birth ball dan nyeri persalinan

22
www.serpihanilmuku.blogspot.com PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN G

Upload: fikri-nabiha

Post on 06-Aug-2015

550 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALAN

G

Page 2: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

201BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hamil merupakan idaman setiap wanita yang sudah menikah, ketika wanita hamil

maka wanita akan mengalami proses persalinan. Persalinan dan kelahiran merupakan

kejadian fisiologis yang normal yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). Persalinan akan terasa menyenangkan karena

janin yang selama sembilan bulan berada di dalam perut akan terlahir ke dunia. Di sisi

lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana

terbayang proses persalinan yang mengeluarkan energi yang begitu banyak, sebuah

perjuangan yang cukup melelahkan, dan menyakitkan karena nyeri yang sangat luar

biasa.

Nyeri dengan persalinan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat primitive, persalinannya lebih lama dan

nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin dengan nyeri yang

minimal dan sebagian besar (90%) disertai rasa nyeri yang tidak terhindarkan. Berbagai

upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi

maupun nonfarmakologi. Ketika proses persalinan berjalan maka nyeri itu akan muncul

akibat dari kontraksi uterus. Meski bersifat alami, banyak calon ibu hamil takut terhadap

proses nyeri persalinan sehingga mempertimbangkan menggunakan teknologi pereda

nyeri secara medis.

Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibandingkan dengan metode

nonfarmakologi namun metode farmakologi lebih mahal dan berpotensi menimbulkan

efek yang kurang baik juga tidak semua fasilitas kesehatan menyediakan layanan

tersebut. Sehingga banyak terapi nonfarmakologi yang muncul untuk mengurangi nyeri

pada persalinan dimana setiap lapisan masyarakat dapat melakukannya serta pelayanan

kesehatan dapat memfasilitasi, bersifat murah, simple, efektif dan tanpa efek yang

merugikan. Salah satu metode nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi

nyeri persalinan adalah terapi birth ball.

Birth Ball memiliki arti bola lahir dimana metode ibu menduduki bola saat proses

Npersalinan yang memiliki manfaat membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri saat

persalinan dimana birth ball sangat baik mendorong tenaga kuat ibu yang diperlukan

saat melahirkan, posisi postur tubuh yang tegak, akan menyokong dengan bagus proses

kelahiran serta membantu posisi janin berada di posisi optimal sehingga memudahkan

melahirkan dengan kondisi normal.

Page 3: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengulas pengaruh Birth Ball

terhadap pengurangan rasa nyeri saat persalinan lebih dalam dengan harapan

meningkatkan wawasan serta salah satu upaya alternativ dalam membantu ibu hamil

mengurangi rasa nyeri saat persalinan.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum.

Untuk mengetahui pengaruh terapi birthball terhadap nyeri persalinan

kala I

2. Tujuan Khusus.

a. Mengetahui fisiologi nyeri persalinan

b. Mengetahui metode terapi birth ball untuk persalinan

c. Mengetahui aplikasi dan mekanisme birthball terhadap nyeri persalinan

kala I

1.3 Manfaat

1. Bagi Ibu hamil dan Keluarga

Menambah wawasan terhadap terhadap metode terapi birthball dalam

mengurangi nyeri persalinan.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan.

Sebagai sumber data masukan bagi pelayanan kesehatan dalam

meningkatkan pelayanan dan fasilitas terhadap persalinan ibu melahirkan.

Page 4: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

2.1.1 Definisi

Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi.

2.1.2 Etiologi

Sebab –sebab mulainya persalinan belum diketahui secara pasti. Banyak

faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan.

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab persalinan ialah :

1. Penurunan kadar progesteron

Menjelang persalinan, progresteron tubuh menurun dan estrogen

meningkat. Pada trimester ketiga, progresteron dan prostaglandin banyak

terdapat di myometrium. Progresteron menyebabkan relaksasi pada

myometrium, sedangkan estrogen menyebabkan kontraksi myometrium dan

prodeksi prostaglandin.

2. Teori oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah oleh karena itu timbul

kontraksi otot-otot rahim. Oksitosin merupakan hormon yang dihasilkan oleh

kelenjar pituitari yang berperan penting yang menyebabkan onset persalinan dan

mempertahankan kontraksi uterus selama proses persalinan.

3. Ketegangan otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya

terenggang oleh karena isinya.

4. Cortisol

Hormon cortisol diproduksi dalam kelanjar adrenal janin sebelum

persalinan dan menyebabkan onset persalinan dengan meningkatkan produksi

estrogen dari plasenta. Hormon ini menyebabkan uterus menjadi lebih sensitif

terhadap oksitosin dan prostaglandin.

5. Plaenta menua

Penuaan plasenta menyebabkan insufisiensi nutrisi ke fetus

6. Teori prostaglandin

Page 5: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

Prostaglandin menyebabkan jaringan serviks lebih lunak, tipis dan

membuka saat persalinan. Hormon ini banyak dijumpai pada darah ibu dan janin,

dan cairan amnion pada akhir kehamilan dan selama proses persalinan.

2.1.3 Tanda dan Gejala

Gejala persalinan sebagai berikut :

1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang

semakin pendek.

2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :

• pengeluaran lendir

• lendir bercampur darah

3. Dapat disertai ketuban pecah.

4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :

• Perlukaan cervix

• Pendataran cervix

• Pembukaan cervix

2.1.4 Fase Partus

Partus dibagi menjadi 4 kala, yaitu :

1. KALA I

Batasan persalinan kala I (satu) dimulai dari pembukaan 1cm sampai 10cm

(lengkap). Fase-fase persalinan kala I:

a. Kala I fase laten :

• pembukaan cervix kurang dari 3 cm

• cervix membuka perlahan selama fase ini

• fase laten biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam

b. Kala I fase aktif :

• pembukaan cervix 4 cm sampai 10 cm.

• his dalam fase ini lebih kuat dan cervix membuka lebih cepat.

• Fase aktif tidak boleh berlangsung dari 7 jam

Page 6: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

Gambar dilatasi dan penipisan servik

2. KALA II

Batasan persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai

lahirnya seluruh tubuh janin. Tanda dan gejala persalinan kala II didapatkan hal-

hal berikut ini:

a. ibu ingin meneran

b. perineum menonjol

c. vulva dan anus membuka

d. meningkatnya pengeluaran darah dan lendir

e. kepala telah turun di dasar panggul.

Diagnosis pasti persalinan kala II adalah bila saat dilakukan pemeriksaan

dalam didapatkan:

• pembukaan cervix lengkap

• kepala bayi terlihat pada introitus vagina.

Page 7: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

3. KALA III

Batasan Persalinan kala III (tiga) dimulai setelah bayi lahir sampai plasenta

lahir. Normalnya pelepasan plasenta berkisar ± 15-30 menit setelah bayi lahir.

Pada persalinan kala III myometrium akan berkontraksi mengikuti

berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.

Pengurangan ukuran uterus ini menyebabkan pula berkurangnya ukuran tempat

perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi kecil sedangkan ukuran

plasenta tidak berubah, maka plasenta akan terlepas dari dinding uteri setelah

plasenta terpisah, ia akan turun ke segmen bawah rahim. Tanda-tanda pelepasan

plasenta:

• Bentuk uterus globuler

• Tali pusat bertambah panjang (tanda afeld)

• Semburan darah tiba-tiba.

4. KALA IV

Batasan Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1 jam

setelah itu. Pemantauan pada kala IV :

• kelengkapan plasenta dan selaput ketuban

• perkiraan pengeluaran darah

• laserasi atau luka episiotomi pada perineum dengan perdarahan aktif.

• Keadan umum dan tanda-tanda vital ibu.

2.2 Nyeri Persalinan

2.2.1 Definisi

Nyeri adalah sensasi yang penting bagi tubuh. Menurut International

Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional

yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual

maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri

bertindak sebagai tanda peringatan terjadinya kerusakan jaringan dan bersifat

subjektif.

Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan

kesehatan (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri bisa terjadi bersama proses penyakit

atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan,

demikian juga dengan proses persalinan. Menurut Prawirohardjo (2008), ibu bersalin

akan merasakan nyeri sepanjang proses persalinan berlangsung. Nyeri yang timbul

merupakan suatu tanda awal proses persalinan dan akan berlanjut sampai dengan kala

IV persalinan.

Page 8: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

2.2.2 Fisiologi

Pada kala I persalinan, nyeri disebabkan oleh adanya kontraksi uterus yang

mengakibatkan dilatasi dan penipisan serviks dan iskemia pada uterus. Nyeri akibat

dilatasi serviks dan iskemia pada uterus ini adalah nyeri viseral yang dirasakan oleh

ibu pada bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar, punggung, dan

paha. Nyeri tersebut dirasakan ibu saat kontraksi dan menurun atau menghilang pada

interval kontraksi.

Pada akhir kala I dan kala II persalinan, nyeri yang dirasakan ibu adalah nyeri

somatik yang dirasakan pada daerah perineum akibat peregangan pada jaringan

perineum, tarikan peritonium dan daerah uteroservikal saat kontraksi, atau penekanan

kandung kemih, usus, dan struktur sensitif panggul oleh bagian terendah janin (Bobak,

2005)

Nyeri yang dirasakan ibu terjadi karena adanya transmisi impuls nyeri melalui

saraf tertentu. Pada kala I persalinan, impuls saraf nyeri berasal dari serviks dan

corpus uteri.

Impuls nyeri yang berasal dari serviks dan korpus uteri ditransmisikan oleh

serabut syaraf aferent melalui pleksus uterus, pleksus pelvis, pleksus hipogastrik

inferior, middle, posterior dan masuk ke lumbal yang kemudian masuk ke spinal

melalui L1, T12, T11, dan T 10. Nyeri yang dirasakan pada daerah perut bagian bawah

dan pinggang yang terjadi pada kala I persalinan.

Sumber nyeri pada akhir kala I dan kala II berasal dari saluran genital bawah,

antara lain perineum, anus, vulva dan klitoris. Impuls nyeri ditransmisikan melalui

saraf pudendal menuju S4, S3 dan S2. Nyeri yang dirasakan terutama pada daerah

vulva dan sekitarnya serta daerah pinggang.

Page 9: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

gambar impuls nyeri saat persalinan

gambar lokasi nyeri pada awal kala I persalinan

Page 10: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

gambar lokasi nyeri pada akhir kala I persalinan

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi

1. Umur dan paritas

Serviks pada wanita multipara mengalami perlunakan sebelum onset

persalinan, namun tidak demikian halnya dengan serviks pada wanita primipara

yang menyebabkan nyeri pada primipara lebih berat daripada multipara.

Intensitas kontraksi uterus yang dirasakan pada primipara lebih besar daripada

multipara terutama, pada akhir kala I dan permulaan kala II persalinan. Wanita

dengan usia muda mengalami nyeri tidak seberat yang dirasakan pada wanita

yang lebih tua.

2. Ras, budaya dan etnik

Berbagai data menyebutkan bahwa ras, budaya dan etnik berpengaruh

terhadap cara orang mengekspresikan nyeri. Ekspresi nyeri tersebut

berdasarkan perilaku lingkungan disekitarnya. Pengkajian yang akurat tentang

kemajuan persalinannya dan tingkat toleransi terhadap nyeri ibu membantu

perawat dalam menentukan kemungkinan komplikasi persalinan sebagai dampak

dari suatu kebiasaan atau kultural tertentu.

3. Mekanisme Koping

Setiap manusia mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi stress

akibat nyeri yang dialaminya. Namun ketika nyeri menjadi sesuatu yang

mengancam integritas indivudu maka akan sulit bagi individu tersebut untuk

mengontrol rasa nyerinya. Dalam hal ini peran perawat adalah mengobservasi

bagaimana ibu dapat menurunkan rasa nyerinya dan mengkaji efektivitas metode

yang digunakannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi

Page 11: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

perawat untuk memberikan alternatif metode penanganan nyeri yang familiar

bagi ibu.

4. Metode relaksasi yang digunakan

Apabila seorang ibu yang bersalin mampu melakukan relaksasi selama

kontraksi maka ibu tersebut akan merasakan kenyamanan selama proses

persalinannya. Penggunaan teknik relaksasi yang benar akan meningkatkan

kemampuan ibu dalam mengontrol rasa nyeri, menurunkan cemas, menurunkan

kadar katekolamin, menstimulasi aliran darah menuju uterus, dan menurunkan

ketegangan otot.

5. Cemas dan takut

Cemas dan takut menyebabkan peningkatan tegangan otot dan gangguan

aliran darah menuju otak dan otot. Hal tersebut menyebabkan tegangan pada otot

pelvis, kontraksi uterus yang terganggu, dan hilangnya tenaga pendorong ibu

selama kala II persalinan. Ketegangan yang lama akan menyebabkan kelelahan

pada ibu dan meningkatkan persepsi nyeri serta menurunkan kemampuan ibu

untuk mengontrol rasa nyerinya.

6. Kelelahan

Ibu bersalin yang kelelahan tidak akan mampu menoleransi rasa nyeri dan

tidak mampu menggunakan koping untuk mengatasinya karena ibu tidak dapat

fokus saat relaksasi yang diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri tersebut.

Kelelahan juga menyebabkan ibu merasa tersiksa oleh kontraksi sehingga tidak

dapat mengontrol keinginannya untuk meneran. Pada akhir kehamilan, kelelahan

lebih banyak disebabkan oleh gangguan istirahat dan kurang tidur, kurangnya

cairan dan kalori yang dikonsumsi, serta ketidakmampuan ibu dalam mengelola

energinya saat persalinan. Kadang kal ibu memerlukan medukasi untuk

memfasilitasi istirahat ibu saat kala I persalinan.

7. Lama persalinan

Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami stress dan kelelahan

lebih lama sehingga rasa nyeri akan meningkat . Lamanya waktu persalinan bisa

disebbkan oleh bayi yang besar atau kelainan pada pelvis yang mengakibatkan

rasa nyeri dan kelelahan yang semakin meningkat seiring lamanya proses

persalinan.

8. Posisi maternal dan fetal

Posisi supinasi pada ibu bersalin menyebabkan rasa tidak nyaman pada

ibu, konraksi uterus yang tidak efektif dan menyebabkan sindrom hipotensi

supinasi. Sindrom tersebut disebabkan oleh penekanan uterus dan fetus pada

Page 12: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

vena cava inferior dan aorta abdomen yang mengakibatkan penurunan tekanan

darah ibu dan penurunan suplai oksigen pada bayi. Dengan demikian, perlu

adanya ambulasi pada ibu bersalin untuk mengurangi kelelahan dan menurunkan

persepsi nyeri.

Posisi oksiput posterior pada bayi menyebabkan penekanan oksiput bayi

pada area sakrum ibu di setiap kontraksi yang mengakibatkan nyeri pada daerah

punggung ibu, dimana nyeri tersebut tidak hilang pada saat bebas konraksi.

Posisi oksiput posterior bayi menyebabkan persalinan lama, sedangkan nyeri

punggung ibu dapat menurun apabila bayi dapat melakukan rotasi menjadi posisi

oksiput anterior dan proses persalinan mengalami kemajuan.

2.2.4 Nyeri persalinan pada primipara dan multipara

Intensitas nyeri persalinan pada primipara sering kali lebih berat daripada nyeri

persalinan pada multipara. Hal itu karena multipara mengalami effacement (penipisan

serviks) bersamaan dengan dilatasi serviks, sedangkan pada primipara proses

effacement biasanya terjadi lebih dahulu daripada dilatasi serviks. Proses ini

menyebabkan intensitas kontraksi yang dirasakan primipara lebih berat daripada

multipara terutama pada kala I persalinan (Sherwen, Scoloveno, & Weingarten, 1999)

Multipara mempunyai pengalaman tentang nyeri pada persalinan sebelumnya

sehingga multipara telah mempunyai mekanisme untuk mengatasi nyeri persalinannya.

Tidak demikian halnya pada primipara dimana proses persalinan yang dialaminya

merupakan pengalaman pertama yang menyebabkan ketegangan emosi, cemas, dan

takut yang dapat memperberat persepsi nyeri. Nyeri atau kemungkinan nyeri dapat

menginduksi ketakutan sehingga timbul kecemasan yang berakhir pada kepanikan.

Primipara juga mengalami proses persalinan lebih lama daripada proses

persalinan pada multipara sehingga primipara mengalami kelelahan yang lebih lama.

Kelelahan berpengaruh terhadap peningkatan persepsi nyeri. Hal itu menyebabkan

peningkatan nyeri seperti suatu lingkaran setan (Bobak, 2005).

Kebanyakan primipara merespon nyeri dengan rasa takut dan cemas yang dapat

meningkatatkan aktivitas sistem saraf simpatis sehingga meningkatkan sekresi

katekolamin (epinefrin dan norepinefrin). Epinefrin akan menstimulasi reseptor α dan β,

sedangkan norefinefrin akan menstimulasi reseptor α.

Stimulasi pada reseptor α menyebabkan seluruh bagian uterus berkontraksi dan

meningkatkan tonus otot uterus yang dapat menurunkan aliran darah pada uterus.

Sementara itu, stimulus pada reseptor β menyebabkan uterus relaksasi dan vasodilatasi

pembuluh darah pada uterus dan menyebabkan penurunan aliran darah ke plasenta.

Dengan demikian, sekresi katekolamin yang berlebih akan menyebabkan penurunan

Page 13: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

aliran darah ke dan dari plaenta sehingga fetus kekurangan oksigen dan menurunkan

efektifitas kontraksi uterus yang mengakibatkan proses persalinan menjadi lebih lama

(Gorrie, Mc Kinney, & Murray, 1998).

Proses persalinan menyebabkan peningkatan metabolisme dan peningkatan

kebutuhan oksigen, jika ibu mengalami nyeri dan cemas maka dapat meningkatkan

metabolisme tubuhnya yang ditandai dengan pernafasan cepat untuk mengkompensasi

peningkatan kebutuhan oksigen dan melepaskan karbondioksida secara berlebihan.

Perubahan pada respirasi maternal dan metabolisme menyebabkan gangguan pada

plasenta sehingga fetus kekurangan oksigen dan berlanjut pada terjadinya metabolisme

anaerob. Asidosis metabolik ini tidak dapat boleh segera setelah persalinan yang

berbeda dengan asidosis respiratorik yang dapat segera pulih setelah proses persalinan

(Gorrie, Mc Kinney, & Murray, 1998).

Sementara menurut Sherwen, Scoloveno, & Weingarten (1999) nyeri

menyebabkan peningkatan cardiac output, penurunan aliran darah ke uterus, takikardia,

aritmia, takipnea, hipervetilasi, dan berkeringat banyak.

2.3 Birth Ball

2.3.1 Definisi

Birth Ball adalah terapi fisik atau latihan sederhana menggunakan bola. Kata

birth ball dapat diartikan ketika latihan dengan menggunakan bola diterapkan untuk

ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu pasca melahirkan.

2.3.2 Tujuan

Tujuan dilakukan terapi birthball adalah mengontrol, mengurangi dan

menghilangkan nyeri pada persalinan terutama kala I

2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

- Ibu inpartu yang merasakan nyeri

- Pembukaan yang lama

- Penurunan kepala bayi yang lama

b. Kontraindikasi

- Janin malpresentasi

- Perdarahan antepartum

- Ibu hamil dengan hipertensi

- Penurunan kesadaran

Page 14: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

American College of Obstetrician dan Gynecologist memiliki rekomendasi

berikut tentang olah raga dan kehamilan untuk menghentikan latihan atau olah

raga ini apabila berada dalam situasi berikut:

- Faktor risiko untuk persalinan prematur

- Perdarahan pervaginam

- Ketuban pecah dini

- Serviks incopetent

- Janin tumbuh lambat

Sedangkan bagi ibu hamil dengan kondisi berikut ini diharapkan untuk

berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau bidan yang merawat

- Hipertensi

- Diabetes gestational

- Riwayat penyakit jantung atau kondisi pernapasan (asma)

- Riwayat persalinan prematur

- Plasenta previa

- Preeklamsia

2.3.4 Persiapan

a. Alat dan Bahan

1. Bola

Ukuran bola disesuaikan dengan tinggi badan ibu hamil. Ibu hamil

dengan tinggi badan 160 – 170 cm dianjurkan menggunakan bola dengan

diameter 55-65 cm. wanita dengan tinggi badan diatas 170 cm cocok

menggunakan bola dengan diameter 75 cm.

2. Matras

3. Kursi

4. Bantal atau pengalas yang empuk

b. Lingkungan

Lingkungan yang nyaman dan kondusif dengan penerangan yang cukup

merangsang turunnya stress pada ibu. Pastikan lantai yang digunakan untuk terapi

birthball tidak licin dan anti selip. Privasi ruangan membantu ibu hamil termotivasi

dalam latihan Birth Ball. Dengan lingkungan yang mendukung tersebut

mengoptimalkan keefektifan dari latihan ini yaitu nyeri yang dirasakan klien

berkurang bahkan hilang sehingga klien dapat fokus pada kelahiran bayinya.

c. Peserta Latihan

Peserta latihan yang dimaksud adalah ibu yang akan melahirkan yang

mengalami nyeri menjelang persalinannya. Klien dipersiapkan latihan dengan

Page 15: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

kondisi yang tidak capek dan tidak dalam keadaan gaduh gelisah akibat nyeri yag

hebat. Jika ibu dalam kondisi capek, maka tenaga yang terkuras semakin banyak

dan mengalami kecapekan saat meneran. Keadaan gaduh gelisah menghambat

konsentrasi ibu dalam meredakan nyerinya. Lebih baik jika ibu bertelanjang kaki

untung mencegah tergelincir.

d. Pelaksanaan

Kebanyakan ahli menyarankan agar mematuhi panduan yang disarankan yaitu

sebagai berikut :

- Frekuensi latihan 3 sampai 5 kali per minggu

- Intensitas sedang

- Waktu latihan maksimum 40 menit per sesi

2.3.5 Jenis Gerakan

a. Duduk di atas bola

1. Duduklah di atas bola seperti

halnya duduk di kursi dengan

kaki sedikit membuka agar

keseimbangan badan di atas

bola terjaga.

2. Dengan tangan di pinggang

atau di lutut, gerakkan pinggul

ke samping kanan dan ke

samping kiri mengikuti aliran

gelinding bola. Lakukan secara

berulang minimal 2 x 8 hitungan.

3. Tetap dengan tangan di pinggang, lakukan gerakan pinggul ke depan dan

kebelakang mengikuti aliran menggelinding bola. Lakukan secara

berulang minimal 2 x 8 hitungan.

4. Dengan tetap duduk di atas bola, lakukan gerakan memutar pinggul

searah jarum jam dan sebaliknya seperti membentuk lingkaran atau hula

hoop.

5. Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral maju dan mundur.

Page 16: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

b. Duduk di atas bola bersandar ke depan

1. Setelah menggerakkan pinggul mengikuti aliran menggelinding bola,

lakukan fase istirahat dengan bersandar ke depan pada kursi atau

pendamping (bisa instruktur atau salah satu anggota keluarga).

2. Sisipkan latihan tarikan nafas dalam.

3. Lakukan teknik ini selama 5 menit.

c. Berdiri bersandar di atas bola

1. Letakkan bola di atas kursi.

2. Berdiri dengan kaki sedikit dibuka dan bersandar ke depan pada bola

seperti merangkul bola.

3. Lakukan gerakan ini selama 5 menit.

Page 17: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

d. Berlutut dan bersandar di atas bola

1. Letakkan bola di lantai.

2. Dengan menggunakan

bantal atau pengalas yang

empuk lakukan posisi

berlutut.

3. Kemudian posisikan

badan bersandar ke

depan di atas bola seperti

merangkul bola.

4. Dengan tetap pada posisi

merangkul bola, gerakkan badan ke samping kanan dan kiri mengikuti

aliran menggelinding bola.

5. Dengan tetap merangkul bola, minta pendamping untuk memijat atau

melakukan tekanan halus pada punggung bawah. Lakukan tindakan ini

selama 5 menit.

e. Jongkok bersandar pada bola

1. Letakkan bola menempel pada tembok atau papan sandaran.

2. Ibu duduk di lantai dengan posisi jongkok dan membelakangi atau

menyandar pada bola.

3. Sisipkan latihan tarikan nafas dalam pada posisi ini.

4. Lakukan selama 5-10 menit.

Page 18: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mekanisme Efek Birth Ball

a. Membantu ibu dalam posisi tegak

Tetap tegak ketika dalam proses persalinan akan memungkinkan rahim

untuk bekerja seefisien mungkin dengan membuat bidang panggul lebih luas dan

terbuka. Dengan kata lain dapat merangsang dilatasi dan memperlebar outlet

panggul. Duduk lurus di atas bola maka gaya gravitasi bumi akan membantu janin

atau bagian terendah janin untuk segera turun ke panggul.

b. Sokongan

Menyeimbangkan dan memperkuat punggung karena bentuknya yang

dapat menyesuaikan bentuk tubuh sehingga dapat mengurangi resiko cedera

punggung. Dengan duduk di atas birthball ini dapat mengurangi stres pada kaki

dan pergelangan kaki.

c. Distraksi

Gerakan padaterapi birthball dapat menghibur dan mengalihkan perhatian

selama persalinan. Dengan posisi yang dapat dikontrol oleh ibu dan beberapa

gerakan ringan dapat mengurangi kecemasan dan nyeri pada persalinan. Birthing

Ball dapat memfasilitasi perubahan posisi dan digunakan sebagai alat

kenyamanan bagi seorang ibu yang masuk dalam proses persalinan.

d. Relaksasi

Dengan posisi duduk dan bentuk bola yang dapat menyesuaikan bentuk

tubuh maka akan membuat lebih mudah untuk beristirahat dan tetap dalam posisi

tegak. Posisi pada birthball dapat membantu ibu tetap bersantai dan menjaga

ligamen dan otot tetap santai dan kencang sehingga akan membantu tubuh untuk

beradaptasi dengan perubahan dramatis terjadi saat persalinan.

Posisi pada terapi birthball dapat mengurangi tekanan pada sendi

sacroiliac , pembuluh darah di daerah sekitar rahim, dan tekanan di kandung

kemih, punggung, pinggang, tulang ekor dan mengurangi tekanan perineum

juga mengendurkan otot panggul. Posisi pada birthbal juga dapat digunakan

untuk istirahat diantara kontraksi

3.2 Hasil Penelitian

Salah satu penelitian tentang birth ball yang dilakukan oleh Winny SC Kwan,

RN,BSCN, BCM, yaitu evaluasi penggunaan Birth ball intrapartum. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2010 lalu pada wanita dengan usia kehamilan ≥

Page 19: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

36 minggu di departemen obstetrik dan ginekologi, Queen Elizabeth Hospital, Kowloon,

Hongkong.

Penelitian ini dilakukan pada 267 wanita dengan durasi pemakaian rata-rata 40

menit. Sebanyak 66% melaporkan penurunan tingkat nyeri setelah menggunakan

birthball, 8 % melaporkan nyeri yang lebih dari sebelumnya, 26% melaporkan tidak ada

perubahan dalam tingkat nyerinya. Dalam hal kepuasan pemakaian, 84% menyatakan

birthball dapat meredakan nyeri kontraksi, 79% dapat meredakan nyeri punggung dan

95% meyatakan nyaman ketika menggunakan birthball.

Dalam pencapaia fetal, 96% dan 99% dari total 267 bayi memperoleh APGAR skor

≥8 dalam 1 menit dan 5 menit pertama. Ha ini membuktikan bahwa penggunaan birthball

tidak menimbulkan efek yang merugikan pada bayi selama tetap memperhatikan

kontraindikasi untu penggunaannya. Sebagai pereda nyeri persalinan, birthball dapat

digunakan secara simultan dengan metode nonfarmakologi yang lain seperti pijat, aroma

terapi, terapi musik dan kompres hangat atau dingin. Diperlukan penelitian lebih lanjut

untuk tingkat penurunan nyeri karena sifat nyeri persalinan yang cenderung semakin

meningkat.

Penerapan Birth Ball di Indonesia

Nyeri persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam persalinan. Nyeri persalinan perlu diatasi karena semakin lama nyeri bisa menyebabkan stress dan ketakutan sehingga akan meningkatkan sekresi adrenalin yang berperan dalam konstriksi pembuluh darah. Akibatnya aliran darah ke uterus berkurang, uterus iskemik dan semakin nyeri. Nyeri semakin bertambah tanpa diikuti pembukaan serviks, sehingga dapat memperpanjang persalinan. Salah satu metode pengurangan nyeri adalah birth ball. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian terapi birth ball terhadap penurunan intensitas nyeri ibu inpartu kala I fase aktif di Polindes XX.

Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental one group pre test post test dengan time series dengan populasinya adalah seluruh ibu inpartu di polindes XX yaitu 29 ibu inpartu. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 15 ibu inpartu kala I fase aktif. Terapi birth ball dilakukan dengan cara responden duduk di atas bola, berlutut atau berdiri sambil memeluk bola pada saat his. Pengukuran nyeri menggunakan skala nyeri VDS dan uji analisa data dengan Wilcoxon Sign Rank Test. Intensitas nyeri diukur 3 kali setiap 10 menit sebelum dan sesudah perlakuan ketika timbul his.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 responden setelah dilakukan terapi birth ball sebanyak 10 responden (66,7%) mengalami penurunan intensitas nyeri dan 5 responden (33,3%) tidak mengalami perubahan intensitas nyeri. Dari hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test , didapatkan z hitung 3,162 dimana z tabel 1,96 dengan taraf signifikansi 0,002. Sehingga z hitung > z tabel jadi kesimpulannya Ha diterima yang berarti ada pengaruh pemberian terapi birth ball terhadap penurunan intensitas nyeri ibu inpartu kala I fase aktif.

Page 20: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

3.3 Aplikasi Birth Ball

Pelayanan keperawatan merupakan pedoman pelayanan kesehatan yang

bermutu serta berperan dalam menentukan kepuasan pasien. Mutu pelayanan

keperawatan mempunyai peranan yang strategis untuk menciptakan kepuasan dan

kenyamanan pelanggan. Dalam proses persalinan salah satu pelayanan keperawatan

yang utama adalah untuk manajemen nyeri persalinan sebagai upaya untuk

meningkatkan kenyamanan ibu dalam bersalin sehingga proses persalinan menjadi

nyaman dan tidak menyakitkan serta ibu dan bayi selamat. Nyeri persalinan merupakan

suatu proses fisiologis yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam persalinan. Nyeri

persalinan perlu diatasi karena semakin lama nyeri bisa menyebabkan stress dan

ketakutan sehingga akan meningkatkan sekresi adrenalin yang berperan dalam

konstriksi pembuluh darah. Akibatnya aliran darah ke uterus berkurang, uterus iskemik

dan semakin nyeri. Nyeri semakin bertambah tanpa diikuti pembukaan serviks, sehingga

dapat memperpanjang persalinan. Dengan adanya metode birthball ini manajemen nyeri

persalinan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien karena selain efeknya yang sangat

bermanfaat bagi proses persalinan ibu juga metode yang mudah dilakukan, aman dan

dengan biaya yang minimal.

Page 21: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Birthball memiliki manfaat yang sangat penting bagi kenyamanan dan psikologis

ibu saat persalinan dimana birth ball ini mampu mengurangi nyeri persalinan sehingga

proses persalinan dapat berjalan dengan baik. Selain itu mampu memberikan

kenyamanan bagi bayi di dalam perut dan memudahkan bayi untuk mencari jalan lahir

dengan posisi yang optimal sehingga memudahkan melahirkan secara normal selama

ibu melakukan terapi birthball secara benar, tepat dan optimal. Birthball juga merupakan

metode terapi yang sangat mudah, aman dan yang paling terpenting adalah setiap

lapisan masyarakat dapat menggunakan dan melakukannya karena biaya yang sangat

minimal dibanding metode modern lain yang membutuhkan biaya yang cukup banyak.

4.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan sangatlah penting bagi kita untuk mengerti, memahami

terlebih mampu mengamplikasikannya serta memfasilitasi metode terapi birthball yang

membantu memberikan kenyamanan saat persalinan pada ibu melahirkan khususnya

dalam mengurangi nyeri persalinan.

Page 22: Birth Ball Dan Nyeri Persalinan

www.serpihanilmuku.blogspot.com

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Birthing Ball. http://mynaturalchildbirth.org/birthing-ball/. Diakses 6

juni 2012:15.11

Anonymous. 2011. Activities for fetal Positioning.

http://spinningbabies.com/techniques/activities-for-fetal-positioning/birth-balls.

Diakses 6 Juni 2012: 15.06

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta EGC.

Doenges, Marilynn E. & Mary F. Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi:

Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2.

Diterjemahkan oleh Monica Ester, dkk. Jakarta: EGC

Gorrie, Mc Kinney, & Murray. 1998. Foundation of Maternal Newborn Nursing. 2nd. United

State of America: W.B. Sanders Company

Hopewell, Nikki. 2012. Birthing Ball Exercise: Baby Move Down.

http://www.livestrong.com/article/125330-birthing-ball-exercises-baby-move-

down/. Diakses 6 Juni 2012: 14.47

Pritchard, Jack A., Paul C. Mac Donald. 1991. Obstetri Williams. Edisi 17. Diterjemahkan

oleh R. Hariadi, dkk. Surabaya: Airlangga University Press

Reeves, Charlene J, dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 1. Diterjemahkan oleh

Joko Setyono. Jakarta: Salemba Medika

Rodriguez, Ali. 2011. Labor Exercise Birthing Ball.

http://www.ehow.com/way_5316835_labor-exercises-birthing-ball.html. Diakses

6 Juni 2012: 14.37

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan

neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwo Prawirohardjo.

Widyaswara, Pradnya et all. 2012. Pengaruh Terapi Birth Ball Terhadap Nyeri Persalinan

Kala I. Makalah Seminar, Disajikan dalam seminar departemen Maternitas

Universitas Brawijaya Malang