skripsi bagus 08310040
TRANSCRIPT
1
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN GETAH JARAK
CINA (Jatropha curcas linn) DENGAN POVIDONE IODINE 10%
SECARA TOPIKAL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
INSISI PADA PUNGGUNG TIKUS PUTIH JANTAN
(Rattus norvegicus) GALUR Wistar
Skripsi
Oleh
BAGUS PERDANA KUSUMA ZAIN
NPM: 08310040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2013
2
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN GETAH JARAK
CINA (Jatropha curcas linn) DENGAN POVIDONE IODINE 10%
SECARA TOPIKAL TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
INSISI PADA PUNGGUNG TIKUS PUTIH JANTAN
(Rattusnorvegicus) GALUR Wistar
Skripsi
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran
Oleh
BAGUS PERDANA KUSUMA ZAIN
NPM: 08310040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2013
3
Judul Skripsi : PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN GETAH
JARAK CINA (Jatropha curcas linn) DENGAN
POVIDONE IODINE 10% SECARA TOPIKAL
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA
PUNGGUNG TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
GALUR Wistar
Nama : Bagus Perdana Kusuma Zain
NPM : 08310040
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
dr. Achmad Harly dr. Astri Pinilih
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
dr. T. Marwan Nusri, MPH
4
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Pembimbing I :dr. Achmad Harly ________________
Pembimbing II : dr. Astri Pinilih ________________
Penguji : dr. Resti Arania Sp. PA ________________
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
dr. T. Marwan Nusri, MPH
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 28 Maret 2013
5
MOTTO
“Di dunia Ini Carilah Ridho Allah, Dan Ridho Allah Terdapat
Pada Ridho Kedua Orang Tua Jadi Teruslah Maju Kedepan
Karna Allah Tak Akan Menguji Lebih Dari Kemampuan
Hambanya”
- Bagus Perdana Kusuma Zain -
6
PERSEMBAHAN
“Skripsi ini Ananda persembahkan untuk Ayahanda Zainuri SKM, dan
Ibunda Mardiana Zain Amd Keb, kakakku, adik-adikku, saudaraku dan
keluarga besarku serta orang-orang yang aku cintai”
7
BIODATA
Nama : Bagus perdana Kusuma Zain
NPM : 08310040
Tempat Tanggal Lahir : Kalianda 26 Januari 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Bangun Rejo, Neglasari, Katibung, Lampung Selatan, Lampung
Riwayat Pendidikan :
1. TK Aisyiyah Ujau, Rajabasa, Tahun 1993-1995.
2. SDN 2 Neglasari, Tahun 1995-2001.
3. MTS Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, Tahun 2001-2004.
4. MA Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, Tahun 2004-2007.
5. Diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun
2008.
Bandar Lampung, 28 Maret 2013
Penulis
8
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi, maret 2013
Bagus Perdana Kusuma Zain
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN GETAH JARAK CINA (Jatropha curcas
linn) DENGAN POVIDONE IODINE 10% TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
INSISI PADA PUNGGUNG TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR Wistar
xvi + 59 Halaman + 12 Gambar + 4 Tabel + Lampiran
ABSTRAK
Luka adalah hilangnya kontinuitas suatu jaringan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Luka biasanya dirawat dengan antiseptik untuk mencegah timbulnya infeksi. Salah satu yang
sering digunakan adalah povidone iodine atau yg biasa dikenal dengan merek dagang
bethadine atau bisa juga dengan cara tradisional. Salah satu tanaman yang dapat
dimanfaatkan dalam mempercepat penyembuhan luka adalah getah jarak cina (Jatropha
curcas linn). Getah jarak cina mengandung zat-zat yang berguna bagi penyembuhan luka,
yaitu saponin, flavonoid, alkaloid dan tanin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas pemberian getah jarak
cina (Jatropha curcas linn) dengan povidone iodine terhadap penyembuhan luka insisi pada
punggung tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar.
Jenis penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen dengan rancangan post test only
group design. Tikus putih di lukai dengan kedalaman partial thickness, kemudian dibagi
menjadi 2 kelompok perlakuan (masing-masing 11 ekor tikus), kelompok pertama luka
dirawat dengan getah jarak cina, sedangkan kelompok kedua dengan povidone iodine.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Universitas Malahayati pada bulan
Januari 2013 sampai Maret 2013. Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat. Dan untuk
mengetahui perbandingan dari kedua kelompok, dilakukan independent sample t-test.
Hasil yang dari rata-rata waktu yang diperlukan getah jarak cina untuk penyembuhan luka
adalah 6,27 hari, sedangkan povidone iodine 10% memerlukan rata-rata waktu yang lebih
panjang yaitu 7,36 hari. Uji T-test menunjukan perbedaan yang signifikan, antara kecepatan
penyembuhan luka dengan jarak cina dan larutan povidone-iodine 10% ,dibuktikan dengan p
value = 0,032
Kata Kunci : Getah Jarak Cina, Povidone Iodine 10% , Penyembuhan Luka Insisi.
9
FACULTY OF MEDICAL
UNIVERSITY OF MALAHAYATI
Thesis, march 2013 Bagus Perdana Kusuma Zain
COMPARATIVE EFFECTIVENESS OF GIVING JARAK CHINA SAP (Jatropha curcas
linn) WITH POVIDONE IODINE 10% OF INCISION WOUND HEALING IN RATS
SQUAD WHITE MALES (Rattus norvegicus) Wistar STRAIN
xvi + 59 Pages + 12 Pictures + 4 Tables + Attachment
ABSTRAK
Wound is a loss of continuity of a tissue that can be caused by various factors. Wounds are
usually treated with an antiseptic to prevent infection. One of the commonly used povidone
iodine or who are commonly known by the trademark bethadine or it could be the traditional.
One of the plants that can be used in accelerating wound healing is the jarak china sap
(Jatropha curcas linn). Jarak China sap contains substances that are useful for wound
healing, namely saponin, flavonoid, alkaloid and tannin.
This study aimed to compare the effectiveness of the Jarak China sap (Jatropha curcas linn)
and povidone iodine 10% on wound healing incision in the back of white male rats (Rattus
norvegicus) Wistar.
This type of research uses experimental methods to study post-test only group design. Rats
injured with deep partial thickness, then divided into 2 treatment groups (each 11 rats), The
first group of wounds treated with the Jarak China sap, while the second group with povidone
iodine. The experiment was conducted at the Laboratory of Farmacology Malahayati
University in January 2013 until March 2013. Analyses were performed with univariate and
bivariate methode. And to know the comparison of the two groups, conducted with
independent sample t-test.
The results of the average time it takes the jarak china sap for wound healing was 6,27 days,
while povidone-iodine 10% require on average a longer time is 7,36 days. T test show
significant differences between the speed of wound healing with Jrak china sap and povidone
iodine 10%, as evidenced by p value = 0,32
Keywords: Jarak China Sap, Povidone Iodine, Incision Wound Healing.
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Efektifitas
Pemberian Getah Jarak Cina (Jatropha curcas linn) Dengan Povidone Iodine 10% Secara
Topikal Pada Punggung Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar” yang bertujuan
untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh program studi Sarjana
Strata-1 Pendidikan Dokter.
Proses penulisan ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,
maka tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. T Marwan Nursi, M.PH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati.
2. dr. Edy Ramdhani, selaku Wakil Dekan Akademik Fakultas Kedokteran Universitas
Malahayati.
3. dr. Achmad Harly, selaku Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan,
bantuan dan semangat kepada penulis.
4. dr. Astri Pinilih, selaku Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, bantuan
dan semangat kepada penulis.
5. dr. Resti Arania Sp. PA, selaku Penguji atas masukan yang diberikan dan waktu yang
diluangkan untuk penulis.
6. dr. Ringgo Alfarisi, selaku pembimbing akademik atas saran dan masukan yang
diberikan kepada penulis.
11
7. dr. Nurlis Mahmud MM (almarhum), yang telah banyak membantu selama
menempuh perkuliahan dan dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini
8. Seluruh Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, yang telah memberikan
semangat dan motivasi dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.
9. Kedua orang tua tercinta yaitu Ibunda tercinta (Mardiana Zain, Amd Keb) dan
Ayahanda tercinta (Zainuri SKM) atas segala kasih sayang, doa, nasihat, semangat
dan perhatian serta pengertian kepada penulis.
10. Saudara kandungku tercinta yaitu Abang tercinta (Muchtar Nurwahid Zain, SH), dan
Adik tercinta (Alfath Zain) yang ikut serta memberikan semangat, doa dan
bimbingan serta saran untuk penulis.
11. Sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian (Nanda S,
Dody F, Lutfi A, Herry, Eka, Grandis, dan Penghuni Lantai 4 gedung D 2008 serta
anak kosan ocean yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
12. Seluruh teman – teman angkatan 2008 FK Unimal.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Bandar Lampung, 28 Maret 2013
Penulis
12
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Persetujuan ............................................................................... iii
Lembar Pengesahan .................................................................................. iv
Motto .......................................................................................................... v
Lembar Persembahan ............................................................................... vi
Biodata ....................................................................................................... vii
Abstrak ....................................................................................................... viii
Kata Pengantar ......................................................................................... x
Daftar Isi .................................................................................................... xii
Daftar Gambar .......................................................................................... xiv
Daftar Tabel ............................................................................................... xv
Daftar Lampiran ....................................................................................... xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
E. Ruang Lingkup ................................................................... 5
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Jarak Cina (Jatropha curcas linn) ...................................... 6
1. Taksonomi Jarak Cina ................................................... 6
2. Deskripsi Tanaman Jarak Cina ....................................... 8
3. Kandungan Kimia Getah Jarak Cina ............................. 10
B. Povidone Iodine ................................................................... 12
1. Manfaat Povidone Iodine ................................................ 13
2. Pemberian Povidone Iodine ............................................ 13
B. Kulit ..................................................................................... 13
C. Luka ..................................................................................... 14
1. Jenis Luka ....................................................................... 15
2. Mekanisme Terjadinya Luka ........................................... 17
3. Penyembuhan Luka ........................................................ 18
4. Komplikasi Penyembuhan Luka .................................... 30
5. Perawatan Luka ............................................................... 31
13
D. Tikus Putih .......................................................................... 31
1. Taksonomi Tikus Putih .................................................. 32
2. Karakteristik Tikus Putih ............................................... 32
F. Kerangka Teori .................................................................... 33
G. Kerangka Konsep ................................................................ 34
H. Hipotesis .............................................................................. 34
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................... 36
B. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................. 36
C. Rancangan Penelitian .......................................................... 36
D. Subjek Penelitian ................................................................. 38
E. Variabel Penelitian ............................................................... 39
1. Variabel Independen ...................................................... 39
2. Variabel Dependen ......................................................... 40
F. Definisi Operasional Varibel ............................................... 40
G. Alat Ukur ............................................................................. 42
H. Pengumpulan Data ............................................................. 42
I. Alat dan Bahan Penelitian ................................................... 42
1. Alat ................................................................................. 42
2. Bahan .............................................................................. 43
J. Prosedur Penelitian ............................................................. 44
K. Skema Alur Penelitian ......................................................... 46
L. Parameter Yang Diamati ...................................................... 47
L. Pengolahan Data .................................................................. 47
M.Analisa Data ....................................................................... 48
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Dan Analisa .............................................. 50
B. Analisa Univariat ............................................................... 50
C. Analisa Bivariat ................................................................... 52
D. Pembahasan ......................................................................... 53
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................... 58
B. Saran ................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tanaman Jarak Cina ................................................................ 7
Gambar 2.2. Batang Jarak Cina .................................................................... 9
Gambar 2.3. Buah Dan Biji Jarak Cina ........................................................ 9
Gambar 2.4. Daun Jarak Cina ....................................................................... 10
Gambar 2.5. Getah Jarak Cina ...................................................................... 10
Gambar 2.6. Kulit Normal ........................................................................... 14
Gambar 2.7. Proses Dan Waktu Penyembuhan Luka .................................. 19
Gambar 2.8. Proses Penyembuhan Luka ...................................................... 22
Gambar 2.9. Tikus Putih Jantan ................................................................... 32
Gambar 2.10. Kerangka Teori ........................................................................ 33
Gambar 2.11. Kerangka Konsep ..................................................................... 34
Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian ............................................................. 46
15
DAFTAR TABEL
Gambar 3.1. Definisi Oprasional ................................................................... 41
Gambar 4.1. Distribusi dan Frekuens dengan Povidone Iodine 10% ........... 50
Gambar 4.2 Distribusi dan Frekuens dengan Getah Jarak Cina ................... 51
Gambar 4.3. Rata-rata Lama Penyembuhan Luka ........................................ 52
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Lembar Observasi
Lampiran II Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS versi 16
Lampiran III Dokumentasi
Lampiran IV Surat Jalan Hewan Coba Dari Dinas Pertanian Dan Ketahanan
Pangan Kota Tanggerang Selatan
Lampiran V Surat Balasan Izin Penelitian dari Laboratorium Farmakologi
Universitas Malahayati
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses yang kemudian
terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang di bagi dalam
tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan
perupaan kembali.1 Jenis-jenis luka adalah luka mekanik dan fisik, salah satu
dari jenis luka mekanik adalah luka insisi. Luka sembuh melalui reaksi radang,
tujuan utamanya adalah membentuk jaringan parut yang keras, untuk
menggabungkan bagian luka dan mengembalikan fungsinya. 2,3
Proses penyembuhan luka adalah proses yang sangat penting dalam
kehidupan manusia sehingga perlu mendapatkan perhatian yang baik dan terus-
menerus agar pemyembuhan dapat berlangsung dengan baik dan ideal.4
Percepatan kesembuhan luka dapat dilakukan dengan cara mempertemukan
kedua sisi luka, pemberian obat-obatan seperti salep antibiotik atau dibalut
dengan teknik tertentu seperti menggunakan hidrogel. Selain cara diatas,
kesembuhan luka dapat pula ditunjang dengan menggunakan obat tradisional.5
18
Para orang tua dan nenek moyang kita dengan pengetahuan dan
peralatan yang sederhana telah mampu mengatasi problem kesehatan. Berbagai
macam penyakit dan keluhan ringan maupun berat diobati dengan
memanfaatkan ramuan dari tumbuhan-tumbuhan tertentu yang mudah didapat
disekitar pekarangan rumah dan hasilnya pun cukup memuaskan. Kelebihan
dari pengobatan dengan ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut ialah
tidak adanya efek sampingan yang di timbulkan seperti yang sering terjadi pada
pengobatan kimiawi.6
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional
adalah tanaman jarak cina (Jatropha curcas linn). Tanaman jarak cina, terutama
pada getahnya banyak mengandung zat-zat yang diperlukan dalam proses
penyembuhan luka. Zat-zat tersebut adalah alkaloid, saponin, flavonoid, dan
tannin.7
Dan povidone iodine 10% merupakan salah satu pengobatan luka
secara kimiawi yang sering kali di gunakan dalam penyembuhan luka.
Povidone iodine 10% memiliki efek anti mikroba, menciptakan lingkungan
lembab, dan dapat menginduksi angiogenesis.8
Mengingat zat-zat yang terkandung dalam getah jarak cina (Jatropha
curcas linn) sangat diperlukan dalam proses penyembuhan luka, maka hal ini
mendorong peneliti untuk membandingkan efektifitas pemberian getah jarak
cina (Jatropha curcas linn) dengan povidone iodine 10% secara topikal
19
terhadap penyembuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini
dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut :
Adakah perbandingkan efektifitas pemberian getah jarak cina (Jatropha curcas
linn) dengan povidone iodine 10% secara topikal terhadap penyembuhan luka
insisi pada punggung tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk membandingkan efektifitas pemberian getah jarak cina (Jatropha
curcas linn) dengan povidone iodine 10% secara topikal terhadap
penyembuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui rata-rata lama penyembuhan luka dengan pemberian
getah jarak cina (Jatropha curcas linn).
b. Untuk mengetahui rata-rata lama penyembuhan luka dengan pemberian
povidone iodine 10%.
20
c. Untuk membandingkan rata-rata lama penyembuhan luka dengan
pemberian getah jarak cina (Jatropha curcas linn) dengan povidone iodine
10%.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Sebagai bahan masukan dalam menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan dan wawasan khususnya di bidang kesehatan.
b. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perbandingan
efektifitas getah jarak cina (Jatropha curcas linn) dengan povidone iodine
10% terhadap penyembuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) galur Wistar
c. Bagi institusi pendidikan
Menunjang kualitas peserta didik dan menambah perbendaharaan di
perpustakaan Universitas Malahayati, Bandar Lampung.
d. Bagi peneliti
Penelitian ini selain diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan
wawasan keilmuwan peneliti, juga dibuat untuk memenuhi tugas dan
melengkapi persyaratan dalam menempuh program studi Sarjana Strata-1
Pendidikan Dokter.
21
e. Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian-
penelitian berikutnya atau yang serupa.
E. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya masalah yang dilihat dari berbagai aspek, maka penulis
ingin membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut : objek dalam penelitian
ini sebagai variabel independent yaitu perawatan luka dengan menggunakan getah
jarak cina (Jatropha curcas linn) secara topikal dan perawatan luka dengan
menggunakan larutan povidone iodine 10% secara topikal, dan sebagai variabel
dependent adalah lama penyembuhan luka. Subjek dalam penelitian ini adalah
tikus putih (Rattus novergicus).
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Tanaman Jarak Cina
Tanaman jarak cina (Jatropha curcas linn) adalah perdu atau pohon kecil,
tinggi 2-5 m. Mempunyai getah berwarna putih agak keruh, kulit
pohonnya licin dan batangnya mempunyai tonjolan-tonjolan bekas daun
yang gugur. Daun tunggal pada setiap tangkainya, permukaan atas helai
daun berwarna hijau dan permukaan bawah lebih pucat. Bentuknya bulat
telur melebar dengan panjang helai daun 5-15 cm, lebar 6-16 cm, daunnya
bersudut atau berlekuk 3-5, pangkal daun berbentuk jantung, ujung daun
meruncing. Tulang daun utama menjari dengan 5-7 garis. Panjang tangkai
daun 3,5-15 cm, bunga berwarna hijau kekuningan, berkelamin tunggal,
berumah satu. Baik bunga jantan maupun bunga betina masing-masing
tersusun dalam rangkaian berupa cawan. Buahnya bulat, dengan diameter
3-4 cm, bila masak berwarna kuning yang terbagi dalam 3 ruangan,
masing-masing terdiri dari 1 biji berwarna hitam.9
Taksonomi tanaman jarak cina sebagai berikut:
23
Kingdom : Plantae.
Subkingdom : Tracheobionta.
Superdivision : Spermatophyta.
Division : Magnoliophyta.
Class : Magnoliopsida.
Subclass : Rosidae.
Ordor : Euphorbiales.
Family : Euphorbiaceae.
Genus : Jatropha linn.
Species : Jatropha curcas linn.
Gambar 2.1.Tanaman jarak cina (A. Pohon B. Daun C. Buah ).9
a. Nama daerah
Di indonesia tumbuhan jarak cina ini juga dikenal dengan nama, yaitu :
1) Jarak kusta (Sunda)
2) Jarak Cina (Jawa tengah)
3) Kalele (Madura)
24
4) Jarak Pager (Bali)
5) Kuman Nema (Alor)
6) Bintalo (Gorontalo)
7) Balacai Hisa (Ternate dan Tidore)
8) Tanggang-Tanggang Kali (Maksar)
b. Deskripsi Tanaman Jarak Cina
1) Batang
Batang jarak cina mengandung b-sitosterol dan b-D-glukosida,
marmesin, propacin, curculathrine A dan B, diterpenoid jatropol,
jatrophole A dan B, coumarin tomentin, dan coumarino jatrophin,
batang jarak mengeluarkan getah bening dan tidak menggumpal.
Getah jarak pagar dapat digunakan untuk mempercepat
penyembuhan luka yang sulit disembuhkan, infeksi pada gusi, dan
anti pendarahan pada luka yang terpotong atau tergores.10
Kulit
batang juga diekstraksi menjadi tannin atau sekedar dijadikan
bahan bakar local untuk kemudian menghasilkan pupuk.11
Gambar 2.2. Batang jarak cina.11
25
2) Buah dan biji
Buahnya berbentuk telur (ovoid), panjang 2,5-3,0 cm, berdaging
dan beruang 3. Warna buah hijau ketika muda, kemudian berubah
kuning menjelang/setelah matang dan akhirnya menjadi coklat
kalau sudah kering. Didalam buah terdapat 3 biji yang masing-
masing menempati ruang terpisah.12
Gambar 2.3. Buah dan biji jarak cina.12
3) Daun
Daun jarak cina berwarna hijau kekuningan berukuran 6 x 15 cm
dengan tepi berlekuk. Daun jarak cina mengandung flavanoid,
apigenin, vitexin, dan isovitexin.10
Gambar 2.4. Daun jarak.10
26
4) Getah
Tanaman jarak cina, terutama pada getahnya banyak mengandung
zat-zat yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka. Zat-zat
tersebut adalah alkaloid, saponin, flavonoid, dan tannin.8
Gambar 2.5. getah jarak.8
a) Alkaloid
Alkaloid adalah suatu substansi yang mengandung nitrogen,
terdapat pada berbagai jenis tanaman dan pada konsentrasi
rendah menyebabkan berbagai aksi fisiologis sebagai
stimulant. Contoh alkaloid adalah morfin, kokain, dan
sejenisnya yang memiliki fungsi sebagai analgetik.13
b) Saponin
Saponin diketahui mempunyai efek sebagai anti mikroba,
menghambat jamur dan melindungi tanaman dari serangan
serangga.13
Dalam proses penyembuhan luka, zat ini berperan dalam
meningkatkan pembentukan pembuluh darah baru
27
(angiogenesis) pada luka sehingga suplai oksigen dan nutrisi
menjadi lebih optimal.14
Selain itu, saponin juga berfungsi
sebagai antibiotik sehingga dapat mengurangi resiko luka
terkontaminasi oleh bakteri.15
c) Flavonoid
Flavonoid banyak ditemukan pada tanaman buah dan sayur.
Biasanya, flavonoid banyak diteliti karena manfaatnya bagi
kesehatan. Setiap tumbuhan biasanya menghasilkan flavonoid
yang berbeda. Manfaat flavonoid salah satunya untuk
membentengi tubuh dari serangan kuman. Selain itu juga
memiliki fungsi untuk memblokade terbentuknya prostaglandin
penyebab nyeri, menstimulasi sel darah putih, serta
meningkatkan daya serang terhadap kuman.16
d) Tannin
Tannin dalam tumbuhan menyebabkan timbulnya rasa sepet
selain itu juga tannin berperan dalam mencegah pertumbuhan
mikroba.17
Tannin adalah senyawa polifenol dari kelompok
flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat,
antiperadangan, dan antikangker (anticarcinogenic). Tannin
dikenal juga sebagai zat samak untuk pengawet kulit, yang
merupakan efek tannin yang utama adalah sebagai
28
adstringensia yang banyak di gunakan sebagai pengencang
kulit dalam kosmetik.18
2. Povidone iodine
Povidone iodine ialah suatu iodovor dengan polivinil pirolidon
berwarna coklat gelap dan menimbulkan bau yang khas, dan dapat
didefinisikan sebagai kompleks dari iod dengan polivinil pirolidon yang
tidak merangsang dan larut dalam air. Povidone iodine 10% merupakan
agens antimikroba yang efektif dalam desinfeksi dan pembersihan kulit
baik pra maupun pasca oprasi, dapat juga digunakan dalam
penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada pasien rawat jalan dan
untuk mengurangi sepsis pada luka bakar. Dalam 10% povidone iodine
mengandung 1% iodium yang mampu membunuh bakteri dalam 1 menit
dan membunuh spora dalam waktu 15 menit, kompleks dari iod dengan
polivinil pirolidon yang tidak merangsang dan larut dalam air. Povidone
iodine pada umumnya dapat dijumpai dalam konsentrasi 1%, 10%
bergantung dengan jenis penggunaan dan sifat dari mikroorganisme yang
ingin didesinfeksikan.
a. Manfaat povidone iodine
1) Untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi
pada luka-luka lecet, terkelupas, tergores, terpotong atau
terkoyak.
29
2) Untuk melindungi luka-luka oprasi baik mayor atau minor
terhadap kemungkinan timbulnya infeksi
3) Untuk pencuci tangan sebelum oprasi.
b. Pemberian povidon-iodine
Betadine anti septik solution sebagai produk yang mengandung
povidone iodine 10% dapat digunakan beberapa kali dalam sehari, dan
digunakan dengan konsentrasi penuh baik untuk untuk digunakan sebagai
oles maupun kompres pada luka.19
3. Kulit Normal
Kulit normal memiliki tiga lapisan; epidermis, dermis dan jaringan
subkutis. Epidermis mepunyai lapisan sel basal yang terus menerus
membelah untuk mempertahankan lapisan epitel berlapis. Lapisan ini
merupakan barier yang mencegah masuknya bakteri atau senyawa
beracun, dan bersama dengan dermis melindungi struktur bagian dalam
dari trauma. Dermis terdiri suatu lapisan kolagen yang padat. Kolagen
merupakan dasar protein yang penting karena membentuk semua jaringan
dan organ. Sedangkan subkutis terdiri jaringan ikat yang mengelilingi
globulus lemak.3
30
Gambar 2.6. Kulit normal.3
3. Luka
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit.20
Luka adalah
kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain.21
Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan
hewan.22
a. Jenis-jenis luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan
luka itu dan menunjukkan derajat luka.20
1) Berdasarkan tingkat kontaminasi
31
a) Clean Wounds (Luka bersih)
Luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup. Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi).
Luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,
genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi
tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah
3% - 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi)
Termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan
operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna, pada kategori ini juga termasuk
insisi akut dan inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi
luka 10% - 17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)
Luka lama, luka kotor yang mengandung jaringan mati dan
luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen.
2) Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
32
a) Stadium I
Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang
terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b) Stadium II
Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau
lubang yang dangkal.
c) Stadium III
Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat
meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis,
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara
klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan sekitarnya.
d) Stadium IV
Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon
dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
33
3) Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a) Luka akut
Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b) Luka kronis
Luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen dan endogen.
b. Mekanisme Terjadinya Luka
1) Luka insisi (Incised wounds)
Terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misalnya yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup
oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat
(ligasi)
2) Luka memar (Contusion Wound)
Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan
oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3) Luka lecet (Abraded Wound)
Terjadi akibat kulit bergesekkan dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.
34
4) Luka tusuk (Punctured Wound)
Terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5) Luka gores (Lacerated Wound)
Terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6) Luka tembus (Penetrating Wound)
Luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka
masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
7) Luka bakar (Combustio)
c. Penyembuhan Luka
Tubuh mempunyai kemampuan alamiah untuk melindungi dan
memulihkan dirinya sendiri. Peningkatan aliran darah ke daerah yang
rusak, membersihkan sel dan benda asing, serta perkembangan awal
seluler adalah bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan
dapat terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan
perawatan dapat mendukung proses penyembuhan.20
Penyembuhan luka di definisikan oleh Wound Healing Society
(WHS) sebagai suatu proses yang kompleks dan dinamis sebagai akibat
pengembalian kontinuitas dan fungsi anatomi. Berdasarkan WHS, suatu
penyembuhan luka yang ideal adalah kembali normalnya struktur,
35
fungsi, dan penampilan anatomi kulit. Batas waktu penyembuhan luka
ditentukan oleh tipe luka serta lingkungan ekstrinsik dan instrinsik.
Penyembuhan luka dapat berlangsung cepat ataupun lambat. Pada luka
bedah dapat diketahui adanya sintesis kolagen dengan melihat adanya
jembatan penyembuhan di bawah jahitan yang menyatu. Jembatan
penyembuhan ini muncul pada hari kelima sampa ketujuh pasca
operasi.20
Gambar 2.7. Proses dan waktu penyembuhan luka.20
1) Komponen dalam Penyembuhan Luka
Komponen penyembuhan luka.20
a) Kolagen
Kolagen secara normal menghubungakan jaringan, melintasi
luka dengan berbagai macam sel mediator. Pada awalnya
kolagen seperti gel tetapi dalam beberapa minggu hingga
beberapa bulan, kolagen akan membentuk garis yang akan
36
meningkatkan kekuatan luka. Beberapa substansi diperlukan
untuk membentuk kolagen antara lain vitamin C, zinc, oksigen,
dan zat besi.
b) Angiogenesis
Perkembangan dari pembuluh darah baru pada luka kotor dapat
diidentifikasi selama pengkajian klinik. Awalnya tepi luka
berwarna merah terang dan mudah berdarah. Selanjutnya dalam
beberapa hari berubah menjadi merah gelap. Secara
mikroskopis, angiogenesis dimulai beberapa jam setelah
perlukaan.
c) Granulasi jaringan
Sebuah matrik kolagen, kapilarisasi, dan sel mulai mengisi
daerah luka dengan kolagen baru membentuk scar. Jaringan ini
tumbuh di tepi luka ke dasar luka. Granulasi jaringan diisi
dengan kapilarisasi baru yang memberi warna merah dan tidak
rata. Luka dikelilingi oleh fibroblast dan makrofag. Makrofag
melanjutkan merawat luka dengan merangsang fibroblast dan
proses angiogenesis. Granulasi jaringan mulai dibentuk dan
proses epitelisasi dimulai.
37
d) Kontraksi luka
Kontraksi luka adalah mekanisme saat tepi luka menyatu
sebagai akibat kekuatan dalam luka. Kontraksi adalah kerja dari
miofibroblast. Jembatan miofibroblast melintasi luka dan
menarik tepi luka untuk menutup luka. Kontraksi tidak
diharapkan pada beberapa luka karena perubahan bentuk
kosmetik yang diakibatkan oleh kontraktur.
e) Epitelisasi
Epitelisasi adalah migrasi sel dari sekeliling kulit. Epitelisasai
juga melintasi folikel rambut pada dermis dari luka yang
sembuh dengan secondary intention. Besarnya luka atau
kedalaman luka memerlukan skin graft, karena epidermal
migrasi secara normal dibatasi kira-kira 3 cm. Epitelisasi dapat
dilihat pada granulasi luka bersih. Epitelisasi sel terbagi dan
akhirnya migrasi epitel bertemu dengan sel yang sama dari tepi
luka yang lain dan migrasi berhenti. Pada saat ini epitel
berdiferensiasi menjadi bermacam lapis epidermis. Epitelisasi
dapat ditingkatkan jika luka pada kondisi lembab. Tanda scar
yang dibentuk pada fase ini adalah merah terang, tipis dan
rawan terhadap tekanan.
38
Gambar 2.8. Proses penyembuhan luka.20,22
2) Fase Penyembuhan Luka
Ada tiga fase dalam proses penyembuhan luka yaitu fase inflamasi,
fase proliferasi, dan fase penyudahan yang merupakan perupaan
kembali (remodeling) jaringan.22
a) Fase inflamasi
Pada fase inflamasi pembuluh darah yang terputus pada luka
akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusah
menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan pembuluh
darah yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Sel mast
dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang
39
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi,
penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang
menyembabkan edema dan pembengkakan. Tanda dan gejala
klinis reaksi radang menjadi jelas yang berupa warna
kemerahan karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor),
nyeri (dolor), pembengkakan (tumor), dan functio laesa atau
daya pergerakan menurun.
b) Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang
menonjol adalah proliferasi fibroblast. Fibroblast berasal dari
sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan
mukopolisakarida, asam aminoglisin, dan protein yang
merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan
mempertautkan tepi luka. Pada fase ini, serat-serat dibentuk dan
dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan
pada luka yang cenderung mengerut. Pada fase ini luka
dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk
jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang
berbenjol halus seperti jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang
terdiri dari sel asal terlepas dari permukaan basalnya mengisi
permukaan luka. Tempatnya kemudiaan diisi sel baru yang
40
terbentuk dari proses mitosis. Proses ini akan berhenti setelah
epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka.
c) Fase penyudahan
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai
gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang
baru terbentuk.
3) Klasifikasi Penyembuhan Luka
Ada tiga klasifikasi penyembuhan luka, yaitu penyembuhan luka
primer (sanatio per primam intentionem), penyembuhan luka
sekunder (sanatio per secundam intentionem), dan penyembuhan
luka primer tertunda.22
a) Penyembuhan primer (sanatio per primam intentionem)
Jenis penyembuhan ini terjadi bila luka segera diusahakan
bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Parut yang terjadi
biasanya lebih halus dan kecil.
b) Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem)
Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar (alami).
Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian tertutup
dengan epitel. Cara ini biasanya memakan waktu lebih lama
41
dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama bila
lukanya menganga lebar.
c) Penyembuhan primer tertunda
Pada luka yang terkontaminasi berat dan/ atau tidak berbatas
tegas tidak dapat langsung dilakukan penjahitan luka. Luka
yang compang-camping seperti luka tembak, sering
meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada
pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan
dapat menyebabkan infeksi bila langsung dijahit. Luka
demikian seharusnya dibersihkan dan dieksisi (debridement)
dahulu baru kemudian dijahit dan akan sembuh secara primer.
Pada manusia penyembuhan luka dengan cara reorganisasi dan
regenerasi jaringan hanya terjadi pada epidermis, hati, dan tulang
yang dapat menyembuh alami tanpa meninggalkan bekas. Organ
lain termasuk kulit, mengalami penyembuhan secara epimorfosis,
artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan ikat yang tidak
sama dengan jaringan semula.22
4) Gangguan Penyembuhan luka
Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari dalam tubuh
sendiri (endogen) atau oleh penyebab dari luar tubuh (eksogen).22
42
a) Penyebab endogen
Penyebab endogen terpenting adalah gangguan koagulasi yang
disebut koagulopati dan gangguan sistem imun. Semua
gangguan pembekuan darah akan menghambat penyembuhan
luka sebab hemostasis merupakan titik tolak dan dasar fase
inflamasi. Gangguan sistem imun akan menghambat dan
mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan, dan
kontaminasi. Bila sistem daya tahan tubuh, baik seluler maupun
humoral terganggu, pembersihan kontaminan dan jaringan mati
serta penahan infeksi tidak berjalan baik. Gangguan sistem
imun dapat terjadi pada infeksi virus terutama HIV, keganasan
tahap lanjut, penyakit menahun berat seperti tuberculosis,
hipoksia setempat, seperti ditemukan pada arterosklerosis,
diabetes melitus, morbus Raynaud, kelainan perdarahan
(hemangioma, fistel arteriovena) atau fibrosis. Sistem imun
juga dipengaruhi oleh gizi kurang akibat kelaparan,
malabsorpsi, juga kekurangan asam amino esensial, mineral,
maupun vitamin, serta oleh gangguan dalam metabolisme
makanan, misalnya pada penyakit hati. Selain itu fungsi sistem
imun ditekan oleh keadaan umum yang kurang baik, seperti
pada usia lanjut dan penyakit tertentu, misalnya penyakit
Cushing dan Addison.
43
b) Penyebab eksogen
Penyebab eksogen meliputi penyinaran ionisasi yang akan
menganggu mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun
lanjut. Pemberian sitostatik, obat penekan reaksi imun,
misalnya setelah transplantasi organ, dan kortikosteroid juga
akan mempengaruhi penyembuhan luka. Pengaruh setempat
seperti infeksi, hematoma, benda asing, serta jaringan mati
seperti skuester dan nekrosis, sangat menghambat
penyembuhan luka.
5) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka adalah
sebagai berikut.23,3
:
a) Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang
tua. Selain karena orang tua lebih sering terkena penyakit
kronis, penurunan fungsi hati pada orang tua dapat
mengganggu sintesis faktor pembekuan darah.
b) Nutrisi
Tambahan nutrisi dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka.
Pasien memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak,
vitamin C dan A, serta mineral seperti Fe dan Zn.
44
c) Infeksi
Infeksi pada luka dapat menghambat penyembuhan. Bakteri
merupakan organisme utama penyebab infeksi.
d) Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan
luka. Pada orang-orang dengan obesitas, penyembuhan luka
menjadi lambat dan resiko infeksi menjadi lebih tinggi
dikarenakan suplai darah yang kurang ke jaringan. Selain itu,
aliran darah dan oksigenasi dapat terganggu pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi,
diabetes mellitus, anemia dan gangguan pernapasan kronik.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi
dan menurunnya suplai oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan
luka.
e) Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada
luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh untuk kemudian
masuk ke dalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang
besar, hal tersebut tentu memerlukan waktu yang lama untuk
dapat diabsorbsi, sehingga dapat menghambat proses
penyembuhan luka.
45
f) Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan
menyebabkan terbentuknya suatu abses. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan leukosit yang membentuk
suatu cairan kental yang disebut dengan nanah (Pus).
g) Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan
suplai darah pada bagian tubuh akibat obstruksi pada aliran
darah. Hal ini dapat terjadi akibat pembalutan pada luka yang
terlalu ketat ataupun faktor internal yaitu adanya obstruksi pada
pembuluh darah itu sendiri.
h) Diabetes Melitus
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan
peningkatan gula darah yang menyebabkan nutrisi tidak dapat
masuk ke dalam sel. Hal tersebut tentu akan mengganggu
proses penyembuhan luka.
i) Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka, misalnya lokasi, dapat
mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka.
Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
46
j) Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan
anti neoplasmik dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang
rentan terhadap infeksi luka.
d. Komplikasi Luka
1) Hematoma
Hematoma timbul dini akibat kegagalan pengendalian pembuluh
darah yang berdarah dan dapat timbul lanjut pada pasien hipertensi
atau cacat koagulasi. Biasanya hematoma dapat dibiarkan hilang
spontan, tatapi hematoma yang meluas membutuhkan operasi ulang
dan pengendalian perdarahan.3
2) Infeksi
Infeksi luka tetap merupakan komplikasi tersering dari tindakan
operasi dan sering mengikuti hematoma luka. Pada 1867, Lister,
dalam penelitiannya tentang antiseptik mengatakan bahwa gangrene
rumah sakit ikut berperan pada jumlah kematian antara 20-100%.
Dewasa ini, infeksi luka sering tidak fatal , tetapi dapat menimbulkan
cacat. Dua faktor penting yang jelas dalam patogenesis adalah dosis
kontaminasi bakteri dan ketahanan pasien.3
47
e. Perawatan Luka
Pertama, dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan
apakah ada perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian tentukan jenis
trauma, tajam atau tumpul, luasnya kematian jaringan, banyaknya
kontaminasi, dan berat ringannya luka. Kemudian bersihkan luka
dengan cairan antiseptik atau dicuci dengan air sebelumnya, debrideman
pada luka, dan lakukan penjahitan luka. Setelah itu luka ditutup dengan
bahan yang dapat mencegah lengketnya kassa, misalnya kassa yang
mengandung vaselin, ditambah dengan kassa penyerap, dan dibalut
dengan pembalut elastis.22
3. Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Galur Wistar
Percobaan ini menggunakan tikus putih jantan sebagai hewan
percobaan, karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian
yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi
dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus putih jantan
mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi
biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina.24
A. Klasifikasi Tikus Putih
Klasifikasi tikus putih jantan galur wistar adalah sebagai berikut.24
:
48
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Gambar 2.9. Tikus putih jantan.24
B. Karakteristik Tikus Putih
Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi
dan sangat cerdas. Tikus putih tidak bersifat fotofobik seperti halnya
mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak
begitu besar. Aktifitasnya tidak terganggu oleh manusia di sekitarnya.
Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan
yang lain, yaitu tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi
yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lubang dan
tikus putih tidak mempunyai kandung empedu sehingga dalam
penelitian tikus putih jantan lebih sering digunakan.25
Di samping itu,
49
tikus putih mudah diperoleh dalam jumlah banyak, mempunyai respon
yang cepat, memberikan gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi
pada manusia dan harganya relatif murah. Tikus putih sangat jarang
berkelahi dan dapat tinggal sendirian dalam kandang karena hewan ini
lebih besar dibandingkan dengan mencit. Oleh karena itu, dalam
percobaan laboratorium tikus putih lebih menguntungkan daripada
mencit.26
C. Kerangka Teori
Gambar 2.10. Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.11. Kerangka Konsep
Alkaloid Saponin Flavonoid Tanin
Persiapan
Insisi
Getah jarak
cina
Povidone
iodine 10%
Lama Penyembuhan
Luka
Penyembuhan
Luka
Getah Jarak
50
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil
sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian.27
Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya perbedaan rata-rata kecepatan
penyembuhan luka dengan terapi menggunakan getah jarak cina (Jatropha
Curcas linn) dibandingkan dengan terapi yang menggunakan larutan povidone
iodine 10%.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Laboratory Experimental dengan metode post test only group design. Metode
ini juga merupakan eksperimen sungguhan, namun tidak diadakan pretest oleh
karena kasus-kasus telah dirandomisasi baik pada kelompok eksperimen
maupun pada kelompok kontrol. Kelompok-kelompok tersebut dianggap sama
sebelum dilakukan perlakuan. Dengan metode ini, memungkinkan peneliti
mengukur pengaruh perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen dengan
cara membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol.28
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Malahayati.
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2013 sampai dengan
Maret 2013.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan post test group design untuk mencari
pengaruh dari variabel dependen dan independent. Peneliti melakukan
intervensi pada subjek dengan bahan getah jarak cina (Jatropha curcas linn)
dan larutan povidone iodine 10%.
52
Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar yang digunakan dalam penelitian
ini sebanyak 22 ekor yang dipilih secara acak dengan jenis kelamin jantan.
Sebanyak 11 ekor tikus Wistar diberikan perlakuan berupa pemberian getah
jarak cina (Jatropha curcas linn) pada luka insisi secara topikal dengan dosis
dua kali sehari dengan dosis tiap kali pemberian adalah 0,5 cc, dan 11 ekor
tikus Wistar sebagai kontrol positif diberikan betadine 2 x 0,5 cc/hari.
Pemberian perlakuan pada tikus Wistar dilakukan hingga luka menutup
sempurna.
Pada penelitian ini ada 2 (dua) kelompok perlakuan, kelompok I (perawatan
dengan getah jarak cina), kelompok II (perlakuan dengan larutan povidone
iodine 10%). Sample dalam tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus
Gomez (1995) :
T (r-1) ≥ 20
Ket :
T : Jumlah perlakuan
r : Jumlah replikasi
2(r-1) ≥ 20
2r - 2 ≥ 20
2r ≥ 22
r = 11
Maka besar pengulangan perkelompok 11 ekor tikus Wistar. Jadi, total tikus
Wistar yang akan digunakan adalah sebanyak 22 ekor.
53
D. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.28
a. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Wistar.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) galur Wistar, umur 2-3 bulan, berat badan 150-200
gram, sehat, tidak ada kelainan anatomis, yang diperoleh dari dinas
pertanian dan ketahanan pangan kota tanggerang selatan.
2. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Penentuan kriteria sample sangat membantu untuk mengurangi bias hasil
penelitian. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan kriteria
eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.31
54
a. Kriteria Inklusi
1) Tikus Wistar Jantan
2) Berat 150-200 gram
3) Usia 2-3 bulan
4) Kondisi sehat (aktif dan tidak cacat)
5) Tidak pernah digunakan untuk penelitian
b. Kriteria Eksklusi
1) Terjadi kecacatan anatomis selama penelitian.
2) Mati selama masa aklimatisasi dan perlakuan berlangsung.
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
penelitian tertentu.26
1. Variabel independent
Variabel independent adalah suatu stimulus aktivitas yang dimanipulasi
oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen.31
Pada penelitian ini variabel independennya adalah perawatan luka dengan
menggunakan getah jarak cina (Jatropha curcas linn) dan larutan povidone
iodine 10% yang diberikan secara topikal pada luka insisi dengan dosis
yang telah ditentukan.
55
2. Variabel dependent
Variabel dependent adalah variabel yang muncul sebagai akibat manipulasi
dari suatu variabel independent.31
Pada penelitian ini variabel
dependentnya adalah penyembuhan luka.
Variabel independent Variabel dependent
G. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah batasan yang digunakan untuk membatasi ruang
lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti.26
Definisi
operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Perawatan
luka dengan
povidone
iodine 10%
Lama
Penyembuhan
Luka
Perawatan
luka dengan
getah jarak
cina
56
Variabel Definisi
Opersional
Cara
Ukur
Alat
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
Getah jarak
cina
Getah yang diambil
dari tangkai daun
tanaman jarak cina
sebanyak 11 cc
yang nantinya akan
digunakan pada 11
ekor tikus dalam 2
kali pemberian jadi
2 x 0,5 cc / hari
Getah yang di
ambil dari
tangkai daun
tanaman
jarak cina
lalu di
tampung
pada botol
yang
nantinya akan
diambil dan
diukur
menggunakan
spuit
sebanyak 0,5
cc / harinya
untuk setiap
ekor tikus
putih jantan
Spuit dan
lembar
Observasi
Getah jarak
sebanyak 0,5
cc / harinya
yang diberikan
pada
punggung
tikus putih
jantan dan
diamatai
penyembuhan
luka insisi nya
yang
berdasarakan
pada luka
menutup
sempurna
Ratio
Larutan
povidone
iodine 10%
Produk larutan
povidone iodine
10% yang
digunakan adalah
betadine sebanyak
11 cc yang nantinya
akan digunakan
pada 11 ekor tikus
dalam 2 kali
pemberian jadi 2 x
0,5 cc / hari
Produk
larutan
povidone
iodine 10%
yang
digunakan
dalam
penelitian ini
adalah
betadine yang
nantinya akan
diambil dan
diukur
menggunakan
spuit
sebanyak 0,5
cc / harinya
untuk setiap
ekor tikus
putih jantan
Spuit dan
lembar
Observasi
Larutan
povidone
iodine 10%
sebanyak 0,5
cc / harinya
yang diberikan
pada
punggung
tikus putih
jantan dan
diamatai
penyembuhan
luka insisi nya
yang
berdasarakan
pada luka
menutup
sempurna
Ratio
Waktu
penyembuhan
luka
Luka menutup
sempurna, dalam
artian pada luka
sudah tidak terlihat
lagi tanda-tanda
peradangan, dan
kedua sisi luka telah
menyatu
Observasi
yang
dilakukan
setiap harinya
pada pukul
19.00 untuk
selanjutnya di
catat pada
lembar
observasi
Lembar
Observasi
Penyembuhan
luka insisi
pada
penelitian ini
dinilai dari
lama rata-rata
hari yang
diperlukan
sampai luka
menutup
Nominal
57
sampai
luka.menutup
sempurna
sempurna,
dalam artian
pada luka
sudah tidak
terlihat lagi
tanda-tanda
peradangan,
kedua sisi luka
telah menyatu
dan
keseluruhan
krusta telah
terlepas.
H. Alat Ukur
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
observasi, yang diisi berdasarkan lama hari penyembuhan luka pada tikus
putih (Rattus novergicus).
I. Pengumpulan Data
Teknik pegumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
teknik observasi eksperimen.
J. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Alat
a. Kandang tikus beserta kelengkapannya (sekam, tempat makanan dan
minuman)
b. Spidol (untuk menandai tikus)
58
c. Timbangan
d. Gunting
e. Pisau cukur
f. Kapas
g. Spuit
h. Alat untuk melakukan insisi (scalpel dan pisau)
i. Penggaris
j. Botol
k. Handscoon/sarung tangan
l. Kassa steril
m. Plester
n. Jam
o. Lembar observasi
2. Bahan
a. Getah jarak cina (Jatropha curcas linn)
b. Larutan povidone iodine 10%
c. Lidokain
d. Alkohol 70%
e. Aquadest
f. Tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar
g. Makanan (pellet dan jagung) dan minuman tikus Wistar
59
K. Prosedur Penelitian
1. Tikus terlebih dahulu diadaptasikan terhadap kondisi lingkungan tempat
penelitian selama 7 hari. Termasuk diberikan nutrisi dengan pakan
standar berupa pellet dan jagung juga menjaga kebersihan kandang.
2. Tikus dibagi dalam dua kelompok perlakuan yang dibagi secara acak
masing-masing kelompok terdiri dari 11 (sebelas) ekor tikus, yaitu :
a. Kelompok I : luka insisi diberi perlakuan dengan getah jarak cina
(Jatropha curcas linn).
b. Kelompok II: luka insisi diberi perlakuan dengan larutan povidone
iodine 10%.
3. Setelah diadaptasikan selama 7 hari dan dibagi dalam 2 kelompok, pada
hari ke 8 lakukan persiapan insisi pada tikus, yaitu dengan mencukur
rambut tikus pada punggung tikus yang akan di insisi.
4. Sebelum diinsisi, pada punggung tikus putih jantan disterilkan terlebih
dahulu dengan menggunakan alkohol 70%, lalu lakukan anastesi
punggung tikus putih jantan dengan lidokain menggunakan spuit
disposable, agar tidak menyakiti tikus pada saat diinsisisi.
5. Kemudian dibuat luka insisi partial thickness atau luka stadium II yaitu
luka yang mengenai seluruh epidermis dan bagian atas dermis sepanjang
1 cm dengan kedalaman 1 mm (diukur dengan penggaris) menggunakan
pisau scalpel.
60
6. Lakukan pembersihan darah dengan NaCl 0,9 % sampai perdarahan
berhenti.
7. Pada kelompok I diberikan getah jarak cina (Jatropha curcas linn)
dengan dosis 2 x 0,5/hari cc pada jam 07.00 dan 19.00 sampai luka
menutup dengan sempurna. Demikian juga pada kelompok yang ke II,
diberikan larutan povidone iodine 10% dengan dosis 2 x 0,5 cc/hari
pada jam 07.00 dan 19.00 sampai luka menutup dengan sempurna.
8. Catat pada lembar observasi sampai hari keberapa luka menutup
sempurna pada tiap tikus.
61
Gambar 3.1, Skema Alur Penelitian
Pembuatan proposal
Persiapan
Pemesanan tikus dan
persiapan kandang
Persiapan getah jarak cina,
povidone iodine 10% serta
alat dan bahan lainnya
Pencukuran rambut pada
punggung tikus Wistar pada
hari ke 8
Pembuatan luka insisi pada
punggung tikus putih jantan
sepanjang 1 cm dengan
kedalaman 1 mm
Pemberian perlakuan Perlakuan I, pada luka
diberikan getah jarak cina
secara topikal dengan dosis
2 x 0,5 cc/hari
Perlakuan II, pada luka
diberikan povidone iodine
10% secara topikal dengan
dosis 2 x 0,5 cc/hari
Pengamatan hasil
Analisa data
Laporan
62
L. Parameter yang Diamati
Hasil akhir yang dinilai dalam penelitian ini adalah lama waktu yang
dibutuhkan sampai luka menutup sempurna, dalam artian pada luka sudah
tidak terlihat lagi tanda-tanda peradangan, kedua sisi luka telah menyatu dan
keseluruhan krusta telah terlepas. Sedangkan parameter yang diamati selama
observasi proses penyembuhan luka adalah kondisi luka secara makroskopis,
misalnya tanda-tanda peradangan (misalnya rubor dan tumor), krusta dan
penutupan luka.
M. Pengolahan data
Beberapa tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu guna
mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data tidak
mendapatkan kendala. Tahapan tersebut terdiri dari :
1. Editing
Memeriksa data-data yang dikumpulkan apakah terdapat kekurangan yang
mungkin menyulitkan dalam langkah analisis berikutnya.
2. Scoring
Tahapan ini dilakukan guna memberikan skor pada setiap hasil di lembar
observasi. Tidak ada pedoman baku untuk skoring namun skoring harus
konsisten.
63
3. Coding
Tahapan memberikan kode pada hasil observasi untuk mempermudah pada
saat analisis data dan mempercepat pada saat meng-entry data.
4. Entering
Dilakukan dengan cara memasukkan data yang telah di skor kedalam
komputer.
5. Processing
Yaitu langkah yang dilakukan untuk mengolah atau menganalisis data dengan
program komputer.
M. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis
bivariat.
1. Analisis Univariat
Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian, untuk mengetahui
distribusi frekuensi dari variabel independen dan variabel dependen dan
untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Pada
penelitian ini analisis digunakan untuk distribusi dari variabel independent
perawatan luka dengan getah jarak cina (Jatropha curcas linn) dan larutan
povidone-iodine 10% dan variabel dependennya adalah penyembuhan luka.
Analilis menggunakan program SPSS 16.
64
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariant digunakan untuk melihat pengaruh/hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen. Pada penelitian ini analisis
digunakan untuk mengetahui perbandingan lama penyembuhan luka dengan
menggunakan getah jarak cina (Jatropha curcas linn) dan larutan povidone
iodine. Selanjutnya membandingkan kelompok dengan intervensi
menggunakan bahan A (getah jarak cina) dan kelompok intervensi dengan
menggunakan bahan B (larutan povidone iodine 10%). Dalam analisis ini
digunakan uji independent t-test dalam program SPSS 16.
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisa
Hasil penelitian ini menyajikan data tentang karakteristik subjek
penelitian, hasil analisa univariat dan analisa bivariat. Pada analisa univariat
akan disajikan frekuensi dan distribusi lama penyembuhan luka pada masing-
masing kelompok perlakuan dan pada analisa bivariat akan disajikan
perbandingan antara rata-rata lama penyembuhan luka dengan terapi
menggunakan getah jarak cina dengan povidone iodine 10%.
B. Analisis Univariat
Analisis univariat ini digunakan untuk melihat frekuensi dan distribusi
lama penyembuhan luka pada masing-masing kelompok perlakuan
Tabel 4.2
Distribusi dan Frekuensi Lama Hari Penyembuhan Luka dengan Getah Jarak
Cina
Lama Hari
Penyembuhan
Luka
Frekuensi Presentase (%)
5 3 27.3
6 5 45.5
7 2 9.1
8 2 18.2
Total 11 100.0
66
Dari tabel diatas diperoleh sample dengan lama penyembuhan luka
hari ke 5 berjumlah 3 sampel (27,3%), hari ke 6 berjumlah 4 sampel (36,4%),
hari ke 7 berjumlah 2 sampel (18,2%), dan pada hari ke 8 berjumlah 2 sampel
(18,2%). Maka didapatkan lama waktu penyembuhan paling cepat terjadi pada
hari ke 5 yang berjumlah 3 sampel, sedangkan paling lama terjadi pada hari ke
8 yang berjumlah 2 sample, dan penyembuhan paling banyak terjadi pada hari
ke 6 yang berjumlah 4 sampel.
Tabel 4.1
Distribusi dan Frekuensi Lama Hari Penyembuhan Luka dengan Povidone
Iodine 10%
Lama Hari
Penyembuhan Luka
Frekuensi Presentase (%)
6 3 27,3
7 3 27,3
8 3 27,3
9 2 18.2
Total 11 100.0
Dari tabel diatas diperoleh sample dengan lama penyembuhan luka
hari ke 6 berjumlah 3 sampel (27,3%), hari ke 7 berjumlah 3 sampel (27,3%),
hari ke 8 berjumlah 3 sampel (27,3%), dan pada hari ke 9 berjumlah 2 sampel
(18,2%). Maka didapatkan lama waktu penyembuhan paling cepat dan paling
banyak terjadi pada hari ke 6, 7, dan 8 yang berjumlah 3 sampel, sedangkan
paling lama terjadi pada hari ke 9 yang berjumlah 2 sampel.
67
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membandingan rata-rata lama
penyembuhan luka dengan menggunakan getah jarak cina dan povidone
iodine 10% pada subjek yang diteliti.
Tabel 4.3
Rata-rata Lama Penyembuhan Luka dengan Getah Jarak Cina dan Povidone iodine
10%
Perlakuan Jumlah
sample
Rata – rata
waktu
penyembuhan
(dalam hari)
Nilai P - Value
Getah jarak
cina 11 6,27
0,032 Povidone
iodine 10% 11 7,36
Dari tabel 4.3 menjelaskan bahwa penyembuhan luka pada subjek
yang dirawat dengan Povidone iodine 10% rata-rata membutuhkan 7,36 hari
hingga luka menutup dan kekuatan jaringan mencapai normal, sedangkan luka
yang dirawat dengan getah jarak cina rata-rata membutuhkan waktu lebih
singkat yaitu 6,27 hari dengan jarak 1,09 hari.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji independent sample t-test
didapatkan p value = 0,032 lebih kecil dari nilai α ≤ (0,05). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dari rata-rata kecepatan
penyembuhan luka sayat yang dirawat dengan menggunakan getah jarak cina
dan luka yang dirawat dengan povidone iodine 10%. Dengan demikian
hipotesa dapat diterima.
68
D. Pembahasan
Telah dilakukan penelitian “perbandingan efektifitas pemberian getah
jarak cina (Jatropha curcas linn) dengan povidone iodine 10% secara topikal
terhadap penyambuhan luka insisi pada punggung tikus putih jantan (Rattus
novergicus) galur Wistar”.
Berdasarkan hasil observasi proses penyembuhan luka insisi pada
punggung tikus putih jantan galur Wistar, rata-rata lama penyembuhan luka
yang dirawat dengan getah jarak cina adalah 6,27 hari, lebih pendek
dibandingkan penyembuhan luka yang dirawat dengan povidone iodine 10%
yang memerlukan waktu rata-rata 7,36 hari dengan jarak 1,09 hari. Perbedaan
yang signifikan tersebut didukung dengan hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji independent sample t-test. Dari uji tersebut didapatkan nilai
p value = 0,032 yang lebih kecil dari nilai α ≤ (0,05). Hasil tersebut berarti
bahwa ada perbedaan 1,09 hari antara rata-rata lama penyembuhan luka yang
dirawat dengan getah jarak cina dibandingkan dengan rata-rata lama
penyembuhan luka yang dirawat dengan povidone iodine 10%.
Penyembuhan luka di definisikan oleh Wound Healing Society (WHS)
sebagai suatu proses yang kompleks dan dinamis sebagai akibat pengembalian
kontinuitas dan fungsi anatomi. Menurut WHS, suatu penyembuhan luka yang
ideal adalah kembali normalnya struktur, fungsi, dan penampilan anatomi
kulit. Batas waktu penyembuhan luka ditentukan oleh tipe luka serta
69
lingkungan ekstrinsik dan instrinsik. Penyembuhan luka dapat berlangsung
cepat ataupun lambat.20
Sebagai sebuah proses yang terkoordinasi, proses penyembuhan luka
melibatkan komponen seluler dan ekstraseluler yang pada akhirnya terjadi
penyusunan kembali jaringan yang cedera. Diawali dari serangkaian proses
penting yaitu koagulasi, inflamasi, proliferasi dan migrasi sel, angiogenesis,
sintesis matriks, remodelling dan kontraksi luka.32
Luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, dengan berbagai
etiologi merupakan masalah yang sering ditemukan dalam berbagai disiplin
ilmu kedokteran. Kejadian ini merupakan salah satu sumber utama morbiditas,
meningkatkan angka mortalitas, penyebab kerusakan psikologis bagi para
penderita, meningkatkan anggaran biaya pengobatan dan kehilangan jam kerja
pada penderita dalam usia produktif. Oleh karena itu harus dilakukan upaya
agar proses penyembuhan luka dapat berlangsung dengan cepat dan ideal
sehingga berbagai dampak buruk tidak terjadi.33
Dalam penelitian ini telah dilakukan upaya untuk menemukan solusi
agar proses penyembuhan luka dapat berjalan secara cepat dan ideal.
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pemberian getah jarak cina secara
topikal pada luka dapat mempercepat proses penyembuhan, bahkan lebih
efektif jika dibandingkan dengan povidone iodine 10%. Hal ini tentu saja
bukan tanpa alasan, karna kandungan-kandungan yang terdapat dalam getah
jarak cina yang membuat efek penyembuhan lukanya begitu signifikan.
70
Didalam getah jarak cina terkandung zat-zat aktif yang sangat dibutuhkan
dalam proses penyembuhan luka yaitu saponin, flavonoid, alkaloid dan tanin.8
Alkaloid adalah suatu substansi yang mengandung nitrogen, terdapat
pada berbagai jenis tanaman dan pada konsentrasi rendah menyebabkan
berbagai aksi fisiologis sebagai stimulant. Contoh alkaloid adalah morfin,
kokain, dan sejenisnya yang memiliki fungsi sebagai analgetik.13
Saponin diketahui mempunyai efek sebagai anti mikroba, menghambat
jamur dan melindungi tanaman dari serangan serangga.
Dalam proses
penyembuhan luka, zat ini berperan dalam meningkatkan pembentukan
pembuluh darah baru (angiogenesis) pada luka sehingga suplai oksigen dan
nutrisi menjadi lebih optimal. Selain itu, saponin juga berfungsi sebagai
antibiotik sehingga dapat mengurangi resiko luka terkontaminasi oleh
bakteri.13,14,15
Flavonoid banyak ditemukan pada tanaman buah dan sayur. Biasanya,
flavonoid banyak diteliti karena manfaatnya bagi kesehatan. Setiap tumbuhan
biasanya menghasilkan flavonoid yang berbeda. Manfaat flavonoid salah
satunya untuk membentengi tubuh dari serangan kuman. Selain itu juga
memiliki fungsi untuk memblokade terbentuknya prostaglandin penyebab
nyeri, menstimulasi sel darah putih, serta meningkatkan daya serang terhadap
kuman.16
71
Tannin dalam tumbuhan menyebabkan timbulnya rasa sepet selain itu
juga tannin berperan dalam mencegah pertumbuhan mikroba.17
Tannin adalah
senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi sebagai
antioksidan kuat, antiperadangan, dan antikangker (anticarcinogenic). Tannin
dikenal juga sebagai zat samak untuk pengawet kulit, yang merupakan efek
tannin yang utama adalah sebagai adstringensia yang banyak di gunakan
sebagai pengencang kulit dalam kosmetik.18
Sedangkan povidone iodine merupakan agens antimikroba yang efektif
dalam desinfeksi dan pembersihan kulit baik pra maupun pasca oprasi, dapat
juga digunakan dalam penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada pasien
rawat jalan dan untuk mengurangi sepsis pada luka bakar. Dalam 10%
povidone iodine mengandung 1% iodium yang mampu membunuh bakteri
dalam 1 menit dan membunuh spora dalam waktu 15 menit, kompleks dari iod
dengan polivinil pirolidon yang tidak merangsang dan larut dalam air.
Povidone iodine pada umumnya dapat dijumpai dalam konsentrasi 1%, 10%
bergantung dengan jenis penggunaan dan sifat dari mikroorganisme yang
ingin didesinfeksikan.19
Povidone-iodine, suatu antiseptik yang terdiri dari iodine kompleks,
komponen bakterisidal, dengan polyvinylpyrolidone (povidone) suatu polimer
sintetik, memiliki efek antiseptik dan antibakteri yang baik. tetapi dengan
konsentrasi yang tinggi povidone-iodine memiliki efek toksik bagi jaringan.34
72
Mengingat harga obat-obatan modern yang semakin mahal dan
berbagai dampak buruk yang ditimbulkan akibat penyembuhan luka dalam
waktu yang lama, maka perlu dilakukan upaya untuk mempercepat
penyembuhan luka salah satunya adalah dengan menggunakan obat
tradisional yaitu getah jarak cina.
Hal ini dikarenakan zat-zat aktif yang terkandung dalam getah jarak
cina yaitu saponin, flavonoid, alkaloid dan tanin terbukti dapat mempercepat
proses penyembuhan luka.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk penyembuhan luka dengan terapi
getah jarak cina adalah 6,27 hari.
2. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk penyembuhan luka dengan terapi
povidone iodine 10% adalah 7,36 hari.
3. Ada perbedaan signifikan antara kecepatan penyembuhan luka sayat yang
dirawat dengan menggunakan getah jarak cina dibandingkan dengan
perawatan luka menggunakan povidone iodine 10% sebanyak 1,09 hari,
dengan p value = 0,032
B. Saran
1. Untuk Masyarakat
Penelitian telah dilakukan pada hewan coba dan getah jarak cina memberikan
hasil yang baik, untuk itu kepada masyarakat disarankan agar penelitian ini
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih bahan untuk perawatan
luka dan untuk menambah khasanah pengobatan herbal alami.
74
2. Untuk Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian
sebelumnya tentang manfaat getah jarak cina untuk perawatan luka dengan
mencoba jenis luka kotor yang terkontaminasi, dengan mencoba jenis jarak
lain, jenis luka lain dengan luka yang lebih dalam daripada partial thickness,
dan juga subjek percobaan lain. Dan juga untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
menggunakan kelompok kontrol, agar hasil penelitian lebih baik.
75
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong Wim & Sjamsuhidajat R (Ed), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC,
2004
2. Jan Tambayong, Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta, 2000
3. Sabiston DC, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta, 1995
4. Haris RA, Efektifitas Penggunaan Iodine 10%, Iodine 70%, Iodine 80%, Dan
NaCl Dalam Percepatan Proses Penyembuhan Luka Pada Punggung Tikus
Jantan Sparague Dawley, Skripsi, FIK-UMS, Surakarta, 2009
5. Suwiti NK, Deteksi Histologik Kesembuhan Luka Pada Kulit Pasca
Pemberian Daun Mengkudu (Morinda citrifolia linn.), Buletin Veteriner
Udayana, Bali, 2010
6. Thomas A.N.S, Tanaman Obat Tradisional 2, Kanisius, Yogyakarta, 1992
7. Sulaiman, Efektifitas Pemberian Getah Jarak Cina (Jatropha Multifida L)
Terhadap Penyembuhan Luka, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung, Lampung, 2012
8. Atik N, J Iwan, Perbedaan Efek Pemberian Topikal Gel Lidah Buaya (Aloe
vera L.) Dengan Solusio Povidone Iodine Terhadap Penyembuhan Luka Sayat
Pada Kulit Mencit (Mus musculus), Artikel Penelitian, Bagian Histologi, FK-
UNPAD, Bandung, 2009
9. Poncojari Wahyono, Tumbuhan Untuk Pengobatan 87 Jenis Penyakit Dengan
Penanganan Herbal, PT Grasindo, jakrta 2010
76
10. Andi Nur Alam Syah, Biodiesel Jarak Pagar, PT Agromedia Pustaka,
Tanggerang, 2006
11. Adi Nugroho, Biologi Tungau Merah Pada Tanaman Jarak Pagar, Skripsi,
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, 2012
12. Made Sri Prana, Budi Daya Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Sumber
Biodiesel Menunjang Ketahanan Energi Nasional, LIPI Press, Jakarta, 2006
13. Djarir Makfoeld, Kamus Istilah Pangan Dan Nutrisi Penerbit Kanisius, Kanisius,
2002
14. Rosanto YB, NF Sari, HN Wity, R Ningsih & S Putri, 2010, http://nasional.
vivanews.com/news/read/170761-getah- pohon- pisang- terbukti- obat- luka
15. Priosoeryanto, 2010, Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang
Ambon dalam Proses Penyembuhan Luka pada Mencit, Jurnal Veteriner, Juni,
Vol.2 No.2
16. Suranto Adji, Terapi Madu. Penebar Plus+, Jakarta, 2007
17. Setijo Pitojo, Hesti Nira Puspita, Seri Budidaya Kesemek, Kanisius,
Yogyakarta, 2007
18. Nurheti Yulianti, A To Z Food Supplement, Yogyakarta, 2009.
19. Marimin, 2011, Efektifitas perawatan luka meggunakan Povidone- Iodine
10% dalam proses penyembuhan Luka Post Operasi Apendisitis
digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4456. Diakses 12 Desember 2012
pukul 08.02 PM WIB.
77
20. Umi Zahrok, Perbandingan Efektivitas Terapi Madu dengan Rivanol
Terhadap Penyembuhan Luka Dekubitus Grade II-IV di RSUD Dr.H Abdul
Muluk Provinsi Lampung, KTI-FK Unimal, Lampung, 2009.
21. Ismail, ed. Luka dan Perawatannya, KTI, 2008.
22. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2005
23. Rulam, Penyembuhan Luka (Wound Healing), http://www.infodiknas
.com/penyembuhan-luka-wound-healing, 2011
24. Barnett, S.A, The Rat: A Study in Behaviour, transaction Publisher, 2007
25. Mangkoewidjojo, Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di
Daerah Tropis, UI Press, 1988
26. Willis OSA & Flint J, 2006, Dasar Genetik Prilaku Emosional Pada Tikus,
UIUC, J Hum Genet
27. Notoatmodjo S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta,
Jakarta
28. Notoatmodjo S, 2010, Metode Penelitian Kesehatan (Cetakan VI), PT.
Rineka Cipta, Jakarta
29. Wasis NS, Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat, EGC, Jakarta, 2006
30. Gomez, K.A, Aanum, Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian, UI press,
Jakarta, 1995
31. Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta:
Salemba Medika, 2008
78
32. Robbins SL, RS Cotran & V Kumar, 2007, Buku Ajar Patologi Robbins, Edisi
7, Volume 1, EGC, Jakarta, Hal : 80-82
33. Grandis, Pengaruh Pemberian Getah Pisang Raja (Musa Paradisiaca l. Var
Sapientum) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Punggung Tikus Putih
Jantan (Rattus Norvegicus) Galur Wistar, Bandar lampung 2012
34. Burks RI, Povidone-iodine Solutuion in Wound Treatment, Physycal Theraphy. Vol
78:212-218, 1998
79
LEMBAR OBSERVASI
Perbandingan Efektifitas Pemberian Getah Jarak Cina (Jatropha curcas linn) Dengan
Povidone Iodine 10% Secara Topikal Terhadap Penyembuhan Luka
Insisi Pada Punggung Tikus Putih Jantan
(Rattus norvegicus) Galur Wistar
Observer :
Pada Tikus Kelompok I (Perawatan Luka Dengan Getah Jarak)
NO Lama Hari
Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
Keterangan : √ = Luka menutup sempurna, dalam artian pada luka
sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda peradangan, dan
kedua sisi luka telah menyatu
80
LEMBAR OBSERVASI
Perbandingan Efektifitas Pemberian Getah Jarak Cina (Jatropha curcas linn) Dengan
Povidone Iodine 10% Secara Topikal Terhadap Penyembuhan Luka
Insisi Pada Punggung Tikus Putih Jantan
(Rattus norvegicus) Galur Wistar
Observer :
Pada Tikus Kelompok I (Perawatan Luka Dengan Povidone Iodine 10%)
NO Lama Hari
Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
Keterangan : √ = Luka menutup sempurna, dalam artian pada luka
sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda peradangan, dan
kedua sisi luka telah menyatu
81
Lampiran II. Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS versi 16
TEST NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
LamaHariGetahJarak .234 11 .094 .878 11 .097
LamahHariPovidone .173 11 .200* .889 11 .135
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
ANALISA UNIVARIAT
Frekuensi
Statistics
LamaHariPov LamaHariGetah
N Valid 11 11
Missing 0 0
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
82
Lama Hari Sembuh Getah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 5 3 27.3 27.3 27.3
6 4 36.4 36.4 63.6
7 2 18.2 18.2 81.8
8 2 18.2 18.2 100.0
Total 11 100.0 100.0
Lama Hari Sembuh Povidone
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 6 3 27.3 27.3 27.3
7 3 27.3 27.3 54.5
8 3 27.3 27.3 81.8
9 2 18.2 18.2 100.0
Total 11 100.0 100.0
83
ANALISA BIVARIAT
T-Test
Group Statistics
Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
HariSembuh povidone 11 7.36 1.120 .338
getah 11 6.27 1.104 .333
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Hari
Sembu
h
Equal variances
assumed .044 .837 2.301 20 .032 1.091 .474 .102 2.080
Equal variances not
assumed
2.301 19.996 .032 1.091 .474 .102 2.080
84
LAMPIRAN III. DOKUMENTASI
Pengumpulan Getah Jarak
Alat dan Bahan
Povidone iodine
Anastesi Lokal Lidocaine
85
Pengukuran Panjang Luka
Pencukuran Bulu Tikus
Pemberian Getah Jarak
Luka Menutup Sempurna
Tikus Dipisahkan Saat
Perlakuan