pola komunikasi keluarga dalam menentukan konsumsi nutrisi

10
Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi bagi Anggota Keluarga Damayanti Wardyaningrum Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia Kompleks Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta Selatan Telp (021) 724 4456/e-mail : [email protected] Abstract This research focuses in family communication pattern about nutrition consumption for the family members. The object of the research are dairy farmer family in Lembang West Java. The research use qualitative decriptive method to analyse internal and external factor regarding family communication pattern in nutrition fulfilment. The result of communication pattern indi- cate that mother more dominant than father in determine nutrition fulfillment in family. Some internal factor that determine family communication pattern are family talking time, lack of knowledge about nutrition and low of income. The external factors that determine family com- munication patern are social environment and low involment of social organization role (coop- erative, school and family welfare organizations). The knowledge improvement in nutrition con- sumption to all family member will influence family communication pattern from dominant or unbalance split pattern becomes balance split pattern. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi keluarga dalam memenuhi konsumsi nutrisi bagi anggota keluarga. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif menganalisis pola komunikasi internal dan eksternal. Objek penelitian ini adalah keluarga peternak sapi perah di Lembang Jawa Barat. Penelitian ini menemukan pola komunikasi dalam menentukan konsumsi nutrisi pada anggota keluarga didominasi oleh ibu. Faktor internal yang menentukan pola komunikasi keluarga adalah waktu yang digunakan anggota keluarga untuk saling berkomunikasi, rendahnya pengetahuan ayah dan ibu tentang konsumsi nutrisi, serta keterbatasan ekonomi. Sedangkan faktor eksternal yang menentukan pola komunikasi keluarga dalam menentukan konsumsi nutrisi adalah lingkungan sosial tempat tinggal keluarga peternak yang cenderung kurang berinteraksi dengan masyarakat dari wilayah lain, dan kurangnya peran organisasi masyarakat dalam memberikan pengetahuan tentang nutrisi seperti koperasi,organisasi PKK dan sekolah. Peningkatan pengetahuan anggota keluarga tentang konsumsi nutrisi melalui peran organisasi masyarakat atau lembaga dapat mengoptimalkan pola komunikasi keluarga menjadi lebih seimbang. Kata Kunci : pola komunikasi keluarga, konsumsi nutrisi, faktor internal dan eksternal Pendahuluan Beberapa penelitian tentang pola makan anak memberikan gambaran bahwa perilaku anak dalam mengonsumsi makanan sangat dipengaruhi oleh keluarga. Sebuah studi yang pernah dilakukan oleh National Center on Addiction and Sub- stance Abuse (CASA) Columbia University, Amerika Serikat menunjukkan bahwa makan bersama keluarga dapat membantu anak dalam beberapa hal seperti membantu mereka men- dapatkan nilai yang lebih baik. Selain itu sebuah

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

289

Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisibagi Anggota Keluarga

Damayanti WardyaningrumProgram Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia

Kompleks Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Baru Jakarta SelatanTelp (021) 724 4456/e-mail : [email protected]

Abstract

This research focuses in family communication pattern about nutrition consumption forthe family members. The object of the research are dairy farmer family in Lembang West Java.The research use qualitative decriptive method to analyse internal and external factor regardingfamily communication pattern in nutrition fulfilment. The result of communication pattern indi-cate that mother more dominant than father in determine nutrition fulfillment in family. Someinternal factor that determine family communication pattern are family talking time, lack ofknowledge about nutrition and low of income. The external factors that determine family com-munication patern are social environment and low involment of social organization role (coop-erative, school and family welfare organizations). The knowledge improvement in nutrition con-sumption to all family member will influence family communication pattern from dominant orunbalance split pattern becomes balance split pattern.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi keluarga dalam memenuhi konsumsinutrisi bagi anggota keluarga. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif menganalisis pola komunikasiinternal dan eksternal. Objek penelitian ini adalah keluarga peternak sapi perah di Lembang JawaBarat. Penelitian ini menemukan pola komunikasi dalam menentukan konsumsi nutrisi pada anggotakeluarga didominasi oleh ibu. Faktor internal yang menentukan pola komunikasi keluarga adalah waktuyang digunakan anggota keluarga untuk saling berkomunikasi, rendahnya pengetahuan ayah dan ibutentang konsumsi nutrisi, serta keterbatasan ekonomi. Sedangkan faktor eksternal yang menentukanpola komunikasi keluarga dalam menentukan konsumsi nutrisi adalah lingkungan sosial tempat tinggalkeluarga peternak yang cenderung kurang berinteraksi dengan masyarakat dari wilayah lain, dankurangnya peran organisasi masyarakat dalam memberikan pengetahuan tentang nutrisi sepertikoperasi,organisasi PKK dan sekolah. Peningkatan pengetahuan anggota keluarga tentang konsumsinutrisi melalui peran organisasi masyarakat atau lembaga dapat mengoptimalkan pola komunikasikeluarga menjadi lebih seimbang.

Kata Kunci : pola komunikasi keluarga, konsumsi nutrisi, faktor internal dan eksternal

Pendahuluan

Beberapa penelitian tentang pola makananak memberikan gambaran bahwa perilaku anakdalam mengonsumsi makanan sangat dipengaruhioleh keluarga. Sebuah studi yang pernah dilakukan

oleh National Center on Addiction and Sub-stance Abuse (CASA) Columbia University,Amerika Serikat menunjukkan bahwa makanbersama keluarga dapat membantu anak dalambeberapa hal seperti membantu mereka men-dapatkan nilai yang lebih baik. Selain itu sebuah

Page 2: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

290

hasil penelitian dari University of Minneapolis,Amerika Serikat menemukan bahwa banyaknyafrekuensi makan malam bersama keluarga ber-hubungan dengan semakin banyaknya perilakupositif anak. Dari makan malam bersama setiapanggota akan menikmati makanan yang lebih sehatdibanding jajan di luar rumah. Makan malam yangbaik seharusnya dilakukan di meja makan bersamaanggota keluarga yang lain, dan tidak perlu dila-kukan di sebuah restoran, hal ini cukup dilakukandi rumah saja. Sayangnya, kecenderungan anaksekarang, malah lebih senang makan di depantelevisi. Studi dari Children’s Nutrition ResearchCenter (CNRC) menemukan bahwa anak yangmemiliki kelebihan berat badan (obesitas), fre-kuensi makannya di depan televisi sebesar 50 per-sen sedangkan untuk anak yang berat badannyanormal, frekuensi makannya hanya 35 persen didepan televisi (Kompas, Minggu 14 Maret 2010).

Selain cara makan anak persoalan lainyang cukup penting adalah kualitas konsumsinutrisi pada masyarakat Indonesia. Salah satu halyang memprihantinkan di antaranya adalahmengenai konsumsi susu. Susu merupakan ma-kanan alami yang dapat dijadikan sumber nutrisisebagai pelengkap pola makan sehat seimbang.Konsumsi susu masyarakat Indonesia termasukyang paling rendah di Asia. Konsumsi susu di Vi-etnam bahkan lebih tinggi dari Indonesia yaitusekitar sembilan liter per tahun per orang. Se-dangkan Malaysia, konsumsi susunya bahkanmencapai 25 liter per tahun per orang. (TempoInteraktif, 27 Mei 2008). Untuk bisa menyamaiMalaysia yang konsumsi susunya lebih dari20 liter setiap kapita setiap tahun diperlukan waktu120 tahun. Konsumsi susu anak Indonesia ternyatajuga lebih rendah dibandingkan anak-anak bangsalain. Diperlukan waktu sampai 600 tahun untukmengejar ketinggalan dari Amerika Serikat. Rata-rata konsumsi kalsium di AS mencapai 743 mgsetiap hari. Sementara masyarakat Indonesiaa 23mg setiap hari, dan 1/40-nya berasal dari susu.(Bila digolongkan menurut umur, anak-anak me-merlukan asupan kalsium 1.179 mg setiap hari dandewasa 530 mg setiap hari). Susu juga dapat me-lengkapi kebutuhan protein dari hewan karena pro-tein dibutuhkan oleh tubuh untuk membangun selyang rusak, membentuk enzim dan hormon sertaenergi (Notoatmodjo, 2010:222).

Permasalahan tentang perilaku mengon-sumsi makan pada keluarga yang perlu diper-hatikan diantaranya adalah kebiasaan jajan anak.Jika anak berada di rumah, konsumsi makananbisa dikontrol oleh keluarga namun pada saat disekolah meskipun ada guru namun anak menen-tukan sendiri jenis makanan yang dipilih. Padasebuah artikel lain yang membahas tentangkebiasaan jajan anak diantaranya mengupasmasalah kantin sekolah. Selain dari unsur makanankantin yang sehat diantaranya adalah lantainyabersih, ada tempat sampah dan tersedia keran airuntuk mencuci tangan. Meskipun sudah terdapatkantin sehat, namun masih banyak anak yangmemilih jajan diluar sekolah. Banyak faktor yangmendasari pilihan anak terhadap jajanan, dian-taranya adalah soal selera, rasa dan harga (Kom-pas Minggu 14 Maret 2010). Namun demikiankeputusan anak dalam mengkonsumsi makananyang dibeli juga sebenarnya sangat tergantungdengan pesan-pesan yang senantiasa disampaikanoleh ayah dan ibunya dirumah.

Kebiasaan anggota keluarga mengonsumsinutrisi (terutama pada anak) sangat erat kaitannyadengan kebiasaan orang tua. Anak akan lebih mu-dah meniru pola makan orang tua, atau lingkungandi mana anak sering berada, misalnya lingkunganrumah dan sekolah. Selain itu pola asuh keluargatermasuk pola komunikasi orang tua dalam me-nyampaikan pesan-pesan dan mencontohkanperilaku tentang konsumsi nutrisi sehari-hari jugamenentukan perilaku anak. Kondisi terbentuknyaperilaku ini adalah proses belajar seseorang melaluiclassical conditioning dan behavioral learning.Yaitu suatu teori belajar yang menjelaskan bahwamanusia adalah makhluk pasif yang bisa diajarkanperilaku tertentu melalui pengulangan dan darimengamati perilaku orang lain (Sumarwan,2004:95).

Dalam keluarga terdapat perilaku tertentuyang biasa dilakukan anggota keluarga sepertipembagian peran, keputusan membeli sesuatu,boleh tidaknya anggota keluarga melakukan se-suatu dan sebagainya. Hal ini tergantung dari sistematau peraturan yang diterapkan pada tiap-tiapkeluarga. Peraturan dalam keluarga biasanyamerupakan kesepakatan baik yang disampaikansecara eksplisit yang artinya dikemukakan secarajelas melalui percakapan maupun tidak melalui

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 289 - 298

Page 3: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

291

percakapan (Segrin & Jeanne, 2005:83). Ter-masuk kebiasaan keluarga yang terkait denganperilaku mengonsumsi makanan misalnya, kese-pakatan anggota keluarga dalam memilih jenismakanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Selain faktor kebiasaan dalam menentukanpola makan keluarga unsur pengetahuan jugasangat berpengaruh. Pengetahuan yang dimilikiakan disampaikan kepada anggota keluarga lainnyaatau digunakan sebagai bagian dari keputusan yangakan diambil ketika harus membeli atau menen-tukan jenis produk yang akan dikonsumsi (Scifman& Kanuk, 2000:440.) Pada umumnya, orang tuamenjadi panutan dan teladan bagi anggota ke-luarga lainnya, sehingga penyampaian informasimengenai perilaku hidup sehat akan lebih efektifapabila disampaikan oleh orang tua pada anggotakeluarga lain (Setiawati & Dermawan, 2008:39).

Permasalahan mengenai pola komunikasikeluarga dalam penentuan konsumsi nutrisi dapatditinjau dari beberapa aspek baik internal maupuneksternal. Aspek internal yaitu tentang komunikasiyang dilakukan di antara anggota keluarga sepertihal-hal apa saja yang sering dibicarakan, bagai-mana cara penyampaiannya, pengetahuan apa sajayang dimiliki anggota keluarga mengenai nutrisitermasuk kapan waktu yang digunakan untukberkomunikasi. Dari hal-hal tersebut dapat dike-tahui bagaimana pola komunikasi keluarga yangterbentuk dalam menentukan nutrisi bagi anggotakeluarganya. Selain itu aspek eksternal yang me-nentukan pola komunikasi keluarga juga perlu dikajiseperti, aspek lingkungan di mana dan dengan siapasaja setiap anggota keluarga berinteraksi. Aspekeksternal ini akan menentukan pengetahuan yangdimiliki, kebiasaan yang ditiru dan akses terhadapsumberdaya untuk memperoleh nutrisi.

Tujuan penelitian ini selain untuk menge-tahui tentang pola komunikasi keluarga khususnyakomunikasi antara ayah dan ibu dalam menentukankonsumsi nutrisi bagi anggota keluarga juga untukmengetahui faktor-faktor eksternal apa saja yangdapat membentuk pola komunikasi keluarga dalammenentukan konsumsi nutrisi. Lingkungan keluargayang menjadi objek penelitian adalah peternak sapiperah di wilayah Lembang Jawa Barat.

Hasil penelitian selain diharapkan ber-manfaat bagi pengembangan kajian antar disiplinilmu komunikasi keluarga dan ilmu kesehatan

masyarakat yang berfokus pada konsumsi nutrisikeluarga, juga penelitian ini dapat memberikansumbangan informasi untuk pengembangan pro-gram pembinaan kesejahteraan keluarga.

Konsep utama yang digunakan dalam pe-nelitian adalah komunikasi keluarga dan kesehatanmasyarakat khususnya tentang konsumsi nutrisiuntuk keluarga serta konsep perilaku konsumenyang membahas tentang proses belajar seseorangdan peran setiap anggota keluarga dalam mengon-sumsi makanan sehari-hari.

Komunikasi Keluarga

Konsep keluarga sangat tergantung darikonteks masyarakat di mana teori atau konseptentang keluarga dilahirkan. Di masyarakat Baratkeluarga bisa terbentuk baik dengan atau tanpaikatan perkawinan yang sah, di budaya Timur yangdisebut keluarga adalah mereka yang terikat dalamikatan perkawinan yang sah. Jumlah anggota kelu-arga di masyarakat Barat biasanya hanya terdiridari anggota keluarga inti yaitu ayah, ibu dan anak.Sedangkan di masyarakat Timur konsep anggotakeluarga bukan hanya terdiri dari keluarga intinamun termasuk anggota keluarga yang lainnyaseperti nenek, kakek, adik, keponakan dan seba-gainya yang tinggal dalam satu rumah (Sumar-wan, 2004:229).

Keluarga juga menentukan bagaimanabentuk komunikasi yang disepakati dan akhirnyamembentuk suatu pola tertentu yang membedakanantara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Polakomunikasi keluarga juga menentukan tingkat ke-puasan anggota keluarga didalamnya. Keluargaadalah termasuk kelompok primer dimana sese-orang biasanya berada. Sebagai kelompok primermaka komunikasi yang dilakukan para anggota-nya berbeda dengan kelompok sekunder. Untukmemahami pola komunikasi keluarga maka perludiketahui pula beberapa aspek yang terkait dengankeluarga seperti tipe keluarga dan pada tingkatanmana keluarga sebagai suatu kelompok masya-rakat.

Menurut Cooley seperti yang dikutip olehRohim (2009:95) sebagai kelompok primer makakeluarga memiliki beberapa karakteristik. Pertama,kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifatdalam dan meluas, dalam arti menembus

Wardyaningrum, Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi ...

Page 4: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

292

kepribadian yang paling dalam dan tersembunyi,menyingkap unsur-unsur backstage. Sedangkanmeluas artinya sedikit sekali kendala yangmenentukan rintangan dan cara berkomunikasi.Pada kelompok primer, diungkapkan hal-hal yangbersifat pribadi dengan menggunakan berbagailambang verbal maupun nonverbal. Kedua, padakelompok primer komunikasi yang berlangsungbersifat personal. Dalam komunikasi primer, yangpenting buat seseorang adalah siapa dia, bukanapakah dia. Hubungan dengan kelompok primersangat unik dan tidak dapat digantikan. Misalnyahubungan antara ibu dan anak. Ketiga, padakelompok primer, komunikasi lebih menekankanpada aspek hubungan, daripada aspek isi. Ko-munikasi dilakukan untuk memelihara hubunganbaik, dan isi komunikasi bukan sesuatu yang amatpenting. Berbeda dengan kelompok sekunder yanglebih dipentingkan adalah aspek isinya bukan padaaspek hubungan. Ketiga, pada kelompok primerpesan yang disampaikan cenderung lebih bersifatekspresif dan berlangsung secara informal.

Konsep lain yang terkait dengan ko-munikasi keluarga dikemukakan oleh penelitiOlson, Sprenkle and Russel dalam Galvin andBrommel (1986:13) yang memfokuskan padapenyatuan beberapa konsep yang berkaitandengan perkawinan dan interaksi dalam sistemkeluarga. Komunikasi keluarga juga sangat terpolaberdasarkan atas skema-skema tertentu yangmenentukan bagaimana anggota keluargaberkomunikasi satu dengan yang lainnya. Skemaini terdiri atas pengetahuan mengenai : seberapaintim suatu keluarga; derajat individualitas dalamkeluarga dan faktor eksternal keluarga sepertiteman; jarak geografis dan hal-hal lainnya (Fitz-park dalam Morissan & Wardhany, 2009:184).

Pola komunikasi disetiap keluarga biasanyaberbeda-beda tergantung pola mana yang palingsesuai untuk setiap keluarga. Pola komunikasikeluarga menurut De Vito terdiri dari empat jenisyaitu : The Equality Pattern, The Balanced SplitPattern, The Unbalanced Split Pattern danMonopoly Pattern.

Pada the equality pattern setiap pa-sangan atau anggota keluarga memiliki peranyang sama dalam pengungkapan pendapat,mendengarkan atau meminta sesuatu. Pembagianperan tidak selalu sama dan satu sama lain dapat

saling berganti peran. Meskipun dalam praktek-nya yang disebut seimbang tidak selalu dapatdipraktekan dan porsinya tidak selalu sama antarawaktu kewaktu namun pola ini masih dikatakanseimbang.The balance split pattern adalah polakomunikasi yang memberikan peran seimbangpada setiap individu namun setiap individu memilikiporsi pada otoritasnya masing-masing. The un-balanced split pattern adalah bentuk polakomunikasi dimana seorang pasangan atauanggota keluarga nampak lebih dominan. Individutersebut menguasai lebih dari separuh keputusandalam keluarga. Sedangkan pada pola the mo-nopoly pattern otoritas berada pada satu orang.Cara menyampaikan pesan cenderung bernadaperintah atau mengajarkan daripada berkomu-nikasi, jarang bertanya kepada anggota keluargayang lain, dan selalu paling berhak menentukankeputusan akhir (De Vitto, 2001 : 359-360).

Pola komunikasi antara anggota keluarga(terutama dalam konteks suami dan istri atau ayahdan ibu) terkait juga dengan fungsi peran yangsecara spesifik dijalankan oleh masing-masingindividu. Fungsi peran yang biasanya dikaitkanoleh peran suami dan istri terbagi menjadi be-berapa bagian yaitu : (1) menyediakan kebutuh-an sandang, pangan papan; (2) mengelola ru-mah, anggaran rumah tangga, menegakkan aturan;(3) mengasuh, memberikan dukungan danmembimbing; (4) mengembangkan kemampuandan bakat; (5) memenuhi kebutuhan seksualpasangan dan menjadi panutan bagi anak (Galvindan Broomel,1986:101). Dengan demikian, polakomunikasi dalam keluarga juga ditentukan olehtugas masing-masing individu dalam menjalankanperannya. Di Indonesia umumnya istri memilikikewenangan untuk mengelola keperluan domestikdi keluarga sedangkan suami berperan dalammenyediakan kebutuhan dan mengelola hal-halyang bersifat eksternal. Namun demikian, hal inijuga tergantung dari tipe keluarga yang dianut.

Fitzpark mengidentifikasi empat tipe ke-luarga yang ditentukan dari cara bagaimana mere-ka menggunakan uang, waktu dan energi serta de-rajat anggota keluarga dalam mengungkapkanperasaan. Empat tipe tersebut adalah (1) konsen-sual; (2) pluralistis; (3) protektif; (4) laissez-faire.Pada tipe konsensual keluarga sangat sering me-lakukan percakapan, namun memiliki kepatuhan

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 289 - 298

Page 5: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

293

yang tinggi. Tipe keluarga pluralistis adalah ke-luarga yang sangat sering melakukan percakapannamun memiliki kepatuhan yang rendah. Anggotakeluarga sering berbicara secara terbuka, tetapisetiap orang mengambil keputusan masing-masing.Tipe keluarga protektif jarang melakukan per-cakapan namun memilliki kepatuhan yang tinggi,banyak sifat patuh namun jarang berkomunikasi.Sedangkan tipe laissez-faire anggota keluargajarang saling berkomunikasi dan tidak saling pedulidengan apa yang dilakukan anggota keluarga la-innya (Fitzpark dalam Morissan dan Wardhany,2009:186).

Konsep Nutrisi Keluarga

Perilaku konsumsi makanan sehat bergizisebagai salah satu unsur untuk mencapai perilakusehat masyarakat,harus dimulai dari tatanankeluarga. Keluarga adalah tempat persemaianmanusia sebagai anggota masyarakat. Masing-masing anggota keluarga menjadi tempat yangkondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat bagianak-anak (Notoatmodjo, 2007:38). Perilaku ke-sehatan adalah tindakan atau aktivitas atau kegiatanbaik yang bisa diobservasi secara kasat mata atau-pun tidak terhadap stimulus yang berkaitan dengansakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,makanan, minuman dan lingkungan. Termasuk di-dalamnya upaya pengaturan gizi makanan (Setia-wati dan Dermawan, 2008:39).

Keluarga juga menjadi dasar terbentuknyakebiasaan konsumsi seseorang. Konsumsimakanan terkait dengan terpenuhinya syaratkesehatan bagi seseorang. Kondisi ibu yang sehatakan menentukan kualitas janin dan bayi.Selanjutnya pada usia kanak-kanak jenis makananakan ditentukan oleh orang tua dan pengaruhteman. Pada saat seseorang dewasa maka kon-sumsi makanan sangat tergantung dengan penge-tahuan yang dimiliki dan kebiasaan keluarga.Aspek kesehatan yang salah satunya masalahgizi adalah hal mendasar bagi terciptanya kese-hatan yang optimal sehingga keluarga dapattumbuh secara fisik dan mental serta memilikiproduktifitas yang tinggi.

Konsumsi gizi makanan pada seseorangdapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan,

atau sering disebut status gizi. Apabila tubuh beradadalam tingkat kesehatan gizi optimum, dimanajaringan jenuh oleh semua zat gizi, maka disebutstatus gizi optimum. Dalam keadaan demikiantubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai dayatahan yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makananseseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tu-buh maka akan menimbulkan penyakit dan pe-nurunan daya tahan tubuh akibat kekurangangizi (mal nutrition).

Hal penting yang perlu diketahui oleh ma-syarakat adalah tentang empat fungsi pokok ma-kanan bagi kehidupan manusia yaitu : (1) Meme-lihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau per-kembangan serta mengganti jaringan tubuh yangrusak; (2) Memperoleh energi guna melakukankegiatan sehari-hari; (3) Mengatur metabolismedan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral,dan cairan tubuh yang lain; (4) berperan dalammekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagaipenyakit. Agar makanan yang dikonsumsi memilikikeempat fungsi tersebut maka makanan hendaklahmengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhifungsi tersebut, dan zat-zat ini yang disebut giziatau nutrisi. Zat-zat makanan yang diperlukan un-tuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini di-kelompokkan menjadi lima macam yaitu : protein,lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Noto-atmodjo, 2007: 224).

Di antara zat-zat makanan yang mengan-dung unsur lengkap seperti diuraikan di atas ada-lah susu. Pada keluarga peternak yang menjadiobjek penelitian ini susu murni merupakan nutrisiyang mudah diperoleh setiap hari. Susu selainsumber pangan penyempurna yang kandungangizinya lengkap, beberapa manfaat susu bagikesehatan yaitu untuk kesehatan tulang dan gigi;mengurangi resiko tekanan darah; mencegahkeropos tulang; mengurangi resiko penyakit jan-tung; mengurangi resiko terkena kanker usus;mengoptimalkan produksi melatonin; bahkandapat meminimalkan dampak keracunan logamberat (Winarno dan Ivonne, 2007:41-46).

Kesadaran tentang isu kesehatan terutamadibidang konsumsi nutrisi perlu dimulai dari levelindividu yang berada dilingkungan keluarga. Selainitu individu berada dalam lingkungan sosial danpeningkatan kesadaran individu akan berdampak

Wardyaningrum, Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi ...

Page 6: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

294

pada keluarga, sekolah, tempat kerja, struktursosial, atau komunitas yang mempengaruhiindividu (Liliweri, 2008:57). Penelitian ini dili-hat aspek-aspek eksternal agar dapat memberikangambaran lebih luas dan utuh mengenai pola ko-munikasi keluarga dalam penentuan nutrisi bagianggota keluarga.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif des-kriptif dengan metode wawancara dan observasisebagai tehnik pengumpulan data. Wawancara di-lakukan terhadap informan yaitu anggota keluargaayah dan ibu peternak yang memiliki anak usiasekolah serta memiliki beberapa ekor sapi yangsedang menghasilkan susu. Wawancara dilakukandengan menggunakan panduan wawancara (inter-view guide) agar data yang dikumpulkan tidakterlepas dari konteks permasalahan.

Guna mendukung hasil wawancara dila-kukan observasi untuk dapat memperoleh datayang lebih akurat dan bermanfaat (Paton dalamPoerwandari, 2009:135). Observasi dilakukan de-ngan mengamati aktivitas peternak sehari-hari,lingkungan disekitar tempat tinggal peternak se-perti warung yang menjual makanan, pasar tempatpeternak belanja makanan yang dikunjungi peter-nak setiap 15 hari setelah menerima setoran susu,kandang sapi yang terletak disamping rumah pe-ternak, sekolah tempat anak-anak peternak bela-jar yang disekitarnya terdapat penjual makanan,dan lahan yang dijadikan tempat menanam sayuranuntuk dikonsumsi sehari-hari.

Dalam penelitian ini penulis menggunakantriangulasi teori untuk menentukan keabsahanpenelitian yaitu dengan menggunakan beberapapersepktif yang berbeda untuk mengintepretasikandata yang sama. Konsep yang digunakan tidakhanya menggunakan konsep komunikasi denganfokus pada komunikasi keluarga sebagai kajianutama penelitian ini namun juga digunakan konsep-konsep tentang kesehatan masyarakat khususnyakonsumsi nutrisi dan perilaku konsumen.

Guna menunjang keabsahan data dilaukanproses konfirmasi terhadap jawaban informandengan melakukan wawancara kepada pihak lainyaitu pengurus koperasi yang dianggap dapat mem-

berikan informasi yang relevan tentang informan.Pengurus koperasi yang diwawancarai adalahmereka yang menangani bidang penyuluhan, danketua kelompok peternak yang rata-rata memilikianggota ratusan peternak. Hal ini dilakukan untukmembandingkan dan melakukan pengecekansilang terhadap derajat kepercayaan suatu infor-masi yang diperoleh dari para informan ayah danibu peternak.

Analisis data dilakukan dengan menelaahseluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber.Selanjutnya dilakukan reduksi data dan penyu-sunan data menurut kategori yang telah disusundalam kerangka konsep serta dilakukan intepretasidata.

Hasil Penelitian dan PembahasanPola Komunikasi Keluarga

Keluarga yang menjadi objek kajian dalampenelitian ini adalah keluarga peternak sapi diwilayah Lembang Jawa Barat. Di wilayah ini ter-dapat sekitar 6000 peternak sapi perah yangdikelola oleh Koperasi selama lebih dari 30 tahun.Peternak umumnya tinggal bersama keluarga intidan masih berada berdekatan dengan keluargabesarnya. Aktivitas sehari-hari keluarga peternakadalah memerah susu, mencari pakan ternak danmerawat sapi yang dilakukan secara bersamaantara suami dan istri setiap hari tanpa ada harilibur.

Terdapat pembagian peran antara ibu danayah pada keluarga peternak. Ibu memiliki tugasmengurus rumah, menyediakan kebutuhan anggotakeluarga serta mengurus ternak yang umumnyaterletak bersebelahan dengan tempat tinggal. Ke-giatan ibu mengurus ternak meliputi membersihkankandang, memberi makan dan minum, meman-dikan sampai turut mengawasi pada saat ternakdiinseminasi. Sementara ayah bertugas memerassusu pada dini hari dan sore hari, membawa hasilperahan ke tempat penampungan, mencari rumputuntuk pakan ternak dari pagi hingga siang hari sertakadangkala menghadiri kegiatan penyuluhan darikoperasi pada malam hari. Dengan demikian Ibumenghabiskan waktu lebih banyak untuk me-lakukan kegiatan disekitar rumah sedangkan ayahmenggunakan sebagian besar waktunya diluar

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 289 - 298

Page 7: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

295

rumah. Dari aktivitas ayah dan ibu pada keluargapeternak dalam memenuhi konsumsi nutrisi bagianggota keluarga ditemukan pola komunikasi yangcenderung didominasi oleh ibu (unbalance splitpattern). Ibu menguasai hampir sebagian besarkomunikasi yang terkait dengan pemenuhankonsumsi nutrisi dibandingkan ayah. Namun disisilain ditemukan kecenderungan bahwa keluargapeternak sesungguhnya dapat memiliki polakomunikasi yang lebih seimbang (balance splitpattern) dengan meninjau peran ayah dari ak-tivitasnya sehari-hari. Pada tahap selanjutnyapenelitian ini menemukan faktor-faktor yangmenentukan terbentuknya pola komunikasi yangdidominasi oleh ibu baik dari faktor internal mau-pun eksternal.

Faktor-faktor internal yang menentukan polakomunikasi keluarga

Temuan yang diperoleh tentang faktor-faktor internal yang menentukan pola komunikasikeluarga pada keluarga peternak adalah waktubertemu antara anggota keluarga, pengetahuantentang nutrisi yang kurang memadai dan ke-mampuan ekonomi yang rendah.

Pada faktor internal yang terkait denganwaktu, anggota keluarga peternak sering meng-gunakan waktu untuk saling berkomunikasi padamalam hari. Pada pagi hari anak lebih sering berin-teraksi dengan Ibu karena ayah sejak dini harisudah bekerja memerah susu dan dilanjutkan pergimencari pakan ternak hingga siang hari. Pada si-ang hari setelah pulang sekolah anak-anak lebihbanyak memiliki waktu makan siang dengan ibudan hanya sesekali bersama dengan ayah. Ibumemiliki waktu yang banyak untuk berinteraksidengan anak sehingga lebih mengetahui jenismakanan yang dikonsumsi anggota keluarga darimulai menentukan menu makanan setiap hari,membeli bahan makanan sampai menyajikan. Ayahdan anak kadangkala ikut menentukan jenismakanan yang ingin dikonsumsi.

Para ayah memiliki waktu lebih sedikituntuk bertemu dan berinteraksi dengan keluarga,namun umumnya mengetahui konsumsi makanananggota keluarganya, bahkan diantaranya menge-tahui jenis makanan yang dikonsumsi anak di

sekolah. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwaayah berusaha mengetahui jenis makanan yangdikonsumsi anggota keluarga melalui ibu karenatidak selalu berkomunikasi secara langsung de-ngan anak.

Faktor internal kedua yang menentukanpola komunikasi keluarga adalah rendahnyapengetahuan yang dimiliki ayah dan ibu peternaktentang konsumsi nutrisi. Pengetahuan ayah danibu antara lain ditentukan oleh tingkat pendidikanyang rata-rata hanya sampai sekolah dasar denganpilihan jenis pekerjaan beternak sapi perah yangdiperoleh secara turun temurun serta dilakukandengan cara yang masih tradisional.

Pengetahuan ayah dan ibu tentang nutrisisangat standart, meskipun diantara keluarga pe-ternak memiliki sumber daya pangan yang diha-silkan sendiri seperti tanaman sayuran dan karbo-hidrat serta mampu memperoleh protein dari telurdan susu namun tidak nampak adanya kreativitasdalam membuat varian makanan. Anak-anak pe-ternak memiliki kebiasaan mengonsumsi makanandalam kemasan yang diperoleh dari warung-warungdisekitar tempat tinggal atau disekolah. Selainitu makanan sehari-hari yang disukai anak adalahtelur dan mie instant. Alasan mereka karena mu-dah diperoleh dan praktis memasaknya. Di seki-tar lingkungan tempat tinggal peternak terdapatwarung-warung yang menjual makanan dengankandungan gizi rendah dan menggunakan bahanpengawet. Selain kemasan makanan yang warna-warni membuat anak tertarik, ayah dan ibu pe-ternak cenderung kurang melarang anak-anaknyamembeli makanan jajanan dan tidak menyedia-kan makanan pengganti yang diolah sendiri di-rumah.

Dalam hal mengonsumsi susu ternyataanak-anak peternak lebih menyukai susu dalamkemasan yang dijual di warung-warung. Rasayang bervariasi merupakan salah satu alasan anak-anak menyukai susu dalam kemasan. Hal ini sesuaidengan hasil penelitian pendahuluan yang pernahdilakukan peneliti bahwa kurang dari 40 persenkeluarga yang mengonsumsi susu. Padahal 75persen para ibu peternak mengetahui kandungansusu dan manfaatnya bagi tubuh. Alasan yang di-kemukakan keluarga peternak mengapa merekaenggan mengonsumsi susu hasil perahan sendiri

Wardyaningrum, Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi ...

Page 8: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

296

adalah rasa bosan, jijik atau lebih baik semua hasilsusu yang diproduksi dijual ke koperasi.

Faktor internal ketiga yang menentukanpola komunikasi keluarga peternak adalah penda-patan yang rendah (rata-rata kurang dari satu jutarupiah perbulan). Anggota keluarga tidak memi-liki banyak pilihan untuk menentukan menu yangmengandung unsur protein seperti daging dan ikan,atau buah-buahan yang bagi mereka cukup mahal.Ayah dan anak biasanya menyampaikan keinginanuntuk mengonsumsi variasi menu makanan sepertidaging, ikan dan buah kepada ibu hanya pada saatmemperoleh pembayaran dari koperasi setiap15 hari. Temuan lain yang diperoleh tentang ke-tersediaan sumber pangan diantaranya terbatas-nya lahan yang dahulu digunakan untuk menanamsayuran dan buah kini digunakan untuk menanamrumput untuk pakan ternak. Keterbatasan eko-nomi peternak tidak memiliki banyak pilihan untukmengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisiyang optimal.

Komunikasi dalam menentukan nutrisicenderung lebih besar porsinya dilakukan olehpara ibu karena faktor waktu serta peran yangdimilikinya, namun diperoleh temuan mengenaiperan ayah dalam menentukan konsumsi nutrisikeluarga. Ayah adalah penentu berapa jumlah litersusu yang diserahkan ke koperasi untuk dijual danberapa liter yang dapat dikonsumsi sendiri.Umumnya ayah memiliki kebiasaan mengonsumsisusu setelah memerah namun hanya sebagian kecilyang mengalokasikan susu perahan untuk dikon-sumsi keluarga terutama pada anak. Sehinggasesungguhnya ayah memiliki peluang lebih besaruntuk menentukan konsumsi susu bagi kelu-arganya.

Peran ayah sebagai peternak dapat di-tingkatkan dalam menentukan konsumsi nutrisibagi anggota keluarga maka pola komunikasiantara ayah dan ibu dapat mengarah pada polakomunikasi yang lebih seimbang (balance splitpattern). Ayah dan ibu memiliki peran dalam me-nentukan nutrisi bagi anggota keluarga sesuaidengan porsinya masing-masing. Kondisi ini jugasangat mendukung karena umumnya tipe keluargapeternak adalah tipe keluarga konsensual yangsangat sering melakukan percakapan diantaraanggota keluarga. Selain itu anak-anak pada ke-

luarga konsensual cenderung memiliki kepatuhanyang tinggi kepada orang tua, sehingga hal ini dapatmembantu mendukung terbentuknya polakomunikasi yang lebih seimbang dalam keluarga.

Faktor-faktor eksternal yang menentukanpola komunikasi keluarga

Ditemukan dua faktor eksternal yang dapatmenentukan pola komunikasi keluarga yaitulingkungan sosial dan peran organisasi masyarakat.Pada faktor sosial peneliti menyimpulkan bahwakeluarga peternak umumnya memiliki keterikatanyang cukup tinggi dengan keluarga besar. Umum-nya mereka memilih tinggal di wilayah yang samadan masih berdekatan dengan keluarga besarnya.Banyak keputusan yang diambil keluarga ter-gantung dengan pendapat dari keluarga besar.Misalnya dalam menentukan jenis pekerjaanyang dipilih, dalam pengelolaan ternak atau pem-bangunan rumah. Frekuensi bertemu serta berin-teraksi dalam berbagai aktivitas bersama sanakfamili cukup sering dilakukan. Cenderung tidakditemukan masyarakat pendatang dari wilayahdiluar Jawa Barat dan kurangnya interaksi dengankelompok diluar wilayah tersebut. Kondisi inimenjadikan pengetahuan yang diperoleh anggo-ta keluarga tentang nutrisi diperoleh secara turuntemurun dan dalam lingkup yang terbatas. Sehing-ga nampak kurangnya inovasi dalam mengelolahasil ternak atau sumberdaya pangan yang lain.

Faktor eksternal kedua adalah keterlibatanorganisasi masyarakat. Ditemukan kurangnyaaktivitas organisasi Pendidikan KesejahteraanKeluarga (PKK) yang umumnya dikelola olehpara ibu dan memiliki 10 program pokok yangdiantaranya adalah tentang gizi keluarga. Pen-didikan yang dicapai anak-anak peternak hanyabeberapa di antaranya yang mencapai SMUdan informasi mengenai nutrisi maupun varianmakanan sangat jarang diberikan disekolah. Se-hingga pengetahuan tentang konsumsi nutrisiyang diperoleh keluarga peternak lebih cenderungmelalui proses pengamatan terhadap perilakuorang-orang yang berada di lingkungan sekitarnyadan kemudian melakukan peniruan (observationallearning). Proses belajar yang diperoleh daripengetahuan (cognitive learning) tentang

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 289 - 298

Page 9: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

297

konsumsi nutrisi hampir tidak ditemukan. Padaproses belajar dari pengetahuan, seseorangmengalami proses belajar melalui pemecahanmasalah sehingga dapat mengendalikan ling-kungannya. Sampai saat ini lembaga koperasimemberikan pengetahuan kepada peternak se-bagai anggota koperasi sebatas kualitas susu yangbaik untuk kepentingan suplai susu ke produsen.Aktivitas dari lembaga PKK, sekolah dan kope-rasi kurang memberikan kontribusi dalam pembe-rian pengetahuan tentang nutrisi pada anggotakeluarga peternak.

Simpulan

Terdapat pembagian peran antara ayah danibu pada keluarga peternak dimana ibu memilikiporsi peran dan waktu yang lebih besar untukberinteraksi dengan keluarga, sehingga komunikasikeluarga dalam menentukan konsumsi nutrisicenderung didominasi oleh ibu (unbalance splitpattern). Pola komunikasi dominan yang ter-bentuk ditentukan oleh faktor internal yaitu waktuberkomunikasi antar anggota keluarga, rendahnyapengetahuan tentang nutrisi dan keterbatasanekonomi. Sedangkan faktor eksternal yangmenentukan pola komunikasi keluarga adalahlingkungan sosial dimana keluarga peternakcenderung kurang berinteraksi dengan masyarakatdari wilayah lain. Selain itu kurangnya peranorganisasi masyarakat dalam memberikanpengetahuan tentang nutrisi seperti lembagakoperasi yang menaungi peternak,organisasi PKKdan sekolah.

Ditinjau dari peran ayah dan faktor kepe-milikan sumber daya sebenarnya pihak ayah danibu memiliki potensi untuk membentuk polakomunikasi menjadi lebih seimbang (balance splitpattern). Ayah sebagai penentu hasil perahan susuberpeluang untuk mengarahkan anggota keluargauntuk mengonsumsi susu. Komunikasi yangdisampaikan dapat berupa perintah, persuasi ataumenggunakan contoh perilaku sehari-hari denganmenggunakan pendekatan yang sesuai dengankebutuhan ibu dan anak. Perlu ditingkatkan keter-libatan organisasi masyarakat atau lembaga terkaitdalam memberikan informasi tentang nutrisi padaanggota keluarga. Lembaga koperasi dapat me-

ningkatkan pengetahuan tentang manfaat nutrisiterutama konsumsi susu kepada anggotanyasehingga para ayah dapat memiliki peran lebihbesar dalam menyampaikan informasi tentangnutrisi kepada keluarga. Organisasi PKK dapatmelibatkan ibu dalam menyampaikan informasitentang nutrisi serta bagaimana mengelola nutrisikeluarga yang optimal meskipun memiliki ke-terbatasan ekonomi. Sedangkan instansi sekolahdapat memasukan kegiatan tentang pengenalannutrisi melalui mata pelajaran atau kegiatan eks-tra kurikuler. Dengan peningkatan pengetahuanyang dimiliki oleh seluruh anggota keluarga makapola komunikasi diantara anggota keluarga yangsemula cenderung didominasi oleh ibu dapatmenjadi lebih seimbang karena adanya komuni-kasi tentang nutrisi dari ayah dan anak. Pening-katan pengetahuan tentang nutrisi yang disam-paikan kepada anggota keluarga hendaknyaberbentuk informasi praktis namun memberikanbanyak manfaat bukan saja bagi kesehatan ang-gota keluarga namun dapat meningkatkankesejahteraan ekonomi keluarga.

Ucapan Terimakasih

Terimakasih peneliti sampaikan kepadaLembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat(LP2M) Universitas Al Azhar Indonesia danKoperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)Lembang Jawa Barat yang telah mendukung penuhpelaksanan penelitian ini.

Daftar Pustaka

DeVito, Joseph A, 2001, The InterpersonalCommunication Book, Addison Wesley,Longman, New York.

Galvin, Kathleen M & Bernard J, Brommel, 1986,Family Communication: Cohesion andChange, Scott, Foresman and Company,England.

Liliweri, Alo, 2008, Dasar-Dasar KomunikasiKesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Morisan dan Wardhani, Andy C Ghalia Indone-sia, 2009, Teori Komunikasi tentangKomunikator, Pesan, Percakapan danHubungan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Wardyaningrum, Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi ...

Page 10: Pola Komunikasi Keluarga dalam Menentukan Konsumsi Nutrisi

298

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, KesehatanMasyarakat, Ilmu dan Seni, RinekaCipta, Jakarta.

Poerwandari, E. Kristi, 2009, Pendekatan Kuali-tatif Untuk Penelitian Perilaku Manu-sia, LPSP3 Fakultas Psikologi Universi-tas Indonesia, Depok.

Rohim, Syaiful H., 2009, Teori Komunikasi,Persepektif, Ragam & Aplikasi, RinekaCipta, Jakarta.

Sciffmann, Leon G dan Leslie Lazar Kanuk, 2000,Consumer Behaviour, Prentice-Hall,New Jersey.

Setiawati dan Dermawan, Proses Pembelajarandalam Pendidikan Kesehatan, 2008,Trans Info Media, Jakarta.

Segrin, Chris and Flora Jeanne, 2005, FamilyCommunication, Lawrence ErlbaumAssociates, United States of America.

Sumarwan, Ujang, 2004, Perilaku Konsumen,Teori dan Penerapannya dalam Pema-saran, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Winarno F.G, dan Fernandez Ivone, E, 2007, Susudan Produk Fermentasinya M-BrioPress, Bogor.

Artikel :

Kompas, Minggu 14 Maret 2010, KantinSekolah Mulai jadi Perhatian.

Kompas, Minggu 14 Maret 2010, Berbagi HatiKetika Makan Malam.

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September - Desember 2010, halaman 289 - 298