bab i hipertense lansia

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000) Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan resiko penyebab kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular 48 % dari seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke sebanyak 43% dari seluruh kamatian di dunia dan meningkat pada tahun 2000 kematian akibat penyakit tidak menular yaitu 64 % dari seluruh kematian dimana 60% disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan gagal ginjal. Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke, dimana faktor resiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi. (Zamhir, 2006). 1

Upload: ivannabean

Post on 24-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

docx

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan resiko penyebab kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular 48 % dari seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke sebanyak 43% dari seluruh kamatian di dunia dan meningkat pada tahun 2000 kematian akibat penyakit tidak menular yaitu 64 % dari seluruh kematian dimana 60% disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan gagal ginjal. Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak 66% diakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke, dimana faktor resiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi. (Zamhir, 2006).Di Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada batas tekanan darah normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi penderita hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal 139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025. (Zamhir, 2006).Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95 % kasus. Bentuk hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atau esensial. Patogenesis pasti tampaknya sangat kompleks dengan interaksi dari berbagai variabel, mungkin pula ada predisposisi genetik. Mekanisme lain yang dikemukakan mencakup perubahan perubahan berikut: (1). Eksresi natrium dan air oleh ginjal, (2). Kepekaan baroreseptor, (3). Respon vesikuler, dan (4). Sekresi renin. Sedangkan 5% penyakit hipertensi terjadi sekunder akibat proses penyakit lain seperti penyakit parenkhim ginjal atau aldosterronisme primer (Prince, 2005). Beberapa organisasi dunia dan regional telah memproduksi, bahkan memperbaharui pedoman penanggulangan hipertensi. Dari berbagai strategi dapat disimpulkan bahwa penanggulangan hipertensi melibatkan banyak disiplin ilmu. Kunci pencegahan atau penanggulangan perorangan adalah gaya hidup sehat. Masyarakat juga perlu tahu risiko hipertensi agar dapat saling mendukung untuk mencegah atau menanggulangi agar tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan sampai mencegah terjadinya komplikasi. (Bahrianwar,2009). Di Indonesia, Pemerintah bersama Departemen Kesehatan RI memberi apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit Hipertensi. Sejak tahun 2006 Departemen Kesehatan RI melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi dan penyakit degenaritaif linnya, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera. (Depkes, 2007). Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi, akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya manusia dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jaringan kerja pengendalian hipertensi, antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi; memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi. (Depkes, 2007).Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan komplikasi, pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan secara keseluruhan. Dahulu hipertensi pada lanjut usia dianggap tidak selalu perlu diobati, bahkan dianggap berbahaya untuk diturunkan. Memang teori ini didukung oleh observasi yang menunjukkan turunnya tekanan darah sering kali diikuti pada jangka pendeknya oleh perburukan serangan iskemik yang transient (TIA). Tetapi akhir-akhir ini dari penyelidikan epidemiologi maupun trial klinik obat-obat antihipertensi pada lanjut usia menunjukan bahwa hipertensi pada lansia merupakan risiko yang paling penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler, strok dan penyakit ginjal. Banyak data akhir-akhir ini menunjukan bahwa pengobatan hipertensi pada lanjut usia dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.

1.2 Rumusan Masalah Memahami konsep dan bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan Hipertensi1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Agar pembaca dapat memahami lebih jauh tentang penyakit hipertensi pada lansia. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi pada lansia. 2. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi pada lansia. 3.Untuk mengetahui etiologi hipertensi pada lansia. 4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi pada lansia. 5. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala hipertensi pada lansia. 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi pada lansia. 7. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi pada lansia. 8. Untuk mengetahui penatalaksanaan hipertensi pada lansia. 9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan hipertensi pada lansia.1.4 ManfaatTulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi baik bagi tenaga kesehatan ataupun masyarakat umum mengenai Hipertensi pada lansia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hipertensi Pada Lansia Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap. Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah 2010). Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut WHO ( 1978 ),tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Pada Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 1996)2.2 Klasifikasi hipertensi pada lansia Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi : Hipertensi primer atau esensialPenyebab pasti masih belum diketahui. Jenis ini adalah yang terbanyak, yaitu sekitar 90-95% dari seluruh pasien hipertensi. Riwayat keluarga,obesitas,diit tinggi natrium,lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung. Walaupun faktor genetik sepertinya sangat berhubungan dengan hipertensi primer, tapi mekanisme pastinya masih belum diketahui. Hipertensi sekunderHipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainya. Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti hipertensi renovaskuler, feokromositoma, sindrom cushing, aldosteronisme primer, dan obat-obatan, yaitu sekitar 2-10% dari seluruh pasien hipertensi.Klasifikasi hipertensi berdasarkan pedoman Joint National Committe 7

KategoriSistolik (mmHg)Diastolik (mmHg)

OptimalNormal115 atau kurang< 12075 atau kurang< 80

Prehipertensi120-13980-89

Hipertensi stage I140-15990-99

Hipertensi stage II 160 100

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan:Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12% penderita di atas usia 60th, terutama pada wanita. Insioden meningkat seiring bertambahnya umur.Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14% penderita di atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring bertambahnya umur.Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60th, lebih banyak pada wanita. Menningkat dengan bertambahnya umur.

3.1 Etiologi Hipertensi Pada LansiaDengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan.3.1.1 Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain: Faktor resiko yang tidak dapat dikontrolFaktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin pria atau wanita pasca menopause.A. Jenis kelaminPrevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause.

B. UmurSemakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering terjadi pada usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.C. Keturunan ( Genetik)Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Faktor resiko yang dapat dikontrol:A. ObesitasPada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.B. Kurang olahragaOlahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.C. Kebiasaan merokokMerokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.D. Mengkosumsi garam berlebihBadan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.E. Minum alkoholBanyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensiF. Minum kopiFaktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.G. StressHubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal4.1 Patifisiologi hipertensi pada lansiaKerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner4.2 Tanda dan Gejala hipertensi pada lansia4.2.1 Tanda dan gejala hipertensi pada lansia secara umum adalah : Sakit kepala Perdarahan hidung Vertigo Mual muntah Perubahan penglihatan Kesemutan pada kaki dan tangan Sesak nafas Kejang atau koma Nyeri dada4.2.2 Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : Tidakada gejalaTidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. Gejalayang lazimSeringdikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.5.1 Pemeriksaan Penunjang pada Hipertensi pada Lansia Hemoglobin/ hematokrit ;Untukmengkaji hubungan dari selsel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktorfaktor resiko seperti hiperkoagulabilitas dan anemia BUN : Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa : Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi) Kalium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab) Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter. Foto dada : Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung CT scan : Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi6.1 Komplikasi hipertensi pada lansiaPasien dengan hipertensi dapat meninggal dengan cepat; penyebab tersering kematian adalah penyakit jantung, sedangkan stroke dan gagal ginjal sering ditemukan, dan sebagian kecil pada pasien dengan retinopati.6.1.2 Komplikasi pada Sistem KardiovaskulerKompensasi akibat penambahan kerja jantung dengan peningkatan tekanan sistemik adalah hipertrofi ventrikel kiri, yang ditandai dengan penebalan dinding ventrikel. Hal ini menyebabkan fungsi ventrikel memburuk, kapasitasnya membesar dan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda gagal jantung. Angina pektoris dapat timbul sebagai akibat dari kombinasi penyakit arteri koronaria dan peningkatan kebutuhan oksigen miokard karena penambahan massanya. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pembesaran jantung dengan denyut ventrikel kiri yang menonjol. Suara penutupan aorta menonjol dan mungkin ditemukan murmur dari regurgitasi aorta. Bunyi jantung presistolik (atrial, keempat) sering terdengar pada penyakit jantung hipertensif, dan bunyi jantung protodiastolik (ventrikuler, ketiga) atau irama gallop mungkin saja ditemukan. Pada elektrokardiogram, ditemukan tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri. Bila penyakit berlanjut, dapat terjadi iskemi dan infark. Sebagian besar kematian dengan hipertensi disebabkan oleh infark miokard atau gagal jantung kongestif. Data-data terbaru menduga bahwa kerusakan miokardial mungkin lebih diperantarai oleh aldosteron pada asupan garam yang normal atau tinggi dibandingkan hanya oleh peningkatan tekanan darah atau kadar angiotensin II.

6.1.3 Efek NeurologikEfek neurologik pada hipertensi lanjut dibagi dalam perubahan pada retina dan sistem saraf pusat. Karena retina adalah satu-satunya jaringan dengan arteri dan arteriol yang dapat langsung diperiksa, maka dengan pemeriksaan optalmoskopik berulang memungkinkan pengamatan terhadap proses dampak hipertensi pada pembuluh darah retina. Efek pada sistem saraf pusat juga sering terjadi pada pasien hipertensi. Sakit kepala di daerah oksipital, paling sering terjadi pada pagi hari, yang merupakan salah satu dari gejala-gejala awal hipertensi. Dapat juga ditemukan keleyengan, kepala terasa ringan, vertigo, tinitus dan penglihatan menurun atau sinkope, tapi manifestasi yang lebih serius adalah oklusi vaskuler, perdarahan atau ensefalopati. Patogenesa dari kedua hal pertama sedikit berbeda. Infark serebri terjadi secara sekunder akibat peningkatan aterosklerosis pada pasien hipertensi, dimana perdarahan serebri adalah akibat dari peningkatan tekanan darah dan perkembangan mikroaneurisma vaskuler serebri (aneurisma Charcot-Bouchard). Hanya umur dan tekanan arterial diketahui berpengaruh terhadap perkembangan mikroaneurisma.Ensefalopati hipertensi terdiri dari gejala-gejala : hipertensi berat, gangguan kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial, retinopati dengan papiledem dan kejang. Patogenesisnya tidak jelas tapi kemungkinan tidak berkaitan dengan spasme arterioler atau udem serebri. Tanda-tanda fokal neurologik jarang ditemukan dan jikalau ada, lebih dipikirkan suatu infark / perdarahan serebri atau transient ischemic attack.Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada retina berupa retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak beraturan, eksudat pada retina, edema retina dan perdarahan retina. Kelainan pembuluh darah dapat berupa penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena crossing atau sklerosis pembuluh darah.6.1.4 Efek pada GinjalLesi aterosklerosis pada arteriol aferen dan eferen serta kapiler glomerulus adalah lesi vaskuler renal yang paling umum pada hipertensi dan berakibat pada penurunan tingkat filtrasi glomerulus dan disfungsi tubuler. Proteinuria dan hematuria mikroskopik terjadi karena lesi pada glomerulus dan 10 % kematian disebabkan oleh hipertensi akibat gagal ginjal. Kehilangan darah pada hipertensi terjadi tidak hanya dari lesi pada ginjal; epitaksis, hemoptisis dan metroragi juga sering terjadi pada pasien-pasien ini.7.1 Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia7.1.2 Pencegahan PrimerFaktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk: Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb. Dilarang merokok atau menghentikan merokok Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.7.1.2 Pencegahan sekunderPencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa: Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol. Batasi aktivitas.Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : Terapi tanpa Obat : Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. DietDiet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh Penurunan berat badan Penurunan asupan etanol Menghentikan merokok LatihanFisikLatihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk penderita hipertensi. Macam olah raganya yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lainIntensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu EdukasiPsikologis : Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : TehnikBiofeedbackBiofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

Tehnik relaksasi : Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan) : Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Terapidengan Obat : Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.Pengobatannya meliputi :Step 1Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitorStep 2Alternatif yang bisa diberikan : -. Dosis obat pertama dinaikkan. -.Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama. -. Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilatorStep 3 :Alternatif yang bisa ditempuh :a.Obat ke-2 digantib.Ditambah obat ke-3 jenis lainStep 4Alternatif pemberian obatnya :- .Ditambah obat ke-3 dan ke-4-. Re-evaluasi dan konsultasi-. Follow Up untuk mempertahankan terapiUntuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

BAB IIIKONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI8.1.1 Pengkajian klien dengan hipertensi Aktifitas/ istirahatGejala:Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monotonTanda:Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea SirkulasiGejala:Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.Tanda:Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi jantungmurmur, distensi vena jugularis Integritas EgoGejala:Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)Tanda:Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara EliminasiGejala:Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal ), obstruksi. Makanan/ cairanGejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.Tanda:Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem. NeurosensoriGejala:Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.Tanda:Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan. Nyeri/ ketidaknyamananGejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa. PernafasanGejala:Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.Tanda:Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu pernafasan. KeamananGejala:Gangguan koordinasi, cara brejalan.B.Pemeriksaan Diagnostik Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas). BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal. Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi). Kalsium serum Kalium serum Kolesterol dan trygliserid Urin analisa Foto dada CT Scan EKGC.Kemungkinan Diagosa KeperawatanGangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.Perubahannutrisikurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuatIntoleransiaktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnyaResiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksipembuluh darah.Resikotinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.D.IntervensiGangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebralTujuan:Menghilangkan rasa nyeriKriteria hasil : Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.Intervensi : Pertahankantirah baring selama fase akut.R/Meminimalkanstimulasi dan meningkatkan relaksasi. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.R/Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral,efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya. Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.R/Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.R/Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.R/Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.2. G3 pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhb.d intake nutrisi inadekuatTujuan:kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria Hasil : Klien menunjukkan peningkatan berat badan Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan idealIntervensi Bicarakanpentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.R/Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.R/Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.R/Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan. Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).R/Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.R/Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.3.Intoleransiaktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.Tujuan:tidak terjadi intoleransi aktivitasKriteriaHasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.Intervensi Kajitoleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.R/Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.R/Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.R/Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.R/Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.R/Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.4.Inefektifkoping individu b.d mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.Tujuan:klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda inefektif kopingKriteriaHasil : Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.Intervensi Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.R/Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.R/Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.R/Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.R/Keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri / keluarga.R/Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.5.Kurangpengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.Tujuan:Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnyaKriteriahasil Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.Intervensi Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.R/Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi. Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur).R/Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.R/Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.R/Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi.

6.Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.Tujuan:Tidak terjadi penurunan curah jantungKriteria Hasil : Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, Memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.Intervensi Observasi tekanan darahR/Perbandingan dari tekanan darah memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan vaskuler. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan periferR/Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati saat palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.R/S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.R/Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.R/Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.R/Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah. Kolaborasi dengan dokter dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.R/Menurunkan tekanan darah.

7.Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang, motorik atau persepsi.Tujuan:Tidak terjadi cideraKriteria hasil: Mengidentifikasifaktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera. Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera. Meminta bantuan bila diperlukan.Intervensi: Lakukantindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.R/Membantumenurunkan cedera. Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk melakukan:oKaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.oKaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.oPertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion emoltion.R/Kerusakansensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu. Lakukantindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan pengunaan alat bantu.R/Penggunaanalat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan regangan atau jatuh. Anjurkanklien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.R/Keamanan yang baik meminimalkan terjadinya cidera

E.Evaluasi1.Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ?2.Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandiri ?3.Apakah pola nutrisi pasien seimbang atau normal ?

BAB IVPENUTUP

9.1Kesimpulan Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atasoHipertensioHipertensi sistolik terisolasi Hipertensi pada lansia dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor Komplikasi hipertensi pada lansia adalahogagal jantungogagal ginjalostroke (kerusakan otak)okelumpuhan. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia terdiri atasoPencegahan primeroPencegahan sekunder9.2SaranDiharapkan perawat lebih mengerti tentang konsep hipertensi pada lansia dan disarankan perawatlebih banyak lagi mencari informasi tentang hipertensipada lansia sehingga bisa menambah wawasan yang lebih maksimal dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, 2003. Rencana AsuhanKeperawatan.EGC. JakartaFatimah.2010.Merawat Manusia Lanjut Usia.Trans Info media. JakartaMarifatul Lirik Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia.Graha Ilmu. Jogjakarta.1