c documents and settings tasikmalaya local settings application data mozilla firefox profiles...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA
PADA PT TASPEN (Persero)
Oleh :
SONY RULYANTO
H24103033
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA
PADA PT TASPEN (Persero)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Sony Rulyanto
H24103033
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ABSTRAK
Sony Rulyanto H24103033. Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN (Persero). Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi. Adanya risiko tenaga kerja (labor risk) menyebabkan perlunya keberadaan jaminan sosial bagi para tenaga kerja tersebut. Agar penyelenggaraan jaminan sosial tersebut dapat berlangsung dengan baik maka diperlukan suatu badan umum yang mengelola kegiatan pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. PT TASPEN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak sebagai penyelenggara pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. Agar dapat melakukan fungsi perusahaan secara optimal diperlukan suatu kegiatan pengelolaan dana dalam tubuh perusahaan secara baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk asuransi yang dikelola perusahaan, mengetahui bagaimana pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero), serta menganalisis kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan. Pada tujuan kedua dan ketiga dari kegiatan penelitian ini, ruang lingkup hanya terbatas pada salah satu produk asuransi perusahaan yang dalam hal ini berupa tabungan hari tua. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer berupa laporan keuangan beserta ikhtisarnya yang diperoleh melalui wawancara, data mengenai jumlah peserta dan penerima manfaat, serta data pemberian manfaat bagi peserta. Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah pegawai, serta jenis program yang dikelola perusahaan. Metode analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan meliputi analisa rasio keuangan, analisa persentase per komponen, analisa Du Pont, dan analisa Altman Z Score. Melalui hasil penelitian dapat diketahui bahwa PT TASPEN (Persero) mengelola produk asuransi yang berupa program tabungan hari tua dan program pensiun dimana pengembangan program tabungan hari tua berupa asuransi multiguna sejahtera dan ekaguna sejahtera. Investasi perusahaan sangat didominasi dalam bentuk obligasi yang mencapai 77,37% dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Sedangkan pengelolaan dana lainnya berupa deposito sebesar 25,93% dan investasi lainnya sebesar 0,69% dari keseluruhan nilai investasi. Dari hasil analisa rasio keuangan dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dinilai cukup baik. Analisa persentase per komponen menunjukkan bagaimana komposisi pada laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan investasi untuk setiap akun perusahaan, dimana dapat diketahui bahwa sumber pendapatan utama perusahaan berupa pendapatan premi yang ditunjang dengan pendapatan investasi. Dari hasil analisa Du Pont dapat diketahui bahwa pencapaian tingkat pengembalian ekuitas perusahaan sebesar 37,24%. Z score dihasilkan mempunyai nilai yang tidak secara signifikan menunjukkn keadaan perusahaan secara nyata. Hal ini terjadi karena perusahaan sangat menitikberatkan pada penjaminan kewajiban pemegang polis.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA
PADA PT TASPEN (Persero)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Sony Rulyanto
H24103033
Menyetujui, Februari 2007
Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 6 Februari 2007 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Sony Rulyanto lahir pada tanggal 25 Maret 1985
di Mojokerto, Jawa Timur. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara
dari pasangan Rudy Widaryanto dan Lilik Sukantiasih.
Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Wijana Sejati pada
tahun 1990 dan lulus pada tahun 1991. Kemudian melanjutkan pendidikan pada
Sekolah Dasar Katolik Wijana Sejati kota Mojokerto tahun 1991 dan lulus pada
tahun 1997. Sekolah lanjutan pertama penulis tempuh pada Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 1 Mojokerto dan tamat tahun 2000. Penulis menamatkan
pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Puri
Mojokerto pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi
pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB
(USMI).
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini penyusunan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN
(Persero)” dapat penulis selesaikan..
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak telah
memberikan saran, bimbingan, dan dukungan hingga akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak saran, bimbingan dan dukungan kepada penulis dengan
penuh kesabaran. Secara pribadi, dalam kesempatan ini penulis juga meminta
maaf yang sebesar-besarnya karena selama penulisan skripsi ini telah banyak
melakukan kesalahan baik dalam proses maupun secara prosedural..
2. Wita Juwita Ermawati, STP, MM dan Beatrice Mantoroadi, SE.AK, MM
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak banyak kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
3. Ibu Susiana Retnowati selaku Manajer Utama divisi personalia PT TASPEN
(Persero) yang telah memberikan izin bagi penulis untuk dapat melakukan
penelitian di PT TASPEN (Persero).
4. Ibu Anna dari PT TASPEN (Persero) yang telah banyak membantu dan
memberikan bimbingan bagi penulis dalam pengumpulan data selama
melakukan penelitian.
5. Mama Papa atas doa, semangat dan dukungannya yang telah diberikan selama
ini.
6. Dina Hestary atas semua motivasi, doa dan semangatnya. U’re my inspiration.
7. Nia atas semua bantuan dan dukungannya yang berarti bagi penulis selama
menyelesaikan studi di IPB. Thanks for every thinks girl.
8. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat mengikuti studi pada
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor (FEM IPB).
9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya
Departemen Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis
selama menyelesaikan studi di FEM IPB.
10. Temen-temen kontrakan yang sekarang tinggal 2 orang Steph n Potel, makasih
banyak atas kebersamaannya selama ini. Expecially To Steph “makasih udah
jadi bapak rumah tangga yang baik, klo ga, ga tau deh jadinya tu kontrakan”.
11. My best friends Hilman, Dedi, Sansa, Gema, Dodo, Gala, Eko, Aca, Kiki,
Made, Okty, Citra, Melly, Dewi atas kebersamaan dan suport yang diberikan.
My specially advice to Hilman don’t be so pesimistic, U’re destiny on U’re
Hands.
12. Temen-temen Manajemen 40, terimakasih atasi motivasi dan dukungannya.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga
skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................ xi
DAFTAR GRAFIK .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 4 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 4 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Asuransi ............................................................ 5
2.1.1. Zaman Purbakala ................................................ 5 2.1.1.1. Benih Asuransi Harta ............................ 5 2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa .............................. 6
2.1.2. Abad Pertengahan .............................................. 7 2.1.2.1. Asuransi oleh Gilda ............................... 7 2.1.2.2. Mula-mula Kontrak Asuransi Laut ....... 7
2.1.3. Zaman Modern ................................................... 7 2.1.3.1. Asuransi Laut ........................................ 7 2.1.3.2. Asuransi Kebakaran .............................. 8 2.1.3.3. Asuransi Jiwa ........................................ 9
2.2. Perusahaan Asuransi ..................................................... 9 2.2.1. Karakteristik Dasar Industri Asuransi................. 10
2.3. Sistem Perlindungan Sosial ............................................ 11 2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal ................... 12
2.4. Laporan Keuangan ......................................................... 14 2.4.1. Laporan Rugi Laba ............................................. 17 2.4.2. Neraca ................................................................ 17
2.5. Analisa Laporan Keuangan ............................................. 23 2.5.1. Analisa Rasio Keuangan .................................... 24 2.5.2. Analisa Persentase Per Komponen (Common
Size Percentage) ................................................. 28 2.5.3. Analisa Du Pont ................................................. 29
2.5.4. Analisa Z Skor dari Altman (Altman Z Score) .. 31 2.6. Hasil Penelitian terdahulu .............................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran ....................................................... 34 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................ 35 3.3. Jenis dan Sumber Data ................................................... 35 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................... 35
3.4.1. Deskriptif ........................................................... 35 3.4.2. Analisa Rasio Keuangan .................................... 36 3.4.3. Analisa Persentase Per Komponen ..................... 40 3.4.4. Analisa Du Pont ................................................. 41 3.4.5. Analisa Altman Z Score ..................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sekilas Tentang PT TASPEN (Persero).......................... 45 4.1.1. Latar Belakang Pendirian Perusahaan dan Dasar
Hukum ................................................................ 45 4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan ............................ 46 4.1.3. Profil Karyawan .................................................. 50
4.2. Hukum/Perundangan dan Peraturan-Peraturan Perundangan yang Terkait dengan Operasi PT TASPEN (Persero) ......................................................................... 51
4.3. Program (Produk) yang Dikelola Oleh PT TASPEN (Persero) ......................................................................... 51
4.4. Mekanisme Penyampaian Produk .................................. 56 4.5. Peserta dan Pendapatan Premi ........................................ 57
4.5.1. Peserta ................................................................ 57 4.5.2. Pendapatan Premi................................................ 57
4.6. Kegiatan Pengelolaan Dana yang Dilakukan Oleh PT TASPEN (Persero) dalam Kegiatan Investasi ................ 58 4.6.1. Penilaian Investasi .............................................. 58 4.6.2. Investasi Program Tabungan Hari Tua (THT) ... 60 4.6.3. Hasil (pendapatan) investasi .............................. 62
4.7. Penyelesaian Klaim dan Penyampaian Manfaat ............ 63 4.7.1. Mekanisme Penyelesaian Klaim ........................ 63 4.7.2. Mekanisme Penyampaian Manfaat .................... 63 4.7.3. Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta ........ 64
4.8. Kinerja Keuangan PT TASPEN (Persero) ..................... 66 4.8.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan ....................... 66 4.8.2. Kondisi Keuangan Perusahaan ........................... 69
4.9. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan .......................... 71 4.9.1. Analisa Rasio Keuangan .................................... 71 4.9.2. Analisa Persentase Per Komponen ..................... 79 4.9.3. Analisa Du Pont ................................................. 82 4.9.4. Analisa Altman Z Score ..................................... 87
BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan...................................................................... 89 5.2. Saran ............................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 91
LAMPIRAN ......................................................................................... 93
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka Analisa Du Pont ............................................................... 30 2. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 44 3. Mekanisme Penyampaian Produk ................................................... 57 4. Mekanisme Penyelesaian dan Penyampaian Manfaat ...................... 64 5. Analisa Du Pont Pada PT TASPEN (Persero) ................................. 86
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Rincian Pendapatan Premi Program Tabungan Hari Tua ................ 58 2. Dasar Pencatatan dan Penilaian Investasi ........................................ 59 3. Rincian Modal Saham yang Disetor Pada PT Arthaloka Indonesia 60 4. Pengalokasian Dana Investasi Program Tabungan Hari Tua ........... 60 5. Pendapatan Investasi Program Tabungan Hari Tua ......................... 63 6. Rincian Pembayaran Manfaat Program Tabungan Hari Tua (THT) 65 7. Rasio keuangan Program Tabungan Hari Tua (THT) ...................... 71 8. Analisa Persentase Per Komponen Terhadap Neraca Program
Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) ..................................... 79 9. Analisa Persentase Per Komponen Terhadap Laporan Rugi Laba
Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) ....................... 81 10. Komponen Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) PT
TASPEN (Persero) ........................................................................... 83 11. Komponen Rasio Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) PT
TASPEN (Persero) ........................................................................... 84 12. Komponen Margin Laba Bersih PT TASPEN (Persero) ................. 85 13. Komponen Rasio Perputaran Total Aktiva PT TASPEN (Persero) . 85
DAFTAR GRAFIK
No Halaman
1. Profil Karyawan Menurut Jabatan ................................................... 50 2. Profil Karyawan Menurut Tingkat Pendidikan ................................ 50
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Struktur Organisasi PT TASPEN (Persero) .................................... 93 2. Kantor Cabang PT TASPEN (Persero) Di Indonesia ...................... 94 3. Iktisar Peserta Aktif Dan Penerima Pensiun 2001-2005................... 95 4. Produktivitas Karyawan Terhadap Peserta Dan Penerima Pensiun . 96 5. Kebijakan Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta ..................... 97 6. Laporan Keuangan Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN
(Persero) Tahun 2005 Dan 2004 ...................................................... 99 7. Perhitungan Rasio Keuangan Program Tabungan Hari Tua ............ 108 8. Perhitungan Metode Analisa Altman Z Score ................................. 111
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jaminan sosial bagi tenaga kerja merupakan suatu bentuk
perlindungan yang diberikan kepada pekerja beserta keluarganya terhadap
berbagai risiko yang ada pada tenaga kerja itu sendiri (labor risk) misalnya
risiko kehilangan pekerjaan, kecelakaan kerja, sakit, cacat, lanjut usia,
meninggal dunia, dan lain-lain. Jaminan sosial bagi tenaga kerja
merupakan bagian dari sistem perlindungan sosial yang memberikan
perlindungan tidak hanya kepada mereka yang bekerja saja tetapi juga
kepada seluruh anggota keluarganya.
Dalam masyarakat tradisional perlindungan sosial terhadap
warganya lebih banyak dilakukan secara informal dengan mengandalkan
bantuan keluarga lainnya, tetangga dan masyarakat. Misalnya setiap
generasi mempunyai tanggung jawab untuk mengurus dan memelihara
orang tua di hari tua mereka dan masyarakat diharapkan akan membantu
mereka yang lemah. Akan tetapi, adanya tekanan-tekanan seperti arus
urbanisasi mengakibatkan melemahnya sistem perlindungan sosial
informal tersebut (Lembaga Penelitian SMERU 2003).
Industrialisasi yang diikuti dengan urbanisasi telah menyebabkan
kota-kota besar dipadati dengan sejumlah besar tenaga kerja yang
hidupnya tergantung dari penerimaan upah. Kemajuan teknologi
kedokteran telah berhasil meningkatkan usia harapan hidup tetapi di lain
sisi hal ini dapat mengakibatkan akan bertambah banyaknya golongan
penduduk lanjut usia dan tidak produktif lagi yang hidupnya tergantung
dari orang lain dan semakin banyaknya jumlah pensiunan lanjut usia
(manula) yang memerlukan biaya untuk kesehatannya.
PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang asuransi sosial dengan kegiatan utamanya yang bergerak dalam
penyimpanan tabungan pegawai negeri yang menjadi peserta dan
2
memberikan manfaat atas tabungan tersebut dalam bentuk asuransi bagi
peserta. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi
tingkat risiko yang dapat dikatakan cukup tinggi. Hal ini disebabkan
karena ruang kegiatan usaha perusahaan yang bergerak di bidang asuransi.
Dalam dunia asuransi, risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan
asuransi ialah risiko klaim dari peserta. Risiko tersebut dikatakan cukup
tinggi karena perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi
menghadapi kondisi ketidakpastian yang dapat menyebabkan terjadinya
klaim itu sendiri. Perusahaan hanya dapat memperkirakan kejadian-
kejadian yang mungkin dapat terjadi sehubungan dengan risiko klaim yang
dihadapi akan tetapi perusahaan tidak dapat mengetahui dengan pasti
kapan klaim tersebut terjadi. Dalam hal ini perusahaan memerlukan
perencanaan yang berkaitan dengan pengelolaan dana keuangannya secara
baik agar saat terjadi klaim dari peserta, perusahaan dapat melakukan
kewajibannya sebagai penyelenggara asuransi secara optimal. Oleh karena
itu, agar pemberian manfaat bagi peserta dapat dilakukan secara maksimal
maka PT TASPEN (Persero) perlu menghasilkankinerja-kinerja yang
berorientasi pada pemerolehan laba bagi perusahaan.
Kinerja-kinerja yang berorientasi pada pemerolehan laba bagi
perusahaan sangat diperlukan karena kegiatan tersebut sangat menunjang
eksistensi dari PT TASPEN (Persero). Pengelolaan dana tabungan yang
terkumpul dari peserta ke dalam aktivitas dunia investasi merupakan
bentuk dari kinerja yang berorientasi laba.
Pengelolaan dana yang efektif pada PT TASPEN (Persero) akan
berdampak positif bagi kinerja perusahaan dimana keuntungan dari
pengelolaan dana dapat menghasilkan pemberian manfaat yang maksimal
bagi peserta. Akan tetapi kegiatan pengelolaan dana perlu
dipertimbangkan secara baik mengingat PT TASPEN (Persero) bergerak
dalam bidang asuransi sosial. Dalam hal ini keberadaan perusahaan yang
didasarkan atas adanya peserta yang mempunyai peranan vital. Adanya
klaim-klaim yang diajukan peserta serta beban-beban yang ditanggung
3
dapat dijadikan salah satu dasar pemikiran mengenai kebijakan
pengelolaan dana yang ada pada PT TASPEN (Persero).
1.2. Perumusan Masalah
Selain hal di atas, faktor-faktor seperti kondisi perekonomian yang
ada di Indonesia dan kebijakan pemerintah mengenai gaji pokok Pegawai
Negeri Sipil perlu untuk diperhatikan. Mengingat kebijakan pengelolaan
dana yang ada melalui investasi dapat dilakukan melalui deposito, obligasi
dan sejenisnya maka faktor-faktor ekonomi perlu untuk dipertimbangkan.
Bagaimana seringkali tingkat suku bunga sebagai salah satu faktor yang
ada dalam perekonomian dapat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kegiatan investasi sebuah perusahaan. Disamping itu adanya
kebijakan pemerintah menaikkan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil
menyebabkan terjadinya kenaikan pendapatan premi akan tetapi di sisi lain
hal tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
beban klaim dan pemberian manfaat dalam pemenuhan kewajiban manfaat
polis masa depan yang cukup signifikan pula. Oleh karena itu berbagai
faktor perlu untuk dipertimbangkan dalam kegiatan pengelolaan dana yang
ada agar kegiatan pengelolaan dana dapat dilakukan secara efektif. Dengan
pengelolaan dana yang efektif maka perusahaan dapat memperoleh tingkat
keuntungan yang maksimal disamping juga melakukan pemberian manfaat
bagi peserta secara maksimal pula.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan
diteliti ialah :
1. Bagaimana program asuransi yang dikelola oleh PT TASPEN
(Persero).
2. Bagaimana pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri
yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero).
3. Bagaimana kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) berdasarkan
kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan.
4
1.3. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui program asuransi yang dikelola oleh PT TASPEN
(Persero)
2. Mengetahui pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri
pada PT TASPEN (Persero).
3. Menganalisis kinerja PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan
pengelolaan dana yang dilakukan.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT
TASPEN (Persero) dalam menentukan kegiatan pengelolaan dana
tabungan dan asuransi yang efektif.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan
pengetahuan bagi penulis sendiri dan para pembaca.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
penunjang studi bagi yang berminat untuk melakukan studi lanjutan.
1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian yang digunakan
berkaitan dengan pengelolaan dana tabungan hari tua sebagai salah satu
produk asuransi yang dikelola perusahaan serta penilaian kinerja keuangan
terhadap pengelolaan dana yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Asuransi
Menurut Mehr dan Commack dalam A. Hasymi (1982)
menggambarkan sejarah asuransi sebagai berikut :
2.1.1. Zaman Purbakala
Karena langkanya bukti-bukti yang dapat dipercaya, maka
terdapat perbedaan pendapat mengenai asal usul asuransi yang
kita kenal sekarang. Akan tetapi, benih asuransi dapat terlihat
dari cara-cara manusia purba menangani risiko harta dan jiwa
mereka.
2.1.1.1. Benih Asuransi Harta
Beberapa ahli menganggap bahwa benih asuransi harta
sudah ada di lembah Eufrat, Babylonia, beberapa ribu tahun yang
lalu. Pada waktu itu perniagaan Babylonia telah berkembang
pesat sehingga para saudagar mengirimkan penjual-penjual
mereka ke daerah sekitar Babilon untuk menjual barang-barang
mereka. Para saudagar sebagai majikan penjual-penjual tersebut
tentu saja meminta sesuatu jaminan untuk meyakinkannya bahwa
para penjual itu akan kembali dengan membawa laba dan tidak
akan melarikan diri. Para penjual itu menjadikan harta mereka
sendiri sebagai jaminan bahwa mereka tidak akan menipu
majikan mereka dan penjual ini bekerja berdasarkan persentase
keuntungan dari perjalanan dagang mereka.
Akan tetapi sebagian daerah yang dikunjungi para
penjual ini tidak begitu aman. Adakalanya barang-barang dan
uang kepunyaan majikan mereka dirampas di tengah jalan
sehingga para penjual kembali ke negeri mereka dengan tidak
membawa apa-apa sehingga harta mereka yang dijadikan
jaminan disita oleh majikan mereka. Keadaan ini menimbulkan
6
protes dari para penjual karena dirasa tidak adil sehingga
kemudian lahirlah perubahan pengaturan perjanjian. Dengan
sistem baru ini, majikan dan penjual membagi rata keuntungan
yang diperoleh dari perjalanan dagang akan tetapi jika terjadi
kerugian yang disebabkan oleh pencurian atau perampokan di
negeri asing dan bukan karena kesalahan penjual maka harta
jaminan penjual tidak akan disita oleh majikan. Jadi sebagian
risiko usaha itu dipindahkan atau dikisarkan dari para penjual
kepada majikannya. Pemindahan atau pengisaran risiko inilah
yang merupakan ciri-ciri asuransi yang merupakan benih asuransi
harta.
Konsep pengisaran risiko dari satu pihak ke pihak lain
dalam suatu transaksi ini dijumpai pula di Yunani kuno. Apabila
seorang pelepas uang Yunani memberikan pinjaman kepada
pemilik kapal untuk membiayai suatu pelayaran, maka kapal itu
dijadikan jaminan atau agunan untuk pinjaman tersebut. Akan
tetapi, pemberi pinjaman ini setuju bahwa pinjaman itu batal jika
kapal gagal kembali pulang. Karena besarnya risiko usaha
tersebut maka tingkat bunga yang harus dibayar oleh peminjam
lebih tinggi dari yang biasa. Perbedaan antara tingkat bunga yang
harus dibayar peminjam dengan tingkat bunga normal adalah
sama dengan apa yang sekarang disebut premi asuransi.
2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa
Perintis asuransi jiwa dan kesehatan modern juga
dijumpai di Yunani dan Romawi kuno. Di Yunani terdapat
kelompok-kelompok keagamaan yang melakukan kegiatan
pengumpulan dana dari para anggotanya untuk menjamin biaya
penguburan. Kegiatan ini barangkali merupakan bentuk awal dari
asuransi penguburan.
Sewaktu Romawi menggantikan Yunani sebagai pemimpin
dunia kuno, orang Romawi ini menggunakan sistem yang sama
untuk asuransi jiwa. Akan tetapi, dengan berkembangnya sistem
7
Romawi titik berat kegiatan ini bukan lagi pada unsur keagamaan
melainkan terbuka untuk masyarakat umum.
2.1.2. Abad Pertengahan
2.1.2.1. Asuransi oleh Gilda
Kegiatan gilda-gilda di abad pertengahan banyak
membantu berkembangnya ide asuransi. Mereka mengadakan
rancangan asuransi yang dibiayai dengan iuran reguler para
anggotanya. Manfaat dibayarkan untuk berbagai macam kerugian
diantaranya adalah untuk kerugian kebakaran, karamnya kapal,
pencurian dan kebanjiran. Walaupun gilda-gilda ini tidak
berkembang menjadi perusahaan asuransi seperti yang kita kenal
sekarang namun mereka telah menyediakan kebutuhan asuransi
pada jamannya.
2.1.2.2. Mula-mula Kontrak Asuransi Laut
Tidak ada kesepakatan para ahli mengenai kapan
tepatnya kontrak asuransi laut pertama kali lahir. Akan tetapi,
tampaknya asuransi laut mungkin telah ditulis sejak pertengahan
abad XIV. Pada pertengahan abad VX aturan-aturan tentang
perilaku bisnis telah dikembangkan oleh beberapa kota
pelabuhan Laut Tengah.
2.1.3. Zaman Modern
2.1.3.1. Asuransi laut
Perkembangan asuransi laut didorong oleh disahkannya
suatu rencana undang-undang di Inggris pada tahun 1574 yang
menciptakan suatu dewan asuransi untuk menjual asuransi
tersebut. Beberapa tahun kemudian didirikanlah sebuah
pengadilan istimewa untuk menangani perselisihan-perselisihan
asuransi. Dengan perkembangan lanjutan ini, pengadaan asuransi
laut berubah dari kegiatan part time untuk para saudagar menjadi
bisnis full time bagi para spesialis.
Pada masa inilah lahir istilah underwriter (penulis
dibawah, penanggung). Mereka yang mencari asuransi akan
8
mencantumkan usul untuk diperiksa oleh calon penanggung.
Setiap orang yang ingin ikut serta dalam risiko tersebut akan
menuliskan namanya di bawah usul itu dan menunjukkan bagian
risiko yang bersedia ditanggungnya. Jadi orang yang menulis di
bawah usul tersebut dikenal sebagai underwriter (penulis di
bawah, penanggung)
Selama periode tersebut di atas, semua asuransi laut
ditanggung oleh individu-individu. Usaha ini dimulai sebagai
usaha sampingan para saudagar yang berangsur-angsur digeser
oleh para spesialis yang usaha pokoknya adalah menanggung
risiko. Pada tahun 1668 di Paris didirikan perusahaan pertama
yang diorganisasi untuk melaksanakan bisnis asuransi laut.
Selama periode spekulasi terjadi di Inggris yang dikenal
dengan bubble period (periode gelembung) tak terhitung
banyaknya rancangan asuransi yang diadakan. Salah satu hasil
yang timbul setelah spekulasi bubble period ini adalah
disahkannya Bubble Act tahun 1720. Berdasarkan undang-
undang tersebut raja George mengesahkan piagam untuk dua
perusahaan asuransi laut yaitu London Assurance Corporation
dan Royal Exchange Assurance Corporation.
2.1.3.2. Asuransi Kebakaran
Kebakaran besar di London pada tahun 1666
menimbulkan kerugian harta dan jiwa yang sangat besar sehingga
perhatian masyarakat mulai memikirkan untuk mengadakan
fasilitas asuransi kebakaran yang memadai. Dr. Nicholas Barbon
merupakan orang yang menanggapi kejadian tersebut. Ia bukan
saja membangun rumah-rumah untuk mengganti rumah yang
hancur akibat kebakaran, melainkan juga menawarkan asuransi
kebakaran kepada calon-calon pembeli. Pada tahun 1667
berdirilah perusahaan asuransi kebakaran pertama di dunia yang
dikenal sebagai Fire Office.
9
2.1.3.3. Asuransi Jiwa
Organisasi asuransi jiwa pertama ialah Society of
Assurance for Widows and Orphans (Masyarakat Asuransi untuk
Janda dan Yatim) yang didirikan di London pada tahun 1699
dengan tujuan membayarkan sejumlah tertentu pada waktu ada
anggota yang meninggal. Pembayaran premi dilakukan setiap
satu minggu sekali. Perusahaan asuransi tertua yang masih
berdiri hingga sekarang ialah Society for the Equitable Assurance
of Lives and Suvivorship yang biasa disebut Old Equitable,
didirikan pada tahun 1756 di Inggris.
2.2. Perusahaan Asuransi
Menurut Fabozzi (1999) perusahaan asuransi ialah perantara
keuangan yang berdasarkan premi yang diterimanya akan melakukan
pembayaran kepada pemegang polis jika terjadi sesuatu. Dengan
penjabaran definisi perusahaan asuransi di atas maka dapat dikatakan
bahwa perusahaan asuransi berfungsi sebagai penanggung risiko.
Menurut Yoshida (1995) risiko didefinisikan sebagai kemungkinan
penyimpangan yang tak diharapkan. Kemungkinan itu adalah berupa
terjadinya hal yang tidak diinginkan atau tidak terjadinya hal yang
diinginkan. Kejadian demikian biasa disebut kerugian atau loss. Di sini
mengandung arti bahwa kerugian tersebut harus dapat diukur dalam satuan
uang. Hal ini berasal dari praktek asuransi membayar ganti kerugian atas
terjadinya peristiwa tertentu.
Pada umumnya kewajiban perusahaan asuransi dinyatakan dalam
satuan moneter dan si tertanggung dianggap telah menderita kerugian yang
sama atau lebih besar dari jumlah uang yang diterimanya dari perusahaan
asuransi berdasarkan perjanjian asuransinya (Fabozzi, 1999).
Fabozzi (1999), berdasarkan karakteristik kewajiban yang dimiliki
perusahaan asuransi dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan asuransi
jiwa dan perusahan asuransi properti dan kerugian. Pada asuransi jiwa,
peristiwa utama yang diasuransikan adalah kematian. Jika pemegang polis
meninggal dunia perusahaan asuransi akan melakukan pembayaran dalam
10
jumlah besar sekaligus maupun melalui serangkaian pembayaran kepada
ahli waris. Perlindungan asuransi jiwa bukanlah satu-satunya produk yang
dijual, sebagian besar usaha yang dilakukan juga meliputi pemberian
manfaat masa pensiun. Sedangkan perusahaan asuransi properti dan
kerugian menjamin pembayaran berbagai macam peristiwa yang
menyebabkan kerugian, misalnya asuransi rumah dan mobil.
2.2.1. Karakteristik Dasar Industri Asuransi
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perusahaan
asuransi, berikut ini akan diuraikan mengenai karakteristik dasar
industri asuransi.
Menurut Fabozzi (1999) karakteristik dasar industri
asuransi adalah sebagai berikut :
a. Polis dan premi asuransi
Polis asuransi adalah kontrak yang mengikat secara hukum
dimana pemegang polis (pemilik) membayarkan sejumlah uang
sebagai ganti pembayaran yang akan dilakukan oleh
perusahaan asuransi terkait dengan peristiwa yang akan terjadi
dimasa depan. Perusahaan asuransi dikatakan menanggung
(underwriting) risiko pemegang polis dan bertindak sebagai
pelindung dari ketidakpastian yang ada. Sedangkan sejumlah
uang yang dibayarkan oleh pemegang polis kepada perusahaan
asuransi dinamakan dengan premi asuransi.
b. Surplus dan Cadangan
Surplus bagi perusahan asuransi adalah perbedaan antara aktiva
dan kewajibannya. Dalam menentukan surplus suatu perusahan
asuransi, nilai aktiva dan kewajiban harus ditentukan terlebih
dahulu. Adanya kesulitan penentuan nilai kewajiban yang
timbul pada perusahaan asuransi disebabkan karena adanya
kewajiban pada perusahaan asuransi yang bersifat kontijen
(bergantung pada peristiwa yang akan terjadi di masa depan)
maka perusahaan asuransi harus memiliki suatu pos/akun yang
11
disebut cadangan (reverse). Pos cadangan adalah sejumlah nilai
uang nontunai yang dipisahkan secara khusus
Surplus yang ada pada perusahaan asuransi adalah penting
sebagai acuan/tolak ukur mengenai jumlah akhir yang dapat
ditarik untuk dibayarkan kepada pemegang polis. Pertumbuhan
surplus ini bagi perusahaan asuransi akan menentukan berapa
banyak risiko yang dapat ditanggung.
c. Penentuan laba
Pendapatan perusahan asuransi untuk setiap tahun fiskal
berasal dari dua sumber utama. Sumber pertama adalah
pendapatan premi yang dihasilkan selama tahun fiskal. Sumber
pendapatan kedua adalah pendapatan investasi yang dihasilkan
dari aktiva perusahaan yang diinvestasikan.
Laba pada perusahaan asuransi ditentukan dari pendapatan
yang diterima tersebut dengan jumlah pengurangan biaya yang
terjadi. Laba atau kerugian total dibedakan menjadi dua yaitu
pendapatan investasi dan pendapatan pertanggungan risiko
(underwriting). Pendapatan investasi pada dasarnya adalah
pendapatan dari portofolio investasi aktiva perusahaan asuransi
sedangkan pendapatan pertanggungan risiko adalah selisih
antara premi yang dihasilkan dengan biaya penyelesaian klaim.
2.3. Sistem Perlindungan Sosial
Sistem perlindungan sosial (social protection) dapat dilihat sebagai
alat untuk memenuhi sekurang-kurangnya beberapa kebutuhan dasar
manusia. Saat ini perlindungan sosial telah diterima hampir secara
universal, baik sebagai alat penanggulangan kemiskinan maupun pencegah
kemiskinan. Hampir kebanyakan negara anggota ILO (International Labor
Organization) yang berjumlah 164 negara memiliki sekurang-kurangnya
satu program jaminan sosial. Bahkan perlindungan sosial juga
dicantumkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu bahwa setiap orang berhak
mendapat perlindungan apabila mencapai hari tua, menderita sakit,
12
mengalami cacat, menganggur, dan meninggal dunia (Daniel Perwira, dkk.
2003).
Perlindungan sosial pada prinsipnya merupakan salah satu
kebijakan ekonomi makro yang berfungsi sebagai sistem perlindungan
dasar bagi masyarakat beserta keluarganya terhadap risiko-risiko sosial-
ekonomi. Dalam pelaksanaannya perlindungan sosial berkaitan dengan
kewajiban negara untuk melindungi warga negaranya. Dengan demikian
pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan penyelenggaraannya
dan ikut serta membiayainya.
Penyelenggaraan program perlindungan sosial pada prinsipnya
menganut sistem gotong-royong, baik melalui gotong-royong antar
generasi (horisontal) maupun antar kelompok penghasilan (vertikal).
Gotong-royong sistem vertikal biasanya dilaksanakan melalui mekanisme
anggaran negara, dimana satu kelompok masyarakat diharuskan membayar
pajak dan kelompok lainnya menjadi penerima transfer dari pemerintah.
Sementara itu sistem gotong-royong antar generasi umumnya terjadi di
luar mekanisme anggaran negara, tetapi pemerintah tetap dapat
menetapkan aturan-aturan karena manfaat yang diberikan terkait dengan
hak normatif masyarakat (Daniel Perwira, dkk. 2003)
2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal
Dalam pelaksanannya, sistem perlindungan sosial dapat
dilakukan baik secara formal maupun informal. Sistem
perlindungan sosial yang terjadi di masyarakat tradisional
cenderung dilakukan secara informal dimana bantuan keluarga
lainnya diandalkan dalam pelaksanaan sistem perlindungan sosial
itu sendiri. Akan tetapi munculnya tekanan-tekanan yang ada
menjadikan sistem perlindungan sosial informal tersebut semakin
memudar. Sistem perlindungan sosial formal mempunyai cakupan
yang lebih luas dari sistem perlindungan informal dimana sistem
ini bersifat universal bagi masyarakat.
Menurut Kertonegoro (1982), sistem perlindungan sosial
yang bersifat formal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk,
13
yaitu bantuan sosial (social assistance), tabungan hari tua
(provident fund), asuransi sosial (social insurance) dan tanggung
jawab pemberi kerja (employer liability). Setiap negara biasanya
menggunakan satu atau beberapa bentuk perlindungan sosial
tersebut. Sistem jaminan sosial tenaga kerja biasanya dilaksanakan
dalam bentuk tabungan hari tua, asuransi sosial, dan tanggung
jawab pemberi kerja.
Bantuan sosial diberikan kepada penduduk atau warga
negara yang mengalami peristiwa tertentu sehingga dianggap
membutuhkan bantuan, misalnya bantuan untuk korban bencana
alam, santunan bagi panti asuhan, orang lanjut usia, anak yatim-
piatu, penderita cacat dan penganggur, yang semuanya tidak
memiliki sumber penghasilan yang mencukupi. Pembiayaan
program bantuan sosial umumnya berasal dari anggaran belanja
negara.
Tabungan hari tua menggunakan metode tabungan dimana
tenaga kerja diwajibkan membayar iuran setiap bulan untuk
dikumpulkan sebagai suatu dana yang dikelola oleh suatu badan
publik. Iuran tersebut dicatat dalam rekening tenaga kerja yang
saldo dan bunganya hanya dapat dibayarkan dalam hal atau
peristiwa tertentu, yaitu biasanya bila tenaga kerja mencapai umur
tua, menderita sakit, cacat, atau meninggal dunia sebelum hari tua.
Asuransi sosial menggunakan metode risiko hubungan
kerja dimana manfaat atau jaminannya didasarkan atas lamanya
masa kerja atau keikutsertaan dalam sistem ini. Bentuk-bentuk dari
asuransi sosial ini dapat berupa asuransi kesehatan (health
insurance), asuransi kematian (life insurance), asuransi kecelakaan
kerja (work accident insurance), asuransi pengangguran
(unemployment insurance). Jaminan yang diberikan bisa berupa
santunan tunai, baik dalam jumlah uang tertentu atau didasarkan
pada persentase penghasilan, atau berupa pelayanan (medis), atau
kemanfaatan lain (misalnya obat-obatan). Pembiayaannya berasal
14
dari premi yang dibayarkan oleh tenaga kerja, pemberi kerja, atau
keduanya, yang dikelola oleh suatu badan publik.
Dalam tanggung jawab pemberi kerja, pemberi kerja
memberikan jaminan kepada tenaga kerjanya atau tenaga kerja dan
keluarganya. Bentuk jaminan umumnya yang berkaitan dengan
hubungan kerja seperti kompensasi kecelakaan kerja dan sakit
akibat kerja, pesangon untuk pemutusan hubungan kerja (PHK),
dan jaminan hari tua. Pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh
pengusaha dan besarnya tergantung pada peristiwa yang terjadi
(apakah pekerja tersebut sakit, kecelakaan, meninggal dunia, atau
PHK).
2.4. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk dari proses akuntansi.
Soediyono (1991) mendefinisikan bahwa pada dasarnya akuntansi dapat
dibedakan menjadi tiga fungsi pokok yaitu :
1. Fungsi pencatatan (recording), yaitu mencatat secara sistematik semua
transaksi keuangan perusahaan.
2. Fungsi penyajian (presentation), yaitu mengikhtisarkan secara
sistematik data akuntansi dalam bentuk laporan-laporan keuangan dan
disajikan untuk mereka yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan.
3. Fungsi penafsiran (interpretation), yaitu membuat analisa terhadap data
akuntansi yang diikhtisarkan dalam bentuk laporan keuangan.
Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi akuntansi seperti disebutkan
diatas, proses akuntansi harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
dan tertuang dalam Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) (Soediyono,1991).
Menurut Soediyono (1991), menjelaskan bahwa laporan-laporan
keuangan merupakan ikhtisar dari data keuangan perusahaan yang
pencatatannya dilakukan melalui fungsi kedua dari kegiatan akuntansi.
Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan umum atau general purpose
financial statement setahun sekali, enam bulan sekali, tiga bulan sekali
atau tiap kurun waktu tergantung kebutuhan.
15
Menurut S. Munawir (2002) yang mengutip Myer dalam bukunya
Financial Statement Analysis, yang dimaksud dengan laporan keuangan
adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk
suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-
akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk
menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau laba yang tak
dibagikan (laba yang ditahan).
S. Munawir (2002) menjelaskan bahwa laporan keuangan
dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran
atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan
oleh pihak managemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah
bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report.
Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu
kombinasi antara :
1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact), berarti bahwa laporan
keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti
jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang
disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, utang
maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos
ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi pada masa lampau, dan jumlah uang yang tercatat dalam pos-
pos tersebut dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya
peristiwa tersebut.
2. Prinsip-prinsip dan kebiasan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting
convention and postulate), berarti data yang dicatat tersebut didasarkan
pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan
prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan dengan tujuan
memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman.
3. Pendapat pribadi (personal judgement), dimaksudkan bahwa,
walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi
atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan menjadi standard
16
praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan
dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau managemen
perusahaan yang bersangkutan.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak-
pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan tidak hanya
pimpinan perusahaan tetapi juga meliputi para pemilik perusahaan, para
investor, para kreditur, serikat-serikat pekerja dan juga pihak pemerintah.
Bagi pimpinan perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan
perusahaannya, pemimpin perusahaan akan dapat menyusun rencana yang
lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan
kebijaksanaan yang lebih tepat. Pemilik perusahaan, yang bagi perusahaan
berbentuk perseroan terbatas adalah para pemegang saham, mempunyai
kepentingan terhadap berhasil atau gagalnya perusahaan tempat mereka
menanamkan modal dalam memberikan pendapatan. Investor
berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan
perkembangan perusahaan selanjutnya, mengetahui jaminan investasinya
dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek
perusahaan. Para kreditur mempunyai kepentingan dalam memberikan
pinjaman dan mendapat jaminan dalam hal pembayaran kredit yang
mereka berikan. Serikat-serikat pekerja berkepentingan untuk memperoleh
tingkat upah yang layak dan terselenggaranya jaminan sosial yang lebih
baik. Sedangkan pihak pemerintah berkepentingan dalam kaitannya
dengan penentuan beban pajak bagi perusahaan (S. Munawir, 2002).
Menurut Soediyono (1991), laporan keuangan menurut Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) pada pokoknya terdiri dari neraca, perhitungan
rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan
keuangan. Dalam penelitian ini, laporan keuangan yang digunakan adalah
neraca dan laporan rugi laba.
17
2.4.1. Laporan Rugi Laba
Laporan rugi laba atau (income statement atau profit and
loss statement) ialah ikhtisar yang disusun secara sistematis
berisikan data yang mencakup seluruh pendapatan (revenue)
perusahaan dan seluruh beban perusahaan untuk tahun buku
bersangkutan (Soediyono, 1991). Menurut keown (2004), laporan
laba rugi mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan
dalam jangka waktu tertentu.
Keown (2004), menjelaskan laporan laba rugi menyajikan
informasi keuangan yang dihubungkan dengan lima aktivitas besar
usaha, yaitu :
1. Penghasilan, uang yang diperoleh dari penjualan produk atau
jasa perusahaan.
2. Beban produksi atau biaya untuk menghasilkan barang dan jasa
yang dijual.
3. Beban operasi yang berhubungan dengan pemasaran dan
distribusi produk atau jasa serta administrasi bisnis.
4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, yaitu bunga yang
dibayarkan kepada kreditur perusahaan dan pembayaran
dividen kepada pemegang saham istimewa.
5. Beban pajak, yaitu jumlah pajak yang ditanggung berdasarkan
pendapatan perusahaan.
2.4.2. Neraca
Neraca (balance sheet/statement of financial
position/statement of financial condition) adalah laporan dalam
bentuk daftar yang disusun secara sistematik yang mengikhtisarkan
nilai dan susunan aktiva, utang dan modal sebuah perusahaan pada
suatu tanggal tertentu (Soediyono, 1991). Menurut Keown (2004),
neraca memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan pada
waktu tertentu mengenai aktiva (asset), ekuitas pemegang saham
dari pemilik, kewajiban dan modal yang disediakan pemilik.
Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang dimiliki oleh
18
perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham
menunjukkan bagaimana sumber daya tersebut dibiayai.
Menurut Soediyono (1991), neraca dapat disusun dalam
bentuk stafel yang biasa juga disebut bentuk report dan dapat pula
disusun dalam bentuk skontro atau yang biasa disebut bentuk T-
account. Neraca yang disusun dalam bentuk skontro menunjukkan
bagian sebelah debit neraca memuat semua aktiva perusahaan,
sedangkan bagian kredit memuat utang dan modal sendiri
perusahaan.
Dalam bentuk stafel, neraca disusun dari atas ke bawah
dimulai dari aktiva-aktiva perusahaan, kemudian di bawahnya
pencatatan utang-utang perusahaan dan paling bawah memuat
modal sendiri perusahaan. Kebaikan penyajian neraca dalam
bentuk stafel tersebut ialah lebih mudahnya penyusunan neraca
banding (neraca komparatif) yang memuat data lebih dari satu
tanggal (Soediyono, 1991). Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia
yang dikutip Soediyono (1991), komponen-komponen neraca dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Aktiva
Aktiva dalam neraca memuat pos (akun) aktiva lancar,
investasi (penyertaan), aktiva tetap, aktiva tidak berwujud,
aktiva lain-lain.
b. Kewajiban
Kewajiban memuat pos (akun) kewajiban lancar (jangka
pendek), kewajiban jangka panjang, kewajiban lain-lain.
c. Modal (ekuitas)
Modal memuat pos (akun) modal saham, agio saham, laba yang
ditahan.
Keown (2004), menjelaskan bahwa aktiva merupakan
sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut S.
Munawir (2002), pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan
menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak
19
lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang
dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau dalam perputaran
kegiatan perusahaan yang normal dapat diharapkan untuk dicairkan
atau ditukarkan menjadi uang tunai. Dengan demikian aktiva-
aktiva perusahaan yang tergolong sebagai aktiva lancar ialah :
1. Uang tunai atau kas, adalah semua aktiva yang dalam keadaan
normal dapat dan siap untuk dipakai guna melunasi utang-
utang perusahaan dan membiayai operasi perusahaan. Dengan
demikian maka disamping uang kertas ataupun uang logam
termasuk juga dalam aktiva uang tunai ialah cek dan saldo
kredit rekening di bank.
2. Investasi sementara (jangka pendek), investasi yang sifatnya
sementara yang pada umumnya dipergunakan untuk
memanfaatkan kelebihan modal kerja yang untuk sementara
belum dibutuhkan dalam operasi. Agar supaya sewaktu-waktu
aktiva tersebut dapat dicairkan maka perlu dipenuhi syarat
bahwa aktiva investasi sementara mempunyai sifat marketable,
yaitu penjualannya mudah dan harganya tidak banyak berubah.
Yang termasuk dalam kategori investasi sementara adalah
deposito berjangka, saham, obligasi, sertifikat bank dan
investasi lain yang mudah diperjualbelikan.
3. Piutang niaga, adalah pos yang timbul sebagai akibat adanya
transaksi penjualan dengan cara kredit.
4. Wesel tagih, pos ini uraiannya sama dengan pos piutang niaga
di atas, hanya bedanya ialah bahwa dalam wesel tagih ini,
sebagai tanda bukti adanya hubungan utang-piutang
dipergunakan tanda bukti tertulis dimana debitur memberikan
pernyataan mengenai kesanggupannya untuk pada tanggal yang
ditentukan membayar sejumlah uang tertentu kepada kreditur
atau kepada orang lain yang ditunjuk oleh kreditur.
20
5. Pendapatan yang masih akan diterima, pendapatan yang sudah
menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasanya
kepada pihak lain tetapi belum diterima pembayarannya.
6. Persediaan, untuk perusahaan-perusahaan dagang, yang
membentuk persediaan adalah barang-barang dagangan yang
dibeli oleh perusahaan untuk dijual lagi. Untuk perusahaan-
perusahaan manufaktur (perusahaan industri) persediaan yang
dimiliki meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang
dalam proses dan persediaan barang jadi.
7. Biaya dibayar dimuka, pembayaran yang dilakukan perusahaan
untuk memperoleh jasa dari pihak lain yang manfaat jasanya
belum dinikmati atau belum berakhir untuk periode
bersangkutan.
S. Munawir (2002), menjelaskan aktiva tidak lancar adalah
aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau
jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun
atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi
perusahaan). Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah :
1. Investasi (penyertaan) ialah merupakan bentuk penanaman
modal kepada perusahaan lain dalam jangka panjang. Tujuan
dari penyertaan tersebut bisa dengan maksud untuk menguasai
atau mengawasinya dalam arti mempengaruhi jalannya
perusahaan lain. Tujuan lebih lanjut dari penyertaan ialah agar
perusahaan tempat penanaman modal bisa diusahakan
mendukung kelancaran kegiatan perusahaan penanam modal.
2. Aktiva tetap, ialah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
fisiknya nampak atau konkrit. Syarat lain untuk aktiva yang
masuk dalam kategori aktiva tetap ialah digunakan dalam
operasi yang bersifat permanen atau aktiva tersebut mempunyai
umur kegunaan jangka panjang yang tidak akan habis dipakai
dalam satu periode kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam
21
kelompok aktiva tetap ini meliputi tanah, bangunan, mesin,
inventaris, kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
3. Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), adalah
kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi
merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh
perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang
termasuk dalam intangible fixed assets ini meliputi hak cipta,
hak paten, merk dagang, lisensi, dan sebagainya.
4. Beban yang ditangguhkan, menunjukkan adanya pengeluaran
atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari
satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga
pada periode-periode berikutnya.
5. Aktiva lain-lain, menunjukkan kekayaan atau aktiva
perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan
dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung
dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka
panjang dan sebagainya.
Utang merupakan komponen neraca yang kedua. Menurut
Keown (2004), utang adalah uang yang telah dipinjam dan harus
dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Menurut S.
Munawir (2002), utang adalah semua kewajiban keuangan
perusahaan yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan
sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
Utang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam utang
lancar (utang jangka pendek) dan utang jangka panjang.
Utang lancar atau utang jangka pendek adalah kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan
dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca)
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Utang lancar meliputi :
1. Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya
pembelian barang secara kredit.
22
2. Utang wesel, adalah utang yang disertai dengan janji tertulis
untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu
tertentu di masa yang akan datang.
3. Utang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan
maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke
kas negara.
4. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang
sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
5. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah
sebagian (seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi
utang jangka pendek karena harus segera dilakukan
pembayarannya.
6. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang
untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisasi.
Utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang
jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) masih jangka panjang
(lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Utang jangka panjang
ini meliputi utang obligasi, utang hipotik adalah utang yang
dijamin dengan aktiva tetap tertentu, pinjaman jangka panjang
yang lain.
Komponen neraca lainnya ialah modal. Soediyono (1991)
mendefinisikan modal sebagai nilai yang dimiliki oleh pemilik atau
para pemilik perusahaan yang tertanam pada perusahaan tersebut.
Menurut S. Munawir (2002), modal adalah hak atau bagian yang
dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos
modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau
kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap
seluruh utang-utangnya.
Untuk perusahaan yang berbadan hukum, dalam neraca
biasanya dipisahkan antara modal sendiri yang berasal dari
penyertaan dan modal sendiri dari laba yang tidak dibagikan.
Modal sendiri yang berasal dari keuntungan inilah yang biasa
23
disebut retained earnings atau laba ditahan. Sedangkan modal yang
berasal penyertaan, untuk perusahaan dengan bentuk Perseroan
Terbatas disebut capital stock atau modal saham.
2.5. Analisa Laporan Keuangan
Menurut S. Munawir (2002), Laporan keuangan merupakan alat
yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan
posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Data
keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode
atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang
dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau
kemajuan-kemaujuan suatu perusahaan, faktor utama yang perlu untuk
diperhatikan ialah :
1. Likuiditas, menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban
keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi
kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut
mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar
daripada utang lancarnya atau utang jangka pendek.
2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu
perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai
aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utangnya,
sebaliknya apabila jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan tidak cukup
atau lebih kecil daripada jumlah utangnya berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan insolvabel.
24
3. Rentabilitas atau profitabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu
perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan
menggunakan ativanya secara produktif. Dengan demikian rentabilitas
suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan laba
yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah
modal perusahaan tersebut.
Analisa laporan keuangan mempunyai tujuan untuk membuat agar
data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Faktor-
faktor seperti likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas akan dapat diketahui
dengan cara menganalisa dan menginterpretasikan laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik
analisa yang tepat atau sesuai dengan tujuan analisa. Dengan kata lain,
kegiatan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan akan memperoleh
gambaran yang berhubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang
dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
2.5.1. Analisa Rasio Keuangan
Secara matematis, rasio keuangan merupakan rasio dimana
pembilang dan penyebut diambil dari data keuangan. Menurut
Keown (2004) menjelaskan bahwa rasio keuangan merupakan
penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan
dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan
perusahaan. Oleh karena itu, rasio keuangan dapat dijadikan
sebagai suatu ukuran untuk mengukur kinerja keuangan suatu
perusahaan.
Dalam menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai alat
ukur untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan perlu
diperhatikan bahwa adanya keaneka ragamaan rasio keuangan
menyebabkan adanya kesamaan-kesamaan pendapat tentang
penggunaan sejumlah rasio keuangan tertentu tetapi tidak sedikit
pula dijumpai adanya perbedaan-perbedaan pendapat. Menurut
25
Soediyono (1991), perbedaaan-perbedaan pendapat tersebut
tercermin antara lain dalam bentuk :
1. Perbedaan terminologi
Dalam bidang pengetahuan yang sedang menjadi perhatian,
menurut kenyataan tidak jarang dijumpai istilah yang sama
dipergunakan dalam artian yang berbeda. Disamping itu
banyak pula ditemukan hal yang sebaliknya, yaitu untuk
sebuah pengertian dipergunakan lebih dari satu istilah.
2. Perbedaan klasifikasi
Dalam mengelompokkan rasio-rasio keuangan ditemukan juga
adanya ketidakseragaman antara penulis yang satu dengan
penulis yang lain.
3. Perbedaan isi
Di samping perbedaan terminologi dan perbedaan klasifikasi
berkecenderungan menghasilkan ungkapan kesimpulan yang
berbeda-beda, tidak jarang pula perbedaan asumsi
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda mengenai
substansinya.
Soediyono (1991), menjelaskan dalam menggunakan rasio-
rasio keuangan yang bertujuan untuk menginterpretasikan data
keuangan perusahaan diperlukan beberapa pedoman sebagai
pegangan dalam melaksanakan penafsiran tersebut. Di bawah ini
disajikan pedoman yang perlu mendapatkan perhatian dalam
memanfaatkan analisis rasio-rasio keuangan perusahaan.
1. Dalam menafsirkan data dan rasio keuangan diperlukan
pemahaman yang baik mengenai maksud yang terkandung
dalam setiap pos (akun) pada laporan keuangan yang hendak
dianalisis.
2. Penganalisis perlu mengetahui metode penilaian yang
dipergunakan perusahaan dalam menyusun laporan
keuangannya.
26
3. Penganalisis perlu menyadari bahwa rasio keuangan yang ideal
bagi suatu bidang usaha belum tentu ideal bagi bidang usaha
yang lain.
4. Penganalisis perlu memperhatikan mengenai kebijakan yang
diambil perusahaan pada periode pembukuan bersangkutan.
Umar (2004) menjelaskan rasio-rasio keuangan sebagai
berikut :
a. Rasio likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menyediakan kas dan pos lancar lain yang sifatnya hampir
mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua
kewajiban yang akan segera jatuh tempo. Rasio ini terdiri atas
rasio lancar (current ratio), rasio cepat (acid test ratio/quick
ratio), dan rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva.
Rasio lancar menunjukkan kemampuan dalam memenuhi
kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya. Rasio lancar
dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban
lancar.
Rasio cepat adalah rasio yang dihitung dengan menggunakan
aktiva lancar tanpa menyertakan persediaan dibagi dengan
kewajiban lancar.
Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva menunjukkan
potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara
aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
b. Rasio aktivitas
Rasio ini dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas
perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
penjualan. Rasio ini terdiri dari rasio perputaran persediaan,
rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran aktiva tetap, dan
rasio perputaran piutang.
Rasio perputaran persediaan menunjukkan keefektifan dan
keefisienan perusahaan dalam mengatur investasinya dalam
27
persediaan yang direfleksikan dalam berapa kali persediaan itu
diputar selama satu periode tertentu.
Rasio perputaran total aktiva mengukur efisiensi perusahaan
dalam pemakaian total aktivanya untuk menghasilkan
penjualan.
Rasio perputaran aktiva tetap mengukur efisiensi perusahaan
dalam menggunakan aktiva tetap guna menghasilkan penjualan.
Rasio perputaran piutang merupakan kemampuan dana yang
tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode
tertentu.
c. Rasio leverage (solvabilitas)
Rasio ini menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta
berapa besar perbandingan kewajiban tersebut dengan aktiva
perusahaan. Rasio ini terdiri atas rasio utang, rasio kewajiban
lancar terhadap total aktiva dan rasio kewajiban tidak lancar
terhadap total aktiva.
Rasio utang mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan
digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva
perusahaan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan total
kewajiban dibagi dengan total aktiva.
Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur
seberapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban
lancar.
Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur
berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kewajiban
bukan lancar.
d. Rasio profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. Rasio ini
terdiri atas margin laba kotor, margin laba bersih, return on
investment (ROI), return on assets (ROA) dan return on equity
(ROE).
28
Margin laba kotor adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan berguna
untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi
perusahaan dan penetapan harga jual.
Margin laba bersih adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah beban
operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam
hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.
Return on investment (ROI) mencerminkan kemampuan
manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal
mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.
Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva-aktiva yang
tersedia.
Return on equity menunjukkan perbandingan antara laba bersih
terhadap modal (ekuitas) yang dimiliki oleh perusahaan.
2.5.2. Analisa Persentase Per Komponen (Common Size Percentage)
Menurut S. Munawir (2002), analisa persentase
perkomponen adalah suatu metode analisa untuk mengetahui
persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total
aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan
komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah
penjualannya. Analisa ini dapat memberikan gambaran tentang
perubahan-perubahan dalam masing-masing pos dari tahun ke
tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau total penjualan.
Menurut S. Munawir (2002), metode untuk merubah
jumlah-jumlah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-
persentase tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto
masing-masing dengan 100%.
2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan
tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-
29
masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah
masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-
masing pos rugi laba dengan penjualan nettonya, dikalikan
100%.
2.5.3. Analisa Du Pont
Menurut Keown (2004), analisa Du Pont merupakan sistem
rasio keuangan yang dirancang untuk menyelidiki determinan rasio
pengembalian ekuitas pemegang saham dan pengembalian aktiva.
Menurut Keown (2001), penggunaan persamaan Du Pont
memungkinkan manajemen melihat lebih jelas faktor pemicu
tingkat pengembalian ekuitas serta hubungan antara margin laba
bersih, perputaran aktiva dan rasio utang. Profitabilitas perusahaan
digambarkan pada sisi kiri bagan Du Pont berupa margin laba
bersih. Margin laba bersih tersebut diperoleh dari perhitungan laba
bersih yang diperoleh perusahaan dibagi dengan penjualan yang
telah dilakukan. Untuk mengukur laba bersih perusahaan
diperlukan kalkulasi terhadap semua biaya sehingga diperoleh total
biaya dan kemudian mengurangkan jumlah total biaya tersebut
terhadap penjualan. Rasio aktivitas yang mencerminkan kegiatan
perusahaan dalam mengelola aktiva-aktivanya digambarkan pada
sisi kanan bagan Du Pont dalam bentuk perputaran total aktiva.
Perputaran total aktiva tersebut diperoleh dari perhitungan
penjualan dibagi dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
yang terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lainnya.
Perkalian hasil perhitungan margin laba bersih dengan perputaran
total aktiva akan menghasilkan tingkat pengembalian atas aktiva
(ROA).
Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) pada metode analisa
Du Pont ditentukan oleh dua komponen yang terdiri dari tingkat
pengembalian aktiva (ROA) dan 1 – rasio utang.
30
Dikurangi
Dibagi Dibagi
Dibagi
bagi
Gambar 1. Kerangka Analisa Du Pont
(Keown, 2001)
Marjin laba bersih
Kas dan surat berharga
Piutang dagang
Persediaan
Aktiva lancar lain
Harga pokok penjualan
Beban operasi tunai
Depresiasi
Beban bunga
Pajak
Penjualan
Total biaya Aktiva lancar
Aktiva tetap Aktiva lain
Laba bersih Penjualan Penjualan Total aktiva
Tingkat pengembalian ekuitas (ROE)
Tingkat pengembalian aktiva
(ROA)1 -
aktivaTotalutangTotal
Perputaran total aktiva Dikali
31
2.5.4. Analisa Z Skor dari Altman (Altman Z Score)
Dalam jurnal yang berjudul “Studi Tentang Analisis
Laporan Keuangan Secara Elektronik”, menjelaskan bahwa untuk
mendeteksi tanda-tanda kebangkrutan suatu perusahaan, para
investor umumnya menghitung dan menganalisis berbagai macam
rasio keuangan seperti modal kerja, rasio-rasio profitabilitas,
tingkat utang atau leverage, dan likuiditas. Permasalahannya adalah
masing-masing rasio mempunyai kegunaan dan memberikan
indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio
secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan
kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi
sehat atau sebaliknya.
Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, Edward
Altman seorang professor of finance dari New York University
School of Business memperkenalkan rumus Z-Score pada akhir
1960-an. Altman Z Score adalah suatu model analisis keuangan
yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang
berbeda-beda untuk menentukan potensi atau kemungkinan
bangkrutnya sebuah perusahaan. Lima rasio yang digunakan dalam
metode analisa Altman Z Score yaitu rasio modal kerja terhadap
total aktiva, rasio saldo laba terhadap total aktiva, rasio laba
sebelum beban bunga dan pajak terhadap total aktiva, rasio nilai
modal sendiri terhadap total kewajiban dan rasio total pendapatan
atau penjualan terhadap total aktiva.
Menurut Umar (2004), Z skor merupakan metode yang
digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan suatu
perusahaan. Metode ini dapat dijadikan salah satu indikator kinerja
perusahaan.
Altman Z score yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebangkrutan sebuah perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
32
1. Z Score untuk perusahaan manufaktur publik (public
manufactured).
2. Z Score untuk perusahaan manufaktur tertutup (private
manufactured).
3. Z Score untuk perusahaan tertutup (private general firm).
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu
Menurut Setiati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa
Kinerja Keuangan PT Jaya Teknik Indonesia Periode 1999-2003”
menjelaskan bahwa analisa kinerja keuangan terhadap PT Jaya teknik
dilakukan dengan menggunakan metode analisa trend, analisa persentase
per komponen, analisa rasio dan anlisa Du Pont. Selama lima periode
analisa dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan PT Jaya teknik
Indoensia mengalami perubahan-perubahan atau kecenderungan-
kecenderungan baik yang menguntungkan maupun yang tidak
menguntungkan.
Menurut Nugroho (2005) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Portofolio Optimal Pada PT Askes (Persero)” menjelaskan
bahwa selama empat tahun sejak tahun 2001 sampai dengan 2004, PT
Askes selalu menempatkan lebih dari 60% dana investasinya ke dalam
deposito. Dengan begitu dapat diketahui bahwa PT Askes sangat berhati-
hati dalam menghadapi risiko. Korelasi antar investasi menunjukkan
bahwa kombinasi dari deposito, obligasi, IHSG dan reksadana dapat
mengurangi risiko investasi.
Menurut Nurhasanah (2005) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengevaluasi Kinerja PT (Persero) Biro
Klasifikasi Indonesia” menjelaskan bahwa penilaian kinerja keuangan
dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan dan analisa Du Pont. Dari
hasil evaluasi yang dilakukan terdapat tujuh indikator rasio-rasio
perusahaan yang nilainya masih berada di bawah standar BUMN.
Menurut Badan Pengawas Pasar Modal (2005), menjelaskan bahwa
para regulator di industri keuangan, termasuk Bapepam, saat ini
menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menyediakan suatu sistem
33
yang mampu mengumpulkan, memproses, menganalisa, dan
mendistribusikan laporan secara efektif, akurat, dan efisien. Di sisi lain,
publik dan pengguna informasi makin menuntut regulator untuk
meningkatkan kecepatan dan ketepatan laporan yang dipublikasikan, hasil
dari aktivitas pengawasan dan analisis yang telah dilakukannya.
Terdapat tiga kategori dalam melakukan analisis laporan keuangan, yaitu
sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pengolahan pelaporan
keuangan secara hard copy (paper bound), sistem analisis yang
dikembangkan dari hasil pelaporan keuangan dengan menggunakan form
elektronik (web based/program bound), dan sistem analisis yang
dikembangkan dari sistem pelaporan yang adaptif (Adaptive Standard
Based). Sistem yang adaptiflah yang paling memberikan keunggulan
untuk dimanfaatkan sebagai alat untuk menganalisis laporan keuangan
secara elektronik. Laporan keuangan yang disusun dengan format XBRL
(eXtensible Business Reporting Language) akan memudahkan pihak
internal maupun eksternal dalam melakukan analisis laporan. Dengan
format tersebut, siapapun pihak yang memerlukan data dapat dengan
mudah mendapatkannya dan melakukan analisis tanpa harus khawatir
kehilangan konsistensi data dan informasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang asuransi sosial dimana kegiatan utamanya berupa kegiatan
penyimpanan tabungan pegawai negeri dan melakukan pemberian manfaat
dalam bentuk asuransi bagi pegawai negeri yang menjadi peserta. Dalam
hal ini perusahaan memerlukan suatu kegiatan pengelolaan dana yang baik
agar dapat menjalankan fungsi perusahaan.
Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi maka
sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari iuran (premi) yang
dibayarkan oleh masing-masing peserta program asuransi yang ditawarkan
oleh perusahaan. Disamping pendapatan premi tersebut, sumber
pendapatan lain yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dapat berasal dari
kegiatan investasi perusahaan. Dari kegiatan investasi ini perusahaan akan
memperoleh pendapatan yang berupa pendapatan investasi dari aktiva
perusahaan yang diinvestasikan.
Kegiatan pengelolaan dana sangat menentukan dalam upaya untuk
mencapai tingkat keuntungan perusahaan. Dimana dengan kegiatan
pengelolaan dana yang baik, perusahaan akan dapat memberikan kualitas
pelayanan yang baik pula bagi peserta program asuransi dalam hal
pemberian manfaatnya serta di sisi lain perusahaan mendapatkan
keuntungan dari kegiatan usahanya tersebut.
Dalam mengelola suatu dana yang terkumpul, maka perusahaan
juga memerlukan suatu ukuran mengenai pelaksanaan pengelolaan dana
itu sendiri. Kinerja keuangan perusahaan dapat dijadikan ukuran tersebut.
Laporan keuangan digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahan.
Dalam hal ini laporan keuangan yang digunakan berupa neraca dan
laporan rugi laba. Analisa terhadap laporan keuangan dilakukan dengan
menggunakan metode analisa rasio, analisa persentase per komponen,
35
analisa Du Pont dan analisa Altman Z score. Melalui analisa tersebut dapat
diperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di PT TASPEN (Persero) yang berlokasi di
Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif
(sengaja) dengan pertimbangan akan kelengkapan data dan informasi
yang diperlukan untuk kegiatan penelitian mengenai analisis pengelolaan
dana tabungan hari tua. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan
November sampai Desember 2006.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, data yang
digunakan berupa data primer dan data sekunder baik untuk data utama
maupun sebagai data penunjang. Data primer meliputi laporan keuangan
(beserta ikhtisar-ikhtisarnya) yang diperoleh melalui wawancara, data-data
mengenai jumlah peserta serta penerima manfaat, dan data mengenai
pemberian manfaat bagi peserta.
Sumber data sekunder diperoleh dari literatur PT TASPEN
(Persero) serta studi pustaka dari perpustakaan. Data sekunder meliputi
sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah
pegawai (kekuatan sumber daya manusia), serta jenis-jenis program yang
ada pada PT TASPEN (PERSERO).
3.4. Metode Pengolahan dan Analisa Data
3.4.1. Deskriptif
Setelah data-data terkumpul selanjutnya dilakukan
pengolahan, analisis dan interpretasi data. Pengolahan data
dilakukan secara deskriptif kualitatif. Pengolahan deskriptif
kualitatif dilakukan dengan menjelaskan secara deskriptif rumusan
masalah yang ada dengan menggunakan data-data utama maupun
data penunjang.
Pada pokok permasalahan pertama, kegiatan penelitian
akan mencermati program asuransi yang dikelola oleh perusahaan.
36
Pengolahan data yang dilakukan bertujuan untuk menguraikan dan
memberikan penjelasan mengenai program asuransi yang dikelola
perusahaan, jumlah peserta program dan hak-hak yang dapat
diterima oleh masing-masing peserta yang mengikuti program
asuransi tersebut.
Selanjutnya mengenai kegiatan pengelolaan dana yang
dilakukan oleh perusahaan. Pengolahan data pada pokok
permasalahan ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang
dihasilkan oleh perusahaan dari kedua sumber pendapatan utama
perusahaan asuransi. Sedangkan pemberian manfaat bagi peserta
program asuransi bertujuan untuk menunjukkan kewajiban pokok
pada perusahaan asuransi. Interpretasi data dilakukan dengan
menggunakan data-data mengenai besar premi yang dibayarkan
oleh masing-masing peserta, kegiatan investasi perusahaan dan
pemberian manfaat bagi peserta.
Analisa mengenai kinerja keuangan menjadi pokok
permasalahan ketiga dari kegiatan penelitian yang dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana
kinerja keuangan perusahaan terkait dengan kegiatan pengelolaan
dana yang dilakukan. Data yang diperlukan berupa laporan
keuangan beserta ikhtisar-ikhtisarnya. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan metode analisa rasio, analisa persentase per
komponen, analisa Du Pont dan analisa Altman Z score. Setelah itu
hasil pengolahan data akan dianalisa dan kemudian dilakukan
interpretasi.
3.4.2. Analisa Rasio Keuangan
Menurut Umar (2004), rasio-rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk menganalisa kinerja keuangan perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Rasio likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menyediakan kas dan pos lancar lain yang sifatnya hampir
37
mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua
kewajiban yang akan segera jatuh tempo. Rasio likuiditas ini
terdiri atas :
a. Rasio lancar
Rasio yang menunjukkan kemampuan dalam memenuhi
kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut :
Rasio lancar = ancarLKewajiban
ancarLAktiva
b. Rasio cepat
Rasio cepat adalah rasio yang dihitung dengan
menggunakan aktiva lancar tanpa menyertakan persediaan
dibagi dengan kewajiban lancar. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut :
Rasio cepat = ancarLKewajiban
PersediaanLancarAktiva −
c. Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva
Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva
menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih
yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva =
AktivaTotalLancarKewajiban -Lancar Aktiva
2. Rasio aktivitas
Rasio ini dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas
perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
penjualan. Rasio ini terdiri atas :
a. Rasio perputaran persediaan
Rasio ini menunjukkan keefektifan dan keefisienan
perusahaan dalam mengatur investasinya dalam persediaan
yang direfleksikan dalam berapa kali persediaan itu diputar
38
selama satu periode tertentu. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut :
Rasio perputaran persediaan = Persediaan
Penjualan Pokok Harga
b. Rasio perputaran total aktiva
Rasio ini mengukur efisiensi perusahaan dalam pemakaian
total aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut :
Rasio perputaran total aktiva = AktivaTotal
Penjualan
c. Rasio perputaran aktiva tetap
Rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam
menggunakan aktiva tetap guna menghasilkan penjualan.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Rasio perputaran aktiva tetap = Tetap Aktiva
Penjualan
d. Rasio perputaran piutang
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan dana
yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu
periode tertentu. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Rasio perputaran piutang = Piutang
Penjualan
3. Rasio leverage (solvabilitas)
Rasio ini menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta
berapa besar perbandingan antara kewajiban tersebut dengan
aktiva perusahaan. Rasio leverage (solvabilitas) terdiri atas :
a. Rasio utang
Rasio utang mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan
digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas
aktiva perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Rasio utang = AktivaTotal
Kewajiban Total
39
b. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva
Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur
berapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban
lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva =
AktivaTotalLancarKewajiban
c. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva
Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva
mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh kewajiban bukan lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut :
Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva =
AktivaTotalLancarTidak Kewajiban
4. Rasio profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri atas :
a. Margin laba kotor
Menunjukkan kemampuan perusahaan dari penjualan untuk
mendapatkan laba kotor dan berguna untuk memberikan
indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan dan
penetapan harga jual. Rasio ini dirumuskan sebagi berikut :
Margin laba kotor = Penjualan
Kotor Laba
b. Margin Laba bersih
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan
harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan
penjualan yang dilakukan. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut :
40
Margin laba bersih = Penjualan
Bersih Laba
c. Return on Investment (ROI)
Return on investment mencerminkan kemampuan
manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal
mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Return on Investment (ROI) = AktivaTotal UsahaLaba
d. Return on Assets (ROA)
Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva-aktiva yang
tersedia. Rasio ini diumuskan sebagai berikut :
Return on Assets (ROA) = AktivaTotalBersih Laba
e. Return on equity (ROE)
Retun on equity menunjukkan perbandingan antara laba
bersih terhadap modal (ekuitas) yang dimiliki. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut :
Return on equity (ROE) = Ekuitas
Bersih Laba
3.4.3. Analisa Persentase Per Komponen
Menurut S. Munawir (2002), analisa persentase per
komponen menyederhanakan angka-angka dalam laporan
keuangan. Angka dasar yang ditetapkan diperlukan sebagai dasar
perhitungan angka konversi dari pos-pos yang akan
dipresentasikan dalam analisa tersebut. Angka dasar yang dipakai
dalam neraca ialah total asset yang ditetapkan sebesar 100%
sedangkan untuk laporan rugi laba memakai penjualan sebagai
angka dasarnya. Analisa persentase per komponen dapat
dirumuskan sebagai berikut :
41
Ryi = yo
yi
PP x 100%
dimana :
Ryi = nilai persentase pos yang dibandingkan
Pyi = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-i
Pyo = pos dasar sebagai pembanding
3.4.4. Analisa Du Pont
Menurut Keown (2001) persamaan Du Pont menunjukkan
bahwa tingkat pengembalian atas aktiva dapat dihitung sebagai
berikut :
ROA = margin laba bersih x perputaran total aktiva
= Penjualan
Bersih Laba x AktivaTotal
Penjualan
Tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) pada metode
analisa Du Pont ini dapat diperoleh dengan membagi tingkat
pengembalian atas aktiva (ROA) dengan 1 – rasio utang. Berikut
ini perhitungan nilai ROE :
ROE = UtangRasio - 1
ROA
3.4.5. Analisa Altman Z Score
Menurut Bapepam (2005), metode analisa Altman Z Score
adalah suatu model analisis keuangan yang dibuat dengan
mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda untuk
menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah
perusahaan. Altman Z Score dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Z Score untuk perusahaan manufaktur publik (public
manufactured).
Z = 1,2A + 1,4B + 3,3C + 0,6D + 1,0E
dimana :
Z = nilai hasil perhitungan
A = modal kerja / Total Aktiva
B = Saldo Laba / Total Aktiva
C = Return on Investment (ROI)
42
D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban
E = Total Pendapatan atau Penjualan / Total Aktiva
Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah :
1. Jika nilai Z > 3 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi
sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari
ancaman kebangkrutan.
2. Jika nilai Z diantara 1,8 dan 3 artinya perusahaan
mempunyai peluang besar berada pada ambang
kebangkrutan.
3. Jika nilai Z < 1,8 artinya perusahaan berpeluang besar
untuk segera mengalami kebangkrutan.
b. Z Score untuk perusahaan manufaktur tertutup (private
manufactured).
Z = 0,72A + 0,85B + 3,1C + 0,42D + 1,0E
Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah :
1. Jika nilai Z > 2,9 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi
sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari
ancaman kebangkrutan.
2. Jika nilai Z diantara 1,23 dan 2,9 artinya perusahaan
mempunyai peluang besar berada pada ambang
kebangkrutan.
3. Jika nilai Z < 1,23 artinya perusahaan berpeluang besar
untuk segera mengalami kebangkrutan.
c. Z Score untuk perusahaan tertutup (private general firm).
Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D
Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah :
1. Jika nilai Z > 2,6 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi
sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari
ancaman kebangkrutan.
2. Jika nilai Z diantara 1,1 dan 2,6 artinya perusahaan
mempunyai peluang besar berada pada ambang
kebangkrutan.
43
3. Jika nilai Z < 1,1 artinya perusahaan berpeluang besar
untuk segera mengalami kebangkrutan.
Metode analisa Altman Z Score yang akan digunakan
dalam penelitian ialah Z Score untuk perusahaan tertutup (private
general firm).
44
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
PT TASPEN (PERSERO)
Produk asuransi yang dikelola
Pengelolaan (kegiatan investasi)
Obligasi
Laporan keuangan
Deposito Investasi lainnya
Neraca Laporan rugi laba
Analisa Altman Z Score
Analisa Du Pont
Analisa persentase per komponen Analisa rasio
Analisa laporan keuangan
Penilaian kinerja keuangan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sekilas Tentang PT TASPEN (Persero)
4.1.1. Latar Belakang Pendirian Perusahaan dan Dasar Hukum
Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi
masyarakat adalah merupakan salah satu unsur penting dalam
melaksanakan tugas-tugas pemerintah khususnya dalam
melaksanakan tugas-tugas nasional. Berhasil tidaknya pegawai
negeri dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah ditentukan
oleh beberapa faktor, antara lain yang terpenting adalah faktor
jaminan sosial untuk pegawai negeri dan keluarganya. Pemberian
jaminan sosial yang memadai pada masa aktif saja belumlah
menjamin sepenuhnya ketenangan kerja pegawai negeri. Oleh
karena itu, jaminan hari tua pegawai negeri dan keluarganya
mutlak diperlukan mengingat mempunyai kaitan yang erat dengan
ketenangan, semangat dan disiplin kerja serta dedikasi terhadap
tugas-tugas yang diembannya.
Usaha-usaha untuk memikirkan kesejahteraan hari tua
pegawai negeri dan keluarganya sedah mulai dipikirkan oleh
pemerintah sejak tahun 1960. Usaha ini dirintis melalui Konferensi
Kesejahteraan Pegawai Negeri yang dihadiri oleh semua Kepala
Urusan Pegawai dari seluruh depertemen. Konferensi tersebut
berlangsung pada tanggal 25 sampai 26 Juli 1960 di Jakarta.
Keputusan konferensi tersebut secara resmi dituangkan
dalam Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 338/MP/1960
tertanggal 25 Agustus 1960, yang antara lain menetapkan tentang
perlunya pembentukan Jaminan Sosial Pegawai Negeri sebagai
bekal bagi pegawai negeri atau keluarganya yang akan mengakhiri
pengabdiannya kepada negara. Keputusan Menteri Pertama
tersebut di atas kemudian ditingkatkan menjadi Peraturan
46
Pemerintah Nomor 9 tahun 1963 yang mengatur tentang
Pembelanjaan Kesejahteraan Pegawai Negeri.
Selanjutnya bentuk jaminan hari tua bagi pegawai negeri
dan keluarganya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor
10 tahun 1963 tentang Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri.
Iuran wajib pegawai negeri/ peserta maupun haknya ditetapkan
berlaku surut sejak 1 Juli 1961.
Dengan demikian Lembaga Usaha Kesejahteraan Pegawai
Negeri melalui sistem asuransi mulai dilakukan sejak 1 Juli 1961.
Badan penyelenggaraan program tabungan dan asuransi pegawai
negeri tersebut didirikan pada tahun 1963 dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 15 tahun 1963 yang diberi nama Perusahaan
Negara Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (PN
TASPEN).
Setelah beberapa tahun kemudian bentuk hukum
perusahaan mengalami dua kali perubahan : pertama, berdasarkan
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969, dengan surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor Kep. 749/MK/IV/II/1970 statusnya
berubah menjadi Perusahaan Umum atau PERUM TASPEN;
kedua : dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1981 dan
akte Notaris Ny. Imas Fatimah, SH Nomor 4 tahun 1982 status
perusahaan menjadi Perusahaan Perseroan atau PT TASPEN
(Persero).
4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan
PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri
Perusahaan Perseroan atau secara singkat disebut PT TASPEN
(Persero) didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia di Jakarta
pada tanggal 17 April 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
15/1963 yang beberapa kali mengalami perubahan, terakhir melalui
Peraturan Pemerintah No. 26/1981.
Pendirian PT TASPEN (Persero) bertujuan untuk
menyelenggarakan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil termasuk
47
Asuransi Dana Pensiun dan Tabungan Hari Tua bagi Pegawai
Negeri Sipil. Sampai dengan akhir tahun 2005 PT TASPEN
(Persero) telah melayani 3.879.842 peserta aktif dan 1.948.206
penerima pensiun.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada peserta
dan penerima pensiun, PT TASPEN (Persero) memiliki jaringan
pelayanan yang cukup luas cakupannya sebagaimana tercermin
dari gambaran berikut :
a. 7 (Tujuh) kantor Cabang Utama dan 35 Kantor Cabang di
seluruh Indonesia.
b. Lebih dari 4000 titik pelayanan melalui kerjasama dngan bank
dan kantor pos di seluruh Indonesia.
c. Sosialisasi melalui dialog interaktif di radio baik RRI maupun
Swasta di setiap Kantor Cabang Utama dan Kantor Cabang.
d. Penjelasan dengan tanya jawab secara langsung dengan PNS
Pusat maupun PNS Daerah melalui instansi masing-masing.
e. Layanan telepon bebas pulsa 0800.1222.333
f. Website PT TASPEN (Persero) www.Taspen.com
Untuk mendukung pelayanan yang berorientasi kepada
kepuasan peserta maka ditetapkan suatu acuan semangat yang
tertuang dalam motto perusahaan yaitu “layanan dan kinerja selalu
ditingkatkan”. Dalam pelaksanaannya didasarkan kepada target
mutu pelayanan yang meliputi 5T yaitu :
1. Tepat orang
Manfaat dibayarkan kepada peserta yang berhak atau ahli
warisnya yang sah sesuai dengan identitas penerima yang
dibuktikan dengan KTP/SIM/Kartu pegawai, dan dengan
identitas peserta yang meliputi NIP, nama, tanggal lahir, jenis
kelamin, status, penghasilan instansi dan domisili yang
tercantum pada Kartu Peserta Taspen, kartu identitas pensiun,
kartu pegawai dan dokumen kepegawaian lainnya.
48
2. Tepat waktu
Manfaat dibayarkan kepada peserta atau ahli warisnya setelah
permohonan klaim diterima dan dinyatakan memenuhi syarat
serta dibayarkan kepada pemohon dalam waktu tidak lebih dari
1 (satu) jam untuk Surat Permohonan Pembayaran (SPP)
langsung dan tidak lebih dari 2 (dua) jam untuk SPP tidak
langsung.
3. Tepat jumlah
Manfaat dibayarkan kepada peserta atau ahli warisnya setelah
dihitung berdasarkan persyaratan, jumlah dan tata cara
pembayaran manfaat yang telah ditetapkan oleh menteri
keuangan atau ketentuan yang berlaku, dan jumlah yang
dibayarkan sesuai dengan jumlah yang tertera pada tanda
penerimaan uang (tanpa dikurangi oleh biaya-biaya lain atau
dalam bentuk apapun).
4. Tepat tempat
Manfaat dibayarkan kepada peserta atau ahli warisnya pada
kantor bayar yang sesuai dengan keinginan pemohon klaim.
5. Tepat administrasi.
Setiap permohonan klaim diterima, diperiksa, dibayarkan dan
menurut prinsip-prinsip kearsipan dan dokumentasi sehingga
mudah dan cepat ditemukan, serta aman dari bahaya kebakaran,
kebanjiran, dan kehilangan.
Sesuai dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan pegawai negeri sipil, PT TASPEN (Persero)
mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
VISI
Menjadikan PT TASPEN (Persero) sebagai pengelola dana pensiun
dan tabungan hari tua berkelas dunia yang bersih, sehat dan benar
dengan pelayanan tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat
tempat dan tepat administrasi.
49
MISI
Mewujudkan hari-hari yang indah bagi peserta melalui pengelolaan
dana pensiun dan tabungan hari tua secara profesional dan
akuntabel dengan berlandaskan etika serta integritas yang tinggi.
Sedangkan tujuan perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan kepada peserta melalui
peningkatan manfaat/nilai.
2. Meningkatkan kesejahteraan pegawai perusahaan dan
keluarganya.
3. Berperan serta dalam pelaksanaan tanggung jawab sesuai
dengan kepentingan lingkungan secara selaras dan seimbang.
Perusahaan dalam menjalankan visi dan misinya juga
mempunyai tata nilai yang harus dipertahankan dan terus untuk
dikembangkan. Berikut ini tata nilai yang ada dalam tubuh PT
TASPEN (Persero) :
1. Tumbuh : PT TASPEN (Persero) mengembangkan diri dan
mampu mengikuti tuntutan perubahan yang terjadi, baik karena
tuntutan lingkungan internal maupun eksternal.
2. Etika : PT TASPEN (Persero) melayani peserta dan
keluarganya dengan ramah, santun, rendah diri, sabar dan
manusiawi.
3. Profesional : PT TASPEN (Persero) bekerja dengan terampil
dan mampu memberikan solusi berdasarkan 5T : Tepat orang,
Tepat waktu, Tepat jumlah, Tepat tempat, dan Tepat
administrasi.
4. Akuntabilitas : PT TASPEN (Persero) dalam melaksanakan
pekerjaan dapat ditelusuri rangkaian prosesnya berdasarkan
sistem dan prosedur kerja yang dapat dipertanggungjawabkan.
5. Integritas : PT TASPEN (Persero) senantiasa konsisten dalam
memegang amanah dan melaksanakan janjinya sebagaimana
yang dituangkan dalam Visi dan Misi perusahaan.
50
4.1.3. Profil Karyawan
Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam sebuah
perusahaan mutlak dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan.
Sampai dengan Desember 2005, jumlah karyawan PT TASPEN
(Persero) sebanyak 2031 orang, yang tersebar di Kantor Pusat (KP)
dan 7 Kantor Cabang Utama serta 35 Kantor Cabang. Adapun
komposisi jabatan terdiri dari 9 orang Manajer Utama, 7 orang
Kepala Cabang Utama, 7 orang Wakil Kepala Cabang Utama, 35
orang Kepala Cabang, 110 orang Manajer, 342 orang Asisten
Manajer dan 1521 orang staf. Kategori dan jenis karyawan
disajikan dalam grafik berikut :
Grafik 1. Profil karyawan menurut jabatan
Grafik 2. Profil karyawan menurut tingkat pendidikan
Pembagian tugas karyawan dituangkan sepenuhnya dalam
struktur organisasi pejabat.sebagaimana dituangkan dalam
Keputusan Direksi No. SK-38/DIR/1999 dan surat Direksi No.
M anajer/ setingkat 7% Asisten M anajer
17%
M anajer Utama /setingkat 1%
Non Pejabat75%
SLT A46%
SARMUD7%
S143%
SLT P1%
S23%
51
SRT-442/DIR/1999. PT TASPEN (Persero) juga mempekerjakan
tenaga kontrak untuk mengisi posisi tenaga security, pengemudi,
cleaning servicedan operator telepon.
Untuk memenuhi kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
maka PT TASPEN (Persero) menyediakan berbagai sarana K3
seperti penyediaan poliklinik, penggantian biaya pengobatan,
penyediaan tenaga security dan penyediaan fasilitas pemadam
kebakaran.
4.2. Hukum/Perundangan dan Peraturan-Peraturan Perundangan yang
Terkait dengan Operasi PT TASPEN (Persero)
PT TASPEN (Persero) dalam menjalankan kegiatan usahanya
didasarkan pada perundangan dan peraturan-peraturan perundangan yang
meliputi :
1. UU No. 11 tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai Negeri Sipil dan
Pensiun Janda/Duda Pegawai Negeri Sipil.
2. Keputusan Presiden Nomor 56 tahun 1974 tentang Pembagian,
Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-iuran
yang dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara dan Penerima
Pensiun.
3. PP No. 25 tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil.
4. PP No. 26 tahun 1981 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum
Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero).
5. UU No. 43 tahun 1999 tentang Perubahan UU Nomor 8 tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
6. Berbagai macam ketentuan Menteri Keuangan yang terkait dengan
Manfaat Tabungan Hari Tua dan Manfaat Pensiun.
4.3. Program (Produk) yang Dikelola Oleh PT TASPEN (Persero)
PT TASPEN (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
asuransi sosial mengacu ruang lingkup usahanya pada Peraturan
Pemerintah No. 25/1981 dan Peraturan Pemerintah No. 26/1981 yaitu
52
sebagai penyelenggara asuransi sosial bagi pegawai negeri sipil dan
BUMN/BUMD.
Secara garis besar produk dan layanan PT TASPEN (Persero)
terdiri atas dua program utama, yaitu :
1. Program Tabungan Hari Tua (THT)
Program tabungan hari tua adalah suatu program asuransi dwiguna
yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan asuransi
kematian. Asuransi dwiguna adalah suatu jenis asuransi yang
memberikan jaminan keuangan bagi peserta pada saat mencapai usia
pensiun ataupun bagi ahli warisnya pada saat peserta meninggal dunia
sebelum mencapai usia pensiun.
Program tabungan hari tua tersebut diikuti oleh para peserta yang
terdiri dari atas :
1. Pegawai negeri sipil.
2. Pejabat negara.
3. Pegawai BUMN/BUMD.
Hak Peserta Program Tabungan Hari Tua (THT)
Hak-hak peserta yang mengikuti program tabungan hari tua dapat
berupa :
a. Hak Asuransi THT (Tabungan Hari Tua). Hak yang dibayarkan
apabila peserta berhenti sebagai pegawai negeri karena pensiun
atau meninggal dunia.
b. Hak Asuransi Kematian. Hak asuransi yang memberikan jaminan
keuangan kepada peserta apabila istri/suami/anak meninggal dunia
atau kepada ahli waris apabila peserta meninggal dunia. Asuransi
kematian merupakan asuransi jiwa seumur hidup bagi pegawai
negeri sipil dan istri atau suami, kecuali bagi janda/duda pegawai
negeri sipil yang menikah lagi. Sedangkan bagi anak pegawai
negeri sipil, asuransi kematian merupakan asuransi berjangka bagi
anak peserta yang belum mencapai usia 21 tahun atau 25 tahun
bagi yang belum menikah dan masih belajar secara formal.
53
c. Hak Nilai Tunai. Hak yang dibayarkan apabila peserta berhenti
bukan karena pensiun atau meninggal dunia (keluar).
Kewajiban Peserta Program Tabungan Hari Tua (THT)
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 8/1977 setiap peserta program
tabungan hari tua diwajibkan membayar iuran (premi) sebesar 3,25%
dari penghasilan sebulan (gaji pokok, tunjangan istri dan tunjangan
anak) kepada PT TASPEN (Persero).
Jenis Produk Tabungan Hari Tua (THT) lainnya
Dalam mengelola program tabungan hari tua tersebut, PT TASPEN
(Persero) juga mengelola pengembangan dari Program Tabungan Hari
Tua yang berupa Asuransi Multiguna Sejahtera dan Asuransi Ekaguna
Sejahtera. Pada saat ini pemasaran program terbatas kepada peserta
BUMN/BUMD.
Pengembangan program tabungan hari tua meliputi :
a. Asuransi Multiguna Sejahtera
Program asuransi multiguna sejahtera adalah pengembangan dari
asuransi dwiguna dengan penambahan manfaat bagi peserta berupa
manfaat berkala, disamping manfaat tabungan hari tua dan manfaat
nilai tunai. Besarnya manfaat berkala disesuaikan dengan
kebutuhan masing-msing peserta.
b. Asuransi Ekaguna Sejahtera
Program asuransi ekaguna sejahtera menawarkan manfaat
tabungan hari tua saja kepada peserta yang ingin membatasi
kewajiban iurannya.
2. Program Pensiun
Sejak 1 Januari 1987 PT TASPEN (Persero) diberi kepercayaan oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan pembayaran pensiun bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 822/KMK.03/1986 tanggal 22 September 1986
dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-841
54
tanggal 13 Oktober 1986 dimulai pada tiga provinsi (Bali, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur).
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI
Nomor 702/KMK.03/1987 tanggal 31 Oktober 1987 dan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-1402 tanggal 14
November 1987, maka mulai tanggal 1 Januari 1988 PT TASPEN
(Persero) melakukan pembayaran pensiun di wilayah Sumatera sebagai
kelanjutan pembayaran pensiun di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
812/KMK.03/1988 tanggal 23 Agustus 1988 dan Surat Keputusan
Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-755 tanggal 27 September
1988, mulai tanggal 1 April 1989 PT TASPEN (Persero)
melaksanakan pembayaran pensiun di wilayah Jawa dan Madura.
Dalam upaya perluasan pembayaran pensiun ke seluruh wilayah
Indonesia, maka sejak 1 April 1990 PT TASPEN (Persero) telah
melaksanakan pembayaran pensiun di seluruh provinsi di wilayah
Kalimantan, Sulawesi, Irian jaya dan Timor Timur. Pelaksanaan
pembayaran pensiun tersebut didasarkan pada Surat Keputusan
Menteri Keuangan RI Nomor 79/KMK.03/1990 tanggal 22 Januari
1990 dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-099
tanggal 12 Februari 1990.
Program pensiun adalah suatu program yang dimaksudkan untuk
memberikan jaminan hari tua kepada pegawai negeri sipil sebagai
penghargaan atas jasa-jasa dan pengabdiannya kepada negara
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor : 11 Tahun
1969.
Selain kepada pegawai negeri sipil, PT TASPEN (Persero) juga
melakukan pembayaran pensiun bagi :
1. Penerima pensiun pejabat negara.
2. Penerima tunjangan perintis kemerdekaan RI.
3. Penerima Tunjangan Veteran.
55
4. Penerima Pensiun anggota TNI/POLRI yang pensiun sebelum
April 1989.
Jenis pensiun (yang berhak menerima pensiun)
Jenis pensiun bagi peserta program pensiun dikategorikan sebagai
berikut :
a. Pensiun Sendiri. Hak pensiun yang dibayarkan kepada peserta
program pensiun yang telah mencapai usia persyaratan pensiun.
b. Pensiun Janda/Duda. Hak pensiun yang dibayarkan kepada
janda/duda penerima pensiun.
c. Pensiun Yatim/Piatu. Hak pensiun yang dibayarkan kepada anak
pegawai pewaris pensiun yang memenuhi persyaratan.
d. Pensiun Orang tua. Hak pensiun yang dibayarkan kepada orang tua
pegawai negeri sipil/TNI/POLRI yang meninggal dengan tidak
meninggalkan isteri/suami/anak.
e. Penerima Uang Tunggu. Hak pensiun yang dibayarkan kepada
pegawai negeri sipil yang diberhentikan dengan hormat dari
jabatannya.
Hak Peserta Program Pensiun
Hak yang diterima peserta program pensiun meliputi :
1. Menerima Pensiun Pertama
Pensiun sendiri yang diberikan ketika PNS/Pejabat Negara berhenti
dengan hak pensiun dan pembayarannya bersamaan dengan
pemberian hak THT.
2. Menerima Pensiun Bulanan
Pensiun yang dibayarkan pada setiap bulan melalui kantor bayar
pensiun yang ditunjuk.
3. Menerima Uang Duka wafat
Diberikan kepada isteri/suami/anak/ahli waris yang ditunjuk karena
pensiunan meninggal dunia
4. Pensiun bagi janda/duda/anak
Pensiun yang diberikan kepada janda/duda/anak karena pensiunan
meninggal dunia
56
5. Uang Kekurangan Pensiun (UKP)
Kekurangan pensiun yang belum dibayarkan kepada penerima
pensiun akibat penyesuaian pensiun pokok, penyesuaian tabel, dan
adanya pangkat pengabdian karena penerbitan SK terlambat.
6. Pensiun lanjutan
Uang pensiun lanjutan akibat perpindahan kantor bayar antar
Kantor Cabang PT. TASPEN (PERSERO).
Kewajiban Peserta Program Pensiun
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 8/1977 setiap peserta program
pensiun diwajibkan membayar iuran (premi) sebesar 4,75% dari
penghasilan sebulan (gaji pokok, tunjangan istri dan tunjngan anak)
kepada PT TASPEN (Persero).
4.4. Mekanisme Penyampaian Produk
Keseluruhan dari produk dan layanan utama yang dikelola oleh PT
TASPEN (Persero) tersebut disampaikan kepada peserta melalui
mekanisme sebagai berikut :
1. Produk pensiun dan tabungan hari tua untuk Pegawai Negeri Sipil
(PNS) kepesertaannya bersifat wajib (compulsory) sehingga PT
TASPEN (Persero) tidak melakukan proses pemasaran secara
langsung. Sebagai bukti kepesertaan PT TASPEN (Persero)
memberikan Kartu Peserta Taspen (KPT) kepada setiap peserta
melalui instansinya masing-masing.
2. Produk Tabungan Hari Tua (THT), THT Multiguna dan THT Ekaguna
untuk para pegawai BUMN/BUMD dipasarkan secara langsung
kepada setiap instansi peserta. Sebagai bukti kepesertaan, PT TASPEN
(Persero) memberikan Kartu Peserta kepada setiap peserta melalui
instansinya masing-masing.
57
Iuran 3,25%
Iuran 4,75%
Iuran 3,25%
Iuran 19,5%
VOLUNTARY
COMPULSORY
Manfaat
Manfaat
Gambar 3. Mekanisme Penyampaian Produk
4.5. Peserta dan Pendapatan Premi
4.5.1. Peserta
Jumlah peserta aktif sampai dengan tahun 2005, yang terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pejabat Tinggi/Tertinggi Negara,
Duta Besar RI dan pegawai beberapa BUMN/BUMD mencapai
3.879.842 orang. Pada periode yang sama jumlah penerima
pensiun yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pejabat
Negara, TNI/POLRI, Perintis Kemerdekaan RI, Veteran, penerima
uang tunggu dan pegawai BUMN mencapai 1.948.206 orang.
4.5.2. Pendapatan Premi
Pendapatan premi yang diperoleh dari pengelolaan program
asuransi sosial yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) untuk
program tabungan hari tua sebesar Rp 1.795,42 miliar yang terdiri
dari premi tabungan hari tua (THT) pegawai negeri sipil sebesar
Rp 1.737,87 miliar, premi tabungan hari tua (THT) pegawai
BUMN sebesar Rp 30,27 miliar, premi multiguna sejahtera sebesar
Rp 27,26 miliar serta premi ekaguna sejahtera sebesar Rp 0,02
miliar.
PT TASPEN (Persero)
PROGRAM PENSIUN
PROGRAM THT
PROGRAM MULTIGUNA PROGRAM EKAGUNA
Peserta Kantor Bayar
PNS BUMN/BUMD
Pengelolaan Dana
58
Tabel 1. Rincian pendapatan premi program tabungan hari tua Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004
Premi asuransi Dwiguna
• Premi THT PNS
• Premi THT BUMN
1.737,87
30,27
1.644,08
32,07
Premi MultigunaSejahtera 27,26 23,61
Premi Ekaguna Sejahtera 0,02 0,02
Jumlah Pendapatan Premi 1.795,42 1.699,77
Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005.
4.6. Kegiatan Pengelolaan Dana yang Dilakukan Oleh PT TASPEN
(Persero) Dalam Kegiatan investasi
PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang asuransi sosial. Oleh karena itu pendapatan utama perusahaan
berupa pendapatan premi yang dibayarkan oleh peserta program yang
dikelola oleh perusahaan.
Pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) itu
sendiri ditujukan untuk menciptakan penambahan nilai uang yang dimiliki
oleh perusahaan (pemerolehan laba). Dengan kata lain disamping untuk
tujuan di atas kegiatan pengelolaan dana juga bertujuan untuk menghindari
adanya kas beku dalam perusahaan dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat
dilakukan dengan adanya kegiatan pengelolaan dana tersebut (aktivitas
investasi).
Kegiatan Pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT TASPEN
(Persero) dalam kegiatan investasi berupa deposito, obligasi dan investasi
selain deposito dan obligasi.
4.6.1. Penilaian Investasi
Kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT
TASPEN (Persero) dalam bentuk investasi dicatat dan dinilai
berdasarkan kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Dalam
59
penyajian laporan keuangan perusahaan investasi yang dilakukan
dicatat dan dinilai berdasarkan tabel berikut di bawah ini.
Tabel 2. Dasar pencatatan dan penilaian investasi
Jenis Investasi
Dasar Pencatatan dan
Penilaian dalam Laporan
Keuangan
Saham Nilai pasar
Deposito Berjangka Nilai nominal
Obligasi yang dimiliki hingga
jatuh tempo
Nilai perolehan setelah
amortisasi
Obligasi yang tersedia untuk
dijual
Nilai perolehan
Sertifikat Bank Indonesia Nilai Tunai
Penyertaan pada PT Arthaloka
Indonesia
Konsolidasi
Investasi langsung Harga perolehan
Sumber : Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005.
PT Arthaloka Indonesia sebagai anak perusahaan PT
TASPEN (Persero) dibentuk berdasarkan akta notaris Ny. Soenardi
Adisasmitro No. 24 tanggal 14 April 1988 dengan bidang usaha
sebagai berikut :
1. Bisnis penyewaan gedung perkantoran, antara lain : restoran,
pertokoan serta sarana penunjang yang ada kaitannya dengan
bisnis tersebut dalam arti yang seluas-luasnya.
2. Bergerak dalam bidang jasa pada umumnya yang berkaitan
dengan kegiatan perusahaan kecuali jasa bidang hukum.
Kepemilikan PT TASPEN (Persero) pada PT Arthaloka
Indonesia adalah sebesar Rp 40.096.229.337,- atau 90,13% dari
seluruh modal saham yang disetor sehingga laporan keuangan PT
TASPEN (Persero) harus dikonsolidasikan dengan PT Arthaloka
Indonesia selaku anak perusahaan. Berikut ini rincian modal saham
yang disetor pada PT Arthaloka Indonesia :
60
Tabel 3. Rincian modal saham yang disetor pada PT Arthaloka Indonesia
Uraian Jumlah
PT TASPEN (PERSERO) Rp 40.096.229.371
PT Aerowisata Rp 1.147.767.356
PT Asuransi Ekport Indonesia Rp 916.434.400
PT Asuransi Kredit Indonesia Rp 823.011.476
PT Asuransi Jiwasraya Rp 587.229.810
PT Asuransi Jasa Raharja Rp 587.229.810
PT Reasuransi Umum Indonesia Rp 329.204.500
Jumlah Rp 44.487.106.723
Sumber : Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005
4.6.2. Investasi Program Tabungan Hari Tua (THT)
Investasi yang telah dilakukan perusahaan dalam kaitannya
dengan pengelolaan dana program tabungan hari tua adalah sebagai
berikut :
Tabel 4. Pengalokasian dana investasi program tabungan hari tua Dalam miliaran Rupiah
Alokasi 2005 % 2004 % % Naik (Turun)
Deposito 3.737,46 25,93 3.345,60 26,74 11,71 Obligasi 10.574,56 73,37 9.146,85 73,11 15,61
Investasi lainnya
99,71 0,69 18,69 0,15 433,49
Jumlah investasi
14.411,73 100 12.511,14 100 15,19
Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) diolah.
Investasi yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) untuk
program tabungan hari tua sangat didominasi oleh investasi dalam
bentuk obligasi. Hal ini dapat tercermin dari nilai obligasi terhadap
keseluruhan nilai investasi perusahaan yang mencapai 73,37%
pada tahun 2005 dan sebesar 73,11% pada tahun 2004. Secara
61
keseluruhan nilai investasi perusahaan mengalami peningkatan
sebesar 15,19 % dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp 12.511,14
miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 14.411,73 miliar pada tahun
2005. Di bawah ini akan diuraikan mengenai jenis investasi
perusahaan.
1. Deposito
Deposito berjangka sampai 31 Desember 2005 sebesar Rp
3.737,46 miliar atau mencapai 25,93% dari keseluruhan nilai
investasi perusahaan. Deposito tersebut ditempatkan pada
bank-bank pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Jangka waktu deposito antara 3 sampai dengan 24 bulan
dengan tingkat bunga 7,5% sampai 13,2% untuk tahun 2005.
Deposito pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar
11,71% apabila dibandingkan tahun 2004 yang sebesar Rp
3.345,60 miliar.
2. Obligasi
Jumlah obligasi tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh
tempo pada tanggal 31 Desember 2005 sebesar Rp 10.574,56
miliar atau mencapai 73,37% dari keseluruhan nilai investasi
perusahaan. Obligasi tersebut merupakan obligasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dan Perusahaan Swasta Nasional dengan jangka
waktu investasi antara 1 tahun sampai 15 tahun dengan tingkat
bunga 9,5% sampai dengan dengan 18,25%. Jumlah obligasi
yang dimiliki oleh PT TASPEN (Persero) tersebut mengalami
peningkatan sebesar 15,61% dari tahun sebelumnya yang
sebesar Rp 9.146,85 miliar.
3. Investasi selain deposito dan obligasi
Investasi selain deposito dan obligasi yang dilakukan untuk
program tabungan hari tua sebesar Rp 99,71 miliar atau 0,69%
dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Investasi ini berupa
saham trading, saham yang tersedia untuk dijual serta investasi
62
langsung. Investasi langsung pada beberapa perusahaan
dilaksanakan dalam bentuk penyertaan saham yang merupakan
investasi jangka panjang dengan maksud untuk mempengaruhi
atau menguasai perusahaan yang bersangkutan. Saldo investasi
langsung per 31 Desember 2005 sebesar Rp 682.500.000
adalah nilai penyertaan saham yang kepemilikannya kurang
dari 20% dari modal yang disetor. Investasi lain tersebut
mengalami kenaikan cukup tinggi yang mencapai 433,39% bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp
18,69 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan karena
meningkatnya saham trading yang dimiliki perusahaan sebesar
442,92%.
4.6.3. Hasil (Pendapatan) Investasi
Pendapatan investasi yang diperoleh oleh PT TASPEN
(Persero) merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
investasi (pengelolaan dana) tabungan dan simpanan pegawai
negeri yang ada pada perusahaan. Kegiatan investasi tersebut pada
dasarnya dilakukan untuk menciptakan penambahan nilai uang
yang telah terkumpul dalam perusahan. Dengan demikian,
pendapatan dari kegiatan investasi tersebut disamping sebagai
sumber pendapatan lain selain pendapatan premi, pendapatan
investasi juga dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam
kaitannya dengan pemberian manfaat bagi peserta.
Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pengelolaan dana
yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) sampai dengan akhir
2005 mencapai Rp 1.567,53 miliar naik sebesar 13,93% dari tahun
sebelumnya sebesar Rp 1.375,86 miliar untuk program tabungan
hari tua. Pendapatan investasi program tabungan hari tua yang
diperoleh perusahaan meliputi bunga deposito, bunga obligasi,
capital gain obligasi, bunga medium term notes, bunga deposito on
call, dividen saham, dividen penyertaan, dan capital gain selain
63
obligasi. Berikut ini rincian hasil (pendapatan) investasi yang
diperoleh oleh PT TASPEN (Persero) :
Tabel 5. Pendapatan Investasi Program Tabungan Hari Tua Dalam miliaran rupiah
Uraian 2005 % 2004 % % naik (Turun)
Bunga deposito 274,05 17,48 293,49 21,33 (6,62)Bunga obligasi 1.261,44 80,47 1.056,23 76,77 19,43 Capital Gain (loss) obligasi 18,38 1,17 - -
Bunga medium term notes - - 1,28 0,09
Bunga deposit on call - - 0,02 0,001 Dividen saham 3,14 0,20 5,56 0,40 (43,55)Dividen penyertaan 0,15 0,01 0,45 0,03 (66,67)Capital gain - Realisasi 10,38 0,66 18,82 1,37 (44.85)- Bukan realisasi 0,00 - 0,00 - Jumlah pendapatan investasi 1.567,53 100 1.375,86 100 13,93
Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 diolah.
4.7. Penyelesaian Klaim dan Penyampaian Manfaat
4.7.1. Mekanisme Penyelesaian Klaim
Mekanisme penyelesaian klaim dari peserta program
asuransi PT TASPEN (Persero) kepada perusahan dapat dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Penyelesaian klaim secara langsung dapat dilakukan di Kantor
Cabang Utama (KCU) dan Kantor Cabang (KC) PT TASPEN
(Persero).
2. Penyelesaian secara tidak langsung atau melalui surat
menyurat.
3. Pelayanan secara pro aktif oleh Kantor Cabang Utama (KCU)
dan Kantor Cabang (KC) kepada peserta melalui instansi yang
bersangkutan 3 (tiga) bulan menjelang usia pensiun. Sedangkan
bagi lanjut usia yang sakit disampaikan di kediamannya.
64
TIDAK LANGSUNG
LANGSUNG
4.7.2. Mekanisme Penyampaian Manfaat
Penyampaian manfaat baik program Tabungan Hari Tua
(THT) dan program pensiun dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu :
1. Manfaat THT dan pensiun diberikan/dibayarkan secara
langsung (tunai) di Taspen.
2. Manfaat THT dan pensiun diberikan/dibayarkan melalui
perbankan dan kantor pos sebagai mitra kerja PT TASPEN
(Persero).
4.7.3. Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta
Pemberian manfaat program dilakukan berdasarkan
kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan. Adanya kebijakan
pemerintah mengenai perubahan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil
terhitung 1 Januari 2001 dimana gaji pokok pegawai negeri sipil
mengalami kenaikan sebesar 108% sampai 270%, maka hal ini
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Secara positif kenaikan gaji pokok tersebut menyebabkan
terjadinya kenaikan pendapatan iuran yang diterima perusahaan.
Akan tetapi, hal tersebut juga memberikan pengaruh yang
signifikan pula terhadap beban klaim dan manfaat serta terjadinya
kekurangan pendanaan (unfunded liability). Berdasarkan hasil
perhitungan aktuaria perusahaan, kekurangan pendanaan yang akan
Peserta Verifikasi
Validasi
Administrasi
Pembayaran Kantor Pos
Peserta Bank & Pos
Gambar 4. Mekanisme Penyelesaian dan Penyampaian Manfaat
65
dialami perusahaan diperkirakan sebesar Rp 10,5 triliun per 1
Januari 2001 (laporan tahunan PT TASPEN (Persero) tahun 2001) .
Oleh karena itu, dengan pertimbangan untuk menjaga
eksistensi perusahaan dan kesinambungan pelayanan kepada
peserta maka perusahaan telah mengambil kebijakan mengenai
pembayaran manfaat dengan menetapkan modifikasi formula
pemberian manfaat bagi peserta.
Pada tahun 2005 jumlah penyelesaian klaim untuk program
tabungan hari tua mencapai 172.652 kejadian. Jumlah klaim
tersebut naik 11,09% dibandingkan tahun 2004 sebanyak 155.415
kejadian. Penyelesaian santunan tersebut terdiri dari 97.589
kejadian untuk tabungan hari tua dwiguna, 68.225 kejadian untuk
asuransi kematian serta 6838 kejadian untuk program THT
multiguna sejahtera dan ekaguna sejahtera.
Tabel 6. Rincian pembayaran manfaat program tabungan hari tua (THT)
2005 2004
Program Kejadian
Manfaat
Santunan
(jutaan Rupiah)
Rata-rata
Santunan
(jutaan Rupiah)
Kejadian
Manfaat
Santunan
(jutaan rupiah)
Rata-rata
Santunan
(jutaan Rupiah)
Dwiguna 97.589 1.162.470,91 11,91 90.848 1.240.569,40 13,66
Kematian 68.225 119.743,68 1,76 56.771 125.688,05 2,21
Multiguna &
Ekaguna 6.838 24.623,35 3,6 7.796 22.724,12 2,91
Jumlah 172.652 1.306.837,94 7,57 155.415 1.388.981,57 8,94
Sumber : Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005.
Jumlah santunan manfaat program tabungan hari tua yang
dibayarkan selama tahun 2005 mengalami penurunan sebanyak
5,91% menjadi Rp 1.306,84 miliar dibandingkan sebesar Rp
1.388,98 miliar pada tahun 2004.
Secara rata-rata, nilai pembayaran manfaat santunan untuk
masing-masing peserta program tabungan hari tua dwiguna
mengalami penurunan sebesar 12,8% yaitu dari Rp 13,66 juta pada
tahun 2004 menjadi Rp 11,91 juta pada tahun 2005 dan untuk
program THT kematian turun sebesar 20,36% dari Rp 2,21 juta
66
pada tahun 2004 menjadi Rp 1,76 juta pada tahun 2005 dan
multiguna serta ekaguna sejahtera naik sebesar 23,71% yaitu dari
Rp 2,91 juta menjadi Rp 3,6 juta. Sedangkan nilai rata-rata klaim
dan manfaat untuk seluruh program turun sebesar 15,3% yaitu dari
Rp 8,94 juta menjadi sebesar Rp 7,57 juta.
4.8. Kinerja Keuangan PT TASPEN (Persero)
Gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan diperlukan
untuk dapat melihat kinerja keuangan perusahaan. Disamping hal tersebut
untuk mendukung upaya dalam menginterpretasi kinerja keuangan
perusahaan pertimbangan mengenai kebijakan akuntansi yang ditetapkan
oleh perusahaan perlu untuk diperhatikan.
4.8.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan
a. Dasar Akuntansi
Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep harga perolehan
dari basis akrual, sedangkan laporan arus kas disusun dengan
menggunakan metode tidak langsung.
b. Sistem Pembukuan
Pembukuan untuk seluruh Kantor Cabang PT TASPEN
(Persero) diselenggarakan secara desentralisasi. Seluruh
transaksi keuangan yang terjadi di Kantor Cabang dibukukan di
Kantor Cabang yang bersangkutan. Setiap akhir bulan seluruh
Kantor Cabang mengirimkan neraca saldo ke Kantor Pusat
untuk menyusun laporan keuangan gabungan. Eliminasi
transaksi Kantor Pusat dengan Kantor Cabang dilakukan
melalui rekening koran Kantor Pusat – Cabang sehingga dalam
laporan keuangan Kantor Cabang tidak disajikan perkiraan
modal.
c. Penyajian laporan keuangan
Laporan keuangan disajikan dengan nilai Rupiah. Tahun buku
perusahaan meliputi periode dari 1 Januari sampai dengan 31
Desember.
d. Deposito berjangka
67
Deposito berjangka milik PT TASPEN (Persero) disajikan
sebagai aktiva kelompok investasi, sedangkan deposito
berjangka PT Arthaloka Indonesia disajikan sebagai aktiva
bukan kelompok investasi (kelompok aktiva lancar)
e. Piutang
Piutang usaha PT Arthaloka Indonesia diakui dan dicatat pada
saat penyewa (tenant) sudah menikmati pelayanan gedung.
Terhadap piutang yang menunggak dilakukan penyisihan yang
besarnya dihitung berdasarkan hasil analisis kualitas masing-
masing debitur.
f. Piutang premi dan iuran
Besarnya piutang premi dan iuran dihitung dengan cara sebagai
berikut :
1. Piutang Iuran Pegawai Negeri Sipil dihitung tiap bulan
berdasarkan laporan kas posisi yang didukung dengan Surat
Setoran Bukan Pajak (SSBP).
2. Piutang premi dan iuran BUMN/BUMD dihitung setiap
awal bulan atas dasar data peserta atau penerimaan iuran
bulan sebelumnya.
Perusahaan tidak membentuk penyisihan (allowance) atas
piutang premi dan iuran yang tidak tertagih, karena akan
diperhitungkan sebagai pengurang atas pembayaran santunan
apabila peserta bersangkutan mengajukan haknya.
g. Investasi
Investasi disajikan tersendiri dalam neraca yaitu sesuai dengan
tujuan untuk menjamin kewajiban pembayaran santunan
kepada peserta pada saat mengajukan haknya (jangka panjang).
Hasil investasi dibukukan terpisah atas dasar akrual.
h. Aktiva tetap
Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga perolehan, kecuali aktiva
tetap yang diperoleh dari pengalihan bentuk (likuidasi Perum
Taspen) dinilai berdasarkan hasil penilaian kembali.
68
i. Biaya ditangguhkan
Biaya ditangguhkan diamortisasi berdasarkan metode garis
lurus sesuai dengan masa manfaat
j. Utang klaim
Utang klaim dicatat sebagai beban tahun berjalan pada saat
terjadinya santunan yang sudah dihitung dan disetujui, namun
belum dapat dibayarkan sampai dengan akhir tahun buku
diperlakukan sebagai beban dan utang klaim tahun yang
bersangkutan
k. Kewajiban manfaat polis masa depan
Kewajiban manfaat polis masa depan merupakan kewajiban
perusahaan kepada peserta yang besarnya dihitung pada akhir
tahun oleh aktuaris perusahaan dengan menggunakan metode
perhitungan kombinasi antara Define Benefit Plan dan Define
Contribution Plan berdasarkan tingkat bunga asuransi sebesar
10,57% sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2004.
sedangkan untuk tahun 2005 tingkat bunga asuransi sebesar
10,40%. Kenaikan kewajiban manfaat polis masa depan dari
tahun sebelumnya disajikan dalam perhitungan laba rugi
sebagai komponen beban.
l. Pendapatan fee penyelenggaraan pensiun
Pendapatan fee penyelenggaraan pensiun ditetapkan sebesar
5% dari hasil investasi program pensiun ditambah 0,3% dari
manfaat pensiun.
m. Lain-lain
1. Pengakuan pendapatan dan beban PT Arthaloka Indonesia
Pendapatan diakui pada saat penyewa (tenant) sudah
menikmati pelayanan/jasa gedung. Biaya dibebankan
berdasarkan masa manfaat dari beban tersebut.
2. Transaksi dalam mata uang asing PT Arthaloka Indonesia
69
Transakasi dalam mata uang asing dibukukan setelah
dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs intern (kurs yang berlaku pada saat
transaksi dicatat). Saldo mata uang asing dalam neraca
dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs Bank Indonesia pada tanggal neraca.
Perbedaan antara kurs pada saat transaksi dicatat (kurs
intern) dengan kurs pada tanggal neraca dicatat sebagai
pendapatan/beban selisih kurs tahun yang bersangkutan.
3. Biaya ditangguhkan pada PT Arthaloka Indonesia
Aktiva ini terjadi karena adanya penyewa baru yang
menempati ruangan gedung PT Arthaloka yang sesuai
dengan perjanjian PT Arthaloka Indonesia menyediakan
partisi bagi penyewa tersebut serta memperoleh sambungan
telepon baru.
4. Saham PT Arthaloka Indonesia
Pencatatan nilai investasi jangka pendek dalam bentuk
saham yang dimiliki PT Arthaloka Indonesia dicatat
berdasarkan harga terendah antara harga perolehan dan
harga pasar.
4.8.2. Kondisi Keuangan Perusahaan
Pengelolaan keuangan selama tahun buku 2005 baik
program tabungan hari tua maupun program dana pensiun pegawai
negeri tercermin melalui beberapa indikator sebagai berikut :
a. Pendapatan
Realisasi pendapatan program tabungan hari tua tahun 2005
sebesar Rp 3.493,21 miliar atau meningkat sebesar 8,83% bila
dibandingkan tahun 2004 sebesar Rp 3.209,90 miliar.
Peningkatan tersebut menunjukkan adanya penambahan total
pendapatan yang diterima perusahaan yang dalam hal ini
peningkatan tersebut sangat didominasi oleh peningkatan hasil
investasi yang mencapai 13,93%.
70
b. Beban
Jumlah beban program tabungan hari tua (THT) tahun 2005
mengalami peningkatan sebesar 2,18% dibandingkan tahun
2004 yaitu dari Rp 3.044,38 miliar menjadi sebesar Rp
3.110,87 miliar. Peningkatan pada beban perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kenaikan dalm
membiayai pelaksanaan kegiatan usaha perusahaan yang dalam
hal ini kenaikan beban tersebut terutama disebabkan oleh
adanya peningkatan beban umum dan administrasi sebesar
11,20%.
c. Aktiva
Sampai dengan akhir tahun 2005 aktiva program tabungan hari
tua (THT) mengalami kenaikan sebesar 11,85% dari Rp
15.540,47 miliar pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp
17.381,37 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan
adanya peningkatan pada sisi aktiva lancar sebesar 42,18%
yang disebabkan adanya pengakuan piutang kepada program
pensiun dan piutang hasil investasi.
d. Kewajiban
Pada akhir tahun 2005 kewajiban program tabungan hari tua
(THT) mencapai sebesar Rp 16.356,12 miliar atau mengalami
kenaikan sebesar 9,83% dibandingkan tahun 2004 sebesar Rp
14.892,36 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan
adanya peningkatan kewajiban jangka pendek yang signifikan
sebesar 120,10%. Hal ini akibat meningkatnya pendapatan
diterima dimuka. Jumlah kewajiban pemegang polis secara
keseluruhan sebesar Rp 16.209,94 miliar telah dijamin oleh
aktiva investasi sebesar Rp 14.411,73 miliar atau aktiva
keseluruhan sebesar Rp 17.381,37 miliar.
e. Ekuitas
71
Jumlah ekuitas program tabungan hari tua (THT) pada akhir
tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 58,19% atau mencapai
Rp 1.025,25 miliar dibandingkan tahun 2004 yang mencapai
Rp 648.11 miliar.
4.9. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan
Analisa mengenai kinerja keuangan PT TASPEN (Persero)
dilakukan dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan
perusahaan. Melalui analisa terhadap laporan keuangan perusahaan dapat
diperoleh gambaran informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan.
Analisa terhadap laporan keuangan perusahaan dilakukan dengan
menggunakan metode analisa rasio keuangan, analisa persentase per
komponen, analisa Du Pont dan analisa Altman Z score.
4.9.1. Analisa Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan salah satu indikator untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Melalui angka-angka rasio
keuangan dapat diperoleh beberapa informasi mengenai kinerja
keuangan perusahaan. Informasi mengenai kinerja keuangan yang
dapat diperoleh melalui analisa rasio meliputi tingkat likuiditas,
aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan. Rasio-rasio
keuangan yang terkait dengan kegiatan usaha PT TASPEN
(Persero) ditampilkan pada tabel 8.
Tabel 7. Rasio keuangan program tabungan hari tua (THT)
Rasio Keuangan 2005 (%) 2004 (%) % Naik (Turun)
Aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek 474,51 734,59 (35,41)
Modal kerja bersih terhadap total aktiva 2,89 2,49 16,06
Pendapatan terhadap total aktiva 0,2 kali 0,21 kali (4,76)
Pendapatan terhadap aktiva tetap 69,45 kali 68,11 kali 1,97
Pendapatan terhadap piutang 1,23 kali 1,1 kali 11,82 Total kewajiban terhadap total aktiva 94,10 95,83 (1,81)
Kewajiban lancar terhadap 0,77 0,39 97,44
72
total aktiva Kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva 0,03 0,03 0,00
Lanjutan tabel 7. Aktiva terhadap kewajiban kepada pemegang polis 107,23 104,86 2,26
Nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis
88,91 84,42 5,32
Margin Laba kotor 19,60 13,63 43,80 Margin laba bersih 10,93 5,14 112,65 Laba usaha terhadap aktiva (ROI) 2,20 1,07 105,61
Laba bersih terhadap aktiva (ROA) 2,20 1,06 107,55
Laba bersih terhadap ekuitas (ROE) 37,24 25,45 46,33
Klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran 72,79 81,72 (10,93)
Pendapatan investasi terhadap nilai investasi (yield on invesment)
10,88 11,00 (1,09)
Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 (diolah)
Melalui tabel di atas dapat diperoleh gambaran mengenai
kinerja keuangan perusahaan sebagai berikut :
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menyediakan kas dan pos lancar lainnya yang sifatnya hampir
mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban
perusahaan yang segera jatuh tempo. Analisa rasio likuiditas yang
digunakan meliputi :
a. Rasio lancar berupa perbandingan antara aktiva lancar terhadap
kewajiban jangka pendek mengalami penurunan dari 734,59%
atau turun sebesar 35,41% pada tahun 2004 menjadi 474,51%
pada tahun 2005. Penurunan tersebut disebabkan adanya
peningkatan jumlah kewajiban kepada pemegang polis masa
depan.
73
b. Rasio cepat, dalam hal ini rasio cepat tidak dijadikan salah satu
penilaian mengenai likuiditas perusahaan dikarenakan
persediaan yang diperlukan dalam perhitungan rasio ini tidak
sesuai dengan ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan.
Persediaan yang ada dalam perusahaan lebih mengarah kepada
inventaris-inventaris kantor yang merupakan perlengkapan dan
bukan seperti persediaan yang ada pada perusahaan dagang
maupun manufaktur, seperti kertas, tinta, dan lain-lain.
c. Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva menunjukkan
potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara
aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini mengalami
kenaikan sebesar 16,06% dari sebesar 2,49% pada tahun 2004
menjadi 2,89% pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan mampu menciptakan cadangan potensi kas yang
ada menjadi lebih baik.
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas
perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
penjualan. Dalam hal ini penjualan yang dimaksud lebih
direfleksikan pada pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Rasio yang digunakan dalam menilai
tingkat aktivitas perusahaan meliputi :
a. Rasio perputaran persediaan dalam hal ini tidak dijadikan salah
satu ukuran mengenai tingkat aktivitas perusahaan dikarenakan
substansi dari rumus perhitungan rasio ini tidak sesuai dengan
ruang lingkup usaha perusahaan.
b. Rasio perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efisiensi
perusahaan dalam pemakaian total aktivanya untuk
menghasilkan pendapatan. Dari hasil perhitungan rasio ini,
dapat diketahui rasio perputaran total aktiva perusahaan
mengalami penurunan sebesar 4,76%. Penurunan ini
74
disebabkan karena adanya peningkatan aktiva sebesar 11,85%
yang hanya diikuti peningkatan pendapatan sebesar 8,83%.
c. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan ukuran efisiensi
perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya guna
menghasilkan pendapatan. Hasil perhitungan rasio ini
menunjukkan bahwa tingkat efisiensi perusahaan dalam
menggunakan aktiva tetapnya mengalami sedikit peningkatan
yaitu sebesar 1,97%. Tingginya nilai rasio perputaran aktiva
tetap perusahaan dikarenakan rendahnya nilai aktiva tetap
perusahaan. Dengan kata lain jenis kegiatan usaha perusahaan
sangat mempengaruhi nilai rasio tersebut.
d. Rasio perputaran piutang menunjukkan kemampuan dana yang
tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode
tertentu. Dapat diartikan bahwa berapa kali perusahaan
melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode.
Kebijakan piutang yang ditetapkan oleh perusahaan
menjelaskan bahwa dalam menjalankan usahanya, perusahaan
tidak melakukan penyisihan terhadap piutangnya. Dapat
diartikan bahwa kegiatan utama perusahaan yang begerak
dalam bidang asuransi sosial tersebut akan melakukan
pengurangan terhadap manfaat yang dapat diterima oleh peserta
apabila peserta mengajukan haknya. Piutang yang berkaitan
dengan kekurangan pendanaan (unfunded liability) lebih
mengarah kepada penagihan piutang kepada pemerintah.
Piutang kepada pemerintah tersebut akan dibayar kepada
perusahaan secara cicilan. Hasil dari rasio ini menunjukkan
bahwa rasio perputaran piutang perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 11,82% dari 1,1 kali menjadi 1,23 kali
pada tahun 2005.
Rasio Solvabilitas
Analisa rasio solvabilitas (leverage) dilakukan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya
75
baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek atau dapat juga
memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio
yang digunakan untuk menilai rasio solvabilitas perusahaan
meliputi :
a. Rasio utang digunakan untuk mengukur sejauh mana
kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian
atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio utang perusahaan
mengalami penurunan dari sebesar 95,83% menjadi 94,10% di
tahun 2005. Dalam menilai rasio ini perusahaan menggunakan
perhitungan yang berbeda dengan rumus yang didapat dari
literatur dimana rumus yang digunakan membandingkan total
aktiva tehadap kewajiban. Dengan mengetahui rumus
perhitungan rasio utang yang digunakan oleh perusahaan dapat
dijelaskan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk bagaimana
menjamin kewajiban perusahaan yang ada dengan aktiva yang
dimilikinya dan bukan melihat sejauh mana kewajiban
perusahaan digunakan untuk mendanai aktivanya. Dengan
menggunakan perhitungan tersebut maka rasio aktiva terhadap
kewajiban sebesar 106,27% pada tahun 2005 dan 104,35%
untuk tahun 2004. Dapat diartikan bahwa setiap Rp 1
kewajiban dapat dijamin dengan Rp 1,04 aktiva di tahun 2005
dan dengan Rp 1,06 aktiva di tahun 2004.
b. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva digunakan untuk
mengukur berapa besar total aktiva yang dibiayai dengan
kewajiban lancar menunjukkan peningkatan sebesar 97,44%.
Rendahnya nilai rasio ini disebabkan karena dalam kewajiban
utama perusahaan berupa kewajiban kepada pemegang polis.
c. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva digunakan
untuk mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh kewajiban bukan lancar. Rasio ini menunjukkan nilai yang
tetap baik di tahun 2004 maupun 2005 yaitu sebesar 0,03%.
76
Tidak adanya perubahan terhadap nilai rasio disebabkan
disamping kewajiban utama perusahaan yang berupa kewajiban
kepada pemegang polis juga dikarenakan kewajiban jangka
panjang perusahaan yang hanya berupa telepon deposit dan
security deposit jumlahnya tidak banyak mengalami perubahan.
d. Rasio aktiva terhadap kewajiban pemegang polis digunakan
untuk mengukur sejauh mana kewajiban terhadap pemegang
polis dapat dijamin dengan aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang digunakan oleh
perusahaan dan dianggap sebagai rasio penting bagi pihak
manajemen perusahaan dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan. Dari hasil rasio tersebut dapat diketahui bahwa
nilai rasio mengalami peningkatan sebesar 2,26% dari sebesar
104,86% pada tahun 2004 menjadi 107,23%.
e. Rasio nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang
polis menunjukkan perbandingan nilai aktiva yang
diinvestasikan oleh perusahaan dengan kewajiban kepada polis.
Nilai rasio ini menunjukkan sebesar 84,42% pada tahun 2004
dan mengalami peningkatan 5,32% sehingga mencapai 88,91%
pada tahun 2005.
Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas
usaha yang baik dapat memperkecil risiko perusahaan mengalami
kebangkrutan. Analisa profitabilitas dilakukan dengan
menggunakan rasio margin laba kotor, rasio margin laba bersih,
rasio tingkat pengembalian investasi, rasio tingkat pengembalian
aktiva dan rasio tingkat pengembalian ekuitas. Disamping rasio-
rasio tersebut, analisa mengenai rasio profitabilitas peruasahaan
juga menggunakan rasio-rasio yang dipakai oleh pihak manajemen
perusahaan dalam menilai tingkat profitabilitas usahanya yang
meliputi rasio nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang
77
polis, rasio klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran, rasio
pendapatan investasi terhadap nilai investasi (yield on invesment).
a. Rasio margin laba kotor mencerminkan kemampuan
perusahaan dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan
berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi
perusahaan. Laba kotor perusahaan diperoleh dengan
menghitung pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan
beban utama perusahaan yang berupa manfaat santunan dan
kenaikan manfaat polis masa depan. Rasio ini mengalami
peningkatan dari 13,63% pada tahun 2004 menjadi 19,60%
pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 43,8%. Kenaikan ini
disebabkan karena meningkatnya jumlah pendapatan yang
diperoleh perusahaan dan juga diikuti menurunnya manfaat
santunan yang diberikan kepada peserta.
b. Rasio margin laba bersih mencerminkan kemampuan
manajemen untuk menghasilkan laba bersih dari aktivitas usaha
yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil dari perhitungan rasio
ini menunjukkan bahwa margin laba bersih perusahaan sebesar
10,93% pada tahun 2005 yang mengalami peningkatan sebesar
112,65% dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,14%.
c. Rasio tingkat pengembalian investasi (ROI) mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva-aktivanya
seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang
diinginkan. ROI perusahaan menunjukkan sebesar 2,2% pada
tahun 2005, mengalami peningkatan sebesar 105,61% dari nilai
ROI pada tahun 2004 yang sebesar 1,07%.
d. Rasio tingkat pengembalian aktiva menunjukkan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
aktiva-aktiva yang tersedia dimana rasio ini menunjukkan nilai
sebesar 2,2% pada tahun 2005.
e. Rasio tingkat pengembalian ekuitas menunjukkan
perbandingan antara laba bersih terhadap modal (ekuitas) yang
78
dimiliki oleh perusahaan yang mengalami peningkatan sebesar
46,33% dari sebesar 25,45% pada tahun 2004 menjadi 37,24%
pada tahun 2005.
f. Rasio klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran
menunjukkan perbandingan klaim dan manfaat terhadap
pendapatn iuran (premi) yang diperoleh dari tiap peserta
program. Perusahaan menggunakan rasio ini untuk melihat
bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan jika hanya
memperhitungkan sumber pendapatan utama perusahaan.
Dengan demikian efisiensi dan efektifitas premi yang dibayar
oleh peserta dapat terlihat dalam rasio ini dalam kaitannya
dengan manfaat program. Hasil rasio ini pada tahun 2005
menunjukkan penurunan sebesar 10,93% dari tahun
sebelumnya yang mencapai 81,72%. Penurunan tersebut
disebabkan karena menurunnya klaim dan pemberian manfaat
yang dibayarkan bagi peserta.
g. Rasio pendapatan investasi terhadap nilai investasi (yield on
invesment) menunjukkan kemampuan kegiatan investasi dalam
memberikan pendapatan bagi perusahaan. Rasio ini mengalami
penurunan sebesar 1,09% dari sebesar 11% pada tahun 2004
menjadi sebesar 10,88%.
Secara menyeluruh, dari analisa rasio keuangan yang dilakukan
dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam
mengelola program tabungan hari tua dinilai baik. Hal ini dapat
terlihat hasil analisa rasio program tabungan hari tua. Yang perlu
diperhatikan ialah dalam melakukan kegiatan usahanya,
perusahaan sangat memperhatikan adanya tanggung jawab utama
perusahaan yang berupa pemberian manfaat program bagi peserta
dimana terdapat rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran
maupun menjamin pemberian manfaat bagi peserta. Besarnya total
aktiva yang dimiliki perusahaan dapat dijadikan ukuran bahwa
79
perusahaan sangat memperhatikan tanggung jawabnya kepada
peserta.
4.9.2. Analisa Persentase Per Komponen
Analisa persentase perkomponen adalah suatu metode
analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing
aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualannya (pendapatan). Analisa
ini dapat memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan
dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya
dengan total aktiva atau total penjualan.
Analisa persentase per komponen digunakan sebagai
analisa pendukung terhadap analisa rasio keuangan. Melalui
analisa persentase per komponen yang dilakukan dapat diperoleh
informasi sebagai berikut :
1. Komposisi neraca
Komposisi neraca melalui analisa persentase per komponen
menggunakan total aktiva sebagai angka dasar untuk kelompok
aktiva dan total pasiva sebagai angka dasar kelompok pasiva.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi
pada tiap pos (akun) neraca dan melihat struktur komposisinya.
Hasil analisa persentase per komponen terhadap neraca dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 8. Analisa persentase per komponen terhadap neraca program tabungan hari tua PT TASPEN (Persero)
Uraian 2005 (%) 2004 (%) AKTIVA Investasi Deposito 21,50 21,53 Obligasi 60,84 58,86 Invesatsi Lainnya 0,57 0,12 Jumlah investasi 82,91 80,51 Aktiva lancar Kas, bank dan giro 0,01 0,03
80
Lanjutan tabel 8. Aktiva Lainnya 3,65 2,85 Jumlah Aktiva Lancar 3,66 2,88 Aktiva Tetap Setelah Dikurangi Akumulasi Penyusutan 0,29 0,30
Aktiva Lain-Lain 13,14 16,31 Jumlah Aktiva 100 100 PASSIVA Kewajiban Kepada Pemegang Polis Kewajiban manfaat polis masa depan 92,25 93,52 Utang klim 1,01 1,84 Jumlah kewajiban kepada pemegang polis 93,26 95,36 Kewajiban jangka pendek 0,77 0,39 Kewajiban jangka panjang 0,03 0,03 Kepentingan minoritas 0,04 0,05 Ekuitas 5,90 4,17 Jumlah kewajiban dan ekuitas 100 100
Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) tahun 2005 (diolah)
Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa aktiva investasi
perusahaan memiliki proporsi yang paling besar dari
keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dengan nilai
mencapai 82,91%. Besarnya komposisi aktiva investasi
tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan usahanya
perusahaan lebih cenderung untuk mengalokasikan dananya
pada kegiatan investasi sehingga aktiva lain yang ada dalam
perusahaan relatif kecil dengan hanya mencapai sebesar
17,09% dari keseluruhan aktiva perusahaan.
Komposisi kelompok pasiva perusahaan didominasi oleh
kewajiban kepada pemegang polis dengan nilai mencapai
93,26% dari keseluruhan pasiva perusahaan. Angka ini
menunjukkan bahwa kewajiban utama perusahaan terletak pada
tanggung jawab perusahaan kepada peserta program asuransi.
Pos (akun) lain yang signifikan terhadap komposisi struktur
pasiva dalam neraca perusahaan ialah modal. Melalui tabel
tersebut dapat dilihat bahwa komposisi modal menempati
urutan kedua terbesar dengan nilai mencapai 5,9% dari
keseluruhan pasiva perusahaan. Analisa menyeluruh dari
81
metode analisa ini menggambarkan bahwa pembiayaan aktiva
perusahaan lebih banyak menggunakan sumber dana yang
berasal dari kewajiban kepada pemegang polis.
• Komposisi laporan rugi laba
Analisa persentase per komponen yang dilakukan terhadap
laporan rugi laba perusahaan bertujuan untuk menunjukkan
jumlah atau persentase dari penjualan (pendapatan) yang
diserap tiap-tiap pos biaya dan juga menunjukkan persentase
yang masih tersedia sebagai laba (profit) yang diperoleh
perusahaan. Hasil analisa persentase per komponen terhadap
laporan rugi laba perusahaan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 9. Analisa persentase per komponen terhadap laporan rugi laba program tabungan hari tua PT TASPEN (Persero)
Uraian 2005 (%) 2004 (%) PENDAPATAN Pendapatan Iuran 51,40 52,95 Hasil Investasi 44,87 42,86 Fee penyelenggaraan pensiun 3,11 3,45 Pendapatan Lain-Lain 0,62 0,73 Jumlah Pendapatan 100 100 Beban Manfaat santunan 37,41 43,27 Kenaikan Manfaat Polis Masa Depan 42,99 43,10 Pemenuhan Kekurangan Pendanaan - - Beban Umum Dan Administrasi 8,65 8,47 Jumlah Beban 89,05 94,84 Laba Sebelum PPH Badan 10,95 5,16 PPH 0,005 0,005 Laba setelah pajak 10,94 5,15 Kepentingan minoritas 0,01 0,01 Laba bersih 10,93 5,14
Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 (diolah)
Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa proporsi masing-
masing sumber pendapatan perusahaan dapat dilihat secara
berturut-turut sebagai berikut : pendapatan iuran, hasil
investasi, fee penyelenggaraan pensiun dan pendapatan lain-
lain dengan besar proporsi masing-masing 51,40%, 44,87%,
82
3,11% dan 0,62%. Dari informasi tersebut, menunjukkan
bahwa pendapatan iuran (premi) merupakan sember
pendapatan terbesar yang diperoleh perusahaan (pendapatan
utama) dan pendapatan investasi merupakan sumber
pendapatan kedua perusahaan.
Komposisi yang ditunjukkan oleh proporsi beban sebagai
penyerap unsur pendapatan memperlihatkan bahwa beban
manfaat santunan dan beban kenaikan manfaat polis masa
depan sebagai unsur penyerap utama. Hal tersebut ditunjukkan
dengan nilai dari komposisi manfaat santunan sebesar 37,41%
dan komposisi kenaikan manfaat polis masa depan sebesar
42,99% dari keseluruhan pendapatan yang dihasilkan
perusahaan. Secara keseluruhan kedua komposisi beban
tersebut dapat menyerap pendapatan perusahaan sampai
sebesar 80,4%.
Laba bersih yang dihasilkan perusahaan pada tahun 2005
mencapai sebesar 10,93%. Angka ini menunjukkan nilai yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan laba bersih yang
dihasilkan perusahaan pada tahun 2004 yang sebesar 5,14%.
Komposisi yang ditunjukkan oleh proporsi pos pengurang
sebagai unsur penyerap pos (akun) penambahan aktiva bersih
memperlihatkan bahwa proporsi pengurang aktiva bersih
mencapai sebesar 101,47%, dimana jumlah nilai tersebut
melebihi jumlah nilai penambahan aktiva bersih (yang
ditetapkan sebagai angka dasar dengan nilai sebesar 100%).
Hal ini mengakibatkan jumlah aktiva bersih pada akhir periode
sebesar 48,16% mengalami penurunan apabila dibandingkan
aktiva bersih pada awal periode tahun 2005 yang sebesar
50,18%.
4.9.3. Analisa Du Pont
Analisa Du Pont merupakan sistem rasio keuangan yang
dirancang untuk menyelidiki determinan rasio pengembalian
83
ekuitas pemegang saham dan pengembalian aktiva. Dengan
menggunakan analisa Du Pont tersebut dapat diperoleh gambaran
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
pengembalian ekuitas perusahaan serta hubungan antara margin
laba bersih, perputaran aktiva dan rasio utang. Penilaian terhadap
tingkat pengembalian ekuitas (ROE) dilakukan untuk melihat
efektifitas pengelolaan aktiva perusahaan dalam memaksimumkan
tingkat pengembalian bagi para pemegang saham.
Analisa terhadap nilai ROE perusahaan dapat dilakukan
dengan melakukan analisa terhadap komponen-komponen
penyusun ROE. Melalui rasio-rasio keuangan yang telah digunakan
dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dapat diketahui pada
tabel berikut :
Tabel 10. Komponen rasio tingkat pengembalian ekuitas (ROE) PT TASPEN (Persero)
Uraian 2005
(%)
2004
(%)
% Naik
(Turun) ROA 2,2 1,06 107,55
1 – Rasio Utang 5,9 4,17 41,49
ROE 37,24 25,45 46,33
Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai tingkat
pengembalian atas aktiva (ROA) perusahaan mencapai 2,2% pada
tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 107,55% dari tahun
sebelumnya yang sebesar 1,06%. Rasio utang pada tahun 2005
mengalami penurunan sebesar 1,81% dari sebesar 95,83% pada
tahun 2004 menjadi sebesar 94,1%. Dari hal tersebut, dapat
diketahui bahwa nilai tingkat pengembalian atas aktiva (ROA)
mempunyai hubungan lurus terhadap nilai ROE, dimana
peningkatan nilai pada ROA dapat menyebabkan meningkatnya
nilai ROE.
Rasio utang sebagai salah satu komponen penentu ROE
juga mempunyai hubungan lurus terhadap nilai ROE. Dalam hal
84
ini, penjelasan secara matematis digunakan untuk menerangkan
hubungan rasio utang tersebut terhadap ROE. Pada dasarnya rasio
utang yang digunakan dalam analisa Du Pont secara matematis
merupakan faktor yang membagi nilai ROA untuk menentukan
besarnya nilai ROE. Semakin kecil faktor pembagi tersebut akan
didapatkan nilai ROE yang semakin besar dan sebaliknya. Dengan
kata lain, untuk memaksimumkan nilai ROE diperlukan faktor
pembagi (yang berupa 1 – rasio utang) dengan nilai yang
minimum. Nilai yang minimum dari 1 – rasio utang tersebut dapat
dicapai dengan memaksimumkan nilai rasio utang.
Secara keseluruhan, tingkat pengembalian ekuitas
perusahaan mengalami kenaikan dari 25,45% pada tahun 2004
menjadi sebesar 37,24% atau naik sebesar 46,33%. Penurunan nilai
rasio utang sebesar 1,81% secara signifikan tidak menyebabkan
penurunan terhadap nilai ROE dikarenakan proporsi penurunan
tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan proporsi kenaikan
nilai ROA.
Meningkatnya nilai ROA dapat dianalisa dari komponen-
komponen penyusunnya. Pada tabel berikut ini akan disajikan
komponen penyusun ROA.
Tabel 11. Komponen rasio tingkat pengembalian aktiva (ROA) PT TASPEN (Persero)
Uraian 2005
2004
% Naik
(Turun) Margin laba bersih 10,93 % 5,14 % 112,65
Perputaran total aktiva 0,2 kali 0,21 kali (4,76)
ROA 2,2 % 1,06 % 107,55
Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui pada tahun 2005
margin laba bersih mengalami peningkatan sebesar 112,65% dari
tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan karena pendapatan
yang dihasilkan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 8,83%
yang diikuti dengan naiknya total beban perusahaan sebesar 2,18%.
85
Dengan proporsi kenaikan pendapatan yang lebih besar apabila
dibandingkan dengan proporsi kenaikan total beban perusahaan
tersebut maka margin laba bersih mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Komponen margin laba bersih PT TASPEN (Persero)
Uraian 2005
(miliar rupiah)
2004
(miliar rupiah)
% Naik
(Turun) Pendapatan 3.493,21 3.209,90 8,83
Total Beban 3.111,45 3.044,97 2,18
Margin laba bersih 10,93% 5,14% 112,65
Perputaran total aktiva pada tahun 2005 mengalami
penurunan sebesar 4,76% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini
disebabkan kenaikan pendapatan yang diperoleh perusahaan
sebesar 8,83% diikuti dengan kenaikan total aktiva perusahaan
sebesar 11,85%. Proporsi kenaikan total aktiva yang lebih besar
bila dibandingkan dengan proporsi kenaikan pendapatan tersebut
secara signifikan menyebabkan rasio perputaran total aktiva
mengalami penurunan. Pada tabel 13 dapat dilihat komponen rasio
perputaran total aktiva.
Tabel 13. Komponen rasio perputaran total aktiva PT TASPEN (Persero)
Uraian 2005
(miliar rupiah)
2004
(miliar rupiah)
% Naik
(Turun) Pendapatan 3.493,21 3.209,90 8,83
Total aktiva 17.381,37 15.540,47 11,85 Perputaran total aktiva 0,2 kali 0,21 kali (4,76)
Dari hasil analisa Du Pont yang dilakukan, secara
keseluruhan menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam
meningkatkan nilai pengembalian atas ekuitas (ROI) dan
pengembalian atas aktiva (ROA) perusahaan.
86
Dibagi Dibagi
Dikurangi
Dibagi
Dibagi
Gambar 5. Analisa Du Pont Pada PT TASPEN (Persero)
Tingkat pengembalian aktiva (ROA)
2,2%1 -
aktivaTotalutangTotal
0,059
Marjin laba bersih 10,93%
Perputaran total aktiva 0,2 kali
Laba bersih Rp 381,76 M
Pendapatan Rp 3.493,21 M
Pendapatan Rp 3.493,21 M
Total aktiva Rp 17.381,37 M
Pendapatan Rp 3.493,21 M
Total biaya Rp 3.111,45 M
Manfaat santunan Rp 1.306,84 M
Kenaikan manfaat polis masa depan Rp 1.501,72 M
Beban umum dan administrasi Rp 302,31 M
Pajak Rp 0,17 M
Kepentingan minoritas
Rp 0,41 M
Dikali
Aktiva lancar Rp 635,94 M
Aktiva tetap Rp 50,30 M
Aktiva lain Rp 2.283,40 M
Kas,bank dan giro Rp 1,16
Deposito berjangka Rp 31,36 M
Piutang lancar Rp 592,2 M
Biaya dibayar dimuka Rp 11,21 M
Tingkat pengembalian ekuitas (ROE)
37,24%
Investasi Rp 14.411,73 M
Deposito Rp 3.737,46 M
Obligasi Rp 10.574,56 M
Investasi lainnya Rp 99,71 M
87
4.9.4. Analisa Altman Z Score
Analisa Altman Z Score merupakan suatu model analisa
keuangan yang digunakan untuk menentukan potensi atau
kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Analisa Z score
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D
dimana,
Z = nilai hasil perhitungan
A = modal kerja / Total Aktiva
B = Saldo Laba / Total Aktiva
C = Return on Investment (ROI)
D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban
Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah :
• Jika nilai Z > 2,6 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi
sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari ancaman
kebangkrutan.
• Jika nilai Z diantara 1,1 dan 2,6 artinya perusahaan mempunyai
peluang besar berada pada ambang kebangkrutan.
• Jika nilai Z < 1,1 artinya perusahaan berpeluang besar untuk
segera mengalami kebangkrutan.
Z Score yang diperoleh dari hasil perhitungan ialah sebesar
0,54 (dapat dilihat pada lampiran 8). Berdasarkan kriteria penilaian
Z Score untuk model ini dapat diketahui bahwa perusahaan
berpeluang besar untuk segera mengalami kebangkrutan. Akan
tetapi, rendahnya nilai Z Score tersebut dapat juga diinterpretasi
bahwa ruang lingkup kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan,
dalam hal ini di bidang asuransi sosial, dapat menyebabkan metode
analisa Z Score yang digunakan tidak secara signifikan
menunjukkan kenyataan yang terjadi dalam perusahaan. Hal ini
dapat dilihat secara menyeluruh dari komposisi penyusun laporan
keuangan perusahaan dan model analisa lain yang digunakan
dalam penelitian ini yang menunjukkan tanda-tanda sebaliknya.
88
Hal lain yang dapat digunakan untuk memperkuat bahwa
hasil analisa Z Score tersebut tidak signifikan adalah kewajiban
perusahaan terutama yang berupa kewajiban kepada pemegang
polis dapat dijamin dengan baik oleh keseluruhan aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan. Disamping itu, keberhasilan perusahaan
dalam meningkatkan keuntungan (laba), tingkat pengembalian
aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas dari tahun sebelumnya
juga mengindikasikan hal yang serupa.
BAB V
KESIMPULAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT TASPEN (Persero)
mengelola produk asuransi yang berupa program tabungan hari tua
(THT) dan program pensiun. Pengembangan program tabungan hari
tua berupa asuransi multiguna dan ekaguna sejahtera.
2. Sumber pendapatan utama program tabungan hari tua berasal dari
pembayaran premi dan hasil dari kegiatan investasi (pendapatan
investasi). Melalui pengembangan produk tabungan hari tua
perusahaan memperoleh pendapatan premi sebesar Rp 27,28 miliar.
3. Pengelolaan dana dalam aktivitas investasi dilakukan dalam bentuk
deposito, obligasi dan investasi lainnya yang meliputi medium term
notes, saham, dan investasi (penyertaan) langsung. Deposito
ditempatkan pada bank-bank pemerintah dan Bank Pembangunan
Daerah (BPD), obligasi merupakan obligasi-obligasi yang dikeluarkan
oleh pemerintah, BUMN dan perusahaan swasta nasional (PSN). Dari
keseluruhan nilai investasi perusahan untuk program tabungan hari tua,
deposito mencapai 25,93%, obligasi mencapai 73,37%, dan investasi
lainnya mencapai 0,69% yaitu deposito sebesar Rp 3.737,46 miliar,
obligasi sebesar Rp 10.574,56 miliar dan investasi selain deposito dan
obligasi sebesar Rp 99,71 miliar.
4. Hasil rasio keuangan menunjukkan (1) Tingkat likuiditas perusahaan
cukup likuid. (2) Tingkat aktivitas perusahaan relatif rendah
dikarenakan besarnya aktiva perusahaan yang digunakan untuk
menjamin kewajiban kepada pemegang polis. (3) Tingkat solvabilitas
perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan secara keseluruhan dapat
menjamin kewajiban yang ada dengan baik. (4) Tingkat profitabilitas
perusahaan dinilai cukup baik dimana pencapaian laba bersih
mengalami peningkatan sebesar 112,65%.
90
5. Hasil analisa persentase per komponen menunjukkan komposisi aktiva
pada neraca sangat didominasi oleh aktiva investasi sedangkan
komposisi pasivanya didominasi oleh kewajiban kepada pemegang
polis. Selain itu komponen beban manfaat santunan dan kewajiban
manfaat polis masa depan merupakan komponen pengurang terbesar
terhadap pendapatan yang dihasilkan.
6. Hasil analisa Du Pont menunjukkan kinerja perusahaan dinilai cukup
baik. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian tingkat pengembalian
ekuitas sebesar 37,24%.
7. Hasil analisa Altman Z Score yang dilakukan menunjukkan bahwa
analisa Z Score tidak secara signifikan menunjukkan keadaan
perusahaan secara nyata. Hal ini dapat dilihat bahwa ruang lingkup
kegiatan usaha perusahaan dapat menyebabkan tidak signifikannnya
analisa tersebut. Melalui hasil analisa lain yang digunakan dalam
penelitian ini juga menunjukkan hal yang serupa.
5.2. SARAN
1. Perusahaan sebaiknya memikirkan pengembangan-pengembangan dari
produk asuransi yang dikelola dengan tidak melupakan unsur
penciptaan nilai tambah yang dihasilkan.
2. Kegiatan pengelolan dana dalam kegiatan investasi sebaiknya tidak
hanya dititikberatkan dalam bentuk obligasi melainkan melakukan
diversifikasi terhadap portofolio investasi. Hal tersebut diharapkan
agar tingkat pengembalian portofolio yang dihasilkan paling optimal
dengan tingkat risiko yang masih dapat diterima.
3. Adanya keterbatasan dalam penelitian mengenai tingkat efektifitas
pengelolaan dana perusahaan dapat dijadikan suatu bahan
pertimbangan bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Achdiyat, D. 1990. Prinsip-Prinsip Aktuaria Asuransi Jiwa. Gunadarma. Jakarta
Bapepam. 2005. Studi Tentang Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik.
Jurnal. Jakarta. http://www.bapepam.com
Fabozzi, F. J. 1999. Manajemen Investasi. Salemba Embat. Jakarta
Hasyimi, A. 1982. Manajemen Asuransi. Balai Aksara. Jakarta
Keown, A. J. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi
kesembilan, Jilid 1. PT INDEKS kelompok GRAMEDIA. Jakarta
___________ 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi ketujuh. Jilid 1.
Salemba Empat. Jakarta
Laporan Manajemen Program Pensiun PT TASPEN (Persero) Untuk Periode
Yang berakhir Pada 31 Maret 2001
Laporan Manajemen Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) Tahun
2001
Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta
Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Nugroho, A. 2005. Analisis Portofolio Optimal Pada PT Askes (Persero). Skripsi
pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor
Nurhasanah, W. 2005. Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengevaluasi Kinerja PT
(Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor
Nursaw, W. G. 1976. Principles of Pension Fund Invesment. 2nd edition.
Hutchinson & Co Ltd. London
Perwira, D. 2006. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Melalui Sistem Jaminan
Sosial : Pengalaman Indonesia. Jurnal. Lembaga Penelitian SMERU.
92
Jakarta. http://www.pbhi.or.id/content.php?id=204&id_tit=2 [November
2006]
Soediyono. 1991. Analisis Laporan Keuangan : Analisis Rasio. Liberty.
Yogyakarta
Setiati, M. 2004. Analisa Kinerja Keuangan PT Jaya Teknik Indonesia Periode
1999-2003. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor
Takeuchi, S. 1995. Life Insurance and Law. Incorporated Foundation Oriental
Life Insurance Cultural Deveploment Center. Tokyo
Umar, H. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Yoshida, A. 1995. Issues on Life Insurance Contracts and Policy Conditions.
Incorporated Foundation Oriental Life Insurance Cultural Deveploment
Center. Tokyo
93
Lampiran 1. Struktur organisasi PT TASPEN (Persero) DIREKTUR
UTAMA
DIREKTUR OPERASI
DIREKTUR SDM
DIREKTUR KEUANGAN
DIVISI INVESTASI
DIVISI PERBENDAHARAAN
DIVISI ANGGARAN DAN AKUNTANSI
DIVISI PERSONALIA
DIVISI UMUM
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
DIVISI PELAYANAN
DIVISI PEMASARAN
PUSTEKSI
KCU/KC
SEKRETARIS PERUSAHAAN
SATUAN PENGAWASAN
INTERN
94
Lampiran 2. Kantor cabang PT TASPEN (Persero) di Indonesia
KANTOR CABANG DI SELURUH INDONESIA
Kantor Pusat / Head Office
Jl. Letjen Soeprapto – Cempaka Putih, Jakarta 10520 – Indonesia
Telp. (6221) 424 1808 – Fax. (6221) 420 3809
1. Kantor Cabang Utama Medan
2. Kantor Cabang Banda Aceh
3. Kantor Cabang Pematang Siantar
4. Kantor Cabang Pekanbaru
5. Kantor Cabang Padang
6. Kantor Cabang Bukittinggi
7. Kantor Cabang Jambi
8. Kantor Cabang Bandar Lampung
9. Kantor Cabang Palembang
10. Kantor Cabang Bengkulu
11. Kantor Cabang Utama DKI Jakarta
12. Kantor Cabang Utama Bandung
13. Kantor Cabang Bogor
14. Kantor Cabang Tasikmalaya
15. Kantor Cabang Cirebon
16. Kantor Cabang Serang
17. Kantor Cabang Utama Semarang
18. Kantor Cabang Purwokerto
19. Kantor Cabang Surakarta
20. Kantor Cabang Jogyakarta
21. Kantor Cabang Pekalongan
22. Kantor Cabang Utama Surabaya
23. Kantor Cabang Malang
24. Kantor Cabang Madiun
25. Kantor Cabang Kediri
26. Kantor Cabang Jember
27. Kantor Cabang Pontianak
28. Kantor Cabang Palangkaraya
29. Kantor Cabang Pangkal Pinang
30. Kantor Cabang Banjarmasin
31. Kantor Cabang Samarinda
32. Kantor Cabang Utama Denpasar
33. Kantor Cabang Mataram
34. Kantor Cabang Kupang
35. Kantor Cabang Utama Makasar
36. Kantor Cabang Manado
37. Kantor Cabang Palu
38. Kantor Cabang Kendari
39. Kantor Cabang Gorontalo
40. Kantor Cabang Ambon
41. Kantor Cabang Ternate
42. Kantor Cabang Jayapura
95
Lampiran 3. Ikhtisar peserta aktif dan penerima pensiun 2001-2005
Uraian 2005 2004 2003 2002 2001
Peserta aktif
PNS 3.717.390 3.694.151 3.799.910 3.824.053 3.845.227
BUMN 130.804 129.718 133.420 137.103 143.750
Multuguna & Ekaguna 31.648 31.590 33.296 33.698 32.038
Jumlah 3.879.842 3.855.459 3.966.626 3.994.854 4.021.015
Penerima Pensiun
PNS 1.451.956 1.399.354 1.346.602 1.299.400 1.249.674
TNI/POLRI 302.269 313.329 323.507 333.194 342.003
Pejabat Pemerintah 5.141 4.790 4.729 4.731 4.704
Veteran 185.838 191.287 198.602 202.628 206.151
Perintis Kemerdekaan RI 1.804 1.847 1.910 2.029 2.174
PNS Ex.Pegadaian 1.198 - - - -
Jumlah 1.948.206 1.910.607 1.875.350 1.841.982 1.804.706
BUMN - - 7.533 6.587 5.592
Jumlah 1.948.206 1.910.607 1.882.883 1.848.569 1.810.298
96
Lampiran 4. Produktivitas karyawan terhadap peserta dan penerima pensiun
Uraian 2005 2004
Jumlah Pegawai 2.031 2.071
Jumlah Peserta Aktif 3.879.842 3.855.459
Jumlah Penerima Pensiun 1.948.206 1.910.607
Jumlah Peserta Aktif dan Penerima Pensiun 5.828.048 5.766.066
Produktivitas Karyawan terhadap Peserta Aktif dan Penerima
Pensiun 2.870 2.784
97
Lampiran 5. Kebijakan pemberian manfaat program bagi peserta
2. Manfaat program asuransi Tabungan Hari tua (THT)
• Hak Asuransi THT (Tabungan Hari Tua)
Berhenti Karena Pensiun
Hak yang diperoleh :
( 0,60 x Masa Iuran 1 x Gaji Terakhir 1) + ((0.60 x Masa Iuran 2 x (Gaji
Terakhir 2 – Gaji terakhir 1))
o Masa iuran 1 dihitung sejak menjadi Calon Pegawai hingga 31
Desember 2000.
o Masa iuran 2 dihitung sejak 1 Januari 2001 hingga berhenti karena
pensiun.
o Gaji Terakhir 1 = Gaji pokok + tunjangan keluarga sebelum 1 Januari
2001
o Gaji Terakhir 2 = Gaji pokok + tunjangan keluarga terakhir
Berhenti Karena Meninggal Dunia
Hak yang diperoleh :
(0,60 x Y1 x Gaji Terakhir 1) + (0.60 x Y2 x (Gaji Terakhir 2 – Gaji
Terakhir 1))
o Y1 dihitung selisih antara usia pensiun (56) dengan usia menjadi
peserta.
o Y2 dihitung selisih antara usia pensiun (56) dengan usia pada 1 Januari
2001.
o Gaji Terakhir 1 = Gaji pokok + tunjangan keluarga sebelum 1 Januari
2001
Gaji Terakhir 2 = Gaji pokok + tunjangan keluarga terakhir
• Hak Asuransi Kematian
Peserta Meninggal Dunia
Hak Asuransi Kematian adalah 2 x Gaji terakhir.
Istri/Suami Peserta Meninggal Dunia
o Hak Asuransi Kematian adalah 1,5 x Gaji terakhir (meninggal sebelum
1 Januari 2001).
98
Lanjutan lampiran 5.
o Hak Asuransi Kematian adalah 1,75 x Gaji terakhir (meninggal mulai
1 Januari 2001).
Anak Peserta Meninggal Dunia
o Hak Asuransi Kematian adalah 0,75 x Gaji terakhir (meninggal
sebelum 1 Januari 2001).
o Hak Asuransi Kematian adalah 0,75 x Gaji terakhir (meninggal mulai
1 Januari 2001).
• Hak Nilai Tunai
Berhenti Karena Sebab-sebab Lain Sebelum Mencapai Usia Pensiun
(keluar)
Hak yang diperoleh :
Tabel Nilai Faktor (tergabung masa iuran) 1 x Gaji Terakhir 1 + Tabel
Nilai Faktor (tergabung masa iuran) 2 x Gaji Terakhir 2
3. Manfaat program pensiun
• Pensiun
Besarnya pensiun pokok ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat
Keputusan Pensiun dengan besaran sebagai berikut : 2,5% dikalikan gaji
pokok terakhir.
• Uang Duka Wafat (UDW)
o UDW untuk isteri/suami karena pensiunan meninggal dunia sebesar 3
kali penghasilan.
o UDW untuk isteri/suami karena penerima tunjangan veteran meninggal
dunia sebesar Rp.300.000,-
o UDW untuk ahli waris karena janda/duda penerima tunjangan veteran
meningal dunia sebesar Rp. 200.000,-
o Jika pensiunan menerima lebih dari satu pensiun, UDW hanya
diberikan dari salah satu jenis pensiun yang menguntungkan bagi
penerima.
99
Lampiran 6. Laporan keuangan program tabungan hari tua PT TASPEN (Persero) tahun 2005 dan 2004
LAPORAN KEUANGAN
PROGRAM TABUNGAN HARI TUA
PT TASPEN (Persero)
Neraca Konsolidasi Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 AKTIVA Investasi Deposito 3.737,46 3.345,60 Obligasi 10.574,56 9.146,85 Investasi lainnya 99,71 18,69 Jumlah Investasi 14.411,73 12.511,14 Aktiva Lancar Kas, Bank Dan Giro 1,16 4,06 Aktiva lainnya 634,78 443,23 Jumlah Aktiva Lancar 635,94 447,29 Aktiva Tetap Setelah Dikurangi Akumulasi Penyusutan 50,30 47,13
Aktiva lain-lain 2.283,40 2.534,91 Jumlah Aktiva 17.381,37 15.540,47 PASIVA Kewajiban kepada Pemegang Polis Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan 16.035,10 14.533,37 Utang Klaim 174,84 286,62 Jumlah Kewajiban kepada Pemegang Polis 16.209,94 14.819,99 Kewajiban Jangka Pendek 134,02 60,89 Kewajiban Jangka Panjang 4,80 4,33 Kepentingan Minoritas 7,36 7,15 EKUITAS 1.025,25 648,11 Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas 17.381,37 15.540,47
100
Laporan Laba Rugi Konsolidasi Untuk Periode Yang Berakhir Pada 31 Desember
2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 PENDAPATAN Pendapatan Iuran 1.795,42 1.699,77 Hasil Investasi 1.567,54 1.375,87 Fee Penyelenggaraan Pensiun 108,51 110,86 Pendapatan lain-lain 21,74 23,40 Jumlah Pendapatan 3.493,21 3.209,90 BEBAN Manfaat Santunan 1.306,84 1.388,99 Kenaikan Manfaat Polis Masa Depan 1.501,72 1.383,53 Pemenuhan Kekurangan Pendanaan - - Beban Umum Dan Administrasi 302,31 271,86 Jumlah Beban 3.110,87 3.044,38 Laba Sebelum PPH Badan 382,34 165,52 PPH (0,17) (0,16) Laba Setelah Pajak 382,17 165,36 Kepentingan Minoritas (0,41) (0,43) Laba Bersih 381,76 164,93
Laporan Arus Kas Konsolidasi Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Laba Bersih Sebelum Kepentingan Minoritas 382,17 165,36 Laba Operasi Sebelum Modal Kerja 1.894,93 1.559,74 Penurunan (Kenaikan) Aktiva 59,56 (1.946,33) Kenaikan (Penurunan) Kewajiban (38,16) 2.136,33 Kenaikan (Penurunan) Ekuitas (4,83) (41,26) Arus Kas dari Kegiatan Operasi 1.911,91 1.708,47 ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI (1.914,81) (1.706,66) Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Dan Setara Kas (2,90) 1,81 Kas dan Setara Kas Pada Awal Periode 4,06 2,25 Kas dan Setara Kas Pada Akhir Periode 1,16 4,06
101
Ikhtisar Alokasi Deposito Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2.005 2004 PT BANK RAKYAT INDONESIA 316,35 261,40 PT BANK MANDIRI Cempaka Putih 1.420,91 1.230,05 PT BANK MANDIRI Jatinegara 10,35 0,00 PT BANK MANDIRI Cikini 25,00 0,00 PT BANK MANDIRI Gambir 831,65 584,70 PT BANK MANDIRI Pasar Baru 7,90 0,00 PT BANK MANDIRI Tanah Abang 25,00 0,00 PT BANK MANDIRI Tanjung Priuk 100,00 0,00 PT BANK TABUNGAN NEGARA 485,10 849,10 PT BANK NEGARA INDONESIA 277,30 265,65 BANK PEMBANGUNAN DAERAH 169,40 118,20 BTPN 10,00 10,00 BANK MUAMALAT 25,00 0,00 BANK KESEJAHTERAAN 33,50 26,50 Jumlah 3.737,46 3.345,60
Ikhtisar Investasi Lain Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 Medium Term Notes - - Saham Trading 97,25 15,93 Saham Yang Tersedia Untuk Dijual 1,78 2,08 Investasi Langsung 0,68 0.68 Jumlah 99,71 18.69
102
Ikhtisar Aktiva Lancar Lainnya Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 Kas, Bank Dan Giro Pos 1,16 4,06 Deposito Berjangka 31,36 28,31 Piutang Premi Dan Iuran 45,97 22,07 Piutang Usaha 1,70 0,91 Piutang kepada Dana Pensiun 293,30 184,88 Piutang Hasil Investasi 245,06 193,55 Piutang lain-lain 2,84 2,08 Biaya Dibayar Dimuka 11,21 8,41 Piutang kepada Pemberi Kerja 3,33 2,98 Jumlah 635,94 447,29
Catatan
Deposito berjangka merupakan penanaman jangka pendek yang dilakukan oleh
PT Arthaloka Indonesia, masing-masing terdiri dari deposito berjangka valuta
asing (US$) dan Rupiah dengan jangka waktu 1 bulan sampai dengan 3 bulan.
Piutang usaha merupakan piutang usaha PT Arthaloka Indonesia per 31 Desember
2005. piutang kepada dana pensiun adalah tagihan fee atas penyelenggaraan
program PNS oleh PT TASPEN (Persero). Piutang hasil investasi merupakan
pendapatan hasil investasi tahun yang realisasinya baru akan diterima setelah 31
Desember 2005.
Piutang lain-lain merupakan tagihan kepada pihak ketiga yang antara lain kepada
pegawai dan tagihan lainnya.
Biaya dibayar dimuka adalah biaya sewa kontrak rumah yang dibayarkan kepada
pegawai yang pembebanannya belum jatuh tempo.
Piutang kepada pemberi kerja merupakan Past Service Liability (kekurangan
pendanaan) sebagai akibat perubahan gaji pokok pegawai Perum Damri, PT
Garam, PT Perhutani dan PT Pos Indonesia.
103
Ikhtisar Ativa Tetap Per 31 Desember 2005 Dan 2004
Nilai Tercatat Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah
2005 Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo
Akhir Nilai Buku
Tanah 6,90 - - 6,90 6,45 Bangunan 22,85 1,35 - 24,20 14,01 Mesin Kantor - - - - - Kendaraan 23,29 5,68 0,10 28,87 11,37 Komputer 42,92 4,07 7,26 39,73 7,29 Inventaris Kantor 26,30 2,50 - 28,80 11,19
Jumlah 122,26 13,60 7,36 128,50 50,31
Akumulasi Penyusutan Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah
2005 Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Tanah 0,38 0,07 - 0,45 Bangunan 8,89 1,35 0,05 10,19 Mesin kantor - - - - Kendaraan 14,41 3,20 0,11 17,50 Komputer 36,19 3,51 7,26 32,44 Inventaris Kantor 15,26 2,44 0,09 17,61
Jumlah 75,13 10,57 7,51 78,19
Nilai Tercatat Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah
2004 Sldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo
Akhir Nilai Buku
Tanah 6,90 - - 6,90 6,52 Bangunan 17,99 4,86 - 22,85 13,96 Mesin Kantor 9,91 1,22 - 11,13 5,85 Kendaraan 19,70 3,88 0,29 23,29 8,88 Komputer 40,04 2,89 - 42,93 6,73 Inventaris Kantor 13,22 1,96 0,01 15,17 5,20
Jumlah 107,76 14,81 0,30 122,27 47,13
104
Akumulasi Penyusutan Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah
2004 Saldo awal Penambahan Pengurangan Saldo akhir Tanah 0,34 0,04 - 0,38 Bangunan 7,96 0,93 - 8,89 Mesin kantor 4,68 0,61 - 5,28 Kendaraan 11,39 3,28 0,26 14,41 Komputer 31,92 4,26 - 36,19 Inventaris Kantor 7,99 1,99 0,01 9,98
Jumlah 64,29 11,12 0,27 75,13
Ikhtisar Aktiva Lain-Lain Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 Piutang Unfunded Liability 2.243,30 2.493,48 Aktiva Dalam Penyelesaian 29,95 30,20 Piutang Past Service Liability 5,60 8,59 Uang Jaminan / Setoran DAI 0,02 0,02 Persediaan 0,35 0,42 Biaya Ditangguhkan 4,18 2,20 Jumlah 2.283,40 2.534,91
Catatan
Piutang Unfended Liability merupakan tagihan kepada pemerintah atas kekurangan
pendanaan yang timbul sebagai dampak kenaikan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sesuai peraturan pemerintah Nomor 26 tahun 2001 tanggal 18 Mei 2001 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2003 tanggal 17 Februari 2003 dan akibat
perubahan formula manfaat THT berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor :
500 dan 501/KMK.06/2004. Pada tahun 2005 pemerintah mulai memberikan
penggantian Unfunded Liability secara cicilan sebesar Rp 250,10 miliar, sehingga
besar piutang Unfended Liability menjadi Rp 2.243,30 miliar.
Aktiva dalam penyelesaian merupakan aktiva dalam penyelesaian milik PT TASPEN
(Persero) dan PT Arthaloka Indonesia per 31 Desember 2005 dan 2004.
105
Piutang Past Service Liability merupakan PSL peserta BUMN yang timbul akibat
kenaikan gaji pokok pegawai per 31 Desember 2005 dan 2004 yang akan dicicil
setelah tahun 2006.
Uang jaminan/Setoran Dana Asuransi Indonesia (DAI) merupakan jaminan telepon,
iuran DAI dan jaminan PLN Kantor Cabang.
Ikhtisar Kewajiban Kepada Pemegang Polis Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan 16.035,10 14.533,37 Hutang Klaim 174,84 286,62 Jumlah 16.209,94 14.819,99
Ikhtisar Kewajiban Jangka Pendek Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 Utang Pembelian/Pemborongan 4,28 1,74 Biaya Yang Masih Harus Dibayar 60,80 41,73 Pendapatan Diterima Dimuka 60,48 3,78 Utang Pajak 4,56 6,30 Utang kepada Dana Pensiun TASPEN 1,15 3,97 Kewajiban lainnya 2,75 3,37 Jumlah 134,02 60,89
Ikhtisar Kewajiban Jangka Panjang Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 Telepon Deposit 0.94 0.82 Security Deposit 3.86 3.51 Jumlah 4.80 4.33
106
Iktisar Ekuitas Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 Modal Saham 12,50 12,50 Kenaikan (Penurunan) Nilai Saham (3,19) (3,72) Cadangan Umum 27,59 28,51 Cadangan Tujuan 606,59 445,89 Laba Tahun Berjalan 381,76 164,93 Jumlah 1.025,25 648,11
Ikhtisar Pendapatan Lain-lain Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 Pendapatan Sewa dan Service Charge 9,65 16,60 Pendapatan Usaha lainnya 7,31 0,05 Bunga Deposito 2,28 2,43 Jasa Giro 0,24 0,22 Sewa Ruangan Kantor/Rumah Instansi 0,28 0,10 Pendapatan diluar usaha lainnya (PT TASPEN) 0,19 2,13 Pendapatan diluar usaha lainnya (PT Arthaloka) 1,60 1,85 Laba(Rugi) penjualan Aktiva tetap 0,19 0,02 Jumlah Pendapatan Lain-Lain 21,74 23,40
Ikhtisar Kenaikan (Penurunan) Manfaat Polis Masa Depan Per 31 Desember 2005
Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 THT Dwiguna 1.324,72 1.203,82 THT Kematian 130,63 135,46 Multiguna dan Ekaguna Sejahtera 46,37 44,25 Jumlah 1.501,72 1.383,53
Ikhtisar Manfaat Santunan Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 THT Dwiguna 1.162,47 1.240,57 THT Kematian 119,74 125,69 Multiguna dan Ekaguna Sejahtera 24,62 22,72 Jumlah 1.306,83 1.388,98
107
Ikhtisar Beban Umum Dan Administrasi Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 PT TASPEN (Persero) Beban Pegawai 156,73 143,26 Beban Jaminan Sosial 66,27 59,39 Beban Umum 48,78 40,83 Beban Pengolahan Data Elektronik 5,25 2,63 Beban Penyesuaian 8,78 9,34 Sub Jumlah 285,81 255,47 PT ARTHALOKA INDONESIA Beban Pelayanan dan Keamanan 0,262 0,249 Beban Teknis dan Utilitas 3,173 3,442 Beban Pemasaran dan Riset 0,349 0,483 Beban Akuntansi dan Keuangan 0,10 0,341 Beban Personalia 6,55 6,51 Beban Umum dan Sekretariat 1,88 1,58 Beban Penyusutan dan Amortisasi 2,78 2,65 Beban Lain 1,40 1,14 Sub Jumlah 16,49 16,40 Jumlah 302,30 271,86
108
Lampiran 7. Perhitungan rasio keuangan program tabungan hari tua
• Aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek
Tahun 2005 = M 02,134M 94,635 = 474,51%
Tahun 2004 = M 60,89M 447,29 = 734,59%
• Modal kerja bersih terhadap total aktiva
Tahun 2005 = M 17.381,37
M 501,92 = 2,89%
Tahun 2004 = M 15.540,47
M 386,4 = 2,49%
• Pendapatan terhadap total aktiva
Tahun 2005 = M 17.381,37
M 3.493,21 = 0,2 kali
Tahun 2004 = M 15.540,47M 3.209,90 = 0,21 kali
• Pendapatan terhadap aktiva tetap
Tahun 2005 = M 50,30
M 3.493,21 = 69,45 kali
Tahun 2004 = M 47,13
M 3.209,90 = 68,11 kali
• Pendapatan terhadap piutang
Tahun 2005 = M 2.841,1M 3.493,21 = 1,23 kali
Tahun 2004 = M 2.908,54M 3.209,90 = 1,1 kali
• Total kewajiban terhadap total aktiva
Tahun 2005 = M 17.381,37M 16.356,12 = 94,10%
Tahun 2004 = M 15.540,47M 14.892,36 = 95,83%
109
Lanjutan lampiran 7.
• Kewajiban lancar terhadap total aktiva
Tahun 2005 = M 17.381,37
M 134,02 = 0,77%
Tahun 2004 = M 15.540,47
M 60,89 = 0,39%
• Kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva
Tahun 2005 = M 17.381,37
M 4,80 = 0,03%
Tahun 2004 = M 15.540,47
M 4,33 = 0,03%
• Aktiva terhadap kewajiban kepada pemegang polis
Tahun 2005 =M 16.209,94M 17.381,37 = 107,23%
Tahun 2004 =M 14.819,99M 15.540,47 = 104,86%
• Nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis
Tahun 2005 = M 16.209,94M 14.411,73 = 88,91%
Tahun 2004 = M 14.819,99M 12.511,14 = 84,42%
• Margin Laba kotor
Tahun 2005 = M 3.493,21
M 684,65 = 19,6%
Tahun 2004 = M 3.209,90
M 437,38 = 13,63%
• Margin laba bersih
Tahun 2005 = M 3.493,21
M 381,76 = 10,93%
Tahun 2004 = M 3.209,90
M 164,93 = 5,14%
110
Lanjutan lampiran 7.
• Laba Usaha terhadap aktiva (ROI)
Tahun 2005 = M 17.381,37
M 382,34 = 2,2%
Tahun 2004 = M 15.540,47
M 165,52 = 1,07%
• Laba bersih terhadap aktiva (ROA)
Tahun 2005 = M 17.381,37
M 381,76 = 2,2%
Tahun 2004 = M 15.540,47
M 164,93 = 1,06%
• Laba bersih terhadap ekuitas (ROE)
Tahun 2005 = M 1.025,25
M 381,76 = 37,24%
Tahun 2004 = M 648,11M 164,93 = 25,45%
• Klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran
Tahun 2005 = M 1.795,42M 1.306,84 = 72,79%
Tahun 2004 = M 1.699,77M 1.388,99 = 81,72%
• Pendapatan investasi terhadap nilai investasi
Tahun 2005 = M 14.411,73M 1.567,54 = 10,88%
Tahun 2004 = M 12.511,14M 1.375,87 = 11%
111
Lampiran 8. Perhitungan metode analisa Altman Z Score
Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D
Z = 6,56 (2,89%) + 3,26 (2,2%) + 6,72 (2,2%) + 1,05 (6,27%)
Z = 0,19 + 0,14 + 0,15 + 0,07
Z = 0,54
dimana,
Z = nilai hasil perhitungan
A = modal kerja / Total Aktiva
B = Saldo Laba / Total Aktiva
C = Return on Investment (ROI)
D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban
• Modal kerja terhadap total aktiva = M 17.381,37
M 501,92 = 2,89%
• Laba terhadap total aktiva = M 17.381,37
M 381,76 = 2,2%
• ROI = M 17.381,37
M 382,34 = 2,2%
• Nilai modal sendiri terhadap total kewajiban = M 16.356,12
M 1.025,25 = 6,27%