bab i epin

10
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus AIDS di Negara Indonesia semakin meningkat, tetapi kematian akibat penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV berkurang. Ada dua puluh delapan penykit yang di gunakan mendefinisikan efek lengkap AIDS. Aktivitas seksual remaja dan seks pranikah menunjukkan peningkatan yang sangat besar pada tahun- tahun belakangan ini bahkan dalam ancman terjadinya epidemi AIDS. Berdasarkan penelusuran, dari jumlah 18.442 kasus AIDS di Indonesia diketahui persentase berdasarkan jenis kelamin yaitu 74% Laki-laki (13.654 orang), 25,5% Perempuan (4701 orang) dan 0,5% (87 orang) tidak diketahui jenis kelaminya. Kasus terbanyak ditemukan di Propinsi Jawa Barat dengan jumlah penderita 3.233 orang. Disusul Provinsi lainnya yaitu

Upload: ravega-comunity

Post on 25-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I epin

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kasus AIDS di Negara Indonesia semakin meningkat, tetapi kematian

akibat penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV berkurang. Ada dua puluh

delapan penykit yang di gunakan mendefinisikan efek lengkap AIDS.

Aktivitas seksual remaja dan seks pranikah menunjukkan peningkatan

yang sangat besar pada tahun-tahun belakangan ini bahkan dalam ancman

terjadinya epidemi AIDS. Berdasarkan penelusuran, dari jumlah 18.442 kasus

AIDS di Indonesia diketahui persentase berdasarkan jenis kelamin yaitu 74%

Laki-laki (13.654 orang), 25,5% Perempuan (4701 orang) dan 0,5% (87 orang)

tidak diketahui jenis kelaminya. Kasus terbanyak ditemukan di Propinsi Jawa

Barat dengan jumlah penderita 3.233 orang. Disusul Provinsi lainnya yaitu Jawa

Timur 3.133 orang, DKI Jakarta 2811 orang, Papua 2681 orang, Bali 1506 orang,

Kalimantan Barat 730 orang, Jawa Tengah 669 orang, Sumatera Utara 485 orang,

Riau 371 orang, dan kepulauan Riau 333 orang. Sampai dengan 30 September

2009 rate kumulatif kasus AIDS nasional mencapai 8,15 per 100.000 penduduk

(berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2006, jumlah penduduk sebanyak

227.132.350 jiwa). Dibandingkan dengan angka nasional, jumlah penderita di

Papua mencapai 17,9 kali lipat lebih banyak, disusul Bali 5,3 kali, DKI Jakarta 3,8

kali, Kepulauan Riau 3,4 kali, Kalimantan Barat 2,2 kali, Maluku 1,8 kali, Papua

Barat 1,3 kali, Kep. Bangka Belitung 1,4 kali, Riau, DI Yogyakarta, Jawa Timur,

Page 2: BAB I epin

Jawa Barat, dan Sulawesi Utara 1,0 kali angka nasional. Berganti-ganti pasangan

seks saat remaja nantinya akan menghantui baik laki-laki maupun perempuan

yang melakukannya, walaupun mereka pada akhirnya menikah atau monogami,

karena mereka tidak pernah benar-benar tahu apakah dirinya terinfeksi atau tidak.

Bersenggama dengan pasangan yang baru berarti membuka peluang untuk

terjangkit HIV.

Dari kasus di atas bisa dilihat bahwa pola asuh orang tua yang benar

mempengaruhi masa remaja. Anak yang diasuh secara benar dan penuh kasih

sayang serta perhatian maka anak tidak akan terjerumus dalam pergaulan bebas

seperti kasus di atas, karena sejak masih dini anak sudah di beri pendidikan dalam

keluarganya.

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak-anak

dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11 sampai 20 tahun (Wong, 2004).

Masa remaja ini merupakan masa transisi yang berbeda akan membawa pengaruh

yang berbeda pula bagi individu yang mengalaminya. Masa remaja hampir selalu

merupakan masa-masa sulit untuk beradaptasi terhadap tumbuh kembang yang

dialaminya, termasuk pembentukan konsep diri. Pada masa remaja konsep diri

merupakan inti dari kepribadian (Hurlock, 1973).

Hasil-hasil studi yang panjang di berbagai negara tentang masa remaja

menunjukkan bahwa masa yang paling penting dan mementukan perkembangan

harga diri seseorang adalah pada masa remaja. Pada masa inilah terutama

seseorang akan mengenali dan mengembangkan seluruh aspek dalam dirinya,

sehingga menentukan apakah ia akan memiliki harga diri yang positif atau negatif.

Page 3: BAB I epin

Tetapi perlu di ketahui bahwa konsep diri termasuk didalamnya harga

diri,terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia

dari kecil hingga dewasa (Qumana, 2008). Konsep diri bukan merupakan faktor

bawaan atau herediter. Konsep diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi di pelajari

sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang

terdekat dan dengan realita, dan dengan realita (Stuart, 2002 ).

Keluarga dalam hubunganya dengan anak, diidentikan sebagai tempat atau

lembaga pegasuhan yang paling dapat memberi kasih sayang, kegiatan menyusui,

efektif dan ekonomis. Didalam keluargalah anak-anak pertama kali mendapat

pengalaman dini langsung yang akan di gunakan sebagai bekal hidupnya di

kemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional & spiritual.

Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah

besar, artinya banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses

perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan

diri penting dalam pembentukan kepribadian anak adalah praktik pengasuhan

anak (Hurlock, 1978).

Sifat dan perilaku anak pada usia ini sangat di pengaruhi dengan pola

asuh kedua orangtuanya. Terlalu memanjakan atau memandang sebelah

keberadaan mereka, bisa berakibat buruk terhadap kepribadian mereka kelak

(Surya, 2008). Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan di besarkan

dalam pola asuh yang keliru dan negatif, ataupun lingkungan yang kurang

mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif, dan sikap positif

Page 4: BAB I epin

orangtua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap

menghargai diri sendiri (Qumana, 2008).

Menurut Papalia & Olds (1993), ada beberapa karakteristik orangtua

yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan harga diri anak. Menurut

mereka,orang tua yang hangat, responsive dan memiliki harapan-harapan yang

realistik akan meningkatkan harga diri anak,sedangkan orang tua yang

perfeksionis, suka mengritik, terlalu mengontrol atau terlalu melindungi,

memanjakan , mengabaikan, serta tidak memberikan batasan-batasan atau aturan-

aturan yang jelas dan konsisten akan menurunkan tingkat harga diri anak

(Rusdijana, 2004).

Namun pembetukan konsep diri pada anak tidak hanya di tentukan

oleh pola asuh orang tua. Faktor-faktor yang melatar belakangi harga diri juga di

pengaruhi oleh pengalaman, lingkungan dan sosial ekonomi (Coopersmith, 1967

cit. Burns, 1998).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasasrkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut: “Adakah Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Pembentukan Konsep Diri (Kemandirian) Pada Remaja (Usia 11-20 tahun) di

Desa Bejen Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung?”

Page 5: BAB I epin

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Penelitian ini di lakukan untuk mempelajari pengaruh antara pola asuh

orang tua dengan pembentukan konsep diri: kepribadian pada anak usia

remaja.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi data demografi responden; usia, jenis kelamin, status

dalam keluarga, dan persuku.

b. Mengidentifikasi jenis pola asuh orang tua terhadap anak usia remaja.

c. Mengidentifikasi karakteristik - karakteristik anak terhadap

pembentukan konsep diri; kepribadian anak dalam kaitanya dengan

pola asuh orangtua.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Perkembangan IPTEK

Untuk menambah sumber informasi bagi penelitian berikutnya.

2. Bagi Institusi terkait

Untuk menambah sumbangan ilmiah dan perkembangan ilmu pengetahuan

serta dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan

untuk peneliti selanjutnya, serta menambah referensi pola asuh orang tua

terhadap anak usia remaja.

Page 6: BAB I epin

3. Bagi Masyarakat

a. Khusus bagi orang tua, penelitian ini dapat memberikan informasi atau

gambaran dalam memberikan pola asuh yang efektif pada anak sehigga

berdampak baik terhadap pembentukan konsep diri.

b. Memberikan pengetahuan tentang jenis pola asuh orang tua dan

pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian anak.di harapkan

dengan pengetahuan yang ada, tindakan preventif terhadap akibat

negatif yang dapat di hasilkan dari pola asuh yang salah dapat di

lakukan untuk mencegah timbulnya masalah lain.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh

orang tua terhadap pembentukan kemandirian pada remaja. Sedangkan subjek

atau responden yang dipakai sebagai sumber informasi adalah orang tua dan

remaja di Desa Bejen Kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung.

F. PENELITIAN TERKAIT

Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Hubungan antara

hubungan pola asuh orang tua terhadap pembentukan kemandirian pada Remaja di

desa bejen, kecamatan bejen, kabupaten Temanggung” belum pernah di lakukan.

Namun terdapat beberapa penelitian terkait dengan tema yang hampir sama antara

lain:

Page 7: BAB I epin

1. Lina (2008), meneliti tentang “Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis

Orang Tua dan Kemandirian Dengan Kemampuan Menyelesaikan

Masalah Pada Remaja”.

2. Patmawati (2007), meneliti tentang “Perbedaan Kemandirian Belajar

Ditinjau Dari Persepsi Anak terhadap Pola Asuh Orang Tua Pada Anak

Sulung Dan Anak Bungsu Di SMA Islam Sudirman Ambarawa”.