pengaruh kepemilikan perusahaan dan...
TRANSCRIPT
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 349
PENGARUH KEPEMILIKAN PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Istianingsih 1), Agus Sudiyar Tanjung 2)
Program Magister Akuntansi Universitas Mercu Buana, Jakarta
Abstract
This study aimed to test whether the ownership structure and corporate governance mechanisms have
an influence on earnings management company. Value discretion revenue is used to measure the
magnitude of the predicted earnings management is influenced by institutional stock ownership, the
composition of independent directors, independent audit committee composition as well as some of
the control variables, namely firm size, leverage and quality of the audit results. The total sample
used is a manufacturing company that was observed from 2012 to 2014 as many as 62 companies
with a total 181 firm-years of observation. The results show that institutional ownership variable, the
composition of independent directors and independent audit committee did not significantly affect
earnings management. Similarly, the variable quality of the audit was also no significant effect on
earnings management. Only the variable firm size and leverage are significantly affect earnings
management. Companies need to improve understanding and seriousness in implementing corporate
governance practices so that it can be a way to create a good condition of the company and
thoughtful.
Keywords: earnings management, discretionary revenue, size of the company, institutional stock
ownership, the composition of independent directors, independent audit committee composition, size,
leverage and quality of the audit results.
1. PENDAHULUAN
Teori keagenan menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang
(prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agen) yaitu manajer, dalam bentuk
kontrak kerja sama (Palagung, 2008 dalam Kusumawardhani 2012). Hubungan antara prinsipal dan
agen dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi karena agen memiliki informasi
yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Ketidakseimbangan informasi
dapat menyebabkan moral hazard dan adverse selection (Scott, 2015). Baik kreditur maupun investor,
menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan earnings power dan juga
untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang (Siallagan dan Machfoedz,2006). Manajemen laba
mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan
laba sesuai keinginan manajer (Utami, 2005). Dalam kondisi asimetri tersebut, agen dapat
mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara
melakukan manajemen laba (earnings management).
Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi
yang secara luas diketahui,antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di
Amerika Serikat, selain itu di Indonesia juga terjadi hal serupa, seperti PT. Lippo Tbk., dan PT. Kimia
Farma Tbk., dan bahkan juga terjadi lagi di sektor Perbankan Indonesia dalam skandal kasus Bank
Century, dimana perusahaan ini juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang
berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 350
Manajemen laba tidak selalu diartikan dengan proses manipulasi laporan keuangan karena terdapatnya
beberapa pilihan metode yang dapat digunakan dan bukan sebagai sebagai suatu larangan. Salah satu
cara yang dapat digunakan untuk memonitor suatu perusahaan adalah masalah kontrak dan untuk
membatasi perilaku manajemen adalah dengan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance). Corporate Governance diarahkan untuk mengurangi asimetri informasi antara prinsipal
dan agen, sehingga dapat diharapkan mampu meminimalkan tindakan manajemen untuk melakukan
manajemen laba. Karena itulah Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa ada kemungkinan
besar agent tidak selalu bertindak untuk kepentingan principal. Perilaku manajemen laba dapat
dimaksimalkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai
kepentingan antara prinsipal dan agen.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan adalah: 1) Apakah
struktur kepemilikan mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba perusahaan; dan 2) Apakah
mekanisme corporate governance mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba perusahaan.
2. KAJIAN LITERATUR
Teori Keagenan
Agency theory digunakan untuk memprediksi adanya konflik kepentingan di antara individu-individu
yang rasional (Scott, 2015). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency theory adalah sebuah
kontrak dimana satu atau lebih principal menggunakan pihak lain (agent) untuk melakukan sesuatu
berdasarkan kepentingan principal yang mencakup pendelegasian wewenang pengambilan keputusan
kepada agent. Kontrak tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan agent dan principal. Agar
hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan mendelegasikan otoritas
pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan
kepentingan manajer dan pemilik dalam hal konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari
agency theory. Namun untuk menciptakan kontrak yang tepat merupakan hal yang sulit diwujudkan.
Oleh karena itu, investor diwajibkan untuk memberi hak pengendalian residual kepada manajer
(residual control right) yakni hak untuk membuat keputusan dalam kondisi-kondisi tertentu yang
sebelumnya belum terlihat di kontrak. Teori agensi berfokus pada hubungan dua individu, yaitu agen
dan principal (Dirgantiri, dkk., 2000). Dalam teori agensi, manajer didefinisikan sebagai agen dan
pemegang saham sebagai prinsipal. Dalam hal ini, para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan
atau prinsipal mendelegasikan wewenang pembuatan keputusan dalam perusahaan kepada direktur
yang merupakan agen para pemegang saham (Solomon, 2007).
Manajemen Laba (Earnings Management)
Menurut (Copeland, 1968:10), manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk
memaksimumkan, atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan
manajemen. Secara umum earnings management didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh
manajemen untuk memanipulasi laba perusahaan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara khusus
earnings management memiliki beberapa definisi antara lain menurut Scott (2015) mendefinisikan
earnings management sebagai pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk mencapai tujuan
tertentu. Earnings management didefinisikan oleh Setiawati dan Na’im (2000) adalah campur tangan
manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya
sendiri. Scott (2015) menyatakan bahwa earning management bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda
yaitu dari sisi financial reporting dan contracting. Pertama, financial reporting menjelaskan bahwa
manajer menggunakan earnings management untuk memenuhi perkiraan earning yang dibuat oleh
analis untuk menghindari pengaruh negatif dari kegagalan untuk memenuhi ekspektasi investor
terhadap harga saham. Kedua, sebagai alat bagi manajemen untuk menyampaikan inside information
kepada investor. Contracting menilai earnings management digunakan oleh manajer sebagai cara
untuk melindungi perusahaan dari konsekuensi yang disebabkan oleh kejadian-
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 351
terduga ketika kontrak rigid (kaku) dan tidak lengkap. Earning management digunakan oleh manajer
untuk mengurangi fluktuasi dari kompensasinya.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusional
(eksternal), seperti perusahaan investasi, bank, asuransi dan lembaga lain (Imanta dan Satwiko, 2011).
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya
kepemilikan oleh institisional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
Monitoring tersebut akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, dimana pengaruh
kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar
dalam pasar modal.
Corporate Governance
Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan perusahaan yang didasarkan pada
teori agensi. Dengan adanya penerapan Corporate Governance diharapkan bisa berfungsi sebagai alat
untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang
mereka investasikan pada suatu perusahaan. Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer
tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak
menguntungkan berkaitan dengan dana yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan
bagaimana para investor mengendalikan para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997 dalam Herawaty,
2008).
3. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini akan diuji dua hipotesis utama yaitu mengenai dampak Struktur Kepemilikan dan
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Manajemen Laba. Struktur kepemilikan
yang akan diuji dampaknya terhadap manajemen laba dalam penelitian ini adalah kepemilikan
institusional. Sedangkan Corporate Governance yang akan diuji dampaknya terhadap Manajemen
Laba adalah Komposisi Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit Independen. Untuk menguji
hipotesis penelitian ini akan digunakan model regresi sebagai berikut:
DISREV = α + β1INST + β2KDKI + β3KAI + β4SIZE + β5LEV + β6UKAP + ɛ .................. (1)
Keterangan:
α dan β = konstanta dan koefisien regresi
DISREV = Manajemen laba yang dilakukan melalui discretionary revenue
INST = Kepemilikan institusional
KDKI = Komposisi Dewan Komisaris Independen
KAI = Komite Auditor Independen
SIZE = Ukuran perusahaan
LEV = Leverage
UKAP = Ukuran KAP (untuk kualitas audit)
ɛ = error / kesalahan (faktor pengganggu)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earning management yang merupakan campur
tangan manajemen dalam penyusunan dan pelaporan keuangan perusahaan untuk mencapai tingkat
laba tertentu (Siallagan, 2009). Dalam penelitian ini manajemen laba diukur dengan discretionary
revenue diberikan simbol DISREV. Stubben (2010:3) menyebutkan bahwa penggunaan discretionary
revenue sebagai proksi manajemen laba yang dihitung dengan pendekatan penerimaan dapat
mengukur manajemen laba lebih baik dibandingkan menggunakan pendekatan akrual. Hasil temuan
ini
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 352
menunjukkan bahwa ukuran discretionary revenue menghasilkan bias dan kesalahan yang lebih kecil
dibandingkan model akrual, dimana discretionary revenue dapat mendeteksi tidak hanya pendapatan
manajemen, tetapi juga manajemen laba (melalui pendapatan).
Model of Discretionary Revenue:
∆ARit = α + β1∆Rit + β2∆Rit×SIZEit + β3∆Rit×AGEit + β4∆Rit ×AGE_SQit + β5∆Rit×GRR_Nit
+ β6∆Rit×GRMit + β7∆Rit×GRM_SQit + ɛit ................................................................ (2)
Keterangan:
Δ = annual change;
AR = end of fiscal year account receivable;
R = annual revenue;
SIZE = natural log of total asset at end of fiscal year;
AGE = age of firm (years)
GRR_N = industry-median-adjusted revenue growth (_0 if positif)
GRM = industry-median-adjusted gross margin at end of fiscal year;
_SQ = square of variable; and
ɛ = error
Error yang didapat dari hasil regresi persamaan (2) kemudian digunakan untuk mengestimasi besar
manajemen laba sebagai Discretion dalam persamaan (3) berikut:
Discretion = ∆ARit - α + β1∆Rit + β2∆Rit×SIZEit + β3∆Rit×AGEit + β4∆Rit×AGE_SQit +
β5∆Rit× GRR_Nit + β6∆Rit×GRMit + β7∆Rit×GRM_SQit + ɛit ................................. (3)
Adapun penjelasan lebih lanjut dari formula conditional revenue model adalah sebagai berikut:
1. Perubahan pendapatan, yang diperoleh dari:
∆𝑅𝑡 = 𝑅𝑡 − 𝑅𝑡−1
dimana: R adalah pendapatan
2. Size, yang merupakan ukuran perusahaan yang diperoleh melalui natural log dari total asset.
3. Age, adalah umur perusahaan yang diperoleh dengan cara menghitung berapa lamanya suatu
perusahaan telah berdiri sampai dengan tahun dikeluarkannya laporan tahunan untuk masing-
masing tahun, kemudian untuk age square diperoleh dengan mengkuadratkan hasil dari age
tersebut. 4. Growth rate in revenue (GRR), yang diperoleh dari:
𝐺𝑅𝑅𝑡 =𝑅𝑡 − 𝑅𝑡−1𝑅𝑡−1
GRR yang digunakan adalah GRR_N yang mempunyai nilai 1 jika GRR bernilai negatif dan nilai
0 jika GRR bernilai positif. 5. Gross margin (GRM), yang diperoleh dari:
𝐺𝑅𝑀𝑡 =𝑅𝑡 − 𝐶𝑂𝐺𝑆𝑡
𝑅𝑡
dimana: COGS adalah harga pokok penjualan.
Untuk GRM_SQ hanya tinggal mengkuadratkan GRM.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Komposisi Kepemilikan Institusional dan Index
Corporate Governance serta variabel kontrol sebagai berikut:
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 353
Komposisi Kepemilikan Institusional (X1)
Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham oleh stakeholders. Kepemilikan
institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring
secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Penelitian ini mengukur kepemilikan
institusional dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak stakeholder
(pemegang saham) dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Skala yang digunakan dalam
perhitungan jumlah kepemilikan institusional adalah skala rasio.
Komposisi Dewan Komisaris Independen (X2)
Komposisi dewan komisaris adalah susunan keanggotaan yang terdiri dari komisaris dari luar
perusahaan (komisaris independen) dan komisaris dari dalam perusahaan (Nuryaman, 2008). Dewan
komisaris bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen dan memberikan
nasihat kepada manajemen. Dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah
dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan
komisaris perusahaan (Farida, Yuli, dan Eliada, dalam Rahmawati, 2013).
Komposisi Komite Audit Independen (X3)
Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 seperti yang dikutip oleh Nasution dan Setiawan (2007)
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan. Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,
mengawasi auditor eksternal dan mengamati sistem pengendalian internal. Komite audit independen
pada penelitian ini diukur berdasarkan persentase jumlah anggota komite audit yang berasal dari luar
komite audit terhadap seluruh anggota komite audit (Guna dan Herawaty dalam Rahmawati, 2013).
Ukuran Perusahaan (X4)
Ukuran perusahaan (size) menggambarkan kepemilikan basis pemegang kepentingan. Jika
perusahaan yang berukuran besar, maka memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas dan
sebaliknya, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap
kepentingan publik dibanding perusahaan kecil. Penelitian ini menggunakan rumus logaritma natural
dari total asset. Logaritma natural total asset perusahaan dapat menunjukkan bahwa semakin besar
ukuran atau asset perusahaan berarti semakin besar pula angka logaritmanya (Cornett et al.,2008).
Tingkat Hutang atau Leverage (X5)
Leverage adalah perbandingan antara hutang dan asset yang menunjukkan beberapa bagian
asset yang digunakan untuk menjamin hutang. Ukuran ini berhubungan dengan keberadaan serta ketat
atau tidaknya suatu persetujuan hutang. Perusahaan yang memiliki kemungkinan lebih tinggi dalam
melanggar perjanjian hutang cenderung terlibat dalam praktik manajemen laba untuk meningkatkan
laba perusahaan (Healy dan Palepu; DeFond dan Jiambalvo; dalam Rusmin, 2010).
Ukuran Kantor Akuntan Publik (X6)
Ukuran KAP digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas audit, dimana jika
perusahaan diaudit oleh KAP Big Four maka kualitas auditnya tinggi. Begitu pula sebaliknya, jika
perusahaan diaudit oleh KAP Non Big Four maka kualitas auditnya rendah. Konsisten dengan
penelitian Al Thuneibat et al. (2010) dan Giri (2010), variabel ini akan mengukur menggunakan
variabel dummy. Nilai 1(satu) jika perusahaan diaudit oleh KAP big four dan nilai 0 (nol) jika
perusahaan diaudit oleh KAP non big four. Auditor yang masuk dalam kelompok KAP big four
dianggap mempunyai reputasi yang baik, hal ini dikarenakan memiliki jumlah klien yang terbanyak.
Dengan kondisi ini mengindikasikan tingginya kepercayaan perusahaan emiten terhadap jasa audit
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 354
yang diberikan oleh keempat KAP tersebut. KAP di Indonesia yang saat ini berafiliasi dengan
KAP big four adalah antara lain:
a. Pricewaterhouse Coopers (KAP Tanudireja Wibisana & Rekan).
b. Ernst & Young (KAP Purwantono Sarwoko & Sandjaja).
c. Deloitte Touche Tohmatsu (KAP Osman Bing Satrio & Rekan).
d. KPMG (KAP Siddharta & Widjaja).
Populasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah dengan mengambil data dari laporan keuangan
tahunan perusahaan go public yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012 – 2014.
Sedangkan sampel data akan dilakukan dengan metode pemilihan secara non random. Data-data
tersebut akan diperoleh dari www.idx.co.id. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode
purposive sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan strategi pengumpulan
data arsip, dimana sumber datanya dapat bersifat sekunder, dengan teknik basis data, yaitu mencari
data yang bersumber dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang dikeluarkan oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI) serta Indonesia Institute of Corporate Directory (IICD) dari tahun 2012 sampai
2014, serta data-data lain yang terkait dengan penelitan ini.
Data yang dikumpulkan akan dilakukan analisis statistik, yaitu melalui analisis regresi linier
berganda, dimana sebelumnya akan dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Jika telah melewati semua uji tersebut, maka
data dinyatakan layak untuk dianalisis dengan regresi linier berganda. Pada analisis ini, terlebih
dahulu akan dilakukan uji koefisien korelasi secara simultan dan parsial. Langkah terakhir adalah
melakukan pengujian terhadap persamaan regresi linier berganda melalui analysis of variance
(ANOVA).
Rumusan hipotesisnya adalah:
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel-variabel independen terhadap Manajemen Laba.
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5%.
2. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi probabilitas, dengan
kriteria:
Jika probabilitas > α = 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan.
Jika probabilitas < α = 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh signifikan.
Hasil yang diperoleh selanjutnya akan dilakukan pembahasan secara deskriptif.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif Data Variabel Discretion
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2012-2014. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesia Capital
Market Directory (ICMD), jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan dijadikan sampel
adalah 62 perusahaan, sedangkan data yang digunakan masing-masing selama 3 tahun, yaitu tahun
2012, 2013 dan 2014. Jadi, jumlah data adalah sebanyak 186 data. Akan tetapi, setelah dilakukan
pengujian outlier, ternyata ditemui ada tiga data yang outlier, yaitu data No. 66, 90 dan 102. Ketiga
data tersebut menyebabkan hasil regresi variabel Discretion menjadi kurang akurat. Oleh karena itu
ketiga data tersebut harus dieliminasi, yaitu data dari PT. Alumindo Light Metal Industri Tbk (ALMI)
tahun 2013 (No. 66), PT. Jembo Cable Company Tbk (JECC) tahun 2013 (No. 90) dan PT. Merck
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 355
Tbk (MERK) tahun 2013 (No. 102). Setelah dilakukan revisi, yaitu dengan mengeliminasi ketiga
data tersebut, maka dilakukan pengujian kembali dan hasil statistik deskriptifnya dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif Variabel-variabel untuk Discretion
Variable Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
AR -0,4533 0,9331 0,1427 0,2483 183
R -1,0578 1,6036 0,1465 0,2831 183
RxSIZE -14,4627 21,6830 2,1396 3,9268 183
RxAGE -45,4842 114,2258 6,1233 13,9087 183
RxAGE_SQ -2.064,9117 9.594,9659 306,0996 924,1471 183
RxGRR_N -1,0578 0,0000 -0,0272 0,1041 183
RxGRM -0,7384 0,8718 0,0383 0,1166 183
RxGRM_SQ -0,5154 0,5589 0,0132 0,0672 183
Statistik Deskriptif Data Variabel Manajemen Laba
Data yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya adalah data yang tersisa dari hasil
eliminasi, yaitu sebanyak 183 data. Data inilah yang akan digunakan untuk mengestimasi Manajemen
Laba. Akan tetapi, setelah dilakukan pengujian outlier, ternyata ditemui ada satu data yang outlier,
yaitu data No. 100. Data tersebut menyebabkan hasil regresi variabel Discretion menjadi kurang
akurat. Oleh karena data tersebut harus dieliminasi, yaitu data dari PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
(MLBI) tahun 2013. Selanjutnya dilakukan pengujian kembali dan ditemui kondisi outlier pada data
No. 136, yaitu PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) tahun 2014. Setelah dilakukan revisi yang kedua,
yaitu dengan mengeliminasi data tersebut, maka dilakukan pengujian kembali dan hasil statistik
deskriptifnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif Variabel-variabel untuk Manajemen Laba
Variable Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
DISREV -1,0806 1,4332 0,0954 0,4749 181
INST 0,7334 1,0000 0,9758 0,0578 181
KDKI 0,2000 1,0000 0,4148 0,1254 181
KAI 0,3333 1,0000 0,9822 0,0959 181
SIZE 11,4612 19,2795 14,5175 1,7001 181
LEV 0,1306 19,2795 5,2230 6,8045 181
UKAP 0,0000 1,0000 0,4300 0,4960 181
Uji Asumsi Klasik Variabel Discretion
Data yang sudah melalui tahap seleksi di atas selanjutnya akan dilakukan pengujian asumsi
klasik, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Asumsi Klasik Variabel Discretion
Uji Tipe
Pengujian
Kriteria Hasil Kesimpulan
Normalitas Kolmogorov-
Smirnov
≤ 0,05 = 0,813 Ditolak Data normal
Multikolinieritas VIF VIF > 10 R : 7,801
RxSIZE : 5,507
RxAGE : 7,040
RxAGE_SQ : 5,402
RxGRR_N : 2,093
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Tidak terdapat
multikolinieritas
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 356
RxGRM : 5,342
RxGRM_SQ :
4,359
Ditolak
Ditolak
Heteroskedastisitas Uji Glesjer ≤ 0,05 R : 0,835
RxSIZE : 0,943
RxAGE : 0,781
RxAGE_SQ : 0,512
RxGRR_N : 0,059
RxGRM : 0,615
RxGRM_SQ :
0,884
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Tidak tedapat
heteroskedastisitas
Autokorelasi Durbin-
Watson
d > 1,8380 d = 1,873 Ditolak Tidak terjadi
autokorelasi
Uji Hipotesis Variabel Discretion
Data variabel Discretion yang sudah melalui tahap uji asumsi klasik, selanjutnya akan dilakukan
pengujian hipotesis, yaitu uji terhadap koefisien korelasi secara simultan (uji F) dan parsial (uji t).
Hasil pengujian secara simultan dapat dilihat pada tabel 4, sedangkan hasil pengujian secara parsial
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 4. Hasil Uji F (F Test dengan ANOVA)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2,912 7 0,416 8,761 0,000(a)
Residual 8,311 175 0,047
Total 11,223 182
Tabel 5. Hasil Uji t
Variabel
Independen Coefficients Nilai t Signifikansi Kesimpulan
R 0,083 0,109 0,913 Diterima
RxSIZE 0,102 1,967 0,051 Diterima
RxAGE -0,042 -2,751 0,007* Ditolak
RxAGE_SQ 0,000 2,821 0,005* Ditolak
RxGRR_N 0,263 1,170 0,243 Diterima
RxGRM -1,024 -1,011 0,313 Diterima
RxGRM_SQ 1,332 0,839 0,403 Diterima
Hasil pengujian koefisien korelasi menunjukkan bahwa secara simultan, ada hubungan yang
signifikan antara variabel-variabel independen terhadap variabel Discretation. Akan tetapi, secara
parsial hanya ada dua variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel
Discretation, yaitu variabel RxAGE dan RxAGE_SQ. Dengan demikian hanya kedua variabel ini
akan digunakan untuk menaksir Discretation.
Uji Asumsi Klasik Variabel Penelitian
Variabel dependen yang akan digunakan adalah Manajemen Laba (DISREV), yang merupakan
hasil perhitungan Discretation. Tahapan selanjutnya adalah melakukan uji asumsi klasik untuk data
seluruh variabel, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5. Hasil Uji Asumsi Klasik Variabel Manajemen Laba
Uji Tipe
Pengujian
Kriteria Hasil Kesimpulan
Normalitas Kolmogorov-
Smirnov
≤ 0,05 = 0,296 Ditolak Data normal
Multikolinieritas VIF VIF > 10 INST : 1,185 Ditolak Tidak terdapat
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 357
KDKI : 1,052
KAI : 1,077
SIZE : 1,485
LEV : 1,030
UKAP : 1,326
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
multikolinieritas
Heteroskedastisit
as
Uji Glesjer ≤ 0,05 INST : 0,746
KDKI : 0,401
KAI : 0,947
SIZE : 0,446
LEV : 0,403
UKAP : 0,644
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Tidak tedapat
heteroskedastisitas
Autokorelasi Durbin-
Watson
d > 1,8256 d = 1,978 Ditolak Tidak terjadi
autokorelasi
Uji Hipotesis Variabel Tujuan
Data variabel tujuan yang sudah melalui tahap uji asumsi klasik, selanjutnya akan dilakukan
pengujian hipotesis, yaitu uji terhadap koefisien korelasi secara simultan (uji F) dan parsial (uji t).
Hasil pengujian secara simultan dapat dilihat pada tabel 6, sedangkan hasil pengujian secara parsial
dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 6. Hasil Uji F (F Test dengan ANOVA)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3,102 6 0,517 2,399 0,030(a)
Residual 37,500 174 0,216
Total 40,603 180
Tabel 7. Hasil Uji t
Variabel
Independen Coefficients Nilai t Signifikansi Kesimpulan
INST 0,393 0,602 0,548 Diterima
KDKI -0,032 -0,112 0,911 Diterima
KAI -0,177 -0,473 0,637 Diterima
SIZE 0,070 2,812 0,005* Ditolak
LEV -0,011 -2,167 0,032* Ditolak
UKAP -0,106 -1,324 0,187 Diterima
Hasil pengujian koefisien korelasi menunjukkan bahwa secara simultan, ada hubungan yang
signifikan antara variabel-variabel independen terhadap variabel Manajemen Laba. Akan tetapi,
secara parsial hanya ada dua variabel yang tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
variabel Manajemen Laba, yaitu variabel SIZE dan LEV. Dengan demikian hanya kedua variabel ini
yang dapat digunakan untuk menaksir Manajemen Laba.
Interpretasi Hasil Penelitian
a. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian, variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, sehingga hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Veronica dan Utama (2006) yang menyebutkan bahwa proporsi kepemilikan institusional memiliki
pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pengelolaan laba. Selain itu, hasil penelitian juga
berlawanan dengan Nuraini dan Zain
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 358
(2007) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap manajemen laba.
Tetapi, hasil penelitian ini mendukung penelitian Ujhiyantho dan Pramuka (2007) yang juga
memperoleh hasil yang sama yaitu variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap variabel discretionary accruals dengan tingkat signifikan 5%. Tidak ditemukannya
pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional dan manajemen laba dalam
penelitian ini kemungkinan juga karena hanya sedikitnya perusahaan sampel dalam
penelitian ini yang memiliki kepemilikan institusional. Hal ini dapat dilihat pada tabel
statistik deskriptif lampiran 3 dimana rata-rata kepemilikan institusional hanya sebesar
9,54%. Rata-rata perusahaan menjadi sampel penelitian ini kepemilikan saham oleh institusi
tidak cukup besar sehingga belum mampu dijadikan sebagai salah satu indikator peran
pengawasan yang seharusnya dapat dilakukan oleh pemilik saham yang berupa institusi.
Oleh karena itu besar kecilnya kepemilikan saham oleh institusional tidak terbukti dapat
menurunkan manajemen laba dalam penelitian ini.
b. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian, variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, sehingga hipotesis 2b yang menyatakan bahwa komisaris independen
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba diterima. Dalam penelitian ini, pengaruh
kepemilikan asing terhadap manajemen laba tidak terbukti menurunkan manajemen laba.
Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh karena rata-rata perusahaan yang menjadi sampel
penelitian ini yang memiliki persentase komisaris independen masih lebih kecil. Hal ini
ditunjukkan oleh tabel statistik deskriptif (lampiran 3 tabel 20) yang menunjukan bahwa
rata-rata komisaris independen pada perusahaan sampel masih tegolong rendah, yaitu
sebesar 41,48%.
c. Pengaruh Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian, variabel Komite Audit Independen terbukti tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba perusahaan. Penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Meutis (2004) yang menyatakan bahwa komite audit
independen dapat menjadi salah satu faktor dalam mendeteksi manajemen laba.
Tetapi penelitian ini mendukung hasil penelitian Welvin dan Herawaty (2010) yang
menyimpulkan bahwa komite audit independen tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Dalam penelitian ini, terlihat dari nilai rata-rata pada statistik deskriptif bahwa 98,22%
perusahaan sampel penelitian telah menggunakan jasa komite audit independen. Namun,
pengaruhnya terhadap manajemen laba yang tidak terlihat kemungkinan disebabkan karena
auditor yang belum mampu mendeteksi terjadinya manajemen laba melalui proses audit
laporan keuangan perusahaan.
d. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian, variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Welvin dan Herawaty (2010)
yang menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. Tetapi, hasil
penelitian ini tidak mendukung penelitian Veronica dan Utama (2006) serta Nuryaman (2008) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengelolaan laba.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 359
total aset yang dimiliki perusahaan, sehingga dianggap bahwa perusahaan besar relatif stabil
dalam pengelolaan kegiatan operasionalnya. Selain itu, perusahaan besar yang sudah dikenal
masyarakat tentu lebih berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangannya secara akurat,
sehingga dorongan untuk melakukan manajemen laba juga lebih sedikit dibandingkan
perusahaan berukuran kecil. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi teori tentang political cost
hypothesis yang menyatakan bahwa perusahaan besar akan menjadi sorotan publik sehingga
mereka cenderung akan mengelola labanya agar terlihat stabil.
e. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitian, variabel leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Tarjo (2008) yang
menghasilkan kesimpulan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap
manajemen laba, serta konsisten dengan hasil penelitan Widyaningdyah (2001) maupun
Welvin dan Herawaty (2010) yang menyatakan jika leverage berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori debt covenant hypothesis
yang dikemukan oleh Scott (2012), dimana suatu perusahaan yang dekat dengan waktu jatuh
tempo pinjaman hutang akan cenderung menggeser laba periode mendatang ke periode
sekarang. Dalam hal ini manajemen laba sengaja dilakukan untuk menciptakan image
perusahaan yang baik dimata kreditur terkait kemampaun membayar hutangnya.
f. Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil penelitan, variabel kualitas audit yang diproksikan dengan KAP Big Four
dan KAP Non Big Four tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitan ini
tidak mendukung penelitian Veronica dan Utama (2006) serta Sanjaya (2008) yang
menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor dalam kelompok KAP Big Four
cenderung akan membatasi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.
Tetapi, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puritama dan Rahmawati (2008) serta
Rahmadika (2011) yang menyatakan bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan auditor
spesialis industri dan auditor Big Four tidak berpengaruh terhadap manajemen laba yang
diproksikan dengan discretionary accruals. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang
diaudit oleh auditor Big Four tidak terbukti membatasi praktik manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan. Nilai rata-rata (mean) dalam variabel kualitas audit pada tabel
statistik deskriptif (lampiran 3 tabel 20) menunjukan angka 0,4300 yang berarti bahwa
hanya 43% perusahaan yang menggunakan jasa KAP Big Four. Oleh karena itu, hubungan
antara kualitas audit terhadap manajemen laba dalam penelitian ini belum cukup mewakili
untuk dilihat pengaruh keduanya.
5. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa: 1) Kepemilikan institusional tidak terbukti
berpengaruh terhadap manajemen laba. Kemungkinan hal ini disebabkan karena dalam survei yang
dilakukan IICD sudah mencakup struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
kepemilikan asing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba; dan 2) Komponen
corporate governance tidak terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Ini berarti praktek
corporate governance yang ditandai dengan keberadaan komisaris independen dan komite audit
independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hanya faktor ukuran (size)
Prosiding ISBN : 978-602-17225-6-5
Forum Keuangan dan Bisnis V, Th. 2016 Page 360
dan leverage saja yang mempengaruhi manajemen laba, dimana faktor size memiliki pegaruh
positif dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba.
6. REFERENSI
Boediono, GS. B. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisa Jalur. Simposium Nasional Akuntansi
VIII, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Darmawati, D., Khomsiyah., & Rahayu, R.G. (2005). Hubungan Corporate Governance dan Kinerja
Perusahaan. The Indonesian Journal of Accounting Research, 8(1), 1-30
Dechow, P.M., Sloan, R.G., & Sweeney, A.P. (1995). Detecting Earnings Management. The
Accounting Review, 70(2), 193-225.
Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management
Review. Vol. 14. No. 1, pp. 57-74.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. (6ed).
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jensen, M., & Meckling, W.H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency, and
Ownership Structure. Journal of Financial Economic, 3(4), 305-360.
Kusumawardhani, I. (2012). Pengaruh Corporate Good Governance, Struktur Kepemilikan, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi
Informasi, 9(1), 41-54.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). 2004. The OECD Principles of
Corporate Governance. Diakses pada 25 Mei 2015 dari World Wide Web: http: www.oecd.org.
Rahmawati, H.I. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap Manajemen Laba
pada Perusahaan Perbankan. Accounting Analysis Journal, 2(1), 9-18.
Scott, William.Robert. 2015. Financial Accounting Theory. (7th ed). Ontario: Pearson Canada.
Stubben, Stephen.R. (2010). Discretionary Revenues as a Measure of Earnings Management. The
Accounting Review, 85(2), 695-717.
Siregar, Sylvia Veronica N.P dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, dan Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Jurnal Skripsi Akuntansi.
Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta. No: Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan No-
1A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh
Perusahaan Tercatat.
Utami, Wiwik. 2005. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi Pada
Perusahaan Publik Sektor Manufaktur). Simposium nasional Akuntansi VIII, 100-116.
Visvanathan, Gnanakumar (2008). Corporate Governance and Real Earnings Management. Academy
of Accounting and Financial Studies Journal, 12(1)