tth
DESCRIPTION
TTHTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari. Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap
bagian tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bukan hanya
masalah fisik semata sebagai sebab nyeri kepala tersebut namun masalah psikis
juga sebagai sebab dominan. Untuk nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor fisik
lebih mudah didiagnosis karena pada pasien akan ditemukan gejala fisik lain yang
menyertai sakit kepala, namun tidak begitu halnya dengan nyeri kepala yang
disebabkan oleh faktor psikis. Nyeri kepala yang sering timbul di masyarakat
adalah nyeri kepala tanpa kelainan organik, dengan kata lain adalah nyeri kepala
yang disebabkan oleh factor psikis.1
Tension type headache disebut pula muscle contraction headache
merupakan nyeri kepala tegang. Nyeri kepala tegang karena kontraksi terus
menerus otot-otot kepala dan tengkuk (m. splenikus kapitis, m.masester,
m.trapezius, m. servikalis posterior, dan m. levator skapule). Nyeri kepala tegang
ini adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi,
konflik emosional, kelelahan atau holistik yang tertekan.2
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi 2
Nyeri kepala tegang didefinisikan sebagai serangan nyeri kepala berulang
yang berlangsung dalam hitungan menit sampai hari, dengan sifat nyeri yang
biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan sampai berat, bilateral,
tidak dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala penyerta nya tidak menonjol.
Tension headache disebut pula muscle contraction headache merupakan
nyeri tegang otot yang timbul karena kontraksi terus menerus otot-otot kepala
dan tengkuk (m.Splenius kapitis, m.Maseter, m.Trapezius, m.Servikalis
posterior, dan m.Levator skapule). Sakit kepala tipe ini banyak terdapat pada
wanita masa menopause dan premenstrual.
B. Klasifikasi 1,2
Nyeri Kepala Primer
a. Migren
b. Tension type headache
c. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal otonomic yang lain
d. Nyeri kepala Primer lain
Nyeri Kepala Sekunder
N K berkaitan dengan :
a. trauma kepala / leher
b. kelainan vaskuler kranial atau servikal
c. kelainan non vaskuler intrakranial
d. substansi atau withdrawl
e. Infeksi
f. kelainan homeostasis
g. Kelainankranium,leher,mata,telinga,hidung,sinus,gigi,mulut atau struktur
facial atau kranial lain
11
h. Kelainan psikiatrik
Klasifikasi Tension Type Headache 3
a. Tension Type Headache Episodik
Tension Type Headache Episodik diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a) Tension Type Headache Episodik yang infrequent
b) Tension Type Headache Episodik yang frequent
a. Tension Type Headache Episodik yang infrequent
Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai
beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas
ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak
didapatkan mual, tetapi bisa terdapat fotofobia atau fonofobia.
Tension Type Headache Episodik yang infrequent diklasifikasikan menjadi
2 yaitu:
a) Tension Type Headache Episodik yang infrequent yang berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
nyeri tekan perikranial pada palpasi manual.
b) Tension Type Headache Episodik yang infrequent yang tidak
berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.
b. Tension Type Headache Episodik yang frequent
Nyeri kepala episodik yang frequent berlangsung beberapa menit sampai
beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat (tidak
berdenyut), intensitas ringan sampai sedang, nyeri tidak bertambah pada
aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual/muntah, tetapi mungkin terdapat
fotofobia atau fonofobia.
Tension Type Headache Episodik yang frequent diklasifikasikan menjadi 2
yaitu:
a) Tension Type Headache Episodik yang frequent yang berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
nyeri tekan perikranial pada palpasi manual.
12
b) Tension Type Headache Episodik yang frequent yang tidak berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial.
b. Tension Type Headache Kronik (CTTH)
Nyeri kepala yang berasal dari Tension Type Headache Episodik (ETTH)
dengan serangan tiap hari atau serangan episodik nyeri kepala lebih sering
yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari, nyeri kepala
bersifat bilateral, menekan atau mengikat (tidak berdenyut) dengan
intensitas ringan sampai sedang, dan nyeri tidak bertambah pada aktifitas
fisik rutin, kemungkinan terdapat mual fotofobia atau fonofobia ringan.
Tension Type Headache Kronik (CTTH) diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : 3
a) Tension Type Headache Kronik yang berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nyeri tekan perikranial
pada palpasi manual.
b) Tension Type Headache Kronik yang tidak berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial
C. Faktor Pencetus 3
Beberapa faktor pencetus yang sering diantaranya adalah:
a. Stress
Banyak pasien dengan migrain dan TTH menghubungkan sakit kepala
mereka dengan stress.Pada suatu studi epidemiologi, stress berkontribusi
memicu sakit kepala pada 30-90% pasien.Di studi yang lebih kecil, faktor
psikis juga disertakan. Kecemasan dan sifat mudah marah (irritation)
dilaporkan memicu sakit kepala oleh 50% pasien, perasaan khawatir oleh
44% pasien, dan perasaan depresi oleh 27% pasien.
b. Kelelahan
Kelelahan berhubungan dengan nyeri kepala pada 21-65% pasien dengan
TTH.
13
c. Gangguan tidur
Sejumlah pasien melaporkan kebiasaan tidur dan masalah tidur sebagai
faktor pencetus dari TTH.Nyeri kepala dipicu oleh tidur yang terlalu lama
atau bangun terlambat, telah dilaporkan oleh 71% pasien TTH.
d. Menstruasi, Hormon
Masih sedikit penelitian yang membahas mengenai hubungan antara
menstruasi dan TTH.Di dua studi epidemiologi besar dilaporkan nyeri
kepala yang berhubungan dengan menstruasi tidak berbeda antara pasien
migrain dan juga TTH. Selain menstruasi, sama dengan TTH, ada penemuan
kontroversial yang mengemukakan efek kontrasepsi oral dalam TTH.
e. Cuaca
Pada studi mengenai sensitivitas cuaca, nyeri kepala adalah gejala yang
paling umum dilaporkan oleh lebih dari 60% pasien. Di lain studi, banyak
pengalaman pasien dengan nyeri kepala berhubungan dengan cuaca berkisar
antara 8% dan 86%.
D. Patogenesis 4
Patogenesis TTH sangat kompleks dan multifaktorial, dengan kontribusi
dari faktor sentral dan perifer. Pada masa lalu, dikemukakan berbagai
mekanisme termasuk faktor vaskular, muskular dan faktor psikogenik.Pada
saat ini, patogenensis nyeri kepala yang diyakini adalah disebabkan oleh
sintitivitas neuronal yang abnormal dan pain falicitation, bukan diakibatkan
kontraksi otot yang abnormal.
Berbagai bukti menunjukkan, TTH berkaitan dengan supresi eksteroseptif,
platelet serotonin yang abnormal dan penurunan beta-endorphin dalam cairan
serebrospinal.Pada satu studi, substansi P dari level plasma, neuropeptida Y,
dan intestinal peptide vasoaktif ditemukan normal pada pasien dengan TTH
kronis dan tidak ada hubungan dengan nyeri kepala.
Mekanisme patofisiologi yang mungkin bertanggung jawab untuk TTH,
nosiseptif myofascial ekstrakranial adalah salah satunya. Telah di ungkapkan
14
bahwa sakit kepala tidak berhubungan langsung dengan kontraksi otot, tetapi
berhubungan dengan hipersensitif dari neuron di nukleus kaudalis trigeminal
Bendtsen menjelaskan sensitisasi sentral pada tingkat spinal dorsal
horn/nukleus trigeminus secara terus-menerus ada karena masukan nosiseptif
dari jaringan myofascial perikranium. Perubahan central neuroplastic dapat
mempengaruhi mekanisme perifer dan juga dapat menyebabkan peningkatan
aktivitas otot perikranial atau melepaskan neurotransmitter dalam jaringan
myofascial.Sensititasi sentral ini dapat bertahan walaupun faktor pencetus
sudah dinormalkan, sehingga bisa mengakibatkan TTH episodik menjadi TTH
kronis.
E. Kriteria Diagnosis 3
a. Tension Type Headache Episodik
a) Tension Type Headache Episodik yang infrequent
1) Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1
hari/bulan (< 12 hari/tahun).
2) Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :
Lokasi bilateral
Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
Intensitasnya ringan sampai sedang
Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik
tangga.
4) Tidak didapatkan :
Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)
Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia.
b) Tension Type Headache Episodik yang frequent
1) Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan
selama paling tidak 3 bulan.
2) Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
15
3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :
Lokasi bilateral
Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
Intensitasnya ringan sampai sedang
Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik
tangga.
4) Tidak didapatkan :
Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)
Lebih dari satu keluhan (fotofobia atau fonofobia).
b. Tension Type Headache Kronik
1) Nyeri kepala timbul ≥ 15 hari/bulan, berlangsung > 6 bulan.
2) Nyeri Kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus.
3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :
Lokasi bilateral
Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
Intensitasnya ringan sampai sedang
Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik
tangga.
4) Tidak didapatkan :
keluhan mual sedang atau berat, maupun muntah
lebih dari satu keluhan : fotofobia, fonofobia, mual yang ringan.
F. Penatalaksaan
Terapi Farmakologi 5
a. Terapi Fase Akut
Terapi untuk serangan akut mengacu pada pengobatan individual nyeri
kepala pada pasien dengan episodik dan kronik.Kebanyakan nyeri kepala
yang dialami pasien dengan episodik adalah ringan sampai sedang, dan
pasien biasanya dapat mengelola sendiri sakitnya dengan menggunakan
analgesik sederhana (parasetamol atau aspirin) atau NSAID.Efektivitas dari
16
analgesik sederhana cenderung menurun dengan meningkatnya frekuensi
sakit kepala. Pada pasien dengan NKTT kronis, sakit kepala sering
berhubungan dengan stres, kecemasan dan depresi, dan analgesik sederhana
biasanya tidak efektif dan harus digunakan dengan hati-hati karena risiko
kelebihan obat sakit kepala (medication overuse headache) pada asupan
rutin analgesik sederhana di atas 14 hari sebulan atau triptans atau
kombinasi analgesik diatas 9 hari dalam sebulan.
Tabel 2. Obat –obat yang direkomendasikan untuk terapi NKTT serangan
akut ( dikutip dari jurnal EFNS guideline on the treatment ot tension-type-
headache- Report of an EFNS task force )
Kandungan Dosis Tingkat
Rekomendasi
Efek Samping
Ibuprofen 200- 800ng A Efek pada gastrointestinal, terjadi
perdarahan
Ketoprofen 25mg A Efek samping sama dgn ibuprofen
Aspirin 500-1000mg A Efek samping sama dgn ibuprofen
Naproxen 375-550mg A Efek samping sama dgn ibuprofen
Diclofenac 12,5-100mg A Efek samping sama dgn ibuprofen
Paracetmol 1000mg (oral) A Efek samping pada gastrointestinal
lebih rendah di banding NSAIDs
Caffeine
kombinasi
65-200mg B -
Analgesik sederhana dan NSAID adalah pilihan utama dalam terapi
akut NKTT.Parasetamol 1000 mg kurang efektif dibanding NSAID tetapi
memiliki efek samping yang lebih rendah terhadap lambung.Ibuprofen 400
mg direkomendasikan sebagai obat pilihan antara NSAID karena efek
sampingyang baik pada gastrointestinal dibandingkan dengan NSAID
lainnya. Kombinasi analgesik mengandung kafein lebih efektif daripada
analgesik sederhana atau NSAID saja tetapi dianggap oleh beberapa ahli
17
lebih cenderung mendorong kelebihan obat sakit kepala. Dokter harus
menyadari risiko kelebihan obat pada sakit kepala sebagai akibat dari
seringnya dan berlebihan menggunakan semua jenis analgesik pada terapi
akut.
b. Terapi Profilaksis
Terapi proilaksis harus dipertimbangkan pada pasien dengan NKTT kronis,
dan dapat dipertimbangkan pada pasien dengan NKTT episodik sangat
sering. Pengaruh lain, misalnya kelebihan berat badan atau depresi, harus
diperhitungkan. Selama bertahun-tahun, yang antidepresan trisiklik
amitriptyline telah digunakan.Belakangan ini antidepresan, NSAID,
relaksan otot, antikonvulsan dan toksin botulinum telah diuji pada NKTT
kronik.
Tabel3.Obat –obat yang direkomendasikan untuk terapi profilaksis dari
NKTT ( dilhat dari jurnal EFNS guideline on the treatment ot tension-type-
headache- Report of an EFNS task force)
Kandungan Dosis Tingkat rekomendasi
Obat pilhan pertama :
Amitriptyline 30-75mg A
Obat pilihan kedua :
Mirtazapine
Venlafaxine
30mg
150mg
B
B
Obat pilihan ketiga :
Clomipramine
Maprotiline
Mianserin
75-150mg
75mg
30-60mg
B
B
B
Amitriptyline memiliki profilaksis klinis yang relevan efek pada pasien
dengan NKTT kronis dan harus menjadi obat pilihan pertama.Sedangkan
mirtazapine dan venlazapine merupakan pilihan kedua.Amitriptyline dimulai
pada dosis rendah (10-25 mg / hari) dan dititrasi oleh 10-25 mg mingguan
18
sampai pasien memiliki efek terapi yang baik atau efek samping
ditemukan.Penting pasien diberitahu bahwa ini adalah bagian antidepresan
tetapi memiliki efek sendiri terhadap nyeri.Dosis biasanya 30-75 mg per
hari diberikan 1-2 jam sebelum waktu tidur untuk membantu untuk
menghindari efek samping obat penenang.
Efek samping amitriptyline yaitu mulut kering, mengantuk, pusing,
sembelit dan penambahan berat badan.Efek samping utama mirtazapine
adalah mengantuk dan penambahan berat badan, atau venlafaxine, yang efek
samping utama adalah muntah, mual, pusing dan kehilangan libido, harus
dipertimbangkan jika amitriptyline tidak efektif atau tidak dapat
ditoleransi.Penghentian harus dicoba setiap 6-12 bulan.Dokter harus
mengingat bahwa keberhasilan terapi obat pencegahan di NKTT sederhana
dan manfaat harus lebih besar daripada efek samping5.
Terapi non farmakolgi 5
Beberapa terapi nonfarmakologi adalah :
a. Training relaksasi.
Tujuan dari relaksasi ini adalah untuk membantu pasien mengenali dan
mengontrol tekanan yang muncul dalam kegiatan sehari-hari.Selama
pelatihan, pasien mengalami tegangan dan kemudian merelaksasikan otot-
otot tertentu secara bertahap.Pada langkah terakhir, relaksasi di ulangi dan
menjaga agar otot tidak melakukan aktivitas yang berat.
b. EMG-Biofeeback
Tujuan dari EMG-Biofeedback untuk mengenali dan mengontrol tegangan
otot dengan memberikan umpan balik terus menerus tentang aktivitas
otot.Sesi biasanya meliputi fase adaptasi, fase dasar, fase pelatihan dimana
umpan balik diberikan dan fase control diri dimana pasien mampu
mempraktekkan untuk mengontrol tegangan otot tanpa bantuan.
c. Cognitive behavioural therapy
Tujuan dari terapi kognitif-perilaku adalah mengajar pasien untuk
mengidentifikasikan pikiran dan keyakinan yang menghasilkan
stress/memperburuk sakit kepala.Pikiran ini kemudian ditantang dan
19
dianggap sebagai alternatif adaptasi pengontrolan diri.Berbagai jenis latihan
boleh digunakan untuk menantang pikiran dan keyakinan, termasuk meneliti
dengan situasi dari pandangan orang lain, situasi dari kemungkinan aktif
menghasilkan lainnya yang mungkin dilihat dari situasi, dan merancang
suatu perilaku percobaan untuk menguji validitas tertentu.
Meskipun terapi psikologis tampaknya memiliki khasiat yang sama
dalam uji coba terkontrol, ini tidak mungkin menjadi masalah hanya untuk
individu pasien. Perawatan psikologis relatif memakan waktu.terapi
kognitif-perilaku akan sangat bermanfaat bagi pasien masalah psikologis
atau tekanan afektif memainkan peran utama, sementara biofeedback atau
relaksasi pelatihan mungkin lebih baik untuk pasien tegang.
20
BAB III
KESIMPULAN
Nyeri kepala tegang otot merupakan salah salah satu jenis dari nyeri kepala
dimana ditandai dengan sifat nyeri yang seperti terikat oleh suatu kain yang sangat
erat. Nyeri ini disebabkan oleh adanya kontraksi terus menerus dari otot-otot kulit
kepala, dahi dan leher disertai vasokontriksi ekstrakranial. Nyeri disertai dengan
perasaan tegang yang menjepit kepala dan nyeri daerah oksipitoservikal. Jenis
nyeri kepala ini sering ditemui. Nyeri ini disebabkan selain oleh faktor fisik juga
disebabkan oleh faktor psikis. Bentuk akut dikaitkan dengan keadaan stress,
kegelisahan dan/atau kelelahan temporer yang biasanya berlangsung satu atau dua
hari. Nyeri kepala tegang otot kronik lebih sering dijumpai pada wanita, dan
biasanya bilateral, dapat terjadi siang maupun malam hari, dan berlangsung
sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, terasa menekan, tidak berdenyut
dan sering dikaitkan dengan perasaan gelisah, depresi dan perasaan tertekan.
21