waterpass memanjang dan melintang (pricilia)

25
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG Abdul Ghani Sani Putra 1006680631 Dila Anandatri 1006680764 Nur Aisyah al-Anbiya 1006660913 Pricilia Duma Laura 1006680915 Tanggal Praktikum : 9 Oktober 2011 Asisten Praktikum : Muhamad Ardimas Tanggal Disetujui : Nilai : Paraf Asisten : LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Upload: sipilpi12

Post on 20-Oct-2015

187 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

IUT

TRANSCRIPT

Page 1: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

MODUL III

WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

Abdul Ghani Sani Putra 1006680631

Dila Anandatri 1006680764

Nur Aisyah al-Anbiya 1006660913

Pricilia Duma Laura 1006680915

Tanggal Praktikum : 9 Oktober 2011

Asisten Praktikum : Muhamad Ardimas

Tanggal Disetujui :

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2011

Page 2: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini umumnya adalah untuk mengetahui profil dari suatu trace

pada lahan pekarangan yang permukaan tanahnya tidak rata. Pelaksanaan

pekerjaan ini umumnya diperlukan dalam bagian yang disebut sebagai sipat datar

profil memanjang dan melintang, hasil akhirnya adalah data ketinggian titik.

B. Alat-Alat

1. Theodolit 1 buah

2. Statif 1 buah

3. Rambu ukur 1 buah

4. Meteran 1 buah

5. Payung 1 buah

6. Unting-unting 1 buah

7. Patok 5 buah

C. Teori

Waterpass adalah salah satu alat untuk mengukur beda tinggi antara dua titik.

Penentuan selisih tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara

penempatan alat penyipat datar tergantung pada keadaan lapangan. Jikalau jarak

antara 2 titik yang harus ditentukan selisih tingginya mempunyai jarak yang terlalu

panjang sehingga rambu ukur tidak dapat dilihat dengan jelas maka jarak tersebut

dapat dibagi menjadi jarak antara yang lebih kecil.

Page 3: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

Rumus yang digunakan:

H1 + h1 = H2 + h2

Di mana:

H1 = tinggi titik referensi dari permukaan laut

h1 = pembacaan benang tengah (belakang)

h2 = pembacaan benang tengah (muka)

H2 = tinggi titik yang dicari

Pengukuran sipat datar profil dilakukan dengan membaca benang tengah pada

beberapa rambu, yaitu sebanyak yang diperlukan bagi penggambaran profil di dalam

arah tersebut. Profil yang diperlukan adalah dalam arah memanjang dan melintang

dari rencana konstruksi yang dikerjakan.

Untuk menetukan jarak titik-titik itu ke waterpass sama caranya dengan cara

untuk waterpass memanjang yaitu dengan rumus : D = 100 (BA-BB).

Sedangkan untuk menentukan beda tinggi dari titik yang dipilih dipakai cara

sebagai berikut:

h = p – t

dimana:

p = tinggi garis bidik

t = benang tengah pada pembacaan rambu

atau:

h = tR – T

dimana:

tR = benang tengah pada pembacaan rambu di titik

D. Cara Kerja

1. Tentukan 4 letak titik yang akan diukur dan pasang patok pada tiap titik yang

akan diukur. Beri nama 4 titik tersebut sebagai titik A,B,C dan D. Patok juga

dipasang diantara titik A dan B (diberi nama titik 1), diantara titik B dan C

(diberi nama titik 2), dan terakhir diantara titik C dan D (diberi nama titik 3).

Titik 1, 2 dan 3 adalah tempat theodolit dipasang untuk membidik rambu yang

berada di titik A, B, C dan D (Dengan syarat titik A-1-B-2-C-3-D adalah garis

lurus).

Page 4: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

2. Tentukan titik asal dari titik yang telah ditentukan dan kita beri nama titik asal

tersebut sebagai titik A.

3. Kemudian, pasang theodolit pada titik 1 dengan benar (sampai nivo terletak

ditengah-tengah). Ukur tinggi alat di titik 1.

4. Pasang rambu ukur pada titik A, dan teropong bidik pada theodolit di titik 1

dibidikkan ke rambu ukur yang dipasang di titik B. Sudut HA yang dibentuk

dari titik 1 ke titik A dianggap 0o 00’00’’ (theodolit diarahkan ke belakang

dengan titik A sebagai referensi).

5. Catat benang atas, benang bawah, benang tengah yang terlihat serta ukur

jarak titik A ke titik 1 dengan menggunakan meteran.

6. Putar arah theodolit sebesar 90o dari sudut yang terbentuk dari kedua titik tadi

(90 o ke arah kiri dari A-1) dan letakan rambu ukur di tempat yang terlihat

pada teropong bidik theodolit beri nama titik E.

7. Catat benang atas, benang bawah, benang tengah yang terlihat serta ukur

jarak titik 1 ke rambu ukur (titik E).

8. Putar arah theodolit sebesar 180 o dari sudut yang terbentuk dari kedua titik

tadi dan letakan rambu ukur di titik B.

9. Catat benang atas, benang bawah, benang tengah yang terlihat serta ukur

jarak titik 1 ke titik B dengan menggunakan meteran.

10.Putar arah theodolit sebesar 270o dari sudut A-1 (yang terbentuk dari titik 1

dan titik A atau 90 o dari sudut yang terbentuk dari titik 1 dan titik B) atau

sebesar 90 o ke arah kanan dari sudut A-1, dan letakan rambu ukur di tempat

yang terlihat pada teropong bidik theodolit beri nama titik F.

11.Catat benang atas, benang bawah, benang tengah yang terlihat serta ukur

jarak titik 1 ke rambu ukur (titik F).

12.Setelah itu pindahkan theodolit ke titik 2 dan ulangi percobaan di atas. Ukur

tinggi di titik 2.

13.Ulangi langkah 4-11 untuk pembidikan dari titik 2. (Pembidikan yang

dilakukan dari titik 2-B, titik 2-G, titik 2-C, dan titik 2-H.

14.Setelah itu pindahkan theodolit ke titik 3 dan ulangi percobaan di atas. Ukur

tinggi di titik 3.

15.Ulangi langkah 4-11 untuk pembidikan dari titik 3. (Pembidikan yang

dilakukan dari titik titik 3-C, titik 3-I, titik 3-D, dan titik 3-J.

Page 5: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

16.Kemudian lakukan pengukuran lagi secara berlawanan dari titik 3 ke titik 1.

(Pembidikan titik 3-D, titik 3-C, titik 2-C, titik 2-B, titik 1-B, dan titik 1-A).

E. Data Pengamatan

Dari titik Ke titik Jarak (m)

1

A 4

E 4

B 3

F 4

2

B 3

G 4

C 3

H 4

3

C 3

I 4

D 3

J 4

Pengukuran ketika pergi.

Tempat

Alat

Arah Tinjauan

HA = 0000’00’’ HA = 270000’00’’ HA = 180000’00’’ HA = 90000’00’’

Titik A Titik E Titik B Titik F

Titik 1

BA 153 cm 151,5 cm 140,9 cm 152,5 cm

BT 151 cm 149,5 cm 139 cm 150,4 cm

BB 149 cm 147,5 cm 136,9 cm 148,5 cm

Titik B Titik G Titik C Titik H

Titik 2

BA 141,2 cm 149,7 cm 141,2 cm 153,8 cm

BT 139,8 cm 147,5 cm 139,7 cm 151,9 cm

BB 138,3 cm 145,6 cm 138,2 cm 150 cm

Titik C Titik I Titik D Titik J

Titik 3

BA 142,2 cm 141,3 cm 167 cm 155,2 cm

BT 140,7 cm 138,8 cm 165,5 cm 152,9 cm

BB 139,2 cm 136,7 cm 163,9 cm 151,2 cm

Page 6: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

Tempat Alat Tinggi Alat

Titik 1 138 cm

Titik 2 140 cm

Titik 3 139,5 cm

Pengukuran ketika pulang:

Tempat Alat Arah Tinjauan Tinggi Alat

Titik D Titik C

Titik 3

BA 167 cm 140,8 cm

139,5 cmBT 165,5 cm 139,3 cm

BB 163,9 cm 137,9 cm

Titik C Titik B

Titik 2

BA 142,3 cm 141,8 cm

141 cmBT 140,9 cm 140,3 cm

BB 139,4 cm 138,9 cm

Titik B Titik A

Titik 1

BA 141 cm 153,5 cm

139 cmBT 138,9 cm 151,5 cm

BB 137,4 cm 149,5 cm`

F. Pengolahan Data

Dengan menggunakan rumus

D = 100 x (BA-BB)

Kesalahan Relatif = ((D−J )/J ) x100%

Keterangan :

D = jarak 2 titik

BA = Batas Atas

BB = Batas Bawah

J = jarak yang diukur menggunakan meteran

Catatan : Untuk titik yang dilakukan pengkuran bolak balik (pergi-pulang) D yang

digunakan ialah D rata-rata dari hasil 2 kali pengukuran.

Page 7: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

Maka didapat data:

Titik Alat Titik Bidik D (cm) J (cm) Kesalahan Relatif (%)

1

A 400 400 0%

E 400 400 0%

B 380 300 26,67%

F 400 400 0%

2

B 290 300 3,33%

G 410 400 2,5%

C 345 300 15%

H 380 400 5%

3

C 295 300 1,67%

I 460 400 15%

D 310 300 3,33%

J 400 400 0%

Kemudian mencari beda ketinggian di tiap titik:

1. Beda ketinggian titik 1 dengan titik A

untuk pergi:

H1A = BTA – T1

H1A = 151 cm -138 cm

H1A =13 cm

untuk pulang:

H1A = BTA – T1

H1A = 151,5 cm – 139 cm

H1A = 12,5 cm

H = 13 cm+12,5 cm2

= 12,75 cm

Perbedaan tinggi rata-rata antara titik 1 dengan titik A adalah 12,75 cm di mana

titik 1 lebih tinggi 12,75 cm dari titik A.

2. Beda ketinggian titik 1 dengan titik B

untuk pergi: H1B = BTB – T1

Page 8: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

H1B = 139 cm -138 cm

H1B = 1 cm

untuk pulang:

H1B = BTB – T1

H1B = 138,9 cm – 139 cm

H1B = -0,1 cm

H = 1 cm – 0,1 cm2

= 0,45 cm

Perbedaan tinggi rata-rata antara titik 1 dengan titik B adalah 0,45 cm di mana

titik 1 lebih tinggi 0,45 cm dari titik B.

3. Beda ketinggian titik 2 dengan titik B

untuk pergi:

H2B = BTB – T2

H2B = 139,8 cm -140 cm

H2B = -0,2 cm

untuk pulang:

H2B = BTB – T2

H2B = 140,3 cm – 141 cm

H2B = -0,7 cm

H = -0,2 cm – 0,7 cm2

= -0,45 cm

Perbedaan tinggi rata-rata antara titik 2 dengan titik B adalah 0,45 cm di mana

titik B lebih tinggi 0,45 cm dari titik 2.

4. Beda ketinggian titik 2 dengan titik C

untuk pergi:

H2C = BTC – T2

H2C = 139,7 cm -140 cm

H2C = -0,3 cm

untuk pulang:

H2C = BTC – T2

H2C = 140,9 cm – 141 cm

H2C = -0,1 cm

H = -0,3 cm – 0,1 cm2

= -0,2 cm

Perbedaan tinggi rata-rata antara titik 2 dengan titik C adalah 0,2 cm di mana

titik C lebih tinggi 0,2 cm dari titik 2.

5. Beda ketinggian titik 3 dengan titik C

Page 9: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

untuk pergi:

H3C = BTC – T3

H3C = 140,7 cm -139,5 cm

H3C = 1,2 cm

untuk pulang:

H3C = BTC – T3

H3C = 139,3 cm – 139,5 cm

H3C = -0,2 cm

H = 1 ,2 cm – 0,2 cm2

= 0,5 cm

Perbedaan tinggi rata-rata antara titik 3 dengan titik C adalah 0,5 cm di mana

titik 3 lebih tinggi 0,5 cm dari titik C.

6. Beda ketinggian titik 3 dengan titik D

untuk pergi:

H3D = BTD – T3

H3D = 165,5 cm -139,5 cm

H3D = 26 cm

untuk pulang:

H3D = BTD – T3

H3D = 165,5 cm – 139,5 cm

H3D = 26 cm

H = 26 cm + 26 cm2

= 26 cm

Perbedaan tinggi rata-rata antara titik 3 dengan titik D adalah 26 cm di mana titik

3 lebih tinggi 26 cm dari titik D.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

-26-23-20-17-14-11

-8-5-21

Ketinggian Titik Patok dan Titik Alat dengan Titik 1 Sebagai Acuan

Series2Linear (Series2)

A

1 B 2 C 3

D

Page 10: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

Selanjutnya mencari kontur di tiap titik 1,2, dan 3 :

Dengan rumus :

∆H Kanan dengan Titik = BTkanan – TA

∆H Kiri dengan Titik = BTkiri – TA

1. Dititik 1:

T1 yang digunakan ialah T1sewaktu pergi, karena hanya waktu pergi

dilakukan pengukuran melintang, begitupula untuk titik 2 dan 3.

∆H Kanan dengan 1 = BT – T1

∆H Kanan dengan 1 = 150,4 – 138 = 12,4 cm (titik 1 lebih tinggi)

Dengan θ = tan-1 12,4 / 400 = 1,77o

∆H Kiri dengan 1 = BT – T1

∆H Kiri dengan 1 = 149,5 – 138 = 11,5 cm (titik 1 lebih tinggi)

Dengan θ = tan-1 11,5 / 400 = 1,65o

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

-14-12-10

-8-6-4-20

Ketinggian Titik Patok E dan F dengan Titik 1 sebagai acuan

2. Dititik 2:

∆H Kanan dengan 2 = BT – T2

∆H Kanan dengan 2 = 151,9 – 140 = 11,9 cm (titik 2 lebih tinggi)

Dengan θ = tan-1 11,9 / 400 = 1,70o

∆H Kiri dengan 2 = BT – T2

∆H Kiri dengan 2 = 147,5 – 140 = 7,5 cm (titik 2 lebih tinggi)

Dengan θ = tan-1 7,5 / 400 = 1,07o

E

1

F

Page 11: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

-15

-10

-5

0

Ketinggian Titik Patok G dan H dengan Titik 2 sebagai acuan

3. Dititik 3:

∆H Kanan dengan 3 = BT – T3

∆H Kanan dengan 3 = 152,9 – 139,5 = 13,4 cm (titik 3 lebih tinggi)

Dengan θ = tan-1 13,4 / 400 = 1,92o

∆H Kiri dengan 3 = BT – T3

∆H Kiri dengan 3 = 138,8 – 139,5 = -0,7 cm (titik 3 lebih rendah)

Dengan θ = tan-1 -0,7 / 400 = -0,1o

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

-16-14-12-10

-8-6-4-202

Ketinggian Titik Patok I dan J dengan Titik 3 sebagai acuan

G

2

H

I3

J

Page 12: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

Berdasarkan data di bawah ini dapat ditentukan volume galian dan volume timbunan

untuk suatu jalan dengan lebar 8 m.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20110

112

114

116

118

120

122

124

126

128

130

132

134

136

138

140

a. Volume timbunan

= Vol. Timbunan I + Vol. Timbunan II

= (3m x 0,055m x 8m) + (2m x 0,0825m x 8m)

= 1,32m3 + 1,32m3

= 2,64m3

b. Volume galian

= V Galian I + V Galian II + V Galian III + V Galian IV + V Galian V + V Galian VI

= (1mx1,7cmx8m) + (3mx3,75cmx8m) + (3mx4,45cmx8m) + (3mx5,65cmx8m) +

(3mx7,42cmx8m) + (1mx4,37cmx8m)

= 0,136m3 + 0,9m3 + 1,068m3 + 1,356m3 + 1,781m3 + 0,350m3

= 5,591m3

VI

VIVIIIIII

Galian

Timbunan II

Timbunan I

Page 13: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

G. Analisis

1. Analisis Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan ketinggian titik satu dengan

titik lainnya. Kita dapat mencari ketinggian tersebut, kita memerlukan sipat datar

profil melintang dan memanjang.

Pertama-tama kita harus menentukan beberapa titik yang akan kita ukur. Kita

menentukan 4 lokasi tempat dan kita beri nama A, B, C, dan D dengan titik 1, 2

dan 3 sebagai patok tempat theodolite dipasang. Kita mengambil titik A sebagai

titik acuan awal dengan syarat semua titik (A, 1, B, 2, C, 3, dan D) harus terletak

pada satu garis lurus . Kita pasang theodolit di titik 1. Pemasangan theodolit

harus dengan benar agar dapat meminimalisir kesalahan pada praktikum

sehingga menjadi sekecil mungkin, nivo harus berada di tengah sewaktu

memulai pengukuran. Ukur tinggi theodolit yang digunakan di titik 1. Tinggi

theodolit ini berfungsi untuk menentukan perbedaan tinggi permukaan tanah

antara titik tempat theodolit berada dengan titik yang diukur. Setelah alat

theodolit terpasang dengan baik, salah satu praktikan memasang rambu ukur di

titik A. Rambu ukur harus dipasang secara tegak lurus dengan tanah

permukaan. Hal ini sangat mempengaruhi nilai dari batas atas, batas tengah,

dan batas bawah yang terbaca pada theodolit. Berikutnya, arahkan teropong

bidik theodolit pada rambu ukur yang terletak di titik A. Baca batas atas, batas

bawah, serta batas tengahnya. Sudut yang dibentuk titik 1 dengan titik A adalah

0o. Ukur jarak titik 1 ke A menggunakan meteran. Jarak antara titik 1 dan A ini

berfungsi untuk menentukan letak titik A terhadap titik 1.

Selanjutnya kita putar theodolit sebesar 90o ke arah kanan. Kita memerlukan

sipat dasar profil melintang dalam praktikum ini sehingga kita harus

mendapatkan keadaan permukaan tanah di bagian kanan dan bagian kiri dari

tiap titik. Pasang rambu ukur di tempat dimana dapat dilihat melalui teropong

bidik theodolit. Setelah itu baca batas atas, batas tengah, dan batas bawah.

Jangan lupa ukur jarak rambu ukur ke sumbu theodolit. Setelah itu putar

theodolit sebesar 180o dari arah sebelumnya. Ulangi langkah sebelumnya.

Setelah itu, arahkan theodolite ke arah titik B. Pasang rambu ukur di titik B.

Setelah itu baca batas atas, batas tengah, dan batas bawah. Jangan lupa ukur

jarak rambu ukur ke sumbu theodolit.

Page 14: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

Setelah selesai melakukan pengukuran dari titik 1, pindah theodolit ke titik 2.

Ukur tinggi theodolit yang digunakan di titik 2. Pasang rambu ukur di titik B.

Setelah itu arahkan teropong bidik theodolit ke rambu ukur yang berada di titik B.

Catat batas atas, batas tengah, dan batas bawahnya. Kita harus membuat sudut

dari titik 2 ke B menjadi 0o pada theodolit karena pada pengukuran dari1 ke B,

sudutnya adalah 180o.

Selanjutnya kita putar theodolit sebesar 90o ke arah kanan. Kita memerlukan

sipat dasar profil melintang dalam praktikum ini sehingga kita harus

mendapatkan keadaan permukaan tanah di bagian kanan dan bagian kiri dari

tiap titik. Pasang rambu ukur di tempat dimana dapat dilihat melalui teropong

bidik theodolit. Setelah itu baca batas atas, batas tengah, dan batas bawah.

Jangan lupa ukur jarak rambu ukur ke sumbu theodolit. Setelah itu putar

theodolit sebesar 180o dari arah sebelumnya. Ulangi langkah sebelumnya.

Setelah itu, arahkan theodolite ke arah titik C. Pasang rambu ukur di titik C.

Setelah itu baca batas atas, batas tengah, dan batas bawah. Jangan lupa ukur

jarak rambu ukur ke sumbu theodolit.

Untuk titik 3 dilakukan hal yang sama. Setelah dapat sampai titik D. Lakukan

pengukuran ke arah yang berlawanan. Sehingga didapat 2 variasi data untuk

profil memanjang kontur tanah.

2. Analisis Hasil

Dalam mengukur letak titik, kita dapat mendapatkan jarak titik satu dengan

yang lainnya dengan rumus:

D = 100 x (BA-BB)

Keterangan :

BT = bacaan benang tengah

BA = bacaan benang atas

BB = bacaan benang bawah.

Dengan cara tersebut, kita dapat membandingkannya dengan pengukuran

langsung dengan meteran sehingga kita mendapatkan kesalahan relatif dari

pengukuran jarak.

Page 15: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

Krelatif = |Doptis−D lapangam

Dlapangan|×100%

Pengukuran pada praktikum kali ini juga menghitung perbedaan ketinggian

antara titik satu dengan titik lainnya.

∆H = BT - TA

Keterangan :

TA= tinggi alat

BT= Benang Tengah

Pada profil melintang tiap titik yang kita ukur, kita harus mencari kontur dari

permukaan tanahnya. Kita dapat menggunakan data pengukuran sisi kanan

dan sisi kiri tiap titik. Dari data-data tersebut, akan didapatkan beda tinggi

antara sisi kanan dan sisi kiri terhadap titik tersebut.

∆H Kanan dengan Titik = BTkanan – TA

∆H Kiri dengan Titik = BTkiri – TA

Kemudian data kontur yang didapat adalah :

Untuk profil memanjang dengan titik A sebagai acuan (0 cm) :

TitikX (jarak dari titik 1)

(cm)

H (ketinggian diukur

dari titik 1) (cm)

A -400 -12,75

1 0 0

B 300 -0,45

2 600 -0,9

C 900 -0,45

3 1200 0,05

D 1500 -25,95

Page 16: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

Untuk melintang :

Titik Miring kanan (º) Miring kiri (º)

1 1,77 1,65

2 1,70 1,07

3 1,92 -0,1

TitikX (jarak dari titik 1)

(cm)

H (ketinggian dari titik 1)

(cm)

E 400 -12,4

1 0 0

F -400 -11,5

TitikX (jarak dari titik 2)

(cm)

H (ketinggian dari titik 2)

(cm)

G 400 -11,9

2 0 0

H -400 -7,5

TitikX (jarak dari titik 3)

(cm)

H (ketinggian dari titik 3)

(cm)

I 400 -13,4

3 0 0

J -400 0,7

3. Analisis Grafik

Dari data-data yang didapat dari praktikum, kita dapat menentukan letak tiap

titik yang diukur. Kita dapat memanfaatkan data jarak antar tiap titik serta

kemiringan tiap titik untuk mengetahui profil dari tanah yang diukur.

Dari grafik kita dapat menarik kesimpulan bahwa permukaan tanah lokasi

pengukuran tidak rata. Hal ini terlihat dari berbedaan ketinggian dari satu titik

dengan titik lain yang kita ukur.

Page 17: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

4. Analisis Kesalahan

Faktor-faktor kesalahan yang membuat terjadinya kesalahan perhitungan:

Kesalahan pembacaan oleh praktikan dapat menyebabkan angka yang

didapat dari pengukuran tidak tepat sehingga dapat menyebabkan terjadinya

kesalahan. Hal ini dapat disebabkan karena kesulitan menentukan skala pada

rambu ukur dan salah melihat skala.

Selain kesalahan pembacaan, kesalahan yang mungkin disesbabkan

oleh praktikan adalah praktikan memegang rambu ukur tidak lurus. Hal

tersebut dapat menyebabkan kesalahan pembacaan pada skala. Apabila

rambu ukur dipegang condong ke depan maka skala yang dibaca akan

menjadi lebih kecil dari skala yang sebenarnya. Apabila rambu ukur dipegang

condong ke belakang maka skala yang dibaca akan menjadi lebih besar dari

skala yang sebenarnya.

Selain itu saat mengukur jarak menggunakan meteran, meteran tidak

benar-benar tegang. Hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan pada

pengukuran jarak lapangan.

Kesalahan dalam pendengaran pun sangat berpengaruh pada data

yang didapat. Jika angka yang didengar oleh praktikan yang bertugas untuk

mencatat jauh berbeda dari angka yang seharusnya, maka kesalahan

perhitungan akan sangat besar.

Page 18: Waterpass Memanjang Dan Melintang (Pricilia)

H. Kesimpulan

1. Setelah melakukan praktikum ini, kita dapat menentukan ketinggian titik pada

lahan dengan menggunakan sipat datar profil memanjang dan melintang.

2. Beda ketinggian rata-rata memanjang:

Titik A dengan titik 1 = 12,75 cm (titik 1 lebih tinggi 12,75 cm dari titik A).

Titik B dengan titik 1 = 0,45 cm (titik 1 lebih tinggi 0,45 cm dari titik B).

Titik B dengan titik 2 = 0,45 cm (titik B lebih tinggi 0,45 cm dari titik 2).

Titik C dengan titik 2 = 0,2 cm (titik C lebih tinggi 0,2 cm dari titik 2).

Titik C dengan titik 3 = 0,5 cm ( titik 3 lebih tinggi 0,5 cm dari titik C).

Titik D dengan titik 3 = 26 cm (titik 3 lebih tinggi 26 cm dari titik D).

3. Beda ketinggian melintang:

Titik E dengan titik 1 = 12,4 cm (titik 1 lebih tinggi 12,4 cm dari titik E).

Titik F dengan titik 1 = 11,5 cm (titik 1 lebih tinggi 11,5 cm dari titik F).

Titik G dengan titik 2 = 11,9 cm (titik 2 lebih tinggi 11,9 cm dari titik G).

Titik H dengan titik 2 = 7,5 cm (titik 2 lebih tinggi 7,5 cm dari titik H).

Titik I dengan titik 3 = 13,4 cm (titik 3 lebih tinggi 13,4 cm dari titik I).

Titik J dengan titik 3 = 0,7 cm (titik J lebih tinggi 0,7 cm dari titik 3).

4. Setelah dihitung ternyata didapatkan bahwa volume galian lebih banyak dari

pada volume timbunan. Besarnya volume timbunan yaitu 2,64m3 sedangkan

besarnya volume galian yaitu 5,591m3.

I. Referensi

Laboratorium Survey dan Pemetaan. Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia