· web viewunesa university press. slavin, e, robert. 2008. cooperative learning. bandung. nusa...

22
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TPS DENGAN PENDEKATAN INQUIRY Ariyani Guru SMP Negeri 3 Tulungagung ABSTRAC This study aimed to describe the learning process Cooperative Model TPS-inquiry approach to improve the understanding of eighth grade students on the subject of tangent circles. Learning TPS has three stages as the name suggests are: think, pair and share. At that stage think, students are given the opportunity to think of individuals in completing a given problem, the teacher directs the students' thinking just to keep it out of the material being studied. Next is a pair stage, students can discuss with the group to find a settlement agreement of a given problem and the teacher only as a mediator. The last stage is to share, here students present / presented their group work in the classroom. In addition, students receive advice / input from other groups. Inquiry strategy is a series of learning activities that emphasize critical thinking and analytical process to seek and find their own answers to a problem. In mathematical learning, inquiry strategy has three characteristics, namely: participation, investigation and construction of knowledge. Participation emphasizes students actively involved in learning. Investigation is the process of investigating the student to mathematical problems. The construction of knowledge is an activity with a discussion to analyze the problem. Based on the results of studies suggest that the percentage of test results in the classical style that gets a score 77 is 81.25% increase in cycle 1 and 91% in cycle 2, the percentage of the observation of the activities of teachers increased from 83% in cycle 1 to 91.5% in cycle 2, the percentage of observations of student activity increased from 85% in cycle 1 to 91.65% in cycle 2, the percentage of the poll result increased from 81.86% in Cycle 1 to 90.64% in cycle 2, and the results of interviews conducted at 3 (three) objects also increased from 2 students in cycle 1 to cycle 2 to 3 students who understand the material tangent circles, albeit with assistance. Keywords: Comprehension, Think Pair Share, Inquiry, Tangent Circle. Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan Pendekatan Inquiry 20

Upload: hathuan

Post on 22-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TPS

DENGAN PENDEKATAN INQUIRY

Ariyani Guru SMP Negeri 3 Tulungagung

ABSTRAC

This study aimed to describe the learning process Cooperative Model TPS-inquiry approach to improve the understanding of eighth grade students on the subject of tangent circles. Learning TPS has three stages as the name suggests are: think, pair and share. At that stage think, students are given the opportunity to think of individuals in completing a given problem, the teacher directs the students' thinking just to keep it out of the material being studied. Next is a pair stage, students can discuss with the group to find a settlement agreement of a given problem and the teacher only as a mediator. The last stage is to share, here students present / presented their group work in the classroom. In addition, students receive advice / input from other groups. Inquiry strategy is a series of learning activities that emphasize critical thinking and analytical process to seek and find their own answers to a problem. In mathematical learning, inquiry strategy has three characteristics, namely: participation, investigation and construction of knowledge. Participation emphasizes students actively involved in learning. Investigation is the process of investigating the student to mathematical problems. The construction of knowledge is an activity with a discussion to analyze the problem. Based on the results of studies suggest that the percentage of test results in the classical style that gets a score ≥ 77 is 81.25% increase in cycle 1 and 91% in cycle 2, the percentage of the observation of the activities of teachers increased from 83% in cycle 1 to 91.5% in cycle 2, the percentage of observations of student activity increased from 85% in cycle 1 to 91.65% in cycle 2, the percentage of the poll result increased from 81.86% in Cycle 1 to 90.64% in cycle 2, and the results of interviews conducted at 3 (three) objects also increased from 2 students in cycle 1 to cycle 2 to 3 students who understand the material tangent circles, albeit with assistance.

Keywords: Comprehension, Think Pair Share, Inquiry, Tangent Circle.

Tujuan afektif belajar

matematika di sekolah menurut

standar isi adalah sikap kritis,

cermat, obyektif, dan terbuka,

menghargai keindahan

matematika, serta rasa ingin tahu

dan senang belajar matematika

(Depdiknas, 2006: 345). Oleh

karena itu, matematika sebagai

disiplin ilmu perlu dipelajari dan

dipahami dengan baik oleh

segenap lapisan masyarakat,

terutama siswa sekolah formal.

Menurut NCTM (2000), standar

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

20

isi matematika meliputi bilangan

dan operasi, aljabar, geometri,

pengukuran, serta analisis data

dan probabilitas. Geometri

merupakan cabang matematika

yang menempati posisi penting

untuk dipelajari karena geometri

digunakan oleh hampir setiap

orang dalam kehidupan sehari-

hari. Salah satu materi dalam

geometri adalah garis singgung

lingkaran yang diajarkan pada

kelas VIII. Materi garis singgung

lingkaran merupakan materi dasar

yang banyak dimanfaatkan untuk

matematika lanjutan maupun

dalam bidang studi yang lain.

Dari hasil pengamatan yang

terjadi di SMPN 3 Tulungagung,

dapat diperoleh hasil sebagai

berikut, didapatkan bahwa banyak

siswa mengalami kesulitan dalam

mempelajari materi garis

singgung lingkaran. Hal ini

tercermin dari hasil belajar yang

telah diikuti oleh siswa. Dari buku

daftar nilai ulangan harian siswa

kelas VIII semester II tahun

pelajaran 2009/2010, 2010/2011,

2011/2012, pada materi garis

singgung lingkaran, rata-rata

menunjukkan bahwa hanya 45,5%

siswa yang mendapat nilai di atas

KKM. Pada proses

pembelajarannya dapat dikatakan

hampir semua guru masih

menerapkan pembelajaran yang

bersifat konvensional yang pada

tahap pelaksanaan

pembelajarannya dimulai dari

menjelaskan materi, memberi

contoh dan dilanjutkan dengan

latihan soal, sehingga

pembelajaran cenderung di

dominasi guru. Siswa kurang

diberikan kesempatan untuk

memikirkan dan menemukan

konsep sendiri. Hal ini

mengakibatkan konsep yang

dipelajari siswa cenderung tidak

bertahan lama atau mudah hilang

bahkan kadang-kadang siswa

tidak mengerti atau tidak

memahami konsep yang sedang

dipelajari.

Ada tiga alasan penting

tidak sesuainya pengajaran yang

bersifat konvensional. Pertama,

siswa bukan orang dewasa dalam

bentuk mini, tetapi mereka adalah

organisme yang sedang

berkembang. Agar mereka dapat

melaksanakan tugas-tugas

perkembangannya, dibutuhkan

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

21

orang dewasa yang dapat

membimbing mereka agar tumbuh

dan berkembang secara optimal.

Kedua, ledakan ilmu pengetahuan

mengakibatkan kecenderungan

setiap orang tidak mungkin dapat

menguasai setiap cabang

keilmuan. Ketiga, penemuan-

penemuan baru khususnya dalam

bidang psikologi, mengakibatkan

pemahaman baru terhadap konsep

perubahan tingkah laku manusia.

Dominasi guru menyebabkan

siswa menjadi pasif, karena siswa

kurang dapat mengemukakan ide-

ide dan pendapat yang

dimilikinya. Siswa masih enggan

bertanya kepada guru atau

bertanya kepada temannya

walaupun tidak bisa memecahkan

masalah yang diberikan dan

jarang dikelompokkan dalam

pembelajaran, sehingga kurang

terjadi komunikasi antara siswa

dengan siswa maupn siswa

dengan guru. Dalam

menyelesaikan soal-soal atau

masalah matematika, siswa jarang

diminta untuk mengungkapkan

alasannya dan menjelaskan secara

lisan atau tertulis mengapa

mereka memperoleh jawaban

tersebut sehingga terjadi

kesalahan konsep pada siswa itu

sendiri serta siswa kurang terbiasa

mengumpulkan materi yang telah

dipelajari secara sistematis.

Guru perlu merancang suatu

pembelajaran yang membiasakan

siswa untuk mengkonstruksi

sendiri pengetahuannya, sehingga

siswa lebih memahami konsep

yang diajarkan serta mampu

mengkomunikasikan

pemikirannya baik dengan guru,

teman maupun terhadap materi

matematika itu sendiri. Guru

berusaha untuk dapat menciptakan

kondisi yang kondusif agar

kegiatan belajar dapat mencapai

tujuan yang efektif dan efisien.

Kegiatan belajar yang dilakukan

siswa tidak hanya berinteraksi

dengan guru sebagai salah satu

sumber belajar, tetapi juga

berinteraksi dengan keseluruhan

sumber belajar yang mungkin

dipakai untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan.

belajar merupakan proses aktif

merangkai pengalaman sendiri

untuk mendapatkan pengalaman

baru yang lebih kompleks,

sedangkan guru berfungsi sebagai

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

22

fasilitator dan mengajar

diidentikkan dengan membimbing

dan menciptakan kondisi yang

kondusif sehingga siswa dapat

belajar. Perubahan kognitif terjadi

jika konsep-konsep yang telah

dipahami sebelumnya diolah

melalui suatu proses

ketidakseimbangan dalam upaya

memahami informasi baru, dari

gagasan ini lahir teori

konstruktivisme. Teori ini

menganjurkan peranan yang lebih

aktif bagi siswa didalam

pembelajaran. Karena

penekanannya pada peran aktif

siswa, strategi konstruktivisme

sering disebut pengajaran berpusat

pada siswa (student-centered).

Salah satu model

pembelajaran yang berkembang

pada saat ini adalah pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran

Kooperatif merupakan salah satu

strategi pembelajaran dengan

membentuk kelompok kecil,

dimana setiap siswa mempunyai

tingkat kecakapan/kemampuan

yang berbeda, dan selanjutnya

melakukan bermacam-macam

aktivitas pembelajaran untuk

meningkatkan pemahaman

terhadap suatu subyek pelajaran.

Setiap anggota kelompok

bertanggung jawab tidak hanya

untuk belajar yang diajarkan tetapi

juga untuk membantu teman

kelompok belajar, sehingga

tercipta suasana belajar untuk

mencapai suatu prestasi

Dari pengalaman peneliti

mengajar di kelas, siswa

cenderung bertanya dan

berdiskusi dengan teman

sebangkunya mengenai materi

yang belum dimengerti daripada

bertanya kepada guru. Dari hal

tersebut, maka peneliti ingin

melakukan perubahan dalam

proses pembelajaran agar dapat

menghasilkan prestasi belajar

yang optimal dengan

menggunakan dua model

pembelajaran, yaitu model

cooperative Think-Pair-Share

(TPS) dengan pendekatan Inquiry.

TPS atau Think-Pair-Share

merupakan salah satu tipe model

dari kooperatif yang

memungkinkan siswa untuk

berfikir (Think) melakukan

diskusi bersama dengan teman

kelompoknya (Pair), kemudian

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

23

hasil diskusi tersebut dibicarakan

bersama dengan pasangan-

pasangan yang lain dalam satu

kelas (Share). Model think-pair-

share merupakan cara yang

efektif untuk membuat variasi

pola diskusi kelas. Strategi inquiry

didasari oleh teori belajar

konstruktivistik yang

dikembangkan oleh Piaget.

Pengetahuan itu akan bermakna

jika dicari dan ditemukan sendiri

oleh siswa. Inquiry itu sendiri

adalah rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan

pada proses berpikir secara kritis

dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari

suatu masalah yang

dipertanyakan.

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

karena data yang dikumpulkan

berupa data verbal dan bertujuan

untuk memperbaiki pembelajaran

di kelas, terutama sebagai suatu

upaya untuk meningkatkan

pemahaman siswa. Dalam

penelitian ini peneliti sebagai

instrumen utama karena peneliti

yang merencanakan, merancang,

melaksanakan, mengumpulkan

data, menarik kesimpulan dan

membuat laporan. Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) merupakan

salah satu cara yang strategis bagi

guru untuk memperbaiki layanan

pendidikan yang harus

diselenggarakan dalam kontrol

pembelajaran di kelas dan

peningkatan kualitas program

sekolah secara keseluruhan. Selain

itu PTK merupakan suatu upaya

yang dilakukan guru untuk

meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas, atau untuk

menguji keterpakaian asumsi-

asumsi teori pendidikan dalam

praktek pembelajaran.

Rancangan penelitian yang

digunakan peneliti adalah

rancangan penelitian model

Kemmis dan Taggart.

Perencanaan model Kemmis dan

Taggart merupakan

pengembangan dari model

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

yang diperkenalkan Kurt Lewin.

Menurut Kemmis dan Taggart

PTK dilakukan dengan

menggunakan spiral/siklus. Setiap

siklus ini terdiri dari empat

langkah penting. Setiap siklus

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

24

akan saling berhubungan hingga

masalah pada penelitian

terpecahkan. Pada PTK model

Kemmis dan Taggart mempunyai

empat tahapan penting pada setiap

siklusnya. Tahapan-tahapan

tersebut adalah (1)

perencanaan/planning, (2)

tindakan/acting, (3)

pengamatan/observing, dan (4)

refleksi/reflecting. PTK yang

digambarkan Kemmis dan

Taggart tersebut dapat diartikan

bahwa siklus akan berakhir jika

penelitian sudah sesuai dengan

apa yang telah ditetapkan (sesuai

dengan Kriteria/Indikator

Keberhasilan).

Pada penelitian ini

instrumen yang digunakan adalah

RPP, LKS, tes, observasi, angket,

wawancara, lembar validasi. RPP

(Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran). RPP ini berfungsi

untuk merencanakan segala

sesuatu yang harus dilakukan

pada saat PBM (Proses Belajar

Mengajar) dengan menggunakan

model pembelajaran think pair

share dengan pendekatan Inquiry.

Lembar Kerja Siswa (LKS).

LKS ini berfungsi untuk

mempermudah proses PBM dan

untuk memberikan batasan-

batasan materi yang dipelajari.

LKS dibuat sedemikian rupa

hingga dapat menggambarkan

model pembelajaran think pair

share dengan pendekatan

Inquiry. Yakni soal-soal yang

dapat membawa siswa berpikir

aktif secara individu maupun

kelompok, dan akhirnya siswa

dapat menemukan sendiri materi

yang harus dikuasai.

Tes ini dibedakan menjadi

2 yakni: tes awal, dan tes akhir.

Tes awal dimaksudkan untuk

mengetahui penguasaan materi

prasyarat. Sedangkan tes akhir ini

berfungsi untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa

terhadap materi yang telah

dipelajari. Tes ini disusun

berdasarkan indikator yang harus

tercapai.

Lembar observasi. Lembar

observasi ini digunakan untuk

mengamati aktivitas guru dan

siswa. Hal ini berfungsi untuk

mengetahui kesesuaian antara

RPP dengan pelaksanaan

pembelajaran di kelas.

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

25

Angket ini diperuntukkan

kepada semua siswa yang

merupakan obyek penelitian. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat pemahaman tentang materi

garis singgung lingkaran.

Lembar pedoman

wawancara. Wawancara ini

diperuntukkan kepada 3 (tiga)

obyek penelitian yang telah

ditentukan. Hal ini hanya

dilakukan untuk memperkuat data

angket. Sehingga wawancara

inipun juga digunakan untuk

mengetahui tingkat pemahaman,

kesenangan dan motivasi siswa

dalam mempelajari materi garis

singgung lingkaran.

Lembar validasi ini

berfungsi untuk memvalidasi

RPP, Tes, Lembar Observasi,

Angket, dan Lembar Pedoman

Wawancara. Hal ini diperlukan

agar perangkat pembelajaran yang

digunakan pada penelitian ini

valid.

Analisis data

dilaksanakan sesudah data

terkumpul. Data perangkat

pembelajaran yang dimaksud

adalah LKS (Lembar Kerja

Siswa) dan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran).

Sedangkan instrumen

penelitiannya adalah tes awal, tes

akhir, lembar observasi aktivitas

guru, lembar observasi aktivitas

siswa, lembar angket, dan lembar

pedoman wawancara yang telah

divalidasi oleh validator.

Perhitungan peningkatan

pemahaman siswa dilihat dari

analisa data pada siklus 1 dan

siklus 2. Jika berdasarkan hasil

analisa data kegiatan

pembelajaran pada siklus I dan

siklus II telah mencapai kriteria

keberhasilan,maka dapat

disimpulkan bahwa siklus I dan

siklus II telah mencapai kriteria

keberhasilan yang ditetapkan

dalam penelitian tindakan kelas

ini

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran Think Pair

Share dengan pendekatan Inquiry

pada Materi Garis singgung

lingkaran ada 3 tahap kegiatan,

yaitu kegiatan awal atau

pendahuluan,kegiatan inti dan

kegiatan akhir atau penutup.

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

26

Mengacu pada langkah-

langkah pembelajaran yang

digunakan, pembelajaran think

pair share dengan pendekatan

inquiry ini berhasil mengantarkan

siswa kelas VIII SMPN3

Tulungagung dapat memahami

materi garis singgung lingkaran

dan akhirnya dapat meningkat

prestasi belajarnya. Pada

penelitian ini untuk mengukur

peningkatan pemahaman siswa

dengan menggunakan 4 (empat)

instrumen yaitu (1) tes, (2) lembar

observasi yang dibedakan menjadi

lembar observasi guru dan lembar

observasi siswa, (3) angket untuk

mengetahui tingkat pemahaman

siswa, dan (4) wawancara yang

berfungsi untuk

mendukung/memperkuat data

hasil angket.

Pada hasil tes siklus 1 dapat

diperoleh data bahwa siswa yang

memperoleh skor ≥ 77 adalah

sebanyak 26 dari 32 siswa yang

mengikuti tes. Keadaan ini dapat

dikatakan bahwa 81,25 % dari

siswa tersebut telah memahami

materi yang diberikan. Prosentase

skor rata-rata pada observasi

aktivitas guru yang diberikan ke-3

observer adalah 83%. Prosentase

skor rata-rata pada observasi

aktivitas siswa yang diberikan ke-

3 observer adalah 85%.

Sedangkan prosentase hasil

penyebaran angket yang telah

diberikan kepada 32 (tiga puluh

dua) siswa menyatakan bahwa

terdapat 81,86 % siswa yang

menyatakan senang dengan

strategi pembelajaran yang

digunakan dan akibatnya

termotivasi untuk lebih giat

belajar. Selain itu hasil

wawancara yang telah dilakukan

oleh peneliti kepada 3 (tiga) siswa

menyatakan bahwa 2 dari 3 siswa

telah memahami materi panjang

garis singgung lingkaran terhadap

titik diluar lingkaran.

Dari hasil tes siklus 2 dapat

diperoleh data bahwa siswa yang

memperoleh skor ≥ 77 adalah

sebanyak 29 dari 32 siswa yang

mengikuti tes. Keadaan ini dapat

dikatakan bahwa 91% dari siswa

telah memahami materi.

Prosentase skor rata-rata pada

observasi aktivitas guru yang

diberikan ke-3 observer adalah

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

27

91% pada pertemuan pertama dan

92% pada pertemuan kedua.

Prosentase skor rata-rata pada

observasi aktivitas siswa yang

diberikan ke-3 observer adalah

91% pada pertemuan pertama dan

92,3% pada pertemuan kedua.

Sedangkan prosentase hasil

penyebaran angket yang telah

diberikan kepada 32 (tiga puluh

dua) siswa menyatakan bahwa

terdapat 90,64% siswa yang

menyatakan senang dengan

strategi pembelajaran yang

digunakan dan akibatnya

termotivasi untuk lebih giat

belajar. Selain itu hasil

wawancara yang telah dilakukan

oleh peneliti kepada 3 (tiga) siswa

menyatakan bahwa ke-3 siswa

telah memahami materi yang

diberikan.

Berdasarkan analisis data

ternyata terdapat peningkatan

pemahaman siswa. Peningkatan

pemahaman tersebut menurut

kriteria keberhasilan yang telah

ditetapkan adalah hasil pada

siklus 2 lebih baik daripada siklus

1 (minimal 3 instrumen). Pada

penelitian ini terbukti bahwa

siswa yang berkemampuan rendah

sangat terbantu dengan

menggunakan pembelajaran think

pair share dengan pendekatan

inquiry. Pada pembelajaran ini

terdapat proses scaffolding yang

dapat membantu siswa yang

berkemampuan rendah sehingga

pemahaman akan materi yang

diajarkan meningkat. Dilihat dari

hasil penelitian tersebut, maka

penelitian ini menjadi lebih efektif

karena pada tahap pair tidak lagi

hanya berpasangan tetapi dalam

bentuk kelompok (yang terdiri

dari siswa yang berkemampuan

tinggi, sedang dan rendah).

Dengan pembentukan kelompok

ini maka terjadi proses scaffolding

yang lebih efektif dan efisien

sehingga memungkinkan untuk

semua siswa dapat memahami

materi yang dipelajari.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data

dan pembahasan dapat

disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Ada 3 tahap kegiatan yang

dilakukan guru (dalam hal ini

peneliti) dalam pembelajaran

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

28

yang dilaksanakan pada

siklus 1 dan siklus 2. Tiga

tahap kegiatan tersebut adalah

: kegiatan awal atau

pendahuluan, kegiatan inti

dan kegiatan akhir atau

penutup. Pada tahap

pendahuluan, ada 3 langkah

yaitu : (1) menyampaikan

tujuan pembelajaran, (2)

memberikan pertanyaan

kepada siswa untuk menggali

pengetahuan awal yang

berkaitan dengan materi yang

akan dibahas, yang sudah

diperoleh siswa pada

pertemuan sebelumnya, (3)

memberikan penjelasan

tentang strategi pembelajaran

yang akan dilaksanakan, yaitu

siswa akan belajar secara

berkelompok menggunakan

model pembelajaran tipe

think pair share dengan

pendekatan inquiry, (4) siswa

diajak berfikir untuk

mendukung hipotesa guru, (5)

dengan menggunakan LKS,

guru memberikan

permasalahan yang dapat

mengarahkan siswa untuk

memahami materi yang

diberikan, (6) memberikan

kesempatan kepada siswa

untuk berfikir dan menjawab

permasalahan di LKS secara

individu, (7) siswa

berkelompok untuk

mendiskusikan permasalahan

pada LKS dengan tujuan

saling melengkapi dan

menguatkan hasil yang telah

diperoleh, (8) memberikan

kesempatan kepada

perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya, (9) bersama

siswa membuat kesimpulan,

(10) meminta siswa untuk

tidak berkelompok, lalu siswa

diberikan soal tes yang

dikerjakan siswa secara

individu, (11) menutup

pelajaran yang didahului

dengan menyampaikan materi

yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya.

2. Pembelajaran dengan

menggunakan strategi Think

Pair Share dengan

pendekatan inquiry dapat

meningkatkan pemahaman

siswa kelas VIII SMPN3

Tulungagung tahun pelajaran

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

29

2012/2013. Hal ini dapat

diketahui dari data hasil

penelitian dengam

menggunakan 4 (empat)

instrumen. Berdasarkan data

hasil penelitian menyatakan

bahwa prosentase hasil tes

secara klasikal yang

mendapatkan skor ≥ 77

meningkat yaitu 81,25%

pada siklus 1 dan 91% pada

siklus 2, prosentase hasil

observasi aktivitas guru

meningkat dari 83% pada

siklus 1 menjadi 91,5% pada

siklus 2, prosentase hasil

observasi aktivitas siswa

meningkat dari 85% pada

siklus 1 menjadi 91,65% pada

siklus 2, prosentase hasil

angket meningkat dari

81,86% pada siklus 1 menjadi

90,64% pada siklus 2, dan

hasil wawancara yang

dilakukan pada 3 (tiga) obyek

juga meningkat dari 2 siswa

pada siklus 1 menjadi 3 siswa

pada siklus 2 yang

memahami materi garis

singgung lingkaran ,meskipun

dengan pemberian bantuan.

Berdasarkan hasil temuan

penelitian, maka disarankan

kepada para pendidik untuk

menggunakan strategi

pembelajaran Think Pair Share

dengan pendekatan inquiry dalam

pembelajaran matematika di kelas,

dengan memperhatikan beberapa

hal sebagai berikut:

1. Para pendidik seharusnya

lebih aktif dalam mendesign

dan membuat LKS yang

dapat mengarahkan anak

didik dalam memahami suatu

materi.

2. Pada saat proses

pembelajaran pendidik

seharusnya lebih peka

terhadap gerak-gerik anak

didiknya, serta lebih aktif

dalam menegur dan

mengarahkan anak didiknya,

sehingga anak didik yang

berkemampuan rendah juga

dapat mengikuti pembelajaran

dengan baik.

3. Apabila pembelajaran

didominasi oleh anak didik

yang berkemampuan tinggi

sebaiknya pendidik segera

mengubah strategi, yang

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

30

awalnya diberikan

kesempatan kepada yang

mampu dialihkan menjadi

model penunjukan (agak

memaksa tetapi hasilnya baik

untuk anak didik yang

berkemampuan rendah dan

sedang untuk dapat

meyampaikan sesuatu yang

telah dipahaminya).

4. Dalam menerapkan strategi

pembelajaran Think Pair

Share dengan pendekatan

inquiry pada materi garis

singgung lingkaran,

penggunaan waktu harus

dimanfaatkan seefektif

mungkin. Sesuai penelitian

ini, penggunaan strategi

pembelajaran Think Pair

Share dengan pendekatan

inquiry pada materi garis

singgung lingkaran

memerlukan waktu yang

banyak terutama ketika

melakukan diskusi kelompok

dan diskusi kelas pada

kegiatan inti. Salah satu cara

mengatasinya adalah

mengelola waktu seefektif

mungkin, misalnya dalam

mendiskusikan materi antar

siswa yang dipandu guru,

pembahasan cukup diarahkan

ke hal-hal yang penting saja

dan tidak perlu semuanya.

DAFTAR RUJUKAN

Amnah, Sri. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share, Jigsaw, Kombinasi dengan Strategi Metakognitif, dan Kemampuan Akademik terhadap Kesadaran Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa di SMAN Kota Pekanbaru Riau. Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang. Universitas Negeri Malang.

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bell, Frederick H. 1978. Teaching and Learning Mathematics ( In Secondary School ). Wm. C. Brown Company Publisher Dubuque, Lowa.

Buschman, Larry. 2003. Share and Compare. Amerika. NCTM.

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

31

Eureka. 2009. Matematical Questioning. 2009 http://literacy.kent.edu/eureka/strategies/mathematical_questioning.pdf diakses pada 4 Desember 2009.

Makar, Katie.2007. Elaborating a model of learning to teach mathematical inquiry.http://www.curriculum.edu.au/leader/elaborating_a_of_learning_to_teach_mathemati,19683.html?issueID=10809 diakses 8 Juni 2007

Robertson, Kristina. 2006. Increase Student Interaction with “Think-Pair-Shares” and “Circle Chats”. http://www.colorincolorado.org/article/13346/?theme=print

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta . Kencana Prenada Media.

Siswono, Tatag Yuli E. 2008. Mengajar & Meneliti Panduan Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru dan calon Guru. Unesa University Press.

Slavin, E, Robert. 2008. Cooperative Learning. Bandung. Nusa Media.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta. Dirjen Dikti.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.

Ariyani: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Melalui Model Kooperatif Tps Dengan

Pendekatan Inquiry

32