bab vi3.docx

38
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Sampel Air sebelum Bioproses Sebelum bioproses penyisihan amoniak dilakukan pengukuran parameter biologi yaitu ; populasi bakteri , parameter kimia yaitu ; amoniak, pH , DO, COD, BOD, dan parameter fisika yaitu : suhu, kekeruhan, pada masing- masing perlakuan penambahann konsorsium bakteri endogenus dan konsorsium eksogenus. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1. Kualitas Air Sungai Krukut Sebelum Bioproses dan Baku Mutu PPRI No. 82 Tahun 2001 (Golongan Kelas I Peruntukan Bahan Baku Air Minum) Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Parameter Sebelum Perlakuan Baku Mutu Amoniak ( mg/l) 11,30 0,05 Populasi Bakteri (sel/ml) 1,04 x 10 7 - pH 7,5 6-9 DO (mg/l) 11,20 6 COD (mg/l) 383,2 10 BOD (mg/l) 58 12 Suhu ( O C) 26,1 Deviasi 3

Upload: ibnu-hasan-sunandar

Post on 16-Sep-2015

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB VIHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Kondisi Awal Sampel Air sebelum Bioproses Sebelum bioproses penyisihan amoniak dilakukan pengukuran parameter biologi yaitu ; populasi bakteri , parameter kimia yaitu ; amoniak, pH , DO, COD, BOD, dan parameter fisika yaitu : suhu, kekeruhan, pada masing-masing perlakuan penambahann konsorsium bakteri endogenus dan konsorsium eksogenus. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1. Kualitas Air Sungai Krukut Sebelum Bioproses dan Baku Mutu PPRI No. 82 Tahun 2001 (Golongan Kelas I Peruntukan Bahan Baku Air Minum) Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

ParameterSebelum PerlakuanBaku Mutu

Amoniak ( mg/l)11,300,05

Populasi Bakteri (sel/ml)1,04 x 107-

pH 7,56-9

DO (mg/l)11,206

COD (mg/l)383,210

BOD (mg/l)58 12

Suhu (OC)26,1Deviasi 3

Kekeruhan (NTU)55,6-

Hasil pengukuran parameter-parameter uji sebelum bioproses amoniak diketahui amoniak rata-rata sebesar 11,30 mg/l bila dibandingkan baku mutu 0,5 mg/l ternyata hasil tersebut telah melebihi baku mutu yang tertera pada tabel 4.1. Menurut Pujiaastuti, (2013) tinggi konsentrasi amoniak dikarenakan limbah domestik dan industri yang berkonstribusi terhadap pencemaran amoniak di sungai. Air yang mengandung konsentrasi amoniak berlebihan akan mengakibat penyakit kanker (karsinogen) (Said et al., 2001). Untuk mengurangi kadar amoniak di dalam air baku air minum maka air sungai harus diolah terlebih dahulu melalui suatu pengolahan pendahuluan sebelum masuk ke unit pengolahan. Salah satu alternatif yakni menggunakan proses biologis dengan sistem biofilter. Jumlah populasi rata-rata bakteri sebelum bioproses yaitu sebesar 1,04 x 107 sel/ml, dimana konsorsium bakteri endogenus dalam menyisihkan konsentrasi amoniak dan perlu kondisi lingkungan dioptimalisasi. Menurut Fardiaz (1992) menyatakan kondisi lingkungan melimputi suhu, pH, kekeruhan, DO, COD, BOD. Maka perlu ditingkatkan jumlah populasi bakteri dengan bioproses serta memaksimalkan kondisi lingkungan yang optimal sehingga mengurangi konsentrasi amoniak.Hasil pengukuran parameter pH sebelum bioproses diketahui rata-rata sebesar 7,5 cenderung sedikit basah diharapkan tidak mempengaruhi optimalisasi dalam bioproses, maka tidak melakukan pengaturan pH . Hasil tersebut masih masuk kedalam kisaran baku mutu yang tertera tabel 4.1 yaitu bernilai berkisar 6-9. Kisaran pH tersebut tidak terlalu asam atau basa, jika terlalu asam dan basah akan dapat mematikan bakteri atau mikrorganisme sehingga dapat menghambat atau menghentikan proses pengolahan air secara bioproses oleh mikroorganisme (Sutamihardja 1978). Pengukuran parameter DO sebelum bioproses yaitu rata-rata sebesar 11,20 mg/l. Ternyata hasil tersebut cukup tinggi. Tinggi kadar DO akan mempengaruhi kecepatan mikroorganisme lebih cepat dalam melangsungkan metabolisme tubuhnya dalam bioproses (Fardiaz, 1992). Pengukuran COD sebelum bioproses dengan rata-rata sebesar 383,2 mg/l. Ternyata hasil tersebut sangat tajam bila dibandingkan baku mutu 10 mg/l. Menurut Pujiaastuti, (2013) Tinggi konsentrasi COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah tidak dapat dioksidasi oleh proses aerob oleh mikroorganisme, perlu adanya pengolahan secara bioproses untuk menurunkan konsentrasi COD. Konsentrasi BOD sebelum bioproses diketahui dengan rata-rata sebesar 58 mg/l, hasil tersebut cukup tajam bila dibandingkan baku yang tertera pada tabel 4.1 yaitu mutu 2 mg/l. Tinggi nilai BOD sebagai indikator pencemaran organik di sungai (Pujiastuti, 2013) perlu dilakukan penurunan konsentrasi dengan pengolahan air secara bioproses.Nilai suhu air sebelum bioproses yaitu rata-rata sebesar 26,1OC. Nilai tersebut tidak ada penyimpangan dengan baku mutu yang tertera pada tabel 4.1 yaitu Deviasi 3. Pengolahan air secara bioproses perlu dioptimalisasi dengan peningkatan suhu air sehingga meningkatkan metabolisme mikroorganisme dan jumlah reaksi molekul (Kuspriyanto,1989). Hasil pengukuran parameter kekeruhan sebelum bioproses diketahui rata-rata sebesar 55,6 Nephelometric Turbidity (NTU) cukup tajam. Menurut (Jenie dan Rahayu, 1993) tinggi kekeruhan disebabkan banyaknya bahan tersuspensi seperti bahan organik, mikroorganisme, dan partikel-partikel cemaran lain. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk mengurangi konsentrasi dengan pengolahan secara bioproses sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku air minum.

4.2. Bioproses Penyisihan Amoniak

4.2.1 Kondisi Air Sample Setelah Bioproses

Setelah bioproses penyisihan amoniak dilakukan pengukuran kembali parameter biologi ; populasi bakteri , Kimia ; Amoniak, pH , DO, COD, BOD, Fisika : suhu, kekeruhan, pada masing-masing perlakuan penambahann konsorsium bakteri endogenous dan konsorsium eksogenous. Penambahan konsorsium bakteri akan menunjukan seberapa besar kemampuan bakteri konsorsium endogenus dan eksogenus dalam penyisihan amoniak dengan effisiensi terbaik serta kondisi lingkungann yang optimal dalam mendukung bioproses amoniak dapat terlihat dari hasil pengukuran parameter uji kembali. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2. Kualitas Air Sungai Krukut Setelah Bioproses dan Baku Mutu Permenkes No. 416 Tahun 1990 Tentang Kualitas Air Bersih. ParameterSebelum PenambahanSesudah Penambahan Konsorsium EndogenousSesudah Penambahan Konsorsium EksogenousBaku Mutu

Amoniak ( mg/l)11,3010,049,021,5

Populasi Bakteri (sel/ml)1,04 x 1076,27 x 1089,0 x 108-

pH 7,56,927,546,5-6,8

DO (mg/l)11,208,611,2-

COD (mg/l)383,2186,66147,88-

BOD (mg/l)5812,2313,21-

Suhu (0C)26,128,4932,79Deviasi 3

Kekeruhan (NTU)55,636,32725

Hasil pengukuran kembali parameter uji diatas setelah bioproses penyisihan amoniak oleh konsorsium endogenus rata-rata sebesar diikuti oleh penambahan jumlah populasi bakteri rata-rata sebesar ....sedangkan pada konsorsium eksogenus rata-rata sebesar diikuti oleh penambahan jumlah populasi . Penurunan amoniak diikuti oleh penambahan jupopulasi bakteri pada kedua konsorsium bakteri. Kondisi lingkungan yang optimal dipengaruhi oleh peningkatan suhu serta penurunan DO, pH,BOD,COD, Kekeruhan

4.2.2 Penambahan Konsorsium Bakteri Endogenus dan Eksogenus dalam Penyisihan Amoniak Konsorsium bakteri endogenous yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sungai krukut. Hasil penelitian Said et al., (2001) yang berjudul Penghilangan Amoniak di dalam Air Baku Air Minum dengan Proses Biofilter tercelup menggunakan Media Plastik Sarang Tawon, yang mengisolasi dan mengindentifikasii konsorsium bakteri endogenus mengenai jenis-jenis bakteri yang berasal dari sungai krukut yaitu : Nitrosomonas sp, Nitrobacter sp, E.coli, Bacillus Subtilis sp, Proteus Vulgaris sp, Clostridium Tetani sp. Perlakuan penambahan konsorsium bakteri eksogenus yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari SITH ITB yaitu bakteri jenis Nitrosomonas sp., Nitrobacter sp. Sebelum digunakan bakteri tersebut dilakukan perlakuan adaptasi dan peremajaan dengan menggunakan media Nutrien Broth.

Tabel 4.3 Efisiensi Penyisihan Konsentrasi Amoniak Oleh Konsorsium Bakteri Endogenus dan Eksogenus

Perlakuan Waktu

Kosentrasi rata-rata Amoniak (mg/l)Efisiensi %

KonsorsiumEndogenusKonsorsiumEksogenusKonsorsiumEksogenusKonsorsiumEndogenus

0 Jam11,3011,300%0%

24 Jam10,459,487,5%16,1%

48 Jam10,439,407,6%16,8%

72 Jam10,049,027,9%20,1 %

Gambar.4.1 Grafik perubahan rata-rata amoniak selama 72 jam

Gambar. 4.2 Grafik perubahan rata-rata populasi selama 72 jamTabel 4.3 , Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 menunjukan konsentrasi amoniak pada waktu 0 jam rata-rata sebesar 11,30 mg/l dan populasi jumlah bakteri 1,04 x 107 sel/ml. Penyisihan amoniak oleh konsorsium bakteri endogenus terjadi dalam waktu 24 jam rata-rata sebesar 10,45 mg/l dengan nilai effisensi 7,5 % dikuti oleh penambahan jumlah populasi bakteri menjadi rata-rata sebesar 1,46 x 108 sel/ml. Pada konsorsium Eksogenus Penyisihan amoniak penurunan amoniak rata-rata sebesar 9,48 mg/l dengan nilai effisensi 16,1% diikutii oleh penambahan jumlah populasi menjadi rata-rata sebesar 1,42 x 108 sel/ml. Dilanjutkan dengan penyisihan amoniak oleh konsorsium bakteri eksogenus selama 48 jam rata-rata sebesar 10,43 mg/l dengan nilai effisensi 7,6 % dikuti penambahan oleh jumlah populasi bakteri menjadi rata-rata sebesar 4,6 x 108 sel/ml. penyisihan amoniak selama 48 jam rata-rata sebesar 9,40 mg/l dengan nilai effsiensi 16,8 % diikuti oleh penambahan jumlah populasi bakteri menjadi rata-rata sebesar 5,58 x 108sel/ml. Pada konsorsium Eksogenus Penurunan yang cukup tajam terjadi dalam perlakuan waktu 72 jam rata-rata sebesar 10.04 mg/l dengan nilai efisiensi 7,9 % dikuti penambahan jumlah populasi bakteri menjadi rata-rata sebesar 6,27 x 108 sel/ml. Penyisihan amoniak oleh konsorsium endogenus sejalan dengan perlakuan waktu yang diberikan, semakin lama perlakuan waktu semakin turun juga kadar amoniaknya dan perlakuan waktu terbaik adalah waktu 72 jam.Pada Penyisihan amoniak oleh Konsorsium Eksogenus konsentrasi amoniak pada waktu 0 jam rata-rata sebesar 11,30 mg/l dan populasi jumlah bakteri 1,04 x 107 sel/ml. Penyisihan amoniak di mulai dalam perlakuan waktu 24 jam terjadi penurunan amoniak rata-rata sebesar 9,48 mg/l dengan nilai effisensi 16,1% diikutii oleh penambahan jumlah populasi menjadi rata-rata sebesar 1,42 x 108 sel/ml. Dilanjutkan dengan penyisihan amoniak selama 48 jam rata-rata sebesar 9,40 mg/l dengan nilai effsiensi 16,8 % diikuti oleh penambahan jumlah populasi bakteri menjadi rata-rata sebesar 5,58 x 108sel/ml. Penurunan cukup tajam terjadi dalam waktu 72 jam rata-rata sebesar rata-rata 9,02 mg/l dengan nilai effisiensi 20,1 % diikuti oleh penambahan jumlah populasi bakteri menjadi rata-rata sebesar 9,0 x 108 sel/ml. Penurunan amoniak oleh konsorsium endogenus dan eksogenus sejalan dengan perlakuan waktu yang diberikan, semakin lama perlakuan waktu yang diberikan semakin turun kadar amoniaknya dan perlakuan waktu terbaik adalah dalam penyisihan amoniak waktu 72 jam. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ardi et al. (2007) menyatakan hasil kemampuan bakteri nitrifikasi optimal dalam menyisihkan amoniak dalam waktu 72 jam. Setelah dilakukan uji t yang hasilnya disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2, didapatkan tidak ada perbedaan signifikan ( t hitung < t tabel ) dalam penambahan kedua konsorsium bakteri. Penyisihan amoniak ini diduga adanya bakteri nitrifikasi yang ada dikedua konsorsium bakteri tersebut. Bakteri nitrifikasi Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini terjadi penyisihan amoniak diikuti oleh penambahan jumlah populasi bakteri oleh kedua konsorsium bila dibandingkan sebelum bioproses. Hal ini ditunjukkan oleh pengukuran parameter amoniak dan populasi bakteri sebelum dan setelah bioproses. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera pada Gambar 4.3 dan 4.4 berikut ini :

Gambar 4.3 Grafik amoniak rata-rata sebelum dan setelah bioproses

Gambar 4.4. Grafik rata-rata populasi rata-rata bakteri sebelum dan sesudah bioproses

Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 menunjukan hasil pengukuran parameter amoniak sebelum bioproses rata-rata sebesar 11,30 mg/l dan jumlah populasi bakteri 1,04 x 107 sel/ml. Setelah dilakukan bioproses terjadi penurunan amoniak diikuti oleh penambahan jumlah populasi bakteri selama bioproses oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 10,4 mg/l diikuti oleh penambahan jumlah populasi bakteri 6,27 x 108 sel/ml dan oleh konsorsium bakteri eksogenus rata-rata sebesar 9,02 mg/l diikuti penambahan jumlah populasi bakteri 9,0 x 108 sel/ml. 4.3.1 pH pH sebelum penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus rata-rata sebesar 7,5. Penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus terlihat penurunan konsentrasi pH selama 72 jam ( Gambar 4.5 ). Mulai terjadi penurunan pH oleh konsorsium endogenus dalam waktu 24 jam rata-rata sebesar 6,92 sedangkan oleh konsorsium eksogenus menjadi rata-rata sebesar 6,91. lalu dilanjutkan bioproses selama 48 jam terjadi penurunan pH oleh konsorsium endogenus rata-rata sebesar 6,80 sedangkan oleh konsorsium bakteri eksogenus rata-rata sebesar 6,61. Penurunan pH tajam terjadi dalam waktu 72 jam oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 6,76 sedangkan oleh konsorsium bakteri eksogenus rata-rata sebesar 6,13. Perlakuan penambahan konsorsium eksogenus memiliki kemampuan penurunan pH lebih baik daripada perlakuan penambahan konsorsium endogenus. Penurunan pH sejalan dengan lamanya perlakuan waktu aerasi. Penurunan pH dipengaruhi oleh perlakuan waktu aerasi optimal (Wahidayat et al., 2010). Perlakuan waktu aerasi yang optimal dalam menurunkan pH adalah dalam waktu 72 jam.

Gambar 4.5 Grafik nilai perubahan rata-rata pH selama 72 jam.Penurunan pH terjadi selama bioproses tetapi penurunan pH tidak signifikan. Hal ini sesuai dari hasil analisa stastik 5 % yang disajikan pada lampiran 3, didapatkan tidak ada perbedaan signifikan ( t hitung < t tabel) dalam penambahan kedua konsorsium bakteri. Penurunan nilai pH diduga terjadi karena adanya peningkatan aktivitas bakteri. Bakteri mampu menguraikan bahan organik dan mengurangi amonia , air. Menurut Sunu (2001), organisme yang merombak bahan organik akan menyesuaikan diri pada kisaran pH 6,5-8,3. Eweis (1998) menambahkan bahwa pertumbuhan hampir semua mikroorganisme sangat tinggi pada pH antara 6-8.Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini sebelum dan setelah bioproses mengalami penurunan pH. Hal ini ditunjukkan oleh pengukuran parameter pH sebelum dan sesudah bioproses. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera pada Gambar 4.6 berikut :

Gambar 4.6 Grafik perbandingan rata-rata pH sebelum dan sesudah bioprosesGambar 4.6. Menunjukan hasil pengukuran parameter pH sebelum bioproses rata-rata sebesar 7,5. Setelah dilakukan bioproses terjadi penurunan pH selama bioproses oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 6,76 dan oleh konsorsium bakteri eksogenus rata-rata sebesar 6,13. Hasil tersebut masih dalam kisaran baku mutu yang tertera pada tabel 4.2 4.3.2. DO DO sebelum penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus rata-rata sebesar 11,20 mg/l. Penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus terlihat penurunan konsentrasi DO selama 72 jam ( Gambar 4.7 ). Mulai terjadi penurunan DO oleh konsorsium endogenus dalam waktu 24 jam rata-rata sebesar 10,54 mg/l sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 8,6 mg/l. lalu dilanjutkan bioproses selama 48 jam terjadi penurunan DO oleh konsorsium endogenus rata-rata sebesar 9,97 mg/l sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 7,46 mg/l. Terjadi penurunan DO yang tajam pada perlakuan waktu 72 jam oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 6,97 mg/l sedangkan konsorsium bakteri eksogenus rata-rata sebesar 6,57 mg/l. Perlakuan penambahan konsorsium eksogenus memiliki kemampuan penurunan DO lebih baik daripada perlakuan penambahan konsorsium endogenus. Penurunan DO sejalan dengan lama nya perlakuan waktu aerasi. Perlakuan waktu aerasi yang terbaik dalam menurunkan DO adalah perlakuan waktu 72 jam.

Gambar 4.7. Grafik nilai perubahan rata-rata DO selama 72 jam.Peningkatan DO terjadi selama bioproses tetapi penurunan DO tidak signifikan. Hal tersebut sesuai dari hasil analisa stastik 5 % yang disajikan pada lampiran 4, didapatkan tidak ada perbedaan signifikan ( t hitung < t tabel) dalam penambahan kedua konsorsium bakteri. Penurunan oksigen terlarut diduga terjadi karena bakteri telah memanfaatkan oksigen untuk penguraian organik dan menyisihkan amoniak. Penjelesan tersebut didukung oleh pernyataan Effendi (2003),yaitu penghilangan oksigen lebih banyak disebabkan oleh penguraian bahan organik dan menyisihkan amoniak. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah dilakukan bioproses terjadi penurunan DO bila dibandingkan sebelum bioproses. Hal ini ditunjukkan oleh pengukuran parameter DO sebelum dan setelah bioproses. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera pada Gambar 4.8 berikut ini:

Gambar 4.8 Grafik perbandingan rata-rata DO sebelum dan setelah bioprosesBerdasarkan Gambar 4.8 menunjukan hasil pengukuran parameter DO sebelum bioproses rata-rata sebesar 11,20 mg/l. Sesudah dilakukan bioproses terjadi penurunan DO selama bioproses oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 6,97 mg/l dan oleh konsorsium bakteri eksogenus rata-rata sebesar 6,57 mg/l.

4.3.3. BODKonsentrasi BOD sebelum penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus rata-rata sebesar 5,6 mg/l. Penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus terlihat penurunan konsentrasi BOD selama 72 jam ( Gambar 4.9 ). Mulai terjadi penurunan BOD oleh konsorsium endogenus dalam waktu 24 jam rata-rata sebesar 35,91 mg/l sedangkan konsorsium oleh eksogenus rata-rata sebesar 20,14 mg/l. lalu dilanjutkan bioproses selama 48 jam terjadi penurunan BOD oleh konsorsium endogenus rata-rata sebesar 33,53 mg/l sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 18,20 mg/l. Penurunan BOD yang tajam pada waktu 72 jam oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 23,27 mg/l sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 13,21 mg/l. Perlakuan penambahan konsorsium eksogenus memiliki kemampuan penurunan BOD lebih baik daripada perlakuan penambahan konsorsium endogenus. Penurunan BOD sejalan dengan lamanya perlakuan waktu aerasi. Penurunan BOD dipengaruhi oleh lamanya perlakuan waktu aerasi optimal (Mirwan et al., 2010). Perlakuan waktu aerasi yang optimal dalam penelitian ini dalam menurunkan BOD adalah perlakuan waktu aerasi 72 jam.

Gambar 4.9 Grafik nilai perubahan rata-rata BOD selama 72 jam. Penurunan BOD tidak terlalu signifikan oleh konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus. Hal ini sesuai dari hasil uji t dengan 5 % yang disajikan pada lampiran 6, didapatkan tidak ada perbedaan signifikan ( t hitung < t tabel) dalam penambahan kedua konsorsium bakteri. Menurunnya nilai BOD disebabkan karena terdegdrasi sebagian bahan organik yang sebelumnya tidak terurai pada proses anaerob menjadi sel-sel baru yang tersuspensi dan dipisahkan dengan cara pengedapan (Doraja et al.,2012).Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah dilakukan bioproses terjadi penurunan BOD bila dibandingkan sebelum bioproses. Hal ini ditunjukkan oleh pengukuran parameter BOD sebelum dan setelah bioproses. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera pada Gambar 4.10 berikut ini :

Gambar 4.10 Perbandingan rata-rata BOD Sebelum dan Setelah BioprosesBerdasarkan Gambar 4.10 menunjukan hasil pengukuran parameter BOD sebelum bioproses rata-rata sebesar 5,6. Terjadi penurunan BOD setelah bioproses oleh konsorsium endogenus sebesar rata-rata 23.27 mg/l dan oleh konsorsium eksogenus sebesar rata-rata 13.21 mg/l. 4.3.3. COD Konsentrasi COD sebelum penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus rata-rata sebesar 383.2 mg/l. Penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus terlihat penurunan COD selama 72 jam ( Gambar 4.11 ). Mulai terjadi penurunan COD oleh konsorsium endogenus dalam waktu 24 jam rata-rata sebesar 357,93 mg/l sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 335,96 mg/l. lalu dilanjutkan bioproses selama 48 jam terjadi penurunan COD oleh konsorsium endogenus rata-rata sebesar 273,19 mg/l sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 228,6. Penurunan COD yang tajam pada waktu 72 jam oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 186,66 mg/l sedangkan konsorsium rata-rata sebesar 147,88 mg/l. Perlakuan penambahan konsorsium eksogenus memiliki kemampuan penurunan COD lebih baik daripada perlakuan penambahan konsorsium endogenus. Penurunan COD dipengaruhi oleh lamanya perlakuan waktu aerasi optimal (Mirwan et al., 2010). Perlakuan waktu aerasi yang optimal dalam penelitian ini dalam menurunkan COD adalah perlakuan waktu aerasi 72 jam.

Gambar 4.11 Grafik nilai perubahan rata-rata COD selama 72 jam. Penurunan COD terjadi selama bioproses tetapi penurunan COD tidak signifikan. Hal ini sesuai dari hasil analisa stastik 5 % yang disajikan pada lampiran 5, didapatkan tidak ada perbedaan signifikan ( t hitung < t tabel) dalam penambahan kedua konsorsium bakteri. Penurunan nilai COD disebabkan aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik dan anorganik sudah cukup efektif sehingga bahan bahan yang terkandung dalam air tersebut dengan cepat akan mengalami menurun seiring dengan peningkatan waktu aerasi tersebut (Wahyu Dwijani et al., 2010).Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah dilakukan bioproses terjadi penurunan COD bila dibandingkan sebelum bioproses. Hal ini ditunjukkan oleh pengukuran parameter COD sebelum dan setelah bioproses. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera pada Gambar 4.12 berikut ini:

Gambar 4.12 Perbandingan rata-rata COD sebelum dan sesudah BioprosesBerdasarkan Gambar 4.12 menunjukan hasil pengukuran parameter COD sebelum bioproses rata-rata sebesar 383.2 mg/l. Penurunan COD setelah bioproses oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 186.66 mg/l dan oleh konsorsium bakteri eksogenus rata-rata sebesar 147.88 mg/l.

4.3.5. Suhu Aktivitas mikroba yang tinggi dalam air berpengaruh pada peningkatan suhu air. Bakteri melakukan aktivitas secara optimal pada kisaran suhu 15 35 0C (Hindarko 2003). Peningakatan suhu air selama penelitian ini memiliki interval suhu berkisar 25-32 OC.

Gambar 4.13 Grafik nilai perubahan rata-rata suhu selama 72 jam.Suhu sebelum penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus rata-rata sebesar 26,1 OC . Penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus terlihat peningkatan suhu terlihat 72 jam ( Gambar 4.13). Mulai terjadi peningkatan suhu oleh konsorsium endogenus selama waktu 24 jam rata-rata sebesar 27,52 OC sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 29,20 OC. lalu dilanjutkan bioproses selama 48 jam terjadi peningkatan suhu oleh konsorsium endogenus rata-rata sebesar 28,18 OC sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 29,29 OC. Peningkatan suhu yang tajam terjadi selama waktu 72 jam oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 28,49 OC sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 32,79 OC. Perlakuan penambahan konsorsium eksogenus memiliki kemampuan meningkatkan suhu lebih baik daripada perlakuan penambahan konsorsium endogenus. Peningkatan suhu sejalan dengan lama nya perlakuan waktu aerasi. Perlakuan waktu aerasi yang terbaik dalam menurunkan COD adalah perlakuan waktu 72 jam. Peningkatan suhu terjadi selama bioproses tetapi purunan tidak signifikan. Hal ini sesuai dari hasil analisa stastik 5 % yang disajikan pada lampiran 6, didapatkan tidak ada perbedaan signifikan ( t hitung < t tabel) dalam penambahan kedua konsorsium bakteri. Peningkatan suhu diakibatkan oleh aerasi oleh shaker sehingga meningkatkan aktivitas mikroorganisme, umumnya berlangsung optimal pada kisaran suhu 15-35 OC (Meutia, et al., 2002).Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah dilakukan bioproses terjadi peningkatan suhu bila dibandingkan sebelum bioproses. Hal ini ditunjukkan oleh pengukuran parameter suhu sebelum dan setelah bioproses. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera Gambar 4.14 berikut ini :

Gambar 4.14 Suhu rata-rata sebelum dan sesudah bioprosesBerdasarkan Gambar 4.14 menunjukan hasil pengukuran parameter suhu sebelum bioproses rata-rata sebesar 26,10C. Setelah dilakukan bioproses terjadi peningkatan suhu selama bioproses oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 28,49 0C dan oleh konsorsium bakteri eksogenus rata-rata sebesar 32,790C. Ternyata hasil tersebut tidak ada penyimpangan baku mutu yang tertera pada tabel 4.2. 4.3.6. Kekeruhan Kekeruhan sebelum penambahan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus rata-rata sebesar 55,6 NTU. Penurunan kekeruhan terlihat selama 72 jam ( Gambar 4.15). Mulai terjadi penurunan kekeruhan dalam waktu 24 rata-rata sebesar 45,3 NTU oleh konsorsium endogenus sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 39 NTU. Dilanjutkan bioproses selama 48 jam terjadi penurunan kekeruhan oleh konsorsium endogenus rata-rata sebesar 40,6 NTU sedangkan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 33 NTU. Penurunan kekeruhan yang tajam terjadi dalam waktu 72 jam oleh konsorsium bakteri endogenus rata-rata sebesar 36,33 NTU dan oleh konsorsium eksogenus rata-rata sebesar 27 NTU. Perlakuan penambahan konsorsium eksogenus memiliki kemampuan penurunan kekeruhan lebih baik daripada perlakuan penambahan konsorsium endogenus. Penurunan kekeruhan sejalan dengan lamanya perlakuan waktu aerasi. Perlakuan waktu aerasi yang terbaik dalam menurunkan kekeruhan adalah perlakuan waktu 72 jam.

Gambar. 4.15 Grafik nilai perubahan rata-rata kekeruhan selama penelitian.

Penurunan kekeruhan terjadi selama bioproses tetapi purunan tidak signifikan. Hal ini sesuai dari hasil analisa stastik 5 % yang disajikan pada lampiran 6, didapatkan tidak ada perbedaan signifikan ( t hitung < t tabel) dalam penambahan kedua konsorsium bakteri. Penurun kekeruhan ini diduga karena ada nya flokulasi yang lebih cepat pada kedua konsorsium bakteri penjelasan tersebut sesuai dengan penyataan suryadiputra (1994), yaitu jika pertumbuhan bakteri telah kenyang, aktivitas akan menurun, kemudian bakteri mengendap menjadi flok-flok mikroorganisme pada kondisi air yang tenang/stagan. Pengendapan flok-flok mikroorganisme tersebut dapat mengurangi nilai kekeruhan.Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah dilakukan bioproses terjadi penurunan kekeruhan bila dibandingkan sebelum bioproses. Hasil pengukuran parameter uji tersebut tertera pada Gambar 4.16 berikut ini :

Gambar 4.16 Grafik nilai kekeruhan rata-rata sebelum dan sesudah bioproses

Gambar 4.16 menunjukan hasil pengukuran parameter kekeruhan sebelum bioproses rata-rata sebesar 55,66 NTU. Terjadi penurunan kekeruhan sesudah bioproses oleh konsorsium endogenus sebesar rata-rata 36,33 NTU dan oleh konsorsium eksogenus sebesar rata-rata 27 NTU . Hasil tersebut masih diatas baku mutu. Tetapi penurunan nilai kekeruhan oleh konsorsium eksogenus sedikit diatas baku mutu yang tertera pada tabel 4.2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang bioproses penyisihan amoniak dengan konsorsium bakteri endogenus dan eksogenus, kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan konsorsium bakteri endogenus dalam menurunkan amoniak dapat ditingkatkan perlakuan waktu 72 jam dengan amoniak sebelum bioproses rata-rata sebesar 11,30 mg/l dan sesudah bioproses rata-rata sebesar 10,4 mg/l dengan nilai efisien 10,12% sedangkan pada konsorsium bakteri eksogenus amoniak sebelum bioproses 11,30 mg/l dan sesudah bioproses rata-rata sebesar 9,02 mg/l dengan nilai efisien 20,17% .2. Kondisi lingkungan yang mendukung bioproses untuk konsorsium bakteri endogenus pH 6,7 , DO 6,97 mg/l , COD 186,6 mg/l, BOD 12,23 mg/l, Suhu 28,49 OC, Kekeruhan 36,3 mg/l dan kondisi lingkungan konsorsium untuk konsorsium bakteri eksogenus pH 6,97 , DO 6,57 mg/l , COD 147,88 mg/l, BOD 13,27 mg/l, Suhu 32,79 OC ,Kekeruhan 27 mg/l. 3. Penambahan konsorsium bakteri eksogenus memberikan pengaruh yang nyata terhadap bioproses penyisihan amoniak.5.2. Saran