bab ii br nian

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Pengertian Hipertensi Hipertensi diambil dari bahasa Inggris Hypertension. Kata Hypertension itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu Hyper dan Tension. Hyper berarti super atau biasa dan Tension berarti tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang populer untuk menyebut penyakit tegangan darah tinggi. Disamping itu dalam bahasa Inggris digunakan istilah high blood pressure yang berarti tekanan darah tinggi (Bangun, 2002). Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai tekanan darah melebihi 140/10 mmHg saat istirahat. (www.id.wikipedia.org . 2007) 7

Upload: susiasnati

Post on 03-Jan-2016

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

baru

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II BR NIAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi diambil dari bahasa Inggris Hypertension. Kata Hypertension itu

sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu Hyper dan Tension. Hyper berarti super atau

biasa dan Tension berarti tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi

istilah kedokteran yang populer untuk menyebut penyakit tegangan darah tinggi.

Disamping itu dalam bahasa Inggris digunakan istilah high blood pressure yang

berarti tekanan darah tinggi (Bangun, 2002).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang

mempunyai tekanan darah melebihi 140/10 mmHg saat istirahat.

(www.id.wikipedia.org. 2007)

Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah

jika sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama

dengan 90 mmHg.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada

7

Page 2: BAB II BR NIAN

populasi usia lanjut, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan

tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddart, 2002).

Hipertensi yakni bila tekanan darah 140/90 mmHg ke atas, diukur setelah 5

menit istirahat, tidak minum kopi dan merokok ½ - 1 jam sebelum dilakukan

pemeriksaan (Lumenta, 2004)

Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung

umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,

tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami. (Tambayong, 2000).

2.1.2 Etiologi Hipertensi

1. Usia

Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Pada usia

lanjut, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elastisitas jantung pada orang

berusia 70 tahun menurun sekitar 50% dibandingkan orang berusia 20 tahun.

Oleh karena itu, tekanan darah pada wanita tua yang mencapai 170/90 mmHg

dan pada pria yang mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal

(Nugroho, 2008).

2. Kelamin

Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada

usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita mulai meningkat,

sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden wanita lebih tinggi.

3. Pola hidup

8

Page 3: BAB II BR NIAN

Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan kehidupan atau pekerjaan

yang penuh stress agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih

tinggi. Obesitas dipandang sebagai faktor risiko utama. Merokok dipandang

sebagai faktor bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hipertensi dan

hiperglikemia adalah faktor-faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis

yang berhubungan erat dengan hipertensi.

4. Ras

Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada orang

berkulit putih. Akibatnya penyakit ini umumnya lebih berat ras hitam.

5. Diabetes Melitus

Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas, namun

penyakit utama kematian pasien diabetes melitus adalah kardiovaskuler,

terutama yang mulainya dini dan kurang kontrol (Tambayong, 2000).

2.1.3 Penggolongan Hipertensi

Penyakit hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita orang tanpa

mereka sendiri mengetahuinya. Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan berbagai hal

yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Untunglah dewasa ini berbagai

akibat yang ditimbulkannya dapat dicegah dengan perawatan dini oleh para ahli di

bidang kesehatan. Pada dasarnya, penggolongan hipertensi meliputi :

1. Hipertensi Primer atau Esensial

9

Page 4: BAB II BR NIAN

Hipertensi primer adalah penyakit hipertensi yang tidak langsung atau

penyebabnya belum diketahui secara pasti. Mereka yang menderita hipertensi

primer, tidak menunjukkan gejala apapun. Hipertensi primer meliputi lebih

kurang 90% kasus dari seluruh penderita hipertensi dan 10 % sisanya disebabkan

hipertensi sekunder.

2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal

Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui penyebabnya.

Timbulnya penyakit hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit,

kondisi dan kebiasaan seseorang. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab

spesifiknya diketahui, seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal, akibat strss

yang parah, kehamilan atau pemakaian pil KB, pemakaian obat terlarang seperti

heroin, kokain, atau jenis narkoba lainnya, cedera kepala atau pendarahan di otak

yang berat, tumor diotak atau sebagai reaksi pembedahan (Bangun, 2002).

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

Menurut Dr. Marvin Moeser dalam bukunya, lower your blood pressure and

live longer, sebenarnya yang dinamakan tekanan darah normal atau tinggi,

batasannya cukup luas, karena masih banyak dokter yang tidak setuju dengan

klasifikasi batas tekanan darah normal dan batas mulainya hipertensi.

10

Page 5: BAB II BR NIAN

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal tensi

Hipertensi ringan

Hipertensi perbatasan

Hipertensi sedang dan berat

Hipertensi sistolik terisolasi

Hiperensi sistolik perbatasan

< 140

140-180

140-160

> 180

> 140

140-160

< 90

90-105

90-95

> 105

< 90

< 90

2.1.5 Keluhan dan Gejala Hipertensi

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila

demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau

jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah : sakit kepala, epistaksis, marah,

telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang,

pusing, depresi dan kurang semangat (Mansjoer, 1999).

Menurut (www.indomedia.com. 2003) ada beberapa komplikasi yang dapat

timbul pada penderita hipertensi yaitu :

1. Mata

Komplikasi pada mata dapat menyebabkan retinopati hipertensi yaitu kelainan

pembuluh darah retina, dapat juga menyebabkan gangguan penglihatan

sampai dengan kebutaan.

2. Ginjal

11

Page 6: BAB II BR NIAN

Pada ginjal dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik dan gagal ginjal

terminal. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang

lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

3. Jantung

Pada jantung dapat mneyebabkan penyakit jatung koroner (PJK) dan gagal

jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat

disamping kelainan koroner dan miokard. Hipertensi merupakan gangguan

mekanisme pengaturan tekanan darah, membawa efek merugikan organ tubuh

terutama jantung. Kelainanya bisa berupa angina pektoris, infark miokard,

payah jantung dan kematian mendadak. (www.indomedia.com. 2003)

4. Otak

Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya perubahan patologik pada pembuluh

darah otak sehingga menggangu perfusi darah ke otak dan berakibat kelainan

pada jaringan otak. Manifestasi kelainan ini dikenal dengan cerebrovascular

desease (CVD) atau stroke.

Hipertensi dan stroke merupakan dua kondisi klinis yang bisa timbul saling

berkaitan dan timbal balik. Sebaliknya stroke dapat menyebabkan tekanan

darah meningkat yang umumnya terjadi pada fase akut stroke.

(www.indomedia.com. 2003)

12

Page 7: BAB II BR NIAN

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

2.1.6.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis

Menurut (www.indomedia.com. 2003) pengobatan non farmkologis adalah

lifestyle modification, terutama untuk pengobatan awal atau terapi tambahan.

Pengobatan non farmkologis dapat diartikan perawatan hipertensi pada usia lanjut

yang dapat dilakukan oleh penderita itu sendiri.

Menurut Sustraini dkk (2006) gaya hidup modern yang mengangungkan

sukses, kerja keras dalam situasi penuh tekanan dan stress yang berkepanjangan

adalah hal yang paling utama terjadi. Namun stress yang terlalu besar dapat memicu

terjadinya berbagai penyakit, Misalnya sakit kepala, sulit tidur, tukak lambung,

hipertensi, penyakit jantung dna stroke. Disamping itu, gaya hidup modern yang

penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolahraga, dan berusaha mengatasi

stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi padahal semuanya adalah

penyebab yang meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.

Cara yang paling baik dalam mengatasi hipertensi untuk mencegah

komplikasi adalah mengubah gaya hidup kearah gaya hidup sehat.

Menurut Susraini dkk (2006) penatalaksanaan non farmkologis atau

modifikasi pola hidup, antara lain :

1. Mengurangi asupan garam

13

Page 8: BAB II BR NIAN

Mengurangi garam sering juga diimbangi denagn asupan lebih banyak kalsium,

magnesium dan kalium (bila diperlukan untuk kasus tertentu). Puasa garam untuk

kasus tertentu dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Umumnya kita

mengkonsumsi lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan tubuh. Idealnya ,

kita cukup menggunakan sekitar satu sendok saja atau sekitar 5 gram per hari.

2. Perbanyak serat

Mengkonsumsi lebih banyak sayur atau makanan rumahan yang mengandung

banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan

natrium. Sebaliknya penderita hipertensi menghindari makanan kaleng dan

makanan siap saji dari restoran yang dikuatirkan mengandung banyak pengawet

dan kurang serat..

3. Menghentikan kebiasaan buruk

Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat mengurangi beban jantung, sehingga

jantung dapat bekerja dengana baik. Rokok dapat meningkatkan risiko kerusakan

pembuluh darah dengan megendapkan kolestrol pada pembuluh darah jantung

koroner sehingga jantung bekerja lebih keras.

4. Perbanyak asupan kalium

Penelitian mneunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi 3.500 ml kalium dapat

membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang

14

Page 9: BAB II BR NIAN

ideal dapat tercapai kembali tekanan yang normal. Kalium bekerja mengusir

natrium dari senyawanya sehingga lebih mudah dilekuarkan.

5. Penuhi kebutuhan magnesium

Juga ditemukan hubungan antara rendahnya asupan magnesium dengan

hipertensi. Kekurangan asupan magnesium terjadi dengan semakin banyaknya

makanan olahan yang di konsumsi.

Sumber makanan yang kaya magnesium antara lain kacang tanah, bayam, kacang

polong, dan makanan laut.

6. Sayuran dan Bumbu dapur

Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrolan tekanand arah,

adalah : Tomat, wortel, seledri, bawang putih, kunyit, lada hitam, kemangi, dan

rempah lainnya.

7. Mengurangi Lemak

Seorang dewasa yang sehat memerlukan tidak lebih dari 75 gram lemak per hari.

Pada dasarnya ada tiga kategori lemak pokok dalam diet, yaitu lemak jenuh

(saturated), lemak tak jenuh (monounsaturated) dan lemak tak jenuh ganda

(polyunsarturetedd).

Lemak jenuh cendrung merangsang hati memproduksi kolestrol, akibatnya darah

cendrung menggumpal. Tubuh memerlukan kolestrol dalam jumlah sedikit yaitu

15

Page 10: BAB II BR NIAN

kurang dari seperempat dari biasanya masuk melalui makanan, kebutuhan

selebihnya dipenuhi oleh hati. Sebaliknya lemak tak jenuh majemuk cenderung

meurunkan kolestrol dalam darah, bahkan mengurangi tingkat kelengketan

keping-keping darah. Lemak tidak jenuh tunggal tidak meningkatkan kolestrol ,

tetapi tidak megurangi yang sudah ada dalam tubuh.

2.1.6.2 Penatalaksanaan Farmakologis

Menurut Aesculapius (2006) pengobatan farmakologis, tidak selamanya benar

anggapan umum bahwa si penderita harus meminum obat-oabatan secara teratur

untuk jangka waktu panjang bahkan seumur hidup. Karena tujuan pengobatan bukan

hanya menurunkan tekanan darah, melainkan lebih luas daripada itu, mencegah

morbilitas dan mortalitas akibat hipertensi tanpa menngubah kualitas hidup penderita.

Pengobatan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan penyebab

hipertensi

2. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah

denga harapan memperpanjang umur dan mengurangai timbulnya komplikasi

3. Upaya menurunkan tekanan darah dapat dicapai dnegan menggunakan obat

anti hipertensi

2.2 Usia Lanjut

16

Page 11: BAB II BR NIAN

Profesional kesehatan ditantang untuk menghadapi prevalensi penyakit yang

terjadi pada populasi usia lanjut. Kondisi yang biasa ditemukan pada usia lanjut

harus bisa ditangani, dibatasi, atau bahkan dicegah. Individu usia lanjut lebih mampu

menjaga kesehatan dan kemandirian fungsinya bila layanan berdasar komunitas yang

memadai tersedia. (Brunner & Suddarth, 2002)

2.2.1 Definisi Usia Lanjut

Dalam buku ajar Geriatri, Darmojo dan Martono (1994) mengatakan bahwa :

Suatu proses menghilang secara perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya tidak dapat bertahan termasuk infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita.

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap perkembangan pada daur kehidupan

manusia (Budi AnnaKeliat, 1999). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU

No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Klasifikasi usia lanjut dalam buku Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya

oleh R. Siti Maryam, dkk adalah lima klasifikasi pada usia lanjut :

1. Pralansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun.

2. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

17

Page 12: BAB II BR NIAN

3. Usia lanjut risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

(Depkes RI, 2003).

4. Usia lanjut potensial adalah usia lanjut yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,

2003)

5. Usia lanjut tidak potensial adalah usia lanjut yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,

2003).

2.2.2 Karakteristik Usia Lanjut

Menurut Budi Anna Keliat (1999), usia lanjut memiliki karakteristik sebagai

berikut.

1. Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.

13 Tahun 1998 tentang Kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.2.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut (Kane et, 1994)

yakni :

18

Page 13: BAB II BR NIAN

1. Perubahan-perubahan fisik

2. Perubahan-perubahan mental

3. Perubahan-perubahan psikososial.

2.2.4 Penyakit yang sering dijumpai pada usia lanjut

Menurut Stiglitz ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan

proses menua, yakni :

1. Gangguan sirkulasi darah seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah,

gangguan pembuluh darah di otak (koroner), dan ginjal.

2. Gangguan metabolisme hormonal : seperti diabetes melitus,

klimakterium, dan ketidakseimbangan kelenjar tiroid.

3. Gangguan pada persendian, seperti osteoarthritis, gout arthritis,

ataupun penyakit kolagen lainnya.

2.3 Teori Perilaku

2.3.1 Definisi Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan

yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari

maupun tidak (Dewi, 2009).

Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.

Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut sangat kompleks sehingga kadang-

kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku

19

Page 14: BAB II BR NIAN

tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku

individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut (Antonius, 2009).

Menurut Notoatmojo (2007) perilaku dapat diartikan sebagai sutatu respon

organisme terhadap rangsangan dari luar subjek tersubut, respon tersebut terdiri dari 2

jenis, yaitu:

1) Respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri individu dan tidak dapat langsung

terlihat oleh orang lain, seperti : berfikir, tanggapan atau sikap batin dan

pengetahuan, sedangkan perilakunya masih terselubung yang disebut dengan

”covert behavior”.

2) Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobervasi secara

langsung, dan sudah kelihatan dalam bentuk tindakan yang nyata yang disebut

”over behavior”.

Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar individu, oleh karena

perilaku tersebut terbentuk dan dapat mengalami perubahan melalui proses

interaksi manusia dengan lingkungannya.

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Perilaku

Dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2005)

tersebut adalah :

a. Faktor intern meliputi : pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi dan

sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

20

Page 15: BAB II BR NIAN

b. Faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti

iklim, manusia, sosial ekonomi kebudayaan dan lain sebagainya.

Proses terbentuknya perilaku tersebut dapat diilustrasikan, sebagai berikut :

Skema 2.1

Asumsi Determinan Perilaku Manusia

Sumber :Notoatmodjo, 2005

2.3.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan peninderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di dapat dari mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

21

Pengalaman

Keyakinan

Fasilitas

Sosio Budaya

Pengetahuan

Persepsi

Sikap Keinginan

Kehendak

Motivasi

Niat

Perilaku

Page 16: BAB II BR NIAN

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

ilmu pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai sesuatu hal,

akan menimbulkan kesadaran yang menyebabkan berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya itu (Notoatmodjo,2003)

2.3.3.2 Sikap

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat,

tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial (Notoatmodjo, 2003)

a. Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok.

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

b. Berbagai Tingkatan Sikap

22

Page 17: BAB II BR NIAN

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan sutu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.3.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Faktor dukungan (support) dari

pihak lain adalah:

a) Persepsi

23

Page 18: BAB II BR NIAN

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

b) Respon Terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator tindakan tingkat dua.

c) Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sudah merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan

tingkat tiga.

d) Adaptasi

Adaptasi adalah suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya

tindakan itu dimodifikasi sendiri.

2.3.4 Peran Petugas

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh

keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah

bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.

(Kozier Barbara, 1995:21)

Peran petugas dalam hal ini perawat yang dimaksud adalah cara untuk

menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan

formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan

24

Page 19: BAB II BR NIAN

tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik

professional.

Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat

professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator,

collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.

1. Care Giver

Pada peran ini perawat diharapkan mampu memberikan pelayanan

keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai

diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana

sampai pada masalah yang kompleks. Memperhatikan individu dalam konteks

sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan

kebutuhan dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk

mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada

masalah psikologis.

2. Client Advocate (Pembela Klien) :

Perawat bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam

memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan

atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan

melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien akan berinteraksi

dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan

25

Page 20: BAB II BR NIAN

yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus

mampu membela hak-hak klien.

3. Conselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan

mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun

hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan

seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.

4. Educator

Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru

membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara

guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau

keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti

dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan

secara teknis. (www.fadlie.web.id, 2008)

5.Collaborator

6. Coordinator change agent

7. Consultant

8. Interpersonal proses.

2.3.5 Teori Lawrence Green

Lawrence Green menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan,

seseorang ataupun masyarakat, perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor yaitu :

26

Page 21: BAB II BR NIAN

a. Faktor Predisposisi/Predisposing Factor

Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, sistem nilai, tingkat pendidikan, tingkat sosial, ekonomi dan

sebagainya.

b. Faktor Pemungkin/ Enabling Factor

Merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku

atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan air dan

makanan bergizi. Termasuk fasilitas pelayanan kesehatan seperti

puskesmas, rumah sakit, polindes.

c. Faktor Penguat/Reinforcing Factor

Faktor penguat merupakan faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku. Faktor ini meliputi faktor sikap dan

perilaku tokoh masayarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas

termasuk petugas kesehatan.

27

Page 22: BAB II BR NIAN

Skema 2.2

Kerangka Teori

28

Faktor Predisposing:- Pengetahuan- Keyakinan- Nilai- Sikap- Variabel - Demografi

Masalah Perilaku Spesifik

Faktor Reinforcing - Guru

- Keluarga- Teman - Petugas Kesehatan- Majikan

Faktor Enabling:- Ketersediaan sarana-sarana kesehatan- Keterjangkauan sumber daya kesehatan- Prioritas dan komitmen masyarakat

terhadap kesehatan- Keterampilan yang berkaitan dengan

kesehatan- Ketersediaan sarana olahraga & hiburan