pengaruh pemberian madu terhadap...

47
i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA PSPD UIN TAHUN ANGKATAN 2007 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh: Andi Fadly NIM: 107103001383 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Upload: vanhanh

Post on 12-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

i

PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP

MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT

MAHASISWA PSPD UIN TAHUN ANGKATAN 2007

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

Andi Fadly

NIM: 107103001383

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 November 2009

Andi Fadly

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

iii

PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA

RONGGA MULUT MAHASISWA PSPD UIN TAHUN ANGKATAN 2007

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Andi Fadly

NIM: 107103001383

Pembimbing Pembimbing

Zeti Harriyati, M. Biomed Yuliati, M. Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP

MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA PSPD UIN TAHUN

ANGKATAN 2007yang diajukan oleh Andi Fadly (NIM: 107103001383), telah diujikan

dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 1 November 2010. Laporan

penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

(S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 1 November 2010

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Pembimbing Penguji

Zeti Harriyati, M. Biomed Yuliati, M. Biomed drg. Laifa Annisa H, Ph. D

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. DR. (hc). Dr. MK. Tadjudin, SpAnd DR. Dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

v

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang

telah diberikan. Dengan selalu memohon ridho Allah SWT, pada akhirnya penelitian dengan

judul “PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA

RONGGA MULUT MAHASISWA PSPD UIN TAHUN ANGKATAN 2007” dapat

diselesaikan.

Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya

untuk menyelesaikan penelitian ini. Tidak terhitung jumlah dukungan yang penulis terima

dalam penyelesaian penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1) Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd, Drs. H. Achmad Ghalib, MA, dan Dra.

Farida Hamid, MPd, selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberi dukungan serta senantiasa memberikan semangat agar terus

berjuang demi tercapainya cita-cita menjadi seorang dokter muslim.

2) DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM sebagai Kaprodi PSPD dan untuk semua dosen

saya, yang telah begitu banyak membimbing dan memberikan kesempatan untuk

menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan di PSPD FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sehingga dapat menambah wawasan dan daya pikir kritis dalam

setiap aktivitas sehari-hari, baik dalam lingkup pengembangan institusi maupun dalam

kehidupan masyarakat, rasa hormat saya atas segala yang telah mereka berikan.

3) Ibu Zeti Harriyati, M. Biomed dan Ibu Yuliati, M. Biomed selaku dosen pembimbing

yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan

bimbingan mulai dari awal penulisan hingga akhir penulisan penelitian ini di tengah

kesibukan beliau.

4) Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku penanggung jawab riset PSPD 2007 yang

selalu mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan riset.

5) Mama tercinta yang telah memberi motivasi, do’a, serta nasehat dalam penyelesaian

penelitian ini. Terima kasih karena telah begitu sabar mendidikku menjadi seorang

pribadi yang tangguh.

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

vi

6) Papa tercinta yang telah dipanggil Allah lebih dulu. Terima kasih untuk pesan-pesan yang

telah diberikan untuk membangun aku menjadi pribadi yang tahu harus berbuat apa dalam

melewati suatu ujian dan cobaan.

7) Soe Tan Han (a.k.a Theodorus Vicky), teman yang selalu kuingat dan kukenang.

Kehidupanmu menjadi salah satu inspirasiku, karena “Hal yang bagi kamu adalah hal

yang sangat sederhana dari Tuhan sebenarnya adalah pemberian Dia yang Dia berikan

hanya padamu”.

8) Kakak-kakakku yang telah menjadi contoh baik dalam hidupku.

9) Afifah Mayangsari yang selalu menjadi pemberi semangat dan mendukung saya untuk

menyelesaikan tugas riset ini.

10) Felais Hediyanto Pradana, R. Agung S. Reksoprodjo, Yutrisa Sasty. A, Ryan Tresna

Putra, dan Wahid Hilmy Sulaiman yang selalu menjadi teman bermain musik dan

menjadi sarana untuk menenangkan diri dari penatnya rutinitas dan deadline.

11) Teman-teman lain yang tidak mungkin disebutkan satu per-satu. Terima kasih atas

dukungan semangat dari kalian, sejawat.

12) Kelompok risetku, Nurul Eliza, Ekawati Eprisman, dan Meri Novita.

Sukses selalu untuk kita semua.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Jakarta, 11 November 2010

Penulis

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

vii

ABSTRAK

Andi Fadly. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Pemberian Madu Terhadap

Mikroorganisme Pada Rongga Mulut Mahasiswa PSPD UIN Tahun Angkatan 2007. 1431

H/2010 M. (Bahasa Indonesia)

Madu telah lama dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, dan

dari penelitian, madu telah terbukti memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Bakteri dapat

berperan sebagai flora normal di dalam tubuh. Salah satu bagian tubuh yang merupakan

tempat perkembangbiakan bakteri adalah rongga mulut. Maka perlu dilakukan penelitian

tentang mikroorganisme yang ada di rongga mulut, dan bagaimana peran madu itu sendiri.

Penelitian ini adalah studi pendahuluan yang bertujuan untuk memberikan gambaran

bagaimana peran madu sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan mikroorganisme pada

rongga mulut, dan untuk mengidentifikasi jenis-jenis dari mikroorganisme yang terdapat pada

rongga mulut.

Pada penelitian ini dilakukan eksperimen dengan mengamati jumlah flora normal

rongga mulut yang didapatkan dari hasil swab mukosa buccalis sebelum dan sesudah

diberikan kumur-kumur dengan madu berkonsentrasi 20% dan 40%. Perlakuan dilakukan

sebanyak 2 kali agar hasil yang didapatkan bersifat lebih objektif, dan untuk pengamatan

jumlah mikroorganisme tersebut digunakan metode pewarnaan-Gram.

Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa mikroorganisme yang ditemukan pada

rongga mulut, yaitu Candida albicans serta 3 jenis bakteri dengan ciri-ciri (1) berbentuk

bulat, susunan berkelompok, dan bersifat Gram-negatif (salah satu kemungkinan bakteri

tersebut adalah golongan Neisseria sp., Veillonella spp, atau Bacteroides); (2) berbentuk

batang, susunan tunggal, dan bersifat Gram-positif (salah satu kemungkinan bakteri tersebut

adalahCorynebacterium anaerob); (3) berbentuk bulat, susunan rantai, dan bersifat Gram-

positif (salah satu kemungkinan bakteri tersebut adalah spesies dari Streptococcus sp.).

Pada hasil percobaan ditemukan bahwa pemberian kumur-kumur madu 20% dapat

menurunkan jumlah total temuan mikroorganisme pada hasil swab mukosa buccalis hingga

75%.

Kata kunci: madu; antiseptik; rongga mulut.

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

viii

ABSTRACT

Andi Fadly. Faculty of Medicine. .The Effect of Honey on Microorganisms’ Growth in Oral

Cavity in Medical Students of UIN Year 2007. 1431 H/2010 M.

Honey had been used to heal many diseases, and it has been proved that honey has

antibacterial activity. This research is meant to study how honey work as antibacterial

towards microorganisms’ growth in oral cavity, and to identify the types of it.

In this experiment we identify the amount of normal flora in oral cavity that we got

from buccalis mucosal swab before and after it was given honey that has 20% and 40%

concentration. In order to make the result more objective, the honey is been given twice for

every sample. And to calculate the amount of microorganisms, we used Gram’s staining

method.

The result of this research is that we found many microorganisms in oral cavity, such

as Candida albicans and three others bacteries with (1) spherical, colonies, and negative-

Gram (they were suspects as Neisseria sp., Veillonella spp, or Bacteroideses); (2) rods,

soliter, and positive-Gram (they were suspects as anaerob Corynebacterium); (3) spherical,

chains, and positive-Gram bacteria (they were suspects as the species of Streptococcus sp.)

characteritics.

From the experiment, we found that gurgling with honey 20% can decrease the total

amount of microorganisms identification from the buccalis mucosal swab by 75%.

Key word: honey; antiseptic; oral cavity.

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL…………………………………………………………... i

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK….. ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................

xii

xiii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………. 3

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP…............ 5

II.1. Madu………................................................................................... 5

II.1.1 Uji Klinis dan Laboratorium……....................... ..………...

II.1.2 Jenis Luka yang Tepat Untuk Pemberian Madu…………...

9

10

II.2. Flora Normal Rongga Mulut dan Traktus Respiratorius................ 11

II.2.1 Morfologi dan Sifat dari Flora Normal…............................

II.2.2 Resistensi……………………………………….................

11

12

II.3. Sistem Imun Pada Rongga Mulut…................................................ 12

II.4. Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi…........................................ 13

II.4.1 Pewarnaan Gram…...............................................................

II.4.1.1 Mekanisme reaksi pada pewarnaan-Gram..............

II.4.1.2 Keterbatasan pewarnaan-Gram…...........................

II.4.1.3 Pemanfaatan teknik pewarnaan-Gram....................

II.5. Kerangka Konsep.............................................................................

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………....................................

III.1. Desain…………………………......................................................

III.2. Tempat dan Waktu………..............................................................

III.3. Sampel………………………………….........................................

III.4. Alat dan Bahan…............................................................................

III.5. Subjek Penelitian…….....................................................................

III.6. Alur Penelitian…………………………….....................................

III.7. Prosedur Percobaan…………….....................................................

III.7.1 Sterilisasi Alat……………………………………..............

III.7.2 Pembuatan Larutan Madu....................................................

III.7.2.1 Madu 20%.............................................................

III.7.2.2 Madu 40%.............................................................

III.7.3 Pewarnaan Gram..................................................................

III.7.4 Pengamatan………………………………………………..

III.7.5 Analisis Data........................................................................

13

14

15

16

17

18

18

18

18

18

19

19

19

19

20

20

20

20

21

21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................

IV.1. Mikroorganisme Rongga Mulut Sebelum Perlakuan......................

IV.2. Mikroorganisme Setelah Pemberian Perlakuan..............................

22

22

22

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

x

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….

V.1. Kesimpulan………………………………………………………...

V.2. Saran……………………………………………………………….

31

31

31

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 32

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.2. Konsentrasi madu minimum (%v/v) untuk menghambat bakteri pada medium. 6

Tabel 2.2 Persyaratan standar madu di Indonesia................................................................ 7

Tabel 3.2 Komponen antibakteri dari saliva........................................................................ 13

Tabel 1.4 Persentasi pengurangan jumlah mikroorganisme beserta simpangan baku……. 30

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.4 Rata-rata jumlah bakteri pada kelompok kontrol…......................................... 24

Gambar 2.4 Rata-rata jumlah bakteri pada kelompok dengan perlakuan madu 20%…….. 24

Gambar 3.4 Rata-rata jumlah bakteri pada kelompok dengan perlakuan madu 40%…….. 25

Gambar 4.4 Candida albicans…………………………………………………………...... 26

Gambar 5.4 Bakteri Gram-negatif berbentuk bulat dan susunan berkelompok…..………. 27

Gambar 6.4 Bakteri Gram-positif berbentuk batang dan susunan tunggal.......................... 28

Gambar 7.4 Bakteri Gram-positif berbentuk bulat dan susunan rantai…………………… 29

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

xiii

DAFTAR SINGKATAN

MRSA Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus

MALT Mucosa-Associated Lymphoid Tissue

HMF Hidroksimetilfurfural

TNF Tumor Necrosis Factor

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Bakteri merupakan organisme heterogen yang berukuran sangat kecil (0,2-2

μm). Pada beberapa bagian tubuh manusia, terdapat bakteri-bakteri yang hidup secara

komensal. Bakteri tersebut biasa disebut dengan flora normal. Flora normal hidup

pada beberapa bagian tubuh seperti misalnya kulit, rongga mulut, saluran pernapasan,

dan bagian tubuh lainnya. Keberadaan flora normal ini dapat bertahan hidup dengan

mempertahankan pH lingkungan mereka. Flora normal yang terdapat pada tubuh ini

berfungsi mengeliminasi keberadaan patogen yang ada di tubuh manusia (Andi Putra

Siregar dkk, 2010).

Dalam rongga mulut ditemukan bakteri yang tergolong flora normal antara

lain Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, beberapa mikrokokus

berpigmen, Staphylococcus yang bersifat anaerob (ditemukan di permukaan gigi dan

saliva), Streptococcus viridans (grup mitis dan salivarius), Enterococcus, Neisseria

berpigmen, Veillonella spp, Corynebacterium anaerob, Actinomyces, Escherichia coli,

kelompok Klebsiella-Enterobacter, Haemophilus, Bacteroides, Fusobacterium,

Vibrio sputorum, beberapa Spirochaeta (Treponema denticum dan Borrelia

refringens), Streptococcus pyogenes (dapat dijumpai pada 5-10% mulut normal),

Streptococcus pneumoniae yang terdapat di permukaan gigi 25% orang dewasa

normal (Suharto, 1994). Di samping itu, dalam rongga mulut juga ditemukan spesies

Candida sebagai flora normal, dan yang paling dominan adalah Candida albicans,

sebesar 50% dari seluruh flora normal mulut, tetapi dalam rongga mulut yang sehat

dan bersih jamur ini hanya ditemukan dalam jumlah kecil saja yaitu kurang dari 200

sel/ml saliva (Jawetz,1996).

Flora normal dalam keadaan tertentu dapat menjadi masalah. Hal tersebut

dapat terjadi bila jumlah flora normal tersebut melebihi jumlah normal, atau sistem

pertahanan tubuh individu tersebut tidak mampu mempertahankan agar flora normal

tidak tumbuh secara berlebihan. Masalah yang paling banyak ditimbulkan akibat

mikroorganisme pada rongga mulut adalah sariawan (Hanum, 2009). Lalu masalah

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

2

lainnya yang dapat ditimbulkan oleh mikroba pada rongga mulut antara lain bau

mulut, dan karies gigi.

Pada beberapa penelitian, telah dibuktikan bahwa madu dapat menghambat

pertumbuhan dari beberapa jenis mikroba, termasuk mikroba yang ditemukan sebagai

flora normal pada rongga mulut. Percobaan yang dilakukan oleh Hendri Wasito, dkk

(2008); mengenai uji aktivitas antibakteri madu terhadap bakteri Staphylococcus

aureus membuktikan bahwa madu menunjukkan aktivitas antibakteri. Jenis bakteri

lain yang terbukti dapat dihambat oleh madu antara lain Staphylococcus epidermidis,

Enterococcus faecium, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter

cloacae, Klebsiella oxytoca dan MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus

aureus). Penelitian yang lain juga membuktikan bahwa infeksi oleh Candida albicans

pada luka pasca operasi juga dapat ditanggulangi dengan pengolesan madu (Cavanagh

dkk, 1970).

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, surat An-Nahl ayat 68-69. Bahwa

dalam madu terdapat obat yang menyembuhkan manusia.

Artinya : “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah; “ buatlah sarang-sarang

di bukit-bukit dan di tempat-tempat yang dibuat manusia, kemudian makanlah dari

tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan

(bagimu)”. Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam

warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya

pada yang demikian terdapat tanda-tanda bagi orang yang memikirkan”

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

3

Rasulullah SAW pun bersabda : “Manfaatkanlah dua jenis penyembuhan;

madu dan Al-Qur’an” (HR. Majah). Hadits ini menggabungkan penyembuhan

jasmani dan Ilahiyah, obat bagi tubuh dan jiwa, obat duniawi dan samawi. Madu

merupakan pembersih yang alamiah.

Pada penelitian lain terbukti bahwa madu dengan konsentrasi tertentu

memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (Wasito dkk, 2008).

Begitu juga madu jenis Manuka juga terbukti efektif terhadap pengurangan plak gigi

dan gingivitis (H.K.P English, 2004). Madu Manuka adalah madu yang dihasilkan

oleh lebah yang menghisap nektar dari pohon teh Leptospermum scoparium.

Berdasarkan uraian di atas bahwa madu efektif terhadap beberapa

mikroorganisme, maka timbul masalah bagaimana peran madu terhadap

mikroorganisme yang ada di dalam rongga mulut.

I.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peran madu sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan

mikroorganisme pada rongga mulut?

I.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana peran madu dalam mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme pada rongga mulut.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang ada pada rongga mulut..

Untuk mengetahui konsentrasi madu yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme pada rongga mulut.

I.4 Manfaat Penelitian

Bagi peneliti

Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan program Sarjana

Kedokteran.

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

4

Mengetahui bagaimana madu dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme

pada rongga mulut.

Bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan gambaran bagaimana

madu dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada rongga mulut.

Menjadi data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh

madu terhadap pertumbuhan mikroorganisme pada rongga mulut.

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

II.1 Madu

Madu adalah larutan gula dengan saturasi tinggi yang dihasilkan oleh lebah.

Lebah madu (Apis melifera) mengumpulkan cairan dari sari bunga yang disebut

nektar dan dibawa ke sarang lebah. Di dalam sarang, lebah madu menambahkan

enzim ke dalam nektar dan menempatkannya dalam wadah heksagonal yang

mematangkan menjadi madu. Selama pematangan enzim mengubah sukrosa menjadi

glukosa dan fruktosa. Kandungan madu pada umumnya terdiri dari air (17,0%);

fruktosa (38,5%); glukosa (31,0%); maltosa (7,2%); karbohidrat (4,2%); sukrosa

(1,5%); enzim, mineral, dan vitamin (0,5%); dan energi kalori/100 gram (294,0%)

(Lamerkabel, 2008).

Madu dihasilkan oleh berbagai jenis lebah madu. Di Indonesia terdapat

beberapa lebah madu, baik yang telah dibudidayakan maupun yang belum. Lebah

madu yang telah dibudidayakan yaitu Apis cerana, dan Apis melifera. Sementara

lebah madu yang belum dibudidayakan yaitu Apis dorsata, dan Apis florea

(Lamerkabel, 2008).

Madu tersusun atas beberapa molekul gula seperti glukosa dan fruktosa serta

sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, potasium, sodium, klorin, sulfur, besi

dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya

berubah-ubah sesuai dengan kualitas madu bunga dan serbuk sari yang dikonsumsi

lebah. Di samping itu di dalam madu terdapat pula tembaga, yodium dan seng dalam

jumlah yang kecil, juga beberapa jenis hormon.

Menurut Carvile K (1998), tujuan utama pemberian balutan madu pada luka

adalah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan. Madu yang

mengandung berbagai macam zat yang dapat membantu penyembuhan luka. Menurut

Molan PC (2001), dalam artikelnya yang berjudul, “Honey as a topical antibacterial

agent for treatment of infected wounds”, menguraikan kandungan madu antara lain:

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

6

efek osmotik, hidrogen peroksida, komponen fitokimia, aktivitas limfosit dan

fagositik, serta potensi sebagai anti mikroba.

1. Efek osmotik

Madu memiliki efek osmotik yaitu memiliki osmolaritas yang cukup untuk

menghambat pertumbuhan bakteri. Madu merupakan cairan yang mengandung

glukosa dengan saturasi yang tinggi yang mempunyai interaksi yang kuat terhadap

molekul air. Kekurangan kadar air dapat menghambat pertumbuhan bakteri .

Kandungan anti bakterial madu pertama kali dikenalkan oleh Van Ketel tahun

1982. Hal ini diasumsikan bahwa efek osmotik dihasilkan oleh kandungan gula yang

tinggi di dalam madu. Madu, seperti larutan gula lainnya; sirup, memiliki osmolaritas

yang cukup untuk menghambat bakteri. Madu juga telah menunjukkan pada luka yang

terinfeksi Staphylococcus aureus dapat dengan cepat diubah menjadi steril.

Bukti kandungan anti bakteri pada madu meningkat bila diencerkan setelah di

teliti dan dilaporkan pada tahun 1919 oleh Sackett WG. Penjelasan ini berasal dari

penelitian bahwa madu mengandung enzim yang memproduksi hidrogen peroksida

ketika diencerkan.

2. Aktivitas hidrogen peroksida

Ketika madu diencerkan oleh cairan eksudat luka, hidrogen peroksida

dikeluarkan melalui reaksi enzim glukosaoksidase. Cairan ini dikeluarkan secara

perlahan untuk menyediakan aktivitas antibakterial namun tidak merusak

jaringan.Molan mendapatkan tujuh bakteri yang diteliti memiliki sensitivitas cukup

tinggi terhadap madu. Konsentrasi minimum madu (%) yang dibutuhkan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri secara sempurna pada medium tergambar pada

tabel 1.2 di bawah:

Tabel 1.2 Konsentrasi madu minimum (%, v/v) untuk menghambat bakteri pada medium

Bacterial species Manuka honey Other honey

Escherichia coli 3.7 7.1

Proteus mirabilis 7.3 3.3

Pseudomonas aeruginosa 10.8 6.8

Salmonella typhimurium 6.0 4.1

Serratia marcescens 6.3 4.7

Staphylococcus aureus 1.8 4.9

Streptococcus pyogenes 3.6 2.6

Sumber: Waikato Honey Research Unit

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

7

Di Indonesia, madu yang beredar di pasaran harus melewati pemeriksaan

standardisasi yang dilakukan oleh Badan Standardisasi Nasional. Pemeriksaan itu meliputi

kandungan enzim diastase minimal, hidroksimetilfurfural (HMF), tingkat pencemaran, kadar

air, kadar gula, dan pH.

Tabel. 2.2 Persyaratan standar kandungan madu di Indonesia

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Aktifitas enzim diastase, min. DN 3

2 Hidroksimetilfurfural (HMF), maks. Mg/kg 50

3 Air, maks. % b/b 22

4 Gula pereduksi (dihitung sebagai glukosa), min. % b/b 65

5 Sukrosa, maks. % b/b 5

6 Keasaman, maks Ml NaOH

1 N/kg

50

7 Padatan yang tidak larut dalam air, maks. % b/b 0,5

8 Abu, maks. % b/b 0,5

9 Cemaran logam:

Timbal (Pb), maks.

Temaga (Cu), maks.

Mg/kg

Mg/kg

1,0

5,0

10 Cemaran arsen (As), maks. Mg/kg 0,5

Sumber: Badan Standardisasi Nasional SNI 01-3545-2004

Kandungan hidrogen peroksida mempunyai efek yang kurang baik untuk

jaringan, akan tetapi hidrogen peroksida yang terkandung dalam madu adalah berkisar

1 mmol/l atau 1000 kali lebih rendah dari 3% cairan yang umum dipakai sebagai

antiseptik dan masih efektif sebagai antibakterial. Efek dari hidrogen peroksida yang

bersifat merusak dapat dikurangi karena madu mempunyai anti oksidan yang dapat

membersihkan radikal oksigen bebas. Telah dilaporkan bahwa hidrogen peroksida

lebih efektif bila diberikan secara terus menerus. Sebuah penelitian pada Escherichia

coli untuk mengetahui aliran hidrogen peroksida yang ditambahkan secara konstan,

menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri dapat dihambat oleh 0,02 – 0,05 mmol/l

hidrogen peroksida, konsentrasi tersebut tidak merusak sel fibroblast pada kulit

manusia (Hyslop dkk, 1995).

Pada penelitian lain yang dilakukan terhadap binatang didapatkan bahwa

madu dapat menurunkan inflamasi dibandingkan kontrol pada luka bakar dalam

(Postmes TJ dkk, 1997), dan juga pada luka bakar superfisial (Burlando F, 1978),

serta luka full thickness—luka dengan diameter cukup besar dan dalam (Kumar A

dkk, 1993; Kandil A, 1987; El Banby M, 1989; Oryan A dkk, 1998).

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

8

3. Komponen fitokimia (zat kimia yang diturunkan dari tumbuhan)

Pada beberapa pengobatan madu yang menggunakan katalis untuk melepaskan

aktivitas hidrogen peroksida dari madu, sejumlah faktor antibakterial non-peroksida

(sifat antibakteri dari bahan-bahan selain hidrogen peroksida) tambahan juga telah

teridentifikasi (Allen KL dkk, 1991; Adcock D, 1962; Bogdanov S, 1984; Molan PC

dkk, 1988; Roth LA dkk, 1986). Madu Manuka (berasal dari lebah yang menghisap

nektar dari pohon teh Leptospermum scoparium) juga telah ditemukan memiliki

substansi dari aktivitas antibakterial non-peroksida (Allen KL dkk, 1991). Penemuan

ini terjadi karena masih banyaknya komponen fitokimia yang tidak teridentifikasi,

sehingga penyelidikan terhadap kandungan fitokimia madu akan tetap dilanjutkan.

Penelitian yang serupa juga telah dilakukan terhadap madu yang berasal spesies

Leptospermum yang tidak teridentifikasi di Australia yang disebut 'jellybush' [C.

Davis, Queensland Department of Primary Industries: personal communication].

4. Meningkatkan aktivitas fagositik dan limfosit

Pada percobaan yang menggunakan kultur sel ditemukan adanya proliferasi

limfosit B dan limfosit T pada darah perifer yang distimulasi oleh madu dengan

konsentrasi 0,1%; fagosit diaktifkan oleh madu pada konsentrasi 0,1% (Abuharfeil N

dkk, 1999). Pada konsentrasi 1% madu juga menstimulasi monosit dalam kultur sel

untuk mengeluarkan sitokin; Tumor Necrosis Factor (TNF)-α, interleukin-1 dan

interleukin-6; yang dapat mengaktifkan aktifitas respon imun terhadap infeksi (Tonks

A dkk, 2001).

Sebagai tambahan, madu juga mengandung glukosa dan pH asam (antara pH

3-4) yang dapat membantu membunuh bakteri oleh makrofag (Ryan GB dkk, 1977).

Madu sebagai terapi untuk luka mempunyai beberapa segi kebaikan, diantaranya

memudahkan pengangkatan balutan dan mempertahankan kelembaban sekitar luka.

5. Potensi/kemampuan sebagai anti-bakteri

Madu dihasilkan dari berbagai sumber sari bunga berbeda dan menjadi produk

yang asli dan olahan. Dioscorides (c.50 AD) menyatakan bahwa madu berwarna

kuning pucat dari Attica yang terbaik (Gunther RT, 1934); Aristotle (384-322 BC),

menunjukkan bahwa madu yang berwarna pucat baik untuk salep mata dan luka

(Aristotle, 1910).

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

9

Kemudian sebuah survey terhadap 345 sampel madu New Zealand dari 26

sumber bunga yang berbeda ditemukan jumlah yang besar dengan aktivitas rendah

(36%) sampel mempunyai aktivitas mendekati atau dibawah kadar (Allen KL dkk,

1991). Selain itu hasil survey yang tidak dipublikasikan, 340 sampel madu Australia

dari 78 sumber bunga yang berbeda ditemukan 68,5% memiliki dibawah kadar yang

dibutuhkan.

Pada percobaan yang dilakukan secara acak ditemukan pada pasien luka eksisi

dan skin graft menjadi baik dengan madu dan juga pada pengontrolan infeksi pada

pasien luka bakar sedang (Subrahmanyam M, 1999).

II.1.1 Uji Klinis dan Laboratorium

Molan dalam artikelnya berjudul, “Honey as a tropical antibacterial

agent for treatment of infected wounds” dalam World Wide Wounds, (2001)

menguraikan beberapa uji klinis tentang madu antara lain :

1. Pada suatu studi yang menggunakan madu pada sembilan bayi dengan

luka bedah infeksi yang luas yang gagal dengan antibiotik IV, dicuci

dengan cairan chlorhexidine 0,05% dan dibalut dengan asam fusidic

ointment. Secara klinis memperlihatkan peningkatan setelah 5 hari

menggunakan madu, dan seluruh luka tertutup, bersih dan bebas dari

infeksi setelah hari ke-21 penggunaan madu.

2. Pada percobaan acak dengan kelompok kontrol, 26 pasien dengan luka

infeksi post-operasi diterapi dengan madu dan 24 pasien lukanya di

cuci dengan etanol 70% dan povidone iodine. Kelompok yang diterapi

dengan madu dapat menghilangkan infeksi dan mencapai

penyembuhan memerlukan ½ waktu yang dibutuhkan kelompok yang

menggunakan antiseptik.

3. Percobaan kllinis yang membandingkan madu dengan silver

sulfadiazine ointment pada luka bakar derajat II. Dari keduanya

menunjukkan bahwa madu memberikan kontrol infeksi yang lebih

baik.

4. Luka infeksi oleh Pseudomonas, tidak ada respon dengan terapi lain,

terjadi pembersihan infeksi cepat dengan menggunakan madu.

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

10

5. Pada pasien dengan luka infeksi yang bakteri yang resisten, tidak ada

respon terapi antibiotik, hasil baik dicapai setelah 5 minggu perawatan

dengan madu. Bakteri yang mengenfeksi luka yang ditemukan resisten

terhadap ampicilin, oxytetracycline, gentamicin, chloramphenicol dan

cephadine. Luka yang terinfeksi MRSA juga dapat diatasi infeksinya

dan sembuh menggunakan balutan madu termasuk ulkus kaki, luka

berongga akibat haematom dan luka operasi.

6. Pada percobaan yang dilakukan oleh Hendri Wasito dkk (2008)

menemukan bahwa madu dengan konsentrasi 5 %, 10 %, 25 %, 50 %

(v/v) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

7. Efem (1993) melaporkan suatu percobaan pada 20 kasus gangren yang

tidak dioperasi dan setiap hari diberikan madu, dibandingkan dengan

21 kasus yang sama dengan tata laksana bedah pengangkatan jaringan

yang terinfeksi serta dengan antibiotik sistemik. Hasil yang sama

didapatkan pada kedua perlakuan, namun respon yang lebih cepat

didapatkan pada pasien yang diberikan madu. Luka yang diberikan

madu menjadi steril dalam 1 minggu, dan tidak memerlukan operasi

plastik.

II.1.2 Jenis Luka yang Tepat Untuk Pemberian Madu

Madu biasanya digunakan sebagai antibakteri topikal untuk

penanganan infeksi pada tipe luka yang luas seperti : leg ulcers, pressure

ulcers, diabetic foot ulcers, luka infeksi akibat kecelakaan atau pembedahan

dan luka bakar. Madu lebih efektif digunakan bila kondisi luka yang sesuai

dengan kemampuan madu itu sendiri. Pada leg ulcer lebih efektif digunakan

bila luka sudah kronis, atau dengan eksudat yang banyak khususnya venous

ulcer. Untuk pressure ulcers, madu efektif bila luka dalam kondisi eksudat

banyak, namun kurang efektif untuk luka nekrotik, demikian pula untuk luka

diabetik. Luka infeksi akibat pembedahan atau kecelakaan sangat baik diberi

madu karena madu mempunyai efek osmolaritas, antimikrobia dan fitokimia

yang dapat menghambat kuman. Jenis bakteri yang terbukti dapat dihambat

oleh madu antara lain Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,

Enterococcus faecium, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,

Enterobacter cloacae, Klebsiella oxytoca dan MRSA. Sedangkan luka bakar

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

11

yang dapat didukung proses penyembuhannya oleh madu adalah luka bakar

superfisial dan full thickness karena dapat menurunkan proses inflamasi.

II.2 Flora Normal Rongga Mulut dan Traktus Respiratorius

Mikroorganisme ditemukan antara lain di rongga mulut, nasofaring, orofaring,

dan tonsil. Sedangkan laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus, dan sinus

biasanya tidak ditemukan mikroorganisme (Suharto, 1994).

II.2.1 Morfologi dan Sifat dari Flora Normal

Rongga mulut amat kaya akan mikroorganisme Staphylococcus

epidermidis, Staphylococcus aureus, beberapa mikrokokus berpigmen, dan

Staphylococcus yang bersifat anaerob ditemukan di permukaan gigi dan saliva.

Dijumpai pula Streptococcus viridans (grup mitis dan salivarius),

Enterococcus, Neisseria berpigmen, Veillonella spp, Corynebacterium

anaerob, Actinomyces, Escherichia coli, kelompok Klebsiella-Enterobacter,

Haemophilus, Bacteroides, Fusobacterium, Vibrio sputorum, dan beberapa

Spirochaeta (Treponema denticum dan Borrelia refringens). Streptococcus

pyogenes dapat dijumpai pada 5-10% mulut normal. Streptococcus

pneumoniae terdapat di permukaan gigi 25% orang dewasa normal (Suharto,

1994).

Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan

Staphylococcus sp. lainnya adalah bakteri yang berbentuk kokus (bola).

Biasanya ditemukan dalam kelompokan-kelompokan atau berpasang-pasangan

(diplokokus). Sifat dari bakteri ini adalah Gram-positif. Streptococcus

viridans, Streptococcus pyogenes, dan Streptococcus pneumoniae adalah

bakteri yang berbentuk kokus, biasanya ditemukan dalam bentuk susunan

seperti rantai, dan bersifat Gram-positif. Enterococcus sp. adalah bakteri yang

biasa ditemukan dengan ciri-ciri morfologi berbentuk kokus, susunan

diplokokus, dan bersifat Gram-positif. Secara karakteristik fisik, Enterococcus

sp. sangat sulit dibedakan dengan Streptococci (Gilmore MS, dkk, 2002).

Veillonella sp., Bacteroides, dan Neisseria sp. adalah bakteri yang

berbentuk kokus, susunan diplokokus atau berkelompok, dan bersifat Gram-

negatif. Haemophilus sp. adalah bakteri yang berbentuk kokobasil, susunan

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

12

tunggal, dan bersifat Gram-negatif. Escherichia coli adalah bakteri yang

berbentuk batang, susunan tunggal, dan bersifat Gram-negatif (Jawetz,1996).

Dalam rongga mulut juga terdapat spesies Candida sebagai flora

normal, dan spesies yang paling dominan adalah Candida albicans, yaitu

sebesar 50% dari seluruh flora normal mulut, tetapi dalam rongga mulut yang

sehat dan bersih jamur ini hanya ditemukan dalam jumlah kecil saja yaitu

kurang dari 200 sel/ ml saliva (Jawetz,1996). Candida albicans bila diberikan

pewarnaan dengan metode pewarnaan-Gram akan terlihat memiliki sifat

Gram-positif.

Organisme yang dominan di saluran napas, terutama faring adalah

Streptokokus non hemolitik dan α-hemolitik dan Neisseria. Juga terdapat

Staphylococcus epidermidis, Diphteroid, Haemophilus, Pneumococcus,

Mycoplasma, dan Bacteroides. Eliminasi flora normal pada faring dengan

penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan overgrowth dari bakteri Gram-

negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau jamur

(Suharto, 1994).

II.2.2 Resistensi

Resistensi bakteri-bakteri yang tergolong dalam flora normal pada

rongga mulut tercatat antara lain Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus

yang menunjukkan penurunan sensitivitas terhadap gentamisin (A. G.

Whitelaw et al, 1974).Bakteri lain yang menunjukkan resistensi yaitu

golongan dari Staphylococcus sp. yang telah menjadi resisten terhadap semua

jenis antibiotika jenis beta-laktam. Golongan Staphylococcus sp. ini disebut

dengan MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus).

II.3 Sistem Imun Pada Rongga Mulut

Sistem imun pada tubuh kita merupakan suatu integrasi dari berbagai

komponen yang bertugas mempertahankan tubuh kita dari agen-agen dan organisme-

organisme yang berpotensi untuk membahayakan tubuh kita, atau yang kita sebut

dengan patogen. Sistem imun terdiri atas komponen-komponen seperti limfosit,

jaringan limfoid, pembuluh limfatik, sitokin, dan imunoglobulin.

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

13

Walker, DM (2004) dalam artikelnya yang berjudul “Oral Mucosal

Immunology” menuliskan bahwa mongga mulut juga memiliki sistem imun. Peranan

imun pada rongga mulut sangatlah penting, mengingat rongga mulut sangat sering

terpajan dengan dunia luar yang sangat berpeluang untuk menjadi jalan masuknya

patogen ke dalam tubuh. Sistem imun pada rongga mulut merupakan suatu

kompartemen khusus dari MALT (Mucosa-Associated Lymphoid Tissue). Pertahanan

setiap individu bervariasi dan tergantung pada lingkungan mikro dari rongga mulut

yang dipengaruhi oleh mukosa oral, kelenjar saliva, saliva, dan celah-celah gigi.

Mukosa oral adalah salah satu bagian pembentuk sistem imun pada mulut yang

mengandung komponen sel Langerhans intra-epitelial yang bertugas memproses

antigen.Beberapa komponen imun yang berikutnya adalah kelenjar saliva dan saliva

yang memiliki efek mekanis, yaitu membilas mikroorganisme dari mukosa dan

permukaan gigi. Saliva juga memiliki agen-agen antimikroba penting. Berikut

komponen-komponen antibakteri yang ditemukan pada saliva.

Tabel 3.2 Komponen Antibakteri dari Saliva

Agen antimikroba Aktivitas

IgA sekretori (meliputi

s-IgG, s-IgM) Menghambat perlekatan

Mengaglutinasi bakteri

Netralisasi virus

IgA adalah antibodi mayor pada saliva

Laktoferin Mengikat Fe

Bakteriostatik

Lisozim Efektif melawan S. mutans.

Aglutinin Glikoprotein, mucin, fibronectin, 2-mikroglobulin, histatin, protein kaya

prolin

Sistem mieloperoksidase Bakterisidal pada kandungannya di thiocyanate/halide-H2O2

Sistem peroksidase

saliva

Enzim thiocyanate-H2O2

Komplemen C3 diduga merupakan turunan dari cairan yang berasal dari celah gigi.

Leukosit >98% merupakan neutrofil, tapi sampai dengan 50% tidak mampu melakukan

fagositosis

Sumber: DM Walker. 2004. Oral Mucosal Immunology: An Overview

II.4 Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi

II.4.1 Pewarnaan-Gram

Rao Sridhar, seorang asisten profesor di Departemen Mikrobiologi

JJMMC—Davangere, dalam artikelnya yang berjudul Gram’s staining

menuliskan bahwa metode pewarnaan Gram adalah metode yang dilakukan

oleh seorang bakteriolog berkebangsaan Denmark bernama Hans Christian

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

14

Gram (1853-1938) pada tahun 1882 (namun baru dipublikasikan tahun 1884)

untuk membedakan Pneumococcus dan bakteri Klebsiella pneumoniae pada

jaringan paru.

Ini merupakan metode pewarnaan diferensial untuk membedakan

spesies bakteri menjadi 2 kelompok besar (Gram-positif dan Gram-negatif)

berdasarkan bahan penyusun dinding sel secara fisik dan kimiawi. Reaksi ini

membagi eubakteria menjadi dua kelompok mendasar sesuai dengan

kemampuannya menyerap warna. Pewarnaan Gram tidak digunakan untuk

mengklasifikasikan archaea, karena mikroorganisme ini memberikan respon

yang sangat berbeda-beda.

Sridhar menuliskan pewarnaan Gram terdiri atas 4 komponen, yaitu:

Pewarna primer (kristal violet, metil violet, atai Gentian violet)

Pengikat zat warna (iodin Gram)

Decolorizer (etil alkohol, aseton, atau campuran etanol-aseton 1:1)

Counterstain (larutan fukhsin karbol, safranin, atau neutral red)

II.4.1.1 Mekanisme reaksi pada pewarnaan-Gram

Rao Sridhar menuliskan banyak teori telah diajukan untuk

menjelaskan mengapa beberapa bakteri dapat mempertahankan

pewarnaan, dan yang lainnya tidak. Teori perbedaan pH sitoplasma

(pH 2 pada bakteri Gram-positif dan pH 3 pada bakteri Gram-negatif),

dan keberadaan Magnesium ribonukleat pada bakteri Gram-positif dan

absensinya pada bakteri Gram-negatif tidak mendapatkan pengakuan

secara luas.

Ketebalan dari dinding sel bakteri Gram-positif dan kandungan

lipid yang lebih banyak pada dinding sel bakteri Gram-negatif

memiliki alasan yang lebih dapat diterima untuk menjelaskan reaksi

pewarnaan Gram. Dipercaya bahwa muatan positif kristal violet yang

melewati dinding sel serta membran sel berikatan dengan komponen

bermuatan negatif pada bagian dalam sel. Tambahan dari muatan

negatif iodin berikatan dengan muatan positif pewarna dan membentuk

suatu kompleks ikatan pewarna-iodin yang besar di dalam sel.

Kristal violet (heksametil-para-rosanilin klorida) berinteraksi

dengan KI-I2 cair melalui suatu pertukaran anion sederhana untuk

menghasilkan presipitat kimia. Anion klorida yang kecil digantikan

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

15

dengan iodida yang sangat besar, lalu kompleks tersebut terbentuk dan

terlarut dalam air. Selama proses penghilangan warna, alkohol

memecah lipid yang berada pada membran luar dari sel bakteri Gram-

negatif dan melepaskan kompleks pewarna-iodin pada bagian luar sel.

Suatu lapisan peptidoglikan tipis tidak pula memberikan ketahanan

yang cukup. Kompleks pewarna-iodin terlepaskan dari sel Gram-

negatif bersamaan dengan membran luar. Sehingga sel Gram-negatif

kehilangan warna. Di sisi lain, sel Gram-positif mengalami dehidrasi

akibat pemberian etanol dan menutup pori-porinya bersamaan dengan

penyusutan dinding sel selama dehidrasi.

Kompleks pewarna-iodin terperangkap di dalam lapisan tebal

dari peptidoglikan, dan tidak terbilas oleh etanol.

II.4.1.2 Keterbatasan pewarnaan-Gram

Rao Sridhar juga menuliskan dalam artikelnya bahwa beberapa

bakteri Gram-positif akan melepas pewarna dengan mudah, sehingga

akan terlihat sebagai suatu campuran dari bakteri Gram-positif, dan

Gram-negatif (Gram-variabel). Bila pewarnaan berlebihan, maka

bakteri Gram-positif akan terlihat berwarna merah muda dan bila

pewarnaan kurang maka bakteri Gram-negatif akan terlihat seolah-olah

bersifat Gram-positif. Reaksi Gram juga tergantung pada usia dari sel.

Usia kultur yang tua dari bakteri Gram-positif (sehingga dinding sel

melemah) akan dengan mudah kehilangan zat pewarna. Sel-sel Gram-

positif dipengaruhi oleh agen-agen aktif pada dinding sel seperti

lisozim atau antibiotik, sehingga sifatnya akan terlihat seperti Gram-

negatif.

Bakteri Gram-positif seperti Acetomyces, Arthobacter,

Corynebacterium, Mycobacterium, dan Propionibacterium memiliki

dinding sel yang cenderung rapuh pada saat pembelahan sel, sehingga

akan menghasilkan pewarnaan seperti Gram-negatif pada sel ini. Pada

kultur Bacillus dan Clostridium, terjadi suatu penurunan ketebalan

peptidoglikan selama pertumbuhan sel. Sehingga beberapa dari nya

akan terlihat seperti bersifat Gram-negatif.

Beberapa kelompok dari bakteri akan menampilkan beberapa

respon yang bervariasi terhadap pewarnaan, dan hal tersebut dapat saja

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

16

berhubungan dengan stress saat proses pertumbuhan (misalnya

ketidakcukupan nutrisi, temperatur, pH, atau elektrolit) yang akan

mengakibatkan terdapat mikroorganisme yang tidak hidup, sel-sel

Gram-negatif pada suatu kultur Gram-positif, dan beberapa spesies

bakteri (yang diketahui variabilitas Gramnya) yang dapat bertahan

hidup dalam kondisi di bawah pertumbuhan optimal tersebut. Beberapa

bakteri cenderung untuk terlihat bersifat Gram-negatif saat dibiakkan

pada medium yang bersifat asam. Kehilangan dinding sel yang dialami

oleh bakteri Gram-positif dapat membuat bakteri-bakteri tersebut akan

terwarnai dan terlihat seolah-olah bersifat Gram-negatif.

Bakteri yang sama sekali tidak memiliki dinding sel

(Mycoplasma) akan selalu bersifat Gram-negatif, meskipun secara

filogenetik bersifat Gram-positif. Bakteri seperti Mycobacterium yang

memiliki unsur waxy lebih banyak akan sulit untuk diwarnai. Bakteri

yang berukuran kecil dan tipis seperti Treponema, Chlamydia, dan

Rickettsia juga seringkali sulit untuk diwarnai dengan metode Gram.

Bakteri Gram-positif yang telah difagositosis juga akan terlihat seperti

Gram-negatif.

II.4.1.3 Pemanfaatan teknik pewarnaan-Gram

Pewarnaan-Gram banyak dimanfaatkan dalam dunia sains.

Beberapa manfaat yang didapatkan dari teknik pewarnaan-Gram antara

lain dalam diferensiasi antara bakteri Gram-positif dan Gram-negatif

yang merupakan tahap pertama dari klasifikasi bakteri. Pewarnaan-

Gram juga merupakan suatu tahap awal dari identifikasi bakteri pada

kultur, dan berguna dalam estimasi jumlah total suatu bakteri. Laporan

dari hasil pewarnaan-Gram dapat dijadikan dasar dalam pemilihan

media kultur untuk inokulasi bakteri.

Pewarnaan-Gram telah digunakan pula dalam dunia medis.

Salah satunya adalah untuk mengobservasi bakteri pada spesimen

klinis yang bertujuan untuk memberikan petunjuk penting dalam

mendiagnosis suatu penyakit. Laporan hasil dari pewarnaan-Gram juga

dapat dijadikan dasar dalam pemilihan antibiotik yang tepat untuk

digunakan dalam pengobatan penyakit infeksi.

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

17

II.5 Kerangka Konsep

Mikroorganisme

rongga mulut

Peningkatan atau penurunan jumlah

dari mikroorganisme

Madu

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Desain

Penelitian ini sebagai studi awal yang dilakukan dengan metode eksperimen.

III.2 Tempat dan Waktu

Penelitian in dilakukan pada bulan September – Oktober 2010 di laboratorium

FKIK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

III.3 Sampel

Sampel yang digunakan adalah 6 orang mahasiswa PSPD tahun angkatan 2007

dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.

III.4 Alat dan Bahan

Alat:

Labu ukur 200 dan 500 ml

Bunsen

Kaca objek

Mikroskop Nikon® Eclipse E100 binokular

Pipet tetes

Bekker glass 200 dan 1000 ml

Swab steril

Kertas tissue

Bahan:

Aquades

Madu hutan Sumbawa (Apis dorsata; DINKES P-IRT No.

109317105064) (berdasarkan penelitian Sulistiani, 2009)

Ungu Gentian

Lugol

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

19

Safranin

Alkohol (decolorant)

III.5 Subjek Penelitian

Seluruh subjek penelitian akan diberikan inform consent mengenai

perlakuan yang akan diberikan, lalu dimintai persetujuannya untuk menjadi sampel.

Bila yang bersangkutan menyetujuinya, maka ia akan menjadi salah satu sampel dari

penelitian ini.

III.6 Alur Penelitian

III.7 Prosedur Percobaan

III.7.1 Sterilisasi Alat

Peralatan yang perlu disterilkan antara lain swab steril, labu ukur 200

dan 500 ml, bekker glass 200 dan 1000 ml. Langkah pertama adalah

membungkus peralatan-peralatan (yang perlu disterilisasi) dengan

menggunakan kertas atau alumunium foil. Masukkan alat-alat yang sudah

dibungkus ke dalam autoklaf. Tutup autoklaf, lalu tunggu selama ±15 menit

pada suhu 121 °C, dan tekanan 15 atm.

Pewarnaan Gram

Pengamatan di

bawah

mikroskop

Swab rongga mulut sebelum

dan setelah pemberian madu

Kelompok kontrol (aquades); 2 orang

Kelompok madu 20%; 2 orang

Kelompok madu 40%; 2 orang

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

20

III.7.2 Pembuatan Larutan Madu

III.7.2.1 Madu 20%

Tuangkan aquades sebanyak 100 ml ke dalam bekker glass 200 ml.

Tuangkan madu ke dalam bekker glass 200 ml yang telah terisi

aquadestersebut sebanyak 25 ml. Aduk hingga merata.

III.7.2.2 Madu 40%

Tuangkan aquades sebanyak 37,5 ml ke dalam bekker glass 200 ml.

Tuangkan madu ke dalam bekker glass yang telah terisi aquades tersebut

sebanyak 25 ml. Aduk hingga merata.

III.7.3 Cara Kerja

1. Ambil spesimen mukosa buccalis semua sampel dengan menggunakan swab

steril.

2. Hasil swab dioleskan ke atas kaca objek yang telah dibersihkan

3. Fiksasi dengan melewatkan di atas api sebanyak 3x.

4. Spesimen ditetesi dengan ungu Gentian selama 2 menit.

5. Cuci spesimen dengan air.

6. Lalu spesimen diteteskan dengan lugol selama 1 menit.

7. Spesimen dicuci dengan air.

8. Spesimen diteteskan dengan alkohol 96% sampai 30 detik.

9. Spesimen dicuci dengan air.

10. Spesimen diteteskan dengan safranin selama 1 menit.

11. Cuci spesimen dengan air.

12. Keringkan dengan kertas tissue.

13. Tetesi kaca objek dengan minyak imersi.

14. Amati hasil di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x (lapang pandang

besar).

15. Berikan kumur-kumur madu 20% kepada sampel III dan IV, dan madu 40%

kepada sampel V dan VI, serta aquades kepada kelompok kontrol (sampel I

dan II) selama 1 menit.

16. Ulangi prosedur nomor 3-16.

17. Setelah 15 menit, ulangi prosedur nomor 17 dan 18.

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

21

18. Catat hasil penghitungan mikroorganisme pada hasil

III.7.4 Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya.

Dalam pengamatan, hal-hal yang diamati antara lain:

1. Identifikasi mikroorganisme rongga mulut, meliputi:

a. Morfologi bakteri (kokus/batang/spiral)

b. Susunan (berkelompok/tunggal)

c. Sifat dalam pewarnaan-Gram (Gram-positif/Gram-negatif)

2. Jumlah mikroorganisme sebelum dan sesudah perlakuan

Menghitung jumlah bakteri berdasarkan bentuk, susunan, dan sifat dalam

pewarnaan-Gram.

III.7.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menghitung persentasi serta standar

deviasi mikroorganisme rongga mulut sebelum dan sesudah perlakuan

pemberian madu.

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Mikroorganisme Rongga Mulut Sebelum Perlakuan

Dari hasil identifikasi awal dengan pengambilan swab mukosa buccalis pada

sampel sebelum diberikan perlakuan ditemukan 4 kelompok mikroorganisme yang

dibedakan berdasarkan bentuk, susunan, dan sifat pewarnaan-Gram. Pertama, terdapat

bakteri dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan berkelompok, dan bersifat Gram-

negatif. Dari literatur yang didapat mengenai flora normal pada rongga mulut,

kemungkinan bakteri yang ditemukan dengan ciri-ciri seperti ini antara lain golongan

Neisseria, Veillonella spp, dan Bacteroides.

Kedua, terdapat bakteri dengan ciri-ciri berbentuk batang, susunan tunggal,

dan bersifat Gram-positif. Dari literatur yang didapat, flora normal yang sesuai

dengan ciri-ciri tersebut yaitu Corynebacterium anaerob. Ketiga, terdapat bakteri

dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan seperti rantai, dan bersifat Gram-positif.

Ciri-ciri tersebut sesuai dengan bakteri dari spesies Streptococcus. Keempat,

ditemukan mikroorganisme yang sesuai dengan ciri-ciri dari bentuk spesies Candida.

Menurut Jawetz (1996), pada rongga mulut, spesies Candida yang paling dominan

adalah Candida albicans.

IV.2 Mikroorganisme Setelah Pemberian Perlakuan

Pada pengamatan spesimen sebelum pemberian perlakuan pada kelompok

kontrol (sampel I dan II; pemberian perlakuan dengan aquades), didapatkan bakteri

dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan berkelompok, dan bersifat Gram-negatif

dengan rata-rata jumlah dari kedua sampel adalah sebanyak 102 bakteri. Tetapi

setelah dilakukan pemberian aquades, didapatkan jumlah rata-rata dari kedua sampel

untuk bakteri ini adalah sebanyak 49 bakteri. Setelah pemberian aquades diulang,

didapatkan jumlah rata-rata dari kedua sampel untuk bakteri ini adalah sebanyak 47

bakteri. Pada hasil tersebut didapatkan pengurangan bakteri dengan ciri-ciri berbentuk

bulat, susunan berkelompok, dan bersifat Gram-negatif dengan aquades adalah

sebanyak 52,9%, dengan standar deviasi 31,193. Aquades tidak memiliki kandungan

mineral seperti amonia, kalsium, magnesium, klor, nitrat dan sulfat, logam berat, dan

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

23

memiliki sifat netral dengan kandungan pH 7,00 (WHO, 2011). Dengan sifat tersebut,

kemungkinan terdapat faktor lain yang berperan dalam pengurangan jumlah

mikroorganisme setelah kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan aquades.

Sementara pada kelompok yang mendapat perlakuan kumur-kumur dengan

madu 20% (sampel III dan IV), sebelum perlakuan didapatkan jumlah bakteri dengan

ciri-ciri berbentuk bulat, susunan berkelompok, dan bersifat Gram-negatif tersebut

dengan rata-rata jumlah dari kedua sampel sebanyak 160 bakteri. Setelah dilakukan

pemberian perlakuan, jumlah bakteri ini menjadi 85 bakteri, dan setelah pengulangan

perlakuan didapatkan jumlah bakteri sebanyak 40 bakteri. Pada hasil tersebut

didapatkan pengurangan bakteri dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan

berkelompok, dan bersifat Gram-negatif dengan aquades adalah sebanyak 60,9%,

dengan standar deviasi 60,622.

Pada kelompok dengan perlakuan kumur-kumur dengan madu 40% (sampel V

dan VI), sebelum perlakuan didapatkan bakteri dengan ciri-ciri berbentuk bulat,

susunan berkelompok, dan bersifat Gram-negatif tersebut dengan rata-rata jumlah dari

kedua sampel sebanyak 84 bakteri. Setelah diberikan pemberian perlakuan,

didapatkan rata-rata jumlah bakteri menjadi 65 bakteri, dan pada pengulangan

perlakuan didapatkan rata-rata jumlah bakteri menjadi 15 bakteri. Pada hasil tersebut

didapatkan pengurangan bakteri dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan

berkelompok, dan bersifat Gram-negatif dengan aquades adalah sebanyak 52,4%,

dengan standar deviasi 35,642. Pada penelitian yang dilakukan oleh Willix, dkk

(1992) menunjukkan bahwa madu memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan

bakteri Gram-negatif, misalnya Escherichia coli, pada penelitian tersebutdigunakan

madu jenis Manuka.

Untuk bakteri dengan ciri-ciri berbentuk batang, susunan tunggal, dan bersifat

Gram-positif, pada kelompok kontrol (sampel I dan II; mendapatkan perlakuan

dengan aquades), didapatkan jumlah rata-rata dari kedua sampel adalah sejumlah 1

bakteri. Setelah diberikan perlakuan kumur-kumur dengan aquades, didapatkan

jumlah rata-rata dari kedua sampel pada kelompok kontrol adalah sejumlah 1 bakteri.

Pada pengulangan perlakuan, didapatkan jumlah rata-rata dari bakteri dengan ciri-ciri

berbentuk batang, susunan tunggal, dan bersifat Gram-positif tersebut adalah 1

bakteri. Untuk bakteri tersebut, tidak didapatkan pengurangan jumlah pada kelompok

kontrol.

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

24

Keterangan: *)pemberian II dilakukan 15 menit setelah pemberian I

Gambar 1.4 Rata-rata jumlah bakteri pada kelompok kontrol

Keterangan: *)pemberian II dilakukan 15 menit setelah pemberian I

Gambar 2.4 Rata-rata jumlah bakteri pada kelompok dengan perlakuan madu 20%

0

20

40

60

80

100

120

Bulat,

berkelompok,

Gram (-)

Batang,

tunggal, Gram

(+)

Bulat, rantai,

Gram (+)

Candida

albicans

Sebelum perlakuan

Pemberian I aquades

Pemberian II aquades*)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Bulat,

berkelompok,

Gram (-)

Batang,

tunggal, Gram

(+)

Bulat, rantai,

Gram (+)

Candida

albicans

Sebelum perlakuan

Pemberian I madu 20%

Pemberian II madu 20%*)

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

25

Keterangan: *)pemberian II dilakukan 15 menit setelah pemberian I

Gambar 3.4 Rata-rata jumlah bakteri pada kelompok dengan perlakuan madu 40%

Sementara pengamatan untuk bakteri dengan ciri-ciri berbentuk batang,

susunan tunggal, dan bersifat Gram-positif pada kelompok yang mendapatkan

perlakuan berupa kumur-kumur dengan madu 20% (sampel III dan IV) didapatkan

rata-rata jumlah sebanyak 4 bakteri pada waktu sebelum diberikan perlakuan. Rata-

rata jumlah bakteri tersebut didapatkan sebanyak 1 bakteri, baik pada pemberian

perlakuan, maupun pada pengulangan perlakuan. Pada kelompok perlakuan madu

20% didapatkan pengurangan jumlah sebanyak 75%, dengan standar deviasi 1,732.

Jumlah rata-rata bakteri dengan ciri-ciri berbentuk batang, susunan tunggal,

dan bersifat Gram-positif pada kelompok dengan perlakuan madu 40% (sampel V dan

VI) sebelum pemberian perlakuan adalah sebanyak 9 bakteri. Jumlah rata-rata

tersebut berkurang menjadi 5 bakteri setelah kelompok tersebut diberikan kumur-

kumur dengan madu 40%. Setelah pengulangan perlakuan, bakteri dengan ciri-ciri

berbentuk batang, susunan tunggal, dan bersifat Gram-positif tersebut tidak

ditemukan kembali pada spesimen. Pengurangan bakteri dengan ciri-ciri tersebut pada

kelompok dengan perlakuan madu 40% adalah sejumlah 72,2%, dengan standar

deviasi 4,509.

0

20

40

60

80

100

120

140

Bulat,

berkelompok,

Gram (-)

Batang,

tunggal,

Gram (+)

Bulat, rantai,

Gram (+)

Candida

albicans

Sebelum perlakuan

Pemberian I madu 40%

Pemberian II madu 40%*)

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

26

Gambar 4.4 Candida albicans pada hasil swab

Pada pengamatan spesimen sebelum pemberian perlakuan untuk bakteri

dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan rantai, dan bersifat Gram-positif pada

kelompok kontrol (sampel I dan II; mendapatkan perlakuan kumur-kumur dengan

aquades) didapatkan jumlah rata-rata sebanyak 112 bakteri. Jumlah rata-rata bakteri

tersebut berkurang menjadi 97 bakteri setelah pemberian kumur-kumur dengan

aquades. Pada pengulangan perlakuan, didapatkan jumlah rata-rata bakteri yang

didapatkan adalah 67 bakteri. Untuk bakteri dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan

rantai, dan bersifat Gram-positif didapatkan pengurangan jumlah bakteri sebanyak

26,8%, dengan standar deviasi 22,913.

Jumlah rata-rata bakteri dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan rantai, dan

bersifat Gram-positif tersebut pada kelompok dengan perlakuan madu 20% (sampel

III dan IV) sebelum perlakuan adalah sejumlah 89 bakteri. Setelah pemberian

perlakuan kumur-kumur, didapatkan jumlah rata-rata dari bakteri tersebut adalah 54

bakteri, dan setelah pengulangan perlakuan didapatkan jumlah rata-rata bakteri

menjadi 36 bakteri. Pengurangan bakteri dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan

rantai, dan bersifat Gram-positif pada kelompok yang mendapatkan perlakuan kumur-

kumur dengan madu 20% adalah sebanyak 49,4%, dengan standar deviasi 26,951.

Sementara pada kelompok yang mendapatkan perlakuan kumur-kumur dengan

madu 40% (sampel V dan VI) didapatkan jumlah rata-rata dari bakteri dengan ciri-ciri

berbentuk bulat, susunan rantai, dan bersifat Gram-positif pada saat sebelum

perlakuan adalah sebanyak 126 bakteri. Jumlah rata-rata tersebut berkurang menjadi

89 bakteri setelah kedua sampel diberikan perlakuan. Setelah pengulangan perlakuan,

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

27

didapatkan jumlah rata-rata dari bakteri dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan

rantai, dan bersifat Gram-positif menjadi 60 bakteri. Pengurangan jumlah bakteri

dengan ciri-ciri tersebut pada kelompok yang mendapatkan perlakuan berupa kumur-

kumur dengan madu 40% adalah sebanyak 40,9%, dengan standar deviasi 33,081.

Pada pengamatan spesimen untuk penghitungan Candida albicans sebelum

pemberian perlakuan pada kelompok kontrol (sampel I dan II; mendapatkan perlakuan

kumur-kumur dengan aquades) didapatkan jumlah rata-rata sebanyak 19 Candida

albicans. Pengamatan dilakukan dengan menghitung per individu dari Candida

albicans. Setelah dilakukan pemberian perlakuan dengan memberikan kumur-kumur

aquades terhadap kedua sampel didapatkan jumlah rata-rata Candida albicans

menjadi 14 Candida albicans. Pada pengamatan jumlah setelah pengulangan

perlakuan, didapatkan jumlah rata-rata dari Candida albicans adalah sebanyak 17

Candida albicans. Pemberian kumur-kumur dengan aquades pada kedua sampel

kontrol menunjukkan pengurangan jumlah sebanyak 44,7%, dengan standar deviasi

2,517.

Gambar 5.4 Bakteri Gram-negatif berbentuk bulat dan susunan berkelompok

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

28

Gambar 6.4 Bakteri Gram-positif berbentuk batang dan susunan tunggal

Jumlah rata-rata Candida albicans pada kelompok dengan perlakuan

pemberian kumur-kumur madu 20% (sampel III dan IV) saat pengambilan spesimen

sebelum diberikan perlakuan adalah sebanyak 16 Candida albicans. Jumlah rata-rata

dari kedua sampel tersebut berkurang menjadi 11 Candida albicans setelah pemberian

kumur-kumur dengan madu 40%. Setelah pengulangan perlakuan, didapatkan jumlah

dari Candida albicans menjadi 9 Candida albicans. Pengurangan jumlah dari

Candida albicans pada sampel III dan IV tersebut adalah sebanyak 37,5%, dengan

standar deviasi sebanyak 3,606.

Sementara pada kelompok dengan perlakuan kumur-kumur madu 40%

(sampel V dan VI) didapatkan jumlah rata-rata Candida albicans dari kedua sampel

sebelum pemberian perlakuan adalah 14 Candida albicans. Setelah dilakukan

pemberian perlakuan, jumlah dari Candida albicans menjadi 10 Candida albicans.

Pada penghitungan spesimen setelah pengulangan perlakuan, didapatkan jumlah

tersebut berkurang menjadi 8 Candida albicans. Pengurangan jumlah dari Candida

albicans pada kelompok dengan perlakuan kumur-kumur madu 40% adalah sebanyak

35,7%, dengan standar deviasi 3,055.

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

29

Gambar 7.4 Bakteri Gram-positif berbentuk bulat dan susunan

rantaidalam bentuk susunan berkelompok

Aktivitas madu dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans telah

dibuktikan oleh Cavanagh, dkk (1970) yang menggunakan madu rumah tangga biasa.

Namun sayangnya tanaman sumber madu tersebut tidak tercatat. Penelitian yang

dilakukan Cavanagh, dkk tersebut membuktikan bahwa infeksi oleh Candida albicans

pada luka pasca operasi dapat ditanggulangi dengan pengolesan madu.

Madu memiliki aktivitas sebagai antimikroba atau anti bakteri karena madu

memiliki kadar air yang relatif rendah yakni kurang dari 20% dan kadar gula yang

tinggi, kondisi tersebut sangat tidak mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme

karena menimbulkan efek osmosis yang dapat membunuh mikroorganisme (Tonks et

al, 2003). Lalu madu juga memiliki lisozim yang aktivitasnya dapat melisis bakteri.

Lisozim juga terdapat dalam saliva. Sehingga dalam hal ini, madu dapat membantu

saliva dalam melisis bakteri. Selain itu madu juga memiliki hidrogen peroksida

(komponen fitokimia) yang dikeluarkan melalui kerja enzim glukosaoksigenase, serta

mengoptimalkan aktivitas limfosit dan fagositik (Molan PC, 2001). Hal-hal tersebut

yang mengakibatkan pengurangan jumlah pada kelompok dengan perlakuan

pemberian madu 20% dan 40%. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa madu dengan

konsentrasi 20% dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan ciri-ciri berbentuk

batang, susunan tunggal, bersifat Gram-positif dan bakteri dengan ciri-ciri berbentuk

bulat, susunan seperti rantai, bersifat Gram-positif lebih baik dibandingkan dengan

madu 40%. Sementara madu dengan konsentrasi 40% dapat menghambat

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

30

pertumbuhan bakteri dengan ciri-ciri berbentuk bulat, susunan berkelompok, dan

bersifat Gram-negatif, serta Candida albicans lebih baik daripada madu 20%.

Tabel 1.4 Persentasi pengurangan jumlah mikroorganisme beserta simpangan baku

Bulat; berkelompok;

Gram (-)

Batang; tunggal;

Gram (+)

Bulat; rantai; Gram (+) Candida albicans

K 20% 40% K 20% 40% K 20% 40% K 20% 40%

P0 102 160 84 1 4 9 112 89 126 19 16 14

P1 49 85 65 1 1 5 97 54 89 14 11 10

P2 47 40 15 1 1 0 67 36 60 17 9 8

Penghitungan

% 52,9% 60,9% 52,4% 0% 75% 72,2% 26,8% 49,4% 40,9% 44,7% 37,5% 35,7%

S.D 31,193 60,622 35,642 - 1,732 4,509 22,913 26,951 33,081 2,517 3,606 3,055

Hal lain yang mungkin mempengaruhi penurunan jumlah dari mikroorganisme

yang ditemukan pada spesimen pada penelitian ini adalah kumur-kumur. Karena

terlihat pada sampel I dan II beberapa kali terjadi penurunan jumlah mikroorganisme

walaupun pada sampel I dan II hanya diberikan kumur-kumur dengan aquades.

Lalu penghitungan jumlah mikroorganisme juga sangat ditentukan oleh

ketelitian peneliti dalam menghitung jumlah mikroorganisme, dan kualitas hasil

pewarnaan-Gram yang dilakukan. Karena hasil pewarnaan-Gram sangat bervariasi

dalam hal kualitas. Hal tersebut disebabkan oleh pewarnaan-Gram memiliki beberapa

tahap yang sangat membutuhkan ketepatan dalam hal waktu. Misalnya bila pemberian

zat warna ungu Gentian hanya 2 menit, sedangkan zat warna Safranin diberikan

selama 3 menit (dari yang seharusnya 1 menit), maka bakteri yang seharusnya Gram-

positif dapat berubah menjadi bakteri Gram-negatif. Dengan demikian, untuk

memastikan mikroorganisme yang diwarnai diperlukan suatu uji, salah satunya bisa

dengan melakukan uji biokimia dan dengan melakukan kultur untuk mengetahui

secara tepat jenis bakteri yang diamati.

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada hasil penelitian ini ditemukan beberapa mikroorganisme yang ditemukan

pada rongga mulut, yaitu Candida albicans serta 3 jenis bakteri dengan ciri-ciri

(1) berbentuk bulat, susunan berkelompok, dan bersifat Gram-negatif (salah satu

kemungkinan bakteri tersebut adalah golongan Neisseria, Veillonella spp, atau

Bacteroides); (2) berbentuk batang, susunan tunggal, dan bersifat Gram-positif

(salah satu kemungkinan bakteri tersebut adalahCorynebacterium anaerob); (3)

berbentuk bulat, susunan rantai, dan bersifat Gram-positif (salah satu

kemungkinan bakteri tersebut adalah spesies dari Streptococcus).

2. Pada hasil percobaan ditemukan bahwa pemberian kumur-kumur madu 20% dapat

menurunkan jumlah total temuan mikroorganisme pada hasil swab mukosa

buccalis hingga 75%.

3. Dari hasi penelitian, madu dengan konsentrasi 20% dapat menghambat

pertumbuhan bakteri lebih baik dibandingkan dengan madu 40%.

V.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan:

1. Kumur-kumur dengan madu 20% dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pada rongga mulut sehingga kemungkinan dapat digunakan

untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan menurunkan risiko mengalami

gangguan kesehatan mulut, seperti sariawan dan timbulnya bau mulut.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

3. Perlu dilakukan uji biokimia dan kultur.

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

32

DAFTAR PUSTAKA

Allen K L, Molan P C, Reid G M. (1991). A Survey of the Antibacterial Activity of Some

NewZealand Honeys. J. Pharm. Pharmacol. 43, 817-822.

Allen K L, Molan P C, Reid G M. (1991). The Variability of the Antibacterial Activity of

Honey.Apiacta26, 114-121.

Aristotle (350 B.C.). Translated by Thompson DÕA W. Historia Animalium in: The Works of

Aristotle (Smith J A, Ross W D editors) Oxford University Press Oxford 1910

VolumeIV.

Armon P J. (1980). The Use of Honey in the Treatment of Infected Wounds. Trop. Doct. 10,

91.

Badan Standardisasi Nasional. (2000). Standar Nasional Indonesia: Madu. Jakarta: Badan

Standardisasi Nasional.

Bhisma-Murti. (1997). Prinsip dan Metoda Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mata

University Press.

Blomfield R. (1973). Honey for Decubitus Ulcers. J. Am. Med. Assoc. 224, 905.

Bose B. (1982). Honey or Sugar in Treatment of Infected Wounds? Lancet i, 963.

Bulman M W. (1955). Honey as a Surgical Dressing. Middlesex Hosp. J. 55, 188-189.

Burlando F. (1978). Sull'azione Terapeutica del Miele nelle Ustioni. Minerva Dermat. 113,

699-706.

Cavanagh D, Beazley J, Ostapowicz F. (1970). Radical Operation for Carcinoma of the

Vulva. ANew Approach to Wound Healing. J. Obstet. Gynaecol. Br. Cmwlth. 77, 1037

1.

Dumronglert E. (1983). A Follow-up Study of Chronic Wound Healing Dressing with Pure

Natural Honey. J. Natl Res. Counc. Thail. 15, 39-66.

Dustmann J H. (1979). Antibacterial Effect of Honey. Apiacta 14, 7-11.

Efem SEE. (1993). Recent advances in the management of Fournier's gangrene: Preliminary

observations. Surgery 113 (2) 200-204.

English, H.K.P., A.R.C. Pack, dan P.C. Molan. (2004). The effects of manuka honey on

plaqueand gingivitis: a pilot study. Journal. Dalam

http://www.perioiap.org/absapr04.htm (diunduh pada 23 Oktober 2009)

Farouk A, Hassan T, Kashif H, Khalid S A, Mutawali I, Wadi M. (1988). Studies on

SudaneseBee Honey: Laboratory and Clinical Evaluation. Int. J. Crude Drug Res. 26,

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

33

161-168.

Gilmore MS, et al, ed. (2002). The Enterococci: Pathogenesis, Molecular Biology, and

Antibiotic Resistance. Washington, D.C.: ASM Press. ISBN 9781555812348.

Green A E.(1988). Wound Healing Properties of Honey. Br. J. Surg. 75, 1278.

Gunther R T. (1959). The Greek Herbal of Dioscorides (Translated by Goodyear J, 1655).

Hafner N. Y. 1934, reprinted 1959.

Hansen, Richard T. (2009). Oral Immunity—The Mouth’s Own Defense System. Dalam

http://www.healthanddentistry.org/oralimmune.html (diunduh pada 1 Oktober 2010

21:15)

Hanum, Sri Yusfinah M. (2009). Hubungan Kadar CD4 Dengan Infeksi Jamur Superfisialis

Pada Penderita HIV di RSUP H. Adam Malik Medan.

Hutton D J. (1966). Treatment of Pressure Sores. Nurs. Times 62, 1533-1534.

Hyslop PA, Hinshaw DB, Scraufstatter IU, Cochrane CG, Kunz S, Vosbeck K. Hydrogen

peroxide as a potent bacteriostatic antibiotic: implications for host defense. Free

Radic Biol Med 1995; 19 (1): 31- 7

Jawetz, E., 1996 : Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Alih bahasa :

Edi Nugroho dan Maulany, edisi 20, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Kandil A, Elbanby M, Abd-Elwahed K, Abou Sehly G, Ezzat N. (1987). Healing Effect of

TrueFloral and False Nonfloral Honey on Medical Wounds. J. Drug Res. (Cairo) 17, 71

72.

Lamerkabel, J. S. A. 2008. Lebah Madu: Hasil Hutan Ikutan dan Ternak Harapan. Dalam

http://www.unpatti.ac.id/ (diunduh pada 28-10-2010 23:09)

Lemeshow, S. & David W.H.Jr. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan

(terjemahan).Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

Majno G. (1975). The Healing Hand. Man and Wound in the Ancient World. , Cambridge,

Massachusetts: Harvard University Press.

McInerney R J F. (1990). Honey - a Remedy Rediscovered. J. Royal Soc. Med. 83, 127.

Molan, PC. Associate Professor of Biochemistry and Director of the HoneyResearch Unit

Department of Biological Sciences, University of Waikato Private Bag 3105, Hamilton,

New Zealand. Honey as a topical antibacterial agent for treatment of infectedwounds.

Dalam http://www.worldwidewounds.com. (diunduh pada 14-12-2009)

Molan P C. (1992). The Antibacterial Activity of Honey. 1. The Nature of the Antibacterial

Activity. Bee World 73, 5-28.

Molan P C. (1992). The Antibacterial Activity of Honey. 2. Variation in the Potency of the

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26338/1/Andi... · i PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP MIKROORGANISME PADA RONGGA MULUT MAHASISWA

34

Antibacterial Activity. Bee World 73, 59-76.

Peri. (2004). Peramalan penjualan dan keuntungan kotor produk olahan lebah madu apiari

pramuka. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

PN, Rao Sridhar. Asisten Profesor Departemen Mikrobiologi JJMMC,Davangere. Gram’s

staining. Dalam www.microrao.com (diunduh pada 26 September

201020:15)Ransome H M. (1937). The Sacred Bee in Ancient Times and Folklore. London:

George

Allenand Unwin.

Sarwono, B. (2001). Lebah Madu. Tangerang: AgroMedia Pustaka.

Siregar, Andi Putra, et al. (2010). Flora Normal Vagina. Departemen Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Snedecor GW & Cochran WG. (1967). Statistical Methods 6th ed, Ames. IA: Iowa State

University Press.

Supranto, J. (2000). Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Sulistiani, Ratna. (2009). Pengaruh Madu Sumbawa Terhadap Pertumbuhan Pseudomonas

aeruginosa. Dalam http://www.unissula.ac.id (diunduh pada 28 September 2010)

Syahrurachman, Agus, et al. (1994). Buku ajar mikrobiologi kedokteran, edisi revisi. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Tonks, A. J., et al. (2003). Honey Stimulates inflammatory cytokine production from

monocytes. Cytokine, 7; 21

Walker, DM. (2004). Oral Mucosal Immunology: An Overview. Australia: University of

Sidney.

Wasito, Hendri, Priani, Sani Ega, Lukmayani, Yani. (2008). Uji Aktivitas Antibacteri Madu

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Universitas Islam Bandung.

Whitelaw, A G, H Holzel, N N Farrag. (1974). Gentamicin-resistant Escherichia coli.

Dalam British Medical Journal.

WHO (2011). The International Pharmacopoeia, 4th edition. Dalam

http://apps.who.int/phint/en/p/docf/ (diunduh pada 27 Mei 2013 19:57)

Zumla A, Lulat A. (1989). Honey - a Remedy Rediscovered. J. Royal Soc. Med. 82, 384-3