laporan waterpass

Upload: nur-afifah-sulistyanti

Post on 18-Oct-2015

386 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Laporan Waterpass Universitas Haluoleo

TRANSCRIPT

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar BelakangSeperti yang diketahui bersama bahwa keadaan permukaan bumi ini tidak selalu

    rata, tetapi cenderung bergelombang karena bumi tersebut terdiri dari pegunungan,perbukitan dan lembah. Maka untuk dapat menggambarkan bagian permukaan bumi inidiadakan suatu pengukuran.Pengukuran adalah penentuan jarak antara dua titik di permukaan bumi.Pengukuran jarak dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

    1. Pengukuran jarak tidak langsung : Pengukuran dengan kira-kira yang biasanyamenggnakan skala pada peta.

    2. Pengukuran jarak langsung : menggunakan instrumen atau alat ukur jaraklangsung.

    Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran yang jugamerupakan bagian kecil dari ilmu luas yang dinamakan Ilmu Geodesi.Ilmu Geodesi memiliki 2 pengertian yaitu :

    1. Maksud Ilmiah yaitu ilmu yang mempelajari bentuk dari permukaan bumi.2. Maksud Praktis yaitu membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian

    besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi.

    Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa permukaan bumi mempunyai bentukyang tidak beraturan dan cenderung bergelombang sehingga untuk mengatasi hal ituharuslah dilakukan pengukuran yang menggunakan alat ukur.

    Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran tersebut terdapat bermacam-macamtipe, bentuk serta ukurannya yang dalam praktikum ini akan dibahas mengenai alat ukurWaterpass secara lebih rinci dan lebih detail.

  • 21.2. Rumusan Masalah1. Bagaimana cara penggunaan waterpass dalam pengukuran tingkat kedataran

    tanah?

    2. Bagaimana cara menghitung hasil pengukuran alat waterpass?

    1.3. Tujuan PraktikumTujuan dari ilmu ukur tanah adalah :

    1. Untuk mengetahui cara pengukuran tingkat kedataran tanah denganmenggunakan waterpass.

    2. Untuk mengetahui cara menghitung hasil pengukuran alat waterpass.

    1.4. Manfaat Praktikum1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami cara-cara penggunaan alat waterpass

    dalam pengukuran tingkat kedataran tanah.2. Mahasiswa mampu untuk menghitung data dari hasil pengukuran waterpass.

  • 3BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Syarat-Syarat Pengukuran Sifat Datar (waterpass)a. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo.b. Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu.c. Garais mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

    Gambar 2.1Syarat-syarat pengukuran sipat datar (waterpass)

    2.2. Teknik Pengukuran Sifat Datar (Waterpass)2.2.1. Pengukuran Menyipat Datar Yang Memanjang (berantai)

    Bila jarak antara dua titik A dan B dari titik mana harus ditentukan beda tingginya, menjadi besar hingga mistar tidak dapat dilihat dengan terang dan pembacaanmenjadi kurang teliti atau bila keadaan lapangan sedemikian rupa, hingga garis bidiktidak memotong mistar-mistar karena jatuh diatas atau dibawah mistar, maka terpaksalahjarak antara dua titik A dan B itu harus dibagi dalam jarak-jarak yang lebih kecil

  • 4Gambar 2.2Teknik pengukuran waterpass secara berantai

    t = (b1 + b2 + + bn) (m1 + m2 + .. + mn)t = b m(Sumber : Soetomo Wangsotjitro, hal 163, 1980)Dimana : b = Jumlah bacaan belakang

    m= Jumlah bacaan mukabA = Tinggi rambu ukur dititik Ab1 = Tinggi rambu ukur dititk 1b2 = Tinggi rambu ukur dititik 2b3 = Tinggi rambu ukur dititik 3b4 = Tinggi rambu ukur dititik 4d1 = Jarak optis pengukuran dititik 1 (m)d2 = Jarak optis pengukuran dititik 2 (m)d3 = Jarak optis pengukuran dititik 3 (m)

  • 5d4 = Jarak optis pengukuran dititik 4 (m)mB = Tinggi rambu ukur dititk Bm1 = Tinggi rambu ukur dititik 1m2 = Tinggi rambu ukur dititik 2m3 = Tinggi rambu ukur dititik 3

    2.2.2. Pengukuran Jarak Optis

    Pada pengukuran menyipat datar, jarak-jarak yang diperlukan yang ditulis dalambuku ukur tidak diukur dengan pita ukur, tetapi dengan alat pengukur jarak optis yangada didalam teropong dan ditempatkan pada difragma. Pada difragma telah ada palingsedikit untuk mendapatkan garis bidik atau garis mendatar dan satu garis tegak yangkedua-duanya melalui titik pusat teropong.

    Gambar 2.3Teknik pengukuran jarak optis

    D = c + f + d= c + f + y.cot B : karena cot = f/2p

    Maka D = (c + f) + f/p .y : jika c + f = B dan f/p = AMaka D = B + Ay

  • 6Dari pabrik jarak benang atas dan benang bawah dibuat sedemikian rupa sehinggaharga dari : A = f/p = 100

    Jadi D = B + 100 (Ba + Bb)(Sumber : Soetomo Wangsotjitro, hal 167, 1980)

    2.2.3. Pengukuran Menyipat Datar Memanjang Dengan Metode Double StandUntuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi didalam

    pengukuran dan hasil pengukuran lebih teliti misalnya kesalahan pembantu ukur dalammenempatkan rambu, atau masuknya rambu kedalam tanah, maka pengukuran menyipatdatar memanjang perlu diadakan pemeriksaan dengan melakukan pengukuran yangkedua.

    Pengukuran menyipat datar memanjang dengan metode double standing dapatdilakukan dengan dua cara :

    a. Menempatkan pesawat waterpass diantara dua titik lalu melakukanpengukuran pergi sampai titik akhir lalu kembali melakukan pengukuranulang sampai kembali ketitik awal.

    b. Menempatkan pesawat waterpass diantara dua titik lalu pengukuran pergidan pengukuran pulang serempak dilakukan dengan hanya menggunakankedudukan waterpass.

    Gambar 2.4Pengukuran menyipat datar memanjang dengan metode double standing

  • 72.2.4. Pengukuran Tinggi Dengan Tinggi Garis BidikDalam pengukuran menyipat datar untuk menentukan tinggi titik diatas

    permukaan tanah kita memakai pertolongan tinggi garis bidik (tgb) tinggi garis bidikdihitung dari permukaan air laut rata-rata dengan nilai ketinggian kurang lebih 0,000.

    Tinggi garis bidik dapat ditentukan dengan dua cara yaitu :a. Alat ukur waterpass ditempatkan dengan sumbu kesatunya tegak lurus diatas

    suatu titik (tugu) yang telah diketahui tingginya dan garis bidik diatas tugu itudiukur dengan mistar.

    Gambar 2.5Tinggi garis bidik dengan cara pesawat berdiri diatas titik

    Tgb = TA + ta(Sumber : Soetomo Wangsotjitro, hal 164, 1980)

    Dimana : Tgb = Tinggi garis bidikT = Tinggi titik

    ta = Tinggi alat

    b. Yang diletakan diatas tugu bukan alat ukur waterpass tetapi mistar, sedang alatukur waterpass diletakkan diluar tugu itu.

  • 8Gambar 2.6Tinggi garis bidik dengan pesawat berdiri dari diluar titik

    Tgb = TA + a

    Dimana : Tgb = Tinggi garis bidikT = Tinggi titik

    a = Bacaan benang tengah

  • 9BAB IIIMETODE PENGUKURAN

    3.1. Sistem PengukuranSupaya pengukuran dapat dilakukan dengan tepat, sistem sumbu-sumbu pada

    suatu waterpass harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:a. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo.b. Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu.c. Garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

    3.1. Teknik Pengukuran3.1.1. Pengukuran Menyipat Datar Yang Memanjang (berantai)

    Bila jarak antara dua titik A dan B dari titik mana harus ditentukan beda tingginya, menjadi besar hingga mistar tidak dapat dilihat dengan terang dan pembacaanmenjadi kurang teliti atau bila keadaan lapangan sedemikian rupa, hingga garis bidiktidak memotong mistar-mistar karena jatuh diatas atau dibawah mistar, maka terpaksalahjarak antara dua titik A dan B itu harus dibagi dalam jarak-jarak yang lebih kecil3.1.2. Pengukuran Jarak Optis

    Pada pengukuran menyipat datar, jarak-jarak yang diperlukan yang ditulis dalambuku ukur tidak diukur dengan pita ukur, tetapi dengan alat pengukur jarak optis yangada didalam teropong dan ditempatkan pada difragma. Pada difragma telah ada palingsedikit untuk mendapatkan garis bidik atau garis mendatar dan satu garis tegak yangkedua-duanya melalui titik pusat teropong.

    3.2. Lokasi dan Waktu Pengukuran1.Tempat Pelaksanaan praktikum yaitu kampus baru Universitas Haluoleo, dimulai

    dari samping pos satpam di belakang gedung pusat olaraga (GOR), dilanjutkan kegedung UMK, MIPA lama, Kedokteran, dan berakhir di FKIP.

    2. Waktu praktikum dilaksanakan pada :Hari : Jumat

    Tanggal : 22 Juni 2012

    Waktu : 10.00 sampai dengan 15.00

  • 10

    3.3. Tim PengukurKelompok I : - LD. ARISMAN E1B111002

    - LORNA FEBRIANTY E1B111003- RINAH M. BOKKO E1B111005- ROMAN PIRADE E1B111006- CHRISTYANTO E1B111007

    - HERMIZI HAZIM E1B111008

    3.4. Alat Dan Bahan Yang DigunakanDalam melaksanakan praktikum ilmu ukur tanah ini alat dan bahan yang

    digunakan dilapangan adalah sebagai berikut :

    3.4.1. Alat Waterpass Lengkap Terdiri Dari:

    Gambar 1.4a) Waterpass

    Waterpass adalah alat untuk mengukur beda tinggi antara titik.Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian dan fungsi sebagaiberikut

    1. Lingkaran horizontal berfungsi untuk mengatur garis skala pembacaan(nonius)

    2. Skala pada lingkaran horizontal, berfungsi untuk pembacaan suduthorizontal.

    3. Okuler teropong, berfungsi untuk memperjelas nampaknya benang sebagaistandar pembacaan.

  • 11

    4. Alat bidik celah pejara (vizier), berfungsi untuk membidik objek secara kasar.5. Cermin nivo, berfungsi untuk melihat kedudukan nivo kotak.6. Sekrup penyetel fokus, berfungsi untuk titik fokus dari lensa yang berguna

    untuk memperjelas objek yang dibidik.7. Sekrup penggerak horizontal, berfungsi untuk putaran horizontal secara

    halus.

    8. Sekrup pengukit, berfungsi untuk mengunci dan membuka putaran alatkearah horizontal

    9. Sekrup pendatar, berfungsi untuk mengatur kedudukan nivo10. Obyektif teropong11. Nivo kotak, brfungsi untuk kedataran alat12. Kepala kaki tiga yang dapat dibuka

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini

    Gambar1.5

    b) Statif (kaki tiga)

    Gambar 1.6

  • 12

    Kaki tiga berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya dapatmenyangga penempatan alat yang ada pada masing-masing ujung yang runcing, agarmasuk kedalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tingginya sesuai dengan tanahtempat alat itu berdiri seperti tampak pada gambarSelain itu juga statif dilengkapi dengan sekrup pengunci waterpass, agar waterpass tidakbergeser dan jatuh.

    c) Unting-unting

    Gambar 1.7Unting-unting yang digantung dengan benang dan melekat dibawah penyetel kaki

    statif, unting-unting ini berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpass sudah berada tepatdiatas patok.

    3.4.2. Rambu ukur

    Gambar 1.8

  • 13

    Rambu ukur mempunyai penampang segi empat panjang yang berukuran kuranglebih 3-4 cm, lebar 10 cm, panjang 300 cm, dan bahkan ada yang panjangnya mencapai500 cm, ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dilengkapi denganukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang mencolok.Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauhtidak menjadi siliau. Bak ukur ini berfungsi unuk pembacaan pengukuran tinggi tiappatok utama dan jarak optis antara titik.

    3.4.3. Pita Ukur (meter roll)

    Gambar 1.9

    Pita ukur terbuat dari fiber glass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi tangkaiuntuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok yang lain.

    3.4.4. Kompas

    Gambar 1.10

  • 14

    Kompas digunakan untuk menentukan arah utara dalam pengukuran sehinggadijadikan patok.

    3.4.5. Payung

    Gambar 1.11

    Payung disini digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsungdan dari hujan, karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar mataharidan juga apabila lensa teropong basah maka akan mengganggu dalam pembacaan rambuukur.

    3.4.6. Patok

    Gambar 1.12

  • 15

    Terbuat dari kayu dan mempunyai penampang berbentuk lingkaran atau segiempat dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan ujung bawahnya dibuat runcing,berfungsi sebagai suatu tanda dilapangan untuk titik utama dalam pengukuran

    3.4.7. Alat Penunjang Lainnya

    Gambar 1.13

    Alat penunjang lainnya seperti belangko data pengukuran, data board, kalkulator,dan alat tulis lainnya, yang dipakai untuk memperlancar jalannya praktikum.

    3.5. Prosedur Pelaksanaan PraktikumDalam pelaksanaan praktikum ilmu ukur tanah dengan alat penyipat datar

    (waterpass) prosedur pelaksanaannya dapat diuraikan sebagai berikut :

    3.5.1. Profil Memanjang1) Peninjauan lokasi pengukuran dan menentukan arah pengukuran.2) Pemasangan patok dengan tinggi patok dari tanah 50 meter. Jika tidak

    memungkinkan untuk sampai pada batas toleransi dapat dilakukanpenambahan atau pengurangan jarak tersebut dan jika memungkinkan patokdiberi lebel atau tanda.

    3) Sket situasi (lokasi) kedudukan patok pada blangko pengukuran

  • 16

    4) Waterpass didirikan ditengah-tengah antara dua patok/titik (Po dan P1)setelah waterpass dipasang pada piringan statif dan sekrup pengunci pesawatdikencangkan.

    5) Seimbangkan kedudukan nivo kotak dengan menggunakan sekrup penyetelsehingga gelembung yang ada didalamnya berada tepat ditengah-tengah.

    6) Bak ukur didirikan dititik Po dan P1 dengan kedudukan vertikal dari segalaarah.

    7) Pada pengukuran profil memanjang ini menggunakan metode doublestanding dengan mengarahkan pesawat kepatok pertama (Po) dan padateropong akan terlihat pembacaan benang atas, tengah dan bawah (Ba, Bb danBt) sebagai pembacaan Po belakang, selanjutnya waterpass diarahkan ke P1dengan pembacaan (Ba, Bb dan Bt) sebagai Po muka.

    Gambar 2.7Pembacaan benang atas, tengah dan bawah

    8) Selanjutnya melakukan pengukuran pulang dengan mengubah kedudukanpesawat sehingga terjadi perbedaan tinggi alat lalu seimbangkan kedudukannivo.

    9) Waterpass diarahkan ke P1 dengan bacaan benang (Ba, Bb dan Bt) padateropong sebagai P1 belakang, selanjutnya waterpass diarahkan ke Po denganpembacaan benang (Ba, Bb dan Bt) sebagai Po muka.

    10) Pengamatan di station selanjutnya dilakukan secara teratur dengan caraseperti diatas sampai pada titik patok akhir.

  • 17

    11) Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada blangko hasil pengukuran yangtersedia.

    3.5.2. Profil Melintang1) Waterpass didirikan dipatok utama Po dan unting-unting tepat ditengah

    kepala patok serta kedudukan nivo kotak yang sudah seimbang.2) Kompas diletakan diatas teropong untuk menetukan arah utara dan mengatur

    kingkaran berskala horizontal pada ninous 0o (nol derajat) dengan teropongmembidik kearah utara.

    3) Pengukuran profil melintang menggunakan sistem grid maka waterpassdiputar searah jarum jam hingga skala pada lingkaran horizontal menunjuksudut 90o dan pada jarak-jarak tertentu bak ukur didirikan satu garis lurusdengan teropong, pembacaan benang (Ba, Bb dan Bt) pada teropong sebagaidetail-detail pada sebelah kanan pesawat.

    4) Waterpass diputar searah jarum jam dan teropong membidik ke P1 denganskala pada lingkaran horizontal yang menunjukan sudut horizontal dari utarake P1

    5) Selanjutnya waterpass diputar searah jarum jam sehingga membentuk sudut270o dan dirikan bak ukur pada jarak tertentu dengan pembacaan benang (Ba,Bb dan Bt) sebagai pembacaan detail-detail pada sebelah kiri pesawat.

    6) Tinggi pesawat diukur dari permukaan tanah ke tengah teropong denganmenggunakan pita ukur.

    7) Pengamatan dititik (patok) selanjutnya dilakukan secara teratur8) seperti cara diatas tetapi 0o ditentukan dari patok sebelumnya (patok

    belakang).9) Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada belangko pengukuan yang tersedia.

    3.6. Kesalahan Yang Terjadi Dalam PengukuranDalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan.

    Kesalahan ini bersumber dari perorangan, (pengukur, penulis dan pemegang rambu) alatukur dan pengaruh dari luar.

  • 18

    Kesalahan dalam pengamatan dan pengukuran dapat dibagi dalam tiga jenis :3.6.1. Kesalahan Kasar (Mistake Blunders)

    Kesalahan ini terjadi karena kurang hati-hati dalam melakukan pengukuran ataukurang pengalaman dan pengetahuan dalam pengukuran. Kesalahan ini bersumber padapengukur dan pembantu ukur (penulis atau pemegang rambu).

    Contoh kesalahan :

    a. Salah baca : 39,61 dibaca 36,91b. Salah mencatat data ukuran misalnya, dalam pengukuran jarak ada

    tigaang dan satu rentang tidak ditulis.c. Salah dengar antara pencatat dan pengukur.

    Kesalahan ini dalam proses pengukuran tidak dibolehkan karena akanmempengauhi keakuratan hasil pengukuran oleh karena itu dianjurkan menggunakan selfchacking dari pengamatan yang dibuat.

    3.6.2. Kesalahan Sistematis (cummulative errors)Kesalahan ini terjadi pada setiap kali pengukuran. Umumnya kesalahan terjadi

    karena alat ukur itu sendiri (pesawat waterpass, pita ukur dan rambu ukur)Contoh kesalahan :

    d. Garis bidik tidak sejajar garis arah nivo.e. Pita ukur yang tidak mendatar.f. Panjang pita ukur yang tidak standar.

    Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau mengkaligrasialat/memperbaiki alat.

    3.6.3. Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak (accidental)Kesalahan ini terjadi karena hal-hal yang secara kebetulan tidak diketahui dengan

    pasti dan tidak diperiksa. Contoh kesalahan :g. lengkung nya permukaan bumi.h. getaran tanah (resonansi).i. Melengkung nya sinar (refraksi)j. Panasnya sinar matahari dan getaran udara (odulasi)

  • 19

    Kesalahan ini akan baru terlihat apabila suatu besaran diukur berulang-ulang danhasinya tidak selalu sama antara satu dengan yang lain. Kesalahan ini dapat dihilangkandengan melakukan obserfasi dan mengambil nilai rata-rata sebagai hasil pengukuran.

    3.7. Hambatan yang Terjadi di Lapangan

    i. Alat waterpass yang biasa mengalami masalah dilapangan seperti, eror.ii. Perbedaan pendapat dalam membaca rambu ukur.

    iii. Cuaca yang sangat panas, sehingga alat theodolit biasanya sulit utuk diset kembali ke00.00.

    iv. Masih minimnya pengetahuan mahasiswa tentang cara penggunaan alat theodolityangbenar.

    3.8. Rumus-Rumus Yang DigunakanRumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran sifat datar (waterpass) profil

    memanjang dan profil melintang adalah sebagai berikut

    3.8.1. Jarak Optis3.8.1.1. Jarak Optis Pengukuran Pergi (stand I)

    a. Jarak optis kebelakang

    Rumus: db = (Ba Bb) x 100(Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)

    b. Jarak optis kemukaRumus: dm = (Ba Bb) x 100

    (Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)

    c. Jarak optis antara dua titikRumus: dI = db + dm

    (Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)Dimana : db = jarak optis kebelakang (m)

  • 20

    dm = jarak optis kemuka (m)Ba = Benang atas (m)Bb = Benang bawah (m)dI = jarak optis antara dua titik pada stand I (m)

    3.8.1.2. Jarak Optis Pengukuran Pergi (stand II)a. Jarak optis kebelakang

    Rumus: db = (Ba Bb) x 100(Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)

    b. Jarak optis kemuka

    Rumus: dm = (Ba Bb) x 100(Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)

    c. Jarak optis antara dua titik

    Rumus: dII = db + dm(Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)

    Dimana : db = jarak optis kebelakang (m) :dm = jarak optis kemuka (m)Ba = Benang atas (m)Bb = Benang bawah (m)dII = jarak optis antara dua titik pada stand I (m)

    3.8.1.3. Jarak Optis Rata-RataRumus : drt = (dI + dII)

    (Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)Dimana : drt = Jarak optis rata-rata (m)

    dI = Jarak optis pengukuran pergi (m)dII = Jarak optis pengukuran pulang (m)

  • 21

    3.8.1.4. Jarak Optis Titik DetailRumus : ddet = (Ba Bb) x 100

    (Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)Dimana : ddet = jarak optis titik detail (m)

    Ba = Benang atas (m)Bb = Benang bawah (m)

    3.8.2. Beda Tinggi3.8.2.1. Beda Tinggi Pengukuran Pergi (stand I)

    Rumus : tI = Bt belakang Bt muka

    (Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)Dimana : tI = Beda tinggi pengukuran pergi (m)

    Bt = Bacaan benang tengah (m)

    3.8.2.2. Beda Tinggi Pengukuran Pulang (stand II)Rumus : tII = Bt belakang Bt muka

    (Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)Dimana : tII= Beda tinggi pengukuran pulang(m)

    Bt = Bacaan benang tengah (m)

    3.8.2.3. Beda Tinggi Rata-Rata

    Rumus : trt = (tI tII)(Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 171,1980)

    Dimana : trt = Beda tinggi rata-rata (m)

    tI = Beda tinggi pengukuran pergi (m)

    tII = Beda tinggi pengukuran pulang (m)

  • 22

    3.8.2.4. Beda Tinggi Titik Detail

    Rumus : tdet = tpswt - Bt

    (Sumber : Seotomo Wangsotjitro, hal 162,1980)Dimana : tdet = Beda tinggi titik detail (m)

    tpswt = Tinggi pesawat (m)Bt = Benang tengah (m)

    3.8.3. Koreksi Beda Tinggi

    t =n

    rt t(Sumber : Had Hadis, hal 87, 1993)

    Dimana : t = Koreksi beda tinggi (m)trt = jumlah beda tinggi rata-rata (m)

    n

    III tt mn = Banyaknya rentang jarak (m)

    3.8.4. Tinggi Titik3.8.4.1. Tinggi Titik Utama

    Rumus : Tn = Tn-1 + trt t

    (Sumber : Had Hadis, hal 87, 1993)Dimana : Tn = Tinggi titik utama (m)

    Tn-1 = Tinggi titik sebelumnya (m)trt = Beda tinggi rata-rata (m)

    3.8.4.2. Tinggi Titik Detail

    Rumus : Tdet = Tn tdet

    (Sumber : Had Hadis, hal 88, 1993)Dimana : Tdet = Tinggi titik detail (m)

    Tn = Tinggi titik utama (m)

  • 23

    tdet = Beda tinggi titik detail (m)

    3.8.5. Kemiringan Titik3.8.5.1. Kemiringan Titik Utama

    Rumus : /Tn =

    drtTnTn 1

    100%

    (Sumber : Had Hadis, hal 88, 1993)Dimana : /Tn = Kemiringan titik utama (%)

    Tn = Tinggi titik utama (m)1Tn = Tinggi titik utama sebelumnya (m)

    drt = Jarak optis rata-rata (m)

    3.8.5.2. Kemiringan Titik Detail

    Rumus : /Tdet= %100det

    det

    dt

    (Sumber : Had Hadis, hal 88, 1993)Dimana : /Tdet = Kemiringan titik detail (%)

    tdet = Beda tinggi titik detail (m)d det = Jarak optis titik detail (m)

  • 24

    BAB V

    PENUTUP

    4.1. KesimpulanBerdasarkan atas beberapa penjelasan dari pokok-pokok materi diatas dapat

    ditarik kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut : Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu Geodesi yang mempelajari cara-cara

    pengukuran dipermukaan bumi dan di bawah tanah untuk keperluan seperti,pemetaan dan penetuan posisi relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumidapat diabaikan.

    Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud antara lain Maksud ilmiah : yaitu maksuduntuk menentukan bentuk permukaan bumi, dan Maksud praktis : yaitu membuatbayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecilpermukaan bumi.

    Syarat-syarat penggunaan waterpass adalah :Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo.Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu.Garais mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

    Kondisi atau keadaan permukaan tanah di lokasi penelitian adalah cenderungrata. Hal ini dapat dilihat dari :

    Perbedaan tinggi titik permukaan tanah yang diperoleh dari hasil pengukurandilapangan sangat kecil yaitu berkisar antara -0,0025 m s/d 0,555 m.Rata-rata tinggi titik-titik utama yaitu 11,322 m (dihitung dari atas permukaanair laut).dengan titik tertinggi yaitu 11,64 m dan titik terendah yaitu 11,06 m.Kemiringan antara titik yang satu dengan yang lain cenderung kecil yakniberkisar antara -0,605% s/d 0,828%.

  • 25

    4.2. Saran-SaranDemi kesempurnaan laporan ini penulis mengharapkan saran-saran dari pihak:

    a. Kepala Laboratorium ; penulis berharap agar kepala laboratorium dapatmemberikan masukan kepada penulis dan dapat membantu asisten pembimbingdalam memeriksa dan memberikan pelajaran sebagai bahan perbaikan kesalahan yangada laporan ini.

    b. Jurusan ; penulis sangat berharap agar dalam mengatur jadwal kuliahdiusahakan sedemikian rupa agar tidak terjadi tabrakan antara proses praktikumdengan proses kuliah di ruangan, karena akan sangat merugikan bagi dosen yangbersangkutan terlebih lagi bagi mahasiswa itu sendiri.