bab 2 abortus anh
DESCRIPTION
abortus bab 2TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep cemas
2.1.1 Pengertian
Cemas sangat terkait dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan
emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi ini dialami secara subyektif
dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Cemas berbeda dengan rasa
takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart &
Sudden,1998).
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah
laku. Baik tingkah laku normal maupun tingkah laku yang menyimpang, kedua-
duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan dari
kecemasan itu. Jelaslah bahwa pada gangguan emosi dan gangguan tingkah laku
kecemasan merupakan masalah pelik. Tidak seorangpun bebas dari kecemasan.
Semua pasti merasakan kecemasan dalam derajat tertentu. Bahkan kecemasan
yang ringan dapat berguna yakni dalam memberikan rangsangan terhadap
seseorang. Rasa takut ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga seseorang akan
menghindar diri dan sebagainya (Singgih D.Gunarsa,1985).
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk mengambil
tindakan untuk mengatasi ancaman. Dan sumber konflik itu tidak di ketahui,
PAGE 28
samar-samar, internal atau konfliktual. Sedangkan rasa takut adalah respon dari
suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas atau bukan bersifat konflik.
2.1.2 Tingkat kecemasan
2.1.2.1 Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2.1.2.2 Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang
lebih terarah.
2.1.2.3 Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan
tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
2.1.2.4 Tingkat panik
Tingkat panik dari suatu kecemasan berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan eror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami
PAGE 28
kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang dan kehilangan pikiran yang rasional. Tingkat kecemasan
ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam yang
lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian (Stuart, 1998).
2.1.3 Faktor predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan:
2.1.3.1 Teori Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma
budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2.1.3.2 Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan
juga berhubungan dengan perkembangn trauma, seperti perpisahan dan
PAGE 28
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri
rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat
2.1.3.3 Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang dinginkan. Pakar perilaku lain menganggap cemas sebagai suatu
dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan
yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan
selanjutnya.
2.1.3.4 Kajian Keluarga
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan kecemasan dan antara gangguan kecemasan dan depresi.
2.1.3.5 Teori Biologi
Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazipines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.
Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan
dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorfin. Selain itu, telah
dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai
PAGE 28
dengan ganguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
2.1.4 Faktor pencetus
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua katagori:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
2.1.5 Respon terhadap kecemasan
a. Respon fisiologi
Tabel 2.1 : Respon fisiologi kecemasanSistem tubuh ResponKardiovaskuler Palpitasi
Jantung berdebarTekanan darah tinggiRasa mau pingsanPingsanTekanan darah rendahDenyut nadi menurun
Pernafasan Napas pendekNapas cepatTekanan pada dadaNapas dangkalPembengkakan pada tenggorokSensasi tercekikTerengah-engah
Neuromuskuler Reflek meningkatReaksi kejutanMata berkedip-kedipInsomniaTremorGelisahWajah tegang
PAGE 28
Kelemahan umumKaki goyahGerakan yang janggal
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makanMenolak makananRasa tidak nyaman pada abdomenMualRasa terbakar pada perutDiare
Traktus urinariusTidak dapat menahan kencingSering berkemihKulit Wajah kemerahan
Berkeringat setempat (telapak tangan)GatalRasa panas dan dingin pada kulitWajah pucatBerkeringat seluruh tubuh
Sumber: Stuart & Sudden,1998
b. Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan
Tabel 2.2 : Respon perilaku,kognitif dan afektif kecemasanSistem ResponPerilaku Gelisah
Ketegangan fisikTemorGugupBicara cepatKurang koordinasiCenderung mendapat cederaMenarik diri dari hubungan interpersonalMelarikan diri dari masalahMenghindar
Kognitif Perhatian tergangguKonsentrasi burukPelupaSalah dalam memberikan penilaianHambatan berpikirBidang persepsi menurunBingungSangat waspadaKesadaran diri meningkatKehilangan controlTakut pada gambaran visualTakut cedera atau kematian
Afektif Mudah tergangguTidak sabarGelisahTegangNervusKetakutan
PAGE 28
AlarmGugup
Sumber : Stuart &Sudden,19982.1.6 Faktor yang mempengaruhi kecemasan
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mengerti
tindakan yang harus dilakukan dan semakin berkurang juga kecemasan yang
dialami.
b. Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber mempengaruhi tingkat
kecemasan, seseorang yang mendapat banyak informasi cenderung memiliki
pengetahuan yang lebih sehingga kecemasan yang dirasakan lebih berkurang
dari pada yang sedikit memperoleh informasi.
c. Pengalaman
Biasanya pengalaman didapat dari orang lain atau pengalaman diri sendiri.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi, bila berhasil
kemungkinan orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal
kemungkinan tidak memilih cara itu (Nursalam, 2001). Semakin banyak
pengalaman, makin tahu apa yang harus dilakukan, makin berkurang tingkat
kecemasan yang dialami dalam menghadapi masalah, begitu pula
sebaliknya.
PAGE 28
2.1.6 Pengobatan terhadap kecemasan
Untuk menyembuhkan secara alami disarankan tehnik-tehnik relaksasi,
perilaku pendukung, dan pemberian semangat dari keluarga dan teman, latihan
serta diit untuk mengatasi kecemasan. Dalam kasus kecemasan yang berat dan
berlarut-larut, maka konseling dan bentuk-bentuk pengobatan oleh ahli psikiatri
mungkin diperlukan. Juga penting untuk hidup dalam suasana yang
menyenangkan dengan banyak udara segar, sinar matahari, dan tempat yang
tenang dan sepi untuk bersantai dan melakukan latihan dan mengkonsumsi
makanan yang alami. Yang penting, perlunya mengembangkan pengendalian diri
dan diperlukan sikap tenang dalam menghadapi perasaan stress dan tegang.
2.1.7 Cara mengukur tingkat kecemasan
Untuk mengukur tingkat kecemasan dapat menggunakan skala tingkat
kecemasan dari Hamilton (Hamilton Anxiety Rating Scale /HARS). Penilaian
yang dilakukan adalah dengan memberikan skore pada tiap gejala yang dirasakan
pada masing-masing pertanyaan yang diberikan, selanjutnya diberikan:
a. Skore 0 : tidak ada gejala
b. Skore 1 : ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
c. Skore 2 : sedang (separuh dari gejala yang ada)
d. Skore 3 : berat (lebih separuh dari gejala yang ada)
e. Skore 4 : sangat berat (semua gejala ada)
PAGE 28
Sedangkan derajat kecemasan dinilai dengan penjumlahan dari semua aspek
yang dinilai:
a. Skore < 14 : tidak ada kecemasan
b. Skore 14-20 : cemas ringan
d. Skore 21-27 : cemas sedang
e. Skore 28-41 : cemas berat
f. Skore 42-56 : cemas berat /panik
Adapun aspek-aspek yang dikaji adalah:
a.Perasaan cemas
Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung
b. Ketegangan
Merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah
menangis, gemetar, gelisah
c.Ketakutan
Pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada
keramaian lalu lintas, pada kerumunan orang banyak
d. Gangguan tidur
Sukar memulai tidur, tidur tidak pulas, mimpi buruk, mimpi menakutkan
e.Gangguan kecerdasan
Sukar konsentrasi, daya ingat menurun, daya ingat buruk
f. Perasaan depresi
PAGE 28
Hilangnya minat, berkurangnya senang pada hobi, sedih, bangun dini hari,
perasaan berubah –ubah sepanjang hari
g. Gangguan somatik
Sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan, gigi gemerutuk, suara tidak stabil
h. Gangguan somatik fisik/sensorik
Telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa
lemah perasaan ditusuk-tusuk
i. Gangguan kardiovaskuler
Denyut nadi cepat, berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,
rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan, denyut jantung serasa berhanti
sekejap
j. Gangguan pernapasan
Rasa tertekan pada dada, rasa tercekik, sering menarik nafas panjang, sesak
k. Gangguan gastrointestinal
Sulit menelan, perut melilit, gangguan pencenaan, nyeri sebelum dan
sesudah makan, perasaan tebakar pada perut, rasa penuh atau kembung,
mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar, kehilangan
berat badan
l. Gangguan urogenital
Sering buang air kecil, tidak dapat menahan kencing, tidak haid, darah haid
berlebih, masa haid panjang, masa haid pendek, haid beberapa kali dalam
sebulan, frigid, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang
m. Gangguan otonom
PAGE 28
Muka kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala pusing, kepala terasa
berat, kepala terasa sakit, bulu kuduk berdiri
n. Perasaan saat ini
Gelisah, tidak tenang, gemetar, kerut kening, muka tegang, otot tegang atau
mengeras, nafas pendek dan cepat
2.2 Konsep Pengetahuan
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (penglihatan dan pendengaran). Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi seseorang diantaranya umur dan
pendidikan.
a.Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan.
b. Pendidikan
Pendidikan dalam arti sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan
atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna
mencapai perubahan tingkah laku (Notoatmodjo, 2003).
PAGE 28
2.2.3 Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif
a.Know (Tahu)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu “tahu” adalah
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah kata kerja untuk
mengetahui bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan.
b. Comperhention (Memahami)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, serta menginterpretasikan materi secara benar. Orang
telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat menjelaskan dan
menyebutkan.
c.Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
penggunaannya telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai rumus, metode penggunaan hukum-
hukum, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
PAGE 28
Contoh : Dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil
penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip pemecahan masilah didalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasuw yang telah diberikan.
d. Analysis (Analisa)
Analisa diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu0objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang
lainnya. Kemampuan analisa dqpat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja.
Contoh : membuat bagin, dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokan dan sebagainnya.
e.Syntesis
Sintesis menunjukan kepada suatu kepada kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun
formalisasi yang ada.
Contoh : dapat menyusun, merencanakan, meringkas, serta dapat
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau penggunaan kriteria
yang telah ada.
PAGE 28
Contoh : Dapat menafsirkan sebab ibu tidak ikut KB
2.2.4 Proses adopsi perilaku (Notoatmodjo, 2003)
a.Awareness (kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik)
Terhadap stimulus suatu objek tertentu, disini sikap objek sudah mulai
timbul.
c.Evaluation (menimbang-nimbang)
Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap responden lebih baik lagi.
d. Trial (mencoba)
Subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikahendaki oleh stimulus.
e.Adoption (menerima)
Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikap terhadap stimulus.
2.3 Konsep Abortus
2.3.1 Pengertian
PAGE 28
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup didunia
luar, sebagai batasan beratnya kurang dari 500 gram dan umur kehamilan kurang
dari 22 minggu (Sulaiman, 1981).
Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan (Rustam Muchtar, 1998).
Abortus didefinisikan sebagai upaya terminasi kehamilan yang dilakukan
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (www.google.com).
2.3.2 Penyebab abortus berdasarkan macam-macam abortus
Dalam dunia kedokteran dikenal tiga macam abortus, yaitu: abortus spontan,
abortus provokatus therpeuticus dan abortus provokatus criminalis. Berdasarkan
mecam-macem abortus tersebut dapat diketahui berbagai macam penyebabnya
antara lain:
2.3.2.1 Abortus spontan
Abortus spontan adalah(abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis ataupun mmdicinalis, semata-mata disebabkan oleh
faktor alamiah, {aitu:
a.Kelainan telur
Kelainan telur menyebabken keleinan pertumbuhan yang sedemikian rura
hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya Karena factor endogen
seperti kelainan¡cromosom(trisomi polyploidi) dan juga karena factor
eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia.
b. Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu yang dapat menimbulkan abortus misalnya:
PAGE 28
1. Infeksi akut yang berat : pneumoni, typhus, dll. Janin dapat
meninggal karena toxin-toxin atau penyerbuan kuman-kuman
sendiri.
2. Kelainan endokrin : misalnya kekurangan progesterone atau
disfungsi kelenjar gondok.
3. Trauma, misalnya laparotomi atau kecelakaan.
4. Antagonis rhesus; darah ibu melalui placenta merusak darah fetus
sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya
fetus.
5. Kelainan alat kandungan : hypoplasia uteri, tumor uterus, cervik
yang pendek, retrofleksio uteri incarcerata, kelainan endometrium.
Patologinya:
Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti
oleh necrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh
hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus
berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8
minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena villi korealis
belum menembus desidua basalis terlalu dalam. Sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal (Rustam Muchtar,1998).
2.3.2.2 Abortus provocatus therpeuticus
Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi
medis. Misalnya disebabkan karena calon ibu yang sedang hamil
PAGE 28
mempunyai penyakit darah tingi menahun atau penyakit jantung yang parah
yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya
(www.google.com).
2.3.2.3 Abortus provocatus criminalis
Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan bukan
berdasarkan indikasi medis. Pengguguran kandungan ini disebabkan oleh
bermacam-macam alasan, seperti: ketidakinginan pasangan usia subur untuk
mempunyai anak lagi sedangkan mereka tidak menggunakan alat
kontrasepsi apapun, remaja yang terlibat seks bebas, perkosaan
(www.google.com).
2.3.3 Macam-macam abortus spontan
2.3.3.1 Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus),
sehingga rongga rahim kosong.
Terapinya : hanya dengan uterotonika.
2.3.3.2 Abortus inkompletus (keguguran bersisa)
Artinya hanya sebagian dari hasil konsepsiyang dikeluarkan, yang
tertinggal adalah desidua dan plasenta.
Gejalanya : amenorea, sakit perut, dan mulas;perdarahan bisa sedikit atau
banyak dan biasanya berupa stosel (darah beku), sudah ada keluar fetus atau
jaringan. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru terjadi, didapati
servik terbuka, kadang dapat diraba sisa jaringan dalam kanalis servikalis
atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
PAGE 28
Terapinya : bila ada tanda-tandal shok maka atasi dulu dengan pemberian
dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan
metode digital dan kuretase. Setelah itu diberi obat-obat uterotonika dan
antibiotika.
2.3.3.3 Abortus insipien (keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah
terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
Terapinya : seperti abortus inkompletus.
2.3.3.4 Abortus iminens (keguguran membakat)
Adalah keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini
keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat
hormonal dan antispasmodika serta istirahat.
Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu
ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan
2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
2.3.3.5 Missed abortion
Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada didalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini (a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-
3 bulan sesudah fetus mati; (b) bisa direasorbsi kembali sehingga hilang; (c)
bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus; (d) bisa
jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati satu minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya direabsorbsi.
PAGE 28
Gejalanya : amenorea, perdarahan sedikt-sedikit yang berulang pada
permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi,
malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala kehamilan, belakangan
menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang jadi negatif pada 2-3
minggu sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam, servik tertutup dan ada
darah sedikit. Sekali-kali pasien merasa perutnya dingin dan kosong.
Terapinya : berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehinga fetus
dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan
kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada
penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi : bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah mati
begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk melakukan
kuretase.
2.3.3.6 Abortus habitualis (keguguran berulang)
Adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-
turut 3 kali atau lebih.
Kalau seorang penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-
turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah
sekitar 63%. Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan
kehamilan keempat berjalan normal hanya sekitar 16%.
Etiologi : - kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi
pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.
PAGE 28
- disfungsi tiroid, malnutrisi pada ibu, kelainan anatomis
rahim, hipertensi pada ibu, servik inkompeten, rhesus antagonis,
dapat juga gangguan psikis.
Pemeriksaan : Histeroalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma
uteri submukosa dan anomaly congenital. BMR dan kadar yodium darah
diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak ganguan glandula tyroidea.
Psikoanalisis.
Terapinya : Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus
habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi dari
pada sesudahnya. Merokok dan minuman alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada servik inkompeten terapinya adalah operatif.
2.3.3.7 Abortus infeksiosus dan Abortus septik
Abortus infeksiosus adalah keguguran yang disertai infeksi genital.
Abortus septic adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus
buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis
dan antisepsis.
Gejalanya: amenorea, perdarahan, keluarnya jaringan yang telah ditolong di
rumah sakit. Tanda-tanda infeksi alat genital(demam, nadi cepat, berbau,
uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis.
Pada abortus septic: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi
cepat dan kecil, tekanan darah turun sampai shok.
PAGE 28
Terapinya : bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang
cukup. Berikan antibiotik yang cukup dan tepat. Lakukan dilatasi dan
kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi (Rustam Muchtar, 1998).
2.3.4 Komplikasi abortus
2.3.4.1 Sepsis
Sepsis disebabakan oleh aborsi yang tidak lengkap, yang sebagian
atau seluruh produk pembuahan masih tersisa dalam rahim. Sepsis
merupakan salah satu komplikasi aborsi yang paling fatal. Infeksi yang
paling serius yang jarang ditemukan adalah infeksi bakteri anaerob yang
menyebabkan gas gangrin dan tetanus.
2.3.4.2 Perdarahan
Penyebab kematian kedua yang paling penting adalah perdarahan.
Perdarahan dapat disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cedera
organ panggul atau usus. Kematian biasanya disebabkan oleh tidak
tersedianya darah atau fasilitas transfusi rumah sakit.
2.3.4.2 Bendungan sistem pembuluh darah
Hal ini disebabkan oleh bekuan darah, gelembung udara atau cairan.
Yang juga termasuk kelompok ini adalah gangguan bekuan darah berat yang
disebabkan oleh infeksi berat serta keracunan obat-obat aborsi yang
menyebabkan gagal ginjal.
2.3.4.3 Kemandulan
Hal ini sebagai akibat infeksi yang berakibat penutupan tuba falopii.
Dikatakan bahwa kerusakan tuba merupakan penyebab utama kemandulan
PAGE 28
di negara berkambang. Penyebab lain dari penyumbatan tuba adalah
peradangan panggul yang berhubungan dengan penyakit hubungan seksual
(www.google.com).
2.4 Konsep Kuretase
2.4.1 Pengertian
Kuretase adalah tindakan memasukkan sendok khusus kedalam rahim atau
memasukkan alat sedot khusus kedalam rahim. Tindakan ini biasanya dilakukan
pada wanita yang menstruasinya tidak berhenti-henti, sehabis keguguran, ada
tumor rahim, dan lain-lain.
2.4.2 Alat-alat
a. Forcep cincin
b. Dilator servik
c. Sonde uterus
d. Kuret tajam
e. Tenakulum
f. Klem Jacob
g. Spekulum cocor bebek
h. Forcep biopsy, forcep tampon uterus, forcep placenta
i. Forcep polip, kanula kuretase aspirasi, saluran hisap, botol dan pompa
hampa udara, kuret endoservik
2.4.3 Cara melakukan
a.Kuretase tajam
PAGE 28
Cara ini dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau blok paraservikal.
Sebelum kuretase, ukuran uterus dan posisinya ditentukan dengan
pemeriksaan manual. Vagina dan servik dibersihkan dengan larutan
antiseptik. Servik dipegang dengan sebuah tenakulum atau klem Jacob,
kavum uteri diukur dengan sonde uterus, kanalis servikalis dikuretase
dengan sebuah kuret endoservik. Kanalis servikalis dilebarkan dengan
dilator servik sampai ukuran yang cukup untuk dimasuki sebuah kuret dan
forcep polip. Polip endometrium bila ada dikeluarkan. Dinding uterus
kemudian dikuret dengan cara sistematis dengan pengerokan kearah bawah
sepanjang dinding anterior, dinding sisi dan dinding posterior. Sebuah kuret
kecil mungkin berguna untuk area kornu.
b. Kuretase aspirasi
Cara ini dilakukan dibawah anastesi umum, analgesia sistemik, atau anastesi
blok paraservikal. Infus oksitosin intravena dianjurkan.
Vagina dan servik dibersihkan dengan larutan antiseptik, bibir servik
anterior dipegang dengan tenakulum.
Biasanya servik telah terdilatasi dengan keluarnya janin dan jaringan
placenta. Sebuah kanula isap sering dapat dimasukkan tanpa kesulitan. Pipa
isap ditempelkan pada kanula dan isi endometriun di aspirasi. Kombinasi
gerakan putar dan bolak-balik diatas permukaan uterus dianjurkan.
Setelah aspirasi sebuah kuret tajam dapat dimasukkan kedalam kavum uteri
untuk menguji keefektian pengosongan. Jaringan yang dikeluarkan
PAGE 28
ditampung dalam saringan didalam botol hampa udara, darah yang hilang
dapat diperkirakan dengan mengukur cairan didalam botol (Taber, 1994).
2.4.4 Resiko kuretase
Tindakan kuretase tidak dilakukan sembarangan, tetapi dilakukan dengan
indikasi yang tepat oleh orang yang kompeten, yaitu dokter kebidanan dan
kandungan (SpOG). Karena tindakan ini sangat beresiko jika dilakukan oleh
orang yang tidak professional.
Resikonya sangat banyak. Misalnya : perdarahan karena robeknya rahim,
infeksi, kerusakan organ reproduksi dan sebagainya (www.google.com)
2.5 Kerangka Konsep
PAGE 28
Diteliti :
Tidak diteliti :
Bagan 2.1 : Kerangka Konsep
PAGE 28