body shaming perspektif t{ar ibnu ‘ashu>rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › auwalul...
TRANSCRIPT
iii
BODY SHAMING PERSPEKTIF T{A<HI>R IBNU ‘ASHU>R
(Studi Analisis Qur’an Surat Al-H{ujura<t {49}:11 Dalam Kitab At-
Tah{ri>r Wa At-Tanwīr)
Skripsi
Oleh :
AUWALUL MAKHFUDHOH
NIM E93216105
PROGAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS
USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) dalam
Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir
iv
iv
v
vi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vii
ABSTRAK
Di dalam Alquran tidak hanya membahas pedoman hubungan manusia
dengan tuhannya saja akan tetapi juga membahas hubungan antara manusia
dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Diantara
persoalan hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya yaitu tentang
akhlak, sikap, atau norma terhadap sesamanya. Berbicara tentang akhlak dalam
islam terdapat akhlak baik dan buruk yang sudah ditentukan dalam Alquran dan
sunnah Rasul. Akhlak dalam Islam terbagi menjadi dua macam yaitu akhlak
mah}mudah dan akhlak madhmumah. Sebisa mungkin menghindari akhlak
madhmumah karena dalam perbuatan tersebut bisa merugikan dan menyakiti hati
orang lain. Diantara perbuatan yang termasuk dalam akhlak madhmumah yaitu
mencela, mengolok-olok dan memanggil dengan sebutan yang tidak baik. Saat ini
marak sekali terjadi tindakan body saming pada sekitar kita, tindakan ini
merupakan tindakan mencela atau mengejek terhadap kondisi fisik sesorang yang
dianggap kurang memenuhi standart ukuran idealisme.
Dalam penulisan ini penulis menggunakan dua rumusan masalah, yaitu
Bagaimana body shaming dalam prespektif T}ahi<r Ibnu ‘A>shu>r dalam surat al-
H}}ujura>t {39}:11 dan bagaimana kontekstualisasi penafsiran T}ahi<r Ibnu ‘A>shu>r
terhadap body shaming. Penelitian ini menggunakan metode analisis konten yang
penulis mencoba mengumpulkan data-data dari berbagai sumber atau rujukan
yang berupa kitab-kitab, buku-buku, kitab tafsir, jurnal. Sedangkan dalam
mengkaji penafsiran menggunakan metode tematik konseptual, yaitu dengan
mencari ayat yang sejalan dengan tema yang akan dikaji kemudian dilakukan
pengkajian. Setelah melakukan analisis kitab karya T}ahi<r Ibnu ‘A>shu>r dengan
melihat fenomena body shaming ini, menurut analisis penulis memahami dari
tafsir ini bahwasannya T}ahi<r Ibnu ‘A>shu>r dalam menafsirkan perbuatan mencela
itu celaan yang berupa perkaaan dan ditujukan pada pemberian gelar yang buruk
saja, sedangkan dapat diketahui bahwasannya dalam celaan itu terdapat berbagai
bentuk tidak hanya berupa celaan verbal saja akan tetapi juga dapat berupa sebuah
tindakan tubuh (gerakan tubuh) seperti gerakan tangan yang dapat berujung pada
tindakan (pelecehan), gerakan mata (melirik) yang terkadang juga dapat
menimbulkan perasaan tersinggung dan gerakan-gerakan tubuh yang lain.
Harapan penulis semoga karya ini mampu menjembatani pemahaman
temen-temen ataupun masyarakat yang membaca karya tulis ini dan juga dapat
berfungsi menyelesaikan problem fenomena yang sering terjadi atau bahkan kita
tidak menyadari bahwa kita sendiri juga sering melakukannya.
Kata kunci: Body shaming, Cacian, Mengolok-olok
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iv
PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................... vi
MOTTO .................................................................................................................... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................ xiiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6
C. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
D. Tujuan ........................................................................................................... 7
E. Kegunaan Penelitian....................................................................................... 7
F. Telaah Pustaka ............................................................................................... 8
G. Metodologi Penelitian .................................................................................... 11
H. Sistematika Pembahasan ................................................................................ 15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ix
BAB II BODY SHAMING
A. Body shaming
1. Pengertian body shaming .................................................................................... 16
2. Bentuk-bentuk body shaming ............................................................................. 19
3. Dampak body shaming ....................................................................................... 20
B. Etika Hubungan Kemasyarakatan
1. Mencintai Saudara Sebagaimana Mencintai diri Sendiri .......................... 23
2. Memuliakan tamu, saudara, kerabat dan tetangga ..................................... 25
3. Berbicara yang baik ................................................................................... 26
BAB III BIOGRAFI IBNU ‘A<SHU<R DAN PENAFSIRAN
QUR’AN SURAT AL-HUJURAT {49}:11
A. Biografi T}a<hir Ibnu ‘A<shur
1. Latar belakang kehidupan ......................................................................... 34
2. Latar belakang pendidikan......................................................................... 37
3. Guru-guru dan murid Ibnu ‘A<shur ............................................................ 40
4. Karya-karya Ibnu ‘A<shur ........................................................................... 41
5. Pendapat ulama mengenai kitab tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir ................ 42
6. Tentang kitab tafsir Tah{ri<r wa at-Tanwi<r ................................................. 46
B. Penafsiran Alqur’an Surat al-H}ujura>t {49}:11 Dalam Kitab al-Tah}rir
wa al-Tanwir
1. Ayat dan terjemah ................................................................................... 51
2. Asbabun Nuzul ......................................................................................... 51
3. Makna Qur‟an Surat al-H}ujura>t {49}:11 secara leksikal ......................... 55
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
x
4. Interpretasi penafsiran Qur‟an Surat al-H}ujura>t {49}:11 dalam kitab
tafsir Tah}rir wa al-Tanwir ........................................................................ 64
BAB IV ANALISIS DAN KONTEKSTUALISASI BODY SHAMING
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
A. Analisis body shaming dalam Alqur’an Surat al-H}ujura>t {49}:11
1. Menitik beratkan pada bulliying verbal ......................................................... 73
2. Larangan mencela sebagai bentuk persaudaraan ................................... 75
B. kontekstualisasi ayat-ayat tentang body shaming
1. Menghindari tindakan bullying verbal dan non verbal ........................... 77
2. Menerapkan etika dalam berinteraksi dengan sesama di dunia nyata
maupun virtual......................................................................................... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 81
B. Saran ............................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran adalah kitab yang paling agung dan paling luas cakupannya
yang mencakup ilmu, dalil-dalil aturan dan nasihat-nasihat yang terkandung di
dalamnya. Sehingga banyak manusia yang memperoleh hidayah dan kembali
kepada jalan yang lurus sesuai dengan aqidah. Di dalamnya terdapat petunjuk
bagi siapa saja yang ingin hidup bahagia di dunia maupun diakhirat, di dalam
Alquran sudah tersusun tanggapan-tanggapan, solusi, dan aturan-aturan untuk
kehidupan manusia. Selain itu Alquran juga memiliki keistimewaan yaitu s{oh}}ih} li
kulli zaman wa makan (relevan pada suatu waktu dan tempat). Sehingga Alquran
dapat dijadikan sebagai pedoman bagi umat manusia. Dan terdapat suatu
keberuntungan dan kabar gembira bagi orang-orang yang mau mengimani
Alquran. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Alquran surat. An-Nahl
{16}:85)
يان لكل شيء وىدى ورحة وبشرى للمسلمي ون زلنا عليك الكتاب تب
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. 1
Segala aspek terkandung dalam Alquran mulai dari huruf, kosa kata,
ayat, surat, susunan redaksi, sebab turunnya suatu ayat maupun surat, proses
turunnya ayat maupun kandungan yang tersirat dalam suatu ayat. Menafsirkan
Alquran merupakan upaya untuk menjelaskan kandungan makna yang tersirat
1 Alqur’an 16:85
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
pada suatu ayat. Menafsirkan Alquran merupakan upaya untuk menjelaskan
maksud dari kandungan Alquran, bahwasannya Alquran merupakan sumber
ajaran agama Islam dan petunjuk bagi manusia.2
Di dalam Alquran tidak hanya membahas pedoman hubungan manusia
dengan tuhannya saja akan tetapi juga membahas hubungan antara manusia
dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Diantara
persoalan hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya yaitu tentang
akhlak, sikap, atau norma terhadap sesamanya.
Berbicara tentang akhlak, akhlak itu berasal dari perbuatan dalam diri
seseorang yang sudah tertanam dan menjadi suatu kepribadian dari dalam diri.
Dalam islam akhlak baik dan buruk sudah ditentukan dalam Alquran dan sunnah
Rasul (dengan meneladani sikap dan sifat terpuji Rasulullah SAW). Sebagaimana
dalam Qs. al Ahzab {33}:21.
كثريالقد كان لكم ف رسول الل أسوة حسنة لمن كان ي رجو الل والي وم الخر وذكر الل
Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah suri tauladan bagimu yaitu orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dia banyak menyebut Allah.3
Akhlak sendiri dalam Islam terbagi menjadi dua macam yaitu akhlak
mah}mudah dan akhlak madhmumah (akhlak yang tercela). Akhlak madhmumah
(akhlak yang tercela) adalah segala tindakan maupun tingkah laku manusia yang
2Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Perkembangan Metodologi Tafsir (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1992), 155. 3 Alqura>n 33:21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
bisa membawa manusia itu pada kebinasaan dan kehancuran diri. Selain itu juga
dapat merugikan orang yang berada di sekitarnya.4
Dalam bukunya Zaharuddin dan Hasanuddin Sinaga, akhlak madzmumah
dibagi menjadi dua bagian yaitu maksiat lahir dan maksiat bathin. Maksiat lahir
yaitu seperti lisan (berbicara kotor, mencaci, julit), telinga, tangan, berbuat yang
tiak baik. Sedangkan maksiat bat}in adalah marah, dengki, dongkol, hasad, irihati,
sombong.5 Seorang muslim sebisa mungkin menghindari akhlak madhmumah
(akhlak yang tercela) karena dalam perbuatan tersebut bisa merugikan dan
menyakiti hati orang lain. Mencela, mengolok-olok dan memanggil dengan
sebutan yang tidak baik misalnya, apabila hal itu dilakukan secara terus akan
berdampak tidak baik terhadap kesehatan dan mental jiwa orang yang dicela. Dan
tentu perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tidak disukai Allah SWT
sebagaimana dalam Alquran surat. Al Hujurat {39}:11 yang berbunyi.
هم را من ول نساء من نساء عسى أن ي أي ها الذين آمنوا ل يسخر ق وم من ق وم عسى أن يكونوا خي هن ول ت لمزوا أن فسكم ول ت ناب زوا بللقاب بئس السم الفسوق ب عد ال را من ناميان ومن يكن خي
ي تب فأولئك ىم الظالمون
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri
dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.6
4 Muhammad Asroruddin A, Belajar Akidah Akhlak Sebuah Ulasan Ringkas Tentang
Asas Tauhid dan Akhlak Islamiyah, cet. II, (Jakarta: CV. Budi Utama, 2019). 39 5 Ibid, 40
6 Alqura>n 39:11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Pada saat ini banyak sekali fenomena-fenomena yang sering terjadi
disekitar atau mungkin secara tidak sadar hal itu pernah terjadi pada diri sendiri
bagi orang yang pernah mengalaminya. Berbicara perihal tubuh atau fisik,
memiliki tubuh yang ideal dan proposional merupakan suatu dambaan setiap
manusia, tubuh ideal dan proposional adalah tubuh yang memiliki keseimbangan
antara berat dan tinggi. Sejak jaman dahulu perempuan dari tiap daerah memiliki
standart kecantikan masing-masing, berawal dari situ masyarakat memiliki
standart ideal dalam menilai tubuh seseorang. Adanya standart ukuran yang
ditetapkan memungkinkan seseorang membandingkan antara tubuh seseorang
dengan seseorang yang lainnya. Berawal dari membandingkan hingga secara tidak
langsung berujung pada mencela karena dirasa ada ketidak sesuaian dengan
standart yang terukur dalam dirinya.
Seringkali terdengar celaan atau ejekan-ejekan terhadap orang yang
memiliki kondisi fisik, penampilan fisik, yang dinilai cukup berbeda dengan orang
pada umumnya. Contohnya celaan atau ejekan terhadap orang yang memiliki
tubuh gemuk yang disamakan dengan hewan yang bertubuh besar seperti, gajah,
kingkong, badak, tidak hanya orang yang bertubuh gemuk saja orang yang
bertubuh kecil, berkulit hitam, bertubuh kurus seringkali terdengar ejekan-ejekan.
Mencela kekurangan fisik orang lain yang kerapkali dilakukan banyak
orang ini termasuk dalam jenis perundungan secara verbal (perundungan lewat
kata-kata). Seringkali dalam sebuah percakapan sehari-hari tidak jarang terselip
kata-kata atau candaan yang berujung pada tindakan mencela tubuh (body
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
shaming). Apabila dalam hal ini dilakukan secara intens dan terus menerus maka
dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang karena hal tersebut menjadikan
perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri, terhadap kondisi tubuhnya dan bisa
memunculkan perasaan cemas dan malu. Dan hal itu dapat mempengaruhi
kehidupan peribadi maupun kehidupan sosialnya. Kasus-kasus pencelaan fisik
atau yang dikenal dengan body shaming ini sudah ditangani langsung oleh pihak
yang berwajib, dari seluruh Indonesia sejak tahun 2018 yang lalu kasus ini terjadi
kurang lebih sekitar 347 kasus yang sudah diselesaikan pihak berwajib. Baik
melalui pendekatan korban maupun pendekatan pelaku.7 Menurut data Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sejak tahun 2011 hingga 2016 ditemukan
sekitar 235 kasus bulliying, terdiri dari 122 anak yang menjadi korban dan 131
anak yang menjadi pelaku. Pada tahun 2018 KPAI menyebutkan dari total 455
kasus pada ranah pendidikan baik berupa bulliying verbal maupun fisik.8
Di dalam Alquran dijelaskan betapa pentingnya menghargai sesama
makhluk hidup dan larangan mencela pada sesame makhluk hidup, sebagaimana
dalam Alquran surat Al-Hujurat {49}:11. Melihat fenomena yang sering terjadi
saat ini, tujuan penelitian ini yaitu untuk membahas bagaimana Alquran
menanggapi fenomena body shaming yang terjadi. Dan membahas larangan
mencela dan kontekstualisasinya terhadap fenomena body shaming yang marak
terjadi. Dalam hal ini membahas tentang ayat yang berkaitan dengan tema
kemudian mengupas ayat yang berkaitan berdasarkan pendapat mufassir T{a>hir ibn
7 Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri Rahmiaji, Memahami Pengalaman Body Shaming
Pada Remaja Perempuan, (semarang : t.p ), 5 8Https://kumparan.com/@kumparanstyle/kasus-bulliying-meningkat-pelaku-didominasi-
oleh-remaja.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
‘A<shur. Setelah mengupas penafsirannya kemudian dikontekstualisasikan dengan
fenomena body shaming yang terjadi pada kehidupan masyarakat saat ini.
Kemudian kitab yang digunakan sebagai rujukan adalah kitab At-Tah}rir Wa At-
Tanwir karya T{a>hir ibn ‘A<shur.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi
beberapa permasalahan yakni sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan body shaming ?
2. Bagaimana dampak dan cara mengatasi dampak dari body shaming ?
3. Menyajikan ayat-ayat yang berbicara tentang mencela, mengolok-olok dan
memberi gelar sebutan yang tidak baik
4. Penafsiran dan pendapat mufassir mengenai ayat-ayat yang berbicara tentang
body shaming
5. Merelevansikan penafsiran ayat dengan fenomena yang terjadi pada saat ini
6. Tanggapan dan solusi Alquran mengenai fenomena body shaming
Untuk pembatasan masalah, penelitian ini dibatasi oleh penafsirannya
T{a>hir ibn ‘A<shur.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi batasan masalah yang sudah
dipaparkan di atas, maka menghasilkan beberapa rumusan masalah yang akan
menjadi pembahasan pada penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
1. Bagaimana body shaming dalam prespektif T{a>hir ibn ‘A<shur dalam surat al-
H}}ujura>t {39}:11 ?
2. Bagaimana kontekstualisasi penafsiran terhadap body shaming ?
D. Tujuan Penlitian
Penelitian karya tulis ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui body shaming dalam prespektif Tahir Ibnu Asyur dalam surat al-
H}}ujura>t {39}:11
2. Mengetahui kontekstualisasi penafsiran T{a>hir ibn ‘A<shur terhadap body
shaming
E. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangsih untuk
penelitian-penelitian berikutnya. Adapun fungsi dan kegunaan penelitian ini ada
kegunaan secara toritis dan kegunaan secara praktis adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Secara Teoritis
Penelitian ini dapat berfungsi untuk menambah wawasan dan
khazanah keilmuwan tafsir terkait dengan pembahasan perihal fenomena body
shaming ditinjau dalam Alquran.
2. Kegunaan Secara Praktis
Sebagai pengetahuan dan wawasan tentang penafsiran Alquran yang
bisa dikontekstualisasikan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar.
Juga sebagai jembatan pemahaman bagi masyarakat terhadap Alquran,
sehingga Alquran bisa dijadikan sebagai solusi terhadap problem yang terjadi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
F. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah deskripsi singkat tentang sebuah kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti
sehingga tampak jelas bahwa karya tulis ilmiah ini bukan karya tulis yang
duplikasi dari penelitian yang sudah ada.9
Berdasarkan pengamatan, untuk karya tulis ilmiah yang membahas seperti
karya tulis ini dalam ranah Ilmu Alquran dan Tafsir belum diketemukan, akan
tetapi ada beberapa karya tulis yang membahas serupa atau setema tetapi ada
perbedaan pembahasan dalam ruang lingkupnya, yakni.
1. Bulliying Dalam Alquran (Studi Analisis Teori dan Kaidah M Quraish Shihab
serta Ibn Katsir dalam Menafsirkan Yaskhar), skripsi UIN Sunan Ampel
Surabaya tahun 2016 karya Moch. Amirudin Ashar. Penelitian ini menjelaskan
lebih tentang bulliying teori penafsiran term yaskhar menurut M. Quraish
Shihab dan Ibn Kathir. Dari pemaparan penulis menyimpulkan bahwasannya di
Alquran terdapat ayat-ayat bullying dan menurut M. Quraish Shihab serta Ibnu
Kathir masing-masing memilikipandangan yang berbeda mengenai teori dan
kaidah yang digunakan dalam menafsirkan kata yaskhar yakni jika menurut M.
Quraish Shihab menafsirkan yaskhar sebagai suatu tindakan yang menyebut
kekurangan orang lain, baik dengan ucapan, perbuatan, maupun tingkah laku
yang bertujuan untuk mengejek dan menertawakan, dalam menafsirkan M.
Quraish Shihab menggunakan teori semantik leksikal dan menggunakan kaidah
al ’ibrah bi umum al lafz la bi h}usus al as}bab pada asbabun nuzul. Sedangkan
9 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Uin Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis
Penulisan Skripsi, (Surabaya, t,p., 2014), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
menurut Ibnu Kathir dalam menafsirkan kata la yaskhar ialah mencela,
menghina dan merendahkan. Ibnu kathir menggunakan fungsi hadith sebagai
sebagai penjelas bagi Alquran yakni sebagai bayan al-Taqrir dalam
menjelaskan Alquran, selain itu ibnu kathir menggunakan kaidah-kaidah al
ibrah bi khusus al s}abab la bi umum al lafaz} pada as}bab al nuzul.
2. Penafsiran tentang ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan perilaku
Bulliying: Studi Komparatif antara Tafsir Alquran al Majid dan Tafsir al
Maraghi, Diploma Thesis UIN Sunan Gunung Djati tahun 2017 karya Julia
Yayu. Dalam penelitian penulis menggunakan metode komparasi atau biasa
dikenal dengan muqorron ini lebih mengumpulkan semua ayat yang berkaitan
dengan bulliyng kemudian dibandingkan dengan pendapat dari dua mufassir.
3. Bulliying Dalam Prespektif Al-Quran Dan Psikologi, skripsi UIN Sunan Ampel
Surabaya tahun 2018 karya Mokhammad Ainul Yaqien. Dalam penelitian ini
membahas bulliying dalam al-Quran tapi dalam pembahasannya penulis lebih
dominan membahas dalam pandangan psikologi. Dari pemaparan penulis
karya tulis ilmiah ini para mufassir memahami mengenai ayat bullying
menbagi menjadi beberapa kategori yakni bullying yang dilakukan kepada
Nabi, bullying kepada sesama manusia kemudian ancaman kepada orang yang
melakukan bullying. Orang yang melakukan bullying mereka akan
mendapatkan dampak dan merugi akibat semua perbuatannya yaitu akan
disebut menjadi orang yang muflis}. Untuk mengatasi perbuatan bullying ini
melakukan pendekatan behavior yaitu teori tentang perubahan sikap dari
proses pembelajaran pada masa lalu. Dengan pendekatan ini bullying dapat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
diatasi dan bias menjadikan datu sama lain saling memahami kekurangan yang
dialami oranglain.
4. Ujaran Kebencian Dalam Prespektif M. Quraish Shihab (Analisis Qs. Al
Hujurat Ayat 11 Dalam Tafsir Al Misbah), skripsi UIN Walisongo Semarang
2018 karya Mohammad Saiful Mujab. Dalam penelitian ini membahas tentang
konsep ujaran kebencian dalam al Quran dalam prespektif M. Quraish Shihab.
Penafsiran ujaran kebencian dalam Alquran surat Al Hujurat ayat 11 menurut
Tafsir al Misbah. Ayat ini memberi petunjuk tentang beberapa hal yang harus
dihindari untuk mencegah timbulnya pertikaian. Ujaran kebencian dalam surat
ini Allah SWT berpesan kepada hamba-hambanya dalam bersosial masyarakat
dan diperintahkan untuk menjaga ucapan agar tidak menyakiti antar sesama.
5. Menyikapi Perilaku Bulliying (Kajian Ma‟ani Al Hadist Dalam Kitab Musnad
Ahmad Bin Hambal No Indeks 1379 Melalui Pendekatan Psikologi). Skripsi
UIN sunan ampel surabaya tahun 2019. Dalam penelitian ini membahas
bagaimana menyikapi perilaku bulliying dalam tinjauan kajian ma‟ani hadist
dalam kitab musnad bin hambal melalui pendekatan psikologi. Bedasarkan
hasil penelitian hadist tentang menyikapi perilaku bullting dalam kitab musnad
Ah}mad bin H}ambal no indeks 1379 maka dapat diketahui semua
periwayatan dinilai thiqah terbukti bahwa dalam rangkaian sanad bersampai
pada setiap tingkatan. Kemudian matan hadist tidak bertentangan dengan
Alquran dan syari’at maupun hadist yang lebih sh}ah}ih}. Dan hadist riwayat
Ah}mad bin H}ambal ini memiliki kualitas hadis s}ah}ih} lid}atihi, memiliki
kualitas maqbul dan dapat dijadikan sebagai h}ujjah. Dalam prmaknaan hadis
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
tentang menyikapi perilaku bullying. Kata نصر bagi orang arab adalah lafadz
yang artinya adalah menolong z}alim itu dengan mencegah z}alim. Maka اعانة
perbuatan bullying dapat diklasifikasikan dalam perbuatan z}alim.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library
Research), dalam penelitian kepustakaan dalam pengumpulan datanya melalui
analisa buku-buku, kitab-kitab yang berhubungan dan memiliki hubungan dalam
mendukung penelitian ini.
2. Metode Penelitian
Metode merupakan alat yang dipakai untuk mengkaji rangkaian masalah
yang akan diteliti sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian yang sesuai
dengan maksud yang diinginkan. Untuk metode secara keseluruhan penulis
menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu mengambil data yang
berupa kata-kata atau teks yang kemudian dari data dan teks tersebut dianalisis
dan hasil dari analisis tersebut dapat berupa penggambaran, tema maupun
deskripsi.10
Adapun metode penelitian yang akan digunakan yaitu menggunakan
pendekatan maudhu‟i (tematik). Metode tematik yaitu metode yang berfungsi
untuk memahami makna Alquran dengan tema tertentu dengan ayat yang sesuai
10
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik Dan
Keunggulannya, (Jakarta : Grasindo, T.t), 7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
dengan tema. Dari mengungkap kejadian fakta, fenomena maupun keadaan. Lalu
dijadikan tema kajian secara proposional kemudian ditafsirkan dan kemudian
dianalisis. Metode ini menjadi trend dalam perkembangan tafsir era modern-
kontemporer dalam metode ini mengumpulkan dan memahami ayat yang terkait
dengan tema baik berkaitan secara langsung maupun tidak lalu kemudian
dibangun secara logis untuk menjadikan sebuah konsep yang utuh dan sistematis
dalam prespektif Alquran. Dalam riset tematik ada pendapat bahwasannya
Alquran itu ayatnya ibarat untaian kalung emas, yang satu rantai dengan yang
lainnya saling berkaitan. Ada ulama yang mengatakan bahwasannya Alquran itu
Alquran yufassir ba’d}uhu ba’d}an yang artinya ayat Alquran itu sebagiannya
menafsirkan sebagian yang lain. 11
Metode penelitian tematik sendiri dibagi menjadi 3 macam :
1. Tematik surat, yakni metode kajian tematik yang meneliti surat-surat tertentu.
2. Tematik term, yakni metode kajian tematik yang mengkaji term atau istilah-
istilah tertentu dalam Alquran. Contohnya tawakkal, qolb.
3. Tematik konseptual, yakni metode kajian tematik terhadap konsep-konsep
tertentu yang secara gamblang tidak terdapat dalam Alquran. Tetapi inti dari
konsep tersebut ada dalam Alquran. Contohnya difable dalam Alquran.
4. Tematik tokoh, yakni metode kajian tematik yang diteliti melalui tokoh.
Semisal ada tokoh yang mempunyai pemikiran konsep-konsep tertentu dalam
11
Dr. H. Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al Quran Dan Tafsir, (yogyakarta: Idea
Pres, 2018), 57
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Alquran. Contohnya Konsep Poligami Menurut Fahruddin Ar Razi. Konsep
Penghijauan Menurut Ibn „Asyur.12
3. Sumber Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu
terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder (sumber data pokok
dan sumber data penunjang).
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang menjadi rujukan utama yang
digunakan dalam penelitian ini. Adapun sumber data yang akan digunakan adalah
kitab tafsir karya T}ahir Ibnu ‘Asyur yang berjudul at Tafsir at Tah}r wa al
Tanwir.
b. Sumber data Skunder
Sumber data sekunder yang menjadi sumber data pendukung dalam
penelitian ini diambil dari buku-buku, artiker, jurnal, karya tafsir, yang
mempunyai andil dan berkontribusi dalam menyelesaikan penelitian ini.
1. Tafsir Al Misbah} karya Quraish S}ih}ab
2. Tafsir Fi Dhilal Alquran karya Sayyid Qut}b
3. Tafsir Al Azhar karya Prof. Hamka
4. Tafsir Al Maraghi karya Ahmad Mustafa al Maraghi
12
Ibid, 61-63
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
4. Teknik Pengumpulan Data
Terlebih dahulu ditentukan tema kemudian mencari ayat yang berkaitan
dengan tema yang akan dikaji. Lalu kemudian menelusuri penafsiran mufassir
yang akan dikaji, lalu kemudian dikontekstualisasikan dengan fenomena yang
sedang terjadi yang tidah jauh keterkaitannya dengan judul. Lalu teknik
pengumpulan data terkait penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.
Yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal yang terkait dengan tema yang
sudah ditetapkan berupa catatan, buku-buku dan lain sebagainya. Melalui metode
dokumentasi ini maka akan diperoleh data yang sesuai dengan konsep-konsep
yang akan dibahas.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisa data memakai pendekatan metode
deskriptif analisis. Penelitian yang bersifat tematik ini memaparkan data-data
yang diperoleh dari kepustakaan.13
Kemudian dalam enelitian ini
menggambarkan suatu gejala peristiwa secara sistematis, mengenai fenomena
yang terjadi. Dalam penelitian ini akan memaparkan penafsiran dari beberapa
mufassir mengenai ayat yang berhubungan dengan body shaming yang kemudian
akan dianalisis.
Penelitian ini menfokuskan pada ayat yang berkaitan dengan tema. Oleh
karena itu penelitian ini menggunakan metode tematik (Maudhu‟i) yaitu metode
13
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 274
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
yang menghimpun beberapa ayat dalam Alquran yang membahas tentang tema
yang akan dikaji.14
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini, maka
struktur penulisan disusun atas lima bab sebagai berikut :
Bab I dalam bab satu berisikan pendahuluan yang meliputi, latar
belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II dalam bab dua berisikan landasan teori yang meliputi penjelasan
tentang body shaming.
Bab III dalam bab tiga ini membahas body shaming dalam Alquran
sekaligus penafsiran ayat body shaming menurut T}ahi<r ibn ‘Ashu>r.
Bab IV bab empat ini menjelaskan dan memaparkan hasil analisa terkait
dengan penafsiran T}ahi<r ibn ‘Ashu>r. Kemudian mengkontekstualisasikan dengan
fenomena body shaming.
Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dalam hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui isi dari pembahasan secara ringkasnya dan saran
sebagai hasil dari pemikiran yang membangun untuk perbaikan kedepannya.
14
Abd Al Hayy Al Farmawi, Metode Tafsir Maudhu‟i (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996), 35-36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
BODY SHAMING
Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode maudhu‟i
(tematik). Metode tematik yaitu metode yang berfungsi untuk memahami makna
Alquran dengan tema tertentu dengan ayat yang sesuai dengan tema. Dari
mengungkap kejadian fakta, fenomena maupun keadaan, lalu dijadikan tema
kajian secara proposional kemudian ditafsirkan dan kemudian dianalisis.
Metode tematik ini menjadi trend dalam perkembangan tafsir era
modern-kontemporer dalam metode ini mengumpulkan dan memahami ayat yang
terkait dengan tema baik berkaitan secara langsung maupun tidak lalu kemudian
dibangun secara logis untuk menjadikan sebuah konsep yang utuh dan sistematis
dalam prespektif Alquran. Dalam riset tematik ada pendapat bahwasannya
Alquran itu ayatnya ibarat untaian kalung emas, yang satu rantai dengan yang
lainnya saling berkaitan. Ada ulama yang mengatakan bahwasannya Alquran itu
Alquran yufas}s}ir ba’d}uhu ba’d}an yang artinya ayat Alquran itu sebagiannya
menafsirkan sebagian yang lain. 1
A. Body Shaming
1. Pengertian Body Shaming
Body shaming terdiri dari dua kata yaitu body dan shaming. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia body memiliki makna tubuh dan kata shaming memiliki
1 Dr. H. Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al Quran Dan Tafsir (Yogyakarta: Idea
Pres, 2018), 57
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
makna mempermalukan.2 Dalam kamus psikologi body shaming adalah tindakan
mengomentari fisik atau penampilan pada diri seseorang.3 Dalam oxford dictonary
body shaming merupakan sebuah tindakan mengkritik tentang bentuk atau ukuran
tubuh seseorang yang ditujukan kepada perorangan maupun kelompok dan
dilakukan secara sengaja dalam bentuk verbal maupun fisik.4 Body shaming
adalah tindakan mencela atau menghina terhadap fisik orang lain dengan
mengomentari (bentuk tubuh maupun ukuran tubuh) yang dianggap tidak ideal.
Menurut Fredicsion Robert body shaming merupakan bentuk perilaku
mengevaluasi penampilan diri sendiri maupun orang lain .5 Menurut siti
mazdafiah, direktur Savy Amira Women Crisis Center, body shaming adalah suatu
pandangan yang diberikan oleh masyarakat berdasarkan ukuran standart tertentu.
Sehingga menyebabkan timbulnya rasa malu pada korban.6 Tindakan ini termasuk
dalam tindakan perundungan jenis verbal. Dalam tindakan perundungan sendiri
terbagi menjadi dua jenis yaitu perundungan secara fisik dan perundungan secara
verbal. Perundungan secara fisik meliputi mendorong, menyakiti, memukul dan
cenderung berhubungan dengan tindakan fisik. Sedangkan perundungan secara
2 Http://Kbbi.web.id/pusat. (Diakses 29 November 2019)
3 Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Rajawali press, 2005), 129
4 Ma, Xin, 2001, Bullying and Being Bullied to What Extend are Bullies Also Victims?,
terj. Risma jayanthi, vol 387, issue 10038, p2594, sage publication, London, pages 7.
Ni Gusti Agung Ayu Putu Risma Jayanthi dan Imade Dedy Priyanto, Tinjauan Yuridis
Terhadap Tindak Pidana Penghinaan Terhadap Citra Tubuh (Body Shaming) Menurut
Hukum Pidana Indonesia, Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum Universitas Udayana. 5 Fredrickson, B. L, & Roberts, T. A. Objectification theory: Toward Understanding
Women‟s Lived Experiences And Mental Health Risk. Psychology Women Quarterly,
21, 173-206. Sumi lestari, Bullying Or Body Shaming Young Women In Patient Body
Dysmorphic Disorder, Malang: Philanthropy Journal of Psikologi (2019), 2 6 Brigitta Anggraeni Stevany Putri, dkk. Perancangan Kampanye “Siister‟s Project”
Sebagai Upaya Pencegahan Body Shaming. Jurnal, Prodi Desain Komunikasi Visual
Universitas Kristen Petra (T.t), 2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
verbal atau yang dimaksu body shaming ini berupa cacian, celaan
mempermalukan, merendahkan, memanggil nama dengan sebutan yang tidak baik
dan mengucilkan. Dampak dari perlakuan ini sangat banyak dan cenderung pada
konotasi yang negatif hal itu dapat mempengaruhi pola pikir bahkan dapat
membuat pola pikir menjadi negatif.
Body shaming sangat erat kaitannya dengan citra tubuh, citra tubuh yaitu
pembentukan presepsi mengenai tubuh ideal menurut masyarakat, sehingga
muncul standart ukuran kecantikan yang membuat seseorang merasa minder
apabila tidak mencapai pada ukuran standart tersebut.7 Di Indonesia misalnya,
seseorang dianggap cantik apabila memiliki kulit yang bersih dan putih padahal
kulit asli orang indonesia mayoritas kuning langsat cenderung coklat. Dengan
adanya ukuran standart seperti ini seringkali perempuan yang dianggap tidak
memenuhi standart mendapat perlakuan yang kurang baik dan cenderung dibeda-
bedakan. Adanya citra tubuh sangat memungkinkan seseorang membandingkan
keadaan dirinya dengan orang lain sehingga menimbulkan perasaan malu terhadap
kondisi tubuhnya.8 Citra tubuh dipengaruhi beberapa faktor diantaranya faktor
budaya, media massa, pengalaman pribadi, sehingga ukuran atau standarisasi
kecantikan, ketampanan dan ukuran fisik yang ideal berasal dari pemaknaan yang
ditentukan oleh budaya atau lingkungan sekitar.
7 Ibid, 2
8 Damanik, T. M, Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body Shaming. Skripsi,
Progam Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata dharma. Sakinah, Ini Bukan
Lelucon: sBody Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara Mengatasinya, Jurnal Emik
Vol. 1 No.1 Desember 2018, 55
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Seringkali terdengar atau bahkan orang pada lingkungan terdekat dengan
tidak sadar sadar sering melakukannya yaitu melontarkan ejekan terhadap orang
yang mempunyai postur tubuh gemuk dengan menggunakan nama-nama hewan
yang memiliki tubuh besar seperti gajah, kerbau dan kingkong. Tidak hanya orang
gemuk saja, orang yang mempunyai tubuh kurus dan kecilpun kerap kali
dipanggil dengan sebutan yang tak semestinya seperti “kurus seperti papan” “kecil
seperti kurcaci”. Baik sadar dan tidak sadar atau hal ini dilakukan dengan
gurauan, tindakan semacam ini dapat dikategorikan sebagai tindak kekerasan
dalam bentuk verbal.9
Jadi menurut definisi beberapa pendapat ahli, kesimpulan dari definisi
tersebut adalah tindakan mencela, mengkritik, mengomentari kondisi tubuh
seseorang yang berpotensi menyebab merasa malu dan merasa tidak percaya diri
orang tersebut. Makna dari body shaming sendiri sangat luas, mengingat bentuk
penilaian terhadap kondisi tubuh bermacam-macam.
2. Bentuk bentuk body shaming
a. Fat shaming
Fat shaming ini jenis body shaming yang paling popular. Fat shaming
adalah mencela atau mengomentari negatif kepada orang-orang yang
memiliki badan gemuk atau over size (kelebihan berat badan).
b. Skinny atau Thin shaming
Skinny atau thin shaming ini kebalikan dari fat shaming tetapi memiliki
dampak negatif yang sama. Bentuk body shaming jenis ini lebih sering 9 Ibid, 56
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
mengarah pada perempuan, seperti mencela atau mengomentari negatif orang
yang memiliki badan kurus.
c. Rambut atau Tubuh
Dalam jenis body shaming ini biasanya mencela atau mengomentari
negatif orang yang memiliki rambut berlebih di tubuh seperti dilengan atau
di kaki. Dan pada umunya menganggap bahwa orang yang memiliki rambut
lebat pada beberapa bagian dianggap tidak menarik. Selain itu orang yang
memiliki rambut berbeda dengan pada umumnya seperti gimbal, kriting,
juga tidak luput dari celaan.
d. Warna kulit
Body shaming yang satu ini sangat sering sekali didengar, body
shaming terhadap warna kulit ini seering terjadi dan dilakukan terhadap
orang yang memiliki kondisi kulit terlampau putih atau cenderung gelap. 10
3. Dampak body shaming
Perhatian secara khusus pada body shaming ini perlu dilakukan, karena
perilaku tersebut mempunyai dampak yang cukup besar. Body shaming apabila
dilakukan secara intens dan terus menerus akan berdampak dan berpengaruh
pada kondisi mental seseorang, munculnya perasaan malu terhadap kondisi
atau bagian tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri merasa
ada yang kurang tau tidak pas dengan standart ideal yang ada. Dan juga
berpengaruh pada aspek kehidupan pribadi mapun sosialnya.
10
Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri Rahmiaji, Memahami Pengalaman Body Shaming
Pada Remaja Perempuan, jurnal, 2019, 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Selain itu munculnya perasaan cemas, merasa malu dan tidak percaya
diri, marah merasa harga diri rendah dan terkadang membenci terhadap diri
sendiri. Beberapa gangguan mental yang disebabkan body shaming adalah :11
a. Gangguan makan,
Gangguan makan adalah gangguan pikologis yang ditandai dengan
kebiasaan makan secara tidak teratur, serta kecemasan atau kekhawatiran
berlebih terhadap berat atau bentuk tubuh, sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi kemampuan tubuh mendapatkan gizi yang cukup.
Penyebab munculnya gangguan makanan tidak lain karena kesehatan
psikologis dan emosional, faktor gentik dan faktor lingkungan. Faktor
psikologis atau emosional dan faktor linggkungan ini sangat berpengaruh
sekali terhadap penyebab terjadinya gangguan makan. Contoh yang paling
sederhana yaitu orang akan cenderung merubah gaya hidupnya dan merubah
presepsi pada dirinya karena mendapat celaan dan komentar negatif dari
lingkungan sekitar. Ejekan yang berhubungan dengan berat badan yang tidak
semestinya yang sering terjadi ini bisa menyebab kan gangguan makan pada
seseorang. Pada sejumlah negara maju lebih dari 13% pelajar diperkirakan
melakukan diet ketat dengan berpuasa dalam kurun waktu 24 jam sehari atau
berpuasa selama berbulan-bulan untuk mengurangi berat badan, dan beberapa
lebih memilih melakukan diet dengan mengkonsumsi obat pil diet dalam
beberapa bulan untuk menurunkan berat badan.
Gejala umum dari gangguan makan adalah :
11
Ibid, 3-4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
1) Diet kronis walaupun sudah sangat kekurangan badan
2) Naik turunnya berat badan
3) Terobsesi dengan makanan, resep atau memasak akan tetapi
hasi dari makanan tersebut untuk orang lain tidak untuk
dirinya
4) Terlihat gejala depresi dan sering lesu
5) Pola makan berlebihan atau melakukan puasa terlalu ekstrem
6) Menghindari situasi social, keluarga, dan cenderung menarik
diri12
b. Gangguan obsesif konpulsif
Gangguan obsesif konpulsif adalah gangguan kecemasan yang
diatandai dengan pikiran-pikiran yang berlebihan dan dilanjutkan dengan
seebuah tindakan yang dilakukan scara berulang-ulang untuk meredakan
kecemasan yang dirasakan. Gangguan pada kecemasanyang terjadi ini
dimana pada pikiran seseorang dipenuhi dengan pendapat atau gagasan-
gagasan tertentu yang menetap dan tidak dapat terkontrol.13
c. Gangguan dismorfik tubuh.
Gangguan dismorfik tubuh adalah gangguan mental yang ditandai
dengan adanya gejala berupa rasa cemas yang berlebihan terhadap
kelemahan atau kekurangan dari penampilan fisik yang ada pada diri
12
Https://www.google.com/amp/s/Hellosehat.com/penyakit/gangguan-makan/amp/
diakses tanggal 30 Desember 2019. 13
Davidson & Naele, Psikologi Abnormal. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada). Zurun
tri ainur fadhila, “perilaku obsesiv konplusif dalam beribadah pada santri pondok
pesantren fathul hidayah pangean maduran lamongan” (Skripsi Fakultas Psikologi dan
Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), 14.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
sendiri. Dismorfik tubuh ini mirip dengan gangguan makan, akan tetapi rasa
cemas yang terjadi pada gangguan dismorfik tubuh ini lebih mengenai
bentuk tubuh, contohnya kulit keriput, kulit gelap, paha yang besar, atau
bentuk hidung yang pesek. Pikiran negative itu dapat timbul karena
penderita menganggap bentuk tubuhnya tidak ideal. Anggota tubuh yang
sering dicemaskan antara lain:
1) Wajah, misalnnya karena bentuk hidug yang kurang atau
terlalu pesek
2) Kulit yang keriput, jerawat atau bekas luka
3) Rambut misalnya, rontok atau mengalami kebotakan
4) Tungkai misalnya, ukuran paha terlalu besar atau terlalu
kecil14
B. Etika Hubungan Kemasyarakatan Dalam Islam
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa jauh dari yang namanya
berhubungan atau berinteraksi sosial. Dalam kehidupan di sekitar seringkali
terdengar kata etika, moral dan akhlak. Etika sendiri seringkali disamakan dengan
moral dan akhlak. Istilah etika, moral dan akhlak memiliki persamaan juga
memiliki perbedaan. Pada intinya ketiga istilah tersebut berhubungan erat dalam
suatu perbuatan manusia dan memiliki perbedaan makna apabila dilihat dari sudut
pandang yang berbeda. Secara bahasa etika berasal dari bahasa yunani yang
memiliki arti watak, adat atau kesusilaan. Sedangkan menurut kamus bahasa
14
Https://www.alodokter.com/gangguan-dismorfik-tubuh diakses tanggal 30 November
2019
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Indonesia etika merupakan ilmu pengetahuan tentang tata cara akhlak.15
Sedangkan pengertian etika secara istilah yaitu ilmu pengetahuan yang
menjelaskan tentang perbuatan baik buruk, dan menjelaskan apa yang seharusnya
boleh dilakukan dan yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh manusia.16
Sedangkan moral dalam istilah adalah tindakan manusia yang mengandung
nilai positif, dan manusia yang tidak bermoral atau biasa dikenal dengan amoral
adalah manusia yang tidak memiliki tindakan positif. Etika dan moral ini sangat
erat kaitannya dalam segi makna tetapi memiliki sedikit perbedaan dalam segi
penerapannya. Jika etika adalah istilah yang digunakan mengatur sebuah
perbuatan manusia dari segi konsep atau teori, maka moral ialah sebuah perilaku,
tingkah laku atau perbuatannya. 17
Dalam Islam etika dan moral sering dikenal dengan istilah akhlak, kata
akhlak sendiri berasal dari bahasa Arab akhla<q yang merupakan bentuk kata
jamak kata khulu<q yang memiliki arti perangai, kebiasaan, watak. Secara umum
akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhla>qul kari<mah dan akhla>qul maz}mumah.
Dalam Islam penerapan akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap sang
khalik (h}ablumminallah) dan akhlak terhadap makhluk (h}ablumminannas).
Sebagai seorang muslim yang baik harus memiliki akhlak yang baik pula
terhadap sesama manusia. Baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun orang
lain dalam bermasyarakat. Di dalam Alquran terdapat bagaimana ber etika
15
W. J .S.Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), 278 16
Ichwan Fauzi, Etika Muslim, (Tk, Wisdom Scince Sea Publisher, Tt), 17 17
Ibid, 18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
dengan masyarakat. Yang pertama tercermin tentang hak dan kewajiban dalam
hidup bertetangga, kedua tata cara bertamu, yang ke tiga pelaksanaan tata cara
silaturrahim, ke empat etika bermasyarakat yang tercermin dalam tata cara
bergaul yang didasarkan pada prinsip saling pengertian, saling mencintai dan
menyayangi terhadap warga masyarakat.18
Akhlak yang baik dalam masyarakat tidak hanya pada pergaulan antar
manusia secara individual akan tetapi juga ter fokus pada perilaku yang diperbuat
dalam kondisi yang berbeda-beda, bagaimana cara berperilaku sopan terhadap
orang lain. Sikap yang harus di tanam dalam diri pada setiap orang muslim
adalah sikap menghargai orang lain. Menghargai orang lain dalam hal ini bisa
terhadap keluarga, teman, dan tetangga. Hal tersebut menjadi penting untuk
dipelajari dan dierapkan karena manusia merupakan makhluk sosial yang
membutuhkan interaksi secara kompleks (suatu kesatuan), agar dalam
berinteraksi tidak terjadi adanya gesekan yang bisa menyebabkan terjadinya
problematik sosial, kekerasan, permusuhan, kesenjangan dan sebagainya. Dalam
Islam diajarkan etika dalam bermasyarakat yaitu:
1. Mencintai saudara sebagaimana mencintai diri sendiri
Dalam Islam dianjurkan sekali untuk mencintai sesama muslim
sebagaimana dalam H>>{adis :
18
Ibid, 25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
ث نا يي، عن شعبة، عن ق تادة، عن أنس رضي الل عنو، عن الن د، قال: حد ث نا مسد ب صلى حدث نا ق تادة، عن أنس عن النب صلى هللا عليو وسلم هللا عليو وسلم وع علم، قال: حد
ن حسي امل
ب لن فسو ب لخيو ما ي قال: ل ي ؤمن أحدكم، حت يDikatakan musaddad : dikatakan Yahya, dari Syua‟ib, dari Qatadah, dari Anas r.a
dari Nabi SAW dan dari husain berkata : Tidaklah termasuk beriman seseorang diantara
kalian, hingga mencintai sebagian saudara sebagaimana mencintai dirinya sendiri. (HR.
Bukhori)19
Hubungan antara cinta dan persaudaraan merupakan ikatan yang sangat
kuat, sebagai seorang muslim apabila menginginkan ridha dari Allah hendaknya
melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhai Nya. Salah satu perbuatan itu
adalah berusaha untuk melakukan perbuatan baik yaitu mencintai sesama saudara
seiman seperti mencintai diri sendiri. Persaudaraan yang tercipta dari hati nurani
yang berdasarkan keimanan merupakan persaudaraan yang suci, bisa dikatakan
bahwa persaudaraan yang didasarkan lillahita‟ala ialah persaudaaan yang akan
kekal imannya kepada Allah.
2. Memuliakan tamu, saudara, kerabat, tetangga
Memuliakan tamu dan tetangga hal yang harus dilakukan dan
diperhatikan dalam memuliakan tamu adalah memberikan sambutan yang baik,
apabila tamu bermaksud untuk meminta pertolongan maka hendaknya diberi
pertolongan, apabila tamu membutuhkan sesuatu maka berilah bantuan sesuai
dengan kemampuan. Sama halnya kepada tetangga apabila meminta pertolongan
hendaklah diberi pertolongan dan apabila membutuhkan sesuatu 'hendaklah
19
Soh}i>h} Bukhori, ‚mencintai saudara dan diri sendiri sebagian dari iman‛ (Maktabah
Sya>milah, ver 3).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
membantu sesuai kemampuan. Anjuran berbuat baik terhadap tetangga
sebagaimana dalam H{adis} Nabi.
د، عن أبيو، عن ا ث نا عمر بن مم ث نا يزيد بن زريع، حد هال، حد د بن من ث نا مم بن عمر رضي حد ع هما، قال: قال رسول الل صلى هللا عليو وسلم: ما زال جبيل يوصين بلار، حت الل ظن نت أنو ن
سي ورثو Dikatakan Muhammad ibn Minh{a<l, dikatakan Yazid bin Zurai‟, dikatakan
umar bin muhammad, dari ayahnya, dari ibnu „umar r.a berkata: rasulullah saw
bersabda “malaikat jibril senantiasa memberiwasiat kepadaku (untuk menajaga)
tetangga hingga aku menyangka bahwa dia (malaikat jibril) akan mewarisinya.
3. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang muda
Di indonesia keramahan dan sopan santun sudah menjadi budaya, dalam
Islam pun dianjurkan untuk senantiasa menghormati orang yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda sebagaimana dalam h{adis{ Rasulullah SAW.
ث نا الميدي قال: ثنا سفي ع حد يح، قال: أخب رن عب يد الل بن عامر، أنو س ان، قال: ثنا ابن أب نليس منا من ي رحم صغرين، لى هللا عليو وسلم: عبد الل بن عمرو، ي قول: قال رسول الل ص
كبرين وي عرف حق Dikatakan H}umaidi: Sufyan berkata: dari Ibnu Abi Najih} berkata : dikabarkan
Ubaidullah bin Umar, sesungguhnya mendengar abdullah bin umar dia berkata:
Rasulullah SAW berkata: Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang
lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua (HR.Tirmidzi) 20
Dalam hadist ini dijelaskan bahwasannya wajib menyayangi antar sesama
muslim dan h{adis ini menjelaskan tentang adab sopan santun ketika bergaul
dengan orang yang lebih tua ataupun lebih muda dan masing-masing memiliki
hak sendiri dalam memperlakukannya. Terhadap orang yang lebih tua hendaknya
20
Musnad H>{amidi, H{adi>st Amr bin As, ( Makhtabah syamilah, ver.3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
memuliakan dan menghormati dan terhadap orang yang lebih muda hendaknya
menyayangi dan bersikap lemah lembut.21
4. Berbicara yang baik atau lebih baik diam
Sebagai seorang muslim hendaknya bisa menjaga setiap kata yang keluar
dari mulut. Karena setiap kata yang diucapkan kelak akan dimintai pertanggung
jawaban di hari akhir. Didalam Alquran terdapat kata al-Qaul (perkataan) dan
dalam berkata atau berbicara terdapat prinsip-prinsip yakni:22
1. Qaulan kari>>man (ucapan yang mulia)
Qaulan kari>man adalah perkataan yang mulia dibarengi denga
perasaan menghargai, enak untuk didengar, lemah lembut, dan bertatakrama.
Di dalam Alquran tertera anjuran mengucap dengan ucapan yang baik
sebagaimana dalam Alquran surat al-Isra {17} : 23.
لغن عندك الكب ر أحدها أو كله وقضى ربك ا ي ب ه وبلوالدين إحسان إم ا فل ت قل أل ت عبدوا إل إيهرها وقل لما ق ول كرناميا ﴾23﴿ لما أف ول ت ن
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.23
Sebagai seorang muslim hendaknya berkata dengan perkataan yang baikdan
mulia, sebisa mungkin dapat menghindari perkataan yang tidak baik yang dapat
22
Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),
186 23
Alqura>n 17:23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
menyakiti perasaan orang lain. Ada pepatah yang mengatakan “memang lidah tak
bertulang, namun bisa lebih tajam dari sembilu”. Orang bisa sembuh dari luka
pedang namun ketika dilukai dengan lidah maka sakitnya akan terbawa terus sampai
mati. Alangkah baiknya lebih berhati-hati dalam berkata bergurau dan bercakap.
2. Qaulan ma’ru>fa (berkata dengan baik)
Anjuran berkata dengan baik sudah semestinya harus dilakukan
sebagaimana dalam Alquran dan hadist. Sebagai seorang muslim hendaknya
mengucap suatu ucapan yang baik yang mengandung nasihat dan
menyejukkan hati bagi pendengarnya.24
Sebagaimana dalam Alquran yang
mnyinggung aturan dalam berkata yang baik dalam Alquran surat al-Baqarah
{3}:256 :
وىن أو ت فرضوا لن فريضة ومتعوىن ع لى الموسع قدره ل جناح عليكم إن طلقتم النساء ما تسا على ﴾256﴿ المحسني وعلى المقت قدره متاعا بلمعروف حق
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun.25
Jangan biarkan lisan yang diberikan Allah SWT ini menjadi lisan yang
suka menjelek-jelekkan orang lain. Hindari kata yang merujuk pada tindakan
mengkritik, mencari kesalahan orang lain, menfitnah, menghasut. Karena
sesungguhnya hal itu merupakan suatu perbuatan yang hina.
24
Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),
172 25
Alqura>n 3:256
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Prinsip dari qaulan ma’ri>fa adalah berkata dengan perkataan yang
baik, tidak mengandung sindiran adalah berkata dengan perkataan yang baik,
tidak mengandung sindiran, tidak menyinggung dan menyakti orang lain.
3. Qaulan syadi<dan (perkataan lurus dan benar)
Berkata jujur dan benar merupakan anjuran bagi setiap muslim.
Karena sekali berdusta maka akan memicu kedustaan lainnya untuk menutupi
dusta-dusta yang sebelumnya.26
Menyampaikan sesuatu yang benar sangat
dianjurkan sebagaimana dalam Alquran surat an Nisa {5}: 9 :
﴾9﴿ ق ول سديدا وليخش الذين لو ت ركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم ف لي ت قوا الل ولي قولوا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.27
Dalam menyampaikan sesuatu yang benar merupakan suatu keharusan
karena dengan begitu akan meminimalisir kesalah fahaman yang terjadi.
Allah SWT memerintahkan manusia untuk senantiasa bertakwa dan dibarengi
dengan berkata yang baik dan benar. Karena apapun yang kita bicarakan
kelak akan dipertanggung jawabkan di hari Akhir berkatalah yang benar
walau pahit adanya.
26
Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),
284 27
Alqura>n 5:9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
4. Qaulan baligha (perkataan yang komunikatif)
Sebagai seorang yang bijak hendaknya bisa melihat kondisi dan
situasi dalam menyampaikan kata-kata. Agar komunikasi tepat sasaran
makagaya berbicara hendaknya disesuaikan dengan bahasa yang digunakan
seseorang yang diajak komunikasi. Contohnya saja ketika berbicara dengan
anak-anak maka bahasa yang disampaikan hendaknya sesuai dengan
pemahamannya. Di dalam Alquran sendiri ada anjuran untuk berbicara
dengan perkataan yang komunikatif terdapat dalam Alquran surat an Nisa
{4}:63
هم وعظهم وقل لم ف أن فسهم ق ول ما ف ق لوبم فأعرض عن ﴾63﴿ بليغاأولئك الذين ي علم الل
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.28
5. Qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut)
Berbicara dengan perkataan yang lembut, tidak mengeraskan suara,
tidak membentak, tidak meninggikan suara merupakan suatu anjuran.
Siapapun tidak suka apabila mlihat orang yang berututur kata kasar.29
Anjuran itu sesuai dalam Alquran surat Taha {20}:44 :
ر أو يشى ﴾44﴿ ف قول لو ق ول لينا لعلو ي تذك
28
Alqura>n 4:63 29
Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),
178
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut" 30
Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa qaulan layyinan
adalah berbicara dengan lemah lembut, dengan suara yang enak didengar dan
pnuh dengan keramahan tidak membentak atau meninggikan suara.
5. Qaulan Adzima
Zaman semakin modern banyak sekali dijumpai kerusakan akhlak yang
merajalela. Diantara bagian dari kerusakan akhlak tersebut ialah seringnya
dijumpai mencela dan mencaci orang lain, baik orang yang muda maupun
orang yang lebih tua. Terhadap orang muda maupun yang lebih tua
hendaknya lebih bersikap sopan dan santun. Semua hal itu seakan-akan
tergerus oleh zaman yang sikap sopan santun yang harusnya diterapkan kian
lama kian memudar. Mencela atau mengolok hal tersebut termasuk dalam
jenis perkataan qaulan adzima. Hal ini sudah jelas dilarang sebagaimana
dalam surat al-Isra‟ {17}:40-41 :
ولقد صرف نا ف ﴾44﴿بلبني واتذ من الملئكة إنث إنكم لت قولون ق ول عظيماأفأصفاكم ربكم روا وما يزيدىم إل ن فورا ﴾41﴿ىذا القرآن ليذك
Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia
sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu
benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya). Dan sesungguhnya dalam Al
Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat.
Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran).31
30
Alqura>n 20:44 31
Alquran dan Terjemah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
Bias jadi orang yang dicela lebih baik daripada orang yang mencela karena
orang yang mencela tersebut lalai akan nikmat Allah yang berupa taufik atas
ketaatanNya. Larangan itu sebagaimana tertera dalam surat al-Hujurat {49}:11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
BIOGRAFI T{A<HIR IBNU ‘A<SHU <R DAN PENAFSIRAN QUR’AN
SURAT AL-H{UJURAT {49}:11
A. Biografi T{a>hir Ibnu ‘A<shur
1. Latar belakang kehidupan
Nama lengkap dari Ibnu ‘A<shur adalah Muhammad Al T{a>hir Bin
Muh}ammad Bin Muh}ammad Al T{a>hir Bin Muh}ammad Bin Muh}ammad Shadili
Bin Abd al-Qadir Bin Muh}ammad Bin ‘A<shur, yang lahir pada tahun 1879 M
bertepatan pada bukan september 1879 M. Ibnu ‘A<shur lahir di pinggiran ibu
kota Tunisia bagian utara di kota Mousha tepatnya di desa Marsi. Ibnu ‘A<shur
lahir dari kalangan keluarga terhormat yang berasal dari Andalusia. Keturunan
keluarga ashur merupakan keluarga yang terkenal di Tunisia karena memiliki
posisi jabatan di pemerintahan. Ibnu ‘A<shur tumbuh dan berkembang dari
keluarga yang cinta akan ilmu pengetahuan. Ayahnya bernama Muh{ammad Bin
Muh{ammad Al T{ahir dan ibunya bernama Fatimah Binti Muh{ammad Al ‘A<ziz.1
Kakek yang berasal dari ibunya bernama Muhammad Al ‘A<ziz seorang
perdana mentri sedangkan kakek yang berasal dari ayahnya bernama Muh}ammad
Al T{a>hir adalah seorang ulama dalam bidang studi islam juga dikenal sebagai
seorang ulama ahli ilmu sastra dan ilmu nahwu selain itu juga dikenal sebagai
1 Abdul Qadir Muhammad Salih, al-Tafsir wa al-Mufassirun fi al-Asr al-Hadist: „Arad
wa Dirasah Mufasilah li Ahammi Kutub at-Tafsir al Ma‟ashir, (Beirut: Dar al Ma‟rifah,
t.t). 109
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
mudarris, naqib al asraf dan anggota dari majlis al Kabir. Keluarga Ibnu ‘A<shu>r
mempunyai akar kuat dalam ilmu dan nasab, bahkan keluarga Ibnu ‘A<shur
membangsakan dengan ahlul bait nabi Muh}ammad SAW.2
Sejak usia enam tahun Ibnu ‘A<shur sudah memulai belajar Alquran baik
tajwid, qira’at maupun hafalan. Selain itu Ibnu ‘A<shur juga mempelajari dan
menghafal matan jurumiyah dan belajar bahasa prancis kepada Al Sayyid Ah{mad
bin Wannas Al Mah{mudi. Ketika mulai menginjak usia 14 tahun sekitar tahun
1893 M atau 1314 H, Ibnu ‘A<shur mulai menuntut ilmu di Universitas Zaitunah.
Universitas ini merupakan sebuah bangunan masjid yang juga digunakan sebagai
pusat keagamaan dan juga digunakan sebagai pusat pendidikan, informasi, dan
tempat penyebaran ilmu pengetahuan.3
Dalam semasa hidupnya Ibnu ‘A<shur banyak mendapatkan prestasi dan
jabatan, baik dalam bidang agama maupun dalam dunia perkantoran. prestasi dan
jabatan itu diantaranya :
a. Anggota majlis Idarah al-Jam’iyah al-H{alduniyah pada tahun 1323 H atau
1905 M.
b. Guru di Universitas Zaitunah dan Madrasah S{adiqiyyah tahun 1900-1932 M
c. Anggota Lajnah al-Mukhtalifah bagian pengelolaan buku dan naskah-naskah
di Maktabah al-S{adiqiyyah tahun 1323 H atau 1905 M.
2 Ma‟ani Abdul Halim, Kajian Tafsir Komprhensif Metode Ahli Tafsir, terj. Faisa saleh
syahdianur, (Jakarta. PT. Karya Grafindo, 2006), 33 3 Ibnu ‘A<shur, Kash al-Mughti min Ma’ani wa al-Faz al-Waqiah fi al-Muwat}a’ (kairo:
dar al salam 2006), 12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
d. Delegasi dari negara Tunisia dalam penelitian ilmiah tahun 1326 H atau
1908 M.
e. Anggota majlis reformasi pendidikan II di Jami’ Zaitunah tahun 1328 H atau
1910 M.
f. Ketua Lajnah Fahrasah di Maktabah al-Shadiqiyah tahun 1328 H atau 1910
M.
g. Anggota majelis tinggi wakaf tahun 1328 H atau 1911 M.
h. Hakim mazhab malik majlis Shar’i tahun 1913 M – 1923 M.
i. Anggota Mah{kamah al-Aqariah tahun 1328 atau 1911 M.
j. Mufti maliki tahun 1341 H atau 1923 M.
k. Anggota majlis reformasi IV tahun 1348 atau 1930 M.
l. Sheikh al Islam Madzhab Maliki tahun 1351 H atau 1932 M.
m. Anggota majlis reformasi III tahun 1342 H atau 1924 M.
n. Ketua al-S{ura tahun 1346 H atau 1930 M.
o. Mendapatkan gelar Shaikh di Universitas Zaitunah tahun 1364 H atau 1945
M.4
Harapan dan cita-cita keluarga Ibnu ‘A<shu>r akhirnya terwujud setelah
menyelesaika pendidikan di Universitas Zaitu>niyyah, mengabdi dan
mendapatkan jabatan pada berbagai bidang keagamaan, kegiatan yang dilakukan
Ibnu ‘A<sh{u>r tidak semata-mata untuk kebutuhan material akan tetapi didasari
sebuah amanah dalam menjalankan setiap misinya.
4 Muhammad al-Tahir Ibnu „A<shur, Syarh al-Muqaddimah al-Adhabiyah li al-Marzuq<y
‘ala Diwa<ni al-Amasa<h. (Riyadh: Maktabah Da<r al-Tu<nisiyyah, T.t) , 16-17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Ibnu ‘A<sh{u>r kemudian menikah dengan wanita yang bernama Fatimah
binti Muh{ammad bin Must}afa Muh{sin, sama halnya dengan keluarga Ibnu ‘A<sh{ur
keluarga Muh{sin ini juga terkenal dengan keilmuan dan kepemimpinannya. Dari
pernikahannya dengan Fatimah, Ibnu ‘A<sh{ur dikaruniai lima putra yakni dua
perempuan dan tiga laki-laki :
a. S{afiyah yang menikah dengan al S{a>z{ili al-As}r>af.
b. Ummi Hani’ yang menikah dengan Ah{mad bin Muh{ammad bin Bas{ir bin al-
H{uja’
c. Zain al-Abidin yang menikah dengan Fatimah binti S{alih{ al-Din bin al-
Munsif Bay.
d. Abd al-Malik yang menikah dengan Rad}iyah binti Muh}}ammad al-Aziz.
e. Muh{ammad al-Fad{l yang menikah dengan S{a>bih binti Muh{ammad al-‘Aziz.5
Ibnu ‘A<shur menghabiskan separuh hidupnya untuk mengamalkan ilmu
dan berjuang untuk negaranya. Setelah itu Ibnu ‘A<shu>r wafat pada usia 94 tahun
bertepatan pada hari Ah{ad 13 rajab 1939 H atau 12 oktober 1973 M. Ibnu ‘A<shur
wafat sebelum sholat maghrib dan sebelumnya beliau sudah merasakan sakit
ringan pada saat melaksanakan sholat ashar.6
2. Latar belakang pendidikan Ibnu ‘A<shu>r
Seperti manusia pada umunya Ibnu ‘A<shu>r mendapatkan pendidikan
pertama dari kedua orang tuanya, juga anggota keluarganya. Beliau juga banyak
5 Ibid, 15
6 Ibid, 11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
mendapatkan ilmu dari kakeknya yaitu Muh{ammad al-‘A<ziz bin Bu’atur. Ibnu
‘A<shur belajar membaca al quran dan menghafal di rumah keluarganya yang
kemudian menyetorkan hafalannya kepada Muh{ammad al-Khayyari beretmpat di
masjid Sayyid H{a>did yang tepat berada di samping rumahnya. Selain itu ibnu
ashur juga menghafal kitab-kitab matan seperti matan Ibnu ‘A<shir al-Jurumiyah
dan kitab syarah seperti al Syaikh Khalid al-Azhariy ‘ala al-Jurumiyah.7
Kemudian Ibnu ‘A<shur melanjutkan pendidikan di Universitas Zaituniyyah
pada tahun 1310 H atau 1893 M tepat berusia 14 tahun. Berkat didikan kedua
orang tuanya dan guru-gurunya menjadikan Ibnu ‘A<shur haus dan cinta akan ilmu
pengetahuan, ketika proses belajar mengajar Ibnu ‘A<syur tidak hanya sekedar
bertatap muka saja akan tetapi juga memberikan saran dan kritikan yang baik. 8
Begitu mahir dan jeniusnya dalam semua disiplin ilmu pengetahuan dan ilmu
keislaman. sehingga mendapatkan prestasi belajar di atas rata-rata sampai akhir
masa pendidikannya di Universitas Zaituniyah.9 Diantara macam-macam kitab
yang dipelajari Ibnu ‘A<shur ketika mengenyam pendidikan di Universitas
Zaituniyah yaitu:
a. Ilmu Balaghah (Sharah Risalah al-Samarqandiy, karya al-Damanuriy al-
Takhlis} dengan Syarah al Muwat}awal karya al-Sa’d al-Taftanzani.
7 Ibid, 11
8 Balqasim al-Ghally, Syaikh al-Jami’ al-A’zam Muh{ammad T{a<hir Ibn ‘A<shur H{aya<tuhu<
wa As{aruhu (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1996), 68 9 Ma‟ani Abdul Halim, Kajian Tafsir Komprhensif Metode Ahli Tafsir, terj. Faisa Saleh
Syahdianur, (Jakarta. PT. Karya Grafindo, 2006), 313
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
b. Ilmu Nah}wu (Al-Fiyyah Ibnu Malik beserta kitab-kitab syarahnya seperti
tudih karya Syeikh Kha>lid Al-Azhariy, Sharah al-Mukawwady al-Asepuriy,
Mughni La>bib karangan Ibnu Hisham, Tuh{fah al-Gha>rib yang merupakan
syarah dari Mugni Labib.
c. Al-Lughah (al-Mazhar Li al-Suyutiy).
d. Ilmu Fiqih (Syarah al-H{atab ‘ala Waraqat Imam al-H{aramain.
e. Al-H{adis (S{ah{ih al-Bukhari, muslim kitab sunan dan Sharah Gharamiy
Sahih).
f. Ilmu Mantiq (al-Salam Fi al-Mantiq li Abd ar-Rah}man Muh}ammad al-
S}aghir.
g. Ilmu Kalam (al-Wust}a ‘ala ‘Aqaid al-Nasafiyyah.
h. Ilmu Faraid (kitab al-Durrah).
i. Ilmu Tarikh (al-Muqaddimah ).10
Ilmu yang diperoleh dari Universitas Azzaitun membentuk kepribadian
dan keintelektualannya yang sangat tinggi. Selain itu dari perhatian dari ayah
dan kakeknya memberi pengaruh yang cukup besar pada kepribadiannya sehingga
memiliki akhlak yang mulia dan Ibnu ‘A<shu>r dikenal dengan ulama yang
bersahaja di Tunisia.
10
Balqasim al-Ghally, Syaikh al-Jami’ al-A’zam Muh{ammad T{a<hir Ibn ‘A<shur H{aya<tuhu< wa As{aruhu (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1996), 37
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
3. Guru-guru dan murid Ibnu ‘A<shu>r
Selain kedua orang tua dan kakeknya dapat diketahui ibnu asyur juga
memperoleh ilmu dari beberapa guru dan ulama. Diantara nama nama guru ibnu
asyur yaitu :
a. Syaikh Muh{ammad al-S{alih{ (al-Azhariyyah, al-Qatr al-Mukawady, al-Sulam
al-Aqaid al-Nasafiyyah.
b. Syaikh Muh}ammad al-Dari’iy (sebagaimana yang diajarkan oleh Muh{ammad
al-Nah{aliy) .
c. Syaikh Muh}ammad al-Khaliy (al-Qatr al-Muwakardiy).
d. Syaikh Umar Ibnu ‘A<syar (Lamiyyah al-Af’al, T{ufah al-Ghariby)
e. Kakeknya Syeikh Muh}ammad al-Azi Bu’batur ( yang mengenalkan induk-
induk kitab, selain itu menuliskan kumpulan majmu’ yang dituliskan sendiri
dengan tangannya berisikan tata krama, etika dan mutiara hikmah yang
cantik dan baik yang berupa prosa dan bait-bait.
f. Kedua orang tuanya yaitu Muh{ammad Ibnu ‘A<shur dan Fatimah.
Adapun murid-murid yang berguru pada Ibnu ‘A<shu>r, jika
dikumulasikan banyak sekali yang menjadi murid ibnu ashur mengingat posisinya
sebagai Syeikh di Universitas Azzaitun. Tetapi ada 4 murid yang terkenal
diantaranya adalah:
a. Syeikh Abd al-Humaid bin Idris
b. Syaikh al-Fa<dil Muh}ammad al-Syadhili al-Naisafuri
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
c. Syaikh Muh}ammad al Fadl Ibnu ‘A<shur yakni putra Ibnu ‘A<shur sendiri
d. Syaikh doktor Muh}ammad al-H{abib bin al-Kajjah dan al-Naifur dan al Naifur
ini menjadi rektor di Universitas Zaituniyyah.
4. Karya – karya Ibnu ‘A<shur
Karya-karya tulis Ibnu ‘A<shur cukup banyak karena Ibnu ‘A<syur sendiri
termasuk orang yang cukup produktif dalam membuat karya tulis. Karya tulis
Ibnu ‘A<shur juga mencakup berbagai macam disiplin keilmuan, bebrapa
karyanya yaitu:
a. Karya-karya Ibnu ‘A<shur dalam bidang ilmu keislaman diantaranya:
1) Al-Tah{rir wa al-Tanwir
2) Maqasid as-Syar’iyyah
3) Us}ul dan Nid}am
4) ‘Alaisa as Subkhi
5) Al-Waqfu wa Atharuhu fi Islam
6) Kas}fu al-Mughta mina-ma’ani wa al-Fadhil Waqi’ah fil Muwatha’
7) Qis}ah al_Maulid
8) H}ausi ‘ala Tanqih Lishaba<bu ad-Di<nil Qo<rry
9) Fatawa Wa Rasa<il Fiqhiyyah
10) At-Tawa<dhuttash}ih} di Us}ul Fiqhi
b. Karya-karya ibnu asyur dalam bidang bahasa dan sastra
1) Sharah Qa>sidul Aqsa
2) Usul al-Insya’ Khit}a>bah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
3) Tah}qiq Diwa>n Bisyar
4) Al-Wud{uh fi Musykilah al-Mutnaba
5) Syarah Diwa>ni al-Himas}ali Abi Tamam
6) Diwani Natighah al-Dhahabi
7) Terjemah li Abi ‘Alam
c. Karya ibnu asyur yang berupa karya tulis ilmiah
1) As-Sa’dah al-Udhma
2) Al-Majalah az-Zaituniyah
3) Huda> al-Islam
4) Mis}ba>h as-Shirq
5) Nur al-Islam
6) Majalah al-Manar
7) Majalah al-Hida>yah al-Isla>miyah
8) Majalah al-Majma’ al-Lugha>h al-Arabiyah
9) Majalah al Majma’ al-Ilmi bin Damaskus
5. Pendapat ulama mengenai kitab tafsir Tah}rir wa at-Tanwir karya Tahir Ibnu
‘A<shur
Keistimewaan kitab tafsir ini terletak pada pengantar yang memaparkan
wawasan umum tentang dasar-dasar penafsiran, dan bagaimana penafsir
berinteraksi dengan makna, kosa kata struktur dan sistematika Alquran. Dalam
penulisan pengantar ini dibuat dengan bahasa yang medah difahami dan renyah
walaupun dalam beberapa bagian menggunakan bahasa lama. Dan metode yang
dipilihpun menggunakan metode moderat. Menurut Gamma al-Banna dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
bukunya Evolusi Tafsir pada bagian pengantar dalam tafsir ini merupakan bagian
yang terbaik, posisi penting pengantar seperti pengganti tafsir itu sendiri. 11
Dalam kitab ini terdapat beberapa pengantar diantaranya, pengantar
yang pertama berbicara tentang tafsir dan takwil sebagai ilmu dengan berbagai
bentuk toleransi. Menurut Ibnu ‘Ash{u<r menegaskan bahwa tafsir merupakan ilmu
Islam yang pertama. Dalam kitabnya terdapat penjelasan bahwasannya orang
yang melakukan kodifikasi tafsir pertama ialah Abdul Malik ibn Juraij (80-149
H).
Pengantar kedua berbicara tentang referensi ilmu tafsir. Perangkat
materi yang sangat penting dalam hal ini adalah bahasa Arab yang terdiri dari
ilmu Sharaf (morfologi), ilmu Nahwu (gramatika), ilmu Ma’ani, ilmu badi’ dan
lainnya. Ibnu ‘Ash{u>r menggunakan syair-syair Arab untuk mengenalkan kosa
kata Arab. Ibnu ‘Ash{u>r juga menggunakan pendekatan salaf untuk
mementingkan sisi nukilan, dan mementingkan ilmu fikih yang merupakan
cabang ilmu Tafsir dan sedikit banyaknya bergantung pada ilmu Tafsir.
Pengantar ketiga berbicara tentang keabsahan tafsir tanpa nukilan
(ma’stur) dan tafsir berdasarkan nalar (bi ar-ra’yi ). Ibnu ‘Ash{u>r menghindari
tafsir dengan menggunakan akal yang pernah dilarang Nabi. Dalam pandangan
Ibnu ‘Ash}u>r gagasan tercela yang dimaksud ialah ketika gagasan itu bersifat ide
tanpa dilandasi oleh argumen bahasa Arab yang valid, yang hanya
berkecenderungan madzhab saja. 12
11
Gama Al-Banna, Evolusi Tafsir (Jakarta : Qishti Press, 2004), 130 12
Ibid, 134
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
Pengantar keempat dijelakan bahwa Allah menurunkan Alquran
untuk kemaslahatan umat manusia secara universal baik pada individu
maupun sosial. Dan seorang penafsir harus mengetahui unsur-unsur
pembentuk perubahan. Unsur-unsur pembentuk perubahan diantaranya
keyakinan, reformasi, etika, reformasi legislasi hukum, reformasi politik
penyelenggaraan umat. Pada pengantar empat ini juga diterangkan hubungan
antara Alqu’an dengan ilmu pengetahuan. 13
Pada pengantar ke lima, berbicara tentang konteks turunnya ayat
(Asbabun Nuzu<l). Dalam pembahasan penganta ini Ibnu ‘Ash{u<r mengkritik
para mufassir yang suka menggunakan bahasan tentang konteks turunnya
ayat. 14
Pada pengantar ke enam, pada pengantar ke enam ini
menerangkan bahwasannya bacaan itu mengandung dua implikasi yaitu
bacaan yang sama sekali tidak terkait dengan soal pemaknaan Alquran seperti
cara pembacaan huruf, harakat, kadar ma>d, penekanan bacaan, melembutkan
bacaan, dan lain sebagainya. Kedua bacaan yang terkait dengan pemaknaan
daribeberapa sisi seperti, mencakup perbedaan dalam soal membaca huruf
dalam satu kalimat seperti kalimat ma>liki yaumi ad-di<n (dengan bacaan
panjang diawal) dan ma>liki yaumi ad-di<n (dengan bacaan pendek di awal).
Disini Ibnu ‘Ash{u>r tidak menjelaskan penyelesaian permasalahan perbedaan
13
Ibid., 135 14
Ibid., 136
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
makna, tetapi Ibnu ‘Ash{u>r menekankan bahwasannya semua itu merupakan
keinginan Allah agar terciptanya kekayaan makna. 15
Pada pengantar ke tujuh berbicara tentang kisah-kisah Alquran.
Yang dalam kitab ini diterangkan bahwasannya Alquran tidak memuat kisah-
kisah tidak lain untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai
bahan ajaran dan petunjuk. Ibnu ‘Ash{u>r menuliskan makna global dari kisah-
kisah itu, menurutnya hal itu berfungsi bagi kaum muslim untuk menguasai
wawasan global tentang dunia. 16
Pada pengantar kedelapan membahas tenang nama jumlah, ayat,
surah, susunan, dan nama-nama Alquran. Dalam hal ini berbicara tentang
makna Alquran, al-Furqa>n, al-Kita>b, dan al-Wahy. Dan dalam hal ini juga
dibahas bagaimana pembatas ayat mngindikasikan sebagai akhir dari sebuah
ayat. Ayat yang paling panjang alam Alquran adalah dalam surah al-Fath}
ayat ke 25 dan dalam surah al-Baqarah dalam ayat 102. Tetapi point
terpenting dari pengantardelapan ini adalah soal susunan atau runtutan ayat.
Ibnu ‘Ash{u>r mengatakan bahwa hal itu sudah ditentukan oleh Nabi langsung
sesuai dengan turunnya wahyu.
Pada pengantar ke sembilan, Ibnu ‘Ash{u>r membahas tentang
makna-makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat Alquran. Disini
ditegaskan bahwa hal itu menyangkut bagian antara struktur kalimat, akna
dan beberapa persoalan bahasa.
15
Ibid, 137
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
Pengantar kesepuluh terkait dengan persoalan kemukjizatan
Alquran yang memang dikenal dapat merebut perhatian pembaca.
Kemukjizatan ini merupakan dasar Universal bahwa Alquran merupakan
mukjizat Islam. Ibnu ‘Ash{u>r menulis perihal kemukjizatan Alquran ini
tentang betapa istimewanya dalam struktur kalimatnya. Dan Ibnu ‘Ash{u>r
tidak terikat pada suatu gaya bahasa saja, akan tetapi menggunakan dialek
berbeda dalam satu surah. 17
6. Tentang kitab tafsir Tah}rir wa at-Tanwir
a. Latar belakang penulisan kitab
Di dalam kitab tafsir Tah}rir wa at-Tanwir terdapat kata pengantar
yang ditulis sendiri oleh Ibnu ‘A<shur. Dalam kata pengantar tafsir ini
berisikan penjelasan mengenai apa motivasi Ibnu ‘A<shur dalam menuliskan
kitab tafsir ini dan penjelasan persoalan masalah yang ada di dalam tafsir
tersebut serta asal mula diberikannya nama pada kitab tafsirnya itu. Judul
asli dari kitabnya adalah Tafsir al-Tahir al-Ma’na al-S}adiq wa al-Tanwir al-
Aql min Tafsir al-Kitab al-Ma>jid yang memiliki arti ‚Pembebasan makna
yang kuat dan pencerahan nalar baru terhadap kitab Alquran yang agung‛.
Latar belakang penulisan tafsir ini adalah sebuah keinginan besar Ibnu
‘A<shur yang sudah sejak lama, yang di dalam kitabnya mencakup
kemaslahatan dunia dan agama yang mengandung sisi kebenaran yang kuat,
dan mencakup ilmu-ilmu secara komprhensif serta mengungkap sisi
17
Ibid., 138
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
kebahasaan Alquran. Selain itu Ibnu ‘A<shur menjelaskan akhlak-akhlak baik
yang terkandung dalam Alquran.18
Ibnu ‘A<shur mengatakan bahwasannya penafsiran Alquran itu tidak
hanya sekedar mengumpulkan perkataan-perkataan ulama terdahulu,
melainkan harus ada keterlibatan pemikiran dan pendapat dari muffasir
terbaru.19
b. Sumber penafsiran yang digunakan
Dalam menulis kitabnya Ibnu ‘A<shur menggunakan beberapa rujukan-
rujukan. Rujukan yang digunakan tidak hanya berupa kitab tafsir saja,
beliau juga menggunakan sumber dari berbagai cabang keilmuan untuk
memperkuat penafsirannya. Sumber-sumber yang digunakan dalam kitab
al-Tah}rir wa al-Tanwir yaitu:
1) Yang berupa kitab tafsir
a) Al-Muh}arra>r al-Wa>jiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz Karya Abu ‘Abdu
al-Haq bin ‘Atiyyah
b) Al-Kashaf ‘an Haqa>iq al-Tanzi>l wa ‘Uyu>ni al-Aqa>wil fi Wujuh al-
Ta’wil karya al-Zamakhshari
c) Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qura’an al-‘Azim wa al-Sab’i al-
Mathani karya al-Alusi
18
Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz I (Tunisia: al-Dar
al-Tu>nisiyyah, T.t), 8-9 19
Ibid, 7
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
d) Mafa>tih al-Ghaib karya al-Razi
e) Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya Abu Abdillah al-Ans}a>ri al-
Qurtubi
f) Jami’ al-Baya>n li Ahkam al-Quran karya al-T{a>ba>ri
g) Ahkam al-Quran karya al-Jassas
h) Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an karya Bah}ruddin al-Zarkashi
i) Tafsir al-Qur’an al-‘A<z}im karya Ibnu Ka>thir
j) Tafsir al-Manar karya Muh}ammad Rasyid Rid}a>20
2) Kitab-kitab H{adist
a) Sah{ih{ Muslim
b) Sah{ih{ Bukhari
c) Suna>n al-Tirmidhi
d) Suna>n Abu> Da>wu>d
e) Suna>n al-Nasa’i
f) Suna>n Ibnu Majjah
g) Al-Musnad Ibnu Hamba>l
h) Al-Muwatta’ karya Imam Ma>lik
i) Shu’bu al-Iman karya al-Baih>aqi
j) Fath al-Bari karya Ibnu H}ajar al-‘Asqa>la>ni
k) Kutub al-Ilza>mat karya al-Da>ruqutni21
20
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn „Ashur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-
Tanwir, (Mesir: al-Dar al-Misriyyah, 2001), 16-20 21
Ibid, 20-21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
3) Kitab-kitab Nah}wu
a. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan al-Basrah
b. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan al-Kufah
c. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan Baghda>d
d. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan al-Andalu>si
e. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan al-Misriyyah 22
4) Kitab-kitab Bahasa
a) Mufradat Gha>rib al-Qur’an karya al-Ra>ghib al-As}fahani
b) Lisan al-‘Arab karya Ibnu Manzu>r
c) Al-Qa>mus al-Muhit karya Abu> al-T{ahir al-Fairuz Abadi
d) Al-Muqa>mat karya Abu al-Ta>hir al-Fairuz Aba>di
e) Al-Muqa>mat karya Abu Muh}ammad al-Qa>sim
5) Kitab-kitab Fiqih
a) Basa’ir Dhawi al-Tamyiz karya Ibnu Ya’qub al-Fairuz Abadi
b) Al-Mah}alli karya Ibnu Hazm al-Zahiri
c) Al-Dakhirah karya Abu al-Abbas al-Qarafi
d) Mamu al-Rasa’il wa al-Masa’il karya Ibnu Taimiyyah al-Harani
e) Rasa’il fi ‘Ilmi Usu>l al-Fiqh karya al-Sha>tibi
f) Al-Muwafaqa>t fi Usul al-Fiqh karya al-Sha>tibi
g) Aqwal Ibnu Huwaiz Mundha’
h) Al-‘Aridah karya al-Ashbili
i) Aqwa>l Ibnu ‘A<shur karya kakek Ibnu ‘A<shur23
22
Ibid, 23-25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
6) Kitab Tasawwuf
a) Hikmat al-Isra>q karya Shiha>b al-Din al-Sahrawardi
b) Haykil al-Nur karya Shiha>b al-Din al-Sahrawardi
c) Aqwa al-H{asa>n al-Basri karya al-Hasan al-Basri
d) Al-Futu>ha>t al-Makkiyyah karya Muhyi al-Din ‘Arabi24
7) Kitab filsafat
a) Al-Isharat karya Abu ‘Ali al-Husain Ibnu Sina
b) Fasl al-Ma>qa>l Fima Baina al-Shari’at wa al-Hikmat min al-Ittisal
karya al-Walid Muh}ammad bin Ah}mad Rushd
c) Al-Muqa>ddimat al-Muna>h}h}idat Karya Ibnu Rushd
d) Aqwal Saqarat wa Aflatun25
8) Kitab Balagha>h
a) I’jaz al-Qur’a>n karya Abu Bakr al-Ba>qillani
b) Al-Miftah karya Abu Ya’qub al-Saka>ki
c) Al-Bayan wa al-Tabyin karya Abu Uthman
d) Al-Ka>lim al-Nawabigh karya Mah}mud bin ‘Umar al-Zamakhsari26
9) Kitab al-Gha>za>li
a) Ihya’ ‘Ulum al-Din
b) Al-Muqsi>d al-Asna> fi Asma’i Allah al-H{usna>
c) Al-Mustazhiri
d) Al-Mustashfa> fi ‘Ilm al-Usul27
23
Ibid, 21-23 24
Ibid, 31-32 25
Ibid, 25 26
Ibid, 30-31
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
10) Kitab-kitab lain
a) Al-Taura>t
b) Al-Inji>l
c) Al-Mila>l wa al-Nih}a>l karya Abu} al-Fath al-Sharasta>ni
d) Al-Sirah al-Nabawiyyah karya Abu Bakr Muh}ammad bin Isha>q
e) Al-Itqa}n fi Ulu>m al-Qur’a>n karya Jalaluddin al-Suyuti
f) Asbab al-Nuzu>l karya al-Wa>hidi 28
B. Penafsiran Alquran Surat al-H>>>}ujura>t {49} : 11 Dalam Kitab al-Tah}rir wa al-
Tanwir
1. Ayat dan Terjemah
هم ول نساء من نساء عسى أن ي أي ها الذين آمنوا ل يسخر ق وم من ق وم عسى را من أن يكونوا خي هن ول ت لمزوا أن فسكم ول ت ناب زوا بللقاب بئس السم الفسوق ب عد ال را من ناميان ومن يكن خي
﴾11﴿ ي تب فأولئك ىم الظالمون
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh
jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.
2. Asbab al-Nuzul
\. Pengetahuan akan sebab turunnya suatu ayat dapat membantu dalam
memahami kandungan ayat tersebut. Karena dengan mengetahui sebab turunnya
suatu ayat, maka seseorang dapat mengetahui akibat dari sebab tersebut.
27
Ibid., 31 28
Ibid., 32-33
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
Beberapa orang salaf tidak jarang mengalami kesulitan dalam memahami makna-
makna ayat Alquran. Namun ketika mengetahui sebab turunnya ayat, maka
hilanglah kesulitan yang menghalangi pemahaman mereka.29
Semua ciptaan yang
diciptakan Allah tidak semestinya untuk dihina dan dicela. Berikut asbab an-
Nuzul dan kisah body shaming yang terjadi pada masa Rasulullah.
Dalam Qur’an Surat al-H}ujurat {49}:11 terdapat sebab turunnya ayat
tersebut. Diantaranya :
ثبت بن ق يس بن شاس كان ف سعو وق ر وكان إذا أتى أن : اس أن سبب ن زولاوروى الواحدي عن ابن عب ء ي وما ي تخطى رقاب جملس النبء صلى هللا عليو وسلم ي قول: أوسعوا لو ليجلس إل جنبو ف يسمع ما ي قول فجا
ل: قد أصبت جملسا فاجلس. ف قال ثبت: من ىذا؟ ف قال الرجل: أن فلن. ف قال ثبت: ابن الناس ف قال رج ىذه الية فلنة وذكر أما لو كان ي عي ر با ف الاىلية، فاستحيا الرجل. فأ ن زل الل
Tsabit bin Qais adalah seorang sahabat yang selalu hadir di majelis
Rasulullah dan duduk di dekat Rasulullah untuk menengarkan nasehat
Rasulullah, beliau selalu duduk didekat Rasulullah karena telinga beliau ada
semacam penutup yang menghalangi sehingga pendengaran beliau terhalangi.
Suatu hari beliau terlambat hadir dalam majlis Rasulullah dan beliau melangkahi
beberapa punggung sahabat, sebagaimana diceritakan.30
Diriwayatkan dari al-
Wah}idi dan dari Ibnu Abbas mengenai sebab turunnya ayat ini sesungguhnya
ditetapkan oleh Thabit bin Qa>is bin Sa>ma>s saat itu yang mendengar dan
menghormati majlis Nabi Muhammad SAW dan dalam majlis ini berkata :
‚Meluaslah dalam majlis ini agar dia dapat duduk di dekat nabi dan
29
Abdul Hayyie, Terjemah Luba>bun Nuqu>l fi As}ba>bin Nuzu>l Jala>luddin As Su>yu>thi (Depok: Gema Insani, 2008), 10-11
30 https://mim.or.id/tafsir-surah-al-hujurat-ayat-11/
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
mendengarkan kajian dalam majlis ini‛. Kemudian seorang laki-laki itu berkata:
‚Anda telah membuat kegaduhan dalam majlis ini maka duduklah‛. Kemudian
stabit berkata ‚Siapa ini?‛. Kemudian seorang laki-laki itu menjawab: ‛Saya
Fulan‛. Kemudian stabit berkata: ‚anaknya Fulanah maka disebutkanlah nama
ibunya yang pada masa jahiliyah itu menjadi bahan hinaan‛. Kemudian seorang
laki-laki itu merasa malu, sehingga dari situlah ayat tersebut turun.31
رت ب عض أزواج النبء صلى هللا عليو ا عي وسلم أم سلمة بلقصر وىذا من وروي عن عكرمة: أن ها ن زلت لمخرية الس
Diriwayatkan dari Iqrimah turunnya ayat ini karena cemburunya sebagian
dari istri-istri nabi menghina terhadap ummu salamah dengan mengatakan ummu
salamah pendek, hal ini termasuk ejekan.
Selain itu istri nabi ‘Aisyah pernah merasa sangat cemburu terhadap istri
Nabi yang bernama Shafiyah, Shafiyah ini memiliki tubuh yang pendek.
Kemudian ‘Aisyah menghina Shafiyah dengan menggunakan isyarat.
Sebagaimana h{adis{ berikut.
د، ث نا مسد ثن علي بن القمر، عن أب حذي فة، عن عائشة، قالت حد ث نا يي، عن سفيان، قال: حد : ق لت حدد: ت عن قصري ر مسد لقد ق لت كلمة »ة، ف قال: للنب صلى هللا عليو وسلم: حسبك من صفية كذا وكذا، قال غي
«ما أحب أن حكيت إنسان وأن ل كذا وكذا»قالت: وحكيت لو إنسان، ف قال: « لو مزجت باء البحر لمزجتو
Dikatakan musaddad, dikatakan yahya, dari sufyan berkata: telah berkata „ali bin
Aqmari, dari Abi H{ud{aifah, dari „Aisyah berkata: Nabi shallallahu „alaihiwasallam
bersabda: “cukup bagimu dari Shafiyah ini dan itu”. Sebagian Rawi mengatakan Shafiyah
pendek. Maka Nabi shallallahu „alaihiwasallam berkata: sungguh engkau telah
mengucapkan suatu kalimat, yang seandainya ucapan kalimat tersebut apabila dicampur
31
Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar
al-Tu>nisiyyah, T.t), 246
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
dengan airlaut niscaya akan merubahnya (karena sangat kotor dan bau sehingga bisa
merubahnya). Dan Saya memberi tahu dia tentang seorang pria, dan dia berkata, "Saya
tidak suka saya berbicara dengan seorang pria dan saya memiliki ini dan itu."32
صلى الل عليو وسلم ف قالت: ي وقال عكرمة عن ابن عباس: إن صفية بنت حيي بن أخطب أتت رسول الل ! ف قال رسول الل نن، وي قلن ل ي ي هودية بنت ي هودي ي ، إن النساء ي عري ىل صلى الل عليو وسلم:رسول الل
د ق لت إن أب ىارون وإن ي موسى وإن زوجي مم عم
Ada pula yang meriwayatkan ayat ini yaitu Ikrimah, ayat ini turun
berkaitan dengan Sha>fiyah binti H{u>yay bin akhtab yang mengadu pada
Rasulullah yang mengatakan beberapa perempuan di Madinah yang tidak lain
istri-istri nabi pernah menegurnya dengan kata-kata yang menyakitkan ‚hai
perempuan yahudi, keturunan yahudi‛ yang dimaksud adalah ayahnya Nabi
Harun dan Pamannya Nabi Musa. Kemudian shafiyah mengadukan hal ini
kepada suaminya yakni Rasulullah SAW. Kemudian rasulullah SAW memberi
solusi dengan mengatakan ‚cukup dengan kau katakan : ‚ayahku nabi harun dan
pamanku adalah nabi musa, engkau dan aku adalah istri dari seorang nabi dan
semuanya adalah nabi‛.33
هما: ان عن ظري! ما تر خلفها كأنو لسان كلب، ف هذه كانت سخري ت هماف قالت عائشة لفصة رضي الل
Dalam kisah lain diriwayatkan bahwasannya Aisyag RA bersama dengan
hafsah pernah mengunjing ummu salamah karena pakaian ummu salamah pada
bagian pinggang pakaiannya terdapat tali yang mengekor kebelakang. Kemudian
aisyah berkata kepada hafsah: ‚lihatlah dia keluar menarik tali itu seperti lidah
sekor anjing‛, lalu turunlah firman Allah Quran Surat al-Hujurat {49}: 11 ini.
32
Suna>n abi Dawud, ‚Bab Ghibah‛, (Makta>bah Sya>milah, ver.3) 33
Kementrian Agama, Alquran dan tafsirnya (Jakarta: Widya Cahya, 2011), 409
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
ث نا ث نا أبو داود قال: حد شعبة، عن معاوية بن ق رة، أن ابن مسعود، ذىب يت النب صلى هللا حدواك، فجعلوا ي نظرون إل دقة ساقو أو ي عجبون من دقة ساقو ف قال ا لنب صلى هللا عليو وسلم بلس
ر أب داود: عن شعبة « لما أث قل ف الميزان من أحد »و وسلم: علي ىكذا رواه أبو داود وقال غي عن معاوية بن ق رة عن أبيو
Telah berkata Abu Daud : telah dikatakan Syu‟aib dari Mu‟awiyah bin Qurrah
sesungguhnya Ibnu Mas‟ud itu datang kepada Nabi shallallahu „alaihi wasallam dengan siwak.
Maka mereka melihat kedua kakinya atau menyanjung dari kedua kakinya. Kemudian Nabi
shallallahu „alaihi wasallam berkata: sungguh kakinya memiliki keseimbangan lebih berat dari
gunung Uhud.34
Diceritakan sahabat nabi yang bernama Ibnu Mas‟ud, sahabat yang
memiliki betis yang kecil ketika Ibnu Mas‟ud mengambil ranting untuk dijadikan
siwak kemudian angin berhembus dan menyingkap betisnya yang kecil, lalu
sahabat yang lain tertawa melihat betis Ibnu Mas‟ud yang kecil lalu sahabat itu
ditegur oleh Nabi “apa yang membuat kalian tertawa?” mereka berkata “Wahai
Nabi Allah, karena kedua betisnya yang kurus”. Kemudian nabi bersabda “Demi
dzat yang jiwaku berada ditangannya sungguh kedua betisnya itu lebih berat
ditimbang dari pada gunung Uhud. (HR. Ahmad)
3. Makna secara leksikal
Dianjurkan pada persaudaraan sesama muslim untuk memperbaiki
hubungan interaksi terhadap saudara lainnya serta ditetapkan dan diwajibkan
seorang muslim dengan muslim yang lain tetap bersatu dalam kebaikan,
datangnya ayat ini sebagai peringatan mengenai perintah-perintah untuk
memperbaiki sikap yang terkadang lalai dalam menjaganya dan terletaknya
34
H{a>dist Qurrah bin Ibas, Musnad Abi Dawud at-T{iyalisi (Maktabah Syamilah Ver. 3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
kelalaian itu pada masa jahiliah. Dan ayat ini merupakan seruan ke 4 yang
mewajibkan setiap muslim membaguskan terhadap individu lainnya.
Pada Qur‟an surat al-H{ujurat ini dibuka dengan kata (nida‟) seruan yang
bertujuan untuk menunjukkan kepada orang muslim mengenai sikap muslimin
terhadap muslim lainnya untuk tidak berkata jelek. Pentingnya seruan ini
sebagaimana sesuatu yang biasa muncul dari dalam diri manusia yang kebanyakan
terjadi pada kebiasaan manusia masa jahiliyah. Dan kebiasaan itu berkata jelek,
perintah larangan itu mencela, memanggil gelar, dan memanggil dengan sebutan
yang tidak baik.
Kata سخر itu dikatakan juga السخرية yang artinya merendahkan dengan
hinaan, yang kata ini terlebih dahulu sudah ada dalam surat at-Taubah dalam ayat
Dan bentuknya menggunakan makna muta‟adi (sesuatu yang .فيسخرون منهم
membutuhkan objek) sehingga ada tambahan kata من.
Sedangkan kata ق وم adalah isim jama‟ (nama yang menunjukkan suatu
kelompok) dalam surat ini merupakan suatu perkumpulan laki-laki secara khusus
bukan tanpa perempuan. Lafaz} ق وم dalam ayat ini menjadi isim nakiroh sehingga
lafaz} ق وم ini memiliki makna yang luas, tidak disebutkan kaum yang bagaimana
dan seperti apa. Kosa kata kaum ini memiliki makna yang luas bukan hanya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
bermakna suatu kaum saja akan tetapi dapat dimaknai suatu kelompok dengan
kelompok lainnya suatu perkumpulan dengan perkumpulan lainnnya juga dapat
diartikan sebagai antar individu dengan individu lainnya.
Dan pada kata ل يسخر yang disandarkan pada kata قوم pada ayat ini
memiliki maksud tertentu, arti jangan menghina terhadap kaum, hal ini tidak sama
maknanya dengan اب عض ول ي غتب ب عضكم dalam Qur‟an surat al-H}ujura>t ayat 12
yang memiliki makna janganlah kamu menghina sebagian dengan sebagian yang
lain, dalam ayat 12 ini membahas tentang larangan saling menghina antar qobilah
satu dengan qobilah yang lain, berbeda dengan يسخر ل memiliki makna yang
luas, yang larangannya tidak hanya ditujukan kepada antar qobilah saja, tetapi
juga ditujukan antar kelompok maupun antar individu. Adapun penggunaan kata
koum disini ditujukan kepada kebiasaan bangsa Arab pada jaman dahulu yang
saling menghina antar kabilah maka konteksnya langsung ditujukan pada lafadz
qoum bukan lafadz yang lainnya. Dan juga tidak dikatakan رجل من رجل ل يسخر
janganlah menghina laki-laki lain atau janganlah menghina وليسخر امراة من امراة
perempuan terhadap perempuan lain.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
Dapat difahami bahwasannya larangan yang dimaksud dalam hal ini
merupakan larangan mencela dalam jenis ucapan bukan dari jenis yang lainnya.
Dan dalam larangan ini jelas hukum keh{aramannya.35
Pada lafadz قوم ini muncul pertanyaan apakah golongan perempuan
termasuk atau tidak karena lafaz} ini cenderung khusus untuk laki-laki. Agar tidak
jadi kesalah fahaman Kata قوم ini mencakup keduanya, dikarenakan menurut
kebiasaan adat suatu kalam sebagai kata مؤمن laki-laki beriman dalam istilah
Alquran mencakup juga مؤمنات perempuan beriman, jadi kata قوم dalam ayat ini
tidak hanya dikecualikan pada laki-laki dalam penempatan syari‟at. Maka dasar
hukumnya sama berlakunya ayat ini terhadap suatu kelompok penghinaan itu
tidak ditujukan berdasarkan gender seperti pengkhususan larangan menghina
tersebut ditujukan kepada laki-laki atau larangan tersebut di khususkan pada
perempuan. Dan apabila ada penghususan maka kejadiannya seperti firman Allah
dalam penghususan hukum qisos yaitu لنثاالنثا باو yang artinya perempuan
dengan perempuan.36
35
Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar
al-Tu>nisiyyah, T.t), 247 36
Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar
al-Tu>nisiyyah, T.t), 247
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
Kata هن را من adalah sanggahan yang menarik antara dua عسى أن يكن خي
kalimat yang menyatakan larangan keras melontarkan ejekan dengan
menyebutkan sebuah kasus yang sering disebutkan pada diri yang dihina,
sehingga hinaan penghina lebih mengerikan daripada yang melontarkannya, dank
arena itu menimbulkan emosi diantara keduanya. Dan kata “ semoga mereka lebih
baik dari pada mereka” bukan sebagai sifat dari suatu kaum sebagaimana
firmannya من قوم karena jika dikhususkan pada suatu kaum maka celaan ini
dikhususkan untuk orang yang menghina merasa lebih baik dari yang dihina.
Juga pada kata “ semoga mereka lebih baik daripada mereka “ tidak ditujukan
pada kata نساء yang berasal dari firman Allah من النساء. Dikarenakan ada
kemiripan domir pada kata ان يكون خريامنهم dengan ayat ان يكون خريامنهم karena
kata itu sebagai kata ganti dalam perkataan yang maha kuasa. 37
بللقاب ول ت لمزوا أن فسكم ول ت ناب زوا
kata اللمز: menyebutkan apa yang dianggap sebagai cacat bagi seseorang yang
berhadapan adalah keterusterangan dengan kebencian. Jika itu benar, itu adalah
kekasaran dan agresi, dan jika itu tidak sah, maka itu kekasaran dan kepalsuan,
37
Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar
al-Tu>nisiyyah, T.t), 247
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
dan itu adalah hal yang umum di antara orang Arab dalam ketidaktahuan mereka.
Yang Mahakuasa berkata, “Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela” berarti
seseorang dari kaum musyrik, itu adalah kebiasaan mereka untuk mencela
Rasulullah. Itu adalah kondisi bahwa dia menjelekkan, mengancam, atau
menghilang dengan banyak kemungkinan, dan dia tidak memihak dan tidak
terlihat. 38
Dan makna " tidak saling mencela bagi orang yang " ول تلمزوا أنفسكم
memiliki jiwa dalam masalah ini untuk menentukan makna persaudaraan, Dan ول
dengan harokat ba yang النبز mempromosikan satu sama lain, dan kata :تنابزوا
sukun: menyebutkan kata النبز dengan ba berharokat fathah, itu merupakan nama
panggilan yang buruk, seperti yang mereka katakan: hidung unta, qurqur, dan
watta. Dan sebagian besar gelar dalam ketidaktahuan adalah النبز. Beberapa
orang-orangan al fazariyuun mengatakan:
Ketika saya memanggilnya yang paling dermawan # dan tidak
memanggilnya kecuali dengan gelar itu
Diriwayatkan dengan memarfukan (السوأة اللقب), jadi ada kemungkinan
bahwa mereka berada di dalam gelar yang asing dan itu adalah hal yang buruk.
38
Ibid, 248
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
Diriwayatkan bahwa memansubkan kata (السوأة) huruf wau pada kata itu adalah
wau maiyyah Dan diriwayatkan pula (السوأة اللقب), yang berarti bahwa saya tidak
memanggilnya nama panggilan, jadi dia ingin menghindari beberapa julukan Ini
menunjukkan keburukan, dan narasi unggahan lebih mungkin dan disyaratkan
oleh kesyahidan Sibawayh, dengan bait setelahnya pada bab dhzonni, Mungkin
apa yang terjadi dalam hal diwan hamasah adalah perubahan sepenuhnya Abi
tamam yang beberapa dia menghubungkannya dalam beberapa ayat antusiasme
karena ia melihat monumen yang paling bermakna. Apa yang dimaksud dengan
"julukan" dalam ayat ini adalah julukan yang dibenci dengan anggapan "dan tidak
bersaing dengandan laqob itu adalah apa yang saya rasa diremehkan atau dihargai,
apakah itu disebut oleh pemiliknya, atau itu diciptakan olehnya maksudnya oleh
pencela.
Larangan dalam ayat ini dikhususkan untuk "gelar", yang jamannya
tidak berakhir sampai mereka menjadi seperti nama teman-teman mereka, dan
mereka lupa mereka untuk tujuan pencemaran nama baik dan menghina. Tangan
", dan ucap annya kepada Abu Hurairah" wahai bapak hir ", dan gelar Saul, Raja
Israel Taloot dalam Al-qur'an, dan kata-kata" orang lumpuh "kepada Abd al-
Rahman bin Hormuz, dan" Al-Amash "oleh Sulaiman Mahran.
Sebaliknya, dia berkata, " ,bentuk kata kerja secara sepihak " ول تلمزوا
dan dia berkata, "ول تنابزو" dengan bentuk kata kerja dari dua sisi, karena ada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
sedikit kelimpahan pada periode pra-Islam di banyak suku di antaranya adalah
anak-anak Salamah di Madinah.
ناميان ومن ي تب فأولئك ىم الظالمون بئس ﴾11﴿ السم الفسوق ب عد ال
Kalimat ini adalah lampiran dari akhiran yang terdahulu dan ini adalah
paparan yang kuat bahwa apa yang dinginkan, dipasarkan dan ketidakadilan,
karena tidak ada kesempatan antara makna kalimat ini dan kalimat yang
mendahuluinya. Perkataannya, " بئس السم الفسوق بعد ", asalkan apa yang
dilarang adalah pencelaan karena ia di atas dihukum, maka tidak bias
menghapusnya kecuali dengan pertobatan. Jadi ia menandatangani ringkasan
penghapusan dua kalimat dengan kata-kata yang cukup untuk apa yang
ditunjukkan dalam lampiran, dan ini menunjukkan bahwa ketidaksopanan dan
ketidakmurnian adalah ketidaktaatan di atas mereka. Dan dalam hadis "mencaci
seorang Muslim adalah fasik."
Dan lafadz "al-Ismu" di sini mengacu pada nama, yang berarti nama,
sebagaimana dikatakan: Namanya melayang pada orang yang baik atau buruk.
Artinya: Kesengsaraan penyebutan adalah ketika seseorang menyebutkan
kepasikan setelah percaya pada iman.
Dan preferensi untuk nama di sini adalah rahmat di suatu tempat,
karena konteks memperingatkan orang-orang dari menyebutkan nama-nama
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
fitnah, karena al-Qob adalah bagian dari al-Asma, sehingga memilih untuk
mengucapkan nama untuk kefasikan adalah masalah moral.
Dan makna al-Ba‟diyyah dalam ucapannya " بعد الناميان ": setelah
didamaikan dengan iman, yang berarti bahwa iman tidak cocok untuk amoralitas,
karena dosa adalah urusan para musyrik yang tidak mengalihkan mereka dari
amoralitas dan ketakutan, dan ini seperti perkataan Jamila, putri ubay ketika dia
mengeluh kepada nabi dan dia meminta suaminya Tsabit bin Qaisy
meninggalkannya : "Saya tidak menyalahkan tsabit dalam agama atau ciptaan,
tetapi saya membenci ketidakpercayaan setelah Islam (Anda ingin terkena
ketakutan akan perzinahan) dan saya tidak mentolerirnya dalam kebencian.
Dan ketika semua sifat merendahkan, mencela, dan sikap pamer adalah
pelanggaran, diperlukan pertobatan dari mereka, dan siapa pun yang tidak
bertobat adalah tidak adil: karena dia menganiaya orang dengan menyerang
mereka, dan dia menganiaya dirinya sendiri dengan menerima hukuman akhirat
ketika mampu menghentikannya, sehingga ketidakadilannya sangat parah. Itulah
sebabnya dia datang kepadanya dalam bentuk membatasi penindas kepada mereka
seolah-olah tidak ada orang lain yang tidak adil untuk tidak menganggap penindas
lain dalam bertemu orang-orang ini sebagai berlebihan untuk berkembang.
Pertobatan adalah akibat dari setiap dosa, dan dosa-dosa ini yang
disebutkan adalah pangkat kecil dan kecanduan dosa kecil menjadi besar. Dan
mentawasutkan isim isyarah untuk meningkatkan perbedaan mereka secara
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
mengerikan atas kondisi dan peringatan mereka, dan bahkan layak untuk
membatasi ketidakadilan pada mereka untuk apa yang disebutkan dari deskripsi
sebelum nama tanda.39
4. Interpretasi penafsiran Qur’an Surat al-H{ujurat {49}:11 dalam Tafsir al-
Tah}ri<r wa at-Tanwir
Mencela, mencaci mengolok adalah sebuah perbuatan yang dinilai tidak
baik. Dalam islam perbuatan tidak baik disebut dengan akhlak madzmumah,
mencaci merupakan berbuatan yang tercela dan bisa mengakibatkan timbulnya
perpecahan dan permusuhan. Sebagaimana dijelaskan dalam Quran surah al-
Hujurat {49}:11 terkait persoalan mencaci, menghina dan mengolok-olok.
Ayat ini menganjurkan kepada sesama muslim untuk senantiasa
memperbaiki perilaku terhadap muslim yang lain, serta mewajibkan seorang
muslim dengan muslim yang lain bersatu dalam kebaikan, diturunkannya ayat ini
untuk menasehati dan anjuran untuk memperbaiki sikap dalam menyikapi muslim
dengan muslim yang lain. Tentang tertawa yang dimaksud disini adalah tertawa
dengan maksud mencela, mengejek dan menghina orang lain, dengan adanya hal
semacam itu maka turunlah ayat larangan ini.
Dan pada ayat ini dibuka dengan kata seruan yang mengajak mereka
sekumpulan orang dan menunjukkan mengenai pentingnya tujuan diturunkannya
ayat ini yaitu untuk meluruskan sikap muslim antara satu dengan yang lain yang
pada masa jahiliyah yang selalu mengatakan dengan perkataan jelek dan selalu
menggampangkan hal tersebut padahal hal tersebut merupakan perbuatan yang
39
Ibid, 248
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
dilarang. Hinaan merupakan suatu perbuatan yang dapat mengganggu mental
seseorang.
Dan orang-orang yang dimaksud dalam ayat ini yaitu mereka yang
memahami tentang larangan tersebut bahwa ejekan dengan menghina orang lain
dengan perkataan merupakan larangan yang benar dan jelas diharamkan. Ayat ini
tidak hanya dikhususkan kepada laki-laki saja akan tetapi ayat ini dikhususkan
pula kepada perempuan. Dalam pemaknaan ayat ini dimasukkan kata perempuan
agartidak terjadi salah daham dalam pemahaman pemaknaan ayat. Dan tidak
hanya ditujukan pada suatu kaum tertentu akan tetapi ditujukan kepada semua
baik kelompok dengan kelompok maupun individu dengan individu.
Hinaan yang menyebutkan suatu keadaan yang biasa dilakukan
kebaanyakan orang itu sebenarnya berbanding terbalik, maksudnya orang yang
melakukan hinaan tidak selalu lebih baik dari orang yang dihina. Dan hinaan akan
meninggalkan jejak yang menyakitkan dan jejak itu tidak bermanfaat dalam
kehidupan dan hal tersebut besar kemungkinan akan menimbulkan perasaan
dendam.
Selain itu menyebutkan aib orang lain dengan terang-terangan dengan
penuh rasa kebencian. Dan apabila sikap ini benar dilakukan dengan rasa benci
dan menjatuhkan maka ini adalah sikap yang hina dan dusta, sikap seperti ini
merupakan sikap yang meluas di arab pada masa jahiliyah. Seperti halnya dalam
firmn Allah SWT dalam Quran surat al-Humazah {104} :1 ويل لكل هزة لمزة yaitu
golongan orang musyrikyang pada saat itu sering mencela Nabi SAW, dan pada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
saat itu antara menuduh dan mencela dengan menggunakan mulut secara samar-
samar disertai dengan mencela.
Tanabuz adalah panggilan yang mengandung hinaan, yaitu gelar atau
panggilan yang dijulukan kepada seseorang yang dianggap memiliki sifat atau
kebiasaan, seperti memanggil dengan julukan “wahai si hidung unta”.
Selain tanabuz ada juga sikap al-Qo>b yaitu panggilan atau julukan yang
ditujukan kepada pembenci sebagai pembeda dengan yang lain, dan panggilan
tersebut sebagai bahan ejekan dan tertawaan. Panggilan-panggilan khusus ini
sangat dilarang karena dengan panggilan tersebut dapat menyakiti hati seseorang.
Dan firman Allah SWT ‚Wala> tal mizu>‛, ‚Wala> tana>bazu>‛ kata tersebut
merupakan sifat yang berdampingan karena kedua sifat tersebut sangat dominan
kepada orang-orang jahiliyah yaitu bani Salamah yang menetap di Madinah.
Di dalam islam sangat melarang perbuatan fa>siq dan dza>lim karena
kefasikan dapat merusak keimanan seseorang, salah satunya dengan berbuat
maksiat dan mencela orang lain. Seburuk-buruknya panggilan adalah memanggil
dengan panggilan fa>siq. Dan hal itu merupakan perbuatan yang tiak baik.
Seseorang yang fasiq identik dengan iman yang lemah sehingga dari lemahnya
iman dapat mengundang kemaksiatan dan kesirikan. Ketika celaan dan hinaan,
sindiran itu jadi kebiasaan maka hal tersebut termasuk dalam salah satu maksiat
maka wajib bertaubat dari mendzolimi orang lain karena hal itu akan
menyebabkan azab di dunia maupun akhirat, dan kedzoliman itu adalah kejahatan
yang sangat kejam. Berbicara tentang seruan larangan ayat ini melarang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
berprasangka jelek karena prasangka itu sifatnya halus dan secara tidak sadar
dapat mempengaruhi pikiran orang.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB IV
ANALISIS DAN KONTEKTUALISASI BODY SHAMING
DALAM KEHIDUPAN SHARI-HARI
Berikut pemaparan beberapa hasil analisis. Berdasarkan analisis dari
kitab tafsir at-Tah{ri>r wa at-Tanwi>r karya Ta>hi>r ibn ‘A<shu>r. Pada penelitian ini
metode yang digunakan yaitu metode maudhu‟i (tematik). Metode tematik yaitu
metode yang berfungsi untuk memahami makna Alquran dengan tema tertentu
kemudian mencari ayat yang sesuai dengan tema. Dari mengungkap kejadian
fakta, fenomena maupun keadaan, lalu dijadikan tema kajian secara proposional
kemudian ditafsirkan dan kemudian dianalisis.1
Metode ini menjadi trend dalam perkembangan tafsir era modern-
kontemporer dalam metode ini mengumpulkan dan memahami ayat yang terkait
dengan tema baik berkaitan secara langsung maupun tidak lalu kemudian
dibangun secara logis untuk menjadikan sebuah konsep yang utuh dan sistematis
dalam prespektif Alquran. Dalam riset tematik ada pendapat bahwasannya
Alquran itu ayatnya ibarat untaian kalung emas, yang satu rantai dengan yang
lainnya saling berkaitan. Ada ulama yang mengatakan bahwasannya Alquran itu
Alquran yufas}s}ir ba’d}uhu ba’d}an yang artinya ayat Alquran itu sebagiannya
menafsirkan sebagian yang lain.2
1 Dr. H. Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al Quran Dan Tafsir, (yogyakarta: Idea
Pres, 2018), 57 2 Ibid.,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
Kajian tematik ini berangkat dari permasalahan yang ada dalam
masyarakat kemudian ditarik ke nash Alquran untuk mencari jawaban
permasalahan dan solusi. 3 Bentuk dari kajian tematik ini bermacam-macam ada
yang bermula dari term-term tertentu dari dalam Alquran, jadi ketika mengkaji
peneliti terlebih dahulu mencari term-term yang ada di Alquran seperti ikhlas
dalam Alquran atau bisa juga berupa tema surat yang ada dalam Alquran misalnya
tafsir tematik surat an-Nas. Dalam tematik surat seperti tematik surat an-Nas
hanya pada surat an-Nas saja yang dibahas secara rinci, atau juga bisa berbentuk
konseptual, yaitu kajian tematik berdasarkan tema tanpa term khusus dan tidak
terfokus pada surat tertentu (satu surat).
Model kajian konseptual ini sangat diperlukan karena tidak semua masalah
dalam kehidupan dapat dibahas atau dikaji dengan term-term yang ada di Alquran
karena dalam ayat dan surat dalam Alquran tidak dibahas secara khusus problem
tersebut. Pernyataan seperti ini bukan berarti menjadikan lemahnya Alquran justru
malah menjadikan bukti bahwa hal ini menjadi salah satu mukjizat dari Alquran
sendiri. Bagaimana tidak, Alquran yang isinya dan ketebalannya tidak mencapai
angka ribuan tetapi bisa memuat solusi sejak Alquran ini diturunkan hingga kelak
pada akhir zaman. Dan dengan jumlah ayat yang bisa dihitung menggunakan
mesin penghitung tetapi kitab ini mampu menyuguhkan cerita-cerita dari umat
terdahulu dan kejadian-kejadian yang akan terjadi pada masa mendatang. Hal
inilah yang menjadikan kemukjizatan Alquran dan masih banyak sekali
kemukjizatannya. Apabila Alquran dikaji berdasarkan term yang ada maka sangat
3 Marzuki Agung Praseya, “Model Penafsiran Hasan Hanafi” dalam Jurnal Penelitian, Vol
7, No. 02, 2013, 373.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
terbatas. Seperti yang dikemukakan oleh Nasrudin Baidan mengenai urgensi
kajian tematik ini bahwa kajian tematik ini lebih bisa diandalkan untuk
memecahkan permasalahan yang ada di dunia ini. Hal ini dapat disimpulkan
bahwasannya metode tematik ini pengaruhnya sangat besar sekali terhadap
kehidupan masyarakat agar mereka selalu terbimbing kepada jalan yang benar
sesuai dengan tujuan Alquran yaitu sebagai petunjuk umat manusia. Berdasarkan
hal tersebut maka jelas bahwa metode ini menduduki tempat yang penting dalam
kajian tafsir Alquran.4
Berbicara tentang body shaming menurut beberapa pengemuka dapat
disimpulakan bahwasannya body shaming ialah merupakan sebuah tindakan
mencela kondisi tubuh yang dapat menyebabkan orang yang dicela akan merasa
tidak nyaman, tidak percaya diri pada diri sendiri dan merasa direndahkan.
Sehingga menimbulkan kegelisahan pada korban dan dapat mempengaruhi pada
kondisi psikis.5 Body shaming erat kaitannya dengan citra tubuh sehingga dapat
membuat korban merasa minder karena tidak sesuai dengan standart ideal. Di
Indonesia misalnya, seseorang dianggap cantik apabila memiliki kulit yang bersih
dan putih padahal kulit asli orang indonesia mayoritas kuning langsat cenderung
coklat. Dengan adanya ukuran standart seperti ini seringkali perempuan yang
dianggap tidak memenuhi standart mendapat perlakuan yang kurang baik dan
cenderung dibeda-bedakan. Celaan dan ejekan terhadap orang yang mempunyai
postur tubuh gemuk dengan menggunakan nama-nama hewan yang memiliki
4 Nashrudin Baidan, Metodologi Penafsiran Alquran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2012),
169-170. 5 Http://Kbbi.web.id/pusat. (Diakses 27 Desember 2019)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
tubuh besar seperti gajah, kerbau dan kingkong. Tidak hanya orang gemuk saja,
orang yang mempunyai tubuh kurus dan kecilpun kerap kali dipanggil dengan
sebutan yang tak semestinya seperti “kurus seperti papan” “kecil seperti kurcaci”.
Baik sadar dan tidak sadar atau hal ini dilakukan dengan gurauan, tindakan
semacam ini dapat dikategorikan sebagai tindak kekerasan dalam bentuk verbal
(kekerasan dalam bentuk perkataan).
Dalam penafsiran surat al-H{ujura>t {39}:11 terdapat kata ل يسخر memiliki
makna jangan menghina terhadap suatu kaum maupun individu, penggunaan kata
ini sebenarnya ditujukan kepada kabilah bangsa arab pada waktu itu yang sering
sekali menghina antar kabilah. Tatapi dalam segi pemaknaan, selanjutnya kata ini
disandarkan dengan kata قوم dalam ilmu bahasa kata ini menggunakan isim
nakirah sehingga kata قوم ini pemaknaannya sangat luas tidak tertuju pada suatu
kaum saja, tetapi juga tertuju pada individu juga. dalam penafsirannya T}ahir Ibnu
‘A<syur dalam kitabnya Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir dijelaskan bahwasannya
larangan mencela yang dimaksud dalam kitab ini adalah larangan dalam bentuk
verbal saja atau dalam bentuk perkataan karena pada masa jaman dulu masih
belum ada social media seperti saat ini, sehingga pada waktu itu larangan ini
ditujukan pada larangan bentuk perkataan (verbal) saja. Dapat diketahui pada
jaman millenial ini tindakan mencela semakin berkembang juga tidak hanya
berupa perkataan saja akan tetapi dalam bentuk perbuatan yang sering kita
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
ketemui. Tindakan itu berupa suatu cacian atau kritikan negatif antar pengguna
media social yang akhir-akhir ini cukup marak diperbincangkan.
Selain itu dalam ayat ini terdapat pula kata ول تلمزوا dan larangan ini
situjukan untuk memanggil dengan sebutan yang tidak baik. Tidak hanya tentang
mencela atau menghina kondisi tubuh memanggil dengan panggilan yang tidak
baik mengenai tubuh juga bisa dikatakan sebagai tindakan body shaming. Yang
dalam hal ini sudah tidak asing lagi atau bahkan sudah menjadi kebiasaan dalam
kehidupan sekitar. Memang perbuatan ini terlihat sepele dan terkesan berguarau
akan tetapi apabila orang yang menjadi objek body shaming menanggapinya
secara serius maka akan berdampak pada kondisi psikisnya karena terlalu sering
dibuat tidak nyaman oleh lontaran perkataan-perkataan buruk.
Melihat fenomena yang sering terjadi pada saat ini dan berdasarkan
penafsiran tentang surat al-H{u<jura<t {49}:11 mencela dalam ayat ini apabila
dikontekstuaisasikan pada saat ini sama halnya dengan perbuatan body shaming,
penulis menyimpulkan bahwasannya tindakan body shaming adalah sebuah
tindakan yang tidak baik, benar-benar dilarang dan sangat jelas hukum
keharamannya sebagai mana dalam surat al-Hu>jura>t {49} : 11. Yang menjelaskan
bahwasannya Allah menyeru kepada umat manusia untuk tidak melakukan
tindakan, mencela karena tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak terpuji
dan dapat menghancurkan hubungan baik antar sesama manusia serta akan
merugikan koban. Menurut penulis dalam ayat ini dijelaskan bahwasannya
mencela orang lain sama saja dengan mencela diri sendiri karena sejatinya muslim
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
adalah sama halnya diibaratkan dengan satu tubuh, yang apabila muslim melukai
muslim lainnya sama saja melukai diri sendiri.
A. Analisis body shaming dalam Quran surat al-H{ujura>t {49}:11
1. Menitikberatkan pada bullying verbal
Mencela atau mengolok merupakan suatu perbuatan yang tidak baik dalam
islam, karena perbuatan tersebut dapat merugikan berbagai pihak. Orang yang
mencela akan mendapatkan dosa dan orang yang dicela akan merasa tersakiti. Dan
bisa menimbulkan ketidak keharmonisan dalam sebuah keluarga dan hubungan
dapat menjadi permusuhan dalam pertemanan. Sebagaimana dijelaskan dalam
kitab tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir.
Menurut T{ahir Ibnu ‘Ashu>r larangan mencela ini berupa larangan dalam
bentuk verbal atau dalam bentuk ucapan. Tidak dalam bentuk lainnya seperti
menggunakan isyarat tangan, mata ataupun anggota tubuh lainnya. Dan dalam hal
ini jelas dipaparkan keharamannya. Dalam penjelasan T{ahir Ibnu ‘Ashu>r larangan
ini tidak ditujukan atau dikhususkan pada suatu kaum tertentu juga tidak ditujukan
pada gender tertentu.
Dalam penafsiran T{ahir Ibnu ‘Asyur dikatakan bahwasannya larangan ini
dalam bentuk verbal sedangkan menurut beberapa mufassir yang menafsirkan
ayat ini mengatakan bahwasannya maksud dari larangan ayat ini tidak hanya
berupa verbal saja akan tetapi larangan ini dapat berupa dalam bentuk isyarah
seperti dalam tafsir Kementrian Agama yang menjelaskan bahwa ejekan yang
dimaksud ini dapat difahami berupa isyarat mata, isyarat bibir, kepala, tangan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
Selain itu dalam kitab tafsir Fi Zhila>lil Qur’an menjelaskan bahwasannya
mencela dalam hal ini ditujukan juga pada strata dan kondisi sosial misalnya
orang kaya menghina orang yang lebih miskin, orang kuat menghina yang lemah,
wanita cantik menghina yang kurang cantik.
Dalam hal ini penulis memahami bahwasannya T{ahir Ibnu ‘Ashu<r
menafsirkan seruan larangan dari ayat ini hanya berupa larangan yang berbentuk
perkataan atau dalam bahasa kekinian disebut verbal. Kekerasan dalam bentuk
verbal ini cukup mencuri perhatian karena di Negara Indonesia ini seringkali
dilakukan kekerasan dalam bentuk verbal ini. Dan tanpa disadari hal ini cukup
berdampak pada korbannya, memang dalam kondisi fisik tidak terlalu terlihat
dampak nya akan tetapi dalam kondisi psikologis orang yang terkena kekerasan
verbal ini cukup berdampak. Seperti dampak-dampak yang ditimbulkan yaitu
gangguan makan, gangguan obsesif konplusif, gangguan dismorfik tubuh.
Padahal dalam Islam jelas dipaparkan bagaimana cara menerapkan etika
yang baik ketika berinteraksi social terhadap masyarakat, dalam Islam terdapat
tata cara berperilaku atau dalam hal ini sering dikenal dengan etika, moral, akhlak.
Tindakan yang baik tidak hanya berlaku pada interaksi secara individual saja,
tidakan baik juga harus diterapkan terhadap suatu perkumpulan kelompok pada
masyarakat. Fungsi menerapkan etika tidak lain agar tidak ada gesekan-gesekan
yang terjadi.
Pada penafsirannya T}ahir Ibnu ‘A<syur lebih menitik beratkan hanya pada
larangan mencela dan memanggil dengan panggilan yang tidak baik, sedangkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
bisa dilihat pada masa saat ini tindakan body shaming itu tidak hanya berupa
sebuah tidakan verbal (omongan) melainkan juga bisa dilakukan dengan sebuah
tindakan non verbal yang sering dijumpai yakni celaan yang ada di dunia social
media yang cukup meresahkan akhir-akhir ini karena menimbulkan korban jiwa.
Sedangkan menurut mufassir lain dalam menafsirkan ayat ini larangan tersebut
tidak hanya berupa larangan memanggil dengan sebutan yang tidak baik saja,
akan tetapi juga mencela dalam segi tingkatan strata maupun status sosial seperti
orang kaya menghina orang yang miskin, orang yang cantik menghina orang yang
tidak teralu cantik, orang yang normal menghina orang yang memiliki kondisi
tubuh kurang sempurna.
2. Larangan mencela sebagai bentuk persaudaraan
Dan menurut T{ahir Ibnu ‘Asyur tidak saling mencela dalam hal ini adalah
bentuk dari persaudaraan, dan ayat ini larangan mencelanya dikhususkan pada
pemberian gelar yang secara terus menerus tiada berakhir (tidak mengenal
waktu), dan pemberian gelar itu merupakan suatu perbuatan yang buruk dan ayat
ini menganjurkan untuk meninggalkan perbuatan memanggil dengan julukan
yang menunjukkan keburukan. Dan julukan yang dimaksud adalah julukan yang
disertai dengan perasaan membenci dan perasaan meremehkan atau
merendahkan. Yang sebenarnya baik buruknya seseorang tidak bisa dipastikan
berdasarkan pujian, celaan,cacian, amal dan apapun yang tampak padanya. Karna
belum tentu orang yang mendapat perlakuan tidak baik seperti itu memiliki amal
perbuatan yang buruk. Juga belum tentu orang yang terlihat memelihara amal
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
lahiriyah juga ternyata menyimpan sifat tercela dalam hatinya. Karena hal itu
bukan menjadi tanda-tanda petunjuk yang pasti. Hanya Allah yang maha
mengetahui segalanya wallahua’lam.
Selain itu larangan ini ditujukan untuk pemberian gelar yang buruk yang
tidak disukai pemiliknya, sedangkan menurut beberapa kitab tafsir menafsirkan
larangan ini dalam bentuk mencela secara umum. Maksudnya adalah mencela
baik dalam hal kedudukan seperti orang kaya mencela orang miskin, atau
mencela terhadap orang yang memiliki kekurangan pada dirinya seperti mencela
pada orang yang tidak mempunyai kondisi fisik sempurna (cacat) dalam hal ini
terdapat pada tafsir fi Z{ilalil Qur’an karya Sayyid Qutb dan tafsir al-Maragi
karya Ahmad Must}afa al-Maragi.
Dalam tafsir T{ahir Ibnu ‘Ashu>r bahwa tindakan yang dilarang dan
dijelaskan dalam ayat ini adalah suatu perbuatan yang menunjukkan suatu
perbuatan yang tidak sopan dan ketidaktaatan dan mengutip hadis bahwa mencaci
seorang hadist adalah perbuatan fasik dan perbuatan ini tidak bisa dihapuskan
dosannya kecuali dengan bertaubat, dan apabila dalam hal ini tidak bertaubat
maka akan menerima hukuman akhirat, dan dikatakan pula bahwasannya dosa
mencela adalah sebuah dosa kecil dan apabila dilakukan scara terus menerus maka
bias menjadikan dosa kecil itu menjadi sebuah dosa yang besar.6 Dalam hal ini
memiliki persamaan dalam penafsiran mustafa al-Maraghi yang juga dijelaskan
bahwa orang yang melakukan perbuatan mencela atau mengolok-olok adalah
6 Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar
al-Tu>nisiyyah, T.t), 250
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
orang yang fasik. Allah sudah mengatakan bahwasannya tidak semestinya seorang
mukmin mengolok-olok mukmin lainnya atau mengejeknya dengan celaan atau
hinaan, dan tidak patut pula memberi gelar dengan gelar yang buruk, dan barang
siapa yang tidak bertaubat maka ia berbuat buruk dengan dirinya sendiri. Jadi
orang yang mencela, mengejek, menghina merupakan orang sama saja berbuat
buruk kepada dirinya sendiri karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang
bisa menybabkan dosa yang akan ditanggung kelak di akhirat.7
Menurut analisis penulis memahami dari tafsir ini bahwasannya Ibnu
‘Ashu>r dalam menafsirkan perbuatan mencela itu celaan yang berupa perkaaan
dan ditujukan pada pemberian gelar yang buruk saja, sedangkan dapat diketahui
bahwasannya dalam celaan itu terdapat berbagai bentuk tidak hanya berupa celaan
verbal saja akan tetapi juga dapat berupa sebuah tindakan tubuh (gerakan tubuh)
seperti gerakan tangan yang dapat berujung pada tindakan (pelecehan), gerakan
mata (melirik) yang terkadang juga dapat menimbulkan perasaan tersinggung dan
gerakan-gerakan tubuh yang lain.
B. Kontekstualisasi Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Body Shaming
1. Menghindari tindakan bullying verbal dan non verbal
Allah melarang hambanya melakukan perbuatan mencela baik dalam segi
kondisi sosial, keturunan agama, bentuk tubuh seseorang karena hal tersebut
dapat menyakiti orang lain. Larangan dalam Quran surat al-H{ujurat {49}:11 ini
7 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Cet. II (Semarang: Karya
Toha Putra Semarang, 1993), 221-225
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
tidak hanya ditujukan terhadap laki-laki saja, larangan ini juga ditujukan kepada
perempuan juga, karena siapapun bisa berpotensi melakukan hal ini apabila
kurang pandai dalam hal menjaga lisan. Dalam ayat ini dapat diketahui
bahwasannya melakukan perbuatan mencela adalah suatu perbuatan yang
dilarang, apabila dikaitan dengan fenomena yang sering terjadi pada saat ini yaitu
body shaming. Hal tersebut sama halnya dengan perbuatan yang buruk, karena
melakukan body shaming itu membuat korban merasa dirinya dipermalukan, tidak
berharga dan dalam hal ini sangat merugikan orang lain. Dan dampak dari
perbuatan itu jika dilakukan scecara terus menerus itu akan mempengaruhi
kondisi psikis korban. Maka dalam ayat ini melarang keras melakukan perbuatan
mencela karena orang yang mencela tidak sepenuhnya buruk dari yang mencela,
dalam surah al-Humazah {104}:1 dikatakan
ويل لكل هزة لمزة
Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela
Maka dalam ayat ini dijelaskan bahwasannya sikap mencela sama saja
mencelakakan diri sendiri. Di dalam kehidupan sekitar orang yang suka mencela
tidak hanya mendapat balasan diakhirat dalam dunia pun orang yang suka
mencela tidak bisa membuat hati orang lain tenang dan senang malah
menimbulkan kebencian dan kerunyaman antar sesama.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
Sebagai seorang muslim hendaknya bertuturkata yang baik dan
menghindari perkataan yang dapat menyakiti perasaan orang lain. Sebagaimana
dalam Alquran ada beberapa anjuran dalam berkata yaitu :
1. Qaulan kari>>man (ucapan yang mulia)
2. Qaulan ma’ru>fa (berkata dengan baik)
3. Qaulan syadi<dan (perkataan lurus dan benar)
4. Qaulan baligha (perkataan yang komunikatif)
5. Qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut)
Manusia sebagai makhluk sosial sudah sewajarnya melakukan interaksi
sosial, dalam proses berinteraksi banyak sedikitnya terjadi konflik di dalamnya.
Banyak sekali kasus-kasus yang terjadi dalam bersosialisalsi. Salah satunya
perihal body shaming ini yang banyak terjadi pada kehidupan sosial nyata
maupun dunia maya. Tentu dalam perbuatan tidak baik akan mendapat respon
dari masyarakat dimana dan kapan kejadian itu terjadi. Manusia hendaknya
menyadari bahwa kesejahteran dan kebahagiaan hidup merupakan bagian dari
kehidupan, dan kebahagiaan ini dapat diraih apabila seseorang dapat
berkomunikasi dengan baik dalam lingkungannya. Salah satucara untuk menjalin
hubungan komunikasi yang baik salah satunya senantiasa menjag lisan agar
selalu bertutur kata yang baik. Kejahatan ucapan (lidah) ialah sumber petaka bagi
manusia, apabila tidak bisa menjaga lidah untuk bertuturkata yang baik maka
bersiaplah akan mendapat kerugian. Dan kerugian ini tidak akan terjadi apabila
bisa menjaga tutur kata yang baik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
Dalam surat yang didarkan Kaporli NOMOR SE/06/X/@015 tentang ujaran
kebencian dapat berupa tindak pidana yang sudah diatur dalam undang-undang
KUHP, yang berbentuk:
1. Pencemaran nama baik
2. Penghinaan
3. Perbuatan tidak menyenangkan
4. Penistaan
5. Provokasi
6. Penyebaran berita hoax 8
2. Menerapkan etika dalam berinteraksi dengan sesame di dunia nyata dan
virtual
Dalam penafsiran T{ahir Ibnu ‘Asyur dijelaskan bahwa Allah melarang
melakukan perbuatan body shaming yaitu agar tidak terjadi keretekan
hubungan sosial antar individu baik dalam dunia nyata maupun dunia maya.
Seringkali ditemui dalam banyak kasus pengguna media social yang saling
melakukan hujatan atau dalam bahasa millennial dikenal dengan hatespeech
ujaran kebencian. Dalam penghinaan citra tubuh atau body shaming biasa
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Seperti halnya dalam dunia
maya seperti social media facebook, twitter, instagram yang seseorang dapat
melihat foto dalam media social tersebut dan melakukan penghinaan pada
kolom komentar yang disediakan pada media social itu apabila penilaian
8 Surat edaran dari Kaporli NOMOR SE/06/X/2015 perihal ujaran kebencian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
terhadap orang lain itu dirasa ada kekurangan atau aneh. Dan dalam hal tersebut
masuk dalam tindakan kejahatan dunia maya atau biasa dikenal dengan
cybercrime. Dalam kasus cybercrime ini masuk dalam tindakan pidana yang
cukup kompleks dalam segi pidana konvesional.
Apabila hal itu (tindakan bodyshaming) dilakukan terus menerus salah
satu dari individu akan merasa terhina dan terrendahkan dan akan
mempengaruhi kondisi psikis korban karena merasa terendahkan. Dari Qur’an
surat al-H{ujura>t ini dapat diambil pelajarang tentang bagaimana berkomunikasi
dan berinteraksi yang baik dengan sesama muslim maupun yang lainnya
diantaranya yaitu dengan menjaga lisan sebaik-baiknya agar tidak menyakiti
satu sama lain. Ada pepatah yang mengatakan lidah itu tidak bertulang dan
sangat mudah sekali untuk mematahkan perasaan seseorang dengan ucapan.
Selain itu ada pelajaran lagi yang dapat diambil dari ayat ini bahwasannya apa
yang kita lihat bukanlah nilai yang sesungguhnya bisa jadi apa yang kita lihat
buruk itu baik dimata Allah dan apa yang kita lihat baik bisa jadi buruk
dihadapan Allah SWT.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut T{ahir Ibnu ‘Asyur ayat-ayat tentang body shaming ini
merupakan suatu perbuatan yang tidak baik dalam islam, karena perbuatan
tersebut dapat merugikan berbagai pihak. Orang yang mencela akan
mendapatkan dosa dan orang yang dicela akan merasa tersakiti. Dan bisa
menimbulkan ketidak keharmonisan dalam sebuah keluarga dan hubungan
dapat menjadi permusuhan dalam pertemanan. berupa larangan mencela,
mencela yang dimaksudkan dalam hal ini memberi gelar (laqob) atau
julukan dengan maksud. tidak saling mencela dalam hal ini adalah bentuk
dari persaudaraan, dan ayat ini larangan mencelanya dikhususkan pada
pemberian gelar yang secara terus menerus tiada berakhir (tidak mengenal
waktu), dan pemberian gelar itu merupakan suatu perbuatan yang buruk
dan ayat ini menganjurkan untuk meninggalkan perbuatan julukan yang
menunjukkan keburukan itu. Dan julukan yang dimaksud adalah julukan
yang disertai dengan perasaan membenci dan perasaan meremehkan atau
merendahkan.
Dalam penafsiran T{ahir Ibnu „Asyur mengatakan bahwasannya
larangan ini dalam bentuk verbal. Selain itu larangan ini ditujukan untuk
pemberian gelar yang buruk yang tidak disukai pemiliknya, dalam tafsir
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
ini dijelaskan bahwa tindakan yang dilarang dan dijelaskan dalam ayat ini
adalah suatu perbuatan yang menunjukkan suatu perbuatan yang tidak
sopan dan ketidaktaatan dan Ibnu „Asyur mengutip hadis bahwa mencaci
seorang muslim adalah suatu perbuatan fasik dan perbuatan ini tidak bias
dihapuskan dosannya kecuali dengan bertaubat, dan apabila dalam hal ini
tidak bertaubat maka akan menerima hukuman akhirat, dan dikatakan pula
bahwasannya dosa mencela adalah sebuah dosa kecil dan apabila
dilakukan scara terus menerus maka bias menjadikan dosa kecil itu
menjadi sebuah dosa yang besar
2. Dalam mengkontekstualisasikan dengan fenomena yang terjadi, dalam
penafsiran ini melarang melakukan tindakan mencela, larangan ini tertuju
juga untuk mencela tubuh bodyshaming yang dalam hal ini sering terjadi
di dunia nyata maupun di dunia maya. Dalam social media yang sering
terjadi kasus fenomena ini adalah pada social media facebook, twitter,
dan instagram. yang seseorang dapat melihat foto dalam media social
tersebut dan melakukan penghinaan pada kolom komentar yang
disediakan pada media social itu apabila penilaian terhadap orang lain itu
dirasa ada kekurangan atau aneh. Dan dalam hal tersebut masuk dalam
tindakan kejahatan dunia maya atau biasa dikenal dengan cybercrime.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
B. Saran
Saran dari penulis hendaknya pada penelitian selanjutnya apabila
menggunakan tema yang terkait, alangkah baiknya menggunakan beberapa ayat
untuk dikaji agar pembahasan dan inti dari kandungan Alquran yang didapatkan
lebih jelas.
Pembahasan dalam penelitian ini dirasa masih ada kekurangan yang
sebenarnya masih banyak penjelasan-penjelasan mufassir terhadap kajian ayat ini,
tapi penulis hanya mengkaji beberapa kitab tafsir saja.
Diharapkan karya ini dapat menjadi jembatan pemahaman masyarakat
terhadap kandungan Alquran sehingga dapat menjadi solusi terhadap
peroblematika fenomena sosial yang sering terjadi pada masyarakat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Ma‟ani. Kajian Tafsir Komprhensif Metode Ahli Tafsir, terj. Faisa
Saleh Syahdianur, . Jakarta. PT. Karya Grafindo. 2006.
Ahmad Saqar, Nubail. Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn „Ashur fi al-Tafsir al-Tahrir
wa al-Tanwir. Mesir: al-Dar al-Misriyyah, 2001.
Ainur fadhila. Zurun tri. Perilaku Obsesiv Konplusif Dalam Beribadah Pada
Santri Pondok Pesantren Fathul Hidayah Pangean Maduran Lamongan.
Skripsi, uinsunan ampel Surabaya. Surabaya: 2015.
Al-Aridl, Ali Hasan. Sejarah dan Perkembangan Metodologi Tafsir. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada 1992.
Al-Banna, Gama. Evolusi Tafsir. Jakarta : Qishti Press, 2004.
Al-Farmawi, Abd Al Hayy. Metode Tafsir Maudhu‟i. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 1996.
Al-Ghally, Balqasim. Syaikh al-Jami’ al-A’zam Muh{ammad T{a<hir Ibn ‘A<shur
H{aya<tuhu< wa As{aruhu Beirut: Dar Ibn Hazm, 1996.
‘A<shur. Ibnu, Kash al-Mughti min Ma’ani wa al-Faz al-Waqiah fi al-Muwat}a’.
--------.Syarh al-Muqaddimah al-Adhabiyah li al-Marzuq<y ‘ala Diwa<ni al-
Amasa<h. Riyadh: Maktabah Da<r al-Tu<nisiyyah. T.t Kairo: dar al salam
2006.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
Asroruddin A, Muhammad. Belajar Akidah Akhlak Sebuah Ulasan Ringkas
Tentang Asas Tauhid dan Akhlak Islamiyah, cet. II. Jakarta: CV. Budi
Utama. 2019.
Davidson & Naele, Psikologi Abnormal.. Jakarta: PT. raja grafindo persada. T.t.
Efendy, Onong uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Rosdakarya, 1997.
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Uin Sunan Ampel Surabaya.. Petunjuk
Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya, t,p.2014.
Fauzia. Tri Fajariani. Lintang Ratri Rahmiaji, Memahami Pengalaman Body
Shaming Pada Remaja Perempuan, jurnal. 2019.
Hajar. Ibnu. Dasar-dasar Metodologi penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.1999.
Hayyie. Abdul Terjemah Luba>bun Nuqu>l fi As}ba>bin Nuzu>l Jala>luddin As
Su>yu>thi. Depok: Gema Insani. 2008.
Https://www.alodokter.com/gangguan-dismorfik-tubuh diakses tanggal 30
November 2019.
Https://www.google.com/amp/s/Hellosehat.com/penyakit/gangguan-makan/amp/
diakses tanggal 30 November 2019.
Ilahi. Wahyu. MA. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
Ismail bin al Bukhori. Muhammad bin. Shahih Bukhari. Beirut: dar Ibn Katsir.
1987.
J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali press.2005.
Lelucon: Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara Mengatasinya, Jurnal
Emik Vol. 1 No.1 Desember. 2018.
Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al Quran Dan Tafsir. Yogyakarta: Idea
Pres. 2018
Stevany Putri. Anggraeni. Brigitta. dkk. Perancangan Kampanye “Siister‟s
Project” Sebagai Upaya Pencegahan Body Shaming. Jurnal
T. M. Damanik. Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body Shaming.
Skripsi, Progam Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata dharma.
Semiawan. Conny R. T. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik Dan
Keunggulannya, .Jakarta : Grasindo. T.t.
Widjaja. A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi . Jakarta: bina aksara. 1998.