abil maulsk 5.docx
Post on 08-Dec-2015
528 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENYAKIT PERIODONTAL
A. Pengertian Penyakit Periodontal
Istilah penyakit periodontal digunakan untuk menggambarkan suatu
kelompok atau kondisi yang dapat menyebabkan peradangan dan
kerusakan attachment apparatus gigi, meliputi gingiva, ligamen
periodontal, sementum, dan tulang alveolar. Penyakit periodontal
digambarkan sebagai respon tubuh terhadap invasi bakteri di junctional
epithelium dan jaringan ikat gingival.
Ada beberapa penyakit yang mempengaruhi jaringan periodontal.
Sejauh ini, penyakit periodontal disebabkan oleh akumulasi plak, yang
menyebabkan gingivitis (inflamasi gingiva tanpa kehilangan perlekatan)
dan periodontitis (peradangan yang disertai dengan hilangnya jaringan
pendukung periodontal). Resesi gingiva juga termasuk penyakit yang
dapat mempengaruhi jaringan periodontal.
B. Klasifikasi Penyakit Periodontal
Berikut ini merupakan gambaran dari jaringan periodontal yang
sehat secara klinis :
- Berwarna pink, ada kemungkinan terdapat pigmentasi, elastis.
- Gingival margin berbentuk scalloped outline, terletak di koronal
(atas) cementoenamel junction (CEJ).
- Papila interdental kokoh, mengisi embrassure space ke arah apikal
dari area kontak.
- Tidak ada pendaragan ketika dilakukan probing menggunakan
pocket probe.
- Sulkus : kedalaman ketika probing 1-3 mm.
1. Gingivitis
Gingivitis merupakan peradangan yang hanya terjadi pada
marginal gingiva. Karakteristik dari gingivitis adalah adanya
perubahan pada warna, kontur, dan konsistensi pada jaringan
gingiva. Gingivitis dapat menyebabkan kerusakan reversible atau
relatif pada jaringan periodonsium. Gambaran klinis dari penyakit ini
terlihat ketika saat melakukan probing akan terjadi pendarahan
pada sulkus gingiva, dan pada beberapa kasus pendarahan tersebut
disebabkan oleh erythema dan pembengkakan, khususnya pada
papilla interdental.
Gingivitis akan diobservasi secara klinis selama 4-14 hari
sejak plak berakumulasi di sulkus gingiva. Berdasarkan tingkat
keparahannya, gingivitis dapat dibedakan menjadi,
- Gingivitis akut : gingivitis yang terjadi pada periode waktu
yang singkat. Ditandai dengan adanya cairan pada jaringan
ikat gingiva yang menyebabkan gingiva membengkak.
- Gingivitis kronis : gingivitis yang berlangsung selama periode
waktu, bulan, bahkan tahun. Saat terjadi gingivitis kronis,
tubuh akan memperbaiki kerusakan jaringan dengan
membentuk serabut kolagen baru pada jaringan ikat gingiva.
Pada penyakit ini akan terlihat pembesaran gingiva yang
disebabkan oleh pembengkakan atau fibrosis. Pembesaran jaringan
menyebabkan margin gingiva menutupi lebih banyak bagian
mahkota gigi sehingga kedalaman ketika melakukan probing akan
bertambah. Pembesaran tersebut akan membentuk pocket gingiva
yang memiliki sulkus dengan kedalaman lebih dari 3 mm.
Kerusakan jaringan pada gingivitis bersifat reversibel. Pada
banyak kasus, gingivitis dapat berlangsung selama tahunan tanpa
ada peningkatan ke tahap yang lebih parah. Di beberapa kasus,
kombinasi faktor resiko menyebabkan gingivitis berlanjut ke
penyakit periodontitis.
Gambaran klinis gingivitis :
- Warna jaringan gingiva biasanya berwarna merah atau merah
kebiruan. Gingiva terlihat merah karena adanya peningkatan
aliran darah pada jaringan ikat gingiva. Jika gingivitis
bertahan, pembuluh darah pada gingiva dapat mengalami
kongesti sehingga aliran darah melambat dan menyebabkan
gingiva berwarna kebiruan.
- Margin gingiva akan terlihat membengkak dan kehilangan
adaptasi knife-edge pada gigi.
- Papila interdental akan terlihat membulat (bulbous) dan
membengkak.
- Terjadi pendarahan ketika dilakukan probing dan
kedalamannya lebih dari 3 mm.
2. Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit peradangan jaringan pendukung
gigi yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme tertentu yang
mengakibatkan penghancuran progresif ligamen periodontal dan
tulang alveolar, dengan pembentukan poket, resesi, atau keduanya.
Infeksi periodontal dimulai oleh invasi oral patogen spesifik yang
berkolonisasi pada biofilm di permukaan akar gigi.
Karakteristik dari periodontitis adalah migrasi apikal junctional
epithelium, hilangnya perlekatan jaringan ikat, dan hilangnya tulang
alveolar. Berbeda dengan gingivitis, pada periodontitis kerusakan
bersifat irreversibel dan bukan merupakan suatu proses yang
kontinu melainkan proses yang terjadi secara intermittent antara
periode inaktif dan periode destruktif. Kerusakan tidak terjadi pada
seluruh bagian mulut pada waktu yang sama, melainkan terjadi
pada area spesifik pada suatu waktu.
Gambaran klinis periodontitis :
- Terdapat perubahan warna, kontur, dan konsistensi
- Margin gingiva dapat mengalami pembengkakan atau fibrosis
dan tidak memiliki adaptasi knife-edge ke permukaan gigi.
Posisinya sangat bervariasi pada periodontitis, bisa apikal dari
CEJ yang akan menyebabkan tereksposnya permukaan akar
gigi.
- Papila interdental mungkin tidak mengisi ruang embrasure
- Terjadi pendarahan ketika dilakukan probing dan keluarnya
pus (suppuration) dengan kedalaman probing sekitar 4 mm
atau lebih yang disebabkan oleh junctional epithelium
melekat pada permukaan akar.
C. Etiologi Penyakit Periodontal
Berdasarkan skema diatas, terlihat bahwa penyakit periodontal
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
- Faktor resiko primer
- Faktor lokal
- Faktor resiko sistemik
- Respon host terhadap bakteri biofilm
Ada beberapa kondisi yang mendukung atau memperbesar
kemungkinan terjadinya penyakit periodontal. Kondisi yang dimaksud bisa
merupakan suatu endapan atau deposit pada permukaan gigi, kondisi
anatomis jaringan periodontal, atau kekeliruan tindakan perawatan dokter
gigi seperti penambalan gigi yang tidak baik, dan sebagainya sehingga
memungkinkan bertambahnya akumulasi plak serta perubahan respon
jaringan gingiva terhadap akumulasi plak tersebut.
1. Faktor Resiko Primer
Dental plaque biofilm merupakan salah satu faktor resiko
primer yang akan menyebabkan penyakit periodontal.
2. Faktor Lokal
Dapat juga disebut sebagai faktor ekstrinsik. Faktor lokal
menyebabkan terjadinya peradangan yang merupakan proses
patologis utama dalam penyakit periodontal. Contoh faktor lokal
antara lain kalkulus, material alba, food debris, stain gigi, karies
gigi, konsistensi makanan, dan restorasi yang gagal.
a. Kalkulus
Kalkulus merupakan endapan keras pada permukaan gigi
yang merupakan bakteri plak yang telah mengalami mineralisasi
dan kalsifikasi. Oleh karena kalkulus merupakan kelanjutan dari plak
yang yang terkaslifikasi, maka pembentukan kalkulus sebetulnya
diawali oleh pembentukan plak. Dengan demikian untuk mencegah
adanya kalkulus, sebaiknya dimulai dengan pencegahan akumulasi
plak pada permukaan gigi. Kalkulus umumnya lebih banyak
dijumpai pada permukaan lingual gigi anterior rahang bawah, dan
permukaan bukal gigi posterior rahang atas.
Menurut letaknya kalkulus dibagi 2 yaitu :
- Kalkulus supragingiva, dimana kalkulus terletak di atas margin
gingiva.
- Kalkulus subgingiva bila kalkulus terletak di bawah margin
gingival masuk ke
dalam sulkus gingival.
Kalkulus supra gingival disebut juga salivary calculus,
pembentukannya bersumber dan saliva dan sisa-sisa makanan,
berwarna agak kekuningan kecuali bila terkontaminasi faktor lain
misalnya asap tembakau, pinang, atau anggur. Kalkulus supra
gingival biasanya cukup keras dan rapuh sehingga mudah dilepas
dengan alat-alat scaling manual maupun ultrasonic.
Kalkulus subgingiva disebut juga serumnal calculus, melekat
erat pada permukaan akar gigi atau daerah cemento enamel
junction dan distribusinya tidak berhubungan dengan glandula
salivarius, melainkan dengan adanya inflamasi gingival dan
pembentukan poket periodontal. Kalkulus subgingiva biasanya
berwarna hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus
supragingva. Untuk menghilangkan kalkulus subgingiva lebih sulit
dibandingnya kalkulus supragingiva karena letaknya masuk ke
dalam sulkus atau poket. Maka lebih disarankan agar
pembersihannya menggunakan scaling ultrasonik.
b. Material Alba
Adalah deposit lunak pada permukaan gigi yang terlihat oleh
mata berwarna kekuningan atau agak putih, strukturnya amorfus
terdiri dari partikel-partikel makanan, mikroorganisme, leukosit,
protein saliva, serta sel-sel epitel deskaumasi. Sebagaimana halnya
plak gigi, material alba berakumulasi pada permukaan gigi, gingiva,
protesa gigi dalam mulut, dan peralatan ortodonsi lepasan maupun
cekat. Berbeda dan plak gigi, material alba tidak begitu melekat dan
dapat hilang dengan berkumur-kumur keras atau semprotan air.
Mikoorganisme yang terdapat di dalam material alba tidak sama
dengan struktur mikroorganisme plak, dan tidak dikategorikan
sebagai mikroorganisme yang potensial menyebabkan inflamasi
gingiva.
c. Food Debris
Dapat berupa food impaction atau food retention, adalah sisa-
sisa makanan dalam rongga mulut yang biasanya terselip di antara
gigi geligi atau menumpuk pada daerah cekungan di lehergigi dekat
gingival terutama pada gigi-gigi yang berjejal. Food debris lebih
mudah dibersihkan daripada material alba, apalagi plak. Biasanya
cukup dengan gerakan fungsional dari organ rongga mulut, food
debris sudah bisa dihilangkan.
d. Stain Gigi
Adalah deposit pada permukaan gigi yang merupakan suatu
pigmentasi dari acquired pellicle oleh bakteri kromogenik, makanan,
serta bahan kimia tertentu. Asap rokok, minum teh, atau bahan
minuman/minuman berwarna lainnya dapat menimbulkan stain gigi.
Penggunakan chlorhexidin sebagai obat kumur diketahui dapat
menimbulkan efek samping berupa staining pada permukaan gigi.
Stain menyebabkan iritasi pada jaringan gingiva karena
menyebabkan kekasaran permukaan gigi, sehingga menjadi
predisposing faktor dan akumulasi plak sebagai pencetus terjadinya
penyakit periodontal. Stain dapat dihilangkan dengan scaling, atau
brushing yang dikombinasikan dengan pengolesan cairan kimia
tertentu seperti TSR (Tooth Stain Removal). Pada anak-anak stain
sering berwarna hijau yang merupakan pigmentasi partikel saliva
oleh bakteri kromogenik.
e. Karies Gigi
Karies gigi merupakan kerusakan patologis pada permukaan
gigi. Terhadap keberadaan gigi dalam rongga mulut, karies
merupakan masalah tersendiri karena menyebabkan kerusakan
struktur keras gigi sampai struktur lunak di dalam pulpa gigi.
Pengaruh karies terhadap jaringan periodontal, bukan semata-mata
oleh karies itu sendiri melainkan karena adanya kavitas patologis
dapat menyebabkan akumulasi dan retensi makanan. Jika letak
karies berdekatan dengan jaringan gingiva, maka akan menjadi
predisposing faktor kelainan jaringan periodontal oleh karena
menyebabkan akibat akumulasi plak atau retensi makanan pada
gigi yang berlubang.
f. Konsistensi Makanan
Jenis makanan dapat berpengaruh terhadap pembentukan plak gigi.
Makanan yang lunak dan lengket menyebakan lebih banyak
timbulnya bakteri plak, karena makanan lunak biasanya lebih
menempel pada gigi dan menjadikan media ideal bagi akumulasi
serta retensi plak. Makanan yang mengandung gula seperti sukrosa
memberikan substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme plak dan
pembentukan polisakarida ekstra seluler (glukan) yang dibutuhkan
pada tahap awal pembentukan plak gigi. Sebaliknya makanan yang
berserat dan tidak melekat pada permukaan gigi, dapat membantu
pencegahan akumulasi plak gigi melalui mekanisme pembersihan
sendiri (self cleansing) oleh unsur saliva, bolus makanan, aktivitas
otot pengunyahan, dan gigi geligi selama berlangsung proses
pengunyahan.
g. Restorasi yang Gagal
i. Margin Restorasi
Margin yang overhanging dari dental restoration dapat
menyebabkan penyakit periodontal karena mengubah
keseimbangan ekologi antara sulkus gingiva dengan area
yang menjadi tempat pertumbuhan disease-associated
organism, menghambat akses pasien untuk dapat
membersihkan akumulasi plak.
Mahkota dan restorasi yang overkontur dapat
mengakibatkan plak terakumulasi dan mencegah mekanisme
self-cleaning dari pipi, lidah, dan bibir. Sedangkan restorasi
yang underkontur dapat menyebabkan perubahan pada
oklusi dan mastikasi.
ii. Jenis Material Restorasi
Secara garis besar, material tidak berpengaruh
langsung terhadap penyakit periodontal kecuali self-curing
acrylics. Walaupun tekstur permukaan dari masing-masing
material restoratif berbeda dalam menahan plak namun plak
tersebut dapat dibersihkan jika material yang digunakan di
polish dan menjaga oral hygiene.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa setelah
penempatan dari partial dentures terjadi peningkatan
peradangan gingiva, periodontal pocket formation, dan
gerakan dari gigi menjadi terbatas. Hal ini dapat terjadi
apabila partial denture menutup jaringan gingiva sehingga
akumulasi plak dapat terbentuk.
iii. Restorative Dentistry Procedure
Dari rubber dam clamps, matrix band, dan bur dapat
menyebabkan derajat yang berbeda dari trauma mekanis
dan peradangan.
iv. Maloklusi
Adanya bentuk yang ireguler dari maloklusi membuat
kontrol plak menjadi semakin sulit. Restorasi yang tidak
nyaman terhadap pola oklusal akan menyebabkan iritasi
pada jaringan periodontal. Pada gambaran histologi jaringan
periodontal akibat trauma oklusi adalah pelebaran space
ligamen periodontal, reduksi dari serat kolagen oblique dan
horizontal, peningkatan vaskularitas dan infiltrasi leukosit,
serta peningkatan jumlah osteoklas dalam alveolar bone.
3. Faktor Sistemik
Faktor sistemik mengontrol respon jaringan terhadap faktor
lokal, jadi efek iritasi lokal secara dramatis dapat diperparah oleh
kondisi sistemik yang tidak menguntungkan. Faktor sistemik untuk
penyakit periodontal termasuk penggunaan tembakau, diabetes
melitus, perubahan hormon, stres, dan penggunaan obat-obat
tertentu.
4. Inflamasi Host dan Respon Imun
Meskipun adanya bakteri esensial bagi terjadinya penyakit
periodontal, namun bakteri saja tidak cukup untuk mengakibatkan
penyakit periodontal. Respon tubuh terhadap bakteri penyebab
kerusakan jaringan ditemukan pada periodontitis. Cara tubuh
merespon bakteri dikenal sebagai respon host. Respon host adalah
interaksi kompleks antara bakteri dan host yang akan menentukan
onset (serangan) dan tingkat keparahan penyakit periodontal.
D. Gambaran Klinis dan Radiografis Penyakit Periodontal
1. Gingivitis
- Gingiva mudah berdarah saat menyikat gigi.
- Gingiva mengalami inflamasi dan peka jika disentuh.
- Gingiva bengkak
- Gingiva berwarna kemerahan
- Kemungkinan napas berbau dan mulut terasa tidak enak.
2. Periodontitis
Periodontitis terbagi menjadi 3 tahap, yaitu early periodontitis,
moderate periodontitis, dan advanced periodontitis.
a. Early Periodontitis
- Mulai terlepasnya gingiva dari permukaan gigi.
- Perdarahan, pembengkakan, dan inflamasi mulai terlihat.
- Napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut.
- Hilangnya sedikit perlekatan tulang.
- Terbentuk pocket gingiva sedalam 3-4 mm antara gigi dan
gingiva pada satu daerah atau lebih.
b. Moderate Periodontitis
- Abses pada gingiva mulai terbentuk.
- Gigi terlihat lebih panjang akibat gingiva yang mulai
mengalami resesi.
- Gigi anterior mulai bergeser dan terbentuk diastema.
- Napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut.
- Poket antara gigi dan gingiva kira-kira sedalam 4-6 mm.
c. Advanced Periodontitis
- Gigi sudah goyang bahkan tanggal.
- Napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut yang menetap.
- Akar gigi terbuka dan sensitif terhadap panas dan dingin.
- Poket antara gigi dan gingiva telah mencapai kedalaman 6
mm.
Gambaran radiografis penyakit periodontal tergantung pada
tingkat keparahan penyakit dan sesuai dengan tahapan penyakit
periodontal, yaitu pada tahap early periodontitis terlihat terjadi
sedikit kerusakan tulang periodontal secara horizontal; pada tahap
moderate periodontitis terlihat terjadi kerusakan tulang periodontal
secara horizontal dan angular, sedang pada tahap advanced
periodontitis terlihat terjadi kerusakan tulang periodontal yang
parah secara horizontal dan angular.
Gambaran Klinis dan Radiografis Penyakit Periodontal
IMPAKSI MAKANAN
Merupakan suatu proses terselipnya makanan secara kuat pada
jaringan periodonsium. Impaksi makanan yang berlanjut dapat
menginisiasi terjadinya periodontitis lokalis, abses periodontal, dan karies.
Keberadaan impaksi makanan yang tidak terdeteksi dapat meniadakan
efek dari terapi periodontal yang telah dilakukan.
Peran natural embrassures dalam mencegah terjadinya impaksi
makanan
Embrassures atau disebut juga dengan spillway spaces merupakan
lengkungan yang berdekatan dengan titik kontak antara dua gigi yang
bersebelahan. Embrassures dapat digolongan menjadi dua jenis yaitu
- Labial/bucal dan lingual interproximal embrassures merupakan
daerah yang melebar dari titik kontak ke arah labial/bukal dan
lingual gigi. Embrassures ini merupakan kelanjutan dari
interproximal space yang terdapat diantara dua gigi.
Gambar 1. Bukal dan Lingual Embrassures
- Incisal/occlusal embrassures merupakan daerah diatas titik kontak
ke arah oklusal gigi yang dibatasi oleh marginal ridge dan
menggabungkan antara cusp dan incisal ridges.
Gambar 2. Incisal/Occlusal Embrassures
Embrassure sendiri memiliki tiga fungsi utama, antara lain :
- Menyediakan saluran bagi serpihan-serpihan makanan selama
mastikasi berlangsung.
- Meruapakan bentuk fisiologis yang dapat mengurangi adanya gaya
yang ditanggung oleh gigi selama mengunyah makanan.
- Mencegah makanan tertekan masuk ke bawah titik kontak.
Pengertian Impaksi Makanan
Impaksi makanan merupakan terselipnya makanan dengan kuat
masuk ke dalam jaringan periodonsium karena adanya tekanan oclusal.
Impaksi makanan dapat terjadi pada bagian interproksimal gigi dan pada
bagian bukal/lingual gigi. Impaksi makanan merupakan penyebab utama
dari penyakit gingiva dan periodontal. Kegagalan mendeteksi adanya
impaksi makanan menyebabkan kegagalan terhadap terapi periodontal
yang dilakukan. Impaksi makanan berbeda dengan retensi makanan,
karena retensi makanan dapat dengan mudah dibersihkan oleh tindakan
self cleansing dari mulut.
Perbedaan food impaction dan food retention juga dapat terlihat
dari proses terselipnya makanan. Food retention terjadi karena adanya
restorasi yang overkontur atau overhanging menyebabkan dapat
menempel dicelah gigi (titik kontak cembung). Sedangkan food impaction
terjadi pada gigi yang tidak saling kontak.
Mekanisme Impaksi Makanan
Terselipnya makanan dengan kuat dapat dicegah oleh :
- Integritas dan lokasi dari kontak proksimal.
- Kontur dari marginal ridges dan developmental grooves.
- Kontur permukaan facial dan lingual.
Hubungan kontak proksimal yang intact dan rapat dapat
menghalangi terselipnya makanan pada bagian interproksimal gigi. Lokasi
titik kontak juga sangat penting peranannya dalam melindungi jaringan
dari risiko impaksi makanan. Kedekatan lokasi kontak proksimal terhadap
bidang occlusal mengurangi kecenderungan tersangkutnya makanan di
occlusal embrassures. Ketiadaan kontak atau keberadaan kontak
proksimal yang buruk merupakan keadaan kondusif yang dapat
mendorong masuk makanan dan menyebabkan impaksi makanan. Kontur
dari permukaan occlusal diciptakan oleh marginal ridges dan berkaitan
dengan developmental grooves biasanya berfungsi untuk menangkal
makanan masuk ke interproximal spaces.
Gambar 3. Peran dari kontur marginal ridges dalam mencegah impaksi
makanan, A. Kontur marginal ridges yang rata menyebabkan terjadinya
impaksi, B. Kontur marginal ridges yang bergelombang mencegah impaksi
dengan gaya ke segala arah.
Ketika gigi mengalami atrisi menggantikan struktur yang
sebenarnya, efek cusp yang berlawanan meningkat dan dapat
menyebabkan terselipnya makanan. Cusp cenderung memaksa makanan
masuk ke interproksimal embrassure dikenal dengan sebutan plugger
cusp.
Area yang rentan risiko impaksi makanan
1. Impaksi vertikal
a. Kontak yang terbuka
Gambar 4. Impaksi makanan yang terjadi pada kontak yang terbuka
b. Marginal ridge yang irregular
Gambar 5. Impaksi makanan yang disebabkan oleh marginal ridges yang
irregular
c. Plugger cusp
Plugger cusp adalah cusp yang cenderung menekan makanan
pada bagian interproksimal gigi antagonisnya. Disebabkan oleh
keausan bagian oklusal dan perubahan posisi gigi.
2. Horizontal (lateral) food impaction
EFEK RESTORASI TERHADAP PENYAKIT PERIODONTAL
Penyakit periodontal berpotensi terhadap kehilangan gigi geligi.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan implikasi
restorasi terhadap jaringan periodontal. Beberapa aspek yang perlu
diperhatikan:
- Penilaian awal dan perawatan
Menilai kondisi jaringan periodontal sebelum melakukan restorasi.
- Trauma minimal selama perawatan
Ada kemungkinan jaringan mengalami trauma selama
prosedur restorasi sehingga sulit disembuhkan dan terjadi
perubahan kontur gingival. Oleh karena itu, saat melakukan
prosedur restorative, perlu berhati-hati untuk meminimalkan trauma
terhadap jaringan gingival.
- Mengembalikan kontur awal untuk control plak
Gigi harus dipelihara dalam kondisi dan kontur yang baik
untuk memudahkan control plak. Untuk itu, margin restorasi harus
berada di luar krevis gingival. Over contour dapat menyebabkan
masalah pada pengangkatan plak karena menimbulkan food
impaction.
Prosedur Perawatan
a. Perbaikan jaringan gingival
Sebelum melakukan restorasi, perlu dilakukan restorasi
jaringan gingival ke tingkat normal, khususnya jika margin servikal
restorasi harus berada di subgingival. Biasanya cukup dilakukan
dengan pengangkatan plak dan kalkulus dan aplikasi topical
fluoride.
b. Perbaikan restorasi plastis yang ada
Restorasi yang ada yang overcontoured harus di-recontoured
sebisa mungkin. Restorasi amalgam yang korosi dan resin komposit
yang overcontoured harus dikontur dan dipoles supaya pasien dapat
menggunakan dental floss atau sikat gigi interproximal untuk
meningkatkan kualitas jaringan gingival.
c. Perbaikan restorasi keras (rigid) yang ada
Recontouring crown keramik dan restorasi gold lebih sulit, tapi
harus dilakukan. Untuk crown porselen digunakan diamond burs;
untuk gold digunakan multiblade tungsten carbide.
Pemeliharaan Oklusi
Ada 2 faktor yang berhubungan dengan jaringan periodontal yang
harus diperhatikan ketika merestorasi gigi posterior:
a. Opening contact yang fungsional
Food impaction di antara 2 gigi dapat berakibat pada jaringan
periodontal interproksimal. Penyebabnya antara lain kontur yang
buruk yang berhubungan dengan marginal ridge dan pembelokan
kemiringan permukaan oklusal pada gigi yang bersebelahan atau
berlawanan.
Contohnya, ketika pasien menutup mulut menuju posisi
sentris selama mengunyah makanan, inklinasi yang menghadap ke
distal pada gigi molar bawah dapat bertemu dengan inklinasi yang
menghadap ke mesial pada gigi molar yang berlawanan. Ini akan
mengakibatkan gigi molar atas bergerak ke distal dan membuka
kontak di antara gigi tersebut dan gigi di sebelahnya, sehingga
terjadi pemasukan debris makanan. Saat membuka mulut dan
menelan, gigi akan bergerak ke mesial lagi sehingga menjebak
debris.
Oleh karena itu, pada kasus food impaction kronis, diperlukan
pemeriksaan hubungan dengan gigi yang berlawanan untuk
menetukan ada tidaknya kontak tersebut, terutama saat gigi geligi
mendekati satu sama lain pada posisi sentris. Masalah ini dapat
diatasi dengan modifikasi kemiringan cusp.
b. Pemeliharaan support posterior
Kekurangan support gigi posterior akan memberikan beban
yang tidak semestinya pada gigi yang tersisa. Jika terdapat penyakit
periodontal, penyakit akan semakin parah. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pemeliharaan atau regenerasi minimum 8 unit gigi
bersama dengan perawatan periodontium.
Peletakan Gingival Margin Relatif terhadap Jaringan Gingival
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum memutuskan
peletakan akhir gingival margin untuk restorasi. Karena adanya potensi
akumulasi plak di sepanjang permukaan antara restorasi dan permukaan
gigi, margin harus berada di luar krevis gingival.
Beberapa faktor yang mempengaruhi :
a. Kekuatan struktur gigi yang tersisa
Pembersihan jaringan karies dapat mengakibatkan melemahnya
dentin atau enamel yang rusak di sepanjang gingival margin. Untuk
menghindari margin memasuki krevis gingival, sudut dentin yang
tajam harus diratakan dan enamel yang kasar harus dipotong
dengan gingival margin trimmer.
b. Retensi restorasi
Kekuatan retensi restorasi bergantung pada panjang dinding
vertical preparasi. Ini sangat penting untuk restorasi inlay dan
ekstrakoronal di mana krevis gingival sering harus dimasuki untuk
mencapai panjang yang cukup untuk menjamin retensi.
c. Estetika
Terutama ketika merancang restorasi ekstrakoronal pada
rahang atas, perlu pertimbangan posisi gingival margin untuk
kepuasan estetik. Jika jaringan gingival sehat, gingival margin
preparasi dapat diletakkan lebih dari 0.5 mm ke dalam krevis
gingival tanpa menyebabkan respon jaringan. Perlu berhati-hati
untuk meminimalkan kerusakan jaringan.
Prosedur Selama Tindakan Restorasi
Beberapa metode untuk menjaga kesehatan gingival selama tindakan
restorasi:
1. Rubber dam dan wedges
Peletakan rubber dam sangat direkomendasikan. Rubber dam akan
sedikit memindahkan jaringan lunak tetapi tetap memungkinkan untuk
merobek dam atau menembuskan instrument melaluinya. Ketika
mempreparasi gingival magin, letakkan wedge kayu di antara gigi
sehingga melindungi dam dan juga menggerakkan gigi ke mesial dan
distal dengan cukup untuk meningkatkan akses dan kekuatan kontak
antara gigi yang direstorasi.
2. Retraction cord
Metode lain untuk melindungi jaringan gingival adalah
memindahkan gingival crest ke lateral dengan membungkus sedikit
astringent gingival retraction cord ke dalam krevis gingival. Jika diletakkan
dengan hati-hati, jaringan akan terlindung dari instrument potong yang
berotasi.
3. Pengangkatan local jaringan gingival berlebih
Inflamasi kronik gingival tingkat rendah yang berlangsung dalam
waktu lama akan menimbulkan jaringan fibrosa yang overcontour. Jika ini
dibiarkan, akan menyulitkan anatomi restorasi, mudah rusak selama
prosedur operatif dan terjadi haemorrage.
Aplikasi asam trichlororacetic akan menghentikan perdarahan.
Electrosurgery atau terapi laser dapat digunakan untuk mengangkat area
jaringan berlebih yang lebih besar.
4. Scaling tambahan selama prosedur operatif
Kalkulus sering masih ada pada permukaan interproximal tepat di
bawah gingival margin pada restorasi lama. Hand instrument atau
ultrasonic scaler harus dilewatkan ke permukaan akar di bawah gingival
margin sebelum peletakan matriks, dan dilanjutkan dengan restorasi
baru.
5. Peletakan matriks
Peletakan matriks akan mengurangi kerusakan yang mungkin
terjadi.
6. Anatomi aproksimal yang tepat
Anatomi yang tepat dari setiap gigi harus dijaga karena diperlukan
control plak dalam rongga mulut. Kontur gigi pada gingival margin yang
tampak keluar dari krevis gingival (disebut emergence profile) akan
menyulitkan pengangkatan plak.
7. Kontak area
Kontur kontak area sangat penting dan sulit untuk dibangun
kembali saat menggunakan material restorasi plastis direct.
Permukaannya harus halus dan terpoles, tapi juga harus ada area kontak
positif dengan gigi di sebelahnya.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
- Kontak area antara gigi posterior kira-kira 1-2 mm di bawah
marginal ridge yang paling tinggi.
- Tingginya tidak boleh lebih dari 1-2 mm dalam arah okluso-gingival
dan panjang buko-lingual kira-kira 50% dari lebar gigi di sebelahnya.
- Pada rahang atas, biasanya diletakkan sedikit ke bukal dari mesio-
distal midline.
- Pada rahang bawah, terdapat di midline.
- Pada pasien anak, buko-lingualnya lebih sempit.
- Ruang interproximal harus terbuka selebar mungkin sepadan
dengan adanya kontak area yang normal dan emergence profile
vertical untuk memungkinkan pengangkatan plak yang optimal.
8. Anatomi oklusal yang tepat
Anatomi oklusal sangat penting terutama pada daerah marginal
ridge.
- Marginal ridge harus berada di atas kontak area dan membulat
dengan halus (smoothly rounded) untuk akses dental floss.
- Biasanya terdapat grooves dangkal yang berjalan ke bukal dan
lingual dari marginal ridge untuk membimbing bolus makanan
menjauh dari kontak area dan ketinggian inklinasi cusp.
- Pada anak, inklinasi cusp cenderung curam, tetapi seiring
bertambahnya usia, anatominya semakin mendatar/rata.
- Intercuspation (kondisi saling bertemunya cusps gigi dari kedua
rahang) yang dalam tidak diperbolehkan karena akan
mempengaruhi keseimbangan dan sisi permukaan yang bekerja
selama lateral excursions. Oleh karena itu, harus dilakukan
penyesuaian kedua permukaan oklusal yang berlawanan selama
prosedur restorasi.
top related