proposal edit
TRANSCRIPT
PROPOSAL SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TENIK PROBING
DAN METODE PERMAINAN PADA MATERI FUNGSI KELAS VIII.1 SMP NURUL ISLAM JAKARTA
EDI RIDO PAMUNGKAS 3115041574
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ujian nasional (UN) merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan untuk menentukan standar mutu pendidikan. Kebijakan ini
berkaitan dengan berbagai aspek yang dinamis seperti budaya, kondisi sosial,
ekonomi, politik dan keamananan. Hampir seluruh tenaga pendidikan sepakat
akan perlunya ujian, untuk mengetahui berbagai upaya yang dilakukan dalam
proses pendididkan. Namun karena pemerintah menetapkan nilai UN minimal
yang harus dicapai oleh peserta didik dalam kelulusan menimbulkan masalah,
diantaranya penekanan lebih kepada hasil belajar daripada proses belajar.
Masalah lain yang timbul adalah kurangnya motivasi belajar siswa pada kelas
VII dan VIII. Hal ini dikarenakan kebijakan nilai UN minimal hanya berlaku
untuk kelas IX.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ditempuh
dalam ujian nasional. Selain itu, matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Sehingga
dalam pelaksanaannya, matematika diajarkan mulai dari tingkat SD, SLTP,
SMU hingga perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan matematika merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan siswa untuk dapat berpikir logis,
kritis, sistematis, tekun, dan kreatif.1
1
Meskipun matematika mempunyai jam yang relatif paling banyak,
kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa matematika masih dianggap
sebagai pelajaran yang sulit, menakutkan bahkan sebagian menganggapnya
sebagai momok. Hal tersebut mengakibatkan intensitas belajar matematika
rendah. Padahal prestasi belajar pada hakekatnya merupakan pencerminan dari
usaha dan intensitas belajar, semakin tinggi usaha dan intensitas belajar
semakin baik pula prestasi yang dihasilkan.2
Hal yang sama juga dialami oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama
Nurul Islam Jakarta (SMP NURIS). Hasil observasi di Sekolah Menengah
Pertama Nurul Islam Jakarta (SMP NURIS) kelas VIII-1 menunjukkan
rendahnya nilai rata-rata matematika dan motivasi belajar siswa. Situasi dan
kondisi kelas VIII-1 dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
1. Saat guru memulai pembelajaran, sebanyak 75% siswa masih belum siap
belajar. Hal ini terlihat dari masih ada siswa yang berbicara dan belum
mempersiapkan kelengkapan belajarnya seperti buku catatan, buku
pedoman dan bahkan tidak membawa buku latihan.
2. Siswa yang tidak mengerjakan tugas pada pertemuan sebelumnya sebanyak
80%.
3. Walau sudah diingatkan pada pertemuan sebelumnya, masih ada siswa
yang tidak membawa peralatan seperti penggaris, busur dan jangka, yaitu
sebanyak 75%.
2
4. Sekitar 75% siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat guru
menerangkan. Kegiatan yang dilakukan, berupa : sekitar 60% siswa
melakukan kegiatan seperti bermain-main dan berbicara dengan teman,
baik dengan teman sebangku ataupun lintas bangku, dan sekitar 40% siswa
mengerjakan tugas pelajaran lain.
5. Hanya 10%-15% siswa yang mengerjakan latihan soal. Sedangkan 85%
siswa lainnya menunggu hasil pekerjaan temannya dan melakukan kegiatan
diluar kegiatan pembelajaran seperti bercanda dan bermain-main, hal ini
sangat mengganggu siswa yang sedang mengerjakan latihan.
6. Siswa tidak merespon saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya
dan menjawab latihan soal ke papan tulis.
7. Hampir 75% lebih siswa suka bermain-main dengan teman-temannya
daripada mengikuti proses pembelajaran.
8. Kegiatan pembelajaran matematika menggunakan metode ceramah dan
membosankan siswa.
9. Guru pernah mencoba menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam
bentuk kumpulan soal yang siap pakai untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Namun hanya 10%-15% siswa yang mengerjakan LKS
sedangkan siswa lain menunggu hasil pekerjaan temannya.
10. Dari hasil evaluasi siswa dapat dilihat sebanyak 31,57% siswa yang lulus
KKM dengan standar 57,00 dari jumlah keseluruhan 44 siswa. Berikut
daftar nilai siswa dan persentasenya:
Tabel 1.
Interval nilai Frekuensi Persentase<57 30 68,18%
57-67 9 20,45%68-77 5 11,36 %78-87 0 0%88> 0 0 %
Keterangan :Nilai tertinggi : 72 Rata-rata : 38,5Nilai terendah : 25
Berdasarkan hasil pengamatan, diskusi dengan guru dan wawancara
dengan siswa peneliti berpendapat bahwa:
1. Motivasi belajar matematika siswa rendah, hal ini terlihat dari:
a. Beberapa siswa tidak membawa buku pelajaran matematika pada saat
mata pelajaran matematika berlangsung,
b. Sebagian siswa tidak membawa penggaris padahal sudah diingatkan
pada pertemuan sebelumnya,
c. Sebagian siswa tidak mengerjakan tugas tambahan seperti membuat
bangun ruang dari karton,
d. Pada saat guru memberikan kesempatan untuk mencatat materi yang
sedang diajarkan masih terdapat siswa yang mengabaikannya dan
e. Ketika guru memmerintahkan untuk mengerjakan tugas dikelas, masih
terdapat siswa yang tidak mengerjakannya.
2. Partisipasi dan keaktifan siswa ketika proses pembelajaran matematika
berlangsung di kelas rendah, hal ini terlihat dari:
a. Siswa tidak ada yang bertanya ketika guru memberikan kesempatan
untuk bertanya, padahal berdasarkan wawancara dengan siswa 75%
siswa belum mengerti materi yang sedang diajarkan,
b. Siswa tidak ada yang maju ke depan kelas ketika guru meminta siswa
untuk mengerjakan soal latihan dipapan tulis.
3. Upaya untuk memacu siswa agar aktifitas belajar tetap berjalan dengan
baik melalui mengerjakan soal dalam LKS yang siap pakai dirasa kurang
efektif untuk dijalankan di kelas tersebut.
Oleh karena itu perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan efektifitas
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan akademik
siswa untuk memahami atas materi yang disampaikan dan hasil belajar siswa
tersebut. Untuk menyalurkan kebiasaan siswa saat pembelajaran berlangsung,
peneliti merencanakan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran
teknik probing yang dikombinasikan dengan metode permainan. Dalam
kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya
bervariasi dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.
Digunakannya pembelajaran metode pembelajaran teknik probing dan
metode permainan ini, karena dari hasil observasi dan wawancara dengan
siswa diperoleh suatu kesimpulan bahwa siswa lebih senang pada sesuatu
yang menantang dan terus membuatnya penasaran serta dari banyaknya siswa,
antara 70%-75% siswa yang suka bermain-main ketika proses pembelajaran.
Untuk memudahkan proses evaluasi, pada penelitian kali ini akan digunakan
LKS yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Penerapan metode
pembelajaran teknik probing dan metode permainan diharapkan dapat
membuat siswa yang senang pada sesuatu yang menantang dan yang suka
bermain-main ketika proses pembelajaran dapat lebih fokus pada pelajaran
sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa
kelas VIII-1 SMP Nurul Islam Jakarta.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pokok bahasan fungsi dengan menggunakan metode pembelajaran
teknik probing dan metode permainan pada pembelajaran matematika di kelas
VIII-1 SMP Nurul Islam (NURIS) Klender Jakarta Timur. Adapun hal-hal
yang akan diamati adalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran teknik
probing dan metode permainan dapat membuat siswa lebih aktif?
2. Apakah dengan penerapan metode pembelajaran teknik probing dan
metode permainan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memberikan alternatif metode
pembelajaran yang dapat menciptakan proses pembelajaran matematika agar
lebih menarik, menyenangkan dan interaktif sehingga keaktifan siswa ketika
proses pembelajaran matematika berlangsung meningkat yang pada akhirnya
akan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan
motivasi siswa terhadap pelajaran matematika, serta dapat meningkatkan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi
selama proses pembelajaran matematika sehingga hasil belajar matematika
siswa lebih baik.
2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukkan untuk melakukan pembelajaran dengan
metode pembelajaran teknik probing dan metode permainan sebagai
alternatif yang baru di sekolah SMP Nurul Islam sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi
dalam untuk mengembangkan penelitian yang memanfaatkan model
pembelajaran dan metode ini.
4. Bagi peneliti, sebagai tambahan pengetahuan baru dan pengalaman yang
menjadi tolok ukur untuk melakukan penelitian tindakan kelas, sehingga
menjadi salah satu variasi dalam mengajar.
E. Batasan Istilah
Pada penelitian ini digunakan batasan istilah agar memilki satu tafsiran.
Batasan istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar matematika pada pokok bahasan fungsi.
2. Keaktifan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah setiap
aktifitas belajar yang melibatkan fisik, mental intelektual dan emosional
untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
3. Peningkatan hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
peningkatan hasil belajar ranah kognitif dalam pembelajran matematika
pokok bahasan fungsi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Belajar dan Belajar Matematika
Belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan
individu untuk memenuhi kebutuhannya. Secara psikologis belajar adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan
lingkungan (Slameto, 1991:2). Menurut teori konstruktivisme belajar akan
efektif jika siswa secara aktif membangun sendiri pengetahuannya.
Pandangan konstruktivis tentang pembelajaran menyatakan siswa
seyogyanya diberi kesempatan agar menggunakan strategi sendiri dalam
belajar secara sadar dan guru membimbing siswa ke tingkat pengetahuan
yang lebih tinggi. Driver (dalam Suparno, 1996:49) mengungkapkan
beberapa prinsip konstruktivisme, yaitu : (a) pengetahuan dibangun oleh
siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial; (b) pengetahuan tidak
dapat dipindahkan dari guru ke siswa kecuali dengan keaktifan siswa; (c)
siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai
dengan konsep; (d) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan
situasi agar proses konstruksi siswa berjalan dengan mulus.
Teori Piaget (dalam Suparno, 1999:30) mengungkapkan
bagaimana suatu pengatahuan dapat diperoleh, menurutnya pengetahuan
merupakan adaptasi pikiran terhadap realitas, seperti orrganisme
beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya pengetahuan datang dari
tindakan dan sebagian besar perkembangan kognitif bergantung kepada
seberapa jauh seseorang aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Jika seseorang tidak melakukan adaptasi maka akan terjadi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga untuk memberi respon
terhadap lingkungannya maka harus melakukan akomodasi. Akomodasi
itu sendiri adalah mengubah struktur kognitif yang tidak sesuai menjadi
struktur baru yang sesuai (adaptasi), sehingga mencapai keseimbangan
(equilibrium) lagi.
Seorang guru harus mampu memfasilitasi siswanya dalam
membangun pengetahuannya dengan cara menstimulasi terjadinya proses
adaptasi. Staton (1978:48) menyatakan salah satu cara untuk
menstimulasinya dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang
tersusun secara sistematis yang dapat diajukan pada saat-saat yang tepat
selama pembelajaran berlangsung.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Osman dan
Hannafin (1994:9-10) guru dapat membimbing siswa dari tingkat berpikir
yang lebih rendah menuju tingkat berpikir yang lebih tinggi dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai ’apa’ atau ’kapan’ untuk
mengungkapkan pengetahuan awal siswa lalu diajukan dengan pertanyaan
’bagaimana’ dan ’mengapa’. Jadi, Belajar yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhannya secara sadar dan berkesinambungan.
Menurut James dan James dalam buku yang berjudul “Strategi
Belajar Mengajar kontemporer” yang dikutip oleh Erman Suherman,
“matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan stu dengan yang lainnya
dengan jumlah yang sangat banyak yang terbagi dalam tiga bidang, yaitu
aljabar, analisis, dan geometri”.3 Menurut Soedjadi dalam buku yang
berjudul”Kiat Pendidikan Matematika Indonesia” mengungkapkan
bebeberapa karakteristik matematika, yaitu :
a. memiliki objek kajian yang abstrak,
b. bertumpu pada kesepakatan,
c. berpola pikir deduktif,
d. memiliki simbol yang kosong dari arti,
e. memerhatikan semesta pembicaraan, dan
f. konsisten dalam sistemnya.4
Dengan melihat beberapa pendapat para ahli diatas, pengertian
matematika dalam penelitian ini adalah ilmu tentang logika yang kajiannya
bersifat abstrak, tersusun secara hierarkis, penalarannya bersifat deduktif,
dan konsisten dalam sistemnya.
3 Erman suherman”strategi belajar mengajar kontemporer”4 Soedjadi”kiat pendidikan matematika Indonesia”
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan diatas,
hakikat belajar matematika dalam penelitian ini adalah belajar mengenai
ketrampilan untuk memahami konsep, prinsip dari ilmu matematika yang
kajiannya melibatkan fakta dan pemecahahan masalah secara mandiri dan
berkesinambungan.
2. Hasil Belajar Matematika
Menurut Herman Hudojo dalam bukunya yang berjudul ”Mengajar
Belajar Matematika”, menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang terjadi akibat proses belajar.5 Jadi hasil belajar
matematika adalah perubahan tingkah laku individu dalam kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap sebagai akibat yang ditimbulkan dari adanya
proses kegiatan yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep
abstrak yang tersusun secara hierarkis dan berkesinambungan yang
memerlukan penalaran-penalaran dalam pemecahannya.
Dalam kajiannya terdapat 3 masalah utama yang terjadi dalam
proses belajar-mengajar, diantaranya :
a. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
b. Masalah mengenai bagaimana hasil belajar itu berlangsung, dan
prinsip yang ingin dilaksanakan.
c. Masalah mengenai hasil belajar.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas terdapat
keterkaitan antara satu dengan yang lain. Proses dan hubungan saling
mempengaruhi dan dipengaruhi antara masalah satu dengan masalah yang
5 Herman hudojo”strategi belajar mengajar”
lain. Sehingga penyelasaiannya pun harus menggunakan strategi yang
saling berkaitan.
Beberapa ahli di bidang pendidikan mengartikan hasil belajar,
menurut Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul ”Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar” menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, psikomotoris.6
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam buku yang berjudul
“Belajar dan Pembelajaran” menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
hasil suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.7
Dari definisi hasil belajar diatas, yang dimaksud dengan hasil
belajar dalam penelitian ini adalah perubahan tingkah laku yang dapat
diamati dan diukur sebagai akibat dari proses belajar dan terjadi dalam
waktu yang relatif lama. Sedangkan hasil belajar matematika dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan perilaku yang diukur dan diamati
dengan memberikan penilaian diakhir pelajaran matematika melalui tes
hasil belajar seperti ulangan, kuis atau ujian
3. Fungsi
Fungsi merupakan salah satu materi mata pelajaran matematika
yang diajarkan di sekolah kelas VIII pada semester satu yang tentang
hubungan antara satu himpunan dengan himpunan yang lain yang yang
lain. Fungsi memiliki dua daerah himpunan, himpunan yang pertama
6 Nana sudjana”Penilaian hasil proses belajar mengajar”7 Dimyati dan mudjiono“Belajar dan pembelajaran”
merupakan himpunan daerah asal atau disebut dengan domain dan
himpunan yang kedua disebut dengan daerah lawan atau kodomain.
Daerah himpunan pada daerah lawan yang merupakan pasangan dari
daerah asal disebut dengan daerah hasil atau range. Adapun desainnya
seperti gambar berikut :
Gambar 1.Keterangan:
X (warna hijau) merupakan domain dari fungsi f,
Y(warna biru) merupakan kodomain
F(X) (warna kuning) merupakan daerah hasil
Fungsi pada pembahasannya menjelaskan 3 bagian antara lain : (a) relasi,
(b) fungsi, (c) korespondensi satu-satu.
a. Relasi
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu aturan yang
memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota
himpunan B.
b. Fungsi (Pemetaan)
Fungsi (pemetaan) dari A ke B adalah relasi khusus yang
memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B. Untuk
mendefinisikan fungsi dapat digunakan notasi berikut.
Dengan demikian kita telah mendefinisikan fungsi f yang
memetakan setiap elemen himpunan A kepada B. Notasi ini hanya
mengatakan bahwa ada sebuah fungsi f yang memetakan dua
himpunan, A kepada B.
c. Korespondensi satu-satu
Himpunan A dikatakan berkorespondensi satu-satu dengan
himpunan B jika setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu
anggota B dan setiap anggota B dipasangkan dengan tepat satu anggota
A. Dengan demikian, banyak anggota himpunan A dan B haruslah
sama.
Untuk menyatakan fungsi ada 3 cara: a). diagram panah, b). diagram
Cartesius, c). himpunan pasangan berurutan. Untuk mempermudah
penjelasan digunakan contoh. {x|nghdskjadhkajhdajkdhka}
a. Diagram panah
Gambar 2.
A
1
2
3
B
3
4
5
b. Diagram cartesius
Gambar 3.
c. Himpunan pasangan berurutan
Himpunan pasangan berurutan dinyatakan sebagai berikut : (1,3)
(2,4) (3,5)
4. Metode Pembelajaran Teknik Probing
Probing menurut bahasa adalah penyelidikan (Echol dan Shadily,
1996:448). Sedangkan menurut Wijaya (1999:16) probing adalah suatu
teknik pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan untuk
membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada
dirinya agar dapat membangun sendiri menjadi pengetahuan baru.
Aktivitas secara fisik yang diharapkan terjadi dengan teknik probing
adalah sebagai berikut: siswa melakukan observasi (mengamati,
mengukur, mencatat data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan
pertanyaan atau sanggahan, sedangkan aktivitas berfikirnya adalah
54321
5
4
3
2
1
(1 , 3)
(2 , 4)
(3 , 5)
asimilasi, akomodasi dan pembentukan pengetahuan baru.8 Aktivitas guru
dalam menyampaikan teknik probing sesuai dengan langkah-langkah
probing dapat dijabarkan melalui tujuh tahap probing sebagai berikut :
a. Tahap I
Menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya dengan
memperlihatkan gambar, cerita atau situasi lainnya yang mengandung
teka-teki.
b. Tahap II
Menunggu beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada
siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam
merumuskannya.
c. Tahap III
Mengajukan pertanyaan sesuai dengan TPK/indikator kepada
seluruh siswa.
d. Tahap IV
Menunggu beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada
siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam
merumuskannya.
e. Tahap V
Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.
f. Tahap VI
Jika jawaban siswa tepat maka guru meminta tanggapan siswa lain
tentang jawaban tersebut. Jika siswa tersebut mengalami kemacetan
8 (Wijaya, 1992:21)
menjawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak
tepat atau diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain
yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban.
g. Tahap VII
Mengajukan pertanyaan akhir kepada siswa untuk menunjukkan
bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami.
5. Metode Permainan
Permainan dalam pembelajaran merupakan salah satu cara
pembelajaran konsep atau struktur ilmu pengetahuan. Matematika adalah
salah satu ilmu pengetahuan yang dalam proses pengajarannya dapat
melalui permainan menggunakan alat permainan dan alat peraga. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi, bahwa dalam rangka
meningkatkan kesenangan dan minat siswa/warga belajar terhadap
matematika maka perlu diaktifkannya anak-anak untuk menyelesaikan
problema-problema matematika dalam kelompok-kelompok,
digunakannya alat peraga dan diberikan permainan-permainan yang
menarik dan lain-lain9.
Permainan yang dimaksud adalah permainan matematika yang
merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan atau menggembirakan
yang dapat menunjang tercapainya tujuan dalam pembelajaran
matematika. Beberapa konsep dasar matematika yang dalam
pembelajarannya dapat digunakan metode ini antara lain penanaman
konsep dasar luas daerah segitiga, konsep dasar volum bangun ruang,
9 (Ruseffendi, 1980:16)
konsep dasar pengenalan angka dan lain-lain. Dengan demikian permainan
matematika akan merupakan alat yang efektif untuk membangkitkan
minat, motivasi, keterampilan warga belajar khususnya siswa menengah
pertama yang sedang dalam pertumbuhan yang cenderung gemar bermain
dan diaplikasikan pada matematika dan sekaligus merupakan alat yang
efektif untuk mempelajari serta mengembangkan konsep-konsep dasar
matematika. Salah satu alternatif untuk membelajarkan konsep tersebut
adalah melalui permainan yang bukan hanya sekedar bermain tetapi
permainan yang mengandung nilai matematika yang selanjutnya disebut
dengan permainan matematika.
Adapun metode permainan yang akan peneliti terapkan di sekolah
SMP Nurul Islam Jakarta adalah permainan ular tangga yang peneliti
sebut dengan ular tangga fungsi. Ular tangga adalah permainan papan
untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan
permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar
sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain.
Permainan ini diciptakan pada tahun 1870. Permaianan ini tidak memiliki
standar dalam pembuatan papannya, sehingga setiap orang dapat
menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga
yang berlainan sesuai dengan keinginan. Adapun pola permainannya
adalah Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama yang
terletak di sudut kiri bawah kotak dan secara bergiliran melemparkan
dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul.
Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat
langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan
ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah
pemain pertama yang mencapai kotak terakhir. Biasanya bila seorang
pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali
lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.
Pada mulanya permainan ini adalah permainan kuno, seperti
Pachisi, yang berasal dari India. Pada dasarnya permainan ini mengajarkan
bagaimana seseorang akan menuju tangga kebajikan dan kejahatan melalui
penanaman nilai-nilai moralitas anak-anak tentang agama hindu yang
dituangkan dalam papan kotak. Setiap kotak mewakili berbagai jenis ular
yang berasal dari kotak yang mewakili berbagai bentuk kejahatan dan
kebaikan. Nilai-nilai itu terletak pada masing-masing tangga angka. Untuk
nilai-nilai kebajikan antara lain: nilai iman pada angka (12), reliabilitas
(51), kedermawanan (57), pengetahuan (76), asketisisme (78). Sedangkan
nilai-nilai kejahatan antara lain : tidak taat (41), vanity (44), vulgar (49),
theft (52), berbohong (58), mabuk-mabukan (62), utang (69), rage (84),
greed (92), pride (95), pembunuhan (73) dan nafsu (99). Jika permaianan
jatuh tepat pada kotak kebaikan (seperti diatas) maka pemain akan naik
tangga kehidupan yang lebih tinggi. Sedangkan jika jatuh pada kotak
kejahatan maka pemain akan turun atau kembali melalui reinkarnasi ke
tingkatan yang lebih rendah dari kehidupan. Dan permainan akan berakhir
pada kotak 100 yang merupakan Nirvana.
Untuk pola permainan matematika yang akan digunakan adalah
untuk menjawab latihan soal dan pengambilan nilai pada tiap akhir siklus.
Berikut cara memainkan permainan ini:
a. Kelas dibagi menjadi 8 kelompok, dengan masing-masing kelompok
terdiri dari 4-6 siswa.
b. Tiap kelompok membuat/membawa papan permainan ular tangga.
c. Guru menentukan fungsi yang akan digunakan untuk permaianan ular
tangga tersebut.
d. Melakukan permainan ular tangga yang biasa dimainkan.
e. Pengambilan nilai.
Contoh permainan ular tangga:
Metode permainan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
metode permainan dalam pembelajaran matematika yang peneliti
definisikan sebagai cara untuk menyampaikan pelajaran matematika
dengan sarana bermain dengan tuuan agar siswa mendapatkan kesempatan
untuk terlibat langsung dalamm pembelajaran dan membuat siswa merasa
senang terhadap pelajaran matematika.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan untuk melakukan penelitian,
yaitu:
1. Sujarwo dalam penelitian yang berjudul Pembelajaran Matematika dengan
Menggunakan Teknik Probing dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa MAN Malang pada tahun 2000. Dari hasil penelitiannya
disimpulkan bahwa penggunaan teknik probing dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa.
2. Asep Supriyadi dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika dengan Meningkatkan Motivasi Menggunakan
metode Permainan di SMP Negeri 13 Bekasi pada tahun 2010. Dari hasil
penelitiannya disimpulkan bahwa terjadi peningkatan motivasi dalam
belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang.
C. Kerangka Berfikir
Ujian nasional (UN) merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan untuk menentukan standar mutu pendidikan. Hampir seluruh
tenaga kependidikan sepakat akan perlunya ujian untuk mengetahui berbagai
upaya yang dilakukan dalam proses pendidikan. Hasil belajar siswa yang tidak
dapat diukur karena belum memilki standar baku turut melatarbelakangi
terciptanya kebijakan ini. Namun, karena pemerintah menetapkan nilau UN
minimal yang harus dicapai oleh peserta didik dalam kelulusan, telah
menimbulkan beberapa masalah. Masalah bermula dari kelas yang wajib
mengikuti ujian yang hanya dikhususkan pada kelas akhir tiap tingkatan.
Dampaknya pembelajaran hanya mengedepankan hasil daripada proses.
Motivasi belajar hanya sebagai pemenuhan standar kelulusan lulus yang
ditetapkan pemerintah. Siswa lebih berminat mengikuti program bimbingan
kelas khusus dan strategi jitu menyelesaikan soal-soal UN yang semakin
menghilangkan tujuan pembelajaran disekolah sebagai pendidikan yang utuh
daripada mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan serius. Masalah
berikutnya adalah siswa kelas VII dan VIII yang masih merasa aman dan tidak
perlu belajar dengan serius karena kelulusan ditentukan pada saat pelaksanaan
UN, sehingga tidak ada motivasi untuk belajar. Kemudian, penggunaan
metode pembelajaran yang kurang tepat dan kreatif dalam memahami
kebutuhan dan keinginan siswa untuk mata pelajaran matematika, membuat
siswa jenuh dan bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga
siswa melakukan aktivitas bermain dan berbicara. Pembelajaran hanya
didominasi oleh guru dan mengabaikan aspek-aspek pembelajaran,
sebagaimana yang terjadi di kelas VIII-1 SMP Nurul Islam Jakarta, guru
hanya menerapkan metode ceramah yang membuat kegiatan pembelajaran
terpusat pada guru sehingga siswa menjadi bosan, tidak aktif dan
pembelajaran berjalan tidak efektif. Interaksi belajar, baik antar guru dengan
siswa dan siswa dengan siswa yang semestinya harus terjadi dalam kegiatan
belajar mengajar terabaikan.
Masalah tersebut dapat diatasi melalui pembelajaran yang membuat
siswa aktif dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi antar siswa.
Pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran teknik probing akan
membuat keaktifan siswa terbentuk. Pembelajaran ini memiliki karakter yang
berbeda. Guru dapat membimbing siswa dari tingkat berpikir yang lebih
rendah menuju tingkat berpikir yang lebih tinggi dengan pertanyaan-
pertanyaan mengenai ’apa’ atau ’kapan’ untuk mengungkapkan pengetahuan
awal siswa lalu diajukan dengan pertanyaan ’bagaimana’ dan ’mengapa’.
Penggalian informasi tentang kemampuan siswa dalam memahami materi
yang diajarkan melalui paparan pendukung bahan ajar. Siswa mencoba
menjawab pertanyaan guru berdasarkan pengalaman yang dimiliki, sehingga
siswa bersiap diri untuk mengikuti pelajaran matematika. Motivasi terus
dibangun melalui pendekatan yang didasarkan pada kemampuan siswa,
sehingga siswa yang suka tantangan semakin terpacu untuk mengeluarkan
segala kemampuannya dan interaksi belajar baik interaksi antar siswa ataupun
dengan guru terjalin.
Penggunaan metode permainan sebagai upaya membangkitkan kembali
semangat belajar siswa, sehingga penyampaian materi mudah diterima.
Karena dengan metode ini siswa mendapatkan dua hal yaitu bermain dan
belajar. Hal ini juga sesuai dengan kegemaran siswa seperti yang terjadi di
kelas VIII-1 SMP Nurul Islam Jakarta. Adapun permainan yang akan
diaplikasikan adalah permainan ular tangga, peneliti memberi nama dengan
ular tangga fungsi. Harapannya dengan penerapan metode pembelajaran
teknik probing yang dipadukan dengan metode permainan ular tangga fungsi
ini hasil belajar matematika siswa dapat meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berfikir diatas, maka dapat
dikemukakan hipotesis tindakan yaitu, dengan diterapkankannya perpaduan
pembelajaran metode pembelajaran teknik probing dan metode permainan ular
tangga fungsi, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas VIII-1 SMP Nurul Islam Jakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Prosedur Penelitian
Penelitan ini menggunakan metode kualitatif. Menurut bogdan dan
Taylor dalam Moloeng, metodologi kualitatif adalah “prosedur penelitan yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati”10. Ciri-ciri penelitian kualitatif adalah:
1. Mempunyai latar ilmiah.2. Mengandalkan manusia sebagai alat penelitian.3. Memanfaatkan metode kualitatif4. Mengadakan analisis data secara kualitatif5. Mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha
menemukan teori dari dasar6. Bersifat deskriptif.7. Lebih mementingkan proses daripada hasil.8. Membatasi studi dengan fokus.9. Memilki kriteria khusus untuk memeriksa keabsahan
data.10. Rancangan penelitian yang bersifat sementara.11. Hasil penelitian disepakati oleh kedua pihak yaitu
peneliti dan subjek penelitian11.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau class room
action research. Penelitan tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian dalam bentuk
suatu kajian yang merupakan suatu pencermatan terhadap proses kegiatan
belajar berupa tindakan yang disengaja dimunculkan dibeerikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan siswa12. Penelitian tindakan kelas ini
10 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian kulaitatif, (Bandung:remaja Rosdakarya),hlm. 311 Lexy J. Moloeng,opcit, hlm. 4-812 Anonim, Penelitian Tindakan Kelas[ONLINE], Tersedia:http://lussyf.mulitiply.com/journal/item/303,(20 april 2010,08:15:54)
dilakukan secara siklik, yaitu adanya siklus penelitian. Dalam penelitian ini,
akan menggunakan tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat
kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis atau pengamatan dan
refleksi.
B. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitian
Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti untuk terlibat aktif
dilapangan karena pengumpulan data selama penelitian dilakukan dalam
situasi sesungguhnya. Dengan melakukan perencanaan tindakan,
mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian.
Penelitian dilaksanakan SMP Nurul Islam Jakarta, jalan Mawar Merah Raya I
Perumnas Klender Jakarta Timur.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian dapat dilihat sebagaimana terlampir.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
1) Hasil tes awal siswa
2) Hasil tes pada setiap akhir siklus
b. Data kualitatif
1) Hasil observasi dalam proses pembelajaran di kelas.
2) Hasil pengamatan proses kegiatan pembelajaran di kelas berupa
catatan lapangan dan tabel pengamatan berupa tabel flenders.
3) Hasil wawancara dengan guru dan siswa yangmenjadi subjek
penelitian.
4) Dokumentasi proses kegiatan pembelajaran di kelas berupa foto.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 SMP Nurul
Islam Jakarta, Peneliti, Guru dan pengamat (observer). Penelitian ini
dilakukan terhadap seluruh siswa di kelas, dan diambil 8 orang siswa
sebagai subjek penelitian yang akan diamati secara lebih mendalam. Guru
dalam penelitian ini merupakan pelaksana kegiatan dan dalam penelitian
ini akan dibantu oleh dua orang observer sebagai pengamat kegiatan.
3. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah 8 siswa kelas VIII-1 dengan kriteria
tertentu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan peneliti dalam melakukan
pengamatan dan mengumpulkan data selama penelitian maka peneliti
hanya membatasi pengamatan dan penelitian kepada 8 siswa. Siswa kelas
VIII-1 dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok atas, tengah atas,
tengah bawah dan bawah. Pengelompokkan berdasarkan urutan nilai tes
ujian akhir semester genap yang mereka peroleh. Masing-masing
kelompok diambil dua orang siswa.
E. Instrumen Penelitian
1. Lembar tes hasil belajar siswa
Lembar tes hasil belajar siswa digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa selama penelitian.
2. Lembar catatan lapangan dan lembar tabel pengamatan
Lembar catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang menarik
yang terjadi selama penelitian berlangsung. Lembar tabel pengamatan
digunakan untuk melihat aktivitas siswa pada saat penyampaian materi dan
permainan ular tangga fungsi.
3. Peneliti
Peneliti sebagai pengamat jalannya kegiatan pembelajaran.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data tentang situasi proses pembelajaran didalam kelas diambil dengan
menggunakan catatan lapangan yang dibuat setiap pertemuan. Sedangkan hasil
wawancara dengan siswa diambil dengan menggunakan alat perekam serta
dokumentasi gambar yang diambil dengan menggunakan kamera.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan sistem
triangulasi data yang merupakan salah satu cara untuk menentukan keabsahan
data, yaitu pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
tersebut untuk keperluan pembanding data tersebut. Untuk keperluan
triangulasi ini, akan dipilih triangulasi sumber data yaitu membandingkan dan
mengecek data yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda untuk
pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Proses triangulasi tersebut
antara lain membandingkandata pengamatan dengan wawancara,
membandingkan yang dikatakan didepan umum dengan yang dikatakan secara
pribadi dan membandingkan hasil wawancara dengan data lainnya yang saling
berkaitan. Proses triangulasi ini, akan melibatkan tiga pihak yaitu siswa, guru
dan observer13.
H. Analisis Data
Proses analisis data, dimulai dengan menelaah seluruh data yang sudah
didapat dari berbagai sumber, yaitu berupa hasil observasi, catatan lapangan,
tabel pengamatan bentuk flanders, hasil evaluasi, hasil wawancara dan
dokumentasi foto. Kemudian data-data tersebut direduksi sehingga
memperoleh abstraksi (rangkuman ini, proses dan pernyataan) selanjutnya
disusun dalam satuan-satuan dan dikategorikan, kemudian tahap selanjutnya
adalah melakukan pemeriksaan keabsahan data.
I. Tahap – Tahap Penelitian
Penelitian ini diawali dengan kegiatan pra penelitan melalui observasi
untuk mendapatkan data awal siswa, kemudian dilanjutkan dengan siklus I,
sklus II, siklus III. Setiap siklus memilki 4 tahapan yang terdiri dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi.
13 Lexy J. Moloeng, opcit, hal 178.
Setiap akhir siklus, akan dianalisis dan direfleksi hasil kegiatan yang
telah dilakukan, kemudian dari ahsil analisis dan refleksi tersebut akan
digunakan sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Kegiatan tersebut terus berulang sampai
tercapai hasil yang diharapkan.
Uraian kegiatan-kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Pra Penelitian (22-23 februari 2010)
Penelitan tindakan kelas mengharuskan peneliti mengetahui
permasalahan dalam proses pembelajaran yang terjadi disuatu kelas. Oleh
karena itu, perlu dilakukan observasi kelas, penyebaran kuesioner, dan
wawancara ke siswa dan guru kelas yang bersangkutan untuk dijadikan
penelitian.
2. Kegiatan Penelitian (20 september-3 oktober 2010)
Penelitian dirancang dalam tiga siklus, dimana setiap siklusya
terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis dan
refleksi. akan tetapi jika hasil yang diharapakan tidak tercapai dalam 3
siklus yang pertama, penelitian bisa dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Kegiatan penelitian ini diawali dengan :
a. Siklus I (20-23 september 2010)
1) Tahap Perencanaan
Siklus ini direncanakan berlangsung 2 kali pertemuan
dengan masing-masing pertemuan 2 jam tatap muka . Jam pertama
pertemuan pertama penyajian materi dengan menggunakan metode
pembelajaran teknik probing. Jam kedua pertemuan pertama akan
dilaksanakan pembelajaran dengan metode permainan. Jam
pertama pertemuan kedua masih melanjutkan pembelajaran dengan
metode tersebut. Pertemuan kedua jam kedua adalah tes akhir
siklus I.
2) Tahap Pelaksanaan
Kegiatan 1: Penyajian materi oleh guru dengan menggunakan
metode pembelajaaran teknik probing. Pada kegiatan
ini guru menyajikan materi dengan menggunakan
metode pembelajaran teknik probing selama 1 kali
pertemuan. Peneliti akan bertindak sebagai
pengamat yang akan mengamati jalannya siklus I ini
dengan menggunakan catatan lapangan.
Kegiatan 2: Pembelajaran dengan menggunakan metode
permainan. Pada kegiatan ini guru akan menerapkan
metode permainan yang berguna untuk
menyelaesaikan latihan soal. Peneliti akan bertindak
sebagai pengamat yang akan mengamati jalannya
siklus I ini dengan menggunakan catatan lapangan
serta dokumentasi kegiatan.
Kegiatan 3: Pemberian tes akhir siklus siklus satu. Kegiatan
terakhir dari siklus I ini adalah penyelesaian
perkelompok dari soal yang berkaitan dengan
menggunakan metode permainan menggunakan ular
tangga fungsi.
Kegiatan 4: Pemberian penghargaan, Hukuman edukatif dan
Wawancara. Peneliti akan melakukan wawancara
dengan guru dan subyek penelitian, pemberian
penghargaan oleh guru untuk kelompok dengan skor
tertinggi, dan memberikan hukuman edukatif pada
kelompok dengan skor terendah sebagai bentuk
penekanan atas kewajiban menyelasaikan soal
latihan baru.
3) Tahap Analisis
Setelah semua rangkaian siklus I beserta pelaksanaan
kegiatan selesai dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan melakukan
analisis. Data-data yang diperoleh akan dianalisis untuk
mengetahui kekurangan ataupun kelebihan selama kegiatan siklus
I.
4) Tahap Refleksi
Kegiatan pada tahap refleksi adalah melanjutkan analisis
temuan kegiatan siklus I lalu menentukan keberhasilan dan
kekurangan dari kegiatan yang dilakukan pada siklus I. Hasil
refleksi akan dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus II.
b. Siklus II (24-28 september 2010)
1) Tahap Perencanaan
Siklus ini direncanakan berlangsung 2 kali pertemuan
dengan masing-masing pertemuan 2 jam tatap muka. Namun
sebelum melakukan perencanaan, peneliti terlebih dahulu
memeriksa kembali hasil refleksi dan evaluasi pada siklus I, yang
kemudian dijadikan bahan perbaikan dalam menyusun siklus II.
Untuk Jam pertama pertemuan pertama penyajian materi dengan
menggunakan metode pembelajaran teknik probing. Jam kedua
pertemuan pertama masih menggunakan pembelajaran teknik
probing dan kemudian dilanjutkan dengan metode permainan. Jam
pertama pertemuan kedua masih melanjutkan pembelajaran dengan
metode tersebut. Pertemuan kedua jam kedua adalah tes akhir
siklus II.
2) Tahap Pelaksanaan
Kegiatan 1: Penyajian materi oleh guru dengan menggunakan
metode pembelajaran teknik probing. Pada kegiatan
ini guru menyajikan materi dengan menggunakan
metode pembelajaran teknik probing selama 1 kali
pertemuan. Peneliti akan bertindak sebagai
pengamat yang akan mengamati jalannya siklus II
ini dengan menggunakan catatan lapangan.
Kegiatan 2: Pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran teknik probing dan metode permainan.
Pada kegiatan ini guru akan menerapkan metode
pembelajaran teknik probing untuk melanjutkan
menyajikan materi dan metode permainan untuk
menyelesaikan soal latihan. Peneliti akan bertindak
sebagai pengamat yang akan mengamati jalannya
siklus II ini dengan menggunakan catatan lapangan
serta dokumentasi kegiatan.
Kegiatan 3: Pemberian tes akhir siklus siklus dua. Kegiatan
terakhir dari siklus II ini adalah penyelesaian
perkelompok dari soal yang berkaitan dengan
menggunakan metode permainan menggunakan ular
tangga fungsi.
Kegiatan 4: Pemberian penghargaan, Hukuman edukatif dan
Wawancara. Peneliti akan melakukan wawancara
dengan guru dan subyek penelitian, pemberian
penghargaan oleh guru untuk kelompok dengan skor
tertinggi, dan memberikan hukuman edukatif pada
kelompok dengan skor terendah sebagai bentuk
penekanan atas kewajiban menyelasaikan soal
latiahan baru.
3) Tahap Analisis
Setelah semua rangkaian siklus II beserta pelaksanaan
kegiatan selesai dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan melakukan
analisis. Data-data yang diperoleh akan dianalisis untuk
mengetahui kekurangan ataupun kelebihan selama kegiatan siklus
II.
4) Tahap Refleksi
Kegiatan pada tahap refleksi adalah melanjutkan analisis
temuan kegiatan siklus II lalu menentukan keberhasilan dan
kekurangan dari kegiatan yang dilakukan pada siklus II. Hasil
refleksi akan dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus III .
c. Siklus III (29 september-2 oktober 2010)
1) Tahap Perencanaan
Siklus ini direncanakan berlangsung 2 kali pertemuan
dengan masing – masing pertemuan 2 jam tatap muka. Namun
sebelum melakukan perencanaan, peneliti terlebih dahulu
memeriksa kembali hasil refleksi dan evaluasi pada siklus II, yang
kemudian dijadikan bahan perbaikan dalam menyusun siklus III.
Jam pertama pertemuan pertama penyajian materi dengan
menggunakan metode pembelajaran teknik probing. Jam kedua
pertemuan pertama masih menggunakan metode pembelajaran
teknik probing dan kemudian dilanjutkan dengan metode
permainan. Jam pertama pertemuan kedua masih melanjutkan
pembelajaran dengan metode tersebut. Dan pertemuan kedua jam
kedua adalah tes akhir siklus III dengan menggunakan metode
permainan ular tangga fungsi.
2) Tahap Pelaksanaan
Kegiatan 1: Penyajian materi. Penyajian materi oleh guru dengan
menggunakan metode pembelajaran teknik probing.
Pada kegiatan ini guru menyajikan materi dengan
menggunakan metode pembelajaran teknik probing
selama 1 kali pertemuan. Peneliti akan bertindak
sebagai pengamat yang akan mengamati jalannya
siklus III ini dengan menggunakan catatan lapangan.
Kegiatan 2: Pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran teknik probing dan metode permainan.
Pada kegiatan ini guru akan menerapkan metode
pembelajaran teknik probing untuk melanjutkan
menyajikan materi dan metode permainan untuk
menyelesaikan soal latihan. Peneliti akan bertindak
sebagai pengamat yang akan mengamati jalannya
siklus III ini dengan menggunakan catatan lapangan
serta dokumentasi kegiatan.
Kegiatan 3: Pemberian tes akhir siklus siklus tiga. Kegiatan
terakhir dari siklus III ini adalah penyelesaian
perkelompok dari soal yang berkaitan dengan
menggunakan metode permainan menggunakan ular
tangga fungsi.
Kegiatan 4: Pemberian penghargaan, Hukuman edukatif dan
Wawancara. Peneliti akan melakukan wawancara
dengan guru dan subyek penelitian, pemberian
penghargaan oleh guru untuk kelompok dengan skor
tertinggi, dan memberikan hukuman edukatif pada
kelompok dengan skor terendah sebagai bentuk
penekanan atas kewajiban menyelasaikan soal
latihan baru.
3) Tahap Analisis
Setelah semua rangkaian siklus III beserta pelaksanaan
kegiatan selesai dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan melakukan
analisis. Data-data yang diperoleh akan dianalisis untuk
mengetahui kekurangan ataupun kelebihan selama kegiatan siklus
III.
4) Tahap Refleksi
Kegiatan pada tahap refleksi adalah melanjutkan analisis
temuan kegiatan siklus III lalu menentukan keberhasilan dan
kekurangan dari kegiatan yang dilakukan pada siklus III. Hasil
refleksi akan dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus IV
apabila diperlukan.