seri teknologi perbenihan tanaman hutan kesambi

14
Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi (Schleicera oleosa MERR.) Penyusun : Eliya Suita I. PENDAHULUAN Kesambi termasuk salah satu tumbuhan hutan yang mudah beradaptasi, mempunyai manfaat yang serbaguna (multi purpose) serta bernilai ekonomis dan sangat potensial untuk dikembangkan. Buah pohon kesambi digemari dan dapat dimakan oleh manusia, binatang dan burung. Oleh karena itu pohon kesambi dapat menjadi alternatif tanaman unggulan di dalam dan di luar kawasan hutan (Bachli, 2007). Kesambi termasuk tanaman yang mempunyai sifat toleran terhadap tumbuhan / tanaman lainnya. Dalam pengembangan tanaman jati, kesambi merupakan pasangan yang paling ideal. Bahkan dalam berbagai literatur dikemukakan bahwa pada umumnya dimana ada pertumbuhan jati secara alami / liar disitu terdapat kesambi yang dapat tumbuh dengan baik. Selain toleran terhadap sesama pepohonan, kesambi juga dapat/mampu berasosiasi dengan tanaman hortikultura, seperti jagung dan kacang-kacangan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bungkil/kulit biji kesambi sangat cocok dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman jagung. Dengan demikian pemanfaatan ruang tumbuh sekitar tanaman kesambi dapat digunakan untuk tanaman pangan dan obat-obatan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Bachli, 2007). Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari pohon kesambi tersebut, maka pohon kesambi mempunyai potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya. Kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar kawasan hutan dapat ditanami kesambi. Kesambi termasuk jenis mudah tumbuh, tahan kekeringan dan bahkan tahan terhadap panas api, tajuknya rindang dan mampu bertunas sepanjang tahun. Manfaat dan kegunaan pohon ini dapat menjadi sumber penghidupan masyarakat dan sumber pandapatan bagi suatu daerah. Selain itu usaha tani lainnya dapat dikembangkan bersama kesambi dan manfaat utama dari kesambi yang tidak dapat kita peroleh dari tanaman lainnya adalah sebagai tempat memelihara dan

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan

Kesambi (Schleicera oleosa MERR.)

Penyusun : Eliya Suita

I. PENDAHULUAN

Kesambi termasuk salah satu tumbuhan hutan yang

mudah beradaptasi, mempunyai manfaat yang serbaguna

(multi purpose) serta bernilai ekonomis dan sangat potensial

untuk dikembangkan. Buah pohon kesambi digemari dan dapat

dimakan oleh manusia, binatang dan burung. Oleh karena itu

pohon kesambi dapat menjadi alternatif tanaman unggulan di

dalam dan di luar kawasan hutan (Bachli, 2007).

Kesambi termasuk tanaman yang mempunyai sifat

toleran terhadap tumbuhan / tanaman lainnya. Dalam

pengembangan tanaman jati, kesambi merupakan pasangan

yang paling ideal. Bahkan dalam berbagai literatur

dikemukakan bahwa pada umumnya dimana ada pertumbuhan

jati secara alami / liar disitu terdapat kesambi yang dapat

tumbuh dengan baik. Selain toleran terhadap sesama

pepohonan, kesambi juga dapat/mampu berasosiasi dengan

tanaman hortikultura, seperti jagung dan kacang-kacangan.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bungkil/kulit

biji kesambi sangat cocok dimanfaatkan sebagai pupuk pada

tanaman jagung. Dengan demikian pemanfaatan ruang tumbuh

sekitar tanaman kesambi dapat digunakan untuk tanaman

pangan dan obat-obatan, sesuai dengan kebutuhan masyarakat

(Bachli, 2007).

Mengingat banyaknya manfaat dan kegunaan dari

pohon kesambi tersebut, maka pohon kesambi mempunyai

potensi dan perlu dikembangkan melalui budidaya. Kawasan

hutan produksi yang tidak produktif dan lahan kritis di luar

kawasan hutan dapat ditanami kesambi. Kesambi termasuk

jenis mudah tumbuh, tahan kekeringan dan bahkan tahan

terhadap panas api, tajuknya rindang dan mampu bertunas

sepanjang tahun. Manfaat dan kegunaan pohon ini dapat

menjadi sumber penghidupan masyarakat dan sumber

pandapatan bagi suatu daerah. Selain itu usaha tani lainnya

dapat dikembangkan bersama kesambi dan manfaat utama dari

kesambi yang tidak dapat kita peroleh dari tanaman lainnya

adalah sebagai tempat memelihara dan

Page 2: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

mengembangkan/menularkan (inang) kutu lak yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi di dalam dan di luar negeri.

Pada umur 5-6 tahun, kesambi sudah dapat ditulari kutu lak.

Kutu lak adalah kutu penghasil lak. Lak berguna antara lain

sebagai bahan isolasi listrik, piringan hitam, tinta cetak,

ampelas, semir, kapsul obat, pelitur dan cat serta berbagai

manfaat lainnya (Bachli, 2007).

II. PENGENALAN JENIS

1. Tempat Tumbuh

Pohon kesambi tumbuh alami di lembah Himalaya, Sri

Langka, dan Indonesia. Di Indonesia kesambi tumbuh baik di

Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Pulau Seram

dan Pulau Kai. Di Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan,

Probolinggo, Pasuruan dan Besuki. Jenis ini sering digunakan

sebagai tanarnan pengisi pada tanaman jati, karena jenis ini

memiliki perakaran yang dalam dan selalu tumbuh hijau

sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pokok

sekaligus berfungsi sebagai sekat bakar. (Heyne, 1987).

Gambar 1. Pohon kesambi

Kesambi ditemukan tumbuh di daratan rendah yang

beriklim kering sampai ketinggian 600 m dpl, biasanya

ditanam pada daerah pantai sampai ketinggian 250 m dpl. Di

Jawa sendiri kesambi ditemukan pada ketinggian rendah,

namun dapat juga ditemukan pada ketinggian hingga (900–

1200) m. Kesambi membutuhkan curah hujan tahunan 750 –

2500 mm. Tumbuhan ini mampu hidup pada suhu maksimum

35–47.5oC dan suhu minimum 2.5

oC. Kesambi tumbuh pada

tanah kering, hingga terkadang pada tanah yang berawa.

Kondisi tanah kadang berbatu, kerikil, dan liat, memiliki

drainase yang baik dan lebih disukai tanah yang sedikit

Page 3: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

masam. Kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan

lahan kritis di luar kawasan hutan dapat ditanami kesambi

(Iwasa, 1997 dalam Agussalim, 2012).

2. Nama Daerah

Kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa) adalah

nama sejenis pohon daerah kering, berkerabat dengan jenis

rambutan yang berasal dari suku Sapindaceae. Beberapa nama

daerah lainnya adalah : kasambi (Sd.); kesambi, kusambi,

sambi (Jw., Bal.); kasambhi (Md.); kusambi, usapi (Tim.);

kasembi, kahembi (Sumba); kehabe (Sawu); kabahi (Solor);

kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Mak.); ading (Bug.)

(Wikipedia, 2012)

3. Deskripsi Botanis

Pohon kesambi dapat mencapai tinggi hingga 40 m,

dengan diameter hingga 2 m. Biasanya batang pohon kesambi

selalu bengkok dan bermata kayu serta berbanir. Kulitnya

halus, berwarna abu-abu. Batangnya silindris, berkerut, dan

tipis, berbulu pendek berwarna kuning kemerahan ketika muda

dengan kelenjar tertentu, hitam, kemudian coklat kekuningan

seperti abu. Daunnya bersirip genap, anak daun terakhir

seringkali seperti ujung anak daun. Bentuk daunnya lanset,

berseling, panjang 11-25 cm, lebar 2-6 cm, tepi rata, ujung

lancip, pertulangan menyirip, tangkai bulat, panjang + 1 cm

dan berwarna hijau. Bunga terletak pada bagian cabang yang

tidak berdaun, kadang-kadang terletak diketiak daun, warna

kuning pucat hingga hijau pucat. Bunga kesambi adalah bunga

majemuk, berbentuk tandan, di ketiak daun atau ujung

batangan, kelopak 4-6 lembar, bersatu di pangkal, berduri,

hijau dan warna mahkotanya putih. Buah dan biji berbentuk

bulat dengan diameter biji 6-10 cm, buah terdiri atas 1 - 2 biji,

biji dikelilingi oleh kulit berwarna cokelat kehitaman.

Termasuk akar tunggang dan berwarna cokelat muda. (Heyne,

1987)

4. Manfaat

Kayu kesambi mempunyai struktur padat, rapat, kusut

sangat keras dan lebih berat dari kayu besi. Karena itu apabila

dapat mencapai umur yang lebih matang, kayunya berubah

Page 4: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

warna dari warna merah muda menjadi warna kelabu dan tidak

berurat. Oleh karena itu dahulu lebih banyak digunakan

sebagai bahan pembuatan jangkar untuk perahu kecil. Bahkan

di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, kayu kesambi

merupakan bahan dasar untuk membuat perahu. Kesambi

sebagai sumber kayu bakar potensial (Bachli, 2007).

Selain itu, kayu kesambi sangat kuat dan keras. Namun

demikian salah satu kelemahan dari kayu kesambi adalah

tergolong kurang awet , tetapi sangat unggul sebagai kayu

bakar dan pembuatan arang. Arang dari kayu kesambi sangat

cocok untuk pembakaran dan bahkan lebih baik dari pada

arang kayu jati dan kayu asam. Oleh karena itu, penanaman

kesambi untuk produksi kayu bakar perlu dikembangkan

terutama pada daerah pengembangan industri pembakaran dan

wilayah yang sulit bahan bakar untuk rumah tangga (Bachli,

2007).

Kulit kayu kesambi dapat digunakan sebagai bahan

penyamak kulit, karena menurut hasil penelitian, dalam kulit

kesambi ditemukan 6,1-14,3 % zat penyamak. Bahkan dahulu

orang Bali dan Madura menggunakan kulit kesambi sebagai

obat kulit yang sangat manjur, terutama terhadap penyakit

kudis dan penyakit kulit lainnya (Bachli, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

memasukkan kulit kesambi pada saat penyadapan nira,

terbukti bahwa nira dapat dipertahankan kesegarannya dengan

memberikan pengawet (kulit kesambi) sebanyak 5gram dan

7,5gram. Peningkatan kadar sukrosa bahan semakin nyata pada

kosentrasi pengawet 5 gram dan 7,5 gram, yaitu masing-

masing 15,72 % dan 18,58 %. Pada konsentrasi pengawet ini

pula menunjukkan belum terdeteksinya asam asetat setelah

penyimpanan 10 jam. Dengan demikian pemberian pengawet

pada saat penyadapan nira dapat dipertahankan kesegarannya

antara 22 jam hingga 28 jam tanpa dilakukan pemanasan

sebelumnya (Manjilala, Y. 2007).

Biji kesambi dilapisi dan diselimuti oleh kulit yang

berwarna coklat. bentuknya bulat panjang dengan ukuran

antara 6-14 mm. Mudah pecah dan daging bijinya

mengandung 70 persen minyak sangat berguna sebagai bahan

pembuatan minyak gosok. Minyak yang berasal dari biji

kesambi sangat baik untuk mengobati penyakit dalam, kudis

Page 5: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

dan luka-luka. Dalam upaya pengembangan biodisel, biji

kesambi dapat diolah menjadi minyak pelumas, pembuatan

lilin, industri batik, dan bahan membuat sabun. Menurut

beberapa hasil penelitian, kulit biji kesambi dapat dijadikan

kompos dan sangat cocok untuk pertumbuhan jagung lokal

(Bachli, 2007).

Daun kesambi berkhasiat sebagai obat eksem, obat

kudis, obat koreng dan obat radang telinga. Untuk obat eksem

dipakai ± 15 gram daun segar kemudian dicuci dan direbus

dengan 3 gelas air selama 25 menit selanjutnya disaring. Hasil

saringan didinginkan sampai airnya hangat untuk mencuci

eksim sampai bersih. Daun kesambi yang masih muda dapat

dimakan sebagai sayur asam. Bahkan dapat dimakan mentah

sebagai lalapan, walaupun rasanya agak sepat. Di Sulawesi

Selatan, daun kering dari pohon kesambi dapat dibakar dan

asapnya digunakan untuk pengobatan (pengasapan) penyakit

kudis dan gatal-gatal (Bachli, 2007).

Buah yang masih hijau dapat dimakan dan diolah

sebagai asinan. Buah yang sudah masak berwarna kuning atau

kemerah-merahan, dapat dijadikan buah meja dengan ciri rasa

asam agak manis. Buah kesambi yang sudah masak sangat

digemari oleh monyet dan burung, termasuk anak-anak.

Dibeberapa daerah buah kesambi yang sudah masak dapat

dibuat manisan (Bachli, 2007).

III. TEKNOLOGI PERBENIHAN

1. Sebaran tanaman kesambi

Sumber benih jenis ini terdapat di Bojonegoro (Perum

Perhutani Unit II Jawa Timur), Kebunharjo, Soroweyo, dan

Telawa (Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah) (Danu. 2004;

Sudrajat, dkk. 2007). Sumber benih kesambi terletak pada

ketinggian 180 meter dpl, dengan curah hujan rata-rata per

tahun sebesar 2297mm, dan jenis tanah grumusol. Taksiran

produksi benih mencapai 200kg/tahun. ( Nurhasybi, dkk.

2000)

Di Indonesia kesambi tumbuh baik di Jawa, Bali, Nusa

Tenggara, Sulawesi, Maluku, Pulau Seram dan Pulau Kai. Di

Jawa Timur dapat ditemukan di Panarukan, Probolinggo,

Pasuruan dan Besuki. (Heyne, 1987).

Page 6: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

Kesambi digunakan sebagai tanaman penghijauan pada

beberapa daerah di Jawa, seperti di Tuban, Desa Karanganyar,

Purwodadi, Grobogan. Pohon kesambi dapat pula ditemukan

di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Taman Nasional Baluran,

Cagar Alam Pulau Sangiang di Kabupaten Bima Provinsi

NTB, dan di Taman Nasional Bali Barat.

Di Jawa kebanyakan hutan kesambi merupakan hasil

reboisasi yang dilakukan oleh Perum Perhutani.

Pengembangan jenis kesambi oleh Perhutani pada tahun 2004

dilakukan di wilayah BKPH Sadang, RPH Cibungur, KPH

Purwakarta sebagai tanaman pengisi. Di tahun 2004 KPH

Probolonggo memiliki kelas perusahaan kesambi seluas

3.375,1 ha. Pada 2007 Perhutani KPH Banten melakukan

redesain kelas perusahaan, areal seluas 4.267 ha diubah untuk

pohon kesambi. Pohon kesambi juga banyak terdapat di

Kabupaten Alor dan Rote-ndao. Di Tahun 2002 diketahui

pada daerah Rote-ndao terdapat kesambi pada luasan 11.000

ha, dan pada tahun 2009 ada sekitar 1,8 juta pohon kesambi.

Kesambi terdapat pula di pulau Timor, Desa Langgero (Sumba

Barat) dan Kabupaten Flores Timur. Di daerah tersebut

kesambi dimanfaatkan untuk pengembangan kutu lak. Di

Pulau Timor, kesambi dijumpai tumbuh merata, namun kurang

produktif dalam menghasilkan kutu lak dalam jumlah yang

banyak. (Agussalim, 2012)

2. Pembungaan dan Pembuahaan

Di Indonesia kesambi berbunga dan berbuah hampir

sepanjang tahun, dengan musim buah masak umumnya pada

bulan Januari – Februari. Pengumpulan buah dilakukan dengan

mengunduh benih yang masak fisiologi yaitu ditandai dengan

kulit buah berwarna hijau kekuningan sampai coklat dan

daging buah sudah mulai lunak (Suita, 2008b).

3. Ekstraksi Buah

Buah yang telah diunduh kemudian diekstraksi dengan

cara ekstraksi basah, buah dimasukkan ke dalam karung

kemudian dipukul-pukul atau diinjak-injak, kemudian benih

dipisahkan dari kulit buahnya secara manual. Untuk

membersihkan dari sisa-sisa daging buah, digunakan pasir

halus yang digosok-gosokan baru dibilas dengan air sampai

bersih. Setelah diekstraksi tidak dijemur tetapi diangin-

anginkan saja dalam ruang kamar (Suita, 2008b).

Page 7: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

Gambar 2. Ekstraksi benih kesambi

4. Pengujian Mutu Benih

a). Pengujian kadar air benih

Kadar air merupakan hal penting dalam hubungannya

dengan penyimpanan dan daya hidup benih. Pengujian kadar

air di laboratorium menggunakan metode oven (ISTA, 1999).

Gambar 3. Oven1 Oven2

Penentuan kadar air menggunakan metode temperatur

rendah 103±2°C selama 24 jam. Kandungan air yang hilang ini

mencerminkan kadar air benih (Sudrajat, 2007).

Tahapan yang dilakukan dalam pengukuran kadar air adalah:

- Wadah tahan panas termasuk tutupnya ditimbang (M1)

- Benih ditempatkan pada wadah dan ditimbang bersama

wadahnya (M2)

- Benih ditempatkan pada oven pada suhu temperatur

rendah 103±2°C selama 24 jam.

- Setelah selesai pengeringan benih diletakkan dalam

desikator untuk pendinginan, kemudian ditimbang

(M3).

Kadar air dinyatakan dalam persen berat dan dihitung dalam 1

desimal terdekat (ISTA, 2006) dengan rumus sebagai berikut :

Kadar air = (M2 - M3) x 100%

(M2-M1)

dimana M1:berat wadah dan penutup dalam gram; M2:berat

wadah, penutup, dan benih sebelum pengeringan; M3: berat

wadah, penutup, dan benih sesudah pengeringan. Pengujian

kadar air menggunakan 3 ulangan @ 5 gram benih.

Page 8: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

Kisaran kadar air benih kesambi adalah 15-23% (Suita dkk,

2007).

b). Kemurnian benih

Gambar 4. Meja Kemurnian

Kemurnian mencerminkan seberapa bersih kondisi lot

benih. Kemurnian lot benih menunjukkan proporsi benih

murni suatu jenis dan banyaknya kotoran dan benih lain yang

terkandung di dalamnya. ISTA (1999), menggambarkan

proporsi benih murni mengandung :

- Benih lengkap dari jenis tersebut termasuk yang mati,

mengkerut, berpenyakit, tidak masak dan benih pra-

kecambah.

- Proporsi serpihan/pecahan benih, yang jumlahnya lebih

dari setengah jumlah total.

Ambil benih setara dengan 2500 butir benih, pisahkan

antara benih murni, benih lain dan kotoran, kemudian timbang

dan hitung persen masing-masing komponen dengan rumus

sebagai berikut ;

Benih

Murni =

K1 X

100% K1+ K2+ K3

Benih

lain =

K2 X

100% K1+ K2+ K3

Kotoran

=

K3 X

100% K1+ K2+ K3

Dimana: K1 = benih murni

K2 = benih lain

K3 = kotoran

Selisih antara berat contoh kerja dengan berat benih

keseluruhan setelah dipisahkan tidak boleh lebih dari 5%.

Setiap proporsi benih murni dipisahkan dari sampel kerja.

Kemurnian ditunjukkan sebagai persen berat dari benih murni

terhadap berat total sampel kerja.

Kisaran kemurnian benih kesambi dapat mencapai 99-100%.

Page 9: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

c). Berat 1000 butir

Gambar 5. Timbangan analitik

Berat 1000 butir benih lebih banyak dipakai untuk

menggambarkan berat benih. Ukuran tersebut dapat dengan

mudah diubah menjadi berat benih per kilogram.

Penentuan berat 1000 butir dilakukan dengan 8 ulangan x 100

butir. Kisaran berat 1000 butir benih kesambi adalah 480-598

gram dan jumlah benih per kilogram adalah 1.672-2.083 butir.

Penentuan berat benih dilakukan dari beberapa kelompok

benih sebanyak 8 ulangan, dimana masing-masing ulangan

terdiri dari 100 butir.

Timbang tiap ulangan (dalam gram). Hitung keragaman,

simpangan baku dan koefisien keragaman (ISTA. 1999) yaitu

sebagai berikut:

n(∑x2) - (∑x)

2

Keragaman =

n (n-1)

dimana :

x = berat setiap ulangan dalam gram

n = jumlah ulangan

∑= jumlah

Simpangan baku (s) = √ keragaman

s

Koefisien keragaman = x 100

x

Dimana x = rata-rata berat 100 butir

Koefisien keragaman tidak boleh lebih dari 6,0 untuk benih

rumput atau 4,0 untuk benih lainnya. Apabila koefisien

keragaman lebih dari nilai tersebut, hitung berat 100 butir

sebanyak 8 ulangan lagi dan selanjutnya hitung simpangan

baku untuk 16 ulangan. Hapuskan ulangan yang menyimpang

dari rata-rata sebanyak 2 kali simpangan baku kemudian

hitung lagi rata-ratanya. Berat 1000 butir benih diperoleh

dengan mengalikan berat rata-rata 100 benih (x) dengan nilai

10.

Berat 1000 butir benih dapat diubah ke dalam jumlah benih

per kg dengan rumus (DPTH. 2002) :

Page 10: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

1000

Jumlah benih per kg = x 1000

Berat 1000 benih

Berat 1000 butir benih dan jumlah benih per kilogram sangat

penting diketahui sebagai informasi yang mendasar untuk

pengadaan benih dalam penanaman.

5. Penyimpanan Benih

Untuk menjamin persedian benih yang bermutu untuk

suatu program penanaman maka diperlukan penyimpanan. Jika

waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah pengumpulan

dan pemrosesan benih, maka benih dapat langsung digunakan

di persemaian dan penyimpanan tidak diperlukan. Akan tetapi

kasus semacam ini jarang sekali terjadi. Dalam iklim musiman

dengan musim tanam yang relatif pendek, waktu penyemaian

biasanya ditentukan oleh ukuran bibit yang memadai untuk

ditanam pada saat awal musim tanam. Dengan demikian benih

harus disimpan selama periode pemanenan sampai

penyemaian, atau penyimpanan jangka pendek kurang dari

satu tahun.

Perlakuan penyimpanan terbaik untuk

mempertahankan viabilitas benih kesambi adalah menyimpan

benih kesambi di ruang kamar (suhu 27 – 30 C dan

kelembaban relatif 60 – 70 %) dengan menggunakan wadah

simpan kantong blacu selama 3 bulan dengan daya

berkecambah dan kecepatan berkecambah rata-rata sebesar

(75% dan 4,14%KN/etmal), dengan kadar air 7,79 % . (Suita,

2011)

6. Perkecambahan Benih

Benih kesambi sebelum ditabur, sebaiknya diturunkan

dulu kadar airnya dengan diangin-anginkan di ruang kamar

serta disimpan dulu beberapa saat untuk menghilangkan sifat

dormannya karena benih kesambi kalau langsung ditabur daya

berkecambah hanya sekitar 16% tetapi setelah disimpan

selama 3 minggu dapat mencapai 55% (Suita et al. 2008a).

Penentuan metode perkecambahan benih adalah

perkecambahan pada media pasir dengan perlakuan

pendahuluan perendaman air dingin selama 24 jam. Hitungan

Page 11: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

awal dan akhir perkecambahan dilakukan pada hari ke-12 dan

hari ke 28 (Sudrajat, 2007).

Gambar 6a. Benih mulai

berkecambah

Gambar 6b. Sudah mulai

tumbuh daun

7. Penyapihan

Setelah benih berkecambah dan sudah keluar 2-3

helai daun baru, kemudian disapih. Dalam penyapihan ini

sekaligus dilaksanakan seleksi semai (Suita, 2008)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

- Pergunakan semai yang tegak lurus, segar

dan sehat.

- Pencabutan kecambah harus dilakukan

hati-hati agar bagian akar tidak rusak

- Penyapihan dilakukan di tempat teduh

atau pada waktu pagi dan sore hari

- Media sapih cukup sarang dan subur,

dapat digunakan media tanah + arang

sekam padi + kompos sabut kelapa (1:2:2)

(Kurniaty, dkk. 2007)

- Sebelum dilakukan penyapihan, media

sapih dalam kantong plastik/poly bag

disiram terlebih dahulu.

- Setelah disapih, bibit di letakkan di bawah

naungan

Gambar 7a. Bibit siap sapih Gambar 7b. Penyapihan

Page 12: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

8. Pembibitan dan penanaman

Kesambi dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan

vegetatif. Perbanyakan secara vegetative dapat dilakukan

dengan stek pucuk dan cangkok. Pembiakan vegetatif stek

pucuk dilakukan dengan cara stek pucuk diberi hormone

tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) konsentrasi 1000 ppm

(dalam bentuk tepung) dan di tanam pada media pasir, yang

diletakkan di ruang pengakaran dengan sungkup yang

memiliki sistem pengkabutan. Cara ini dapat menghasilkan

stek bertunas sebesar 51,10%. (Danu, 2004).

Regenerasi dengan cara stump dapat dilakukan setelah

bibit kesambi berusia satu tahun atau ketika batang bibit telah

mencapai diameter ±1 cm. Batang dipotong sekitar 10-15 cm,

akar dipotong hingga panjangnya 25 cm. Bibit kesambi

ditanam pada lubang tanam yang dibuat dengan dalam dan

lebar 30 cm. Pemeliharaan yang dilakukan pada kesambi yaitu

memberikan penyiangan yang teratur dan pelindungan

tanaman dari rumput (Iwasa, 1997 dalam Agussalim, 2012).

Penanaman kesambi di lapangan dapat dilakukan

secara monokultur maupun campuran dengan jenis lain.

Perhutani menggunakan dua pola tanam kesambi dalam

rencana pengembangan tanaman sela di KPH Banten. Pola

tanam monokultur jarak tanam 6 x 4 m, dan yang digunakan

untuk campuran, pola tanam kesambi dicampur dengan

kaliandra merah (Calliandra calothyrsus) jarak tanam 6 x 4 m

dengan komposisi 75 : 25. Pola tanam yang menggabungkan

kesambi dan kaliandra merah sebagai inang lebih cepat dari

segi tata waktu pengembalian investasi dan lebih

menguntungkan dibandingkan pola tanam monokultur (SPH

Banten, 2008 dalam Agussalim, 2012).

Page 13: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

DAFTAR PUSTAKA

Agussalim. 2012. Kesambi.

xa.yimg.com/kq/groups/25896088/.../name/Kesambi-

editku.docx. ( diakses, 18-4-2012)

Bachli, Y. 2007. Tanaman Kesambi dan Beternak Kutu Untuk

Kesejahteraan. Buletin BPTP, Volume 1(3). Sulawesi

Selatan.

Danu. 2004. Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Atlas Benih

Tanaman Hutan Indonesia Jilid II. Balai Teknologi

Perbenihan. Bogor.

DPTH (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan). 2002.

Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik-Fisiologi Benih.

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan

Sosial. Departemen Kehutanan.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan

Litbang Kehutanan. Jakarta.

ISTA. 1999. International rules for seed testing: Rules 1999.

Seed Science and Technology. Suplement. Zurich.

Switzerland.

ISTA. 2006. International rules for seed testing: Edition 2006.

The International Seed Testing Association.

Bassersdorf. Switzerland.

Kurniaty, R., B. Budiman, R.U. Damayanyi, M. Suartana.

2007. Pengaruh Media dan Naungan terhadap Bibit.

LHP. No. 476. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan

Bogor.

Manjilala. 2007. Pengaruh Pemberian Pengawet (Kulit

Kesambi). http://manjilala.blogster.com/pengaruh

pemberian pengawet.

Nurhasybi, A.A. Pramono, S. Mokodompit, A.Z.Abidin, A.

Rohandi, O. Marom, dan Darmawati. 2000. Peta

Perwilayahan Sumber Benih 9 (Sembilan) Jenis

Tanaman Hutan di Jawa. Jilid I. Publikasi Khusus.

Vol.2 (5).Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

Suita, E., Nurhasybi, E. Ismiati, dan E.R. Kartiana. 2007.

Pengaruh Berat Dan Ukuran Benih Terhadap

Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Mangium

(Acacia Mangium) dan Kesambi (Schleichera oleosa).

Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi

Perbenihan Bogor.

Suita, E. dan E. Ismiati. 2008a. Pengaruh Penurunan Kadar

Air Terhadap Perkecambahan Benih Kesambi

(Schleichera oleosa Merr.). Info Benih Volume 12(2).

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman

Suita, E. 2008b. Potensi dan manfaat pohon kesambi

(Schleichera oleosa Merr.) serta budidayanya. Klik

Page 14: Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kesambi

Benih N0 1. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan

Bogor.

Suita, E. dan E. Ismiati. 2011. Pengaruh Ruang, Wadah dan

Periode Simpan Terhadap Perkecambahan Benih

Kesambi (Schleichera oleosa Merr.). Jurnal Pemulian

Tanaman Hutan, Vol.5(2). Balai Besar Penelitian

Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Sudrajat, D.J, Megawati, E.R. Kartianan, N. Nurochim. 2007.

Standarisasi Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih

Tanaman Hutan (Schleichera oleosa dan Styrax

benzoin). LHP. No. 478. Balai Penelitian Teknologi

Perbenihan Bogor.

Wikipedia. 2012. Kesambi. [terhubung berkala].

http://id.wikipedia.org/wiki/ Kesambi, (diakses, 18-4-

2012).