prisnsip kerja penentuan fosfat

19
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA ACARA V PRINSIP KERJA PENENTUAN FOSFAT Oleh : VICKY DIMAS PRADHIKA 26020114140105 Kelas IK-B/ Shift 4 Asisten: WAHYU BAGIO LEKSONO 26020112130053 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

Upload: vicky

Post on 16-Sep-2015

60 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

laporan penentuan kadar fosfat dengan menggunakan metode spektofotometer.

TRANSCRIPT

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIAACARA VPRINSIP KERJA PENENTUAN FOSFAT

Oleh :VICKY DIMAS PRADHIKA26020114140105

Kelas IK-B/ Shift 4Asisten:WAHYU BAGIO LEKSONO26020112130053PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2015LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

No.MateriNilai

1Pendahuluan

2TinjauanPustaka

3MateridanMetode

4Hasil

5Pembahasan

6Penutup

7DaftarPustaka

8Lampiran

T O T A L

Semarang, 16 April 2015

AsistenPraktikum

Praktikan

Wahyu Bagio Leksono

Vicky Dimas Pradhika NIM.26020112130053

NIM.26020114140105

Mengetahui,

KoordinatorAsisten

Giovanny Eveline Wirahana NIM. 26020112130058

I. PENDAHULUANII. TINJAUAN PUSTAKA1.1 Pengertian Fosfat

Fosfat merupakan nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan suatu organisme perairan, namun tingginya konsentrasi fosfat di perairan mengindikasikan adanya zat pencemar. Senyawa fosfat umumnya berasal dari limbah industri, pupuk, limbah domestik dan penguraian bahan organik lainnya (Wisnubroto, et.all., 2012). Kandungan fosfat dalam air sangat bermanfaat bagi tumbuhan perairan, terutama fitoplankton.Kandungan fosfat juga terdapat pada polip karang yang merupakan sisa dari metabolisme terumbu karang. Sisa dari hasil metabolisme karang adalah nutrien seperti amonia, fosfat dan CO2. Fosfat merupakan zat anorganik yang sangat dibutuhkan oleh Zooxanthelae yang bersimbiosis dengan terumbu karang untuk berfotosintesis. Fosfat merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi metabolisme sel tumbuhan akuatik (Suryanti, et.all., 2013).

1.2 Siklus Fosfat di Laut

Fosfor yang tidak mempunyai suatu komponen atmosfer cenderung bersiklus secara lokal (Tanda panah kelabu). Laju tepatnya bervariasi dalam sistem yang berbeda beda. Secara umum, kehilangan kecil dari sistem terestrial yang disebabkan oleh pencucian diseimbangkan oleh pelapukan batuan. Dalam sistem akuatik seperti dalam sistem terestrial, fosfor bersiklus melalui jaring jaring makanan. Sebagian fosfor hilang dari ekosistem karena resipitasi kimia atau melalui pengendapan detritus ke bagian dasar, dimana sedimentasi bisa mengunci beberapa nutrien sebelum proses biologis dapat memperolehnya kembali. Dalam skala waktu yang jauh lebih lama, fosfor dapat tersedia bagi ekosistem melalui proses geologis seperti pengangkatan (tanda panah hitam). Pola umum ini juga berlaku bagi siklus nutrien lain, termasuk unsur unsur yang jumlahnya sedikit (Campbell, et.all., 2004).

Humus dan partikel tanah mengikat fosfat sedemikian rupa sehingga siklus fosfor cenderung menjadi cukup terlokalisir dalam ekosistem. Akan tetapi, fosfor benar benar masuk ke dalam air, yang secara perlahan mengalir dari ekosistem terestrial ke laut erosi hebat juga dapat mempercepat pengurasan fosfat, tetapi pelapukan batuan umumnya sejalan dengan hilangnya fosfat. Fosfat yang mencapai larutan secara perlahan lahan terkumpul dalam endapan, kemudian tergabung ke dalam batuan, yang kemudian dapat menjadi bagian dari ekosistem terestrial sebagai akibat proses geologis yang meningkatkan dasar laut atau menurunkan permukaan laut pada suatu lokasi tertentu dengan demikian, sebagian besar fosfat bersiklus ulang secara lokal diantara tanah, tumbuhan, dan konsumen atas dasar skala waktu ekologis, sementara suatu siklus sedimentasi secara bersamaan mengeluarkan dan memulihkan fosfor terestrial selama waktu geologis. Pola umum yang sama berlaku juga bagi nutrien yang lain tidak memiliki bentuk yang terdapat di atmosfer (Campbell, et.all.,2004).

1.3 Proses Terbentuknya Fosfat

Fosfat merupakan satu -satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan terendapkan di lautan. Menurut Bahri, et.all (2013) proses terbentuknya endapan fosfat ada tiga, yaitu :

1) Fosfat primer, terbentuk dari pembekuan magma alkalin pada intrusi hidrotermal yang terkadang berasosiasi dengan batuan beku alkalin yang mengandung mineral fosfat apatit. Terutama fluor apatit {Ca5 (PO4)3 F}dalam keadaan murni mengandung 42 % P2O5 dan 3,8 % F2.

2) Fosfat sedimen, merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam. Endapan laut terbentuk dari hasil penguraian berbagai kehidupan yang ada di laut, atau akibat erosi mineral-mineral yang mengandung fosfat oleh aliran sungai yang kemudian dibawa kelaut dan masuk ke dalam urat-urat batu gamping. Akibat adanya peristiwa geologi, endapan akan terangkat dan membentuk daratan.

3) Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi hewanhewan darat, burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujandan air tanah. Unsur P merupakan unsur penting bagi semua aspek kehidupan terutama dalam transformasi energi metabolik (Kuhl, 1974).

1.4 Manfaat dan Kegunaan Fosfat

Unsur P juga merupakan penyusun ikatan pirofosfat dari ATP (Adenosine Tri Phosphat) yang kaya energi dan merupakan bahan bakar untuk semua kegiatan biokimia di dalam sel hidup serta merupakan penyusun sel yang penting. Fosfat (P) merupakan bentuk dari fosfor yang bermanfaat bagi tumbuhan. Berkaitan dengan pertumbuhan rumput laut, fosfor berperan sebagai faktor pembatas dalam proses fotosintesis, dimana perbandingan antara N, P, dan K yang diperlukan oleh rumput laut adalah 15:5:1,8. Kisaran fosfat yang terdapat di laut adalah 0,021-0,201 ppm dan permukaan air laut mengandung fosfat terlarut lebih rendah dibanding perairan laut yang lebih dalam (Setyaningrum, et.all.,2009).

1.5 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Amirudin, 2012). Masing masing nutrien di alam, mempunyai karakteristik absorbansi warna yang berbeda beda dengan panjang gelombang yang berbeda beda pula.

1.6 Prinsip Kerja Spektrofotometer

Spektrofotometer ultraviolet visible (UV-Vis) adalah salah satu dari beberapa Spektroskopi ultraviolet-visibel (UV-Vis) digunakan untuk analisis kimia secara kuantitatif maupun kualitatif spesies kimia. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada penyerapan sinar oleh spesi kimia tertentu di daerah ultraviolet dan sinar tampak (visible). Daerah ultraviolet berada di sekitar 100 nm-400 nm, sedangkan spektrum tampak berada pada daerah sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) (Fessenden & Fessenden, 2001: 436). Hubungan warna dengan warna komplementer pada berbagai panjang gelombang dapat dilihat pada Tabel 1(Fadjri, 2012)..

Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV-Vis tergantung pada struktur elektronik dari suatu molekul. Spektra UV-Vis dari senyawa-senyawa organik berkaitan erat dengan transisi diantara tenaga elektronik. Transisi tersebut biasanya terjadi antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran dari pemisahan tingkatan-tingkatan energi dari orbital-orbital yang bersangkutan. Serapan suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang 13 mengalami transisi. Oleh karena itu, serapan atau absorbansi bergantung pada struktur elektronik senyawanya dan juga pada kepekatan sampel dan panjang selsampel (Fadjri, 2012).

Tabel 1. Warna dan Warna Komplementer pada Berbagai Panjang Gelombang

Menurut Fadjri (2012), serapan dinyatakan dengan nilai intensitas absorbsi pada panjang gelombang maksimal. Absortivitas molar diperoleh dari turunan hukum Lambert-Beer dengan persamaaan sebagai berikut :

A = .b. c

Keterangan :

A = intensitas absorbsi

= koefisien extingsi molar

b = panjang lintasan

c = konsentrasi larutan.

Jika konsentrasi diberikan dalam gram/liter, maka diganti menjadi a yang disebut sebagai serapan spesifik (Fadjri, 2012).III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Hari, tanggal: Kamis, 27 Mei 2015

Waktu

: 11.00 13.00 WIB

Tempat

: Laboratorium Kimia Gedung E Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Tabel 1. Alat praktikum

No Nama Alat Gambar AlatFungsi Alat

1.BotolSampelSebagai tempat untuk sampel air yang akan diukur kadar fosfatnya

2.Pipet Untuk memindahkan volume larutan dalam skala kecil

3.CorongUntuk mempermudah dalam memasukkan larutan

4.Gelas UkurUntuk mengukur volume larutan

5.spektofotometerAlat untuk memnentukan absorbansi sampel

3.2.1 Bahan

Tabel 2. Bahan praktikum

No Nama BahanGambar BahanFungsi Bahan

1. Sampel air lautSampel yang akan diukur kadar fosfatnya

2.Amonium heptamolybdateSebagai reagen

3.Potassium antimotil tartatSebagai reagen

4.Asam SulfatSebagai reagen

5. Asam AskorbitSebagai reagen

2.2 Metode2.2.1 Diagram alir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil

Table 1 hasil spektofotometer kelompok 5No.C#WLABS%TCONC

1.18803,0000,013

2.28803,0000,013

3.38800,71719,140,7

4.48802,5530,282,55

5.58800,13772,970,137

6.68800,11776,340,117

7.78800,13772,870,137

8.88800,14271,920,142

4.1.1 Kurva Absorbansi Shift 1

4.1.2 Kurva Absorbansi Shift 2

4.1.3 Kurva Absorbansi Shift 3

4.1.4 Kurva Absorbansi Shift 4

4.2 PembahasanPraktikum kali ini bertujuan untu melakukan penentuan kadar fosfat pada suatu perairan, pengukuran kadar fosfat sendiri memiliki manfaat untuk mengetahui kualitas suatu perairan tersebut apakah subur atau tidak. Kadar fosfat pada perairan bisa di bagi menjadi 3 tingkatan, subur, sedang dan tidak subur atau tercemar.

Pada perhitungan fosfat di praktikum ini terdapat beberapa sampel air yang di uji kadar fosfat nya, yaitu ada sampel air dari Teluk awur dan ada sampel air dari Kulonprogo. Dari data kedua sampel tersebut terlihat berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi beberapa faktor, faktor diantaranya adalah adanya angkutan dari muara sungai sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap kosentarsi fosfat pada air, selain itu aktivitas penduduk yang lebih padat akibat padatnya penduduk pada suatu daerah kemungkinan mempengaruhi infut fosfat yang sangat besar yang berasal dari limbah domestik, misalnya deterjen, produk-produk pembersih dan kotaran manusia. Kandungan fosfat yang cukup tinggi menyebabkan perairan tersebut subur dan organisme perairan dapat berkembang baik. Kandungan fosfor dalam air merupakan karakteristik kesuburan perairan yang bersangkutan. Pada umumnya perairan yang mengandung ortofosfat antara 0,03 - 0,1 mg/L adalah perairan yang oligotrofik. kbantara 0,11 - 0,3 mg/L perairan yang mesotrofik dan kandungan antara 0,31 1,0 mg/L adalah perairan eutrofik.

Kosentrasi fosfat di perairan akan berkurang seiring dengan tingginya pengambilan fosfat untuk sintesa bahan organik melalui proses fotosintesis. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu, konsentrasi maksimum fosfat yang layak untuk kehidupan biota laut adalah 0,015 mg/l. Dari hasil yang didapat setiap kelompok sebagian besar konsentrasi fosfat yang didapat lebih dari 0,015 mg/l hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kesalahan praktikan, kemungkinan saat penambahan mix reagen tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.Pada praktikum kadar fosfat ini terjadi beberapa kesalahan dalam perhitungan data pada shift pertama dan kedua, hal ini disebabkan karena pemasukan larutan standar atau larutan blanko yang salah pada alat spektofotmeter yang menyebabkan hasil yang tertera pada alat spektofotometer negatf. Dari kesalahan tersebut praktikan pada sift 3 dan 4 tidak memasukkan larutan blanko pada spektofotometer sehingga hasilnya positif.V. PENUTUP5.1 Kesimpulan

Penentuan kadar fosfat dapat dilakukan dengan alat spektofotometer Fosfat dari air laut kulon progo adalah 0,137.2 Saran

1. Menjaga kebersihan alat baik sesudah maupun sebelum praktikum2. Dilakukan perawatan pada alat alat lab dengan baikDAFTAR PUSTAKAAini, Muslihuddin. 2013. Profil Kandungan Nitrat dan Fosfat pada Polib Karang Acropora sp. Di Pulau Menjangan Kecil Taman Nasional Karimunjawa. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro : Semarang

Amirudin, Panut. 2012. Ekstraksi dan Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Zat Warna Daun Singkong Menggunakan Spektofotometer.Teknik Kimia, Universitas Diponegoro : Semarang

Kushartono, Edi Wibowo. 2009. Aplikasi Perbedaan Komposisi N, P, K pada Budidaya Euhema cottonii di Perairan Teluk Awur Jepara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro : Semarang

Nabeel, Faza. 2013. Analisa sebaran Fosfat dengan Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner Schulumberger. Fakulas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ITS: Surabaya