prosto kasus 1 (1)
DESCRIPTION
flkgjll;TRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN PEMBUATAN PROTHESA PADA KASUS KEHILANGAN GIGI SEBAGIAN RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH
(Case report 1 )
Oleh :
Kelompok H
DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
1. Ayu Rafania Atikah 021211133019
2. Rizka Febriyanti 021211133020
3. Emanuel Damar W. 021211133021
4. Afifah Ulfa Anindya 021211133022
5. Rizky Devina 021211133023
6. Rahajeng Sitra F.R 021211133024
7. Selvi Diyah Arianti 021211133035
8. Azmi F. Nurwansyah 021211133036
9. Gadis Esti Dwi Anggraeni 021211133037
10. Rifka Ayu Gayatri 021211133038
11. Rizki Amalia Safitrie 021211133039
12. Putri Cynthia Erina 021211133040
13. Shely Oktavia Puspita N. 021211133041
14. Irma Ade Armaningsih 021211133042
15. Sapta Pradipta S. 021211133043
16. Abdul Malik 021211133044
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENATALAKSANAAN PEMBUATAN PROTHESA PADA KASUS KEHILANGAN GIGI SEBAGIAN RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH
(Case report 1 )
MAKALAH SCL PROSTODONSIA KASUS 1
Oleh :
KELOMPOK H
Menyetujui
Doses Pembimbing
Soekobagiono, drg.,MS.,Sp,Pros (K)
NIP : 195412151980021001
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….. v
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………..... 1
1.2. Tujuan………………………………………………………………………….. 2
1.3. Rumusan Masalah……………………………………………………………… 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….. 3
2.1 Klasifikasi Kennedy……………………………………………………………. 3
2.2 Kriteria dalam Menentukan Desain Gigi Tiruan……………………………….. 5
2.3 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan…………………………………………………. 5
2.3.1 Definisi…………………………………………………………………..….. 5
2.3.2 Fungsi Gigi Tiruan Sebagian lepasan……………………………………….. 6
2.3.3 Bagian-bagian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan……………………………… 6
2.3.4 Keuntungan dan Kerugian Tiruan Sebagian Lepasan………………………. 9
2.4 Gigi Tiruan Jembatan……………………………………………………………… 10
2.4.1 Definisi……………………………………………………………………... 10
2.4.2 Komponen Gigi Tiruan Jembatan………………………………………….. 10
2.4.3 Keuntungan dan Kerugian Gigi Tiruan Jembatan………………………….….. 11
BAB 3 LAPORAN KASUS…………………………………………………………12
3.1. Data Kasus……………………………………………………………………... 12
3.2. Anamnesis……………………………………………………………………... 12
iv
3.3. Gambar Model Anatomis…………………………………………………..…. 12
3.4. Pemeriksaan Klinis……………………………………………………………. 13
3.5. Diagnosis……………………………………………………………………… 13
3.6. Rencana Perawatan……………………………………………………………. 13
BAB 4 PEMBAHASAN…………………………………………………………… 17
BAB 5 KESIMPULAN…………………………………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………. 20
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar.2.1 Klasifikasi Kennedy…………………………………………….…….. 4
Gambar.2.2 Gigi pengganti (Artificial teeth), 2. Rest Oklusal , 3. Cengkeram, 4.
Konektor utama (major connector), 5. Konektor Tambahan (minor connector) 6.
Retensi tak langsung (indirect retainer)………………………………………..……9
Gambar 3.1 Model anatomis………………………………………………………. 12
Gambar 3.2 Desain prothesa pada rencana perawatan pertama untuk rahang atas... 14
Gambar 3.3 Desain prothesa pada rencana perawatan pertama untuk rahang
bawah……………………………………………………………………………….14
Gambar 3.4 Desain Piranti pada perawatan alternative……………………...……..15
Gambar 4.1 Desain piranti yang digunakan sebagai perawatan pertama…………...17
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meskipun telah banyak Negara berkembang yang mengalami penurunan
dramatis dalam angka prevalensi edentulism dan kehilangan gigi sebagian, proporsi
individu edentulous pada masyarakat yang mengalami penuaan di seluruh dunia
masih cukup tinggi. (Nadia et al., 2012)
Data Oral Health US (2005) menujukkan bahwa prevalensi kehilangan gigi
pada usia 22-44 tahun adalah 2%, prevalensi kehilangan gigi ada pada usia 45-60
adalah 10%, dan prevalensi kehilangan gigi pada usia 65-74 adalah 25%.
Menurut data kesehatan mulut WHO (2005), prevalensi pasien yang
kehilangan seluruh gigi pada usia 65-75 tahun adalah 16,9% di Perancis, 24,8% di
Jerman dan 26%-36% di Amerika Serikat. Survei tahun 1975 menunjukkan bahwa
satu dari lima orang (20%) penduduk Jepang yang berusia 55-64 tahun mengalami
kehilangan namun pada survei tahun 2005 angka ini menurun drastis menjadi satu
dari 50 orang (2%). Sementara itu, prevalensi pasien yang kehilangan seluruh gigi di
Indonesia dilaporkan mencapai 24% pada usia >65 tahun.
Penyebab utama kasus kehilangan gigi diantaranya adalah karena karies dan
penyakit periodontal, serta terdapat faktor-faktor lain yang juga terlibat (Willis et al.,
2008 ; Zarb dan MacKay, 1980). Kehilangan gigi telah dikaitkan dengan beberapa
faktor sosiodemografi, perilaku, atau medis (Peterson, 2003 ; Turrel et al., 2007 ;
Kapp et al., 2007) . Setelah cukup banyak gigi yang hilang, hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan pada asupan makanan dan nutrisi (Sheiham dan Steele,
2001) yang dapat berkontribusi untuk menimbulkan masalah kesehatan yang
mungkin dapat mempengaruhi kesejahteraan umum individu. Kehilangan gigi juga
dapat memiliki dampak negatif pada emosi dan menyebabkan perubahan pada
struktur anatomis, fisiologis maupun fungsional yang mempengaruhi kualitas hidup
penderita. (Fiske et al., 1998)
1
Kehilangan gigi sebagian adalah hilangnya beberapa gigi asli dalam satu
lengkung rahang. Kehilangan gigi sebagian yang dialami oleh pasien juga dapat
mempengaruhi kesehatan umum dan rongga mulut sama seperti kehilangan gigi
menyeluruh. Hal ini berpengaruh pada kualitas hidup secara keseluruhan, termasuk
dalam hal asupan makanan dan nutrisi pada penderita. (Sheiham dan Steele, 2001).
Kehilangan gigi sebagian dapat ditanggulangi dengan rehabilitasi dibidang
prostodonsia menggunakan gigi tiruan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai studi kasus prostodonsia mengenai
pemilihian prothesa yang paling tepat untuk kehilangan gigi sebagian pada rahang
atas dan rahang bawah berdasarkan laporan kasus.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah klasifikasi kehilangan gigi yang paling tepat untuk pasien dengan
kehilangan gigi sebagian rahang atas dan rahang bawah ?
2. Apa saja rencana perawatan yang dibutuhkan pasien dengan kehilangan
gigi sebagian rahang atas dan rahang bawah ?
3. Bagaimana desain piranti yang paling tepat untuk pasien dengan
kehilangan gigi sebagian rahang atas dan rahang bawah
1.3. Tujuan
1. Untuk menentukan klasifikasi kehilangan gigi yang paling tepat untuk
pasien dengan kasus kehilangan gigi sebagian rahang atas dan rahang
bawah
2. Untuk menentukan rencana perawatan yang dibutuhkan pasien dengan
kasus kehilangan gigi sebagian rahang atas dan rahang bawah
3. Untuk menentukan design piranti yang paling tepat pada pasien dengan
kasus kehilangan gigi sebagian rahang atas dan rahang bawah
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Kennedy
Klasifikasi Kennedy adalah klasifikasi yang pertama kali ditemukan olehdr.
Edward Kennedy pada akhir tahun 1925. Klasifikasi ini bertujuan untuk
menggolongkan dan menggabungkan sebagian lengkung rahang yang tidak bergigi
(McGarry, 2002).
Gambaran daerah tidak bergigi pada rahang yang diklasifikasikan oleh
Kennedy (Skinner, 1959). Klasifikasi Kennedy membagi semua lengkung rahang
yang tidak bergigi sebagian menjadi empat golongan besar berdasarkan sadel
dan free end. Selain itu daerah tidak bergigi juga dibedakan dalam tipe yang
terbentuk sebagai daerah modifikasi. Klasifikasi Kennedy adalah sebagai berikut
(McGarry, 2002):
I. Klas I: Daerah tidak bergigi bilateral yang letaknya pada bagian posterior
dari gigi asli yang masih tinggal pada bagian anterior (Bilateral free end).
II. Klas II : Daerah tidak bergigi unilateral pada bagian posterior dari gigi asli
yangmasih tinggal (Unilateral free end)
III. Klas III.:.Daerah tidak bergigi unilateral dengan gigi asli yang tinggal pada
bagian anterior dan posterior (Bounded saddle).
IV. Klas IV Tunggal (single). Tetapi bilateral (memotong garis tengah), letak
daerahtidak bergigi pada daerah anterior saja, tetapi masih ada gigi pada
daerah posterior.
3
Gambar.2.1 Klasifikasi Kennedy
Untuk menentukan klasifikasi Kennedy, terdapat peraturan-peraturan tertentu
yang harus diperhatikan. Tanpa aturan yang pokok untuk setiap keadaan,akan sulit
untuk menerapkan klasifikasi Kennedy. Untuk itu digunakan aturan sebagai berikut
(Applegate, 1960):
a. Klasifikasi yang diikuti pencabutan gigi yang mengubah klasifikasi
sebelumnya.
b. Jika molar ketiga tidak ada, maka molar ketiga tersebut tidak
diperhitungkan dalam klasifikasi.
c. Jika molar ketiga ada dan dapat digunakan sebagai penyangga, maka harus
diperhitungkan dalam klasifikasi.
d. Jika molar kedua tidak ada dan tidak diganti, maka tidak dipertimbangkan
dalam klasifikasi.
e. Kebanyakan daerah tidak bergigi pada bagian belakang selalu menentukan
dalam klasifikasi.
f. Daerah tidak bergigi selain menentukan klasifikasi juga menunjukkan
adanya modifikasi dan direncanakan pada daerah tidak bergigi.
g. Luasnya modifikasi ini tidak menjadi pengaruh, hanya jumlahnya yang
menentukan.
Tidak ada modifikasi dalam lengkung kelas IV
4
2.2 Kriteria yang dipertimbangkan dalam menentukan Desain Gigi Tiruan
Dalam menentukan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan menurut Jepson
2004, perlu diperhatikan beberapa faktor seperti retensi, stabilisasi, dan estetikanya.
a. Retensi
Adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan daya pemindah yang
cenderung memindah protesa ke arah oklusal. Yang dapat memberikan
retensi adalah lengan retentif, klamer, occlusal rest, kontur dan landasan
gigi, oklusi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension.
b. Stabilisasi
Adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan daya pemindah alam arah
horizontal. Dalam hal ini semua bagian cengkeram berfungsi kecuali
bagian terminal/ ujung lengan retentif. Stabilisasi terlihat bila dalam
keadaan berfungsi. Gigi yang mempunyai stabilisasi pasti mempunyai
retensi,sedangkan gigi yang mempunyai retensi belum tentu mempunyai
stabilisasi.
c. Estetika
Dalam segi estetik harus memperhatikan posisi penempatan klamer harus
sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam posisi bagaimanapun juga,
gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi warna gigi
dan inklinasi atau posisi dari masing- masing gigi, kontur gingiva harus
sesuai dengan keadaan pasien, dan perlekatan gigi diatas ridge.
2.3 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
2.3.1 Definisi
Gigi tiruan lepasan secara garis besar dibagi dua, gigi tiruan sebagian lepasan
(partial denture) dan gigi tiruan penuh (full denture atau complete denture)
(Phoenix, Cagna, DeFreest and Stewart, 2003). Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
(GTSL) merupakan suatu protesis yang menggantikan beberapa gigi dalam satu
lengkung geligi sebagian (The Glossary of Prosthontic, 2005). Ilmu GTSL dikenal
5
juga sebagai Partial Denture Prosthetic atau Removable Partial Prosthodontics
(Phoenix, Cagna, DeFreest and Stewart, 2003).
Gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta
jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta
dapat dikenakan sendiri ke dalam mulut oleh pemakainya, dikenal sebagai Gigi
Tiruan Sebagian Lepasan (removable partial denture).
Bila dukungannya diperoleh dari gigi semata, alat tiruan ini kadang-kadang
disebut Jembatan Lepasan (removable bridge). Disebut demikian, karena protesa
semacam ini menyalurkan gaya kepada gigi yang masih ada jadi serupa dengan yang
terjadi pada sebuah jembatan cekat.
2.3.2 Fungsi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Menurut Osborne and Lammie 1986, cit Eliades 2003 dan MacEntee 1993,
tujuan dari GTSL adalah :
1. Untuk mengembalikan estetika.
2. Untuk mengembalikan fungsi bicara.
3. Untuk mengembalikan fungsi pengunyahan.
4. Untuk mempertahankan kesehatan jaringan mulut.
5. Memperbaiki oklusi.
6. Membantu mempertahankan gigi- gigi yang masih ada.
2.3.3 Bagian- bagian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
a. Retainer
Retainer adalah bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
berfungsi sebagai retensi agar dapat memberi gaya penahan sehingga
protesa tetap berada pada tempatnya. Retainer terdiri dari 2 macam yaitu
(Gunadi, 1982) :
6
1. Direct Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang berupa
cengkeram dan memiliki kontak langsung dengan permukaan gigi
abutment.
2. Indirect Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
memberi retensi melawan gaya yang lebih cenderung dapat melepas
protesa tersebut ke arah oklusal. Indirect retainer diperoleh dari
penarikan garis fulkrum yang berada di titik paling jauh atau setara
dengan sudut 90o. Indirect retensi ini biasanya berupa rest.
b. Basis
Merupakan bagian dari gigi tirun sebagian lepasan yang protesanya
berhadapan dengan jaringan lunak mulut di bawahnya. Selain dapat
berfungsi sebagai memperbaiki kontur jaringan, meneruskan tekanan
oklusal ke jaringan di bawahnya, memberikan retensi dan stabilisasi
kepada gigi tiruan, basis juga merupakan tempat bagi elemen tiruan dan
menerima dukungan dari gigi pendukung dan atau jaringan sisa tulang
alveolar. Dilihat dari letaknya, sebuah sadel bisa Berujung tertutup
(bounded/ paradental) bila ke dua ujung atau sisinya dibatasi gigi asli.
Sadel dikatakan Berujung Bebas (free end) bila gigi asli hanya menjadi
batas pada salah satu sisinya saja, biasanya di bagian posterior (Phoenix,
Cagna, DeFreest and Stewart, 2003).
c. Gigi Pengganti (Artificial Teeth)
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
untuk menggantikan gigi asli yang hilang.
7
d. Konektor
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
menggabungkan bagian- bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan menjadi
suatu unit (Phoenix, Cagna, DeFreest and Stewart, 2003).
1. Konektor Utama
Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan komponen-
komponen yang terdapat pada satu sisi rahang dengan sisi yang lain
atau bagian yang menghubungkan basis dengan retainer. Fungsi
konektor utama adalah menyalurkan daya kunyah yang diterima dari
satu sisi kepada sisi yang lain. Syarat konektor utama adalah rigid,
tidak mengganggu gerak jaringan, tidak menyebabkan tergeseknya
mukosa dan gingiva, tepi konektor utama cukup jauh dari margin
gingiva, tepi dibentuk membulat dan tidak tajam supaya tidak
menganggu lidah dan pipi. Konektor utama dapat berupa bar atau plate
tergantung lokasi, jumlah gigi yang hilang, dan rahang mana yang
dibuatkan. Pada rahang atas dapat berupa single palatal bar, U-shaped
palatal connector, antero-posterior palatal bar dan palatal palate. Pada
rahang bawah dapat berupa lingual bar dan lingual plate.
2. Konektor minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan
konektor utama dengan bagian lain, misalnya sandaran oklusal.
Biasanya diletakkan pada daerah embrasur gigi dan harus berbentuk
melancip ke arah gigi penyangganya.
Fungsi konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal / beban
oklusi ke gigi peganggan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya
pelepasan, menghubungkan bagian-bagian GTS dengan konektor
utama, menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian
pengimbangan kepada sandaran serta mentransfer efek retainer/klamer
serta komponen gigi lain ke gigi tiruan.
8
Gambar.2.2 Gigi pengganti (Artificial teeth), 2. Rest Oklusal , 3. Cengkeram, 4. Konektor utama
(major connector), 5. Konektor Tambahan (minor connector) 6. Retensi tak langsung (indirect
retainer)
2.3.4 Keuntungan dan Kerugian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Rehabilitasi keadaan rongga mulut dengan gigi tiruan, baik cekat maupun
lepasan, memiliki peranan yang penting untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan
sistemik pasien yang mengalami kehilangan gigi. Keuntungan perawatan gigi tiruan
sebagian lepasan dibandingkan dengan gigi tiruan cekat adalah biaya yang lebih
terjangkau dan prosedur pemeliharaan kebersihan yang lebih mudah dilakukan karena
gigi tiruan jenis ini dapat dibuka pasang. Salah satu kerugian pemakaian gigi tiruan
sebagian lepasan yaitu dapat merusak jaringan mulut yang tersisa. Desain kerangka
gigi tiruan sebagian lepasan meningkatkan penumpukan sisa makanan pada bagian
yang berkontak dengan permukaan gigi asli, yang mengganggu aksi self-cleansing
oleh lidah dan bukal selama proses pengunyahan (Zarb, 2004).
Desain kerangka gigi tiruan sebagian lepasan juga berperan dalam
perkembangan bakteri pada rongga mulut dan pembentukan plak (Buergers, 2008).
Plak gigi tiruan mengakibatkan dampak yang tidak diinginkan terhadap gigi
penyangga yang sangat penting perannya terhadap perawatan gigi tiruan sebagian
9
lepasan. Penumpukan plak pada gigi penyangga lebih banyak daripada gigi asli yang
lain. Hal ini disebabkan terhambatnya aksi self-cleansing oleh cangkolan yang
terdapat pada gigi tiruan sebagian lepasan. Gigi tiruan sebagian lepasan harus
didesain untuk dapat mengurangi penumpukan sisa makanan serta plak pada gigi dan
tepi gingiva dari gigi penyangga (Manappallil, 2003).
2.4 Gigi Tiruan Jembatan
2.4.1 Definisi
Gigi tiruan jembatan adalah suatu prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan
kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara
permanen dengan semen didukung oleh satu atau lebih gigi atau akar gigi yang telah
dipersiapkan. (Martanto, 1981)
2.4.2Komponen Gigi Tiruan Jembatan
Menurut Allan & Foreman (1994), suatu jembatan terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Penyangga (Abutment) disebut pendukung retainer, dapat bervariasi tergantung
faktor seperti membran periodontal, panjang & jumlah akar. Penyangga yang
berada di antara 2 penyangga lainnya disebut intermediate abutment.
2. Retainer merupakan restorasi (mahkota, inlay, pasak/dowel) yang
menghubungkan jembatan dengan penyangga
3. Pontik/Dummy adalah gigi buatan pengganti dari gigi yang hilang, dapat dibuat
dari porselen,akrilik atau logam atau kombinasi. Berikut adalah beberapa macam
bentuk pontik :
- Suddle pontik : Disain menyerupai gigi asli yang menggantikan
seluruh gigi yang hilang tanpa mengubah bentuk anatomi
- Ridge lap pontik : Bentuk pontik berkontak dengan dasar mukosa
bagian labial atau bukan saja atau bagian palatal atau lingual
menggantung
- Hygiene pontik : Menggantung atau tidak berkontak
10
- Conical pontik : bentuk dan dasar pontik yang berkontak dengan
mukosa lebih kecil dari pada ridge lap pontik
4. Penghubung (Joint atau Connector) adalah alat yang mencekatkan pontik ke
retainer. Dapat bersifat kaku (rigid) yaitu disolder atau yang tidak kaku (non-
rigid) seperti kunci-kunci atau stressbreaker (alat penyerap daya untuk
mengurangi beban yang harus dipikul oleh penyangga)
5. S (Sadel) : daerah antara gigi-gigi abutment. Yang terutama adalah tulang
alveolar yg ditutupi jar.lunak. tulang alveolar akan berubah kontur selama
beberapa bulan setelah hilangnya gigi. Kontur dan tekstur sadel akan
mempengaruhi desain pontik
2.5.3 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan
Pada pembuatan gigi tiruan jembatan terdapat beberapa keuntungan yaitu:
1. Karena dilekatkan pda gigi asli sehingga tidak mudah lepas atau tertelan
2. Dirasakan seperti gigi asli oleh penderita
3. Memiliki efek splinting untuk mempertahankan posisi gigi
4. Tidak ada kawat sehingga permukaan email tidak aus
5. Melindungi gigi terhadap tekanan
6. Mendistribusikan tekanan fungsi keseluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan
gigi.
Beberapa kerugiannya yaitu:
1. Membutuhkan pengasahan permukaan gigi pada mahkota gigi yang masih utuh
untuk dijadikan gigi penyangga
2. Ditempatkan permanen sehingga sulit untuk mengontrol plak gigi (dapat dicegah
dengan emnggunakan dental floss)
3. Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik
11
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1. Data kasus
Penderita wanita usia 56 tahun datang ke klinik RSGM FKG Unair, minta
dibuatkan gigi palsu untuk mengganti gigi-giginya yang rusak karena lubang dan
keropos, penderita bekerja sebagai karyawan BUMN, penderita mau sisa giginya
yang ada tinggal sedikit dan keropos untuk dicabut. Belum pernah memakai gigi
tiruan. Pencabutan terakhir disebelah kira bawah dua bulan yang lalu penderita ingin
dibuatkan gigi palsu yang nyaman dipakai.
3.2. Anamnesis
a. Wanita usia 56 tahun datang ingin dibuatkan gigi palsu untuk mengganti gigi-
giginya yang rusak karena lubang dan keropos
b. Belum pernah pakai gigi tiruan
c. Pencabutan terakhir di sebelah kiri bawah
3.3. Gambar Model Anatomis
12
g
g
Gambar 3.1 Model anatomis
3.4. Pemeriksaan Klinis (Intra oral)
a. Gigi 15 hilang
b. Gigi 16 sisa akar pro ekstraksi
c. Gigi 17 hilang
d. Gigi 25 hilang
e. Gigi 36 hilang
f. Gigi 37 sisa akar pro ekstraksi
g. Gigi 45 hilang
h. Gigi 46 karies klas II pro ekstraksi
13
3.5. Diagnosis
a. Rahang atas : Kehilangan gigi 17,16,15, dan 25
b. Rahang bawah: Kehilangan gigi 36, 35, dan 46
3.6. Rencana Perawatan
a. Perawatan Pendahuluan
Pada kasus ini diperlukan perawatan pendahuluan yaitu pencabutan sisa akar
pada gigi 37 dan 16, serta pada gigi 46 dengan karies klas II atas dasar permintaan
pasien. Perawatan pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan keadaan rongga
mulut yang sehat sebelum dilakukan perwatan pertama.
b. Perawatan Pertama
Rahang atas
- Klamer 3 jari pada gigi 14 dan 26 (klamer 3 jari berfungsi sebagai direct
retainer yang menahan terlepasnya denture kearah berlawanan arah pasang)
- Pemberian rest mesial pada gigi 18 (berfungsi untuk support dan membagi
beban)
- Anasir gigi akrilik pada 17,16,15 dan 25
- Basis akrilik pada palatal dan terbuka pada daerah anterior (untuk menambah
kenyamanan penderita)
- Sayap bukal pada 17, 16, dan 25
- Tidak memerlukan indirect retainer karena desain gigi tiruan bukan free end
14
Gambar 3.2 Desain prothesa pada rencana perawatan pertama untuk rahang
atas
Rahang bawah :
- 2 buah GTT pada 38, 37, 36, 35, 34 dan 44, 45, 46, 47 jenis fixed fixed bridge
- Retainer pada gigi 38, 35, 44, 47
- Pontic ridge lap pada gigi 45 dan 46 (digunakan pontic jenis ridge lap supaya
bagian bucal memenuhi segi estetik namun mudah dibersihkan sehingga tidak
menimbulkan food impacted)
- Pontic sanitary pada gigi 37, 36 ( digunakan pontic jenis sanitary karena letak
gigi pada posterior dan tidak terlalu memerlukan estetik supaya mudah
dibersihkan)
Gambar 3.3 Desain prothesa pada rencana perawatan pertama untuk rahang
bawah
c. Perawatan Alternatif
15
Gambar 3.4 Desain Piranti pada perawatan alternative
Rahang atas :
- Klamer 3 jari pada gigi 14 dan 26 (klamer 3 jari berfungsi sebagai direct
retainer yang menahan terlepasnya denture kearah berlawanan arah pasang)
- Pemberian rest mesial pada gigi 18 (berfungsi untuk support dan membagi
beban)
- Anasir gigi akrilik pada 17,16,15 dan 25
- Basis akrilik pada palatal dan terbuka pada daerah anterior (untuk menambah
kenyamanan penderita)
- Sayap bukal pada 17, 16, dan 25
- Tidak memerlukan indirect retainer karena desain gigi tiruan bukan free end
Rahang bawah :
- Klamer 3 jari pada gigi 35 dan 44 (klamer 3 jari berfungsi sebagai direct
retainer yang menahan terlepasnya denture kearah berlawanan arah pasang)
- Rest mesial pada gigi 38 dan 47 (berfungsi untuk support dan membagi
beban)
16
- Anasir gigi akrilik pada gigi 37, 36, 45, dan 46
- Basis akrilik
- Sayap bucal pada 37, 36, 45, dan 46.
BAB 4
17
PEMBAHASAN
Pada perawatan pertama, rahang atas dilakukan perawatan pendahuluan terlebih
dahulu berupa pencabutan sisa akar gigi 16 karena sudah tidak dapat dilakukan
perawatan saluran akar lagi. Desain piranti yang dipilih sebagai perawatan pertama
untuk rahang atas adalah berdasarkan klasifikasi kennedy kelas 3 dengan diagnosa
kehilangan gigi 17,16, 15, dan 25. Berikut adalah rincian mengenai piranti yang
dipilih sebagai perawatan utama untuk rahang atas :
Klamer 3 jari pada gigi 14, 18 dan 26 (klamer 3 jari berfungsi sebagai direct
retainer yang menahan terlepasnya denture kearah berlawanan arah pasang)
Anasir gigi akrilik pada 17,16,15 dan 25
Basis akrilik pada palatal dan terbuka pada daerah anterior (untuk menambah
kenyamanan penderita)
Sayap bukal pada 17, 16, dan 25
Tidak memerlukan indirect retainer karena desain gigi tiruan bukan free end.
Gambar 4.1 Desain piranti yang digunakan sebagai perawatan pertama
Sedangkan pada pada rahang bawah dengan diagnosa kehilangan gigi 36, 35,
dan 46 dilakukan perawatan pendahuluan terlebih dahulu berupa pencabutan sisa akar
18
gigi 37 karena sudah tidak dapat dilakukan perawatan saluran akar lagi dan
pencabutan gigi 46 (diagnose : pulpitis irreversible ) dilakukan atas dasar permintaan
pasien. Berikut adalah rincian mengenai piranti yang dipilih sebagai perawatan utama
untuk rahang bawah :
- 2 buah GTT pada 38, 37, 36, 35, 34 dan 44, 45, 46, 47 jenis fixed fixed bridge
- Retainer pada gigi 38, 35, 44, 47
- Pontic ridge lap pada gigi 45 dan 46 (digunakan pontic jenis ridge lap supaya
bagian bucal memenuhi segi estetik namun mudah dibersihkan sehingga tidak
menimbulkan food impacted)
- Pontic sanitary pada gigi 37, 36 ( digunakan pontic jenis sanitary karena letak
gigi pada posterior dan tidak terlalu memerlukan estetik supaya mudah
dibersihkan)
Dari anamnesa didapatkan bahwa penderita memiliki status ekonomi yang baik.
oleh karena itu pada desain utama rahang bawah digunakan GTT jenis fixed bridge
karena untuk meningkatkan kenyamanan pada penderita dan desain tidak
memerlukan basis yang terbuat dari akrilik. Sedangkan pada rahang atas digunakan
GTSL pada desain utama dikarenakan terdapat kehilangan gigi dalam rentang yang
cukup panjang yaitu 17, 16, 15 yang apabila digunakan desai fixed fixed bridge
akan rentan pada daerah pontik.
BAB 5
KESIMPULAN
19
Berdasarkan pembahasan pada kasus ini, Desain piranti yang dipilih sebagai
perawatan pertama untuk rahang atas, sesuai dengan klasifikasi kennedy kelas 3
dengan diagnosa kehilangan gigi 17,16, 15, dan 25 adalah gigi tiruan sebagian
lepasan dengan Klamer 3 jari pada gigi 14, 18 dan 26, Anasir gigi akrilik pada
17,16,15 dan 25, basis akrilik pada palatal dan terbuka pada daerah anterior serta
sayap bukal pada 17, 16, dan 25.
Sedangkan untuk rahang bawah, desain piranti yang dipilih sesuai dengan
diagnosa kehilangan gigi gigi 36, 35, dan 46 adalah 2 buah GTT pada 38, 37, 36, 35
dan 44, 45, 46, 47 jenis fixed fixed bridge dengan retainer pada gigi 38, 35, 44, 47
dengan pertimbangan kenyamanan pada penderita karena desain tidak memerlukan
basis yang terbuat dari akrilik.
DAFTAR PUSTAKA
20
Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd edition, W.B. Saunders Co. Philadelphia
Buergers R, Rosentritt M, Brachert WS, dkk. Efficacy of denture disinfection methods in controlling Candida albicans colonization in vitro. Acta Odontologica Scandinavica 2008; 66: 174-80.
Fiske J, Davis DM, Frances C, Gelbier S (1998) The emotional effects of tooth loss in edentulous people. Br Dent J 184, 90-93
Gunadi, H.A.1982. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. jilid 1. Hipocrates; Jakarta.
Jepson, N. J. A., 2004. Removable partial dentures. London. Quintenssence Publishing Co. Ltd
Kapp J, Boren S, Yun S, LeMaster J (2007) Diabetes and tooth loss in a national sample of dentate adults reporting annual dental visits. Prev Chronic Dis 4, A59.
Manappallil JJ. Basic dental materials. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers, 2003: 98-131.
McGarry Thomas et all. Classification system for partial edentulism. Journal of Prosthodontic . 2002;11(3):181-93.
Osborne J & lammie's G.A . Partial dentures, 5th edition.. 1986. Oxford, Blackwell Scientific.
Petersen PE (2003) The World Oral Health Report 2003: continuous improvement of oral health in the 21st century- the approach of the WHO Global Oral Health Programme. Community Dent Oral Epidemiol 31 Suppl 1, 3-23.
Phoenix, R., Cagna, D., DeFreest, C. and Stewart, K. 2003. Stewart's clinical removable partial prosthodontics. 1st ed. Chicago: Quintessence
Sheiham A, Steele J (2001) Does the condition of the mouth and teeth affect the ability to eat certain foods, nutrient and dietary intake and nutritional status amongst older people?. Public Health Nutr 4, 797-803.
The Glossary of Prosthodontic Terms. Journal Prosthet Dent 2005; 94(1): 25, 51
21
Turrell G, Sanders AE, Slade GD, Spencer AJ, Marcenes W (2007) The independent contribution of neighborhood disadvantage and individuallevel socioeconomic position to self-reported oral health: a multilevel analysis. Community Dent Oral Epidemiol 35, 195-206
Willis MS, Harris LE, Hergenrader PJ (2008) On traditional dental extraction: case reports from Dinka and Nuer en route to restoration. Br Dent J 204, 121-124.
Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, dkk. Prosthodontic treatment for edentulous patients: complete dentures and implant-supported prostheses.12th ed. India: Elvesier, 2004: 191-4, 203-7.
Zarb GA, MacKay HF (1980) The partially edentulous patient. I. The biologic price of prosthodontic intervention. Aust Dent J 25, 63-68..
22