pt 02 2010

205
STANDAR PERENCANAAN IRIGASI PERSYARATAN TEKNIS BAGIAN PEMETAAN TOPOGRAFI PT – 02

Upload: didik-hartadi

Post on 26-Jun-2015

1.539 views

Category:

Documents


508 download

TRANSCRIPT

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI

PERSYARATAN TEKNIS BAGIAN

PEMETAAN TOPOGRAFI PT – 02

PENGANTAR

Standar Perencanaan Irigasi yang telah ditetapkan tahun 1986 dan

disusun dalam 3(tiga) kelompok yaitu Kriteria Perencanaan,

Gambar Bangunan Irigasi, Persyaratan Teknis sejak tahun 2007

dilakukan penyesuaian Standar Perencanaan Irigasi yang

diprogamkan 3(tiga) tahun anggaran dengan alasan sebagai berikut

:

Umur berlakunya Standar Perencanaan Irigasi sudah 20 thn

(dari tahun 1986 s/d thn 2006)

Bertambahnya type bendung (diantaranya bendung karet,

bendung tyroll)

Berkembangnya teknologi alat survei yang umumnya sudah

digital (diantaranya alat pengukur debit sungai/saluran, alat

survei topografi)

Perubahan sosial budaya masyarakat

Perubahan daerah tangkapan air (catchmen area)

Ketentuan standar lama tidak sesuai lagi

Berubahnya peraturan dan kebijakan

Kriteria Perencanaan tetap tidak berubah terdiri dari 7 (tujuh) bagian atau 7(tujuh) buku

yang berisikan Kriteria Perencanaan Teknis untuk Perencanaan Irigasi (system planning),

Perencanaan Bangunan Irigasi Jaringan Utama, Sekunder, Tersier, Parameter Bangunan,

dan Standar Penggambaran.

Gambar Bangunan Irigasi tetap tidak berubah terdiri dari 2 (dua) bagian atau 2 (dua) buku

yaitu Type Bangunan Irigasi yang berisi kumpulan gambar-gambar sebagai contoh

informasi yang akan memberikan gambaran bentuk dan model bangunan dan Standar

Bangunan Irigasi yang berisi kumpulan gamba-gambar bangunan yang telah distandarisasi

serta langsung dapat digunakan.

Persyaratan Teknis tetap tidak berubah terdiri dari 4 (empat)

bagian atau 4 (empat) buku yang berisi minimal syarat-syarat

teknis harus dipenuhi dalam pembangunan irigasi.

Salah satu dari 4 (empat) bagian atau 4 (empat) buku persyaratan

teknis yaitu Bagian Pengukuran Topografi dilakukan penyesuaian

dengan alasan sebagai berkut :

Perubahan judul

Menggabungkan beberapa pekerjaan pemetaan yang

sejenis

Perubahan produk umumnya sudah digital

Perubahan dan penyesuaian alat ukur yang digunakan

Penggambaran tidak lagi manual

Meskipun persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi dengan

batasan dan syarat yang tertuang dalam tiap bagian buku siap untu

digunakan perencana irigasi, namun demikian dalam penerapannya

masih memerlukan kajian teknis dari penggunanya, dengan

demikian siapapun yang menggunakan persyaratan teknis Bagian

Pemetaan Topografi ini tidak lepas dari tanggung jawab sebagai

perencana irigasi dalam merencanakan pembangunan irigasi yang

aman dan memadai.

Setiap masalah di luar batas-batas dan syarat atau dalam batas-

batas dan syarat persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi

mempunyai tingkat kesulitan dan kepentingan , harus dipecahkan

dengan tenaga ahli khusus dan atau melaui konsultasi dengan

Direktotat Irigasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen

Pekerjaan Umum sebagai pembina.

Semoga persyaratan teknis Bagian Pemetaan Topografi dapat

bermanfaat dan memberikan sumbangan dalam pengembangan

irigasi di Indonesia, kami mengharapkan langsung kritik dan saran

untuk perbaikan kesempurnaan persyaratan teknis Bagian

Pemetaan Topografi.

Jakarta, Desember

2007

Direktur Irigasi

DAFTAR ISI

BAGIAN PEMETAAN TOPOGRAFI

SUB BAGIAN 1 : PEMETAAN FOTOGRAMETRIS

SUB BAGIAN 2 : PEMETAAN TERESTRIS

SUB BAGIAN 3 : PEMETAAN TRASE RENCANA SALURAN DAN LOKASI

KHUSUS

SUB BAGIAN 4 : PEMETAAN SUNGAI DAN LOKASI

BENDUNG

S U B B A G I A N I

PEMETAAN FOTOGRAMETRIS

DAFTAR ISI

PEMETAAN FOTOGRAMETRIS

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1 Umum .......................................................................

1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan ...........................................

1.3 Basis Survei ...............................................................

2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN

3. PEMOTRETAN UDARA VERTIKAL

3.1 Rencana Penerbangan ..............................................

3.2 Pemasangan Premark (Tanda Kenal) ..........................

3.3 Persyaratan Teknis Kamera .......................................

3.3.1 Kalibrasi .......................................................

3.3.2 Filter ............................................................

3.3.3 Lebar Kamera ...............................................

3.4 Daerah Pemotretan dan Penerbangan ........................

3.4.1 Tinggi dan Arah Terbang ................................

3.4.2 Luas Daerah Pemotretan ................................

3.4.3 Kondisi Pemotretan ........................................

3.4.4 Pesawat dan Awak Pesawat (crew) .................

3.5 Mutu Film dan Negative ............................................

3.5.1 Film Udara ....................................................

3.5.2 Exposure .......................................................

3.5.3 Pemrosesan Foto Udara .................................

3.5.4 Mutu Negative ...............................................

3.6 Mutu Diaspositif Digital .............................................

3.7 Kualitas Fotogrametris ..............................................

3.8 Dokumentasi dan Anotasi ..........................................

3.9 Pencetakan dan Foto Indek .....................................

4. TITIK KONTROL TANAH

4.1 Desain Jaringan Titik Kontrol .....................................

4.1.1 Kelengkapan Receiver GPS ..............................

4.1.2 Rencana Jaringan ...........................................

4.2 Pemasanaga Benchmark ..........................................

4.3 Metode Pengamatan dan Pengukuran ........................

4.3.1 Pengamatan GPS ...........................................

4.3.2 Pengukuran Sipat Datar ..................................

4.3.3 Pengukuran Titik Rincik ..................................

4.3.4 Identifikasi Lapangan .....................................

4.4 Pencatatan,Reduksi dan Pemrosesan Hasil Lapangan ...

4.4.1 Pencatatan ....................................................

4.4.2 Reduksi .........................................................

4.4.3 Pemrosesan ..................................................

5. TRIANGGULASI UDARA

5.1 Persiapan Trianggulasi Udara ......................................

5.2 Pemilihan Titik Model dan Pemberiann Tanda ...............

5.3 Pemindahan dan Penandaan Titik Kontrol ....................

5.4 Pembuatan Diagram Foto ...........................................

5.5 Penentuan Koordinat Fotogrametri ..............................

5.6 Perataan Blok ............................................................

6. PEMROSESAN PETA FOTO DIGITAL

6.1 Peralatan dan Bahan .................................................

6.2 Scanning Foto Udara .................................................

6.3 Digital Elevasi Model(DEM) ........................................

6.4 Proses Ortofoto Digital ..............................................

6.4.1 Georeferencing ................................................

6.4.2 Orofoto Digital .................................................

6.5 Mosaik (Perakitan) ....................................................

6.6 Kartografi Digital ......................................................

6.7 Pengecekan Ketelitian Peta Foto Digital ......................

7. INFORMASI TITIK TINGGI DAN KARTOGRAFI

7.1 Informasi Titik Tinggi ................................................

7.2 Titik Rincik dan Penumpangan Kontur(Contour overlay)

dan Kontur Fotogrametri ...........................................

7.3 Penggambaran Halus Titik Rincik dan Kontur ..............

7.4 Penulisan nama,Bencmark dan Grid ...........................

8. TATA LETAK PETA FOTO DIGITAL SKALA 1 : 5.000 DAN

SKALA 1 : 20.000

8.1 Peta Orofoto Skala Digital 1 : 5.000 ............................

8.2 Peta Foto Digital Skala 1 : 20.000 .............................

9. PEMROSESAN PETA GARIS DIGITAL

Interprestasi Foto Udara ...................................................

Identifikasi Lapangan ........................................................

Digital Stereo Ploting ........................................................

Kartografi Digital ..............................................................

10. TATA LETAK PETA GARIS SKALA 1: 5.000 DAN SKALA 1: 20.000

Peta Garis Digital Skala 1:5.000 ........................................

Peta Garis Digital Skala 1:20.000 ......................................

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1. Umum

Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi Vertikal dimana sebelumnya

sudah terpasang Premark (Tanda Lapangan) di atas tanah untuk kontrol

Triangulasi Udara dengan ukuran dan interval jarak Premark yang sudah

ditentukan, hasil Foto Udara Stereoskopis skala 1 : 10.000 pankhromatis

hitam putih dengan pertampalan ke muka ± 60 % dan ke samping ± 30

%, kamera yang digunakan kamera metrik yang memiliki jarak fokus

yang sudah di kalibrasi antara 151 mm-152 mm, batas daerah

pemotretan udara sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh pemilik

pekerjaan dan negatif film milik Pemilik Pekerjaan.

Foto Udara Stereoskopis digunakan untuk peta Ortofoto atau peta Garis

skala 1 : 5.000 yang kegiatannya meliputi pemasangan Benchmark

(Benchmark) untuk kebutuhan Perencanaan Irigasi dengan ukuran dan

interval jarak Benchmark yang sudah ditentukan. Seluruh Benchmark dan

Premark di ukur langsung di lapangan melalui pengamatan GPS dengan

ketelitian Orde 3 (tiga), pengukuran harus terikat kepada titik tetap

kepunyaan Bakosurtanal. Tahap berikutnya pekerjaan Triangulasi Udara

memperbanyak titik kontrol minor untuk orientasi foto udara yang

dilanjutkan dengan pemrosesan ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 :

20.000.

Pelaksana pekerjaan harus mempergunakan segala peralatan dan

perlengkapan serta bahan-bahan yang memenuhi syarat teknis.

1.2. Ruang Lingkup Pekerjaan

Pemetaan Ortofoto skala 1 : 5.000 dan skala 1 : 20.000 meliputi kegiatan-

kegiatan sebagai berikut :

1) Pemasangan Premark (Tanda Lapangan)

2) Pemotretan Udara Vertikal

3) Pemasangan Benchmark (Benchmark )

4) Pengukuran Titik Kontrol Tanah

5) Pengukuran Titik Rincik Ketinggian

6) Triangulasi Udara

7) Pemrosesan Ortofoto

8) Kontur Fotogrametri

9) Reproduksi Kartografi

10) Hasil Akhir Peta Ortofoto

11) Pemrosesan Peta Garis

1.3. Basis Survei

Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan jalur terbang Peta Rupa Bumi

Skala 1 : 50.000 atau Skala yang lebih besar Bakosurtanal.

Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y)

dan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.

2. HASIL-HASIL DAN DATA-DATA YANG HARUS DISERAHKAN

KEPADA PIHAK PEMILIK PEKERJAAN

Seluruh hasil-hasil dan data-data diperiksa oleh

pengawas pekerjaan dan diserahkan kepada pihak

pemilik pekerjaan sebagai berikut :

A. Hasil dan data Pemotretan Udara

1. Semua negatif potret udara dalam tabung plastik

2. 1 (satu) set diapositif tiap-tiap negatif foto udara

3. 3 (tiga) set foto udara hitam putih pada kertas double-weight

4. 3 (tiga) set foto indeks berskala 1 : 50.000 diatas kertas transparan,

dimana dijelaskan baik posisi setiap jalur terbang maupun hubungan

foto satu dengan yang lainnya.

5. 6 (enam) salinan laporan akhir yang isinya menyangkut penerbangan

harian, kemajuan kerja, sertifikat kalibrasi kamera dan laporan

mengenai hasil uji foto udara.

6. 3 (tiga) set daftar beserta keterangan mengenai lokasi dan koordinat

semua titik dengan tanda kenal.

B. Hasil dan data Ortofoto

1) 3 (tiga) set peta digital ortofoto skala 1 : 5.000 dengan kontur selang

0,5 m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd.

2) 2 (dua) set peta digital ortofoto dengan selang kontur tiap 5 meter,

skala 1 : 20.000.

3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua

benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder.

4) Peta digital ortofoto yang asli dan penggambaran halus kontur dan

overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd.

5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan

dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi

dengan keterangan/referensi.

6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data

pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.

7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,

koordinat-koordinat dan dua foto dari semua pilar yang digunakan.

8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah

digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.

C. Hasil dan Data Peta Garis Digital

1) 3 (tiga) set peta garis digital skala 1 : 5.000 dengan kontur selang

0,5 m dan titik-titik tinggi (spot heights) dan softcopy dalam vcd/dvd.

2) 2 (dua) set peta garis digital dengan selang kontur tiap 5 meter, skala

1 : 20.000.

3) 1 (satu) peta digital skala 1 : 50.000 yang mencantumkan semua

benchmark dengan jalur sipat datar utama dan sekunder.

4) Peta garis digital yang asli dan penggambaran halus kontur dan

overlay titik tinggi dalam bentuk vcd/dvd.

5) Semua foto asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan pengamatan

dan pengukuran dan perhitungan diberi indeks dijilid dan dilengkapi

dengan keterangan/referensi.

6) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat lengkap dengan data

pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.

7) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,

koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari semua benchmark yang

digunakan.

8) 1 (satu) set foto perbesaran dengan skala 1 : 5.000 yang sudah

digunakan selama pengukuran titik rincik ketinggian di lapangan.

3. PEMOTRETAN UDARA

Pemotretan Udara dilaksanakan dalam posisi vertikal yang meliputi

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Rencana Penerbangan

b. Pemasangan Premark (tanda kenal)

c. Persyaratan Teknis Kamera

d. Daerah Pemotretan dan Penerbangan

e. Mutu Film dan Negative

Ketentuan pemotretan udara harus mengikuti ketentuan dibawah ini :

3.1. Rencana Penerbangan

Rencana penerbangan harus dibuat untuk menetapkan jumlah jalur,

jumlah foto udara, dan arah pemotretan sesuai dengan ketentuan

dibawah ini :

1) Arah jalur penerbangan pemotretan udara

Arah jalur terbang yang akan dilakukan yaitu Timur-Barat atau Utara-

Selatan.

Rencana jalur terbang dengan arah jalur penerbangan tersebut di atas

harus dimasukkan dan digambar dalam usulan teknis pada peta rupa

bumi skala 1 : 250.000 atau lebih besar.

2) Pemotretan Pada Satu Jalur

Masing-masing jalur terbang harus dipotret secara berurutan dan

setiap jalur terbang harus tercakup dalam 1 kali penerbangan

/pemotretan.

Terputusnya pemotretan dalam satu strip diperbolehkan apabila

kondisi cuaca memang tidak memungkinkan untuk melanjutkan

pemotretan atau dikarenakan mengubah tinggi terbang untuk

penyesuaian skala.

3) Awal dan Akhir Pemotretan

Setiap awal dan akhir pemotretan untuk masing-masing jalur terbang

harus mencakup minimum 2 exposure di luar batas area yang

dipotret.

3.2. Pemasangan Premark (Tanda Kenal)

1) Pemasangan premark untuk kontrol triangulasi udara dengan cara

premarking (signalisasi) atau identifikasi foto hingga kerapatan dan

ketelitiannya cukup untuk dapat mencapai ketelitian yang telah

ditentukan. Lihat pada Gambar 3.4.

2) Pemasangan premark atau signalization harus dipasang sesuai dengan

kebutuhan Triangulasi Udara dengan cara PAT-M atau PAT-B sehingga

bayangannya dapat terlihat jelas dalam foto udara dan mudah

mengidentifikasikannya dengan alat Stereo Ploter.

3) Pemasangan Premark mengikuti ketentuan berikut :

Sebelum pemotretan udara dimulai harus dipasang Premark dalam

bentuk Tugu dengan interval 6-8 km yang melingkupi daerah

pemetaan atau dengan interval 4 (empat) sampai dengan 6 (enam)

basis foto udara sepanjang jalur terbang dan pada side lap di awal

dan akhir yang tegak lurus jalur terbang serta ditempatkan minimal

pada tugu yang terdistribusi secara merata di tengah wilayah

pemotretan udara.

Tugu dipasang Premark berbentuk palang dengan ukuran keseluruhan

4 m dan lebar lengan 0,60 m yang sesuai gambar 3.2 dan juga plastik

berwarna putih atau orange.

Premark dipasang sama dengan ketinggian tanah, daerah terbuka,

sehingga keadaan antara premark dan lingkungan menjadi kontras.

Deskripsi Tugu yang menjelaskan lokasi dilapangan dan nomor Tugu

sebanyak 5 (lima) kali dengan posisi 4 (empat) mata angin dan 1

(satu) dari atas.

4) Apabila ternyata premark tidak ditemui didaerah-daerah yang

dimaksud didalam foto udara, maka lakukan identifikasi foto dengan

ketentuan berikut :

Diperlukan 3 (tiga) titik (x,y) dan 2 (dua) titik(z) yang ada di foto,

foto-foto tersebut detail-detailnya harus jelas, kontras yang tinggi,

daerah terbuka datar dengan tekstur yang baik, dan tidak terdapat

gangguan bayangan.

Jika memungkinkan, titik-titik foto akan ditempatkan pada sisi yang

berhimpitan pada jalur-jalur yang berdampingan, asalkan kualitas titik

harus memenuhi syarat, titik-titik tersebut harus jelas terlihat pada

semua foto yang bersangkutan.

Sketsa serta keterangan yang jelas mengenai titik tersebut dibuat

pada saat identifikasi (lihat Gambar.3.6). Ini meliputi nomor titik foto,

nomor foto udara, hubungan antara titik ke detail sekelilingnya dan ke

titik utama, radius permukaan tanah rata di sekitar titik, arah utara,

tanggal dan juga nama dan tanda tangan juru ukur.

Jika titik-titik tinggi dan denah dipisahkan, hal ini harus dinyatakan

secara jelas pada foto dan penjelasannya.

Titik-titik foto yang bersangkutan ditandai secara jelas pada bagian

belakang foto (dapat dilakukan dengan menggunakan jarum) dan,

diberi nomor titik foto, tanggal identifikasi dan juga nama dan tanda

tangan juru ukur.

5) Apabila titik kontrol foto identifikasi tidak berada dalam jalur

benchmark maka hubungan ke benchmark dapat dilakukan dengan

pengukuran sudut dan jarak antara, sedangkan titik-titik tinggi

digunakan jaringan tertutup sipat datar.

6) Tugu-tugu diukur berdasarkan pengamatan receiver GPS dan harus

dipasang ditempat terbuka yang memungkinkan receiver GPS

menerima langsung signal satelit GPS dengan ketinggian 15 derajat di

atas horizon.

3.3. Persyaratan Teknis Kamera

1) Kamera yang digunakan adalah tipe presisi yang konstruksi lensanya

menghasilkan citra dengan distrosi tidak melebihi 15 mikrometer,

kecuali untuk sudut-sudut format foto. Film selama exposure harus

dalam keadaan posisi mendatar untuk menjaga agar fokus tetap

tajam dan memperkecil distorsi citra.

2) Format negatif harus 230 x 230 mm dan jarak fokus lensa yang dipakai

adalah antara 151,00 mm sampai dengan 155,00 mm.

3) Panel data-data kamera harus dicatat secara fotografis pada masing-

masing pengambilan foto (exposure), jam harus cocok dengan waktu

setempat dan altimeter harus disetel agar cocok dengan altimeter

yang dikalibrasi.

3.3.1. Kalibrasi

1) Setiap unit optik kamera yang akan digunakan selama survei harus

sudah dikalibrasi tanpa menggunakan filter dan tetap diuji, serta telah

disetujui oleh badan kalibrasi yang ditunjuk oleh pabrik pembuat

kamera tersebut. Sertifikat tersebut harus dianggap mempunyai masa

berlaku satu tahun, dan apabila ada kamera yang dipergunakan di

luar masa berlaku tersebut, hasil fotonya adalah menjadi tanggung

jawab Pelaksana Pekerjaan yang bersangkutan.

2) Sertifikat kalibrasi kamera dipegang oleh Pelaksana Pekerjaan dan

sebelum dimulainya pemotretan udara harus diserahkan kepada

pemberi pekerjaan.

3) Sertifikat tersebut memuat data-data sebagai berikut :

a. Surat tanda kalibrasi

Kamera udara yang digunakan sudah dikalibrasi dengan tanda surat

kalibrasi.

b. Informasi kalibrasi kamera udara

• Nama pelaksana dan tanggal saat kalibrasi.

• Nomer seri lensa.

• Kalibrasi panjang fokus kamera dengan toleransi akurasi 0,005 mm.

• Distorsi radial kamera udara tidak boleh melebihi 0,005 mm pada

setiap posisi diagonal dari pusat lensa ke masing-masing tepi.

Pembagian posisi dari pusat lensa disetiap tepi adalah selang 5° atau

7°.

• Kesalahan jarak antara kedua tanda tepi (fiducial mark) yang bersisian

tidak melebihi 0,010 mm.

• Kesalahan sudut antara kedua garis diagonal yang menghubungkan

kedua tanda tepi (fiducial mark) dengan pusat lensa tidak boleh

melebihi 10” busur (10 second of arc).

• Kesalahan sudut pusat autocollimation tidak boleh melebihi 10” busur

(10 second of arc).

c. Hasil Test Kamera Udara

• Kenampakan resolusi lensa sepanjang garis diagonal baik untuk posisi

radial dan tangensial mempunyai selang 5° atau 7°.

• Waktu efektif dan efisien untuk kecepatan bukaan lensa, dipasang

(diset) pada posisi nilai maksimum, menengah dan minimum.

• Informasi kedataran pelat bidang fokus.

• Keseragaman penyinaran sepanjang kedua diagonal bidang negatif

film harus merata (uniform).

3.3.2. Filter

1) Filter optik yang harus dipergunakan hanyalah filter bikinan pabrik

yang bersangkutan, atau yang memenuhi spesifikasi optik yang telah

disetujui.

2) Pemilihan filter yang cocok digunakan untuk mengatur penerangan

relatif dari bagian tengah kebagian tepi-tepi bidang titik api kamera.

3.3.3. Lebar Kamera

1) Sebelum pemotretan setiap lebar kamera (camera window) yang akan

dipakai harus diperiksa oleh lembaga kalibrasi, untuk menjamin

bahwa tidak akan terjadi efek yang merugikan resolusi dan distorsi

lensa, dan bahwa lebar kamera tersebut benar-benar bebas dari

guratan-guratan, goresan-goresan dan ketidakserasian lainnya.

2) Lebar kamera tersebut harus dipasang dalam bahan peredam getaran

untuk menghindari tekanan-tekanan mekanis pada lebar kamera.

3) Kamera harus dipasang dalam suatu bantalan yang meredamkan efek

getaran Pesawat terbang.

Daerah Pemotretan dan Penerbangan

Daerah pemotretan dan penerbangan meliputi

ketentuan tinggi dan arah terbang, luas daerah

pemotretan, dan kondisi-kondisi selama pemotretan.

Tinggi dan Arah Terbang

1) Tinggi terbang diatas permukaan tanah rata-rata harus dicapai oleh

Pelaksana Pekerjaan agar dapat mencapai skala foto sekitar 1 :

10.000.

Foto yang menyimpang 5 % dari persyaratan yang telah disepakati,

setelah mempertimbangkan variasi relief, bisa ditolak oleh Pemberi

Pekerjaan.

2) Jalur-jalur arah penerbangan harus dari Timur ke Barat, atau Utara-

Selatan kecuali jika ada persetujuan lain dari Pemberi Pekerjaan.

Pelaksana Pekerjaan harus memberikan salinan rencana

penerbangannya kepada Pemberi Pekerjaan untuk disetujui sebelum

penerbangan dimulai.

3.4.1. Luas Daerah Pemotretan

1) Daerah pemotretan sesuai dengan rencana arah terbang.

2) Pertampalan muka dan samping yaitu antara exposure yang

berurutan dalam setiap strip adalah 60 % dengan toleransi 5 % dan

pertampalan sisi antar strip-strip foto yang berdampingan adalah 30

% dengan toleransi 5 %.

Jika ketinggian tanah dalam daerah pertampalan menyimpang lebih

dari 10% terhadap ketinggian penerbangan. Maka suatu variasi yang

wajar masih diizinkan dalam pertampalan-pertampalan yang

disebutkan, asalkan selalu pertampalan muka dan samping tidak

kurang dari 55 % dan pertampalan samping tidak kurang dari 25 %.

3) Jika strip memotong baris pantai pada sudut tegak lurus, atau sudut

miring, maka pertampalan di tambah sampai nominal 90, tergantung

dari hambatan yang berasal dari siklus waktu kamera.

4) Apabila jalur terbang berarah sejajar dengan garis pantai, maka perlu

diatur posisi jalur-jalur tersebut sedemikian sehingga areal potret

yang mencakup muka laut diusahakan sekecil-kecilnya, agar daratan

terpotret sebesar-besarnya, yaitu dengan cara mengatur lebar jalur

terbang tersebut dengan batasan-batasan sampai dengan 10 %.

5) Semua garis-garis foto harus ditempuh dengan jalur terbang yang

tidak terputus-putus. Apabila perlu memutus garis dan kemudian

meneruskannya lain waktu, maka kedua bagian garis itu harus

bertampalan pada titik putus tersebut dengan sekurang-kurangnya

dua model stereoskopis.

6) Gerak sedat (crab) tidak diperkenankan melebihi sudut 5 derajat.

Apabila diukur, dari garis basis yang bersangkutan dengan garis-garis

yang sejajar dengan kerangka negatif, sehingga tidak menimbulkan

kesenjangan stereoskopis dalam hal pemotretannya.

Kemiringan biasanya tidak boleh melebihi 2°. Exposure terisolasi

dengan kemiringan sampai 40, diperbolehkan apabila cuaca sangat

buruk.

Kondisi Pemotretan

1) Awan, bayangan awan tebal atau asap tidak boleh terdapat diatas titik

utama foto atau homologusnya pada foto-foto yang berdekatan.

Demikian juga tidak boleh terdapat gumpalan awan, bayangan awan

tebal atau asap menutupi lebih dari 3 % dari daerah negatif

seluruhnya. Juga tidak boleh terdapat suatu kumpulan awan,

bayangan awan tebal dan asap yang menutupi lebih dari 5 % dari

daerah negatif seluruhnya.

2) Pemotretan udara hanya diadakan dalam keadaan sedemikian rupa

sehingga penglihatan tidak secara fisik merusak intensitas warna

(tone) reproduksi di dalam negatif.

3) Pemotretan dapat diterima jika ketinggian matahari melebihi 25

derajat.

3.5. Mutu Film dan Negative

Mutu Film dan negative meliputi ketentuan kualitas

film, kecepatan dan pergerakkan exposure, tipe filter,

kualitas pemrosesan, mutu negative, kualitas

fotogrametris, dokumentasi dan anotasi.

3.5.1. Film Udara

1) Tipe film udara yang harus digunakan di dalam kontrak adalah

Pankromatik hitam putih, khusus untuk pemotretan udara, bahan

dasar yang stabil, dan belum melewati batas masa kadaluarsa. Film

harus dijaga dan disimpan dalam tabung plastik sesuai dengan

anjuran pabrik.

2) Ketebalan dasar tidak boleh kurang dari 0,1 mm dan mempunyai

format lebar 24,1 cm.

3) Stabilitas dimensional dasar harus sedemikian rupa sehingga dalam

suatu negatif panjang dan lebar antara fiducial tidak boleh berada

lebih dari 0,3 % dari ukuran-ukuran yang sama yang diambil pada

kamera, dan bahwa perbedaan antara ukuran-ukuran tersebut tidak

melebihi 0,04 %.

4) Harga bersih kabut tidak boleh melebihi D 0,2 atau D 0,4 diatas

densitas penunjang ketika sepenuhnya diproses di dalam developer D

19 pada suatu 200 C selama 10 menit, diaduk terus menerus.

Densitas 0,4 hanya berlaku untuk film dengan kecepatan lebih dari

250 ASA (Affective Aerial Film Speed).

3.5.2. Exposure

1) Kecepatan shutter harus memenuhi ketentuan-ketentuan baik gerakan

citra minimal maupun aperture lensa optimal untuk kondisi-kondisi

iluminasi yang berlaku.

2) Gerakan citra biasanya tidak boleh melebihi 30 mikrometer, tetapi jika

kurang terdapatnya cahaya, gerakan citra sampai 90 mikrometer

dapat diterima.

3) Filter yang dipakai harus memberikan tone reproduksi optimal.

3.5.3. Pemrosesan Foto Udara

1) Peralatan yang dipakai pemrosesan adalah alat otomatis harus

mampu mencapai kualitas negative yang disyaratkan tanpa

menyebabkan distrorsi film.

2) Kandungan thiosulphate residual dari film yang telah diproses tidak

boleh melebihi 2,0 mikrogram mikrogram per cm².

3) Pengeringan film dilakukan tanpa mempengaruhi stabilitas

dimensinya.

4) Seluruh negatif yang diproses harus bebas dari lepuh-lepuh,

gelembung-gelembung, batasan-batasan, garis-garis lapisan, tekanan

atau tanda-tanda statis bekas-bekas jeruji, lubang-lubang kecil,

goresan-goresan ringan, coretan-coretan ringan, noda-noda dan

tanda-tanda pengeringan.

3.5.4. Mutu Negative

Densitas, kekontrasan warna dan tidak adanya

bayangan kabut harus diusahakan sedemikian rupa

sehingga jenis-jenis kertas yang ada di pasaran

(termasuk Log, E dari 0,6-1,6) dapat dipakai untuk

pencetakan yang dapat memberikan kejelasan

terhadap detail-detail lokasi yang dibutuhkan baik segi

sinarnya maupun segi bayangannya.

2) Tingkat kabut negatif biasanya tidak boleh melebihi densitas D 0,2

jika diukur didaerah yang bebas dari detail citra. Apabila harga

densitas kabut lebih bebas dari D 0,4 maka hal ini dapat diterima

apabila sifat film-film yang dipakai mempunyai nilai kecepatan nominal

lebih dari 250 ASA.

3) Detail bayangan minimum terbaik biasanya tidak boleh kurang dari

densitas bersih D 0,2 diatas base/dasar ditambah harga kabut seperti

yang dijelaskan dalam pasal 4.52 diatas. Bagaimanapun juga densitas

minimum harus berada di bawah D 0,1 dan diatas dasar, ditambah

harga kabut.

4) Densitas maksimum dalam daerah-daerah penting pada negatif tidak

boleh melebihi D 1,5 diatas dasar, lain halnya pada daerah-daerah

berefleksi tinggi dimana densitas maksimum D 2,0 dapat dibenarkan.

5) Semua tanda-tanda tepi (fiducial marks) harus terlihat jelas pada

setiap negatif.

6) Panel peralatan kamera harus terlihat jelas pada setiap negatif yang

sudah diproses seperti nomer foto, nomor kamera, tanda tepi, waktu

pemotretan, tinggi terbang, panjang focus, nivo, dan informasi

lainnya.

7) Semua negative film yang dihasilkan harus terbebas dari noda-noda

bahan kimia, goresan, dan akibat lain yang merusak citra foto itu

sendiri.

Mutu Diapositif Digital

Bahan diapositif yang dipergunakan untuk triangulasi

udara dan proses ortofoto adalah duplicating film

yang khusus untuk pembuatan diapositif dengan

ketebalan 0,18 mm dan belum melewati batas

kadaluarsa.

Kualitas tone diapositif yang dihasilkan harus uniform

dan detail yang paling terang maupun yang paling

gelap terlihat dengan jelas.

Diapositif yang dihasilkan harus bebas dari noda

bahan kimia, cacat pada saat proses, dan goresan-

goresan.

Kualitas Fotogrametris

Pemotretan yang diperoleh harus dijamin oleh Pemilik

Pekerjaan bahwa hasilnya secara fotogrametris dapat

diterima untuk pemetaan ortofoto.

Uji coba stereo model dan dimensi negative film

udara diuraikan sebagai berikut :

1) Setelah pemrosesan negative film udara pilih satu (1) stereo-model

per lima puluh (50) model dari hasil pemotretan udara yang

mempunyai daerah terbuka yang tanahnya kelihatan disetiap posisi

agar paralaks menjadi jelas.

2) Uji coba stereo-model harus mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Model dipasang dalam alat restitusi analog.

b. Lakukan orientasi absolut dan relatif dengan tampakan alamiah, isi

data berikut dalam formulir.

Semua informasi yang diperlukan.

Penyetelan seluruh peralatan yang dipakai.

Posisi sejumlah besar paralaks didalam stereo-model.

Mutu resolusi model dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

BAIK

Ulangan bacaan ketinggian konsisten, ketinggiannya,

garis besar bentuk detailnya jelas, kontrasnya baik.

SEDANG

Ulangan bacaan ketinggian terdapat variasi, tapi

dapat diterima sejauh untuk keperluan pemetaan,

garis besar bentuk detailnya jelas.

BURUK

Kesukaran dalam membuat bacaan ketinggian yang

konstan, kontras jelek, detailnya tidak pasti.

SANGAT BURUK

Hampir tidak mungkin membuat catatan pembacaan

ketinggian, kontras tidak jelas, keadaan tidak

memungkinkan untuk mendapatkan data yang dapat

digunakan, baik untuk pemetaan garis maupun

pemetaan ortofoto.

Posisi dari tanda-tanda yang berlebihan, goresan atau

noda.

Hal-hal yang tidak terlihat yang dapat menimbulkan

kesulitan-kesulitan selama pemrosesan peta

selanjutnya termasuk pemrosesan ortofoto.

c. Jika selama diadakannya uji coba terdapat tanda-tanda

penyelesaian yang BURUK atau SANGAT BURUK, maka semua

kerangka/frame negatif film udara dimana uji coba itu dibuat

harus diperiksa dan dibuatkan suatu laporan.

3) Uji coba dimensional mencakup hal sebagai berikut :

Pilih stereo model negatif film yang asli, ukur keempat sisi dan

diagonal negative film sampai ketelitian ± 0,01 mm untuk

menunjukkan ketepatan fiducial mark.

4) Toleransi dimensional perbedaan antara jarak yang dikalibrasi dan

yang diukur dari setiap satu sisi tidak boleh melebihi ± 0,12 mm

dan/atau diukur dari setiap dua sisi tidak boleh melebihi ± 0,20 mm.

5) Jika suatu uji coba menunjukkan salah satu indikasi sebagai berikut :

Sejumlah besar paralaks.

Perbedaan dimensional yang melebihi toleransi.

Resolusi/penyelesaian yang sangat buruk.

Keadaan menunjukkan foto udara tidak diterima

untuk pemetaan ortofoto, jika hasil uji coba foto

udara menunjukkan jumlah paralaks nol, data dimensi

masih di dalam batas toleransi, serta hasil tes resolusi

BAIK/SEDANG, maka hasil pemotretan yang telah

diuji coba tersebut dianggap dapat diterima.

Apabila ternyata hasil tes menunjukkan bahwa

resolusi jelek, maka pihak Pemilik Pekerjaan dapat

menolak atau menerimanya, hal ini tergantung dari

keadaan yang berlaku.

Dokumentasi dan Anotasi

1) Setiap negative foto udara diberi anotasi tinta yang mempunyai sifat

permanen sehingga tidak mudah hilang (tinta china).

2) Anotasi negative harus mengikuti tata cara anotasi Bakosurtanal

seperti contoh di bawah ini :

Anotasi per jalur terbang.

Anotasi untuk foto udara yang pertama dan yang terakhir dalam satu

jalur ditulis sebagai berikut :

A B C / D - E , F – G

H / I J K / L – M - N / O

Keterangan :

A : Initial pemilik pekerjaan

B : Tahun Pelaksanaan Pemotretan

C : Nama Daerah Irigasi

D : Material yang digunakan (HP=01,PCIR=02,TC=03,HPIR=04)

E : Penggunaan produksi foto (pemetaan=PEM)

F : Arah jalur terbang (derajat)

G : Tinggi terbang pesawat diatas permukaan referensi (MSL) dalam

satuan meter

H : Provinsi daerah pemotretan

I : Nama pelaksanaan pekerjaan

J : Tanggal pemotretan udara

K : Skala foto udara

L : Nomor roll film

M : Nomor jalur terbang

O : Nomor jumlah foto dalam satu jalur

Anotasi untuk negative film setelah foto pertama

sampai sebelum foto terakhir cukup ditulis sebagai

berikut :

H / A J K / L – M - N

Pencetakan dan Foto Indek

Pencetakan Foto Udara ukuran (23 x 23) cm hitam putih.

Pencetakan mini print harus dibuat mosaik untuk

keperluan pemeriksaan pertampalan kesamping dan

kemuka.

3) Peta indek dibuat pada peta berskala 1 : 50.000 memuat gambar-

gambar jalur terbang, lokasi dan nomor urut titik utama foto udara

pertama dan terakhir pada setiap jalur, sera posisi setiap 5 (lima) foto

udara sepanjang jalur tersebut. Sumber pembuatan peta, koordinat

geografi dan proyeksi harus ditampilkan.

TITIK KONTROL TANAH

Titik kontrol tanah dalam bentuk Tugu (Benchmark)

yang ukurannya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku membentuk jaring segitiga meliputi daerah

yang akan dipetakan, kegunaannya untuk kontrol

pemetaan dan perencanaan pembangunan irigasi

selanjutnya.

Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan

menggunakan pengamatan receiver GPS sedangkan

untuk ketinggian tetap menggunkan level tidak

menggunakan elevasi dari pengamatan receiver GPS

karena ada perbedaan referensi.

Desain Jaringan Titik Kontrol

Pekerjaan desain jaringan meliputi kelengkapan

receiver GPS dan rencana jaringan baseline (jarak

antara benchmark) sebagai berikut :

4.1.1. Kelengkapan Receiver GPS

1) Seluruh pengamatan harus mempergunakan receiver GPS type

Geodetik yang mampu mengamati data fase.

2) Receiver GPS yang digunakan single frekuensi (L1) namun demikian

penggunaan dual frekuensi (L1+L2) lebih diharapkan.

3) Kemampuan antena sesuai dengan kemampuan receiver GPS, tidak

boleh diperpanjang melebihi standar pabrik.

4) Hindari pengamatan receiver GPS dilokasi-lokasi pemantulan sinyal

GPS mudah terjadi seperti di pantai, danau, tebing, bangunan

bertingkat atau antena harus dilengkapi dengan Ground plane untuk

mereduksi pengaruh multipath.

5) Komponen receiver GPS harus dari merk yang sama.

4.1.2. Rencana Jaringan

1) Rencana jaringan dibuat di atas peta rupa bumi skala 1 : 50.000 atau

yang lebih besar harus menunjukkan kekuatan jaringan sehingga

syarat ketelitian dapat terpenuhi (strenge of figure).

2) Pembuatan Grid minimal 8 (delapan) titik terdistribusi secara merata

ditempatkan pada wilayah peta Ortofoto atau peta garis.

3) Jumlah baseline yang membentuk jaringan tertutup paling banyak 4

(empat) buah baseline, setiap stasiun dihubungkan dengan minimal 3

(tiga) buah baseline non-trival yang diperoleh dari minimal 2 (dua)

session pengamatan yang berbeda.

4) Tiap baseline sebaiknya terdistribusi secara seragam diseluruh

jaringan daerah pemetaan yang ditunjukkan yang relatif sama.

4.2. Pemasangan Benchmark (Tugu)

1) Benchmark diberi nomor dan ukuran sesuai dengan gambar 3.1,

setiap benchmark mewakili luas area ± 500 ha atau interval jarak 2-3

km.

2) Benchmark tersebut harus dipasang sesuai dengan kriteria berikut :

(a) Benchmark-benchmark ditempatkan pada tanah keras, hindarkan di

daerah rawa, sawah, tegangan tinggi yang akan mempengaruhi

gelombang/sinyal GPS.

(b) Benchmark-benchmark harus berada pada lokasi terbuka yang bebas

pandangan ke segala arah sehingga alat penerima GPS dapat

menerima satelit kira-kira pada radius clearance 15 derajat di atas

horizon.

(c) Benchmark-benchmark harus ditempatkan direncana saluran

jaringan irigasi

(d) Benchmark tersebut tidak harus saling kelihatan

3) Semua benchmark harus dijelaskan selengkap mungkin seperti

tercantum pada gambar 3.3, antara lain mencakup :

(a) Sketsa ukuran penampang melintang benchmark yang dibuat.

(b) Lima (5) foto benchmark dari arah utara, barat, selatan, timur, dan

atas.

(c) Sketsa lokasi dengan jarak-jarak titik detail yang ada disekitar

benchmark

(d) Sketsa gambaran umum lokasi lengkap dengan deskripsi sekitarnya.

(e) Koordinat-koordinat titik benchmark akan ditambahkan pada deskripsi

apabila perhitungannya sudah selesai.

4) Titik-titik koordinat lainnya dibuat dari patok kayu yang kuat dengan

ukuran panjang sekurang-kurangnya 30 cm dengan penampang

melintang 5 x 5 cm, ditempatkan hampir rata dengan permukaan

tanah, ujungnya diberi paku sehingga mudah ditemukan, untuk tanah

yang lebih lunak dibutuhkan ukuran panjang yang lebih dari 30 cm,

patok kayu tersebut harus tahan selama pengukuran berlangsung.

4.3. Metoda Pengamatan dan Pengukuran di Lapangan

Untuk menentukan kontrol horizontal (x,y) dilakukan

dari pengamatan receiver GPS Geodetic sedangkan

kontrol vertikal (z) di ukur dengan alat ukur Level

biasa atau Level digital.

4.3.1. Pengamatan GPS

1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model

digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1 ppm(H) dan 10 mm + 2

ppm(V).

2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double

Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid

static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)

atau dual frekuensi (L1 + L2).

3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :

Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar.

Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8.

Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari.

Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang.

Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline.

Panjang

Baseline(km

)

Metoda

Pengamatan

Lama

Pengamatan(L

1)

Lama Pengamatan(L1+L2)

0 – 5 Statis

singkat

30 menit 15 menit

5 – 10 Statik

singkat

60 menit 30 menit

10 – 30 Statik 90 menit 60 menit

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model

penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara

dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan

terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan

data dengan kecepatan dan epoh yang sama.

5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin

dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4

(empat) epoh dalam 1 (satu) menit, masing-masing 15 (lima belas)

detik.

6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS

yang berbeda dalam satu session.

7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua)

session.

8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15

derajat.

7) Setelah session pengamatan seluruh data harus didownload dan

disimpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

4.3.1.1. Reduksi baseline

1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan

persyaratan strenght of figure yaitu :

a. Statistik reduksi baseline

Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari

komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh

software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :

σN ≤ σM

σE ≤ σM

σH ≤ 2σM

dimana σM = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline.

b. Baseline yang diamati 2 (dua) kali

- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda

lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh

berbeda lebih dari 0.06 m.

- Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda

lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh

berbeda lebih dari 0,10 m

2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan

software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software

atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik.

3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam

reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.

4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

troposfer untuk semua data pengamatan.

5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus

digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase

single tidak dapat dipecahkan.

4.3.1.2. Perataan Jaring

1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan

dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah

dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah

bereputasi baik.

2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan

- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual

setelah perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 %

yang berarti bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model

matematika yang digunakan).

- Daftar koordinat hasil perataan.

- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-

komponen hasil pengamatan.

- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk

jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang

digunakan.

- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

4.3.1.3 Analisa

1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :

- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian

keseragaman)

- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk

menilai konsistensi data)

- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih

tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis

ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas

3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam

system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.

4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran

undulasi (N) atau di koreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar

lokasi.

4.3.2. Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat ukur

level automatic atau level automatic digital dengan

ketentuan sebagai berikut :

1) Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan

pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang di

buat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

2) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu

yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat

sipat datar digital atau non digital.

3) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari

dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara

sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari

perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat

ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat

alat ditempatkan di dekat salah satu titik.

Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan kolimasinya lebih dari

0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu

di cek secara teratur.

Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai

seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan.

4) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap

pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).

Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar

rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau

carpenters level (penempatannya harus juga dicek).

5) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak

boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.

Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk

menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan

pembidikan silang (intermediate sight).

6) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas

bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.

7) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian

dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu

pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga

rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik

tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.

8) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan

rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,

bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi ∆h (+ dan -) harus

dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka

harus sama dengan hasil beda tinggi (∆h), hanya merupakan

pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak

terlihat karena data yang tidak benar.

9) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian

pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus

ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.

10) Ketelitian sipat datar sebagai berkut :

Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup, harus

diukur dua kali yaitu pergi dan pulang. Perbedaan antara kedua harga

untuk masing-masing seksi harus kurang dari 7 √k mm, dimana k

adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut.

Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama

untuk kontrol foto dan titik-titik ikat pengukuran rincikan cukup satu

kali dengan ketelitian 20 √k mm, dimana k adalah jarak dalam km

antara benchmark atau di sekitar jalur tertutup.

4.3.3 Pengukuran Titik Rincik

Pada saat melakukan pengukuran rincikan setiap juru ukur harus

membawa foto udara yang sudah dibesarkan skalanya yaitu skala 1 :

5.000 dengan cara men-scan diapositif foto udara hasil pemotretan

dengan menggunakan scanner presisi resolusi 2400 dpl, data digital foto

udara skala 1 : 10.000 diplot menggunakan inkjet plotter pada kertas foto

dengan perbesaran 2 kali skala foto udara sama dengan 1 : 5.000.

1) Metoda Pengukuran Rincikan (titik tinggi)

i. Di daerah pengukuran yang datar titik-titik rincikan harus

diperlihatkan pada interval antara 1 cm dan 2 cm pada peta skala 1 :

5.000 yang berarti 50 m dan 100 m di lapangan, supaya perbedaan

relief dapat digambarkan lebih teliti, maka kepadatan titik-titik rincik

tersebut harus lebih diperbanyak lagi pada tempat-tempat yang

curam, terjal dan tempat-tempat yang tertutup tumbuh-tumbuhan.

ii. Setiap juru ukur diberi lembaran foto udara daerah yang ditentukan

yang sudah diperbesar mendekati skala peta 1 : 5.000, masing-

masing daerah yang diukur oleh para juru ukur harus saling

bertampalan sebesar 50 m pada daerah yang berbatasan sehingga

jumlah pertampalannya 100 m, penyebaran titik-titik rincik diperlukan

kontrol dari hasil sipat datar utama dengan mengikatkannya pada

benchmark tersebut.

iii. Jaring-jaring perimeter sekunder perlu diukur untuk memasukkan

benchmark atau titik-titik tinggi sementara yang sudah ditetapkan

selama pengukuran sipat datar utama dan titik-titik ikat umumnya

yang terletak pada keempat sudut dari masing-masing foto

perbesaran dan akan di pindahkan ke foto-foto perbesaran lainnya

yang bersebelahan untuk menjamin kejelasan ketinggian-ketinggian

yang telah didapatkan, selanjutnya diukur garis-garis yang saling

berpotongan dari sipat datar tersebut untuk melengkapi penyebaran

titik-titik rincik.

iv. Apabila mungkin titik rincik ketinggian ditentukan posisinya secara

identifikasi langsung, pada peta pembesaran, jika hal ini tidak

mungkin untuk menentukan lokasi titik rincik digunakan tacheometri.

v. Posisi titik rincik di identifikasi sudut horizontal, jarak, dan tinggi

semuanya di catat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik

rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan, sungai.

vi. Identifikasi titik-titik rincik harus dicocokkan dengan sudut dan jarak

yang sudah diukur, dan apabila sudah pasti maka titik-titik tersebut

akan di anotasi dan di plot pada foto perbesaran, posisi alat dan titik-

titik yang di bidik harus di anotasikan pada foto perbesaran tersebut.

vii. Jarak lihat ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m (2 cm

dipeta).

viii. Untuk daerah yang luas (misalnya : hutan yang mencakup seluruh

foto perbesaran) penentuan tinggi titik rincikan harus dihubungkan

dengan jaringan utama yang secara khusus dianggap sebagai kontrol

perimeter untuk tinggi titik rincikan, panjang maksimum yang

dilakukan dengan cara tacheometri adalah 2 km (memotong satu

lembar foto perbesaran), tinggi titik dengan cara tersebut diplot pada

kertas transparan yang kemudian digabungkan dengan peta ortofoto

apabila peta tersebut telah mencantumkan titik tinggi dan kontur.

ix. Untuk daerah kecil dimana identifikasi sukar dilakukan, penentuan titik

rincik ketinggian dapat dilakukan dengan cara tacheometri antara

titik-titik yang diidentifikasi pada perbesaran, jaring tersebut diplot

pada kertas transparan, untuk daerah yang datar pengeplotan bisa

dilakukan pada foto perbesaran kemudian dilakukan penelitian ulang

untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan hasil identifikasi atau

detail foto sehingga ketinggian titik rincik boleh dipindahkan ke foto

perbesaran, jika pada medan yang tidak teratur dimana distorsi

ketinggian dalam perbesaran sangat menyolok ketinggian titik rincik

diplot langsung ke peta ortofoto.

x. Pada kedua kasus di atas, hasil pengamatan harus dianotasi pada

lembar pengamatan sebagai “Tidak Dapat Diidentifikasi”. Jalur poligon

digambarkan secara kasar dan ditandai dengan garis putus-putus

pada foto pembesaran.

xi. Cara tacheometri hanya dapat digunakan untuk penentuan tinggi titik

rincik di daerah curam dan atas persetujuan pemilik pekerjaan.

2) Pengukuran Ketinggian Titik Rincik

i. Pada setiap sawah harus diukur tinggi titik rincik kira-kira jaraknya

lebih dari 50 x 50 m.

ii. Daerah pengukuran yang “tidak luas” selang/jarak antara tiap titik

kira-kira 75 m, daerah sawah yang kering, rambu ukur harus

ditempatkan tepat ditengahnya guna meningkatkan hasil identifikasi

dan anotasi, daerah sawah basah, rambu ukur ditempatkan di tepi

sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur tidak boleh

ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut, tetapi diletakkan setinggi

permukaan tanah sawah.

iii. Lokasi titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan antara

kampung dan sawah, satu pada sawah yang lainnya di kampung,

apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut harus

ditempatkan satu pada jalan dan titik lainnya pada kedua sisi sawah.

iv. Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar lembah baik yang

memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada punggung bukit

serta pada titik bukit yang teratas, seluruh jalur-jalur yang ada tempat

air mengalir harus diukur (seperti : kanal, sungai, selokan) dan

ditandai pada peta hasil pembesaran dengan tanda panah sesuai arah

alirannya.

Jika sungai dangkal dan kering titik rincik ketinggian ditempatkan di

sepanjang dasar sungai dan bagian atas tebing dengan interval 50

meter, apabila aliran sungai ternyata tidak tampak pada foto

perbesaran, ini akan diamati dengan cara tacheometri untuk

menentukan bentuk sungai, misalnya tikungan, pertemuan dua sungai

kecil.

v. Daerah rawa harus ditentukan juga titik rincik yang meliputi keliling

daerah rawa, pemegang rambu harus masuk ke rawa sampai dengan

setinggi lutut.

vi. Daerah yang berhutan lebat jalur pengukuran akan banyak terputus,

pengukuran dilakukan pada satu jalur tunggal yang diorientasikan

oleh kompas untuk menjaga keseragaman, jalur-jalur paralel berjarak

100 meter, dalam hal ini terserah pada pihak pemilik pekerjaan

berhubung pengukuran susulan bisa saja dilakukan setelah hutan

ditebang, garis-garis jalur harus bermula dan berakhir pada titik

kontrol yang sudah di ketahui, bisa pada titik yang dipakai selama

pengukuran jaring-jaring koordinat kontrol planimetri atau pada titik-

titik detail yang dapat dilihat pada foto.

vii. Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di

lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan-

perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang

dicantumkan dalam foto udara.

viii. Ketelitian Titik Rincik Ketinggian sebagai berikut :

Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa

ketelitiannya sebelum dipindahkan ke foto perbesaran.

Ketinggian relatif untuk tinggi rincikan harus memenuhi ketelitian ±

5 cm.

Harga tinggi titik rincikan dihitung sampai dengan sentimeter, posisi

titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari harga

ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan tanda

panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor lokasi

sebelumnya.

Semua titik rincikan yang diberi nomor harus jelas sehingga

pemeriksaan yang dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada

tahap berikutnya akan lebih mudah.

4.3.4 Identifikasi Lapangan

Identifikasi lapangan adalah proses pengumpulan data dari lapangan baik

untuk kelengkapan pembuatan peta ortofoto maupun peta garis,

dilaksanakan dengan membawa foto yang sudah dibesarkan skala 1 :

5.000, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Batas Administrasi, garis batas administrasi pemerintahan (batas

provinsi, kabupaten, kecamatan, dan batas desa/kelurahan) harus di

identifikasi dimana letak garis batas harus di konfirmasi dengan

instansi pemerintah terkait, pemerintah setempat.

2) Nama dan fungsi bangunan, semua detail bangunan harus di lengkapi

dengan data yang menyangkut fungsi bangunan/penggunaan dan

namanya antara lain :

Bangunan perkantoran baik pemerintah dan swasta.

Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pendidikan seperti TK, SMP,

SMU dan Perguruan Tinggi.

Bangunan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan masyarakat

seperti kantor pos, Rumah Sakit, Kantor Kecamatan/Kelurahan/Desa,

Pasar, Hotel.

Bangunan yang berfungsi sebagai tempat ibadah seperti Masjid,

Gereja, Vihara dsb.

Bangunan yang merupakan perumahan.

Nama Jalan harus jelas.

Nama Sungai dan Aliran, Danau, Bendung, Bendungan, dsb harus

jelas.

Nama Daerah Irigasi dan Rawa yang sudah ada batas-batasnya harus

jelas termasuk sumber airnya.

Pertanian yang sudah ada harus jelas batas-batasnya, sawah, ladang,

tambak, kelapa, karet, tebu dsb.

Untuk tanaman penduduk sebagai tanaman pelengkap atau tumpang

sari cukup di tulis sebagai ladang.

Kuburan, untuk area kuburan cukup di tulis kuburan tidak perlu di

tulis jenis kuburan.

Titik Kontrol, harus di identifikasi di tandai dan di catat.

4.4 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di

Lapangan

Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di

lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini.

4.4.1 Pencatatan

1) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan

dengan menggunakan software dari distribusi alat-alat merk apa saja

dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.

2) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar

pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut

nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-

penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan

udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tandatangan

pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.

3) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan

kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang

telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas

sehingga bisa saling dicocokkan.

4.4.2 Reduksi

1) Koordinat (x,y) perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan

diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi

koordinat (x,y) termasuk juga koreksi bias ionosfer, troposfer,

kesalahan titik nol alat, dan koreksi faktor skala dimana dianggap

perlu.

2) Pengamatan di lapangan perlu direduksi setiap harinya lalu

ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana

pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi

nomor referensi agar mudah dicari bilamana diperlukan dikemudian

hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh

dibawa ke lapangan lagi.

4.4.3 Pemrosesan

1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah

pengamatan telah sesuai dengan standar ketepatan.

2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :

Pengecekan hasil penghitungan koordinat.

Pengecekan penutup koordinat tertutup.

Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.

Penyesuaian kesalahan koordinat.

Penghitungan dari ∆x dan ∆y untuk mencek hasil planimetrik.

3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :

Pemeriksaan hasil hitungan dari ∑ Bacaan belakang, ∑ Bacaan muka,

∑ Perbedaan tinggi (∆h).

Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark)

dan kontrol foto.

Perhitungan dari tiap loop/kring.

Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar

memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan

rincik ketinggian nantinya.

4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan

dengan batas-batas triangulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk

menghindari kelambatan pada tahapan selanjutnya.

5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil

pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor

pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.

6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik

triangulasi yang ada di lapangan.

7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini

berarti bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting)

sama dengan:

salah-penutup dalam simpangan timur

--------------------------------------------------- x jarak akumulasi

jumlah jarak poligon seluruhnya

Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.

8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang

didaftar di bawah ini harus diserahkan kepada pihak Pemilik pekerjaan

untuk mendapatkan persetujuan sementara.

Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark.

Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol

atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama

dengan jumlah titik dalam setiap seksi.

Kesalahan penutup linier ∆x, ∆y dari setiap loop atau jalur koordinat

antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih

dengan jumlah titik.

Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai

lagi.

9) Setidak-tidaknya dilaksanakan perataan kuadrat terkecil asalkan

kegiatan ini tidak akan menyebabkan tertundanya proses berikutnya,

perataan lebih baik dilakukan sebelum triangulasi udara.

5. TRIANGULASI UDARA

Triangulasi udara adalah untuk menentukan koordinat (x,y,z) titik-titik

kontrol minor melalui fotogrametris yang kegiatannya meliputi persiapan,

pemilihan titik model, pemindahan titik model, pembacaan koordinat

model, proses perataan udara (block adjustment) dan pembuatan indek

model dimana alat yang digunakan harus salah satu jenis dari yang

disebutkan dibawah :

Plotter Analitik.

Comparator.

Alat Plotting Stereo Presisi atau

Soft Copy Photogrametri.

5.1 Persiapan Triangulasi Udara

Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan seleksi foto udara yang paling

cocok dan pembuatan diagram foto untuk triangulasi udara dan

pembuatan ortofoto dengan ketentuan seperti dibawah ini :

1) Foto udara menunjukkan pertampalan, foto udara minimum

pertampalan ke samping 30 % dan pertampalan ke muka 60 %,

bebas dari awan, bebas dari bayangan awan sehingga menutupi detail

foto, pantulan air, hindari pertampalan ke samping dan ke muka jika

ada perbedaan gelap dan terang, hindari kesenjangan di antara foto.

2) Harus dibuat diagram foto udara diatas peta skala 1 : 50.000 dimana

dijelaskan topografi dari daerah yang bersangkutan dan batas

administrasinya.

3) Diagram foto harus menunjukkan secara grafis dan numeris hal-hal

berikut :

Kesenjangan (gap) pada foto udara

Daerah berawan

Pertampalan lebih kecil dari 30 % (ke samping) dan 60 % (ke muka)

Titik utama, nomor foto, dan nomor jalur

Danau, sungai, garis pantai, dan rawa-rawa

Batas pemetaan yang diusulkan

Gambaran topografi lainnya

4) Diagram harus di identifikasi, diberi nomor, skala, tanggal seperti

contoh dibawah ini :

5.2 Penentuan Titik Model dan Pemberian Tanda

Titik model adalah sembarang titik yang ada di daerah pertampalan ke

muka dan ke samping dimana koordinatnya (x,y,z) didapat dari triangulasi

udara dengan cara fotogrametris, pemilihan titik model mengikuti

ketentuan berikut :

1) Setiap stereo model yang dipersiapkan untuk triangulasi udara

sekurang-kurangnya mempunyai 6 titik model yang tersebar pada

posisi yang lazim, masing-masing diberi tanda lingkaran dengan

diameter 0,75 cm dan nomor pada diapositif digital dan cetakan foto.

Titik-titik ini akan digunakan untuk menghubungkan model-model di

sebelahnya yang terdapat pada jalur yang sama. Jika ada

pertampalan sisi antar jalur yang berdampingan maka titik-titik model

harus dipilih dalam batas pertampalan sehingga terdapat suatu ikatan

antara jalur-jalur tersebut. Titik tersebut boleh dipakai untuk 2 macam

keperluan (sebagai titik penghubung dalam jalur yang bersangkutan

dan sebagai titik pengikat antara jalur-jalur) asal saja saat melakukan

pemindahan titik-titik tersebut sudah tepat.

2) Jika perlu diadakan penyambungan jalur-jalur foto udara arah ke

samping dan ke muka, maka diperlukan pertampalan sekurang-

kurangnya terdiri dari satu stereo-model penuh.

3) Titik kontrol yang ditempatkan pada posisi yang lazim, sebaiknya tidak

digunakan sebagai titik model, jika suatu titik kontrol digunakan

sebagai suatu titik model, maka titik model ini sama sekali tidak boleh

dipindahkan selama dilakukan penyesuaian triangulasi udara.

4) Apabila mungkin titik model akan dipilih pada stereo model di

permukaan tanah pada daerah yang rata dan detailnya cukup terang

sehingga kedudukan titik tersebut dapat lebih jelas dan sebaiknya

hindari bayangan yang bertentangan.

Harus dijamin agar titik pada model yang berdampingan adalah

merupakan titik yang sama dalam penggabungan titik.

5) Jika terdapat pertampalan sisi (lateral overlap) yang berlebihan, maka

diperlukan suatu pola titik-titik model yang zigzag (saling silang)

6) Titik kontrol foto yang telah dipilih pada paper print dipindahkan pada

diapositif film dan dilanjutkan pricking model demi model yang saling

pertampalan ke muka dan ke samping, untuk ketepatan pekerjaan ini

digunakan alat pricking yaitu point transfer device Wild PUG 4 atau

yang setingkat.

7) Djarum pricking maksimum yang diizinkan untuk tanda diapositif

digital tersebut, adalah 60 mikro

8) Penomoran titik-titik model harus uniform.

9) Penomoran model-model di seluruh proyek harus dari 1 (satu) sampai

ke model “N” dimana “N” adalah sama dengan jumlah model-model

stereo yang akan diukur selama proses triangulasi udara, atau sistem

penomoran lain yang telah disepakati oleh Pelaksana Pekerjaan

dengan pihak Pemilik Pekerjaan.

10) Jika suatu titik model ditempatkan pada suatu posisi yang tidak ideal,

umpamanya pada ketinggian pohon atau di dalam bayangan awal,

maka harus ada catatan keadaannya ini.

11) Stereo model yang diperlukan untuk pembuatan ortofoto tetapi yang

tidak penting untuk triangulasi udara harus mempunyai sekurang-

kurangnya 6 (enam) koordinat untuk memungkinkan dilakukannya

pemberian skala dengan praktis. Pada umumnya model-model yang

bersebelahan. Model-model tersebut boleh dihilangkan, jika memang

tadinya dipakai, apabila tidak memperjelek blok secara keseluruhan

maupun blok-blok yang bersebelahan.

12) Pemilihan, penandaan dan pemindahan titik-titik model harus

dilakukan dengan amat sangat berhati-hati. Apabila timbul kesulitan

pada tahap penyesuaian, maka pihak pelaksana pekerjaan harus

bersedia untuk kembali lagi ke tahap permulaan/persiapan dan ke

pemilihan titik kontrol pemindahannya.

5.3 Pemindahan dan Penandaan Titik Kontrol

Pemindahan dan penandaan titik kontrol tujuannya

adalah pemindahan titik kontrol dari cetakan foto ke

diapositif dan titik kontrol tersebut diberi nomor,

pemindahan dan penandaan titik kontrol harus mengikuti

ketentuan seperti dibawah ini :

1) Setiap titik kontrol hasil identifikasi lapangan harus dipindahkan dari

cetakan foto ke diapositif digital asli.

2) Suatu titik kontrol tanah harus di tandai pada diapositif digital dengan

menggunakan alat stereoskopis pemindahan titik, yang setingkat

dengan WILD PUG 4 dengan ukuran maksimum yang diizinkan untuk

tanda diapositif digital tersebut adalah diameter 60 mikro.

3) Pemindahan titik dari cetakan foto ke diapositif digital harus teliti

sekali.

4) Pemindahan suatu titik kontrol, maka harus di buat catatan mengenai

keadaannya dan di buat sedemikian rupa agar dapat di lihat setiap

waktu.

5) Penomoran titik kontrol di seluruh proyek sesuai dengan keinginan

pemilik pekerjaan, tetapi jenis-jenis kontrol tersebut seperti : premark,

kontrol horizontal, kontrol vertikal dan sebagainya, harus mudah

diketahui dengan sistem penomoran yang dipakai tersebut.

5.4 Pembuatan Diagram Foto

Pembuatan diagram foto tujuannya adalah sebagai dasar pengamatan

fotogrametris dimana ketentuannya sebagai berikut :

1) Pelaksana Pekerjaan harus menyusun, suatu Diagram (diagram)

Persiapan (lihat gambar 6.1) setelah selesainya pemilihan titik-titik

model, dengan skala yang memadai, yang merinci hal-hal berikut :

Titik-titik utama pada foto yang digunakan selama proses triangulasi

udara dan pembuatan peta ortofoto, lengkap dengan nomor foto dan

nomor jalur. Titik-titik utama foto udara yang digunakan hanya untuk

produksi ortofoto, harus ditandai dengan simbol yang berbeda dengan

simbol pada diagram seleksi foto udara untuk keperluan triangulasi

udara.

Semua titik-titik kontrol yang sudah di beri nomor dan tanda sesuai

dengan klasifikasinya, dan berada pada posisi yang relatif tepat

dengan titik-titik utama tersebut.

Semua titik-titik diberi nomor dan tanda sesuai dengan klasifikasinya

dan berada pada posisi yang relatif tepat dengan titik utama (agar

lebih jelas nomor titik model dapat dihilangkan)

Setiap batas dan nomor stereo-model yang akan digunakan untuk

proses triangulasi udara.

Batas masing-masing pertampalan (nomor model tidak diperlukan

hanya untuk keperluan produksi ortofoto saja (Hal ini merupakan

suatu pengecualian lihat 6.212).

Batas-batas pemetaan proyek dan blok PAT-B

Danau, sungai besar dan tepi pantai.

2) Diagram foto harus diidentifikasi dengan jelas, mempunyai skala,

bernomor, bertanggal dan dibuat dalam bentuk yang sama,

berdasarkan diagram seleksi foto udara (lihat 5.2 di atas). Diagram

tersebut nantinya dapat berfungsi sebagai Diagram Hubungan

(Connection Diagram), lihat 6.6.15 berikut ini).

5.5 Pengamatan Fotogrametri

Pengamatan fotogrametri atau triangulasi udara tujuannya adalah

memperbanyak titik kontrol minor dengan fotogrametri dengan cara

triangulasi udara dimana ketentuannya seperti dibawah ini :

1) Penentuan koordinat secara fotogrametri dari semua titik kontrol dan

titik-titik model harus dilaksanakan dengan metode triangulasi udara

yang sudah diakui, dan untuk penyesuaian data digunakan program

PAT-M atau PAT-B (atau program lain yang disetujui oleh Direktorat),

dengan di kontrol horizontal dan vertikal (lihat bagian 3.3, dan 3.4).

2) Semua proses triangulasi udara harus diselesaikan dengan

menggunakan alat restitusi analog yang mempunyai ketelitian tinggi

(First Order) atau analiytical plotter, atau stereo comparator, alat yang

dipilih harus bisa dihubungkan pada suatu alat pencatat data

elektronik untuk memperoleh hasil koordinat-koordinat model

fotogrametri yang teliti.

3) Pelaksana Pekerjaan harus menjelaskan di dalam usulan, mengenai

peralatan dan metode yang akan digunakan, berikut laporan terbaru

mengenai pemeliharaan perbaikan dan kalibrasi.

4) Perlunya pencatatan data yang akurat selama penentuan koordinat

dan dalam perhitungan pusat perspektif jangan terlalu dilebih-

lebihkan, selanjutnya pelaksanaan pekerjaan harus bertanggungjawab

terhadap standar ketelitian yang ditentukan dalam melaksanakan

pekerjaan yang bersangkutan.

5) Pelaksana pekerjaan yang memakai peralatan untuk triangulasi udara

yang memerlukan perhitungan pusat perspektif boleh menghitung

harga-harga itu selama dilakukan pengamatan triangulasi udara atau

menggunakan fasilitas yang disediakan oleh program paket PAT- M

atau PAT-B.

6) Semua catatan dan berkas yang membuat koodinat-koordinat tiap

model hasil triangulasi udara, harus disimpan oleh pelaksana

pekerjaan, untuk pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pemilik

pekerjaan (Direktorat Irigasi).

5.6 Perataan Blok

Penyesuaian blok tujuannya adalah sebagai dasar pembuatan peta

ortofoto dan peta garis dimana ketentuannya seperti dibawah ini :

1) Penyesuaian blok triangulasi udara dapat diselesaikan dengan

menggunakan paket Program PAT-M atau PAT-B atau program yang

setingkat dan disetujui terlebih dahulu oleh pemilik pekerjaan.

Sebelum proses penyesuaian seluruh blok, diajukan agar data-data

yang akan dipakai harus sudah disaring dengan cara melaksanakan

penyesuaian strip-strip atau blok dan memeriksa hasil-hasilnya.

2) Koordinat-koordinat tanah untuk titik-titik kontrol hasil pengamatan di

lapangan akan dimasukkan ke dalam program untuk melakukan

perataan.

3) Untuk keperluan PAT-M atau PAT-B haruslah diyakinkan bahwa titik

kontrol (x,y,z) tidak boleh digunakan sebagai titik ikat, kecuali kalau

semua titik-titik tersebut sudah diseleksi dan sudah diberi tanda, bisa

digunakan sebagai titik ikat (x,y,z).

4) Ketelitian yang diperlukan pada setiap titik kontrol minor dan titik

kontrol tanah setelah dilakukan perataan harus sedemikian rupa agar

harga-sisa (residual value) tidak melampaui harga-harga berikut :

Titik Kontrol Minor

Horizontal (x,y), tidak lebih besar dari 25 mikron.

Tinggi (z), tidak lebih besar dari 0.01 % dari tinggi terbang .

Titik Kontrol Tanah

Horizontal (x,y), tidak lebih besar dari 40 mikron skala foto

Tinggi (z), tidak lebih besar dari 0.01 % dari tinggi terbang daerah datar

sedangkan untuk daerah curam tidak boleh lebih besar dari 0.03 %

dari tinggi terbang.

5) Pelaksana pekerjaan harus mengadakan penelitian untuk mengetahui

asal/sumber kesalahan jika titik kontrol melebihi apa yang telah

ditentukan, harus dibuat catatan penelitian tersebut, dan disimpan

untuk diperiksa oleh pemilik pekerjaan.

6) Jika pada suatu ketika tidak diperoleh jawaban yang memuaskan dari

kesalahan titik kontrol, maka diadakan pengamatan ulang di lapangan

jika tidak tersedia titik pengganti.

7) Dalam keadaan bagaimana pun, titik-titik kontrol sama sekali tidak

boleh dipindahkan dari perataan tersebut.

8) Pelaksana pekerjaan harus melakukan penelitian untuk mengetahui

sumber-sumber kesalahan sesudah dilakukan perataan, apabila sisa

kesalahan fotogrametri melampaui sebagai berikut (lihat 6.6.5) :

Titik-titik Model

Standar ketelitian kontrol x 1,5

Pusat perspektif

Standar ketelitian kontrol x 3,0

9) Penelitian tersebut mencakup beberapa atau semua hal-hal berikut :

Kebenaran data penomoran titik dan model.

Ketelitian dalam pemindahan titik antar model.

Kemungkinan tidak bersambungnya masing-masing titik-titik yang

membawa akibat serius pada blok.

Pengamatan ulang model sehingga menjadi jelas pada permulaan

atau sesudah dilakukannya pengamatan ulang.

10) Titik-titik model boleh dipisahkan (dengan penomoran kembali pada

satu model atau lebih) dengan mengikuti kriteria sebagai berikut :

11) Jika terjadi pemberian nomor ulang hendaknya diperhatikan agar

semua dokumen yang bersangkutan dirubah sesuai dengan yang

baru.

12) Pemisahan titik model antar strip harus sedikit mungkin, usahakan

tidak lebih dari 5% untuk seluruh blok, pemisahan titik pada model-

model yang berurutan tidak diperkenankan.

13) Tidak diizinkan memisahkan titik pusat perspektip.

14) Walau bagaimanapun, titik-titik model tidak boleh dihapus dari

perhitungan perataan.

a. Jumlah hitungan interasi yang dilakukukan untuk (x,y,z) harus

sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang paling pantas (seperti

perbedaan maksimum koordinat titik (x,y) dan (z) dengan koordinat

akhir (x,y) dan z sedangkan interasi tidak boleh lebih dari 0,5 m). Jika

koreksi kelengkungan bumi dan koreksi refraksi pada PAT-M atau

PAT-B digunakan, maka sekurang- kurangnya perlu ditambahkan

sepasang step interasi lagi, sesudah step tersebut digunakan.

b. Ketelitian perataan titik-titik model dalam blok bersebelahan tidak

lebih besar dari :

Horizontal (x dan y)

0,5 mm x denominator (bilangan penyebut) skala akhir peta

Vertikal

Kontur hasil pengukuran lapangan

z x Interval Kontur

Kontur hasil fotogrametri

1 x Interval Kontur

c. Sesudah perataan selesai, maka pelaksana pekerjaan harus

mempersiapkan diagram hubungan (Gambar 6.2) yang merinci :

Semua stereo model (diberi nomor).

Semua titik model dan titik kontrol (diberi nomor), (kecuali pada 6.4.1

(c)).

Garis hubungan untuk memperlihatkan model-model setiap titik

tersebut untuk itu harus dipakai warna yang kontras dan jelas.

Tiap-tiap yang diulangi penomorannya harus dicatat dengan jelas

14) Apabila pelaksana pekerjaan telah yakin bahwa tingkat hasil perataan

memuaskan perbandingan dengan blok di dekatnya, maka dibuat

Diagram Hubungan dua (2) salinan dari hasil hitungan penyesuaian

dan dua (2) salinan dari Diagram Hubungan.

15) Seluruh hasil perataan dan diagram hubungan yang diterima

Direktorat akan dipertimbangkan apakah hasil tersebut dapat diterima

seluruhnya atau sebagian.

16) Apabila pemilik pekerjaan puas karena ketelitian memenuhi syarat

maka perataan dapat disetujui dan dilanjutkan proses fotogrametri,

kecuali untuk blok yang hanya sebagian saja yang disetujui, maka

masing-masing model diklasifikasikan sebagai berikut :

Model yang disetujui untuk pembuatan ortofoto dan kontur.

Model yang disetujui hanya untuk pembuatan ortofoto.

Model yang dihilangkan menggunakan koordinat-koordinat dari blok

sebelahnya.

Model yang ditolak disebabkan hasil perataan tidak memenuhi syarat.

Suatu model yang dianggap tidak cukup pengontrolnya dalam x,y

atau z dan yang bukan bagian dari blok yang bersebelahan, akan

diberi catatan sebagai semi kontrol. (catatan hal tersebut akan

ditambahkan pada referensi lembar peta yang bersangkutan pada

waktu diadakan penyelesaian).

17) Pihak pemilik pekerjaan akan menandai secara jelas pada print-out

blok, blok mana yang sudah sepenuhnya disetujui dan tidak akan

diberi tanda, tidak diizinkan menggunakan salinan (copy) selain salah

satu dari kedua dokumen tersebut.

18) Pelaksana pekerjaan menerima satu salinan print-out perataan dan

diagram hubungan diberi catatan.

19) Hasil perataan sementara (print-out) harus diserahkan kepada pemilik

pekerjaan untuk disimpan sampai hasil akhir perataan disetujui.

Segera setelah hasil seluruh perataan disetujui, maka seluruh laporan

penyusunan sementara tersebut harus dimusnahkan oleh pelaksana

pekerjaan, untuk menghindari penyalahgunaan data yang tidak

disetujui.

20) Tidak ada proses fotogrametri dilakukan sampai keseluruhan perataan

disetujui seluruhnya.

5.7 Digital Elevasi Model (DEM)

Digital Elevasi Model maksudnya adalah melakukan pengeplotan terhadap

titik-titik yang diamati ketinggiannya dan dapat dianggap mewakili bentuk

dari relief permukaan tanah, menggunakan alat stereoplotter yang

dilengkapi komputer dan software dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Proses DEM point dilakukan dari model ke model yang mencakup

seluruh daerah pemetaan.

2) Sebelum dilakukan pengambilan data, DEM terlebih dahulu dilakukan

orientasi baik orientasi dalam, relatif, absolut, dengan memperhatikan

elemen orientasi (kappa, omega, phy, bx, by) dan besarnya

penyimpanan tinggi maupun planimetris untuk setiap model.

3) Pengambilan DEM point dilakukan dengan metoda teratur bentuk grid,

dimana jarak antara titik DEM sekurang-kurangnya 100 m untuk

daerah datar, 50 m untuk daerah yang relatif sedang, 25 m pada

daerah terjal.

4) Selain data tinggi diatas, untuk menghasilkan bentuk permukaan

tanah yang sama dengan bentuk relief, sebenarnya pada foto udara

ambil data tinggi yang dapat mewakili setiap break line yang ada.

5) Teknik pengambilan DEM point untuk break line diuraikan sebagai

berikut :

Sungai, sungai diamati ketinggiannya sepanjang tepi air sungai (kiri-

kanan) dengan kerapatan pengambilan data disesuaikan dengan

kondisi relief.

Punggungan, punggungan bukit diamati sepanjang punggungan

dengan kerapatan disesuaikan dengan topografi punggungan bukit.

Jalan, diamati sepanjang garis tengah jalan.

Selokan besar, selokan besar diamati pada garis tengah selokan.

Garis aliran air, garis aliran air di perbukitan diamati dengan

kerapatan disesuaikan dengan bentuk topografi semakin terjal

semakin rapat pengamatannya.

6) Selesai pengamatan DEM pada model tersebut, lakukan penarikan

kontur dengan interval kontur 1.0 m secara teliti dan di simpan dalam

format interchange drawing sehingga dapat digunakan untuk

keperluan selanjutnya.

6. PEMROSESAN DAN PERAKITAN PETA ORTOFOTO

Proses pembuatan peta ortofoto digital skala 1 : 5.000 adalah dari hasil

pemotretan foto udara yang telah mempunyai titik kontrol koordinat

tanah digitalisasi dengan software Orto Engine (PCI Versi 9.1), dimana

kegiatannya meliputi pekerjaan berikut :

Scanning Foto Udara.

Ortofoto Digital.

Editting dan Entry data.

6.1 Peralatan dan Bahan

1) Harus dijelaskan pemeliharaan, kalibrasi, servis dan informasi

peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan peta ortofoto

digital.

2) Pembuatan positif dari ortofoto digital harus menggunakan kertas

yang stabil atau menggunakan kertas yang cocok.

3) Screen yang digunakan harus mempunyai 133 dot screen (atau lebih

banyak) artinya 133 dot pada setiap inci membentuk sudut 450

terhadap ujung lembar peta bagian sebelah bawah (sebelah selatan),

dot yang membentuk citra half one ini harus tajam dengan ukuran

maksimum dan minimum 8 % dan 20 % sesuai dengan densitas citra

1,3 dan 0,3 pada ortofoto digital.

6.2 Scanning Foto Udara

Maksud scanning foto udara adalah untuk mendapatkan image foto udara

dalam bentuk digital dari diapositif foto udara skala 1 : 10.000 yang

sudah dilengkapi titik-titik kontrol minor hasil triangulasi udara dengan

ketentuan berikut :

1) Diapositif yang digunakan harus diperiksa dulu agar dapat menjamin

kualitas ortofoto digital, jika ada goresan, noda atau kerusakan maka

diapositif digital harus diganti.

2) Mengganti diapositif akibat kerusakan dan sebagainya harus

diperhatikan agar model dan titik kontrol dipindahkan secara akurat

dengan menggunakan alat stereoskopis yang dilengkapi dengan alat

pemindahan titik, citra kualitas diapositif yang diganti harus sama

dengan sebelumnya.

3) Diapositif yang telah diganti harus disimpan pelaksana pekerjaan

diberi tanda yang jelas untuk menghindari agar tidak terpakai pada

saat proses ortofoto digital.

4) Setiap diapositif yang dihasilkan harus memuat minimal 9 (sembilan)

titik koordinat (x,y,z), sekurang-kurangnya 6 (enam) dari titik-titik

tersebut harus ditandai dan harus kelihatan dengan jelas. Persyaratan

ini berguna untuk mengecek ketepatan ukuran dan membantu selama

tahap perakitan, jika perlu tanda yang dibuat untuk keperluan

triangulasi udara ditambah dan titik-titik tambahan tersebut bisa

dipindahkan dari diapositif sebelahnya dengan menggunakan alat

pemindah stereoskopis, dengan cara ini menggunakan seluruh foto

udara tunggal (bukan dari model stereo).

5) Scanner yang digunakan scanner fotogrametri yang dilengkapi dengan

komputer dan software yang mempunyai resolusi tinggi 2400 dpl.

6.3 Proses Ortofoto Digital

Metoda ortofoto digital merupakan cara ortofoto analistis dengan

menggunakan perangkat lunak tertentu dimana foto yang akan diproses

orto telah berbentuk data digital yang merupakan proses dari scanning

dimana kegiatannya meliputi geoferencing dan proses ortofoto digital.

6.3.1 Geoferencing

Geoferencing adalah suatu metoda atau cara untuk menghubungkan

koordinat dari koordinat foto ke koordinat tanah, ketentuannya sebagai

berikut :

1) Menghubungkan koordinat foto udara digital ke koordinat tanah

menggunakan software PCI.

2) Pada tahapan pekerjaan ini diperlukan data kalibrasi kamera dan

koordinat titik minor dan titik kontrol hasil triangulasi udara.

3) Melakukan pengamatan pada titik kontrol minor yang ada pada foto

udara dan fidusial mark foto udara.

4) Ketelitian titik minor dan fidusial mark tidak lebih besar dari 12

micron.

6.3.2 Ortofoto Digital

Proses Ortofoto digital merupakan proses rektifikasi

differensial foto udara digital secara analitis, proses ini

full automatic pada komputer dengan menggunakan

perangkat lunak khusus untuk pengolahan ortofoto,

mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1) Data yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini data foto udara digital

yang sudah dikoreksi dan digital elevasi model (DEM point) .

2) Memasukkan data-data (parameter) seperti yang disebut no 1)

sebagai data input, data-data tersebut akan menentukan bentuk,

ukuran, skala, resolusi, dan tone.

3) Pelaksana pekerjaan harus berusaha mengurangi semaksimal

mungkin variasi tone (tonal variations) antara positif-positif ortofoto

digital yang berdekatan agar hasil fotografi tetap baik.

4) Perbedaan tone yang menyolok, ortofoto digital yang berdampingan,

akan ditolak oleh pemilik pekerjaan yang selanjutnya akan

Foto

udara

digital

Data

kalibrasi

kamera &

AT

Proses

Geofere

ncing

Foto udara

yg sudah

dikoreksi

menginstruksikan dilakukannya tinjauan ulang model-model yang

tidak dapat diterima tersebut.

5) Jika tidak dapat dihindarkan adanya variasi tone antara ortofoto digital

yang berdampingan maka usaha untuk memperbaiki keadaan tersebut

dapat dilakukan dengan pengulangan pada tahap produksi

selanjutnya nanti.

6.3.3 Mosaik Digital

Pembuatan mosaik pada skala foto udara 1 : 10.000 dengan ketentuan

sebagai berikut :

Edge matching dari image foto ortofoto yang berurutan.

Menyamakan tone dari mosaik tersebut.

Menajamkan image mosaik .

Melakukan pemotongan image sesuai dengan lembar petanya.

Melakukan perbesaran skala image dari skala 1 : 10.000 ke Skala 1 :

5.000.

Catatan : Tahapan edge matching sampai dengan melakukan

pemotongan image dilakukan dengan menggunakan software

parameter

Foto udara

digital

skala

1:5.000

Data DEM jg

sudah

dirapatkan

Proses

ortofoto

digital dgn

software

PCI

foto

ortofoto

digital

PCI sedangkan tahap perbesaran menggunakan software

Adobe Photoshop.

6.4 Editing dan Entry Data

Setelah proses pemotongan image foto selesai, untuk menjadi peta

ortofoto harus dilengkapi dengan informasi hasil identifikasi lapangan dan

memenuhi kaidah peta, ketentuan dan informasi yang harus ada pada

peta ortofoto digital sebagai berikut :

1) Ukuran peta ortofoto digital 50 cm x 50 cm yang mencakup daerah

seluas 2,5 km x 2,5 km dengan skala 1 : 5.000 dan garis-garis grid

UTM setiap interval 500 m.

2) Jaringan garis-garis grid dengan interval jarak tiap 10 cm diberi tanda

garis silang dengan panjang garis 1 cm dan tebal 0.2 mm, setiap garis

diberi notasi yang lengkap, dengan menggunakan harga-harga

koordinat planimetris.

3) Arah utara, skala grafis dan numeris digambarkan secara jelas, grid

tercakup di dalam peta.

4) Setiap peta saling bertampalan sekurang-kurangnya 1 garis grid

penuh sepanjang pertampalan tersebut.

5) Penomoran dan pembagian lembar peta disesuaikan dengan

pembagian dan penomoran peta yang ada di direktorat irigasi.

6) Batas administrasi pemerintahan, benchmark dengan nomor yang

jelas, nama bangunan buatan manusia dan alam harus tercantum

dalam peta dengan jelas.

7) Perbedaannya Intensifikasi atau reduksi suatu positif dapat dicoba

untuk memperbaiki tone yang besar agar sesuai dengan positif-positif

yang lain, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

tersebut harus mengikuti instruksi yang diberikan oleh pabrik pembuat

bahan-bahan kimia.

8) Tujuan dari hal tersebut diatas adalah agar supaya sedapat mungkin

dicapai suatu bentuk tone yang bersambungan di seluruh lembar peta

dan juga menghindari perbedaan yang nampak menyolok antara

ortofoto-ortofoto yang bersebelahan.

6.5 Pengecekan Ketelitian Ortofoto Digital

Sebelum ortofoto di edit harus diperiksa dengan

ketentuan berikut :

1) Satu persatu ketelitian planimetrisnya di periksa dengan cara

membandingkan dan posisi dari model-model atau titik-titik kontrol

pada ortofoto dengan semua yang ada pada lembar peta.

2) Harus membuat diagram vektor yang memperlihatkan perbedaan

setiap titik model dalam milimeter, jika ada kesalahan yang lebih

besar dari 0,5 mm harus diteliti kembali.

3) Peta ortofoto tidak boleh mempunyai garis-garis scanning yang

menyolok atau variasi tone yang menyolok antara exposure di

sebelahnya

4) Perbandingan garis-garis scanning, garis-garis mosaik atau batas-

batas lembar peta apabila digabungkan dengan penafsiran gambar

muka bumi tidak sesuai, atau tidak sesuai dengan bentuk estetiknya

maka menurut pemilik pekerjaan ada ketidakcocokan keseluruhan

ortofoto yang melebihi 1 (satu) milimeter atau ketidakcocokan pada

suatu tempat tertentu melebihi 2 (dua) milimeter, dalam hal demikian

pemilik pekerjaan tidak dapat menyetujuinya.

5) Kekurangan lain seperti terdapatnya guratan-guratan dan citra dari

guratan-guratan ataupun hal lainnya yang dapat mempengaruhi

kemurnian hasil foto udara, dapat ditolak, terlebih lagi apabila

mempengaruhi hasil estetis foto, sebagaimana selalu terjadi pada

pemotretan lokasi yang tidak bisa lengkap terselusuri oleh jangkauan

potret.

6. GAMBARAN MENGENAI INFORMASI TITIK TINGGI DAN

KETENTUAN KARTOGRAFI

Gambaran informasi titik tinggi dan ketentuan

kartografi tujuannya adalah ketentuan penarikan garis

kontur dan kelengkapan peta sebagai berikut :

7.1 Informasi Titik Tinggi

1) Secara umum kemiringan digambarkan berdasarkan interpolasi kontur

setengah meter, untuk mencegah rapatnya garis kontur yang

mengakibatkan kurang jelasnya detail peta agar kontur digambarkan

dengan memadai. Tabel berikut dapat digunakan sebagai dasar

penentuan interval garis kontur

2) Indeks kontur digambarkan interval 10 m jika blok pemetaan kontur

digambar 1,0 m dan indeks kontur digambarkan interval 5,0 m jika

blok pemetaan kontur digambar 0,5 m.

Kemiringan Interval

0 – 2%

2 – 5%

5 – 20%

Lebih curam dari 20%

0,5 m

1,0 m

2,0 m

0,0 m

3) Kriteria yang diberikan di atas hanya merupakan panduan saja,

tujuannya adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh

lembar peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal). Walaupun

demikian perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam

hal adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah,

tetapi tidak dalam hal perubahan lokal.

4) Semua garis kontur harus benar-benar sesuai dengan ketentuan

dalam penarikan interval kontur dan sekurang-kurangnya 85 % dari

semua kontur harus mempunyai harga yang sesuai dengan harga ½

(setengah) interval kontur, apabila dicek berdasarkan hasil

pengukuran lapangan dengan alat ukur sipat datar yang diikatkan

pada kontrol titik tetap Benchmark yang terdekat.

5) Semua kontur tersebut harus masuk toleransi dengan pergeseran

dalam perubahan posisi vertikalnya yang telah diplot tidak lebih dari

0,5 milimeter atau 1/10 jarak mendatar antara kontur tersebut.

6) Daerah sawah pada peta ortofoto, garis-garis kontur bisa diinterpolasi

antara titik rincik ketinggian, bukannya mengikuti batas-batas

golongan sawah.

7) Interpolasi kontur dilakukan dengan mempertimbangkan detail yang

ada pada foto dan kalau memang cocok, akan digunakan stereoskopis

untuk mengecek kebenaran interpretasi.

8) Apabila ada 2 kontur atau lebih, yang berdekatan dan hampir berimpit

(misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran) kontur

digambarkan dengan garis putus-putus untuk menghindari

tertutupnya detail dari ortofoto.

9) Pada daerah yang mempunyai kemiringan tanah lebih besar dari 2 %,

kontur fotogrametri harus diplot untuk membantu interpolasi titik-titik

tinggi hasil pengukuran. Hal tersebut akan di kombinasikan dengan

data-data ukur dan bentuknya didapat dari kontur fotogrametri.

10) Jika keadaan medan terbuka (tidak banyak tumbuh-tumbuhan), tidak

beraturan dan curam, gunakan kontur fotogrametri. Dalam hal ini

kontrol tinggi yaitu kontrol tinggi titik foto akan diamati dengan

melakukan penyipatan datar pada keempat sudut dari masing-masing

model yang akan dipakai untuk penarikan kontur.

11) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas

dicatumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai

datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.

7.2 Titik Rincik, Penumpangan Kontur, dan Kontur

Fotogrametris

Titik rincik dan penumpangan kontur maksudnya adalah titik rincik dan

garis kontur digambarkan pada waktu penumpangan kalkir (kertas

transparan) pada hasil rakitan peta ortofoto sedangkan kontur

fotogrametris adalah penarikan kontur dengan cara fotogrametris, harus

mengikuti ketentuan berikut :

1) Harus disiapkan dua lembar kalkir yang berisi titik-titik rincik dan garis

kontur, pensil gambar dan gambar akhir, yang sudah dikerjakan

dengan tinta untuk setiap lembar peta ortofoto dengan menggunakan

bahan gambar transparan. Semua hasil plot, termasuk tanda-tanda

registrasi yang terletak pada sudut setiap lembar dan petunjuk arah

utara, harus jelas indikasinya.

2) Gambar konsep (draft) yang pertama harus digambarkan dengan

pensil, dimana semua koreksi atau perbaikan akan dilakukan pada

konsep tersebut. Sebelum dilakukan interpolasi garis kontur titik-titik

rincikan yang diidentifikasi oleh tim ukur pada foto udara perbesaran

dipindahkan ke detail yang ada pada peta ortofoto. Titik-titik rincik

yang tidak dapat diidentifikasi harus dipindahkan dulu ke transparan

yang stabil. Secara umum lembar dasar (base sheet) yang telah

digunakan untuk memplot titik kontrol digunakan bagi keperluan

scanning, perakitan ortofoto, dan penumpangan draft titik rincikan.

3) Kontur hasil fotogrametri dengan interval 1 atau 2 meter harus diplot

pada kertas transparan yang stabil.

4) Prosedur pekerjaan plotting dijelaskan sebagai berikut :

a. Mesin plotting fotogrametris harus diatur dahulu dengan

menggunakan kontrol hasil triangulasi udara yang selanjutnya

digunakan untuk keperluan orientasi absolut.

b. Tinggi-tinggi model harus dibandingkan dengan sampel rincikan

lapangan yang tersebar dengan baik dari konsep penggambaran

rincikan.

c. Jika perbedaannya kecil (umumnya di bawah 2 meter dengan

beberapa titik mencapai 2 meter), maka orientasi absolut dapat

menggunakan harga tinggi dari harga-harga rincikan lapangan (yang

lebih teliti daripada tinggi triangulasi udara, asal saja harga-harga

tersebut bebas dari kesalahan besar.

d. Perbedaan yang besar akan segera diketahui dengan perbesaran foto

udara, buku lapangan, atau pada print-out triangulasi udara.

e. Prosedur pekerjaan ini akan menunjukkan kontur fotogrametri, yang

diplot langsung, akan memerlukan perbaikan sedikit saja, terutama

jika kontur-kontur dicek dengan rincikan pada intervalnya selama

pekerjaan plotting dan perbedaan-perbedaan harga diteliti dengan

cara seperti di atas.

f. Perlu disiapkan diagram untuk masing-masing model yang

memperlihatkan perbedaan posisi horizontal pada setiap titik model

(lihat gambar 7.1). Titik-titik model dan semua titik rincikan yang

digunakan dalam pekerjaan orientasi absolut perlu juga dibuat

daftarnya dan dengan jelas memperlihatkan perbedaan dengan hasil

triangulasi udara, tinggi-tinggi model yang telah diorientasi dan tinggi

lapangan.

5) Kontur-kontur fotogrametri harus di edit dengan baik agar dapat

dipakai untuk kerapatan dan ketelitian network (kerangka) dari

pekerjaan pengukuran rincikan di lapangan; sedangkan bentuk tanah

yang diperlihatkan dengan cara fotogrametri. Adanya perubahan yang

penting dari persyaratan dalam pekerjaan kontur fotogrametri harus

digambar pada konsep gambar transparan rincikan, bukan pada hasil

asli hasil kontur fotogrametri. Perbedaan-perbedaan yang masih ada

dapat diteliti, jika dituntut oleh persyaratan seperti di atas harus

diinterpolasi pada gambar konsep rincikan.

6) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penarikan kontur :

Di dalam suatu hal tertentu pelaksana pekerjaan dapat diizinkan untuk

melaksanakan kontur fotogrametri tanpa menunggu hasil pindahan

titik rincik lapangan pada kertas transparan.

Titik tinggi (spot height) fotogrametri harus diplot pada semua

punggung medan, lembah dan pada patahan, dan juga pada daerah

datar yang intervalnya cukup wajar, atau bahkan daerah yang miring.

Pencatatan ketinggian pada daerah-daerah tersebut digambarkan

dengan satu angka desimal dalam meter.

Perlu disiapkan diagram untuk memperlihatkan perbedaan pada titik-

titik model setelah dilakukan penyipatan datar (levelling), termasuk

perbedaan antara triangulasi udara dan kontrol lapangan.

Pekerjaan editing dan interpolasi dapat dilaksanakan apabila gambar

konsep (overlay) ukuran rincikan dari lapangan sudah ada, tetapi hal

ini akan memerlukan lebih banyak pekerjaan. Perbedaan-perbedaan

antara tinggi hasil ukuran lapangan dan fotogrametri yang lebih dari 2

meter harus diteliti kembali. Garis kontur hasil editing harus digambar

dengan menggunakan bentuk yang tidak berombak (smooth) dan

tidak diizinkan menggambarkannya dalam bentuk yang bergelung-

gelung (“artistic looping”).

7.3 Penggambaran Halus Titik Rincik dan Kontur

1) Setelah gambar draft telah disetujui maka selanjutnya dilakukan

peningkatan pada kertas transparan yang digunakan untuk keperluan

penumpangan pada negatif ortofoto, titik rincik harus dipindahkan

dengan menggunakan tinta ke atas kertas transparan, dilakukan

sebelum penggambaran halus garis kontur yang telah di edit.

2) Rincian harus ditulis dengan menggunakan stensil atau leterring set

ukuran 1,5 mm dengan mata pena 0,1 mm, letak rincikan harus

diindikasikan sampai dengan fraksi desimal; jika bentuk detail

terganggu oleh harga rincikan, maka angkanya dapat ditunjukkan dan

posisinya ditunjukkan dengan tanda panah. Titik desimal tersebut

harus diletakkan relatif terhadap angka-angka, seperti terlihat :

24316 bukan 243.16

3) Rincikan yang ditentukan dengan pengukuran lapangan diperlihatkan

dalam dua angka desimal meter, contoh 243,16 Rincian yang

ditentukan dari hasil fotogrametri diperlihatkan hanya dengan satu

angka desimal, contoh 243.2

4) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan pena yang

berukuran 0,1 mm, kecuali untuk indeks kontur yang digambarkan

pada setiap interval 10 m digunakan pena ukuran 0,3 mm. Harga-

harga garis kontur dituliskan hanya pada garis kontur yang berharga 1

meter dan harga juga pada indeks kontur, dan harus diulang pada

setiap 15 sampai 20 centimeter pada peta. Harga-harga garis kontur

ditulis dengan menggunakan lettering set ukuran 1,5 mm dan mata

pena ukuran 0,2 mm. Harga garis-garis kontur ditulis dengan arah

dari puncak ke lereng, secara kasar untuk pengarahan, diperlihatkan

sebagai berikut :

Benar Benar salah

29 32 28

30 31 29

31 30 30

32 29 31

Benar Benar salah

indek kontur0.5m kontur

1m kontur

5) Apabila kontur fotogrametri saja yang ada akan diperlihatkan dengan

menggunakan garis putus-putus. Ukuran garis putus-putus tersebut

diperlihatkan sebagai berikut :

___ ___ ___ ___ ___ ___ ___ ___

1m 5m

6) Garis kontur harus berhenti pada jalan-jalan raya dan sungai-sungai

besar, dalam hal ini garis kontur tidak boleh digambarkan memotong

sungai tetapi harus berhenti pada salah satu tebing sungai dan

selanjutnya bersambung pada tebing sungai yang di seberang lainnya.

7.4 Penulisan Nama, Benchmark, dan Grid

1) Nama-nama sungai, kampung, gunung dsb, ditulis pada rakitan

mosaik positif (sebelum negatifnya diproduksi) atau pada overlay

kontur, sesuai keinginan pemilik pekerjaan. Harus dilakukan

pertimbangan mengenai kerapatan citra detail di sekeliling nama. Jika

detail pada rakitan positif sangat gelap, maka nama harus di tulis

pada kontur overlay sehingga pada peta akhir akan terlihat putih. Jika

detail pada rakitan positif amat terang, maka nama harus ditulis

dengan tinta hitam sebelum negatif dari ortofoto diproduksi sehingga

pada peta akhir akan terlihat hitam.

2) Ketentuan nama kampung dan sungai sebagai berikut :

(a) Semua nama yang ditulis harus menggunakan stensil atau yang

sejenis, ukuran huruf tersebut adalah sebagai berikut :

i. Kampung : Stensil ukuran 3 mm dengan mata pena ukuran 0,3 mm

ii. Sungai : Ukuran huruf seimbang dengan lebar sungai; aliran sungai

harus digambarkan dengan tanda panah

(b) Nama tulis dengan huruf besar tiap awal tulisan, contoh Tanah Merah.

3) Benchmark (BM) ditulis dengan cara diatas, ukurannya 2 mm dan

memakai mata pena 0,2 mm , dapat dilihat bentuknya sebagai

berikut :

3m m

2m m

2m m

N om or p ilar (BM )

T inggi p ilar (BM )

TR 24

42.76

Posisi benchmark harus dicek pada deskripsi lapangan dari titik

tersebut, untuk memastikan bahwa pengeplotan yang dilakukan

sesuai dengan detail sekelilinya. Titik-titik triangulasi yang ada juga

diplot dengan cara yang sama tetapi simbolnya berbentuk segitiga.

4) Ketentuan penulisan Grid sebagai berikut :

Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis

silangnya sepanjang 5 mm, dengan menggunakan mata pena 0,1

mm.

Koordinat-koordinat garis silang dapat ditulis pada overlay kontur atau

pada perakitan positif mosaik, penggunaan warna hitam atau warna

putih.

Koordinat-koordinat garis silang ditulis di luar lembar peta. Koordinat

tersebut ditulis dengan tinta hitam tiap selang 500 m, sepanjang

keempat sisi dari peta. Angka harus ditulis dengan tinggi tulisan 2,5

mm serta ditulis dengan menggunakan stensil atau lettering set

dengan mata pena ukuran 0,3 mm.

8. TATA LETAK PETA ORTOFOTO SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1

: 20.000

Tata letak peta ortofoto skala 1 : 5.000 dan 1 : 20.000 maksudnya adalah

hubungan komponen peta yang disajikan dalam lembar peta,

ketentuannya sebagai berikut :

8.1 Peta Ortofoto Skala 1 : 5.000

1) Tata letak (layout) dan penyajian peta ortofoto digital akan mengikuti

contoh tata letak Gambar 8.1, penyampaian diluar ketentuan oleh

pelaksana pekerjaan hanya dapat diperbolehkan dengan persetujuan

pemilik pekerjaan.

2) Adanya hal-hal lainnya yang tidak disebutkan di dalam ketentuan ini

harus disampaikan kepada pihak pemilik pekerjaan untuk dimintakan

penjelasan atau petunjuk mengenai penggunaan simbol.

3) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada pemilik pekerjaan

suatu contoh salinan dari catatan panel (Footnote panel) yang

digunakan selama penyelesaian pembuatan peta ortofoto digital untuk

disetujui.

4) Pada penyajian akhir tiap peta ortofoto digital harus dibuat di atas

kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil.

5) Setiap lembar peta ortofoto digital yang sesuai dengan nomor serinya

masing-masing harus dibuat dalam bentuk VCD atau DVD.

8.2 Peta Ortofoto Skala 1 : 20.000

1) Seri peta ortofoto digital yang dibuat pada skala 1 : 20.000

merupakan perkecilan dari peta ortofoto digital yang berskala 1 :

5.000.

2) Garis-garis kontur yang diambil dari peta ortofoto digital berskala 1 :

5.000 harus pada interval 5 m dan pada daerah curam interval

kontur dibuat tiap 10 m atau pada suatu perkalian 10 m yang

disetujui oleh pemilik pekerjaan.

3) Suatu jaringan garis-garis grid lengkap digambarkan pada setiap

lembar peta interval 12,5 cm.

4) Harus dijaga selama perakitan peta gabungan, reduksi tiap peta

ortofoto digital harus berada pada posisi yang tepat terhadap jaringan

garis-garis grid tersebut.

5) Tata letak masing-masing lembar harus sesuai dengan gambar 8.2,

keterangan yang mendetail lembar peta harus disetujui oleh pemilik

pekerjaan

6) Pada tahap penyerahan akhir masing-masing peta gabungan harus

dibuat di atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil

7) Masing-masing lembar sesuai dengan susunan serinya harus

dibuatkan dalam bentuk VCD atau DVD.

9. PETA GARIS DIGITAL SKALA 1 : 5.000 DAN SKALA 1 : 20.000

Peta garis digital maksudnya adalah format vektor dari pengambilan data

kartografik (detail planimetrik) dari foto udara dengan menggunakan alat

digital stereoplotting menghasilkan peta garis digital skala 1 : 5.000

dengan ketentuan sebagai berikut :

Kelaikan alat-alat yang digunakan harus dibuktikan dengan hasil

kalibrasi.

Penyimpangan maksimum posisi planimetrik titik yang digambar pada

peta dasar tidak boleh lebih dari 0.2 mm.

Penyimpangan tinggi antara ploter dan titik kontrol tidak boleh lebih

0.03 % dari tinggi terbang rata-rata.

Kelengkapan detail harus diperiksa dengan menggunakan foto udara

yang bersangkutan.

Unsur geografi digambar dalam bentuk yang sebenarnya dengan

simbol-simbol yang sudah ditetapkan.

Obyek penggambaran adalah seluruh obyek detail.

Memplot titik detail yang akan digunakan dan membuat daftar

koordinatnya dengan jumlah minimal 20 (dua puluh) titik untuk setiap

model dan terdistribusi secara merata, dipilih dari titik detail yang

dapat diidentifikasi dengan jelas di foto dan terdefinisi dengan baik di

lapangan.

Interval kontur 0.5 m.

9.1 Kartografi

Kartografi adalah etiket peta yang harus ada sesuai kaidah umum yang

dipenuhi sebuah peta dengan ketentuan sebagai berikut :

Simbol harus dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah kartografi

yang sudah ditetapkan.

Data dan informasi harus sesuai dengan informasi lapangan.

Penulisan nama-nama geografik jalan dan bangunan dll, harus sesuai

dengan data lapangan.

Semua detail planimetris di gambar sesuai dengan symbol yang telah

ditentukan.

Semua keterangan dalam bentuk teks dicantumkan sesuai dengan

ketentuan ukuran dan ketebalan teks yang telah ditentukan.

Pemberian symbol pada daerah cukup luas diwakili dengan beberapa

symbol dan di distribusikan merata.

Detail dalam satu lembar harus bersambung pada lembar sebelahnya.

Selain kaidah-kaidah tersebut diatas terdapat pula ketentuan-ketentuan

khusus yang digunakan sebagai berikut :

Pembagian dan penomoran lembar peta skala 1 : 5.000.

Ukuran peta (50x50)cm.

Interval kontur peta garis 0.5 m.

Jika terdapat dua atau lebih garis batas administrasi pada satu lokasi,

hanya garis batas administrasi yang paling tinggi tingkatannya yang

digambar.

Jika garis batas administrasi berimpit dengan detail bersangkutan dan

jika garis batas terletak pada sungai, saluran air, selokan, atau jalan,

garis tersebut di gambar ditengah-tengah dua garis detail yang

bersangkutan atau sesuai hasil identifikasi lapangan.

Pojok atap bangunan di gambar siku-siku kecuali bangunan yang

arsitekturnya tidak siku-siku.

Areal yang di tumbuhi semak, pepohonan heterogen, digambar

dengan symbol pohon, jika pada areal tersebut terlihat garis batas

yang tidak jelas, misalnya antara semak dan ladang, semak dan

hutan, batas tersebut tidak perlu digambar kecuali jika areal tersebut

termasuk kawasan hutan yang jelas.

9.2 Tata Letak Peta Garis Digital Skala 1 : 5.000 dan Skala 1 :

20.000

Tata letak peta garis digital skala 1 : 5.000 dan 1 : 20.000 maksudnya

adalah hubungan komponen peta yang disajikan dalam lembar peta,

ketentuannya sebagai berikut :

9.2.1 Peta Garis Digital Skala 1 : 5.000

1) Tata letak (layout) dan penyajian peta garis digital akan mengikuti

contoh tata letak Gambar 8.1, penyampaian diluar ketentuan oleh

pelaksana pekerjaan hanya dapat diperbolehkan dengan persetujuan

pemilik pekerjaan.

2) Adanya hal-hal lainnya yang tidak disebutkan di dalam ketentuan ini

harus disampaikan kepada pihak pemilik pekerjaan untuk dimintakan

penjelasan atau petunjuk mengenai penggunaan simbol .

3) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan kepada pemilik pekerjaan

suatu contoh salinan dari catatan panel (Footnote panel) yang

digunakan selama penyelesaian pembuatan peta garis digital untuk

disetujui.

4) Pada penyajian akhir tiap peta garis digital harus dibuat di atas kertas

bromida yang bermutu tinggi dan stabil .

5) Setiap lembar peta garis digital yang sesuai dengan nomor serinya

masing-masing harus dibuat dalam bentuk VCD atau DVD.

9.2.2 Peta Garis Digital Skala 1 : 20.000

1) Seri peta garis digital yang dibuat pada skala 1 : 20.000 merupakan

perkecilan dari peta garis digital yang berskala 1 : 5.000.

2) Garis-garis kontur yang diambil dari peta garis digital berskala 1 :

5.000 harus ada pada interval vertikal 5 m dan pada daerah curam

interval kontur dibuat tiap 10 m atau pada suatu perkalian 10 m yang

disetujui oleh pemilik pekerjaan .

3) Suatu jaringan garis-garis grid lengkap digambarkan pada lembar

setiap interval 12,5 cm.

4) Reduksi tiap peta garis digital harus berada pada posisi yang tepat

terhadap jaringan garis-garis grid lengkap tersebut.

5) Tata letak masing-masing lembar harus sesuai dengan gambar 8.2,

keterangan yang mendetail lembar peta harus disetujui oleh pemilik

pekerjaan.

6) Pada tahap penyerahan akhir masing-masing peta harus di buat di

atas kertas bromida yang bermutu tinggi dan stabil

7) Masing-masing lembar sesuai dengan susunan serinya harus

dibuatkan dalam bentuk VCD atau DVD.

S U B B A G I A N 2

PEMETAAN TERESTRIS

DAFTAR ISI

PEMETAAN TERESTRIS

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1 Umum.

1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan

1.3 Basis Survey

2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN.

3. TITIK KONTROL TANAH

Persiapan Pemasangan Benchmark

Pemasangan Benchmark

4. METODE PENGAMATAN DAN PENGUKURAN.

Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) Utama.

Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) Cabang.

Pengukuran Azimut Matahari

4.4 Pengukuran Sudut Vertikal

4.5 Pengukuran Sipat Datar .

4.6 Pengukuran Situasi Detail

4.7 Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data

4.7.1 Pencatatan

4.7.2 Reduksi

4.7.3 Pemrosesan

5. PENGGAMBARAN PETA SITUASI SKALA !:2.000

5.1 Kartografi

5.2 Ketelitian Penggambaran

6. PENGGAMBARAN PETA SITUASI SKALA 1:5.000

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1 Umum

Pemetaan teristris maksudnya adalah semua data yang diperlukan untuk

membuat peta sesuai dengan skala yang diinginkan, yang diperoleh

dengan jalan melakukan pengukuran langsung di lapangan (darat),

dimana pelaksana pekerjaan harus mempergunakan segala peralatan dan

perlengkapan serta juga bahan-bahan yang memenuhi syarat dan

ketepatan dan standar ketelitian yang telah disetujui dalam ketentuan

teknis. Hasil pengecekannya, alat yang digunakan, harus dilampirkan

termasuk jenis-jenis alat dan nomor-nomor seri.

Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan pegawai yang telah mendapat

latihan dalam bidangnya serta cukup berpengalaman dalam berbagai

pekerjaan yang diberikan. Pegawai-pegawai praktikan atau pegawai yang

sedang dilatih dapat digunakan asalkan mereka berada dalam

pengawasan yang sebagaimana mestinya.

Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil yang berkualitas

tinggi. Pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk menjamin

terpenuhinya ketentuan teknis yang telah ditetapkan, bila ternyata

ketentuan teknis tidak terpenuhi menurut penilaian pihak pemilik

pekerjaan maka pelaksana pekerjaan harus menanggung biaya pekerjaan

tambahan.

1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan

Secara garis besar pekerjaan pemetaan teristris terdiri dari :

Pemasangan benchmark dan patok kayu.

Pengukuran koordinat.

Pengukuran sipat datar.

Pengukuran situasi detail.

Perhitungan.

Penggambaran

1.3 Basis Survei

Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah pemetaan,

menetapkan rencana pemasangan Benchmark, dan rencana

pengukuran, digunakan Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 atau Skala

yang lebih besar Bakosurtanal.

Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y)

dan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.

2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA

PIHAK PEMILIK PEKERJAAN

1) Satu set peta asli digital skala 1 : 2.000/1 : 5.00 yang dilengkapi

dengan titik-titik tinggi pada kertas transparan yang stabil dan dalam

bentuk VCD/DVD.

2) Satu set peta asli digital dengan skala 1 : 10.000/1 : 25.000 yang

dilengkapi dengan garis-garis tinggi, pada kertas transparan yang

stabil dan dalam bentuk VCD/DVD.

3) Semua eksemplar asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan

observasi dan perhitungan, diberi indeks, dijilid dan dilengkapi dengan

keterangan/referensi.

4) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat, lengkap dengan data-

data pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat.

5) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,

koordinat-koordinat dan lima foto untuk masing-masing benchmark

yang digunakan.

6) Sepuluh salinan/kopi laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan,

proses serta hasilnya. Laporan tersebut harus merinci metode

sebenarnya yang digunakan, ketepatan sebenarnya yang diperoleh

dan kesulitan-kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada

seluruh tahap pekerjaan. Laporan itu meliputi diagram-diagram jaring

koordinat dan sifat-sifat dasar serta penjelasan mengenai semua titik-

titik tetap dan titik-titik koordinat. Laporan tersebut tidak boleh

semata-mata mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi harus

benar-benar berdasarkan hasil pelaksanaan.

3. TITIK KONTROL TANAH

Titik kontrol tanah dalam bentuk tugu sebagai benchmark untuk

menyimpan data koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang digunakan untuk

kepentingan pembangunan irigasi dan kontrol pemetaan, ketentuannya

mengikuti dibawah ini :

3.1 Ketentuan Umum Pemasangan Benchmark

1) Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan

pada titik tetap orde 0 atau orde1 Bakosurtanal.

2) Kerapatan setiap satu titik kontrol mewakili luas areal ± 250 ha atau

setiap jarak 2,5 km di sepanjang jalur koordinat dan setiap titik

simpul, ketepatan dari titik tersebut harus memenuhi ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan.

3) Benchmark dalam bentuk tugu harus mencakup semua daerah yang

akan dipetakan dan sebagai kontrol perimeter, sebagai catatan jumlah

keseluruhan dari titik-titik tetap tersebut dapat melebihi jumlah yang

telah dihitung dari daerah nominal yang akan dipetakan, pemasangan

benchmark dipasang lebih dulu sebelum pekerjaan lapangan dimulai.

3.2 Pemasangan Benchmark

1) Benchmark yang harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar

dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm.

Benchmark besar dan kecil dipasang dengan jarak antara 100-150 m,

harus kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk

pengikatan azimut matahari, konstruksi penanda azimut akan dibuat

pada titik pertama di sepanjang jalur koordinat dari benchmark. Jenis

konstruksi untuk penanda azimut terserah pada pelaksana pekerjaan,

tetapi sebelumnya harus diperlihatkan untuk kemudian disetujui oleh

pihak pemilik pekerjaan.

2) Bilamana mungkin benchmark tersebut harus ditempatkan sesuai

dengan kriteria berikut :

a. Benchmark ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan di

daerah rawa atau sawah).

b. Benchmark dan tanda lapangan dipasang paling sedikit 10 meter dari

pinggir jalan dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan.

c. Benchmark ini akan ditempatkan di sekitar jalur saluran irigasi dan

pembuang yang sudah ada atau yang baru diusulkan.

3) Semua harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat pemasangan

antara lain mencakup :

Sketsa ukuran (penampang melintang) benchmark yang dibuat.

Lima foto untuk setiap benchmark yang sudah jadi, dilengkapi dengan

pelat nomor dan baut kuningannya, empat buah foto dari empat mata

angin, satu buah foto dari atas lengkap dengan daerah sekitarnya.

Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada disekitar

benchmark dan lokasi penanda azimut (azimut mark).

Sketsa gambaran umum lokasi, lengkap dengan deskripsi pendekatan

ke sekitar titik tetap.

Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir yang sama

dengan benchmark atau dalam formulir lain, menurut keinginan

pelaksana pekerjaan.

Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila

perhitungannya sudah tuntas.

4) Titik-titik koordinat selain benchmark atau penanda azimut dibuat dari

patok kayu yang kuat, ukuran panjang sekurang-kurangnya 50 cm

dengan penampang melintang 5 x 5 cm, dipasang sedemikian rupa

sehingga patok-patok tersebut dapat bertahan selama pengukuran

(sekurang-kurangnya 6 bulan). Tanah yang lebih lunak membutuhkan

patok-patok yang lebih panjang, patok-patok tersebut harus muncul ±

10 cm dari permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik

yang tepat mudah ditemukan, letak titik itu harus diperlihatkan

dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak

lebih dari 3,0 meter. Nomor titik akan diperlihatkan pada patok yang

dicat merah.

4. METODA PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan

untuk memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta skala 1 :

2.000 dan Skala 1 : 5.000, alat ukur yang digunakan Total Station (x,y)

dan level automatic atau automatic digital (z), seluruh benchmark harus

diukur koordinat (x,y) maupun tinggi (z). Jika menggunakan Receiver

pengamatan GPS ketentuannya seperti diatas.

Ketentuan pengukuran dengan menggunakan alat Total Station dan level

automatic atau level automatic digital sebagai berkut :

4.1 Pengamatan GPS

1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model

digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1 ppm(H) dan 10 mm + 2

ppm(V).

2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double

Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid

static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)

atau dual frekuensi (L1 + L2)

3) Ketentuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :

Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar

Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8

Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari

Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang

Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan data dengan kecepatan dan epoh yang sama.

Panjang

Baseline

(km)

Metoda

Pengam

atan

Lama

Pengamat

an(L1)

Lama Pengamatan(L1+L2)

0 – 5 Statis

singkat

30 menit 15 menit

5 – 10 Statik

singkat

60 menit 30 menit

10 – 30 Statik 90 menit 60 menit

5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin

dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4

(empat) epoh dalam 1 (satu) menit, masing-masing 15 (lima belas)

detik.

6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS

yang berbeda dalam satu session.

7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua)

session.

8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15

derajat.

9) Setelah session pengamatan seluruh data harus didownload dan

disimpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

4.1.1 Reduksi baseline

1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan

persyaratan strenght of figure yaitu :

a. Statistik reduksi baseline

Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari

komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh

software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :

σN ≤ σM

σE ≤ σM

σH ≤ 2σM

dimana σM = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline

b. Baseline yang diamati 2 (dua) kali

- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda

lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh

berbeda lebih dari 0.06 m.

- Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda

lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh

berbeda lebih dari 0,10 m.

2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan

software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software

atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik.

3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi

baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.

4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

troposfer untuk semua data pengamatan.

5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus

digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase

single tidak dapat dipecahkan.

4.1.2 Perataan Jaring

1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan

dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah

dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah

bereputasi baik.

2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan

- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah

perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti

bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang

digunakan).

- Daftar koordinat hasil perataan.

- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-

komponen hasil pengamatan.

- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika

ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.

- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

4.1.3 Analisa

1) Integritas pengamatan jaring harus di nilai berdasarkan :

- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian

keseragaman)

- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk

menilai konsistensi data)

- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih

tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan di nilai terutama dari analisis

ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas.

3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam

system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.

4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS di koreksi terhadap besaran

undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar

lokasi.

4.2 Pengukuran Poligon Utama

1) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-

jaring tertutup (closed loop) dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau

orde 1 Bakosurtanal, kaki-kaki poligon harus sepanjang mungkin

dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan di

bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan.

2) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut

awal dan azimut akhir, titik-titik triangulasi yang digunakan harus

saling berhubungan dengan titik triangulasi yang lainnya.

3) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut

matahari, jika titik-titik triangulasi yang sudah ada tidak terlihat lagi

dan/atau pada interval 25 titik di sepanjang masing-masing poligon.

4) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh

hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon

yang melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk

menghindari lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada

pematang-pematang yang tidak stabil.

5) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan

diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan

diperiksa apabila melebihi 1’ (satu menit), pelaksana pekerjaan

harus menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan

pemeriksaan dan penyesuaian peralatan yang dilakukan.

6) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1” (satu detik ) dan

dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.

7) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat

melakukan sentring maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah

kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap

tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit

saja yang berpindah/berubah.

8) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari

berikutnya mulai, sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal

yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang

ditempat yang sama.

9) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa

dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-

penyesuaian dilakukan bilamana perlu.

10) Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus di setel sebaik-

baiknya, pengukuran sudut horizontal dan jarak dilakukan minimum

2 kali pengamatan, untuk satu kali pengamatan dilakukan sejumlah

pembacaan dengan urutan sebagai berikut :

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang

Dua kali pengamatan diambil dari titik nol secara terpisah.

11) Ketelitian pengukuran poligon :

Semua hasil pengamatan di reduksi di lapangan jika perbedaan

antara keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5”,

maka harus dilakukan pengukuran ulang.

Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 10”

√n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih

berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan

azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut

dan/atau sudut-sudut tersebut harus di ulang dan dicek.

Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari

1 : 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap

pendek untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-

jaring atau bagian tidak lebih dari satu meter.

4.3 Pengukuran Poligon Cabang

i. Poligon cabang harus dimulai dari poligon utama diakhiri pada

poligon utama, sehingga titik-titik poligon utama akan merupakan

kontrol hasil pengukuran poligon cabang.

ii. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat

melakukan sentering maka perlu digunakan 2 buah statip dan 2 buah

kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap

tersebut harus tetap berada di satu titik, hanya target dan theodolit

saja yang berpindah/berubah.

iii. Poligon cabang di bagi atas seksi-seksi dengan panjang maksimum

2,5 km dan diusahakan sisi poligon sama panjangnya untuk untuk

mencapai ketelitian yang memenuhi syarat.

iv. Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari

berikutnya di mulai, sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal

yang sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang

ditempat yang sama.

v. Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa

dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian

dilakukan bilamana perlu.

vi. Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-

baiknya, pengukuran sudut horisontal dan jarak dilakukan minimum 1

(satu) kali pengamatan dengan pembacaan urutan sebagai berikut :

vii. Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang

viii. Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan

ix. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan

x. Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang

xi. Ketelitian pengukuran poligon :

xii. Semua hasil pengamatan direduksi di lapangan jika perbedaan antara

kedua harga sudut yang diperoleh (FL, FR) melebihi 10” maka harus

dilakukan pengukuran ulang.

xiii. Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 20”

√n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih

berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan

azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut

dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang .

xiv. Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1

: 5.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek

untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau bagian

tidak lebih dari satu meter.

4.4 Pengukuran Azimut Matahari

1) Azimut matahari akan diamati pagi dan sore hari, dilakukan masing-

masing sedikitnya 5 kali pengamatan, dalam satu seri tidak boleh

lebih dari 30”.

2) Pengamatan dilakukan sebagai berikut :

Bidik kiri (target).

Bidik kiri (matahari).

Bidik kanan (matahari).

Bidik kanan (target)

Seri ini merupakan satu kali pengamatan.

3) Pembacaan sudut horizontal pada pengamatan azimut matahari harus

diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat. Koreksi ini

sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan

gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit dilengkapi

dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran vertikal

pada sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik.

4) Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan

pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus

diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian

matahari :

Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar

dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi

matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan

tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah

400.

Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk

keperluan koreksi refraksi.

Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam

tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda

waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan

table refraksi.

5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka

bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 200,

tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti.

4.5 Pengukuran Sipat Datar (z)

Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat ukur

level automatic atau level automatic digital dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan

pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang

dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

b. Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu

yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat

sipat datar digital atau non digital

c. Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari

dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara

sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base di cari

perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran di saat alat

ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran di

saat alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus

dilakukan apabila kesalahan kolimasinya lebih dari 0,05 mm/m. Nivo

kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara

teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap

mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah

dilakukan.

d. Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap

pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).

Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar

rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau

carpenters level (penempatannya harus juga dicek).

e. Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak

boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.

Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk

menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan

pembidikan silang (intermediate sight).

f. Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas

bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.

g. Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian

dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu

pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga

rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik

tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.

h. Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan

rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,

bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi ∆h (+ dan -) harus

dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka

harus sama dengan hasil beda tinggi (∆h), hanya merupakan

pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak

terlihat karena data yang tidak benar.

i. Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian

pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus

ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.

j. Ketelitian sipat datar sebagai berkut :

Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup, harus di

ukur dua kali yaitu pergi dan pulang. Perbedaan antara kedua harga

untuk masing-masing seksi harus kurang dari 7 √k mm, dimana k

adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut.

Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama

untuk kontrol titik detail cukup satu kali dengan ketelitian 20 √k mm,

dimana k adalah jarak dalam km.

4.6 Pengukuran Situasi Detail

1) Alat yang digunakan adalah Total Station atau yang sederajat

ketelitiannya.

2) Metode yang digambarkan adalah Raai dengan jarak antara Raai 20 m

sampai dengan 40 m atau Voorstraal dengan jarak pengambilan titik

detail 20 m sampai dengan 40 m atau kombinasi Raai dan Voorstraal

dengan jarak 40 m dan pekerjaan tersebut dapat dilakukan sekaligus

pada saat pengukuran poligon utama atau poligon cabang.

3) Ketelitian poligon raai untuk sudut 20√n, dimana n = banyak titik

sudut, ketelitian linier poligon kombinasi Raai dan Voorstraal 1 :

2.000.

4) Semua tampakan yang ada, baik alamiah maupun buatan manusia di

ambil sebagai titik detail, misalnya : bukit, lembah, alur, sadel, dll.

5) Kerapatan titik detail (± 40 m di lapangan) harus di buat sedemikian

rupa sehingga bentuk topografi dan bentuk buatan manusia dapat

digambarkan sesuai dengan keadaan lapangan.

6) Sketsa lokasi detail harus di buat rapi, jelas dan lengkap sehingga

memudahkan penggambaran dan memenuhi persyaratan mutu yang

baik dari peta.

7) Pengukuran situasi harus dilebihkan sebesar ± 250 m dari batas yang

telah ditentukan.

8) Sudut poligon kombinasi Raai dan Voorstraal cukup 1 (satu) seri.

9) Ketelitian tinggi poligon raai 10 cm √D (D dalam km).

4.7 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di

Lapangan

Pencatatan, reduksi, dan pemrosesan hasil

pengamatan di lapangan harus mengikuti ketentuan

di bawah ini :

4.7.1 Pencatatan

1) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM,

tinggi (z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan

perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk

apa saja yang berlaku di Indonesia.

2) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan

dengan menggunakan software dari distribualat alat merk apa saja

dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.

3) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar

pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut

nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-

penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan

udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda tangan

pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.

4) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan

kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang

telah di ulang,yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas

sehingga bisa saling dicocokkan.

4.7.2 Reduksi

1) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik

dan di periksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan,

reduksi koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat,

dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.

2) Pengamatan di lapangan perlu di reduksi setiap harinya lalu

ditandatangani, di sertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana

pekerjaan, hasil pengamatan harus di simpan dengan rapi dan diberi

nomor referensi agar mudah di cari bilamana diperlukan dikemudian

hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh

dibawa ke lapangan lagi.

4.7.3 Pemrosesan Data

1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah

pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian.

2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :

Pengecekan hasil penghitungan koordinat.

Pengecekan penutup koordinat tertutup.

Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.

Penyesuaian kesalahan koordinat.

Penghitungan dari ∆x dan ∆y untuk mencek hasil planimetrik.

3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :

Pemeriksaan hasil hitungan dari ∑ Bacaan belakang, ∑ Bacaan muka,

∑ Perbedaan tinggi (∆h).

Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) .

Perhitungan dari tiap loop/kring.

Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar

memperoleh ketinggian yang tepat untuk di pakai pada perhitungan

rincik ketinggian nantinya.

4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan

batas-batas triangulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari

kelambatan pada tahapan selanjutnya.

5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil

pengamatan serta hasil hitungannya segera di kirim ke kantor

pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.

6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik

triangulasi yang ada di lapangan.

7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti

bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama

dengan :

salah-penutup dalam simpangan timur

--------------------------------------------------- x jarak akumulasi

jumlah jarak poligon seluruhnya

Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.

8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang di

daftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan

dalam bentuk VCD atau DVD untuk mendapatkan persetujuan

sementara.

Urutan cara perhitungan loop atau jalur kordinat antara benchmark.

Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol

atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama

dengan jumlah titik dalam setiap seksi.

Kesalahan penutup linier ∆x, ∆y dari setiap loop atau jalur koordinat

antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih

dengan jumlah titik.

Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai

lagi.

5. PENGGAMBARAN PETA SITUASI TERISTRIS SKALA 1 : 5.000

Penggambaran peta situasi teristris skala 1 : 5.000 dilakukan dengan cara

memperkecil 2.5 kali peta situasi teristris skala 1 : 2.000 menggunakan

software dari distributor merk apa saja yang berlaku di Indonesia,

ketentuan yang harus ada dalam peta situasi teristris skala 1 : 5.000

sebagai berikut :

1) Ketentuan pemasangan benchmark untuk peta situasi skala 1 : 5.000

setiap 500 ha sedangkan untuk peta situasi skala 1 : 2.000 setiap 250

ha, dengan demikian yang tercantum dalam peta situasi skala 1 :

5.000 benchmark setiap 500 ha.

2) Ketentuan titik detail yang diukur untuk peta setuasi skala 1 : 5.000

dengan jarak 1 cm sampai dengan 2 cm di peta atau jarak 50 m

sampai 100 m di lapangan sedangkan titik detail yang diukur dengan

1 cm sampai dengan 2 cm di peta atau jarak 20 m sampai dengan 40

m di lapangan, dengan demikian yang harus tercantum dalam peta

situasi skala 1 : 5.000 adalah titik detail dengan jarak 50 m sampai

dengan 100 m di lapangan.

3) Untuk luasan-luasan dibawah 100 m2 demikian juga jarak-jarak

dibawah 10 m dalam skala 1 : 5.000 dihapus/dihilangkan.

4) Ketentuan interval kontur dalam peta situasi skala 1 : 5.000 setiap 1.0

m sedangkan untuk peta situasi skala 1 : 2.000 setiap 0.5 m, dengan

demikian yang tercantum dalam peta situasi skala 1 : 5.000 interval

kontur 1.0 m.

5) Ketentuan interval grid peta dalam peta situasi skala 1 : 5.000 setiap

500 m sedangkan untuk peta situasi skala 1 : 2.000 setiap 250 m,

dengan demikian yang tercantum dalam peta situasi skala 1 : 5.000

setiap 500 m.

6) Ketentuan kartografi dan ketelitian penggambaran dalam skala 1 :

5000 sama dengan ketentuan kartografi skala 1 : 2.000

6. PENGGAMBARAN PETA SITUASI TERISTRIS SKALA 1 : 2.000

Peralatan yang digunakan untuk penggambaran Autocad ukuran A-1 yang

dikeluarkan oleh distributor apa saja berlaku di Indonesia demikian juga

komputer yang digunakan, skala peta yang dibuat skala 1 : 2.000

sedangkan untuk Skala 1 : 5.000 pengecilan dari skala 1 : 2.000 dengan

membuang beberapa detail yang tidak diperlukan untuk skala 1 : 5.000,

ketentuan penggambaran sebagai berikut :

6.1 Kartografi

1) Ukuran peta (50x50) cm, garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm

dengan ukuran (10x10) mm, garis sambungan peta 10 cm, skala

peta 1 : 2.000 di buat grafis dan numeris, indek peta dengan ukuran

yang sudah ditentukan, informasi legenda sesuai dengan yang ada

di lembar peta , keterangan titik referensi harus ada disetiap

lembar peta dicantumkan dibawah legenda.

2) Semua benchmark, titik ikat horizontal bakosurtanal, dan titik tinggi

bakosurtanal yang ada di lapangan harus digambar dengan legenda

yang telah ditentukan dan di lengkapi dengan elevasi (z) dan

koordinat (x,y).

3) Pada setiap interval 5 (lima) garis kontur di buat tebal dari garis

kontur lainnya dengan ketebalan ukuran yang telah ditentukan dan

ditulis angka elevasinya.

4) Pencantuman legenda pada gambar harus sesuai dengan ketentuan

Direktorat Irigasi dan sesuai dengan topografi yang ada di lapangan.

5) Penarikan kontur cukup 2.5 m untuk daerah datar dan 5 m untuk

daerah berbukit dengan ketebalan yang sudah ditetapkan serta

harus tercantum data elevasi.

6) Gambar/peta situasi skala 1 : 2.000 digambar di atas kertas

transparan stabil atau sesuai dengan keinginan pemilik pekerjaan

dengan ukuran A-1.

7) Gambar konsep (draft) lengkap Skala 1 : 2.000 dan titik pengukuran

poligon utama dan raai/voorstraal harus dilakukan di atas kertas

transparan stabil untuk di setujui pemilik pekerjaan.

8) Gambar kampung, sungai, rawa buatan alam dan manusia harus

diberi nama yang jelas dan harus diberi batas.

9) Peta ikhtisar skala 1 : 10.000 di gambar dengan cara pengecilan

peta skala 1 : 2.000 menggunakan software dari distributor merk

apa saja yang berlaku di Indonesia pada kertas transparan stabil.

10) Pada peta ikhtisar skala 1 : 10.000 harus tercantum nama kampung,

nama sungai, benchmark, jalan, jembatan, rencana bendung dan

lain-lain tampakan yang ada di daerah pengukuran dengan interval

kontur cukup tiap 12,5 m untuk daerah datar dan 25 m untuk

daerah berbukit, grid peta ikhtisar tiap 10 cm.

11) Lembar peta harus di beri nomor urut yang jelas dan teratur serta

format gambar etiket peta harus sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan oleh pemilik pekerjaan.

12) Titik poligon utama, poligon cabang dan poligon raai di gambar

dengan sistem koordinat, tidak diperkenankan di gambar dengan

cara grafis.

6.2 Ketelitian Penggambaran

1) Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3 mm yang di ukur dari titik kontrol horizontal terdekat.

2) Titik kontrol posisi horizontal tidak boleh mempunyai kesalahan lebih

dari 0,3 mm yang di ukur dari garis grid.

3) Sembilan puluh lima persen (95 %) dari bangunan penting seperti

bendung, dan jembatan, saluran dan sungai tidak boleh mempunyai

kesalahan lebih dari 0,6 mm diukur dari garis grid atau titik kontrol

horizontal terdekat. Sisanya 5 % (lima persen) tidak boleh mempunyai

kesalahan lebih dari 1,2 mm.

4) Sembilan puluh persen (90 %) dari penarikan garis kontur tidak boleh

menyimpang lebih dari setengah kali interval kontur yang

bersangkutan dari letak sebenarnya, yang diperhitungkan dari titik

kontrol horizontal, sisanya 10 % (sepuluh persen) tidak boleh

menyimpang dari satu kali interval kontur yang bersangkutan.

5) Pada sambungan lembar peta satu dengan yang lain, garis kontur,

bangunan, saluran, sungai, harus tepat tersambung. Batas pergeseran

yang diperbolehkan maksimum 0,3 mm.

SUB BAGIAN 3

PEMETAAN SITUASI TRASE

RENCANA SALURAN DAN LOKASI

KHUSUS

DAFTAR ISI

PEMETAAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN DAN

LOKASI KHUSUS

1. IKHTISAR PEKERJAAN ................................................. 69

1.1 Umum ................................................................. 69

1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan ..................................... 69

1.3 Basis Survei ......................................................... 70

2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA

PEMILIK PEKERJAAN .................................................. 70

3. TITIK KONTROL TANAH .............................................. 71

3.1 Persiapan Pemasangan Benchmark ........................ 71

3.2 Pemasangan Benchmark ........................................ 71

4. METODE PENGUKURAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN

SISTIM KONTUR .......................................................... 73

4.1 Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) ................ 73

4.2 Pengamatan Azimut Matahari .............................. 74

4.3 Pengukuran Sudut Vertikal .................................... 75

4.4 Pengukuran Sipat Datar ........................................ 76

4.5 Pengukuran Situasi RencanaTrase Saluran .............. 77

4.5.1 Pengukuran Situasi Lokasi Khusus ............... 78

............................................................. 4.5.2

Pengukuran Titik Rincik (Detail) Antara Penampang

melintang .................................................... 79

4.5.3 Ketelitian Pengukuran Titik Rincik .................. 79

4.6 Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data Lapangan . 80

4.6.1 Pencatatan .................................................. 80

4.6.2 Reduksi .................................................... 80

4.6.3 Pemrosesan .............................................. 81

5. PENGGAMBARAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN SISTIM

KONTUR ..................................................................... 82

5.1 Peta Situasi Trase Rencana Saluran ...................... 82

5.2 Penulisan Nama, Benchmark, Grid ......................... 83

5.3 Peta Situasi Lokasi Khusus .................................... 84

5.4 Peta Penampang memanjang ................................ 85

5.5 Peta Potongan Melintang ..................................... 85

6. METODE PENGUKURAN DAN PENGGAMBARAN SITUASI TRASE

RENCANA SALURAN SISTEM IP ..................................... 86

6.1 Pemasangan Benchmark dan Patok Kayu ................ 86

6.2 Penyelusuran Trase Rencana Saluran ..................... 87

6.3 Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon), Azimut Matahari,

Sipat Datar, Situasi .............................................. 87

6.4 Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang

87

6.5 Penggambaran Situasi Trase Rencana Saluran Sistim IP

88

7. METODE PENGUKURAN SITUASI TRASE RENCANA SALURAN

TERSIER ...................................................................... 88

Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon) .................. 88

Pengukuran Sipat Datar ........................................ 89

Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang

89

Pengukuran Situasi Trase Rencana Saluran Tersier . 90

Perhitungan dan Penggambaran ........................... 90

Perhitungan ................................................ 90

Penggambaran ........................................... 91

Penggambaran Situasi Trase Rencana

Saluran Tersier ........................................... 91

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1 Umum

Pengukuran rencana trase saluran ada 2 (dua)

pendekatan yaitu sistem kontur dan sistem

Intersection Point (IP), untuk efisiensi pekerjaan luas

Irigasi di bawah 10.000 ha gunakan sistem kontur

sedangkan untuk luas Irigasi di atas 10.000 ha

gunakan Sistem IP yang maksudnya adalah untuk

memberikan kepastian perencanan saluran utama dan

sekunder termasuk bangunan yang harus ada

disaluran tersebut, demikian juga dengan pengukuran

rencana saluran tersier.

Dalam hal ini diperlukan data-data situasi sepanjang

trase tersebut dengan lebar kiri-kanan trase yang

sudah ditentukan dan data-data potongan

memanjang/melintang sehingga diperlukan koordinat

(x,y) dan tinggi (z) yang memenuhi syarat dengan

ketelitian yang telah disetujui dalam ketentuan teknis.

Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan personil

yang telah mendapat latihan dalam bidangnya serta

cukup berpengalaman dalam berbagai pekerjaan yang

diberikan sehingga dipelukan sertifikasi keahlian

termasuk manajer poyek yang mempunyai keahlian

manager proyek dipekerjakan selama masa kontrak

berlangsung.

Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil

yang berkualitas sesuai dengan ketentuan teknis,

pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk

menjamin terpenuhinya ketentuan teknis yang telah

ditetapkan, bila ternyata ketentuan tidak terpenuhi

menurut penilaian pihak pemilik pekerjaan maka

pelaksana pekerjaan harus menanggung risiko

pengulangan pengukuran.

1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan

Garis besar pengukuran rencana trase saluran terdiri dari :

Pemasangan Benchmark.

Pengukuran Poligon .

Pengukuran Azimut Matahari

Pengukuran Sipat Datar .

Pengukuran RencanaTrase Saluran.

Pengukuran Potongan Memanjang.

Pengukuran Potongan Melintang .

Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data.

Penggambaran

1.3 Basis Survei

Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah pengukuran

rencana trase saluran adalah peta situasi teristris skala 1 : 5.000

atau peta ortofoto digital skala 1 : 5.000 atau peta garis skala 1 :

5.000.

Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran trase

saluran adalah minimal 2 (buah) benchmark yang sudah dipasang

pada saat pengukuran situasi skala 1 : 5.000 dan minimal 1 (satu)

buah koordinat (x,y) titik tetap Bakosurtanal orde 0 atau orde 1

sedangkan pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap

Bakosurtanal.

2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA

PIHAK PEMILIK PEKERJAAN

1) Tiga kopi (cetakan) dan satu set negatif dan gambar-gambar dan

dalam bentuk VCD atau DVD berikut :

Peta situasi rencana trase saluran yang dilengkapi dengan garis-garis

tinggi skala 1 : 2.000.

Gambar potongan melintang skala 1 : 200 ke arah horizontal dan

vertikal.

Gambar potongan memanjang rencana trase saluran skala 1 : 2.000

ke arah horizontal dan 1 : 200 ke arah vertikal.

2) Semua eksemplar asli dan satu set fotokopi semua hasil pekerjaan

pengukuran, perhitungan diberi indeks, di jilid dan dilengkapi dengan

keterangan/referensi dalam bentuk VCD atau DVD.

3) Daftar koordinat dari patok beton yang di buat, lengkap dengan data-

data titik ikat Bakosurtanal.

4) Gambaran letak titik-titik Benchmark secara lengkap termasuk elevasi,

koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto dari 4 (empat) penjuru angin

dan 1 (satu) dari atas.

5) Tiga salinan laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan, proses

serta hasilnya, laporan tersebut harus merinci metode sebenarnya

yang digunakan, ketelitian sebenarnya yang diperoleh dan kesulitan-

kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada seluruh tahap

pekerjaan, laporan itu meliputi diagram-diagram jaring poligon dan

sifat-sifat dasar serta penjelasan mengenai semua titik-titik tetap dan

titik-titik koordinat, laporan tersebut tidak boleh semata-mata

mengulangi isi ketentuan teknis tetapi harus benar-benar berdasarkan

hasil pelaksanaan pekerjaan.

3. TITIK KONTROL TANAH

Titik kontrol tanah dalam bentuk tugu sebagai benchmark untuk

menyimpan data koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang digunakan untuk

kepentingan pembangunan irigasi dan kontrol pemetaan, ketentuannya

mengikuti dibawah ini :

3.1 Ketentuan Umum Pemasangan Benchmark

1) Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan

pada titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal dan Benchmark skala

1 : 5.000.

2) Kerapatan setiap satu titik benchmark setiap jarak 2,5 km di

sepanjang jalur as trase saluran, ketepatan dari titik tersebut harus

memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

3) Benchmark dalam bentuk tugu harus mencakup sepanjang rencana

trase saluran yang akan dipetakan dan sebagai kontrol perimeter,

sebagai catatan jumlah keseluruhan dari titik-titik tetap tersebut dapat

melebihi jumlah yang telah dihitung dari daerah nominal yang akan

dipetakan, pemasangan benchmark di pasang lebih dulu sebelum

pekerjaan lapangan dimulai.

4) Bila trase saluran memotong sungai atau lembah yang lebar maka

akan dipasang benchmark-benchmark sementara di kedua sisi sungai

atau lembah, jauhnya paling tidak 25,0 meter dari tepi dan bila trase

saluran memotong sungai atau lembah yang lebih kecil maka hanya

satu benchmark sementara saja yang akan dipasang dengan sebuah

penanda azimut didekatnya jika tidak ada penanda azimut atau

benchmark lain yang langsung kelihatan.

3.2 Pemasangan Benchmark

1) Benchmark yang harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar

dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm,

benchmark besar dan kecil di pasang dengan jarak antara 100-150 m,

harus kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk

pengikatan azimut matahari, konstruksi penanda azimut akan dibuat

pada titik pertama di sepanjang jalur rencana trase saluran, jenis

konstruksi untuk penanda azimut terserah pada pelaksana pekerjaan

tetapi sebelumnya harus diperlihatkan untuk kemudian disetujui oleh

pihak pemilik pekerjaan.

2) Bilamana mungkin benchmark tersebut harus ditempatkan sesuai

dengan kriteria berikut :

Benchmark ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan

didaerah rawa atau sawah).

Benchmark dan tanda lapangan dipasang paling sedikit 10 meter dari

pinggir jalan dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan.

Benchmark ini akan ditempatkan di sekitar jalur saluran irigasi dan

pembuang yang sudah ada atau yang baru diusulkan.

3) Semua harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat pemasangan

antara lain mencakup :

Sketsa ukuran (penampang melintang) benchmark yang dibuat.

Lima foto untuk setiap benchmark yang sudah jadi di lengkapi dengan

pelat nomor dan baut kuningannya, empat buah foto dari empat mata

angin satu buah foto dari atas lengkap dengan daerah sekitarnya.

Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada di

sekitar benchmark dan lokasi penanda azimut (azimut mark).

Sketsa gambaran umum lokasi, lengkap dengan deskripsi pendekatan

ke sekitar titik tetap.

4) Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir yang sama

dengan benchmark atau dalam formulir lain, menurut keinginan

pelaksana pekerjaan.

5) Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila

perhitungannya sudah tuntas.

6) Titik-titik koordinat selain benchmark atau penanda azimut dibuat dari

patok kayu yang kuat, ukuran panjang sekurang-kurangnya 50 cm

dengan penampang melintang 5 x 5 cm, dipasang sedemikian rupa

sehingga patok-patok tersebut dapat bertahan selama pengukuran

(sekurang-kurangnya 6 bulan), tanah yang lebih lunak membutuhkan

patok-patok yang lebih panjang, patok-patok tersebut harus muncul ±

10 cm dari permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik

yang tepat mudah ditemukan, letak titik itu harus diperlihatkan

dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak

lebih dari 3,0 meter, nomor titik ditulis pada patok yang dicat merah.

4. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN SISTEM

KONTUR

Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan

untuk memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta situasi

rencana trase saluran skala 1 : 2.000 dan Skala 1 : 5.000, alat ukur yang

digunakan Total Station (x,y) dan level automatic atau automatic digital

(z), seluruh benchmark harus diukur koordinat (x,y) maupun tinggi (z).

Ketentuan pengukuran dengan menggunakan alat Total Station dan level

automatic atau level automatic digital sebagai berkut :

4.1. Pengamatan GPS

1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model

digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2

ppm(V)

2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double

Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid

static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)

atau dual frekuensi (L1 + L2)

3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :

Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar

Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8

Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari

Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang

Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline

Panjang

Baseline

(km)

Metoda

Pengam

atan

Lama

Pengamat

an(L1)

Lama Pengamatan(L1+L2)

0 – 5 Statis

singkat

30 menit 15 menit

5 – 10 Statik

singkat

60 menit 30 menit

10 – 30 Statik 90 menit 60 menit

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model

penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara

dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan

terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan

data dengan kecepatan dan epoh yang sama.

5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin

dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4

(empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas)

detik.

6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS

yang berbeda dalam satu session.

7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua) session.

8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15

derajat.

9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di

simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

4.1.1. Reduksi Baseline

1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan

persyaratan strenght of figure yaitu :

a. Statistik reduksi baseline

Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari

komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh

software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :

σN ≤ σM

σE ≤ σM

σH ≤ 2σM

dimana σM = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline

b. Baseline yang diamati 2(dua) kali

- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda

lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh

berbeda lebih dari 0.06 m.

- Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda

lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh

berbeda lebih dari 0,10 m

2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan

software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software

atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik

3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam

reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.

4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

troposfer untuk semua data pengamatan.

5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus

digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase

single tidak dapat dipecahkan.

4.1.2. Perataan Jaring

1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan

dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah

dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah

bereputasi baik.

2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan

- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah

perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti

bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang

digunakan).

- Daftar koordinat hasil perataan.

- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-

komponen hasil pengamatan.

- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika

ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.

- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

4.1.3 Analisa

1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :

- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian

keseragaman)

- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk

menilai konsistensi data)

- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih

tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas

3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam

system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.

4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran

undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar

lokasi.

4.2 Pengukuran Poligon

1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang

mempunyai ketelitian 5” dengan kemampuan memory minimal 15.000

titik.

2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring

terbuka dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal

dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus sepanjang

mungkin dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti yang diuraikan

di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan.

3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut

awal dan azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling

berhubungan dengan titik tetap yang lainnya.

4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari,

jika titk-titik tetap yang sudah tidak ada dan/atau pada interval 25

titik di sepanjang masing-masing poligon.

5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh

hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang

melalui daerah sawah harus di ikuti secara hati-hati untuk

menghindari lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada

pematang-pematang yang tidak stabil.

6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan

diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan

diperiksa apabila melebihi 1’ (satu menit), pelaksana pekerjaan harus

menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan

penyesuaian peralatan yang dilakukan.

7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1” (satu detik ) dan

dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.

8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat

melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah

kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap

tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja

yang berpindah/berubah.

9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari

berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang

sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat

yang sama.

10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa

dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian

dilakukan bilamana perlu.

11) Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-

baiknya, pengukuran sudut horizontal dan jarak dilakukan minimum 1

(satu) kali pengamatan dengan jumlah urutan pembacaan sebagai

berikut :

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang.

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan.

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan.

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang

12) Ketelitian pengukuran poligon :

Semua hasil pengamatan di reduksi di lapangan jika perbedaan antara

keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5”, maka

harus dilakukan pengukuran ulang.

Toleransi untuk kesalahan penutup pada azimut matahari harus 10”

√n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya masih

berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan dengan

azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka azimut

dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang.

Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1

: 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek

untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau

bagian tidak lebih dari satu meter.

4.3 Pengukuran Azimut Matahari

1) Untuk menentukan arah rencana trase saluran dilakukan Azimut

matahari yang diamati pagi dan sore hari, masing-masing sedikitnya 3

(tiga) kali pengamatan, dalam satu seri tidak boleh lebih dari 30”.

2) Pengamatan dilakukan sebagai berikut :

Bidik kiri (target).

Bidik kiri (matahari).

Bidik kanan (matahari).

Bidik kanan (target)

Seri ini merupakan satu kali pengamatan.

3) Pembacaan sudut horizontal pada pengamatan azimut matahari harus

diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat, koreksi ini

sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan

gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit di

lengkapi dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran

vertikal pada sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik.

4) Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan

pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus

diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian

matahari.

Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar

dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi

matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan

tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah

400.

Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk

keperluan koreksi refraksi.

Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam

tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda

waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan

tabel refraksi.

5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka

bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 20°,

tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti.

4.4 Pengukuran Sipat Datar

1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic

atau level automatic digital.

2) Sistem patok benchmark sudah terpasang sebelum dilakukan

pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark yang

dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu

yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat

sipat datar digital atau non digital

4) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari

dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara

sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari

perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat

ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran di

saat alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus

dilakukan apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo

kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara

teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap

mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah

dilakukan.

5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap

pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).

Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar

rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau

carpenters level (penempatannya harus juga dicek).

6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak

boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.

Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk

menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan

pembidikan silang (intermediate sight).

7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas

bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.

8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian

dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu

pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga

rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik

tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.

9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan

rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,

bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi ∆h (+ dan -) harus

dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka

harus sama dengan hasil beda tinggi (∆h), hanya merupakan

pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak

terlihat karena data yang tidak benar.

10) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian

pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus

ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.

11) Ketelitian sipat datar sebagai berkut :

Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring terbuka yang

terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan

pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi

harus kurang dari 10√k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar

benchmark tersebut.

4.5 Pengukuran Situasi Rencana Trase Saluran

1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi trase saluran akan dilakukan

dengan metode potongan melintang sedangkan detail-detail yang ada

di antara potongan-potongan melintang akan ditentukan dengan

pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat digambarkan

dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran kontur.

2) Semua jarak diukur langsung di lapangan dengan menggunakan alat

total station.

3) Jarak antara potongan melintang yang akan diambil tegak lurus

terhadap as saluran adalah sekitar 50,0 meter untuk saluran lurus dan

25,0 meter untuk potongan saluran melengkung, atau menurut

petunjuk pemilik pekerjaan.

4) Letak potongan-potongan melintang akan ditetapkan dengan

menggunakan patok-patok kayu seperti dijelaskan di atas, poligon

(garis kerangka peta situasi trase saluran) yang terbentuk oleh patok-

patok itu, akan sedekat mungkin mengikuti trase saluran yang

ditunjukkan yang ditandai pada peta skala 1 : 5.000.

5) Poligon harus tertutup terhadap titik terdekat yang sudah ditetapkan

(benchmark atau penanda azimut) guna mencek ketelitian.

6) Potongan melintang yang akan diukur akan membentang sedikit-

dikitnya 75.0 meter di kedua sisi as saluran atau mengikuti petunjuk

dari pemilik pekerjaan.

7) Semua jalan air berapapun ukurannya (saluran, pembuang, parit-parit

di sawah) akan diamati termasuk lebar dasar, elevasi dan arah aliran .

8) Semua tampakan seperti rumah-rumah, fasilitas, jalan, jembatan,

gorong-gorong, pagar, patok beton dan vegetasi (jenis dan

kerapatannya) akan dicatat.

9) Bahan-bahan khusus yang dijumpai di permukaan tanah, seperti

batuan, rawa-rawa, tanah longsor dan sebagainya harus dicatat.

10) Ketinggian-ketinggian potongan melintang akan dicatat dalam

software total station.

4.5.1 Pengukuran Situasi Lokasi Khusus

Pengukuran situasi lokasi khusus maksudnya adalah

lokasi trase saluran yang memotong sungai atau

lembah dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Lokasi khusus sebagaimana ditunjukkan pada peta skala 1 : 5.000 di

mana trase saluran memotong sungai atau lembah yang lebar, alur

saluran akan diukur dengan potongan melintang dari jarak 500 meter

ke hulu sampai 500 meter ke hilir dari titik potong, potongan

melintang ini akan dibuat 10,0 meter jauhnya.

2) Bila trase saluran memotong sungai atau lembah yang kecil maka alur

saluran akan diukur dengan potongan melintang dari jarak 100 meter

ke hulu sampai 100 meter ke hilir dari titik potong, potongan

melintang ini akan dibuat 10,0 meter jauhnya.

3) Detail-detail berikut akan ditentukan dan dicatat :

Elevasi maksimum banjir.

Tinggi normal permukaan air dan tanggal pencatatan.

Sifat-sifat bahan tanah di dasar dan pinggir sungai atau lembah

Tumbuhan atau tanaman yang punya nilai tinggi

4) Ketinggian-ketinggian di dalam potongan melintang akan dicatat

dalam software total station.

5) Ketelitian titik-titik tinggi potongan melintang akan ditentukan

sebagaimana diuraikan bawah.

4.5.2 Pengukuran Titik Rincik (Detail) Antara Potongan

Melintang

1) Titik-titik tinggi di antara potongan-potongan melintang akan dicatat

sebagai berikut:

Posisi tinggi diukur dengan cara tacheometri.

Posisi titik dan jarak langsung terukur dengan software alat total

station dan dicatat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik

rincik, misalnya sawah, kampung, tanggul jalan (bagian atas atau

bawah), dasar sungai.

Jarak ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 100 m.

Cara tacheometri hanya dapat dipakai untuk penentuan tinggi titik

rincik di daerah curam dan hanya atas persetujuan pemilik pekerjaan.

Daerah landai titik-titik tinggi akan diambil dengan beda tinggi

maksimum 0,25 meter atau pada setiap 20 meter di lapangan mana

saja yang lebih segera dapat dicapai.

Daerah yang tidak teratur misalnya di daerah berbukit-bukit,

perbatasan kampung, lembah dan semacamnya, titik-titik tinggi

dengan jarak yang lebih pendek agar bisa diperoleh gambar yang

lebih jelas dengan situasi lengkap di daerah ini.

2) Pada umumnya titik-titik tinggi akan diberikan di semua lokasi di

mana kemiringan bisa berubah dan di tempat-tempat di mana bisa

terjadi perubahan ketinggian secara mendadak.

3) Pada daerah sawah titik rincik ketinggian harus ada pada setiap sawah

tersebut yang kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m, untuk daerah

pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik kira-kira 75

m, untuk daerah sawah yang kering rambu ukur harus ditempatkan

tepat ditengah, untuk daerah sawah basah rambu ukur boleh

ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu ukur

tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut tetapi

diletakkan setinggi permukaan tanah sawah dan harus dilakukan

dengan hati-hati.

4) Lokasi dari titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan

antara kampung dan sawah, satu titik pada sawah yang lainnya di

kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut

harus ditempatkan satu titik pada jalan dan titik lainnya pada kedua

sisi sawah.

5) Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar dari lembah-lembah

baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada

punggung bukit serta pada titik-titik bukit yang teratas.

6) Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di

lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan-

perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang

diperlihatkan dalam peta.

4.5.3 Ketelitian Pengukuran Titik Rincik

1) Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa

ketelitiannya sebelum meninggalkan lapangan.

2) Ketinggian relatif tinggi titik rincik harus memenuhi ketelitian ± 5 cm.

3) Harga tinggi titik rincik dihitung sampai dengan sentimeter terdekat,

posisi titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari

harga ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan

tanda panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor

lokasi sebelumnya.

4) Semua titik rincik diberi nomor yang jelas sehingga pemeriksaan yang

dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada tahap berikutnya

akan lebih mudah.

4.6 Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Hasil Pengamatan di

Lapangan

Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di

lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini :

4.6.1 Pencatatan

1) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM,

tinggi (z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan

perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk

apa saja yang berlaku di Indonesia.

2) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan

dengan menggunakan software dari distributor alat alat merk apa saja

dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.

3) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar

pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut

nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga penjelasan-

penjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan tekanan

udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda tangan

pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.

4) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan

kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang

telah diulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas

sehingga bisa saling dicocokkan.

4.6.2 Reduksi

1) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik

dan diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan,

reduksi koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat,

dan koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.

2) Pengamatan di lapangan perlu di reduksi setiap harinya lalu

ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana

pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi

nomor referensi agar mudah di cari bilamana diperlukan dikemudian

hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh

dibawa ke lapangan lagi.

4.6.3 Pemrosesan Data

1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah

pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian.

2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :

Pengecekan hasil penghitungan koordinat.

Pengecekan penutup koordinat tertutup.

Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.

Penyesuaian kesalahan koordinat.

Penghitungan dari ∆x dan ∆y untuk mencek hasil planimetrik.

3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :

Pemeriksaan hasil hitungan dari ∑ Bacaan belakang, ∑ Bacaan muka,

∑ Perbedaan tinggi (∆h).

Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) .

Perhitungan dari tiap loop/kring.

Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar

memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan

rincik ketinggian nantinya.

4) Perhitungan blok-blok pengukuran lapangan harus disesuaikan dengan

batas-batas trianggulasi udara, hal ini dimaksudkan untuk

menghindari kelambatan pada tahapan selanjutnya.

5) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil

pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor

pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.

6) Penyesuaian planimetri harus dihitung mencakup seluruh titik-titik

trianggulasi yang ada di lapangan.

7) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini berarti

bahwa koreksi dalam koordinat simpangan timur (easting) sama

dengan:

salah-penutup dalam simpangan timur

--------------------------------------------------- x jarak akumulasi

jumlah jarak poligon seluruhnya

Hal yang sama berlaku untuk simpangan utara.

8) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang

didaftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan

dalam bentuk VCD atau DVD untuk mendapatkan persetujuan

sementara.

Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark.

Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol

atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama

dengan jumlah titik dalam setiap seksi.

Kesalahan penutup linier ∆x, ∆y dari setiap loop atau jalur koordinat

antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih

dengan jumlah titik.

Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai

lagi.

5. PENGGAMBARAN PETA RENCANA TRASE SALURAN SKALA

1 : 2.000

Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang

dikeluarkan dari distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti

ketentuan dibawah ini :

5.1 Peta Situasl Rencana Trase Saluran

1) Secara umum kemiringan untuk situasi trase saluran akan ditunjukkan

dengan interpolasi kontur 0,5 meter.

2) Untuk mencegah terlalu padat garis kontur pada detail peta situasi

trase yang mengakibatkan kekurangjelasan dan agar bentuk

permukaan tanah tetap tergambarkan dengan memadai, tabel berikut

ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan interval garis kontur :

Kemiringan Interval

0 - 2 %

2 - 5 %

5 – 20 %

Lebih curam dari 20 %

0.5 m

1.0 m

2.0 m

10.0 m

3) Indeks kontur harus ada pada interval 10 m pada semua hal kecuali di

mana keseluruhan pemetaan harus digambarkan dengan kontur 0,5

dan 1,0 m maka indeks kontur harus ada pada interval 5 m.

4) Kriteria yang diberikan hanya merupakan panduan saja, tujuannya

adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh lembar

peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal), walaupun demikian

perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam hal

adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah tetapi

tidak dalam hal perubahan kemiringan setempat.

5) Semua garis kontur harus benar sesuai dengan ketentuan dalam

penarikan interval kontur, dan sekurang-kurangnya 85% dari semua

kontur harus mempunyai harga yang sesuai dengan harga ½

(setengah) interval kontur apabila dicek berdasarkan hasil pengukuran

lapangan dengan alat ukur sipat datar yang diikatkan dari kontrol titik

tetap (benchmark) yang terdekat, semua kontur tersebut harus masuk

toleransi dengan pergeseran dalam perubahan posisi vertikalnya yang

telah diplot tidak lebih dari 0,5 milimeter atau 1/10 jarak mendatar

antara kontur tersebut dan dimana saja di dalam skala peta yang

dianggap lebih besar dapat diterima.

6) Apabila ada 2 (dua) kontur atau lebih yang berdekatan dan hampir

berimpit (misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran)

kontur digambarkan dengan garis putus-putus .

7) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas

dicantumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai

datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.

8) Titik rincik harus digambar selambat-lambatnya sebelum

penggambaran halus garis kontur dan sebelum dilakukan interpolasi

garis kontur atau editing.

9) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak

titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika

bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat

ditulis di sebelahnya.

10) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm

kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga

garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis

kontur.

11) Harga-harga garis kontur dituliskan dengan arah dari puncak ke

lereng, secara kasar untuk pengarahan, diperlihatkan sebagai berikut

:

Benar Benar salah

29 32 28

30 31 29

31 30 30

32 29 31

Benar Benar salah

indek kontur0.5m kontur

1m kontur

12) Garis kontur harus berhenti pada jalan-jalan raya dan sungai-sungai

besar, dalam hal ini garis kontur tidak boleh digambarkan memotong

sungai tetapi harus berhenti pada salah satu tebing sungai dan

selanjutnya bersambung pada tebing sungai yang di seberang lainnya.

5.2 Penulisan Nama, Benchmark, Grid

1) Nama-nama sungai, kampung, gunung dsb, ditulis pada peta dengan

ukuran huruf tersebut adalah sbb :

Kampung dengan ukuran 0,3 mm.

Sungai ukuran huruf seimbang dengan lebar sungai, aliran sungai

harus digambarkan dengan tanda panah.

Nama ditulis dengan huruf besar tiap awal tulisan, contoh : Tanah

Merah, bukan TANAH MERAH.

2) Benchmark ditulis dengan cara di atas ukurannya 2 mm, dapat dilihat

bentuknya sbb:

3m m

2m m

2m m

N om or p ilar (BM )

T inggi p ilar (BM )

TR 24

42.76

Posisi benchmark harus dicek pada deskripsi lapangan dari titik

tersebut untuk memastikan bahwa pengeplotan yang dilakukan sesuai

dengan detail sekelilingnya, titik-titik tetap yang ada juga diplot

dengan cara yang sama tetapi simbolnya berbentuk segitiga.

3) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis

silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis

di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan

pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang

250 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan

tinggi tulisan 2,5 mm.

3) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis,

peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut

standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan

simbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan.

5.3 Peta Situasi Lokasi Khusus

Dimensi peta, blok judul dan tebal garis akan sesuai dengan standar

yang sudah diberikan oleh pemilik pekerjaan.

Simbol-simbol standar situasi, titik duga (datum) yang dipakai untuk

kontrol horizontal dan vertikal serta data-data teknis yang lain akan

diperlihatkan pada lembar peta.

Pada tiap lembar set peta akan menunjukkan peta petunjuk lembar.

Pada gambar-gambar tersebut aliran saluran akan diarahkan dari kiri

ke kanan.

Garis hubung untuk lembar di sebelahnya dari masing-masing peta

adalah berupa garis koordinat, tanpa pertampalan (overlap).

Semua titik-titik poligon akan diplot dengan koordinat sebelum

memplot penunjuk ketinggian.

Semua benchmark akan ditunjukkan dalam semua gambar yang

bersangkutan dengan perencanaan, deskripsi dan elevasi.

Garis-garis kontur situasi akan digambar dengan Autocad ukuran A-1.

Peta-peta itu akan memperlihatkan semua tampakan (feature) buatan

yang biasanya ditunjukkan pada peta-peta situasi, tampakan-

tampakan ini termasuk (tetapi tidak perlu dibatasi sampai pada) hal-

hal berikut :

batas-batas dan jenis pengolahan tanah, padang rumput, hutan,

hutan belantara dan rawa- rawa.

jalan-jalan, saluran, parit-parit sawah dan bangunan-bangunan yang

ada.

batas-batas desa, kelompok rumah, termasuk elevasi tanah desa.

elevasi banjir besar.

batu singkapan, daerah-daerah berpasir atau berbatu-batu.

interval kontur akan diatur seperti telah diuraikan di atas.

Peta situasi saluran akan selalu digambar terpisah dari peta situasi

umum dengan skala 1 : 2.000.

Peta peta lokasi khusus akan dibuat dengan aliran saluran dari kiri ke

kanan, skala peta akan dibuat 1 : 100, 1 : 200 atau 1 : 500 agar

seluruh daerah yang diukur bisa diliput dalam satu lembar peta.

Interval kontur adalah 0,25 m untuk skala 1 : 100 dan 1 : 200, dan

0,50/0,25 meter untuk skala 1 : 500.

5.4 Peta Potongan Melintang

Pada gambar-gambar tersebut menunjukkan

potongan-potongan melintang sebagai berikut :

nomor masing-masing potongan melintang.

semua titik-titik tinggi potongan melintang yang berhasil diamati di

lapangan serta jarak antara titik-titik itu.

sebuah garis vertikal yang menunjukkan titik potong as dan potongan

melintang saluran, jika dalam satu gambar dijumpai beberapa as

sekaligus dalam potongan melintang, maka as-as itu akan digambar

ke arah vertikal, satu di atas yang lain.

potongan-potongan melintang akan digambar menghadap ke arah

aliran hilir.

potongan-potongan melintang akan digambar dengan skala 1 : 200

atau 1 : 100 ke arah horizontal dan vertikal.

5.5 Peta Potongan Memanjang

1) Peta situasi saluran dan potongan memanjang bentang saluran yang

sama yang mengalir dari kiri ke kanan akan di gambar pada lembar

yang sama.

2) Panjang potongan memanjang adalah panjang total trase saluran

sebagaimana ditetapkan di lapangan.

3) Bila potongan memanjang dan dengan demikian juga peta situasi

saluran harus digambar pada beberapa lembar kertas maka jarak

akumulasi (chainage) akan diteruskan pada setiap lembar berikutnya,

jarak akumulasi dalam kilometer dengan dua desimal, dimulai dari

pengambilan di dekat bendung untuk saluran primer atau di bangunan

sadap dari saluran primer untuk saluran sekunder.

4) Pada gambar itu, yang memperlihatkan potongan memanjang

saluran, hal-hal berikut akan ditunjukkan :

nomor-nomor potongan melintang.

jarak antara potongan-potongan melintang dan jarak akumulasi

bentang saluran.

elevasi tanah pada titik potong trase saluran dan potongan melintang.

skala untuk potongan-potongan memanjang adalah 1 : 2.000 ke arah

horizontal dan 1 : 200 ke arah vertikal, atau 1 : 100 ke arah vertikal,

menurut pengarahan dari pihak pemilik pekerjaan.

6. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN SISTEM IP

Metoda pengukuran trase saluran sistem IP

menunjukkan trase saluran tersebut sudah ada kepastian

arah trase saluran sehingga ada kepastian dimana lokasi

benchmark harus dipasang, sedangkan pengukuran

poligon, sipat datar, azimut matahari, potongan

memanjang, potongan melintang, dan penggambaran

sama dengan ketentuan metoda pengukuran trase

sistem kontur.

6.1 Pemasangan Benchmark dan Patok Kayu

1) Sepanjang jalur trase akan dipasang 3 (tiga) macam benchmark yaitu

benchmark A, B dan C dimana benchmark tersebut diberi warna untuk

membedakan satu dan lainnya Benchmark A diberi warna merah, B

warna putih dan C warna kuning.

2) Benchmark A dipasang pada ujung awal, ujung akhir, dan tiap jarak

2,5 km dari trase saluran.

3) Benchmark C dipasang pada ujung awal, ujung akhir, dan tiap jarak 5

km dari trase saluran.

4) Benchmark A dan C digunakan untuk pengamatan azimut matahari,

benchmark C sebagai target azimut sisi poligon, jarak antara

benchmark A dan C sekitar 100 m-150 m dan trase C harus terlihat

dari benchmark A.

5) Benchmark B juga dipasang pada lokasi titik potong (IP) final.

6) Benchmark B dipasang pada (sekitar) lokasi bangunan dan benchmark

C sebagai penanda azimutnya.

7) Benchmark A dan C dipasang ± 50 m dari sumbu trase saluran kecuali

benchmark B untuk IP.

8) Lokasi benchmark pada trase harus dicantumkan juga pada peta 1 :

5.000.

9) Tiap benchmark harus dibuat sketsa lokasinya dan difoto dalam 5

(lima) posisi yaitu 4 (empat) posisi mata angin dan 1 (satu) dari atas.

10) Agar mudah di kenal dari jauh, maka patok-patok kayu yang dipasang

sepanjang trase saluran diberi warna sebagai berikut :

Merah untuk patok-patok profil tiap jarak 50 m dan patok-patok pada

lengkungan.

Putih untuk patok-patok poligon sementara.

Kuning untuk patok-patok sipat datar sementara

Ukuran kayu 5 cm x 5 cm x 40 cm, ditanam sedalam

30 cm dan 10 cm muncul di atas permukaan tanah.

6.2 Penyelusuran Trase Saluran

1) Penelusuran dan pemasangan patok IP (sementara) dilakukan oleh

tenaga-tenaga perencanaan dan pengukuran.

2) Penelusuran dan pemasangan patok IP (sementara) berdasarkan tata

letak pendahuluan saluran di atas peta skala 1 : 5.000.

3) Lokasi IP (sementara) dilapangan dinyatakan dengan patok kayu

berwarna putih.

4) Lokasi IP (final) dilapangan dinyatakan dengan pilar beton

(benchmark) tipe B warna putih.

5) Pelaksana pekerjaan harus melakukan pengukuran tambahan

seandainya ada instruksi dari Perencana.

(UNTUK PEKERJAAN PENGUKURAN POLIGON, SIPAT

DATAR, AZIMUT MATAHARI KETENTUANNYA SAMA

SEPERTI DI ATAS)

6.3 Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang

1) Pengukuran penampang melintang dilakukan tiap interval jarak 50

meter (untuk jarak trase lurus).

2) Untuk trase yang berbelok dilakukan tiap interval lebih kecil dari

ketentuan tersebut di atas dengan memperhatikan busur

kelengkungannya yaitu tiap 25 meter.

3) Bila trase saluran melintas (memotong) sungai besar, lembah besar,

maka harus dibuat penampang melintang dan memanjang

sungai/lembah tersebut dengan ketentuan :

Penampang melintang dibuat 200 m ke udik dan 200 m ke hilir dari

pertemuan tersebut.

Penampang melintang tiap 50 m untuk bagian yang lurus dan 25 m

untuk bagian yang berbelok-belok dengan lebar 75 m ke kiri dan 75 m

ke kanan dari tepi saluran.

Penampang memanjang skala jarak 1 : 2.000 dan skala tinggi1 : 200

Penampang melintang, skala jarak 1 : 200 dan skala tinggi1 : 200

4) Bila trase saluran memotong sungai/lembah kecil, maka harus dibuat :

Penampang melintang 100 m ke udik dan 100 m ke hilir.

Penampang melintang dibuat tiap 25 meter untuk bagian yang lurus

dan untuk belokan harus ditambah pada belokannya.

Skala seperti di atas.

5) Setiap perubahan elevasi tanah harus diambil sebagai titik detail untuk

penampang melintang/memanjang.

Pengukuran penampang melintang saluran adalah tegak lurus trase

dengan lebar 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan (sudut profil melintang

harus diukur).

Jarak-jarak penampang melintang diambil secara optis dengan

membaca ketiga benang pada alat ukur, yaitu benang atas, benang

tengah dan benang bawah atau dengan pita ukur baja sampai

pembacaan dalam sentimeter.

Sketsa dari pengukuran harus dibuat dengan rapih dan jelas, untuk

memudahkan penggambaran.

(KETENTUAN PENGGAMBARAN SAMA SEPERTI DIATAS)

7. METODA PENGUKURAN RENCANA TRASE SALURAN TERSIER

Pengukran trase tersier dilaksanakan setelah tata letak jaringan tersier telah disetujui oleh pemilik pekerjaan sehingga trase saluran tersier sudah ada kepastian arah dan jarak, tidak diperlukan pemasangan benchmark baru tetapi menggunakan benchmark yang ada sepanjang jaringan utama dan sekunder.

7.1 Pengukuran Poligon

Sudut horizontal pada setiap titik poligon harus di ukur dengan alat

yang mempunyai ketelitian di atas 1’.

Jarak antar patok kayu adalah 50 m dan harus diukur sekurang-

kurangnya dua kali dengan pita ukur, metode spring station tidak

diperbolehkan.

Setiap boks kuarter atau tersier harus merupakan titik poligon.

Pengamatan matahari untuk kontrol azimut harus dilakukan setiap 50

titik poligon.

Untuk pembacaan sudut akan dipakai metode pembacaan satu seri.

Pengukuran poligon mulai dari bangunan yang sudah ada atau yang

baru direncana dan mengikuti arah aliran air.

Pengukuran poligon mulai dan berakhir pada titik kontrol, dan harus

diplot untuk menggambarkan trase saluran.

Ketelitian sudut adalah 2,5√N, dimana N = jumlah sudut. Ketelitian

linier adalah 1/1.000.

Jika ternyata gambarnya berbeda dari tata letak akhir (definitive)

yang telah di buat sebelumnya, maka harus dilakukan pengukuran

ulang.

7.2 Pengukuran Sipat Datar

Bila trase saluran yang akan diukur adalah trase baru maka elevasi

bagian atas patok kayu dan elevasi tanah harus langsung di ukur sipat

datar.

Elevasi bagian atas setiap patok (5 cm) harus diukur sekurang-

kurangnya dua kali dengan pengukuran sipat datar.

Sipat datar harus di ukur dua kali dengan arah yang berlawanan.

Kesalahan penutup dalam penyipatan datar yang telah disebutkan di

atas harus kurang dari kesalahan yang diizinkan dan diperkirakan,

kesalahan yang diizinkan (mm) = 10 mm √D dimana D = jarak total

penyipatan datar ( km).

Jika trase saluran yang baru bertepatan dengan trase saluran yang

sudah ada maka elevasi patok, dasar saluran dan tinggi tanggul kanan

dan kiri harus diukur.

Jika trase saluran yang baru bertepatan dengan tanggul sawah, maka

permukaan tanah yang harus diukur adalah yang lebih tinggi.

Penyipatan datar harus mulai dan berakhir pada titik kontrol.

7.3 Pengukuran Potongan Melintang dan Memanjang

Alat yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah automatic level .

Pengukuran potongan melintang harus dilakukan di setiap titik dengan

lebar minimum 7,5 meter untuk masing-masing sisi as saluran.

Lebar pengukuran harus ditambah di tempat-tempat tertentu jika hal

ini dikehendaki oleh pemilik pekerjaan.

Untuk pengukuran ini, dapat dipakai metode stadia (stadia surveying

method) atau menggunakan pita ukur.

Pada lokasi bangunan harus dilakukan pengukuran potongan

melintang.

Potongan melintang harus dibuat setiap jarak 50 m dan untuk daerah

berkelok-kelok setiap jarak 25 m.

Sketsa relief lapangan harus dicatat dalam buku ukur pada waktu

melakukan pengukuran potongan melintang.

7.4 Pengukuran Rencana Trase Saluran Tersier

Lebar trase saluran yang diukur minimum 7,5 m dengan skala 1 :

2.000 dan interval garis-garis kontur 0,5 m.

Trase harus sejauh mungkin mengikuti tanggul sawah.

Sketsa kondisi lapangan harus dicatat dalam buku ukur pada waktu

dilakukan pengukuran topografi.

Untuk menghindari kekeliruan trase saluran, gambar-gambar

pengukuran situasi harus cocok dengan tata letak akhir.

Tanggul, jalan dan sebagainya harus di ukur jika di lewati oleh trase

saluran.

7.5 Perhitungan dan Penggambaran

Perhitungan dilaksanakan sebagai dasar penggambaran di samping untuk

memeriksa ketelitian pengamatan dengan ketentuan sebagai berikut :

7.5.1 Perhitungan

Koordinat masing-masing titik potongan harus di ukur dengan system

proyeksi seperti peta dasar skala 1 : 2.000, perhitungan dilakukan

dengan metode Bowdich.

Kontrol horizontal akan mencakup :

Sudut rata-rata dan jarak rata-rata aritmatik metode stadia dan pita

ukur.

Cek penutup sudut untuk jaring-jaring tertutup (closed loop).

Cek azimut antara titik ikat atau azimut matahari.

Perataan kesalahan penutup.

Perhitungan ∆x, ∆y untuk mencek penutup planimetris.

Kontrol tinggi akan mencakup :

Cek perhitungan untuk ∑ bidikan ke belakang, ∑ bidikan ke muka, ∑

∆h.

Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara dua benchmark.

Perhitungan jaring-jaring (loop).

Seluruh titik poligon harus di hitung dengan proyeksi yang sama

dengan skala 1 : 2.000.

Konsultan boleh menggunakan system yang umum di pakai di daerah

setempat dengan seizin pemilik pekerjaan.

Koordinat-koordinat sistem proyeksi tidak boleh memakai metode

grafis.

Jarak dan tinggi tempat akan dihitung dengan metoda trigonometris

dan tacheometri.

7.5.2 Penggambaran

Konsep peta dan gambar harus di buat pada kertas millimeter yang

berkualitas baik.

Titik poligon di gambar dengan titik poligon koordinat bukan dengan

metode grafik kecuali untuk titik tinggi.

Jalur poligon dan kontrol vertikal harus di gambar pada peta.

Titik tinggi harus di plot pada peta hingga sentimeter.

Lembar indeks peta di gambar berdasarkan grid peta.

Pertampalan (overlap) peta adalah 5 cm.

Garis-garis kontur diplot dengan menginterpolasikan permukaan tanah

asli sawah bukan dari tanggul sawah.

Keterangan peta (legenda) harus sesuai dengan yang digunakan

dalam Buku Petunjuk Perencanaan Peta Tersier dari Direktorat Irigasi.

7.5.3 Penggambaran Situasi Rencana Trase Saluran Tersier

Peta situasi trase saluran tersier harus disetujui oleh pemilik

pekerjaan.

Peta topografi trase harus digambarkan pada kertas transparan stabil.

Jika mungkin peta tersier tercakup dalam satu lembar peta jika tidak

mungkin boleh beberapa lembar peta dengan pertampalan 5 cm.

Peta-peta dan gambar-gambar berikut dengan skalanya harus

diserahkan kepada pemilik pekerjaan

Peta topografi daerah irigasi dengan ketentuan sebagai berikut :

o daerah datar skala 1 : 2.000 dan interval garis kontur 0,25 m.

o daerah berbukit-bukit skala 1 : 200 dan interval garis kontur 0,50

m.

Peta topografi trase saluran dengan skala 1 : 2.000.

Gambar-gambar potongan memanjang dengan skala horizontal dan

vertikal 1 : 2.000.

S U B B A G I A N 4

PEMETAAN SITUASI SUNGAI DAN LOKASI BENDUNG

DAFTAR ISI

PEMETAAN SITUASI SUNGAI DAN LOKASI BENDUNG

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1 Umum

1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan

1.3 Basis Survei

2. HASIL DAN DATA YANG DISERAHKAN KEPADA PEMILIK PEKERJAAN

3. METODE PENGUKURAN SITUASI SUNGAI

3.1 Pemasangan Benchmark

3.2 Pengukuran Sudut Horizontal (Poligon)

3.3 Pengamatan Azimut Matahari

3.4 Pengukuran Sudut Vertikal

3.5 Pengukuran Sipat Datar

3.6 Pengukuran Ditil Sungai

3.6.1 Pengukuran Titik Detail Antara Penampang melintang

3.6.2 Ketelitian Titik Detail

3.7 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Data

3.7.1 Pencatatan

3.7.2 Reduksi

3.7.3 Pemrosesan

4. PENGGAMBARAN SITUASI SUNGAI

4.1 Peta Situasi Sungai

4.2 Penampang Melintang

4.3 Penampang Memanjang

5. METODE PENGUKURAN SITUASI LOKASI BENDUNG

5.1 Pemasangan Benchmark

5.2 Pengukurann Sudut Horizontal (Poligon), Azimut Matahari, Sudut

Vertikal, Sipat Datar

5.3 Pengukuran Detail Lokasi Bendung

5.4 Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Hasil Lapangan

6. PENGGAMBARAN SITUASI LOKASI BENDUNG

1. IKHTISAR PEKERJAAN

1.1 Umum

Pemetaan situasi sungai dilaksanakan minimal

sepanjang 2 (dua) km (satu km ke arah upstream dan

satu km ke arah downstream dari rencana bendung)

dengan skala 1 : 2.000 sedangkan pemetaan lokasi

bendung dilaksanakan minimal sepanjang 1 (satu) km

(0.5 km ke arah upstream dan 0.5 km ke arah

downstream dari rencana bendung) dengan skala 1 :

500, hal ini untuk menunjang perencanaan bendung

dan komponen lainnya.

Dalam hal ini data-data situasi sepanjang sungai dan

lokasi bendung dengan lebar kiri-kanan sungai yang

sudah ditentukan dan data-data situasi lokasi

bendung sehingga diperlukan koordinat(x,y) dan

tinggi(z) serta situasi lokasi yang memenuhi syarat

dengan ketelitian yang telah disetujui dalam

ketentuan teknis.

Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan personil

yang telah mendapat latihan dalam bidangnya serta

cukup berpengalaman dalam berbagai pekerjaan yang

diberikan sehingga dipelukan sertifikasi keahlian

termasuk manajer poyek yang mempunyai keahlian

manager proyek dipekerjakan selama masa kontrak

berlangsung.

Pelaksana pekerjaan harus dapat memberikan hasil

yang berkualitas sesuai dengan ketentuan teknis,

pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk

menjamin terpenuhinya ketentuan teknis yang telah

ditetapkan, bila ternyata ketentuan tidak terpenuhi

menurut penilaian pihak pemilik pekerjaan maka

pelaksana pekerjaan harus menanggung risiko

pengulangan pengukuran.

1.2 Ruang Lingkup Pekerjaan

Garis besar pengukuran dan penggambaran sungai terdiri dari :

Pemasangan Benchmark.

Pengukuran Poligon.

Pengukuran Azimut Matahari.

Pengukuran Sipat Datar.

Pengukuran Potongan Memanjang.

Pengukuran Potongan Melintang.

Pengukuran Situasi.

Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data.

Penggambaran.

Sedangkan garis besar pengukuran dan penggambaran lokasi bendung

terdiri dari :

Pemasangan Benchmark.

Pengukuran Poligon.

Pengukuran Azimut Matahari.

Pengukuran Sipat Datar.

Pengukuran Situasi.

Pencatatan, Reduksi, Pemrosesan Data.

Penggambaran.

1.3 Basis Survei

Peta yang dibutuhkan untuk menetapkan daerah pengukuran sungai dan

lokasi bendung adalah peta situasi teristris skala 1 : 5.000 atau peta

ortofoto digital skala 1 : 5.000 atau peta garis skala 1 : 5.000.

Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran trase saluran

adalah minimal 2 (buah) benchmark yang sudah dipasang pada saat

pengukuran situasi skala 1 : 5.000 dan minimal 1 (satu) buah koordinat

(x,y) titik tetap Bakosurtanal orde 0 atau orde 1 sedangkan pengukuran

tinggi (z) menggunakan titik tetap Bakosurtanal.

2. HASIL DAN DATA YANG HARUS DISERAHKAN KEPADA

PIHAK PEMILIK PEKERJAAN

1) Satu hardcopy gambar-gambar berikut :

Peta situasi sungai yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi skala

1 : 2.000.

Gambar-gambar melintang skala 1 : 200 ke arah horizontal dan

vertikal.

Gambar potongan memanjang sungai dengan skala 1 : 2.000 (ke arah

horizontal) dan 1 : 200 (ke arah vertikal).

Peta situasi lokasi bendung dengan garis-garis tinggi skala 1 : 500.

2) Semua eksemplar asli dan satu set softcopy dalam bentuk VCD/DVD

semua hasil pekerjaan observasi pengukuran dan perhitungan diberi

indeks, dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/referensi.

3) Hardcopy daftar koordinat dari patok beton yang dibuat, lengkap

dengan data-data titik referensi yang digunakan sebagai titik ikat.

4) Hardcopy gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk

elevasinya, koordinat-koordinat dan lima foto dari seluruh benchmark.

5) Tiga salinan/kopi laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan,

proses serta hasilnya. Laporan tersebut harus merinci metode

sebenarnya yang digunakan, ketepatan sebenarnya yang diperoleh,

dan kesulitan-kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada

seluruh tahap pekerjaan. Laporan itu meliputi diagram-diagram jaring

poligon dan sifat-sifat datar serta penjelasan mengenai semua titik-

titik tetap dan titik-titik koordinat. Laporan tersebut tidak boleh

semata-mata mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi harus

benar-benar berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan.

3. PENGUKURAN SITUASI SUNGAI

Pengukuran situasi sungai dilaksanakan menggunakan

alat Total Station yang dapat menyimpan data

dengan perlengkapan lainnya dan Automatic Level,

lebih disukai Automatic Level Digital, ketentuan setiap

tahap pekerjaan sebagai berikut :

3.1. Pengamatan GPS

1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model

digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2

ppm(V)

2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double

Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid

static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)

atau dual frekuensi (L1 + L2)

3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :

Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar

Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8

Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari

Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang

Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model

penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara

dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan

terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan

data dengan kecepatan dan epoh yang sama.

5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin

dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4

(empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas)

detik.

6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS

yang berbeda dalam satu session.

7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua) session.

8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15

derajat.

9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di

simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

Panjang

Baseline(km

)

Metoda

Pengamatan

Lama

Pengamatan(L

1)

Lama Pengamatan(L1+L2)

0 – 5 Statis

singkat

30 menit 15 menit

5 – 10 Statik

singkat

60 menit 30 menit

10 – 30 Statik 90 menit 60 menit

3.1.1. Reduksi Baseline

1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan

persyaratan strenght of figure yaitu

a. Statistik reduksi baseline

Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari

komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh

software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :

σN ≤ σM

σE ≤ σM

σH ≤ 2σM

dimana σM = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline

b. Baseline yang diamati 2(dua) kali

- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh

berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak

boleh berbeda lebih dari 0.06 m.

- Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh

berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak

boleh berbeda lebih dari 0,10 m

2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan

software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software

atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik

3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam

reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.

4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

troposfer untuk semua data pengamatan.

5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus

digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase

single tidak dapat dipecahkan.

3.1.2. Perataan Jaring

1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan

dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah

dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah

bereputasi baik.

2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan

- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah

perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti

bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang

digunakan).

- Daftar koordinat hasil perataan.

- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-

komponen hasil pengamatan.

- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika

ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.

- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

3.1.3 Analisa

1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :

- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian

keseragaman)

- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk

menilai konsistensi data)

- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih

tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis

ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas

3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam

system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.

4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran

undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar

lokasi.

3.2 Pemasangan Benchmark

1) Benchmark-benchmark akan ditetapkan yang merupakan kontrol

untuk keperluan pemetaan dan digunakan untuk keperluan proyek

irigasi yang akan datang, satu benchmark di ujung hulu, satu di

tengah-tengah (as rencana bendung) dan satu di ujung hilir

sepanjang sungai yang diukur 2 (dua) km.

2) Masing-masing benchmark akan ditandai dengan sebuah patok beton

seperti tampak pada gambar 3.1. sebagai tambahan akan dibuat 2

penanda azimut dari beton, satu untuk masing-masing benchmark

kecuali jika benchmark berikutnya dapat dilihat dengan mudah.

Konstruksi penanda azimut akan dibuat pada titik pertama di

sepanjang jalur poligon dari benchmark. Jenis konstruksi untuk

penanda azimut diperlihatkan pada gambar S.1.

3) Bilamana mungkin benchmark-benchmark tersebut harus ditempatkan

sesuai dengan kriteria berikut :

Patok beton ditempatkan pada tanah keras (hindarkan pemasangan di

daerah rawa atau sawah).

Patok beton dan tanda lapangan di pasang paling sedikit 10 meter

dari tanggul sungai dan di daerah yang tidak akan terkena perubahan.

Patok beton ini akan ditempatkan di sepanjang tanggul sungai.

4) Semua patok beton harus dijelaskan selengkap mungkin pada saat

pemasangan seperti tertera pada gambar 33. antara lain mencakup :

Sketsa ukuran (penampang melintang) patok beton yang dibuat.

Lima foto untuk setiap patok beton yang sudah terpasang dilengkapi

dengan pelat nomor dan baut kuningan, 4(empat) buah dibuat

berdasarkan mata angin dengan daerah sekitarnya dan satu buah dari

atas.

Sketsa lokasi lengkap dengan jarak-jarak titik detail yang ada di

sekitar patok beton dan lokasi patok beton penanda azimut (azimut

Mark).

Sketsa gambaran umum lokasi lengkap dengan deskripsi pendekatan

ke sekitar titik tetap.

Penanda azimut dapat dideskripsikan dalam formulir lain menurut

keinginan pemilik pekerjaan.

Koordinat-koordinat titik akan ditambahkan pada deskripsi apabila

perhitungannya sudah tuntas.

5) Titik-titik poligon selain benchmark dan penanda azimut harus dibuat

titik poligon dengan interval 50 m dari patok kayu yang kuat, ukuran

panjang sekurang-kurangnya 30 cm dengan penampang melintang 5

x 5 cm, dipasang sedemikian rupa sehingga patok-patok tersebut

dapat bertahan selama pengukuran (sekurang-kurangnya 6 bulan).

Tanah yang lebih lunak membutuhkan patok-patok yang lebih

panjang. Patok-patok tersebut rata atau hampir rata dengan

permukaan tanah dan pada ujungnya diberi paku agar titik yang tepat

mudah ditemukan. Letak titik itu harus terlihat dengan patok lain atau

pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak lebih dari 3,0 meter.

Harus ada nomor titik pada patok dan/atau penanda yang lain.

6) Patok kayu dipasang sebelah kiri dan kanan sungai dan harus dilalui

poligon, beberapa titik dapat di-seislag.

3.3 Pengukuran Poligon

1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang

mempunyai ketelitian 5” dengan kemampuan memory minimal 15.000

titik.

2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring

tertutup dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal

dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus melalui patok

kayu dan benchmark dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti

yang diuraikan di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian

yang diisyaratkan.

3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut

awal dan azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling

berhubungan dengan titik tetap yang lainnya.

4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari

di ujung-ujung daerah pemetaan sungai.

5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh

hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang

melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk menghindari

lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematang-

pematang yang tidak stabil.

6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan

diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan

diperiksa apabila melebihi 1’ (satu menit), pelaksana pekerjaan harus

menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan

penyesuaian peralatan yang dilakukan.

7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1” (satu detik ) dan

dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.

8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat

melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah

kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap

tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja

yang berpindah.

9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari

berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang

sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat

yang sama.

10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa

dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian

dilakukan bilamana perlu.

11)Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-baiknya,

pengukuran sudut horisontal dan jarak dilakukan minimum 2(dua) seri

pengamatan, untuk 1 (satu) seri dengan jumlah urutan pembacaan

sebagai berikut :

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang.

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan.

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan.

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang

12) Ketelitian pengukuran poligon :

Semua hasil pengamatan direduksi di lapangan jika perbedaan antara

keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5”, maka

harus dilakukan pengukuran ulang.

Toleransi untuk kesalahan penutup sudut terhadap azimut harus

10”√n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya

masih berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan

dengan azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka

azimut dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang.

Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1

: 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek

untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau

bagian tidak lebih dari 1 m.

Hasil rata-rata dari keempat ujung garis tersebut harus mempunyai

persamaan lebih dari ± (10 mm + 10 ppm dari jarak) kalau tidak

maka pengamatan ulang perlu dilakukan.

3.4 Pengukuran Azimut Matahari

1) Untuk menentukan arah orientasi sungai dilakukan azimut matahari

yang diamati pagi dan sore hari, masing-masing sedikitnya 3(tiga) kali

pengamatan, dalam satu seri tidak boleh lebih dari 30”.

12) Pengamatan dilakukan sebagai berikut :

Bidik kiri (target).

Bidik kiri (matahari).

Bidik kanan (matahari).

Bidik kanan (target)

Seri ini merupakan satu kali pengamatan.

13) Pembacaan sudut horisontal pada pengamatan azimut matahari harus

diberikan koreksi akibat tidak mendatarnya kedudukan alat, koreksi ini

sangat penting dan dapat dihitung dari hasil bacaan kedudukan

gelembung nivo tabung tersebut atau apabila alat theodolit dilengkapi

dengan kompensator otomatis, dari pembacaan lingkaran vertikal

pada sudut kanan pada masing-masing sisi garis bidik.

14) Metode yang dipakai untuk menentukan azimut tergantung keinginan

pelaksana pekerjaan, walaupun demikian hal-hal berikut harus

diperhatikan bila akan digunakan azimut dengan metode ketinggian

matahari.

Pengamatan matahari dilakukan apabila tinggi matahari lebih besar

dari 200 karena apabila dilakukan pengamatan pada waktu tinggi

matahari dibawah 200 refraksi (pembiasan) menjadi terlalu besar dan

tidak menentu, jika mungkin usahakan ketinggian matahari di bawah

400.

Pembacaan temperatur dan tekanan udara akan dilakukan untuk

keperluan koreksi refraksi.

Perlengkapan-perlengkapan tambahan yang diperlukan terdiri dari jam

tangan yang ketepatannya dicocokkan satu menit sebelum tanda

waktu resmi berbunyi, prisma Reoloff, tabel deklimasi matahari dan

tabel refraksi.

5) Jika untuk pengukuran azimut digunakan metode sudut waktu maka

bisa dilakukan pengamatan pada saat tinggi matahari di bawah 20°,

tetapi waktu pengamatan harus jauh lebih teliti.

3.5 Pengukuran Sipat Datar

1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic

atau level automatic digital.

2) Semua patok kayu dan benchmark sudah terpasang sebelum

dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark

yang dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu

yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat

sipat datar digital atau non digital.

4) Setiap alat harus dicek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari

dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara

sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari

perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat

ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat

alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus

dilakukan apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo

kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara

teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap

mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah

dilakukan.

5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap

pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).

Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar

rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau

carpenters level (penempatannya harus juga dicek).

6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak

boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.

Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk

menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan

pembidikan silang (intermediate sight).

7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas

bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.

8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian

dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu

pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga

rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik

tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.

9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan

rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,

bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi ∆h (+ dan -) harus

dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka

harus sama dengan hasil beda tinggi (∆h), hanya merupakan

pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak

terlihat karena data yang tidak benar.

10) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian

pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus

ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.

11) Ketelitian sipat datar sebagai berkut :

Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup yang

terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan

pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi

harus kurang dari 10√k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar

benchmark tersebut.

3.6 Pengukuran Situasi Sungai

1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi sungai akan dilakukan dengan

metode potongan melintang sedangkan detail-detail yang ada di

antara potongan-potongan melintang akan ditentukan dengan

pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat digambarkan

dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran kontur.

2) Semua jarak, sudut, dan tinggi diukur langsung di lapangan dengan

menggunakan alat total station.

3) Jarak antara potongan melintang yang akan diambil tegak lurus

terhadap as sungai adalah sekitar 50,0 meter untuk saluran lurus dan

25,0 meter untuk potongan yang berbelok atau menurut petunjuk

pemilik pekerjaan.

4) Letak potongan-potongan melintang akan ditetapkan dengan

menggunakan patok-patok kayu yang sudah dipasang, poligon (garis

kerangka peta situasi sungai) yang terbentuk oleh patok-patok itu,

akan sedekat mungkin mengikuti alur sungai yang ditunjukkan pada

peta skala 1 : 5.000.

5) Poligon harus tertutup terhadap titik terdekat yang sudah ditetapkan

(benchmark atau penanda azimut) guna mencek ketelitian.

6) Potongan melintang yang akan diukur akan membentang sedikit-

dikitnya 250 m di kedua sisi as sungai atau mengikuti petunjuk dari

pemilik pekerjaan.

7) Semua jalan air berapapun ukurannya (saluran, pembuang, parit-parit

di sawah) akan diamati termasuk lebar dasar, elevasi dan arah aliran.

8) Semua tampakan seperti rumah-rumah, fasilitas, jalan, jembatan,

gorong-gorong, pagar, patok beton dan vegetasi (jenis dan

kerapatannya) akan dicatat.

9) Bahan-bahan khusus yang dijumpai di permukaan tanah, seperti

batuan, rawa-rawa, tanah longsor dan sebagainya harus dicatat.

10)Ketinggian potongan melintang akan dicatat dalam software total

station.

3.6.1 Pengukuran Titik Rincik Antara Potongan Melintang

1) Titik-titik tinggi di antara potongan-potongan melintang akan dicatat

sebagai berikut:

Posisi tinggi diukur dengan cara tacheometri untuk daerah terjal.

Posisi titik dan jarak langsung diukur dengan alat total station dan

dicatat dengan penjelasan singkat mengenai posisi titik rincik,

misalnya sawah, kampung, tanggul jalan (bagian atas atau bawah),

dasar sungai.

Jarak ke titik-titik rincik tidak boleh lebih dari 20 m.

Cara tacheometri hanya dapat dipakai untuk penentuan tinggi titik

rincik di daerah curam dan hanya atas persetujuan pemilik pekerjaan.

Daerah landai titik-titik tinggi akan diambil dengan beda tinggi

maksimum 0,25 meter atau pada setiap 20 meter di lapangan mana

saja yang lebih segera dapat dicapai.

Daerah yang tidak teratur misalnya di daerah berbukit-bukit,

perbatasan kampung, lembah dan semacamnya, titik-titik tinggi

dengan jarak yang lebih pendek agar bisa diperoleh gambar yang

lebih jelas dengan situasi lengkap di daerah ini.

2) Pada umumnya titik-titik tinggi harus dicantumkan di semua lokasi di

mana kemiringan bisa berubah dan di tempat-tempat di mana bisa

terjadi perubahan ketinggian secara mendadak.

3) Pada daerah sawah titik rincik ketinggian harus ada pada setiap

sawah tersebut yang kira-kira jaraknya lebih dari 50 x 50 m, untuk

daerah pengukuran yang tidak luas selang/jarak antara tiap titik kira-

kira 75 m, untuk daerah sawah yang kering rambu ukur harus

ditempatkan tepat ditengah, untuk daerah sawah basah rambu ukur

boleh ditempatkan di tepi sawah tersebut (tidak di pematang), rambu

ukur tidak boleh ditenggelamkan pada tanah sawah tersebut tetapi

diletakkan setinggi permukaan tanah sawah dan harus dilakukan

dengan hati-hati.

4) Lokasi dari titik rincik tersebut harus diletakkan pada perbatasan

antara kampung dan sawah, satu titik pada sawah yang lainnya di

kampung, apabila jalan melewati sawah maka titik rincik tersebut

harus ditempatkan satu titik pada jalan dan titik lainnya pada kedua

sisi sawah.

5) Rincik ketinggian akan diambil sepanjang dasar dari lembah-lembah

baik yang memiliki anak sungai maupun yang tidak dan pada

punggung bukit serta pada titik-titik bukit yang teratas.

6) Pelaksana pekerjaan harus memeriksa apakah rincik ketinggian di

lapangan sudah diamati secara memadai sesuai dengan perubahan-

perubahan elevasi antara rincik ketinggian dan detail yang

diperlihatkan dalam peta.

3.6.2 Ketelitian Titik Rincik

1) Seluruh perhitungan rincik ketinggian harus diselesaikan dan diperiksa

ketelitiannya sebelum meninggalkan lapangan.

6) Ketinggian relatif tinggi titik rincik harus memenuhi ketelitian ± 5 cm.

7) Harga tinggi titik rincik dihitung sampai dengan sentimeter terdekat,

posisi titik-titik tersebut ditandai dengan koma (titik) desimal dari

harga ketinggiannya atau koma yang terpisah dengan menggunakan

tanda panah apabila detailnya menjadi kabur karena nomor-nomor

lokasi sebelumnya.

8) Semua titik rincik diberi nomor yang jelas sehingga pemeriksaan yang

dilakukan lewat lembar-lembar pengamatan pada tahap berikutnya

akan lebih mudah.

3.7 Pencatatan, Reduksi, dan Pemrosesan Hasil Pengamatan

di Lapangan

Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di

lapangan harus mengikuti ketentuan di bawah ini :

3.7.1 Pencatatan

1) Seluruh proses perhitungan koodinat (x,y) dalam proyeksi UTM, tinggi

(z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan

perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk

apa saja yang berlaku di Indonesia.

2) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan di fotocopi dari rekaman

software dimasukkan ke lembar pengamatan sementara pekerjaan

berlangsung, hal ini menyangkut nama pengamat, tanggal, nomor

titik, nomor alat juga penjelasan-penjelasan lainnya seperti ketinggian

alat, temperatur dan tekanan udara, seluruh lembar data harus

disertai tanggal dan tanda tangan pengamat dan orang yang telah

melakukan pemeriksaan.

3) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan dalam

bentuk hardware dan VCD/DVD diserahkan kepada pihak pemilik

pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang telah diulang, yang

disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas sehingga bisa saling

dicocokkan.

3.7.2 Reduksi

1) Koordinat (x,y) perlu direduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan

diperiksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi

koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat, dan

koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.

2) Pengamatan di lapangan perlu direduksi setiap harinya lalu

ditandatangani, disertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana

pekerjaan, hasil pengamatan harus disimpan dengan rapi dan diberi

nomor referensi agar mudah dicari bilamana diperlukan dikemudian

hari, bila sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh

dibawa ke lapangan lagi.

3.7.3 Pemrosesan Data

1) Penghitungan harus dilakukan di lapangan untuk memeriksa apakah

pengamatan telah sesuai dengan standar ketelitian.

2) Untuk kontrol planimeter ini meliputi :

Pengecekan hasil penghitungan koordinat.

Pengecekan penutup koordinat tertutup.

Pengecekan azimut antara titik-titik triangulasi dan hasil pengamatan.

Penyesuaian kesalahan koordinat.

Penghitungan dari ∆x dan ∆y untuk mencek hasil planimetrik.

3) Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi :

Pemeriksaan hasil hitungan dari ∑ Bacaan belakang, ∑ Bacaan muka,

∑ Perbedaan tinggi (∆h).

Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark) .

Perhitungan dari tiap loop/kring.

Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar

memperoleh ketinggian yang tepat untuk dipakai pada perhitungan

rincik ketinggian nantinya.

4) Apabila hasil pekerjaan lapangan telah disetujui oleh pengawas, hasil

pengamatan serta hasil hitungannya segera dikirim ke kantor

pelaksana pekerjaan untuk dilakukan perhitungan akhir.

5) Penyesuaian titik-titik poligon harus sesuai dengan jarak, hal ini

berarti bahwa koreksi dalam koordinat x sama dengan :

Salah penutup dalam koordinat x

--------------------------------------------------- x jarak akumulasi

jumlah jarak poligon seluruhnya

Hal yang sama berlaku untuk koodinat y.

6) Seluruh hasil penghitungan, pengamatan dan informasi seperti yang

didaftar dibawah ini harus diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan

dalam bentuk hardware dan VCD atau DVD untuk mendapatkan

persetujuan sementara.

7) Urutan cara perhitungan loop atau jalur koordinat antara benchmark.

8) Kesalahan penutup sudut pada setiap bagian/seksi, azimut kontrol

atau azimut yang diperoleh dari loop yang berdekatan, bersama-sama

dengan jumlah titik dalam setiap seksi.

9) Kesalahan penutup linier ∆x, ∆y dari setiap loop atau jalur koordinat

antara titik-titik simpul dan kesalahan penutup fraksi yang dipilih

dengan jumlah titik.

10) Detail-detail hasil pengamatan yang ditolak, diragukan, tidak dipakai

lagi.

4. PENGGAMBARAN SITUASI DAN POTONGAN MEMANJANG /

MELINTANG SUNGAI

Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang dikeluarkan dari distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti ketentuan dibawah ini :

4.1 Peta Situasi Sungai

1) Secara umum peta situasi sungai skala 1 : 2.000 dengan kemiringan

untuk situasi sungai akan ditunjukkan dengan interpolasi kontur 0,5

meter dan indeks kontur harus ada pada interval 5 m.

2) Kriteria yang diberikan hanya merupakan panduan saja, tujuannya

adalah untuk menjaga kesamaan garis kontur pada seluruh lembar

peta (kecuali di daerah yang sangat curam/terjal), walaupun demikian

perubahan interval dalam lembar peta akan diizinkan dalam hal

adanya perubahan kecuraman menyeluruh dalam suatu daerah tetapi

tidak dalam hal perubahan kemiringan setempat.

3) Apabila ada 2 (dua) kontur atau lebih yang berdekatan dan hampir

berimpit (misalnya batas kampung, tanggul, jalan, kelokan saluran)

kontur digambarkan dengan garis putus-putus .

4) Detail mengenai metode kontur yang digunakan harus jelas

dicantumkan pada semua lembar peta, termasuk informasi mengenai

datum (duga) titik tinggi dan sumber informasi yang dipakai.

5) Titik rincik harus digambar selambat-lambatnya sebelum

penggambaran halus garis kontur dan sebelum dilakukan interpolasi

garis kontur atau editing.

6) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak

titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika

bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat

ditulis di sebelahnya.

7) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm

kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga

garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis

kontur.

8) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis

silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis

di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan

pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang

250 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan

tinggi tulisan 2,5 mm.

9) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis,

peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut

standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan

symbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan.

10) Persyaratan kartografi peta situasi sungai adalah sebagai berikut :

Pada tiap lembar set peta akan menjelaskan peta kunci petunjuk

lembar.

Arah utara akan ditunjukkan pada setiap lembar.

Pada gambar-gambar tersebut aliran sungai akan diarahkan dari kiri

ke kanan atau dari atas ke bawah.

Garis hubung untuk lembar di sebelahnya dari masing-masing peta

adalah berupa garis koordinat, tanpa pertampalan (overlap).

Semua titik-titik poligon akan diplot dengan koordinat-koordinat,

sebelum memplot penunjuk ketinggian.

Semua benchmark akan ditunjukkan dalam semua gambar yang

bersangkutan, dengan perencanaan, deskripsi dan elevasi.

Peta-peta itu akan memperlihatkan semua tampakan (feature) buatan

yang biasanya ditunjukkan pada peta-peta situasi. Tampakan-

tampakan ini termasuk (tetapi tidak perlu dibatasi sampai pada) hal-

hal berikut :

batas-batas dan jenis pengolahan tanah, padang rumput, hutan,

hutan belantara dan rawa-rawa.

jalan, saluran, parit, sawah dan bangunan-bangunan yang ada.

batas-batas desa, kelompok rumah, termasuk elevasi tanah desa.

elevasi banjir besar.

batu singkapan, daerah-daerah berpasir atau berbatu-batu.

4.2 Peta Potongan Melintang

Pada gambar-gambar tersebut yang menunjukkan

potongan-potongan melintang sungai, dengan

ketentuan sebagai berikut :

Nomor masing-masing potongan melintang

Semua titik-titik tinggi profil melintang dan jarak antara titik-titik

tersebut.

Palung yang sudah ditetapkan (titik terdalam di dasar sungai), garis-

garis palung potongan melintang yang muncul pada satu gambar

akan digambar vertikal satu di atas yang lain.

Potongan-potongan melintang akan digambar menghadap ke arah

aliran hilir.

Tinggi muka air di sungai (kalau ada) pada hari-hari pengukuran dan

bahan-bahan dasar kontruksi.

Potongan melintang akan digambar dengan skala 1 : 200 ke arah

horisontal dan vertikal.

4.3 Peta Potongan Memanjang

1) Gambar potongan melintang sungai akan diturunkan dari potongan

melintang, panjang potongan memanjang adalah jarak total antara

potongan-potongan melintang pada sungai.

2) Pada gambar itu, yang memperlihatkan potongan memanjang saluran,

hal-hal berikut akan ditunjukkan :

Nomor-nomor potongan melintang.

Jarak antara potongan-potongan melintang dan jarak akumulasi

bentang sungai.

Tinggi tanggul kiri.

Tinggi tanggul kanan.

Tinggi dasar sungai pada as sungai tersebut.

Panjang sungai (jarak horisontal pada palung) akan digambar dengan

skala 1 : 2.000, kecuali ada ketentuan lain.

Jarak vertikal atau ketinggian akan digambar dengan skala 1 : 200.

5. PENGUKURAN LOKASI BENDUNG

Pengukuran situasi lokasi bedung dilaksanakan

bersamaan dengan pengukuran situasi sungai,

dengan menggunakan alat Total Station yang dapat

menyimpan data dengan perlengkapan lainnya dan

Automatic Level, lebih disukai Automatic Level Digital,

ketentuan setiap tahap pekerjaan sebagai berikut :

5.1 Pengamatan GPS

1) Alat ukur yang digunakan minimal 3 (tiga) buah GPS Geodetic model

digital yang mempunyai ketelitian 5 mm + 1ppm(H) dan 10 mm + 2

ppm(V)

2) Pengamatan receiver GPS Geodetic dilakukan dengan cara Double

Difference berdasarkan data fase dengan metoda Static atau Rapid

static (static singkat) dengan alat Receiver GPS single frekuensi (L1)

atau dual frekuensi (L1 + L2)

3) Kententuan pengamatan harus mengikuti ketentuan berikut :

Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar

Besaran GDOP (geometrical dilution of precisition) lebih kecil dari 8

Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari

Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang

Lama pengamatan berdasarkan panjang baseline

4) Pengamatan GPS dengan data fase digunakan dalam model

penentuan posisi relatif untuk menentukan komponen baseline antara

dua titik, memastikan bahwa semua receiver melakukan pengamatan

terhadap satelit-satelit yang sama secara bersamaan, mengumpulkan

data dengan kecepatan dan epoh yang sama.

5) Setiap receiver GPS harus dapat menyimpan data selama mungkin

dari minimum 4 (empat) buah satelit dengan kecepatan minimum 4

(empat) epoh dalam 1 (satu) menit masing-masing 15 (lima belas)

detik.

6) Tidak diizinkan untuk menggunakan merek dan jenis receiver GPS

yang berbeda dalam satu session.

7) Terdapat minimal 1 (satu) titik sekutu yang menghubungkan 2 (dua) session.

8) Tidak diizinkan untuk mengamati satelit dengan elevasi dibawah 15

derajat.

9) Setelah session pengamatan seluruh data harus di download dan di

simpan dalam sebuah CD dan dibuatkan cadangannya.

5.1.1. Reduksi Baseline

Panjang

Baseline

(km)

Metoda

Pengam

atan

Lama

Pengamat

an(L1)

Lama Pengamatan(L1+L2)

0 – 5 Statis

singkat

30 menit 15 menit

5 – 10 Statik

singkat

60 menit 30 menit

10 – 30 Statik 90 menit 60 menit

1) Geometri dari jaringan harus memenuhi spesifikasi ketelitian dan

persyaratan strenght of figure yaitu :

a. Statistik reduksi baseline

Untuk setiap jaring orde 3 standar deviation (s) hasil hitungan dari

komponen baseline toposentrik (dN,dE,dH) yang dihasilkan oleh

software reduksi baseline harus memenuhi hubungan berikut :

σN ≤ σM

σE ≤ σM

σH ≤ 2σM

dimana σM = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline

b. Baseline yang diamati 2(dua) kali

- Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda

lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh

berbeda lebih dari 0.06 m.

- Baseline yang lebih panjang dari 4(empat) km

Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh berbeda

lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi tidak boleh

berbeda lebih dari 0,10 m

2) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan

software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software

atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik

3) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam

reduksi baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.

4) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

troposfer untuk semua data pengamatan.

5) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi

ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus

digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase

single tidak dapat dipecahkan.

5.1.2. Perataan Jaring

1) Perataan jaring bebas dan terikat dari seluruh jaring harus dilakukan

dengan menggunakan software perataan kuadrat terkecil yang telah

dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah

bereputasi baik.

2) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan

- Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah

perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti

bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika yang

digunakan).

- Daftar koordinat hasil perataan.

- Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-

komponen hasil pengamatan.

- Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk jika

ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang digunakan.

- Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik.

5.1.3 Analisa

1) Integritas pengamatan jaring harus dinilai berdasarkan :

- Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian

keseragaman)

- Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk

menilai konsistensi data)

- Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih

tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)

2) Akurasi komponen horizontal jaring akan dinilai terutama dari analisis

ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas

3) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam

system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.

4) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS dikoreksi terhadap besaran undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar lokasi.

5.2 Pemasangan Benchmark

1) Benchmark-benchmark akan ditetapkan yang merupakan kontrol

untuk keperluan pemetaan dan digunakan untuk keperluan proyek

irigasi yang akan datang, satu di tengah-tengah (as rencana bendung)

yang sudah terpasang pada saat pengukuran sungai dan satu di

seberang sungai as rencana bendung.

2) Titik-titik poligon selain benchmark harus dibuat titik poligon dengan

interval 15 m dari patok kayu yang kuat, letak titik itu harus terlihat

dengan patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak

lebih dari 3,0 meter, harus ada nomor titik pada patok dan/atau

penanda yang lain.

3) Patok kayu dipasang sebelah kiri dan kanan sungai dan harus dilalui

poligon, beberapa titik dapat di-seislag.

5.3 Metoda Pengukuran di Lapangan

Pengukuran poligon dan sipat datar dilakukan

bersamaan dengan pengukuran situasi sungai,

ketentuannya mengikuti ketentuan seperti di atas.

5.3.1 Pengukuran Poligon

1) Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit Total Station yang

mempunyai ketelitian 5” dengan kemampuan memory minimal 15.000

titik.

2) Basis poligon meliputi daerah pemetaan yang merupakan jaring-jaring

tertutup dan diikatkan ke titik tetap orde 0 atau orde 1 Bakosurtanal

dan benchmark skala 1 : 5.000, kaki-kaki poligon harus melalui patok

kayu dan benchmark dan sistem statip tetap (fixed tripod) seperti

yang diuraikan di bawah ini dipakai untuk mendapatkan ketelitian

yang diisyaratkan.

3) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut awal dan

azimut akhir, titik-titik tetap yang digunakan harus saling

berhubungan dengan titik tetap yang lainnya.

4) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari

di ujung-ujung daerah pemetaan sungai.

5) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh

hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang

melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk menghindari

lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematang-

pematang yang tidak stabil.

6) Semua theodolit harus dalam keadaan baik dan setelannya akan

diperiksa terus selama pengamatan berlangsung, kolimasi akan

diperiksa apabila melebihi 1’ (satu menit), pelaksana pekerjaan harus

menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan pemeriksaan dan

penyesuaian peralatan yang dilakukan.

7) Theodolit harus mampu mengukur sampai 1” (satu detik ) dan

dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.

8) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat

melakukan sentering maka perlu digunakan 4 buah statip dan 4 buah

kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap

tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja

yang berpindah.

9) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari

berikutnya mulai sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang

sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat

yang sama.

10) Kedudukan nivo kotak dan pengunting optic harus sering diperiksa

dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian-penyesuaian

dilakukan bilamana perlu.

11)Sebelum pengamatan dilakukan theodolit harus disetel sebaik-baiknya,

pengukuran sudut horisontal dan jarak dilakukan minimum 2(dua) seri

pengamatan, untuk 1 (satu) seri dengan jumlah urutan pembacaan

sebagai berikut :

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target belakang.

Bidik kiri (FL) untuk bacaan target ke depan.

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke depan.

Bidik kanan (FR) untuk bacaan target ke belakang

12) Ketelitian pengukuran poligon :

Semua hasil pengamatan direduksi di lapangan jika perbedaan antara

keempat harga sudut yang diperoleh (2FL, 2FR) melebihi 5”, maka

harus dilakukan pengukuran ulang.

Toleransi untuk kesalahan penutup sudut terhadap azimut harus

10”√n dimana n adalah jumlah sudut, jika kesalahan penutupnya

masih berada dalam toleransi maka sudut itu akan disesuaikan

dengan azimut matahari dan jika toleransi tersebut dilampaui, maka

azimut dan/atau sudut-sudut tersebut harus diulang.

Kesalahan penutup linear poligon utama tidak boleh lebih besar dari 1

: 10.000 dari panjang totalnya, poligon akan dijaga agar tetap pendek

untuk menjamin bahwa kesalahan penutup pada jaring-jaring atau

bagian tidak lebih dari 1 m.

Hasil rata-rata dari keempat ujung garis tersebut harus mempunyai

persamaan lebih dari ± (10 mm + 10 ppm dari jarak) kalau tidak

maka pengamatan ulang perlu dilakukan.

5.3.2 Pengukuran Sipat Datar

1) Pengukuran sipat datar digunakan dengan alat ukur level automatic

atau level automatic digital.

2) Semua patok kayu dan benchmark sudah terpasang sebelum

dilakukan pengukuran sipat datar, pemindahan elevasi ke benchmark

yang dibuat sesudah selesainya penyipatan datar tidak akan diterima.

3) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu

yang terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat

sipat datar digital atau non digital.

4) Setiap alat harus di cek kolimasinya (kesalahan garis bidik) setiap hari

dengan menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara

sejenis sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base dicari

perbedaan tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran disaat alat

ditempatkan di tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran disaat

alat ditempatkan di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus

dilakukan apabila kesalahan kolimasinya labih dari 0,05 mm/m. Nivo

kotak dan kompensator otomatis juga harus selalu dicek secara

teratur. Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap

mengenai seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah

dilakukan.

5) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap

pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara).

Juru ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar

rambu ukur selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau

carpenters level (penempatannya harus juga dicek).

6) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak

boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.

Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk

menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan

pembidikan silang (intermediate sight).

7) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas

bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.

8) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian

dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu

pengukuran sipat datar utama antara lain : gorong-gorong, tangga

rumah, lantai pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik

tersebut ditandai serta dicatat secara lengkap.

9) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan

rendahnya hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan,

bacaan belakang, bacaan muka, beda tinggi ∆h (+ dan -) harus

dijumlahkan. Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka

harus sama dengan hasil beda tinggi (∆h), hanya merupakan

pengecekan aritmatik dapat menghindarkan kesalahan yang tidak

terlihat karena data yang tidak benar.

10)Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian

pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus

ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.

11) Ketelitian sipat datar sebagai berkut :

Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup yang

terikat dengan titik referensi harus diukur dua kali yaitu pergi dan

pulang, perbedaan antara kedua harga untuk masing-masing seksi

harus kurang dari 10√k mm, dimana k adalah jarak dalam km antar

benchmark tersebut.

5.3.3 Pengukuran Situasi Sungai

1) Menentukan elevasi tanah untuk situasi lokasi bendung akan

dilakukan dengan metode potongan melintang sedangkan detail-detail

yang ada di antara potongan-potongan melintang akan ditentukan

dengan pengukuran rincikan agar variasi dalam relief dapat

digambarkan dengan tepat pada waktu dilakukan penggambaran

kontur.

2) Luas lokasi bendung termasuk pekerjaan-pekerjaan pelengkap,

tanggul banjir dan tanggul penutup akan diukur dengan potongan

melintang setiap 15 m, titik-titik tinggi akan diambil pada potongan-

potongan melintang tersebut setiap 5 m demikian juga lokasi antara

profil melintang.

3) Potongan-potongan melintang yang akan diukur akan mencakup

sekurang-kurangnya 50 m dari sisi sungai kiri dan kanan atau

sebagaimana ditunjukkan oleh pemilik pekerjaan.

4) Letak dari potongan-potongan melintang tersebut ditetapkan dengan

patok-patok kayu, masing-masing di satu sisi sungai, patok-patok

kayu tersebut ditetapkan sebagai titik-titik poligon.

5) Ketelitian titik-titik tinggi potongan melintang ditentukan sebagaimana

diuraikan di atas.

5.4 Pencatatan, Reduksi, dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di

Lapangan

Pencatatan, reduksi, pemrosesan hasil pengamatan di

lapangan harus mengikuti ketentuan di atas.

6. PENGGAMBARAN SITUASI LOKASI BENDUNG

Penggambaran dilakukan dengan Autocad ukuran A-1 type apa saja yang dikeluarkan dari distributor tunggal yang berlaku di Indonesia, mengikuti ketentuan dibawah ini :

1) Secara umum peta situasi lokasi bendung skala 1 : 500 dengan

kemiringan untuk situasi lokasi bendung akan ditunjukkan dengan

interpolasi kontur 0,1 meter, indeks kontur harus ada pada interval 1

m.

2) Titik rincik harus ditulis dengan menggunakan ukuran 1,5 mm, letak

titik rincik harus diindikasikan sampai dengan fraksi desimal, jika

bentuk detail terganggu oleh harga titik rincik maka angkanya dapat

ditulis di sebelahnya.

3) Semua garis kontur digambar dengan menggunakan ukuran 0,1 mm

kecuali untuk indeks kontur digunakan ukuran 0,3 mm, harga-harga

garis kontur dituliskan hanya pada indeks kontur setiap lima garis

kontur.

4) Garis silang (grid) panjang 10 x 10 mm, dan pada sisi peta garis

silangnya sepanjang 5 mm dan koordinat-koordinat garis silang ditulis

di dalam atau di luar batas lembar peta bergantung dari keinginan

pemilik pekerjaan, koordinat-koordinat tersebut ditulis dengan selang

50 m sepanjang keempat sisi dari peta, angka harus ditulis dengan

tinggi tulisan 2,5 mm.

5) Kertas yang akan dipakai adalah transparan stabil atau yang sejenis,

peta-peta dilengkapi dengan keterangan (legenda) situasi menurut

standar yang berlaku berkenaan dengan ukuran garis, arsiran dan

symbol yang diserahkan kepada pihak pemilik pekerjaan.

6) Ketentuan lainnya mengikuti ketentuan di atas.

ujung blok Pat-M/Pat-B

edge of Pat-M/Pat-B block

batas daerah pemetaanmapping area boundary

pertampalan batas jalur harus rapi

neat overlap boundary of strips

kontrol denah dan tinggi (X,Y,Z) harus ada

plan and height control (X,Y,Z) obligatory

penentuannya terserah pelaksana pekerjaan

disposition at discretion of contractor

kontrol denah dan tinggi (X,Y,Z)

plan and height control (X,Y,Z)

kontrol tinggi saja ( Z )

height control only ( Z )

panjang 4 basis4 base lengths

*)

*)

*)

CATATAN UNTUK GAMBAR 1

1. Diagram di atas memperlihatkan suatu blok pemetaan seluas 25.000 ha dan tercakup pada foto udara dengan skala 1 : 10.000 dengan pertampalan (overlap) 60 % (muka dan belakang) dan 30 % pertampalan samping. Persyaratan blok PAT-M/PAT-B, termasuk kontrol di sekeliling perimeter, memakai foto udara yang mencakup luas sekitar 30.000 ha dalam 12 strip/jalur terbang di mana setiap jalur, masing-masing terdiri dari 17 model.

2. Kontrol tinggi fotogrametri diperlukan pada setiap interval 4 (empat) panjang basis sepanjang masing-masing ujung setiap strip/jalur; jumlah keseluruhan titik-titik kontrol yang diperlihatkan adalah 65 buah. Hal ini berhubungan erat dengan kerapatan benchmark (x,y,z). Jadi kontrol tersebut sudah siap ditempatkan untuk x,y dan z dan penempatan tinggi-tingginya harus diketahui dari foto identifikasi (jika tidak ada premark).

3. Keempat titik sudut harus ditempatkan pada x,y dan z. Bagaimanapun juga penempatan kontrol horizontal mungkin bervariasi tetapi Direktorat Irigasi dalam hal ini hanya memperlihatkan suatu contoh yang paling sedikitnya harus memenuhi syarat seperti pada diagram di atas; dengan penyebaran yang cukup seragam di seluruh blok, dengan titik berat pada sudut-sudut untuk menghindarkan terjadinya kesalahan besar.

4. Daerah pemetaan yang tidak teratur dan perhimpitannya bervariasi, begitu juga skala fotonya, akan selalu menyebabkan penyimpangan-

penyimpangan dari keseimbangan ideal antara persyaratan-persyaratan teknik dan kontrol fotogrametris.

Gambar 1 Contoh Skema Kontrol Untuk Triangulasi Udara

15

020

30

30

20

150

400

150 50 30 20 150

titik tetap

benchmark

kerangka penyangga

dari kayu atau kaso

wooden supports

plastik kuning

yellow plastic sheets

400

20

Gambar 2 Konstruksi Tanda Lapangan

PROYEK FOTO IDENTIFIKASI FP 26

DI IDENTIFIKASI OLEH SKETS DARI FOTO RUN 7 : 16

TANGGAL

IDENTIFIKASI FOTO RUN 7 : 15.16

135 mm 58 mm

95 mm

172 mm

CATATAN

1. FP 26 A terletak di samping atap

rumah, ± 2,5 m. diatas tanah. Titik

baik untuk (x,y).

2. FP 26 B . terletak di daerah datar di

antara rumah dan pagar, dan di

tengah -

tengah jalan setapak.

D aerah datar sekitar 3 meter. Titik

baik u ntuk (z)

KH 26/1

KH 26

KH 25/8

POHON

JALAN

SETAPAK

19.8m

A B

u

rumah

pagar

SKETS :

Gambar 3 Contoh Sketsa Identifikasi Foto

Catat jumlah peralaks pada setiap posisi yang

di tetapkan (1 s/d 6) Jumlah perkiraan dalam

mm. Catat semua besar paralaks termasuk

bacaan-bacaan Zero (zero reading).

Catatan-catatan mengenai kualitas dan kondisi

umum*) diapositif/negatif film udara.

LAPORAN UJI COBA PEMOTRETAN UDARA

FORMULIR A No.Uji Coba DDD

SEKSI 1 No. Negatif Roll DDDDDDDDD. Nomor-nomor Exposure DDDDD.. Tanggal Pemotretan DDDDDDD.Tinggi Terbang DDDDDDDDD..

Tipe Kamera DDDDDDDDDDDKamera P.D DDDDDDDDDDD Tanggal Uji Coba DDDDDDD D.. Alat Uji Coba & No. DDDDDDDD

SEKSI 2

UJI COBA STEREO

PENYETELAN PERALATAN :

K1 DDDDDDW1 DDDDDDQ1 DDDDD..

BY DDDDD..

Bφ DDDDD..

Ω DDDDD..

K2 DDDDDD

W2 DDDDDD

Q2 DDDDDD

BY DDDDDD

BX DDDDDD

φ DDDDDD

Resolusi diapositif

Uji coba diselesaikan oleh : DDD.

SEKSI 3UJI COBA DIMENSIONAL

PANEL DATA

Catat semua ukuran A sampai F dalam mm

PANEL DATA

Emulsi naik / turun selama pengukuran

*) Catat informasi yang bisa dipakai Uji coba diselesaikan oleh :

3 4

+1 2+

5 6

No. No.

3 4

+1 2+

5 6

2

1

3

4

2

1

3

4

A

B

C

D

E

F

Gambar 4 Laporan Pemotretan Udara

20

15

100 65

20

40

10

Pen kuningan level Bross level control pin

tanah asli/ ground level

begel Ø6mm-15cm slirrup

Tiang Ø10mm bar

beton 1:2:3 Concrete

pelat marmer 12x12cm marble plate

pasir yang dipadatkan well compacted sand

ukuran dalam cm dimention in cm

20

10

20

10

40

1m No

.

10 20

Gambar 5 Konstruksi Pilar Titik Tetap dari Beton

nomor titik yang ditandai pada pipa paralon

station number to be marked on drainpipe

setiap penandaan azimut tertentu, harus terlihat dari titik tetap ybs

one azimuth mark to be visible from every benchmark

tanah asli/ ground level

ukuran dalam cm

dimention in cm

paku

nail

pipa peralatan

plastic drainpipenomor titik

station number

beton

concrette

75

25

10

0

Ø6cm

A12

Gambar 6 Contoh Konstruksi Penanda Azimut

PROYEK

Komering Hulu No mor Bench Mark KH 42

DI UKUR OLEH A.Suryana Tanggal 19.4.82

DISKRIPSI BENCHMARK

Foto Benchmark

Nomor

E (m) N (m)

Elevasi (m) catatan BENCHMARK

KH 42 17423.58 10762.12 58.76 Tinggi diatas pilar AZIMUT MARK A42 17116.16 10654.46 50.18 Tinggi diatas paralon PREMARK KH 42/1 17446.41 10769.38 57.24 Tinggi di permukaan tanah

Tanah Asli

20

20 15

68

25

108

40 Pasir

Ukuran Cm

ke buaymadang

KE MARTAPURA

U U SEKOLAH

Pagar kayu

mag74° KH 42/1

KH 41

ke Tanah Merah

251 /326 m KH 42

A 42 33 m

25 m

SKETSA LOKASI SEKITARNYA SKETSA DETIL

DESKRIPSI DAN CATATAN 1. Dari kantor polisi Buaymadang sebagai titik tolak, ke arah martapura sepanjang jalan raya sejauh 12.4 km sampai menemui persimpangan jalan, kemudian belok ke arah kiri menuju ke arah sekolah di Kp.Tanah merah sejauh 0.5 km. Dari sekolah tersebut belok kiri mengikuti jalan setapak sejauh 90 meter. Pilar BM tersebut akan diketemukan pada jarak 12 meter di arah sebelah kanan dari jalan setapak tersebut. 2. Premark di pasang dengan kedudukan terhadap BM tersebut seperti tertentu pada gambar di atas. 3. Titik A42 dapat di tentukan dari KH42 dengan A42 magnetic 251 ° D dan jarak 326 meter.

KH 42 merupakan pilar yang tetap, dengan ukuran 1.0 x 0.2 x 0.2 meter. Tinggi pilar dari atas permukaan tanah kira-kira 0,23 meter

FOTO UDARA RUN 3 : 44,45 RUN 4 : 132,133

° 12

Gambar 7 Contoh Penjelasan Mengenai Letak Benchmark

TTTT titik ikat

50m

50m

titik ikat

tie point

daerah yang di ukur

bertampalan 100m

surveyed areas to overlap by 100m

perbesaran terhadap

skala peta (kurang lebih)

enlargement to mapping scale

(approx)

daerah dalam garis

putus-putus dan 50 m

di luarnya harus diukur

area within packed line

including 50 m outside to

be surveyed

BMBM tie poin

Gambar 8 Foto Perbesaran Sesuai Skala Pendekatan Peta

P.17

3.86

P.18

3.76

P.19

3.85

P.20

3.91

P.21

4.12

P.22

4.36

P.23

4.52

b

2.43

S.1

2.88

S.2

3.01

S.3

3.27

S.4

3.46

S.3

3.67

S.6

3.86

S.9

4.20

S.8

4.20

S.7

2.93

sawah

jalan

b

2.43

a

3.76b

3.03c

3.14 d

3.10

f

2.85

a

3.97b

3.37

c

3.37

d

3.89

e

3.39

sawahkampung

sawah

batas kam

pung

a

4.03b

3.72c

4.00

a

4.12

b

4.20

c

2.48

d

3.80

a

3.53

T.2

3.62

T.3

T.4

T.5

T.6

T.7

HR.25

b

a

a

a

a

a

b

b

b

b

T.1

b

3.17

U.1

3.26a

3.33

U.2

3.85

U.3

3.96

U.4

3.99

U.5

4.15

U.6

3.75U.7

3.96 sawah

b

a

3.47

a

3.56

a

4.24

3.66

sawah

3.624.48

b

4.28

jalan

Gambar 9 Bayangan/Citra Foto Telah Dihilangkan Agar Supaya Contoh Ini Lebih Jelas

pematang

bund sawah

rice field

sawah

rice field

sawah

rice field

titik tinggi

spot height

jalan

road sungai

river/stream

kampung

village

a b

c d

Gambar 10 Lokasi Titik-titik Tinggi

RUN 4

RUN 5

RUN 6

RUN 7

RUN 6A

DESA RUN 10A

C

KOTA

PRINCIPAL POINT

&PHOTO NUMBER

EXTENT OF STRIPSELECTED

CLOUD

MAPPING LIMIT

CLOUD SHADOW

SELECTED AERIAL PHOTOGRAPHY DIAGRAM

C S

+12DIAGARAM NO.

SAP 1/83DATE :

SCALE1 : 50000

OLEH :

BLOCK NAME

4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33

17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

Gambar 11 Contoh Ikhtisar dari Diagram Foto Udara yang Telah Diseleksi

4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33

17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

RUN 4

RUN 5

RUN 6

RUN 7

(49) (50) (51) (52) (53) (54) (55) (56) (57) (58)

(64) (65) (66) (67) (68) (69) (70) (71) (72) (73) (74)

(82) (83) (84) (85) (86) (87) (88)

(90)

(91) (92)

(102) (103) (104) (105) (106) (107) (108) (109) (110) (111) (112)

43040 63040 83000 103040 123040 143040 163040 183040 203040 223040 243040311050

131050 151050 171050 191050 211050 231050 251050 271050 291050 18001 331050

171060 191060 211060 231060 251060 271060

291060

81070 101070 121070 141070 161070 181070

70004

311060011061 031061 051061 071061 091061

253050 273050 293050 313050 333050

96004 233040 253040 273040 293040313040 053051 073051 093051

97004

27002261070 281070

(137)

RUN 10A

PRINCIPAL POINT MAPPING LIMIT

AERIAL TRIANGULATION PREPARATION DIAGRAM

DIAGARAM NO.ATP 1/83

DATE :

SCALE1 : 50000

OLEH :

BLOCK NAME

MODEL POINT &

MODEL LIMITS

(53) MODEL NUMBER

CONTROL POINTS

PLAN & HEIGHTPLAN ONLY HEIGHT ONLY

12

69004

22004

(93)

24004

7101

7301

63100

23004 23004

96004

97004

27002

Gambar 12 Diagram Persiapan

RUN 4

RUN 5

RUN 6

RUN 7

4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33

17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39

8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28

(49) (50) (51) (52) (53) (54) (55) (56) (57) (58)

(64) (65) (66) (67) (68) (69) (70) (71) (72) (73) (74)

(82) (83) (84) (85) (86) (87) (88)

(90)

(92)

(102) (103) (104) (105) (106) (107) (108) (109) (110) (111) (112)

43040 63040 83000 103040 123040 143040 163040 183040 203040 223040 243040311050

131050 151050 171050 191050 211050 231050 251050 271050 291050 18001 331050

171060 191060 211060 231060 251060 271060

291060

81070 101070 121070 141070 161070 181070

70004

311060011061 031061 051061 071061 091061

253050 273050 293050 313050 333050

96004 233040 253040 273040 293040313040 053051 073051 093051

970

04

27002261070 281070

(137)

RUN 10A

PRINCIPAL POINT MAPPING LIMIT

AERIAL TRIANGULATION CONNECTIONS DIAGRAM

12DIAGARAM NO.

ATC 1/83DATE :

SCALE1 : 50000

OLEH :

BLOCK NAME

MODEL POINT &

MODEL LIMITS

(53) MODEL NUMBER

CONTROL POINTS

PLAN & HEIGHTPLAN ONLY HEIGHT ONLY

69004

2200423004 23004

24004

(93)

7101

7301

6310

0

Gambar 13 Diagram Sambungan-sambungan

0.3

0400765

0.3

0400766

02

0612217

01

0611217

0.0

100251

00

0400727

00

0632217

PROYEK :

MODEL :

JALUR :

ALAT :

TANGGAL PENGAMATAN :

ATAU

PROYEK :

LEMBAR :

TANGGAL PERAKITAN :

DIPERIKSA :

Gambar 14 Diagram Vektor Residu Titik Model dalam Model Ortofoto atau Rakitan Peta

Ortofoto

salah

wrong

benar

right

benar

right

tinggi

high

450

500

550

600

650

600

550

500

450

400

550

500

450

400350

450500

550600

650

600

500

450

400

550

550

500

450

400

350

salah

wrong

benar

right

a. Angka-angka garis kontur harus tegak ke arah yang lebih tinggi dan tegak lurus pada garis kontur.

b. Garis kontur yang memotong rumah harus digeser.

JAYAJAYA

salah

wrongbenar

right

P P

salah

wrong

benar

right

salah

wrong

benar

right

10 cm 10 cm

10 c

m

salah

wrong

benar

right

300

315

310

325

320

315

310

325

300

35

310

32

5

32

0

31

0

31

5

?

c. Simbol, ketinggian, dan garis silang grid, serta nama-nama desa tidak diperbolehkan menimpa detail lain. Dengan demikian detail yang lain dikalahkan.

d. Simbol bangunan hendaknya tegak lurus dan sejajar dengan garis tepi samping. Tidak diperkenankan mengikuti letak bangunan.

e. Peletakan simbol jembatan jangan terbalik. Yang diberi jembatan adalah jalan bukan kalinya. Kecuali bila jalan dilewati bangunan air di atasnya seperti talang dan lain-lain.

f. Angka kontur dituliskan menurut kontur interval yang telah ditetapkan. Ini harus berlaku bagi seluruh lembar. Karena peta yang dibuat adalah merupakan satu seri peta.

g. Silang-silang grid dilengkapi tiap 10 cm.

h. Ketebalan penarikan garis harus tetap, sehingga garis betul-betul hitam. Hal ini penting sebab garis yang tidak betul-betul hitam bila dicetak akan hilang.

i. Garis kontur tidak mungkin bersilangan ataupun bersinggungan.

salah

wrong

benar

right

salah

wrong

benar

right

100 100

7575

salah

wrongbenar

right Gambar 15

j. Penggambaran arah aliran air sungai : - Bila sungai digambar dengan 2 garis, maka simbol

aliran air yang berupa anak panah diletakkan di

antara kedua garis.

- Bila sungai digambar 1 garis simbol anak panah

k. Penyebaran simbol pada tata guna tanah harus diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak bertumpukan dengan simbol lainnya.

l. Peletakkan simbol pada suatu areal tata guna tanah tertentu digambar merata walaupun terdapat sungai/anak sungai di dalam areal tersebut.

.

980 .000

53

0.0

00

53

0.5

00

53

1.0

00

53

1.5

00

53

2.0

00

53

2.5

00

9 79 .500

979 .000

978 .500

978 .000

977 .500

V ILL A G E NA M E (w )

B M (w )

T R IG (w)

RIV

ER

NAM

E (w

)

20

20

2 0

53

0.0

00

53

0.5

00

53

1.0

00

53

1.5

00

53

2.0

00

53

2.5

00

20

980 .000

979 .500

979 .000

978 .500

978 .000

977 .500

20

P etu n juk

L em bar

S ka la

1 :5000

P E TA IN DE X K E TE R A N G A N N AM A P RO Y EK

10 m m

10 m m

CATATAN : 1. Citra ortofoto, tinggi titik rincikan dan kontur tidak dimasukkan dalam contoh

ini agar lebih jelas. 2. Huruf (W) menunjukkan bahwa nama satu identifikasi ditulis dalam suatu

bentuk citra stensil (ialah : putih di atas bayangan positif atau peta ortofoto), kecuali apabila detail positifnya menggunakan warna pucat di mana tulisan huruf harus tampak hitam.

3. Lihat bag. 8.4 untuk hal-hal yang terserah kepada pihak Pelaksana Pekerjaan.

Gambar 16 Contoh : Susunan Peta Ortofoto 1 : 5.000

20

53

0.0

00

52

7.5

00

52

5.0

00

52

2.5

00

52

0.0

00

20

980.000

977.500

975.000

972.500

970.000

20

Orthophoto Map

With 5 m

10

980.000

530

.00

0

527

.50

0

525

.00

0

522

.50

0

520

.00

0

977.500

975.000

972.500

970.000

20

20

Skala

1:20000

PETA INDEX

KETERANGANNAMA PROYEK

U

9

8

7

6

C D E F

CATATAN : 1. Citra ortofoto dan kontur tidak dimasukkan dalam contoh ini agar terlihat

lebih jelas. 2. Catatan harus menjelaskan bahwa peta ortofoto skala 1 : 20.000 ini berasal

dari peta ortofoto skala 1 : 5.000

Gambar 17 Contoh : Susunan Peta Ortofoto 1 : 20.000