pt 04 2010.pdf

Upload: nahdamar-rihca

Post on 15-Oct-2015

179 views

Category:

Documents


71 download

TRANSCRIPT

  • STANDARD PERENCANAAN

    IRIGASI

    PERSYARATAN TEKNIS

    BAGIAN

    PENYELIDIKAN MODEL HIDROLIS

    PT 04

  • DAFTAR ISI

    1. PENDAHULUAN

    Umum ................................................................................... 1

    Deskripsi Pekerjaan ................................................................ 2

    Lokasi Pekerjaan ................................................................... 2

    Fungsi 2

    Tujuan 2

    Lingkup Pekerjaan ................................................................. 3

    2. PENYELIDIKAN / UJI MODEL

    Pengumpulan Data ................................................................. 4

    Data Hidrologi ...................................................................... 4

    Data Pengukuran (Peta) ........................................................ 5

    Data Sedimen ....................................................................... 5

    Data Geologi Teknik .............................................................. 5

    Tipe Model Uji ....................................................................... 6

    Skala Model ........................................................................... 7

    Pelaksanaan Penyelidikan Uji / Model ....................................... 8

    3. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN UJI MODEL ............... 10

    4. PENGAWASAN ................................................................ 10

    5. LAIN-LAIN ..................................................................... 10

    6. LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................. 12

  • 1. PENDAHULUAN

    1.1 Umum

    Ada 2 (dua) cara pengujian model dalam memecahkan persoalan-

    persoalan pada bangunan air dan persungaian yaitu dengan model

    matematis dan model fisik berskala.

    Model matematis dilakukan dengan cara simulasi perilaku hidrolis

    kedalam rumusan-rumusan matematika dan kemudian dilakukan

    perhitungan dengan menggunakan komputer, model ini biasanya

    digunakan untuk studi banjir, gejala perubahan morfologi seperti

    degradasi dan agradasi yang akan terjadi di sungai.

    Model fisik berskala adalah model hidrolis yang digunakan untuk

    melakukan simulasi perilaku hidrolis pada prototipe bangunan air yang

    telah direncanakan dengan skala lebih kecil dimana informasi detail

    dalam 3 (tiga) dimensi, perilaku fisik seperti aliran air, sedimen dan

    keterkaitannya dengan waktu dikaji atau diteliti.

    2 (dua) uji model tersebut dapat dilakukan secara bersamaan untuk

    saling melengkapi sehingga didapat informasi-informasi yang dibutuhkan

    oleh ahli atau perencana hidraulik sehingga hal itu bermanfaat untuk

    mengambil kesimpulan-kesimpulan dalam memecahkan persoalan

    perencanaan teknis.

    Tetapi yang sering terjadi, pemilik pekerjaan mengalami kendala dana

    dan waktu yang terbatas maka uji model biasanya hanya dilakukan

    dengan 1 (satu) cara saja dengan alasan penghematan biaya dan

  • terbatasnya waktu, dan uji model yang sering digunakan adalah uji

    model fisik berskala karena diharapkan dapat memberikan informasi-

    informasi teknis yang lebih banyak dan detail.

    Untuk itu diberikan syarat-syarat untuk bendung yang perlu dimodelkan

    yaitu:

    1. Jika beda tinggi muka air di hulu dan hilir bendung = 7m

    2. Jika q100 min = 15 m3/det/m

    1.2 Deskripsi Pekerjaan

    1.2.1 Lokasi Pekerjaan

    Lokasi pekerjaan harus diuraikan dengan jelas mencakup: nama Propinsi,

    nama Kabupaten, nama Sungai dimana pekerjaan akan dilaksanakan,

    nama daerah irigasi, jalan masuk ke lokasi pekerjaan.

    Fungsi

    Memeriksa dan memantapkan desain hidraulik suatu bangunan.

    Mendapatkan dimensi dan tata letak bangunan yang relatif paling

    baik ditinjau dari segi hidraulik.

    Mendapatkan alternatif desain.

    Mengurangi dan mengoptimumkan biaya pelaksanaan.

    Memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi

    saat dan setelah bangunan dibuat.

    Mengurangi dan meminimalkan dampak negatif terhadap

    bangunan lain dan lingkungan disekitarnya.

    Mendapatkan panduan operasi dan pemeliharaan bangunan.

  • 1.2.3 Tujuan

    Hal-hal yang menjadi pertimbangan perlu tidaknya dilakukan

    penyelidikan atau uji model adalah :

    (a) Apakah kondisi lokasi bangunan-bangunan yang direncanakan akan

    menimbulkan masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan dengan

    pengalaman yang ada.

    (b) Apakah masalah-masalah bangunan begitu kompleks sehingga

    dengan parameter-parameter dan standar perencanaan yang ada

    tidak memungkinkan dibuat suatu perencanaan akhir yang dapat

    diterima.

    (c) Apakah aturan-aturan pendahuluan untuk eksploitasi dan

    pemeliharaan bangunan nanti tidak dapat ditetapkan berdasarkan

    pengalaman sebelumnya.

    (d) Apakah hasil-hasil penyelidikan model akan banyak menghemat

    biaya konstruksi termasuk kegiatan operasi dan pemeliharaannya.

    (e) Atau untuk mendapatkan bentuk hidraulik bangunan air berikut

    bangunan pelengkap lainnya yang mendukung, ditinjau dari kinerja,

    keamanan, biaya dan meminimalkan dampak negatif dari bangunan

    air yang direncanakan dan bagian-bagiannya terhadap lingkungan.

    1.2.4 Lingkup Pekerjaan

    Bagian-bagian bangunan utama yang diselidiki dalam uji hidrolis model

    antara lain :

    (a) Lokasi dan tata letak umum bangunan pengelak

    (b) Pekerjaan pengaturan sungai di hulu bangunan

    (c) Bentuk mercu bendung pelimpah tetap

    (d) Pintu-pintu utama bendung gerak termasuk bentuk ambangnya

    (e) Kolam olak

  • (f) Pembilas/pengambilan sehubungan dengan pengelakan sedimen

    (g) Saluran pengarah dan kantong lumpur

    2. PENYELIDIKAN / UJI MODEL

    Pekerjaan penyelidikan/uji model dibagi kedalam tiga tahapan yaitu :

    (a) Pengumpulan data dan pembuatan asumsi pendahuluan

    (b) Deskripsi model

    (c) Penyelidikan/uji model yang akan dilakukan

    2.1 Pengumpulan Data

    Data-data dasar yang diperlukan laboratorium uji model adalah :

    (a) Data hidrologi

    (b) Data geometri sungai, saluran, dan bangunan

    (c) Data sedimen (kalau ada)

    (d) Data geologi teknik

    (e) Hasil perencanaan pendahuluan yang telah dilakukan (gambar

    desain, nota perhitungan)

    Data-data dasar lain yang diperlukan dicari sendiri oleh teknisi dari

    laboratorium uji model dan ahli atau teknisi laboratorium juga perlu

    melakukan survei atau pengamatan lapangan dengan didampingi oleh

    perencana pekerjaan.

    2.1.1 Data Hidrologi

    Data dapat diberikan dalam bentuk lengkung (kurva) muka air vs debit

    (stage discharge curves). Bila data-data asli tidak tersedia, dapat

    menggunakan data-data dari sungai yang berdekatan dan serupa. Kurva-

  • kurva debit yang di dapat dari hulu atau hilir dan kurva angkutan

    sedimen yang akan dipakai dalam uji model harus diketahui dan disetujui

    oleh perencanaan pekerjaan.

    2.1.2 Data Pengukuran (peta)

    Diperlukan beberapa parameter yang sangat berguna dalam memberi

    data masukan tentang morfologi sungai, antara lain geometri sungai,

    meliputi: alur, palung dan lembah sungai secara vertikal dan horizontal,

    denah, dimana data yang diperlukan adalah :

    (a) Panjang

    (b) Lebar

    (c) Kemiringan

    (d) Ketinggian ( elevasi )

    (e) Kekasaran

    Data tersebut dapat diperoleh dengan cara pengukuran langsung

    dilapangan.

    2.1.3 Data Sedimen

    Data-data sedimen yang diperlukan adalah :

    (a) Volume sedimen dasar dan sedimen layang disungai, lengkap

    dengan hubungan terhadap waktu dan debit sungai.

    (b) Ukuran dan distribusi butir.

    (c) Komposisi kimia.

  • Data-data tersebut sebaiknya didapatkan dari hasil pengambilan contoh

    sedimen di sungai, yang dilakukan oleh ahli atau teknisi laboratorium uji

    model.

    2.1.4 Data Geologi Teknik

    Deskripsi mengenai kondisi geologi tanah meliputi :

    - Jenis batuan, massive atau material lepas.

    - Singkapan batuan, termasuk armoring.

    2.2 Tipe Model Uji

    Awal dari penyelidikan/uji model adalah hasil perencanaan pendahuluan.

    Penyelidikan model uji hidrolis untuk bangunan-bangunan utama akan

    merupakan kombinasi antara model hidrolis dasar bergerak dan model

    hidrolis dasar tetap.

    (a) Model hidrolis dasar tetap, digunakan untuk mempelajari pola aliran

    terutama seperti

    - konfigurasi dinding sayap

    - pengambilan dan pintu-pintu bilas

    - dinding pemisah atau pilar-pilar jembatan

    - kinerja kolam olak dalam meredam gelombang-gelombang

    permukaan dan turbulensi

    - pola aliran di saluran primer ke kantong lumpur serta di kantong

    lumpur sendiri dan di sekeliling bangunan bilas di ujung kantong

    lumpur

    (b) Model hidrolis dasar bergerak, diperlukan untuk penyelidikan

    perubahan morfologi sungai antara lain terjadinya penggerusan lokal

    disekitar bangunan-bangunan utama atau lebih jauh lagi ke hulu

    atau ke hilir dimana ada kemungkinan terjadinya perubahan

  • morfologi sungai yang membahayakan bangunan-bangunan yang

    dibuat.

    Gejala gerusan yang perlu diselidiki adalah :

    Dalamnya gerusan di depan pengambilan dan pembilas

    Gerusan di depan tubuh bendung yang disebabkan oleh aliran

    silang tiga dimensi

    Gerusan di sekeliling pilar jembatan

    Gerusan di depan tembok sayap

    Gerusan di hilir kolam olak

    Gerusan di sekeliling krip dan bangunan-bangunan pengarah

    aliran yang lain

    Gerusan akibat exploitasi pintu bilas dan pintu bendung gerak

    Untuk menyelidiki perilaku bangunan-bangunan utama irigasi dipakai

    model 3 (tiga) dimensi, sedangkan untuk menyelidiki bentuk mercu,

    koefisien debit, koefisien pintu air dan peredam energi digunakan model

    2 (dua) dimensi.

    2.3 Skala Model

    Skala model pada umumnya berkisar antara 1 : 10 sampai 1 : 50, tetapi

    bergantung juga pada luas ruang yang tersedia di laboratorium dan

    persyaratan minimum untuk kesamaan antara model dan prototipe.

    Model untuk bangunan utama adalah tanpa distorsi, artinya

    perbandingan antara skala horizontal dan skala vertikal adalah 1 (satu)

    atau dengan kata lain, skala adalah rasio dan perbandingan antara

    besaran yang ada di model dan di lapangan.

  • Ukuran model untuk sungai, panjangnya dari as bangunan utama yang

    di uji ke hulu sepanjang 10 (sepuluh) kali lebar sungai di hulu bangunan,

    sedangkan ke hilir sepanjang 5 (lima) kali lebar sungai di hilir bangunan.

    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap skala model :

    a. Tujuan dan apa yang ingin dihasilkan.

    b. Dimensi hidraulik sistim yang disimulasikan.

    c. Kemampuan laboratorium dan peralatan yang digunakan.

    d. Ketelitian permodelan minimum yang harus dihasilkan.

    Jenis-jenis skala model :

    a. Model tanpa distorsi adalah model yang mempunyai skala

    horizontal dan vertikal yang sama

    (nv = nh).

    b. Model dengan distorsi adalah model yang di desain dengan skala

    horizontal dan vertikal yang berbeda.

    Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam penentuan skala

    model, antara lain : kriteria kesesuaian kondisi aliran, kekasaran

    hidraulik, dinamika pergerakan partikel air dan sedimen, kesesuaian gaya

    seret dan gaya seret kritis, kesesuaian angkutan muatan sedimen.

    Prinsip keserupaan/similaritas antara model dan prototipe, mencakup :

    similaritas geometri, kinematik dan dinamik.

    2.4 Pelaksanaan Penyelidikan / Uji Model

    Bagian ini menjelaskan urutan penyelidikan atau uji model yang akan

    dilaksanakan yaitu :

  • Pembuatan konstruksi model berskala (sungai tanpa bangunan

    didasarkan pada gambar-gambar dan data-data topografi yang

    tersedia dan didahului perhitungan rumus-rumus skala (n)).

    Verifikasi antara model dengan prototipe, dengan pembuatan

    kurve debit untuk model yang bersangkutan.

    Membandingkan kurva-kurva debit di dalam model dengan kurva-

    kurva yang ditemukan pada prototipe.

    Bila diperkirakan akan terjadi penurunan dasar sungai

    (degradasi), maka keadaan ini harus dimasukkan ke dalam

    penyelidikan kurve debit dengan cara menurunkan tinggi dasar

    dan muka air dengan angka tertentu.

    Perimbangan transportasi sedimen harus dijaga dengan cara

    menentukan banyaknya sedimen yang akan dimasukkan ke

    sebelah hulu model untuk mengupayakan agar degradasi atau

    agradasi tidak terjadi pada waktu yang lama.

    Pelaksanaan uji model harus mengikuti standar-standar uji model

    fisik yang ditetapkan dalam SNI antara lain :

    SNI 03 3408 1994

    SNI 03 3409 1994

    SNI 03 3410 1994

    SNI 03 3411 1994

    SNI 03 3965 1995

    Penyelidikan dilakukan dalam kelompok-kelompok atau babak

    untuk setiap perubahan model. Hasil yang dicapai dalam masing-

    masing babak dan dampaknya, didiskusikan antara perencana

    dan laboratorium.

    Proses penyelidikan dicatat dalam sketsa dan foto dimana elevasi

    garis-garis kontur ditandai dengan jelas.

  • Pada umumnya dalam pembuatan model harus memperhatikan :

    batas model, geometri sungai dan bangunan, kekasaran,

    pembuatan inlet dan outlet model sedangkan untuk konstruksi

    model, yang diperhatikan adalah :

    - pemasangan alat-alat ukur debit di udik dan di hilir model.

    - bagian-bagian/komponen bangunan lainnya.

    - pemilihan material.

    - pekerjaan workshop.

    Aspek-aspek penting lainnya yang perlu di selidiki adalah :

    - aliran menuju bangunan.

    - profil muka air, pusaran air (vortex), aliran menyilang.

    - kecepatan.

    - kavitasi.

    - penggerusan dan pengaruh degradasi dasar sungai.

    3. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN UJI MODEL

    Pihak laboratorium harus menyusun jadwal waktu dalam bentuk bagan

    kegiatan/waktu yang akan mereka lakukan, dimana ditunjukkan berapa

    waktu yang diperlukan untuk keseluruhan tahapan penyelidikan.

    Jadwal waktu tersebut harus mencakup :

    (a) waktu yang diperlukan untuk mobilisasi

    (b) waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan dan evaluasi data

    (c) waktu untuk pelaksanaan uji model yang meliputi :

    - pembuatan model

    - penyelidikan perbabak

    - analisis dan interpretasi data

    (d) diskusi mengenai masalah-masalah teknis dengan pemberi pekerjaan

    (e) pelaporan

  • 4. PENGAWASAN

    Perencana harus mengawasi jalannya pelaksanaan uji model untuk dapat

    mengambil keputusan-keputusan terhadap kemungkinan adanya

    penyelidikan tambahan maupun benar tidaknya arah penyelidikan secara

    keseluruhan.

    5. LAIN-LAIN

    Pelaporan mengenai hasil penyelidikan model diserahkan kepada

    pemberi pekerjaan dalam jangka waktu yang tidak ditetapkan bersama

    dan dilengkapi table, grafik, dan foto dan 1 (satu) softcopy.

    Cakupan/materi laporan meliputi :

    Pendahuluan

    Data bangunan

    Survei hidraulik lapangan

    Pembuatan model

    Pengujian model

    Kesimpulan dan saran

    Lampiran

  • 6. LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Lampiran 1 Contoh Perjanjian

    SURAT PERJANJIAN KERJA SAMA

    SATUAN KERJA :

    NO. KODE SATUAN KERJA :

    PEKERJAAN : Penyelidikan hidrolis dengan model untuk

    Bendung

    di Propinsi

    NOMOR KONTRAK :

    LAMPIRAN : 1. Surat Perintah Mulai Kerja No.

    tanggal

    2. Surat Penunjukan Puslitbang Sumber

    Daya Air No .

    tanggal

    3. Berita Acara Hasil Evaluasi dan

    Negosiasi Penawaran

    No tanggal

    4. Surat Kepala Puslitbang Sumber Daya

    Air No

    tanggal

    5. Rencana Anggaran Biaya

    6. Jadwal Waktu Pelaksanaan

    7. Kerangka Acuan Kerja (KAK)

    8. Lain-lain

  • ..

    Pada hari ini, tanggal .bulan . Tahun kami

    yang bertanda tangan dibawah ini :

    1.

    .

    . , selanjutnya disebut :

    PIHAK KESATU

    2.

    Kepala Satuan Kerja yang

    bertindak untuk dan atas nama ... , beralamat

    di.... .. ,

    selanjutnya disebut :

    PIHAK KEDUA

    Dengan ini menyatakan telah membuat perjanjian kerja sama sebagai

    berikut, bahwa berdasarkan :

    1. ;

    2. ;

    3. ;

  • kedua belah pihak telah sepakat untuk membuat Perjanjian kerja sama

    mengenai pelaksanaan pekerjaan : Penyelidikan hidrolis dengan model

    Bendung... di propinsi . dengan ketentuan-

    ketentuan sebagaimana tercantum pasal-pasal sebagai berikut :

    Pasal 1

    PENJELASAN UMUM

    PIHAK KESATU dalam jabatannya tersebut di atas memberi tugas kepada

    PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA menerima tugas itu untuk

    melaksanakan pekerjaan penyelidikan hidrolis dengan model

    sebanyak buah, yaitu bendung .. di

    propinsi

    Pasal 2

    URAIAN TUGAS PEKERJAAN

    Tugas pekerjaan yang dimaksud dalam pasal 1 di atas adalah meliputi :

    1. Pengumpulan data hidrolis

    2. Pembuatan model

    3. Penyelidikan hidrolis dengan model antara lain untuk :

    a. Memeriksa kapasitas pelimpahan bendung

    b. Memeriksa pergerakan sedimen

    c. Memeriksa penggerusan yang terjadi di hilir bendung

    4. Dan lain-lain hal seperti tercantum dalam kerangka acuan kerja (KAK)

    terlampir.

    Pasal 3

    REFERENSI PEKERJAAN

    Dalam melaksanakan pekerjaan teknis ini berlaku dan mengikat hal-hal

    seperti tercantum di bawah ini :

  • 1. Syarat-syarat pelaksanakan pekerjaan perencanaan teknis, yang

    tercantum dalam kerangka acuan kerja (KAK) seperti yang

    terlampir dalam Surat Perjanjian Kerja Sama ini.

    2. Rencana pelaksanaan dan rencana pengerahan tenaga ahli/expert

    yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

    3. Catatan-catatan hasil diskusi maupun seminar-seminar yang

    diadakan oleh kedua belah pihak maupun petunjuk-petunjuk

    lisan/tertulis yang diberikan oleh PIHAK KESATU.

    4. Undang-undang untuk pelaksanaan pekerjaan di Indonesia.

    Pasal 4

    CARA PELAKSANAAN PEKERJAAN

    Pekerjaan-pekerjaan tersebut pada pasal 1 harus berpedoman pada

    kerangka acuan kerja (KAK) yang merupakan lampiran Surat Perjanjian

    Kerja Sama ini.

    Pasal 5

    JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

    PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan tersebut pada pasal 2 dalam

    jangka waktu .. hari kalender, terhitung mulai dari waktu setelah

    ditandatangani SPKS ini dan pembayaran uang muka kerja diterima oleh

    PIHAK KEDUA selambat-lambatnya pada tanggal . (terhitung

    mulai dari waktu setelah . hari ditandatangani Surat Perintah Mulai

    Kerja).

    Pasal 6

    PENYERAHAN HASIL PEKERJAAN

    1. Pekerjaan dianggap selesai setelah ditemukan bentuk yang paling

    baik dan aman dilihat dari segi hidrolis.

  • 2. PIHAK KEDUA akan mengundang PIHAK KESATU untuk

    menyaksikan model terakhir tersebut, disertai uraian

    perbandingan dari model-model terdahulu sampai dengan

    terakhir ini.

    3. Serah terima pekerjaan disertai laporan tertulis pada kertas

    ukuran kwarto yang dilampiri gambar-gambar dan foto, lengkap

    dengan saran-saran perbaikan.

    Pasal 7

    PEKERJAAN TAMBAH / KURANG

    1. Pekerjaan tambah/kurang hanya dianggap syah apabila ada

    perintah tertulis dari PIHAK KESATU, dalam hal ini Direksi

    Pekerjaan.

    2. Setiap selisih volume pekerjaan yang diakibatkan dari

    penambahan/pengurangan pekerjaan seperti tersebut pada ayat

    1 akan diperhitungkan dengan berpedoman pada Rencana

    Anggaran Biaya dengan melalui negosiasi kedua belah pihak.

    3. Pekerjaan tambah/kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan

    untuk mengubah waktu penyelesaian pekerjaan, kecuali atas

    persetujuan PIHAK KESATU secara tertulis.

    Pasal 8

    KETERLAMBATAN PEKERJAAN

    1. Apabila terjadi keterlambatan pelaksanaan dalam jangka waktu

    penyelesaian pekerjaan seperti dalam pasal 4 Surat Perjanjian

    Kerja Sama ini, PIHAK KEDUA diharuskan mengajukan

    perpanjangan waktu pelaksanaan yang disampaikan secara

    tertulis lengkap dengan alasan keterlambatannya dan

  • berkewajiban melanjutkan pekerjaan tersebut sampai selesai

    dengan waktu yang ditentukan oleh PIHAK KESATU dengan tidak

    menuntut penambahan biaya dari PIHAK KESATU.

    2. Perpanjangan waktu dapat diberikan oleh PIHAK KESATU, jika

    alasan keterlambatan sudah dapat diterima.

    Pasal 9

    DIREKSI PEKERJAAN

    Direksi pekerjaan adalah Kepala Seksi Survai dan Pengukuran pada Sub

    Direktorat Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi atau pejabat yang

    ditunjuk olehnya.

    Pasal 10

    BIAYA

    Biaya pelaksanaan pekerjaan tersebut dalam pasal 1 ditetapkan sebesar

    Rp..

    (.rupiah). Dengan perincian

    sebagai berikut :

    a. Pos gaji/upah Rp

    b. Pos bahan-bahan Rp

    c. Pos peralatan Rp

    d. Pos biaya perjalanan Rp

    e. Konstruksi Rp

    f. Lain-lain pengeluaran Rp

    Jumlah Rp

    Dibebankan pada DIPA Satuan Kerja

  • Pasal 11

    CARA PEMBAYARAN

    11.1 Cara pembayaran beaya pelaksanaan pekerjaan akan

    dilaksanakan melalui Kantor Perbendaharaan Negara

    .. , melalui Surat Kuasa Penerbitan S.P.M.

    Pasal 12

    PAJAK DAN BEA MATERAI

    1. Pajak

    Disesuaikan dengan Undang-undang dan peraturan perpajakan

    yang berlaku.

    2. Bea Meterai

    Penyelesaian Bea Materai menjadi tanggung jawab PIHAK

    KEDUA.

    Pasal 13

    PERSELISIHAN

    1. Segala perselisihan atau problem yang dihadapi akan

    diselesaikan/dicari jalan keluarnya secara musyawarah antara

    kedua belah pihak.

    2. Jika cara musyawarah ini tidak memberikan penyelesaian, maka

    PIHAK KESATU bersama-sama PIHAK KEDUA menyetujui untuk

    meminta penyelesaian dari instansi yang lebih tinggi Departemen

    Pekerjaan Umum.

  • Pasal 14

    DOMISILI

    PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA memilih tempat dan alamat yang

    tetap dalam Surat Perjanjian Kerja Sama ini pada Kantor Panitera

    Pengadilan Negeri

    Pasal 15

    PENYIMPANGAN

    Segala sesuatu yang bersifat melengkapi/mengubah isi Surat Perjanjian

    Kerja Sama ini akan diatur bersama atas persetujuan kedua belah pihak

    dan untuk pelaksanaannya ditampung dalam bentuk Addendum

    Pasal 16

    16.1 PIHAK KEDUA dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian dan

    keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang telah ditetapkan,

    apabila terjadi keadaan memaksa (Force Majeure).

    16.2 Keadaan memaksa (Force Majeure) yang dimaksud di atas antara

    lain :

    16.2.1 Bencana Alam

    16.2.2 Keadaan keamanan yang tidak mengizinkan

    16.2.3 Peristiwa-peristiwa lain di luar kemampuan PIHAK KEDUA

    yang disetujui PIHAK KESATU.

    16.3 Setiap peristiwa keadaan memaksa seperti tersebut di atas harus

    mendapatkan pengesahan secara tertulis dari PIHAK KESATU.

    Pasal 17

    PENUTUP

  • 1. Surat Perjanjian Kerja Sama ini beserta lampiran-lampiran tidak

    dapat dipisahkan dan dianggap sah setelah ditandatangani oleh

    kedua belah pihak.

    2. Surat Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap 23 ( dua

    puluh tiga ). Lembar ke-1 sampai dengan ke-5 ditandatangani asli

    oleh kedua belah pihak dan diperuntukkan :

    Lembar ke-1 : PIHAK KESATU

    Lembar ke-2 : PIHAK KEDUA

    Lembar ke-3 : Bendahara Satuan Kerja Direktorat Irigasi di

    Bandung

    Lembar ke-4 : Kepala Kantor Perbendaharaan Negara

    setempat

    Lembar ke-5 : Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta

    Lembar ke-6 : Badan Pengawas Keuangan dan

    Pembangunan di Jakarta

    Lembar ke-7 : Direktur Jenderal Sumber Daya Air di Jakarta

    Lembar ke-8 : Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan

    Umum di Jakarta

    Lembar ke-9 : Direktur Irigasi di Jakarta

    Lembar ke-10 : Kepala Biro Keuangan Kementerian

    Pekerjaan Umum di Jakarta

    Lembar ke-11 - 13 : Kantor Perbendaharaan Negara setempat

    Lembar ke-14 : Kepala Bagian Keuangan Direktorat Jenderal

    Sumber Daya Air di Jakarta

    Lembar ke-15 : Kantor Perbendaharaan Negara setempat

    Lembar ke-16 : Arsip PIHAK KEDUA

  • PIHAK KEDUA

    PEMIMPIN ..........................

    ..........................................

    ..........................................

    (.........................)

    PIHAK KESATU

    PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

    ..........................................

    ..........................................

    (.........................)