body shaming perspektif t{ar ibnu ‘ashu>rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › auwalul...

96
iii BODY SHAMING PERSPEKTIF T{A< HI>R IBNU ‘ASHU>R (Studi Analisis Quran Surat Al-H{ ujura< t {49}:11 Dalam Kitab At- Tah{ri> r Wa At-Tanr) Skripsi Oleh : AUWALUL MAKHFUDHOH NIM E93216105 PROGAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019 Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) dalam Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir

Upload: others

Post on 04-Jul-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

iii

BODY SHAMING PERSPEKTIF T{A<HI>R IBNU ‘ASHU>R

(Studi Analisis Qur’an Surat Al-H{ujura<t {49}:11 Dalam Kitab At-

Tah{ri>r Wa At-Tanwīr)

Skripsi

Oleh :

AUWALUL MAKHFUDHOH

NIM E93216105

PROGAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS

USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SUNAN AMPEL SURABAYA

2019

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) dalam

Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir

Page 2: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

iv

Page 3: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

iv

Page 4: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

v

Page 5: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

vi

Page 6: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vii

ABSTRAK

Di dalam Alquran tidak hanya membahas pedoman hubungan manusia

dengan tuhannya saja akan tetapi juga membahas hubungan antara manusia

dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Diantara

persoalan hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya yaitu tentang

akhlak, sikap, atau norma terhadap sesamanya. Berbicara tentang akhlak dalam

islam terdapat akhlak baik dan buruk yang sudah ditentukan dalam Alquran dan

sunnah Rasul. Akhlak dalam Islam terbagi menjadi dua macam yaitu akhlak

mah}mudah dan akhlak madhmumah. Sebisa mungkin menghindari akhlak

madhmumah karena dalam perbuatan tersebut bisa merugikan dan menyakiti hati

orang lain. Diantara perbuatan yang termasuk dalam akhlak madhmumah yaitu

mencela, mengolok-olok dan memanggil dengan sebutan yang tidak baik. Saat ini

marak sekali terjadi tindakan body saming pada sekitar kita, tindakan ini

merupakan tindakan mencela atau mengejek terhadap kondisi fisik sesorang yang

dianggap kurang memenuhi standart ukuran idealisme.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan dua rumusan masalah, yaitu

Bagaimana body shaming dalam prespektif T}ahi<r Ibnu ‘A>shu>r dalam surat al-

H}}ujura>t {39}:11 dan bagaimana kontekstualisasi penafsiran T}ahi<r Ibnu ‘A>shu>r

terhadap body shaming. Penelitian ini menggunakan metode analisis konten yang

penulis mencoba mengumpulkan data-data dari berbagai sumber atau rujukan

yang berupa kitab-kitab, buku-buku, kitab tafsir, jurnal. Sedangkan dalam

mengkaji penafsiran menggunakan metode tematik konseptual, yaitu dengan

mencari ayat yang sejalan dengan tema yang akan dikaji kemudian dilakukan

pengkajian. Setelah melakukan analisis kitab karya T}ahi<r Ibnu ‘A>shu>r dengan

melihat fenomena body shaming ini, menurut analisis penulis memahami dari

tafsir ini bahwasannya T}ahi<r Ibnu ‘A>shu>r dalam menafsirkan perbuatan mencela

itu celaan yang berupa perkaaan dan ditujukan pada pemberian gelar yang buruk

saja, sedangkan dapat diketahui bahwasannya dalam celaan itu terdapat berbagai

bentuk tidak hanya berupa celaan verbal saja akan tetapi juga dapat berupa sebuah

tindakan tubuh (gerakan tubuh) seperti gerakan tangan yang dapat berujung pada

tindakan (pelecehan), gerakan mata (melirik) yang terkadang juga dapat

menimbulkan perasaan tersinggung dan gerakan-gerakan tubuh yang lain.

Harapan penulis semoga karya ini mampu menjembatani pemahaman

temen-temen ataupun masyarakat yang membaca karya tulis ini dan juga dapat

berfungsi menyelesaikan problem fenomena yang sering terjadi atau bahkan kita

tidak menyadari bahwa kita sendiri juga sering melakukannya.

Kata kunci: Body shaming, Cacian, Mengolok-olok

Page 7: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iv

PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................... vi

MOTTO .................................................................................................................... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................ xiiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6

C. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

D. Tujuan ........................................................................................................... 7

E. Kegunaan Penelitian....................................................................................... 7

F. Telaah Pustaka ............................................................................................... 8

G. Metodologi Penelitian .................................................................................... 11

H. Sistematika Pembahasan ................................................................................ 15

Page 8: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ix

BAB II BODY SHAMING

A. Body shaming

1. Pengertian body shaming .................................................................................... 16

2. Bentuk-bentuk body shaming ............................................................................. 19

3. Dampak body shaming ....................................................................................... 20

B. Etika Hubungan Kemasyarakatan

1. Mencintai Saudara Sebagaimana Mencintai diri Sendiri .......................... 23

2. Memuliakan tamu, saudara, kerabat dan tetangga ..................................... 25

3. Berbicara yang baik ................................................................................... 26

BAB III BIOGRAFI IBNU ‘A<SHU<R DAN PENAFSIRAN

QUR’AN SURAT AL-HUJURAT {49}:11

A. Biografi T}a<hir Ibnu ‘A<shur

1. Latar belakang kehidupan ......................................................................... 34

2. Latar belakang pendidikan......................................................................... 37

3. Guru-guru dan murid Ibnu ‘A<shur ............................................................ 40

4. Karya-karya Ibnu ‘A<shur ........................................................................... 41

5. Pendapat ulama mengenai kitab tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir ................ 42

6. Tentang kitab tafsir Tah{ri<r wa at-Tanwi<r ................................................. 46

B. Penafsiran Alqur’an Surat al-H}ujura>t {49}:11 Dalam Kitab al-Tah}rir

wa al-Tanwir

1. Ayat dan terjemah ................................................................................... 51

2. Asbabun Nuzul ......................................................................................... 51

3. Makna Qur‟an Surat al-H}ujura>t {49}:11 secara leksikal ......................... 55

Page 9: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

x

4. Interpretasi penafsiran Qur‟an Surat al-H}ujura>t {49}:11 dalam kitab

tafsir Tah}rir wa al-Tanwir ........................................................................ 64

BAB IV ANALISIS DAN KONTEKSTUALISASI BODY SHAMING

DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

A. Analisis body shaming dalam Alqur’an Surat al-H}ujura>t {49}:11

1. Menitik beratkan pada bulliying verbal ......................................................... 73

2. Larangan mencela sebagai bentuk persaudaraan ................................... 75

B. kontekstualisasi ayat-ayat tentang body shaming

1. Menghindari tindakan bullying verbal dan non verbal ........................... 77

2. Menerapkan etika dalam berinteraksi dengan sesama di dunia nyata

maupun virtual......................................................................................... 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 81

B. Saran ............................................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alquran adalah kitab yang paling agung dan paling luas cakupannya

yang mencakup ilmu, dalil-dalil aturan dan nasihat-nasihat yang terkandung di

dalamnya. Sehingga banyak manusia yang memperoleh hidayah dan kembali

kepada jalan yang lurus sesuai dengan aqidah. Di dalamnya terdapat petunjuk

bagi siapa saja yang ingin hidup bahagia di dunia maupun diakhirat, di dalam

Alquran sudah tersusun tanggapan-tanggapan, solusi, dan aturan-aturan untuk

kehidupan manusia. Selain itu Alquran juga memiliki keistimewaan yaitu s{oh}}ih} li

kulli zaman wa makan (relevan pada suatu waktu dan tempat). Sehingga Alquran

dapat dijadikan sebagai pedoman bagi umat manusia. Dan terdapat suatu

keberuntungan dan kabar gembira bagi orang-orang yang mau mengimani

Alquran. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Alquran surat. An-Nahl

{16}:85)

يان لكل شيء وىدى ورحة وبشرى للمسلمي ون زلنا عليك الكتاب تب

Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala

sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. 1

Segala aspek terkandung dalam Alquran mulai dari huruf, kosa kata,

ayat, surat, susunan redaksi, sebab turunnya suatu ayat maupun surat, proses

turunnya ayat maupun kandungan yang tersirat dalam suatu ayat. Menafsirkan

Alquran merupakan upaya untuk menjelaskan kandungan makna yang tersirat

1 Alqur’an 16:85

Page 11: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

pada suatu ayat. Menafsirkan Alquran merupakan upaya untuk menjelaskan

maksud dari kandungan Alquran, bahwasannya Alquran merupakan sumber

ajaran agama Islam dan petunjuk bagi manusia.2

Di dalam Alquran tidak hanya membahas pedoman hubungan manusia

dengan tuhannya saja akan tetapi juga membahas hubungan antara manusia

dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Diantara

persoalan hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya yaitu tentang

akhlak, sikap, atau norma terhadap sesamanya.

Berbicara tentang akhlak, akhlak itu berasal dari perbuatan dalam diri

seseorang yang sudah tertanam dan menjadi suatu kepribadian dari dalam diri.

Dalam islam akhlak baik dan buruk sudah ditentukan dalam Alquran dan sunnah

Rasul (dengan meneladani sikap dan sifat terpuji Rasulullah SAW). Sebagaimana

dalam Qs. al Ahzab {33}:21.

كثريالقد كان لكم ف رسول الل أسوة حسنة لمن كان ي رجو الل والي وم الخر وذكر الل

Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah suri tauladan bagimu yaitu orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dia banyak menyebut Allah.3

Akhlak sendiri dalam Islam terbagi menjadi dua macam yaitu akhlak

mah}mudah dan akhlak madhmumah (akhlak yang tercela). Akhlak madhmumah

(akhlak yang tercela) adalah segala tindakan maupun tingkah laku manusia yang

2Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Perkembangan Metodologi Tafsir (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1992), 155. 3 Alqura>n 33:21

Page 12: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

bisa membawa manusia itu pada kebinasaan dan kehancuran diri. Selain itu juga

dapat merugikan orang yang berada di sekitarnya.4

Dalam bukunya Zaharuddin dan Hasanuddin Sinaga, akhlak madzmumah

dibagi menjadi dua bagian yaitu maksiat lahir dan maksiat bathin. Maksiat lahir

yaitu seperti lisan (berbicara kotor, mencaci, julit), telinga, tangan, berbuat yang

tiak baik. Sedangkan maksiat bat}in adalah marah, dengki, dongkol, hasad, irihati,

sombong.5 Seorang muslim sebisa mungkin menghindari akhlak madhmumah

(akhlak yang tercela) karena dalam perbuatan tersebut bisa merugikan dan

menyakiti hati orang lain. Mencela, mengolok-olok dan memanggil dengan

sebutan yang tidak baik misalnya, apabila hal itu dilakukan secara terus akan

berdampak tidak baik terhadap kesehatan dan mental jiwa orang yang dicela. Dan

tentu perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tidak disukai Allah SWT

sebagaimana dalam Alquran surat. Al Hujurat {39}:11 yang berbunyi.

هم را من ول نساء من نساء عسى أن ي أي ها الذين آمنوا ل يسخر ق وم من ق وم عسى أن يكونوا خي هن ول ت لمزوا أن فسكم ول ت ناب زوا بللقاب بئس السم الفسوق ب عد ال را من ناميان ومن يكن خي

ي تب فأولئك ىم الظالمون

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari

mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,

boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri

dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk

panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak

bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.6

4 Muhammad Asroruddin A, Belajar Akidah Akhlak Sebuah Ulasan Ringkas Tentang

Asas Tauhid dan Akhlak Islamiyah, cet. II, (Jakarta: CV. Budi Utama, 2019). 39 5 Ibid, 40

6 Alqura>n 39:11

Page 13: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Pada saat ini banyak sekali fenomena-fenomena yang sering terjadi

disekitar atau mungkin secara tidak sadar hal itu pernah terjadi pada diri sendiri

bagi orang yang pernah mengalaminya. Berbicara perihal tubuh atau fisik,

memiliki tubuh yang ideal dan proposional merupakan suatu dambaan setiap

manusia, tubuh ideal dan proposional adalah tubuh yang memiliki keseimbangan

antara berat dan tinggi. Sejak jaman dahulu perempuan dari tiap daerah memiliki

standart kecantikan masing-masing, berawal dari situ masyarakat memiliki

standart ideal dalam menilai tubuh seseorang. Adanya standart ukuran yang

ditetapkan memungkinkan seseorang membandingkan antara tubuh seseorang

dengan seseorang yang lainnya. Berawal dari membandingkan hingga secara tidak

langsung berujung pada mencela karena dirasa ada ketidak sesuaian dengan

standart yang terukur dalam dirinya.

Seringkali terdengar celaan atau ejekan-ejekan terhadap orang yang

memiliki kondisi fisik, penampilan fisik, yang dinilai cukup berbeda dengan orang

pada umumnya. Contohnya celaan atau ejekan terhadap orang yang memiliki

tubuh gemuk yang disamakan dengan hewan yang bertubuh besar seperti, gajah,

kingkong, badak, tidak hanya orang yang bertubuh gemuk saja orang yang

bertubuh kecil, berkulit hitam, bertubuh kurus seringkali terdengar ejekan-ejekan.

Mencela kekurangan fisik orang lain yang kerapkali dilakukan banyak

orang ini termasuk dalam jenis perundungan secara verbal (perundungan lewat

kata-kata). Seringkali dalam sebuah percakapan sehari-hari tidak jarang terselip

kata-kata atau candaan yang berujung pada tindakan mencela tubuh (body

Page 14: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

shaming). Apabila dalam hal ini dilakukan secara intens dan terus menerus maka

dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang karena hal tersebut menjadikan

perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri, terhadap kondisi tubuhnya dan bisa

memunculkan perasaan cemas dan malu. Dan hal itu dapat mempengaruhi

kehidupan peribadi maupun kehidupan sosialnya. Kasus-kasus pencelaan fisik

atau yang dikenal dengan body shaming ini sudah ditangani langsung oleh pihak

yang berwajib, dari seluruh Indonesia sejak tahun 2018 yang lalu kasus ini terjadi

kurang lebih sekitar 347 kasus yang sudah diselesaikan pihak berwajib. Baik

melalui pendekatan korban maupun pendekatan pelaku.7 Menurut data Komisi

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sejak tahun 2011 hingga 2016 ditemukan

sekitar 235 kasus bulliying, terdiri dari 122 anak yang menjadi korban dan 131

anak yang menjadi pelaku. Pada tahun 2018 KPAI menyebutkan dari total 455

kasus pada ranah pendidikan baik berupa bulliying verbal maupun fisik.8

Di dalam Alquran dijelaskan betapa pentingnya menghargai sesama

makhluk hidup dan larangan mencela pada sesame makhluk hidup, sebagaimana

dalam Alquran surat Al-Hujurat {49}:11. Melihat fenomena yang sering terjadi

saat ini, tujuan penelitian ini yaitu untuk membahas bagaimana Alquran

menanggapi fenomena body shaming yang terjadi. Dan membahas larangan

mencela dan kontekstualisasinya terhadap fenomena body shaming yang marak

terjadi. Dalam hal ini membahas tentang ayat yang berkaitan dengan tema

kemudian mengupas ayat yang berkaitan berdasarkan pendapat mufassir T{a>hir ibn

7 Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri Rahmiaji, Memahami Pengalaman Body Shaming

Pada Remaja Perempuan, (semarang : t.p ), 5 8Https://kumparan.com/@kumparanstyle/kasus-bulliying-meningkat-pelaku-didominasi-

oleh-remaja.

Page 15: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

‘A<shur. Setelah mengupas penafsirannya kemudian dikontekstualisasikan dengan

fenomena body shaming yang terjadi pada kehidupan masyarakat saat ini.

Kemudian kitab yang digunakan sebagai rujukan adalah kitab At-Tah}rir Wa At-

Tanwir karya T{a>hir ibn ‘A<shur.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi

beberapa permasalahan yakni sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan body shaming ?

2. Bagaimana dampak dan cara mengatasi dampak dari body shaming ?

3. Menyajikan ayat-ayat yang berbicara tentang mencela, mengolok-olok dan

memberi gelar sebutan yang tidak baik

4. Penafsiran dan pendapat mufassir mengenai ayat-ayat yang berbicara tentang

body shaming

5. Merelevansikan penafsiran ayat dengan fenomena yang terjadi pada saat ini

6. Tanggapan dan solusi Alquran mengenai fenomena body shaming

Untuk pembatasan masalah, penelitian ini dibatasi oleh penafsirannya

T{a>hir ibn ‘A<shur.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi batasan masalah yang sudah

dipaparkan di atas, maka menghasilkan beberapa rumusan masalah yang akan

menjadi pembahasan pada penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang

dihasilkan adalah sebagai berikut:

Page 16: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

1. Bagaimana body shaming dalam prespektif T{a>hir ibn ‘A<shur dalam surat al-

H}}ujura>t {39}:11 ?

2. Bagaimana kontekstualisasi penafsiran terhadap body shaming ?

D. Tujuan Penlitian

Penelitian karya tulis ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui body shaming dalam prespektif Tahir Ibnu Asyur dalam surat al-

H}}ujura>t {39}:11

2. Mengetahui kontekstualisasi penafsiran T{a>hir ibn ‘A<shur terhadap body

shaming

E. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangsih untuk

penelitian-penelitian berikutnya. Adapun fungsi dan kegunaan penelitian ini ada

kegunaan secara toritis dan kegunaan secara praktis adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Secara Teoritis

Penelitian ini dapat berfungsi untuk menambah wawasan dan

khazanah keilmuwan tafsir terkait dengan pembahasan perihal fenomena body

shaming ditinjau dalam Alquran.

2. Kegunaan Secara Praktis

Sebagai pengetahuan dan wawasan tentang penafsiran Alquran yang

bisa dikontekstualisasikan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar.

Juga sebagai jembatan pemahaman bagi masyarakat terhadap Alquran,

sehingga Alquran bisa dijadikan sebagai solusi terhadap problem yang terjadi.

Page 17: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah deskripsi singkat tentang sebuah kajian atau

penelitian yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti

sehingga tampak jelas bahwa karya tulis ilmiah ini bukan karya tulis yang

duplikasi dari penelitian yang sudah ada.9

Berdasarkan pengamatan, untuk karya tulis ilmiah yang membahas seperti

karya tulis ini dalam ranah Ilmu Alquran dan Tafsir belum diketemukan, akan

tetapi ada beberapa karya tulis yang membahas serupa atau setema tetapi ada

perbedaan pembahasan dalam ruang lingkupnya, yakni.

1. Bulliying Dalam Alquran (Studi Analisis Teori dan Kaidah M Quraish Shihab

serta Ibn Katsir dalam Menafsirkan Yaskhar), skripsi UIN Sunan Ampel

Surabaya tahun 2016 karya Moch. Amirudin Ashar. Penelitian ini menjelaskan

lebih tentang bulliying teori penafsiran term yaskhar menurut M. Quraish

Shihab dan Ibn Kathir. Dari pemaparan penulis menyimpulkan bahwasannya di

Alquran terdapat ayat-ayat bullying dan menurut M. Quraish Shihab serta Ibnu

Kathir masing-masing memilikipandangan yang berbeda mengenai teori dan

kaidah yang digunakan dalam menafsirkan kata yaskhar yakni jika menurut M.

Quraish Shihab menafsirkan yaskhar sebagai suatu tindakan yang menyebut

kekurangan orang lain, baik dengan ucapan, perbuatan, maupun tingkah laku

yang bertujuan untuk mengejek dan menertawakan, dalam menafsirkan M.

Quraish Shihab menggunakan teori semantik leksikal dan menggunakan kaidah

al ’ibrah bi umum al lafz la bi h}usus al as}bab pada asbabun nuzul. Sedangkan

9 Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Uin Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis

Penulisan Skripsi, (Surabaya, t,p., 2014), 8.

Page 18: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

menurut Ibnu Kathir dalam menafsirkan kata la yaskhar ialah mencela,

menghina dan merendahkan. Ibnu kathir menggunakan fungsi hadith sebagai

sebagai penjelas bagi Alquran yakni sebagai bayan al-Taqrir dalam

menjelaskan Alquran, selain itu ibnu kathir menggunakan kaidah-kaidah al

ibrah bi khusus al s}abab la bi umum al lafaz} pada as}bab al nuzul.

2. Penafsiran tentang ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan perilaku

Bulliying: Studi Komparatif antara Tafsir Alquran al Majid dan Tafsir al

Maraghi, Diploma Thesis UIN Sunan Gunung Djati tahun 2017 karya Julia

Yayu. Dalam penelitian penulis menggunakan metode komparasi atau biasa

dikenal dengan muqorron ini lebih mengumpulkan semua ayat yang berkaitan

dengan bulliyng kemudian dibandingkan dengan pendapat dari dua mufassir.

3. Bulliying Dalam Prespektif Al-Quran Dan Psikologi, skripsi UIN Sunan Ampel

Surabaya tahun 2018 karya Mokhammad Ainul Yaqien. Dalam penelitian ini

membahas bulliying dalam al-Quran tapi dalam pembahasannya penulis lebih

dominan membahas dalam pandangan psikologi. Dari pemaparan penulis

karya tulis ilmiah ini para mufassir memahami mengenai ayat bullying

menbagi menjadi beberapa kategori yakni bullying yang dilakukan kepada

Nabi, bullying kepada sesama manusia kemudian ancaman kepada orang yang

melakukan bullying. Orang yang melakukan bullying mereka akan

mendapatkan dampak dan merugi akibat semua perbuatannya yaitu akan

disebut menjadi orang yang muflis}. Untuk mengatasi perbuatan bullying ini

melakukan pendekatan behavior yaitu teori tentang perubahan sikap dari

proses pembelajaran pada masa lalu. Dengan pendekatan ini bullying dapat

Page 19: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

diatasi dan bias menjadikan datu sama lain saling memahami kekurangan yang

dialami oranglain.

4. Ujaran Kebencian Dalam Prespektif M. Quraish Shihab (Analisis Qs. Al

Hujurat Ayat 11 Dalam Tafsir Al Misbah), skripsi UIN Walisongo Semarang

2018 karya Mohammad Saiful Mujab. Dalam penelitian ini membahas tentang

konsep ujaran kebencian dalam al Quran dalam prespektif M. Quraish Shihab.

Penafsiran ujaran kebencian dalam Alquran surat Al Hujurat ayat 11 menurut

Tafsir al Misbah. Ayat ini memberi petunjuk tentang beberapa hal yang harus

dihindari untuk mencegah timbulnya pertikaian. Ujaran kebencian dalam surat

ini Allah SWT berpesan kepada hamba-hambanya dalam bersosial masyarakat

dan diperintahkan untuk menjaga ucapan agar tidak menyakiti antar sesama.

5. Menyikapi Perilaku Bulliying (Kajian Ma‟ani Al Hadist Dalam Kitab Musnad

Ahmad Bin Hambal No Indeks 1379 Melalui Pendekatan Psikologi). Skripsi

UIN sunan ampel surabaya tahun 2019. Dalam penelitian ini membahas

bagaimana menyikapi perilaku bulliying dalam tinjauan kajian ma‟ani hadist

dalam kitab musnad bin hambal melalui pendekatan psikologi. Bedasarkan

hasil penelitian hadist tentang menyikapi perilaku bullting dalam kitab musnad

Ah}mad bin H}ambal no indeks 1379 maka dapat diketahui semua

periwayatan dinilai thiqah terbukti bahwa dalam rangkaian sanad bersampai

pada setiap tingkatan. Kemudian matan hadist tidak bertentangan dengan

Alquran dan syari’at maupun hadist yang lebih sh}ah}ih}. Dan hadist riwayat

Ah}mad bin H}ambal ini memiliki kualitas hadis s}ah}ih} lid}atihi, memiliki

kualitas maqbul dan dapat dijadikan sebagai h}ujjah. Dalam prmaknaan hadis

Page 20: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

tentang menyikapi perilaku bullying. Kata نصر bagi orang arab adalah lafadz

yang artinya adalah menolong z}alim itu dengan mencegah z}alim. Maka اعانة

perbuatan bullying dapat diklasifikasikan dalam perbuatan z}alim.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library

Research), dalam penelitian kepustakaan dalam pengumpulan datanya melalui

analisa buku-buku, kitab-kitab yang berhubungan dan memiliki hubungan dalam

mendukung penelitian ini.

2. Metode Penelitian

Metode merupakan alat yang dipakai untuk mengkaji rangkaian masalah

yang akan diteliti sehingga dapat menghasilkan hasil penelitian yang sesuai

dengan maksud yang diinginkan. Untuk metode secara keseluruhan penulis

menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu mengambil data yang

berupa kata-kata atau teks yang kemudian dari data dan teks tersebut dianalisis

dan hasil dari analisis tersebut dapat berupa penggambaran, tema maupun

deskripsi.10

Adapun metode penelitian yang akan digunakan yaitu menggunakan

pendekatan maudhu‟i (tematik). Metode tematik yaitu metode yang berfungsi

untuk memahami makna Alquran dengan tema tertentu dengan ayat yang sesuai

10

Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik Dan

Keunggulannya, (Jakarta : Grasindo, T.t), 7

Page 21: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

dengan tema. Dari mengungkap kejadian fakta, fenomena maupun keadaan. Lalu

dijadikan tema kajian secara proposional kemudian ditafsirkan dan kemudian

dianalisis. Metode ini menjadi trend dalam perkembangan tafsir era modern-

kontemporer dalam metode ini mengumpulkan dan memahami ayat yang terkait

dengan tema baik berkaitan secara langsung maupun tidak lalu kemudian

dibangun secara logis untuk menjadikan sebuah konsep yang utuh dan sistematis

dalam prespektif Alquran. Dalam riset tematik ada pendapat bahwasannya

Alquran itu ayatnya ibarat untaian kalung emas, yang satu rantai dengan yang

lainnya saling berkaitan. Ada ulama yang mengatakan bahwasannya Alquran itu

Alquran yufassir ba’d}uhu ba’d}an yang artinya ayat Alquran itu sebagiannya

menafsirkan sebagian yang lain. 11

Metode penelitian tematik sendiri dibagi menjadi 3 macam :

1. Tematik surat, yakni metode kajian tematik yang meneliti surat-surat tertentu.

2. Tematik term, yakni metode kajian tematik yang mengkaji term atau istilah-

istilah tertentu dalam Alquran. Contohnya tawakkal, qolb.

3. Tematik konseptual, yakni metode kajian tematik terhadap konsep-konsep

tertentu yang secara gamblang tidak terdapat dalam Alquran. Tetapi inti dari

konsep tersebut ada dalam Alquran. Contohnya difable dalam Alquran.

4. Tematik tokoh, yakni metode kajian tematik yang diteliti melalui tokoh.

Semisal ada tokoh yang mempunyai pemikiran konsep-konsep tertentu dalam

11

Dr. H. Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al Quran Dan Tafsir, (yogyakarta: Idea

Pres, 2018), 57

Page 22: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Alquran. Contohnya Konsep Poligami Menurut Fahruddin Ar Razi. Konsep

Penghijauan Menurut Ibn „Asyur.12

3. Sumber Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu

terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder (sumber data pokok

dan sumber data penunjang).

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang menjadi rujukan utama yang

digunakan dalam penelitian ini. Adapun sumber data yang akan digunakan adalah

kitab tafsir karya T}ahir Ibnu ‘Asyur yang berjudul at Tafsir at Tah}r wa al

Tanwir.

b. Sumber data Skunder

Sumber data sekunder yang menjadi sumber data pendukung dalam

penelitian ini diambil dari buku-buku, artiker, jurnal, karya tafsir, yang

mempunyai andil dan berkontribusi dalam menyelesaikan penelitian ini.

1. Tafsir Al Misbah} karya Quraish S}ih}ab

2. Tafsir Fi Dhilal Alquran karya Sayyid Qut}b

3. Tafsir Al Azhar karya Prof. Hamka

4. Tafsir Al Maraghi karya Ahmad Mustafa al Maraghi

12

Ibid, 61-63

Page 23: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

4. Teknik Pengumpulan Data

Terlebih dahulu ditentukan tema kemudian mencari ayat yang berkaitan

dengan tema yang akan dikaji. Lalu kemudian menelusuri penafsiran mufassir

yang akan dikaji, lalu kemudian dikontekstualisasikan dengan fenomena yang

sedang terjadi yang tidah jauh keterkaitannya dengan judul. Lalu teknik

pengumpulan data terkait penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.

Yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal yang terkait dengan tema yang

sudah ditetapkan berupa catatan, buku-buku dan lain sebagainya. Melalui metode

dokumentasi ini maka akan diperoleh data yang sesuai dengan konsep-konsep

yang akan dibahas.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data memakai pendekatan metode

deskriptif analisis. Penelitian yang bersifat tematik ini memaparkan data-data

yang diperoleh dari kepustakaan.13

Kemudian dalam enelitian ini

menggambarkan suatu gejala peristiwa secara sistematis, mengenai fenomena

yang terjadi. Dalam penelitian ini akan memaparkan penafsiran dari beberapa

mufassir mengenai ayat yang berhubungan dengan body shaming yang kemudian

akan dianalisis.

Penelitian ini menfokuskan pada ayat yang berkaitan dengan tema. Oleh

karena itu penelitian ini menggunakan metode tematik (Maudhu‟i) yaitu metode

13

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 274

Page 24: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

yang menghimpun beberapa ayat dalam Alquran yang membahas tentang tema

yang akan dikaji.14

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini, maka

struktur penulisan disusun atas lima bab sebagai berikut :

Bab I dalam bab satu berisikan pendahuluan yang meliputi, latar

belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II dalam bab dua berisikan landasan teori yang meliputi penjelasan

tentang body shaming.

Bab III dalam bab tiga ini membahas body shaming dalam Alquran

sekaligus penafsiran ayat body shaming menurut T}ahi<r ibn ‘Ashu>r.

Bab IV bab empat ini menjelaskan dan memaparkan hasil analisa terkait

dengan penafsiran T}ahi<r ibn ‘Ashu>r. Kemudian mengkontekstualisasikan dengan

fenomena body shaming.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dalam hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui isi dari pembahasan secara ringkasnya dan saran

sebagai hasil dari pemikiran yang membangun untuk perbaikan kedepannya.

14

Abd Al Hayy Al Farmawi, Metode Tafsir Maudhu‟i (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996), 35-36

Page 25: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

BODY SHAMING

Pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode maudhu‟i

(tematik). Metode tematik yaitu metode yang berfungsi untuk memahami makna

Alquran dengan tema tertentu dengan ayat yang sesuai dengan tema. Dari

mengungkap kejadian fakta, fenomena maupun keadaan, lalu dijadikan tema

kajian secara proposional kemudian ditafsirkan dan kemudian dianalisis.

Metode tematik ini menjadi trend dalam perkembangan tafsir era

modern-kontemporer dalam metode ini mengumpulkan dan memahami ayat yang

terkait dengan tema baik berkaitan secara langsung maupun tidak lalu kemudian

dibangun secara logis untuk menjadikan sebuah konsep yang utuh dan sistematis

dalam prespektif Alquran. Dalam riset tematik ada pendapat bahwasannya

Alquran itu ayatnya ibarat untaian kalung emas, yang satu rantai dengan yang

lainnya saling berkaitan. Ada ulama yang mengatakan bahwasannya Alquran itu

Alquran yufas}s}ir ba’d}uhu ba’d}an yang artinya ayat Alquran itu sebagiannya

menafsirkan sebagian yang lain. 1

A. Body Shaming

1. Pengertian Body Shaming

Body shaming terdiri dari dua kata yaitu body dan shaming. Dalam kamus

besar bahasa Indonesia body memiliki makna tubuh dan kata shaming memiliki

1 Dr. H. Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al Quran Dan Tafsir (Yogyakarta: Idea

Pres, 2018), 57

Page 26: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

makna mempermalukan.2 Dalam kamus psikologi body shaming adalah tindakan

mengomentari fisik atau penampilan pada diri seseorang.3 Dalam oxford dictonary

body shaming merupakan sebuah tindakan mengkritik tentang bentuk atau ukuran

tubuh seseorang yang ditujukan kepada perorangan maupun kelompok dan

dilakukan secara sengaja dalam bentuk verbal maupun fisik.4 Body shaming

adalah tindakan mencela atau menghina terhadap fisik orang lain dengan

mengomentari (bentuk tubuh maupun ukuran tubuh) yang dianggap tidak ideal.

Menurut Fredicsion Robert body shaming merupakan bentuk perilaku

mengevaluasi penampilan diri sendiri maupun orang lain .5 Menurut siti

mazdafiah, direktur Savy Amira Women Crisis Center, body shaming adalah suatu

pandangan yang diberikan oleh masyarakat berdasarkan ukuran standart tertentu.

Sehingga menyebabkan timbulnya rasa malu pada korban.6 Tindakan ini termasuk

dalam tindakan perundungan jenis verbal. Dalam tindakan perundungan sendiri

terbagi menjadi dua jenis yaitu perundungan secara fisik dan perundungan secara

verbal. Perundungan secara fisik meliputi mendorong, menyakiti, memukul dan

cenderung berhubungan dengan tindakan fisik. Sedangkan perundungan secara

2 Http://Kbbi.web.id/pusat. (Diakses 29 November 2019)

3 Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Rajawali press, 2005), 129

4 Ma, Xin, 2001, Bullying and Being Bullied to What Extend are Bullies Also Victims?,

terj. Risma jayanthi, vol 387, issue 10038, p2594, sage publication, London, pages 7.

Ni Gusti Agung Ayu Putu Risma Jayanthi dan Imade Dedy Priyanto, Tinjauan Yuridis

Terhadap Tindak Pidana Penghinaan Terhadap Citra Tubuh (Body Shaming) Menurut

Hukum Pidana Indonesia, Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum Universitas Udayana. 5 Fredrickson, B. L, & Roberts, T. A. Objectification theory: Toward Understanding

Women‟s Lived Experiences And Mental Health Risk. Psychology Women Quarterly,

21, 173-206. Sumi lestari, Bullying Or Body Shaming Young Women In Patient Body

Dysmorphic Disorder, Malang: Philanthropy Journal of Psikologi (2019), 2 6 Brigitta Anggraeni Stevany Putri, dkk. Perancangan Kampanye “Siister‟s Project”

Sebagai Upaya Pencegahan Body Shaming. Jurnal, Prodi Desain Komunikasi Visual

Universitas Kristen Petra (T.t), 2

Page 27: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

verbal atau yang dimaksu body shaming ini berupa cacian, celaan

mempermalukan, merendahkan, memanggil nama dengan sebutan yang tidak baik

dan mengucilkan. Dampak dari perlakuan ini sangat banyak dan cenderung pada

konotasi yang negatif hal itu dapat mempengaruhi pola pikir bahkan dapat

membuat pola pikir menjadi negatif.

Body shaming sangat erat kaitannya dengan citra tubuh, citra tubuh yaitu

pembentukan presepsi mengenai tubuh ideal menurut masyarakat, sehingga

muncul standart ukuran kecantikan yang membuat seseorang merasa minder

apabila tidak mencapai pada ukuran standart tersebut.7 Di Indonesia misalnya,

seseorang dianggap cantik apabila memiliki kulit yang bersih dan putih padahal

kulit asli orang indonesia mayoritas kuning langsat cenderung coklat. Dengan

adanya ukuran standart seperti ini seringkali perempuan yang dianggap tidak

memenuhi standart mendapat perlakuan yang kurang baik dan cenderung dibeda-

bedakan. Adanya citra tubuh sangat memungkinkan seseorang membandingkan

keadaan dirinya dengan orang lain sehingga menimbulkan perasaan malu terhadap

kondisi tubuhnya.8 Citra tubuh dipengaruhi beberapa faktor diantaranya faktor

budaya, media massa, pengalaman pribadi, sehingga ukuran atau standarisasi

kecantikan, ketampanan dan ukuran fisik yang ideal berasal dari pemaknaan yang

ditentukan oleh budaya atau lingkungan sekitar.

7 Ibid, 2

8 Damanik, T. M, Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body Shaming. Skripsi,

Progam Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata dharma. Sakinah, Ini Bukan

Lelucon: sBody Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara Mengatasinya, Jurnal Emik

Vol. 1 No.1 Desember 2018, 55

Page 28: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Seringkali terdengar atau bahkan orang pada lingkungan terdekat dengan

tidak sadar sadar sering melakukannya yaitu melontarkan ejekan terhadap orang

yang mempunyai postur tubuh gemuk dengan menggunakan nama-nama hewan

yang memiliki tubuh besar seperti gajah, kerbau dan kingkong. Tidak hanya orang

gemuk saja, orang yang mempunyai tubuh kurus dan kecilpun kerap kali

dipanggil dengan sebutan yang tak semestinya seperti “kurus seperti papan” “kecil

seperti kurcaci”. Baik sadar dan tidak sadar atau hal ini dilakukan dengan

gurauan, tindakan semacam ini dapat dikategorikan sebagai tindak kekerasan

dalam bentuk verbal.9

Jadi menurut definisi beberapa pendapat ahli, kesimpulan dari definisi

tersebut adalah tindakan mencela, mengkritik, mengomentari kondisi tubuh

seseorang yang berpotensi menyebab merasa malu dan merasa tidak percaya diri

orang tersebut. Makna dari body shaming sendiri sangat luas, mengingat bentuk

penilaian terhadap kondisi tubuh bermacam-macam.

2. Bentuk bentuk body shaming

a. Fat shaming

Fat shaming ini jenis body shaming yang paling popular. Fat shaming

adalah mencela atau mengomentari negatif kepada orang-orang yang

memiliki badan gemuk atau over size (kelebihan berat badan).

b. Skinny atau Thin shaming

Skinny atau thin shaming ini kebalikan dari fat shaming tetapi memiliki

dampak negatif yang sama. Bentuk body shaming jenis ini lebih sering 9 Ibid, 56

Page 29: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

mengarah pada perempuan, seperti mencela atau mengomentari negatif orang

yang memiliki badan kurus.

c. Rambut atau Tubuh

Dalam jenis body shaming ini biasanya mencela atau mengomentari

negatif orang yang memiliki rambut berlebih di tubuh seperti dilengan atau

di kaki. Dan pada umunya menganggap bahwa orang yang memiliki rambut

lebat pada beberapa bagian dianggap tidak menarik. Selain itu orang yang

memiliki rambut berbeda dengan pada umumnya seperti gimbal, kriting,

juga tidak luput dari celaan.

d. Warna kulit

Body shaming yang satu ini sangat sering sekali didengar, body

shaming terhadap warna kulit ini seering terjadi dan dilakukan terhadap

orang yang memiliki kondisi kulit terlampau putih atau cenderung gelap. 10

3. Dampak body shaming

Perhatian secara khusus pada body shaming ini perlu dilakukan, karena

perilaku tersebut mempunyai dampak yang cukup besar. Body shaming apabila

dilakukan secara intens dan terus menerus akan berdampak dan berpengaruh

pada kondisi mental seseorang, munculnya perasaan malu terhadap kondisi

atau bagian tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri merasa

ada yang kurang tau tidak pas dengan standart ideal yang ada. Dan juga

berpengaruh pada aspek kehidupan pribadi mapun sosialnya.

10

Tri Fajariani Fauzia, Lintang Ratri Rahmiaji, Memahami Pengalaman Body Shaming

Pada Remaja Perempuan, jurnal, 2019, 5

Page 30: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Selain itu munculnya perasaan cemas, merasa malu dan tidak percaya

diri, marah merasa harga diri rendah dan terkadang membenci terhadap diri

sendiri. Beberapa gangguan mental yang disebabkan body shaming adalah :11

a. Gangguan makan,

Gangguan makan adalah gangguan pikologis yang ditandai dengan

kebiasaan makan secara tidak teratur, serta kecemasan atau kekhawatiran

berlebih terhadap berat atau bentuk tubuh, sehingga hal tersebut dapat

mempengaruhi kemampuan tubuh mendapatkan gizi yang cukup.

Penyebab munculnya gangguan makanan tidak lain karena kesehatan

psikologis dan emosional, faktor gentik dan faktor lingkungan. Faktor

psikologis atau emosional dan faktor linggkungan ini sangat berpengaruh

sekali terhadap penyebab terjadinya gangguan makan. Contoh yang paling

sederhana yaitu orang akan cenderung merubah gaya hidupnya dan merubah

presepsi pada dirinya karena mendapat celaan dan komentar negatif dari

lingkungan sekitar. Ejekan yang berhubungan dengan berat badan yang tidak

semestinya yang sering terjadi ini bisa menyebab kan gangguan makan pada

seseorang. Pada sejumlah negara maju lebih dari 13% pelajar diperkirakan

melakukan diet ketat dengan berpuasa dalam kurun waktu 24 jam sehari atau

berpuasa selama berbulan-bulan untuk mengurangi berat badan, dan beberapa

lebih memilih melakukan diet dengan mengkonsumsi obat pil diet dalam

beberapa bulan untuk menurunkan berat badan.

Gejala umum dari gangguan makan adalah :

11

Ibid, 3-4

Page 31: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

1) Diet kronis walaupun sudah sangat kekurangan badan

2) Naik turunnya berat badan

3) Terobsesi dengan makanan, resep atau memasak akan tetapi

hasi dari makanan tersebut untuk orang lain tidak untuk

dirinya

4) Terlihat gejala depresi dan sering lesu

5) Pola makan berlebihan atau melakukan puasa terlalu ekstrem

6) Menghindari situasi social, keluarga, dan cenderung menarik

diri12

b. Gangguan obsesif konpulsif

Gangguan obsesif konpulsif adalah gangguan kecemasan yang

diatandai dengan pikiran-pikiran yang berlebihan dan dilanjutkan dengan

seebuah tindakan yang dilakukan scara berulang-ulang untuk meredakan

kecemasan yang dirasakan. Gangguan pada kecemasanyang terjadi ini

dimana pada pikiran seseorang dipenuhi dengan pendapat atau gagasan-

gagasan tertentu yang menetap dan tidak dapat terkontrol.13

c. Gangguan dismorfik tubuh.

Gangguan dismorfik tubuh adalah gangguan mental yang ditandai

dengan adanya gejala berupa rasa cemas yang berlebihan terhadap

kelemahan atau kekurangan dari penampilan fisik yang ada pada diri

12

Https://www.google.com/amp/s/Hellosehat.com/penyakit/gangguan-makan/amp/

diakses tanggal 30 Desember 2019. 13

Davidson & Naele, Psikologi Abnormal. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada). Zurun

tri ainur fadhila, “perilaku obsesiv konplusif dalam beribadah pada santri pondok

pesantren fathul hidayah pangean maduran lamongan” (Skripsi Fakultas Psikologi dan

Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), 14.

Page 32: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

sendiri. Dismorfik tubuh ini mirip dengan gangguan makan, akan tetapi rasa

cemas yang terjadi pada gangguan dismorfik tubuh ini lebih mengenai

bentuk tubuh, contohnya kulit keriput, kulit gelap, paha yang besar, atau

bentuk hidung yang pesek. Pikiran negative itu dapat timbul karena

penderita menganggap bentuk tubuhnya tidak ideal. Anggota tubuh yang

sering dicemaskan antara lain:

1) Wajah, misalnnya karena bentuk hidug yang kurang atau

terlalu pesek

2) Kulit yang keriput, jerawat atau bekas luka

3) Rambut misalnya, rontok atau mengalami kebotakan

4) Tungkai misalnya, ukuran paha terlalu besar atau terlalu

kecil14

B. Etika Hubungan Kemasyarakatan Dalam Islam

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa jauh dari yang namanya

berhubungan atau berinteraksi sosial. Dalam kehidupan di sekitar seringkali

terdengar kata etika, moral dan akhlak. Etika sendiri seringkali disamakan dengan

moral dan akhlak. Istilah etika, moral dan akhlak memiliki persamaan juga

memiliki perbedaan. Pada intinya ketiga istilah tersebut berhubungan erat dalam

suatu perbuatan manusia dan memiliki perbedaan makna apabila dilihat dari sudut

pandang yang berbeda. Secara bahasa etika berasal dari bahasa yunani yang

memiliki arti watak, adat atau kesusilaan. Sedangkan menurut kamus bahasa

14

Https://www.alodokter.com/gangguan-dismorfik-tubuh diakses tanggal 30 November

2019

Page 33: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Indonesia etika merupakan ilmu pengetahuan tentang tata cara akhlak.15

Sedangkan pengertian etika secara istilah yaitu ilmu pengetahuan yang

menjelaskan tentang perbuatan baik buruk, dan menjelaskan apa yang seharusnya

boleh dilakukan dan yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh manusia.16

Sedangkan moral dalam istilah adalah tindakan manusia yang mengandung

nilai positif, dan manusia yang tidak bermoral atau biasa dikenal dengan amoral

adalah manusia yang tidak memiliki tindakan positif. Etika dan moral ini sangat

erat kaitannya dalam segi makna tetapi memiliki sedikit perbedaan dalam segi

penerapannya. Jika etika adalah istilah yang digunakan mengatur sebuah

perbuatan manusia dari segi konsep atau teori, maka moral ialah sebuah perilaku,

tingkah laku atau perbuatannya. 17

Dalam Islam etika dan moral sering dikenal dengan istilah akhlak, kata

akhlak sendiri berasal dari bahasa Arab akhla<q yang merupakan bentuk kata

jamak kata khulu<q yang memiliki arti perangai, kebiasaan, watak. Secara umum

akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhla>qul kari<mah dan akhla>qul maz}mumah.

Dalam Islam penerapan akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap sang

khalik (h}ablumminallah) dan akhlak terhadap makhluk (h}ablumminannas).

Sebagai seorang muslim yang baik harus memiliki akhlak yang baik pula

terhadap sesama manusia. Baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun orang

lain dalam bermasyarakat. Di dalam Alquran terdapat bagaimana ber etika

15

W. J .S.Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1991), 278 16

Ichwan Fauzi, Etika Muslim, (Tk, Wisdom Scince Sea Publisher, Tt), 17 17

Ibid, 18

Page 34: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

dengan masyarakat. Yang pertama tercermin tentang hak dan kewajiban dalam

hidup bertetangga, kedua tata cara bertamu, yang ke tiga pelaksanaan tata cara

silaturrahim, ke empat etika bermasyarakat yang tercermin dalam tata cara

bergaul yang didasarkan pada prinsip saling pengertian, saling mencintai dan

menyayangi terhadap warga masyarakat.18

Akhlak yang baik dalam masyarakat tidak hanya pada pergaulan antar

manusia secara individual akan tetapi juga ter fokus pada perilaku yang diperbuat

dalam kondisi yang berbeda-beda, bagaimana cara berperilaku sopan terhadap

orang lain. Sikap yang harus di tanam dalam diri pada setiap orang muslim

adalah sikap menghargai orang lain. Menghargai orang lain dalam hal ini bisa

terhadap keluarga, teman, dan tetangga. Hal tersebut menjadi penting untuk

dipelajari dan dierapkan karena manusia merupakan makhluk sosial yang

membutuhkan interaksi secara kompleks (suatu kesatuan), agar dalam

berinteraksi tidak terjadi adanya gesekan yang bisa menyebabkan terjadinya

problematik sosial, kekerasan, permusuhan, kesenjangan dan sebagainya. Dalam

Islam diajarkan etika dalam bermasyarakat yaitu:

1. Mencintai saudara sebagaimana mencintai diri sendiri

Dalam Islam dianjurkan sekali untuk mencintai sesama muslim

sebagaimana dalam H>>{adis :

18

Ibid, 25

Page 35: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

ث نا يي، عن شعبة، عن ق تادة، عن أنس رضي الل عنو، عن الن د، قال: حد ث نا مسد ب صلى حدث نا ق تادة، عن أنس عن النب صلى هللا عليو وسلم هللا عليو وسلم وع علم، قال: حد

ن حسي امل

ب لن فسو ب لخيو ما ي قال: ل ي ؤمن أحدكم، حت يDikatakan musaddad : dikatakan Yahya, dari Syua‟ib, dari Qatadah, dari Anas r.a

dari Nabi SAW dan dari husain berkata : Tidaklah termasuk beriman seseorang diantara

kalian, hingga mencintai sebagian saudara sebagaimana mencintai dirinya sendiri. (HR.

Bukhori)19

Hubungan antara cinta dan persaudaraan merupakan ikatan yang sangat

kuat, sebagai seorang muslim apabila menginginkan ridha dari Allah hendaknya

melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhai Nya. Salah satu perbuatan itu

adalah berusaha untuk melakukan perbuatan baik yaitu mencintai sesama saudara

seiman seperti mencintai diri sendiri. Persaudaraan yang tercipta dari hati nurani

yang berdasarkan keimanan merupakan persaudaraan yang suci, bisa dikatakan

bahwa persaudaraan yang didasarkan lillahita‟ala ialah persaudaaan yang akan

kekal imannya kepada Allah.

2. Memuliakan tamu, saudara, kerabat, tetangga

Memuliakan tamu dan tetangga hal yang harus dilakukan dan

diperhatikan dalam memuliakan tamu adalah memberikan sambutan yang baik,

apabila tamu bermaksud untuk meminta pertolongan maka hendaknya diberi

pertolongan, apabila tamu membutuhkan sesuatu maka berilah bantuan sesuai

dengan kemampuan. Sama halnya kepada tetangga apabila meminta pertolongan

hendaklah diberi pertolongan dan apabila membutuhkan sesuatu 'hendaklah

19

Soh}i>h} Bukhori, ‚mencintai saudara dan diri sendiri sebagian dari iman‛ (Maktabah

Sya>milah, ver 3).

Page 36: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

membantu sesuai kemampuan. Anjuran berbuat baik terhadap tetangga

sebagaimana dalam H{adis} Nabi.

د، عن أبيو، عن ا ث نا عمر بن مم ث نا يزيد بن زريع، حد هال، حد د بن من ث نا مم بن عمر رضي حد ع هما، قال: قال رسول الل صلى هللا عليو وسلم: ما زال جبيل يوصين بلار، حت الل ظن نت أنو ن

سي ورثو Dikatakan Muhammad ibn Minh{a<l, dikatakan Yazid bin Zurai‟, dikatakan

umar bin muhammad, dari ayahnya, dari ibnu „umar r.a berkata: rasulullah saw

bersabda “malaikat jibril senantiasa memberiwasiat kepadaku (untuk menajaga)

tetangga hingga aku menyangka bahwa dia (malaikat jibril) akan mewarisinya.

3. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang muda

Di indonesia keramahan dan sopan santun sudah menjadi budaya, dalam

Islam pun dianjurkan untuk senantiasa menghormati orang yang lebih tua dan

menyayangi yang lebih muda sebagaimana dalam h{adis{ Rasulullah SAW.

ث نا الميدي قال: ثنا سفي ع حد يح، قال: أخب رن عب يد الل بن عامر، أنو س ان، قال: ثنا ابن أب نليس منا من ي رحم صغرين، لى هللا عليو وسلم: عبد الل بن عمرو، ي قول: قال رسول الل ص

كبرين وي عرف حق Dikatakan H}umaidi: Sufyan berkata: dari Ibnu Abi Najih} berkata : dikabarkan

Ubaidullah bin Umar, sesungguhnya mendengar abdullah bin umar dia berkata:

Rasulullah SAW berkata: Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang

lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua (HR.Tirmidzi) 20

Dalam hadist ini dijelaskan bahwasannya wajib menyayangi antar sesama

muslim dan h{adis ini menjelaskan tentang adab sopan santun ketika bergaul

dengan orang yang lebih tua ataupun lebih muda dan masing-masing memiliki

hak sendiri dalam memperlakukannya. Terhadap orang yang lebih tua hendaknya

20

Musnad H>{amidi, H{adi>st Amr bin As, ( Makhtabah syamilah, ver.3)

Page 37: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

memuliakan dan menghormati dan terhadap orang yang lebih muda hendaknya

menyayangi dan bersikap lemah lembut.21

4. Berbicara yang baik atau lebih baik diam

Sebagai seorang muslim hendaknya bisa menjaga setiap kata yang keluar

dari mulut. Karena setiap kata yang diucapkan kelak akan dimintai pertanggung

jawaban di hari akhir. Didalam Alquran terdapat kata al-Qaul (perkataan) dan

dalam berkata atau berbicara terdapat prinsip-prinsip yakni:22

1. Qaulan kari>>man (ucapan yang mulia)

Qaulan kari>man adalah perkataan yang mulia dibarengi denga

perasaan menghargai, enak untuk didengar, lemah lembut, dan bertatakrama.

Di dalam Alquran tertera anjuran mengucap dengan ucapan yang baik

sebagaimana dalam Alquran surat al-Isra {17} : 23.

لغن عندك الكب ر أحدها أو كله وقضى ربك ا ي ب ه وبلوالدين إحسان إم ا فل ت قل أل ت عبدوا إل إيهرها وقل لما ق ول كرناميا ﴾23﴿ لما أف ول ت ن

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia

dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah

seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya

perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka

perkataan yang mulia.23

Sebagai seorang muslim hendaknya berkata dengan perkataan yang baikdan

mulia, sebisa mungkin dapat menghindari perkataan yang tidak baik yang dapat

22

Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),

186 23

Alqura>n 17:23

Page 38: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

menyakiti perasaan orang lain. Ada pepatah yang mengatakan “memang lidah tak

bertulang, namun bisa lebih tajam dari sembilu”. Orang bisa sembuh dari luka

pedang namun ketika dilukai dengan lidah maka sakitnya akan terbawa terus sampai

mati. Alangkah baiknya lebih berhati-hati dalam berkata bergurau dan bercakap.

2. Qaulan ma’ru>fa (berkata dengan baik)

Anjuran berkata dengan baik sudah semestinya harus dilakukan

sebagaimana dalam Alquran dan hadist. Sebagai seorang muslim hendaknya

mengucap suatu ucapan yang baik yang mengandung nasihat dan

menyejukkan hati bagi pendengarnya.24

Sebagaimana dalam Alquran yang

mnyinggung aturan dalam berkata yang baik dalam Alquran surat al-Baqarah

{3}:256 :

وىن أو ت فرضوا لن فريضة ومتعوىن ع لى الموسع قدره ل جناح عليكم إن طلقتم النساء ما تسا على ﴾256﴿ المحسني وعلى المقت قدره متاعا بلمعروف حق

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi

dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha

Penyantun.25

Jangan biarkan lisan yang diberikan Allah SWT ini menjadi lisan yang

suka menjelek-jelekkan orang lain. Hindari kata yang merujuk pada tindakan

mengkritik, mencari kesalahan orang lain, menfitnah, menghasut. Karena

sesungguhnya hal itu merupakan suatu perbuatan yang hina.

24

Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),

172 25

Alqura>n 3:256

Page 39: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Prinsip dari qaulan ma’ri>fa adalah berkata dengan perkataan yang

baik, tidak mengandung sindiran adalah berkata dengan perkataan yang baik,

tidak mengandung sindiran, tidak menyinggung dan menyakti orang lain.

3. Qaulan syadi<dan (perkataan lurus dan benar)

Berkata jujur dan benar merupakan anjuran bagi setiap muslim.

Karena sekali berdusta maka akan memicu kedustaan lainnya untuk menutupi

dusta-dusta yang sebelumnya.26

Menyampaikan sesuatu yang benar sangat

dianjurkan sebagaimana dalam Alquran surat an Nisa {5}: 9 :

﴾9﴿ ق ول سديدا وليخش الذين لو ت ركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم ف لي ت قوا الل ولي قولوا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.27

Dalam menyampaikan sesuatu yang benar merupakan suatu keharusan

karena dengan begitu akan meminimalisir kesalah fahaman yang terjadi.

Allah SWT memerintahkan manusia untuk senantiasa bertakwa dan dibarengi

dengan berkata yang baik dan benar. Karena apapun yang kita bicarakan

kelak akan dipertanggung jawabkan di hari Akhir berkatalah yang benar

walau pahit adanya.

26

Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),

284 27

Alqura>n 5:9

Page 40: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

4. Qaulan baligha (perkataan yang komunikatif)

Sebagai seorang yang bijak hendaknya bisa melihat kondisi dan

situasi dalam menyampaikan kata-kata. Agar komunikasi tepat sasaran

makagaya berbicara hendaknya disesuaikan dengan bahasa yang digunakan

seseorang yang diajak komunikasi. Contohnya saja ketika berbicara dengan

anak-anak maka bahasa yang disampaikan hendaknya sesuai dengan

pemahamannya. Di dalam Alquran sendiri ada anjuran untuk berbicara

dengan perkataan yang komunikatif terdapat dalam Alquran surat an Nisa

{4}:63

هم وعظهم وقل لم ف أن فسهم ق ول ما ف ق لوبم فأعرض عن ﴾63﴿ بليغاأولئك الذين ي علم الل

Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati

mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan

katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.28

5. Qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut)

Berbicara dengan perkataan yang lembut, tidak mengeraskan suara,

tidak membentak, tidak meninggikan suara merupakan suatu anjuran.

Siapapun tidak suka apabila mlihat orang yang berututur kata kasar.29

Anjuran itu sesuai dalam Alquran surat Taha {20}:44 :

ر أو يشى ﴾44﴿ ف قول لو ق ول لينا لعلو ي تذك

28

Alqura>n 4:63 29

Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010),

178

Page 41: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,

mudah-mudahan ia ingat atau takut" 30

Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa qaulan layyinan

adalah berbicara dengan lemah lembut, dengan suara yang enak didengar dan

pnuh dengan keramahan tidak membentak atau meninggikan suara.

5. Qaulan Adzima

Zaman semakin modern banyak sekali dijumpai kerusakan akhlak yang

merajalela. Diantara bagian dari kerusakan akhlak tersebut ialah seringnya

dijumpai mencela dan mencaci orang lain, baik orang yang muda maupun

orang yang lebih tua. Terhadap orang muda maupun yang lebih tua

hendaknya lebih bersikap sopan dan santun. Semua hal itu seakan-akan

tergerus oleh zaman yang sikap sopan santun yang harusnya diterapkan kian

lama kian memudar. Mencela atau mengolok hal tersebut termasuk dalam

jenis perkataan qaulan adzima. Hal ini sudah jelas dilarang sebagaimana

dalam surat al-Isra‟ {17}:40-41 :

ولقد صرف نا ف ﴾44﴿بلبني واتذ من الملئكة إنث إنكم لت قولون ق ول عظيماأفأصفاكم ربكم روا وما يزيدىم إل ن فورا ﴾41﴿ىذا القرآن ليذك

Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia

sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu

benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya). Dan sesungguhnya dalam Al

Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat.

Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari

kebenaran).31

30

Alqura>n 20:44 31

Alquran dan Terjemah

Page 42: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

Bias jadi orang yang dicela lebih baik daripada orang yang mencela karena

orang yang mencela tersebut lalai akan nikmat Allah yang berupa taufik atas

ketaatanNya. Larangan itu sebagaimana tertera dalam surat al-Hujurat {49}:11.

Page 43: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

BIOGRAFI T{A<HIR IBNU ‘A<SHU <R DAN PENAFSIRAN QUR’AN

SURAT AL-H{UJURAT {49}:11

A. Biografi T{a>hir Ibnu ‘A<shur

1. Latar belakang kehidupan

Nama lengkap dari Ibnu ‘A<shur adalah Muhammad Al T{a>hir Bin

Muh}ammad Bin Muh}ammad Al T{a>hir Bin Muh}ammad Bin Muh}ammad Shadili

Bin Abd al-Qadir Bin Muh}ammad Bin ‘A<shur, yang lahir pada tahun 1879 M

bertepatan pada bukan september 1879 M. Ibnu ‘A<shur lahir di pinggiran ibu

kota Tunisia bagian utara di kota Mousha tepatnya di desa Marsi. Ibnu ‘A<shur

lahir dari kalangan keluarga terhormat yang berasal dari Andalusia. Keturunan

keluarga ashur merupakan keluarga yang terkenal di Tunisia karena memiliki

posisi jabatan di pemerintahan. Ibnu ‘A<shur tumbuh dan berkembang dari

keluarga yang cinta akan ilmu pengetahuan. Ayahnya bernama Muh{ammad Bin

Muh{ammad Al T{ahir dan ibunya bernama Fatimah Binti Muh{ammad Al ‘A<ziz.1

Kakek yang berasal dari ibunya bernama Muhammad Al ‘A<ziz seorang

perdana mentri sedangkan kakek yang berasal dari ayahnya bernama Muh}ammad

Al T{a>hir adalah seorang ulama dalam bidang studi islam juga dikenal sebagai

seorang ulama ahli ilmu sastra dan ilmu nahwu selain itu juga dikenal sebagai

1 Abdul Qadir Muhammad Salih, al-Tafsir wa al-Mufassirun fi al-Asr al-Hadist: „Arad

wa Dirasah Mufasilah li Ahammi Kutub at-Tafsir al Ma‟ashir, (Beirut: Dar al Ma‟rifah,

t.t). 109

Page 44: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

mudarris, naqib al asraf dan anggota dari majlis al Kabir. Keluarga Ibnu ‘A<shu>r

mempunyai akar kuat dalam ilmu dan nasab, bahkan keluarga Ibnu ‘A<shur

membangsakan dengan ahlul bait nabi Muh}ammad SAW.2

Sejak usia enam tahun Ibnu ‘A<shur sudah memulai belajar Alquran baik

tajwid, qira’at maupun hafalan. Selain itu Ibnu ‘A<shur juga mempelajari dan

menghafal matan jurumiyah dan belajar bahasa prancis kepada Al Sayyid Ah{mad

bin Wannas Al Mah{mudi. Ketika mulai menginjak usia 14 tahun sekitar tahun

1893 M atau 1314 H, Ibnu ‘A<shur mulai menuntut ilmu di Universitas Zaitunah.

Universitas ini merupakan sebuah bangunan masjid yang juga digunakan sebagai

pusat keagamaan dan juga digunakan sebagai pusat pendidikan, informasi, dan

tempat penyebaran ilmu pengetahuan.3

Dalam semasa hidupnya Ibnu ‘A<shur banyak mendapatkan prestasi dan

jabatan, baik dalam bidang agama maupun dalam dunia perkantoran. prestasi dan

jabatan itu diantaranya :

a. Anggota majlis Idarah al-Jam’iyah al-H{alduniyah pada tahun 1323 H atau

1905 M.

b. Guru di Universitas Zaitunah dan Madrasah S{adiqiyyah tahun 1900-1932 M

c. Anggota Lajnah al-Mukhtalifah bagian pengelolaan buku dan naskah-naskah

di Maktabah al-S{adiqiyyah tahun 1323 H atau 1905 M.

2 Ma‟ani Abdul Halim, Kajian Tafsir Komprhensif Metode Ahli Tafsir, terj. Faisa saleh

syahdianur, (Jakarta. PT. Karya Grafindo, 2006), 33 3 Ibnu ‘A<shur, Kash al-Mughti min Ma’ani wa al-Faz al-Waqiah fi al-Muwat}a’ (kairo:

dar al salam 2006), 12

Page 45: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

d. Delegasi dari negara Tunisia dalam penelitian ilmiah tahun 1326 H atau

1908 M.

e. Anggota majlis reformasi pendidikan II di Jami’ Zaitunah tahun 1328 H atau

1910 M.

f. Ketua Lajnah Fahrasah di Maktabah al-Shadiqiyah tahun 1328 H atau 1910

M.

g. Anggota majelis tinggi wakaf tahun 1328 H atau 1911 M.

h. Hakim mazhab malik majlis Shar’i tahun 1913 M – 1923 M.

i. Anggota Mah{kamah al-Aqariah tahun 1328 atau 1911 M.

j. Mufti maliki tahun 1341 H atau 1923 M.

k. Anggota majlis reformasi IV tahun 1348 atau 1930 M.

l. Sheikh al Islam Madzhab Maliki tahun 1351 H atau 1932 M.

m. Anggota majlis reformasi III tahun 1342 H atau 1924 M.

n. Ketua al-S{ura tahun 1346 H atau 1930 M.

o. Mendapatkan gelar Shaikh di Universitas Zaitunah tahun 1364 H atau 1945

M.4

Harapan dan cita-cita keluarga Ibnu ‘A<shu>r akhirnya terwujud setelah

menyelesaika pendidikan di Universitas Zaitu>niyyah, mengabdi dan

mendapatkan jabatan pada berbagai bidang keagamaan, kegiatan yang dilakukan

Ibnu ‘A<sh{u>r tidak semata-mata untuk kebutuhan material akan tetapi didasari

sebuah amanah dalam menjalankan setiap misinya.

4 Muhammad al-Tahir Ibnu „A<shur, Syarh al-Muqaddimah al-Adhabiyah li al-Marzuq<y

‘ala Diwa<ni al-Amasa<h. (Riyadh: Maktabah Da<r al-Tu<nisiyyah, T.t) , 16-17

Page 46: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

Ibnu ‘A<sh{u>r kemudian menikah dengan wanita yang bernama Fatimah

binti Muh{ammad bin Must}afa Muh{sin, sama halnya dengan keluarga Ibnu ‘A<sh{ur

keluarga Muh{sin ini juga terkenal dengan keilmuan dan kepemimpinannya. Dari

pernikahannya dengan Fatimah, Ibnu ‘A<sh{ur dikaruniai lima putra yakni dua

perempuan dan tiga laki-laki :

a. S{afiyah yang menikah dengan al S{a>z{ili al-As}r>af.

b. Ummi Hani’ yang menikah dengan Ah{mad bin Muh{ammad bin Bas{ir bin al-

H{uja’

c. Zain al-Abidin yang menikah dengan Fatimah binti S{alih{ al-Din bin al-

Munsif Bay.

d. Abd al-Malik yang menikah dengan Rad}iyah binti Muh}}ammad al-Aziz.

e. Muh{ammad al-Fad{l yang menikah dengan S{a>bih binti Muh{ammad al-‘Aziz.5

Ibnu ‘A<shur menghabiskan separuh hidupnya untuk mengamalkan ilmu

dan berjuang untuk negaranya. Setelah itu Ibnu ‘A<shu>r wafat pada usia 94 tahun

bertepatan pada hari Ah{ad 13 rajab 1939 H atau 12 oktober 1973 M. Ibnu ‘A<shur

wafat sebelum sholat maghrib dan sebelumnya beliau sudah merasakan sakit

ringan pada saat melaksanakan sholat ashar.6

2. Latar belakang pendidikan Ibnu ‘A<shu>r

Seperti manusia pada umunya Ibnu ‘A<shu>r mendapatkan pendidikan

pertama dari kedua orang tuanya, juga anggota keluarganya. Beliau juga banyak

5 Ibid, 15

6 Ibid, 11

Page 47: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

mendapatkan ilmu dari kakeknya yaitu Muh{ammad al-‘A<ziz bin Bu’atur. Ibnu

‘A<shur belajar membaca al quran dan menghafal di rumah keluarganya yang

kemudian menyetorkan hafalannya kepada Muh{ammad al-Khayyari beretmpat di

masjid Sayyid H{a>did yang tepat berada di samping rumahnya. Selain itu ibnu

ashur juga menghafal kitab-kitab matan seperti matan Ibnu ‘A<shir al-Jurumiyah

dan kitab syarah seperti al Syaikh Khalid al-Azhariy ‘ala al-Jurumiyah.7

Kemudian Ibnu ‘A<shur melanjutkan pendidikan di Universitas Zaituniyyah

pada tahun 1310 H atau 1893 M tepat berusia 14 tahun. Berkat didikan kedua

orang tuanya dan guru-gurunya menjadikan Ibnu ‘A<shur haus dan cinta akan ilmu

pengetahuan, ketika proses belajar mengajar Ibnu ‘A<syur tidak hanya sekedar

bertatap muka saja akan tetapi juga memberikan saran dan kritikan yang baik. 8

Begitu mahir dan jeniusnya dalam semua disiplin ilmu pengetahuan dan ilmu

keislaman. sehingga mendapatkan prestasi belajar di atas rata-rata sampai akhir

masa pendidikannya di Universitas Zaituniyah.9 Diantara macam-macam kitab

yang dipelajari Ibnu ‘A<shur ketika mengenyam pendidikan di Universitas

Zaituniyah yaitu:

a. Ilmu Balaghah (Sharah Risalah al-Samarqandiy, karya al-Damanuriy al-

Takhlis} dengan Syarah al Muwat}awal karya al-Sa’d al-Taftanzani.

7 Ibid, 11

8 Balqasim al-Ghally, Syaikh al-Jami’ al-A’zam Muh{ammad T{a<hir Ibn ‘A<shur H{aya<tuhu<

wa As{aruhu (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1996), 68 9 Ma‟ani Abdul Halim, Kajian Tafsir Komprhensif Metode Ahli Tafsir, terj. Faisa Saleh

Syahdianur, (Jakarta. PT. Karya Grafindo, 2006), 313

Page 48: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

b. Ilmu Nah}wu (Al-Fiyyah Ibnu Malik beserta kitab-kitab syarahnya seperti

tudih karya Syeikh Kha>lid Al-Azhariy, Sharah al-Mukawwady al-Asepuriy,

Mughni La>bib karangan Ibnu Hisham, Tuh{fah al-Gha>rib yang merupakan

syarah dari Mugni Labib.

c. Al-Lughah (al-Mazhar Li al-Suyutiy).

d. Ilmu Fiqih (Syarah al-H{atab ‘ala Waraqat Imam al-H{aramain.

e. Al-H{adis (S{ah{ih al-Bukhari, muslim kitab sunan dan Sharah Gharamiy

Sahih).

f. Ilmu Mantiq (al-Salam Fi al-Mantiq li Abd ar-Rah}man Muh}ammad al-

S}aghir.

g. Ilmu Kalam (al-Wust}a ‘ala ‘Aqaid al-Nasafiyyah.

h. Ilmu Faraid (kitab al-Durrah).

i. Ilmu Tarikh (al-Muqaddimah ).10

Ilmu yang diperoleh dari Universitas Azzaitun membentuk kepribadian

dan keintelektualannya yang sangat tinggi. Selain itu dari perhatian dari ayah

dan kakeknya memberi pengaruh yang cukup besar pada kepribadiannya sehingga

memiliki akhlak yang mulia dan Ibnu ‘A<shu>r dikenal dengan ulama yang

bersahaja di Tunisia.

10

Balqasim al-Ghally, Syaikh al-Jami’ al-A’zam Muh{ammad T{a<hir Ibn ‘A<shur H{aya<tuhu< wa As{aruhu (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1996), 37

Page 49: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

3. Guru-guru dan murid Ibnu ‘A<shu>r

Selain kedua orang tua dan kakeknya dapat diketahui ibnu asyur juga

memperoleh ilmu dari beberapa guru dan ulama. Diantara nama nama guru ibnu

asyur yaitu :

a. Syaikh Muh{ammad al-S{alih{ (al-Azhariyyah, al-Qatr al-Mukawady, al-Sulam

al-Aqaid al-Nasafiyyah.

b. Syaikh Muh}ammad al-Dari’iy (sebagaimana yang diajarkan oleh Muh{ammad

al-Nah{aliy) .

c. Syaikh Muh}ammad al-Khaliy (al-Qatr al-Muwakardiy).

d. Syaikh Umar Ibnu ‘A<syar (Lamiyyah al-Af’al, T{ufah al-Ghariby)

e. Kakeknya Syeikh Muh}ammad al-Azi Bu’batur ( yang mengenalkan induk-

induk kitab, selain itu menuliskan kumpulan majmu’ yang dituliskan sendiri

dengan tangannya berisikan tata krama, etika dan mutiara hikmah yang

cantik dan baik yang berupa prosa dan bait-bait.

f. Kedua orang tuanya yaitu Muh{ammad Ibnu ‘A<shur dan Fatimah.

Adapun murid-murid yang berguru pada Ibnu ‘A<shu>r, jika

dikumulasikan banyak sekali yang menjadi murid ibnu ashur mengingat posisinya

sebagai Syeikh di Universitas Azzaitun. Tetapi ada 4 murid yang terkenal

diantaranya adalah:

a. Syeikh Abd al-Humaid bin Idris

b. Syaikh al-Fa<dil Muh}ammad al-Syadhili al-Naisafuri

Page 50: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

c. Syaikh Muh}ammad al Fadl Ibnu ‘A<shur yakni putra Ibnu ‘A<shur sendiri

d. Syaikh doktor Muh}ammad al-H{abib bin al-Kajjah dan al-Naifur dan al Naifur

ini menjadi rektor di Universitas Zaituniyyah.

4. Karya – karya Ibnu ‘A<shur

Karya-karya tulis Ibnu ‘A<shur cukup banyak karena Ibnu ‘A<syur sendiri

termasuk orang yang cukup produktif dalam membuat karya tulis. Karya tulis

Ibnu ‘A<shur juga mencakup berbagai macam disiplin keilmuan, bebrapa

karyanya yaitu:

a. Karya-karya Ibnu ‘A<shur dalam bidang ilmu keislaman diantaranya:

1) Al-Tah{rir wa al-Tanwir

2) Maqasid as-Syar’iyyah

3) Us}ul dan Nid}am

4) ‘Alaisa as Subkhi

5) Al-Waqfu wa Atharuhu fi Islam

6) Kas}fu al-Mughta mina-ma’ani wa al-Fadhil Waqi’ah fil Muwatha’

7) Qis}ah al_Maulid

8) H}ausi ‘ala Tanqih Lishaba<bu ad-Di<nil Qo<rry

9) Fatawa Wa Rasa<il Fiqhiyyah

10) At-Tawa<dhuttash}ih} di Us}ul Fiqhi

b. Karya-karya ibnu asyur dalam bidang bahasa dan sastra

1) Sharah Qa>sidul Aqsa

2) Usul al-Insya’ Khit}a>bah

Page 51: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

3) Tah}qiq Diwa>n Bisyar

4) Al-Wud{uh fi Musykilah al-Mutnaba

5) Syarah Diwa>ni al-Himas}ali Abi Tamam

6) Diwani Natighah al-Dhahabi

7) Terjemah li Abi ‘Alam

c. Karya ibnu asyur yang berupa karya tulis ilmiah

1) As-Sa’dah al-Udhma

2) Al-Majalah az-Zaituniyah

3) Huda> al-Islam

4) Mis}ba>h as-Shirq

5) Nur al-Islam

6) Majalah al-Manar

7) Majalah al-Hida>yah al-Isla>miyah

8) Majalah al-Majma’ al-Lugha>h al-Arabiyah

9) Majalah al Majma’ al-Ilmi bin Damaskus

5. Pendapat ulama mengenai kitab tafsir Tah}rir wa at-Tanwir karya Tahir Ibnu

‘A<shur

Keistimewaan kitab tafsir ini terletak pada pengantar yang memaparkan

wawasan umum tentang dasar-dasar penafsiran, dan bagaimana penafsir

berinteraksi dengan makna, kosa kata struktur dan sistematika Alquran. Dalam

penulisan pengantar ini dibuat dengan bahasa yang medah difahami dan renyah

walaupun dalam beberapa bagian menggunakan bahasa lama. Dan metode yang

dipilihpun menggunakan metode moderat. Menurut Gamma al-Banna dalam

Page 52: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

bukunya Evolusi Tafsir pada bagian pengantar dalam tafsir ini merupakan bagian

yang terbaik, posisi penting pengantar seperti pengganti tafsir itu sendiri. 11

Dalam kitab ini terdapat beberapa pengantar diantaranya, pengantar

yang pertama berbicara tentang tafsir dan takwil sebagai ilmu dengan berbagai

bentuk toleransi. Menurut Ibnu ‘Ash{u<r menegaskan bahwa tafsir merupakan ilmu

Islam yang pertama. Dalam kitabnya terdapat penjelasan bahwasannya orang

yang melakukan kodifikasi tafsir pertama ialah Abdul Malik ibn Juraij (80-149

H).

Pengantar kedua berbicara tentang referensi ilmu tafsir. Perangkat

materi yang sangat penting dalam hal ini adalah bahasa Arab yang terdiri dari

ilmu Sharaf (morfologi), ilmu Nahwu (gramatika), ilmu Ma’ani, ilmu badi’ dan

lainnya. Ibnu ‘Ash{u>r menggunakan syair-syair Arab untuk mengenalkan kosa

kata Arab. Ibnu ‘Ash{u>r juga menggunakan pendekatan salaf untuk

mementingkan sisi nukilan, dan mementingkan ilmu fikih yang merupakan

cabang ilmu Tafsir dan sedikit banyaknya bergantung pada ilmu Tafsir.

Pengantar ketiga berbicara tentang keabsahan tafsir tanpa nukilan

(ma’stur) dan tafsir berdasarkan nalar (bi ar-ra’yi ). Ibnu ‘Ash{u>r menghindari

tafsir dengan menggunakan akal yang pernah dilarang Nabi. Dalam pandangan

Ibnu ‘Ash}u>r gagasan tercela yang dimaksud ialah ketika gagasan itu bersifat ide

tanpa dilandasi oleh argumen bahasa Arab yang valid, yang hanya

berkecenderungan madzhab saja. 12

11

Gama Al-Banna, Evolusi Tafsir (Jakarta : Qishti Press, 2004), 130 12

Ibid, 134

Page 53: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

Pengantar keempat dijelakan bahwa Allah menurunkan Alquran

untuk kemaslahatan umat manusia secara universal baik pada individu

maupun sosial. Dan seorang penafsir harus mengetahui unsur-unsur

pembentuk perubahan. Unsur-unsur pembentuk perubahan diantaranya

keyakinan, reformasi, etika, reformasi legislasi hukum, reformasi politik

penyelenggaraan umat. Pada pengantar empat ini juga diterangkan hubungan

antara Alqu’an dengan ilmu pengetahuan. 13

Pada pengantar ke lima, berbicara tentang konteks turunnya ayat

(Asbabun Nuzu<l). Dalam pembahasan penganta ini Ibnu ‘Ash{u<r mengkritik

para mufassir yang suka menggunakan bahasan tentang konteks turunnya

ayat. 14

Pada pengantar ke enam, pada pengantar ke enam ini

menerangkan bahwasannya bacaan itu mengandung dua implikasi yaitu

bacaan yang sama sekali tidak terkait dengan soal pemaknaan Alquran seperti

cara pembacaan huruf, harakat, kadar ma>d, penekanan bacaan, melembutkan

bacaan, dan lain sebagainya. Kedua bacaan yang terkait dengan pemaknaan

daribeberapa sisi seperti, mencakup perbedaan dalam soal membaca huruf

dalam satu kalimat seperti kalimat ma>liki yaumi ad-di<n (dengan bacaan

panjang diawal) dan ma>liki yaumi ad-di<n (dengan bacaan pendek di awal).

Disini Ibnu ‘Ash{u>r tidak menjelaskan penyelesaian permasalahan perbedaan

13

Ibid., 135 14

Ibid., 136

Page 54: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

makna, tetapi Ibnu ‘Ash{u>r menekankan bahwasannya semua itu merupakan

keinginan Allah agar terciptanya kekayaan makna. 15

Pada pengantar ke tujuh berbicara tentang kisah-kisah Alquran.

Yang dalam kitab ini diterangkan bahwasannya Alquran tidak memuat kisah-

kisah tidak lain untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai

bahan ajaran dan petunjuk. Ibnu ‘Ash{u>r menuliskan makna global dari kisah-

kisah itu, menurutnya hal itu berfungsi bagi kaum muslim untuk menguasai

wawasan global tentang dunia. 16

Pada pengantar kedelapan membahas tenang nama jumlah, ayat,

surah, susunan, dan nama-nama Alquran. Dalam hal ini berbicara tentang

makna Alquran, al-Furqa>n, al-Kita>b, dan al-Wahy. Dan dalam hal ini juga

dibahas bagaimana pembatas ayat mngindikasikan sebagai akhir dari sebuah

ayat. Ayat yang paling panjang alam Alquran adalah dalam surah al-Fath}

ayat ke 25 dan dalam surah al-Baqarah dalam ayat 102. Tetapi point

terpenting dari pengantardelapan ini adalah soal susunan atau runtutan ayat.

Ibnu ‘Ash{u>r mengatakan bahwa hal itu sudah ditentukan oleh Nabi langsung

sesuai dengan turunnya wahyu.

Pada pengantar ke sembilan, Ibnu ‘Ash{u>r membahas tentang

makna-makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat Alquran. Disini

ditegaskan bahwa hal itu menyangkut bagian antara struktur kalimat, akna

dan beberapa persoalan bahasa.

15

Ibid, 137

Page 55: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

Pengantar kesepuluh terkait dengan persoalan kemukjizatan

Alquran yang memang dikenal dapat merebut perhatian pembaca.

Kemukjizatan ini merupakan dasar Universal bahwa Alquran merupakan

mukjizat Islam. Ibnu ‘Ash{u>r menulis perihal kemukjizatan Alquran ini

tentang betapa istimewanya dalam struktur kalimatnya. Dan Ibnu ‘Ash{u>r

tidak terikat pada suatu gaya bahasa saja, akan tetapi menggunakan dialek

berbeda dalam satu surah. 17

6. Tentang kitab tafsir Tah}rir wa at-Tanwir

a. Latar belakang penulisan kitab

Di dalam kitab tafsir Tah}rir wa at-Tanwir terdapat kata pengantar

yang ditulis sendiri oleh Ibnu ‘A<shur. Dalam kata pengantar tafsir ini

berisikan penjelasan mengenai apa motivasi Ibnu ‘A<shur dalam menuliskan

kitab tafsir ini dan penjelasan persoalan masalah yang ada di dalam tafsir

tersebut serta asal mula diberikannya nama pada kitab tafsirnya itu. Judul

asli dari kitabnya adalah Tafsir al-Tahir al-Ma’na al-S}adiq wa al-Tanwir al-

Aql min Tafsir al-Kitab al-Ma>jid yang memiliki arti ‚Pembebasan makna

yang kuat dan pencerahan nalar baru terhadap kitab Alquran yang agung‛.

Latar belakang penulisan tafsir ini adalah sebuah keinginan besar Ibnu

‘A<shur yang sudah sejak lama, yang di dalam kitabnya mencakup

kemaslahatan dunia dan agama yang mengandung sisi kebenaran yang kuat,

dan mencakup ilmu-ilmu secara komprhensif serta mengungkap sisi

17

Ibid., 138

Page 56: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

kebahasaan Alquran. Selain itu Ibnu ‘A<shur menjelaskan akhlak-akhlak baik

yang terkandung dalam Alquran.18

Ibnu ‘A<shur mengatakan bahwasannya penafsiran Alquran itu tidak

hanya sekedar mengumpulkan perkataan-perkataan ulama terdahulu,

melainkan harus ada keterlibatan pemikiran dan pendapat dari muffasir

terbaru.19

b. Sumber penafsiran yang digunakan

Dalam menulis kitabnya Ibnu ‘A<shur menggunakan beberapa rujukan-

rujukan. Rujukan yang digunakan tidak hanya berupa kitab tafsir saja,

beliau juga menggunakan sumber dari berbagai cabang keilmuan untuk

memperkuat penafsirannya. Sumber-sumber yang digunakan dalam kitab

al-Tah}rir wa al-Tanwir yaitu:

1) Yang berupa kitab tafsir

a) Al-Muh}arra>r al-Wa>jiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz Karya Abu ‘Abdu

al-Haq bin ‘Atiyyah

b) Al-Kashaf ‘an Haqa>iq al-Tanzi>l wa ‘Uyu>ni al-Aqa>wil fi Wujuh al-

Ta’wil karya al-Zamakhshari

c) Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qura’an al-‘Azim wa al-Sab’i al-

Mathani karya al-Alusi

18

Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz I (Tunisia: al-Dar

al-Tu>nisiyyah, T.t), 8-9 19

Ibid, 7

Page 57: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

d) Mafa>tih al-Ghaib karya al-Razi

e) Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya Abu Abdillah al-Ans}a>ri al-

Qurtubi

f) Jami’ al-Baya>n li Ahkam al-Quran karya al-T{a>ba>ri

g) Ahkam al-Quran karya al-Jassas

h) Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an karya Bah}ruddin al-Zarkashi

i) Tafsir al-Qur’an al-‘A<z}im karya Ibnu Ka>thir

j) Tafsir al-Manar karya Muh}ammad Rasyid Rid}a>20

2) Kitab-kitab H{adist

a) Sah{ih{ Muslim

b) Sah{ih{ Bukhari

c) Suna>n al-Tirmidhi

d) Suna>n Abu> Da>wu>d

e) Suna>n al-Nasa’i

f) Suna>n Ibnu Majjah

g) Al-Musnad Ibnu Hamba>l

h) Al-Muwatta’ karya Imam Ma>lik

i) Shu’bu al-Iman karya al-Baih>aqi

j) Fath al-Bari karya Ibnu H}ajar al-‘Asqa>la>ni

k) Kutub al-Ilza>mat karya al-Da>ruqutni21

20

Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn „Ashur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-

Tanwir, (Mesir: al-Dar al-Misriyyah, 2001), 16-20 21

Ibid, 20-21

Page 58: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

3) Kitab-kitab Nah}wu

a. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan al-Basrah

b. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan al-Kufah

c. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan Baghda>d

d. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan al-Andalu>si

e. Kitab ilmu Nah}wu dari kalangan al-Misriyyah 22

4) Kitab-kitab Bahasa

a) Mufradat Gha>rib al-Qur’an karya al-Ra>ghib al-As}fahani

b) Lisan al-‘Arab karya Ibnu Manzu>r

c) Al-Qa>mus al-Muhit karya Abu> al-T{ahir al-Fairuz Abadi

d) Al-Muqa>mat karya Abu al-Ta>hir al-Fairuz Aba>di

e) Al-Muqa>mat karya Abu Muh}ammad al-Qa>sim

5) Kitab-kitab Fiqih

a) Basa’ir Dhawi al-Tamyiz karya Ibnu Ya’qub al-Fairuz Abadi

b) Al-Mah}alli karya Ibnu Hazm al-Zahiri

c) Al-Dakhirah karya Abu al-Abbas al-Qarafi

d) Mamu al-Rasa’il wa al-Masa’il karya Ibnu Taimiyyah al-Harani

e) Rasa’il fi ‘Ilmi Usu>l al-Fiqh karya al-Sha>tibi

f) Al-Muwafaqa>t fi Usul al-Fiqh karya al-Sha>tibi

g) Aqwal Ibnu Huwaiz Mundha’

h) Al-‘Aridah karya al-Ashbili

i) Aqwa>l Ibnu ‘A<shur karya kakek Ibnu ‘A<shur23

22

Ibid, 23-25

Page 59: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

6) Kitab Tasawwuf

a) Hikmat al-Isra>q karya Shiha>b al-Din al-Sahrawardi

b) Haykil al-Nur karya Shiha>b al-Din al-Sahrawardi

c) Aqwa al-H{asa>n al-Basri karya al-Hasan al-Basri

d) Al-Futu>ha>t al-Makkiyyah karya Muhyi al-Din ‘Arabi24

7) Kitab filsafat

a) Al-Isharat karya Abu ‘Ali al-Husain Ibnu Sina

b) Fasl al-Ma>qa>l Fima Baina al-Shari’at wa al-Hikmat min al-Ittisal

karya al-Walid Muh}ammad bin Ah}mad Rushd

c) Al-Muqa>ddimat al-Muna>h}h}idat Karya Ibnu Rushd

d) Aqwal Saqarat wa Aflatun25

8) Kitab Balagha>h

a) I’jaz al-Qur’a>n karya Abu Bakr al-Ba>qillani

b) Al-Miftah karya Abu Ya’qub al-Saka>ki

c) Al-Bayan wa al-Tabyin karya Abu Uthman

d) Al-Ka>lim al-Nawabigh karya Mah}mud bin ‘Umar al-Zamakhsari26

9) Kitab al-Gha>za>li

a) Ihya’ ‘Ulum al-Din

b) Al-Muqsi>d al-Asna> fi Asma’i Allah al-H{usna>

c) Al-Mustazhiri

d) Al-Mustashfa> fi ‘Ilm al-Usul27

23

Ibid, 21-23 24

Ibid, 31-32 25

Ibid, 25 26

Ibid, 30-31

Page 60: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

10) Kitab-kitab lain

a) Al-Taura>t

b) Al-Inji>l

c) Al-Mila>l wa al-Nih}a>l karya Abu} al-Fath al-Sharasta>ni

d) Al-Sirah al-Nabawiyyah karya Abu Bakr Muh}ammad bin Isha>q

e) Al-Itqa}n fi Ulu>m al-Qur’a>n karya Jalaluddin al-Suyuti

f) Asbab al-Nuzu>l karya al-Wa>hidi 28

B. Penafsiran Alquran Surat al-H>>>}ujura>t {49} : 11 Dalam Kitab al-Tah}rir wa al-

Tanwir

1. Ayat dan Terjemah

هم ول نساء من نساء عسى أن ي أي ها الذين آمنوا ل يسخر ق وم من ق وم عسى را من أن يكونوا خي هن ول ت لمزوا أن فسكم ول ت ناب زوا بللقاب بئس السم الفسوق ب عد ال را من ناميان ومن يكن خي

﴾11﴿ ي تب فأولئك ىم الظالمون

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari

mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh

jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan

jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan

adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka

mereka itulah orang-orang yang zalim.

2. Asbab al-Nuzul

\. Pengetahuan akan sebab turunnya suatu ayat dapat membantu dalam

memahami kandungan ayat tersebut. Karena dengan mengetahui sebab turunnya

suatu ayat, maka seseorang dapat mengetahui akibat dari sebab tersebut.

27

Ibid., 31 28

Ibid., 32-33

Page 61: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

Beberapa orang salaf tidak jarang mengalami kesulitan dalam memahami makna-

makna ayat Alquran. Namun ketika mengetahui sebab turunnya ayat, maka

hilanglah kesulitan yang menghalangi pemahaman mereka.29

Semua ciptaan yang

diciptakan Allah tidak semestinya untuk dihina dan dicela. Berikut asbab an-

Nuzul dan kisah body shaming yang terjadi pada masa Rasulullah.

Dalam Qur’an Surat al-H}ujurat {49}:11 terdapat sebab turunnya ayat

tersebut. Diantaranya :

ثبت بن ق يس بن شاس كان ف سعو وق ر وكان إذا أتى أن : اس أن سبب ن زولاوروى الواحدي عن ابن عب ء ي وما ي تخطى رقاب جملس النبء صلى هللا عليو وسلم ي قول: أوسعوا لو ليجلس إل جنبو ف يسمع ما ي قول فجا

ل: قد أصبت جملسا فاجلس. ف قال ثبت: من ىذا؟ ف قال الرجل: أن فلن. ف قال ثبت: ابن الناس ف قال رج ىذه الية فلنة وذكر أما لو كان ي عي ر با ف الاىلية، فاستحيا الرجل. فأ ن زل الل

Tsabit bin Qais adalah seorang sahabat yang selalu hadir di majelis

Rasulullah dan duduk di dekat Rasulullah untuk menengarkan nasehat

Rasulullah, beliau selalu duduk didekat Rasulullah karena telinga beliau ada

semacam penutup yang menghalangi sehingga pendengaran beliau terhalangi.

Suatu hari beliau terlambat hadir dalam majlis Rasulullah dan beliau melangkahi

beberapa punggung sahabat, sebagaimana diceritakan.30

Diriwayatkan dari al-

Wah}idi dan dari Ibnu Abbas mengenai sebab turunnya ayat ini sesungguhnya

ditetapkan oleh Thabit bin Qa>is bin Sa>ma>s saat itu yang mendengar dan

menghormati majlis Nabi Muhammad SAW dan dalam majlis ini berkata :

‚Meluaslah dalam majlis ini agar dia dapat duduk di dekat nabi dan

29

Abdul Hayyie, Terjemah Luba>bun Nuqu>l fi As}ba>bin Nuzu>l Jala>luddin As Su>yu>thi (Depok: Gema Insani, 2008), 10-11

30 https://mim.or.id/tafsir-surah-al-hujurat-ayat-11/

Page 62: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

mendengarkan kajian dalam majlis ini‛. Kemudian seorang laki-laki itu berkata:

‚Anda telah membuat kegaduhan dalam majlis ini maka duduklah‛. Kemudian

stabit berkata ‚Siapa ini?‛. Kemudian seorang laki-laki itu menjawab: ‛Saya

Fulan‛. Kemudian stabit berkata: ‚anaknya Fulanah maka disebutkanlah nama

ibunya yang pada masa jahiliyah itu menjadi bahan hinaan‛. Kemudian seorang

laki-laki itu merasa malu, sehingga dari situlah ayat tersebut turun.31

رت ب عض أزواج النبء صلى هللا عليو ا عي وسلم أم سلمة بلقصر وىذا من وروي عن عكرمة: أن ها ن زلت لمخرية الس

Diriwayatkan dari Iqrimah turunnya ayat ini karena cemburunya sebagian

dari istri-istri nabi menghina terhadap ummu salamah dengan mengatakan ummu

salamah pendek, hal ini termasuk ejekan.

Selain itu istri nabi ‘Aisyah pernah merasa sangat cemburu terhadap istri

Nabi yang bernama Shafiyah, Shafiyah ini memiliki tubuh yang pendek.

Kemudian ‘Aisyah menghina Shafiyah dengan menggunakan isyarat.

Sebagaimana h{adis{ berikut.

د، ث نا مسد ثن علي بن القمر، عن أب حذي فة، عن عائشة، قالت حد ث نا يي، عن سفيان، قال: حد : ق لت حدد: ت عن قصري ر مسد لقد ق لت كلمة »ة، ف قال: للنب صلى هللا عليو وسلم: حسبك من صفية كذا وكذا، قال غي

«ما أحب أن حكيت إنسان وأن ل كذا وكذا»قالت: وحكيت لو إنسان، ف قال: « لو مزجت باء البحر لمزجتو

Dikatakan musaddad, dikatakan yahya, dari sufyan berkata: telah berkata „ali bin

Aqmari, dari Abi H{ud{aifah, dari „Aisyah berkata: Nabi shallallahu „alaihiwasallam

bersabda: “cukup bagimu dari Shafiyah ini dan itu”. Sebagian Rawi mengatakan Shafiyah

pendek. Maka Nabi shallallahu „alaihiwasallam berkata: sungguh engkau telah

mengucapkan suatu kalimat, yang seandainya ucapan kalimat tersebut apabila dicampur

31

Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar

al-Tu>nisiyyah, T.t), 246

Page 63: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

dengan airlaut niscaya akan merubahnya (karena sangat kotor dan bau sehingga bisa

merubahnya). Dan Saya memberi tahu dia tentang seorang pria, dan dia berkata, "Saya

tidak suka saya berbicara dengan seorang pria dan saya memiliki ini dan itu."32

صلى الل عليو وسلم ف قالت: ي وقال عكرمة عن ابن عباس: إن صفية بنت حيي بن أخطب أتت رسول الل ! ف قال رسول الل نن، وي قلن ل ي ي هودية بنت ي هودي ي ، إن النساء ي عري ىل صلى الل عليو وسلم:رسول الل

د ق لت إن أب ىارون وإن ي موسى وإن زوجي مم عم

Ada pula yang meriwayatkan ayat ini yaitu Ikrimah, ayat ini turun

berkaitan dengan Sha>fiyah binti H{u>yay bin akhtab yang mengadu pada

Rasulullah yang mengatakan beberapa perempuan di Madinah yang tidak lain

istri-istri nabi pernah menegurnya dengan kata-kata yang menyakitkan ‚hai

perempuan yahudi, keturunan yahudi‛ yang dimaksud adalah ayahnya Nabi

Harun dan Pamannya Nabi Musa. Kemudian shafiyah mengadukan hal ini

kepada suaminya yakni Rasulullah SAW. Kemudian rasulullah SAW memberi

solusi dengan mengatakan ‚cukup dengan kau katakan : ‚ayahku nabi harun dan

pamanku adalah nabi musa, engkau dan aku adalah istri dari seorang nabi dan

semuanya adalah nabi‛.33

هما: ان عن ظري! ما تر خلفها كأنو لسان كلب، ف هذه كانت سخري ت هماف قالت عائشة لفصة رضي الل

Dalam kisah lain diriwayatkan bahwasannya Aisyag RA bersama dengan

hafsah pernah mengunjing ummu salamah karena pakaian ummu salamah pada

bagian pinggang pakaiannya terdapat tali yang mengekor kebelakang. Kemudian

aisyah berkata kepada hafsah: ‚lihatlah dia keluar menarik tali itu seperti lidah

sekor anjing‛, lalu turunlah firman Allah Quran Surat al-Hujurat {49}: 11 ini.

32

Suna>n abi Dawud, ‚Bab Ghibah‛, (Makta>bah Sya>milah, ver.3) 33

Kementrian Agama, Alquran dan tafsirnya (Jakarta: Widya Cahya, 2011), 409

Page 64: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

ث نا ث نا أبو داود قال: حد شعبة، عن معاوية بن ق رة، أن ابن مسعود، ذىب يت النب صلى هللا حدواك، فجعلوا ي نظرون إل دقة ساقو أو ي عجبون من دقة ساقو ف قال ا لنب صلى هللا عليو وسلم بلس

ر أب داود: عن شعبة « لما أث قل ف الميزان من أحد »و وسلم: علي ىكذا رواه أبو داود وقال غي عن معاوية بن ق رة عن أبيو

Telah berkata Abu Daud : telah dikatakan Syu‟aib dari Mu‟awiyah bin Qurrah

sesungguhnya Ibnu Mas‟ud itu datang kepada Nabi shallallahu „alaihi wasallam dengan siwak.

Maka mereka melihat kedua kakinya atau menyanjung dari kedua kakinya. Kemudian Nabi

shallallahu „alaihi wasallam berkata: sungguh kakinya memiliki keseimbangan lebih berat dari

gunung Uhud.34

Diceritakan sahabat nabi yang bernama Ibnu Mas‟ud, sahabat yang

memiliki betis yang kecil ketika Ibnu Mas‟ud mengambil ranting untuk dijadikan

siwak kemudian angin berhembus dan menyingkap betisnya yang kecil, lalu

sahabat yang lain tertawa melihat betis Ibnu Mas‟ud yang kecil lalu sahabat itu

ditegur oleh Nabi “apa yang membuat kalian tertawa?” mereka berkata “Wahai

Nabi Allah, karena kedua betisnya yang kurus”. Kemudian nabi bersabda “Demi

dzat yang jiwaku berada ditangannya sungguh kedua betisnya itu lebih berat

ditimbang dari pada gunung Uhud. (HR. Ahmad)

3. Makna secara leksikal

Dianjurkan pada persaudaraan sesama muslim untuk memperbaiki

hubungan interaksi terhadap saudara lainnya serta ditetapkan dan diwajibkan

seorang muslim dengan muslim yang lain tetap bersatu dalam kebaikan,

datangnya ayat ini sebagai peringatan mengenai perintah-perintah untuk

memperbaiki sikap yang terkadang lalai dalam menjaganya dan terletaknya

34

H{a>dist Qurrah bin Ibas, Musnad Abi Dawud at-T{iyalisi (Maktabah Syamilah Ver. 3)

Page 65: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

kelalaian itu pada masa jahiliah. Dan ayat ini merupakan seruan ke 4 yang

mewajibkan setiap muslim membaguskan terhadap individu lainnya.

Pada Qur‟an surat al-H{ujurat ini dibuka dengan kata (nida‟) seruan yang

bertujuan untuk menunjukkan kepada orang muslim mengenai sikap muslimin

terhadap muslim lainnya untuk tidak berkata jelek. Pentingnya seruan ini

sebagaimana sesuatu yang biasa muncul dari dalam diri manusia yang kebanyakan

terjadi pada kebiasaan manusia masa jahiliyah. Dan kebiasaan itu berkata jelek,

perintah larangan itu mencela, memanggil gelar, dan memanggil dengan sebutan

yang tidak baik.

Kata سخر itu dikatakan juga السخرية yang artinya merendahkan dengan

hinaan, yang kata ini terlebih dahulu sudah ada dalam surat at-Taubah dalam ayat

Dan bentuknya menggunakan makna muta‟adi (sesuatu yang .فيسخرون منهم

membutuhkan objek) sehingga ada tambahan kata من.

Sedangkan kata ق وم adalah isim jama‟ (nama yang menunjukkan suatu

kelompok) dalam surat ini merupakan suatu perkumpulan laki-laki secara khusus

bukan tanpa perempuan. Lafaz} ق وم dalam ayat ini menjadi isim nakiroh sehingga

lafaz} ق وم ini memiliki makna yang luas, tidak disebutkan kaum yang bagaimana

dan seperti apa. Kosa kata kaum ini memiliki makna yang luas bukan hanya

Page 66: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

bermakna suatu kaum saja akan tetapi dapat dimaknai suatu kelompok dengan

kelompok lainnya suatu perkumpulan dengan perkumpulan lainnnya juga dapat

diartikan sebagai antar individu dengan individu lainnya.

Dan pada kata ل يسخر yang disandarkan pada kata قوم pada ayat ini

memiliki maksud tertentu, arti jangan menghina terhadap kaum, hal ini tidak sama

maknanya dengan اب عض ول ي غتب ب عضكم dalam Qur‟an surat al-H}ujura>t ayat 12

yang memiliki makna janganlah kamu menghina sebagian dengan sebagian yang

lain, dalam ayat 12 ini membahas tentang larangan saling menghina antar qobilah

satu dengan qobilah yang lain, berbeda dengan يسخر ل memiliki makna yang

luas, yang larangannya tidak hanya ditujukan kepada antar qobilah saja, tetapi

juga ditujukan antar kelompok maupun antar individu. Adapun penggunaan kata

koum disini ditujukan kepada kebiasaan bangsa Arab pada jaman dahulu yang

saling menghina antar kabilah maka konteksnya langsung ditujukan pada lafadz

qoum bukan lafadz yang lainnya. Dan juga tidak dikatakan رجل من رجل ل يسخر

janganlah menghina laki-laki lain atau janganlah menghina وليسخر امراة من امراة

perempuan terhadap perempuan lain.

Page 67: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

Dapat difahami bahwasannya larangan yang dimaksud dalam hal ini

merupakan larangan mencela dalam jenis ucapan bukan dari jenis yang lainnya.

Dan dalam larangan ini jelas hukum keh{aramannya.35

Pada lafadz قوم ini muncul pertanyaan apakah golongan perempuan

termasuk atau tidak karena lafaz} ini cenderung khusus untuk laki-laki. Agar tidak

jadi kesalah fahaman Kata قوم ini mencakup keduanya, dikarenakan menurut

kebiasaan adat suatu kalam sebagai kata مؤمن laki-laki beriman dalam istilah

Alquran mencakup juga مؤمنات perempuan beriman, jadi kata قوم dalam ayat ini

tidak hanya dikecualikan pada laki-laki dalam penempatan syari‟at. Maka dasar

hukumnya sama berlakunya ayat ini terhadap suatu kelompok penghinaan itu

tidak ditujukan berdasarkan gender seperti pengkhususan larangan menghina

tersebut ditujukan kepada laki-laki atau larangan tersebut di khususkan pada

perempuan. Dan apabila ada penghususan maka kejadiannya seperti firman Allah

dalam penghususan hukum qisos yaitu لنثاالنثا باو yang artinya perempuan

dengan perempuan.36

35

Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar

al-Tu>nisiyyah, T.t), 247 36

Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar

al-Tu>nisiyyah, T.t), 247

Page 68: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

Kata هن را من adalah sanggahan yang menarik antara dua عسى أن يكن خي

kalimat yang menyatakan larangan keras melontarkan ejekan dengan

menyebutkan sebuah kasus yang sering disebutkan pada diri yang dihina,

sehingga hinaan penghina lebih mengerikan daripada yang melontarkannya, dank

arena itu menimbulkan emosi diantara keduanya. Dan kata “ semoga mereka lebih

baik dari pada mereka” bukan sebagai sifat dari suatu kaum sebagaimana

firmannya من قوم karena jika dikhususkan pada suatu kaum maka celaan ini

dikhususkan untuk orang yang menghina merasa lebih baik dari yang dihina.

Juga pada kata “ semoga mereka lebih baik daripada mereka “ tidak ditujukan

pada kata نساء yang berasal dari firman Allah من النساء. Dikarenakan ada

kemiripan domir pada kata ان يكون خريامنهم dengan ayat ان يكون خريامنهم karena

kata itu sebagai kata ganti dalam perkataan yang maha kuasa. 37

بللقاب ول ت لمزوا أن فسكم ول ت ناب زوا

kata اللمز: menyebutkan apa yang dianggap sebagai cacat bagi seseorang yang

berhadapan adalah keterusterangan dengan kebencian. Jika itu benar, itu adalah

kekasaran dan agresi, dan jika itu tidak sah, maka itu kekasaran dan kepalsuan,

37

Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar

al-Tu>nisiyyah, T.t), 247

Page 69: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

dan itu adalah hal yang umum di antara orang Arab dalam ketidaktahuan mereka.

Yang Mahakuasa berkata, “Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela” berarti

seseorang dari kaum musyrik, itu adalah kebiasaan mereka untuk mencela

Rasulullah. Itu adalah kondisi bahwa dia menjelekkan, mengancam, atau

menghilang dengan banyak kemungkinan, dan dia tidak memihak dan tidak

terlihat. 38

Dan makna " tidak saling mencela bagi orang yang " ول تلمزوا أنفسكم

memiliki jiwa dalam masalah ini untuk menentukan makna persaudaraan, Dan ول

dengan harokat ba yang النبز mempromosikan satu sama lain, dan kata :تنابزوا

sukun: menyebutkan kata النبز dengan ba berharokat fathah, itu merupakan nama

panggilan yang buruk, seperti yang mereka katakan: hidung unta, qurqur, dan

watta. Dan sebagian besar gelar dalam ketidaktahuan adalah النبز. Beberapa

orang-orangan al fazariyuun mengatakan:

Ketika saya memanggilnya yang paling dermawan # dan tidak

memanggilnya kecuali dengan gelar itu

Diriwayatkan dengan memarfukan (السوأة اللقب), jadi ada kemungkinan

bahwa mereka berada di dalam gelar yang asing dan itu adalah hal yang buruk.

38

Ibid, 248

Page 70: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

Diriwayatkan bahwa memansubkan kata (السوأة) huruf wau pada kata itu adalah

wau maiyyah Dan diriwayatkan pula (السوأة اللقب), yang berarti bahwa saya tidak

memanggilnya nama panggilan, jadi dia ingin menghindari beberapa julukan Ini

menunjukkan keburukan, dan narasi unggahan lebih mungkin dan disyaratkan

oleh kesyahidan Sibawayh, dengan bait setelahnya pada bab dhzonni, Mungkin

apa yang terjadi dalam hal diwan hamasah adalah perubahan sepenuhnya Abi

tamam yang beberapa dia menghubungkannya dalam beberapa ayat antusiasme

karena ia melihat monumen yang paling bermakna. Apa yang dimaksud dengan

"julukan" dalam ayat ini adalah julukan yang dibenci dengan anggapan "dan tidak

bersaing dengandan laqob itu adalah apa yang saya rasa diremehkan atau dihargai,

apakah itu disebut oleh pemiliknya, atau itu diciptakan olehnya maksudnya oleh

pencela.

Larangan dalam ayat ini dikhususkan untuk "gelar", yang jamannya

tidak berakhir sampai mereka menjadi seperti nama teman-teman mereka, dan

mereka lupa mereka untuk tujuan pencemaran nama baik dan menghina. Tangan

", dan ucap annya kepada Abu Hurairah" wahai bapak hir ", dan gelar Saul, Raja

Israel Taloot dalam Al-qur'an, dan kata-kata" orang lumpuh "kepada Abd al-

Rahman bin Hormuz, dan" Al-Amash "oleh Sulaiman Mahran.

Sebaliknya, dia berkata, " ,bentuk kata kerja secara sepihak " ول تلمزوا

dan dia berkata, "ول تنابزو" dengan bentuk kata kerja dari dua sisi, karena ada

Page 71: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

sedikit kelimpahan pada periode pra-Islam di banyak suku di antaranya adalah

anak-anak Salamah di Madinah.

ناميان ومن ي تب فأولئك ىم الظالمون بئس ﴾11﴿ السم الفسوق ب عد ال

Kalimat ini adalah lampiran dari akhiran yang terdahulu dan ini adalah

paparan yang kuat bahwa apa yang dinginkan, dipasarkan dan ketidakadilan,

karena tidak ada kesempatan antara makna kalimat ini dan kalimat yang

mendahuluinya. Perkataannya, " بئس السم الفسوق بعد ", asalkan apa yang

dilarang adalah pencelaan karena ia di atas dihukum, maka tidak bias

menghapusnya kecuali dengan pertobatan. Jadi ia menandatangani ringkasan

penghapusan dua kalimat dengan kata-kata yang cukup untuk apa yang

ditunjukkan dalam lampiran, dan ini menunjukkan bahwa ketidaksopanan dan

ketidakmurnian adalah ketidaktaatan di atas mereka. Dan dalam hadis "mencaci

seorang Muslim adalah fasik."

Dan lafadz "al-Ismu" di sini mengacu pada nama, yang berarti nama,

sebagaimana dikatakan: Namanya melayang pada orang yang baik atau buruk.

Artinya: Kesengsaraan penyebutan adalah ketika seseorang menyebutkan

kepasikan setelah percaya pada iman.

Dan preferensi untuk nama di sini adalah rahmat di suatu tempat,

karena konteks memperingatkan orang-orang dari menyebutkan nama-nama

Page 72: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

fitnah, karena al-Qob adalah bagian dari al-Asma, sehingga memilih untuk

mengucapkan nama untuk kefasikan adalah masalah moral.

Dan makna al-Ba‟diyyah dalam ucapannya " بعد الناميان ": setelah

didamaikan dengan iman, yang berarti bahwa iman tidak cocok untuk amoralitas,

karena dosa adalah urusan para musyrik yang tidak mengalihkan mereka dari

amoralitas dan ketakutan, dan ini seperti perkataan Jamila, putri ubay ketika dia

mengeluh kepada nabi dan dia meminta suaminya Tsabit bin Qaisy

meninggalkannya : "Saya tidak menyalahkan tsabit dalam agama atau ciptaan,

tetapi saya membenci ketidakpercayaan setelah Islam (Anda ingin terkena

ketakutan akan perzinahan) dan saya tidak mentolerirnya dalam kebencian.

Dan ketika semua sifat merendahkan, mencela, dan sikap pamer adalah

pelanggaran, diperlukan pertobatan dari mereka, dan siapa pun yang tidak

bertobat adalah tidak adil: karena dia menganiaya orang dengan menyerang

mereka, dan dia menganiaya dirinya sendiri dengan menerima hukuman akhirat

ketika mampu menghentikannya, sehingga ketidakadilannya sangat parah. Itulah

sebabnya dia datang kepadanya dalam bentuk membatasi penindas kepada mereka

seolah-olah tidak ada orang lain yang tidak adil untuk tidak menganggap penindas

lain dalam bertemu orang-orang ini sebagai berlebihan untuk berkembang.

Pertobatan adalah akibat dari setiap dosa, dan dosa-dosa ini yang

disebutkan adalah pangkat kecil dan kecanduan dosa kecil menjadi besar. Dan

mentawasutkan isim isyarah untuk meningkatkan perbedaan mereka secara

Page 73: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

mengerikan atas kondisi dan peringatan mereka, dan bahkan layak untuk

membatasi ketidakadilan pada mereka untuk apa yang disebutkan dari deskripsi

sebelum nama tanda.39

4. Interpretasi penafsiran Qur’an Surat al-H{ujurat {49}:11 dalam Tafsir al-

Tah}ri<r wa at-Tanwir

Mencela, mencaci mengolok adalah sebuah perbuatan yang dinilai tidak

baik. Dalam islam perbuatan tidak baik disebut dengan akhlak madzmumah,

mencaci merupakan berbuatan yang tercela dan bisa mengakibatkan timbulnya

perpecahan dan permusuhan. Sebagaimana dijelaskan dalam Quran surah al-

Hujurat {49}:11 terkait persoalan mencaci, menghina dan mengolok-olok.

Ayat ini menganjurkan kepada sesama muslim untuk senantiasa

memperbaiki perilaku terhadap muslim yang lain, serta mewajibkan seorang

muslim dengan muslim yang lain bersatu dalam kebaikan, diturunkannya ayat ini

untuk menasehati dan anjuran untuk memperbaiki sikap dalam menyikapi muslim

dengan muslim yang lain. Tentang tertawa yang dimaksud disini adalah tertawa

dengan maksud mencela, mengejek dan menghina orang lain, dengan adanya hal

semacam itu maka turunlah ayat larangan ini.

Dan pada ayat ini dibuka dengan kata seruan yang mengajak mereka

sekumpulan orang dan menunjukkan mengenai pentingnya tujuan diturunkannya

ayat ini yaitu untuk meluruskan sikap muslim antara satu dengan yang lain yang

pada masa jahiliyah yang selalu mengatakan dengan perkataan jelek dan selalu

menggampangkan hal tersebut padahal hal tersebut merupakan perbuatan yang

39

Ibid, 248

Page 74: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

dilarang. Hinaan merupakan suatu perbuatan yang dapat mengganggu mental

seseorang.

Dan orang-orang yang dimaksud dalam ayat ini yaitu mereka yang

memahami tentang larangan tersebut bahwa ejekan dengan menghina orang lain

dengan perkataan merupakan larangan yang benar dan jelas diharamkan. Ayat ini

tidak hanya dikhususkan kepada laki-laki saja akan tetapi ayat ini dikhususkan

pula kepada perempuan. Dalam pemaknaan ayat ini dimasukkan kata perempuan

agartidak terjadi salah daham dalam pemahaman pemaknaan ayat. Dan tidak

hanya ditujukan pada suatu kaum tertentu akan tetapi ditujukan kepada semua

baik kelompok dengan kelompok maupun individu dengan individu.

Hinaan yang menyebutkan suatu keadaan yang biasa dilakukan

kebaanyakan orang itu sebenarnya berbanding terbalik, maksudnya orang yang

melakukan hinaan tidak selalu lebih baik dari orang yang dihina. Dan hinaan akan

meninggalkan jejak yang menyakitkan dan jejak itu tidak bermanfaat dalam

kehidupan dan hal tersebut besar kemungkinan akan menimbulkan perasaan

dendam.

Selain itu menyebutkan aib orang lain dengan terang-terangan dengan

penuh rasa kebencian. Dan apabila sikap ini benar dilakukan dengan rasa benci

dan menjatuhkan maka ini adalah sikap yang hina dan dusta, sikap seperti ini

merupakan sikap yang meluas di arab pada masa jahiliyah. Seperti halnya dalam

firmn Allah SWT dalam Quran surat al-Humazah {104} :1 ويل لكل هزة لمزة yaitu

golongan orang musyrikyang pada saat itu sering mencela Nabi SAW, dan pada

Page 75: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

saat itu antara menuduh dan mencela dengan menggunakan mulut secara samar-

samar disertai dengan mencela.

Tanabuz adalah panggilan yang mengandung hinaan, yaitu gelar atau

panggilan yang dijulukan kepada seseorang yang dianggap memiliki sifat atau

kebiasaan, seperti memanggil dengan julukan “wahai si hidung unta”.

Selain tanabuz ada juga sikap al-Qo>b yaitu panggilan atau julukan yang

ditujukan kepada pembenci sebagai pembeda dengan yang lain, dan panggilan

tersebut sebagai bahan ejekan dan tertawaan. Panggilan-panggilan khusus ini

sangat dilarang karena dengan panggilan tersebut dapat menyakiti hati seseorang.

Dan firman Allah SWT ‚Wala> tal mizu>‛, ‚Wala> tana>bazu>‛ kata tersebut

merupakan sifat yang berdampingan karena kedua sifat tersebut sangat dominan

kepada orang-orang jahiliyah yaitu bani Salamah yang menetap di Madinah.

Di dalam islam sangat melarang perbuatan fa>siq dan dza>lim karena

kefasikan dapat merusak keimanan seseorang, salah satunya dengan berbuat

maksiat dan mencela orang lain. Seburuk-buruknya panggilan adalah memanggil

dengan panggilan fa>siq. Dan hal itu merupakan perbuatan yang tiak baik.

Seseorang yang fasiq identik dengan iman yang lemah sehingga dari lemahnya

iman dapat mengundang kemaksiatan dan kesirikan. Ketika celaan dan hinaan,

sindiran itu jadi kebiasaan maka hal tersebut termasuk dalam salah satu maksiat

maka wajib bertaubat dari mendzolimi orang lain karena hal itu akan

menyebabkan azab di dunia maupun akhirat, dan kedzoliman itu adalah kejahatan

yang sangat kejam. Berbicara tentang seruan larangan ayat ini melarang

Page 76: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

berprasangka jelek karena prasangka itu sifatnya halus dan secara tidak sadar

dapat mempengaruhi pikiran orang.

Page 77: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

ANALISIS DAN KONTEKTUALISASI BODY SHAMING

DALAM KEHIDUPAN SHARI-HARI

Berikut pemaparan beberapa hasil analisis. Berdasarkan analisis dari

kitab tafsir at-Tah{ri>r wa at-Tanwi>r karya Ta>hi>r ibn ‘A<shu>r. Pada penelitian ini

metode yang digunakan yaitu metode maudhu‟i (tematik). Metode tematik yaitu

metode yang berfungsi untuk memahami makna Alquran dengan tema tertentu

kemudian mencari ayat yang sesuai dengan tema. Dari mengungkap kejadian

fakta, fenomena maupun keadaan, lalu dijadikan tema kajian secara proposional

kemudian ditafsirkan dan kemudian dianalisis.1

Metode ini menjadi trend dalam perkembangan tafsir era modern-

kontemporer dalam metode ini mengumpulkan dan memahami ayat yang terkait

dengan tema baik berkaitan secara langsung maupun tidak lalu kemudian

dibangun secara logis untuk menjadikan sebuah konsep yang utuh dan sistematis

dalam prespektif Alquran. Dalam riset tematik ada pendapat bahwasannya

Alquran itu ayatnya ibarat untaian kalung emas, yang satu rantai dengan yang

lainnya saling berkaitan. Ada ulama yang mengatakan bahwasannya Alquran itu

Alquran yufas}s}ir ba’d}uhu ba’d}an yang artinya ayat Alquran itu sebagiannya

menafsirkan sebagian yang lain.2

1 Dr. H. Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al Quran Dan Tafsir, (yogyakarta: Idea

Pres, 2018), 57 2 Ibid.,

Page 78: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

Kajian tematik ini berangkat dari permasalahan yang ada dalam

masyarakat kemudian ditarik ke nash Alquran untuk mencari jawaban

permasalahan dan solusi. 3 Bentuk dari kajian tematik ini bermacam-macam ada

yang bermula dari term-term tertentu dari dalam Alquran, jadi ketika mengkaji

peneliti terlebih dahulu mencari term-term yang ada di Alquran seperti ikhlas

dalam Alquran atau bisa juga berupa tema surat yang ada dalam Alquran misalnya

tafsir tematik surat an-Nas. Dalam tematik surat seperti tematik surat an-Nas

hanya pada surat an-Nas saja yang dibahas secara rinci, atau juga bisa berbentuk

konseptual, yaitu kajian tematik berdasarkan tema tanpa term khusus dan tidak

terfokus pada surat tertentu (satu surat).

Model kajian konseptual ini sangat diperlukan karena tidak semua masalah

dalam kehidupan dapat dibahas atau dikaji dengan term-term yang ada di Alquran

karena dalam ayat dan surat dalam Alquran tidak dibahas secara khusus problem

tersebut. Pernyataan seperti ini bukan berarti menjadikan lemahnya Alquran justru

malah menjadikan bukti bahwa hal ini menjadi salah satu mukjizat dari Alquran

sendiri. Bagaimana tidak, Alquran yang isinya dan ketebalannya tidak mencapai

angka ribuan tetapi bisa memuat solusi sejak Alquran ini diturunkan hingga kelak

pada akhir zaman. Dan dengan jumlah ayat yang bisa dihitung menggunakan

mesin penghitung tetapi kitab ini mampu menyuguhkan cerita-cerita dari umat

terdahulu dan kejadian-kejadian yang akan terjadi pada masa mendatang. Hal

inilah yang menjadikan kemukjizatan Alquran dan masih banyak sekali

kemukjizatannya. Apabila Alquran dikaji berdasarkan term yang ada maka sangat

3 Marzuki Agung Praseya, “Model Penafsiran Hasan Hanafi” dalam Jurnal Penelitian, Vol

7, No. 02, 2013, 373.

Page 79: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

terbatas. Seperti yang dikemukakan oleh Nasrudin Baidan mengenai urgensi

kajian tematik ini bahwa kajian tematik ini lebih bisa diandalkan untuk

memecahkan permasalahan yang ada di dunia ini. Hal ini dapat disimpulkan

bahwasannya metode tematik ini pengaruhnya sangat besar sekali terhadap

kehidupan masyarakat agar mereka selalu terbimbing kepada jalan yang benar

sesuai dengan tujuan Alquran yaitu sebagai petunjuk umat manusia. Berdasarkan

hal tersebut maka jelas bahwa metode ini menduduki tempat yang penting dalam

kajian tafsir Alquran.4

Berbicara tentang body shaming menurut beberapa pengemuka dapat

disimpulakan bahwasannya body shaming ialah merupakan sebuah tindakan

mencela kondisi tubuh yang dapat menyebabkan orang yang dicela akan merasa

tidak nyaman, tidak percaya diri pada diri sendiri dan merasa direndahkan.

Sehingga menimbulkan kegelisahan pada korban dan dapat mempengaruhi pada

kondisi psikis.5 Body shaming erat kaitannya dengan citra tubuh sehingga dapat

membuat korban merasa minder karena tidak sesuai dengan standart ideal. Di

Indonesia misalnya, seseorang dianggap cantik apabila memiliki kulit yang bersih

dan putih padahal kulit asli orang indonesia mayoritas kuning langsat cenderung

coklat. Dengan adanya ukuran standart seperti ini seringkali perempuan yang

dianggap tidak memenuhi standart mendapat perlakuan yang kurang baik dan

cenderung dibeda-bedakan. Celaan dan ejekan terhadap orang yang mempunyai

postur tubuh gemuk dengan menggunakan nama-nama hewan yang memiliki

4 Nashrudin Baidan, Metodologi Penafsiran Alquran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2012),

169-170. 5 Http://Kbbi.web.id/pusat. (Diakses 27 Desember 2019)

Page 80: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

tubuh besar seperti gajah, kerbau dan kingkong. Tidak hanya orang gemuk saja,

orang yang mempunyai tubuh kurus dan kecilpun kerap kali dipanggil dengan

sebutan yang tak semestinya seperti “kurus seperti papan” “kecil seperti kurcaci”.

Baik sadar dan tidak sadar atau hal ini dilakukan dengan gurauan, tindakan

semacam ini dapat dikategorikan sebagai tindak kekerasan dalam bentuk verbal

(kekerasan dalam bentuk perkataan).

Dalam penafsiran surat al-H{ujura>t {39}:11 terdapat kata ل يسخر memiliki

makna jangan menghina terhadap suatu kaum maupun individu, penggunaan kata

ini sebenarnya ditujukan kepada kabilah bangsa arab pada waktu itu yang sering

sekali menghina antar kabilah. Tatapi dalam segi pemaknaan, selanjutnya kata ini

disandarkan dengan kata قوم dalam ilmu bahasa kata ini menggunakan isim

nakirah sehingga kata قوم ini pemaknaannya sangat luas tidak tertuju pada suatu

kaum saja, tetapi juga tertuju pada individu juga. dalam penafsirannya T}ahir Ibnu

‘A<syur dalam kitabnya Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir dijelaskan bahwasannya

larangan mencela yang dimaksud dalam kitab ini adalah larangan dalam bentuk

verbal saja atau dalam bentuk perkataan karena pada masa jaman dulu masih

belum ada social media seperti saat ini, sehingga pada waktu itu larangan ini

ditujukan pada larangan bentuk perkataan (verbal) saja. Dapat diketahui pada

jaman millenial ini tindakan mencela semakin berkembang juga tidak hanya

berupa perkataan saja akan tetapi dalam bentuk perbuatan yang sering kita

Page 81: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

ketemui. Tindakan itu berupa suatu cacian atau kritikan negatif antar pengguna

media social yang akhir-akhir ini cukup marak diperbincangkan.

Selain itu dalam ayat ini terdapat pula kata ول تلمزوا dan larangan ini

situjukan untuk memanggil dengan sebutan yang tidak baik. Tidak hanya tentang

mencela atau menghina kondisi tubuh memanggil dengan panggilan yang tidak

baik mengenai tubuh juga bisa dikatakan sebagai tindakan body shaming. Yang

dalam hal ini sudah tidak asing lagi atau bahkan sudah menjadi kebiasaan dalam

kehidupan sekitar. Memang perbuatan ini terlihat sepele dan terkesan berguarau

akan tetapi apabila orang yang menjadi objek body shaming menanggapinya

secara serius maka akan berdampak pada kondisi psikisnya karena terlalu sering

dibuat tidak nyaman oleh lontaran perkataan-perkataan buruk.

Melihat fenomena yang sering terjadi pada saat ini dan berdasarkan

penafsiran tentang surat al-H{u<jura<t {49}:11 mencela dalam ayat ini apabila

dikontekstuaisasikan pada saat ini sama halnya dengan perbuatan body shaming,

penulis menyimpulkan bahwasannya tindakan body shaming adalah sebuah

tindakan yang tidak baik, benar-benar dilarang dan sangat jelas hukum

keharamannya sebagai mana dalam surat al-Hu>jura>t {49} : 11. Yang menjelaskan

bahwasannya Allah menyeru kepada umat manusia untuk tidak melakukan

tindakan, mencela karena tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak terpuji

dan dapat menghancurkan hubungan baik antar sesama manusia serta akan

merugikan koban. Menurut penulis dalam ayat ini dijelaskan bahwasannya

mencela orang lain sama saja dengan mencela diri sendiri karena sejatinya muslim

Page 82: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

adalah sama halnya diibaratkan dengan satu tubuh, yang apabila muslim melukai

muslim lainnya sama saja melukai diri sendiri.

A. Analisis body shaming dalam Quran surat al-H{ujura>t {49}:11

1. Menitikberatkan pada bullying verbal

Mencela atau mengolok merupakan suatu perbuatan yang tidak baik dalam

islam, karena perbuatan tersebut dapat merugikan berbagai pihak. Orang yang

mencela akan mendapatkan dosa dan orang yang dicela akan merasa tersakiti. Dan

bisa menimbulkan ketidak keharmonisan dalam sebuah keluarga dan hubungan

dapat menjadi permusuhan dalam pertemanan. Sebagaimana dijelaskan dalam

kitab tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir.

Menurut T{ahir Ibnu ‘Ashu>r larangan mencela ini berupa larangan dalam

bentuk verbal atau dalam bentuk ucapan. Tidak dalam bentuk lainnya seperti

menggunakan isyarat tangan, mata ataupun anggota tubuh lainnya. Dan dalam hal

ini jelas dipaparkan keharamannya. Dalam penjelasan T{ahir Ibnu ‘Ashu>r larangan

ini tidak ditujukan atau dikhususkan pada suatu kaum tertentu juga tidak ditujukan

pada gender tertentu.

Dalam penafsiran T{ahir Ibnu ‘Asyur dikatakan bahwasannya larangan ini

dalam bentuk verbal sedangkan menurut beberapa mufassir yang menafsirkan

ayat ini mengatakan bahwasannya maksud dari larangan ayat ini tidak hanya

berupa verbal saja akan tetapi larangan ini dapat berupa dalam bentuk isyarah

seperti dalam tafsir Kementrian Agama yang menjelaskan bahwa ejekan yang

dimaksud ini dapat difahami berupa isyarat mata, isyarat bibir, kepala, tangan.

Page 83: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

Selain itu dalam kitab tafsir Fi Zhila>lil Qur’an menjelaskan bahwasannya

mencela dalam hal ini ditujukan juga pada strata dan kondisi sosial misalnya

orang kaya menghina orang yang lebih miskin, orang kuat menghina yang lemah,

wanita cantik menghina yang kurang cantik.

Dalam hal ini penulis memahami bahwasannya T{ahir Ibnu ‘Ashu<r

menafsirkan seruan larangan dari ayat ini hanya berupa larangan yang berbentuk

perkataan atau dalam bahasa kekinian disebut verbal. Kekerasan dalam bentuk

verbal ini cukup mencuri perhatian karena di Negara Indonesia ini seringkali

dilakukan kekerasan dalam bentuk verbal ini. Dan tanpa disadari hal ini cukup

berdampak pada korbannya, memang dalam kondisi fisik tidak terlalu terlihat

dampak nya akan tetapi dalam kondisi psikologis orang yang terkena kekerasan

verbal ini cukup berdampak. Seperti dampak-dampak yang ditimbulkan yaitu

gangguan makan, gangguan obsesif konplusif, gangguan dismorfik tubuh.

Padahal dalam Islam jelas dipaparkan bagaimana cara menerapkan etika

yang baik ketika berinteraksi social terhadap masyarakat, dalam Islam terdapat

tata cara berperilaku atau dalam hal ini sering dikenal dengan etika, moral, akhlak.

Tindakan yang baik tidak hanya berlaku pada interaksi secara individual saja,

tidakan baik juga harus diterapkan terhadap suatu perkumpulan kelompok pada

masyarakat. Fungsi menerapkan etika tidak lain agar tidak ada gesekan-gesekan

yang terjadi.

Pada penafsirannya T}ahir Ibnu ‘A<syur lebih menitik beratkan hanya pada

larangan mencela dan memanggil dengan panggilan yang tidak baik, sedangkan

Page 84: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

bisa dilihat pada masa saat ini tindakan body shaming itu tidak hanya berupa

sebuah tidakan verbal (omongan) melainkan juga bisa dilakukan dengan sebuah

tindakan non verbal yang sering dijumpai yakni celaan yang ada di dunia social

media yang cukup meresahkan akhir-akhir ini karena menimbulkan korban jiwa.

Sedangkan menurut mufassir lain dalam menafsirkan ayat ini larangan tersebut

tidak hanya berupa larangan memanggil dengan sebutan yang tidak baik saja,

akan tetapi juga mencela dalam segi tingkatan strata maupun status sosial seperti

orang kaya menghina orang yang miskin, orang yang cantik menghina orang yang

tidak teralu cantik, orang yang normal menghina orang yang memiliki kondisi

tubuh kurang sempurna.

2. Larangan mencela sebagai bentuk persaudaraan

Dan menurut T{ahir Ibnu ‘Asyur tidak saling mencela dalam hal ini adalah

bentuk dari persaudaraan, dan ayat ini larangan mencelanya dikhususkan pada

pemberian gelar yang secara terus menerus tiada berakhir (tidak mengenal

waktu), dan pemberian gelar itu merupakan suatu perbuatan yang buruk dan ayat

ini menganjurkan untuk meninggalkan perbuatan memanggil dengan julukan

yang menunjukkan keburukan. Dan julukan yang dimaksud adalah julukan yang

disertai dengan perasaan membenci dan perasaan meremehkan atau

merendahkan. Yang sebenarnya baik buruknya seseorang tidak bisa dipastikan

berdasarkan pujian, celaan,cacian, amal dan apapun yang tampak padanya. Karna

belum tentu orang yang mendapat perlakuan tidak baik seperti itu memiliki amal

perbuatan yang buruk. Juga belum tentu orang yang terlihat memelihara amal

Page 85: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

lahiriyah juga ternyata menyimpan sifat tercela dalam hatinya. Karena hal itu

bukan menjadi tanda-tanda petunjuk yang pasti. Hanya Allah yang maha

mengetahui segalanya wallahua’lam.

Selain itu larangan ini ditujukan untuk pemberian gelar yang buruk yang

tidak disukai pemiliknya, sedangkan menurut beberapa kitab tafsir menafsirkan

larangan ini dalam bentuk mencela secara umum. Maksudnya adalah mencela

baik dalam hal kedudukan seperti orang kaya mencela orang miskin, atau

mencela terhadap orang yang memiliki kekurangan pada dirinya seperti mencela

pada orang yang tidak mempunyai kondisi fisik sempurna (cacat) dalam hal ini

terdapat pada tafsir fi Z{ilalil Qur’an karya Sayyid Qutb dan tafsir al-Maragi

karya Ahmad Must}afa al-Maragi.

Dalam tafsir T{ahir Ibnu ‘Ashu>r bahwa tindakan yang dilarang dan

dijelaskan dalam ayat ini adalah suatu perbuatan yang menunjukkan suatu

perbuatan yang tidak sopan dan ketidaktaatan dan mengutip hadis bahwa mencaci

seorang hadist adalah perbuatan fasik dan perbuatan ini tidak bisa dihapuskan

dosannya kecuali dengan bertaubat, dan apabila dalam hal ini tidak bertaubat

maka akan menerima hukuman akhirat, dan dikatakan pula bahwasannya dosa

mencela adalah sebuah dosa kecil dan apabila dilakukan scara terus menerus maka

bias menjadikan dosa kecil itu menjadi sebuah dosa yang besar.6 Dalam hal ini

memiliki persamaan dalam penafsiran mustafa al-Maraghi yang juga dijelaskan

bahwa orang yang melakukan perbuatan mencela atau mengolok-olok adalah

6 Muhammad T}ahir Ibnu ‘A<syur, Tafsir al-Tah}rir wa al-Tanwir, Juz 26 (Tunisia: al-Dar

al-Tu>nisiyyah, T.t), 250

Page 86: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

orang yang fasik. Allah sudah mengatakan bahwasannya tidak semestinya seorang

mukmin mengolok-olok mukmin lainnya atau mengejeknya dengan celaan atau

hinaan, dan tidak patut pula memberi gelar dengan gelar yang buruk, dan barang

siapa yang tidak bertaubat maka ia berbuat buruk dengan dirinya sendiri. Jadi

orang yang mencela, mengejek, menghina merupakan orang sama saja berbuat

buruk kepada dirinya sendiri karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang

bisa menybabkan dosa yang akan ditanggung kelak di akhirat.7

Menurut analisis penulis memahami dari tafsir ini bahwasannya Ibnu

‘Ashu>r dalam menafsirkan perbuatan mencela itu celaan yang berupa perkaaan

dan ditujukan pada pemberian gelar yang buruk saja, sedangkan dapat diketahui

bahwasannya dalam celaan itu terdapat berbagai bentuk tidak hanya berupa celaan

verbal saja akan tetapi juga dapat berupa sebuah tindakan tubuh (gerakan tubuh)

seperti gerakan tangan yang dapat berujung pada tindakan (pelecehan), gerakan

mata (melirik) yang terkadang juga dapat menimbulkan perasaan tersinggung dan

gerakan-gerakan tubuh yang lain.

B. Kontekstualisasi Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Body Shaming

1. Menghindari tindakan bullying verbal dan non verbal

Allah melarang hambanya melakukan perbuatan mencela baik dalam segi

kondisi sosial, keturunan agama, bentuk tubuh seseorang karena hal tersebut

dapat menyakiti orang lain. Larangan dalam Quran surat al-H{ujurat {49}:11 ini

7 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Cet. II (Semarang: Karya

Toha Putra Semarang, 1993), 221-225

Page 87: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

tidak hanya ditujukan terhadap laki-laki saja, larangan ini juga ditujukan kepada

perempuan juga, karena siapapun bisa berpotensi melakukan hal ini apabila

kurang pandai dalam hal menjaga lisan. Dalam ayat ini dapat diketahui

bahwasannya melakukan perbuatan mencela adalah suatu perbuatan yang

dilarang, apabila dikaitan dengan fenomena yang sering terjadi pada saat ini yaitu

body shaming. Hal tersebut sama halnya dengan perbuatan yang buruk, karena

melakukan body shaming itu membuat korban merasa dirinya dipermalukan, tidak

berharga dan dalam hal ini sangat merugikan orang lain. Dan dampak dari

perbuatan itu jika dilakukan scecara terus menerus itu akan mempengaruhi

kondisi psikis korban. Maka dalam ayat ini melarang keras melakukan perbuatan

mencela karena orang yang mencela tidak sepenuhnya buruk dari yang mencela,

dalam surah al-Humazah {104}:1 dikatakan

ويل لكل هزة لمزة

Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela

Maka dalam ayat ini dijelaskan bahwasannya sikap mencela sama saja

mencelakakan diri sendiri. Di dalam kehidupan sekitar orang yang suka mencela

tidak hanya mendapat balasan diakhirat dalam dunia pun orang yang suka

mencela tidak bisa membuat hati orang lain tenang dan senang malah

menimbulkan kebencian dan kerunyaman antar sesama.

Page 88: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

Sebagai seorang muslim hendaknya bertuturkata yang baik dan

menghindari perkataan yang dapat menyakiti perasaan orang lain. Sebagaimana

dalam Alquran ada beberapa anjuran dalam berkata yaitu :

1. Qaulan kari>>man (ucapan yang mulia)

2. Qaulan ma’ru>fa (berkata dengan baik)

3. Qaulan syadi<dan (perkataan lurus dan benar)

4. Qaulan baligha (perkataan yang komunikatif)

5. Qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut)

Manusia sebagai makhluk sosial sudah sewajarnya melakukan interaksi

sosial, dalam proses berinteraksi banyak sedikitnya terjadi konflik di dalamnya.

Banyak sekali kasus-kasus yang terjadi dalam bersosialisalsi. Salah satunya

perihal body shaming ini yang banyak terjadi pada kehidupan sosial nyata

maupun dunia maya. Tentu dalam perbuatan tidak baik akan mendapat respon

dari masyarakat dimana dan kapan kejadian itu terjadi. Manusia hendaknya

menyadari bahwa kesejahteran dan kebahagiaan hidup merupakan bagian dari

kehidupan, dan kebahagiaan ini dapat diraih apabila seseorang dapat

berkomunikasi dengan baik dalam lingkungannya. Salah satucara untuk menjalin

hubungan komunikasi yang baik salah satunya senantiasa menjag lisan agar

selalu bertutur kata yang baik. Kejahatan ucapan (lidah) ialah sumber petaka bagi

manusia, apabila tidak bisa menjaga lidah untuk bertuturkata yang baik maka

bersiaplah akan mendapat kerugian. Dan kerugian ini tidak akan terjadi apabila

bisa menjaga tutur kata yang baik.

Page 89: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

Dalam surat yang didarkan Kaporli NOMOR SE/06/X/@015 tentang ujaran

kebencian dapat berupa tindak pidana yang sudah diatur dalam undang-undang

KUHP, yang berbentuk:

1. Pencemaran nama baik

2. Penghinaan

3. Perbuatan tidak menyenangkan

4. Penistaan

5. Provokasi

6. Penyebaran berita hoax 8

2. Menerapkan etika dalam berinteraksi dengan sesame di dunia nyata dan

virtual

Dalam penafsiran T{ahir Ibnu ‘Asyur dijelaskan bahwa Allah melarang

melakukan perbuatan body shaming yaitu agar tidak terjadi keretekan

hubungan sosial antar individu baik dalam dunia nyata maupun dunia maya.

Seringkali ditemui dalam banyak kasus pengguna media social yang saling

melakukan hujatan atau dalam bahasa millennial dikenal dengan hatespeech

ujaran kebencian. Dalam penghinaan citra tubuh atau body shaming biasa

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Seperti halnya dalam dunia

maya seperti social media facebook, twitter, instagram yang seseorang dapat

melihat foto dalam media social tersebut dan melakukan penghinaan pada

kolom komentar yang disediakan pada media social itu apabila penilaian

8 Surat edaran dari Kaporli NOMOR SE/06/X/2015 perihal ujaran kebencian

Page 90: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

terhadap orang lain itu dirasa ada kekurangan atau aneh. Dan dalam hal tersebut

masuk dalam tindakan kejahatan dunia maya atau biasa dikenal dengan

cybercrime. Dalam kasus cybercrime ini masuk dalam tindakan pidana yang

cukup kompleks dalam segi pidana konvesional.

Apabila hal itu (tindakan bodyshaming) dilakukan terus menerus salah

satu dari individu akan merasa terhina dan terrendahkan dan akan

mempengaruhi kondisi psikis korban karena merasa terendahkan. Dari Qur’an

surat al-H{ujura>t ini dapat diambil pelajarang tentang bagaimana berkomunikasi

dan berinteraksi yang baik dengan sesama muslim maupun yang lainnya

diantaranya yaitu dengan menjaga lisan sebaik-baiknya agar tidak menyakiti

satu sama lain. Ada pepatah yang mengatakan lidah itu tidak bertulang dan

sangat mudah sekali untuk mematahkan perasaan seseorang dengan ucapan.

Selain itu ada pelajaran lagi yang dapat diambil dari ayat ini bahwasannya apa

yang kita lihat bukanlah nilai yang sesungguhnya bisa jadi apa yang kita lihat

buruk itu baik dimata Allah dan apa yang kita lihat baik bisa jadi buruk

dihadapan Allah SWT.

Page 91: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Menurut T{ahir Ibnu ‘Asyur ayat-ayat tentang body shaming ini

merupakan suatu perbuatan yang tidak baik dalam islam, karena perbuatan

tersebut dapat merugikan berbagai pihak. Orang yang mencela akan

mendapatkan dosa dan orang yang dicela akan merasa tersakiti. Dan bisa

menimbulkan ketidak keharmonisan dalam sebuah keluarga dan hubungan

dapat menjadi permusuhan dalam pertemanan. berupa larangan mencela,

mencela yang dimaksudkan dalam hal ini memberi gelar (laqob) atau

julukan dengan maksud. tidak saling mencela dalam hal ini adalah bentuk

dari persaudaraan, dan ayat ini larangan mencelanya dikhususkan pada

pemberian gelar yang secara terus menerus tiada berakhir (tidak mengenal

waktu), dan pemberian gelar itu merupakan suatu perbuatan yang buruk

dan ayat ini menganjurkan untuk meninggalkan perbuatan julukan yang

menunjukkan keburukan itu. Dan julukan yang dimaksud adalah julukan

yang disertai dengan perasaan membenci dan perasaan meremehkan atau

merendahkan.

Dalam penafsiran T{ahir Ibnu „Asyur mengatakan bahwasannya

larangan ini dalam bentuk verbal. Selain itu larangan ini ditujukan untuk

pemberian gelar yang buruk yang tidak disukai pemiliknya, dalam tafsir

Page 92: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

ini dijelaskan bahwa tindakan yang dilarang dan dijelaskan dalam ayat ini

adalah suatu perbuatan yang menunjukkan suatu perbuatan yang tidak

sopan dan ketidaktaatan dan Ibnu „Asyur mengutip hadis bahwa mencaci

seorang muslim adalah suatu perbuatan fasik dan perbuatan ini tidak bias

dihapuskan dosannya kecuali dengan bertaubat, dan apabila dalam hal ini

tidak bertaubat maka akan menerima hukuman akhirat, dan dikatakan pula

bahwasannya dosa mencela adalah sebuah dosa kecil dan apabila

dilakukan scara terus menerus maka bias menjadikan dosa kecil itu

menjadi sebuah dosa yang besar

2. Dalam mengkontekstualisasikan dengan fenomena yang terjadi, dalam

penafsiran ini melarang melakukan tindakan mencela, larangan ini tertuju

juga untuk mencela tubuh bodyshaming yang dalam hal ini sering terjadi

di dunia nyata maupun di dunia maya. Dalam social media yang sering

terjadi kasus fenomena ini adalah pada social media facebook, twitter,

dan instagram. yang seseorang dapat melihat foto dalam media social

tersebut dan melakukan penghinaan pada kolom komentar yang

disediakan pada media social itu apabila penilaian terhadap orang lain itu

dirasa ada kekurangan atau aneh. Dan dalam hal tersebut masuk dalam

tindakan kejahatan dunia maya atau biasa dikenal dengan cybercrime.

Page 93: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

B. Saran

Saran dari penulis hendaknya pada penelitian selanjutnya apabila

menggunakan tema yang terkait, alangkah baiknya menggunakan beberapa ayat

untuk dikaji agar pembahasan dan inti dari kandungan Alquran yang didapatkan

lebih jelas.

Pembahasan dalam penelitian ini dirasa masih ada kekurangan yang

sebenarnya masih banyak penjelasan-penjelasan mufassir terhadap kajian ayat ini,

tapi penulis hanya mengkaji beberapa kitab tafsir saja.

Diharapkan karya ini dapat menjadi jembatan pemahaman masyarakat

terhadap kandungan Alquran sehingga dapat menjadi solusi terhadap

peroblematika fenomena sosial yang sering terjadi pada masyarakat.

Page 94: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Ma‟ani. Kajian Tafsir Komprhensif Metode Ahli Tafsir, terj. Faisa

Saleh Syahdianur, . Jakarta. PT. Karya Grafindo. 2006.

Ahmad Saqar, Nubail. Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn „Ashur fi al-Tafsir al-Tahrir

wa al-Tanwir. Mesir: al-Dar al-Misriyyah, 2001.

Ainur fadhila. Zurun tri. Perilaku Obsesiv Konplusif Dalam Beribadah Pada

Santri Pondok Pesantren Fathul Hidayah Pangean Maduran Lamongan.

Skripsi, uinsunan ampel Surabaya. Surabaya: 2015.

Al-Aridl, Ali Hasan. Sejarah dan Perkembangan Metodologi Tafsir. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada 1992.

Al-Banna, Gama. Evolusi Tafsir. Jakarta : Qishti Press, 2004.

Al-Farmawi, Abd Al Hayy. Metode Tafsir Maudhu‟i. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. 1996.

Al-Ghally, Balqasim. Syaikh al-Jami’ al-A’zam Muh{ammad T{a<hir Ibn ‘A<shur

H{aya<tuhu< wa As{aruhu Beirut: Dar Ibn Hazm, 1996.

‘A<shur. Ibnu, Kash al-Mughti min Ma’ani wa al-Faz al-Waqiah fi al-Muwat}a’.

--------.Syarh al-Muqaddimah al-Adhabiyah li al-Marzuq<y ‘ala Diwa<ni al-

Amasa<h. Riyadh: Maktabah Da<r al-Tu<nisiyyah. T.t Kairo: dar al salam

2006.

Page 95: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

Asroruddin A, Muhammad. Belajar Akidah Akhlak Sebuah Ulasan Ringkas

Tentang Asas Tauhid dan Akhlak Islamiyah, cet. II. Jakarta: CV. Budi

Utama. 2019.

Davidson & Naele, Psikologi Abnormal.. Jakarta: PT. raja grafindo persada. T.t.

Efendy, Onong uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

Rosdakarya, 1997.

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Uin Sunan Ampel Surabaya.. Petunjuk

Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya, t,p.2014.

Fauzia. Tri Fajariani. Lintang Ratri Rahmiaji, Memahami Pengalaman Body

Shaming Pada Remaja Perempuan, jurnal. 2019.

Hajar. Ibnu. Dasar-dasar Metodologi penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.1999.

Hayyie. Abdul Terjemah Luba>bun Nuqu>l fi As}ba>bin Nuzu>l Jala>luddin As

Su>yu>thi. Depok: Gema Insani. 2008.

Https://www.alodokter.com/gangguan-dismorfik-tubuh diakses tanggal 30

November 2019.

Https://www.google.com/amp/s/Hellosehat.com/penyakit/gangguan-makan/amp/

diakses tanggal 30 November 2019.

Ilahi. Wahyu. MA. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010.

Page 96: BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>Rdigilib.uinsby.ac.id › 37933 › 2 › Auwalul Makhfudhoh_E93216105.pdf · BODY SHAMING PERSPEKTIF T{AR IBNU ‘ASHU>R

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

Ismail bin al Bukhori. Muhammad bin. Shahih Bukhari. Beirut: dar Ibn Katsir.

1987.

J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali press.2005.

Lelucon: Body Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan Cara Mengatasinya, Jurnal

Emik Vol. 1 No.1 Desember. 2018.

Mustaqim, Abdul. Metode Penelitian Al Quran Dan Tafsir. Yogyakarta: Idea

Pres. 2018

Stevany Putri. Anggraeni. Brigitta. dkk. Perancangan Kampanye “Siister‟s

Project” Sebagai Upaya Pencegahan Body Shaming. Jurnal

T. M. Damanik. Dinamika Psikologis Perempuan Mengalami Body Shaming.

Skripsi, Progam Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata dharma.

Semiawan. Conny R. T. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik Dan

Keunggulannya, .Jakarta : Grasindo. T.t.

Widjaja. A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi . Jakarta: bina aksara. 1998.