bab i baru

7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan merupakan suatu aktifitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain. Gronroos (Winarsih, 2005). Pelayanan kesehatan terbaik didunia diduduki oleh Amerika, segala teknologi terbaru berada disana. Masyarakat Amerika bukan hanya sekedar penikmat teknologi canggih, melainkan juga pencipta teknologi itu. Pelayanan kesehatan di sana didukung pula dengan sistem informasi baik dalam sistem rekam medis (misalnya paperless medical record) maupun pengambilan keputusan berbasis komputer, robotisasi, dan para dokter yang sangat profesional, menerapkan pedoman klinis yang avidence-based dan Clinical pathway, sangat aktif dalam bidang penelitian, dan ada kontrol yang ketat baik oleh organisasi profesi, pemerintah, maupun asuransi. (Cahyono, 2008). Tidak semua orang bisa melakukan pelayanan kesehatan, hanya para medis yang bisa melakukan pelayanan kesehatan terutama oleh dokter yang di

Upload: khoirul-fikri

Post on 24-Sep-2015

218 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

w

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPelayanan merupakan suatu aktifitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain. Gronroos (Winarsih, 2005). Pelayanan kesehatan terbaik didunia diduduki oleh Amerika, segala teknologi terbaru berada disana. Masyarakat Amerika bukan hanya sekedar penikmat teknologi canggih, melainkan juga pencipta teknologi itu. Pelayanan kesehatan di sana didukung pula dengan sistem informasi baik dalam sistem rekam medis (misalnya paperless medical record) maupun pengambilan keputusan berbasis komputer, robotisasi, dan para dokter yang sangat profesional, menerapkan pedoman klinis yang avidence-based dan Clinical pathway, sangat aktif dalam bidang penelitian, dan ada kontrol yang ketat baik oleh organisasi profesi, pemerintah, maupun asuransi. (Cahyono, 2008). Tidak semua orang bisa melakukan pelayanan kesehatan, hanya para medis yang bisa melakukan pelayanan kesehatan terutama oleh dokter yang di tempuh melalui pendidikan. Lama pendidikan dokter adalah enam tahun dengan yaitu tahap sarjana kedokteran (tahap pendidikan akademik) dan tahap profesi dokter (tahap kepaniteraan klinik). (sitepoe, 2008).Agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan aman setiap dokter di dunia maupun yang di indonesia yang berpraktik harus diatur sedemikian rupa sehingga prilaku klinisnya dapat memenuhi dan menerapkan asuhan medis yang baik (good medical care) (Suharjo, 2008). Oleh karena itu para medis atau dokter harus menepuh ujian klinis di tingkat pendidikan, seperti harus lulus dalam ujian OSCE yang di selengarakan oleh setiap universitas. OSCE adalah sebagai suatu instrumen penguji keterampilan klinis mahasiswa kedokteran di gunakan sudah sejak tahun 1979. Harden dan Gleeson merupakan tokoh yang memperkenalkan prosedur ini. (Harden, 2005)Pendidikan kesehatan diyakini penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Namun dalam kenyataannya program pelayanan kesehatan sering tidak didukung oleh pendidikan kesehatan yang baik. Pendidikan kesehatan memang tidak akan memberikan hasil yang segera (immediate impact) seperti lazimnya pendidikan pada umum lainnya. Namun jelas bahwa pendidikan kesehatan merupakan investasi jangka panjang bagi pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Indicator kesehatan yang di capai tidak akan segera terlihat, hal ini juga karena sasaran pendidiakn kesehatan terutama adalah perubahan perilaku dan budaya yang membutuhkan waktu hingga sampai beberapa generasi. (FIP-UPI, 2007)Sedangkan Di indonesia untuk meningkatkannya dengan di adakannya Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI). Awal mula UKDI adalah adanya proyek Bench Marking yang diadakan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) untuk menilai keberhasilan institusi kedokteran dan peningkatan mutu Fakultas Kedokteran nasional. UKDI mencakup ujian teori yang berbasis (computer based teks) dengan pilihan berganda dan ujian klinis seperti Objective Structure Clinical Examination nasional (OSCE nasional), awalnya proyek ini di uji cobakan di empat fakultas kedokteran yaitu FK UI, FK UNPAD, FK UGM dan FK UNDIP dengan FK UNPAD sebagai kordinator. Kemudian diikuti oleh FK-FK lain yaitu FK USU, FK Atmajaya, FK Unhas, FK Unair yang kemudian menjadi tim dalam pembuatan Bench Marking tersebut. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan masalah kesehatan, UKDI dianggap merupakan langkah yang sangat baik dalam mengembangkan pengetahuan seorang dokter. Seorang dokter dituntut untuk terus me-update ilmu pengetahuannya. (ISMKI, 2014)Sedangkan di Universitas muhammdiyah Jakarta strategi pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran blok dengan metode pembelajaran menggunakan problem based learning (PBL) dengan pembelajaran mendiskusikan masalah, clinical skill lab (CSL) bertujian untuk mengasah keterampilan dalam bidang klinis, ada pun pembelajaran di labolatorium dan perkuliahan. System ini membutuhkan waktu 7 semester (3,5 tahun) untuk menyelesaikan beban studi 149 SKS pada tahap akademis (sarjana kedokteran). Dan 4 semester (2 tahun) untuk menyelesaikan beban studi 35 SKS pada tahap profesi (profesi Dokter). (UMJ, 2012)Pada tahun ajaran (TA) 2012/2013 mahasiswa angkatan 2009 merupakan mahasiswa tingkat akhir yang akan mengikuti OSCE. Dikarenakan OSCE merupakan salah satu ujian akhir untuk ujian pendidiakan dokter, Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan tes prdiktif validitas, validitas prediktif menunjukan kepada tingkat ketepatan skor atau performa tes dalam memprediksikan performan atau prestasi yang akan datang. Oleh karena itu mahasiswa yang mengikuti ujian osce akan mendapatkan masalah seperti kemungkinan tingkat kecemasan yang dialami ketika menghadapi ujian akan lebih tinggi. Ditambah lagi pada ujian ini materi yang diujikan lebih banyak dibandingkan ketika ujian skills lab. Selain itu, selama ujian mahasiswa harus melaksanakan ujian secara cepat (lebih kurang lima sampai sepuluh menit perstasion), tepat, dan lengkap agar mendapatkan nilai yang bagus (Arief, 2003)

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas, yaitu mengenai OSCE sebagai salah satu uji kompetensi dokter yang harus di penuhi sebagai salah satu syarat untuk menjadi dokter yang baik. Oleh karena itu yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui Prediktif validity CSL sistem Terapetik pada tingkat kelulusan ujian keterampilan klinik (CSL) regular dengan OSCE nasional, di fakultas kedokteran di universitas muhammadiyah jakarta pada angkatan 2009.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum :Diketahuinya Prediktif validity CSL sistem Terapetik pada tingkat kelulusan ujian keterampilan klinik (CSL) regular angkatan 2009, di fakultas kedokteran di universitas muhammadiyah Jakarta.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi penulisBagi Penulis yaitu untuk memberikan informasi dan pembelajaran yang lebih baik agar dapat lulus dalam keterampilan klinis lab (CSL) dengan Objective Structure Clinical Examination (OSCE).

1.4.2. Bagi Insitusi PendidikanBagi Institusi Pendidikan yaitu Universitas Muhammadiyah jakarta, hasil penelitian OSCE ini bermanfaat sebagai acuan pembelajaran agar lebih baik kedepannya.

1.4.3. Bagi MasyarakatBagi Masyarakat yaitu dengan adanya penelitian ini Masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi dan dapat mengurangi angka kematian pada Masyarakat.