proposal penelitian.pdf

57
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Pamapersada Nusantara adalah salah satu perusahaan swasta nasional yang mempunyai perjanjian kontrak kerja dalam penambangan batubara di Tanjung Enim dengan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Berdasarkan perjanjian kontrak kerja PT. Pamapersada Nusantara Job Site Tanjung Enim mendapatkan beberapa wilayah yaitu TAL (Tambang Air Laya) dan NAL (Non Air Laya). Dimana TAL dibagi menjadi beberapa wilayah antara lain: TAL Selatan, TAL Barat, TAL Timur, dan Pre Bench. dan NAL dibagi juga menjadi beberapa wilayah antara lain: MTBS dan MTBU. Kegiatan yang dilakukan pada setiap wilayah kerja sangat beragam mulai dari pemuatan jalan, penggalian dan penimbunan tanah penutup hingga penambangan batubara. Masing–masing kegiatan dilakukan berdasarkan program kerja yang telah disepakati antara pihak PT. Pamapersada Nusantara job site tanjung enim dengan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Seluruh kemajuan dari setiap kegiatan selalu dievaluasi bersama – sama oleh kedua belah pihak dengan melakukan join survey. Pada tahun 2016 direncanakan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk akan melakukan pengembangan site baru pada wilayah TAL (Tambang Air Laya) yaitu pada daerah TSBC (Townsite Basecamp). Sistem penambangan yang direncanakan pada daerah TSBC (Townsite Basecamp) adalah sistem penambangan konvensional yang menggunakan excavator backhoe, highway 1

Upload: tedi-ridola

Post on 17-Dec-2015

167 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    PT. Pamapersada Nusantara adalah salah satu perusahaan swasta

    nasional yang mempunyai perjanjian kontrak kerja dalam penambangan

    batubara di Tanjung Enim dengan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.

    Berdasarkan perjanjian kontrak kerja PT. Pamapersada Nusantara Job Site

    Tanjung Enim mendapatkan beberapa wilayah yaitu TAL (Tambang Air

    Laya) dan NAL (Non Air Laya). Dimana TAL dibagi menjadi beberapa

    wilayah antara lain: TAL Selatan, TAL Barat, TAL Timur, dan Pre Bench.

    dan NAL dibagi juga menjadi beberapa wilayah antara lain: MTBS dan

    MTBU.

    Kegiatan yang dilakukan pada setiap wilayah kerja sangat beragam

    mulai dari pemuatan jalan, penggalian dan penimbunan tanah penutup hingga

    penambangan batubara. Masingmasing kegiatan dilakukan berdasarkan

    program kerja yang telah disepakati antara pihak PT. Pamapersada Nusantara

    job site tanjung enim dengan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Seluruh

    kemajuan dari setiap kegiatan selalu dievaluasi bersama sama oleh kedua

    belah pihak dengan melakukan join survey.

    Pada tahun 2016 direncanakan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk akan

    melakukan pengembangan site baru pada wilayah TAL (Tambang Air Laya)

    yaitu pada daerah TSBC (Townsite Basecamp). Sistem penambangan yang

    direncanakan pada daerah TSBC (Townsite Basecamp) adalah sistem

    penambangan konvensional yang menggunakan excavator backhoe, highway

    1

  • 2

    dump truck dan bulldozer sebagai alat tambang utamanya. PT. Pamapersada

    Nusantara selaku pemegang kontrak kerja pada wilayah TAL perlu melakukan

    perencanaan terhadap kebutuhan alat tambang utama dengan target produksi

    yang telah dibebankan oleh PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

    Namun dengan semakin meningkatnya harga dolar Amerika terhadap

    rupiah, serta turunnya harga batubara di pasaran dunia, tentunya PT.

    Pamapersada Nusantara pasti akan merasakan dampak dari hal tersebut

    dengan berkurangnya keuntungan yang akan diperoleh. Untuk menanggulangi

    permasalahan tersebut tentunya perusahaan harus melakukan penghematan

    (cost down).

    Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam pengadaan alat tambang

    utama perlu pemilihan cara yang paling menguntungkan bagi perusahaan

    dikarenakan dibutuhkan investasi yang sangat besar. Baik itu dari hal alat

    yang mahal, biaya perawatan tergolong tinggi, serta nilai depresiasi alat tinggi.

    Menurut Rostiyanti (2011:37), Ada 3 cara untuk pengadaan alat

    tambang utama yang lazim digunakan, yaitu:

    1. Pembelian secara lansung.

    2. leasing

    3. Sewa (Rental)

    Dari ketiga cara pengadaan alat tambang utama di atas untuk penelitian

    ini hanya menggunakan 2 metode saja yaitu pembelian secara lansung dan

    leasing dan kedua metode yang digunakan tentunya memiliki kelemahan dan

    kelebihan masing-masing, terutama menyangkut investasi awal yang harus

  • 3

    dikeluarkan, nilai depresiasi yang harus ditanggung, biaya pajak, biaya bunga,

    dan biaya asuransi alat, biaya perbaikan (repair), biaya perawatan

    (maintenance), serta biaya operasi yang harus ditanggung oleh perusahaan.

    Kemampuan setiap perusahaan pun berbeda-beda, oleh karena itu dari kedua

    cara tersebut tentu ada yang terbaik untuk setiap perusahaan.

    Dikarenakan kedua cara pengadaan alat tambang utama tersebut

    memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, maka dari itu penulis

    ingin menganalisis cara yang paling cocok dengan perusahaan PT.

    Pamapersada Nusantara dalam pengadaan alat tambang utama. Sehingga

    penulis mengambil judul Analisis Investasi Pengadaan Alat Tambang Utama

    Untuk Pengupasan Overburden dengan Metoda NPV, IRR, dan NAL di PT.

    Pamapersada Nusantara Distrik MTBU Job Site Tanjung Enim, Sumatera

    Selatan

    B. Identifikasi Masalah

    Dari latar belakang Penelitian ini dapat diidentifikasi masalah sebagai

    berikut:

    1. Dengan adanya pengembangan site baru maka dibutuhkan pengadaan alat

    tambang utama.

    2. Ada dua alternatif yang tersedia untuk pengadaan alat tambang utama.

    3. Untuk mengetahui alternatif terbaik perlu diketahui biaya masuk dan

    biaya keluar masing-masing alat.

    4. Dalam pemilihan alternatif terbaik dalam pengadaan alat tambang utama

    digunakan beberapa metode analisis kelayakan investasi.

  • 4 C. Batasan Masalah

    Dari indentifikasi masalah, maka penelitian ini hanya dibatasi pada alat

    tambang utama (alat gali-muat, alat angkut dan alat gusur), yang meliputi:

    1. Cara pengadaan alat tambang utama yang akan dianalisis adalah

    pembelian secara lansung dan leasing.

    2. Perhitungan biaya keluar hanya menyangkut biaya kepemilikan (owning

    cost) dan biaya operasional (operating cost) dari alat tambang tambang

    utama

    3. Biaya masuk berasal dari biaya hasil pegupasan overburden dari alat

    tambang utama.

    4. Analisis investasi pengadaan alat tambang utama menggunakan metode

    NPV, IRR, dan NAL.

    D. Perumusan Masalah

    Dari identifikasi dan batasan masalah yang sudah dibahas di atas maka

    dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

    1. Berapakah biaya kepemilikan (owning cost) dan biaya operasional

    (operating cost) dari masing-masing alat tambang utama?

    2. Berapakah biaya dari hasil pengupasan overburden untuk masing-masing

    alat tambang utama?

    3. Apakah kedua cara pengadaan alat tambang utama di atas layak secara

    ekonomis jika dianalisis dengan metode NPV, IRR, dan NAL?

    4. Manakah cara pengadaan alat tambang utama di atas yang paling

    menguntungkan untuk perusahaan saat ini?

  • 5 E. Tujuan Penelitian

    Dari perumasan masalah di atas maka didapatkan tujuan penelitian

    sebagai berikut:

    1. Menghitung besaran biaya kepemilikan (owning cost) dan biaya

    operasional (operating cost) dari masing-masing alat tambang utama.

    2. Menghitung besaran biaya dari hasil pengupasan overburden dari masing-

    masing alat tambang utama.

    3. Mengetahui bahwa kedua cara pengadaan alat tambang utama di atas

    layak secara ekonomis jika dianalis dengan metode NPV, IRR, dan NAL.

    4. Mengetahui cara pengadaan alat tambang utama yang paling

    menguntungkan dari kedua cara yang ada bagi perusahaan dengan konsisi

    saat ini.

    F. Manfaat Penelitian

    Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagi Penulis , dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari

    pada saat perkuliahan dan mengetahui cara pengadaan alat tambang

    utama yang paling baik untuk kondisi perusahaan saat ini.

    2. Bagi Perusahaan, memberikan masukan pada perusahaan berbagai

    alternatif dalam upaya peningkatan keuntungan perusahaan dan dapat

    menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam pengadaan alat tambang

    utama untuk peningkatan keuntungan perusahaan.

  • 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Dasar Teori

    1. Alat Berat

    Menurut Wisnu Wijaya dalam Sumarya (2009:15) Alat berat

    adalah Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan tanah (earth works) yang

    memberikan faktor effektifitas dan effisiensi yang lebih besar

    dibandingkan dengan pekerjaan secara manual/suatu sumber daya melipat

    gandakan jasa manusia untuk mencapai usahanya.

    a. Tujuan Penggunaan Alat Berat

    1) Secara Teknis

    a) Untuk mendapatkan ketelitian yang lebih besar.

    b) Menyederhanakan/memudahkan pengurusan organisasi.

    2) Secara Ekonomis

    a) Mempercepat/memperbesar daya kerja.

    b) Mengurangi biaya pelaksanaan kerja.

    3) Secara Humanis

    a) Mengoptimalkan penggunaan tenaga buruh dengan

    penggunaan alat-alat berat, tenaga buruh yang ada dapat

    dioptimalkan sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.

    b) Memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat

    dilaksanakan secara manual.

    6

  • 7

    b. Kesulitan dalam pengadaan alat berat

    Dibalik keuntungan menggunakan alat berat, terdapat beberapa

    kesulitan dalam pengadaan alat berat, antara lain:

    1) Investasi awal yang tinggi.

    2) Masalah pengadaan alat berat, dikarenakan umumnya alat berat

    didatangkan secara import.

    3) Adanya kemungkinan kerusakan dan ketersedian spare part untuk

    perbaikan.

    4) Masalah penjualan kembali dan penyusutan nilai alat.

    c. Pertimbangan pemilihan alat berat

    Untuk menghindari kerugian dan mendapatkan keuntungan dari

    penggunaan alat berat, dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai

    pemilihan dan penggunaan peralatan sehingga dapat diperoleh hasil

    yang optimal. Untuk itu diperlukan pemilihan alat-alat berat yang

    harus digunakan.

    Beberapa pertimbangan dalam pemilihan alat berat, antara lain:

    1) Pertimbangan Teknik

    a) Kemampuan peralatan yang akan digunakan.

    b) Tingkat ketilitian alat yang akan digunakan.

    c) Kondisi tempat kerja alat.

    d) Dimensi alat.

    e) Kemungkinan kerusakan dari alat.

    f) Ketersedian tenaga mekanik dan spare part alat tersebut.

  • 8

    g) Keserbagunaan alat.

    h) Keistimewaan alat.

    i) Pelayanan alat yang digunakan.

    2) Pertimbangan Ekonomis

    a) Harga alat sampai di site.

    b) Biaya pemeliharaan / perawatan.

    c) Biaya perbaikan.

    d) Gaji operator.

    e) Biaya penyusutan.

    f) Pajak dan biaya asuransi yang dibebankan ke perusahaan.

    g) Berapa lama pengembalian modal dari pembelian peralatan.

    3) Pertimbangan Keuangan

    Dalam pertimbangan keuangan menyangkut masalah modal

    (investasi), beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah:

    a) Investasi (I)

    Merupakan modal/biaya mesin, peralatan dan lain

    sebagainya yang diperlukan untuk membangun proyek

    pertambangan, alat-alat, rehabilitasi, perluasan, ditambah

    dengan bunga (i%) selama proyek berjalan.

    b) Biaya Investasi (Cost Investation)

    Biaya investasi merupakan biaya penjangkauan waktu

    tertentu (tahun) atas proyek/pekerjaan berjalan yang meliputi:

  • 9

    (1) Bunga atas investasi (I%M) dihitung sejak proyek dimulai

    sampai selesai.

    (2) Biaya operasi atas proyek bersangkutan (O).

    (3) Biaya perawatan atas proyek yang bersangkutan (P).

    (4) Biaya penggantian atas proyek yang bersangkutan (R).

    (5) Biaya penyusutan proyek yang bersangkutan.

    d. Sistim kepemilikan alat

    Permasalahan yang sering dihadapi pengusaha pertambangan

    adalah mengenai pengadaan alat berat. Dalam pengadaan alat berat

    perlu dipertimbangkan proses pengadaannya apakah dengan membeli

    secara tunai, membeli secara leasing, atau sewa.

    Pada perusahaan pertambangan yang memiliki modal besar dan

    cadangan yang besar, serta umur tambang yang panjang membeli alat

    berat adalah salah satu cara terbaik, namun setiap cara yang ada

    memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, seperti:

    1) Beli Langsung (Investasi)

    Sistem beli langsung (Investasi) dimana alat berat yang

    dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan pertambangan dibeli

    langsung oleh perusahaan. Sistem beli langsung sangat cocok

    untuk pekerjaan jangka panjang, tetapi dengan modal awal besar.

    Keuntungan beli langsung:

    a) Kondisi alat terkontrol.

    b) Kesiapan alat terjamin.

  • 10

    c) Dapat mengikuti perkembangan teknologi alat.

    d) Kontuinuitas alat terjamin terutama untuk pekerjaan jangka

    panjang.

    e) Dapat menguasai teknologi.

    f) Biaya alat tidak tergantung pihak lain.

    g) Biaya operasi murah.

    Kerugian beli langsung:

    a) Sulit pengendalian operator dan mekanik.

    b) Harus mempunyai sarana pemeliharaan.

    c) Kemungkinan alat menganggur (iddle time).

    d) Mahal untuk pemakaian jangka panjang.

    e) Perlu perhatian serius terhadap pengendalian biaya operasi dan

    perbaikan.

    2) Leasing

    Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk

    penyedian barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak

    opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi

    (operating lease) untuk digunakan lessee selama jangka waktu

    tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

    Selanjutnya, yang dimaksud dengan finance lease adalah

    kegiatan sewa guna usaha, dimana lessee pada akhir masa kontrak

    mempunyai hak opsi untuk membeli sewa guna usaha berdasarkan

  • 11

    nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak

    mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

    Dari berbagai definsi tersebut di atas dapat ditarik

    kesimpulan bahwa sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau

    persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah barang

    modal dengan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga

    berdasarkan nilai sisa.

    Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian

    leasing adalah:

    a) Lessor, yaitu pihak yang menyewakan barangnya.

    b) Lessee, yaitu pihak yang menggunakan barang modal tersebut

    dengan melakukan pembayaran.

    c) Supplier, yaitu perusahaan menyediakan barang untuk dijual

    kepada lease dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.

    d) Kreditur, yaitu pihak yang menyediakan dana kepada lessor.

    Keuntungan leasing:

    a) Tidak perlu menyediakan modal besar sekaligus.

    b) Pada akhir masa kontrak alat dapat dibeli/dimiliki.

    Kerugian leasing:

    a) Perusahaan harus menyediakan uang untuk mengangsur selama

    periode kontrak.

    b) Kemungkinan terjadinya alat menganggur (iddle time) karena

    tidak ada pekerjaan.

  • 12

    2. Produktivitas Alat Tambang Utama

    a. Kemampuan Produktivitas Alat Gali-Muat

    Untuk mengetahui produktivitas alat gali muat, maka perlu

    dihitung kapasitas bucket per siklus yaitu dengan persamaan:

    q = q1 x k sf (Komatsu Publication, 2007:15A-9)

    Keterangan:

    q = Kapasitas Bucket (bcm/bucket) q1 = Kapasitas Bucket (teoritis) K = Faktor Pengisian (Bucket Fill Factor) Sf = Swell Factor

    Maka setelah mengetahui kapasitas dari bucket excavator per

    siklus, kita dapat menghitung produktivitas excavator tersebut dengan

    menggunakan persamaan berikut:

    Q = q E (Komatsu Publication, 2007:15A-9)

    Keterangan:

    Q = Produksi Perjam (bcm/jam) q = Kapasitas Bucket (bcm/bucket) Cm = Cycle Time (detik) E = Efesiensi Kerja

    b. Kemampuan Produktivitas Alat Angkut

    Dalam perhitungan produktivitas alat angkut, perlu dihitung

    kapasitas vessel dump truck per siklus dengan persamaan:

    C = n x q1 x k (Komatsu Publication, 2007:15A-17)

    Keterangan:

    C = Produksi Persiklus (bcm/vessel) n = Jumlah Pengisian Alat Muat ke Alat Angkut. q1 = Kapasitas Bucket (teoritis) k = Faktor Pengisian (Bucket Fill Factor)

  • 13

    Maka setelah mengetahui kapasitas dari vessel dump truck per

    siklus, kita dapat menghitung produktivitas dump truck tersebut

    dengan menggunakan persamaan berikut:

    M (Komatsu Publication, 2007:15A-17)

    Keterangan:

    Q = Produksi Perjam (bcm/jam) C = Produksi Persiklus (bcm/vessel) Cmt = Cycle Time (detik) M = Jumlah Alat Angkut

    c. Kemampuan Produktivitas Alat Gusur/Dorong

    Untuk mengetahui produktivitas alat gusur/dorong, maka perlu

    dihitung kapasitas blade yaitu dengan persamaan:

    q = q1 a Sf (Komatsu Publication, 2007:15A-4)

    Keterangan:

    q1 = Kapasitas Blade (bcm/blade) q = Kapasitas Blade (Teoritis) a = Faktor Koreksi Blade Sf = Swell Factor

    Maka setelah mengetahui kapasitas dari blade bulldozer per

    siklus, kita dapat menghitung produktivitas bulldozer tersebut dengan

    menggunakan persamaan berikut :

    Q = q e E (Komatsu Publication, 2007:15A-4)

    Keterangan:

    Q = Produksi Perjam (bcm/ jam) q = Produksi Persiklus (bcm/blade) Cm = Cycle Time (detik) e = Grade Factor E = Efesiensi Kerja

  • 14

    3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas

    a. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Escavator

    1) Tahanan Gali

    Tahanan gali yaitu tahanan yang dialami oleh alat gali-muat

    pada waktu melakukan penggalian tanah, Tahanan disebabkan

    oleh:

    a) Gesekan antara alat gali-muat dan tanah, Pada umumnya

    semakin besar kelembaban dan kekerasan butiran tanah,

    semakin besar pula gesekan yang terjadi.

    b) Kekerasan tanah yang umumnya bersifat mutlak menahan

    masuknya alat gali kedalam tanah.

    c) Kekerasan (Roughness) dan ukuran butiran tanah.

    d) Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali-muat, dan kohesi

    antara butiran tanah itu sendiri.

    e) Berat jenis tanah; Hal ini utama sangat berpengaruh terhadap

    alat gali-muat yang juga berfungsi sebagai alat muat (Power

    shovel, Clamshell, dan Dragline)

    2) Keadaan dari lapangan atau Front kerja.

    Front kerja yang luas akan memudahkan excavator untuk

    melakukan loading, sehingga akan meningkatkan cycle time untuk

    setiap loading. Posisi material yang dekat dengan jangkauan bucket

    memberikan kenaikan produksi, karena mengurangi gerak putar

    atau swing.

  • 15

    3) Faktor Pengisian (Bucket Fill Factor)

    Adalah persentase volume yang sesuai atau sesungguhnya

    yang dapat diisikan ke dalam vassel atau bucket dibandingkan

    dengan kapasitas teoritisnya. Suatu vassel mempunyai faktor isi

    87%, artinya 13% volume vassel tersebut tidak dapat diisi.

    Biasanya memiliki factor isi dari 100% karena dapat diisi munjung.

    Tabel 1. Bucket Fill Factor

    Kategori Kondisi Material Nilai Easy Tanah asli, lempung tanah,

    lempung, tanah lunak 1.1 1.2

    Average Tanah berpasir dan tanah kering 1.0 1.1 Rather Difficult

    Tanah berpasir dengan kerikil 0.8 0.9

    Difficult Batuan hasil blasting 0.7 0.8 Sumber: Komatsu Publication, 2007:15A-9

    Besar faktor pengisian suatu alat tergantung kepada:

    a) Kandungan material

    Makin besar kandungan air dari suatu material, maka

    faktor pengisian makin kecil. Sebab dengan adanya air

    mengakibatkan ruang yang seharusnya terisi oleh material diisi

    oleh air.

    b) Ukuran material

    Ukuran material yang umunya lebih besar,

    menyebabkan banyak ruangan dalam bucket yang terisi oleh

    material, sehingga faktor pengisian menjadi kecil.

  • 16

    c) Kelengketan material

    Jika material yang lengket banyak pada bucket baik sisi

    dalam maupun luarnya, maka akan meningkatkan faktor

    pengisian alat apabila kegiatan penumpahan alat bersih, maka

    akan mengurangi faktor pengisian karena volume bucket akan

    menjadi semakin kecil.

    d) Keahlian dan pengalaman operator

    Keahlian dan pengalaman operator sangat perlu dalam

    pelaksanaan kegiatan penambangan, karena operator yang ahli

    dan pengalaman akan menghasilkan faktor pengisian yang

    tinggi.

    4) Faktor Pengembangan (Swell Factor)

    Pemberaian merupakan prosentase pengembangan volume

    material dari volume asli, yang dapat mengakibatkan

    bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari

    kedudukan aslinya. Ketika digali, material akan lepas dan terberai

    sedemikian rupa dan tidak akan kembali ke bentuk semula.

    Pemberaian tejadi karena terbentuk rongga-rongga udara di antara

    partikel-partikel material lepas tersebut. Misalnya, satu kubik

    material pada kondisi asli (bank) setelah digali volumenya

    mengembang atau bertambah 30%, artinya volume bertambah 1.3

    kali volume aslinya, namun beratnya tetap sama sebelum dan

  • 17

    sesudah digali. Rumus-rumus yang berkaitan dengan pemberaian

    material sebagai berikut:

    Swell Factor = x 100%

    Swell Factor = x 100%

    (Partanto Prodjosumarto, 1995:184)

    5) Efektifitas Alat Mekanis

    Efektifitas penggunaan alat mekanis merupakan faktor yang

    menunjukan kondisi alat-alat mekanis dalam melakukan pekerjaan

    dengan memperhatikan kehilangan waktu selama kerja.

    Adapun parameter efektifitas dalam penggunaan alat-alat

    mekanis meliputi:

    a) Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability)

    Mechanical Availability (MA) adalah angka yang

    menunjukan tingkat suatu alat dapat bekerja dengan

    memperhitungkan kehilangan waktu karena alasan-alasan

    mekanis seperti perawatan atau reparasi mesin, penggantian

    suku cadang (sparepart) dan lain-lain. Kesiapan mekanis

    merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang

    sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan.

    100%xRW

    WMA

    (Partanto Prodjosumarto, 1995:179)

  • 18

    Keterangan :

    W = Working Hours atau jumlah jam kerja merupakan waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam kondisi dapat dioperasikan artinya tidak rusak, meliputi setiap keterlambatan yaitu pulang ke lokasi kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar serta keadaan cuaca.

    R = Repair Hours merupakan waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu untuk perawatan preventif.

    b) Kesediaan Fisik (Physical Availability)

    Faktor yang menunjukan kesediaan alat untuk

    melakukan kerja dengan memperhitungkan waktu yang hilang

    karena rusaknya jalan, faktor cuaca dan lain-lain. Kesediaan

    fisik selalu lebih besar dari kesediaan mekanis, berarti bahwa

    alat belum digunakan sesuai dengan kemampuannya

    100%xRSW

    SWPA

    (Partanto Prodjosumarto, 1995:179)

    Keterangan:

    W = Working Hours atau jumlah jam kerja S = Standby Hours atau jumlah jam kerja suatu alat

    yang tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap operasi.

    R = Repair Hours merupakan waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang serta waktu untuk perawatan preventif.

    St = Schedule Time (W+S+R)/jumlah seluruh jam.

  • 19

    c) Penggunaan Kesediaan (Use of Availability)

    Faktor yang menunjukkan efisiensi kerja alat selama

    waktu kerja yang tersedia dimana kondisi alat tidak rusak. Hal

    ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa efektif alat yang

    tidak rusak dimanfaatkan dan menjadi ukuran seberapa baik

    pengelolaan peralatan yang digunakan. Persentase rendah

    menunjukkan bahwa pengoperasian alat tidak maksimal.

    %100xSW

    WUA

    (Partanto Prodjosumarto, 1995:180)

    Keterangan:

    W = Working Hours atau jumlah jam kerja. S = Standby Hours atau jam kerja suatu alat yang

    tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi.

    d) Penggunaan Efektif (Effective Utilization)

    Faktor yang menunjukkan berapa persen dari seluruh

    waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk bekerja

    atau persen waktu yang dimanfaatkan oleh alat untuk bekerja

    dari sejumlah waktu kerja yang tersedia. Effective Utilization

    ini sama dengan pengertian efisiensi kerja alat mekanis.

    %100xRSW

    WEU

    (Partanto Prodjosumarto, 1995:180)

    Keterangan:

    W = Working Hours atau jumlah jam kerja. St = Scheduled Time (W+R+S) atau jumlah seluruh

    jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.

  • 20

    6) Pola Pemuatan

    Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang

    ditunjukkan alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:

    a) Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat

    yang berada di atas atau di bawah jenjang.

    (1) Top Loading

    Alat gali-muat melakukkan penggalian dengan

    menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut

    berada di bawah alat gali-muat yang dapat dilihat pada

    gambar 1 di bawah ini.

    Gambar 1. Pola Pemuatan Top Loading

    (2) Bottom Loading

    Alat gali-muat melakukan penggalian dengan

    menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi

    alat angkut yang dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

  • 21

    Gambar 2. Pola Pemuatan Bottom Loading

    b) Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat

    angkut untuk dimuati terhadap posisi alat gali-muat.

    (1) Single Back Up

    Single Back Up yaitu alat angkut memposisikan diri

    untuk dimuati pada satu tempat sedangkan alat angkut

    berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai

    penuh, setelah alat angkut pertama berangkat alat angkut

    kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk

    ketiga menunggu, dan begitu seterusnya.

    (2) Double Back Up

    Double Back Up yaitu alat angkut memposisikan

    diri untuk dimuati pada dua tempat, kemudian alat gali-

    muat mengisi salah satu alat angkut sampai penuh setelah

    itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan

    diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat

  • 22

    angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama

    dengan alat angkut pertama dan seterusnya yang dapat kita

    lihat pada gambar 3 di bawah ini.

    S

    Sumber: Yanto Indonesianto, 2012:45

    Gambar 3.Pola Pemuatan Single Back Up, Double Back Up

    c) Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Pemuatan

    (1) Frontal Cut

    Alat muat berhadapan dengan muka jenjang atau

    front penggalian dan mulai menggali kedepan dan samping

    alat muat. Dalam hal ini digunakan double spotting dalam

    penempatan posisi dump truck. Alat muat pertama kali pada

    dump truck sebelah kanan sampai penuh dan berangkat,

    setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri yang

    dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini.

  • 23

    Sumber : Yanto Indonesianto, 2012:47

    Gambar 4. Pola Pemuatan Frontal Cut

    (2) Paralel Cut With Drive-By

    Alat muat bergerak melintang dan sejajar dengan

    front penggalian. Pada metode ini, akses untuk alat angkut

    harus tersedia dua arah. Walapun sudut putar rata rata

    lebih besar dari pada frontal cut, truck tidak perlu

    membelakangi alat muat dan spotting lebih mudah yang

    dapat kita lihat pada gambar 5 di bawah ini.

    Sumber: Yanto Indonesianto, 2012:47

    Gambar 5. Pola Pemuatan Paralel Cut With Drive-By

  • 24

    (3) Paralel Cut With Turn And Back

    Paralel cut with turn and back terdiri dari dua

    metode yaitu:

    (a) Single Spotting/Single Truck Back Up

    Pada cara ini truck kedua menunggu selagi alat

    muat mengisi truck pertama, setelah truck pertama

    berangkat, truck kedua berputar dan mundur, saat truck

    diisi, truck ketiga datang dan melakukan manuver, dan

    seterusnya yang dapat kita lihat pada gambar 6 di

    bawah ini.

    Sumber: Yanto Indonesianto, 2012:47

    Gambar 6. Pola Pemuatan Single Spotting

    (b) Double Spotting / Double Truck Back Up

    Pada cara ini truck memutar dan mundur

    kesalah satu sisi alat muat pada waktu alat muat

  • 25

    mengisi truck pertama. Setelah truck pertama

    berangkat, alat muat mengisi truck kedua. Ketika truck

    sudah dimuati, truck ketiga datang dan lansung berputar

    dan mundur kearah alat muat, begitu pula seterusnya

    yang dapat kita lihat pada gambar 7 di bawah ini.

    Sumber: Yanto Indonesianto, 2012:47

    Gambar 7. Pola Pemuatan Double Spotting

    7) Waktu Edar Alat Gali Muat

    Waktu edar alat gali-muat dapat dirumuskan sebagai

    berikut:

    Ctgm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4 (Komatsu Publication, 2007:15A-10)

    Keterangan:

    Ctgm = Waktu edar alat gali-muat (detik). Tm1 = Waktu putar dengan bucket kosong (detik). Tm2 = Waktu menggali material (detik). Tm3 = Waktu putar dengan bucket terisi (detik). Tm4 = Waktu menumpahkan muatan (detik).

  • 26

    b. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Angkut

    1) Tahanan Gulir atau Tahanan Gelinding (Rolling Resistance)

    Tahanan gulir merupakan jumlah segala gaya-gaya luar

    yang berlawanan dengan arah gerak kendaraan yang berjalan di

    atas jalur jalan atau permukaan tanah. Dengan sendirinya yang

    mengalami tahanan gulir ini secara langsung adalah bagian luar

    ban sebuah kendaraan.

    Tahanan gulir ini tergantung dari banyak hal, diantaranya

    yang tepenting adalah:

    a) Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kemulusan permukaannya:

    semakin keras dan mulusnya atau rata jalan tersebut, semakin

    kecil tahanan gulirnya. Jenis tanah atau material yang

    dipergunakan untuk membuat jalan tidak terlalu berpengaruh.

    b) Keadaan bagian kendaraan yang bersangkutan dengan

    permukaan jalan jika memakai ban karet maka yang

    berpengaruh adalah ukuran ban, tekanan dan permukaan

    bannya apakah masih baru atau sudah gundul, sedangkan jika

    memakai crawler track maka keadaan dan macam track nya

    kurang berpengaruh akan tetapi kondisi jalannya yang

    berpengaruh. Berikut angka-angka tahanan gulir yang

    dinyatkan dalam persen.

  • 27

    2) Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)

    Tahanan kemiringan Merupakan besarnya gaya berat yang

    melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur

    jalan yang melaluinya. Jika jalur jalan itu naik, disebut kemiringan

    positif maka tahanan kemiringan akan melawan gerak kendaraan,

    sehingga memperbesar tenaga yang diperlukan. Sebaliknya jika

    jalur jalan itu turun disebut kemiringan negatif maka tahanan

    kemiringannya akan membantu gerak kendaraan artinya

    mengurangi tenaga yang dibutuhkan. Tahanan kemiringan

    tergantung dari dua faktor yaitu:

    a) Besarnya kemiringan yang biasa dinyatakan dalam persen (%).

    Kemiringan 1% berarti jalan-jalan itu naik atau turun 1 meter

    untuk tiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau naik/turun 1

    ft untuk setiap 100 ft jarak mendatar.

    b) Berat kendaraan itu sendiri dinyatakan dalam gross ton.

    3) Rimpul (Tractive Effort)

    Rimpull yaitu besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan

    oleh mesin suatu alat kepada permukaan beroda atau ban

    penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan.

    a) Kecepatan kendaraan dengan mesin yang dimilikinya.

    b) Mengatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan.

    c) kemiringan dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.

    d) Membatasi volume meterial yang dapat diangkut.

  • 28

    4) Coeficient of Traction

    Suatu faktor yang menunjukkan beberapa bagian dari

    seluruh berat kendaraan pada ban yang dapat dipakai untuk

    menarik atau mendorong. Coeficient of traction tergantung dari:

    a) Keadaan ban.

    b) Keadaan permukaan jalur jalan.

    c) Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.

    d) Percepatan.

    5) Berat material

    Berat material yang akan diangkut oleh alat angkut dapat

    mempengaruhi: kecepatan kendaraan dengan HP (Horse Power)

    mesin yang dimiliki membatasi volume material yang akan

    diangkut.

    6) Percepatan

    Percepatan adalah waktu yang diperlukan untuk

    mempercepat kendaraan dengan memakai kelebihan rimpull yang

    tidak dipergunakan untuk menggerakkan kendaraan pada jalur

    jalan tertentu. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

    mempercepat kendaraan tergantung dari beberapa faktor, yaitu:

    a) Berat kendaraan; semakin berat, semakin lama waktu yang

    dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan.

    b) Kelebihan rimpull yang ada; semakin besar rimpull yang

    berlebihan, semakin cepat kendaraan itu dapat dipercepat. Jadi

  • 29

    kalau kelebihan rimpull itu tidak ada, maka percepatan tidak

    akan timbul, artinya kendaraan tersebut tidak dapat dipercepat.

    7) Efesiensi Kerja

    Effisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu

    pekerjaan atau merupakan perbandingan antar waktu yang dipakai

    untuk bekerja dengan waktu yang tersedia. Waktu kerja efektif

    adalah waktu yang benarbenar digunakan oleh operator bersama

    alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan produksi. Untuk dapat

    menentukan waktu kerja efektif harus dilakukan analisa waktu

    kerja yang dilakukan pada jam kerja yang telah dijadwalkan.

    Besarnya waktu yang tersedia ini dinyatakan dalam kenyataan

    belum dapat digunakan seluruh untuk produksi. Hal ini disebabkan

    karena adanya hambatanhambatan yang terjadi selama alat

    mekanis tersebut berproduksi, baik hambatan yang dapat dihindari

    maupun hambatan yang tidak dihindari.

    Beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap

    efesiensi kerja sebagai berikut:

    a) Waktu Kerja Nyata yang Terjadi

    Waktu kerja penambangan adalah jumlah jam kerja

    yang digunakan untuk melakukan kegiatan penambangan yang

    meliputi penggalian, pemuatan, pengangkutan. Efesiensi kerja

    akan semakin besar apabila banyaknya waktu kerja nyata untuk

    penambangan semakin mendekati jumlah waktu yang tersedia.

  • 30

    b) HambatanHambatan yang Terjadi

    Dalam kenyataan dilapangan akan terjadi hambatan-

    hambatan baik yang dapat dihindari, sehingga akan

    berpengaruh terhadap besar kecilnya efesiensi kerja. Jika

    jumlah jam kerja dapat dimanfaatkan secara efektif, maka

    diharapkan produksi dari alat muat dan alat angkut dapat

    optimal.

    c) Jam Perbaikan (Repair Hours)

    Waktu kerja yang hilang karena menunggu saat

    perbaikan termasuk juga waktu untuk penyedian suku cadang

    (Spare Parts).Dengan adanya hambatan-hambatan yang terjadi

    selama kegiatan pemuatan dan pengangkutan overburden dan

    batubara berlansung ditambah dengan adanya waktu yang

    hilang karena untuk perbaikan alat, maka waktu kerja efektif

    dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    We = Wop (Js + Jr) (Yanto Indonesianto, 2012:44)

    We = Wop {(Wtd + Wd) + Jr}

    Ek =

    Keterangan:

    Ek = Efesiensi kerja (%) We = Waktu kerja efektif (menit) Wop = Waktu kerja yang tersedia (menit) Wtd = Waktu hambatan tidak dapat dihindari (menit) Js = Standby time (menit) dimana (Js = Wtd +Wd) Jr = Waktu reparasi (menit)

  • 31

    Waktu kerja yang tersedia dalam kenyataan belum

    dapat digunakan seluruhnya untuk produksi (kurang dari 100

    %). Hal ini disebabkan karena adanya hambatanhambatan

    yang terjadi selama alat mekanis tersebut berproduksi, karena

    hal tersebut di atas jarang-jarang dalam satu jam operator betul-

    betul berkerja selama 60 menit. Berdasarkan pengalaman ,

    maka bila operator dapat berkerja selama 50 menit dalam satu

    jam, ini berarti efesiensinya adalah 83 % maka hal itu dianggap

    baik sekali.

    8) Waktu Edar Alat Angkut

    Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :

    Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6 + Ta7 (Komatsu Publication, 2007:15A-13)

    Keterangan:

    Cta = Waktu edar alat angkut (detik) Ta1 = Waktu antri (detik). Ta2 = Waktu mengambil posisi untuk dimuati (detik). Ta3 = Waktu diisi muatan (detik). Ta4 = Waktu mengangkut muatan (detik).

    Ta5 = Waktu mengambil posisi untuk menumpah (detik).

    Ta6 = Waktu pengosongan muatan (detik). Ta7 = Waktu kembali kosong (detik). c. FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Gusur/Alat

    Dorong

    1) Waktu Edar Alat Gusur/Alat Dorong.

    Gerakan opearsi dozer adalah maju, pindah gigi, mundur,

    dan pindah gigi yang dituliskan seperti persamaan dibawah ini.

  • 32

    4)-15A:2007 n,Publicatio(Komatsu Z+RD +

    FDCM

    Keterangan:

    D = Jarak Gusur (m) F = Kecepatan Maju (m/menit) = 0,75 x kec.max

    R = Kecepatan Mundur (m/menit) = 0,85 x kec.max Z = Waktu Untuk Pindah Gigi (menit)

    2) Blade Fill Factor

    Tabel 2. Blade Fill Factor

    Jenis Operasi A Mudah 1,1 0,9 Normal 0,9 0,7

    Agak sulit 0,7 0,6 Sulit 0,6 0,4

    Sumber: Komatsu Publication, 2007:15A-4

    3) Density Material Dan Swell Factor

    Density material adalah berat perunit volume dari suatu

    material. Material mempunyai density yang berbeda karena

    dipengaruhi oleh sifat sifat fisik antara lain : ukuran partikel,

    kandungan air, pori pori dan kondisi fisik lainnya. Material yang

    padat akan mempunyai berat yang lebih besar pervolume yang

    sama dibandingkan material yang tidak padat

  • 33

    4) Grade Factor

    Sumber: Komatsu Publication, 2007:15A-5

    Gambar 8. Grade Factor

    4. Perhitungan Kebutuhan Alat Tambang Utama

    Produksi = Jumlah Alat Produktivitas/Shift Banyak Shift/ Hari (Yanto Indonesianto, 2012:147)

    Production (Perbulan) = Jumlah Alat Productivity UA PA WH

    1.2

    1.1

    1.0

    0.9

    0.8

    0.7

    Fa

    ctor

    -15 -10 -5 0 +5 +10 +15

    Grade

  • 34

    5. Owning and Operating Cost Alat Tambang Utama

    Secara umum biaya pemilikan dan biaya operasi alat tambang

    utama dapat digambarkan sebagai berikut :

    Sumber: Komatsu Publication, 2007:16-2

    Gambar 9. Biaya Pemilikan dan Biaya Operasi ATU

    a. Owning Cost (Biaya Kepemilikan)

    Owning Cost atau biaya kepemilikan adalah biaya yang harus

    dikeluarkan pemilik alat berat tersebut walaupun alat tidak beroperasi

    tetapi biaya ini tetap harus dibayarkan. Biaya kepemilikan terdiri atas

    2 komponen besar, yakninya:

  • 35

    1) Depreciation Cost (Biaya Depresiasi)

    Penyusutan (Depresiasi) adalah harga modal yang hilang

    pada suatu peralatan yang disebabkan oleh umur pemakaian. Guna

    menghitung besarnya biaya penyusutan perlu diketahui terlebih

    dahulu umur kegunaan dari alat yang bersangkutan dan nilai sisa

    pada batas akhir umur kegunaannya. Terdapat banyak cara yang

    digunakan untuk menentukan biaya penyusutan. Salah satu metoda

    yang banyak digunakan adalah Straight Line Method yaitu

    turunnya nilai modal dilakukan dengan pengurangan nilai

    penyusutan yang sama besarnya sepanjang umur kegunaan dari alat

    tersebut, sebagai berikut:

    Depreciation Cost = Net Depreciation Value

    Depreciation Period (Hours) (Komatsu Publication. 2007:16-2)

    Keterangan :

    Net Depereciation Value = Selisih antara harga beli baru dengan jual kembali.

    Depreciation Period = Masa pakai alat efektif dalam jam.

    2) Interest, Insurance, and Tax (IIT)

    Interest adalah biaya bunga yang harus dibayarkan pemilik

    terhadap investasi yang dimiliki, terutama bagi pemilik yang

    membeli unit secara leasing/angsuran.

    Insurance adalah biaya penjamin terhadap kerusakan alat

    yang diakibatkan kecelakaan kerja ataupun bencana alam,

  • 36

    bergantung dari jenis polis asuransi yang dipilih. Biasa harga yang

    harus dibayarkan untuk asuransi berupa % dari harga alat

    Tax adalah besaran pajak yang harus dibayarkan terhadap

    kepemilikan alat berat, besaran biaya pajak diatur dalam undang-

    undang dan peraturan daerah.

    Besarnya interest, insurance, and tax dapat dihutung

    dengan formula seperti berikut:

    IIT =

    Factor =

    r = trade in value rate =

    (Komatsu Publication, 2007:16-4)

    Keterangan :

    Delivered Price = Harga alat sampai di lokasi tambang (harga alat + biaya pengiriman).

    Annual Rates = Bunga pinjaman ditambah besaran biaya asuransi ditambah besaran pajak dalam persen yang berlaku saat ini.

    Annual use in Hours = Perencanaan waktu pakai alat dalam satu tahun (dalam satuan jam).

    n = Usia pakai alat/waktu depresiasi r = Perbandingan harga alat saat dijual

    kembali dengan harga alat sampai di site.

    b. Operating Cost (Biaya Operasi)

    Operating cost/biaya opersai adalah biaya yang harus dikeluarkan

    oleh pengguna alat berat tersebut saat alat berat tersebut bekerja. Ada 6

    hal yang diperhitungkan dalam operating cost ini, yakni:

  • 37

    1) Bahan Bakar (Fuel)

    Biaya bahan bakar merupakan biaya yang harus

    dikeluarkan untuk mengoperasikan alat berat, masing-masing jenis

    alat berat memiliki fuel consumption yang berbeda-beda. Fuel

    Consumption masing-masing alat akan dijelaskan pada tabel 3

    berikut:

    Tabel 3. Fuel Consumption Alat Tambang Utama No. Jenis Alat Konsumsi Bahan Bakar per Jam

    (Liter/jam) Low Medium High

    1 Excavator PC 2000-8

    47.7-63.6 63.6-79.5 79.5-127.1

    2 Excavator PC 800 -7

    25.6-34.1 34.1-42.6 42.6-68.2

    3 HD 785-7

    38.5-57.7 38.5-77.3 77.3-108.2

    4

    HD 465-7

    28.7-43.0 43.0-57.4 57.4-78.9

    5

    Buldozer D-375 -5

    40.2-65.9 65.9-73.7 73.7- 90.4

    Sumber: Komatsu Publication, 2007:16-10

    2) Lubricant (Oil and Grease), Filters, and Periodic Maintenance

    Labor

    Setiap unit yang dioperasikan tentunya membutuhkan

    perawatan, baik itu perawatan apabila terjadi kerusakan, maupun

    perawatan rutin setiap waktu penggunaan tertentu. Perawatan rutin

    biasanya meliputi penggantian oli, pelumasan dengan grease

    (gomok), pergantian saringan, dan beberapa perawatan rutin

    lainnya. Untuk setiap unit yang berbeda tentunya juga memiliki

  • 38

    kebutuhan terhadap oli dan gomok yang berbeda. Untuk lebih

    jelasnya perhatikan Tabel 4.

    Tabel 4. Kebutuhan Oli dan Grease No Nama

    Alat Oli

    Mesin (Liter/Ja

    m)

    Oli Transmisi

    (Liter/ Jam)

    Final Drive Oil

    (Liter /Jam)

    Hydraulic Control (Liter / Jam)

    Grease (Kg/ Jam)

    1 Excavator PC 2000-8

    0.24 0.08 0.085 0.26 0.08

    2 Excavator PC 800-7

    0.12 0.05 0.02 0.09 0.16

    3 HD 785-7

    0.26 0.11 0.13 0.20 0.03

    4 HD 465-7

    0.12 0.19 0.07 0.032 0.02

    5 Bulldozer D 375A-5

    0,12 0,15 0,7 0,06 0,04

    Sumber: Komatsu Publication, 2007:16-10

    3) Ban (Tires)

    Salah satu komponen penting dari alat berat, terutama alat

    pengangkutan adalah komponen ban. Usia pakai dari ban itu

    sendiri juga dapat diperhitungkan, menyesuaikan dengan kondisi

    permukaan jalan yang dilalui, usia pakai ban dapat dilihat pada

    tabel 5.

  • 39

    Tabel 5. Usia Pakai Ban Machine Easy

    Condition Medium

    Condition Severe

    Condition Off-Highway Dump Truck

    4.000-6.000 2.000-4.000 1.000-2.000

    Articulated Dump truck

    7.000 5.000 3.000

    Motor Graders

    3.000 2.000 1.000

    Wheel Loaders

    4.000-6.000 2.000-4.000 1.000-2.000

    Wheel Dozers

    3.000 2.000 1.000

    Hydraulic Escavators

    3.000 2.000 1.000

    Traveling on well maintained roads, or in silt or sand, tire wear is normal.

    Traveling on gravelly surfaces, tire wear is normal but occasionally cut by rocks.

    Tire wear mostly due to rock-cut liable to puncture frequently.

    Sumber: Komatsu Publication, 2007:16-22

    4) Biaya Perbaikan (Repair Cost)

    Selain perawatan berkala seperti pergantian oli, saringan

    oli, saringan minyak, dan perawatan rutin lainnya, kerusakan pada

    unit juga sering terjadi. Untuk itu biaya perbaikan (repair cost)

    juga harus diperhitungkan.

    Biaya Perbaikan (Repair Cost) dapat dihitung dengan

    formula:

    Biaya Perbaikan =

    (Komatsu Piblication. 2007:16-6)

  • 40

    5) Gaji Operator (Operator Salary)

    Gaji operator menjadi salah satu hal yang harus

    diperhitungkan dalam peghitungan biaya produksi alat berat.

    Biasanya operator digaji berdasarkan jam kerja mereka, namun di

    beberapa perusahaan operator alat berat menjadi karyawan tetap,

    sehingga gaji operator dibayarkan per bulan. Besarannya berkisar

    antara 2-3 kali upah minimum regional di daerah tersebut. Sebagai

    contoh, provinsi Sumatera Selatan untuk tahun 2015 menetapkan

    upah minimum provinsi sebesar Rp 1.825.000,- maka gaji operator

    alat berat di daerah ini berkisar antara Rp 3.650.000,- sampai

    dengan Rp 5.475.000,- per bulan.

    6) Special Items

    Special Items adalah bagian-bagian dari unit alat berat yang

    harus diganti bila sudah haus, seperti teeth bucket, ripper point,

    dan shank pada grader. Special Items juga mempunyai masa pakai,

    tergantung material yang dikerjakan dan lokasi kerjanya. Masa

    pakai special items dapat dilihat pada tabel 6

    Tabel 6. Special Item Item Easy Range Medium Severe

    Range Ripper Point 150 30 15 Shank Protector

    1.500 450 150

    Shank 7.0 3.500 2.000 Sumber: Komatsu Publication, 2007:16-22

  • 41

    6. Evaluasi Investasi

    Kegiatan investasi merupakan kegiatan penting yang memerlukan

    biaya besar dan berdampak jangka panjang terhadap kelanjutan usaha.

    Oleh karena itu, analisis yang sistematis dan rasional sangat dibutuhkan

    sebelum kegiatan itu direalisasikan.

    Suatu investasi merupakan kegiatan menanamkan modal jangka

    panjang, dimana selain investasi tersebut perlu pula disadari dari awal

    bahwa investasi akan diikuti oleh sejumlah pengeluaran lain yang secara

    periodik perlu disiapkan. Pengeluaran tersebut sendiri terdiri dari biaya

    operasional (operation cost), biaya perawatan (maintenance cost), dan

    biaya-biaya lain yang tidak dapat dihindarkan. Disamping pengeluaran,

    investasi akan menghasilkan sejumlah keuntungan atau manfaat, mungkin

    dalam bentuk penjualan-penjualan produk benda atau jasa atau penyediaan

    fasilitas.

    Secara umum kegiatan investasi menghasilkan komponen cash

    flow seperti gambar 10.

    Sumber: Giatman, 2006:68

    Gambar 10. Cash Flow Investasi

  • 42

    a. Metode Net Present Value (NPV)

    Net Present Value adalah metode menghitung nilai bersih

    (netto) pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu

    menjelaskan waktu awal perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi

    dilakukan, atau pada periode tahun ke-0 dalam perhitungan cash flow

    investasi (lihat gambar 11).

    Sumber: Giatman, 2006:69

    Gambar 11. Cash Flow Kondisi Present

    Dengan demikian, metode NPV pada dasarnya adalah

    memindahkan cash flow yang menyebar sepanjang masa investasi ke

    waktu awal investasi (t=0) atau kondisi present, tentu saja dengan

    menerapkan konsep Ekuivalensi uang.

    Suatu cash flow tidak selalu dapat diperoleh secara lengkap,

    yaitu terdiri dari cash-in dan cash-out, tetapi mungkin saja hanya

  • 43

    dapat diukur langsung aspek biayanya saja atau benefitnya saja.

    Contoh, jika kita melakukan invastasi dalam rangka memperbaiki atau

    menyempurnakan salah satu bagian saja dari sejumlah rangkaian

    fasilitas produksi, sehingga dapat dihitung hanya komponen biayanya

    saja, sedangkan komponen benefitnya tidak dapat dihitung karena

    masih merupakan suatu rangkaian dari sistem tunggal. Jika demikian,

    maka cash flow tersebut hanya terdiri dari cash-out atau cash-in. Cash

    flow yang benefit saja perhitungannya disebut dengan Present Worth of

    Benefit (PWB), sedangkan jika yang diperhitungkan hanya cash-out

    (cost) disebut dengan Present Worth of Cost (PWC). Sementara nilai

    NPV diperoleh dari PWB-PWC.

    Jadi, untuk mendapatkan nilai NPV dari suatu aliran uang

    (Cash Flow) dapat digunakan formula sebagai berikut :

    (Giatman, 2006:70)

    Keterangan :

    CF t = Cash flow atau arus kas pada waktu t. R = Biaya modal proyek (Project cost of capital) t = Periode waktu n = Usia Proyek

    Kriteria Keputusan

    Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut

    layak ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran / kriteria tertentu

    dalam metode NPV, yaitu :Jika, NPV > 0 artinya investasi akan

  • 44

    menguntungkan / layak (fisible) dan NPV < 0 artinya investasi tidak

    menguntungkan (unfisible)

    Jika rencana investasi tersebut dinyatakan layak, maka

    direkomendasikan untuk dilaksanakan investasi tersebut, namun jika

    ternyata tidak layak, maka proyek tersbut tidak direkomendasikan

    untuk dijalankan. Namun layak atau tidaknya suatu rencana investasi

    belumlah keputusan akhir dari suatu program investasi, sering kali

    pertimbangan-pertimbangan tertentu ikut pula mempengaruhi

    keputusan yang akan diambil.

    b. Metode Internal Rate Of Return

    Internal Rate Of Return didefinisikan sebagai tingkat diskonto

    yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang

    diharapkan terhadap nilai sekarang biaya proyek.

    PV(Arus Masuk) = PV(Biaya Investasi) (Suharto, Wibowo, 2001:458) Internal Rate Of Return juga dapat diartikan sebagai suatu

    tingkat discount rate yang menghasilkan Net Present Value (NPV)

    sama dengan Nol.

    (Suharto, Wibowo, 2001:458)

    Kriteria Keputusan

    Jika IRR lebih besar atau sama dengan project cost of capital

    maka sebaiknya proyek diterima. Jika IRR lebih kecil project cost of

  • 45

    capital, proyek harus ditolak. Mengapa? IRR dapar dipadang sebagai

    suatu tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu proyek (expected

    rate of return). Sedangkan project cost of capital adalah tingkat

    keuntungan yang di syaratkan (required rate of return). Jika IRR lebih

    besar dari biaya modal proyek proyek dapat membayar biaya modal

    proyek dan tetap menghasilkan suatu surplus keuntungan yang

    dinikmati oleh pemegang saham. Dengan demikian, mengambil

    proyek yang IRR-nya (expected rate of return) lebih besar dari biaya

    modal proyek (require rate or return) akan meningkat kemakmuran

    pemegang saham.

    Jika IRR sama dengan biaya modal proyek, proyek

    diperkirakan akan menghasilkan keuntungan besar yang diisyaratkan

    oleh pemilik modal, tidak lebih tidak kurang. Kondisi itu tentunya

    masih dapat diterima oleh pemilik modal (baik pemilik modal asing

    atau kreditur maupun pemilik modal sendiri).

    Jika terdapat 2 proyek yang bersifat mutually exclusive, proyek

    dengan IRR yang lebih tinggi yang sebaiknya dipilih, dengan asumsi

    IRR kedua proyek lebih besar atau sama dengan biaya modal proyek.

    Hal ini berlaku pula untuk lebih dari 2 proyek yang mutually exlusive.

    Pada kondisi ini, proyek dengan IRR yang terbesar yang dipili, dengan

    asumsi IRR biaya modal.

    Kelemahan metode IRR, jika proyek memiliki arus kas yang

    tidak normal ada kemungkinan IRR tidak dapat digunakan. Yang

  • 46

    dimaksud arus kas yang normal adalah serangkaian (satu atau lebih)

    arus kas keluar diikuti dengan serangkaian arus kas masuk. Pada arus

    kas yang tidak normal, arus kas negatif (pengeluaran) muncul

    selama tahun-tahun setelah proyek berjalan. Jika arus kas tidak

    normal, dapat timbul masalah mutiple IRR atau IRR ganda.

    c. Metode Net Advantages To Leasing (NAL)

    Untuk mengetahui manfaat dari leasing maka perlu dibuat

    perbandingan antara manfaat membeli dan manfaat leasing itu sendiri,

    Selisih ini dikenal sebagai net advantages to leasing (NAL). NAL pada

    dasarnya adalah akumulasi arus kas (baik arus kas masuk ataupun arus

    kas keluar) yang terkait dengan leasing, dibandingkan dengan cara

    pembelian secara lansung. Secara spesifik, melalui leasing suatu

    perusahaan menghindari sejumlah biaya operasional tertentu tetapi

    perusahaan harus membayar sejumlah uang sewa diluar pajak.

    Dengan leasing perusahaan terhindar dari biaya-biaya beban

    bunga yang bisa mengurangi pajak, serta biaya depresiasi, yang

    terakhir perusahaan tidak menerima nilai sisa alat jika pengadaan alat

    dilakukan secara leasing. Tetapi perusahaan tidak harus mengadakan

    pengeluaran awal untuk membeli alat tersebut, dengan demikian net

    advantages to leasing (NAL) mencerminkan penghematan biaya yang

    diberikan oleh leasing.

    Secara teroritis, leasing mempunyai beberapa keunggulan baik

    bagi pihak yang menyewa maupun yang menyewakan. Tetapi sebelum

  • 47

    memutuskan untuk menggunakan leasing sebagai sumber dana perlu

    dianalisis untuk menentukan bahwa sumber dana ini memang lebih

    menguntungkan jika dibandingkan dengan sumber dana yang lain

    seperti pembelian secara lansung.

    Maka dilakukan analisis kelayakan investasi dengan metode

    net advantages to leasing (NAL) untuk menganalisis seberapa besar

    keunggulan leasing dibandingkan dengan pembelian secara lansung

    dalam pengadaan alat dengan menggunakan rumus dibawah ini.

    NAL = PV cost of owning PV cost of leasing

    (Brigham, F Eugene dan Ehrhardt, C Michael)

    Keterangan :

    T = Tax Rate

    L = Lease Payment

    Kd = Cost of debt after tax

    Ko = Cost of capital

    Oc = Operating cost

    Dep = Depresiasi

  • 48

    Kriteria Keputusan

    Dalam pengambilan keputusan untuk memperoleh pengadaan

    alat yang tepat antara pembelian secara lansung dengan leasing adalah

    memperhatikan nilai NAL yang didapatkan dari pengurangan antara

    nilai PV cost of owning dengan PV cost cost of leasing. Jika NAL > 0

    maka pengadaan alat yang dipilih adalah secara leasing namun apabila

    NAL < 0 maka pengadaan alat yang dipilih adalah pembelian secara

    lansung.

    7. Pemilihan Alternatif

    Jika rencana investasi dimunculkan dalam beberapa alternatif yang

    berimplikasi pada perbedaan estimasi cash flownya, maka untuk

    menentukan alternatif mana yang memiliki cash flow lebih

    menguntungkan dibutuhkan suatu proses analisis dan pemilihan yang

    disebut dengan analisis alternatif.

    Memilih alternatif merupakan kegiatan untuk memastikan proyek

    yang sudah dinyatakan layak apakah sudah optimal atau belum utuk

    dijalankan. Untuk menjamin suatu pilihan sudah optimal, tentu setidaknya

    tersedia sejumlah alternatif layak yang perlu dipilih salah satu terbaik

    diantaranya. Oleh karena itu, perlu disiapkan alternatif-alternatif yang

    cukup untuk dipilih.

  • 49

    Dalam menyiapkan alternatif, ada beberapa persyaratan, yaitu :

    a. Alternatif harus bersifat exhausive (Lengkap)

    b. Alternatif harus bersifat mutually exclusive (tidak boleh muncul dalam

    dua alternatif)

    Tujuan dalam memilih alternatif adalah untuk mendapatkan

    keuntungan ekonomis yang optimal. Oleh karena itu kriteria pemilihan

    akan dipengaruhi oleh situasi alternatif yang akan dipilih, sebagai berikut :

    Tabel 7. Kriteria Pemilihan Alternatif Situasi Kriteria

    Input Fixed / tetap Maximum Output Output Fixed / tetap Minimum Input

    Input-Output tidak tetap Optimasi (Maximum Outoput) Sumber: Giatman, 2006:100)

    Dalam pemilihan alternatif, metode evaluasi investasi dapat

    dipergunakan dan akan konsisten satu sama lainnya. Namun dalam

    penerapannya perlu pula diperhatikan umur dari masing-masing alternatif,

    sehingga dalam membandingkan terpenuhi kaidah-kaidah indikator

    perbandingan, yaitu :

    1) Indikator harus sama

    2) Bernilai tunggal

    Dalam penelitian saya ini untuk analisis sendiri saya menggunakan

    tiga metode, yakni NPV, IRR dan NAL. Pada dasarnya pada metode NPV

    disini menggambarkan hasil dan sisa keuntungan yang akan diperoleh

    perusahaan pada akhir umur tambang dan metode IRR adalah suatu tingkat

    discount rate yang menghasilkan Net Present Value (NPV) sama dengan

    Nol yang apabila nilai IRR itu sama/lebih tinggi dari suku bunga pada saat

  • 50

    itu, berarti layak untuk diterima. sedangkan metode NAL pada dasarnya

    menganalisis seberapa besar keunggulan leasing dibandingkan dengan

    pembelian secara lansung dalam pengadaan alat.

  • 51

    BAB III METODELOGI PENELITIAN

    A. Metodelogi Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi penelitian

    terapan. Menurut Namawi, Martini (1996:10) menjelaskan bahwa penelitian

    terapan adalah sebagai berikut :

    Satu jenis penelitian yang hasilnya dapat secara lansung diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Tujuan utama penelitian terapan adalah untuk pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat dimanfaaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau kelompok maupun untuk keperluan industri.

    B. Desain Penelitian

    1. Studi Literatur

    Mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan materi yang

    akan dibahas di lapangan melalui buku-buku, seperti : Ekonomi Teknik

    oleh Drs.M.Giatman, Pemindahan Tanah Mekanis oleh Ir. Partanto

    Prodjosumarto, Pemindahan Tanah Mekanis oleh Ir. Yanto Indonesianto

    M.sc, Bahan ajar alat berat oleh Drs. Sumarya, MT, Spesification and

    Application Handbook Komatsu Edition 28, Manajemen Keuangan oleh

    Dodo Suharto, dan Herman Wibowo, Financial Management oleh Eugene

    F Brigham dan Michael C Ehrhardt dan beberapa sumber lain yang

    berhubungan

    2. Pengambilan Data

    Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Untuk

    data primer diambil langsung dilapangan atau didapatkan dari wawancara

    lansung dengan pimpinan dan staff karyawan perusahaan yang

    52 51

  • 52

    berkompeten dan ada kaitannya dengan objek penelitian seperti data biaya

    cicilan peralatan, harga alat, dan biaya pengupasan overburden. Sedangkan

    untuk data sekunder didapat dari literatur perusahaan atau laporan

    perusahaan seperti data produksi perusahan, spesifikasi alat tambang

    utama, dan data owning dan operating cost .

    3. Pengolahan Data

    Setelah data didapatkan maka selanjutnya adalah pengelompokan

    dan pengolahan data, dikarenakan untuk penelitian ini dibutuhkan banyak

    sekalii data, maka data harus dikelompokkan sesuai dengan tahapan

    pengerjaannya.

    Adapun yang dilakukan pada tahapan ini adalah :

    a. Perhitungan produktivitas alat berat.

    b. Perhitungan kebutuhan peralatan.

    c. Perhitungan biaya kepemilikan dan biaya operasional alat berat.

    d. Perhitungan biaya pengupasan overburden.

    e. Pembuatan cash flow

    f. Perhitungan evaluasi investasi dengan metode NPV, IRR, dan NAL

    4. Analisis Pengolahan Data

    Setelah semua data yang ada diolah selanjutnya dilakukan analisis

    data yang sudah diolah. Dari cash flow yang sudah ada kemudian

    dianalisis kelayakannya apakah layak untuk jadi alternatif atau tidak.

    Untuk analisis sendiri digunakan tiga metode, yaitu NPV, IRR, dan NAL.

  • 53

    Setelah analisis selesai dilakukan dan sudah menghasilkan

    beberapa alternatif, kemudian dilakukan pemilihan alternatif terbaik, yang

    kemudian akan menjadi rekomendasi kepada perusahaan.

    5. Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan diperoleh dari hasil pengamatan lapangan,

    perhitungan, dan analisis data. Kemudian dihasilkan suatu rekomendasi

    yang bermanfaat bagi perusahaan. Serta saran-saran agar apa yang

    direkomendasikan bisa dilaksankan oleh perusahaan.

  • 54

    Kerangka Konseptual

    Input Proses Output

    Data primer didapatkan dari wawancara lansung dengan pimpinan dan staff karyawan seperti:

    1. Biaya cicilan peralatan.

    2. Biaya pengupasan overburden.

    3. Harga alat

    Data Sekunder:

    1. Data produksi target produksi perusahaan.

    2. Spesifikasi Alat Tambang Utama.

    3. Data Owning dan Operating Cost.

    1. Menghitung biaya kepemilikan dan biaya operasional.

    2. Mengitung biaya hasil pengupasan overburden.

    3. Menghitungan evaluasi investasi dengan metode NPV, IRR, dan NAL.

    4. Menghitungan analisis pemilihan alternatif terbaik dari ketiga cara pengadaan

    1. Biaya kepemilikan dan biaya operasional.

    2. Biaya Pengupasan overburden.

    3. Analis kelayakan.

    4. Analis pemilihan alternatif terbaik.

  • 55

    Diagram Alur Penelitian

    Studi Literatur

    Pengamatan Lapangan

    Kesimpulan dan Saran

    Pengolahan Data

    Pembuatan Cash Flow

    Pengambilan Data

    Analisis Kelayakan Alternatif

    Data Primer Data Sekunder

    Analisis Pemilihan Alterntif Terbaik

  • 56 c. Jadwal Pelaksanaan

    Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama 4 minggu, yaitu

    pada tanggal 22 Mei 22 Juni 2015 (4 Minggu), dengan jadwal pelaksanaan

    sebagai berikut:

    No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Minggu Ke- 1 2 3 4

    1 Orientasi Lapangan

    2 Pengumpulan Referensi dan Data

    3 Pengolahan Data

    4 Konsultasi dan Bimbingan

    5 Penyusunan, Pengumpulan Draft Laporan

  • 57

    Daftar Pustaka

    Giatman. (2006) . Ekonomi Teknik. Jakarta: Rajawali Pers

    Sumarya. (2009) .Bahan Ajar Alat Berat dan Interaksi Alat Berat. Padang: Universitas Negeri Padang. Partanto, Prodjosumarto. (1995). Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung: Jurusan Teknik Pertambangan, ITB. Yanto, Indonesianto. (2005). Pemindahan Tanah Mekanais. Yogjakarta: Jurusan Teknik Pertambangan, UPN Veteran. Komatsu Publication. (2007). Specification and Application Handbook, 28th Edition. Japan: Komatsu Ltd. Dodo, Suharto dan Herman, Wibowoo. (2001). Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga. Brigham, F Eugene dan Erchardt,C Michael. (2011). Financial Management. Kanada: Nelson Education Martini, Mimi. Namawi, Hadari. (1996). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada http://Manajemen Perencanaan Alat Berat pdf. Diakses tanggal: 4 April 2015.