bab ii metode pembelajaran edutainment dan...
TRANSCRIPT
-
BAB II
METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT DAN PRESTASI
BELAJAR
A. Kajian Teori
1. Pengertian Metode Pembelajaran Edutainment
Edutainment adalah akronim dari kata education dan
entertainment. Education artinya pendidikan dan entertainment artinya
hiburan. Education dalam “The Routledge Dictionary of Quotations”
memiliki beberapa arti, antara lain :
a. Menurut Robert frost : “ Education is the ability to listen to almost
anything without losing your temper or your self confidence
b. Menurut Oscar Wilde (1854-1900) : “ Education is an admirable thing,
but it is well to remember from time to time that nothing that is worth
knowing can be taught “
c. Menurut George Savile, Lord Halifax (1633-1695) : “ Education is what
remains when we have forgotten all that we have been taught” (
Andrews, 1987: 79).
Dengan demikian edutainment memiliki arti pendidikan yang
menyenangkan. Sedangkan secara terminology, edutainment as a form of
entertainment that is designed to be educational. Juga bisa diartikan bahwa
edutainment allows children to learn through play. Sedangkan secara
epistemologis edutainment dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati
proses pembelajaran yang rileks, menyenangkan dan bebas dari tekanan,
baik fisik maupun psikis ( Setiawan, 2010).
Sejak dahulu, para ahli memandang arti penting bermain bagi anak-
anak. Seperti yang dikemukakan oleh Filosof Plato bahwa bermain dapat
dijadikan media belajar yang baik. Begitu pula Aristoteles berpendapat
7
-
bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan
mereka tekuni nanti. Menurut dia, bermain memiliki nilai praktis, yakni
sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu
pada anak (Pedak, 2009: 145).
Bermain merupakan metode belajar dalam kesadaran anak untuk
menjadikannya orang yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan.
Orang tua atau guru yang melarang anak atau peserta didiknya bermain,
berpotensi mengacaukan perkembangan anak atau peserta didiknya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode Edutainment
adalah suatu metode pembelajaran berbasis kompetensi yang aktif dan
efisien, dirancang melalui suatu prinsip permainan dengan menggunakan
alat peraga yang bisa menghibur. Konsep itu meliputi dua kepentingan
anak-anak yakni bermain dan belajar.
2. Karakteristik Edutainment
Karakteristik dasar edutainment berupaya agar pembelajaran yang
terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Ada
tiga asumsi yang menjadi landasannya (Sutrisno, 2005: 31-32). yaitu :
a. Perasaan positif (senang/gembira) akan mempercepat pembelajaran,
sedangkan perasaan negatif seperti sedih, takut, terancam dan merasa
tidak mampu, akan memperlambat belajar atau bahkan bisa
menghentikannya sama sekali. Dan upaya menciptakan kondisi ini,
maka konsep edutainment mencoba memadukan dua aktivitas yang
tadinya terpisah dan tidak berhubungan, yakni pendidikan dan hiburan
atau belajar dan bermain.
b. Jika seseorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya jitu,
maka ia akan membuat loncatan prestasi belajar secara berlipat ganda,
hal ini merupakan peluang dan sekaligus tantangan yang
menggembirakan bagi kalangan pendidik.
c. Apabila setiap pembelajaran dapat dimotivasi dengan tepat dan diajar
dengan cara yang benar, cara yang menghargai gaya belajar dan
-
modalitas mereka, maka mereka semua akan dapat mencapai hasil
belajar maksimal dan optimal.
Pendekatan yang digunakan adalah membantu siswa untuk bisa
mengerti kekuatan dan kelebihan mereka, sesuai dengan gaya belajar
mereka masing-masing. Peserta didik akan diperkenalkan dengan cara dan
proses belajar yang benar, sehingga mereka akan belajar secara benar sesuai
gaya belajar mereka masing-masing.
Berdasarkan kajian terhadap berbagai literatur, maka ada beberapa
teori belajar yang relevan dan mendukung konsep edutainment, (Anonim
2010) yaitu :
a. Teori Pembelajaran Aktif ( Active Learning Theory).
Teori ini menyatakan bahwa belajar hendaknya melibatkan
multiindera dan dilaksanakan dengan menggunakan variasi metode
pembelajaran.
b. Teori Belajar Akselerasi (The Accelerated Learning Theory).
Teori ini menyatakan bahwa pembelajaran itu harus dirancang agar
berlangsung secara tepat, menyenangkan, dan memuaskan.
c. Teori Revolusi Belajar (The Learning Revolution Theory).
Pada teori ini lebih menekankan pada suasana yang kondusif, yakni
suasana relaks, tidak tegang, dan bebas dari tekanan.
d. Teori Belajar Quantum (Quantum Learning Theory).
Penekanan teori ini terdapat pada pencapaian ketenangan dan
berfikiran positif sebelum belajar.
e. Teori Belajar dengan bekerjasama (Cooperatif Learning).
Teori ini berdasar pada konsep pembelajaran yang berdasarkan
pada penggunaan kelompok-kelompok kecil siswa, sehingga mereka
dapat menjalin kerja sama untuk memaksimalkan kelompoknya dan
masing-masing melakukan pembelajaran.
f. Teori Kecerdasan Majemuk.
Teori ini dikemukakan oleh Howard Gardner, yang menyatakan
bahwa ada keberagaman otak yang meliputi kecerdasan verbal/linguistic,
-
musical/ritmis, logis/matematis, visual/spasial, jasmaniah/kinestetik,
intrapersonal/interpersonal, dan naturalis (Anonim 2010).
3. Konsep Edutainment
Berdasarkan enam konsep (teori) belajar tersebut, maka bisa
ditemukan beberapa prinsip yang menjadi konsep edutainment (Syaiful
2000: 23). yaitu :
a. Konsep edutainment adalah suatu rangkaian pendekatan dalam
pembelajaran untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara
proses mengajar dan proses belajar, sehingga diharapkan bisa
meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
b. Konsep dasar edutainment, seperti halnya konsep belajar akselerasi,
berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana
yang kondusif dan menyenangkan.
c. Konsep edutainment menawarkan suatu sistem pembelajaran yang
dirancang dengan jalinan yang efisien, meliputi diri peserta didik, guru,
proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran.
d. Proses dan aktivitas pembelajaran tidak lagi tampil dalam wajah yang
menakutkan, tetapi dalam wujud yang humanis dan dalam interaksi
edukatif yang terbuka dan menyenangkan.
Berdasarkan empat konsep edutainment yang melandasi berbagai
praktek pembelajaran yang menyenangkan, maka karakteristis pembelajaran
yang menyenangkan itu antara lain : Adanya lingkungan belajar nyaman
dan mendukung suasana pembelajaran yang gembira dan menyenangkan,
materi pembelajaran yang relevan dan bermakna, pembelajaran bersifat
sosial, membuat jalinan kerjasama diantara siswa, hakikat belajar adalah
memahami dan menciptakan sendiri makna dan nilai yang dipelajari dan
menjadikan aktivitas fisik sebagai bagian dari proses belajar .
4. Media Pembelajaran dalam Metode Edutainment
Menurut Oemar Hamalik sebagaimana yang dikatakan oleh Bovee
(1997: 23) dalam bukunya Hujair AH. Sanaki bahwa media adalah sebuah
alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Sedangkan media
-
pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan
bahan ajar(Sanaki, 2009: 3).
Menurut Sanaki, 2009: 38-39 Adapun media pembelajaran yang
digunakan dalam metode edutainment antara lain :
a. Alat-alat audio - visual , alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini,
yaitu: media proyeksi (overhead projector, slide, film dan LCD), media
non - proyeksi (papan tulis, poster, papan tempel, kartun, papan planel,
komik, bagan, diagram, gambar, grafik dan lain-lain), benda tiga
dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka, topeng, peta, globe,
pameran dan museum.
b. Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu slide, film strif,
film rekaman, radio, televisi, VCD, laboratorium elektronik, perkakas
otoinstruktif, ruang kelas otomatis, internet, dan komputer.
c. Contoh-contoh kelakuan, perilaku pengajar. Dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam, contoh dan kelakuan pengajar
dimaksud adalah memberi uswatun khasanah kepada pembelajar.
5. Pendekatan Pembelajaran Edutainment
Dalam metode pembelajaran edutainment, terdapat beberapa
pendekatan belajar yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intelektual atau
lebih dikenal dengan istilah SAVI. Ke empat cara belajar ini harus ada agar
berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semuanya terpadu, belajar
yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara
simultan. Adapun dalam pengelolaan dengan menggunakan cara belajar
SAVI ini,( Everline Siregar dan Hartini Tara, 2010: 34). yaitu:
a. Cara Belajar Somatic.
Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh (soma).
Jadi, belajar somatic berarti belajar dengan menggunakan indra
peraba, Anesthetic, praktis yang melibatkan fisik dan menggunakan
serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Atau dikenal dengan
istilah Kinesthetic (gerakan). Somatic disini juga dinamakan dengan
“learning by moving and doing” (belajar dengan belajar dan
-
bergerak) jadi cara belajar somatic adalah pola pembelajaran yang
lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan
melakukan.
Untuk merangsang pikiran tubuh, ciptakanlah suasana belajar
yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan
aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran
memerlukan aktifitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan
aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, akan membantu
pembelajaran pada setiap peserta didik. Jadi antara tubuh dan otak
(pikiran) adalah satu dan harus saling mengiringi, karena pikiran
tersebar di seluruh tubuh dan terbukti tubuh tidak akan bergerak jika
pikiran tidak beranjak.
Somatic melibatkan aktivitas fisik selama berlangsungnya
aktivitas belajar. Duduk terlalu lama, baik di dalam kelas maupun di
depan komputer akan dapat menghasilkan tenaga. Akan tetapi jika
berdiri, bergerak kesana kemari, dan melakukan sesuatu secara fisik
dari waktu ke waktu membuat seluruh tubuh terlibat, memperbaiki
sirkulasi otak dan meningkatkan pembelajaran.
b. Cara Belajar Auditori.
Auditori adalah belajar berbicara dan mendengarkan atau dikenal
dengan istilah “Learning By Talking And Learning”. Jadi belajar
auditif adalah cara belajar yang menekankan pada aspek pendengaran.
Peserta didik akan cepat belajar jika materi yang disampaikan dengan
ceramah atau alat yang dapat didengar.
Pikiran Auditori yang kita miliki akan lebih kuat dari pada yang
kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan
informasi Auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat
suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita
menjadi aktif.
Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi seluruh auditori
yang kuat dalam diri siswa, maka usahakan mencari cara untuk
-
mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari.
Suruh mereka menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara,
atau dengan membaca keras-keras secara dramatis. Dengan cara ini
setidaknya siswa lebih mudah mengingat dan dapat belajar dengan
cepat jika materinya disampaikan secara belajar auditori. Karena
dengan belajar auditori dapat merangsang kortes (selaput otak),
indera dan motor (serta area otak lainnya) untuk memadatkan dan
mengintegrasikan pembelajar (siswa).
c. Cara belajar visual.
Visual disini diartikan belajar dengan mengamati dan
menggambarkan atau disebut dengan istilah “Learning By Observing
And Picturing”. Adapun cara belajar siswa adalah cara belajar yang
menekankan pada aspek penglihatan. Peserta didik akan cepat
menangkap materi pelajaran jika disampaikan dengan tulisan atau
melalui gambar.
Ketajaman visual sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya
bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk
memproses informasi visual dari pada semua indera yang lain.
Faktanya orang-orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk
mempelajari teknis dan ilmiah memperoleh nilai 12 % lebih baik
untuk ingatan jangka pendek dibanding dengan mereka yang tidak
menggunakan pencitraan, dan 2 % lebih baik untuk ingatan jangka
panjang. Dalam hal ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang
usia, etnis, gender atau gaya belajar yang dipilih.
Setiap orang terutama pembelajaran visual lebih mudah belajar
jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah
atau sebuah buku atau program komputer. Bagi pelajar visual belajar
paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata,
diagram, peta gagasan, gambar dan gambaran dari segala macam hal
ketika merek sedang belajar. Teknik-teknik lain yang bisa dilakukan
semua orang terutama siswa dengan keterampilan siswa yang kuat
-
adalah dengan mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta
membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna
dari apa yang dicontohkan.
Visual mencakup melihat, menciptakan dan mengintegrasikan
segala macam citra komunikasi visual lebih kuat dari pada komunikasi
verbal karena manusia mempunyai lebih banyak peralatan di kepala
mereka untuk memproses informasi visual dari pada indera lainnya.
d. Cara belajar intelektual
Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran
dalam pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan
untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan
makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah
bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan
membangun diri.
Jadi intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana
yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman
mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru
bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang di gunakan pikiran untuk
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman dan pemahaman menjadi kearifan. Peserta didik akan
menguasai materi pelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian
rupa sehingga ia mempunyai kesempatan untuk membuat suatu
refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang
dipelajari. Pengalaman belajar juga hendaknya menyediakan proporsi
yang seimbang antara pemberian informasi dan penyajian terapannya.
Intelektual juga disebut dengan “Learning By Program And
Reflecting” maksudnya yaitu belajar dengan pemecahan masalah. Jadi
cara belajar intelektual adalah cara belajar yang lebih menekankan
pada aspek penalaran atau logika. Dan peserta didik akan cepat
menangkap materi jika pembelajaran dirancang dengan menekankan
pada aspek mencari solusi pemecahan. Jika dalam pelatihan belajar
-
sisi intelektual belajar dilibatkan maka kebanyakan orang dapat
menerima pelatihan yang banyak memasuki unsur bermain, tanpa
merasa pelatihan tersebut dangkal, kekanak-kanakan atau hambar.
Pada intinya belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI
(Somatic, Auditori,Visual dan Intelektual) diterapkan dalam suatu
peristiwa pembelajaran.
Jadi dalam pembelajaran eduataiment sangat diperlukan
pendekatan SAVI, agar pembelajaran yang sejati dapat berlangsung
dan dapat meningkatkan pembelajaran pada semua peserta didik.
6. Langkah-langkah Pembelajaran dengan metode Edutainment
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode
edutainment adalah sebagai berikut (Abdul Azis Wahab, 2007 :35) :
a. Guru menyiapkan alat-alat audio Visual untuk memutar film yang
berkaitan dengan materi pembelajaran.
b. Kelas didisain yang bagus sehingga peserta didik merasa nyaman.
c. Guru memutarkan film untuk peserta didik serta memberikan
penjelasan tentang film tersebut.
d. Setelah selesai pemutaran film, siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok untuk mendiskripsikan tentang film yang telah ditayangkan
dengan diiringi musik
e. Nama kelompok dibuat sesuai dengan materi yang terkait, misalnya
tokoh yang ada dalam film yang ditayangkan.
f. Demonstrasi, siswa diajak bermain misalnya dengan Snowball
Throwing (Melempar bola salju) dengan cara setiap kelompok
menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu
kertas tersebut digulung dimasukkan ke dalam bola yang berwarna -
warni yang di belah kemudian di tutup dengan isolatif. Setiap
kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke
kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru.
Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Siswa yang
terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab
-
pertanyaan dari bola tersebut. Atau boleh juga dilaksanakan dengan
permainan lainnya seperti Role Play, Card Sort, debat berantai atau
lainnya. Karena pada dasarnya metode Edutainment merupakan
bentuk nyata dari model PAIKEM.
g. Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok merangkum
materi.
7. Manfaat Metode Edutainment
Menurut Vogotsky (1986: 24) sebagaimana dikutip oleh Ratna
Megawangi, bermain dan aktivitas yang bersifat konkrit dapat
memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuatu yang
sesuai dengan tahap perkembangan umurnya (age – apropriate), dan
kebutuhan spesifik anak (individual needs ) bermain adalah cara yang
paling efektif untuk mematangkan perkembangan anak pada usia dini
(Pre- operational thinking ), dan pada masa sekolah dasar (concrete
operational thinking).
Metode edutainment sebagai suatu metode pembelajaran yang
dirancang melalui suatu prinsip permainan dengan menggunakan alat
peraga yang bisa menghibur dapat mengfungsikan kedua belahan otak
kanan dan otak kiri secara seimbang. Karena secara anatomis, otak kanan
dan otak kiri memiliki perbedaan yang berakibat pada perbedaan fungsi
dan cara kerja di antara keduanya.( Abul Majid, 2005: 23).
8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Edutainment
Secara umum kelebihan dan kekurangan metode edutainment,
yaitu memungkinkan diperolehnya beberapa hal berikut: (Sagala 2006:25)
a. Interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan
positive indepedence, dimana konsolidasi yang di pelajari hanya dapat
diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.
b. Setiap siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar
harus dapat memberikan penilaian terhadap setiap siswa, sehingga
terdapat individual accountability.
-
c. Dalam proses pembelajaran ditingkatkan kerja sama yang tinggi,
sehingga akan memupuk social skill.
Dengan demikian, kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan,
sehinggapenguasaan materi juga akan meningkat. Sedangkan
Secara umum kekurangan metode edutainment adalah sebgai berikut:
a. Proses belajar cenderung menekankan aspek fun sehingga dalam
proses pembelajaran harus menghibur.
b. Dalam proses pembelajaran cenderung identik dengan hiburan dan
permainan.
c. Dalam proses pembelajaran kurang menekankan pentingnya
komunikasi dan interaksi langsung
B. Prestasi Belajar Siswa
Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang
dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan
berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap hasil belajar
siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar
inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh
W.S.Winkel (1983: 55) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan
pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya
perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh
siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru.
Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang
telah dicapainya dalam belajar.
Sedangkan J.P. Chaplin (1981: 5) dalam Dictionary of Psychology
berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan satu tingkat khusus dari
kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari
kecakapan / keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis. Secara
pendidikan atau akademis, prestasi merupakan satu tingkat khusus
perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh
-
guru-guru, melalui tes-tes yang dibakukan, atau melalui kombinasi kedua
hal tersebut. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah
dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Adapun menurut Purwadarminta (1996: 787) dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai ( dari hasil
yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya ). Sedangkan prestasi
belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang
siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku raport sekolah.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa
berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah
pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di
dalam buku laporan yang disebut raport.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang
perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa
yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan
yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan
prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah
kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor
yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 233), secara
garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar
dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Sumadi Suryabrata (2004:
233), Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Faktor fisiologis
-
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera
2) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan
fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam
menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara
kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan
pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.
Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat
meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang
teratur.
3) Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan
dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang
peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting,
karena sebagian besar hal - hal yang dipelajari oleh
manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan
demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan
cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap
pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi
belajarnya di sekolah.
b. Faktor Psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa, antara lain adalah :
1) Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki siswa. Menurut Alfred Binet dalam buku Triantoro
Safaria (2008: 44) hakikat inteligensi adalah kemampuan
-
untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk
mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu,
dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar
seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi
tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi
belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki
prestasi belajar yang rendah (Muhibbin Syah, 2003: 134).
Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan
taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi,
juga sebaliknya.
2) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam
menampilkan prestasi belajarnya. Menurut W.S. Winkel
(1983: 163) sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi secara
positif ( menerima ) atau secara negatif ( menolak ) trhadap
suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai
objek yang berharga ( menolak ). Sikap siswa yang positif
terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal
yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.
3) Motivasi
Menurut Mohamad Surya yang dikutip oleh Sardiman
(2004: 91) motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan
perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan
tertentu. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan
aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Memberikan
motivasi kepada seseorang siswa untuk melakukan sesuatu
-
atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan
menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan
ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar.
4) Kecakapan Kreatif
Semua orang memiliki potensi kreatif, meskipun tidak
semuanya dapat mengembangkan dan menggunakannya secara
penuh. Setiap orang memiliki kapasitas untuk melakukannya,
bahkan kita sering mengizinkan banyak hal berada di jalan
berpikir kreatif. Dalam mempelajari matematika, kemampuan
menyelesaikan atau memecahkan masalah matematika
memerlukan kemampuan berpikir secara kreatif. Untuk
membuktikan suatu soal dalam matematika diperlukan
kemampuan berpikir kreatif. Salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu proses belajar
mengajar adalah prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa
dalam matematika akan meningkat jika siswa menguasai
konsep dari pokok-pokok bahasan dalam matematika.
Sedangkan untuk menguasai konsep pokok bahasan dalam
matematika diperlukan adanya kemampuan berpikir kreatif.
c. Faktor eksternal
Menurut Muhibbin Syah (2003: 137) Selain faktor-faktor yang
ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain di luar diri yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:
1) Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat
orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,
-
dan demografi keluarga ( letak rumah ), semuanya dapat
memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar
dan hasil yang dicapai oleh siswa.
2) Faktor lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Contoh: Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta
perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana
umum untuk kegiatan remaja ( seperti lapangan voli ) akan
mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang
sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan
perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap
kegiatan belajar siswa.
2. Pengukuran Prestasi Belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan
yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses
belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar
bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan
yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi
belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam
suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata (2004:
296) bahwa raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh
guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa
tertentu.
Suharsimi Arikunto (1996: 10) menyebutkan bahwa ada beberapa
fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :
a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)
-
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk
mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Menurut
Suharsimi Arikunto (1996: 10) penilaian itu sendiri mempunyai
berbagai tujuan, antara lain:
1) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat naik kelas
3) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa
4) Memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan
sebagainya.
b. Penilaian berfungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup
memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan
mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu diketahui pula sebab-
musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian,
sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang
kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab
kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya
(Suharsimi Arikunto, 1996: 11).
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan ( placement )
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat,
adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan
cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul
maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya
sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap
kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa
bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila
disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan
karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan, yang bersifat
individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan
yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah
pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti
-
di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan
suatu penilaian.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan (Suharsimi Arikunto, 1996: 12).
Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di sekolah-sekolah
tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah
program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau
tidak pada siswa tersebut.
Raport semenjak Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengambil
nilai dari angka 10 sampai dengan 100. Nilai-nilai di bawah 50 berarti tidak
baik atau buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 50 berarti cukup baik, baik dan
sangat baik. Dalam penelitian ini pengukuran prestasi belajar menggunakan
penilaian sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai
raport pada akhir masa semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Hal itu
dikarenakan nilai raport merupakan gabungan dari beberapa nilai yang
diperoleh dari beberapa penilaian selama satu semester, sehingga dapat
menggambarkan berbagai aspek penguasaan siswa terhadap penguasaan
materi pembelajaran.
C. Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian relevan yang mendukung penelitian ini adalah
penelitian skripsi Nunik Nurdikasari yang berjudul Hubungan kompetensi
guru dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ekonomi kelas
VIII di Madrasah Tsanawiyah PUI Cisako Kabupaten Kuningan tahun
pelajaran 2006/2007. Disimpulkan bahwah guru IPS ekonomi memiliki
kompetensi yang baik yang diaplikasikan dalam proses belajar mengajar . hal
ini dibuktikan dengan hasil penelitian menunjukan data baik yaitu sebesar
76%. Tingkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ekonomi adalah
sebesar 69,42. Hal tersebut dapat dilihat dari perhitungan nilai rata-rata.
Dengan demikian prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ekonomi
-
memenuhi standar ketuntasan belajar mengajar. Hubungan kompetensi guru
dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ekonomi kelas VIII
memiliki hubungan (korelasi) yang lemah atau rendah. Hal ini dapat dilihat
dari harga korelasi variabel X (kompetensi guru) dengan variabel Y (prestasi
belajar siswa) yaitu sebesar 0,362 terletak pada rentang 0,20-0,40. Berarti
variabel kompetensi guru(X) mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS ekonomi (Y) sebesar 13.10% sedangkan sisanya dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain.
Penelitian skripsi Siti Rohmawati yang berjudul “Penerapan Metode
Edutainment Untuk Meningkatkan Respon Siswa Dalam Pembelajaran IPS
Terpadu (PTK) pada siswa kelas V SD Negeri Malangjiwang 01 Colomadu,
surakarta Tahun pelajaran 2009/2010. Dalam Skripsi tersebut disimpulkan
bahwa penggunaan metode Edutainment dalam pembelajaran Ips terpadu
dapat meningkatkan respon belajar IPS terpadu siswa. Hal ini dapat dilihat
dari : 1) kemampuan siswa mengerjakan soal Ips terpadu sebelum diadakan
tindakan sebesar 11,66% dan sesudah tindakan mencapai 56,86 %. 2)
kemampuan siswa memberikan tanggapan sebelum adanya tindakan sebesar
19,33 % dan sesudah tindakan mencapai 62,74 % . 3) kemampuan siswa
dalam mengajukan ide/tanggapan sebelum tindakan sebesar 20,33 % dan
sesudah tindakan mencapai 68,63 %. 4) kemampuan siswa dalam membuat
kesimpulan materi sebelum tindakan sebesar 23,33 % dan sesudah tindakan
mencapai 80,39 %. 5) kemampuan siswa dalam memanfaatkan sumber
belajar yang ada sebelum tindakan mencapai 15 % dan sesudah tindakan
mencapai 72,54 %.
Penelitian skripsi oleh Kurniasari dengan judul “Pengaruh Motivasi
Berprestasi dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar IPS Ekonomi
Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Bantul Tahun Ajaran 2009/2010”. hasil
penelitian menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan antara
Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar IPS ekonomi siswa kelas XI
IPS SMA Negeri 2 Bantul, dibuktikan =0,417 dengan p-value sebesar
0,000, = 0,174, thitung =5,383 lebih besar dari ttabel =1,655. Persamaan
-
dengan penelitian ini sama- sama mengukur variabel Kemandirian Belajar
terhadap Prestasi Belajar IPS ekonomi, sedangkan perbedaannya yaitu tempat
dan tahun penelitian, serta tidak mengukur variabel Motivasi Berprestasi
terhadap Prestasi Belajar IPS ekonomi.
D. Kerangka Pikir
Pendidikan merupakan suatu proses yang pasti akan dilalui oleh setiap
manusia di dunia ini, baik melalui pendidikan formal, non-formal mapun
informal. Kita tentunya sering mendengar kata “pendidikan”, kita juga
paham akan pentingnya pendidikan dalam hidup manusia (Rosalin Elin,
2008: 28).
Salah satu tujuan dari adanya pendidikan adalah merubah sikap
manusia yang tidak baik menjadi sikap yang lebih baik lagi. Dalam
hubungannya dengan alam, manusia hendaknya mengikuti aturan yang sudah
ada Ini berarti bahwa pendidikan mampu membentuk suatu kepribadian yang
dihasilkan dari proses pembelajaran yang baik kepada manusia dari kecil
hingga dewasa. Dalam pembelajaran terjadi proses internalisasi yang dapat
menumbuhkan suatu pandangan, wawasan, pengetahuan dan pemahaman
kepada manusia dalam berpikir, bertindak dan memutuskan suatu masalah
sesuai dengan kerangka pengetahuan yang didapatkannya (Ahmad Fauzi,
2012: 24).
Di sisi lain, pendidikan yang dibekali dengan banyaknya berbagai teori
dan materi yang mendidik dalam proses pembelajaran telah mampu
membentuk suatu karakter manusia yang memiliki kepribadian tersendiri.
Teori-teori yang membahas pendidikan akan membantu manusia untuk
memahami dan menelaah serta mengaplikasikan perbuatan secara nyata
(Ahmad Fauzi, 2012: 27).
Kompetensi guru masih rendah perlu dikembangkan secara terprogram,
berkelanjutan melalui suatu sistem pembinaan profesional yang diharapkan
berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi,
teknik mengajar, interaksi guru dan siswa, metode mengajar, pengelolaan
-
pembelajaran untuk menyusun Rencana pembelajaran dengan memperhatikan
indikator. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Untuk itu seorang guru dituntut
untuk dapat memilih, menetapkan serta mampu menggunakan metode
pengajaran yang tepat yang sesuai dengan situasi dan kondisi dimana
terjadinya kegiatan belajar mengajar. Semakin cepat, lancar dan efektif
pengajaran yang disiplin, semakin efektif pula pencapaian tujuan pengajaran
(Wardani, 2003: 18).
Oleh karena itu kecakapan dan kepandaian dalam menentukan metode
menjadi hal yang pokok dalam proses belajar mengajar sehingga guru mampu
memperlakukan siswa dengan layak. Salah satu metode pengajaran yang
digunakan adalah metode pengajaran edutainment (Usman, 2002:17).
Menurut Sutrisno dalam bukunya “Revolusi Pendidikan di Indonesia”
bahwa edutainment berasal dari kata “education (pendidikan) dan
entertainment (hiburan)”. Jadi edutainment dari segi bahasa berarti
pendidikan yang menghibur atau menyenangkan. Sedangkan dari segi
terminology, edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang didesain
sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat
dikombinasikan secara harmonis sehingga pembelajaran terasa
menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan biasanya dilakukan
dengan humor, permainan (game), bermain peran (role-play), dan
demonstrasi. Tetapi dapat juga dengan rasa senang-senang dan mereka
menikmatinya.
Menurut Mohammad Sholeh Hamid,S.Pd dalam bukunya yang berjudul
metode edutainment (2011: 23). Adapun penerapan dari konsep pembelajaran
yang menyenangkan dan menghibur atau edutainment, selayaknya kepada
para guru untuk memperhatikan modalitas belajar siswanya. Sehingga
seorang guru harus memiliki berbagai macam metode dan strategi untuk
dapat mewakili secara keseluruhan akan keberagaman modalaitas belajar
siswanya. Akan tetapi pada dasarnya, sebuah proses pembelajaran akan
-
berlangsung baik jika berada dalam kondisi yang baik dan menyenangkan
agar bisa meningkatkan kompetensi.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Anonim,
2003: 5)
Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan (Anonim, 2005: 8).
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan faktor vital dalam
pelaksanaan pendidikan, karena ia akan dapat memberikan makna terhadap
masa depan anak didik.
Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003. guru adalah pendidikan
profesional dengan tugas utama mendididk, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal, serta pada jalur pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, teramsuk pendidikan anak usia dini.
Untuk mewujudkan semua itu, guru diberikan tugas dan tanggung
jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Undang-Undang Republik
Indonesia No 14 tahun 2005 pada pasal 35 disebutkan beban kerja guru
mencakup kegiaatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil belajar, membimbing dan melatih peserta didik,
serta melaksanakan tugas tambahan (Anonim, 2005: 21)
Standar kompetensi guru meliputi 3 komponen yaitu : 1) pengelolaan
pembelajaran, 2) pengembangan potensi dan 3) penguasaan akademik
(Anonim, 2003: 11). Masing-masing komponen kompetensi mencangkup
seperangkat pengetahuan guru sebagai pribadi yang utuh harus memiliki
sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian tersebut senantiasa
melekat pada setiap kompenen kompetensi yang menunjang profesi guru,
agar bisa meningkatkan prestasi belajar siswa.
-
Yang akan dijelaskan pada diagram berikut ini:
Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam pendidikan
memerlukan metode pembelajaran yang tepat, seperti metode pembelajaran
edutainment. Karena dalam pembelajaran terdapat berbagai macam kegiatan
yang harus dilakukan diantaranya, merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar, membimbing dan melatih
peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan agar tercipta sustu
pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik dan bisa meningkatkan
hasil pembelajaran siswa sehingga bisa mendapatkan prestasi belajar yang
memuaskan.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban semetara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Suharsimi Arikunto, 1992: 62).
PENDIDIKAN
METODE
PEMBELAJARAN
EDUTAINMENT
PROSES BELAJAR
MENGAJAR
HASIL PEMBELAJARAN
PRESTASI BELAJAR
-
Ha : terdapat hubungan positif yang signifikan antara hubungan metode
pembelajaran edutainment dengan prestasi belajar pada mata pelajaran
IPS ekonomi siswa kelas X di MA Madinatunnajah Kota Cirebon.
Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan metode
pembelajaran edutainment dengan prestasi belajar pada mata pelajaran
IPS ekonomi siswa kelas X di MA Madinatunnajah Kota Cirebon.