bab iv.doc

3
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat? Kasus pasien berusia 24 tahun datang ke PONEK RS Muhammadi Pa!embang" pada tangga! 21 #uni 2$1% puku! 1%.$$ &'( ) 2 P $ A 1 " hami! **+*4 minggu datang dengan ke!uhan neri perut ba,ah" ke!uar -!ek darah per agin serta bengkak tangan dan kaki. Ri,aat sakit perut mau me!ahirkan /+0 ke! air /+0 ri,aat ke!uar darah dan !endir /+0 gerakan anak masih dirasakan denut antung anin 1* 3 menit. Ri,aat ke ang sebe!umna /+0. 5ari pertama haid terakhir pada N. S ada!ah tangga! 1% Oktober 2$14 dengan menggunakan rumus neag!e didapatkan taksiran persa!inan aitu tang 22 #u!i 2$1%. 6sia kehami!an N. S sekitar **+*4 minggu. Pada pemeriksaan -isik didapatkan keadaan 6mum tampak sakit ringan" kesadaran kompos mentis" tekanan darah 17$ 12$ mm5g ang merupakan hipertensi dera at 2. Sedangkan untuk nadi * 3 menit" pernapasan 22 3 m suhu *8"* $ 9 masih da!am tingkat norma!. Pada pa!pasi tinggi -undus uteri 4 #ari di atas pusat" pada -undus t bagian !unak" teraba anin tungga!" !etak meman ang" punggung a bagian ke:i! disebe!ah kanan" sedangkan his tidak dirasakan. Pemeriksaan 1* 3 menit" ini menandakan keadaan anin baik. (erdasarkan 6S) didapatka usia kehami!an *4 minggu. ;iagnosis a,a! pada kasus ini ada!ah ) 2 P $ A 1 hami! **+*4 minggu anin tungga! hidup presentasi kepa!a dengan pree:!ampsia berat (erdasarkan dari pemeriksaan tekanan darah 17$ 12$ ang merup hipertensi da!am kehami!an" dan pada pemeriksaan !aboratorium proteinuria <0 serta adana edema pada pasien dapat menegakkan diagnosis pree:!ampsia berat. Sete!ah beberapa hari dira,at" os menga!ami ke ang saat da!am kondis PE(" sehingga diagnosis berubah men adi ) 2 P $ A 1 hami! *4 minggu anin tungga! 32

Upload: febry-setiawan

Post on 01-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahasan

TRANSCRIPT

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?

Kasus pasien berusia 24 tahun datang ke PONEK RS Muhammadiyah Palembang, pada tanggal 21 Juni 2015 pukul 15.00 WIB G2P0A1, hamil 33-34 minggu datang dengan keluhan nyeri perut bawah, keluar flek darah pervaginam, serta bengkak tangan dan kaki. Riwayat sakit perut mau melahirkan (-) keluar air-air (-) riwayat keluar darah dan lendir (-) gerakan anak masih dirasakan ibu, denyut jantung janin 138x/menit. Riwayat kejang sebelumnya (-).

Hari pertama haid terakhir pada Ny. S adalah tanggal 15 Oktober 2014, dengan menggunakan rumus neagle didapatkan taksiran persalinan yaitu tanggal 22 Juli 2015. Usia kehamilan Ny. S sekitar 33-34 minggu.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan Umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 170/120 mmHg yang merupakan hipertensi derajat 2. Sedangkan untuk nadi 83 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 36,30C masih dalam tingkat normal.

Pada palpasi tinggi fundus uteri 4 Jari di atas pusat, pada fundus teraba bagian lunak, teraba janin tunggal, letak memanjang, punggung janin di kiri, bagian kecil disebelah kanan, sedangkan his tidak dirasakan. Pemeriksaan DJJ (+) 138x/menit, ini menandakan keadaan janin baik. Berdasarkan USG didapatkan usia kehamilan 34 minggu.

Diagnosis awal pada kasus ini adalah G2P0A1 hamil 33-34 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala dengan preeclampsia berat

Berdasarkan dari pemeriksaan tekanan darah 170/120 yang merupakan hipertensi dalam kehamilan, dan pada pemeriksaan laboratorium proteinuria (+++) serta adanya edema pada pasien dapat menegakkan diagnosis preeclampsia berat.

Setelah beberapa hari dirawat, os mengalami kejang saat dalam kondisi PEB, sehingga diagnosis berubah menjadi G2P0A1 hamil 34 minggu janin tunggal hidup presentasi kepala dengan eklampsia. Karena berdasarkan teori eklampsia adalah preeclampsia yang diikuti dengan kejang.

4.2 Apakah penatalaksanaan pasien sudah tepat?Penatalaksanaan pada pasien ini adalah masuk rumah sakit, observasi keadaan umum dan untuk perbaikan keadaan umum dipasang IVFD RL, Injeksi MgSO4 40% boka-boki masing-masing 10 cc, selanjutnya per 6 jam, Injeksi deksametason 2x2 ampul, metildopa 3x250 mg, dopamet 3x500mg, pemasangan kateter. Hari keempat dirawat pukul 04.00 os mengalami kejang. Os mendapat Injeksi MgSO4 40% 8gr boka-boki, Injeksi MgSO4 20% 10cc bolus pelan, Kateter menetap , Rencana SC jam 12.00. Pukul 05.00 Os dibawa ke ICU untuk perawatan intensif. Di ICU diberikan dopamet 3x500 mg, IVFD RL gtt 20x/menit, MgSO4 40% 8gr boka-boki, lanjut 4 gr boka-boki per 6 jam serta fluimucil 2x1 tab. Pukul 06.00 os diberi drip nicardipin 1 ampul dalam D5 50cc maintenance 5-35cc/jam, obs tiap 15 menit dan tunda dopamet. Seksio sesaria dilakukan pada pukul 11.30 dan diberikan terapi post seksio sesaria dan sesaria selesai pukul 12.30 lahir anak perempuan dengan berat 1400 gram dan panjang badan 40 cm.

Pasca SC keadaan os lemah dengan TD 180/110, os diberi drip phentanil dan nicardipin. Jam 13.30 drip phentanil dan nicardipin dihentikan os diberi dopamine 1 ampul dalam NaCl 15cc dosis 15cc/jam. Jam 15.00, TD 110/70 os diberi dopamine 1cc/jam, IVFD RL + oksitosin 2 ampul gtt 20x/menit, injeksi anbacim, metronidazole, tramadol dan asam traneksamat, dengan kateter menetap. Pukul 20.00 os mengeluh nyeri didaerah operasi, os diberi oksigen 3 liter permenit. Pukul 23.30 os kembali kejang. Os diinjeksi MgSO4 20% 10cc iv bolus pelan.

Hari kelima os mengeluh nyeri di daerah operasi, pusing dan sesak. Os diterapi MgSO4 sampai 24 jam post operasi. Serta konsul mata.

Hari keenam, os masih mengeluh nyeri luka operasi, namun keadaan sudah membaik. Os diterapi dengan biopres 1x8gr, adalat oros 1x1, cefadroxil, metronidazole, asam mefenamat serta dulcolax. Hasil konsul mata tidak ditemukan perdarahan retina dan refraksi abnormal. Os juga dianjurkan untuk mobilisasi.Hari ketujuh os masih mengeluh nyeri luka operasi. Kateter dan IVFD dihentikan os dianjurkan untuk mobilisasi,

Hari kesembilan os mengaku keadaanya mulai membaik, serta telah diperbolehkan untuk pulang, os disarankan untuk kontrol ulang untuk memeriksa keadaan umum. Kehamilan dengan PEB-Eklampsia sering dihubungkan dengan peningkatan mortalitas perinatal dan peningkatan morbiditas serta mortalitas ibu. Sehingga beberapa ahli berpendapat untuk terminasi kehamilan setelah usia kehamilan mencapai 34 minggu. Pada kasus ini, penatalaksanaan yang dilakukan sudah tepat yaitu memberikan MgSO4 serta melakukan perawatan aktif. Perawatan aktif berupa terminasi kehamilan adalah terapi definitif yang terbaik untuk ibu untuk mencegah progresifitas PEB-Eklampsia. Pada kasus ini dilakukan terminasi kehamilan perabdominal (section caesarea). Berdasarkan teori maka tatalaksana pada kasus sudah tepat.34