,·tv ,., .,.t .• a rnf siu£. f' - kms.ipb.ac.idkms.ipb.ac.id/1649/1/peraturan pemerintahan...
TRANSCRIPT
Mcnimhang
Mcngingat
Menctapkan
f._., .•. •,""'' . . . -~ ...
tl~i*'·~ ··' "'~::~·~ t 1;- ·.,}~ \·tV .... 'J ,,,., { .,.t .• 1 ,1"1 A ':.. 4 ·, ~.~ ,,. ~ , . . u·•..-
""-' t. ·,A1 ;r ~.;_~:v-tA" <·'
'L,_;u~ ~?-:-
rnF SIU£. f'.l nr f''l . lr~l . ll-<. IND O NE ';II\
PERATlJRAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 60 TAHUN 1999
TENTANG
PENDJDIKAN TINGGI
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.
ballwa dalam rangka pclaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tallun
19~9 tcntang Sistem Pcndidikan Nasinnal, dipandang pcrlu
mcnctapkan Peraturan Pcmcrintah tcntang Pcndidikan Tinggi:
J . Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2 . Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lcmharan Negara Tahun 1989 Nomor 6.
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3390):
MEMUTUSKAN :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDIDIKAN
TINGGI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Peraturan Pcmerintall ini yang dimaksud dcng<m :
I . Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pcndidikan
sckolah pada jcnjang yang lcbih tinggi daripada jH:ndidikan
mcncngall di jalur pcndidikan sckolah .
2 . Pcrguruan ....
J .J',/~'"--~ f._, ~ > ,:- v''t'
~'·t .. - - . -:._\ ~~
I~"*''\ I) t.·1' 'I ·I ~"; \ -/ , , (\ I 'I, I
... ~ '' · I ~· J I \.U'~ . hh~/
.._ "~ .-v· nA -" .::.:..::..;\)~ . :..-
r-'H 1: ·~11 n · N ~<Ll-'IJUI.lh 11'-Jlnli-.Jl. '>II\
2
2. Perguruan tinggi adalah satuan pctJdidiL.tn yang menyekng-
garakan pendidikan tinggi.
3 . Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang tliarallkan
terutama patla penguasaan ilmu pengetahuan dan p~:ngem
bangannya .
4. Pendidikan profesional adalah pcmlidikan tinggi y;tllg di -
arahkan terutama pada k~.:siapan peneraran keahliatl lcrtetHu.
5. Dost.:tl adalah t~.:naga rt.:ndidik atau kependidikatt p:tda perguru -
an tinggi yang kl!usus dia11gLtt tiL:ng;ttl tugas utattl:t IIIL'II ):!.;t_jar.
6 . Mahasiswa adalah pesena tlidik yang tertlaftar Jan helajar pada
pergu ruan tinggi tcrtentu.
7 _ Statuta adalah pedoman dasar penyelenggaraan kegiata11 yang
dipakai sehagai acuan untul.< merencanakan, mengemhangkan
program dan penyeknggaraan kegiatan fungsional sesua1
dengan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan, yang herisi
uasar yang dipakai sehagai rujukan pengemhangatl peraturan
umum, peraturan akademik Jan prosedur operasional ya11g
berlaku di perguruan tinggi yang hersangkutan.
8. J>impinan perguruan tinggi adalall Rektor untuk Ull iv t.:r:-.ita s/
institut, Ketua untuk sekolah tinggi, dan Direktur untuk
politeknik/akademi .
9. Penyelenggara perguruan tinggi adalah Dcpartemen, depar-
temen lain, atau pimpinan lemhaga Pemerintah lain bagi
perguruan linggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah, atau
badan penyelenggara perguruan linggi swasta bagi perguruan
Linggi yang diselenggarakan oleh masyarakat.
10. Sivitas
! ·,
. :.Vf/.-~"'-"'•· .. ., .... ":-,__~ ~~ (·'*. ·-..,.~h {,,",· -,y~ \··1; ~~;/, I~ ' . ~·V ~- ~~ A1 ;;-'I · ~. 1,\ ._ ~ ...... ,,flo / '1_ .
.r:;~~~j ·? -..- .....
r>n F. c:, I!)[. N
n r r' l.lf'3t..W, It~ D O r-n:. 5 1 A
3
I 0 . Sivitas akademika adalah satuan yang tcrdiri atas Josen dan
mahasiswa pad a perguruan tinggi.
II. Departemcn adalah Dcpartemen Pcndidikan dan Kchudayaan .
12 . Mentcri adalah Mcnteri yang hertanggung jawah di hidang
pend id ikan nasional.
13. Mcnteri lain atau pimpinan lemhaga Pemerintah adalah pcjahat
yang bcrtanggung jawah alas penyelcnggaraan satuan p~.;ndi-
dikan tinggi di luar lingkungan Departemen.
BAB TJ
TUJUAN PENDIDIKAN TINGGI
Pasal 2
(I) Tujuan pcndiuikan tinggi adalall :
a . mcnyiapkan pcscrta didik mcnjadi anggota masyarakat yang
mcmiliki kemampuan akadcmik dan/atau profesional yang
dapal mcncrapkan, mcngcmhangkan dan/atau mcmperkaya
khasanah ilmu pcngetahuan, Leknologi dan/atau kcscnian;
b. mcngcmhangkan dan menyeharluaskan ilmu p~.;ngctahuan,
tekno!ogi dan/atau kesenian serta rnengupayakan pengguna-
anny;1 untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarabl dan
mC111pcrkaya kchudayaan nasional.
(2) Pcnyclcn~garaan kcgiatan untuk mcncapai tujuan schagaimana
dimaksud cia lam ayat (I) hcrpcdoman pada :
a. tujuan pendidikan nasional;
h. kaitbh, moral dan etika ilmu pengctahuan;
c . kcpcntingan ....
,.,.J r./ ~ ~ " ~~ ., ~.?,:.. __ , .. r,h
t ~ ,,*__ -~- ·\ (, ·I' ..._ \ ~
t- t, 'I,) \: 1\ • ' ) l·n ~ \ ,, , ,\:,1.1 tl'l I
' I·~ hI • " .. \1 ,, • ~ ·' . ' ...:.. ~' .'/ · A I· ~ :'
~ .;u~ . --
I"Hf~; 11 H N f< l ' f·'lltll If ' IIJI l• j JJl '.IJI.
4
c . kepentingan masyarakat; serta
d. memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa prih:tdi .
BAB Ill
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI
Pasal :\
(I) Perguruan tinggi tttl'ttyelenggarakatl [H.: lld idibll till )!gi d:111
penelitiatl st:rla p~tlgahdiatl kepada lll:tsy:lr:ll-.al .
(2) Pendidikan tinggi merupakan kegiatan dalallt upaya mengh:ts il -
kan manusia ten.lidik sehagaimana dimaksuJ Jalam Pasal 2
ayat (l).
(3) Penelitian merupakan kegiatan telaall taat kaiJah dalam upaya
untuk menemukan kehenaran Jan/atau mcnyelesaikan m:tsalah
dalam ilmu pengcrahuan , td:nolugi, Jan/atau keseniatl.
(4) Pengalxlian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang
memaofaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memherika11
surnbangan demi kemajuan masyarakat.
Pasal 4
(I) Pendidikan tinggi rerdiri atas penclidikan akademik dan
pendidikan proresional.
(2) Perguruan tinggi dapat berbentMk akaJemi , politt:kn ik, sdul:tlt
ringgi, institut dan universitas .
(3) Pendidikan akademik merupakan penclidikan ya ng di arallk:tn
terutama pada penguasaan ilmu ptngetalluan .
(4) Pt:ndid ik<ll t
tfl . " . . .. ~ , . .... "' " ~
t·:,-?*· -.._ ~- ~ tt, c· ~1A1 \· ~; \~;:t \ . 1\ ' . ~··)'I ,~.~~ A1 ~ " I·· ~• 1A .• ;,._,. '' \\ A~~ --' ~~ ... .:~~ ;.r· .- ..,
f'rlF ~;lf'lf-.1~
nr PI rr:tL II<. lf ·JI lOI'lf ' ~ -.1/\
5
(4) Penc..liJikan profesioiJal merupakan pendidibn yang diarallkan
lerutama pada kesiapan pencrapan kcahlian tertentu .
Pasal 5
(I) Penc..lic..likan akac..lemik terdiri atas Program Sarjana dan
Program Pasca Sarjana .
(2) Program Pasca Sarjana meliputi Program Magistt:r c..lan
Program Doktor.
(3) Pendic..likan profcsional lerc..liri alas Program Diploma I.
I
Diplontt~ II, Diploma Ill. dan Diploma IV .
(4) Penc..lidikan akadcmik c..lan pcndidibn profesinnal disclcng
g.arakan c..leng.an cara tatap muka dan/a tau jarak jauh .
(5) Pclaksanaan kctentuan schagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ).
ayat (2). ayat (3), dan ayat (4) diatur olch Mcntcri .
Pasal 6
(I) Satuan pcmlidikan yang menyelenggarakan pcndidikan tinggi
disebut perguruan tinggi, yang dapat hcrhenluk akademi.
politeknik, sekolah tinggi. institut atau universitas .
(2) Akadcmi mcnyelcngg.arakan program pcnc..lidikan proksional
c..lalam satu cabang atau schagian cabang ilmu pcngctahuan .
teknolugi, dan/atau kcscnian tcrtentu .
(3) Politcknik mcnyelenggarakan program pendidikan prol'csional
Jalam scjumlah bidang pcngctahuan khusus .
(4) Sekolah . ..
-, .... •;-... -·- ~"•\ ..
~:~*"': · · ·· "'"'···--~~\ tt ~.. ";... ,t "j I· '- ~ "'' \--1 ' ' ~ 1 ~ . (II, . ~·., ~ ~~.d~ A1 ~ .,. , .. ~. 1A .• ;,.,,.,,\\ ·l" -<
..-:.;:_:;.;;'!,~ ~~·
r 'n F ~; ll'lf·. r.J nr: Pllf":\1_ II <. II ·JI >0 1'11" :·.r /\
5
(4) Pemliuikan profesioiwl merupakan pendidibn yang di~traltkan
terutama pada kesiapan pencrapan kcahlian tertentu .
Pasal 5
(I) Pendidikan akademik terdiri atas Program Sarjana dan
Program Pasca Sarjana .
~ I
(2) Program Pasca Sarjana meliputi Program Magister dan
Program Doktor.
(3) Pendit.likan profcsional tert.liri atas Program Dipi<Hna I.
Diploma II, Diploma II I. dan Diploma IV .
(4) Pcndidikan akademik Jan pemlidibn profcsional diseleng
garakan Jcngan cara tatap muka Jan/atau jarak jauh .
(5) Pelaksanaan ketcntuan schagaimana dimaksud pada ayat (I).
ayat (2). ayat (3), dan ayat (4) <.liatur oleh Mcntcri .
Pasal 6
(I) Satuan pcmlidikan yang menyelenggarakan pcndidikan tinggi
disebut perguruan tinggi, yang c.Japat herhentuk akadcrni.
politeknik, sekolah tinggi. institut atau universitas.
( 2) Akadern i mcnyelcngg.arakan program pent! id i ka 11 pro !'csiona I
ualam satu cabang atau schagian cabang ilmu pengctahuan.
teknolugi, dan/atau kcscnian tcncntu.
{3) Politcknik rncnyelcnggarakan program pendi<.likan profcsional
t.lalam scjumlah biJang. pcngctahuan khusus .
(4) Sekolall .. .
(,. / . -· ' •;
l (.~ - , -- . • ~- ...._ ~ ·t,~
t.''-* '''' t. I ' ' · I;} \· •I / ' · ) 1·1\' \~ / ,~ ,,,, ti l'/ '-~ --~ \. n'\ '/ --~~'- ~"'J)!"j -'
•.,~ u ...... - -
1-' f·H . ~; 11 lt:' N IIFI-'IlfJl_lh INI!I 'irH '>IJ\
6
(4) Sekolah tinggi menyelcnggarakan program pe1ldidikan
akademik dan/atau profesional dalam lingkup satu disiplill ilmu
tertentu .
(5) lnslitut menyelenggarakan program pcndidikan akademik dan/
atau profesional dalam sekdompok Jisiplin ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian yang sejenis .
.i.":
(6) Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik
Jan/atau profesional Jalam sejumlah disiplin ilmu penget;dHlan,
leknologi dan/alau kescn ian tenenlu .
Pasal 7
( 1) Pcndidikan tinggi diselenggarakan dengan menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar .
(2) Bahasa daerah dapal digunakan sebagai hahasa pengantar se-
jauh diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau
pelatihan dan/atau keterampilan bahasa daerall yang ber
sangkutan .
(3) Bahasa asing dapal digunakan sebagai bahasa pengantar sejaull
diptrlukan dalam penyampaian pengerahuan dan/atau pelatihan
danlatau ketrampilan.
(4) Pelaksanaan kelcntuan sehagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan dengan Keputusan Menteri .
Pasal 8
( 1) Tahun akademik penyelenggaraan ptndidikan tinggi dimulai
pada bulan September.
(2) Tahun ...
.' \
.' \
.¢M~"-~ll ~AA.,?z~~~~' ~~~*~~~ ~"~~ ~-it' '\"~
~~~ . ~,w ~d-1~ ~1/ '\t(" ~ .--dll~~-"
"C..c..-u;a~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
7
(2) Tahun akademik dibagi dalam minimum 2 (dua) semester yang
masing-masing terdiri atas minimum 16 minggu.
(3) Pada akhir penyelenggaraan program pendidikan akademik
dan/ atau pendidikan profesional diadakan wisuda .
(4) Pelaksanaan ketcntuan sebagaimana dimaksud pada ayal (1).
ayat (2), dan ayat (3) diatur oleh pimpinan masing-masing
pe rguruan tinggi .
Pasal 9
(1) Administrasi akademik pendidikan tinggi diselcnggarakan
dengan menerapkan sistem kredit semester .
(2) Pclaksanaan kctentuan scbagaimana dimaksud pada ayat (I)
diatur oleh Menteri .
I ' ; !
Pasal 10
(1) Pendidikan tinggi diselenggarakan melalui proses pembe
lajaran yang mcngembangkan kemampuan belajar mandiri.
(2) Dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi dapat dilakukan
kuliah, seminar , simposium, diskusi panel, lokakarya , praktika
dan kegiatan ilmiah lain .
Pasal 11
(1) Perguruan tinggi mengatur dan menyelenggarakan scleksi
penerimaan mahasiswa baru .
(2) Pencrimaan .. .
~~ .... AdAI1~~~"\ ~~~ -r~!~ """""""~~ ... ~j ~"j{""'''qA ~~~; ~~·~
~~{ ~~ ~~~ h/
""-" \).~ :Y· /J}(__, ~~'o"'~ "' .....
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
8
(2) Penerimaan mahasiswa baru eli perguruan tinggi diseleng
garakan dengan tidak mcmbedakan jcnis kclamin, agama,
suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi,
dan dilakukan dengan tetap memperhatikan ke-khususan
perguruan tinggi yang bersangkutan.
(3) Warga ncgara asing dapat mcnjadi mahasiswa di pcrguruan
tinggi .
(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
dan ayat (2) diatur oleh pimpinan masing-masing perguruan
tinggi, dan pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pacta
ayat (3) diatur oleh Menteri .
Pasal 12
Pendidikan tinggi dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang diadakan olch Pemerintah, dalam hal ini Departemen atau
departemen lain atau lembaga Pemerintah lain, atau olch satuan ·
pendidikan yang diadakan oleh masyarakat.
BAB IV
KURIKULUM
Pasal 13
(1) Penyelenggaraan pendidikan ringgi dilaksanakan dalam
program-program studi atas dasar kurikulum yang disusun oleh
masing-masing perguruan tinggi.
(2) Kurikulum . . .
~4·~~~\\" ~~.., "'!' ..... .r:.:.~"h~
~-~"~"'""'"~ ~"" ~~~~ ~~~; ~~~ ~~~ ~,, ;t~~ ~~Ay
..,_~_"'(·~ ~ .c..-u;o~~
PRESIDEN REPUBUK INDONESIA
9 "
(2) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) herpedoman
pada kurikulum yang berlaku secara nasional.
(3) Kurikulum yang berlaku secara nasional diatur oleh Menteri .
Pasal 14
Behan studi dan masa studi untuk menyelesaikan setiap program
studi pendidikan tinggi diatur oleh Mcnteri .
! i
BAB V
PENILAIAN HASIL BELAJAR
Pasal 15
(1) Terhadap kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan
penilaian secara berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksana
an tugas, dan pengamatan.
(2) Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian semester, ujian akhir
program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi .
(3) Dalam bidang-bidang tertentu penilaian hasil belajar untuk
Program Sarjana dapat dilaksanakan tanpa ujian skripsi .
(4) Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, 0,
dan E yang masing-masing bcrnilai 4, 3, 2, 1 dan 0.
(5) Pclaksanaan ketcntuan scbagaimana dimaksud pat.la ayat {2)
dan ayat (3) diatur olch senat masing-masing perguruan tinggi .
Pasal 16 ...
•\ l
4Am":;',. ..:- ;;_'\l\ .~~-,j(r.~~ .... ..:o..,~h~
~~/I .. ...,_~ ~ ~1\J ~~~~A ~A7, ~h~ ,~·J~ ~~1.?' "'~"-~· h!J? ~"'"~ )~~ :_;.'
'C~.:~o~/1 _/ , ,-
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
10
Pasal 16
(1) Ujian akhir program studi suatu program sarjana dapat terdiri
atas ujian komprehensif atau ujian karya tulis, atau ujian
skripsi.
(2) Ujian tesis diadakan dalam rangka penilaian hasil belajar pada
akhir studi untuk memperoleh gelar Magister.
(3) Ujian disertasi diadakan dalam rangka penilaian hasil belajar
pada akhir studi untuk memperoleh gelar Doktor.
BAB VI
KEBEBASAN AKADEMIK DAN OTONOMI KEILMUAN
·!I
Pasal 17
(1) Kebebasan akademik termasuk kebebasan mimbar akademik
dan otonomi keilmuan merupakan kebebasan yang dimiliki
anggota sivitas akademika untuk melaksanakan kegiatan yang
terkait dcngan pendidikan dan pengembangan ilmu penge
tahuan dan teknologi secara bertanggung jawab dan mandiri .
(2) Pimpinan perguruan tinggi mengupayakan dan menjamin agar
setiap anggota sivitas akademika dapat melaksanakan kebebas
an akademik dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya
secara mandiri sesuai dengan aspirasi pribadi dan dilandasi
oleh norma dan kaidah kcilmuan.
(3) Dalam mclaksanakan kcgiatan akadcmik sebagaimana dimak
sud pada ayat (1), setiap anggota sivitas akademika harus
mengupayakan . ..
Ill"-'~"'" ,~~'7 >,?""'~''"" .~_,.j( .. ~ .c;. ~11A.
t.'""; ~"'II ~-1? ~~~~ "~~ ~A~ ~...~~~ ~~J \tA~ .l~Af/
"C.~8·fl,.,'-"' .c..-..c.-;o(s#'
PRESIDEN REPUBLIK IN DONE 51 A
11
mengupayakan agar kegiatan serta hasilnya meningkatkan
pclaksanaan kcgiatan akademik perguruan tinggi yang bcr
sangkutan .
(4) Dalam mclaksanakan kebebasan akademik sctiap anggota
sivitas akademika harus hcrtanggung jawab secara pribadi atas
pclaksanaan uan hasilnya scsuai ucngan norma dan kaidah
kcilmuatl.
(5) Dalam melaksanakan kegiatan akademik sebagaimana dimak
sud pada ayat (1), pimpinan perguruan tinggi dapat meng
ijinkan penggunaan sumber daya perguruan tinggi, sepanjang
kcgiatan tersebut tidak ditujukan untuk mcrugikan pribadi lain
semata-mata untuk memperoleh keuntungan materi bagi pribadi
yang melakukannya .
. ! i
Pasal 18
(1) Kebcbasan mimbar akadcmik bcrlaku sebagai bagian dari
kebebasan akademik yang memungkinkan dosen mcnyam
paikan pikiran dan pcndapat secara bcbas di pcrguruan tinggi
yang bersangkutan sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan .
(2) Perguruan tinggi dapat mengundang tcnaga ahli dari luar
perguruan tinggi yang bersangkutan untuk menyampaikan
pikiran dan pendapat sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan
dalam rangka pelaksanaan kebebasan akademik .
Pasal 19 ...
~(\.:, ~~~- -""~ "" ~
~t-t ,*~\~IA ~ -~ " "'-."A ~ ~~ J ""'1.4 ~'1'1 { \~~ \..~ rl ~ ~' ·).7 ":.J',11,\ ~~h~j
"-""-~8· /J~ . ·-' -<-~.; 0 ~ _;?"
PR ES ID E N ru: ~~ UBLif' IND O N [ ~) IA
12
Pasal 19
( 1) Pclaksanaan kebebasan akaJcmik Jiarahkan untuk mt:mantap
kan terwujudnya pengembangan diri sivitas akademika , ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian .
(2) Dalam mcrumuskan pcngaturan pelaksanaan kchehasan
akademik senat perguruan tinggi harus berpeJoman pada
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) .
Pasal 20
(1) Dalam rangka pengembangan ilmu pcngetahuan Jan tcknologi,
perguruan tinggi dan sivitas akademika herpedoman pada
otonomi keilmuan.
(2) Perwujudan otonomi keilmuan pada perguruan tinggi Ji atur
dan dikelola oleh senat pcrguruan tinggi yang bersangkutan .
BAB VII
GELAR DAN SEBUTAN LULUSAN PERGURUAN TINGGI
I . ·! :
Pasal 21
(1) Lulusan pendidikan akademik dapat diberikan hak umuk
menggunakan gelar akademik.
(2) Lulusan pendidikan profesional dapal diberikan hak untuk
menggunakan sebutan profesional.
(3) Gelar akademik adalah Sarjana, Magister, dan Doktor .
Pasal 22 .. .
AA4AII,r ~~:>,~ t..-,.,_ ~--~..?' ~,.~" '~
~~"'"j{""""~ ~-17 """~ ~-~;. ~h~ ~d~ . ~~l "".tA~ -~ftAif
'C.~~!:!. • ...,. A to~'_, "'u;o~'#"
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
13
Pasal 22
(l) Ge!ar akademik Sarjana dan Magister ditempatkan di belakang
nama pcmilik hak atas penggunaan gelar yang bersangkutan
dengan mencantumkan huruf S. untuk Sarjana dan huruf M .
untuk Magister disertai singkatan nama kelompok bidang ilmu .
(2) Gelar akademik Doktor ditempatkan di depan nama pemilik
hak atas penggunaan gelar yang bersangkutan dengan
mencantumkan huruf Dr.
(3) Sebutan profesional Ahli Pratama bagi lulusan Program
Diploma I, Ahli Muda bagi Julusan Program Diploma Il, Ahli
Madya bagi lulusan Program Diploma III dan Sarjana Sains
Terapan bagi lulusan Program Diploma IV ditempatkan di
belakang nama pemilik hak atas penggunaan sebutan yang
bcrsangkutan .
'I
(4) Jenis gclar dan sebutan. singkatan dan penggunaannya sebagai
mana dimaksudkan pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
oleh Menteri .
Pasal 23
(I) Gelar dan sebut£111 lulusan perguruan tinggi luar negen tctap
memakai pola dan cara pemakaian yang berlaku di ncgara asal.
(2) Gelar dan sehutan lulusan perguruan tinggi luar negeri tidak
dibenarkan untuk disesuaikan/diterjemahkan menjadi gelar atau
sebutan Julusan perguruan tinggi di Indonesia .
(3) Gelar ...
jAtl •1/'( ~~:t\
.~~~ji·,:._>:? """"""':~~~ ~1' 11, ""'~h
... ~117 ""'ll~ ~-'f ~A~ ~d'l ~A~ 1: ~ 11'//
"""~ A1"' '0.''~~ wJft v "C;;~:.~~;1 :?' ,. ... -
PRESIOEN REPUBLJK INDONESIA
14
(3) Gelar dan sebutan lulusan perguruan tinggi di Indonesia Liuak
dibenarkan untuk disesuaikan/diterjemahkan menjadi gelar uan
sebutan lulusan perguruan tinggi di luar negeri.
Pasal 24
Syarat pemberian gelar akademik atau sebutan profesional mel iputi:
a. penyelesaian semua kewajiban pcndidikan akademik dan/ atau
profesional yang harus dipenuhi dalam mengikuti · suatu
program studi;
b. penyelesaian semua kcwajiban administrasi dan keuangan
berkenaan dengan program studi yang diikuli .
Pasal 25
(1) Gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa) dapat di
berikan kepada seseorang yang telah berjasa luar biasa bagi
ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, kemasyarakaran ·
atau kemanusiaan.
(2) Pemberian gelar Doktor Kehormatan diusulkan oleh senar
fakultas dan dikukuhkan oleh senat universitas/institut.
(3) Gelar Doktor Kehormaran hanya dapat diherikan oleh
universitas/institut ydng memiliki wcwcnang mcnyclenggara-
kan program pendidikan Doktor.
(4) Prosedur pengusulan, pemberian, dan penggunaan gelar
Doktor Kehormatan diatur oleh Menteri.
Pasal 26 : ...
A~.tAI'd'~~~..._ ~,_,r3·~""'~"'-~~
~~" ·j(' "'"~A ~"" ...,. .. ~ "~! ~~~ ~d, ts~J ~~~ A~~f/
~"""-":!..~. ~~ ~ <--u;o~si7
PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA
15
Pasal 26
Gelar akademik atau sebutan profesional yang diperoleh secara sah
tidak dapat dicabut atau ditiadakan .
BAB VIII
SUSUNAN PERGURUAN TINGGI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 27
Pcrguruan tinggi terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
a. dewan penyantun;
b. unsur pimpinan;
c. unsur tenaga pengajar para dosen;
d . senat perguruan tinggi;
e. unsur pelaksana akademik :
1) bidang pendidikan;
2) bidang penelitian;
3) bidang pengabdian kepada masyarakat;
f. unsur pelaksana administratif;
g . unsur penunjang untuk pelaksana yang meliputi :
I) perpustakaan;
2) laboratorium;
3) bengkel;
4) kebun percobaan;
5) pusal komputer ;
6) hcntuk ...
I\
~w·7 ~~Y..c~ ' 1\~
~~.,.*- ....._,.,.~ ~_,'1/ ~hA ~~~J ~~\'~ ~.~ ~h~ ~·~, ~~1.~ ;r,h~ tA~~v
"'ot:,..~ ~ '"'o~A / -,. ,...-.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
16
6) bentuk lain yang dianggap pcrlu umuk mendukung penye
lenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesional pada
.perguruan tinggi yang bersangkutan.
Pasal 2g
( 1) Dewan penyantun yang terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat
diadakan untuk ikut mengasuh dan membantu memecahkan
pcrmasalahan perguruan tinggi yang hersangkulan.
(2) Anggota dewan penyantun diangkat oleh pimpinan perguruan
tinggi yang bersangkutan.
(3) Pengurus dewan penyantun dipilih oleh dan di antara para
anggota dewan penyantun.
Pasal 29
(1) Pimpinan perguruan tinggi sebagai penanggungjawab utama
pacta perguruan tinggi, disamping melakukan arahan serta
kebijaksanaan umum, juga menetapkan peraturan, norma dan
tolok ukur penyelenggaraan pendidikan tiilggi atas dasar
keputusan senat perguruan tinggi .
(2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
·h
ayat(l):
a. di bidang akademik, pimpinan perguruan tinggi ber
tanggung jawab kepada Menteri;
b. di bidang administrasi dan keuangan, pimpinan perguruan
tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah bertanggung
jawab kepada Menteri, Menteri lain atau pimpinan lembaga
Pemerintah ... I\
I\
4M~~~\ A~~7""'?"-"'""" '-~
~~:,~*~~~ ~~"~ ~11,. ""~ ~~~r. ~~~ ~h~ . ~17 ;tA~ ~~A'!/
'C.~.'I·A -"" <--...:;~;o~E'"
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
17
Pemerintah lain, sedangkan pimpinan 'perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat bertanggung jawab kepada
badan yang menyelenggarakan perguruan tinggi yatig ber
sangkutan.
(3) Pimpinan perguruan tinggi dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh :
a . Pembantu Rektor untuk universitas/institut;
b. Pembantu Ketua untuk sekolah tinggi;
c . Pembantu Dircktur untuk politeknik/akademik .
Pasal 30
( 1) Senat pcrguruan tinggi mcrupakan bad an normati f · dan per
wakilan tertinggi pada perguruan tinggi yang bersangkutan .
:.
(2) Senat perguruan tinggi mempunyai tugas pokok :
a. merumuskan kebijakan akademik dan pengcmbangan per
guruan tinggi;
b. merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan
kecakapan serta kepribadian sivitas akademika;
c. merumusk~n norma dan tolok ukur penyelenggaraan
pendidikan tinggi;
d. memberikan pcrtimbangan dan persctujuan atas Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja perguruan tinggi yang
diajukan oleh pimpinan perguruan tinggi;
e. menilai pertanggungjawaban pimpinan perguruan tinggi dan
pelaksanaan kehijakan yang telah ditctapkan;
f. merumuskan
~M~'-~ .~~ -r..?.? ..-= .... ~~h~ . L~f/1,9{~~~
~·""" ""II~ ~~~ ~h~ ~~~~ ~t~j' ;t~l.\ - ·A~htf
-c~."'{·l"' .J ""u;o~;.;_:i?'
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
18
f. merumuskan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan pacta
perguruan tinggi yang bcrsangkutan;
g. memberikan pertimbangan kepada penyelenggara perguruan
tinggi berkenaan dengan calon-calon yang diusulkan untuk
diangkal menjadi Rektor/Kelua/Dircktur pcrguruan tinggi
dan dosen yang dicalonkan memangku jahatan akademik di
alas lcktor;
h. menegakkan norma-norma yang berlaku bagi sivitas
akademika; dan
1. mengukuhkan pembcrian gelar Doktor Kchormatan pacta
universitas/institut yang memenuhi persyaratan.
(3) Senat perguruan tinggi terdiri atas guru besar, pimpinan
perguruan tinggi, dekan, dan wakil dosen .
(4) Senat perguruan tinggi diketuai oleh Rektor/Ketua/Direktur,
didampingi oleh seorang Sekretaris yang dipilih di antara
anggota.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya, senat pcrguruan tinggi dapat
membentuk komisi-komisi yang beranggotakan anggota senat
perguruan tinggi dan hila dianggap perlu ditambah anggota
lain.
(6) Tata cara pengambilan keputusan dalam rapat senat perguruan
tinggi diatur dalam statuta perguruan tinggi yang bersangkutan .
(7) Jabaran statuta perguruan tinggi ke dalam rincian tugas unit
dan uraian jabatan · di semua jenjang struktur organisasi
perguruan tinggi ditetapkan oleh senat perguruan tinggi.
~1.~\\ ~~~~*r .. ,.,. ..... ..,_oo:~~~ ~~~; ~~~ ~~~~ ~A~ ~~~ J11 ~~~ -'~"u 'C.~."f·A"'' y
..c.-.c;-,;v~~!'i?"
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
19
Pasal 31
(1) Pelaksana akademik di bidang pendidikan dapat berbentuk
fakultas, jurusan, atau laboratorium.
(2) Fakultas mengkoordinasi dan/atau melaksanakan pendidikan
akademik dan/atau profesional dalam satu atau seperangkat
cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kescnian tertentu .
(3) Jurusan melaksanakan pendidikan akademik dan/atau profe
sional dalam satu atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan,
tcknologi dan/atau kescnian tertcntu .
(4) Laboratorium/studio menunjang pelaksanaan pendidikan pada
jurusan dalam pcndidikan akademik dan/atau profesional .
Pasal 32
(1) Pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik diselenggarakan penelitian sebagai bagian dari ke
giatan akademik.
(2) Pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
profesional dapat diselenggarakan penelitian sebagai bagian
dari program kegiatan pendidikannya .
(3) Kegiatan penelitian pada satuan pendidikan sebagaimana di
maksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan di laboratorium ,
jurusan, fakultas atau pusat pcnelitian .
1 · , . '
(4) Penelitian yang bersifat antar-bidang, lintas-bidang dan/atau
multi-bidang dapat disclcnggarakan di pusat penelitian .
Pasal 33 ...
I '
4.jJ;1,4~~:\~-. ~~~ ;._~.? ""'~~"'~~
~~" "j("'" ~ ~~: ~~~ ~~~{ ~h~ ,~d~ ~~~J "'.t~t:l ~h/ -c.~ ."'1· A) __,
"".v;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
20
Pasal 33
( 1) Satuan pelaksana administratif pacta perguruan tinggi me'nye
lenggarakan pelayanan teknis dan administratif yang meliputi
administrasi akademik, administrasi keuangan, administrasi
umum, administrasi kemahasiswaan, administrasi perencanaan
dan sistem informasi.
(2) Pimpinan satuan pelaksana administratif sebagaimana dimaksud
pacta ayat (1) diangkat oleh dan bertanggung jawab langsung
kepada pimpinan pcrguruan tinggi yang bersangkutan.
Pasal 34
(1) Unsur penunjang pacta perguruan tinggi merupakan perangkat
pelengkap di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat yang ada di luar fakultas, jurusan, dan
laboratorium .
(2) Unsur penunjang sebagaimana dimaksud pacta ayat (1) dapat
terdiri atas perpustakaan, pusat komputer, laboratorium, kebun
percobaan, bengkel, dan bentuk lain yang dianggap perlu untuk
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional
di perguruan tinggi yang bersangkutan.
(3) Pimpinan unsur penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diangkat oleh dan bertanggung jawab langsung kepada
pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan.
~.' Bagian ...
~A•~il/f" ::-~" ~·~!·~?~.;:~,
t~lfj(~""""~ ~,..: \~~ ~~d~ ~~~ \t~\1 ~~AU
"""~~....,.fl, 'J c,...~;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
21
Bagian Kcdua
Universitas dan Institut
Pasal 35
Organisasi universitas/institut terdiri alas :
a. unsur pimpinan : Rektor dan Pembantu Rektor;
b . senat univcrsitas/institut;
c . unsur pclaksana akademik : fakultas, lemhaga penelitian. dan
lembaga pcngabdian kepada masyarakat ;
d. unsur pelaksana administrasi : biro;
e. unsur penunjang : unit pelaksana teknis;
f. unsur lain yang dianggap perlu .
Pasal 36
Universitas/Institut dipimpin oleh seorang Rektor dan dibantu oleh
Pembantu Rektor yang terdiri atas Pembantu Rektor bidang
Akademik, Pembantu Rektor bidang Administrasi Umum, dan
Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan .
Pasal 37
(1) Rektor memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian. dan
pcngabdian kepada masyarakat, membina tenaga kcpendidikan ,
mahasiswa, tenaga administrasi univcrsitas/ institut serta
hubungan dengan lingkungannya .
(2) Bilamana Rektor berhalangan tidak tetap, Pemhantu Rektor
yang membiclangi kegiatan akademik bertindak sebaga i
Pelaksana Harian Rektor .
(3) Bilamana .. .
_.~ ''7 -'_?,:;- .~ 'l\).
~··'1 .-- - ..... ~·~
~~"'*:""'"~ ~.-1>' '<:- .. A ~~~? ~"·~
~~d~ ~~J \t~~ ~A~V'
""-""'-~ :V· /1) _..;? "'..u;o(~
PRESIDEN REPUBLIK IND O NE S IA
22
(3) Bilamana Rektor berhalangan tetap, penyelcnggara perguruan
tinggi mengangkat Pejahat Rektor sebelum diangkat Rekcor
tetap yang baru.
Pasal 38
(1) Pembantu Rektor bertanggung jawab langsung kepada Rektor
universitas/institut yang bersangkutan.
(2) Pembamu Rektor yang membidangi kegiatan akademik mem
bantu Rektor dalam memimpin pclaksanaan pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) Pembantu Rektor yang membidangi kegiatan administrasi
umum membantu Rektor dalam memimpin pelaksanaan kegiat
an di bidang keuangan, dan administrasi umum.
(4) Pembantu Rektor yang membidangi kegiatan kernahasiswaan
membantu Rektor dalam pelaksanaan kegiatan di bidang
pembinaan, serta pelayanan kesejahteraan mahasiswa.
Pasal 39
(1) Rektor universitas/institut yang diselenggarakan oleh Pemerin
tah diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri ,
Menteri lain atau pirnpinan lembaga Pernerintah lai n setelah
mendapat pertimbangan senat universitas/institut yang ber-
,;,;i
sangkutan.
(2) Rektor universitas/institut yang diselenggarakan oleh masyara
kat diangkat dan diberhentikan oleh badan penyelenggara
universitas/ ...
,.
~~4A~> ...... '~"!, ~~"1 ":' .~ ""''-~"~~
t-f""':i(~'-,A ~:: ~t-~ ~~ ~~~ """~~ ,n;Ji:t ""-<"".. /J)~~ ? . "C.~',...,~~
4::1',.o,~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
23
universitas/institut yang bersangkutan setelah mendapat pertim-
bangan scnat universitas/institut.
(3) Apabila rektor universitas/institut yang diangkat tidak me
mcnuhi persyaratan dan/atau proses pengangkatan tidak
mcmenuhi ketcntuan yang berlaku, Mentcri bisa meminta
hadan penyclenggara universitas/institut untuk mcngulang
proses pengangkatan.
(4) Pimpinan dan anggota badan penyelenggara univcrsitas/institut
yang diselenggarakan oleh masyarakat tidak dibenarkan men
jadi pimpinan universitas/institut yang bersangkutan .
(5) Pembantu Rektor universitas/institut yang diselenggarakan oleh
Pemerintah diangkat dan diberhentikan oleh Rektor setelah
mendapat pertimbangan senat universitas/institut .
(6) Pembantu Rektor universitas/institut yang diselenggarakan oleh
masyarakat diangkat dan diberhentikan oleh Rektor setclah
mendapat pertimbangan senat universitas/institut dan pcrtim
bangan badan pcnyelcnggara universitasiinstitul.
Pasal 40
(1) Masa jabatan Rektor dan Pembantu Rektor adalah 4 (em pat)
tahun .
.j· l
(2) Rektor dan Pembantu Rektor dapat diangkat kembali dengan
ketentuan tidak boleh lebih ~ari dua kali masa jahatan herturut-
turu t.
Pasa l 4 1 .. .
; . . .. " \ <
44AJ111" ~"-~~-, ~~~~~~?'"'~:."h~
~~"'7*""""~ ~~~v ~~~ ~~d~ ~,w \I\1~ .Afthg/
-c""'"-~·...,·/1"'~ <--~;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
24
Pasal 41
(1) Senat universitaslinstitut merupakan badan normatif dan
perwakilan tertinggi di universitaslinstitut yang bersangkutan.
(2) Senat universitas/institut mempunyai tugas pokok :
a. merumuskan kebijakan akaclemik clan pengembangan
universitas/institut;
h . mcrumuskan kchijakan pcnilaian prestasi ;tkauclllik dan
kecakapan sena keprihadian sivitas akadcmi;
c. merumuskan norma clan tolok ukur penyclenggaraan
pcndidikan tinggi;
d. memberikan pertimbangan dan persetujuan atas Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja universitas/institut yang
diajukan oleh pimpinan universitas/institut;
e. menilai pertanggungjawaban pimpinan universitas/institut
atas pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan;
f. merumuskan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik,
kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan pacla
universitas/institut yang bersangkutan;
g. memberikan pertimbangan kepada penyelenggara universi
tas/institut berkenaan dengan calon-calon yang diusulkan
untuk diangkat menjadi Rektor universitas/institut dan
dosen yang dicalonkan memangku jabatan akademik di atas
Jektor;
h. menegakkan norma-norma yang berlaku bagi sivitas
akademika; dan
i. mengukuhkan ...
~·AII;r ~'-~1, ~~~r---~?""'~"h~ · ~t"j{~~~A ~~~.-1: 1~·~
~d~ J~ ""~· .~~;; ~''"" A)~~¥ "1//C.~'.'f· ,, _.;?'
~~;o~ ~~-
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
25
t. mengukuhkan pemberian gelar Doktor Kehormatan pac!a
universitas/institut yang memenuhi persyaratan.
(3) Senat univcrsitas/institut terdiri atas para guru hesar, pirnpinan
universitas/institut, para Dekan, wakil dosen, dan unsur lain
yang ditetapkan senat.
(4) Senat universitas/institut diketuai oleh Rcktor, didampingi oleh
seorang Sekretaris yang dipilih diantara para anggota senat
u n i ve rs i tas/ i nsti tu t.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya, senat universitas/institul dapal
membentuk komisi-komisi yang beranggotakan anggota senat
universitas/institut dan bila dianggap perlu ditambah anggota
lain.
(6) Tala cara pengambilan keputusan dalam rapat senat universitas/
institut diatur dalam statuta universitas/institut yang bcrsang-
kutan.
(7) Jabaran statuta universitas/institut ke dalam rincian tugas unit
dan uraian jabatan disemua jenjang struktur organisasi
universitas/institut ditetapkan oleh senat universitas/institut.
Pasal 42
(I) Pusat penelitian merupakan unsur pelaksana di lingkungan
perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akadcmik
untuk melaksanakan kegiatan penelitian/pengkajian .
(2) Pusat penelitian dibentuk sesuai dengan keperluan pcnelitian
dan kcmampuan, lerulama sumber daya manusia .
(3) Pusal
, .
~~4·'~'( ~~'11~-, ~t, ~-· · .. """--=""'~~~
~~":J(-»"""A ~r.V ~~~ ~~d~ J1~ "'"~• ;n1::t """'"~ )At• v -.::~,~iA_~
~ ,-
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
26
(3) Pusat pcnclitian tcrdiri atas pimpinan, rcnaga rcneliti dan
tenaga administrasi .
(4) Pimpinan pusat penelitian benanggung jawab kepatla pim
pinan lembaga pcnclitian, atau kcpada Rcktor universitas/
institut bilamana tidak terdapar lembaga penelitian.
Pasal 43
(1) Lembaga penelitian merupakan unsur pdaksana di lingkungan
perguruan tinggi yang mengkoordinasi, memantau, dan menilai
pelaksanaan kegiatan penelitian yang diselenggarakan oleh
pusat penelitian serta ikut mengusahakan serta mengendalikan
administrasi sumber daya yang diperlukan.
(2) Lembaga penelitian dapat dibentuk oleh universitas/institut
apabila terdapat sekurang-kurangnya empat pusat penelitian di
perguruan yang bersangkutan.
(3) Lembaga penelitian terdiri atas pimpinan, Lenaga ahli , dan
tenaga administrasi .
(4) Pimpinan Jembaga penelitian diangkat oleh dan bertanggung
jawab kepada Rektor.
Pasal 44
( 1) Pengabdian · kepada masyarakat dilaksanakan oleh perguruan
tinggi melalui lembaga pengabdian kepada masyarakat,
fakultas, pusat penelitian, jurusan, Jaboratorium, kelompok dan
perorangan .
(2) Lembaga .. .
A"At14~\.\-,l-. ~~~~ ... ~.?~~"h~
~~~~7j(""""~ ~:: ~~~~~ ~A~ .:h'A ~·~~ ~-1) "J'~t:- ~~~1/
'<:.~."'/ - ~) ~ "'~;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
27
(2) Lembaga pengabdian kepada masyarakat merupakan unsur
pclaksana di Jingkungan perguruan tinggi untuk mcnyclcng
garakan kegiatan pengabdian kepaJa masyarakat dan ikut
mengusahakan sumber daya yang diperlukan mengusahakan
serta mengendalikan administrasi sumber daya yang diper
lukan.
(3) Lembaga pengabdian kepaJa masyarakat dapat dibentuk oleh
universitas/institut sesuai dengan keperluan dan kemampuan
perguruan tinggi yang bersangkutan.
(4) Lembaga pengabdian kepada masyarakat terdiri atas pimpinan,
tenaga ahli dan tenaga administrasi .
(5) Pimpinan lembaga pengabdian kepada masyarakat diangkat
oleh dan bertanggung jawab kepada Rektor .
Pasal 45
Organisasi fakultas terdiri dari :
a. unsur pimpinan : Dekan dan Pembantu Dekan;
b. senat fakultas;
c. unsur pelaksana akademik
kelompok dosen;
Jurusan, laboratorium, dan
d. unsur pelaksana administratif: bagian tata-usaha .
Pasal 46
(1) Fakultas clipimpin oleh Dekan dan clibantu oleh Pembantu
Dekan, yang pada dasarnya terdiri atas Pembantu Dekan
biclang .. . .
I \
tfA"'."' """="'" .... ~~
~~~ r-~? ""~: ..... ~. ~t· "j(-7"""~~ ~:: \h~ ~A~ ~hlj \~'dl1 ~1J ~,~t:. IJAhtf "'-~8· /J~ .; <---,&,;o~s£-
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
2S
bidang Akademik, Pembantu Dekan bidang At.lministrasi
Umum dan Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan .
(2) Dekan memimpin penyelenggaraan pendiclikan, penelitian, clan
pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga kependidikan,
mahasiswa, tenaga administrasi dan adminiscrasi fakultas, serta
bertanggung jawab kepada Rektor.
(3) Pembantu Dekan bertanggung jawab kepada Dekan.
Pasal 47
(1) Masa jabatan Dekan dan Pembantu Dekan adalah 4 (empat)
tahun .
(2) Dekan dan Pembamu Dekan dapat diangkat kembali dengan
ketemuan tidak lebih dari dua kali masa jabaian berturuHurut.
Pasal 48
(l) Dekan Fakultas yang diselenggarakan oleh Pemerintah di
angkat dan diberhentikan oleh Rektor setelah mendapat pertim
bangan senat fakultas yang bersangkutan.
(2) Dekan fakultas yang diselenggarakan oleh masyarakat diangkat
dan diberhentikan oleh Rektor setelah mendapat pertimbangan
senat fakultas yang bersangkutan melalui prosedur yang dimuat
dalam statuta universitas/institut yang bersangkutan.
(3) Pembantu Dekan fakultas yang diselenggarakan oleh Pemerin
tah diangkat dan diberhentikan oleh Rektor acas usul Dekan
fakultas yang bersangkutan .
(4) Pembantu .. . . j! I .
L~';;,'j(~"', .. ~~~"~~ L\' -f7 ""'" 1 ~,,,.. ~~ ~~; ~~~ .$~~ ~~J ;t~t,._ .,.itt 'C.~ ."(. /1 -"'
<--u.;o(.#'
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
29
(4) Pembantu Dekan fakultas yang diselenggarakan oleh masyara
kat diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usul Dekan
fakultas yang dimuat dalam statuta universitas/institut yang
bersangkutan .
Pasal 49
(1) Senat fakullas merupakan hadan normatif dan pcrwakilan
tertinggi di lingkungan fakultas yang memiiiki wewenang untuk
menjabarkan kebijakan dan peraturan universitas/ institut untuk
fakultas yang bersangkutan .
(2) Tugas pokok senat fakultas adalah :
a. merumuskan kebijakan akademik fakultas;
b. merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan
kecakapan serta kepribadian dosen ;
c. merumuskan norma dan tolok ukur pclaksanaan penyeleng-
garaan fakultas;
d . menilai pertanggungjawaban pimpinan fakultas atas pelak
sanaan kebijakan akademik yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a; dan
e. memberikan pertimbangan kepada pimpinan universitas/
institut mengenai caJon yang diusulkan untuk diangkat
menjadi pimpinan fakultas .
(3) Senat fakultas terdiri alas guru besar, pimpinan fakultas, ketua
jurusan atau ketua bagian dan wakil dosen .
(4) Senat fakultas diketuai oleh Dekan yang dibantu oleh scorang
sckretaris senat yang dipilih di antara anggotanya .
Pasal 50 .. .
! ·.
flfj(- ~~~ "o~ ~~~ ~...~~, ~11.J "'-~~. h1P' ""'"'"~ ~~~ :y "'C.~;_'Io~A./
~ .... -
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
30
Pasal 50
( 1) Jurusan merupakan unit pelaksana akademik yang melaksana
kan pendidikan akademik dan/atau profesional dan bila me
menuhi syarat dapat melaksanakan pendidikar\ program pasca
sarjana dalam sebagian atau satu cabang ilmu pengetahuan,
teknologi dan/a tau kesenian tertentu.
(2) Dalam jurusan dapat dibentuk laboratorium dan/atau studio.
(3) Jurusan terdiri atas :
a. unsur pimpinan : Ketua dan Sekretaris jurusan;
b. unsur pelaksana akademik : para dosen.
(4} Jurusan dipimpin oleh Kctua yang tlibantu oleh Sckretaris .
(5) Ketua jurusan bertanggung jawab kepada Dekan fakultas yang
membawahinya .
(6) Ketua dan Sekretaris jurusan diangkat untuk masa 4 (empat)
tahun dan dapat diangkat kembali.
(7) Bilamana jurusan mempunyai laboratorium dan/atau studio,
satuan pelaksana tersebut dipimpin oleh seorang Kepala .
(8) Ketua dan Sekretaris jurusan serta Ketua laboratorium/studio
diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usul Dekan setelah
mendapat pertimbangan senat fakultas .
Pasal 51
Laboratorium/studio tlipimpin oleh seorang dosen yang keahliannya
telah mcrncnuhi pcrsyaratan scsuai dcngan cabang ilmu pcngL:Lahu
an, teknologi , dan/atau kesenian tertentu dan bertanggung jawab
1 kcpada Ketua jurusan .
I
~,flfl7';',. ~-~\~ ~~"fr.~ .... ~ "".c.~"h~
t-~":J("'""~A ~:: ";tl~ ~~~~ ..:A'J ~d~ ~~1J ;tA~ ~~A'f/
-c."<::..t::.."'. A) .,.., <,..-~.;~~~.;;.:.?
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
31
Pasal 52
(1) Penyelenggaraan program srudi dipimpin olch Ketua program
studi atau Ketua jurusan.
(2) Ketua program studi bertanggung jawab kepada pimpinan
satuan pelaksana akademik yang membawahinya .
(3) Ketua program studi diangkat oleh Rektor alas usul pimpinan
satuan pelaksana akademik yang membawahinya .
(4) Masa jabatan Ketua program studi adalah 4 (empat) tahun dan
dapat diangkat kembali .
Pasal 53
(1) Pada jurusan yang memenuhi syarat dapat diselenggarakan
program studi Pasca Sarjana.
(2) Syarat penyelenggaraan program studi Pasca Sarjana diatur
oleh Menteri .
:i:
Pasal 54
(1) Pada universitaslinstitut yang menyelenggarakan program studi
Pasca Sarjana dapat diangkat seorang Direktur Program Pasca
Sarjana .
(2) Direktur Program Pasca Sarjana diangkat dan diberhentikan
olch Rektor setelah mendapat pertimbangan senat univers itas/
institut.
(3) Direktur Program Pasca Sarjana bertanggung jawab kepada
Rektor .
(4) Direktur .. .
~A ''-7~~? ...--2'~~
~~~~~ ~"~ ~t1? ..,_A, ~~~.. "'::h''1 ~,...1, "h'A ~,, ~11J ~At~ ~~Atf
--c.~:V·/1~ .J ..c..-~;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
32
(4) Direktur Program Pasca Sarjana cliangkat umuk masa 4
(empat) tahun dan dapat diangkat kembali dengan ketentuan
tidak lebih dari dua kali masa jabatan berturut-turut.
(5) Direktur Program Pasca Sarjana mengkoordinasikan semua
program studi Pasca Sarjana untuk menjamin baku mutu
pendidikan.
(6) Program studi Pasca Sarjana yang bersifat lintas jurusan dapat
diletakkan di bawah tanggung jawab Direktur Program Pasca
Sarjana.
Pasal 55
(I) Satuan pelaksana yang menyelenggarakan kegiatan scbagai
mana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (I) pada universitas/
institul bcrbcllluk biro.
(2) Biro dipimpin oleh Kepala Biro yang bertanggung jawab
kepada Rektor.
(3) Biro dapat terdiri atas :
a. biro administrasi akademik;
b . biro administrasi keuangan;
c. biro administrasi umum;
d. biro administrasi kemahasiswaan;
e. biro administrasi perencanaan dan sistem informasi.
Pasal 56
(I) Sctiap universitas/institut harus memiliki perpustakaan, pusat
komputor, ...
tl.
~~4A~~ ~\"~ ~1-i!.o•"' ""'--=- "hi
~~11,:/i"""...:"~A J-1? """~ ~·"f """~~ \~tfl . · w1J \tAt:~ AAV "C.""""-':.>..-v.l·~-"'
.c-~;o~ ... ..-
PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA
33
komputer, laboratorium/studio, dan unsur penunjang lain yang
diperlukan untuk penyelenggaraan perguruan tinggi.
(2) Unsur penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 yang
berbentuk unit pelaksana teknis dipimpin oleh seorang Kepala
yang diangkat oleh dan yang bertanggung jawab kepada
Rcktor .
Pasal 57
(1) Pendidikan tinggi yang diselenggarakan dengan cara jarak jauh
dapal dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang mcmenuhi
persyaratan dan setelah mendapat persctujuan Menteri .
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) diatur oleh Menteri.
Bagian Ketiga
Sekolah Tinggi
Pasal 58
( l) Sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi yang menye
lenggarakan pendidikan profesional dan/atau program pen
didikan akademik .
(2) Persyaratan sekolah tinggi yang menyelenggarakan program
pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
diatur oleh Menteri .
Pasal 59 .. .
AM;r ..;;:-~~ ~~~~~r?""'-=:~~~
~~""'*"""A ,_\("? ""h~ ~!\; """~~ ,~~~ ~1~ ""~• ,A?/ ""'""J::o. )A'' ~' ~~t0fiA~ .,. -..""""
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
34
Pasal 59
Organisasi sekolah tinggi terdiri alas :
a . unsur pimpinan : Ketua dan Pembantu Ketua;
b . senat sekolah tinggi;
c. unsur pelaksana akademik jurusan, pusat penelitian dan
pengahdian kepada masyarakat, laboratorium/studio dan
kelompok dosen;
d. unsur pelaksana administratif : bagian;
e. unsur penunjang : unit pelaksana teknis;
f. unsur lain yang dianggap perlu.
Pasal 60
Sekolah tinggi dipimpin oleh seorang Ketua · dan dibantu oleh
Pembantu Ketua yang terdiri atas Pembantu Ketua bidang
Akademik, Pembantu Ketua bidang Administrasi Umum, dan
Pembantu Kctua bidang Kemahasiswaan.
Pasal 61
( 1) Ketua memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian,
pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga kependidikan,
mahasiswa, tenaga administrasi; dan administrasi sekolah
tinggi serta hubungan dengan lingkungannya.
·i·!
(2) Bilamana Ketua berhalangan tidak tetap, Pembamu Ketua
bidang Akademik bertindak sebagai Pelaksana Harian Ketua.
(3) Bilamana ...
,. . ·, , . . I
A"u· · ~ ·,:~.- ~"-l\~
.~~*"!-~"' """~~"' \-~' p~- ~ "A ~~~/' \k~ ~~ ··.. ~11 ~ 4~ h/ ~~~~"'·A}.&-"' -c.~.;o~~
PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA
35
(3) Bilamana Ketua berhalangan tetap, penyelenggara perguruan
tinggi mengangkat Pejabat Ketua sebelum diangkat Kctua yang
baru.
Pasal 62
(1) Pembantu Ketua bertanggung jawab Jangsung kepada Ketua .
(2) Pembantu Ketua bidang Akademik membantu Ketua dalam
memimpin pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) Pembantu Ketua bidang Administrasi Umum membantu Ketua
dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang keuangan,
dan administrasi umum .
(4) Pembantu Ketua bidang Kemahasiswaan membantu Ketua
dalam memimpin pelaksanaan kegiatan pembinaan mahasiswa,
dan pelayanan kesejahteraan mahasiswa .
Pasal 63
(1) Ketua sekolah tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah
diangkat dan dibcrhentikan olch Menteri , Mcntcri lain atau
pimpinan lembaga Pemcrintah Jain setelah mendapat pertim
bangan senat sekolah tinggi yang bersangkutan.
(2) Ketua sckolah tinggi yang disclenggarakan olch masyarakat
diangkat dan diberhentikan oleh badan penyelenggara sekolah
tinggi setelah mendapat pertimbangan senat sekolah tinggi dan
dilaporkan kepada Menteri.
(3) Apabila ....
•4~t1tr ,::-.'\-.. ·~ ·-7 "'>"""'"'''II, ~fl~ ~;;..~..a. ...c;.-=-~fl~
~~" ... j{""'"A f~; ~h~ ~~~~ ~1hJ ~~t:l ~h/ "C-~8· /J~ _,
"".v;o~~
PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA
36
(3) Apabila Ketua yang diangkat tidak memenuhi persyaratan
dan/atau proses pengangkatan tidak memenuhi ketentuan yang
berlaku, Menteri bisa meminta badan penyelenggara sekolah
tinggi untuk mengulang proses pengangkatan.
(4) Pembantu ketua sekolah tinggi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah diangkat dan diberhentikan oleh Ketua setelah
mendapat pertimbangan senat sekolah tinggi.
(5) Pembantu ketua sekolah tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat diangkat dan diberhentikan oleh Ketua setelah
mendapatkan pertimbangan senat sekolah tinggi dan badan
penyelenggara sekolah tinggi.
(6) Pimpinan dan anggota badan penyelenggara sekolah tinggi
yang diselenggarakan oleh masyarakat t_idak dibenarkan men
jadi pimpinan sekolah tinggi yang bersangkutan.
Pasal 64
(1) Masa jabatan Ketua dan Pembantu Ketua adalah 4 (empat)
tahun .
(2) Ketua dan Pembantu Ketua dapat diangkat dengan ketentuan
tidak boleh lebih dari dua kali masa jabatan berturut-turut.
Pasal 65
(I) Senat sckolah tinggi merupakan badan normatif dan perwakilan
tertinggi di sekolah tinggi yang bersangkutan.
(2) Senat sekolah tinggi mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
a. merumuskan ...
,,~·;:~*':.-·' ' ><~\ t_,•, · ;: tA1
I ~ { ~A I ~~·'·' f.'"l / ·:.) · ~~.- ,~A~f
-~ "'-t\ :V· A~":_.: "·L,.;o~ .. --=
F'F n - -:;11 11 . r.t IH· 1'1 Jf1UK lf\Jf)C )Nf . · ·, 1/\
]7
a . mcrumuskan kcbijakan akadcmik dan pcngc1nh;lllgan
sekolall tinggi;
h. mcrumuskan kchijakan pcnilaian prestasi akademik d;111
pcngcmhangan kccakapan scrta kcprihadia<lll sivitas
Clkademika;
c. mcrumuskan norma dan tolok ukur pcnyclcnggaraan
sckolah tinggi;
d . memberikan pcrlimbangan dan pcrsctujuan alas Rcncana
Anggaran Pendapalan dan Bclanja sekolall tinggi yang
diajukan olch pimpinan sckolah tinggi;
c. menilai pcrtanggungjawaban pimpinan sekolall tinggi alas
pclaksanaan kchijakcln yang tclah ditclapkan;
r. mcrumuskan peraturan pelaksanaan kcbehasan akaucmik.
kcbcbasan mimhar akadcmik. dan otonomi kcilmuan pada
sekolah tinggi yang bersangkutan;
g . memherikan pertimbangan kepada pcnyclcnggara pcrguruan
tinggi bcrkenaan dcngan calon-calon yang diusulkan untuk
diangkat menjadi Kctua sekolah tinggi yang bcrsangkutan
dan doscn yang dicalonkan mcmangku jabatan akadc1nik di
alas lektnr; dan
l1. mcncgakkan norma-norma yang hcrlaku hagi sivitt~s
akadcm i ka.
(~) Scnat sckolall tinggi tcrdiri alas para Guru Besar. Kctua.
Pcn1bantu Kctua, Kctua jurusan, wakil doscn, dan Ullsur l<~in
yang ditctapkan senat.
( 4) Sen a I
(. ~ . ,~~· ; · ~... ·''• t(• I ... ~- '\: ·\ l''*' -~'· '·• ,,.,./ ,, .. ,\
~·1-:' ' \) ,. It I \ I \\ol,) \ lo I '· I · ~ \1·•1 I ",. t. 1.~ I .·
1
'- ·2_!.\-" . ,,..~~ .. ~. --'-;"'~ ----
f·'Ht ~,II H:. N f<l . f·'lJt-JL. Ih IIHH lrH ~J1;,
38
(4) Senat st.:kolall tinggi tlipimpin olell Kt:tua , yang dih~llllll ,,kh
Sekretaris Senat sekolah tinggi yang dipilih di amara anggota .
(5) Dalam melaksanakan tugasnya, senat sekolah tinggi dapat
membentuk komisi-knmisi yang heranggotakan anggota senal
sekolah tinggi dan bila dianggap perlu ditambah anggota lain .
(6) Tala cara pengambilan keputusan dalam rapat senat sdolah
Linggi tliatur dalam slatuta sekolall tinggi yang hersangkutall .
(7) Jabaran statuta sekolah tinggi kt.: Jalam rincian tugas unit dan
uraian jahatan di semua jenjang struktur organisasi sckulah
tinggi ditelapkan olt:h senat sekolah tinggi.
Pasal 66
( 1) Jurusan merupakan unsur pelaksana akac!emik yang melaksana-
kan pendidikan profesional dan hila memenuhi syarat dapat
melaksanakan pendidikan akademik program sa1jana dan/atau
program pasca sarjana, dalam sehagian atau satu cahang ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
(2) Dalam jurusan dapat dibentuk Jaboratorium dan/atau studio.
(3) Jurusan terdiri atas :
a. unsur pimpinan : Ketua dan Sekretaris jurusan;
b. unsur pelaksana : para dosen.
(4) Jurusan dipimpin oleh Ketua Jurusan yang dibantu olell
Sekretaris .
(5) Ketua Jurusan hertanggung jawab kepatla Kelua.
(6) Ketua ...
/\ , .. i
dlf;r ~\."' lAd >?-""2'~~~
.~ *7'~.. ~ '1• ~·· '1'; ...,,, q
~-1-; ~~~ ~~~ ~1~ ~~~ h/ ""-~ 1:-)::.. :v· AlA-"" ~~jo~~
PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA
39
(6) Ketua dan Sekretaris jurusan diangkat untuk masa jabatan 4
(em pat ) tahun dan dapat diangkat kembal i.
(7) Bilamana jurusan mempunyai laboratorium dan/atau studio,
satuan pelaksana tersebut dipimpin oleh seorang Kepala .
(8) Ketua dan Sckretaris jurusan serta Ketua laboratorium/studio
diangkat dan diberhcntikan oleh Ketua setelah mcndapat
pertimbangan senat sekolah tinggi .
Pasal ()7
Laboratorium/studio dipimpin oleh scorang dosen yang ke
ahliannya Lelah memenuhi persyaratan sesuai dcngan cabang ilmu,
teknologi, dan/atau kesenian terlentu dan bertanggung jawah
kepada Kctua jurusan .
Pasal 68
(1) Penyelenggaraan program studi dipimpin oleh Ketua program
studi atau Ketua jurusan.
(2) Ketua program sludi bertanggung jawab kepada pnnpman
satuan pelaksana akademik yang membawahinya .
(3) Ketua program studi diangkat oleh Ketua atas usul p1111p1nan
satuan pclaksana akademik yang memhawahinya .
(4) Masa jabatan Ketua program studi adalah 4 (empat) tahun dan
Ketua program studi tersebut dapat diangkat kembali .
Pasal 69 ...
~A~:.~? r..c::~h
~~~"*:'""""~A ~:: \~~ ~~~ ~~~ "'"n' ~~ tJ? "''-'''"" A'A'' y -c~'-"'1·,," -""'
"".£-,;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
40
Pasal 69
(1) Pada jurusan yang memenuhi syarat dapat diselenggarakan
program studi Pasca Sarjana.
(2) Syarat penyelenggaraan program studi Pasca Sarjana diatur
oleh Menteri .
Pasal 70
(1) Pada sekolah tinggi yang menyelenggarakan program studi
Pasca Sarjana dapat diangkat seorang Direktur Program Pasca
Sarjana.
(2) Direktur Program Pasca Sarjana diangkat dan diberhentikan
oleh Ketua setelah mendapat pertimbangan . senat sckolah
tinggi.
(3) Direktur Program Pasca Sarjana bertanggung jawab kepada
Ketua .
(4) Direktur Program Pasca Sarjana diangkat untuk masa 4
(empat) tahun dan dapat diangkat kembali dengan ketentuan
tidak lebih dari dua kali masa jabatan berturut-turut.
(5) Direktur Program Pasca S:ujana mengkoordinasikan semua
program studi Pasca Sarjana dalam menjamin baku mutu
pendidikan .
(6) Program studi Pasca Sarjana yang bcrsifat lintas jurusan dapat
diletakkan di bawah tanggung jawab Direktur Program Pasca
Sarjana .
Pasal 71 ...
·akan
jatur
stucti
•asca
.ikan
olah
pacta
a 4
tuan
mua
1UtU
1pat
lSCa
~\1'1*,.- ""'"'~ ~-1,. ""II~ ~~~ . . ""~~ ~~~ .. ~1J ""~~ lAA1if ~~..,._'!':. 8./JM .Y
..c...~;o~.:· ._..:r-
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
41
Pasal 71
( 1) Pelaksana administrasi pacta sckolah tinggi terdiri atas Bag ian
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan serta Bagian
Administrasi Umum .
(2) Unsur pelaksana administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipimpin oleh seorang Kepala yang cliangkat olch dan
;_ '
bertanggung jawab kcpada Ketua.
Pasal 72
(1) Unsur penunjang pada sekolah tinggi yang dapat berbentuk unit
pelaksana tcknis terdiri atas : perpustakaan, pusat komputer,
laboratorium dan unsur penunjang lain yang diperlukan untuk
penyelenggaraan sekolah tinggi.
(2) Unsur penunjang sebagaimana ctimaksud pacta ayat (l)
dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat oleh dan· bertang
gung jawab kepada Ketua .
Bagian Kcempat
Politeknik
Pasal 73
(1) Politeknik menyelenggarakan pendictikan profesional.
(2) Pcrsyaralan pcnyelenggaraan pcndidikan pada politeknik diatur
oleh Menteri .
Pasal 74 ...
I
~""7 >..,.,;;::. ~· '"~ I ~ ,-:r*•"" ..::. ..... ""~ ~ · -1; ""'' A
~t,-'1_: \~~A ~A~ "~:(j ~·d~ ~~17 ~~~ 4h/ ""-~ .v. fi~ .-7
.c.-~.;o~~
PRESIDEN REPUBLJK INDONESIA
42
Pasal 74
Organisasi politeknik terdiri atas :
1. unsur pimpinan : DireKtur dan Pembantu Direktur;
2 . senat politeknik;
3. unsur pelaksana akademik : jurusan, laboratorium/studio,
kelompok dosen, dan pusat penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat;
4. unsur pelaksana administratif : bagian;
5. unsur penunjang : unit pelaksana teknis;
6. unsur lain yang dianggap perlu .
Pasal 75
Politeknik dipimpin oleh seorang Direktur dan dibantu oleh
Pembantu Direktur yang tcrdiri alas Pemhantu Direktur hidang
Akademik, Pembantu Direktur bidang Administrasi Umum, dan
Pembantu Direktur bidang Kemahasiswaan .
Pasal 76
(1) Direktur memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian,
pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga kependidikan,
mahasiswa, tenaga administratif dan administrasi polireknik
yang bersangkutan serta hubungannya dengan lingkungan.
(2) Bilamana Direktur berhalangan tidak tetap, .Pembantu Direktur
bidang Akademik bertindak sebagai Pelaksana Harian
Direktur.
(3) Bilamana ...
4Md::;:-'--. .~~"7 > >"" ..,..,~. tt, .:.~~.. ..c;.. ""~
~~"*"""" "~ ~-iJ'"· -;,.~A ~-~,. ~~~~
~d~ ~1hJ ~~~ l~~&
"'<:. "'<::,..~ ."'(· ~)1/ _,;; <---.v;o~:F
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
43
(3) Bilamana Dircktur berhalangan tetap, penyelenggara politeknik
mengangkat Pejabai Direktur sebelum cliangkat Dircktur yang
baru .
Pasal 77
(1) Pembantu Direktur bertanggung jawab langsung kepada
Dircktur .
(2) Pembantu Direktur bidang Akademik mcmbantu Direktur
dalam memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
(3) Pembantu Direktur bidang Administrasi Umum membantu
Direktur dalam memimpin pelaksanaan kegiatan eli bidang
keuangan, dan administrasi umum.
(4) Pembantu Direktur bidang Kemahasiswaan membantu Direktur
dalam pclaksanaan kegiatan eli bidang pcmbinaan scrta
pelayanan kesejahteraan mahasiswa.
Pasal 78
(I) Direktur politeknik yang diselenggarakan oleh Pemerintah
diangkat dan diberhcntikan oleh Menteri, Menteri lain atau
pimpinan lcmbaga Pemerintah lain setelah mendapat penim
bangan senat politeknik yang bersangkutan .
(2) Direktur politeknik yang diselenggarakan olch masyarakat
diangkat dan diberhentikan oleh badan penyelenggara politek
nik yang bersangkutan setelah mendapat pertimoangan senat
politeknik dan dilaporkan kepada Menteri .
(3) Apabila ...
,f'I~M~\"" ~~ "7.~-?r-~...,"h~
~~,"'*--.::\: ~ ~"~ ~~~J ~~~" A" l'r.~ ~1} ~b" '1::t ;t~~ ~~17 -c.~."Y,/1.;
.c;.,u;o,~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
44
(3) Apabila Direktur yang diangkat tidak memenuhi persyaratan
dan/atau proses pengangkatan tidak memenuhi ketentuan yang
berlaku Menteri bisa meminta badan penyelenggara politeknik
untuk mengulang proses pangangkatan .
(4) Pembantu Direktur politeknik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah diangkat dan diberhentikan oleh Direktur setelah
mendapat pertimbangan senat politeknik .
(5) Pembantu Direktur politeknik yang diselenggarakan oleh
masyarakat diangkat dan diberhentikan oleh Direktur setelah
mendapat pertimbangan senat politeknik dan badan penye
lenggara .
(6) Pimpinan dan anggota badan penyelenggara politeknik yang
diselenggarakan oleh masyarakat tidak dibenarkan menjadi
pimpinan politeknik yang bcrsangkutan.
Pasal 79
(1) Masa jabatan Direktur dan Pembantu Direktur adalah 4
(empat) tahun.
(2) Direktur dan Pembantu Direktur dapat diangkat kembali
dengan ketentuan tidak Jebih dari dua kali masa jabatan
I l, • ~
berturut -turut.
Pasal 80
(1) Senat politeknik merupakan badan normatif dan p~rwakilan
tertinggi pada politeknik yang bersangkutan.
~-~",-f'~\-" ~~ "7 "'?,.:."" "' ~~.., ~~~ ~ ""~ ~"7~~'-'A ~-~7 . ..,.~~
"1\& ""h~ ~~~ ~1} "~'-~• ,A1~ '<:.-:--\\~ A)~l' ~ -.:.~:.~it'/
~ ....
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
45
(2) Scnat politeknik mempunyai tugas pokok :
a . merumuskan kebijakan akademik: dan pcngembangan
politeknik ;
b. merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan
kecakapan serta kepribadian sivitas akademika ;
c. merumuskan norma dan tolok ukur penyelenggaraan
politcknik ;
d . memberikan pertimbangan dan persetujuan atas Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja politeknik yang diajukan
olch pimpinan politcknik ;
e. menilai pertanggungjawaban pimpinan politeknik atas
pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan;
f. mcrumuskan . peraturan pelaksanaan kebebasan akademik,
kcbebasan mimbar akadcmik, dan otonomi keilmuan pada
politeknik yang bersangkutan;
g. memberikan pertimbangan kepada penyclenggara politeknik
berkenaan dengan calon-calon yang diusulkan untuk
diangkat menjadi Direktur politeknik yang bersangkutan
dan dosen yang akan dicalonkan memangku jabatan
akademik di atas lektor;
h. mcncgakkan norma-norma yang bcrlaku bagi sivitas
akademika.
(3) Senat politeknik terdiri atas Direktur, Pembantu Direktur,
Kctua Jurusan, wakil doscn dan unsur lain yang tlitetapkan oleh
scnat politeknik .
(4) Senat . . .
~~:,;*~~~- -~~~ ~";. ~~~ $t, . ~1J ;t~~ A~~v ~~N· fl) -"' "".,.;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
46
(4) Senat politeknik dipimpin oleh Direktur, yang didampingi
Sekretariat Senat politeknik yang dipilih diantara anggota Senat
politeknik.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya senat politeknik dapat mem
bentuk komisi-komisi yang beranggotakan anggota senat
politeknik dan apabila dianggap perlu ditambah anggota lain .
(6) Tata cara pengambilan keputusan dalam rapat senat politeknik
diatur dalam statuta politeknik yang bersangkutan .
(7) Jabaran statuta politeknik ke dalam rincian tugas unit dan I
uraian jabatan di semua jenjang struktur organisasi politeknik
ditetapkan oleh senat politeknik .
Pasal 81
(1) Jurusan merupakan · unsur pelaksana akademik yang melak
sanakan pendidikan profesional dalam sebagian atau satu
cabang ihnu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu.
(2) Dalam jurusan dapat dibentuk laboratorium dan/atau studio .
(3) Jurusan terdiri atas :
a. Unsur pimpinan : Ketua dan Sekretaris jurusan;
b. Unsur pelaksana akademik : para dosen .
(4) Jurusan dipimpin oleh Ketua yang dibantu oleh Sekretaris.
(5) Ketua jurusan bertanggung jawab kepada Direktur.
(6) Kelua dan Sekretaris jurusan diangkat untuk masa jabatan 4
(empat) tahun dan dapat diangkat kembali .
. v~. (7) Bilamana ...
... I
4MI1'~~'" ~~ -47 .. ':.? ""'oG-""'"~~
- ~~"*'~ """A ~-1~ ~~~ ~~~ ~-1~ ~~~ ~Av """~.v-Jl& ~<---Q.;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
47
(7) Bilamana jurusan mempunyai Jaboratorium dan/atau studio,
satuan pelaksana tersebut dipimpin oleh seorang Kcpala .
(8) Ketua dan sekretaris jurusan serta Ketua laboratorium/studio
diangkat dan diberhentikan Direktur.
Pasal 82
Laboratorium/studio dipimpin oleh seorang dosen yang keahliannya
telah memcnuhi persyaratan scsuai dengan cabang ilmu penge
tahuan, teknologi, dan/atau kesenian tertentu dan hcrtanggung
jawab kepada Ketua jurusan.
Pasal 83
(1) Penyclenggaraan program studi dipimpin oleh Ketua program
studi atau Ketua jurusan.
(2) Ketua program studi bertanggung jawab kepada pimpinan
satuan pelaksana_ akademik yang membawahinya.
(3) Ketua program studi diangkat oleh Direktur atas usul pm1-
pinan satuan pelaksana akademik yang membawahinya .
(4) Masa jabatan Ketua program studi 4 (empat) tahun dan dapal
diangkat kembali .
Pasal 84
(1) Unsur pelaksana administrasi pada politcknik terdiri atas
Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan dan
Bagian Administrasi Umum .
(2) Unsur . ..
"
A~dM~"-~ ~~~ ~~~? ~~~~~~
~~" ... *-' ~"~h ~:: l~~ ~~~ ~~ "\t~\.1 .Ah/
-c.~-~·,A"''--' <--~;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
48
(2) Unsur pelaksana administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat oleh dan
bertanggung jawab kepada Direktur.
Pasal 85
(1) Unsur penunjang pada politeknik yang disebut Unit Pelaksana
Teknis terdiri atas perpustakaan, Jaboratorium/studio,
bengkel dan unsur penunjang lain yang diperlukan untuk
penyelenggaraan politeknik.
(2) Unsur penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
pimpin oleh seorang Kcpala yang diangkat oleh dan bcrtang
gung jawab kcpada Direktur politeknik yang bersangkutan.
~
Bagian Kelima
Akademi
Pasal 86
(1) Akademi menyelenggarakan pendidikan profesional.
(2) Persyaratan penyelenggaraan pendidikan pada akademi diatur
oleh Menteri .
Pasal · 87
Organisasi akatlemi terdiri atas :
1. unsur pimpinan : Direktur dan Pembantu Direktur;
2. senat akademi;
>·
I' "" .,. ... ,. ~ ·!\, ,,_., ;:.-• ~ . ....,. "-~1
~1· 11_,*~"1~ .. ~~~... ""'~~ ~~; ""~~ ,.fN" ~1P '\!'~!.~ ~~Atf -<=-"""-1::!..-v.A) . --'
<-v;?~ ::..: .....
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
49
3. unsur pelaksana akadcmik : jurusan, laboratorium/studio,
kelompok dosen, dan pusal penelitian dan pcngabdian kcpacl;l II
masyarakat;
4 . unsur pelaksana administratif: hagian ;
5. unsur penunjang : unit pelaksana tcknis;
6. unsur lain yang dianggap pcrlu .
Pasal 88
Akademi dipimpin oleh Direktur dan dibantu olch pcmbanlu
Direktur yang te.rdiri atas Pembantu Direktur bidang Akadcmik, ~
Pembantu Direktur bidang Administrasi Umum dan Pcmbantu
Direktur bidang Kemahasiswaan .
Pasal 89
(1) Direktur memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian pacta masyarakat, membina tenaga kependidik
an, mahasiswa, tenaga administratif dan administrasi akademi
bersangkutan serta hubungannya dengan lingkungan .
(2) II. Bilamana Direktur berhalangan tidak tetap, Pemhantu Direktur
bidang Akadcmik hcrtindak scbagai Pclaksana Harian
Direktur .
(3) Bilamana Direktur berhalangan tetar;, penyelenggara akaclcmi
mengangkat pejabat Direktur sebelum diangkat Direktur yang
baru.
Pasal 90 ...
' ,, I\
>'
~/:*· ·' . - -~~~ ~n~ ~~~ ,~~~ . N1 ~~~ .Ahf
""""""'!:!. 8 · ,1rvl_ ...,. <--u;v~ -~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
50
Pa.sal 90
(1) Pembantu Dircktur bcrtanggung jawab langsung kcpada
Dircktur .
(2) Pembantu Direktur hidang Akademik membanlu Direktur
dalam memimpin pclaksanaan pcndidikan, penelitian dan
pengabdian pada masyarakat.
(3) Pembantu Dircktur bidang Administrasi Umum membantu
Direktur dalam pelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan
adminislrasi umum.
(4) Pembantu Direktur hidang Kemahasiswaan membanlu Direktur
dalam melaksanakan kegiatan di bidang pembinaan mahasiswa
serta pelayanan kesejahteraan mahasiswa.
Pasal 91 ;
(I) Dircktur akadeini yang diselenggarakan oleh Pemerintah
diangkat dan diberhentikan oleh Menteri, Menteri lain atau
pimpinan Jembaga Pemerintah lain setelah mendapat pcrtim
bangan senat akadcmi yang bersangkutan .
(2) Direktur akademi yang diselenggarakan masyarakat diangkat
dan diberhentikan oleh badan penye!enggara akademi yang
bersangkutan setelah mendapat pertimbangan senat akademi
clan dilaporkan kepada Menteri.
(3) Apabila Direktur yang diangkat tidak t1_lemenuhi persyaratan
dan/atau proses pengangkatan tidak memenuhi kctentuan yang
berlaku, Mentcri bisa meminta badan penyelenggara akadcmi
untuk mengulang proses pengangkatan .
.: ·,._ (4) Pimpinan ...
~4~NT ~"''":\~
.~~~'j(~ . .!.? r 2" :\-h~ ~rtf; ""';,"A ~~"" ""'~~ ~"; ~~~ ~lt, ~~J ";t~\ ~h/ ""-~8· A~ ""' ..c,.g;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
51
(4) Pimpinan dan anggota badan penyclenggara akademi yang
d iselenggarakan oleh masyarakat tidak d i benarkan mcnjad i
pimpinan akademi yang bersangkutan.
(5) Pembantu Direktur akademi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah diangkat dan diberhentikan oleh Direktur setelah
mendapat pertimbangan senat akademi .
(6) Pembantu Direktur akadcmi yang diselenggarakan oleh
masyarakat diangkat dan diberhentikan oleh Direktur sctelah
mendapat pertimbangan senat akademi dan badan penyeleng
gara akademi .
Pasal 92
( 1) Masa jahatan Direktur dan Pcmbantu Direktur aclalah 4
(cmpat) tahun .
(2) Direktur dan Pembantu Direktur dapat diangkat kembali
dengan ketentuan tidak boleh lebih dari dua kali masa jahatan
berturut-turut.
Pasal 93
(I) Senat akademi merupakan badan normatif dan perwakilan
tertinggi di akademi yang bersangkutan.
(2) Senat akademi mempunyai tugas pokok :
a . mcrumuskan kebijakan akademik dan pengemhangan
akadem i ;
b. merumuskan ...
L0''1.*'-___ ~~~~~ ~~11... ""'"~ ~~~: - ~~~~A I'(){ "FJ ~d, tl1J '\tAt:.. . A~A-pt
-c.~.'(·pJVI __, ""~;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
52
b. merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan
kecakapan serta kepribadian sivitas akademik;
c. merumuskan norma dan tolok ukur penyelenggaraan
akademi;
d. memberikan pertimbangan dan persetujuan atas Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja akademi yang diajukan
oleh pimpinan akaderni;
e. menilai pertanggungjawaban pimpinan akademi atas
pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan;
f. merurnuskan norma dan peraturan pelaksanaan kebebasan
akademik, kebebasan rnimbar akademik, dan otonomi
keilmuan akaderni yang bersangkutan;
g. memberikan pertimbangan pada penyelenggara akademi
berkenaan dengan calon-calon yang diusulkan untuk
diangkat menjadi Direktur akademi dan dosen yang
dicalonkan memangku jabatan akademik di atas lektor; dan
h. menegakkan norma-norma yang berlaku bagi sivitas
akadcmika .
(3) Senat akademi terdiri atas Direktur , Pembantu Direktur , Ketua
jurusan, wakil dosen, dan unsur lain yang ditetapkan oleh senat
akademi.
( 4) Senat akademi dipimpin oleh Direktur, dibantu oleh Sekretaris
senat akademi yang dipilih dari para anggota senat akademi.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya senat akademi dapat membentuk
komisi-komisi yang heranggotakan anggota senat akademi dan
apabila dianggap perlu ditambah anggota lain.
(6) Taca ...
lrlrl1~~~"" ~~~r~::.. ... ""-=-""'"h~ ~~"j(""""""~ ~ l!;o ..,_.'A ~~~? "'"'~ ~~ ~~ ~~~ ~~hgf
-.:.~8·~) .:? <;~;a(. sF'"
PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA
53
(G) Tata cara pengambilan keputusan dalam rapat senat akadcmi
diatur dalam statuta akademi yang bersangkutan.
(7) Jabaran statuta akademi ke dalam rincian tugas unit dan uraian
jabatan di semua jenjang struktur organisasi akademi
ditctapkan oleh scnat akademi.
Pasal 94
(I) J urusan mcrupakan unsur pelaksana akadem ik yang
melaksanakan pendidikan profesional dalam scbagian atau satu
cabang ilmu pengetahuan, tcknologi dan/atau kesenian tertentu .
(2) Dalam jurusan dapat dibentuk laboratorium dan/atau studio .
(3) Jurusan terdiri atas :
a. unsur pimpinan : Ketua dan Sekretaris jurusan;
b. unsur pelaksana : para dosen .
(4) Jurusan dipimpin oleh Ketua yang dibantu oleh Sekretaris.
(5) Ketua jurusan bertanggung jawab kepada Direktur .
(6) Ketua dan Sekretaris jurusan diangkat untuk masa jabatan 4
(empat) tahun dan dapat diangkat kembali.
(7) Bilamana jurusan mempunyai laboratorium dan/atau studio,
satuan pelaksana tersebut dipimpin oleh seorang Kepala.
(8) Ketua dan Sekretaris jurusan serta Kepala laboratorium/studio
diangkat dan diberhentikan oleh Direktur, setelah menclapat
pertimbangan senat akademi .
Pasal 95 ...
<Adtfff~"'~ ·~"""""">""'""""' h"~ ~..._._....;:, ~~"n"
t-~"j(...~"1A ~:: ~~t ~A~ \:~:(1 ~~~ ~1~ "'..t~~ Afihg/ 'C.~8·i" . _r
"""~;.o(~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
54
Pasal 95
Lahoratorium/studio dipimpin oleh seorang dosen yang keahliannya
telah memenuhi persyaratan sesuai clengan cabang ilmu pcnge
tahuan, teknologi, clan/atau kesenian tertentu clan bertanggung
jawab kepada Ketua jurusan.
Pasal 96
(1) Penyelenggara program Studi dipimpin oleh Ketua program
studi atau Ketua jurusan .
(2) Ketua program studi bertanggung jawab kepada pimpinan
satuan pelaksana akademik yang membawahinya .
(3) Ketua program studi diangkat oleh Direktur. atas usul pimpinan
satuan pelaksana akademik yang membawahinya.
(4) Ketua program studi diangkat untuk masa jabatan 4 (empat)
tahun dan dapat diangkat kembali.
Pasal 97
(1) Unsur pelaksana administrasi pacla akademi terdiri atas Bagian
Administrasi · Akademik dan Kemahasiswaan serta Bagian
Administrasi Umum.
(2) Unsur pelaksana administrasi sebagaim.ana dimaksud pada ayat
(1) dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat oleh dan
bertanggung jawab kepada Direktur.
.,.
Pasal 98 ... . .
l~~-~=:J{:~~?~~~~~ ll"lf7 '""". ~'A,.. ""- ·~
~~~; "'~~~ \..~;,~ ~1} ".t~~ ~~At/ ""-~8- ~) ~ """~.;g~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
55
Pasal 98
(1) Unsur pcnunjang pacta akademi yang discbut Unit Pelaksana
Teknis terdiri atas perpustakaan , laboratorium dan unsur
penunJang lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan
akadcmi .
(2) Unsur pcnunjang scbagaimana dimaksud pacta ayat ( l)
dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat oleh dan
bcrtanggung jawab kepada Direktur.
Pasal 99
Pokok-pokok Organisasi akat.lcmi eli lingkungan Dcpartemen
Pertahanan Kcamanan diatur tcrsendiri scsuai dengan pcraturan
perundang-undangan yang berlaku .
Bagian Keenam
Organisasi masing-masing Perguruan Tinggi
Pasal 100
(1) Susunan organisasi, rincian tugas, fungsi, dan tala kerja setiap
pcrguruan tinggi yang diselenggarakan olch Pcmerintah diatur
dalam statuta perguruan tinggi bersangkutan yang clitetapkan
oleh Menteri, atau Menteri lain atau pimpinan lembaga
Pemerintah lain atas usul senat perguruan tinggi yang
bcrsangkutan .
(2) Susunan ...
\ ~
,,
.f-~AM~"-~ .1., >._?,#-...,. ~. ~·..,. ~-- ""'"~""~
t-~t1*'"""'"~A ~~~ ~h~ (~~ JV ""~• tn1::f ~~:v·A)A,~Y
..c,...u;o(.~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
56
(2) Susunan organisasi, rincian tugas, fungsi, dan tata kerja
perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat diatur
dalam statuta perguruan tinggi bersangkutan yang ditetapkan
oleh badan penyelenggara pergu.ruan tinggi atas usul senat
perguruan tinggi yang bersangkutan dengan berpedoman pada
ketentuan dalam BAB VIII.
BAB IX
TENAGA KEPENDIDIKAN
Pasal 101
(1) Tenaga kependidikan di perguruan tinggi terdiri atas dosen dan
tenaga penunjang akademik.
(2) Dosen adalah seorang yang berdasarkan pendidikan dan
keahliannya diangkat oleh penyelenggara perguruan tinggi
dengan tugas utama mengajar pada perguruan tinggi yang
bersangkutan.
(J) Dosen dapat merupakan dosen biasa, dosen luar biasa, dan
dosen tamu.
(4) Dosen biasa adalah dosen yang diangkat dan ditempatkan
sebagai tenaga tetap pacta perguruan tinggi yang bersangkutan.
·t:
(5) Dosen luar biasa adalah ctosen yang bukan tenaga tetap pacta
perguruan tinggi yang bersangkutan .
,-
Ad~M~~~" ~~~~~:;~~.?""4"'~~ ~-~; ~~1 ~~z ~h~
· ~d~ N1' ;t~~ .Jh/
"""'~.-.(·~}II-""" ~~;u~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
57
(6) Dosen tamu adalah seorang yang diundang untuk mcngaJar
pada perguruan tinggi selama jangk:l waktu tertentu .
Pasal 102
(l) Jenjang jabatan akademik dosen pada dasarnya tcrdiri alas
asisten ahli, \ektor, lektor kepala, dan guru hesar.
(2) Wewenang dan tala cara pengangkatan dan pcmhcrhcntian
jabatan akademik diatur sesuai dengan ketentU£!.11 pcrundang
undangan yang berlaku .
Pasal 103
Seseorang hanya dapat diangkat menjadi guru besar atau profesor
di lingkungan universitas, institut, atau sekolah tinggi.
Pasal 104
( 1) Syarat untuk menjadi dosen adalah :
a . beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. berwawasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
c . mcmiliki kualifikasi scbagai tcnaga pengajar ;
d . mcmpunyai moral dan intcgritas yang tinggi ;
c . mcmiliki rasa tanggung jawah yang bcsar tcrhadap masa
depan bangsa dan ncgara .
(2) Syarat untuk mcnjadi guru besar selain sebagaimana tercantum
pada ayat (I) adalah:
a. sckurang-kurangnya memiliki jabatan akademik lektor:
b. memiliki . .. . ''
,.. . ·.
~AM:::-"-)\ ~~4'7::>>,::."<:- ~"
l~ "1*.~~ --=-~~"~ II'·"; ""'"~ ~:: 1;~~ ~~~ ~;~ '<l'~l A~1:? '<:.'1'\\.. ..~,, v -.:.~'.'f· ,l ......?
""~.;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
58
b. memiliki kemampuan akademik untuk membimhing caJon
Doktor.
(3) Untuk dapat diangkat menjadi guru besar, harus diperoleh
persetujuan dari senat universitas/institut/sekolah tinggi yang
bersangkutan.
(4) Guru besar diangkat oleh Menteri atas usul pimpinan
perguruan tinggi setelah mendapat persetujuan dari senat
universitas/institut/sekolah tinggi yang bersangkutan .
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur oleh Menteri.
Pasal 105
Sebutan guru besar atau profesor hanya dapat digunakan selama
yang bersangkutan melaksanakan tugas dosen di perguruan tinggi .
Pasal 106
( 1) Guru besar yang Lelah mengakhiri masa jabatannya dapal
diangkat kembali mcnjadi guru besar di perguruan tinggi
sebagai penghargaan istimewa, dengan seburan guru besar
emeritus.
(2) Syarat pengangkatan dan tanggung jawab guru besar emeritus
d iatur oleh Menteri.
. t ,# ~
Pasal 107
(1) Tenaga penunjang akademik terdiri atas peneliti, pengembang
di bidang pendidikan, pus taka wan, pranata komputer, laboran,
dan teknisi sumber belajar.
(2) Persvaratan ....
AA•4~~\\~o, \~~'1 ~-·~ ""'~..,.':-~~
~~":!*--~~ ~"' .,_.h~ \'A~ \..~~ ~·~.., ~11' ~~.-v-,4)~!:~
"'.u;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
59
(2) Pcrsyaratan, tala cara pcngangkatan dan wcwcnang tcnaga
penunjang akademik diatur olch penyelenggara pcrguruan
tinggi dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan
yang bcrlaku.
BAB X
MAHASISWA DAN ALUMNI
Pasal 108
( 1) U ntuk menjadi mahasiswa seseorang harus :
a. memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Pendidikan Mcnengah;
b. memiliki kemampuan yang disyaratkan oleh perguruan
tinggi yang bersangkutan.
(2) Warga negara asmg dapat menjadi mahasiswa setelah
memenuhi persyaratan tambahan dan melalui prosedur tcrlcntu.
(3) Syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan prosedur untuk
mcnjadi mahasiswa diatur oleh senat perguruan tinggi.
(4) Persyaratan tambahan dan proscdur sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), diatur oleh Menteri.
Pasal 109
(1) Mahasiswa mempunyai hak :
a . menggunakan kebehasan akademik secara bertanggung
jawab untuk menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan
norma dan susila yang bcrlaku dalam lingkungan akademik;
b. memperoleh
,., . :
1Atltr ~':-~
~~!1-r-~.? ""'--=:.~~ ~~";ji··,:;}A ~~; ~~~ ~"~ ,,h'J ~...~·~ ~~11' -.;;}~ h!f ?
~.,._t-.~ ~AA v "C~ :."'o~/J .#"'
~ .... ~
PRESIDEN . REPUBLH<. INDONESIA
60
b. memperoleh pengajaran sebaik-baiknya dan Jayanan hidang
akademik sesuai dengan minat, bakat, kegemaran dan
kemampuan;
c. memanfaatkan fasilitas perguruan tinggi dalam rangka
kelancaran proses belajar;
d. mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab
atas program studi yang diikutinya dalam penyelesaian
studinya ;
e. memperoleh Jayanan informasi yang berkaitan dengan
program studi yang diikutinya serta hasil belajarnya;
f. menyelesaikan studi lebih awal dari jadwal yang ditetapkan
sesuai dengan persyaratan yang berlaku;
g. memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
h . memanfaatkan sumberdaya perguruan tinggi melalui
perwakilan/organisasi kemahasiswaan untuk mengurus dan
mengatur kesejahteraan, minat dan tata kehidupan
bermasyarakat;
1. pindah keperguruan tinggi lain atau program studi Jain,
bilamana memenuhi persyaratan penerimaan mahasiswa
pacta perguruan tinggi atau program studi yang hendak
dimasuki, dan bila mana daya tampung pergururan tinggi
atau program yang bersangkutan memungkinkan;
J. ilrut serta dalam kegiatan organisasi mahasiswa perguruan
tinggi yang bersangkutan;
k. memperoleh pelayanan khusus bilamana menyandang cacat.
(2) Pelaksanaan .. .
.~~;;,*;.~~-. ~"""'"'~~ ~~:! <'~ ~~i ~~~ ~~~ ~1j ~~~ itt ~~_...,-A) __,
..c.-u;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
61
(2) Pclaksanaan ketentuan scbagaimana dimaksud pada ayal ( l)
diatur olch pimpinan masing-masing perguruan tinggi .
Pasal 110
(1) Setiap mahasiswa bcrkewajiban untuk :
a . mematuhi semua peraturan/ketentuan yang berlaku pada
perguruan tinggi yang bcrsangkutan;
b. ikut mcme1ihara sarana dan prasarana serta kcbcrsihan ,
ketcrtiban dan keamanan pcrguruan tinggi yang
bcrsangkutan;
c . ikut mcnanggung biaya pcnyclenggaraan pendidikan kccuali
bagi mahasiswa yang dibcbaskan dari kcwajiban tersebut
scsuai dcngan pcraturan yang berlaku ;
d . menghargai ilmu pengetahuan , teknologi, dan/atau
kcscnian;
c. menjaga kewibawaan dan nama haik pcrguruan tinggi yang
bersangkutan;
f. menjunjung tinggi kebudayaan nasional.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (I)
diatur oleh pimpinan perguruan tinggi.
Pasal 111
( l) Untuk melaksanakan peningkatan kepemimpinan, penalaran,
minat, kegemaran dan kesejahteraan mahasiswa dalam
I o
kehidupan kcmahasiswaan pada perguruan tinggi dibcntuk
organisasi kcmahasiswaan.
(2) Organisasi .. . .
'""?'j{- -...,,, .. ~ ,. · ~r/f; ""'" ~ ~""' "<-~~ ~~£ ~~~ ~d, ~11J \tA~:~ .J~hgf
-.:.~ . ...,.pt"'""' c;.;~;o~..#'
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
62
(2) Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diseleng
garakan dari, oleh dan untuk mahasiswa .
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pacta ayat (1), dan ayat (2)
diatur oleh Menteri.
Pasal 112
(1) Alumni perguruan tinggi adalah seseorang yang tamat
pendidikan di perguruan tinggi yang bersangkutan
(2) Alumni perguruan tinggi dapat membentuk organisasi alumni
yang bertujuan untuk membina hubungan dengan perguruan
tinggi yang bersangkutan dalam upaya untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan tinggi.
BAB XI
SARANA DAN PRASARANA
Pasal 113
( 1) Pengelolaan sarana dan prasarana yang diperoleh dengan dana
yang berasal dari Pemerintah diselenggarakan berdasarkan ke
tentuan yang berlaku bagi pengelolaan kekayaan milik negara.
(2) Pengelolaan sarana dan prasarana yang diperoleh dengan dana
yang berasal masyarakat dan pihak luar negeri yang diluar
penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
diatur dengan ketentuan yang ditetapkan pimpinan perguruan
tinggi dengan persetujuan senat perguruan tinggi yang
bersangkutan .
(3) Tata ....
AAM~~~:t\~~ ~~~ ;.~?:..? ~ ~-:':-~~
~~~~*7-.::.\\h ~117 ""'"~ ~~; "-A~ ~~'h ~1P "\t~ t\ ~~A1f
~-..:::,..~ ."'{· /J) __, C#_u.;o~f
PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA
63
(3) Tata cara pendayagunaan sarana dan prasarana untuk mem
peroleh dana guna menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
pcrguruan tinggi, diatur pimpinan pcrguruan tinggi yang
bersangkutan dengan persctujuan senat perguruan tinggi yang
bersangkutan.
BAB XII
PEMBIAYAAN
Pasal 114
(1) Pembiayaan perguruan tinggi dapat diperoleh dari sumbcr
pemerintah, masyarakat dan pihak luar negeri.
(2) Penggunaan dana yang berasal dari Pemerintah baik dalam
bentuk anggaran rutin maupun anggaran pembangunan serta
subsidi diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(3) Dana yang diperoleh dari masyarakat adalah perolehan dana
perguruan tinggi yang berasal dari sumber-sumber sebagai
berikut :
a. Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) ;
b. biaya seleksi ujian masuk perguruan tinggi ;
c. hasil kontrak kerja yang sesuai dengan peran dan fungsi
perguruan tinggi ;
d . hasi\ penjualan produk yang diperoleh dari pcnyc leng-
garaan pendidikan tinggi;
e. sumhangan ...
I \
~Atlrr -:::-~~ .~A_,>?,.,:..~ 1\, ~~·~~~... ...::.. ""'
t-~"'ji.""'-....\.'IA 1..~'1"' • ~~~~ ~"; ~~~ ..... ~~~ ~1J' '\1',~1:1~ ~4~hg7
..,.~,voi/1,;/ 4" .... -
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
64
e. sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga Pemc
rintah atau lembaga non-Pemerintah; dan
f . penerimaan dari masyarakat lainnya.
(4) Penerimaan dan penggunaan dana yang diperoleh dari pihak
luar negeri diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku .
(5) Usaha untuk meningkatkan penerimaan dana dari masyarakat
didasarkan atas pola prinsip tidak mencari keuntungan .
Pasal 115
( 1) Otonomi dalam bidang keuangan bagi perguruan tinggi yang
diselenggarakan Pemerintah mencakup kewenangan untuk
menerima, menyimpan dan menggunakan dana yang berasal
secara langsung dari masyarakat.
(2) Perguruan tinggi menyelengganikan pembukuan terpadu ber
dasarkan peraturan tata-buku yang berlaku .
(3) Pembukuan keuangan perguruan tinggi yang diselenggarakan
oleh Pemerintah diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional
Pemerintah sesuai dengan ketentuan pen.mdang-undangan yang
berlaku.
(4) Kewenangan penerimaan, penyimpanan dan penggunaan dana
serta pembukuan keuangan perguruan tinggi yang diseleng
garakan oleh masyarakat ditentukan oleh badan penyelenggara
perguruan tinggi berdasarkan statuta perguruan tinggi
dimaksud .
Pasal 116 .. . ~ .. ·~ .
jA4A~~\_\" t~~"r~~"' ""~"'"'~~~ ~ · ,.Y7~· -.::\\h ~,.-1: '\h~
~A{ ..:h'J ~·d~ ~~4J ;t~~ ~h/ ""'"~8· A) _c?
<--.c;o.;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
65
Pasal 116
(1) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja perguruan tinggi
yang diselenggarakan oleh Pemerintah, sctelah disetujui olch
senat perguruan tinggi diusulkan oleh Rektor/Ketua/Direktur
melalui Menteri, Menteri lain, atau pimpinan lembaga
Pemerintah lain kepada Menteri Kcuangan untuk disahkan
mcnjadi Anggaran Pcndapatan dan 13clanja pcrguruan tinggi .
(2) Rencana Anggaran Pendapatan dan 13clanja pcrguruan tinggi
yang diselcnggarakan oleh masyarakat sctelah disetujui oleh
senat perguruan tinggi diusulkan oleh Rektor/Ketua/Direktur
kepada badan penyelenggara perguruan tinggi yang diseleng
garakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk disahkan
menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja perguruan tinggi.
. l .-1
Pasal 117
(1) Pimpinan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Peme
rintah menyusun usulan struktur tarip dan tata cara pengelolaan
dan pengalokasian dana yang berasal dari masyarakat, setelah
disetujui oleh senat perguruan tinggi usulan ini diajukan oleh
Rektor/Ketua/Direktur melalui Menteri, Menteri lain atau
pimpinan lembaga Pemerintah lain kepada Menteri Kcuangan
untuk disahkan .
(2) Pimpinan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat menyusun usulan struktur tarip dan lata cara
pengelolaan dan pengalokasian dana yang be rasa! dari
masyarakat, setelah disetujui oleh senat perguruan tinggi
usulan ...
d"'" '" -- ,. "~ ~~~ ~~:r.? """--=--:"~1
t.~"~*- · - "'<:"~~ ~,1! ~~~~ ~~d~ ~~ ~"~ ,h1.i/ ~~~~ •"'At• .V
"'C.~:.4ttf0*;tl~ ; ,.,..
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
66
usulan ini diajukan Rektor/Ketua/Direktur kepada badan
penyelenggara perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat yang bersangkutan untuk disahkan.
BAB XIII
SY ARA T DAN TAT A CARA PEND IRIAN
Pasal 118
( 1) Pend irian, perubahan dan penambahan unsur pelaksana
akademik perguruan tinggi didasarkan atas usulan yang
meliputi :
a. rencana induk pengembangan;
b. kurikulum;
c . tenaga kepcndidikan;
d. eaton mahasiswa;
e . sumher pembiayaan;
f. sarana dan prasarana;
g. penyelenggara perguruan tinggi .
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur oleh Menteri.
Pasal 119
(1) Pendirian perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat selain memenuhi ketentuan sebagaimana diatur
dalam .. . ;'. ' I
: ·
' f:
!\
4~Aifl1" ::::-~" ~~~ 1'"~? ""'...;:~~~
~~11,..9{""'"~ J'"'" ""t-~ ~"'1. ""h~ ~d~ 1~1~ "-~'-~• tn1/ ~~.-..,.it<~ry
.c..-u;o(~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
67
dalam Peraturan P~rnerintah ini harus pula memenuhi
persyaratan bahwa penyelcnggaranya berbentuk yayasan atau
badan yang bersifat sosial.
(2) Pendirian perguruan tinggi kcdinasan selain mcmenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118, harus pula
mcmenuhi pcrsyaratan :
a. melaksanakan pendidikan tenaga yang dibutuhkan
departemen lain atau lembaga Pemerintah lain yang tidak
dapat dipenuhi oleh satuan pendidikan tinggi di lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan baik dalam jumlah
maupun kualifikasi;
b. memiliki ketentuan baku dalam penyelenggaraannya yang
meliputi kurikulum dan penerimaan mahasiswa yang
dikaitkan dengan penempatan lulusannya pada departemen
Jain atau lembaga pemerintah lain yang bersangkutan;
c. mendapat persetujuan dari Menteri.
Pasal 120
Persyaratan pendirian perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan jarak jauh diatur oleh Menteri .
Pasal 121
Tata cara pend irian perguruan tinggi diatur oleh Menteri.
l· i Pasal 122 ...
! \
~,,Atfd~~~ ~~~1~~-?r...:-:,~h~
~~"""*""'"~ ~-~7 ~~~ ~~~; ">:h~ ~d~ ,~1} ""~• nl}::/ """"'"" /J-~~ v 'C.~' ."'(• ,, .?
~~;g~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
68
Pasal 122
(1) Pend irian universitas, institut, dan sekolah tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah ditetapkan dengan Keputusan
Presiden atas usul yang diajukan oleh Menteri.
(2) Pendirian akademi dan politeknik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah ditetapkan oleh Menteri, Menteri lain atau
Pimpinan Lembaga Pemerintah lain setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di
bidang pendayagunaan aparatur negara dan Menteri Keuangan.
Pasal 123
(I) Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang
telah mampu dan layak untuk dikelola secara mandiri dapat
ditetapkan status hukumnya menjadi Badan Hukum yang
mandiri .
(2) Ketentuan-ketentuan mengenai Badan Hukum sebagaimana
disebut pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah .
Pasal 124
Pendirian dan perubahan bentuk perguruan tinggi yang diseleng
garakan oleh masyarakat ditetapkan oleh pimpinan badan penye
lenggara perguruan tinggi setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Menteri, atau Menteri lain setelah mendapat pertimbangan dari
Menteri .
Pasal 125 ...
. ; ·,
4 ·'#"'~"" ... ._ ~~~ ~,.~? r-,...:_"~~ t,.-1_.~ ..... ~h I· 1,. -. _.J "~' ':-r.'/J { 1 - ~1
$~~ ~~~ ~~~ ,~A~t1
-.:.~:V· fl ..... <~;c~ -~
PRESIUEN REPUBLIK INDONESIA
69
Pasal 125
Perguruan tinggi dan/atau lembaga lain di luar ncgcri dapat
mendirikan pcrguruan tinggi haru di Indonesia mclalui patungan
dengan mitra kerja Indonesia, dengan mcngikuti sistcm pcndidikan
scrta syarat dan tata cara pcndirian yang bcrlaku bagi pendidikan
tinggi Indonesia .
Pasal 126
Perguruan tinggi yang tidak memenuhi syarat dan lata cara
pendirian perguruan tinggi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
ini tidak dibenarkan memberikan gelar akademik dan/atau sehutan
profcsional.
Pasal 127
Menteri dapat menutup perguruan tinggi yang :
l . tidak mcmenulli syarat dan tata cara pendirian pcrguruan tinggi
yang diatur dalam Pcraturan Pcmerintah ini;
2. memherikan gelar akauemik uan/atau sehutan prnfcsinnal yang
ti<..lak sesuai dcngan ketcntuan yang bcrlaku:
3. mengaJakan kerjasama dengan perguruan tinggi asmg yang
tidak mcmenuhi kctentuan yang diatur dalam Peraturan
Pcmerintah ini .
BAB XIV . ..
r 1,j .'l t / ~," ~ ~~~, -~- ~ .: ,... __ ~ . ,~-~~
~t"*_..'-:.... \, ,) ~""' ..., ' ~~~~ \ '·)
~"fl •t \'•'l. \..~''" N·ll ':J)\l. ,1AJ./
"- "'-~ .-y . 4'' ~ ..; ..c:";"~ - ..:?
t·-.. H f ~~ ll 'lF r·t REf>unut .z tl'lt ) \ Jr n· · , t,~
70
BAB XIV
PENGAWASAN DAN AKREDITASI
Pasal 128
(1) Menteri menetapkan Tata cara pengawasan mutu dan efesiensi
semua perguruan tinggi .
(2) Mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keter
kaitan antara tujuan, masukan, proses, dan keluaran, yang
merupakan tanggung jawab institusional perguruan tinggi
masing-masing .
(3) Penilaian mutu sebagaimana dimakstJd pada ayat (2) dilakukan
oleh badan akreditasi yang mandiri.
(4) Menteri menetapkan langkah-langkah pembinaan terhadap
perguruan tinggi berdasarkan hasil pengawasan mutu dan
efesiensi.
(5) Pelaksanaan ketentuan scbagaimana dimaksud pada ayat (I) ,
ayat (2) , ayat (3) , dan ayat (4) diatur oleh Menteri .
BAB XV
KERJASAMA ANTAR PERGURUAN TlNGGI
Pasal 129
(1) Dalam pelaksanaan kegiatan akademik, perguruan tinggi dapat
menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan/atau lemhaga
lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri.
............. ~,,.If,. ~ ;..~ ~.\ ~· · ,. ,..,._ "''
~t~-:*?:··· ~.,.;-~h ~-1; ~~z ~~?, ~,jJ ~~~~ ~A~1/ "'"'~"~-A~· .. ,--~''·.,~ ...... -<-v;u, ·.·
r'RF:,IUEN n r PIJ£11...11< IN 0 UNL :.;II\
71
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksutl patla ayat (I) dapat
berbcntuk :
a. kontrak manajcmcn;
h. program kembaran;
c . program peminclahan kredit;
tl . tukar mcnukar dosen dan mahasis\va dalam pcnyclcnggara-
an kegiatan akademik;
c. pcmanfaatan bersama sumber daya dalam pelaksanaan
kegiatan akademik;
f. penerbitan bersama karya ilmiah;
g. penyelenggaraan bersama seminar atau kegiatan ilmiah lain;
dan
h. bcntuk-bentuk lain yang dianggap perlu .
(3) Kerjasama dalam bentuk kontrak manajemen, program
kembaran, dan program pemindahan kredit dengan perguruan
tinggi luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya
dapat dilaksanakan sepanjang program studi -dari pcrguruan
tinggi luar ncgeri telah terakretlitasi di negaranya .
(4) Pclaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pat! a ayat (I),
k.husus bcrkenaan dengan kerjasama dengan perguruan tinggi
dan/atau Jembaga lain di luar negeri diatur oleh Mcnteri .
Pasal 130 .. .
,.J.J1.J :::-·""' ~~ ., ·-:,.,. ' ,,, ~ ,, .•· - ~ ,.
~~ /1*,-,, .. ,, ,, '" ' .. , ~· , .· "' .\ ' ' 1 ' J "o~ \~/. &''" . h''l'l ~·ftt) A•'h-Jj
... 0.'(·/l'' · .; ..;~.;\)~ ~ --=--
PH~ ·=.; tCJt.:t~
F<L~'llBL . II\. INI">lJIH. ~,fA
72
Pasal 130
Dalam rangka pembinaan pemlidikan tinggi perguruan tinggi dapat
memberi bantuan kepada perguruan tinggi lain.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 131
Semua peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan
mengenai pendidikan tinggi yang telah ada pada saat herlakunya
Peraturan Pemerinrah ini masih tetap berlaku sepanjang tidak
hertentangan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah
1111 .
BAB XVII
KETENTUANPENUTUP
Pasal 132
Pada saar mulai herlakunya Peraturan Pemerintah ini, Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 38, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3414) sebagaimana ielah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998
Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3765), dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 133
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Al!.ar ...
/. N /• i! '\ ,,
~M~~">I-. A~*~~.~~-"'...,:="-~1, t~ '1;· """"\
~t--1~ ;~~1 ~~!. ~1} ~,~:-~~ ~Aif "-"~'-'... A~~ .;< ~~~':'{~ ~
<~;o,:s.
F'RE.SIDEN f~E.PUBLIK IN DON[ SIA
73
Agar seliap orang mengctahuinya, mcnH.:rintahkan pengundangan
Peraluran Pcmerintah 1111 dcngan pencmpatannya dalam Lcmharan
Negara Rcpublik Indonesia .
Ditetapkan di Jakarta
pada Langgal 24 Juni 1999
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Diundangkan <..li Jakarta
pada tanggal 24 Juni 1999
MENTER! NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ltd
MULADI
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 115
Salinan sesuai <.lengan aslinya
SEKRETARIAT KAI3INET RI
4~-w.S~::p~o Peraluran IS~~h:trnfitn~ :.?\undangan I l
!.-'·'·'' '· ' Pit\ ,/ ~:~"! (:"·... . ;~~~. .·(~;· . ' . :· \ w: ( ;\{ \;~·:· '' ·,; : .. l '' ·J\ ,., ,.. . ·' .·. '<(>>~.::~'::.~:~·~:~:>· ::: .
-~<:' ,;, -E{l y.>Sud i byo • ~ -.< · ...... ,. ..
.• -_,
UMUM
1-'' '"d~"" .~ ~>>~~ "· tl',.,_· .... ·".:l. -.:.c::""- n ~
~t"''*"~ ~ ,,,. "" h~ ~ ... ; "'~~ .... ~~~ ~,J "'~:-n. h1:Jf ~ " '' 1:1 ,,1 ,\ ~./
"C. .;.G.. :."'~0 //J :.. p..'
..- ' -
f''R E SIO L N REPUfJLIK INDONE 51 /\
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINT AH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 60 TAHUN 1999
TENTANG
PENDIDIKAN TINGGI
. Perguruan tinggi diharapkan menjadi pusat penyelenggaraan dan pengembangan
pendidikan tinggi serta pemeliharaan, pembinaan dan pcngcmbangan ilmu
pengetahuan, tcknologi dan/atau kesenian scbagai suatu masyarakat ilmiah yang
penuh cita-cita luhur, masyarakat berpendidikan yang gemar bela jar dan
mengabdi kepada masyarakat serta melaksanakan penelitian yang menghasilkan
manfaat :yang meningkatkan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara . '·
. , ..
Ketentuan Undang-undang Nomor 2 Talmn 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menetapkan bahwa pend'idikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
Berkenaan dengan hal-hal itu, Peraturan Pcmerintah ini dibuat untuk mcngatur :
1. syarat-syarat clan Tata cara pendirian;
2. struktur perguruan tinggi;
3. penyelenggarakan pendidikan tinggi yang tcrdiri atas pendidikan akademik
dan pendidikan profesional;
r,
~'':, :.-~ .. -,. -.::. .;~~ t-1"-*·--:..::\\~ ~ ·1,. "'h~
~~{ · ~~~ ~d, N'W ""~· ·~1::' "'('''l:\ ~An ?
""C:.::_~:.-..,o~~· ':/ .r ...... . ..
PHESIDl: N REPUF3LIK INDONr· S IA
2
4. bentuk-bcntuk satuan pcndidikan tinggi y<~ng tcrdiri atas universitas, institut,
sekolah tinggi , politeknik, dan ak:ademi;
5. jenis gelar dan sebutan, syarat-syarat dan Tata cara pemberian perlindungan
dan pcnggunaannya ;
G. syarat-syarat dan Tata cara pengangkatan termasuk penggunaan sebutan guru besar atau profcsor;
7. kebebasan akaclemik, kcbebasan mimbar akadcmik, otonomi keilmuan dan
otonomi pengclolaan perguruan tinggi;
8. hak dan kewajiban mahasiswa;
9. pembiayaan;
10. pengawasan dan akrctlitasi; da11
11. kerjasama antar perguruan tinggi .
S~bagai suatu sistem tersendiri, meskipun mcrupakan bagian dari sistem
pcndidibn nasional yang c·akupannya jauh lcbih luas, pcndidikan tinggi di
Indonesia harus mcrupakan sistem yang dengan mudah dapat menyesuaikan diri
dengan kebutuhan-kcbutuhan masyarakat, bangsa dan negara yang senantiasa
rnengalami pcrkcmbangan, terlebih lagi sebagai perwujudan pcmbangunan
nasional . .•·
Sistem pendidikan tinggi juga diharapkan mcrupakan . suatu sistem yang
memudahkan scscorang menuntut pendidikan tinggi sesuai dengan bakat, · minat
dan tujuannya, meskipun clengan tetap mempertahankan persyaratan-persyaratan
program studi yang bersangutan.
Peraturan Pemcrintah yang mengatur pendidikan tinggi ini dimaksudkan ·untuk
menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tcntang Pendidikan
,,, ···· I
Tin
A':~~~~~\1-. ~~..., · ...... ,.. ..,.,..~h~
~~"~·-..,"~ ~:: ~\\~ ~~~ ~~ ~~--~. .A¢:t .. ,,_-." ~ ~A" ?
"'C.~;,'IoiA_ . r/ ..,.. , ~-
PRESIDI.::N REPUBLIK INDONCSIA
3
Tinggi Sebagaimana Telah Diubah Dengan Pcraturan Pemerintah Nomor 57
Tahun 1998.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
~::,
"f.· -~
Pendidikan disini adalah kcgiatan dalam upaya menghasilkan manus1a
terdidik dalam rangka mencapai tujuan penclidikan tinggi scbagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (I).
Ayat (3)
Sebagai kegiatan ilmiah, sctiap telaah dilakukan dalam sesualu
paradigma tertentu yang berclampak pada penetapan permasalallan yang
dianggap signifikan scrta mctodologi yang sesuai yang harus digunakan
dalam menemukan jawaban dan/atau pcmecahannya . Penel itian dalam
ilmu-ilmu alamiah menggunakan kaidah yang berbeda dari renelitian
dalam matematika; pcnelitian ilmu sosial yang menggunakan pendekatan
r"'.r ~ "" ,I ·.,. >.? , . "' \~
th'1'*···· ~-"~ ~-~~· ~~j ~-~' ~h'~ ~,.,~ ' \\~~ ,~~, ~11 ".t,~ ~ A A if
"C.~-'V·/J.,J, jj;' <-..c..;o( :..~---
PRESIDI::N REPUBLIK IN DONE: SIA
4
behavioristik menggunakan pendekatan yang berbeda dari penelitian
ilmu sosial yang menggunakan pendekatan fenomenologik; dan seterusnya .
Ayat (4)
Pasal 4
Pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan yang memanfaat~an ilmu
pengetahuan dalam upaya memherikan sumbangan demi . kemajuan
masyarakat .
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pengabdian kepada
masyarakat sesuai dengan sifat pengetahuan dan tujuan pendidikan tinggi
yang bcrsangkutan.
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) · >'
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) ...
• . 1, I I'
· ..
A4··A~:;-.~,._~ ~~'1 ~ ..... -";.,o -':-~~
~~" .Y*~"~h ~,,. ...,.h~
~.\; """'~~ ~~~d1 . l11 ';t~~ J-4A 1/ "C"<i::>..'!::o.:v.!J . ..?
<--'g;v(~r
PRESIDEN REPUBLIK INDONt: SIA
5
Ayat (2)
Cukup .ielas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pcndidikan dengan cara tatap muka merupakan pendidikan yang
dilaksanakan dengan mengutamakan komunikasi langsung antara doscn
dan mahasiswa, lermasuk pcnggunaan hcrbagai jc11is metoda belajar-
mengajar .
Pendidikan jarak jauh merupakan pendiclikan yang dilaksanakan dengan
merigutamakan penggun::wn bcrbagai sarana komunikasi dalatn
penyampaian bahan pengajaran termasuk penggunaan berbagai jenis
metoda bclajar mengajar.
Ayat (5)
· Cukup jelas
Pasal 6 ', .
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan sejumlah bidang pcngctahuan khusus adalah
program-program studi yang dalam pclaksanaan tidak harus lcrkait satu
dcngan lainnya, sehingga pada salu politcknik, misalnya, dimungkinkan
penyelenggaraan program studi dalam ilmu lehnik clan tata niaga, dua
program yang berbeda sama sckali .
,A ' > ,. , . - " • .... ,A~-·~ .~ ,,.. ""'" hJ ,.-1? ""lw ~~{ ~~~ ~~~ ~11 ~~1:1 .~h/
-c.~-"'1·/1 . -<:!' <,..-4"".1; u ~.: p:-
PRESIDEN REPUBLII~ INDONESIA
6
Pengetahuan khusus merupakan · scbagian dari suatu cabang ilmu
pengetahuan yang dapat dipelajari secara khusus namun sebagai satu
keseluruhan . Kemampuan pcnguasaan ilmu dan keterampilan dalam
bidang khusus ini secara nyata dipcrlukan di masyarakat.
Contoh adalah pengerjaan logam scbagai bidang pengetahuan dari ilmu
teknik mesin.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Program pendidikan yang diselcnggarakan pada institut terkait atau
sangat dckat berhubungan dengan program-program pendidikan yang
lain. Oleh sebab itu, program-program yang diselcnggarakan merupakan
satu kelompok atau adalah sejcnis .
Ayat (6)
PasaJ 7
Program-program studi yang disclenggarakan pada universitas dapat
berupa bcrbagai cabang iJmu pengctahuan, tcknologi dan/atau kesenian
yang dalam penyelenggaraannya belum tentu terkait satu dengan yang
Jain atau crat bcrhubungan salu dengan yang Jain .
...
Ayat (l)
Cukup jeJas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Penggunaan bahasa asing sehagai bahasa pengantar sejauh · diperlukan
dimungkinkan sampai dengan 100 (seratus) persen.
. ~
.! .·. ~ A'Atftr::: ·'-\
t~!-7*--T.~~ .... ~~~~ ~·-~ "' ~"~~ ~,.,: '\"~1. t~d~ ~~ ""A\\ A~~ij ooc:.~~."(· ~) __ y
~~.;o~:J.~
PRESIDEN REPUBLIK INDONf: SIA
7
Ayat .C4)
Cuk.-up jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Sejau_h diperlukan <.Ia pat diselcnggaral< an kegiatan semester "pcndek"
diantara 2 (dua) semester " regulcr" yang ckivalen dengan semester
"reguler" sesuai dengan pengertian satuan kredit semester (sks) .
Dalam sctiap semester "rcguler" 1 (satu) sks sama dengan bcban studi
setiap minggu berupa 1 (satu) jam tatap muka, 1 (satu) jam kegiatan
terstruktur, dan 1 (satu) jam kegiatan mandiri untuk kurun waktu 16
(enam belas) minggu efektif.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
>'
Pasal 9
Ayat (1)
Sistem krcdit semester adalah suatu sistem penyelenggaraan pcndidikan
dimana beban studi mahasiswa , beban kerja tanaga pengajar dan behan
penyelenggaraan program Jembaga pcndidikan dinyatakan dalam satuan
kredit semester. Banyaknya satuan kredit semester yang diberikan untuk
mata kuliah, atau kegiatan proses belajar-mengajar lainnya , adalah
besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha menyelesaikan kegiatan
akademik yang bersangkulan . · , 0
~ . 1· . .... - "
'~- ~,.. ~ '" h "1 . •.• ,. ":.,_ "~~ ~t,*.....,_~l~ ~·"" "'~~ ~~! . ~A~ ~~~ H7 \t~ll \ AAt/
'C.'<~ 8·" ~ ·" ~·..o;.o~ ~:~
Pl-lESIDF:N f1EPUI3LIK INDONESIA
8
Kegiatan akademik melipuli tu~as-tugas yang dinyatakan dalam program
perkuliahan, seminar, praktikum, kerja lapangan, pcnulisan skripsi, tesis
dan sebagainya. Dalam satu kegiatan akademik diperhitungkan tidak
hanya kegiatan tatap muka yang terjadwal tetapi juga kegiatan yang
direncanakan (terstruktur) dan yang dilakukan secara mandiri. : -,,.:
Sistem kredit semester diterapkan agar memungkinkan perguruan tinggi 1. :· ·
melaksanakan penyajian program studi yang beraneka ragam da~ .. . luwes,
serta agar dapat memberi kesempatan yang lebih luas. kepada .mahasiswa
untuk memilih dan mclaksanakan program studi, . sesuai dengan
kemampuan dan kesempatan yang dipunyai.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (I)
Sesuai dcngan hakckat dan misinya, pada dasarnya program pendidikan
formal termasuk pada jenjang pendidikan tinggi, seyogyanya memupuk
kcmampuan dan kemauan pcserta didik untuk belajar sepanjang hayat,
baik dilihat dari sisi pencrapan keahlian maupun dari segi peran sertanya
scbagai individu warga masyarakat.
Ayat (2)
Kuliah mcrupakan proses belajar mengajar yang dapat meliputi
komunikasi langsung atau tidak langsung, praktikum, penye!enggaraan
percobaan (eksperimen), dan pcmherian tugas akademik lain.
Seminar merupakan pertcmuan ilmiah yang dengan sistematis
mempelajari pertemuan ilmiah yang dengan sistematis mempelajari suatu
topik khusus di bawah pimpinan seorang yang ahli dan herwenang
dalam bidang tersebut.
Simposium ...
.r ·,
• '
r' ..
• .:
··' .. ,, , _
AA.-.';:;._..;; ~"~ ··'-i!. · ·~ ""';. ~"~~
~~" :*' .""'"q~ ~,.,: ""h~ ~~~{ "':;~~ ~~~ ~11 ~~'-' ..ft~Atf
-.:.."<::;,..l:!. • ....,.fi · ~ ""'..u;o~ E?
J=>RESIDEN REPUBLII<. INDONESIA
9
Simposium merupakan perlemuan terbuka dengan hcberapa pembicara
yang menyampaikan ceramah pcndek mengcnai aspek yang berbeda
~etapi saling berkaitan tentang satu masalah.
Diskusi panel merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh
. sekelompok orang di hadapan sekelompok hatlirin mengenai suatu
masalah tertentu yang Lelah dipersiapkan sebelumnya .
Lokakarya merupakan keterampilan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuann dan keterampilan pescrta dcngan menggunakan bcrbagai
jenis metoda pertemuan ilmiah .
Pasal 11
Ayat(l)
Cukup jelas ' ·' Ayat (2) • • !
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat(l)
Program studi merupakan pedoman penyelenggaraan pcndidikan
akademik dan/atau profcsional yang diselenggarakan atas dasar
kurikulum yang disusun olch perguruan tinggi .
.4., ••• , ' ~'" ~~~~*.-:: .-: ~ .r-.:. ,;~~ ~-d ~~~ ~.\; ~~~ .t~~ ~17 ..,~'-~~;> Ah?~ ~~~:V·fl~~. y"
<-.:u;o~ ?'
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
10
Ayat (2)
Kurikulum yang berlaku secara nasional adalah rambu-rambu untuk
menjamin mutu dan kemampuan sesuai dengan program studi yang
ditempuh .
Rambu-rambu untuk mcnjamin mutu dan kemampuan scsuai dengan
program studi yang ditempuh merupakan patokan proporsi terhadap
kategori kelompok matakuliah .
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 14
Masa stuui yang Lliatur olch Mcnlcri adalah masa studi untuk mcrencanakan
kurikulum suatu program studi . Perguruan tinggi clapat menentukan masa
maksimum yang dipcrbolehkan untuk menyelesaikan suatu program studi.
Bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi dapat menyelesaikan
dalam waktu kurang dari m:1sa slucli yang dilctapkan .
Pasal 15
Ayat (1)
Selai~ memperhatikan basil ujian, penilaian kcberhasilan belajar
mahasiswa dapat juga didasarkan atas penilaian pelaksanaan tugas
seperti keikutsertaan dalam seminar, penulisan makalah, praktikum,
pembuatan laporan, pemhuatan rancangan atau tugas lain serta hasil
pengamatan.
Ayat (2)
Cukup jclas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
;'
;'
·.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
AA'·l·~~~ .... ._
t~~"'j(:.-·· """'~"\~ ~·oi"/ ~hA ~~~, ""ll'li "~~ ,.;~7J ~~~~ h~'1} ""A• ,A1~ ...,~,,~ ~~·;?
~~,i,~/1 .~.- ;.:.' .,.. .... ....
PRESIDEN REPUOLIK II•IOONL SIA
11
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) ini bcrlaku bagi Program
Sarjana maupun Program Diploma IV .
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Dalam pengertian ilmu pengetahuan, tercakup pula ilmu pengetahuan
tentang kesenian dan dalam peng~rlian teknologi mencakup pula
teknQlogi yang diterapkan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
f ,t .f,"' ''t'\ ,AA: .. > .>::; - \ , •." ~ - ... -~""~
~~ ' .. 1(:-..'" ~ ~ -~ ,. """~ ~~~; ~ ~~ \~~~ ~1.~ \!:h. ,~~h'J/
~"""'-~·Y· /1 - _, -<-.u;o~ _-::-
f-' R F::S IDEN REPU8LII<. IN DONE '.3 1A
12
Kebebasan mimbar akademik clilaksanakan clalam pertemuan ilmiah
dalam bentuk seminar, ceramah, simposium, diskusi panel, dan ujian
dalam rangka pelaksanaan pendidikan akadcmik dan/atau profesional.
Kebebasan mimbar akademik dapat dilaksanakan eli luar perguruan
tinggi sepm~ang tempat tersebut dapal dianggap bagian sementara dari
perguruan tinggi yang bersangkutan .
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat(l)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1) .•·
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jcl<ts
;\yat (2)
Cukup jelas
I, ·'· '· ;\_
I : ····· I
\
F
p
I, ·' · '· ~ \.
I : ···' · . i
Ay~~ (3)
Cukup jela!\
Pasal 2:~
Ay;,t (1)
Cukup jelas
Ay11t (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup je!as
Ay.tt (4)
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat _(2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
•4~~"'" ~",. ~" -T :II'>~~·'~ t~"' ...• ~~ .,.~.
~"'** """"'"1A ~:: ~~~ ~'n { "'A~ ~~~ ~1P V~t:. 1A~tf
-<:.~."(- ~~,, .? <---..c.-;o~ ._:-~
PRESIDEN REPUEILIK !NOONE SIA
13
Gelar Doktor Kchormatan atau yang discbut dahun bahasa as111gnya
Doktor Honoris Causa dapat dibcrikan kepada seseorang baik Warga
Negara Indonesia ataupun Warga Negara Asing yang bcrjasa iuar biasa
?agi ilmu pcngetahuan, teknol0gi, kemasyarakatan dan kcmanusiaan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
'''*"~1. t '~-~ ""'"" ~ t~; .... h~J ~.-1,. ~ •?I ~- -~, \-":t, ~n{ H? ,':'~, . ~1 ,/ ': ~-~tl ,~ ·\Y 'C~-..::..>:::.:'( • J ~~
~.c..-..,c:,;a~ :.:.-
PRESIDCN REPUIILIK INDONESIA
14
Tidak semua u11sur pcnunjang sebagaimana dimaksud dalam huruf g harus
ada, tergantung kepacla keperluan atau kehutuhan perguruan Li1iggi yang
yang bersa11gkutan .
Pasal 28
Ayat (I)
Dalam upaya membantu memecahkan permasalahan perguruan tinggi,
Dewan Penyantun diharapkan berperan aktif baik sendiri maupun
dengan menggerakkan atau mengerahkan sumber claya masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 29 ...
p
Pasal 2Q
Ayq~ (l)
Cukup jelas
Ay~l (2)
Cukup jelas
Ayq~ (3)
J ·'" ;~,.:;-~"\ A~ .., •. -• r:. :.,"- ~~
t'-1*· "' "~ f;'.· ~~~J ~-~ • s~z );~ ~ ~1} ,li~1 A1::f "1 · ~- l~,..... ... ,.._ " 1\ "'I· /1''' . . / ~~:jo~ .. =-
PRICSIQEN R E PU 8 LII<. tNOONE '3 1/\
15
Pada dasarnya Pemhantu Rektor/Pembanlu Ketua/Pcmhanlu Direktur
berjumlah 3 (tiga) orang scsuai dcngan bidang kcgiatan Akademik,
Administrasi Umum, dan Kcmahasiswaan . Pcrguruan tinggi dapat
mengangkat Pembantu Rcktor/ Pembantu Ketua/Pcmbantu Direktur
yang jumlahnya sesuai ·dengan kebutuhan atas persetujuan senat
perguruan ti1iggi.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
,., ... · Kebijaksanaan penilaian prestasi akctdemik dan kecakapan serta
kepribadian anggota · sivitas akadcmika mencakup pula kritcria
akademik untuk menetapkan kelulusan dari suatu program studi dan
pemu tusan stud i.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cuk.l1p jelas
Huruf c
Cukup jclas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf 11
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Ayat (3)
f~' 1,r =:-'" .~A · "7 ;.?"' - \
!.,*· ·:... "-~ ~ .,_- · -~'\\~
~ •'7 "'"t.~ ~~~~ "h~ ~(\ I \ 7J 1..'i-~~ h'·IY ''...'",~\\ ~Atf
-<=."<:>.~8-/1'~ ..; <-,£,;o~ _.:.-
I 'RESIDEN F~EPUULif<. INDONE S IA
16
Masing-masing perguruan tinggi mcnctapkan cara pemilihan wakil
doscn scrla dimungkinkan mcnambah anggota senat dari unsur-unsur
lain .
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Dalam hal tid;:~k ada kesepakCltan dalam rapat senat perguruan tinggi,
punpman pergmuan tinggi mcnyampaikan pcrrnasalahan yang
bcrsangkutan kepada Mentcri untuk memperoleh keputusan.
Ayat (7)
Cukup jclas
Pasal 31 ...
p
a
'
Pasal 31
Ayc.t (1)
t,f,/1'~ -.... ~,
~A:,. • ~ ""~ ~ "h~
''-r*·· ~ ... "~ ~r, ..-- . ""'h~J ~ -17 "'A'lJ ~~ ~ ~~1' ~~~~- AAif "'"~1.1 ~A J ""-·~~8-_/l ,v
"C....-:-:,:;..;o,-
PRESIDI::N REPU[:\LIK INDONCSIA
17
Pada Fakul!as yang menyclcnggarakan program pendiclikan dalam
bidang ilnm terlcntu dapal dibcntuk hagian sehagai unsur pelaksana
akademik yang berfungsi dan memiliki struktur seperti jurusan .
Ay<tl (2)
Cukup jel'ls
Ayut (31
Cukup jelas
Ayat(4)
Pcngclolaan laboratorium/studio dapat mcnjadi tanggungjawab jurusan,
fakultas, atau perguruan tinggi .
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) >·
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
· Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pa~al 34 ...
1.\
Pasal 34
·"··4' ..: " I ·' .. ,.. -"'1 ~1_, -::---~ "'<. -"~~
~~, ... *-~\\~ ~ ,,. ""'ll~ ~~{ ·.;~ ~h~ ~~~ ~17 "..1\~t- . ~h/
"""-:':..~ ~"'i-_A~ .. f v.,...o, . .... -
PRESIDEN REPUBLIK IN DON[ SIA
18
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Pada dasarnya Pembantu Rektor berjumlah 3 (tiga) orang sesuai dengan
bidangnya yaitu bidang 1\kaclemik, bidang Administrasi Umum, dan
bidang Kcmahasiswaan. Namun demikian, sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan dari Univcrsitasllnstitut yang bersangkutan dapat diangkat
Pembantu Rektor kurang atau lebih dari 3 (tiga) orang. Dalam hal
jumlah Pembantu Rcktor kurang atau mclebihi 3 (tiga) orang, fungsi
bidang Akademik, Aclministrasi Umum, dan Kemahasiswaan tetap harus
ada dan dilaksanakan atas persctujuan senat Universitas/Institut yang ..
bersangkutan .
Pcngertian eli atas bcr!aku pula untuk :
a. 1\..nnlah Pembantu Ketua Sekolah Tinggi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60;
b. Jumlah Pemhantu Dircktur Politcknik sehagaim<llla dimaksud dalam
Pnsal 75 ; dan
c. Jumlah Pcmhantu Din:ktur Akademi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8X .
~ . !
Pas
Pas11
Pas
Pasal 37
Ay<H (1)
Cukup jelas
Ay .. ~ (2)
Cukup jelas_:
Ay<\t (3)
Cukup jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup je\as
Ayat (4)
•• •If;'~~"~ ,1\ .. ~_.~ ..... :;. -"'""~~
.~-r*."""AJ 1-'"7 ...,.~,, ~-:r . ~~~ . ~~~· H7 '-~~~ A1;:;
'<:1 · ~· ,A~ "' "',- ,, "' -,.,,. .:' ~~~·,;o~ -~
PRES1(1t:N R E PUI1LII-< lt-Jr>ON [ ~-11 /\
19
Pembinaan mahasiswa yang dimaksud pada ayat ini antara lain meliputi
upaya peningkatan kepemimpinan, penalaran, minat, dan kegemaran
mahasiswa.
Kesejahteraan mahasiswa yang dimaksud pada ayat ini antara lain
meliputi asrama, koperasi mahasiswa, kredit mahasiswa pada Bank,
pelayanan kesehatan, pclayanan minat dan bakat mahasiswa dalam
bidang kesenian dan olahraga.
Pasal 39
Ayat (l)
Cukup jelas
yat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jclas
Ayat (6)
Cukur jelas
Pasal 40
Ayat(l)
Cukup jcl<1s
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 41
Ayat (1) ·'·
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup j~las
l'~~ ... ~~"l\ .·~*:.•;: ""- ~:::~~~ t~... . . ~ ~
~- · 7 . ~h~ ~~f ~~~ ,\\~1 ~1/ "''·~~ ,~~? T.~'<::::.."t::..y . /1 "'-/ ~--u;o~ ~ ...
I'RESIDCN REPUElLII<,. INDONE SIA
20
·' . \
,I •I.
Ayqf (6)
Cukup jelas
Ay<tr (7)
Cukup jelas
Pasal 42
/\yat (l)
Cukup jelas
Ayal (2)
Cukup jel~1s
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 43
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
~ .... tf~>~:'_\~ ~~.., '7..-· ... ""- "~~
t.L•,*"".,\\~ ~:; "'~~ ~~~ ~1P ~-~~ '~~A'tf 'C.....,t:..8oA _,
"'~;o~ .~
PRESIDEN REPUBLIK INOONE~IA
21
Pasal 44 0 0 0
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Ayat (I)
I A-'' -y,. ::;'"- \1-, '·'..,~·· ·· ...,..~:-"'~~
~ ..t.j{~-..,\\h ~,.."r ~h~ "n ', ~h~ . ~~, ~1} "'~'-~ • A1~ '<:..;--\'~ ,~~ ?'
~~--~;.,1_-:? ,. ' -
PRESIDEN REPUE:1LIK INDONESIA
22
Pada .dasarnya Pembantu Dekan berjumlah 3 (tiga) orang sesuai dengan
bidang kcgiatan Akademik, Administrasi Umum dan Kemahasiswaan.
Perguruan tinggi dapat mengangkat Pembantu Dekan yang jumlahnya
sesuai dengan kebutuhan pcrguruan tinggi .
Ayat (2)
Cukup jel~s
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 47 ...
- /1. i .. . ( -~ ·
Pasal 4~ ..
Ay< t (I)
Cukup jelas
Aya1 (2)
· Cukup jelas
Pasal 4&
Ay<';t (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 49
Ayat (1) >·
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
........ A··"·'*d.,...,. . .... "\~
~~ 7 ,_. ~, " ~
~~ "'*··. --- "~ ~,t: ~h~ ~~i ~~~ ~~~ A1.?' "I·~~ · '~~ ~ ""~"""~:~...,,A ,:·.:--
"z~o ...... ~
PRI:SIOEN REPUBLIK IN DONE ~ ·;II\
23
Pasal 50 . . .
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jclas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jclas
Ayat (6)
Cukup jclas
Ayat (7)
Cukup jclas
Ayat (8)
Cukup jelas
) •
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Ayat (I)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
4 · ·'~..,.~~·'-"" ~v,. _ , .• .e:. _..,_\~ ~~,.,..,*· •.:~ ~ ~~~:· ~~~
~~~ 1 ~1J ~~~~ ~,\if "',\,~~ lA J
"=-~. '~~ _:--...............
I 'HESIPt N REPU8LII~ IN DONE ' ;tl\
24
~I
II pj
II ~
. ,
Ay<lt (3)
Cukup jelas
Ay: 1t (4)
Cukup jelas
Pasal 53
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat .(2)
Cukup jelas
Pasal 54
Ayat (1)
·-'" ~~~·'~·,..- ~"~ ~~'1 ~--. ""':.,., .~~~ t-L, .. *~""'"~A ~-~,. ""'h~
~~;, ' ~h~ ~~~ H1 "t-~. A1~ ""'" ,, ~ ,A.I ,_.., ~~:."".,~~!/ .... .... -
PHESIDCN REPUBLIK INDONrSIA
25
Dalam hal Lidak adanya Direklur Program Pasca Sarjana, Lugas dan
fungsi sebagaimana disebut .pacla ayal (5) dan (6) clilaksanakan olch
Pembantu Rektor yang membidangi kegiatan bidang akademik.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) ~·
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayal (5)
Cukup jelas
Ayal (6)
Lintas jurusan bcrarti bukan merupakan kclanjutan cl ari program sarjana
dalam jurusan tcrtcnlu dan/alau mcnggunakan sumber daya clari
beberapa juruan .
Pasal 55
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
•I ·T > ~ / · - , ,,
~~~-:-··'. -~~ .~~~A
{'1?*""h~ ~ ~~ ""h~ ~~~ ~~J \t~ \1 ,~AA'tff
...,_~~ . ...., .. _, '-J:/"ol'' ·: ·~ .........
PHESIDEN REPUBLIK INDONESIA
26
Organisasi biro pada universitas/institut dapat disesuaikan dengan
keperluan dan kemampuan universitas/institut yang bersangkutan.
Pasal 56
Ayat (I)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 58
Ayat (I)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 59 .. .
.. t :
...
Pasal 59
"~;:, ~ ~:~· ~ ~--.:... "'"~
~L'*·"'"~ ~:: ~~~~J ~· { "FJ ~·~~ ~~1J ~~1\\ ,"'lifl\~-~~
4:::1-ro, ...
PRESIDCN REPUBLIK INDONESIA
27
Organisasi sekolah tinggi yang disclenggarakan oleh masyarakat dapat
disesuaikan clengan keperluan dan kemampuan sekolah tinggi yang
bersangkutan .
Pasal 60
Lihat Penjelasan Pasal 36
Pasal 61
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 62
Ayat (1) ~·
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 63 ...
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (G)
Cukup jelas
Pasal 64
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat (2) ~-
Cukup jelas
Pasal 65
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas . ,
· .. .. .
A '.fll..t"~"" .~ 7,."" - "'' ~·~:~·· J""-""~
~t,*,· ~"-~~ J."" ""'h~ ~~~ ~A~ ~~~ ~11 \".~t- .~~~&
-"C~~."'(-ft __; <..-.o;o~ :.:. ·-
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
28 -
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukuf> jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6) ·
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
A''M''~"'I.,_ ~A, "7..,/!.? ~ ~:t ·"~~
~'"*-..""'"~ \.~-1' ">!I~ ~.\; "'~~ ~~~ ~11 "~'~• .A1? ~~''" ,A·',., --=.~' ·"'~· A " .... -.;c::..;u~ -· -
PHESIDl:N REPUOLIK lt-JDONE 51 A
- 29 -
Pasal 67 . ..
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jclas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 69
Ayat (1)
Cukup jc las
Ayat (2) ~·
Cukup jelas
Pasal 70
Ayat (1)
~ 4 · · ··~~::: ~ \~ ~~'1 : •.• ~ / ;.:_ "h~
~"'*""'"~ ~ -1,. ""ll~ ~~~ ""~~ ,~~~ ~1ft ~h, ,~h/
~~~:..'I~A · . . ; :.u,...a, -·
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
30
Dalam hal tidak diangkat seorang Dircktur Program Pasca Sarjana,
tugas dan fungsi scbagaimana disebut pada ayat (5) dan ayat (6)
dilaksanakan oleh Pcmbantu Ketua yang membidangi kegiatan bidang
akademik .
.ii ..
.1~
· Ay ~t (2)
Cukup jelas
Ay ,t (3)
Cukup jelas
Ay .. t (4)
· Cukup jelas
Ay;tt (5)
.· Cukup jelas
AY;!l (6)
Cukup jelas
Pasal 71
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 72 ~·
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jclas
Pasal 73
Ayat(l)
Cukup jclas
!
4tAI'If'~"-:\ ~~~ r.~Z' ~;;£ ~h~
t-tlf,~- ~~"~ ~-1,.. ""t.~ ~~; ~h~ ~~~ ~4~ ""~~ ,hf ~~ ~~ 8· ~~n .J
-c...-P.,.::o~ :.?
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
31 -
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 74
1't.A .. ·'~:~~, ~~ ? •. ':.;.',._ ~-"'~~~
l~:*· ~h~J ~,? '<::;h'l ~~{ ~~J ~~" Aif "~-~~_~ A·' -..,~,...,_\\ .v,/ __ :'
.... ·.:u;o,.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
32 -
Organisasi politeknik yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat
disesuaikan berdasarkan keperluan clan kemampuan politeknik yang
bersangkutan .
Pasal 75
Lihat Penjela5an Pasal 36
Pasal 76
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 77
Ayat (1)
Cukt1p jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
, ...
~
Ayat (4)
Cukup jclas
Pasal 78
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jclas
Ayat (3)
Cukup jclas
Ayal (4)
Cukup jclas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 79 ~·
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas
,,AI'-r-::: ~-"!,\
··:A'·~· ~.., . ""~" ~~If,· ...,~~J ~-1'"' ~~~ ~~{ ~17 't~~~ ~Atf
-o.'' ~\\ 'f · AJ --' -c,.~;o~ .. ·
PR~:SIDI::N
REPLJI'ILIK INDONF SIA
33 -
1\
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
'"·A.""'~ tt -1 .. "-'h~ ~~v ~~~ ~'n!. ~~~J ~~~~ h/
<: ,, ~\\...., . .A)A/ -.:...c..,..v.;o~ . -~
PRESIDEN REPUBLIK INDONL:SIA
34 -
Seorang dosen yang mcmangku jabatan guru besar yang diminta
mengajar politeknik juga menjadi anggota senat politeknik tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pas a! 8 I
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) .•·
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jclas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup J_elas . . . ·(I
Ayat (7) ...
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
)•
Pasal 84
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 85
Ayal (1)
Cukup jelas •'
1.;1""* ~:\ I\ A~ \:~'IJ ~·~, ~~~J ;t~t- -JJIAgl
""-"""-t::......, .A . .., '"'u;o~ :7
PRESIDE:N REPUBLIK INDONESIA
35
'Ayat (2)
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 86
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 87
~'':, ~ -~-· "'>:;.. ~~~
~t''*· ·~,q t:r -;~~ ~"~ ~1} "'"~· ,htf?' .., <- ,, ~ 'A·• ;;-'
"C.~,...,.o-_;l ·:;;-? ., ...... . -
PRESIDL:N REPUBLIK INDONESIA
36
\
Organisasi akademi yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat disesuaikan
berdasarkan keperlue1n dan kcmampuan akaclemi yang bersangkutan.
Pasal 88
Lihal penjelasan Pasal 36
Pasal 89 >·
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 90 ...
E
Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jela~
Ayat (3)
Cukup jclas
Ayat (4)
Cukup jclas
Pasal 91
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4) >-
. Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
. i.
jA·'A~~~\'-11 .~~'1 ~ ....... """"'· "~~
~<"*. '"""~h J11; ~~~~ ~A; "::~~ ~J~ ~~J ~~1:1 ,~h/ ""-~ .-.(. /r _,
.c:-u;o~ .---= ..
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
37
Pasal 92 . ..
Pasal 92
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas ·
Pasal 93
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 94
Ayat (1)
Cukup jclas
Ayat (2)
Cukup jelas
~··~~~~\~ ~~"1:·· ··~ "'---:..." ~~
~t-t*· -.,. 1\~ ~ -1 ~ ...,., •J ~"' ~"·~ ~~ ~11 ~'~~ iff ~. "<:>..~.v- ~' . J
<~.;o~ .... ~
PRESIDEN REPUBLif<. INDONESIA
38
I I "'
Ayat (3) ...
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas..:
Ayat (6)
Cukup j~las
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Ayat (l)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
4 ~ ..... ~,..::: -:_..,, ~A_, 7_ •• • .r-,~"-~~
"t". ·*""""~ ~- -17 ~~~~ ~AI, "~~ $~~ ~1} ~--~1:\ AA1.f
... ,-.. ;,,.'t!. -"V· ~\~ ;;. ... ~;o~ _._ ...
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
J9
Yang climaksud dengan satuan pcndidikan yang membawahinya adalah
untuk :
a) universitas/institut ad<llah Fakultas
b) Sekolah tinggi/Politeknik/Akademik aclalah lembaga pendidikan itu
sendiri .
Ayat (4) .. ..
Ayat (4)
Cukup jcl::1s
Pasal 97
Ayat (1)
Cukup jclas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 98
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jclas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100 J•
Ayat (I)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 101
Ayat (I)
Culrup jelas
~~"~~~ ..... .., ~~..,~--~ /----~~~~
~L1*.""·"~ ~~A? ""h~ ~-~; '<:: ~~ \~~~ ~1J \.!'~\1 1A~if
""-""'-~ .-v· A"~/ ..,.·:v.;o~ : ._-=
PRESIDEN REPUBLJf(, INDONESIA
40
Ayat (2)
Ay:;' (2)
Cukup jelas
Ay:,t (3)
-A~M~~""-11 l_,-r)!? ""'-.:"h~ ~-~~ .. w.; . ~~~ ~~~: ' "~~ ~l ~11
.... ~~. A{~ "".:-"~ )~A¥ "'C.~,:V0 ~A-~ -- ........
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
41 -
Pemerintah dapat memberi bantuan kepada perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk dosen tetap ·yang
dikerjakaQ pada perguruan tinggi yang hersangkutan .
Ay<1t (4)
Cukui? jelas
Ayqt (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Dosen tamu dapat be rasa! dari dalam negeri a tau dari luar negeri .
Pasal 102
Ayqt (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pengangkatan pada jabatan akademik diatur dengan sistern kredit yang
dikumpulkan atas kegiatan yang telah dilakukan oleh dosen dalam
rnenjalankan tugasnya . Besarnya angka kredit yang diberikan atas suatu
jenis kegiatan serta jumlah minimal angka kredit bagi suatu jabatan
akademik clitentukan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendayagunaan aparatur negara . Menteri Pendidikan dan Kcbudayaan
menetapkan tata cara penilaian angka kredit jabatan akademik dosen.
Pasal 103
Cukup jelas
Pasal 104 ...
Pasal 104
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
~~ " ~*· . --:~~A J."? "'h~ ~~; ~~~ $~~ ~11 "-t-~~ lhJ ""S;_"""'-~.-y. ~)n y
..c-,L_,;o~ ~-~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
42
Perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Departemen lain atau
lembaga Pemerintah lain mengusulkan pengangkatan guru besar melalui
Menteri lain atau Pimpinan Lembaga Pemerintah lain yang bersangkutan
kepada Menteri .
Ayat (5)
Cukup jclas
Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Ayat (1)
~·
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 107
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) ....
Aya .: (2)
Cukup jelas
Pasal 108
Ayat (1)
Cukup jejas
Ayat (2)
Cukt~p jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 109
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
,..
Pasal 110
Ayat (1)
Cukup _jelas
Ayat (2)
Cukup jclas
Pasal 111
Ayat(l)
Cukup :jelas .,
. AA•A~-~::-\"'1\ ~~_,.,~,-·~ ..... ..,. -~~,
~",*"""-.,_"~~ ~-17" """II~ ~"; ~~~ ~~~ ~11 ""'"~· .A1::r """'"~ ~A",..,. -.:.~;.;!iA_./ .,.....,. ... , ... :--
PHESIDEN REPUBLIK INDONESIA
43
~
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 112
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 113
Ayat (1)
Cukup jclas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 114
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
~~~~- ·"· - ~~~~~~ ... ~-'~"*""'~~ ~'"; "":,~~ .t~~~ ~~J ~~-~~ hff ~~:V·/?~J
"'..G~;o~::..~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
44 -
Pemerintah yang dimaksud dalam ayat ini adalah baik Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah.
. I Ayat (3)
#
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c ~
. ~~J;, r~~"' ,..z :\-'' ~ ·" ... f*~"~~ ~-1.. ~ .. ~ ~"f, ~ '<~:A~ ~~t,'?:~> ~~J "';J'A~ AAY ""-~N·~)~_J
"'.,G;u~ ~ ·z7
PRESIDEN REPUBLif'<. INDONESIA
45 . -
Kontrak kerja yang dimaksud meliputi kegiatan penelitian,
konsultasi, pelatihan, dan lain-lain kegialan yang berhubungan
dengan peran dan fungsi perguruan tinggi.
Huruf d
Yang dimaksud dengan produk adalah barang dan/atau jasa sebagai
hasil .kegiatan yang berhubungan dengan peran fungsi perguruan
tinggi.
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Ayat (4) ,.
Cukup jelas
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan tidak mencari keuntungan adalah usaha yang
semata-mata diselenggarakan untuk kelancaran pelaksanaan dan
pengembangan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan peran dan fungsi
perguruan tinggi.
Pasal 115
' . ... , ; ' :I
Pasal 115
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 116
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 117
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasa1118
Ayat (1)
Cukup jelas
,;,
~A4~~<.~~'1\-.._ ~~-r*t ... - ~ ....,.r..""'"~~ ~-1~ --- ~~
~,.,; . "'"~J "II" ~h~ ~h, ~141 ;tA~ 4hff
"'C.~.-v-))-_, <--~;v~..#"'
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
46
. ; ' .
:I~ d'~
. ;
Ayat (2) ...
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 119
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 120
Cukup jelas
Pasal 121
Cukup jelas
Pasal 122
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 123
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
"•o
'o
AA•"'"" ..... '""" t~~_,'*-r.?:? ,:;._,.~ ~~l " ~ .... "~' ~~~;: ~ ~J
~~~_,. "::1:-.'IJ ~A{ ~h~ ~·~~ . ~41 ~At-. )it! ... -.::..'1::!..-voA . .J'
<~;o~ ::..~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
47
Pasal 124 0 0 0
· '
Pasal 124
Cukup jelas
Pasal 125
Cukup jelas
Pasal 126
Cukup jclas
Pasal 127
Cukup jclas
Pasal 128
Ayat (1)
Cukup jellls
Ayat (2) ~·
A'A"r' ~·"-\ ~~~~ ~.~? ""'---:~~~
lL117*. """"hA 1'''"' · """lw ~"?. ~~~
~d~· . ~1J ~hi . ~h/
..-;~:¥;ft) _ _; <-.L,,.;o, :-.-
PRF:.SIDEN REPUBLIK INDONESIA
48
Mutu terdiri dari efektifitas, efisicnsi , produktifitlls, akuntabilitas ,
sullsana akademik, dan ketahanan sistcm.
Ayat (3)
Kemandirian Badan Akreditasi menjadi dasar dalam pelaksanaan
tugasnya walaupun memperoleh dukungan sumber daya dari pihak lain
termasuk Pemerintah.
Ayat (4) ... I\
;,
Ayat (4)
... --?:.?;.~/2~~
t-t~~~~~~ ~"~A ~~~" ~~~~ . ~~~; . ~A~ ~d~ ~11 ;tA\1 )A~At.f
'<;.'<::;.l::..-.,.A --· ~.v;o~ _,..
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
49
Langkah pembinaan terhadap perguruan tinggi dapat bcrbentuk :
a. Peningkatan bantuan penycdiaan sumber daya;
b. Pengurangan atau penghentian bantuan penyediaan sumber daya
bagi program-program tertentu;
c. Peng~entian pelaksanaan program-program tertentu;
d. Penangguhan untuk scmentara otonomi pengelolaan perguruan
linggi yang bcrsangkutan;
e. Langkah pembinaan lainnya yang dipandang perlu.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 129
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 130
Cukup jelas
Pasal 131
Cukup jelas
:. '.'(, Pasal 132 ...
'·
Pasal 132
Cukup jelas
Pasal 133
Cukup jet as
144M-r ~'-"''ll ~~.., ~--~? "'"'...£ "~'
~~, ... ~. ~"~~ I.~,? ~~~ ~~~; ~A~ l..~d~ J1J ~~~~ 4~··Y -.:.~~·V·ft) J
<---..o;o~~
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
50
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA "NOM OR 3859
~·
1·. ' ! ·: