percobaan iii, pemurnian zat padat dengan rekristalisasi
TRANSCRIPT
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
PERCOBAAN III
Judul : PEMURNIAN ZAT PADAT DENGAN REKRISTALISASI
Tujuan : 1. Melakukan rekristalisasi dengan baik
2. Memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
3. Menjernihkan dan menghilangkan warna larutan.
4. Memisahkan dan memurnikan campuran dengan
rekristalisasi
Hari/ Tanggal : Selasa/ 21 Oktober 2008
Tempat : Laboraturium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Salah satu metode pemisahan dua komponen cairan atau lebih adalah
dengan cara destilasi. Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga
menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.
Senyawa padat organik yang diperoleh dari reaksi organik hasil isolasi
biasanya jarang yang murni. Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan
zat pengotor (impurty). Pemurnian zat tersebut biasanya dilakukan dengan cara
rekristalisasi. Metode rekristalisasi didasarkan pada percobaan sifat kelarutan
dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut.
Kelarutan zat relatif berbeda dalam pelarut berbeda. Perbedaan ini
diikatkan denagan kepolaran relatif zat. Menagcu pada prinsip kelarutan (like
dissolues like), maka kondisi ideal yang diinginkan pada pemurnian dengan
keristalisasi ideal (I) pelarut yang digunakan hampir tidak melarutkan zat yang
akan dimurnikan pada temperatur kamar, tetapi mampu melarutkan zat ini dengan
baik dalam suasana panas, tetapi juga tidak bereaksi (II) titik didih pelarut tidak
melebihi titik leleh zat yang akan direkristalisasi, dan (III) zat pengotor harus larut
baik dalam pelarut dalam segala kondisi, (IV) tidak mahal, tidak reaktif dan
33 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
setelah melarutkan zat padat organik bila dilakukan pengeringan akan lebih
mudah memperolehnya kembali.
Dalam prakteknya, usahakan seminimal mungkin jumlah pelarut
digunakan sehingga jumlah zat paling banyak yang bisa diperoleh kembali
sewaktu proses pendinginan larutan panas, penurunan suhu harus diatur
kecepatannya, jangan terlalut cepat.
Ada 3 (tiga) tahap rekristalisasi, a) melarutkan zat padat campuran dalam
pelarut panas dengan volume pelarut minimal, biasanya pada titik didihnya, b)
kristalisasi zat dalam larutun tersebut dengan menurunkan suhu larutan secara
perlahan, c) penyaringan terhadap kristal murninya dipisahakan dari larutannya.
a. Proses pelarutan zat padat
Jumlah terkecil pelarut yang digunakan dalam melarutkan sejumlah padat,
disebut larutan jenuh. Hanya sedikit zat padat dapat larut dalam keadaan ini
karena berada dalam kesetimbangaan sedikit saja suhu didinginkan akan terjadi
pengendapan.
b. Kristalisasi
Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula
molekul zat terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi-
kisi diantara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk kristal yang lebih
besar diantara molekul pelarutnya. Kristal yang terbentuk disaring vakum dari
larutannya menggunakan corong Hish atau corong Bucher. Kristal ini kemudian
di cuci dengan pelarut yang sama dalam keadaan dingan dan dikeringkan untuk
memperoleh senyawa yang benar-benar murni (single compound) kristalisasi
dilakukan berulang kali (rekristalisasi)
c. Cara Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian zat padat dari pencemarnya yang
dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai. Prinsip dasar dari proses ini adalah pembeda kelarutan
antara zat yang perlu dimurnikan dengan zat pencemarnya .
Pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses rekristalisasi adalah
pelarut cair, karena tidak mahal , tidak reaktif dan setlah melarutkan zat padat
34 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
organic bila dilakukan penguapan akan lebih mudah memperolehnya kembali.
Criteria pelarut yang baik adalah :
1. Tidak bereaksi dengan zat padat yang akan direskristalisasi
2. Zat padatnya harus mempunyai kelarutan terbatas atau relatif tidak larut
dalam pelarut , pada suhu kamar atau suhu kriatalisasi .
3. Zat padatnya mempunyai kelarutan yang tinggi (larut baik) dalam suhu
didih pelarutnya .
4. Titik didih pelarut tidak melebihi titik leleh zat padat yang akan
direkristalisasi
Cara rekristalisasi ditentukan oleh jenis pengotor yang akan dibuang atau
dipisahkan. Ada dua cara melakukan rekristalisasi.
Jika pengotor sedikit larut dalam pelarut, lakukan langkah
zat pengotornya lebih larut dalam pelarut, lakukan langkah berikut:
Apabila larutan yang akan dikristalkan, ternyata berwarna padahal kita
tahu zat padatnya tidak berwarna, maka ke dalam larutan panas sebelum disaring
ditambahkan arang aktif. Tidak semua zat warna diserap warna dengan baik. Zat
warna yang tidak terserap ini akan hilang pada waktu pencucian dan penyaringan.
Pembentukan kristal biasanya memerlaukan waktu induksi yang berkisar
beberapa menit sampai satu jam kadang-kadang kristal baru mau keluar bila
35 | P a g e
Zat padat + pelarut panas
Zat terlarut
Pengotor
Pelarut
kristalPendinginan & penyaringan dgn diisap
Penyaringan biasa
Zat padat + pelarut panas Larutan
pelarut
kristalPendinginan % penyaringan dgn diisap
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
dipancing dengan sebutir kristal murni. Agar terjadi pemisahan, maka keadaan
jenuh janagn diganggu dengan pengadukkan atau guncangan berlebihan ataupun
pendinginan yang terlalu cepat.
Jika kondisi ideal dengan sistem pelarut tunggal tidak berhasil maka
diperlukan sistem pasangan pelarut (solvent pair) dapat dicoba seperti : metanol –
air, etanol – air, asam asetat – air, aseton – air, eter – aseton, eter – metanol.
Persyaratannya adalah kedua pelarut harus saling bercampur dan kelarutan zat
dalam kedua pelarut relatif besar perbedaannya.
d. Titik leleh dan cara penentuannya
Suatu zat padat mempunyai molekul – molekul dalam bentuk kisi yang
teratur dan diikat oleh gaya – gaya gravitasi dan elektrostatik, bila zat tersebut
dipanaskan, energi kinetik dari molekul – molekul tersebut akan naik. Hal ini akan
mengakibatkan molekul bergetar, yang akhirnya pada suhu tertentu ikatan – ikatan
molekul tersebut akan terlepas, maka zat padat akan meleleh.
Titik leleh senyawa murni adalah suatu suhu dimana fase padat dan fase
cair, berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1atm. Kalor diperlukan untuk
transisi dari bentuk kristal, pemecahan kisi kristal, sampai semua berbentuk cair.
Proses pelelehan ini dalam kesetimbangan. Untuk melewati proses ini
memerlukan waktu dan sedikit perubahan suhu. Makin murni senyawa tersebut,
trayek ( range ) suhu lelehnya makin sempit, biasanya tidak lebih dari 1 derajat.
Adanya zat asing didalam suatu kisi akan mengganggu kristal dan memperoleh
ikatan – ikatan di dalamnya. Akibat titik leleh senyawa ( tidak murni ) ini akan
lebih rendah dari senyawa murninya, dan trayek lelehnya yang makin lebar.
Peralatan untuk menentukan titik leleh, didasarkan kepada banyaknya
kristal, besarnya titik leleh atau inter\val lelehnya zat padat. Alat Thiele digunakan
untuk titik leleh 25 – 1800C dengan menggunakan minyak parafin atau oli sebagai
pemanas. Alat Fisher – Johns unutuk titik leleh 25 – 3000C menggunakan heating
– block ( elektrik ) dan kaca obyek untuk menyimpan zatnya.
e. Sublimasi
Sublimasi dari zat padat adalah analog dengan proses destilasi dimana zat
padat berubah langsung menjadi gasnya tanpa melalui fase cair, kemudian
36 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
terkondensasi menjadi padatan. Jadi sublimasi termasuk dalam cara pemisahan
dan sekaligus pemurnian zat padat. Untuk bisa menyublim, suatu zat padat harus
mempunyai tekana uap relatif tinggi, pada suhu dibawah titik lelehnya. Diperlikan
zat padat 1 – 2 gram. Sublimasi lebih efektif lagi bila dilakukan pada tekanan
vakum.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
1. Batang pengaduk
2. Corong Buchner
3. Erlenmeyer
4. Gelas kimia
5. Gelas ukur
6. pipa kapiler
7. Termometer
8. Kasa + kaki tiga
9. Neraca analitik
10. Termolyne
11. Desikator
12. Lumpung + alu
13. Bunsen
14. Corong kaca
15. Spatula
16. Labu bundar
Bahan yang digunakan :
1. Kertas saring
2. kapur barus
3. Es
4. Gliserin
37 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
5. Arang aktif
6. Etanol
7. Spiritus
8. Asam benzoat
9. Air
III. PROSEDUR KERJA
Tes kelarutan
1. Menimbang sekitar 20 mg zat padat, kemudian memasukkannya
kedalam tabung reaksi dengan spatula kecil,
2. Menambahkan 0,5 ml pelarut dengan pipet tetes dan mengaduknya
dengan pengaduk gelas
3. Mengamati apakah zat melarut dengan segera dalam pelarut pada suhu
kamar.
4. Menambahkan beberapa tetes air dan memperhatikan apakah terjadi
pengedapan. Apabila zat lart baik dalam etanol.
5. Memanaskan campuran, mengatur komposisi campuran pelarut untuk
mendapatkan larutan pekat panas pada titik didih pelarutnya.
6. Membiarkan larutan agar dingin dan mengamati sifat kristal yang
terbentuk.
7. Memanaskan larutan jika zat tidak larut dalam pelarut dingin.
Melakukan tes kelarutan terhadap : naftalena dan asam benzoat
Penentuan titik leleh
1. Mengambil sejumlah kecil kristal asam benzoat murni dalam kaca arloji.
2. Menggerus sebagian sampai sehalus mungkin.
3. Mengambil tabung kapiler ( kaca) yang ujung satunya tertutup.
Membalikkan ujung yang terbuka, lalu menekan-nekan ke dalam serbuk
kristal sampai serbuk masuk ke dalam tabung kapiler. Membalikkan lagi
dan mengetuk-ngetuk sampai serbuk kristal bisa turun ke dasar kapiler.
38 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
Megulangi pengambilan dengan cara di atas sampai serbuk yang ada di
pipa kapiler tingginya sekitar 0,5 cm.
4. Memasang kapiler ditempat atau alat penentuan titik leleh, alat Thiele
atau melting-block. Melihat gambar dan mempelajari semua alat dan
teknik-teknik penentuan titiok leleh dengan seksama. Pemanasan harus
dilakukan dengan api kecil(elektrik) agar naiknya suhu kelihatan sampai
dimana kristal dalam pipa kapiler mulai ada yang leleh sampai persis
semuanya meleleh ( trayek pelelehan).
5. Mencatat suhu dimana kristal dalam pipa kapiler mulai ada yang leleh
sampai persis semuanya melarut ( trayek pelelehan )
Kristalisasi dari pelarut air
1. Memasukkan 10 gram garam kotor ( tanpa yodium) ke dalam air.
2. Memanaskan larutan.
3. Menyaring lautan saat masih panas.
4. Menambahkan arang aktif sebanyak 0,5 – 1 gram ke dalam filtrat.
5. Menyaring kembali.
6. Menguapkan filtrat pada suhu 1000C.
7. Menimbang kristal garam yang diperoleh.
8. Menimbang 5 g asam benzoat atau asam salisilat kotor , memasukkan
dalam Erlenmeyer 250 ml ,
9. Menambahkan sekitar 50 ml air panas secara bertahap atau sedikit demi
sedikitsambil diaduk sampai semua asetanilida larut.
10. Menambahkan sedikit berlebih 5-7 ml air panas.
11. Mendidihkan campuran ini diatas kaca asbes dengan menggunakan
pembakar Bunsen(api jangan terlalu besar).
12. Menambahkan 0,5-1 g karbon pada campuran panas seddikit demi
sediikit secara hati-hati sambil mengaduknya.
13. Mendidihkan beberapa saat supaya penyerapan warna lebih sempurna .
Menyiapakan corong penyaring kaca tangaki pendek, melengkapi
dengan kertas saring yang sudah dilipat . Memasang labu Erlenmeyer
39 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
bersih untuk menampung filtrat panas. Tanpa menunggu dingin ,
menuangkan larutan kedalam corong secepat mungkin . Jika larutan
keburu dingin dan mengkristal , mengulang pemanasan diatas kasa , dan
mengulangi penyaringan sampai semua larutan tersaring .
14. Membiarkan filtrat dingin dengan penurunan suhu secara perlahan
(diudara terbuka) dan jangan diganggu dan diguncang .Jika sudah lama
belum terbentuk kristal , bisa mendinginkan Erlenmeyer menyiram
dibawah curahan air kran atau merendam dalam air es. Bila diair es
belum juga terbentuk kristal berarti larutannya kurang jenuh , maka
jenuhkan dengan cara penguapan sebagai pelarutnya .
15. Menyaring kristal dengan menggunakan corong buchner yang dilengkapi
dengan pealatan hisap. Melihat gambar dan mempelajari cara
menggunakan penyaring buchner dengan suction . Kertas saring yang
digunakan harus tepat seukurang corong buchner , tepat menutupi
lubang. Mencuci kristal dalam corong dengan sedikit air dingin , satu
sampai dua kali. Menekan kristal dengan spatula sekering mungkin.
Menebarkan kristal diatas kertas saring lebar (kering), menekan sekering
mungkin .
16. Menyimpan kristal di dalam desikator sampai kristal mengering.
17. Menimbang kristal kering dan menentukan titik lelehnya .
Kristalisasi dalam pelarut organik
1. Menimbang 5 g naftalena kotor , memasukan dalam Erlenmeyer 100 ml
lalu memasukan kedalamnya sekitar 20 ml 95% secara bertahap dan
hati-hati sambil mengaduknya
2. Memanaskan campuran dan mendidihkan didalam penangas air (jangan
dipanaskan dengan api langsung , ingat etanol mudah terbakar )sampai
mendidih.
3. Mengelurkan dari pemanas , hati-hati menambahkan 0,5 g karbon sambil
mengaduk(awas bisa membludak/terloncat) . Mendidihkan lagi sebentar
diatas penangas air.
40 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
4. Menyaring diatas corong kaca kertas saring lipat. Jika semua kristal
sudah terbentuk dan terpisah, melakukan penyaringan dengan
menggunakan corong Buchner yang telah dilengkapi pengisapan.
5. Mencuci kristal dengan 2-3 ml etanol dingin.
6. Mengeringkan, menekan sekering mungkin, menimbang hasilnya dan
menentukan titik lelehnya .
Sublimasi
1. Menimbang 5 g naftalen kotor, memasukkan dalam cawan porselen yang
ditutup dengan cawan petri, mengisi cawan tadi dengan potongan-
potongan kecil es.
2. Memanaskan di atas hot plate sampai semua padatan membentuk kristal
dibawah cawan petri. Memindahkan kristal yang terbentuk ke kertas
saring.
3. Menimbang hasilnya dan menentukan titik lelehnya.
IV. DATA PENGAMATAN
Tes Kelarutan
No Variabel yang diamati Hasil pengmatan
1 0,0209 gram asam benzoat + 0,5
mL etanol, mengaduk
~ Larutan 1+ 5 tetes air
~ larutan dipanaskan
~ didinginkan
~ melarut, larutan berwarna bening
~ terbentuk endapan berwarna putih
~ melarut pada suhu 400C
~ terbentuk kristal putih yang
panjang
2 0,0211 gram asam benzoat + 0,5
mL air , mengaduk
~ larutan 2 dipanaskan
~ didinginkan
~ tidak melarut , terbentuk endapan
~ melarut pada suhu 800C
~ terdapat sedikit endapan kristal
berwarna putih yang menempel pada
41 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
dinding tabung
3 0,0206 gram naftalen + 0,5 mL
air , mengaduk
~ larutan 3 dipanaskan
~ didinginkan
~ tidak melarut, naftalen mengapung
diatas air
~ melarut pada suhu 720C
~ terbentuk kristal berwarna putih
4 0,0209 gram naftalen + 0,5 mL
etanol, mengaduk
~ Larutan 4 + 5 tetes air
~ larutan dipanaskan
~ didinginkan
~ melarut
~ terbentuk endapan berwarna putih
~ melarut pada suhu 720C
~ terbentuk kristal kecil kecil bulat
Penentuan Titik Leleh
No Variabel yang diamati Hasil pengamatan
1 Menggerus asam benzoat
Memasukkan kedalam pipa kapiler
~ memanaskan
~ mencatat suhu dimana kristal dalam kapiler
meleleh
~ asam benzoat serbuk
~ kristal asam benzoat
meleleh pada suhu 1290C
Kristalisasi dalam Pelarut Air
No Variabel yang diamati Hasil pengamatan
1 Menimbang garam kotor 10,0824 gram
2 Menimbang asam benzoat 5,0335 gram
3 Menimbang kertas saring 0,4942 gram
0,4950 gram
0,5053 gram
4 Menimbang karbon 0,5745 gram
5 Mencampurkan 10,0824 gram
garam kotor
Garam melarut
6 Memanaskan larutan Larutan menjadi keruh / kotor
42 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
7 Menyaring larutan saat masih
panas
Menghasilkan filtrat dan tersisa
kotoran pada kertas saring
8 Menambahkan arang aktif pada
filtrat sebanyak 0,5231 gram
Larutan menjadi hitam
9 Menyaring kembali Filtrat bening
10 Menguapkan filtrat pada suhu
1000C
Larutan menguap dan terbentuk
kristal putih bersih, 7,8033 gram
11 5 gram asam benzoat + 50 mL air
panas
Asam benzoat melarut, ada
gumpalan gumpalan berwarna putih
12 Menambahkan 5- 7 mL air panas Asam benzoat melarut, ada
gumpalan gumpalan berwarna putih
13 Menambahkan 0,5745 gram
karbon
Warna putih hilang berubah
menjadi hitam
14 Memanaskan larutan Karbon melarut
15 Menyaring larutan yang masih
panas
Menghasilkan residu berwarna
hitam dan filtrat berwarna putih
16 Menambahkan kembali 20 mL air
panas pada larutan yang
mengkristal sebelum disaring
karena mudah dingin
Kristal kembali melarut dalam
cairan panas
17 Memanaskan kembali Kristal larut dalam air panas
18 Menyaring kembali sampai residu
berkurang
Semu residu telah tersaring dan
terdapat filtrat akhir
19 Memasukkan filtrat + endapan
pada gelas kimia yang berisi air es
Filtrat atau kristal yang terbentuk
semakin banyak dan berkumpul di
dasar gelas kimia
20 Menyaring dengan corong
buchner
Kristal sedikit mengering
21 Menyimpan didalam desikator dan
mengerikan selama 2 hari
Kristal kering
43 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
22 Menimbang kristal 0,9750 gram
23 Menghaluskan kristal dengan alu
dan memasukkan kedalam pipa
kapiler, kemudian memanaskan
dalam gliserin dengan bunsen
Titik lelehnya 1220C
Kristalisasi dalam pelarut organik
No Variabelyang diamati Hasil pengamatan
1 Menimbang kertas saring 0,4926 ; 0,2343 gram
2 Menimbang naftalena 5,00879 gram
3 Menimbang karbon 0,5011
4 Menempatkan naftalena dalam labu
erlenmeyer + 20 ml etanol 95%
Campuran
5 Memanaskan di penangas air sampai
mendidih
Campuran mendidih
6 Menambahkan karbon aktif Campuran berwarna hitam
7 Memenaskan campuran di penangas kembali
8 Menyaring dengan corong Kristal induk
9 Menimbang cawan 48,4088 gram
10 Menyaring dengan orong buchner yang
dilengkapi dengan alat penghisap
Kristal belum bersih
11 Membersihkan kristal dengan etanol Kristal bersih
12 Menimbang filtrat 1,0468 – 0,2342 = 0,8126
gram
13 Menentukan titik leleh 82°C
14 Berat residu 3,2808 gram
Sublimasi
No Variabel yang diamati Hasil pengamatan
44 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
1 Menimbang kertas saring 0,4884 gr
2 Menimbang kapur barus 5,0383 gram
3 Memasukkan kapur barus ke dalam gelas
kimia yang juga telah dimasukkan labu bundar
berisi es
~membentuk kristal
bening
4 Kapur barus dimasukkan dalam pipa kapiler
dan mengikatnya pada termometer.
Memasukkannya dalam larutan gliserin
(memanaskan)
~larutan bening
~suhu 88°C sampel larut
dan larutan berwarna
bening
5 Berat kristal yang dihasilkan
Berat kristal murni
0,7017 gram
0,7017 gram – 0,4884
gram = 0,2133 gram
V. ANALISIS DATA
Tes Kelarutan
Pada percobaan pertama, asam benzoat dicampur dengan etanol, ternyata
asam benzoat melarut dengan mudah dan berwarna bening, karena asam benzoat
melarut dengan sempurna. Selanjutnya dengan adanya penambahan air, larutan
menghasilkan endapan berwarna putih (hal ini menandakan bahwa larutan telah
jenuh). Kemudian, larutan ini dipanaskan untuk mengidentifikasi kelarutan asam
benzoat pada sistem pasangan pelarut (Etanol-air) dan ternyata asam benzoat
melarut pada pemanasan dengan suhu 40ºC. Kemudian dilakukan pendinginan,
setelah didinginkan, asam benzoat membentuk kristal putih yang panjang. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem pasangan pelarut (Etanol-air) adalah pelarut yang
memenuhi karakteristik dalam rekristalisasi.
Pada percobaan selanjutnya, asam benzoat direaksikan dengan air, ternyata
asam benzoat tidak larut dalam air dan membentuk endapan. Terbentuknya
endapan pada percobaan ini, menunjukkan bahwa air adalah pelarut yang sesuai
pada proses rekristalisasi, karena salah satu karakteristik pelarut untuk
rekristalisasi telah dimiliki oleh air, yaitu terlihat pada percobaan bahwa daya
45 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
melarut asam benzoat dalam air rendah. Selanjutnya larutan ini dipanaskan dan
ternyata asam benzoat melarut sempurna ketika dipanaskan pada suhu 800C. Hal
ini juga semakin membuktikan bahwa air adalah pelarut yang baik dalam
rekristalisasi. Selanjutnya dilakukan pendinginan, dari pendinginan ini dihasilkan
endapan kristal berwarna putih yang menempel pada dinding tabung. Begitu juga
halnya ketika naftalen direaksikan dengan air, daya larutnya rendah dan daya
larutnya tinggi pada saat pemanasan, dimana naftalen melarut pada suhu 720C.
Selanjutnya setelah didinginkan terbentuk endapan kristal berwarna putih. Hal ini
menunjukkan bahwa air merupakan pelarut yang sesuai dalam proses
rekristalisasi.
Pada perlakuan terakhir, ketika naftalen direaksikan dengan etanol, semua
naftalen dapat melarut sempurna. Larutan tersebut setelah ditambahkan air
terbentuknya endapan berwarna putih. Setelah dipanaskan endapan tersebut
melarut pada suhu 72ºC dan setelah didinginkan terbentuk kristal kecil-kecil bulat.
Dari kegiatan ini, dapat dikatakan bahwa air merupakan pelarut yang baik
dalam rekrstalisasi, sedangkan etanol akan menjadi pelarut yang baik pada proses
rekristalisasi jika dipasangkan dengan air, karena dengan sistem pasangan pelarut
akan menghasilkan kristal.
Penentuan Titik Leleh
Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fase padat dan fase cair
senyawa tersebut, berada dalam keadaan kesetimbangan pada tekanan 1 atm.
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan titik leleh dari zat padat.
Dalam percobaan ini digunakan asam benzoat, mula-mula asam benzoat digerus
terlebih dahulu kemudian dimasukkan dalam pipa kapiler. Untuk mengubah suatu
zat padat menjadi zat cair diperlukan sedikit perubahan suhu, untuk itulah
dilakukan pemanasan. Setelah dipanaskan asam benzoat tersebut meleleh pada
suhu 129ºC. Sedangkan dari literatur titik leleh asam benzoat 122ºC. perbedaan
ini mungkin saja terjadi, namun tidak jauh berbeda dengan titik leleh dari literatur
sehingga perbedaan ini dapat diabaikan.
46 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
. Dari perlakuan ini, dapat diketahui titik leleh asam benzoat dengan begitu
dapat ditentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi sebagai contoh adalah air
yang mempunyai titik didih 100ºC. Air dapat digunakan sebagai pelarut untuk
asam benzoat dalam proses rekristalisasi karena titik didih air lebih rendah
daripada titik leleh asam benzoat.
Kristalisasi Dalam Pelarut Air
1. Garam Kotor
Pada percobaan ini ketika garam kotor dicampurkan dengan air dan
diaduk, garam tersebut melarut. Setelah pemanasan dilakukan garam tersebut
melarut secara sempurna dengan warna larutan keruh. Warna keruh tersebut
menunjukkan bahwa adanya zat pengotor. Selanjutnya penyaringan dilakukan
untuk memisahkan pengotor dari larutan tersebut. Kemudian filtrat yang
dihasilkan ditambahkan karbon aktif, penambahan karbon aktif ini dimaksudkan
untuk meyerap pengotor yang dimungkinkan masih terdapat dalam filtrat hasil
penyaringan. Selanjutnya, penyaringan dilakukan kembali untuk memisahkan
karbon aktif dan filtrat. Filtrat yang bening tersebut selanjutnya diuapkan pada
suhu 100ºC. Dari hasil penguapan tersebut didapatkan kristal putih dengan massa
7,8033 g. Dari hasil perhitungan didapatkan kadar kemurnian sebesar 77,39 %.
2. Asam Benzoat
Pada percobaan ini ketika asam benzoat ditambahkan dengan air panas,
terdapat gumpalan berwarna putih. Asam benzoat merupakan senyawa organik
yang memiliki struktur siklik dengan satu cinci siklo dan sama-sama memiliki
ikatan rangkap dan dapat melepaskan ikatan hidrogen apabila dilarutkan. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya ikatan rangkap dan lepasnya hidrogen pada
benzoat cenderung mengakibatkan zat tersebut bersifat polar yang tentunya akan
melarut dalam pelarut polar juga. Adapaun struktur dari asam benzoat sebagai
berikut :
47 | P a g e
CO-H
O
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
Selanjutnya pada campuran tersebut ditambahkan karbon aktif.
Penambahan karbon aktif ini bertujuan untuk menyerap zat pengotor yang
mungkin terdapat pada campuran tersebut. Kemudian pemanasan dilakukan agar
karbon aktif tersebut dapat melakukan penyerapan lebih sempurna. Penyaringan
dilakukan pada saat campuran tersebut masih dalam keadaan panas. Penyaringan
tersebut bertujuan untuk memisahkan karbon aktif dari campuran. Dari hasil
penyaringan ini dihasilkan residu berwarna hitam dan filtrat berwarna putih serta
setelah didinginkan terbentuk kristal. Selanjutnya dilakukan penambahan kembali
air panas, sehingga kristal yang telah terbentuk tersebut kembali melarut. Agar
kristal melarut sempurna maka dilakukan kembali pemanasan. Penyaringan
dilakukan kembali yang tujuannya agar filtrat benar-benar terpisah dari zat
pengotor yang dimungkinkan masih ada. Filtrat hasil penyaringan tersebut
didinginkan dalam air es, penggunaan air es ini bertujuan untuk mempercepat
pembentukan kristal. Dari proses pendinginan ini didapatkan kristal yang lebih
bnayak dan terkumpul di dasar gelas kimia. Kristal tersebut selanjutnya disaring
dengan corong Buchner, agar didapatkan kristal yang lebih kering. Agar diperoleh
kristal yang lebih kering lagi, maka kristal tersebut disimpan di dalam desikator,
di mana dalam percobaan ini dilakukan pengeringan selama dua hari. Dari hasil
pengeringan ini didapatkan kristal sebanyak 0,9750 g. Dan dari hasil perhitungan
didapatkan kadar kemurnian sebesar 19,5% .
Dalam percobaan ini juga dilakukan penentuan titik leleh asam benzoat.
Titik leleh yang dihasilkan adalah 122ºC. Di mana penentuan titik leleh dari hasil
percobaan ini sama dengan literatur.
Kristalisasi Dalam Pelarut Organik
Naftalena merupakan senyawa organik yang memiliki dua cincin siklo dan
sama-sama memiliki ikatan rangkap. Struktur dari naftalena adalah:
48 | P a g e
CO2H atau
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
Pada percobaan ini, naftalena dilarutkan dalam etanol dan menghasilkan
larutan yang keruh dan tidak semua naftalen dapat melarut, kemudian larutan
yang masih terdapat endapan ini dipanakan namun pada proses pemanasan ini
endapan yang terbentuk tetap tidak melarut. Untuk menghilangkan pengotor yang
mungkin ada pada naftalen maka ditambahkan arang aktif. arang aktif sebagai
penyerap aktif zat pengotor yang terkandung dalam suatu sampel. Pada saat
penambahan arang aktif ini larutan menjadi berwarna hitam. Kemudian larutan ini
disaring selagi masih panas, hal ini bertujuan agar zat padat yang tersuspensi
dalam larutan dapat dipisahkan dari naftalena, sehingga dari penyaringan didapat
filtrat yang murni. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan corong
buchner yang dilengkapi dengan pipa pengisapan. Penyaringan ini
dilakukan,untuk mempercepat pengeringan agar terbentuk kristal murni yang
bagus. Agar kristal yang dihasilkan lebuh bersih maka ditambahkanlah etanol.
Pada pemurnian naftalena ini digunakan etanol sebagai pelarutnya. Hal ini
dikarenakan etanol mempunyai sifat-sifat yaitu:
1. tidak dapat melarutkan naftalena pada suhu kamar, tetapi dapat
melarutkannya setelah dipanaskan.
2. titik didih etanol lebih rendah yaitu kurang lebih 780C yang mempermudah
pengeringan kristal naftalena yang terbentuk, karena etanol mudah
menguap.
3. etanol tidak bereaksi dengan naftalena karena titik didih etanol lebih
rendah dari titik didih naftalena, sehingga menyebabkan naftalena mudah
terurai menjadi senyawa lain.
Dari hasil perhitungan didapatkan hasil kadar kemurnian sebesar 16,22 %.
Setelah dilakukan proses rekristalisasi (proses pembentukan kristal padat kembali
dari suatu larutan induk yang homogen), langkah selanjutnya adalah penetuan titik
leleh dari kristal yang dihasilkan.penentuan ini dilakukan dengan cara, menggerus
kristal yang telah didapatkan kemudian memasukkan ke dalam pipa kapiler.
49 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
Setelah itu serbuk dari kristal yang telah dimasukkan kedalam pipa kapiler
tersebut dipanaskan dalam gliserin, dimana pada saat serbuk tersbut meleleh saat
itulah penentuan titik leleh naftalen dapat diketahui. Dari hasil pengukuran
termometer menunjukkan bahwa titik leleh dari naftalen adalah 820C. Jika
dibandingkan dengan titik leleh yang terdapat pada referensi titik leleh sbesar
800C.
Sublimasi
Pada percobaan ini, digunakan kapur barus karena kapur barus merupakan zat
yang mudah menyublim. Perlakuan pertama yaitu kapur barus dimasukkan dalam
Gelas kimia yang telah dimasukkan di dalamnya labu bundar yang berisi es. Es
batu yang digunakan ini berfungsi untuk mempercepat sublimasi dan menaikkan
tekanan uap pada kapur barus. Dengan memperhatikan bahwa sublimasi adalah
perubahan zat padat menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi
menjadi padatan. Dari percobaan yang telah dilakukan terlihat bahwa kapur barus
langsung berubah menjadi gasnya tanpa melalui fase cair. Penggunaan es sebagai
pendingin atau kondensor sehingga mengkondensasi gas dari kapur barus
menjadi padatannya kembali. Padatan yang dihasilkan inilah berupa kristal. Massa
kristal yang dihasilkan adalah sebesar 0,2133 g.
Kemudian, untuk penentuan titik leleh dari kapur barus yang bertujuan
untuk mengidentifikasi kemurnian zat padat yang disublimasi. Dari percobaan
yang telah dilakukan diperoleh titik leleh dari kapur barus sebesar 880C. Dari
percobaan ini diperoleh titk leleh yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan
titik leleh yang ada di referensi (80o). Lebih tingginya titik leleh yang dihasilkan
dari percobaan, dimungkinkan karena sulitnya mengatur perambatan panas.
VI. KESIMPULAN
Dari analisis data, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Rekristalisasi adalah teknik pemurnian zat padat dari pencemarnya
yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
50 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai adalah yang tidak
bereaksi dengan zat padat yang akan direskristalisasi , zat padatnya
harus mempunyai kelarutan terbatas atau relatif tidak larut dalam
pelarut , pada suhu kamar atau suhu kriatalisasi, zat padatnya
mempunyai kelarutan yang tinggi (larut baik) dalam suhu didih
pelarutnya serta tidak merusak zat yang akan direkristalisasi.
2. Untuk menentukan pelarut yang cocok untuk rekristalisasi perlu
dilakukan tes kelarutan.
3. Air merupakan pelarut yang baik untuk rekristalisasi, sedangkan ,
sedangkan etanol akan menjadi pelarut yang baik pada proses
rekristalisasi jika dipasangkan dengan air, karena dengan sistem
pasangan pelarut akan menghasilkan kristal.
4. Penambahan arang aktif digunakan untuk menyerap zat pengotor
yang berwarna sehingga dihasilkan kristal yang bersih.
5. Penentuan titik leleh dilakukan untuk mengetahui kemurnian zat
hasil rekristalisasi dengan membandingkan dengan senyawa standar.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga.
Jakarta: : Erlangga.
Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik Jilid II Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Kimia Orgsanik. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik.
FKIP Unlam Banjarmasin
51 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
LAMPIRAN
Perhitungan
Adapun kadar kemurnian asam benzoat yaitu dipengaruhi oleh berat pengotor.
Berat pengotor = berat mula-mula – berat kristal murni
= 5,0335-0,975g
= 4,0585 gram
52 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
Kadar kemurnian =
=
= 19,37 %
Kadar kemurnian naftalena
Berat pengotor = berat mula-mula – berat kristal murni
= 5,0087gram – 0,8126gram
= 4,1961 gram
Kadar kemurnian =
=
= 16,22 %
53 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
I. Jawaban Pertanyaan Pra Praktek
1. Prinsip dasar rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang ingin
dimurnikan dengan zat pengotornya. Zat yang akan dimurnikan dilarutkan
dengan dalam suatu pelarut yang sesuai sehingga zat pengotor tidak ikut
larut. Kelarutan suatu zat merupakan fungsi dari suhu, sehingga untuk
membuat suatu larutan lewat jenuh pada suhu kamar. Larutan harus
dipanaskan dulu sampai seluruh zat yang akan dimurnikan larut.
2. Sifat-sifat yang harus dipunyai pelarut agar dapat digunakan untuk
rekristalisasi suatu senyawa organik adlah sebagai berikut:
Pelarut tidak bereaksi dengan zat lain yng akan dilarutkan .
Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan, tidak
melarutkan pencemarnya.
Titik didih pelarut harus lebih rendah .
Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik didih zat yang akan
dimurnikan.
3. Urutan kerja dalam rekristalisasi
- Kristalisasi dalam pelarut air
1) Melarutkan kristal asam benzoat tidak murni dengan air panas .
2) Mengocok dan memanaskan .
3) Menambahkan air smpai kristal tepat larut.
4) Menambahkan arang aktif dan mendinginkan .
5) Menyaring dan menimbang kristal.
- Kristalisasi dalam pelarut organik .
1) Melarutkan naftalena tidak murni dengan etanol.
2) Mengaduk dan memanaskan larutan sampai mendidih.
3) Menambah etanol dan memanaskan larutan sampai mendidih atau
melarut
4) Menambahkan arng aktif dan menyaring.
5) Mendinginkan filtrat, menyaring dan menimbang kristal.
54 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
II. Jawaban pertanyaan
1. Penyaringan yang diisap lebih disukai karena :
- pelarut lebih cepat terisap dari corong, sehingga kristal lebih cepat kering.
- Dengan diisap, waktu yang diperlukan untuk mengeringkan kristal dirasa
lebih cepat.
2. Asam benzoat dan naftalena menggunakan pelarut yang berbeda karena
keduanya memiliki sifat kimia dan fisika yang berbeda. Bisa juga
karena keduanya mempunyai kelarutan yang cocok sesuai pelarutnya.
Pelarut yang sesuai didasarkan pada :
- pelarut yang tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan.
- tidak melarutkan zat pengotor.
- dapat mempermudah proses pengeringan zat. Atau jika untuk asam
asetat digunakan pelarut dengan titik didihnya lebih rendah ( air )
bila digunakan etanol maka struktur asam benzoat akan rusak.
3. jumlah pelarut murni yang digunakan untuk melarutkan 1,35 gram asam
benzoat.
Jawab :
- dalam percobaan digunakan 50 mL air
- maka untuk 1,35 g kristal jumlah air yang digunakan adalah :
1,35 gram x 10 = 13,5 mL
55 | P a g e
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
FLOW CHART
1. Tes kelarutan
- Memasukkan dalam tabung reaksi
- Mengaduk dengan pengaduk gelas
- Mengamati apakah zat melarut dengan
segera dalam pelarut pada suhu kamar
- Bila ternyata zat larut baik dalam
etanol atau aseton, lalu menambahkan
beberapa tetes air.
-Memperhatikan apakah terjadi endapan.
- Memanaskan campuran
- Mengatur komposisi campuran pelarut untuk mendapatkan larutan
pekat panas pada titik didih pelarutnya.
- Mendinginkan larutan
- Memanaskan - Mendinginkan
- Menagamati kristal yang
Terbentuk
Lakukan tes kelarutan terhdap : naftalen, asam benzoat, dan asam salisilat dengan
pelarut : etanol , air
56 | P a g e
20 mg zat padat + 0,5 mL pelarut
Larutan
Larutan + endapan Larutan
Larutan + endapan Larutan
Larutan + kristal
Larutan
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
2. Penentuan titik leleh
- Mengerus sampai sehalus mungkin
- Memasukkan dalam tabung kapiler
(kaca) yang ujung satunya tertutup.
- Membalikkan tabung dan mengetuk-
ngetuk sampai kristal turun kedasar
kapiler
- Mengulang pengambilan dengan cara
di atas sampai serbuk yang ada
dalam kapiler tingginya 0,5 cm.
- Memasang kapiler ditempat atau alat
penentauan titik leleh
- Memanaskan dengan api kecil
(elektrik)
- Mencatat suhu dimana kristal dalam
pipa kapiler mulai leleh samapai
persis semuanya meleleh.
57 | P a g e
Lelehan / cairan
Kristal asam benzoat
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
3. kristalisasi dari pelarut air
- Memasukkan dalam erlenmeyer 250 mL
- Memasukkan sekitar 50 mL air panas secara
perlahan-lahan samabil mengaduk sampai
semua asetanilida larut.
- Menambah 5 – 7 mL air panas.
- Mendidihkan campuran di atas kasa asbes
dengan menggunakan pembakar bunsen (api
jangan terlalu besar)
- Memanaskan dengan api kecil (elektrik)
- Menambahkan sedikit demi sedikit, hati-hati
sambil mengaduk sekitar 0,5 – 1 gram
karbon/norit untuk menghilangkan warna.
- Mendidihkan beberapa saat agar penyerapan
sempurna
- Menyiapkan corong penyaring kaca tangki
pendek, lengkapi dengan kertas saring lipat,
memasang labu erlenmeyer bersih untuk
menampung fitrat panas.
- Menungkan larutan kedalam/atas corong
secepat mungkin
58 | P a g e
5 gram asam benzoat/asam salisilat kotor
Larutan
Larutan
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
- Membiarkan filtart dingin dengan penuruna
suhu secara perlahan dan jangan menggangu
atau mengguncang
- Jika suadah lama belum terbentuk kristal, bisa
mendinginkan erlenmeyer disirami dibawah
curahan air kran/ direndam dalam air es.
- Bila di air es belum juga terbentuk kristal berarti
larutannya kurang jenuh, maka menjenuhkan
dengan car penguapan sebagai pelarutnya
- Menyaring kristal dengan corong Bucher yang dilengkapi dengan peralatan isap
- Mencuci kristal dalam corong Bucher dengan sedikit air dingin, satu sampai dua
kali
- Menebarkan kistal di atas kertas saring lebar dan menekan kristal dengan
sepatula, sekering mungkin
setelah itu menimbang kristal kering dan menentukan titik lelehnya. Menghitung
perolehan kembali asetanilda murni. Jika tryek leleh masih lebar (lebih dari 1
derajart) mengulangi rekristalisasi.
59 | P a g e
Filtrate + kristal Resedu dibuang
Kristal
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
4. Kristalisasi dalam pelarut organik
- Memasukkan dalam erlenmeyer 100 mL
- Memasukkan sekitar 20 mL etanol 95% secara
bertahab dan hati-hati sambil mengaduk
-
- Memanaskan dan mendidihkan campuaran di
dalam penangas air (jangan dipanaskan dengan
api langsung karena etanol mudah terbakar)
sampai mendidih.
- Mengeluarkan dari pemanas
- Menambahkan 0,5 gram karbon atau
charcoal/norit sambil mengaduk
- Mendidihkan lagi sebentar di atas penangas air.
- Menyaring di atas corong kaca kertas saring
lipat.
- Melakukan penyaringan dengan menggunakan corong Bucher yang telah
dilengkapi penghisapan/suction.
- Mencuci kristal dengan 2 – 3 mL etanol dingin.
- Mengeringkan, memindahkan kekertas saring lebar, dan menekan sekering
mungkin
60 | P a g e
Larutan
Fitrat + kristal
5 gram naftalen kotor
Resedu dibuang
kristal
Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik 1
Selanjutnya menimbang dan menentukan titik lelehnya.
5. Sublimasi
- Memasukkan dalam cawan porselin yang
ditutup dengan cawan petri
- Mengisi cawan dengan potongan-potongan kecil
es
- Memanaskan di atas hot plate samapi semua
padatan membentuk kristal di bawah cawan
petri.
- Memindahkan kristal yang terbentuk ke kertas
saring lebar
Selanjutnya menimbang dan menentukan titik lelehnya.
61 | P a g e
5 gram naftalen kotor
kristal