pen gen alan wireless lan
TRANSCRIPT
Pengenalan Wireless LAN
{ Mei 12, 2009 @ 8:14 pm } · { Uncategorized }
{ Tinggalkan sebuah Komentar }
Pengenalan Wireless LAN
Kita akan mendiskusikan tentang pangsa pasar wireless LAN, gambaran masa
lalu, sekarang dan masa depan dari wireless LAN, serta pengenalan wireless LAN
standar pemerintah. Kemudian kita akan mendiskusikan beberapa aplikasi yang sesuai
untuk wireless LAN. Menurut pengalaman dari cerita dan evolusi dari teknologi
wireless LAN merupakan bagian yang penting dari prinsip dasar wireless LAN. Suatu
pemahaman dari mana wireless LAN datang dan aplikasinya serta organisasinya yang
dapat membantu perkembangan teknologi yang memungkinkan anda untuk
mengaplikasikan wireless LAN yang lebih baik ke dalam organisasimu atau kebutuhan
klien
1.1 Pangsa Pasar Wireless LAN
Pangsa pasar wireless LAN sepertinya berkembang sama halnya dengan
fashion pada kebanyakan industri jaringan, dimulai dengan mengadopsi awal
menggunakan teknologi apapun yang telah tersedia. Pemasaran telah dipindahkan
kedalam pertumbuhan yang cepat, di mana standard populer menyediakan
katalisator. Perbedaan yang besar antara pemasaran jaringan secara keseluruhan
dan pemasaran wireless LAN menjadi meningkat. wireless LAN memberikan
fleksibilitas dalam implementasinya dan tidak heran mereka pindah dengan cepat
ke sektor pasar yang lainnya.
1.2 Sejarah Wireless LAN
Penyebaran jaringan nirkabel, seperti kebanyakan teknologi, seperti turun
temurun dibawah naungan dari militer. Militer perlu suatu kemudahan, yang
mudah diterapkan, dan metode keamanan pertukaran data dalam suatu lingkungan
peperangan.
Ketika biaya teknologi nirkabel merosot dan mutu meningkat, itu menjadi
penghematan biaya untuk perusahaan-perusahaan yang dapat menggabungkan
bagian nirkabel ke dalam jaringan mereka. Teknologi nirkabel menawarkan suatu
2
jalan yang murah untuk kampus untuk menghubungkan bangunan satu sama lain
tanpa pemasangan kabel fiber atau tembaga.
1.3 Standarisasi Wireless LAN
Karena wireless LAN mengirim menggunakan frekuensi radio, wireless
LAN diatur oleh jenis hukum yang sama dan digunakan untuk mengatur hal-hal
seperti AM/FM radio. Federal Communications Commission ( FCC) mengatur
penggunaan alat dari wireless LAN. Dalam pemasaran wireless LAN sekarang,
menerima beberapa standard operasional dan syarat dalam Amerika Serikat yang
diciptakan dan dirawat oleh Institute of Electrical Electronic Engineers (IEEE).
Beberapa Standar wireless LAN :
IEEE 802.11 – standar asli wireless LAN menetapkan tingkat perpindahan data
yang paling lambat dalam teknologi transmisi light-based dan RF.
IEEE 802.11b – menggambarkan tentang beberapa transfer data yang lebih cepat
dan lebih bersifat terbatas dalam lingkup teknologi transmisi.
IEEE 802.11a – gambaran tentang pengiriman data lebih cepat dibandingkan
(tetapi kurang sesuai dengan) IEEE 802.11b, dan menggunakan 5
GHZ frekuensi band UNII.
IEEE 802.11g – syarat yang paling terbaru berdasar pada 802.11 standard yang
menguraikan transfer data sama dengan cepatnya seperti IEEE
802.11a, dan sesuai dengan 802.11b yang memungkinkan untuk
lebih murah.
1.4 Aplikasi Wireless LAN
1.4.1 Akses Role
Wireless LAN kebanyakan menyebar dalam suatu lapisan akses,
maksudnya mereka digunakan sebagai suatu titik masukan ke dalam suatu kabel
jaringan. Di masa lalu, akses telah digambarkan sebagai dial-up, ADSI,
kabel/telegram, selular, Ethernet, Token Ring, Frame Relay, ATM, dan lain lain.
wireless cara sederhana yang lain untuk para user dalam mengakses jaringan
tersebut. Wireless LAN adalah lapisan jaringan Data-Link seperti cara akses
semuanya hanya mendaftar saja. Dalam kaitan dengan kecepatan, jaringan
nirkabel tidaklah tepat diterapkan dalam distributor atau sebagai inti dalam
3
jaringan. Tentu saja, dalam jaringan kecil, mungkin tidak ada perbedaan antara
inti, Distribusi, atau Lapisan akses dari jaringan tersebut. Lapisan inti dari suatu
jaringan harus sangat stabil dan sangat cepat, mampu menangani suatu jumlah
yang luar biasa dengan sedikit kesulitan dan pengalaman tidak ada penurunan
waktu. Lapisan distribusi suatu jaringan harus cepat, fleksibel, dan dapat
diandalkan. Wireless LAN tidak secara khusus dibutuhkan sebagai suatu solusi
perusahaan. Gambar 1.1 menggambarkan klien dengan cepat memperoleh akses
dalam suatu kabel jaringan melalui hubungan suatu alat koneksi (point access).
Gambar 1.1. Akses role dari wireless LAN
1.4.2 Perluasan Jaringan
Jaringan nirkabel dapat bertindak sebagai suatu perluasan dari suatu kabel
jaringan. Ada kemungkinan masalah dimana memperluas jaringan akan
memerlukan tambahan kabel dalam instalasinya dan menjadi kendala dalam
pembiayaannya. Wireless LAN dapat dengan mudah digunakan untuk
menyediakan konektivitas dalam suatu gedung yang merupakan area yang jauh,
digambarkan dalam denah dalam gambar 1.2. Karena hanya sedikit diperlukan
pemasangan kabel untuk memasangan wireless LAN, biaya instalasi dan
pembelian ethernet dengan sepenuhnya dihapuskan.
4
Gambar 1.2. Perluasan Jaringan
1.4.3 Menghubungkan Gedung Satu dengan yang lain
Terdapat 2 perbedaan bentuk dari konektivitas antar gedung. Pertama
disebut Point-to-Point (PTP), dan yang kedua disebut Point-to-Multipoint
(PTMP). Point-to-point adalah koneksi nirkabel hanya antar dua bangunan,
seperti gambar 1.3. Koneksi PTP hampir selalu menggunakan semi-directional
atau highly-directional antenna pada masing-masing akhir dari link.
Gambar 1.3. Koneksi antar gedung
Point-to-multipoint (PTMP) adalah koneksi nirkabel tiga atau lebih dari
beberapa gedung, bentuk penerapannya adalah “hub and spoke” atau star
topologi, dimana salah satu gedung sebagai titik pusat dari jaringan (server).
1.4.4 Pengiriman Data Bermil-mil
Wireless Internet Service Providers (WISPs) sekarang mengambil
keuntungan dari kemajuan terbaru dalam teknologi nirkabel untuk mengirim
data bermil-mil untuk melayani pelanggan mereka. WISP mempunyai tantangan
yang unik bagi mereka. Hanya provider xDSL mempunyai permasalahan lebih
5
jauh pada jarak yang jauh yaitu 18.000 kaki ( 5,7 km) dari kantor pusat dan
kabel provider mempunyai persoalan dengan kabel yang sedang dipakai
bersamaan oleh user, WISP mempunyai masalah dengan atap, pohon, kilat,
pegunungan, menara dan banyak lagi hambatan dalam konektivitas.
Gambar 1.4. Layanan Data yang jauh
1.4.5 Mobilitas
Sebagai suatu solusi lapisan akses, wireless LAN tidak dapat digantikan
dengan kabel LAN dalam kondisi kecepatan data (100BaseTx tiap 100Mbps
versus IEEE 802.11a tiap 54Mbps). Wireless LAN melakukan penawaran
dalam peningkatan suatu mobilitas ( seperti pada gambar 1.5) sebagai awal
perdagangan untuk kecepatan dan mutu layanan.
Gambar 1.5. Mobilitas
1.4.6 Small Office – Home Office
Bentuk jenis ini juga digunakan oleh banyak perusahaan yang hanya
mempunyai beberapa karyawan. Dalam perusahaan ini mempunyai kebutuhan
6
untuk membagi informasi antar para pemakai dan koneksi internet tunggal untuk
efisiensi dan peningkatan produktivitas. Untuk aplikasi ini -small office-home
office, atau SOHO- wireless LAN sangat mudah dan solusi yang efektif.
Gambar 1.6. SOHO wireless LAN
1.4.7 Mobile Offices
Suatu contoh sederhana dalam menghubungkan kelas dengan cepat yang
konektivitasnya menggunakan wireless LAN yang digambarkan dalam gambar
1.7. Ruang kantor sementara juga memanfaatkan jaringan dengan wireless LAN.
Ketika perusahaan berkembang, mereka sering mencari kekurangan dari ruang
kantor mereka, dan butuh untuk sedikit pekerjaan untuk berpindah ke lokasi
yang berdekatan, seperti suatu kantor bersebelahan atau suatu kantor pada lantai
yang berbeda tetapi masih satu gedung.
Gambar 1.7. Suatu sekolah dengan kelas yang mobilitas
1.5 Kesimpulan
Teknologi wireless telah ada sejak dulu yang secara sederhana diimplementasikan
di dunia militer. Kepopuleran dan level teknologi yang digunakan dalam wireless Lan
bertumbuh dengan sangat pesat. Manufactur telah menciptakan a myriad of solutions
untuk berbagai kebutuhan kita akan jaringan wireless. Kenyamanan, pupolaritas,
7
penyediaan, dan harga dari perangkat keras wireless LAN menyediakan kita semua
dengan banyak solusi yang berbeda.
Dengan laju perkembangan teknologi wireless, manufaktur, dan perangkat keras
yang sangat pesat, aturan dari organisasi seperti FCC, IEEE, WECA, dan WLANA akan
menjadi semakin penting untuk pembersihan gangguan operasi antar solusi. Hukumhukum
tersebut ditetapkan oleh organisasi yang mengaturnya seperti FCC bersamasama
dengan organisasi pendukung lainnya seperti IEEE, WLANA, dan WECA yang
akan menjadi tumpuan bagi industri wireless LAN dan menyediakan path yang umum
bagi industri wireless LAN untuk bertumbuh dan berkembang.
1.6 SOAL
1. Apa nama badan internasional yang mengatur tentang penggunaan alat – alat
wireless dan penggunaan radio AM/FM ?
2. Sebutkan standar wireless LAN yang telah dikeluarkan oleh IEEE ?
3. Jelaskan masing –masing sdari standar wireless menurut sola no. 3 ?
4. Sebutkan beberapa aplikasi dari Wireless LAN ?
5. Apa yang dimaksud dengan SOHO Wireless LAN ?
8
Bab 2. Dasar Frekuensi Radio
Untuk mengerti aspek wireless dari LAN wireless, seorang administrator harus
memiliki dasar yang kuat tentang pokok teori radio frekuensi(RF). Pada bagian ini kita
akan membahas properti dari radiasi RF dan bagaimana sifatnya pada situasi tertentu
dapat mempengaruhi performance dari LAN wireless. Antenna akan dikenalkan untuk
membuat pengertian yang baik untuk kegunaan dan propertinya. Kita akan
mendiskusikan hubungan matematika yang ada pada RF circuit dan mengapa hal itu
penting,sebagaimana menunjukkan pentingnya penghitungan matematika pada RF.
Untuk administrator wireless LAN , mengerti konsep dari RF penting untuk
implementasi, expansi, maintenance, dan permasalahan dari jaringan wirelesss.
2.1 Frekuensi Radio
Frekuensi Radio adalah sinyal arus berfrekuensi tinggi yang berubah-ubah yang
melewati konduktor tembaga yang panjang dan kemudian diradiasikan ke udara melalui
sebuah antenna. Sebuah antenna mentranformasikan sinyal kabel ke sinyal wireless dan
sebaliknya. Ketika sinyal AC berfrekuensi tinggi diradiasikan ke udara,akan
membentuk gelombang radio. Gelombang radio tersebut berpindah dari sumber
(antenna) pada sebuah garis lurus semuanya bersamaan.
Gambar 2.1. Batu Jatuh di Air
Jika anda dapat membayangkan menjatuhkan batu ke dalam kolam dan melihat
titik pusat riak air yang mengalir dari titik dimana batu membentur air (seperti
ditunjukkan Gambar 2.1), kemudian anda mempunyai ide bagaimana RF bekerja
9
seperti dipancarkan dari antenna. Mengerti tingkah laku dari panyebaran gelombang RF
adalah bagian penting untuk mengerti mengapa dan bagaimana wireless LAN berfungsi.
Tanpa dasar pengetahuan tersebut,seorang administrator tidak mampu menentukan
lokasi instalasi dari perlengkapan dan tidak akan mengerti bagaimana memecahkan
masalah wireless LAN.
2.1.1 Sifat RF
RF kadang disebut kaca dan asap karena RF terlihat bekerja tidak teratur dan
tidak konsisten pada kenyataanya. Barang kecil seperti konektor tidak terlalu kecil
atau tipis yang tidak cocok pada garis dapat menyebebkan sifat yang tidak teratur
dan hasil yang tidak diinginkan. Pada sesi berikut mendiskripsikan type tersebut
dan bagaimana dapat terjadi pada gelombang radio seperti pengirimnya.
2.1.2 Gain
Gambar 2.2. Power Gain
Ilustrasi gain pada Gambar 2.2, adalah waktu yang digunakan untuk
mendiskripsikan peningkatan pada sinyal RF amplitudo. Gain biasanya adalah
proses yang aktif.; berarti bahwa sumber tenaga , seperti RF amplifier , digunakan
untuk menguatkan sinyal atau sebuah high-gain antenna digunakan memfocuskan
beamwidth dari sinyal untuk meningkatkan amplitudo sinyalnya.
10
Tetapi proses yang pasif bisa juga menyebabkan Gain. Contohnya, refleksi
sinyal RF dapat berkombinasi dengan sinyal utama untuk meningkatkan tegangan
sinyal utama.
Meningkatkan tegangan mungkin memiliki dampak positif dan negatif.
Khususnya,tenaga yang banyak adalah lebih baik, tetapi merupakan kasus ,seperti
saat transmitter meradiasikan tenaga sangat tertutup ke tenaga output yang
terbatas, dimana penambahan tenaga akan menyebabkan masalah yang serius.
2.1.3 Power Loss
Gambar 2.3. Power Loss
Loss menggambarkan sebuah penurunan kekuatan sinyal (Gambar 2.3).
Banyak cara yang dapat menyebabkan kerusakan sinyal, baik ketika sinyal masih
dalam kabel seperti sinyal AC yang berfrekuensi tinggi dan ketika sinyal
dipancarkan seperti gelombang radio melalui udara dengan antenna. Resistansi
dari kabel dan konektor menyebabkan kerusakan karena perubahan sinyal AC
terlalu panas. Impedance yang tidak seimbang pada kabel dan konektor dapat
mengakibatkan power direfleksikan kembali ke sumber, yang mana dapat
menyebabkan degradasi sinyal. Secara langsung objek dipancarkan oleh transmisi
gelombang dapat menyerap, memantulkan, atau merusak sinyal RF. Kerusakan
dapat dimasukkan dengan sengaja ke sirkuit dengan sebuah RF attenuator. RF
attenuator adalah resistor yang akurat yang merubah AC berfrekuensi tinggi ke
panas sehingga mengurangi amplitudo sinyal pada titik dalam sirkuit.
11
Ada banyak sebab yang mempengaruhi sinyal RF antara pengirim dan
penerima. Karena gain atau loss sesuai untuk implementasi wireless LAN, hal itu
harus dapat ditentukan . Sesi pada bagian ini tentang matematika RF akan
mendiskusikan loss dan gain yang sesuai dan bagaimana untuk menghitung dan
mengimbanginya.
Menjadi ukuran dan penyeimbang untuk loss pada koneksi RF atau sirkuit
adalah penting karena radio memiliki penerima threshold yang sensitiv. Threshold
yang sensitiv didefinisikan sebagai titik yang mana radio dapat membedakan
dengan jelas sebuah sinyal dari noise background. Karena keterbatasan penerima
yang sensitiv, letak transmitting harus memancarkan sinyal dengan amplitudo
yang cukup untuk dapat dikenal oleh penerima. Jika kerusakan terjadi antara
pengirim dan penerima , masalah tersebut harus dikoreksi oleh object yang
berpindah mengakibatkan loss atau dengan meningkatkan kekuatan transmisi.
2.1.4 Refleksi
Refleksi diilistrusikan pada Gambar 2.4, terjadi ketika pemancar gelombang
elektromagnetik mengenai object yang memiliki dimensi yang sangat besar ketika
dibandingkan dengan lamanya gelombang dari pemancar gelombang. Refleksi
terjadi pada permukaan bumi, bangunan ,tembok, dan panghalang yang lain. Jika
permukaan lembut, refleksi sinyal mungkin tertinggal utuh, pendapat itu adalah
beberapa loss karena penyerapan dan penyerapan sinyal.
Sinyal RF dapat menyebabkan masalah yang serius pada wireless LAN.
Pemantulan pada sinyal utama dari banyak object pada area pengirim diteruskan
ke multipath. Multipath dapat memiliki dampak negativ yang parah pada LAN
wireless, seperti penurunan atau pembatalan sinyal utama dan mengakibatkan
lubang atau celah pada RF area. Permukaan seperti danau, atap logam, pintu logam,
dan lainnya dapat mengakibatkan refleksi yang parah, dan multipath.
12
Gambar 2.4. Pemantulan (Reflection)
Refleksi pada magnitudo tersebut tidak pernah menguntungkan dan secara
khusus membutuhkan fungsi khusus(antenna diversity) dengan wireless LAN
hardware untuk mengimbanginya. Baik multipath maupun antenna diversity
didiskusikan lebih jauh pada bagian 9.
2.1.5 Pembiasan (Refraksi)
Pembiasan digambarkan sebagai pembelokan gelombang radio yang
melewati medium yang memiliki kepadatan yang berbeda. Seperti gelombang RF
yang melewati medium yang lebih padat gelombang akan akan cenderung
melewati arah yang lain, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Pembiasan
Pemantulan dapat mengakibatkan masalah untuk RF pada area yang luas.
Seperti perubahan kondisi atmosfer, gelombang RF mungkin berubah arah,
mengalihkan jalannya sinyal dari target yang dikehendaki.
2.1.6 Difraksi
Difraksi terjadi ketika garis edar radio antara pengirim dan penerima
dihambat oleh permukaan yang tajam atau dengan kata lain kasar. Pada frekuensi
13
tinggi, difraksi, seperti refleksi, tergantung pada ukuran objek yang menghambat
dan amplitudo, fase, dan polarisasi dari gelombang pada titik difraksi.
Difraksi secara umum dibingungkan dan disalah artikan dengan refraksi.
Perhatian seharusnya tidak membingungkan jangka waktunya. Difraksi
didiskripsikan sebuah gelombang membelok melalui medium. Pada contoh diatas
seperti batu pada kolam, sekarang menganggap menancapkan tongkat melewati
permukaan air disamping dimana batu mengenai air. Seperti kocakan air mengenai
tongkat, itu akan diblok ke derajat yang kecil, tetapi ke derajat yang besar, ripple
akan dipancarkan disekitar ranting. Ilustrasi tersebut menunjukan bagaimana
difraksi dengan rintangan pada garis edarnya, tergantung pada permukaan
hambatan. Jika object lebih besar atau tidak rata , gelombang mungkin tidak
dipancarkan, tetapi mungkin diblok.
Gambar 2.6. Difraksi
Difraksi adalah gelombang yang pelan pada titik dimana permukaan
gelombang mengenai hambatan,ketika tumpuan dari permukaan gelombang
menopang penyebaran pada kecepatan yang sama. Difraksi adalah effect dari
putaran gelombang, atau belokan,disekitar hambatan. Seperti contoh yang lain
,menganggap mesin blowing sebuaharus yang kuat dari asap. Asap itu akan
mengalir lurus sampai hambatan dibuka pada bagiannya. Memperkenalkan blok
kayu yang luas ke energi asap akan menyebabkan asap menggulung disekitar
pojok dari blok menyebabkan degradasi yang menyolok pada kecepatan asap pada
titik dan perubahan signifikan pada arahnya
14
2.1.7 Scattering
Penyebaran terjadi ketika medium dimana gelombang merambat
mengandung object yang kecil dibandingkan dengan panjang sinyal gelombang,
dan jumlah object perunit volume sangat besar. Gelombang tersebar dihasilkan
dari perrmukaan kasar, benda kecil,atau oleh ketidak normalan path sinyal, seperti
terlihat pada Gambar 2.7
.
Gambar 2.7. Scattering
Beberapa contoh diluar ruangan yang menyebabkan penyebaran pada sistem
komunikasi mobile termasuk foliage, rambu lalu lintas,dan lamppost. Penyebaran
dapat terjadi dalam 2 cara utama.
Pertama, penyebaran terjadi ketika gelombang merambat melalui permukaan
kasar dan terpantul ke segala arah secara simultan. Penyebaran tipe ini memicu
banyak pemantulan amplitudo kecil dan merusak sinyal RF utama. Dissipasi
sinyal RF bisa terjadi ketika gelombang ketika gelombang RF dipantulkan oleh
pasir, bebatuan atau permukaan tidak rata lainnya. Ketika penyebaran terjadi
dengan cara ini ,degradasi sinyal RF bisa signifikan pada titik komunikasi
intermettenly dissporing atau menyebabkan kehilangan sinyal secara total.
Kedua, penyebaran dapat terjadi ketika gelombang sinyal merambat melalui
partikel-partikel dalam medium seperti debu. Dalam kasus ini, bukanya terpantul
oleh permukaan kasar,gelombang RF secara individual terpantul pada partikelpartikel
yang sangat kecil.
2.1.8 Penyerapan (Absorption)
Penyerapan terjadi ketika sinyal RF merambat objek dan terserap dalam
material objek dengan cara tidak menembusnya, memantul, atau mengitari objek
15
2.2 Rasio Tegangan Gelombang Berdiri (VSWR)
VSWR terjadi ketika terdapat impedalisi yang tidak cocok (hambatan arus dalam
satuan ohm) antara alat dalam sistem RF. Ketidakcocokan dalam kontes ini, berarti
bahwa satu alat mempunyai impedasi yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada alat
yang terhubung padanya. VSWR disebabkan oleh sinyal RF yang terpantul pada titik
ketidakcocokan impedansi dalam path dalam empat sinyal. VSWR menyebabkan
kehilangan kembalian, yang didefinisikan sebagai kehilangan energi maju melalui
sebuah sistem yang disebabkan beberapa dayanya terpantulkan dan kembali ke
pengirim. Jika impedasi pada ujung koneksi tidak cocok, kemudian tenaga tertransmisi
maksimal tidak akan diterima pada antenna, ketika bagian sinyal RF terpantul kembali
kepengirim, levelo sinyal pada line berbeda, bukannya menjadi tetap. Perbedaan ini
merupakan indikator VSWR.
Sebagai ilustrasi VSWR, bayangkan air mengalir melalui dua selang. Selama
dua selang mempunyai diameter yang sama air mngalir dengan normal. Jika selang
terhubung pada faucet yanfg secara signifikan lebih besar dari selang lainnya akan
terjadi tekanan balikpada faucet dan bahkan pada koneksi antara dua selang. Tekanan
balik berdiri mengilustrasikan VSWR, seperti terlihat pada Gambar 2.8. dalam contoh
ini anda dapat melihat bahwa back pressure mempunyai effek negative dan tidak secara
dekat sebanyak air dialirkan keselang yang kedua dibandingkan dengan selang yang
cocok disambungkan secara benar.
Gambar 2.8. VSWR
2.2.1 Pengaturan VSWR
VSWR merupakan rasio, jadi ia diekspresikan sebagai hubungan antara dua
angka. Nilai khusus VSWR adalah 1,5 : 1. dua angka berelasi dengan rasio
ketidakcocokan impedasi disbanding dengan impedasi yang cocok sempurna.
16
Angka kedua selalu satu, mempresentasikan ketidakcocokan yang sempurna,
sedangkan angka pertama bias berbeda. Semakin rndah angka pertma (mendekati
satu), semakin baik kecocokan impedansi yang dimiliki system anda. Sebagai
contoh VSWR dengan rasio 1,1 : 1 loebih baik daripada 1,4 : 1. pengukuran
VSWR 1 : 1 menunjukkan kecocokan impedansi yang sempurna dan tidak ada
tegangan gelombang berdiri akan muncul dalam path sinyal.
2.2.2 Efek VSWR
VSWR yang berlebihan dapat menyebabkan masalah yang serius dalam
sirkuit RF. Sebagian besar, hasilnya menuru dalam amplitude dalam sinyal RF
terkirim. Bagaimanapun, beberapa transmitter tidak akan terlindungi terhadap
daya selama diterima atau dikembalikan ke sirkuit output transmitter, tenaga yang
terpantul bias membakar elektronik transmitter. Efek VSWR terjadi ketika sirkuit
transmitter terbakar, level output daya tidak stabil dan pengamanan daya berbeda
secara signifikan dari tenaga yang diharapkan. Metode pembandingan VSWR
dal;am sirkuit termasuk penggunaan yang benar dari alat yang benar. Koneksi
keras diantra kabel dan konektor, penggunaan perangkat yang impedensinya
cocok dan penggunaan alat berkualitas tinggi dengan laporan kaligrasi ketika
dibutuhkan semuanya merupakan pengukuran preventatif terhadap VSWR.
VSWR dapat diukur dengan instrumen berakularasi tinggi seperti SWR meter,
tetapi pengukuran ini masih dalam ruang lingkup text ini dan merupakan tugas
kerja dari adminnetwork.
2.2.3 Solusi VSWR
Untuk mencegah efek negatif VSWR sangatlah penting bahwa semua kabel,
konektor dan alat-alat mempunayi impedensi yang semirip mungkin. Jangan
gunakan kabel 75 ohm dengan alat 50 ohm, sebagai contoh. Kebanyakan alat-alat
wireless LAN mempunyai impedansi 50 ohm, tetapi tetap disarankan agar anda
tetap mengecek setiap alat sebelum pemasangan, hanya untuk menyakinkan.
Setiap alat transmiter ke antenna harus mempunyai impedensi sesama mimpin,
termasuka kabel, konektor, antenna, amplifiyer, antenuators, sirkuit output transmitor,
dan sirkuit imput penarima.
17
2.3 Prinsip Antenna
Bukan maksud kami mengajarkan teori antenna pada buku ini, tetapi untuk
menjelaskan bebearap prinsip antenna yang secara langsung berhubungan penggunaan
Wireless LAN. Tidak penting bagi Wairless LAN untuk secara detail untuk memahami
desain antenna untuk mengadmintrasi network. Sepasang point utama yang penting
untuk dimengerti untuk antenna adalah:
1. Antenna menkonversi energi listrik gelombang ke gelombang RF. Dalam kasus
antenna pentramisi, atau gelombang RF ke energi elektik dalam kasus antenna
penerima.
2. Dimensi fisik antenna seperti panjangnya berhubungan langsung dengan
frekuensi dimana antennanya dapat menghambat gelombang atau menerima
gelomang terhambat. Beberapa point penting dalam memahami
pengadmintrasian werless LAN bebas lisensi adalah garis panjang, efek zona
fresnel (baca : fra-nel) dan penapaian antenna, dalam melalui beamwidth
terfokus. Point ini akan didiskusikan dalam bagian ini.
2.3.1 Garis Pandang
Dengan cahaya tampak, visual LOSD (yang lebih sederhana dikenal sebagai
LOS) didefinisikan sebagai garis lurus dalam objek dalam pandangan (transmiter)
kemata pengamat. LOS merupakan garis lurus karena gelombang cahaya bisa
berubah-ubah karena refraksi, defraksi, dan refleksi dengan cara yang sama
dengan RF refreksi. Gambar 2.9 mengilustrasikan LOS. RF bekerja mirip dengan
cahaya tampak pada wireless LAN dengan satu pengecualian: RF LOS dapat juga
dipengaruhi oleh pengeblokkan zona Fresnel.
Gambar 2.9. Line of Site
18
Bayangkan jika anda melihat kearah sebuah pipa sepanjang dua kaki
kemudian obstruksi mengeblok dalam pipa. Ilustrasi sederhana ini menunjukkan
bagaimana RF bekerja ketika benda mengeblok zona Fresnel, kecuali bahwa
dengan pipa itu anda dapat melihat ujung lainnya pada beberapa derajat. Dengan
RF kemampuan yang sama terbatasnya untuk melihat translasi kekoneksi yang
korup atau yang rusak, RF LOS penting karena RF tidak sama seperti cahaya
tampak berkerja.
2.3.2 Daerah Fresnel (Fresnel Zone)
Sebuah keputusan ketika merencanakan atau memperbaiki RF LAN adalah
zona Fresnel. Zona Fresnel menepati beberapa seri dari area berbentuk elips
konsentrik disekitar jalan LOS seperti terlihat Gambar 2.10. Zona Fresnel penting
dalam entergritas RF link karena dapat memperbaiki area disekeliling LOS yang
dapat memngenali interferensi sinyal RF jika terblok. Objek dalam zona Fesnel
seperti pohon, bukit, dan bangunan dapat menyebarkan atau dapat memantulakn
sinyal utama keluar dari penerima, mengubah RF LOS. Objek-objek ini juga dapat
menyerap atau menyebarkan sinyal RF utama menyebabkan degradasi atau
kehilangan sinyal.
Gambar 2.10. Fresnel Zone
Radius fresnel zone dari titik terluarnya dapat dihitung dengan menggunakan
rumus.
19
Dimana d adalah jarak link dalam ukuran mil, f adalah frekuensi dalam
besaran GHz, dan hasilnya adalah r dalam ukuran feet.
2.3.3 Obstruction
Mempertimbangkan pentingnya jarak jangkauan fresnel zone, oleh karena
itu penting juga mengukur derajat yang dapat di-blok oleh fresnel zone. Sebuah Rf
sinyal, ketika secara partial di-blok akan membelok mengelilingi sebuah
penghambat beberapa derajat, beberapa halangan fresnel zone dapat terjadi tanpa
adanya gangguan link yang berarti. Secara khusus, 20-40% gangguan fresnel zone
memasukkan sedikit tanpa adanya campur tangan kedalam link. Hal tersebut
selalu menimbulkan kesan error/salah pada sudut conservative yang membolehkan
tidak lebih dari 20% gangguan pada fresnel zone. Lebih jelasnya, jika pohon atau
objek lain adalah sumber dari gangguan, kemungkinan perlu mempertimbangkan
design sebuah link yang didasarkan pada 0% gangguan. Jika lebih dari 20%
fresnel zone dari sebuah RF link yang dimaksud telah ter-blok, atau jika sebuah
aktif link menjadi ter-blok oleh bangunan baru atau pohon yang tumbuh, biasanya
dengan menaikkan ketinggian antenna akan mengurangi masalah.
Sebuah pertanyaan yang umum ditanyakan tentang fresnel zone adalah
ketika menggunakan peralatan indoor wireless LAN seperti PC cards dan access
point, yaitu tentang bagaimana gangguan pada fresnel zone mampu
mempengaruhi instalasi indoor. Pada sebagian besar instalasi indoor, RF sinyal
mampu menyambung jalur, memantulkan, dan membelok mengelilingi dinding,
perabotan, dan gangguan yang lain. Fresnel zone dikatakan tidak melanggar batas
kecuali jika secara partial atau penuh sinyal ter-blok. Ini adalah sebuah kasus yang
kadang kala terjadi, tetapi jarang diperhatikan oleh sebagian besar pengguna
wireless mobile. Di lingkungan mobile, fresnel zone secara terus-menerus berubah
sehingga pengguna secara normal membebaskan hal tersebut dan berpikir bahwa
coverage yang mereka tempati jelek, tanpa berpikir kenapa coverage area yang
tersebut menjadi tidak bagus.
20
2.3.4 Antenna Gain (Penguatan Antena)
Sebuah element antenna yang secara tipikal tidak diasosiasikan dengan
amplifier dan filter disebut passive device. Tidak ada proses pengkondisian,
penguatan, atau manipulasi sinyal oleh element antenna itu sendiri. Sebuah
antenna dapat mempengaruhi proses penguatan (amplification) dari bentuk
fisiknya. Proses pengguatan antenna merupakan hasil dari proses
pemusatan(focusing) radiasi RF kedalam sebuah penguat beam, yang hanya
sebagai bulb dari flashlight yang dapat difokuskan kedalam penguat beam yang
membuat sebuah sumber menyerupai lampu penerang yang mengirimkan lampu
selanjutnya. Focusing radiasi diukur dengan cara beamwidth, dari derajat
horizontal dan vertical. Contohnya, sebuah omni-directional antenna memiliki 360
derajat horizontal beamwidth. Dengan membatasi 360 derajat beamwidth kedalam
beam yang difokuskan kembali, katakanlah sebesar 3 derajat, pada daya yang
sama gelombang RF akan diradiasikan kembali. Hal ini tergantung bentuk design
dari antenna, patch, panel, dan yagi (yang kesemuanya termasuk kedalam jenis
semi-derectional antenna). Higly-directional antenna meggunakan teori ini
selangkah lebih maju dengan cara memfokus kedua beamwidth baik horizontal
maupun vertical secara kuat untuk memaksimalkan jarak penyebaran gelombang
pada low daya (daya kecil).
2.3.5 Intentional Radiator
Sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Federal Comunication
Commision (FCC), intentional radiator adalah sebuah peralatan RF yang secara
khusus di-design untuk meng-generate dan me-radiasi sinyal RF. Dalam istilah
hardware, intentional radiator meliputi peralatan RF dan semua pengkabelan juga
konektor-konektor pendukung tetapi tidak termasuk antenna, sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 2.11 dibawah ini
21
Gambar 2.11. Intentional Radiator
2.3.6 Equivalent Isotropically Radiated Daya (EIRP)
EIRP adalah sebuah daya yang secara actual di pancarkan oleh element
antenna, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.12. Konsep ini adalah penting
karena telah diatur oleh FCC dan telah digunakan untuk perhitungan apakah
sebuah wireless link atau bukan telah aktif. EIRP menerima account sebuah gain
dari antenna
Gambar 2.12. EIRP
Jika sebuah stasiun transmisi menggunakan antenna sebesar 10 dBi (yang
memperkuat sinyal sebesar 10-fold) dan intentional radiator memberikan daya
sebesar 100 miliwatt. Maka EIRP-nya adalah sebesar 1000 mW atau 1 watt. FCC
telah mengatur keduanya, meliputi kekuatan output pada internasional radiator dan
element antenna. Kegagalan menggunakan aturan FCC yang berkenaan dengan
22
kekuatan output dapat menjadi persoalan administrator atau organisasi untuk
kemudian melegalkan segala aksi untuk menjadikan semuanya menjadi baik
2.3.7 Rumus Matematika Frekuensi Radio
Ada 4 bagian penting dari pengkalkulasian daya pada wireless LAN, yaitu
sebagai berikut :
• Daya (kekuatan) pada peralatan transmisi
• Loss dan gain dari peralatan penghubung antara peralatan transmisi dan
antenna, seperti kabel, konektor, amplifier, attenuator, dan splitters.
• Daya (kekuatan) pada konektor terakhir sebelum sinyal RF masuk pada
antenna ( intentional Radiator).
• Daya pada element antenna (EIRP)
Bagian ini akan didiskusikan dalam contoh-contoh perhitungan pada sesi
forthcoming. Setiap bagian ini akan membantu untuk menentukan link-link RF
yang aktif tanpa melebihi daya yang telah dibatasi oleh FCC. Setiap factor tersebut
harus dilakukan pada account ketika akan merencanakan sebuah wireless LAN,
dan seluruh factor tersebut telah direlasikan secara matematik. Sedangkan pada
bagian pendukung menjelaskan satuan-satuan ukuran yang digunakan pada
perhitungan output daya ketika akan meng-konfigurasi peralatan-peralatan LAN.
2.4 Unit Of Measure (Satuan Ukur)
Ada beberapa standart satuan ukuran yang telah lazim dipakai oleh administrator
wireless network karena lebih efektif dalam hal implementasi dan troble shooting
(penanganan error) pada wireless LAN. Kita akan mendiskusikan tentang hal tersebut
secara detil, beserta contoh penggunaanya. Kemudian kita akan menggunakan beberapa
contoh permasalahan matematis-nya sehingga anda akan memahami sepenuhya apa saja
yang diperlukan sebagai bagian dari perintah-perintah CWNA’s job.
2.4.1 Watts (W)
Satuan dasar dari daya adalah watt. Watt didefinisikan sebagai satu
ampere(A) arus pada satu volt(V). Sebuah contoh untuk memahami satuan ini
23
adalah, kita bayangkan sebuah kebun yang dilalui oleh aliran air. Tekanan air
dapat direpresentasikan dengan tegangan (voltage) dalam circuit elektrik. Aliran
air yang melewati kebun tersebut dapat direpresentasikan dengan dengan ampere
(arus). Sehingga dapat diumpamakan watt adalah hasil yang didapatkan dari
penjumlahan besarnya tekanan dan banyaknya air yang melewati kebun. Satu watt
sebanding dengan satu ampere dikalikan dengan satu volt.
Pengkhususan untuk 120 watt plug-in night-light kira-kira 7 watt. Pada
malam hari yang terang, daya 7 watt ini akan tampak 50 mil (83 km) dari segala
arah, dan jika kita dapat menyandikan informasi sedemikian rupa, seperti dengan
menggunakan kode morse, kita akan mendapatkan sebuah wireless link yang telah
terbentuk. Perlu diingat bahwa kita hanya memperhatikan proses penerimaan dan
pengiriman data, dan bukan proses pencahayaan pada penerima dengan
menggunakan energi RF sebagaimana kita akan menerangi sebuah ruangan
dengan lampu. Anda dapat melihat secara relative sedikit daya yang diperlukan
untuk untuk membentuk sebuah RF link dengan jarak yang besar. FCC hanya
membolehkan 4 watt daya untuk diradiasikan dari sebuah antenna pada proses
koneksi point-to-multipoint wireless LAN dengan menggunakan unlicensed 2,4
GHz peralatan spread spectrum. 4 watt kelihatannya bukan sebuah daya yang amat
besar, tetapi lebih dari cukup untuk mengirim sinyal data RF secara jelas pada
jarak bermil-mil.
2.4.2 Miliwatts
Pada saat proses implementasi wireless LAN, level daya yang sama-sama
rendah sebesar 1 miliwatt (1/1000 watt, disingkat denganmW) dapat digunakan
pada area yang kecil, dan level daya pada sebuah single-wireless LAN segment
jarang sekali diatas 100 mW – cukup untuk komunikasi dengan jarak setengah mil
(0.83 km) pada kondisi optimum. Secara umum access point memiliki
kemampuan meradiasi daya 30-100 mW, tergantung pada manufacturer
(pembuatnya). Hal ini hanya terjadi pada kasus point-to-point outdoors conection
antara beberapa bangunan dimana level daya yang digunakan diatas 100 mW.
Sebagian besar level daya yang dikerahkan oleh administrator akan menjadi mW
atau dBm. Kedua satuan ukuran ini merepresentasikan sejumlah daya yang
24
absolute dan keduanya merupakan ukuran standart yang digunakan dalam
industry.
2.4.3 Decibel
Saat penerima sangat sensitive terhadap sinyal RF (Radio Frequency),
kemungkinan sinyal tersebut mampu membawa daya sekitar 0.000000001 watt.
Lebih jelasnya maksud nilai tersebut adalah nilai yang sangat kecil untuk
layperson dan akan ditolak atau tidak akan dibaca. Decibel diperuntukkan untuk
mempresentasikan angka yang dibuat lebih mudah dipahami dan dimengerti.
Decibel berdasarkan pada hubungan logaritmik dari pangukuran daya secara
linier:Watts. Pada RF, logaritmik adalah eksponen dari angka 10 yang
dipangkatkan untuk mencapai nilai yang diinginkan.
Jika kita memberikan angka 1000 dan ingin menemukan logaritmik (log),
kita temukan log 1000=3 karena 103 = 1000. catatan bahwa logaritmik 3 adalah
eksponensial. Hal yang penting sebagai catatan tentang logaritmik adalah
logaritmik dari negative adalah nol atau tidak didefinisikan.
Log(-100) = undefined!
Log(0) = undefined!
Pada skala linier watt kita dapat menggambari titik-titik dari absolute daya.
Ukuran dari absolute daya menunjuk pada ukuran daya dalam relasi beberapa
referensi yang telah ditentukan. Pada sebagian besar skala linier (watt, derajat
Kelvin, mil/jam), referensi telah ditentukan pada nol (zero), yang biasanya
mendeskripsikan kekurangan dari sesuatu yang telah diukur: zero watts = no daya
(tidak ada daya), zero derajat Kelvin = no thermal energy (tidak ada energi), zero
MPH = no movement (tidak ada perpindahan). Pada skala logaritmik, sebuah
referensi tidak dapat menjadi zero (nol) karena log dari zero tidak ada (tidak
didefinisikan). Decibel adalah sebuah unit ukuran relative yang tidak sama dengan
ukuran absolute dari miliwatt.
2.4.4 Gain And Loss Measurements (Pengukuran Penguatan dan Pelemahan)
25
Gain dan loss pada daya diukur dalam decibel, bukan dalam watt, karena
gain dan loss adalah sebuah konsep relative dan decibel sendiri adalah suatu
ukuran yang relative. Gain dan loss dalam system RF ditunjukkan oleh ukuran
absolute daya (e.g. setengah dari daya-nya). Kehilangan setengah dari daya dalam
sebuah system maka bersamaan dengan itu akan hilang 3 desibel. Jika sebuah
system kehilangan setengah dari daya-nya (-3 dB), kemudian kehilangan setengah
daya lagi (-3 dB), maka total kehilangan dari system sebesar ¾ dari daya original
½ dari kondisi awal, sehingga menjadi ¼( ½ of ½ ). Lebih jelasnya, tidak ada
ukuran absolute/mutlak pada watt yang dapat mengukur asymmetrical loss dengan
jalan yang berarti, tetapi decibel mampu melakukannya.
Sebagai referensi yang cepat dan mudah, ada beberapa angka yang
direlasikan untuk gain dan loss dan seorang administrator seharusnya sudah akrab
dengan angka-angka ini. Angka-angka tersebut adalah sebagai berikut :
-3 dB = ½ daya dalam mW
+3 dB = *2 daya dalam mW
-10 dB = 1/10 daya dalam mW
+10 dB = *10 daya dalam mW
Kami menyebut referensi yang cepat ini sebagai 10’s dan 3’s dari RF math.
Pada saat menghitung gain dan loss pada daya, keduanya hampir selalu dibagi
dengan 10 atau 3. Nilai-nilai ini memberikan kemudahan bagi administrator untuk
melakukan perhitungan loss dan gain pada RF secara cepat dan mudah dengan
akurasi yang lumayan tanpa menggunakan kalkulator. Pada sebuah kasus dimana
dengan menggunakan cara ini tidak mungkin dapat dilakukan, maka ada beberapa
rumus pengkonversi yang dapat dilihat dibawah, yang dapat dilakukan untuk
melakukan perhitungan ini.
Berikut ini adalah persamaan umum untuk mengkonversi mW ke dBm :
Pdbm = 10 Log PmW
26
Persamaan ini dapat dimanipulasi untuk membalik pengkonversian, yaitu
mengkonversi dBm ke mW :
Pmw = Log-1(Pdbm /10) Pmw = 10(Pdbm /10)
Note : Log-1 merupakan inverse logarithma (invers log).
Point lainnya yang juga penting adalah bahwa gain dan loss merupakan
additive (tambahan). Jika access point dikoneksikan pada sebuah kabel yang telah
loss sebesar -2 dB dan konektor loss sebesar -1 dB, maka keseluruhan dari loss
akan ditambahkan dan hasil total dari loss adalah -3 dB. Kita akan sambung
beberapa perhitungan RF pada sesi selanjutnya untuk mmberikan gambaran yang
baik tentang bagaimana merelasikan ankga-angka tersebut dalam praktek nyata.
2.4.5 dBm
Reference point yang berkenaan dengan skala logaritmik dB untuk skala
linier watt adalah :
1 mW = 0 dBm
Dimana m dalam dBm secara sederhana merujuk pada skala decibel dan
skala watt yang kira-kira dapat menggunakan aturan sebagai berikut :
+dB akan mengalikan dua nilai watt :
(10 mW + 3 dB = 20 mW)
Demikian juga, -3 akan membagi dua nilai watt :
(100 mW – 3 dB 50 mW)
+10 dB akan meningkatkan nilai watt sebesar sepuluh kali lipat:
(10 mW + 10dB = 100 mW)
Sebaliknya, -10 akan mengurangi nilai watt sampai sepersepuluh dari nilai
tersebut.
(300 mW – 10dB = 30 mW)
27
Aturan-aturan ini akan memberikan perhitungan yang cepat dari miliwatt
daya level ketika diberikan daya level, gain, dan loss dalam dBm dan dB. Gambar
2.13 memberikan sebuah reference point yang selalu sama, tetapi level daya dapat
berpindah kesalah satu arah dari reference point yang tergantung pada apa yang
mereka representasikan pada daya, gain atau loss.
Gambar 2.13. Tabel Power Level
Grafik atas pada gambar 2.13, gain dan loss sebesar 10 dB ditunjukkan pada
setiap penambahan. Perlu diperhatikan bahwa gain sebesar +10 dB dari reference
point sebesar 1 mW memindahkan daya sampai +10 dBm (10 mW). Sebaliknya,
perlu diperhatikan juga bahwa loss sebesar -10 dB memindahkan daya sebesar -10
dBm (100 microwatts). Pada grafik bawah juga menggunakan prinsip yang sama.
Kedua grafik merepresentasikan maksud yang sama, kecuali yang satu dilakukan
penambahan pada gain dan loss sebesar 3 dB dan yang satu lagi sebesar 10 dB.
Dipisahkan menjadi dua grafik untuk kemudahan dalam pembacaan. Dengan
menggunakan grafik diatas, maka akan lebih mudah melakukan konversi dBm dan
mW pada level daya.
Contoh:
+43 dBm dibagi dengan 10 dan 3 sehingga menjadi +10+10+10+10+3. Dari
reference point, gambar grafik menunjukkan bahwa dilakukan perkalian nilai
miliwatt (dimulai dari reference point) sebuah factor dari perkalian sepuluh
28
sebanyak empat kali dan factor dari perkalian 2 sebanyak satu kali dan hasilnya
adalah sebagai berikut :
1 mW x 10 = 10 mW
10 mW x 10 = 100 mW
100 mW x 10 = 1,000 mW
1,000 mW x 10 = 10,000 mW
10,000 mW x 2 = 20,000 mW = 20 watt
Sehingga kita dapat melihat bahwa daya sebesar +43 dbm sama dengan 20
watt. Contoh lain dengan ukuran daya negative, misalkan diberikan nilai reference
point sebesar -26 dBm.
Pada contoh ini kita tahu bahwa -26 dBm sama dengan -10-10-3-3. Dari
reference point, gambar grafik menunjukkan bahwa dilakukan pembagian pada
nilai miliwatt (dimulai pada reference point) oleh factor dari 10 sebanyak dua kali
dan factor dari 2 sebanyak dua kali dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1 mW / 10 = 100 uW
100 uW / 10 = 10 uW
10 uW / 2 = 5 uW
5 uW/ 2 = 2.5 uW
Sehingga dapat dilihat bahwa daya sebesar -26 dBm sama dengan 2.5
microwatt.
2.4.6 dBi
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, gain dan loss diukur dalam
decibel. Ketika dilakukan paengukuran gain pada antenna, satuan decibel
direpresentasikan dengan dBi. Satuan ukuran dBi ditujukan hanya untuk gain pada
antenna. Huruf “i” kepanjangan dari “isotropic”, yang mengartikan perubahan
pada daya yang telah direferensikan untuk isotropic radiator. Isotropic radiator
adalah sebuah teori transmitter ideal yang menghasilkan manfaat pada output field
electromagnetic di segala arah dengan intensitas yang sama, dan pada effisiensi
29
100 %, dalam space 3-dimensi. Salah satu contoh dari isotropic radiator adalah
matahari. Pikirkan bahwa dBi telah direferensikan untuk penyempurnaan. Ukuran
dBi digunakan dalam perhitungan RF pada tata cara yang sama seperti dB. Satuan
dBi adalah relative.
Dengan menganggap sebuah antenna sebesar 10 dBi dengan daya yang
digunakan sebesar 1 watt. Sehingga EIRP adalah (daya output pada element
antenna)?
1 W + 10 dBi (meningkat 10 kali lipat) = 10 W
Perhitungan ini bekerja pada cara yang sama seperti yang dapat dilihat pada
gain yang diukur dalam dBi. Gain sebesar 10 dBi dikalikan dengan daya input
pada antenna dengan factor. Antenna yang tidak berfungsi secara normal tidak
dapat menurunkan sinyal, sehingga nilai dBi-nya selalu positif. Seperti halnya dB,
dBi merupakan satuan ukuran yang relative yang dapat ditambah atau dikurangi
dari satuan decibel yang lainnya. Sebagai contoh, jika sebuah sinyal RF direduksi
sebesar 3 dB berjalan melewati copper cabel kemudian ditransmisikan oleh sebuah
antenna dengan gain 5 dBi, maka hasilnya dari keseluruhan gain adalah +2 dB.
Contoh
Pemberian RF circuit pada Gambar 2.14, menentukan daya pada semua titik
sasaran dalam miliwatt.
30
Gambar 2.14. Contoh Konfigurasi WLAN
2.4.7 Pengukuran Akurat
Meskipun teknik ini bermanfaat dan cocok pada semua situasi, ada beberapa
masalah ketika rentetan angka yang telah ditetapkan tidak tersedia. Pada saat
inilah digunakan rumus yang merupakan metode terbaik untuk melakukan
perhitungan RF. Selama decibel merupakan satuan ukuran daya yang relative,
perubahan dalam level daya menjadi implicit (tidak secara langsung). Jika level
daya diberika dalam dBm, maka merubah kedalam dB akan lebih sederhana
perhitungannya :
Daya awal = 20 dBm
Daya akhir = 33 dBm
Perubahan daya, ΔP = 33-20 = +30 dB, karena nilai yang dihasilkan adalah
positif maka menandakan bahwa terjadi peningkatan pada daya.
Jika level daya diberikan pada miliwatt, prosesnya dapat lebih komplek lagi :
Daya awal (Pf) = 130 mW
Daya akhir (Pi) = 5,2 W
31
Perubahan daya,
ΔP = 10 Log (Pf / Pi)
= 10 Log (5.2 mW / 130 mW)
= 10 Log 40
= 10 * 1.6
= 16 dB
2.5 Kesimpulan
Frekuensi Radio adalah sinyal arus berfrekuensi tinggi yang berubah-ubah yang
melewati konduktor tembaga yang panjang dan kemudian diradiasikan ke udara
melalui sebuah antenna. Mengerti tingkah laku dari panyebaran gelombang RF
adalah bagian penting untuk mengerti mengapa dan bagaimana wireless LAN
berfungsi. Tanpa dasar pengetahuan tersebut,seorang administrator tidak mampu
menentukan lokasi instalasi dari perlengkapan dan tidak akan mengerti bagaimana
memecahkan masalah wireless LAN. Sifat dari RF atu Frekuensi Radio terdiri atas
Gain, Power Loss, Refleksi / Pemantulan, Pembiasan, Difraksi, Scattering, dan
Penyerapan. VSWR terjadi ketika terdapat impedalisi yang tidak cocok (hambatan
arus dalam satuan ohm) antara alat dalam sistem RF. VSWR disebabkan oleh sinyal
RF yang terpantul pada titik ketidakcocokan impedansi dalam path dalam empat
sinyal. VSWR menyebabkan kehilangan kembalian, yang didefinisikan sebagai
kehilangan energi maju melalui sebuah sistem yang disebabkan beberapa dayanya
terpantulkan dan kembali ke pengirim. Antenna adalah media yang esensial dalam
komunikasi Wireless untuk menghubungkan Point yang satu dengan yang lain. Hal
yang penting di mengerti untuk antenna adalah Antenna menkonversi energi listrik
gelombang ke gelombang RF. Dalam kasus antenna pentramisi, atau gelombang RF
ke energi elektik dalam kasus antenna penerima. Dan, Dimensi fisik antenna seperti
panjangnya berhubungan langsung dengan frekuensi dimana antennanya dapat
menghambat gelombang atau menerima gelomang terhambat. Beberapa point
penting dalam memahami pengadmintrasian werless LAN bebas lisensi adalah garis
panjang, efek zona fresnel dan penapaian antenna, dalam melalui beamwidth
terfokus.
32
2.6 SOAL
1. Sebutkan beberapa macam sifat dari Frekuensi Radio ?
2. Apakah pengertian dari Intentional Radiator ? (Jelaskan beserta gambar)
3. Sebutkan enpat bagian penting dari Radio Frequency Mathematics ?
4. Berapa Zone Fresnel yang dapat dihasilkan apabila diketahui dua Antenna
Wireless LAN berjarak 0.4 mil dengan menggunakan frekuensi 1600 Mhz ?
5. Berapa perubahan daya apabila diketahui daya akhir yang dihasilkan empat kali
dari daya awalnya ?
33
Bab 3. Teknologi Spread Spectrum
Dalam rangka untuk menjalankan dan menyelesaikan wireless Lan dengan baik,
mengerti teknologi spread spectrum dan mengimplementasikannya dengan baik
merupakan suatu keharusan. Dalam bagian ini, akan membahas apa teknologi spread
spectrum dan bagaimana kegunaan menurut petunjuk FCC. Kita akan membedakan dan
membandingkan dua bagian utama teknologi spread spectrum dan membahas, di
dalamnya, bagaimana tekhnologi spread spectrum di implementasikan dalam wireless
Lan.
3.1 Memperkenalkan Spread Spectrum
Spread spectrum adalah sebuah teknologi komunikasi yang memberikan karakter
kepada lebar bandwidth dan low peak power. Spread spectrum komunikasi digunakan
berbagai macam modulasi teknologi dalam wireless Lan dan memiliki banyak
keuntungan, membatasi komunikasi narrow band. Gangguan yang sedikit akan
mempengaruhi komunikasi pada spread spectrum dibandingkan pada komunikasi
narrow band. Karena alasan ini, spread spectrum telah lama disangkutkan dengan
militer. Dalam rangka membahas spread spectrum apa yang pertama kita harus tetapkan
pada suatu referensi dengan membahas konsep pengiriman narrow band.
3.1.1 Mengirimkan Narrow Bandz
Suatu pengiriman narrow band adalah teknologi komunikasi yang hanya
cukup digunakan dari frekwensi spectrum untuk membawa data sinyal, dan tidak
lebih. Misi FCC untuk menjaga penggunaan frekwensi sebanyak mungkin, hanya
membagi-bagikan apa yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Spread
spectrum bertentangan dengan misi karena menggunakan banyak band frekwensi
yang lebih luas dibandingkan keperluan untuk mengirimkan informasi. Ini
membawa kita kepada kebutuhan yang pertama pada suatu sinyal untuk spread
spectrum. Suatu sinyal merupakan suatu sinyal spread spectrum ketika bandwidth
lebih luas dari pada apa yang diperlukan untuk mengirimkan informasi.
Gambar 3.1 menjelaskan perbedaan diantara narrow band dan transmisi
spread spectrum. Catatan bahwa satu karakteristik dari narrow band merupakan
34
high peak power. Power yang lebih diperlukan untuk mengirimkan suatu transmisi
ketika penggunaan range frekwensi lebih kecil. Dalam urutan untuk sinyal narrow
band untuk jadi diterima, mereka harus mengeluarkan tingkatan level atas dari
noise, memanggil noise floor, dengan jumlah yamg significant. Sebab band
menjadi narrow, high peak power memastikan resepsi error-free suatu sinyal
narrow band.
Gambar 3.1. Narrow Band vs Spread Spectrum
Suatu argumentasi bertentangan dengan transmisi narrow band selain dari
pada itu juga memerlukan narrow band untuk mengirimkan sinyal narrow band
bisa jadi mengganggu atau mengalami gangguan campur tangan denagn mudah.
Gangguan menjadi intensional yang menaklukkan transmisi menggunakan sinyal
yang tak dikehendak imengirimkan pada band yang sama. Sebab band menjadi
narrow, sinyal narrow band yang lain, termasuk noise, dengan sepenuhnya
menghapus informasi dengan menaklukkan transmisi narrow band, seperti kereta
lewat tengah menundukkan suatu ketenangan.
3.1.2 Teknologi Spread Spectrum
Teknologi spread spectrum mengijinkan kita untuk mengambil dengan
jumlah informasi yang sama dengan sebelumnya yang akan dikirimkan dengan
menggunakan sinyal pengangkut narrow band dan menyebarnya ke luar dengan
frekwensi jarak yang lebih besar. Sebagai contoh, kita boleh menggunakan 1 MHz
pada 10 Watt denagn narrow band, tetapi 20 MHz pada 100 mW dengan spread
spectrum. Dengan penggunaan spectrum frekwentasi yang lebih luas, kita
35
mengurangi kemungkinan data yang akan rusak. Narrow band mengganggu usaha
suatu sinyal spread spectrum yang akan mungkin dirintangi berdasarkan atas
bagian kecil dari informasi sinyal narrow band dengan frekwensi jarak.
Kebanyakan data digital akan diterima dengan error-free. Sekarang ini spread
spectrum RF radio manapun dapat memancarkan kembali dengan jumlah yamg
kecil dari kerugian data dalam kaitan dengan gangguan narrow band.
Selagi spread spectrum band secara relative luas, peak power dari sinyal
merupakan quite low. Ini menjadi kebutuhan yang kedua untuk suatu sinyal untuk
jadi dipertimbangkan spread spectrum. Karena suatu sinyal untuk
dipertimbangkan spread spectrum, harus menggunakan low power. Dua
karakteristik dari spread spectrum ini (penggunaan band frekwensi luas dan sangat
low power) membuat kebanyakan penerima seolah-olah merupakan suatu sinyal
noise. Noise adalah suatu band luas sinyal low power, tetapi berbeda dengan noise
yang tak dikehendaki. Lagipula, Sejak kebanyakan radio penerima akan
memandang sinyal spread spectrum sebagai noise, penerima ini tidak akan
mencoba ke demodulate atau menginterpretasikan, menciptakan kurang lebih
pengamanan komunikasi.
3.2 Penggunaan Spread Spectrum
Keamanan ini tidak bisa dipisahkan untuk menarik militer di dalam teknologi
spread spectrum melalui tahun1950 dan tahun1960. Oleh karena itu noise seperti
karakteristik, spread spectrum bisa dikirim di bawah noses lawan dengan menggunakan
teknik komunikasi klasik. Keamanan hampir semua dijamin. Secara alami, keamanan
komunikasi yang dirasakan hanya valid asalkan tidak ada yang menggunakan teknologi
lain. Jika kelompok yang lain akan menggunakan teknologi yang sama, komunikasi
spread spectrum ini bisa ditemukan, jika tidak diinterupsi dan dikodekan.
Di dalam tahun 1980, FCC menerapkan satu set aturan yang membuat teknologi
spread spectrum untuk masyarakat dan memberikan harapan kepada penyelidikan dan
riset ke dalam commercialisasi tentang teknologi spread spectrum. Meskipun demikian
pada mulanya sekilas mungkin kelihatan bahwa militer telah kehilangan keuntungan,
padahal itu tidak pernah. Band yang digunakan oleh militer berbeda dari band yang
digunakan oleh masyarakat. Juga, militer menggunakan modulasi yang sangat berbeda
dengan teknik encoding untuk memastikan bahwa komunikasi spread spectrum jauh
36
lebih sulit untuk menginterupsi dibanding mereka yang dari general public. Sejak tahun
1980, riset telah dimulai, spread spectrum telah digunakan dalam telepon cordless,
global positioning systems (GPS), digital cellular telephony (CDMA), personal
communications system (PCS), dan sekarang wireless local area networks (wireless
Lan). Penggemar radio amatir kini mulai mengadakan percobaan dengan teknologi
spread spectrum untuk banyak dipertimbangkan meraka yang mempunyai
permasalahan.
Sebagai tambahan terhadap wireless Lan (WLan), wireless personal area
networks (WPANs), wireless metropolitan area networks (WMANs), and wireless wide
area networks (WWANs) adalah juga mengambil keuntungan dari teknologi spread
spectrum. WPANs dengan menggunakan teknologi Bluetooth untuk mengambil
keuntungan dari kebutuhan yang sangat low power untuk mengijinkan jaringan Wireless
di dalam jarak yang sangat pendek. WWANs dan WMANs dapat menggunakan
keuntungan antenna yang directional yang tinggi untuk membuat long-distance, highspeed
RF yang menghungkan dengan low power.
3.2.1 Wireless Local Area Networks
Wireleess Lan, WMANs, dan WWANs menggunakan spread spectrum yang
sama dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh suatu wireless LAN mungkin
bisa digunakan dalam bangunan untuk menyediakan penghubung para mobile,
atau jembatan mungkin bisa digunakan untuk menyediakan building-to-building
penghubung ke seberang suatu kampus. Ini adalah penggunaan yang spesifik dari
teknologi spread spectrum yang tepat di dalam uraian suatu Local Area Network
(LAN).
Penggunaan yang umum dari teknologi spread spectrum yaitu suatu
kombinasi dari Wireless 802.11 yang memenuhi Lan dan 802.15 peralatan yang
memenuhi Bluetooth. Dua teknologi ini sudah megcepture bagian pasar yang luar
biasa, jadi merupakan ironis bahwa keduanya berfungsi dengan banyak cara yang
berbeda, permainan di dalam FCC dengan aturan yang sama, tetapi sangat
bertentangan satu sama lain. Riset pantas dipertimbangkan, waktu, dan sumber
daya termasuk dalam pembuatan teknologi ini pada waktu yang sama.
3.2.2 Wireless Personal Area Networks
37
Bluetooth, paling populer dari teknologi WPAN yang ditetapkan oleh
standart IEEE 802.15. Peraturan FCC mengenai penggunaan spread spectrum,
mengijinkan untuk berbeda tipe dari implementasi spread spectrum. Beberapa
format dari spread spectrum memperkenalkan konsep frekwensi hopping, yang
mengirim dan menerima system hop dari frekwensi ke frekwensi di dalam band
frekwensi yang mengirimkan data, Bluetooth hop kira-kira 1600 kali per detik
sedang teknologi HomeRF (luas band teknologi WLAN) hop kira-kira 50 kali per
detik. Kedua teknologi ini saling bertukar dari standart 802.11 WLAN, yang mana
hop 5-10 kali per detik.
Masing teknologi ini mempunyai kegunaan yang berbeda di dalam pasar,
tetapi semua tergolong dalam peraturan FCC. Sebagai contoh, ciri 802.11
frekwensi hopping WLAN boleh jadi diterapkan di lingkungan rumah dalam
kaitan dengan pembatasan lower output power oleh FCC
3.2.3 Wireless Metropolitan Area Networks
Penggunaan spread spectrum lain, seperti link wireless yang mengilingi
keseluruhan kota besar yang menggunakan high-power link point-to-point untuk
membuat suatu jaringan, dalam mengenal sebagai Wireless Metropolitan Area
Networks, atau WMANs. Menghubungkan banyak link point-to-point Wireless ke
suatu jaringan ke seberang area yang geografisnya sangat besar dengan
mempertimbangkan WMAN, tetapi masih menggunakan teknologi yang sama
sebagai WMAN. Perbedaan WLAN dan WMAN, WMANs menggunakan
frekwensi yang diizinkan sebagai ganti frekwensi yan tidak diizinkan dengan
menggunakan WLan. Alasan untuk perbedaan ini bahwa organisasi menerapkan
jaringan yang akan mengontrol jarak frekwensi di mana WMAN sedang
diterapkan dan tidak perlu khawatir jika orang lain menerapkan jaringan yang
bertentangan. Faktor yang sama berlaku pada WWANs.
3.3 FCC Specification
Meskipun ada implementasi yang berbeada dari teknologi spread spectrum, hanya
dua jenis yang ditetapkan oleh FCC. Hukum menetapkan spread spectrum di dalam
judul 47 melalui kongress dengan judul ”Telegraf, Telepon, dan Radiotelegraphs.”
Hukum menyediakan basis untuk peraturan dan implementasi oleh FCC.Peraturan FCC
38
dapat ditemukan di dalam kode Peraturan Pemerintah pusat (CFR). Wireless LAN
diuraikan di dalam peraturan ini.Peraturan FCC ini uraikan dua teknologi spread
spectrum yaitu DSSS dan FHSS.
3.3.1 Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)
Frekwensi hopping spread spectrum adalah suatu teknik yang menggunakan
kecepatan frekwensi spread spectrum yang lebih dari 83 MHz. Kecepatan
frekwensi mengacu pada kemampuan radio untuk merubah frekwensi transmisi di
dalam RF band frekwensi yang dapat di pakai. Dalam frekwensi hopping wireless
Lan, bagian yang dapat dipakai dari 2.4 GHz ISM band adalah 83.5 MHz, per
peraturan FCC dan standart IEEE 802.11.
3.3.1.1 How FHSS Works ?
Dalam sistem frekwensi hopping, merubah frekwensi, atau hop, menurut
urutan pseudorandom. Urutan pseudorandom adalah daftar beberapa frekwensi
yang akan hop pada interval waktu yang ditetapkan sebelum mengulanginya.
Pemancar menggunkan urutan hop untuk memilih frekwensi transmisinya.
Pengngkut akan tinggal pada frekwensi tertentu untuk waktu yang ditetapkan
(dikenal sebagai dwell time), dan kemudian menggunakan sejumlah waktu
kecil untuk hop kepada frekwensi yang berikutnya (hop time).
Gambar 3.2 menunjukkan frekwensi hopping sistem menggunakan
urutan hop frekwensi 5 MHz band. Di dalam contoh ini, urutannya adalah
1. 2.449 GHz
2. 2.452 GHz
3. 2.448 GHz
4. 2.450 GHz
5. 2.451 GHz
Ketika radio telah memancarkan informasi pada 2.451 GHz, radio akan
mengulangi urutan hop, start lagi ke 2.449 GHz. Proses mengulang urutan
selanjutnya sampai informasi diterima dengan sepenuhnya. Penerima radio
disamakan ke pemancar hop radio dalam rangka menerima frekwensi yang
39
sesuai di proper time. Sinyal kemudian di demodulated dan digunakan oleh
komputer yang menerima.
Gambar 3.2. Single FHSS
3.3.1.2 Effects Of Narrow Band Interference
Frekwensi hopping adalah suatu metoda data pengiriman di mana
transmisi dan sistem menerima hop sepanjang pola frekwensi dapat diulang
bersama-sama.
Dengan semua teknologi spread spectrum, frekwensi hopping sistem
bersifat resistant tetapi tidak kebal untuk gangguan campur tangan narrow
band. Di dalam contoh gambar 3.2, jika sinyal akan bertentangan dengan
frekwensi sinyal hopping, pada 2.451 GHz hanya bagian dari sinyal spread
spectrum yang hilang. Sisa dari sinyal spread spectrum akan tetap utuh, dan
data yang hilang akan dipancarkan kembali. Pada kenyataannya, sinyal spread
spectrum yang bertentangan boleh menduduki megahertz dari bandwidth.
Sejak frekwensi hopping band selesai lebar 83 MHz, bahkan sinyal yang
bertentangan akan menyebabkan sedikit penurunan dari sinyal spread
spectrum.
3.3.1.3 Frequency Hopping Systems
Adalah menjadi pekerjaan dari IEEE untuk menciptakan standart operasi
dalam membatasi peraturan yang diciptakan oleh FCC. IEEE dan standart
OpenAir mengenai sistem FHSS menguraikan:
40
what frequency bands may be used (frekwensi band apa yang boleh
digunakan)
hop seguences
dwell time
data rates
Standart IEEE 802.11 menetapkan tingkat data1 Mbps dan 2 Mbps dan
OpenAir (standart yang diciptakan oleh almarhum dalam wireless LAN bentuk
interoperasi) menetapkan tingkat data 800 jbps dan 1.6 Mbps. Dalam rangka
untuk sistem frekwensi hopping untuk 802.11 atau OpenAir, ia must
beroperasi dalam 2.4 GHz ISM band ( yang mana telah di definisikan oleh
FCC dari 2.400 GHz ke 2.5000 GHz). Keduanya standart mengenai operasi
dalam jarak 2.4000 GHz ke 2.4835 GHz. Sejak Wireless LAN Interoperability
Forum (WLIF) tidak lagi mendukung standart yang di luar, system IEEE akan
memenuhi untuk system FHSS dalam buku ini.
3.3.1.4 Channels
Suatu sistem frekwensi hopping akan beroperasi menggunakan pol suatu
channel. Sistem frekwensi hopping secara khusus menggunakan hop standart
26 atau subnet daripadanya. Beberapa sistem frekwensi hopping mengijinkan
hop menggunakan pola. Dan yang lain mengijinkan sinkronisasi antar sistem
dengan menghapus collisions dalam menempatkan lokasinya. Meskipun
mungkin untuk mempunyai sebanyak 79 poin-poin akses yang disamakan,
dengan banyak sistem ini, masing-masing frekwensi hopping radio akan
memerlukan sinkronisasi dengan semua dalam urutan tidak untuk bertentangan
dengan frekwensi hopping radio yang lain dalam area. Harga system seperti itu
menjadi penghalang dan biasanya tidak dipertimbangkan pada sustu pilihan.
Jika radio tidak disamakan untuk digunakan, Kemudian 26 sistem dapat
dilokasikan dalam Wireless LAN, jumlah ini dianggap sebagai maksimum
dalam Wireless LAN medium-traffic. Lebih dari 15 sistem frekwensi hopping
dilokasikan dalam lokasi yang bertentangan pada tingkat collisions itu akan
mulai mengurangi kumpulan keluaran dari Wireless LAN
41
Gambar 3.3. Co-located FHSS
3.3.1.5 Dwell Time
Ketika mendiskusikan system frekwensi hopping, Kita sedang
mendiskusikan sistem yang harus memancarkan pada frekwensi yang
ditetapkan untuk sementara waktu, Kemudian hop pada suatu frekwensi yang
berbeda unutk melanjutkan pemancaran. Ketika sistem frekwensi hopping
memancarkan pada frekwensi, harus melakukan sejumlah waktu yang
ditetapkan. Wkatu ini akan memanggil dwell time. Sekali ketika dwell time
berakhir, system tombolke frekwensi yang berbeda dan mulai unutuk
memancarkan lagi. Suatu sistem frekwensi hopping memancarkan dua
frekwensi,2.401 GHz dan 2.402 GHz. Sistem akan memancarkan pada
frekwensi 2.401 GHz untuk durasi dari dwell time-100 miliseconds (ms),
sebagai contoh. Setelah 100 ms radio harus berubah pemancarkan frekwensi
pada 2.402 GHz dan mengirimkan informasi pada frekwensi untuk 100 ms.
3.3.2 Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
Direect Sequence Spread Spectrum sangat dikenal luas dan merupakan tipe
spread spektrum yang paling banyak digunakan, digunakan oleh aplikasi yang
sangat popular, mudah penggunaan dan memiliki rate data yang tinggi. DSSS
merupakan sebuah metode pengiriman data dimana pengiriman dan penerimaan
data berada pada range frekuensi 22 MHz. Chanel yang lebih lebar akan membuat
peralatan dapat mengirim informasi lebih tinggi daripada system FHSS
42
3.3.2.1 Bagaimana DSSS Bekerja
DSSS menggabungkan sebuah data sinyal pada station pengiriman
dengan kecepatan bit sequence yang tinggi dimana direferensikan sebagai
chipping code atau penguatan prosesor. Sebuah prosesor yang tinggi akan
menambah resistansi sinyal untuk saling berinteferensi. Proses dari direct
sequence dimulai dengan sebuah carier dimodulasikan dengan kode sequence.
Angka pada chips dalam kode akan menentukan bagaimana penyebaran terjadi
dan angka dari chips serta kecepatan dari kode akan menentukan kecepata
data.
3.3.2.2 Direct Sequence Systems
Dalam ISM band 2.4 GHz, IEEE telah menjelaskan bahwa penggunaan
DSSS pada rate data 1 atau 2 Mbps dibawah standar 802.11. Peralatan IEEE
802.11b beroperasi pada 5.5 atau 11 Mbps yang akan mampu berkomunikasi
dengan peralatan 802.11 yang beroperasi pada 1 atau 2 Mbps hal ini
dikarenakan tipe 802.11 b menyediakan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan versi sebelumnya.
3.3.2.3 Channels
Tidak seperti frekuensi hoping system yang menggunakan rangkaian
lompatan untuk mendefinisikan chanel-chanel, direct system menggunakan
definisi chanel yang lebih konvensional. Masing-masing chanel merupakan
band yang saling berdekatan dengan lebar frekuensi 22 MHz dan 1 MHz
frekuensi carier digunakan hanya sebagai FHSS. Chanel 1 beroperasi dari
2.401 GHz – 2.423 GHz dan chanel 2 operates dari 2.406 – 2.429.
3.3.3 Akibat dari Narrow Band Interfence
Seperti sistem frekuensi hop, direct sequence system selalu resistan. Sebuah
sinyal DSSS akan lebih suspek daripada FHSS karena band DSSS sangat kecil
43
(dengan lebar 22 MHz 79 MHz yang digunakan FHSS) dan informasi dikirim
melalui simultan band. Dengan FHSS, frekuensi akan sulit dan lebar frekuensi
akan mengalami interferensi.
3.3.4 Akibat Aturan FCC terhadap DSSS
Hanya karena sistem FHSS, FCC menggunakan regulasi bahwa sistem
DSSS menggunakan 1 w untuk point to multipoint. Keluaran maksimum yang
berdiri sendiri dari channel yang dipilih, artinya channel yang disetujui, daya
keluaran yang sama. Regulasi ini mengaplikasikan spread spectrum antara 2.4
GHz ISM band dan naik 5 GHz UNII band.
3.3.5 Perbandingan FHSS dan DSSS
Antara teknologi FHSS dan DSSS memiliki kelebihan dan kekurangan, dan
hal itu urusan dari administrator Wireless LAN untuk memberikan tiap kelebihan
dan kekurangan ketika memutuskan bagaimana mengimplementasikan Wireless
LAN. Pada bagian ini akan membahas beberapa faktor yang seharusnya
didiskusikan ketika membandingkan teknologi yang akan diimplementasikan pada
perusahaan kita, yaitu
• Narrowband interference
• Co-Location
• Cost
• Equipment Compability & Availability
• Data rate & Thoughput
• Security
• Standards Support
3.4 Narrowband Interference
Salah satu kegunaan system FHSS adalah resistensi yang besar untuk narrowband
interference. System DSSS mungkin diakibatkan oleh Narrowband interference dan
pada system FHSS karena menggunakan 22 MHz dibandingkan dengan 79 MHz FHSS.
44
3.4.1 Cost
Ketika mengimplementasikan jaringan wireless LAN, kegunaan dari sistem
DSSS mungkin lebih murah dari pada sistem FHSS. Biaya untuk
mengimplementasikan sebuah direct sequence system sangat sulit. Sejak sistem
frekuensi hop yang jelek.
3.4.2 Co-Location
Sebuah kegunaan dari FHSS dari DSSS adalah kemampuan yang lebih pada
sistem frekuensi hop untuk di-co-located ke direct sequence system. Sejak sistem
frekuensi hop disebut frekuensi yang jelek dan menggunakan 79 channel diskrit,
yang mana memiliki c-location maksimum terhadap 3 access point.
Gambar 3.4. Perbandingan Co-location
Bagaimanapun, ketika dihitung biaya hardware pada sistem FHSS untuk
mendapatkan sistem DSSS secara keseluruhan, kegunaan akan cepat hilang.
Karena sistem DSSS memiliki 3 co-located access point, secara keseluruhan
konfigurasi ini akan menjadi
3 access point x 11 Mbps = 33 Mbps
atau secara kasaran 50 % dari bandwith rate, sistem DSSS secara keseluruhan
33 Mbps / 2 = 16.5 Mbps.
45
Home RF2.0 menggunakan lebar band frekuensi hoping teknologi untuk
mencapai 10 Mbps kecepatan data.,dimana kira-kira pada putaran 5 Mbps
keluaran yang sebenarnya.
Penangkap membandingkan Home RF2.0 ke 802.11 atau 802.11b system
aplles ke apples. Perbedaannya ialah HomeRF batas keluaran powernya ( 125 mW
) dibandingkan dengan 802.11 sistem ( 1 watt ).
Ketika wireless frame dipancarkan , sinyal akan berhenti antara data frame
untuk mengontrol sinyal dan perintah over head lainnya.Dengan frekuensi system
hoping ini “interframe spacing “ lebih panjang daripada menggunakan direct
sequence system, menyebabkan kecepatan data yang dikirim melambat. Sebagai
tambahan ketika system frekuensi hoping dalam proses perubahan frekuensi
pemancar , tidak ada data yang terkirim.ini menyebabkan lebih banyak kehilangan
output, meskipun hanya sebagian kecil. Beberapa wireless LAN system
menggunakan phisycal layer protocol dalam beberapa macamnya untuk
meningkatkan output.Cara kerja metode ini menguntungkan keluarannya setinggi
80 % dari keceptana transfer data, tetapi juga mengakibatkan pengorbanan antar
kemampuan pengoperasiannya.
3.4.3 Keamanan
Kelebaran toute dan mitos bahwa frekuensi system hoping tidak dapat
dipisahkan keamanannya dengan direct sequences system. Fakta utama mitos ini
tidak membuktikan bahwa FHSS radio hanya dibuat oleh beberapa perusahaan
kecil saja. Dari beberapa perusahaan ini semuanya mematuhi standard seperti
802.11 atau OpenAir dalam usaha menjual produknya lebih efektif. Kedua
kebanyakan perusahaan menggunakan standar dari hop sequences, yang umumnya
digabungkan dengan daftar pre-determined , diprodusi dengan standar organisasi (
IEEE atau WLIF ). Kedua macam bentuk itu membuat kode hop sequences
relative sederhana.
Alasan lain yang membuat hop sequences sangat sederhana ialah banayak
channel yang di siarkan sangat bersih dengan beberapa pemancar.Juga MAC
address yang dipancarkan access point dapat dilihat setiap pemancar( dengan
indikasi buatan dari pabrik radio ). Beberapa perusahaan memperbolehkan
46
administrator lebih fleksibel dlam mendefinisikan sendiri bentuk
hopping.Walaupun kejadian ini biasanya level keamanannya tidak ada sejak alat
canggih seperti spectrum analyzer dan laptop computer dapat digunakan untuk
jalur bentuk hopping dari FHSS radio dalam detik.
3.4.4 Standard Support (Dukungan Standar)
Dalam diskusi sebelumnya , DSSS mempunyai lebar gain yang harus
diberikan untuk biaya rendah, kecepatan tinggi, WECA’s Wi-Fi standar
operasioanal , dan banyak factor lainnya.Pasar akan mengijinkan hanya kecepatan
perubahan industri yang harus diberikan, DSSS system lebih cepat seperti 802.11g
baru dan 802.11 a wireless LAN hardware .WECA’s baru mengoperasikan WiFi5
standar untuk 5GHz DSSS system operasi pada UNII band yang membantu
pergerakan industri pada direksi yang sama. Standar baru FHSS system terdapat
HomeRf2.0 dan 802.15 ( mendukung WPAN’s seperti Bluetooth ), tetapi tidak
untuk advancing FHSS system pada enterprise. Semua standar itu dan
teknologinya akan dibicarakan didepan pada bab 6.
3.5 Kesimpulan
Spread spectrum adalah sebuah teknologi komunikasi yang memberikan karakter
kepada lebar bandwidth dan low peak power. Spread spectrum komunikasi digunakan
berbagai macam modulasi teknologi dalam wireless Lan dan memiliki banyak
keuntungan yaitu membatasi komunikasi Narrow Band. Suatu pengiriman narrow band
adalah teknologi komunikasi yang hanya cukup digunakan dari frekwensi spectrum
untuk membawa data sinyal, dan tidak lebih. Penerapan dari aplikasi komunikasi
Wireless diantaranya wireless personal area networks (WPANs), wireless metropolitan
area networks (WMANs), and wireless wide area networks (WWANs). Teknologi
Spread Spektrum terbagi atas FHSS (Frequency Hoping Spread Spectrum) dan DSSS
(Direct Sequence Spread Spectrum).
47
3.6 SOAL
1. Apakah yang dimaksud dengan pengiriman sinyal Narrow Band ?
2. Jelaskan tentang pengertian FHSS ?
3. Jelaskan tentang pengertian DSSS ?
4. Sebutkan dalam apa saja perbedaan antara FHSS dengan DSSS ?
5. Bagaimana prinsip kerja dari DSSS ?
48
Bab 4. Perangkat untuk Infrastruktur
Pada bab dari buku ini kita akan banyak membahas bagian hadware wireless LAN.
Seperti yang disebutkan pada bab sebelumnya, kita dapat memilih sebuah keperluan
dasar untuk jaringan wireless SOHO (Small Office Home Office) dibawah 400 dolar,
termasuk sebuah Accesss Point, kartu wireless PC, dan mungkin sebuah USB client.
Meskipun dengan tipe perlengkapan ini kita tidak mempunyai pengalaman dengan
setiap bagian yang dicakup pada bab ini, kita akan memiliki ide bagus bagaimana
mengkomunikasikan beberapa peralatan tersebut dengan kata lain bekerja menggunakan
teknologi RF (Frekuensi Radio).
Pada bagian ini meliputi kategori berbeda dari perlengkapan infrastruktur jaringan
wireless dan beberapa variasi didalam tiap kategori. Dengan membaca sendiri bagian
ini, kita dapat lebih jelas mencerna implementasi terkini jaringan wireless, walaupun
sederhana kita alan tahu semua perbedaan macam-macam perlengkapan wireless LAN
yang kita punyai. Hal ini akan membantu kita dalam membuat atau menambahkan ke
sebuah jaringan wireless. Materi hardware ini pembangunan secara fisik tiap wireless
LAN.
Pada umumnya, kita akan melingkupi tiap tipe hardware pada bagian ini pada cara
yang sama menurut topik dibawah ini :
• Mendefinisikan dan peranan hardware pada jaringan
• Pilihan umum yang mungkin termasuk dengan hardware
• Bagaimana memasang dan mengkonfigurasikan hardware
Tujuan dari bab ini adalah membuat kita mengerti akan kebutuhan hardware yang
kita perlukan untuk banyak konfigurasi bermacam-macam wireless LAN.
4.1 Access Point
Dasar kedua kartu wireless PC, accesss point/AT, kemungkinan peralatan paling
umum untuk Wireless LAN yang mana kita akan bekerja sebagai administrator Wireless
LAN. Seperti nama disarankan, accesss point menyediakan client dengan sebuah point
untuk mengakses ke dalam sebuah jaringan. Sebuah accesss point adalah sebuah
peralatan half duplex dengan kecerdasan yang sesuai untuk kecanggihan switch
49
Ethernet. Gambar 4.1 menunjukkan sebuah contoh dari sebuah accesss point, dimana
Gambar 4.2 mengilustrasikan dimana sebuah accesss digunakan pada sebuah wireless
LAN.
Gambar 4.1. Access Point
Gambar 4.2. Installasi AP di Jaringan
4.1.1 Mode Access Point
Accesss point berkomunikasi dengan wireless clientnya, dengan jaringan
kabel dan dengan accesss point lainnya. Ada 3 macam model pada accesss point
yang akan dikonfigurasikan:
Root Mode
Repeater Mode
Bridge Mode
50
Tiap model akan digambarkan dibawah ini
4.1.1.1 Root Mode
Root Mode digunakan ketika accesss point dikoneksikan ke sebuah
tulang punggung kabel (wired backbone) sepanjang interface kabel (biasanya
Ethernet)/ kebanyakan accesss point mendukung model lebih dari model root
hadir dikonfigurasikan secara default. Ketika sebuah accesss ponit
dikoneksikan ke segment kabel sepanjang port Ethernetnya, normalnya itu
(accesss point) akan dikonfigurasikan sebagai mode root. Ketika dalam mode
root, accesss point terkoneksi pada sistem distribusi kabel yang sama dapat
berkomunikasi satu sama lain melalui segment kabel. Accesss point dapat
berkomunikasi satu sama lain ke fungsi koordinat penjelajahan sama seperti
pengassosiasian kembali. Wireless client dapat berkomunikasi dengan wiress
client lainnya pada lokasi yang cellnya berbeda sepanjang access point
masing-masing ke seberang segment kabel, seperti yang ditunjukkan Gambar
4.3
Gambar 4.3. Root Mode
4.1.1.2 Repeater Mode
Dalam mode pengulangan, accesss point memiliki kemampuan untuk
mendukung sebuah koneksi wireless upstream (hulu) kedalam jaringan kabel
lebih dari koneksi normal kabel. Seperti yang kita lihat pada Gambar 4.4, satu
accesss point melayani sebagai accesss point root dan lainnya melayani
51
sebagai sebuah wireless repeater. Acess point dalam mode repeter
terkoneksikan ke client sebagai accesss point dan terkoneksikan ke accesss
point upstream root sebagai client itu sendiri. Menggunakan accesss point
dalam mode repeater adalah tidak disarankan jika tidak benar-benar
dibutuhkan karena cell disekitar tiap accesss point pada skenario ini harus
tumpang tindih minimal 50 %. Konfigurasi ini mengurangi secara drastis
jangkauan pada tiap client yang apat konek ke accesss point repeater.
Tambahan, accesss point repeater berkomunikasi dengan client sama baiknya
pada accesss point upstream melalui koneksi wireless, mengurangi throughput
pada wireless segment. Pengguna dapat membebankan pada koneksi wireless
akan mengalami throughput/keluaran yang rendah dan meningkatnya
keterpendaman pada skenario ini. Pada dasarnya untuk port Ethernet kabel
dapat dihentikan ketika dalam mode repeater.
Gambar 4.4. Repeater Mode
4.1.1.3 Bridge Mode
Pada model jembatan, accesss point bertindak tepatnya sebagai jembatan
wireless, yang mana akan didiskusikan nanti pada bagian ini. Kenyataannya,
mereka menjadi jembatan wireless ketika dikonfigurasikan pada cara ini.
Hanya sebagian kecil accesss point di pasaran yang memiliki fungsi jembatan,
yang mana ciri khasnya ditambahkan biaya tertentu untuk perlengkapan. Kita
akan menjelaskan singkat bagaimana fungsi jembatan wireless, tetapi kita
dapat melihat dari Gambar 4.5 bahwa client tidak diasosiasikan ke jembatan,
52
tetapi sedikit, jembatan digunakan untuk sambungan dua atau lebih segment
kabel bersama sama wireless.
Gambar 4.5. Bridge Mode
4.2 Fixed atau Detachable Antenna
Tergantung kebutuhan organisasi atau client, kita memerlukan pilihan antara
memiliki accesss point dengan antenna tetap (artinya tidak dapat berpindah-pindah) atau
antenna berpindah. Sebuah accesss point dengan antenna berpindah memberikan kita
kemampuan untuk menyertakan sebuah antenna berbeda untuk accesss point yang
digunakan apapun panjang kabel yang kita butuhkan. Sebagai contoh, jika kita
memerlukan untuk memasang accesss point didalamnya dan memberikan koneiksi
dengan user luar ke dalam jaringan. Kita dapat menertakan sebuah kabel dan sebuah
antenna luar ruangan langsung ke accesss point dan hanya memasang antenna luar.
Access point dapat dikirimkan dengan atau tanpa antenna berbeda. Antenna
wireless LAN berbeda digunakan dari bermacam-macam antenna dengan bermacammacam
input pada satu penerima dalam rangka menyample sinyal dari seluruh tiap
antenna. Inti sample/contoh dua antenna adalah untuk mengambil input sinyal dari
antenna yang menerima penerimaan sinyal terbaik. Dua antenna mungkin dapat
memiliki perbedaan penerimaan sinyal karena sebuah gejala yang disebut multipath,
yang mana akan dibicarakan secara detail pada Bab 9.
4.3 Kemampuan Penyaringan Tingkat Lanjut
MAC atau protokol kemampuan penyaringan dapat dimasukkan pada sebuah
accesss point. Penyaringan biasanya digunakan untuk melihat keluar penyusup pada
53
jaringan wireless LAN kita. Seperti sebuah persyaratan dasar keamanan (dicakup dalam
Bab 10 – Keamanan), sebuah accesss point dapat dikonfigurasikan untuk menyaring
keluar peralatan yang tidak terdaftar pada daftar Penyaring MAC accesss point yang
mana dikendalikan administrator.
Protokol penyaringan mengijinkan administrator untuk memutuskan dan
mengontrol protokol yang mana yang digunakan melalui koneksi wireless. Sebagai
contoh, jika seorang administrator hanya mengharapkan menyediakan akses protokol
http melalui koneksi wireless jadi user dapat menjelajah web dan mencek emailnya
melalui email, kemudian mensetting sebuah protokol http akan mencegah semua tipe
protokol lainnya ke segment dari jaringan.
4.4 Kartu Radio (modular) Berpindah
Beberapa manufaktur mengijinkan kita menambah atau mengurangi radio ke dan
dari slot PCMIA yang dibangun pada accesss point. Beberapa accesss point dapat
memiliki slots PCMIA untuk fungsi spesial. Mempunyai dua slot radio dalam sebuah
accesss point mengijinkan satu kartu radio untuk bertindak sebagai sebuah accesss point
sementara kartu radio lainnya bertindak sebagai jembatan (pada kebanyakan kasus
sebuah backbone wireless). Kegunaan sedikit banyak ketidaksamaan adalah untuk
digunakan tiap kartu radio sebagai sebuah accesss point yang berdiri sendiri
(independent). Memiliki tiap kartu bertindak sebagai accesss point independent
mengijinkan seorang administrator untuk mengakomodasikan keduanya seperti banyak
user pada ruang fisik yang sama tanpa pembelian sebuah accesss point kedua, yang
lebih jauh lagi pada pengurangan biaya. Ketika accesss point dikonfigurasikan pada cara
ini, tiap kartu radio harus dikonfigurasikan pada sebuah channel yang tidak tumpang
tindih (non-overlapping), diharapkan idealnya channel 1 dan 11.
4.5 Variabel Output Power
Variabel output power mengijinjan administrator untuk mengontrol power (dalam
miliwatts) dari accesss point yang digunakan untuk mengirim data itu sendiri.
Mengontrol output power menjadi penting dalam beberapa situasi dimana jarak node
54
tidak dapat menentukan letaknya accesss point. Itu juga dapat sederhana menjadi sebuah
kemewahan mengijinkanmu mengontrol area yang dicakup accesss point. Seperti output
power yang ditingkatkan pada accesss point, client akan dapat bergerak lebih jauh dari
accesss point tanpa kehilangan konektivitas. Fitur inijuga dapat membantu keamanan
dengan mengijinkan untuk ukuran cell frekuensi radio sehingga penyusup tidak dapat
untuk jaringan dari luar dinding bangunan.
Alternatif fitur output variabel power adalah digunakan untuk output accesss point
yang tetap. Dengan sebuah output tetap dari akses point, ukuran kreatif seperti
amplifier, attenuator, panjang kabel atau penambahan ketinggian antenna yang akan
diimplementasikan. Kedua pengendalian keluaran power dari accesss point dan antenna
juga dianggap operasi penting didalam aturan petunjuk FCC. Kita akan membicarakan
item ini pada Bab 5, antenna dan aksesorisnya
4.6 Berbagai Macam Tipe Sambungan Kabel
Pilihan sambungan untuk sebuah accesss point dapat termasuk sebuah
sambungan 10baseTx, 10/100baseTx,100baseTx, 100baseFx, token ring, atau lainnya.
Karena sebuah accesss point pada sepanjang peralatan umumnya yang mana
mengkomunikasikan client dengan jaringan kabel backbone, administrator harus
mengerti bagaimana untuk sepantasnya mengkoneksikan akses point ke dalam jaringan
kabel. Desain jaringan sepantasnya dan konektisitas akan membantu mencegah akses
point menjadi sebuah bottleneck dan akan memberikan hasil sejauh problem kecil pada
tidakberfungsinya peralatan.
Menggunakan sebuah pertimbangan standar, terbatas untuk akses point
digunakan dalam sebuah perusahaan wireless LAN. Jika pada kasus ini akses point
dialokasikan 150 meter dari pengkabelan terdekat, jalankan sebuah kategori 5 kabel
ethernet untuk accesss point kemungkinan tidak bekerja. Pada skenario ini akan ada
sebuah masalah karena Etheernet melalui kabel kategori 5 hanya khusus untuk 100
meter. Pada kasus ini, pembelian sebuah konektor 100baseFx dan jalankan fiber dari
lemari pengkabelan ke akses point dipasang lokasi mendahului waktu akan
megkonfigurasikan ke fungsi yang seharusnya dan lebih mudah.
55
4.7 Konfigurasi dan Management
Metode atau metode yang digunakan untuk konfigurasi dan mengatur akses point
akan berbeda pada tiap buatan pabrik. Kebanyakan merek menawarkan paling tidak
console, telnet, USB atau sebuah web server built-in untuk akses browser, dan beberapa
akses point akan memiliki configurasi pilihan dan management software. Konfigurasi
akses point dari pabrik dengan sebuah alamat IP selama inisialisasi konfigurasi. Jika
administrator memerlukan mereset peralatan ke setingan awal pabrik, biasanya berupa
tombol reset hardware pada luar unit/alat untuk tujuan ini.
Bermacam-macam fitur ditemukan dalam akses point. Bagaimanapun, satuhal
adalah konstan, beberapa fitur akses point yang dimiliki, beberapa biaya akses
point.sebagai contoh, beberapa akses point SOHO akan memiliki WEP, filter MAC dan
bahkan sebuah web server built-in. Jika fitur seperti melihat asosiasi kabel, dukungan
802.1x/EAP, dukungan VPN, fungsi routing, protokol Inter-accesssPoint, dan
kebutuhan dukungan RADIUS, yang diharapkan dalam pembayaran yang lebih untuk
sebuah accesss point level perusahaan.
Tiap fitur yang standard pada Wi-Fi menurut akses point kadang berbeda pada
penerapannya. Sebagai contoh, dua merek berbeda dari sebuah accesss point SOHO
mungkin menawarkan filter MAC, tapi hanya salah satu dari keduanya yang akan
menawarkan filtering MAC dimana kita dapat dengan tegas mengijinkan dan dengan
jelas menolak stasiun, lebih dari satu atau lainnya. Beberapa accesss point mendukung
full-duplex 10/100 koneksi pengkabelan dimana lainnya hanya menawarkan koneksitas
10baseT half duplex pada sisi pengkabelan.
Mengerti fitur apa yang diharapkan pada sebuah SOHO, jangkauan menengah,
level accesss point perusahaan adalah bagian penting dari menjadi seorang administrator
jaringan wireless. Daftar dibawah ini dengan tidak menjelaskan secara lengkap karena
pabrik meluncurkan sering fitur baru pada tiap level. Pada daftar ini berarti
menyediakan sebuah ide dimana untuk memulai mencari sebuah daftar akses point yang
sesuai. Pada daftar ini dibuat atas tiap awal lainya dengan level SOHO access point,
berarti bahwa setiap level yang lebih tinggi termasuk fitur dari layer dibawahnya.
4.7.1 Small Office, Home Office (SOHO)
• Penyaringan MAC
• WEP (64 atau 128 bit)
56
• Konfigurasi Interface USB atau console
• Interface konfigurasi built-in server sederhana
• Aplikasi konfigurasi pilihan sederhana
4.7.2 Perusahaan
• Aplikasi konfigurasi pilihan tingkat lanjut
• Interface konfigurasi web server built-in tingkat lanjut
• Akses Telnet
• Management SNMP
• 802.1x/EAP
• RADIUS client
• VPN client dan server
• Routing (static/dinamic)
• Fungsi Repeater
• Fungsi jembatan
Menggunakan panduan manual awal yang cepat akan mendukung informasi
yang lebih spesifik dari tiap merek. Beberapa fungsi, seperti memiliki yang
dilakukan untuk keamanan seperti dukungan terhadap RADIUS dan dukungan
VPN, diduskusikan pada bagian selanjutnya. Beberapa fungsi termasuk bagian
sebelum kebutuhan untuk membaca buku ini,seperti telnet, USB dan web server.
Topik lainnya, seperti sebuah routing dicakup dalam buku ini.
Seperti seorang administrator wireless LAN, kita harus tahu lingkunganmu,
mencari produk yang cocok membangun dan keamanan yang diperlukan dan
membandingkan fitur antara 3-4 dan membuat produk untuk untuk segment pasar.
Proses evaluasi ini niscaya akan memakan banyak waktu, tetapi waktu yang
dihabiskan mempelajari tentang perbedaan produk pada pasar sangat berguna.
Kemungkinan sumber terbaik untuk belajar tentang tiap persaingan merek dalam
sebuah pasar tertentu pada tiap website pembuatnya. Ketika memilih sebuah
accesss point, pastikan untuk mendapatkan dukungan account pembuatnya,
sebagai tambahan fitur dan harga.
57
4.7.3 Mounting / Cara Kerja Pemasangan
• Gunakan duty zip ties untuk memasang accesss point ke kolom atau
sorotan.
• Jangan tutupi cahaya akses point ketika memasang accesss point dengan
zip ties
• Pasang akses point terbalik sehingga lampu indikator dapat terlihat dari
lantai
• Beri nama accesss point
Ketika pemasangan sorotan, salah satunya menggunakan langsung zip ties
atau mungkin pemasangan 2×4 ke sorotan dengan penjepit dengan pemasangan
akses point kepadanya. Jangan lupa untuk memasang antenna dengan cara yang
sama sepertisurvey yang spesifik pada situs.
Beberapa akses point dapat datang dengan pemasangan lubang slide dan
lainya akan memiliki perlengkapan terpisah atau frame yang akan memasangnya.
Beberapa ajangan diterapkan dengan switch untuk memasangnya. Beberapa
jangan lakukan sesuai dengan desain yang digunakan untuk dipasang.
4.8 Tipe Wireless Bridges
Sebuah wireless bridge mendukung konektivitas antara 2 segment LAN kabel dan
digunakan point to point atau konfigurasi point to multipoint. Sebuah wireless bridges
adalah peralatan yang mempunyai kemampuan half duplex hanya dari layar 2 wireless
konektivitas. Gambar 4.6 menggambarkan sebuah contoh dari sebuah wireless bridge,
ketika diilustrasikan pada Gambar 4.8 dimana sebuah wireless bridge digunakan pada
sebuah wireless LAN.
58
Gambar 4.6. Wireless Bridge
4.8.1 Wireless Bridges Mode
Wireless Bridges berkomunikasi dengan dengan wireless bridge lainnya
pada salah satu dari 4 tipe:
• Root mode
• Non-root Mode
• Access point Mode
• Repeater Mode
4.8.1.1 Root Mode
Satu jembatan pada tiap grup bridge harus di set sebagai root bridge.
Sebuah root bridge dapat hanya berkomunikasi dengan yang bukan root
bridge dan peralatan clientnya dan tidak dapat diasosiasikan dengan root
bridge. Gambar 4.7 diilustrasikan sebuah root bridge berkomunikasi dengan
yang bukan root bridge.
59
Gambar 4.7. Komunikasi Root Mode
4.8.1.2 Non-root Mode
Wireless bridge pada anggapan tipe root mode, bersifat wireless, ke
wireless bridges yang ada mode root. Beberapa pabrik wireless mendukung
konektivitas ke tipe yang bukan root bridge ketika bride pada tipe akses point.
Mode ini biasanya sebuah tipe spesial dimana bridge bertindak sebagai sebuah
accesss point dan sebagai sebuah bridge simultan. Peralatan client
diasosiasikan untuk accesss point (atau bridge pada tipe accesss point) dan
bridge berkomunikasi ke bridge. Ketika menggunakan Protokol Spanning
Treee, semua yang bukan root bridge harus terkoneksi dengan root bridge.
4.8.1.3 Opsi Umum
Pilihan hardware dan software pada wireless bridge umumnya mirip
dengan access poit untuk tujuan tujuan sebagai berikut:
1. Fixed atau detachable antennas
2. Kemampuan filter handal
3. Removable(modular )radio card
4. Variable output power
5. Berbagai variasi jenis dari konektifitas non wireless
60
4.8.1.4 Fixed atau Detachable Antenna
Antenna Wireless bridge bisa hadir dalam bentuk yang tetap ataupun bisa
dipisah-pisah dan juga bisa ada dengan atau tanpa keanekaragaman. Sering
kali keaekaragaman tidak diperhatikan ketika mengkonfigurasi sebuah
wireless bridge dikarenakan baik bridge(satu pada masing-masing akhir
link)akan bersifat ststis, dan lingkungan di sekitar wirelsess bridge cenderung
tidak berubah terlalu sering. Untuk alasan itulah multipath tidak
mengkhususkan access point dan mobile users.
Detachable antenna adalah layanan tertentu pada wireless bridge yang
menguntungkan karena detachable antenna memberikan kemampuan untuk
memasanag bridge pada indoor ruangan dan menjalankan kabel outdoor untuk
menghubungkan antenna. Pada sebagian besar kasus antenna semi-directioal
dan detachable digunakan dengan wireless bridge. Jalan alternative untuk
menghubungkan detachable antenna dengan wireless bridge dan pemasangan
bridge inddor adalah dengan memasang wireless bridge outdor tepat di atas
atap wireless bridge indoor.
Pada tahun 1926 the Electric Power Club dan The Associated
Manufacturers of Electrical Supplies memerger pekerjaan mereka dan
membentuk the National Electrical Manufacturers Associateions(NEMA).
Walapun demikian kepemimpinan mereka kembali lagi lebih dari 75 tahun,
dari dahuku hingga sekarang NEMA telah memfokuskan untuk
memberlakukan standart terhadap peralatan listrik, pembelaan atas nama
industri dan analisa ekonomi. Diantara hal-hal lan NEMA mengkhususkan
pada standarisasi piranti yang digunakan di setiap industri untuk melindungi
isinya dari efek negative dari pengaruh kondisi cuaca sekitar
4.8.1.5 Kemampuan Filter Yang Handal
Filter MAC ataupun filter protocol mungkin dibentuk dalam wireless
bridge. Untuk system keamanan dasarnya administrator bisa mengkovigurasi
sebuah wireless bridge untuk memperbolehkan atau tidak akses jaringan pada
peralatan tertetu berdasarkan MAC address mereka.
61
Sebagian besar wireless bridge menawarkan layanan protocol filtering.
Protokol filtering merupakan penggunaan di layer3-7 yang membolehkan
transfer atau tidak paket tertentu atau datagrans berdasarkan layer 3 protokol,
layer 4port atau bahkan layer 7applikasi. Protokol filter digunakan untuk
membatsi penggunaan wireless LAN. Sebagai contoh seorang administrator
bisa mencegah sekelompok user dari menggunakan aplikasi bandwithintensive
berdasarkan pada port atau protocol yang digunaakan untuk aolikasi
itu sendiri.
4.8.1.6 Removable (modular) Radio Cards
Mempunyai kemampuan untuk membentuk wireless backbone
menggunakan satau atau dua slot radio card yang didapat di beberapa bridge
untuk mengurangi jumlah dari peralatan kita 4 menjadi 2 ketika ada
konektifitas client dan fungsioality bridge. Fungsi ini akan membutuhkan
access point dan bridge pada kedua ujung link. Beberapa wireless bridge
menunjukkan fungsi yang sama menggunakan gelombag radio tunggal. Ketika
masih menunjukkan pekerjaan yang sama, konfigurasi ini memberikan
troughput yang lebih sedikitdaripada apabila memisahkan gelombang radio
yang digunakan untuk access point dan fungs bridge.
4.8.1.7 Variabel Output Power
Layanan ini memungkinkan administrator untuk mengontrol output
power(mw) yang seharusnya dimiliki oleh bridge untuk mengirimkankan RF
sinyalnya. Fungsi ini sangat bermanfaat ketika harus melakukan survey ke luar
kantor karena system ini memperbolehkan surveyor untuk mengontrol
fleksibilitas dari mengontrol output power tanpa menambh\ah atau mengurangi
amplifier,attenuator,dan panjang kabel dari rangkaian selama pemeriksaaan.
Apabila digunaka secara bersamaan dengan amplifier, variable output dari
bridge dapat berguna untuk jarak jauh dan mengurangi jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk mendapatkan frequesi yang benar. Sebagai contonya power
62
dari bridge cukup kuat untuk membuat link dan cukup lemah untuk tetap
berkomunikasi dengan aturan tetap dari FCC.
4.8.1.8 Berbagai Macam Koneksi dengan Koneksi tanpa Wireless
Pilihan konketifitas dari wireless bridge bis termasuk dalam 10 baseeTX,
10/100baseTx, 100base Tx, atau 100 base FX. Selalu berusaha untuk
mengeluarkan koneksi full-duplex ke segmet kabel dengan tujuan
memperbesar output dar wireless btidge. Hal ini penting keteika menyiapkan
pembelian wireless bridge untuk andil dalam permasalahan tertentu seperti
jarak dari wiring closet terdekat dengan tujuan mengkhususkan konektifitas
dari wireless bridge.
4.8.1.9 Konfigurasi dan Management
Wireless bridge memiliki banyak kesamaan konfigurasi dengan acess
poin:konsol,telnet,HTTP,SNMP atau konfigurasi dan management umum.
Banyak bridge yang support Power over Ethernet(PoE) sebagaimana dibahas
pada bab5. ketika wireless bridge diimplementasikan, pengecekan troughput
seharusnya dilakuka sesuai dengan pertauran untuk mengkonfirmsikan bahwa
link tidak hilag karena ada bagian peralatan yang dipndah atau antenna yang
diganti.
Wireless bridge biasanya ada dari pabrik dengan default IP address dan
dapat diakses melalui metode yang disebutkan di atsa untuk konfigurasi awal.
Umumnya selalu ada tombol reset di luar item untuk mereset unit dan
mengeset kembali ke setingan awal dari pabrik.
4.9 Wireless Group Bridges
Yang hamper sama dan emmbingungkan jika dibandingkan dengan wireless
bridge adalah wireless workgroup bridge. Perbedaan yang paling besar diantara bridge
dan workgroup bridge adalah bahwa workgroup bridge adalah piranti untuk client.
63
Wireless workgroup bisa untuk mengumpulkan banyak peralatan wired LAN client
dalam satu gabungan client wireless LAN.
Pada table asosiasi access point, workgroup bridge akan tampak pada table
sebagai peralatan single client. MAC address dari peralatan workgroup bridge tidak
akan bisa dilihat di access point. Workgroup bridge umumnya berguna di linkungan
dengan ruang kelas mobile, kantor mobile, atau bahkan bangunan kampus secara
remote dimana sekelompok kecil dari user membutuhkan akses ke jaringan utama.
Bridge dapat digunakan untuk jenis fungsi ini , tetapi apabila terdapat accesss point
daripada bridge pada site pusat, maka dengan menggunakan workgroup bridge akan
menghindarkan administrator untuk membeli bridge tambahan untuk site pusat. Gambar
4.8 menunjukkan contoh dari wireless workgroup bridge sementara Gambar 4.9
mengilustrasikan dimana penggunaannya dalam konteks wireless LAN.
Gambar 4.8. Wireless Workgroup Bridge
Gambar 4.9. Contoh Aplikasi Wireless Workgroup Bridge
Dalam suatu lingkup indoor dimana sekelompok user secara fisik dipisahkan dari
main body pengguna jaringan, workgroup bridge dapat secara ideal menghubungkan
64
semua group kembali ke jaringan utama secara wireless. Sebagai tambahan workgroup
bridge bisa mempunyai pemfilter protocol yang memperbolehkan administrator untuk
mengontrol lalu lintas data melalui wireless link
4.9.1 Opsi Umum
Karena wireless workgroup bridge adalah jenis dari bridge maka banyak opsi
yang bisa nada temukan dalam sebuah bridge–pemfilteran MAC dan protocol,
antenna fix dan detacable, variable power output, dan berbagai jenis konektifitas
tanpa wireless—juga ditemukan pada workgroup bridge. Ada batasan mengenai
jumlah stasiun yang mungkin menggunakan workgroup bridge dari segment selain
wireless. Jumlahnya berada pada range 8 sampai 128 tergatung pada pabrikan.
Menggunakan lebih dari 30 client melalui segment wireless akan menyebabkan
throughput drop sampai point dimana user merasa bahwa link wireless begitu
lambat dan tdak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
4.9.2 Konfigurasi dan Management
Method yang digunakan untuk mengakses, mengkonfigurasi dan mengatur
wireless workgroup bridge mirip dengan wireless bridge:console, telnet,
HTTP,SNMP support atau software konfigurasi dan management umum.
Workgroup bridge dikonfigurasi untuk alamat IP yang default dari pabrikan tetapi
dapat dirubah dengan mengakses unit melalui port konsol, web browser, telnet
atau aplikasi software umum lain. Administrator bisa mereset peralatan ke
setingan default dari pabrik dengan menggunakan tombol reset pada hardware
4.10 Wireless LAN Client Devices
Peralatan client dalam tujuan diskusi ini akan mencakup beberapa peralatan
wireless LAN dimana akses point (AP) dikenali sebagai client dalam suatu jaringan.
Peralatan ini mencakup:
1. PCMCIA dan Compact Flash(CF)
2. Ethernet dan Serial Converter
65
3. USB Adapter
4. PCI dan ISA Adapter
Client dari wireless LAN adalah pengguna akhir dari system jaringan seperti
desktop,laptop atau computer PDA yang membutuhkan konektifitas wireless dengan
infrastruktur jaringan wireless. Peralatan client wireless LAN yang tertera diatas
memberikan konektifitas untuk client wireless LAN. Hal ini penting untuk mengetahui
bahwa pihak pabrikan hanya membuat radio card(card pemancar gelombang radio)
dalam 2 format fisik yaitu PCMCIA dan Compact Flash(CF). Semua radio card
diciptakan pihak pabrikan dalam format card ini dan kemudian dihubungkan ke adapter
seperti PCI, ISA, USB dsb.
4.10.1 PCMCIA dan Compact Flash Cards
Sebagian besar komponen di beberapa jaringan wireless adalah PCMCIA
card. Lebih lanjut PCMCIA card umumnya dikenal dengan “PC card”, peralatan
ini digunakan di notebook(laptop) dan PDA. PC card adalah komponen yang
menyediakan koneksi antara peralatan client dan jaringan. PC card memberikan
pelayanan sebagai modular radio di access point, bridge, workgroup bridge, USB
adapter, PCI & ISA adapter, bahkan point server. Gambar 4.10 menunjukkan
contoh dari PCMCIA card.
Gambar 4.10. Contoh PCMCIA Card
Antenna pada PC card berbeda-beda untuk masing-masing pabrikan. Kita
harus memperhatikan bahwa beberapa pabrikan menggunakan antenna yang sama
sementara pabrikan lain menggunakan model yang benar-benar berbeda. Beberapa
diantaranya kecil dan pipih sementara bentuk lainnya dapat dipisahkan dan
terhubung dengan PC card melalui kabel pendek. Beberapa PC Card dikemas
66
dengan banyak antenna dan bahkan aksesoris untuk memasang antenna
detachable(dapat dipisahkan) pada laptop atau desktop dengan Velcro.
Ada 2 pabrikan utama dari chipset radio yang membuat “jantungnya” 802.11
b PC dan CF card yang terkenal:Agere System (awalnya Lucent Techologies) dan
intersil. Atheros adalah chipset produk masal pertama untuk standar 802.11a yang
menggunakan frekwensi bands 5 GHz UNII. Pabrikan ini menjual chipset mereka
pada pabrikan PC card dan CF radio card (perusahaan pembuatan hardware
wireless LAN) yang menggunakan gelombang radio pada produk mereka.
Compact Flash card yang lebih umum dikenal dengan “CF card” mempunyai
fungsi yang sangat mirip dengan wireless PC Card tetapi CF card lebih kecil dan
khusus digunakan pada PDA. Wireless PC Card membutuhkan power yang sangat
kecil dan seukuran dengan ukuran matchbook.
4.10.2 Wireless Ethernet dan Serial Converter
Ethernet dan serial converter digunakan dengan berbagai peralatan yang
menggunakan Ethernet dan 9 pin serial port dengan tujuan untuk mengkonversi
koneksi jaringan menjadi koneksi wireless LAN. Ketika anda menggunakan
converter wireless Ethernet maka anda akan menghubungkan gelombang radio
wireless LAN dengan peralatan kable kategori 5 secara eksternal. Penggunaan
yang paling umum dari converter wireless Ethernet adalah sebagai penghubung
Ethernet based print server dengan jaringan wireless.
Peralatan serial dianggap sebagai peralatan warisan(peralatan kuno ) dan
sangat jarang digunakan pada personal computer. Serial converter khususnya
digunakan pada perlatan lama yang menggunakan port serial untuk konektifitaas
jaringan seperti terminal, peralatan telemetri dan serial printer. Sering kali
pabrikan akan menjual perlatan client yang mencakup baik serial maupun Ethernet
converter dalam satu paket yang sama.
Peralatan converter Ethernet dan serial ini pada umunya tidak ditemui pada
PC card radio. Sebagai gantinya PC card yang harus dibeli secara terpisah dan
diinstall pada slot PCMCIA di converter. Jenis converter Ethernet tertentu
memperbolehkan administrator untuk mengkonversi sejumlah besar node-node
yang terhubung dengan kael menjadi wireless dalam periode yang singkat.
67
Konfigurasi dari converter Ethernet dan serial ada berbagai macam. dalam
sebagian besar kasus konsol akses tersedia melalui 9 pin serial port. Gambar 4.11
menunjukkan contoh dari converter Ethernet dan serial.
Gambar 4.11. Contoh Wireless Ethernet dan Serial Converter
4.10.3 USB Adapter
USB client menjadi begitu popular dikarenakan konektifitasnya yang sangat
sederhana. USB client compatible dengan peralatan plug n play, dan tidak
membutuhkan tambahan power lain selain USB port yang memang sudah ada
pada computer. Beberapa USB client menggunakan mode modular yang
merupakan piranti removable radio card sedangkan yang lainnya mempunyai
internal card yang sudah fixed sehingga tidak bisa dipindah tanpa membuka
casingnya. Ketika membeli peralatan USB client yakinlah bahwa anda mengetahui
apakah USB adapater ada atau tidak pada PC Card Radio. Pada contoh kasus
ketika USB adapter membutuhkan PC card, mode ini yang direkomendasikan
walaupun tidak selalu membutuhkan PC card, anda seharusnya menggunakan
perlatan dari vendor yang sama baik untuk adapter dan PC card. Gambar 4.12
menunjukkan contoh dari USB client.
Gambar 4.12. Contoh USB Client
4.10.4 PCI dan ISA Adapter
68
PCI dan ISA wireless diinstal di dalam desktop atau pada computer server.
Peralatan PCI wireless compatible dengan piranti plug n play tetapi bisa juga
hanya berupa PCI card yang “kosong” dan membutuhkan PC Card untuk
dimasukkan pada slot PCMCIA bersamaan dengan PCI card yang diinstal pada
computer. Wireless ISA card tampaknya tidak compatible dengan piranti plug n
play dan akan membutuhkan konfigurasi manual baik melalui software maupun
pada operating system. Karena operating system tidak bisa mengkonfigurasi
piranti ISA yang tidak compatible dengan piranti plug n play, administrator harus
memastikan bahwa settingan adapter dengan operating systemnya cocok. Pabrikan
secara khusus mempunyai driver yang terpisah untuk adapter PCI atau ISA dan
PC card akan dimasukkan pada masing-masing piranti tersebut. Sama halnya
dengan USB adapter PCI direkomendasikan untuk menggunakan peralatan dari
vendor yang sama untuk PCI/ISA adapter dan PC card. Gambar 4.13
menunjukkan contoh dari PCI adapter dengan PC card yang sudah dimasukkan.
Gambar 4.13. Contoh PCI Adapter
4.10.5 Konfigurasi dan Management
Ada 2 step untuk menginstall peralatan client wireless LAN.
1. install drivernya
2. install utilities pembuat wireless(manufacturer’s wireless utilities)
4.10.6 Instalasi Driver
69
Drivernya termasuk untuk card diinstall dengan cara yang sama dengan
penginstallan jenis PC hardware yang lain. Sebagian besar peralatannya(selain
ISA adapter) compatible dengan peralatan plug n play yang berarti bahwa ketika
peralatan client pertama kali diinstall , pengguna akan diminta untuk memasukkan
CD atau disk yang berisi software driver ke dalam mesin. Langkah khusus untuk
instalasi akan sangat beragam untuk pabrikan yang berbeda. Yakinlah untuk
mengikuti instruksi manual merek khusus hardware anda.
Ketika membeli peralatan client, yakinlah bahwa drivernya termasuk
dalam operating system yang akan kita install. Converter serial dan Ethernet tidak
membutuhkan driver khusus untuk bekerja namun demikian wireless LAN client
tetap bisa diinstall dan digunakan.
4.11 Manufacture Utilities
Beberapa pabrikan menawarkan fungsilitas yang penuh dan yang lainnya
menyediakan sebagian besar fungsi dasar untuk koneksitisitas. Fungsionalitas yang
lengkap meliputi hal-hal berikut:
1. Site Survey Tools
2. Spectrum analyzer
3. Peralatan monitoring power dan speed
4. Profile Configuration utilities
5. Link status monitor dengan link testing fungsionality
4.11.1 Site Survey Tools
Peralatan site survey bisa dikategorikan beberapa item yan berbeda yang
memperbolehkan user untuk menemukan jaringan , mengidetifikasi MAC address
dari akses point, menghitung kekuatan sinyal dan perbandingan sinyal dengan
noise juga memonitor interfering semua akses point pada waktu yang sama selama
site survey
4.11.2 Spectrum Analyzer
70
Software penganalisa spectrum mempunyai banyak kegunaan secara praktis
termasuk menemukan sumber interferensi dan channel wireless LAN yang terjadi
overlapping(tumpang tindih) dalam wilayah sekitar wireless LAN anda.
4.11.3 Power Output and Speed Configuration
Peralatan monitoring power dan speed berguna untuk mengetahui link
wireless mana yang bisa berfungsi pada periode waktu tertentu. Sebagai
contohnya, apabila seorang user berencana untuk menransfer data dalam jumlah
yang besar dari server ke laptop, mereka tidak perlu memulai proses transfer
sampai koneksi wireless ke jaringan sebesar 11 Mbps sebagai ganti dari 1 Mbps.
Mengetahui lokasi dari point dimana troughtputnya naik/turun sangat berharga
untuk meningkatkan produktifitas user.
4.11.4 Profile Configuration Utilities
Utility konfigurasi profile akan sangat mempermudah pekerjaan administrasi
ketika berubah dari satu jaringan wireless ke jaringan wireless yang lain. Sebagai
ganti dari penggantian secara manual konfigurasi dari semua settingan client
wireless setiap kali kita berganti jaringan maka user bisa mengkonfigurasi profile
untuk masing-masing jaringan wireless selama konfigurasi awal dari peralatan
client sehingga lebih bisa menghemat waktu nantinya.
4.11.5 Link Status Monitor Utilities
Fungsi memonitor status link memudahkan user untuk melihat paket
error/kesalahaan. Transmisi yang berhasil, kecepatan koneksi, kelangsungan link,
dan parameter berharga lainnya. Biasanya ada suatu fungsi untuk melakukan
pengetesan konektifitas real-time link untuk demikian sebagai contohnya seorang
administrator akan bisa melihat bagaimana kestabilan wireless link selama
keberadaan dari interferensi yang hebat dari RF(Radio Frequency) atau blockade
sinyal.
71
Kemampuan umum
Parameter dari kegunaan yang ditawarkan oleh pabrikan tercantum dalam
parameter berikut yang masing-masingnya dijelaskan secara detail di buku ini.
1. Infrastruktur mode/Ad Hoc mode
2. SSID (a.k.a nama jaringan)
3. Channel (jika dalam mode ad hoc)
4. WEP Keys
5. Tipe authentication (Open System, Shared Key)
4.12 Wireless Residental Gateways
Wireless residental gateways adalah peralatan yang didesain untuk
menghubungkan sejumlah kecil titik wireless ke satu peralatan untuk Layer 2 (wireless
dan non wireless) dan konektifitas layer 3 ke internet atau ke jaringan lain. Pihak
pabrikan telah memulai untuk mengkombinasikan peran access point dan gateways ke
dalam satu peralatan. Wireless residential gateways biasanya termasuk dalam hub atau
switch built in sebagaimana konfigursi penuh,Wi-Fi memenuhi access point. Port
WAN pada suatu wireless residential gateways adalah Internet yang dihadapkan dengan
port Ethernet yang dihubungkan dengan Internet melalui salah satu dari yang berikut
ini:
1. Cable modem
2. xDSL modem
3. Analog modem
4. Satellite modem
4.12.1 Opsi Umum
Karena wireless residential gateways menjadi popular di telecommuters dan
di bisnis keci, pabrikan telah memulai untuk menambahkan feature yang lebih
banyak pada peralatan ini untuk membantu produktifitas dan keamanannya. Opsi
umum dimana wireless residential gateways termasuk didalamnya adalah sebagai
berikut:
1. Point to Point Protokol over Ethernet(PPPoE)
72
2. Network Address Translation(NAT)
3. Port Address Transalation(PAT)
4. Ethernet switching
5. Virtual Server
6. Print Serving
7. Fail-over routing
8. Virtual Private Networks(VPNs)
9. Dynamics Host Configuration Protocol(DHCP) Server dan Client
10. Configuration Firewall
Perbedaan kemampuan array membuat rumah dan kantor kecil
menjadikannya dalam peralatan single secara utuh yang mudah dikonfiguarasi dan
mengatasi sebagian besar kebutuhan bisnis. Residential gateways menjadi popular
untuk beberapa waktu tertentu, tetapi sekarang ini dengan kepopuleran ekstrim
dari peralatan wireless 802.11b, wireless akan ditambahkan sebagai tamabahan
feature. Wireless residential gateways mempunyai semua yang diinginkan dalam
seleksi konfiguarasi akses point dari SOHO klas seperti halnya WEP, MAC Filter,
seleksi channel, dan SSID.
Gambar 4.14. Contoh Wireless Residential Gateway
73
Gambar 4.15. Contoh Wireless Residential Gateway
4.12.2 Konfigurasi dan Manajemen
Mengkonfigurasi dan menginstall wireless residential gateways umumnya
meliputi browing ke built-in HTTP server lewat salah satu built in port Ethernet
dan merubah settingan konfigurasi user untuk memenuhi kebutuhan tertentu anda.
Konfigurasi ini meliputi perubahan ISP.LAN atau settingan VPN. Konfigurasi dan
monitoring umumnya sama caranya yaitu dengan melibatkan interface browser.
Beberapa unit wireless residential gateways mendukung console, telnet, dan
konektifitas USB untuk manajement dan konfigurasi. Menu berdasarkan teks
khususnya disediakan oleh port console dan telnet session kurang mudah
digunakan dibandingkan dengan interface browser tetapi cukup untuk melakukan
konfigurasi. Fungsi statistics yang memungkinkan untuk dipantau adalah up-time,
dynamics IP address, konektifitas VPN dan asosiasi client. Settingan ini biasanya
ditandai dengan baik atau dijelaskan untuk pengguna non teknikal dan perkantoran
Ketika anda memutuskan untuk menginstall wireless residential gateways di
rumah atau untuk kepentingan bisnis, waspadalah bahwa ISP anda tidak akan
memberikan technical support untuk mendapatkan piranti anda terhubung dengan
internet keculai mereka secara khusus meyebutkan bahwa ISP anda bisa
memberikannya. ISP biasanya hanya support pada hardware yang anda beli atau
yang telah diinstal. Kekurangan service ini dapat secara khusus meresahkan user
non teknis yang harus mengkonfigurasi IP address yang benar dan menyeting
gateway yang benar pula sehingga bisa mengakses internet. Usaha yang bisa anda
lakukan dalam menginstall peraltan ini adalah dengan membaca manual yang ada
pada peralatan tersebut atau pada seseorang yang baru saja sukses menginstal unit
74
yang sama dan bisa memberi petunjuk yang benar.wireless residential gateways
saat ini begitu umum dimana masing-masing individu yang menganggap diri
mereka sendiri user nonteknis telah mendapatkan pengalaman yang significant
untuk menginstall dan mengkonfigurasinya.
4.13 Enterprise Wireless Gateways
Enterprise Wireless Gateways adalah piranti yang memberikan autensifikasi
khusus dan konektifitas untuk wireless client. Enterprise Wireless Gateways cocok
untuk lingkungan skala besar wireless LAN dimana memberikan banyak servise
wireless LAN yang bisa di atur seperti rate limiting, Quality of Service(QoS), dan
profile management.
Hal ini penting bahwasanya piranti enterprise wireless gateway membutuhkan
CPU yang kuat dan interface fast Ethernet karena mungkin akan support banyak access
point, yang semuanya akan mengirim lalu lintas data ke dan melalui enterprise wireless
gateway. Unit enterprise wireless gateway biasanya support berbagai varietas dari
teknologi WLAN dan WPAN seperti standar peralatan 802.11,Bluetooth,HomeRF,dan
masih banyak lagi. Enterprise Wireless Gateway support SNMP dan mengijinkan
pelebaran atau upgrade profile user enterprise secara simulatan. Peralatan ini dapat
dikonfigurasi untuk hot fail-over(ketika diinstall sepaket), support RADIUS, LDAP,
autentikasi database Windows NT, dan enkripsi data menggunakan tipe jaringan VPN
standart industri. Gambar 4.16 menunjukkan contoh dari enterprise wireless gateway
sementara Gambar 4.17 menunjukkan ketika enterprise wireless gateway diinstal pada
suatu jaringan.
Gambar 4.16. Contoh Enterprise Wireless Gateway
75
Gambar 4.17. Contoh Aplikasi Enterprise Wireless Gateway
Teknologi autentifikasi yang disatukan dalam enterprise wireless gateway
seringkali dibangun pada access point dengan level yang lebih canggih. Sebagai
contohnya , konektifitas VPN dan 802.1x/EAP yang didukung pada banyak merk dari
enterprise level access point.
Enterprise wireless gateways mempunyai banyak fasilitas seperti Role-Based
Access Control(RBAC) yang tidak ditemukan di beberapa access point. RBAC
memperbolehkan administrator untuk menempatkan akses wireless pada level tertentu
pada posisi job yang tertentu pula pada sebuah perusahaan. Apabila orang yang
melakukan pekerjaan tersebut diganti, maka orang yang baru secara otomatis
mendapatkan hak atas system jaringan yang sama sebagai orang pengganti. Mempunyai
kemampuan untuk membatasi akses wireless user untuk bekerja sama memanfaatkan
sumber daya sebagai bagian dari “peran” bisa merupakan layanan keamanan yang
berguna.
Kelas pelayanan didukung secara khusus, dan seorang administrator dapat
menempatkan level pelayanan pada user atau peran tertentu. Sebagai contohnya account
guest mungkin bisa menggunakan jaringan wireless sekitar 500 kbps sementara
administrator bisa mencapai 2 Mbps.
Pada beberapa kasus Mobile IP didukung oleh enterprise wireless gateway,
memperbolehkan user untuk menjelajahi sampai batas layer 3. Penjelajahan user bahkan
bisa didefinisikan sebagai bagian dari kebijakan enterprise wireless gateway,
memperolehkan user untuk menjelajah pada temapt-tempat yang hanya diperbolehkan
oleh administrator. Beberapa enterprise wireless gateway mendukung pengantrian paket
76
dan prioritasi, user tracking, dan bahkan pengontrolan tanggal/waktu untuk menentukan
kapan user bisa mengakses jaringan wireless.
Pencegahan MAC Spoofing dan pembukuan sessi yang lengkap juga termasuk
feature yang ditawarkan dan bertujuan untuk mengamankan wireless LAN. Ada banyak
feature yang sangat beragam dan berbeda significant diantara pabrikan. Enterprise
wireless gateways secara menyeluruh kami rekomendasikan bahwa administrator aka
mengambil kelas training manufacturer sebelum membuat pembelian sehingga dengan
demikian penyebaran dari enterprise wireless gateway akan maju sedikit demi sedikit.
Seorang konsultan menempatkan diri mereka sendiri pada suatu situasi yang harus
memberikan solusi keamanan untuk penyebaran wireless LAN dengan banyak access
point yang tidak mendukung feature keamanan. akan mengert bahwa enterprise wireless
gateway adalah solusi yang bagus untuk masalah mereka . Enterprise wireless gateway
sangat mahal, tetapi mempunyai sejumlah solusi management dan keamanan sehingga
harga bukan masalah utamanya.
4.13.1 Konfigurasi dan management
Enterprise wireless gateway dipasang pada path data utama di segment yang
hanya melewatkan akses point seperti pada gambar yang terlihat di 4.19.
enterprise wireless gateway dikonfiguarsi melalui port console (menggunakan
CLI) ,telnet, internal HTTP atau server HTTPS dsb, Management secara
tersentrall pada peralatan kita adalah salah satu keuntungan besar penggunaan
enterprise wireless gateway. Seorang administrator dari single console dapat
secara mudah mengatur penyebaran jaringan wireless menggunakan hanya sedikit
peralatan central sebgai ganti dari akses point yang sangat banyak.
Enterprise wireless gateway umumnya diupgrade dengan penggunaan TFTP
dengan cara yang sama pada banyak switch dan router yang ada di pasaran dewasa
ini. Konfigurasi backup dapat secara sering diotomasi sehingga demikian seorang
administrator tidak akan menghabiskan waktu management tambahan untuk
mebackup atau proses recover dari file konfigurasi yang hilang. Enterprise
wireless gateways sebagian besar dibuat dengan tanda 1U atau 2 U yang bisa
dipaskan dengan data saat ini pada design utama kita.
77
4.14 Kesimpulan
Pada umumnya yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkat komunikasi
Wireless meliputi pendefinisan dan peranan hardware pada jaringan, memilih
hardware dan pemasangan dan pengkonfigurasian hardware. Perangkat yang paling umu
dalam komunikasi Wireless adala Access Point. Sebuah accesss point adalah sebuah
peralatan half duplex dengan kecerdasan yang sesuai untuk kecanggihan switch
Ethernet. Yang mode nya terdiri atas Root Mode, Repeater Mode dan Bridge Mode.
Pemasangan dari perangkat Access Point bergantung pada kebutuhan jaringan.
Termasuk juga pemasangan Antenna pada Access Point. Untuk mengkomunikasikan
client dengan jaringan kabel backbone, harus mengerti bagaimana untuk sepantasnya
mengkoneksikan akses point ke dalam jaringan kabel.
4.15 SOAL
1. Sebutkan dan jelaskan beberapa mode dari Access Point ?
2. Sebutkan beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam proses pemasangan
perangkat Wireless (Access Point) ?
3. Sebutkan beberapa macam dari Wireless Client Device ?
4. Jelaskan mengenai perangkat Wireless Residential Gateways, berikut dengan
gambar ?
5. Jelaskan mengenai perangkat Enterprise Wireless Gateways, berikut dengan
gambar ?
78
Bab 5. Antenna dan Aksesoris
Pada bab sebelumnya, kita membahas bagian-bagian dari peralatan wireless LAN
yang sangat banyak yang ada di pasaran saat ini untuk membuat wireless LAN
sederhana dan rumit. Pada bab ini, kita akan membahas element dasar dari peralatan
yang akan membuat access point, bridge, kartu pc dan peralatan komunikasi wireless
lainnya : antennas.
Antenna adalah yang sering digunakan untuk meningkatkan jangkauan dari system
wireless LAN, namun pilihan antenna yang sesuai juga dapat menambah keamanan dari
wireless LAN anda. Pilihan antenna yang tepat dan posisi antenna dapat mengurangi
kebocoran sinyal dari batasan anda, dan membuat pemotongan sinyal amat sulit. Pada
bab ini, kami akan menjelaskan pola pemancaran sinar dari design antenna yang
berbeda, dan bagaimana posisi antenna user membuat penerimaan sinyal yang berbeda.
Ada 3 kategori umum yang membagi antenna wireless LAN : omni directional,
semi-directional, dan highly-directional. Kami akan membahas attribute dari tiap
kedalaman group ini, sebagaimana metode yang tepat untuk meng-install tiap jenis
antenna. Kami juga akan menjelaskan polarisasi, pengumpulan pola, penggunaan yang
tepat, dan mengalamatkan item yang begitu banyak berbeda yang digunakan untuk
mengkoneksikan antenna ke hardware wireless LAN lain.
Mulai dari sekarang, kami akan membahas teori RF dan beberapa kategori umum
dari peralatan wireless LAN yang akan digunakan administrator pada dasar harian.
Pengetahuan ini merupakan dasar yang bagus, namun ini hanyalah bernilai kecil tanpa
pengetahuan pekerjaan yang padat tentang antenna, yang mana adalah alat yang
sebenarnya mengirim dan menerima sinyal RF.
Bab ini akan meliputi aksesori LAN seperti :
Amplifiers RF
RF attenuators
Lightning arretors
Konektor RF
Kabel RF
Pemisah Rf
Pigtails
79
Pengetahuan tentang penggunaan alat, spesifikasi, dan efek pada penguat sinyal
RF adalah penting untuk bisa membangun wireless LAN yang berfungsi.
Power of Ethernet (PoE) telah menjadi factor penting pada jaringan wireless saat
ini mengembangkan produk baru dan standar baru. Teknologi PoE akan dibahas
bersama dengan peralatan PoW yang berbeda tipe yang bisa digunakan untuk mengirim
power pada alat PoE yang enabled.
5.1 Antenna RF
Antenna RF adalah peralatan yang digunakan untuk menkonversikan sinyal
frekuensi tinggi(RF) pada garis transmisi (kabel atau waveguide) ke gelombang siaran
di udara. Medan elektrik dipancarkan dari antenna yang disebut beams atau lobes.
Dibawah ini adalah 3 kategori umum dari antenna RF, yaitu :
Omni – directional
Semi – directional
Highly – directional
Tiap kategori mempunyai bermacam-macam tipe antenna, masing-masing
mempunyai karakteristik RF yang berbeda dan penggunaan yang tepat. Ketika
penambahan antenna meningkat, lingkup area menyempit sehingga antenna high-gain
menawarkan lingkup area lebih luas daripada antenna low-gain pada level masukan
(input) yang sama. Setelah mempelajari bagian ini, Anda akan mengerti antenna mana
dan berapa jumlah yang terbaik sesuai kebutuhan anda dan kenapa.
5.1.1 Antenna Omni – directional (Dipole)
Antenna wireless LNn yang paling umum adalah antenna dipole. Sederhana
dalam design, antenna dipole merupakan peralatan standar pada kebanyakan
access point. Dipole adalah antenna omni-directional, karena ia memancarkan
energinya secara bersamaan pada semua arah sekitar porosnya. Antenna
directional memusatkan energinya dalam bentuk kerucut, dikenal dengan “beam”.
Dipole mempunyai element pemancaran hanya 1 inchi panjangnya yang
melakukan fungsi yang sama dengan antenna “rabbit ears” pada seperangkat
televise. Antenna dipole yang digunakan dengan wireless LAN lebih kecil karena
80
frekuensi wireless LAN dalam 2,4 GHz spectrum microwave sebagai ganti dari
100 Mhz spectrum TV. Bila frekuensinya meninggi, wavelength dan antennanya
menjadi kecil.
Gambar 5.1 Energi Radiasi Dipole
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa energi radiasi dipole di pusatkan pada
daerah yang tampak seperti sebuah donat, dengan dipole secara vertical melalui
“lubang” dari “donat”. Sinyal dari antenna omni-directional memancar dalam 360
derajat horizontal beam. Bila antenna memancar pada semua arah secara
bersamaan (membentuk sebuah bulatan), ini disebut radiator isotropic. Matahari
adalah contoh yang bagus dari radiator isotropic. Kita tidak bisa membuat
isotropic radiator, yang mana secara teori merujuk pada antenna, meski demikian,
prakteknya antenna semua mempunyai beberapa tipe gain over dari isotropic
radiator. Semakin tinggi nilai gain-nya (penambahan), semakin keras kita
menekan donat menjadi datar hingga ia mulai kelihatan seperti pancake, yang
pada kasus dengan antenna yang mempunyai nilai gain sangat tinggi.
Pancaran dipole secara bersamaan pada semua arah mengelilingi porosnya,
tapi tidak memancar bersama dengan panjang kabelnya, layaknya pola donat.
Perhatikan tampak samping dari pancaran dipole ketika ia memancarkan
gelombang pada gambar. 5.2. gambar ini juga mengilustrasikan bahwa antenna
dipole membentuk pola pancaran bila dilihat dari atas disamping antenna vertical.
81
Gambar. 5.2. Pola pancaran dari Antenna Vertikal
Bila antenna dipole ditempatkan di tengah-tengah satu lantai dari banyak
bangunan, kebanyakan energinya akan di pancarkan terus pada lantai tersebut,
dengan beberapa bagian penting kecil yang dikirim ke lantai atas dan bawah
access point. Gambar 5. 3 menunjukkan contoh dari beberapa tipe yang berbeda
dari antenna omni-directional. Gambar 5.4 menunjukkan contoh dua-dimensi dari
tampak atas dan tampak samping antenna dipole
Gambar 5. 3 Tipe dari Antenna Omni-Directional
Gambar 5.4. Lingkup Area Antenna Omni-Directional
82
Antenna high-gain omni-directional menawarkan jangkauan yang lebih
horizontal, namun jangkauan yang vertical dikurangi, seperti tampak pada
gambar 5.5. karakteristik ini bisa menjadi pertimbangan penting ketika memasang
antenna omni high-gain dalam ruangan pada langit-langit. Bila langit-langitnya
terlalu tinggi, jangkauannya bisa tidak mencapai lantai, dimana user berada.
Gambar 5.5 Lingkup Area Antenna high-gain omni-directional
Kegunaan
Antenna omni-directional digunkan ketika melingkupi semua arah sekitar
poros horizontal dari antenna dibutuhkan. Antenna omni-directional sangat efektif
dimana jangkauan besar dibutuhkan disekitar titik pusat. Sebagai contohnya,
menempatkan antenna omni-directional di tengan-tengah sebuah ruangan terbuka
dan besar akan melengkapi lingkupan yang bagus. Antenna omni-directional
umumnya digunakan untuk design point-to-multipoint dengan bentuk bintang
(Lihat gambar 5. 6). Penggunaan di luar ruangan, antenna omni-directional harus
diletakkan di atas dari struktur (misalnya bangunan) pada pertengahan lingkup
area. Contohnya, pada sebuah kampus, antenna bisa saja ditempatkan di pusat
kampus untuk lingkup area yang terbesar. Ketika digunakan di dalam ruangan,
antenna harus ditempatkan di tengah bangunan atau lingkup area yang diinginkan,
dekat dengan langit-langit, untuk jangkauan yang optimum. Antenna omnidirectional
memancarkan jangkauan area yang besar pada pola lingkaran dan
cocok untuk warehouse atau tradeshows dimana lingkupnya biasanya dari satu
sudut bangunan ke sudut bangunan lain.
83
Gambar 5.6 Sambungan point-to-multipoint
5.1.2 Antenna semi-directional
Antenna semi-directional terdiri dari bermacam-macam bentuk dan jenis.
Beberapa tipe antenna semi-directional yang sering digunakan bersama wireless
LAN adalah antenna Patch, Panel dan Yagi (dibaca “YAH-gee”). Semua antenna
tersebut umumnya berbentuk datar dan dirancang untuk dinding gunung. Tiap tipe
mempunyai karekteristik jangkauan yang berbeda. Gambar 5.7 menunjukkan
beberapa contoh dari antenna semi-directional.
Gambar 5.7 Contoh antenna semi-directional
Antenna tersebut merubah energi dari pemancar lebih ke satu arah khusus
daripada kearah yang sama., pola lingkaran yang umum dengan antenna omnidirectional.
Antenna semi-directional sering memancarkan pada bentuk
hemispherical atau pola lingkup silinder seperti bisa dilihat pada gambar 5.8.
84
Gambar 5.8 Jangkauan Antenna Semi-Directional
Kegunaan
Antenna semi-directional idealnya cocok untuk jembatan dengan jarak
pendek atau rata-rata. Sebagai contoh, dua bangunan kantor yang bersebrangan
jalan satu sama lain dan perlu membagi koneksi jaringan akan menjadi scenario
yang bagus untuk mengimplementasikan antenna semi-directional. Pada ruang
tertutup yang luas, bila pemancar harus diletakkan di sudut atau pada bagian
belakang bangunan, koridor, atau ruangan besar, antenna semi-directional akan
menjadi pilihan yang baik untuk menyediakan jangkauan yang tepat. Gambar 5.9
menggambarkan hubungan antara dua bangunan yang menggunakan antenna
semi-directional.
Gambar 5.9. Hubungan Point-to-Point Menggunakan Antenna Semi-Directional
Seringkali, sebelum penelitian di tempat tertutup, para insinyur akan secara
terus-menerus berpikir pada bagaimana cara terbaik untuk meletakkan antenna
omni-directional. Pada beberapa kasus, antenna semi-directional menyediakan
85
jangkauan yang amat sangat luas sehingga mereka bisa menyingkirkan kebutuhan
pada multiple access point dalam bangunan. Sebagai contoh, pada gang yang
panjang, beberapa access point dengan antenna omni-directional mungkin
digunakan atau mungkin hanya satu atau dua accecc point dengan penempatan
antenna semi-directional yang sepantasnya – menghemat sejumlah uang
pelanggan secara signifikan. Pada beberapa kasus, antenna semi-directional
mempunyai bagian belakang dan samping yang berbentuk bola yang, bila
digunakan secara efektif, akan mengurangi kebutuhan akan penambahan access
point lebih jauh. Secara spesifik, antenna Yagi sangat cocok untuk sinyal yang
menjangkaun jalan kecil atau jalur di tempat duduk pada warehouse, palang jalan,
toko retail atau fasilitas manufaktur.
5.1.3 Antenna highly-directional
Dari namanya sudah bisa ditebak, antenna highly-directional memancarkan
sinyal sinyal terbatas dari tipe antenna apapun dan mempunyai gain terbesar dari
ketiga group antenna. Antenna highly-directional secara khusus berbentuk cekung,
peralatan berbentuk piringan, seperti bisa dilihat pada gambar 5.10 dan 5.11.
antenna ini cocok untuk jarak jauh, hubungan wireless poin-to-point. Beberapa
model ditujukan pada parabolic dishes karena mereka menyerupai piringan satelit
kecil. Yang lainnya disebut antenna grid karena design mereka yang bolong untuk
pengisian angin.
Gambar 5.10 Contoh Antenna Highly-Directional Berbentuk Parabola
86
Gambar 5.11 Contoh Antenna Highly-Directional Berbentuk Grid
Gambar 5.12 Pola Radiasi Antenna Highly-Directional
Kegunaan
Antenna high-gain tidak mempunyai jangkauan area yang peralatan klien
bisa digunakan. Antenna ini digunakan untuk hubungan komunikasi point-to-point
dan bisa memancarkan pada jarak hingga 25mil (42km). Kemampuan antenna
highly-directional adalah bisa menghubungkan dua bangunana yang tepisah
beberapa mil satu sama lain dan tidak punya hambatan jarak penglihatan diantara
mereka. Ditambah pula, antenna ini bisa ditujukan secara langsung satu sama lain
melalui bangunan dengan tujuan untuk “meledak” melalui sebuah hambatan.
Susunan ini bisa digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan sambungan
jaringan ke tempat yang tdak bisa dilewati kabel dan dimana jaringan wireless
normal tidak bisa bekerja.
Note : antenna higly-directional mempunyai beamwidth yang sangat terbatas
dan harus ditujukan secara akurat satu sama lain.
5.1.4 Konsep antenna RF
Ada beberapa konsep yang merupakan pengetahuan penting ketika
mengimplementasikan solusi yang membutuhkan antenna RF. Diantaranya yang
akan dibahas adalah:
• Peng-kutuban (Polarization)
87
• Gain
• Beamwidth
• Free space path loss
Daftar diatas tidak didasari sebuah daftar yang luas dari semua konsep
antenna RF, tapi lebih pada seperangkat kebutuhan fundamental yang
membolehkan administrator untuk mengerti bagaimana fungsi peralatan wireless
LAN disekeliling perantara wireless. Pengertian utuh dari dasar antenna secara
kegunaan adalah kunci untuk memindahkan kedepan dalam mempelajari konsep
RF lebih lanjut.
Mengetahui dimana antenna ditempatkan , bagaimana posisi mereka,
seberapa jauh kekuatan mereka memancar, jarak kekuatan pancaran, dan seberapa
banyak kekuatan tersebut dapat diterima oleh receiver, seringkali, merupakan
bagian pekerjaan administrator yang paling rumit.
5.2 Polarization
Gelombang radion sebenarnya terdiri dari dua bagian, satu electric dan satunya
lagi magnetic. Dua bagian ini tersusun secara vertical satu sama lain.Gabungan dari dua
bagian ini disebut dengan bagian electro-magnetic. Energi ditransfer dari dan ke bagian
lain satu sama lain, pada prosesnya dikenal sebagai “oscillation”. dataran yang parallel
dengan elemen antenna merupakan “dataran-E” sementara dataran yang secara vertical
dengan elemen antenna adalah “dataran-H”. Mula-mula kami tertarik dengan bidang
electric sejak posisi dan arahnya yang menunjuk pada permukaan bumi (tanah)
menentukan gelombang kutub
Peng-kutuban adalah orientasi fisik dari antenna pada posisi horizontal dan
vertical. Bagian electric paralle dengan element pancaran (elemen antenna merupakan
bagian logam dari antenna yang melakukan pekerjaan memancar) jadi, bila antennanya
vertical, maka kutubnya vertical
• Kutub horizontal – bagian electric parallel dengan tanah
• Kutub vertical – bagian electric vertical dengan tanah.
88
Kutub vertical , yang biasanya digunakan pada wireless LAN, adalah vertical
dengan dataran bumi. Perhatikan antenna rangkap menacap secara vertical dari banyak
access point – antenna tersebut secara vertical mengkutub pada posisi ini – kutub
horizontal parallel dengan bumi. Gambar 5.13 mengilustrasikan efek pengkutuban
dapat terjadi ketika antenna tidak lurus secara benar. Antenna yang tidak ter-kutub-kan
pada cara yang sama tidak akan bisa berkomunikasi satu sama lain secara efektif.
Gambar 5.13 Peng-kutub-an (Polarization)
Cara penggunaan :
Pembuat antenna untuk kartu PCMCIA menghadapi masalah serius. Tidak mudah
untuk membentuk antenna menjadi papan sirkuit kecil didalam sampul plastic yang
menancap pada kartu PCMCIA. Jarang dilakukan membangun antenna dalam kartu
PCMCIA yang menyediakan jangkauna memuaskan, terutama ketika client sedang
bepergian. Pengkutuban kartu PCMCIA dan bahwa access point seringkali tidak sama,
yang karenanya merubah laptop pada posisi berbeda hanya untuk meningkatkan
penerimaan. PDA, yang biasanya menyesuaikan secara vertical dengan kartu PCMCIA,
secara normal mempertunjukkan penerimaan yang baik. Luar, antenna paten yang
dibingkai dengan Velcro pada computer laptop secara vertical hampir selalu
menunjukkan peningkatan yang bagus melalui gigitan-antenna termasuk dengan hampir
kebanyakan kartu PCMCIA. Pada area dimana terdapat sejumlah besar pengguna kartu
PCMCIA, sering disarankan untuk menyesuaiakn antenna access point secara horizontal
untuk penerimaan yang lebih baik.
89
5.3 Gain
Antenna gain dispesifikasikan pada dBi, maksudnya decibel ditujukan pada
radiator isotropic. Radiator isotropic adalah bulatan yang memancarkan kekuatan secara
sama pada semua arah secara simulatan. Kami tidak mempunyai kemampuan untuk
membuat radiator isotropic, tapi sebagai gantinya kami dapat membuat antenna omnidirectional
seperti dipole yang memancarkan kekuatan 360 derajat secara horizontal,
tapi bukan 360 derajat secara vertical. Pemancaran sinar sinyal RF pada cara ini
memberi kita pola lingkaran. Semakin kita meng-horizontal-kan secara paksa donut ini,
semakin menyenangkan jadinya, lebih membentuk sebuah bentuk pancake ketika gainnya
sangat tinggi. Antenna mempunyai gain pasif, yang artinya mereka tidak menaikkan
kekuatan yang menjadi masukannya, tapi agak berbentuk bidang pancaran untuk
memperpanjang atau memperpendek jarak gelombang akan menyebarluas. Semakin
tinggi gain antenna-nya, semakin jauh gelombangnya akan berjalan, pusatkan
gelombang keluarannya secara ketat sehingga akan lebih banyak kekuatan yang dikirim
ke tujuan (antenna penerima) pada jarak jauh.
5.4 Beamwidth
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terbatas, atau memfokuskan sinar antenna
meningkatkan gain antenna (ukuran dalam dBi). Beamwidth (pelebaran sinar) antenna
artinya seperti kedengarannya : “width = lebar” dari sinar sinyal RF yang dipancarkan
antenna. Gambar 5.14 mengilustrasikan jangka waktu beamwidth .
90
Gambar 5.14 Beamwidth Antenna
Terdapat dua vector untuk dipertimbangkan ketika membahas beamwidth antenna
secara vertical dan horizontal. Beamwidth vertical ditentukan pada derajat dan terletak
secara vertical pada permukaan bumi. Beamwidth horizontal ditentukan pada derajat
dan terletak secara parallel pada permukaan bumi. Beamwidth sangat penting untuk
anda ketahui karena tiap tipe antenna mempunyai spesifikasi beamwidth yang berbeda.
Table dibawah dapat digunakan sebagai paduan referensi cepat untuk beamwidth.
Tabel 5.1 Antenna Bandwith
Tipe antenna Beamwidth horizontal
(dalam derajat)
Beamwidth vertical
(dalam derajat)
Omni-directional 360 Jarak antara 7-80
Patch / panel Jarak antara 30-180 Jarak antara 6-90
Yagi Jarak antara 30-78 Jarak antara 14-64
Tatanan parabolic Jarak antara 4-25 Jarak antara 4-21
Memilih antenna dengan luas yang tepat atau beamwidth yang terbatas adalah
penting untuk mempunyai pola jangkauan RF yang diinginkan. Sebagai contoh,
bayangkan lorong panjang dalam sebuah rumah sakit. Ada kamar di kedua sisi lorong
tersebut, dan sebagai ganti menggunakan beberapa access point dengan antenna omni,
anda telah memutuskan untuk menggunakan access point tunggal dengan antenna semidirectional
seperti antenna patch (tambalan).
91
Access point dan patch antenna ditempatkan pada ujung lorong menghadap
sebuah lorong. Untuk melengkapi jangkauan pada lantai atas dan bawah lantai tersebut
antenna patch dapat dipilih dengan beamwidth vertical besar secara signifikan
contohnya 60-90 derajat. Setelah beberapa percobaan , anda dapat menemukan bahwa
pilihan anda pada patch antenna dengan 80 derajat beamwidth vertical melakukan
pekerjaan dengan baik.
Saat ini keperluan beamwidth horizontal harus diputuskan . melalui panjang
lorong, percobaan bisa memperlihatkan antenna high-gain harus digunakan dengan
tujuan jangkauan sinyal yang cukup pada akhir yang berlawanan. Mempunyai gain yang
tinggi, beamwidth horizontal dari antenna patch secara signifikan terbatas seperti
ruangan pada tiap sisi lorong yang tidak memiliki jangkuan yang cukup. Ditambah pula,
antenna high-gain tidak memiliki beamwidth vertical yang cukup besar untuk menutupi
lantai atas dan bawahnya. Pada kasus ini, anda bisa memutuskan menggunakan dua
antenna patch – satu pada ujung lorong berhadapan satu sama lain. Keduanya akan
rendah nilai gain-nya dengan lebar beamwidth horizontal dan vertical seakan-akan tiap
sisi ruangan pada lorong telingkpi bersama dengan lantai bawah dan atasnya. Melaui
gain rendah, antenna mungkin hanya bisa menutupi sebagian (mungkin setengah) dari
luas lorong.
Seperti bisa anda lihat dari contoh ini, pemilihan yang cocok dari beamwidth
untuk mendapatkan pola jangkauan yang benar sangat penting dan sepertinya
menentukan berapa banyak hardware (seperti access point) yang perlu dibeli untuk
peng-install-an.
5.5 Free Space Path Loss
Free space path loss (atau hanya Path Loss) ditujukan pada kehilangan yang
diakibatkan oleh sinyal RF yang harus dibayar karena perbesaran pada “penyebaran
sinyal” yang mana secara alami meluas pada depan gelombang. Semakin lebar bagian
depan gelombang, semakin sedikit kekuatan yang dapat disokong ke dalam antenna
penerima. Seperti halnya pneyebarluasan sinyal pemancar, kekuatannya meningkat pada
taraf kebalikannya sebanding dengan jarak yang dijalaninya dan sebanding dengan
kelebaran sinyal. Level kekuatannya menjadi factor yang sangat penting ketika
hubungan yang terus-menerus menjadi pertimbangan.
92
Persamaan Path loss merupakan salah satu pondasi dari perhitungan anggaran
belanja sebuah sambungan. Path loss mempersembahkan sumber tunggal terbesar dalam
system wireless. Dibawah ini adalah rumus untuk Path Loss.
Rumus PathLoss
Note: Anda tidak akan bisa mencoba rumus Path Loss pada tugas CWNA, namun
ini disediakan sebagai refernsi administrative anda.
5.6 Peraturan 6 dB
Penyelidikan terturup pada persamaan Path loss menghasilkan hubungan yang
tidak berguna berkaitan dengan hal hubungan anggaran belanja. Tiap 6 dB
meningkatkan EIRP setara dengan 2 kali jarak. Sebaliknya, pengurangan 6 dB pada
EIRP berarti memotong jaraknya hingga setengah. Dibawah ini adalah table yag
memberi Anda perkiraan secara kasar dari Path Loss untuk memberi jarak anara
pemancar dan penerima pada 2,4 GHz.
Tabel 5.2. Tabel Perbandingan Jarak dan Loss
Jarak Loss (dalam 6dB)
100 meters 80.23
200 meters 86.25
500 meters 94.21
1000 meters 100.23
2000 meters 106.25
5000 meters 114.21
10000 meters 120.23
4Πd
PathLoss = 20LOG10[ ] {dB}
93
5.7 Instalasi Antenna
Sangatlah penting untuk memiliki installasi antenna yang benar dalam wirelsess
LAN. Installasi yangtidak tepat dapat membawa pada kerusakan atau kehancuran dari
peraltan anda dan juga dapat membawa pada kerugian seseorang. Pekerjaan yang baik
dari system wireless LAN sama pentingnya dengan keselamatan seseorang, yang
dicapai melalui penempatan yang benar, pemasangan, pengarahan dan penyesuaian.
Pada bagian ini kita akan meliputi :
• Penempatan (placement)
• Pemasangan (mounting)
• Penggunaan yang tepat (appropriate use)
• Pengarahan (orientation)
• Penyesuaian (alignment)
• Keamanan (safety)
• Pemeliharaan (maintenance)
5.7.1 Penempatan (placement)
Memasang antenna omni-directional berkaitan dengan access point didekat
pertengahan dari jangkauan area yang diinginkan dimanapun berada.
Menempatkan antenna setinggi mungkin untuk meningkatkan jangkauan area,
berhati-hati bahwa user meletakkan sesuatu dibawah antenna masih dapat
menerima. Terutama ketika menggunakan omni antenna high-gain. Antenna diluar
ruangan harus dipasang diatas rintangan seperti pepohonan dan bangunan seakanakan
tidak ada objek yang melanggar batas Zone Fresnel
5.7.2 Pemasangan (mounted)
Sekali anda telah menghitung betapa pentingnya kekuatan output, gain,
dan jarak yang anda perlukan untuk memancarkan sinyal RF, dan telah memilih
antenna yang tepat untuk pekerjaan tersebut, anda harus memasang antenna
tersebut. Terdapat beberapa pilihan untuk memasang antenna didalam maupun
diluar ruangan.
94
Gambar 5.15. Pemasangan antenna
Pilihan pemasangan antenna
• Pemasangan pada langit-langit – biasanya tergantung di palang pada
bawah langit-langit.
• Pemasangan pada dinding – memaksa sinyal pergi dari permukaan
vertical
• Pemasangan pillar(tiang penyangga) – memasang sama rata pada
permukaan vertical
• Dataran tanah – didudukkan datar pada tanah
• Pemasangan tiang layar – antenna dipasang pada ujungnya
• Pemasangan penyambungan – pemasangan pada tiang layar yang bisa
dipindah-pindah.
• Pemasangan pada cerobong asap / semrong lampu – berbagai jenis
hardware yang membolehkan antenna dipasang pada cerobong asap /
semrong lampu.
• Penyanggah tiang – antenna didudukkan diatas penyanggah.
Tidak ada jawaban sempurna untuk dimana memasanag antenna secara tepat.
Anda akan belajar pada bab 11 (Dasar Meninjau Tempat) bahwa penempatan yang
disarankan dan memasang antenna akan menjadi bagian dari meninjau tempat
yang tepat. Tidak ada pengganti untuk dalam-masa-latihan –pekerjaan, yaitu
dimana anda seringnya belajar bagaimana memasang antenna wireless LAN
menggunakan berbagai jenis tipe hardware pemasang. Tiap tipe dari pemasang
95
akan ada bersama dengan instruksi (petunjuk) dari pabrik tentang bagaimana
meng-install dan mengamankannya. Terdapat berbagai jenis yang berbeda dari
tiap tipe pemasang karena tiap pabrik memiliki cara tersendiri dalam merancang
alat pemasang.
Beberapa hal yang perlu diingat dalam memasang antenna adalah :
• Seringkali penopang yang dikirimkan dengan antenna tidak bisa bekerja
untuk situasi tertentu. Memodifikasi penopang atau merakit ulang
penopang mungkin diperlukan.
• Jangan menggantung antenna dengan kabelnya dan pastikan
pemasangannya kokoh dan aman. Kabelnya bisa putus dan goyangnya
kabel bisa menghasilkan pergerakan pada pusatnya.
• Sesungguhnya bagaimana antenna dipasang harus dispesifikasikan untuk
tiap antenna pada laopran tinjauan tempat.
Memasang dengan ilmu keindahan
Antenna biasanya tidak kelihatan dan harus disembunyikan. Beberapa pabrik
membuat langit-langit untuk menyisipkan antenna. Ketika keindahan penting,
antenn patch atau panel mungkin lebih digunakan daripada antenna omni. Jika
mungkin, antenna harus disembunyikan untuk menghidari kerusakan oleh anakanak
dan juga oleh orang dewasa yang secara sengaja merusak komponenya.
5.7.3 Penggunaan yang tepat (appropriate use)
Gunakan antenna untuk dalam ruangan(indoor antenna) di dalam bangunan
dan antenna untuk luar ruangan(outdoor antenna) diluar bangunan kecuali area
dalam ruangan secara signifikan sangat besar untuk membenarkan penggunaan
antenna untuk luar ruangan (outdoor antenna). Antenna untuk luar ruangan
(outdoor antenna) paling sering disegel untuk mencegah air memasuki daerah
element antenna dan dibuat dari plastic untuk menahan perubahan panas dan
dingin yang ekstrim. Antenna untuk dalam ruangan (indoor antenna) tidak dibuat
untuk penggunaan di luar ruangan dan umumnya tidak bisa menahan elemennya.
96
5.7.4 Orientation
Orientasi antenna membutuhkan pengkutuban, yang telah dibahas
sebelumnya sebagai pemilik dampak berpengaruh pada penerimaan sinyal. Bila
antenna diarahkan dengan bagian electric parallel dengan permukaan bumi, maka
client (jika antenna dipasangn pada access point) juga harus mempunyai
pengarahan yang sama untuk penerimaan ang maksimum. Kebalikannya juga
berlaku dengan keduanya memiliki bagian electric yang diarahkan secara vertical
dengan permukaan tanah. Keluaran dari jembatan penguhubung akan secara
drastic berkurang bila tiap akhir hubungan tidak memiliki orientasi antenna yang
sama.
5.7.5 Penyesuaian (Alignment)
Penyesuaian antenna terkadang kritis dan lain waktu tidak. Beberapa antenna
mempunyai beamwidth horizontal dan vertical yang sangat lebar sehingga
memungkinkan administrator untuk membidik dua antenna pada lingkungan
jembatan bangunan-ke-bangunan pada tiap arah umum lain dan mendapatkan
penerimaan yang hapir sempurna. Penyesuaian (alignment) lebih penting ketika
mengimplementasikan hubungan jarak jauh menggunakan antenna highlydirectional.
Jembatan wireless dating dengan software penyesuaian (alignment)
yang membantu administrator mengoptimalkan penyesuaian antenna untuk
penerimaan yang terbaik, yang mengurangi paket yang hilang dan perhitungan
berulang yang tinggi ketika kekuatan sinyal membesar.
Ketika menggunakan access point dengan antenna omni-directional atau
semi-directional, penyesuaian (alignment) yang tepat biasanya adalah masalah
menutupi area yang tepat seperti client wireless bisa berhubungan pada tempat
dimana hubungan diharapkan.
5.7.5 Keamanan
Antenna RF, seperti peralatan listrik lainnya, bisa menjadi berbahaya untuk
diimplemetasikan dan dioperasikan. Petunjuk dibawah ini harus dipelajari
kapanpun anda atau salah satu dari perkumpulan anda meng-install atau dengan
kata lain bekerja dengan antenna RF.
97
Ikuti petunjuknya
Secara hati-hati ikuti instruksi yang disediakan semua antenna. mengikuti semua
instruksi yang disediakan akan mencegah kerusakan oleh antenna dan kerusakan
perorangan. Kebanyakan pencegahan keaman yang ditemukan pada petunjuk
pabrik antenna masuk akal.
Jangan disentuh ketika powernya masih terpasang
Jangan pernah menyentuh antenna high-gain dengan bagian tubuh anda yang
mana saja atau tunjuklah melalui badan anda ketika ia memancar. FCC
membolehkan kekuatan RF dalam jumlah yang sangat tinggi untuk dipancarkan
pada band bebas yang di-license ketika mengkonfigurasi hubungan point-to-point.
Meletakkan bagian tubuh anda yang mana saja didepan antenna highly-directional
2.4 GHz yang sedang memancar pada kekuatan tinggi akan sama dengan
meletakkan tubuh anda pada oven microwave.
Installer professional
Untuk kebanyakan peng-installan antenna di tempat tinggi, pertimbangkan
menggunakan installer professional. Pemanjat professional dan installer dilatih
dalam pemanjatan tepat yang aman, dan akan bisa meng-install dengan lebih baik
dan mengamankan antenna wireless LAN anda jika dipasang di ujung, menara,
atau tipe bangunan tinggi lainnya.
Hambatan logam
Jauhkan antenna dari hambatan logam seperti pemanas dan saluran airconditioning.
Penyangga langit-langit yang besar, susunan bangunan super, dan
aliran kabel power utama. Tipe hambatan metal ini menciptakan sejumlah jalan
kecil yang signifikan. Dan, sejak tipe hambatan logam ini memantulkan bagian
sinyal RF yang besar, jika sinyalnya di siarkan pada kekuatan penuh, sinyal yang
dipantulkan akan bisa berbahaya untuk orang yang melihat.
98
Garis kekuatan (Power lines)
Menara antenna harus diletakkan pada jarak aman dari power lines terdekat. Jarak
aman yang disarankan adalah dua kali tinggi antenna. Berhubung antenna wireless
LAN umumnya kecil, pada prakteknya saran ini biasanya tidak digunakan.
Bukanlah hal yang bagus mempunyai antenna wireless LAN didekat sumber
power karena arus listrik pendek antara sumber kekuatan (power) dan wireless
LAB bisa berbahaya untuk personil yang berkerja pada wireless LAN dan bisa
menghancurkan peralatan wireless LAN.
Pasak (grounding rods)
Gunakan pasak khusus dan ikuti Kode Listrik Nasional (National Electrical Code)
dan kode listrik local untuk antenna outdoor yang tepat dan pasak menara. Pasak
harus secara umum mempunyai kurang 5 ohms dari permukaan tanah. Resistansi
yang disarankan adalah 2 ohms atau kurang. Pasak dapat mencegah kerusakan
pada peralatan wireless LAN dan mungkin juga menyelamatkan hidup siapapun
yang memanjat menara bila menara tidak disoroti cahaya.
5.7.6 Pemeliharaan (maintenance)
Untuk mencegah embun memasuki kabel antenna, segel semua kabel
konektor luar menggunanakan produk komersial seperti coax compatible electrical
tape atau coax-seal. Embun yang telah memasuki konektor dan kabel sangat sulit
dihilangkan . biasanya lebih hemat untuk mengganti kable dan konektornya
daripada menghilangkan embun tersebut. Konektor dan kabel dengan sejumlah air
didalamnya akan membuat sinyal RF tidak menentu dan bisa menyebabkan
penurunan sinyal secara signifikan karena kehadiran sebuah air akan merubah
impedansi kabel, dan karennya merubah VSWR.
Ketika menginstall kabel RF diluar ruangan, pastikan untuk memasang
konektor saling menghadap dan gunakan lem pada kabel sehingga air akan
langsung menjauh dari titik dimana embun tampaknya akan memasuki konektor.
Cek segel secara teratur. Segel pada material terkadang dapat mengering ketika
terkena matahari dalam jangka waktu yang lama dan mungkin perlu menggantinya
dari waktu ke waktu.
99
5.8 Peralatan Power over Ethernet (PoE)
Power Over Ethernet (PoE) adalah metode yang mengirim voltase DC pada access
point, jembatan wireless, atau jembatan wireless workgroup melalui kabel Ethernet Cat5
dengan tujuan memberi daya pada unit. PoE digunakan ketika penyiman AC power
tidak tersedia dimana peralatan infrastruktur wireless LAN harusnya berada, kabel
Ethernet digunakan untuk membawa baik data dan power dari sebuah unit.
Mempertimbangkan warehouse dimana access point perlu untuk dipasang pada
langit-langit sebuah bangunan. Biaya kerja yang akan berpengaruh untuk memasang
jalur listrik melaui langit-langit bangunan untuk memperkuat access point perlu
dipertimbangkan . Mempekerjakan seorang ahli listrik untuk melakukan tipe pekerjaan
ini akan menghabiskan banyak uang dan waktu.
Ingatlah bahwa kabel Ethernet hanya bisa membawa data sejauh 100 meter dan,
untuk jarak lebih dari 100 meter, PoE bukanlah solusi yang bagus. Gambar 5.16
menggambarkan bagaimana peralatan POE akan menyediakan power ke aeccess point.
Gambar 5.16 Pemasangan PoE
Seringkali tempat terbaik untuk memasang access point atau jembatan untuk
konektivitas RF tidak memiliki sumber AC power. Makanya, PoE bisa merupakan
penolong yang hebat untuk mengimplementasi jaringan wireless dengan rancangan
yang baik . beberapa pabrik membolehkan hanya untuk PoE untuk memperkuat
peralatan meraka, bukan AC power standar.
10 0
5.8.1 Pilihan Umum PoE
Peralatan PoE tersedia dalam beberapa tipe
• Single-port DC voltage injectors
• Multi-port DC volatage injectors
• Ethernet switches yang dirancang untuk memasukkan voltase DC pada
tiap port pada bagian tertentu dari pin.
Meskipun konfigurasi dan manajemen secara umum tidak penting untk
peralatan PoE, ada beberapa protes yang harus diwaspadaiketika anda mulai
mengimplementasikan PoE.
Pertama, tidak ada standar industri dalam mengimplementasi PoE. Artinya
bahwa pabrik dari peralatan PoE tidak mempunyai kerjasama dan setuju tentang
bagaimana peralatan ini harus berhubungan dengan peralatan lain. Bila anda
menggunakan peralatan wirelss seperti access point dan akan di power-in dengan
PoE, sangat disarankan agar anda membeli peralatan PoE dari pabrik yang sama
dengan access point. Saran ini juga berlaku pada semua peralatan manapun ketika
mempertimbangakan ingin di-power-in dengan PoE.
Kedua, dan sama dengan sifat dari protes pertama, adalah bahwa output
voltase dibutuhkan untuk memperkuat peralatan wireless LAN yang berbeda dari
pabrik ke pabrik. Protes ini adalah alasan lain untuk menggunakan peralatan dari
penjual (pabrik) yang sama ketika menggunakan PoE. Ketika ragu, Tanya pada
pabriknya atau penjualnya tempat dimana peralatan tersebut dibeli.
Akhirnya, pin yang tidak terpakai digunakan untuk membawa arus listrik
melalui Enthernet bukanlah hal yang standar. Satu pabrik bisa saja membawa
power pada pin 4 dan 5, padahal yang lainnya membawa power pda pin7 dan 8.
bila anda mengkoneksikan kabel dengan membawa power pada pin4 dan 5 untuk
access point yang tidak menerima power pada pin tersebut, maka aceess pont tidak
akan dialiri arus
5.8.1.1 Pengalir single-port volatase DC (Single-port DC voltage Injectors)
Access point dan jembatan yang secara khusus wajib menggunakan PoE
termasuk single-port DC voltage injetors intuk mengaliri unit. Lihat gambar
5.17 dibawah untuk contoh dari single-port DC voltage injetors, Injector
10 1
single-port ini diterima ketika digunakan dengan sejumlah kecil peralatan
wireless infrasctructure, tapi secara cepat menjadi beban, membuat berantakan
mengabeli lemari, ketika membangun jaringan wireless menengah atau besar.
Gambar 5.17 Sebuah injector single-port
5.8.1.2 Injector multi-port DC voltage
Beberapa pabrik menawarkan injector multi-port termasuk model port-4, 6 atau
12. model ini mungkin lebih ekonomis atau cocok untuk pemasangan dimana banyak
peralatan harus dialiri listrik melaui kabel Cat5 menghasilkan dalam lemari
pengkabelan tunggal atau dari satu switch. Injector multi-port DC voltage secara
khusus ,mengoperasikan dengan cara yang tepat sama seperti rekannyam single-port.
Lihat gambar 5.19 untuk contoh dari injector PoE multi-port . Sebuah injector multiport
DC voltage tampak seperti switch Ethernet dengan dua kalo seperti banyak port.
Injector multi-port DC voltage adalah peralatan pass-through dimana anda
berhubungan dengan switch Ethernet (atau hub) ke port masukan, dan kemudian
menghubungkan peralatan PoE client ke peralatan output, keduanya melaui kabel
Cat5. injector PoE menghubungkan ke sumber AC power pada ruang pengkabelan.
Injector multi-port ini cocok untuk installasi jaringan wireless ukuran sedang dimana
50 access point keatas dibutuhkan, namun pada perusahaan besar, bahkan injector
multi-port DC voltage terpadat. Dikombinasikan dengan hub ethrenet atau switche
bisa menjadi cluttered ketika dipasang pada lemari pengkabelan.
5.8.1.3 Swicth Ethernert Active
Langkah selanjutnya untuk pemasangan pada perusahaan besar dari
access point adalah implementasi switches etehrnet active. Peralatan ini
menyatukan injeksi DC voltage pada switch Ethernet sendiri memperbolehkan
sejumlah besar peraltan PoE tanpa hardware tambahan di jaringan. Lihat
gambar 5.20 untuk contoh dari switch Active Ethernet. Lemari pengkabelan
10 2
tidak akan mempunyai hardware tambahan lain daripada switches Ethernet
yang telah ada untuk sebuah jaringan non-PoE. Beberapa pabrik membuat
switches ini dalam berbagai konfigurasi yang berbeda (sejumlah port). Pada
banyak switch active Ethernet, switch dapat secara otomatis merasakan
peralatan client PoE pada sebuah jaringan. Bila switchnya tidak mendeteksi
peralatan PoE pada sambungan tersebut, DC voltage-nya tidak diaktifkan pada
port tersebut.
Seperti Anda lihat pada gambar, sebuah switch Active Ethernet tampak
tidak ada bedanya dengan switch Ethernet umumnya. Satu-satunya perbedaan
adalah ditambahkannya kemampuan bagian dalam dari mensuplai DC voltage
pada tiap port.
5.8.2 PoE Compatibility
Peralatan yang bukan termasuk “PoE Compatibility” dapat dikonversikan
pada Power-over-Ethernet dengan cara DC “picker” atau “tap”. Terkadang ini
disebut Active Ethernet “splitter”. Peralatan ini mengambil DC voltage yang telah
di-injeksi-kan ke dalam kabel CAT5 oleh injector dan membuat nya available
untuk peralatan melalui tuas power DC biasa.
Dengan tujuan untuk menggunakan Power-over-Ethernet satu dari 2
kombinas peralatan ini dibutuhkan :
5.8.3 Types dari Injector
Ada 2 type basic dari Injector yang tersedia,passive dan fault protected.
Setiap type yang tersedia memiliki berbagai tingkatan tegangan dan port.
Passive injector menempatkan tegangan DC menjadi kabel CAT5. Pelatanperaltan
ini menyediakan tidak adanya short-circuit atau proteksi terhadap arus
yang berlebih.
Fault protected injector menyediakan monitoring fault secara
berkesinambungan dan proteksi untuk mendekteksi adanya short circuit dan
kondisi arus yang berlebih di kabel CAT5.
(Injector) + (peralatan kompatibel dengan PoE)
atau
(Injector) + (peralatan yang tidak kompatibel dengan PoE ) + (Picker)
10 3
5.8.4 Types dari Picker/Taps
2 basic tipe dari picker dan tap adalah : passive dan regulated. Passive tap,
secara sederhana membawa tegangan dari CAT5 dan menyalurkannya ke dalam
peralatan untuk menyambungkan ke koneksi. Oleh karena itu, jika injector menginject48
VDC (Volts of Direct Current) , maka 48 VDC akan tetap diproduksi di
output dari passive tap.
Regulated tap membawa tegangan ke CAT5 kabel dan mengkonversikannya
ke tegangan yang lain. Beberapa tegangan regulated yang tersedia ( 5 VDC, 6
VDC, & 12 VDC) mengijinkan variety yang lebar dari peralatan non-PoE yang
dikuatkan melewati kabel CAT5.
5.8.5 Tegangan dan Standart Pinout
Meskipun IEEE bekerja pada standartnya seperti 802.3af untuk PoE, sebuah
definisi standard belum dikenalkan. Pada sekarang ini, vendor peraltan yang
berbeda menggunakan tegangan PoE yang berbeda dan konfigurasi pin CAT5
untuk menyediakan power DC. Oleh karena itu , sangat penting untuk menyeleksi
peralatan PoE yang yang cocok untuk setiap peralatan yang anda rencanakan
untuk menguatkan melewati kabel CAT5. IEEE mempunyai standarisasi pada
penggunaan 48 VDC sebagai tegangan PoE yang di-inject-kan. Penggunaan dari
tegangan yang sangat tinggi akan mengurangi arus yang mengalir melewati kabel
CAT5 dan maka akan menaikkan beban dan menaikkan batas panjang dari kabel
CAT5. Dimana maksimum panjang kabel belum merupakan pertimbangan yang
utama , beberapa vendor telah memilih 24 VDC dan juga 12 VDC sebagai
tegangan injeksi.
5.8.6 Fault Protection
Tujuan utama dari fault protection adalah melindungi kabel, peralatan , dan
power supply dalam suatu kesalahan atau terjadinya short-circuit. Selama operasi
normal, sebuah kesalahan mungkin tidak akan pernah terjadi dalam kabel CAT5.
Bagaimanapun juga, ada banyak cara sebuah fault akan dikenalkan ke dalam kabel
CAT5, meliputi beberapa contoh di bawah ini:
10 4
• Peralatan attached akan sangat tidak compatible dengan PoE dan tidak
mempunyai non-standard atau koneksi defective bahwa short-circuit
konduktor PoE. Sekarang ini, kebanyakn dari peralatan non-PoE tidak
mempunyai koneksi pada pin PoE.
• Pemasangan kabel CAT5 yang tidak tepat. Memotong atau crushed kabel
CAT5, dimana insulasi pada satu atau lebih konduktor akan
menyebabkan kontak dengan beberapa atau material konduktor lainnya.
Selama kondisi fault , circuit fault-protection mematikan tegangan DC yang
di-inject-kan ke dalam kabel. Operasi sirkuit fault-protection varies dari model ke
model. Beberapa model secara bersambungan me-monitor kabel dan menyimpan
kembali power secara otomatis , ketika sekali fault di pindahkan. Beberapa model
laninnya harus secara manually di-reset dengan menekan tombol reset atau
memutar power.
5.9 5.9 Wireless LAN Accessoris
Ketika waktu berjalan untuk mengkoneksikan semua peralatan wireless LAN anda
secara bersama-sama, anda akan memerlukan untuk mem-purchase kabel yang sesuai
dan aksesoris yang akan memaksimalkan throughput anda , meminimalkan loss-sinyal
anda , dan yang paling penting mengijinkan anda untuk membuat koneksi secara tepat.
Dalam section ini akan mendiskusikan beberapa type dari aksesoris dan dimana mereka
akan fit ke dalam design wireless LAN. Berikut ini adalah tipe2 aksesoris yang akan
didiskusikan dalam section ini :
• RF Amplifier
• RF Attenuator
• Lighting Arrestors
• RF Connectors
• RF Cables
• RF Splitters
Setiap dari peralatan ini adalah sangat penting untuk membangun wireless LAN
secara sukses. Beberapa item yang digunakan lebih dari yang lain , ada beberapa item
yang wajib , dimana yang lainnya adalah optional. Ini seperti bahwasanya seorang
10 5
administrator harus akan menginstall dan menggunakan semua dari item beberapa kali
ketika mengimplementasi dan mengatur sebuah wireless LAN.
5.9.1 RF Amplifier
Sebagai namanya yang disarankan , sebuah RF Amplifier akan digunakan
untuk amplify atau menaikkan amplitude dari sebuah sinyal RF. Kenaikkan positif
dalam power biasa disebut GAIN dan diukur dalam +dBi. Sebuah amplifier akan
digunakan ketika mengganti kerugian untuk loss yang terjadi oleh sinyal RF ,
meskipun kaitan jarak antara antenna atau panjang dari kabel dari peralatan
infrastruktur wireless ke antenna itu sendiri. Kebanyakan RF Amplifier digunakan
dengan wireless LAN yang dikuatkan dengan menggunakan tegangan DC yang
diberikan kepada kabel RF dengan injector DC di dekat sumber dari sinyal RF (
seperti access point atau bridge)
Kadang-kadang tegangan DC digunakan untuk menguatkan RF amplifier
yang disebut “phantom voltage” karena RF amplifier kelihatan seperti power up
secara magic. Injector DC dikuatkan menggunakan tegangan AC dari wall outlet ,
jadi akan kelihatan seperti di lokasikan di wiring-closet. Pada scenario ini , kabel
RF membawa kedua-duanya yaitu sinyal RF frekuensi tinggi dan tegangan DC
yang diperlukan untuk menguatkan in-line amplifier , dimana in-turn, boosts
amplitude sinyal RF. Gambar dibawah ini depicts both sebuah RF amplifier dan
DC power injector
Gambar 5.18. RF Amplifier
10 6
RF amplifier dibagi menjadi 2 tipe yaitu unidirectional dan bi-directional.
Unidirectional amplifier compensate untuk sinyal loss incurred over long kabel
RF dengan menaikkan level dari sinyal sebelum akan di-inject-kan ke dalam
antenna transmitting. Amplifier bidirectional menaikkan sensitifitas secara efektif
dari receiving-antenna dengan mengeraskan sinyal yang diterima sebelum
diberikan ke access-point, bridge,atau client device. Amplifier bidirectional
seharusnya diletakkan sedekat mungkin dengan antenna sehingga akan
memungkinkan penggantian kerugian secara efektif untuk kabel yang loss antara
antenna dan receiver (access-pint atau bridge) untuk penerimaan sinyal.
Kebanyakan amplifier digunakan dengan wireless-LAN yang bi-directional.
5.9.2 Common Options
Sebelum anda mendapatkan ide untuk memutuskan amplifier mana yang
anda beli , ada baiknya anda harus tahu kebutuhan dari spesifikasi amplifier itu
sendiri. Sekali anda sudah mengetahui dari spesifikasi tersebut, misalnya
impedansi (ohms), gain (dB), respon frekuensi (range dalam GHz), VSWR, input
(mW atau dBm) dan output (mW atau dBm), maka anda sudah siap dalam
memilih RF Amplifier.
Respon frekuensi adalah spesifikasi pertama yang harus anda putuskan
terlebih dulu. Jika wireless-LAN menggunakan spectrum frekuensi 5GHz, sebuah
amplifier akan bekerja hanya pada 2.4 GHz spectrum frekuensi yang tidak bekerja.
Menentukan seberapa besar gain, input, dan power output adalah diperlukan
dengan menampilkan kalkulasi dari RF yang diperlukan. Amplifier seharusnya
sesuai dengan impedansi dengan semua keperluan hardware dari wireless-LAN
antara transmitter dan antenna. Secara umum, komponen wireless-LAN
mempunyai impedansi 50 ohms, tapi bagaimanapun juga akan sangat baik jika
memeriksa impedansi dari setiap komponen dari wireless-LAN.
Amplifier seharusnya disambungkan ke dalam jaringan , jadi amplifier akan
dipilih dengan beberapa konektor yang sama sebagai kabel dan/ antenna untuk
amplifier akan disambungkan. Secara typically, RF Amplifier akan mempunyai
sifat yang sama dengan SMA atau konektor N-Type. Konektor SMA dan N-Type
melakukan dengan baik dan digunakan secara luas.
10 7
5.9.3 Configuration & Management
RF amplifier yang digunakan dengan wireless-LAN di-instalasi secara seri
dengan path dari sinyal utama seperti terlihat pada Gambar 5.19. Amplifier secara
typicallydisusun ke permukaan yang solid menggunakan sekrup melalui piringan
dari amplifier.
Gambar 5.19. RF Amplifier dengan Access Point
5.9.4 Syarat-syarat Khusus
FCC CFR menyatakan bahwa setiap sistem yang diguanakn dalam ISM dan
UNII harus bersertifikasi sebagai sistem yang lengkap dan diberikan nomor
sertifikat oleh FCC. Keterangan ini akan disertai oleh sertifikat yang akan
mendaftar keperluan berbagai peralatan dan pengenal FCC mereka aka diijinkan
untuk menggunakan sistem wireless-LAN yang khusus. Semua bagian dari
wireless-LAN setup yang digunakan akan dilist di dalam sertifikat. Memahami
keperluan ini akan menjadikan krusial ketika menyetujui dengan amplifier.
Sebuah ”sistem” yang didefinisikan sebagai perlatan transmitting, pengkabelan,
konektor, amplifier, attenuator,splitter dan antenna. Perusahaan memperoleh
persetujuan FCC atau ”sertifikasi” atas hardware mereka yang dijual ke end-user
atas perlatan radio dan antenna dan menggunakan mereka sebagai suatu sistem
tanpa melakukan konfirmasi dengan FCC untuk testing dan sertifikasi. Ketika
peralatan tambahan seperti amplifier ditambahkan ke dalam sistem, sertifikasi
perusahaan tidak akan lama diterapkan dan user harus memperoleh sertifikasi atas
sistem mereka. Ini akan menghabiskna biaya sebesar $12,000 tiap sistem. Jawaban
untuk permasalahan ini adalah menjual sistem yang telah bersertifikasi FCC dari
vendor yang bereputasi yang menyediakan kebutuhan jaringan wireless.
10 8
CFR 15.204 tidak memperbolehkan amplifier dipasarkan atau dijual ketika
tidak merupakan bagian dari sistem yang bersertifikasi. FCC memelihara database
dari sistem yang bersertifikasi dan perusahaan yang memegang sertifikasi ini.
Database ini dapat anda cari pada alamatweb:http://gullfoss2.fcc.gov/cgi-bin
/ws.exe/prod/oet/forms/reports/Search_Form.hts & ?form=Generic_Search
FCC memelihara website ini dengan sangat cermat sekali dan selalu beredar.
Update dilakukan setidaknya seminggu sekali. End-user dapat dikenakan denda
untuk pelanggaran aturan FCC sementara mereka menggunakan peralatannya.
Pelanggaran FCC sekali denda berkisar antara $27,500 – $1,200,000. FCC
biasanya mengijinkan pelanggar waktu ( 10 hari ) untuk mengoreksi masalahnya
dan melaporkan ke FCC bagaimana pelanggaran tersebut telah diperbaiki.Ini
bukan hal yang tidak biasa untuk FCC dalam meng-audit Wireless ISP untuk
mencari pelanggaran sistem bersertifikasi.
Banyak perusahaan tidak memproduksi amplifier yang digunakan dengan
sistem mereka. Untuk alasan ini, perusahaan yang memproduksi amplifier ( tpi
bukan unutk hardware wireless-LAN ) yang mendapatkan sertifikasi FCC ke
dalam sistem wireless-LAN menggunakan amplifier mereka dan beberapa
hardware wireless-LAN dari perusahaan lainnya secara bersamaan. Hati-hati
dalam tipe apakah amplifier yang anda beli, beberapa amplifier menyebabkan
FCC hanya untuk sistem yang bersertifikasi agar dapat menggunakan DSSS
channel 2-10 daripada 1-11 seperti sistem yang tidak teramplifier. Berkaitan
dengan bagaimana sinyal RF di diperkuat dan mengeluarkan ke dalam spektrum
frekuensi RF yang terlisensi dimluar dari ISM dan UNII
FCC CFR 15.203 menyatakan bahwa installer yang bertaggung jawab unutk
menyakinkan bahwa radiator intentional yang digunakan dengan antenna yang
disahkan. Antenna dibuat supaya mereka dapat diperbaiki, tapi dipasang ke noncertified
radiator intentional.
Satu pertanyaan bahwa kita ingin mengalamatkan yang berkaitan CFR
15.204 bahwa satu antenna dari perusahaan tidak dapat digunakan dengan raiator
intentional perusahaan lainnya ( bridge, PC Card, atau access-point ) tanpa
sertifikasi FCC sebagai sistem. Peraturan ini secara langsung mempengaruhi
indivudual yang ingin menyambungkan sebuah antenna Pringles ke PC Card
untuk tujuan dari pengendalian perang.
10 9
Ketika membeli RF Amplifier untuk digunakan sebagai bagian dari wireless-
LAN , tanyalah bagian dari dokumentasi sertifikasi FCC untuk sebuah amplifier
sebelum anda membelinya. Ada 2 kelas perubahan yang dapat dibuat ke dalam
sertifikasi FCC. Kelas pertama adalah kelas yang saya rubah. Tipe ini, perubahan
dapat dibuat oleh perusahaan yang menginginkan perubahan dokumen yang tidak
mempengaruhi negatif pada perkembangan RF atau density sinyal ( kenaikkan
interferensi dengan sistem lain di dalam lingkungan anda ) dengan catatan pada
sertifikat FCC dan menulis sebuah sinopsis tentang bagaimana perubahan dapat
dilibatkan dan kenapa hal tersebut tidak mempunyai pengaruh negatif. Kelas
kedua adalah perubahan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap
perkembangan RF atau density sinyal dan membutuhkan bahwa sistem harus di
resertifikasi kembali oleh FCC
5.9.5 RF Attenuator
RF Attenuator adalah peralatan yang menyebabkan loss (dalam dB) dapat
diukur secara teliti dalam sebuah sinyal RF. Sementara sebuah amplifier akan
menaikkan sinyal RF , maka sebuah attenuator akan mengurangi hal itu. Mengapa
anda perlu atau menginginkan untuk mengurangi sinyal RF ? Pikirkan sebuah
kasus dimana acess-point memiliki ouput sebesar 100mW, dan antenna yang
tersedia hanyalah omni-directional dengan gain sebesar +20 dBi. Menggunakan
peralatan ini secara bersamaan dapat melanggar aturan FCC unutk power output,
jadi attenuator dapat ditambahkan untuk mengurangi sinyal RF yang turun sebesar
30mW sebelum memasuki antenna. Konfigurasi ini meletakkan output power
dalam parameter FCC. Gambar 5.20 menampilkan sebuah contoh dari fixed-loss
RF attenuator dengan konektor BNC ( kiri ) dan konektor SMA(kanan). Gambar
5.25 menampilkan contoh dari RF step attenuator.
Gambar 5.20 RF attenuator dengan konektor BNC
11 0
5.9.6 Common Options
RF attenuator tersedia untuk fixed-loss atau variabel loss. Seperti variabel
amplifier, variabel attenuator mengijinkan administrator untuk mengkonfigurasi
banyaknya loss yang disebabkan dalam sinyal RF dengan tepat. Variabel RF
attenuator tidak digunakan dalam sistem wireless-LAN yang berkaitan dengan
peraturan FCC pada sistem tersertifikasi. Secara tipically, digunakan di tempat
survey supaya untuk menentukan antenna gain, keperluan amplifier, dll.
Gambar 5.21 Attenuator dengan Access Point
Pemilihan macam dari attenuator yang dibutuhkan , perhatikan item yang
sama ketika pemilihan RF amplifier (lihat atas). Tipe dari attenuator ( fixed atau
variabel loss ) , impedansi, rating ( input, power, loss, dan respon frekuensi) dan
tipe konektor seharusnya dapat dijadikan bagian dari proses pengambilan
keputusan.
5.9.7 Konfigurasi dan Management
Gambar 5.22 dibawah menunjukkan bahwa peletakkan dalam wireless-
LAN yang sesuai untuk sebuah RF attenuator , dimana dipasang secara seri
dengan path sinyal utama. Yakinlah, attenuator coaxial akan disambungkan secara
langsung di antara 2 point koneksi antara transmitter dan antenna. Sebagai contoh,
antenna coaxial mungkin akan disambungkan secara langsung pada output dari
access-point, pada input ke antenna, atau dari manapun di antara 2 point jika kabel
RF yang multiple digunakan.
Konfigurasi dari RF attenuator tidak wajib dilakukan kecuali variabel
attenuator sedang digunakan, dalam kasus ini jumlah dari pelemahan yang
11 1
dikonfigurasikan berdasarkan pada kalkulasi RF. Instruksi dari konfigurasi untuk
setiap bagian dari attenuator akan dimasukkan ke dalam user manual buatan
perusahaan. Untuk mengulangi pernyataan tersebut, anda akan seperti tidak
melihat sistem yang bertanda dari FCC yang mempunyai variabel attenuator.
Gambar 5.22 Peletakkan dalam wireless-LAN sebuah RF attenuator
5.9.8 Lighting Arrestors
Sebuah lighting arrestor digunakan untuk melangsir arus transient ke dalam
tanah yang disebabkan karena petir. Lighting arrestor digunakan untuk melindungi
hardware wireless-LAN anda seperti access-point, bridges, dan kelompok dari
bridge yang tercantum ke line transmisi Lighting arrestor dapat melangsir
gelombang secara tidak langsung dari 5000 Amperes hingga 50 volts. Fungsi dari
lighting arrestor ( tergantung tipenya )adalah sebagai berikut :
1. Petir menyambar object yang dekat.
2. Arus transient yang di induksikan ke dalam antenna atau Line transmisi
coaxial.
3. Lighting arrestor mengenali arus ini dan secara cepat mengurai udara
secara internal untuk menyebabkan hubungan pendek secara langsung
ke tanah.
Gambar 5.23 menunjukkan beberapa tipe dari lighting arrestor. Pertama
pada sebelah kanan , melangsir arus transient ke tanah dengan karakteristik fisik
dari lighting arrestor itu sendiri selama mengijinkan sinyal RF yang cocok untuk
melewatkannya.
11 2
Gambar 5.23 Contoh Ligthning Arrestor
Gambar 5.24 menunjukkan bagaimana lighting arrestor yang di-install ke
wireless-LAN. Ketika objek terkena oleh petir elektrik yang dibangun di sekitar
objek hanya untuk sesaat. Ketika petir berhenti untuk menginduksi elektrik ke
objek, bangunan menjadi roboh. Ketika bangunan roboh, akan menginduksi arus
tinggi dalam jumlah yang banyak ke objek terdekat, dimana dalam kasus ini,
kemungkinannya adalah wireless-LAN anda atau line transmisi coaxial. Petir
dibuang sebagai pulsa DC tapi lalu menyebabkan komponen AC terjadi resonansi
sebesar 1 GHz, Tapi bagaimanapun juga, kebanyakan dari power tersebut dibuang
dari DC ke 10 MHz.
Gambar 5.24 Installasi Lightning Dalam Jaringan
5.9.9 Common Options
Ada beberapa opsi pada lighting arrestor, dan biaya yang berkisar antara
$50-$150 untuk setiap merk-nya. Tapi bagaimanapun juga, ada beberapa atribut
yang harus dipertimbangkan untuk lighting arrestor dalam pembelian:
Harus sesuai dengan standar IEEE <8μs
11 3
Reusable
Gas tube breakdown voltage
Tipe konektor
Respon frekuensi
Impedansi
Insertion loss
VSWR rating
Garansi
5.9.10 IEEE standart
Kebanyakan dari lighting arrestor dapat untuk memicu ke tanah dalam waktu
kurang dari 2μs tapi IEEE menspesifikasikan bahwa proses ini dapat terjadi
dalam waktu kurang dari 8μs. Ini sangat penting bahwa lighting arrestor yang
anda pilih setidaknya sesuai dengan standar IEEE.
5.9.11 Reusable Unit
Beberapa lighting arrestor dapat digunakan kembali setelah adanya sambaran
petir, tetapi ada juga yang tidak. Ini akan membutuhkan biaya yang efektif untuk
memiliki sebuah arrestor yang dapat digunakan dalam beberapa kali. Beberapa
model reusable unit, mempunyai elemen tube gas yang dapat diganti sehingga
lebih murah dalam menggantinya daripada sepenuhnya lighting arrestor. Model
lainnya mempunyai karakteristik fisik yang mengijinkan lighting arrestor untuk
melakukan pekerjaannya secara tepat dalam beberapa kali pemakaian tanpa harus
mengganti bagian-bagiannya.
5.9.12 Voltage Breakdown
Beberapa lighting arrestor support dalam pelewatan tegangan DC untuk
penggunaan dalam powering RF amplifier dan lainnya tidak. Lighting arrestor
harus dapat melewatkan tegangan DC yang digunakan dalam powering RF
amplifier jika anda menginginkan untuk meletakkan RF amplifier lebih dekat ke
arah antenna daripada ke lighting arrestor. Gas tube breakdown voltage ( tegangan
11 4
yang terjadi ketika adanya pemendekan arus dari arrestor ke dalam tanah) harus
lebig tinggi daripada tegangan yang disyaratkan untuk mengoperasikan in-line RF
amplifier. Hal ini disarankan bahwa anda meletakkan lighting arrestor sebagai
komponen terakhir dalam line RF transmission sebelum antenna sehingga lighting
arrestor dapat melindungi amplifier dan attenuator sejalan dengan bridge atau
access-point anda.
5.10 Tipe Konektor
Yakinkan bahwa tipe konektor dari lighting arrestor yang anda pilih cocok dengan
kabel yang anda rencanakan untuk anda gunakan dalam wireless-LAN anda. Jika
mereka tidak cocok satu sama lain, lalu adapter juga harus digunakan , menyisipi lebih
banyak loss ke dalam RF sirkuit dan itu yang perlu.
5.10.1 Respon Frekuensi
Spesifikasi respon frekuensi dari lighting arrestor setidaknya harus sebesar
frekuensi yang digunakan dalam wireless-Lan. Sebagai contoh, jika anda
menggunakan hanya 2.4 GHz wireless-LAN, maka lighitng arrestor yang
dispesifikasikan untuk digunakan adalah sebesar lebih dari 3 GHz, dan itu yang
terbaik.
5.10.2 Impedansi
Impedansi dari arrestor harus cocok dengan semua peralatan yang ada dalam
sirkuit yang terletak di antara transmitter dan antenna. Impedansi yang ada dalam
kebanyak wireless-LAN adalah sebesar 50 Ohms.
5.10.3 Insertion Loss
Insertion loss harus dalam keadaan yang benar-benar rendah ( mungkin
sekirat 0.1 dB) sehingga tidak menyebabkan amplitudo sinyal RF yang tinggi
berkurang sebagaimana sinyal melewati arrestor.
11 5
5.10.4 VSWR Rating
VSWR rating dari lighting arrestor yang memiliki kualitas yang baik adalah
sebesar 1.1:1 tapi beberapa malah lebih tinggi sebesar 1.5:1. Perbandingan ratio
yang rendah dari peralatan, yang baik, dapat merefleksikan menurunnya tegangan
utama dari sinyal RF.
5.10.5 Garansi
Tanpa memperhatikan kualitas dari lighting arrestor , maka unit dapat
berfungsi tidak baik. Carilah perusahaan yang menawarkan garansi yang bagus
dalam lighting arrestornya. Beberapa perusahaan menawarkan impian yang tinggi
”No Matter What” tipe dari garansi.
5.10.6 Konfigurasi dan Pemeliharaan
Tidak ada konfigurasi yang diperlukan untuk lighting arrestor . Lighting
arrestor di-install secara seri dengan path sinyal RF utama, dan koneksi grounding
yang harus disalurkan ke dalam tanah yang diukur dengan resitansi sebesar 5
Ohms atau kurang dari itu. Direkomendasikan bahwa anda melakukan test ke
sebuah koneksi tanah dengan tester koneksi yang sesuai sebelum anda
memutuskan bahwa installasi dari lighting arrestor berhasil dengan baik. Buat
sebuah point,sejalan dengan tugas pemeliharaan secara periodik, untuk mengecek
resistansi dari tanah dan tube gas buangan secara teratur.
5.11 RF Splitter
RF Splitter adalah perlatan yang mempunyai konektor single input dan konektor
multipel output. RF splitter digunakan untuk tujuan membagi sinyal single menjadi
sinyal RF multiple independent. Kegunaan dari RF splitter dalam keseharian dari
implementasi wireless-LAN tidak direkomendasikan. Kadangkala 2 120 derajat panel
antenna atau 2 90 derajat panel antenna mungkin akan di kombinasikan dengan sebuah
splitter dan kabel yang cukup panjang ketika antenna berada pada posisi yang
berlawanan. Konfigurasi ini akan memproduksi bi-directional coverage area , maka
akan sangat ideal untuk menutupi area sepanjang sungai atau jalan raya. Back-to-back
90 derajat panel mungkin akan dipisahkan sebesar 10 inches atau sebanyak 40 inches
11 6
pada tiap sisi dari tiang atau towernya.Tiap panel dari konfigurasi mempunyai
mechanical down tilt.Resultan gain dari tiap radiasi utama yang di kurangi dengan 3-4
dB dalam konfigurasi ini.
Ketika menginstall RF splitter, konektor input harus selalu berada di atas
permukaaan dari sinyal RF. Output konektor disebut ”taps”, di hubungkan ke tujuan
dari sinyal RF( antenna ) . Gambar 5.29 menunjukkan 2 contoh dari RF splitter. Gambar
2.30 mengilustrasikan bagaimana RF splitter dapat di gunakan dalam instalasi wireless-
LAN.
Splitter dapat digunakan untuk menyimpan track dari power output dalam link
wireless-LAN. Dengan menyertakan power meter ke salah satu output dari splitter dan
RF antenna pada salah satu sisinya, maka seorang administrator dapat memoinitor
secara aktif output setiap saat. Dalam skenario ini, power meter, antenna dan splitter
harus mempunyai impedansi yang sama..Meskipun bukan praktek yang biasanya,
memindahkan power meter dari satu output splitter dan menggantikannya dengan 50
Ohm beban yang tidak penting, yang akan mengijinkan administrator untuk
memindahkan power meter dari satu conecction point ke yang lainnya melalui wireless-
LAN sementara juga memebuat pengukuran power output.
Power splitter , peralatan yang belum dapat digunakan sebagai bagina dari
wireless-LAN. Tetaplah ingat bahwasanya splitter HARUS merupakan bagian dar
sistem yang bersertifikasi jika ingin digunakan dalam wireless-LAN anda.
Gambar 5.25 Contoh RF Splitter
11 7
Gambar 5.26 Installasi RF Splitter Dalam Jaringan
5.11.1 Memilih RF Splitter
Di bawah ini, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika
memilih sebuah RF Spiltter :
Insertion loss
Respon frekuensi
Impedansi
VSWR Rating
High isolation Impedansi
Power Ratings
Tipe konektor
Report Kalibrasi
Mounting
DC voltage passing
5.11.1.1 Insertion loss
Insertion loss yang rendah ( loss yang didatangkan hanya dengan
mengenalkan item ke dalam sirkuit ) adalh penting karena secara sederhana
meletakkan splitter dalam RF sirkuit yang dapat menyebabkan penurunan
amplitudo sinyal RF secara berarti. Insertion loss dari 0.5 dB
11 8
5.11.1.2 Respon Frekuensi
Spesifkasi respon frekunsi dari splitter setidaknya setinggi dari frekuensi
yang digunakan dalam wireless-LAN anda. Sebagai contoh,, jika anda
menggunakan hanya dengan 2.4 GHz wireless-LAN , sebuah splitter dimana
di spesifikasikan untuk digunakan di atas 3 GHz akan jauh lebih baik.
5.11.1.3 Impedansi
Impedansi dari splitter , dimana biasanya 50 Ohms dalam kebanyakan
wireless-LAN, seharusnya cocok dengan semua peralatan di dalam sirkuit di
antara transmitter dan antenna.
5.11.1.4 VSWR Rating
Sebagaimana peralatan RF lainnya, VSWR rating seharusnya
mendekati 1:1. Tipe dari VSWR rating pada RF splitter adalah < 1.5:1. VSWR
rating yang rendah pada splitter akan jauh lebih kritis daripada peralatan
lainnya pada RF sistem karena refleksi power RF pada splitter akan di
refleksikan dalam berbagai arah di dalam splitter, mempengaruhi sinyal input
splitter dan seluruh sinyal output splitter.
5.11.1.5 High Isolation Impedansi
High isolation impedansi antara port pada RF splitter sangatlah penting
untuk beberapa alasan. Pertama, beban pada salah satu port output seharusnya
tidak mempengaruhi power output pada port output splitter lainnya. Yang
kedua,, sinyal yang datang ke port output dari splitter seharusnya di arahkan ke
port input daripada ke port output lainnya. Persyaratan ini di selesaikan
melalui impedansi yang tinggi antara output konektor. Typical isolation adalah
sebesar 20dB atau lebih di antara portnya.
5.11.1.6 Power Rating
Splitter yang di rata-rata untuk maksimum power input, dimana yang
berarti bahwasanya anda di ijinkan dalam sejumlah power yang anda dapat
11 9
kerjakan ke dalam splitter anda. Pelebihan perusahaan dalam hal power rating
akan menghasilkan kerusakan pada RF splitter.
5.11.1.7 Tipe Konektor
Secara umum, RF splitter mempunyai konektor N-type dan SMA. Ini
sangat pentign untuk membeli sebuah splitter dengan tipe konektor yang sama
dengan kabel yang kita gunakan. Melakukan pemotongan pada adapter
konektor , akan mengurangi sinyal amplitudo RF. Pengetahuan ini, sangatlah
penting ketika menggunaksan splitter yang sudah terpotong sinyal
amplitudonya dalam sistem RF.
5.11.1.8 Report Kalibrasi
Semua RF splitter harusnya dengan report kalibrasi yang menunjukkan
adanya insertion loss, respon frekuensi, melalui loss pada tiap konektor , dll.
Mempunyai splitter yang telah di kalibrasi sekali dalam setahun adalah tidak
mudah dikerjakan maka akan sangat penting bahwa administrator mengetahui
sebelum instalasi awal apakah splitter sesuai dengan spesifikasi perusahaannya
atau tidak. Kalibrasi yang berlanjut membutuhkan wireless-LAN yang off-line
untuk perode waktu yang lama, dan mungkin tidak praktis dalam beberapa
situasi.
5.11.1.9 Mounting
Mounting sebuah RF splitter biasanya sebuah masalah dalam
meletakkan sekrup melalui piringan ke dalam permukaan apapun , dimana
anda ingin splitter tersebut di-mounted. Beberapa model dengan hardware
pole-mounting menggunakan baut ”U”, piringan mounting dan ukuran standar
dari mur. Berdasarkan pada perusahaannya, splitter seharusnya tahan terhadap
air, ini berarti dapat saja di lakukan mounting di luar dari pole tanpa takut akan
air, dimana hal ini akan menyebabkan permasalahan. Ketika ini merupakan
suatu permasalahan, yakinlah untuk menyegel koneksi kabelnya dan gunakan
simpulan drip.
12 0
5.11.1.10 DC Voltage Passing
Beberapa RF splitter mempunyai pilihan untuk melewati tegangan DC
yang di syaratkan untuk semua port output secara paralel. Ciri ini sangat
membantu ketika terdapat RF amplifier, dimana power internal sirkuitnya
dengan tegangan DC dari injektor tegangan DC dalam wiring-closet,
dilokasikan pada output di tiap port splitternya
5.12 RF Connectors
RF connector adalah tipe spesifik dari peralatan koneksi yang digunakan untuk
menghubungkan kabel ke peralatan atau peralatan ke peralatan. Secara
tradisional,konektor N, F, SMA, BNC, & TNC ( atau turunannya ) telah digunakn pada
wireless-Lan.
Pada taun 1994, FCC dan DOC ( sekarang Industry Canada ) memberi aturan
bahwa konektor yang digunakan dengan peralatan wireless-LAN seharusnya
disesuaikan di antara beberapa perusahaan. Untuk alasan ini, berbagai macam tipe
konektor yang muncul , seperti :
N-type
Reverse polarity N-type
Reverse threaded N-type
Gambar 5.27. Contoh Konektor Tipe N dan SMA
12 1
5.12.1 Memilih RF Connector
Ada 5 hal yang harus dipertimbangkan ketika membeli dan meng-install
konektor RF, dan mereka adalah sama dalam kriteria untuk memilih RF amplifier
dan attenuator.
1. RF connector harusnya sesuai dengan impedansi dengan semua
komponen wireless-LAN ( biasanya 50 Ohms ). Ini bukannya suatu
permasalahan sejak ketika anda membeli konektor dengan impedansi
yang berbeda, mereka tidak akan cocok jika bersama-sama karena
ukuran dari pin-center-nya.
2. Kenali seberapa banyak insertion loss dari tiap konektor yang di sisipkan
ke dalam path sinyal. Jumlah dari loss akan menyebabkan faktor ke
dalam kalkulasi dari kekuatan sinyal yang anda inginkan dan juga jarak
yang dibolehkan.
3. Kenali kenaikan batas frekuensi (respon frekuensi) yang di
spesifikasikan untuk tiap konektor. Point ini akan sangat penting sebesar
5GHz wirelessLan menjadi lebih dan lebih. Beberapa konektor yang di
hitung hanya sebesar 3 GHz, dimana ini baik di gunakan dengan 2.4 GHz
wirelessLan, tapi akan tidak berjalan dengan baikuntuk 5GHz
wirelessLan. Beberapa konektor yang di hitung hanya diatas 1 GHz dan
akan sama sekali tidak berjalan dengan baik dengan wirelessLan, yang di
legalkan hanya 900MHz wirelessLan.
4. Hati-hati dengan kualitas konektor yang buruk. Pertama, selalu
pertimabngkan dari perusahaan yang bereputasi. Kedua,, belilah hanya
konektor dengan kualitas tinggi yang dibuat oleh perusahaan yang
terkenal. Bagian dari pembelian ini akan membantu anda untuk
mengurangi permasalahan dengan sinyal RF yang sporadik, VSWR dan
koneksi yang buruk.
5. Yakinlah bahwa anda mengetahui tipe dari konektor(N,F,SMA,dll) yang
anda butuhkan dan jenis kelamin dari konektor itu sendiri. Konektor
mempunyai 2 jenis kelamin, yaitu male dan female. Konektor male
mempunyai pin center, sedangkan konektor female mempunyai
receptable center.
12 2
5.13 RF Cables
Pada beberapa cara yang sama yang harus anda pilih, kabel yang sesuai untuk
infrastrukture backbone wired 10Gbps, anda harus memilih kabel yang sesuai untuk
menghubungkan antenna ke access-point atau wireless-bridge. Dibawah ini ada
beberapa kriteria yang harus di pertimbangkan dalam memilih kabel yang cocok untuk
jaringan wireless anda.
Kabel mengenalkan loss ke dalam wirelessLAN, jadi yakinlah panjang
pendek kabel sangat dibutuhkan
Rencanakan untuk membeli kabel yang pre-cut length dengan konektor
pre-installed. Meminimalkan kemungkinan terburuk antara konektor dan
kabel. Perusahaan yang profesioanl mempraktekkan bahwa hampir selalu
superior untuk kabel manufactured oleh individual yang tidak terlatih.
Carilah kabel lowest loss yang tersedia pada keterangan range harga.
Tabel 5.3 mengilustrasikan loss yang dikenali dengan menambahkan
kabel pada wirelessLAN.
Belilah kabel yang mempunyai impedansi yang sama dengan semua
komponen wireless LAN anda.
Respon frekuensi dari kabel , seharusnya di pertimbangkan sebagai
factor pengambilan keputusan yang sangat utama dalam pembelian.
Dengan 2.4 GHz wirelessLAN, kabel yang di hitung setidaknya 2.5 GHz.
. Dengan 5 GHz wirelessLAN, kabel yang di hitung setidaknya 6 GHz.
Satu hal yang diperlukan untuk pemanjangankabel ketika access-pint dan
remote antenna jauh terpisah ( seperti instalasi outdoor ). Pada kasus ini,
berhati-hatilah bahwa konektor dapat drop ~0.25dB dan kabel dapat loss
secara berarti. Penggunaan kabel Cat5 secara lama, kadang dapat
mengualng situasi dengan mengijinkan access-point dipindah mendekati
antenna. Kabel RG-58 harusnya tidak pernah dipakai untuk perpanjangan
kabel yang berkaitan dengan respon frekuensi yang buruk. LMR, Heliax,
atau kabel high-frekuensi lainnya seharusnya diguankan untuk perluasan.
Jika FCC mengeluarkan perintah pada wirelessLAN anda ( dimana, mereka
menginginkan untuk melakukannya setiap saat ) , mereka akan mengambil catan tentang
12 3
perusahaan, nomor model,panjang dan tipe dari konektor pada kabel RF anda. Bagian
dari informasi ini, seharusnya di dokumentasikan dalam sistem FCC anda.
Tabel 5.3.. Coaxial cable attenuation ratings ( dalam dB/foot pada X MHz)
5.13.1 5.13.1 RF ”Pigtail” Adapter Cable
Kabel Pigtail adapter di gunakan untuk menghubungkan kabel yang
mempunyai konektor standar-industri ke peralatan wirelessLAN. Pigtail di
gunakan untuk adaptasi konektor pemilik ke konektor standar industri seperti Ntipe
dan konektor SMA.Akhir dari kabel pigtail adalah konektor pemilik ,
sementara akhir lainnya berada pada konektor standar industri.
12 4
Gambar 5.28 Contoh RF Pigtail Adapter
Peraturan DOC dan FCC (United States Federal Communications
Commission) pada 23 Juni 1994, menyatakan bahwa konektor yang di buat setelah
23 June 1994, harus di buat sesuai konektor antenna pemilik. Aturan tahun 1994
akan mengecilkan penggunaan amplifier, antenna high-gain atau sarana lainnya
dalam menaikkan radias RF secara berarti. Aturan ini akan mengecilkan untuk
sistem ”home brew” dimana di lakukan instalasi oleh user yang kurang
pengalaman dan tidak menuruti aturan FCC dalam penggunaan ISM band.
Sejak aturan itu di buat, konsumer harus menaati konektor pemilik dari
pengusaha pabrik untuk menghubungkan konektor standar industri. Ulang tahun
ketiga pengusaha telah memulai kebiasaan dalam membaut kabel adapter ( disebut
pigtail) dan menjualnya murah di pasaran. Tetapi tetaplah ingat, bahwasanya FCC
CFR 15.204 tidak mengijinkan sistem ”home brew”sama sekali. Semua sistem
haruslah bersertifikasi, dan sistem di definisikan sebagai sebuah radiator
intentional, an antenna dan semuanya yang berada di antaranya. Individu ini
menggunakan security seperti Netstumber dengan Pringles can antenna adalah
pelanggran dalam aturan FCC. Ini telah di sebutkan untuk menjawab pertanyaan
yang selalu sama dan sebagai contoh dari bagaimana pertaturan di tejemahkan
oleh FCC. Pigtail atau antenna yang di gunakan dengan wireless LAN di ISM atau
UNII bands harus menjadi bagian dari sistem yang tersertifikasi dan
terdokumentasi oleh FCC.
12 5
5.14 Frequency Converter
Frekuensi converter digunakan untuk menkonversi 1 range frekuensi ke lainnya
untuk tujuan menghilangkan frekuensi bands. Kira-kira banyak perusahaan yang di
lokasikan pada multi-tenant office building mempunyai wirelss LAN. Tiap dari
perusahaan tersebut menginginkan konektivitas wireless building-to-building dengan
buildingnext door karena tiap perusahaan mempunyai kantor di dalam gedung yang
berdekatan. Ini sangat mudah untuk melihat hanya ada 3 perusahaan yang akan
menggunakan wirelss LAN building-to-building bridging berkaitan dengan nomor yang
terbatas dari non-overlapping channels. Dalam kasus ini, frekunesi konverter diterapkan
bahwa akan menggunakan peralatan 2.4 GHz, tapi akan mengkonversi frekuensi
tersebut ke band yang padat ( seperti 5.8 GHz diatas UNII band) untuk segmen wireless
bridge.
Gambar 5.29 Contoh Frekuensi Konverter.
Antenna dan kabel harus di gunakan ketika menggunakan frekuensi konverter
berkaitan dengan antenna dan kabel yang mempunyai respon frekuensi yang terbatas,
tapi itu akan merupakan alasan ekonomi pada area yang padat. Alternatif yang dapat
menggantikan semua hardware wireless LAN dengan hardware 5 GHz yang baru.
Gambar 5.30 menggambarkan bagaimana frekuensi konverter di install ke dalam
konfigurasi wireless LAN.
12 6
Gambar 5.30. Penggunaan Frekuensi Konverter
5.15 Bandwidth Control Units
Wireless LAN adalah medium shared dengan throughput yang low jika di
bandingkan dengan teknologi wireless yang sekarang. Untuk alas an ni, bandwidth pada
wireless harus di konservasi dan di lindungi, terutama pada lingkungan luar seperti yang
kita temukan pada Wireless Internet Service Provider (WISPs) bandwidth harusnya di
control dalam berbagai cara yang mana tiap user mempunyai kepercayaan dan
pengalaman konektivitas yang konsisten dan mendapatkan sesuai dengan apa yang
mereka bayarkan. Dengan instalasi wireless LAN indoor , maka ini bukan sesuatu yang
biasa untuk menggunakan Bandwidth Control Units (BCU) karena banyak user yang
menginginkan untuk mempunyai pengalaman yang sama sebagaimana yang mereka
dapat pada wired LAN. Sesederhana ini , tidak mugkin di kerjakan dengan mudah
berdasarkan perbedaan bandwidth yang ekstrim. Tapi, bagaimanapun juga administrator
berusaha untuk memberikan indoor LAN kepada user sebanyak bandwidth dengan tidak
melebihi beban dari access-point. Dalam wireless LAN, BCU diletakkan antara accesspoint
atau bridge dan jaringan, sebagaimana gambar 5.31
12 7
Gambar 5.31 Using a bandwidth control unit
Tipe BCU bekerja dengan mem-filter pada MAC address supaya untuk men-drop
tiap user ke dalam antrian pre-assigned. Tiap antrian mempunyai keterangan properties
seperti bandwidth upstream dan dowmstream. Multiple user mungkin akan di masukkan
ke dalam satu antrian yang sama. Ini mengijinkan untuk control bandwidth secara
presisi dan menghitung per user. BCU di kelola melalui berbagai software packages,
seperti yang ada pada bawah ini…
Gambar 5.32 Aplikasi manager untuk BCU
12 8
5.16 Test Kits
Ada beberapa macam test kits yang beredar di pasaran. Salah satu yang sangat
berharga dari tipe test kits pada industry wireless LAN adalah yang digunakan untuk
mengetes kabel dan konektor. Kit terdiri dari sinyal RF generator dan through-line
power meter. Sinyal generator yang di belokkan secara langsung ke power meter untuk
mendapatkan pengukuran baseline. Ketika meletakkan kabel dan konektor di antara
sinyal generator dan power meter , ini dapat di tentukan jika merek sesuia dengan
spesifikasi perusahaan dan jika mereka intermittent. Konektor pada kabel dapat menjadi
usang dan loose membuat sesuatu menjadi buruk atau koneksi intermittent yang buruk.
Mereka juga akan mengambil tes di air, dimana tingkat kerusakan dari karakteristik RF.
Ini sangat penting untuk mengetes kabel dan konektor sebelum di sebarkan.
Gambar 5.33 Contoh dari tes kit
5.17 Kesimpulan
Antenna adalah yang sering digunakan untuk meningkatkan jangkauan dari system
wireless LAN. Pilihan antenna yang tepat dan posisi antenna dapat mengurangi
kebocoran sinyal dari batasan anda, dan membuat pemotongan sinyal amat sulit. Ada 3
kategori umum yang membagi antenna wireless LAN : omni directional, semi12
9
directional, dan highly-directional. Kami akan membahas attribute dari tiap kedalaman
group ini, sebagaimana metode yang tepat untuk meng-install tiap jenis antenna. Kami
juga akan menjelaskan polarisasi, pengumpulan pola, penggunaan yang tepat, dan
mengalamatkan item yang begitu banyak berbeda yang digunakan untuk
mengkoneksikan antenna ke hardware wireless LAN lain. Dalam komunikasi Wireless
aksesori jaringan yang digunakan meliputi Amplifiers RF, RF attenuators, Lightning
arretors, Konektor RF, Kabel RF, Pemisah Rfdan Pigtails.
5.18 SOAL
1. Sebutkan tiga kategori umum dari perangkat Antenna Wireless LAN ?
2. Jelaskan pengertian mengenai antenna Omni Directional beserta gambar ?
3. Hal – hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan RF Splitter ?
4. Hal – hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan RF Connector ?
5. Apakah kegunaan dari Frequency Converter ?
13 0
Bab 6. Organisasi Wireless LAN Standart
6.1 FCC (Federal Communications Commisions)
Federal Communications Commission (FCC) adalah agen pemerintah US yang
langsung bertanggung jawab pada konggres. FCC didirikan oleh Communication Act
pada tahun 1934, yang mengatur komunikasi menggunakan radio, televisi, kawat, satelit
dan kabel. Aturan FCC meliputi tidak hanya 50 negara bagian dan District of Columbia
tetapi juga Puerto Rico, Guam dan Kepuluan Virgin.
6.2 6ISM dan UNII Band
FCC membuat batasan peraturan dimana frekuensi wireless LAN dapat
menggunakan output power untuk masing-masing frekuensi band. FCC telah membagi
bahwa untuk wireless yang digunakan oleh Industrial, Scientific dan Medical (ISM)
menggunakan license free. Band ISM terletak pada lokasi mulai 902 MHz, 2,4 MHz dan
5,8 GHz dan bermacam-macam lebarnya dari 26MHz sampai 150 MHz.
Gambar 6.1. Perbandingan ISM dan UNII Band
6.3 Keuntungan dan Kerugian Band License-Free
Ketika mengimplementasikan beberapa sistem wireless pada band license-free
maka tidak ada persyaratan ketentuan tentang bandwidth dan power dari FCC. Batasan
13 1
transmisi power ada tapi tidak ada prosedur untuk harus menerima ijin untuk
mentransmit pada power tertentu
Seperti kebebasan dari membawa license tetapi juga ada faktor kerugiannya yaitu
semua orang juga mempunyai hak yang sama dalam menggunakan frekuensi sehingga
akan menyebabkan interferensi. Cara mengatasinya, dua sistem yang bersaing tidak
perlu menggunakan channel yang sama atau bahkan tidak menggunakan spread
spectrum yang sama.
6.4 Industrial Scientific Medical (ISM) Band
Ada 3 license-free ISM band FCC telah menetapkan bahwa wireless LAN boleh
digunakan. Mereka adalah 900 MHz, 2,4 GHz dan 5,8 GHz.
6.4.1 900 MHz ISM Band
Band 900 MGz didefinisikan sebagai range frekuensi dari 902 HGz sampai
928 MHz. Dalam band ini sebagai tambahan didefinisikan sebagai 915 MHz +- 13
MHz.
.
6.4.2 2,4 GHz Band
Band ini digunakan oleh semua 802.11, 802.11b dan compliant 802.11g.
Band 2.4 GHz dibatasi oleh 2,4GHz dan 2.5 GHz seperti yang didefinisikan oleh
FCC.
6.4.3 5,8 GHz Band
Band ini juga disebut 5 GHz ISM band dan dibatasi oleh 5.725 dan 5.875.
Frekuensi band ini tidak banyak digunakan oleh peralatan wireless LAN sehingga
cenderung menimbulkan kebingungan. Band ini juga overlap dengan bagian dari
license-free yang lain.
6.5 6Unilicensed National Information Infrastructure (UNII) Band
5 GHz UNII band terbuat dari 3 bagian yang terpisah 100 MHz lebarnya. Ketiga
bagian itu disebut lower, middle dan upper band. Dalam masing-masing ketiga band ini
13 2
ada 4 non-overlapping channel OFDM yang masing-masing dipisahkan oleh 5 MHz..
Karena access point kebanyakan digunakan di indoors, band ini akan memperbolehkan
8 non-overlapping access point menggunakan kedua lower dan middle UNII band.
6.5.1 Lower Band
Lower band dibatasi oleh 5.15 GHz dan 5.25 GHz dan ditentukan oleh FCC
untuk mempunyai maximum output power 50 mW. Ketika diimplementasikan
802.11a compliant devices, the IEEE telah menyebutkan bahwa maximum output
hanya 40mW (80%).
6.5.2 Middle Band
Middle band dibatasi oleh 5.25 GHz dan 5.35 GHz dan ditentukan pada
250mW output oleh FCC. Power output telah disebutkan oleh IEEE untuk middle
UNII band adalah 200 mW.
6.5.3 Upper Band
Upper band digunakan untuk link outdoor dan dibatasi oleh FCC sampai 1
watt sebagai ouput power.
6.6 Aturan Output Power
FCC melaksanakan peraturan tertentu berdasarkan radiasi power oleh elemen
antenna tergantung pada apakah implementasinya adalah point-to-multipoint atau pointto-
point. Istilah yang digunakan untuk power yang diradiasikan oleh anten adalah
Equivalent Isotropically Radiated Power (EIRP).
6.6.1 Point-to-Multipoint (PtMP)
Link PtMP mempunyai central point koneksi dan dua atau lebih non-central
koneksi. Link PtMP dasarnya dikonfigurasikan sebagai topologi star. Koneksi
central bisa menggunakan antenna omnidireksional. Berdasarkan susunan dari link
PtMP, FCC membatasi EIRP sampai 4 Watts baik untuk 2.4 GHz ISM band dan
upper 5 GHz UNII band.
13 3
Tabel 6.1 Point-to-Multi Point Power Limit
6.6.2 Point-to-Point (PtP)
Link PtP termasuk single directional transmitting antenna dan single
directional receiving antenna. Koneksi ini biasanya digunakan untuk building-tobuilding
atau link yang mirip dan harus ada oleh peraturan yang khusus.
Tabel 6.2 Point-to-Point Power Limit
Power at Antenna
(dBm)
Max Antenna Gain
(dBi)
EIRP
(dBm)
EIRP
(watts)
30 6 36 4
29 9 38 6.3
28 12 40 10
27 15 42 16
26 18 44 25
25 21 46 39.8
24 24 48 63
23 27 50 100
22 30 52 158
Informasi yang spesifik yang terdapat di Tabel 6.2 tidaklah dicakup di
ujian CWNA. Informasi disajikan sebagai sumber daya untuk tugas yang
administratif. Fcc mempunyai suatu aturan yang berbeda untuk PtP hubungkan di
UNII band yang bagian atas. Alat UNII Point-To-Point yang yang ditetapkan yang
beroperasi dalam 5.725 – 5.825 regu GHz boleh mempekerjakan antenna
pemancar dengan keuntungan yang directional sampai ke 23 dBi tanpa
bersesuaian pengurangan di daya keluaran puncak pemancar. Untuk ditetapkan,
pemancar UNII point-to-point yang mempekerjakan suatu antenna terarah
memperoleh lebih besar dari 23 dBi, suatu 1 pengurangan dB di pemancar puncak
13 4
menggerakkan untuk masing-masing 1 dBi dari antenna lebih dari 23 dBi
diperlukan. Berpesan bahwa oleh mempunyai;nikmati suatu daya keluaran yang
maksimum dari + 30 dBm di radiator yang disengaja, dan mempunyai maksimum
23 bati antenna dBi di depan pengurangan apapun di daya keluaran pemancar
diperlukan, ini mengijinkan ini 5 sistem GHz UNII untuk mempunyai suatu
keluaran dari 200 Watts EIRP.
6.7 Institute of Electrical and Electronics Engineers
Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) adalah pembuat kunci
yang baku untuk kebanyakan berbagai hal berhubungan dengan teknologi informasi di
Amerika Serikat. IEEE menciptakan standard nya di dalam hukum yang diciptakan oleh
FCC. Pokok-Pokok IEEE banyak teknologi baku seperti Public Key Cryptography
(IEEE 1363), Firewire (IEEE 1394), Ethernet (IEEE 802.3), dan Wireless Lan (IEEE
802.11).
Itu menjadi bagian dari misi dari IEEE untuk dikembangkan standard untuk
operasi LAN wireless di dalam kerangka dari peraturan dan aturan FCC itu. Berikut
adalah empat standard IEEE yang utama untuk Lan wireless yang adalah salah satu
digunakan atau di format draft
• 802.11
• 802.11b
• 802.11a
• 802.11g
6.7.1 IEEE 802.11
Standard 802.11 adalah standard yang pertama gambarkan pengoperasian
Wireless LAN. Standard ini yang dimasukkan semua teknologi transmisi yang
yang tersedia yang mencakup Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS), Hopping
Spread Spectrum frekwensi (FHSS), dan inframerah.
Penguasaan pasar LAN yang inframerah wireless adalah sungguh kecil dan
teknologi adalah sangat dibatasi dengan kemampuannya. Dalam kaitan dengan
ketiadaan ketenaran dari inframerah teknologi di pasar LAN wireless, IR akan
tersebut, tetapi tidak tercakup secara detil dalam buku ini.
13 5
Standard IEEE 802.11 menguraikan sistem DSSS yang beroperasi pada 1
Mbps dan 2 Mbps saja. Jika suatu sistem DSSS beroperasi pada daftar biaya
pengiriman barang-barang data yang lain juga, seperti 1 Mbps, 2 Mbps, dan 11
Mbps, kemudian dapat tetap suatu sistem 802.11-compliant. Jika, bagaimanapun,
sistem sedang beroperasi bagaimanapun juga selain dari 1 atau 2 Mbps, kemudian
sistem adalah 802.11-compliant oleh karena kemampuannya mempekerjakan pada
1 & 2 Mbps. Itu bukanlah yang beroperasi dalam suatu gaya 802.11-compliant dan
tidak bisa diharapkan untuk berkomunikasi dengan alat 802.11-compliant yang
lain.
IEEE 802.11 adalah salah satu dari dua standard yang menguraikan
pengoperasian frekwensi yang meloncat sistem LAN wireless. Jika suatu pengurus
LAN wireless menghadapi suatu frekwensi yang meloncat sistem, kemudian
kemungkinan untuk salah satu suatu sistem atau 802.11-compliant OpenAir yang
memenuhi (yang dibahas di bawah). Standart 802.11 menguraikan penggunaan
dari sistem FHSS pada 1 dan 2 Mbps. Ada sistem FHSS banyak orang di pasar
yang meluas kemampuan ini dengan menawarkan gaya kepemilikan yang
beroperasi pada 3-10 Mbps, hanya sebagai dari DSSS, jika sistem sedang
beroperasi pada kecepatan selain dari aku & 2 Mbps, itu tidak bisa diharapkan
untuk secara otomatis berkomunikasi dengan alat 802.11-compliant yang lain.
802.11 produk memenuhi beroperasi dengan keras di 2.4 regu GHz ISM
antara 2.4000 dan 2.4835 GHz. Inframerah, juga yang dicakup oleh 802.11, adalah
light-based technology dan tidak jatuh masuk ke 2.4 regu GHz ISM.
6.7.2 IEEE 802.11b
Meskipun demikian, standard 802.11 adalah sukses dalam membiarkan
DSSS seperti halnya sistem FHSS ke interoperate, teknologi telah membesar
standard. Segera setelah implementasi dan persetujuan dari 802.11, Lan DSSS
wireless sedang menukarkan data pada sampai ke 11 Mbps. Tetapi, standard terusmenerus,
dengan tak ada hentinya untuk memandu pengoperasian alat seperti itu,
disana menjadi permasalahan meskipun demikian standard 802.11 adalah sukses
dalam membiarkan DSSS seperti halnya sistem FHSS ke interoperate, teknologi
telah membesar standard. Segera setelah implementasi dan persetujuan dari
802.11, Lan DSSS wireless sedang menukarkan data pada sampai ke 11 Mbps.
13 6
Tetapi, standard terus-menerus: dengan tak ada hentinya untuk memandu
pengoperasian alat seperti itu, disana menjadi permasalahan.
IEEE 802.11b, dikenal sebagai ” High-Rate” dan Wi-Fi, specifies direct
sequencing ( DSSS) sistem yang beroperasi pada 1, 2, 5.5 dan 11 Mbps. 802.1
standard lb tidak menguraikan sistem FHSS yang manapun, dan 802.11bcompliant
alat adalah juga 802.1 1-compliant dengan tak hadir, maksud mereka
adalah mundur dapat dipertukarkan dan kedua-duanya dukungan 2 dan 1 data
Mbps daftar biaya pengiriman barang-barang. Kecocokan yang mundur adalah
sangat penting sebab itu mengijinkan suatu LAN wireless untuk diupgrade tanpa
ongkos menggantikan perangkat keras inti. Ini murah menonjolkan, bersama-sama
dengan data yang tinggi menilai, telah buat 802.1 perangkat keras lb-compliant
yang sangat populer.
Data yang tinggi tingkat alat 802.11b-compliant adalah hasil dari
menggunakan suatu teknik persandian yang berbeda. Meskipun demikian sistem
masih suatu mengarahkan sistem peruntunan, cara chip adalah coded (CCK
dibanding/bukannya Barker Code) bersama dengan cara informasi diatur (QPSK
pada 2, 5.5, & 11 BPSK dan Mbps pada 1 Mbps) mempertimbangkan suatu lebih
besar jumlah data untuk ditransfer di batasan waktu yang sama. 802.11b produk
memenuhi beroperasi hanya di 2.4 GHz bands ISM antara 2.4000 dan 2.4835
GHz. persandian dan Modulasi adalah dibahas lebih lanjut di Bab 8 (MAC &
Physical Layers).
6.7.3 IEEE 802.11a
Standard IEEE 802.11a menguraikan operasi alat LAN wireless di 5 GHz
UNII bands. Operasi di UNII bands yang secara otomatis membuat 802.11a alat
tidak cocok/bertentangan dengan semua alat yang lain mentaati yang lain 802.11
rangkaian dari standard. Alasan untuk ketidakcocokan ini adalah sederhana::
sistem yang menggunakan 5 frekwensi GHz tidak akan berkomunikasi dengan
sistem yang menggunakan 2.4 frekwensi GHz.
Menggunakan UNIT bands, kebanyakan alat bisa mencapai daftar biaya
pengiriman barang-barang data dari 6, 9. 12, 18, 24. 36. 48, dan 54 Mbps.
Sebagian dari alat yang memanfaatkan UNII bands sudah mencapai daftar biaya
pengiriman barang-barang data dari 108 Mbps dengan menggunakan teknologi
13 7
kepemilikan, seperti tingkat tarip yang menggandakan. Daftar biaya pengiriman
barang-barang yang paling tinggi dari sebagian dari alat ini adalah hasil dari
teknologi lebih baru tidak yang ditetapkan oleh standard 802.11a. IEEE 802.11a
menetapkan daftar biaya pengiriman barang-barang data dari saja 6. 12, dan 24
Mbps. Suatu alat LAN wireless harus mendukung sedikitnya daftar biaya
pengiriman barang-barang data ini di UNII bands untuk 802.11a-compliant.
Tingkat tarip data yang maksimum yang ditetapkan oleh standard 802.11a adalah
54 Mbps.
6.7.4 IEEE 802.11g
802.11g menyediakan yang sama kecepatan maksimum dari 802.11a,
menggabungkan dengan kecocokan mundur untuk alat 802.11b. Kecocokan yang
mundur ini akan membuat Lan upgrading wireless yang sederhana dan murah.
Karena teknologi 802.11g adalah baru, 802.1 alat 1g waktu itu belum yang
tersedia mulai dari ini menulis.
IEEE 802.11g menetapkan operasi di 2.4 GHz ISM hand. Untuk mencapai
daftar biaya pengiriman barang-barang data yang lebih tinggi menemukan di
802.11a, 802.11g alat memenuhi menggunakan Orthogonal Frequency Division
Multiplexing (OFDM) teknologi modulasi. Alat ini dapat secara otomatis tombol
ke modulasi QPSK untuk tujuan berkomunikasi dengan 802.11b yang lebih
lambat dan 802.11 alat yang yang compatable. Dengan semua keuntungan yang
nyata, penggunaan dari penuh sesak 802.11g’s 2.4 GHz band bisa membuktikan
untuk menjadi kerugian.
Mulai dari penulisan ini, standard 802.11g telah disetujui sebagai standard,
hanyalah spesifikasi standard masih di draft membentuk. Spesifikasi akhir untuk
802.11g diharapkan di pertengahan untuk akhir-akhirnya 2002.
6.8 Major Organizations
Sedangkan FCC dan IEEE bertanggung jawab atas penjelasan standard dan hukum
sebagai mereka berlaku bagi/meminta kepada Lan wireless di Amerika Serikat, ada
beberapa organisasi yang lain, baik dalam U.S. dan di negara-negara yang lain, yang
13 8
berperan untuk pendidikan dan pertumbuhan di pasar LAN wireless. Di bagian ini, kita
akan memperhatikan sebanyak tiga organisasi ini:
- Wireless Ethernet Compatibility Alliance (WECA)
- European Telecommunications Standards Institute (ETSI)
- Wireless LAN Association (WLANA)
6.8.1 Wireless Ethernet Compatibility Alliance
Wireless Ethernet Compatibility Alliance (WECA) mempromosikan dan
menguji untuk interoperabilas LAN wireless dari alat 802.11b dan 802.11a. MISI
WECA’s adalah untuk menjamin interoperabilas dari Wi-Fi (IEEE 802.11) produk
dan untuk mempromosikan Wi-Fi ketika standard LAN global wireless ke
seberang semua segmen pasar. Sebagai suatu pengurus, anda harus memecahkan
konflik antar alat LAN wireless yang diakibatkan oleh gangguan campur tangan,
ketidakcocokan, atau permasalahan yang lain.
Ketika suatu produk temu persyaratan interoperabilas seperti diuraikan di
acuan test WECA’s, WECA mewujudkan produk adalah suatu sertifikasi dari
intero0perabilas, yang mengijinkan penjual untuk gunakan logo Wi-Fi di
mengiklankan dan pengemasan untuk produk yang bersertifikat. Segel Wi-Fi dari
persetujuan meyakinkan pemakai akhir dari interoperabilas dengan alat LAN
wireless yang juga membawa logo Wi-Fi.
Antar WECA’s daftar cek interoperabilas adalah penggunaan dari kunci
WEP 40-bit. Yang catat bahwa 40 dan 64-bit adalah sama hal. Suatu 40-bit
“rahasia” kunci adalah concatenated dengan suatu Initialization Vector 24-bit (IV)
untuk menjangkau 64-bits. Di cara yang sama, 104 dan 128-bit menyetem adalah
sama. WECA tidak menetapkan interoperabilas dari kunci 128-bit; karenanya,
tidak ada kecocokan diharapkan untuk diharapkan antara penjual yang
mempertunjukkan segel Wi-Fi ketika menggunakan 128-bit kunci WEP.
Meskipun demikian, banyak sistem 128-bit dari penjual yang berbeda adalah
interoperable.
Ada banyak orang lain faktor di samping penggunaan dari kunci WEP 40-bit
yang diperlukan untuk temu ukuran-ukuran WECA’s, faktor meliputi dukungan
dari pemecahan menjadi kepingan, gaya PSP, pemeriksaan SSID meminta dan
orang yang lain. Sebagian dari topik ini akan dibahas di bab yang kemudiannya.
13 9
6.8.2 European Telecommunications Standards Institute.
European Telecommunications Standards Institute (ETSI) mencarter dengan
memproduksi standard komunikasi untuk Europe dengan cara yang sama bahwa
IEEE adalah untuk Amerika Serikat. Etsi yang baku telah mendirikan,
HiPerLAN/2 sebagai contoh, secara langsung bersaing melawan terhadap standard
yang diciptakan oleh IEEE seperti 802.11a. Telah ada banyak diskusi tentang
ETSI dan IEEE mempersatukan di teknologi tertentu yang wireless, tetapi tidak
ada apapun mempunyai materialized mulai dari penulisan ini. Usaha ini adalah
dikenal sebagai “5UP” prakarsa untuk “5 GHz Unified Protocol”. IEEE’S mencoba
pada interoperabilas dengan standard ETSI’s Hiper LAN/2 adalah standard
802.11h baru yang mendatang.
HIPERLAN asli ETSI’s yang baku untuk Hiper LAN/1 wireless, yang
digelari, daftar biaya pengiriman barang-barang yang didukung dari sampai ke 24
Mbps yang menggunakan teknologi DSSS dengan bidang kira-kira 150 kaki (45.7
meter). HiperLAN/1 menggunakan menurunkan dan UNII band pertengahan,
seperti halnya HiperLAN/2, 802.11a dan standard 802.11h yang baru. Standard
HiperLAN/2 yang baru mendukung daftar biaya pengiriman barang-barang dari
sampai ke 54 Mbps dan penggunaan adalah semua sebanyak tiga UNII band.
Standard HIPERLAN/2 ETSI’s mempunyai lapisan pemusatan yang yang
dapat bertukar tempat, mendukung untuk QoS, dan mendukung DES dan 3DES
encryption. Lapisan pemusatan yang didukung adalah ATM, Ethernet, PPP, Fire
Wire dan 3G. Kesadaran QoS didukung meliputi 802.1p, RSVP dan DiffServ-FC.
6.8.3 Wireless LAN Association
Misi Wireless LAN Association’s adalah untuk mendidik dan menaikkan
kesadaran konsumen mengenai ketersediaan dan penggunaan dari Lan wireless
dan untuk mempromosikan industri LAN wireless secara umum. Wireless LAN
Association (WLANA) adalah suatu sumber daya yang bidang pendidikan bagi
mereka yang mencari cara belajar lebih banyak tentang Lan wireless. WLANA
dapat juga membantu jika anda sedang mencari suatu layanan atau produk LAN
spesifik yang wireless.
WLANA mempunyai mitra banyak orang di dalam industri yang menyokong
isi kepada direktori WLANA dari informasi. Itu adalah direktori ini, bersama
dengan banyak kasus dan laporan resmi belajari bahwa WLANA menyediakan, itu
14 0
menawarkan anda informasi yang berharga untuk membuat keputusan tentang
implementasi LAN wireless.
6.9 Competing Technologies
Ada beberapa teknologi yang bersaing dengan 802.11 keluarga dari standard.
Sebagai kebutuhan bisnis dan teknologi meningkatkan, akan ada melanjut untuk standar
baru diciptakan untuk mendukung pasar seperti halnya penemuan yang baru yang
memandu perusahaan yang membelanjakan. Lain standard dan teknologi LAN wireless
yang digunakan meliputi:
- HomeRF
- Bluetooth
- Infrared
- OpenAir
6.9.1 HomeRF
Homerf beroperasi di 2.4 frekwensi penggunaan dan GHz band yang
meloncat teknologi. HomeRF alat meloncat pada sekitar 50 loncatan saban sekitar
detik 5 sampai 20 kali lebih cepat dari kebanyakan alat HISS 802,11-compliant.
Versi yang baru tentang HomeRF, HomeRF 2.0 gunakan yang baru “band yang
lebar” frekwensi yang meloncat aturan yang disetujui oleh FCC, dan adalah yang
pertama untuk melakukannya. Ini adalah kata bahwa IEEE belum diadopsi
frekwensi yang band lebar/luas yang meloncat aturan ke dalam 802.11 rangkaian
dari standard. Adalah mengingat bahwa aturan ini, menerapkan setelah 08/31/00,
meliputi:
- Maximum of 5 MHz wide carrier frequencies
- Minimum of 15 hops in a sequence
- Maximum of 125 mW of output power
Sebab HomeRF mengijinkan suatu peningkatan di atas yang terdahulu 1
frekwensi pengangkut MHz yang lebar dan fleksibilitas dalam menerapkan kurang
dari yang sebelumnya memerlukan 75 loncatan, satu kekuatan berpikir meloncat
14 1
frekwensi band yang lebar itu akan sungguh populer antar penjual dan korporasi
mirip. Ini, bagaimanapun, bukanlah kasus. Sebagai menguntungkan sebagai yang
hasilnya 10 tingkat tarip data Mbps adalah itu tidak menaungi kerugian dari 125
mW dari daya keluaran, penggunaan batas yang dari frekwensi band lebar yang
meloncat alat kepada mendekati cakupan dari 150-300 kaki (46-92 meter). Hasil
ini membatasi penggunaan dari frekwensi wideband yang meloncat alat terutama
kepada lingkungan SOHO.
HomeRF unit gunakan Shared Wireless Access Protocol (SWAP) protokol,
yang mana adalah suatu kombinasi dari CSMA (used in local area networks) dan
TDMA (used in cellular phones) protokol. SWAP adalah suatu bastar dari 802.11
dan standard DECT dan dikembangkan oleh kelompok kerja HomeRF. HomeRF
alat adalah satu-satunya alat sekarang ini di pasar yang diikuti frekwensi wideband
yang meloncat aturan. HomeRF alat dipertimbangkan lebih
menjamin/mengamankan dibanding 802.11 produk yang menggunakan WEP oleh
karena garis vektor initialisasi 32-bit (IV) HomeRF penggunaan (berlawanan
dengan IV 24-bit 802.11′s). Apalagi, HomeRF telah menetapkan bagaimana IV
diharapkan untuk terpilih selama encryption, sedangkan 802.11 tidak, sisa-sisa
802.11 membuka untuk serangan dalam kaitan dengan implementasi yang lemah.
Beberapa liputan yang terutama sekali menarik tentang HomeRF 2.0 adalah:
- 50 hops per second
- Uses 2.4 GHz ISM band
- Meets FCC regulations for spread spectrum technologies
- 10 Mbps data rate with fallback to 5 Mbps, 1.6 Mbps and 0.8 Mbps
- Backwards compatible with OpenAir standard
- Simultaneous host/client and peer/peer topology
- Built-in security measures against eavesdropping and denial of service
- Support for prioritized streaming media sessions and toll-quality two-way
voice connections
- Enhanced roaming capabilities
6.9.2 Bluetooth
Bluetooth adalah frekwensi lain yang meloncat teknologi yang beroperasi di
2.4 GHz ISM band. Loncatan tingkat alat Bluetooth akan berbuat 1600 loncatan
14 2
per detik (sekitar 625us tinggal waktu), sehingga mempunyai dengan sangat lebih
banyak ongkos exploitasi dibanding frekwensi 802.11-compliant yang meloncat
sistem. Tingkat tarip loncatan yang tinggi juga memberi pembalasan teknologi
yang lebih besar ke suara gaduh regu palsu yang sempit. Bluetooth sistem tidaklah
dirancang untuk throughput yang tinggi, tetapi lebih untuk penggunaan yang
sederhana, tenaga yang rendah, dan cakupan yang singkat (WPANS). IEEE
802.15 yang baru draft untuk WPANs meliputi spesifikasi untuk Bluetooth.
Suatu kerugian yang utama dari menggunakan teknologi Bluetooth adalah
bahwa itu sepenuhnya mengganggu lain hingga 2.4 GHz jaringan. Loncatan yang
tinggi tingkat Bluetooth di atas keseluruhan yang dapat dipakai 2.4 GHz band
membuat isyarat Bluetooth nampak bagi semua sistem yang lain sebagai band
semua suara gaduh atau semua band gangguan campur tangan. Bluetooth juga
mempengaruhi sistem FHSS yang lain. All-Band gangguan campur tangan, seperti
nama menyiratkan, mengganggu isyarat di atas cakupan dari frekwensi yang bisa
gunakan keseluruhannya, menyumbangkan isyarat yang utama sia-sia. Gangguan
campur tangan yang disajikan oleh LAN wireless bertentangan dengan Bluetooth
tidak berdampak pada alat Bluetooth ketika Bluetooth berdampak pada 802.11
LAN wireless. Sekarang umum untuk plakat untuk menjulang di area LAN
wireless yang dibaca “No Bluetooth” di cetakan yang menyolok.
Bluetooth alat beroperasi di tiga kelas tenaga: 1 mW, 2.5 mW, dan 100 mW.
Sekarang ini ada sedikit bila ada implementasi dari Class 3 (100 mW) alat
Bluetooth, sehingga data cakupan tidaklah siap tersedia bagaimanapun, Class 2
(2.5 mW) alat Bluetooth mempunyai suatu cakupan yang maksimum dari 33 kaki
(10 meter). Secara alami, jika diperluas bergerak diinginkan, penggunaan dari
antenna terarah adalah suatu kemungkinan pemecahan, meskipun kebanyakan alat
Bluetooth adalah alat yang gesit (mobile).
6.10 Infrared Data Association (IrDA)
IrDA bukanlah suatu standard Bluetooth, HomeRF dan 802.11 rangkaian dari
standard melainkan, IrDA adalah suatu organisasi. yang ditemukan pada bulan Juni dari
1993, IrDA adalah suatu organisasi dibiayai anggota piagam siapa adalah “untuk
menciptakan suatu interoperable murah, low-cost, low-power, half-duplex, standard
14 3
interkoneksi data yang serial yang mendukung suatu gedung tanpa lift point-to-point
model pemakai yang adalah dapat menyesuaikan diri suatu cakupan luas dari alat
komputer. “Inframerah transmisi data dikenal dengan paling untuk penggunaannya di
kalkulator, pencetak, beberapa yang building-to-building dan ruang di jaringan
komputer dan sekarang di komputer handheld.
6.10.1 Infrared
Inframerah (IR) adalah suatu teknologi transmisi didasarkan cahaya dan
tidaklah tersebar teknologi spektrum tersebar spektrum adalah semua radiasi RF
penggunaan. IR alat dapat mencapai suatu data yang maksimum tingkat 4 Mbps
dari dekat mencakup, hanyalah suatu teknologi didasarkan cahaya, lain sumber
cahaya dapat bertentangan dengan transmisi IR. Data yang khas tingkat suatu alat
IR akan berbuat 115 kbps, yang mana adalah baik untuk menukarkan data antara
alat handheld. Suatu keuntungan yang penting tentang jaringan IR adalah bahwa
mereka tidak bertentangan dengan tersebar jaringan RF spektrum. Karena alasan
ini keduanya adalah komplementer dan kaleng dengan mudah digunakan bersamasama.
6.10.2 Security
Keamanan dari alat IR adalah dengan tak terpisahkan sempurna untuk dua
pertimbangan yang utama. yang pertama IR tidak bisa bepergian meskipun
demikian dinding pada kuasa yang rendah seperti itu (2 mW maksimum) dan
detik, suatu pemasang telinga atau mencincang harus secara langsung
menginterupsi cahaya untuk tujuan akses keuntungan informasi ditransfer.
Jaringan tunggal yang memerlukan connectivas wireless harus dijamin keamanan
bermanfaat bagi dari jaringan dan. Dengan komputer dan PDAs, IR digunakan
untuk connectivas point-to-point pada cakupan yang sangat pendek sehingga
keamanan akan hampir tidak relevan di kejadian ini.
14 4
6.10.3 Stability
Meskipun demikian IR tidak akan menerobos dinding, itu akan memantul
langit-langit dan dinding, yang membantu di networking kamar tunggal.
Inframerah adalah diganggu oleh isyarat yang electromagnetis, yang
mempromosikan stabilitas dari suatu sistem IR. Menyiarkan alat IR ada tersedia
dan dapat menjulang di langit-langit. Suatu IR menyiarkan alat (yang mana adalah
dapat disamakan kepada suatu antenna RF) akan memancarkan informasi dan
pengangkut IR di segala jurusan sedemikian sehingga isyarat ini dapat diambil
oleh klien IR yang dekat. Karena pertimbangan konsumsi tenaga, IR siaran adalah
secara normal diterapkan di atau ke dalam rumah. Point-To-Point pemancar IR
dapat digunakan keluar rumah dan mempunyai suatu cakupan yang maksimum
dari sekitar 3280 kaki (1 km), tetapi cakupan ini mungkin dipendekkan oleh
kehadiran dari cahaya matahari. Cahaya matahari adalah kira-kira 60% inframerah
cahaya, yang sungguh melemahkan isyarat IR siaran. Di hari yang cerah ketika
memindahkan data antara PDAs atau komputer laptop, dua alat mungkin telah
untuk memegang semakin dekat bersama-sama untuk baiknya perpindahan data
IR.
6.11 Wireless LAN Interoperability Forum (WLIF)
Standard OpenAir adalah suatu standard yang diciptakan oleh Wireless LAN
Interoperability Forum, di mana sistem LAN banyak orang wireless diciptakan untuk
mematuhi sebagai suatu alternatif untuk 802.11 diluar ketetapan Dua kecepatan – 800
kbps dan 1.6 Mbps diluar dan 802.11 sistem tidaklah dapat dipertukarkan dan tidak
akan interoperate. Karena sekarang ini beberapa lini produk namun yang tersedia yang
mematuhi standard OpenAir, adalah penting bahwa pengurus LAN wireless mengetahui
bahwa OpenAir ada, bagaimanapun, OpenAir adalah dengan cepat dukungan
kehilangan antar penjual dan tidak ada produksi baru dibuat itu mematuhi standard ini.
Diluar adalah usaha yang pertama pada standardisasi dan interoperabilas antar Lan
wireless. Diluar dipusatkan Di alat FHSS beroperasi hanya pada dua kecepatan.
14 5
6.12 Kesimpulan
Federal Communications Commission (FCC) adalah agen pemerintah US yang
langsung bertanggung jawab pada konggres. FCC didirikan oleh Communication Act
pada tahun 1934, yang mengatur komunikasi menggunakan radio, televisi, kawat, satelit
dan kabel. FCC membuat batasan peraturan dimana frekuensi wireless LAN dapat
menggunakan output power untuk masing-masing frekuensi band. FCC telah membagi
bahwa untuk wireless yang digunakan oleh Industrial, Scientific dan Medical (ISM)
menggunakan license free. Band ISM terletak pada lokasi mulai 902 MHz, 2,4 MHz dan
5,8 GHz dan bermacam-macam lebarnya dari 26MHz sampai 150 MHz. Seperti
kebebasan dari membawa license tetapi juga ada faktor kerugiannya yaitu semua orang
juga mempunyai hak yang sama dalam menggunakan frekuensi sehingga akan
menyebabkan interferensi. Cara mengatasinya, dua sistem yang bersaing tidak perlu
menggunakan channel yang sama atau bahkan tidak menggunakan spread spectrum
yang sama.
6.13 SOAL
1. Jelaskan secara singkat mengenai FCC ?
2. Jelaskan perbedaan antara standar dari ISM dan UNII dari segi pengelompokan
bandwidth ?
3. Apa yang anda ketahui tentang IEEE ?
4. Jelaskan secara singkat mengenai IrDa ?
5. Sebutkan pembagian kelas dari Bluetooth ?
14 6
Bab 7. Arsitektur Jaringan
Pada bab ini akan membahas beberapa konsep kunci yang ditemukan pada 802.11
arsitektur jaringan. Kebanyakan topiknya didefinisikan secara langsung pada standar
802.11, dan diperlukan untuk implementasi dari 802.11-compliant hardware. Pada bab
ini, kita akan memeriksa proses dimana klien tersambung ke sebuah access point,
syarat-syarat untuk mengatur wireless Lan, dan bagaimana manajemen power
disempurnakan dalam peralatan wireless LAN untuk klien.
Tanpa suatu pemahaman yang jelas dari prinsip yang dibahas pada bab ini, akan
menjadi sangat sulit sekali untuk mendesain,mengadminister,atau memperbaiki suatu
wireless LAN. Bab ini membahas beberapa langkah-langkah dasar yang terpenting dari
desain dan administrasi wireless LAN. Saat anda mengadministrasi wireless LAN,
pemahaman dari konsep-konsep ini akan memenuhi anda untuk secara cerdik
memanage kerja secara hari perhari.
7.1 Menempatkan Sebuah Wireless LAN
Saat anda meng-install,mengkonfigurasi, dan akhirnya memulai suatu peralatan
wireless LAN klien sebagai suatu USB klien atau kartu PCMCIA, klien secara otomatis
“mendengar” untuk melihat apakah ada suatu wireless LAN didalam range. Klien juga
menemukan jika dapat berhubungan dengan wireless LAN tersebut. Proses
“mendengar” disebut juga dengan scanning. Scanning terjadi sebelum proses lainnya,
dikarenakan scanning adalah bagaimana klien menemukan network.
Ada dua tipe scanning : pasif scanning dan aktif scanning. Di dalam menemukan
sebuah access point, pemancar klien mengikuti sebuah jejak breadcumbs kiri oleh
access point. Breadcrumbs ini disebut juga Service Set Identifiers (SSID) dan ramburambu.
Tool ini melayani sebagai sebuah titik tengah untuk sebuah pemancar klien
untuk mencari suatu dan semua access point.
7.1.1 7.1.1 Service Set Identifier
Service set identifier (SSID) adalah sebuah nilai unique, case sensitive,
alphanumeric dari 2-31 panjang karakter yang digunakan oleh wireless LAN
sebagai sebuah nama network. Penanganan nama ini digunakan untuk mensegmentasi
jaringan, sebagai ukuran security yang bersifat sementara, dan di
14 7
dalam proses penggabungan sebuah network. Administrator mengkonfigurasi
SSID (kadang disebut dengan ESSID) di dalam setiap access point. Beberapa
klien mempunyai kemampuan untuk menggunakan nilai SSID apapun bahkan
hanya satu yang secara manual ditetapkan oleh administrator. Jika klien
menjelajahi secara berlapis diantara suatu grup dari access point, maka kliennya
dan seluruh access point harus dikonfigurasi dengan memasangkan SSIDnya. Hal
yang terpenting dari sebuah SSID adalah SSID harus sesuai secara tepat antara
access point dan klien. Jangan membingungkan SSID (ESSID) dengan BSSID.
Basic Service Set Idenfier (BSSID) adalah suatu 6-byte heksa desimal
mengidentifikasi access point dimana susunan mula-mula atau telah di-relay,
mengingat SSID dan ESSID adalah hal-hal yang dapat ditukarkan yang
menunjukkan nama jaringan atau identifier.
7.1.2 7.1.2 Beacons
Beacons (kependekan untuk beacon management frame) adalah frame
pendek yang dikirim dari access point ke pemancar (Mode Infrastruktur) atau
pemancar ke pemancar (Mode ad Hoc) yang digunakan mengorganisir dan
mensinkronkan wireless pada LAN wireless itu. Beacon mempunyai beberapa
fungsi, mencakup berikut
7.1.2.1.1.1.1.1 7.1.2.1 Time Synchronization
Beacon mensinkronkan klien melalui suatu time-stamp di saat transmisi
yang tepat. Ketika klien menerima beacon, merubah clock sendiri untuk
merefleksikan clock dari access point. Sekali ketika perubahan ini terbentuk,
dua clock disinkronkan. Sinkronisasi clock unit komunikasi akan memastikan
bahwa semua fungsi time-sensitive, seperti hopping dalam sistem FHSS,
dilakukan tanpa kesalahan. Beacon juga berisi interval beacon, yang
menginformasikan stasiun bagaimana sering untuk harapkan beacon.
7.1.2.1.1.1.1.2 7.1.2.2 FH atau Ds Parameter Sets
Beacon berisi informasi yang secara rinci menghubungkan teknologi
spread spectrum sistem yang sedang digunakan. Sebagai contoh, di dalam
14 8
sistem FHSS, hop dan dwell parameter waktu dan ihop squence tercakup di
dalam. Di dalam sistem DSSS, beacon berisi informasi saluran
7.1.3 7.1.3 SSID Information
Stasiun singgah beacon untuk SSID dari jaringan gabungan. Ketika
informasi ini ditemukan, stasiun meneliti alamat MAC di mana autentifikasi
memulai dan mengirimkan beacon meminta menghubungkan access point. Jika
suatu stasiun mulai menerima apapun SSID, kemudian setasiun akan mencoba
untuk bergabung dengan jaringan melalui access point yang pertama yang
mengirimkan beacon atau dengan kekuatan sinyal yang paling kuat jika ada
berbagai multipel access point.
7.1.4 7.1.4 Traffic Indication Map(TIM)
TIM digunakan sebagai indikator yang mana stasiun yang tidak bekerja
mempunyai paket yang dientrikan Access point. Informasi ini dilewati pada setiap
beacon ke semua stasiun yang berhubungkan. Selagi tidak bekerja, Sinkronisasi
stasiun menggerakkan receivernya, membaca untuk beacon, memeriksa TIM
untuk melihat jika terdaftarkan, kemudian, jika tidak terdaftarkan, meghentikan
penerimanya.
7.2 Supported Rates
Dengan jaringan wireless, ada banyak kecepatan didukung tergantung pada
standard dari perangkat keras yang digunakan. Sebagai contoh, suatu 802.11b
kecepatan 11, 5.5, 2,& 1 Mbps. kemampuan informasi ini dilewatkan beacon untuk
menginformasikan stasiun kecepatan berapa yang didukung pada access point. Ada
informasi yang banyak yang dilewatkan dalam beacon, tetapi daftar meliputi segalanya
ini bisa menjadi pertimbangan yang penting dari suatu pandangan poin adiministrasi.
7.3 Passive scanning
Passive scanning adalah proses melacak beacon pada masing-masing saluran
untuk suatu periode waktu yang spesifik setelah stasiun diinisialisasi beacon ini dikirim
14 9
oleh access point ( model infrastruktur) atau stasiun klien ( moded ad hoc), dan
karakteristik katalok scanning station tentang stasiun atau access point berdasar pada
beacon ini. Stasiun mencari suatu jaringan yang melacak beacon sampai dilacak oleh
beacon yang terdaftarkan pada SSID dari jaringan untuk bergabung. Stasiun kemudian
mencoba untuk bergabung dengan jaringan melalui access point yang mengirim beacon.
Passive scanning digambarkan dalam gambar 7.1.
Gambar 7.1. Passive Scanning
Di dalam konfigurasinya di mana ada berbagai access point, SSID dari jaringan
stasiun yang bergabung kemungkinan broadcast dengan lebih dari satu access point ini.
Dalam situasi ini, stasiun akan mencoba untuk bergabung dengan jaringan melalui
access point dengan kekuatan sinyal yang paling kuat dan rata-rata bit yang paling
rendah.
Stasiun melanjut passive scanning bahkan setelah menghubungkan access point.
Passive scanning menyinpan waktu yang menghubungkan kembali ke jaringan jika
klien diputus (disassociated) dari access point yang mana klien sekarang ini
dihubungkan. Dengan pengonrolan daftar access point yang tersedia dan
karakteristiknya( saluran, kekuatan sinyal, SSID, dll), stasiun dapat dengan cepat
menempatkan access point yang terbaik yang koneksinya diputus untuk alasan tertentu.
Stasiun akan menjelajahi dari satu access point ke yang lain setelah sinyal radio
dari access point di mana stasiun dihubungkan sampai kepada suatu kekuatan sinyal
tingkat rendah tertentu. Penjelajahan diterapkan sedemikian sehingga stasiun dapat
tinggal bertahan dihubungkan ke jaringan. Stasiun menggunakan informasi yang
diperoleh lewat pasive scanning untuk menempatkan access point terbaik yang
berikutnya ( atau jaringan ad hoc) untuk menggunakan konektifitas kembali ke jaringan
15 0
itu. Karena alasan ini, tumpang-tindih antara sel access point pada umumnya ditetapkan
kira-kira 20-30%. Tumpang-tindih ini membiarkan stasiun untuk secara tanpa lapisan
menjelajahi antara access point selagi pemutusan dan penggubungan kembali tanpa
pengetahuan pemakai.
Sebab kepekaan threshold pada beberapa radio tidak bekerja dengan baik, kadangkadang
administrator akan lihat suatu radio berkait dengan suatu access point sampai
sinyal diputus dalam kaitan dengan kekuatan sinyal yang rendah sebagai ganti
penjelajahan bagi access point yang mempunyai sinyal lebih baik. Situasi seperti ini
adalah masalah yang dikenal dengan beberapa hardware dan harus dilaporkan ke
pembuat jika anda mengalami masalah ini.
7.4 Active Scanning
Gambar 7.2. Active Scanning
Active scanning melibatkan pengiriman dari suatu request pemeriksaan (probe)
frame dari suatu pemancar wireless. Pemancar mengirim probe frame jika mereka
secara aktif mencari suatu jaringan untuk digabungkan. Probe frame akan berisi baik
SSID dari jaringan yang mereka ingin gabungkan atau suatu SSID broadcast. Jika suatu
request probe di kirim dengan menspasifikasi suatu SSID, maka hanya access point
yang melayani SSID tersebut akan merespon dengan suatu frame respon probe. Jika
suatu frame request probe dikirim dengan suatu SSID broadcast, maka semua access
point didalam jangkauan akan merespon dengan suatu frame respon probe, dimana
dapat dilihat pada gambar 7.2
15 1
Hal yang pokok dari probing dalam penggunaan ini adalah untuk menempatkan
access point melalui pemancar yang dapat menempel ke suatu jaringan. Sekali sebuah
access point dengan access point yang benar dapat ditemukan, pemancar meng-inisiasi
langkah autentifikasi dan hubungan dari penggabungan jaringan melalui access point
tersebut. Informasinya dilewatkan dari access point ke pemancar dalam frame respon
probe hamper sama dengan beacons tersebut. Frame respon probe berbeda dari beacons
hanya dalam dimana mereka tidak time-stamped dan keduanya tidak meliputi sebuah
Traffic Indication Map (TIM).
Kekuatan sinyal dari frame respon probe dimana PC Card menerima bantuan
kembali menentukan access point dengan dimana PC Card akan berusaha untuk
berhubungan. Pemancar secara umum memilih access point dengan sinyal terkuat dan
bit error rate (BER) yang terendah. BER adalah rasio dari paket-aket yang rusak ke
paket yang bagus secara khusus ditetapkan oleh rasio Sinyal-ke-Noise dari sinyal. Jika
puncak dari sebuah RF sinyal adalah di suatu tempat yang dekat dengan dasar noise,
penerima akan membingungkan data sinyal dengan noise
7.5 Autentifikasi & Penggabungan
Proses dari menghubungkan ke wireless LAN terdiri dari dua dub proses yang
terpisah. Sub-proses ini selalu terjadi dalam permintaan yang sama, dan disebut dengan
autentifikasi dan penggabungan(assosiasi). Untuk contoh, jika kita berbicara tentang
sebuah wireless PC card dihubungkan ke wireless LAN, kita umpamakan bahwa PC
card telah di-autentifikasi oleh dan telah di-assosiasikan dengan access point tertentu.
Ingatlah bahwa saat kita berbicara tentang assosiasi, kita berbicara tentang konektivitas
Layer 2, dan autentifikasi menyinggung secara umum ke PC card radio, tidak kepada
user. Pemahaman langkah yang terhubung dalam mendapatkan sebuah klien terhubung
ke sebuah access point adalah penting untuk keamanan, troubleshooting, dan
manajemen dari sebuah wireless LAN.
7.5.1 Autentifikasi
Langkah pertama dalam hubungan ke wireless LAN adalah autentifikasi.
Autentifikasi adlah proses melalui dimana sebuah wireless node (PC Card, USB
Client, dsb) mempunyai identitas tersendiri yang diperiksa oleh jaringan (biasanya
15 2
access point) ke node yang berusaha untuk terhubung. Pemeriksaan ini terjadi saat
access point yang ke klien terhubung memeriksa apakah klien tersebut memang
klien yang disebut. Untuk menempatkan di tempat yang lain, access point
merespon ke sebuah klien merequest untuk terhubung dengan memeriksa identitas
klien sebelum ada hubungan yang terjadi. Kadang-kadang proses autentifikasi
adalah null, yang berarti bahwa meskipun keduanya klien dan access pointharus
memproses melalui proses ini agar dapat berasosiasi, disana tidak ada identitas
khusus untuk berasosiasi. Ini adalah kasus saat access point baru dan PC Card
dipasang di dalam konfigurasi default. Kita akan mendiskusikan dua tipe
autentifikasi proses pada setelah bab ini.
Klien memulai proses autentifikasi dengan mengirim sebuah frame request
autentifikasi ke access point (dalam Mode Infrastruktur). Access point akan
melakukan keduanya baik menerima atau menolak request ini, sesudah itu
memberitahukan pemancar dari keputusan ini dengan frame respon autentifikasi.
Proses autentifikasi dapat diselesaikan pada access point, atau access point
mungkin terlewati sepanjang responsibilitas ini ke sebuah hulu server autentifikasi
seperti RADIUS. RADIUS server akan melakukan autentifikasi berdasarkan
sebuah daftar dari criteria, dan kemudian mengembalikan hasilnya ke access point
jadi access point tersebut dapat mengembalikan hasilnya ke pemancar klien.
7.5.2 Penggabungan (Assosiasi)
Sekali sebuah klien wireless telah terautentifikasi, klien tersebut kemudian
berasosiasi dengan access point. Terasosiasi adalah sebuah kondisi pada saat
sebuah klien diijinkan untuk melewatkan data melalui sebuah access point. Jika
PC Card anda terasosiasi ke sebuah access point, anda berarti terhubung ke access
point, dan juga jaringan.
Proses untuk menjadi terasosiasi adalah sebagai berikut. Saat suatu klien
ingin terhubung, klien mengirimkan sebuah request autentifikasi ke access point
dan menerima kembali sebuah authentification response. Setelah autentifikasi
telah selesai, pemancar mengirim sebuah association request frame ke access point
yang menjawab ke klien dfengan sebuah association response frame baik
membolehkan atau tidak mengijinkan berasosiasi.
15 3
7.6 Status Pengesahan& Asosiasi
Proses asosiasi dan pengesahan yang lengkap mempunyai tiga status beda:
1. Unauthenticated and unassociated
2. Authenticated and unassociated
3. Authenticated and associated
7.6.1 Unauthenticated and Unassociated
Di dalam awal menyatakan,wireless node dengan komplet diputus dari
jaringan dan tidak mampu untuk lewat frame melalui access point. Access point
menyimpan tabel status koneksi klien dikenal sebagai tabel asosiasi. Adalah
penting untuk mencatat vendor yang berbeda mengacu pada status yang
unauthenticated dan unassociated dalam access pointnya tabel asosiasi dengan
cara yang berbeda. Tabe ini akan secara khas menunjukkan “unauthenticated”
untuk klien manapun yang belum menyelesaikan proses pengesahan atau telah
mencoba pengesahan dan gagal.
7.6.2 Authenticated and Unassociated
Di dalam status detik ini, klien wireless telah lewat proses pengesahan, tetapi
waktu itu belum dihubungkan dengan access point. Klien waktu itu belum
diijinkan untuk mengirimkan atau menerima data melalui access point. Tabel
asosiasi access point akan secara khas menunjukkan “authenticated.” Sebab klien
lewat langkah pengesahan dan dengan seketika berproses ke dalam langkah
asosiasi dengan cepat ( seperseribu detik), jarang ditemui “authenticated”
melangkah pada access point. Adalah jauh lebih mungkin akan ditemui
“unauthenticated” atau “associated”- yang mana dibawa sampai akhir langkah.
7.6.3 Authenticated and Associated
Di dalam status akhir ini, wireless node dengan komplet dihubungkan ke
jaringan dan mampu mengirimkan dan menerima data melalui access point yang
mana nodet dihubungkan. Gambar 7.3 menggambarkan suatu klien yang
terhubung dengan suatu access point. Kita mungkin akan meihat “associated” di
dalam tabel asosiasi access point yang menandakan bahwa klien ini secara penuh
dihubungkan dan diberi hak untuk lewat lalu lintas melalui access point.
15 4
Sepertinya anda dapat menyimpulkan dari uraian dari tiap tiga status ini,
mengedepan ukuran keamanan jaringan wireless akan diterapkan di titik di mana
klien sedang mencoba untuk membuktikan keaslian.
7.7 Authentication Methods
Gambar 7.3 Association
Standard IEEE 802.1 1 menetapkan dua metoda pengesahan: Open System
authentication dan Share Key authentication. Yang lebih sederhana dan juga semakin
menjamin kedua metode adalah Open System authentication. Untuk suatu klien untuk
menjadi authenticated, klien harus melewati rangkaian dengan access point. Rangkaian
ini bervariasi tergantung pada proses pengesahan yang digunakan. Di bawah ini, kita
akan mendiskusikan masing-masing proses pengesahan yang ditetapkan oleh standar
802.1 1, bagaimana bekerja, dan mengapa digunakan.
7.7.1 Open System Authentication
Open system authentication adalah suatu metoda pengesahan null dan
ditetapkan oleh IEEE 802.1 1 seperti default yang ditentukan di dalam peralatan
LAN Wireless. Penggunaan metoda pengesahan ini, suatu stasiun dapat
berhubungan dengan access point manapun yang menggunakan Open system
authentication berdasarkan hanya pada SSID. SSID harus sesuai pada kedua klien
dan access point sebelum suatu klien diijinkan untuk melengkapi proses
pengesahan. Penggunaan SSID yang berkenaan dengan keamanan akan dibahas di
Bab 10 ( Keamanan). Proses Open Sysytem authentication digunakan secara
15 5
efektif dalam keduanya menjamin/mengamankan dan lingkungan yang tidak
menjamin.
7.7.2 Open System Authentication Process
Proses Open System Authentication terjadi sebagai berikut:
• Wireless klien membuat suatu permintaan untuk berhubungan kepada
access point
• Access point membuktikan keaslian klien dan mengirimkan suatu hal
tanggapan positif klien menjadi terhubung
Langkah-Langkah ini dapat dilihat di Gambar 7.4.
Gambar 7.4 Sistem Autentikasi Open
Autentifikasi Open System adalah suatu proses yang sangat sederhana.
Sebagai wireless LAN administrator, anda mempunyai pilihan untuk
menggunakan WEP (wired equivalent privacy) enkripsi dengan autentifikasi Open
System. Jika WEP digunakan dengan proses autentifikasi Open System, maka
masih tidak ada verifikasi dari kunci WEP dalam setiap sisi dari koneksi selama
autentifikasi. Lebih baik, WEP key digunakan hanya untuk pen-enkripsian data
sekali saat klien terautentifikasi dan terasosiasi. Autentifikasi Open System
digunakan dalam beberapa skenario, tetapi ada dua alasan utama untuk
menggunakannya. Pertama, Autentifikasi Open System dipertimbangkan lebih
amanam dari dua metode autentifikasi yang tersedia untuk alasan sebagai berikut.
Dua, Autentifikasi Open System mudah untuk dikonfigurasi karena tidak
membutuhkan konfigurasi sama sekali. Semua 802.11-compliant wireless LAN
15 6
hardware dikonfigurasi untuk menggunakan autentifikasi Open System secara
default, membuatnya mudah untuk memulai membangun dan menghubungkan
jaringan wireless LAN anda dengan benar.
7.7.3 Shared Key Authentication
Pengesahan shared key adalah suatu metoda authentification yang
memerlukan penggunaan WEP. WEP encryption menggunakan kunci yang
dimasukkan ( pada umumnya oleh administrator) ke dalam kedua-duanya klien
dan access point. Kunci ini harus [tanding/ temu] timbal balik untuk WEP untuk
bekerja dengan baik. Kunci Yang bersama Pengesahan menggunakan WEP
menyetem di (dalam) dua pertunjukan, ketika kita akan menguraikan di sini.
7.7.4 Shared Key Authentication Process
Proses pengesahan yang menggunakan Shared Key authentication terjadi
sebagai berikut:
1. Suatu klien meminta asosiasi kepada suatu access point- langkah ini
menjadi sama halnya itu sistem terbuka Pengesahan.
2. Akses Titik mengeluarkan suatu tantangan kepada klien- tantangan ini
secara acak dihasilkan text datar, yang mana adalah dikirim dari access
point klien bebas dari bahaya/kecurigaan
3. Klien bereaksi terhadap tantangan- klien menjawab dengan mengenkripsi
tantangan teks menggunakan WEP klien menyetem dan mengirimkannya
kembali ke access point
4. Access point bereaksi terhadap tanggapan klien- Access point de-enkripsi
tanggapan yang di-enkripsi klien untuk memverifikasi yang tantangan
teks adalah penggunaan di-enkripsi adalah mempertemukan suatu kunci
WEP menyetel.
Melalui proses ini , access point menentukan ya atau tidaknya klien
mempunyai WEP kunci yang benar. Jika WEP kunci klien benar, access point
akan menjawab secara positif dan membuktikan keaslian klien itu. Jika WEP
kunci klien tidak benar, access point akan menjawab secara negatif, dan tidak
15 7
membuktikan keaslian klien, meninggalkan klien yang tidak dibuktikan
keasliannya dan tidak dihubungkan.
Gambar 7.5 Proses Shared Key
Itu akan nampak bahwa Proses Shared Key authentication jadi lebih
menjamin dibandingkan dengan Open System Authentication, tetapi seperti anda
akan segera lihat, ini bukan. Melainkan, Bagi Shared Key authentication membuka
pintu untuk calon hackers. Adalah penting untuk memahami kedua kemungkinan
bahwa WEP digunakan. WEP key dapat digunakan sepanjang Proses Shared Key
authentication untuk memverifikasi suatu identitas klien, tetapi dapat juga
digunakan untuk enkripsi dari data payload mengirimkan dengan klien melalui
access point. WEP penggunaan jenis ini adalah dibahas lebih lanjut di dalam Bab
10 ( Keamanan).
7.7.5 Authentication Security
Shared Key authentication tidaklah dipertimbangkan menjamin sebab access
point memancarkan tantangan teks bebas dari bahaya/kecurigaan dan menerima
teks tantangan yang sama yang encrypted dengan WEP kunci. Skenario ini
mengijinkan suatu hacker menggunakan suatu sniffer untuk lihat kedua-duanya
plaintext menghadapi tantangan dan tantangan yang dienkripsi.Setelah keduaduanya
nilai-nilai ini, suatu hacker bisa menggunakan suatu program cracking
sederhana untuk memperoleh WEP kunci. Sekali ketika WEP kunci diperoleh,
15 8
hacker bisa men-dekripsi lalu lintas yang terenkripsi. Adalah untuk alasan ini
bahwa Open System Authentication dipertimbangkan lebih menjamin dibanding
Shared Key authentication.
Adalah penting bagi administrator wireless jaringan untuk memahami bahwa
bukan Open System maupun Share Key authentication tipe keamanan, dan untuk
alasan ini suatu solusi keamanan LAN wireless solusi, di atas dan di luar standard
802.11 yang ditetapkan, adalah perlu dan penting.
7.7.6 Shared Secrets & Certificates
Shared Secrets adalah teks atau angka-angka yang biasanya dikenal sebagai
kunci WEP. Sertifikat adalah metoda identifikasi pemakai yang lain
menggunakan dengan wireless. Sama halnya dengan kunci WEP, sertifikat ( yang
mana dokumen telah disahkan) ditempatkan pada mesin klien sebelum waktu yang
ditetapkan. Penempatan ini juga dikerjakan ketika berbagai keinginan pemakai
untuk membuktikan keaslian ke jaringan wireless, mekanisme pengesahan telah
pada tempatnya pada stasiun klien. Kedua metoda ini sudah menurut sejarah
diterapkan di dalam suatu pertunjukan manual, tetapi ada aplikasi yang tersedia
hari ini itu mengijinkan otomasi dari proses ini.
7.8 Emerging Wireless Security Solutions
Ada banyak protokol dan solusi keamanan pengesahan baru pada pasaran hari ini,
mencakup VPN dan 802.Ix yang menggunakan Extensible Authentication Protocol (
EAP). Banyak dari solusi keamanan ini melibatkan pengesahan melalui server
pengesahan ke hulu dari accesssa point selagi memelihara klien yang menunggu
sepanjang tahap pengesahan. Windows XP mempunyai pendukungan asli untuk 802.11,
802.Ix, dan EAP. Manufaktur Cisco dan LAN wireless juga mendukung standard ini.
Karena alasan ini,untuk melihat bahwa 802.Ix dan solusi pengesahan EAP adalah suatu
solusi umum dalam keamanan pasar LAN wireless.
7.8.1 802.1x and EAP
802.Ix (kontrol akses jaringan port-based) standard secara relatif baru, dan
alat yang mendukungnya mempunyai kemampuan untuk mengijinkan sekedar
15 9
koneksi ke dalam jaringan pada layer 2 hanya jika pengesahan pemakai sukses.
Protokol ini bekerja baik untuk access point yang membutuhkan kemampuan
untuk memelihara para pemakai yang memutuskan jaringan jika mereka tidak
mendukung pada jaringan. EAP adalah, suatu protokol layer 2 yang menggantikan
PAP atau CHAP dibawah PPP yang bekerja area jaringan lokal. EAP mengijinkan
plug-ins manapun akhir dari suatu link dengan banyak metoda pengesahan dapat
digunakan. Di masa lalu, PAP dan CHAP telah digunakan untuk pengesahan
pemakaian, dan keduanya menggunakan password. Kebutuhan akan suatu yang
lebih kuat. Alternatif yang lebih fleksibel harus jelas dengan jaringan wireless
karena implementasi yang lebih bervariasi penuh dengan wireless dibanding
dengan jaringan kawat.
Secara khas, pengesahan pemakaian terpenuhi menggunakan Remote
Authentication Dial-In user Service (RADIUS) server dan beberapa bentuk
database pemakai ( Native RADIUS. NDS, Direktori Aktif, LDAP, dll.). Proses
dalam autentifikasi menggunakan EAP ditunjukkan di dalam Gambar 7.6. Standar
802.11i yang baru meliputi mendukun untuk 802.Ix, EAP, AAA, pengesahan
timbal balik, dan key generation, tidak satupun tercakup pada yang asli standard
802.11. ” AAA” adalah singkatan dari authentication( mengidentifikasi siapa
kita), authorization( menghubungkan dengan mengijinkan kita untuk
melaksanakan tugas tertentu pada jaringan), dan accounting ( menunjukkan apa
yang telah dilakukan dan mana yang dipunya pada jaringan).
Di dalam model standard 802. Ix, autentifikasi jaringan terdiri dari tiga
potongan: pemohon, authenticator, dan server autentifikasi.
Gambar 7.6 802.1x and EAP
16 0
Sebab keamanan LAN wireless penting dan tipe autentifikasi EAP
menyediakan rata-rata pengamanan koneksi LAN wirelesst-vendor dengan cepat
mengembangkan dan menambahkan tipe autentifikasi EAP kepada access point
LAN wireless. Mengetahui jenis EAP yang sedang digunakan adalah penting di
dalam pemahaman karakteristik dari metoda autentifikasi seperti kata sandi, key
generation, mutusl authentication, dan protokol. Sebagian dari tipe autentifikasi
EAP meliputi:
7.8.1.1 EAP-MD-5 Challenge.
Yang apaling jenis autentifikasi EAPl, ini sangat utama menyalin
perlindungan password CHAP pada suatu LAN wireless. EAP-MD5
menghadirkan semacam tingkat dasar EAP mendukung antar 802.Ix.
7.8.1.2 EAP-CISCO Wireless.
Disebut LEAP ( Lightweight Extensible Authentication Protokol), Jenis
autentifikasi EAP ini digunakan terutama semata dalam Cisco LAN wireless
access point. LEAP menyediakan keamanan, enkripsi transmisi data
menggunakan dinamis WEP keys yang dihasilkan, dan mendukung mutual
authentication.
7.8.1.3 EAP-TLS (Transport Layer Security).
EAP-TLS menyediakan certificate-based,mutual autentifikasi klien dan
jaringan. EAP-TLS bersandar pada sertifikat client-side dan server-side untuk
melaksanakan autentifikasi, penggunaan yang dinamis menghasilkan pemakai
dan WEP keys session-based membagikan untuk mengamankan jaringan.
Windows XP meliputi suatu klien EAP-TLS, dan EAP-TLS juga mendukung
Windows 2000.
7.8.1.4 EAP-TTLS.
Funk Software dan Certicom sudah bersama-sama mengembangkan
EAP-TTLS (Tunneled Transport Layer Security). EAP-TTLS adalah suatu
16 1
perluasan EAP-TLS, yang menyediakan certificate-based, mutual autentifikasi
jaringan dan klien. Tidak sama dengan EAP-TLS, bagaimanapun, EAP-TTLS
memerlukan hanya sertifikat server-side, menghapuskan kebutuhan untuk
mengatur sertifikat untuk masing-masing klien LAN wireless.
Sebagai tambahan, EAP-TTLS mendukung password protokol, maka
kita dapat menyebarkannya melawan sistem autentifikasimu (seperti Aktive
Directory atau NDS). EAP-TTLS dengan aman menerobos klien autentifikasi
di dalam arsip TLS, memastikan bahwa sisa pemakai tanpa nama ke
eavesdroppers pada the wireless link. Pemakai dihasilkan secara dinamis dan
WEP kunci session-based dibagi-bagikan untuk menjamin koneksi.
EAP-SRP (Secure Remote Password), SRP adalah suatu
autentikasiberbasis password dan protokol key-exchange. Ini memecahkan
permasalahan dalam klien yang membuktikan keaslian ke server dengan aman
dalam keadaan dimana pemakai dari perangkat lunak klien harus menghafal
suatu rahasia kecil ( seperti suatu kata sandi) dan tidak membawa informasi
rahasia lain. Server membawa suatu pemeriksa untuk masing-masing pemakai,
yang mana mengijinkan server untuk membuktikan keaslian klien.
Bagaimanapun, jika pemeriksa disepakati, penyerang tidak akan diijinkan
untuk menyamar klien. Sebagai tambahan, SRP menukar suatu rahasia yang
kuat sebagai byproduct dari autentikasi yang sukses, yang mana
memungkinkan kedua pihak untuk komunikasi dengan aman.
EAP-SIM ( GSM). EAP-SIM adalah suatu mekanisme untuk mobile IP
jaringan mengakses pendaftaran dan autentikasi pembangkitan key
menggunakan GSM Subscriber Identity Module(SIM). Dasar pemikiran untuk
. yang menggunakan GSM SIM dengan mobile IP akan pengungkitan GSM
otorisasi infrastruktur yang ada dengan user yang ada mendasarkan dan SIM
kartu saluran distribusi yang ada. Dengan penggunaan SIM kunci pertukaran,
tidak ada asosiasi keamanan yang lain yang dikonfigurasi terlebih dahulu di
samping SIM kartu diperlukan pada mobile node. Gagasannya bukanlah untuk
menggunakan teknologi GSM radio akses, tetapi untuk menggunakan GSM
SIM otorisasi dengan mobile IP pada layer manapun, sebagai contoh pada
akses jaringan wireless LAN.
16 2
Ada kemungkinan bahwa daftar autentikasi jenis EAP akan tumbuh
ketika semakin banyak penjual masuk wireless LAN keamanan pasar, dan
sampai pasar memilih suatu standard.
Jenis EAP pengesahan yang berbeda tidaklah tercakup pada ujian
CWNA, tetapi pemahaman apa EAP adalah dan bagaimana digunakan di
dalam umum adalah suatu unsur kunci di (dalam) menjadi efektif sebagai
wireless network administrator
7.9 VPN Solutions
Teknologi VPN menyediakan rata-rata untuk dengan aman memancarkan data
antar network-devices (di) atas suatu data pinjaman mengangkut medium. Biasanya
digunakan untuk menghubungkan remote jaringan atau komputer bagi suatu server
perusahaan via Internet. Bagaimanapun, VPN adalah juga suatu solusi untuk melindungi
data pada suatu jaringan wireless. VPN bekerja dengan pedoman menciptakan suatu
tunnel di atas sekali suatu protokol seperti IP. Lalu lintas di dalam tunnel terenkripsi,
dan secara total terisolasi seperti dapat dilihat di gambar 7.7 dan gambar 7.8. VPN
teknologi menyediakan tiga tingkatan keamanan: pengesahan pemakai, encryption, dan
pengesahan data.
• Autentikasi pemakai memastikan bahwa hanya memberi hak para pemakai (
pada atas suatu alat yang spesifik) bisa menghubungkan, mengirimkan, dan
menerima data melalui jaringan wireless.
• Enkripsi menawarkan perlindungan tambahan ketika memastikan bahwa
sekalipun transmisi diinterupsi, mereka tidak bisa dikodekan tanpa usaha dan
waktu penting.
• Data Pengesahan memastikan integritas data pada jaringan wireless,
menjamin bahwa semua lalu lintas adalah dari alat dibuktikan keasliannya
saja.
16 3
Gambar 7.7 Accesss Point Terintegrasi dengan VPN Server
Gambar 7.8 Access Point dengan external VPN Server
Menerapkan VPN teknologi untuk menjamin suatu jaringan wireless memerlukan
suatu pendekatan berbeda dibanding ketika digunakan pada jaringan wired untuk
pertimbangan berikut
• Yang tidak bisa dipisahkan fungsi repeater dari wireless access points secara
otomatis ke depan lalu lintas antar pemancar wireless LAN yang
berkomunikasi bersama-sama dan itu nampak pada jaringan wireless yang
sama.
• Cakupan dari jaringan wireless akan mungkin meluas di luar secara fisik
batasan-batasan dari suatu rumah atau kantor, memberi pengganggu rata-rata
untuk berkompromi jaringan.
Kesenangan dan scalabilas dengan mana solusi wireless LAN dapat menyebar
membuat mereka solusi ideal untuk banyak lingkungan berbeda. Sebagai hasilnya,
implementasi VPN keamanan akan bertukar-tukar berdasar pada kebutuhan dari tiap
16 4
jenis lingkungan. Sebagai contoh, suatu hacker dengan suatu wireless sniffer, jika ia
memperoleh WEP kunci, bisa memecahkan kode paket di dalam waktu riil. Dengan
suatu VPN solusi, paket tidak akan hanya dienkripsi, tetapi juga dilewatkan pada tempat
tertentu. Lapisan tambahan keamanan menyediakan banyak manfaat di tingkatan akses.
Suatu catatan penting di sini adalah bahwa tidak semua VPN membiarkan para
pemakai wireless menjelajahi antar subnets atau jaringan tanpa ” mematahkan” jalan
amannya, dan tidak semua VPN akan mengijinkan koneksi aplikasi dan pengangkutan
untuk tinggal dibentuk selama penjelajahan. Blok tumbang yang lain menjadi sistem
operasi- apa yang sistem operasi atau sistem lakukan klien yang mobile harus
menjalankan dalam rangka mendapatkan perlindungan suatu wireless VPN.
7.10 Service Sets
Service Sets adalah suatu istilah yang digunakan untuk menguraikan komponen
dasar suatu operasional LAN wireless. Dengan kata lain, ada tiga cara untuk mengatur
suatu LAN wireless, dan masing-masing cara memerlukan suatu perangkat keras yang
berbeda . Ketiga cara konfigurasi LAN wireless adalah:
• Basic service set
• Extended service set
• Independent basic service set
7.10.1 Basic Service Set (BSS)
Ketika access point dihubungkan suatu jaringan kabel dan satu set stasiun
wireless, konfigurasi jaringan dikenal sebagai basic service set ( BSS). BSS terdiri
dari hanya satu access point dan satu atau lebih klien wireless, seperti ditunjukkan
di dalam Gambar 7.9. BSS menggunkan model infrastruktur- suatu model yang
memerlukan penggunaan dari suatu access point dan di mana semua lalu lintas
wireless menyilang. Transmisi yang diijinkan tidak secara langsung client-toclient.
16 5
Gambar 7.9 Basic Service Set
Masing-Masing klien wireless harus menggunakan access point untuk
berkomunikasi dengan klien wireless lainnya atau manapun host pada jaringan itu.
BSS meliput singel cell, atau RF area, di sekitar access point dengan data yang
bermacam-macam nilai zone ( lingkaran-lingkaran konsentris) tentang kecepatan
data berbeda. yang diukur di dalam Mbps. Kecepatan data dalam lingkaranlingkaran
konsentris ini akan tergantung pada teknologi yang sedang digunakan.
Jika BSS terdiri dari peralatan 802.1 Ib, kemudian lingkaran-lingkaran konsentris
akan membuat kecepatan data 11, 5.5, 2, dan 1 Mbps. Suatu BSS mempunyai satu
SSID unik.
7.10.2 Extended Service Set (ESS)
Extended Service Set (ESS) digambarkan sebagai dua atau lebih layanan dasar
menetapkan hubungan oleh suatu sistem distribusi secara umum, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 7.10. System distribusi dapat dimanapun Kabel,
Wireless, LAN, WAN, atau metoda konektivitas jaringan yang lain. ESS harus
punya sedikitnya 2 access point yang beroperasi dalam model infrastruktur. Sama
suatu BSS, semua paket di dalam ESS harus pergi melalui salah satu dari access
point.
16 6
Gambar 7.10 Extended Service Set
Karakteristik yang lain dari ESS, sesuai standar 802.11, adalah bahwa ESS
meliputi berbagai sel, mengijinkan-tetapi tidak memerlukan-kemampuan
menjelajah dan tidak memerlukan SSID yang sama di dalam kedua layanan dasar.
7.10.3 Independent Basic Service Set (IBSS).
Independent Basic Service Set juga dikenal sebagai suatu jaringan ad hoc
Suatu IBSS tidak punya access point atau akses lain untuk suatu sistem distribusi,
tetapi menutupi singel cell dan mempunyai satu SSID, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 7.11. Klien di dalam suatu IBSS mengubah tanggung jawab pengiriman
beacon karena tidak ada access point untuk melaksanakan tugas ini.
Gambar 7.11 Independent Basic Service Set
16 7
Dalam rangka memancarkan data yang ada di luar suatu IBSS, salah satu
klien di dalam IBSS harus bertindak sebagai suatu pintu gerbang, atau penerus,
menggunakan suatu perangkat lunak solusi untuk tujuan ini. Di dalam suatu IBSS,
buatan klien mengarahkan koneksi untuk satu sama lain ketika pemancaran data,
dan untuk alasan ini, suatu IBSS adalah sering dikenal sebagai suatu jaringan peerto-
peer.
Roaming adalah kemampuan atau proses dari suatu klien wireless untuk
pindah secara tanpa kelim dari satu sel ( atau BSS) ke yang lain tanpa jaringan
kehilangan connectivas. Access points menyampaikan klien mulai dari satu ke
yang lain dengan cara yang adalah tak kelihatan kepada klien, memastikan
hubungan tak putus-putus. Gambar 7.12 menggambarkan suatu klien yang
menjelajahi dari satu BSS ke BSS lain.
Ketika area manapun di dalam bangunan adalah di dalam cakupan resepsi
lebih dari satu access point pemenuhan sel tumpang-tindih. Overlap coverage
areas adalah suatu atribut penting menyangkut susunan wireless LAN, sebab itu
memungkinkan roaming tanpa kelim antar sel yang overlap. Roaming
mengijinkan para pemakai mobile dengan pemancar portabel untuk pindah dengan
bebas antara sel yang overlap,secara konstan memelihara koneksi jaringan mereka.
Gambar 7.12 Roaming di ESS
16 8
Ketika roaming tanpa kelim, suatu sesi pekerjaan dapat dimaintain saat
bergerak dari satu sel ke yang lain. Berbagai access point dapat menyediakan
pemenuhan wireless roaming untuk suatu keseluruhan bangunan atau kampus
Ketika coverage area dua atau lebih access point tumpang-tindih, pemancar
di dalam area overlap dapat menetapkan kemungkinan terbaik koneksi dengan
satu dari access point saat berlangsung secara terus-menerus mencari-cari access
point yang terbaik. Dalam rangka memperkecil kerugian paket selama peralihan,
yang yang “tua” dan ” baru” access point-access point komunikasi untuk
mengkoordinir proses roaming. Fungsi ini adalah serupa kepada suatu handover
telepon selular , dengan dua perbedaan utama:
• Pada sistem suatu packet-based LAN , transisi dari sel ke sel mungkin
dilakukan antar transmisi paket, sebagai lawan teleponi jika transisi boleh
terjadi selama suatu percakapan telepon.
• Pada suatu sistem suara, suatu pemutusan hubungan temporer tidak boleh
mempengaruhi percakapan, saat di suatu lingkungan packet-based itu
dengan mantap mengurangi performa dikarenakan lapisan atas protokol
kemudian memancarkan kembali data itu.
7.11 Standar
Standar 802.11 tidak menggambarkan bagaimana roaming harus dilakukan, tetapi
menggambarkan dasar membangun blok. Blok bangunan ini meliputi aktif & pasif
scanning dan suatu proses reasosiasi. Proses asosiasi kembali terjadi ketika pemancar
wireless menjelajahi dari access point satu ke yang lain, menjadi terhubung dengan
access point yang baru.
Standard 802.11 mengijinkan suatu klien untuk menjelajahi antar berbagai access
point-access point yang beroperasi pada saluran sama atau terpisah. Sebagai contoh,
tiap-tiap 100 m, suatu access point mungkin memancarkan suatu rambu isyarat yang
meliputi suatu perangko waktu untuk sinkronisasi klien, suatu lalu lintas indikasi peta,
suatu indikasi dari tingkat tarip data didukung, dan parameter lain. Roaming klien
menggunakan rambu untuk mengukur kekuatan koneksi yang ada pada mereka ke
access point. Jika koneksi lemah, pemancar penjelajah dapat mencoba untuk
berhubungan sendiri dengan suatu access point baru.
16 9
Untuk memenuhi kebutuhan komunikasi mobile radio, 802.11b standar harus
untuk bersikap toleran terhadap koneksi yang sedang mati dan berhubungan kembali.
Usaha standard untuk memastikan gangguan minimum ke penyerahan data, dan
menyediakan beberapa macam untuk caching dan menyampaikan pesan antar BSS.
Implementasi tertentu beberapa yang lebih tinggi lapisan protokol seperti TCP/IP
mungkin lebih sedikit bersikap toleran. Sebagai contoh, di dalam suatu jaringan di mana
DHCP digunakan untuk menugaskan IP alamat, suatu roaming node boleh hilang
koneksi nya ketika pindah ke seberang batasan-batasan sel. Node kemudian harus reestablish
koneksi ketika masuk BSS atau sel yang berikutnya. Solusi perangkat lunak
tersedia untuk masalah masalah tertentu ini.
Salah satu solusi adalah mobile IP. Mobile IP adalah suatu Internet Engineering
Task Force ( IETF) Request for Comment ( RFC) (# 2002) itu didokumentasikan untuk
kepentingan menjelaskan bagaimana cara terbaik mempunyai para pemakai korset
mobile menghubungkan kepada Internet saat bergerak antar poin-poin koneksi. Ini
terpenuhi dengan menggunakan agen rumah dan agen asing. Dua pekerjaan ini
bersama-sama untuk meyakinkan bahwa lalu lintas yang diperuntukkan ke mobile node
menjangkau dimanapun juga dihubungkan. Suatu agen rumah atau agen asing bisa
merupakan suatu komputer, suatu penerus, atau alat serupa lain yang adalah mampu
untuk menjalankan mobile IP protokol. Ada beberapa surat protes penegakan hukum di
(dalam) banyak solusi mobile IP yang harus dengan singkat ditujukan di dalam teks ini
sedemikian hingga pemakai memahami apa yang harus dicari di (dalam) suatu solusi
mobile IP.
IP Pertama, mobile tidak mengijinkan agen kemampuan dan alat mobile pada
[atas] jaringan untuk_ berbagi informasi status tentang masing-masing sesi yang suatu
alat mobile telah menetapkan. Alat-Alat ini bahwa aplikasi tidak bisa tetap berlaku
selama periode ketika alat yang mobile tidak bisa dicapai. Ketika alat yang mobile
menyertakan kembali kepada jaringan, mungkin ada suatu kebutuhan untuk menyapu
bersih sesi aplikasi rusak, batang kayu di dalam lagi, re-authenticate, start kembali
aplikasi, dan masuk kembalinya hilang data ( lagi suatu kerugian produktivitas, belum
lagi suatu usabilas kegagalan). Ke dua, ” ketekunan sesi” berarti lebih dari
menyampaikan paket [bagi/kepada] suatu penempatan baru pemakai. Jika kita tidak
mempunyai ketekunan sesi aplikasi dan pengangkutan, solusi pecah;roboh. Mengapa?
Ketika suatu protokol pengangkutan tidak bisa komunikasi ke panutan nya, dasar
17 0
protokol,sepertiTCP, berasumsi bahwa gangguan layanan adalah dalam kaitan dengan
jaringan buntu. Ketika ini terjadi, protokol ini mengundurkan diri, mengurangi capaian
dan secepatnya mengakhiri koneksi .Satu-Satunya cara untuk memecahkan masalah ini
akan mempunyai node mobile menyebar dengan suatu perangkat lunak solusi yang
berlaku atas nama alat yang mobile ketika itu tak dapat dicapai.
Batasan-batasan. Proses ini adalah tanpa kelim kepada lapisan 3. Bagaimanapun,
jika suatu terowongan dibangun ke access point atau memusatkan VPN server dan suatu
lapisan 3 batas silang, suatu mekanisme beberapa sesama harus disediakan untuk
mempertahankan jalur hidup ketika batas silang.
Gambar 7.13 Roaming dengan VPN Tunnels
7.12 Layer 2 & 3 Boundaries
Suatu batasan teknologi yang ada adalah jaringan wired itu adalah sering terbagipagi
untuk cara penanganannya. Perusahaan dengan berbagai bangunan, seperti rumah
sakit atau bisnis besar, sering menerapkan suatu LAN pada setiap bangunan dan
kemudian menghubungkan LAN ini dengan router atau switch-routers. Lapisan 3
segmentasi mempunyai dua keuntungan utama. Pertama, berisi siaran yang secara
efektif, dan detik/second itu mengijinkan akses mengendalikan antar segmen pada
jaringan itu. Segmentasi jenis ini dapat juga dilaksanakan pada lapisan 2 penggunaan
VLAN pada tombol. VLAN yang sering dilihat floor-by-floor diterapkan di dalam
multi-floor bangunan kantor atau untuk masing-masing bangunan yang remote di dalam
suatu kampus untuk pertimbangan yang sama itu. Segmen pada lapisan 2 di dalam
segmen performa ini jaringan dengan sepenuhnya seolah-olah berbagai jaringan sedang
diterapkan. Ketika penggunaan router seperti figur dilihat di gambar 7.14, para
17 1
pemakai harus mempunyai suatu metoda penjelajahan(roaming) ke seberang batasanbatasan
penerus tanpa kehilangan koneksi lapisan 3 mereka. Koneksi Lapisan 2 masih
di-maintain oleh access point-access point, tetapi sejak IP subnet telah berubah saat
penjelajahan, koneksi ke server, sebagai contoh, akan jadi rusak. Tanpa subnet-roaming
kemampuan ( seperti dengan penggunaan suatu IP solusi mobile atau menggunakan
DHCP), wireless LAN access point-access point harus semua dihubungkan ke subnet
tunggal ( alias. ” suatu jaringan flat/kempes”). Work-Around ini bisa dilakukan putus
bicara fleksibilitas manajemen jaringan, tetapi pelanggan mungkin berkeinginan
membuat biaya ini jika mereka merasa bahwa nilai dari sistem akhir cukup tinggi.
Gambar 7.14 Roaming across Layer 3 boundaries
Banyak lingkungan jaringan (e.g., multi-building campus, multi-floored high rises,
atau older atau historical building) tidak bisa mengambil solusi single subnet sebagai
pilihan praktis. Arsitektur Kabel berselisih dengan teknologi LAN wireless baru-baru
ini. Access point tidak bisa menyampaikan suatu sesi ketika suatu alat remote pindah
melewati batasan router sebab persimpangan rute merubah alamat IP klien. Sysytem
Wired tidak lagi mengetahui di mana untuk mengirimkan pesan itu. Ketika suatu
pergerakan alat menyertakan kembali ke jaringan, semua aplikasi hilang dan para
pemakai wajib login lagi, re-authenticate, menampung diri mereka di dalam aplikasi,
dan membangun ulang data hilang. Jenis masalah yang sama terjadi ketika
menggunakan VLAN. Tombol lihat para pemakai sebagai penjelajah melewati batasanbatasan
VLAN.
17 2
Gambar 7.15 Roaming Across VLan
Suatu solusi hardware pada masalah ini akan menyebar semua access point pada
Single VLAN yang menggunakan suatu flat subnet IP untuk semua access point
sehingga tidak ada perubahan alamat IP untuk penjelajahan para pemakai dan suatu
solusi mobile IP yang diperlukan. Para pemakai kemudian yang ditetapkan sebagai
kelompok kembali ke jaringan menggunakan suatu firewall, suatu router, suatu
gateway, dan lain lain. Solusi Ini sulit untuk menerapkan di dalam banyak kejadian,
tetapi berlaku umum seperti ” standard” metodologi. Ada banyak lagi kejadian lainnya
di mana suatu perusahaan harus membatalkan penggunaan suatu LAN wireless
semuanya sebab solusi seperti itu tidak praktis.
Sama dengan semua access point pada subnet tunggal, para mobile user masih
menghadapi permasalahan pemenuhan. Jika seorang pemakai pindah dari batasaa, ke
dalam suatu lubang pemenuhan, atau sederhananya memenjarakan alat untuk
memperpanjang hidup baterei, semua aplikasi hilang dan para pemakai di dalam situasi
ini lagi juga dipaksa untuk membukukan lagi dan menemukan jalan kembali di mana
mereka berhenti.
Ada beberapa solusi layer 3 pada pasar mulai dari ini penulisan. Satu solusi
seperti itu adalah suatu access point telah dibangun di dalam server VPN dan
melaksanakan routing penuh, termasuk yang merouting protokol seperti RIP. Solusi
yang lain diterapkan pada satu rangkaian server menggunakan Mobile IP standard
(RFC 2002). Banyak dari solusi perangkat lunak diterapkan di alam sedikitnya cara
yang sama.
17 3
7.13 Load Balancing
Area terlampau banyak dengan banyak para pemakai dan lalu lintas lebat memuat
per unit memerlukan suatu struktur multi-cell. Di dalam suatu struktur multi-cell,
beberapa access point ” illuminate” area yang sama yang menciptakan suatu area
pemenuhan umum, yang mana meningkatkan kumpulan throughput. Stasiun di dalam
area pemenuhan yang umum yang secara otomatis berhubungan dengan access point itu
adalah lebih sedikit terisi dan menyediakan mutu sinyal yang terbaik.
Seperti digambarkan di dalam Gambar 7.16, stasiun yang sama dibagi antara
access point dalam rangka sama-sama berbagi beban antara semua access point.
Efisiensi dimaksimalkan
Gambar 7.16 Load Balancing
7.14 Fitur Manajemen Power
Klien wireless beroperasi di dalam salah satu dari dua gaya manajemen power
yang ditetapkan oleh IEEE 802.11 standar. Mode manajemen power ini adalah mode
aktif, dimana biasanya disebut called continuous aware mode (CAM) dan power save,
yang mana biasanya disebut po\w save polling ( PSP) mode. Memelihara power
menggunakan suatu mode power-saving terutama bagi para pemakai mobil yang laptops
atau PDAS berjalan pada baterei. Memperpanjang hidup baterei ini mengijinkan
pemakai untuk tetap bangun dan menjalankan lebih panjang tanpa suatupengisian ulang.
Wireless LAN cards dapat menarik suatu jumlah penting power dari baterei saat di
dalam CAM yang mana mengapa penyimpanan power fitur adalah tercakup di standard
802.11 .
17 4
7.14.1 Continuous aware mode
Continuous aware mode menjadi pengaturan selama yang mana klien
wireless menggunakan power penuh, tidak ” tidur,” dan secara konstan di (dalam)
komunikasi reguler dengan access point. Suatu komputer yang tinggal bertahan
diisi ke dalam suatu ARUS BOLAK-BALIK menggerakkan saluran [yang] secara
terus-menerus seperti suatu server atau desktop harus di-set untuk CAM. Di
bawah keadaan ini, tidak ada alasan untuk mempunyai PC Card memelihara
power.
7.14.2 Power Save Polling
Penggunaan mode power save polling( PSP) mengijinkan suatu klien
wireless untuk ” tidur.” Dengan tidur, berarti bahwa klien yang benar-benar mati
powernya untuk jumlah waktu sangat pendek, barangkali suatu pecahan kecil
suatu detik. Tidur ini adalah cukup waktu untuk menyimpan suatu penting jumlah
power pada klien wireless dalam putaran, power yang disimpan oleh klien
wireless memungkinkan suatu laptop komputer pemakai, sebagai contoh, untuk
bekerja untuk suatu periode waktu yang lebih panjang pada baterei, membuat
pemakai lebih produktif. Ketika menggunakan PSP, klien wireless bertindak
dengan cara yang berbeda di dalam ketetapan layanan dasar dan ketetapan layanan
dasar mandiri. Satu persamaan di dalam perilaku dari suatu BSS ke suatu IBSS
mengirimkan dan menerima rambu. Proses yang beroperasi selama mode PSP, di
keduanya BSS dan IBSS, diuraikan di bawah. Ingatlah bahwa proses ini terjadi
berulang kali per detik. Fakta itu mengijinkan wireless LAN anda untuk
memelihara hubungannya, tetapi juga menyebabkan suatu jumlah ongkos
exploitasi tambahan. Seorang administrator perlu mempertimbangkan ongkos
exploitasi ini dalam perencanaan untuk kebutuhan dari para pemakai wireless
LAN.
17 5
7.14.3 PSP in an Independent Basic Service Set
Power menyimpan proses komunikasi di dalam suatu IBSS adalah sangat
berbeda dibanding ketika power menyimpan mode yang digunakan di dalam suatu
BSS. Suatu IBSS tidak berisi suatu access point, maka tidak ada alat ke paket
buffer. Oleh karena itu, tiap-tiap stasiun harus menunjukkan paket buffer dirinya
sendiri kepada semua stasiun yang lain di dalam Jaringan Ad Hoc. Stasiun
mengubah pengiriman beacon pada suatu jaringan IBSS dengan menggunakan
metoda bervariasi, masing-masing tergantung pada pabrik.
Kapan stasiun menggunakan power saving mode, ada masa waktu
menghubungi] suatu jendela ATIM , selama masing-masing stasiun secara penuh
terjaga dan siap untuk menerima frame data. Ad hoc traffic indication
message(ATIM) adalah frame unicast yang digunakan oleh stasiun untuk
memberitahu stasiun lain yang ada datanya diperuntukkan kepada stasion itu dan
stasion itu tinggal bertahan terjaga cukup panjang untuk menerima itu. ATIM dan
beacon kedua-duanya dikirim sepanjang jendela ATIM. Proses yang diikuti oleh
stasiun dalam rangka melewati lalu lintas adalah:
Stasiun disinkronkan melalui beacon sehingga bekerja sebelum jendela
ATIM mulai.
Jendela ATIM mulai, stasiun mengirimkan beacon dan kemudian stasiun
mengirimkan frame ATIM yang memberitahu stasiun yang tentang lalu lintas
buffer. Stasiun yang menerima frame ATIM sepanjang jendela ATIM menerima
frame data. Jika tidak ada frame ATIM, stasiun kembali untuk istirahat. Jendela
ATIM menutup, dan stasiun mulai mentransmisikan frame data. Setelah frame
data yang menerima, stasiun kembali untuk istirahat menunggu jendela ATIM
yang berikutnya. Proses PSP Ini untuk suatu IBSS digambarkan di dalam Gambar
7.17.
17 6
Gambar 7.17. PSP Mode in an IBSS
Sebagai administrator LAN wireless, kita harus mengetahui apa yang
mempengaruhi fitur manajemen power yang berakibat pada performance, hidup
baterei, lalu lintas bradcast LAN, dan lain lain Di contohkan di atas, efek bisa
menjadi penting
7.15 Kesimpulan
Ada beberapa langkah-langkah dasar yang terpenting dari desain dan administrasi
wireless LAN. Dalam mengadministrasi wireless LAN, pemahaman dari konsep-konsep
ini akan membantu dalam me manage jaringan Wireless LAN. Salah satu diantaranya
adalah menempatkan perangkat Wireless LAN. Proses “mendengar” antara perangkat
yang dipasang disebut juga dengan proses scanning. Scanning terjadi sebelum proses
lainnya, dikarenakan scanning adalah bagaimana klien menemukan network. Ada dua
tipe scanning : pasif scanning dan aktif scanning. Setelah proses scanning maka
selanjutnya adalah proses autentifikasi dan penggabungan antara perangkat tersebut.
Teknologi VPN menyediakan rata-rata untuk dengan aman memancarkan data antar
network-devices (di) atas suatu data pinjaman mengangkut medium. Biasanya
digunakan untuk menghubungkan remote jaringan atau komputer bagi suatu server
perusahaan via Internet.
7.16 SOAL
1. Jelaskan secara singkat mengenai SSID (Service Set Identifier) dan Beacons ?
2. Jelaskan secara singkat tentang Passive Scanning dan Active Scanning ?
17 7
3. Sebutkan tiga status yang berbeda dalam proses asosiasi dan pengesahan ?
4. Sebutkan dan jelaskan tiga cara konfigurasi wireless LAN ?
5. Sebutkan tiga tingkatan keamanan dalam teknologi VPN ?
17 8
Bab 8. Layer MAC dan Phisik
8.1 Sasaran
- Mengerti dan memahami konsep-konsep seputar penyusunan wireless LAN berikut :
o Perbedaaan antara wireless LAN dan penyusunan Ethernet
o Protocol layer 3 yang didukung oleh wireless LAN
- Menentukan mode operasi yang terlibat pada pergerakan trafik data melewati
wireless LAN
o Fungsi koordinasi terdistribusi (Distributed Coordination Function DCF)
o Fungsi koordinasi titik (Point Coordination Function PCF)
o CSMA/CA dibandingkan dengan CSMA/CD
o Pembagian ruang
o RTS/CTS
o Seleksi rata-rata dinamis
o Coding dan modulasi
Kami menyebutkan dibagian awal buku ini bagaimana kebanyakan teknologi di
semua wireless LAN itu adalah sama, tetapi dari pendekatan pabrikan dan penggunaan
ditunjukkan bahwa teknologi tersebut berbeda. Pada bab ini kita akan mendiskusikan
beberapa dari karakteristik layer fisik dan MAC dari wireless LAN yang sangat umum
dipakai pada semua produk wireless LAN, berkenaan dengan pabrikan. Kita akan
menjelaskan perbedaan antara pembagian-pembagian Ethernet dan wireless LAN dan
bagaimana wireless LAN menghindarkan tabrakan. Kita akan melewati bagaimana
pemancar wireless LAN berkomunikasi dengan pemancar yang lain pada keadaan yang
normal, kemudian bagaimana penanganan tabrakan terjadi pada wireless LAN.
Hal ini sangat penting untuk anda sebagai administrator wireless LAN untuk
mengetahui tingakatan ini secara detail yang pada keperluannya mampu untuk
mengkonfgurasi secara benar dan mengatur sebuah access point, sebaik sebagaimana
mendiagnosa dan menangani permasalahan yang sangat umum pada wireless LAN.
17 9
8.2 Bagaimana wireless LAN berkomunikasi
Pada tujuannya, untuk mengerti bagaimana mengkonfigurasi dan mengatur sebuah
wireless LAN, seorang administrator harus mengerti hal-hal yang berkaitan dengan
komunikasi yang dikonfigurasi pada alat dan bagaimana melaksanakan hal-hal tersebut.
Pada tujuannya untuk memperkirakan keluaran melewati wireless LAN, salah satunya
harus mengerti dampak dari hal-hal ini dan penanganan tabrakan pada system keluaran.
Pada bagian ini akan disampaikan sebuah dasar pengertian dari berbagai macam hal-hal
yang bisa dikonfigurasi dan dampaknya pada kecepatan jaringan.
8.3 Perbandingan Frame Wireless LAN dengan Susunan Ethernet
Sekali sebuah wireless client bergabung dalam sebuah jaringan, client dan sisa
dari jaringan akan berkomunikasi dengan bergerak pada susunan melalui jaringan, pada
hampir semua cara yang sama sebagimana jaringan IEEE 802 yang lain. Untuk
menjernihkan kesalahpahaman yang umum, wireless LAN tidak menggunakan susunan
Ethernet 802.3. syarat wireless Ethernet adalah bagaimana agak terjadi kesalahan
penomeran. Susunan Wireless LAN mengandung lebih banyak informasi dari pada
susunan pada Ethernet yang umum. Struktur yang serbenarnya dari susunan wireless
LAN dibandingkan dengan susunan Ethernet adalah melewati bidang dari ujian CWNA
sebaik pekerjaan seorang administrator wireless LAN.
Beberapa hal untuk kita sadari bahwa banyak sekali tipe dari susunan IEEE 802,
tetapi hanya ada satu tipe untuk susunan wireless. Dengan susunan Ethernet 802.3,
sekali dipilih oleh administrator jaringan, tipe susunan yang sama dipakai untuk
mengirim semua data melewati kabel sebagaimana dengan wireless. Susunan wireless
semuanya dikonfigurasi dengan format frame yang sama secara keseluruhan. Ethernet
802.3 mempunyai ukuran susunan maksimum 1518 bytes sebelum pembagian yang
diperlukan secara standar, tapi bisa naik menjadi 9000 bytes (ditujukan sebagai
“susunan jumbo”). Susunan yang lebih besar dari 1518 bytes akan dibagi untuk
memenuhi standar. Susunan wireless LAN mempunyai ukuran maksimum susunan
sebesar 2346 bytes sebelum standar 802.11 membutuhkan pembagian. Bagaimanapun,
susunan wireless dibagi secara umum pada 1518 byte dengan access point sesuai pada
transfer data antara media Ethernet kabel (802.3) dan wireless (802.11).
Sebuah pokok persoalan yang sering didiskusikan adalah preamble dan header
dari susunan wireless. Ada sedikit bagian dari informasi yang penting untuk diketahui –
18 0
terutama jika anda akan melakukan analisa protocol wireless. Preamble (sebuah
rangakaian 1 dan 0 yang digunakan untuk sinkronisasi pada awal dari tiap susunan)
selalu dikirimkan pada kecepatan 1Mbps untuk menyediakan data rate yang umum yang
semua penerima bisa mengartikan. Ada dua jenis panjang dari preamble (yang biasa di
namakan PLCP preamble) – panjang (128 bits) dan pendek (56 bits). Sangat penting
sekali untuk menandai pada setiap akhir dari hubungan wireless menggunakan tipe
preamble yang sama. Standar 802.11b membutuhkan dukungan dari preamble yang
panjang dan menyediakan pilihan untuk preamble yang pendek yang pada tujuannya
untuk memperbaiki efisiensi jaringan ketika mengirimkan traffic tipe yang khusus
misalkan VoIP. Setelah preamble dikirim, header (yang biasa dinamakan PLCP header)
dikirim. Untuk preamble yang panjang, pramble dan header keduanya dikirim pada
kecepatan 1 Mbps. Untuk preamble yang pendek, preamble dikirim pada pada
kecepatan 1 Mbps dan header dikirim pada kecepatan 2 Mbps. Data rate atau “DR”
menempati header menentukan rata-rata pada data yang akan ditransmisikan. Setelah
mengirim header, pengirim kemudian akan mengganti data rate pada dimanapun header
ditentukan. Dasar pemikiran yang sama dipergunakan pada mercu suar, yang juga
mengirimkan pada kecepatan 1 Mbps untuk alasan yang sama.
Ada tiga kategori yang berbeda dari susunan yang dihasilkan antara batas-batas
dari format frame ini secara keseluruhan. Tiga kategori susunan ini dan tipe dari setiap
kategori adalah :
- Management Frame
o Association request frame
o Association response frame
o Reassociation request frame
o Reassociation response frame
o Probe request frame
o Probe response frame
o Beacon frame
o ATIM frame
o Disassociation frame
o Authentication frame
o Deauthentication frame
18 1
- Control Frame
o Request to send (RTS)
o Clear to send (CTS)
o Acknowledgement (ACK)
o Power-Save Poll
o Contention-Free End (CF End)
o CF End + CF Ack
- Data Frame
Tipe tertentu dari susunan (yang disebutkan diatas) menggunakan bidang tertentu
antara tipe susunan keseluruhan dari susunan wireless. Apa yang administrator wireless
LAN perlu ketahui adalah bahwa wireless LAN mendukung secara praktis semua
protocol-protokol layer 3-7 – IP, IPX, NetBEUI, AppleTalk, RIP, DNS, FTP, etc.
perbedaan utama dari susunan Ethernet 802.3 diimplementasikan pada Media Access
Control (MAC) sub layer dari Layer Data Link dan semua layer fisik. Protocol-protokol
layer atas secara mudah betul-betul dipertimbangkan alat-alat yang penting oleh layer 2
susunan wireless.
8.4 Penanganan Tabrakan (Collision Handling)
Sejak frekwensi radio dipakai sebagai sebuah medium yang di pakai secara
umum., wireless LAN harus berhubungan dengan kemungkinan tabrakan mirip dengan
wired Lan traditional juga. Perbedaannya adalah bahwa, pada wireless LAN, tidak ada
hal yang menunjukkan melalui pemancar pengiriman mana yang ditentukan bahwa
sebenarnya terjadi tabrakan. Hal ini sangat tidak mungkin untuk mendeteksi sebuah
tabrakan pada sebuah wireless LAN. Untuk alasan ini, wireless Lan, memakai protokol
Carrier Sense Multiple Access / Collision Avoidance, yang juga dikenal sebagi
CSMA/CA. CSMA/CA adalah sesuatu yang mempunyai kemiripan dengan protocol
CSMA/CD, yang sangat terkenal pada jaringan Ethernet.
Perbedaan yang besar antara CSMA/CA dan CSMA/CD adalah bahwa CSMA/CA
menghindari tabrakan dan menggunakan acknowledgements (ACKs) dari pada
mengambil keputusan untuk menggunakan medium ketika tabrakan terjadi. Penggunaan
acknowledgement, atau ACKs, bekerja dengan cara yang sederhana. Ketika sebuah
18 2
pemancar wireless mengirim sebuah paket, pemancar penerima mengirimkan kembali
sebuah ACK sekali yang biasanya pemancar menerima paket. Jika pemancar pengirim
tidak menerima sebuah ACK, pemancar pengirim menganggap bahwa terjadi tabrakan
dan mengirimkan data kembali.
CSMA/CA, menambahkan sejumlah besar data control yang dipakai di wireless
Lan, menyebabkan kelebihan yang menggunakan kira-kira 50% bandwidth yang ada
pada wireless LAN. Kelebihan ini, ditambah dengan penambahan kelebihan dari
protocol seperti RTS/CTS yang mempertinggi penghindaran tabrakan, bertanggung
jawab untuk keluaran yang sebenarnya dari kira-kira 5.0-5.5 Mbps pada sebuah tipe
wireless LAN 802.11b yang dirata-rata pada 11 Mbps. CSMA/CD juga menghasilkan
kelebihan, tapi hanya sekitar 30% pada sebuah penggunaan jaringan rata-rata. Ketika
sebuah jaringan Ethernet menjadi padat, CSMA/CD bisa menyebabkan kelebihan
sampai 70%, ketika kepadatan sebuah jaringan wireless menunjukkan beberapa angka
keluaran sekitar 50%-55%.
Protocol CSMA/CA menghindari kemungkinan dari tabrakan diantara pemancar
yang dibagi pada medium dengan menggunakan sebuah waktu kembali acak (random
back of time) jika fisik pemancar atau pengertian logika mekanik menunjukkan sebuah
medium yang sibuk. Periode waktu secara cepat mengikuti medium yang sibuk adalah
ketika kemungkinan yang tinggi dari tabrakan terjadi, terutama pada pamakaian yang
tinggi. Pada saat ini, banyak pemancar menunggu medium pada saat idle dan akan
berusaha memancarkan kembali pada saat yang sama. Sekali jika medium mengalami
idle, sebuah waktu kembali acak menunda sebuah pemancar untuk mengirimkan sebuah
susunan (frame), memperkecil kemungkinan bahwa pemancar akan bertabrakan.
8.5 Fragmentation
Pembagian paket-paket menjadi bagian yang lebih pendek menambah batasan
protocol dan mengurangi effisiensi protocol (menurunkan keluaran jaringan) ketika
tidak ada error yang diamati, tetapi mengurangi waktu yang terbuang pada pengiriman
kembali jika error terjadi. Paket-paket yang besar mempunyai kemungkinan yang besar
untuk tabrakan pada jaringan; oleh karena itu, sebuah metode untuk mengubah ukuran
potongan paket sangat diperlukan. Standar IEEE 802.11 menyediakan dukungan untuk
memecah-mecah.
18 3
Dengan mengurangi panjang dari setiap paket, kemungkinan gangguan selama
pengiriman paket bisa dikurang, sebagaimana diilustrasikan pada figure 8.1. ada timbal
balik yang harus dibuat antara rata-rata error paket yang rendah yang dicapai dengan
menggunakan paket-paket pendek, dan peningkatan kelebihan dari susunan yang lebih
Pada jaringan karena pemotongan. Setiap potong membutuhkan header-header dan
ACK sendiri, jadi pendekatan dari pemotongan tingkatan juga merupakan sebuah
pendekatan dari sejumlah kelebihan dengan paket yang diasosiasikan dengan setiap
paket yang dikirimkan.
Pemancar tidak pernah memecah-mecah pancaran yang berulang dan menyiarkan
susunan-susunan, tetapi hanya satu kesatuan pancaran dengan tujuan untuk
memperkenalkan kelebihan yang tidak diperlukan pada jaringan. Menemukan
pengaturan pemotongan untuk memaksimalkan keluaran pada jaringan pada sebuah
jaringan 802.11 adalah sebuah bagian yang penting dari pengaturan sebuah wireless
LAN. Tetap pada pikiran bahwa sebuah susunan 1518 byte adalah susunan terbesar
yang bisa melintasi bagian wireless LAN tanpa melalui pemotongan.
Gambar 8.1 Fragmentation
Salah satu cara untuk menggunakan pemotongan untuk memperbaiki keluaran
jaringan pada beberapa waktu dari error-error paket yang berat adalah untuk mengawasi
rata-rata error paket pada jarigan dan mengatur tingkatan pemotongan secara manual.
Sebagaima sebuah latihan yang direkomendasikan, anda harus mengawasi jaringan
pada keluaran setiap waktu pada suatu hari untuk melihat apa akibat dari dampak
18 4
pengaturan pemotongan yang akan dilakukan pada beberapa waktu. Metode yang lain
untuk pengaturan adalah untuk menkonfigurasi permulaan pemotongan.
Jika jaringan anda adalah terbiasa dengan sebuah rata-rata error paket yang tinggi
(paket-peket cacat), naikkan permulaan pemotongan pada pemancar client dan atau
access point (tergantunga pada unit-unit mana pengaturan yang dipakai pada peralatan
anda yang khusus). Dimulai dengan nilai maksimum dan berangsur-angsur menurunkan
ukuran permulaan pemotongan sampai sebuah perbaikan muncul. Jika pemotongan
digunakan, jaringan akan terbiasa dengan perubahan kecepatan karena mendatangkan
kelebihan dengan pemotongan. Suatu waktu perubahan ini dapat diterima dengan tujuan
untuk melawan keluaran tertinggi karena sebuah penurunan pada error-error paket dan
pengurutan pada mengiriman sinyal kembali.
8.6 Dynamic Rate Shifting / DRS
Seleksi rata-rata yang dapat berubah (Adaptive Rate Selection /
ARS) dan pengangkatan rata-rata secara dinamis (Dynamic Rate Shifting / DRS) keduaduanya
adalah syarat yang digunakan untuk menggambarkan metode dari pengaturan
kecepatan secara dinamis pada client-client wireless LAN. Pengaturan kecepatan ini
terjadi sebagaimana jarak antara client dan access point meningkat atau sebagai
peningkatan ganguan. Hal ini sangat penting sekali bagi administrator jairngan untuk
mengerti bagaimana fungsi ini bekerja dengan tujuan untuk merencanakan keluaran
jaringan, ukuran bagian terkecil, keluaran-keluaran tenaga dari access point dan
pemancar, serta keamanan.
Pancaran system spectrum yang moderen didesain untuk membuat lompatanlompatan
yang berlainan yang hanya untuk menentukan rata-rata data, yang semisal
1,2,5.5, dan 11 Mbps. Sebagaimana jarak meningkat antara access point dan sebuah
pemancar, panjang sinyal akan menurun pada suatu titik ketika rata-rata data sekarang
tidak bisa diatur. Ketika penurunan kekuatan sinyal terjadi, unit pengiriman akan
menjatuhkan rata-rata data pada rata-rata data berikutnya yang ditentukan secara
rendah, katakan saja dari 11 Mbps menjadi 5.5 Mbps atau dari 2 Mbps menjadi 1 Mbps.
gambar 8.2 mengilistrasikan bahwa, sebagaimana jarak dari access point meningkat
rata-rata data akan menurun.
18 5
Gambar 8.2 Dynamic Rate Shifting
Sebuah system wireless LAN tidak akan pernah menjatuhkan kecepatan dari 11
Mbps menjadi 10 Mbps, sebagai contoh, sejak 10 Mbps adalah bukan rata-rata data
yang ditentukan. Metode dari pembuatan lompatan-lompatan yang berbeda tersebut
biasanya dinamakan ARS atau DRS, tergantung dari pabrikannya. FHSS dan DSSS
keduanya menggunakan DRS, dan IEEE 802.11, IEEE 802.11b, HomeRF dan standar
OpenAir menggunakan metode tersebut.
8.7 Distributed Coordination Function / DCF
Fungsi koordinasi terdistribusi (DCF) adalah sebuah metode akses yang
ditentukan pada standar 802.11 yang membolehkan semua pemancar pada sebuah
wireless LAN untuk menghadapi akses pada media transmisi yang dibagikan (RF)
menggunakan protocol CSMA/CA. Pada hal ini, media transmisi adalah sebuah bagian
dari berkas frekwensi radio yang digunakan wireless LAN untuk mengirim data.
Bagian-bagian pembetulan dasar (Basic Service Sets / BSS), bagian-bagian pembetulan
yang luas (Extended Service Sets / ESS), dan bagian-bagian pembetulan dasar yang
berdiri sendiri (Independent Basic Service Sets / IBSS) semunya bisa menggunakan
mode DCF. Access point pada bagian-bagian pembetulan ini bertindak dengan cara
yang sama sebagaimana dasar IEEE 802.3 kabel yang terhubung untuk mengirimkan
datanya, dan DCF adalah mode dimana access point mengirimkan datanya.
18 6
8.8 Point Coordination Function
Fungsi koordinasi titik (Point Coordination Function / PCF) adalah sebuah mode
pengiriman yang menyediakan pengiriman susunan bebas isi (contention-free) . pada
sebuah wireless LAN dengan menggunakan mekanisme polling. PCF mempunyai
keuntungan dari memberikan jaminan untuk mengetahui sejumlah hal yang tersembunyi
jadi bahwa aplikasi-aplikasi membutuhkan QoS (suara atau gambar untuk contoh) yang
bisa digunakan. Ketika menggunakan PCF, access point pada sebuah wireless LAN
membentuk polling. Karena alasan ini, sebuah ad hoc jaringan tidak bisa memakai PCF,
karena sebuah ad hoc jaringan tidak mempunyai access point untuk melakukan polling.
8.8.1 Proses PCF
Pertama kali, sebuah pemancar wireless harus memberitahukan access point
bahwa pemancar mampu untuk menjawab mengambil pertanyaan, kemudian
access point menanyakan, atau mengambil pertanyaan, setiap pemancar wireless
untuk melihat apakah pemancar perlu untuk mengirimkan sebuah susunan data
melalui jaringan. PCF, melalui polling, menghasilkan sejumlah penting kelebihan
pada sebuah wireless LAN.
Ketika menggunakan PCF, hanya satu access point yang harus menyala pada
setiap saluran non-overlaping untuk menghindari kecepatan degradasi karena
gangguan co-channel.CF bisa digunakan tanpa PCF, tapi PCF tidak bisa
digunakan tanpa DCF. Kita akan menjelaskan bagaimana dua mode co-exist ini
sebagaimana kita mendiskusikan penempatan susunan. DCF adalah mudah
berubah karena desainnya yang contention-based, begitu juga PCF, dengan desain,
membatasi penggunaan secara bebas pada jaringan wireless dengan menambahkan
penambahan kelebihan dari susunan-susunan poling.
8.9 Interframe Spacing
Penempatan dalam susunan tidak kedengaran seperti sesuatu yang bagi seorang
administrator perlu ketahui. Bagaimanapun, jika anda tidak mengerti tipe dari
penempatan dalam susunan, secara efektif anda tidak akan bisa memahami RTS/CTS,
yang sangat membantu anda untuk mengatasi permasalahan, atau DCF dan PCF, yang
secara manual terkonfigrasi pada access point. Fungsi-fungsi ini keduanya terintegrasi
18 7
pada proses komunikasi terus-menerus pada sebuah wireless LAN. Pertama, kita akan
mendefinisikan setiap tipe dari susuna-susunan dalam ruang (InterFrame Space / IFS),
dan kemudian kita akan menjelaskan bagaimana setiap tipe bekerja pada wireless LAN.
Sebagaimana kita sudah kita pelajari ketika kita membahas tentang beacons,
semua pemancar pada sebuah wireless LAN adalah sinkronisasi waktu (timesincronized).
Semua pemancar pada sebuah wireless LAN sangat efektif “menandai”
waktu pada sinkronisasi satu dengan yang lain. Penyususan adalah syarat kita
menggunakan untuk menunjukkan stadarisasi ruang waktu yang digunakan pada semua
wireless LAN 802.11.
8.9.1 Tiga Tipe Dari Spacing
Diantaranya ada tiga interval penempatan utama (penempatan penyusunan):
SIFS, DIFS, and PIFS. Setip tipe penyusunan tersebut digunakan oleh wireless
LAN yang juga untuk mengirimkan tipe pesan tertentu melewati jaringan atan
untuk mengatur interval selama pemancar mana yang dihadapi untuk media
pengiriman. tabel 8.1 mengilustrasikan waktu yang sebenarnya dimana tempat
penyusunan diambil untuk tiap tipe dari teknologi 802.11.
Tabel 8.1 . Interframe Spacing
IFS DSSS FHSS Diffused Infrared
SIFS 10 uS 28 uS 7 uS
PIFS 30 uS 78 uS 15 uS
DIFS 50 uS 128 uS 23 uS
Penempatan penyusunan diuukur pada microsecond dan digunakan untuk
menunda sebuah akses pemancar ke media dan untuk menyediakan tingkatan
prioritas yang bermacam-macam. Pada sebuah jaringan wireless, semuanya
disinkronisasi dan semua pemancar dan access point menggunakan setandar
sejumlah waktu (ruang) untuk membentuk bermacam-macam tugas. Setiap titik
mengetahui penempatan ini dan menggunakannya secara tepat. Sebuah bagian
ruang standar ditentukan untuk DSSS, FHSS, dan Infrared yang sebagaimana anda
lihat pada tabel 8.1. dengan menggunakan ruang ini, setiap titik mengetahui dan
ketika hal ini harus membentuk sebuah aksi tertentu pada sebuah jaringan.
18 8
8.9.1.1.1.1.1.1 8.9.1.1 Sort Interframe Space (SIFS)
SIFS adalah ruang antar susunan terpendek yang ditentukan. SIFS adalah
ruang waktu sebelum dan sesudah dimana tipe-tipe pesan-pesan berikut
dikirim. Dibawah ini adalah sebuah daftar yang tidak lengkap.
• RTS – Request-to-Send Frame, digunakan untuk menyediakan media
oleh pemancar.
• CTS – Clear-to-Send Frame, digunakan sebagai sebuah tanggapan
oleh access point pada susunan RTS yang dihasilkan oleh sebuah
pemancar dengan tujuan untuk meyakinkan semua pemancar sudah
menghentikan pancaran.
• ACK – Acknowledgement Frame digunakan untuk memberitahukan
pengiriman pemancar-pemancar yang datanya datang pada format
yang mudah di baca pada pemancar penerima
SIFS menyediakan prioritas tingkatan tertinggi pada sebuah wireless
LAN. Alasan untuk SIFS menggunakan prioritas tertinggi adalah bahwa
pemancar-pemancar secara konstan mendengarkan media (indra pembawa /
carrier sense) menunggu sebuah media yang kosong. Sekali media telah
kosong, setiap pemancar harus menunggu sejumlah waktu yang diberikan
sebelum melakukan proses dengan sebuah pengiriman. Lama waktu dari
pemancar yang harus menunggu ditentukan oleh fungsi yang diperlukan oleh
pemancar untuk membentuknya. Setiap fungsi pada sebuah jaringan wireless
jatuh pada kategori sebuah penempatan. Tugas yang merupakan prioritas
tertinggi jatuh pada kategori SIFS. Jika sebuah pemancar hanya harus
menunggu sebuah periode waktu yang pendek setelah media sudah kosong
untuk melakukan transmisinya, hal tersebut akan mempunyai prioritas
melampaui pemancar untuk menuggu pada periode waktu yang lama. SIFS
digunakan untuk fungsi yang membutuhkan periode waktu yang sangat
pendek, serta belum memerlukan prioritas yang tinggi dengan tujuan untuk
menyelesaikan sasaran.
18 9
8.9.1.1.1.1.1.2 8.9.1.2 Point Coordination Function Interframe Space (PIFS)
Sebuah PIFS ruang antar susunan bukan merupakan jalur terpendek
maupun jalur terpanjang ruang antar susunan yang ditentukan, jadi hal ini
mendapatkan prioritas yand lebih dari pada DIFS dan kurang dari SIFS.
Access point menggunakan sebuah ruang antar susunan PIFS hanya ketika
jaringan pada mode fungsi koordinasi titik, yang secara manual dikonfigurasi
oleh administrator. PIFS mempunyai durasi yang lebih pendek dari pada DIFS
(lihat tabel 8.1.), jadi access point hanya akan mencari kendali dari media
sebelum pemancar-pemancar yang lain berhadapan pada mode fungsi
koordinasi terdistribusi (DCF). PCF hanya bekerja dengan DCF, tidak sebagai
mode operasional yang berdiri sendiri maka, sekali access point telah selesai
melakukan polling, pemancar-pemacar yang lain akan melanjutkan untuk
menghadapi madia pengiriman dengan menggunakan mode DCF.
8.9.1.1.1.1.1.3 8.9.1.3 Distributed Coordination Function Interframe Space (DIFS)
DIFS adalah ruang antar susunan yang paling panjang yang ditentukan
dan digunakan secara default pada semua 802.11-pamancar-pemancar yang
menggunakan fungsi koordinasi terdistribusi. Setiap pamancar pada jaringan
yang menggunakan mode DCF dibutuhkan untuk menunggu sampai DIFS
sudah habis masa waktunya sebelum semua pemancar berhadapan pada
jaringan. Semua pemancar berpoerasi menurut DCF yang menggunakan DIFS
untuk mengirimkan susunan datanya dan mengatur susunan-susunan.
Ruangang ini membuat pengiriman susunan ini mempunyai prioritas yang
rendah dari pada pengiriman-pengiriman yang berdasarkan PCF. Meskipun
semua pemancar menggap media tersebut bersih dan berubah-ubah memulai
mengirimkan secara terus-menerus setelah DIFS (yang dapat menyebabkan
tabrakan), setiap pemancar menggunakan sebuah algoritma memutar kembali
secara acak untuk menentukan berapa lama waktu untuk menunggu sebelum
mengirimkan data tersebut.
Periode waktu yang secara langsung mengikuti DIFS ditunjukkan
sebagai periode perkiraan (contention period / CP). Semua pemancar pada
mode DCF menggunakan algoritma memutar kembali secara acak selama
periode perkiraan. Selama proses pemutaran kembali secara acak, sebuah
pemancar memilih sebuh angka acak dan mengalikannya dengan lubang waktu
19 0
untuk mendapatkan panjang dari waktu tunggu. Pemancar-pemancar
menghitung lubang waktu ini satu-persatu, membantuk sebuah penilaian
saluran yang bersih clear channe assessment (CCA) setelah setiap lubang
waktu untuk melihat apakah medianya sedang sibuk. Kapanpun waktu
memutar kembali pada pemancar telah berakhir telebih dahulu, pemancar
tersebut mengerjakan sebuah CCA, dan menyediakan media yang kosong, dan
kemudian memulai pengiriman.
Sekali pemancar yang pertama telah memulai pengiriman semua
pemancar-pemancar memperkirakan bahwa media tersebut sedang sibuk, dan
mengingat sejumlah sisa waktu mundur acaknya dari CP yang sebelumnya.
Beberapa sisa waktu ini digunakan pada penggantian pengambilan nomer acak
yang lain selama CP yang berikutnya. Proses ini menjamin akses yang baik
pada media diantara semua pemancar.
Sekali periode mundur secara acak berakhir, pemancar pengirim
mengirimkan datanya dan menerima kembali ACK dari pemancar penerima.
Semua proses ini kemudian akan berulang-ulang. Karena dengan alasan bahwa
kebanyakan pemancar-pemancar akan memilih nomer-nomer acak yang
berbeda, menghilangkan tabrakan-tabrakan. Bagaimanapun, hal ini sangat
penting untuk diingat bahwa tabrakan-tabrakan sering terjadi pada wireless
Lan, tapi hal tersebut tidak bisa dideteksi secara langsung. Tabrakan bisa
dianggap bahwa ack tidak diterima kembali dari pemancar tujuan.
8.9.2 Lubang Waktu
Sebuah lubang waktu, dimana yang diprogram sebelumnya pada radio pada
mode yang sama sebagai SIFS, PIFS, dan susunan waktu DIFS, adalah standar
periode waktu pada sebuah jaringan wireless. Lobang waktu digunakan pada
metode yang sama sebagai waktu kedua yang digunakan. Sebuah node wireless
menandai lubang waktu seperti sebuah detik-detik tanda waktu. Lubang waktu ini
ditentukan oleh teknologi wireless LAN yang digunakan.
• Celah waktu FHSS = 50μS
• Celah waktu DSSS = 20μS
• Celah waktu Infrared = 8μS
19 1
Dengan catatan sebagai berikut
PIFS = SIFS + 1 lubang waktu
DIFS = PIFS + 1 lubang waktu
Dengan catatan yang lain juga bahwa FHSS telah tercatat sebagai lubang
waktu yang lama, waktu DIFS, waktu PIFS dari pada DSSS. Waktu lama ini
termasuk pada FHSS yang berlebih, yang menurunkan keluaran.
8.9.3 Proses Komunikasi
Setelah anda paham dengan proses PIFS yang dijelaskan diatas, hal tersebut
sebagai pemikiran bahwa access point akan selalu mengatur media, sejak access
point tidak harus menunggu DIFS, tetapi dilakukan oleh pemancar. Hal ini akan
menjadi benar, kecuali dari keberadaan apa yang dsebut dengan sebuah susunan
super, sebuah susunan super adalah sebuah periode waktu, dan hal tersebut
mengandung tiga bagian :
1. Beacon
2. Contention Free Period (CFP)
3. Contention Period
Sebuah diagram dari susuan super (superframe) ditunjukkan pada Gambar
8.3. tujuan dari superframe adalah untuk memberikan ketenangan, co-existence
yang baik antara client-client mode PCF dan DCF pada jaringan, memberikan
QoS pada beberapa, tetapi tidak pada yang lain.
Gambar 8.3 Superframe
19 2
Dan juga, perlu diingant bahwa PIFS, dan karena superframe, hanya terjadi
ketika
1. Jaringan pada mode fungsi koordinasi titik
2. Access point telah dikonfigurasi untuk melakukan polling
3. Client-client wireless telah dikonfigurasi untuk memberitahukan pada
access point bahwa mereka telah siap dipolling.
Karena itu, jika kita mengawali dari sebuah titik awal hipotetik pada sebuah
jaringan yang mempunyai access point yang telah dikonfigurasi pada mode PCF,
dan beberapa client-client dikonfigurasi untuk polling, prosesnya ditunjukkan
sebagai berikut.
1. access point memancarkan sebuah beacon.
2. selama dengan anggapan pada periode yang bebes, access point
mempolling pemancar-pemancar untuk melihat apakah ada pemancar
yang perlu untuk mengirim data.
3. jika pemancar perlu untuk mengirimkan data, maka akan mengirimkan
satu susunan pada access point yang pada tanggapannya untuk polling
access point.
4. jika sebuah pemancar tidak merasa perlu untuk mengirimkan data, maka
akan kembali pada sebuah susunan yang null pada access point yang
pada tanggapannya untuk polling access point.
5. polling akan berlanjut melalui anggapan periode yang bebas.
6. sekali periode yang bebas dinyatakan berakhir dan awal periode
dinyatakan, access point tidak bisa melakukan poll pada pemancar.
Selama periode yang dinyatakan, pemancar menggunakan mode DCF
untuk menghadapi media dan access point yang menggunakan mode
DCF.
7. superframe berakhir dengan seketika pada CP, dan superframe yang baru
akan berawal dengan CFP berikutnya.
Berpikir pada CFP seperti menggunakan sebuah “kebijakan akses yang
diatur” dan CP seperti menggunakan sebuah “kebijakan akses secara acak”.
Selama CFP, access point adalah pengaturan yang lengkanp dari semua fungsi19
3
fungsi pada jaringan wireless, dimana selama CP, pemancar-pemancar
memperkirakan dan mengacak pengaturan tambahan melalui media. Access point
menggunakan PIFS, yang lebih pendek dari pada DIFS, dengan tujuan untuk
menangkap media sebelum ada client yang menggunakan mode DCF
melakukannya. Sejak access point menangkap media dan mulai melakukan
pengiriman polling selama CFP, client-client DCF merasakan media yang sibuk
dan menunggu untuk mengirim. Setelah CFP dan CP berlangsung, selama dimana
semua pamancar-pemancar menggunakan mode DCF bisa menghadapi media dan
access point beralih pada mode DCF.
Gambar 8.4 mengilustrasikan sebuah waktu tempuh yang pendek untuk
sebuah wireless LAN menggunakan mode DCF dan PCF.
Gambar 8.4 Waktu tempuh mode DCF/PCF
Prosesnya sederhana ketika sebuah wireless LAN hanya pada mode DCF,
karena tidak ada polling dan, karena itu, tidak ada superframe. Proses ini
ditunjukkan sebagai berikut :
1. pemancar menunggu DIFS sampai batas waktu
2. selama CP, yang secara cepat mengikuti DIFS, pemancar-pemancar
memperkirakan waktu kembali acaknya berdasar pada sebuah angka
yang acak dikalikan dengan lubang waktu.
3. pemancar-pemancar menandai waktu acaknya dengan setiap melewati
lubang waktu, mengecek media (CCA) pada akhir setiap lubang waktu.
19 4
Pemancar akan dengan waktu terpendek akan dapat menguasai media
terlebih dahulu.
4. sebuah pemancar mengirimkan datanya.
5. pemancar penerima menerima data dan mengunggu sebuah SIFS sebelum
mengembalikan sebuah ACK kembali ke pemancar yang mengirimkan
datanya.
6. pemancar pengirim menerima ACK dan proses dimulai dari awal dengan
sebuah DIFS yang baru.
Gambar 8.5 mengilustrasikan sebuah garis waktu untuk sebuah wireless
LAN mode DCF. Tatap dalam pikiran bahwa garis waktu ini adalah sepanjang
beberapa milidetik. Dan proses keseluruhannya terjadi berkali-kali setiap detik.
Gambar 8.5 Garis waktu DCF
8.10 Request to Send/ Clear to Send (RTS/CTS)
Ada 2 jenis mekanisme pembawa yang digunakan dalam jaringan wireless. Yang
pertama adalah physical carrier sense. Fungsi dari physical carrier sense adalah
mengecek kekuatan sinyal, disebut Received Sinyal Strength Indicator (RSSI), pada RF
pembawa sinyal untuk melihat apakah ada sesuatu yang sedang dipancarkan. Yang
kedua adalah, virtual carrier sense. Virtual carrier sense bekerja dengan menggunakan
bagian yang disebut Network Allocator Vector (NAV), yang berperan seperti waktu
pada station. Jika station akan mem-broadcast tujuannya untuk menggunakan jaringan,
station akan mengirim frame ke station tujuan, yang akan mengeset bagian NAV pada
semua station memeriksa frame dalam bentuk kebutuhan waktu untuk melengkapi
transmisinya, juga mengembalikan frame ACK. Pada yang demikian, station manapun
dapat menyediakan penggunaan jaringan untuk waktu tertentu. Virtual carrier sense
diimplementasikan dengan protokol RTS/CTS.
Protokol RTS/CTS adalah perluasan dari protokol CSMA/CA. sebagai
administrator wireless LAN, kita dapat memanfaatkan penggunaan protokol untuk
19 5
menyelesaikan masalah seperti Hidden Node (dibahas pada bab 9, Troubleshooting).
Menggunakan RTS/CTS mengijinkan station untuk mem-broadcast tujuannya untuk
mengirim data melalui jaringan.
Seperti yang bisa dibayangkan berdasar deskrips diatas, RTS/CTS akan
menyebabkan masalah khusus jaringan. Untuk alasan ini, RTS/CTS dimatikan secara
default pada wireles LAN. Jika kita telah berpengalaman dengan sekumpulan
collision/tabrakan yang tidak biasa pada wireless LAN kita (ditunjukkan dengan
semakin lambat dan sedikitnya througput) menggunakan RTS/CTS dapat meningkatkan
aliran lalu lintas pada jaringan dengan mengurangi jumlah coallision/tabrakan.
Menggunakan RTS/CTS tidak seharusnya digunakan sembarangan. RTS/CTS harus
dikonfigurasi setelah mempelajari benar-benar collision pada jaringan, throughput,
kelambatan, dll
.
Beberapa perusahaan tidak mengijinkan administrator untuk mengubah setting
station RTS/CTS (dan setting-setting lainnya), kecuali mereka memperoleh password
khusus dari perusahaan. Secara default, administrator tidak diijinkan mengakses fitur
pada software station driver. Normalnya, tidak akan mudah mendapatkan password
tersebut. Perusahaan biasanya akan memberikan seminar mengenai produk mereka pada
administarator selama 1-2 hari sebelum mereka mengijinkan administrator untuk
mengisi paperwork untuk memperoleh password yang dibutuhkan.
Proses hansdshake mempunyai 4 cara handshake menggunakan RTS/CTS.
Pendeknya, station transmisi mem-broadcast RTS, diikuti dengan reply CTS dari station
penerima, keduanya bersama-sama menuju akses point. Selanjutnya, station transmisi
mengirim data sisanya melalui akses point menuju station penerima, yang secara
langsung dijawab dengan frame acknowledgment, atau ACK. Proses ini digunakan
untuk tiap frame yang dikirim melalui jaringan wireless.
8.10.1 Konfigurasi RTS/CTS
Ada 3 setting yang utama pada access point dan node untuk RTS/CTS :
• Off (mati)
• On (nyala)
19 6
• On with threshold (nyala dengan threshold)
Ketika RTS/CTS dinyalakan (on), tiap paket yang berjalan dalam jaringan
wireless diadakan dan dibersihkan antara node utama pentransmisi dan penerima untuk
melakukan transmisi, membentuk kumpulan yang berlebih dan menghasilkan
throughput yang kurang. Secara umum, RTS/CTS seharusnya hanya digunakan untuk
mendiagnosis masalah jaringan dan hanya jika ada paket yang sangat besar yang
mengalir melalui jaringan wireless, yang jarang terjadi.
Sedang, setting “On with threshold” mengijinkan administrator untuk mengontrol
paket mana (ukuran yang tepat disebut threshold) yang diadakan dan dibersihkan untuk
dikirim oleh station, karena collision / tabrakan mempengaruhi paket yang lebih besar
daripada yang lebih kecil. Kita bisa mengeset nilai threshold untuk bekerja hanya ketika
node akan mengirim paket melalui ukuran yang tepat. Setting ini mengijinkan kita
untuk meng-costumize setting RTS/CTS pada lalu lintas data jaringan dan
mengoptimalkan throughput wireless LAN kita ketika mencegah suatu masalah seperti
Hidden Node.
8.11 Modulasi
Modulasi, fungsi layer physical, merupakan proses dimana transceiver radio
mempersiapkan sinyal digital didalam NIC untuk transmisi melalui gelombang udara.
Modulasi adalah proses menambahkan data dengan carrier dengan merubah ampitudo
frekuensi, atau fase dari arrier pada pengontrol setelah mengetahui banyak perbedaan
dari bermacam-macam modulasi yang digunakan wireless LAN akan sangat berguna
ketika berusaha membangun jaringan piece-by-piece yang compatible.
Diatas menunjukkan detail dari modulasi dan jenis spreading code digunakan
dengan frekuensi hopping dan direct sequence wireless LAN pada band ISM 2.4 GHz.
Differential Binary Phase Shift Keting (DBPSK), Differential Quadrature Phase Shift
Keying (DQPSK), dan Gaussian Frequency Shift Keying (GFSK) adalah jenis-jenis
modulasi yang digunakan oleh produk 802.11 dan 802.11b yang dipasarkan saat ini.
Barker code dan Complimentary Code Keying (CCK) adalah jenis dari spreading code
yang digunakan pada 802.11 dan 802.11b wireless LAN.
19 7
Karena kecepatan transmisi lebih tinggi dikhususkan (seperti ketika system
menggunakan DRS), tehnik modulasi berubah agar menghasilkan data throughput yang
lebih. Sebagai contoh, 802.11g dan 802.11a melakukan pengkususan peralatan wireless
LAN menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM),
mengijinkan kecepatan sampai 54 Mbps, yang peningkatannya mencapai 11 Mbps
ditetapkan oleh 802.11.b Gambar 8.10 menunjukkan jenia modulasi yang digunakan
untuk jaringan 802.11a. Standard 802.11g menyediakan kemampuan backward dengan
mendukung CCK coding dan bahkan mendukung Packet Binary Convolution Coding
(PBCC) sebagai pilihan. Bluetooth dan HomeRF adalah dua-duanya tehnologi FHSS
yang menggunakan tehnologi modulasi GFSK pada band ISM 2.4 GHz.
OFDM (Orthogonal Frequancy Division Multiplexing) adalah tehnik komunikasi
yang membagi channel komunikasi ke jumlah dari space frequency band yang sama.
Subcarrier membawa bagian dari informasi usere yang ditransmisikan pada tiap band.
Tiap subcarrier adalah orthogonal (tidak tergantung satu sama lain) dengan tiap
subcarrier lainnya, yang merupakan perbedaaan OFDM dengan frequency umum yang
biasa digunakan, yaitu FDM (Frequency Division Multiplexing).
8.12 Kesimpulan
Sasaran yang ingin dicapai dalam bagian ini adalah mengerti dan memahami
konsep-konsep seputar penyusunan wireless LAN dan Menentukan mode operasi yang
terlibat pada pergerakan trafik data melewati wireless LAN. Sekali sebuah wireless
client bergabung dalam sebuah jaringan, client dan sisa dari jaringan akan
berkomunikasi dengan bergerak pada susunan melalui jaringan. Ada tiga kategori yang
berbeda dari susunan yang dihasilkan antara batas-batas dari format frame ini secara
keseluruhan. Tiga kategori susunan ini dan tipe dari setiap kategori adalah :Management
Frame, Control Frame dan Data Frame. Untuk menangani tabrakan (Collision Handling)
dalah dengan menggunakan protokol Carrier Sense Multiple Access / Collision
Avoidance, yang juga dikenal sebagi CSMA/CA. Pembagian paket-paket menjadi
bagian yang lebih pendek menambah batasan protocol dan mengurangi effisiensi
protocol (menurunkan keluaran jaringan) ketika tidak ada error yang diamati, tetapi
mengurangi waktu yang terbuang pada pengiriman kembali jika error terjadi. Seleksi
rata-rata yang dapat berubah (Adaptive Rate Selection / ARS) dan
19 8
pengangkatan rata-rata secara dinamis (Dynamic Rate Shifting / DRS) kedua-duanya
adalah syarat yang digunakan untuk menggambarkan metode dari pengaturan kecepatan
secara dinamis pada client-client wireless LAN.
8.13 SOAL
1. Sebutkan tiga kategori dari susunan yang dihasilkan antara batas – batas dari
format frame secara keseluruhan berikut dengan contohnya ?
2. Apa protokol yang digunakan untuk menangani tabrakan antar paket dalam
komunikasi Wireless ?
3. Apa pengertian Distributed Coordination Function ?
4. Jelaskan secara singkat mengenai proses Point Coordination Function ?
5. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tiga tipe dari Interframe Spacing ?
19 9
Bab 9. Troubleshooting Instalasi
Seperti jaringan tradisional wired yang mempunyai tantangan selama
implementasi, Wireless LAN juga mempunyai gambaran mereka sendiri tentang
tantangan, sebagian besar berhadapan dengan perilaku dari sinyal RF. Di bab ini, kita
akan mendiskusikan rintangan yang semakin umum ke implementasi yang sukses dari
suatu Wireless LAN, dan bagaimana cara troubleshoot nya. Ada metoda yang berbeda
dari menemukan ketika tantangan ada, ini dan masing-masing dari tantangan yang
dibahas mempunyai perbaikan nya dan workarounds.
Tantangan untuk menerapkan semua Wireless LAN yang dibahas di sini dianggap
sebagai oleh banyak orang sebagai permasalahan yang dapat terjadi di dalam manapun
instalasi Wireless LAN, dan, oleh karena itu, dapat dihindarkan oleh perencanaan
saksama dan hanya sedang sadar bahwa permasalahan ini dapat dan akan terjadi.
9.1 Multipath
Jika anda akan mengingat dari Bab 2, RF Fundamentals, ada dua jenis garis arah
( LOS). Pertama,, ada LOS visuil, yang mana mata manusia lihat. Los visuil adalah test
pertama dan paling dasar. jika kita dapat melihat penerima RF dari titik instalasi dari
pemancar RF, kemudian anda mempunyai garis arah visuil. Ke dua, dan berbeda dari
LOS yang visuil, garis arah RF. RF LOS adalah apa yang alat RF mu dapat ” lihat”.
Multipath digambarkan sebagai komposisi dari suatu salinan sinyal yang utama
yang lebih atau medan disebabkan oleh pemantulan dari object penerima dan pemancar.
Penundaan pada saat tertentu bahwa sinyal yang utama tiba bahwa sinyal terakhir
dicerminkan yang datang dikenal sebagai penundaan secara menyebar.
Gambar 9.1 Multipath
20 0
9.1.1 Effects of Multipath
Multipath dapat menyebabkan beberapa kondisi-kondisi yang berbeda,
semua dari yang dapat mempengaruhi transmisi dari sinyal RF dengan cara yang
berbeda. Kondisi-Kondisi meliputi:
• Sinyal Amplitude yang dikurangi (downfade)
• Korupsi
• Nulling Sinyal
• Amplitude yang ditingkatkan ( upfade)
9.1.1.1 Sinyal Amplitude
Ketika suatu gelombang RF tiba di penerima, banyak gelombang pantul
yang tiba dalam waktu yang sama dari arah yang berbeda. Kombinasi dari
amplitudo gelombang ini adalah adiptip RF terhadap gelombang yang utama.
Gelombang yang dicerminkan, jika tak satu fase dengan gelombang utama,
dapat menyebabkan amplitudo sinyal akan dikurangi di penerima, seperti
digambarkan di Gambar 9.2. Kejadian ini adalah biasanya dikenal sebagai
downfade dan harus dipertimbangkan dengan seksama ketika pelaksanaan
suatu survei penglihatan dan antenna pemilihan yang sesuai.
Gambar 9.2 Downfade
20 1
9.1.1.2 Korupsi
Sinyal yang hilang dalam kaitannya dengan multipath dapat terjadi
sebagai hasil yang sama dari gejala yang menyebabkan amplitudo yang
berkurang, tetapi untuk tingkat yang lebih besar. Kapan gelombang pantul tiba
dengan tidak satu fase penerima dengan gelombang yang utama, seperti
digambarkan di Gambar 9.3, mereka dapat menyebabkan gelombang tersbut
berkurang di amplitudo nya. Pengurangan amplitudo sedemikian hingga
penerima cukup sensitif untuk mendeteksi banyaknya informasi dari
gelombang yang diteruskan, tetapi tidak semua.
Gambar 9.3 RF Signal Corruption
Dalam . beberapa kasus, sinyal untuk menyiarkan perbandingan (SNR)
secara umum sangatlah rendah, di mana sinyal itu sendiri sangat dekat.
Penerima tidak mampu dengan jelas menerjemahkan sinyal informasi,
menyebabkan data yang diterima tersebut hanya ada yang hilang. Korupsi dari
data ini akan menugaskan pemancar untuk mengirimkan kembali data,
meningkatkan i dan mengurangi throughput di wireless LAN.
9.1.1.3 Nulling
Kondisi yang dikenal sebagai kondisi Nulling batal terjadi ketika satu
atau lebih gelombang pantul tiba di penerima out-of phase dengan gelombang
20 2
yang utama dengan amplitudonya. Seperti digambarkan di Gambar 9.4, kapan
gelombang pantul menuju out-of phase dengan gelombang yang utama di
penerima, kondisi dapat membatalkan atau “null” keseluruhan dalam sinyal
RF, mencakup gelombang yang utama.
Gambar 9.4 RF Signal Nulling
Ketika Nulling terjadi, melakukan transimisi ulang tidak akan
menyelesaikan masalah. Transmitter, Receiver, dan obyek harus dipindahkan.
Terkadang satu atau lebih diantaranya harus di relokasi untuk menghindari
efek dari Nulling.
9.1.1.4 Sinyal Amplitude yang ditingkatkan.
Kondisi –kondisi mulitpath dapat juga menyebabkan amplitudo sinyal
dapat bertambah meskipun tidak adanya gelombang pantul. Upfade adalah
istilah yang digunakan untuk menjelaskan. ketika multipath menyebabkan
sinyal RF menjadi semakin kuat. Upfade, sebagai digambarkan di Gambar
9.5. terjadi pada sinyal yang dipantulkan yang datang di penerima dengan
sinyal utama. Sama halnya dengan sinyal yang berkurang / turun, semua
gelombang ini aditip pada sinyal utama. Selain itu multipath tidak
menyebabkan sinyal yang menjangkau penerima lebih kuat daripada yang
20 3
dipancarkan sinyal ketika sinyal meninggalkan alat pemancar. Jika multipath
terjadi demikian maka dapat membuat aditip pada sinyal utama, total sinyal
yang menjangkau penerima akan menjadi lebih kuat dari sinyal yang terjadi
tanpa adanya multipath.
Gambar 9.5 Upfade
penting memahami bahwa sinyal RF yang diterima dapat tidak lebih
besar daripada sinyal yang ditransmisikan pada free space (istilah ini sering
disebut sebagai path loss). Parh loss merupakan akibat dari hilangnya
amplitudo pada sinyal pada saat ditransmisikan pada ruang terbuka.
Path loss disebabkan oleh dua faktor, yang pertama yaitu jarak antara
pemancar dan penerima, dan yang kedua adalah ukuran dari celah yang
diperoleh.
9.1.2 Troubleshooting Multipath
Suatu tahap di atau gelombang RF tak sefase tidak bisa dilihat, sehingga kita
harus melihat efek dari multipath untuk tujuan mendeteksi kejadian nya. Ketika
melakukan suatu kalkulasi anggaran mata rantai, untuk tujuan menemukan betapa
banyak keluaran tenaga anda akan harus mempunyai suatu mata rantai yang
sukses antara lokasi, anda mungkin mengkalkulasi suatu tingkatan daya keluaran
yang perlu bekerja, tetapi tidak. Kejadian seperti itu adalah satu arah untuk
menentukan multipath itu sedang terjadi.
Metoda lain yang umum dari menemukan multipath adalah untuk men/cari
lubang pemenuhan RF dalam suatu survei lokasi (dibahas di Bab 11). Lubang ini
20 4
diciptakan baik melalui ketiadaan pemenuhan dan oleh multipath pemantulan yang
batalkan sinyal yang utama. Pemahaman sumber dari multipath adalah rumit untuk
menghapuskan barang kepunyaan nya. Multipath adalah disebabkan oleh
dicerminkan ombak RF, sehingga rintangan yang dengan mudah cerminkan
ombak RF, seperti metal buta,, badan tentang air, dan atap metal, harus
dipindahkan dari atau dihindarkan di alur sinyal jika mungkin.. Prosedur ini boleh
meliputi bergerakkan pemancaran, dan antenna penerima. Multipath paling umum
adalah masalah wireless LAN. Pengurus dan installers berhadapan dengan
multipath sehari-hari.
Bahkan para pemakai wireless LAN sebab mereka sering mengalami
permasalahan dengan multipath. Para pemakai boleh menjelajahi ke dalam suatu
area dengan multipath yang tinggi, tidak mengetahui mengapa sinyal RF mereka
telah turun.
Solusi untuk Multipath Antenna dipikirkan untuk tujuan penyeimbangan
multipath. Dengan menggunakan berbagai antenna, masukan, dan penerima untuk
tujuan mengganti kerugian untuk kondisi-kondisi yang menyebabkan multipath.
Ada empat jenis, yang mana salah satunya sebagian besar digunakan di wireless
Lan. Seperti diuraikan dibawah :
• Diversity antenna – tidak aktif.
o Antenna Multiple dengan single input.
o Jarang digunakan.
• Menswitch Diversity.
o Antenna Multiple di berbagai penerima.
o Penerima Switches berdasakanr pada kekuatan sinyal.
• Switching Diversity antenna – aktip..
o Used oleh kebanyakan pabrikan WLAN.
o Antenna Multiple di berbagai input penerima yang tunggal.
o Sinyal diterima sampai hanya satu antenna pada waktu yang sama.
• Diversity tahap.
o Paten dari teknologi.
o Tahap adjust dari sinyal untuk tujuan memelihara mutu sinyal.
• Diversity transmisi.
o Used oleh kebanyakan pabrikan WLAN.
20 5
o Transmits ke luar dari antenna digunakan untuk resepsi.
o Dapat mengubah antenna untuk transmisi secara beranting.
o Unit A dapat memancarkan atau menerima, tetapi bukan kedua-duanya
secara bersamaan.
Gambar 9.6 Antenna Diversity
Keaneka ragaman antenna terdiri dari yang berikut karakteristik yang
bekerja sama untuk mengganti kerugian untuk barang kepunyaan dari multipath:
1) Keaneka ragaman antenna gunakan berbagai antenna di berbagai masukan
untuk membawa suatu sinyal ke penerima yang tunggal.
2) Sinyal RF yang datang diterima sampai satu antenna pada waktu yang
sama. Menerima radio adalah secara konstan sampling sinyal yang
berikutnya dari antenna kedua-duanya untuk menentukan sinyal yang
menjadi suatu mutu yang lebih tinggi. Menerima radio kemudian pilih
untuk menerima sinyal mutu yang lebih tinggi.
3) Radio memancarkan sinyal yang berikutnya nya ke luar dari antenna yang
adalah terakhir digunakan untuk menerima suatu sinyal yang datang sebab
diterima sinyal adalah suatu sinyal mutu yang lebih tinggi dibanding dari
antenna yang lain. Jika radio memancarkan kembali suatu sinyal, akan
mengubah antenna sampai suatu transmisi yang sukses dibuat.
4) Akhirnya, masing-masing antenna dapat digunakan untuk memancarkan
atau menerima, tetapi bukan kedua-duanya pada waktu yang sama. Hanya
satu antenna mungkin digunakan pada waktu yang sama, dan antenna itu
20 6
boleh hanya memancarkan atau menerima, tetapi bukan kedua-duanya, di
setiap sekejap/saat tertentu.
Kebanyakan access point di wireless Lan masa kini dibangun dengan
antenna yang rangkap untuk persisnya tujuan ini: untuk mengganti kerugian untuk
menurunkan multipath terhadap mutu sinyal dan throughput.
9.2 Node Tersembunyi
Berbagai protokol akses yang buka peluang alat komputasi networked untuk
berbagi suatu medium, seperti Ethernet, sungguh baik dikembangkan dan dipahami.
Bagaimanapun sifat alami medium yang wireless membuat metoda tradisional dari
berbagi suatu koneksi yang umum yang lebih sulit..
Pendeteksian benturan telah menyebabkan permasalahan banyak orang di
networking yang wired, dan bahkan lebih-lebih untuk jaringan yang wireless. Benturan
terjadi ketika dua atau lebih berbagi suatu medium komunikasi memancarkan data
secara serempak. Sinyal keduanya merusak satu sama lain dan hasilnya adalah suatu
kelompok fragmen paket yang yang tak terbaca. Benturan telah selalu suatu masalah
untuk jaringan komputer, dan protokol paling sederhana sering tidak mengalahkan
masalah ini. Protokol yang lebih rumit seperti CSMA/CA dan CSMA/CD memeriksa
saluran sebelum memancarkan data. CSMA/CD adalah Ethernet protokol yang
digunakan dan melibatkan pemeriksaan voltase di kawat sebelum pemancaran.
Bagaimanapun, proses adalah dengan sangat lebih sulit untuk sistem yang wireless
karena benturan adalah tidak bisa mendeteksi. Suatu kondisi yang dikenal sebagai
masalah Node yang tersembunyi telah dikenali di sistem yang wireless dan adalah
disebabkan oleh permasalahan di pendeteksian transmisi.
Node tersembunyi adalah suatu situasi yang ditemui dengan Wireless LAN di
mana sedikitnya satu node mampu mendeteksi satu atau lebih Node yang lain yang
dihubungkan Wireless LAN. Di situasi ini, suatu Node dapat lihat access point, tetapi
tidak bisa lihat bahwa ada klien lain juga menghubungkan untuk yang sama access point
dalam kaitan dengan rintangan beberapa atau sejumlah besar jarak antara gambar
telanjang. Situasi ini menyebabkan masalah di akses medium yang berbagi,
menyebabkan benturan antara transmisi node. Benturan ini dapat mengakibatkan
20 7
dengan mantap penurunkan throughput di Wireless LAN, seperti digambarkan di
Gambar 9.7.
Gambar 9.7 Hidden Node
Gambar 9.7 menggambarkan suatu dinding dengan suatu access point yang
duduk dalam puncak. Di sisi masing-masing dari dinding adalah suatu setasiun wireless.
Setasiun wireless ini tidak bisa dengar transmisi satu sama lain, tetapi keduanya
mendengar transmisi dari access point itu. Jika A setasiun sedang memancarkan suatu
bingka access point, dan setasiun B tidak bisa dengar transmisi, setasiun ini B berasumsi
bahwa medium harus jelas dan dapat mulai suatu transmisi tentang mengakui nya
access point. Access point akan, dalam posisi ini, jadilah menerima transmisi yang
sudah dimulai pada dua poin-poin dan di sana akan merupakan suatu benturan.
Benturan akan transmisi kembali oleh keduanya A setasiun & B, dan lagi, karena
mereka tidak bisa dengar satu sama lain, mereka akan memancarkan sesuka hati
berpikir medium harus jelas. Akan ada mungkin jadilah benturan yang lain. Masalah ini
diperburuk dengan Node banyak orang yang aktip di Wireless LAN yang tidak bisa
dengar satu sama lain.
9.2.1 Trubleshooting Hidden Node
Gejala yang utama dari suatu Node yang tersembunyi diturunkan pangkat
throughput di atas Wireless LAN. Banyak kali anda akan menemukan bahwa anda
mempunyai suatu menyembunyikan Node dengan tatap muka keluhan dari para
20 8
pemakai yang dihubungkan kepada Wireless LAN untuk mendeteksi suatu
melempem yang tidak biasa dari jaringan itu. Throughput mungkin dikurangi
sampai 40% karena suatu masalah node tersembunyi. Karena Wireless LAN
gunakan protokol CSMA/CA, mereka telah mempunyai suatu mendekati ongkos
exploitasi dari 50%, tetapi, selama suatu masalah node yang tersembunyi, itu
adalah mungkin untuk menghilangkan hampir separuh dari throughput pada
sistem.
Sebab sifat alami suatu Wireless LAN meningkatkan mobilitas, anda boleh
menghadapi suatu node yang tersembunyi pada setiap waktu, di samping suatu
sempurna perancangan Wireless LAN mu. Jika seorang pemakai memindahkan
komputer nya ke suatu konferensi ruang, kantor yang lain, atau ke dalam suatu
data tinggal, penempatan yang baru dari node itu dapat berpotensi tersembunyi
dari sisa node yang dihubungkan ke Wireless LAN.
Untuk secara proaktif troubleshoot suatu node tersembunyi, anda harus
menguji untuk throughput diturunkan pangkat dan juga temukan banyak tempat
yang potensial untuk suatu node yang tersembunyi sampai mungkin.
9.2.2 Solusi untuk Hidden Node
Once anda sudah melakukan troubleshooting dan menemukan bahwa ada
suatu menyembunyikan masalah node, masalah node(s) harus ditempatkan;
terletak. Temuan node(s) akan meliputi suatu manual mencari-cari node yang
boleh jadi tidak terjangkau dari seikat yang utama tentang node. Proses ini adalah
pada umumnya mencoba-coba paling baik. Sekali ketika node ini ditempatkan;
terletak, ada beberapa perbaikan dan workarounds untuk masalah.
• Gunakan RTS/CTS.
• Meningkatkan power ke node.
• Mencabut rintangan.
• Pindah node
9.2.2.1 Gunakan RTS/CTS.
Protokol RTS/CTS tidaklah perlu suatu solusi untuk masalah node
tersembunyi. Sebagai gantinya, ini merupakan suatu metoda dari mengurangi
20 9
dampak hal negatif yang node yang tersembunyi berakibat pada jaringan. node
yang tersembunyi menyebabkan benturan yang berlebihan, yang mempunyai
suatu dampak sungguh merugikan di jaringan throughput. Rts/Cts (request-tosend/
clear-to-send) protokol melibatkan pengiriman paket kecil (RTS) kepada
penerima yang diharapkan untuk membisikkan nya untuk mengembalikan
suatu paket (CTS) pembukaan hutan medium untuk transmisi data sebelum
mengirimkan muatan penghasil untung data. Proses ini menginformasikan
manapun setasiun yang dekat yang data akan dikirim, selama menunda
transmisinya (dan dengan demikian menghindarkan benturan). Kedua-Duanya
RTS dan CTS berisi panjang transmisi data yang segera terjadi sedemikian
sehingga setasiun mendengar-dengar salah satu bingkai CTS atau RTS
mengetahui berapa lama transmisi akan mengambil dan ketika mereka dapat
start untuk memancarkan lagi.
Ada tiga pengaturan untuk RTS/CTS di kebanyakan klien dan poin-poin
akses: Terpasang, Off, dan On dengan Threshold. Pengurus jaringan harus
dengan tangan mengatur RTS/CTS yang menentukan. Pengaturan Off adalah
kelalaian untuk tujuan mengurangi ongkos exploitasi jaringan tak perlu
disebabkan oleh protokol RTS/CTS. Menunjuk secara langsung ukuran paket
yang akan mencetuskan
Penggunaan dari protokol RTS/CTS. Sejak node yang tersembunyi
menyebabkan benturan, dan benturan sebagian besar mempengaruhi paket
yang lebih besar, anda mungkin mampu diperdaya tersembunyi masalah node
dengan menggunakan ambang pintu ukuran paket menentukan untuk
RTS/CTS. Apa yang ini menentukan sangat utama mengerjakan adalah access
point memancarkan semua paket yang adalah lebih besar di ukuran dibanding
“x” menggunakan RTS/CTS dan untuk memancarkan semua paket yang lain
tanpa RTS CTS. Jika node tersembunyi hanya mempunyai; nikmati suatu
dampak throughput pada jaringan, kemudian mengaktipkan RTS CTS
mungkin dapat menimbulkan efek yang merugikan pada throughput nya.
Usaha dengan menggunakan RTS/CTS di “On” sebagai test untuk
melihat jika throughput terpengaruh. Jika RTS/CTS meningkatkan throughput,
kemudian anda hampir bisa dipastikan menetapkan menyembunyikan masalah
node. Anda akan menghadapi ongkos tambahan ketika menggunakan
21 0
RTS/CTS, tetapi throughput keseluruhan akan meningkat ketika masalah node
yang tersembunyi terjadi.
9.2.2.2 MeningkatKan Power ke Nodes
Meningkatkan power (yang diukur milliwatts) dari node dapat
memecahkan masalah node tersembunyi dengan mengijinkan sel disekitar
masing-masing node untuk meningkatkan ukuran, mencakup semua node yang
lain. Maka node yang tersembunyi adalah tidak lagi tersembunyi. Sebab
Wireless LAN gunakan protokol CSMA/CA, node akan menunggu giliran
mereka sebelum memberitahukan access pointnya.
9.2.2.3 Mencabut Obstacles
Meningkatkan power di node yang bergerak tidak akan bekerja, sebagai
contoh, satu node yang tersembunyi terdapat dinding yang dapat mencegah
komunikasi dengan node yang lain. Sangatlah sulit untuk menghilangakn
obstacle, akan tetapi menghilangkan obstacle merupakan salah satu metode
unutk mengatasi node yang tersembunyi. Metode ini dipakai berdasakan pada
survei lokasi.
9.2.2.4 Memindahkan Node
Metoda yang lain dari memecahkan masalah node yang tersembunyi
yaitu dengan memindahkan node. Jika anda telah menemukan masalah node
yang tersembunyi merupakan akibat dari user yang berpindah, anda mungkin
akan memaksa user tersebut untuk berpindah lagi. Alternatif yang lain yaitu
dengan menggunakan access point tambahan.
9.3 Near/Far
Masalah Near/Far pada implementasi Wireless LAN diakibatkan oleh skenario di
mana ada berbagai (a) node klien yang dekat pada access point dan (b) mempunyai
power yang tinggi; dan kemudian sedikitnya satu klien yang (a) banyak lebih jauh dari
21 1
access point dibanding node klien yang tersebut diatas, dan (b) menggunakan sangat
sedikit pancaran power dibanding node klien yang lain. Hasil dari situasi jenis ini adalah
bahwa klien yang mana lebih jauh dari access point dan menggunakan lebih sedikit
power, seperti digambarkan di Gambar 9.8.
Gambar 9.8 Near/Far
9.3.1 Troubleshooting Near/Far.
Troubleshooting masalah near/far adalah umumnya sederhana seperti pada
disain jaringan, penempatan dari stasiun di jaringan yang wireless, dan daya
keluaran transmisi dari tiap node. Langkah-langkah ini akan memberi
administrator kunci rahasia seperti apa mungkin berlangsung dengan stasiun yang
mempunyai permasalahan koneksi. Karena near/far mencegah suatu node dari
yang berkomunikasi, administrator perlu memeriksa jika stasiun mempunyai
pengarah dengan baik untuk wireless card dan telah dihubungkan dengan access
point.
Yang berikutnya adalah penggunaan dari wireless sniffer. Wireless sniffer
akan mengambil transmisi dari semua stasiun yang mendengar. Satu metoda yang
sederhana dari menemukan node sinyal siapa yang tidak sedang terdengar oleh
access point adalah untuk jaringan yang mencari stasiun dengan sinyal yang dalam
hubungan dengan node dan access point dekat access point. Menggunakan metoda
ini, harusnya tidak terlalu memakan waktu untuk menempatkan node seperti itu,
tergantung pada ukuran dari jaringan dan kompleksitas yang dibangun dan
21 2
membandingkan kekuatan sinyalnya untuk dari itu node yang dekat access point
dapat memecahkan masalah near/far secara wajar dengan cepat.
9.3.2 Solusi Untuk Near/Far
Walaupun masalah near/far dapat melemahkan sinyal RF, near/far adalah
suatu masalah secara relatif mudah untuk berbagai situasi. Dengan memahami
bahwa protokol CSMA/CA dapat memecahkan sebagian besar masalah near/far
dengan tidak ada intervensi . Jika suatu node dapat mendengar node yang lain
yang memancarkan, maka akan menghentikan transmisi itu sendiri. Di bawah
adalah daftar perbaikan yang mudah diterapkan.
• Peningkatan pergerakan dari satu node ke node yang remote (node yang
lain)
• Pengurangan daya dari node lokal
• Gerakkan node yang remote yang semakin dekat ke access point
9.4 Throughput Sistem
Throughput di suatu Wireless LAN didasarkan banyak faktor. Sebagai contoh,
jumlah dan jenis gangguan berdampak pada jumlah data yang dapat dengan sukses
dipancarkan. Solusi keamanan diterapkan, seperti Wired Equivalent Privacy (WEP- di
Bab 10, Wireless LAN Security.
Jarak yang lebih besar antara penerima dan pemancar akan menyebabkan
throughput berkurang sebab peningkatan jumlah kesalahan akan menciptakan
kebutuhan transmisi itu kembali. Sistem spread spectrum modern diatur untuk membuat
lompatan secara terpisah untuk ditetapkan (I, 2, 5.5, dan 11 Mbps).
Pembatasan perangkat keras akan juga mendikte tingkat tarip data. Jika suatu alat
IEEE 802.11 sedang memberitahukan suatu alat IEEE 802.11b, tingkat tarip data ia
dapat tidak lebih daripada 2 Mbps, di samping kemampuan 802.11b alat untuk
komunikasi kan pada 11 Mbps. Dengan selalu berhubungan, throughput yang nyata
akan jadilah lebih sedikit 50%, atau 1 Mbps.
Jenis teknologi spread spectrum, DSSS atau FHSS, akan membedakan di
throughput untuk dua pertimbangan yang spesifik. Pertama adalah data rate.. FHSS
memenuhi salah satu standard OpenAir dan dapat memancarkan pada 800 kbps atau 1.6
21 3
Mbps, atau standard IEEE 802.11, yang mengijinkan untuk memancarkan pada 1 Mbps
atau 2 Mbps. Sekarang ini, sistem DSSS mematuhi salah satu standard IEEE 802.11
atau standard 802.11b, mendukung data rate dari 1, 2, 5 5, & 11 Mbps.
Faktor lain yang membatasi throughput dari Wireless LAN meliputi protokol pada
lapisan Data Link), dan paket ukuran. Paket yang lebih besar akan mengakibatkan
throughput yang lebih.
9.4.1 Co-Location Throughput (Teori Vs Kenyataan)
Co-Location adalah teknik pada wireless LAN yang digunakan untuk
menyediakan lebih banyak bidang dan throughput ke pemakai, dikombinasikan
dengan peraturan FCC. 3 saluran ini dapat digunakan untuk co-locate berbagai
access point dengan menggunakan 802.11b , seperti dapat dilihat di Gambar 9.9.
Gambar 9.9 Co-location throughput
Ketika co-locating sangat direkomendasikan bahwa anda:
Gunakan teknologi spread spectrum yang sama untuk semua access
point.
Gunakan vendor yang sama untuk semua access point.
21 4
9.4.2 Kenyataan: Apa yang Terjadi
Gambar 9.10 DSSS Over Lap
Jika kita melakukan co-locate dengan tiga access point, lebih baik kita
menerapkan co-location menggunakan hardware dengan merek yang sama untuk
ketiga accses point. Hal ini telah ditengarai bahwa pada banyak lab yang
menggunakan peralatan dari vendor yang berbeda memiliki efek negatif pada
throughput dari salah satu atau lebih access point. Efek negative ini bisa saja
dikarenakan perbedaan power output dan kedekatan antar accses point, tetapi juga
bisa disebabkan oleh banyak faktor lainnya.
9.4.3 Solusi Untuk Permasalahan Throughput Co-location
9.4.3.1 Gunakan Dua Access Point
Salah satu pilihan, yang merupakan cara termudah adalah menggunakan
channel 1 dan 11 dengan dua access point, seperti yang digambarkan pada
gambar 9.11. Menggunakan hanya dua channel akan memastikan bahwa kita
tidak mendapatkan overlap antara channel-channel yang dikarenakan
kedekatan antara kedua sitem ini, lagipula tidak ada efek yang merugikan pada
throughput masing-masing access point.
21 5
Gambar 9.11. Menggunakan dua access point
Sebagai perbandingan dua access point berjalan pada kapasitas
maksimum yaitu 5,5 Mbps (dari kemampuan terbaik yang bisa diharapkan dari
semua access point), memberikan total kapasitas hingga 11 Mbps dari jumlah
throughput keduanya, sementara tiga access point menjalankan kapasitas
mendekati 4 Mbps tiap access point (berkurang karena overlap channel
sesungguhnya) sehingga menghasilkan total throughput hanya 12 Mbps.
Untuk beberapa tujuan, bandwith ekstra sebesar 1 Mbps mungkin masih
berguna, tetapi didalam sebuah lingkungan kecil, hal ini mungkin tidak praktis.
Jangan lupa bahwa skenario ini hanya digunakan untuk access point yang
ditempatkan pada ruang fisik yang sama untuk melayani basis klien yang
sama, tetapi menggunakan channel yang berbeda. Konfigurasi ini tidak dapat
diaplikasikan untuk pemakaian kembali channel, dimana channel yang berbeda
secara bergantian menyebar pada suatu area untuk menghindari gangguan
antar channel.
9.4.3.2 Gunakan peralatan 802.11a
Pilihan kedua, kita bisa menggunakan peralatan 802.11a yang beroperasi
dengan frekuensi UNII 5 Ghz. Frekuensi UNII 5 GHz yang lebih luas daripada
frekuensi ISM 2,4 GHz, memiliki tiga band yang dapat digunakan, dan tiap
band memungkinkan untuk empat channel non-overlapping. Dengan
menggunakan perpaduan peralatan 802.11b dan 802.11a, maka makin banyak
21 6
sistem yang bisa ditempatkan (co-located) dalam ruang yang sama tanpa takut
adanya gangguan antar sistem. Dengan dua(atau tiga) sistem 802.11b yang
ditempatkan pada tempat yang sama dan sampai 8 sistem 802.11a yang dapat
ditempatkan pada tempat yang sama, maka berpotensi menghasilkan
throughput yang sangat besar dalam ruang fisik yang sama. Alasan mengapa
hanya digunakan 8 dari 12 access point yang memungkinkan dari 802.11a,
adalah bahwa hanya band lower dan middle (dengan masing-masing 4
channel) yang dapat digunakan untuk indoor. Yang mana indoor adalah tempat
bagi kebanyakan access point, yang secara normal hanya memungkinkan
hingga 8 akses point apabila menggunakan peralatan 802.11a.
9.4.3.3 Keterangan mengenai peralatan 802.11a
Peralatan 802.11a sekarang hanya tersedia pada beberapa vendor saja,
dan ia lebih mahal daripada peralatan yang menggunakan frekuensi 2,4 Ghz.
Meskipun begitu frekuensi 5 GHz memiliki keuntungan pada lebih banyaknya
channel yang tidak overlap daripada frekuensi 2,4 GHz (8 vs 3),
memungkinkan kita untuk menerapkan penempatan akses point pada tempat
yng sama lebih banyak
Yang harus diingat adalah meskipun frekuensi 2,4 GHz memungkinkan
peralatan yang lebih murah, tetapi frekuensi ini lebih ramai, yang berarti kita
akan dihadapkan pada masalah gangguan dari jaringan wireless terdekat
lainnya. Ingat alat 802.11a dan alat 802.11b tidak kompatibel. Peralatan ini
tidak melihat, mendengar atau berkomunikasi antara satu dengan lainnya
dikarenakan penggunaan frekuensi yang berbeda dan perbedaan teknik
modulasi.
9.4.3.4 Kesimpulan Solusi
Kenapa channel non-overlapping bisa sampai overlap? Banyak jawaban
untuk pertanyaan ini; meskipun begitu, tampaknya penyebab yang paling besar
adalah akses point ditempatkan terlalu dekat dengan akses point lainnya.
Dengan memisahkan akses point pada jarak yang lebih jauh, overlap antar
non-overlaping channel bisa dikurangi. Melihat konfigurasi ini pada sebuah
21 7
spectrum analyzer, kita bisa melihat bahwa untuk seperempat penempatan
channel lebih dekat, memerlukan pemisahan channel lebih dari 3 MHz;
meskipun kita agar sebagai administrator bisa melakukan hal itu, kita harus
melakukan suatu tindakan.
Kita bisa memisahkan secara fisik dengan penempatan yang lebih jauh
atau kita menggunakan channel yang berselisih lebih besar dari 3 MHz. Selain
itu tampaknya penggunaan peralatan dari vendor yang berbeda juga
menimbulkan perubahan. Mengguanakn peralatan dari vendor yang sama
ternyata mengurangi overlapping daripada menggunakan peralatan dari vendor
yang berbeda-beda. Fenomena ini disebabkan karena ketidak akuratan dalam
radio, atau hanya karena penerapan hardware masing-masing vendor tidak
diketahui.
9.5 Tipe-tipe Gangguan
Dikarenakan perilaku yang tidak dapat diprediksi pada teknologi RF, Kita harus
mengetahui macam-macam gangguan RF yang mungkin mengganggu pada saat
implementasi dan pengelolaan sebuah jaringan wireless. Narrowband, all-band,
berkurangnya sinyal RF, dan penempatan maupun gangguan antar channel merupakan
sumber masalah yang umum terjadi pada saat penerapan sebuah jaringan wireless. Pada
bagian ini, kita akan membicarakan tipe-tipe gangguan ini, bagaimana akibatnya
terhadap jaringan wireless, bagaimana mendeteksinya, dan pada beberapa kasus
bagaimana cara mengatasinya.
9.5.1 Narrowband
Narrowband RF pada dasarnya merupakan kebalikan dari teknologi spread
spectrum. Sinyal Narrowband, bergantung pada power output, lebar frekuensi
dalam spectrum, dan konsistensi, bisa mengganggu atau bahkan merusak sinyal
RF yang dikeluarkan dari sebuah peralatan berteknologi spread spectrum sebagai
contoh akses point. Meskipun begitu, sesuai namanya, sinyal narrowband tidak
mengganggu sinyal RF pada keseluruhan band. Sehingga apabila sinyal
narrowband menggangu sinyal pada channel 3, maka kita sebagai contoh gunakan
channel 11, dimana kita tidak mengalami gangguan sama sekali. Sepertinya hanya
21 8
sebagian kecil saja pada channel yang diberikan yang mungkin terganggu oleh
sinyal narrowband. Biasanya, hanya satu frekuensi pembawa(penambahan 1MHz
dari sebuah channel 22MHz 802.11b) yang akan terganggu karena gangguan
narrowband. Dihadapkan gangguan seperti ini, teknologi spread spectrum akan
dapat mengatasi permasalahan ini tanpa tambahan administrasi atau konfigurasi.
Gambar 9.12. Spectrum Analyzer
Untuk mengidentifikasi gangguan narrowband, kita membutuhkan sebuah
spectrum analyzer, sperti yang ditunjukkan gambar 9.12. Spectrum analyzer
digunakan untuk mendeteksi dan mengukur sinyal narrowband RF. Bahkan alat ini
bisa dibawa dengan mudah, spectrum analyzer digital dapat diperoleh dengan
biaya mendekati $4000. Harga ini mungkin terlalu mahal untuk mendeteksi
sumber gangguan narrowband, tetapi apabila sumber itu sungguh mengganggu
jaringan mu, harga tersebut mungkin layak.
Sebagai alternatif, beberapa vendor jaringan wireless telah menerapkan
sebuah software spectrum analyzer pada software driver nya. Software ini
menggunakan kartu PCMCIA FHSS untuk memindai bagian yang bisa digunakan
dari 2,4 GHz band ISM untuk sinyal RF. Software ini menampilkan secara grafik
semua sinyal RF antara 2,400GHz dan 2,4835GHz, yang memberikan cara untuk
seorang administrator ”melihat ” RF pada area tersebut, satu contoh tampilan
visual yang disediakan spectrum analyzer ini tergambar pada gambar 9.13.
21 9
Gambar 9.13. Tampilan Visual Spectrum Analyzer
Dalam rangka untuk mengatasi gangguan narrowband RF, pertama anda
harus menemukan dimana gangguan itu berasal dengan menggunakan spectrum
analyzer. Semakin anda berjalan mendekati sumber sinyal RF, maka sinyal RF
pada display spectrum analyzer akan tampak membesar pada amplitudonya
(ukuran). Ketika sinyal RF pada layar mencapai puncak, maka kita telah
mendeteksi sumbernya. Pada tahap ini anda bisa meningkirkan sumber,
menutupnya, atau gunakan pengetahuan anda sebagai administrator jaringan
wireless untuk mengkonfigurasi jaringan wireless anda agar dapat mengatasi
secara efisien gangguan narrowband. Tentu saja terdapat beberapa pilihan untuk
kategori penyelesaian terakhir, seperti mengganti channel, mengganti teknologi
spread spectrum (DSSS menjadi FHSS atau 802.11b menjadi 802.11a), dan solusi
lainnya yang akan kita bicarakan pada bagian selanjutnya.
9.5.2 Gangguan All-band
Gangguan All-band adalah semua sinyal yang mengganggu band RF dari
akhir spectrum hingga bagian lainnya. Gangguan all-band tidak berarti hanya
mengganggu keseluruhan band ISM 2,4 GHz, tetapi lebih merupakan istilah yang
digunakan pada semua kasus dimana gangguan mencakup keseluruhan range yang
akan kau gunakan, tanpa memperhatikan frekuensi. Teknologi seperti Bluetooth (
yang berlompatan pada keseluruhan 2,4 GHz band ISM lebih dari sekali dalam
22 0
satu detik) bisa saja dan biasanya, secara signifikan mengganggu sinyal RF
802.11. Bluetooth bisa disebut sebagai gangguan all-band untuk jaringan wireless
802.11. Gambar 9.14 menunjukkan contoh gambaran sebuah spectrum analyzer
merekam gangguan all-band.
Gambar 9.14. Spectrum Analyzer merekam gangguan all-band
Sumber gangguan all-band yang mungkin didapatkan dalam rumah maupun
kantor adalah sebuah oven microwave. Oven microwave tipe lama yang memiliki
power yang tinggi bisa membocorkan power sebanyak satu watt kepada spectrum
RF. Satu watt bukan merupakan kebocoran yang banyak untuk sebuah oven
microwave 1000 watt, tetapi mempertimbangkan fakta bahwa satu watt
merupakan power yang cukup besar untuk sebuah akses point biasa, anda bisa
melihat bahwa hal ini menimbulkan akibat yang signifikan.Memang tidak
disebutkan oven microwave akan memancarkan power kepada keseluruhan band
2,4 GHz, tetapi itu mungkin saja, tergantung pada tipe dan kondisi oven
microwave tersebut. Sebuah spectrum analyzer bisa mendeteksi permasalahan
semacam ini.
Ketika gangguan all-band terjadi, solusi terbaik adalah berganti teknologi,
contohnya dari 802.11b (yang menggunakan band ISM 2,4GHz) menjadi 802.11a
(yang menggunakan band UNII 5GHz). Jika mengganti teknologi tidak
memungkinkan karena biaya atau masalah penerapan, solusi terbaik lainnya
22 1
adalah temukan sumber gangguan dan singkirkan, jika memungkinkan.
Menemukan sumber gangguan all-band lebih sulit daripada menemukan sumber
gangguan narrowband karena anda tidak hanya mengawasi satu sinyal pada
spectrum analyzer. Padahal, anda mengawasi suatu jangkauan sinyal, dengan
amplitudo yang bervariasi. Anda sepertinya memerlukan antenna highly
directional untuk mendeteksi sumber gangguan all-band.
9.5.3 Cuaca
Beberapa kondisi cuaca yang merugikan bisa berpengaruh pada performa
jaringan wireless. Biasanya kejadian cuaca umum seperti hujan, hujan es, salju,
atau kabut tidak memiliki akibat merugikan bagi jaringan wireless. Meskipun
begitu, kejadian ekstrim pada angin, kabut, dan mungkin asbut bisa menyebabkan
penurunan atau bahkan downtime pada jaringan wireless anda. Sebuah radome
bisa digunakan untuk melindungi antenna dari unsur tersebut. Jika digunakan,
radome memiliki lubang kering untuk mengeringkan pengembunan. Antenna yagi
tanpa radome akan menjadi rentan terhadap hujan, dimana tetes hujan akan
berkumpul dan akan menurunkan performa. Tetes air sebenarnya akan membuat
tiap element terlihat lebih panjang daripada aslinya. Kumpulan es pada element
yang terbuka bisa menyebabkan efek detuning seperti halnya hujan; meskipun hal
ini akan bertahan lama. Radome juga bisa melindungi sebuah antenna dari benda
jatuh seperti es yang jatuh dari pucuk pohon.
Sinyal 2,4 GHz bisa berkurang sampai 0,05 dB/km (0,08dB/mil)
dikarenakan hujan yang sangat deras (4 inci/jam). Kabut tebal menimbulkan
pengurangan sampai 0,02 dB/km(0,03 dB/mil). Pada 5,8GHz, hujan deras
menghasilkan pengurangan sampai 0,5dB/km (0,8dB/mil). Dan kabut tebal sampai
0,07 dB/km (0,11 dB/mil). Meskipun hujan sendiri tidak menyebabkan masalah
perambatan yang besar, tetapi hujan akan terkumpul diatas daun dari pepohonan
dan menghasilkan pengurangan hingga ia menguap.
9.5.4 Angin
Angin tidak mempengaruhi gelombang radio atau sebuah sinyal RF, tetapi ia
bisa mempengaruhi posisi dan penempatan antenna outdoor. Sebagai contoh,
22 2
misalkan sebuah hubungan wireless point-to-point yang menghubungkan dua
gedung sejauh 12 mil(20km). Apabila dihitung kelengkungan bumi, dan tiap
antenna hanya memiliki beamwidth vertikal dan horisontal sebesar 5 derajat, maka
penempatan tiap antenna haruslah tepat. Sebuah angin yang kuat bisa dengan
mudah menggerakkan satu atau kedua antenna, cukup untuk mengurangi sinyal
antara kedua antenna. Efek ini disebut ”antenna wind loading”, dan digambarkan
pada gambar 9.15.
Gambar 9.15 Antenna Wind Loading
Kejadian cuaca ekstrim yang mirip seperti tornado atau badai harus juga
dipertimbangkan. Jika anda menerapkan sebuah jaringan wireless di lokasi
geografik dimana badai atau tornado sering terjadi, anda harus menyertakan hal itu
dalam perhitungan ketika melakukan seting terhadap semua tipe jaringan wireless
outdoor. Pada kondisi cuaca seperti ini, mengamankan antenna, kabel, adalah
sangat penting.
9.5.5 Stratifikasi
Ketika terdapat kabut yang sangat tebal atau bahkan kabut asap (seperti pada
sebuah lembah), udara di sekitar kabut menjadi diam dan mulai terpisah-pisah
menjadi lapisan-lapisan. Bukan karena kabut itu sendiri yang menyebabkan
difraksi pada sinyal RF, tetapi lapisan-lapisan udara diantara kabut. Ketika sinyal
22 3
RF menembus lapisan ini, ia akan dibelokan seperti bagaimana cahaya dibelokkan
ketika bergerak dari udara ke air.
9.5.6 Petir
Petir bisa mempengaruhi jaringan wireless melalui dua cara. Pertama, petir
bisa menyambar komponen jaringan wireless seperti antenna atau mungkin
menyambar benda terdekat. Petir yang menyambar benda terdekat bisa merusak
komponen jaringan wireless anda jika komponen ini tidak dilindungi oleh
lightning arrestor. Cara kedua sebuah petir bisa mempengaruhi jaringan wireless
adalah dengan mengumpulkan udara dimana gelombang RF berjalan setelah
menyambar sebuah benda diantara pemancar dan penerima. Pengaruh dari petir ini
hampir sama dengan cara Cahaya Utara Aurora Borealis menimbulkan masalah
bagi transmisi RF televisi dan radio.
9.5.7 Gangguan Co-channel yang berdekatan
Memiliki pemahaman yang kuat mengenai penggunaan channel dalam
jaringan wireless adalah sangat penting bagi seorang administrator jaringan
wireless. Sebagai seorang konsultan jaringan wireless, anda pasti menemukan
banyak jaringan yang mempunyai banyak akses point, semuanya dikonfigurasi
untuk channel yang sama. Pada situasi seperti ini, pembicaraan dengan
administrator jaringan yang menginstall akses point tersebut akan mengungkapkan
bahwa ia pikir penting bagi semua akses point dan klien berada pada channel yang
sama, agar jaringan wireless dapat bekerja semestinya. Konfigurasi ini sangat
umum, dan biasanya tidak tepat. Bagian ini akan membangun pengetahuan anda
tentang bagaimana penggunaan channel; menjelaskan bagaimana banyak akses
poin menggunakan channel yang beragam akan menimbulkan akibat merugikan
pada jaringan.
9.5.8 Gangguan Channel yang berdekatan
Channel yang berdekatan adalah channel didalam band RF yang dalam artian
bersebelahan. Sebagai contoh, channel 1 berdekatan dengan channel 2, yang
berdekatan dengan channel 3 dan seterusnya. Channel yang berdekatan ini saling
22 4
tumpang tindih atau overlap dikarenakan tiap channel memiliki lebar 22 MHz
sedangkan jarak antar frekuensi tengah hanya 5 MHz.Gangguan channel yang
berdekatan terjadi ketika dua atau lebih akses point menggunakan channel yang
overlap dan terletak berdekatan hingga sel cakupan secara fisik overlap. Gangguan
channel yang berdekatan bisa menurunkan throughput dalam sebuah jaringan
wireless.
Hal ini khususnya penting untuk memperhatikan gangguan channel yang
berdekatan, ketika penempatan akses point bersama dilakukan untuk mendapatkan
throughput yang lebih tinggi dalam area tersebut.Akses point yang dipasang
bersama pada channel non-overlapping bisa mengalami gangguan channel
berdekatan jika pemisahan diantara channel yang digunakan tidak cukup jauh,
saperti yang ditunjukkan pada gambar 9.16
Gambar 9.16 Gangguan pada Channel
Dalam rangka menemukan permasalahan gangguan channel berdekatan,
sebuah spectrum analyzer akan dibutuhkan. Spectrum analyzer akan menunjukkan
bagaimana channel yang digunakan saling tumpang tindih atau overlap.
Hanya ada dua solusi untuk permasalahan ini. Yang pertama pindahkan
akses point pada channel berdekatan pada jarak yang cukup jauh dari akses point
lainnya sehingga cakupan sel tidak overlap, atau turunkan power pada tiap akses
point agar cakupan sel tidak overlap. Solusi kedua adalah gunakan channel yang
tidak akan overlap. Sebagai contoh , menggunakan channel 1 dan 11 dalam sistem
DSSS akan menyelesaikan permasalahan.
22 5
9.5.9 Gangguan Co-Channel
Untuk menggambarkan gangguan co-channel, anggap ada satu gedung,
dengan jaringan wireless pada tiap lantainya, dan masing-masing jaringan wireless
menggunakan channel 1. Jangkauan sinyal akses point , atau sel, tampaknya akan
overlap pada situasi seperti ini. Karena tiap akses point berada pada channel yang
sama, mereka akan saling mengganggu satu sama lain. Tipe gangguan ini disebut
gangguan co-channel.
Gambar 9.17. Gangguan Co-Channel
Gambar 9.18. Gangguan Co-Channel pada Jaringan
Dalam rangka mendeteksi gangguan co-channel, sebuah sniffer jaringan
wireless akan diperlukan.Sniffer ini akan menampilkan paket yang datang dari tiap
jaringan wireless yang menggunakan channel apa saja. Sebagai tambahan, ia akan
22 6
menunjukkan sinyal kekuatan dari tiap paket jaringan wireless, memberikan anda
sebuah ide bagaimana jaringan wireless saling mengganggu dengan lainnya.
Gambar 9.19. Penggunaan Channel Kembali
Terdapat dua solusi untuk gangguan ini, pertama channel non-overlapping
yang berbeda untuk tiap jaringan wireless, dan yang kedua menjauhkan antar
jaringan wireless agar jangkauannya tidak overlap. Solusi ini merupakan
penyelesaian yang sama pada gangguan channel berdekatan.
Pada situasi dimana roaming dibutuhkan, satu teknik yang disebut daur
ulang channel, dapat digunakan yang bertujuan meringankan gangguan co-channel
dan channel berdekatan sementara mengijinkan user untuk berkelana pada channel
yang berdekatan. Daur ulang channel merupakan penempatan sel yang tidak
overlapping secara bersebelahan sehingga membentuk cakupan dimana tidak ada
sel yang menyentuh sel yang lain pada channel tersebut.
9.6 Pertimbangan Jangkauan
Ketika mempertimbangkan untuk menempatkan hardware jaringan wireless,
jangkauan komunikasi unit tersebut tentu harus masuk perhitungan. Biasanya, tiga hal
akan mempengaruhi jangkauan hubungan RF: power transmisi, jenis antenna dan lokasi,
dan lingkungan. Jangkauan komunikasi maksimum dari hubungan jaringan wireless
22 7
dicapai ketika, pada suatu jarak tertentu , hubungan menjadi tidak stabil tetapi tidak
hilang atau putus.
9.6.1 Power Transmisi
Output power dari radio transmisi memiliki dampak pada jangkauan
hubungan. Output power yang semakin tinggi akan menyebabkan sinyal
dikirimkan hingga jarak yang lebih jauh, menghasilkan jangkauan yang lebih luas.
Sebaliknya menurunkan output power akan mengurangi jangkauan.
9.6.2 Tipe Antenna
Jenis antenna yang digunakan mempengaruhi jangkauan dengan
memusatkan energy RF kedalam pancaran yang lebih sempit akan
memancarkannya lebih jauh (seperti yang dilakukan antenna parabolic dish); atau
dengan memancarkannya ke segala arah(seperti yang dilakukan antenna omnidirectional),
mengurangi jangkauan komunikasi.
9.6.3 Lingkungan
Lingkungan yang berisik dan tidak stabil bisa menyebabkan jangkauan
hubungan jaringan wireless berkurang. Tingkat error paket dari sebuah hubungan
RF akan lebih besar pada batasan jangkauan dikarenakan sebuah sinyal noise
kecil.Tentu saja menambah gangguan secara efektif menaikkan noise, mengurangi
kemungkinan mempertahankan hubungan yang solid.
Jangkauan hubungan RF bisa juga dipengaruhi oleh frekuensi transmisi.
Meskipun biasanya tidak mendapatkan perhatian dalam menerapkan jaringan
wireless, frekuensi mungkin menjadi pertimbangan ketika merencanakan sebuah
bridge link. Sebagai contoh, sebuah sistem 2,4 GHz akan mampu mencapai lebih
jauh pada output power yang sama dari pada sistem 5 GHz. Kenyataan yang sama
berlaku untuk sistem 900 MHz yang lebih tua; ia akan mencapai jarak lebih jauh
daripada sistem 2,4 GHz pada output power yang sama. Semua band ini
digunakan dalam jaringan wireless, tetapi sistem 2,4 GHz tampaknya yang paling
umum dipakai.
22 8
9.7 Kesimpulan
Ada berbagai permasalahan yang sering dihadapi dalam implementasi Wireless
LAN, yaitu diantaranya Mulitpath, Hidden Node (Node yang tersembunyi), Near/Far,
masalah Throughput. Sedanngkan ada beberapa tipe –tipe gangguan pada jaringan
wireless, seperti contoh gangguan Narrowband, gangguan All-Band, gangguan cuaca,
gangguan angin, stratifikasi, gangguan petir, dan gangguan channel yang saling
berdekatan. Yang perlu diperhatikan pada jaringan wireless untuk menghindari dan
menghadapi permasalah sperti diatas adalah dengan mendesain secara cermat terhadap
jaringan wireless yang akan dibuat. Termasuk diantaranya adalah pemilihan tempat /
lokasi, perangkat yang digunakan, user yang akan memakai jaringan tersebut, dan
perawatan jaringan itu sendiri.
9.8 SOAL
1. Apa yang anda ketahui tentang Multipath dan efek apa yang dapat diakibatkan
oleh Multipath ?
2. Bagaimana cara mengatasi node yang tersembunyi pada jaringan wireless ?
3. Solusi apa yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah Near/Far pada
jaringan Wireless ?
4. Apa yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi masalah Throughput Co-
Location Access Point ?
5. Sebutkan beberapa tipe gangguan pada jaringan wireless ? (5)
22 9
Bab 10. Keamanan Wireless LAN
10.1 WEP (Wired Equivalent Privacy)
WEP merupakan suatu algoritma enkripsi yang digunakan oleh shared key pada
proses autentikasi untuk memeriksa user dan untuk meng-enkripsi data yang dilewatkan
pada segment jaringan wireless pada LAN.
WEP digunakan pada standar IEEE 802.11. WEP juga merupakan algoritma
sederhana yang menggunakan pseudo-random number generator (PRNG) dan RC4
stream cipher. RC4 stream cipher digunakan untuk decrypt dan encrypt.
10.1.1 Alasan memilih WEP
WEP merupakan sistem keamanan yang lemah. Namun WEP dipilih karena
telah memenuhi standar dari 802.11 yakni
- Exportable
- Reasonably strong
- Self-Synchronizing
- Computationally Efficient
- Optional
WEP dimaksudkan untuk tujuan keamanan yakni kerahasiaan data, mengatur
hak akses dan integritas data. Selain WEP terdapat standar lain yakni standar
802.1x yakni EAP atau VPN.
10.1.2 WEP Keys
WEP keys diimplementasikan pada client dan infrastrukturnya digunakan
pada Wireless LAN. WEP keys ini merupakan alphanumeric character string yang
memiliki dua fungsi pada Wireless LAN. Pertama, WEP keys ini dapat digunakan
untuk verifikasi identitas pada authenticating station. Kedua, WEP keys dapat
digunakan untuk data encryption.
WEP keys terdiri atas dua tipe, yakni tipe 64-bit dan tipe 128-bit. Untuk
memasuki static WEP keys melalui client atau infrastruktur seperti bridge atau
access point adalah muda.
23 0
Berikut pada gambar 10.1 menunjukkan konfigurasi program untuk
memasuki WEP keys. Terkadang tampilan untuk memasuki WEP keys berupa
checkbox yang menyeleksi 40-bit atau 128-bit WEP. Terkadang tampilannya
bukan checkbox, oleh karena itu administrator harus mengetahui berapa banyak
karakter yang ditanyakan. Pada umumnya software client akan mengijinkan untuk
memasukkan WEP keys baik berupa format alphanumeric (ASCII) ataupun
hexadecimal (HEX)
Gambar 10.1 Memasuki WEP keys melalui client device
10.1.3 Static WEP Keys
Untuk mengimplementasikan static WEP keys ini kita harus mengatur secara
manual WEP key pada access point dan dihubungkan ke client. Pada gambar 10.2
ini untuk memasuki WEP keys melalui infrastruktur.
Gambar 10.2 Memasuki WEP keys melalui infrastruktur
23 1
10.1.4 Centralized Encryption Key Servers
Centralized encryption key servers ini digunakan atas dasar alasan-alasan
berikut:
- centralized key generation
- centralized key distribution
- ongoing key rotation
- reduced key management overhead
Beberapa nomor dari device yang berbeda dapat bertindak sebagai
Centralized key server. Berikut ini gambar Centralized Encryption Key Servers:
Gambar 10.3. Centralized Encryption Key Servers
10.1.5 WEP Usage
Ketika WEP diinisialisasi, paket data akan dikirimkan dengan menggunakan
WEP untuk meng-encrypt. Namun paket header data yang berisi MAC address
tidak mengalami proses encrypt. Semua layer 3 yang berisi source dan destination
mengalami encrypt.
10.1.6 Advanced Encryption Standard (AES)
AES merupakan pengganti algoritma RC4 yang digunakan pada WEP. AES
menggunakan algoritma Rijndale.
10.2 Filtering
Merupakan mekanisme keamanan dasar yang digunakan untuk mendukung WEP
dan atau AES. Filtering memiliki arti menutup semua hubungan yang tidak diijinkan
23 2
dan membuka semua hubungan yang diijinkan. Filtering terdiri dari tiga tipe dasar yang
dapat diimplementasikan pada WLAN, yakni:
• SSID Filtering
• MAC Address Filtering
• Protocol Filtering
SSID Filtering merupakan metode penyaringan/ filtering yang bersifat elementer
dan hanya digunakan untuk mengontrol hak akses. SSID merupakan nama dari jaringan.
MAC Address Filtering merupakan metoda filtering untuk membatasi hak akses
dari MAC Address yang bersangkutan. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan
illustrasi MAC filters:
Gambar 10.4. Illustrasi MAC Filters
MAC filters ini juga merupakan metode sistem keamanan yang baik dalam
WLAN, karena peka terhadap jenis gangguan seperti:
• Pencurian pc card dalam MAC filter dari suatu access point
• Sniffing terhadap WLAN
Protocol Filtering merupakan metoda yang memungkinkan WLAN dapat
menyaring paket-paket yang melalui jaringan dari layer 2 hingga layer 7. Berikut
illustrasi dari protocol filtering:
23 3
Gambar 10.5. Illustrasi dari protocol filtering
10.3 Attack On Wireless LAN
Seorang hacker dapat melakukan beberapa tindakan yang tujuannya adalah untuk
memperoleh hak akses secara paksa dari suatu WLAN. Beberapa metoda yang
digunakan hackerantara lain:
- Passive attack (eavesdropping)
- Active attack
- Jamming attack
- Man in the middle attack
10.3.1 Passive attack
Eavesdroping merupakan penyerangan ke WLAN yang paling sederhana
dan efektif. Metode ini tanpa meninggalkan jejak dari hacker itu sendiri. Berikut
contoh illustrasi dari Passive attack:
23 4
Gambar 10.6. Illustrasi dari Passive attack
10.3.2 Active attack
Merupakan metode hacking yang memungkinkan seseorang mendapat hak
akses yang digunakan untuk tujuan merusak. Dengan metode ini memungkinkan
hacker dapat mengacak-acak data pada jaringan. Berikut contoh illustrasi dari
Active attack:
Gambar 10.7. Illustrasi dari Active attack
10.3.3 Jamming attack
Merupakan metode yang dapat mematikan supply tegangan pada suatu
jaringan. Contohnya:
23 5
Gambar 10.8. Illustrasi dari Jamming attack
10.3.4 Man in the middle attack
Metode yang juga dikenal dengan istilah membajak. Berikut contoh
illustrasinya:
Gambar 10.9. Illustrasi dari Man in Middle attack
10.4 Emerging Security Solution
Karena WLAN tingkat keamanannya rendah, dan karena mekanisme
keamanan WEP pada end-to-end buruk. Maka digunakan standar IEEE 802.1x.
10.4.1 WEP Key Management
Dengan menggunakan WEP sebagai sistem keamanan maka akan dengan
mudahnya hacker menembus sistem keamanan tersebut. Solusinya adalah dengan
memberi WEP key untuk setiap paketnya.
23 6
10.4.2 Wireless VPN
Merupakan salah satu teknologi yang berguna dalam keamanan koneksi
pada Wireless LAN. Software yang digunakan untuk membangun VPN antara
lain PPTP dan IP Sec. Berikut illustrasi VPN:
Gambar 10.10. Illustrasi VPN
10.5 Key Hopping Technologies
Merupakan teknologi yang memberikan solusi atas kelemahan WEP.
10.5.1 Temporal Key Integrity Protocol (TKIP)
Merupakan protokol yang membantu meningkatkan kerja dari WEP. TKIP
digunakan untuk inisialisasi vektor (IV) dan menangani paket pasif yang
mengalami proses snooping.
10.5.2 Solusi yang bedasarkan AES
Solusi yang didasarkan AES mungkin akan menggantikan WEP yang
mengunakan RC4, tetapi sementara solusi seperti TKIP sedang diterapkan.
Walaupun sekarang ini dipasaran tidak ada produk yang menggunakan AES, tetapi
tetapi beberapa penjual telah memiliki produk ini hanya tinggal menunggu
keputusan release nya saja. AES memiliki tinjauan yang luas sehungga sangat
effisien bagi harware dan software. Konsep 802.11i adalah konsep untuk
penggunaan AES, dan merupakan sebuah pertimbangan bagi pemain industri
Wierless LAN. AES sepertinya merupakan sebuah penyeleseian standart.
23 7
Teknik perubahan enkripsi data merupakan sebuah solusi yang penting,
AES akan menbuat dampak penting pada sistem keamanan WLAN, tetapi masih
ada solusi yang msih bisa diimplementasikan pada jaringan enterprise, contohnya
memusatkan encryption key server untuk mengotomatisasi handling out key. Jika
radio cart pelanggan hilang, dengan AES enkripsi didalamnya, hal ini tidak akan
berpengaruh, karena pencurinnya tidak bisa mengakses jaringan.
10.6 Wireless Gateway
Residential wireless gateway sekarang tersedia dengan teknologi VPN, seperti
NAT, DHCP, PPPoE, WEP, MAC Filter dan bahkan sebuah built in firewall. Device ini
cocok untuk kantor kecil atau lingkungan rumah dengan beberapa komputer dan
jaringan ke internet. Biaya dari unit ini sangat tergantung pada servis yang ditawarkan.
Beberapa dari unit hi-n bahkan mempunya static routing dan RIP v2.
Enterprise Wireless gateway adalah sebuah adaptasi spesial dari VPN dan server
authehtikasi untuk jaringan wireless. Sebuah enterprise gateway berada dalam segmen
jaringan kabel antara akses point dan jaringan wired akstrim. Sesuai namanya, sebuah
gateway mengontrol akses dari wireless Lan ke jaringan wired, sehingga ketika seorang
hacker mendapatkan akses ke segmen wireless, gateway akan melindungi sistem
distribusi jaringan wired dari serangan.
Sebuah contoh dari waktu yang tepat untuk membangun sebuah enterprise
wireless line gateway mungkin dapat dilihat pada situasi berikut. Anggaplah sebuah
rumah sakit mempunyai 40 akses point dalam gedungnya. Investasi mereka pada akses
point cukup penting, sehingga jika akses point tidak mendukung ukuran keamanan,
rumah sakit bisa dalam keadaan yang sulit/bahaya dan harus mengganti semua akses
point mereka. Malahan, rumah sakit dapat membangun sebuah wireless line gateway.
Gateway ini dapat terhubung antara core switch dan distribution switch (yang
terhubung pada akses point) dan dapat berfungsi sebagai sebuah authentikasi dan VPN
server pada jaringan yang terhubung dengan semua wireless LAN client. Malahan
daripada membangun seluruh akses point baru satu (atau lebih tergantung dari
kebutuhan jaringan) gateway device dapat di install dibelakang semua akses point
sebagai sebuah group. Kegunaan dari tipe gateway ini adalah untuk menyediakan
keamanan untuk kepentingan sebuah akses point yang tidak aman. Sebagian besar
23 8
entreprise wireless gateway mendukung sebuah array dari protokol VPN seperti PPTP,
IP Sec, L2TP, Sertificate, dan bahkan QoS berdasarkan profile.
10.7 802.1x and Extensible Authentication Protocol
Standart 802.1x menyediakan spesifikasi untuk akses control jaringan port-based.
Akses kontrol port-based sebenarnya – dan masih – digunakan dengan eterneth switch.
Ketika sebuah user mencoba untuk terhubung ke port ethernet, port kemudian
menempatkan koneksi user pada bloked mode untuk menunggu verifikasi dari identitas
user dengan sebuah sistem authentikasi back end.
Gambar 10.11. 2-Logon Processor
Protokol 802.1x telah dipergunakan pada banyak sistem wireless LAN dan hampir
menjadi sebuah latihan standart pada banyak vendor. Ketika dikombinasikan dengan
Extensible Authentication Protocol (IEP), 802.1x dapat menyediakan sebuah
lingkungan yang fleksibel dan sangat aman berdasarkan berbagai macam skema
authentikasi yang digunakan sekarang.
IEP, yang dulunya didefinisikan untuk point to point protokol (ppp), adalah
sebuah protocol untuk bernegosiasi dengan metode authentikasi. IEP diterangkan pada
RFC 2284 dan mendefinisikan karakteristik dari metode authentikasi termasuk
informasi user yang dibutuhkan (pasword, sertifikat, dll), protokol yang digunakan
23 9
(MD5, TLS, GSM, OTP, dll), dukungan dari igeneration, dan dukungan dari mutu
authentikasi. Mungkin terdapat beberapa tipe EAP yang berada dipasar sejak IEEE dan
pelaku industri membuat persetujuan pada setiap single type,atau beberapa tipe lain
untuk menciptakan sebuah standart.
10.8 Corporate Security Police
Sebuah perusahaan seharusnya memiliki sebuah hubungan dengan security police
yang menunjukan resiko yang unik yang ditunjukkan WLAN terhadap suatu jaringan.
Contoh, dari sebuah ukuran sel yang tidak tepat yang memperkenankan hacker untuk
mengambil keuntungan akses jaringan pada area parkir adalah contoh yang sangat
bagus dari sebuah item yang seharusnya termasuk dalam beberapa hubungan security
police. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam security police adalah pasword yang
baik, WEP yang bagus keamanan secara fisik penggunaan solusi keamanan yan bagus
dan keteraturan perlengkapan hardware pada wireless LAN. Semua itu jauh dari
sempurna mengingat solusi keamanan yang akan mengalami perubahan diantara
organisasi-organisasi. Luasnya pembahasan security policy pada wireless LAN akan
bergantung pada perlengkapan securitas dari organisasi seperti halnya luas dari daerah
wireless LAN pada suatu jaringan.
10.8.1 Keep Sensitive Informatio Private
Beberapa hal yang seharusnya diketahui hanya oleh administrator jaringan
pada level yang tepat adalah :
1. Username dan password dari access point dan bridge
2. SNMP strings
3. WEP keys
4. Daftar MAC address
Point penting untuk menjaga informasi ini hanya ditangan orang yang
terpercaya. Kemampuan individual seperti administrator jaringan sangat penting
karena seorang hacker akan sangat mudah mengunakan bagian informasi tersebut
untuk mengambil keuntungan pada akses jaringan.
24 0
10.8.2 Physical Security
Walaupun saat physical security menggunakan jaringan wired tradisional
sangat penting tapi akan lebih penting lagi perusahaan yang menggunakan
teknologi wireless LAN. Untuk alasan yang telah dibahas diawal seseorang yang
memiliki sebuah wireless PC card (dan mungkin sebuah antenna) tidak dapat
berada dalam gedung yang sama, seperti halnya suatu jaringan mengambil
keuntungan akses pada jaringan yang lain. Bahkan software pendeteksi
gangguanpun tak sepenuhnya cukup untuk mencegah hacker wireless LAN untuk
melakukan pencurian informasi sensitif/penting. Serangan pasif tidak
meninggalkan jejak, karena tidak adanya koneksi yang dibuat. Sekarang semua itu
merupakan kebutuhab pasaran yang dapat menunjukkan network card dengan
mode yang menjanjikan, mengakses data tanpa membuat koneksi.
10.8.3 Inventaris Peralatan Wireless LAN dan Security Audits
Sebagai bagian dari physical security policy, semua peralatan Wireless LAN
seharusnya secara teratur dicatat disahkan dan mencegah penggunaan peralatan
WLAN yang tidak sah untuk mengakses organization’s network. Jika jaringan
terlalu besar dan berisi sejulah peralatan Wireless yang penting, maka inventori
peralatan secara berkala sangat tidak praktis. Jika masalahnya seperti ini,
penyeleseian kemanan Wireless LAN sangat penting untuk diimplementasikan,
yang tidak berdasar pada hardware tetapi berdasar pada username dan password
atau beberapa tipe yang bukan hardware-based peneleseian keamanan.
10.8.4 Menggunakan penyeleseian keamanan tingkat lanjut
Organisasi yang menerapkan WLAN seharusnya mengambil keuntungan
dari mekanisme keamanan yang lebih maju yang sudah tersedia dipasaran saat ini.
Ini juga diperlukan suatu kebijakan keamanan yang mengimplementasikan tentang
segala sesuatu yang mengedepankan mekanisme keamanan secara menyeluruh.
Karena ini merupakan teknologi baru, hak milik, dan sering juga digunakan dalam
kombinasi dengan protokol keamanan yang lain, mereka harus
mendokumentasikannya, sehingga jika terjadi suatu pelanggaran keamanan,
24 1
network administrator dapat menentukan dimana dan bagaiman pelanggaran itu
terjadi.
10.9 Publik Wireless Network
Ini sangat mutlak bahwa mereka (corporate users) dengan informasi yang sensitif
pada komputer mereka akankah terhubung dengan publik wireless LAN. Ini seharusnya
menjadi masalah bagi kebijakan peusahaan bahwa semua pengguna wireless berjalan di
keduanya, yaitu sofware firewall pribadi dan antiviral sofware pada labtop mereka.
Kebayakan publik wireles network hanya memiliki sedikit atau bahkan tanpa
pengamanan pada saat membuat hubungan/konektifitas sederhana bagi pengguna dan
mengurangi jumlah pendukung teknis diperlukan.
10.9.1 Limited dan Tracked Access
Kebanyakan perusahaan LAN memiliki beberapa metode dalam
membatasi tracking akses pengguna pada LAN. Secara khusus, sistem pendukung
servis authentikasi, Authorisasi, dan Laporan dipekerjakan. Tindakan pengamanan
yang sama ini seharusnya didokumentasikan dan diterapkan sebagai bagian dari
keamanan Wierless LAN. AAA servis akan menizinkan perusahaan untuk
menempatkan penggunaan yag tepat ke kelas user tertentu. Pengunjung (misalnya)
hanya boleh mengakses internet, sedangkan karyawan diperbolehkan mengakses
data-data departemen dan juga mengakses intenet.
10.10 Rekomendasi keamanan
Sebagai ringkasan pada bab ini , di bawah adalah beberaparekomendasi untuk
pengamanan wireless LAN.
10.10.1WEP
Jangan semata-mata hanya percaya pada WEP, tidak perduli sebaaik-baiknya
kamu mengimplementasikan sebuah solusi keamaan wireless LAN end to end.
Suatu peralatan wireless LAN dilindungi hanya dengan WEP hal itu bukan suatu
jaminan. Ketika menggunakan WEP, jangan menggunakan WEP keys yang
24 2
dihubungkan ke SSID atau ke organisasi. Membuat WEP keys sangat sulit untuk
di ingat di dibawa keluar. Pada banyak kasus, WEP key dapat dengan mudah
ditebak hanya dengan melihat SSID atau nama dari organisasi.
10.10.2Cell Cizing
Dalam rangka mengurangi kesempatan eavesdropping, administrator harus
yakin bahwa cell size dari aksess point adalah tepat. Mayoritas hackers mencari
penempatan di mana sangat kecil energi dan waktu harus dihabiskan untuk
memperoleh akses ke dalam jaringan tersebut. Karena alasan ini, adalah penting
untuk tidak mempunyai access point yang memancarkan sinyal yang kuat yang
meluas keluar daearh organisasi/perusahan kecuali jika perlu. Beberapa enterpriselevel
access point mengizinkan menkonfigurasi power output, yang mana secara
efektif mengendalikan ukuran dari RF cell disekitar access point. Jika pembajak
berada diarea perusahaan tidak dapat mendeteksi jaringanmu, kemudian
jaringanmu tidak akan terbajak.
10.10.3User Authentication
Sejak user authentication adalah sebuah wireless LAN paling lemah, dan
standart 802.11 tidak menetapkan metode apapun dari user authentikasi, ini sangat
penting bahwa administrator secepat mengimplementasikan user-based
authentikasi pada saat instalasi infrastruktur wireless LAN. User authentiksi harus
berdasar pada rencana device-independent seperti, username dan password,
biometric, smart card, sistem token-based, atau beberapa tipe yang lain dari alat
keamanan yang mengidentifikasi user, bukan pada hardware. Solusi yang kamu
terapkan seharusnya didukung authentikasi bi-direcsional antara server
authentikasi dan wireless client.
10.10.4Security Need
Memilihlah suatu solusi keamanan yang sesuai dengan anggaran dan
kebutuhan organisasimu, keduanya untuk hari ni dan seterusnya. Wireless LAN
memperoleh popularitas yang sangat cepat karena kemudahannya dalam
pengimplementasian. Ini berarti bahwa wireless LAN yang dimulai dari sebuah
24 3
access point dan 5 buah client dapat tumbuh dengan cepat menjadi 15 accesss
point dan 300 client. Mekanisme keamanan yang sama bekerja dengan baik untuk
satu accses point tidak akan bisa diterima, atau dijamin untuk 300 user. Sebuah
organisasi bisa membuang uang untuk solusi keamanan yang akan tumbuh dan
berkembang dengan cepat seperti perkembangan wireless LAN. Pada banyak
kasus, organisasi sudah memiliki keamanan ditempatnya seperti sistem deteksi
gangguan, firewall, dan RADIUS server. Ketika memutuskan pada sebuah solusi
wireless LAN, maka peralatan yang ada menjadi pengaruh yang sangat penting
dalam penurunan biaya.
10.10.5Use additional security tool
Mengambil keuntungan dari teknologi yang ada tersedia, seperti VPNs,
firewalls, intrusion detection systems (IDS), standart dan protokol seperti 802.1x
dan EAP, dan client authentication dengan RADIUS dapat membantu membuat
solusi wireless diatas dan melebihi standart 802.11 yang dibutuhkan. Biaya dan
waktu untuk mengimplementasikan solusi ini sangat dianjurkan dari SOHO
solution dan solusi perusahaan besar.
10.10.6Monitoring for Rogue Hardware
Untuk mengetahui penjahat accsess point, access point regular sesi
penemuan seharusnya dijadwal tetapi tidak diumumkan. Dengan aktif menemukan
dan memindahkan penjahat access point akan seperti menjauhkan hacker dan
mengizinkan administrator untuk merawat control jaringan dan keamanan.
Pemeriksaan keamanan secara regular harus dilakukan untuk menempatkan
configurasi access point yan salah, dapat menjadi resiko keamanan. Tugas ini bisa
dilakukan selagi mengawasi jaringan dari kejahatan penjahat access point adalah
bagian dari suatu keamanan reguler yang rutin. Kini, konfigurasiharus
dibandingkan denga konfigurasi yang lama dalam rangka untuk melihat jika
hacker telah meng konfigurasi ulang access point. Penguncian access harus
diterapkan dan dimonitor bertujuan untuk menemukan semua access yang tidak
beraturan pada segmen wireless. Type pengawasan ini bahkan dapat membantu
menemukan hilangnya atau tercurinya peralatan wireless client.
24 4
10.10.7Switches, not hub
Petunjuk sederhana yang lain untuk mengikuti selalu menghubungkan
accsess point ke switch malahan ke hub. Hub adalah peralatan broadcast, jadi
setiap paket yang diterima oleh hub akan dikirimkan ke semua port hub yang lain.
Jika access point terhubung dengan hub, kemudian setiap paket dikirim melalui
segmen wired akan di broadcast menyeberangi segmen wireless. Kemampuan ini
memberi informasi tambahan kepada hacker seperti password dan ip address.
10.10.8Wireless DMZ
Ide yang lain untuk menerapkan keamanan untuk segmen wireless
LANadalah menciptakam WDMZ. Membuat WDMZ ini menggunakan firewall
atau router biayanya dapat bergantung pada level implementasi. WDMZS
biasanya diterapkan di medium dan large-scale LAN deployments. Karena pada
dasarnya access point adalah alat yang tidak aman dan tidak dipercaya, mereka
harus terpisah dari segmen jaringan lain oleh perlatan firewall. Dapat digambarkan
pada gambar 10.12 dibawah ini.
Gambar 10.12 Wireless DMZ
24 5
10.10.9Firmware & Software Updates
Updete-lah firmware dan driver pada access point dan wireless card anda.
Merupakan keputusan yang tepat untuk menggunakan firmware dan driver terbaru
pada access point dan wireless card anda. Perusahaan-perusahaan sangat biasa
mengalami kesulitan untuk mengetahui isu, security hole dan mengaktifkan fitur
baru dengan melakukan update tersebut
10.11 Kesimpulan
Untuk mengatasi masalah keamanan dalam jaringan wireless digunakan WEP.
WEP (Wireless Equivalent Privacy) merupakan algoritma enkripsi yang digunakan oleh
shared key pada proses autentikasi untuk memeriksa user dan untuk meng-enkripsi data
yang dilewatkan pada segment jaringan wireless pada LAN. WEP dimaksudkan untuk
tujuan keamanan yakni kerahasiaan data, mengatur hak akses dan integritas data. Selain
WEP terdapat standar lain yakni standar 802.1x yakni EAP atau VPN. Standar yang
banyak digunakan adalah WEP meskipun merupakan keamanan yang lemah. Ada
beberapa alasan mengapa WEP dipilih karena memenuhi standar 802.11, yaitu
Exportable, Reasonably strong, Self-Synchronizing, Computationally Efficient,
Optional. Sedangak Filtering adalah sisitem keamanan yang digunakan unutk
mendukung dari sistim WEP. Dan yang terpenting dalam keamanan jaringan wireless
adalah melakukan update terhadap software perangkat yang digunakan.
10.12 SOAL
1. Apa yang anda ketahui tentang Wired Equivalent Privacy ?
2. Jelaskan mengenai konsep Filtering pada sistim keamanan jaringan wireless
yang mendukung WEP ?
3. Sebutkan dan jelaskan secara singkat serangan pada jaringan wireless ?
4. Sebutkan dua software yang digunakan untuk membangun VPN ?
5. Sebutkan solusi yang dapat digunakan untuk lebih meningkatkan keamanan
pada jaringan wireless ?
24 6
Bab 11. Site Survey
Survey site Radio Frekuensi (RF) adalah peta untuk keberhasilan implementasi
jaringan wireless. Survey site tidak terlalu susah dan tekniknya cepat. Survey site sangat
penting dalam implementasi jaringan wireless. survey site digunakan untuk
mendefinisikan kontur cakupan radio frekuensi dari sumber radio frekuensi (access
point/bridge) dalam banyak fasilitas. site survey digunakan untuk mengetahui cakupan
radio frekuensi yang dibutuhkan.
11.1 Persiapan untuk survey site meliputi:
11.1.1 Pengumpulan informasi
11.1.2 Pembuatan keputusan :
Beberapa topik yang mungkin dibutuhkan sebagai pertanyaan manajemen
jaringan sebelum survey site :
11.1.2.1 Analisa fasilitas
Jenis fasilitas di rumah sakit yang memiliki peralatan radiologi, di real
estate dengan kantor sebanyak 25 agen dalam hal ini keamanan sangat penting
dimana cakupannya hanya 1 atau 2 central access point dan kebutuhan
bandwith akan disebutkan sejak access internet atau transfer file.
11.1.2.2 Menampilkan Jaringan
Apakah jaringan telah siap? ,pertanyaan yang biasanya ada pada
administrator jaringan adalah sebagai berikut:
• Sistem operasi jaringan apa yang digunakan.
• Berapa banyak penggunanya yang membutuhkan access secara
bersama – sama ke jaringan wireless.
• Berapa besar kebutuhan bandwith dalam jaringan
• Protokol apa yang digunakan dalam wireless LAN
• Kanal den teknologi spread spectrum apa yang saat ini digunakan
• Pengukuran keamanan wireless LAN apa yang ada dilokasi
24 7
• Dimana point koneksi wired LAN diletakkan
• Apakah client menggunakana wireless LAN dalam sebuah organisasi
Gambar 11.1. Naming Conventions
11.1.2.3 Penggunaan Area dan Tower
Apakah Wireless LAN digunakan untuk indoor,outdoor atau keduaduanya?…
Wireless LAN menggunakan tipe outdoor dalam banyak situasi dan
potensi rintangan dalam instalasi dan perbaikan wireless LAN.
Tipe tower apa yang digunakan?…
• Apakah butuh perijinan
• Apakah butuh struktur engineer
Gambar 11.2. NEMA Enclosure
11.1.2.4 Tujuan dan Kebutuhan Bisnis
Apakah tujuan dari wireless LAN?…
24 8
Site surveyor harus memiliki pengetahuan darimana jaringan yang akan
digunakan dan untuk tujuan apa. dengan mengetahui bagaimana effect
jaringan wireless untuk tujuan bisnis, site surveyor akan dapat membuatnya
lebih baik. site surveyor harus mengetahui kebutuhan bisnis untuk efisiensi
survey site
11.1.2.5 Kebutuhan Bandwidth dan Roaming
Apakah dibutuhkan bandwith dan roaming?…
Dengan implementasi teknologi dan penggunaannya saat survey site
sebagai contoh jika client di perumahan hanya menggunakan wireless LAN
sebagai tujuan untuk scanning data dari box label dan mengirim data ke
server maka bandwith yang dibutuhkan sangat kecil. pengumpulan data
hanya membutuhkan 2 MBPS.
Gambar 11.3. 2 Mbps Data Rate
Berapa banyak pengguna?…
24 9
Dengan memahami berapa banyak pengguna yang akan dialokasikan
dibutuhkan untuk menghitung besar data throughput masing-masing
pengguna.
Tipe aplikasi apa yang akan digunakan wireless LAN?…
Jaringan digunakan hanya untuk transmit data non-time sensitive atau
data time sensitive seperti suara atau video. Aplikasi bandwitdh besar seperti
suara atau video membuthkan throughput yang lebih besar tiap
pengguna.
Gambar 11.4. 5.5 Mbps Data Rate
11.1.2.6 Sumber yang Digunakan
Sumber yang digunakan berdasarkan pada budget project, waktu
pengalokasian project, dan apakah administrator pernah ditraining tentang
jaringan wireless.
Gambar 11.5. Contoh Blueprint Jaringan Wireless
25 0
11.1.2.7 Kebutuhan Keamanan
Level keamanan jaringan apa yang dibutuhkan?….
Diskusi dengan pelanggan akan menyediakan informasi untuk solusi
pelanggan oleh designer.
11.2 Persiapan Latihan
Apakah pelanggan bergerak menggunakan fasilitas seperti komputer
portable atau desktop
Berapa jauh koneksi yang dibutuhkan oleh pelanggan
Level akses apa yang dibutuhkan pelanggan untuk sensitivitas data dalam
jaringan, apakah membutuhkan keamanan, dan tipe keamanan seperti apa
yang dibutuhkan
Apakah pelanggan dapat mengambil laptop nya ketika card wireless LAN
nya dicuri
Apakah pelanggan menggunakan intensive bandwidth, sensitive time, atau
aplikasi connection oriented.
Berapa sering pelanggan melakukan perpindahan
Apakah pelanggan memiliki akses internet
Apakah perangkat pelanggan sering dirubah untuk event khusus yang dapat
mengganggu kerja wireless LAN
Siapa yang biasanya mendukung pelanggan dalam pengadaan jaringan, dan
apakah mereka berkualitas untuk mendukung pelanggan wireless
Jika pelanggan bergerak, tipe peralatan mobile computing apa yang mereka
gunakan
Berapa sering dan berapa jauh pelanggan bekerja dengan laptop tanpa daya
AC
11.3 Persiapan Check List
Dokumentasi sumber daya
Dokumentasi survey site wireless LAN
Pemetaan topologi
Pertemuan dengan administrator jaringan
25 1
Pertemuan dengan manager building
Pertemuan dengan security officer
Akses ke semua area fasilitas yang diakibatkan oleh wireless LAN
Akses ke wiring closet
Akses ke roof
Rencana konstruksi masa depan
11.4 Peralatan Survey Site
Access Point
Digunakan selama survey site dengan power output yang bervariasi dan
konektor antenna ekstenal.
PC Card
Laptop dan PDA
Paper
Spectrum analyzer
11.5 Menganalisis Jaringan (Sniffer)
Sniffer adalah perangkat yang digunakan untuk mencari wireless Lan lain yang
telah ada pada suatu area. Bekerja dengan mengambil paket yang dipancarkan oleh
Wireless lan tersebut lalu memuat data informasi terperinci mengenai wireless Lan yang
telah ada pada area tersebut.
11.5.1 Kit check survey site
Perangkat yang termasuk dalam kit site survey
• Laptop dan/atau PDA.
• Wireless PC card dengan drivernya & software utility yang
dibutuhkan.
• Bridge atau accsess Point jika dibutuhkan.
• Baterei kemasan & DC-TO-AC konvertor.
• Software utility site survey ( dibuka dari laptop atau PDA).
• Alat tulis menulis.
25 2
• Cetak biru & diagram jaringan.
• Antenna dalam dan luar ruangan.
• Kabel & connectors.
• Teropong dan radio dua arah.
• Payung dan/atau perlengkapan hujan.
• Hardware atau software khusus seperti sniffer dan spectrum analyzer.
• Peralatan, selotip dan perlengkapan lain untuk perpindahan hardware
sementara.
• pengamanan dan tempat sebagai isi hardware untuk computer rumah,
peralatan, dan keamanan dokumen selama survei dan perjalanan dari
lokasi survey.
• Kamera digital untuk mengambil gambar dari tempat tertentu di dalam
suatu fasilitas.
• Pengisi baterei.
• Attenuator antenna .
• Roda untuk pengukuran.
• Tas travel atau cara lain untuk mengangkut peralatan & dokumentasi.
11.5.2 Mengadakan Survey Site
Mensurveilah ditempat dengan toolkit yang lengkap, berjalan beberapa miles
sepanjang;seluruh client’s fasilitas umum. RF site survey adalah 10% survey dan
90% berjalan, gunakan sepatu yang nyaman saat dilokasi yang besar.
11.5.2.1 Survey indoor
Untuk survey dalam ruang, menempatkan dan merekam materi pada
suatu copy, cetakbiru atau suatu gambar menyangkut fasilitas itu.
11.5.2.2 Survey outdoor
Sebelum memulai, perhatikan hal – hal berikut ini :
• Siapa yang akan memasang dan memindahkan accsess point pada
tempat – tempat yang tinggi.
25 3
• Apakah ada seseorang yang mau memindahkan pohon yang menghalangi
pemasangan sesuai zona freznel.
• Jika diperlukan tower baru, apakah izinnya sudah siap.
• Apakah diperlukan izin untuk pemasangan antenna pada tower.
• Apakah bangunan memerlukan kode plenum rate untuk peralatan yang
digunakan
11.5.3 Pengumpulan Informasi RF
Informasi yang perlu dikumpulkan
• Range dan pola cakupan
• Data rate yang dinilai
• Dokumentasi
• Tes menyeluruh dan perencanaan kapasitas
• Sumber interferensi
• Kabel koneksi data dan power AC yang dibutuhkan
• Penempatan antenna diluar ruang
• Pemeriksaan dadakan
11.5.4 Laporan Site Survey
Setelah secara menyeluruh mendokumentasikan fasilitas pelanggan, perlu
disediakan data untuk menyiapkan suatu laporan yang tepat untuk klien itu.
Laporan akan bertindak sebagai peta untuk implementasi menyangkut Wireless
LAN dan dokumentasi sebagai acuan kedepan untuk pengurus dan teknisi
jaringan.
Laporan lokasi adalah puncak dari semua usaha sampai sekarang, dan
mungkin membutuhkan harian atau bahkan mingguan untuk melengkapi laporan.
Mungkin saja diperlukan untuk mengunjungi lokasi untuk mengumpulkan lebih
banyak data atau untuk mengkonfirmasikan sebagian dari penemuan awal.
Beberapa lebih banyak percakapan mungkin diperlukan untuk membuat keputusan
dan sebagian dari orang dengan yang tidak dapat ditemukan manakala berada
ditempat lokasi.
• Format laporan
25 4
• Tujuan bisnis dan laporan lokasi survey
• Metodologi
• Cakupan area RF
• Keseluruhan
• Interference
• Masalah area
• Gambar
11.5.5 Laporan Tambahan
Untuk memberitahu pelanggan tentang pelayanan terbaik. Diperlukan
tambahan data berupa Potongan informasi tambahan yang menjadi anggota dalam
lokasi mensurvei laporan adalah penemuan gangguan interferensi, type peralatan
yang diperlukan, dan usul penempatan peralatan.
11.6 Kesimpulan
Dalam membangun jaringan wireless, hal yang perlu diperhatikan adalah
melakukan survei letak / lokasi, atau yang lebih dikenal sebagai Survey Site.RF (Radio
Frequency). Hal ini penting dilakukan karena merupakan peta untuk keberhasilan
implementasi jaringan wireless. Dan menentukan cakupan frekuensi dari sumber (access
point). Persiapannya meliputi pengumpulan informasi, pembuatan keputusan, persiapan
check list, mempersiapkan peralatan survey site, dan melakukan analisa terhadap
jaringan.
11.7 SOAL
1. Desain dan gambarkan jaringan wireless indoor pada sebuah ruangan.. User
yang akan menggunakan koneksi wireless berkisar 50 – 100 orang. ?
2. Berikan rincian harga dan keterangan secara detail dari soal nomor 1 ?
3. Apa saja yang diperlukan dalam pengumpulan informasi RF ?
4. Sebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan survey site pada jaringan
wireless ?
25 5
5. Sebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survei jaringan
wireless outdoor ?
25 6
Bab 1.
1. Federal Communications Commission ( FCC)
2. IEEE 802.11
IEEE 802.11b
IEEE 802.11a
IEEE 802.11g
3. IEEE 802.11 :
Standar asli wireless LAN menetapkan tingkat perpindahan data yang
paling lambat dalam teknologi transmisi light-based dan RF.
IEEE 802.11b :
Menggambarkan tentang beberapa transfer data yang lebih cepat dan
lebih bersifat terbatas dalam lingkup teknologi transmisi.
IEEE 802.11a :
Gambaran tentang pengiriman data lebih cepat dibandingkan (tetapi
kurang sesuai dengan) IEEE 802.11b, dan menggunakan 5 GHZ
frekuensi band UNII.
IEEE 802.11g :
Syarat yang paling terbaru berdasar pada 802.11 standard yang
menguraikan transfer data sama dengan cepatnya seperti IEEE 802.11a,
dan sesuai dengan 802.11b yang memungkinkan untuk lebih murah.
4. Akses Role, Perluasan Jaringan, Menghubungkan Gedung Satu dengan yang
lain, Pengiriman Data Bermil-mil, Mobilitas, Small Office – Home Office,
Mobile Offices.
5. Small Office – Home Office, merupakan salah satu aplikasi dari wireless LAN
yang banyak digunakan oleh perusahaan dan efisiensi untuk pengunaan internet
tunggal dan peningkatan produktifitas.
Bab 2.
1. Gain, Power Loss, Refleksi, Pembiasan, Difraksi, Scattering, Penyerapan
(Absorpsi).
Kunci Jawaban
25 7
2. Sebuah peralatan RF yang secara khusus di-design untuk meng-generate dan
me-radiasi sinyal RF. Dalam istilah hardware, intentional radiator meliputi
peralatan RF dan semua pengkabelan juga konektor-konektor pendukung tetapi
tidak termasuk antenna
3. – Daya (kekuatan) pada peralatan transmisi
- Loss dan gain dari peralatan penghubung antara peralatan transmisi dan
antenna, seperti kabel, konektor, amplifier, attenuator, dan splitters.
- Daya (kekuatan) pada konektor terakhir sebelum sinyal RF masuk pada
antenna ( intentional Radiator).
- Daya pada element antenna (EIRP)
4. 10.825 feet.
5. 6.021 db.
Bab 3.
1. Teknologi komunikasi yang hanya cukup digunakan dari frekwensi spectrum
untuk membawa data sinyal, dan tidak lebih. Misi FCC untuk menjaga
penggunaan frekwensi sebanyak mungkin, hanya membagi-bagikan apa yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan.
2. Teknik yang menggunakan kecepatan frekwensi spread spectrum yang lebih dari
83 MHz. Kecepatan frekwensi mengacu pada kemampuan radio untuk merubah
frekwensi transmisi di dalam RF band frekwensi yang dapat di pakai.
3. Merupakan sebuah metode pengiriman data dimana pengiriman dan penerimaan
data berada pada range frekuensi 22 MHz. Chanel yang lebih lebar akan
25 8
membuat peralatan dapat mengirim informasi lebih tinggi daripada system
FHSS.
4. Narrowband interference
Co-Location
Cost
Equipment Compability & Availability
Data rate & Thoughput
Security
Standards Support
5. DSSS menggabungkan sebuah data sinyal pada station pengiriman dengan
kecepatan bit sequence yang tinggi dimana direferensikan sebagai chipping code
atau penguatan prosesor. Sebuah prosesor yang tinggi akan menambah resistansi
sinyal untuk saling berinteferensi. Proses dari direct sequence dimulai dengan
sebuah carier dimodulasikan dengan kode sequence. Angka pada chips dalam
kode akan menentukan bagaimana penyebaran terjadi dan angka dari chips serta
kecepatan dari kode akan menentukan kecepata data.
Bab 4.
1. Root Mode
Root Mode digunakan ketika accesss point dikoneksikan ke sebuah tulang
punggung kabel (wired backbone) sepanjang interface kabel (biasanya
Ethernet)/ kebanyakan accesss point mendukung model lebih dari model root
hadir dikonfigurasikan secara default.
Repeater Mode
Dalam mode pengulangan, access point memiliki kemampuan untuk
mendukung sebuah koneksi wireless upstream (hulu) kedalam jaringan kabel
lebih dari koneksi normal kabel. Satu access point melayani sebagai access
point root dan lainnya melayani sebagai sebuah wireless repeater.
Bridge Mode
Pada model jembatan, acces point bertindak tepatnya sebagai jembatan
wireless, yang mana akan didiskusikan nanti pada bagian ini. Kenyataannya,
mereka menjadi jembatan wireless ketika dikonfigurasikan pada cara ini.
Hanya sebagian kecil acces point di pasaran yang memiliki fungsi jembatan,
25 9
yang mana ciri khasnya ditambahkan biaya tertentu untuk perlengkapan.
Kita akan menjelaskan singkat bagaimana fungsi jembatan wireless.
2. – Gunakan duty zip ties untuk memasang access point ke kolom atau sorotan.
- Jangan tutupi cahaya akses point ketika memasang access point dengan zip ties
- Pasang access point terbalik sehingga lampu indikator dapat terlihat dari lantai
- Beri nama access point
3. – PCMCIA dan Compact Flash(CF)
- Ethernet dan Serial Converter
- USB Adapter
- PCI dan ISA Adapter
4. Peralatan yang didesain untuk menghubungkan sejumlah kecil titik wireless ke
satu peralatan untuk Layer 2 (wireless dan non wireless) dan konektifitas layer 3
ke internet atau ke jaringan lain.
5. Piranti yang memberikan autensifikasi khusus dan konektifitas untuk wireless
client. Enterprise Wireless Gateways cocok untuk lingkungan skala besar
wireless LAN dimana memberikan banyak servise wireless LAN yang bisa di
atur seperti rate limiting, Quality of Service(QoS), dan profile management.
26 0
Bab 5.
1. – Omni – directional
- Semi – directional
- Highly – directional
2. – Antenna memancarkan energinya secara bersamaan pada semua arah sekitar
porosnya. Antenna directional memusatkan energinya dalam bentuk kerucut,
dikenal dengan “beam”. Antenna omni-directional digunakan ketika melingkupi
semua arah sekitar poros horizontal dari antenna dibutuhkan. Antenna omnidirectional
sangat efektif dimana jangkauan besar dibutuhkan disekitar titik
pusat.
26 1
3. Insertion loss, Respon frekuensi, Impedansi, VSWR Rating, High isolation,
Impedansi, Power Ratings, Tipe konektor, Report Kalibrasi, Mounting, DC
voltage passing
4. – RF connector harusnya sesuai dengan impedansi dengan semua komponen
wireless-LAN ( biasanya 50 Ohms ). Ini bukannya suatu permasalahan sejak
ketika anda membeli konektor dengan impedansi yang berbeda, mereka tidak
akan cocok jika bersama-sama karena ukuran dari pin-center-nya.
- Kenali seberapa banyak insertion loss dari tiap konektor yang di sisipkan ke
dalam path sinyal. Jumlah dari loss akan menyebabkan faktor ke dalam
kalkulasi dari kekuatan sinyal yang anda inginkan dan juga jarak yang
dibolehkan.
- Kenali kenaikan batas frekuensi (respon frekuensi) yang di spesifikasikan
untuk tiap konektor. Point ini akan sangat penting sebesar 5GHz wirelessLan
menjadi lebih dan lebih. Beberapa konektor yang di hitung hanya sebesar 3
GHz, dimana ini baik di gunakan dengan 2.4 GHz wirelessLan, tapi akan tidak
berjalan dengan baikuntuk 5GHz wirelessLan. Beberapa konektor yang di
hitung hanya diatas 1 GHz dan akan sama sekali tidak berjalan dengan baik
dengan wirelessLan, yang di legalkan hanya 900MHz wirelessLan.
- Hati-hati dengan kualitas konektor yang buruk. Pertama, selalu pertimabngkan
dari perusahaan yang bereputasi. Kedua,, belilah hanya konektor dengan
kualitas tinggi yang dibuat oleh perusahaan yang terkenal. Bagian dari
pembelian ini akan membantu anda untuk mengurangi permasalahan dengan
sinyal RF yang sporadik, VSWR dan koneksi yang buruk.
- Yakinlah bahwa anda mengetahui tipe dari konektor(N,F,SMA,dll) yang anda
butuhkan dan jenis kelamin dari konektor itu sendiri. Konektor mempunyai 2
jenis kelamin, yaitu male dan female. Konektor male mempunyai pin center,
sedangkan konektor female mempunyai receptable center.
5. Untuk menkonversi 1 range frekuensi ke lainnya untuk tujuan menghilangkan
frekuensi bands.
Bab 6.
1. Federal Communications Commission (FCC) adalah agen pemerintah US yang
langsung bertanggung jawab pada konggres. FCC didirikan oleh
26 2
Communication Act pada tahun 1934, yang mengatur komunikasi menggunakan
radio, televisi, kawat, satelit dan kabel.
2. – ISM Band
900 MHz ISM Band
2,4 GHz ISM Band
5,8 GHz. ISM Band
- UNII Band
Lower Band
Middle Band
Upper Band
3. Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) adalah pembuat kunci
yang baku untuk kebanyakan berbagai hal berhubungan dengan teknologi
informasi di Amerika Serikat. IEEE menciptakan standard nya di dalam hukum
yang diciptakan oleh FCC. Pokok-Pokok IEEE banyak teknologi baku seperti
Public Key Cryptography (IEEE 1363), Firewire (IEEE 1394), Ethernet (IEEE
802.3), dan Wireless Lan (IEEE 802.11).
4. IrDA adalah suatu organisasi untuk menciptakan suatu interoperable murah,
low-cost, low-power, half-duplex, standard interkoneksi data yang serial yang
mendukung suatu gedung tanpa lift point-to-point model pemakai yang dapat
menyesuaikan diri suatu cakupan luas.
5. – Class 1 1 mW
- Class 2 2.5 mW
- Class 3 100 mW
Bab 7.
1. – SSID sebuah nilai unique, case sensitive, alphanumeric dari 2-31 panjang
karakter yang digunakan oleh wireless LAN sebagai sebuah nama network.
- Beacons adalah frame pendek yang dikirim dari access point ke pemancar
(Mode Infrastruktur) atau pemancar ke pemancar (Mode ad Hoc) yang
digunakan mengorganisir dan mensinkronkan wireless pada LAN wireless itu.
2. – Passive Scanning proses melacak beacon pada masing-masing saluran untuk
suatu periode waktu yang spesifik setelah stasiun diinisialisasi beacon ini
26 3
dikirim oleh access point ( model infrastruktur) atau stasiun klien ( moded ad
hoc
- Active Scanning Active scanning melibatkan pengiriman dari suatu request
pemeriksaan (probe) frame dari suatu pemancar wireless. Pemancar mengirim
probe frame jika mereka secara aktif mencari suatu jaringan untuk digabungkan.
Probe frame akan berisi baik SSID dari jaringan yang mereka ingin gabungkan
atau suatu SSID broadcast.
3. – Unauthenticated and unassociated
- Authenticated and unassociated
- Authenticated and associated
4. – Basic service set BSS terdiri dari hanya satu access point dan satu atau lebih
klien wireless.
- Extended Service Set sebagai dua atau lebih layanan dasar menetapkan
hubungan oleh suatu sistem distribusi secara umum.
- Independent basic service set
5. Pengesahan pemakai, Encryption, dan Pengesahan data.
Bab 8.
1. – Management Frame Association request frame, Association response
frame, Reassociation request frame, Reassociation response frame, Probe
request frame, Probe response frame, Beacon frame, ATIM frame,
Disassociation frame, Authentication frame, Deauthentication frame
- Control Frame Request to send (RTS), Clear to send (CTS),
Acknowledgement (ACK), Power-Save Poll, Contention-Free End (CF End), CF
End + CF Ack
- Data Frame
2. Carrier Sense Multiple Access / Collision Avoidance CSMA/CA
3. Distributed Coordination Function sebuah metode akses yang ditentukan
pada standar 802.11 yang membolehkan semua pemancar pada sebuah wireless
LAN untuk menghadapi akses pada media transmisi yang dibagikan (RF)
menggunakan protocol CSMA/CA.
26 4
4. Sebuah mode pengiriman yang menyediakan pengiriman susunan bebas isi
(contention-free) . pada sebuah wireless LAN dengan menggunakan mekanisme
polling. PCF mempunyai keuntungan dari memberikan jaminan untuk
mengetahui sejumlah hal yang tersembunyi jadi bahwa aplikasi-aplikasi
membutuhkan QoS (suara atau gambar untuk contoh) yang bisa digunakan.
Ketika menggunakan PCF, access point pada sebuah wireless LAN membentuk
polling. Karena alasan ini, sebuah ad hoc jaringan tidak bisa memakai PCF,
karena sebuah ad hoc jaringan tidak mempunyai access point untuk melakukan
polling.
5. – Sort Interframe Space (SIFS) adalah ruang antar susunan terpendek yang
ditentukan. SIFS adalah ruang waktu sebelum dan sesudah dimana tipe-tipe
pesan-pesan berikut dikirim.
- Point Coordination Function Interframe Space (PIFS) merupakan ruang antar
susunan bukan merupakan jalur terpendek maupun jalur terpanjang ruang antar
susunan yang ditentukan, jadi hal ini mendapatkan prioritas yand lebih dari pada
DIFS dan kurang dari SIFS. Access point menggunakan sebuah ruang antar
susunan PIFS hanya ketika jaringan pada mode fungsi koordinasi titik, yang
secara manual dikonfigurasi oleh administrator. PIFS mempunyai durasi yang
lebih pendek dari pada DIFS.
- Distributed Coordination Function Interframe Space (DIFS) adalah ruang antar
susunan yang paling panjang yang ditentukan dan digunakan secara default pada
semua 802.11-pamancar-pemancar yang menggunakan fungsi koordinasi
terdistribusi.
Bab 9.
1. Multipath digambarkan sebagai komposisi dari suatu salinan sinyal yang utama
yang lebih atau medan disebabkan oleh pemantulan dari object penerima dan
pemancar. Penundaan pada saat tertentu bahwa sinyal yang utama tiba bahwa
sinyal terakhir dicerminkan yang datang dikenal sebagai penundaan secara
menyebar. Efek yang dapat ditimbulkan antara lain : Sinyal Amplitude yang
dikurangi (downfade), Korupsi, Nulling Sinyal, dan Amplitude yang
ditingkatkan ( upfade).
26 5
2. Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi Node yang tersembunyi yaitu
dengan menggunakan RTS/CTS, meningkatkan power ke node, mencabut
rintangan dan pindah node
3. – Meningkatkan mobilitas ke node yang lain
- Pengurangan daya dari node lokal
- Gerakkan node semakin dekat ke access point
4. – Gunakan Dua Access Point
- Gunakan peralatan 802.11a
5. Gangguan Narrow band, Gangguan Allband, Cuaca, Angin, Stratifikasi, Petir
dan Gangguan Channel yang berdekatan.
Bab 10.
1. WEP merupakan suatu algoritma enkripsi yang digunakan oleh shared key pada
proses autentikasi untuk memeriksa user dan untuk meng-enkripsi data yang
dilewatkan pada segment jaringan wireless pada LAN.
2. Merupakan mekanisme keamanan dasar yang digunakan untuk mendukung
WEP dan atau AES. Filtering memiliki arti menutup semua hubungan yang
tidak diijinkan dan membuka semua hubungan yang diijinkan. Filtering terdiri
dari tiga tipe dasar yang dapat diimplementasikan pada WLAN, yakni SSID
Filtering, MAC Address Filtering dan Protocol Filtering.
3. * Passive Attack Eavesdroping merupakan penyerangan ke WLAN yang
paling sederhana dan efektif. Metode ini tanpa meninggalkan jejak dari hacker
itu sendiri.
* Active Attack Merupakan metode hacking yang memungkinkan seseorang
mendapat hak akses yang digunakan untuk tujuan merusak. Dengan metode ini
memungkinkan hacker dapat mengacak-acak data pada jaringan.
* Jamming Attack Merupakan metode yang dapat mematikan supply
tegangan pada suatu jaringan
* Man in the Middle Attack Metode yang juga dikenal dengan istilah
membajak.
4. PPTP dan IP Sec
5. – WEP
- Cell Cizing
26 6
- User Autentification
- Menggunakan software Security tambahan
- Monitoring Hardware
- Menggunakan Switch (bukan Hub)
- Wireless DMZ
- Software update
Bab 11.
1. ———————-
2. ——————-
3. – Range dan pola cakupan
- Data rate yang dinilai
- Dokumentasi
- Tes menyeluruh dan perencanaan kapasitas
- Sumber interferensi
- Kabel koneksi data dan power AC yang dibutuhkan
- Penempatan antenna diluar ruang
- Pemeriksaan dadakan
4. – Access Point
- PC Card
- Laptop dan PDA
- Paper
- Spectrum Analyzer
5 – Siapa yang akan memasang dan memindahkan accsess point pada tempat –
tempat yang tinggi
- Apakah ada seseorang yang mau memindahkan pohon yang menghalangi
pemasangan sesuai zona freznel.
- Jika diperlukan tower baru, apakah izinnya sudah siap.
- Apakah diperlukan izin untuk pemasangan antenna pada tower.
- Apakah bangunan memerlukan kode plenum rate untuk peralatan yang
digunakan
26 7
1. Certified Wireless Network Administraror. Official Study Guide, Exam PWO-100,
Objective-by-Objective coverage of the CWNA certification exam.
2. http://wikipedia.com
Daftar Pustaka
26 8
Buku ini ditulis oleh mahasiswa D4 Telekomunikasi PENS-ITS
Dan disupervisi oleh :
Sritrusta Sukaridhoto
Pengenalan Wireless LAN
{ Mei 12, 2009 @ 8:11 pm } · { Pengenalan Wireless LAN }
{ Tinggalkan sebuah Komentar }
1
Bab 1. Pengenalan Wireless LAN
Kita akan mendiskusikan tentang pangsa pasar wireless LAN, gambaran masa
lalu, sekarang dan masa depan dari wireless LAN, serta pengenalan wireless LAN
standar pemerintah. Kemudian kita akan mendiskusikan beberapa aplikasi yang sesuai
untuk wireless LAN. Menurut pengalaman dari cerita dan evolusi dari teknologi
wireless LAN merupakan bagian yang penting dari prinsip dasar wireless LAN. Suatu
pemahaman dari mana wireless LAN datang dan aplikasinya serta organisasinya yang
dapat membantu perkembangan teknologi yang memungkinkan anda untuk
mengaplikasikan wireless LAN yang lebih baik ke dalam organisasimu atau kebutuhan
klien
1.1 Pangsa Pasar Wireless LAN
Pangsa pasar wireless LAN sepertinya berkembang sama halnya dengan
fashion pada kebanyakan industri jaringan, dimulai dengan mengadopsi awal
menggunakan teknologi apapun yang telah tersedia. Pemasaran telah dipindahkan
kedalam pertumbuhan yang cepat, di mana standard populer menyediakan
katalisator. Perbedaan yang besar antara pemasaran jaringan secara keseluruhan
dan pemasaran wireless LAN menjadi meningkat. wireless LAN memberikan
fleksibilitas dalam implementasinya dan tidak heran mereka pindah dengan cepat
ke sektor pasar yang lainnya.
1.2 Sejarah Wireless LAN
Penyebaran jaringan nirkabel, seperti kebanyakan teknologi, seperti turun
temurun dibawah naungan dari militer. Militer perlu suatu kemudahan, yang
mudah diterapkan, dan metode keamanan pertukaran data dalam suatu lingkungan
peperangan.
Ketika biaya teknologi nirkabel merosot dan mutu meningkat, itu menjadi
penghematan biaya untuk perusahaan-perusahaan yang dapat menggabungkan
bagian nirkabel ke dalam jaringan mereka. Teknologi nirkabel menawarkan suatu
2
jalan yang murah untuk kampus untuk menghubungkan bangunan satu sama lain
tanpa pemasangan kabel fiber atau tembaga.
1.3 Standarisasi Wireless LAN
Karena wireless LAN mengirim menggunakan frekuensi radio, wireless
LAN diatur oleh jenis hukum yang sama dan digunakan untuk mengatur hal-hal
seperti AM/FM radio. Federal Communications Commission ( FCC) mengatur
penggunaan alat dari wireless LAN. Dalam pemasaran wireless LAN sekarang,
menerima beberapa standard operasional dan syarat dalam Amerika Serikat yang
diciptakan dan dirawat oleh Institute of Electrical Electronic Engineers (IEEE).
Beberapa Standar wireless LAN :
IEEE 802.11 – standar asli wireless LAN menetapkan tingkat perpindahan data
yang paling lambat dalam teknologi transmisi light-based dan RF.
IEEE 802.11b – menggambarkan tentang beberapa transfer data yang lebih cepat
dan lebih bersifat terbatas dalam lingkup teknologi transmisi.
IEEE 802.11a – gambaran tentang pengiriman data lebih cepat dibandingkan
(tetapi kurang sesuai dengan) IEEE 802.11b, dan menggunakan 5
GHZ frekuensi band UNII.
IEEE 802.11g – syarat yang paling terbaru berdasar pada 802.11 standard yang
menguraikan transfer data sama dengan cepatnya seperti IEEE
802.11a, dan sesuai dengan 802.11b yang memungkinkan untuk
lebih murah.
1.4 Aplikasi Wireless LAN
1.4.1 Akses Role
Wireless LAN kebanyakan menyebar dalam suatu lapisan akses,
maksudnya mereka digunakan sebagai suatu titik masukan ke dalam suatu kabel
jaringan. Di masa lalu, akses telah digambarkan sebagai dial-up, ADSI,
kabel/telegram, selular, Ethernet, Token Ring, Frame Relay, ATM, dan lain lain.
wireless cara sederhana yang lain untuk para user dalam mengakses jaringan
tersebut. Wireless LAN adalah lapisan jaringan Data-Link seperti cara akses
semuanya hanya mendaftar saja. Dalam kaitan dengan kecepatan, jaringan
nirkabel tidaklah tepat diterapkan dalam distributor atau sebagai inti dalam
3
jaringan. Tentu saja, dalam jaringan kecil, mungkin tidak ada perbedaan antara
inti, Distribusi, atau Lapisan akses dari jaringan tersebut. Lapisan inti dari suatu
jaringan harus sangat stabil dan sangat cepat, mampu menangani suatu jumlah
yang luar biasa dengan sedikit kesulitan dan pengalaman tidak ada penurunan
waktu. Lapisan distribusi suatu jaringan harus cepat, fleksibel, dan dapat
diandalkan. Wireless LAN tidak secara khusus dibutuhkan sebagai suatu solusi
perusahaan. Gambar 1.1 menggambarkan klien dengan cepat memperoleh akses
dalam suatu kabel jaringan melalui hubungan suatu alat koneksi (point access).
Gambar 1.1. Akses role dari wireless LAN
1.4.2 Perluasan Jaringan
Jaringan nirkabel dapat bertindak sebagai suatu perluasan dari suatu kabel
jaringan. Ada kemungkinan masalah dimana memperluas jaringan akan
memerlukan tambahan kabel dalam instalasinya dan menjadi kendala dalam
pembiayaannya. Wireless LAN dapat dengan mudah digunakan untuk
menyediakan konektivitas dalam suatu gedung yang merupakan area yang jauh,
digambarkan dalam denah dalam gambar 1.2. Karena hanya sedikit diperlukan
pemasangan kabel untuk memasangan wireless LAN, biaya instalasi dan
pembelian ethernet dengan sepenuhnya dihapuskan.
4
Gambar 1.2. Perluasan Jaringan
1.4.3 Menghubungkan Gedung Satu dengan yang lain
Terdapat 2 perbedaan bentuk dari konektivitas antar gedung. Pertama
disebut Point-to-Point (PTP), dan yang kedua disebut Point-to-Multipoint
(PTMP). Point-to-point adalah koneksi nirkabel hanya antar dua bangunan,
seperti gambar 1.3. Koneksi PTP hampir selalu menggunakan semi-directional
atau highly-directional antenna pada masing-masing akhir dari link.
Gambar 1.3. Koneksi antar gedung
Point-to-multipoint (PTMP) adalah koneksi nirkabel tiga atau lebih dari
beberapa gedung, bentuk penerapannya adalah “hub and spoke” atau star
topologi, dimana salah satu gedung sebagai titik pusat dari jaringan (server).
1.4.4 Pengiriman Data Bermil-mil
Wireless Internet Service Providers (WISPs) sekarang mengambil
keuntungan dari kemajuan terbaru dalam teknologi nirkabel untuk mengirim
data bermil-mil untuk melayani pelanggan mereka. WISP mempunyai tantangan
yang unik bagi mereka. Hanya provider xDSL mempunyai permasalahan lebih
5
jauh pada jarak yang jauh yaitu 18.000 kaki ( 5,7 km) dari kantor pusat dan
kabel provider mempunyai persoalan dengan kabel yang sedang dipakai
bersamaan oleh user, WISP mempunyai masalah dengan atap, pohon, kilat,
pegunungan, menara dan banyak lagi hambatan dalam konektivitas.
Gambar 1.4. Layanan Data yang jauh
1.4.5 Mobilitas
Sebagai suatu solusi lapisan akses, wireless LAN tidak dapat digantikan
dengan kabel LAN dalam kondisi kecepatan data (100BaseTx tiap 100Mbps
versus IEEE 802.11a tiap 54Mbps). Wireless LAN melakukan penawaran
dalam peningkatan suatu mobilitas ( seperti pada gambar 1.5) sebagai awal
perdagangan untuk kecepatan dan mutu layanan.
Gambar 1.5. Mobilitas
1.4.6 Small Office – Home Office
Bentuk jenis ini juga digunakan oleh banyak perusahaan yang hanya
mempunyai beberapa karyawan. Dalam perusahaan ini mempunyai kebutuhan
6
untuk membagi informasi antar para pemakai dan koneksi internet tunggal untuk
efisiensi dan peningkatan produktivitas. Untuk aplikasi ini -small office-home
office, atau SOHO- wireless LAN sangat mudah dan solusi yang efektif.
Gambar 1.6. SOHO wireless LAN
1.4.7 Mobile Offices
Suatu contoh sederhana dalam menghubungkan kelas dengan cepat yang
konektivitasnya menggunakan wireless LAN yang digambarkan dalam gambar
1.7. Ruang kantor sementara juga memanfaatkan jaringan dengan wireless LAN.
Ketika perusahaan berkembang, mereka sering mencari kekurangan dari ruang
kantor mereka, dan butuh untuk sedikit pekerjaan untuk berpindah ke lokasi
yang berdekatan, seperti suatu kantor bersebelahan atau suatu kantor pada lantai
yang berbeda tetapi masih satu gedung.
Gambar 1.7. Suatu sekolah dengan kelas yang mobilitas
1.5 Kesimpulan
Teknologi wireless telah ada sejak dulu yang secara sederhana diimplementasikan
di dunia militer. Kepopuleran dan level teknologi yang digunakan dalam wireless Lan
bertumbuh dengan sangat pesat. Manufactur telah menciptakan a myriad of solutions
untuk berbagai kebutuhan kita akan jaringan wireless. Kenyamanan, pupolaritas,
7
penyediaan, dan harga dari perangkat keras wireless LAN menyediakan kita semua
dengan banyak solusi yang berbeda.
Dengan laju perkembangan teknologi wireless, manufaktur, dan perangkat keras
yang sangat pesat, aturan dari organisasi seperti FCC, IEEE, WECA, dan WLANA akan
menjadi semakin penting untuk pembersihan gangguan operasi antar solusi. Hukumhukum
tersebut ditetapkan oleh organisasi yang mengaturnya seperti FCC bersamasama
dengan organisasi pendukung lainnya seperti IEEE, WLANA, dan WECA yang
akan menjadi tumpuan bagi industri wireless LAN dan menyediakan path yang umum
bagi industri wireless LAN untuk bertumbuh dan berkembang.
1.6 SOAL
1. Apa nama badan internasional yang mengatur tentang penggunaan alat – alat
wireless dan penggunaan radio AM/FM ?
2. Sebutkan standar wireless LAN yang telah dikeluarkan oleh IEEE ?
3. Jelaskan masing –masing sdari standar wireless menurut sola no. 3 ?
4. Sebutkan beberapa aplikasi dari Wireless LAN ?
5. Apa yang dimaksud dengan SOHO Wireless LAN ?
8
Bab 2. Dasar Frekuensi Radio
Untuk mengerti aspek wireless dari LAN wireless, seorang administrator harus
memiliki dasar yang kuat tentang pokok teori radio frekuensi(RF). Pada bagian ini kita
akan membahas properti dari radiasi RF dan bagaimana sifatnya pada situasi tertentu
dapat mempengaruhi performance dari LAN wireless. Antenna akan dikenalkan untuk
membuat pengertian yang baik untuk kegunaan dan propertinya. Kita akan
mendiskusikan hubungan matematika yang ada pada RF circuit dan mengapa hal itu
penting,sebagaimana menunjukkan pentingnya penghitungan matematika pada RF.
Untuk administrator wireless LAN , mengerti konsep dari RF penting untuk
implementasi, expansi, maintenance, dan permasalahan dari jaringan wirelesss.
2.1 Frekuensi Radio
Frekuensi Radio adalah sinyal arus berfrekuensi tinggi yang berubah-ubah yang
melewati konduktor tembaga yang panjang dan kemudian diradiasikan ke udara melalui
sebuah antenna. Sebuah antenna mentranformasikan sinyal kabel ke sinyal wireless dan
sebaliknya. Ketika sinyal AC berfrekuensi tinggi diradiasikan ke udara,akan
membentuk gelombang radio. Gelombang radio tersebut berpindah dari sumber
(antenna) pada sebuah garis lurus semuanya bersamaan.
Gambar 2.1. Batu Jatuh di Air
Jika anda dapat membayangkan menjatuhkan batu ke dalam kolam dan melihat
titik pusat riak air yang mengalir dari titik dimana batu membentur air (seperti
ditunjukkan Gambar 2.1), kemudian anda mempunyai ide bagaimana RF bekerja
9
seperti dipancarkan dari antenna. Mengerti tingkah laku dari panyebaran gelombang RF
adalah bagian penting untuk mengerti mengapa dan bagaimana wireless LAN berfungsi.
Tanpa dasar pengetahuan tersebut,seorang administrator tidak mampu menentukan
lokasi instalasi dari perlengkapan dan tidak akan mengerti bagaimana memecahkan
masalah wireless LAN.
2.1.1 Sifat RF
RF kadang disebut kaca dan asap karena RF terlihat bekerja tidak teratur dan
tidak konsisten pada kenyataanya. Barang kecil seperti konektor tidak terlalu kecil
atau tipis yang tidak cocok pada garis dapat menyebebkan sifat yang tidak teratur
dan hasil yang tidak diinginkan. Pada sesi berikut mendiskripsikan type tersebut
dan bagaimana dapat terjadi pada gelombang radio seperti pengirimnya.
2.1.2 Gain
Gambar 2.2. Power Gain
Ilustrasi gain pada Gambar 2.2, adalah waktu yang digunakan untuk
mendiskripsikan peningkatan pada sinyal RF amplitudo. Gain biasanya adalah
proses yang aktif.; berarti bahwa sumber tenaga , seperti RF amplifier , digunakan
untuk menguatkan sinyal atau sebuah high-gain antenna digunakan memfocuskan
beamwidth dari sinyal untuk meningkatkan amplitudo sinyalnya.
10
Tetapi proses yang pasif bisa juga menyebabkan Gain. Contohnya, refleksi
sinyal RF dapat berkombinasi dengan sinyal utama untuk meningkatkan tegangan
sinyal utama.
Meningkatkan tegangan mungkin memiliki dampak positif dan negatif.
Khususnya,tenaga yang banyak adalah lebih baik, tetapi merupakan kasus ,seperti
saat transmitter meradiasikan tenaga sangat tertutup ke tenaga output yang
terbatas, dimana penambahan tenaga akan menyebabkan masalah yang serius.
2.1.3 Power Loss
Gambar 2.3. Power Loss
Loss menggambarkan sebuah penurunan kekuatan sinyal (Gambar 2.3).
Banyak cara yang dapat menyebabkan kerusakan sinyal, baik ketika sinyal masih
dalam kabel seperti sinyal AC yang berfrekuensi tinggi dan ketika sinyal
dipancarkan seperti gelombang radio melalui udara dengan antenna. Resistansi
dari kabel dan konektor menyebabkan kerusakan karena perubahan sinyal AC
terlalu panas. Impedance yang tidak seimbang pada kabel dan konektor dapat
mengakibatkan power direfleksikan kembali ke sumber, yang mana dapat
menyebabkan degradasi sinyal. Secara langsung objek dipancarkan oleh transmisi
gelombang dapat menyerap, memantulkan, atau merusak sinyal RF. Kerusakan
dapat dimasukkan dengan sengaja ke sirkuit dengan sebuah RF attenuator. RF
attenuator adalah resistor yang akurat yang merubah AC berfrekuensi tinggi ke
panas sehingga mengurangi amplitudo sinyal pada titik dalam sirkuit.
11
Ada banyak sebab yang mempengaruhi sinyal RF antara pengirim dan
penerima. Karena gain atau loss sesuai untuk implementasi wireless LAN, hal itu
harus dapat ditentukan . Sesi pada bagian ini tentang matematika RF akan
mendiskusikan loss dan gain yang sesuai dan bagaimana untuk menghitung dan
mengimbanginya.
Menjadi ukuran dan penyeimbang untuk loss pada koneksi RF atau sirkuit
adalah penting karena radio memiliki penerima threshold yang sensitiv. Threshold
yang sensitiv didefinisikan sebagai titik yang mana radio dapat membedakan
dengan jelas sebuah sinyal dari noise background. Karena keterbatasan penerima
yang sensitiv, letak transmitting harus memancarkan sinyal dengan amplitudo
yang cukup untuk dapat dikenal oleh penerima. Jika kerusakan terjadi antara
pengirim dan penerima , masalah tersebut harus dikoreksi oleh object yang
berpindah mengakibatkan loss atau dengan meningkatkan kekuatan transmisi.
2.1.4 Refleksi
Refleksi diilistrusikan pada Gambar 2.4, terjadi ketika pemancar gelombang
elektromagnetik mengenai object yang memiliki dimensi yang sangat besar ketika
dibandingkan dengan lamanya gelombang dari pemancar gelombang. Refleksi
terjadi pada permukaan bumi, bangunan ,tembok, dan panghalang yang lain. Jika
permukaan lembut, refleksi sinyal mungkin tertinggal utuh, pendapat itu adalah
beberapa loss karena penyerapan dan penyerapan sinyal.
Sinyal RF dapat menyebabkan masalah yang serius pada wireless LAN.
Pemantulan pada sinyal utama dari banyak object pada area pengirim diteruskan
ke multipath. Multipath dapat memiliki dampak negativ yang parah pada LAN
wireless, seperti penurunan atau pembatalan sinyal utama dan mengakibatkan
lubang atau celah pada RF area. Permukaan seperti danau, atap logam, pintu logam,
dan lainnya dapat mengakibatkan refleksi yang parah, dan multipath.
12
Gambar 2.4. Pemantulan (Reflection)
Refleksi pada magnitudo tersebut tidak pernah menguntungkan dan secara
khusus membutuhkan fungsi khusus(antenna diversity) dengan wireless LAN
hardware untuk mengimbanginya. Baik multipath maupun antenna diversity
didiskusikan lebih jauh pada bagian 9.
2.1.5 Pembiasan (Refraksi)
Pembiasan digambarkan sebagai pembelokan gelombang radio yang
melewati medium yang memiliki kepadatan yang berbeda. Seperti gelombang RF
yang melewati medium yang lebih padat gelombang akan akan cenderung
melewati arah yang lain, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Pembiasan
Pemantulan dapat mengakibatkan masalah untuk RF pada area yang luas.
Seperti perubahan kondisi atmosfer, gelombang RF mungkin berubah arah,
mengalihkan jalannya sinyal dari target yang dikehendaki.
2.1.6 Difraksi
Difraksi terjadi ketika garis edar radio antara pengirim dan penerima
dihambat oleh permukaan yang tajam atau dengan kata lain kasar. Pada frekuensi
13
tinggi, difraksi, seperti refleksi, tergantung pada ukuran objek yang menghambat
dan amplitudo, fase, dan polarisasi dari gelombang pada titik difraksi.
Difraksi secara umum dibingungkan dan disalah artikan dengan refraksi.
Perhatian seharusnya tidak membingungkan jangka waktunya. Difraksi
didiskripsikan sebuah gelombang membelok melalui medium. Pada contoh diatas
seperti batu pada kolam, sekarang menganggap menancapkan tongkat melewati
permukaan air disamping dimana batu mengenai air. Seperti kocakan air mengenai
tongkat, itu akan diblok ke derajat yang kecil, tetapi ke derajat yang besar, ripple
akan dipancarkan disekitar ranting. Ilustrasi tersebut menunjukan bagaimana
difraksi dengan rintangan pada garis edarnya, tergantung pada permukaan
hambatan. Jika object lebih besar atau tidak rata , gelombang mungkin tidak
dipancarkan, tetapi mungkin diblok.
Gambar 2.6. Difraksi
Difraksi adalah gelombang yang pelan pada titik dimana permukaan
gelombang mengenai hambatan,ketika tumpuan dari permukaan gelombang
menopang penyebaran pada kecepatan yang sama. Difraksi adalah effect dari
putaran gelombang, atau belokan,disekitar hambatan. Seperti contoh yang lain
,menganggap mesin blowing sebuaharus yang kuat dari asap. Asap itu akan
mengalir lurus sampai hambatan dibuka pada bagiannya. Memperkenalkan blok
kayu yang luas ke energi asap akan menyebabkan asap menggulung disekitar
pojok dari blok menyebabkan degradasi yang menyolok pada kecepatan asap pada
titik dan perubahan signifikan pada arahnya
14
2.1.7 Scattering
Penyebaran terjadi ketika medium dimana gelombang merambat
mengandung object yang kecil dibandingkan dengan panjang sinyal gelombang,
dan jumlah object perunit volume sangat besar. Gelombang tersebar dihasilkan
dari perrmukaan kasar, benda kecil,atau oleh ketidak normalan path sinyal, seperti
terlihat pada Gambar 2.7
.
Gambar 2.7. Scattering
Beberapa contoh diluar ruangan yang menyebabkan penyebaran pada sistem
komunikasi mobile termasuk foliage, rambu lalu lintas,dan lamppost. Penyebaran
dapat terjadi dalam 2 cara utama.
Pertama, penyebaran terjadi ketika gelombang merambat melalui permukaan
kasar dan terpantul ke segala arah secara simultan. Penyebaran tipe ini memicu
banyak pemantulan amplitudo kecil dan merusak sinyal RF utama. Dissipasi
sinyal RF bisa terjadi ketika gelombang ketika gelombang RF dipantulkan oleh
pasir, bebatuan atau permukaan tidak rata lainnya. Ketika penyebaran terjadi
dengan cara ini ,degradasi sinyal RF bisa signifikan pada titik komunikasi
intermettenly dissporing atau menyebabkan kehilangan sinyal secara total.
Kedua, penyebaran dapat terjadi ketika gelombang sinyal merambat melalui
partikel-partikel dalam medium seperti debu. Dalam kasus ini, bukanya terpantul
oleh permukaan kasar,gelombang RF secara individual terpantul pada partikelpartikel
yang sangat kecil.
2.1.8 Penyerapan (Absorption)
Penyerapan terjadi ketika sinyal RF merambat objek dan terserap dalam
material objek dengan cara tidak menembusnya, memantul, atau mengitari objek
15
2.2 Rasio Tegangan Gelombang Berdiri (VSWR)
VSWR terjadi ketika terdapat impedalisi yang tidak cocok (hambatan arus dalam
satuan ohm) antara alat dalam sistem RF. Ketidakcocokan dalam kontes ini, berarti
bahwa satu alat mempunyai impedasi yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada alat
yang terhubung padanya. VSWR disebabkan oleh sinyal RF yang terpantul pada titik
ketidakcocokan impedansi dalam path dalam empat sinyal. VSWR menyebabkan
kehilangan kembalian, yang didefinisikan sebagai kehilangan energi maju melalui
sebuah sistem yang disebabkan beberapa dayanya terpantulkan dan kembali ke
pengirim. Jika impedasi pada ujung koneksi tidak cocok, kemudian tenaga tertransmisi
maksimal tidak akan diterima pada antenna, ketika bagian sinyal RF terpantul kembali
kepengirim, levelo sinyal pada line berbeda, bukannya menjadi tetap. Perbedaan ini
merupakan indikator VSWR.
Sebagai ilustrasi VSWR, bayangkan air mengalir melalui dua selang. Selama
dua selang mempunyai diameter yang sama air mngalir dengan normal. Jika selang
terhubung pada faucet yanfg secara signifikan lebih besar dari selang lainnya akan
terjadi tekanan balikpada faucet dan bahkan pada koneksi antara dua selang. Tekanan
balik berdiri mengilustrasikan VSWR, seperti terlihat pada Gambar 2.8. dalam contoh
ini anda dapat melihat bahwa back pressure mempunyai effek negative dan tidak secara
dekat sebanyak air dialirkan keselang yang kedua dibandingkan dengan selang yang
cocok disambungkan secara benar.
Gambar 2.8. VSWR
2.2.1 Pengaturan VSWR
VSWR merupakan rasio, jadi ia diekspresikan sebagai hubungan antara dua
angka. Nilai khusus VSWR adalah 1,5 : 1. dua angka berelasi dengan rasio
ketidakcocokan impedasi disbanding dengan impedasi yang cocok sempurna.
16
Angka kedua selalu satu, mempresentasikan ketidakcocokan yang sempurna,
sedangkan angka pertama bias berbeda. Semakin rndah angka pertma (mendekati
satu), semakin baik kecocokan impedansi yang dimiliki system anda. Sebagai
contoh VSWR dengan rasio 1,1 : 1 loebih baik daripada 1,4 : 1. pengukuran
VSWR 1 : 1 menunjukkan kecocokan impedansi yang sempurna dan tidak ada
tegangan gelombang berdiri akan muncul dalam path sinyal.
2.2.2 Efek VSWR
VSWR yang berlebihan dapat menyebabkan masalah yang serius dalam
sirkuit RF. Sebagian besar, hasilnya menuru dalam amplitude dalam sinyal RF
terkirim. Bagaimanapun, beberapa transmitter tidak akan terlindungi terhadap
daya selama diterima atau dikembalikan ke sirkuit output transmitter, tenaga yang
terpantul bias membakar elektronik transmitter. Efek VSWR terjadi ketika sirkuit
transmitter terbakar, level output daya tidak stabil dan pengamanan daya berbeda
secara signifikan dari tenaga yang diharapkan. Metode pembandingan VSWR
dal;am sirkuit termasuk penggunaan yang benar dari alat yang benar. Koneksi
keras diantra kabel dan konektor, penggunaan perangkat yang impedensinya
cocok dan penggunaan alat berkualitas tinggi dengan laporan kaligrasi ketika
dibutuhkan semuanya merupakan pengukuran preventatif terhadap VSWR.
VSWR dapat diukur dengan instrumen berakularasi tinggi seperti SWR meter,
tetapi pengukuran ini masih dalam ruang lingkup text ini dan merupakan tugas
kerja dari adminnetwork.
2.2.3 Solusi VSWR
Untuk mencegah efek negatif VSWR sangatlah penting bahwa semua kabel,
konektor dan alat-alat mempunayi impedensi yang semirip mungkin. Jangan
gunakan kabel 75 ohm dengan alat 50 ohm, sebagai contoh. Kebanyakan alat-alat
wireless LAN mempunyai impedansi 50 ohm, tetapi tetap disarankan agar anda
tetap mengecek setiap alat sebelum pemasangan, hanya untuk menyakinkan.
Setiap alat transmiter ke antenna harus mempunyai impedensi sesama mimpin,
termasuka kabel, konektor, antenna, amplifiyer, antenuators, sirkuit output transmitor,
dan sirkuit imput penarima.
17
2.3 Prinsip Antenna
Bukan maksud kami mengajarkan teori antenna pada buku ini, tetapi untuk
menjelaskan bebearap prinsip antenna yang secara langsung berhubungan penggunaan
Wireless LAN. Tidak penting bagi Wairless LAN untuk secara detail untuk memahami
desain antenna untuk mengadmintrasi network. Sepasang point utama yang penting
untuk dimengerti untuk antenna adalah:
1. Antenna menkonversi energi listrik gelombang ke gelombang RF. Dalam kasus
antenna pentramisi, atau gelombang RF ke energi elektik dalam kasus antenna
penerima.
2. Dimensi fisik antenna seperti panjangnya berhubungan langsung dengan
frekuensi dimana antennanya dapat menghambat gelombang atau menerima
gelomang terhambat. Beberapa point penting dalam memahami
pengadmintrasian werless LAN bebas lisensi adalah garis panjang, efek zona
fresnel (baca : fra-nel) dan penapaian antenna, dalam melalui beamwidth
terfokus. Point ini akan didiskusikan dalam bagian ini.
2.3.1 Garis Pandang
Dengan cahaya tampak, visual LOSD (yang lebih sederhana dikenal sebagai
LOS) didefinisikan sebagai garis lurus dalam objek dalam pandangan (transmiter)
kemata pengamat. LOS merupakan garis lurus karena gelombang cahaya bisa
berubah-ubah karena refraksi, defraksi, dan refleksi dengan cara yang sama
dengan RF refreksi. Gambar 2.9 mengilustrasikan LOS. RF bekerja mirip dengan
cahaya tampak pada wireless LAN dengan satu pengecualian: RF LOS dapat juga
dipengaruhi oleh pengeblokkan zona Fresnel.
Gambar 2.9. Line of Site
18
Bayangkan jika anda melihat kearah sebuah pipa sepanjang dua kaki
kemudian obstruksi mengeblok dalam pipa. Ilustrasi sederhana ini menunjukkan
bagaimana RF bekerja ketika benda mengeblok zona Fresnel, kecuali bahwa
dengan pipa itu anda dapat melihat ujung lainnya pada beberapa derajat. Dengan
RF kemampuan yang sama terbatasnya untuk melihat translasi kekoneksi yang
korup atau yang rusak, RF LOS penting karena RF tidak sama seperti cahaya
tampak berkerja.
2.3.2 Daerah Fresnel (Fresnel Zone)
Sebuah keputusan ketika merencanakan atau memperbaiki RF LAN adalah
zona Fresnel. Zona Fresnel menepati beberapa seri dari area berbentuk elips
konsentrik disekitar jalan LOS seperti terlihat Gambar 2.10. Zona Fresnel penting
dalam entergritas RF link karena dapat memperbaiki area disekeliling LOS yang
dapat memngenali interferensi sinyal RF jika terblok. Objek dalam zona Fesnel
seperti pohon, bukit, dan bangunan dapat menyebarkan atau dapat memantulakn
sinyal utama keluar dari penerima, mengubah RF LOS. Objek-objek ini juga dapat
menyerap atau menyebarkan sinyal RF utama menyebabkan degradasi atau
kehilangan sinyal.
Gambar 2.10. Fresnel Zone
Radius fresnel zone dari titik terluarnya dapat dihitung dengan menggunakan
rumus.
19
Dimana d adalah jarak link dalam ukuran mil, f adalah frekuensi dalam
besaran GHz, dan hasilnya adalah r dalam ukuran feet.
2.3.3 Obstruction
Mempertimbangkan pentingnya jarak jangkauan fresnel zone, oleh karena
itu penting juga mengukur derajat yang dapat di-blok oleh fresnel zone. Sebuah Rf
sinyal, ketika secara partial di-blok akan membelok mengelilingi sebuah
penghambat beberapa derajat, beberapa halangan fresnel zone dapat terjadi tanpa
adanya gangguan link yang berarti. Secara khusus, 20-40% gangguan fresnel zone
memasukkan sedikit tanpa adanya campur tangan kedalam link. Hal tersebut
selalu menimbulkan kesan error/salah pada sudut conservative yang membolehkan
tidak lebih dari 20% gangguan pada fresnel zone. Lebih jelasnya, jika pohon atau
objek lain adalah sumber dari gangguan, kemungkinan perlu mempertimbangkan
design sebuah link yang didasarkan pada 0% gangguan. Jika lebih dari 20%
fresnel zone dari sebuah RF link yang dimaksud telah ter-blok, atau jika sebuah
aktif link menjadi ter-blok oleh bangunan baru atau pohon yang tumbuh, biasanya
dengan menaikkan ketinggian antenna akan mengurangi masalah.
Sebuah pertanyaan yang umum ditanyakan tentang fresnel zone adalah
ketika menggunakan peralatan indoor wireless LAN seperti PC cards dan access
point, yaitu tentang bagaimana gangguan pada fresnel zone mampu
mempengaruhi instalasi indoor. Pada sebagian besar instalasi indoor, RF sinyal
mampu menyambung jalur, memantulkan, dan membelok mengelilingi dinding,
perabotan, dan gangguan yang lain. Fresnel zone dikatakan tidak melanggar batas
kecuali jika secara partial atau penuh sinyal ter-blok. Ini adalah sebuah kasus yang
kadang kala terjadi, tetapi jarang diperhatikan oleh sebagian besar pengguna
wireless mobile. Di lingkungan mobile, fresnel zone secara terus-menerus berubah
sehingga pengguna secara normal membebaskan hal tersebut dan berpikir bahwa
coverage yang mereka tempati jelek, tanpa berpikir kenapa coverage area yang
tersebut menjadi tidak bagus.
20
2.3.4 Antenna Gain (Penguatan Antena)
Sebuah element antenna yang secara tipikal tidak diasosiasikan dengan
amplifier dan filter disebut passive device. Tidak ada proses pengkondisian,
penguatan, atau manipulasi sinyal oleh element antenna itu sendiri. Sebuah
antenna dapat mempengaruhi proses penguatan (amplification) dari bentuk
fisiknya. Proses pengguatan antenna merupakan hasil dari proses
pemusatan(focusing) radiasi RF kedalam sebuah penguat beam, yang hanya
sebagai bulb dari flashlight yang dapat difokuskan kedalam penguat beam yang
membuat sebuah sumber menyerupai lampu penerang yang mengirimkan lampu
selanjutnya. Focusing radiasi diukur dengan cara beamwidth, dari derajat
horizontal dan vertical. Contohnya, sebuah omni-directional antenna memiliki 360
derajat horizontal beamwidth. Dengan membatasi 360 derajat beamwidth kedalam
beam yang difokuskan kembali, katakanlah sebesar 3 derajat, pada daya yang
sama gelombang RF akan diradiasikan kembali. Hal ini tergantung bentuk design
dari antenna, patch, panel, dan yagi (yang kesemuanya termasuk kedalam jenis
semi-derectional antenna). Higly-directional antenna meggunakan teori ini
selangkah lebih maju dengan cara memfokus kedua beamwidth baik horizontal
maupun vertical secara kuat untuk memaksimalkan jarak penyebaran gelombang
pada low daya (daya kecil).
2.3.5 Intentional Radiator
Sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Federal Comunication
Commision (FCC), intentional radiator adalah sebuah peralatan RF yang secara
khusus di-design untuk meng-generate dan me-radiasi sinyal RF. Dalam istilah
hardware, intentional radiator meliputi peralatan RF dan semua pengkabelan juga
konektor-konektor pendukung tetapi tidak termasuk antenna, sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 2.11 dibawah ini
21
Gambar 2.11. Intentional Radiator
2.3.6 Equivalent Isotropically Radiated Daya (EIRP)
EIRP adalah sebuah daya yang secara actual di pancarkan oleh element
antenna, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.12. Konsep ini adalah penting
karena telah diatur oleh FCC dan telah digunakan untuk perhitungan apakah
sebuah wireless link atau bukan telah aktif. EIRP menerima account sebuah gain
dari antenna
Gambar 2.12. EIRP
Jika sebuah stasiun transmisi menggunakan antenna sebesar 10 dBi (yang
memperkuat sinyal sebesar 10-fold) dan intentional radiator memberikan daya
sebesar 100 miliwatt. Maka EIRP-nya adalah sebesar 1000 mW atau 1 watt. FCC
telah mengatur keduanya, meliputi kekuatan output pada internasional radiator dan
element antenna. Kegagalan menggunakan aturan FCC yang berkenaan dengan
22
kekuatan output dapat menjadi persoalan administrator atau organisasi untuk
kemudian melegalkan segala aksi untuk menjadikan semuanya menjadi baik
2.3.7 Rumus Matematika Frekuensi Radio
Ada 4 bagian penting dari pengkalkulasian daya pada wireless LAN, yaitu
sebagai berikut :
• Daya (kekuatan) pada peralatan transmisi
• Loss dan gain dari peralatan penghubung antara peralatan transmisi dan
antenna, seperti kabel, konektor, amplifier, attenuator, dan splitters.
• Daya (kekuatan) pada konektor terakhir sebelum sinyal RF masuk pada
antenna ( intentional Radiator).
• Daya pada element antenna (EIRP)
Bagian ini akan didiskusikan dalam contoh-contoh perhitungan pada sesi
forthcoming. Setiap bagian ini akan membantu untuk menentukan link-link RF
yang aktif tanpa melebihi daya yang telah dibatasi oleh FCC. Setiap factor tersebut
harus dilakukan pada account ketika akan merencanakan sebuah wireless LAN,
dan seluruh factor tersebut telah direlasikan secara matematik. Sedangkan pada
bagian pendukung menjelaskan satuan-satuan ukuran yang digunakan pada
perhitungan output daya ketika akan meng-konfigurasi peralatan-peralatan LAN.
2.4 Unit Of Measure (Satuan Ukur)
Ada beberapa standart satuan ukuran yang telah lazim dipakai oleh administrator
wireless network karena lebih efektif dalam hal implementasi dan troble shooting
(penanganan error) pada wireless LAN. Kita akan mendiskusikan tentang hal tersebut
secara detil, beserta contoh penggunaanya. Kemudian kita akan menggunakan beberapa
contoh permasalahan matematis-nya sehingga anda akan memahami sepenuhya apa saja
yang diperlukan sebagai bagian dari perintah-perintah CWNA’s job.
2.4.1 Watts (W)
Satuan dasar dari daya adalah watt. Watt didefinisikan sebagai satu
ampere(A) arus pada satu volt(V). Sebuah contoh untuk memahami satuan ini
23
adalah, kita bayangkan sebuah kebun yang dilalui oleh aliran air. Tekanan air
dapat direpresentasikan dengan tegangan (voltage) dalam circuit elektrik. Aliran
air yang melewati kebun tersebut dapat direpresentasikan dengan dengan ampere
(arus). Sehingga dapat diumpamakan watt adalah hasil yang didapatkan dari
penjumlahan besarnya tekanan dan banyaknya air yang melewati kebun. Satu watt
sebanding dengan satu ampere dikalikan dengan satu volt.
Pengkhususan untuk 120 watt plug-in night-light kira-kira 7 watt. Pada
malam hari yang terang, daya 7 watt ini akan tampak 50 mil (83 km) dari segala
arah, dan jika kita dapat menyandikan informasi sedemikian rupa, seperti dengan
menggunakan kode morse, kita akan mendapatkan sebuah wireless link yang telah
terbentuk. Perlu diingat bahwa kita hanya memperhatikan proses penerimaan dan
pengiriman data, dan bukan proses pencahayaan pada penerima dengan
menggunakan energi RF sebagaimana kita akan menerangi sebuah ruangan
dengan lampu. Anda dapat melihat secara relative sedikit daya yang diperlukan
untuk untuk membentuk sebuah RF link dengan jarak yang besar. FCC hanya
membolehkan 4 watt daya untuk diradiasikan dari sebuah antenna pada proses
koneksi point-to-multipoint wireless LAN dengan menggunakan unlicensed 2,4
GHz peralatan spread spectrum. 4 watt kelihatannya bukan sebuah daya yang amat
besar, tetapi lebih dari cukup untuk mengirim sinyal data RF secara jelas pada
jarak bermil-mil.
2.4.2 Miliwatts
Pada saat proses implementasi wireless LAN, level daya yang sama-sama
rendah sebesar 1 miliwatt (1/1000 watt, disingkat denganmW) dapat digunakan
pada area yang kecil, dan level daya pada sebuah single-wireless LAN segment
jarang sekali diatas 100 mW – cukup untuk komunikasi dengan jarak setengah mil
(0.83 km) pada kondisi optimum. Secara umum access point memiliki
kemampuan meradiasi daya 30-100 mW, tergantung pada manufacturer
(pembuatnya). Hal ini hanya terjadi pada kasus point-to-point outdoors conection
antara beberapa bangunan dimana level daya yang digunakan diatas 100 mW.
Sebagian besar level daya yang dikerahkan oleh administrator akan menjadi mW
atau dBm. Kedua satuan ukuran ini merepresentasikan sejumlah daya yang
24
absolute dan keduanya merupakan ukuran standart yang digunakan dalam
industry.
2.4.3 Decibel
Saat penerima sangat sensitive terhadap sinyal RF (Radio Frequency),
kemungkinan sinyal tersebut mampu membawa daya sekitar 0.000000001 watt.
Lebih jelasnya maksud nilai tersebut adalah nilai yang sangat kecil untuk
layperson dan akan ditolak atau tidak akan dibaca. Decibel diperuntukkan untuk
mempresentasikan angka yang dibuat lebih mudah dipahami dan dimengerti.
Decibel berdasarkan pada hubungan logaritmik dari pangukuran daya secara
linier:Watts. Pada RF, logaritmik adalah eksponen dari angka 10 yang
dipangkatkan untuk mencapai nilai yang diinginkan.
Jika kita memberikan angka 1000 dan ingin menemukan logaritmik (log),
kita temukan log 1000=3 karena 103 = 1000. catatan bahwa logaritmik 3 adalah
eksponensial. Hal yang penting sebagai catatan tentang logaritmik adalah
logaritmik dari negative adalah nol atau tidak didefinisikan.
Log(-100) = undefined!
Log(0) = undefined!
Pada skala linier watt kita dapat menggambari titik-titik dari absolute daya.
Ukuran dari absolute daya menunjuk pada ukuran daya dalam relasi beberapa
referensi yang telah ditentukan. Pada sebagian besar skala linier (watt, derajat
Kelvin, mil/jam), referensi telah ditentukan pada nol (zero), yang biasanya
mendeskripsikan kekurangan dari sesuatu yang telah diukur: zero watts = no daya
(tidak ada daya), zero derajat Kelvin = no thermal energy (tidak ada energi), zero
MPH = no movement (tidak ada perpindahan). Pada skala logaritmik, sebuah
referensi tidak dapat menjadi zero (nol) karena log dari zero tidak ada (tidak
didefinisikan). Decibel adalah sebuah unit ukuran relative yang tidak sama dengan
ukuran absolute dari miliwatt.
2.4.4 Gain And Loss Measurements (Pengukuran Penguatan dan Pelemahan)
25
Gain dan loss pada daya diukur dalam decibel, bukan dalam watt, karena
gain dan loss adalah sebuah konsep relative dan decibel sendiri adalah suatu
ukuran yang relative. Gain dan loss dalam system RF ditunjukkan oleh ukuran
absolute daya (e.g. setengah dari daya-nya). Kehilangan setengah dari daya dalam
sebuah system maka bersamaan dengan itu akan hilang 3 desibel. Jika sebuah
system kehilangan setengah dari daya-nya (-3 dB), kemudian kehilangan setengah
daya lagi (-3 dB), maka total kehilangan dari system sebesar ¾ dari daya original
½ dari kondisi awal, sehingga menjadi ¼( ½ of ½ ). Lebih jelasnya, tidak ada
ukuran absolute/mutlak pada watt yang dapat mengukur asymmetrical loss dengan
jalan yang berarti, tetapi decibel mampu melakukannya.
Sebagai referensi yang cepat dan mudah, ada beberapa angka yang
direlasikan untuk gain dan loss dan seorang administrator seharusnya sudah akrab
dengan angka-angka ini. Angka-angka tersebut adalah sebagai berikut :
-3 dB = ½ daya dalam mW
+3 dB = *2 daya dalam mW
-10 dB = 1/10 daya dalam mW
+10 dB = *10 daya dalam mW
Kami menyebut referensi yang cepat ini sebagai 10’s dan 3’s dari RF math.
Pada saat menghitung gain dan loss pada daya, keduanya hampir selalu dibagi
dengan 10 atau 3. Nilai-nilai ini memberikan kemudahan bagi administrator untuk
melakukan perhitungan loss dan gain pada RF secara cepat dan mudah dengan
akurasi yang lumayan tanpa menggunakan kalkulator. Pada sebuah kasus dimana
dengan menggunakan cara ini tidak mungkin dapat dilakukan, maka ada beberapa
rumus pengkonversi yang dapat dilihat dibawah, yang dapat dilakukan untuk
melakukan perhitungan ini.
Berikut ini adalah persamaan umum untuk mengkonversi mW ke dBm :
Pdbm = 10 Log PmW
26
Persamaan ini dapat dimanipulasi untuk membalik pengkonversian, yaitu
mengkonversi dBm ke mW :
Pmw = Log-1(Pdbm /10) Pmw = 10(Pdbm /10)
Note : Log-1 merupakan inverse logarithma (invers log).
Point lainnya yang juga penting adalah bahwa gain dan loss merupakan
additive (tambahan). Jika access point dikoneksikan pada sebuah kabel yang telah
loss sebesar -2 dB dan konektor loss sebesar -1 dB, maka keseluruhan dari loss
akan ditambahkan dan hasil total dari loss adalah -3 dB. Kita akan sambung
beberapa perhitungan RF pada sesi selanjutnya untuk mmberikan gambaran yang
baik tentang bagaimana merelasikan ankga-angka tersebut dalam praktek nyata.
2.4.5 dBm
Reference point yang berkenaan dengan skala logaritmik dB untuk skala
linier watt adalah :
1 mW = 0 dBm
Dimana m dalam dBm secara sederhana merujuk pada skala decibel dan
skala watt yang kira-kira dapat menggunakan aturan sebagai berikut :
+dB akan mengalikan dua nilai watt :
(10 mW + 3 dB = 20 mW)
Demikian juga, -3 akan membagi dua nilai watt :
(100 mW – 3 dB 50 mW)
+10 dB akan meningkatkan nilai watt sebesar sepuluh kali lipat:
(10 mW + 10dB = 100 mW)
Sebaliknya, -10 akan mengurangi nilai watt sampai sepersepuluh dari nilai
tersebut.
(300 mW – 10dB = 30 mW)
27
Aturan-aturan ini akan memberikan perhitungan yang cepat dari miliwatt
daya level ketika diberikan daya level, gain, dan loss dalam dBm dan dB. Gambar
2.13 memberikan sebuah reference point yang selalu sama, tetapi level daya dapat
berpindah kesalah satu arah dari reference point yang tergantung pada apa yang
mereka representasikan pada daya, gain atau loss.
Gambar 2.13. Tabel Power Level
Grafik atas pada gambar 2.13, gain dan loss sebesar 10 dB ditunjukkan pada
setiap penambahan. Perlu diperhatikan bahwa gain sebesar +10 dB dari reference
point sebesar 1 mW memindahkan daya sampai +10 dBm (10 mW). Sebaliknya,
perlu diperhatikan juga bahwa loss sebesar -10 dB memindahkan daya sebesar -10
dBm (100 microwatts). Pada grafik bawah juga menggunakan prinsip yang sama.
Kedua grafik merepresentasikan maksud yang sama, kecuali yang satu dilakukan
penambahan pada gain dan loss sebesar 3 dB dan yang satu lagi sebesar 10 dB.
Dipisahkan menjadi dua grafik untuk kemudahan dalam pembacaan. Dengan
menggunakan grafik diatas, maka akan lebih mudah melakukan konversi dBm dan
mW pada level daya.
Contoh:
+43 dBm dibagi dengan 10 dan 3 sehingga menjadi +10+10+10+10+3. Dari
reference point, gambar grafik menunjukkan bahwa dilakukan perkalian nilai
miliwatt (dimulai dari reference point) sebuah factor dari perkalian sepuluh
28
sebanyak empat kali dan factor dari perkalian 2 sebanyak satu kali dan hasilnya
adalah sebagai berikut :
1 mW x 10 = 10 mW
10 mW x 10 = 100 mW
100 mW x 10 = 1,000 mW
1,000 mW x 10 = 10,000 mW
10,000 mW x 2 = 20,000 mW = 20 watt
Sehingga kita dapat melihat bahwa daya sebesar +43 dbm sama dengan 20
watt. Contoh lain dengan ukuran daya negative, misalkan diberikan nilai reference
point sebesar -26 dBm.
Pada contoh ini kita tahu bahwa -26 dBm sama dengan -10-10-3-3. Dari
reference point, gambar grafik menunjukkan bahwa dilakukan pembagian pada
nilai miliwatt (dimulai pada reference point) oleh factor dari 10 sebanyak dua kali
dan factor dari 2 sebanyak dua kali dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1 mW / 10 = 100 uW
100 uW / 10 = 10 uW
10 uW / 2 = 5 uW
5 uW/ 2 = 2.5 uW
Sehingga dapat dilihat bahwa daya sebesar -26 dBm sama dengan 2.5
microwatt.
2.4.6 dBi
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, gain dan loss diukur dalam
decibel. Ketika dilakukan paengukuran gain pada antenna, satuan decibel
direpresentasikan dengan dBi. Satuan ukuran dBi ditujukan hanya untuk gain pada
antenna. Huruf “i” kepanjangan dari “isotropic”, yang mengartikan perubahan
pada daya yang telah direferensikan untuk isotropic radiator. Isotropic radiator
adalah sebuah teori transmitter ideal yang menghasilkan manfaat pada output field
electromagnetic di segala arah dengan intensitas yang sama, dan pada effisiensi
29
100 %, dalam space 3-dimensi. Salah satu contoh dari isotropic radiator adalah
matahari. Pikirkan bahwa dBi telah direferensikan untuk penyempurnaan. Ukuran
dBi digunakan dalam perhitungan RF pada tata cara yang sama seperti dB. Satuan
dBi adalah relative.
Dengan menganggap sebuah antenna sebesar 10 dBi dengan daya yang
digunakan sebesar 1 watt. Sehingga EIRP adalah (daya output pada element
antenna)?
1 W + 10 dBi (meningkat 10 kali lipat) = 10 W
Perhitungan ini bekerja pada cara yang sama seperti yang dapat dilihat pada
gain yang diukur dalam dBi. Gain sebesar 10 dBi dikalikan dengan daya input
pada antenna dengan factor. Antenna yang tidak berfungsi secara normal tidak
dapat menurunkan sinyal, sehingga nilai dBi-nya selalu positif. Seperti halnya dB,
dBi merupakan satuan ukuran yang relative yang dapat ditambah atau dikurangi
dari satuan decibel yang lainnya. Sebagai contoh, jika sebuah sinyal RF direduksi
sebesar 3 dB berjalan melewati copper cabel kemudian ditransmisikan oleh sebuah
antenna dengan gain 5 dBi, maka hasilnya dari keseluruhan gain adalah +2 dB.
Contoh
Pemberian RF circuit pada Gambar 2.14, menentukan daya pada semua titik
sasaran dalam miliwatt.
30
Gambar 2.14. Contoh Konfigurasi WLAN
2.4.7 Pengukuran Akurat
Meskipun teknik ini bermanfaat dan cocok pada semua situasi, ada beberapa
masalah ketika rentetan angka yang telah ditetapkan tidak tersedia. Pada saat
inilah digunakan rumus yang merupakan metode terbaik untuk melakukan
perhitungan RF. Selama decibel merupakan satuan ukuran daya yang relative,
perubahan dalam level daya menjadi implicit (tidak secara langsung). Jika level
daya diberika dalam dBm, maka merubah kedalam dB akan lebih sederhana
perhitungannya :
Daya awal = 20 dBm
Daya akhir = 33 dBm
Perubahan daya, ΔP = 33-20 = +30 dB, karena nilai yang dihasilkan adalah
positif maka menandakan bahwa terjadi peningkatan pada daya.
Jika level daya diberikan pada miliwatt, prosesnya dapat lebih komplek lagi :
Daya awal (Pf) = 130 mW
Daya akhir (Pi) = 5,2 W
31
Perubahan daya,
ΔP = 10 Log (Pf / Pi)
= 10 Log (5.2 mW / 130 mW)
= 10 Log 40
= 10 * 1.6
= 16 dB
2.5 Kesimpulan
Frekuensi Radio adalah sinyal arus berfrekuensi tinggi yang berubah-ubah yang
melewati konduktor tembaga yang panjang dan kemudian diradiasikan ke udara
melalui sebuah antenna. Mengerti tingkah laku dari panyebaran gelombang RF
adalah bagian penting untuk mengerti mengapa dan bagaimana wireless LAN
berfungsi. Tanpa dasar pengetahuan tersebut,seorang administrator tidak mampu
menentukan lokasi instalasi dari perlengkapan dan tidak akan mengerti bagaimana
memecahkan masalah wireless LAN. Sifat dari RF atu Frekuensi Radio terdiri atas
Gain, Power Loss, Refleksi / Pemantulan, Pembiasan, Difraksi, Scattering, dan
Penyerapan. VSWR terjadi ketika terdapat impedalisi yang tidak cocok (hambatan
arus dalam satuan ohm) antara alat dalam sistem RF. VSWR disebabkan oleh sinyal
RF yang terpantul pada titik ketidakcocokan impedansi dalam path dalam empat
sinyal. VSWR menyebabkan kehilangan kembalian, yang didefinisikan sebagai
kehilangan energi maju melalui sebuah sistem yang disebabkan beberapa dayanya
terpantulkan dan kembali ke pengirim. Antenna adalah media yang esensial dalam
komunikasi Wireless untuk menghubungkan Point yang satu dengan yang lain. Hal
yang penting di mengerti untuk antenna adalah Antenna menkonversi energi listrik
gelombang ke gelombang RF. Dalam kasus antenna pentramisi, atau gelombang RF
ke energi elektik dalam kasus antenna penerima. Dan, Dimensi fisik antenna seperti
panjangnya berhubungan langsung dengan frekuensi dimana antennanya dapat
menghambat gelombang atau menerima gelomang terhambat. Beberapa point
penting dalam memahami pengadmintrasian werless LAN bebas lisensi adalah garis
panjang, efek zona fresnel dan penapaian antenna, dalam melalui beamwidth
terfokus.
32
2.6 SOAL
1. Sebutkan beberapa macam sifat dari Frekuensi Radio ?
2. Apakah pengertian dari Intentional Radiator ? (Jelaskan beserta gambar)
3. Sebutkan enpat bagian penting dari Radio Frequency Mathematics ?
4. Berapa Zone Fresnel yang dapat dihasilkan apabila diketahui dua Antenna
Wireless LAN berjarak 0.4 mil dengan menggunakan frekuensi 1600 Mhz ?
5. Berapa perubahan daya apabila diketahui daya akhir yang dihasilkan empat kali
dari daya awalnya ?
33
Bab 3. Teknologi Spread Spectrum
Dalam rangka untuk menjalankan dan menyelesaikan wireless Lan dengan baik,
mengerti teknologi spread spectrum dan mengimplementasikannya dengan baik
merupakan suatu keharusan. Dalam bagian ini, akan membahas apa teknologi spread
spectrum dan bagaimana kegunaan menurut petunjuk FCC. Kita akan membedakan dan
membandingkan dua bagian utama teknologi spread spectrum dan membahas, di
dalamnya, bagaimana tekhnologi spread spectrum di implementasikan dalam wireless
Lan.
3.1 Memperkenalkan Spread Spectrum
Spread spectrum adalah sebuah teknologi komunikasi yang memberikan karakter
kepada lebar bandwidth dan low peak power. Spread spectrum komunikasi digunakan
berbagai macam modulasi teknologi dalam wireless Lan dan memiliki banyak
keuntungan, membatasi komunikasi narrow band. Gangguan yang sedikit akan
mempengaruhi komunikasi pada spread spectrum dibandingkan pada komunikasi
narrow band. Karena alasan ini, spread spectrum telah lama disangkutkan dengan
militer. Dalam rangka membahas spread spectrum apa yang pertama kita harus tetapkan
pada suatu referensi dengan membahas konsep pengiriman narrow band.
3.1.1 Mengirimkan Narrow Bandz
Suatu pengiriman narrow band adalah teknologi komunikasi yang hanya
cukup digunakan dari frekwensi spectrum untuk membawa data sinyal, dan tidak
lebih. Misi FCC untuk menjaga penggunaan frekwensi sebanyak mungkin, hanya
membagi-bagikan apa yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Spread
spectrum bertentangan dengan misi karena menggunakan banyak band frekwensi
yang lebih luas dibandingkan keperluan untuk mengirimkan informasi. Ini
membawa kita kepada kebutuhan yang pertama pada suatu sinyal untuk spread
spectrum. Suatu sinyal merupakan suatu sinyal spread spectrum ketika bandwidth
lebih luas dari pada apa yang diperlukan untuk mengirimkan informasi.
Gambar 3.1 menjelaskan perbedaan diantara narrow band dan transmisi
spread spectrum. Catatan bahwa satu karakteristik dari narrow band merupakan
34
high peak power. Power yang lebih diperlukan untuk mengirimkan suatu transmisi
ketika penggunaan range frekwensi lebih kecil. Dalam urutan untuk sinyal narrow
band untuk jadi diterima, mereka harus mengeluarkan tingkatan level atas dari
noise, memanggil noise floor, dengan jumlah yamg significant. Sebab band
menjadi narrow, high peak power memastikan resepsi error-free suatu sinyal
narrow band.
Gambar 3.1. Narrow Band vs Spread Spectrum
Suatu argumentasi bertentangan dengan transmisi narrow band selain dari
pada itu juga memerlukan narrow band untuk mengirimkan sinyal narrow band
bisa jadi mengganggu atau mengalami gangguan campur tangan denagn mudah.
Gangguan menjadi intensional yang menaklukkan transmisi menggunakan sinyal
yang tak dikehendak imengirimkan pada band yang sama. Sebab band menjadi
narrow, sinyal narrow band yang lain, termasuk noise, dengan sepenuhnya
menghapus informasi dengan menaklukkan transmisi narrow band, seperti kereta
lewat tengah menundukkan suatu ketenangan.
3.1.2 Teknologi Spread Spectrum
Teknologi spread spectrum mengijinkan kita untuk mengambil dengan
jumlah informasi yang sama dengan sebelumnya yang akan dikirimkan dengan
menggunakan sinyal pengangkut narrow band dan menyebarnya ke luar dengan
frekwensi jarak yang lebih besar. Sebagai contoh, kita boleh menggunakan 1 MHz
pada 10 Watt denagn narrow band, tetapi 20 MHz pada 100 mW dengan spread
spectrum. Dengan penggunaan spectrum frekwentasi yang lebih luas, kita
35
mengurangi kemungkinan data yang akan rusak. Narrow band mengganggu usaha
suatu sinyal spread spectrum yang akan mungkin dirintangi berdasarkan atas
bagian kecil dari informasi sinyal narrow band dengan frekwensi jarak.
Kebanyakan data digital akan diterima dengan error-free. Sekarang ini spread
spectrum RF radio manapun dapat memancarkan kembali dengan jumlah yamg
kecil dari kerugian data dalam kaitan dengan gangguan narrow band.
Selagi spread spectrum band secara relative luas, peak power dari sinyal
merupakan quite low. Ini menjadi kebutuhan yang kedua untuk suatu sinyal untuk
jadi dipertimbangkan spread spectrum. Karena suatu sinyal untuk
dipertimbangkan spread spectrum, harus menggunakan low power. Dua
karakteristik dari spread spectrum ini (penggunaan band frekwensi luas dan sangat
low power) membuat kebanyakan penerima seolah-olah merupakan suatu sinyal
noise. Noise adalah suatu band luas sinyal low power, tetapi berbeda dengan noise
yang tak dikehendaki. Lagipula, Sejak kebanyakan radio penerima akan
memandang sinyal spread spectrum sebagai noise, penerima ini tidak akan
mencoba ke demodulate atau menginterpretasikan, menciptakan kurang lebih
pengamanan komunikasi.
3.2 Penggunaan Spread Spectrum
Keamanan ini tidak bisa dipisahkan untuk menarik militer di dalam teknologi
spread spectrum melalui tahun1950 dan tahun1960. Oleh karena itu noise seperti
karakteristik, spread spectrum bisa dikirim di bawah noses lawan dengan menggunakan
teknik komunikasi klasik. Keamanan hampir semua dijamin. Secara alami, keamanan
komunikasi yang dirasakan hanya valid asalkan tidak ada yang menggunakan teknologi
lain. Jika kelompok yang lain akan menggunakan teknologi yang sama, komunikasi
spread spectrum ini bisa ditemukan, jika tidak diinterupsi dan dikodekan.
Di dalam tahun 1980, FCC menerapkan satu set aturan yang membuat teknologi
spread spectrum untuk masyarakat dan memberikan harapan kepada penyelidikan dan
riset ke dalam commercialisasi tentang teknologi spread spectrum. Meskipun demikian
pada mulanya sekilas mungkin kelihatan bahwa militer telah kehilangan keuntungan,
padahal itu tidak pernah. Band yang digunakan oleh militer berbeda dari band yang
digunakan oleh masyarakat. Juga, militer menggunakan modulasi yang sangat berbeda
dengan teknik encoding untuk memastikan bahwa komunikasi spread spectrum jauh
36
lebih sulit untuk menginterupsi dibanding mereka yang dari general public. Sejak tahun
1980, riset telah dimulai, spread spectrum telah digunakan dalam telepon cordless,
global positioning systems (GPS), digital cellular telephony (CDMA), personal
communications system (PCS), dan sekarang wireless local area networks (wireless
Lan). Penggemar radio amatir kini mulai mengadakan percobaan dengan teknologi
spread spectrum untuk banyak dipertimbangkan meraka yang mempunyai
permasalahan.
Sebagai tambahan terhadap wireless Lan (WLan), wireless personal area
networks (WPANs), wireless metropolitan area networks (WMANs), and wireless wide
area networks (WWANs) adalah juga mengambil keuntungan dari teknologi spread
spectrum. WPANs dengan menggunakan teknologi Bluetooth untuk mengambil
keuntungan dari kebutuhan yang sangat low power untuk mengijinkan jaringan Wireless
di dalam jarak yang sangat pendek. WWANs dan WMANs dapat menggunakan
keuntungan antenna yang directional yang tinggi untuk membuat long-distance, highspeed
RF yang menghungkan dengan low power.
3.2.1 Wireless Local Area Networks
Wireleess Lan, WMANs, dan WWANs menggunakan spread spectrum yang
sama dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh suatu wireless LAN mungkin
bisa digunakan dalam bangunan untuk menyediakan penghubung para mobile,
atau jembatan mungkin bisa digunakan untuk menyediakan building-to-building
penghubung ke seberang suatu kampus. Ini adalah penggunaan yang spesifik dari
teknologi spread spectrum yang tepat di dalam uraian suatu Local Area Network
(LAN).
Penggunaan yang umum dari teknologi spread spectrum yaitu suatu
kombinasi dari Wireless 802.11 yang memenuhi Lan dan 802.15 peralatan yang
memenuhi Bluetooth. Dua teknologi ini sudah megcepture bagian pasar yang luar
biasa, jadi merupakan ironis bahwa keduanya berfungsi dengan banyak cara yang
berbeda, permainan di dalam FCC dengan aturan yang sama, tetapi sangat
bertentangan satu sama lain. Riset pantas dipertimbangkan, waktu, dan sumber
daya termasuk dalam pembuatan teknologi ini pada waktu yang sama.
3.2.2 Wireless Personal Area Networks
37
Bluetooth, paling populer dari teknologi WPAN yang ditetapkan oleh
standart IEEE 802.15. Peraturan FCC mengenai penggunaan spread spectrum,
mengijinkan untuk berbeda tipe dari implementasi spread spectrum. Beberapa
format dari spread spectrum memperkenalkan konsep frekwensi hopping, yang
mengirim dan menerima system hop dari frekwensi ke frekwensi di dalam band
frekwensi yang mengirimkan data, Bluetooth hop kira-kira 1600 kali per detik
sedang teknologi HomeRF (luas band teknologi WLAN) hop kira-kira 50 kali per
detik. Kedua teknologi ini saling bertukar dari standart 802.11 WLAN, yang mana
hop 5-10 kali per detik.
Masing teknologi ini mempunyai kegunaan yang berbeda di dalam pasar,
tetapi semua tergolong dalam peraturan FCC. Sebagai contoh, ciri 802.11
frekwensi hopping WLAN boleh jadi diterapkan di lingkungan rumah dalam
kaitan dengan pembatasan lower output power oleh FCC
3.2.3 Wireless Metropolitan Area Networks
Penggunaan spread spectrum lain, seperti link wireless yang mengilingi
keseluruhan kota besar yang menggunakan high-power link point-to-point untuk
membuat suatu jaringan, dalam mengenal sebagai Wireless Metropolitan Area
Networks, atau WMANs. Menghubungkan banyak link point-to-point Wireless ke
suatu jaringan ke seberang area yang geografisnya sangat besar dengan
mempertimbangkan WMAN, tetapi masih menggunakan teknologi yang sama
sebagai WMAN. Perbedaan WLAN dan WMAN, WMANs menggunakan
frekwensi yang diizinkan sebagai ganti frekwensi yan tidak diizinkan dengan
menggunakan WLan. Alasan untuk perbedaan ini bahwa organisasi menerapkan
jaringan yang akan mengontrol jarak frekwensi di mana WMAN sedang
diterapkan dan tidak perlu khawatir jika orang lain menerapkan jaringan yang
bertentangan. Faktor yang sama berlaku pada WWANs.
3.3 FCC Specification
Meskipun ada implementasi yang berbeada dari teknologi spread spectrum, hanya
dua jenis yang ditetapkan oleh FCC. Hukum menetapkan spread spectrum di dalam
judul 47 melalui kongress dengan judul ”Telegraf, Telepon, dan Radiotelegraphs.”
Hukum menyediakan basis untuk peraturan dan implementasi oleh FCC.Peraturan FCC
38
dapat ditemukan di dalam kode Peraturan Pemerintah pusat (CFR). Wireless LAN
diuraikan di dalam peraturan ini.Peraturan FCC ini uraikan dua teknologi spread
spectrum yaitu DSSS dan FHSS.
3.3.1 Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)
Frekwensi hopping spread spectrum adalah suatu teknik yang menggunakan
kecepatan frekwensi spread spectrum yang lebih dari 83 MHz. Kecepatan
frekwensi mengacu pada kemampuan radio untuk merubah frekwensi transmisi di
dalam RF band frekwensi yang dapat di pakai. Dalam frekwensi hopping wireless
Lan, bagian yang dapat dipakai dari 2.4 GHz ISM band adalah 83.5 MHz, per
peraturan FCC dan standart IEEE 802.11.
3.3.1.1 How FHSS Works ?
Dalam sistem frekwensi hopping, merubah frekwensi, atau hop, menurut
urutan pseudorandom. Urutan pseudorandom adalah daftar beberapa frekwensi
yang akan hop pada interval waktu yang ditetapkan sebelum mengulanginya.
Pemancar menggunkan urutan hop untuk memilih frekwensi transmisinya.
Pengngkut akan tinggal pada frekwensi tertentu untuk waktu yang ditetapkan
(dikenal sebagai dwell time), dan kemudian menggunakan sejumlah waktu
kecil untuk hop kepada frekwensi yang berikutnya (hop time).
Gambar 3.2 menunjukkan frekwensi hopping sistem menggunakan
urutan hop frekwensi 5 MHz band. Di dalam contoh ini, urutannya adalah
1. 2.449 GHz
2. 2.452 GHz
3. 2.448 GHz
4. 2.450 GHz
5. 2.451 GHz
Ketika radio telah memancarkan informasi pada 2.451 GHz, radio akan
mengulangi urutan hop, start lagi ke 2.449 GHz. Proses mengulang urutan
selanjutnya sampai informasi diterima dengan sepenuhnya. Penerima radio
disamakan ke pemancar hop radio dalam rangka menerima frekwensi yang
39
sesuai di proper time. Sinyal kemudian di demodulated dan digunakan oleh
komputer yang menerima.
Gambar 3.2. Single FHSS
3.3.1.2 Effects Of Narrow Band Interference
Frekwensi hopping adalah suatu metoda data pengiriman di mana
transmisi dan sistem menerima hop sepanjang pola frekwensi dapat diulang
bersama-sama.
Dengan semua teknologi spread spectrum, frekwensi hopping sistem
bersifat resistant tetapi tidak kebal untuk gangguan campur tangan narrow
band. Di dalam contoh gambar 3.2, jika sinyal akan bertentangan dengan
frekwensi sinyal hopping, pada 2.451 GHz hanya bagian dari sinyal spread
spectrum yang hilang. Sisa dari sinyal spread spectrum akan tetap utuh, dan
data yang hilang akan dipancarkan kembali. Pada kenyataannya, sinyal spread
spectrum yang bertentangan boleh menduduki megahertz dari bandwidth.
Sejak frekwensi hopping band selesai lebar 83 MHz, bahkan sinyal yang
bertentangan akan menyebabkan sedikit penurunan dari sinyal spread
spectrum.
3.3.1.3 Frequency Hopping Systems
Adalah menjadi pekerjaan dari IEEE untuk menciptakan standart operasi
dalam membatasi peraturan yang diciptakan oleh FCC. IEEE dan standart
OpenAir mengenai sistem FHSS menguraikan:
40
what frequency bands may be used (frekwensi band apa yang boleh
digunakan)
hop seguences
dwell time
data rates
Standart IEEE 802.11 menetapkan tingkat data1 Mbps dan 2 Mbps dan
OpenAir (standart yang diciptakan oleh almarhum dalam wireless LAN bentuk
interoperasi) menetapkan tingkat data 800 jbps dan 1.6 Mbps. Dalam rangka
untuk sistem frekwensi hopping untuk 802.11 atau OpenAir, ia must
beroperasi dalam 2.4 GHz ISM band ( yang mana telah di definisikan oleh
FCC dari 2.400 GHz ke 2.5000 GHz). Keduanya standart mengenai operasi
dalam jarak 2.4000 GHz ke 2.4835 GHz. Sejak Wireless LAN Interoperability
Forum (WLIF) tidak lagi mendukung standart yang di luar, system IEEE akan
memenuhi untuk system FHSS dalam buku ini.
3.3.1.4 Channels
Suatu sistem frekwensi hopping akan beroperasi menggunakan pol suatu
channel. Sistem frekwensi hopping secara khusus menggunakan hop standart
26 atau subnet daripadanya. Beberapa sistem frekwensi hopping mengijinkan
hop menggunakan pola. Dan yang lain mengijinkan sinkronisasi antar sistem
dengan menghapus collisions dalam menempatkan lokasinya. Meskipun
mungkin untuk mempunyai sebanyak 79 poin-poin akses yang disamakan,
dengan banyak sistem ini, masing-masing frekwensi hopping radio akan
memerlukan sinkronisasi dengan semua dalam urutan tidak untuk bertentangan
dengan frekwensi hopping radio yang lain dalam area. Harga system seperti itu
menjadi penghalang dan biasanya tidak dipertimbangkan pada sustu pilihan.
Jika radio tidak disamakan untuk digunakan, Kemudian 26 sistem dapat
dilokasikan dalam Wireless LAN, jumlah ini dianggap sebagai maksimum
dalam Wireless LAN medium-traffic. Lebih dari 15 sistem frekwensi hopping
dilokasikan dalam lokasi yang bertentangan pada tingkat collisions itu akan
mulai mengurangi kumpulan keluaran dari Wireless LAN
41
Gambar 3.3. Co-located FHSS
3.3.1.5 Dwell Time
Ketika mendiskusikan system frekwensi hopping, Kita sedang
mendiskusikan sistem yang harus memancarkan pada frekwensi yang
ditetapkan untuk sementara waktu, Kemudian hop pada suatu frekwensi yang
berbeda unutk melanjutkan pemancaran. Ketika sistem frekwensi hopping
memancarkan pada frekwensi, harus melakukan sejumlah waktu yang
ditetapkan. Wkatu ini akan memanggil dwell time. Sekali ketika dwell time
berakhir, system tombolke frekwensi yang berbeda dan mulai unutuk
memancarkan lagi. Suatu sistem frekwensi hopping memancarkan dua
frekwensi,2.401 GHz dan 2.402 GHz. Sistem akan memancarkan pada
frekwensi 2.401 GHz untuk durasi dari dwell time-100 miliseconds (ms),
sebagai contoh. Setelah 100 ms radio harus berubah pemancarkan frekwensi
pada 2.402 GHz dan mengirimkan informasi pada frekwensi untuk 100 ms.
3.3.2 Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
Direect Sequence Spread Spectrum sangat dikenal luas dan merupakan tipe
spread spektrum yang paling banyak digunakan, digunakan oleh aplikasi yang
sangat popular, mudah penggunaan dan memiliki rate data yang tinggi. DSSS
merupakan sebuah metode pengiriman data dimana pengiriman dan penerimaan
data berada pada range frekuensi 22 MHz. Chanel yang lebih lebar akan membuat
peralatan dapat mengirim informasi lebih tinggi daripada system FHSS
42
3.3.2.1 Bagaimana DSSS Bekerja
DSSS menggabungkan sebuah data sinyal pada station pengiriman
dengan kecepatan bit sequence yang tinggi dimana direferensikan sebagai
chipping code atau penguatan prosesor. Sebuah prosesor yang tinggi akan
menambah resistansi sinyal untuk saling berinteferensi. Proses dari direct
sequence dimulai dengan sebuah carier dimodulasikan dengan kode sequence.
Angka pada chips dalam kode akan menentukan bagaimana penyebaran terjadi
dan angka dari chips serta kecepatan dari kode akan menentukan kecepata
data.
3.3.2.2 Direct Sequence Systems
Dalam ISM band 2.4 GHz, IEEE telah menjelaskan bahwa penggunaan
DSSS pada rate data 1 atau 2 Mbps dibawah standar 802.11. Peralatan IEEE
802.11b beroperasi pada 5.5 atau 11 Mbps yang akan mampu berkomunikasi
dengan peralatan 802.11 yang beroperasi pada 1 atau 2 Mbps hal ini
dikarenakan tipe 802.11 b menyediakan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan versi sebelumnya.
3.3.2.3 Channels
Tidak seperti frekuensi hoping system yang menggunakan rangkaian
lompatan untuk mendefinisikan chanel-chanel, direct system menggunakan
definisi chanel yang lebih konvensional. Masing-masing chanel merupakan
band yang saling berdekatan dengan lebar frekuensi 22 MHz dan 1 MHz
frekuensi carier digunakan hanya sebagai FHSS. Chanel 1 beroperasi dari
2.401 GHz – 2.423 GHz dan chanel 2 operates dari 2.406 – 2.429.
3.3.3 Akibat dari Narrow Band Interfence
Seperti sistem frekuensi hop, direct sequence system selalu resistan. Sebuah
sinyal DSSS akan lebih suspek daripada FHSS karena band DSSS sangat kecil
43
(dengan lebar 22 MHz 79 MHz yang digunakan FHSS) dan informasi dikirim
melalui simultan band. Dengan FHSS, frekuensi akan sulit dan lebar frekuensi
akan mengalami interferensi.
3.3.4 Akibat Aturan FCC terhadap DSSS
Hanya karena sistem FHSS, FCC menggunakan regulasi bahwa sistem
DSSS menggunakan 1 w untuk point to multipoint. Keluaran maksimum yang
berdiri sendiri dari channel yang dipilih, artinya channel yang disetujui, daya
keluaran yang sama. Regulasi ini mengaplikasikan spread spectrum antara 2.4
GHz ISM band dan naik 5 GHz UNII band.
3.3.5 Perbandingan FHSS dan DSSS
Antara teknologi FHSS dan DSSS memiliki kelebihan dan kekurangan, dan
hal itu urusan dari administrator Wireless LAN untuk memberikan tiap kelebihan
dan kekurangan ketika memutuskan bagaimana mengimplementasikan Wireless
LAN. Pada bagian ini akan membahas beberapa faktor yang seharusnya
didiskusikan ketika membandingkan teknologi yang akan diimplementasikan pada
perusahaan kita, yaitu
• Narrowband interference
• Co-Location
• Cost
• Equipment Compability & Availability
• Data rate & Thoughput
• Security
• Standards Support
3.4 Narrowband Interference
Salah satu kegunaan system FHSS adalah resistensi yang besar untuk narrowband
interference. System DSSS mungkin diakibatkan oleh Narrowband interference dan
pada system FHSS karena menggunakan 22 MHz dibandingkan dengan 79 MHz FHSS.
44
3.4.1 Cost
Ketika mengimplementasikan jaringan wireless LAN, kegunaan dari sistem
DSSS mungkin lebih murah dari pada sistem FHSS. Biaya untuk
mengimplementasikan sebuah direct sequence system sangat sulit. Sejak sistem
frekuensi hop yang jelek.
3.4.2 Co-Location
Sebuah kegunaan dari FHSS dari DSSS adalah kemampuan yang lebih pada
sistem frekuensi hop untuk di-co-located ke direct sequence system. Sejak sistem
frekuensi hop disebut frekuensi yang jelek dan menggunakan 79 channel diskrit,
yang mana memiliki c-location maksimum terhadap 3 access point.
Gambar 3.4. Perbandingan Co-location
Bagaimanapun, ketika dihitung biaya hardware pada sistem FHSS untuk
mendapatkan sistem DSSS secara keseluruhan, kegunaan akan cepat hilang.
Karena sistem DSSS memiliki 3 co-located access point, secara keseluruhan
konfigurasi ini akan menjadi
3 access point x 11 Mbps = 33 Mbps
atau secara kasaran 50 % dari bandwith rate, sistem DSSS secara keseluruhan
33 Mbps / 2 = 16.5 Mbps.
45
Home RF2.0 menggunakan lebar band frekuensi hoping teknologi untuk
mencapai 10 Mbps kecepatan data.,dimana kira-kira pada putaran 5 Mbps
keluaran yang sebenarnya.
Penangkap membandingkan Home RF2.0 ke 802.11 atau 802.11b system
aplles ke apples. Perbedaannya ialah HomeRF batas keluaran powernya ( 125 mW
) dibandingkan dengan 802.11 sistem ( 1 watt ).
Ketika wireless frame dipancarkan , sinyal akan berhenti antara data frame
untuk mengontrol sinyal dan perintah over head lainnya.Dengan frekuensi system
hoping ini “interframe spacing “ lebih panjang daripada menggunakan direct
sequence system, menyebabkan kecepatan data yang dikirim melambat. Sebagai
tambahan ketika system frekuensi hoping dalam proses perubahan frekuensi
pemancar , tidak ada data yang terkirim.ini menyebabkan lebih banyak kehilangan
output, meskipun hanya sebagian kecil. Beberapa wireless LAN system
menggunakan phisycal layer protocol dalam beberapa macamnya untuk
meningkatkan output.Cara kerja metode ini menguntungkan keluarannya setinggi
80 % dari keceptana transfer data, tetapi juga mengakibatkan pengorbanan antar
kemampuan pengoperasiannya.
3.4.3 Keamanan
Kelebaran toute dan mitos bahwa frekuensi system hoping tidak dapat
dipisahkan keamanannya dengan direct sequences system. Fakta utama mitos ini
tidak membuktikan bahwa FHSS radio hanya dibuat oleh beberapa perusahaan
kecil saja. Dari beberapa perusahaan ini semuanya mematuhi standard seperti
802.11 atau OpenAir dalam usaha menjual produknya lebih efektif. Kedua
kebanyakan perusahaan menggunakan standar dari hop sequences, yang umumnya
digabungkan dengan daftar pre-determined , diprodusi dengan standar organisasi (
IEEE atau WLIF ). Kedua macam bentuk itu membuat kode hop sequences
relative sederhana.
Alasan lain yang membuat hop sequences sangat sederhana ialah banayak
channel yang di siarkan sangat bersih dengan beberapa pemancar.Juga MAC
address yang dipancarkan access point dapat dilihat setiap pemancar( dengan
indikasi buatan dari pabrik radio ). Beberapa perusahaan memperbolehkan
46
administrator lebih fleksibel dlam mendefinisikan sendiri bentuk
hopping.Walaupun kejadian ini biasanya level keamanannya tidak ada sejak alat
canggih seperti spectrum analyzer dan laptop computer dapat digunakan untuk
jalur bentuk hopping dari FHSS radio dalam detik.
3.4.4 Standard Support (Dukungan Standar)
Dalam diskusi sebelumnya , DSSS mempunyai lebar gain yang harus
diberikan untuk biaya rendah, kecepatan tinggi, WECA’s Wi-Fi standar
operasioanal , dan banyak factor lainnya.Pasar akan mengijinkan hanya kecepatan
perubahan industri yang harus diberikan, DSSS system lebih cepat seperti 802.11g
baru dan 802.11 a wireless LAN hardware .WECA’s baru mengoperasikan WiFi5
standar untuk 5GHz DSSS system operasi pada UNII band yang membantu
pergerakan industri pada direksi yang sama. Standar baru FHSS system terdapat
HomeRf2.0 dan 802.15 ( mendukung WPAN’s seperti Bluetooth ), tetapi tidak
untuk advancing FHSS system pada enterprise. Semua standar itu dan
teknologinya akan dibicarakan didepan pada bab 6.
3.5 Kesimpulan
Spread spectrum adalah sebuah teknologi komunikasi yang memberikan karakter
kepada lebar bandwidth dan low peak power. Spread spectrum komunikasi digunakan
berbagai macam modulasi teknologi dalam wireless Lan dan memiliki banyak
keuntungan yaitu membatasi komunikasi Narrow Band. Suatu pengiriman narrow band
adalah teknologi komunikasi yang hanya cukup digunakan dari frekwensi spectrum
untuk membawa data sinyal, dan tidak lebih. Penerapan dari aplikasi komunikasi
Wireless diantaranya wireless personal area networks (WPANs), wireless metropolitan
area networks (WMANs), and wireless wide area networks (WWANs). Teknologi
Spread Spektrum terbagi atas FHSS (Frequency Hoping Spread Spectrum) dan DSSS
(Direct Sequence Spread Spectrum).
47
3.6 SOAL
1. Apakah yang dimaksud dengan pengiriman sinyal Narrow Band ?
2. Jelaskan tentang pengertian FHSS ?
3. Jelaskan tentang pengertian DSSS ?
4. Sebutkan dalam apa saja perbedaan antara FHSS dengan DSSS ?
5. Bagaimana prinsip kerja dari DSSS ?
48
Bab 4. Perangkat untuk Infrastruktur
Pada bab dari buku ini kita akan banyak membahas bagian hadware wireless LAN.
Seperti yang disebutkan pada bab sebelumnya, kita dapat memilih sebuah keperluan
dasar untuk jaringan wireless SOHO (Small Office Home Office) dibawah 400 dolar,
termasuk sebuah Accesss Point, kartu wireless PC, dan mungkin sebuah USB client.
Meskipun dengan tipe perlengkapan ini kita tidak mempunyai pengalaman dengan
setiap bagian yang dicakup pada bab ini, kita akan memiliki ide bagus bagaimana
mengkomunikasikan beberapa peralatan tersebut dengan kata lain bekerja menggunakan
teknologi RF (Frekuensi Radio).
Pada bagian ini meliputi kategori berbeda dari perlengkapan infrastruktur jaringan
wireless dan beberapa variasi didalam tiap kategori. Dengan membaca sendiri bagian
ini, kita dapat lebih jelas mencerna implementasi terkini jaringan wireless, walaupun
sederhana kita alan tahu semua perbedaan macam-macam perlengkapan wireless LAN
yang kita punyai. Hal ini akan membantu kita dalam membuat atau menambahkan ke
sebuah jaringan wireless. Materi hardware ini pembangunan secara fisik tiap wireless
LAN.
Pada umumnya, kita akan melingkupi tiap tipe hardware pada bagian ini pada cara
yang sama menurut topik dibawah ini :
• Mendefinisikan dan peranan hardware pada jaringan
• Pilihan umum yang mungkin termasuk dengan hardware
• Bagaimana memasang dan mengkonfigurasikan hardware
Tujuan dari bab ini adalah membuat kita mengerti akan kebutuhan hardware yang
kita perlukan untuk banyak konfigurasi bermacam-macam wireless LAN.
4.1 Access Point
Dasar kedua kartu wireless PC, accesss point/AT, kemungkinan peralatan paling
umum untuk Wireless LAN yang mana kita akan bekerja sebagai administrator Wireless
LAN. Seperti nama disarankan, accesss point menyediakan client dengan sebuah point
untuk mengakses ke dalam sebuah jaringan. Sebuah accesss point adalah sebuah
peralatan half duplex dengan kecerdasan yang sesuai untuk kecanggihan switch
49
Ethernet. Gambar 4.1 menunjukkan sebuah contoh dari sebuah accesss point, dimana
Gambar 4.2 mengilustrasikan dimana sebuah accesss digunakan pada sebuah wireless
LAN.
Gambar 4.1. Access Point
Gambar 4.2. Installasi AP di Jaringan
4.1.1 Mode Access Point
Accesss point berkomunikasi dengan wireless clientnya, dengan jaringan
kabel dan dengan accesss point lainnya. Ada 3 macam model pada accesss point
yang akan dikonfigurasikan:
Root Mode
Repeater Mode
Bridge Mode
50
Tiap model akan digambarkan dibawah ini
4.1.1.1 Root Mode
Root Mode digunakan ketika accesss point dikoneksikan ke sebuah
tulang punggung kabel (wired backbone) sepanjang interface kabel (biasanya
Ethernet)/ kebanyakan accesss point mendukung model lebih dari model root
hadir dikonfigurasikan secara default. Ketika sebuah accesss ponit
dikoneksikan ke segment kabel sepanjang port Ethernetnya, normalnya itu
(accesss point) akan dikonfigurasikan sebagai mode root. Ketika dalam mode
root, accesss point terkoneksi pada sistem distribusi kabel yang sama dapat
berkomunikasi satu sama lain melalui segment kabel. Accesss point dapat
berkomunikasi satu sama lain ke fungsi koordinat penjelajahan sama seperti
pengassosiasian kembali. Wireless client dapat berkomunikasi dengan wiress
client lainnya pada lokasi yang cellnya berbeda sepanjang access point
masing-masing ke seberang segment kabel, seperti yang ditunjukkan Gambar
4.3
Gambar 4.3. Root Mode
4.1.1.2 Repeater Mode
Dalam mode pengulangan, accesss point memiliki kemampuan untuk
mendukung sebuah koneksi wireless upstream (hulu) kedalam jaringan kabel
lebih dari koneksi normal kabel. Seperti yang kita lihat pada Gambar 4.4, satu
accesss point melayani sebagai accesss point root dan lainnya melayani
51
sebagai sebuah wireless repeater. Acess point dalam mode repeter
terkoneksikan ke client sebagai accesss point dan terkoneksikan ke accesss
point upstream root sebagai client itu sendiri. Menggunakan accesss point
dalam mode repeater adalah tidak disarankan jika tidak benar-benar
dibutuhkan karena cell disekitar tiap accesss point pada skenario ini harus
tumpang tindih minimal 50 %. Konfigurasi ini mengurangi secara drastis
jangkauan pada tiap client yang apat konek ke accesss point repeater.
Tambahan, accesss point repeater berkomunikasi dengan client sama baiknya
pada accesss point upstream melalui koneksi wireless, mengurangi throughput
pada wireless segment. Pengguna dapat membebankan pada koneksi wireless
akan mengalami throughput/keluaran yang rendah dan meningkatnya
keterpendaman pada skenario ini. Pada dasarnya untuk port Ethernet kabel
dapat dihentikan ketika dalam mode repeater.
Gambar 4.4. Repeater Mode
4.1.1.3 Bridge Mode
Pada model jembatan, accesss point bertindak tepatnya sebagai jembatan
wireless, yang mana akan didiskusikan nanti pada bagian ini. Kenyataannya,
mereka menjadi jembatan wireless ketika dikonfigurasikan pada cara ini.
Hanya sebagian kecil accesss point di pasaran yang memiliki fungsi jembatan,
yang mana ciri khasnya ditambahkan biaya tertentu untuk perlengkapan. Kita
akan menjelaskan singkat bagaimana fungsi jembatan wireless, tetapi kita
dapat melihat dari Gambar 4.5 bahwa client tidak diasosiasikan ke jembatan,
52
tetapi sedikit, jembatan digunakan untuk sambungan dua atau lebih segment
kabel bersama sama wireless.
Gambar 4.5. Bridge Mode
4.2 Fixed atau Detachable Antenna
Tergantung kebutuhan organisasi atau client, kita memerlukan pilihan antara
memiliki accesss point dengan antenna tetap (artinya tidak dapat berpindah-pindah) atau
antenna berpindah. Sebuah accesss point dengan antenna berpindah memberikan kita
kemampuan untuk menyertakan sebuah antenna berbeda untuk accesss point yang
digunakan apapun panjang kabel yang kita butuhkan. Sebagai contoh, jika kita
memerlukan untuk memasang accesss point didalamnya dan memberikan koneiksi
dengan user luar ke dalam jaringan. Kita dapat menertakan sebuah kabel dan sebuah
antenna luar ruangan langsung ke accesss point dan hanya memasang antenna luar.
Access point dapat dikirimkan dengan atau tanpa antenna berbeda. Antenna
wireless LAN berbeda digunakan dari bermacam-macam antenna dengan bermacammacam
input pada satu penerima dalam rangka menyample sinyal dari seluruh tiap
antenna. Inti sample/contoh dua antenna adalah untuk mengambil input sinyal dari
antenna yang menerima penerimaan sinyal terbaik. Dua antenna mungkin dapat
memiliki perbedaan penerimaan sinyal karena sebuah gejala yang disebut multipath,
yang mana akan dibicarakan secara detail pada Bab 9.
4.3 Kemampuan Penyaringan Tingkat Lanjut
MAC atau protokol kemampuan penyaringan dapat dimasukkan pada sebuah
accesss point. Penyaringan biasanya digunakan untuk melihat keluar penyusup pada
53
jaringan wireless LAN kita. Seperti sebuah persyaratan dasar keamanan (dicakup dalam
Bab 10 – Keamanan), sebuah accesss point dapat dikonfigurasikan untuk menyaring
keluar peralatan yang tidak terdaftar pada daftar Penyaring MAC accesss point yang
mana dikendalikan administrator.
Protokol penyaringan mengijinkan administrator untuk memutuskan dan
mengontrol protokol yang mana yang digunakan melalui koneksi wireless. Sebagai
contoh, jika seorang administrator hanya mengharapkan menyediakan akses protokol
http melalui koneksi wireless jadi user dapat menjelajah web dan mencek emailnya
melalui email, kemudian mensetting sebuah protokol http akan mencegah semua tipe
protokol lainnya ke segment dari jaringan.
4.4 Kartu Radio (modular) Berpindah
Beberapa manufaktur mengijinkan kita menambah atau mengurangi radio ke dan
dari slot PCMIA yang dibangun pada accesss point. Beberapa accesss point dapat
memiliki slots PCMIA untuk fungsi spesial. Mempunyai dua slot radio dalam sebuah
accesss point mengijinkan satu kartu radio untuk bertindak sebagai sebuah accesss point
sementara kartu radio lainnya bertindak sebagai jembatan (pada kebanyakan kasus
sebuah backbone wireless). Kegunaan sedikit banyak ketidaksamaan adalah untuk
digunakan tiap kartu radio sebagai sebuah accesss point yang berdiri sendiri
(independent). Memiliki tiap kartu bertindak sebagai accesss point independent
mengijinkan seorang administrator untuk mengakomodasikan keduanya seperti banyak
user pada ruang fisik yang sama tanpa pembelian sebuah accesss point kedua, yang
lebih jauh lagi pada pengurangan biaya. Ketika accesss point dikonfigurasikan pada cara
ini, tiap kartu radio harus dikonfigurasikan pada sebuah channel yang tidak tumpang
tindih (non-overlapping), diharapkan idealnya channel 1 dan 11.
4.5 Variabel Output Power
Variabel output power mengijinjan administrator untuk mengontrol power (dalam
miliwatts) dari accesss point yang digunakan untuk mengirim data itu sendiri.
Mengontrol output power menjadi penting dalam beberapa situasi dimana jarak node
54
tidak dapat menentukan letaknya accesss point. Itu juga dapat sederhana menjadi sebuah
kemewahan mengijinkanmu mengontrol area yang dicakup accesss point. Seperti output
power yang ditingkatkan pada accesss point, client akan dapat bergerak lebih jauh dari
accesss point tanpa kehilangan konektivitas. Fitur inijuga dapat membantu keamanan
dengan mengijinkan untuk ukuran cell frekuensi radio sehingga penyusup tidak dapat
untuk jaringan dari luar dinding bangunan.
Alternatif fitur output variabel power adalah digunakan untuk output accesss point
yang tetap. Dengan sebuah output tetap dari akses point, ukuran kreatif seperti
amplifier, attenuator, panjang kabel atau penambahan ketinggian antenna yang akan
diimplementasikan. Kedua pengendalian keluaran power dari accesss point dan antenna
juga dianggap operasi penting didalam aturan petunjuk FCC. Kita akan membicarakan
item ini pada Bab 5, antenna dan aksesorisnya
4.6 Berbagai Macam Tipe Sambungan Kabel
Pilihan sambungan untuk sebuah accesss point dapat termasuk sebuah
sambungan 10baseTx, 10/100baseTx,100baseTx, 100baseFx, token ring, atau lainnya.
Karena sebuah accesss point pada sepanjang peralatan umumnya yang mana
mengkomunikasikan client dengan jaringan kabel backbone, administrator harus
mengerti bagaimana untuk sepantasnya mengkoneksikan akses point ke dalam jaringan
kabel. Desain jaringan sepantasnya dan konektisitas akan membantu mencegah akses
point menjadi sebuah bottleneck dan akan memberikan hasil sejauh problem kecil pada
tidakberfungsinya peralatan.
Menggunakan sebuah pertimbangan standar, terbatas untuk akses point
digunakan dalam sebuah perusahaan wireless LAN. Jika pada kasus ini akses point
dialokasikan 150 meter dari pengkabelan terdekat, jalankan sebuah kategori 5 kabel
ethernet untuk accesss point kemungkinan tidak bekerja. Pada skenario ini akan ada
sebuah masalah karena Etheernet melalui kabel kategori 5 hanya khusus untuk 100
meter. Pada kasus ini, pembelian sebuah konektor 100baseFx dan jalankan fiber dari
lemari pengkabelan ke akses point dipasang lokasi mendahului waktu akan
megkonfigurasikan ke fungsi yang seharusnya dan lebih mudah.
55
4.7 Konfigurasi dan Management
Metode atau metode yang digunakan untuk konfigurasi dan mengatur akses point
akan berbeda pada tiap buatan pabrik. Kebanyakan merek menawarkan paling tidak
console, telnet, USB atau sebuah web server built-in untuk akses browser, dan beberapa
akses point akan memiliki configurasi pilihan dan management software. Konfigurasi
akses point dari pabrik dengan sebuah alamat IP selama inisialisasi konfigurasi. Jika
administrator memerlukan mereset peralatan ke setingan awal pabrik, biasanya berupa
tombol reset hardware pada luar unit/alat untuk tujuan ini.
Bermacam-macam fitur ditemukan dalam akses point. Bagaimanapun, satuhal
adalah konstan, beberapa fitur akses point yang dimiliki, beberapa biaya akses
point.sebagai contoh, beberapa akses point SOHO akan memiliki WEP, filter MAC dan
bahkan sebuah web server built-in. Jika fitur seperti melihat asosiasi kabel, dukungan
802.1x/EAP, dukungan VPN, fungsi routing, protokol Inter-accesssPoint, dan
kebutuhan dukungan RADIUS, yang diharapkan dalam pembayaran yang lebih untuk
sebuah accesss point level perusahaan.
Tiap fitur yang standard pada Wi-Fi menurut akses point kadang berbeda pada
penerapannya. Sebagai contoh, dua merek berbeda dari sebuah accesss point SOHO
mungkin menawarkan filter MAC, tapi hanya salah satu dari keduanya yang akan
menawarkan filtering MAC dimana kita dapat dengan tegas mengijinkan dan dengan
jelas menolak stasiun, lebih dari satu atau lainnya. Beberapa accesss point mendukung
full-duplex 10/100 koneksi pengkabelan dimana lainnya hanya menawarkan koneksitas
10baseT half duplex pada sisi pengkabelan.
Mengerti fitur apa yang diharapkan pada sebuah SOHO, jangkauan menengah,
level accesss point perusahaan adalah bagian penting dari menjadi seorang administrator
jaringan wireless. Daftar dibawah ini dengan tidak menjelaskan secara lengkap karena
pabrik meluncurkan sering fitur baru pada tiap level. Pada daftar ini berarti
menyediakan sebuah ide dimana untuk memulai mencari sebuah daftar akses point yang
sesuai. Pada daftar ini dibuat atas tiap awal lainya dengan level SOHO access point,
berarti bahwa setiap level yang lebih tinggi termasuk fitur dari layer dibawahnya.
4.7.1 Small Office, Home Office (SOHO)
• Penyaringan MAC
• WEP (64 atau 128 bit)
56
• Konfigurasi Interface USB atau console
• Interface konfigurasi built-in server sederhana
• Aplikasi konfigurasi pilihan sederhana
4.7.2 Perusahaan
• Aplikasi konfigurasi pilihan tingkat lanjut
• Interface konfigurasi web server built-in tingkat lanjut
• Akses Telnet
• Management SNMP
• 802.1x/EAP
• RADIUS client
• VPN client dan server
• Routing (static/dinamic)
• Fungsi Repeater
• Fungsi jembatan
Menggunakan panduan manual awal yang cepat akan mendukung informasi
yang lebih spesifik dari tiap merek. Beberapa fungsi, seperti memiliki yang
dilakukan untuk keamanan seperti dukungan terhadap RADIUS dan dukungan
VPN, diduskusikan pada bagian selanjutnya. Beberapa fungsi termasuk bagian
sebelum kebutuhan untuk membaca buku ini,seperti telnet, USB dan web server.
Topik lainnya, seperti sebuah routing dicakup dalam buku ini.
Seperti seorang administrator wireless LAN, kita harus tahu lingkunganmu,
mencari produk yang cocok membangun dan keamanan yang diperlukan dan
membandingkan fitur antara 3-4 dan membuat produk untuk untuk segment pasar.
Proses evaluasi ini niscaya akan memakan banyak waktu, tetapi waktu yang
dihabiskan mempelajari tentang perbedaan produk pada pasar sangat berguna.
Kemungkinan sumber terbaik untuk belajar tentang tiap persaingan merek dalam
sebuah pasar tertentu pada tiap website pembuatnya. Ketika memilih sebuah
accesss point, pastikan untuk mendapatkan dukungan account pembuatnya,
sebagai tambahan fitur dan harga.
57
4.7.3 Mounting / Cara Kerja Pemasangan
• Gunakan duty zip ties untuk memasang accesss point ke kolom atau
sorotan.
• Jangan tutupi cahaya akses point ketika memasang accesss point dengan
zip ties
• Pasang akses point terbalik sehingga lampu indikator dapat terlihat dari
lantai
• Beri nama accesss point
Ketika pemasangan sorotan, salah satunya menggunakan langsung zip ties
atau mungkin pemasangan 2×4 ke sorotan dengan penjepit dengan pemasangan
akses point kepadanya. Jangan lupa untuk memasang antenna dengan cara yang
sama sepertisurvey yang spesifik pada situs.
Beberapa akses point dapat datang dengan pemasangan lubang slide dan
lainya akan memiliki perlengkapan terpisah atau frame yang akan memasangnya.
Beberapa ajangan diterapkan dengan switch untuk memasangnya. Beberapa
jangan lakukan sesuai dengan desain yang digunakan untuk dipasang.
4.8 Tipe Wireless Bridges
Sebuah wireless bridge mendukung konektivitas antara 2 segment LAN kabel dan
digunakan point to point atau konfigurasi point to multipoint. Sebuah wireless bridges
adalah peralatan yang mempunyai kemampuan half duplex hanya dari layar 2 wireless
konektivitas. Gambar 4.6 menggambarkan sebuah contoh dari sebuah wireless bridge,
ketika diilustrasikan pada Gambar 4.8 dimana sebuah wireless bridge digunakan pada
sebuah wireless LAN.
58
Gambar 4.6. Wireless Bridge
4.8.1 Wireless Bridges Mode
Wireless Bridges berkomunikasi dengan dengan wireless bridge lainnya
pada salah satu dari 4 tipe:
• Root mode
• Non-root Mode
• Access point Mode
• Repeater Mode
4.8.1.1 Root Mode
Satu jembatan pada tiap grup bridge harus di set sebagai root bridge.
Sebuah root bridge dapat hanya berkomunikasi dengan yang bukan root
bridge dan peralatan clientnya dan tidak dapat diasosiasikan dengan root
bridge. Gambar 4.7 diilustrasikan sebuah root bridge berkomunikasi dengan
yang bukan root bridge.
59
Gambar 4.7. Komunikasi Root Mode
4.8.1.2 Non-root Mode
Wireless bridge pada anggapan tipe root mode, bersifat wireless, ke
wireless bridges yang ada mode root. Beberapa pabrik wireless mendukung
konektivitas ke tipe yang bukan root bridge ketika bride pada tipe akses point.
Mode ini biasanya sebuah tipe spesial dimana bridge bertindak sebagai sebuah
accesss point dan sebagai sebuah bridge simultan. Peralatan client
diasosiasikan untuk accesss point (atau bridge pada tipe accesss point) dan
bridge berkomunikasi ke bridge. Ketika menggunakan Protokol Spanning
Treee, semua yang bukan root bridge harus terkoneksi dengan root bridge.
4.8.1.3 Opsi Umum
Pilihan hardware dan software pada wireless bridge umumnya mirip
dengan access poit untuk tujuan tujuan sebagai berikut:
1. Fixed atau detachable antennas
2. Kemampuan filter handal
3. Removable(modular )radio card
4. Variable output power
5. Berbagai variasi jenis dari konektifitas non wireless
60
4.8.1.4 Fixed atau Detachable Antenna
Antenna Wireless bridge bisa hadir dalam bentuk yang tetap ataupun bisa
dipisah-pisah dan juga bisa ada dengan atau tanpa keanekaragaman. Sering
kali keaekaragaman tidak diperhatikan ketika mengkonfigurasi sebuah
wireless bridge dikarenakan baik bridge(satu pada masing-masing akhir
link)akan bersifat ststis, dan lingkungan di sekitar wirelsess bridge cenderung
tidak berubah terlalu sering. Untuk alasan itulah multipath tidak
mengkhususkan access point dan mobile users.
Detachable antenna adalah layanan tertentu pada wireless bridge yang
menguntungkan karena detachable antenna memberikan kemampuan untuk
memasanag bridge pada indoor ruangan dan menjalankan kabel outdoor untuk
menghubungkan antenna. Pada sebagian besar kasus antenna semi-directioal
dan detachable digunakan dengan wireless bridge. Jalan alternative untuk
menghubungkan detachable antenna dengan wireless bridge dan pemasangan
bridge inddor adalah dengan memasang wireless bridge outdor tepat di atas
atap wireless bridge indoor.
Pada tahun 1926 the Electric Power Club dan The Associated
Manufacturers of Electrical Supplies memerger pekerjaan mereka dan
membentuk the National Electrical Manufacturers Associateions(NEMA).
Walapun demikian kepemimpinan mereka kembali lagi lebih dari 75 tahun,
dari dahuku hingga sekarang NEMA telah memfokuskan untuk
memberlakukan standart terhadap peralatan listrik, pembelaan atas nama
industri dan analisa ekonomi. Diantara hal-hal lan NEMA mengkhususkan
pada standarisasi piranti yang digunakan di setiap industri untuk melindungi
isinya dari efek negative dari pengaruh kondisi cuaca sekitar
4.8.1.5 Kemampuan Filter Yang Handal
Filter MAC ataupun filter protocol mungkin dibentuk dalam wireless
bridge. Untuk system keamanan dasarnya administrator bisa mengkovigurasi
sebuah wireless bridge untuk memperbolehkan atau tidak akses jaringan pada
peralatan tertetu berdasarkan MAC address mereka.
61
Sebagian besar wireless bridge menawarkan layanan protocol filtering.
Protokol filtering merupakan penggunaan di layer3-7 yang membolehkan
transfer atau tidak paket tertentu atau datagrans berdasarkan layer 3 protokol,
layer 4port atau bahkan layer 7applikasi. Protokol filter digunakan untuk
membatsi penggunaan wireless LAN. Sebagai contoh seorang administrator
bisa mencegah sekelompok user dari menggunakan aplikasi bandwithintensive
berdasarkan pada port atau protocol yang digunaakan untuk aolikasi
itu sendiri.
4.8.1.6 Removable (modular) Radio Cards
Mempunyai kemampuan untuk membentuk wireless backbone
menggunakan satau atau dua slot radio card yang didapat di beberapa bridge
untuk mengurangi jumlah dari peralatan kita 4 menjadi 2 ketika ada
konektifitas client dan fungsioality bridge. Fungsi ini akan membutuhkan
access point dan bridge pada kedua ujung link. Beberapa wireless bridge
menunjukkan fungsi yang sama menggunakan gelombag radio tunggal. Ketika
masih menunjukkan pekerjaan yang sama, konfigurasi ini memberikan
troughput yang lebih sedikitdaripada apabila memisahkan gelombang radio
yang digunakan untuk access point dan fungs bridge.
4.8.1.7 Variabel Output Power
Layanan ini memungkinkan administrator untuk mengontrol output
power(mw) yang seharusnya dimiliki oleh bridge untuk mengirimkankan RF
sinyalnya. Fungsi ini sangat bermanfaat ketika harus melakukan survey ke luar
kantor karena system ini memperbolehkan surveyor untuk mengontrol
fleksibilitas dari mengontrol output power tanpa menambh\ah atau mengurangi
amplifier,attenuator,dan panjang kabel dari rangkaian selama pemeriksaaan.
Apabila digunaka secara bersamaan dengan amplifier, variable output dari
bridge dapat berguna untuk jarak jauh dan mengurangi jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk mendapatkan frequesi yang benar. Sebagai contonya power
62
dari bridge cukup kuat untuk membuat link dan cukup lemah untuk tetap
berkomunikasi dengan aturan tetap dari FCC.
4.8.1.8 Berbagai Macam Koneksi dengan Koneksi tanpa Wireless
Pilihan konketifitas dari wireless bridge bis termasuk dalam 10 baseeTX,
10/100baseTx, 100base Tx, atau 100 base FX. Selalu berusaha untuk
mengeluarkan koneksi full-duplex ke segmet kabel dengan tujuan
memperbesar output dar wireless btidge. Hal ini penting keteika menyiapkan
pembelian wireless bridge untuk andil dalam permasalahan tertentu seperti
jarak dari wiring closet terdekat dengan tujuan mengkhususkan konektifitas
dari wireless bridge.
4.8.1.9 Konfigurasi dan Management
Wireless bridge memiliki banyak kesamaan konfigurasi dengan acess
poin:konsol,telnet,HTTP,SNMP atau konfigurasi dan management umum.
Banyak bridge yang support Power over Ethernet(PoE) sebagaimana dibahas
pada bab5. ketika wireless bridge diimplementasikan, pengecekan troughput
seharusnya dilakuka sesuai dengan pertauran untuk mengkonfirmsikan bahwa
link tidak hilag karena ada bagian peralatan yang dipndah atau antenna yang
diganti.
Wireless bridge biasanya ada dari pabrik dengan default IP address dan
dapat diakses melalui metode yang disebutkan di atsa untuk konfigurasi awal.
Umumnya selalu ada tombol reset di luar item untuk mereset unit dan
mengeset kembali ke setingan awal dari pabrik.
4.9 Wireless Group Bridges
Yang hamper sama dan emmbingungkan jika dibandingkan dengan wireless
bridge adalah wireless workgroup bridge. Perbedaan yang paling besar diantara bridge
dan workgroup bridge adalah bahwa workgroup bridge adalah piranti untuk client.
63
Wireless workgroup bisa untuk mengumpulkan banyak peralatan wired LAN client
dalam satu gabungan client wireless LAN.
Pada table asosiasi access point, workgroup bridge akan tampak pada table
sebagai peralatan single client. MAC address dari peralatan workgroup bridge tidak
akan bisa dilihat di access point. Workgroup bridge umumnya berguna di linkungan
dengan ruang kelas mobile, kantor mobile, atau bahkan bangunan kampus secara
remote dimana sekelompok kecil dari user membutuhkan akses ke jaringan utama.
Bridge dapat digunakan untuk jenis fungsi ini , tetapi apabila terdapat accesss point
daripada bridge pada site pusat, maka dengan menggunakan workgroup bridge akan
menghindarkan administrator untuk membeli bridge tambahan untuk site pusat. Gambar
4.8 menunjukkan contoh dari wireless workgroup bridge sementara Gambar 4.9
mengilustrasikan dimana penggunaannya dalam konteks wireless LAN.
Gambar 4.8. Wireless Workgroup Bridge
Gambar 4.9. Contoh Aplikasi Wireless Workgroup Bridge
Dalam suatu lingkup indoor dimana sekelompok user secara fisik dipisahkan dari
main body pengguna jaringan, workgroup bridge dapat secara ideal menghubungkan
64
semua group kembali ke jaringan utama secara wireless. Sebagai tambahan workgroup
bridge bisa mempunyai pemfilter protocol yang memperbolehkan administrator untuk
mengontrol lalu lintas data melalui wireless link
4.9.1 Opsi Umum
Karena wireless workgroup bridge adalah jenis dari bridge maka banyak opsi
yang bisa nada temukan dalam sebuah bridge–pemfilteran MAC dan protocol,
antenna fix dan detacable, variable power output, dan berbagai jenis konektifitas
tanpa wireless—juga ditemukan pada workgroup bridge. Ada batasan mengenai
jumlah stasiun yang mungkin menggunakan workgroup bridge dari segment selain
wireless. Jumlahnya berada pada range 8 sampai 128 tergatung pada pabrikan.
Menggunakan lebih dari 30 client melalui segment wireless akan menyebabkan
throughput drop sampai point dimana user merasa bahwa link wireless begitu
lambat dan tdak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.
4.9.2 Konfigurasi dan Management
Method yang digunakan untuk mengakses, mengkonfigurasi dan mengatur
wireless workgroup bridge mirip dengan wireless bridge:console, telnet,
HTTP,SNMP support atau software konfigurasi dan management umum.
Workgroup bridge dikonfigurasi untuk alamat IP yang default dari pabrikan tetapi
dapat dirubah dengan mengakses unit melalui port konsol, web browser, telnet
atau aplikasi software umum lain. Administrator bisa mereset peralatan ke
setingan default dari pabrik dengan menggunakan tombol reset pada hardware
4.10 Wireless LAN Client Devices
Peralatan client dalam tujuan diskusi ini akan mencakup beberapa peralatan
wireless LAN dimana akses point (AP) dikenali sebagai client dalam suatu jaringan.
Peralatan ini mencakup:
1. PCMCIA dan Compact Flash(CF)
2. Ethernet dan Serial Converter
65
3. USB Adapter
4. PCI dan ISA Adapter
Client dari wireless LAN adalah pengguna akhir dari system jaringan seperti
desktop,laptop atau computer PDA yang membutuhkan konektifitas wireless dengan
infrastruktur jaringan wireless. Peralatan client wireless LAN yang tertera diatas
memberikan konektifitas untuk client wireless LAN. Hal ini penting untuk mengetahui
bahwa pihak pabrikan hanya membuat radio card(card pemancar gelombang radio)
dalam 2 format fisik yaitu PCMCIA dan Compact Flash(CF). Semua radio card
diciptakan pihak pabrikan dalam format card ini dan kemudian dihubungkan ke adapter
seperti PCI, ISA, USB dsb.
4.10.1 PCMCIA dan Compact Flash Cards
Sebagian besar komponen di beberapa jaringan wireless adalah PCMCIA
card. Lebih lanjut PCMCIA card umumnya dikenal dengan “PC card”, peralatan
ini digunakan di notebook(laptop) dan PDA. PC card adalah komponen yang
menyediakan koneksi antara peralatan client dan jaringan. PC card memberikan
pelayanan sebagai modular radio di access point, bridge, workgroup bridge, USB
adapter, PCI & ISA adapter, bahkan point server. Gambar 4.10 menunjukkan
contoh dari PCMCIA card.
Gambar 4.10. Contoh PCMCIA Card
Antenna pada PC card berbeda-beda untuk masing-masing pabrikan. Kita
harus memperhatikan bahwa beberapa pabrikan menggunakan antenna yang sama
sementara pabrikan lain menggunakan model yang benar-benar berbeda. Beberapa
diantaranya kecil dan pipih sementara bentuk lainnya dapat dipisahkan dan
terhubung dengan PC card melalui kabel pendek. Beberapa PC Card dikemas
66
dengan banyak antenna dan bahkan aksesoris untuk memasang antenna
detachable(dapat dipisahkan) pada laptop atau desktop dengan Velcro.
Ada 2 pabrikan utama dari chipset radio yang membuat “jantungnya” 802.11
b PC dan CF card yang terkenal:Agere System (awalnya Lucent Techologies) dan
intersil. Atheros adalah chipset produk masal pertama untuk standar 802.11a yang
menggunakan frekwensi bands 5 GHz UNII. Pabrikan ini menjual chipset mereka
pada pabrikan PC card dan CF radio card (perusahaan pembuatan hardware
wireless LAN) yang menggunakan gelombang radio pada produk mereka.
Compact Flash card yang lebih umum dikenal dengan “CF card” mempunyai
fungsi yang sangat mirip dengan wireless PC Card tetapi CF card lebih kecil dan
khusus digunakan pada PDA. Wireless PC Card membutuhkan power yang sangat
kecil dan seukuran dengan ukuran matchbook.
4.10.2 Wireless Ethernet dan Serial Converter
Ethernet dan serial converter digunakan dengan berbagai peralatan yang
menggunakan Ethernet dan 9 pin serial port dengan tujuan untuk mengkonversi
koneksi jaringan menjadi koneksi wireless LAN. Ketika anda menggunakan
converter wireless Ethernet maka anda akan menghubungkan gelombang radio
wireless LAN dengan peralatan kable kategori 5 secara eksternal. Penggunaan
yang paling umum dari converter wireless Ethernet adalah sebagai penghubung
Ethernet based print server dengan jaringan wireless.
Peralatan serial dianggap sebagai peralatan warisan(peralatan kuno ) dan
sangat jarang digunakan pada personal computer. Serial converter khususnya
digunakan pada perlatan lama yang menggunakan port serial untuk konektifitaas
jaringan seperti terminal, peralatan telemetri dan serial printer. Sering kali
pabrikan akan menjual perlatan client yang mencakup baik serial maupun Ethernet
converter dalam satu paket yang sama.
Peralatan converter Ethernet dan serial ini pada umunya tidak ditemui pada
PC card radio. Sebagai gantinya PC card yang harus dibeli secara terpisah dan
diinstall pada slot PCMCIA di converter. Jenis converter Ethernet tertentu
memperbolehkan administrator untuk mengkonversi sejumlah besar node-node
yang terhubung dengan kael menjadi wireless dalam periode yang singkat.
67
Konfigurasi dari converter Ethernet dan serial ada berbagai macam. dalam
sebagian besar kasus konsol akses tersedia melalui 9 pin serial port. Gambar 4.11
menunjukkan contoh dari converter Ethernet dan serial.
Gambar 4.11. Contoh Wireless Ethernet dan Serial Converter
4.10.3 USB Adapter
USB client menjadi begitu popular dikarenakan konektifitasnya yang sangat
sederhana. USB client compatible dengan peralatan plug n play, dan tidak
membutuhkan tambahan power lain selain USB port yang memang sudah ada
pada computer. Beberapa USB client menggunakan mode modular yang
merupakan piranti removable radio card sedangkan yang lainnya mempunyai
internal card yang sudah fixed sehingga tidak bisa dipindah tanpa membuka
casingnya. Ketika membeli peralatan USB client yakinlah bahwa anda mengetahui
apakah USB adapater ada atau tidak pada PC Card Radio. Pada contoh kasus
ketika USB adapter membutuhkan PC card, mode ini yang direkomendasikan
walaupun tidak selalu membutuhkan PC card, anda seharusnya menggunakan
perlatan dari vendor yang sama baik untuk adapter dan PC card. Gambar 4.12
menunjukkan contoh dari USB client.
Gambar 4.12. Contoh USB Client
4.10.4 PCI dan ISA Adapter
68
PCI dan ISA wireless diinstal di dalam desktop atau pada computer server.
Peralatan PCI wireless compatible dengan piranti plug n play tetapi bisa juga
hanya berupa PCI card yang “kosong” dan membutuhkan PC Card untuk
dimasukkan pada slot PCMCIA bersamaan dengan PCI card yang diinstal pada
computer. Wireless ISA card tampaknya tidak compatible dengan piranti plug n
play dan akan membutuhkan konfigurasi manual baik melalui software maupun
pada operating system. Karena operating system tidak bisa mengkonfigurasi
piranti ISA yang tidak compatible dengan piranti plug n play, administrator harus
memastikan bahwa settingan adapter dengan operating systemnya cocok. Pabrikan
secara khusus mempunyai driver yang terpisah untuk adapter PCI atau ISA dan
PC card akan dimasukkan pada masing-masing piranti tersebut. Sama halnya
dengan USB adapter PCI direkomendasikan untuk menggunakan peralatan dari
vendor yang sama untuk PCI/ISA adapter dan PC card. Gambar 4.13
menunjukkan contoh dari PCI adapter dengan PC card yang sudah dimasukkan.
Gambar 4.13. Contoh PCI Adapter
4.10.5 Konfigurasi dan Management
Ada 2 step untuk menginstall peralatan client wireless LAN.
1. install drivernya
2. install utilities pembuat wireless(manufacturer’s wireless utilities)
4.10.6 Instalasi Driver
69
Drivernya termasuk untuk card diinstall dengan cara yang sama dengan
penginstallan jenis PC hardware yang lain. Sebagian besar peralatannya(selain
ISA adapter) compatible dengan peralatan plug n play yang berarti bahwa ketika
peralatan client pertama kali diinstall , pengguna akan diminta untuk memasukkan
CD atau disk yang berisi software driver ke dalam mesin. Langkah khusus untuk
instalasi akan sangat beragam untuk pabrikan yang berbeda. Yakinlah untuk
mengikuti instruksi manual merek khusus hardware anda.
Ketika membeli peralatan client, yakinlah bahwa drivernya termasuk
dalam operating system yang akan kita install. Converter serial dan Ethernet tidak
membutuhkan driver khusus untuk bekerja namun demikian wireless LAN client
tetap bisa diinstall dan digunakan.
4.11 Manufacture Utilities
Beberapa pabrikan menawarkan fungsilitas yang penuh dan yang lainnya
menyediakan sebagian besar fungsi dasar untuk koneksitisitas. Fungsionalitas yang
lengkap meliputi hal-hal berikut:
1. Site Survey Tools
2. Spectrum analyzer
3. Peralatan monitoring power dan speed
4. Profile Configuration utilities
5. Link status monitor dengan link testing fungsionality
4.11.1 Site Survey Tools
Peralatan site survey bisa dikategorikan beberapa item yan berbeda yang
memperbolehkan user untuk menemukan jaringan , mengidetifikasi MAC address
dari akses point, menghitung kekuatan sinyal dan perbandingan sinyal dengan
noise juga memonitor interfering semua akses point pada waktu yang sama selama
site survey
4.11.2 Spectrum Analyzer
70
Software penganalisa spectrum mempunyai banyak kegunaan secara praktis
termasuk menemukan sumber interferensi dan channel wireless LAN yang terjadi
overlapping(tumpang tindih) dalam wilayah sekitar wireless LAN anda.
4.11.3 Power Output and Speed Configuration
Peralatan monitoring power dan speed berguna untuk mengetahui link
wireless mana yang bisa berfungsi pada periode waktu tertentu. Sebagai
contohnya, apabila seorang user berencana untuk menransfer data dalam jumlah
yang besar dari server ke laptop, mereka tidak perlu memulai proses transfer
sampai koneksi wireless ke jaringan sebesar 11 Mbps sebagai ganti dari 1 Mbps.
Mengetahui lokasi dari point dimana troughtputnya naik/turun sangat berharga
untuk meningkatkan produktifitas user.
4.11.4 Profile Configuration Utilities
Utility konfigurasi profile akan sangat mempermudah pekerjaan administrasi
ketika berubah dari satu jaringan wireless ke jaringan wireless yang lain. Sebagai
ganti dari penggantian secara manual konfigurasi dari semua settingan client
wireless setiap kali kita berganti jaringan maka user bisa mengkonfigurasi profile
untuk masing-masing jaringan wireless selama konfigurasi awal dari peralatan
client sehingga lebih bisa menghemat waktu nantinya.
4.11.5 Link Status Monitor Utilities
Fungsi memonitor status link memudahkan user untuk melihat paket
error/kesalahaan. Transmisi yang berhasil, kecepatan koneksi, kelangsungan link,
dan parameter berharga lainnya. Biasanya ada suatu fungsi untuk melakukan
pengetesan konektifitas real-time link untuk demikian sebagai contohnya seorang
administrator akan bisa melihat bagaimana kestabilan wireless link selama
keberadaan dari interferensi yang hebat dari RF(Radio Frequency) atau blockade
sinyal.
71
Kemampuan umum
Parameter dari kegunaan yang ditawarkan oleh pabrikan tercantum dalam
parameter berikut yang masing-masingnya dijelaskan secara detail di buku ini.
1. Infrastruktur mode/Ad Hoc mode
2. SSID (a.k.a nama jaringan)
3. Channel (jika dalam mode ad hoc)
4. WEP Keys
5. Tipe authentication (Open System, Shared Key)
4.12 Wireless Residental Gateways
Wireless residental gateways adalah peralatan yang didesain untuk
menghubungkan sejumlah kecil titik wireless ke satu peralatan untuk Layer 2 (wireless
dan non wireless) dan konektifitas layer 3 ke internet atau ke jaringan lain. Pihak
pabrikan telah memulai untuk mengkombinasikan peran access point dan gateways ke
dalam satu peralatan. Wireless residential gateways biasanya termasuk dalam hub atau
switch built in sebagaimana konfigursi penuh,Wi-Fi memenuhi access point. Port
WAN pada suatu wireless residential gateways adalah Internet yang dihadapkan dengan
port Ethernet yang dihubungkan dengan Internet melalui salah satu dari yang berikut
ini:
1. Cable modem
2. xDSL modem
3. Analog modem
4. Satellite modem
4.12.1 Opsi Umum
Karena wireless residential gateways menjadi popular di telecommuters dan
di bisnis keci, pabrikan telah memulai untuk menambahkan feature yang lebih
banyak pada peralatan ini untuk membantu produktifitas dan keamanannya. Opsi
umum dimana wireless residential gateways termasuk didalamnya adalah sebagai
berikut:
1. Point to Point Protokol over Ethernet(PPPoE)
72
2. Network Address Translation(NAT)
3. Port Address Transalation(PAT)
4. Ethernet switching
5. Virtual Server
6. Print Serving
7. Fail-over routing
8. Virtual Private Networks(VPNs)
9. Dynamics Host Configuration Protocol(DHCP) Server dan Client
10. Configuration Firewall
Perbedaan kemampuan array membuat rumah dan kantor kecil
menjadikannya dalam peralatan single secara utuh yang mudah dikonfiguarasi dan
mengatasi sebagian besar kebutuhan bisnis. Residential gateways menjadi popular
untuk beberapa waktu tertentu, tetapi sekarang ini dengan kepopuleran ekstrim
dari peralatan wireless 802.11b, wireless akan ditambahkan sebagai tamabahan
feature. Wireless residential gateways mempunyai semua yang diinginkan dalam
seleksi konfiguarasi akses point dari SOHO klas seperti halnya WEP, MAC Filter,
seleksi channel, dan SSID.
Gambar 4.14. Contoh Wireless Residential Gateway
73
Gambar 4.15. Contoh Wireless Residential Gateway
4.12.2 Konfigurasi dan Manajemen
Mengkonfigurasi dan menginstall wireless residential gateways umumnya
meliputi browing ke built-in HTTP server lewat salah satu built in port Ethernet
dan merubah settingan konfigurasi user untuk memenuhi kebutuhan tertentu anda.
Konfigurasi ini meliputi perubahan ISP.LAN atau settingan VPN. Konfigurasi dan
monitoring umumnya sama caranya yaitu dengan melibatkan interface browser.
Beberapa unit wireless residential gateways mendukung console, telnet, dan
konektifitas USB untuk manajement dan konfigurasi. Menu berdasarkan teks
khususnya disediakan oleh port console dan telnet session kurang mudah
digunakan dibandingkan dengan interface browser tetapi cukup untuk melakukan
konfigurasi. Fungsi statistics yang memungkinkan untuk dipantau adalah up-time,
dynamics IP address, konektifitas VPN dan asosiasi client. Settingan ini biasanya
ditandai dengan baik atau dijelaskan untuk pengguna non teknikal dan perkantoran
Ketika anda memutuskan untuk menginstall wireless residential gateways di
rumah atau untuk kepentingan bisnis, waspadalah bahwa ISP anda tidak akan
memberikan technical support untuk mendapatkan piranti anda terhubung dengan
internet keculai mereka secara khusus meyebutkan bahwa ISP anda bisa
memberikannya. ISP biasanya hanya support pada hardware yang anda beli atau
yang telah diinstal. Kekurangan service ini dapat secara khusus meresahkan user
non teknis yang harus mengkonfigurasi IP address yang benar dan menyeting
gateway yang benar pula sehingga bisa mengakses internet. Usaha yang bisa anda
lakukan dalam menginstall peraltan ini adalah dengan membaca manual yang ada
pada peralatan tersebut atau pada seseorang yang baru saja sukses menginstal unit
74
yang sama dan bisa memberi petunjuk yang benar.wireless residential gateways
saat ini begitu umum dimana masing-masing individu yang menganggap diri
mereka sendiri user nonteknis telah mendapatkan pengalaman yang significant
untuk menginstall dan mengkonfigurasinya.
4.13 Enterprise Wireless Gateways
Enterprise Wireless Gateways adalah piranti yang memberikan autensifikasi
khusus dan konektifitas untuk wireless client. Enterprise Wireless Gateways cocok
untuk lingkungan skala besar wireless LAN dimana memberikan banyak servise
wireless LAN yang bisa di atur seperti rate limiting, Quality of Service(QoS), dan
profile management.
Hal ini penting bahwasanya piranti enterprise wireless gateway membutuhkan
CPU yang kuat dan interface fast Ethernet karena mungkin akan support banyak access
point, yang semuanya akan mengirim lalu lintas data ke dan melalui enterprise wireless
gateway. Unit enterprise wireless gateway biasanya support berbagai varietas dari
teknologi WLAN dan WPAN seperti standar peralatan 802.11,Bluetooth,HomeRF,dan
masih banyak lagi. Enterprise Wireless Gateway support SNMP dan mengijinkan
pelebaran atau upgrade profile user enterprise secara simulatan. Peralatan ini dapat
dikonfigurasi untuk hot fail-over(ketika diinstall sepaket), support RADIUS, LDAP,
autentikasi database Windows NT, dan enkripsi data menggunakan tipe jaringan VPN
standart industri. Gambar 4.16 menunjukkan contoh dari enterprise wireless gateway
sementara Gambar 4.17 menunjukkan ketika enterprise wireless gateway diinstal pada
suatu jaringan.
Gambar 4.16. Contoh Enterprise Wireless Gateway
75
Gambar 4.17. Contoh Aplikasi Enterprise Wireless Gateway
Teknologi autentifikasi yang disatukan dalam enterprise wireless gateway
seringkali dibangun pada access point dengan level yang lebih canggih. Sebagai
contohnya , konektifitas VPN dan 802.1x/EAP yang didukung pada banyak merk dari
enterprise level access point.
Enterprise wireless gateways mempunyai banyak fasilitas seperti Role-Based
Access Control(RBAC) yang tidak ditemukan di beberapa access point. RBAC
memperbolehkan administrator untuk menempatkan akses wireless pada level tertentu
pada posisi job yang tertentu pula pada sebuah perusahaan. Apabila orang yang
melakukan pekerjaan tersebut diganti, maka orang yang baru secara otomatis
mendapatkan hak atas system jaringan yang sama sebagai orang pengganti. Mempunyai
kemampuan untuk membatasi akses wireless user untuk bekerja sama memanfaatkan
sumber daya sebagai bagian dari “peran” bisa merupakan layanan keamanan yang
berguna.
Kelas pelayanan didukung secara khusus, dan seorang administrator dapat
menempatkan level pelayanan pada user atau peran tertentu. Sebagai contohnya account
guest mungkin bisa menggunakan jaringan wireless sekitar 500 kbps sementara
administrator bisa mencapai 2 Mbps.
Pada beberapa kasus Mobile IP didukung oleh enterprise wireless gateway,
memperbolehkan user untuk menjelajahi sampai batas layer 3. Penjelajahan user bahkan
bisa didefinisikan sebagai bagian dari kebijakan enterprise wireless gateway,
memperolehkan user untuk menjelajah pada temapt-tempat yang hanya diperbolehkan
oleh administrator. Beberapa enterprise wireless gateway mendukung pengantrian paket
76
dan prioritasi, user tracking, dan bahkan pengontrolan tanggal/waktu untuk menentukan
kapan user bisa mengakses jaringan wireless.
Pencegahan MAC Spoofing dan pembukuan sessi yang lengkap juga termasuk
feature yang ditawarkan dan bertujuan untuk mengamankan wireless LAN. Ada banyak
feature yang sangat beragam dan berbeda significant diantara pabrikan. Enterprise
wireless gateways secara menyeluruh kami rekomendasikan bahwa administrator aka
mengambil kelas training manufacturer sebelum membuat pembelian sehingga dengan
demikian penyebaran dari enterprise wireless gateway akan maju sedikit demi sedikit.
Seorang konsultan menempatkan diri mereka sendiri pada suatu situasi yang harus
memberikan solusi keamanan untuk penyebaran wireless LAN dengan banyak access
point yang tidak mendukung feature keamanan. akan mengert bahwa enterprise wireless
gateway adalah solusi yang bagus untuk masalah mereka . Enterprise wireless gateway
sangat mahal, tetapi mempunyai sejumlah solusi management dan keamanan sehingga
harga bukan masalah utamanya.
4.13.1 Konfigurasi dan management
Enterprise wireless gateway dipasang pada path data utama di segment yang
hanya melewatkan akses point seperti pada gambar yang terlihat di 4.19.
enterprise wireless gateway dikonfiguarsi melalui port console (menggunakan
CLI) ,telnet, internal HTTP atau server HTTPS dsb, Management secara
tersentrall pada peralatan kita adalah salah satu keuntungan besar penggunaan
enterprise wireless gateway. Seorang administrator dari single console dapat
secara mudah mengatur penyebaran jaringan wireless menggunakan hanya sedikit
peralatan central sebgai ganti dari akses point yang sangat banyak.
Enterprise wireless gateway umumnya diupgrade dengan penggunaan TFTP
dengan cara yang sama pada banyak switch dan router yang ada di pasaran dewasa
ini. Konfigurasi backup dapat secara sering diotomasi sehingga demikian seorang
administrator tidak akan menghabiskan waktu management tambahan untuk
mebackup atau proses recover dari file konfigurasi yang hilang. Enterprise
wireless gateways sebagian besar dibuat dengan tanda 1U atau 2 U yang bisa
dipaskan dengan data saat ini pada design utama kita.
77
4.14 Kesimpulan
Pada umumnya yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkat komunikasi
Wireless meliputi pendefinisan dan peranan hardware pada jaringan, memilih
hardware dan pemasangan dan pengkonfigurasian hardware. Perangkat yang paling umu
dalam komunikasi Wireless adala Access Point. Sebuah accesss point adalah sebuah
peralatan half duplex dengan kecerdasan yang sesuai untuk kecanggihan switch
Ethernet. Yang mode nya terdiri atas Root Mode, Repeater Mode dan Bridge Mode.
Pemasangan dari perangkat Access Point bergantung pada kebutuhan jaringan.
Termasuk juga pemasangan Antenna pada Access Point. Untuk mengkomunikasikan
client dengan jaringan kabel backbone, harus mengerti bagaimana untuk sepantasnya
mengkoneksikan akses point ke dalam jaringan kabel.
4.15 SOAL
1. Sebutkan dan jelaskan beberapa mode dari Access Point ?
2. Sebutkan beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam proses pemasangan
perangkat Wireless (Access Point) ?
3. Sebutkan beberapa macam dari Wireless Client Device ?
4. Jelaskan mengenai perangkat Wireless Residential Gateways, berikut dengan
gambar ?
5. Jelaskan mengenai perangkat Enterprise Wireless Gateways, berikut dengan
gambar ?
78
Bab 5. Antenna dan Aksesoris
Pada bab sebelumnya, kita membahas bagian-bagian dari peralatan wireless LAN
yang sangat banyak yang ada di pasaran saat ini untuk membuat wireless LAN
sederhana dan rumit. Pada bab ini, kita akan membahas element dasar dari peralatan
yang akan membuat access point, bridge, kartu pc dan peralatan komunikasi wireless
lainnya : antennas.
Antenna adalah yang sering digunakan untuk meningkatkan jangkauan dari system
wireless LAN, namun pilihan antenna yang sesuai juga dapat menambah keamanan dari
wireless LAN anda. Pilihan antenna yang tepat dan posisi antenna dapat mengurangi
kebocoran sinyal dari batasan anda, dan membuat pemotongan sinyal amat sulit. Pada
bab ini, kami akan menjelaskan pola pemancaran sinar dari design antenna yang
berbeda, dan bagaimana posisi antenna user membuat penerimaan sinyal yang berbeda.
Ada 3 kategori umum yang membagi antenna wireless LAN : omni directional,
semi-directional, dan highly-directional. Kami akan membahas attribute dari tiap
kedalaman group ini, sebagaimana metode yang tepat untuk meng-install tiap jenis
antenna. Kami juga akan menjelaskan polarisasi, pengumpulan pola, penggunaan yang
tepat, dan mengalamatkan item yang begitu banyak berbeda yang digunakan untuk
mengkoneksikan antenna ke hardware wireless LAN lain.
Mulai dari sekarang, kami akan membahas teori RF dan beberapa kategori umum
dari peralatan wireless LAN yang akan digunakan administrator pada dasar harian.
Pengetahuan ini merupakan dasar yang bagus, namun ini hanyalah bernilai kecil tanpa
pengetahuan pekerjaan yang padat tentang antenna, yang mana adalah alat yang
sebenarnya mengirim dan menerima sinyal RF.
Bab ini akan meliputi aksesori LAN seperti :
Amplifiers RF
RF attenuators
Lightning arretors
Konektor RF
Kabel RF
Pemisah Rf
Pigtails
79
Pengetahuan tentang penggunaan alat, spesifikasi, dan efek pada penguat sinyal
RF adalah penting untuk bisa membangun wireless LAN yang berfungsi.
Power of Ethernet (PoE) telah menjadi factor penting pada jaringan wireless saat
ini mengembangkan produk baru dan standar baru. Teknologi PoE akan dibahas
bersama dengan peralatan PoW yang berbeda tipe yang bisa digunakan untuk mengirim
power pada alat PoE yang enabled.
5.1 Antenna RF
Antenna RF adalah peralatan yang digunakan untuk menkonversikan sinyal
frekuensi tinggi(RF) pada garis transmisi (kabel atau waveguide) ke gelombang siaran
di udara. Medan elektrik dipancarkan dari antenna yang disebut beams atau lobes.
Dibawah ini adalah 3 kategori umum dari antenna RF, yaitu :
Omni – directional
Semi – directional
Highly – directional
Tiap kategori mempunyai bermacam-macam tipe antenna, masing-masing
mempunyai karakteristik RF yang berbeda dan penggunaan yang tepat. Ketika
penambahan antenna meningkat, lingkup area menyempit sehingga antenna high-gain
menawarkan lingkup area lebih luas daripada antenna low-gain pada level masukan
(input) yang sama. Setelah mempelajari bagian ini, Anda akan mengerti antenna mana
dan berapa jumlah yang terbaik sesuai kebutuhan anda dan kenapa.
5.1.1 Antenna Omni – directional (Dipole)
Antenna wireless LNn yang paling umum adalah antenna dipole. Sederhana
dalam design, antenna dipole merupakan peralatan standar pada kebanyakan
access point. Dipole adalah antenna omni-directional, karena ia memancarkan
energinya secara bersamaan pada semua arah sekitar porosnya. Antenna
directional memusatkan energinya dalam bentuk kerucut, dikenal dengan “beam”.
Dipole mempunyai element pemancaran hanya 1 inchi panjangnya yang
melakukan fungsi yang sama dengan antenna “rabbit ears” pada seperangkat
televise. Antenna dipole yang digunakan dengan wireless LAN lebih kecil karena
80
frekuensi wireless LAN dalam 2,4 GHz spectrum microwave sebagai ganti dari
100 Mhz spectrum TV. Bila frekuensinya meninggi, wavelength dan antennanya
menjadi kecil.
Gambar 5.1 Energi Radiasi Dipole
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa energi radiasi dipole di pusatkan pada
daerah yang tampak seperti sebuah donat, dengan dipole secara vertical melalui
“lubang” dari “donat”. Sinyal dari antenna omni-directional memancar dalam 360
derajat horizontal beam. Bila antenna memancar pada semua arah secara
bersamaan (membentuk sebuah bulatan), ini disebut radiator isotropic. Matahari
adalah contoh yang bagus dari radiator isotropic. Kita tidak bisa membuat
isotropic radiator, yang mana secara teori merujuk pada antenna, meski demikian,
prakteknya antenna semua mempunyai beberapa tipe gain over dari isotropic
radiator. Semakin tinggi nilai gain-nya (penambahan), semakin keras kita
menekan donat menjadi datar hingga ia mulai kelihatan seperti pancake, yang
pada kasus dengan antenna yang mempunyai nilai gain sangat tinggi.
Pancaran dipole secara bersamaan pada semua arah mengelilingi porosnya,
tapi tidak memancar bersama dengan panjang kabelnya, layaknya pola donat.
Perhatikan tampak samping dari pancaran dipole ketika ia memancarkan
gelombang pada gambar. 5.2. gambar ini juga mengilustrasikan bahwa antenna
dipole membentuk pola pancaran bila dilihat dari atas disamping antenna vertical.
81
Gambar. 5.2. Pola pancaran dari Antenna Vertikal
Bila antenna dipole ditempatkan di tengah-tengah satu lantai dari banyak
bangunan, kebanyakan energinya akan di pancarkan terus pada lantai tersebut,
dengan beberapa bagian penting kecil yang dikirim ke lantai atas dan bawah
access point. Gambar 5. 3 menunjukkan contoh dari beberapa tipe yang berbeda
dari antenna omni-directional. Gambar 5.4 menunjukkan contoh dua-dimensi dari
tampak atas dan tampak samping antenna dipole
Gambar 5. 3 Tipe dari Antenna Omni-Directional
Gambar 5.4. Lingkup Area Antenna Omni-Directional
82
Antenna high-gain omni-directional menawarkan jangkauan yang lebih
horizontal, namun jangkauan yang vertical dikurangi, seperti tampak pada
gambar 5.5. karakteristik ini bisa menjadi pertimbangan penting ketika memasang
antenna omni high-gain dalam ruangan pada langit-langit. Bila langit-langitnya
terlalu tinggi, jangkauannya bisa tidak mencapai lantai, dimana user berada.
Gambar 5.5 Lingkup Area Antenna high-gain omni-directional
Kegunaan
Antenna omni-directional digunkan ketika melingkupi semua arah sekitar
poros horizontal dari antenna dibutuhkan. Antenna omni-directional sangat efektif
dimana jangkauan besar dibutuhkan disekitar titik pusat. Sebagai contohnya,
menempatkan antenna omni-directional di tengan-tengah sebuah ruangan terbuka
dan besar akan melengkapi lingkupan yang bagus. Antenna omni-directional
umumnya digunakan untuk design point-to-multipoint dengan bentuk bintang
(Lihat gambar 5. 6). Penggunaan di luar ruangan, antenna omni-directional harus
diletakkan di atas dari struktur (misalnya bangunan) pada pertengahan lingkup
area. Contohnya, pada sebuah kampus, antenna bisa saja ditempatkan di pusat
kampus untuk lingkup area yang terbesar. Ketika digunakan di dalam ruangan,
antenna harus ditempatkan di tengah bangunan atau lingkup area yang diinginkan,
dekat dengan langit-langit, untuk jangkauan yang optimum. Antenna omnidirectional
memancarkan jangkauan area yang besar pada pola lingkaran dan
cocok untuk warehouse atau tradeshows dimana lingkupnya biasanya dari satu
sudut bangunan ke sudut bangunan lain.
83
Gambar 5.6 Sambungan point-to-multipoint
5.1.2 Antenna semi-directional
Antenna semi-directional terdiri dari bermacam-macam bentuk dan jenis.
Beberapa tipe antenna semi-directional yang sering digunakan bersama wireless
LAN adalah antenna Patch, Panel dan Yagi (dibaca “YAH-gee”). Semua antenna
tersebut umumnya berbentuk datar dan dirancang untuk dinding gunung. Tiap tipe
mempunyai karekteristik jangkauan yang berbeda. Gambar 5.7 menunjukkan
beberapa contoh dari antenna semi-directional.
Gambar 5.7 Contoh antenna semi-directional
Antenna tersebut merubah energi dari pemancar lebih ke satu arah khusus
daripada kearah yang sama., pola lingkaran yang umum dengan antenna omnidirectional.
Antenna semi-directional sering memancarkan pada bentuk
hemispherical atau pola lingkup silinder seperti bisa dilihat pada gambar 5.8.
84
Gambar 5.8 Jangkauan Antenna Semi-Directional
Kegunaan
Antenna semi-directional idealnya cocok untuk jembatan dengan jarak
pendek atau rata-rata. Sebagai contoh, dua bangunan kantor yang bersebrangan
jalan satu sama lain dan perlu membagi koneksi jaringan akan menjadi scenario
yang bagus untuk mengimplementasikan antenna semi-directional. Pada ruang
tertutup yang luas, bila pemancar harus diletakkan di sudut atau pada bagian
belakang bangunan, koridor, atau ruangan besar, antenna semi-directional akan
menjadi pilihan yang baik untuk menyediakan jangkauan yang tepat. Gambar 5.9
menggambarkan hubungan antara dua bangunan yang menggunakan antenna
semi-directional.
Gambar 5.9. Hubungan Point-to-Point Menggunakan Antenna Semi-Directional
Seringkali, sebelum penelitian di tempat tertutup, para insinyur akan secara
terus-menerus berpikir pada bagaimana cara terbaik untuk meletakkan antenna
omni-directional. Pada beberapa kasus, antenna semi-directional menyediakan
85
jangkauan yang amat sangat luas sehingga mereka bisa menyingkirkan kebutuhan
pada multiple access point dalam bangunan. Sebagai contoh, pada gang yang
panjang, beberapa access point dengan antenna omni-directional mungkin
digunakan atau mungkin hanya satu atau dua accecc point dengan penempatan
antenna semi-directional yang sepantasnya – menghemat sejumlah uang
pelanggan secara signifikan. Pada beberapa kasus, antenna semi-directional
mempunyai bagian belakang dan samping yang berbentuk bola yang, bila
digunakan secara efektif, akan mengurangi kebutuhan akan penambahan access
point lebih jauh. Secara spesifik, antenna Yagi sangat cocok untuk sinyal yang
menjangkaun jalan kecil atau jalur di tempat duduk pada warehouse, palang jalan,
toko retail atau fasilitas manufaktur.
5.1.3 Antenna highly-directional
Dari namanya sudah bisa ditebak, antenna highly-directional memancarkan
sinyal sinyal terbatas dari tipe antenna apapun dan mempunyai gain terbesar dari
ketiga group antenna. Antenna highly-directional secara khusus berbentuk cekung,
peralatan berbentuk piringan, seperti bisa dilihat pada gambar 5.10 dan 5.11.
antenna ini cocok untuk jarak jauh, hubungan wireless poin-to-point. Beberapa
model ditujukan pada parabolic dishes karena mereka menyerupai piringan satelit
kecil. Yang lainnya disebut antenna grid karena design mereka yang bolong untuk
pengisian angin.
Gambar 5.10 Contoh Antenna Highly-Directional Berbentuk Parabola
86
Gambar 5.11 Contoh Antenna Highly-Directional Berbentuk Grid
Gambar 5.12 Pola Radiasi Antenna Highly-Directional
Kegunaan
Antenna high-gain tidak mempunyai jangkauan area yang peralatan klien
bisa digunakan. Antenna ini digunakan untuk hubungan komunikasi point-to-point
dan bisa memancarkan pada jarak hingga 25mil (42km). Kemampuan antenna
highly-directional adalah bisa menghubungkan dua bangunana yang tepisah
beberapa mil satu sama lain dan tidak punya hambatan jarak penglihatan diantara
mereka. Ditambah pula, antenna ini bisa ditujukan secara langsung satu sama lain
melalui bangunan dengan tujuan untuk “meledak” melalui sebuah hambatan.
Susunan ini bisa digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan sambungan
jaringan ke tempat yang tdak bisa dilewati kabel dan dimana jaringan wireless
normal tidak bisa bekerja.
Note : antenna higly-directional mempunyai beamwidth yang sangat terbatas
dan harus ditujukan secara akurat satu sama lain.
5.1.4 Konsep antenna RF
Ada beberapa konsep yang merupakan pengetahuan penting ketika
mengimplementasikan solusi yang membutuhkan antenna RF. Diantaranya yang
akan dibahas adalah:
• Peng-kutuban (Polarization)
87
• Gain
• Beamwidth
• Free space path loss
Daftar diatas tidak didasari sebuah daftar yang luas dari semua konsep
antenna RF, tapi lebih pada seperangkat kebutuhan fundamental yang
membolehkan administrator untuk mengerti bagaimana fungsi peralatan wireless
LAN disekeliling perantara wireless. Pengertian utuh dari dasar antenna secara
kegunaan adalah kunci untuk memindahkan kedepan dalam mempelajari konsep
RF lebih lanjut.
Mengetahui dimana antenna ditempatkan , bagaimana posisi mereka,
seberapa jauh kekuatan mereka memancar, jarak kekuatan pancaran, dan seberapa
banyak kekuatan tersebut dapat diterima oleh receiver, seringkali, merupakan
bagian pekerjaan administrator yang paling rumit.
5.2 Polarization
Gelombang radion sebenarnya terdiri dari dua bagian, satu electric dan satunya
lagi magnetic. Dua bagian ini tersusun secara vertical satu sama lain.Gabungan dari dua
bagian ini disebut dengan bagian electro-magnetic. Energi ditransfer dari dan ke bagian
lain satu sama lain, pada prosesnya dikenal sebagai “oscillation”. dataran yang parallel
dengan elemen antenna merupakan “dataran-E” sementara dataran yang secara vertical
dengan elemen antenna adalah “dataran-H”. Mula-mula kami tertarik dengan bidang
electric sejak posisi dan arahnya yang menunjuk pada permukaan bumi (tanah)
menentukan gelombang kutub
Peng-kutuban adalah orientasi fisik dari antenna pada posisi horizontal dan
vertical. Bagian electric paralle dengan element pancaran (elemen antenna merupakan
bagian logam dari antenna yang melakukan pekerjaan memancar) jadi, bila antennanya
vertical, maka kutubnya vertical
• Kutub horizontal – bagian electric parallel dengan tanah
• Kutub vertical – bagian electric vertical dengan tanah.
88
Kutub vertical , yang biasanya digunakan pada wireless LAN, adalah vertical
dengan dataran bumi. Perhatikan antenna rangkap menacap secara vertical dari banyak
access point – antenna tersebut secara vertical mengkutub pada posisi ini – kutub
horizontal parallel dengan bumi. Gambar 5.13 mengilustrasikan efek pengkutuban
dapat terjadi ketika antenna tidak lurus secara benar. Antenna yang tidak ter-kutub-kan
pada cara yang sama tidak akan bisa berkomunikasi satu sama lain secara efektif.
Gambar 5.13 Peng-kutub-an (Polarization)
Cara penggunaan :
Pembuat antenna untuk kartu PCMCIA menghadapi masalah serius. Tidak mudah
untuk membentuk antenna menjadi papan sirkuit kecil didalam sampul plastic yang
menancap pada kartu PCMCIA. Jarang dilakukan membangun antenna dalam kartu
PCMCIA yang menyediakan jangkauna memuaskan, terutama ketika client sedang
bepergian. Pengkutuban kartu PCMCIA dan bahwa access point seringkali tidak sama,
yang karenanya merubah laptop pada posisi berbeda hanya untuk meningkatkan
penerimaan. PDA, yang biasanya menyesuaikan secara vertical dengan kartu PCMCIA,
secara normal mempertunjukkan penerimaan yang baik. Luar, antenna paten yang
dibingkai dengan Velcro pada computer laptop secara vertical hampir selalu
menunjukkan peningkatan yang bagus melalui gigitan-antenna termasuk dengan hampir
kebanyakan kartu PCMCIA. Pada area dimana terdapat sejumlah besar pengguna kartu
PCMCIA, sering disarankan untuk menyesuaiakn antenna access point secara horizontal
untuk penerimaan yang lebih baik.
89
5.3 Gain
Antenna gain dispesifikasikan pada dBi, maksudnya decibel ditujukan pada
radiator isotropic. Radiator isotropic adalah bulatan yang memancarkan kekuatan secara
sama pada semua arah secara simulatan. Kami tidak mempunyai kemampuan untuk
membuat radiator isotropic, tapi sebagai gantinya kami dapat membuat antenna omnidirectional
seperti dipole yang memancarkan kekuatan 360 derajat secara horizontal,
tapi bukan 360 derajat secara vertical. Pemancaran sinar sinyal RF pada cara ini
memberi kita pola lingkaran. Semakin kita meng-horizontal-kan secara paksa donut ini,
semakin menyenangkan jadinya, lebih membentuk sebuah bentuk pancake ketika gainnya
sangat tinggi. Antenna mempunyai gain pasif, yang artinya mereka tidak menaikkan
kekuatan yang menjadi masukannya, tapi agak berbentuk bidang pancaran untuk
memperpanjang atau memperpendek jarak gelombang akan menyebarluas. Semakin
tinggi gain antenna-nya, semakin jauh gelombangnya akan berjalan, pusatkan
gelombang keluarannya secara ketat sehingga akan lebih banyak kekuatan yang dikirim
ke tujuan (antenna penerima) pada jarak jauh.
5.4 Beamwidth
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terbatas, atau memfokuskan sinar antenna
meningkatkan gain antenna (ukuran dalam dBi). Beamwidth (pelebaran sinar) antenna
artinya seperti kedengarannya : “width = lebar” dari sinar sinyal RF yang dipancarkan
antenna. Gambar 5.14 mengilustrasikan jangka waktu beamwidth .
90
Gambar 5.14 Beamwidth Antenna
Terdapat dua vector untuk dipertimbangkan ketika membahas beamwidth antenna
secara vertical dan horizontal. Beamwidth vertical ditentukan pada derajat dan terletak
secara vertical pada permukaan bumi. Beamwidth horizontal ditentukan pada derajat
dan terletak secara parallel pada permukaan bumi. Beamwidth sangat penting untuk
anda ketahui karena tiap tipe antenna mempunyai spesifikasi beamwidth yang berbeda.
Table dibawah dapat digunakan sebagai paduan referensi cepat untuk beamwidth.
Tabel 5.1 Antenna Bandwith
Tipe antenna Beamwidth horizontal
(dalam derajat)
Beamwidth vertical
(dalam derajat)
Omni-directional 360 Jarak antara 7-80
Patch / panel Jarak antara 30-180 Jarak antara 6-90
Yagi Jarak antara 30-78 Jarak antara 14-64
Tatanan parabolic Jarak antara 4-25 Jarak antara 4-21
Memilih antenna dengan luas yang tepat atau beamwidth yang terbatas adalah
penting untuk mempunyai pola jangkauan RF yang diinginkan. Sebagai contoh,
bayangkan lorong panjang dalam sebuah rumah sakit. Ada kamar di kedua sisi lorong
tersebut, dan sebagai ganti menggunakan beberapa access point dengan antenna omni,
anda telah memutuskan untuk menggunakan access point tunggal dengan antenna semidirectional
seperti antenna patch (tambalan).
91
Access point dan patch antenna ditempatkan pada ujung lorong menghadap
sebuah lorong. Untuk melengkapi jangkauan pada lantai atas dan bawah lantai tersebut
antenna patch dapat dipilih dengan beamwidth vertical besar secara signifikan
contohnya 60-90 derajat. Setelah beberapa percobaan , anda dapat menemukan bahwa
pilihan anda pada patch antenna dengan 80 derajat beamwidth vertical melakukan
pekerjaan dengan baik.
Saat ini keperluan beamwidth horizontal harus diputuskan . melalui panjang
lorong, percobaan bisa memperlihatkan antenna high-gain harus digunakan dengan
tujuan jangkauan sinyal yang cukup pada akhir yang berlawanan. Mempunyai gain yang
tinggi, beamwidth horizontal dari antenna patch secara signifikan terbatas seperti
ruangan pada tiap sisi lorong yang tidak memiliki jangkuan yang cukup. Ditambah pula,
antenna high-gain tidak memiliki beamwidth vertical yang cukup besar untuk menutupi
lantai atas dan bawahnya. Pada kasus ini, anda bisa memutuskan menggunakan dua
antenna patch – satu pada ujung lorong berhadapan satu sama lain. Keduanya akan
rendah nilai gain-nya dengan lebar beamwidth horizontal dan vertical seakan-akan tiap
sisi ruangan pada lorong telingkpi bersama dengan lantai bawah dan atasnya. Melaui
gain rendah, antenna mungkin hanya bisa menutupi sebagian (mungkin setengah) dari
luas lorong.
Seperti bisa anda lihat dari contoh ini, pemilihan yang cocok dari beamwidth
untuk mendapatkan pola jangkauan yang benar sangat penting dan sepertinya
menentukan berapa banyak hardware (seperti access point) yang perlu dibeli untuk
peng-install-an.
5.5 Free Space Path Loss
Free space path loss (atau hanya Path Loss) ditujukan pada kehilangan yang
diakibatkan oleh sinyal RF yang harus dibayar karena perbesaran pada “penyebaran
sinyal” yang mana secara alami meluas pada depan gelombang. Semakin lebar bagian
depan gelombang, semakin sedikit kekuatan yang dapat disokong ke dalam antenna
penerima. Seperti halnya pneyebarluasan sinyal pemancar, kekuatannya meningkat pada
taraf kebalikannya sebanding dengan jarak yang dijalaninya dan sebanding dengan
kelebaran sinyal. Level kekuatannya menjadi factor yang sangat penting ketika
hubungan yang terus-menerus menjadi pertimbangan.
92
Persamaan Path loss merupakan salah satu pondasi dari perhitungan anggaran
belanja sebuah sambungan. Path loss mempersembahkan sumber tunggal terbesar dalam
system wireless. Dibawah ini adalah rumus untuk Path Loss.
Rumus PathLoss
Note: Anda tidak akan bisa mencoba rumus Path Loss pada tugas CWNA, namun
ini disediakan sebagai refernsi administrative anda.
5.6 Peraturan 6 dB
Penyelidikan terturup pada persamaan Path loss menghasilkan hubungan yang
tidak berguna berkaitan dengan hal hubungan anggaran belanja. Tiap 6 dB
meningkatkan EIRP setara dengan 2 kali jarak. Sebaliknya, pengurangan 6 dB pada
EIRP berarti memotong jaraknya hingga setengah. Dibawah ini adalah table yag
memberi Anda perkiraan secara kasar dari Path Loss untuk memberi jarak anara
pemancar dan penerima pada 2,4 GHz.
Tabel 5.2. Tabel Perbandingan Jarak dan Loss
Jarak Loss (dalam 6dB)
100 meters 80.23
200 meters 86.25
500 meters 94.21
1000 meters 100.23
2000 meters 106.25
5000 meters 114.21
10000 meters 120.23
4Πd
PathLoss = 20LOG10[ ] {dB}
93
5.7 Instalasi Antenna
Sangatlah penting untuk memiliki installasi antenna yang benar dalam wirelsess
LAN. Installasi yangtidak tepat dapat membawa pada kerusakan atau kehancuran dari
peraltan anda dan juga dapat membawa pada kerugian seseorang. Pekerjaan yang baik
dari system wireless LAN sama pentingnya dengan keselamatan seseorang, yang
dicapai melalui penempatan yang benar, pemasangan, pengarahan dan penyesuaian.
Pada bagian ini kita akan meliputi :
• Penempatan (placement)
• Pemasangan (mounting)
• Penggunaan yang tepat (appropriate use)
• Pengarahan (orientation)
• Penyesuaian (alignment)
• Keamanan (safety)
• Pemeliharaan (maintenance)
5.7.1 Penempatan (placement)
Memasang antenna omni-directional berkaitan dengan access point didekat
pertengahan dari jangkauan area yang diinginkan dimanapun berada.
Menempatkan antenna setinggi mungkin untuk meningkatkan jangkauan area,
berhati-hati bahwa user meletakkan sesuatu dibawah antenna masih dapat
menerima. Terutama ketika menggunakan omni antenna high-gain. Antenna diluar
ruangan harus dipasang diatas rintangan seperti pepohonan dan bangunan seakanakan
tidak ada objek yang melanggar batas Zone Fresnel
5.7.2 Pemasangan (mounted)
Sekali anda telah menghitung betapa pentingnya kekuatan output, gain,
dan jarak yang anda perlukan untuk memancarkan sinyal RF, dan telah memilih
antenna yang tepat untuk pekerjaan tersebut, anda harus memasang antenna
tersebut. Terdapat beberapa pilihan untuk memasang antenna didalam maupun
diluar ruangan.
94
Gambar 5.15. Pemasangan antenna
Pilihan pemasangan antenna
• Pemasangan pada langit-langit – biasanya tergantung di palang pada
bawah langit-langit.
• Pemasangan pada dinding – memaksa sinyal pergi dari permukaan
vertical
• Pemasangan pillar(tiang penyangga) – memasang sama rata pada
permukaan vertical
• Dataran tanah – didudukkan datar pada tanah
• Pemasangan tiang layar – antenna dipasang pada ujungnya
• Pemasangan penyambungan – pemasangan pada tiang layar yang bisa
dipindah-pindah.
• Pemasangan pada cerobong asap / semrong lampu – berbagai jenis
hardware yang membolehkan antenna dipasang pada cerobong asap /
semrong lampu.
• Penyanggah tiang – antenna didudukkan diatas penyanggah.
Tidak ada jawaban sempurna untuk dimana memasanag antenna secara tepat.
Anda akan belajar pada bab 11 (Dasar Meninjau Tempat) bahwa penempatan yang
disarankan dan memasang antenna akan menjadi bagian dari meninjau tempat
yang tepat. Tidak ada pengganti untuk dalam-masa-latihan –pekerjaan, yaitu
dimana anda seringnya belajar bagaimana memasang antenna wireless LAN
menggunakan berbagai jenis tipe hardware pemasang. Tiap tipe dari pemasang
95
akan ada bersama dengan instruksi (petunjuk) dari pabrik tentang bagaimana
meng-install dan mengamankannya. Terdapat berbagai jenis yang berbeda dari
tiap tipe pemasang karena tiap pabrik memiliki cara tersendiri dalam merancang
alat pemasang.
Beberapa hal yang perlu diingat dalam memasang antenna adalah :
• Seringkali penopang yang dikirimkan dengan antenna tidak bisa bekerja
untuk situasi tertentu. Memodifikasi penopang atau merakit ulang
penopang mungkin diperlukan.
• Jangan menggantung antenna dengan kabelnya dan pastikan
pemasangannya kokoh dan aman. Kabelnya bisa putus dan goyangnya
kabel bisa menghasilkan pergerakan pada pusatnya.
• Sesungguhnya bagaimana antenna dipasang harus dispesifikasikan untuk
tiap antenna pada laopran tinjauan tempat.
Memasang dengan ilmu keindahan
Antenna biasanya tidak kelihatan dan harus disembunyikan. Beberapa pabrik
membuat langit-langit untuk menyisipkan antenna. Ketika keindahan penting,
antenn patch atau panel mungkin lebih digunakan daripada antenna omni. Jika
mungkin, antenna harus disembunyikan untuk menghidari kerusakan oleh anakanak
dan juga oleh orang dewasa yang secara sengaja merusak komponenya.
5.7.3 Penggunaan yang tepat (appropriate use)
Gunakan antenna untuk dalam ruangan(indoor antenna) di dalam bangunan
dan antenna untuk luar ruangan(outdoor antenna) diluar bangunan kecuali area
dalam ruangan secara signifikan sangat besar untuk membenarkan penggunaan
antenna untuk luar ruangan (outdoor antenna). Antenna untuk luar ruangan
(outdoor antenna) paling sering disegel untuk mencegah air memasuki daerah
element antenna dan dibuat dari plastic untuk menahan perubahan panas dan
dingin yang ekstrim. Antenna untuk dalam ruangan (indoor antenna) tidak dibuat
untuk penggunaan di luar ruangan dan umumnya tidak bisa menahan elemennya.
96
5.7.4 Orientation
Orientasi antenna membutuhkan pengkutuban, yang telah dibahas
sebelumnya sebagai pemilik dampak berpengaruh pada penerimaan sinyal. Bila
antenna diarahkan dengan bagian electric parallel dengan permukaan bumi, maka
client (jika antenna dipasangn pada access point) juga harus mempunyai
pengarahan yang sama untuk penerimaan ang maksimum. Kebalikannya juga
berlaku dengan keduanya memiliki bagian electric yang diarahkan secara vertical
dengan permukaan tanah. Keluaran dari jembatan penguhubung akan secara
drastic berkurang bila tiap akhir hubungan tidak memiliki orientasi antenna yang
sama.
5.7.5 Penyesuaian (Alignment)
Penyesuaian antenna terkadang kritis dan lain waktu tidak. Beberapa antenna
mempunyai beamwidth horizontal dan vertical yang sangat lebar sehingga
memungkinkan administrator untuk membidik dua antenna pada lingkungan
jembatan bangunan-ke-bangunan pada tiap arah umum lain dan mendapatkan
penerimaan yang hapir sempurna. Penyesuaian (alignment) lebih penting ketika
mengimplementasikan hubungan jarak jauh menggunakan antenna highlydirectional.
Jembatan wireless dating dengan software penyesuaian (alignment)
yang membantu administrator mengoptimalkan penyesuaian antenna untuk
penerimaan yang terbaik, yang mengurangi paket yang hilang dan perhitungan
berulang yang tinggi ketika kekuatan sinyal membesar.
Ketika menggunakan access point dengan antenna omni-directional atau
semi-directional, penyesuaian (alignment) yang tepat biasanya adalah masalah
menutupi area yang tepat seperti client wireless bisa berhubungan pada tempat
dimana hubungan diharapkan.
5.7.5 Keamanan
Antenna RF, seperti peralatan listrik lainnya, bisa menjadi berbahaya untuk
diimplemetasikan dan dioperasikan. Petunjuk dibawah ini harus dipelajari
kapanpun anda atau salah satu dari perkumpulan anda meng-install atau dengan
kata lain bekerja dengan antenna RF.
97
Ikuti petunjuknya
Secara hati-hati ikuti instruksi yang disediakan semua antenna. mengikuti semua
instruksi yang disediakan akan mencegah kerusakan oleh antenna dan kerusakan
perorangan. Kebanyakan pencegahan keaman yang ditemukan pada petunjuk
pabrik antenna masuk akal.
Jangan disentuh ketika powernya masih terpasang
Jangan pernah menyentuh antenna high-gain dengan bagian tubuh anda yang
mana saja atau tunjuklah melalui badan anda ketika ia memancar. FCC
membolehkan kekuatan RF dalam jumlah yang sangat tinggi untuk dipancarkan
pada band bebas yang di-license ketika mengkonfigurasi hubungan point-to-point.
Meletakkan bagian tubuh anda yang mana saja didepan antenna highly-directional
2.4 GHz yang sedang memancar pada kekuatan tinggi akan sama dengan
meletakkan tubuh anda pada oven microwave.
Installer professional
Untuk kebanyakan peng-installan antenna di tempat tinggi, pertimbangkan
menggunakan installer professional. Pemanjat professional dan installer dilatih
dalam pemanjatan tepat yang aman, dan akan bisa meng-install dengan lebih baik
dan mengamankan antenna wireless LAN anda jika dipasang di ujung, menara,
atau tipe bangunan tinggi lainnya.
Hambatan logam
Jauhkan antenna dari hambatan logam seperti pemanas dan saluran airconditioning.
Penyangga langit-langit yang besar, susunan bangunan super, dan
aliran kabel power utama. Tipe hambatan metal ini menciptakan sejumlah jalan
kecil yang signifikan. Dan, sejak tipe hambatan logam ini memantulkan bagian
sinyal RF yang besar, jika sinyalnya di siarkan pada kekuatan penuh, sinyal yang
dipantulkan akan bisa berbahaya untuk orang yang melihat.
98
Garis kekuatan (Power lines)
Menara antenna harus diletakkan pada jarak aman dari power lines terdekat. Jarak
aman yang disarankan adalah dua kali tinggi antenna. Berhubung antenna wireless
LAN umumnya kecil, pada prakteknya saran ini biasanya tidak digunakan.
Bukanlah hal yang bagus mempunyai antenna wireless LAN didekat sumber
power karena arus listrik pendek antara sumber kekuatan (power) dan wireless
LAB bisa berbahaya untuk personil yang berkerja pada wireless LAN dan bisa
menghancurkan peralatan wireless LAN.
Pasak (grounding rods)
Gunakan pasak khusus dan ikuti Kode Listrik Nasional (National Electrical Code)
dan kode listrik local untuk antenna outdoor yang tepat dan pasak menara. Pasak
harus secara umum mempunyai kurang 5 ohms dari permukaan tanah. Resistansi
yang disarankan adalah 2 ohms atau kurang. Pasak dapat mencegah kerusakan
pada peralatan wireless LAN dan mungkin juga menyelamatkan hidup siapapun
yang memanjat menara bila menara tidak disoroti cahaya.
5.7.6 Pemeliharaan (maintenance)
Untuk mencegah embun memasuki kabel antenna, segel semua kabel
konektor luar menggunanakan produk komersial seperti coax compatible electrical
tape atau coax-seal. Embun yang telah memasuki konektor dan kabel sangat sulit
dihilangkan . biasanya lebih hemat untuk mengganti kable dan konektornya
daripada menghilangkan embun tersebut. Konektor dan kabel dengan sejumlah air
didalamnya akan membuat sinyal RF tidak menentu dan bisa menyebabkan
penurunan sinyal secara signifikan karena kehadiran sebuah air akan merubah
impedansi kabel, dan karennya merubah VSWR.
Ketika menginstall kabel RF diluar ruangan, pastikan untuk memasang
konektor saling menghadap dan gunakan lem pada kabel sehingga air akan
langsung menjauh dari titik dimana embun tampaknya akan memasuki konektor.
Cek segel secara teratur. Segel pada material terkadang dapat mengering ketika
terkena matahari dalam jangka waktu yang lama dan mungkin perlu menggantinya
dari waktu ke waktu.
99
5.8 Peralatan Power over Ethernet (PoE)
Power Over Ethernet (PoE) adalah metode yang mengirim voltase DC pada access
point, jembatan wireless, atau jembatan wireless workgroup melalui kabel Ethernet Cat5
dengan tujuan memberi daya pada unit. PoE digunakan ketika penyiman AC power
tidak tersedia dimana peralatan infrastruktur wireless LAN harusnya berada, kabel
Ethernet digunakan untuk membawa baik data dan power dari sebuah unit.
Mempertimbangkan warehouse dimana access point perlu untuk dipasang pada
langit-langit sebuah bangunan. Biaya kerja yang akan berpengaruh untuk memasang
jalur listrik melaui langit-langit bangunan untuk memperkuat access point perlu
dipertimbangkan . Mempekerjakan seorang ahli listrik untuk melakukan tipe pekerjaan
ini akan menghabiskan banyak uang dan waktu.
Ingatlah bahwa kabel Ethernet hanya bisa membawa data sejauh 100 meter dan,
untuk jarak lebih dari 100 meter, PoE bukanlah solusi yang bagus. Gambar 5.16
menggambarkan bagaimana peralatan POE akan menyediakan power ke aeccess point.
Gambar 5.16 Pemasangan PoE
Seringkali tempat terbaik untuk memasang access point atau jembatan untuk
konektivitas RF tidak memiliki sumber AC power. Makanya, PoE bisa merupakan
penolong yang hebat untuk mengimplementasi jaringan wireless dengan rancangan
yang baik . beberapa pabrik membolehkan hanya untuk PoE untuk memperkuat
peralatan meraka, bukan AC power standar.
10 0
5.8.1 Pilihan Umum PoE
Peralatan PoE tersedia dalam beberapa tipe
• Single-port DC voltage injectors
• Multi-port DC volatage injectors
• Ethernet switches yang dirancang untuk memasukkan voltase DC pada
tiap port pada bagian tertentu dari pin.
Meskipun konfigurasi dan manajemen secara umum tidak penting untk
peralatan PoE, ada beberapa protes yang harus diwaspadaiketika anda mulai
mengimplementasikan PoE.
Pertama, tidak ada standar industri dalam mengimplementasi PoE. Artinya
bahwa pabrik dari peralatan PoE tidak mempunyai kerjasama dan setuju tentang
bagaimana peralatan ini harus berhubungan dengan peralatan lain. Bila anda
menggunakan peralatan wirelss seperti access point dan akan di power-in dengan
PoE, sangat disarankan agar anda membeli peralatan PoE dari pabrik yang sama
dengan access point. Saran ini juga berlaku pada semua peralatan manapun ketika
mempertimbangakan ingin di-power-in dengan PoE.
Kedua, dan sama dengan sifat dari protes pertama, adalah bahwa output
voltase dibutuhkan untuk memperkuat peralatan wireless LAN yang berbeda dari
pabrik ke pabrik. Protes ini adalah alasan lain untuk menggunakan peralatan dari
penjual (pabrik) yang sama ketika menggunakan PoE. Ketika ragu, Tanya pada
pabriknya atau penjualnya tempat dimana peralatan tersebut dibeli.
Akhirnya, pin yang tidak terpakai digunakan untuk membawa arus listrik
melalui Enthernet bukanlah hal yang standar. Satu pabrik bisa saja membawa
power pada pin 4 dan 5, padahal yang lainnya membawa power pda pin7 dan 8.
bila anda mengkoneksikan kabel dengan membawa power pada pin4 dan 5 untuk
access point yang tidak menerima power pada pin tersebut, maka aceess pont tidak
akan dialiri arus
5.8.1.1 Pengalir single-port volatase DC (Single-port DC voltage Injectors)
Access point dan jembatan yang secara khusus wajib menggunakan PoE
termasuk single-port DC voltage injetors intuk mengaliri unit. Lihat gambar
5.17 dibawah untuk contoh dari single-port DC voltage injetors, Injector
10 1
single-port ini diterima ketika digunakan dengan sejumlah kecil peralatan
wireless infrasctructure, tapi secara cepat menjadi beban, membuat berantakan
mengabeli lemari, ketika membangun jaringan wireless menengah atau besar.
Gambar 5.17 Sebuah injector single-port
5.8.1.2 Injector multi-port DC voltage
Beberapa pabrik menawarkan injector multi-port termasuk model port-4, 6 atau
12. model ini mungkin lebih ekonomis atau cocok untuk pemasangan dimana banyak
peralatan harus dialiri listrik melaui kabel Cat5 menghasilkan dalam lemari
pengkabelan tunggal atau dari satu switch. Injector multi-port DC voltage secara
khusus ,mengoperasikan dengan cara yang tepat sama seperti rekannyam single-port.
Lihat gambar 5.19 untuk contoh dari injector PoE multi-port . Sebuah injector multiport
DC voltage tampak seperti switch Ethernet dengan dua kalo seperti banyak port.
Injector multi-port DC voltage adalah peralatan pass-through dimana anda
berhubungan dengan switch Ethernet (atau hub) ke port masukan, dan kemudian
menghubungkan peralatan PoE client ke peralatan output, keduanya melaui kabel
Cat5. injector PoE menghubungkan ke sumber AC power pada ruang pengkabelan.
Injector multi-port ini cocok untuk installasi jaringan wireless ukuran sedang dimana
50 access point keatas dibutuhkan, namun pada perusahaan besar, bahkan injector
multi-port DC voltage terpadat. Dikombinasikan dengan hub ethrenet atau switche
bisa menjadi cluttered ketika dipasang pada lemari pengkabelan.
5.8.1.3 Swicth Ethernert Active
Langkah selanjutnya untuk pemasangan pada perusahaan besar dari
access point adalah implementasi switches etehrnet active. Peralatan ini
menyatukan injeksi DC voltage pada switch Ethernet sendiri memperbolehkan
sejumlah besar peraltan PoE tanpa hardware tambahan di jaringan. Lihat
gambar 5.20 untuk contoh dari switch Active Ethernet. Lemari pengkabelan
10 2
tidak akan mempunyai hardware tambahan lain daripada switches Ethernet
yang telah ada untuk sebuah jaringan non-PoE. Beberapa pabrik membuat
switches ini dalam berbagai konfigurasi yang berbeda (sejumlah port). Pada
banyak switch active Ethernet, switch dapat secara otomatis merasakan
peralatan client PoE pada sebuah jaringan. Bila switchnya tidak mendeteksi
peralatan PoE pada sambungan tersebut, DC voltage-nya tidak diaktifkan pada
port tersebut.
Seperti Anda lihat pada gambar, sebuah switch Active Ethernet tampak
tidak ada bedanya dengan switch Ethernet umumnya. Satu-satunya perbedaan
adalah ditambahkannya kemampuan bagian dalam dari mensuplai DC voltage
pada tiap port.
5.8.2 PoE Compatibility
Peralatan yang bukan termasuk “PoE Compatibility” dapat dikonversikan
pada Power-over-Ethernet dengan cara DC “picker” atau “tap”. Terkadang ini
disebut Active Ethernet “splitter”. Peralatan ini mengambil DC voltage yang telah
di-injeksi-kan ke dalam kabel CAT5 oleh injector dan membuat nya available
untuk peralatan melalui tuas power DC biasa.
Dengan tujuan untuk menggunakan Power-over-Ethernet satu dari 2
kombinas peralatan ini dibutuhkan :
5.8.3 Types dari Injector
Ada 2 type basic dari Injector yang tersedia,passive dan fault protected.
Setiap type yang tersedia memiliki berbagai tingkatan tegangan dan port.
Passive injector menempatkan tegangan DC menjadi kabel CAT5. Pelatanperaltan
ini menyediakan tidak adanya short-circuit atau proteksi terhadap arus
yang berlebih.
Fault protected injector menyediakan monitoring fault secara
berkesinambungan dan proteksi untuk mendekteksi adanya short circuit dan
kondisi arus yang berlebih di kabel CAT5.
(Injector) + (peralatan kompatibel dengan PoE)
atau
(Injector) + (peralatan yang tidak kompatibel dengan PoE ) + (Picker)
10 3
5.8.4 Types dari Picker/Taps
2 basic tipe dari picker dan tap adalah : passive dan regulated. Passive tap,
secara sederhana membawa tegangan dari CAT5 dan menyalurkannya ke dalam
peralatan untuk menyambungkan ke koneksi. Oleh karena itu, jika injector menginject48
VDC (Volts of Direct Current) , maka 48 VDC akan tetap diproduksi di
output dari passive tap.
Regulated tap membawa tegangan ke CAT5 kabel dan mengkonversikannya
ke tegangan yang lain. Beberapa tegangan regulated yang tersedia ( 5 VDC, 6
VDC, & 12 VDC) mengijinkan variety yang lebar dari peralatan non-PoE yang
dikuatkan melewati kabel CAT5.
5.8.5 Tegangan dan Standart Pinout
Meskipun IEEE bekerja pada standartnya seperti 802.3af untuk PoE, sebuah
definisi standard belum dikenalkan. Pada sekarang ini, vendor peraltan yang
berbeda menggunakan tegangan PoE yang berbeda dan konfigurasi pin CAT5
untuk menyediakan power DC. Oleh karena itu , sangat penting untuk menyeleksi
peralatan PoE yang yang cocok untuk setiap peralatan yang anda rencanakan
untuk menguatkan melewati kabel CAT5. IEEE mempunyai standarisasi pada
penggunaan 48 VDC sebagai tegangan PoE yang di-inject-kan. Penggunaan dari
tegangan yang sangat tinggi akan mengurangi arus yang mengalir melewati kabel
CAT5 dan maka akan menaikkan beban dan menaikkan batas panjang dari kabel
CAT5. Dimana maksimum panjang kabel belum merupakan pertimbangan yang
utama , beberapa vendor telah memilih 24 VDC dan juga 12 VDC sebagai
tegangan injeksi.
5.8.6 Fault Protection
Tujuan utama dari fault protection adalah melindungi kabel, peralatan , dan
power supply dalam suatu kesalahan atau terjadinya short-circuit. Selama operasi
normal, sebuah kesalahan mungkin tidak akan pernah terjadi dalam kabel CAT5.
Bagaimanapun juga, ada banyak cara sebuah fault akan dikenalkan ke dalam kabel
CAT5, meliputi beberapa contoh di bawah ini:
10 4
• Peralatan attached akan sangat tidak compatible dengan PoE dan tidak
mempunyai non-standard atau koneksi defective bahwa short-circuit
konduktor PoE. Sekarang ini, kebanyakn dari peralatan non-PoE tidak
mempunyai koneksi pada pin PoE.
• Pemasangan kabel CAT5 yang tidak tepat. Memotong atau crushed kabel
CAT5, dimana insulasi pada satu atau lebih konduktor akan
menyebabkan kontak dengan beberapa atau material konduktor lainnya.
Selama kondisi fault , circuit fault-protection mematikan tegangan DC yang
di-inject-kan ke dalam kabel. Operasi sirkuit fault-protection varies dari model ke
model. Beberapa model secara bersambungan me-monitor kabel dan menyimpan
kembali power secara otomatis , ketika sekali fault di pindahkan. Beberapa model
laninnya harus secara manually di-reset dengan menekan tombol reset atau
memutar power.
5.9 5.9 Wireless LAN Accessoris
Ketika waktu berjalan untuk mengkoneksikan semua peralatan wireless LAN anda
secara bersama-sama, anda akan memerlukan untuk mem-purchase kabel yang sesuai
dan aksesoris yang akan memaksimalkan throughput anda , meminimalkan loss-sinyal
anda , dan yang paling penting mengijinkan anda untuk membuat koneksi secara tepat.
Dalam section ini akan mendiskusikan beberapa type dari aksesoris dan dimana mereka
akan fit ke dalam design wireless LAN. Berikut ini adalah tipe2 aksesoris yang akan
didiskusikan dalam section ini :
• RF Amplifier
• RF Attenuator
• Lighting Arrestors
• RF Connectors
• RF Cables
• RF Splitters
Setiap dari peralatan ini adalah sangat penting untuk membangun wireless LAN
secara sukses. Beberapa item yang digunakan lebih dari yang lain , ada beberapa item
yang wajib , dimana yang lainnya adalah optional. Ini seperti bahwasanya seorang
10 5
administrator harus akan menginstall dan menggunakan semua dari item beberapa kali
ketika mengimplementasi dan mengatur sebuah wireless LAN.
5.9.1 RF Amplifier
Sebagai namanya yang disarankan , sebuah RF Amplifier akan digunakan
untuk amplify atau menaikkan amplitude dari sebuah sinyal RF. Kenaikkan positif
dalam power biasa disebut GAIN dan diukur dalam +dBi. Sebuah amplifier akan
digunakan ketika mengganti kerugian untuk loss yang terjadi oleh sinyal RF ,
meskipun kaitan jarak antara antenna atau panjang dari kabel dari peralatan
infrastruktur wireless ke antenna itu sendiri. Kebanyakan RF Amplifier digunakan
dengan wireless LAN yang dikuatkan dengan menggunakan tegangan DC yang
diberikan kepada kabel RF dengan injector DC di dekat sumber dari sinyal RF (
seperti access point atau bridge)
Kadang-kadang tegangan DC digunakan untuk menguatkan RF amplifier
yang disebut “phantom voltage” karena RF amplifier kelihatan seperti power up
secara magic. Injector DC dikuatkan menggunakan tegangan AC dari wall outlet ,
jadi akan kelihatan seperti di lokasikan di wiring-closet. Pada scenario ini , kabel
RF membawa kedua-duanya yaitu sinyal RF frekuensi tinggi dan tegangan DC
yang diperlukan untuk menguatkan in-line amplifier , dimana in-turn, boosts
amplitude sinyal RF. Gambar dibawah ini depicts both sebuah RF amplifier dan
DC power injector
Gambar 5.18. RF Amplifier
10 6
RF amplifier dibagi menjadi 2 tipe yaitu unidirectional dan bi-directional.
Unidirectional amplifier compensate untuk sinyal loss incurred over long kabel
RF dengan menaikkan level dari sinyal sebelum akan di-inject-kan ke dalam
antenna transmitting. Amplifier bidirectional menaikkan sensitifitas secara efektif
dari receiving-antenna dengan mengeraskan sinyal yang diterima sebelum
diberikan ke access-point, bridge,atau client device. Amplifier bidirectional
seharusnya diletakkan sedekat mungkin dengan antenna sehingga akan
memungkinkan penggantian kerugian secara efektif untuk kabel yang loss antara
antenna dan receiver (access-pint atau bridge) untuk penerimaan sinyal.
Kebanyakan amplifier digunakan dengan wireless-LAN yang bi-directional.
5.9.2 Common Options
Sebelum anda mendapatkan ide untuk memutuskan amplifier mana yang
anda beli , ada baiknya anda harus tahu kebutuhan dari spesifikasi amplifier itu
sendiri. Sekali anda sudah mengetahui dari spesifikasi tersebut, misalnya
impedansi (ohms), gain (dB), respon frekuensi (range dalam GHz), VSWR, input
(mW atau dBm) dan output (mW atau dBm), maka anda sudah siap dalam
memilih RF Amplifier.
Respon frekuensi adalah spesifikasi pertama yang harus anda putuskan
terlebih dulu. Jika wireless-LAN menggunakan spectrum frekuensi 5GHz, sebuah
amplifier akan bekerja hanya pada 2.4 GHz spectrum frekuensi yang tidak bekerja.
Menentukan seberapa besar gain, input, dan power output adalah diperlukan
dengan menampilkan kalkulasi dari RF yang diperlukan. Amplifier seharusnya
sesuai dengan impedansi dengan semua keperluan hardware dari wireless-LAN
antara transmitter dan antenna. Secara umum, komponen wireless-LAN
mempunyai impedansi 50 ohms, tapi bagaimanapun juga akan sangat baik jika
memeriksa impedansi dari setiap komponen dari wireless-LAN.
Amplifier seharusnya disambungkan ke dalam jaringan , jadi amplifier akan
dipilih dengan beberapa konektor yang sama sebagai kabel dan/ antenna untuk
amplifier akan disambungkan. Secara typically, RF Amplifier akan mempunyai
sifat yang sama dengan SMA atau konektor N-Type. Konektor SMA dan N-Type
melakukan dengan baik dan digunakan secara luas.
10 7
5.9.3 Configuration & Management
RF amplifier yang digunakan dengan wireless-LAN di-instalasi secara seri
dengan path dari sinyal utama seperti terlihat pada Gambar 5.19. Amplifier secara
typicallydisusun ke permukaan yang solid menggunakan sekrup melalui piringan
dari amplifier.
Gambar 5.19. RF Amplifier dengan Access Point
5.9.4 Syarat-syarat Khusus
FCC CFR menyatakan bahwa setiap sistem yang diguanakn dalam ISM dan
UNII harus bersertifikasi sebagai sistem yang lengkap dan diberikan nomor
sertifikat oleh FCC. Keterangan ini akan disertai oleh sertifikat yang akan
mendaftar keperluan berbagai peralatan dan pengenal FCC mereka aka diijinkan
untuk menggunakan sistem wireless-LAN yang khusus. Semua bagian dari
wireless-LAN setup yang digunakan akan dilist di dalam sertifikat. Memahami
keperluan ini akan menjadikan krusial ketika menyetujui dengan amplifier.
Sebuah ”sistem” yang didefinisikan sebagai perlatan transmitting, pengkabelan,
konektor, amplifier, attenuator,splitter dan antenna. Perusahaan memperoleh
persetujuan FCC atau ”sertifikasi” atas hardware mereka yang dijual ke end-user
atas perlatan radio dan antenna dan menggunakan mereka sebagai suatu sistem
tanpa melakukan konfirmasi dengan FCC untuk testing dan sertifikasi. Ketika
peralatan tambahan seperti amplifier ditambahkan ke dalam sistem, sertifikasi
perusahaan tidak akan lama diterapkan dan user harus memperoleh sertifikasi atas
sistem mereka. Ini akan menghabiskna biaya sebesar $12,000 tiap sistem. Jawaban
untuk permasalahan ini adalah menjual sistem yang telah bersertifikasi FCC dari
vendor yang bereputasi yang menyediakan kebutuhan jaringan wireless.
10 8
CFR 15.204 tidak memperbolehkan amplifier dipasarkan atau dijual ketika
tidak merupakan bagian dari sistem yang bersertifikasi. FCC memelihara database
dari sistem yang bersertifikasi dan perusahaan yang memegang sertifikasi ini.
Database ini dapat anda cari pada alamatweb:http://gullfoss2.fcc.gov/cgi-bin
/ws.exe/prod/oet/forms/reports/Search_Form.hts & ?form=Generic_Search
FCC memelihara website ini dengan sangat cermat sekali dan selalu beredar.
Update dilakukan setidaknya seminggu sekali. End-user dapat dikenakan denda
untuk pelanggaran aturan FCC sementara mereka menggunakan peralatannya.
Pelanggaran FCC sekali denda berkisar antara $27,500 – $1,200,000. FCC
biasanya mengijinkan pelanggar waktu ( 10 hari ) untuk mengoreksi masalahnya
dan melaporkan ke FCC bagaimana pelanggaran tersebut telah diperbaiki.Ini
bukan hal yang tidak biasa untuk FCC dalam meng-audit Wireless ISP untuk
mencari pelanggaran sistem bersertifikasi.
Banyak perusahaan tidak memproduksi amplifier yang digunakan dengan
sistem mereka. Untuk alasan ini, perusahaan yang memproduksi amplifier ( tpi
bukan unutk hardware wireless-LAN ) yang mendapatkan sertifikasi FCC ke
dalam sistem wireless-LAN menggunakan amplifier mereka dan beberapa
hardware wireless-LAN dari perusahaan lainnya secara bersamaan. Hati-hati
dalam tipe apakah amplifier yang anda beli, beberapa amplifier menyebabkan
FCC hanya untuk sistem yang bersertifikasi agar dapat menggunakan DSSS
channel 2-10 daripada 1-11 seperti sistem yang tidak teramplifier. Berkaitan
dengan bagaimana sinyal RF di diperkuat dan mengeluarkan ke dalam spektrum
frekuensi RF yang terlisensi dimluar dari ISM dan UNII
FCC CFR 15.203 menyatakan bahwa installer yang bertaggung jawab unutk
menyakinkan bahwa radiator intentional yang digunakan dengan antenna yang
disahkan. Antenna dibuat supaya mereka dapat diperbaiki, tapi dipasang ke noncertified
radiator intentional.
Satu pertanyaan bahwa kita ingin mengalamatkan yang berkaitan CFR
15.204 bahwa satu antenna dari perusahaan tidak dapat digunakan dengan raiator
intentional perusahaan lainnya ( bridge, PC Card, atau access-point ) tanpa
sertifikasi FCC sebagai sistem. Peraturan ini secara langsung mempengaruhi
indivudual yang ingin menyambungkan sebuah antenna Pringles ke PC Card
untuk tujuan dari pengendalian perang.
10 9
Ketika membeli RF Amplifier untuk digunakan sebagai bagian dari wireless-
LAN , tanyalah bagian dari dokumentasi sertifikasi FCC untuk sebuah amplifier
sebelum anda membelinya. Ada 2 kelas perubahan yang dapat dibuat ke dalam
sertifikasi FCC. Kelas pertama adalah kelas yang saya rubah. Tipe ini, perubahan
dapat dibuat oleh perusahaan yang menginginkan perubahan dokumen yang tidak
mempengaruhi negatif pada perkembangan RF atau density sinyal ( kenaikkan
interferensi dengan sistem lain di dalam lingkungan anda ) dengan catatan pada
sertifikat FCC dan menulis sebuah sinopsis tentang bagaimana perubahan dapat
dilibatkan dan kenapa hal tersebut tidak mempunyai pengaruh negatif. Kelas
kedua adalah perubahan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap
perkembangan RF atau density sinyal dan membutuhkan bahwa sistem harus di
resertifikasi kembali oleh FCC
5.9.5 RF Attenuator
RF Attenuator adalah peralatan yang menyebabkan loss (dalam dB) dapat
diukur secara teliti dalam sebuah sinyal RF. Sementara sebuah amplifier akan
menaikkan sinyal RF , maka sebuah attenuator akan mengurangi hal itu. Mengapa
anda perlu atau menginginkan untuk mengurangi sinyal RF ? Pikirkan sebuah
kasus dimana acess-point memiliki ouput sebesar 100mW, dan antenna yang
tersedia hanyalah omni-directional dengan gain sebesar +20 dBi. Menggunakan
peralatan ini secara bersamaan dapat melanggar aturan FCC unutk power output,
jadi attenuator dapat ditambahkan untuk mengurangi sinyal RF yang turun sebesar
30mW sebelum memasuki antenna. Konfigurasi ini meletakkan output power
dalam parameter FCC. Gambar 5.20 menampilkan sebuah contoh dari fixed-loss
RF attenuator dengan konektor BNC ( kiri ) dan konektor SMA(kanan). Gambar
5.25 menampilkan contoh dari RF step attenuator.
Gambar 5.20 RF attenuator dengan konektor BNC
11 0
5.9.6 Common Options
RF attenuator tersedia untuk fixed-loss atau variabel loss. Seperti variabel
amplifier, variabel attenuator mengijinkan administrator untuk mengkonfigurasi
banyaknya loss yang disebabkan dalam sinyal RF dengan tepat. Variabel RF
attenuator tidak digunakan dalam sistem wireless-LAN yang berkaitan dengan
peraturan FCC pada sistem tersertifikasi. Secara tipically, digunakan di tempat
survey supaya untuk menentukan antenna gain, keperluan amplifier, dll.
Gambar 5.21 Attenuator dengan Access Point
Pemilihan macam dari attenuator yang dibutuhkan , perhatikan item yang
sama ketika pemilihan RF amplifier (lihat atas). Tipe dari attenuator ( fixed atau
variabel loss ) , impedansi, rating ( input, power, loss, dan respon frekuensi) dan
tipe konektor seharusnya dapat dijadikan bagian dari proses pengambilan
keputusan.
5.9.7 Konfigurasi dan Management
Gambar 5.22 dibawah menunjukkan bahwa peletakkan dalam wireless-
LAN yang sesuai untuk sebuah RF attenuator , dimana dipasang secara seri
dengan path sinyal utama. Yakinlah, attenuator coaxial akan disambungkan secara
langsung di antara 2 point koneksi antara transmitter dan antenna. Sebagai contoh,
antenna coaxial mungkin akan disambungkan secara langsung pada output dari
access-point, pada input ke antenna, atau dari manapun di antara 2 point jika kabel
RF yang multiple digunakan.
Konfigurasi dari RF attenuator tidak wajib dilakukan kecuali variabel
attenuator sedang digunakan, dalam kasus ini jumlah dari pelemahan yang
11 1
dikonfigurasikan berdasarkan pada kalkulasi RF. Instruksi dari konfigurasi untuk
setiap bagian dari attenuator akan dimasukkan ke dalam user manual buatan
perusahaan. Untuk mengulangi pernyataan tersebut, anda akan seperti tidak
melihat sistem yang bertanda dari FCC yang mempunyai variabel attenuator.
Gambar 5.22 Peletakkan dalam wireless-LAN sebuah RF attenuator
5.9.8 Lighting Arrestors
Sebuah lighting arrestor digunakan untuk melangsir arus transient ke dalam
tanah yang disebabkan karena petir. Lighting arrestor digunakan untuk melindungi
hardware wireless-LAN anda seperti access-point, bridges, dan kelompok dari
bridge yang tercantum ke line transmisi Lighting arrestor dapat melangsir
gelombang secara tidak langsung dari 5000 Amperes hingga 50 volts. Fungsi dari
lighting arrestor ( tergantung tipenya )adalah sebagai berikut :
1. Petir menyambar object yang dekat.
2. Arus transient yang di induksikan ke dalam antenna atau Line transmisi
coaxial.
3. Lighting arrestor mengenali arus ini dan secara cepat mengurai udara
secara internal untuk menyebabkan hubungan pendek secara langsung
ke tanah.
Gambar 5.23 menunjukkan beberapa tipe dari lighting arrestor. Pertama
pada sebelah kanan , melangsir arus transient ke tanah dengan karakteristik fisik
dari lighting arrestor itu sendiri selama mengijinkan sinyal RF yang cocok untuk
melewatkannya.
11 2
Gambar 5.23 Contoh Ligthning Arrestor
Gambar 5.24 menunjukkan bagaimana lighting arrestor yang di-install ke
wireless-LAN. Ketika objek terkena oleh petir elektrik yang dibangun di sekitar
objek hanya untuk sesaat. Ketika petir berhenti untuk menginduksi elektrik ke
objek, bangunan menjadi roboh. Ketika bangunan roboh, akan menginduksi arus
tinggi dalam jumlah yang banyak ke objek terdekat, dimana dalam kasus ini,
kemungkinannya adalah wireless-LAN anda atau line transmisi coaxial. Petir
dibuang sebagai pulsa DC tapi lalu menyebabkan komponen AC terjadi resonansi
sebesar 1 GHz, Tapi bagaimanapun juga, kebanyakan dari power tersebut dibuang
dari DC ke 10 MHz.
Gambar 5.24 Installasi Lightning Dalam Jaringan
5.9.9 Common Options
Ada beberapa opsi pada lighting arrestor, dan biaya yang berkisar antara
$50-$150 untuk setiap merk-nya. Tapi bagaimanapun juga, ada beberapa atribut
yang harus dipertimbangkan untuk lighting arrestor dalam pembelian:
Harus sesuai dengan standar IEEE <8μs
11 3
Reusable
Gas tube breakdown voltage
Tipe konektor
Respon frekuensi
Impedansi
Insertion loss
VSWR rating
Garansi
5.9.10 IEEE standart
Kebanyakan dari lighting arrestor dapat untuk memicu ke tanah dalam waktu
kurang dari 2μs tapi IEEE menspesifikasikan bahwa proses ini dapat terjadi
dalam waktu kurang dari 8μs. Ini sangat penting bahwa lighting arrestor yang
anda pilih setidaknya sesuai dengan standar IEEE.
5.9.11 Reusable Unit
Beberapa lighting arrestor dapat digunakan kembali setelah adanya sambaran
petir, tetapi ada juga yang tidak. Ini akan membutuhkan biaya yang efektif untuk
memiliki sebuah arrestor yang dapat digunakan dalam beberapa kali. Beberapa
model reusable unit, mempunyai elemen tube gas yang dapat diganti sehingga
lebih murah dalam menggantinya daripada sepenuhnya lighting arrestor. Model
lainnya mempunyai karakteristik fisik yang mengijinkan lighting arrestor untuk
melakukan pekerjaannya secara tepat dalam beberapa kali pemakaian tanpa harus
mengganti bagian-bagiannya.
5.9.12 Voltage Breakdown
Beberapa lighting arrestor support dalam pelewatan tegangan DC untuk
penggunaan dalam powering RF amplifier dan lainnya tidak. Lighting arrestor
harus dapat melewatkan tegangan DC yang digunakan dalam powering RF
amplifier jika anda menginginkan untuk meletakkan RF amplifier lebih dekat ke
arah antenna daripada ke lighting arrestor. Gas tube breakdown voltage ( tegangan
11 4
yang terjadi ketika adanya pemendekan arus dari arrestor ke dalam tanah) harus
lebig tinggi daripada tegangan yang disyaratkan untuk mengoperasikan in-line RF
amplifier. Hal ini disarankan bahwa anda meletakkan lighting arrestor sebagai
komponen terakhir dalam line RF transmission sebelum antenna sehingga lighting
arrestor dapat melindungi amplifier dan attenuator sejalan dengan bridge atau
access-point anda.
5.10 Tipe Konektor
Yakinkan bahwa tipe konektor dari lighting arrestor yang anda pilih cocok dengan
kabel yang anda rencanakan untuk anda gunakan dalam wireless-LAN anda. Jika
mereka tidak cocok satu sama lain, lalu adapter juga harus digunakan , menyisipi lebih
banyak loss ke dalam RF sirkuit dan itu yang perlu.
5.10.1 Respon Frekuensi
Spesifikasi respon frekuensi dari lighting arrestor setidaknya harus sebesar
frekuensi yang digunakan dalam wireless-Lan. Sebagai contoh, jika anda
menggunakan hanya 2.4 GHz wireless-LAN, maka lighitng arrestor yang
dispesifikasikan untuk digunakan adalah sebesar lebih dari 3 GHz, dan itu yang
terbaik.
5.10.2 Impedansi
Impedansi dari arrestor harus cocok dengan semua peralatan yang ada dalam
sirkuit yang terletak di antara transmitter dan antenna. Impedansi yang ada dalam
kebanyak wireless-LAN adalah sebesar 50 Ohms.
5.10.3 Insertion Loss
Insertion loss harus dalam keadaan yang benar-benar rendah ( mungkin
sekirat 0.1 dB) sehingga tidak menyebabkan amplitudo sinyal RF yang tinggi
berkurang sebagaimana sinyal melewati arrestor.
11 5
5.10.4 VSWR Rating
VSWR rating dari lighting arrestor yang memiliki kualitas yang baik adalah
sebesar 1.1:1 tapi beberapa malah lebih tinggi sebesar 1.5:1. Perbandingan ratio
yang rendah dari peralatan, yang baik, dapat merefleksikan menurunnya tegangan
utama dari sinyal RF.
5.10.5 Garansi
Tanpa memperhatikan kualitas dari lighting arrestor , maka unit dapat
berfungsi tidak baik. Carilah perusahaan yang menawarkan garansi yang bagus
dalam lighting arrestornya. Beberapa perusahaan menawarkan impian yang tinggi
”No Matter What” tipe dari garansi.
5.10.6 Konfigurasi dan Pemeliharaan
Tidak ada konfigurasi yang diperlukan untuk lighting arrestor . Lighting
arrestor di-install secara seri dengan path sinyal RF utama, dan koneksi grounding
yang harus disalurkan ke dalam tanah yang diukur dengan resitansi sebesar 5
Ohms atau kurang dari itu. Direkomendasikan bahwa anda melakukan test ke
sebuah koneksi tanah dengan tester koneksi yang sesuai sebelum anda
memutuskan bahwa installasi dari lighting arrestor berhasil dengan baik. Buat
sebuah point,sejalan dengan tugas pemeliharaan secara periodik, untuk mengecek
resistansi dari tanah dan tube gas buangan secara teratur.
5.11 RF Splitter
RF Splitter adalah perlatan yang mempunyai konektor single input dan konektor
multipel output. RF splitter digunakan untuk tujuan membagi sinyal single menjadi
sinyal RF multiple independent. Kegunaan dari RF splitter dalam keseharian dari
implementasi wireless-LAN tidak direkomendasikan. Kadangkala 2 120 derajat panel
antenna atau 2 90 derajat panel antenna mungkin akan di kombinasikan dengan sebuah
splitter dan kabel yang cukup panjang ketika antenna berada pada posisi yang
berlawanan. Konfigurasi ini akan memproduksi bi-directional coverage area , maka
akan sangat ideal untuk menutupi area sepanjang sungai atau jalan raya. Back-to-back
90 derajat panel mungkin akan dipisahkan sebesar 10 inches atau sebanyak 40 inches
11 6
pada tiap sisi dari tiang atau towernya.Tiap panel dari konfigurasi mempunyai
mechanical down tilt.Resultan gain dari tiap radiasi utama yang di kurangi dengan 3-4
dB dalam konfigurasi ini.
Ketika menginstall RF splitter, konektor input harus selalu berada di atas
permukaaan dari sinyal RF. Output konektor disebut ”taps”, di hubungkan ke tujuan
dari sinyal RF( antenna ) . Gambar 5.29 menunjukkan 2 contoh dari RF splitter. Gambar
2.30 mengilustrasikan bagaimana RF splitter dapat di gunakan dalam instalasi wireless-
LAN.
Splitter dapat digunakan untuk menyimpan track dari power output dalam link
wireless-LAN. Dengan menyertakan power meter ke salah satu output dari splitter dan
RF antenna pada salah satu sisinya, maka seorang administrator dapat memoinitor
secara aktif output setiap saat. Dalam skenario ini, power meter, antenna dan splitter
harus mempunyai impedansi yang sama..Meskipun bukan praktek yang biasanya,
memindahkan power meter dari satu output splitter dan menggantikannya dengan 50
Ohm beban yang tidak penting, yang akan mengijinkan administrator untuk
memindahkan power meter dari satu conecction point ke yang lainnya melalui wireless-
LAN sementara juga memebuat pengukuran power output.
Power splitter , peralatan yang belum dapat digunakan sebagai bagina dari
wireless-LAN. Tetaplah ingat bahwasanya splitter HARUS merupakan bagian dar
sistem yang bersertifikasi jika ingin digunakan dalam wireless-LAN anda.
Gambar 5.25 Contoh RF Splitter
11 7
Gambar 5.26 Installasi RF Splitter Dalam Jaringan
5.11.1 Memilih RF Splitter
Di bawah ini, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika
memilih sebuah RF Spiltter :
Insertion loss
Respon frekuensi
Impedansi
VSWR Rating
High isolation Impedansi
Power Ratings
Tipe konektor
Report Kalibrasi
Mounting
DC voltage passing
5.11.1.1 Insertion loss
Insertion loss yang rendah ( loss yang didatangkan hanya dengan
mengenalkan item ke dalam sirkuit ) adalh penting karena secara sederhana
meletakkan splitter dalam RF sirkuit yang dapat menyebabkan penurunan
amplitudo sinyal RF secara berarti. Insertion loss dari 0.5 dB
11 8
5.11.1.2 Respon Frekuensi
Spesifkasi respon frekunsi dari splitter setidaknya setinggi dari frekuensi
yang digunakan dalam wireless-LAN anda. Sebagai contoh,, jika anda
menggunakan hanya dengan 2.4 GHz wireless-LAN , sebuah splitter dimana
di spesifikasikan untuk digunakan di atas 3 GHz akan jauh lebih baik.
5.11.1.3 Impedansi
Impedansi dari splitter , dimana biasanya 50 Ohms dalam kebanyakan
wireless-LAN, seharusnya cocok dengan semua peralatan di dalam sirkuit di
antara transmitter dan antenna.
5.11.1.4 VSWR Rating
Sebagaimana peralatan RF lainnya, VSWR rating seharusnya
mendekati 1:1. Tipe dari VSWR rating pada RF splitter adalah < 1.5:1. VSWR
rating yang rendah pada splitter akan jauh lebih kritis daripada peralatan
lainnya pada RF sistem karena refleksi power RF pada splitter akan di
refleksikan dalam berbagai arah di dalam splitter, mempengaruhi sinyal input
splitter dan seluruh sinyal output splitter.
5.11.1.5 High Isolation Impedansi
High isolation impedansi antara port pada RF splitter sangatlah penting
untuk beberapa alasan. Pertama, beban pada salah satu port output seharusnya
tidak mempengaruhi power output pada port output splitter lainnya. Yang
kedua,, sinyal yang datang ke port output dari splitter seharusnya di arahkan ke
port input daripada ke port output lainnya. Persyaratan ini di selesaikan
melalui impedansi yang tinggi antara output konektor. Typical isolation adalah
sebesar 20dB atau lebih di antara portnya.
5.11.1.6 Power Rating
Splitter yang di rata-rata untuk maksimum power input, dimana yang
berarti bahwasanya anda di ijinkan dalam sejumlah power yang anda dapat
11 9
kerjakan ke dalam splitter anda. Pelebihan perusahaan dalam hal power rating
akan menghasilkan kerusakan pada RF splitter.
5.11.1.7 Tipe Konektor
Secara umum, RF splitter mempunyai konektor N-type dan SMA. Ini
sangat pentign untuk membeli sebuah splitter dengan tipe konektor yang sama
dengan kabel yang kita gunakan. Melakukan pemotongan pada adapter
konektor , akan mengurangi sinyal amplitudo RF. Pengetahuan ini, sangatlah
penting ketika menggunaksan splitter yang sudah terpotong sinyal
amplitudonya dalam sistem RF.
5.11.1.8 Report Kalibrasi
Semua RF splitter harusnya dengan report kalibrasi yang menunjukkan
adanya insertion loss, respon frekuensi, melalui loss pada tiap konektor , dll.
Mempunyai splitter yang telah di kalibrasi sekali dalam setahun adalah tidak
mudah dikerjakan maka akan sangat penting bahwa administrator mengetahui
sebelum instalasi awal apakah splitter sesuai dengan spesifikasi perusahaannya
atau tidak. Kalibrasi yang berlanjut membutuhkan wireless-LAN yang off-line
untuk perode waktu yang lama, dan mungkin tidak praktis dalam beberapa
situasi.
5.11.1.9 Mounting
Mounting sebuah RF splitter biasanya sebuah masalah dalam
meletakkan sekrup melalui piringan ke dalam permukaan apapun , dimana
anda ingin splitter tersebut di-mounted. Beberapa model dengan hardware
pole-mounting menggunakan baut ”U”, piringan mounting dan ukuran standar
dari mur. Berdasarkan pada perusahaannya, splitter seharusnya tahan terhadap
air, ini berarti dapat saja di lakukan mounting di luar dari pole tanpa takut akan
air, dimana hal ini akan menyebabkan permasalahan. Ketika ini merupakan
suatu permasalahan, yakinlah untuk menyegel koneksi kabelnya dan gunakan
simpulan drip.
12 0
5.11.1.10 DC Voltage Passing
Beberapa RF splitter mempunyai pilihan untuk melewati tegangan DC
yang di syaratkan untuk semua port output secara paralel. Ciri ini sangat
membantu ketika terdapat RF amplifier, dimana power internal sirkuitnya
dengan tegangan DC dari injektor tegangan DC dalam wiring-closet,
dilokasikan pada output di tiap port splitternya
5.12 RF Connectors
RF connector adalah tipe spesifik dari peralatan koneksi yang digunakan untuk
menghubungkan kabel ke peralatan atau peralatan ke peralatan. Secara
tradisional,konektor N, F, SMA, BNC, & TNC ( atau turunannya ) telah digunakn pada
wireless-Lan.
Pada taun 1994, FCC dan DOC ( sekarang Industry Canada ) memberi aturan
bahwa konektor yang digunakan dengan peralatan wireless-LAN seharusnya
disesuaikan di antara beberapa perusahaan. Untuk alasan ini, berbagai macam tipe
konektor yang muncul , seperti :
N-type
Reverse polarity N-type
Reverse threaded N-type
Gambar 5.27. Contoh Konektor Tipe N dan SMA
12 1
5.12.1 Memilih RF Connector
Ada 5 hal yang harus dipertimbangkan ketika membeli dan meng-install
konektor RF, dan mereka adalah sama dalam kriteria untuk memilih RF amplifier
dan attenuator.
1. RF connector harusnya sesuai dengan impedansi dengan semua
komponen wireless-LAN ( biasanya 50 Ohms ). Ini bukannya suatu
permasalahan sejak ketika anda membeli konektor dengan impedansi
yang berbeda, mereka tidak akan cocok jika bersama-sama karena
ukuran dari pin-center-nya.
2. Kenali seberapa banyak insertion loss dari tiap konektor yang di sisipkan
ke dalam path sinyal. Jumlah dari loss akan menyebabkan faktor ke
dalam kalkulasi dari kekuatan sinyal yang anda inginkan dan juga jarak
yang dibolehkan.
3. Kenali kenaikan batas frekuensi (respon frekuensi) yang di
spesifikasikan untuk tiap konektor. Point ini akan sangat penting sebesar
5GHz wirelessLan menjadi lebih dan lebih. Beberapa konektor yang di
hitung hanya sebesar 3 GHz, dimana ini baik di gunakan dengan 2.4 GHz
wirelessLan, tapi akan tidak berjalan dengan baikuntuk 5GHz
wirelessLan. Beberapa konektor yang di hitung hanya diatas 1 GHz dan
akan sama sekali tidak berjalan dengan baik dengan wirelessLan, yang di
legalkan hanya 900MHz wirelessLan.
4. Hati-hati dengan kualitas konektor yang buruk. Pertama, selalu
pertimabngkan dari perusahaan yang bereputasi. Kedua,, belilah hanya
konektor dengan kualitas tinggi yang dibuat oleh perusahaan yang
terkenal. Bagian dari pembelian ini akan membantu anda untuk
mengurangi permasalahan dengan sinyal RF yang sporadik, VSWR dan
koneksi yang buruk.
5. Yakinlah bahwa anda mengetahui tipe dari konektor(N,F,SMA,dll) yang
anda butuhkan dan jenis kelamin dari konektor itu sendiri. Konektor
mempunyai 2 jenis kelamin, yaitu male dan female. Konektor male
mempunyai pin center, sedangkan konektor female mempunyai
receptable center.
12 2
5.13 RF Cables
Pada beberapa cara yang sama yang harus anda pilih, kabel yang sesuai untuk
infrastrukture backbone wired 10Gbps, anda harus memilih kabel yang sesuai untuk
menghubungkan antenna ke access-point atau wireless-bridge. Dibawah ini ada
beberapa kriteria yang harus di pertimbangkan dalam memilih kabel yang cocok untuk
jaringan wireless anda.
Kabel mengenalkan loss ke dalam wirelessLAN, jadi yakinlah panjang
pendek kabel sangat dibutuhkan
Rencanakan untuk membeli kabel yang pre-cut length dengan konektor
pre-installed. Meminimalkan kemungkinan terburuk antara konektor dan
kabel. Perusahaan yang profesioanl mempraktekkan bahwa hampir selalu
superior untuk kabel manufactured oleh individual yang tidak terlatih.
Carilah kabel lowest loss yang tersedia pada keterangan range harga.
Tabel 5.3 mengilustrasikan loss yang dikenali dengan menambahkan
kabel pada wirelessLAN.
Belilah kabel yang mempunyai impedansi yang sama dengan semua
komponen wireless LAN anda.
Respon frekuensi dari kabel , seharusnya di pertimbangkan sebagai
factor pengambilan keputusan yang sangat utama dalam pembelian.
Dengan 2.4 GHz wirelessLAN, kabel yang di hitung setidaknya 2.5 GHz.
. Dengan 5 GHz wirelessLAN, kabel yang di hitung setidaknya 6 GHz.
Satu hal yang diperlukan untuk pemanjangankabel ketika access-pint dan
remote antenna jauh terpisah ( seperti instalasi outdoor ). Pada kasus ini,
berhati-hatilah bahwa konektor dapat drop ~0.25dB dan kabel dapat loss
secara berarti. Penggunaan kabel Cat5 secara lama, kadang dapat
mengualng situasi dengan mengijinkan access-point dipindah mendekati
antenna. Kabel RG-58 harusnya tidak pernah dipakai untuk perpanjangan
kabel yang berkaitan dengan respon frekuensi yang buruk. LMR, Heliax,
atau kabel high-frekuensi lainnya seharusnya diguankan untuk perluasan.
Jika FCC mengeluarkan perintah pada wirelessLAN anda ( dimana, mereka
menginginkan untuk melakukannya setiap saat ) , mereka akan mengambil catan tentang
12 3
perusahaan, nomor model,panjang dan tipe dari konektor pada kabel RF anda. Bagian
dari informasi ini, seharusnya di dokumentasikan dalam sistem FCC anda.
Tabel 5.3.. Coaxial cable attenuation ratings ( dalam dB/foot pada X MHz)
5.13.1 5.13.1 RF ”Pigtail” Adapter Cable
Kabel Pigtail adapter di gunakan untuk menghubungkan kabel yang
mempunyai konektor standar-industri ke peralatan wirelessLAN. Pigtail di
gunakan untuk adaptasi konektor pemilik ke konektor standar industri seperti Ntipe
dan konektor SMA.Akhir dari kabel pigtail adalah konektor pemilik ,
sementara akhir lainnya berada pada konektor standar industri.
12 4
Gambar 5.28 Contoh RF Pigtail Adapter
Peraturan DOC dan FCC (United States Federal Communications
Commission) pada 23 Juni 1994, menyatakan bahwa konektor yang di buat setelah
23 June 1994, harus di buat sesuai konektor antenna pemilik. Aturan tahun 1994
akan mengecilkan penggunaan amplifier, antenna high-gain atau sarana lainnya
dalam menaikkan radias RF secara berarti. Aturan ini akan mengecilkan untuk
sistem ”home brew” dimana di lakukan instalasi oleh user yang kurang
pengalaman dan tidak menuruti aturan FCC dalam penggunaan ISM band.
Sejak aturan itu di buat, konsumer harus menaati konektor pemilik dari
pengusaha pabrik untuk menghubungkan konektor standar industri. Ulang tahun
ketiga pengusaha telah memulai kebiasaan dalam membaut kabel adapter ( disebut
pigtail) dan menjualnya murah di pasaran. Tetapi tetaplah ingat, bahwasanya FCC
CFR 15.204 tidak mengijinkan sistem ”home brew”sama sekali. Semua sistem
haruslah bersertifikasi, dan sistem di definisikan sebagai sebuah radiator
intentional, an antenna dan semuanya yang berada di antaranya. Individu ini
menggunakan security seperti Netstumber dengan Pringles can antenna adalah
pelanggran dalam aturan FCC. Ini telah di sebutkan untuk menjawab pertanyaan
yang selalu sama dan sebagai contoh dari bagaimana pertaturan di tejemahkan
oleh FCC. Pigtail atau antenna yang di gunakan dengan wireless LAN di ISM atau
UNII bands harus menjadi bagian dari sistem yang tersertifikasi dan
terdokumentasi oleh FCC.
12 5
5.14 Frequency Converter
Frekuensi converter digunakan untuk menkonversi 1 range frekuensi ke lainnya
untuk tujuan menghilangkan frekuensi bands. Kira-kira banyak perusahaan yang di
lokasikan pada multi-tenant office building mempunyai wirelss LAN. Tiap dari
perusahaan tersebut menginginkan konektivitas wireless building-to-building dengan
buildingnext door karena tiap perusahaan mempunyai kantor di dalam gedung yang
berdekatan. Ini sangat mudah untuk melihat hanya ada 3 perusahaan yang akan
menggunakan wirelss LAN building-to-building bridging berkaitan dengan nomor yang
terbatas dari non-overlapping channels. Dalam kasus ini, frekunesi konverter diterapkan
bahwa akan menggunakan peralatan 2.4 GHz, tapi akan mengkonversi frekuensi
tersebut ke band yang padat ( seperti 5.8 GHz diatas UNII band) untuk segmen wireless
bridge.
Gambar 5.29 Contoh Frekuensi Konverter.
Antenna dan kabel harus di gunakan ketika menggunakan frekuensi konverter
berkaitan dengan antenna dan kabel yang mempunyai respon frekuensi yang terbatas,
tapi itu akan merupakan alasan ekonomi pada area yang padat. Alternatif yang dapat
menggantikan semua hardware wireless LAN dengan hardware 5 GHz yang baru.
Gambar 5.30 menggambarkan bagaimana frekuensi konverter di install ke dalam
konfigurasi wireless LAN.
12 6
Gambar 5.30. Penggunaan Frekuensi Konverter
5.15 Bandwidth Control Units
Wireless LAN adalah medium shared dengan throughput yang low jika di
bandingkan dengan teknologi wireless yang sekarang. Untuk alas an ni, bandwidth pada
wireless harus di konservasi dan di lindungi, terutama pada lingkungan luar seperti yang
kita temukan pada Wireless Internet Service Provider (WISPs) bandwidth harusnya di
control dalam berbagai cara yang mana tiap user mempunyai kepercayaan dan
pengalaman konektivitas yang konsisten dan mendapatkan sesuai dengan apa yang
mereka bayarkan. Dengan instalasi wireless LAN indoor , maka ini bukan sesuatu yang
biasa untuk menggunakan Bandwidth Control Units (BCU) karena banyak user yang
menginginkan untuk mempunyai pengalaman yang sama sebagaimana yang mereka
dapat pada wired LAN. Sesederhana ini , tidak mugkin di kerjakan dengan mudah
berdasarkan perbedaan bandwidth yang ekstrim. Tapi, bagaimanapun juga administrator
berusaha untuk memberikan indoor LAN kepada user sebanyak bandwidth dengan tidak
melebihi beban dari access-point. Dalam wireless LAN, BCU diletakkan antara accesspoint
atau bridge dan jaringan, sebagaimana gambar 5.31
12 7
Gambar 5.31 Using a bandwidth control unit
Tipe BCU bekerja dengan mem-filter pada MAC address supaya untuk men-drop
tiap user ke dalam antrian pre-assigned. Tiap antrian mempunyai keterangan properties
seperti bandwidth upstream dan dowmstream. Multiple user mungkin akan di masukkan
ke dalam satu antrian yang sama. Ini mengijinkan untuk control bandwidth secara
presisi dan menghitung per user. BCU di kelola melalui berbagai software packages,
seperti yang ada pada bawah ini…
Gambar 5.32 Aplikasi manager untuk BCU
12 8
5.16 Test Kits
Ada beberapa macam test kits yang beredar di pasaran. Salah satu yang sangat
berharga dari tipe test kits pada industry wireless LAN adalah yang digunakan untuk
mengetes kabel dan konektor. Kit terdiri dari sinyal RF generator dan through-line
power meter. Sinyal generator yang di belokkan secara langsung ke power meter untuk
mendapatkan pengukuran baseline. Ketika meletakkan kabel dan konektor di antara
sinyal generator dan power meter , ini dapat di tentukan jika merek sesuia dengan
spesifikasi perusahaan dan jika mereka intermittent. Konektor pada kabel dapat menjadi
usang dan loose membuat sesuatu menjadi buruk atau koneksi intermittent yang buruk.
Mereka juga akan mengambil tes di air, dimana tingkat kerusakan dari karakteristik RF.
Ini sangat penting untuk mengetes kabel dan konektor sebelum di sebarkan.
Gambar 5.33 Contoh dari tes kit
5.17 Kesimpulan
Antenna adalah yang sering digunakan untuk meningkatkan jangkauan dari system
wireless LAN. Pilihan antenna yang tepat dan posisi antenna dapat mengurangi
kebocoran sinyal dari batasan anda, dan membuat pemotongan sinyal amat sulit. Ada 3
kategori umum yang membagi antenna wireless LAN : omni directional, semi12
9
directional, dan highly-directional. Kami akan membahas attribute dari tiap kedalaman
group ini, sebagaimana metode yang tepat untuk meng-install tiap jenis antenna. Kami
juga akan menjelaskan polarisasi, pengumpulan pola, penggunaan yang tepat, dan
mengalamatkan item yang begitu banyak berbeda yang digunakan untuk
mengkoneksikan antenna ke hardware wireless LAN lain. Dalam komunikasi Wireless
aksesori jaringan yang digunakan meliputi Amplifiers RF, RF attenuators, Lightning
arretors, Konektor RF, Kabel RF, Pemisah Rfdan Pigtails.
5.18 SOAL
1. Sebutkan tiga kategori umum dari perangkat Antenna Wireless LAN ?
2. Jelaskan pengertian mengenai antenna Omni Directional beserta gambar ?
3. Hal – hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan RF Splitter ?
4. Hal – hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan RF Connector ?
5. Apakah kegunaan dari Frequency Converter ?
13 0
Bab 6. Organisasi Wireless LAN Standart
6.1 FCC (Federal Communications Commisions)
Federal Communications Commission (FCC) adalah agen pemerintah US yang
langsung bertanggung jawab pada konggres. FCC didirikan oleh Communication Act
pada tahun 1934, yang mengatur komunikasi menggunakan radio, televisi, kawat, satelit
dan kabel. Aturan FCC meliputi tidak hanya 50 negara bagian dan District of Columbia
tetapi juga Puerto Rico, Guam dan Kepuluan Virgin.
6.2 6ISM dan UNII Band
FCC membuat batasan peraturan dimana frekuensi wireless LAN dapat
menggunakan output power untuk masing-masing frekuensi band. FCC telah membagi
bahwa untuk wireless yang digunakan oleh Industrial, Scientific dan Medical (ISM)
menggunakan license free. Band ISM terletak pada lokasi mulai 902 MHz, 2,4 MHz dan
5,8 GHz dan bermacam-macam lebarnya dari 26MHz sampai 150 MHz.
Gambar 6.1. Perbandingan ISM dan UNII Band
6.3 Keuntungan dan Kerugian Band License-Free
Ketika mengimplementasikan beberapa sistem wireless pada band license-free
maka tidak ada persyaratan ketentuan tentang bandwidth dan power dari FCC. Batasan
13 1
transmisi power ada tapi tidak ada prosedur untuk harus menerima ijin untuk
mentransmit pada power tertentu
Seperti kebebasan dari membawa license tetapi juga ada faktor kerugiannya yaitu
semua orang juga mempunyai hak yang sama dalam menggunakan frekuensi sehingga
akan menyebabkan interferensi. Cara mengatasinya, dua sistem yang bersaing tidak
perlu menggunakan channel yang sama atau bahkan tidak menggunakan spread
spectrum yang sama.
6.4 Industrial Scientific Medical (ISM) Band
Ada 3 license-free ISM band FCC telah menetapkan bahwa wireless LAN boleh
digunakan. Mereka adalah 900 MHz, 2,4 GHz dan 5,8 GHz.
6.4.1 900 MHz ISM Band
Band 900 MGz didefinisikan sebagai range frekuensi dari 902 HGz sampai
928 MHz. Dalam band ini sebagai tambahan didefinisikan sebagai 915 MHz +- 13
MHz.
.
6.4.2 2,4 GHz Band
Band ini digunakan oleh semua 802.11, 802.11b dan compliant 802.11g.
Band 2.4 GHz dibatasi oleh 2,4GHz dan 2.5 GHz seperti yang didefinisikan oleh
FCC.
6.4.3 5,8 GHz Band
Band ini juga disebut 5 GHz ISM band dan dibatasi oleh 5.725 dan 5.875.
Frekuensi band ini tidak banyak digunakan oleh peralatan wireless LAN sehingga
cenderung menimbulkan kebingungan. Band ini juga overlap dengan bagian dari
license-free yang lain.
6.5 6Unilicensed National Information Infrastructure (UNII) Band
5 GHz UNII band terbuat dari 3 bagian yang terpisah 100 MHz lebarnya. Ketiga
bagian itu disebut lower, middle dan upper band. Dalam masing-masing ketiga band ini
13 2
ada 4 non-overlapping channel OFDM yang masing-masing dipisahkan oleh 5 MHz..
Karena access point kebanyakan digunakan di indoors, band ini akan memperbolehkan
8 non-overlapping access point menggunakan kedua lower dan middle UNII band.
6.5.1 Lower Band
Lower band dibatasi oleh 5.15 GHz dan 5.25 GHz dan ditentukan oleh FCC
untuk mempunyai maximum output power 50 mW. Ketika diimplementasikan
802.11a compliant devices, the IEEE telah menyebutkan bahwa maximum output
hanya 40mW (80%).
6.5.2 Middle Band
Middle band dibatasi oleh 5.25 GHz dan 5.35 GHz dan ditentukan pada
250mW output oleh FCC. Power output telah disebutkan oleh IEEE untuk middle
UNII band adalah 200 mW.
6.5.3 Upper Band
Upper band digunakan untuk link outdoor dan dibatasi oleh FCC sampai 1
watt sebagai ouput power.
6.6 Aturan Output Power
FCC melaksanakan peraturan tertentu berdasarkan radiasi power oleh elemen
antenna tergantung pada apakah implementasinya adalah point-to-multipoint atau pointto-
point. Istilah yang digunakan untuk power yang diradiasikan oleh anten adalah
Equivalent Isotropically Radiated Power (EIRP).
6.6.1 Point-to-Multipoint (PtMP)
Link PtMP mempunyai central point koneksi dan dua atau lebih non-central
koneksi. Link PtMP dasarnya dikonfigurasikan sebagai topologi star. Koneksi
central bisa menggunakan antenna omnidireksional. Berdasarkan susunan dari link
PtMP, FCC membatasi EIRP sampai 4 Watts baik untuk 2.4 GHz ISM band dan
upper 5 GHz UNII band.
13 3
Tabel 6.1 Point-to-Multi Point Power Limit
6.6.2 Point-to-Point (PtP)
Link PtP termasuk single directional transmitting antenna dan single
directional receiving antenna. Koneksi ini biasanya digunakan untuk building-tobuilding
atau link yang mirip dan harus ada oleh peraturan yang khusus.
Tabel 6.2 Point-to-Point Power Limit
Power at Antenna
(dBm)
Max Antenna Gain
(dBi)
EIRP
(dBm)
EIRP
(watts)
30 6 36 4
29 9 38 6.3
28 12 40 10
27 15 42 16
26 18 44 25
25 21 46 39.8
24 24 48 63
23 27 50 100
22 30 52 158
Informasi yang spesifik yang terdapat di Tabel 6.2 tidaklah dicakup di
ujian CWNA. Informasi disajikan sebagai sumber daya untuk tugas yang
administratif. Fcc mempunyai suatu aturan yang berbeda untuk PtP hubungkan di
UNII band yang bagian atas. Alat UNII Point-To-Point yang yang ditetapkan yang
beroperasi dalam 5.725 – 5.825 regu GHz boleh mempekerjakan antenna
pemancar dengan keuntungan yang directional sampai ke 23 dBi tanpa
bersesuaian pengurangan di daya keluaran puncak pemancar. Untuk ditetapkan,
pemancar UNII point-to-point yang mempekerjakan suatu antenna terarah
memperoleh lebih besar dari 23 dBi, suatu 1 pengurangan dB di pemancar puncak
13 4
menggerakkan untuk masing-masing 1 dBi dari antenna lebih dari 23 dBi
diperlukan. Berpesan bahwa oleh mempunyai;nikmati suatu daya keluaran yang
maksimum dari + 30 dBm di radiator yang disengaja, dan mempunyai maksimum
23 bati antenna dBi di depan pengurangan apapun di daya keluaran pemancar
diperlukan, ini mengijinkan ini 5 sistem GHz UNII untuk mempunyai suatu
keluaran dari 200 Watts EIRP.
6.7 Institute of Electrical and Electronics Engineers
Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) adalah pembuat kunci
yang baku untuk kebanyakan berbagai hal berhubungan dengan teknologi informasi di
Amerika Serikat. IEEE menciptakan standard nya di dalam hukum yang diciptakan oleh
FCC. Pokok-Pokok IEEE banyak teknologi baku seperti Public Key Cryptography
(IEEE 1363), Firewire (IEEE 1394), Ethernet (IEEE 802.3), dan Wireless Lan (IEEE
802.11).
Itu menjadi bagian dari misi dari IEEE untuk dikembangkan standard untuk
operasi LAN wireless di dalam kerangka dari peraturan dan aturan FCC itu. Berikut
adalah empat standard IEEE yang utama untuk Lan wireless yang adalah salah satu
digunakan atau di format draft
• 802.11
• 802.11b
• 802.11a
• 802.11g
6.7.1 IEEE 802.11
Standard 802.11 adalah standard yang pertama gambarkan pengoperasian
Wireless LAN. Standard ini yang dimasukkan semua teknologi transmisi yang
yang tersedia yang mencakup Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS), Hopping
Spread Spectrum frekwensi (FHSS), dan inframerah.
Penguasaan pasar LAN yang inframerah wireless adalah sungguh kecil dan
teknologi adalah sangat dibatasi dengan kemampuannya. Dalam kaitan dengan
ketiadaan ketenaran dari inframerah teknologi di pasar LAN wireless, IR akan
tersebut, tetapi tidak tercakup secara detil dalam buku ini.
13 5
Standard IEEE 802.11 menguraikan sistem DSSS yang beroperasi pada 1
Mbps dan 2 Mbps saja. Jika suatu sistem DSSS beroperasi pada daftar biaya
pengiriman barang-barang data yang lain juga, seperti 1 Mbps, 2 Mbps, dan 11
Mbps, kemudian dapat tetap suatu sistem 802.11-compliant. Jika, bagaimanapun,
sistem sedang beroperasi bagaimanapun juga selain dari 1 atau 2 Mbps, kemudian
sistem adalah 802.11-compliant oleh karena kemampuannya mempekerjakan pada
1 & 2 Mbps. Itu bukanlah yang beroperasi dalam suatu gaya 802.11-compliant dan
tidak bisa diharapkan untuk berkomunikasi dengan alat 802.11-compliant yang
lain.
IEEE 802.11 adalah salah satu dari dua standard yang menguraikan
pengoperasian frekwensi yang meloncat sistem LAN wireless. Jika suatu pengurus
LAN wireless menghadapi suatu frekwensi yang meloncat sistem, kemudian
kemungkinan untuk salah satu suatu sistem atau 802.11-compliant OpenAir yang
memenuhi (yang dibahas di bawah). Standart 802.11 menguraikan penggunaan
dari sistem FHSS pada 1 dan 2 Mbps. Ada sistem FHSS banyak orang di pasar
yang meluas kemampuan ini dengan menawarkan gaya kepemilikan yang
beroperasi pada 3-10 Mbps, hanya sebagai dari DSSS, jika sistem sedang
beroperasi pada kecepatan selain dari aku & 2 Mbps, itu tidak bisa diharapkan
untuk secara otomatis berkomunikasi dengan alat 802.11-compliant yang lain.
802.11 produk memenuhi beroperasi dengan keras di 2.4 regu GHz ISM
antara 2.4000 dan 2.4835 GHz. Inframerah, juga yang dicakup oleh 802.11, adalah
light-based technology dan tidak jatuh masuk ke 2.4 regu GHz ISM.
6.7.2 IEEE 802.11b
Meskipun demikian, standard 802.11 adalah sukses dalam membiarkan
DSSS seperti halnya sistem FHSS ke interoperate, teknologi telah membesar
standard. Segera setelah implementasi dan persetujuan dari 802.11, Lan DSSS
wireless sedang menukarkan data pada sampai ke 11 Mbps. Tetapi, standard terusmenerus,
dengan tak ada hentinya untuk memandu pengoperasian alat seperti itu,
disana menjadi permasalahan meskipun demikian standard 802.11 adalah sukses
dalam membiarkan DSSS seperti halnya sistem FHSS ke interoperate, teknologi
telah membesar standard. Segera setelah implementasi dan persetujuan dari
802.11, Lan DSSS wireless sedang menukarkan data pada sampai ke 11 Mbps.
13 6
Tetapi, standard terus-menerus: dengan tak ada hentinya untuk memandu
pengoperasian alat seperti itu, disana menjadi permasalahan.
IEEE 802.11b, dikenal sebagai ” High-Rate” dan Wi-Fi, specifies direct
sequencing ( DSSS) sistem yang beroperasi pada 1, 2, 5.5 dan 11 Mbps. 802.1
standard lb tidak menguraikan sistem FHSS yang manapun, dan 802.11bcompliant
alat adalah juga 802.1 1-compliant dengan tak hadir, maksud mereka
adalah mundur dapat dipertukarkan dan kedua-duanya dukungan 2 dan 1 data
Mbps daftar biaya pengiriman barang-barang. Kecocokan yang mundur adalah
sangat penting sebab itu mengijinkan suatu LAN wireless untuk diupgrade tanpa
ongkos menggantikan perangkat keras inti. Ini murah menonjolkan, bersama-sama
dengan data yang tinggi menilai, telah buat 802.1 perangkat keras lb-compliant
yang sangat populer.
Data yang tinggi tingkat alat 802.11b-compliant adalah hasil dari
menggunakan suatu teknik persandian yang berbeda. Meskipun demikian sistem
masih suatu mengarahkan sistem peruntunan, cara chip adalah coded (CCK
dibanding/bukannya Barker Code) bersama dengan cara informasi diatur (QPSK
pada 2, 5.5, & 11 BPSK dan Mbps pada 1 Mbps) mempertimbangkan suatu lebih
besar jumlah data untuk ditransfer di batasan waktu yang sama. 802.11b produk
memenuhi beroperasi hanya di 2.4 GHz bands ISM antara 2.4000 dan 2.4835
GHz. persandian dan Modulasi adalah dibahas lebih lanjut di Bab 8 (MAC &
Physical Layers).
6.7.3 IEEE 802.11a
Standard IEEE 802.11a menguraikan operasi alat LAN wireless di 5 GHz
UNII bands. Operasi di UNII bands yang secara otomatis membuat 802.11a alat
tidak cocok/bertentangan dengan semua alat yang lain mentaati yang lain 802.11
rangkaian dari standard. Alasan untuk ketidakcocokan ini adalah sederhana::
sistem yang menggunakan 5 frekwensi GHz tidak akan berkomunikasi dengan
sistem yang menggunakan 2.4 frekwensi GHz.
Menggunakan UNIT bands, kebanyakan alat bisa mencapai daftar biaya
pengiriman barang-barang data dari 6, 9. 12, 18, 24. 36. 48, dan 54 Mbps.
Sebagian dari alat yang memanfaatkan UNII bands sudah mencapai daftar biaya
pengiriman barang-barang data dari 108 Mbps dengan menggunakan teknologi
13 7
kepemilikan, seperti tingkat tarip yang menggandakan. Daftar biaya pengiriman
barang-barang yang paling tinggi dari sebagian dari alat ini adalah hasil dari
teknologi lebih baru tidak yang ditetapkan oleh standard 802.11a. IEEE 802.11a
menetapkan daftar biaya pengiriman barang-barang data dari saja 6. 12, dan 24
Mbps. Suatu alat LAN wireless harus mendukung sedikitnya daftar biaya
pengiriman barang-barang data ini di UNII bands untuk 802.11a-compliant.
Tingkat tarip data yang maksimum yang ditetapkan oleh standard 802.11a adalah
54 Mbps.
6.7.4 IEEE 802.11g
802.11g menyediakan yang sama kecepatan maksimum dari 802.11a,
menggabungkan dengan kecocokan mundur untuk alat 802.11b. Kecocokan yang
mundur ini akan membuat Lan upgrading wireless yang sederhana dan murah.
Karena teknologi 802.11g adalah baru, 802.1 alat 1g waktu itu belum yang
tersedia mulai dari ini menulis.
IEEE 802.11g menetapkan operasi di 2.4 GHz ISM hand. Untuk mencapai
daftar biaya pengiriman barang-barang data yang lebih tinggi menemukan di
802.11a, 802.11g alat memenuhi menggunakan Orthogonal Frequency Division
Multiplexing (OFDM) teknologi modulasi. Alat ini dapat secara otomatis tombol
ke modulasi QPSK untuk tujuan berkomunikasi dengan 802.11b yang lebih
lambat dan 802.11 alat yang yang compatable. Dengan semua keuntungan yang
nyata, penggunaan dari penuh sesak 802.11g’s 2.4 GHz band bisa membuktikan
untuk menjadi kerugian.
Mulai dari penulisan ini, standard 802.11g telah disetujui sebagai standard,
hanyalah spesifikasi standard masih di draft membentuk. Spesifikasi akhir untuk
802.11g diharapkan di pertengahan untuk akhir-akhirnya 2002.
6.8 Major Organizations
Sedangkan FCC dan IEEE bertanggung jawab atas penjelasan standard dan hukum
sebagai mereka berlaku bagi/meminta kepada Lan wireless di Amerika Serikat, ada
beberapa organisasi yang lain, baik dalam U.S. dan di negara-negara yang lain, yang
13 8
berperan untuk pendidikan dan pertumbuhan di pasar LAN wireless. Di bagian ini, kita
akan memperhatikan sebanyak tiga organisasi ini:
- Wireless Ethernet Compatibility Alliance (WECA)
- European Telecommunications Standards Institute (ETSI)
- Wireless LAN Association (WLANA)
6.8.1 Wireless Ethernet Compatibility Alliance
Wireless Ethernet Compatibility Alliance (WECA) mempromosikan dan
menguji untuk interoperabilas LAN wireless dari alat 802.11b dan 802.11a. MISI
WECA’s adalah untuk menjamin interoperabilas dari Wi-Fi (IEEE 802.11) produk
dan untuk mempromosikan Wi-Fi ketika standard LAN global wireless ke
seberang semua segmen pasar. Sebagai suatu pengurus, anda harus memecahkan
konflik antar alat LAN wireless yang diakibatkan oleh gangguan campur tangan,
ketidakcocokan, atau permasalahan yang lain.
Ketika suatu produk temu persyaratan interoperabilas seperti diuraikan di
acuan test WECA’s, WECA mewujudkan produk adalah suatu sertifikasi dari
intero0perabilas, yang mengijinkan penjual untuk gunakan logo Wi-Fi di
mengiklankan dan pengemasan untuk produk yang bersertifikat. Segel Wi-Fi dari
persetujuan meyakinkan pemakai akhir dari interoperabilas dengan alat LAN
wireless yang juga membawa logo Wi-Fi.
Antar WECA’s daftar cek interoperabilas adalah penggunaan dari kunci
WEP 40-bit. Yang catat bahwa 40 dan 64-bit adalah sama hal. Suatu 40-bit
“rahasia” kunci adalah concatenated dengan suatu Initialization Vector 24-bit (IV)
untuk menjangkau 64-bits. Di cara yang sama, 104 dan 128-bit menyetem adalah
sama. WECA tidak menetapkan interoperabilas dari kunci 128-bit; karenanya,
tidak ada kecocokan diharapkan untuk diharapkan antara penjual yang
mempertunjukkan segel Wi-Fi ketika menggunakan 128-bit kunci WEP.
Meskipun demikian, banyak sistem 128-bit dari penjual yang berbeda adalah
interoperable.
Ada banyak orang lain faktor di samping penggunaan dari kunci WEP 40-bit
yang diperlukan untuk temu ukuran-ukuran WECA’s, faktor meliputi dukungan
dari pemecahan menjadi kepingan, gaya PSP, pemeriksaan SSID meminta dan
orang yang lain. Sebagian dari topik ini akan dibahas di bab yang kemudiannya.
13 9
6.8.2 European Telecommunications Standards Institute.
European Telecommunications Standards Institute (ETSI) mencarter dengan
memproduksi standard komunikasi untuk Europe dengan cara yang sama bahwa
IEEE adalah untuk Amerika Serikat. Etsi yang baku telah mendirikan,
HiPerLAN/2 sebagai contoh, secara langsung bersaing melawan terhadap standard
yang diciptakan oleh IEEE seperti 802.11a. Telah ada banyak diskusi tentang
ETSI dan IEEE mempersatukan di teknologi tertentu yang wireless, tetapi tidak
ada apapun mempunyai materialized mulai dari penulisan ini. Usaha ini adalah
dikenal sebagai “5UP” prakarsa untuk “5 GHz Unified Protocol”. IEEE’S mencoba
pada interoperabilas dengan standard ETSI’s Hiper LAN/2 adalah standard
802.11h baru yang mendatang.
HIPERLAN asli ETSI’s yang baku untuk Hiper LAN/1 wireless, yang
digelari, daftar biaya pengiriman barang-barang yang didukung dari sampai ke 24
Mbps yang menggunakan teknologi DSSS dengan bidang kira-kira 150 kaki (45.7
meter). HiperLAN/1 menggunakan menurunkan dan UNII band pertengahan,
seperti halnya HiperLAN/2, 802.11a dan standard 802.11h yang baru. Standard
HiperLAN/2 yang baru mendukung daftar biaya pengiriman barang-barang dari
sampai ke 54 Mbps dan penggunaan adalah semua sebanyak tiga UNII band.
Standard HIPERLAN/2 ETSI’s mempunyai lapisan pemusatan yang yang
dapat bertukar tempat, mendukung untuk QoS, dan mendukung DES dan 3DES
encryption. Lapisan pemusatan yang didukung adalah ATM, Ethernet, PPP, Fire
Wire dan 3G. Kesadaran QoS didukung meliputi 802.1p, RSVP dan DiffServ-FC.
6.8.3 Wireless LAN Association
Misi Wireless LAN Association’s adalah untuk mendidik dan menaikkan
kesadaran konsumen mengenai ketersediaan dan penggunaan dari Lan wireless
dan untuk mempromosikan industri LAN wireless secara umum. Wireless LAN
Association (WLANA) adalah suatu sumber daya yang bidang pendidikan bagi
mereka yang mencari cara belajar lebih banyak tentang Lan wireless. WLANA
dapat juga membantu jika anda sedang mencari suatu layanan atau produk LAN
spesifik yang wireless.
WLANA mempunyai mitra banyak orang di dalam industri yang menyokong
isi kepada direktori WLANA dari informasi. Itu adalah direktori ini, bersama
dengan banyak kasus dan laporan resmi belajari bahwa WLANA menyediakan, itu
14 0
menawarkan anda informasi yang berharga untuk membuat keputusan tentang
implementasi LAN wireless.
6.9 Competing Technologies
Ada beberapa teknologi yang bersaing dengan 802.11 keluarga dari standard.
Sebagai kebutuhan bisnis dan teknologi meningkatkan, akan ada melanjut untuk standar
baru diciptakan untuk mendukung pasar seperti halnya penemuan yang baru yang
memandu perusahaan yang membelanjakan. Lain standard dan teknologi LAN wireless
yang digunakan meliputi:
- HomeRF
- Bluetooth
- Infrared
- OpenAir
6.9.1 HomeRF
Homerf beroperasi di 2.4 frekwensi penggunaan dan GHz band yang
meloncat teknologi. HomeRF alat meloncat pada sekitar 50 loncatan saban sekitar
detik 5 sampai 20 kali lebih cepat dari kebanyakan alat HISS 802,11-compliant.
Versi yang baru tentang HomeRF, HomeRF 2.0 gunakan yang baru “band yang
lebar” frekwensi yang meloncat aturan yang disetujui oleh FCC, dan adalah yang
pertama untuk melakukannya. Ini adalah kata bahwa IEEE belum diadopsi
frekwensi yang band lebar/luas yang meloncat aturan ke dalam 802.11 rangkaian
dari standard. Adalah mengingat bahwa aturan ini, menerapkan setelah 08/31/00,
meliputi:
- Maximum of 5 MHz wide carrier frequencies
- Minimum of 15 hops in a sequence
- Maximum of 125 mW of output power
Sebab HomeRF mengijinkan suatu peningkatan di atas yang terdahulu 1
frekwensi pengangkut MHz yang lebar dan fleksibilitas dalam menerapkan kurang
dari yang sebelumnya memerlukan 75 loncatan, satu kekuatan berpikir meloncat
14 1
frekwensi band yang lebar itu akan sungguh populer antar penjual dan korporasi
mirip. Ini, bagaimanapun, bukanlah kasus. Sebagai menguntungkan sebagai yang
hasilnya 10 tingkat tarip data Mbps adalah itu tidak menaungi kerugian dari 125
mW dari daya keluaran, penggunaan batas yang dari frekwensi band lebar yang
meloncat alat kepada mendekati cakupan dari 150-300 kaki (46-92 meter). Hasil
ini membatasi penggunaan dari frekwensi wideband yang meloncat alat terutama
kepada lingkungan SOHO.
HomeRF unit gunakan Shared Wireless Access Protocol (SWAP) protokol,
yang mana adalah suatu kombinasi dari CSMA (used in local area networks) dan
TDMA (used in cellular phones) protokol. SWAP adalah suatu bastar dari 802.11
dan standard DECT dan dikembangkan oleh kelompok kerja HomeRF. HomeRF
alat adalah satu-satunya alat sekarang ini di pasar yang diikuti frekwensi wideband
yang meloncat aturan. HomeRF alat dipertimbangkan lebih
menjamin/mengamankan dibanding 802.11 produk yang menggunakan WEP oleh
karena garis vektor initialisasi 32-bit (IV) HomeRF penggunaan (berlawanan
dengan IV 24-bit 802.11′s). Apalagi, HomeRF telah menetapkan bagaimana IV
diharapkan untuk terpilih selama encryption, sedangkan 802.11 tidak, sisa-sisa
802.11 membuka untuk serangan dalam kaitan dengan implementasi yang lemah.
Beberapa liputan yang terutama sekali menarik tentang HomeRF 2.0 adalah:
- 50 hops per second
- Uses 2.4 GHz ISM band
- Meets FCC regulations for spread spectrum technologies
- 10 Mbps data rate with fallback to 5 Mbps, 1.6 Mbps and 0.8 Mbps
- Backwards compatible with OpenAir standard
- Simultaneous host/client and peer/peer topology
- Built-in security measures against eavesdropping and denial of service
- Support for prioritized streaming media sessions and toll-quality two-way
voice connections
- Enhanced roaming capabilities
6.9.2 Bluetooth
Bluetooth adalah frekwensi lain yang meloncat teknologi yang beroperasi di
2.4 GHz ISM band. Loncatan tingkat alat Bluetooth akan berbuat 1600 loncatan
14 2
per detik (sekitar 625us tinggal waktu), sehingga mempunyai dengan sangat lebih
banyak ongkos exploitasi dibanding frekwensi 802.11-compliant yang meloncat
sistem. Tingkat tarip loncatan yang tinggi juga memberi pembalasan teknologi
yang lebih besar ke suara gaduh regu palsu yang sempit. Bluetooth sistem tidaklah
dirancang untuk throughput yang tinggi, tetapi lebih untuk penggunaan yang
sederhana, tenaga yang rendah, dan cakupan yang singkat (WPANS). IEEE
802.15 yang baru draft untuk WPANs meliputi spesifikasi untuk Bluetooth.
Suatu kerugian yang utama dari menggunakan teknologi Bluetooth adalah
bahwa itu sepenuhnya mengganggu lain hingga 2.4 GHz jaringan. Loncatan yang
tinggi tingkat Bluetooth di atas keseluruhan yang dapat dipakai 2.4 GHz band
membuat isyarat Bluetooth nampak bagi semua sistem yang lain sebagai band
semua suara gaduh atau semua band gangguan campur tangan. Bluetooth juga
mempengaruhi sistem FHSS yang lain. All-Band gangguan campur tangan, seperti
nama menyiratkan, mengganggu isyarat di atas cakupan dari frekwensi yang bisa
gunakan keseluruhannya, menyumbangkan isyarat yang utama sia-sia. Gangguan
campur tangan yang disajikan oleh LAN wireless bertentangan dengan Bluetooth
tidak berdampak pada alat Bluetooth ketika Bluetooth berdampak pada 802.11
LAN wireless. Sekarang umum untuk plakat untuk menjulang di area LAN
wireless yang dibaca “No Bluetooth” di cetakan yang menyolok.
Bluetooth alat beroperasi di tiga kelas tenaga: 1 mW, 2.5 mW, dan 100 mW.
Sekarang ini ada sedikit bila ada implementasi dari Class 3 (100 mW) alat
Bluetooth, sehingga data cakupan tidaklah siap tersedia bagaimanapun, Class 2
(2.5 mW) alat Bluetooth mempunyai suatu cakupan yang maksimum dari 33 kaki
(10 meter). Secara alami, jika diperluas bergerak diinginkan, penggunaan dari
antenna terarah adalah suatu kemungkinan pemecahan, meskipun kebanyakan alat
Bluetooth adalah alat yang gesit (mobile).
6.10 Infrared Data Association (IrDA)
IrDA bukanlah suatu standard Bluetooth, HomeRF dan 802.11 rangkaian dari
standard melainkan, IrDA adalah suatu organisasi. yang ditemukan pada bulan Juni dari
1993, IrDA adalah suatu organisasi dibiayai anggota piagam siapa adalah “untuk
menciptakan suatu interoperable murah, low-cost, low-power, half-duplex, standard
14 3
interkoneksi data yang serial yang mendukung suatu gedung tanpa lift point-to-point
model pemakai yang adalah dapat menyesuaikan diri suatu cakupan luas dari alat
komputer. “Inframerah transmisi data dikenal dengan paling untuk penggunaannya di
kalkulator, pencetak, beberapa yang building-to-building dan ruang di jaringan
komputer dan sekarang di komputer handheld.
6.10.1 Infrared
Inframerah (IR) adalah suatu teknologi transmisi didasarkan cahaya dan
tidaklah tersebar teknologi spektrum tersebar spektrum adalah semua radiasi RF
penggunaan. IR alat dapat mencapai suatu data yang maksimum tingkat 4 Mbps
dari dekat mencakup, hanyalah suatu teknologi didasarkan cahaya, lain sumber
cahaya dapat bertentangan dengan transmisi IR. Data yang khas tingkat suatu alat
IR akan berbuat 115 kbps, yang mana adalah baik untuk menukarkan data antara
alat handheld. Suatu keuntungan yang penting tentang jaringan IR adalah bahwa
mereka tidak bertentangan dengan tersebar jaringan RF spektrum. Karena alasan
ini keduanya adalah komplementer dan kaleng dengan mudah digunakan bersamasama.
6.10.2 Security
Keamanan dari alat IR adalah dengan tak terpisahkan sempurna untuk dua
pertimbangan yang utama. yang pertama IR tidak bisa bepergian meskipun
demikian dinding pada kuasa yang rendah seperti itu (2 mW maksimum) dan
detik, suatu pemasang telinga atau mencincang harus secara langsung
menginterupsi cahaya untuk tujuan akses keuntungan informasi ditransfer.
Jaringan tunggal yang memerlukan connectivas wireless harus dijamin keamanan
bermanfaat bagi dari jaringan dan. Dengan komputer dan PDAs, IR digunakan
untuk connectivas point-to-point pada cakupan yang sangat pendek sehingga
keamanan akan hampir tidak relevan di kejadian ini.
14 4
6.10.3 Stability
Meskipun demikian IR tidak akan menerobos dinding, itu akan memantul
langit-langit dan dinding, yang membantu di networking kamar tunggal.
Inframerah adalah diganggu oleh isyarat yang electromagnetis, yang
mempromosikan stabilitas dari suatu sistem IR. Menyiarkan alat IR ada tersedia
dan dapat menjulang di langit-langit. Suatu IR menyiarkan alat (yang mana adalah
dapat disamakan kepada suatu antenna RF) akan memancarkan informasi dan
pengangkut IR di segala jurusan sedemikian sehingga isyarat ini dapat diambil
oleh klien IR yang dekat. Karena pertimbangan konsumsi tenaga, IR siaran adalah
secara normal diterapkan di atau ke dalam rumah. Point-To-Point pemancar IR
dapat digunakan keluar rumah dan mempunyai suatu cakupan yang maksimum
dari sekitar 3280 kaki (1 km), tetapi cakupan ini mungkin dipendekkan oleh
kehadiran dari cahaya matahari. Cahaya matahari adalah kira-kira 60% inframerah
cahaya, yang sungguh melemahkan isyarat IR siaran. Di hari yang cerah ketika
memindahkan data antara PDAs atau komputer laptop, dua alat mungkin telah
untuk memegang semakin dekat bersama-sama untuk baiknya perpindahan data
IR.
6.11 Wireless LAN Interoperability Forum (WLIF)
Standard OpenAir adalah suatu standard yang diciptakan oleh Wireless LAN
Interoperability Forum, di mana sistem LAN banyak orang wireless diciptakan untuk
mematuhi sebagai suatu alternatif untuk 802.11 diluar ketetapan Dua kecepatan – 800
kbps dan 1.6 Mbps diluar dan 802.11 sistem tidaklah dapat dipertukarkan dan tidak
akan interoperate. Karena sekarang ini beberapa lini produk namun yang tersedia yang
mematuhi standard OpenAir, adalah penting bahwa pengurus LAN wireless mengetahui
bahwa OpenAir ada, bagaimanapun, OpenAir adalah dengan cepat dukungan
kehilangan antar penjual dan tidak ada produksi baru dibuat itu mematuhi standard ini.
Diluar adalah usaha yang pertama pada standardisasi dan interoperabilas antar Lan
wireless. Diluar dipusatkan Di alat FHSS beroperasi hanya pada dua kecepatan.
14 5
6.12 Kesimpulan
Federal Communications Commission (FCC) adalah agen pemerintah US yang
langsung bertanggung jawab pada konggres. FCC didirikan oleh Communication Act
pada tahun 1934, yang mengatur komunikasi menggunakan radio, televisi, kawat, satelit
dan kabel. FCC membuat batasan peraturan dimana frekuensi wireless LAN dapat
menggunakan output power untuk masing-masing frekuensi band. FCC telah membagi
bahwa untuk wireless yang digunakan oleh Industrial, Scientific dan Medical (ISM)
menggunakan license free. Band ISM terletak pada lokasi mulai 902 MHz, 2,4 MHz dan
5,8 GHz dan bermacam-macam lebarnya dari 26MHz sampai 150 MHz. Seperti
kebebasan dari membawa license tetapi juga ada faktor kerugiannya yaitu semua orang
juga mempunyai hak yang sama dalam menggunakan frekuensi sehingga akan
menyebabkan interferensi. Cara mengatasinya, dua sistem yang bersaing tidak perlu
menggunakan channel yang sama atau bahkan tidak menggunakan spread spectrum
yang sama.
6.13 SOAL
1. Jelaskan secara singkat mengenai FCC ?
2. Jelaskan perbedaan antara standar dari ISM dan UNII dari segi pengelompokan
bandwidth ?
3. Apa yang anda ketahui tentang IEEE ?
4. Jelaskan secara singkat mengenai IrDa ?
5. Sebutkan pembagian kelas dari Bluetooth ?
14 6
Bab 7. Arsitektur Jaringan
Pada bab ini akan membahas beberapa konsep kunci yang ditemukan pada 802.11
arsitektur jaringan. Kebanyakan topiknya didefinisikan secara langsung pada standar
802.11, dan diperlukan untuk implementasi dari 802.11-compliant hardware. Pada bab
ini, kita akan memeriksa proses dimana klien tersambung ke sebuah access point,
syarat-syarat untuk mengatur wireless Lan, dan bagaimana manajemen power
disempurnakan dalam peralatan wireless LAN untuk klien.
Tanpa suatu pemahaman yang jelas dari prinsip yang dibahas pada bab ini, akan
menjadi sangat sulit sekali untuk mendesain,mengadminister,atau memperbaiki suatu
wireless LAN. Bab ini membahas beberapa langkah-langkah dasar yang terpenting dari
desain dan administrasi wireless LAN. Saat anda mengadministrasi wireless LAN,
pemahaman dari konsep-konsep ini akan memenuhi anda untuk secara cerdik
memanage kerja secara hari perhari.
7.1 Menempatkan Sebuah Wireless LAN
Saat anda meng-install,mengkonfigurasi, dan akhirnya memulai suatu peralatan
wireless LAN klien sebagai suatu USB klien atau kartu PCMCIA, klien secara otomatis
“mendengar” untuk melihat apakah ada suatu wireless LAN didalam range. Klien juga
menemukan jika dapat berhubungan dengan wireless LAN tersebut. Proses
“mendengar” disebut juga dengan scanning. Scanning terjadi sebelum proses lainnya,
dikarenakan scanning adalah bagaimana klien menemukan network.
Ada dua tipe scanning : pasif scanning dan aktif scanning. Di dalam menemukan
sebuah access point, pemancar klien mengikuti sebuah jejak breadcumbs kiri oleh
access point. Breadcrumbs ini disebut juga Service Set Identifiers (SSID) dan ramburambu.
Tool ini melayani sebagai sebuah titik tengah untuk sebuah pemancar klien
untuk mencari suatu dan semua access point.
7.1.1 7.1.1 Service Set Identifier
Service set identifier (SSID) adalah sebuah nilai unique, case sensitive,
alphanumeric dari 2-31 panjang karakter yang digunakan oleh wireless LAN
sebagai sebuah nama network. Penanganan nama ini digunakan untuk mensegmentasi
jaringan, sebagai ukuran security yang bersifat sementara, dan di
14 7
dalam proses penggabungan sebuah network. Administrator mengkonfigurasi
SSID (kadang disebut dengan ESSID) di dalam setiap access point. Beberapa
klien mempunyai kemampuan untuk menggunakan nilai SSID apapun bahkan
hanya satu yang secara manual ditetapkan oleh administrator. Jika klien
menjelajahi secara berlapis diantara suatu grup dari access point, maka kliennya
dan seluruh access point harus dikonfigurasi dengan memasangkan SSIDnya. Hal
yang terpenting dari sebuah SSID adalah SSID harus sesuai secara tepat antara
access point dan klien. Jangan membingungkan SSID (ESSID) dengan BSSID.
Basic Service Set Idenfier (BSSID) adalah suatu 6-byte heksa desimal
mengidentifikasi access point dimana susunan mula-mula atau telah di-relay,
mengingat SSID dan ESSID adalah hal-hal yang dapat ditukarkan yang
menunjukkan nama jaringan atau identifier.
7.1.2 7.1.2 Beacons
Beacons (kependekan untuk beacon management frame) adalah frame
pendek yang dikirim dari access point ke pemancar (Mode Infrastruktur) atau
pemancar ke pemancar (Mode ad Hoc) yang digunakan mengorganisir dan
mensinkronkan wireless pada LAN wireless itu. Beacon mempunyai beberapa
fungsi, mencakup berikut
7.1.2.1.1.1.1.1 7.1.2.1 Time Synchronization
Beacon mensinkronkan klien melalui suatu time-stamp di saat transmisi
yang tepat. Ketika klien menerima beacon, merubah clock sendiri untuk
merefleksikan clock dari access point. Sekali ketika perubahan ini terbentuk,
dua clock disinkronkan. Sinkronisasi clock unit komunikasi akan memastikan
bahwa semua fungsi time-sensitive, seperti hopping dalam sistem FHSS,
dilakukan tanpa kesalahan. Beacon juga berisi interval beacon, yang
menginformasikan stasiun bagaimana sering untuk harapkan beacon.
7.1.2.1.1.1.1.2 7.1.2.2 FH atau Ds Parameter Sets
Beacon berisi informasi yang secara rinci menghubungkan teknologi
spread spectrum sistem yang sedang digunakan. Sebagai contoh, di dalam
14 8
sistem FHSS, hop dan dwell parameter waktu dan ihop squence tercakup di
dalam. Di dalam sistem DSSS, beacon berisi informasi saluran
7.1.3 7.1.3 SSID Information
Stasiun singgah beacon untuk SSID dari jaringan gabungan. Ketika
informasi ini ditemukan, stasiun meneliti alamat MAC di mana autentifikasi
memulai dan mengirimkan beacon meminta menghubungkan access point. Jika
suatu stasiun mulai menerima apapun SSID, kemudian setasiun akan mencoba
untuk bergabung dengan jaringan melalui access point yang pertama yang
mengirimkan beacon atau dengan kekuatan sinyal yang paling kuat jika ada
berbagai multipel access point.
7.1.4 7.1.4 Traffic Indication Map(TIM)
TIM digunakan sebagai indikator yang mana stasiun yang tidak bekerja
mempunyai paket yang dientrikan Access point. Informasi ini dilewati pada setiap
beacon ke semua stasiun yang berhubungkan. Selagi tidak bekerja, Sinkronisasi
stasiun menggerakkan receivernya, membaca untuk beacon, memeriksa TIM
untuk melihat jika terdaftarkan, kemudian, jika tidak terdaftarkan, meghentikan
penerimanya.
7.2 Supported Rates
Dengan jaringan wireless, ada banyak kecepatan didukung tergantung pada
standard dari perangkat keras yang digunakan. Sebagai contoh, suatu 802.11b
kecepatan 11, 5.5, 2,& 1 Mbps. kemampuan informasi ini dilewatkan beacon untuk
menginformasikan stasiun kecepatan berapa yang didukung pada access point. Ada
informasi yang banyak yang dilewatkan dalam beacon, tetapi daftar meliputi segalanya
ini bisa menjadi pertimbangan yang penting dari suatu pandangan poin adiministrasi.
7.3 Passive scanning
Passive scanning adalah proses melacak beacon pada masing-masing saluran
untuk suatu periode waktu yang spesifik setelah stasiun diinisialisasi beacon ini dikirim
14 9
oleh access point ( model infrastruktur) atau stasiun klien ( moded ad hoc), dan
karakteristik katalok scanning station tentang stasiun atau access point berdasar pada
beacon ini. Stasiun mencari suatu jaringan yang melacak beacon sampai dilacak oleh
beacon yang terdaftarkan pada SSID dari jaringan untuk bergabung. Stasiun kemudian
mencoba untuk bergabung dengan jaringan melalui access point yang mengirim beacon.
Passive scanning digambarkan dalam gambar 7.1.
Gambar 7.1. Passive Scanning
Di dalam konfigurasinya di mana ada berbagai access point, SSID dari jaringan
stasiun yang bergabung kemungkinan broadcast dengan lebih dari satu access point ini.
Dalam situasi ini, stasiun akan mencoba untuk bergabung dengan jaringan melalui
access point dengan kekuatan sinyal yang paling kuat dan rata-rata bit yang paling
rendah.
Stasiun melanjut passive scanning bahkan setelah menghubungkan access point.
Passive scanning menyinpan waktu yang menghubungkan kembali ke jaringan jika
klien diputus (disassociated) dari access point yang mana klien sekarang ini
dihubungkan. Dengan pengonrolan daftar access point yang tersedia dan
karakteristiknya( saluran, kekuatan sinyal, SSID, dll), stasiun dapat dengan cepat
menempatkan access point yang terbaik yang koneksinya diputus untuk alasan tertentu.
Stasiun akan menjelajahi dari satu access point ke yang lain setelah sinyal radio
dari access point di mana stasiun dihubungkan sampai kepada suatu kekuatan sinyal
tingkat rendah tertentu. Penjelajahan diterapkan sedemikian sehingga stasiun dapat
tinggal bertahan dihubungkan ke jaringan. Stasiun menggunakan informasi yang
diperoleh lewat pasive scanning untuk menempatkan access point terbaik yang
berikutnya ( atau jaringan ad hoc) untuk menggunakan konektifitas kembali ke jaringan
15 0
itu. Karena alasan ini, tumpang-tindih antara sel access point pada umumnya ditetapkan
kira-kira 20-30%. Tumpang-tindih ini membiarkan stasiun untuk secara tanpa lapisan
menjelajahi antara access point selagi pemutusan dan penggubungan kembali tanpa
pengetahuan pemakai.
Sebab kepekaan threshold pada beberapa radio tidak bekerja dengan baik, kadangkadang
administrator akan lihat suatu radio berkait dengan suatu access point sampai
sinyal diputus dalam kaitan dengan kekuatan sinyal yang rendah sebagai ganti
penjelajahan bagi access point yang mempunyai sinyal lebih baik. Situasi seperti ini
adalah masalah yang dikenal dengan beberapa hardware dan harus dilaporkan ke
pembuat jika anda mengalami masalah ini.
7.4 Active Scanning
Gambar 7.2. Active Scanning
Active scanning melibatkan pengiriman dari suatu request pemeriksaan (probe)
frame dari suatu pemancar wireless. Pemancar mengirim probe frame jika mereka
secara aktif mencari suatu jaringan untuk digabungkan. Probe frame akan berisi baik
SSID dari jaringan yang mereka ingin gabungkan atau suatu SSID broadcast. Jika suatu
request probe di kirim dengan menspasifikasi suatu SSID, maka hanya access point
yang melayani SSID tersebut akan merespon dengan suatu frame respon probe. Jika
suatu frame request probe dikirim dengan suatu SSID broadcast, maka semua access
point didalam jangkauan akan merespon dengan suatu frame respon probe, dimana
dapat dilihat pada gambar 7.2
15 1
Hal yang pokok dari probing dalam penggunaan ini adalah untuk menempatkan
access point melalui pemancar yang dapat menempel ke suatu jaringan. Sekali sebuah
access point dengan access point yang benar dapat ditemukan, pemancar meng-inisiasi
langkah autentifikasi dan hubungan dari penggabungan jaringan melalui access point
tersebut. Informasinya dilewatkan dari access point ke pemancar dalam frame respon
probe hamper sama dengan beacons tersebut. Frame respon probe berbeda dari beacons
hanya dalam dimana mereka tidak time-stamped dan keduanya tidak meliputi sebuah
Traffic Indication Map (TIM).
Kekuatan sinyal dari frame respon probe dimana PC Card menerima bantuan
kembali menentukan access point dengan dimana PC Card akan berusaha untuk
berhubungan. Pemancar secara umum memilih access point dengan sinyal terkuat dan
bit error rate (BER) yang terendah. BER adalah rasio dari paket-aket yang rusak ke
paket yang bagus secara khusus ditetapkan oleh rasio Sinyal-ke-Noise dari sinyal. Jika
puncak dari sebuah RF sinyal adalah di suatu tempat yang dekat dengan dasar noise,
penerima akan membingungkan data sinyal dengan noise
7.5 Autentifikasi & Penggabungan
Proses dari menghubungkan ke wireless LAN terdiri dari dua dub proses yang
terpisah. Sub-proses ini selalu terjadi dalam permintaan yang sama, dan disebut dengan
autentifikasi dan penggabungan(assosiasi). Untuk contoh, jika kita berbicara tentang
sebuah wireless PC card dihubungkan ke wireless LAN, kita umpamakan bahwa PC
card telah di-autentifikasi oleh dan telah di-assosiasikan dengan access point tertentu.
Ingatlah bahwa saat kita berbicara tentang assosiasi, kita berbicara tentang konektivitas
Layer 2, dan autentifikasi menyinggung secara umum ke PC card radio, tidak kepada
user. Pemahaman langkah yang terhubung dalam mendapatkan sebuah klien terhubung
ke sebuah access point adalah penting untuk keamanan, troubleshooting, dan
manajemen dari sebuah wireless LAN.
7.5.1 Autentifikasi
Langkah pertama dalam hubungan ke wireless LAN adalah autentifikasi.
Autentifikasi adlah proses melalui dimana sebuah wireless node (PC Card, USB
Client, dsb) mempunyai identitas tersendiri yang diperiksa oleh jaringan (biasanya
15 2
access point) ke node yang berusaha untuk terhubung. Pemeriksaan ini terjadi saat
access point yang ke klien terhubung memeriksa apakah klien tersebut memang
klien yang disebut. Untuk menempatkan di tempat yang lain, access point
merespon ke sebuah klien merequest untuk terhubung dengan memeriksa identitas
klien sebelum ada hubungan yang terjadi. Kadang-kadang proses autentifikasi
adalah null, yang berarti bahwa meskipun keduanya klien dan access pointharus
memproses melalui proses ini agar dapat berasosiasi, disana tidak ada identitas
khusus untuk berasosiasi. Ini adalah kasus saat access point baru dan PC Card
dipasang di dalam konfigurasi default. Kita akan mendiskusikan dua tipe
autentifikasi proses pada setelah bab ini.
Klien memulai proses autentifikasi dengan mengirim sebuah frame request
autentifikasi ke access point (dalam Mode Infrastruktur). Access point akan
melakukan keduanya baik menerima atau menolak request ini, sesudah itu
memberitahukan pemancar dari keputusan ini dengan frame respon autentifikasi.
Proses autentifikasi dapat diselesaikan pada access point, atau access point
mungkin terlewati sepanjang responsibilitas ini ke sebuah hulu server autentifikasi
seperti RADIUS. RADIUS server akan melakukan autentifikasi berdasarkan
sebuah daftar dari criteria, dan kemudian mengembalikan hasilnya ke access point
jadi access point tersebut dapat mengembalikan hasilnya ke pemancar klien.
7.5.2 Penggabungan (Assosiasi)
Sekali sebuah klien wireless telah terautentifikasi, klien tersebut kemudian
berasosiasi dengan access point. Terasosiasi adalah sebuah kondisi pada saat
sebuah klien diijinkan untuk melewatkan data melalui sebuah access point. Jika
PC Card anda terasosiasi ke sebuah access point, anda berarti terhubung ke access
point, dan juga jaringan.
Proses untuk menjadi terasosiasi adalah sebagai berikut. Saat suatu klien
ingin terhubung, klien mengirimkan sebuah request autentifikasi ke access point
dan menerima kembali sebuah authentification response. Setelah autentifikasi
telah selesai, pemancar mengirim sebuah association request frame ke access point
yang menjawab ke klien dfengan sebuah association response frame baik
membolehkan atau tidak mengijinkan berasosiasi.
15 3
7.6 Status Pengesahan& Asosiasi
Proses asosiasi dan pengesahan yang lengkap mempunyai tiga status beda:
1. Unauthenticated and unassociated
2. Authenticated and unassociated
3. Authenticated and associated
7.6.1 Unauthenticated and Unassociated
Di dalam awal menyatakan,wireless node dengan komplet diputus dari
jaringan dan tidak mampu untuk lewat frame melalui access point. Access point
menyimpan tabel status koneksi klien dikenal sebagai tabel asosiasi. Adalah
penting untuk mencatat vendor yang berbeda mengacu pada status yang
unauthenticated dan unassociated dalam access pointnya tabel asosiasi dengan
cara yang berbeda. Tabe ini akan secara khas menunjukkan “unauthenticated”
untuk klien manapun yang belum menyelesaikan proses pengesahan atau telah
mencoba pengesahan dan gagal.
7.6.2 Authenticated and Unassociated
Di dalam status detik ini, klien wireless telah lewat proses pengesahan, tetapi
waktu itu belum dihubungkan dengan access point. Klien waktu itu belum
diijinkan untuk mengirimkan atau menerima data melalui access point. Tabel
asosiasi access point akan secara khas menunjukkan “authenticated.” Sebab klien
lewat langkah pengesahan dan dengan seketika berproses ke dalam langkah
asosiasi dengan cepat ( seperseribu detik), jarang ditemui “authenticated”
melangkah pada access point. Adalah jauh lebih mungkin akan ditemui
“unauthenticated” atau “associated”- yang mana dibawa sampai akhir langkah.
7.6.3 Authenticated and Associated
Di dalam status akhir ini, wireless node dengan komplet dihubungkan ke
jaringan dan mampu mengirimkan dan menerima data melalui access point yang
mana nodet dihubungkan. Gambar 7.3 menggambarkan suatu klien yang
terhubung dengan suatu access point. Kita mungkin akan meihat “associated” di
dalam tabel asosiasi access point yang menandakan bahwa klien ini secara penuh
dihubungkan dan diberi hak untuk lewat lalu lintas melalui access point.
15 4
Sepertinya anda dapat menyimpulkan dari uraian dari tiap tiga status ini,
mengedepan ukuran keamanan jaringan wireless akan diterapkan di titik di mana
klien sedang mencoba untuk membuktikan keaslian.
7.7 Authentication Methods
Gambar 7.3 Association
Standard IEEE 802.1 1 menetapkan dua metoda pengesahan: Open System
authentication dan Share Key authentication. Yang lebih sederhana dan juga semakin
menjamin kedua metode adalah Open System authentication. Untuk suatu klien untuk
menjadi authenticated, klien harus melewati rangkaian dengan access point. Rangkaian
ini bervariasi tergantung pada proses pengesahan yang digunakan. Di bawah ini, kita
akan mendiskusikan masing-masing proses pengesahan yang ditetapkan oleh standar
802.1 1, bagaimana bekerja, dan mengapa digunakan.
7.7.1 Open System Authentication
Open system authentication adalah suatu metoda pengesahan null dan
ditetapkan oleh IEEE 802.1 1 seperti default yang ditentukan di dalam peralatan
LAN Wireless. Penggunaan metoda pengesahan ini, suatu stasiun dapat
berhubungan dengan access point manapun yang menggunakan Open system
authentication berdasarkan hanya pada SSID. SSID harus sesuai pada kedua klien
dan access point sebelum suatu klien diijinkan untuk melengkapi proses
pengesahan. Penggunaan SSID yang berkenaan dengan keamanan akan dibahas di
Bab 10 ( Keamanan). Proses Open Sysytem authentication digunakan secara
15 5
efektif dalam keduanya menjamin/mengamankan dan lingkungan yang tidak
menjamin.
7.7.2 Open System Authentication Process
Proses Open System Authentication terjadi sebagai berikut:
• Wireless klien membuat suatu permintaan untuk berhubungan kepada
access point
• Access point membuktikan keaslian klien dan mengirimkan suatu hal
tanggapan positif klien menjadi terhubung
Langkah-Langkah ini dapat dilihat di Gambar 7.4.
Gambar 7.4 Sistem Autentikasi Open
Autentifikasi Open System adalah suatu proses yang sangat sederhana.
Sebagai wireless LAN administrator, anda mempunyai pilihan untuk
menggunakan WEP (wired equivalent privacy) enkripsi dengan autentifikasi Open
System. Jika WEP digunakan dengan proses autentifikasi Open System, maka
masih tidak ada verifikasi dari kunci WEP dalam setiap sisi dari koneksi selama
autentifikasi. Lebih baik, WEP key digunakan hanya untuk pen-enkripsian data
sekali saat klien terautentifikasi dan terasosiasi. Autentifikasi Open System
digunakan dalam beberapa skenario, tetapi ada dua alasan utama untuk
menggunakannya. Pertama, Autentifikasi Open System dipertimbangkan lebih
amanam dari dua metode autentifikasi yang tersedia untuk alasan sebagai berikut.
Dua, Autentifikasi Open System mudah untuk dikonfigurasi karena tidak
membutuhkan konfigurasi sama sekali. Semua 802.11-compliant wireless LAN
15 6
hardware dikonfigurasi untuk menggunakan autentifikasi Open System secara
default, membuatnya mudah untuk memulai membangun dan menghubungkan
jaringan wireless LAN anda dengan benar.
7.7.3 Shared Key Authentication
Pengesahan shared key adalah suatu metoda authentification yang
memerlukan penggunaan WEP. WEP encryption menggunakan kunci yang
dimasukkan ( pada umumnya oleh administrator) ke dalam kedua-duanya klien
dan access point. Kunci ini harus [tanding/ temu] timbal balik untuk WEP untuk
bekerja dengan baik. Kunci Yang bersama Pengesahan menggunakan WEP
menyetem di (dalam) dua pertunjukan, ketika kita akan menguraikan di sini.
7.7.4 Shared Key Authentication Process
Proses pengesahan yang menggunakan Shared Key authentication terjadi
sebagai berikut:
1. Suatu klien meminta asosiasi kepada suatu access point- langkah ini
menjadi sama halnya itu sistem terbuka Pengesahan.
2. Akses Titik mengeluarkan suatu tantangan kepada klien- tantangan ini
secara acak dihasilkan text datar, yang mana adalah dikirim dari access
point klien bebas dari bahaya/kecurigaan
3. Klien bereaksi terhadap tantangan- klien menjawab dengan mengenkripsi
tantangan teks menggunakan WEP klien menyetem dan mengirimkannya
kembali ke access point
4. Access point bereaksi terhadap tanggapan klien- Access point de-enkripsi
tanggapan yang di-enkripsi klien untuk memverifikasi yang tantangan
teks adalah penggunaan di-enkripsi adalah mempertemukan suatu kunci
WEP menyetel.
Melalui proses ini , access point menentukan ya atau tidaknya klien
mempunyai WEP kunci yang benar. Jika WEP kunci klien benar, access point
akan menjawab secara positif dan membuktikan keaslian klien itu. Jika WEP
kunci klien tidak benar, access point akan menjawab secara negatif, dan tidak
15 7
membuktikan keaslian klien, meninggalkan klien yang tidak dibuktikan
keasliannya dan tidak dihubungkan.
Gambar 7.5 Proses Shared Key
Itu akan nampak bahwa Proses Shared Key authentication jadi lebih
menjamin dibandingkan dengan Open System Authentication, tetapi seperti anda
akan segera lihat, ini bukan. Melainkan, Bagi Shared Key authentication membuka
pintu untuk calon hackers. Adalah penting untuk memahami kedua kemungkinan
bahwa WEP digunakan. WEP key dapat digunakan sepanjang Proses Shared Key
authentication untuk memverifikasi suatu identitas klien, tetapi dapat juga
digunakan untuk enkripsi dari data payload mengirimkan dengan klien melalui
access point. WEP penggunaan jenis ini adalah dibahas lebih lanjut di dalam Bab
10 ( Keamanan).
7.7.5 Authentication Security
Shared Key authentication tidaklah dipertimbangkan menjamin sebab access
point memancarkan tantangan teks bebas dari bahaya/kecurigaan dan menerima
teks tantangan yang sama yang encrypted dengan WEP kunci. Skenario ini
mengijinkan suatu hacker menggunakan suatu sniffer untuk lihat kedua-duanya
plaintext menghadapi tantangan dan tantangan yang dienkripsi.Setelah keduaduanya
nilai-nilai ini, suatu hacker bisa menggunakan suatu program cracking
sederhana untuk memperoleh WEP kunci. Sekali ketika WEP kunci diperoleh,
15 8
hacker bisa men-dekripsi lalu lintas yang terenkripsi. Adalah untuk alasan ini
bahwa Open System Authentication dipertimbangkan lebih menjamin dibanding
Shared Key authentication.
Adalah penting bagi administrator wireless jaringan untuk memahami bahwa
bukan Open System maupun Share Key authentication tipe keamanan, dan untuk
alasan ini suatu solusi keamanan LAN wireless solusi, di atas dan di luar standard
802.11 yang ditetapkan, adalah perlu dan penting.
7.7.6 Shared Secrets & Certificates
Shared Secrets adalah teks atau angka-angka yang biasanya dikenal sebagai
kunci WEP. Sertifikat adalah metoda identifikasi pemakai yang lain
menggunakan dengan wireless. Sama halnya dengan kunci WEP, sertifikat ( yang
mana dokumen telah disahkan) ditempatkan pada mesin klien sebelum waktu yang
ditetapkan. Penempatan ini juga dikerjakan ketika berbagai keinginan pemakai
untuk membuktikan keaslian ke jaringan wireless, mekanisme pengesahan telah
pada tempatnya pada stasiun klien. Kedua metoda ini sudah menurut sejarah
diterapkan di dalam suatu pertunjukan manual, tetapi ada aplikasi yang tersedia
hari ini itu mengijinkan otomasi dari proses ini.
7.8 Emerging Wireless Security Solutions
Ada banyak protokol dan solusi keamanan pengesahan baru pada pasaran hari ini,
mencakup VPN dan 802.Ix yang menggunakan Extensible Authentication Protocol (
EAP). Banyak dari solusi keamanan ini melibatkan pengesahan melalui server
pengesahan ke hulu dari accesssa point selagi memelihara klien yang menunggu
sepanjang tahap pengesahan. Windows XP mempunyai pendukungan asli untuk 802.11,
802.Ix, dan EAP. Manufaktur Cisco dan LAN wireless juga mendukung standard ini.
Karena alasan ini,untuk melihat bahwa 802.Ix dan solusi pengesahan EAP adalah suatu
solusi umum dalam keamanan pasar LAN wireless.
7.8.1 802.1x and EAP
802.Ix (kontrol akses jaringan port-based) standard secara relatif baru, dan
alat yang mendukungnya mempunyai kemampuan untuk mengijinkan sekedar
15 9
koneksi ke dalam jaringan pada layer 2 hanya jika pengesahan pemakai sukses.
Protokol ini bekerja baik untuk access point yang membutuhkan kemampuan
untuk memelihara para pemakai yang memutuskan jaringan jika mereka tidak
mendukung pada jaringan. EAP adalah, suatu protokol layer 2 yang menggantikan
PAP atau CHAP dibawah PPP yang bekerja area jaringan lokal. EAP mengijinkan
plug-ins manapun akhir dari suatu link dengan banyak metoda pengesahan dapat
digunakan. Di masa lalu, PAP dan CHAP telah digunakan untuk pengesahan
pemakaian, dan keduanya menggunakan password. Kebutuhan akan suatu yang
lebih kuat. Alternatif yang lebih fleksibel harus jelas dengan jaringan wireless
karena implementasi yang lebih bervariasi penuh dengan wireless dibanding
dengan jaringan kawat.
Secara khas, pengesahan pemakaian terpenuhi menggunakan Remote
Authentication Dial-In user Service (RADIUS) server dan beberapa bentuk
database pemakai ( Native RADIUS. NDS, Direktori Aktif, LDAP, dll.). Proses
dalam autentifikasi menggunakan EAP ditunjukkan di dalam Gambar 7.6. Standar
802.11i yang baru meliputi mendukun untuk 802.Ix, EAP, AAA, pengesahan
timbal balik, dan key generation, tidak satupun tercakup pada yang asli standard
802.11. ” AAA” adalah singkatan dari authentication( mengidentifikasi siapa
kita), authorization( menghubungkan dengan mengijinkan kita untuk
melaksanakan tugas tertentu pada jaringan), dan accounting ( menunjukkan apa
yang telah dilakukan dan mana yang dipunya pada jaringan).
Di dalam model standard 802. Ix, autentifikasi jaringan terdiri dari tiga
potongan: pemohon, authenticator, dan server autentifikasi.
Gambar 7.6 802.1x and EAP
16 0
Sebab keamanan LAN wireless penting dan tipe autentifikasi EAP
menyediakan rata-rata pengamanan koneksi LAN wirelesst-vendor dengan cepat
mengembangkan dan menambahkan tipe autentifikasi EAP kepada access point
LAN wireless. Mengetahui jenis EAP yang sedang digunakan adalah penting di
dalam pemahaman karakteristik dari metoda autentifikasi seperti kata sandi, key
generation, mutusl authentication, dan protokol. Sebagian dari tipe autentifikasi
EAP meliputi:
7.8.1.1 EAP-MD-5 Challenge.
Yang apaling jenis autentifikasi EAPl, ini sangat utama menyalin
perlindungan password CHAP pada suatu LAN wireless. EAP-MD5
menghadirkan semacam tingkat dasar EAP mendukung antar 802.Ix.
7.8.1.2 EAP-CISCO Wireless.
Disebut LEAP ( Lightweight Extensible Authentication Protokol), Jenis
autentifikasi EAP ini digunakan terutama semata dalam Cisco LAN wireless
access point. LEAP menyediakan keamanan, enkripsi transmisi data
menggunakan dinamis WEP keys yang dihasilkan, dan mendukung mutual
authentication.
7.8.1.3 EAP-TLS (Transport Layer Security).
EAP-TLS menyediakan certificate-based,mutual autentifikasi klien dan
jaringan. EAP-TLS bersandar pada sertifikat client-side dan server-side untuk
melaksanakan autentifikasi, penggunaan yang dinamis menghasilkan pemakai
dan WEP keys session-based membagikan untuk mengamankan jaringan.
Windows XP meliputi suatu klien EAP-TLS, dan EAP-TLS juga mendukung
Windows 2000.
7.8.1.4 EAP-TTLS.
Funk Software dan Certicom sudah bersama-sama mengembangkan
EAP-TTLS (Tunneled Transport Layer Security). EAP-TTLS adalah suatu
16 1
perluasan EAP-TLS, yang menyediakan certificate-based, mutual autentifikasi
jaringan dan klien. Tidak sama dengan EAP-TLS, bagaimanapun, EAP-TTLS
memerlukan hanya sertifikat server-side, menghapuskan kebutuhan untuk
mengatur sertifikat untuk masing-masing klien LAN wireless.
Sebagai tambahan, EAP-TTLS mendukung password protokol, maka
kita dapat menyebarkannya melawan sistem autentifikasimu (seperti Aktive
Directory atau NDS). EAP-TTLS dengan aman menerobos klien autentifikasi
di dalam arsip TLS, memastikan bahwa sisa pemakai tanpa nama ke
eavesdroppers pada the wireless link. Pemakai dihasilkan secara dinamis dan
WEP kunci session-based dibagi-bagikan untuk menjamin koneksi.
EAP-SRP (Secure Remote Password), SRP adalah suatu
autentikasiberbasis password dan protokol key-exchange. Ini memecahkan
permasalahan dalam klien yang membuktikan keaslian ke server dengan aman
dalam keadaan dimana pemakai dari perangkat lunak klien harus menghafal
suatu rahasia kecil ( seperti suatu kata sandi) dan tidak membawa informasi
rahasia lain. Server membawa suatu pemeriksa untuk masing-masing pemakai,
yang mana mengijinkan server untuk membuktikan keaslian klien.
Bagaimanapun, jika pemeriksa disepakati, penyerang tidak akan diijinkan
untuk menyamar klien. Sebagai tambahan, SRP menukar suatu rahasia yang
kuat sebagai byproduct dari autentikasi yang sukses, yang mana
memungkinkan kedua pihak untuk komunikasi dengan aman.
EAP-SIM ( GSM). EAP-SIM adalah suatu mekanisme untuk mobile IP
jaringan mengakses pendaftaran dan autentikasi pembangkitan key
menggunakan GSM Subscriber Identity Module(SIM). Dasar pemikiran untuk
. yang menggunakan GSM SIM dengan mobile IP akan pengungkitan GSM
otorisasi infrastruktur yang ada dengan user yang ada mendasarkan dan SIM
kartu saluran distribusi yang ada. Dengan penggunaan SIM kunci pertukaran,
tidak ada asosiasi keamanan yang lain yang dikonfigurasi terlebih dahulu di
samping SIM kartu diperlukan pada mobile node. Gagasannya bukanlah untuk
menggunakan teknologi GSM radio akses, tetapi untuk menggunakan GSM
SIM otorisasi dengan mobile IP pada layer manapun, sebagai contoh pada
akses jaringan wireless LAN.
16 2
Ada kemungkinan bahwa daftar autentikasi jenis EAP akan tumbuh
ketika semakin banyak penjual masuk wireless LAN keamanan pasar, dan
sampai pasar memilih suatu standard.
Jenis EAP pengesahan yang berbeda tidaklah tercakup pada ujian
CWNA, tetapi pemahaman apa EAP adalah dan bagaimana digunakan di
dalam umum adalah suatu unsur kunci di (dalam) menjadi efektif sebagai
wireless network administrator
7.9 VPN Solutions
Teknologi VPN menyediakan rata-rata untuk dengan aman memancarkan data
antar network-devices (di) atas suatu data pinjaman mengangkut medium. Biasanya
digunakan untuk menghubungkan remote jaringan atau komputer bagi suatu server
perusahaan via Internet. Bagaimanapun, VPN adalah juga suatu solusi untuk melindungi
data pada suatu jaringan wireless. VPN bekerja dengan pedoman menciptakan suatu
tunnel di atas sekali suatu protokol seperti IP. Lalu lintas di dalam tunnel terenkripsi,
dan secara total terisolasi seperti dapat dilihat di gambar 7.7 dan gambar 7.8. VPN
teknologi menyediakan tiga tingkatan keamanan: pengesahan pemakai, encryption, dan
pengesahan data.
• Autentikasi pemakai memastikan bahwa hanya memberi hak para pemakai (
pada atas suatu alat yang spesifik) bisa menghubungkan, mengirimkan, dan
menerima data melalui jaringan wireless.
• Enkripsi menawarkan perlindungan tambahan ketika memastikan bahwa
sekalipun transmisi diinterupsi, mereka tidak bisa dikodekan tanpa usaha dan
waktu penting.
• Data Pengesahan memastikan integritas data pada jaringan wireless,
menjamin bahwa semua lalu lintas adalah dari alat dibuktikan keasliannya
saja.
16 3
Gambar 7.7 Accesss Point Terintegrasi dengan VPN Server
Gambar 7.8 Access Point dengan external VPN Server
Menerapkan VPN teknologi untuk menjamin suatu jaringan wireless memerlukan
suatu pendekatan berbeda dibanding ketika digunakan pada jaringan wired untuk
pertimbangan berikut
• Yang tidak bisa dipisahkan fungsi repeater dari wireless access points secara
otomatis ke depan lalu lintas antar pemancar wireless LAN yang
berkomunikasi bersama-sama dan itu nampak pada jaringan wireless yang
sama.
• Cakupan dari jaringan wireless akan mungkin meluas di luar secara fisik
batasan-batasan dari suatu rumah atau kantor, memberi pengganggu rata-rata
untuk berkompromi jaringan.
Kesenangan dan scalabilas dengan mana solusi wireless LAN dapat menyebar
membuat mereka solusi ideal untuk banyak lingkungan berbeda. Sebagai hasilnya,
implementasi VPN keamanan akan bertukar-tukar berdasar pada kebutuhan dari tiap
16 4
jenis lingkungan. Sebagai contoh, suatu hacker dengan suatu wireless sniffer, jika ia
memperoleh WEP kunci, bisa memecahkan kode paket di dalam waktu riil. Dengan
suatu VPN solusi, paket tidak akan hanya dienkripsi, tetapi juga dilewatkan pada tempat
tertentu. Lapisan tambahan keamanan menyediakan banyak manfaat di tingkatan akses.
Suatu catatan penting di sini adalah bahwa tidak semua VPN membiarkan para
pemakai wireless menjelajahi antar subnets atau jaringan tanpa ” mematahkan” jalan
amannya, dan tidak semua VPN akan mengijinkan koneksi aplikasi dan pengangkutan
untuk tinggal dibentuk selama penjelajahan. Blok tumbang yang lain menjadi sistem
operasi- apa yang sistem operasi atau sistem lakukan klien yang mobile harus
menjalankan dalam rangka mendapatkan perlindungan suatu wireless VPN.
7.10 Service Sets
Service Sets adalah suatu istilah yang digunakan untuk menguraikan komponen
dasar suatu operasional LAN wireless. Dengan kata lain, ada tiga cara untuk mengatur
suatu LAN wireless, dan masing-masing cara memerlukan suatu perangkat keras yang
berbeda . Ketiga cara konfigurasi LAN wireless adalah:
• Basic service set
• Extended service set
• Independent basic service set
7.10.1 Basic Service Set (BSS)
Ketika access point dihubungkan suatu jaringan kabel dan satu set stasiun
wireless, konfigurasi jaringan dikenal sebagai basic service set ( BSS). BSS terdiri
dari hanya satu access point dan satu atau lebih klien wireless, seperti ditunjukkan
di dalam Gambar 7.9. BSS menggunkan model infrastruktur- suatu model yang
memerlukan penggunaan dari suatu access point dan di mana semua lalu lintas
wireless menyilang. Transmisi yang diijinkan tidak secara langsung client-toclient.
16 5
Gambar 7.9 Basic Service Set
Masing-Masing klien wireless harus menggunakan access point untuk
berkomunikasi dengan klien wireless lainnya atau manapun host pada jaringan itu.
BSS meliput singel cell, atau RF area, di sekitar access point dengan data yang
bermacam-macam nilai zone ( lingkaran-lingkaran konsentris) tentang kecepatan
data berbeda. yang diukur di dalam Mbps. Kecepatan data dalam lingkaranlingkaran
konsentris ini akan tergantung pada teknologi yang sedang digunakan.
Jika BSS terdiri dari peralatan 802.1 Ib, kemudian lingkaran-lingkaran konsentris
akan membuat kecepatan data 11, 5.5, 2, dan 1 Mbps. Suatu BSS mempunyai satu
SSID unik.
7.10.2 Extended Service Set (ESS)
Extended Service Set (ESS) digambarkan sebagai dua atau lebih layanan dasar
menetapkan hubungan oleh suatu sistem distribusi secara umum, seperti
ditunjukkan dalam Gambar 7.10. System distribusi dapat dimanapun Kabel,
Wireless, LAN, WAN, atau metoda konektivitas jaringan yang lain. ESS harus
punya sedikitnya 2 access point yang beroperasi dalam model infrastruktur. Sama
suatu BSS, semua paket di dalam ESS harus pergi melalui salah satu dari access
point.
16 6
Gambar 7.10 Extended Service Set
Karakteristik yang lain dari ESS, sesuai standar 802.11, adalah bahwa ESS
meliputi berbagai sel, mengijinkan-tetapi tidak memerlukan-kemampuan
menjelajah dan tidak memerlukan SSID yang sama di dalam kedua layanan dasar.
7.10.3 Independent Basic Service Set (IBSS).
Independent Basic Service Set juga dikenal sebagai suatu jaringan ad hoc
Suatu IBSS tidak punya access point atau akses lain untuk suatu sistem distribusi,
tetapi menutupi singel cell dan mempunyai satu SSID, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 7.11. Klien di dalam suatu IBSS mengubah tanggung jawab pengiriman
beacon karena tidak ada access point untuk melaksanakan tugas ini.
Gambar 7.11 Independent Basic Service Set
16 7
Dalam rangka memancarkan data yang ada di luar suatu IBSS, salah satu
klien di dalam IBSS harus bertindak sebagai suatu pintu gerbang, atau penerus,
menggunakan suatu perangkat lunak solusi untuk tujuan ini. Di dalam suatu IBSS,
buatan klien mengarahkan koneksi untuk satu sama lain ketika pemancaran data,
dan untuk alasan ini, suatu IBSS adalah sering dikenal sebagai suatu jaringan peerto-
peer.
Roaming adalah kemampuan atau proses dari suatu klien wireless untuk
pindah secara tanpa kelim dari satu sel ( atau BSS) ke yang lain tanpa jaringan
kehilangan connectivas. Access points menyampaikan klien mulai dari satu ke
yang lain dengan cara yang adalah tak kelihatan kepada klien, memastikan
hubungan tak putus-putus. Gambar 7.12 menggambarkan suatu klien yang
menjelajahi dari satu BSS ke BSS lain.
Ketika area manapun di dalam bangunan adalah di dalam cakupan resepsi
lebih dari satu access point pemenuhan sel tumpang-tindih. Overlap coverage
areas adalah suatu atribut penting menyangkut susunan wireless LAN, sebab itu
memungkinkan roaming tanpa kelim antar sel yang overlap. Roaming
mengijinkan para pemakai mobile dengan pemancar portabel untuk pindah dengan
bebas antara sel yang overlap,secara konstan memelihara koneksi jaringan mereka.
Gambar 7.12 Roaming di ESS
16 8
Ketika roaming tanpa kelim, suatu sesi pekerjaan dapat dimaintain saat
bergerak dari satu sel ke yang lain. Berbagai access point dapat menyediakan
pemenuhan wireless roaming untuk suatu keseluruhan bangunan atau kampus
Ketika coverage area dua atau lebih access point tumpang-tindih, pemancar
di dalam area overlap dapat menetapkan kemungkinan terbaik koneksi dengan
satu dari access point saat berlangsung secara terus-menerus mencari-cari access
point yang terbaik. Dalam rangka memperkecil kerugian paket selama peralihan,
yang yang “tua” dan ” baru” access point-access point komunikasi untuk
mengkoordinir proses roaming. Fungsi ini adalah serupa kepada suatu handover
telepon selular , dengan dua perbedaan utama:
• Pada sistem suatu packet-based LAN , transisi dari sel ke sel mungkin
dilakukan antar transmisi paket, sebagai lawan teleponi jika transisi boleh
terjadi selama suatu percakapan telepon.
• Pada suatu sistem suara, suatu pemutusan hubungan temporer tidak boleh
mempengaruhi percakapan, saat di suatu lingkungan packet-based itu
dengan mantap mengurangi performa dikarenakan lapisan atas protokol
kemudian memancarkan kembali data itu.
7.11 Standar
Standar 802.11 tidak menggambarkan bagaimana roaming harus dilakukan, tetapi
menggambarkan dasar membangun blok. Blok bangunan ini meliputi aktif & pasif
scanning dan suatu proses reasosiasi. Proses asosiasi kembali terjadi ketika pemancar
wireless menjelajahi dari access point satu ke yang lain, menjadi terhubung dengan
access point yang baru.
Standard 802.11 mengijinkan suatu klien untuk menjelajahi antar berbagai access
point-access point yang beroperasi pada saluran sama atau terpisah. Sebagai contoh,
tiap-tiap 100 m, suatu access point mungkin memancarkan suatu rambu isyarat yang
meliputi suatu perangko waktu untuk sinkronisasi klien, suatu lalu lintas indikasi peta,
suatu indikasi dari tingkat tarip data didukung, dan parameter lain. Roaming klien
menggunakan rambu untuk mengukur kekuatan koneksi yang ada pada mereka ke
access point. Jika koneksi lemah, pemancar penjelajah dapat mencoba untuk
berhubungan sendiri dengan suatu access point baru.
16 9
Untuk memenuhi kebutuhan komunikasi mobile radio, 802.11b standar harus
untuk bersikap toleran terhadap koneksi yang sedang mati dan berhubungan kembali.
Usaha standard untuk memastikan gangguan minimum ke penyerahan data, dan
menyediakan beberapa macam untuk caching dan menyampaikan pesan antar BSS.
Implementasi tertentu beberapa yang lebih tinggi lapisan protokol seperti TCP/IP
mungkin lebih sedikit bersikap toleran. Sebagai contoh, di dalam suatu jaringan di mana
DHCP digunakan untuk menugaskan IP alamat, suatu roaming node boleh hilang
koneksi nya ketika pindah ke seberang batasan-batasan sel. Node kemudian harus reestablish
koneksi ketika masuk BSS atau sel yang berikutnya. Solusi perangkat lunak
tersedia untuk masalah masalah tertentu ini.
Salah satu solusi adalah mobile IP. Mobile IP adalah suatu Internet Engineering
Task Force ( IETF) Request for Comment ( RFC) (# 2002) itu didokumentasikan untuk
kepentingan menjelaskan bagaimana cara terbaik mempunyai para pemakai korset
mobile menghubungkan kepada Internet saat bergerak antar poin-poin koneksi. Ini
terpenuhi dengan menggunakan agen rumah dan agen asing. Dua pekerjaan ini
bersama-sama untuk meyakinkan bahwa lalu lintas yang diperuntukkan ke mobile node
menjangkau dimanapun juga dihubungkan. Suatu agen rumah atau agen asing bisa
merupakan suatu komputer, suatu penerus, atau alat serupa lain yang adalah mampu
untuk menjalankan mobile IP protokol. Ada beberapa surat protes penegakan hukum di
(dalam) banyak solusi mobile IP yang harus dengan singkat ditujukan di dalam teks ini
sedemikian hingga pemakai memahami apa yang harus dicari di (dalam) suatu solusi
mobile IP.
IP Pertama, mobile tidak mengijinkan agen kemampuan dan alat mobile pada
[atas] jaringan untuk_ berbagi informasi status tentang masing-masing sesi yang suatu
alat mobile telah menetapkan. Alat-Alat ini bahwa aplikasi tidak bisa tetap berlaku
selama periode ketika alat yang mobile tidak bisa dicapai. Ketika alat yang mobile
menyertakan kembali kepada jaringan, mungkin ada suatu kebutuhan untuk menyapu
bersih sesi aplikasi rusak, batang kayu di dalam lagi, re-authenticate, start kembali
aplikasi, dan masuk kembalinya hilang data ( lagi suatu kerugian produktivitas, belum
lagi suatu usabilas kegagalan). Ke dua, ” ketekunan sesi” berarti lebih dari
menyampaikan paket [bagi/kepada] suatu penempatan baru pemakai. Jika kita tidak
mempunyai ketekunan sesi aplikasi dan pengangkutan, solusi pecah;roboh. Mengapa?
Ketika suatu protokol pengangkutan tidak bisa komunikasi ke panutan nya, dasar
17 0
protokol,sepertiTCP, berasumsi bahwa gangguan layanan adalah dalam kaitan dengan
jaringan buntu. Ketika ini terjadi, protokol ini mengundurkan diri, mengurangi capaian
dan secepatnya mengakhiri koneksi .Satu-Satunya cara untuk memecahkan masalah ini
akan mempunyai node mobile menyebar dengan suatu perangkat lunak solusi yang
berlaku atas nama alat yang mobile ketika itu tak dapat dicapai.
Batasan-batasan. Proses ini adalah tanpa kelim kepada lapisan 3. Bagaimanapun,
jika suatu terowongan dibangun ke access point atau memusatkan VPN server dan suatu
lapisan 3 batas silang, suatu mekanisme beberapa sesama harus disediakan untuk
mempertahankan jalur hidup ketika batas silang.
Gambar 7.13 Roaming dengan VPN Tunnels
7.12 Layer 2 & 3 Boundaries
Suatu batasan teknologi yang ada adalah jaringan wired itu adalah sering terbagipagi
untuk cara penanganannya. Perusahaan dengan berbagai bangunan, seperti rumah
sakit atau bisnis besar, sering menerapkan suatu LAN pada setiap bangunan dan
kemudian menghubungkan LAN ini dengan router atau switch-routers. Lapisan 3
segmentasi mempunyai dua keuntungan utama. Pertama, berisi siaran yang secara
efektif, dan detik/second itu mengijinkan akses mengendalikan antar segmen pada
jaringan itu. Segmentasi jenis ini dapat juga dilaksanakan pada lapisan 2 penggunaan
VLAN pada tombol. VLAN yang sering dilihat floor-by-floor diterapkan di dalam
multi-floor bangunan kantor atau untuk masing-masing bangunan yang remote di dalam
suatu kampus untuk pertimbangan yang sama itu. Segmen pada lapisan 2 di dalam
segmen performa ini jaringan dengan sepenuhnya seolah-olah berbagai jaringan sedang
diterapkan. Ketika penggunaan router seperti figur dilihat di gambar 7.14, para
17 1
pemakai harus mempunyai suatu metoda penjelajahan(roaming) ke seberang batasanbatasan
penerus tanpa kehilangan koneksi lapisan 3 mereka. Koneksi Lapisan 2 masih
di-maintain oleh access point-access point, tetapi sejak IP subnet telah berubah saat
penjelajahan, koneksi ke server, sebagai contoh, akan jadi rusak. Tanpa subnet-roaming
kemampuan ( seperti dengan penggunaan suatu IP solusi mobile atau menggunakan
DHCP), wireless LAN access point-access point harus semua dihubungkan ke subnet
tunggal ( alias. ” suatu jaringan flat/kempes”). Work-Around ini bisa dilakukan putus
bicara fleksibilitas manajemen jaringan, tetapi pelanggan mungkin berkeinginan
membuat biaya ini jika mereka merasa bahwa nilai dari sistem akhir cukup tinggi.
Gambar 7.14 Roaming across Layer 3 boundaries
Banyak lingkungan jaringan (e.g., multi-building campus, multi-floored high rises,
atau older atau historical building) tidak bisa mengambil solusi single subnet sebagai
pilihan praktis. Arsitektur Kabel berselisih dengan teknologi LAN wireless baru-baru
ini. Access point tidak bisa menyampaikan suatu sesi ketika suatu alat remote pindah
melewati batasan router sebab persimpangan rute merubah alamat IP klien. Sysytem
Wired tidak lagi mengetahui di mana untuk mengirimkan pesan itu. Ketika suatu
pergerakan alat menyertakan kembali ke jaringan, semua aplikasi hilang dan para
pemakai wajib login lagi, re-authenticate, menampung diri mereka di dalam aplikasi,
dan membangun ulang data hilang. Jenis masalah yang sama terjadi ketika
menggunakan VLAN. Tombol lihat para pemakai sebagai penjelajah melewati batasanbatasan
VLAN.
17 2
Gambar 7.15 Roaming Across VLan
Suatu solusi hardware pada masalah ini akan menyebar semua access point pada
Single VLAN yang menggunakan suatu flat subnet IP untuk semua access point
sehingga tidak ada perubahan alamat IP untuk penjelajahan para pemakai dan suatu
solusi mobile IP yang diperlukan. Para pemakai kemudian yang ditetapkan sebagai
kelompok kembali ke jaringan menggunakan suatu firewall, suatu router, suatu
gateway, dan lain lain. Solusi Ini sulit untuk menerapkan di dalam banyak kejadian,
tetapi berlaku umum seperti ” standard” metodologi. Ada banyak lagi kejadian lainnya
di mana suatu perusahaan harus membatalkan penggunaan suatu LAN wireless
semuanya sebab solusi seperti itu tidak praktis.
Sama dengan semua access point pada subnet tunggal, para mobile user masih
menghadapi permasalahan pemenuhan. Jika seorang pemakai pindah dari batasaa, ke
dalam suatu lubang pemenuhan, atau sederhananya memenjarakan alat untuk
memperpanjang hidup baterei, semua aplikasi hilang dan para pemakai di dalam situasi
ini lagi juga dipaksa untuk membukukan lagi dan menemukan jalan kembali di mana
mereka berhenti.
Ada beberapa solusi layer 3 pada pasar mulai dari ini penulisan. Satu solusi
seperti itu adalah suatu access point telah dibangun di dalam server VPN dan
melaksanakan routing penuh, termasuk yang merouting protokol seperti RIP. Solusi
yang lain diterapkan pada satu rangkaian server menggunakan Mobile IP standard
(RFC 2002). Banyak dari solusi perangkat lunak diterapkan di alam sedikitnya cara
yang sama.
17 3
7.13 Load Balancing
Area terlampau banyak dengan banyak para pemakai dan lalu lintas lebat memuat
per unit memerlukan suatu struktur multi-cell. Di dalam suatu struktur multi-cell,
beberapa access point ” illuminate” area yang sama yang menciptakan suatu area
pemenuhan umum, yang mana meningkatkan kumpulan throughput. Stasiun di dalam
area pemenuhan yang umum yang secara otomatis berhubungan dengan access point itu
adalah lebih sedikit terisi dan menyediakan mutu sinyal yang terbaik.
Seperti digambarkan di dalam Gambar 7.16, stasiun yang sama dibagi antara
access point dalam rangka sama-sama berbagi beban antara semua access point.
Efisiensi dimaksimalkan
Gambar 7.16 Load Balancing
7.14 Fitur Manajemen Power
Klien wireless beroperasi di dalam salah satu dari dua gaya manajemen power
yang ditetapkan oleh IEEE 802.11 standar. Mode manajemen power ini adalah mode
aktif, dimana biasanya disebut called continuous aware mode (CAM) dan power save,
yang mana biasanya disebut po\w save polling ( PSP) mode. Memelihara power
menggunakan suatu mode power-saving terutama bagi para pemakai mobil yang laptops
atau PDAS berjalan pada baterei. Memperpanjang hidup baterei ini mengijinkan
pemakai untuk tetap bangun dan menjalankan lebih panjang tanpa suatupengisian ulang.
Wireless LAN cards dapat menarik suatu jumlah penting power dari baterei saat di
dalam CAM yang mana mengapa penyimpanan power fitur adalah tercakup di standard
802.11 .
17 4
7.14.1 Continuous aware mode
Continuous aware mode menjadi pengaturan selama yang mana klien
wireless menggunakan power penuh, tidak ” tidur,” dan secara konstan di (dalam)
komunikasi reguler dengan access point. Suatu komputer yang tinggal bertahan
diisi ke dalam suatu ARUS BOLAK-BALIK menggerakkan saluran [yang] secara
terus-menerus seperti suatu server atau desktop harus di-set untuk CAM. Di
bawah keadaan ini, tidak ada alasan untuk mempunyai PC Card memelihara
power.
7.14.2 Power Save Polling
Penggunaan mode power save polling( PSP) mengijinkan suatu klien
wireless untuk ” tidur.” Dengan tidur, berarti bahwa klien yang benar-benar mati
powernya untuk jumlah waktu sangat pendek, barangkali suatu pecahan kecil
suatu detik. Tidur ini adalah cukup waktu untuk menyimpan suatu penting jumlah
power pada klien wireless dalam putaran, power yang disimpan oleh klien
wireless memungkinkan suatu laptop komputer pemakai, sebagai contoh, untuk
bekerja untuk suatu periode waktu yang lebih panjang pada baterei, membuat
pemakai lebih produktif. Ketika menggunakan PSP, klien wireless bertindak
dengan cara yang berbeda di dalam ketetapan layanan dasar dan ketetapan layanan
dasar mandiri. Satu persamaan di dalam perilaku dari suatu BSS ke suatu IBSS
mengirimkan dan menerima rambu. Proses yang beroperasi selama mode PSP, di
keduanya BSS dan IBSS, diuraikan di bawah. Ingatlah bahwa proses ini terjadi
berulang kali per detik. Fakta itu mengijinkan wireless LAN anda untuk
memelihara hubungannya, tetapi juga menyebabkan suatu jumlah ongkos
exploitasi tambahan. Seorang administrator perlu mempertimbangkan ongkos
exploitasi ini dalam perencanaan untuk kebutuhan dari para pemakai wireless
LAN.
17 5
7.14.3 PSP in an Independent Basic Service Set
Power menyimpan proses komunikasi di dalam suatu IBSS adalah sangat
berbeda dibanding ketika power menyimpan mode yang digunakan di dalam suatu
BSS. Suatu IBSS tidak berisi suatu access point, maka tidak ada alat ke paket
buffer. Oleh karena itu, tiap-tiap stasiun harus menunjukkan paket buffer dirinya
sendiri kepada semua stasiun yang lain di dalam Jaringan Ad Hoc. Stasiun
mengubah pengiriman beacon pada suatu jaringan IBSS dengan menggunakan
metoda bervariasi, masing-masing tergantung pada pabrik.
Kapan stasiun menggunakan power saving mode, ada masa waktu
menghubungi] suatu jendela ATIM , selama masing-masing stasiun secara penuh
terjaga dan siap untuk menerima frame data. Ad hoc traffic indication
message(ATIM) adalah frame unicast yang digunakan oleh stasiun untuk
memberitahu stasiun lain yang ada datanya diperuntukkan kepada stasion itu dan
stasion itu tinggal bertahan terjaga cukup panjang untuk menerima itu. ATIM dan
beacon kedua-duanya dikirim sepanjang jendela ATIM. Proses yang diikuti oleh
stasiun dalam rangka melewati lalu lintas adalah:
Stasiun disinkronkan melalui beacon sehingga bekerja sebelum jendela
ATIM mulai.
Jendela ATIM mulai, stasiun mengirimkan beacon dan kemudian stasiun
mengirimkan frame ATIM yang memberitahu stasiun yang tentang lalu lintas
buffer. Stasiun yang menerima frame ATIM sepanjang jendela ATIM menerima
frame data. Jika tidak ada frame ATIM, stasiun kembali untuk istirahat. Jendela
ATIM menutup, dan stasiun mulai mentransmisikan frame data. Setelah frame
data yang menerima, stasiun kembali untuk istirahat menunggu jendela ATIM
yang berikutnya. Proses PSP Ini untuk suatu IBSS digambarkan di dalam Gambar
7.17.
17 6
Gambar 7.17. PSP Mode in an IBSS
Sebagai administrator LAN wireless, kita harus mengetahui apa yang
mempengaruhi fitur manajemen power yang berakibat pada performance, hidup
baterei, lalu lintas bradcast LAN, dan lain lain Di contohkan di atas, efek bisa
menjadi penting
7.15 Kesimpulan
Ada beberapa langkah-langkah dasar yang terpenting dari desain dan administrasi
wireless LAN. Dalam mengadministrasi wireless LAN, pemahaman dari konsep-konsep
ini akan membantu dalam me manage jaringan Wireless LAN. Salah satu diantaranya
adalah menempatkan perangkat Wireless LAN. Proses “mendengar” antara perangkat
yang dipasang disebut juga dengan proses scanning. Scanning terjadi sebelum proses
lainnya, dikarenakan scanning adalah bagaimana klien menemukan network. Ada dua
tipe scanning : pasif scanning dan aktif scanning. Setelah proses scanning maka
selanjutnya adalah proses autentifikasi dan penggabungan antara perangkat tersebut.
Teknologi VPN menyediakan rata-rata untuk dengan aman memancarkan data antar
network-devices (di) atas suatu data pinjaman mengangkut medium. Biasanya
digunakan untuk menghubungkan remote jaringan atau komputer bagi suatu server
perusahaan via Internet.
7.16 SOAL
1. Jelaskan secara singkat mengenai SSID (Service Set Identifier) dan Beacons ?
2. Jelaskan secara singkat tentang Passive Scanning dan Active Scanning ?
17 7
3. Sebutkan tiga status yang berbeda dalam proses asosiasi dan pengesahan ?
4. Sebutkan dan jelaskan tiga cara konfigurasi wireless LAN ?
5. Sebutkan tiga tingkatan keamanan dalam teknologi VPN ?
17 8
Bab 8. Layer MAC dan Phisik
8.1 Sasaran
- Mengerti dan memahami konsep-konsep seputar penyusunan wireless LAN berikut :
o Perbedaaan antara wireless LAN dan penyusunan Ethernet
o Protocol layer 3 yang didukung oleh wireless LAN
- Menentukan mode operasi yang terlibat pada pergerakan trafik data melewati
wireless LAN
o Fungsi koordinasi terdistribusi (Distributed Coordination Function DCF)
o Fungsi koordinasi titik (Point Coordination Function PCF)
o CSMA/CA dibandingkan dengan CSMA/CD
o Pembagian ruang
o RTS/CTS
o Seleksi rata-rata dinamis
o Coding dan modulasi
Kami menyebutkan dibagian awal buku ini bagaimana kebanyakan teknologi di
semua wireless LAN itu adalah sama, tetapi dari pendekatan pabrikan dan penggunaan
ditunjukkan bahwa teknologi tersebut berbeda. Pada bab ini kita akan mendiskusikan
beberapa dari karakteristik layer fisik dan MAC dari wireless LAN yang sangat umum
dipakai pada semua produk wireless LAN, berkenaan dengan pabrikan. Kita akan
menjelaskan perbedaan antara pembagian-pembagian Ethernet dan wireless LAN dan
bagaimana wireless LAN menghindarkan tabrakan. Kita akan melewati bagaimana
pemancar wireless LAN berkomunikasi dengan pemancar yang lain pada keadaan yang
normal, kemudian bagaimana penanganan tabrakan terjadi pada wireless LAN.
Hal ini sangat penting untuk anda sebagai administrator wireless LAN untuk
mengetahui tingakatan ini secara detail yang pada keperluannya mampu untuk
mengkonfgurasi secara benar dan mengatur sebuah access point, sebaik sebagaimana
mendiagnosa dan menangani permasalahan yang sangat umum pada wireless LAN.
17 9
8.2 Bagaimana wireless LAN berkomunikasi
Pada tujuannya, untuk mengerti bagaimana mengkonfigurasi dan mengatur sebuah
wireless LAN, seorang administrator harus mengerti hal-hal yang berkaitan dengan
komunikasi yang dikonfigurasi pada alat dan bagaimana melaksanakan hal-hal tersebut.
Pada tujuannya untuk memperkirakan keluaran melewati wireless LAN, salah satunya
harus mengerti dampak dari hal-hal ini dan penanganan tabrakan pada system keluaran.
Pada bagian ini akan disampaikan sebuah dasar pengertian dari berbagai macam hal-hal
yang bisa dikonfigurasi dan dampaknya pada kecepatan jaringan.
8.3 Perbandingan Frame Wireless LAN dengan Susunan Ethernet
Sekali sebuah wireless client bergabung dalam sebuah jaringan, client dan sisa
dari jaringan akan berkomunikasi dengan bergerak pada susunan melalui jaringan, pada
hampir semua cara yang sama sebagimana jaringan IEEE 802 yang lain. Untuk
menjernihkan kesalahpahaman yang umum, wireless LAN tidak menggunakan susunan
Ethernet 802.3. syarat wireless Ethernet adalah bagaimana agak terjadi kesalahan
penomeran. Susunan Wireless LAN mengandung lebih banyak informasi dari pada
susunan pada Ethernet yang umum. Struktur yang serbenarnya dari susunan wireless
LAN dibandingkan dengan susunan Ethernet adalah melewati bidang dari ujian CWNA
sebaik pekerjaan seorang administrator wireless LAN.
Beberapa hal untuk kita sadari bahwa banyak sekali tipe dari susunan IEEE 802,
tetapi hanya ada satu tipe untuk susunan wireless. Dengan susunan Ethernet 802.3,
sekali dipilih oleh administrator jaringan, tipe susunan yang sama dipakai untuk
mengirim semua data melewati kabel sebagaimana dengan wireless. Susunan wireless
semuanya dikonfigurasi dengan format frame yang sama secara keseluruhan. Ethernet
802.3 mempunyai ukuran susunan maksimum 1518 bytes sebelum pembagian yang
diperlukan secara standar, tapi bisa naik menjadi 9000 bytes (ditujukan sebagai
“susunan jumbo”). Susunan yang lebih besar dari 1518 bytes akan dibagi untuk
memenuhi standar. Susunan wireless LAN mempunyai ukuran maksimum susunan
sebesar 2346 bytes sebelum standar 802.11 membutuhkan pembagian. Bagaimanapun,
susunan wireless dibagi secara umum pada 1518 byte dengan access point sesuai pada
transfer data antara media Ethernet kabel (802.3) dan wireless (802.11).
Sebuah pokok persoalan yang sering didiskusikan adalah preamble dan header
dari susunan wireless. Ada sedikit bagian dari informasi yang penting untuk diketahui –
18 0
terutama jika anda akan melakukan analisa protocol wireless. Preamble (sebuah
rangakaian 1 dan 0 yang digunakan untuk sinkronisasi pada awal dari tiap susunan)
selalu dikirimkan pada kecepatan 1Mbps untuk menyediakan data rate yang umum yang
semua penerima bisa mengartikan. Ada dua jenis panjang dari preamble (yang biasa di
namakan PLCP preamble) – panjang (128 bits) dan pendek (56 bits). Sangat penting
sekali untuk menandai pada setiap akhir dari hubungan wireless menggunakan tipe
preamble yang sama. Standar 802.11b membutuhkan dukungan dari preamble yang
panjang dan menyediakan pilihan untuk preamble yang pendek yang pada tujuannya
untuk memperbaiki efisiensi jaringan ketika mengirimkan traffic tipe yang khusus
misalkan VoIP. Setelah preamble dikirim, header (yang biasa dinamakan PLCP header)
dikirim. Untuk preamble yang panjang, pramble dan header keduanya dikirim pada
kecepatan 1 Mbps. Untuk preamble yang pendek, preamble dikirim pada pada
kecepatan 1 Mbps dan header dikirim pada kecepatan 2 Mbps. Data rate atau “DR”
menempati header menentukan rata-rata pada data yang akan ditransmisikan. Setelah
mengirim header, pengirim kemudian akan mengganti data rate pada dimanapun header
ditentukan. Dasar pemikiran yang sama dipergunakan pada mercu suar, yang juga
mengirimkan pada kecepatan 1 Mbps untuk alasan yang sama.
Ada tiga kategori yang berbeda dari susunan yang dihasilkan antara batas-batas
dari format frame ini secara keseluruhan. Tiga kategori susunan ini dan tipe dari setiap
kategori adalah :
- Management Frame
o Association request frame
o Association response frame
o Reassociation request frame
o Reassociation response frame
o Probe request frame
o Probe response frame
o Beacon frame
o ATIM frame
o Disassociation frame
o Authentication frame
o Deauthentication frame
18 1
- Control Frame
o Request to send (RTS)
o Clear to send (CTS)
o Acknowledgement (ACK)
o Power-Save Poll
o Contention-Free End (CF End)
o CF End + CF Ack
- Data Frame
Tipe tertentu dari susunan (yang disebutkan diatas) menggunakan bidang tertentu
antara tipe susunan keseluruhan dari susunan wireless. Apa yang administrator wireless
LAN perlu ketahui adalah bahwa wireless LAN mendukung secara praktis semua
protocol-protokol layer 3-7 – IP, IPX, NetBEUI, AppleTalk, RIP, DNS, FTP, etc.
perbedaan utama dari susunan Ethernet 802.3 diimplementasikan pada Media Access
Control (MAC) sub layer dari Layer Data Link dan semua layer fisik. Protocol-protokol
layer atas secara mudah betul-betul dipertimbangkan alat-alat yang penting oleh layer 2
susunan wireless.
8.4 Penanganan Tabrakan (Collision Handling)
Sejak frekwensi radio dipakai sebagai sebuah medium yang di pakai secara
umum., wireless LAN harus berhubungan dengan kemungkinan tabrakan mirip dengan
wired Lan traditional juga. Perbedaannya adalah bahwa, pada wireless LAN, tidak ada
hal yang menunjukkan melalui pemancar pengiriman mana yang ditentukan bahwa
sebenarnya terjadi tabrakan. Hal ini sangat tidak mungkin untuk mendeteksi sebuah
tabrakan pada sebuah wireless LAN. Untuk alasan ini, wireless Lan, memakai protokol
Carrier Sense Multiple Access / Collision Avoidance, yang juga dikenal sebagi
CSMA/CA. CSMA/CA adalah sesuatu yang mempunyai kemiripan dengan protocol
CSMA/CD, yang sangat terkenal pada jaringan Ethernet.
Perbedaan yang besar antara CSMA/CA dan CSMA/CD adalah bahwa CSMA/CA
menghindari tabrakan dan menggunakan acknowledgements (ACKs) dari pada
mengambil keputusan untuk menggunakan medium ketika tabrakan terjadi. Penggunaan
acknowledgement, atau ACKs, bekerja dengan cara yang sederhana. Ketika sebuah
18 2
pemancar wireless mengirim sebuah paket, pemancar penerima mengirimkan kembali
sebuah ACK sekali yang biasanya pemancar menerima paket. Jika pemancar pengirim
tidak menerima sebuah ACK, pemancar pengirim menganggap bahwa terjadi tabrakan
dan mengirimkan data kembali.
CSMA/CA, menambahkan sejumlah besar data control yang dipakai di wireless
Lan, menyebabkan kelebihan yang menggunakan kira-kira 50% bandwidth yang ada
pada wireless LAN. Kelebihan ini, ditambah dengan penambahan kelebihan dari
protocol seperti RTS/CTS yang mempertinggi penghindaran tabrakan, bertanggung
jawab untuk keluaran yang sebenarnya dari kira-kira 5.0-5.5 Mbps pada sebuah tipe
wireless LAN 802.11b yang dirata-rata pada 11 Mbps. CSMA/CD juga menghasilkan
kelebihan, tapi hanya sekitar 30% pada sebuah penggunaan jaringan rata-rata. Ketika
sebuah jaringan Ethernet menjadi padat, CSMA/CD bisa menyebabkan kelebihan
sampai 70%, ketika kepadatan sebuah jaringan wireless menunjukkan beberapa angka
keluaran sekitar 50%-55%.
Protocol CSMA/CA menghindari kemungkinan dari tabrakan diantara pemancar
yang dibagi pada medium dengan menggunakan sebuah waktu kembali acak (random
back of time) jika fisik pemancar atau pengertian logika mekanik menunjukkan sebuah
medium yang sibuk. Periode waktu secara cepat mengikuti medium yang sibuk adalah
ketika kemungkinan yang tinggi dari tabrakan terjadi, terutama pada pamakaian yang
tinggi. Pada saat ini, banyak pemancar menunggu medium pada saat idle dan akan
berusaha memancarkan kembali pada saat yang sama. Sekali jika medium mengalami
idle, sebuah waktu kembali acak menunda sebuah pemancar untuk mengirimkan sebuah
susunan (frame), memperkecil kemungkinan bahwa pemancar akan bertabrakan.
8.5 Fragmentation
Pembagian paket-paket menjadi bagian yang lebih pendek menambah batasan
protocol dan mengurangi effisiensi protocol (menurunkan keluaran jaringan) ketika
tidak ada error yang diamati, tetapi mengurangi waktu yang terbuang pada pengiriman
kembali jika error terjadi. Paket-paket yang besar mempunyai kemungkinan yang besar
untuk tabrakan pada jaringan; oleh karena itu, sebuah metode untuk mengubah ukuran
potongan paket sangat diperlukan. Standar IEEE 802.11 menyediakan dukungan untuk
memecah-mecah.
18 3
Dengan mengurangi panjang dari setiap paket, kemungkinan gangguan selama
pengiriman paket bisa dikurang, sebagaimana diilustrasikan pada figure 8.1. ada timbal
balik yang harus dibuat antara rata-rata error paket yang rendah yang dicapai dengan
menggunakan paket-paket pendek, dan peningkatan kelebihan dari susunan yang lebih
Pada jaringan karena pemotongan. Setiap potong membutuhkan header-header dan
ACK sendiri, jadi pendekatan dari pemotongan tingkatan juga merupakan sebuah
pendekatan dari sejumlah kelebihan dengan paket yang diasosiasikan dengan setiap
paket yang dikirimkan.
Pemancar tidak pernah memecah-mecah pancaran yang berulang dan menyiarkan
susunan-susunan, tetapi hanya satu kesatuan pancaran dengan tujuan untuk
memperkenalkan kelebihan yang tidak diperlukan pada jaringan. Menemukan
pengaturan pemotongan untuk memaksimalkan keluaran pada jaringan pada sebuah
jaringan 802.11 adalah sebuah bagian yang penting dari pengaturan sebuah wireless
LAN. Tetap pada pikiran bahwa sebuah susunan 1518 byte adalah susunan terbesar
yang bisa melintasi bagian wireless LAN tanpa melalui pemotongan.
Gambar 8.1 Fragmentation
Salah satu cara untuk menggunakan pemotongan untuk memperbaiki keluaran
jaringan pada beberapa waktu dari error-error paket yang berat adalah untuk mengawasi
rata-rata error paket pada jarigan dan mengatur tingkatan pemotongan secara manual.
Sebagaima sebuah latihan yang direkomendasikan, anda harus mengawasi jaringan
pada keluaran setiap waktu pada suatu hari untuk melihat apa akibat dari dampak
18 4
pengaturan pemotongan yang akan dilakukan pada beberapa waktu. Metode yang lain
untuk pengaturan adalah untuk menkonfigurasi permulaan pemotongan.
Jika jaringan anda adalah terbiasa dengan sebuah rata-rata error paket yang tinggi
(paket-peket cacat), naikkan permulaan pemotongan pada pemancar client dan atau
access point (tergantunga pada unit-unit mana pengaturan yang dipakai pada peralatan
anda yang khusus). Dimulai dengan nilai maksimum dan berangsur-angsur menurunkan
ukuran permulaan pemotongan sampai sebuah perbaikan muncul. Jika pemotongan
digunakan, jaringan akan terbiasa dengan perubahan kecepatan karena mendatangkan
kelebihan dengan pemotongan. Suatu waktu perubahan ini dapat diterima dengan tujuan
untuk melawan keluaran tertinggi karena sebuah penurunan pada error-error paket dan
pengurutan pada mengiriman sinyal kembali.
8.6 Dynamic Rate Shifting / DRS
Seleksi rata-rata yang dapat berubah (Adaptive <atau otomatis> Rate Selection /
ARS) dan pengangkatan rata-rata secara dinamis (Dynamic Rate Shifting / DRS) keduaduanya
adalah syarat yang digunakan untuk menggambarkan metode dari pengaturan
kecepatan secara dinamis pada client-client wireless LAN. Pengaturan kecepatan ini
terjadi sebagaimana jarak antara client dan access point meningkat atau sebagai
peningkatan ganguan. Hal ini sangat penting sekali bagi administrator jairngan untuk
mengerti bagaimana fungsi ini bekerja dengan tujuan untuk merencanakan keluaran
jaringan, ukuran bagian terkecil, keluaran-keluaran tenaga dari access point dan
pemancar, serta keamanan.
Pancaran system spectrum yang moderen didesain untuk membuat lompatanlompatan
yang berlainan yang hanya untuk menentukan rata-rata data, yang semisal
1,2,5.5, dan 11 Mbps. Sebagaimana jarak meningkat antara access point dan sebuah
pemancar, panjang sinyal akan menurun pada suatu titik ketika rata-rata data sekarang
tidak bisa diatur. Ketika penurunan kekuatan sinyal terjadi, unit pengiriman akan
menjatuhkan rata-rata data pada rata-rata data berikutnya yang ditentukan secara
rendah, katakan saja dari 11 Mbps menjadi 5.5 Mbps atau dari 2 Mbps menjadi 1 Mbps.
gambar 8.2 mengilistrasikan bahwa, sebagaimana jarak dari access point meningkat
rata-rata data akan menurun.
18 5
Gambar 8.2 Dynamic Rate Shifting
Sebuah system wireless LAN tidak akan pernah menjatuhkan kecepatan dari 11
Mbps menjadi 10 Mbps, sebagai contoh, sejak 10 Mbps adalah bukan rata-rata data
yang ditentukan. Metode dari pembuatan lompatan-lompatan yang berbeda tersebut
biasanya dinamakan ARS atau DRS, tergantung dari pabrikannya. FHSS dan DSSS
keduanya menggunakan DRS, dan IEEE 802.11, IEEE 802.11b, HomeRF dan standar
OpenAir menggunakan metode tersebut.
8.7 Distributed Coordination Function / DCF
Fungsi koordinasi terdistribusi (DCF) adalah sebuah metode akses yang
ditentukan pada standar 802.11 yang membolehkan semua pemancar pada sebuah
wireless LAN untuk menghadapi akses pada media transmisi yang dibagikan (RF)
menggunakan protocol CSMA/CA. Pada hal ini, media transmisi adalah sebuah bagian
dari berkas frekwensi radio yang digunakan wireless LAN untuk mengirim data.
Bagian-bagian pembetulan dasar (Basic Service Sets / BSS), bagian-bagian pembetulan
yang luas (Extended Service Sets / ESS), dan bagian-bagian pembetulan dasar yang
berdiri sendiri (Independent Basic Service Sets / IBSS) semunya bisa menggunakan
mode DCF. Access point pada bagian-bagian pembetulan ini bertindak dengan cara
yang sama sebagaimana dasar IEEE 802.3 kabel yang terhubung untuk mengirimkan
datanya, dan DCF adalah mode dimana access point mengirimkan datanya.
18 6
8.8 Point Coordination Function
Fungsi koordinasi titik (Point Coordination Function / PCF) adalah sebuah mode
pengiriman yang menyediakan pengiriman susunan bebas isi (contention-free) . pada
sebuah wireless LAN dengan menggunakan mekanisme polling. PCF mempunyai
keuntungan dari memberikan jaminan untuk mengetahui sejumlah hal yang tersembunyi
jadi bahwa aplikasi-aplikasi membutuhkan QoS (suara atau gambar untuk contoh) yang
bisa digunakan. Ketika menggunakan PCF, access point pada sebuah wireless LAN
membentuk polling. Karena alasan ini, sebuah ad hoc jaringan tidak bisa memakai PCF,
karena sebuah ad hoc jaringan tidak mempunyai access point untuk melakukan polling.
8.8.1 Proses PCF
Pertama kali, sebuah pemancar wireless harus memberitahukan access point
bahwa pemancar mampu untuk menjawab mengambil pertanyaan, kemudian
access point menanyakan, atau mengambil pertanyaan, setiap pemancar wireless
untuk melihat apakah pemancar perlu untuk mengirimkan sebuah susunan data
melalui jaringan. PCF, melalui polling, menghasilkan sejumlah penting kelebihan
pada sebuah wireless LAN.
Ketika menggunakan PCF, hanya satu access point yang harus menyala pada
setiap saluran non-overlaping untuk menghindari kecepatan degradasi karena
gangguan co-channel.CF bisa digunakan tanpa PCF, tapi PCF tidak bisa
digunakan tanpa DCF. Kita akan menjelaskan bagaimana dua mode co-exist ini
sebagaimana kita mendiskusikan penempatan susunan. DCF adalah mudah
berubah karena desainnya yang contention-based, begitu juga PCF, dengan desain,
membatasi penggunaan secara bebas pada jaringan wireless dengan menambahkan
penambahan kelebihan dari susunan-susunan poling.
8.9 Interframe Spacing
Penempatan dalam susunan tidak kedengaran seperti sesuatu yang bagi seorang
administrator perlu ketahui. Bagaimanapun, jika anda tidak mengerti tipe dari
penempatan dalam susunan, secara efektif anda tidak akan bisa memahami RTS/CTS,
yang sangat membantu anda untuk mengatasi permasalahan, atau DCF dan PCF, yang
secara manual terkonfigrasi pada access point. Fungsi-fungsi ini keduanya terintegrasi
18 7
pada proses komunikasi terus-menerus pada sebuah wireless LAN. Pertama, kita akan
mendefinisikan setiap tipe dari susuna-susunan dalam ruang (InterFrame Space / IFS),
dan kemudian kita akan menjelaskan bagaimana setiap tipe bekerja pada wireless LAN.
Sebagaimana kita sudah kita pelajari ketika kita membahas tentang beacons,
semua pemancar pada sebuah wireless LAN adalah sinkronisasi waktu (timesincronized).
Semua pemancar pada sebuah wireless LAN sangat efektif “menandai”
waktu pada sinkronisasi satu dengan yang lain. Penyususan adalah syarat kita
menggunakan untuk menunjukkan stadarisasi ruang waktu yang digunakan pada semua
wireless LAN 802.11.
8.9.1 Tiga Tipe Dari Spacing
Diantaranya ada tiga interval penempatan utama (penempatan penyusunan):
SIFS, DIFS, and PIFS. Setip tipe penyusunan tersebut digunakan oleh wireless
LAN yang juga untuk mengirimkan tipe pesan tertentu melewati jaringan atan
untuk mengatur interval selama pemancar mana yang dihadapi untuk media
pengiriman. tabel 8.1 mengilustrasikan waktu yang sebenarnya dimana tempat
penyusunan diambil untuk tiap tipe dari teknologi 802.11.
Tabel 8.1 . Interframe Spacing
IFS DSSS FHSS Diffused Infrared
SIFS 10 uS 28 uS 7 uS
PIFS 30 uS 78 uS 15 uS
DIFS 50 uS 128 uS 23 uS
Penempatan penyusunan diuukur pada microsecond dan digunakan untuk
menunda sebuah akses pemancar ke media dan untuk menyediakan tingkatan
prioritas yang bermacam-macam. Pada sebuah jaringan wireless, semuanya
disinkronisasi dan semua pemancar dan access point menggunakan setandar
sejumlah waktu (ruang) untuk membentuk bermacam-macam tugas. Setiap titik
mengetahui penempatan ini dan menggunakannya secara tepat. Sebuah bagian
ruang standar ditentukan untuk DSSS, FHSS, dan Infrared yang sebagaimana anda
lihat pada tabel 8.1. dengan menggunakan ruang ini, setiap titik mengetahui dan
ketika hal ini harus membentuk sebuah aksi tertentu pada sebuah jaringan.
18 8
8.9.1.1.1.1.1.1 8.9.1.1 Sort Interframe Space (SIFS)
SIFS adalah ruang antar susunan terpendek yang ditentukan. SIFS adalah
ruang waktu sebelum dan sesudah dimana tipe-tipe pesan-pesan berikut
dikirim. Dibawah ini adalah sebuah daftar yang tidak lengkap.
• RTS – Request-to-Send Frame, digunakan untuk menyediakan media
oleh pemancar.
• CTS – Clear-to-Send Frame, digunakan sebagai sebuah tanggapan
oleh access point pada susunan RTS yang dihasilkan oleh sebuah
pemancar dengan tujuan untuk meyakinkan semua pemancar sudah
menghentikan pancaran.
• ACK – Acknowledgement Frame digunakan untuk memberitahukan
pengiriman pemancar-pemancar yang datanya datang pada format
yang mudah di baca pada pemancar penerima
SIFS menyediakan prioritas tingkatan tertinggi pada sebuah wireless
LAN. Alasan untuk SIFS menggunakan prioritas tertinggi adalah bahwa
pemancar-pemancar secara konstan mendengarkan media (indra pembawa /
carrier sense) menunggu sebuah media yang kosong. Sekali media telah
kosong, setiap pemancar harus menunggu sejumlah waktu yang diberikan
sebelum melakukan proses dengan sebuah pengiriman. Lama waktu dari
pemancar yang harus menunggu ditentukan oleh fungsi yang diperlukan oleh
pemancar untuk membentuknya. Setiap fungsi pada sebuah jaringan wireless
jatuh pada kategori sebuah penempatan. Tugas yang merupakan prioritas
tertinggi jatuh pada kategori SIFS. Jika sebuah pemancar hanya harus
menunggu sebuah periode waktu yang pendek setelah media sudah kosong
untuk melakukan transmisinya, hal tersebut akan mempunyai prioritas
melampaui pemancar untuk menuggu pada periode waktu yang lama. SIFS
digunakan untuk fungsi yang membutuhkan periode waktu yang sangat
pendek, serta belum memerlukan prioritas yang tinggi dengan tujuan untuk
menyelesaikan sasaran.
18 9
8.9.1.1.1.1.1.2 8.9.1.2 Point Coordination Function Interframe Space (PIFS)
Sebuah PIFS ruang antar susunan bukan merupakan jalur terpendek
maupun jalur terpanjang ruang antar susunan yang ditentukan, jadi hal ini
mendapatkan prioritas yand lebih dari pada DIFS dan kurang dari SIFS.
Access point menggunakan sebuah ruang antar susunan PIFS hanya ketika
jaringan pada mode fungsi koordinasi titik, yang secara manual dikonfigurasi
oleh administrator. PIFS mempunyai durasi yang lebih pendek dari pada DIFS
(lihat tabel 8.1.), jadi access point hanya akan mencari kendali dari media
sebelum pemancar-pemancar yang lain berhadapan pada mode fungsi
koordinasi terdistribusi (DCF). PCF hanya bekerja dengan DCF, tidak sebagai
mode operasional yang berdiri sendiri maka, sekali access point telah selesai
melakukan polling, pemancar-pemacar yang lain akan melanjutkan untuk
menghadapi madia pengiriman dengan menggunakan mode DCF.
8.9.1.1.1.1.1.3 8.9.1.3 Distributed Coordination Function Interframe Space (DIFS)
DIFS adalah ruang antar susunan yang paling panjang yang ditentukan
dan digunakan secara default pada semua 802.11-pamancar-pemancar yang
menggunakan fungsi koordinasi terdistribusi. Setiap pamancar pada jaringan
yang menggunakan mode DCF dibutuhkan untuk menunggu sampai DIFS
sudah habis masa waktunya sebelum semua pemancar berhadapan pada
jaringan. Semua pemancar berpoerasi menurut DCF yang menggunakan DIFS
untuk mengirimkan susunan datanya dan mengatur susunan-susunan.
Ruangang ini membuat pengiriman susunan ini mempunyai prioritas yang
rendah dari pada pengiriman-pengiriman yang berdasarkan PCF. Meskipun
semua pemancar menggap media tersebut bersih dan berubah-ubah memulai
mengirimkan secara terus-menerus setelah DIFS (yang dapat menyebabkan
tabrakan), setiap pemancar menggunakan sebuah algoritma memutar kembali
secara acak untuk menentukan berapa lama waktu untuk menunggu sebelum
mengirimkan data tersebut.
Periode waktu yang secara langsung mengikuti DIFS ditunjukkan
sebagai periode perkiraan (contention period / CP). Semua pemancar pada
mode DCF menggunakan algoritma memutar kembali secara acak selama
periode perkiraan. Selama proses pemutaran kembali secara acak, sebuah
pemancar memilih sebuh angka acak dan mengalikannya dengan lubang waktu
19 0
untuk mendapatkan panjang dari waktu tunggu. Pemancar-pemancar
menghitung lubang waktu ini satu-persatu, membantuk sebuah penilaian
saluran yang bersih clear channe assessment (CCA) setelah setiap lubang
waktu untuk melihat apakah medianya sedang sibuk. Kapanpun waktu
memutar kembali pada pemancar telah berakhir telebih dahulu, pemancar
tersebut mengerjakan sebuah CCA, dan menyediakan media yang kosong, dan
kemudian memulai pengiriman.
Sekali pemancar yang pertama telah memulai pengiriman semua
pemancar-pemancar memperkirakan bahwa media tersebut sedang sibuk, dan
mengingat sejumlah sisa waktu mundur acaknya dari CP yang sebelumnya.
Beberapa sisa waktu ini digunakan pada penggantian pengambilan nomer acak
yang lain selama CP yang berikutnya. Proses ini menjamin akses yang baik
pada media diantara semua pemancar.
Sekali periode mundur secara acak berakhir, pemancar pengirim
mengirimkan datanya dan menerima kembali ACK dari pemancar penerima.
Semua proses ini kemudian akan berulang-ulang. Karena dengan alasan bahwa
kebanyakan pemancar-pemancar akan memilih nomer-nomer acak yang
berbeda, menghilangkan tabrakan-tabrakan. Bagaimanapun, hal ini sangat
penting untuk diingat bahwa tabrakan-tabrakan sering terjadi pada wireless
Lan, tapi hal tersebut tidak bisa dideteksi secara langsung. Tabrakan bisa
dianggap bahwa ack tidak diterima kembali dari pemancar tujuan.
8.9.2 Lubang Waktu
Sebuah lubang waktu, dimana yang diprogram sebelumnya pada radio pada
mode yang sama sebagai SIFS, PIFS, dan susunan waktu DIFS, adalah standar
periode waktu pada sebuah jaringan wireless. Lobang waktu digunakan pada
metode yang sama sebagai waktu kedua yang digunakan. Sebuah node wireless
menandai lubang waktu seperti sebuah detik-detik tanda waktu. Lubang waktu ini
ditentukan oleh teknologi wireless LAN yang digunakan.
• Celah waktu FHSS = 50μS
• Celah waktu DSSS = 20μS
• Celah waktu Infrared = 8μS
19 1
Dengan catatan sebagai berikut
PIFS = SIFS + 1 lubang waktu
DIFS = PIFS + 1 lubang waktu
Dengan catatan yang lain juga bahwa FHSS telah tercatat sebagai lubang
waktu yang lama, waktu DIFS, waktu PIFS dari pada DSSS. Waktu lama ini
termasuk pada FHSS yang berlebih, yang menurunkan keluaran.
8.9.3 Proses Komunikasi
Setelah anda paham dengan proses PIFS yang dijelaskan diatas, hal tersebut
sebagai pemikiran bahwa access point akan selalu mengatur media, sejak access
point tidak harus menunggu DIFS, tetapi dilakukan oleh pemancar. Hal ini akan
menjadi benar, kecuali dari keberadaan apa yang dsebut dengan sebuah susunan
super, sebuah susunan super adalah sebuah periode waktu, dan hal tersebut
mengandung tiga bagian :
1. Beacon
2. Contention Free Period (CFP)
3. Contention Period
Sebuah diagram dari susuan super (superframe) ditunjukkan pada Gambar
8.3. tujuan dari superframe adalah untuk memberikan ketenangan, co-existence
yang baik antara client-client mode PCF dan DCF pada jaringan, memberikan
QoS pada beberapa, tetapi tidak pada yang lain.
Gambar 8.3 Superframe
19 2
Dan juga, perlu diingant bahwa PIFS, dan karena superframe, hanya terjadi
ketika
1. Jaringan pada mode fungsi koordinasi titik
2. Access point telah dikonfigurasi untuk melakukan polling
3. Client-client wireless telah dikonfigurasi untuk memberitahukan pada
access point bahwa mereka telah siap dipolling.
Karena itu, jika kita mengawali dari sebuah titik awal hipotetik pada sebuah
jaringan yang mempunyai access point yang telah dikonfigurasi pada mode PCF,
dan beberapa client-client dikonfigurasi untuk polling, prosesnya ditunjukkan
sebagai berikut.
1. access point memancarkan sebuah beacon.
2. selama dengan anggapan pada periode yang bebes, access point
mempolling pemancar-pemancar untuk melihat apakah ada pemancar
yang perlu untuk mengirim data.
3. jika pemancar perlu untuk mengirimkan data, maka akan mengirimkan
satu susunan pada access point yang pada tanggapannya untuk polling
access point.
4. jika sebuah pemancar tidak merasa perlu untuk mengirimkan data, maka
akan kembali pada sebuah susunan yang null pada access point yang
pada tanggapannya untuk polling access point.
5. polling akan berlanjut melalui anggapan periode yang bebas.
6. sekali periode yang bebas dinyatakan berakhir dan awal periode
dinyatakan, access point tidak bisa melakukan poll pada pemancar.
Selama periode yang dinyatakan, pemancar menggunakan mode DCF
untuk menghadapi media dan access point yang menggunakan mode
DCF.
7. superframe berakhir dengan seketika pada CP, dan superframe yang baru
akan berawal dengan CFP berikutnya.
Berpikir pada CFP seperti menggunakan sebuah “kebijakan akses yang
diatur” dan CP seperti menggunakan sebuah “kebijakan akses secara acak”.
Selama CFP, access point adalah pengaturan yang lengkanp dari semua fungsi19
3
fungsi pada jaringan wireless, dimana selama CP, pemancar-pemancar
memperkirakan dan mengacak pengaturan tambahan melalui media. Access point
menggunakan PIFS, yang lebih pendek dari pada DIFS, dengan tujuan untuk
menangkap media sebelum ada client yang menggunakan mode DCF
melakukannya. Sejak access point menangkap media dan mulai melakukan
pengiriman polling selama CFP, client-client DCF merasakan media yang sibuk
dan menunggu untuk mengirim. Setelah CFP dan CP berlangsung, selama dimana
semua pamancar-pemancar menggunakan mode DCF bisa menghadapi media dan
access point beralih pada mode DCF.
Gambar 8.4 mengilustrasikan sebuah waktu tempuh yang pendek untuk
sebuah wireless LAN menggunakan mode DCF dan PCF.
Gambar 8.4 Waktu tempuh mode DCF/PCF
Prosesnya sederhana ketika sebuah wireless LAN hanya pada mode DCF,
karena tidak ada polling dan, karena itu, tidak ada superframe. Proses ini
ditunjukkan sebagai berikut :
1. pemancar menunggu DIFS sampai batas waktu
2. selama CP, yang secara cepat mengikuti DIFS, pemancar-pemancar
memperkirakan waktu kembali acaknya berdasar pada sebuah angka
yang acak dikalikan dengan lubang waktu.
3. pemancar-pemancar menandai waktu acaknya dengan setiap melewati
lubang waktu, mengecek media (CCA) pada akhir setiap lubang waktu.
19 4
Pemancar akan dengan waktu terpendek akan dapat menguasai media
terlebih dahulu.
4. sebuah pemancar mengirimkan datanya.
5. pemancar penerima menerima data dan mengunggu sebuah SIFS sebelum
mengembalikan sebuah ACK kembali ke pemancar yang mengirimkan
datanya.
6. pemancar pengirim menerima ACK dan proses dimulai dari awal dengan
sebuah DIFS yang baru.
Gambar 8.5 mengilustrasikan sebuah garis waktu untuk sebuah wireless
LAN mode DCF. Tatap dalam pikiran bahwa garis waktu ini adalah sepanjang
beberapa milidetik. Dan proses keseluruhannya terjadi berkali-kali setiap detik.
Gambar 8.5 Garis waktu DCF
8.10 Request to Send/ Clear to Send (RTS/CTS)
Ada 2 jenis mekanisme pembawa yang digunakan dalam jaringan wireless. Yang
pertama adalah physical carrier sense. Fungsi dari physical carrier sense adalah
mengecek kekuatan sinyal, disebut Received Sinyal Strength Indicator (RSSI), pada RF
pembawa sinyal untuk melihat apakah ada sesuatu yang sedang dipancarkan. Yang
kedua adalah, virtual carrier sense. Virtual carrier sense bekerja dengan menggunakan
bagian yang disebut Network Allocator Vector (NAV), yang berperan seperti waktu
pada station. Jika station akan mem-broadcast tujuannya untuk menggunakan jaringan,
station akan mengirim frame ke station tujuan, yang akan mengeset bagian NAV pada
semua station memeriksa frame dalam bentuk kebutuhan waktu untuk melengkapi
transmisinya, juga mengembalikan frame ACK. Pada yang demikian, station manapun
dapat menyediakan penggunaan jaringan untuk waktu tertentu. Virtual carrier sense
diimplementasikan dengan protokol RTS/CTS.
Protokol RTS/CTS adalah perluasan dari protokol CSMA/CA. sebagai
administrator wireless LAN, kita dapat memanfaatkan penggunaan protokol untuk
19 5
menyelesaikan masalah seperti Hidden Node (dibahas pada bab 9, Troubleshooting).
Menggunakan RTS/CTS mengijinkan station untuk mem-broadcast tujuannya untuk
mengirim data melalui jaringan.
Seperti yang bisa dibayangkan berdasar deskrips diatas, RTS/CTS akan
menyebabkan masalah khusus jaringan. Untuk alasan ini, RTS/CTS dimatikan secara
default pada wireles LAN. Jika kita telah berpengalaman dengan sekumpulan
collision/tabrakan yang tidak biasa pada wireless LAN kita (ditunjukkan dengan
semakin lambat dan sedikitnya througput) menggunakan RTS/CTS dapat meningkatkan
aliran lalu lintas pada jaringan dengan mengurangi jumlah coallision/tabrakan.
Menggunakan RTS/CTS tidak seharusnya digunakan sembarangan. RTS/CTS harus
dikonfigurasi setelah mempelajari benar-benar collision pada jaringan, throughput,
kelambatan, dll
.
Beberapa perusahaan tidak mengijinkan administrator untuk mengubah setting
station RTS/CTS (dan setting-setting lainnya), kecuali mereka memperoleh password
khusus dari perusahaan. Secara default, administrator tidak diijinkan mengakses fitur
pada software station driver. Normalnya, tidak akan mudah mendapatkan password
tersebut. Perusahaan biasanya akan memberikan seminar mengenai produk mereka pada
administarator selama 1-2 hari sebelum mereka mengijinkan administrator untuk
mengisi paperwork untuk memperoleh password yang dibutuhkan.
Proses hansdshake mempunyai 4 cara handshake menggunakan RTS/CTS.
Pendeknya, station transmisi mem-broadcast RTS, diikuti dengan reply CTS dari station
penerima, keduanya bersama-sama menuju akses point. Selanjutnya, station transmisi
mengirim data sisanya melalui akses point menuju station penerima, yang secara
langsung dijawab dengan frame acknowledgment, atau ACK. Proses ini digunakan
untuk tiap frame yang dikirim melalui jaringan wireless.
8.10.1 Konfigurasi RTS/CTS
Ada 3 setting yang utama pada access point dan node untuk RTS/CTS :
• Off (mati)
• On (nyala)
19 6
• On with threshold (nyala dengan threshold)
Ketika RTS/CTS dinyalakan (on), tiap paket yang berjalan dalam jaringan
wireless diadakan dan dibersihkan antara node utama pentransmisi dan penerima untuk
melakukan transmisi, membentuk kumpulan yang berlebih dan menghasilkan
throughput yang kurang. Secara umum, RTS/CTS seharusnya hanya digunakan untuk
mendiagnosis masalah jaringan dan hanya jika ada paket yang sangat besar yang
mengalir melalui jaringan wireless, yang jarang terjadi.
Sedang, setting “On with threshold” mengijinkan administrator untuk mengontrol
paket mana (ukuran yang tepat disebut threshold) yang diadakan dan dibersihkan untuk
dikirim oleh station, karena collision / tabrakan mempengaruhi paket yang lebih besar
daripada yang lebih kecil. Kita bisa mengeset nilai threshold untuk bekerja hanya ketika
node akan mengirim paket melalui ukuran yang tepat. Setting ini mengijinkan kita
untuk meng-costumize setting RTS/CTS pada lalu lintas data jaringan dan
mengoptimalkan throughput wireless LAN kita ketika mencegah suatu masalah seperti
Hidden Node.
8.11 Modulasi
Modulasi, fungsi layer physical, merupakan proses dimana transceiver radio
mempersiapkan sinyal digital didalam NIC untuk transmisi melalui gelombang udara.
Modulasi adalah proses menambahkan data dengan carrier dengan merubah ampitudo
frekuensi, atau fase dari arrier pada pengontrol setelah mengetahui banyak perbedaan
dari bermacam-macam modulasi yang digunakan wireless LAN akan sangat berguna
ketika berusaha membangun jaringan piece-by-piece yang compatible.
Diatas menunjukkan detail dari modulasi dan jenis spreading code digunakan
dengan frekuensi hopping dan direct sequence wireless LAN pada band ISM 2.4 GHz.
Differential Binary Phase Shift Keting (DBPSK), Differential Quadrature Phase Shift
Keying (DQPSK), dan Gaussian Frequency Shift Keying (GFSK) adalah jenis-jenis
modulasi yang digunakan oleh produk 802.11 dan 802.11b yang dipasarkan saat ini.
Barker code dan Complimentary Code Keying (CCK) adalah jenis dari spreading code
yang digunakan pada 802.11 dan 802.11b wireless LAN.
19 7
Karena kecepatan transmisi lebih tinggi dikhususkan (seperti ketika system
menggunakan DRS), tehnik modulasi berubah agar menghasilkan data throughput yang
lebih. Sebagai contoh, 802.11g dan 802.11a melakukan pengkususan peralatan wireless
LAN menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM),
mengijinkan kecepatan sampai 54 Mbps, yang peningkatannya mencapai 11 Mbps
ditetapkan oleh 802.11.b Gambar 8.10 menunjukkan jenia modulasi yang digunakan
untuk jaringan 802.11a. Standard 802.11g menyediakan kemampuan backward dengan
mendukung CCK coding dan bahkan mendukung Packet Binary Convolution Coding
(PBCC) sebagai pilihan. Bluetooth dan HomeRF adalah dua-duanya tehnologi FHSS
yang menggunakan tehnologi modulasi GFSK pada band ISM 2.4 GHz.
OFDM (Orthogonal Frequancy Division Multiplexing) adalah tehnik komunikasi
yang membagi channel komunikasi ke jumlah dari space frequency band yang sama.
Subcarrier membawa bagian dari informasi usere yang ditransmisikan pada tiap band.
Tiap subcarrier adalah orthogonal (tidak tergantung satu sama lain) dengan tiap
subcarrier lainnya, yang merupakan perbedaaan OFDM dengan frequency umum yang
biasa digunakan, yaitu FDM (Frequency Division Multiplexing).
8.12 Kesimpulan
Sasaran yang ingin dicapai dalam bagian ini adalah mengerti dan memahami
konsep-konsep seputar penyusunan wireless LAN dan Menentukan mode operasi yang
terlibat pada pergerakan trafik data melewati wireless LAN. Sekali sebuah wireless
client bergabung dalam sebuah jaringan, client dan sisa dari jaringan akan
berkomunikasi dengan bergerak pada susunan melalui jaringan. Ada tiga kategori yang
berbeda dari susunan yang dihasilkan antara batas-batas dari format frame ini secara
keseluruhan. Tiga kategori susunan ini dan tipe dari setiap kategori adalah :Management
Frame, Control Frame dan Data Frame. Untuk menangani tabrakan (Collision Handling)
dalah dengan menggunakan protokol Carrier Sense Multiple Access / Collision
Avoidance, yang juga dikenal sebagi CSMA/CA. Pembagian paket-paket menjadi
bagian yang lebih pendek menambah batasan protocol dan mengurangi effisiensi
protocol (menurunkan keluaran jaringan) ketika tidak ada error yang diamati, tetapi
mengurangi waktu yang terbuang pada pengiriman kembali jika error terjadi. Seleksi
rata-rata yang dapat berubah (Adaptive <atau otomatis> Rate Selection / ARS) dan
19 8
pengangkatan rata-rata secara dinamis (Dynamic Rate Shifting / DRS) kedua-duanya
adalah syarat yang digunakan untuk menggambarkan metode dari pengaturan kecepatan
secara dinamis pada client-client wireless LAN.
8.13 SOAL
1. Sebutkan tiga kategori dari susunan yang dihasilkan antara batas – batas dari
format frame secara keseluruhan berikut dengan contohnya ?
2. Apa protokol yang digunakan untuk menangani tabrakan antar paket dalam
komunikasi Wireless ?
3. Apa pengertian Distributed Coordination Function ?
4. Jelaskan secara singkat mengenai proses Point Coordination Function ?
5. Sebutkan dan jelaskan secara singkat tiga tipe dari Interframe Spacing ?
19 9
Bab 9. Troubleshooting Instalasi
Seperti jaringan tradisional wired yang mempunyai tantangan selama
implementasi, Wireless LAN juga mempunyai gambaran mereka sendiri tentang
tantangan, sebagian besar berhadapan dengan perilaku dari sinyal RF. Di bab ini, kita
akan mendiskusikan rintangan yang semakin umum ke implementasi yang sukses dari
suatu Wireless LAN, dan bagaimana cara troubleshoot nya. Ada metoda yang berbeda
dari menemukan ketika tantangan ada, ini dan masing-masing dari tantangan yang
dibahas mempunyai perbaikan nya dan workarounds.
Tantangan untuk menerapkan semua Wireless LAN yang dibahas di sini dianggap
sebagai oleh banyak orang sebagai permasalahan yang dapat terjadi di dalam manapun
instalasi Wireless LAN, dan, oleh karena itu, dapat dihindarkan oleh perencanaan
saksama dan hanya sedang sadar bahwa permasalahan ini dapat dan akan terjadi.
9.1 Multipath
Jika anda akan mengingat dari Bab 2, RF Fundamentals, ada dua jenis garis arah
( LOS). Pertama,, ada LOS visuil, yang mana mata manusia lihat. Los visuil adalah test
pertama dan paling dasar. jika kita dapat melihat penerima RF dari titik instalasi dari
pemancar RF, kemudian anda mempunyai garis arah visuil. Ke dua, dan berbeda dari
LOS yang visuil, garis arah RF. RF LOS adalah apa yang alat RF mu dapat ” lihat”.
Multipath digambarkan sebagai komposisi dari suatu salinan sinyal yang utama
yang lebih atau medan disebabkan oleh pemantulan dari object penerima dan pemancar.
Penundaan pada saat tertentu bahwa sinyal yang utama tiba bahwa sinyal terakhir
dicerminkan yang datang dikenal sebagai penundaan secara menyebar.
Gambar 9.1 Multipath
20 0
9.1.1 Effects of Multipath
Multipath dapat menyebabkan beberapa kondisi-kondisi yang berbeda,
semua dari yang dapat mempengaruhi transmisi dari sinyal RF dengan cara yang
berbeda. Kondisi-Kondisi meliputi:
• Sinyal Amplitude yang dikurangi (downfade)
• Korupsi
• Nulling Sinyal
• Amplitude yang ditingkatkan ( upfade)
9.1.1.1 Sinyal Amplitude
Ketika suatu gelombang RF tiba di penerima, banyak gelombang pantul
yang tiba dalam waktu yang sama dari arah yang berbeda. Kombinasi dari
amplitudo gelombang ini adalah adiptip RF terhadap gelombang yang utama.
Gelombang yang dicerminkan, jika tak satu fase dengan gelombang utama,
dapat menyebabkan amplitudo sinyal akan dikurangi di penerima, seperti
digambarkan di Gambar 9.2. Kejadian ini adalah biasanya dikenal sebagai
downfade dan harus dipertimbangkan dengan seksama ketika pelaksanaan
suatu survei penglihatan dan antenna pemilihan yang sesuai.
Gambar 9.2 Downfade
20 1
9.1.1.2 Korupsi
Sinyal yang hilang dalam kaitannya dengan multipath dapat terjadi
sebagai hasil yang sama dari gejala yang menyebabkan amplitudo yang
berkurang, tetapi untuk tingkat yang lebih besar. Kapan gelombang pantul tiba
dengan tidak satu fase penerima dengan gelombang yang utama, seperti
digambarkan di Gambar 9.3, mereka dapat menyebabkan gelombang tersbut
berkurang di amplitudo nya. Pengurangan amplitudo sedemikian hingga
penerima cukup sensitif untuk mendeteksi banyaknya informasi dari
gelombang yang diteruskan, tetapi tidak semua.
Gambar 9.3 RF Signal Corruption
Dalam . beberapa kasus, sinyal untuk menyiarkan perbandingan (SNR)
secara umum sangatlah rendah, di mana sinyal itu sendiri sangat dekat.
Penerima tidak mampu dengan jelas menerjemahkan sinyal informasi,
menyebabkan data yang diterima tersebut hanya ada yang hilang. Korupsi dari
data ini akan menugaskan pemancar untuk mengirimkan kembali data,
meningkatkan i dan mengurangi throughput di wireless LAN.
9.1.1.3 Nulling
Kondisi yang dikenal sebagai kondisi Nulling batal terjadi ketika satu
atau lebih gelombang pantul tiba di penerima out-of phase dengan gelombang
20 2
yang utama dengan amplitudonya. Seperti digambarkan di Gambar 9.4, kapan
gelombang pantul menuju out-of phase dengan gelombang yang utama di
penerima, kondisi dapat membatalkan atau “null” keseluruhan dalam sinyal
RF, mencakup gelombang yang utama.
Gambar 9.4 RF Signal Nulling
Ketika Nulling terjadi, melakukan transimisi ulang tidak akan
menyelesaikan masalah. Transmitter, Receiver, dan obyek harus dipindahkan.
Terkadang satu atau lebih diantaranya harus di relokasi untuk menghindari
efek dari Nulling.
9.1.1.4 Sinyal Amplitude yang ditingkatkan.
Kondisi –kondisi mulitpath dapat juga menyebabkan amplitudo sinyal
dapat bertambah meskipun tidak adanya gelombang pantul. Upfade adalah
istilah yang digunakan untuk menjelaskan. ketika multipath menyebabkan
sinyal RF menjadi semakin kuat. Upfade, sebagai digambarkan di Gambar
9.5. terjadi pada sinyal yang dipantulkan yang datang di penerima dengan
sinyal utama. Sama halnya dengan sinyal yang berkurang / turun, semua
gelombang ini aditip pada sinyal utama. Selain itu multipath tidak
menyebabkan sinyal yang menjangkau penerima lebih kuat daripada yang
20 3
dipancarkan sinyal ketika sinyal meninggalkan alat pemancar. Jika multipath
terjadi demikian maka dapat membuat aditip pada sinyal utama, total sinyal
yang menjangkau penerima akan menjadi lebih kuat dari sinyal yang terjadi
tanpa adanya multipath.
Gambar 9.5 Upfade
penting memahami bahwa sinyal RF yang diterima dapat tidak lebih
besar daripada sinyal yang ditransmisikan pada free space (istilah ini sering
disebut sebagai path loss). Parh loss merupakan akibat dari hilangnya
amplitudo pada sinyal pada saat ditransmisikan pada ruang terbuka.
Path loss disebabkan oleh dua faktor, yang pertama yaitu jarak antara
pemancar dan penerima, dan yang kedua adalah ukuran dari celah yang
diperoleh.
9.1.2 Troubleshooting Multipath
Suatu tahap di atau gelombang RF tak sefase tidak bisa dilihat, sehingga kita
harus melihat efek dari multipath untuk tujuan mendeteksi kejadian nya. Ketika
melakukan suatu kalkulasi anggaran mata rantai, untuk tujuan menemukan betapa
banyak keluaran tenaga anda akan harus mempunyai suatu mata rantai yang
sukses antara lokasi, anda mungkin mengkalkulasi suatu tingkatan daya keluaran
yang perlu bekerja, tetapi tidak. Kejadian seperti itu adalah satu arah untuk
menentukan multipath itu sedang terjadi.
Metoda lain yang umum dari menemukan multipath adalah untuk men/cari
lubang pemenuhan RF dalam suatu survei lokasi (dibahas di Bab 11). Lubang ini
20 4
diciptakan baik melalui ketiadaan pemenuhan dan oleh multipath pemantulan yang
batalkan sinyal yang utama. Pemahaman sumber dari multipath adalah rumit untuk
menghapuskan barang kepunyaan nya. Multipath adalah disebabkan oleh
dicerminkan ombak RF, sehingga rintangan yang dengan mudah cerminkan
ombak RF, seperti metal buta,, badan tentang air, dan atap metal, harus
dipindahkan dari atau dihindarkan di alur sinyal jika mungkin.. Prosedur ini boleh
meliputi bergerakkan pemancaran, dan antenna penerima. Multipath paling umum
adalah masalah wireless LAN. Pengurus dan installers berhadapan dengan
multipath sehari-hari.
Bahkan para pemakai wireless LAN sebab mereka sering mengalami
permasalahan dengan multipath. Para pemakai boleh menjelajahi ke dalam suatu
area dengan multipath yang tinggi, tidak mengetahui mengapa sinyal RF mereka
telah turun.
Solusi untuk Multipath Antenna dipikirkan untuk tujuan penyeimbangan
multipath. Dengan menggunakan berbagai antenna, masukan, dan penerima untuk
tujuan mengganti kerugian untuk kondisi-kondisi yang menyebabkan multipath.
Ada empat jenis, yang mana salah satunya sebagian besar digunakan di wireless
Lan. Seperti diuraikan dibawah :
• Diversity antenna – tidak aktif.
o Antenna Multiple dengan single input.
o Jarang digunakan.
• Menswitch Diversity.
o Antenna Multiple di berbagai penerima.
o Penerima Switches berdasakanr pada kekuatan sinyal.
• Switching Diversity antenna – aktip..
o Used oleh kebanyakan pabrikan WLAN.
o Antenna Multiple di berbagai input penerima yang tunggal.
o Sinyal diterima sampai hanya satu antenna pada waktu yang sama.
• Diversity tahap.
o Paten dari teknologi.
o Tahap adjust dari sinyal untuk tujuan memelihara mutu sinyal.
• Diversity transmisi.
o Used oleh kebanyakan pabrikan WLAN.
20 5
o Transmits ke luar dari antenna digunakan untuk resepsi.
o Dapat mengubah antenna untuk transmisi secara beranting.
o Unit A dapat memancarkan atau menerima, tetapi bukan kedua-duanya
secara bersamaan.
Gambar 9.6 Antenna Diversity
Keaneka ragaman antenna terdiri dari yang berikut karakteristik yang
bekerja sama untuk mengganti kerugian untuk barang kepunyaan dari multipath:
1) Keaneka ragaman antenna gunakan berbagai antenna di berbagai masukan
untuk membawa suatu sinyal ke penerima yang tunggal.
2) Sinyal RF yang datang diterima sampai satu antenna pada waktu yang
sama. Menerima radio adalah secara konstan sampling sinyal yang
berikutnya dari antenna kedua-duanya untuk menentukan sinyal yang
menjadi suatu mutu yang lebih tinggi. Menerima radio kemudian pilih
untuk menerima sinyal mutu yang lebih tinggi.
3) Radio memancarkan sinyal yang berikutnya nya ke luar dari antenna yang
adalah terakhir digunakan untuk menerima suatu sinyal yang datang sebab
diterima sinyal adalah suatu sinyal mutu yang lebih tinggi dibanding dari
antenna yang lain. Jika radio memancarkan kembali suatu sinyal, akan
mengubah antenna sampai suatu transmisi yang sukses dibuat.
4) Akhirnya, masing-masing antenna dapat digunakan untuk memancarkan
atau menerima, tetapi bukan kedua-duanya pada waktu yang sama. Hanya
satu antenna mungkin digunakan pada waktu yang sama, dan antenna itu
20 6
boleh hanya memancarkan atau menerima, tetapi bukan kedua-duanya, di
setiap sekejap/saat tertentu.
Kebanyakan access point di wireless Lan masa kini dibangun dengan
antenna yang rangkap untuk persisnya tujuan ini: untuk mengganti kerugian untuk
menurunkan multipath terhadap mutu sinyal dan throughput.
9.2 Node Tersembunyi
Berbagai protokol akses yang buka peluang alat komputasi networked untuk
berbagi suatu medium, seperti Ethernet, sungguh baik dikembangkan dan dipahami.
Bagaimanapun sifat alami medium yang wireless membuat metoda tradisional dari
berbagi suatu koneksi yang umum yang lebih sulit..
Pendeteksian benturan telah menyebabkan permasalahan banyak orang di
networking yang wired, dan bahkan lebih-lebih untuk jaringan yang wireless. Benturan
terjadi ketika dua atau lebih berbagi suatu medium komunikasi memancarkan data
secara serempak. Sinyal keduanya merusak satu sama lain dan hasilnya adalah suatu
kelompok fragmen paket yang yang tak terbaca. Benturan telah selalu suatu masalah
untuk jaringan komputer, dan protokol paling sederhana sering tidak mengalahkan
masalah ini. Protokol yang lebih rumit seperti CSMA/CA dan CSMA/CD memeriksa
saluran sebelum memancarkan data. CSMA/CD adalah Ethernet protokol yang
digunakan dan melibatkan pemeriksaan voltase di kawat sebelum pemancaran.
Bagaimanapun, proses adalah dengan sangat lebih sulit untuk sistem yang wireless
karena benturan adalah tidak bisa mendeteksi. Suatu kondisi yang dikenal sebagai
masalah Node yang tersembunyi telah dikenali di sistem yang wireless dan adalah
disebabkan oleh permasalahan di pendeteksian transmisi.
Node tersembunyi adalah suatu situasi yang ditemui dengan Wireless LAN di
mana sedikitnya satu node mampu mendeteksi satu atau lebih Node yang lain yang
dihubungkan Wireless LAN. Di situasi ini, suatu Node dapat lihat access point, tetapi
tidak bisa lihat bahwa ada klien lain juga menghubungkan untuk yang sama access point
dalam kaitan dengan rintangan beberapa atau sejumlah besar jarak antara gambar
telanjang. Situasi ini menyebabkan masalah di akses medium yang berbagi,
menyebabkan benturan antara transmisi node. Benturan ini dapat mengakibatkan
20 7
dengan mantap penurunkan throughput di Wireless LAN, seperti digambarkan di
Gambar 9.7.
Gambar 9.7 Hidden Node
Gambar 9.7 menggambarkan suatu dinding dengan suatu access point yang
duduk dalam puncak. Di sisi masing-masing dari dinding adalah suatu setasiun wireless.
Setasiun wireless ini tidak bisa dengar transmisi satu sama lain, tetapi keduanya
mendengar transmisi dari access point itu. Jika A setasiun sedang memancarkan suatu
bingka access point, dan setasiun B tidak bisa dengar transmisi, setasiun ini B berasumsi
bahwa medium harus jelas dan dapat mulai suatu transmisi tentang mengakui nya
access point. Access point akan, dalam posisi ini, jadilah menerima transmisi yang
sudah dimulai pada dua poin-poin dan di sana akan merupakan suatu benturan.
Benturan akan transmisi kembali oleh keduanya A setasiun & B, dan lagi, karena
mereka tidak bisa dengar satu sama lain, mereka akan memancarkan sesuka hati
berpikir medium harus jelas. Akan ada mungkin jadilah benturan yang lain. Masalah ini
diperburuk dengan Node banyak orang yang aktip di Wireless LAN yang tidak bisa
dengar satu sama lain.
9.2.1 Trubleshooting Hidden Node
Gejala yang utama dari suatu Node yang tersembunyi diturunkan pangkat
throughput di atas Wireless LAN. Banyak kali anda akan menemukan bahwa anda
mempunyai suatu menyembunyikan Node dengan tatap muka keluhan dari para
20 8
pemakai yang dihubungkan kepada Wireless LAN untuk mendeteksi suatu
melempem yang tidak biasa dari jaringan itu. Throughput mungkin dikurangi
sampai 40% karena suatu masalah node tersembunyi. Karena Wireless LAN
gunakan protokol CSMA/CA, mereka telah mempunyai suatu mendekati ongkos
exploitasi dari 50%, tetapi, selama suatu masalah node yang tersembunyi, itu
adalah mungkin untuk menghilangkan hampir separuh dari throughput pada
sistem.
Sebab sifat alami suatu Wireless LAN meningkatkan mobilitas, anda boleh
menghadapi suatu node yang tersembunyi pada setiap waktu, di samping suatu
sempurna perancangan Wireless LAN mu. Jika seorang pemakai memindahkan
komputer nya ke suatu konferensi ruang, kantor yang lain, atau ke dalam suatu
data tinggal, penempatan yang baru dari node itu dapat berpotensi tersembunyi
dari sisa node yang dihubungkan ke Wireless LAN.
Untuk secara proaktif troubleshoot suatu node tersembunyi, anda harus
menguji untuk throughput diturunkan pangkat dan juga temukan banyak tempat
yang potensial untuk suatu node yang tersembunyi sampai mungkin.
9.2.2 Solusi untuk Hidden Node
Once anda sudah melakukan troubleshooting dan menemukan bahwa ada
suatu menyembunyikan masalah node, masalah node(s) harus ditempatkan;
terletak. Temuan node(s) akan meliputi suatu manual mencari-cari node yang
boleh jadi tidak terjangkau dari seikat yang utama tentang node. Proses ini adalah
pada umumnya mencoba-coba paling baik. Sekali ketika node ini ditempatkan;
terletak, ada beberapa perbaikan dan workarounds untuk masalah.
• Gunakan RTS/CTS.
• Meningkatkan power ke node.
• Mencabut rintangan.
• Pindah node
9.2.2.1 Gunakan RTS/CTS.
Protokol RTS/CTS tidaklah perlu suatu solusi untuk masalah node
tersembunyi. Sebagai gantinya, ini merupakan suatu metoda dari mengurangi
20 9
dampak hal negatif yang node yang tersembunyi berakibat pada jaringan. node
yang tersembunyi menyebabkan benturan yang berlebihan, yang mempunyai
suatu dampak sungguh merugikan di jaringan throughput. Rts/Cts (request-tosend/
clear-to-send) protokol melibatkan pengiriman paket kecil (RTS) kepada
penerima yang diharapkan untuk membisikkan nya untuk mengembalikan
suatu paket (CTS) pembukaan hutan medium untuk transmisi data sebelum
mengirimkan muatan penghasil untung data. Proses ini menginformasikan
manapun setasiun yang dekat yang data akan dikirim, selama menunda
transmisinya (dan dengan demikian menghindarkan benturan). Kedua-Duanya
RTS dan CTS berisi panjang transmisi data yang segera terjadi sedemikian
sehingga setasiun mendengar-dengar salah satu bingkai CTS atau RTS
mengetahui berapa lama transmisi akan mengambil dan ketika mereka dapat
start untuk memancarkan lagi.
Ada tiga pengaturan untuk RTS/CTS di kebanyakan klien dan poin-poin
akses: Terpasang, Off, dan On dengan Threshold. Pengurus jaringan harus
dengan tangan mengatur RTS/CTS yang menentukan. Pengaturan Off adalah
kelalaian untuk tujuan mengurangi ongkos exploitasi jaringan tak perlu
disebabkan oleh protokol RTS/CTS. Menunjuk secara langsung ukuran paket
yang akan mencetuskan
Penggunaan dari protokol RTS/CTS. Sejak node yang tersembunyi
menyebabkan benturan, dan benturan sebagian besar mempengaruhi paket
yang lebih besar, anda mungkin mampu diperdaya tersembunyi masalah node
dengan menggunakan ambang pintu ukuran paket menentukan untuk
RTS/CTS. Apa yang ini menentukan sangat utama mengerjakan adalah access
point memancarkan semua paket yang adalah lebih besar di ukuran dibanding
“x” menggunakan RTS/CTS dan untuk memancarkan semua paket yang lain
tanpa RTS CTS. Jika node tersembunyi hanya mempunyai; nikmati suatu
dampak throughput pada jaringan, kemudian mengaktipkan RTS CTS
mungkin dapat menimbulkan efek yang merugikan pada throughput nya.
Usaha dengan menggunakan RTS/CTS di “On” sebagai test untuk
melihat jika throughput terpengaruh. Jika RTS/CTS meningkatkan throughput,
kemudian anda hampir bisa dipastikan menetapkan menyembunyikan masalah
node. Anda akan menghadapi ongkos tambahan ketika menggunakan
21 0
RTS/CTS, tetapi throughput keseluruhan akan meningkat ketika masalah node
yang tersembunyi terjadi.
9.2.2.2 MeningkatKan Power ke Nodes
Meningkatkan power (yang diukur milliwatts) dari node dapat
memecahkan masalah node tersembunyi dengan mengijinkan sel disekitar
masing-masing node untuk meningkatkan ukuran, mencakup semua node yang
lain. Maka node yang tersembunyi adalah tidak lagi tersembunyi. Sebab
Wireless LAN gunakan protokol CSMA/CA, node akan menunggu giliran
mereka sebelum memberitahukan access pointnya.
9.2.2.3 Mencabut Obstacles
Meningkatkan power di node yang bergerak tidak akan bekerja, sebagai
contoh, satu node yang tersembunyi terdapat dinding yang dapat mencegah
komunikasi dengan node yang lain. Sangatlah sulit untuk menghilangakn
obstacle, akan tetapi menghilangkan obstacle merupakan salah satu metode
unutk mengatasi node yang tersembunyi. Metode ini dipakai berdasakan pada
survei lokasi.
9.2.2.4 Memindahkan Node
Metoda yang lain dari memecahkan masalah node yang tersembunyi
yaitu dengan memindahkan node. Jika anda telah menemukan masalah node
yang tersembunyi merupakan akibat dari user yang berpindah, anda mungkin
akan memaksa user tersebut untuk berpindah lagi. Alternatif yang lain yaitu
dengan menggunakan access point tambahan.
9.3 Near/Far
Masalah Near/Far pada implementasi Wireless LAN diakibatkan oleh skenario di
mana ada berbagai (a) node klien yang dekat pada access point dan (b) mempunyai
power yang tinggi; dan kemudian sedikitnya satu klien yang (a) banyak lebih jauh dari
21 1
access point dibanding node klien yang tersebut diatas, dan (b) menggunakan sangat
sedikit pancaran power dibanding node klien yang lain. Hasil dari situasi jenis ini adalah
bahwa klien yang mana lebih jauh dari access point dan menggunakan lebih sedikit
power, seperti digambarkan di Gambar 9.8.
Gambar 9.8 Near/Far
9.3.1 Troubleshooting Near/Far.
Troubleshooting masalah near/far adalah umumnya sederhana seperti pada
disain jaringan, penempatan dari stasiun di jaringan yang wireless, dan daya
keluaran transmisi dari tiap node. Langkah-langkah ini akan memberi
administrator kunci rahasia seperti apa mungkin berlangsung dengan stasiun yang
mempunyai permasalahan koneksi. Karena near/far mencegah suatu node dari
yang berkomunikasi, administrator perlu memeriksa jika stasiun mempunyai
pengarah dengan baik untuk wireless card dan telah dihubungkan dengan access
point.
Yang berikutnya adalah penggunaan dari wireless sniffer. Wireless sniffer
akan mengambil transmisi dari semua stasiun yang mendengar. Satu metoda yang
sederhana dari menemukan node sinyal siapa yang tidak sedang terdengar oleh
access point adalah untuk jaringan yang mencari stasiun dengan sinyal yang dalam
hubungan dengan node dan access point dekat access point. Menggunakan metoda
ini, harusnya tidak terlalu memakan waktu untuk menempatkan node seperti itu,
tergantung pada ukuran dari jaringan dan kompleksitas yang dibangun dan
21 2
membandingkan kekuatan sinyalnya untuk dari itu node yang dekat access point
dapat memecahkan masalah near/far secara wajar dengan cepat.
9.3.2 Solusi Untuk Near/Far
Walaupun masalah near/far dapat melemahkan sinyal RF, near/far adalah
suatu masalah secara relatif mudah untuk berbagai situasi. Dengan memahami
bahwa protokol CSMA/CA dapat memecahkan sebagian besar masalah near/far
dengan tidak ada intervensi . Jika suatu node dapat mendengar node yang lain
yang memancarkan, maka akan menghentikan transmisi itu sendiri. Di bawah
adalah daftar perbaikan yang mudah diterapkan.
• Peningkatan pergerakan dari satu node ke node yang remote (node yang
lain)
• Pengurangan daya dari node lokal
• Gerakkan node yang remote yang semakin dekat ke access point
9.4 Throughput Sistem
Throughput di suatu Wireless LAN didasarkan banyak faktor. Sebagai contoh,
jumlah dan jenis gangguan berdampak pada jumlah data yang dapat dengan sukses
dipancarkan. Solusi keamanan diterapkan, seperti Wired Equivalent Privacy (WEP- di
Bab 10, Wireless LAN Security.
Jarak yang lebih besar antara penerima dan pemancar akan menyebabkan
throughput berkurang sebab peningkatan jumlah kesalahan akan menciptakan
kebutuhan transmisi itu kembali. Sistem spread spectrum modern diatur untuk membuat
lompatan secara terpisah untuk ditetapkan (I, 2, 5.5, dan 11 Mbps).
Pembatasan perangkat keras akan juga mendikte tingkat tarip data. Jika suatu alat
IEEE 802.11 sedang memberitahukan suatu alat IEEE 802.11b, tingkat tarip data ia
dapat tidak lebih daripada 2 Mbps, di samping kemampuan 802.11b alat untuk
komunikasi kan pada 11 Mbps. Dengan selalu berhubungan, throughput yang nyata
akan jadilah lebih sedikit 50%, atau 1 Mbps.
Jenis teknologi spread spectrum, DSSS atau FHSS, akan membedakan di
throughput untuk dua pertimbangan yang spesifik. Pertama adalah data rate.. FHSS
memenuhi salah satu standard OpenAir dan dapat memancarkan pada 800 kbps atau 1.6
21 3
Mbps, atau standard IEEE 802.11, yang mengijinkan untuk memancarkan pada 1 Mbps
atau 2 Mbps. Sekarang ini, sistem DSSS mematuhi salah satu standard IEEE 802.11
atau standard 802.11b, mendukung data rate dari 1, 2, 5 5, & 11 Mbps.
Faktor lain yang membatasi throughput dari Wireless LAN meliputi protokol pada
lapisan Data Link), dan paket ukuran. Paket yang lebih besar akan mengakibatkan
throughput yang lebih.
9.4.1 Co-Location Throughput (Teori Vs Kenyataan)
Co-Location adalah teknik pada wireless LAN yang digunakan untuk
menyediakan lebih banyak bidang dan throughput ke pemakai, dikombinasikan
dengan peraturan FCC. 3 saluran ini dapat digunakan untuk co-locate berbagai
access point dengan menggunakan 802.11b , seperti dapat dilihat di Gambar 9.9.
Gambar 9.9 Co-location throughput
Ketika co-locating sangat direkomendasikan bahwa anda:
Gunakan teknologi spread spectrum yang sama untuk semua access
point.
Gunakan vendor yang sama untuk semua access point.
21 4
9.4.2 Kenyataan: Apa yang Terjadi
Gambar 9.10 DSSS Over Lap
Jika kita melakukan co-locate dengan tiga access point, lebih baik kita
menerapkan co-location menggunakan hardware dengan merek yang sama untuk
ketiga accses point. Hal ini telah ditengarai bahwa pada banyak lab yang
menggunakan peralatan dari vendor yang berbeda memiliki efek negatif pada
throughput dari salah satu atau lebih access point. Efek negative ini bisa saja
dikarenakan perbedaan power output dan kedekatan antar accses point, tetapi juga
bisa disebabkan oleh banyak faktor lainnya.
9.4.3 Solusi Untuk Permasalahan Throughput Co-location
9.4.3.1 Gunakan Dua Access Point
Salah satu pilihan, yang merupakan cara termudah adalah menggunakan
channel 1 dan 11 dengan dua access point, seperti yang digambarkan pada
gambar 9.11. Menggunakan hanya dua channel akan memastikan bahwa kita
tidak mendapatkan overlap antara channel-channel yang dikarenakan
kedekatan antara kedua sitem ini, lagipula tidak ada efek yang merugikan pada
throughput masing-masing access point.
21 5
Gambar 9.11. Menggunakan dua access point
Sebagai perbandingan dua access point berjalan pada kapasitas
maksimum yaitu 5,5 Mbps (dari kemampuan terbaik yang bisa diharapkan dari
semua access point), memberikan total kapasitas hingga 11 Mbps dari jumlah
throughput keduanya, sementara tiga access point menjalankan kapasitas
mendekati 4 Mbps tiap access point (berkurang karena overlap channel
sesungguhnya) sehingga menghasilkan total throughput hanya 12 Mbps.
Untuk beberapa tujuan, bandwith ekstra sebesar 1 Mbps mungkin masih
berguna, tetapi didalam sebuah lingkungan kecil, hal ini mungkin tidak praktis.
Jangan lupa bahwa skenario ini hanya digunakan untuk access point yang
ditempatkan pada ruang fisik yang sama untuk melayani basis klien yang
sama, tetapi menggunakan channel yang berbeda. Konfigurasi ini tidak dapat
diaplikasikan untuk pemakaian kembali channel, dimana channel yang berbeda
secara bergantian menyebar pada suatu area untuk menghindari gangguan
antar channel.
9.4.3.2 Gunakan peralatan 802.11a
Pilihan kedua, kita bisa menggunakan peralatan 802.11a yang beroperasi
dengan frekuensi UNII 5 Ghz. Frekuensi UNII 5 GHz yang lebih luas daripada
frekuensi ISM 2,4 GHz, memiliki tiga band yang dapat digunakan, dan tiap
band memungkinkan untuk empat channel non-overlapping. Dengan
menggunakan perpaduan peralatan 802.11b dan 802.11a, maka makin banyak
21 6
sistem yang bisa ditempatkan (co-located) dalam ruang yang sama tanpa takut
adanya gangguan antar sistem. Dengan dua(atau tiga) sistem 802.11b yang
ditempatkan pada tempat yang sama dan sampai 8 sistem 802.11a yang dapat
ditempatkan pada tempat yang sama, maka berpotensi menghasilkan
throughput yang sangat besar dalam ruang fisik yang sama. Alasan mengapa
hanya digunakan 8 dari 12 access point yang memungkinkan dari 802.11a,
adalah bahwa hanya band lower dan middle (dengan masing-masing 4
channel) yang dapat digunakan untuk indoor. Yang mana indoor adalah tempat
bagi kebanyakan access point, yang secara normal hanya memungkinkan
hingga 8 akses point apabila menggunakan peralatan 802.11a.
9.4.3.3 Keterangan mengenai peralatan 802.11a
Peralatan 802.11a sekarang hanya tersedia pada beberapa vendor saja,
dan ia lebih mahal daripada peralatan yang menggunakan frekuensi 2,4 Ghz.
Meskipun begitu frekuensi 5 GHz memiliki keuntungan pada lebih banyaknya
channel yang tidak overlap daripada frekuensi 2,4 GHz (8 vs 3),
memungkinkan kita untuk menerapkan penempatan akses point pada tempat
yng sama lebih banyak
Yang harus diingat adalah meskipun frekuensi 2,4 GHz memungkinkan
peralatan yang lebih murah, tetapi frekuensi ini lebih ramai, yang berarti kita
akan dihadapkan pada masalah gangguan dari jaringan wireless terdekat
lainnya. Ingat alat 802.11a dan alat 802.11b tidak kompatibel. Peralatan ini
tidak melihat, mendengar atau berkomunikasi antara satu dengan lainnya
dikarenakan penggunaan frekuensi yang berbeda dan perbedaan teknik
modulasi.
9.4.3.4 Kesimpulan Solusi
Kenapa channel non-overlapping bisa sampai overlap? Banyak jawaban
untuk pertanyaan ini; meskipun begitu, tampaknya penyebab yang paling besar
adalah akses point ditempatkan terlalu dekat dengan akses point lainnya.
Dengan memisahkan akses point pada jarak yang lebih jauh, overlap antar
non-overlaping channel bisa dikurangi. Melihat konfigurasi ini pada sebuah
21 7
spectrum analyzer, kita bisa melihat bahwa untuk seperempat penempatan
channel lebih dekat, memerlukan pemisahan channel lebih dari 3 MHz;
meskipun kita agar sebagai administrator bisa melakukan hal itu, kita harus
melakukan suatu tindakan.
Kita bisa memisahkan secara fisik dengan penempatan yang lebih jauh
atau kita menggunakan channel yang berselisih lebih besar dari 3 MHz. Selain
itu tampaknya penggunaan peralatan dari vendor yang berbeda juga
menimbulkan perubahan. Mengguanakn peralatan dari vendor yang sama
ternyata mengurangi overlapping daripada menggunakan peralatan dari vendor
yang berbeda-beda. Fenomena ini disebabkan karena ketidak akuratan dalam
radio, atau hanya karena penerapan hardware masing-masing vendor tidak
diketahui.
9.5 Tipe-tipe Gangguan
Dikarenakan perilaku yang tidak dapat diprediksi pada teknologi RF, Kita harus
mengetahui macam-macam gangguan RF yang mungkin mengganggu pada saat
implementasi dan pengelolaan sebuah jaringan wireless. Narrowband, all-band,
berkurangnya sinyal RF, dan penempatan maupun gangguan antar channel merupakan
sumber masalah yang umum terjadi pada saat penerapan sebuah jaringan wireless. Pada
bagian ini, kita akan membicarakan tipe-tipe gangguan ini, bagaimana akibatnya
terhadap jaringan wireless, bagaimana mendeteksinya, dan pada beberapa kasus
bagaimana cara mengatasinya.
9.5.1 Narrowband
Narrowband RF pada dasarnya merupakan kebalikan dari teknologi spread
spectrum. Sinyal Narrowband, bergantung pada power output, lebar frekuensi
dalam spectrum, dan konsistensi, bisa mengganggu atau bahkan merusak sinyal
RF yang dikeluarkan dari sebuah peralatan berteknologi spread spectrum sebagai
contoh akses point. Meskipun begitu, sesuai namanya, sinyal narrowband tidak
mengganggu sinyal RF pada keseluruhan band. Sehingga apabila sinyal
narrowband menggangu sinyal pada channel 3, maka kita sebagai contoh gunakan
channel 11, dimana kita tidak mengalami gangguan sama sekali. Sepertinya hanya
21 8
sebagian kecil saja pada channel yang diberikan yang mungkin terganggu oleh
sinyal narrowband. Biasanya, hanya satu frekuensi pembawa(penambahan 1MHz
dari sebuah channel 22MHz 802.11b) yang akan terganggu karena gangguan
narrowband. Dihadapkan gangguan seperti ini, teknologi spread spectrum akan
dapat mengatasi permasalahan ini tanpa tambahan administrasi atau konfigurasi.
Gambar 9.12. Spectrum Analyzer
Untuk mengidentifikasi gangguan narrowband, kita membutuhkan sebuah
spectrum analyzer, sperti yang ditunjukkan gambar 9.12. Spectrum analyzer
digunakan untuk mendeteksi dan mengukur sinyal narrowband RF. Bahkan alat ini
bisa dibawa dengan mudah, spectrum analyzer digital dapat diperoleh dengan
biaya mendekati $4000. Harga ini mungkin terlalu mahal untuk mendeteksi
sumber gangguan narrowband, tetapi apabila sumber itu sungguh mengganggu
jaringan mu, harga tersebut mungkin layak.
Sebagai alternatif, beberapa vendor jaringan wireless telah menerapkan
sebuah software spectrum analyzer pada software driver nya. Software ini
menggunakan kartu PCMCIA FHSS untuk memindai bagian yang bisa digunakan
dari 2,4 GHz band ISM untuk sinyal RF. Software ini menampilkan secara grafik
semua sinyal RF antara 2,400GHz dan 2,4835GHz, yang memberikan cara untuk
seorang administrator ”melihat ” RF pada area tersebut, satu contoh tampilan
visual yang disediakan spectrum analyzer ini tergambar pada gambar 9.13.
21 9
Gambar 9.13. Tampilan Visual Spectrum Analyzer
Dalam rangka untuk mengatasi gangguan narrowband RF, pertama anda
harus menemukan dimana gangguan itu berasal dengan menggunakan spectrum
analyzer. Semakin anda berjalan mendekati sumber sinyal RF, maka sinyal RF
pada display spectrum analyzer akan tampak membesar pada amplitudonya
(ukuran). Ketika sinyal RF pada layar mencapai puncak, maka kita telah
mendeteksi sumbernya. Pada tahap ini anda bisa meningkirkan sumber,
menutupnya, atau gunakan pengetahuan anda sebagai administrator jaringan
wireless untuk mengkonfigurasi jaringan wireless anda agar dapat mengatasi
secara efisien gangguan narrowband. Tentu saja terdapat beberapa pilihan untuk
kategori penyelesaian terakhir, seperti mengganti channel, mengganti teknologi
spread spectrum (DSSS menjadi FHSS atau 802.11b menjadi 802.11a), dan solusi
lainnya yang akan kita bicarakan pada bagian selanjutnya.
9.5.2 Gangguan All-band
Gangguan All-band adalah semua sinyal yang mengganggu band RF dari
akhir spectrum hingga bagian lainnya. Gangguan all-band tidak berarti hanya
mengganggu keseluruhan band ISM 2,4 GHz, tetapi lebih merupakan istilah yang
digunakan pada semua kasus dimana gangguan mencakup keseluruhan range yang
akan kau gunakan, tanpa memperhatikan frekuensi. Teknologi seperti Bluetooth (
yang berlompatan pada keseluruhan 2,4 GHz band ISM lebih dari sekali dalam
22 0
satu detik) bisa saja dan biasanya, secara signifikan mengganggu sinyal RF
802.11. Bluetooth bisa disebut sebagai gangguan all-band untuk jaringan wireless
802.11. Gambar 9.14 menunjukkan contoh gambaran sebuah spectrum analyzer
merekam gangguan all-band.
Gambar 9.14. Spectrum Analyzer merekam gangguan all-band
Sumber gangguan all-band yang mungkin didapatkan dalam rumah maupun
kantor adalah sebuah oven microwave. Oven microwave tipe lama yang memiliki
power yang tinggi bisa membocorkan power sebanyak satu watt kepada spectrum
RF. Satu watt bukan merupakan kebocoran yang banyak untuk sebuah oven
microwave 1000 watt, tetapi mempertimbangkan fakta bahwa satu watt
merupakan power yang cukup besar untuk sebuah akses point biasa, anda bisa
melihat bahwa hal ini menimbulkan akibat yang signifikan.Memang tidak
disebutkan oven microwave akan memancarkan power kepada keseluruhan band
2,4 GHz, tetapi itu mungkin saja, tergantung pada tipe dan kondisi oven
microwave tersebut. Sebuah spectrum analyzer bisa mendeteksi permasalahan
semacam ini.
Ketika gangguan all-band terjadi, solusi terbaik adalah berganti teknologi,
contohnya dari 802.11b (yang menggunakan band ISM 2,4GHz) menjadi 802.11a
(yang menggunakan band UNII 5GHz). Jika mengganti teknologi tidak
memungkinkan karena biaya atau masalah penerapan, solusi terbaik lainnya
22 1
adalah temukan sumber gangguan dan singkirkan, jika memungkinkan.
Menemukan sumber gangguan all-band lebih sulit daripada menemukan sumber
gangguan narrowband karena anda tidak hanya mengawasi satu sinyal pada
spectrum analyzer. Padahal, anda mengawasi suatu jangkauan sinyal, dengan
amplitudo yang bervariasi. Anda sepertinya memerlukan antenna highly
directional untuk mendeteksi sumber gangguan all-band.
9.5.3 Cuaca
Beberapa kondisi cuaca yang merugikan bisa berpengaruh pada performa
jaringan wireless. Biasanya kejadian cuaca umum seperti hujan, hujan es, salju,
atau kabut tidak memiliki akibat merugikan bagi jaringan wireless. Meskipun
begitu, kejadian ekstrim pada angin, kabut, dan mungkin asbut bisa menyebabkan
penurunan atau bahkan downtime pada jaringan wireless anda. Sebuah radome
bisa digunakan untuk melindungi antenna dari unsur tersebut. Jika digunakan,
radome memiliki lubang kering untuk mengeringkan pengembunan. Antenna yagi
tanpa radome akan menjadi rentan terhadap hujan, dimana tetes hujan akan
berkumpul dan akan menurunkan performa. Tetes air sebenarnya akan membuat
tiap element terlihat lebih panjang daripada aslinya. Kumpulan es pada element
yang terbuka bisa menyebabkan efek detuning seperti halnya hujan; meskipun hal
ini akan bertahan lama. Radome juga bisa melindungi sebuah antenna dari benda
jatuh seperti es yang jatuh dari pucuk pohon.
Sinyal 2,4 GHz bisa berkurang sampai 0,05 dB/km (0,08dB/mil)
dikarenakan hujan yang sangat deras (4 inci/jam). Kabut tebal menimbulkan
pengurangan sampai 0,02 dB/km(0,03 dB/mil). Pada 5,8GHz, hujan deras
menghasilkan pengurangan sampai 0,5dB/km (0,8dB/mil). Dan kabut tebal sampai
0,07 dB/km (0,11 dB/mil). Meskipun hujan sendiri tidak menyebabkan masalah
perambatan yang besar, tetapi hujan akan terkumpul diatas daun dari pepohonan
dan menghasilkan pengurangan hingga ia menguap.
9.5.4 Angin
Angin tidak mempengaruhi gelombang radio atau sebuah sinyal RF, tetapi ia
bisa mempengaruhi posisi dan penempatan antenna outdoor. Sebagai contoh,
22 2
misalkan sebuah hubungan wireless point-to-point yang menghubungkan dua
gedung sejauh 12 mil(20km). Apabila dihitung kelengkungan bumi, dan tiap
antenna hanya memiliki beamwidth vertikal dan horisontal sebesar 5 derajat, maka
penempatan tiap antenna haruslah tepat. Sebuah angin yang kuat bisa dengan
mudah menggerakkan satu atau kedua antenna, cukup untuk mengurangi sinyal
antara kedua antenna. Efek ini disebut ”antenna wind loading”, dan digambarkan
pada gambar 9.15.
Gambar 9.15 Antenna Wind Loading
Kejadian cuaca ekstrim yang mirip seperti tornado atau badai harus juga
dipertimbangkan. Jika anda menerapkan sebuah jaringan wireless di lokasi
geografik dimana badai atau tornado sering terjadi, anda harus menyertakan hal itu
dalam perhitungan ketika melakukan seting terhadap semua tipe jaringan wireless
outdoor. Pada kondisi cuaca seperti ini, mengamankan antenna, kabel, adalah
sangat penting.
9.5.5 Stratifikasi
Ketika terdapat kabut yang sangat tebal atau bahkan kabut asap (seperti pada
sebuah lembah), udara di sekitar kabut menjadi diam dan mulai terpisah-pisah
menjadi lapisan-lapisan. Bukan karena kabut itu sendiri yang menyebabkan
difraksi pada sinyal RF, tetapi lapisan-lapisan udara diantara kabut. Ketika sinyal
22 3
RF menembus lapisan ini, ia akan dibelokan seperti bagaimana cahaya dibelokkan
ketika bergerak dari udara ke air.
9.5.6 Petir
Petir bisa mempengaruhi jaringan wireless melalui dua cara. Pertama, petir
bisa menyambar komponen jaringan wireless seperti antenna atau mungkin
menyambar benda terdekat. Petir yang menyambar benda terdekat bisa merusak
komponen jaringan wireless anda jika komponen ini tidak dilindungi oleh
lightning arrestor. Cara kedua sebuah petir bisa mempengaruhi jaringan wireless
adalah dengan mengumpulkan udara dimana gelombang RF berjalan setelah
menyambar sebuah benda diantara pemancar dan penerima. Pengaruh dari petir ini
hampir sama dengan cara Cahaya Utara Aurora Borealis menimbulkan masalah
bagi transmisi RF televisi dan radio.
9.5.7 Gangguan Co-channel yang berdekatan
Memiliki pemahaman yang kuat mengenai penggunaan channel dalam
jaringan wireless adalah sangat penting bagi seorang administrator jaringan
wireless. Sebagai seorang konsultan jaringan wireless, anda pasti menemukan
banyak jaringan yang mempunyai banyak akses point, semuanya dikonfigurasi
untuk channel yang sama. Pada situasi seperti ini, pembicaraan dengan
administrator jaringan yang menginstall akses point tersebut akan mengungkapkan
bahwa ia pikir penting bagi semua akses point dan klien berada pada channel yang
sama, agar jaringan wireless dapat bekerja semestinya. Konfigurasi ini sangat
umum, dan biasanya tidak tepat. Bagian ini akan membangun pengetahuan anda
tentang bagaimana penggunaan channel; menjelaskan bagaimana banyak akses
poin menggunakan channel yang beragam akan menimbulkan akibat merugikan
pada jaringan.
9.5.8 Gangguan Channel yang berdekatan
Channel yang berdekatan adalah channel didalam band RF yang dalam artian
bersebelahan. Sebagai contoh, channel 1 berdekatan dengan channel 2, yang
berdekatan dengan channel 3 dan seterusnya. Channel yang berdekatan ini saling
22 4
tumpang tindih atau overlap dikarenakan tiap channel memiliki lebar 22 MHz
sedangkan jarak antar frekuensi tengah hanya 5 MHz.Gangguan channel yang
berdekatan terjadi ketika dua atau lebih akses point menggunakan channel yang
overlap dan terletak berdekatan hingga sel cakupan secara fisik overlap. Gangguan
channel yang berdekatan bisa menurunkan throughput dalam sebuah jaringan
wireless.
Hal ini khususnya penting untuk memperhatikan gangguan channel yang
berdekatan, ketika penempatan akses point bersama dilakukan untuk mendapatkan
throughput yang lebih tinggi dalam area tersebut.Akses point yang dipasang
bersama pada channel non-overlapping bisa mengalami gangguan channel
berdekatan jika pemisahan diantara channel yang digunakan tidak cukup jauh,
saperti yang ditunjukkan pada gambar 9.16
Gambar 9.16 Gangguan pada Channel
Dalam rangka menemukan permasalahan gangguan channel berdekatan,
sebuah spectrum analyzer akan dibutuhkan. Spectrum analyzer akan menunjukkan
bagaimana channel yang digunakan saling tumpang tindih atau overlap.
Hanya ada dua solusi untuk permasalahan ini. Yang pertama pindahkan
akses point pada channel berdekatan pada jarak yang cukup jauh dari akses point
lainnya sehingga cakupan sel tidak overlap, atau turunkan power pada tiap akses
point agar cakupan sel tidak overlap. Solusi kedua adalah gunakan channel yang
tidak akan overlap. Sebagai contoh , menggunakan channel 1 dan 11 dalam sistem
DSSS akan menyelesaikan permasalahan.
22 5
9.5.9 Gangguan Co-Channel
Untuk menggambarkan gangguan co-channel, anggap ada satu gedung,
dengan jaringan wireless pada tiap lantainya, dan masing-masing jaringan wireless
menggunakan channel 1. Jangkauan sinyal akses point , atau sel, tampaknya akan
overlap pada situasi seperti ini. Karena tiap akses point berada pada channel yang
sama, mereka akan saling mengganggu satu sama lain. Tipe gangguan ini disebut
gangguan co-channel.
Gambar 9.17. Gangguan Co-Channel
Gambar 9.18. Gangguan Co-Channel pada Jaringan
Dalam rangka mendeteksi gangguan co-channel, sebuah sniffer jaringan
wireless akan diperlukan.Sniffer ini akan menampilkan paket yang datang dari tiap
jaringan wireless yang menggunakan channel apa saja. Sebagai tambahan, ia akan
22 6
menunjukkan sinyal kekuatan dari tiap paket jaringan wireless, memberikan anda
sebuah ide bagaimana jaringan wireless saling mengganggu dengan lainnya.
Gambar 9.19. Penggunaan Channel Kembali
Terdapat dua solusi untuk gangguan ini, pertama channel non-overlapping
yang berbeda untuk tiap jaringan wireless, dan yang kedua menjauhkan antar
jaringan wireless agar jangkauannya tidak overlap. Solusi ini merupakan
penyelesaian yang sama pada gangguan channel berdekatan.
Pada situasi dimana roaming dibutuhkan, satu teknik yang disebut daur
ulang channel, dapat digunakan yang bertujuan meringankan gangguan co-channel
dan channel berdekatan sementara mengijinkan user untuk berkelana pada channel
yang berdekatan. Daur ulang channel merupakan penempatan sel yang tidak
overlapping secara bersebelahan sehingga membentuk cakupan dimana tidak ada
sel yang menyentuh sel yang lain pada channel tersebut.
9.6 Pertimbangan Jangkauan
Ketika mempertimbangkan untuk menempatkan hardware jaringan wireless,
jangkauan komunikasi unit tersebut tentu harus masuk perhitungan. Biasanya, tiga hal
akan mempengaruhi jangkauan hubungan RF: power transmisi, jenis antenna dan lokasi,
dan lingkungan. Jangkauan komunikasi maksimum dari hubungan jaringan wireless
22 7
dicapai ketika, pada suatu jarak tertentu , hubungan menjadi tidak stabil tetapi tidak
hilang atau putus.
9.6.1 Power Transmisi
Output power dari radio transmisi memiliki dampak pada jangkauan
hubungan. Output power yang semakin tinggi akan menyebabkan sinyal
dikirimkan hingga jarak yang lebih jauh, menghasilkan jangkauan yang lebih luas.
Sebaliknya menurunkan output power akan mengurangi jangkauan.
9.6.2 Tipe Antenna
Jenis antenna yang digunakan mempengaruhi jangkauan dengan
memusatkan energy RF kedalam pancaran yang lebih sempit akan
memancarkannya lebih jauh (seperti yang dilakukan antenna parabolic dish); atau
dengan memancarkannya ke segala arah(seperti yang dilakukan antenna omnidirectional),
mengurangi jangkauan komunikasi.
9.6.3 Lingkungan
Lingkungan yang berisik dan tidak stabil bisa menyebabkan jangkauan
hubungan jaringan wireless berkurang. Tingkat error paket dari sebuah hubungan
RF akan lebih besar pada batasan jangkauan dikarenakan sebuah sinyal noise
kecil.Tentu saja menambah gangguan secara efektif menaikkan noise, mengurangi
kemungkinan mempertahankan hubungan yang solid.
Jangkauan hubungan RF bisa juga dipengaruhi oleh frekuensi transmisi.
Meskipun biasanya tidak mendapatkan perhatian dalam menerapkan jaringan
wireless, frekuensi mungkin menjadi pertimbangan ketika merencanakan sebuah
bridge link. Sebagai contoh, sebuah sistem 2,4 GHz akan mampu mencapai lebih
jauh pada output power yang sama dari pada sistem 5 GHz. Kenyataan yang sama
berlaku untuk sistem 900 MHz yang lebih tua; ia akan mencapai jarak lebih jauh
daripada sistem 2,4 GHz pada output power yang sama. Semua band ini
digunakan dalam jaringan wireless, tetapi sistem 2,4 GHz tampaknya yang paling
umum dipakai.
22 8
9.7 Kesimpulan
Ada berbagai permasalahan yang sering dihadapi dalam implementasi Wireless
LAN, yaitu diantaranya Mulitpath, Hidden Node (Node yang tersembunyi), Near/Far,
masalah Throughput. Sedanngkan ada beberapa tipe –tipe gangguan pada jaringan
wireless, seperti contoh gangguan Narrowband, gangguan All-Band, gangguan cuaca,
gangguan angin, stratifikasi, gangguan petir, dan gangguan channel yang saling
berdekatan. Yang perlu diperhatikan pada jaringan wireless untuk menghindari dan
menghadapi permasalah sperti diatas adalah dengan mendesain secara cermat terhadap
jaringan wireless yang akan dibuat. Termasuk diantaranya adalah pemilihan tempat /
lokasi, perangkat yang digunakan, user yang akan memakai jaringan tersebut, dan
perawatan jaringan itu sendiri.
9.8 SOAL
1. Apa yang anda ketahui tentang Multipath dan efek apa yang dapat diakibatkan
oleh Multipath ?
2. Bagaimana cara mengatasi node yang tersembunyi pada jaringan wireless ?
3. Solusi apa yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah Near/Far pada
jaringan Wireless ?
4. Apa yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi masalah Throughput Co-
Location Access Point ?
5. Sebutkan beberapa tipe gangguan pada jaringan wireless ? (5)
22 9
Bab 10. Keamanan Wireless LAN
10.1 WEP (Wired Equivalent Privacy)
WEP merupakan suatu algoritma enkripsi yang digunakan oleh shared key pada
proses autentikasi untuk memeriksa user dan untuk meng-enkripsi data yang dilewatkan
pada segment jaringan wireless pada LAN.
WEP digunakan pada standar IEEE 802.11. WEP juga merupakan algoritma
sederhana yang menggunakan pseudo-random number generator (PRNG) dan RC4
stream cipher. RC4 stream cipher digunakan untuk decrypt dan encrypt.
10.1.1 Alasan memilih WEP
WEP merupakan sistem keamanan yang lemah. Namun WEP dipilih karena
telah memenuhi standar dari 802.11 yakni
- Exportable
- Reasonably strong
- Self-Synchronizing
- Computationally Efficient
- Optional
WEP dimaksudkan untuk tujuan keamanan yakni kerahasiaan data, mengatur
hak akses dan integritas data. Selain WEP terdapat standar lain yakni standar
802.1x yakni EAP atau VPN.
10.1.2 WEP Keys
WEP keys diimplementasikan pada client dan infrastrukturnya digunakan
pada Wireless LAN. WEP keys ini merupakan alphanumeric character string yang
memiliki dua fungsi pada Wireless LAN. Pertama, WEP keys ini dapat digunakan
untuk verifikasi identitas pada authenticating station. Kedua, WEP keys dapat
digunakan untuk data encryption.
WEP keys terdiri atas dua tipe, yakni tipe 64-bit dan tipe 128-bit. Untuk
memasuki static WEP keys melalui client atau infrastruktur seperti bridge atau
access point adalah muda.
23 0
Berikut pada gambar 10.1 menunjukkan konfigurasi program untuk
memasuki WEP keys. Terkadang tampilan untuk memasuki WEP keys berupa
checkbox yang menyeleksi 40-bit atau 128-bit WEP. Terkadang tampilannya
bukan checkbox, oleh karena itu administrator harus mengetahui berapa banyak
karakter yang ditanyakan. Pada umumnya software client akan mengijinkan untuk
memasukkan WEP keys baik berupa format alphanumeric (ASCII) ataupun
hexadecimal (HEX)
Gambar 10.1 Memasuki WEP keys melalui client device
10.1.3 Static WEP Keys
Untuk mengimplementasikan static WEP keys ini kita harus mengatur secara
manual WEP key pada access point dan dihubungkan ke client. Pada gambar 10.2
ini untuk memasuki WEP keys melalui infrastruktur.
Gambar 10.2 Memasuki WEP keys melalui infrastruktur
23 1
10.1.4 Centralized Encryption Key Servers
Centralized encryption key servers ini digunakan atas dasar alasan-alasan
berikut:
- centralized key generation
- centralized key distribution
- ongoing key rotation
- reduced key management overhead
Beberapa nomor dari device yang berbeda dapat bertindak sebagai
Centralized key server. Berikut ini gambar Centralized Encryption Key Servers:
Gambar 10.3. Centralized Encryption Key Servers
10.1.5 WEP Usage
Ketika WEP diinisialisasi, paket data akan dikirimkan dengan menggunakan
WEP untuk meng-encrypt. Namun paket header data yang berisi MAC address
tidak mengalami proses encrypt. Semua layer 3 yang berisi source dan destination
mengalami encrypt.
10.1.6 Advanced Encryption Standard (AES)
AES merupakan pengganti algoritma RC4 yang digunakan pada WEP. AES
menggunakan algoritma Rijndale.
10.2 Filtering
Merupakan mekanisme keamanan dasar yang digunakan untuk mendukung WEP
dan atau AES. Filtering memiliki arti menutup semua hubungan yang tidak diijinkan
23 2
dan membuka semua hubungan yang diijinkan. Filtering terdiri dari tiga tipe dasar yang
dapat diimplementasikan pada WLAN, yakni:
• SSID Filtering
• MAC Address Filtering
• Protocol Filtering
SSID Filtering merupakan metode penyaringan/ filtering yang bersifat elementer
dan hanya digunakan untuk mengontrol hak akses. SSID merupakan nama dari jaringan.
MAC Address Filtering merupakan metoda filtering untuk membatasi hak akses
dari MAC Address yang bersangkutan. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan
illustrasi MAC filters:
Gambar 10.4. Illustrasi MAC Filters
MAC filters ini juga merupakan metode sistem keamanan yang baik dalam
WLAN, karena peka terhadap jenis gangguan seperti:
• Pencurian pc card dalam MAC filter dari suatu access point
• Sniffing terhadap WLAN
Protocol Filtering merupakan metoda yang memungkinkan WLAN dapat
menyaring paket-paket yang melalui jaringan dari layer 2 hingga layer 7. Berikut
illustrasi dari protocol filtering:
23 3
Gambar 10.5. Illustrasi dari protocol filtering
10.3 Attack On Wireless LAN
Seorang hacker dapat melakukan beberapa tindakan yang tujuannya adalah untuk
memperoleh hak akses secara paksa dari suatu WLAN. Beberapa metoda yang
digunakan hackerantara lain:
- Passive attack (eavesdropping)
- Active attack
- Jamming attack
- Man in the middle attack
10.3.1 Passive attack
Eavesdroping merupakan penyerangan ke WLAN yang paling sederhana
dan efektif. Metode ini tanpa meninggalkan jejak dari hacker itu sendiri. Berikut
contoh illustrasi dari Passive attack:
23 4
Gambar 10.6. Illustrasi dari Passive attack
10.3.2 Active attack
Merupakan metode hacking yang memungkinkan seseorang mendapat hak
akses yang digunakan untuk tujuan merusak. Dengan metode ini memungkinkan
hacker dapat mengacak-acak data pada jaringan. Berikut contoh illustrasi dari
Active attack:
Gambar 10.7. Illustrasi dari Active attack
10.3.3 Jamming attack
Merupakan metode yang dapat mematikan supply tegangan pada suatu
jaringan. Contohnya:
23 5
Gambar 10.8. Illustrasi dari Jamming attack
10.3.4 Man in the middle attack
Metode yang juga dikenal dengan istilah membajak. Berikut contoh
illustrasinya:
Gambar 10.9. Illustrasi dari Man in Middle attack
10.4 Emerging Security Solution
Karena WLAN tingkat keamanannya rendah, dan karena mekanisme
keamanan WEP pada end-to-end buruk. Maka digunakan standar IEEE 802.1x.
10.4.1 WEP Key Management
Dengan menggunakan WEP sebagai sistem keamanan maka akan dengan
mudahnya hacker menembus sistem keamanan tersebut. Solusinya adalah dengan
memberi WEP key untuk setiap paketnya.
23 6
10.4.2 Wireless VPN
Merupakan salah satu teknologi yang berguna dalam keamanan koneksi
pada Wireless LAN. Software yang digunakan untuk membangun VPN antara
lain PPTP dan IP Sec. Berikut illustrasi VPN:
Gambar 10.10. Illustrasi VPN
10.5 Key Hopping Technologies
Merupakan teknologi yang memberikan solusi atas kelemahan WEP.
10.5.1 Temporal Key Integrity Protocol (TKIP)
Merupakan protokol yang membantu meningkatkan kerja dari WEP. TKIP
digunakan untuk inisialisasi vektor (IV) dan menangani paket pasif yang
mengalami proses snooping.
10.5.2 Solusi yang bedasarkan AES
Solusi yang didasarkan AES mungkin akan menggantikan WEP yang
mengunakan RC4, tetapi sementara solusi seperti TKIP sedang diterapkan.
Walaupun sekarang ini dipasaran tidak ada produk yang menggunakan AES, tetapi
tetapi beberapa penjual telah memiliki produk ini hanya tinggal menunggu
keputusan release nya saja. AES memiliki tinjauan yang luas sehungga sangat
effisien bagi harware dan software. Konsep 802.11i adalah konsep untuk
penggunaan AES, dan merupakan sebuah pertimbangan bagi pemain industri
Wierless LAN. AES sepertinya merupakan sebuah penyeleseian standart.
23 7
Teknik perubahan enkripsi data merupakan sebuah solusi yang penting,
AES akan menbuat dampak penting pada sistem keamanan WLAN, tetapi masih
ada solusi yang msih bisa diimplementasikan pada jaringan enterprise, contohnya
memusatkan encryption key server untuk mengotomatisasi handling out key. Jika
radio cart pelanggan hilang, dengan AES enkripsi didalamnya, hal ini tidak akan
berpengaruh, karena pencurinnya tidak bisa mengakses jaringan.
10.6 Wireless Gateway
Residential wireless gateway sekarang tersedia dengan teknologi VPN, seperti
NAT, DHCP, PPPoE, WEP, MAC Filter dan bahkan sebuah built in firewall. Device ini
cocok untuk kantor kecil atau lingkungan rumah dengan beberapa komputer dan
jaringan ke internet. Biaya dari unit ini sangat tergantung pada servis yang ditawarkan.
Beberapa dari unit hi-n bahkan mempunya static routing dan RIP v2.
Enterprise Wireless gateway adalah sebuah adaptasi spesial dari VPN dan server
authehtikasi untuk jaringan wireless. Sebuah enterprise gateway berada dalam segmen
jaringan kabel antara akses point dan jaringan wired akstrim. Sesuai namanya, sebuah
gateway mengontrol akses dari wireless Lan ke jaringan wired, sehingga ketika seorang
hacker mendapatkan akses ke segmen wireless, gateway akan melindungi sistem
distribusi jaringan wired dari serangan.
Sebuah contoh dari waktu yang tepat untuk membangun sebuah enterprise
wireless line gateway mungkin dapat dilihat pada situasi berikut. Anggaplah sebuah
rumah sakit mempunyai 40 akses point dalam gedungnya. Investasi mereka pada akses
point cukup penting, sehingga jika akses point tidak mendukung ukuran keamanan,
rumah sakit bisa dalam keadaan yang sulit/bahaya dan harus mengganti semua akses
point mereka. Malahan, rumah sakit dapat membangun sebuah wireless line gateway.
Gateway ini dapat terhubung antara core switch dan distribution switch (yang
terhubung pada akses point) dan dapat berfungsi sebagai sebuah authentikasi dan VPN
server pada jaringan yang terhubung dengan semua wireless LAN client. Malahan
daripada membangun seluruh akses point baru satu (atau lebih tergantung dari
kebutuhan jaringan) gateway device dapat di install dibelakang semua akses point
sebagai sebuah group. Kegunaan dari tipe gateway ini adalah untuk menyediakan
keamanan untuk kepentingan sebuah akses point yang tidak aman. Sebagian besar
23 8
entreprise wireless gateway mendukung sebuah array dari protokol VPN seperti PPTP,
IP Sec, L2TP, Sertificate, dan bahkan QoS berdasarkan profile.
10.7 802.1x and Extensible Authentication Protocol
Standart 802.1x menyediakan spesifikasi untuk akses control jaringan port-based.
Akses kontrol port-based sebenarnya – dan masih – digunakan dengan eterneth switch.
Ketika sebuah user mencoba untuk terhubung ke port ethernet, port kemudian
menempatkan koneksi user pada bloked mode untuk menunggu verifikasi dari identitas
user dengan sebuah sistem authentikasi back end.
Gambar 10.11. 2-Logon Processor
Protokol 802.1x telah dipergunakan pada banyak sistem wireless LAN dan hampir
menjadi sebuah latihan standart pada banyak vendor. Ketika dikombinasikan dengan
Extensible Authentication Protocol (IEP), 802.1x dapat menyediakan sebuah
lingkungan yang fleksibel dan sangat aman berdasarkan berbagai macam skema
authentikasi yang digunakan sekarang.
IEP, yang dulunya didefinisikan untuk point to point protokol (ppp), adalah
sebuah protocol untuk bernegosiasi dengan metode authentikasi. IEP diterangkan pada
RFC 2284 dan mendefinisikan karakteristik dari metode authentikasi termasuk
informasi user yang dibutuhkan (pasword, sertifikat, dll), protokol yang digunakan
23 9
(MD5, TLS, GSM, OTP, dll), dukungan dari igeneration, dan dukungan dari mutu
authentikasi. Mungkin terdapat beberapa tipe EAP yang berada dipasar sejak IEEE dan
pelaku industri membuat persetujuan pada setiap single type,atau beberapa tipe lain
untuk menciptakan sebuah standart.
10.8 Corporate Security Police
Sebuah perusahaan seharusnya memiliki sebuah hubungan dengan security police
yang menunjukan resiko yang unik yang ditunjukkan WLAN terhadap suatu jaringan.
Contoh, dari sebuah ukuran sel yang tidak tepat yang memperkenankan hacker untuk
mengambil keuntungan akses jaringan pada area parkir adalah contoh yang sangat
bagus dari sebuah item yang seharusnya termasuk dalam beberapa hubungan security
police. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam security police adalah pasword yang
baik, WEP yang bagus keamanan secara fisik penggunaan solusi keamanan yan bagus
dan keteraturan perlengkapan hardware pada wireless LAN. Semua itu jauh dari
sempurna mengingat solusi keamanan yang akan mengalami perubahan diantara
organisasi-organisasi. Luasnya pembahasan security policy pada wireless LAN akan
bergantung pada perlengkapan securitas dari organisasi seperti halnya luas dari daerah
wireless LAN pada suatu jaringan.
10.8.1 Keep Sensitive Informatio Private
Beberapa hal yang seharusnya diketahui hanya oleh administrator jaringan
pada level yang tepat adalah :
1. Username dan password dari access point dan bridge
2. SNMP strings
3. WEP keys
4. Daftar MAC address
Point penting untuk menjaga informasi ini hanya ditangan orang yang
terpercaya. Kemampuan individual seperti administrator jaringan sangat penting
karena seorang hacker akan sangat mudah mengunakan bagian informasi tersebut
untuk mengambil keuntungan pada akses jaringan.
24 0
10.8.2 Physical Security
Walaupun saat physical security menggunakan jaringan wired tradisional
sangat penting tapi akan lebih penting lagi perusahaan yang menggunakan
teknologi wireless LAN. Untuk alasan yang telah dibahas diawal seseorang yang
memiliki sebuah wireless PC card (dan mungkin sebuah antenna) tidak dapat
berada dalam gedung yang sama, seperti halnya suatu jaringan mengambil
keuntungan akses pada jaringan yang lain. Bahkan software pendeteksi
gangguanpun tak sepenuhnya cukup untuk mencegah hacker wireless LAN untuk
melakukan pencurian informasi sensitif/penting. Serangan pasif tidak
meninggalkan jejak, karena tidak adanya koneksi yang dibuat. Sekarang semua itu
merupakan kebutuhab pasaran yang dapat menunjukkan network card dengan
mode yang menjanjikan, mengakses data tanpa membuat koneksi.
10.8.3 Inventaris Peralatan Wireless LAN dan Security Audits
Sebagai bagian dari physical security policy, semua peralatan Wireless LAN
seharusnya secara teratur dicatat disahkan dan mencegah penggunaan peralatan
WLAN yang tidak sah untuk mengakses organization’s network. Jika jaringan
terlalu besar dan berisi sejulah peralatan Wireless yang penting, maka inventori
peralatan secara berkala sangat tidak praktis. Jika masalahnya seperti ini,
penyeleseian kemanan Wireless LAN sangat penting untuk diimplementasikan,
yang tidak berdasar pada hardware tetapi berdasar pada username dan password
atau beberapa tipe yang bukan hardware-based peneleseian keamanan.
10.8.4 Menggunakan penyeleseian keamanan tingkat lanjut
Organisasi yang menerapkan WLAN seharusnya mengambil keuntungan
dari mekanisme keamanan yang lebih maju yang sudah tersedia dipasaran saat ini.
Ini juga diperlukan suatu kebijakan keamanan yang mengimplementasikan tentang
segala sesuatu yang mengedepankan mekanisme keamanan secara menyeluruh.
Karena ini merupakan teknologi baru, hak milik, dan sering juga digunakan dalam
kombinasi dengan protokol keamanan yang lain, mereka harus
mendokumentasikannya, sehingga jika terjadi suatu pelanggaran keamanan,
24 1
network administrator dapat menentukan dimana dan bagaiman pelanggaran itu
terjadi.
10.9 Publik Wireless Network
Ini sangat mutlak bahwa mereka (corporate users) dengan informasi yang sensitif
pada komputer mereka akankah terhubung dengan publik wireless LAN. Ini seharusnya
menjadi masalah bagi kebijakan peusahaan bahwa semua pengguna wireless berjalan di
keduanya, yaitu sofware firewall pribadi dan antiviral sofware pada labtop mereka.
Kebayakan publik wireles network hanya memiliki sedikit atau bahkan tanpa
pengamanan pada saat membuat hubungan/konektifitas sederhana bagi pengguna dan
mengurangi jumlah pendukung teknis diperlukan.
10.9.1 Limited dan Tracked Access
Kebanyakan perusahaan LAN memiliki beberapa metode dalam
membatasi tracking akses pengguna pada LAN. Secara khusus, sistem pendukung
servis authentikasi, Authorisasi, dan Laporan dipekerjakan. Tindakan pengamanan
yang sama ini seharusnya didokumentasikan dan diterapkan sebagai bagian dari
keamanan Wierless LAN. AAA servis akan menizinkan perusahaan untuk
menempatkan penggunaan yag tepat ke kelas user tertentu. Pengunjung (misalnya)
hanya boleh mengakses internet, sedangkan karyawan diperbolehkan mengakses
data-data departemen dan juga mengakses intenet.
10.10 Rekomendasi keamanan
Sebagai ringkasan pada bab ini , di bawah adalah beberaparekomendasi untuk
pengamanan wireless LAN.
10.10.1WEP
Jangan semata-mata hanya percaya pada WEP, tidak perduli sebaaik-baiknya
kamu mengimplementasikan sebuah solusi keamaan wireless LAN end to end.
Suatu peralatan wireless LAN dilindungi hanya dengan WEP hal itu bukan suatu
jaminan. Ketika menggunakan WEP, jangan menggunakan WEP keys yang
24 2
dihubungkan ke SSID atau ke organisasi. Membuat WEP keys sangat sulit untuk
di ingat di dibawa keluar. Pada banyak kasus, WEP key dapat dengan mudah
ditebak hanya dengan melihat SSID atau nama dari organisasi.
10.10.2Cell Cizing
Dalam rangka mengurangi kesempatan eavesdropping, administrator harus
yakin bahwa cell size dari aksess point adalah tepat. Mayoritas hackers mencari
penempatan di mana sangat kecil energi dan waktu harus dihabiskan untuk
memperoleh akses ke dalam jaringan tersebut. Karena alasan ini, adalah penting
untuk tidak mempunyai access point yang memancarkan sinyal yang kuat yang
meluas keluar daearh organisasi/perusahan kecuali jika perlu. Beberapa enterpriselevel
access point mengizinkan menkonfigurasi power output, yang mana secara
efektif mengendalikan ukuran dari RF cell disekitar access point. Jika pembajak
berada diarea perusahaan tidak dapat mendeteksi jaringanmu, kemudian
jaringanmu tidak akan terbajak.
10.10.3User Authentication
Sejak user authentication adalah sebuah wireless LAN paling lemah, dan
standart 802.11 tidak menetapkan metode apapun dari user authentikasi, ini sangat
penting bahwa administrator secepat mengimplementasikan user-based
authentikasi pada saat instalasi infrastruktur wireless LAN. User authentiksi harus
berdasar pada rencana device-independent seperti, username dan password,
biometric, smart card, sistem token-based, atau beberapa tipe yang lain dari alat
keamanan yang mengidentifikasi user, bukan pada hardware. Solusi yang kamu
terapkan seharusnya didukung authentikasi bi-direcsional antara server
authentikasi dan wireless client.
10.10.4Security Need
Memilihlah suatu solusi keamanan yang sesuai dengan anggaran dan
kebutuhan organisasimu, keduanya untuk hari ni dan seterusnya. Wireless LAN
memperoleh popularitas yang sangat cepat karena kemudahannya dalam
pengimplementasian. Ini berarti bahwa wireless LAN yang dimulai dari sebuah
24 3
access point dan 5 buah client dapat tumbuh dengan cepat menjadi 15 accesss
point dan 300 client. Mekanisme keamanan yang sama bekerja dengan baik untuk
satu accses point tidak akan bisa diterima, atau dijamin untuk 300 user. Sebuah
organisasi bisa membuang uang untuk solusi keamanan yang akan tumbuh dan
berkembang dengan cepat seperti perkembangan wireless LAN. Pada banyak
kasus, organisasi sudah memiliki keamanan ditempatnya seperti sistem deteksi
gangguan, firewall, dan RADIUS server. Ketika memutuskan pada sebuah solusi
wireless LAN, maka peralatan yang ada menjadi pengaruh yang sangat penting
dalam penurunan biaya.
10.10.5Use additional security tool
Mengambil keuntungan dari teknologi yang ada tersedia, seperti VPNs,
firewalls, intrusion detection systems (IDS), standart dan protokol seperti 802.1x
dan EAP, dan client authentication dengan RADIUS dapat membantu membuat
solusi wireless diatas dan melebihi standart 802.11 yang dibutuhkan. Biaya dan
waktu untuk mengimplementasikan solusi ini sangat dianjurkan dari SOHO
solution dan solusi perusahaan besar.
10.10.6Monitoring for Rogue Hardware
Untuk mengetahui penjahat accsess point, access point regular sesi
penemuan seharusnya dijadwal tetapi tidak diumumkan. Dengan aktif menemukan
dan memindahkan penjahat access point akan seperti menjauhkan hacker dan
mengizinkan administrator untuk merawat control jaringan dan keamanan.
Pemeriksaan keamanan secara regular harus dilakukan untuk menempatkan
configurasi access point yan salah, dapat menjadi resiko keamanan. Tugas ini bisa
dilakukan selagi mengawasi jaringan dari kejahatan penjahat access point adalah
bagian dari suatu keamanan reguler yang rutin. Kini, konfigurasiharus
dibandingkan denga konfigurasi yang lama dalam rangka untuk melihat jika
hacker telah meng konfigurasi ulang access point. Penguncian access harus
diterapkan dan dimonitor bertujuan untuk menemukan semua access yang tidak
beraturan pada segmen wireless. Type pengawasan ini bahkan dapat membantu
menemukan hilangnya atau tercurinya peralatan wireless client.
24 4
10.10.7Switches, not hub
Petunjuk sederhana yang lain untuk mengikuti selalu menghubungkan
accsess point ke switch malahan ke hub. Hub adalah peralatan broadcast, jadi
setiap paket yang diterima oleh hub akan dikirimkan ke semua port hub yang lain.
Jika access point terhubung dengan hub, kemudian setiap paket dikirim melalui
segmen wired akan di broadcast menyeberangi segmen wireless. Kemampuan ini
memberi informasi tambahan kepada hacker seperti password dan ip address.
10.10.8Wireless DMZ
Ide yang lain untuk menerapkan keamanan untuk segmen wireless
LANadalah menciptakam WDMZ. Membuat WDMZ ini menggunakan firewall
atau router biayanya dapat bergantung pada level implementasi. WDMZS
biasanya diterapkan di medium dan large-scale LAN deployments. Karena pada
dasarnya access point adalah alat yang tidak aman dan tidak dipercaya, mereka
harus terpisah dari segmen jaringan lain oleh perlatan firewall. Dapat digambarkan
pada gambar 10.12 dibawah ini.
Gambar 10.12 Wireless DMZ
24 5
10.10.9Firmware & Software Updates
Updete-lah firmware dan driver pada access point dan wireless card anda.
Merupakan keputusan yang tepat untuk menggunakan firmware dan driver terbaru
pada access point dan wireless card anda. Perusahaan-perusahaan sangat biasa
mengalami kesulitan untuk mengetahui isu, security hole dan mengaktifkan fitur
baru dengan melakukan update tersebut
10.11 Kesimpulan
Untuk mengatasi masalah keamanan dalam jaringan wireless digunakan WEP.
WEP (Wireless Equivalent Privacy) merupakan algoritma enkripsi yang digunakan oleh
shared key pada proses autentikasi untuk memeriksa user dan untuk meng-enkripsi data
yang dilewatkan pada segment jaringan wireless pada LAN. WEP dimaksudkan untuk
tujuan keamanan yakni kerahasiaan data, mengatur hak akses dan integritas data. Selain
WEP terdapat standar lain yakni standar 802.1x yakni EAP atau VPN. Standar yang
banyak digunakan adalah WEP meskipun merupakan keamanan yang lemah. Ada
beberapa alasan mengapa WEP dipilih karena memenuhi standar 802.11, yaitu
Exportable, Reasonably strong, Self-Synchronizing, Computationally Efficient,
Optional. Sedangak Filtering adalah sisitem keamanan yang digunakan unutk
mendukung dari sistim WEP. Dan yang terpenting dalam keamanan jaringan wireless
adalah melakukan update terhadap software perangkat yang digunakan.
10.12 SOAL
1. Apa yang anda ketahui tentang Wired Equivalent Privacy ?
2. Jelaskan mengenai konsep Filtering pada sistim keamanan jaringan wireless
yang mendukung WEP ?
3. Sebutkan dan jelaskan secara singkat serangan pada jaringan wireless ?
4. Sebutkan dua software yang digunakan untuk membangun VPN ?
5. Sebutkan solusi yang dapat digunakan untuk lebih meningkatkan keamanan
pada jaringan wireless ?
24 6
Bab 11. Site Survey
Survey site Radio Frekuensi (RF) adalah peta untuk keberhasilan implementasi
jaringan wireless. Survey site tidak terlalu susah dan tekniknya cepat. Survey site sangat
penting dalam implementasi jaringan wireless. survey site digunakan untuk
mendefinisikan kontur cakupan radio frekuensi dari sumber radio frekuensi (access
point/bridge) dalam banyak fasilitas. site survey digunakan untuk mengetahui cakupan
radio frekuensi yang dibutuhkan.
11.1 Persiapan untuk survey site meliputi:
11.1.1 Pengumpulan informasi
11.1.2 Pembuatan keputusan :
Beberapa topik yang mungkin dibutuhkan sebagai pertanyaan manajemen
jaringan sebelum survey site :
11.1.2.1 Analisa fasilitas
Jenis fasilitas di rumah sakit yang memiliki peralatan radiologi, di real
estate dengan kantor sebanyak 25 agen dalam hal ini keamanan sangat penting
dimana cakupannya hanya 1 atau 2 central access point dan kebutuhan
bandwith akan disebutkan sejak access internet atau transfer file.
11.1.2.2 Menampilkan Jaringan
Apakah jaringan telah siap? ,pertanyaan yang biasanya ada pada
administrator jaringan adalah sebagai berikut:
• Sistem operasi jaringan apa yang digunakan.
• Berapa banyak penggunanya yang membutuhkan access secara
bersama – sama ke jaringan wireless.
• Berapa besar kebutuhan bandwith dalam jaringan
• Protokol apa yang digunakan dalam wireless LAN
• Kanal den teknologi spread spectrum apa yang saat ini digunakan
• Pengukuran keamanan wireless LAN apa yang ada dilokasi
24 7
• Dimana point koneksi wired LAN diletakkan
• Apakah client menggunakana wireless LAN dalam sebuah organisasi
Gambar 11.1. Naming Conventions
11.1.2.3 Penggunaan Area dan Tower
Apakah Wireless LAN digunakan untuk indoor,outdoor atau keduaduanya?…
Wireless LAN menggunakan tipe outdoor dalam banyak situasi dan
potensi rintangan dalam instalasi dan perbaikan wireless LAN.
Tipe tower apa yang digunakan?…
• Apakah butuh perijinan
• Apakah butuh struktur engineer
Gambar 11.2. NEMA Enclosure
11.1.2.4 Tujuan dan Kebutuhan Bisnis
Apakah tujuan dari wireless LAN?…
24 8
Site surveyor harus memiliki pengetahuan darimana jaringan yang akan
digunakan dan untuk tujuan apa. dengan mengetahui bagaimana effect
jaringan wireless untuk tujuan bisnis, site surveyor akan dapat membuatnya
lebih baik. site surveyor harus mengetahui kebutuhan bisnis untuk efisiensi
survey site
11.1.2.5 Kebutuhan Bandwidth dan Roaming
Apakah dibutuhkan bandwith dan roaming?…
Dengan implementasi teknologi dan penggunaannya saat survey site
sebagai contoh jika client di perumahan hanya menggunakan wireless LAN
sebagai tujuan untuk scanning data dari box label dan mengirim data ke
server maka bandwith yang dibutuhkan sangat kecil. pengumpulan data
hanya membutuhkan 2 MBPS.
Gambar 11.3. 2 Mbps Data Rate
Berapa banyak pengguna?…
24 9
Dengan memahami berapa banyak pengguna yang akan dialokasikan
dibutuhkan untuk menghitung besar data throughput masing-masing
pengguna.
Tipe aplikasi apa yang akan digunakan wireless LAN?…
Jaringan digunakan hanya untuk transmit data non-time sensitive atau
data time sensitive seperti suara atau video. Aplikasi bandwitdh besar seperti
suara atau video membuthkan throughput yang lebih besar tiap
pengguna.
Gambar 11.4. 5.5 Mbps Data Rate
11.1.2.6 Sumber yang Digunakan
Sumber yang digunakan berdasarkan pada budget project, waktu
pengalokasian project, dan apakah administrator pernah ditraining tentang
jaringan wireless.
Gambar 11.5. Contoh Blueprint Jaringan Wireless
25 0
11.1.2.7 Kebutuhan Keamanan
Level keamanan jaringan apa yang dibutuhkan?….
Diskusi dengan pelanggan akan menyediakan informasi untuk solusi
pelanggan oleh designer.
11.2 Persiapan Latihan
Apakah pelanggan bergerak menggunakan fasilitas seperti komputer
portable atau desktop
Berapa jauh koneksi yang dibutuhkan oleh pelanggan
Level akses apa yang dibutuhkan pelanggan untuk sensitivitas data dalam
jaringan, apakah membutuhkan keamanan, dan tipe keamanan seperti apa
yang dibutuhkan
Apakah pelanggan dapat mengambil laptop nya ketika card wireless LAN
nya dicuri
Apakah pelanggan menggunakan intensive bandwidth, sensitive time, atau
aplikasi connection oriented.
Berapa sering pelanggan melakukan perpindahan
Apakah pelanggan memiliki akses internet
Apakah perangkat pelanggan sering dirubah untuk event khusus yang dapat
mengganggu kerja wireless LAN
Siapa yang biasanya mendukung pelanggan dalam pengadaan jaringan, dan
apakah mereka berkualitas untuk mendukung pelanggan wireless
Jika pelanggan bergerak, tipe peralatan mobile computing apa yang mereka
gunakan
Berapa sering dan berapa jauh pelanggan bekerja dengan laptop tanpa daya
AC
11.3 Persiapan Check List
Dokumentasi sumber daya
Dokumentasi survey site wireless LAN
Pemetaan topologi
Pertemuan dengan administrator jaringan
25 1
Pertemuan dengan manager building
Pertemuan dengan security officer
Akses ke semua area fasilitas yang diakibatkan oleh wireless LAN
Akses ke wiring closet
Akses ke roof
Rencana konstruksi masa depan
11.4 Peralatan Survey Site
Access Point
Digunakan selama survey site dengan power output yang bervariasi dan
konektor antenna ekstenal.
PC Card
Laptop dan PDA
Paper
Spectrum analyzer
11.5 Menganalisis Jaringan (Sniffer)
Sniffer adalah perangkat yang digunakan untuk mencari wireless Lan lain yang
telah ada pada suatu area. Bekerja dengan mengambil paket yang dipancarkan oleh
Wireless lan tersebut lalu memuat data informasi terperinci mengenai wireless Lan yang
telah ada pada area tersebut.
11.5.1 Kit check survey site
Perangkat yang termasuk dalam kit site survey
• Laptop dan/atau PDA.
• Wireless PC card dengan drivernya & software utility yang
dibutuhkan.
• Bridge atau accsess Point jika dibutuhkan.
• Baterei kemasan & DC-TO-AC konvertor.
• Software utility site survey ( dibuka dari laptop atau PDA).
• Alat tulis menulis.
25 2
• Cetak biru & diagram jaringan.
• Antenna dalam dan luar ruangan.
• Kabel & connectors.
• Teropong dan radio dua arah.
• Payung dan/atau perlengkapan hujan.
• Hardware atau software khusus seperti sniffer dan spectrum analyzer.
• Peralatan, selotip dan perlengkapan lain untuk perpindahan hardware
sementara.
• pengamanan dan tempat sebagai isi hardware untuk computer rumah,
peralatan, dan keamanan dokumen selama survei dan perjalanan dari
lokasi survey.
• Kamera digital untuk mengambil gambar dari tempat tertentu di dalam
suatu fasilitas.
• Pengisi baterei.
• Attenuator antenna .
• Roda untuk pengukuran.
• Tas travel atau cara lain untuk mengangkut peralatan & dokumentasi.
11.5.2 Mengadakan Survey Site
Mensurveilah ditempat dengan toolkit yang lengkap, berjalan beberapa miles
sepanjang;seluruh client’s fasilitas umum. RF site survey adalah 10% survey dan
90% berjalan, gunakan sepatu yang nyaman saat dilokasi yang besar.
11.5.2.1 Survey indoor
Untuk survey dalam ruang, menempatkan dan merekam materi pada
suatu copy, cetakbiru atau suatu gambar menyangkut fasilitas itu.
11.5.2.2 Survey outdoor
Sebelum memulai, perhatikan hal – hal berikut ini :
• Siapa yang akan memasang dan memindahkan accsess point pada
tempat – tempat yang tinggi.
25 3
• Apakah ada seseorang yang mau memindahkan pohon yang menghalangi
pemasangan sesuai zona freznel.
• Jika diperlukan tower baru, apakah izinnya sudah siap.
• Apakah diperlukan izin untuk pemasangan antenna pada tower.
• Apakah bangunan memerlukan kode plenum rate untuk peralatan yang
digunakan
11.5.3 Pengumpulan Informasi RF
Informasi yang perlu dikumpulkan
• Range dan pola cakupan
• Data rate yang dinilai
• Dokumentasi
• Tes menyeluruh dan perencanaan kapasitas
• Sumber interferensi
• Kabel koneksi data dan power AC yang dibutuhkan
• Penempatan antenna diluar ruang
• Pemeriksaan dadakan
11.5.4 Laporan Site Survey
Setelah secara menyeluruh mendokumentasikan fasilitas pelanggan, perlu
disediakan data untuk menyiapkan suatu laporan yang tepat untuk klien itu.
Laporan akan bertindak sebagai peta untuk implementasi menyangkut Wireless
LAN dan dokumentasi sebagai acuan kedepan untuk pengurus dan teknisi
jaringan.
Laporan lokasi adalah puncak dari semua usaha sampai sekarang, dan
mungkin membutuhkan harian atau bahkan mingguan untuk melengkapi laporan.
Mungkin saja diperlukan untuk mengunjungi lokasi untuk mengumpulkan lebih
banyak data atau untuk mengkonfirmasikan sebagian dari penemuan awal.
Beberapa lebih banyak percakapan mungkin diperlukan untuk membuat keputusan
dan sebagian dari orang dengan yang tidak dapat ditemukan manakala berada
ditempat lokasi.
• Format laporan
25 4
• Tujuan bisnis dan laporan lokasi survey
• Metodologi
• Cakupan area RF
• Keseluruhan
• Interference
• Masalah area
• Gambar
11.5.5 Laporan Tambahan
Untuk memberitahu pelanggan tentang pelayanan terbaik. Diperlukan
tambahan data berupa Potongan informasi tambahan yang menjadi anggota dalam
lokasi mensurvei laporan adalah penemuan gangguan interferensi, type peralatan
yang diperlukan, dan usul penempatan peralatan.
11.6 Kesimpulan
Dalam membangun jaringan wireless, hal yang perlu diperhatikan adalah
melakukan survei letak / lokasi, atau yang lebih dikenal sebagai Survey Site.RF (Radio
Frequency). Hal ini penting dilakukan karena merupakan peta untuk keberhasilan
implementasi jaringan wireless. Dan menentukan cakupan frekuensi dari sumber (access
point). Persiapannya meliputi pengumpulan informasi, pembuatan keputusan, persiapan
check list, mempersiapkan peralatan survey site, dan melakukan analisa terhadap
jaringan.
11.7 SOAL
1. Desain dan gambarkan jaringan wireless indoor pada sebuah ruangan.. User
yang akan menggunakan koneksi wireless berkisar 50 – 100 orang. ?
2. Berikan rincian harga dan keterangan secara detail dari soal nomor 1 ?
3. Apa saja yang diperlukan dalam pengumpulan informasi RF ?
4. Sebutkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan survey site pada jaringan
wireless ?
25 5
5. Sebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survei jaringan
wireless outdoor ?
25 6
Bab 1.
1. Federal Communications Commission ( FCC)
2. IEEE 802.11
IEEE 802.11b
IEEE 802.11a
IEEE 802.11g
3. IEEE 802.11 :
Standar asli wireless LAN menetapkan tingkat perpindahan data yang
paling lambat dalam teknologi transmisi light-based dan RF.
IEEE 802.11b :
Menggambarkan tentang beberapa transfer data yang lebih cepat dan
lebih bersifat terbatas dalam lingkup teknologi transmisi.
IEEE 802.11a :
Gambaran tentang pengiriman data lebih cepat dibandingkan (tetapi
kurang sesuai dengan) IEEE 802.11b, dan menggunakan 5 GHZ
frekuensi band UNII.
IEEE 802.11g :
Syarat yang paling terbaru berdasar pada 802.11 standard yang
menguraikan transfer data sama dengan cepatnya seperti IEEE 802.11a,
dan sesuai dengan 802.11b yang memungkinkan untuk lebih murah.
4. Akses Role, Perluasan Jaringan, Menghubungkan Gedung Satu dengan yang
lain, Pengiriman Data Bermil-mil, Mobilitas, Small Office – Home Office,
Mobile Offices.
5. Small Office – Home Office, merupakan salah satu aplikasi dari wireless LAN
yang banyak digunakan oleh perusahaan dan efisiensi untuk pengunaan internet
tunggal dan peningkatan produktifitas.
Bab 2.
1. Gain, Power Loss, Refleksi, Pembiasan, Difraksi, Scattering, Penyerapan
(Absorpsi).
Kunci Jawaban
25 7
2. Sebuah peralatan RF yang secara khusus di-design untuk meng-generate dan
me-radiasi sinyal RF. Dalam istilah hardware, intentional radiator meliputi
peralatan RF dan semua pengkabelan juga konektor-konektor pendukung tetapi
tidak termasuk antenna
3. – Daya (kekuatan) pada peralatan transmisi
- Loss dan gain dari peralatan penghubung antara peralatan transmisi dan
antenna, seperti kabel, konektor, amplifier, attenuator, dan splitters.
- Daya (kekuatan) pada konektor terakhir sebelum sinyal RF masuk pada
antenna ( intentional Radiator).
- Daya pada element antenna (EIRP)
4. 10.825 feet.
5. 6.021 db.
Bab 3.
1. Teknologi komunikasi yang hanya cukup digunakan dari frekwensi spectrum
untuk membawa data sinyal, dan tidak lebih. Misi FCC untuk menjaga
penggunaan frekwensi sebanyak mungkin, hanya membagi-bagikan apa yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan.
2. Teknik yang menggunakan kecepatan frekwensi spread spectrum yang lebih dari
83 MHz. Kecepatan frekwensi mengacu pada kemampuan radio untuk merubah
frekwensi transmisi di dalam RF band frekwensi yang dapat di pakai.
3. Merupakan sebuah metode pengiriman data dimana pengiriman dan penerimaan
data berada pada range frekuensi 22 MHz. Chanel yang lebih lebar akan
25 8
membuat peralatan dapat mengirim informasi lebih tinggi daripada system
FHSS.
4. Narrowband interference
Co-Location
Cost
Equipment Compability & Availability
Data rate & Thoughput
Security
Standards Support
5. DSSS menggabungkan sebuah data sinyal pada station pengiriman dengan
kecepatan bit sequence yang tinggi dimana direferensikan sebagai chipping code
atau penguatan prosesor. Sebuah prosesor yang tinggi akan menambah resistansi
sinyal untuk saling berinteferensi. Proses dari direct sequence dimulai dengan
sebuah carier dimodulasikan dengan kode sequence. Angka pada chips dalam
kode akan menentukan bagaimana penyebaran terjadi dan angka dari chips serta
kecepatan dari kode akan menentukan kecepata data.
Bab 4.
1. Root Mode
Root Mode digunakan ketika accesss point dikoneksikan ke sebuah tulang
punggung kabel (wired backbone) sepanjang interface kabel (biasanya
Ethernet)/ kebanyakan accesss point mendukung model lebih dari model root
hadir dikonfigurasikan secara default.
Repeater Mode
Dalam mode pengulangan, access point memiliki kemampuan untuk
mendukung sebuah koneksi wireless upstream (hulu) kedalam jaringan kabel
lebih dari koneksi normal kabel. Satu access point melayani sebagai access
point root dan lainnya melayani sebagai sebuah wireless repeater.
Bridge Mode
Pada model jembatan, acces point bertindak tepatnya sebagai jembatan
wireless, yang mana akan didiskusikan nanti pada bagian ini. Kenyataannya,
mereka menjadi jembatan wireless ketika dikonfigurasikan pada cara ini.
Hanya sebagian kecil acces point di pasaran yang memiliki fungsi jembatan,
25 9
yang mana ciri khasnya ditambahkan biaya tertentu untuk perlengkapan.
Kita akan menjelaskan singkat bagaimana fungsi jembatan wireless.
2. – Gunakan duty zip ties untuk memasang access point ke kolom atau sorotan.
- Jangan tutupi cahaya akses point ketika memasang access point dengan zip ties
- Pasang access point terbalik sehingga lampu indikator dapat terlihat dari lantai
- Beri nama access point
3. – PCMCIA dan Compact Flash(CF)
- Ethernet dan Serial Converter
- USB Adapter
- PCI dan ISA Adapter
4. Peralatan yang didesain untuk menghubungkan sejumlah kecil titik wireless ke
satu peralatan untuk Layer 2 (wireless dan non wireless) dan konektifitas layer 3
ke internet atau ke jaringan lain.
5. Piranti yang memberikan autensifikasi khusus dan konektifitas untuk wireless
client. Enterprise Wireless Gateways cocok untuk lingkungan skala besar
wireless LAN dimana memberikan banyak servise wireless LAN yang bisa di
atur seperti rate limiting, Quality of Service(QoS), dan profile management.
26 0
Bab 5.
1. – Omni – directional
- Semi – directional
- Highly – directional
2. – Antenna memancarkan energinya secara bersamaan pada semua arah sekitar
porosnya. Antenna directional memusatkan energinya dalam bentuk kerucut,
dikenal dengan “beam”. Antenna omni-directional digunakan ketika melingkupi
semua arah sekitar poros horizontal dari antenna dibutuhkan. Antenna omnidirectional
sangat efektif dimana jangkauan besar dibutuhkan disekitar titik
pusat.
26 1
3. Insertion loss, Respon frekuensi, Impedansi, VSWR Rating, High isolation,
Impedansi, Power Ratings, Tipe konektor, Report Kalibrasi, Mounting, DC
voltage passing
4. – RF connector harusnya sesuai dengan impedansi dengan semua komponen
wireless-LAN ( biasanya 50 Ohms ). Ini bukannya suatu permasalahan sejak
ketika anda membeli konektor dengan impedansi yang berbeda, mereka tidak
akan cocok jika bersama-sama karena ukuran dari pin-center-nya.
- Kenali seberapa banyak insertion loss dari tiap konektor yang di sisipkan ke
dalam path sinyal. Jumlah dari loss akan menyebabkan faktor ke dalam
kalkulasi dari kekuatan sinyal yang anda inginkan dan juga jarak yang
dibolehkan.
- Kenali kenaikan batas frekuensi (respon frekuensi) yang di spesifikasikan
untuk tiap konektor. Point ini akan sangat penting sebesar 5GHz wirelessLan
menjadi lebih dan lebih. Beberapa konektor yang di hitung hanya sebesar 3
GHz, dimana ini baik di gunakan dengan 2.4 GHz wirelessLan, tapi akan tidak
berjalan dengan baikuntuk 5GHz wirelessLan. Beberapa konektor yang di
hitung hanya diatas 1 GHz dan akan sama sekali tidak berjalan dengan baik
dengan wirelessLan, yang di legalkan hanya 900MHz wirelessLan.
- Hati-hati dengan kualitas konektor yang buruk. Pertama, selalu pertimabngkan
dari perusahaan yang bereputasi. Kedua,, belilah hanya konektor dengan
kualitas tinggi yang dibuat oleh perusahaan yang terkenal. Bagian dari
pembelian ini akan membantu anda untuk mengurangi permasalahan dengan
sinyal RF yang sporadik, VSWR dan koneksi yang buruk.
- Yakinlah bahwa anda mengetahui tipe dari konektor(N,F,SMA,dll) yang anda
butuhkan dan jenis kelamin dari konektor itu sendiri. Konektor mempunyai 2
jenis kelamin, yaitu male dan female. Konektor male mempunyai pin center,
sedangkan konektor female mempunyai receptable center.
5. Untuk menkonversi 1 range frekuensi ke lainnya untuk tujuan menghilangkan
frekuensi bands.
Bab 6.
1. Federal Communications Commission (FCC) adalah agen pemerintah US yang
langsung bertanggung jawab pada konggres. FCC didirikan oleh
26 2
Communication Act pada tahun 1934, yang mengatur komunikasi menggunakan
radio, televisi, kawat, satelit dan kabel.
2. – ISM Band
900 MHz ISM Band
2,4 GHz ISM Band
5,8 GHz. ISM Band
- UNII Band
Lower Band
Middle Band
Upper Band
3. Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) adalah pembuat kunci
yang baku untuk kebanyakan berbagai hal berhubungan dengan teknologi
informasi di Amerika Serikat. IEEE menciptakan standard nya di dalam hukum
yang diciptakan oleh FCC. Pokok-Pokok IEEE banyak teknologi baku seperti
Public Key Cryptography (IEEE 1363), Firewire (IEEE 1394), Ethernet (IEEE
802.3), dan Wireless Lan (IEEE 802.11).
4. IrDA adalah suatu organisasi untuk menciptakan suatu interoperable murah,
low-cost, low-power, half-duplex, standard interkoneksi data yang serial yang
mendukung suatu gedung tanpa lift point-to-point model pemakai yang dapat
menyesuaikan diri suatu cakupan luas.
5. – Class 1 1 mW
- Class 2 2.5 mW
- Class 3 100 mW
Bab 7.
1. – SSID sebuah nilai unique, case sensitive, alphanumeric dari 2-31 panjang
karakter yang digunakan oleh wireless LAN sebagai sebuah nama network.
- Beacons adalah frame pendek yang dikirim dari access point ke pemancar
(Mode Infrastruktur) atau pemancar ke pemancar (Mode ad Hoc) yang
digunakan mengorganisir dan mensinkronkan wireless pada LAN wireless itu.
2. – Passive Scanning proses melacak beacon pada masing-masing saluran untuk
suatu periode waktu yang spesifik setelah stasiun diinisialisasi beacon ini
26 3
dikirim oleh access point ( model infrastruktur) atau stasiun klien ( moded ad
hoc
- Active Scanning Active scanning melibatkan pengiriman dari suatu request
pemeriksaan (probe) frame dari suatu pemancar wireless. Pemancar mengirim
probe frame jika mereka secara aktif mencari suatu jaringan untuk digabungkan.
Probe frame akan berisi baik SSID dari jaringan yang mereka ingin gabungkan
atau suatu SSID broadcast.
3. – Unauthenticated and unassociated
- Authenticated and unassociated
- Authenticated and associated
4. – Basic service set BSS terdiri dari hanya satu access point dan satu atau lebih
klien wireless.
- Extended Service Set sebagai dua atau lebih layanan dasar menetapkan
hubungan oleh suatu sistem distribusi secara umum.
- Independent basic service set
5. Pengesahan pemakai, Encryption, dan Pengesahan data.
Bab 8.
1. – Management Frame Association request frame, Association response
frame, Reassociation request frame, Reassociation response frame, Probe
request frame, Probe response frame, Beacon frame, ATIM frame,
Disassociation frame, Authentication frame, Deauthentication frame
- Control Frame Request to send (RTS), Clear to send (CTS),
Acknowledgement (ACK), Power-Save Poll, Contention-Free End (CF End), CF
End + CF Ack
- Data Frame
2. Carrier Sense Multiple Access / Collision Avoidance CSMA/CA
3. Distributed Coordination Function sebuah metode akses yang ditentukan
pada standar 802.11 yang membolehkan semua pemancar pada sebuah wireless
LAN untuk menghadapi akses pada media transmisi yang dibagikan (RF)
menggunakan protocol CSMA/CA.
26 4
4. Sebuah mode pengiriman yang menyediakan pengiriman susunan bebas isi
(contention-free) . pada sebuah wireless LAN dengan menggunakan mekanisme
polling. PCF mempunyai keuntungan dari memberikan jaminan untuk
mengetahui sejumlah hal yang tersembunyi jadi bahwa aplikasi-aplikasi
membutuhkan QoS (suara atau gambar untuk contoh) yang bisa digunakan.
Ketika menggunakan PCF, access point pada sebuah wireless LAN membentuk
polling. Karena alasan ini, sebuah ad hoc jaringan tidak bisa memakai PCF,
karena sebuah ad hoc jaringan tidak mempunyai access point untuk melakukan
polling.
5. – Sort Interframe Space (SIFS) adalah ruang antar susunan terpendek yang
ditentukan. SIFS adalah ruang waktu sebelum dan sesudah dimana tipe-tipe
pesan-pesan berikut dikirim.
- Point Coordination Function Interframe Space (PIFS) merupakan ruang antar
susunan bukan merupakan jalur terpendek maupun jalur terpanjang ruang antar
susunan yang ditentukan, jadi hal ini mendapatkan prioritas yand lebih dari pada
DIFS dan kurang dari SIFS. Access point menggunakan sebuah ruang antar
susunan PIFS hanya ketika jaringan pada mode fungsi koordinasi titik, yang
secara manual dikonfigurasi oleh administrator. PIFS mempunyai durasi yang
lebih pendek dari pada DIFS.
- Distributed Coordination Function Interframe Space (DIFS) adalah ruang antar
susunan yang paling panjang yang ditentukan dan digunakan secara default pada
semua 802.11-pamancar-pemancar yang menggunakan fungsi koordinasi
terdistribusi.
Bab 9.
1. Multipath digambarkan sebagai komposisi dari suatu salinan sinyal yang utama
yang lebih atau medan disebabkan oleh pemantulan dari object penerima dan
pemancar. Penundaan pada saat tertentu bahwa sinyal yang utama tiba bahwa
sinyal terakhir dicerminkan yang datang dikenal sebagai penundaan secara
menyebar. Efek yang dapat ditimbulkan antara lain : Sinyal Amplitude yang
dikurangi (downfade), Korupsi, Nulling Sinyal, dan Amplitude yang
ditingkatkan ( upfade).
26 5
2. Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi Node yang tersembunyi yaitu
dengan menggunakan RTS/CTS, meningkatkan power ke node, mencabut
rintangan dan pindah node
3. – Meningkatkan mobilitas ke node yang lain
- Pengurangan daya dari node lokal
- Gerakkan node semakin dekat ke access point
4. – Gunakan Dua Access Point
- Gunakan peralatan 802.11a
5. Gangguan Narrow band, Gangguan Allband, Cuaca, Angin, Stratifikasi, Petir
dan Gangguan Channel yang berdekatan.
Bab 10.
1. WEP merupakan suatu algoritma enkripsi yang digunakan oleh shared key pada
proses autentikasi untuk memeriksa user dan untuk meng-enkripsi data yang
dilewatkan pada segment jaringan wireless pada LAN.
2. Merupakan mekanisme keamanan dasar yang digunakan untuk mendukung
WEP dan atau AES. Filtering memiliki arti menutup semua hubungan yang
tidak diijinkan dan membuka semua hubungan yang diijinkan. Filtering terdiri
dari tiga tipe dasar yang dapat diimplementasikan pada WLAN, yakni SSID
Filtering, MAC Address Filtering dan Protocol Filtering.
3. * Passive Attack Eavesdroping merupakan penyerangan ke WLAN yang
paling sederhana dan efektif. Metode ini tanpa meninggalkan jejak dari hacker
itu sendiri.
* Active Attack Merupakan metode hacking yang memungkinkan seseorang
mendapat hak akses yang digunakan untuk tujuan merusak. Dengan metode ini
memungkinkan hacker dapat mengacak-acak data pada jaringan.
* Jamming Attack Merupakan metode yang dapat mematikan supply
tegangan pada suatu jaringan
* Man in the Middle Attack Metode yang juga dikenal dengan istilah
membajak.
4. PPTP dan IP Sec
5. – WEP
- Cell Cizing
26 6
- User Autentification
- Menggunakan software Security tambahan
- Monitoring Hardware
- Menggunakan Switch (bukan Hub)
- Wireless DMZ
- Software update
Bab 11.
1. ———————-
2. ——————-
3. – Range dan pola cakupan
- Data rate yang dinilai
- Dokumentasi
- Tes menyeluruh dan perencanaan kapasitas
- Sumber interferensi
- Kabel koneksi data dan power AC yang dibutuhkan
- Penempatan antenna diluar ruang
- Pemeriksaan dadakan
4. – Access Point
- PC Card
- Laptop dan PDA
- Paper
- Spectrum Analyzer
5 – Siapa yang akan memasang dan memindahkan accsess point pada tempat –
tempat yang tinggi
- Apakah ada seseorang yang mau memindahkan pohon yang menghalangi
pemasangan sesuai zona freznel.
- Jika diperlukan tower baru, apakah izinnya sudah siap.
- Apakah diperlukan izin untuk pemasangan antenna pada tower.
- Apakah bangunan memerlukan kode plenum rate untuk peralatan yang
digunakan
26 7
1. Certified Wireless Network Administraror. Official Study Guide, Exam PWO-100,
Objective-by-Objective coverage of the CWNA certification exam.
2. http://wikipedia.com
Daftar Pustaka
26 8
Buku ini ditulis oleh mahasiswa D4 Telekomunikasi PENS-ITS
Dan disupervisi oleh :
Sritrusta Sukaridhoto
Wireless Network Security
{ Mei 12, 2009 @ 7:35 pm } · { Wireless }
{ Tinggalkan sebuah Komentar }
Wireless Network Security
802.11, Bluetooth and Handheld Devices
Tom Karygiannis
Les Owens
Special Publication 800-48
NIST Special Publication 800-48 Wireless Network Security
802.11, Bluetooth and Handheld Devices
Recommendations of the National
Institute of Standards and Technology
Tom Karygiannis and Les Owens
C O M P U T E R S E C U R I T Y
Computer Security Division
Information Technology Laboratory
National Institute of Standards and Technology
Gaithersburg, MD 20899-8930
November 2002
U.S. Department of Commerce
Donald L. Evans, Secretary
Technology Administration
Phillip J. Bond, Under Secretary for Technology
National Institute of Standards and Technology
Arden L. Bement, Jr., Director
WIRELESS NETWORK SECURITY
i
Note to Readers
This document is a publication of the National Institute of Standards and Technology (NIST) and is not
subject to U.S. copyright. Certain commercial products are described in this document as examples only.
Inclusion or exclusion of any product does not imply endorsement or non-endorsement by NIST or any
agency of the U.S. Government. Inclusion of a product name does not imply that the product is the best or
only product suitable for the specified purpose.
Acknowledgments
The authors wish to express their sincere thanks to numerous members of government, industry, and
academia who have commented on this document. First, the authors wish to express their thanks to the
staff at Booz Allen Hamilton who contributed to this document. In particular, their appreciation goes to
Rick Nicholson, Brendan Goode, Christine Kerns, Sharma Aditi, and Brian Miller for their research,
technical support, and contributions to this document. The authors express their appreciation to Bill Burr,
Murugiah Souppaya, Tim Grance, Ray Snouffer, Sheila Frankel, and John Wack of NIST, for providing
valuable contributions to the technical content of this publication. The authors would also like to express
their thanks to security experts Russ Housley, Markus Jacobsson, Jan-Ove Larsson, Simon Josefsson,
Stephen Whitlock, Brian Seborg, Pascal Meunier, William Arbaugh, Joesph Kabara, David Tipper, and
Prashanth Krishnanmurthy for their valuable comments and suggestions. Finally, the authors wish to
thank especially Matthew Gast, Keith Rhodes, and the Bluetooth Special Interest Group for their critical
review and feedback during the public comments period. Contributions were also made by Rick Doten,
Jerry Harold, Stephen Palmer, Michael D. Gerdes, Wally Wilhoite, Ben Halpert, Susan Landau, Sandeep
Dhameja, Robert Moskowitz, Dennis Volpano, David Harrington, Bernard Aboba, Edward Block, Carol
Ann Widmayer, Harold J. Podell, Mike DiSabato, Pieter Kasselman, Rick E. Morin, Chall McRoberts,
and Kevin L. Perez.
WIRELESS NETWORK SECURITY
ii
Table of Contents
Executive Summary………………………………………………………………………………………………….. 1
1. Introduction ……………………………………………………………………………………………………. 1-1
1.1 Authority …………………………………………………………………………………………………. 1-1
1.2 Document Purpose and Scope …………………………………………………………………… 1-1
1.3 Audience and Assumptions ……………………………………………………………………….. 1-2
1.4 Document Organization …………………………………………………………………………….. 1-2
2. Overview of Wireless Technology…………………………………………………………………….. 2-1
2.1 Wireless Networks……………………………………………………………………………………. 2-1
2.1.1 Wireless LANs ………………………………………………………………………………. 2-1
2.1.2 Ad Hoc Networks …………………………………………………………………………… 2-1
2.2 Wireless Devices ……………………………………………………………………………………… 2-2
2.2.1 Personal Digital Assistants………………………………………………………………. 2-2
2.2.2 Smart Phones ……………………………………………………………………………….. 2-3
2.3 Wireless Standards…………………………………………………………………………………… 2-3
2.3.1 IEEE 802.11………………………………………………………………………………….. 2-3
2.3.2 Bluetooth………………………………………………………………………………………. 2-3
2.4 Wireless Security Threats and Risk Mitigation ………………………………………………. 2-4
2.5 Emerging Wireless Technologies………………………………………………………………… 2-6
2.6 Federal Information Processing Standards …………………………………………………… 2-6
3. Wireless LANs ………………………………………………………………………………………………… 3-8
3.1 Wireless LAN Overview…………………………………………………………………………….. 3-8
3.1.1 Brief History ………………………………………………………………………………….. 3-8
3.1.2 Frequency and Data Rates ……………………………………………………………… 3-9
3.1.3 802.11 Architecture ………………………………………………………………………… 3-9
3.1.4 Wireless LAN Components ……………………………………………………………. 3-11
3.1.5 Range ………………………………………………………………………………………… 3-11
3.2 Benefits ………………………………………………………………………………………………….3-12
3.3 Security of 802.11 Wireless LANs……………………………………………………………….3-13
3.3.1 Security Features of 802.11 Wireless LANs per the Standard……………… 3-13
3.3.2 Problems With the IEEE 802.11 Standard Security ……………………………. 3-17
3.4 Security Requirements and Threats…………………………………………………………….3-19
3.4.1 Loss of Confidentiality …………………………………………………………………… 3-20
3.4.2 Loss of Integrity……………………………………………………………………………. 3-21
3.4.3 Loss of Network Availability……………………………………………………………. 3-22
3.4.4 Other Security Risks …………………………………………………………………….. 3-22
3.5 Risk Mitigation …………………………………………………………………………………………3-22
3.5.1 Management Countermeasures……………………………………………………… 3-23
3.5.2 Operational Countermeasures ……………………………………………………….. 3-23
3.5.3 Technical Countermeasures ………………………………………………………….. 3-24
3.6 Emerging Security Standards and Technologies …………………………………………..3-36
3.7 Case Study: Implementing a Wireless LAN in the Work Environment ………………3-37
3.8 Wireless LAN Security Checklist…………………………………………………………………3-40
3.9 Wireless LAN Risk and Security Summary …………………………………………………..3-42
4. Wireless Personal Area Networks…………………………………………………………………….. 4-1
WIRELESS NETWORK SECURITY
iii
4.1 Bluetooth Overview…………………………………………………………………………………… 4-1
4.1.1 Brief History ………………………………………………………………………………….. 4-3
4.1.2 Frequency and Data Rates ……………………………………………………………… 4-3
4.1.3 Bluetooth Architecture and Components ……………………………………………. 4-4
4.1.4 Range ………………………………………………………………………………………….. 4-4
4.2 Benefits ………………………………………………………………………………………………….. 4-5
4.3 Security of Bluetooth…………………………………………………………………………………. 4-6
4.3.1 Security Features of Bluetooth per the Specifications ………………………….. 4-7
4.3.2 Problems with the Bluetooth Standard Security…………………………………. 4-13
4.4 Security Requirements and Threats…………………………………………………………….4-14
4.4.1 Loss of Confidentiality …………………………………………………………………… 4-14
4.4.2 Loss of Integrity……………………………………………………………………………. 4-17
4.4.3 Loss of Availability………………………………………………………………………… 4-17
4.5 Risk Mitigation …………………………………………………………………………………………4-17
4.5.1 Management Countermeasures……………………………………………………… 4-17
4.5.2 Operational Countermeasures ……………………………………………………….. 4-18
4.5.3 Technical Countermeasures ………………………………………………………….. 4-18
4.6 Bluetooth Security Checklist ………………………………………………………………………4-20
4.7 Bluetooth Ad Hoc Network Risk and Security Summary …………………………………4-22
5. Wireless Handheld Devices……………………………………………………………………………. 5-26
5.1 Wireless Handheld Device Overview…………………………………………………………..5-26
5.2 Benefits ………………………………………………………………………………………………….5-27
5.3 Security Requirements and Threats…………………………………………………………….5-28
5.3.1 Loss of Confidentiality …………………………………………………………………… 5-28
5.3.2 Loss of Integrity……………………………………………………………………………. 5-30
5.3.3 Loss of Availability………………………………………………………………………… 5-30
5.4 Risk Mitigation …………………………………………………………………………………………5-31
5.4.1 Management Countermeasures……………………………………………………… 5-31
5.4.2 Operational Countermeasures ……………………………………………………….. 5-32
5.4.3 Technical Countermeasures ………………………………………………………….. 5-33
5.5 Case Study: PDAs in the Workplace……………………………………………………………5-36
5.6 Wireless Handheld Device Security Checklist……………………………………………….5-36
5.7 Handheld Device Risk and Security Summary………………………………………………5-38
Appendix A— Common Wireless Frequencies and Applications ……………………………….A-1
Appendix B— Glossary of Terms …………………………………………………………………………….B-1
Appendix C— Acronyms and Abbreviations …………………………………………………………….C-1
Appendix D— Summary of 802.11 Standards……………………………………………………………D-1
Appendix E— Useful References……………………………………………………………………………..E-1
Appendix F— Wireless Networking Tools………………………………………………………………… F-1
Appendix G— References ……………………………………………………………………………………….G-1
WIRELESS NETWORK SECURITY
iv
List of Figures
Figure 2-1. Notional Ad Hoc Network …………………………………………………………………………. 2-2
Figure 3-1. Fundamental 802.11b Wireless LAN Topology ………………………………………….. 3-10
Figure 3-2. 802.11b Wireless LAN Ad Hoc Topology ………………………………………………….. 3-10
Figure 3-3. Typical Range of 802.11 WLAN……………………………………………………………….. 3-11
Figure 3-4. Access Point Bridging ……………………………………………………………………………. 3-12
Figure 3-5. Wireless Security of 802.11b in Typical Network…………………………………………. 3-13
Figure 3-6. Taxonomy of 802.11 Authentication Techniques………………………………………… 3-14
Figure 3-7. Shared-key Authentication Message Flow ………………………………………………… 3-15
Figure 3-8. WEP Privacy Using RC4 Algorithm………………………………………………………….. 3-16
Figure 3-9. Taxonomy of Security Attacks…………………………………………………………………. 3-19
Figure 3-10. Typical Use of VPN for Secure Internet Communications From Site-to-Site…… 3-33
Figure 3-11. VPN Security in Addition to WEP…………………………………………………………… 3-34
Figure 3-12. Simplified Diagram of VPN WLAN…………………………………………………………… 3-35
Figure 3-13. Agency A WLAN Architecture ………………………………………………………………… 3-39
Figure 4-1. Typical Bluetooth Network—A Scatter-net ………………………………………………….. 4-2
Figure 4-2. Bluetooth Ad Hoc Topology………………………………………………………………………. 4-4
Figure 4-3. Bluetooth Operating Range……………………………………………………………………….. 4-5
Figure 4-4. Bluetooth Air-Interface Security…………………………………………………………………. 4-6
Figure 4-5. Taxonomy of Bluetooth Security Modes………………………………………………………. 4-8
Figure 4-6. Bluetooth Key Generation from PIN……………………………………………………………. 4-9
Figure 4-7. Bluetooth Authentication ………………………………………………………………………… 4-10
Figure 4-8. Bluetooth Encryption Procedure………………………………………………………………. 4-12
Figure 4-9. Man-in-the-Middle Attack Scenarios…………………………………………………………. 4-16
WIRELESS NETWORK SECURITY
v
List of Tables
Table 3-1. Key Characteristics of 802.11 Wireless LANs ………………………………………………. 3-8
Table 3-2. Key Problems with Existing 802.11 Wireless LAN Security …………………………… 3-18
Table 3-3. Wireless LAN Security Checklist ………………………………………………………………. 3-40
Table 3-4. Wireless LAN Security Summary ……………………………………………………………… 3-43
Table 4-1. Key Characteristics of Bluetooth Technology ……………………………………………….. 4-2
Table 4-2. Device Classes of Power Management……………………………………………………….. 4-5
Table 4-3. Summary of Authentication Parameters …………………………………………………….. 4-11
Table 4-4. Key Problems with Existing (Native) Bluetooth Security ………………………………… 4-13
Table 4-5. Bluetooth Security Checklist…………………………………………………………………….. 4-21
Table 4-6. Bluetooth Security Summary……………………………………………………………………. 4-23
Table 5-1. Wireless Handheld Device Security Checklist ……………………………………………… 5-37
Table 5-2. Handheld Device Security Summary…………………………………………………………. 5-38
Table D-1. Summary of 802.11 Standards …………………………………………………………………..D-1
WIRELESS NETWORK SECURITY
ES-1
Executive Summary
Wireless communications offer organizations and users many benefits such as portability and flexibility,
increased productivity, and lower installation costs. Wireless technologies cover a broad range of
differing capabilities oriented toward different uses and needs. Wireless local area network (WLAN)
devices, for instance, allow users to move their laptops from place to place within their offices without the
need for wires and without losing network connectivity. Less wiring means greater flexibility, increased
efficiency, and reduced wiring costs. Ad hoc networks, such as those enabled by Bluetooth, allow data
synchronization with network systems and application sharing between devices. Bluetooth functionality
also eliminates cables for printer and other peripheral device connections. Handheld devices such as
personal digital assistants (PDA) and cell phones allow remote users to synchronize personal databases
and provide access to network services such as wireless e-mail, Web browsing, and Internet access.
Moreover, these technologies can offer dramatic cost savings and new capabilities to diverse applications
ranging from retail settings to manufacturing shop floors to first responders.
However, risks are inherent in any wireless technology. Some of these risks are similar to those of wired
networks; some are exacerbated by wireless connectivity; some are new. Perhaps the most significant
source of risks in wireless networks is that the technology’s underlying communications medium, the
airwave, is open to intruders, making it the logical equivalent of an Ethernet port in the parking lot.
The loss of confidentiality and integrity and the threat of denial of service (DoS) attacks are risks
typically associated with wireless communications. Unauthorized users may gain access to agency
systems and information, corrupt the agency’s data, consume network bandwidth, degrade network
performance, launch attacks that prevent authorized users from accessing the network, or use agency
resources to launch attacks on other networks.
Specific threats and vulnerabilities to wireless networks and handheld devices include the following:
! All the vulnerabilities that exist in a conventional wired network apply to wireless technologies.
! Malicious entities may gain unauthorized access to an agency’s computer network through wireless
connections, bypassing any firewall protections.
! Sensitive information that is not encrypted (or that is encrypted with poor cryptographic techniques)
and that is transmitted between two wireless devices may be intercepted and disclosed.
! DoS attacks may be directed at wireless connections or devices.
! Malicious entities may steal the identity of legitimate users and masquerade as them on internal or
external corporate networks.
! Sensitive data may be corrupted during improper synchronization.
! Malicious entities may be able to violate the privacy of legitimate users and be able to track their
movements.
! Malicious entities may deploy unauthorized equipment (e.g., client devices and access points) to
surreptitiously gain access to sensitive information.
! Handheld devices are easily stolen and can reveal sensitive information.
! Data may be extracted without detection from improperly configured devices.
WIRELESS NETWORK SECURITY
ES-2
! Viruses or other malicious code may corrupt data on a wireless device and subsequently be
introduced to a wired network connection.
! Malicious entities may, through wireless connections, connect to other agencies or organizations for
the purposes of launching attacks and concealing their activities.
! Interlopers, from inside or out, may be able to gain connectivity to network management controls and
thereby disable or disrupt operations.
! Malicious entities may use third-party, untrusted wireless network services to gain access to an
agency’s or other organization’s network resources.
! Internal attacks may be possible via ad hoc transmissions.
This document provides an overview of wireless networking technologies and wireless handheld devices
most commonly used in an office environment and with today’s mobile workforce. This document seeks
to assist agencies in reducing the risks associated with 802.11 wireless local area networks (LAN),
Bluetooth wireless networks, and handheld devices.
The National Institute of Standards and Technology (NIST) recommends the following actions:
Agencies should be aware that maintaining a secure wireless network is an ongoing process that
requires greater effort than that required for other networks and systems. Moreover, it is
important that agencies assess risks more frequently and test and evaluate system security controls
when wireless technologies are deployed.
Maintaining a secure wireless network and associated devices requires significant effort, resources, and
vigilance and involves the following steps:
! Maintaining a full understanding of the topology of the wireless network.
! Labeling and keeping inventories of the fielded wireless and handheld devices.
! Creating backups of data frequently.
! Performing periodic security testing and assessment of the wireless network.
! Performing ongoing, randomly timed security audits to monitor and track wireless and handheld
devices.
! Applying patches and security enhancements.
! Monitoring the wireless industry for changes to standards that enhance security features and for the
release of new products.
! Vigilantly monitoring wireless technology for new threats and vulnerabilities.
Agencies should not undertake wireless deployment for essential operations until they have
examined and can acceptably manage and mitigate the risks to their information, system
operations, and continuity of essential operations. Agencies should perform a risk assessment and
develop a security policy before purchasing wireless technologies, because their unique security
requirements will determine which products should be considered for purchase.
WIRELESS NETWORK SECURITY
ES-3
As described in this document, the risks related to the use of wireless technologies are considerable. Many
current communications protocols and commercial products provide inadequate protection and thus
present unacceptable risks to agency operations. Agencies must actively address such risks to protect their
ability to support essential operations, before deployment of wireless technologies. Furthermore, many
organizations poorly administer their wireless technologies. Some examples include deploying equipment
with “factory default” settings, failing to control or inventory access points, not implementing the security
capabilities provided, and not developing or employing a security architecture suitable to the wireless
environment (e.g., one with firewalls between wired and wireless systems, blocking of unneeded
services/ports, use of strong cryptography). To a large extent, most of the risks can be mitigated.
However, mitigating these risks requires considerable tradeoffs between technical solutions and costs.
Today, the vendor and standards community is aggressively working toward more robust, open, and
secure solutions for the near future. For these reasons, it may be prudent for some agencies to simply wait
for these more mature solutions.
Agencies should be aware of the technical and security implications of wireless and handheld device
technologies.
Although these technologies offer significant benefits, they also provide unique security challenges over
their wired counterparts. The coupling of relative immaturity of the technology with poor security
standards, flawed implementations, limited user awareness, and lax security and administrative practices
forms an especially challenging combination. In a wireless environment, data is broadcast through the air
and organizations do not have physical controls over the boundaries of transmissions or the ability to use
the controls typically available with wired connections. As a result, data may be captured when it is
broadcast. Because of differences in building construction, wireless frequencies and attenuation, and the
capabilities of high-gain antennas, the distances necessary for positive control for wireless technologies to
prevent eavesdropping can vary considerably. The safe distance can vary up to kilometers, even when the
nominal or claimed operating range of the wireless device is less than a hundred meters.
Agencies should carefully plan the deployment of 802.11, Bluetooth, or any other wireless
technology.
Because it is much more difficult to address security once deployment and implementation have occurred,
security should be considered from the initial planning stage. Agencies are more likely to make better
security decisions about configuring wireless devices and network infrastructure when they develop and
use a detailed, well-designed deployment plan. Developing such a plan will support the inevitable tradeoff
decisions between usability, performance, and risk.
Agencies should be aware that security management practices and controls are especially critical to
maintaining and operating a secure wireless network.
Appropriate management practices are critical to operating and maintaining a secure wireless network.
Security practices entail the identification of an agency’s or organization’s information system assets and
the development, documentation and implementation of policies, standards, procedures, and guidelines
that ensure confidentiality, integrity, and availability of information system resources.
To support the security of wireless technology, the following security practices (with some illustrative
examples) should be implemented:
! Agency-wide information system security policy that addresses the use of 802.11, Bluetooth, and
other wireless technologies.
WIRELESS NETWORK SECURITY
ES-4
! Configuration/change control and management to ensure that equipment (such as access points) has
the latest software release that includes security feature enhancements and patches for discovered
vulnerabilities.
! Standardized configurations to reflect the security policy, to ensure change of default values, and to
ensure consistency of operation.
! Security training to raise awareness about the threats and vulnerabilities inherent in the use of
wireless technologies (including the fact that robust cryptography is essential to protect the “radio”
channel, and that simple theft of equipment is a major concern).
Agencies should be aware that physical controls are especially important in a wireless environment.
Agencies should make sure that adequate physical security is in place. Physical security measures,
including barriers, access control systems, and guards, are the first line of defense. Agencies must make
sure that the proper physical countermeasures are in place to mitigate some of the biggest risks such as
theft of equipment and insertion of rogue access points or wireless network monitoring devices.
Agencies must enable, use, and routinely test the inherent security features, such as authentication
and encryption, that exist in wireless technologies. In addition, firewalls and other appropriate
protection mechanisms should be employed.
Wireless technologies generally come with some embedded security features, although frequently many
of the features are disabled by default. As with many newer technologies (and some mature ones), the
security features available may not be as comprehensive or robust as necessary. Because the security
features provided in some wireless products may be weak, to attain the highest levels of integrity,
authentication, and confidentiality, agencies should carefully consider the deployment of robust, proven,
and well-developed and implemented cryptography.
NIST strongly recommends that the built-in security features of Bluetooth or 802.11 (data link level
encryption and authentication protocols) be used as part of an overall defense-in-depth strategy. Although
these protection mechanisms have weaknesses described in this publication, they can provide a degree of
protection against unauthorized disclosure, unauthorized network access, and other active probing attacks.
However, the Federal Information Processing Standard (FIPS) 140-2, Security Requirements for
Cryptographic Modules, is mandatory and binding for federal agencies that have determined that certain
information be protected via cryptographic means. As currently defined, the security of neither 802.11 nor
Bluetooth meets the FIPS 140-2 standard.
In the above-mentioned instances, it will be necessary to employ higher level cryptographic protocols and
applications such as secure shell (SSH), Transport-Level Security (TLS) or Internet Protocol Security
(IPsec) with FIPS 140-2 validated cryptographic modules and associated algorithms to protect that
information, regardless of whether the nonvalidated data link security protocols are used.
NIST expects that future 802.11 (and possibly other wireless technologies) products will offer Advanced
Encryption Standard (AES)-based data link level cryptographic services that are validated under FIPS
140-2. As these will mitigate most concerns about wireless eavesdropping or active wireless attacks, their
use is strongly recommended when they become available. However, it must be recognized that a data
link level wireless protocol protects only the wireless subnetwork. Where traffic traverses other network
segments, including wired segments or the agency or Internet backbone, higher-level FIPS-validated, endto-
end cryptographic protection may also be required.
WIRELESS NETWORK SECURITY
ES-5
Finally, even when federally approved cryptography is used, additional countermeasures such as
strategically locating access points, ensuring firewall filtering, and blocking and installation of antivirus
software are typically necessary. Agencies must be fully aware of the residual risk following the
application of cryptography and all security countermeasures in the wireless deployment.
WIRELESS NETWORK SECURITY
1-1
1. Introduction
Wireless technologies have become increasingly popular in our everyday business and personal lives.
Personal digital assistants (PDA) allow individuals to access calendars, e-mail, address and phone number
lists, and the Internet. Some technologies even offer global positioning system (GPS) capabilities that can
pinpoint the location of the device anywhere in the world. Wireless technologies promise to offer even
more features and functions in the next few years.
An increasing number of government agencies, businesses, and home users are using, or considering
using, wireless technologies in their environments. Agencies should be aware of the security risks
associated with wireless technologies. Agencies need to develop strategies that will mitigate risks as they
integrate wireless technologies into their computing environments. This document discusses certain
wireless technologies, outlines the associated risks, and offers guidance for mitigating those risks.
1.1 Authority
The National Institute of Standards and Technology (NIST) developed this document in furtherance of its
statutory responsibilities under the Computer Security Act of 1987 and the Information Technology
Management Reform Act of 1996 (specifically 15 United States Code [U.S.C.] 278 g-3 (a)(5)). This is not
a guideline within the meaning of 15 U.S.C. 278 g-3 (a)(3).
Guidelines in this document are for federal agencies that process sensitive information. They are
consistent with the requirements of the Office of Management and Budget (OMB) Circular A-130.
This document may be used by nongovernmental organizations on a voluntary basis. It is not subject to
copyright.
Nothing in this document should be taken to contradict standards and guidelines made mandatory and
binding upon federal agencies by the Secretary of Commerce under statutory authority. Nor should these
guidelines be interpreted as altering or superseding the existing authorities of the Secretary of Commerce,
the Director of the OMB, or any other federal official.
1.2 Document Purpose and Scope
The purpose of this document is to provide agencies with guidance for establishing secure wireless
networks.1 Agencies are encouraged to tailor the recommended guidelines and solutions to meet their
specific security or business requirements.
The document addresses two wireless technologies that government agencies are most likely to employ:
wireless local area networks (WLAN) and ad hoc or—more specifically—Bluetooth networks. The
document also addresses the use of wireless handheld devices. The document does not address
technologies such as wireless radio and other WLAN standards that are not designed to the Institute of
Electrical and Electronics Engineers (IEEE) 802.11 standard. These technologies are out of the scope of
this document.
Wireless technologies are changing rapidly. New products and features are being introduced
continuously. Many of these products now offer security features designed to resolve long-standing
weaknesses or address newly discovered ones. Yet with each new capability, a new threat or vulnerability
is likely to arise. Wireless technologies are evolving swiftly. Therefore, it is essential to remain abreast of
1 See also NIST Special Publication 800-46, Security for Telecommuting and Broadband Communications.
WIRELESS NETWORK SECURITY
1-2
the current and emerging trends in the technologies and in the security or insecurities of these
technologies. Again, this guideline does not cover security of other types of wireless or emerging wireless
technologies such as third-generation (3G) wireless telephony.
1.3 Audience and Assumptions
This document covers details specific to wireless technologies and solutions. The document is technical in
nature; however, it provides the necessary background to fully understand the topics that are discussed.
Hence, the following list highlights how people with differing backgrounds might use this document. The
intended audience is varied and includes the following:
! Government managers who are planning to employ wireless networked computing devices in their
agencies (chief information officers, senior managers, etc.)
! Systems engineers and architects when designing and implementing networks
! System administrators when administering, patching, securing, or upgrading wireless networks
! Security consultants when performing security assessments to determine security postures of wireless
environments
! Researchers and analysts who are trying to understand the underlying wireless technologies.
This document assumes that the readers have some minimal operating system, networking, and security
expertise. Because of the constantly changing nature of the wireless security industry and the threats and
vulnerabilities to these technologies, readers are strongly encouraged to take advantage of other resources
(including those listed in this document) for more current and detailed information.
1.4 Document Organization
The document is divided into five sections followed by six appendices. This subsection is a roadmap
describing the document structure.
! Section 1 is composed of an authority, purpose, scope, audience, assumptions, and document
structure.
! Section 2 provides an overview of wireless technology.
! Section 3 examines 802.11 WLAN technology, including the benefits and security risks of 802.11 and
provides guidelines for mitigating those risks.
! Section 4 examines Bluetooth ad hoc network technology, including its benefits and security risks and
provides guidelines for mitigating those risks.
! Section 5 discusses the benefits and security risks of handheld wireless devices and provides
guidelines for mitigating those risks.
! Appendix A shows the frequency ranges of common wireless devices.
! Appendix B provides a glossary of terms used in this document.
! Appendix C lists the acronyms and abbreviations used in this document.
WIRELESS NETWORK SECURITY
1-3
! Appendix D describes the differences between the various 802.11 standards.
! Appendix E provides a list of useful Universal Resource Locators (URL).
! Appendix F provides a list of useful wireless networking tools and URLs.
! Appendix G contains the references used in the development of the document.
WIRELESS NETWORK SECURITY
2-1
2. Overview of Wireless Technology
Wireless technologies, in the simplest sense, enable one or more devices to communicate without physical
connections—without requiring network or peripheral cabling. Wireless technologies use radio frequency
transmissions as the means for transmitting data, whereas wired technologies use cables. Wireless
technologies range from complex systems, such as Wireless Local Area Networks (WLAN) and cell
phones to simple devices such as wireless headphones, microphones, and other devices that do not
process or store information. They also include infrared (IR) devices such as remote controls, some
cordless computer keyboards and mice, and wireless hi-fi stereo headsets, all of which require a direct
line of sight between the transmitter and the receiver to close the link. A brief overview of wireless
networks, devices, standards, and security issues is presented in this section.
2.1 Wireless Networks
Wireless networks serve as the transport mechanism between devices and among devices and the
traditional wired networks (enterprise networks and the Internet). Wireless networks are many and diverse
but are frequently categorized into three groups based on their coverage range: Wireless Wide Area
Networks (WWAN), WLANs, and Wireless Personal Area Networks (WPAN). WWAN includes wide
coverage area technologies such as 2G cellular, Cellular Digital Packet Data (CDPD), Global System for
Mobile Communications (GSM), and Mobitex. WLAN, representing wireless local area networks,
includes 802.11, HiperLAN, and several others. WPAN, represents wireless personal area network
technologies such as Bluetooth and IR. All of these technologies are “tetherless”—they receive and
transmit information using electromagnetic (EM) waves. Wireless technologies use wavelengths ranging
from the radio frequency (RF) band up to and above the IR band.2 The frequencies in the RF band cover a
significant portion of the EM radiation spectrum, extending from 9 kilohertz (kHz), the lowest allocated
wireless communications frequency, to thousands of gigahertz (GHz). As the frequency is increased
beyond the RF spectrum, EM energy moves into the IR and then the visible spectrum. (See Appendix A
for a list of common wireless frequencies.) This document focuses on WLAN and WPAN technologies.
2.1.1 Wireless LANs
WLANs allow greater flexibility and portability than do traditional wired local area networks (LAN).
Unlike a traditional LAN, which requires a wire to connect a user’s computer to the network, a WLAN
connects computers and other components to the network using an access point device. An access point
communicates with devices equipped with wireless network adaptors; it connects to a wired Ethernet
LAN via an RJ-45 port. Access point devices typically have coverage areas of up to 300 feet
(approximately 100 meters). This coverage area is called a cell or range. Users move freely within the cell
with their laptop or other network device. Access point cells can be linked together to allow users to even
“roam” within a building or between buildings.
2.1.2 Ad Hoc Networks
Ad hoc networks such as Bluetooth are networks designed to dynamically connect remote devices such as
cell phones, laptops, and PDAs. These networks are termed “ad hoc” because of their shifting network
topologies. Whereas WLANs use a fixed network infrastructure, ad hoc networks maintain random
network configurations, relying on a master-slave system connected by wireless links to enable devices to
communicate. In a Bluetooth network, the master of the piconet controls the changing network topologies
of these networks. It also controls the flow of data between devices that are capable of supporting direct
links to each other. As devices move about in an unpredictable fashion, these networks must be
2 Appendix A provides an overview of wireless frequencies and their use.
WIRELESS NETWORK SECURITY
2-2
reconfigured on the fly to handle the dynamic topology. The routing that protocol Bluetooth employs
allows the master to establish and maintain these shifting networks.
Figure 2-1 illustrates an example of a Bluetooth-enabled mobile phone connecting to a mobile phone
network, synchronizing with a PDA address book, and downloading e-mail on an IEEE 802.11 WLAN.
Laptop
Bluetooth Network
Mobile Phone Network
IEEE 802.11 Network
Mobile Phone
PDA
Figure 2-1. Notional Ad Hoc Network
2.2 Wireless Devices
A wide range of devices use wireless technologies, with handheld devices being the most prevalent form
today. This document discusses the most commonly used wireless handheld devices such as textmessaging
devices, PDAs, and smart phones.3
2.2.1 Personal Digital Assistants
PDAs are data organizers that are small enough to fit into a shirt pocket or a purse. PDAs offer
applications such as office productivity, database applications, address books, schedulers, and to-do lists,
and they allow users to synchronize data between two PDAs and between a PDA and a personal
computer. Newer versions allow users to download their e-mail and to connect to the Internet. Security
administrators may also encounter one-way and two-way text-messaging devices. These devices operate
on a proprietary networking standard that disseminates e-mail to remote devices by accessing the
corporate network. Text-messaging technology is designed to monitor a user’s inbox for new e-mail and
relay the mail to the user’s wireless handheld device via the Internet and wireless network.
3 It should be noted, however, that the lines between these devices are rapidly blurring as manufacturers incorporate and
integrate increased capabilities and features.
WIRELESS NETWORK SECURITY
2-3
2.2.2 Smart Phones
Mobile wireless telephones, or cell phones, are telephones that have shortwave analog or digital
transmission capabilities that allow users to establish wireless connections to nearby transmitters. As with
WLANs, the transmitter’s span of coverage is called a “cell.” As the cell phone user moves from one cell
to the next, the telephone connection is effectively passed from one local cell transmitter to the next.
Today’s cell phone is rapidly evolving to integration with PDAs, thus providing users with increased
wireless e-mail and Internet access. Mobile phones with information-processing and data networking
capabilities are called “smart phones.” This document addresses the risks introduced by the informationprocessing
and networking capabilities of smart phones.
2.3 Wireless Standards
Wireless technologies conform to a variety of standards and offer varying levels of security features. The
principal advantages of standards are to encourage mass production and to allow products from multiple
vendors to interoperate. For this document, the discussion of wireless standards is limited to the IEEE
802.11 and the Bluetooth standard. WLANs follow the IEEE 802.11 standards. Ad hoc networks follow
proprietary techniques or are based on the Bluetooth standard, which was developed by a consortium of
commercial companies making up the Bluetooth Special Interest Group (SIG). These standards are
described below.
2.3.1 IEEE 802.11
WLANs are based on the IEEE 802.11 standard, which the IEEE first developed in 1997. The IEEE
designed 802.11 to support medium-range, higher data rate applications, such as Ethernet networks, and
to address mobile and portable stations.
802.11 is the original WLAN standard, designed for 1 Mbps to 2 Mbps wireless transmissions. It was
followed in 1999 by 802.11a, which established a high-speed WLAN standard for the 5 GHz band and
supported 54 Mbps. Also completed in 1999 was the 802.11b standard, which operates in the 2.4 – 2.48
GHz band and supports 11 Mbps. The 802.11b standard is currently the dominant standard for WLANs,
providing sufficient speeds for most of today’s applications. Because the 802.11b standard has been so
widely adopted, the security weaknesses in the standard have been exposed. These weaknesses will be
discussed in Section 3.3.2. Another standard, 802.11g, still in draft, operates in the 2.4 GHz waveband,
where current WLAN products based on the 802.11b standard operate.4
Two other important and related standards for WLANs are 802.1X and 802.11i. The 802.1X, a port-level
access control protocol, provides a security framework for IEEE networks, including Ethernet and
wireless networks. The 802.11i standard, also still in draft, was created for wireless-specific security
functions that operate with IEEE 802.1X. The 802.11i standard is discussed further in Section 3.5.
2.3.2 Bluetooth
Bluetooth has emerged as a very popular ad hoc network standard today. The Bluetooth standard is a
computing and telecommunications industry specification that describes how mobile phones, computers,
and PDAs should interconnect with each other, with home and business phones, and with computers
using short-range wireless connections. Bluetooth network applications include wireless synchronization,
e-mail/Internet/intranet access using local personal computer connections, hidden computing through
automated applications and networking, and applications that can be used for such devices as hands-free
4 See http://grouper.ieee.org/groups/802/11/Reports/tgg_update.htm.
WIRELESS NETWORK SECURITY
2-4
headsets and car kits. The Bluetooth standard specifies wireless operation in the 2.45 GHz radio band and
supports data rates up to 720 kbps.5 It further supports up to three simultaneous voice channels and
employs frequency-hopping schemes and power reduction to reduce interference with other devices
operating in the same frequency band. The IEEE 802.15 organization has derived a wireless personal area
networking technology based on Bluetooth specifications v1.1.
2.4 Wireless Security Threats and Risk Mitigation
The NIST handbook An Introduction to Computer Security generically classifies security threats in nine
categories ranging from errors and omissions to threats to personal privacy. 6 All of these represent
potential threats in wireless networks as well. However, the more immediate concerns for wireless
communications are device theft, denial of service, malicious hackers, malicious code, theft of service,
and industrial and foreign espionage. Theft is likely to occur with wireless devices because of their
portability. Authorized and unauthorized users of the system may commit fraud and theft; however,
authorized users are more likely to carry out such acts. Since users of a system may know what resources
a system has and the system’s security flaws, it is easier for them to commit fraud and theft. Malicious
hackers, sometimes called crackers, are individuals who break into a system without authorization,
usually for personal gain or to do harm. Malicious hackers are generally individuals from outside of an
agency or organization (although users within an agency or organization can be a threat as well). Such
hackers may gain access to the wireless network access point by eavesdropping on wireless device
communications. Malicious code involves viruses, worms, Trojan horses, logic bombs, or other unwanted
software that is designed to damage files or bring down a system. Theft of service occurs when an
unauthorized user gains access to the network and consumes network resources. Industrial and foreign
espionage involves gathering proprietary data from corporations or intelligence information from
governments through eavesdropping. In wireless networks, the espionage threat stems from the relative
ease with which eavesdropping can occur on radio transmissions.
Attacks resulting from these threats, if successful, place an agency’s systems—and, more importantly, its
data—at risk. Ensuring confidentiality, integrity, authenticity, and availability are the prime objectives of
all government security policies and practices. NIST Special Publication (SP) 800-26, Security Self-
Assessment Guide for Information Technology Systems, states that information must be protected from
unauthorized, unanticipated, or unintentional modification. Security requirements include the following:
! Authenticity—A third party must be able to verify that the content of a message has not been
changed in transit.
! Nonrepudiation—The origin or the receipt of a specific message must be verifiable by a third party.
! Accountability—The actions of an entity must be traceable uniquely to that entity.
Network availability is “the property of being accessible and usable upon demand by an authorized
entity.”
5 Next generation of Bluetooth will have a theoretical throughput of up to 2 Mbps.
6 The NIST Handbook, Special Publication 800-12, An Introduction to Computer Security.
WIRELESS NETWORK SECURITY
2-5
The information technology resource (system or data) must be available on a timely basis to meet
mission requirements or to avoid substantial losses. Availability also includes ensuring that
resources are used only for intended purposes.7
Risks in wireless networks are equal to the sum of the risk of operating a wired network (as in operating a
network in general) plus the new risks introduced by weaknesses in wireless protocols. To mitigate these
risks, agencies need to adopt security measures and practices that help bring their risks to a manageable
level. They need, for example, to perform security assessments prior to implementation to determine the
specific threats and vulnerabilities that wireless networks will introduce in their environments. In
performing the assessment, they should consider existing security policies, known threats and
vulnerabilities, legislation and regulations, safety, reliability, system performance, the life-cycle costs of
security measures, and technical requirements. Once the risk assessment is complete, the agency can
begin planning and implementing the measures that it will put in place to safeguard its systems and lower
its security risks to a manageable level. The agency should periodically reassess the policies and measures
that it puts in place because computer technologies and malicious threats are continually changing. (For
more detailed information on the risk mitigation and safeguard selection process, refer to NIST SP 800-
12, An Introduction to Computer Security, and 800-30, Risk Management Guide for IT Systems.) To date,
the list below includes some of the more salient threats and vulnerabilities of wireless systems:
! All the vulnerabilities that exist in a conventional wired network apply to wireless technologies.
! Malicious entities may gain unauthorized access to an agency’s computer or voice (IP telephony)
network through wireless connections, potentially bypassing any firewall protections.
! Sensitive information that is not encrypted (or that is encrypted with poor cryptographic techniques)
and that is transmitted between two wireless devices may be intercepted and disclosed.
! Denial of service (DoS) attacks may be directed at wireless connections or devices.
! Malicious entities may steal the identity of legitimate users and masquerade as them on internal or
external corporate networks.
! Sensitive data may be corrupted during improper synchronization.
! Malicious entities may be able to violate the privacy of legitimate users and be able to track their
physical movements.
! Malicious entities may deploy unauthorized equipment (e.g., client devices and access points) to
surreptitiously gain access to sensitive information.
! Handheld devices are easily stolen and can reveal sensitive information.
! Data may be extracted without detection from improperly configured devices.
! Viruses or other malicious code may corrupt data on a wireless device and be subsequently
introduced to a wired network connection.
! Malicious entities may, through wireless connections, connect to other agencies for the purposes of
launching attacks and concealing their activity.
! Interlopers, from inside or out, may be able to gain connectivity to network management controls and
thereby disable or disrupt operations.
7 ISO/IEC 7498-2.
WIRELESS NETWORK SECURITY
2-6
! Malicious entities may use a third party, untrusted wireless network services to gain access to an
agency’s network resources.
! Internal attacks may be possible via ad hoc transmissions.
As with wired networks, agency officials need to be aware of liability issues for the loss of sensitive
information or for any attacks launched from a compromised network.
2.5 Emerging Wireless Technologies
Originally, handheld devices had limited functionality because of size and power requirements. However,
the technology is improving, and handheld devices are becoming more feature-rich and portable. More
significantly, the various wireless devices and their respective technologies are merging. The mobile
phone, for instance, has increased functionality that now allows it to serve as a PDA as well as a phone.
Smart phones are merging mobile phone and PDA technologies to provide normal voice service and email,
text messaging, paging, Web access, and voice recognition. Next-generation mobile phones, already
on the market, are quickly incorporating PDA, IR, wireless Internet, e-mail, and global positioning system
(GPS) capabilities.
Manufacturers are combining standards as well, with the goal to provide a device capable of delivering
multiple services. Other developments that will soon be on the market include global system for mobile
communications-based (GSM-based) technologies such as General Packet Radio Service (GPRS), Local
Multipoint Distribution Services (LMDS), Enhanced Data GSM Environment (EDGE), and Universal
Mobile Telecommunications Service (UMTS). These technologies will provide high data transmission
rates and greater networking capabilities. However, each new development will present its own security
risks, and government agencies must address these risks to ensure that critical assets remain protected.
2.6 Federal Information Processing Standards
FIPS 140-2 defines a framework and methodology for NIST’s current and future cryptographic standards.
The standard provides users with the following:
! A specification of security features that are required at each of four security levels
! Flexibility in choosing security requirements
! A guide to ensuring that the cryptographic modules incorporate necessary security features
! The assurance that the modules are compliant with cryptography-based standards.
The Secretary of Commerce has made FIPS 140-2 mandatory and binding for U.S. federal agencies. The
standard is specifically applicable when a federal agency determines that cryptography is necessary for
protecting sensitive information. The standard is used in designing and implementing cryptographic
modules that federal departments and agencies operate or have operated for them. FIPS 140-2 is
applicable if the module is incorporated in a product or application or if it functions as a standalone
device. As currently defined, the security of neither 802.11 nor Bluetooth meets the FIPS 140-2 standard.
Federal agencies, industry, and the public rely on cryptography to protect information and
communications used in critical infrastructures, electronic commerce, and other application areas.
Cryptographic modules are implemented in these products and systems to provide cryptographic services
such as confidentiality, integrity, nonrepudiation, identification, and authentication. Adequate testing and
validation of the cryptographic module against established standards is essential for security assurance.
WIRELESS NETWORK SECURITY
2-7
Both federal agencies and the public benefit from the use of tested and validated products. Without
adequate testing, weaknesses such as poor design, weak algorithms, or incorrect implementation of the
cryptographic module can result in insecure products.
In 1995, NIST, established the Cryptographic Module Validation Program (CMVP) that validates
cryptographic modules to FIPS 140-2, Security Requirements for Cryptographic Modules, and other FIPS
cryptography-based standards. The CMVP is a joint effort between NIST and the Communications
Security Establishment (CSE) of the Government of Canada. Products validated as conforming to FIPS
140-2 are accepted by the federal agencies of both countries for the protection of sensitive information.
Vendors of cryptographic modules use independent, accredited testing laboratories to test their modules.
NIST’s Computer Security Division and CSE jointly serve as the validation authorities for the program,
validating the test results. Currently, there are six National Voluntary Laboratory Accreditation Program
(NVLAP) accredited laboratories that perform FIPS 140-2 compliance testing.8
8 These labs are listed on the following Web site: http://csrc.nist.gov/cryptval/140-1/1401labs.htm.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-8
3. Wireless LANs
This section provides a detailed overview of 802.11 WLAN technology. The section includes
introductory material on the history of 802.11 and provides other technical information, including 802.11
frequency ranges and data rates, network topologies, transmission ranges, and applications. It examines
the security threats and vulnerabilities associated with WLANs and offers various means for reducing
risks and securing WLAN environments.
3.1 Wireless LAN Overview
WLAN technology and the WLAN industry date back to the mid-1980s when the Federal
Communications Commission (FCC) first made the RF spectrum available to industry. During the 1980s
and early 1990s, growth was relatively slow. Today, however, WLAN technology is experiencing
tremendous growth. The key reason for this growth is the increased bandwidth made possible by the IEEE
802.11 standard. As an introduction to the 802.11 and WLAN technology, Table 3-1 provides some key
characteristics at a glance.
Table 3-1. Key Characteristics of 802.11 Wireless LANs
Characteristic Description
Physical Layer
Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS), Frequency Hopping Spread
Spectrum (FHSS), Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM),
infrared (IR).
Frequency Band 2.4 GHz (ISM band) and 5 GHz.
Data Rates 1 Mbps, 2 Mbps, 5.5 Mbps (11b), 11 Mbps (11b), 54 Mbps (11a)
Data and Network
Security
RC4-based stream encryption algorithm for confidentiality, authentication,
and integrity. Limited key management. (AES is being considered for
802.11i.)
Operating Range Up to 150 feet indoors and 1500 feet outdoors.9
Positive Aspects
Ethernet speeds without wires; many different products from many
different companies. Wireless client cards and access point costs are
decreasing.
Negative Aspects Poor security in native mode; throughput decrease with distance and load.
3.1.1 Brief History
Motorola developed one of the first commercial WLAN systems with its Altair product. However, early
WLAN technologies had several problems that prohibited its pervasive use. These LANs were expensive,
provided low data rates, were prone to radio interference, and were designed mostly to proprietary RF
technologies. The IEEE initiated the 802.11 project in 1990 with a scope “to develop a Medium Access
Control (MAC) and Physical Layer (PHY) specification for wireless connectivity for fixed, portable, and
moving stations within an area.” In 1997, IEEE first approved the 802.11 international interoperability
standard. Then, in 1999, the IEEE ratified the 802.11a and the 802.11b wireless networking
communication standards. The goal was to create a standards-based technology that could span multiple
physical encoding types, frequencies, and applications. The 802.11a standard uses orthogonal frequency
division multiplexing (OFDM) to reduce interference. This technology uses the 5 GHz frequency
spectrum and can process data at up to 54 Mbps.
9 These numbers will vary immensely depending on the operating environment (obstacles and material construction) and the
equipment used. Outdoor ranges, with high gain directional antennas, can exceed 20 miles.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-9
Although this section of the document focuses on the IEEE 802.11 WLAN standard, it is important to
note that several other WLAN technologies and standards are available from which consumers may
choose, including HiperLAN and HomeRF. For information on the European Telecommunications
Standards Institute (ETSI) developed HiperLAN, visit the HiperLAN Alliance site.10 For more
information on HomeRF, visit the HomeRF Working Group site.11 This document does not address those
technologies.
3.1.2 Frequency and Data Rates
IEEE developed the 802.11 standards to provide wireless networking technology like the wired Ethernet
that has been available for many years. The IEEE 802.11a standard is the most widely adopted member of
the 802.11 WLAN family. It operates in the licensed 5 GHz band using OFDM technology. The popular
802.11b standard operates in the unlicensed 2.4 GHz–2.5 GHz Industrial, Scientific, and Medical (ISM)
frequency band using a direct sequence spread-spectrum technology. The ISM band has become popular
for wireless communications because it is available worldwide. The 802.11b WLAN technology permits
transmission speeds of up to 11 Mbits per second. This makes it considerably faster than the original
IEEE 802.11 standard (that sends data at up to 2 Mbps) and slightly faster than standard Ethernet. A
summary of the various 802.11 standards is provided in Appendix D.
3.1.3 802.11 Architecture
The IEEE 802.11 standard permits devices to establish either peer-to-peer (P2P) networks or networks
based on fixed access points (AP) with which mobile nodes can communicate. Hence, the standard
defines two basic network topologies: the infrastructure network and the ad hoc network. The
infrastructure network is meant to extend the range of the wired LAN to wireless cells. A laptop or other
mobile device may move from cell to cell (from AP to AP) while maintaining access to the resources of
the LAN. A cell is the area covered by an AP and is called a “basic service set” (BSS). The collection of
all cells of an infrastructure network is called an extended service set (ESS). This first topology is useful
for providing wireless coverage of building or campus areas. By deploying multiple APs with overlapping
coverage areas, organizations can achieve broad network coverage. WLAN technology can be used to
replace wired LANs totally and to extend LAN infrastructure.
A WLAN environment has wireless client stations that use radio modems to communicate to an AP. The
client stations are generally equipped with a wireless network interface card (NIC) that consists of the
radio transceiver and the logic to interact with the client machine and software. An AP comprises
essentially a radio transceiver on one side and a bridge to the wired backbone on the other. The AP, a
stationary device that is part of the wired infrastructure, is analogous to a cell-site (base station) in cellular
communications. All communications between the client stations and between clients and the wired
network go through the AP. The basic topology of a WLAN is depicted in Figure 3-1.
10 For more information see the HiperLAN Alliance site http:///www.hiperlan.com.
11 For more information see the HomeRF Working Group site http://www.homeRF.org.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-10
Access Point
Access Point
Station
Station
To Other Network
Segments / Internet
Router
Hub
Figure 3-1. Fundamental 802.11 Wireless LAN Topology
Although most WLANs operate in the “infrastructure” mode and architecture described above, another
topology is also possible. This second topology, the ad hoc network, is meant to easily interconnect
mobile devices that are in the same area (e.g., in the same room). In this architecture, client stations are
grouped into a single geographic area and can be Internet-worked without access to the wired LAN
(infrastructure network). The interconnected devices in the ad hoc mode are referred to as an independent
basic service set (IBSS). The ad hoc topology is depicted in Figure 3-2 below.
Laptop
Figure 3-2. 802.11 Wireless LAN Ad Hoc Topology
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-11
The ad hoc configuration is similar to a peer-to-peer office network in which no node is required to
function as a server. As an ad hoc WLAN, laptops, desktops and other 802.11 devices can share files
without the use of an AP.
3.1.4 Wireless LAN Components
A WLAN comprises two types of equipment: a wireless station and an access point. A station, or client, is
typically a laptop or notebook personal computer (PC) with a wireless NIC.12 A WLAN client may also
be a desktop or handheld device (e.g., PDA, or custom device such as a barcode scanner) or equipment
within a kiosk on a manufacturing floor or other publicly accessed area. Wireless laptops and
notebooks—“wireless enabled”—are identical to laptops and notebooks except that they use wireless
NICs to connect to access points in the network. The wireless NIC is commonly inserted in the client’s
Personal Computer Memory Card International Association (PCMCIA) slot or Universal Serial Bus
(USB) port. The NICs use radio signals to establish connections to the WLAN. The AP, which acts as a
bridge between the wireless and wired networks, typically comprises a radio, a wired network interface
such as 802.3, and bridging software. The AP functions as a base station for the wireless network,
aggregating multiple wireless stations onto the wired network.
3.1.5 Range
The reliable coverage range for 802.11 WLANs depends on several factors, including data rate required
and capacity, sources of RF interference, physical area and characteristics, power, connectivity, and
antenna usage. Theoretical ranges are from 29 meters (for 11 Mbps) in a closed office area to 485 meters
(for 1 Mbps) in an open area. However, through empirical analysis, the typical range for connectivity of
802.11 equipment is approximately 50 meters (about 163 ft.) indoors. A range of 400 meters, nearly ¼
mile, makes WLAN the ideal technology for many campus applications. It is important to recognize that
special high-gain antennas can increase the range to several miles.
Open-space
400-meter range
In-building
50-meter
Application Space
• Small Office
• Home
Application Space
• Healthcare and Hospital
• University Campus
• Business
• Retail Mall
• Other campus use
Figure 3-3. Typical Range of 802.11 WLAN
APs may also provide a “bridging” function. Bridging connects two or more networks together and
allows them to communicate—to exchange network traffic. Bridging involves either a point-to-point or a
multipoint configuration. In a point-to-point architecture, two LANs are connected to each other via the
12 Notebook computers are basically the same as laptop computers, except that they are generally lighter in weight and smaller
in size.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-12
LANs’ respective APs. In multipoint bridging, one subnet on a LAN is connected to several other subnets
on another LAN via each subnet AP. For example, if a computer on Subnet A needed to connect to
computers on Subnets B, C, and D, Subnet A’s AP would connect to B’s, C’s, and D’s respective APs.
Enterprises may use bridging to connect LANs between different buildings on corporate campuses.
Bridging AP devices are typically placed on top of buildings to achieve greater antenna reception. The
typical distance over which one AP can be connected wirelessly to another by means of bridging is
approximately 2 miles. This distance may vary depending on several factors including the specific
receiver or transceiver being used.13 Figure 3-4 illustrates point-to-point bridging between two LANs. In
the example, wireless data is being transmitted from Laptop A to Laptop B, from one building to the next,
using each building’s appropriately positioned AP. Laptop A connects to the closest AP within the
building A. The receiving AP in building A then transmits the data (over the wired LAN) to the AP
bridge located on the building’s roof. That AP bridge then transmits the data to the bridge on nearby
building B. The building’s AP bridge then sends the data over its wired LAN to Laptop B.
Wireless transmissions
Laptop A Laptop B
A
B
Figure 3-4. Access Point Bridging
3.2 Benefits
WLANs offer four primary benefits:
! User Mobility—Users can access files, network resources, and the Internet without having to
physically connect to the network with wires. Users can be mobile yet retain high-speed, real-time
access to the enterprise LAN.
! Rapid Installation—The time required for installation is reduced because network connections can
be made without moving or adding wires, or pulling them through walls or ceilings, or making
modifications to the infrastructure cable plant. For example, WLANs are often cited as making LAN
installations possible in buildings that are subject to historic preservation rules.
! Flexibility—Enterprises can also enjoy the flexibility of installing and taking down WLANs in
locations as necessary. Users can quickly install a small WLAN for temporary needs such as a
conference, trade show, or standards meeting.
! Scalability—WLAN network topologies can easily be configured to meet specific application and
installation needs and to scale from small peer-to-peer networks to very large enterprise networks that
enable roaming over a broad area.
13 See Bridging at ftp://download.intel.com/support/network/Wireless/pro201lb/accesspoint/bridging.pdf for more information
on access point bridging.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-13
Because of these fundamental benefits, the WLAN market has been increasing steadily over the past
several years, and WLANs are still gaining in popularity. WLANs are now becoming a viable alternative
to traditional wired solutions. For example, hospitals, universities, airports, hotels, and retail shops are
already using wireless technologies to conduct their daily business operations.
3.3 Security of 802.11 Wireless LANs
This section discusses the built-in security features of 802.11. It provides an overview of the inherent
security features to better illustrate its limitations and provide a motivation for some of the
recommendations for enhanced security. The IEEE 802.11 specification identified several services to
provide a secure operating environment. The security services are provided largely by the Wired
Equivalent Privacy (WEP) protocol to protect link-level data during wireless transmission between clients
and access points. WEP does not provide end-to-end security, but only for the wireless portion of the
connection as shown in Figure 3-5.
Router Hub
AP
Wired LAN
No Security or security is provided through other means 802.11 Security
Figure 3-5. Wireless Security of 802.11 in Typical Network
3.3.1 Security Features of 802.11 Wireless LANs per the Standard
The three basic security services defined by IEEE for the WLAN environment are as follows:
! Authentication—A primary goal of WEP was to provide a security service to verify the identity of
communicating client stations. This provides access control to the network by denying access to client
stations that cannot authenticate properly. This service addresses the question, “Are only authorized
persons allowed to gain access to my network?”
! Confidentiality—Confidentiality, or privacy, was a second goal of WEP. It was developed to provide
“privacy achieved by a wired network.” The intent was to prevent information compromise from
casual eavesdropping (passive attack). This service, in general, addresses the question, “Are only
authorized persons allowed to view my data?”
! Integrity—Another goal of WEP was a security service developed to ensure that messages are not
modified in transit between the wireless clients and the access point in an active attack. This service
addresses the question, “Is the data coming into or exiting the network trustworthy—has it been
tampered with?”
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-14
It is important to note that the standard did not address other security services such as audit, authorization,
and nonrepudiation. The security services offered by 802.11 are described in greater detail below.
3.3.1.1 Authentication
The IEEE 802.11 specification defines two means to “validate” wireless users attempting to gain access to
a wired network: open-system authentication and shared-key authentication. One means, shared-key
authentication, is based on cryptography, and the other is not. The open-system authentication technique
is not truly authentication; the access point accepts the mobile station without verifying the identity of the
station. It should be noted also that the authentication is only one-way: only the mobile station is
authenticated. The mobile station must trust that it is communicating to a real AP. A taxonomy of the
techniques for 802.11 is depicted in Figure 3-6.
802.11 Authentication
Non-cryptographic
Does not use RC4
Cryptographic
Uses RC4
Open System Authentication Shared-key Authentication
A station is allowed to join
a network without any identity
verification.
A station is allowed to join network if
it proves WEP key is shared.
(Fundamental security based on
knowledge of secret key)
2-stage Challenge-Response
(Required)
1-stage Challenge-Response
(Not required)
Figure 3-6. Taxonomy of 802.11 Authentication Techniques
With Open System authentication, a client is authenticated if it simply responds with a MAC address
during the two-message exchange with an access point. During the exchange, the client is not truly
validated but simply responds with the correct fields in the message exchange. Obviously, with out
cryptographic validatedation, open-system authentication is highly vulnerable to attack and practically
invites unauthorized access. Open-system authentication is the only required form of authentication by the
802.11 specification.
Shared key authentication is a cryptographic technique for authentication. It is a simple “challengeresponse”
scheme based on whether a client has knowledge of a shared secret. In this scheme, as depicted
conceptually in Figure 3-7, a random challenge is generated by the access point and sent to the wireless
client. The client, using a cryptographic key that is shared with the AP, encrypts the challenge (or
“nonce,” as it is called in security vernacular) and returns the result to the AP. The AP decrypts the result
computed by the client and allows access only if the decrypted value is the same as the random challenge
transmitted. The algorithm used in the cryptographic computation and for the generation of the 128-bit
challenge text is the RC4 stream cipher developed by Ron Rivest of MIT. It should be noted that the
authentication method just described is a rudimentary cryptographic technique, and it does not provide
mutual authentication. That is, the client does not authenticate the AP, and therefore there is no assurance
that a client is communicating with a legitimate AP and wireless network. It is also worth noting that
simple unilateral challenge-response schemes have long been known to be weak. They suffer from
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-15
numerous attacks including the infamous “man-in-the-middle” attack. Lastly, the IEEE 802.11
specification does not require shared-key authentication.
Authentication request
Wireless station
Challenge
Response
Confirm success
Generate random number to challenge station
Decrypt response to recover challenge
Verify that challenges equate
Encrypt challenge using RC4 algorithm
AP
Figure 3-7. Shared-key Authentication Message Flow
3.3.1.2 Privacy
The 802.11 standard supports privacy (confidentiality) through the use of cryptographic techniques for the
wireless interface. The WEP cryptographic technique for confidentiality also uses the RC4 symmetrickey,
stream cipher algorithm to generate a pseudo-random data sequence. This “key stream” is simply
added modulo 2 (exclusive-OR-ed) to the data to be transmitted. Through the WEP technique, data can be
protected from disclosure during transmission over the wireless link. WEP is applied to all data above the
802.11 WLAN layers to protect traffic such as Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP),
Internet Packet Exchange (IPX), and Hyper Text Transfer Protocol (HTTP).
As defined in the 802.11 standard, WEP supports only a 40-bit cryptographic keys size for the shared key.
However, numerous vendors offer nonstandard extensions of WEP that support key lengths from 40 bits
to 104 bits. At least one vendor supports a keysize of 128 bits. The 104-bit WEP key, for instance, with a
24-bit Initialization Vector (IV) becomes a 128-bit RC4 key. In general, all other things being equal,
increasing the key size increases the security of a cryptographic technique. However, it is always possible
for flawed implementations or flawed designs to prevent long keys from increasing security. Research has
shown that key sizes of greater than 80-bits, for robust designs and implementations, make brute-force
cryptanalysis (code breaking) an impossible task. For 80-bit keys, the number of possible keys—a
keyspace of more than 1026—exceeds contemporary computing power. In practice, most WLAN
deployments rely on 40-bit keys. Moreover, recent attacks have shown that the WEP approach for privacy
is, unfortunately, vulnerable to certain attacks regardless of keysize. However, the cryptographic,
standards, and vendor WLAN communities have developed enhanced WEP, which is available as a
prestandard vendor-specific implementations. The attacks mentioned above are described later in the
following sections.
The WEP privacy is illustrated conceptually in Figure 3-8.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-16
Radio
Interface
Plaintext Input
Payload bits
XOR with
keystream
Keystream
Shared
Key
RC4
Algorithm
IV
Generation
Algorithm
Payload
CRC
Generation
Algorithm
24-bits
Keystream
Concatenate
IV and key
Shared
Key
Per packet
Key
IV
Plaintext Output
IV
RC4
Algorithm
CRC Payload
Per packet
key
Wireless station AP
Ciphertext
Concatenate
IV and key
CRC Payload
Packet Packet
Figure 3-8. WEP Privacy Using RC4 Algorithm
3.3.1.3 Integrity
The IEEE 802.11 specification also outlines a means to provide data integrity for messages transmitted
between wireless clients and access points. This security service was designed to reject any messages that
had been changed by an active adversary “in the middle.” This technique uses a simple encrypted Cyclic
Redundancy Check (CRC) approach. As depicted in the diagram above, a CRC-32, or frame check
sequence, is computed on each payload prior to transmission. The integrity-sealed packet is then
encrypted using the RC4 key stream to provide the cipher-text message. On the receiving end, decryption
is performed and the CRC is recomputed on the message that is received. The CRC computed at the
receiving end is compared with the one computed with the original message. If the CRCs do not equal,
that is, “received in error,” this would indicate an integrity violation (an active message spoofer), and the
packet would be discarded. As with the privacy service, unfortunately, the 802.11 integrity is vulnerable
to certain attacks regardless of key size. In summary, the fundamental flaw in the WEP integrity scheme
is that the simple CRC is not a “cryptographically secure” mechanism such as a hash or message
authentication code.
The IEEE 802.11 specification does not, unfortunately, identify any means for key management (life
cycle handling of cryptographic keys and related material). Therefore, generating, distributing, storing,
loading, escrowing, archiving, auditing, and destroying the material is left to those deploying WLANs.
Key management (probably the most critical aspect of a cryptographic system) for 802.11 is left largely
as an exercise for the users of the 802.11 network. As a result, many vulnerabilities could be introduced
into the WLAN environment. These vulnerabilities include WEP keys that are non-unique, never
changing, factory-defaults, or weak keys (all zeros, all ones, based on easily guessed passwords, or other
similar trivial patterns). Additionally, because key management was not part of the original 802.11
specification, with the key distribution unresolved, WEP-secured WLANs do not scale well. If an
enterprise recognizes the need to change keys often and to make them random, the task is formidable in a
large WLAN environment. For example, a large campus may have as many as 15,000 APs. Generating,
distributing, loading, and managing keys for an environment of this size is a significant challenge. It is
has been suggested that the only practical way to distribute keys in a large dynamic environment is to
publish it. However, a fundamental tenet of cryptography is that cryptographic keys remain secret. Hence
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-17
we have a major dichotomy. This dichotomy exists for any technology that neglects to elegantly address
the key distribution problem.
3.3.2 Problems With the IEEE 802.11 Standard Security
This section discusses some known vulnerabilities in the standardized security of the 802.11 WLAN
standard. As mentioned above, the WEP protocol is used in 802.11-based WLANs. WEP in turn uses a
RC4 cryptographic algorithm with a variable length key to protect traffic. Again, the 802.11 standard
supports WEP cryptographic keys of 40-bits. However, some vendors have implemented products with
keys 104-bit keys and even 128-bit keys. With the addition of the 24-bit IV, the actual key used in the
RC4 algorithm is 152 bits for the 128 bits WEP key. It is worthy to note that some vendors generate keys
after a keystroke from a user, which, if done properly, using the proper random processes, can result in a
strong WEP key. Other vendors, however, have based WEP keys on passwords that are chosen by users;
this typically reduces the effective key size.
Several groups of computer security specialists have discovered security problems that let malicious users
compromise the security of WLANs. These include passive attacks to decrypt traffic based on statistical
analysis, active attacks to inject new traffic from unauthorized mobile stations (i.e., based on known plain
text), active attacks to decrypt traffic (i.e., based on tricking the access point), and dictionary-building
attacks. The dictionary building attack is possible after analyzing enough traffic on a busy network.14
Security problems with WEP include the following:
1. The use of static WEP keys—many users in a wireless network potentially sharing the identical
key for long periods of time, is a well-known security vulnerability. This is in part due to the lack
of any key management provisions in the WEP protocol. If a computer such as a laptop were to
be lost or stolen, the key could become compromised along with all the other computers sharing
that key. Moreover, if every station uses the same key, a large amount of traffic may be rapidly
available to an eavesdropper for analytic attacks, such as 2 and 3 below.
2. The IV in WEP, as shown in Figure 3-8, is a 24-bit field sent in the clear text portion of a
message. This 24-bit string, used to initialize the key stream generated by the RC4 algorithm, is a
relatively small field when used for cryptographic purposes. Reuse of the same IV produces
identical key streams for the protection of data, and the short IV guarantees that they will repeat
after a relatively short time in a busy network. Moreover, the 802.11 standard does not specify
how the IVs are set or changed, and individual wireless NICs from the same vendor may all
generate the same IV sequences, or some wireless NICs may possibly use a constant IV. As a
result, hackers can record network traffic, determine the key stream, and use it to decrypt the
cipher-text.
3. The IV is a part of the RC4 encryption key. The fact that an eavesdropper knows 24-bits of
every packet key, combined with a weakness in the RC4 key schedule, leads to a successful
analytic attack, that recovers the key, after intercepting and analyzing only a relatively small
amount of traffic. This attack is publicly available as an attack script and open source code.
4. WEP provides no cryptographic integrity protection. However, the 802.11 MAC protocol uses
a noncryptographic Cyclic Redundancy Check (CRC) to check the integrity of packets, and
acknowledge packets with the correct checksum. The combination of noncryptographic
checksums with stream ciphers is dangerous and often introduces vulnerablities, as is the case for
14 Borisov, N., Goldberg, I., and D. Wagner, http://www.isaac.cs.berkley.edu/isaac/wep-faq.html.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-18
WEP. There is an active attack that permits the attacker to decrypt any packet by systematically
modifying the packet and CRC sending it to the AP and noting whether the packet is
acknowledged. These kinds of attacks are often subtle, and it is now considered risky to design
encryption protocols that do not include cryptographic integrity protection, because of the
possibility of interactions with other protocol levels that can give away information about cipher
text.
Note that only one of the four problems listed above depends on a weakness in the cryptographic
algorithm. Therefore, these problems would not be improved by substituting a stronger stream cipher. For
example, the third problem listed above is a consequence of a weakness in the implementation of the RC4
stream cipher that is exposed by a poorly designed protocol.
Some of the problems associated with WEP and 802.11 WLAN security are summarized in Table 3-2.
Table 3-2. Key Problems with Existing 802.11 Wireless LAN Security
Security Issue or Vulnerability Remarks
1. Security features in vendor
products are frequently not
enabled.
Security features, albeit poor in some cases, are not enabled when
shipped, and users do not enable when installed. Bad security is
generally better than no security.
2. IVs are short (or static). 24-bit IVs cause the generated key stream to repeat. Repetition
allows easy decryption of data for a moderately sophisticated
adversary.
3. Cryptographic keys are
short.
40-bit keys are inadequate for any system. It is generally accepted
that key sizes should be greater than 80 bits in length. The longer
the key, the less likely a comprise is possible from a brute-force
attack.
4. Cryptographic keys are
shared.
Keys that are shared can compromise a system. As the number of
people sharing the key grows, the security risks also grow. A
fundamental tenant of cryptography is that the security of a system
is largely dependent on the secrecy of the keys.
5. Cryptographic keys cannot
be updated automatically
and frequently.
Cryptographic keys should be changed often to prevent brute-force
attacks.
6. RC4 has a weak key
schedule and is
inappropriately used in
WEP.
The combination of revealing 24 key bits in the IV and a weakness
in the initial few bytes of the RC4 key stream leads to an efficient
attack that recovers the key. Most other applications of RC4 do not
expose the weaknesses of RC4 because they do not reveal key bits
and do not restart the key schedule for every packet. This attack is
available to moderately sophisticated adversaries.
7. Packet integrity is poor. CRC32 and other linear block codes are inadequate for providing
cryptographic integrity. Message modification is possible. Linear
codes are inadequate for the protection against advertent attacks on
data integrity. Cryptographic protection is required to prevent
deliberate attacks. Use of noncryptographic protocols often
facilitates attacks against the cryptography.
8. No user authentication
occurs.
Only the device is authenticated. A device that is stolen can access
the network.
9. Authentication is not
enabled; only simple SSID
identification occurs.
Identity-based systems are highly vulnerable particularly in a
wireless system because signals can be more easily intercepted.
10. Device authentication is
simple shared-key
challenge-response.
One-way challenge-response authentication is subject to “man-inthe-
middle” attacks. Mutual authentication is required to provide
verification that users and the network are legitimate.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-19
Security Issue or Vulnerability Remarks
11.The client does not
authenticate the AP.
The client needs to authenticate the AP to ensure that it is legitimate
and prevent the introduction of rogue APs.
3.4 Security Requirements and Threats
As discussed above, the 802.11 WLAN—or WiFi—industry is burgeoning and currently has significant
momentum. All indications suggest that in the coming years numerous organizations will deploy 802.11
WLAN technology. Many organizations—including retail stores, hospitals, airports, and business
enterprises—plan to capitalize on the benefits of “going wireless.” However, although there has been
tremendous growth and success, everything relative to 802.11 WLANs has not been positive. There have
been numerous published reports and papers describing attacks on 802.11 wireless networks that expose
organizations to security risks. This subsection will briefly cover the risks to security—i.e., attacks on
confidentiality, integrity, and network availability.
Figure 3-9 provides a general taxonomy of security attacks to help organizations and users understand
some of the attacks against WLANs.
Passive Attacks Active Attacks
Eavesdropping Traffic
Analysis
Masquerade Replay Message
Modification
Denial-of-
Service
Attacks
Figure 3-9. Taxonomy of Security Attacks
Network security attacks are typically divided into passive and active attacks. These two broad classes are
then subdivided into other types of attacks. All are defined below.
! Passive Attack—An attack in which an unauthorized party gains access to an asset and does not
modify its content (i.e., eavesdropping). Passive attacks can be either eavesdropping or traffic
analysis (sometimes called traffic flow analysis). These two passive attacks are described below.
– Eavesdropping—The attacker monitors transmissions for message content. An example of this
attack is a person listening into the transmissions on a LAN between two workstations or tuning
into transmissions between a wireless handset and a base station.
– Traffic analysis—The attacker, in a more subtle way, gains intelligence by monitoring the
transmissions for patterns of communication. A considerable amount of information is contained
in the flow of messages between communicating parties.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-20
! Active Attack—An attack whereby an unauthorized party makes modifications to a message, data
stream, or file. It is possible to detect this type of attack but it may not be preventable. Active attacks
may take the form of one of four types (or combination thereof): masquerading, replay, message
modification, and denial-of-service (DoS). These attacks are defined below.
– Masquerading—The attacker impersonates an authorized user and thereby gains certain
unauthorized privileges.
– Replay—The attacker monitors transmissions (passive attack) and retransmits messages as the
legitimate user.
– Message modification—The attacker alters a legitimate message by deleting, adding to,
changing, or reordering it.
– Denial-of-service—The attacker prevents or prohibits the normal use or management of
communications facilities.
The risks associated with 802.11 are the result of one or more of these attacks. The consequences of these
attacks include, but are not limited to, loss of proprietary information, legal and recovery costs, tarnished
image, and loss of network service.
3.4.1 Loss of Confidentiality
Confidentiality is the property with which information is not made available or disclosed to unauthorized
individuals, entities, or processes. This is, in general, a fundamental security requirement for most
organizations. Due to the broadcast and radio nature of wireless technology, confidentiality is a more
difficult security requirement to meet in a wireless network. Adversaries do not have to tap into a network
cable to access network resources. Moreover, it may not be possible to control the distance over which the
transmission occurs. This makes traditional physical security countermeasures less effective.
Passive eavesdropping of native 802.11 wireless communications may cause significant risk to an
organization. An adversary may be able to listen in and obtain sensitive information including proprietary
information, network IDs and passwords, and configuration data. This risk is present because the 802.11
signals may travel outside the building perimeter or because there may be an “insider.” Because of the
extended range of 802.11 broadcasts, adversaries can potentially detect transmission from a parking lot or
nearby roads. This kind of attack, performed through the use of a wireless network analyzer tool or
sniffer, is particularly easy for two reasons: 1) frequently confidentiality features of WLAN technology
are not even enabled, and 2) because of the numerous vulnerabilities in the 802.11 technology security, as
discussed above, determined adversaries can compromise the system.
Wireless packet analyzers, such as AirSnort and WEPcrack, are tools that are readily available on the
Internet today. AirSnort is one of the first tools created to automate the process of analyzing networks.
Unfortunately, it is also commonly used for breaking into wireless networks. AirSnort can take advantage
of flaws in the key-scheduling algorithm that was provided for implementation of RC4, which forms part
of the original WEP standard. To accomplish this, AirSnort requires only a computer running the Linux
operating system and a wireless network card. The software passively monitors the WLAN data
transmissions and computes the encryption keys after at least 100 MB of network packets have been
sniffed.15 On a highly saturated network, collecting this amount of data may only take three or four hours;
if traffic volume is low, it may take a few days. For example, a busy data access point transmitting 3,000
15 See “Tools Dumb Down Wireless Hacking,” The Register, August 2001 (www.theregister.co.uk).
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-21
bytes at 11 Mbps will exhaust the 24-bit IV space after approximately 10 hours.16 If after ten hours the
attacker recovers two cipher texts that have been using the same key stream, both data integrity and
confidentiality may be easily compromised. After the network packets have been received, the
fundamental keys may be guessed in less than one second.17 Once the malicious user knows the WEP key,
that person can read any packet traveling over the WLAN. Such sniffing tools’ wide availability, ease of
use, and ability to compute keys makes it essential for security administrators to implement secure
wireless solutions. Airsnort may not be able to take advantage of the enhanced key-scheduling algorithm
of RC4 in a pre-standard implementation.
Another risk to loss of confidentiality through simple eavesdropping is broadcast monitoring. An
adversary can monitor traffic, using a laptop in promiscuous mode, when an access point is connected to a
hub instead of a switch. Hubs generally broadcast all network traffic to all connected devices, which
leaves the traffic vulnerable to unauthorized monitoring. Switches, on the other hand, can be configured
to prohibit certain attached devices from intercepting broadcast traffic from other specified devices. For
example, if a wireless access point were connected to an Ethernet hub, a wireless device that is
monitoring broadcast traffic could intercept data intended for wired and wireless clients. Consequently,
agencies should consider using switches instead of hubs for connections to wireless access points.18
WLANs risk loss of confidentiality following an active attack as well. Sniffing software as described
above can obtain user names and passwords (as well as any other data traversing the network) as they are
sent over a wireless connection. An adversary may be able to masquerade as a legitimate user and gain
access to the wired network from an AP. Once “on the network,” the intruder can scan the network using
purchased or publicly and readily available tools. The malicious eavesdropper then uses the user name,
password, and IP address information to gain access to network resources and sensitive corporate data.
Lastly, rogue APs pose a security risk. A malicious or irresponsible user could, physically and
surreptitiously, insert a rogue AP into a closet, under a conference room table, or any other hidden area
within a building. The rogue AP could then be used to allow unauthorized individuals to gain access to
the network. As long as its location is in close proximity to the users of the WLAN, and it is configured
so as to appear as a legitimate AP to wireless clients, then the rogue AP can successfully convince
wireless clients of its legitimacy and cause them to send traffic through it. The rogue AP can intercept the
wireless traffic between an authorized AP and wireless clients. It need only be configured with a stronger
signal than the existing AP to intercept the client traffic. A malicious user can also gain access to the
wireless network through APs that are configured to allow access without authorization.19 It is also
important to note that rogue access points need not always be deployed by malicious users. In many
cases, rogue APs are often deployed by users who want to take advantage of wireless technology without
the approval of the IT department. Additionally, since rogue APs are frequently deployed without the
knowledge of the security administrator, they are often deployed without proper security configurations.
3.4.2 Loss of Integrity
Data integrity issues in wireless networks are similar to those in wired networks. Because organizations
frequently implement wireless and wired communications without adequate cryptographic protection of
data, integrity can be difficult to achieve. A hacker, for example, can compromise data integrity by
deleting or modifying the data in an e-mail from an account on the wireless system. This can be
detrimental to an organization if important e-mail is widely distributed among e-mail recipients. Because
the existing security features of the 802.11 standard do not provide for strong message integrity, other
16 10 hours = (3,000 bytes x ((8 bits/byte)/(11 x 106 bits/sec)) x 24) = 36,600 seconds.)
17 For more information from AirSnort, visit their Web page at http://airsnort.shmoo.com.
18 See Internet Security Systems, “Wireless LAN Security: 802.11b and Corporate Networks.”
19 See http://iss.net.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-22
kinds of active attacks that compromise system integrity are possible. As discussed before, the WEPbased
integrity mechanism is simply a linear CRC. Message modification attacks are possible when
cryptographic checking mechanisms such as message authentication codes and hashes are not used.
3.4.3 Loss of Network Availability
A denial of network availability involves some form of DoS attack, such as jamming. Jamming occurs
when a malicious user deliberately emanates a signal from a wireless device in order to overwhelm
legitimate wireless signals. Jamming may also be inadvertently caused by cordless phone or microwave
oven emissions. Jamming results in a breakdown in communications because legitimate wireless signals
are unable to communicate on the network. Nonmalicious users can also cause a DoS. A user, for
instance, may unintentionally monopolize a wireless signal by downloading large files, effectively
denying other users access to the network. As a result, agency security policies should limit the types and
amounts of data that users are able to download on wireless networks.
3.4.4 Other Security Risks
With the prevalence of wireless devices, more users are seeking ways to connect remotely to their own
organization’s networks. One such method is the use of untrusted, third-party networks. Conference
centers, for example, commonly provide wireless networks for users to connect to the Internet and
subsequently to their own organizations while at the conference. Airports, hotels, and even some coffee
franchises are beginning to deploy 802.11 based publicly accessible wireless networks for their
customers, even offering VPN capabilities for added security.
These untrusted public networks introduce three primary risks: 1) because they are public, they are
accessible by anyone, even malicious users; 2) they serve as a bridge to a user’s own network, thus
potentially allowing anyone on the public network to attack or gain access to the bridged network; and 3)
they use high-gain antennas to improve reception and increase coverage area, thus allowing malicious
users to eavesdrop more readily on their signals.
By connecting to their own networks via an untrusted network, users may create vulnerabilities for their
company networks and systems unless their organizations take steps to protect their users and themselves.
Users typically need to access resources that their organizations deem as either public or private.
Agencies may want to consider protecting their public resources using an application layer security
protocol such as Transport Layer Security (TLS), the Internet Engineering Task Force standardized
version of Secure Sockets Layer (SSL). However, in most agencies, this is unnecessary since the
information is indeed public already. For private resources, agencies should consider using a VPN
solution to secure their connections because this will help prevent eavesdropping and unauthorized access
to private resources.
Lastly, as with any network, social engineering and dumpster diving are also concerns. An enterprise
should consider all aspects of network security when planning to deploy the wireless network.
3.5 Risk Mitigation
Government agencies can mitigate risks to their WLANs by applying countermeasures to address specific
threats and vulnerabilities. Management countermeasures combined with operational and technical
countermeasures can be effective in reducing the risks associated with WLANs. The following guidelines
will not prevent all adversary penetrations, nor will these countermeasures necessarily guarantee a secure
wireless networking environment. This section describes risk-mitigating steps for an agency, recognizing
that it is impossible to remove all risks. Additionally, it should be clear that there is no “one size fits all
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-23
solution” when it comes to security. Some agencies may be able or willing to tolerate more risk than
others. Also, security comes at a cost: either in money spent on security equipment, in inconvenience and
maintenance, or in operating expenses. Some agencies may be willing to accept risk because applying
various countermeasures may exceed financial or other constraints.
3.5.1 Management Countermeasures
Management countermeasures for securing wireless networks begin with a comprehensive security
policy. A security policy, and compliance therewith, is the foundation on which other countermeasures—
the operational and technical—are rationalized and implemented. A WLAN security policy should be able
to do the following:
! Identify who may use WLAN technology in an agency
! Identify whether Internet access is required
! Describe who can install access points and other wireless equipment
! Provide limitations on the location of and physical security for access points
! Describe the type of information that may be sent over wireless links
! Describe conditions under which wireless devices are allowed
! Define standard security settings for access points
! Describe limitations on how the wireless device may be used, such as location
! Describe the hardware and software configuration of all wireless devices
! Provide guidelines on reporting losses of wireless devices and security incidents
! Provide guidelines for the protection of wireless clients to minimize/reduce theft
! Provide guidelines on the use of encryption and key management
! Define the frequency and scope of security assessments to include access point discovery.
Agencies should ensure that all critical personnel are properly trained on the use of wireless technology.
Network administrators need to be fully aware of the security risks that WLANs and devices pose. They
must work to ensure security policy compliance and to know what steps to take in the event of an attack.
Finally, the most important countermeasures are trained and aware users.
3.5.2 Operational Countermeasures
Physical security is the most fundamental step for ensuring that only authorized users have access to
wireless computer equipment. Physical security combines such measures as access controls, personnel
identification, and external boundary protection. As with facilities housing wired networks, facilities
supporting wireless networks need physical access controls. For example, photo identification, card badge
readers, or biometric devices can be used to minimize the risk of improper penetration of facilities.
Biometric systems for physical access control include palm scans, hand geometry, iris scans, retina scans,
fingerprint, voice pattern, signature dynamics, or facial recognition. External boundary protection can
include locking doors and installing video cameras for surveillance around the perimeter of a site to
discourage unauthorized access to wireless networking components such as wireless APs.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-24
It is important to consider the range of the AP when deciding where to place an AP in a WLAN
environment. If the range extends beyond the physical boundaries of the office building walls, the
extension creates a security vulnerability. An individual outside of the building, perhaps “war driving,”
could eavesdrop on network communications by using a wireless device that picks up the RF emanations.
A similar consideration applies to the implementation of building-to-building bridges. Ideally, the APs
should be placed strategically within a building so that the range does not exceed the physical perimeter
of the building and allow unauthorized personnel to eavesdrop near the perimeter. Agencies should use
site survey tools (see next paragraph) to measure the range of AP devices, both inside and outside of the
building where the wireless network is located. In addition, agencies should use wireless security
assessment tools (e.g., vulnerability assessment) and regularly conduct scheduled security audits.
Site survey tools are available to measure and secure AP coverage. The tools, which some vendors
include with their products, measure the received signal strength from the APs. These measurements can
be used to map out the coverage area. However, security administrators should use caution when
interpreting the results because each vendor interprets the received signal strength differently. Some AP
vendors also have special features that allow control of power levels and therefore the range of the AP.
This is useful if the required coverage range is not broad because, for example, the building or room in
which access to the wireless network is needed happens to be small. Controlling the coverage range for
this smaller building or room may help prevent the wireless signals from extending beyond the intended
coverage area. Agencies could additionally use directional antennas to control emanations. However,
directional antennas do not protect network links; they merely help control coverage range by limiting
signal dispersion.
Although mapping the coverage area may yield some advantage relative to security, it should not be seen
as an absolute solution. There is always the possibility that an individual might use a high-gain antenna to
eavesdrop on the wireless network traffic. It should be recognized that only through the use of strong
cryptographic means can a user gain any assurance against true eavesdropping adversaries. The following
paragraphs discuss how cryptography (Internet Protocol Security [IPsec] and VPNs) can be used to thwart
many attacks.
3.5.3 Technical Countermeasures
Technical countermeasures involve the use of hardware and software solutions to help secure the wireless
environment.20 Software countermeasures include proper AP configurations (i.e., the operational and
security settings on an AP), software patches and upgrades, authentication, intrusion detection systems
(IDS), and encryption. Hardware solutions include smart cards, VPNs, public key infrastructure (PKI),
and biometrics.21 It should be noted that hardware solutions, which generally have software components,
are listed simply as hardware solutions.
3.5.3.1 Software Solutions
Technical countermeasures involving software include properly configuring access points, regularly
updating software, implementing authentication and IDS solutions, performing security audits, and
adopting effective encryption. These are described in the paragraphs below.
20 The classification of a countermeasure into one of the two categories is, in some instances, arbitrary, since the two may
actually overlap.
21 It should be noted that the software and hardware countermeasures identified in this document could arguably fit into either
category.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-25
3.5.3.1.1 Access Point Configuration
Network administrators need to configure APs in accordance with established security policies and
requirements. Properly configuring administrative passwords, encryption settings, reset function,
automatic network connection function, Ethernet MAC Access Control Lists (ACL), shared keys, and
Simple Network Management Protocol (SNMP) agents will help eliminate many of the vulnerabilities
inherent in a vendor’s software default configuration.
Updating default passwords. Each WLAN device comes with its own default settings, some of which
inherently contain security vulnerabilities. The administrator password is a prime example. On some APs,
the factory default configuration does not require a password (i.e., the password field is blank).
Unauthorized users can easily gain access to the device if there is no password protection. Administrators
should change default settings to reflect the agency’s security policy, which should include the
requirement for strong (i.e., an alphanumeric and special character string at least eight characters in
length) administrative passwords. If the security requirement is sufficiently high, an agency should
consider using an automated password generator. An alternative to password authentication is two-factor
authentication. One form of two-factor authentication uses a symmetric key algorithm to generate a new
code every minute. This code is a one-time use code that is paired with the user’s personal identification
number (PIN) for authentication. Another example of two-factor authentication is pairing the user’s smart
card with the user’s PIN. This type of authentication requires a hardware device reader for the smart card
or an authentication server for the PIN. Several commercial products provide this capability. However,
use of an automated password generator or two-factor authentication mechanism may not be worth the
investment, depending on the agency’s security requirements, number of users, and budget constraints.
Given the need to ensure good password authentication and policies, it is important to note the critical
importance of ensuring that the management interface has the proper cryptographic protection to prevent
the unauthorized disclosure of the passwords over the management interface. Numerous mechanisms
exist that can be exploited to ensure that encrypted access protects those critical “secrets” in transit.
Secure Shell (SSH) and SSL are two such mechanisms.
Establishing proper encryption settings. Encryption settings should be set for the strongest encryption
available in the product, depending on the security requirements of the agency. Typically, APs have only
a few encryption settings available: none, 40-bit shared key, and 104-bit shared key (with 104-bit shared
key being the strongest). Encryption as used in WEP, simple stream cipher generation, and exclusive-OR
processing does not pose an additional burden on the computer processors performing the function.
Consequently, agencies do not need to worry about computer processor power when planning to use
encryption with the longer keys. However, it should be noted that some attacks against WEP yield
deleterious results regardless of the key size. It is important to note that products using 128-bit keys will
not interoperate with products that use 104-bit keys.
Controlling the reset function. The reset function poses a particular problem because it allows an
individual to negate any security settings that administrators have configured in the AP. It does this by
returning the AP to its default factory settings. The default settings generally do not require an
administrative password, for example, and may disable encryption. An individual can reset the
configuration to the default settings simply by inserting a pointed object such as a pen into the reset hole
and pressing. If a malicious user gains physical access to the device, that individual can exploit the reset
feature and cancel out any security settings on the device. The reset function, if configured to erase basic
operational information such as IP address or keys, can further result in a network DoS, because APs may
not operate without these settings. Having physical access controls in place to prevent unauthorized users
from resetting APs can mitigate the threats. Agencies can detect threats by performing regular security
audits. Additionally, reset can be invoked remotely over the management interface on some products. For
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-26
this reason, there is a greater need to have proper password administration and encryption on the
management interface.
Using MAC ACL functionality. A MAC address is a hardware address that uniquely identifies each
computer (or attached device) on a network. Networks use the MAC address to help regulate
communications between different computer NICs on the same network subnet. Many 802.11 product
vendors provide capabilities for restricting access to the WLAN based on MAC ACLs that are stored and
distributed across many APs.22 The MAC ACL grants or denies access to a computer using a list of
permissions designated by MAC address. However, the Ethernet MAC ACL does not represent a strong
defense mechanism by itself. Because MAC addresses are transmitted in the clear from a wireless NIC to
an AP, the MAC can be easily captured. Malicious users can spoof a MAC address by changing the actual
MAC address on their computer to a MAC address that has access to the wireless network. This
countermeasure may provide some level of security; however, users should use this with caution. This
may be effective against casual eavesdropping but will not be effective against determined adversaries.
Users may want to consider this as part of an overall defense-in-depth strategy—adding levels of security
to reduce the likelihood of problems. However, users should weigh the administrative burden of enabling
the MAC ACL (assuming they are using MAC ACLs) against the true security provided. In a medium-tolarge
network, the burden of establishing and maintaining MAC ACLs may exceed the value of the
security countermeasure. Additionally, most products only support a limited number of MAC addresses in
the MAC ACL. The size of the access control list may be insufficient for medium-to-large networks.
Changing the SSID. The SSID of the AP must be changed from the factory default. The default values of
SSID used by many 802.11 wireless LAN vendors have been published and are well-known to would-be
adversaries. The default values should be changed (always a good security practice) to prevent easy
access. Although an equipped adversary can capture this identity parameter over the wireless interface, it
should be changed to prevent unsophisticated adversary attempts to connect to the wireless network.
Maximize the Beacon Interval. The 802.11 standard specifies the use of “Beacon frames” to announce
the existence of a wireless network. These beacons are transmitted from APs at regular intervals and
allow a client station to identify and match configuration parameters in order to join a wireless network.
APs may not be configured to suppress the transmission of the Beacon frames and its mandatory SSID
field. However, the interval length may be set to its highest value that results in approximately a 67
second interval. While the security improvement is marginal, it does make it somewhat more difficult to
passively “find a network” because the AP is quieter and the SSID is not transmitted as frequently. Using
a longer Beacon interval forces an adversary to perform what is referred to as “active scanning” using
Probe messages with a specific SSID. Hence, where possible, wireless networks should be configured
with the longest beacon interval.
Disable broadcast SSID feature. The SSID is an identifier that is sometimes referred to as the “network
name” and is often a simple ASCII character string. The SSID is used to assign an identifier to the
wireless network (service set). Clients that wish to join a network scan an area for available networks and
join by providing the correct SSID. The SSID, typically a null-terminated ASCII string, has a range from
0 to 32 bytes. The zero-byte case is a special case called the “broadcast” SSID. A wireless client can
determine all the networks in an area by actively scanning for APs with the use of broadcast Probe
Request messages with a zero SSID. The broadcast SSID probe triggers a Probe Response from all
802.11 networks in the area. Disabling the broadcast SSID feature in the APs causes the AP to ignore the
message from the client and forces it to perform active scanning (probing with a specific SSID).
22 Dave Molta, “WLAN Security On the Rise,” http://www.networkcomputing.com.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-27
Changing default cryptographic keys. The manufacturer may provide one or more keys to enable
shared-key authentication between the device trying to gain access to the network and the AP. Using a
default shared-key setting forms a security vulnerability because many vendors use identical shared keys
in their factory settings. A malicious user may know the default shared key and use it to gain access to the
network. Changing the default shared-key setting to another key will mitigate the risk. For example, the
shared key could be changed to “954617” instead of using a factory default shared key of “111111.” No
matter what their security level, agencies should change the shared key from the default setting because it
is easily exploited. In general, agencies should opt for the longest key lengths (e.g., 104 bits). Finally, a
generally accepted principle for proper key management is to change cryptographic keys often and when
there are personnel changes.
Using SNMP. Some wireless APs use SNMP agents, which allow network management software tools to
monitor the status of wireless APs and clients. The first two versions of SNMP, SNMPv1 and SMPv2
support only trivial authentication based on plain-text community strings and, as a result, are
fundamentally insecure. SNMPv3, which includes mechanisms to provide strong security are highly
recommended. If SNMP is not required on the network, the agency should simply disable SNMP
altogether. If an agency must use a version of SNMP besides version 3, they must recognize and accept
the risks. It is common knowledge that the default SNMP community string that SNMP agents commonly
use is the word “public” with assigned “read” or “read and write” privileges. Using this well-known
default string leaves devices vulnerable to attack. If an unauthorized user were to gain access and had
read/write privileges, that user could write data to the AP, resulting in a data integrity breach. Agencies
that require SNMP should change the default community string, as often as needed, to a strong
community string. Privileges should be set to “read only” if that is the only access a user requires.
SNMPv1 and SNMPv2 message wrappers support only trivial authentication based on plain-text
community strings and, as a result, are fundamentally insecure and are not recommended. Agencies
should use SNMPv3.23
Changing default channel. One other consideration that is not directly exploitable is the default channel.
Vendors commonly use default channels in their APs. If two or more APs are located near each other but
are on different networks, a DoS can result from radio interference between the two APs. Agencies that
incur radio interference need to determine if one or more nearby AP(s) are using the same channel or a
channel within five channels of their own and then choose a channel that is in a different range.24 For
example, channels 1, 6, and 11 can be used simultaneously by APs that are close to each other without
mutual interference. Agencies must perform a site survey to discover any sources of radio interference.
The site survey should result in a report that proposes AP locations, determines coverage areas, and
assigns radio channels to each AP.
Using DHCP. Automatic network connections involve the use of a Dynamic Host Control Protocol
(DHCP) server. The DHCP server automatically assigns IP addresses to devices that associate with an AP
when traversing a subnet. For example, a DHCP server is used to manage a range of TCP/IP addresses for
client laptops or workstations. After the range of IP addresses is established, the DHCP server
dynamically assigns addresses to workstations as needed. The server assigns the device a dynamic IP
address as long as the encryption settings are compatible with the WLAN. The threat with DHCP is that a
malicious user could easily gain unauthorized access on the network through the use of a laptop with a
wireless NIC. Since a DHCP server will not necessarily know which wireless devices have access, the
server will automatically assign the laptop a valid IP address. Risk mitigation involves disabling DHCP
and using static IP addresses on the wireless network, if feasible.
23 See http://www.ietf.org/internet-drafts/draft-ietf-snmpv3-rfc2570bis-03.txt for an explanation on why using SNMPv3
instead of SNMPv1 or SNMPv2 is strongly recommended.
24 See Tyson Macaulay, “Hardening IEEE 802.11 Wireless Networks.”
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-28
This alternative, like the MAC ACL countermeasure, may only be practical for relatively small networks,
given the administrative overhead involved with assigning static IP addresses and the possible shortage of
addresses. Statically assigning IP addresses would also negate some of the key advantages of wireless
networks, such as roaming or establishing ad hoc networks. Another possible solution is to implement a
DHCP server inside the wired network’s firewall that grants access to a wireless network located outside
of the wired network’s firewall. Still another solution is to use APs with integrated firewalls. This last
solution will add an additional layer of protection to the entire network. All users should evaluate the need
for DHCP taking into consideration the size of their network.
3.5.3.1.2 Software Patches and Upgrades
Vendors generally try to correct known software (and hardware) security vulnerabilities when they have
been identified. These corrections come in the form of security patches and upgrades. Network
administrators need to regularly check with the vendor to see whether security patches and upgrades are
available and apply them as needed. Also, many vendors have “security alert” e-mail lists to advise
customers of new security vulnerabilities and attacks. Administrators should sign up for these critical
alerts. Lastly, administrators can check with the NIST ICAT25 vulnerability database for a listing of all
known vulnerabilities in the software or hardware being implemented. For specific guidance on
implementing security patches, see NIST Special Publication 800-40, Applying Security Patches.
An example of a software or firmware patch is the RSA Security WEP security enhancement. In
November 2001, RSA Security, Inc., developed a technique for the security holes found in WEP. This
enhancement, referred to as “fast packet keying,” generates a unique key to encrypt each network packet
on the WLAN. The Fast Packet Keying Solution uses a hashing technique that rapidly generates the per
packet keys. The IEEE has approved the fast packet keying technology as one fix to the 802.11 protocol.
Vendors have started applying the fix to new wireless products and have developed software patches for
many existing products. Agencies should check with their individual vendors to see if patches are
available for the products they have already purchased.
Another example of a software or firmware patch that will be available as early as late 2002 is WiFi
Protected Access (WPA). 26 WPA, which is being promoted by the WiFi Alliance, is an interim security
solution that does not require a hardware upgrade in existing 802.11 equipment. WPA is not a perfect
solution but is an attempt to quickly and proactively deliver enhanced protection–to address some of the
problems with WEP– prior to the full-blown security techniques of IEEE 802.11 TGi. WiFi Protected
Access, a subset of the TGi solution, includes two main features:
! 802.1X
! Temporal Key Integrity Protocol (TKIP)
The 802.1X port-based access control provides a framework to allow the use of robust upper layer
authentication protocols. It also facilitates the use of session keys–since cryptographic keys should change
often. TKIP includes four new algorithms to enhance the security of 802.11. TKIP extends the IV space,
allows for per-packet key construction, provides cryptographic integrity, and provides key derivation and
distribution. TKIP, through these algorithms, provides protection against various security attacks
discussed earlier, including replay attacks and attacks on data integrity. Additionally, it addresses the
critical need to change keys. Again, the objective of WPA is to bring a standards-based security solution
to the marketplace to replace WEP while giving the IEEE 802.11 Task Group i enough time to complete
25 See http://icat.nist.gov/icat.cfm.
26 WiFi means “wireless fidelity” and is a synonym for 802.11b.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-29
and finalize the full 802.11i Robust Security Network (RSN), an amendment to the existing wireless LAN
standard. RSN, to be available in the 4th quarter of 2003, will also include the Advanced Encryption
Standard (AES) for confidentiaility and integrity. The RSN solution will require hardware replacements.
For additional information, refer to Section 3.6.
3.5.3.1.3 Authentication
In general, effective authentication solutions are a reliable way of permitting only authorized users to
access a network. Authentication solutions include the use of usernames and passwords; smart cards,
biometrics, or PKI; or a combination of solutions (e.g., smart cards with PKI).27 When relying on
usernames and passwords for authentication, it is important to have policies specifying minimum
password length, required password characters, and password expiration. Smart cards, biometrics, and
PKI have their own individual requirements and will be addressed in greater detail later in this document.
All agencies should implement a strong password policy, regardless of the security level of their
operations. Strong passwords are simply a fundamental measure in any environment. Agencies should
also consider other types of authentication mechanisms (e.g., smart cards with PKI) if their security levels
warrant additional authentication. These mechanisms may be integrated into a WLAN solution to enhance
the security of the system. However, users should be careful to fully understand the security provided by
enhanced authentication. This does not in and of itself solve all problems. For example, a strong password
scheme used for accessing parameters on a NIC card does nothing to address the problems with WEP
cryptography.
3.5.3.1.4 Personal Firewalls
Resources on public wireless networks have a higher risk of attack since they generally do not have the
same degree of protection as internal resources. Personal firewalls offer some protection against certain
attacks.28 Personal firewalls are software-based solutions that reside on a client’s machine and are either
client-managed or centrally managed. Client-managed versions are best suited to low-end users because
individual users are able to configure the firewall themselves and may not follow any specific security
guidelines. Centrally managed solutions provide a greater degree of protection because IT departments
configure and remotely manage them. Centrally managed solutions allow organizations to modify client
firewalls to protect against known vulnerabilities and to maintain a consistent security policy for all
remote users. Some of these high-end products also have VPN and audit capabilities. Although personal
firewalls offer some measure of protection, they do not protect against advanced forms of attack.
Depending on the security requirement, agencies may still need additional layers of protection. Users that
access public wireless networks in airports or conference centers, for example, should use a personal
firewall. Personal firewalls also provide additional protection against rogue access points that can be
easily installed in public places.
3.5.3.1.5 Intrusion Detection System (IDS)
An intrusion detection system (IDS) is an effective tool for determining whether unauthorized users are
attempting to access, have already accessed, or have compromised the network. IDS for WLANs can be
host-based, network-based, or hybrid, the hybrid combining features of host- and network-based IDS. A
host-based IDS adds a targeted layer of security to particularly vulnerable or essential systems. A hostbased
agent is installed on an individual system (for example, a database server) and monitors audit trails
27 See Federal Information Processing Standards Publication 196, Entity Authentication Using Public Key Cryptography at
http://csrc.nist.gov/publications/fips/index.html.
28 See case study on the use of firewalls on laptops for telecommuters at
http://www.techrepublic.com/article.jhtml?id=r00520010328law01.htm.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-30
and system logs for suspicious behavior, such as repeated failed login attempts or changes to file
permissions. The agent may also employ a checksum at regular intervals to look for changes to system
files. In some cases, an agent can halt an attack on a system, although a host agent’s primary function is to
log and analyze events and send alerts. A network-based IDS monitors the LAN (or a LAN segment)
network traffic, packet by packet, in real time (or as near to real time as possible) to determine whether
traffic conforms to predetermined attack signatures (activities that match known attack patterns). For
example, the TearDrop DoS attack sends packets that are fragmented in such a way as to crash the target
system. The network monitor will recognize packets that conform to this pattern and take action such as
killing the network session, sending an e-mail alert to the administrator, or other action specified. Hostbased
systems have an advantage over network-based IDS when encrypted connections—e.g., SSL Web
sessions or On-VPN connections—are involved. Because the agent resides on the component itself, the
host-based system is able to examine the data after it has been decrypted. In contrast, a network-based
IDS is not able to decrypt data; therefore, encrypted network traffic is passed through without
investigation. (For more information about IDS, see NIST Special Publication 800-21, Intrusion
Detection Systems.)
IDS technology on wired networks can have the following limitations if used to protect wireless
networks:
! Network-based IDS sensors that have been placed on the wired network behind the wireless access
point will not detect attacks directed from one wireless client to another wireless client (i.e., peer to
peer) on the same subnet. The wireless access point switches traffic directly between wireless clients.
The traffic does not enter the wired network, it is WEP encrypted, and wired-network IDS sensors do
not have an opportunity to capture clear-text packets for analysis. As a result, an adversary that
successfully connects an unauthorized wireless client to the network can perform discovery and attack
against other wireless hosts without detection by the network-based IDS sensor. In this scenario, the
data on the other wireless clients is at risk and information gathered from the other clients may be
used to form an attack on the wired network.
! IDS sensors on the wired network usually will not detect attempts to “deassociate” (to end an
association relationship with) a legitimate client from the wireless network and will not detect the
association of an unauthorized wireless client with the wireless network. Flooding, jamming, and
other DoS attacks against wireless devices use physical and data-link layer techniques that are not
visible to the IDS sensor at a packet level and generally would not be routed onto the wired network.
! IDS technology for wired networks generally only detects attacks once packets are directed at hosts
on the wired network from a compromised wireless client. At that point, the wireless network has
already been compromised, and risk to the wired network is imminent. An important goal is to detect
and send an alarm on unauthorized wireless activity before it affects the wired network.
! IDS technology on wired networks will not identify the physical location of rogue access points
within the building. These rogue access points can act as entry points for unauthorized wireless access
from remote locations.
! IDS technology will not detect an authorized wireless device communicating peer-to-peer with an
unauthorized wireless device. This scenario can create a bridge into the wired network by allowing an
adversary to connect to a wireless device that is operating in “ad hoc” mode. The ad hoc mode allows
a wireless device to be used to relay traffic to the network and creates a number of potential attack
scenarios.
Expansion of a wired network by connecting one or more wireless networks significantly expands the
network’s security perimeter and introduces risk that may not be addressed by existing intrusion detection
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-31
devices on the wired network. Agencies that want to expand network functionality by adding a wireless
capability should examine the existing IDS architecture and consider additional solutions to address the
above-mentioned risks. Agencies should consider implementing a wireless IDS solution that provides the
following capabilities:
! Identification of the physical location of wireless devices within the building and surrounding
grounds
! Detection of unauthorized peer-to-peer communications within the wireless network that are not
visible to the wired network
! Analysis of wireless communications and monitoring of the 802.11 RF space and generation of an
alarm upon detection of unauthorized configuration changes to wireless devices that violate security
policy
! Detection of and alarming for when a rogue access point goes live within the agency’s security
perimeter
! Detection of flooding and deassociation attempts before they successfully compromise the wireless
network
! Provision of centralized monitoring and management features with potential for integration into
existing IDS monitoring and reporting software to produce a consolidated view of wireless and wired
network security status.
Agencies that require high levels of security should consider deploying an IDS because it provides an
added layer of security. Agencies that currently employ IDSs should consider the addition of the
capabilities above to supplement their existing capabilities. The deployment of IDS obviously comes at a
cost and should be considered if financially feasible. In addition to the cost of the system itself, an IDS
requires experienced personnel to monitor and react to IDS events and to provide general administration
to the IDS database and components. Agencies should also consider using a correlation engine, which
receives standard real-time security events from a variety of sensors, such as IDS, firewall, and virus
systems. Correlation engines combine in real-time and analyze a wide variety of threats. These threats can
include several classes of attacks, such as Distributed Denial of Service (DDoS) attacks.
3.5.3.1.6 Encryption
As mentioned earlier, APs generally have only three encryption settings available: none, 40-bit shared
key, and 104-bit setting. The setting of none represents the most serious risk since unencrypted data
traversing the network can easily be intercepted, read, and altered. A 40-bit shared key will encrypt the
network communications data, but there is still a risk of compromise.29 The 40-bit encryption has been
broken by brute force cryptanalysis using a high-end graphics computer and even low-end computers;
consequently, it is of questionable value.30 In general, 104-bit encryption is more secure than 40-bit
encryption because of the significant difference in the size of the cryptographic keyspace. Although this is
not true for 802.11 WEP because of poor cryptographic design using IVs, it is recommended nonetheless
as a good practice. Again, users of 802.11 APs and wireless clients should be vigilant about checking
with the vendor regarding upgrades to firmware and software as they may overcome some of the WEP
problems.
29 This is also a threat for 128-bit encryption but just harder to break.
30 See Basgall, M., “Experimental Break-Ins Reveal Vulnerability in Internet, Unix Computer Security,” (January 1999) at
http://www.dukenews.duke.edu/research/encrypt.html.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-32
3.5.3.1.7 Security Assessments
Security assessments, or audits, are an essential tool for checking the security posture of a WLAN and for
determining corrective action to make sure it remains secure. It is important for agencies to perform
regular audits using wireless network analyzers and other tools. An analyzer, again, sometimes called a
“sniffer,” is an effective tool to conduct security auditing and troubleshoot wireless network issues.
Security administrators or security auditors can use network analyzers, to determine if wireless products
are transmitting correctly and on the correct channels. Administrators should periodically check within
the office building space (and campus) for rogue APs and against other unauthorized access. Agencies
may also consider using an independent third party to conduct the security audits. Independent third-party
security consultants are often more up-to-date on security vulnerabilities, better trained on security
solutions, and equipped to assess the security of a wireless network. An independent third-party audit,
which may include penetration testing, will help an agency ensure that its WLAN is compliant with
established security procedures and policies and that the system is up-to-date with the latest software
patches and upgrades.31 For more information on network security, see NIST Draft Special Publication
800-42, Guideline on Network Security Testing.32 It is worth noting that agencies should take a holistic
approach to the assessment process. It is important to ensure that the wireless portion of the network is
secure, but it is also important for the wired portion to be secure.
3.5.3.2 Hardware Solutions
Hardware countermeasures for mitigating WLAN risks include implementing smart cards, VPNs, PKI,
biometrics, and other hardware solutions.
3.5.3.2.1 Smart Cards
Smart cards may add another level of protection, although they also add another layer of complexity.
Agencies can use smart cards in conjunction with username or password or by themselves. They can use
smart cards in two-factor authentication (see above). Agencies can also combine smart cards with
biometrics.
In wireless networks, smart cards provide the added feature of authentication. Smart cards are beneficial
in environments requiring authentication beyond simple username and password. User certificate and
other information are stored on the cards themselves and generally require the user only to remember a
PIN number. Smart cards are also portable; consequently users can securely access their networks from
various locations. As with an authentication software solution, these tamper-resistant devices may be
integrated into a WLAN solution to enhance the security of the system. Again, users should be careful to
fully understand the security provided by the smart card solution.
3.5.3.2.2 Virtual Private Networks
VPN technology is a rapidly growing technology that provides secure data transmission across public
network infrastructures. VPNs have in recent years allowed corporations to harness the power of the
Internet for remote access. Today, VPNs are typically used in three different scenarios: for remote user
access, for LAN-to-LAN (site-to-site) connectivity, and for extranets. VPNs employ cryptographic
techniques to protect IP information as it passes from one network to the next or from one location to the
next. Data that is inside the VPN “tunnel”—the encapsulation of one protocol packet inside another—is
encrypted and isolated from other network traffic. A VPN for site-to-site connectivity is illustrated in
31 See “Clinic: What are the biggest security risks associated with Wireless technology? What do I need to consider if my
organization wants to introduce this kind of technology to my corporate LAN?”, 2001, at http://www.itsecurity.com.
32 See http://csrc.nist.gov.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-33
Figure 3-10. In this scenario, traffic communicated from Site A to Site B is protected as it moves across
the Internet. Confidentiality, integrity, and other security services are provided as discussed below.
Internet
Site B
Site A
IPsec Protection
Provided
VPN device
Figure 3-10. Typical Use of VPN for Secure Internet Communications From Site-to-Site
Most VPNs in use today make use of the IPsec protocol suite. IPsec, developed by the Internet
Engineering Task Force (IETF), is a framework of open standards for ensuring private communications
over IP networks. It provides the following types of robust protection:
! Confidentiality
! Integrity
! Data origin authentication
! Traffic analysis protection.
Connectionless integrity guarantees that a received message has not changed from the original message.
Data origin authentication guarantees that the received message was sent by the originator and not by a
person masquerading as the originator. Replay protection provides assurance that the same message is not
delivered multiple times and that messages are not out of order when delivered. Confidentiality ensures
that others cannot read the information in the message. Traffic analysis protection provides assurance that
an eavesdropper cannot determine who is communicating or the frequency or volume of communications.
The Encapsulating Security Protocol (ESP) header provides privacy and protects against malicious
modification, and the Authentication header (AH) protects against modification without providing
privacy. The Internet Key Exchange (IKE) Protocol allow for secret keys and other protection-related
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-34
parameters to be exchanged prior to a communication without the intervention of a user.33 IKEv1 is in the
process of being replaced by IKEv2.34
The use of IPsec with WLANs is depicted in Figure 3-11. As shown, the IPsec tunnel is provided from
the wireless client through the AP to the VPN device on the enterprise network edge. With IPsec, security
services are provided at the network layer of the protocol stack. This means all applications and protocols
operating above that layer (i.e., above layer 3) are IPsec protected. The IPsec security services are
independent of the security that is occurring at layer 2, the WEP security. As a defense-in-depth strategy,
if a VPN is in place, an agency can consider having both IPsec and WEP applied. With a configuration as
in Figure 3-11, the VPN encrypts (and otherwise protects) the transmitted data to and from the wired
network.35
Internet Protocol Security (IPsec)
WEP Security
VPN Device Wireless client
AP
Figure 3-11. VPN Security in Addition to WEP
Figure 3-12 illustrates another example of a wireless network with the “VPN overlay.” As shown, with
wireless devices with VPNs, clients can connect securely to the enterprise network through a VPN
gateway on the enterprise edge. Wireless clients establish IPsec connections to the wireless VPN
gateway—in addition to or instead of WEP. Note that the wireless client does not need special hardware;
it just needs to be provided with IPsec/VPN client software. The VPN gateway can use preshared
cryptographic keys or digital (public-key based) certificates for wireless client device authentication. The
reader should recognize that an organization that uses preshared keys for a VPN solution will encounter
the same scalability and key distribution problems present in WEP. Additionally, user authentication to
the VPN gateway can occur using remote authentication dial-in user service (RADIUS) or one-timepasswords
(OTP). The VPN gateway may or may not have an integral firewall to restrict traffic to certain
locations within the enterprise network. Today, most VPN devices have integrated firewalls that work
together to protect both the network from unauthorized access and the user data going over the network.
Integrated VPNs and firewalls save costs and reduce administrative burden. Additionally, the VPN
gateway may or may not have the ability to create an audit journal of all activities. An audit trail is a
chronological record of system activities that is sufficient to enable the reconstruction and examination of
the sequence of environments and activities. A security manager may be able to use an audit trail on the
VPN gateway to monitor compliance with security policy and to gain an understanding of whether only
authorized persons have gained access to the wireless network.
33 For more information on IPsec protocol security—including discussion of the IPsec authentication header, Encapsulating
Security Payload (ESP) header, and Internet Key Exchange (IKE)—refer to the NIST ITL Bulletin “An Introduction to
IPsec (Internet Protocol Security),” March 2001.
34 For more information on IKEv2, see http://www.ietf.org/internet-drafts/draft-ietf-ipsec-ikev2-02.txt.
35 See “Identifying the Weakest Link,” Wireless Internet Magazine, November/December 2001, at
http://www.wirelessinternetmag.com.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-35
It should be noted that although the VPN approach enhances the air-interface security significantly, this
approach does not completely address security on the enterprise network. For example, authentication and
authorization to enterprise applications are not always addressed with this security solution. Some VPN
devices can use user-specific policies to require authentication before accessing enterprise applications.
Agencies may want to seek assistance in developing a comprehensive enterprise security strategy.
VPN Gateway
RADIUS
Server
Corporate
Users
Enterprise Network
Figure 3-12. Simplified Diagram of VPN WLAN
3.5.3.2.3 Public Key Infrastructure (PKI)
PKI provides the framework and services for the generation, production, distribution, control, and
accounting of public key certificates. It provides applications with secure encryption and authentication of
network transactions as well as data integrity and nonrepudiation, using public key certificates to do so.
WLANs can integrate PKI for authentication and secure network transactions. Third-party manufacturers,
for instance, provide wireless PKI, handsets, and smart cards that integrate with WLANs.
Users requiring high levels of security should strongly consider PKI. It provides strong authentication
through user certificates, which can be used with application-level security, to sign and encrypt messages.
Smart cards provide even greater utility since the certificates are integrated into the card. Smart cards
serve both as a token and a secure (tamper-resistant) means for storing cryptographic credentials. Users
requiring lower levels of security, on the other hand, need to consider carefully the complexity and cost of
implementing and administering a PKI before adopting this solution.
3.5.3.2.4 Biometrics
Biometric devices include fingerprint/palm-print scanners, optical scanners (including retina and iris
scanners), facial recognition scanners, and voice recognition scanners. Biometrics provide an added layer
of protection when used either alone or along with another security solution. For example, for agencies
needing higher levels of security, biometrics can be integrated with wireless smart cards or wireless
laptops or other wireless devices and used in lieu of username and password to access the wireless
network. Additionally, biometrics can combine with VPN solutions to provide authentication and data
confidentiality.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-36
3.6 Emerging Security Standards and Technologies
Like the security industry, standards organizations have responded to the flurry over insecurities in 802.11
WLANs. Activity is occurring in the Internet Engineering Task Force (IETF) and the IEEE. The IEEE is
currently working on three separate initiatives for improving WLAN security. The first involves the IEEE
802.11 Task Group i (TGi) which has proposed significant modifications to the existing IEEE 802.11
standard as a long-term solution for security. The TGi is defining additional ciphers based on the newly
released Advanced Encryption Standard (AES). The AES-based solution will provide a highly robust
solution for the future but will require new hardware and protocol changes. TGi currently has design
requirements to address many of the known problems with WEP including the prevention of forgeries and
detection of replay attacks.
The second initiative for improving WLAN security is the TGi’s short-term solution—WiFi Protected
Access (WPA)—to address the problems of WEP. The group is defining the Temporal Key Integrity
Protocol (TKIP) to address the problems without requiring hardware changes—that is, requiring only
changes to firmware and software drivers. The third initiative from IEEE is the introduction of a new
standard, IEEE 802.1X-2001, a generic framework for port-based network access control and key
distribution, approved in June 2001. By defining the encapsulation of EAP (defined in RFC 2284) over
IEEE 802 media, IEEE 802.1X enables an AP and station to mutually authenticate one another. See also
Section 3.5.3.1.2 for a brief discussion on WPA and TKIP.
Since IEEE 802.1X was developed primarily for use with IEEE 802 LANs, not for use with WLANS, the
IEEE 802.11i draft standard defines additional capabilities required for secure implementation of IEEE
802.1X on 802.11 networks. These include a requirement for use of an EAP method supporting mutual
authentication, key management, and dictionary attack resistance. In addition, 802.11i defines the
hierarchy for use with the TKIP and AES ciphers and a “four way” key management handshake used to
ensure that the station is authenticated to the AP and a back-end authentication server, if present. As a
result, to provide adequate security, it is important that IEEE 802.1X implementations on 802.11
implement the IEEE 802.11i enhancements, as well as the basic IEEE 802.1X standard.
IEEE 802.1X can be implemented entirely on the AP (by providing support for one or more EAP methods
within the AP), or it can utilize a backend authentication server. The IEEE 802.1X standard supports
authentication protocols such as RADIUS, Diameter, and Kerberos. RADIUS, described in RFC 2865-
2869, and RFC 3162, enables authentication, authorization, and accounting for Network Access Server
(NAS) devices, including dial-up, xDSL, and 802.11.
The 802.1X standard can be implemented with different EAP types, including EAP-MD5 (defined in
RFC 2284 and supporting only one-way authentication without key exchange) for Ethernet LANs and
EAP-TLS (defined in RFC 2716, supporting fast reconnect, mutual authentication and key management
via certificate authentication). Currently a new generation of EAP methods are being developed within
the IETF, focused on addressing wireless authentication and key management issues. These methods
support additional security features such as cryptographic protection of the EAP conversation, identity
protection, secure ciphersuite negotiation, tunneling of other EAP methods, etc. For the latest
developments on the status of each specification, the reader is encouraged to refer to the IEEE 802.11
standards web site.36
36 See http://standards.ieee.org/getieee802 for the latest developments on the IEEE 802.11 standards.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-37
3.7 Case Study: Implementing a Wireless LAN in the Work Environment
Agency A is considering implementing a WLAN so that employees may use their laptop computers
anywhere within the boundaries of their office building. Before deciding, however, Agency A has its
computer security department perform a risk assessment in accordance with NIST Special Publication
800-30.37 The security department first identifies WLAN vulnerabilities and threats. The department,
assuming that threat sources will try to exploit WLAN vulnerabilities, determines the overall risk of
operating a WLAN and the impact a successful attack would have on Agency A. The manager reads the
risk assessment and decides that the residual risk exceeds the benefit the WLAN provides. The manager
directs the computer security department to identify additional countermeasures to mitigate residual risk
before the system can be implemented.
Using the risk assessment as its basis, the computer security department concentrates on four areas for
risk mitigation: physical security, AP location, AP configuration, and security policy. Analysis of
physical security reveals that nonemployees are able to gain access to the building after checking in at the
main desk. To ensure that only authorized employees and guests may access the building, the security
department recommends that Agency A adopt the use of photo identification, card badges, or biometric
devices. The security team will physically secure the APs by installing them within the secured building
facility, which requires users to have proper identification to enter. Additionally, only network
administrators have access to the network devices.
The computer security department wants to minimize the possibility that unauthorized users will access
the WLAN from outside the building. The security department evaluates each AP to determine the
network vulnerabilities such as eavesdropping. Network engineers conduct a site survey to determine the
best physical location for the APs, to reduce the threat of eavesdropping. This involves physically
mapping where users have wireless access to the network. The security department realizes that with a
high-gain antenna, attackers will still be able to eavesdrop on wireless network traffic. To offset this risk,
the department proposes placing the WLAN outside the firewall and passing traffic through a VPN that
supports high-level encryption. This configuration will greatly reduce the risks associated with
eavesdropping.
Next, the computer security department focuses on vulnerabilities related to AP configuration. Because
many APs retain the original default factory password setting, the computer security department chooses
a robust password to ensure a higher level of assurance. In conjunction with management and network
administrators, the security department develops a security policy that requires passwords to be regularly
updated and have a minimum length of eight alphanumeric characters. The policy includes the provision
to change the encryption setting from “no encryption” to 104-bit encryption. The policy further deals with
MAC ACL usage. To provide an additional level of access security, the department allows the use of
MAC ACLs whenever possible. The policy also addresses the use of SNMP. The computer security
department decides to disable remote SNMP because of the related threat and only allows it from internal
hosts. Finally, since many vendors use default shared authentication keys, unauthorized devices can gain
access to the network if they know the default key. Consequently, the security department stipulates the
use of username and password as supplemental authentication to APs.
The security department adds additional policies to address software upgrades and use of the network.
The policy requires system administrators to test and update security patches and upgrades, as soon as the
vendor makes them available. Frequent patches and upgrades will help reduce the possibility of attack on
the older, faulty version of the software. The NIST ICAT Vulnerability Database or an equivalent source
for a comprehensive list of known vulnerabilities in major software packages and hardware products is
37 See NIST SP 800-30, Risk Management Guide for Information Technology Systems, at http://csrc.nist.gov.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-38
checked. The policy also strongly discourages users from processing proprietary or employee personal
data when connected from their laptops to the WLAN, thus helping to reduce the risk of personnel data
exploitation. Also, the policy states that if a laptop is lost or stolen, the employee to whom the laptop
belongs will promptly notify the security department. This will ensure that the security department can
quickly identify the IP address assigned to the laptop and prevent that IP address from accessing the
network.
As an additional security measure, the security department recommends that Agency A incorporate the
use of an IDS. The IDS would help determine whether unauthorized users are attempting to access, have
already accessed, or have compromised the network. The department views an IDS as a useful tool in
protecting Agency A’s network and, more importantly, the data that traverses it. The IDS is aprt of an
overall defense-in-depth strategy and is not relied on to detect all attacksagainst or misuse of the network.
The security department presents the manager with the risk assessment, which includes the
countermeasures described above (and listed below) and a diagram (see Figure 3-13) of the proposed
WLAN. The risk assessment also includes an update of the residual risk with the proposed measures in
place. Realizing that the benefits of system operation now outweigh the residual risks, the manager agrees
to implement the WLAN. However, the security department warns that although the risk assessment is
thorough, WLAN technology is continually changing along with the security vulnerabilities that
malicious users expose. They offer encryption algorithms as an example. As encryption-breaking
programs become more sophisticated, malicious users may expose more software flaws in vendor
programs or weaknesses in encryption algorithms. They also point out that users always represent the
weakest link in a security chain. The agency must continue to educate the user community about the risks
that wireless technologies pose, reiterating, for example, how important it is not to give others their
usernames and passwords and not to execute programs that come from unknown sources. In conclusion,
the security department conveys that the strategy is one of defense-in-depth. They cite, for example, that
WEP encryption will be enabled with random keys, MAC ACLs will be used, and an IPsec-based VPN
overlay will be deployed. They also note that they will monitor the appropriate standards organizations
and the availability of products such that the optimal security solution, the solution that is most secure and
cost-effective, for the enterprise can be determined.
Agency A’s proposed countermeasures follow:
! Adopt personal identification system for physical access control.
! Disable file and directory sharing on PCs.
! Ensure that sensitive files are password protected and encrypted.
! Turn off all unnecessary services on the AP.
! If practical, power off the AP(s) when not in use.
! If the AP supports logging, turn it on and review the logs regularly.
! Secure AP configuration as follows:
– Choose robust password to ensure a higher level of security.
– Use 128-bit encryption.
– Create MAC ACLs and enable checking in APs.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-39
– Change SSID from default setting and suppress its broadcast.
– Change WEP keys from default settings.
– Disable remote SNMP.
! Conduct site survey and strategically place wireless APs.
! Deploy VPN overlay (gateway and client) with integral firewall.
! Establish comprehensive security policies regarding use of wireless devices.
! Deploy personal firewalls and antivirus software on the wireless clients.
! Investigate 802.11 products with best long-term wireless security strategy and longevity in
marketplace.
! Select products with SNMPv3 (or other encrypted management capabilities) on the APs and the
integrated firewall-VPN device.
! Seek expert assistance in conducting a security assessment after deployment.
Router
Hub
AP
Wired LAN
Authenticate users and terminate IPsec
Authenticate gateway
and terminate IPsec
VPN Gateway
RADIUS
Server Server
Figure 3-13. Agency A WLAN Architecture
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-40
3.8 Wireless LAN Security Checklist
Table 3-3 provides a WLAN security checklist. The table presents guidelines and recommendations for
creating and maintaining a secure 802.11 wireless network. For each recommendation or guideline, three
columns are provided. The first column, the Best Practice column, if checked, means this is recommended
for all agencies. The second column, the “Should Consider” column, if checked, means the
recommendation is something that an agency should carefully consider for three reasons. First,
implementing the recommendation may provide a higher level of security for the wireless environment by
offering some sort of additional protection. Second, the recommendation supports a defense-in-depth
strategy. Third, it may have significant performance, operational, or cost impacts. In summary, if the
“Should Consider” column is checked, agencies need to carefully consider the option and weigh the costs
versus the benefits. The last column, the “Status” column, is intentionally left blank and allows an agency
to use this table as a true checklist. For instance, an individual performing a wireless security audit in an
802.11 environment can quickly check off each recommendation for the agency, asking “Have I done
this?”
Table 3-3. Wireless LAN Security Checklist
Checklist
Security Recommendation Best
Practice
Should
Consider
Status
Management Recommendations
1. Develop an agency security policy that addresses the use of wireless
technology, including 802.11.
!
2. Ensure that users on the network are fully trained in computer security
awareness and the risks associated with wireless technology.
!
3. Perform a risk assessment to understand the value of the assets in the
agency that need protection.
!
4. Ensure that the client NIC and AP support firmware upgrade so that
security patches may be deployed as they become available (prior to
purchase).
!
5. Perform comprehensive security assessments at regular and random
intervals (including validating that rogue APs do not exist in the 802.11
WLAN) to fully understand the wireless network security posture.
!
6. Ensure that external boundary protection is in place around the perimeter
of the building or buildings of the agency.
!
7. Deploy physical access controls to the building and other secure areas
(e.g., photo ID, card badge readers).
!
8. Complete a site survey to measure and establish the AP coverage for the
agency.
!
9. Take a complete inventory of all APs and 802.11 wireless devices. !
10. Ensure that wireless networks are not used until they comply with the
agency’s security policy.
!
11. Locate APs on the interior of buildings instead of near exterior walls and
windows as appropriate.
!
12. Place APs in secured areas to prevent unauthorized physical access and
user manipulation.
!
Technical Recommendations
13. Empirically test AP range boundaries to determine the precise extent of the
wireless coverage.
!
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-41
Checklist
Security Recommendation Best
Practice
Should
Consider
Status
14. Make sure that APs are turned off during when they are not used (e.g.,
after hours and on weekends).
!
15. Make sure that the reset function on APs is being used only when needed
and is only invoked by an authorized group of people.
!
16. Restore the APs to the latest security settings when the reset functions are
used.
!
17. Change the default SSID in the APs. !
18. Disable the broadcast SSID feature so that the client SSID must match that
of the AP.
!
19. Validate that the SSID character string does not reflect the agency’s name
(division, department, street, etc.) or products.
!
20. Ensure that AP channels are at least five channels different from any other
nearby wireless networks to prevent interference.
!
21. Understand and make sure that all default parameters are changed. !
22. Disable all insecure and nonessential management protocols on the APs. !
23. Enable all security features of the WLAN product, including the
cryptographic authentication and WEP privacy feature.
!
24. Ensure that encryption key sizes are at least 128-bits or as large as
possible.
!
25. Make sure that default shared keys are periodically replaced by more
secure unique keys.
!
26. Install a properly configured firewall between the wired infrastructure and
the wireless network (AP or hub to APs).
!
27. Install antivirus software on all wireless clients. !
28. Install personal firewall software on all wireless clients. !
29. Disable file sharing on wireless clients (especially in untrusted
environments).
!
30. Deploy MAC access control lists. !
31. Consider installation of Layer 2 switches in lieu of hubs for AP connectivity. !
32. Deploy IPsec-based Virtual Private Network (VPN) technology for wireless
communications.
!
33. Ensure that encryption being used is sufficient given the sensitivity of the
data on the network and the processor speeds of the computers.
!
34. Fully test and deploy software patches and upgrades on a regular basis. !
35. Ensure that all APs have strong administrative passwords. !
36. Ensure that all passwords are being changed regularly. !
37. Deploy user authentication such as biometrics, smart cards, two-factor
authentication, and PKI.
!
38. Ensure that the “ad hoc mode” for 802.11 has been disabled unless the
environment is such that the risk is tolerable. Note: some products do not
allow disabling this feature; use with caution or use different vendor.
!
39. Use static IP addressing on the network. !
40. Disable DHCP. !
41. Enable user authentication mechanisms for the management interfaces of
the AP.
!
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-42
Checklist
Security Recommendation Best
Practice
Should
Consider
Status
42. Ensure that management traffic destined for APs is on a dedicated wired
subnet.
!
43. Use SNMPv3 and/or SSL/TLS for Web-based management of APs. !
Operational Recommendations
44. Configure SNMP settings on APs for least privilege (i.e., read only).
Disable SNMP if it is not used. SNMPv1 and SNMPv2 are not
recommended.
!
45. Enhance AP management traffic security by using SNMPv3 or equivalent
cryptographically protected protocol.
!
46. Use a local serial port interface for AP configuration to minimize the
exposure of sensitive management information.
!
47. Consider other forms of authentication for the wireless network such as
RADIUS and Kerberos.
!
48. Deploy intrusion detection agents on the wireless part of the network to
detect suspicious behavior or unauthorized access and activity.
!
49. Deploy auditing technology to analyze the records produced by RADIUS
for suspicious activity.
!
50. Deploy an 802.11 security product that offers other security features such
as enhanced cryptographic protection or user authorization features.
!
51. Enable utilization of key-mapping keys (802.1X) rather than default keys so
that sessions use distinct WEP keys.
!
52. Fully understand the impacts of deploying any security feature or product
prior to deployment.
!
53. Designate an individual to track the progress of 802.11 security products
and standards (IETF, IEEE, etc.) and the threats and vulnerabilities with
the technology.
!
54. Wait until future releases of 802.11 WLAN technologies incorporate fixes to
the security features or provide enhanced security features.
!
55. When disposing access points that will no longer be used by the agency,
clear access point configuration to prevent disclosure of network
configuration, keys, passwords, etc.
!
56. If the access point supports logging, turn it on and review the logs on a
regular basis.
!
3.9 Wireless LAN Risk and Security Summary
Table 3-4 lists security recommendations for 802.11 wireless LANs. For each recommendation, narrative
is provided that addresses the security need, requirements or justification for that rcommendation.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-43
Table 3-4. Wireless LAN Security Summary
Security Recommendation Security Needs, Requirements, or Justification
1. Develop an agency security policy that
addresses the use of wireless technology,
including 802.11.
A security policy is the foundation on which other
countermeasures—the operational and technical
ones—are rationalized and implemented. A
documented security policy allows an organization to
define acceptable architecture, implementation, and
uses for 802.11 wireless technologies.
2. Ensure that users on the network are fully
trained in computer security awareness and
the risks associated with wireless technology
(e.g., 802.11).
A security awareness program helps users to establish
good security practices to prevent inadvertent or
malicious intrusions into an organization’s information
systems.
3. Perform a risk assessment to understand the
value of the assets in the agency that need
protection.
Understanding the value of organizational assets and
the level of protection required is likely to enable more
cost-effective wireless solutions that provide an
appropriate level of security.
4. Ensure that the client NIC and AP support
firmware upgrades so that security patches
may be deployed as they become available
(prior to purchase).
Wireless products should support upgrade and patching
of firmware to be able to take advantage of wireless
security enhancements and fixes.
5. Perform comprehensive security assessments
at regular and random intervals (including
validating that rogue APs do not exist in the
802.11 WLAN) to fully understand the wireless
network security posture.
Security assessments, or audits, are an essential tool
for checking the security posture of a WLAN and for
determining corrective action to make sure it stays
secure. Random checks ensure that the security
posture is maintained beyond periods of assessment.
6. Ensure that external boundary protection is in
place around the perimeter of the building or
buildings of the agency.
The external boundaries should be secured to prevent
malicious physical access to an organization’s
information system infrastructure such as a fence or
locked doors.
7. Deploy physical access controls to the building
and other secure areas (e.g., using photo IDs
or card badge readers).
Identification badges or physical access cards help to
ensure that only authorized personnel have access to
gain entry to a facility.
8. Complete a site survey to measure and
establish the AP coverage for the agency.
Proper placement of Access Points will help ensure that
there is adequate wireless coverage of the environment
while minimizing exposure to external attack. The site
survey should result in a report that proposes AP
locations, determines coverage areas, and assigns
radio channels to each AP and that ensures that the
coverage range does not expose APs to potential
malicious activities.
9. Take a complete inventory of all APs and
802.11 wireless devices.
A complete inventory list of APs and 802.11 wireless
devices can be referenced when conducting an audit for
unauthorized use of wireless technologies.
10. Ensure that wireless networks are not used
until they comply with the agency’s security
policy.
Security policy enforcement is vital for ensuring that
only authorized APs and 802.11 wireless devices are
operating in compliance with the organization’s wireless
security policy.
11. Locate APs on the interior of buildings instead
of near exterior walls and windows.
Locating APs near exterior walls and windows provides
a better range of access to potential external malicious
users. Choosing the location wisely to balance security
and coverage should be considered.
12. Place APs in secured areas to prevent
unauthorized physical access and user
manipulation.
Physically securing the APs, putting them “out of
reach,” prevents unauthorized access by potential
malicious users.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-44
Security Recommendation Security Needs, Requirements, or Justification
13. Empirically test AP range boundaries to
determine the precise extent of the wireless
coverage.
By empirically testing the AP coverage range for an
agency, a level of risk associated with the access range
by potential malicious users can be better understood.
14. Make sure that APs are turned off while they
are not being used (e.g., after hours,
weekends).
Shutting down APs when not in use minimizes potential
exposure to malicious activity.
15. Make sure that the reset function on APs is
being used only when needed and is only
invoked by an authorized group of people.
The reset function allows an individual to negate any
security settings administrators have configured on an
access point.
16. Restore the APs to the latest security settings
when the reset functions are used.
Security settings are lost after a reset function.
Therefore, the appropriate personnel should restore the
latest security settings after a reset.
17. Change the default SSID in the APs. Many default SSIDs used by vendors are published and
well known. Malicious users often try to connect to
802.11 networks using the default SSID.
18. Disable the broadcast SSID feature so that the
client SSID must match that of the AP.
Malicious users can more easily detect and exploit APs
that are broadcasting the SSID. Disabling the broadcast
SSID feature minimizes exposure of the AP to malicious
users.
19. Validate that the SSID character string does
not reflect the agency’s name (division,
department, street, etc.) or products.
The SSID should be somewhat difficult for malicious
users to use to determine the organization or agency
that owns the AP. The SSID should also be long and
difficult to guess.
20. Ensure that AP channels are at least five
channels different from any other nearby
wireless networks to prevent interference.
Radio interference between APs can result in a denial
of service. So, using channels in a different range
ensures service availability.
21. Understand and make sure that all default
parameters are changed.
Because default settings are generally known and not
secure, these settings should be changed and should
comply with organizational security policy.
22. Disable all insecure and nonessential
management protocols on the APs.
Management protocols that are enabled on APs but not
used present a potential avenue of attack. Disabling all
insecure and nonessential management protocols
minimizes potential methods that a hostile entity can
use when attempting to compromise an access point.
23. Enable all security features of the WLAN
product, including the cryptographic
authentication and WEP privacy features.
Enabling built-in security features provides greater
security than the default settings.
24. Ensure that encryption key sizes are at least
128 bits or as large as possible.
Brute force attacks on encryption key sizes become
more difficult as the key sizes increase. The addition of
a single bit doubles the key space. A 128-bit provides
an “intractable” key space against cryptanalysis, if the
algorithm and implementation are sound.
25. Make sure that default shared keys are
periodically replaced by more secure unique
keys.
Changing default shared keys periodically decreases
the likelihood that a malicious user can exploit a
compromised key. A changed key increases the
adversary’s difficulty.
26. Install a properly configured firewall between
the wired infrastructure and the wireless
network (AP or hub to APs).
A firewall can enforce a security policy on the
information flow between the wired network and the
wireless network.
27. Install antivirus software on all wireless clients. Antivirus software helps ensure that the wireless client
does not introduce known worms and viruses to the
wired network while protecting the wireless client from
viruses that originate on the wired network.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-45
Security Recommendation Security Needs, Requirements, or Justification
28. Install personal firewall software on all wireless
clients.
Personal firewalls help to protect against wireless
network attacks.
29. Disable file sharing on wireless clients
(especially in untrusted environments).
Malicious users can potentially exploit wireless clients
enabled for file sharing.
30. Deploy MAC access control lists. The use of access control lists based on MAC hardware
addresses provides a layer of security that ensures that
only authorized wireless devices are allowed to connect
to the wired network.
31. Consider installation of Layer 2 switches in lieu
of hubs for AP connectivity.
The use of layer 2 switches segments network traffic
and minimizes potential for a hostile user to monitor
traffic by connecting to a hub.
32. Deploy IPsec-based Virtual Private Network
(VPN) technology for wireless
communications.
The use of IPsec-based VPN provides an overlay
protection to the standard link encryption (e.g., WEP)
provided by the wireless connecting hosts.
33. Ensure that encryption being used is sufficient
with the sensitivity of the data on the network
and the processor speeds of the computers.
Sensitive data transmission should be encrypted. The
level of encryption provided must be balanced between
data security requirement and overhead cost related to
processor capability.
34. Fully test and deploy software patches and
upgrades regularly.
Newly discovered security vulnerabilities of vendor
products should be patched to prevent malicious and
inadvertent exploits. Patches should also be fully tested
before implementation to ensure that they work.
35. Ensure that all APs have strong administrative
passwords.
Administrator passwords on APs should not be easy to
guess. This minimizes the risk of an unauthorized user
gaining access by guessing or cracking administrative
passwords.
36. Ensure that all passwords are being changed
regularly.
Passwords should changed regularly to reduce the risk
of a compromised password being exploited.
37. Deploy user authentication such as biometrics,
smart cards, two-factor authentication, or PKI.
Implementing strong or two-factor authentication
whenever possible minimizes the vulnerabilities
associated with simple username and password
authentication.
38. Ensure that the “ad hoc mode” for 802.11 has
been disabled unless the environment is such
that the risk is tolerable. Note: some products
do not allow disabling this feature; use with
caution or use a different vendor.
The “ad hoc mode” for 802.11 can be exploited. Users
of hosts with “ad hoc mode” enabled may
unintentionally allow users to inadvertently or
maliciously connect to those systems.
39. Use static IP addressing on the network. Using static IP addressing makes it more difficult for a
hostile user to connect to the network.
40. Disable DHCP. If DHCP is disabled, then hosts are forced to use a
static IP address.
41. Enable user authentication mechanisms for the
management interfaces of the AP.
User authentication mechanisms should be enabled to
ensure that only authenticated users are allowed
access to the management interfaces of an AP.
42. Ensure that management traffic that is
destined for APs is on a dedicated wired
subnet.
Passing management traffic over an “out of band’
network or management subnet protects management
traffic, interfaces, and passwords from organizational
and outside users.
43. Use SNMPv3 and/or SSL/TLS for Web-based
management of APs.
SNMPv3 has enhanced security features relative to its
predecessor SNMP protocol. SNMPv3 and SSL/TLS
provide for secure authentication and encryption for
Web-based management access of APs.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-46
Security Recommendation Security Needs, Requirements, or Justification
44. Configure SNMP settings on APs for least
privilege (i.e., read only). Disable SNMP if it is
not used. SNMPv1 and SNMPv2 are not
recommended.
Agencies that require SNMP should change the default
community string, as often as needed, to a strong
community string. Privileges should be set to “read
only” if that is the only access a user requires. SNMPv1
and SNMPv2 message wrappers support only trivial
authentication based on plain-text community strings
and so are fundamentally insecure and not
recommended. Agencies should use SNMPv3.
45. Enhance AP management traffic security by
using SNMPv3 or equivalent cryptographically
protected protocol.
AP management traffic should be cryptographically
protected. SNMPv3 provides cryptographic
mechanisms to provide strong security.
46. Use a local serial port interface for AP
configuration to minimize the exposure of
sensitive management information.
By using a local serial port interface for AP
configuration ensures that sensitive management
information do not traverse the network as well as
minimizing the risk of unauthorized users gaining
access via a network protocol used to manage the AP.
47. Consider other forms of authentication for the
wireless network such as RADIUS and
Kerberos.
Use of authentication mechanisms such as RADIUS
and Kerberos can improve the security and simplify
user management.
48. Deploy intrusion detection agents on the
wireless part of the network to detect
suspicious behavior or unauthorized access
and activity.
Intrusion detection agents (e.g., host-based or networkbased
agents) deployed on the wireless network can
detect and respond to potential malicious activities.
49. Deploy auditing technology to analyze the
records produced by RADIUS for suspicious
activity.
If RADIUS is used, the audit records should be
manually or automatically processed to determine if
malicious activity has been directed at the
authentication server.
50. Deploy an 802.11 security product that offers
other security features such as enhanced
cryptographic protection or user authorization
features.
During product selection, ensure that the product
provides enhanced cryptographic protection or user
authorization features.
51. Enable use key-mapping keys rather than
default keys so that sessions use distinct WEP
keys.
The use of distinct WEP keys provides more security
than default keys and reduces the risk of key
compromise.
52. Fully understand the impacts of deploying any
security feature or product prior to deployment.
To ensure a successful deployment, an organization
should fully understand the technical, security,
operational, and personnel requirements before
implementation.
53. Designate an individual to track the progress of
802.11 security products and standards (IETF,
IEEE, etc.) and the threats and vulnerabilities
with the technology.
An appointed individual designated to track the latest
technology enhancements, standards, and risks will
help to ensure the continued secure implementation of
wireless technology.
54. Wait for future releases of 802.11 WLAN
technologies that incorporate fixes to the
security features, or provide enhanced security
features.
Upgrade to the latest versions and avoid purchasing the
versions of the 802.11 products with major security
vulnerabilities that have not been fixed.
55. When disposing of access points that will no
longer be used by the agency, clear access
point configuration to prevent disclosure of
network configuration, keys, passwords, etc.
Sensitive or proprietary configuration settings should be
cleared from access points before removing them from
use or disposing to prevent inadvertent disclosure of the
information to potentially malicious users.
56. If the access point supports logging, turn it on
and review the logs on a regular basis.
Ensure that the APs are set to perform logging. Also,
review of audit and logging data helps to ensure user
accountability.
WIRELESS NETWORK SECURITY
3-47
Security Recommendation Security Needs, Requirements, or Justification
57. If the access point supports logging, turn it on
and review the logs on a regular basis.
Access point logs should be enabled and regularly
reviewed for malicious activity.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-1
4. Wireless Personal Area Networks
This section provides a detailed overview of Bluetooth technology—an ad hoc networking technology. As
mentioned earlier, ad hoc networks are a relatively new paradigm of wireless communications in which
no fixed infrastructure exists such as base stations or access points. In ad hoc networks, devices maintain
random network configurations formed “on the fly,” relying on a system of mobile routers connected by
wireless links that enable devices to communicate with each other. Devices within an ad hoc network
control the network configuration, and they maintain and share resources. Ad hoc networks are similar to
peer-to-peer (P2P) networking in that they both use decentralized networking, in which the information is
maintained at the end user location rather than in a centralized database. However, ad hoc and P2P
networks differ in that P2P networks rely on a routing mechanism to direct information queries, whereas
ad hoc networks rely on the device hardware to request and share the information.
Ad hoc networks allow devices to access wireless applications, such as address book synchronization and
file sharing applications, within a wireless personal area network (PAN). When combined with other
technologies, these networks can be expanded to include network and Internet access. Bluetooth devices
that typically do not have access to network resources but that are connected in a Bluetooth network with
an 802.11 capable device can achieve connection within the corporate network as well as reach out to the
Internet.
4.1 Bluetooth Overview
Ad hoc networks today are based primarily on Bluetooth technology. Bluetooth is an open standard for
short-range digital radio. It is touted as a low-cost, low-power, and low-profile technology that provides a
mechanism for creating small wireless networks on an ad hoc basis. Bluetooth is considered a wireless
PAN technology that offers fast and reliable transmission for both voice and data. Untethered Bluetooth
devices will eliminate the need for cables and provide a bridge to existing networks.
Bluetooth can be used to connect almost any device to any other device. An example is the connection
between a PDA and a mobile phone. The goal of Bluetooth is to connect disparate devices (PDAs, cell
phones, printers, faxes, etc.) together wirelessly in a small environment such as an office or home.
According to the leading proponents of the technology, Bluetooth is a standard that will ultimately—
! Eliminate wires and cables between both stationary and mobile devices
! Facilitate both data and voice communications
! Offer the possibility of ad hoc networks and deliver synchronicity between personal devices.
Bluetooth is designed to operate in the unlicensed ISM (industrial, scientific, medical applications) band
that is available in most parts of the world, with variation in some locations. The characteristics of
Bluetooth are summarized in Table 4-1. Bluetooth-enabled devices will automatically locate each other,
but making connections with other devices and forming networks requires user action.
As with all ad hoc networks, Bluetooth network topologies are established on a temporary and random
basis. A distinguishing feature of Bluetooth networks is the master-slave relationship maintained between
the network devices. Up to eight Bluetooth devices may be networked together in a master-slave
relationship, called a “piconet.” In a piconet, one device is designated as the master of the network with
up to seven slaves connected directly to that network. The master device controls and sets up the network
(including defining the network’s hopping scheme). Devices in a Bluetooth piconet operate on the same
channel and follow the same frequency hopping sequence. Although only one device may perform as the
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-2
master for each network, a slave in one network can act as the master for other networks, thus creating a
chain of networks. This series of piconets, often referred to as scatter-nets, allows several devices to be
internetworked over an extended distance. This relationship also allows for a dynamic topology that may
change during any given session: as a device moves toward or away from the master device in the
network, the topology and therefore the relationships of the devices in the immediate network change.
Table 4-1. Key Characteristics of Bluetooth Technology
Characteristic Description
Physical Layer Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS).
Frequency Band 2.4 – 2.4835 GHz (ISM band).
Hop Frequency 1,600 hops/sec.
Data Rate 1 Mbps (raw). Higher bit rates are anticipated.
Data and Network Security
Three modes of security (none, link-level, and service level), two
levels of device trust, and three levels of service security. Stream
encryption for confidentiality, challenge-response for
authentication. PIN-derived keys and limited management.
Operating Range About 10 meters (30 feet); can be extended to 100 meters.
Throughput Up to approximately 720 kbps.
Positive Aspects
No wires and cables for many interfaces. Ability to penetrate walls
and other obstacles. Costs are decreasing with a $5 cost
projected. Low power and minimal hardware.
Negative Aspects Possibility for interference with other ISM band technologies.
Relatively low data rates. Signals leak outside desired boundaries.
Scenario 1 (Piconet 1): Laptops of separate users in a meeting
Sharing files and contact information (e.g., meeting attendee list).
User C’s PDA
Laptop
Bluetooth
Piconet 3
Laptop
User C’s Laptop
Master of Piconet 3
User B’s PDA
Bluetooth
Piconet 2
User B’s Laptop
Master of Piconet 2
User B’s
Mobile Phone
User A’s Laptop Laptop D
Master of Piconet 1
Laptop E
Bluetooth Piconet 1
Remote Laptop (Laptop E) is connected to
Piconet 1 through router (Laptop D).
Scenario 2 and 3 (Piconet 2 and 3): User’s B and C
share contact information with personal devices.
Figure 4-1. Typical Bluetooth Network—A Scatter-net
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-3
Mobile routers in a Bluetooth network control the changing network topologies of these networks. The
routers also control the flow of data between devices that are capable of supporting a direct link to each
other. As devices move about in a random fashion, these networks must be reconfigured on the fly to
handle the dynamic topology. The routing protocols it employs allow Bluetooth to establish and maintain
these shifting networks.
Bluetooth transceivers operate in the 2.4 GHz, ISM band, which is similar to the band WLAN devices and
other IEEE 802.11 compliant devices occupy. Bluetooth transceivers, which use Gaussian Frequency
Shift Keying (GFSK) modulation, employ a frequency hopping (FH) spread spectrum system with a
hopping pattern of 1,600 times per second over 79 frequencies in a quasi-random fashion. The theoretical
maximum bandwidth of a Bluetooth network is 1 Mbps. However, in reality the networks cannot support
such data rates because of communication overhead. The second generation of Bluetooth technology is
expected to provide a maximum bandwidth of 2 Mbps.
Bluetooth networks can support either one asynchronous data channel with up to three simultaneous
synchronous speech channels or one channel that transfers asynchronous data and synchronous speech
simultaneously.
Bluetooth uses a combination of packet-switching technology and circuit-switching technology. The
advantage of using packet switching in Bluetooth is that it allows devices to route multiple packets of
information by the same data path. Since this method does not consume all the resources on a data path, it
becomes easier for remote devices to maintain data flow throughout a scatter-net.
4.1.1 Brief History
The original architect for Bluetooth, named after the 10th century Danish king Harald Bluetooth, was
Ericsson Mobile Communication. In 1998, IBM, Intel, Nokia, and Toshiba formed the Bluetooth SIG,
which serves as the governing body of the specification. The SIG began as a means to monitor the
development of the radio technology and the creation of a global and open standard. Today more than
2,000 organizations are part of the Bluetooth SIG, comprising leaders in the telecommunications and
computing industries that are driving development and promotion of Bluetooth technology. Bluetooth was
originally designed primarily as a cable replacement protocol for wireless communications. However,
SIG members plan to develop a broad range of Bluetooth-enabled consumer devices to enhance wireless
connectivity. Among the array of devices that are anticipated are cellular phones, PDAs, notebook
computers, modems, cordless phones, pagers, laptop computers, cameras, PC cards, fax machines, and
printers. Bluetooth is now standardized within the IEEE 802.15 Personal Area Network (PAN) Working
Group that formed in early 1999. The Bluetooth SIG Web site provides numerous links to other Web sites
with additional information.38 The IEEE Web site provides updates on the IEEE 802.15 Working Group.39
This is the Working Group that develops Personal Area Networking consensus standards for short
distance wireless networks, or WPANs.
4.1.2 Frequency and Data Rates
The designers of Bluetooth like those of the 802.11 WLAN standard designed Bluetooth to operate in the
unlicensed 2.4 GHz–2.4835 GHz ISM frequency band. Because numerous other technologies also operate
in this band, Bluetooth uses a frequency-hopping spread-spectrum (FHSS) technology to solve
interference problems. The FHSS scheme uses 79 different radio channels by changing frequency about
1,600 times per second. One channel is used in 625 microseconds followed by a hop in a pseudo-random
38 For more information, see the Bluetooth Web site at http://www.bluetooth.com.
39 For more information, see the IEEE Web site at http://grouper.ieee.org/groups/802/15/.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-4
order to another channel for another 625 microsecond transmission; this process is repeated continuously.
As stated previously, the ISM band has become popular for wireless communications because it is
available worldwide and does not require a license.
In the ISM band, Bluetooth technology permits transmission speeds of up to 1 Mbps and achieves a
throughput of approximately 720 kbps. Although the data rates are low compared to those of 802.11
wireless LANs, it is still three to eight times the average speed of parallel and serial ports, respectively.
This rate is adequately fast for many of the applications for which Bluetooth was conceived. Moreover, it
is anticipated that even faster data rates will be available in the future.
4.1.3 Bluetooth Architecture and Components
As with the IEEE 802.11 standard, Bluetooth permits devices to establish either P2P networks or
networks based on fixed access points with which mobile nodes can communicate. In this document,
however, we only discuss the ad hoc network topology. This topology is meant to easily interconnect
mobile devices that are in the same area (e.g., in the same room). In this architecture, client stations are
grouped into a single geographic area and can be inter-networked without access to the wired LAN
(infrastructure network). The basic Bluetooth topology is depicted in Figure 4-2. As shown in this
piconet, one of the devices would be a master, and the other two devices would be slaves.
Laptop
Mobile Phone
PDA
Figure 4-2. Bluetooth Ad Hoc Topology
Unlike a WLAN that comprises both a wireless station and an access point, with Bluetooth, there are only
wireless stations or clients. A Bluetooth client is simply a device with a Bluetooth radio and Bluetooth
software module incorporating the Bluetooth protocol stack and interfaces.
4.1.4 Range
Bluetooth provides three different classes of power management. Class 1 devices, the highest power
devices, operate at 100 milliwatt (mW) and have an operating range of up to 100 meters (m). Class 2
devices operate at 2.5 mW and have an operating range of up to 10 m. Class 3, the lowest power devices,
operate at 1 mW and have an operating range of from 1/10 meter to 10 meters. These three levels of
operating power are summarized in Table 4-2.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-5
Table 4-2. Device Classes of Power Management
Type Power Power Level Operating Range
Class 1 Devices High 100 mW (20 dBm) Up to 100 meters (300 feet)
Class 2 Devices Medium 2.5 mW (4 dBm) Up to 10 meters (30 feet)
Class 3 Devices Low 1 mW (0 dBm) 0.1–10 meters (less than 30 feet)
The three ranges for Bluetooth are depicted in Figure 4-3. As shown, the shortest range may be good for
applications such as cable replacement (e.g., mouse or keyboard), file synchronization, or business card
exchange. The high-powered range can reach distances of 100 m, or about 300 ft. Additionally, as with
the data rates, it is anticipated that even greater distances will be achieved in the future.
Class 1
100-meter range
Class 3
0.1 to 10-meter
Class 2
10-meter
Figure 4-3. Bluetooth Operating Range
4.2 Benefits
Bluetooth offers five primary benefits to users. This ad hoc method of untethered communication makes
Bluetooth very attractive today and can result in increased efficiency and reduced costs. The efficiencies
and cost savings are attractive for the home user and the enterprise business user.
Benefits of Bluetooth include—
! Cable replacement—Bluetooth technology replaces cables for a variety of interconnections. These
include those of peripheral devices (i.e., mouse and keyboard computer connections), USB at 12
Mbps (USB 1.1) up to 480 Mbps (USB 2.0); printers and modems, usually at 4 Mbps; and wireless
headsets and microphones that interface with PCs or mobile phones.
! Ease of file sharing—Bluetooth enables file sharing between Bluetooth-enabled devices. For
example, participants of a meeting with Bluetooth-compatible laptops can share files with each other.
In another example, a Bluetooth-compatible mobile phone acts as a wireless modem for laptops.
Using Bluetooth, the laptop interfaces with the cell phone, which in turn connects to a network, thus
giving the laptop a full range of networking capabilities without the need of an electrical interface for
the laptop–to–mobile phone connection.40
! Wireless synchronization—Bluetooth provides automatic wireless synchronization with other
Bluetooth-enabled devices. For example, personal information contained in address books and date
books can be synchronized between PDAs, laptops, mobile phones, and other devices.
40 See An Overview of Bluetooth Security, February 22, 2001, at http://www.sans.org.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-6
! Automated wireless applications—Bluetooth supports automatic wireless application functions.
Unlike synchronization, which typically occurs locally, automatic wireless applications interface with
the LAN and Internet. For example, an individual working offline on e-mails might be outside of their
regular service area—on a flight, for instance. To e-mail the files queued in the inbox of the laptop,
the individual, once back in a service area (i.e., having landed), would activate a mobile phone or any
other device capable of connecting to a network. The laptop would then automatically initiate a
network join by using the phone as a modem and automatically send the e-mails after the individual
logs on.
! Internet connectivity—Bluetooth is supported by a variety of devices and applications. Some of
these devices include mobile phones, PDAs, laptops, desktops, and fixed telephones. Internet
connectivity is possible when these devices and technologies join together to use each other’s
capabilities. For example, a laptop, using a Bluetooth connection, can request a mobile phone to
establish a dial-up connection; the laptop can then access the Internet through that connection.
Bluetooth is expected to be built into office appliances (e.g., PCs, faxes, printers, and laptops),
communication appliances (e.g., cell phones, handsets, pagers, and headsets), and home appliances (e.g.,
DVD players, cameras, refrigerators, and microwave ovens). Applications for Bluetooth also include
vending machines, banking, and other electronic payment systems; wireless office and conference rooms;
smart homes; and in-vehicle communications and parking.
4.3 Security of Bluetooth
This section helps the reader to understand the built-in security features of Bluetooth. It provides an
overview of the inherent security features to better illustrate its limitations and provide a motivation for
some of the recommendations for enhanced security. Security for the Bluetooth radio path is depicted in
Figure 4-4.
Router
Wired LAN
Bluetooth Security
Bluetooth Security
Bluetooth Security
Figure 4-4. Bluetooth Air-Interface Security
As shown in the illustration, security for Bluetooth is provided on the various wireless links—on the radio
paths only. In other words, link authentication and encryption may be provided, but true end-to-end
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-7
security is not possible without providing higher layer security solutions on top of Bluetooth. In the
example provided, security services are provided between the PDA and the printer, between the cell
phone and laptop, and between the laptop and the desktop.
Briefly, the three basic security services defined by the Bluetooth specifications are the following:
! Authentication—A goal of Bluetooth is the identity verification of communicating devices. This
security service addresses the question “Do I know with whom I’m communicating?” This service
provides an abort mechanism if a device cannot authenticate properly.
! Confidentiality—Confidentiality, or privacy, is another security goal of Bluetooth. The intent is to
prevent information compromise caused by eavesdropping (passive attack). This service, in general,
addresses the question “Are only authorized devices allowed to view my data?”
! Authorization—A third goal of Bluetooth is a security service developed to allow the control of
resources. This service addresses the question “Has this device been authorized to use this service?”
As with the 802.11 standard, Bluetooth does not address other security services such as audit and
nonrepudiation. If these other security services are desired or required, they must be provided through
other means. The three security services offered by Bluetooth and details about the modes of security are
described below.
Also worthwhile to note, Bluetooth provides a frequency-hopping scheme with 1,600 hops/second
combined with radio link power control (to limit transmit range). These characteristics provide Bluetooth
with some additional, albeit small, protection from eavesdropping and malicious access. The frequencyhopping
scheme, primarily a technique to avoid interference, makes it slightly more difficult for an
adversary to locate the Bluetooth transmission. Using the power control feature appropriately forces any
potential adversary to be in relatively close proximity to pose a threat to the Bluetooth network.
4.3.1 Security Features of Bluetooth per the Specifications
Bluetooth has three different modes of security. Each Bluetooth device can operate in one mode only at a
particular time. The three modes are the following:
! Security Mode 1—Nonsecure mode
! Security Mode 2—Service-level enforced security mode
! Security Mode 3—Link-level enforced security mode
In Security Mode 1, a device will not initiate any security procedures. In this nonsecure mode, the
security functionality (authentication and encryption) is completely bypassed. In effect, the Bluetooth
device in Mode 1 is in a “promiscuous” mode that allows other Bluetooth devices to connect to it. This
mode is provided for applications for which security is not required, such as exchanging business cards.
In Security Mode 2, the service-level security mode, security procedures are initiated after channel
establishment at the Logical Link Control and Adaptation Protocol (L2CAP) level. L2CAP resides in the
data link layer and provides connection-oriented and connectionless data services to upper layers. For this
security mode, a security manager (as specified in the Bluetooth architecture) controls access to services
and to devices. The centralized security manager maintains polices for access control and interfaces with
other protocols and device users. Varying security polices and “trust” levels to restrict access may be
defined for applications with different security requirements operating in parallel. Therefore, it is possible
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-8
to grant access to some services without providing access to other services. Obviously, in this mode, the
notion of authorization—that is the process of deciding if device A is allowed to have access to service
X—is introduced.
In Security Mode 3, the link-level security mode, a Bluetooth device initiates security procedures before
the channel is established. This is a built-in security mechanism, and it is not aware of any application
layer security that may exist. This mode supports authentication (unidirectional or mutual) and
encryption. These features are based on a secret link key that is shared by a pair of devices. To generate
this key, a pairing procedure is used when the two devices communicate for the first time.
The Bluetooth modes are depicted in Figure 4-5.
Security Modes
Security Mode 1
No security
- Insecure -
Security Mode 2
Service Level Security
- Flexible / Policy-based -
Security Mode 3
Link Level Security
- Fixed -
Authentication Confidentiality Authorization Authentication Confidentiality
Figure 4-5. Taxonomy of Bluetooth Security Modes
4.3.1.1 Link Key Generation—Bluetooth Bonding
The link key is generated during an initialization phase, while two Bluetooth devices that are
communicating are “associated” or “bonded.” Per the Bluetooth specification, two associated devices
simultaneously derive link keys during the initialization phase when a user enters an identical PIN into
both devices. The PIN entry, device association, and key derivation are depicted conceptually in Figure 4-
6. After initialization is complete, devices automatically and transparently authenticate and perform
encryption of the link. It is possible to create a link key using higher layer key exchange methods and then
import the link key into the Bluetooth modules. The PIN code used in Bluetooth devices can vary
between 1 and 16 bytes. The typical 4-digit PIN may be sufficient for some applications; however, longer
codes may be necessary.41
41 Bluetooth Security White Paper is available at http://www.bluetooth.com.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-9
PIN
E2
Link Key
Encryption Key
PIN
Link Key
Encryption Key
For Authentication
procedure
E2
E3 E3
For Encryption
procedure
Bluetooth Device 1 Bluetooth Device 2
Combination – pairwise key
Unit – unit-specific key
Initialization – used during initialization only
Master – used for broadcast
Semi-permanent
Figure 4-6. Bluetooth Key Generation from PIN
4.3.1.2 Authentication
The Bluetooth authentication procedure is in the form of a “challenge-response” scheme. Two devices
interacting in an authentication procedure are referred to as the claimant and the verifier. The verifier is
the Bluetooth device validating the identity of another device. The claimant is the device attempting to
prove its identity. The challenge-response protocol validates devices by verifying the knowledge of a
secret key—a Bluetooth link key. The challenge-response verification scheme is depicted conceptually in
Figure 4-7. As shown, one of the Bluetooth devices (the claimant) attempts to reach and connect to the
other (the verifier).
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-10
Radio
Interface
(Claimant) (Verifier)
E1
Algorithm
Link Key E1
Algorithm
Random Number
Generator
(RNG)
AU_RAND
ACO
Address
Link Key
ACO
=?
Yes
No Abort
Connection
Allow
Connection
Bluetooth Device 1 Bluetooth Device 2
BD_ADDR
SRES
Figure 4-7. Bluetooth Authentication
The steps in the authentication process are the following:
Step 1. The claimant transmits its 48-bit address (BD_ADDR) to the verifier.
Step 2. The verifier transmits a 128-bit random challenge (AU_RAND) to the claimant.
Step 3. The verifier uses the E1 algorithm to compute an authentication response using the
address, link key, and random challenge as inputs. The claimant performs the same computation.
Step 4. The claimant returns the computed response, SRES, to the verifier.
Step 5. The verifier compares the SRES from the claimant with the SRES that it computes.
Step 6. If the two 32-bit SRES values are equal, the verifier will continue connection
establishment.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-11
If authentication fails, a Bluetooth device will wait an interval of time before a new attempt can be made.
This time interval will increase exponentially to prevent an adversary from repeated attempts to gain
access by defeating the authentication scheme through trial-and-error with different keys. However, it is
important to note that this “suspend” technique does not provide security against sophisticated adversaries
performing offline attacks to exhaustively search PINs.
Again, the Bluetooth standard allows both uni-directional and mutual authentication to be performed. The
E1 authentication function used for the validation is based on the SAFER+ algorithm.42
The Bluetooth address is a public parameter that is unique to each device. This address can be obtained
through a device inquiry process. The private key, or link key, is a secret entity. The link key is derived
during initialization, is never disclosed outside the Bluetooth device, and is never transmitted over the airinterface.
The random challenge, obviously a public parameter, is designed to be different on every
transaction. The random number is derived from a pseudo-random process within the Bluetooth device.
The cryptographic response is public as well. With knowledge of the challenge and response parameters,
it should be impossible to predict the next challenge or derive the link key.
The parameters used in the authentication procedure are summarized in Table 4-3.
Table 4-3. Summary of Authentication Parameters
Parameter Length Secrecy Characteristic
Device address 48 bits Public
Random challenge 128 bits Public, unpredictable
Authentication (SRES) response 32 bits Public
Link key 128 bits Secret
4.3.1.3 Confidentiality
In addition to the authentication scheme, Bluetooth provides for a confidentiality security service to
thwart eavesdropping attempts on the air-interface. Bluetooth encryption is provided to protect the
payloads of the packets exchanged between two Bluetooth devices. The encryption scheme for this
service is depicted conceptually in Figure 4-7.
As shown in Figure 4-8, the Bluetooth encryption procedure is based on a stream cipher, E0. A key stream
output is exclusive-OR-ed with the payload bits and sent to the receiving device. This key stream is
produced using a cryptographic algorithm based on linear feedback shift registers (LFSR).43 The encrypt
function takes as inputs the master identity (BD_ADDR), the random number (EN_RAND), a slot
number, and an encryption key, which initialize the LFSRs before the transmission of each packet, if
encryption is enabled. Since the slot number used in the stream cipher changes with each packet, the
ciphering engine is also reinitialized with each packet although the other variables remain static.
As shown in Figure 4-8, the encryption key provided to the encryption algorithm is produced using an
internal key generator (KG). This key generator produces stream cipher keys based on the link key,
random number (EN_RAND again), and the ACO value. The ACO parameter, a 96-bit authenticated
42 A family of SAFER algorithms was developed by James Massey and used in Cylink Corporation products. SAFER stands
for Secure And Fast Encryption Routine. The SAFER algorithms are iterated block ciphers (IBC). In an IBC, the same
cryptographic function is applied for a specified number of rounds.
43 LFSRs are used in coding (error control coding) theory and cryptography. LFSR-based key stream generators (KSGs),
comprised of exclusive-OR gates and shift registers, are common in stream ciphers and are very fast in hardware.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-12
cipher offset, is another output produced during the authentication procedure shown in Figure 4-7. As
mentioned above, the link key is the 128-bit secret key that is held in the Bluetooth devices and is not
accessible to the user. Moreover, this critical security element is never transmitted outside the Bluetooth
device.
Radio
Interface
Plaintext Input
Keystream
Key Generator
(KG)
Packet
Slave Master
Ciphertext
E0
Algorithm
Link Key
Keystream
Key Generator
(KG)
E0
Algorithm
Random Number
Generator
(RNG)
ACO EN_RAND ACO
Master Identity
Slot
Number
Slot
Number
Link Key
Plaintext Output
Packet
Encryption Key, KC
Encryption Key, KC
Plaintext Output
Payload bits
XOR with
keystream
Packet
Ciphertext
Payload bits
XOR with
keystream
Plaintext Input
Packet
BD_ADDR
Bluetooth Device 1 Bluetooth Device 2
Figure 4-8. Bluetooth Encryption Procedure
The encryption key (KC) is generated from the current link key. The key size may vary from 8 bits to 128
bits and is negotiated. The negotiation process occurs between master devices and slave devices. During
negotiation, a master device makes a key size suggestion for the slave. In every application, a “minimum
acceptable” key size parameter can be set to prevent a malicious user from driving the key size down to
the minimum of 8 bits, making the link totally insecure.
The Bluetooth specification also allows three different encryption modes to support the confidentiality
service:
! Encryption Mode 1—No encryption is performed on any traffic.
! Encryption Mode 2—Broadcast traffic goes unprotected (not encrypted), but individually addressed
traffic is encrypted according to the individual link keys.
! Encryption Mode 3—All traffic is encrypted according to the master link key.
4.3.1.4 Trust Levels, Service Levels, and Authorization
In addition to the three security modes, Bluetooth allows two levels of trust and three levels of service
security. The two levels of trust are “trusted” and “untrusted.” Trusted devices are ones that have a fixed
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-13
relationship and therefore have full access to all services. Untrusted devices do not maintain a permanent
relationship; this results in a restricted service access. For services, three levels of security have been
defined. These levels are provided so that the requirements for authorization, authentication, and
encryption can be set independently.
The security levels can be described as follows:
! Service Level 1—Those that require authorization and authentication. Automatic access is granted
only to trusted devices. Untrusted devices need manual authorization.
! Service Level 2—Those that require authentication only. Access to an application is allowed only
after an authentication procedure. Authorization is not necessary.
! Service Level 3—Those that are open to all devices. Authentication is not required, and access is
granted automatically.
Associated with these levels are the following security controls to restrict access to services: authorization
required (this always includes authentication), authentication required, and encryption required (link must
be encrypted before the application can be accessed).
The Bluetooth architecture allows for defining security policies that can set trust relationships in such a
way that even trusted devices can get access only to specific services and not to others. It is important to
understand that Bluetooth core protocols can authenticate only devices and not users. This is not to say
that user-based access control is not possible. The Bluetooth security architecture (through the security
manager) allows applications to enforce their own security policies. The link layer, at which Bluetooth
specific security controls operate, is transparent to the security controls imposed by the application layers.
Thus it is possible to enforce user-based authentication and fine-grained access control within the
Bluetooth security framework.
4.3.2 Problems with the Bluetooth Standard Security
This section provides an overview of some of the known problems with Bluetooth at this writing. The
Bluetooth security checklist addresses these vulnerabilities.
Table 4-4. Key Problems with Existing (Native) Bluetooth Security
Security Issue or Vulnerability Remarks
1 Strength of the challenge-response pseudorandom
generator is not known.
The Random Number Generator (RNG) may produce
static number or periodic numbers that may reduce
the effectiveness of the authentication scheme.
2 Short PINS are allowed. Weak PINs, which are used for the generation of link
and encryption keys, can be easily guessed.
Increasing the PIN length in general increases the
security. People have a tendency to select short
PINs.
3 An elegant way to generate and distribute
PINs does not exist.
Establishing PINs in large Bluetooth networks with
many users may be difficult. Scalability problems
frequently yield security problems.
4 Encryption key length is negotiable. The Bluetooth SIG needs to develop a more robust
initialization key generation procedure.
5 Unit key is reusable and becomes public
once used.
Use a unit key as input to generate a random key.
Use a key set instead of only one unit key.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-14
Security Issue or Vulnerability Remarks
6 The master key is shared. The Bluetooth SIG needs to develop a better
broadcast keying scheme.
7 No user authentication exists. Device authentication only is provided. Applicationlevel
security and user authentication can be
employed.
8 Attempts for authentication are repeated. The Bluetooth SIG needs to develop a limit feature to
prevent unlimited requests. The Bluetooth
specification requires a time-out period between
repeated attempts that will increase exponentially.
9 E0 stream cipher algorithm is weak. The Bluetooth SIG needs to develop a more robust
encryption procedure.
10 Key length is negotiable. A global agreement must be established on minimum
key length.
11 Unit key sharing can lead to eavesdropping. A corrupt user may be able to compromise the
security between (gain unauthorized access to) two
other users if that corrupt user has communicated
with either of the other two users. This is because the
link key (unit key), derived from shared information, is
disclosed.
12 Privacy may be compromised if the
Bluetooth device address (BD_ADDR) is
captured and associated with a particular
user.
Once the BD_ADDR is associated with a particular
user, that user’s activities could be logged, resulting
in a loss of privacy.
13 Device authentication is simple shared-key
challenge-response.
One-way-only challenge-response authentication is
subject to man-in-the-middle attacks. Mutual
authentication is required to provide verification that
users and the network are legitimate.
14 End-to-end security is not performed. Only individual links are encrypted and authenticated.
Data is decrypted at intermediate points. Applications
software above the Bluetooth software can be
developed.
15 Security services are limited. Audit, nonrepudiation, and other services do not exist.
If needed, these can be developed at particular points
in a Bluetooth network.
4.4 Security Requirements and Threats
Bluetooth offers several benefits and advantages. However, agencies must not only address the security
threats associated with Bluetooth before they implement the technologies; they must also assess the
vulnerabilities of the devices they allow to participate in the Bluetooth networks. Specifically, agencies
need to address security concerns for confidentiality, data integrity, and network availability. Moreover,
since Bluetooth devices are more likely to be managed by users that are less security conscious than
administrators, they are more likely to contribute to involuntary security lapses. This subsection will
briefly cover some of the risks to security, i.e., attacks on confidentiality, integrity, and network
availability.
4.4.1 Loss of Confidentiality
See Figure 3.9 in the 802.11 wireless section for a general taxonomy of security attacks, to understand
some of the attacks against Bluetooth.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-15
Threats to confidentiality involve, first of all, compromised Bluetooth devices. When a Bluetooth device
that is part of a piconet becomes compromised (e.g., is in the possession of an unauthorized user), it may
still receive information that the malicious user should not access. Moreover, the compromised device
may still have network or information privileges, resulting in a compromise of the wider network as well.
In the latter case, the compromised device may not only receive normal proprietary traffic but may also
request that information as part of a targeted network attack. A trait of Bluetooth that makes this
compromise unique is that the Bluetooth network requires device—and not user—authentication to access
resources. Once the device is authenticated, it is automatically connected to resources without the need
for subsequent authentication.44
Bluetooth devices themselves have inherent security vulnerabilities. For example, malicious users can use
wireless microphones as bugging devices. Although such attacks have not been documented because
Bluetooth is not yet commercially prevalent, incidents have been recorded of successful attacks on PCs
using programs such as Back Orifice and Netbus. If a malicious user has a program such as Back Orifice
installed on a device in the Bluetooth network, that user could access other Bluetooth devices and
networks that have limited or no security. These same programs could be used against Bluetooth devices
and networks. Bluetooth devices are further vulnerable because the system authenticates the devices, not
the users. As a result, a compromised device can gain access to the network and compromise both the
network and devices on the network.
Authorized remote users pose a threat to Bluetooth networks. Remote users are not always subject to the
same security requirements as users onsite. They frequently use nonsecure links, whether at home or on
travel. In the process of connecting, they transmit user IDs and passwords, which a malicious user can
capture using a network sniffer. Without the secure perimeter typically provided in an office environment,
the malicious user does not have to be in close proximity to the user to intercept traffic. Once the device
or link is compromised, all devices in that Bluetooth network are vulnerable to attacks. For example, a
compromised link allows a malicious user to monitor data traffic, while a compromised device allows the
malicious user to request and receive sensitive data. If in addition the malicious user obtains knowledge
of the user IDs and password of the targeted network, then a compromised device can be used to gain
access to the network. This scenario requires a number of security lapses before a malicious user can gain
access to the network. Using Bluetooth secure links and additional layers of security on top of Bluetooth
would mitigate the risk of such an attack.
The man-in-the-middle attack poses an additional threat to Bluetooth devices that rely on unit keys,
typically the more simple “dumb” devices. In this attack, the man-in-the-middle (Device C) obtains the
security encryption key that a network device (Device A) uses to monitor traffic between itself and
another network device (Device B). All the attack requires is that Device A separately share its unit key (a
static key unique to each device) with Device C and Device B. The reasons for the connections between
Devices A and B and between Devices A and C may be completely unrelated, and the level of
confidentiality may even be different. However, once Device C knows the unit key, it can use a fake
device address to calculate the encryption key and monitor traffic between Devices A and B without their
knowledge. The man-in-the-middle attack does not require costly or special equipment. A knowledgeable
malicious user who has access to the unit key and who can mimic a Bluetooth address to generate the
encryption key can conduct the attack. Attacks such as these use a priori knowledge of the targeted
Bluetooth devices. Although this does not necessarily preclude malicious users from randomly attacking
44 Devices are authenticated through the Bluetooth chip at the link level. The Bluetooth authentication scheme is essentially a
challenge-response strategy, where a two-move protocol is used to check whether the other party knows a shared identical
secret key (a symmetric key). Basically the protocol checks that both devices have the same key, and if they do
authentication is successful. This process is sometimes invisible to the device user, since the devices can automatically
authenticate once they are within the transmission range. (See www.palowireless.com/bluearticles/cc1_security1.asp for
more information.)
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-16
Bluetooth devices as they enter the transmission range, no instances of such attacks have been
documented.
Figure 4-9 illustrates the attack. A trusted PDA (Device A) shares proprietary information with a trusted
laptop (Device B). During the connection with Device B, Device A connects to an untrusted PDA (Device
C) to share personal contacts in A’s PDA address book. Once Device C makes the connection to A, C
now becomes the man-in-the-middle and can monitor the traffic between Devices A and B by using
Device A’s unit key and a fake address. The biggest danger in such monitoring is that the owner(s) of
Device A or B may never realize that the information is being compromised.
LAPTOP
“Untrusted Device”
Step 1a: Device A shares
Unit Key with Device C
Step1: Device A shares
Unit Key with Device B
PDA 1
PDA 2
Device A
Device B Device C
PDA 1 Shares “contact information” with PDA 2
(i.e. Non- Proprietary Address Book)
PDA 1 Shares “proprietary information”
with Laptop (trusted device)
Step 2: Device C fakes device
address to defeat encryption
Step 3: Device C monitors
traffic between Device A or B
“Trusted Device”
Figure 4-9. Man-in-the-Middle Attack Scenarios
To date, no software is available for monitoring such intrusions, and Bluetooth devices are invisible to
network administrators.45 Although different participants from different organizations may enforce
different security policies, in an ad hoc network this has little bearing. Every device participating in the ad
hoc network is susceptible to the security risks of every other device. Since Bluetooth devices are unlikely
to be administered by network administrators, users should be aware of the security implications of their
use in environments that process sensitive data. Although privacy violations are not directly a security
threat, agencies need to consider the potential for privacy violations when implementing Bluetooth
technologies. Each Bluetooth device is equipped with its own unique address (BD_ADDR), and this
address is used to log each device’s participation in the network. Secure logging ensures device
authentication (i.e., we have no proof who was operating the device, therefore, an individual can deny
participation in the network since the address that is logged belongs to the device and not an individual).
However, it also allows organizations to monitor and track what an individual does on the network.46
Nonrepudiation of individuals requires strong authentication, such as client digital signatures that can be
verified in a PKI (Public Key Infrastructure).
45 See “Security in a Mobile World—Is Bluetooth the Answer?” Computers and Security, Vol. 20 (2001).
46 See “Bluetooth Security: An Oxymoron?” November 28, 2000, at http://www.mcommercetimes.com.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-17
4.4.2 Loss of Integrity
Violations of integrity result from the corruption of an organization’s or user’s data. The immediate effect
is similar to that of a confidentiality, or disclosure, threat: a compromised network. However, integrity
threats extend beyond this, involving the alteration, addition, or deletion of information, which is then
passed through the network without the user’s or network administrator’s knowledge. Information that is
subject to corruption includes files on the network and data on user devices. For example, a malicious
user might employ an untrusted device, such as a PDA, to access the address book of another PDA or
laptop. However, instead of just monitoring the information, as would be the case with a disclosure threat,
the malicious user alters the contact information without the owner’s knowledge or may even delete the
information completely. If undetected, such attacks could result in the agency (or user) losing confidence
in its data and system. Users should verify that their Bluetooth product does not allow automatic data
synchronization to prevent the alteration of any information without the acknowledgement of the device
user.
4.4.3 Loss of Availability
DoS and DDoS attacks cause in the loss of network availability and “usability upon demand” for
authorized users and devices. DoS attacks block authorized user access to system resources and network
applications. Besides the typical DoS attacks (e.g., those involving flooding techniques) directed against
LANs and Internet services, Bluetooth devices are also susceptible to signal jamming. Bluetooth devices
share bandwidth with microwave ovens, cordless phones, and other wireless networks and thus are
vulnerable to interference. Malicious users can interfere with the flow of information (i.e., disrupt the
routing protocol by feeding the network inaccurate information) by using devices that transmit in the
2.4 GHz ISM band. Disrupting the routing protocol prevents ad hoc network devices from negotiating the
network’s dynamic topologies. Remote users may encounter jamming more frequently than on-site users.
Remote users must contend with the same interference that users experience in the office. Further, since
the remote environment is uncontrolled, remote devices are more likely to be in close proximity to
devices (e.g., other Bluetooth and ISM band devices) that are intentionally or unintentionally jamming
their signals.
Another threat associated with ad hoc devices is a battery exhaustion attack. This attack attempts to
disable a device by draining its battery. A malicious user continually sends requests to the device asking
for data transfers (assuming the user is part of the network topology) or asking the device to create a
network.47 Although this type of attack does not compromise network security, it ultimately prevents the
user from gaining access to the network, because the device cannot function.
4.5 Risk Mitigation
Bluetooth is a relatively new standard and has yet to become prevalent in the marketplace. However,
countermeasures are available to help secure Bluetooth networks. These measures include management
countermeasures, operational countermeasures, and technical countermeasures.
4.5.1 Management Countermeasures
The first line of defense is to provide an adequate level of knowledge and understanding for those who
will deal with Bluetooth-enabled devices. Agencies using Bluetooth technology need to establish and
document security policies that address the use of Bluetooth-enabled devices and the user’s
responsibilities. The policy document should include a list of approved uses for Bluetooth networks, the
47 See “Bluetooth Security,” May 2000, at http://www.niksula.cs.hut.fi/~jiitv/bluesec.html.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-18
type of information that may be transferred in the network, and any disciplinary actions that may result
from misuse. The security policy should also specify a proper password usage scheme.
4.5.2 Operational Countermeasures
Since Bluetooth devices do not register when they join a network, they are invisible to network
administrators. Consequently, it is difficult for administrators to apply traditional physical security
measures. However, there are some security approaches that can be applied, including establishing spatial
distance and securing the gateway Bluetooth devices that connect remote Bluetooth networks or devices.
Establishing spatial distance requires setting the power requirements low enough to prevent a device
operating on the agency’s premises from having sufficient power to be detected outside a physical area
(e.g., outside the office building). This spatial distance in effect creates a more secure perimeter.
Currently, Bluetooth devices have a useful range of approximately 30 feet (with a class 3 device).
Agencies that require both high levels of security and low levels of security should maintain a secure
perimeter so that on-site network users can maintain secure connections in their office spaces. Agencies
with requirements for high levels of security should also restrict unauthorized personnel from using
PDAs, laptops, and other electronic devices within the secure perimeter.
4.5.3 Technical Countermeasures
As with WLANs, Bluetooth technical countermeasures fall into one of two categories: software security
solutions and hardware security solutions. Bluetooth software solutions focus on PIN and private
authentications, while hardware solutions involve the use of the Bluetooth device address and link keys
that reside at the link level. Again, it should be noted that hardware solutions, which generally have
software components, are listed simply as hardware solutions.
4.5.3.1 Software Solutions
Software solutions inherent in Bluetooth technology include the Bluetooth PIN and private authentication.
Bluetooth enforces Bluetooth PINs at the link level. PINs may be 1 to 16 octets (8 bits to 128 bits) in
length, depending on the degree of security selected by the device user. Bluetooth devices use the PIN, in
effect, for device authentication: the PIN acts as a variable in the initialization key generation process. For
authentication between two devices, Bluetooth has the option of storing and retrieving the PIN
automatically and directly from memory or having a user enter the PIN into the device when the device is
initializing. To generate keys between two devices, the devices can use the PIN from a single device or
use the Bluetooth PIN of both devices. Because the PINs are necessary for authentication and for link
security, administrators should ensure that Bluetooth devices use PINs other than the default, or lowest,
setting (e.g., 0000).
According to the Bluetooth specification, the Bluetooth PIN is not a value that comes with a device,
except if fixed PINS are used. In this case, the fixed PIN must be used. This is a weak procedure, but it is
allowed for devices that do not have a user interface. Normally, when two devices pair, they use the same
PIN number, which is generated ad hoc and forgotten immediately afterwards and not used again. If two
devices have different fixed PINs, they cannot pair.
Since Bluetooth devices can store and automatically access link-level PINs from memory, a Bluetooth
device should employ device authentication as an extra layer of security. Incorporating application-level
software that requires password authentication to secure the device will add an extra layer of security.
Agencies with both high-end users and low-end users should incorporate application-level software that
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-19
requires password authentication in Bluetooth devices. Again, passwords are fundamental measures,
adding an extra layer of security.
Additionally, some of the software solutions identified for 802.11 WLANs may be appropriate for
Bluetooth devices as well. These software solutions are outlined in Section 3. Because Bluetooth is a
relatively new wireless communications technology, supplemental software solutions (e.g., application
security tool kits, robust IPsec VPN overlay) have not appeared in the marketplace. Moreover, if
Bluetooth is intended for less critical and short-range applications, such as simple printer cable
replacements, the enhanced security may be expensive and unnecessary.
4.5.3.2 Hardware Solutions
Hardware security solutions for Bluetooth devices are inherent in the design of the standard itself. As
mentioned above, the link layer provides its own form of security. Bluetooth uses a device address that is
unique to each device. The device address, a 48-bit identifier—note that this is a 6-byte public
parameter—serves several purposes such as generating 128-bit link keys and encryption keys. For
example, a key-generating algorithm (defined by the Bluetooth standards) with a randomly generated
number and the Bluetooth device address creates the unit and combination keys.
Link keys, the 128-bit random numbers that form the basis of Bluetooth security, are in the form of a unit
key, a master link key, or a combination key. Only dumb devices use unit keys. More advanced devices
establish combination keys with peers. Master devices generate master link keys that are transported to
slaves protected by pair-wise link keys. A device in the network generates the unit key (a key that rarely
changes) when the new device first comes into operation. This unit key may then become the device’s
link key for the network. However, since the sharing of unit keys represents a vulnerability, agencies
should regulate the exchange of unit keys with untrusted devices. Combination keys, pair-wise unique
link keys, are derived from information from two communicating devices. The combination key,
however, becomes a unique link key for those devices only. Even if the unit key of one of the devices is
compromised, the link is still not compromised. The unit key and combination keys are functionally
indistinguishable; the difference is merely in the ways they are generated. Hence, a Bluetooth device may
have either a unit key or a combination key, but not both.
Another hardware solution, inherent in the Bluetooth design, is the use of frequency-hopping schemes.
Frequency-hopping schemes allow devices to communicate even in areas where a great deal of
electromagnetic interference occurs. Frequency-hopping schemes also offer protection from burst errors
by continually moving signals in and out of the interference band and by making bit error corrections
using FEC. Frequency-hopping schemes have been thought to protect authorized users from malicious
users by transmitting the signal with a pseudo-random sequence that moves the signal arbitrarily around
the bandwidth, making it very difficult to track. However, this technique provides only minimal
protection in reality and should not be relied upon solely.
A hardware solution for securing devices in the network (and indirectly providing more security for the
Bluetooth network) is biometrics, and more specifically, voice authentication. Biometrics can be a part of
a multi-factor authentication whereby the user is required to provide more than one form of
authentication. Some devices that have Bluetooth applications, especially mobile phones and PDAs,
already employ a form of voice authentication. Voice authentication can help agencies prevent malicious
users from compromising remote Bluetooth devices and networks. The hosting devices of Bluetooth
devices and networks should be secured in the same manner as PDAs, cell phones, and WLANs and
related devices. Information on securing WLANs and devices, PDAs, and cell phones can be found in
Sections 3 and 5.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-20
Bluetooth is still a relatively new standard. Given that a number of vulnerabilities have been discovered,
the standard is likely to continue to evolve and improve the built-in hardware security mechanisms. Many
of the problems cannot be simply fixed by the user. The security problems, or possible security problems
(security is not known fully), will exist until the Bluetooth SIG addresses them. Products that are released
into the market now may exhibit some vulnerabilities. Some of the hardware solutions outlined for 802.11
WLANs in Section 3 may also be appropriate for Bluetooth devices.
Because Bluetooth-enabled devices are not yet widely available, the market has not developed robust
security solutions. Trusted third-party (TTP) authentication should be considered when it becomes
available. TTP centralizes authentication, and as long as the TTP remains secure and trusted, the
trustworthiness of the devices is not a concern. Centralized key management authority, which is similar to
TTP authentication, is another possibility. Centralized key management, unlike TTP, maintains and
distributes keys, so that only trusted devices have access to the secure keys.
Jini is an emerging technology that allows for instant recognition of new devices in a network. It can be
viewed as the next step (after the Java programming language) toward making a network look like one
large computer. Jini promises to make devices capable of attaching to a network independent of an
operating system. Equipped with its own, special-purpose operating system, the device could connect to a
network and immediately be shared by devices with different operating systems (e.g., Windows,
Macintosh, and UNIX). Mobile devices could easily connect to a network so that others could use the
device.
In the Jini architecture, each new device that is added to the network immediately defines itself to the
network device registry. Thus, when users plug in devices such as printers, storage devices, and speakers,
every other computer, device, and user on the network immediately knows that a new device has been
added and is now available. In the future, Jini may serve as a form of TTP, operating on a host device
(e.g., a laptop computer or PDA) to authenticate devices on the network. Jini may also monitor device
usage by tracking device authentication and network access.
As Bluetooth technology matures over the next few years, the built-in security features will mature and
additional add-on solutions will appear in the market.
4.6 Bluetooth Security Checklist
Table 4-5 provides a Bluetooth security checklist. The table presents guidelines and recommendations for
creating and maintaining a secure Bluetooth wireless network. For each recommendation or guideline,
three columns are provided. The first column, the Best Practice column, if checked, means that this entry
represents something recommended for all agencies. The second column, the “Should Consider” column,
if checked, means that the entry’s recommendation is something that an agency should carefully consider
for three reasons. First, implementing the recommendation may provide a higher level of security for the
wireless environment by offering some additional protection. Second, the recommendation supports a
defense-in-depth strategy. Third, it may have significant performance, operational, or cost impacts. In
summary, if the “Should Consider” column is checked, agencies should carefully consider the option and
weigh the costs versus the benefits. The last column, the “Status” column, is intentionally left blank and
allows an agency to use this table as a true checklist. For instance, an individual performing a wireless
security audit in a Bluetooth environment can quickly check off each recommendation for the agency,
asking, “Have I done this?”
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-21
Table 4-5. Bluetooth Security Checklist
Checklist
Security Recommendation Best
Practice
Should
Consider
Status
Management Recommendations
1 Develop an agency security policy that addresses the use of wireless
technology including Bluetooth technology.
!
2 Ensure that users on the network are fully trained in computer security
awareness and the risks associated with wireless technology (i.e.,
Bluetooth).
!
3 Perform a risk assessment to understand the value of the assets in the
agency that need protection.
!
4 Perform comprehensive security assessments at regular intervals to
fully understand the wireless network security posture.
!
5 Ensure that the wireless “network” is fully understood. With piconets
forming scatter-nets with possible connections to 802.11 networks and
connections to both wired and wireless wide area networks, an agency
must understand the overall connectivity. Note: a device may contain
various wireless technologies and interfaces.
!
6 Ensure external boundary protection is in place around the perimeter of
the building or buildings of the agency.
!
7 Deploy physical access controls to the building and other secure areas
(e.g., photo ID, card badge readers).
!
8 Ensure that handheld or small Bluetooth devices are protected from
theft.
!
9 Ensure that Bluetooth devices are turned off during all hours when they
are not used.
!
10 Take a complete inventory of all Bluetooth-enabled wireless devices. !
11 Study and understand all planned Bluetooth-enabled devices to
understand any security idiosyncrasies or inadequacies.
!
Technical Recommendations
12 Change the default settings of the Bluetooth device to reflect the
agency’s security policy.
!
13 Set Bluetooth devices to the lowest necessary and sufficient power
level so that transmissions remain within the secure perimeter of the
agency.
!
14 Ensure that the Bluetooth “bonding” environment is secure from
eavesdroppers (i.e., the environment has been visually inspected for
possible adversaries before the initialization procedures during which
key exchanges occur).
!
15 Choose PIN codes that are sufficiently random and avoid all weak
PINs.
!
16 Choose PIN codes that are sufficiently long (maximal length if possible). !
17 Ensure that no Bluetooth device is defaulting to the zero PIN. !
18 Configure Bluetooth devices to delete PINs after initialization to ensure
that PIN entry is required every time and that the PINs are not stored in
memory after power removal.
!
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-22
Checklist
Security Recommendation Best
Practice
Should
Consider
Status
19 Use an alternative protocol for the exchange of PIN codes, e.g., the
Diffie-Hellman Key Exchange or Certificate-based key exchange
methods at the application layer. Use of such processes simplifies the
generation and distribution of longer PIN codes.
!
Operational Recommendations
20 Ensure that combination keys are used instead of unit keys. !
21 Invoke link encryption for all Bluetooth connections regardless of how
needless encryption may seem (i.e., no Security Mode 1).
!
22 Ensure that encryption is enabled on every link in the communication
chain.
!
23 Make use of Security Mode 2 in controlled and well-understood
environments.
!
24 Ensure device mutual authentication for all accesses. !
25 Enable encryption for all broadcast transmissions (Encryption Mode 3). !
26 Configure encryption key sizes to the maximum allowable. !
27 Establish a “minimum key size” for any key negotiation process. !
28 Ensure that portable devices with Bluetooth interfaces are configured
with a password to prevent unauthorized access if lost or stolen.
!
29 Use application-level (on top of the Bluetooth stack) encryption and
authentication for highly sensitive data communication. For example, an
IPsec-based Virtual Private Network (VPN) technology can be used for
highly sensitive transactions.
!
30 Use smart card technology in the Bluetooth network to provide key
management.
!
31 Install antivirus software on intelligent, Bluetooth-enabled hosts. !
32 Fully test and deploy software Bluetooth patches and upgrades
regularly.
!
33 Deploy user authentication such as biometrics, smart cards, two-factor
authentication, or PKI.
!
34 Deploy intrusion detection agents on the wireless part of the network to
detect suspicious behavior or unauthorized access and activity.
!
35 Fully understand the impacts of deploying any security feature or
product prior to deployment.
!
36 Designate an individual to track the progress of Bluetooth security
products and standards (perhaps via the Bluetooth SIG) and the threats
and vulnerabilities with the technology.
!
37 Wait until future releases of Bluetooth technology incorporate fixes to
the security features or offer enhanced security features.
!
4.7 Bluetooth Ad Hoc Network Risk and Security Summary
Table 4.6 lists areas of concern for Bluetooth devices, the security threats and vulnerabilities associated
with those areas, and the risk mitigations for securing the devices from these threats and vulnerabilities.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-23
Table 4-6. Bluetooth Security Summary
Security Recommendation Security Need, Requirement, or Justification
1. Develop an agency security policy that addresses
the use of wireless technology including Bluetooth
technology.
A security policy is the foundation on which other
countermeasures—the operational and technical
ones—are rationalized and implemented. A
documented security policy allows an organization
to define acceptable implementations and uses for
Bluetooth technology.
2. Ensure that users on the network are fully trained in
computer security awareness and the risks
associated with wireless technology (e.g.,
Bluetooth).
A security awareness program helps users to
establish good security practices in the interest of
preventing inadvertent or malicious intrusions into
an organization’s automated information system.
3. Perform a risk assessment to understand the value
of the assets in the agency that need protection.
Understanding the value of organizational assets
and the level of protection required enables the
engineering of a wireless solution that provides an
appropriate level of security.
4. Perform comprehensive security assessments at
regular intervals (including validating the secure
configuration of Bluetooth technology) to fully
understand the wireless network security posture.
Wireless products should support upgrade and
patching of firmware to be able to take advantage
of wireless security enhancements and fixes.
5. Make sure the wireless “network” is fully understood.
With piconets forming scatter-nets with possible
connections to 802.11 networks and connections to
both wired and wireless wide area networks, an
agency must understand the overall connectivity.
Note: a device may contain various wireless
technologies and interfaces.
A thorough understanding of the functionalities
and configurations of the deployed wireless
network technologies allows an organization to
identify possible risks and vulnerabilities. These
risks and vulnerabilities can then be addressed in
the wireless security policy and enforced
appropriately.
6. Ensure that external boundary protection is in place
around the perimeter of the building or buildings of
the agency.
To prevent malicious physical access to an
organization’s information system infrastructure,
the external boundaries should be secured
through means such as a fence or locked doors.
7. Deploy physical access controls to the building and
other secure areas (e.g., photo ID, card badge
readers).
Identification badges or physical access cards
should be deployed to ensure that only authorized
personnel have physical access to a facility.
8. Make sure that handheld and small Bluetooth
devices are protected from theft.
The organization and its employees should be
responsible for its wireless technology
components because theft of those components
could lead to malicious activities against the
organization’s information system resource.
9. Make sure that Bluetooth devices are turned off
during all hours when they are not used.
Shutting down Bluetooth devices when not in use
minimizes exposure to potential malicious
activities.
10. Take a complete inventory of all Bluetooth-enabled
wireless devices.
A complete inventory list of Bluetooth-enabled
wireless devices can be referenced when
conducting an audit that searches for
unauthorized use of wireless technologies.
11. Study and understand all planned Bluetooth-enabled
devices to understand the security implications.
An understanding of the security implications of
Bluetooth will help the organization better address
the associated risks.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-24
Security Recommendation Security Need, Requirement, or Justification
12. Change the default settings of the Bluetooth device
to reflect the agency’s security policy.
Because default settings are generally not secure,
a careful review of those settings should be
performed to ensure that they are in compliance
with the company security policy.
13. Set Bluetooth devices to the lowest necessary and
sufficient power level so that transmissions remain
within the secure perimeter of the agency.
Setting Bluetooth devices to the lowest necessary
and sufficient power level ensures a secure range
of access to authorized users.
14. Ensure that the Bluetooth “bonding” environment is
secure from eavesdroppers (i.e., the environment
has been visually inspected for possible adversaries
before the initialization procedures during which key
exchanges occur).
The key exchange is a vital security function and
requires that users maintain a security awareness
of possible eavesdroppers.
15. Choose PIN codes that are sufficiently random and
avoid all weak PINs.
PIN codes should be random so that it would not
be easily guessed by malicious users.
16. Choose PIN codes that are sufficiently long
(maximal length if possible).
PIN codes with maximum lengths of 16 bytes
make them more resistant to brute force attacks.
17. Ensure that no Bluetooth device is defaulting to the
zero PIN.
Bluetooth devices defaulting to the zero PIN (e.g.,
0000) essentially provide no security.
18. Configure Bluetooth devices to delete PINs after
initialization, to ensure that PIN entry is required
every time and that PINs are not stored in memory
after power removal.
Requiring PIN entry after re-initialization prevents
the possibility of a PIN being recovered from the
memory of a stolen device.
19. Use an alternative protocol for the exchange of PIN
codes, e.g., the Diffie-Hellman Key Exchange or
Certificate-based key exchange methods at the
application layer. Use of such processes simplifies
the generation and distribution of longer PIN codes.
The overhead associated with key exchange can
be minimized by using an alternative protocol
such as the Diffie-Hellman or certificate-based key
exchange.
20. Ensure that combination keys are used instead of
unit keys.
The use of shared unit keys can lead to
successful man-in-the-middle attacks.
21. Invoke link encryption for all Bluetooth connections
regardless of how needless encryption may seem
(i.e., no Security Mode 1).
Link encryption should be used to secure all data
transmissions during a Bluetooth connection.
22. Make sure that encryption is enabled on every link in
the communication chain.
Every link should be secured because one
unsecured link results in compromising the entire
communication chain.
23. Use Security Mode 2 in controlled and wellunderstood
environments.
Security Mode 2 provides authorized access to
services.
24. Ensure device mutual authentication for all
accesses.
Mutual authentication is required to provide
verification that all users and the network are
legitimate.
25. Enable encryption for all broadcast transmissions
(Encryption Mode 3).
Broadcast transmissions secured by link
encryption provide a layer of security that protects
these transmissions from user interception for
malicious purposes.
26. Configure encryption key sizes to the maximum
allowable.
Using maximum allowable key sizes provides
protection from brute force attacks.
27. Establish a “minimum key size” for any key
negotiation process.
Establishing minimum key sizes ensures that all
keys are long enough to be resistant to brute force
attacks.
28. Ensure that portable devices with Bluetooth
interfaces are configured with passwords to prevent
unauthorized access if lost or stolen.
Authenticating users to a portable Bluetooth
device is a good security practice in the event the
device is stolen, which provides a layer of
protection for an organization’s Bluetooth network.
WIRELESS NETWORK SECURITY
4-25
Security Recommendation Security Need, Requirement, or Justification
29. Use application-level (on top of the Bluetooth stack)
encryption and authentication for highly sensitive
data communication. For example, an IPsec-based
Virtual Private Network (VPN) technology can be
used for highly sensitive transactions.
Application-level encryption and authentication
provide security on top of the Bluetooth link
encryption; the overlay increases the security of
communication.
30. Use smart card technology in the Bluetooth network
to provide key management.
The use of smart card technology can simplify the
distribution and management of keys while
maintaining strong security.
31. Install antivirus software on intelligent, Bluetoothenabled
hosts.
Antivirus software should be installed on a
Bluetooth-enabled host to insure that known
worms and viruses are not introduced to the
Bluetooth network.
32. Fully test and deploy software Bluetooth patches
and upgrades on a regular basis.
Newly discovered security vulnerabilities of vendor
products should be patched to prevent malicious
and inadvertent exploits. Patches should be fully
tested before implementation to ensure that they
work.
33. Deploy user authentication such as biometrics,
smart cards, two-factor authentication, or PKI.
Implementing strong authentication mechanisms
can minimize the vulnerabilities associated with
passwords and PINs.
34. Deploy intrusion detection agents on the wireless
part of the network to detect suspicious behavior or
unauthorized access and activity.
Intrusion detection agents (e.g., host-based or
network-based agents) deployed on the wireless
network can detect and respond to potential
malicious activities.
35. Fully understand the impacts of deploying any
security feature or product prior to deployment.
To ensure a successful deployment, an
organization should fully understand the technical,
security, operational, and personnel requirements
prior to implementation.
36. Designate an individual to track the progress of
Bluetooth security products and standards (perhaps
via Bluetooth SIG) and the threats and
vulnerabilities with the technology.
An appointed individual designated to track the
latest technology enhancements, standards
(perhaps via Bluetooth SIG), and risks will help to
ensure the continued secure use of Bluetooth.
37. Wait until future releases of Bluetooth technology
incorporate fixes to the security features or offer
enhanced security features.
Upgrade to the latest versions and avoid
purchasing the versions of the Bluetooth products
with major security vulnerabilities that have not
been fixed.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-26
5. Wireless Handheld Devices
Section 5 covers text-messaging devices, PDAs, and smart phone—PDA products because these are the
devices most commonly used by the mobile work force in a business environment. This section describes
the security threats and vulnerabilities associated with these devices and also recommends
countermeasures that help mitigate the risks they introduce. However, network administrators can apply
many of the security measures and recommendations discussed below to wireless handheld devices that
are not covered in this section.
5.1 Wireless Handheld Device Overview
Wireless handheld devices range from simple one- and two-way text messaging devices to Internetenabled
PDAs, tablets, and smart phones. These devices are no longer viewed as coveted gadgets for
early technology adopters. Instead they have become indispensable tools and competitive business
advantages for the mobile work force. The use of these devices introduces new security risks to an
agency’s existing network. Moreover, as these devices begin having their own IP addresses, the devices
themselves can become the targets of attacks. Handheld devices have different capabilities and different
uses from those of desktop and laptop computers. The differences between handheld devices and desktop
and laptop computers that affect the agency’s security are summarized below.
! The small size, relatively low cost, and constant mobility of handheld devices make them more likely
to be stolen, misplaced, or lost.
! Physical security controls that protect desktop computers do not offer the same protection for
handheld devices. Security guards are more likely to check the contents of a laptop carrying case or
check the laptop itself for proper identification than to physically search people for handheld devices.
A thief can more easily conceal a handheld device than a laptop or desktop computer.
! The devices themselves have limited computing power, memory, and peripherals that make existing
desktop security countermeasures impractical for handheld devices. Limited processing power, for
example, may render encryption with long key lengths too time-consuming.
! Synchronization software allows PCs to back up and mirror data stored on a handheld device and
allows the handheld device to mirror data stored on desktop applications. The PC and the handheld
device face different threats and require different security mechanisms to mitigate risk, but both must
provide the same level of security to protect sensitive information.
! Members of an organization often purchase and use handheld devices without consulting with or
notifying the organization’s network administrator. Wireless handheld devices are often used for both
personal and business data. Users that purchase these devices on their own often do not consider the
security implications of their use in the work environment.
! Handheld devices offer multiple APs such as the user interface, expansion modules, wireless
modems, Bluetooth, IR ports, and 802.11 connectivity. These access points present new risks that
must be addressed separately from an existing wired network.
! Many users have limited security awareness or training with the use of handheld devices and are not
familiar with the potential security risks introduced by these devices.
! Handheld device users can download a number of productivity programs, connectivity programs,
games, and utilities—including freeware and shareware programs—from untrusted sources. The
programs can be easily installed without network administrators being notified. These programs may
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-27
contain Trojan horses or other “malware” that can affect the user’s handheld device, PC, or other
network resources.
! There are few, if any, auditing capabilities or security tools available for many of these devices. In
some cases, neither the user nor the administrator can audit security-relevant events related to the use
of these devices. However, as networked PDAs become more affordable and more popular, vendors
are beginning to offer more stand-alone and enterprise security solutions.
! Users often subscribe to third-party Wireless Internet Service Providers (WISP) and access the
Internet through wireless modems. Users can download or upload data to and from other computers
without complying with the organization’s firewall policy.
! There are several new handheld operating systems and applications that have not been thoroughly
tested by the market to expose potential vulnerabilities.
! Handheld devices have a number of communication ports from which they can send and receive data,
but they have limited capabilities in authenticating the devices with which they exchange data.
5.2 Benefits
One- and two-way text messaging systems have become popular for keeping in touch with colleagues and
friends while traveling. They are light, inexpensive, easy to use, reliable, and text-messaging services are
widely available. The pager was the first, commercially successful one-way text messaging system. Twoway
text messaging systems, which have become a popular way to send and receive e-mail, excel at
providing a reliable and inexpensive way to communicate, but they do not support any other office
productivity applications. Many users prefer text-messaging to telephone calls because it allows for
asynchronous communication, provides an electronic copy of the communication, costs less, requires no
dial-up connection, fosters brevity, and allows users to communicate in public places without having their
conversations overheard.
PDAs were first introduced to the market in the 1980s as handheld or palm-size computers that served as
organizers for personal information and are gradually replacing the traditional leather-bound organizer.
PDAs provide users with office productivity tools for accessing e-mail, agency network resources, and the
Internet. These capabilities are quickly becoming a necessity in today’s business environment. In addition,
data that users have entered into their PDAs can be synchronized with a PC. Synchronization allows users
to easily back up the information on their PDA and transfer data from the PC to the PDA. PDAs can also
conveniently transfer data to other handheld devices by sending, or “beaming,” the information through
IR ports. The most common operating systems for PDAs are the Palm OS, PocketPC, Linux, and
Symbian EPOC. This section provides general recommendations for network administrators that can be
applied to all handheld devices using these or other operating systems.
Although text-messaging devices and PDAs can help improve the efficiency of a mobile workforce,
certain situations require a voice conversation between two or more parties to accurately and quickly
convey certain information in the right context. As the emerging mobile and networked workforce began
carrying laptops and fumbling with PDAs and cell phones at the same time, handheld device
manufacturers began responding by introducing devices that combine a PDA and a cell phone on the
same device. These devices are referred to as smart phones. Smart phones incorporate the capabilities of a
typical PDA and a digital cellular telephone that provides voice service as well as e-mail, text messaging,
Web access, and voice recognition. Many smart phones are available that can run programming languages
such as C or Java and offer telephony application programming interfaces (API) that allow third-party
developers to build new productivity tools to help the mobile work force. Cell phone security has
primarily focused on protecting carriers from fraudulent charges and users from eavesdropping. Typical
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-28
cell phones use simplified operating systems that have no information-processing capabilities and
therefore present few information security risks. Smart phones, however, have more sophisticated
operating systems capable of running applications and supporting network connectivity with other
computing devices. This section focuses on the security risks introduced by the information-processing
and networking capabilities of smart phones. This section does not address the underlying security of
TDMA, CDMA, GSM, or GPRS protocols.
5.3 Security Requirements and Threats
Although handheld devices have not generally been viewed as posing security threats, their increased
computing power and the ease with which they can access networks and exchange data with other
handheld devices introduce new security risks to an agency’s computing environment. As handheld
devices begin supporting more networking capabilities, network administrators must carefully assess the
risks they introduce into their existing computing environment. This section describes how the security
requirements for confidentiality, integrity, authenticity, and availability for handheld device computing
environments can be threatened.
5.3.1 Loss of Confidentiality
Information stored on handheld devices and on handheld device storage modules and mirrored on a PC
must remain confidential and be protected from unauthorized disclosure. The confidentiality of
information can be compromised while on the handheld device, the storage module, or the PC or while
being sent over one of the Bluetooth, 802.11, IR, USB, or serial communication ports. Moreover, most
handheld devices are shipped with connectivity that is enabled by default. These default configurations
are typically not in the most secure setting and should be changed to match the agency’s security policy
before being used.
PDAs can beam information from an IR port to another PDA IR port to easily exchange contact
information such as telephone numbers and mailing addresses. This capability is a useful feature, but
some concerns might arise about the data being transmitted. The data is unencrypted, and any user who is
in close proximity to the handheld device and has the device pointed in the right direction can intercept
and read the data. This is known as data leakage. Users familiar with PDA beaming should recognize that
they often must have the PDA within a few inches of the other device and also make an effort to align the
ports properly. The probability of data leakage occurring without the victim’s knowledge is relatively low
because it requires the intercepting device to be within a few feet and often within a few inches.
Nonetheless, agencies should not overlook the threat because it could result in a compromise of sensitive
information. No attack has been documented of a malicious user being able to pull information out of an
IR port because the IR beaming protocol can only issue a request to send information that must be
approved by the device user before the information is sent. There is no equivalent request to receive
information. However, a Bluetooth device that is not configured properly is susceptible to having a user
with a Bluetooth-enabled device pull data from the device. An 802.11-enabled device with an insecure
P2P setting may also expose data to another 802.11-enabled device.
The ability of either the handheld device or the PC to initiate synchronization presents additional risks. A
rogue compromised handheld device may attempt to synchronize with a PC; alternatively, a compromised
PC may try to synchronize with a PDA. This type of attack is often referred to as “hijacking” and relies
on hijacking software that is available today.48 A malicious user could obtain personal or organizational
data, depending on what is stored on the PDA or PC. For this type of attack to be successful, either the PC
48 See “A Whole New World for the 21st Century,” March 2001, at http://www.sans.org.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-29
or the handheld device has been compromised, or a malicious user has been able to create a rogue
handheld device or PC and gain access to the user’s network.
PDAs can also remotely synchronize with a networked PC using dial-up connections, dialing either
directly to a corporate facility or through a WISP. The modems allow users to dial into an access server at
their office or use a third-party WISP. Dial-up capability, however, also introduces risks. Dialing into a
corporate facility requires a handheld device synchronization server; otherwise, the remote PDA must
derive synchronization service by connecting to a PC that is logged on using the remote client’s ID and
password. If the PC is not at least configured with a password-protected screensaver, it is left vulnerable
to anyone with physical access to the PC. Moreover, since the WISP is an untrusted network, establishing
a remote connection requires additional security mechanisms to ensure a secure connection. The PDA
would require a VPN client and a supporting corporate system to create a secure tunnel through the WISP
to the agency. Modem-enabled PDAs are still relatively new, and an agency may not have the security
services in place to support them. Agencies may want to restrict their use until they have either adapted
their existing VPN capabilities or put the required services in place.
Another means for synchronizing data is through an Ethernet connection. Users can synchronize data
from any networked work space. The data that crosses the network is as secure as the network itself and
may be susceptible to network traffic analyzers or sniffers. PDA users can also synchronize through their
agency’s wireless network. This entails accessing the agency’s 802.11-compliant APs to connect to the
agency’s wired network. Many PDA vendors support or are beginning to support VPN connections using
802.11 APs.
Analog phones using first generation (1G) technologies are more susceptible to eavesdropping than are
digital cell phones. Individuals or organizations can intercept unencrypted analog cell phone transmission
using simple radio scanners. In contrast, many digital phones have built-in security through spread
spectrum technologies that use pseudo-random code sequences and forms of encryption. However, when
digital phones are roaming (i.e., using other service providers), they frequently must connect to analog
networks for coverage. When this connection occurs, the digital device becomes as vulnerable as the
analog phone. Digital cellular telephones may also be vulnerable to eavesdropping, but the equipment
required to eavesdrop on a digital cellular telephone is much more expensive. TDMA and GSM offer
built-in encryption, but its use is at the discretion of the cellular service provider.
Smart phones can support wireless location services by using an on-board GPS integrated circuit or by
having service providers analyze the cell phone signal received at cellular antenna sites.49 GPS-enabled
phones can identify the phone’s location to within a few meters and also relay position information. Thus,
in the case of emergency, a user who may be injured or threatened can relay his location to the proper
authorities. These devices are subject to security threats associated with networked computing devices but
also have a new set of privacy concerns as the user’s location can be disclosed to third parties. Advertisers
and other service providers would like to access user location information through agreements with the
cellular telephone provider. Users should carefully read cellular phone companies’ privacy policies and
opt out of any unwanted wireless location services.
Security officers and administrators must also be aware of the threats posed by visitors carrying handheld
devices. Many wireless sniffing tools run on handheld devices that can be used by malicious users to help
them gather information that might be useful in a future attack. Moreover, many handheld devices come
equipped with audio and video recording capabilities that can be used to record sensitive conversations or
records images of people or facilities. As the handheld devices become smaller and more capable, some
49 GPS is a Department of Defense (DoD) system of 24 satellites that provides positioning for a receiving unit through
triangulation of three satellites’ signals.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-30
agencies should consider not allowing users to bring handheld devices into their facilities if they pose a
potential security risk.
5.3.2 Loss of Integrity
The integrity of the information on the handheld device and the integrity of the handheld device
hardware, applications, and underlying operating system are also security concerns. Information stored
on, and software and hardware used by, the handheld device must be protected from unauthorized,
unanticipated, or unintentional modification. Information integrity requires that a third party be able to
verify that the content of a message has not been changed in transit and that the origin or the receipt of a
specific message be verifiable by a third party. Moreover, users must be accountable and uniquely
identifiable. The integrity of the information can be compromised while in transit or while stored on the
handheld device or add-on storage modules. The integrity of the handheld hardware must be protected
against the insertion or replacement of critical read-only memory (ROM) or other integrated circuits or
upgradeable hardware. Handheld applications must be ensured to protect against the installation of
software from unauthorized sources that may contain malware. The integrity of add-on modules must be
ensured to protect the handheld device from rogue hardware add-on modules.
5.3.3 Loss of Availability
The purpose of a DoS attack is to make computational or network resources unavailable or to severely
limit their availability by consuming their resources with an inordinate amount of service requests. DoS
attacks are typically associated with networked devices with fixed IP addresses for attackers to target.
Most handheld devices access the Internet intermittently and do not have fixed IP addresses, but as
networking technologies become more widespread, “always-on” connectivity will be commonplace
within the next few years. As a result, many handheld devices already support the use of personal
firewalls to protect themselves against certain DoS attacks and other types of attacks.
Handheld devices can also be the targets of DoS attacks through other means. Trojan horses, worms,
viruses, and other malware can affect the availability of a network and, in many instances, also
compromise the network’s confidentiality and integrity.50 A virus that, for example, sends documents
from a user’s PC to e-mail addresses found in the user’s electronic address book can burden the network
with a flood of e-mails, send out confidential information, and even alter the information sent, all while
giving the appearance that it was intentionally sent from the user’s account. Viruses have not been widely
considered a security threat in PDAs because of the PDA’s limited memory and processing power.
Moreover, users typically synchronize their data with their PCs, and they can recover any lost or
corrupted data simply by synchronizing with their PCs. Consequently, even a virus such as the Liberty
Crack, which wipes out data on a PDA, has not been considered a serious threat.51 PDA antivirus
protection programs have only been on the market for a few years, and most PDAs do not have antivirus
protection either because they do not support networking or the software simply has not been installed.
However, a virus on a handheld device could contain a payload designed to compromise a desktop PC,
which in turn could directly affect the local network. As PDAs become more powerful, malicious users
will develop viruses designed to achieve more harmful results. PDAs that share the same operating
system as a PC may be particularly susceptible to a new strain of viruses. Although offering users
additional benefits of sharing documents developed using the same applications, the common operating
systems may invite new security threats. With both of the devices running the same applications, the
methods for the virus to launch its attack and spread to other parts of the network increase.
50 See SP 800-28, Guidelines on Active Content and Mobile Code, October 2001, for more information on malware.
51 See PDA/Wireless Communication Pains, November 17, 2000, at http://www.sans.org.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-31
Smart phones may lose network connectivity not only when they travel outside a cell coverage area but
also when cell phone jammers are used. Many restaurants and movie theaters, for example, now use
commercially available jammers to block cell phone communications often without notifying the cell
phone users. Users expecting important messages are not able to receive those messages because the
jammers block them from accessing network resources. Malicious users may also use cell phone jamming
devices. Jamming devices can carry out these attacks by broadcasting transmissions on cellular
frequencies that nullify the actual cellular tower transmissions. The jammed cell phone will not be able to
communicate unless other means of communications are available on the phone or in that region (e.g., a
dual-band cell phone that can operate at different frequencies and also operate on an analog signal).
Cell phones, smart phones, and text pagers are able to send text messages, from 110 to 160 characters in
length depending on the carrier, to other cell phones by using Short Message Service (SMS). To send and
receive SMS text messages, phone users usually have to pay a monthly fee to their service provider or a
small fee for each text message beyond a preset monthly limit. Text messages can also be sent from a
cellular service provider’s Web page, by visiting Web sites that allow users to send text messages free of
charge from e-mail applications. Text-messages rely on the service provider’s network and are not
encrypted, and no guarantees exist on quality of service. Cell phones and text-messaging devices can be
spammed with text messages until their mailbox is full, and the user is no longer able to receive new text
messages unless previously stored e-mails are deleted.
As 3G development progresses and 3G phones become more prevalent, agencies will need to be aware of
the security issues that arise. One potential security issue is that a 3G mobile device, when connected to
an IP network, is in the “always-on” mode. This mode alleviates the need for the device to authenticate
itself each time a network request is made. However, the continuous connection also makes the device
susceptible to attack. Moreover, because the device is always on, the opportunity exists to track users’
activities, and this may violate their privacy.
5.4 Risk Mitigation
As the use of handheld devices increases and technology improves, attacks can be expected to become
more sophisticated. To control and even reduce the security risks identified above, agencies need to
implement management, operational, and technical countermeasures to safeguard handheld devices and
the agency’s networks.
5.4.1 Management Countermeasures
Information security officers and network administrators should conduct a risk assessment before
handheld devices are introduced into the agency’s computing environment. The agency should educate
the users about the proper use of their handheld devices and the security risks introduced by their use by
providing short training courses or educational materials to help users use these devices more
productively and more securely. Moreover, network administrators should establish and document
security policies that address their use and the users’ responsibilities.52, The policy document should
include the approved uses, the type of information that the devices may store, software programs they can
install, how to store the devices and associated modules when not in use, proper password selection and
use, how to report a lost or stolen PDA, and any disciplinary actions that may result from misuse.
Agencies should also perform random audits to track whether devices have been lost or stolen.
52 See SP 800-30, Risk Management Guide for Information Technology Systems, January 2002, at
http://csrc.nist.gov/publications/nistpubs/index.html.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-32
5.4.2 Operational Countermeasures
Operational countermeasures require handheld device users to exercise due diligence in protecting the
handheld devices and the networks they access from unnecessary risks. Most operational countermeasures
are common sense procedures that require voluntary compliance by the users. Operational
countermeasures are intended to minimize the risk associated with the use of handheld devices by wellintentioned
users. Although a determined malicious user can find ways to intentionally disclose
information to unauthorized sources, the handheld security policy and the agency’s operational
countermeasures should make clear the user’s responsibilities.
The back of the PDA device should always be labeled with the owning agency’s name, address, and
phone number in case it is lost. Handheld device users should be provided with a secure area to store the
device when not in use. A desk with drawers that lock or a file cabinet with locks are available in most
offices and should provide sufficient physical security against theft from within the office environment.
Galvanized steel cables and locks are also available to secure handheld devices to the user’s desktop if
other physical controls are not available. Although these measures cannot ensure that a determined thief
will not cut these cables or locks, it does prevent an opportunistic thief from walking away with an
unattended handheld device. While on travel, room safes should be used, if available, to store handheld
devices when not in use.
Security administrators should have a list of authorized handheld device users, to enable them to perform
periodic inventory checks and security audits. Individuals that use their handheld devices for other than
business uses should comply with the agency’s security policy or be restricted from accessing the
agency’s network. Handheld devices should be distributed to the users with security settings that comply
with the agency’s security policy and should not be distributed with “out-of-the-box” default settings. A
configuration management policy should be established. Such a policy frees security administrators from
having to focus on many different configurations and allows them to concentrate on the configurations
that have been adopted for the agency. Handheld devices should have a PIN code or password to access
the device. Some handheld devices already use voice authentication for authenticating users to the device
or to network resources. Voice authentication should be coupled with password authentication. A number
of security tools are currently available to help mitigate the risks related to the use of PDAs, including
password auditing, recovery/restoration, and vulnerability tools.53
In general, users should not store sensitive information on handheld devices. However, if sensitive
information is stored on the handheld device, users should be encouraged to delete sensitive information
when no longer needed. This information can be archived on the PC during synchronization and
transferred back to the PDA when needed. Users can disable IR ports during periods of nonuse to deter
them from leaking information from their handheld devices. Users with access to sensitive information
should have approval from their management and network security administrators before storing sensitive
information on their handheld device to ensure they have the appropriate security countermeasures in
place.
Some handheld devices allow users to mark certain records as “private” and hide them unless the device
password is entered. Thus, if a malicious user gained access to an unattended device without knowledge
of the device password, that malicious user would not be able to see the private data. Depending on the
underlying operating system, however, some of these private data fields can be read directly from
memory.
53 See “Research Tools” at http://www.atstake.com.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-33
5.4.3 Technical Countermeasures
This section describes technical countermeasures for securing wireless handheld devices. Technical
countermeasures should address the security risks identified during the risk assessment and should ensure
that the agency’s security policy is being enforced. As noted in the 802.11 and Bluetooth sections,
hardware solutions, which generally have software components, are listed simply as hardware solutions.
5.4.3.1 Authentication
Identification and authentication (I&A) form the process of recognizing and verifying valid users,
processes, or devices. Handheld device users must be able to authenticate themselves to the handheld
device by providing a password, a token, or both. At the most basic level, agencies should require PDAs
to be password protected. Security administrators should educate users on the selection of strong
passwords. Password-cracking tools for handheld devices are available for network administrators and
users to audit their PC’s synchronization application password.54 Password protection is already included
with most handheld devices, but is usually not enabled in the default setting. Several Web sites offer
software that prompts a user to enter a password when the user has turned the PDA off and turned it back
on again.55 Users should be prompted for a password when accessing the handheld device or the desktop
PC synchronization software.
Biometric user authentication technologies are also available for handheld devices. Fingerprint readers
can be attached to the handheld devices through a serial or USB port and can be set to lock the whole
device, to lock an individual application, or to connect to a remote database over a network or dial-up
connection. Tamper-proof smart cards, which contain unique user identifying information such as a
private key, can also be used to authenticate the user to the device. Users insert the smart card into a
peripheral slot on the device and provide a password to authenticate themselves. Malicious users must
have possession of the smart card and knowledge of the user’s password to gain access to the device.
Unique device identifiers, when available, can be used as part of an authorization mechanism to
authenticate and provide network access to a handheld device. Handheld devices can take advantage of
several methods to identify a unique handheld device, including flash ID, device ID, and Electronic Serial
Number (ESN). Unique device identifiers can be used to authenticate the handheld device for network
access or allow the handheld device itself to be used as a physical token for two-factor authentication.
Although it might be possible for an unauthorized user to copy the shape of a signature, many
handwriting recognition programs measure aspects that are more difficult to copy, such as the rhythm and
timing of the signature. The user can select a password to write instead of a signature, which is more
widely available on paper documents distributed in the normal course of business.
5.4.3.2 Encryption
Some files on the device may require a higher level of security than password protection can offer. For
example, user passwords are required to access all sorts of automated services in our everyday lives.
During the course of a single day, a user may need to use passwords to withdraw money from an
automatic teller machine (ATM), to enter a building by typing an access code, to listen to voice mail, to
browse favorite Web sites, to purchase goods online, to access online trading accounts, to make a phone
call using a calling card, and to access personal and business e-mail accounts. Using the same password to
54 See http://www.atstake.com/research/tools/index.html for PDA security assessment tools.
55 The following Web sites offer PDA software tools: www.pdacentral.com; www.tucows.com; www.download.com.
Vendors, for example, Palm (www.palm.com/software) and Microsoft
(www.microsoft.com/mobile/pocketpc/downloads/default.asp), also offer software tools for their specific products.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-34
access different services is discouraged because if this single password were compromised, an
unauthorized user would be able to access all of the user’s accounts. However, many PDA users store
many of these passwords in a file on the PDA, possibly even naming the file “mypasswords.” Once a
single password has been given, other user accounts can be identified through various means ranging
from dumpster diving to simply reviewing a user’s Web browser history file. Encryption software can be
used to protect the confidentiality of sensitive information stored on handheld devices and mirrored on the
desktop PC. The information on add-on backup storage modules should also be encrypted and the
modules securely stored when not in use. This additional level of security can be added to provide an
extra layer of defense to further protect sensitive information stored on handheld devices. Many software
programs are freely available to help users encrypt these types of files for an added layer of security.
However, if the data is sensitive, the encryption implementation should be FIPS140-2 validated.
Encrypting the file protects it from brute-force password guessing if the file falls into the wrong hands.
Handheld device users may elect to encrypt files and messages before the files and messages are
transferred through a wireless port.
Smart phones use digital technologies to deter unencrypted voice traffic from being intercepted. FEC
(Forward Error Correction) coding and spread-spectrum techniques add more robust communication error
protection and complexity. Agencies should upgrade their analog phones to digital smart phones that offer
more capabilities at the application level (e.g., Web browsing, networking) and the ability to use more
security mechanisms with those applications.
5.4.3.3 Antivirus Software
Antivirus software is another important security measure for handheld devices.56 All agencies, regardless
of their security requirements, should incorporate PDA antivirus applications to scan e-mail and data files
and to remove malware from files upon transmission to the device. The software should scan all entry
ports (i.e., beaming, synchronizing, e-mail, and Internet downloading) as data is imported into the device,
provide online signature update capabilities, and prompt the user before it deletes any suspicious files.
The agency should further require regular updates to the antivirus software and require associated
workstations (i.e., the PCs with which users synchronize their PDAs) to have current, properly working
virus-scanning software. Most major PC antivirus software vendors have handheld device antivirus
software that can be downloaded directly from their Web sites.
5.4.3.4 PKI
Many handheld devices are beginning to offer support for PKI technologies. PKI is one of the best
available methods for meeting confidentiality, integrity, and authenticity security requirements.57 A PKI
uses an asymmetric encryption method, commonly known as the “public/private key” method, for
encrypting and ensuring the integrity of documents and messages. A certificate authority issues digital
certificates that authenticate the claimed identity of people and organizations over a public network such
as the Internet. The PKI also establishes the encryption algorithms, levels of security, and the key
distribution policy for users. PKI support is often integrated into common applications such as Web
browsers and e-mail programs by validating certificates and signed messages. The PKI can also be
implemented by an organization for its own use to authenticate users that handle sensitive information.
The use of PKI counters many threats associated with public networks but also introduces management
overhead and additional hardware and software costs that should be evaluated while performing the risk
assessment and selecting the appropriate countermeasures to meet the agency’s security requirements. If
PKI has already been deployed to provide security services in the wired network of an agency, users
56 See http://csrc.nist.gov/virus/ for useful links for more information on viruses.
57 See SP 800-32, Introduction to Public Key Technology and the Federal PKI Infrastructure, February 2001, at
http://csrc.nist.gov/publications/nistpubs/index.html.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-35
should be provided a separate and distinct public/private key pair for use on PDAs. This will prevent
compromise of the enterprise data in the event of a lost or stolen PDA.
5.4.3.5 VPN and Firewalls
Organizations in a wide variety of industries are using handheld devices for remote access to patient
records, merchandise inventory, and shipping logistics. Secure remote access for desktop and laptop
computers has been successfully enabled by the use of firewalls and VPN over the last few years.58
Handheld devices are beginning to offer support for personal firewalls and VPN technologies and to offer
network administrators effective countermeasures against threats to the confidentiality, integrity, and
authenticity of the information being transferred. A packet filter firewall, for example, screens Internet
traffic based on packet header information such as the type of application (e-mail, ftp, Web, etc.) and by
the service port number. A VPN creates a virtual private network between the handheld device and the
organization’s network by sharing the public network infrastructure. VPN technology offers the security
of a private network through access control and encryption, while taking advantage of the economies of
scale and built-in management facilities of large public networks. Network administrators should look for
the following features when purchasing VPN technologies: interoperability with existing infrastructure,
support for wireless and dial-up networking, packet-filtering or stateful-inspection firewall, automatic
security updates, and a centralized management console.
5.4.3.6 Enterprise Solutions
Enterprise handheld device management software allows network administrators to discover handheld
devices, install and remove applications, back up and restore data, collect inventory information,
synchronize data with corporate servers and databases, and perform various configuration management
functions from a central location. Enterprise security solutions have been introduced that allow the
organization to set policies on all handheld devices under the organization’s control. Some of the options
that are available include defining the type of encryption to use, which application databases to encrypt,
password protection, and port protection.
5.4.3.7 Miscellaneous
Third-party developers have introduced a number of security tools to help protect handheld devices.
These security tools are fairly inexpensive and typically offer simple yet practical security
countermeasures to protect against malicious users that are more likely to steal the device than to crack an
encrypted file or eavesdrop on their wireless communications. Some of these security tools delete
applications and their data after a preset number of unsuccessful login attempts. Authorized users simply
have to resynchronize the PDA with their PCs to recover the deleted information. This countermeasure is
particularly effective and applicable in instances where PDAs are holding sensitive information. Users
must be cautioned that all data entered on the PDA since the last synchronization will be lost. A malicious
user could purposely enter several incorrect passwords to delete the data on an unattended handheld
device, but this risk can be mitigated by frequent synchronization with the user’s PC. Another simple
security tool is to add an application that auto-locks the PDA after it is idle for a selected period of time.
The user can usually set this time-out period. This solution mitigates risks that arise when users leave
PDAs unattended. Users simply enter a password to regain access to the PDA. This solution is similar to a
screen saver password for a desktop PC.
58 See Special Publication 800-46, Security for Telecommuting and Broadband Communications, at
http://csrc.nist.gov/publications/nistpubs/index.html.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-36
5.5 Case Study: PDAs in the Workplace
Agency C is considering purchasing PDAs for its 150 employees. Before making a decision to purchase
the PDAs, the computer security department performs a risk assessment. A canvas of user attitudes
reveals that most of the agency’s users do not appreciate the implications of losing a PDA and the loss of
sensitive agency data. The network administrators test the devices and set up a one-hour training course
for the employees that will be using the PDAs. During the training course, the users are given the security
policy and documentation explaining the security risks associated with the devices. The security team also
recommends instituting security policies that address the appropriate uses of PDAs, the use of random
inventory and security audits, and the users’ responsibilities and liabilities. The security policy specifies
the type of information that users can store on the PDA, proper handling of PDAs, password requirements
(e.g., frequency of change, minimum character length), procedures for reporting a lost or stolen PDA, and
any disciplinary actions that may result from misuse.
The security department completes its risk assessment and cautions that even though it has done a
thorough analysis of the PDAs, risks still exist with the fast pace of PDA evolution and the likelihood that
malicious users will try to exploit any new or existing vulnerability. Agency C determines that the
operational benefits outweigh the residual risks of the PDAs and moves forward with the purchase.
Agency C considers the protection of sensitive information paramount. Encryption software is used to
encrypt database files stored on the PC and the PDA. Users are encouraged to synchronize their handheld
devices every other day; consequently, Agency C does not purchase backup storage modules. The
security department realizes that IR beaming has important benefits and decides not to prohibit IR
beaming completely. However, it does recommend that users keep IR ports closed during periods of
nonuse. The employees also need to update the agency’s database from the field and to access their email.
It is decided that access to corporate resources will be through a VPN.
Before issuing the PDAs to its employees, the security department ensures that the default settings of the
Bluetooth cards are changed to comply with the agency’s security policy. The security team upgrades its
existing antivirus software to allow it to screen data being transferred to the PC during synchronization.
The security team also installs software that automatically prompts the users to enter a password to access
the device after 5 minutes of inactivity on all the PDAs. The security team labels the devices and issues
them to users with the proper security settings. The security team performs regular audits and follows
vendor sites and security mailing lists for security news about handheld devices and applications.
5.6 Wireless Handheld Device Security Checklist
Table 5-1 provides a security checklist for PDAs and smart phones. The table presents guidelines and
recommendations for creating and maintaining a secure environment that uses these handheld devices.
For each recommendation or guideline, three columns are provided. The first column, the Best Practice
column, if checked, means that the entry represents something recommended for all agencies. The second
column, the “Should Consider” column, if checked, means that the recommendation is something that an
agency should carefully consider for three reasons. First, implementing the recommendation may provide
a higher level of security for the wireless environment by offering some sort of additional protection.
Second, the recommendation supports a defense-in-depth strategy. Third, it may have significant
performance, operational, or cost impacts. In summary, if the “Should Consider” column is checked,
agencies need to carefully consider the option and weigh the costs versus the benefits. The last column,
the “Status” column, is intentionally left blank and allows an agency to use this table as a true checklist.
For instance, an individual performing a handheld device security audit can quickly check off each
recommendation for the agency wireless environment, asking, “Have I done this?”
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-37
Table 5-1. Wireless Handheld Device Security Checklist
Checklist
Security Recommendation Best
Practice
Should
Consider
Status
Management Control
1. Develop an agency security policy that addresses the use of all
handheld devices.
!
2. Ensure that users on the network are fully trained in computer security
awareness and the risks associated with handheld devices.
!
3. Perform a risk assessment to understand the value of the assets in the
agency that need protection.
!
4. Conduct ongoing, random security audits to monitor and track devices. !
5. Ensure that external physical boundary protection is in place around the
perimeter of the building or buildings of the agency.
!
6. Deploy physical access controls to the building and other secure areas
(e.g., photo ID, card badge readers).
!
7. Minimize the risk of loss or theft through the use of physical locks and
cables.
!
8. Label all handheld devices with the owner and agency’s information. !
9. Ensure that users know where to report a lost or stolen device. !
10. Ensure that devices are stored securely when left unattended. !
11. Make sure that add-on modules are adequately protected when not in
use to prevent against theft.
!
12. Enable a “power-on” password for each handheld device. !
13. Ensure proper password management (aging, complexity criteria, etc.)
for all handheld devices.
!
14. Ensure that desktop application-mirroring software is passwordprotected.
!
15. Store data on backup storage modules in encrypted form. !
16. Review vendor Web sites frequently for new patches and software
releases.
!
17. Install patches on the affected devices and workstations. !
18. Review security-related mailing lists for the latest security information
and alerts.
!
19. Ensure that all devices have timeout mechanisms that automatically
prompt the user for a password after a period of inactivity.
!
20. Synchronize devices with its corresponding PC regularly. !
21. Avoid placing sensitive information on a handheld device. If necessary
to do so, delete sensitive data from the handheld device and archive it
on the PC when no longer needed on the handheld.
!
22. Turn off communication ports during periods of inactivity when possible. !
23. Install antivirus software on all handheld devices. !
24. Install personal firewall software on all networked handheld devices. !
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-38
Checklist
Security Recommendation Best
Practice
Should
Consider
Status
Technical Control
25. Ensure that PDAs are provided with secure authorization
software/firmware.
!
26. Install VPN software on all handheld devices that transmit data
wirelessly.
!
27. Ensure that a user can be securely authenticated when operating
locally and remotely.
!
28. Use robust encryption and password protection utilities for the
protection of sensitive data files and applications.
!
29. Use enterprise security applications to manage handheld device
security.
!
30. Ensure that security assessment tools are used on handheld devices. !
31. When disposing handheld devices that will no longer be used by the
agency, clear configuration settings to prevent the disclosure of
sensitive network information.
!
5.7 Handheld Device Risk and Security Summary
Table 5.2 lists security recommendations for handheld devices. For each recommendation, narrative is
provided that addresses the security need, requirements or justification for that rcommendation.
Table 5-2. Handheld Device Security Summary
Security Recommendation Security Need, Requirement, or Justification
1. Develop an agency security policy that
addresses the use of all handheld devices.
A security policy is the foundation on which other
countermeasures—the operational and technical ones—
are rationalized and implemented. A documented security
policy allows an organization to define acceptable
implementations and uses for handheld devices.
2. Ensure that users on the network are fully
trained in computer security awareness and
the risks associated with handheld devices.
A security awareness program helps users to establish
good security practices in the interest of preventing
inadvertent or malicious intrusions onto an organization’s
automated information system.
3. Perform a risk assessment to understand the
value of the assets in the agency that need
protection.
The risk assessment can help the organization identify
and determine the value of their information system and
data assets, thus allowing the organization to allocate the
appropriate level of resources for protection of those
systems and assets.
4. Conduct ongoing, random security audits to
monitor and track devices.
Security policy enforcement is vital for ensuring that only
authorized handheld wireless devices are operating in
compliance with the organization’s wireless security
policy. Random security audits provide a realistic view of
the security environments.
5. Ensure that external boundary protection is
in place around the perimeter of the building
or buildings of the agency.
To prevent malicious physical access to an organization’s
information system infrastructure, the external boundaries
should be secured through means such as a fence or
locked doors.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-39
Security Recommendation Security Need, Requirement, or Justification
6. Deploy physical access controls to the
building and other secure areas (e.g., photo
ID, card badge readers).
Identification badges or physical access cards should be
deployed to ensure that only authorized personnel have
physical access to a facility.
7. Minimize the risk of loss or theft through the
use of physical locks and cables.
As with any portable device, use physical locks and
cables to minimize the risk of loss or theft.
8. Label all handheld devices with the owner’s
and agency’s information.
As with any portable device, label all handheld devices
with the appropriate owner and agency information.
9. Ensure that users know where to report a
lost or stolen device.
As with any portable device, a label should be on the
device indicating how it can be returned to the rightful
owner.
10. Ensure that devices are stored securely
when left unattended.
Handheld devices should be stowed in locked rooms and
cabinets especially when left unattended for long periods
such as a night.
11. Ensure that add-on modules are adequately
protected when not in use to prevent against
theft.
Add-on modules are sometimes as much a target as the
primary handheld device. So, it too should also be
secured from risk of theft.
12. Enable a “power-on” password for each
handheld device.
Requiring user authentication helps prevent unauthorized
device access and potential theft of data.
13. Ensure proper password management
(aging, complexity criteria, etc.) for all
handheld devices.
Proper password management helps to ensure security of
devices and data contained.
14. Ensure that desktop application mirroring
software is password protected.
Unauthorized access to all handheld components and
related software should be prevented through the use of
passwords and encryption where feasible.
15. Store data on backup storage modules in
encrypted form.
In case the backup storage is stolen, the information
should be stored encrypted.
16. Fully test and deploy software patches and
upgrades regularly.
Newly discovered security vulnerabilities of vendor
products should be patched to prevent malicious and
inadvertent exploits. Patches should also be fully tested
before implementation to ensure that they work.
17. Install patches on the affected devices and
workstations.
Newly discovered security vulnerabilities of vendor
products should be patched to prevent malicious and
inadvertent exploits. Patching peripheral devices and
workstations related to the handheld device will minimize
the risk of attack. Patches should also be fully tested
before implementation to ensure that they work.
18. Review security-related mailing lists for the
latest security information and alerts.
Proactively search reports on newly discovered wireless
handheld risks and vulnerabilities.
19. Ensure that all devices have timeout
mechanisms that automatically prompt the
user for a password after a period of
inactivity.
Time-out mechanisms requiring the user to login after a
period of inactivity should be implemented to protect them
from inadvertent or malicious activities of third-party
users.
20. Synchronize devices with their
corresponding PCs regularly.
Synchronization of handheld devices with their
corresponding PCs ensures data availability.
21. Avoid placing sensitive information on a
handheld device. If necessary to do so,
delete sensitive data from the handheld
device and archive it on the PC when no
longer needed on the handheld.
Because of the portability of handheld devices and greater
threat to loss and theft, sensitive information stored on the
device should be off-loaded to the PC and deleted form
the handheld device, if possible.
22. Turn off communication ports during periods
of inactivity when possible.
Turning off unused communication ports minimizes the
risk of malicious access.
WIRELESS NETWORK SECURITY
5-40
Security Recommendation Security Need, Requirement, or Justification
23. Install antivirus software on all handheld
devices.
Antivirus software ensures that the handheld device does
not introduce known worms and viruses to the wired
network. Also, the handheld device is protected from its
communicating hosts.
24. Install personal firewall software on all
networked handheld devices.
The handheld device is a potential target for malicious
users.
25. Ensure that PDAs are provided with secure
authorization software/firmware.
Only secured authorization software and firmware should
be used with the PDA.
26. Install VPN software on all handheld devices
that transmit data wirelessly.
All wireless communication, if possible, should use strong
cryptography, have robust key management, and have
strong user authentication.
27. Ensure that a user can be securely
authenticated when operating locally or
remotely.
Users should be required to authenticate when operating
locally and remotely.
28. Use robust encryption and password
protection utilities for the protection of
sensitive data files and applications.
Sensitive data and application data files should be
encrypted with the appropriate encryption techniques.
29. Use enterprise security applications to
manage handheld device security.
Handheld devices should also be managed by enterprise
security applications.
30. Ensure that security assessment tools are
used on handheld devices.
Handheld devices should undergo security assessments
to identify security vulnerabilities.
31. When disposing handheld devices that will
no longer be used by the agency, clear
configuration settings to prevent the
disclosure of sensitive network information.
Sensitive or proprietary configuration settings should be
cleared to prevent inadvertent disclosure of the
information to potentially malicious users.
WIRELESS NETWORK SECURITY
A-1
Appendix A—Common Wireless Frequencies and Applications
EM Band Designation Frequency Range Wireless Device/Application
VLF: Very Low Frequency 9 kHz–30 kHz
LF: Low Frequency 30 kHz–300 kHz
MF: Medium Frequency 300 kHz–3 MHz AM radio stations (535 kHz–1 MHz)
HF: High Frequency 3 MHz – 30 MHz
VHF: Very High Frequency 30 MHz–300 MHz FM radio stations
VHF television stations 7–13, NTSC Standard (174
MHz–220 MHz)
Garage door openers (~40 MHz)
Standard cordless telephones (40 MHz–50 MHz)
Alarm Systems (~40 MHz)
Paging Systems (50 MHz–300 MHz)
UHF: Ultra High Frequency 300 MHz–3 GHz Paging systems (300 MHz–500 MHz)
1G mobile telephones (824 MHz–829 MHz)
2G mobile telephone (800 MHz–900 MHz)
Global System for Mobile Communication (GSM)
Enhanced Data Rates for Global Evolution (EDGE)
(800/900/1800/1900 MHz bands)
3G Mobile telephones (international standard) (1,755
MHz–2200 MHz)
Bluetooth devices (2.4-2.4835 GHz)
Home RF (2.4 GHz ISM Band)
WLAN (2.4, 5 GHz)
SHF: Super High
Frequency
3 GHz–30 GHz Applications in the short range, point-to-point
communications including remote control systems,
PDAs, etc.
WLAN (5.8 GHz).
Local Multipoint Distribution Services (LMDS), a fixed
wireless technology that operates in the 28 GHz band
and offers line-of-sight coverage over distances up to 3
to 5 kilometers.
EHF: Extremely High
Frequency
30 GHz–300 GHz Satellite communications
IR: Infrared 300 GHz Remote controls for home audio-visual components
IR links for peripheral devices
PDA and cellular telephone IR links
WIRELESS NETWORK SECURITY
B-1
Appendix B—Glossary of Terms
Advanced Encryption
Standard (AES)
The Advanced Encryption Standard (AES) is an encryption algorithm for
securing sensitive but unclassified material by U.S. Government agencies.
Data Encryption Standard
(DES)
A National Institute of Standards and Technology (NIST) standard secret
key cryptography method that uses a 56-bit key encryption. DES is based
on an IBM algorithm, which was further developed by the U.S. National
Security Agency. It uses the block cipher method, which breaks the text into
64-bit blocks before encrypting them. There are several DES encryption
modes. The most popular mode exclusive-OR-s each plain-text block with
the previous encrypted block. DES decryption is very fast and widely used.
The secret key may be kept completely secret and reused again, or a key can
be randomly generated for each session, in which case, the new key is
transmitted to the recipient using a public key cryptography method such as
RSA. Triple DES (3DES) is an enhancement of DES that provides
considerably more security than standard DES, which uses only one 56-bit
key. There are several 3DES methods. EEE3 uses three keys and encrypts
three times. EDE3 uses three keys to encrypt, decrypt, and encrypt again.
EEE2 and EDE2 are similar to EEE3 and EDE3, except that only two keys
are used, and the first and third operations use the same key.
Dynamic Host
Configuration Protocol
(DHCP)
The protocol used to assign Internet Protocol (IP) addresses to all nodes on
the network.
Hash Function A computationally efficient algorithm that maps a variable-sized amount of
text into a fixed-sized output (hash value). Hash functions are used in
creating digital signatures.
Industrial, Scientific, and
Medical (ISM) Band
The ISM band refers to the government-allotted bandwidth at 2.450 ± .050
gigahertz (GHz) and 5.8 ± 0.75 GHz.
Infrared (IR) An invisible band of radiation at the lower end of the electromagnetic
spectrum. It starts at the middle of the microwave spectrum and extends to
the beginning of visible light. Infrared transmission requires an
unobstructed line of sight between transmitter and receiver. It is used for
wireless transmission between computer devices, as well as for most
handheld remotes for TVs, video, and stereo equipment.
Institute of Electrical and
Electronics Engineers
(IEEE)
A worldwide professional association for electrical and electronics
engineers that sets standards for telecommunications and computing
applications.
International
Electrotechnical
Commission (IEC)
An organization that sets international standards for the electrical and
electronics fields.
International Organization
for Standardization (ISO)
A voluntary organization responsible for creating international standards in
many areas, including computers and communications.
WIRELESS NETWORK SECURITY
B-2
Jini An approach to instant recognition that would enable manufacturers to
make devices that can attach to a network independently of an operating
system. Jini can be viewed as the next step after the Java programming
language toward making a network look like one large computer. Each
pluggable device in a network will define itself immediately to a network
device registry. Using the Jini architecture, users will be able to plug
printers, storage devices, speakers, and any other kind of device directly
into a network, and every other computer, device, and user on the network
will know that the new device has been added and is available through the
network registry. When a user wants to use or access the resource, his/her
computer will be able to download the necessary programming from it to
communicate with it. In this way, devices on the network may be able to
access and use other devices without having the drivers or other previous
knowledge of the device.
Local Area Network
(LAN)
A network that connects computers in close proximity via cable, usually in
the same building.
Medium Access Control
(MAC)
On a local area network, the sublayers that control which device has access
to the transmission medium at a particular time.
Open Systems
Interconnection (OSI)
A model developed by ISO to allow computer systems made by different
vendors to communicate with each other.
Personal Digital Assistant
(PDA)
A handheld computer that serves as an organizer for personal information.
It generally includes at least a name-and-address database, a to-do list, and a
note taker. PDAs are pen-based and use a stylus to tap selections on menus
and to enter printed characters. The unit may also include a small on-screen
keyboard that is tapped with the pen. Data is synchronized between a user’s
PDA and desktop computer by cable or wireless transmission.
Request for Comments
(RFC)
A series of numbered documents (RFC 822, RFC 1123, etc.) developed by
the Internet Engineering Task Force (IETF) that set standards and are
voluntarily followed by many makers of software in the Internet
community.
Smart Card A credit card with a built-in microprocessor and memory that is used for
identification or financial transactions. When inserted into a reader, the card
transfers data to and from a central computer. A smart card is more secure
than a magnetic stripe card and can be programmed to self-destruct if the
wrong password is entered too many times.
Spoofing “IP spoofing” refers to sending a network packet that appears to come from
a source other than its actual source.
Virtual Private Network
(VPN)
A means by which certain authorized individuals (such as remote
employees) can gain secure access to an organization’s intranet by means of
an extranet (a part of the internal network that is accessible via the Internet).
WIRELESS NETWORK SECURITY
B-3
Wireless Application
Protocol (WAP)
A standard for providing cellular telephones, pagers, and other handheld
devices with secure access to e-mail and text-based Web pages. Introduced
in 1997 by Phone.com, Ericsson, Motorola, and Nokia, WAP provides a
complete environment for wireless applications that includes a wireless
counterpart of TCP/IP and a framework for telephony integration, such as
call control and telephone book access. WAP features the Wireless Markup
Language (WML) and is a streamlined version of HTML for small-screen
displays. It also uses WMLScript, a compact JavaScript-like language that
runs in limited memory. WAP also supports handheld input methods, such
as keypad and voice recognition. Independent of the air interface, WAP
runs over all the major wireless networks in place now and in the future. It
is also device-independent, requiring only a minimum functionality in the
unit to permit use with a myriad of telephones and handheld devices.
Wired Equivalent Privacy
(WEP)
Wired Equivalent Privacy (WEP) is a security protocol, specified in the
IEEE Wireless Fidelity (Wi-Fi) standard, 802.11, that is designed to provide
a wireless local area network (WLAN) with a level of security and privacy
comparable to what is usually expected of a wired LAN.
WIRELESS NETWORK SECURITY
C-1
Appendix C—Acronyms and Abbreviations
1G First Generation
2G Second Generation
2.5G Two-and-a-Half Generation
3DES Triple Data Encryption Standard
3G Third Generation
ACL Access Control List
ACO Authenticated Cipher Offset
AES Advanced Encryption Standard
AH Authentication Header
AMPS Advanced Mobile Phone System
AP Access Point
API Application Programming Interfaces
ATM Automatic Teller Machine
BSS Basic Service Set
CDMA Code Division Multiple Access
CERT Computer Emergency Response Team
CIO Chief Information Officer
CRC Cyclic Redundancy Check
DDoS Distributed Denial of Service
DES Data Encryption Standard
DHCP Dynamic Host Control Protocol
DoD Department of Defense
DoS Denial of Service
DSSS Direct Sequence Spread Spectrum
EAP Extensible Authentication Protocol
ECC Elliptic Curve Cryptography
EDGE Enhanced Data GSM Environment
EM Electromagnetic
ESN Electronic Serial Number
ESP Encapsulating Security Protocol
ESS Extended Service Set
ETSI European Telecommunications Standard Institute
FCC Federal Communications Commission
FDMA Frequency Division Multiple Access
FEC Forward Error Correction
FH Frequency Hopping
FHSS Frequency Hopping Spread Spectrum
FIPS Federal Information Processing Standard
GFSK Gaussian Frequency Shift Keying
GHz Gigahertz
GPRS General Packet Radio System
WIRELESS NETWORK SECURITY
C-2
GPS Global Positioning System
GSM Global System for Mobile Communications
HTML HyperText Markup Language
HTTP HyperText Transfer Protocol
I&A Identification and Authentication
IBSS Interdependent Basic Service Set
ICAT Internet Categorization of Attack Toolkit
IDC International Data Corporation
IDS Intrusion Detection System
IEC International Electrotechnical Commission
IEEE Institute of Electrical and Electronics Engineers
IETF Internet Engineering Task Force
IKE Internet Key Exchange
IMT-2000 International Mobile Telecommunication 2000
IP Internet Protocol
IPsec Internet Protocol Security
IPX Internet Packet Exchange
IR Infrared
ISM Industrial, Scientific, and Medical
ISO International Organization for Standardization
ISS Internet Security Systems
IV Initialization Vector
Kbps Kilobits per second
KG Key Generator
KHz Kilohertz
KSG Key Stream Generator
L2CAP Logical Link Control and Adaptation Protocol
L2TP Layer 2 Tunneling Protocol
LAN Local Area Network
LDAP Lightweight Directory Access Protocol
LFSR Linear Feedback Shift Register
MAC Medium Access Control
Mbps Megabits per second
MHz Megahertz
mW Milliwatt
NIC Network Interface Card
NIST National Institute of Standards and Technology
OFDM Orthogonal Frequency Division Multiplexing
OMB Office of Management and Budget
OSI Open Systems Interconnection
OTP One-Time Password
P2P Peer to Peer
WIRELESS NETWORK SECURITY
C-3
PAN Personal Area Network
PC Personal Computer
PCMCIA Personal Computer Memory Card International Association
PDA Personal Digital Assistant
PHY Physical Layer
PIN Personal Identification Number
PKI Public Key Infrastructure
PPTP Point-to-Point Tunneling Protocol
RADIUS Remote Authentication Dial-in User Service
RF Radio Frequency
RFC Request for Comment
ROM Read Only Memory
RSA Rivest-Shamir-Adelman
RSN Robust Security Networks
SIG Special Interest Group
SMS Short Message Service
SNMP Simple Network Management Protocol
SRES Signed Response
SSH Secure Shell
SSID Service Set Identifier
SSL Secure Sockets Layer
TCP Transmission Control Protocol
TDMA Time Division Multiple Access
TGI Task Group I
TKIP Temporal Key Integrity Protocol
TLS Transport Layer Security
TTP Trusted Third Party
UMTS Universal Mobile Telecommunications Service
USB Universal Serial Bus
USC United States Code
UWC Universal Wireless Communications
VPN Virtual Private Network
WAP Wireless Application Protocol
WEP Wired Equivalent Privacy
WEP2 Wired Equivalent Privacy 2
WG-1000 Wireless Gateway 1000
WI-FI Wireless Fidelity
WISP Wireless Internet Service Provider
WLAN Wireless Local Area Network
WML Wireless Markup Language
WTA Wireless Telephony Application
WTP Wireless Transaction Protocol
WWAN Wireless Wide Area Network
WPAN Wireless Personal Area Networks
WPA Wi-Fi Protected Access
WIRELESS NETWORK SECURITY
D-1
Appendix D—Summary of 802.11 Standards
Table D-1 provides a summary of the various 802.11 standards. For each of the eight standards, a
description of the standard, purpose keywords and remarks about the standard, and when the standard and
products will be available are provided.
Table D-1. Summary of 802.11 Standards
Standard Description Purpose Keywords
and Other Remarks Availability
802.11a
A physical layer standard in the 5
GHz radio band. It specifies eight
available radio channels (in some
countries, 12 channels are
permitted). The maximum link rate is
54 Mbps per channel; maximum
actual user data throughput is
approximately half of that, and the
throughput is shared by all users of
the same radio channel.
The data rate decreases as the
distance between the user and the
radio access point increases.
Higher Performance.
In most office environments, the
data throughput will be greater
than for 11b. Also, the greater
number of radio channels (eight
as opposed to three) provides
better protection against possible
interference from neighboring
access points.
Conformance is shown by a Wi-
Fi5 mark from WiFi Alliance.
Standard was
completed in 1999.
Products are available
now.
802.11b
This is a physical layer standard in
the 2.4 GHz radio band. It specifies
three available radio channels.
Maximum link rate is 11 Mbps per
channel, but maximum user
throughput will be approximately half
of this because the throughput is
shared by all users of the same
radio channel. The data rate
decreases as the distance between
the user and the radio access point
increases.
Performance.
Products are in volume production
with a wide selection at
competitive prices.
Installations may suffer from
speed restrictions in the future as
the number of active users
increase, and the limit of three
radio channels may cause
interference from neighboring
access points.
Standard was
completed in 1999.
A wide variety of
products have been
available since 2001.
802.11d
This standard is supplementary to
the Media Access Control (MAC)
layer in 802.11 to promote worldwide
use of 802.11 WLANs.
It will allow access points to
communicate information on the
permissible radio channels with
acceptable power levels for user
devices. The 802.11 standards
cannot legally operate in some
countries; the purpose of 11d is to
add features and restrictions to allow
WLANs to operate within the rules of
these countries.
Promote worldwide use.
In countries where the physical
layer radio requirements are
different from those in North
America, the use of WLANs is
lagging behind. Equipment
manufacturers do not want to
produce a wide variety of countryspecific
products, and users that
travel do not want a bag full of
country-specific WLAN PC cards.
The outcome will be countryspecific
firmware solutions.
Work is ongoing, but
see 802.11h for a
timeline on 5 GHz
WLANs in Europe.
WIRELESS NETWORK SECURITY
D-2
Standard Description Purpose Keywords
and Other Remarks Availability
802.11e
This standard is supplementary to
the MAC layer to provide QOS
support for LAN applications. It will
apply to 802.11 physical standards
a, b, and g. The purpose is to
provide classes of service with
managed levels of QOS for data,
voice, and video applications.
Quality of service.
This standard should provide
some useful features for
differentiating data traffic streams.
It is essential for future audio and
video distribution.
Many WLAN manufacturers have
targeted QOS as a feature to
differentiate their products, so
there will be plenty of proprietary
offerings before 11e is complete.
This standard will be greatly
affected by the work of Tgi.
The finalized standard
is expected in the
second half of 2002.
Products will be
available in the second
half of 2003 or later.
802.11f
This is a “recommended practice”
document that aims to achieve radio
access point interoperability within a
multivendor WLAN network. The
standard defines the registration of
access points within a network and
the interchange of information
between access points when a user
is handed over from one access
point to another.
Interoperability.
This standard will work to increase
vendor interoperability. Currently
few features exist in the AP work.
802.11f will reduce vendor lock-in
and allow multivendor
infrastructures.
Completed standard is
expected in the second
half of 2002. Products
will be available in the
first half of 2003 or
later.
802.11g
This is a physical layer standard for
WLANs in the 2.4 GHz and 5 GHz
radio band. It specifies three
available radio channels. The
maximum link rate is 54 Mbps per
channel whereas 11b has 11 Mbps.
The 802.11g standard uses
orthogonal frequency-division
multiplexing (OFDM) modulation but,
for backward compatibility with 11b,
it also supports complementary
code-keying (CCK) modulation and,
as an option for faster link rates,
allows packet binary convolutional
coding (PBCC) modulation.
Performance with 802.11b
backward compatibility.
Speeds similar to 11a and
backward compatibility may
appear attractive but modulation
issues exist: Conflicting interests
between key vendors have
divided support within IEEE task
group for the OFDM and PBCC
modulation schemes. The task
group compromised by including
both types of modulation in the
draft standard. With the addition of
support for 11b’s CCK modulation,
the end result is three modulation
types. This is perhaps too little,
too late, and too complex relative
to 11a. However, advantages
exist for vendors hoping to supply
dual-mode 2.4 GHz and 5 GHz
products, in that using OFDM for
both modes will reduce silicon
cost. If 802.11h fails to obtain pan-
European approval by the second
half of 2003, then 11g will become
the high-speed WLAN of choice in
Europe.
Completed standard is
expected in the second
half of 2002.
Products will be
available in the first
half of 2003 or later.
WIRELESS NETWORK SECURITY
D-3
Standard Description Purpose Keywords
and Other Remarks Availability
802.11h
This standard is supplementary to
the MAC layer to comply with
European regulations for 5 GHz
WLANs. European radio regulations
for the 5 GHz band require products
to have transmission power control
(TPC) and dynamic frequency
selection (DFS). TPC limits the
transmitted power to the minimum
needed to reach the farthest user.
DFS selects the radio channel at the
access point to minimize
interference with other systems,
particularly radar.
European regulation
compliance.
This is necessary for products to
operate in Europe.
Completion of 11h will provide
better acceptability within Europe
for IEEE-compliant 5 GHz WLAN
products. A group that is rapidly
dwindling will continue to support
the alternative HyperLAN
standard defined by ETSI.
Although European countries such
as the Netherlands and the United
Kingdom are likely to allow the
use of 5 GHz LANs with TPC and
DFS well before 11h is completed,
pan-European approval of 11h is
not expected until the second half
of 2003 or later.
The standard is
expected to be
finalized by the second
half of 2002.
Products will be
available in the first
half of 2003 (firmware
implementation), with
high availability in the
second half of 2003.
802.11i
This standard is supplementary to
the MAC layer to improve security. It
will apply to 802.11 physical
standards a, b, and g. It provides an
alternative to Wired Equivalent
Privacy (WEP) with new encryption
methods and authentication
procedures. IEEE 802.1X forms a
key part of 802.11i.
Improved security.
Security is a major weakness of
WLANs. Vendors have not
improved matters by shipping
products without setting default
security features. In addition, the
numerous Wired Equivalent
Privacy (WEP) weaknesses have
been exposed. The 11i
specification is part of a set of
security features that should
address and overcome these
issues by the end of 2003.
Solutions will start with firmware
upgrades using the Temporal Key
Integrity Protocol (TKIP), followed
by new silicon with AES (an
iterated block cipher) and TKIP
backwards compatibility.
Finalization of the TKIP
protocol standard is
expected to occur in
the second half of
2002.
Firmware will be
available in the first
half of 2003.
New silicon with an
AES cipher is expected
to occur by the second
half of 2003 or later.
WIRELESS NETWORK SECURITY
E-1
Appendix E—Useful References
Name URL Description / Remarks
802.11 Planet http://http://www.80211-planet.com Source for WiFi business and technology
information
802.11b Networking News http://80211b.weblogger.com News and features about the 802.11b
networking standard
Air Defense http://www.airdefense.net/products/i
ndex.shtm
This site contains lists of many of the major
security products by category.
Air Jack Site http://802.11ninja.net Air Jack code and slides from wireless
presentation at the 2002 BlackHat Briefings
AirSnort http://airsnort.shmoo.com AirSnort is a wireless LAN (WLAN) tool which
recovers encryption keys.
AirTraf http://airtraf.sourceforge.net AirTraf is a wireless 802.11 network sniffer.
Cellular Network
Perspectives
http://www.cnp-wireless.com Source of technical information about wireless
standards and technology
Cellular
Telecommunications &
Internet Association
http://www.wow-com.com Cellular Telecommunications & Internet
Association Web site
Cquire.net http://www.cqure.net/tools08.html This is a link to the WaveStumbler wireless
network mapping tool.
Dachb0den Labs http://www.dachb0den.com/projects/
bsd-airtools.html
Wireless BSD tools
Federal Communications
Commission
http://www.fcc.gov Federal Communications Commission web site
Globecom Site http://www.globecom.net/ietf This site allows the search of Internet
Engineering Task Force documents.
Guidance http://www.amc.army.mil/amc/ci/mat
rix/guidance/guidance3_mainpage.h
tm
This is a military site with many URLs to various
publications.
IEEE http://standards.ieee.org/getieee802 IEEE 802.11 site
JM Projects http://www.jm-music.de/projects.html Link to Wavemon, a monitoring application for
wireless network devices. Wavemon currently
works under Linux with devices that are
supported by the wireless extensions by Jean
Tourrilhes (included in Kernel 2.4 and higher),
e.g., the Lucent Orinoco cards.
Kismet http://www.kismetwireless.net Kismet wireless network sniffer site
Mognet http://chocobospore.org/mognet Mognet is a free, open source wireless Ethernet
sniffer/analyzer written in Java.
Netstumbler.com http://www.netstumbler.com Netstumbler 802.11 discovery tool
Prisimstumbler http://prismstumbler.sourceforge.net Prismstumbler is a wireless LAN (WLAN) that
scans for beacon frames from access points.
Prismstumbler operates by constantly switching
channels and monitors any frames received on
the currently selected channel.
WIRELESS NETWORK SECURITY
E-2
Name URL Description / Remarks
Sniffer technologies http://www.sniffer.com/products/wirel
ess/default.asp?A=5
Sniffer® Wireless was designed in accordance
with the IEEE 802.11b interoperability standard.
It includes network monitoring, capturing,
decoding, and filtering—all of the standard
Sniffer® Pro features.
Snort http://www.snort.org Snort is an open source intrusion detection
system.
Sonar-Security http://www.sonar-security.com StumbVerter is a standalone application that
allows users to import Network Stumbler’s
summary files into Microsoft’s MapPoint 2002
maps.
Sourceforge.net http://sourceforge.net/projects/wifisc
anner
Link to a passive 802.11b scanner
Talisker Network Security http://www.networkintrusion.co.uk/wi
reless.htm
Wireless security tools
Talisker Network Security http://www.networkintrusion.co.uk This is a independent site that maintains an
extensive list of current security products.
WEPcrack http://wepcrack.sourceforge.net WEPCrack is an open source tool for breaking
802.11 WEP secret keys.
WiFi http://www.wifi.
com/OpenSection/index.asp
WiFi Web site
WildPackets http://www.wildpackets.com/product
s/airopeek
This is a link to WildPackets’ wireless protocol
analyzer, Airopeek.
Wireless LAN Association http://www.wlana.com WLANA provides a clearinghouse of information
about wireless local area applications, issues,
and trends and serves as a resource for
customers and prospective customers for
wireless local area products and wireless
personal area products and for industry press
and analysts.
WIRELESS NETWORK SECURITY
F-1
Appendix F—Wireless Networking Tools
Tool Capabilities Website
Linux{ XE
“Linux” }/Unix{
XE “Unix” }
Win32 Cost
Aerosol{ XE
“Aerosol” }
Wireless
Sniffer
http://www.sec33.com/sniph/aerosol.php ” Free
Aerosol{ XE “Aerosol” } is a freeware{ XE “freeware” } wireless LAN{ XE “LAN” } sniffer tool, which can
also crack WEP encryption keys. Aerosol operates by passively monitoring transmissions, computing the encryption key
when enough packets have been gathered.
AirSnort{
XE
“AirSnort” }
Wireless
Sniffer
http://airsnort.shmoo.com/ ” Free
AirSnort{ XE “AirSnort” } is a freeware{ XE “freeware” } wireless LAN{ XE “LAN” } sniffer tool, which
recovers encryption keys. AirSnort operates by passively monitoring transmissions, computing the encryption key when
enough packets have been gathered.
Kismet{ XE
“Kismet” }
Wireless
Sniffer
http://www.kismetwireless.net/ ” Free
Kismet{ XE “Kismet” } is an 802.11b{ XE “802.11b” } wireless network sniffer{ XE “network sniffers” }. It
is capable of sniffing using almost any wireless card supported in Linux{ XE “Linux” }.
Netstumbler Wireless
Sniffer
http://www.netstumbler.com ” Free
Netstumbler is a 802.11b tool that listens for available networks and records data about that access point. A version is
available for the Pocket PC.
Sniffer
Wireless{
XE “Sniffer
Wireless” }
Wireless
Sniffer
http://www.sniffer.com/ ” $
A Sniffer Wireless{ XE “Sniffer Wireless” } is a commercial wireless LAN{ XE “LAN” } sniffer that provides network
monitoring, capturing, decoding, and filtering capabilities.
WEPCrack{
XE
“WEPCrack”
}
WEP
encryption
cracker
http://sourceforge.net/projects/wepcrack/ ” Free
WEPCrack{ XE “WEPCrack” } is a tool that cracks 802.11 WEP encryption keys using the latest discovered weakness of
RC4 key scheduling.
WaveStumbler
{ XE
“WaveStumbl
er” }
Wireless
Network
Mapper
http://www.cqure.net/tools08.html ” Free
WaveStumbler{ XE “WaveStumbler” } is a freeware{ XE “freeware” } console based 802.11 network mapper for
Linux{ XE “Linux” }. It reports the basic wireless network characteristics including channel, WEP, ESSID, MAC etc.
WIRELESS NETWORK SECURITY
G-1
Appendix G—References
Print Publications and Books
1. NIST Special Publication 46, Security for Telecommuting and Broadband Communications,
National Institute for Standards and Technology.
2. Norton, P., and Stockman, M. Peter Norton’s Network Security Fundamentals. 2000.
3. Wack, J., Cutler, K., and Pole, J. NIST Special Publication 41, Guidelines on Firewalls and
Firewall Policy, January 2002.
4. Gast, M. 802.11 Wireless Networks: The Definitive Guide Creating and Administering Wireless
Networks, O’Reilley Publishing, April 2002.
Articles and Other Published Material
1. 3Com. 11 Mbps Wireless LAN Access Point 6000 User Guide, Version 2.0. May 2001.
5. Arbaugh, W.A., Shankar, N., and Wan, Y.C. “Your 802.11 Wireless Network Has No Clothes.”
March 30, 2001.
6. Basgall, M. “Experimental Break-Ins Reveal Vulnerability in Internet, Unix Computer Security.”
http://www.dukenews.duke.edu/research/encrypt.html, January 1999.
7. Cam-Winget, N., and Walker, J. “An Analysis of AES in OCB Mode.” May 2001.
8. Ismadi, A., and Sukaimi, Y.B. Smart Card: An Alternative to Password Authentication. SANS,
May 26, 2001.
9. Lucent Technologies. ORINOCO Manager Suite Users Guide. November 2000.
10. Menezes, A. “Comparing the Security of ECC and RSA.” January 2000.
11. Cagliostro, C. Security and Smart Cards. www.scia.org, 2001.
12. Cardwell, A., and Woollard, S. “Clinic: What are the biggest security risks associated with
wireless technology? What do I need to consider if my organization wants to introduce this kind
of technology to my corporate LAN?” www.itsecurity.com, 2001.
13. Ewalt, D. M. “RSA Patches Hold in Wireless LANs: The fix addresses problems with the
Wireless Equivalent Privacy protocol, which encrypts communication over 802.11b wireless
networks.” Information Week, (www.informationweek.com), December 2001.
14. Leyden, J. “Tool Dumbs Down Wireless Hacking.” The Register, www.theregister.co.uk, August
2001.
15. Marek, S. “Identifying the Weakest Link.” Wireless Internet Magazine
www.wirelessinternetmag.com, November/December 2001.
WIRELESS NETWORK SECURITY
G-2
16. Rysavy, P. “Break Free With Wireless LANs.” Network Computing, Mobile and Wireless
Technology Feature, October 29, 2001.
General Internet Resources
1. http://csrc.nist.gov/publications (NIST, Computer Security Resource Center)
2. http://www.drizzle.com/~aboba/IEEE/ (Unofficial 802.11 security Web site)
3. http://its.med.yale.edu/computing_services.html (Yale University School of Medicine provides
information on wireless applications and future uses)
4. http://xforce.iss.net (X-Force Web site provides information on leading computer threats and
vulnerabilities)
5. http://www.cisco.com (Cisco Web site provides information on securing wireless networks)
6. http://www.computeruser.com/resources/dictionary/dictionary.html (reference for technical
terms)
7. http://www.computerworld.com (provides white papers, surveys, and reports related to security of
wireless networks)
8. http://www.eet.com (technical Web site that serves as a primer for different technologies and
applications)
9. http://www.gcn.com (Government Computer News provides up-to-date information on wireless
and mobile devices and their related security issues)
10. http://www.informationweek.com (provides information on wireless networks, wireless
communications, and security solutions in the form of articles and other documents)
11. http://www.infosecuritymagazine.com (provides white papers, surveys, and reports on wireless
network security)
12. http://www.isaac.cs.berkeley.edu/isaac/wep-faq.html (University of California at Berkeley
provides “frequently asked questions” on WEP setup, problems, and attacks)
13. http://www.networkcomputing.com (provides white papers, surveys, and reports on wireless
network security)
14. http://www.nwfusion.com (Network World Fusion Web site provides white papers, surveys, and
reports on wireless network security)
15. http://www.pdadefense.com (PDADefense Web site provides articles and guidance on PDA
security)
16. http://www.sans.org/newlook/home.htm (SANS Institute Web site maintains articles, documents,
and links on computer security and wireless technologies)
WIRELESS NETWORK SECURITY
G-3
17. http://www.scmagazine.com (SC Magazine Web site, an information security online magazine
provides information on wireless security issues)
18. http://www.zdnetindia.com (ZDNet India Magazine Web site provides white papers, surveys, and
reports on wireless network security)