blas slamet lasmunadi pr 2

5
Saat kutemukan "MENTARI" di mataku...! Saat matahari terbit di ufuk timur, aku menyusuri jalan menuju Gereja Katedral. Dalam perjalanan itu aku terbayang dengan "Mentari" sahabat setiaku waktu masa mudaku. Tiba tiba sesampai di Gereja, aku bertemu "MENTARI" di mataku. Mentari itu berkata kepadaku, "Kenapa kamu memikirkan aku? Aku bukan siapa-siapa untukmu!" Aku pun mengatakan, "Iya, engkau Blas Slamet Blas Slamet Lasmunadi Pr Lasmunadi Pr

Upload: sutriyono-robert

Post on 09-Aug-2015

311 views

Category:

Technology


2 download

TRANSCRIPT

Saat kutemukan "MENTARI" di mataku...!

Saat matahari terbit di ufuk timur, aku menyusuri jalan menuju Gereja Katedral. Dalam perjalanan itu aku terbayang dengan "Mentari" sahabat setiaku waktu masa mudaku. Tiba tiba sesampai di Gereja, aku bertemu "MENTARI" di mataku. Mentari itu berkata kepadaku, "Kenapa kamu memikirkan aku? Aku bukan siapa-siapa untukmu!" Aku pun mengatakan, "Iya, engkau memang bukan siapa-siapa..., tapi, justru karena engkau bukan siapa-siapa, jadi aku boleh bersahabatmu, tanpa kepentingan apapun, kan?

Blas Slamet Lasmunadi Blas Slamet Lasmunadi PrPr

Mentari kelihatan gelisah, "Iya, aku tahu, engkau tidak memiliki kepentingan apapun padaku! Tapi apa pentingnya aku dalam pikiran, bahkan engkau letakkan diriku dalam hatimu?" Aku menyahut dengan terbata-bata, "Apakah aku harus berelasi denganmu hanya karena ENGKAU PENTING bagiku? Bukan soalnya PENTING atau TIDAK, tapi di balik semua itu, aku senang kita bisa BERELASI, seberapapun mutu relasi kita. Sekarang, kalau aku menempatkan engkau dalam hatiku, bukan karena engkau milikku, tapi aku merasa menjadi milikmu, Mentari!

Aku langsung menyahut, "Jadi....apa dong Mentari? Kok kata-katamu tidak diselesaikan...!! Mentari tersenyum, "Ehmm....aku yakin pasti kamu bisa menyelesaikannya sendiri...!" Aku makin penasaran, "Mentari, kenapa engkau yakin padaku...bisa menyelesaikan kalimatmu?" Mentari lagi lagi tersenyum, " Iya...aku yakin karena engkau tahu banyak hal tentang Tuhanmu dan Tuhanku....tetapi....?" Lagi-lagi Mentari mengatakan kalimatnya tanpa penyelesaian tuntas. Aku pun jadi agak gelisah, "Tetapi kenapa....? Kalimat yang tadi saja belum dijelaskan kok...sudah ada lagi...tetapi....?" Mentari mulai tertawa, “Ha ha ha ha....ternyata ya...engkau begitu cepat putus asa...kamu begitu ingin tahu segala hal...tapi tidak sabar sebentar saja untuk mengendapkan pikiranmu...!! Aku terdiam dan menunduk lesu, rasanya malas mau berbicara dengan Mentari lagi.

Mentari menatap diriku penuh perhatian dan mengajakku duduk berhadapan di bawah pohon beringin! Lalu Mentari memegang pundakku, "Maukah engkau melihat mataku?" Aku pelan pelan mengangkat kepalaku. Kupandang matanya yang berbinar ceria penuh harapan. "Mentari, aku melihat diriku di matamu!" Mentaripun menyahut, "Aku juga melihat diriku di kedua bola matamu". Kita semua sama, di hadapan Tuhan, kata Mentari, karena itu tidak patut kita saling mengandalkan, kita bicara banyak tentang Tuhan kita, tapi kita sering lupa untuk berbicara kepada-Nya, bukan?" Aku mengangguk, "Iya Mentari...terima kasih ya...engkau mengingatkan aku!" Mentari lalu menyahut, "Baiklah, mari kita berdoa, Tuhan, aku mau berkenalan dengan-Mu. Katakanlah, agar aku selalu taat pada-Mu. Amin!"

Aku bertanya-tanya, andaikan Mentari itu sungguh hadir dalam hidupku, "siapakah Mentari itu?" Tiba-tiba, "thok-thok, thok.." Romo Sinten, ada tamu.....!! Kulihat jam, "Haaah...sudah jam 8 pagi? Aku tadi terasa sudah berangkat ke Gereja, kok...baru bangun...???