referat - cairan resusitasi
DESCRIPTION
medicineTRANSCRIPT
Referat “RESUSCITATION FLUIDS”
Irene Ruth Saputra 04101001075Tria Puji Kurnia Sunazki 04124705047Yosua Alexander 04101001108
Pembimbing: dr. Agustina br. Haloho, SpAn, M.Kes
FK Unsri/RSUP Moh. Hoesin Palembang2014
Outline
Pendahuluan Tinjauan Pustaka
Kompartemen Cairan Tubuh Syok Cairan Resusitasi
Kesimpulan Daftar Pustaka
Pendahuluan
Resusitasi cairan
Untuk pengobatan akut
Prinsip fisiologis
Keputusan dokter dan pemerintah
Sulit mencari resusitasi cairan yang
ideal
Pendahuluan
Cairan resusitasi
Koloid
Indikasi Efek samping, Toksisitas
Pemilihan cairan resusitasi
Kristaloid
Kontraindikasi
Kompartemen Cairan Tubuh
Air bagian terbesar tubuh manusia
Tabel 1. Proporsi berat air terhadap berat badan menurut umur (Pandey CK et all, 2003)
Usia kgBB(%)
Bayi Premature
3 bulan
6 bulan
1-2 tahun
11-16 tahun
Dewasa
Dewasa Gemuk
Dewasa Kurus
80
70
60
59
58
58-60
40-50
70-75
Kompartemen Cairan Tubuh
Kompartemen Cairan Tubuh
Kompartemen Cairan Tubuh
Kompartemen Cairan Tubuh
Zat yang terkandung dalam cairan tubuh
Elektrolit Kation: Na+ ,K+, Ca 2+, Mg 2+ Anion: Cl-, HCO3-, PO4 3-
Non elektrolit Glukosa, urea, bilirubin, kreatinin
Syok
Syokgangguan sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang diakibatkan oleh gangguan hemodinamik
Tahanan vaskuler sistemik (arteri)
↓
Darah balik ↓
Pengisian
ventrikel ↓
Curah jantung
<<<
4 komponen
Volume plasma intravaskulerPompa jantungPembuluh darahSumbatan potensi aliran darah
Syok
Syok pada trauma Syok hemoragik Syok hipovolemik Syok non hemoragik
Syok
Syok hipovolemik
Syok
Syok hipovolemik Prinsip penatalaksanaan
mengembalikan kondisi normal fungsi tanda vital dan hemodinamik▪ Tahapan resusitasi (ABC)▪ Menghentikan dan mencegah perdarahan +
imobilisasi▪ Posisi syok wanita hamil dimiringkan ke kiri▪ Cairan infus IV NaCl 0,9% atau RL 20
ml/kgBB (1-2 L untuk orang dewasa) beri volume 5 kali darah yang hilang monitoring tanda vital + hemodinamik beri koloid bila tidak ada perbaikan
Syok
Syok non hemoragik Syok kardiogenik Syok neurogenik Syok sepsis
Cairan Resusitasi
Sejarah cairan resusitasi 1832 Robert Lewins efek larutan garam
alkali terhadap pandemi kolera 1885 Sidney Ringer modifikasi larutan
garam fisiologi untuk pasien gastroenteritis dimodifikasi lagi oleh Alexis Hartmann
1942 Albumin dipakai secara luas untuk pasien luka bakar di Pearl Harbour
Saat ini digunakan untuk semua pasien bedah mayor, trauma, luka bakar, dan yang dirawat di ICU
Cairan Resusitasi
FisiologiStarling: Tekanan onkotik Tekanan hidrostatik Permeabilitas membran
(glikokaliks)
Cairan Resusitasi
Cairan resusitasi ideal saat ini belum ada yang memenuhi kriteria: Menghasilkan efek yang dapat diprediksi dan
mampu meningkatkan volume intravaskuler secara bertahap
Memiliki komposisi kimiawi yang menyerupai cairan ekstraseluler
Dapat dimetabolisme dan diekskresi secara komplit tanpa terakumulasi dalam jaringan tidak menimbulkan efek sistemik dan metabolik
Hemat, terjangkau pasien
Cairan ResusitasiKebutuhannya tidak banyak (1/3 dari kristaloid)
Mahal, tidak mudah didapat
Koloid
Mudah didapat, merupakan lini pertama cairan resusitasi
Tidak bertahan lama di intravaskuler, berisiko edema interstisial
Kristaloid
Cairan Resusitasi
Cairan Resusitasi
Kristaloid NaCl▪ Jenis:▪ Normal saline atau NaCl 0,9% (isotonik/fisiologis)
Paling sering digunakan di seluruh dunia▪ NaCl hipertonik (3%, 5%, 7,5%) strategi resusitasi
akhir
▪ 1 L NaCl 0,9% 275 ml plasma + 825 ml interstisial▪ Tidak ada perbedaan ion kuat asidosis
metabolik hiperkloremik disfungsi imunitas, disfungsi ginjal
Cairan Resusitasi
Kristaloid Cairan Hartmann/Ringer▪ Merupakan NaCl dengan tambahan Na dan K
yang diionisasi▪ Jenis▪ Ringer Laktat (RL)
Replacement therapy syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar
Sodium laktat bikarbonat (di hati) asidosis metabolik ↓
Cairan Resusitasi
▪ Ringer Asetat (Asering) Asetat dimetabolisme di otot diberikan pada
pasien dengan gangguan metabolisme laktat (penyakit hati)
▪ Ringer Asetat Malat▪ Ringer Fundin (RF) cairan baru
Dekstrosa▪ Jenis (konsentrasi): 5%(D5), 10%(D10)▪ Diberikan untuk rumatan dengan restriksi
natrium▪ Trauma kapitis edema otak
Cairan Resusitasi
Cairan Resusitasi
Koloid Albumin (berat molekul= 69kD)▪ Efek 6-12 jam▪ Jenis (konsentrasi)▪ 5% isoonkotik, kenaikan volume plasma 80-100%▪ 25% hiperonkotik, kenaikan volume plasma 200-400%
Hydroxylethyl Starch (HES)▪ terdiri dari rantai panjang polimer glukosa bercabang diganti secara
berkala oleh radikal hidroksil (OH) degradasi enzimatik (molekulnya mengecil) makin tinggi berat molekul, makin lama degradasi (makin lama bertahan di intravaskuler) batas 50 kD dapat dieksresi ginjal
▪ Ekspansi volume plasma 100 %, bertahan 8-12 jam, relatif murah▪ Jenis (berat molekul)▪ Berat molekul tinggi (450kD) risiko gangguan fungsi ginjal▪ Berat molekul menengah (200kD)▪ Berat molekul rendah (70kD)
Cairan Resusitasi
Dextran▪ Jenis (berat molekul)▪ 6%-70 kD bertahan 12 jam▪ 10%-40 kD bertahan 8 jam
▪ Ekspansi volume plasma 100-150%▪ Efek samping: kelainan faktor koagulasi
Gelatin (5-50kD)▪ Jenis▪ Succinylated Gelatin atau modifikasinya▪ Urea Cross-Linked Gelatin▪ Oxypolygelatins
▪ Ekspansi volume plasma 70-80%, durasi lebih pendek dibanding koloid lain
Cairan Resusitasi
Koloid
Karakteristik Masing-Masing Larutan Koloid
Cairan
Berat Molekul
Rata-Rata
(kilodalton)
Tekanan Onkotik
(mmHg)
Δ Volume Plasma
Durasi Efek
Volume Infusate
25% Albumin 69 70 3.0-4.0 12 jam
10% Dekstran-40 26 40 1.0-1.5 6 jam
6% Hetastrach 450 30 1.0-1.3 24 jam
5% Albumin 69 20 0.7-1.3 12 jam
Cairan Resusitasi
Koloid Kristaloid
Molekul besar
Tidak larut sempurna
Mikroemboli
Tahan 4-6 jam dalam IV
Cepat meningkat dalam sirkulasi
Protein mahal
Jumlah koloid sebanding dengan volume darah
yang hilang
Dapat menimbulkan anafilaksis
Koagulopati
Albumin bisa memperberat depresi miokard
pada pasien syok
Molekul kecil
Larut sempurna
Membuat sumbatan
Tahan 2-3 jam dalam IV
Lambat
Elektrolit/ karbohidrat
Murah
Jumlah kristaloid 3-4 kali vol darah yang hilang
Menimbulkan edema sehingga ekspansibilitas
dinding dada menurun
Jarak kapiler-sel bertambah sehingga oksigenasi
jaringan terganggu
Cairan Resusitasi
Terapi Penggantian Cairan
Perdarahan Tiap 1 mL darah yang hilang digantikan
dengan 3 mL cairan kristaloid isotonis
seimbang atau 1 mL cairan koloid/darah
Third space losses Digantikan dengan cairan kristaloid
isotonis seimbang (contoh: Ringer Laktat)
Keringat berlebihan Digantikan dengan D5W ¼ NS dengan 5
mEq KCl/L
Gastric and colonic losses Digantikan dengan D5W ½ NS dengan 30
mEq KCl/L
Bile, pancreas, and small bowel losses Digantikan dengan cairan kristaloid
isotonis seimbang (contoh: Ringer Laktat)
Cairan Resusitasi
Melihat banyaknya cairan yang hilang: Perubahan berat badan yang cepat Riwayat kehilangan cairan (muntah, diare,
urin) lihat frekuensi dan volumenya pemeriksaan fisik (status mental, tekanan
darah, frekuensi nadi, membran mukosa, turgor kulit, dan warna kulit)
pemeriksaan laboratorium (kimia serum, hematokrit, analisis urin)
Cairan Resusitasi
Terapi cairan intraoperatif Maintenance (M)
Puasa (P)= cairan maintenance x waktu puasa (jam)
Insensible weight loss (I)= BB x kebutuhan cairan berdasarkan derajat trauma
Berat Tubuh Kebutuhan Cairan
Untuk 10 kg pertama (0-10 kg) 4 ml/kg/jam
Untuk 10 kg berikutnya (11-20 kg) tambah 2 ml/kg/jam
Setiap 1 kg berikutnya (>20 kg) tambah 1 ml/kg/jam
Derajat Trauma Tambaan Kebutuhan Cairan
Ringan (cth. Herniorafi) 0-2 ml/kg/jam
Sedang (cth. Apendektomi) 2-4 ml/kg/jam
Berat (cth. reseksi usus) 4-6 ml/kg/jam
Cairan Resusitasi
Pemberian cairan 1 jam pertama = ½ P + M + I 1 jam kedua dan ketiga = ¼ P + M + I
Estimated Blood Volume (EBV)= BB x konstanta (neonatus preterm 100ml/kg/jam; neonatus fullterm 90; infant 80; dewasa laki-laki 75; dewasa perempuan 65)
Estimated Blood Loss (EBL)= EBV x konstanta (dewasa= 10%; bayi= 20%)
Cairan Resusitasi
Rekomendasi untuk Resusitasi Cairan pada Pasien yang Mengalami Penyakit Akut Cairan harus diberikan secara hati-hati ketika
digunakan secara bersamaan dengan obat-obatan intravena jenis, dosis, indikasi, dan kontraindikasi, toksisitas potensial, biaya terapi
Identifikasi volume cairan yang kemungkinan besar dapat hilang dan ganti cairan yang hilang dengan volume yang sama
Cairan Resusitasi
Kebutuhan cairan senantiasa berubah setiap saat pada pasien yang sakit berat. Dosis kumulatif resusitasi dan cairan maintenance berhubungan erat dengan edema interstisial
Pertimbangan tertentu harus digunakan pada kategori pasien yang lain
Kesimpulan
Terapi cairan Tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh
dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena
Dibutuhkan jika tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral pasien harus puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lainnya
Dalam keadaan tertentu, dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa. (Latief SA dkk, 2001)
Kesimpulan
Seorang dokter harus mampu menilai volume intravaskular dengan akurasi yang memadai untuk mengoreksi cairan elektrolit atau defisit yang ada dan mengganti kerugian yang sedang berlangsung kesalahan dalam cairan dan penggantian elektrolit atau transfusi dapat menyebabkan morbiditas atau mortalitas. (Morgan GE and Mikhail MS, 2006)
Kesimpulan
Hingga saat ini belum ada satu pun cairan resusitasi yang ideal. Pemilihan, penentuan waktu, dan dosis cairan intravena harus dievaluasi secara hati-hati terutama ketika menggunakan obat-obatan intravena jenis lain, agar kita dapat memaksimalisasi khasiat dan meminimalisasi toksisitas iatrogenik. (Finfer et all, 2013)
Daftar Pustaka
American College of Surgeons Commite On Trauma (2004). ATLS 7th edition; 4; 111-142.Finfer, S.R., & J.L. Vincent. 2013. Resuscitation Fluids. The New England Journal of
Medicine. 368(13):1243-1251.Hardiman. 2013. Memahami Patofisiologi dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik. Jurnal FK
Unand. 2(3):178-182.Marino. PL. 2013. Morino's The ICU Book, 4th Edition. Wolters Kluer Health. Philadelphia,
pg. 217-234.Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. 4th Edition: McGraw-Hill.
2006; Chapter V: 1161.Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh. N 2003;47(5):380-
387.Said A. Latief, Kartini A Suryadi, M. Ruswan Dachlan. Petunjuk PraktisAnestesiologi. Edisi
ke-2. Bagian Anstesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2001. Halaman 133.
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Terapi cairan pada pembedahan. Dalam: Petunjuk praktis anestesiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi FKUI; 2001.
Tjokrowinoto. S. 2012. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah: Perbedaan Tekanan Darah Pasca Anestesi Spinal dengan Pemberian Preload dan Tanpa pemberian Preload 20cc/KgBB Ringer Asetat Malat. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro. Semarang, hal. 20-27.
Thank you!