tugas 6 pembelajaran individual
DESCRIPTION
TUGAS KELOMPOK 6 BERISIKAN MATERI MENGENAI PEMBELAJARAN INDIVIDUALTRANSCRIPT
-
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ICT
PEMBELAJARAN INDIVIDUAL
OLEH
KELOMPOK IV
ANGGREINI
DESTRIAYU VASISTA
DEYESA J DELIN
DIAN LESTARI
DOSEN PEMBIMBING
PROF. DR. FESTIYED, M.S
PENDIDIKAN FISIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
-
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Pembelajaran
Individual yang dibimbing oleh Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai teori pembelajaran
individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta interaktif. Penulis menulis
makalah ini dengan mengambil dari berbagai sumber baik dari buku maupun dari
internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusunlah makalah yang sampai dihadapan
pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang jauh
lebih baik.
Padang, Maret 2015
Penulis
-
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Pembelajaran Individual dan Sejarahnya .............................................. 3
B. Tujuan Pembelajaran Individual ............................................................................. 4
C. Karakteristik Pembelajaran Individual .................................................................... 4
D. Prinsip-prinsip Pengajaran Individual ..................................................................... 5
E. Peran siswa dalam pembelajaran individual ........................................................... 6
F. Peran guru dalam pembelajaran individual ............................................................. 6
G. Keunggulan dan Keterbatasan Pengajaran Individual ............................................ 7
H. Cara Pengaturan Pembelajaran Individual ............................................................ 10
I. Metode dan Teknik yang di gunakan dalam Pembelajaran Individual ................. 11
J. Pembelajaran yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan Interaktif .................. 15
K. Matrik Pembelajaran Individual yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan
Interaktif ......................................................................................................................... 21
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 26
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran Individual diilhami oleh teori Skinner yang dikenal dengan
Reinforcement Theory pada tahun 1954. Penganut teori ini berpendapat bahwa tiap-tiap
anak memiliki kepribadian yang unik. Tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Sejak dilahirkan anak memiliki sejumlah potensi
namun dalam perkembangannya tidak semua potensi dapat berkembang dengan baik.
Keunikan tiap anak terbentuk karena faktor keturunan, lingkungan, dan factor diri.
Dalam suatu sekolah siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda,
lingkungan social budaya yang berbeda, serta memiliki potensi yang berbeda pula.
Agar potensi pribadi anak dapat berkembang secara wajar maka para ahli memikirkan,
melakukan pengkajian secara terus menerus serta menemukan pola pembelajaran yang
cocok untuk mengembangkan kemampuan potensial setiap individu anak.
Siswa dalam suatu kelas diharapkan mampu mengubah secara mendasar dalam
hal kemampuan mentalnya, potensi belajar yang dicapai terdahulu, kecepatan belajar,
motivasi, minat dan gaya belajar. Apabila kemampuan belajar dan prestasi belajar
dikombinasikan dengan perbedaan individual siswa, motivasi, minat dan gaya belajar
maka pembelajaran kelas regular tidak dapat menjadi pembelajaran yang efektif sesuai
dengan kebutuhan siswa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah
1. Apa pengertian pembelajaran individual?
2. Apa tujuan pembelajaran individual?
3. Bagaimana karakteristik pembelajaran individual?
4. Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran individual?
5. Bagimana peran siswa dalam pembelajaran individual?
6. Bagaimana peran guru dalam pembelajaran individual?
7. Bagaimana keunggulan dan keterbatasan pembelajaran individual?
8. Bagaimana cara pengaturan pembelajaran individual?
-
2
9. Apa metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran individual?
10. Bagaimana pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta
interaktif untuk pembelajaran?
11. Bagaimanakah matriks pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien,
menarik serta interaktif untuk pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui pengertian pembelajaran individual
2. Mengetahui tujuan pembelajaran individual?
3. Mengetahui karakteristik pembelajaran individual?
4. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran individual?
5. Mengetahui peran siswa dalam pembelajaran individual?
6. Mengetahui peran guru dalam pembelajaran individual?
7. Mengetahui keunggulan dan keterbatasan pembelajaran individual?
8. Mengetahui cara pengaturan pembelajaran individual?
9. Mengetahui metode dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran individual
10. Mengetahui pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik serta
interaktif untuk pembelajaran
11. Mengetahui matriks pembelajaran individual yang kreatif, efektif, efisien, menarik
serta interaktif untuk pembelajaran
-
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Individual dan Sejarahnya
Pembelajaran individual menurut Duane dalam Mbulu (2001) merupakan cara
pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam suatu cara
tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya
dibawah bimbingan guru. Pembelajaran individual merupakan pelatihan secara
individual karena pertimbangan adanya perbedaan-perbedaan diantara para peserta
didik (http://www.ica-sae.org). Selanjutnya menurut Wina Sanjaya (2008:128),
pembelajaran individual adalah pembelajaran yang penyusunan program belajarnya
memperhatikan kepentingan, kemampuan, minat, kecepatan belajarnya dari masing-
masing siswa. Menurut Muhammad Ali (2000 : 94), pembelajaran individual disamping
memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga
memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara penuh. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran individual merupakan suatu penyusunan
program pembelajaran bagi guru dengan memperhatikan kemampuan, minat dan
kecepatan belajar setiap siswa dalam kelompok belajar.
Latar belakang pembelajaran individual berasal dari teori Skinner yang dikenal
dengan Reinforcement Theory pada tahun 1954. Penganut teori ini berpendapat bahwa
tiap-tiap anak memiliki kepribadian yang unik. Tiap anak memiliki karakteristik yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sejak dilahirkan anak memiliki sejumlah
potensi namun dalam perkembangannya tidak semua potensi dapat berkembang dengan
baik. Keunikan tiap anak terbentuk karena faktor keturunan, lingkungan, dan factor
diri. Dalam suatu sekolah siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda,
lingkungan social budaya yang berbeda, serta memiliki potensi yang berbeda pula.
Agar potensi pribadi anak dapat berkembang secara wajar maka para ahli memikirkan,
melakukan pengkajian secara terus menerus serta menemukan pola pembelajaran yang
cocok untuk mengembangkan kemampuan potensial setiap individu anak.
Siswa dalam suatu kelas diharapkan mampu mengubah secara mendasar dalam
hal kemampuan mentalnya, potensi belajar yang dicapai terdahulu, kecepatan belajar,
motivasi, minat dan gaya belajar. Apabila kemampuan belajar dan prestasi belajar
-
4
dikombinasikan dengan perbedaan individual siswa, motivasi, minat dan gaya belajar
maka pembelajaran kelas regular tidak dapat menjadi pembelajaran yang efektif sesuai
dengan kebutuhan siswa. Latar belakang timbulnya pembelajaran individual menurut
Duane dalam Mbulu 2001 dengan sebuah ungkapan bahwa tidak ada dua orang pelajar
yang :
1. Memiliki tingkat prestasi yang sama
2. Mencapai taraf prestasi belajar dengan menggunakan cara belajar yang sama
3. Memecahkan masalah yang sama dengan cara yang sama pula
4. Memiliki pola tingkah laku dan minat yang sama
5. Dimotivasi untuk mencapai prestasi belajar pada taraf yang sama
6. Mencapai tujuan belajar yang sama
7. Siap untuk belajar pada waktu yang sama
8. Mempunyai kemampuan yang sama untuk belajar
B. Tujuan Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual dapat mencakup cara-cara pengaturan sebagai berikut:
1. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar terutama kelompok siswa
yang lamban belajar
2. Menyesuaikan materi pelajaran dengan perbedaan individual siswa dalam
belajar dan memperhatikan kepentingan siswa dalam belajar
3. Meningkatkan mutu dan efektivitas pengajaran
4. Pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat dan individual siswa
(Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
C. Karakteristik Pembelajaran Individual
Perhatian utama yang membedakan pembelajaran individual dengan
pembelajaran konvensional, yaitu
1. Lebih mengutamakan proses daripada mengajar (memusatkan perhatian pada
siswa yang belajar bukan guru yang mengajar)
2. Menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa sebagai
individual
3. Mengusahakan pertisipasi yang aktif dari siswa untuk belajar secara individual
-
5
4. Merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik sehingga memudahkan siswa untuk
mencapainya
5. Memberikan kesempatan untuk maju sesuai dengan kecepatan masing-masing
6. Menggunakan banyak feedback dari hasil evaluasi untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
D. Prinsip-prinsip Pembelajaran Individual
Prinsip-prinsip pembelajaran individual adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatannya
masing-masing
2. Membuka kesempatan bagi siswa untuk mencapai belajar tuntas atas bahan
pelajaran yang dipelajari
3. Mendorong siswa untuk memecahkan masalah dan menggunakan pikiran dalam
memecahkan masalah
4. Mengembangkan kesanggupan berinisiatif dan mengatur diri sendiri dalam
belajar
5. Memupuk kebiasaan untuk menilai diri sendiri dan mempertinggi motivasi siswa
untuk belajar
6. Menentukan dengan teliti taraf pengetahuan siswa sebelum diberi tugas
7. Mengadakan evaluasi yang sering secara individual untuk mengetahui dengan
segera hasil yang dicapai sebagai penguatan bagi siswa maupun guru atau untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa, kekeliruan yang
dilakukan oleh guru maupun kelemahan-kelemahan tugas yang diberikan oleh
guru
8. Dilakukannya diagnosis dan diberikannya remediasi yang tepat dan segera
9. Evaluasi dengan berbagai bentuk (tes dan nontes) dan jadwal yang luwes
10. Pilihan berbagai bentuk pembelajaran (variasi penggunaan metode
pembelajaran)
11. Pengorganisasian materi pelajaran dalam suatu cara yang memungkinkan tiap
siswa maju sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing
12. Diberikan bimbingan dan petunjuk instruksional kepada masing-masing siswa
sesuai dengan kebutuhannya (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
-
6
E. Peran Siswa dalam Pembelajaran individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran bersifat sentral. Pembelajaran merupakan
pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pengajaran klasikal maka siswa memiliki
keluasan sebagai berikut :
1. Keleluasaan belajar sesuai dengan kemampuan sendiri
2. Kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab
atas semua kegiatan yang dilakukannya
3. Keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar,
dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan
4. Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar
5. Siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri
6. Siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri
Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berdampak pada perbedaan tanggung
jawab belajar mengajar (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
F. Peran Guru dalam Pembelajaran iIndividual
Kedudukan guru dalam pembelajaran bersifat membantu. Bantuan guru
berkenaan dengan:
1. Perencanaan kegiatan belajar
2. Pengorganisasian kegiatan belajar
3. Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa
4. Fasilitas yang memperudah belajar
Peran guru dalam merencanakan kegiatan belajar :
1. Membantu merencanakan kegiatan belajar siswa, dengan musyawarah guru
membantu siswa menetapkan tujuan pembelajaran, membuat program belajar
sesuai kemampuan siswa
2. Membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan criteria keberhasilan
belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar.
3. Berperan sebagai penasehat dan pembimbing
4. Membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri, sebagai
ilustrasi, guru membantu memilih program belajar dengan suatu modul (Utomo
1990 dalam Rahajeng 2011).
-
7
Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan
memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan guru sebagi berikut:
1. Memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topic tertentu
2. Membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan
3. Mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media,
dan sumber
4. Membagi perhatian pada sejumlah pebelajar, menurut tugas
5. Mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu hasil belajar berupa laporan atau
pameran hasil kerja; untuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan
evaluasi kemajuan belajar (Utomo 1990 dalam Rahajeng 2011).
Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan
menimbulkan perasaan bebas dalam belajar.
G. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran Individual
1. Keunggulan Pembelajaran Individual Bagi Siswa
Berbagai fakta membuktikan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam program
belajar mandiri, belajar lebih keras, lebih banyak, dan mampu lebih lama mengingat hal
yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kelas konvensional.
Belajar mandiri memberikan keunggulan sebagai metode pengajaran sebagai berikut:
a. Program belajar yang dirancang dengan cermat akan memanfaatkan lebih
banyak asas belajar. Hasilnya adalah peningkatan baik dari segi jenjang belajar
maupun kadar ingatan. Jumlah siswa yang gagal dan menunjukkan kinerja tidak
memuaskan dapat dikurangi secara nyata
b. Program ini memberikan kesempatan kepada siswa yang lamban maupun yang
cepat untuk menyelesaikan pelajaran dengan tingkat kemampuan masing-masing
dalam kondisi belajar yang cocok
c. Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa oleh
program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam
kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan tingkah laku
pribadi
-
8
d. Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah
kepada siswa perorangan dan memberikan kesempatan yang lebih luas untuk
berlangsungnya interaksi antar siswa
e. Memungkinkan bagi siswa untuk maju menurut kecepatannya sendiri dengan
mempelajari setiap bidang studi atau mata pelajaran
f. Siswa berhubungan langsung dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari
g. Kesempatan memperoleh respon dengan segera untuk menjawab pertanyaan dan
segera pila memperoleh balikan, sehingga siswa merasa puas dengan hasil yang
dicapainya.
h. Memungkinkan siswa untuk memahami materi pelajaran dengan lebih baik
karena disusun secara sistematis dan terstruktur
i. Memungkinkan siswa untuk mempelajari dan memahami dengan lebih
mendalam aspek-aspek mata pelajaran yang dipelajari , melaksanakan tes
diagnostic dan mendorong siswa mempelajari materi dengan lebih luas
j. Bentuk pengajaran non grade dimana setiap siswa dapat maju dalam suatu mata
pelajaran atau bidang studi sejauh kemampuannya (Utomo 1990 dalam
Rahajeng 2011).
2. Keunggulan Pembelajaran Individual Bagi Guru
a. Membebaskan guru dari kegiatan mengajar rutin, sehingga guru dapat
merencanakan tugas lain, misalnya buku kerja yang mencatat kemajuan belajar
atau kesalahan-kesalahn untuk semua siswa
b. Guru akan lebih akurat mengenal kebutuhan pengajaran bagi setiap siswa
c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk menyediakan tes diagnostic sebagai
dasar untuk menentukan kedudukan siswa
d. Guru dapat menyediakan waktu lebih banyak bagi siswa yang membutuhkan
bantuan
e. Memberikan kesempatan kepada guru agar menghasilkan sesuatu secara
sistematis dan teliti walaupun program yang dihasilkan itu dimanfaatkan
f. Guru berperan sebagai pembimbing siswa di dalam usaha untuk menambah
pengetahuan dari materi pelajaran yang diberikan
-
9
g. Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam program belajar
mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan pengajar
mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa dalam pertemuan
kelompok dan untuk konsultasi perorangan
h. Timbul rasa kepuasan kerja yang lebih tinggi (Utomo 1990 dalam Rahajeng
2011).
3. Keterbatasan Pembelajaran Individual
Para siswa yang sudah terbiasa mengikuti pelajaran secara konvensional akan
mengalami kesukaran apabila mereka diarahkan untuk belajar secara mandiri
(individual). Belajar secara individual membutuhkan disiplin belajar yang tinggi,
mempunyai kemauan yang kuat untuk belajar mencapai sukses, memiliki motivasi
untuk berprestasi, adanya persaingan antar siswa untuk mencapai tingkat prestasi yang
optimal. Menyusun bahan belajar memakan waktu berbulan-bulan dan memerlukan
biaya yang besar (menulis buku pelajaran misalnya modul, paket belajar, teks pelajaran
terprogram; pembelian bahan ajar, monitoring, menyusun soal tes, dan sebagainya) serta
membutuhkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang menunjang hasil produksi
yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan. Memang pendekatan utama kearah
belajar mandiri mungkin tidak efisien dari segi biaya dalam jangka pendek namun
karena teknik dan beraneka ragam sumber yang digunakan berulang-ulang dengan
kelompok selanjutnya, biaya program dapat dikurangi secara nyata. Menurut Kemp
(daam Mbulu, 2001) terdapat beberapa kelemahan belajar individual yang harus
diketahui:
a. Mungkin kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan siswa atau antara siswa
dengan siswa apabila program belajar mandiri dipakai metode satu-satunya dalam
mengajar. Oleh karena itu perlu direncanakan kegiatan kelompok kecil antara
pengajar dan siswa secara berjangka
b. Program belajar individual tidak cocok untuk semua siswa atau semua pengajar
c. Kurang disiplin diri dan kemalasan yang menyebabkan kelambatan penyelesaian
program oleh beberapa siswa. Kebiasaan dan pola perilaku baru perlu
dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam belajar individual
-
10
Metode belajar secara individual sering menuntut kerjasama dan perencanaan tim
yang rinci diantara staf pengajar yang terlibat dan koordinasi dengan layanan penunjang
(sarana media perpustakaan).
H. Cara Pengaturan Pembelajaran Individual
Pengajaran individual dapat mencakup cara-cara pengaturan sebagai berikut:
1. Rencana Studi Mandiri (Independent Study plans)
Guru dan siswa bersama-sama mengadakan perjanjian mengenai materi
pelajaran yang akan dipelajari dan apa tujuannya. Para siswa mengatur belajarya sendiri
dan diberikan kesempatan untk berkonsultasi secara berkala kepada guru untuk
memperoleh pengarahan atau bantuan dalam menghadapi tes dan menyelesaikan tugas-
tugas perseorangan.
2. Studi yang Dikelola Sendiri (Self-Directed Study)
Siswa diberi sejumlah daftar tujuan yang harus dicapai serta materi pelajaran
yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dilengkapi dengan
daftar kepustakaan. Pada waktu-waktu tertentu siswa menempuh tes dan dinyatakan
lulus apabila telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.
3. Program Belajar yang berpusat pada siswa (Learner-Centered Program)
Dalam batas-batas tertentu siswa diperbolehkan menentukan sendiri materi yang
akan dipelajari dan dalam urutan yang bagaimana. Setelah siswa menguasai
kemampuan-kemampuan pokok dan esensial, maereka diberi kesempatan untuk belajar
program pengayaan.
4. Belajar Menurut Kecepatan Sendiri (Self-Pacing)
Siswa mempelajari materi pelajaran tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran khusus yang telah ditetakan oleh guru. Sema siswa arus mencapai tujuan
pembelajaran khusus yang sama, namn mereka mengatur sendiri laju kemajuan
belajarnya daam mempelajari materi pelajaran tersebut.
5. Pembelajaran yang ditentukan oleh siswa sendiri. (Student-Determined Instruction)
Pengaturan pembelajaran tersebut menyangkut: penentuan tujuan pembelajaran
(umum dan khusus), pilihan media pembelajaran dan nara suumber, penentuan alokasi
waktu untuk mempelajari berbagai topik, penentuan laju kemajuan sendiri,
-
11
mengevaluasi sendiri pencapaian tujuan pembelajaran, dan kebebasan untuk
memprioritaskan materi pelajaran tertentu.
6. Pembelajaran Sesuai Diri (Individual Instruction)
Strategi pembelajaran ini mencakup enam unsur dasar, yaitu, a) kerangka waktu
yang luwes; b) adanya tes diagnostik yang diikuti pembelajaran perbaikan
(memperbaiki keselahan yang dibuat siswa atau memberi kesempatan kepada isiwa
untuk ;melangkah bagian materi pelajaran yang telah dikuasainya; c) pemberian
kesempatan kepada siswa untuk memilih bahan belajar yang sesuai; d) penilain
kemajuan belajar siswa dengan menggunakan bentuk-bentuk penilaian yang dapat
dipilih dan penyediaan waktu mengerjakan yang luwes; e) pemilihan lokasi belajar
yang bebas; dan f) adanya bentuk-bentuk kegiatan belajar bervariasi yang dapat dipilih.
7. Pembelajaran Perseorangan Tertuntun (Indivully Prescribed Instruction)
Sistem pembelajaran ini didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran
terprogram. Setiap siswa diarahkan pada program belajar masing-masing berdasarkan
rencana kegiatan belajar yang telah disiapkan oleh guru atau guru bersama siswa
berdasrkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dirumuskan secara
operasional. Rencana kegiatan ini berkaitan dengan materi pelajaran yang harus
dipelajari atau kegiatan yang harus dilakukan siswa. (Utomo 1990 dalam Rahajeng
2011).
I. Metode dan Teknik yang di gunakan dalam Pembelajaran Individual
Metode yang digunakan dalam pengajaran individual
1. Metode Tanya Jawab
Untuk mencipatakan kehidupan interaksi belajar mengajar perlu guru
menimbulkan metode Tanya jawab atau dialaog, ialah suatu metode untuk memberi
motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengar
pelajaran . Metode Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui
bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dengan metode ini, antara lain
dapat dikembangakan keterampilaan mengamati, menginterprestasi, mengklasifikasi,
membuat kesimpulan dan menerapkan. Penggunaan metode Tanya jawab bermaksud
memotivasi anak didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar. Metode Tanya
-
12
jawab mempunyai tujuan agar siswa dapat mengerti atau mengingat ingat tentang apa
yang dipelajari.
a. Metode Tanya jawab ini layak dipakai bila dilakukan:
1) Sebagai pengulang pelajaran yang telah lalu
2) Sebagai selingan dalam menjelaskan pelajaran
3) Untuk merangsang siswa agar perhatian mereka terpusat pada masalah.
4) Untuk mengarahkan proses berfikir siswa.
5) Kelabihan Metode Tanya Jawab
6) Lebih mengaktifkan anak didik dibanding dengan metode ceramah
7) Anak akan lebih cepat mengerti
8) Mengetahui perbedaan pendapat antara anakn didik dan guru.
9) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik
b. Kekurangan Metode Tanya Jawab
1) Mudah menyimpang dari pokok persoalan
2) Dapat menimbulkan masalah baru
3) Anak didik kadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan kepadanya.
4) Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan pemahaman
anak didik.
5) Waktu yang dipergunakan dalam pembelajaran tersita karena banyaknya
pertanyaan yang timbul dari siswa
6) Jalannya pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik karena tidak bisa
dijawab secara tepat baik oleh guru atau siswa (Eka, 2011).
2. Metode Tugas
Metode tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh
siswa dapat dilakukan didalam kelas, dihalaman sekolah, dan diperpustaan ataupun
dirumah asalkan tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan
bahan pelajaran yang terlalu banyak sementara waktu sedikit. Tugas biasanya bisa
dilaksanakan dirumah, disekolah, dan diperpustakaan. Tugas bisa merangsang anak
untuk aktif belajar, baik secara individuala ataupun kelompok.
-
13
a. Kelebihan Metode Tugas
1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual.
2) Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.
3) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
4) Dapat mengembangkan kreativitas siswa
b. Kekurangan Metode Tugas
1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain
2) Tidak mudah memberi tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa
3) Sering memberi tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan
kebosanan siswa (Eka, 2011).
3. Metode Latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaankebiasaan tertentu, juga sebagai
sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Sebagai suatu metode yang
diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak disangkal bahwa metode latihan
mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu guru yang ingin mempergunakan
metode latihan ini kiranya tidak salah bila memahami metode ini.
a. Kelebihan Metode Latihan
1) Untuk memperoleh kecakapan motoris : seperti menulis, menghapal dan lain-lain.
2) Untuk memperoleh kecakapan mental atau intelek seperti dalam perkalian,
menjumlah, pengurangan, dan pembagian dan lain-lain.
3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat seperti
hubungan sebab akibat.
4) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan
pelaksanaan.
b. Kelemahan Metode Latihan
1) Menghambat dan menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
2) Kadangkadang ; latihan yang dilaksanakan secara berulangulang merupakan hal
yang monoton dan mudah membosankan. (Eka, 2011).
-
14
4.Metode Pembiasaan
Secara Etimologi pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia kata biasa adalah, lazim dan umum, dalam kaitannya dengan
metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah
sebuah cara yang dapat dilakukan untuk pembiasaan anak didik berfikir, bersikap dan
bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.
Pembiasaan dinilai sangat efektif jika pada penerapannya dilakukan terhadap
peserta didik yang berusia anak-anak kecil dari usia 3 11 tahun, karena anak
seusianya memiliki rekaman ingatan yang sangat kuat dan kondisi kepribadiannay yang
belum matang sehingga mereka mudah terlarut dalam kebiasaan-kebiasaan yang
mereka lakukan sehari hari. Tetapi bukan tidak mungkin bila metode pemhajaran
pembiasaan ini diterapkan pada tingkat awal remaja dan remaja.
Oleh karena itu lah ada syarat syarat dalam pemakaian metode ini yaitu antara lain:
1. Mulailah pembiasaan sejak dini.
2. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara kontiniu.
3. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat.
4. Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara
berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang verbalistik.
a. Kelebihan Metode Pembiasaan
1) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
2) Pembiasan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga berhubungan
dengan aspek batiniah.
3) Pembiasaan adalah metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian
anak didik.
b. Kekurangan Metode Pembiasaan
Membutuhkan tenaga pendidik yang dapat dijadikan contoh tauladan di dalam
menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Baik dalam perkataan dan dalam
mengaplikasikan perkataanya itu dengan perbuatan (Eka, 2011).
5. Metode Keteladanan
Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya
pencapaian keberhasilan pendidikan.
-
15
a. Kelebihan Metode Keteladanan
1) Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelejari disekolah
2) Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya.
3) Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik.
4) Bila keteladanan dalam sekolah, keluarga, dan masyarakat yang baik, maka akan
tercipata situasi yang baik.
5) Tercipata hubungan yang harmonis antara guru dan siswa.
6) Secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya.
7) Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh siswanya
b. Kekurangan Metode Keteladanan
1) Jika figure yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung untuk
mengikuti tidak baik pula.
2) Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.
Teknik yang digunakan dalam pembelajaran individual adalah teknik bertanya
dan memberi motivasi, menimbulkan rasa keinginan tahuan seorang siswa.Sedangkan
pendekatan yang tepat dalam pembelajaran individual adalah pendekatan
konstruksivisme, pendekatan masalah, dan realistik. (Eka, 2011).
J. Pembelajaran yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan Interaktif
1. Pembelajaran Kreatif
Menurut Syah Muhibbin (2009: 13), kreatif (creative) berarti menggunakan
hasil ciptaan / kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang
kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum.
Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi
dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan
kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran
kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar
siswa.Di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti:
-
16
a. mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam;
b. membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana;
Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal:
a. merancang / membuat sesuatu;
b. menulis/mengarang.
2. Pembelajaran Efektif
Menurut Syah Muhibbin (2009: 33), pembelajaran dapat dikatakan efektif
(effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya
pengalaman dan hal baru yang didapat siswa. Guru pun diharapkan memeroleh
pengalaman baru sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap
akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan
sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru
dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan
penilian berbasis kelas atau penilaian authentic yang lebih menekan- kan pada
penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006)
Alhasil, di satu sisi guru menjadi pengajar yang efektif, karena:
a. menguasai materi yang diajarkan;
b. mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh;
c. menghargai siswa dan memotivasi siswa;
d. memahami tujuan pembelajaran;
e. mengajarkan keterampilan pemecahan masalah;
f. menggunakan metode yang bervariasi;
g. mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca;
h. mengajarkan cara mempelajari sesuatu;
i. melaksanakan penilian yang tepat dan benar.
Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti:
a. menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang diperlukan;
b. mendapat pengalaman baru yang berharga.
-
17
3. Pembelajaran Efisien
Efisien, menurut Syah Muhibbin (2009: 43), adalah optimasi sumber daya, yaitu
yang termudah cara mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan
bebannya, dan terpendek jaraknya. Bila dalam suatu usaha mencapai tujuan tertentu
dianggarkan 100 juta, tetapi dengan metode baru dapat dikerjakan dengan 80 juta, maka
terdapat efisiensi sebesar 20 juta.
Dari sini dapat dipahami bahwa efisiensi adalah sebuah konsep yang
mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. Efisiensi berarti
pula melakukan segala sesuatu secara benar, tepat, akurat, dan mampu membandingkan
antara besaran input dan output.
Dalam konteks belajar, efisiensi mempunyai arti, meningkatkan kualitas belajar
dan penguasaan materi belajar; mempersingkat waktu belajar; meningkatkan
kemampuan guru, mengurangi biaya tanpa mengurangi kualitas belajar mengajar. Bagi
suatu lembaga pendidikan, pengertian efisiensi tersebut tampaknya mengarah pada
efisiensi yang memberikan arti peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar-
mengajar. Hal ini karena dalam proses belajar mengajar yang mementingkan hubungan
peserta didik dan guru, guru menjadi pihak yang aktif.
Namun bagi peserta didik, efisiensi dapat dimaknai menjadi dua macam
efisiensi, yaitu efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar.
a. Efisiensi Usaha Belajar
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi yang diinginkan
dapat dicapai dengan usaha seminimal mungkin. Usaha dalam hal ini adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti: tenaga
dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan hal-hal lain yang relevan dengan kegiatan
belajar.
b. Efisiensi Hasil Belajar
Sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha
belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.
4. Pembelajaran Menarik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata menarik yang sesuai dalam
konteks ini adalah: (1) menyenangkan (menggirangkan hati, menyukakan); dan (2)
-
18
mempengaruhi atau membangkitkan hasrat untuk memperhatikan (Depdikbud,
2002:1145). Dengan demikian, merujuk pada pengertian kamus tersebut, pembelajaran
yang menarik hanya mencakup dua unsur, yaitu: siswa senang dan siswa
memperhatikan. Atau dengan kata lain, pembelajaran yang menarik adalah
pembelajaran yang menyenangkan hati sehingga siswa mau memperhatikan.
Tentu saja pengertian demikian kurang lengkap. Dalam proses pembelajaran,
siswa memang harus senang dan memperhatikan. Tetapi kalau ini ukurannya (siswa
senang dan memperhatikan), mungkin tujuan pembelajaran tidak tercapai. Pasalnya,
siswa bisa saja bertindak seolah-olah (seolah-olah senang atau seolah-olah
memperhatikan) untuk membuat guru merasa senang.
Ada beberapa pendekatan atau model bagi penyelenggaraan proses pembelajaran
yang menarik. Misalnya: CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Atau yang berasal dari
mancanegara (dari buku terjemahan), seperti: Quantum Teaching (DePorter, 2001),
Accelerated Learning (Meier, 2002).
Guru dapat mempraktikkan model atau pendekatan pembelajaran seperti
disebutkan di atas, termasuk dari buku-buku terjemahan, dengan penyesuaian tertentu.
Boleh juga guru merancang model sendiri, atau memodifikasi model yang sudah ada
dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Namun, model apa pun yang digunakan,
unsur-unsur seperti yang disarankan oleh Purkey dan pendapat siswa di atas harus
dipenuhi.
Model atau pendekatan hanya alat, semua kembali kepada yang menggunakan
(the man behind the gun). Sebagus apa pun alatnya, kalau tidak didukung dengan
kemampuan dan kemauan pemakainya, alat itu tidak banyak gunanya. Dan untuk hal-
hal yang menyangkut peningkatan mutu pendidikan, kembalinya adalah pada guru
sebagai pelaksana di lapangan, yaitu guru yang berkualitas dan memiliki komitmen
tinggi untuk membantu siswa mencapai keberhasilan.
5. Pembelajaran Interaktif menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam proses pembelajaran
Menurut Syah Muhibbin (2009: 25), perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya
-
19
dalam proses pembelajaran. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan
menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb.
Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka
tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut.
Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan
siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari
berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer
atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya cyber teaching atau
pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan
internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model
pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi
khususnya internet.
Penggunaan komputer dalam pendidikan dapat menggabungkan unsur inovasi,
kreativitas dan hiburan, menjadikan peserta didik memiliki rasa senang, tidak jenuh
menerima pelajaran dan memudahkan tenaga pendidik dalam mempersiapkan materi
pembelajaran. Apabila media teknologi ini tersedia, maka dengan mudah siswa dapat
memfokuskan pengambilan keputusan, refleksi, penalaran, dan problem solving. Hal ini
akan mendorong daya pikir kritis siswa dan berkeasi dengan bebas. Dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi, proses belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi semakin cepat dan hemat waktu dan prosesnya pun akan semakin
individual sesuai dengan kebutuhan setiap siswa tetapi sekaligus massal. (Centron,
dalam Supriadi, 2002:4).
Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan teknologi komputer
dianggap sebagai revolusi ketiga. Revolusi pertama ditandai dengan ditemukannya
teknologi pencetakan buku. Revolusi kedua ditandai dengan munculnya konsep
perpustakaan dan teknologi komputer yang dikembangkan pada awal tahun 1950-an
yang telah memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan manusia (Heinich, 1996).
Kemajuan teknologi komputer membawa perubahan besar dalam dunia
pendidikan, tatkala inovasi dalam perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software) mulai tumbuh, dilakukan usaha-usaha untuk menerapkan hasil-hasil inovasi
teknologi tersebut dalam pendidikan umumnya dan kegiatan pembelajaran khususnya
yang dikenal dengan pembelajaran dengan bantuan komputer (Computer-Assited
-
20
Learning / Instruction, disingkat CAL/CAI) dimana belajar siswa tidak lagi hanya
mengandalkan tatap muka dengan guru, meskipun siapapun mengakui bahwa bahwa
peran guru dalam pendidikan tak tergantikan oleh komputer (Supriadi, 2002 : 1 ).
Alternatif CAI diimplementasikan dengan penggunaan komputer secara
langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan
mengukur kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di
dalam kelas. Bentuk CAI bermacam-macam bergantung pada kecakapan pendesain dan
pengembang pembelajaran. Di antaranya ada yang berbentuk permainan (games) untuk
mengajarkan konsep-konsep abstrak yang dikonkretkan dalam bentuk visual dan audio
yang dianimasikan.
Ditinjau dari tujuan kognitif, komputer dapat mengajar- kan konsep-konsep
aturan, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga
dapat menjelaskan konsep tersebut dengan dengan sederhana dengan penggabungan
visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran
mandiri. Ditinjau dari tujuan psikomotor, melalui pembelajaran yang dikemas dalam
bentuk games dan simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia
kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat, simulasi
perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya, dan tujuan afektif. Bila program
didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video yang isinya
menggugah perasaan, pembelajaran sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan
media komputer. Selain itu banyak keuntungan yang diperoleh, karena komputer
memiliki banyak keistimewaan diantaranya (Dubin dan Clements dalam Munir,
2001:10) :
a. Adanya hubungan interaktif yang menyebabkan terwujudnya hubungan antara
rangsangan dengan respons, juga dapat menumbuhkan inspirasi dan meningkatkan
minat;
b. Terjadinya pengulangan. Komputer memberi fasilitas bagi pengguna untuk
mengulang bila diperlukan, juga untuk memperkuat proses belajar dan
memperbaiki ingatan. Hal ini memerlukan kebebasan kreativitas dari para siswa;
c. Umpan balik. Komputer membantu siswa memeroleh umpan balik (feed back)
terhadap pelajaran secara leluasa dan dapat memacu motivasi siswa.
-
21
Proses pembelajaran yang berbasis teknologi komputer multimedia atau
perangkat elektronik (e-learning), dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa
model sesuai dengan kemampuan sekolah dalam penyediaan sarana perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software).
K. Matrik Pembelajaran Individual yang Kreatif, Efektif, Efisien, Menarik, dan
Interaktif
Matrik Indikator Pembelajaran Individual
Kreatif
Pembelajaran yang kreatif
mengandung makna tidak
sekedar melaksanakan dan
menerapkan kurikulum,
namun menciptakan kreasi
baru atau yang berbeda dari
sebelumnya. Pembelajaran
yang kreatif dapat dilakukan
oleh guru dengan membuat
kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan
siswa dan tipe serta gaya
belajar siswa
1. Guru berkreasi dalam membuat media
pembelajaran yang
sesuai dengan
karakteristik siswa
secara individu
2. Potensi yang dikembangkan bukan
pengetahuan saja tetapi
kekuatan spiritual
keagamaan, penguasaan
diri, kepribadian baru
kemudian keterampilan
3. Berorientasi pada pengembangan potensi
diri bukan hafalan dan
keterampilan menjawab
tes
4. Pengorganisasian materi pelajaran dalam suatu
cara yang
memungkinkan tiap
siswa maju sesuai
dengan kemampuan dan
minatnya masing-
masing
Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan
efektif (effective / berhasil
guna) jika mencapai sasaran
atau minimal mencapai
kompetensi dasar yang telah
ditetapkan
1. Merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik
sehingga memudahkan
siswa untuk
mencapainya 2. Membuka kesempatan
bagi siswa untuk mencapai
belajar tuntas atas bahan
pelajaran yang dipelajari
-
22
Efisien
Efisiensi dalam pembelajaran
mempunyai arti,
meningkatkan kualitas belajar
dan penguasaan materi
belajar; mempersingkat
waktu belajar; meningkatkan
kemampuan guru,
mengurangi biaya tanpa
mengurangi kualitas belajar
mengajar
1. Bagi siswa pembelajaran
individual sangatlah
efisien karena memberi
peluang siswa untuk
maju secara optimal
dan mengembangkan
kemampuan yang
dimilikinya
2. Bagi guru pembelajaran
individual dinilai
kurang efisien, karena
memerlukan usaha
yang sangat ekstra
untuk memahami
setiap karakteristik
siswa
Menarik
Pembelajaran yang menarik
mengandung makna bahwa
selama pembelajaran siswa
antusias, bersemangat, dan
menyenangi pembelajaran
tersebut.
1. Mendorong siswa untuk memecahkan
masalah dan
menggunakan pikiran
dalam memecahkan
masalah
2. Mengembangkan kesanggupan
berinisiatif dan
mengatur diri sendiri
dalam belajar
3. Memupuk kebiasaan untuk menilai diri
sendiri dan
mempertinggi motivasi
siswa untuk belajar
Interaktif
Pembelajaran yang interaktif
mengandung makna bahwa
dalam proses pembelajaran
terjadi interaksi antara guru
dengan siswa maupun siswa
dengan siswa. Hal ini bearti
selama proses pembelajaran
siswa aktif
1. Menumbuhkan hubungan pribadi yang
menyenangkan antara
siswa dengan guru
2. Diberikan bimbingan dan petunjuk
instruksional kepada
masing-masing siswa
sesuai dengan
kebutuhannya.
-
23
Ayat Alquran berhubungan dengan pembelajaran individual :
Menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid :
:
"Belajar adalah proses perubahan dalam pemikiran siswa yang dihasilkan atas
pengalaman terdahulu kemudian terjadi perubahan baru
Kemandirian belajar seseorang menurut Samana dikutip oleh Syarifudin Huda
adalah bagaimana ia mengatur serta mengendalikan kegiatan belajarnya atas dasar
pertimbangan, keputusan dan tanggung jawab sendiri. Kemandirian belajar merupakan
keadaan kesiapan belajar siswa yang berasal dari dalam diri siswa untuk bertindak dan
mereaksi terhadap obyek-obyek yang berhubungan dengan bagaimana seseorang
mengatur serta mengendalikan kegiatan belajarnya atas. Pertimbangan, keputusan dan
tanggung jawab sendiri utaus nakapurem awsis rajaleb nairidnamek kutnebmem ayapU
lah malaD .rajaleb nataigek utaus malad nakanaskalid tapad aynah sesorp nad ,sesorp
-lA malad hallA namrif anamiagabes rajaleb kutnu aisunam nakhatniremem hallA ini
tarus naruQ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
-
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran individual merupakan suatu strategi untuk penyusunan program
pembelajaran bagi guru dengan memperhatikan kemampuan, minat dan kecepatan
belajar setiap siswa dalam kelompok belajar.
2. Tujuan Pengajaran Individual antara lain membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar, menyesuaikan materi pelajaran dengan perbedaan dan
kepentingan individual siswa, meningkatkan mutu dan efektivitas proses
pengajaran, pelaksanaan pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan
minat individual siswa.
3. Karakteristik pengajaran individual lebih mengutamakan proses daripada
mengajar, menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa
sebagai individual, mengusahakan partisipasi aktif dari siswa untuk belajar secara
individual, merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik, memberikan kesempatan
untuk maju sesuai dengan kecepatannya masing-masing, menggunakan banyak
feedback dari hasil evaluasi
4. Prinsip-prinsip pengajaran individual adalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing, membuka
kemungkinan bagi siswa untuk mencapai belajar tuntas, mendorong siswa untuk
memecahkan masalah dan menggunakan pemikiran dalam memecahkan suatu
masalah, mengembangkan kesanggupan berinisiatif dan mengatur diri sendiri
dalam belajar
5. Peran siswa dalam pengajaran individual adalah belajar berdasarkan kemampuan
sendiri, kebebasan menggunakan waktu belajar, keleluasaan dalam mengontrol
kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, siswa melakukan penilaian sendiri atas
hasil belajar, siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, siswa
memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.
6. Peran guru dalam pembelajaran individual adalah peranan guru dalam
merencanakan kegiatan belajar, peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan
belajar.
-
25
7. Keunggulan pembelajaran individual ada terdiri dari keunggulan untuk guru dan
keunggulan untuk siswa
8. Keterbatasan pengajaran individual adalah mungkin kurang terjadi interaksi antara
pengajar dengan siswa atau antara siswa dengan siswa, program belajar mandiri
tidak cocok untuk semua siswa atau semua pengajar, kurang disiplin diri dan
kemalasan yang menyebabkan kelambatan penyelesaian program oleh beberapa
siswa, menuntut kerjasama dan perencanaan tim yang rinci diantara staf pengajar
yang terlibat dan koordinasi dengan layanan penunjang.
B. Saran
Pembelajaran individual merupakan pembelajaran yang dapat berdampak baik
jika tim guru dan siswa sama-sama melaksanakan tugas, memahami hakikat
pembelajaran individual dan saling berkoordinasi dengan baik.
-
26
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2010. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Algesindo.
Eka, Nurhayati. 2013. Pengajaran Individual dan Pengajaran Klasikal.
https://fortugaskuliah.wordpress.com/2013/01/16/pengajaran-individual-
pengajaran-klasikal/. Diakses pada 23 Januari 2015.
Heinich, R, dkk. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey:
Prentice Hall.
Mbulu. Joseph. 2001. Pendekatan dan Bentuk Pembelajaran Individual. Malang: TEP
FIP UM.
Munir. 2001. Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Mimbar Pendidikan.
Rahajeng, Nastiti. 2011. Konsep Dasar Pembelajaran Individual.
http://www.slideshare.net/NastitiChristianto/konsep-dasar-pengajaran
individual?related=1. Diakses pada 23 Januari 2015.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana Prenada Media.
Syah, Muhibbin. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan (PAIKEM). Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.
Supriadi, D. 2002. Internet Masuk Sekolah: Pemberdayaan Guru dan Siswa dalam Era
Sekolah Berbasis E-learning, Makalah Disajikan dalam Seminar Implementasi
E-learning untuk Sekolah Menengah. Diselenggarakan oleh Telkom
Learning/Sinopsis Indonesia, Oktober 2002. Bandung: PT Telkom.
Warta MBS UNICEF. 2006. Paket Pelatihan Program Manajemen Berbasis Sekolah.
Jakarta: Depdiknas.