penggunaanbahasatransmigranjawa di kabupaten …

13
279 HUMANIORA VOLUME 24 No. 3 Oktober 2012 Halaman 279 - 291 PENGGUNAAN BAHASA TRANSMIGRAN JAWA DI KABUPATEN GORONTALO Sayama Malabar* ABSTRACT The Javanese Trans migrants have come to Gorontalo district since 1953. The language used by the Trans migrants continued to be used in the place so that it becomes bilingual and even multilingual community giving rise to new phenomena. The aim of this study is to identify pattern of language usage in family, market, school, mosque, and the office; and variation of language choice. The research methodology used comprised observation method including basic recording technique, interview method by elevation basic technique, survey method by distributing questionnaires, triangulation techniques, and sociolinguistic approach. The sample is determined by snowball and purposive sampling. Data analyzed using SPEAKING through percentage calculation. The result show that The Javanese trans migrants to Gorontalo District is dominant of Indonesian language use in the office, mosque, and school; Javanese in family and market; Malay language in school, and market; and three types of language variations, single language variation, code switching, and mixing. Single language variation involves Javanese and Indonesian. Code switching is divided into four variations and mixing code is split in two variations. So that, the use of trans migrants language in Gorontalo is dominant in Indonesian and Javanese pattern simultaneously. Keywords: language use pattern, variation of language choice, Javanese transmigrants ABSTRAK Transmigran Jawa datang di Kabupaten Gorontalo sejak tahun 1953. Bahasa yang digunakan tetap dipakai di tempat baru sehingga daerah yang ditempati menjadi dwibahasa, multibahasa, dan menimbulkan fenomena baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola penggunaan bahasa oleh transmigran Jawa di Kabupaten Gorontalo dalam ranah keluarga, pasar, sekolah, masjid, dan kantor; dan variasi pilihan bahasa transmigran Jawa di Kabupaten Gorontalo dalam berkomunikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode simak dengan teknik dasar sadap, metode cakap dengan teknik dasar pancing, metode survei dengan penyebaran kuesioner, teknik triangulasi, dan pendekatan sosiolinguistik. Sampel ditentukan secara snowball dan purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan SPEAKING dan perhitungan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Indonesia lebih dominan digunakan di kantor, masjid, dan sekolah; bahasa Jawa di keluarga dan pasar; bahasa Melayu di sekolah dan pasar; dan ditemukan tiga jenis variasi pilihan bahasa, yaitu variasi tunggal bahasa, alih kode, dan campur kode. Variasi tunggal bahasa meliputi bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Alih kode terdiri atas empat variasi dan campur kode terdiri atas dua variasi. Dengan demikian, bahasa transmigran di Gorontolo lebih doniman menggunakan pola variasi bahasa Indonesia dan Jawa secara bersamaan. Kata Kunci: pola penggunaan bahasa, variasi pilihan bahasa, transmigran Jawa * Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

279

Sayama Malabar - Penggunaan Bahasa Transmigran JawaHUMANIORA

VOLUME 24 No. 3 Oktober 2012 Halaman 279 - 291

PENGGUNAAN BAHASA TRANSMIGRAN JAWADI KABUPATEN GORONTALO

Sayama Malabar*

ABSTRACT

The Javanese Trans migrants have come to Gorontalo district since 1953. The language used bythe Trans migrants continued to be used in the place so that it becomes bilingual and even multilingualcommunity giving rise to new phenomena. The aim of this study is to identify pattern of language usagein family, market, school, mosque, and the office; and variation of language choice. The researchmethodology used comprised observation method including basic recording technique, interview methodby elevation basic technique, survey method by distributing questionnaires, triangulation techniques,and sociolinguistic approach. The sample is determined by snowball and purposive sampling. Dataanalyzed using SPEAKING through percentage calculation. The result show that The Javanese transmigrants to Gorontalo District is dominant of Indonesian language use in the office, mosque, and school;Javanese in family and market; Malay language in school, and market; and three types of languagevariations, single language variation, code switching, and mixing. Single language variation involves Javaneseand Indonesian. Code switching is divided into four variations and mixing code is split in two variations.So that, the use of trans migrants language in Gorontalo is dominant in Indonesian and Javanese patternsimultaneously.

Keywords: language use pattern, variation of language choice, Javanese transmigrants

ABSTRAK

Transmigran Jawa datang di Kabupaten Gorontalo sejak tahun 1953. Bahasa yang digunakan tetapdipakai di tempat baru sehingga daerah yang ditempati menjadi dwibahasa, multibahasa, danmenimbulkan fenomena baru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola penggunaanbahasa oleh transmigran Jawa di Kabupaten Gorontalo dalam ranah keluarga, pasar, sekolah, masjid,dan kantor; dan variasi pilihan bahasa transmigran Jawa di Kabupaten Gorontalo dalam berkomunikasi.Metode penelitian yang digunakan adalah metode simak dengan teknik dasar sadap, metode cakapdengan teknik dasar pancing, metode survei dengan penyebaran kuesioner, teknik triangulasi, danpendekatan sosiolinguistik. Sampel ditentukan secara snowball dan purposive sampling. Data dianalisisdengan menggunakan SPEAKING dan perhitungan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwabahasa Indonesia lebih dominan digunakan di kantor, masjid, dan sekolah; bahasa Jawa di keluargadan pasar; bahasa Melayu di sekolah dan pasar; dan ditemukan tiga jenis variasi pilihan bahasa, yaituvariasi tunggal bahasa, alih kode, dan campur kode. Variasi tunggal bahasa meliputi bahasa Jawa danbahasa Indonesia. Alih kode terdiri atas empat variasi dan campur kode terdiri atas dua variasi. Dengandemikian, bahasa transmigran di Gorontolo lebih doniman menggunakan pola variasi bahasa Indonesiadan Jawa secara bersamaan.

Kata Kunci: pola penggunaan bahasa, variasi pilihan bahasa, transmigran Jawa

* Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 279 - 291

280

PENGANTAR

Transmigran Jawa datang ke KabupatenGorontalo sejak tahun 1953. Lamanya paratransmigran di lokasi tersebut mengakibatkanditemukanmasyarakatdengan tuturbahasayangjumlahnya sangat banyak, yaitu masyarakatdengan tutur bahasa Jawa transmigran sebagaipendatang dan masyarakat dengan tutur bahasaGorontalo sebagai penduduk asli. Mereka mem-bawa budaya dan bahasa masing-masingsehingga menyebabkan masyarakat mengguna-kan dwibahasa dan multibahasa. Hal tersebutmenjadikan kendala terhadap pola penggunaanbahasa transmigran tersebut. Gejala ini menjadilebih rumit karena penutur memasukkan unsur-unsur bahasa lain selain bahasa yang dimilikinyaketika melakukan interaksi. Untuk mengetahuisituasi kebahasaan seperti itu, perlu dilakukanpenelitian tentang penggunaan bahasa trans-migranJawadiKabupatenGorontaloberdasarkanpendekatan sosiolinguistik.

Pendekatansosiolinguistikmengkajihubung-an bahasa dan masyarakat dengan mengaitkandua bidang yang dapat dikaji secara terpisah,yaitu struktur formal bahasa oleh linguistik danstruktur masyarakat oleh sosiologi (Wardhaugh1986:4; Holmes 1994:1; Hudson 1980:2). Sosio-linguistik sebagai cabang linguistik memandangatau menempatkan kedudukan bahasa dalamhubungannya dengan pemakai bahasa di dalammasyarakat. Segala sesuatu yang dilakukan olehmanusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhioleh situasi dan kondisi di sekitarnya. Sebagai-mana telah dinyatakan oleh Fishman (1965:15),yang dipersoalkan dalam sosiolinguistik adalahwho speak, what language, to whom, when, andto what end ‘siapa yang berbicara, bahasa apa,untuk siapa, kapan, dan untuk tujuan apa’. Sosio-linguistik menitikberatkan perhatiannya padabagaimana bahasa berfungsi di masyarakat,menjelaskan kemampuan manusia memainkanaturanberbahasasecara tepatdalamsituasi yangberagam (via Rokhman, 2002). Sosiolinguistikbermula dari adanya asumsi akan keterkaitanbahasa dengan faktor-faktor kemasyarakatansebagai dampak dari keadaan komunitasnyayang tidak homogen (Wardaugh, 1986; Holmes,

1994; Hudson, 1980; Wijana, 1996, Dittmar,1976). Dengan demikian, dapat disimpulkanbahwa sosiolinguistik merupakan suatu pen-dekatan yang cocok untuk mengkaji fenomenakebahasaandalamkaitannyadenganfaktorsosialdi dalam suatu masyarakat tutur.

Untuk memperjelas penelitian ini, dirumus-kan beberapa pokok masalah, yaitu bagaimana-kah pola penggunaan bahasa yang digunakantransmigran Jawa di Kabupaten Gorontalo dalamranah keluarga, pasar, sekolah, masjid, dankantor dan bagaimanakah variasi pilihan bahasatransmigran Jawa di Kabupaten Gorontalo dalamberkomunikasi? Berkaitan dengan masalahtersebut, secara umum penelitian ini dimaksud-kan untuk mengkaji pola penggunaan bahasatransmigran Jawa dan variasi bahasa yang di-gunakan transmigran Jawa di KabupatenGorontalo dalam berkomunikasi.

Tempatpelaksanaanpenelitian inidifokuskandi desa Sidodadi, Sidomulyo, dan Bandung Rejodi Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo.Metode dan teknik yang digunakan dalampengumpulan data ialah metode dan teknikmenurut Mahsun (2007:242-250), Sudaryanto(1993: 135), dan Sugiyono (2009:241), yaitumetode simak dengan teknik dasar sadap(perekaman dan pencatatan), metode cakapdengan teknik dasar pancing, dan metode surveimelalui penyebaran kuesioner dan tekniktriangulasi.

Metode simak dengan teknik simak bebaslibat cakap digunakan untuk menyadap variasipilihan dan penggunaan bahasa di dalamperistiwa tutur tanpa peneliti terlibat di dalamnya.Hal ini dilaksanakan agar peristiwa berbahasaberlangsung dalam situasi yang sebenarnya danberada pada konteks yang lengkap. Penelitihanya mengamati hal-hal yang berhubungandengan bentuk perilaku berbahasa setiap partisi-pandi dalamperistiwa tutur,meliputi bahasayangdigunakan transmigran Jawa pada ranahsekolah, ranah keluarga, ranah pasar, ranahmasjid, dan ranahkantor, baikdalam situasi resmimaupun santai, dan ciri-ciri bahasa yangdigunakan dalam konteks percakapan yang tidakdapatdijangkauolehalat rekam.Selain itu, dicatat

281

Sayama Malabar - Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa

siapa penutur dan mitra tutur, status penutur danmitra tutur, lokasi/tempat, waktu berlangsungnyapercakapan, dan kejadian. Dalam teknik ini,peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-haritransmigranJawa yangsedangdiamati atauyangdigunakan sebagai sumber data penelitian.Teknik ini dilakukan pada beberapa ranah, sepertidi pasar, di rumah, di sekolah, di kantor, dan dimasjid (baiksantaimaupunresmi).Dengan teknikini, data tentang sikap bahasa transmigran Jawaakan lebih lengkap.

Metode simak dengan teknik libat cakapatauyang disebut pengamatan berpartisipasi diguna-kan sebagai upaya penyadapan peristiwa tuturdengan cara peneliti terlibat langsung dalamperistiwa tersebut. Dalam hal ini, peneliti menyatudengan partisipan yang hendak disimak peng-gunaan bahasanya untuk menstimulasi muncul-nya data yang diharapkan. Dalam pelaksana-annya, teknik simak bebas libat cakap dan tekniksimak libat cakap, diikuti dengan teknik lanjutanberupa teknik catat dan rekam yang digunakansecara bersama-sama, dalam arti upaya untukmendapatkan data dilakukan dengan caramenyadap/merekam/mencatat penggunaanbahasa informan dan responden.

Metode cakap atau wawancara dalam ilmusosial merupakan salah satu metode yangdigunakan untuk melakukan percakapan antarapeneliti dengan penutur selaku responden disetiap tempat penelitian yang telah ditentukan.Metode ini memiliki teknik dasar berupa teknikpancing karena percakapan yang diharapkansebagai pelaksanaan teknik cakap itu hanyadimungkinkan muncul jika peneliti memberipancingan (elisitasi) pada responden daninformanuntukmemunculkan gejalakebahasaanyang diharapkan peneliti.

Metode survei adalah metode penyediaandata yang dilakukan melalui penyebarankuesioner atau daftar pertanyaan yang terstrukturdan rinci untuk memperoleh informasi dari se-jumlahbesar informan yang dipandang represen-tatif mewakili populasi penelitian. Kuesionerdalampenelitian ini digunakanuntukmengumpul-kan data tentang pilihan dan penggunaanbahasa, dan sikap bahasa responden.

Teknik triangulasi merupakan teknik pe-ngumpulan data yang bersifat menggabungkanberbagai metode dan teknik pengumpulan datadan sumber data yang telah ada (Sugiyono,2009:241). Teknik ini digunakan untuk me-ngumpulkan data yang berbeda-beda untukmendapatkan data dari sumber yang sama.Dalampenelitian ini, penelitimenggunakan tekniktriangulasi dengan menggabungkan metodesimak dengan teknik dasar sadap, metode cakapdengan teknik dasar pancing, metode surveidengan menyebarkan kuesioner untuk sumberdatayang samasecaraserempak.Tujuanpenelitimenggunakan triangulasi bukan untuk mencarikebenaran tentang beberapa fenomena, tetapilebih pada peningkatan pemahaman penelititerhadap apa yang telah ditemukan. Selain itu,data yang diperoleh lebih konsisten, dan valid.Sampel ditentukan secara snowball danpurposive sampling.

Data variasi pilihan bahasa dan pola peng-gunaan bahasa responden yang diperolehdianalisis secara kualitatif dengan menggunakanSPEAKING: (S) Setting and scene, yaitu ber-kenaan dengan waktu, tempat dan situasi pem-bicaraan. (P) Participants,yaitu pihak-pihak yangterlibat di dalam tuturan. (E)Ends, merujuk padamaksud dan tujuan penuturan. (A) Act sequence,mengacu pada bentuk dan isi ujaran. (K) Key,meliputi nada, cara, di mana suatu pesan di-sampaikan. (I) Instrumentalities mengacu padabahasa yang digunakan atau variasi bahasaseperti dialek, ragam atau register. (N) Norm ofInteraction and Interpretation mengacu padanormaatau aturan dalam berinteraksi. (G)Genre,mengacupada jenisbentukpenyampaian,sepertipuisi, narasi, doa dan sebagainya (Hymes, 1972,1975). Angka persentase pola penggunaanbahasa responden pada setiap ranah dianalisisdengan cara menghitung angka rata-rata nilai(mean) pola penggunaan bahasa respondenpada setiap ranah yang dimuat pada tabel.

Hasil penelitian terdiri atas dua bagian.Bagianpertamaberupa polapenggunaanbahasatransmigran Jawa pada ranah sosial (ranahkeluarga, pasar, masjid, sekolah, dan kantor) danbagian kedua berisi variasi pilihan bahasatransmigran Jawa di Kabupaten Gorontalo.

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 279 - 291

282

PENGGUNAAN BAHASA

Seseorang yang sering menggunakan lebihdari satu bahasa dalam kesehariannya merupa-kan sebuah fakta yang tidak dapat dielakkandalammasyarakat bilingual ataumultilingual (lihatFerguson,1972;AppledanMuysken1988;Fasold1984). Dalam masyarakat bilingual atau multi-lingual, persoalanpenggunaan bahasapadasaatkomunikasi sering terjadi. Satu peristiwa tuturharus memiliki komponen tutur seperti yang di-nyatakan Hymes (1972, 1975) dalam akronimSPEAKING.Komponen tutur tersebutmerupakanfaktor di luar bahasa yang dapat menentukanpilihan bahasa peserta tutur dalam sebuahperistiwa tutur.

MenurutFasold (1984:180),halpertamayangterbayangbilamemikirkanbahasaadalahbahasasecara keseluruhan (whole language), artinyayang terbayangkan adalah seseorang dalammasyarakat bilingual atau multilingual berbicaradenganmenggunakanduabahasaatau lebihdanharus memilih yang mana harus dipakai. Dalampilihan bahasa, terdapat tiga jenis pilihan: (1)dengan alih kode (code switching), yaitu meng-gunakan suatu bahasa pada suatu domain danmenggunakanbahasa lainpadadomainyang lain;(2) dengan campur kode (code mixing), yaitumenggunakan satu bahasa tertentu dengandicampuri serpihan-serpihan bahasa lain; dan (3)dengan menggunakan satu variasi dalam satubahasa (variation within the same language).Dalam kajian sosiolinguistik, variasi pilihanbahasa, antara lain alih kode dan campur kodemenurut Rahardi (2001), Sumarsono dan Paina

(2002), Rokhman (2002), Chaer dan Agustina(2004).Kedua peristiwa inimuncul sebagaiakibatterjadinya kontak bahasa.

Alih kode (code switching) atau alih bahasaadalah penggunaan variasi bahasa lain ataubahasa lain untuk menyesuaikan diri denganperan atau situasi lain atau karena adanyapartisipan lain (Kridalaksana, 1993:9). Ada tigakata kunci dalam peristiwa alih kode, yakniperalihan peran, perubahan situasi, dan adanyapartisipan lain. Campur kode (code mixing)adalah penggunaan satuan bahasa dari satubahasa ke bahasa lain untuk memperluas gayabahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalam-nya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan dansebagainya (Kridalaksana,1993:35). Polapenggunaan bahasa transmigran Jawa yangditemukan di Kabupaten Gorontalo meliputi polapenggunaan pada ranah keluarga, pasar, masjid,sekolah, dan kantor.

POLA PENGGUNAAN BAHASA PADARANAH KELUARGA

Pola penggunaan bahasa yang dipakaioleh transmigran Jawa, baik dengan keluargainti maupun keluarga yang bukan inti padaranah keluarga di rumah ialah BJ + BI + BM +BC. Data ini membuktikan bahwa BJ mendomi-nasi penggunaan bahasa transmigran Jawapada ranah keluarga. Hal ini dapat dilihat padatabel 1.

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa polapenggunaan BJ mendominasi penggunaanbahasa transmigran Jawa pada ranah keluarga.

Tabel 1 Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa pada Ranah Keluarga Secara Keseluruhan(dengan Anggota Keluarga Inti dan Bukan Inti)

283

Sayama Malabar - Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa

POLA PENGGUNAAN BAHASA PADARANAH PASAR

Pola penggunaan bahasa transmigran Jawapada ranah pasar adalah BJ + BI + BM + BG +BC. Dari kelima pola tersebut, BJ dominandigunakan. Hal ini dapat dilihat padai tabel 2.

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa polaBJ + BI lebih dominan.

Tabel 2 Pola Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa pada Ranah Pasar

POLA PENGGUNAAN BAHASA PADARANAH MASJID

Bahasa Indonesia lebihdominankarenaparajemaah terdiri atas berbagai transmigran. Polapenggunaan Bahasa Transmigran Jawa padaranah Masjid dapat dilihat pada tabel 3.

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 279 - 291

284

Tabel 3 Pola Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa pada Ranah Masjid

Data pada Tabel 3 di atas menunjukkanbahwa dari keempat pola tersebut, BI lebihdominan digunakan pada ranah masjid karenapara jemaah terdiri dari berbagai transmigran.

POLA PENGGUNAAN BAHASA PADARANAH SEKOLAH

Sekolah merupakan salah satu ranahkehidupan masyarakat yang dapatmemengaruhi

polapenggunaanbahasamasyarakat sekitarnya.Bahasa yang digunakan responden terbagiempat, yaitu BJ, BI, BM, dan BC. BI dominandigunakan. Pola penggunaan bahasa trans-migran Jawa pada ranah Sekolah seperti yangdiuraikan pada tabel 4.

285

Sayama Malabar - Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa

Tabel 4 Pola Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa pada Ranah Sekolah

Secara keseluruhan, data pada Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa BI lebih dominandigunakan transmigran Jawa di sekolah.

POLA PENGGUNAAN BAHASA PADARANAH KANTOR

Pola penggunaan bahasa transmigran Jawadi kantor (Puskesmas, kantor Desa, dan kantorCamat) adalah BI + BJ + BM + BC. Data inimembuktikan bahwa bahasa Indonesia masihmendominasi penggunaan bahasa pada ranah

kantor. Pola penggunaan bahasa TransmigranJawa pada ranah kantor terlihat pada tabel 5.

Data pada Tabel 5 di atas membuktikanbahwa BI masih mendominasi penggunaanbahasa oleh transmigran Jawa pada ranahkantor.

Berdasarkan hasil seperti yang diuraikanpada tabel 5, dapat disimpulkan bahwa polapenggunaan bahasa transmigran Jawa padaberbagai ranah secara keseluruhan dapat dilihatpada tabel 6.

Tabel 5 Pola Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa pada Ranah Kantor (Secara Keseluruhan)

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 279 - 291

286

Data pada Tabel 6 memperlihatkan bahwaBI dan BJ lebih dominan. Penggunaan BI palingtinggi intensitasnya pada ranah masjid, sekolah,dan kantor. Sebaliknya, penggunaan BJ palingbanyak digunakan pada ranah keluarga danpasar.

Gambaran tabel-tabel tersebut meng-indikasikan bahwa peranan ranah sangat me-nentukan pola penggunaan bahasa transmigranJawa. Penggunaan bahasa dengan intensitaspaling tinggi, yaitu BIdan BJ.Hal inimenunjukkanbahwa penggunaan BI dan BJ serta alternasidalampenggunaankeduanyadipandangsebagaisalah satu bentuk pola umum dalam peristiwatutur transmigran Jawa di Kabupaten Gorontalo.Dalam situasi dan kondisi seperti ini dapatditafsirkanbahwa secara fungsional penggunaankedua bahasa itu dalam pergaulan sehari-harisalingmelengkapi.Keadaanpenggunaanbahasayang demikian memberi peluang yang besarterjadinya variasi pilihan bahasa.

VARIASI PILIHAN BAHASASeseorang harus melakukan variasi pilihan

bahasa yang tepat untuk berbicara dengan mitratuturnyasesuaidengan latarbelakangsosial yangmengikutinya. Masalah variasi pilihan bahasadipandangsebagai masalah sosial yangdihadapimasyarakat dwibahasa dan multibahasa. Kontakyang intensif antara dua bahasa atau lebih dalamsituasi kedwibahasaan dan kemultibahasaanbiasanya cenderung mengakibatkan salingmemengaruhi, dan adanya gejala variasi pilihan

bahasa yang lazim disebut alih kode dan campurkode. Alih kode adalah peralihan atau per-pindahan pemakaian suatu bahasa ke bahasalain untuk menyesuaikan diri karena berubahnyasituasi atau adanya partisipan lain. Selanjutnya,campur kode adalah pencampuran dua bahasaatau lebih dalam peristiwa tutur yang dalampenggunaannya ada sebuah kode utama ataukode dasar yang terdiri dari kata, frase, klausa,ungkapan/idiom, dan sapaan campuran (Appel,1976; Hymes, 1972; dan Kridalaksana, 1993;Chaer, 2004; Nababan, 1991; dan Haugen,1972).

Variasipilihanbahasadalaminteraksimemilikiarahdanmaksud tertentu.Penuturdalammemilihbahasa memiliki sebab. Faktor-faktor penyebabterjadinya variasi pilihan bahasa, yaitu (a) latar(waktudan tempat)dansituasi (resmi dansantai);(b) partisipan (penutur dan mitra tutur); (c) topikpercakapan (bahasa yang digunakan); dan (d)fungsi interaksi (status dan jarak sosial) ( Evin-Tripp, 1968; Groesjean, 1982; dan Gal, 1978).

Dari analisis data diperoleh hasil bahwaterdapat tiga jenis variasi yang digunakan olehtransmigran Jawa di Kabupaten Gorontalo, yaituvariasi tunggal bahasa, alih kode, dan campurkode.

VARIASI TUNGGAL BAHASAVariasi tunggal bahasa pada peristiwa

percakapan transmigran Jawa dalam interaksipada setiap ranah meliputi bahasa Jawa danbahasa Indonesia. Kedua variasi tunggal bahasa

Tabel 6 Pola Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa dalam Berbagai Ranah

287

Sayama Malabar - Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa

tersebutdiuraikansebagaiberikut.DalambahasaIndonesia, variasi tunggal bahasa ini digunakanuntuk menghindari timbulnya kesalahan padapenggunaan bahasa Jawa yang memilikitingkatandalambertutur.Apabilapartisipandalampercakapan umumnya tidak saling mengenal,tidak diketahui tingkat sosial lawan bicaranyasehingga menyebabkan kedua belah pihak tidaktahu tingkat bahasa mana yang tepat digunakan.Jadi, bahasa Indonesia dianggap lebih amandalam situasi percakapan yang demikian itukarena dapat menghindarkan dari keharusanmenggunakan bahasa Jawa yang bertingkat.Selain itu, bahasa Indonesia dipilih untuk me-menuhi aspek penghargaan kepada mitra tuturkarena antara petutur dan mitra tutur kedudukan-nya tidak setara sehingga dipakai bahasa yangnetral.

Pemakaian bahasa Jawamerupakan pilihanyang menandakan adanya kedudukan setara diantara para partisipan. Pilihan tunggal bahasaJawa dapat pula disebabkan keterbatasanpenguasaan kosa kata bahasa Indonesiatransmigran Jawa dalam komunikasi yangmemerlukan adanya bentuk percakapan denganbahasa lain. Dengan demikian, pilihan tunggalbahasa Jawa dilakukan transmigran Jawa untukmenyesuaikan pilihan bahasanya dengan pilihanbahasa mitra tutur sehingga komunikasi dapatberjalan dengan baik.

VARIASI ALIH KODE

Peristiwa alih kode yang dilakukan trans-migran Jawa ini adalah peralihan dari kodebahasa Indonesia ke kode bahasa Jawa,peralihan kode bahasa Jawa ke kode bahasaIndonesia, peralihan kode bahasa Jawa ke kodebahasa Melayu dialek Manado, dan peralihankode bahasa Jawa ke kode bahasa Gorontalo.Alih kode bahasa Indonesia ke bahasa Jawamerupakan percakapan dengan alih kodedengan dasar BI, alih kode dapat muncul denganpilihan kode BJ.Alih kode tersebut tampak dalampercakapan sebagai berikut.

(1) Topik Percakapan: Membicarakan AwalMula BertransmigrasiP1 : Mari masuk Pak, Bu! Aduh,!

Kenapa duduk di situ? Masuk!P4 : Lagi pingin lihat-lihat pemandangan

(Lagi ingin lihat-lihat pemandangan)P5 : Saya kira lagi tidur soalnya masih

pagiP1 : Ndak, kita ada di belakang (Tidak,

kita berada di belakang)P2 : Tri lagi nyuci di belakang. Tri, iki

Ibu guru ama Bapak guru teko (Tri,ini ada ibu dan bapak guru datang(sambil masuk ke dalam rumah)

Kutipan percakapan di atas memberikangambaran bahwa keluarga tersebut (P1, P2, danP3) ketika berbicara dengan tamu suku lain(Gorontalo) memilih menggunakan BI dan BM.P1 dalam percakapan di atas mengawalipercakapandenganmenggunakan BIkepadaP4‘Mari masuk pak, bu! Aduh!, kenapa duduk disitu? Masuk!’ dan direspons oleh P4 dengankodeBIpula.SetelahpercakapanberlanjutantaraP1, P4, dan P5, tiba-tiba P2 muncul danmenyampaikan kepada P4 dan P5 bahwa P3tidak baku dengan menggunakan kode BI pula.KemudianP2beralihkodedenganmenggunakanBJ kepada P3: Tri, iki ibu guru ama bapak guruteko. Data itu menunjukkan bahwa bahasa yangmereka gunakan dalam ranah keluarga biladikunjungi tamu suku lain ialah BI; sebaliknya,sesama mereka menggunakan BJ. Hal ini dilaku-kan untuk menghormati mitra tutur. Jadi, pasang-an keluarga tersebut adalah dwibahasawan,karena mereka dapat berbicara dengan meng-gunakan BI dan BJ. Oleh sebab itu, dalampercakapan tersebut terdapat peristiwa alih kodedengan kode dasar BI ke kode BJ.

Alih kode bahasa Jawa ke bahasa Indone-sia merupakan percakapan yang mula-muladilakukan dengan menggunakan bahasa Jawayang menandakan adanya keakraban antarapartisipan, ketika hadir mitra tutur etnis lain danmelakukan percakapan, maka kode bahasaberalih ke kode bahasa Indonesia. Hal ini terjadiakibat kehadiran partisipanbaruyang dirasaperlu

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 279 - 291

288

untuk dihormati. Alih kode dengan kode dasarBJ terjadi pada ranah-ranahpilihanbahasadalamperistiwa tutur yang terjadi pada transmigranJawa di kabupaten Gorontalo. Hal itu dapatdilihatdalam percakapan di bawah ini.

(2) Topik Percakapan: Tahu yang HilangP4 : Mboten teng acara bu?(Tidak pergi

ke acara bu?)P3 : Hala uwis mau, tapi rung mari wis

balik. La jarene mau tuku tahu isi,Tri? (Tadi sudah, tapi belum selesaisudah pulang. Katanya tadi maubeli tahu isi, Tri?

P4 : Duko niku wau piye tumbasgangsalwu ditinggal… duko tengpundi niku wau, Ya Allah mbokdeleh neng endi nduk?(tidak tahuitu tadi bagaimana, beli lima ribuditinggal....tidak tahu kemana itutadi. Ya Allah kamu taruh di mananak?)

P1 : Ndek kono (di sana)P4 : ak kresek kui mbok tinggal? (satu

tas itu kamu tinggal)?P3 : Nduk diombeni opo iki (nak apa

minumnya ini)?P4 : Banyu es mawon (air es saja)P3 : Iki es batune (ini es batunya)P4 : Pundi thuthuk e niki….(di mana

pemukulnya ini)?P3 : Wis ditugel gek dilebokne ceret lak

uwis (sudah, dipotong saja, terusdimasukkan ke cerek sudah?.

P1 : Aku tak jikuk tahu sik yo (aku mauambil tahu dulu ya)?

P4 : Nek endi lo…(dimana...)P1 : Enek ndek kono. (ada disana)P4 : Engko gek di jikok wong wisan..

(jangan-jangan sudah diambilorang)

P1 : Ora (tidak)P3 : Awakmu ko endi nduk?(kamu dari

mana nak?)P4 : Kulo dugi Sulawesi Tengah bulik.

Cuman bapak kalih ibu dugi njawi(saya dari Sulawesi Tengah bibi.

Hanya bapak dengan ibu dariJawa)

P3 : njowone endi? (Jawa dari mana?)P4 : lek bapak Bojonegoro, ibu Banyu-

wangi (kalau bapak Bojonegoro,ibu Banyuwangi)

P3 : Banyuwangine endi? (Banyuwangidimana?)

P4 : Teng Gale’an teng pasar Bajul mati(Di Gale’an di pasar Bajul mati)

P3 : Lek aku akeh dulure ndek Banyu-wangi (kalau saya banyak keluargadi Banyuwangi)

P4 : Teng pundi?(di mana?)P3 : Jember enek, terus Mblitar (Jember

ada, terus Blitar)P4 : Neng pundi lo pak teng mriko?

(dimana lo pak disana?)P3 : Numpak motor dewe iki yan. Rono

rene….(naik motor sendiri iniYan. Kesana kemari....)

P2 : Motor lanang?(motor laki-laki)P3 : Ho’oo…. Lo ....oooh walah le nya’

opo we (iya... astaga.... de’ kenapakamu...)

P1 : Mari masuk Pak!P5 : Di luar saja, soalnya panasP1 : Minum duluP5 : Sebentar.

Kutipan percakapan di atas diawali denganmembicarakan Tahu Isi yang hilang denganmenggunakan BJ. Kemudian berlanjut denganmembicarakan asal usul dari P4 teman P1. Per-cakapan tersebut berlangsung dengan meng-gunakanBJ.Tiba-tibadatang tamu lain suku (P5),maka P1 langsung beralih kode ke BI denganmengatakan MarimasukPak!.Hal inimemberikangambaran bahwa keluarga tersebut (P1, P2, danP3) ketika berbicara dengan tamu sesukumenggunakan BJ, tetapi ketika berbicara denganP5 (tamu lain suku) beralih kode dengan memilihmenggunakan BI. Dari data percakapan itu ter-bukti bahwa keluarga tersebut ialah dwibahasa-wan karena mereka dapat berbicara denganmenggunakan Bahasa Jawa dan BahasaIndonesia.

289

Sayama Malabar - Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa

Alih Kode Bahasa Jawa ke Bahasa Goron-talo merupakan percakapan transmigran Jawadalam berinteraksi, sering menggunakan alihkode bahasa Jawa ke bahasa Gorontalo.Percakapan mula-mula dilakukan nenggunakanbahasa Jawa ketika hadir mitra tutur etnisGorontalo yang dikenal, maka kode bahasaberalih ke kode bahasa. Penggunaan bahasaGorontalo menandakan adanya keakrabanantarapartisipan.Pada percakapandengankodedasar Bahasa Gorontalo, alih kode dapat munculdengan pilihan kode Bahasa Indonesia danBahasa Jawa.Alih kode tersebut tampak dalampercakapan pada ranah pasar seperti berikut ini.

(3) Topik Percakapan: Jual Beli BerasP3 : Pale, pale, beras, beras, murah,

murahP3 : Pale, pale, pale, pale bohu. Limo

lihu, limo lihu. Murah, murah ju.(Beras, beras, beras baru. Limaribu, lima ribu, murah)

P2 : Tidak kurang? (sambil memegangberas dan melihat-lihat kualitasberas)

P3 : Murah, murah.P1 : Piro?(berapa?)P3 : Limang ewu (lima ribu)P2 : Saya 10 literP1 : Iki telu (Ini tiga).

Dalam hal ini P3 merupakan pedagang yangmenawarkan beras dagangannya pada siapasaja yang lewat. Bahasa yang digunakanbervariasi, yaitubahasa Jawa,bahasa Indonesia,dan bahasa Gorontalo. Apabila pembeli yanglewat orang Jawa, maka P3 menggunakanbahasa Jawa untuk menawarkan berasnya.Begitu sebaliknya, kalau pembeli yang lewatorang Gorontalo, P3 menggunakan bahasaGorontalo. Kebetulan P2 sedang lewat di depandaganganya, dengan spontan P3 mengatakanpale, pale, murah, murah, pale bohu, pale bohu‘beras, beras, murah, murah, beras baru, berasbaru’. Mendengar perkataan P3, P2 langsungbalik dan bertanya tidak kurang? (sambilmemegang beras dan melihat lihat kualitas beras

beserta liter/ukuran yang digunakan P3). Melihatsikap P2, mungkin karena tersinggung P3langsung berkata literi asli ja ponggo-ponggo‘liternya asli dan tidak terpotong’. Penggunaanbahasa Gorontalo oleh P3 menandakan adanyakeakraban antara pembeli dan pedagangtersebut karena pembeli dikenal oleh pedagang.Ketika P2 hadir, kode bahasa P3 beralih ke kodebahasa P2, yaitu bahasa Gorontalo.

VARIASI CAMPUR KODEVariasi Campur Kode yang dilakukan oleh

transmigran Jawa ini berwujud kata, frasa, danklausa. Kode-kode yang terlibat dalam peristiwacampur kode tersebut berasal dari bahasaIndonesia, bahasa Jawa, bahasa Gorontalo, danbahasa Melayu dialek Manado.

Berikut ini memperlihatkan contoh peristiwacampur kode dengan kode dasar BahasaIndonesia yang disisipi kode Bahasa Jawa.

(4) P1 : Mari, silakan duduk. Maaf sayapake sarung

P5 : Nggak apa-apa pakP1 : Tidur di mana?P4 : Di rumah sudara dekat situ (sambil

menunjuk ke luar)P2 : Tri bilang di rumah ta NikoP5 : Iya buP2 : Ta Niko sering dateng ke rumah sini

kalau cari kacang(P1 ke P2)P1 : Wedang minum (Buatkan

minuman)P2 : Wes (Ya)

Campur kode itu terjadi dalam percakapanpada ranah keluarga. Dalam percakapan itu,terjadi campur kode bahasa Jawa pada kodedasar Bahasa Indonesia. Percampuran kodeBahasa Jawa tersebut tampak pada kata katanggakdan katawes. Kata nggakmerupakankatanonbaku dari tidak. Kata wes merupakan katayangdiambil dari bahasaJawa.Jadi,penggunaankata tersebut bertujuan untuk mengakrabkansuasana.

Humaniora, Vol. 24, No. 3 Oktober 2012: 279 - 291

290

SIMPULAN

PolaPenggunaanBahasaTransmigranJawadiKabupatenGorontaloyangdominandigunakanoleh transmigran Jawa di Kabupaten Gorontaloadalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa.Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan BIdan BJ serta alternasi dalam penggunaankeduanya dipandang sebagai salah satu bentukpola penggunaan bahasa yang umum dalamperistiwa tutur transmigran Jawa di KabupatenGorontalo. Penggunaan pola BI dan BJditentukan oleh siapa yang berbicara, dengansiapa, tentang apa (topik), dalam situasi yangbagaimana, dengan tujuan apa, dengan jalur apa(tulisan, lisan, dan sebagainya). Penemuanlainnya ialah tingkat penguasaan BI dan BJtransmigran Jawa tidak semuanya sama.Transmigran Jawa yang lahir dan besar di lokasitransmigrasi Kabupaten Gorontalo memilikikemampuan berbahasa Indonesia lebih baik.Sebaliknya, yang lebih tua usianya dan lahir didaerah asal (Jawa) masih banyak yang kurangmampu berbahasa Indonesia.

Variasi pilihan bahasa transmigran Jawa diKabupatenGorontalo terdiri atas tiga jenisvariasi,yaitu variasi tunggal bahasa, alih kode, dancampur kode. Variasi tunggal bahasa dalaminteraksi pada setiap ranah meliputi bahasa Jawadan bahasa Indonesia. Variasi tunggal bahasaini digunakan untuk menghindari timbulnyakesalahan pada penggunaan bahasa Jawa yangmemiliki tingkatandalambertutur.Variasialihkodeyang dilakukan adalah peralihan dari kodebahasa Indonesia ke kode bahasa Jawa,peralihan kode bahasa Jawa ke kode bahasaIndonesia, peralihan kode bahasa Jawa ke kodebahasa Melayu dialek Manado, dan peralihankode bahasa Jawa ke kode bahasa Gorontalo.Alih kode Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawamerupakan percakapan dengan alih kodedengan dasar BI, alih kode dapat muncul denganpilihan kode BJ. Campur kode yang dilakukanberwujudkata, frasa danklausa. Kode-kodeyangterlibat dalam peristiwa campur kode tersebutberasal dari bahasa Indonesia, bahasa Jawa,bahasa Gorontalo, dan bahasa Melayu dialekManado.

Alih kode dan campur kode merupakangejala yang biasa dan terjadi dengan lancar.Tidakada tanda-tanda yangmenunjukkanbahwapartisipan dalam peristiwa percakapan itumengalami hambatan dalam memahami pesanmasing-masing.Penggunaanbahasa secarasilihberganti itu tampaknya merupakan suatu saranadalammenciptakansituasi yang lebihkomunikatifdan memelihara sikap agar supaya BI dan BJdapat hidup berdampingan.

DAFTAR RUJUKAN

Appel, R. 1976. Sosiolinguistik. Utrech/Antwerpen: Aula,Het Spectrum.

Appel, R and P. Muysken. 1988. Language Context andBilingualism. Edward Arnold, London-Baltimore-Melbourne-Auckland.

Chaer, A. & Agustina. 2004. Sosiolinguistik PerkenalanAwal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dittmar, N. 1976. Sociolinguistics. London: EdwarArnold.

Ervin-Tripp, S.M. 1968. An Analysis of The Interaction ofLanguage Topic and Listener. Di dalam J. Fishman(ed.) Reading in the Sociology of Language. TheHague, Mouton.

Fasold, R. 1984. The Sociolinguistics of Society. Oxford:Basil Blackwell.

Ferguson, C.A. 1972. Soundings: Some Topics in the Studyof Language Attitudes in Multilingual Areas. Paperpresented to the University Meeting on LanguageAttitudes, yeshiva Univercity, January 1972.

Fishman, J. A. 1965. Who Speaks What Language toWhom and When. La Linguistingue. 2: 67 – 68.

Gal.S. 1978. Language Shift : Social Determinants ofLinguistik Change in Bilingual Austria. New York:Academic Press.

Grosjean, 1982. Life with Two Languages: An Introductionto Bilingualsm. Harvard University Press,Cambridge and London.

Haugen, E. 1972. “Dialect, Language, Mation” dalamDill, Anwar S. (Ed.).

Holmes, Janet. 1994. An Introduction to Sociolinguistic.New York: Longman.

Hymes, D. (ed). 1972. “The Ethnography of Speaking”,dalam Readings in the Sociology of Language, editedby Joshua A. Fishman. Paris: Mouton.

—————. 1972. “On Language Competence”.Dalam J.B. Pride dan Janet Holmes (1972: 269-293).

291

Sayama Malabar - Penggunaan Bahasa Transmigran Jawa

—————. 1975. Foundation in Sociolinguistics: anEthnographic Approach, Philadelphia: University ofPensylvania.

Hudson, R. A. 1980. An Introduction to Sosiolinguistic.New York: Adition Wesley Logman Inc.

Kridalaksana, H. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PTGramedia.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa TahapanStrategi, Metode, dan Tekniknya. Edisi Revisi.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar.Jakarta: Tarsito.

Rahardi. R.K. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan AlihKode.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rokhman, F. 2002. Variasi Bahasa Etnik Cina dalamInteraksi Sosial di Kota Semarang: Kajian

Sosiolinguistik. Laporan Penelitian. Semarang:Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikandan Kebudayaan bagian Proyek Pembinaan Bahasadan Sastra Indonesia dan Daerah Jawa Tengah.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik AnalisisBahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaansecara Linguistis.Yogyakarta: Duta WacanaUniversity Press.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R dan D. Bandung:Alfabeta.

Sumarsono dan Paina P. 2002. ABCD Sosiolinguistik.Yogyakarta: Penerbit Sabda.

Wardaugh, R. 1986. An Introduction to Sociolinguistics.Oxford: BasilBlackwell.

Wijana, I. DP. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta:Andi.