proposal skripsi kelompok 20 a fiz

58
PROPOSAL PENELITIAN I. Nama Peneliti : Riza Deviana Dedy Tri Wijaya Francine Roselind Gagat Ragil Andaru Mario Alexander NIM/ Semester : G0009184/ V (Lima) G0009052/ V (Lima) G0009088/ V (Lima) G0009090/ V (Lima)

Upload: gagat-ragil-andaru-pratomo

Post on 31-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skriosi

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

PROPOSAL PENELITIAN

I. Nama Peneliti : Riza Deviana

Dedy Tri Wijaya

Francine Roselind

Gagat Ragil Andaru

Mario Alexander

NIM/ Semester : G0009184/ V (Lima)

G0009052/ V (Lima)

G0009088/ V (Lima)

G0009090/ V (Lima)

G0009128/ V (Lima)

II. Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Ekstrak Batang Tanjung

(Mimusops Elengi Linn.) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus

Wistar Model Diabetik

III. Bidang Ilmu : Farmakologi

IV. Latar Belakang Masalah

Page 2: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

Dewasa ini ilmu kedokteran maju dengan sangat pesat, banyak

ditemukan terapi alternatif dalam menangani suatu penyakit. Perkembangan

teknologi dan informasi yang semakin canggih mendukung keberhasilan

penemuan-penemuan baru dalam bidang kesehatan. Namun, banyak orang yang

melupakan potensi alam yang ada di sekitarnya. Penggunaan obat yang bersumber

dari alam seperti tanaman herbal belum banyak diminati dan belum banyak pula

orang yang mengaplikasikannya dalam terapi pengobatan.

Perhatian masyarakat lebih tertuju kepada pengobatan yang lebih

modern karena dirasakan lebih mudah dan efeknya lebih cepat dirasakan.

Walaupun memiliki sisi kelemahan yaitu biaya yang dikeluarkan akan lebih

mahal. Efek sampingnya pun kadang dapat membahayakan kesehatan. Dipandang

dari segi efektivitas, terapi modern tidak jarang kurang efektif dalam mengobati

penyakit sehingga para peneliti saat ini mulai menerapkan terapi berbahan alami.

Selain aman untuk digunakan, terapi tersebut mudah dan murah untuk didapatkan.

Masyarakat Indonesia sendiri masih banyak menggunakan obat-obat

herbal, walaupun mereka tidak mengetahui secara jelas mengenai khasiat dari obat

yang dikonsumsinya. Sedangkan di negara-negara maju, misalnya Amerika

Serikat, perkembangan obat herbal sangat pesat sejak tahun 1990. Obat herbal

dan produk natural lainnya mengalami peningkatan sampai 380% (1990-1997)

dan terus mengalami peningkatan sampai sekarang. Bahkan menurut WHO

(World Health Organization, Organisasi Kesehatan Dunia), 65% penduduk negara

maju dan 80% penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

(Pelayanan Informasi Obat, 2008). Adanya sumber daya tanaman obat menjadi

keunggulan komperatif bagi Indonesia. Namun, pemanfaatkan keunggulan

Page 3: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

tersebut sebagai upaya menyehatkan masyarakat belum optimal. Indonesia

termasuk salah satu negara yang ketinggalan dalam memanfaatkan tanaman obat

sebagai konsumsi nasional (Menkes, 2008).

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang diwariskan (tipe I)

dan atau karena kadar insulin dalam tubuh menurun sehingga memicu

hiperglikemia (tipe II). Dalam waktu yang lama, penyakit diabetes dapat

menyebabkan komplikasi seperti neuropati, retinopati, serta kelainan jantung.

Prevalensi diabetes mellitus meningkat dan berkembang di beberapa negara. Pada

tahun 2000, penderita diabetes mencapai 171 juta orang, dan diperkirakan akan

mencapai 366 juta orang pada tahun 2030 (Jerline et al., 2009). Dalam

penatalaksanaan diabetes, obat hanyalah pelengkap dari diet dan pemberian

insulin. Meskipun begitu, untuk penderita alergi insulin, obat antidiabetik oral

sangat diperlukan. Obat antidiabetik oral bekerja melalui perangsangan sekresi

insulin di pankreas. Namun, kematian akibat penyakit kardiovaskuler meningkat

pada pemberian obat antidiabetik oral (Handoko, 2005).

Mimusops elengi Linn. (Sapotacea) adalah tumbuhan yang memiliki

ukuran daun yang bervariasi. Tumbuhan ini berasal dari India. Salah satu zat aktif

yang terkandung di dalam Mimusops elengi adalah flavonoid. Flavonoid

merupakan senyawa polifenolik yang tersedia di alam dan dikategorikan

berdasarkan strukturnya ke dalam flavonols, flavones, flavanones, isoflavones,

catechins, anthocyanidins dan calcones. Flavonoid berpotensi sebagai antiviral,

antialergi, antiplatelet, antiinflamasi, antitumor, dan antioksidan (Buhler &

Miranda, 2000). Selain itu, sebuah studi membuktikan bahwa Mimusops elengi

Page 4: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

Linn. memiliki efek antihiperglikemik dengan meningkatkan produksi insulin

pada sel beta pankreas (Jerline et al., 2009).

Untuk membuktikan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan

pemberian ekstrak batang Mimusops elengi Linn. terhadap kadar glukosa darah

pada tikus model diabetes. Pemberian ekstrak batang Mimusops elengi Linn.

diharapkan memiliki potensi sebagai pilihan dalam penatalaksanaan diabetes yang

aman serta efektif digunakan sehingga dapat menekan tingkat morbiditas dan

mortalitas penderita diabetes mellitus tipe II.

V. Rumusan Masalah

Adakah hubungan pemberian ekstrak batang Tanjung (Mimusops

elengi Linn.) terhadap glukosa darah tikus wistar model diabetes?

VI. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan pemberian ekstrak batang Mimusops elengi

Linn.terhadap glukosa darah tikus wistar model diabetes.

VII. Manfaat Penelitian

A. Aspek teoritris

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut

mengenai pemberian ekstrak batang Mimusops elengi Linn. sebagai terapi

diabetes tipe II di klinik

Page 5: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

B. Aspek aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

dunia medis untuk menggunakan ekstrak batang Mimusops elengi Linn. dalam

menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas penderita diabetes tipe II.

VIII. Tinjauan Pustaka

A. Sumber Glukosa Darah

1. Katabolisme dan Absorpsi Karbohidrat Dalam Saluran Pencernaan.

Karbohidrat dalam diet umumnya terdapat dalam bentuk zat pati,

laktosa,sukrosa dan selulosa. Di rongga mulut, enzim α amilase saliva bekerja

pada zat pati secara acak menghasilkan maltosa, beberapa glukosa, unit-unit

moekul pati yang kecil /dekstrin. Memasuki lambung, karena tingkat keasaman

yang tinggi ( HCl) kerja α-amilase terhenti. Di usus halus, pH makanan menjadi

alkali oleh sekresi dari saluran pancreas. Pencernaan dekstrin pati dilanjutkan oleh

kerja enzim α amilase pankreas yang sama dengan enzim dari saliva.Bila kerja α

amilase menghidrolisis zat pati sempurna, lumen usus halus akan mengandung

glukosa, maltosa, isomaltosa, serta laktosa dan sukrosa dari diet. Selulosa yang

dimakan adalah polisakarida yang pada manusia tidak ada enzim yang

menghidrolisisnya dengan demikian tidak dicerna. Selanjutnya disakarida tadi

(maltosa, isomaltosa, laktosa ) dihidrolisis pada brush border yang terdapat pada

mukosa usus halus. Hidrolisis ini oleh kerja enzim disakaridase spesifik

menghasilkan monosakarida. Monosakarida yang dihasilkan (glukosa, fruktosa,

galaktosa) bersama glukosa dari lumen akan masuk ke sistem portal lalu

ditransport ke hepar. (Sari, 2007)

Page 6: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

2. Glikogenolisis

Deretan reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa, kembali menjadi

sumber energi. Merupakan proses katabolisme cadangan sumber energi. Enzim

utama, yaitu glikogen fosforilase, memecah ikatan 1-4 glikogen. Selanjutnya

enzim transferase akan memindahkan 3 residu glukosil dari cabang terluar ke

cabang lain. Pemindahan ini menyebabkan titik cabang 1-6 terpapar. Ikatan 1-6

akan diputus oleh debranching enzyme ( amilo [1-6]glukosidase ). Transferase

dan Debranching enzyme akan mengubah struktur bercabang glikogen menjadi

lurus membuka jalan untuk pemecahan selanjutnya oleh fosforilase menghasilkan

glukosa 1 phosphat

Glikogen + P1 Glukosa 1 Phosphat + Glikogen

(n residu) (n-1 residu) (Sari, 2007)

Glukosa 1 phosphat secepatnya diubah menjadi glukosa 6 phosphat.

Di hepar dan ginjal , Glukosa 6 phosphatase mengeluarkan phosphat dari Glukosa

6 phosphat yang menyebabkan difusi glukosa ke sel darah sehingga terjadi

peningkatan kadar glukosa darah. (Sari, 2007)

3. Glukoneogenesis

Di saat karbohidrat tidak tersedia dengan cukup di dalam makanan,

maka senyawa nonkarbohidrat dengan jalur glukoneogenesis akan menghasilkan

glukosa. Glukoneogenesis merupakan istilah yang di gunakan untuk mencakup

semua mekanisme dan lintasan yang bertanggung jawab untuk mengubah

senyawa nonkarbohidrat menjadi glukosa. Asam amino glikogenik, asam laktat,

dan gliserol adalah tiga kelompok substrat untuk proses ini. Dapat berlangsung

Page 7: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

setiap saat di dalam tubuh untuk membersihkan laktat yang terbentuk dari proses

glikolisis anaerob. Glukoneogenesis dari asam amino akan berlangsung pada

keadaan dimana tubuh kekurangan / kehabisan zat hidrat arang ataupun lipid

sebagai sumber energi maka. Pada hewan memamah biak senyawa propionat

merupakan sumber utama glukosa melalui lintasan ini . Tempat berlangsungnya

Glukoneogenesis terutama di sel-sel ginjal dan hepar (sedikit di otot dan

otak).Reaksi – reaksi pada proses ini meliputi reaksi glikolisis yang reversibel,

siklus kreb, dan beberapa reaksi khusus untuk tambahan. Harus diingat bahwa

rangkaian reaksi glukoneogenesis walau menggunakan lintasan yang sama dengan

glikolisis , bukan merupakan kebalikan dari reaksi glikolisis. Aktivitas keduanya

diatur secara timbal balik, satu jalan relatif tidak aktif saat jalan lain aktif. Enzim

utama dari proses ini yang mengkatalisis reaksi tambahan pada glukoneogenesis

adalah:

a.) Piruvat karboksilase

b.) Fosfoenol piruvat karboksikinase

c.) D-Fruktosa-1,6-bifosfatase

d.) D-Glukosa-6-fosfatase

Reaksi oleh enzim-enzim ini dapat mengelakkan (menghindarkan)

reaksi –reaksi yang irreversibel pada glikolisis. Enzim Piruvat karboksilase

aktivitasnya dirangsang oleh asetil ko-A dan dihambat oleh ADP. Enzim ini akan

merubah piruvat menjadi oksaloasetat. Selanjutnya fosfoenol piruvat

karboksikinase akan merobah oksaloasetat menjadi fosfoenol piruvat. Kedua

reaksi ini berlangsung di dalam mitokhondria dari sel. Pada reaksi yang dikatalisis

Page 8: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

enzim D Fruktosa 1,6 bifosfatase, senyawa fruktosa 6 fosfat akan dibentuk dari

fruktosa 1,6 –bisfosfat. Enzim ini aktivitasnya dihambat oleh AMP dan

ADP .Reaksi ini berlangsung di bagian sitosol. Tahap terakhir pembentukan

glukosa tidak berlangsung di sitosol. Glukosa 6 fosfat akan diangkut ke retikulum

endoplasma oleh transpoter (T 1) dan disini dihidrolisis oleh enzim glukosa 6

fosfatase . Hidrolisis ini menghasilkan glukosa dan Pi yang kemudian diangkut

kembali ke sitosol oleh sepasang pengangkut / transpoter (T2 dan T3). (Sari,

2007)

B. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang

disebabkan defisiensi hormon insulin baik didapat maupun diturunkan. Kondisi

defisiensi insulin akan memicu keadaan hipoglikemia, seiring dengan berjalannya

waktu akan muncul gejala komplikasi diabetik seperti nefropati, retinopati, dan

gangguan jantung (Jerlin et al., 2009)

Diabetes tipe II adalah Diabetes Mellitus yang disebabkan oleh

resistensi reseptor insulin terhadap hormon insulin di darah sehingga insulin tidak

bisa masuk ke dalam sel sebagai sumber energi sel. (Price, 2006)

C. Epidemiologi

Prevalensi DM cukup tinggi di masyarakat. Di Amerika, data survei

dari ‘The National Health and Nutrition Examination III’ pada tahun 1993

menemukan angka prevalensi DM sebesar 3,1%, yang menimpa sekitar 8 juta

penduduk. DM merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian utama di

AS karena efeknya pada penyakit mata, ginjal, neurophati, dan kardiovaskuler.

Page 9: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

Penelitian baru-baru ini juga membuktikan orang dewasa diabetik mempuyai

risiko kematian karena infeksi lebih tinggi daripada tanpa DM. Di seluruh dunia

pada saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 124 juta penderita DM, dan di AS

90% termasuk tipe 2.6 Prevalensi DM di Indonesia diperkirakan antara 1,5-2,3%.

Penelitian di Menado mendapatkan angka 6,1%. Prevalensi DM di daerah urban

di Jakarta meningkat dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993.

Di daerah rural di Tasikmalaya prevalensinya hanya 1,1%. (Suyono, 2006)

D. Patofisiologi

Hormon insulin normalnya dihasilkan oleh sel beta pancreas, fungsi

utamanya adalah untuk konversi glukosa menjadi glikogen, sehingga akan

menstabilkan kadar gula darah. Saat insulin ini tidak ada atau kurang, maka kadar

gula darah menjadi tidak terkontrol. (Price, 2006)

Keadaan awal pada diabetes mellitus tipe 2 yaitu terjadinya resistensi

insulin baik di jaringan otot, lemak, dan hati, tapi belum terjadi hiperglikemia oleh

karena sel pankreas masih mampu mengimbangi resistensi insulin dengan

memproduksi atau mensekresi insulin yang lebih banyak (hiperinsulinemia).

Dengan berjalannya waktu akhirnya sel pankreas mengalami penurunan

kemampuan dalam mensekresi insulin. Sehingga terjadi hiperglikemia puasa dan

terjadilah diabetes. Selanjutnya, fungsi sel pankreas yang menurun menyebabkan

pelepasan insulin yang tidak mencukupi untuk mengimbangi glukosa yang

berlebihan setelah makan (terjadi peningkatan kadar glukosa setelah makan), pada

keadaan ini di samping adanya kerusakan sel pankreas yang progresif ada faktor

kedua yang berpengaruh pada sekresi insulin penderita diabetes mellitus tipe 2

yaitu tidak terjadinya sekresi insulin fase 1 (Katzung, 2002).

Page 10: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diabetes mellitus mempunyai tujuan :

- Jangka pendek yaitu hilangnya keluhan atau gejala diabetes

mellitus dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.

- Jangka panjang yaitu tercegah dan terhambatnya progresivitas

penyulit atau komplikasi mikroangiopati dan neuropati dengan

tujuan akhir turunnya morbiditas dan mortalitas dini akibat

diabetes mellitus serta meningkatnya kualitas hidup penderita

diabetes mellitus.(Price, 2006)

Untuk mencapai tujuan pengelolaan tersebut perlu dilakukan pengendalian

hiperglikemia, tekanan darah, berat badan, dan kadar lipid, melalui pengelolaan

pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan

perilaku. Pilar pengelolaan diabetes mellitus meliputi: edukasi, perencanaan

makanan, pelatihan jasmani, intervensi farmakologis (Katzung, 2002).

F. Pohon Tanjung (Mimusops elengi Linn.)

1. Deskripsi

Mimusops elengi (ME) Linn (Sapotaceae) yang lebih dikenal dengan

Bakul, merupakan tanaman yang memilki daun berukuran sempit hingga lebar.

Tanaman ini banyak ditanam sebagai tanaman perindang.

Klasifikasi Ilmiah :

Kerajaan : Plantae

Ordo : Ericales

Famili : Sapotaceae

Genus : Mimusops

Species : Mimusops elengi

Page 11: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

Nama binomial : Mimusops elengi Linn.

Tanaman ini berasal dari India, Sri Lanka dan Burma. Telah masuk ke

Nusantara semenjak berabad-abad yang silam. Tanaman ini juga tumbuh di Asia

Tenggara, misalnya Indonesia dan Filiphina. ( Singh, 2003)

Pohon berukuran sedang, tumbuh hingga ketinggian 15 m. Daun-daun

tunggal, tersebar, bertangkai panjang; daun yang termuda berambut coklat, yang

segera gugur. Helaian daun bundar telur hingga melonjong, panjang 9–16 cm,

seperti jangat, bertepi rata namun menggelombang. Bunga berkelamin dua, sendiri

atau berdua menggantung di ketiak daun, berbilangan-8, berbau enak semerbak.

Batang berkayu, berbentuk bulat dan bercabang. Batang dari tanaman ini

berwarna coklat. (Singh, 2003)

2. Kandungan Kimia

Salah satu zat aktif yang terkandung di dalam Mimusops elengi adalah

flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa polifenolik yang tersedia di alam dan

dikategorikan berdasarkan strukturnya ke dalam flavonols, flavones, flavanones,

isoflavones, catechins, anthocyanidins dan calcones (Buhler et Miranda, 2000).

Selain itu, Mimusops elengi memiliki kandungan tannin, saponin, alkaloid, dan

glikosid (Ganu et al., 2010).

3. Khasiat

Mimusops elengi Linn. telah diteliti memiliki aktivitas antiulserasi,

antihelmintik, antihipertensi dan antibakteri (Katedeshmukh, 2010). Penelitian

terakhir, melaporkan bahwa buah dari tanaman ini bermanfaat untuk mengobati

disentri, konstipasi; bunga Mimusops elengi berkhasiat untuk mengurangi sakit

kepala, luka, dan ulserasi. Batangnya dapat digunakan untuk meningkatkan

kesuburan wanita dan aktifitas antiulserasi. Selain itu, batangnya juga berguna

Page 12: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

untuk meningkatkan tonik, febrifuge, sebagai obat kumur untuk odontopati,

inflamasi dan gusi berdarah. Sushrut Samhita, seorang peneliti India, menjelaskan

bahwa Mimusops elengi memiliki potensial antidiabetik. Penelitian tersebut

bertujuan mengevaluasi antioksidan in vitro dan antihiperglikemik. Prosedur

penelitian tersebut menggunakan ekstrak dari batang Mimusops elengi (Ganu et

al., 2010).

Flavonoid terkandung dalam Mimusops elengi berpotensi sebagai

antiviral, antialergi, antiplatelet, antiinflamasi, antitumor, dan antioksidan.

Antioksidan merupakan senyawa yang menjaga sel dari kerusakan akibat Reactive

Oxygen Species (ROS) seperti single oxygen, superoksida, peroxyl radicals,

hydroxyl radicals, dan peroxynitrite. Ketidakseimbangan antioksidan dan oksigen

reaktif menyebabkan stress oksidatif, yang akan memicu kerusakan sel. Stress

oksidatif dapat menyebabkan kanker, penuaan, aterosklerosis, luka iskhemik,

inflamasi, dan penyakit neurodegenerative (Parkinson dan Alzeimer). Flavonoid

membuat proteksi terhadap penyakit tersebut dengan membentuk sistem

pertahanan tubuh dalam bentuk vitamin antioksidan dan enzim-enzim.

Berdasarkan penelitian epidemiologi, intake flavonoid memberikan efek

berbanding terbalik terhadap kematian penyakit jantung koroner maupun insiden

pada gagal jantung. Antioksidan terdapat pada vitamin C, vitamin E, selenium,

dan keroten. Selain itu, penelitian juga membuktikan bahwa flavonoid dapat

ditemukan pada buah-buahan dan sayuran dalam bentuk antioksidan. Pada alfa-

tocoferol (vitamin E), flavonoid mengandung zat-zat kimia yang berhubungan

dengan antioksidan (Buhler et Miranda, 2000).

Larutan ekstrak batang Mimusops elengi Linn. memiliki efek anti

hiperglikemik yang signifikan pada tikus yang telah diinduksi dengan alloxan

Page 13: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

secara signifikan dibandingkan dengan efek pemberian glibenclamide. Hal

tersebut membuktikan bahwa Mimusops elengi Linn. Berpotensi sebagai obat

antihiperglikemik. Sebuah studi menunjukkan peningkatan kadar gula darah pada

tikus model diabetik serta penurunan kadar gula darah pada kelompok yang diberi

larutan ekstrak batang Mimusops elengi Linn. Penurunan kadar gula darah

tersebut mungkin disebabkan karena peningkatan sekresi insulin dari sel beta

pancreas (Jerline et al., 2009).

Hasil penelitian pada mekanisme penghambatan flavonoid terhadap

peningkatan kadar gula darah secara umum disepakati memiliki kesamaan aksi

mekanisme seperti acarbose yang selama ini digunakan sebagai obat untuk

penanganan diabetes melitus. Hal ini disebabkan flavonoid bereaksi pada enzim

alfa amilase yang ligan aktifnya secara eksklusif menempati subsite “-1” dan

berinteraksi dengan rantai dari Asp197, Glu233 dan Asp300. Semua inhibitor kuat

dalam proses ini menempati sisi yang sama seperti yang ditempati oleh

valienamid dan membentuk ikatan hidrogen dengan residunya pada sisi katalitik.

Dengan kata lain, ligan aktif pada subsite pusat katalitik “-1”, inilah yang

mungkin menjelaskan mengapa aktivitas enzimatik alfa amilase dapat terblok

dengan sukses (Piparo et al, 2008).

Pada mencit yang diberi ekstrak batang ME, terjadi penurunan kadar

glukosa serum, HbA1C, dan enzim glukosa-6-phospatase secara signifikan dan

peningkatan insulin serum, kadar glikogen dalam hati, aktivitas glukosa-6-

phosphate dehydrogenase secara signifikan. (Jerline et al., 2009).

Enzim glukosa-6 phospatase memainkan peranan penting pada

pengaturan homeostasis kadar glukosa darah. ketika kadar glukosa darah turun,

liver secara cepat melakukan glikogenolisis ataupun glukoneogenesis), sehingga

Page 14: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

kadar glukosa darah meningkat. glukosa yang baru diproduksi ini merupakan

bahan bakar bagi jaringan lain yang kamampuannya dalam memproduksi

glukosa(melalui glikogenolissis dan glukoneogenesis) berkurang. (Jerline et al.,

2009).

Enzim glukosa 6 phospatase, mengkatalisis reaksi glikogenolisis dan

glukoneogenesis sehingga terjadi peningkatan produksi glukosa darah.

peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati merupakan penyebab dari peningkatan

kadar gula darah puasa yang merupakan karakteristik dari diabetes mellitus.

Penelitian terakhir menyebutkan bahwa ekstrak Mimusops elengi Lnn. pada dosis

500 mg/ kgBB menghambat aktivitas glukosa-6- phospat dengan jalan

menurunkan pemecahan glukosa oleh hati. (Jerline et al., 2009).

Pada pasien diabetes terjadi penurunan lipogenesis dan peningkatan

lipolisis yang merupakan manifestasi dari ketidakmampuan jaringan dalam

memecah glukosa sehingga lipolisis meningkat diikuti dengan perangsangan

enzim glukoneogenesis. studi terakhir memperlihatkan bahwa peningkatan

aktivitas NADP berkaitan dengan enzim lipogenik glukosa 6 phospat

dehidrogenase yang mengontrol pembentukan NADPH melalui mekanisme balik.

(Jerline et al., 2009)

IX. Kerangka Berpikir

Kadar glukosa darah

Glukosa-6-phospatstreptozotocin

Keterangan:

: Memicu

: Menghambat

: Mengandung

Enzim Glukosa-6-phospatase

Glikogenolisis dan Glukoneogenesis

Kadar glukosa darah Ekstrak batang Mimusops elengi flavonoid

Sel beta pankreas

Sekresi insulin

Intake

Polisakarida (amilum)

Disakarida (sukrosa)

Glukosa

Page 15: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

X. Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak batang Mimusops Elengi Linn. pada kadar glukosa darah tikus wistar model diabetik

Page 16: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

Ha : Ada pengaruh pemberian ekstrak batang Mimusops Elengi Linn. pada kadar glukosa darah tikus wistar model diabetik

XI. Metode Pelaksanaan

A. Model Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam desain Simple True Experimental

dengan rancangan One group pre and post-test group designs. Pada penelitian ini

sample akan diperoleh dengan acak untuk memperoleh kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium farmakologi

lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

C. Variabel Penelitian

Variabel bebas : dosis ekstrak Mimusops elengi

Variable terikat : kadar gula darah tikus wistar

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : dosis ekstrak Mimusops elengi Linn.

Ekstrak kulit batang Mimusops elengi Linn. diberikan pada dosis tertentu

berdasarkan alat ukur volume cairan. Pemberian dosis dibuat bertingkat untuk

mengetahui efek ekstrak kulit batang Mimusops elengi Linn. ini dalam jumlah

yang berbeda.

Dosis Mimusops elengi Linn. yang dipakai adalah

a.) 500 mg/ kg BB

b.) 750 mg/ kg BB

Skala pengukuran variabel untuk dosis ekstrak Mimusops elengi Linn.

adalah numerik (rasio).

Page 17: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

2. Variable terikat : kadar gula darah tikus wistar

Kadar gula darah adalah jumlah atau kadar glukosa dalam darah tikus

yang merupakan interpretasi dari fungsi hormon insulin yang dihasilkan oleh sel

beta pakreas, yaitu mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen untuk

disimpan di hepar atau otot rangka.

Skala pengukuran variabel untuk kadar glukosa darah tikus adalah

numerik (rasio).

E. Bahan dan Metoda

1. Hewan Uji

1. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar, berumur kira-kira

3 bulan dengan berat kira-kira 200 gr, diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan

Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Banyaknya sampel: Tiga puluh (35) ekor tikus putih

Banyaknya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Rumus Federer :

(n-1) (t-1) > 15

n : besar sampel

t : jumlah kelompok

Banyaknya jumlah sampel yang diperlukan dihitung dengan rumus:

(n-1) (t-1) > 15 ; t = 5

(n-1) (5-1) > 15

Page 18: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

4n-4> 15

4n >19

n > 4,75 ; dibulatkan menjadi 5

(Arkeman, 2006)

Jadi, jumlah sampel harus lebih besar dari 5 ekor tikus tiap kelompok.

Pada penelitian ini digunakan 7 ekor tikus setiap kelompok, sehingga

sudah memenuhi syarat dalam banyaknya sampel yang digunakan

2. Teknik sampling

Pengambilan sampel sebanyak 35 ekor dilakukan secara purposive

sampling dengan kriteria inklusi hewan uji yang dipilih sebagai sampel adalah 35

ekor tikus wistar jantan, dengan berat badan ± 200 - 300 gram, dan berumur ± 3

bulan

Hewan coba dibagi dalam 5 kelompok secara random, setiap kelompok

terdiri dari 7 ekor tikus. Kelompok 1 sebagai kelompok control, kelompok 2

sebagai kelompok mencit model diabetes, kelompok 3 sebagai kelompok mencit

model diabetes yang diberi ekstrak Mimusops elengi Linn. per oral dengan dosis

500mg/kgBB,. kelompok 4 kelompok mencit model diabetes diberi ekstrak

Mimusops elengi Linn. per oral dengan dosis 750mg/kgBB dan kelompok 5

mencit model diabetes yang diberi Glibenclamide dengan dosis 1mg/kgBB

sebagai obat yang dijadikan rujukan/ referensi.

3. Induksi Hewan Coba Model Diabetes

Untuk membuat model diabetes pada hewan coba, hewan coba dipuasakan

selama 24 jam sebelum injeksi. Induksi diabetogenik dilakukan dengan cara

menginjeksikan streptozotocin dosis 60 mg/kgBB yang dilarutkan dalam citrate

Page 19: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

buffer pH 4,5 (Zhang dan Tan, 2000). Proses penginduksian dilakukan selama 4

hari.

4. Ekstrak Batang Mimusops elengi Linn.

a.) Proses Pembuatan Ekstrak Batang Mimusops elengi Linn.

Cara pembuatan ekstrak batang Mimusops elengi Linn. adalah

sebagai berikut:

1) Batang segar dari Mimusops elengi Linn.yang diperoleh dari daerah di

Indonesia

2) Batang tersebut dikeringkan pada tempat yang teduh

3) Setelah itu, dihancurkan menjadi serbuk yang agak kasar

4) Sebanyak 200 gram serbuk tanaman tersebut diekstrak dengan air

5) Larutan yang akan diekstrak dibuat dengan perbandingan antara serbuk

dengan air adalah 1:6

6) Didihkan larutan tersebut hingga tersisa sepertiga bagian

7) Pasta yang terbentuk merupakan bahan yang kemudian digunakan

b.) Pemberian Ekstrak Batang Mimusops elengi Linn.

Pemberian ekstrak batang Mimusops elengi Linn. pada hewan coba

dilakukan setiap hari selama 45 hari. Pemberian dilakukan secara oral

menggunakan tabung minum. Hasilnya dibandingkan dengan pemberian

glibenclamide yang juga diberikan setiap hari selama 45 hari.

5. Perlakuan pada Hewan Uji

Hewan coba diadaptasikan selama 4 hari. Hewan coba dibagi menjadi

enam kelompok, masing-masing kelompok 7 ekor. Kelompok I (n=7) sebagai

kontrol, kelompok II (n=7) adalah mencit model diabetes, kelompok III (n=7)

adalah mencit model diabetis yang diberi ekstrak Mimusops elengi Linn. per oral

Page 20: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

dengan dosis 500 mg/kg bb , kelompok IV(n=7) adalah mencit model diabetis

yang diberi ekstrak Mimusops elengi Linn. per oral dengan dosis 750 mg/kg bb,

dan kelompok V (n=7) adalah mencit model diabetes yang diberi glibenclamide

dengan dosis 1 mg/kg bb sebagai obat yang dijadikan rujukan/ referensi.

6. Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Pada hari keempatpuluhlima, mencit dikorbankan untuk diambil

darahnya. Darah mencit akan ditampung dalam tabung EDTA. Selanjutnya

dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dengan satuan mg/dL.

7. Rancangan Penelitian

Keterangan:

K – : Kelompok kontrol negatif

K + : Kelompok kontrol positif

P – P +

Subjek penelitian 35 ekor tikus Whistar sp.

K – K + K I K II K III

Pre test kadar gula darah

T 1 T 2 T 3

Post test kadar gula darah

Analisa Data

Page 21: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

K I : Kelompok perlakuan I

K II : Kelompok perlakuan II

K III : Kelompok perlakuan III

P – : tanpa perlakuan

P + : induksi diabetes, tanpa pemberian ekstrak Mimusops elengi Linn.

T 1 : induksi diabetes dan diberi ekstrak Mimusops elengi Linn dengan

dosis 500 ml / kg BB/ 1x/ hari

T 2 : induksi atherosklerosis dan diberi teh kombucha dengan dosis 750

ml/ kg BB/ 1x/ hari

T 3 : induksi diabetes dengan diberi injeksi Glibenclamide 1 mg/ kg

BB

8. Analisis Data

Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Uji normalitas sebaran sampel menggunakan uji skewnes dan kurtosis.

2. Jika hasil uji normalitas menunjukan bahwa data terdistribusi normal,

dilakukan uji Anova one way untuk mengetahui perbedaan kadar

glukosa darah

3. Jika hasil uji normalitas tidak menunjukan bahwa data terdistribusi

normal, dilakukan uji krusskal wallis untuk mengetahui perbedaan

kadar glukosa darah.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan program

SPSS for Windows Release 16.0 dan p <0,05 dipilih sebagai tingkat minimal

signifikansinya.

XII. Jadwal Kegiatan Program

Page 22: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

JadwalMinggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Pembuatan Proposal

Pembimbingan usulan

proposal

Proposal siap

Pengumpulan data

Analisis Data

Penyelesaian hasil

penelitian, pembuatan

laporan

Ujian akhir skripsi

XIII. Daftar Pustaka

Ganu et al. 2010. ‘Antioxidant and antihyperglicemic potential of methanolic

extract of bark of Mimusops elengi L. in mice’, Research Journal of

Pharmaceutical, Biological and Chemical Science, Vol.1 issue 3, page

67-77

Handoko, T. dan Gan, S. (2007). Farmakologi dan Terapi ed.5. Jakarta:

FKUI. p: 342.

Jerlin, et al. 2009. ‘Effect of Mimusops elengi L. Bark Extract on Alloxan

induced hyperglycemia in Albino Rats’, Journal of Cell and Tissue

Research, Vol.9(3)

Page 23: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz

Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI.

Jakarta:EGC

Miranda et Buhler. 2000. Antioxidant Activities of Flavonoids. Oregon State

University. LPI. Oregonstate.edu/fw00/flavonoid/html

Pelayanan Informasi Obat. (2008). Obat Tradisional dan Obat Herbal:

Tantangan ke depan Farmasis.

http://www.informasi-obat.com/content/view/276/53/. (18 September

2008).

Piparo EL, Scheib H, Frei N, Williamson G, Grigorov M, and Chou CJ. 2008.

Flavonoid for Controlling Strach Digestion: Structural Requirements

for Inhibiting Human Alpha Amylase. Journal of Medicinal Chemistry.

26; 51(12): 3555-6

Price SA, Wilson LM, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. EGC, Jakarta.

Sari, Mutiara Indah. 2007. Reaksi-reaksi Biokimia sebagai Sumber Glukosa

Darah. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Sumatera

Utara.

Singh UV, SP Ahlawat, NS Bisht. 2003. ‘Nursery Technique of Local Tree

Species-II’. State Forest Reseach Institute Department of Environment

and Forest: Itanagar.

Suyono, Slamet. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV

Fakultas Kedokteran Indonesia. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI: Jakarta.

Page 24: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz
Page 25: Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz