standar prosedur operasional (spo) penanganan...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 2003, 19(3), 156-167
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENANGANAN BIJI KAKAO DI TINGKAT PETANI,
PEDAGANG PENGUMPUL DAN EKSPORTIR
Teguh Wahyudi
PENDAHULUAN
Standar prosedur operasional (SPO) penanganan biji kakao di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir merupakan suatu cdokumen yang menguraikan prosedur operasional beberapa kegiatan seperti pemanenan, pengolahan, pembersihan, sortasi, penentuan mutu, pengemasan, penstapelan, penyimpanan, dan fumigasi.
Tujuan umum penerapan SPO tersebut adalah untuk menjaminmutu biji kakao agar dapat memenuhi standar mutu kakao SNI 01-2323. Tujuan khususnya adalah mencegah kontaminasi serangga, jamur, dan kotoran, sebagai salah satu upaya penyelesaian masalah penahanan otomatis (detention without physical examination) yang diberlakukan terhadap kakao Indonesia oleh pemerintah Amerika Serikat (USFDA: United States Food and Drug Administration) .
Penyusunan SPO tersebut melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan usaha dan perdagangan kakao seperti instansi pemerintah yang mempunyai otoritas pengaturan usaha dan perdagangan kakao (Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian), lembaga penelitian (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia),
laboratorium penguji mutu (BPSMB dan Sucofindo) dan eksportir (Askindo). Pihak pemerintah Amerika Serikat, khususnya USFDA dan CMA (Cocoa Merchants 'Association of America), telah memberikan saran-saran untuk perbaikan dan penyempumaan SPO tersebut.
SPO PENANGANAN BIJI KAKAO DI TINGKAT PETANI
Penanganan biji kakao di tingkat petani adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh petani untuk luenjamin mutu produk, serta mencegah kontaminasi serallgga, jamur, dan kotoran.
Tujuan kegiatan penanganan kakao adalah untuk menjaluin mutu biji kakao dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia, SNI 01-2323, dengan luemberikan perhatian khusus pada kontaminasi serangga, jamur, dan kotoran.
Ruang lingkup Standar Prosedur Operasional di tingkat petani meliputi beberapa prosedur operasi kegiatan pemanenan, pemeraman buah, pemecahan buah, fermentasi, penjemuran, dan penYlmpanan.
156

Standar prosedur operasional (SPO) penanganan biji kakao di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir
1., Panen
Buah kakao hendaknya dipanen apabila sudah cUkup masak. Kriteria buah masak apabila telah terjadi pernbahan warna kulit buahnya. Kul it buah telah berwarna kekuningan untuk buah yang warna kulitnya merah pada saat masih muda, atau telah berwama kuning tua atau jingga untuk buah yang warna kulitnya hijau kekuningan pada saat masih muda.
Panen buah kakao dilakukan setiap 23 minggu. Pemanenan terhadap buah muda harus dihindari, karena akan menurunkan mutu biji keringnya. Buah yang lewat masak harns segera dipanen dan diolah terpisah dari yang cukup masak.
Pemanenan buah kakao dapat dilakukan dengan sabit, gunting, atau alat lainnya, yang penting buahnya jangan sampai rusak atau pecah. Bantalan buah jangan sampai rusak karena bagian ini merupakan tempat tumbuhnya bunga untuk periode selanjutnya.
2. Pemeraman Buah
Pemeraman buah dilakukan selama 512 hari tergantung kondisi setempat dan tingkat kemasakan buah. Pemeraman buah di daerah basah tidak dianjurkan, karena jamur mudah tumbuh pada kondisi lembab. Selama pemeraman buah harus dihindari buah kakao menjadi terlampau masak, rnsak atau berjamur dengan cara :
a. Mengatur tempat pemeraman agar cukup bersih, terbuka, dan kering.
b. Disimpan menggunakan wadah pemeraman seperti keranjang atau karung goni.
c. Memberi alas pada permukaan tanah, dan menutup permukaan tumpukan buah dengan daun-daun kering.apabila pemeraman dilakukan di kebuD.
Pemeraman telah cukup setelah 5 hari disimpan dan jumlah buah yang dipanen telah mencapai 400-500 buah yang setara dengan 35-40 kg biji kakao basah. Pemeraman tidak boleh lebih dari 12 hari.
3. Pemecahan Buah
Pemecahan buah harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai melukai atau merusak keping biji kakao. Biji kakao agar dijaga tetap bersih, tidak tercampur kotoran atau tanah. Plasenta dipisahkan dari biji untuk memudahkan pengolahan selanjutnya. Pemecahan buah dengan alat dari logam agar dihindarkan.
4. Fermentasi
Fermentasi harus dilakukan dengan benar, cUkup waktu dan jumlah biji yang difermentasi, serta dihindari kontaminasi kotoran dan serangga. Beberapa hal yang hams diperhatikan dalam fermentasi kakao adalah ~ebagai berikut :
Jumlah biji : Minimum 40 kg biji kakao basah
Lama fermentasi : 5 hari
Wadah (tempat) : Kotak, keranjang bambu atau biji kakao ditumpuk dengan pembungkus daun pisang dengan tinggi 40 cm, lebar 30 cm dan panjang 30 cm.
157

Wahyudi
Pembalikan : Satu kali pada hari kedua
Selama fermentasi biji kakao ditutup dengan karung goni.
5. Penjemuran
Penjemuran dilakukan di atas sesek bambu atau para-para. Tebal lapisan biji diatur 5 em (2-3 lapis biji). Selama penjemuran dilakukan pembalikan hamparan biji 1-2 jam sekali, biji dijaga tetap bersih dari kontaminasi kotoran, serangga atau jamur. Alat penjenlur sebaiknya dilengkapi penutup plastik, untuk melindungi biji kakao dari air hujan dan lembab. Bila matahari terik, plastik dibuka dan digulung. Pada malam hari atau hujan hamparan biji ditutup plastik dengan diberi aerasi.
Penjemuran dilakukan sampai kadar air meneapai 7,5 %. Penjemuran harus dilakukan pemisahan berdasarkan kadar aimya. Biji kakao yang sudah agak kering tidak dieampur dengan yang lebih lembab. Penundaan penjemuran dapat dilakukan dengan aman apabila kadar air biji kakao meneapai maksimum 12 % dengan lama penundaan 4-5 hari dan setelah itu biji kakao hams dijemur lagi.
Pada musim penghujan, biji kakao dapat dikeringkan menggunakan mesin pengering, dengan suhu 50-60°C.
6. Penyimpanan
Biji kakao yang akan disimpan dikemas dalam karung goni atau plastik yang bersih, Penggunaan karung goni atau plastik bekas pupuk anorganik atau kimia dan pakan
ternak harus dihindari. Kemasan ditempatkan dalam ruang atau gudang yang bersih, tidak lembab serta eukup ventilasi. Bij i kakao tidak disimpan bersama :
- bahan-bahan yang mudah diserang serangga atau jamur, seperti gaplek, kopra.
-bahan-bahan yang berbau tajam, seperti rempah-rempah, pestisida, bahan bakar minyak.
Kemasan biji kakao diletakkan di atas palet dan tidak menempel pada dinding.
SPO PENANGANAN BIJI KAKAO DI TINGKAT PEDAGANG
PENGUMPUL
Penanganan biji kakao ditingkat pedagang pengumpul adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk menjamin mutu produk dan menghindari kontaminasi dari serangga, jamur, dan kotoran.
Tujuan kegiatan penanganan kakao adalah untuk menjamin mutu biji kakao dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia SNI 01-2323, dengan Inemberikan perhatian khusus pada kontaminasi serangga, jamur, dan kotoran.
Ruang lingkup Standar Prosedur Operasional di tingPit pedagang pengumpul meliputi beberapa prosedur operasi kegiatan penanganan biji kakao basah, penguinpulan biji dan pengeringan ulang, pembersihan dan sortasi, penyimpanan dan pengangkutan.
1. Penanganan Biji Kakao Basah
Apabila biji kakao yang diterilna pedagang pengumpul masih dalam keadaan
158

Standar prosedur operasional (SPO) penanganan biji kakao di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir
basah belum diolah, maka SPO-nya mengikuti SPO di tingkat petani khususnya untuk kegiatan No.4 (fermentasi), No.5 (penjemuran) dan No.6 (penyimpanan).
Apabila biji kakao yang diterima pedagang pengumpul sudah kering atau masih agak basah, maka penanganannya mengikuti kegiatan No.2 dan seterusnya sebagai berikut.
2. Pengumpulan Biji dan Pengeringan Ulang
Biji kakao yang dikumpulkan dari petani harus diperiksa kadar airnya pada waktu dimasukkan ke ruang/pengumpulan. Apabila kadar air lebih dari 7,5 % maka biji kakao tidak boleh dieampur dengan yang sudah kering, dan harus dikeringkan ulang.
Pengeringan ulang biji kakao dapat dilakukan dengan eara penjemuran atau pengeringan seeara mekanis, sampai dieapai kadar air nlaksimum 7,5 %. Pengeringan ulang harus dilakukan pemisahan berdasarkan kadar airnya.
Penjemuran biji kakao dilakukan di atas lantai .jemur yang dibuat miring agar air tidak menggenang atau di atas parapara. Penutup plastik harus disiapkan untuk melindungi biji kakao dari air hujan atau embun di malam hari. Penutupan yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi selama biji kakao ditutup. Selama penjemuran dilakukan pembalikan 1-2 jam sekali. Tebal lapisan tidak lebih dari 10 em. Selama penjemuran harns dijaga kebersihannya, dan jangan sampai bereampur dengan komoditas lain yang akan meneemari biji kakao.
Pada pengeringan mekanis, suhu pengeringan dianjurkan 45-60°C dan
digunakan pengering yang tidak dapat menimbulkan kontaminasi bau asap pada biji kakao. Kebersihan dan kerapian ruang pengering harus selalu diperhatikan. Setiap melakukan pengeringan hendaknya dilakukan peneatatan-peneatatan termasuk suhu pengeringan yang dipakai. Lakukan peneatatan terhadap suhu awal dan suhu akhir pengeringan. Lakukan penlbalikan biji kakao ke sisi sebaliknya setiap 1 jam. Lakukan pengeeekan kadar air menjelang akhir pengeringan, agar pengeringan dapat diakhiri pada kadar air yang tepat. Lakukan peneatatan kadar air setelah sehari pengenngan.
3. Pembersihan dan Sortasi
Tujuan dari pembersihan dan sortasi dimaksudkan untuk memilah biji kakao agar sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) biji kakao, dan memisahkan biji eaeat dan benda asing. Kotoran yang terikut dalam biji harus dibuang. Biji-biji peeah, peeahan biji, biji lengket, biji bereampuf dan berkeeambah harus dipisahkan. Pada saat sortasi, juga dilakukan pengayakan biji untuk memperoleh ukuran biji yang seragam dan sesuai dengan klasifikasi ukuran dalam SNI 01-2323.
4. Penyimpanan
Biji kakao yang akan disimpan dikemas dalam karung goni atau plastik yang bersih, Penggunaan karung goni .atau plastik bekas pupuk anorganik atau kimia dan pakan ternak harus dihindari. Kemasan ditempatkan dalam ruang atau gudang yang bersih, tidak lembab serta eukup ventilasi.
159

Wahyudi
5. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengiriman ke eksportir harus menggunakan alat angkut (truck, pick-up, dan lainnya) yang dijamin kering, bersih dan bebas dari kontaminasi kotoran, bau tak sedap dan bahan asing lainnya, serta mempunyai penutup untuk menghindari hujan atau kemungkinan kontaminasi kotoran lainnya. Pemindahan biji kakao ke dalam alat angkut jangan dilakukan pada saat hujan untuk mencegah kontaminasi.
SPO PENANGANAN BIJI KAKAO DI EKSPORTIR
Penanganan biji kakao di tingkat eksportir adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi serangga, janlur, dan kotoran.
Tujuan kegiatan penanganan kakao adalah untuk 111enjanlin mutu biji kakao dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), dengan memberikan perhatian khusus pada kontanlinasi serangga, jamur, dan kotoran.
Ruang lingkup Standar Prosedur Operasional di eksportir meliputi beberapa prosedur operasi kegiatan : pengumpulan biji dan pengeringan ulang, pembersihan dan sortasi, pengepakan, penggudangan dan penstapelan (stacking), dan penentuan mutu (grading). Tahapan tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar· 1.
1. Pengumpulan Biji dan Pengeringan Ulang
Biji kakao yang dikumpulkan dari petani atau pedagang pengunlpul harus diperiksa
kadar airnya pada waktu dimasukkan ke ruang pengumpulan. Apabila kadar air Iebih dari 7,5 %, bij i kakao harus dikeringkan ulang.
Pengeringan ulang biji kakao dapat dilakukan dengan cara penjemuran atau pengeringan secara mekanis, sampai dicapai kadar air maksimum 7,5 %. Penjemuran ulang harus dilakukan pemisahan berdasarkan kadar airnya. Penjemuran biji kakao dapat dilakukan di atas lantai jemur yang dibuat miring agar" air tidak menggenang atau di atas para-para. Selama penjemuran dilakukan pembalikan 1-2 jam sekali. Tebal lapisan tidak lebih dari 10 cm. Selama penjemuran harus dijaga kebersihannya, dan jangan sampai bercampur dengan komoditas lain yang akan mencemari bij i kakao.
Pada pengeringan mekanis, suhu pengeringan dianjurkan 45-60° C dan digunakan pengering yang tidak dapat menimbulkan kontaminasi bau asap (smoky)
pada biji. kakao. Kebersihan dan kerapian ruang pengering hendaknya selalu diperhatikan. Setiap melakukan pengeringan hendaknya dilakukan pencatatan-pencatatan tennasuk suhu pengeringan yang dipakai. Lakukan pencatatan terhadap suhu awal dan suhu akhir pengeringan. Lakukan pembalikan biji kakao ke sisi sebaliknya setiap 1 jam.
2. Pembersihan dan Sortasi
Tujuan dari pembersihan dan sortasi dimaksudkan untuk Inemilah biji kakao agar sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) biji kakao serta nlemisahkan biji cacat dan benda asing. Kotoran yang
160

Standar prosedur operasional (SPO) penanganan biji kakao di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir
terikut dalam biji harus dibuang. Biji-biji pecah, pecahan biji, biji lengket, biji berjamur, dan biji berkecambah harus dipisahkan .
Pada saat sortasi, juga dilakukan pengayakan biji untuk memperoleh ukuran biji yang seragam, dan sesuai dengan klasifikasi ukuran dalam SNI 01-2323.
3. Pengemasan
Biji kakao dikemas dalam karung goni atau plastik yang bam atau bahan pengemas
Pengumpulan Biji &
Pengeringan Ulang
~ Pembersihan dan Sortasi
~ Pengemasan
~ Penyimpanan/Penstapelan
~
Fumigasi *)
~
Penentuan Mutu
catatan: *) mengilalli Standar Prosedur Operasional
(SPO) untuk Furnigasi
Gambar 1. Tahapan SPO penanganan biji kakao di tingkat eksportir.
baru lain yang bersih dan tidak berbau dengan berat betsih 62,5 kg per karung atau sesuai dengan kesepakatan pembeli.
Pada karung diberi labellidentitas menggunakan bahan cat dengan pelarut air. Penggunaan cat berminyak tidak dibenarkan karena dapat mengkontaminasi aroma biji kakao. Label karung berisi inforrn.asi:
1. Produksi Indonesia.
2. Nania komoditi (kakao), jumlah karung dan Kode Lot.
3. Klasifikasi Mutu.
4. Indentitas Eksportir/lmportir.
5. Berat Kotor/Berat Bersih.
6. Negara Tujuan.
4. Penstapelan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalaITI proses penstapelan (stacking), adalah:
a. Biji kakao tidak bolell disimpan dengan barang lain yang dapat mencemari/ menimbulkan kontaminasi.
b. Karung biji kakao diletakkan di atas palet. Jarak palet dan lantai minimUlTI 10 em.
c. Palel dan peralatan bantu lainnya harus dijaga tetap bersi~, bebas dari serangga dan jasad penganggu lainnya.
d. Jarak antara tumpukan karung biji dan plafon minimum 100 cnl, 45 em dari sprinkler head, dan 80 cm dari dinding;
e. Stapel karung biji kakao:
1. Lebar tidak lebih dari 12 ffi.
161

Wahyudi
2. Tinggi tidak lebih dari 5 palet (1 palet terdiri atasi 5 tumpuk karung).
3. Jarak antar stapel minimum 80 em.
4. Harus disediakan fasilitas bongkar pasang dengan lebar minilTIUm 180 em.
f. Tumpukan biji kakao harus bebas dari debu, serangga hidup dan sisa serangga, kepompong, bagian binatang dan lainlain. Bila benda-benda tersebut merupakan bawaan dari biji kakao karena proses fumigasi, maka petugas bagian gudang harus memberitahukan kepada pemilik barang untuk pembersihan seperlunya.
g. Setelah pengambilan sampel atau keperluan-keperluan lainnya, tumpukan karung harus dikembalikan seperti semula dan lantai barns bersih dari eeeeran biji kakao.
h. Apabila terdapat tanda-tanda adanya infestasi serangga hidup, maka pemilik harus segera diberitahu untuk fumigasl.
5. Penentuan Mutu
a. Pengambilan contoh
1. Contob biji kakao disampling menurut Inetode yang ditetapkan dalam standar mutu kakao SNI 01-2323 revisi terbaru.
2. Petugas pengambil eontoh adalah orang yang telah berpengalaman dan kOlupeten sebagai pengambil eontoh dan bekerja di laboratorium penguji mutu (LPM) yang diakreditasi.
b. Analisis mutu
1. Contoh biji kakao dianalisis mutunya oleh LPM yang diakreditasi menurut metode yang ditetapkan dalam standar mutu kakao SNI 01-2323.
2. Petugas analisis adalah petugas LPM yang telah berpengalaman dan kompeten dalam penguj ian mutu kakao.
c. Sertifikasi mutu
Sertifikat mutu diberikan oleh Laboratorium Penguji Mutu berdasarkan hasil analisa mutu biji kakao.
SPO FUMIGASI KAKAO DIGUDANG
Fumigasi gudang adalah perlakuan pembebas-hamaan pada komoditas biji kakao dengan menggunakan bahan kimia beraeun yang berupa gas/fuIuigan untuk membunuh serangga.
Untuk meneegah perkembang-biakan hama dan menjaga mutu biji kakao dengan menggunakan bahan kiluia beraeun yang berupa gas/fumigan untuk melnbunuh serangga.
Ruang lingkup Standar Proscdur Operasional fumigasi meliputi bcbcrapa prosedur operasi kegiatan persiapan dan persyaratan, serta pelaksanaan fumigasi biji kakao di gudang.
1. Persiapan dan Persyaratan Fmnigasi
a. Biji kakao tidak boleh disimpan dalam gudang bersama kargo lain yang dapat
162

Wahyudi
2. Tinggi tidak lebih dari 5 palet (1 palet terdiri atasi 5 tumpuk karung).
3. Jarak antar stapel minimum 80 em.
4. Harus disediakan fasilitas bongkar pasang dengan lebar minimum 180 em.
f. Tumpukan biji kakao harus bebas dari debu, serangga hidup dan sisa serangga, kepompong, bagian binatang dan lainlain. Bila benda-benda tersebut merupakan bawaan dari biji kakao karena proses fumigasi, maka petugas bagian gudang harus memberitahukan kepada pemilik barang untuk pembersihan seperlunya.
g. Setelah pengambilan sampel atau keperluan-keperluan lainnya, tumpukan karung harus dikembalikan seperti semula dan lantai hams bersih dari ceceran biji kakao.
h. Apabila terdapat tanda-tanda adanya infestasi serangga hidup, maka penlilik harus segera diberitahu untuk fumigaSl.
5. Penentuan Mutu
a. Pengambilan contoh
1. Contob biji kakao disampling menurut metode yang ditetapkan dalam standar mutu kakao SNI 01-2323 revisi terbaru.
2. Petugas pengambil contoh adalah orang yang telah berpengalaman dan kOlupeten sebagai pengambil contoh dan bekerja di laboratorium penguji mutu (LPM) yang diakreditasi.
b. Analisis mutu
1. Contoh biji kakao dianalisis mutunya oleh LPM yang diakreditasi menurut metode yang ditetapkan dalam standar mutu kakao SNI 01-2323.
2. Petugas analisis adalah petugas LPM yang telah berpengalaman dan kompeten dalam pengujian mutu kakao.
c. Sertifikasi mutu
Sertifikat mutu diberikan oleh Laboratorium Penguj i Mutu berdasarkan hasil analisa mutu biji kakao.
SPO FUMIGASI KAKAO DIGUDANG
Fumigasi gudang adalah perlakuan pembebas-hamaan pacta komoditas biji kakao dengan menggunakan bahan kimia beracun yang berupa gas/fuluigan untuk nlembunuh serangga.
Untuk mencegah perkembang-biakan hama dan menjaga mulu biji kakao dengan menggunakan bahan kiluia beracun yang berupa gas/fumigan untuk melubunuh serangga.
Ruang lingkup Standar Prosedur Operasional fumigasi meliputi beberapa prosedur operasi kegiatan persiapan dan persyaratan, serta pelaksanaan fumigasi biji kakao di gudang.
1. Persiapan dan Persyaratan Fmnigasi
a. Biji kakao tidak boleh disimpan dalam gudang bersama kargo lain yang dapat
162

Standar prosedur operasional (SPO) penanganall biji kakao di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir
b.
e.
d.
e.
f.
mempengaruhi nlUtunya (eontoh: logam tertentu)
Tumpukan biji kakao dibersihkan da'ri debu, serangga mati, kepompong, bagian binatang, dan lain-lain. Bila benda tersebut merupakan bawaan dari biji kakao karena proses fumigasi, maka petugas bagian gudang harus memberitahukan kepada pemilik barang ulltuk pembersihan seperlunya.
Karung yang sobek baik akibat pengambilan eontoh harus segera diperbaiki. Lantai harus bebas dari eeeeran biji kakao. Jika biji kakao tumpah akibat pengambilan eontoh, petugas bagian gudang harus memberitahu petugas pengambil eontoh. Jika· tidak ada tindakan koreksi yang diambil oleh petugas pengambil eontoh, petugas gudang harus memberitahu pemiliknya.
Tidak boleh meneampur biji kakao yang ada tanda-tanda infeksi serangga hidup untuk disimpan di tempatlarea bersama dengan biji kakao lainnya. Jika kondisi tersebut berkembang selama penyimpanan, pemiliknya harus diberitahu segera, dan tindakan perbaikan segera diambil.
Kakao hams disimpan di atas palet. Palet itu harus mempunyai jarak minimum 10 ern dari lantai. Tumpukan biji kakao harus tidak lebih tinggi dari 5 palet tingginya. Setiap bagian palet terdiri dari 5 tumpukan karung biji kakao.
Tinggi tumpukan biji kakao jaraknya minimum 100 em dari langit-Iangit, 45 enl di bawah sprinkler head dan 80 em dari dinding.
g. Karung biji kakao harus diatur dalam stapelan. Thmpukan itu hams diletakkan pada lantai yang tidak boeor, dan mempunyai ruang selebar 1 m pada semua sudut/sisi. Sebaiknya tidak ada pilar atau halangan lain yang dibangunldibuat dalaIn tumpukan, dan tersedia mang yaIlg layak untuk orang-orang yang bekerja untuk memasang sungkup. Tumpukan dibuat berbentuk empat persegi panjang dengan bagian atas yang datar.
- Lebar tidak lebih dari 12 m.
- Tinggi tidak lebih dari 5 palet.
- Jarak antar stapel minimum 80 em.
- Harus disediakan fasilitas bongkar muat dengan lebar nlinimum 2 nl untuk melnberikan ruang yang eukup bagi operasi peralatan tanpa menyentuh kargo.
h. Fumigasi sebaiknya dilakukan oleh badan, institusi atau lembaga yang berwenang, kompeten, dan telah diakreditasi,
1. Semua personil yang terlibat dalam proses fumigasi hams telah dilatih seeara penuh dalam teknik-teknik yang benar untuk aplikasi/penggunaan yang sesuai dengan tipe/jenis dari fumigasi yang dilakukan, dan bersertifikat.
2. Pelaksanaan Fumigasi
Selnua personil yang melakukan fumigasi biji kakao harus mempunyai sertifikat sebagai fumigator dari lembaga badan yang berwenang dan telah diakreditasi.
163

Wahyudi
a. Kualifikasi peralatan yang diperlukan
1. Fumigan CH3 Br (metil bromida) atau
fostoksin (PH3
) dalam bentuk tablet atau sachet.
2. Selang induk, selang pembagi, T konektor dan selang tersebut harus terbuat dari polipropilen dan polietilen.
3. Lembaran plastik PVC (Poly Vynil Chloride) untuk sungkup fumigasi dengan ketebalan minimum untuk bagian atas 0,24 mm, dan untuk bagian bawah 0,72 mm.
4. Timbangan dan anak timbangan dengan kapasitas 50 kg.
5. Alat keselamatan kerja :
- Masker
- Sarung tangan
- Sepatu karet
6. Respirator bagi operator tidak bocor, dan sesuai 'dengan fumigan yang digunakan.
7. Lampu detektor atau Gas detektor (alat pengukur kebocoran gas).
8. "Sand snake't (alat penindih berupa kantung yang diberi pasir) atau penggantinya.
9. Peralatan penunjang (lem, Iakban, dsb).
10. Serangga kontrol. Sebagai serangga kontrol dapat digunakan E. cautella, A. fasciculatus atau T. castaneum.
11. Tanda Bahaya (sticker gambar tengkorak).
12. Pemakaian kipas angin (untuk pembantu pendistribusian gas).
b. Teknik pelaksanaan fumigasi
1. Dosis fumigan
CH3Br = 24 g/m3 /24 jam/lebih 21°C.
PH3
= 1 sachet untuk max 6 toni 3x24 jam/lebih 21°C.
2. Ukur volume stapelan guna menentukan kebutuhan fumigan yang dibutuhkan.
3. Mempersiapkan kebutuhan bahan dan sarana.
4. Memasang selang/pipa plastik untuk membagi gas sesuai rencana kerja, dan hubungkan dengan selang induk pada tabung gas.
5. Menempatkan serangga/hama kontrol sesuai petunjuk pengawas (pemilik) atau superVISOr.
6. Memasang sungkup plastik/PVC pada stapelan, dengan tumpang tindih 1 m pada bagian bawah untuk membuka. Semua kerutan, lipatan harus diluruskan, dan sand snake digunakan untuk menutup sungkup pada lantai.
7. Pasang Drip Trays di bawah selang keluar fUluigan.
8. Ujung dari sungkup dilipat secara hatihati dan ditindih dengan sand snake. Perlu kewaspadaan sewaktu merapatkan sungkup plastik pada saat n1emasukkan meti! bromida. Semburan gas yang besar akan memenuhi ruangan sementara antara sungkup dan stapel. Pada saat ini gas metil bromida dapat bocor sebelum luenembus stapelan. Konsentrasi pada bagian lantai selalu lebih tinggi dari pada bagian paling atas stapel.
164

Standar prosedur operasional (SPO) penanganan biji kakao di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir
9. Memasang penindih (sand snake atau penggantinya) pada bagian lebihan sungkup agar tidak terjadi kebocoran.
10. Untuk fumigasi dengan PH3 selang peInbagi dan selang induk tidak diperlukan, namun langsung menempatkan PH
3 sesuai dengan yang
diperhitungkan di bagian bawah stapel.
11. Pelepasan gas sesuai kebutuhan.
12. Periksa kebocoran gas selama gassing dengan lampu detektor.
13. Setelah gassing dinyatakan selesai, dilanjutkan dengan spraying pada permukaan dinding, lantai gudang, dan permukaan luar sungkup.
14. Memasang tanda bahaya.
15. Waktu penyekapan 1 x 24 jam untuk CH
3Br, dan 3 x 24 jam untuk PH3 •
16. Disarankan untuk melakukan fumigasi 1.-2 hari untuk metil bromida dan 34 hari ul1tuk fostoksin sebelum pengapalan/pengiriman.
17. Setelah waktu penyekapan dinyatakan cukup, dilakukan aerasi selama 1-3 JaIn.
1.8. Izin bagi pekerja untuk kembali ke daerah fumigasi, hanya dapat dikeluarkan oleh Supervisor Fumigasi dan setelah dilakukan pemeriksaan keselamatan.
19. Penyaksian hasil Fumigasi melalui penilaian terhadap angka kernatian serangga kontrol oleh Pengawas/ Pemilik dan Supervisor.
20. Pelaksanaan fumigasi di gudang dinyatakan selesai dan dilanjutkan dengan penyelesaian dokumen sebagai berikut:
a. Penandatanganan Berita AcaTa Fumigasi oleh Fumigator dan Petugas Karantina. Berita acara fumigasi dikirim kepada eksportir.
b. Sertifikat fumigasi ditanda tangani oleh Fumigator dan dikirim ke:
- Pembeli nlelalui eksportir - Bank (devisa) - Eksportir
SPO FUMIGASI KAKAO DI KONTAINER/KARGO
Fumigasi di kontainer/kargo adalah perlakuan pembebas hamaan pada komoditas kakao dengan menggunakan bahan kimia beracun yang berupa gas/fumigan untuk membunuh serangga.
Untuk mencegah perkembangbiakan hanla dan menjaga mutu kakao dan susut bobot akibat daTi serangan hama.
Standar Prosedur Operasional fumigasi kakao di kontainer/kargo meliputi beberapa prosedur operasi kegiatan persiapan dan persyaratan serta pelaksanaan fumigasi biji kakao di kontainer.
1. Persiapan dan Persyaratan Fumigasi
a. Kakao tidak boleh disimpan dalam kontainer bersama dengan kargo lain yang dapat mempengaruhi kakao (contoh: logam tertentu).
b. Tumpukan biji kakao hams dibersihkan dari debu, serangga mati, kepompong, bagian binatang dart lain-lain. Bila benda tersebut merupakan bawaan dari biji kakao karena proses fumigasi, maka
165

Wahyudi
petugas bagian gudang harus memberitahukan kepada pemilik barang untuk pembersihan seperlunya.
c. Bila diteluukan serangga hidup, kontainer harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum diisi dengan karungkarung bij i kakao.
d. Karung-karung biji kakao harus ditumpuk dengan baik, dan bagian atas harus ditutup dengan kertas kraft.
e. Fumigasi harus dilakukan oleh badan, institusi atau lembaga yang berwenang, kompeten, dan sudah diakreditasi.
f. Semua personil yang terlibat dalam proses fumigasi harus telah dilatih mengenai aplikasi fumigasi yang dilakukan, dan bersertifikat.
2. Pelaksanaan Fumigasi
Semua personil yang melakukan fumigasi biji kakao harus mempunyai sertifikat sebagai fumigator dari lembaga badan yang berwenang dan telah diakreditasi.
a. Kualifikasi peralatan yang diperlukan
1. Fumigant CH3Br (metil bromida),
atau fostoksin (PH3
) dalam bentuk tablet atau sachet.
2. Selang induk, selang pembagi serta konektor T. Selang tersebut harus terbuat dari polipropilen dan polietilen.
3. Timbangan dan anak timbangan dengan kapas~tas 50 kg.
4. Alat keselamatan kerja:
- Masker
- Sarung tangan - Sepatu karet
5. Respirator bagi operator tidak bocor dan sesuai dengan fumigan yang digunakan.
6. Peralatan penunjang (lem, lakban, dsb).
7. Tanda Bahaya (sticker gambar tengkorak).
b. Teknik pelaksanaan fumigasi
1. Dosis funligan
CH3Br = 0,5-0,75 kg untuk kontainer
ukuran 20 ft dan 1-1,5 kg untuk kontainer ukuran 40 ft/lebih dari 21°C
PH3
= 1 plate/kontainer/3x24 jam/ lebih dari 21°C.
2. Mempersiapkan kebutuhan bahan dan sarana
3. Periksa kebersihan kontainer dari tanah, serangga dB.
4. Memasang selang/pipa plastik untuk membagi gas sesuai rencana kerja, dan hubungkan dengan selang induk pada tabung gas (khusus untuk fumigan metil broluida). U ntuk fUluigasi fostoksin cukup dengan cara menempatkan plate fostoksin pada tumpukan bawah biji kakao.
5. Pasang kontrol serangga pada lokasi yang sudah ditentukan oleh supervisor.
6. Melakukan sealing pada ventilasi kontainer.
7. Pelepasan gas sesuai kebutuhan.
8. Periksa kebocoran gas selalua gassing dengan lampu dektektor.
166

Standar prosedur operasional (SPO) penanganan biji kakao di tingkat petani, pedagang pengumpul dan eksportir
9. Periksa kebocoran yang terjadi pada kontainer. Setiap kebocoran yang ditenlui hams segera dibetulkan sebelum meneruskan gassing. Pemeriksaan lebih lanjut terus dilakukan sampai proses selesai.
10. Memasang tanda bahaya.
11. Waktu penyekapan adalah 1 x 24 jam untuk CH BR, dan 3x24 jam untuk PH33
12. Disarankan untuk melakukan fumigasi 1-2 hari sebelurn pengapalan/pengiriman untuk metil bromida, atau 34 hari untuk fostoksin.
13. Lepaskan seal pada ventilasi kontainer setelah 24 jam untuk CH
3 BR dan 72
jam untuk PR3
•
14. Pelaksanaan Fwnigasi di gudang dinyatakan selesai dan dilanjutkan dengan penyelesaian dokumen sebagai berikut:
a. Berita Acara Fumigasi ditandatangani oleh Fumigator dan Petugas Karantina, kemudian dikirim kepada Eksportir.
b. Sertifikat fumigasi ditanda tangani oleh Fumigator dan dikirim ke:
- Pembeli melalui eksportir - Bank (devisa)
- Eksportir
15.Tulis seluruhdata dari komoditas yang akan dicantumkan dalam sertifikat fumigasi, termasuk:
- Consignlnent - Shipping. Mark - Nomor Register Kontainer - Type of Packing - Shippers - Buyer/Notify Party - Destination
PENUTUP
Penerapan SPO tersebut bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, karena SPO bukan merupakan dokumen yang fungsinya terikat secara langsung dengan regulasi aspek perdagangan, ekspor-impor atau keamanan pangan seperti fungsi dad sertifikat nlutu, ISO 9000 atau HACCP. Meskipun demikian, penerapannya secara sistematik dalam penanganan biji kakao dad tingkat hulu sampai ekspor akan memberikan jaminan mutu khususnya mencegah kontaminasi serangga, jamur dan kotoran yang menjadi sebab utama dikenakannya penahanan otomatis kakao Indonesia oleh US-FDA.
DAFTAR PUSTAKA
AFHB (Asean Food Handling Bureau). 1989. Suggested Recommendation for the fumigation of grain in the Asean region. Part I Principles and general practice. 131 pp. Kuala lumpur: AFHB and Canbbera: ACIAR.
Dand, R. 1993. The International Cocoa Trade, 374 pp. Canbridge: Woodhead Publishing Limited.
ITC (International Trade Centre). 1990. Cocoa: a Shipper's manual.Geneva:Inter-national Trade Centre UNCTAD/GATT
ITC (International Trade Centre). 2001. Cocoa: a guide to trade practices, 180 pp, Geneva: International Trade Centre UNCTADIWTO.
***********
167