dengan asma.

Page 21: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

8

2. Bagi institusi pendidikan

Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan

datang.

3. Bagi penulis

Dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan asma secara

langsung dan optimal pada praktek klinik keperawatan serta sebagai

tambahan ilmu baru bagi penulis.

4. Bagi pembaca

Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan cara

perawatan pasien dengan asma.

Page 22: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Asma

a. Definisi

Asma adalah suatu kondisi paru-paru kronis yang ditandai dengan

sulit bernafas. Terjadi saat saluran pernafasan memberikan respon yang

berlebihan dengan cara menyempit jika mengaami rangsangan atau

gangguan (Ngastiyah, 2005). Asma adalah suatu peradangan pada

bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap bahan

alergen. Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan

pembengkakan pada mukosa bronkus (Riyadi & Sukarmin, 2013).

Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah

suatu penyakit obstruktif pada jalan nafas secara reversibel yang

ditandai dengan inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap

berbagai stimulan (Suriadi & Yuliani, 2010).

b. Etiologi

Menurut Padila (2013), faktor-faktor penyebab terjadinya asma

adalah sebagai berikut :

1) Faktor ekstrinsik (asma imunologik atau asma alergi)

(a) Reaksi antigen dan antibodi

(b) Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

Page 23: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

10

2) Faktor intrinsik (asma imunologik atau asma non alergi)

(a) Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

(b) Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

(c) Iritan : kimia

(d) Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

(e) Emosional : takut, cemas dan tegang

(f) Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus

c. Klasifikasi asma

Klasifikasi penyakit asma secara klinik dibagi menjadi empat

bagian menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI,

2006) dalam Riyadi & Sukarmin (2013), yaitu: intermiten, persisten

ringan, sedang dan berat.

1) Intermiten dengan gambaran klinis, gejala singkat kurang dari 1

kali/minggu, gejala asma malam kurang dari 2 kali atau bulan,

asimtomatis di luar serangan, serangan berlangsung singkat,

Forced Expiration Volume (FEV1) lebih dari 80% nilai prediksi

atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) lebih dari 80% nilai terbaik dan

variabiliti APE kurang dari 20%.

2) Persisten ringan dengan gambaran klinis, eksaserbasi lebih dari 1

kali/minggu tetapi kurang dari 1 kali/hari, gejala asma malam lebih

dari 2 kali/bulan, eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur,

Forced Expiration Volume (FEV1) lebih dari 80% nilai prediksi

Page 24: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

11

atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) lebih dari 80% nilai terbaik dan

variabiliti APE 20%-30%.

3) Persisten sedang dengan gambaran klinis, gejala hampir tiap hari,

gejala asma malam lebih dari 1 kali/minggu, eksasebasi

mempengaruhi aktivitas dan tidur, membutuhkan steroid inhalasi

dan bronkhodilator setiap hari, Forced Expiration Volume (FEV1)

60% - 80% nilai prediksi atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) 60% -

80% nilai terbaik dan variabiliti APE lebih dari 30%.

4) Persisten berat dengan gambaran klinis, sering eksaserbasi, sesak

terus menerus, gejala asma malam sering, aktivitas fisik terhambat,

membutuhkan steroid inhalasi dosis tinggi, bronkhodilator dan

steroid oral, Forced Expiration Volume (FEV1) kurang dari 60%

nilai prediksi atau arus puncak ekspirasi (APE) kurang dari 60%

nilai terbaik dan variabiliti APE lebih dari 30%.

d. Manifestasi klinis

1) Stadium dini

(a) Faktor hipersekresi yang lebih menonjol, diantaranya :

(1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

(2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga,

sifatnya hilang timbul

(3) Whezing belum ada

(4) Belum ada kelainan bentuk thoraks

(5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

Page 25: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

12

(6) BGA belum patologis

(b) Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :

(1) Timbul sesak nafas dengan atau tanpa sputum

(2) Whezing

(3) Penggunaan otot-otot asesori pernafasan

(4) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

(5) Penurunan tekanan parsial O2

2) Stadium lanjut / kronik

(a) Batuk, ronchi

(b) Sesak nafas berat dan seolah-olah tertekan

(c) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

(d) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)

(e) Thoraks seperti barel chest

(f) Tampak tarikan otot sternokleidomastiodeus

(g) Sianosis

(Padila, 2013)

e. Patofisiologi

Suatu serangan asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus

reversible. Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu

kontraksi otot-otot polos baik saluran napas, pembengkakan membran

yang melapisi bronki, pengisian bronki dengan mukus yang kental.

Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukusa membesar, sputum

yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan

Page 26: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

13

udara terperangkap didalam jaringan paru. Antibodi yang dihasilkan

(IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang

terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody,

menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti,

histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi

yang bereaksi lambat (SRS-A).

Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot

polos dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme,

pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat

banyak. Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf

simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik

dirangsang, terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika

reseptor β- adrenergik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor

α- dan β- adrenergik dikendalikan terutama oleh siklik adenosine

monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor α- mengakibatkan penurunan

cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang

dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor β-

mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat

pelepasan mediator kimiawi dan menyebabakan bronkodilatasi. Teori

yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik terjadi pada

individu dengan Asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan

pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Somantri, 2009).

Page 27: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

14

f. Komplikasi

Menurut Pudiastuti (2011), penderita asma sering mengalami

komplikasi dengan sejumlah penyakit sebagai berikut :

1) Bronkitis kronis

2) Gangguan pertumbuhan fisik, yang sering dijumpai pada anak

penderita sesak beruntun.

3) Enfisema paru dan cor pulmonate, lama-lama beberapa gelembung

paru akan membesar.

4) Infeksi akut saluran pernapasan bawah.

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

2) Foto rontgen

3) Pemeriksaan fungsi paru : menurunya tidal volume, kapasitas vital,

eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum.

4) Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test, rast).

5) Pulse oximetry

6) Analisa gas darah

(Suriadi & Yuliani, 2010)

h. Penatalaksanaan

Menurut Riyadi & Sukarmin (2013), penatalaksanaan yang dapat

diberikan pada anak dengan asma antara lain :

Page 28: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

15

1) Pemberian obat bronkodilator seperti salbutamol dengan dosis rata-

rata yang dapat dipakai 0,1-0,2 mg/kg BB setiap kali pemberian

bronkodilator.

2) Pemberian antibiotik seperti ampisilin atau amoksisilin peroral

dengan dosis rata-rata yang dapat dipakai 10-20 mg/Kg BB setiap

kali pemberian. Antibiotik ini berfungsi mencegah timbulnya

penyakit sekunder terutama pada bronkus. Penumpukan sekret

yang berlebihan atau gerakan silia yang berlebihan dapat membuat

perlukaan pada jaringan mukosa sehingga dapat menjadi mediator

pertumbuhan mikroorganisme.

3) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan

intravena. Untuk mendapatkan konsentrasi yang dapat memenuhi

kebutuhan dapat diberikan secara bicanule maupun masker dengan

dosis rata-rata 3 liter permenit .

4) Terapi inhalasi bronkodilator kombinasi dengan mukolitik atau

ekspektoran. Kalau dirumah dapat juga memakai terapi uap air

hangat yang dicampur dengan minyak kayu putih atau sejenis.

5) Menghindari anak dari paparan alergen seperti debu, hawa dingin

dengan cara memberi proteksi seperti masker, jaket tebal.

6) Mengurangi anak dari kelelahan yang berlebihan tetapi jangan over

proteksi. Misalnya membuat kegiatan bermain dirumah dengan

cara mengajak teman sebaya ke rumah. Kalau di rumah sakit

dipilihkan aktivitas bermain yang tidak banyak menyita energi.

Page 29: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

16

i. Konsep Asuhan Keperawatan Asma

1) Pengkajian keperawatan

Menurut brandman (1995) dalam Potter & Perry (2006),

pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari

pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase

proses keperawatan ini mencakup dua langkah : pengumpulan data

dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga

kesehatan).

a) Identitas pasien/biodata

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal

lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua.

b) Keluhan utama

Sesak nafas dan batuk kering.

c) Riwayat penyakit sekarang

Adanya bukti-bukti atopi (mis, eksema, rinitis), kemungkinan

faktor pencetus, episode sesak nafas, mengi, batuk dan adanya

keluhan gatal pada bagian depan leher atau bagian atas

punggung.

d) Riwayat kesehatan sebelumnya

Riwayat asma atau alergi dan serangan asma yang lalu, alergi

dan masalah pernafasan.

e) Riwayat psokososial

Page 30: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

17

Faktor pencetus, stres, latihan, kebiasaan, rutinitas dan

perawatan sebelumnya.

(Suriadi & Yuliani, 2010)

2) Pemeriksaan Fisik

(a) Status penampilan kasehatan : lemah.

(b) Tingkat kesadaran kesehatan : komposmentis atau apatis.

(c) Tanda-tanda vital

(1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi.

(2) Frekuensi pernafasan : Takipnea, dispnea progresif,

pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu pernafasan.

(3) Suhu tubuh

Suhu tubuh pasien dengan asma biasanya masih dalam

batas normal 36-370

C.

(d) Berat badan dan tinggi badan

Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.

(e) Integumen

(1) Warna : pucat sampai sianosis

(2) Suhu : pada hipertermi kulit teraba panas akan tetapi

setelah hipertermi teratasi kulit anak teraba dingin.

(f) Pemeriksaan dada

Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada

thoraks dan paru-paru :

Page 31: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

18

(1) Inspeksi : frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas

antara lain : takipnea, dispnea progresif, pernfasan

dangkal.

(2) Palpasi : adanya nyeri tekan, masa, peningkatan vokal

vremitus pada daerah yang terkena.

(3) Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru,

normalnya timpani (terisi udara) resonansi.

(4) Auskultasi : suara pernafasan yang meningkat

intensitasnya, adanya suara mengi (whezing) dan adanya

suara pernafasan tambahan ronchi.

(Riyadi & Sukarmin, 2013).

3) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang

menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap

masalah kesehatan dimana perawat mempunyai lisensi dan

kompeten untuk mengatasinya (Potter & Perry, 2006). Rumusan

diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien asma yaitu :

(a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

sekresi mukus yang berlebih.

(b) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

suplai oksigen dalam darah.

(c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbagan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Page 32: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

19

(d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

(Riyadi & Sukarmin, 2013)

4) Intervensi Keperawatan

(a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

sekresi mukus yang berlebih.

Tujuan : bersihan jalan napas efektif

Kriteria hasil : Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan,

sekret bisa keluar, suara paru bersih tidak ada

ronchi, respirasi dalam batas normal (21-30)

kali per menit.

Intervensi :

(1) kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan serta auskultasi

bunyi paru-paru.

Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dan suara

tambahan pada paru terjadi karena peningkatan tekana

dalam paru dan penyempitan bronkus. Semakin sempit

dan tinggi tekanan semakin meningkat frekuensi

pernafasan.

(2) Berikan terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”.

Page 33: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

20

Rasional : mengaktifkan silia pada saluran nafas untuk

mengevakuasi sekret yang ada pada jalan nafas.

(3) Anjurkan ibu untuk memberikan minum air hangat

terutama saat pagi hari.

Rasional : untuk membantu mengencerkan sekret yang

tertahan dijalan nafas.

(4) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan bronkodilator

(nebulizer).

Rasional : membantu memudahkan pengenceran dan

pembuangan sekret dengan cepat.

(b) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

suplai oksigen dalam darah.

Tujuan : perfusi jaringan kembali normal

Kriteria hasil : - Nadi perifer kuat dan simetris

- Tidak ada bunyi nafas tambahan, edema

pulmoner atau bising pada pembuluh darah

besar.

Intervensi :

(1) Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.

Rasional : distres pernafasan yang dibuktikan dengan

dispnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan

kemampuan menyediakan oksigen bagi jaringan.

Page 34: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

21

(2) Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit,

kuku dan jaringan sentral.

Rasional : sianosis kuku menunjukkan fase konstriksi.

Sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan

kulit sekitar mulut ( membran hangat) menunjukkan

hipoksemia sistemik.

(3) Awasi frekuensi dan irama jantung.

Rasional : takikardi biasanya ada sebagai akibat demam

atau dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap

hipoksemia.

(4) Kolaborasi dalam pemberian terapi O2 dengan benar.

Rasional : untuk mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg

(normal PaO2 80-100 mmHg).

(c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbagan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Tujuan : intolerasni aktivitas dapat teratasi

Kriteria hasil : - Mentoleransi aktivitas yag biasa dilakukan

dan dan ditunjukan dengan daya tahan,

penghematan energi dan perawatan diri

- Menunjukan penghematan energi

Intervensi :

Page 35: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

22

(1) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan

dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan

perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.

Rasional : untuk menetapkan kemampuan atau kebutuhan

pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

(2) Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

selama fase akut sesuai indikasi.

Rasional : Untuk menurunkan stres dan rangsangan

berlebihan meningkatkan istirahat.

(3) Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat

dan tidur.

Rasional : Pasein mungkin nyaman dengan kepala tinggi,

tidur di kursi atau menunduk kedepan meja atau bantal.

(4) Bantu aktivitas perawaan diri yang diperlukan. Berikan

kemajuan peningkatan aktivitas selama fase

penyembuhan.

Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu

keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

(d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi/intake nutrisi adekuat

Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, nafsu makan

meningkat, turgor kulit elastis, BB kembali

Page 36: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

23

normal, klien tampak lebih segar, mukosa bibir

lembab.

Intervensi :

(1) pantau intake nutrisi pada anak.

Rasional : untuk mengetahui masukan/intake nutrisi pada

klien.

(2) Berikan penjelasan pada keluarga tentang pentingnya

nutrisi pada anak.

Rasional : agar keluarga mengetahui nutrisi apa saja yang

dibutuhkan klien.

(3) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan yang

disukai anak sedikit dan sajikan selagi hangat.

Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan

meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

(4) kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang

tepat untuk klien

Rasional : agar klien mendapatkan diit yang tepat untuk

memenuhi nutrisinya.

(Nurarif, 2013)

2. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun)

a. Pengertian

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa

Page 37: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

24

anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai

dari bayi (0-1 bulan), usia bermain/todler (1-2 tahun), usia prasekolah

(3-5 tahun), usia sekolah (6-11 tahun), usia remaja (12-18). Setiap

individu berbeda dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya

karena pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh

beberapa faktor baik secara herediter, lingkungan dan internal (Ridha,

2014).

Anak prasekolah merupakan anak yang memasuki periode usia

antara 3 sampai 6 tahun. Pada usia prasekolah kemampuan sosial anak

mulai berkembang, persiapan diri untuk memasuki dunia sekolah dan

perkembangan konsep diri telah dimulai pada periode ini.

Perkembangan fisik lebih lambat dan relatif menetap. Keterampilan

motorik seperti berjalan, berlari, melompat menjadi semakin luwes,

tetapi otot dan tulang belum begitu sempurna (Muscari, 2005).

b. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah

1) Pertumbuhan dan Perkembangan Biologis

Anak usia prasekolah yang sehat adalah yang periang,

cekatan serta memiliki sikap tubuh yang baik. Pertambahan tinggi

rata-rata adalah 6,25 sampai 7,5 cm per tahun dan tinggi rata-rata

anak usia 4 tahun adalah 101,25 cm. Pertambahan berat badan rata-

rata adalah 2,3 kg per tahun dan barat badan ratarata anak usia 4

tahun adalah 16,8 kg (Muscari, 2005). Perkembangan fisik atau

biologis anak usia prasekolah lebih lambat dan relatif menetap.

Page 38: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

25

Pertumbuhan tinggi dan berat badan melambat tetapi pasti

dibanding dengan masa sebelumnya. Sistem tubuh harusnya sudah

matang dan sudah terlatih dengan toileting. Keterampilan motorik,

seperti berjalan, berlari, melompat menjadi lebih luwes, tetapi otot

dan tulang belum begitu sempurna (Suriadi & Yuliani, 2010).

2) Perkembangan Psikososial

Menurut teori perkembangan yang Erikson, masa prasekolah

antara usia 3 sampai 6 tahun merupakan periode perkembangan

psikososial sebagai periode inisiatif versus rasa bersalah, yaitu anak

mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa

yang ada di sekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah

kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.

Perasaan bersalah akan muncul pada anak apabila anak tidak

mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan

yang tidak tercapai (Suriadi & Yuliani, 2010).

3) Perkembangan Psikoseksual

Perkembangan seksual selama masa ini merupakan fase yang

sangat penting untuk identitas dan kepercayaan seksual individu

secara menyeluruh. Anak membentuk kedekatan dengan orang tua

yang berlawanan jenis kelamin dan mengidentifikasi orang tua

yang berjenis kelamin sama. Meniru peran ayah atau ibu

merupakan aktivitas yang penting untuk mengembangkan konsep

Page 39: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

26

diri dan membentuk kesadaran akan gender (Hockenberry &

Wilson (2009) dalam Sutini, 2011).

4) Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif yang dideskripsikan oleh Piaget pada

anak usia prasekolah (3 sampai 6 tahun) berada pada fase peralihan

antara prakonseptual dan intuitif. Pada fese prakonseptual (usia 2

sampai 4 tahun), anak membentuk konsep yang kurang lengkap dan

logis dibandingkan dengan konsep orang dewasa. Anak membuat

klasifikasi yang sederhana. Anak menghubungkan satu kejadian

dengan kejadian yang simultan (penalaran transduktif) (Muscari,

2005).

Pada fase intuitif (usia 5 sampai 7 tahun), anak menjadi

mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, dan menghubungkan

objek-objek, tetapi tidak menyadari prinsip-prinsip di balik

kegiatan tersebut. Anak menunjukan proses berfikir intuitif (anak

menyadari bahwa sesuatu adalah benar, tetapi ia tidak dapat

mengatakan alasanya). Anak tidak mampu untuk melihat sudut

pandang orang lain. Anak menggunakan banyak kata yang sesuai,

tetapi kurang memahami makna sebenarnya (Muscari, 2005).

5) Perkembangan moral

Menurut Kohlberg, anak usia prasekolah berada pada tahap

prakonvensional dalam perkembangan moral, yang terjadi hingga

usia 10 tahun. Pada tahap ini, perasaan bersalah muncul, dan

Page 40: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

27

penekananya adalah pada pengendalian eksternal. Standar moral

anak adalah apa yang ada pada orang lain, dan anak mengamati

mereka untuk menghindari hukuman atau mendapatkan

penghargaan (Muscari, 2005).

3. Oksigenasi

a. Pengertian

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2).

Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia

yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk

mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.

Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapat oksigen maka akan

berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat dipebaiki dan biasanya

pasien akan meninggal (Asmadi, 2008).

Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan fisiologis dasar bagi

semua manusia untuk kelangsungan hidup sel dan jaringan serta

metabolisme tubuh. Anak mempunyai kebutuhan oksigen lebih tinggi

dari orang dewasa. Pemenuhan kebutuhan oksigen sangat ditentukan

oleh keadekuatan sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.

Gangguan pada kedua sistem tersebut menyebabkan gangguan dalam

pemenuhan oksigenasi (Potter & Perry, 2006).

b. Fisiologis sistem kardiovaskuler

Fungsi sistem jantung adalah menghantarkan oksigen, nutrisi dan

substansi lainnya ke jaringan tubuh dan membuang produk sisa

Page 41: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

28

metabolisme seluler melalui pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi

dan integrasi sistem lainnya seperti sistem pernafasan, pencernaan dan

ginjal. Ventrikel kanan memompa darah melalui sirkulasi pulmonal,

sedangkan ventrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistemik yang

menyediakan oksigen dan nutrien ke jaringan dan membuang sampah

dari tubuh. Sistem sirkulasi mensuplai gas pernafasan, nutrien dan

produk sampah antara darah dan jaringan (Potter & Perry, 2006).

c. Fungsi fisiologis pernafasan

Pernafasan merupakan proses pemindahan oksigen dari udara

menuju sel-sel jaringan, dan pelepasan karbondioksida dari dalam sel

jarinagan menuju udara luar. Fungsi utama respirasi (pernafasan) adalah

memperoleh oksigen (O2) untuk digunakan oleh sel tubuh dan untuk

mengeluarkan CO2 yang diperoleh oleh sel (Asmadi, 2008).

Menurut Potter & Perry (2006), mengemukakan respirasi atau

pernafasan melibatkan 4 (empat) proses yaitu ventilasi pulmonal adalah

jalan masuk dan keluar udara dari saluran pernafasan dan paru-paru,

respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 antara udara dalam paru

dan kapilar pulmonari, respirasi internal adalah difusi O2 dan CO2 antara

sel adarah dan sel-sel tubuh untuk produksi oksidasi berupa CO2 oleh

sel-sel tubuh.

Page 42: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

29

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi

Menurut Potter & Perry (2006), keadekuatan sirkulasi, ventilasi,

perfusi dan trasportasi gas-gas pernafasan ke jaringan dipengaruhi oleh

empat faktor yaitu :

1) Faktor fisiologis

Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopulmonal

secara langsung akan mempengaruhi kemempuan tubuh untuk

memenuhi kebutuhan oksigen. Klasifikasi umum gangguan jantung

meliputi ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular,

hipoksia miokard, kardiomegali, dan hipoksia jaringan perifer.

Gangguan pernafasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan

hipoksia.

2) Faktor perkembangan

Saluran nafas anak-anak terus tumbuh mengalami perubahan

sampai usia 12 tahun. Saluran napas pada anak-anak berbeda

dengan dewasa, baik saluran nafas atas maupun saluran nafas

bagian bawah. Anak dengan usia yang lebih muda memiliki leher

yang lebih pendek dari pada orang dewasa sehingga struktur

saluran nafas saling berdekatan satu dengan yang lainnya. Saluran

nafas bagian atas anak lebih pendek dan sempit. Perbedaan ini

menimbulkan potensi yang lebih besar untuk terjadinya obstruksi.

3) Faktor perilaku

Perilaki atau gaya hidup baik secara langsung maupun tidak

Page 43: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

30

langsung mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi

kebutuhan oksigen. Faktor-faktor gaya hidup yang mempengaruhi

fungsi pernafasan meliputi nutrisi, latihan fisik, merokok

penyalahgunaan substansi dan stres.

4) Faktor lingkungan

Lingkungan juga mempengaruhi oksigenasi. Insiden penyakit

paru lebih tinggi di daerah yang berkabut dan di daerah perkotaan

dari pada di daerah pedesaan. Daerah perindustrian dan pabrik juga

memberikan kontribusi dalam peningkatan angka kejadian

penyakit saluran pernafasan, karena pengaruh polutan yang

dihasilkan.

Keadekuatan status pernafasan bisa dipantau melalui

pengukuran frekuensi pernafasan yang dihitung selama 1 menit. Di

bawah ini dijelaskan frekuensi pernafasan pada anak berdasarkan

tingkat usia.

Tabel 2.1

Frekuensi pernafasan per menit

Usia Frekuensi nafas /menit

2-6 tahun 21-30

6-10 tahun 20-26

12-14 tahun 18-22

Dewasa 16-20

Page 44: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

31

4. Konsep Bermain

a. Pengertian Bermain

Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan

cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain

juga merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain

anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan

diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dilakukannya, dan

mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2008).

Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau

pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan Terapi

Bermain. Terapi bermain merupakan usaha mengubah tingkah laku

bermasalah, dengan menempatkan anak dalam situasi bermain (Ridha,

2014).

b. Fungsi Bermain

Menurut Ridha (2014), fungsi bermain sebagai berikut :

a. Perkembangan sensoris-motorik : membantu perkembangan gerak

halus dan pergerakkan kasar anak dengan cara memainkan suatu

obyek yang sekitarnya anak merasa senang.

b. Perkembangan kognitif : membantu anak untuk mengenal benda

yang ada disekitarnya.

c. Kreatifitas : mengembangkan kreatifitas anak dalam bermain sendiri

atau secara bersama.

Page 45: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

32

d. Perkembangan sosial : belajar berinteraksi dengan orang lain,

mempelajari peran dalam kelompok.

e. Kesadaran diri (self awareness) : dengan bermain anak sadar akan

kemampuannya sendiri, kelemahannya dan tingkah laku terhadap

orang lain.

f. Perkembangan moral : dapat diperoleh dari orang tua, orang lain

yang ada disekitar anak.

g. Komunikasi : bermain merupakan alat komunikasi terutama pada

anak yang masih belum dapat menyatakan perasaannya secara

verbal.

Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya

dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal

kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan

menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan

mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya,

jika anak mengambil mainan temannya sehingga temanya menangis,

anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti

teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai

moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk

memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang

lain.

c. Prinsip Bermain di Rumah Sakit

Menurut Ridha (2014), prinsip bermain di rumah sakit adalah :

Page 46: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

33

a. Tidak membutuhkan banyak energi

b. Waktunya singkat

c. Mudah dilakukan.

d. Aman

e. Kelompok umur yang sama/sebaya

f. Tidak bertentangan dengan terapi

g. Melibatkan keluarga.

d. Jenis terapi bermain berdasarkan usia

Menurut Ridha (2014), dalam bermain pada anak tidaklah sama

dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini

dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai

tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan

alat selalu memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh

kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh

kembang anak :

a. Usia 0-1 tahun

Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan

adanya reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan

telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi

tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan,

keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi

bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan

perkembangan.

Page 47: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

34

Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini

antara lain: benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan

kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang,

alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat

permaian berupa selimut, boneka, dan lain-lain.

b. Usia 1-2 tahun

Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada

dasarya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan

mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak

melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa

bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti

semua alat permainan yang dapat didorong dan di tarik, berupa alat

rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil

berwarna, dan lain-lain.

c. Usia 3-6 tahun

Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu

mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat

diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan

menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa,

mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas,

mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan

mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan

pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan

Page 48: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

35

suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan

yang dapat dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda

sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas

untuk belajar melipat, gunting, dan air.

e. Bermain Meniup

Bermain meniup dapat dianalogikan dengan latihan nafas dalam

(pursed lip breathing), merupakan suatu permainan atau aktivitas yang

memerlukan inhalasi lambat dan dalam waktu untuk mendapatkan efek

terbaik. Dengan tekhnik tersebut maka ekspansi alveolus pada semua

lobus dapat meningkat, dan tekanan di dalamnya pun meningkat.

Tekanan yang tinggi dalam alveolus dan lobus dapat mengaktifkan silia

pada saluran nafas untuk mengevakuasi sekret keluar dari jalan nafas,

sehingga jalan nafas menjadi lebih efektif. Membersihkan sekret dari

jalan nafas berarti akan menurunkan tahanan jalan nafas dan

meningkatkan ventilasi, yang pada akhirnya memberikan dampak

terhadap proses perfusi dan difusi oksigen ke jaringan (Sutini, 2011).

Alat yang digunakan berupa mainan yang di sebut “tiupan lidah”.

Cara meniupnya menggunakan tekhnik pursed lip breathing, yaitu anak

bernafas dalam dan ekshalasi melalui mulut, dengan mulut

dimonyongkan atau mencucu dan dikerutkan sehingga mainan yang

tadinya tergulung setelah ditiup menjadi mengembang dan panjang

karena terisi udara. Meniup dilakukan terus menerus sebanyak 30 kali

dalam rentang waktu 10-15 menit dan setiap tiupan di selingi dengan

Page 49: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

36

istirahat (nafas biasa). Posisi anak saat bermain adalah duduk atau

bersandar dengan posisi setengah duduk diatas tempat tidur atau kursi

(Sutini, 2011).

Status oksigen yang dipengaruhi oleh aktivitas bermain meniup

“tiupan lidah” diantaranya :

1. Heart Rate (HR), rata-rata denyut jantung atau nadi yang dihitung

dalam 1 menit.

2. Respiratory Rate (RR), rata-rata jumlah pernafasan yang dihitung

dalam 1 menit.

3. Saturasi Oksigen, hasil pengukuran oksigen yang tersaturasi oleh hb

atau hasil pengukuran terhadap oksigen jaringan perifer.

Page 50: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

37

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka teori

(Somantri, 2009)

1. Intermiten

2. Persisten ringan

3. Persisten sedang

4. Persisten berat

Asma

Penatalaksanaan

1. Farmakologi

a. Pemberian obat

bronkodilator

b. Pemberian antibiotik

2. Non Farmakologi

a. Menghindari anak dari

paparan alergen

b. Meminimalkan kelelahan

c. Memberikan posisi yang

nyaman (semi fowler)

d. Pemberian terapi aktivitas

bermain meniup “tiupan

lidah”

1. Faktor ekstrinsik (asma

imunologik atau asma alergi)

2. Faktor intrinsik (asma

imunologik atau asma non

alergi)

Komplikasi :

1. Bronkitis kronis

2. Gangguan pertumbuhan fisik

3. Enfisema paru dan cor

pulmonate

4. Infeksi akut saluran pernapasan

Page 51: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

38

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

(Sutini, 2011)

Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas Terapi aktivitas bermain

meniup “tiupan lidah”

Page 52: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

39

39

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek yang digunakan dalam aplikasi riset ini adalah An. Y usia

prasekolah yang menderita asma di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat : RSUD Dr. Moewardi Surakarta .

2. Waktu : Aplikasi riset ini dilakukan pada tanggal 9-11 Maret 2015.

C. Media dan Alat yang digunakan

Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan :

1. Instrumen tindakan yang meliputi data tentang initial/kode pasien, tanggal

lahir /umur, jenis kelamin, tempat pasien dirawat, tanggal pengambilan

sampel dan lama/hari sakit.

2. Lembar Observasi yang digunakan untuk mencatat hasil pengukuran atau

pemeriksaan terhadap Respiratory Rate, Heart Rate, saturasi oksigen dan

kekuatan meniup.

3. Pulse oksimeter digunakan untuk mengukur saturasi oksigen dan Heart

Rate pada anak usia prasekolah, baik pada kelompok intervensi maupun

kelompok kontrol. Pulse oksimeter akan dipasang pada jari kaki atau

tangan.

Page 53: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

40

4. Respiratory rate timer / jam tangan yang digunakan saat menghitung

frekuensi RR selama 1 menit penuh.

5. Mainan “tiupan lidah”.

D. Prosedur Tindakan

Menurut Sutini (2011), prosedur tindakan yang akan dilakukan pada

aplikasi riset tentang pengaruh terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

terhadap status oksigenasi anak usia prasekolah dengan pneumonia adalah

sebagai berikut :

1. Mencari dan memilih pasien sesuai dengan kriteria inklusi.

2. Penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan

aplikasi penelitian.

3. Menjelaskan langkah prosedur, manfaat serta resikonya bahwa yang

dilakukan tidak membahayakan anak.

4. Meminta persetujuaan pada orang tua anak..

5. Mempersiapkan alat : mainan “tiupan lidah”, respiratory rate timer, pulse

oximeter.

6. Menjelaskan prosedur pada pasien.

7. Melakukan pengukuran awal terhadap Respiratory rate dan Heart Rate

selama satu menit dan juga saturasi oksigen.

8. Memberikan contoh cara meniup mainan “tiupan lidah”.

9. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mencoba cara yang telah

diajarkan.

Page 54: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

41

10. Mengatur posisi setengah duduk/duduk di kursi/tempat tidur,

memberikan mainan “tiupan lidah” untuk ditiup sebanyak 30 kali dalam

rentan waktu 10-15 menit diselingi nafas biasa dengan ritme yang teratur,

aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” hanya dilakukan satu kali.

11. Mendampingi dan memotivasi pasien sambil mencatat kekuatan meniup

pasien.

12. Melakukan pengukuran kedua terhadap Respiratory rate, Heart Rate dan

saturasi oksigen sesaat setelah intervensi selesai dilakukan.

13. Memberikan pujian pada pasien dan keluarga.

14. Merapikan anak dan alat-alat.

15. Memberikan salam penutup.

E. Alat Ukur

1. Alat ukur yang digunakan dalam aplikasi riset ini adalah Heart Rate per

menit dan Respiratory Rate per menit.

2. Frekuensi denyut jantung (Heart Rate) per menit pada bayi dan anak

berdasarkan tingkat usia.

Usia Istirahat Aktivitas

Bayi baru lahir 100-180 80-160

1 minggu – 3 bulan 100-220 80-200

3 bulan – 2 tahun 80-150 70-120

2 tahun – 10 tahun 80-120 60-90

10 tahun – dewasa 55-90 50-90

Page 55: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

42

Tabel 3.1 Frekuensi Heart Rate per menit

3. Frekuensi pernapasan (Respiratory Rate) per menit pada bayi dan anak

berdasarkan tingkat usia.

Usia Frekuensi napas /menit

2-6 tahun 21-30

6-10 tahun 20-26

12-14 tahun 18-22

Dewasa 16-20

Tabel 3.2 Frekuensi RR per menit

(Hockenberry & Wilson (2009) dalam Sutini, 2011)

Page 56: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

43

BAB IV

LAPORAN KASUS

Bab ini penulis menjelaskan tentang laporan Asuhan Keperawatan pada

An. Y dengan Asma di Ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang

dilaksanakan pada tanggal 09 Maret 2015. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan

mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas, intervensi,

implementasi dan evaluasi. Kasus ini diperoleh dengan menggunakan metode

Autoanamnesa dan Alloanamnesa, pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan

fisik, serta menelaah catatan medis dan catatan perawat.

A. Identitas Klien

Hasil pengkajian didapatkan data identitas klien, bahwa klien bernama

An. Y, umur 4 tahun, lahir pada tanggal 23 Januari 2010, alamat jebres, jenis

kelamin laki-laki, alamat jebres, klien di diagnosa asma. Penanggung jawab

pasien adalah Tn. H, umur 29 tahun, pekerjaan montir, alamat jebres dan

hubungan dengan klien adalah ayah klien.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015 pada pukul 08.10

WIB di ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi. Keluhan utama yang dirasakan

klien adalah sesak nafas dan batuk-batuk dahak susah keluar. Riwayat

penyakit sekarang ibu klien mengatakan anaknya dibawa ke poli anak RSUD

Page 57: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

44

Dr. Moewardi pada tanggal 8 Maret 2015 pada pukul 09.30 WIB karena

sesak nafas, nafas berbunyi ngik-ngik, dan batuk-batuk dahak susah keluar.

Keluhan batuk dirasakan klien sudah sejak 2 hari yang lalu dan hanya

diberikan sirup dari apotik tetapi tidak kunjung sembuh. Kemudian setelah

dari poli klien dibawa ke IGD untuk mendapatkan terapi nebulizer dan

mendapat obat jalan berupa salbutamol 3 x 1 mg, methylprednisolone 3 x 2

mg dan ctm 3 x 1 mg, kemudian sesak berkurang setelah diberikan terapi

nebulizer. Tetapi ± 1 jam setelah masuk rumah sakit klien sudah sampai

dirumah, klien kembali sesak nafas, nafas mengi dan batuk lagi. Kemudian

oleh keluarga anak kembali dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi pada pukul

09.20 WIB dan oleh dokter disarankan untuk rawat inap. Hasil pemeriksaan

di IGD nadi 124 kali per menit, respirasi rate 55 kali per menit, tekanan

darah 90/60 mmHg dan suhu 36,8˚C. SO 97 %. Terpasang infus RL 16 tpm.

Kemudian klien dipindahkan ke bangsal melati 2. Sebelum dibawa kerumah

sakit anak hanya diberi obat batuk dari apotik.

Pengkajian riwayat penyakit dahulu ibu klien mengatakan An. Y pernah

mengalami asma sebelumnya tetapi hanya berobat ke dokter dan belum

pernah dirawat dirumah sakit, An. Y juga pernah mengalami sakit demam

biasa, batuk, pilek, saat usia 1 tahun. An. Y tidak mempunyai riwayat alergi

obat maupun makanan, ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan

imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis.

Pengkajian riwayat keluarga An. Y merupakan anak tunggal tinggal

bersama kedua orang tuanya, dalam anggota keluarga ada yang mempunyai

Page 58: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

45

riwayat asma yaitu ayahnya dan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit

menurun seperti hipertensi, diabetes militus, jantung koroner.

Genogram :

Gambar 4.1

Genogram

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

: Meninggal

: Garis keturunan

…………… : Tinggal serumah

: Pasien / An. Y

Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan berat badan lahir pasien

adalah 2900 gram ( 2,9 kg ) panjang badan 42 cm. Pemeriksaan Antropometri

An.y

An.y

Page 59: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

46

saat ini adalah berat badan sekarang 13 kg, tinggi badan 105 cm, lingkar

kepala 51 cm, lingkar dada 58 cm dan lingkar lengan 15 cm. Intrepretasi

NCHS berdasarkan Z-SCORE dihasilkan WAZ : -1,94 (status gizi normal),

HAZ : 0,46 (normal), WHZ : -2,4 (kurus).

Status nutrisi pasien sebelum sakit ibu klien mengatakan dalam satu

hari pasien makan 3x dengan menu nasi, sayur, lauk, dan buah. Makan habis

1 porsi tanpa ada keluhan sebelum dan sesudah makan serta minum susu, air

putih satu hari 7-8 gelas belimbing jumlahnya kurang lebih 1600-1800cc.

Saat sakit, ibu pasien mengatakan anknya sulit makan dan nafsu makan

menurun. Pengkajian ABCD :

A : 0,11 m

BB sebelum sakit 14 kg dan BB selama sakit 13 kg

B : HB = 11,3 g/dl

Hematokrit = 46%

C : klien kurus, rambut hitam, turgor kulit sedang, mukosa bibir kering.

D : klien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk dan buah.

Makan hanya habis ½ porsi saja. minum susu, air putih dan teh hangat

satu hari 6-7 gelas belimbing jumlahnya kurang lebih 1400-1600cc.

Pola eliminasi BAB sebelum sakit ibu klien mengatakan BAB biasanya

1 kali sehari dengan konsistensi lunak berbentuk, warna kuning kecoklatan,

berbau khas, tidak ada campuran darah. Saat sakit klien BAB 1 kali per 2 hari

dengan konsistensi lembek, warna kuning, berbau khas , tidak bercampur

darah. Pola eliminasi BAK sebelum sakit ibu klien mengatakan BAK ± 7– 9

Page 60: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

47

kali sehari ( 1200 cc – 1600 cc ), warna kuning pekat, berbau amoniak. Saat

sakit klien BAK ± 6-8 kali sehari (1000 cc – 1400 cc) warna kuning, berbau

amoniak.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada klien, di dapatkan

data yaitu : keadaan umum baik, kesadaran composmentis, GCS ( E:4, V:5,

M:6 ). Pemeriksaan tanda tanda vital tekanan darah 90/60 mmHg, suhu tubuh

38,70 C, nadi 126 kali per menit irama teratur, pernafasan 38 kali per menit

irama teratur, SaO2 98%.

Pemeriksaan head toe to pada pemeriksa kepala didapatkan bentuk

mesochepal, tidak ada penutupan garis sutura, kondisi rambut dan kulit

kepala bersih, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.

Pemeriksaan mata didapatkan sklera tidak ikterik, simetris antara kanan dan

kiri, konjungtiva tidak anemis, reflek terhadap cahaya +/+, pupil isokor dan

tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Pada pemeriksaan telinga

didapatkan bahwa keadaannya bersih, tidak ada serumen berlebih, simetris

kanan dan kiri, ketajaman pendengaran tidak ada gangguan, dan tidak

menggunakan alat bantu pendengaran. Pada pemeriksaan hidung didapatkan

hidung dalam keadaan bersih, simetris, tidak ada polip, septum terletak di

tengah, tidak ada nafas cuping hidung. Pada leher bentuk normal, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada distensi vena leher, nadi karotis teraba

kuat, reflek menelan baik tidak ada gangguan, dan tidak ada kaku kuduk.

Warna bibir merah, keadaan bibir bersih, lidah bersih, mukosa bibir kering,

bentuk simetris dan tidak ada stomatitis.

Page 61: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

48

Pemeriksaan fisik paru - paru dengan teknik Inspeksi (melihat)

didapatkan hasil yaitu dada normal, simetris kanan dan kiri, tidak terlihat ada

luka atau jejas, tampak adanya penggunaan otot bantu pernafasan. Hasil

pemeriksaan menggunakan teknik palpasi (meraba) didapatkan vokal

fremitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan dan kiri tidak sama. Hasil

pemeriksaan dengan melakukan perkusi (mengetuk) didapatkan terdengar

suara paru sonor. Kemudian untuk pemeriksaan dengan melakukan

auskultasi (mendengarkan) yaitu terdengar suara tambahan whezing dan juga

suara ronci di lobus kanan atas.

Pada pemeriksaan jantung dengan teknik Inspeksi (melihat) yaitu

bentuk dada terlihat simetris, ictus cordis tidak tampak dari luar. Pada

pemeriksaan dengan palpasi (meraba) didapatkan hasil ictuscordis teraba

kuat di SIC 5. Pada pemeriksaan dengan melakukan perkusi (mengetuk)

didapatkan suara jantung terdengar pekak, batas tidak melebar. Kemudian

untuk pemeriksaan auskultasi (mendengarkan) yaitu hasilnya bunyi jantung I-

II murni (lub dup), reguler.

Pemeriksaan genetalia hasilnya bersih, tidak ada infeksi. Pemeriksaan

anus bersih, tidak ada hemoroid, tidak ada luka/kemerahan. Pemeriksaan

ekstermitas atas dan bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5 yaitu kekuatan otot

penuh, terpasang infuse di tangan kiri, jumlah jari kanan dan kiri lengkap,

tidak ada cacat atau pun luka, Range Of Motion (ROM) kanan dan kiri aktif,

capillary refile kurang dari 2 detik, perabaan akral ekstremitas atas hangat

dan ekstremitas bawah dingin.

Page 62: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

49

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 8 Maret 2015 didapatkan

hasil hematologi : hemoglobin 11,3 g/dl (11,5-12,5) hematokrit 46% (35-43),

leukosit 10,3 ribu/ul (5,5-17,05), trombosit 413 ribu/ul (150-450), eritrosit

4,44 juta/ul (3,90-5,30). Index : MCV 81,8 fl (80,0-96,0), MCH 27,7 Pg (28-

33), MCHC 33,9 g/dl (33-36), RDW 11,8 % (11,6-14,6), MPV 7,6 fl (7,2-

11,1), PDW 15 % (25-65). Hitung jenis : Eosinofil 1,10 % (0,00-4,00),

basofil 0,20% (0,00-1,00), netrofil 87,80 % (29,00-72,00), monosit 2,30 %

(0,00-5,00), limfosit 8,60 % (36,00-52,00). Natrium 136, kalium 3,4, kalsium

ion 1,34, mukus 6,23 u/l (0,00-0,00), PH 7,418 mmol/L (7,350-7,450), PCO2

35,3 mmol/L (27-41), PAO2 81,6 mmHg (83-108), HCO3 222,9 mmol/L (21-

28), total CO2 20,2 mmol/L (19-24).

Terapi yang didapat pasien saat dirawat yaitu terapi intravena infus

Ringer Laktat berfungsi mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit

16 tetes permenit. Injeksi methylprednisolone 6mg/8 jam berfungsi untuk

mengobati kelainan endokrin, alergi, penyakit saluran nafas. Injeksi

aminofillin 72 mg dalam 1 flabot 45cc/jam diberikan selama 30 menit,

berfungsi untuk mengatasi dan meringankan asma, asma bronkial dan depresi

pernafasan. Terapi nebulizer atrovent 10, barotec + nacl 0,9% 5cc/6 jam,

berfungsi untuk mengatasi obstruksi kronis saluran nafas yang reversibel.

C. Daftar perumusan masalah

Hasil pengkajian secara wawancara dan observasi kepada pasien,

penulis menemukan masalah antara lain :

Page 63: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

50

Masalah utama yang dikeluhkan oleh pasien dan menjadi prioritas

keperawatan paling utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan sekresi mukus yang berlebih. Ditandai dengan data

subyektif yaitu ibu klien mengatakan anaknya batuk-batuk dahak susah

keluar. Data obyektif didapatkan hasil An. Y tampak lemah, terdengar suara

ronchi dilobus kanan atas, tampak adanya penggunaan otot bantu pernapasan,

respirasi 38 kali per menit, An. Y belum bisa mengeluarkan sekret, SaO2

98%.

Masalah keperawatan yang kedua yakni ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Ditandai dengan data

subyektif klien mengatakan kadang masih sesak nafas. Data obyektif yang

didapatkan klien hanya berbaring di tempat tidur, tampak adayna penggunaan

otot bantu pernafasan, terdengar suara whezing, respirasi 38 kali per menit.

Masalah keperawatan yang ketiga yaitu ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Ditandai dengan data subyektif ibu klien mengatakan anaknya susah makan

dan nafsu makan menurun, sedangkan data obyektif didapatkan WHZ : -2,4

(kurus), An. Y tampak lemas, A : 0,11 m dengan BB sebelum sakit : 14kg

dan selama sakit : 13kg. B : hemoglobin 11,3 g/dl dan hematokrit 46 %. C :

klien kurus, rambut berwarna hitam, turgor kulit sedang, mukosa bibir kering.

D : klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air

putih serta susu, makan habis ½ porsi saja.

Page 64: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

51

D. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan untuk An. Y pada diagnosa pertama

ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus

yang berlebih Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 kali 24 jam diharapkan jalan nafas kembali paten dengan kriteria

hasil : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, sekret bisa keluar, suara

paru bersih tidak ada ronchi, respirasi dalam batas normal (21-30 kali

permenit) SaO2 dalam batas normal (95-100%), klien tampak rileks.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada An. Y kaji

frekuensi dan kedalaman pernafasan serta auskultasi bunyi paru-paru, berikan

terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”, anjurkan ibu untuk

memberikan minum air hangat terutama saat pagi hari, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian terapi bronkodilator (nebulizer).

Intervensi keperawatan untuk An. Y pada diagnosa kedua yaitu yakni

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

Tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24

jam diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil : tidak ada

penggunaan otot bantu pernafasan, suara paru bersih tidak ada whezing, klien

melaporkan sesak nafas sudah hilang, respirasi dalam batas normal (21-30

kali permenit). Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan

pada An. Y yaitu observasi adanya penggunaan otot bantu pernafasan dan

auskultasi bunyi paru-paru, berikan posisi semi fowler, ajarkan klien tekhnik

relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi O2.

Page 65: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

52

Intervensi keperawatan pada diagnosa ketiga yaitu Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat, tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 23

kali 24 jam diharapkan intake nutrisi pada klien terpenuhi dengan kriteria

hasil : nafsu makan anak meningkat, turgor kulit elastis, BB kembali normal,

makan habis 1 porsi, klien tampak lebih segar, mukosa bibir lembab.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada An. Y

pantau intake nutrisi pada anak, berikan penjelasan pada keluarga tentang

pentingnya nutrisi pada anak, anjurkan pada keluarga untuk memberikan

makan yang disukai anak sedikit dan sajikan selagi hangat, kolaborasi dengan

ahli gizi untuk memberikan diit yang tepat untuk klien.

E. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa pertama yaitu

ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus

yang berlebih, pada hari pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 09.55 WIB

mengkaji frekuensi dan kedalaman pernafasan serta mengauskultasi bunyi

paru-paru dengan respon subyektif ibu klien mengatakan bersedia anaknya

diperiksa, respon obyektif nafas cepat dan agak dalam, terdengar suara ronchi

dilobus kanan atas, nadi 124 kali per menit, respirasi 39 kali per menit. Jam

10.05 menganjurkan ibu untuk memberikan minum air hangat terutama saat

pagi hari dengan respon subyektif ibu klien mengatakan beredia memberikan

banyak minum air hangat, respon obyektif ibu tampak memahami saran yang

Page 66: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

53

diberikan, anak diberikan minum air hangat. Jam 11.00 WIB memberikan

terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” dengan respon subyektif ibu

klien mengatakan bersedia anaknya diberikan terapi dan anak mau diajak

bermain meniup “tiupan lidah”, respon obyektif klien tampak kooperatif dan

senang saat diajak bermain, klien meniup “tiupan lidah” sebanyak 30 kali

selama 30 menit.

Pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015, jam 07.05 WIB berkolaborasi

dalam pemberian terapi nebulizer dengan respon subyektif ibu mengatakan

bersedia anaknya diberikan terapi nebulizer, respon obyektif anak tampak

kooperatif dan menghirup uap yang keluar dari masker. Jam 09.45 mengkaji

frekuensi dan kedalaman pernafasan serta mengauskultasi bunyi paru-paru

dengan respon subyektif klien mengatakan mau diperiksa, respon obyektif

nafas agak dalam irama teratur, terdengar suara ronchi dilobus kanan atas,

nadi 116 kali per menit, respirasi 36 kali per menit. Jam 10.10 WIB

memberikan terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” dengan respon

subyektif klien mengatakan mau diajak bermain meniup “tiupan lidah”,

respon obyektif klien tampak senang saat diajak bermain, posisi klien duduk,

klien meniup “tiupan lidah” sebanyak 30 kali selama 30 menit.

Pada hari ketiga tanggal 11 Maret 2015, jam 09.00 WIB memberikan

terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” dengan respon subyektif klien

mengatakan mau diajak bermain meniup “tiupan lidah” lagi, respon obyektif

klien tampak rileks dan senang saat diajak bermain, posisi klien duduk, klien

meniup “tiupan lidah” sebanyak 30 kali selama 30 menit. Jam 09.20 mengkaji

Page 67: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

54

frekuensi dan kedalaman pernafasan serta mengauskultasi bunyi paru-paru

dengan respon subyektif klien mengatakan mau diperiksa, respon obyektif

nafas agak dalam irama teratur, suara paru vesikuler tidak ada suara

tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, respirasi 26 kali per

menit.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa yang kedua yakni

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,

pada hari pertama tanggal 9 Maret 2015 pada jam 09.00 WIB mengobservasi

adanya penggunaan otot bantu pernapasan dan mengauskultasi bunyi paru-

paru dengan respon subyektif klien mengatakan mau diperiksa, respon

obyektif yaitu klien tampak kooperatif, tampak adanya pengguaan otot bantu

pernapasan, terdengar suara whezing. Jam 09.10 WIB memberikan posisi

semi fowler dengan respon subyektif klien mengatakan mau diposisikan

setengah duduk, respon obyektif posisi tidur klien semi fowler, klien tampak

lebih nyaman. Jam 12.30 WIB mengajarkan klien tekhnik relaksaai napas

dalam dengan respon subyektif klien mengatakan mau diajari tekhnik

relaksasi napas dalam, respon obyektif klien tampak kooperatif dan mencoba

melakukan tekhnik yang diajarkan.

Pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015, jam 07.30 WIB mengukur

tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan mau diperiksa,

respon obyektif klien tampak lebih kooperatif, tekanan darah 90/60 mmHg,

nadi 131 per menit, respirasi 34 kali per menit dan suhu 36,90

C.

Page 68: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

55

Tindakan keperawatan pada diagnosa ketiga yaitu ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat, pada hari pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 09.30 WIB memantau

intake nutrisi pada klien dengan respon subyektif ibu klien mengatakan tadi

pagi An. Y mau makan tapi hanya sedikit saja, respon obyektif klien tampak

lemas, mukosa bibir kering, makan hanya habis ½ porsi saja. Jam 09.45

berkolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang tapat untuk klien

dengan respon obyektif ahli gizi memberikan diit yang sesuai untuk klien.

Tindakan pada diagnosa pertama dan kedua, jam 13.30 WIB mengukur tanda-

tanda vital dengan respon subyektif ibu klien mengatakan bersedia anaknya

diperiksa, respon obyektif klien lemas, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi

123kali per menit, respirasi 32 kali per menit dan suhu 37,20

C.

Pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015, jam 08.00 WIB memberikan

penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi anak dengan respon subyektif ibu

memahami pentingnya nutrisi bagi anaknya, respon obyektif ibu tampak

paham dan mengerti serta menanyakan nutrisi apa saja yang baik untuk An.

Y. Jam 12.30 memantau intake nutrisi pada klien dengan respon subyektif ibu

klien mengatakan An. Y sudah mau makan agak banyak, respon obyektif

klien tampak lebih segar, mukosa bibir kering, makan habis ¾ porsi.

Pada hari ketiga tanggal 11 Maret 2015, jam 08.30 WIB memantau

intake nutrisi pada klien dengan respon subyektif ibu klien mengatakan nafsu

makan An. Y sudah meningkat dan makanya tadi pagi dihabiskan, respon

obyektif klien tampak lebih segar, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab,

Page 69: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

56

makan sudah habis 1 porsi. Tindakan pada diagnosa pertama dan kedua, jam

08.45 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan respon subyektif klien

mengatakan mau diperiksa, respon obyektif tekanan darah 90/60 mmHg, nadi

119 kali per menit, respirasi27 kali per menit dan suhu 36,90

C.

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan pertama

ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus

yang berlebih, pada hari pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 13.55 WIB

dengan respon subyektif ibu klien mengatakan An. Y batuk-batuk dahak

susah keluar, obyektif anak tampak lemah hanya berbaring ditempat tidur,

tampak adanya penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar suara ronchi di

lobus kanan atas, respirasi 38 kali permenit, sekret bisa keluar hanya sedikit.

Analisa masalah belum teratasi. Planning lanjutkan intervensi, kaji frekuensi

dan kedalaman pernafasan serta auskultasi bunyi paru-paru, berikan terapi

aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian terapi nebulizer.

Evaluasi pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015 jam 13.30 WIB respon

subyektif ibu klien mengatakan batuk sudah berkurang, dahak sudah bisa

keluar. Respon obyektif klien masih berbaring ditempat tidur, masih tampak

adanya penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar suara ronchi dilobus

kanan atas, pernafasan 29 kali permenit, sekret sudah bisa keluar. Analisa

masalah teratasi sebagian. Planning lanjutkan intervensi kaji frekuensi dan

Page 70: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

57

kedalaman pernafasan serta auskultasi bunyi paru-paru, berikan terapi

aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”.

Evaluasi pada hari ketiga tanggal 11 Maret 2015 jam 11.30 WIB respon

subyektif klien mengatakan sudah tidak batuk dan ibu klien mengatakan

dahak sudah tidak ada. Respon obyektif klien tampak rileks, suara paru

vesikuler tidak ada ronci, respirasi 26 kali per menit. Analisa masalah teratasi.

Planning intervensi dihentikan.

Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa kedua ketidakefektifan pola

napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, hasil evaluasi yang

dilakukan pada hari pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 13.45 WIB hasil

metode SOAP diperoleh hasil sebagai berikut subyektif klien mengatakan

kadang masih sesak nafas, klien hanya berbaring ditempat tidur, tampak

adanya penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar suara whezing, respirasi

38 kali permenit. Analisa masalah belum teratasi. Planning lanjutkan

intervensi, observasi adanya penggunaan otot bantu pernafasan dan auskultasi

bunyi paru-paru, ajarkan tekhnik relasksasi nafas dalam.

Pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015, jam 13.40 WIB respon

subyektif klien mengatakan sudah tidak sesak nafas, obyektif klien tampak

lebih nyaman, suara whezing sudah tidak ada, masih tampak adanya

penggunaan otot bantu pernafasan, respirasi 29 kali per menit. Analisa

masalah sudah teratasi. Planning intervensi dihentikan.

Evaluasi pada diagnosa ketiga ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, pada hari

Page 71: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

58

pertama tanggal 09 Maret 2015 jam 14.10 WIB respon subyektif ibu klien

mengatakan An. Y masih sulit makan, nafsu makan menurun. Obyektif klien

tampak lemas, A : 0,11 m dengan BB sebelum sakit : 14kg dan selama sakit :

13kg, B : hemoglobin 11,3 g/dl dan hematokrit 46 %, C : klien kurus,

rambut berwarna hitam, turgor kulit sedang, mukosa bibir kering, D : klien

makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta

susu, makan habis ½ porsi saja. Analisa masalah belum teratasi. Planning

lanjutkan intervensi pantau intake nutrisi pada klien, berikan penjelasan

tentang pentingnya nutrisi bagi anak.

Evaluasi pada hari kedua tanggal 10 Maret 2015 jam 13.55 WIB respon

subyektif ibu klien mengatakan An. Y sudah mau makan agak banyak.

Respon obyektif A : 0,11 m dengan BB sebelum sakit : 14kg dan selama sakit

: 13kg, B : hemoglobin 11,3 g/dl dan hematokrit 46 %, C : klien kurus,

rambut berwarna hitam, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, D : klien

makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta

susu, makan habis ¾ porsi. Analisa masalah teratasi sebagian. Planning

lanjutkan intervensi pantau intake nutrisi pada klien.

Evaluasi pada hari ketiga jam 11.40 WIB respon subyektif ibu klien

mengatakan nafsu makan An. Y sudah meningkat dan tadi pagi makan sudah

habis 1 porsi. Respon obyektif klien tampak lebih segar, A : 0,11 m dengan

BB sebelum sakit : 14 kg dan selama sakit : 13,5 kg, B : hemoglobin 11,3

g/dl dan hematokrit 46 %, C : klien kurus, rambut berwarna hitam, turgor

kulit elastis, mukosa bibir lembab, D : klien makan nasi, sayur, lauk, buah

Page 72: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

59

dan minum air putih serta susu, makan habis 1 porsi. Analisa masalah sudah

teratasi. Planning intervensi dihentikan.

Page 73: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

60

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang ”Pemberian terapi aktivitas

bermain meniup “tiupan lidah” terhadap status oksigenasi anak usia prasekolah

pada asuhan keperawatan An. Y dengan asma di Ruang Melati 2 RSUD Dr.

Moewardi Surakarta”. Asuhan keperawatan yang dilakukan melalui tahap :

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Penulis

dalam bab ini membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara

teori dan hasil aplikasi pada kasus.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Informasi yang di

dapat dari klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain (data

sekunder), catatan kesehatan klien, informasi atau laporan laboratorium, tes

diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat atau anggota tim kesehatan

merupakan pengkajian data dasar (Nursalam, 2008).

Hasil pengkajian yang didapatkan yaitu keluhan utama yang dirasakan

klien adalah sesak nafas dan batuk-batuk dahak susah keluar. Hal tersebut

sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa keluhan utama pada penderita

asma yaitu sesak nafas dan batuk kering (Suriadi & Yuliani, 2010).

Page 74: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

61

Riwayat penyakit sekarang ibu klien mengatakan anaknya dibawa ke

poli anak RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 8 Maret 2015 pada pukul 09.30

WIB karena sesak nafas, nafas berbunyi ngik-ngik dan batuk-batuk dahak

susah keluar. Keluhan batuk dirasakan klien sudah sejak 2 hari yang lalu.

Kemudian setelah dari poli klien dibawa ke IGD untuk mendapatkan terapi

nebulizer dan sesak berkurang setelah diberikan terapi nebulizer. Tetapi ± 1

jam setelah masuk rumah sakit klien sudah sampai dirumah, klien kembali

sesak nafas, nafas mengi dan batuk lagi. Dalam teori menyebutkan penderita

asma awalnya menunjukkan gejala seperti batuk, demam ringan, muntah,

kelainan bentuk dada yang dijumpai pada asma kronik, sesak nafas dan nafas

bunyi ngik-ngik (mengi). Batuk terjadi pada waktu malam menjelang pagi

atau sesudah anak beraktivitas. Awalnya batuk kering kemudian disertai

lendir. Selanjutnya terdengar suara mengi, sesak nafas, suara ekspirasi

memanjang, takipnea dan sianosis (Pudiastuti, 2011).

Diagnosa medis pada klien adalah asma. Asma merupakan penyakit

menurun, bila salah satu atau kedua orangtua, kakek atau nenek anak

menderita asma maka bisa diturunkan pada anak (Riyadi & Sukarmin, 2013).

Hasi pengkajian riwayat kesehatan keluarga, An. Y merupakan anak tunggal

tinggal bersama kedua orang tuanya, dalam anggota keluarga ada yang

mempunyai riwayat asma yaitu ayahnya dan tidak ada yang mempunyai

riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, diabetes militus, jantung

koroner.

Page 75: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

62

Dalam pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada

klien, di dapatkan data yaitu : keadaan umum baik, kesadaran composmentis.

Pemeriksaan sistem pernafasan diperoleh data An. Y sesak nafas, batuk-batuk

dahak susah keluar, nafas mengi. Pemeriksaan tanda tanda vital tekanan darah

90/60 mmHg, suhu tubuh 38,70 C, nadi 126 kali per menit irama teratur,

pernafasan 38 kali per menit irama teratur, SaO2 98%. Hal tersebut sesuai

dengan teori yang menyebutkan bahwa, status penampilan kasehatan pada

pasien asma lemah, tingkat kesadaran kesehatan komposmentis atau apatis,

pemeriksaan tanda-tanda vital frekuensi nadi dan tekanan darah Takikardi

atau hipertensi, frekuensi pernafasan takipnea atau dispnea progresif,

pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh pasien

dengan asma biasanya masih dalam batas normal 36-370

C (Riyadi &

Sukarmin, 2013).

Pemeriksaan fisik paru - paru dengan teknik Inspeksi (melihat)

didapatkan hasil yaitu dada normal, simetris kanan dan kiri, tidak terlihat ada

luka atau jejas, tampak ananya penggunaan otot bantu pernafasan. Hasil

pemeriksaan menggunakan teknik palpasi (meraba) didapatkan vokal

fremitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan dan kiri tidak sama. Hasil

pemeriksaan dengan melakukan perkusi (mengetuk) didapatkan terdengar

suara paru sonor. Kemudian untuk pemeriksaa dengan melakukan auskultasi

(mendengarkan) yaitu terdengar suara tambahan whezing dan juga suara ronci

di lobus kanan atas. Menurut Riyadi & Sukarmin (2013) pada pemeriksaan

fisik thoraks dan paru-paru, secara inspeksi : frekuensi irama, kedalaman dan

Page 76: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

63

upaya bernafas antara lain : takipnea, dispnea progresif, pernfasan dangkal.

Palpasi : adanya nyeri tekan, masa, peningkatan vokal vremitus pada daerah

yang terkena. Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya

timpani (terisi udara) resonansi. Auskultasi : suara pernafasan yang

meningkat intensitasnya, adanya suara mengi (whezing) dan adanya suara

pernafasan tambahan ronchi.

Gambaran klinis pada asma dimulai dengan jaringan di dalam bronkus

meradang (mengalami inflamasi). Pada saat yang sama , otot-otot di bagian

luar saluran pernafasan mengetat sehingga saluran pernafasan menyempit

(bronkokonstriksi). Sementara itu, lendir pekat (mukus) berproduksi secara

berlebih dan memenuhi bronkiolus yang menjadi bengkak. Akibat dari proses

tadi, penderita mengalami kesulitan bernafas atau sesak yang disertai batuk

dan mengi. Bentuk serangan akut asma dimulai dari batuk yang terus-

menerus, kesulitan menarik atau menghembuskan nafas sehingga parasaan

dada seperti tertekan, hingga nafas tertekan (Pratyahara, 2011).

Berdasarkan uraian data pengkajian di atas didapatkan data An. Y

mengeluhkan sesak nafas, nafas mengi dan pernafasan 38 kali per menit.

Dipsnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak

nafas. Dipsnea fisiologis adalah nafas pendek yang diakibatkan latihan fisik

atau perasaan gembira. Dipsnea patologis adalah kondisi individu tidak bisa

atau kesulitan bernafas walaupun ia tidak melakukan aktivitas atau latihan

fisik. Dipsnea dapat dikaitkan dengan tanda-tanda klinis seperti usaha nafas

yang berlebihan, penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung dan

Page 77: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

64

peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan yang menyolok (Potter &

Perry, 2006).

Status nutrisi klien saat sakit, ibu pasien mengatakan anaknya sulit

makan dan nafsu makan menurun. Pengkajian ABCD : A : 0,11 m dengan BB

sebelum sakit 14 kg dan BB selama sakit 13 kg. B : HB = 11,3 g/dl,

hematokrit = 46%. C : klien kurus, rambut hitam, turgor kulit sedang, mukosa

bibir kering. D : klien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk dan

buah. Makan hanya habis ½ porsi saja. Minum susu, air putih dan teh hangat

satu hari 6-7 gelas belimbing jumlahnya kurang lebih 1400-1600cc.

Tujuan dari mengkaji kebutuhan nutrisi yaitu mengidentifikasi adanya

defisiensi nutrisi dan pengaruhnya terhadap status kesehatan, mengumpilkan

informasi khusus guna menetapkan rencana asuhan keperawatan yang

berkaitan dengan nutrisi. Pengkajian nutrisi dinilai dari status gizi dimana

perawat menggunakan ‘ABCD’ (Antropometric Biokimia Clinical Sign

Dietary history). Antropometric meliputi berat badan dan tinggi badan,

Biokimia Clinical meliputi indikator hemoglobin dan hematokrit, Clinical

sign yaitu gejala klinis, Dietary history yaitu latar belakang diet (Siregar,

2005). Pada anak yang mengalami kekurangan nutrisi ditandai dengan

anoreksia (tidak nafsu makan) yaitu gangguan makanan yang dicirikan oleh

penolakan untuk mempertahankan berat badan yang parah tanpa adanya

penyebab fisik yang jelas. Kebiasaan anak memilih makanan ringan atau

makanan yang berperasa kuat akan menyebabkan jumlah dan jenis makanan

Page 78: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

65

yang dikonsumsi anak kecil bervariasi sehingga kebersihan dan kualitas

makanan tidak terjamin (Wong, 2008).

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil hematologi :

hemoglobin 11,3 g/dl (11,5-12,5) hematokrit 46% (35-43), leukosit 10,3

ribu/ul (5,5-17,05), trombosit 413 ribu/ul (150-450), eritrosit 4,44 juta/ul

(3,90-5,30). Index : MCV 81,8 fl (80,0-96,0), MCH 27,7 Pg (28-33), MCHC

33,9 g/dl (33-36), RDW 11,8 % (11,6-14,6), MPV 7,6 fl (7,2-11,1), PDW 15

% (25-65). Hitung jenis : Eosinofil 1,10 % (0,00-4,00), basofil 0,20% (0,00-

1,00), netrofil 87,80 % (29,00-72,00), monosit 2,30 % (0,00-5,00), limfosit

8,60 % (36,00-52,00). ), PH 7,418 mmol/L (7,350-7,450), PCO2 35,3

mmol/L (27-41), PAO2 81,6 mmHg (83-108), HCO3 222,9 mmol/L (21-28),

total CO2 20,2 mmol/L (19-24).

Pemeriksaan laboratorium rutin, pemeriksaan ini mencakup

pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan feses untuk mencari ada

tidaknya telur cacing yang kemungkinan dapat berpengaruh pada tingginya

kadar eosinofil darah. IgE total diperiksa hanya pada beberapa penderita

disesuaikan dengan kondisi dan situasi penderita. Sebaiknya pemeriksaan IgE

total dilakukan. Bila fasilitas memungkinkan, pemeriksaan IgE spesifik perlu

dilakukan pula dengan Radioallergent Test (RAST). Kadar IgE spesifik lebih

bermakna dibandingkan kadar IgE total (Pudiastuti, 2011). Pada pemeriksaan

analisa gas darah PAO2 menurun, PACO2 normal/menurun, PH normal atau

meningkat (Wijaya & Putri, 2013).

Page 79: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

66

Terapi yang didapat pasien saat dirawat yaitu terapi intravena infus

Ringer Laktat 16 tetes permenit, Injeksi methylprednisolone 6mg/8 jam,

Injeksi aminofillin 72 mg dalam 1 flabot 45cc/jam diberikan selama 30 menit,

terapi nebulizer atrovent 10, barotec + nacl 0,9% 5cc/6 jam. Ringer Laktat

sebagai larutan elektrolit berfungsi mengembalikan keseimbangan elektrolit

dan elektrolit 16 tetes permenit. Injeksi methylprednisolone 6mg/8 jam

berfungsi untuk mengobati kelainan endokrin, alergi, penyakit saluran nafas.

Injeksi aminofillin 72 mg dalam 1 flabot 45cc/jam diberikan selama 30 menit,

berfungsi untuk mengatasi dan meringankan asma, asma bronkial dan depresi

pernafasan. Terapi nebulizer atrovent 10, barotec + naCl 0,9% 5cc/6 jam,

berfungsi untuk mengatasi obstruksi kronis saluran nafas yang reversibel.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah sebuah label singkatan menggambarkan

kondisi pasien yang diobservasi di lapangan, kondisi ini dapat berupa

masalah-masalah yang aktual dan potensial (Herdman, 2012).

Diagnosa yang pertama kali ditemukan adalah ketidakefektifan bersihan

jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang berlebih, karena pada

saat pengkajian didapatkan data subjektif yaitu ibu klien mengatakan anaknya

batuk-batuk dahak susah keluar. Data obyektif didapatkan hasil An. Y tampak

lemah, terdengar suara ronchi dilobus kanan atas, tampak adanya penggunaan

otot bantu pernafasan, respirasi 38 kali per menit, SaO2 98%, An. Y belum

bisa mengeluarkan sekret.

Page 80: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

67

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk

mempertahankan bersihan jalan nafas. Batasan karakteristiknya adalah tidak

ada batuk, suara napas tambahan, perubahan frekuensi nafas, perubahan

irama nafas, sputum dalam jumlah berlebih, sianosis, kesulitan berbicara/

mengeluarkan suara, dipsnea, batuk yang tidak efektif, gelisah (Herdman,

2012). Hal ini sesuai dengan gejala yang terjadi pada klien yang memenuhi

batasan karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas lebih

diprioritaskan penulis menjadi masalah utama dari beberapa masalah

keperawatan yang muncul pada pasien karena jalan nafas yang bersih

diperlukan untuk proses kehidupan. Jalan nafas yang paten dapat

menghasilkan oksigen yang cukup. Oksigen berperan penting dalam proses

metabolisme sel, apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka

akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh salah satunya

kematian (Musliha, 2012).

Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, karena pada saat pengkajian

didapatkan hasil data subyektif klien mengatakan kadang masih sesak napas,

obyektif yang didapatkan klien hanya berbaring di tempat tidur, tampak

adanya penggunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara whezing, respirasi

38 kali per menit, mukosa bibir tampak kering.

Page 81: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

68

Ketidakefektifan pola nafas adalah ketidakmampuan untuk memberikan

ventilasi yang adekuat pada saat inspirasi atau ekspirasi. Batasan

karakteristiknya adalah perubahan kedalaman pernafasan, mengambil posisi

tiga titik, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan kapasitas vital, dipsnea,

pernafasan cuping hidung, fase ekspirasi memanjang, pernafasan bibir,

takipnea, penggunaan otot aksesoris untuk bernafas (Herdman, 2012).

Dalam prioritas diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan penurunan ekspansi paru berada dalam urutan kedua

karena, masalah ketidakefektifan pola nafas berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan oksigen yang merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis menurut

Hirarki Maslow. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.

Hal ini terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigen akan mengalami

hipoksia (Mubarak, 2007).

Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,

karena saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif ibu klien

mengatakan anaknya susah makan dan nafsu makan menurun, data obyektif

didapatkan WHZ : -2,4 (kurus), An. Y tampak lemas, A : 0,11 m dengan BB

sebelum sakit : 14kg dan selama sakit : 13kg. B : hemoglobin 11,3 g/dl dan

hematokrit 46 %. C : klien kurus, rambut berwarna hitam, turgor kulit sedang,

mukosa bibir kering. D : klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk,

buah dan minum air putih serta susu, makan habis ½ porsi saja. Kondisi

tersebut akan menyebabkan An. Y mengalami ketidakseimbangan nutrisi

Page 82: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

69

kurang dari kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh intake yang tidak adekuat

akibat mual, muntah atau anoreksia.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan

nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan

karakteristiknya adalah kram abdomen, menghindari makan, kerapuhan

kapiler, diare, kehilangan rambut berlebih, kurang makanan, kurang

informasi, kurang minat pada makanan, penurunan berat badan dengan

asupan makanan adekuat, membran mukosa pucat, ketidakmampuan

memakan makanan, mengeluh asupan makanan kurang dari RDA

(recomended daily allowance), sariawan dirongga mulut, kelemahan otot

pengunyah, staetorea (Herdman, 2012).

Menurut Riyadi & Sukarmin (2013), diagnosa keperawatan yang

muncul pada pasien asma selain yang sudah disebutkan diatas yaitu

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

dalam darah dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbagan

antara suplai dan kebutuhan oksigen. Tetapi saat penulis melakukan

pengkajian pada An. Y tidak ada keluhan dan data yang mendukung,

sehingga penulis tidak menegakkan diagnosa tersebut.

Dalam menyusun diagnosa keperawatan penulis menggunakan hirarki

maslow yang menyebutkan bahwa dalam memprioritaskan masalah,

kebutuahn pertama yang harus terpenuhi adalah kebutuhan fisiologis, yaitu

kebutuhan yang memiliki prioritas tertinggi dibandingkan kebutuhan lain

Page 83: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

70

seperti kebutuhan oksigenasi dan pertukaran gas, baru selanjutnya kebutuhan

cairan dan makanan (Mubarak, 2007).

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi atau perencanaan keperawatan dalah pengembangan strategi

desain untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang

telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan

menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara

menyelesaikan perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah

dengan efektif dan efisien (Rohmah & Walid, 2012). Rencana keperawatan

ini disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana

tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan prinsip ONEC, observasi

(rencana tindakan untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap

kemajuan klien untuk memantau secara langsung yang dilakukan secara

terus-menerus), nursing treatment (rencana tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi dan mencegah perluasan masalah), education (rencana tindakan

yang berbentuk pendidikan kesehatan), colaboratif (tindakan medis yang

dilimpahkan pada perawat) (Sholeh, 2012).

Dalam referensi intervensi dituliskan sesuai dengan kriteria intervensi

NIC (Nursing Intervension clasification) dan NOC (Nursing Outcome

Clasification) dan diselesaikan secara SMART yaitu Spesifik (jelas atau

khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat diterima), Rasional

dan Time (ada kriteria waktu) (Sholeh, 2012).

Page 84: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

71

Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas

berhubungan dengan sekresi mukus yang berlebih, penulis mencantumkan

tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

jalan nafas kembali paten dengan kriteria hasil : mendemonstrasikan batuk

efektif, suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernafas dengan mudah, frekuensi pernafasan dalam batas

normal, tidak ada suara nafas abnormal, mampu mneidentifikasi dan

mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas (Nurarif, 2013).

Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

karena masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas meluputi kebutuhan

oksigenasi yang merupakan kebutuhan pokok utama yang harus segera

dipenuhi untuk kelangsungan hidup (Potter & Perry, 2006).

Rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang berlebih

meliputi : kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan serta auskultasi bunyi

paru-paru rasional takipnea, pernafasan dangkal dan suara tambahan pada

paru terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan

bronkus, berikan terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” rasional

mengaktifkan silia pada saluran nafas untuk mengevakuasi sekret yang ada

pada jalan nafas, anjurkan ibu untuk memberikan minum air hangat terutama

saat pagi hari rasional untuk membantu mengencerkan sekret yang tertahan

dijalan nafas, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi bronkodilator

Page 85: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

72

(nebulizer) rasional membantu memudahkan pengenceran dan pembuangan

sekret dengan cepat (Nurarif, 2013).

Diagnosa yang kedua yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan

dengan penurunan ekspansi paru, penulis mencantumkan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam diharapkan pola nafas

kembali efektif dengan kriteria hasil : tidak ada penggunaan otot bantu

pernafasan, suara paru bersih tidak ada whezing, klien melaporkan sesak

nafas sudah hilang, respirasi dalam batas normal (21-30 kali permenit)

(Nurarif, 2013).

Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

karena ketidakefektifan pola nafas merupakan ketidakmampuan untuk

memberikan ventilasi yang adekuat pada saat ekspirasi atau ispirasi sehingga

apabila pola nafas tidak segera ditangani akan menyebabkan dypsnea bahkan

kematian (Ns Andra, 2013).

Rencana tindakan dalam diagnosa ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, meliputi : observasi adanya

penggunaan otot bantu pernafasan dan auskultasi bunyi paru-paru rasional

untuk mengetahui adanya penarikan otot pernafasan dan suara tambahan pada

paru-paru, berikan posisi semi fowler rasional untuk meningkatkan ekspansi

paru serta menurunkan kerja pernafasan, ajarkan klien tekhnik relaksasi nafas

dalam rasional agar nafas teratur dan mengurngi dipsnea, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian terapi O2 rasional untuk memenuhi kebutuhan

oksigen dan mencegah hipoksia (Nurarif, 2013).

Page 86: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

73

Pada diagnosa keperawatan ketiga ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, penulis

mencantumkan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan intake nutrisi pada klien terpenuhi dengan kriteria hasil : tidak

ada tanda-tanda malnutrisi, nafsu makan anak meningkat, turgor kulit elastis,

BB kembali normal, makan habis 1 porsi, klien tampak lebih segar, mukosa

bibir lembab (Nurarif, 2013).

Alasan penulis melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,

karena jika nutrisi klien buruk mengakibatkan asupan protein dan nutrient

lain tidak adekuat sehingga akan menurunkan pertahanan tubuh terhadap

infeksi dan menghambat penyembuhan (Potter & Perry, 2005).

Rencana tindakan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, meliputi : pantau

intake nutrisi pada anak rasional untuk mengetahui masukan/intake nutrisi

pada klien, berikan penjelasan pada keluarga tentang pentingnya nutrisi pada

anak rasional agar keluarga mengetahui nutrisi apa saja yang dibutuhkan

klien, anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan yang disukai anak

sedikit dan sajikan selagi hangat rasional tindakan ini dapat meningkatkan

masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali, kolaborasi

dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang tepat untuk klien rasional agar

klien mendapatkan diit yang tepat untuk memenuhi nutrisinya (Nurarif,

2013).

Page 87: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

74

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi atau tindakan keperawatan adalah suatu catatan tentang

tindakan yang di berikan perawat kepada pasien yang berisikan catatan

pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari rencana

tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif (Rohmah & Walid,

2012).

Berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan yang pertama yaitu

ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus

yang berlebih, tindakan yang diberikan yaitu mengkaji frekuensi dan

kedalaman pernafasan serta mengauskultasi bunyi paru-paru, memberikan

terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”, menganjurkan ibu untuk

memberikan minum air hangat terutama saat pagi hari, berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian terapi bronkodilator (nebulizer).

Tindakan pertama yang diberikan mengkaji frekuensi dan kedalaman

pernafasan serta mengauskultasi bunyi paru-paru yaitu untuk mengetahui

adanya takipnea, pernafasan dangkal dan suara tambahan pada paru terjadi

akibat dari peningkatan tekana dalam paru dan penyempitan bronkus.

Semakin sempit dan tinggi tekanan semakin meningkat frekuensi pernafasan

Tindakan mandiri yang dilakukan perawat yaitu memberikan terapi

aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”. Bermain meniup dapat dianalogikan

dengan latihan nafas dalam (pursed lip breathing), merupakan suatu

permainan atau aktivitas yang memerlukan inhalasi lambat dan dalam waktu

untuk mendapatkan efek terbaik. Dengan tekhnik tersebut maka ekspansi

Page 88: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

75

alveolus pada semua lobus dapat meningkat dan tekanan di dalamnya pun

meningkat. Tekanan yang tinggi dalam alveolus dan lobus dapat

mengaktifkan silia pada saluran nafas untuk mengevakuasi sekret keluar dari

jalan nafas, sehingga jalan nafas menjadi lebih efektif. Membersihkan sekret

dari jalan nafas berarti akan menurunkan tahanan jalan nafas dan

meningkatkan ventilasi, yang pada akhirnya memberikan dampak terhadap

proses perfusi dan difusi oksigen ke jaringan (Sutini, 2011).

Dengan pemberian terpi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah” akan

berpengaruh terhadap status oksigenasi, yaitu menurunkan frekuensi RR

meningkatkan frekuensi HR dan meningkatkan SaO2 serta jalan nafas kembali

efektif. Terapi bermain ini dilakukan satu kali dalam sehari, sebelum

dilakukan tindakan penulis melakukan observasi terhadap HR, RR dan juga

SaO2. setelah dilakukan tindakan penulis kemali mengobservasi HR, RR dan

juga SaO2 (Sutini, 2011)..

Cara meniupnya menggunakan tekhnik pursed lip breathing, yaitu anak

bernafas dalam dan ekshalasi melalui mulut, dengan mulut dimonyongkan

atau mencucu dan dikerutkan sehingga mainan yang tadinya tergulung setelah

ditiup menjadi mengembang dan panjang karena terisi udara. Meniup

dilakukan terus menerus sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit

dan setiap tiupan di selingi dengan istirahat (nafas biasa). Posisi anak saat

bermain adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah duduk diatas

tempat tidur atau kursi (Sutini, 2011).

Page 89: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

76

Untuk mengatasi masalah ini penulis juga memotivasi klien untuk

banyak minum air hangat terutama saat pagi hari, karena pemasukan cairan

akan membantu untuk mengencerkan sputum dan membuatnya mudah

dikeluarkan (Nurarif, 2013).

Tindakan selanjutnya adalah berkolaborasi dalam pemberian terapi

bronkodilator (nebulizer) yang terdiri dari atrovent 10, barotec + nacl 0,9%

5cc/6 jam, hal ini dilakukan untuk membantu mengubah obat asma yang

berupa larutan menjadi uap yang dapat dihirup ke dalam paru-paru, sehingga

membantu mengencerkan sekresi dan melancarkan jalan nafas (Pratyahara,

2011). Atrovent digunakan dengan nebulizer, tersedia dalam ampul :

pemakaian dimasukkan ke dalam alat (nebulizer) untuk dihisap oleh pasien,

indikasi : asma, bronkitis kronis, emfisema. Atrovent untuk indikasi pasien

dengan asma (Sirait, 2012). Terapai nebulizer termasuk terapi inhalasi yang

merupakan pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi (hirupan) ke dalam

saluran respiratorik. Tindakan nebulizer dapat membantu mencegah

pembentukan mukosa tebal pada bronkus.

Implementasi pada diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, meliputi : mengobservasi

adanya penggunaan otot bantu pernafasan dan mengauskultasi bunyi paru-

paru, memberikan posisi semi fowler, mengajarkan klien tekhnik relaksasi

nafas dalam, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi O2.

Mengobservasi adanya penggunaan otot bantu pernafasan dan

mengauskultasi bunyi paru-paru, tindakan ini dilakukan untuk mengetahui

Page 90: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

77

adanya retraksi dinding dada karena penurunan ekspansi paru dan juga

mengetahui adanya suara tambahan pada paru-paru (Nurarif, 2013).

Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma dilakukan sebagai salah

satu cara untuk membantu mengurangi sesak nafas, dengan memberikan

posisi semi fowler diharapkan pasien merasa nyaman dan dapat mengurangi

kondisi sesak nafas pada pasien asma saat terjadi serangan (Safitri, 2011).

Mengajarkan keluarga tentang batuk efektif dan teknik nafas dalam.

Batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki

kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring,

trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan nafas (Potter &

Perry, 2009). Hal ini untuk membantu keluarnya sekresi (dahak), sehingga

pasien bisa bernafas lega.

Pada diagnosa yang ketiga ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,

implementasi yang dilakukan meliputi : memantau intake nutrisi pada anak,

memberikan penjelasan pada keluarga tentang pentingnya nutrisi pada anak,

menganjurkan pada keluarga untuk memberikan makan yang disukai anak

sedikit dan sajikan selagi hangat, berkolaborasi dengan ahli gizi untuk

memberikan diit yang tepat untuk klien.

Untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh penulis melakukan pemantauan intake nutrisi. Berguna

dalam mendefinisikan keseimbangan antara input dan output dan juga

Page 91: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

78

derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat (Potter & Perry,

2006).

Memberikan memberikan penjelasan pada keluarga tentang pentingnya

nutrisi pada anak agar keluaga mengerti tentang pentingnya pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada anak dan dapat memberikan nutrisi yang mengandung

protein tinggi untuk meminimalkan kelemahan dan mempercepat

penyembuhan (Nurarif, 2013).

Tindakan lain yang dilakukan adalah menganjurkan pada keluarga

untuk memberikan makan yang disukai anak sedikit dan sajikan selagi

hangat. Makan porsi kecil tapi frekuensi sering dapat memaksimalkan

masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan

makanan banyak (Safitri, 2011). Tindakan terakhir yaitu berkolaborasi

dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang tepat untuk klien, agar tim gizi

dapat memberikan diit yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan klien

(Nurarif, 2013).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi didefinisikan sebagai suatu catatan tentang indikasi kemajuan

pasien terhadap tujuan yang dicapai. Pernyataan yang menyatakan status

kesehatan sekarang dan menyatakan efek dari tindakan yang diberikan pada

pasien (Rohmah & Walid, 2012).

Penulis mengevaluasi apakah respon klien mencerminkan suatu

kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi

Page 92: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

79

penulis sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subjektif,

Objektif, Assement dan planning). Evaluasi dilakukan setiap hari selama tiga

hari pengelolaan terhadap klien pada tanggal 9-11 Maret 2015.

Hasil evaluasi pada hari rabu 11 Maret 2015 pada diagnosa pertama,

jam 11.30 WIB respon subyektif klien mengatakan sudah tidak batuk dan ibu

klien mengatakan dahak sudah tidak ada. Respon obyektif klien tampak

rileks, suara paru vesikuler tidak ada ronci, respirasi 26 kali per menit.

Analisa masalah teratasi. Planning intervensi dihentikan. Masalah

keperawatan pada klien sudah teratasi karena setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 kali 24 jam tujuan sudah tercapai dan memenuhi

kriteria hasil diantaranya, : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan,

sekret bisa keluar, suara paru bersih tidak ada ronchi, respirasi dalam batas

normal (21-30 kali permenit) (Nurarif, 2013).

Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari rabu 11 Maret 2015, jam 13.45

WIB pada diagnosa kedua jam 13.40 WIB respon subyektif klien mengatakan

sudah tidak sesak nafas, obyektif klien tampak lebih nyaman, suara whezing

sudah tidak ada, masih tampak adanya penggunaan otot bantu pernafasan,

respirasi 29 kali per menit. Analisa masalah sudah teratasi. Planning

intervensi dihentikan. Masalah keperawatan pada klien sudah teratasi karena

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam tujuan yang

diharapkan sudah tercapai dan memenuhi kriteria hasil diantaranya, tidak ada

penggunaan otot bantu pernafasan, suara paru bersih tidak ada whezing, klien

Page 93: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

80

melaporkan sesak nafas sudah hilang, respirasi dalam batas normal (21-30

kali permenit) (Nurarif, 2013).

Evaluasi pada hari rabu 11 Maret 2015 pada diagnosa ketiga jam, 11.40

WIB respon subyektif ibu klien mengatakan nafsu makan An. Y sudah

meningkat dan tadi pagi makan sudah habis 1 porsi. Respon obyektif klien

tampak lebih segar, A : 0,11 m dengan BB sebelum sakit : 14 kg dan selama

sakit : 13,5 kg, B : hemoglobin 11,3 g/dl dan hematokrit 46 %, C : klien

kurus, rambut berwarna hitam, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, D :

klien makan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta susu, makan

habis 1 porsi. Analisa masalah sudah teratasi. Planning intervensi dihentikan.

Masalah keperawatan pada klien sudah teratasi karena setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam tujuan sudah tercapai dan

memenuhi kriteria hasil diantaranya, nafsu makan anak meningkat, turgor

kulit elastis, BB kembali normal, makan habis 1 porsi, klien tampak lebih

segar, mukosa bibir lembab (Nurarif, 2013).

Page 94: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

81

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan pada An. Y didapatkan data subyektif

yaitu ibu klien mengatakan anaknya batuk-batuk dahak susah keluar. Data

obyektif didapatkan hasil An. Y tampak lemah, terdengar suara ronchi

dilobus kanan atas, tampak adanya penggunaan otot bantu pernafasan,

respirasi 38 kali per menit, An. Y belum bisa mengeluarkan sekret. Data

subyektif klien mengatakan kadang masih sesak nafas.

Data obyektif yang didapatkan klien hanya berbaring di tempat tidur,

tampak adayna penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar suara

whezing, respirasi 38 kali per menit. data subyektif ibu klien mengatakan

anaknya susah makan dan nafsu makan menurun, sedangkan data obyektif

didapatkan WHZ : -2,4 (kurus), An. Y tampak lemas, A : 0,11 m dengan

BB sebelum sakit : 14kg dan selama sakit : 13kg. B : hemoglobin 11,3

g/dl dan hematokrit 46 %. C : klien kurus, rambut berwarna hitam, turgor

kulit sedang, mukosa bibir kering. D : klien makan 3 kali sehari dengan

nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta susu, makan habis ½

porsi saja.

Page 95: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

82

2. Diagnosa Keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan pada An. Y adalah ketidakefektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang berlebih.

Diagnosa kedua adalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

penurunan ekspansi paru dan diagnosa ketiga yaitu ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan penulis pada diagnosa utama

ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus

yang berlebih adalah kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan serta

auskultasi bunyi paru-paru, berikan terapi aktivitas bermain meniup

“tiupan lidah”, anjurkan ibu untuk memberikan minum air hangat terutama

saat pagi hari, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

bronkodilator (nebulizer). Intervensi pada diagnosa kedua

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

adalah observasi adanya penggunaan otot bantu pernafasan dan auskultasi

bunyi paru-paru, berikan posisi semi fowler, ajarkan klien tekhnik

relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

O2.

Intervensi pada diagnosa ketiga ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat yaitu

pantau intake nutrisi pada anak, berikan penjelasan pada keluarga tentang

Page 96: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

83

pentingnya nutrisi pada anak, anjurkan pada keluarga untuk memberikan

makan yang disukai anak sedikit dan sajikan selagi hangat, kolaborasi

dengan ahli gizi untuk memberikan diit yang tepat untuk klien.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi dilakukan selama 3x24 jam sesuai dengan rencana tindakan

yang telah dibuat oleh penulis dan mengutamakan penerapan penelitian

yaitu pemberian terapi aktivitas bermin meniup “tiupan lidah”.

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan selama 3x24

jam pada hari Evaluasi pada hari rabu 11 Maret jam 11.30 WIB respon

subyektif klien mengatakan sudah tidak batuk dan ibu klien mengatakan

dahak sudah tidak ada. Respon obyektif klien tampak rileks, suara paru

vesikuler tidak ada ronci, respirasi 26 kali per menit. Analisa masalah

teratasi. Planning intervensi dihentikan.

Pada diagnosa kedua, hari selasa 10 Maret 2015 jam 13.40 WIB

respon subyektif klien mengatakan sudah tidak sesak nafas, obyektif klien

tampak lebih nyaman, suara whezing sudah tidak ada, masih tampak

adanya penggunaan otot bantu pernafasan, respirasi 29 kali per menit.

Analisa masalah sudah teratasi. Planning intervensi dihentikan.

Pada diagnosa ketiga, hari rabu 11 Maret 2015 jam 11.40 WIB

respon subyektif ibu klien mengatakan nafsu makan An. Y sudah

meningkat dan tadi pagi makan sudah habis 1 porsi. Respon obyektif klien

tampak lebih segar, A : 0,11 m dengan BB sebelum sakit : 14 kg dan

Page 97: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

84

selama sakit : 13,5 kg, B : hemoglobin 11,3 g/dl dan hematokrit 46 %, C :

klien kurus, rambut berwarna hitam, turgor kulit elastis, mukosa bibir

lembab, D : klien makan nasi, sayur, lauk, buah dan minum air putih serta

susu, makan habis 1 porsi. Analisa masalah sudah teratasi. Planning

intervensi dihentikan.

6. Analisa pemberian terapi aktivitas bermain meniup tiupan lidah pada An.

Y, alat yang digunakan adalah mainan “tiupan lidah”. Cara meniupnya

menggunakan tekhnik pursed lip breathing, yaitu anak bernafas dalam dan

ekshalasi melalui mulut, dengan mulut dimonyongkan atau mencucu dan

dikerutkan sehingga mainan yang tadinya tergulung setelah ditiup menjadi

mengembang dan panjang karena terisi udara. Meniup dilakukan terus

menerus sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 10-15 menit dan setiap

tiupan di selingi dengan istirahat (nafas biasa). Posisi anak saat bermain

adalah duduk atau bersandar dengan posisi setengah duduk diatas tempat

tidur atau kursi, respon setelah dilakukan tindakan adalah menurunnya

frekuensi RR dan meningkatnya frekuensi HR serta meningkatnya SaO2.

Jadi pemberian terapi aktivias bermain meniup “tiupan lidah“ sangat

efektif diberikan pada pasien asma.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan asma,

penulis memberikan masukan yang positif terutama dalam bidang kesehatan

antara lain :

Page 98: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

85

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun

klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan

yang optimal pada umumnya yaitu dengan memberikan terapi aktivitas

bermain meniup tiupan lidah pada pasien Asma.

2. Bagi Tenaga kesehatan khususnya perawat

Hendaknya para perawat mempunyai tanggung jawab dan keterampilan

yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien asma.

3. Bagi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang

berkualitas, sehingga menciptakan perawat yang profesional, terampil,

inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan

secara menyeluruh pada pasien asma berdasarkan kode etik keperawatan.

4. Bagi Penulis

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien Asma diharapkan

penulis dapat lebih mengetahui dan menambah wawasan tentang cara

penanganan sesak nafas pada penderita asma.

Page 99: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

DAFTAR PUSTAKA

Almeida, C. C. B., Ribeiro, J. D., Junior, A. A., & Zeferino, A. M. B. 2005. Effect

of expiratory flow increase. Physiotherapy research international. 10 (4) :

213-221

Asmadi. 2008. Prosedural keperawatan, konsep dan aplikasi KDM. Salemba

Medika. Jakarta

Herdman, T Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

EGC. Jakarta

Mubarak, W.I & Chayatin, N. 2007. Kebutuhn dasar manusia. EGC. Jakarta

Muscari, M.E. 2005. Advanced pediatric clinical assesment skils and procedure.

Lippincott. Philladelpia

Musliha. 2012. Keperawatan gawat darurat. Nuha Medika. Yogyakarta

Natalia, D. Saryono. 2007. Efektifitas pursed lips breathing. Jurnal ilmiah

kesehatan keperawatan, Volume 3

Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit Edisi 2. EGC. Jakarta

Nugroho, Sigit. 2012. Terapi pernafasan pada penderita asma.

http:digilib.unimus.ac.id/files/diskl/123/jtptunimus-gdl-nurarifing-6137-2-

babiik-r.pdf(anyar), di akses tanggal 19 Maret 2015

Nurarif A & Kusuma A. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Jilid 1. Media Action Publishing.

Yogyakarta

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.

Salemba Medika. Jakarta

Ns. Andra, S. W. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Nuha Medika. Jogjakarta

Pratyahara, A. Dayu. 2011. Asma Pada Balita (Mengenal, Mengobati, dan

Mengendalikan Penyakit Asma Pada Anak Usia Balita). Buku Kita.

Jakarta

Pudiastuti, Ratna D. 2011. Waspada Penyakit pada Anak. Permata Putri Media.

Jakarta

Potter P.A & Perry A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. EGC. Jakarta

Page 100: PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN MENIUP - UKHukh.ac.id/.../27/01-gdl-annaisnain-1325-1-ktianna-7.pdf · 2021. 4. 23. · pemberian terapi aktivitas bermain meniup “tiupan lidah”

Ridha, H Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta

Riyadi S & Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Graha

Ilmu. Yogyakarta

Rohmah N & Walid S. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Ar-Ruzz

Media . Yogjakarta

Safitri & Annisa A. 2011. Keefektifan Pemberian Posisi Semifowler Terhadap

Penurunan Sesak Nafas. Pada Pasien Asma di Ruang Rawat Inap

Kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Gaster. Vol. 8. Prodi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta.

htsistp://www.jurnal.stikesaisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view

/29/26(poi, Diaskes tanggal 21 maret 2015

Santos, C. I. S. et al. 2009. Respiratory physiotherapy in children with community-

acquired pneumonia. canadienne de la thérapie respiratoire.

Sholeh, Naga. 2012. Ilmu Penyakit Dalam. Diva Press. Yogyakarta

Sirait, Midian. 2012. Informasi Spesialite Obat Indonesia. PT ISFI. Jakarta

Siregar, dkk. 2005. Nutrisi, http://ejournals.usu.ac.id/index.php/jkm, Diakses

tanggal 12 Mei 2015

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

pernafasan. Salemba Medika. Jakarta

Suriadi & Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. CV Sugeng

Seto. Jakarta

Sutini, Titin. 2011. Pengaruh Aktivitas Bermain Meniup Tiupan Lidah Terhadap

Status Oksigenasi Pada Anak Usia Prasekolah Dengan Pneumonia di

Rumah Sakit Islam Jakarta. Program Megister Keperawatan. UI

WHO. 2009. Buku saku: Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. WHO 2008.

Jakarta

Wijaya S & Putri M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Teori dan Contoh Askep.

Nuha Medika. Yogyakarta

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 5. EGC.

Jakarta