cengkeh cetaak

47

Upload: haidirbunsus

Post on 03-Jan-2016

514 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA

PENGANTAR

2

Tanaman cengkeh yang saat ini diusahakan petani terus mengalami

perkembangan dan berdampak cukup baik dalam perekonomian nasional khususnya

didaerah pertanaman dan industri olahannya.

Tanaman cengkeh bernilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu bahan baku

penting industri makanan.

Menghasilkan cengkeh berkualitas tinggi membutuhkan sistem penanganan yang

terintegrasi, khususnya budidaya tanaman dan pasca panen.

Izinkan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan buku ini.

Akhir kata kami dedikasikan buku ini kepada semua pihak yang membutuhkan.

Makassar, September 2010

Penyusun

Bidang Pasca Panen danSistem Informasi Perkebunan

DAFTAR ISI

3

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

Selamat Datang di Sulawesi Selatan............................................................... 1

A. POTENSI....................................................................................................... 1

1. Letak Wilayah........................................................................................... 1

2. Luas Areal dan Produksi........................................................................... 2

3. Produktivitas dan Jumlah Petani............................................................... 2

B. VISI DAN MISI ............................................................................................. 7

BUDIDAYA TANAMAN...................................................................................... 6

I. Pendahuluan .............................................................................................. 6

II. Biologi Tanaman......................................................................................... 10

1. Morfologi Tanaman.................................................................................. 10

2. Jenis – Jenis Cengkeh............................................................................. 13

III. Kesesuaian Lingkungan............................................................................ 16

1. Iklim.......................................................................................................... 16

2. Tanah....................................................................................................... 18

IV. Pembibitan................................................................................................. 19

4

1. Perkiraan Jumlah Benih......................................................................... 19

2. Syarat Lokasi Pembibitan...................................................................... 20

3. Penyemaian........................................................................................... 20

4. Seleksi Bibit........................................................................................... 21

V. Persiapan Lahan....................................................................................... 22

1. Pembuatan Lubang Tanam.................................................................... 22

2. Penanaman............................................................................................ 22

VI. Pemeliharaan............................................................................................. 23

1. Pemangkasan Tanaman Cengkeh........................................................ 23

2. Pemupukan........................................................................................... 24

3. Pengendalian Hama Penyakit............................................................... 24

VII. Panen dan Pasca Panen........................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 28

5

Selamat Datang Di Sulawesi Selatan

A. POTENSI

1. Letak Wilayah

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki nilai

strategis dalam konstalasi pembangunan Indonesia. Selain memiliki sumber daya alam

yang cukup besar, khususnya di bidang pertanian, dengan letak strategis ditengah-

tengah Indonesia dan menjadi pintu gerbang sekaligus berfungsi sebagai pusat

pelayanan Kawasan Timur Indonesia.

Wilayah pengembangan komoditi cengkeh di Provinsi Sulawesi Selatan tersebar di

beberapa kabupaten/kota , penyebaran areal di ketinggian 0 – 800 mdpl.

6

2. Luas Areal dan Produksi

Luas areal Tanaman Cengkeh di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009 dapat

dilihat pada tabel Tabel 1, yang menunjukkan bahwa luas areal tanaman Cengkeh

di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 44.000, 20 Ha dengan produksi sebanyak

18.684,97 Ton. Dari 21 Kabupaten terdapat areal cengkeh dengan luas areal yang

terbesar yaitu Kabupaten Luwu yang memiliki luas 14.183,50 Ha dengan produksi

sebesar 9.471,49 Ton, sedangkan kabupaten dengan luas areal terkecil yaitu

Kabupaten Maros dengan luas areal 13 Ha dengan produksi sebesar 1,20 Ton.

3. Produktivitas dan Jumlah Petani

Rata-rata produktivitas tanaman Cengkeh di Provinsi Sulawesi Selatan adalah

624,95 Kg/Ha dengan jumlah petani sebanyak 65.213 KK. Ada beberapa kabupaten

yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi yaitu antara lain Kabupaten Luwu

dengan produktivitas 804,04 Kg/ha dengan jumlah petani sebanyak 10,717 KK, Tana

Toraja 574,68 Kg/Ha dengan jumlah petani sebanyak 1.140 KK, Bone 842,04 Kg/Ha

dengan jumlah petani 4.988 KK, Bulukumba 1.199, 72 Kg/Ha dengan jumlah petani

9.010 KK, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Cengkeh Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009

7

    LUAS AREAL (HA) PRODUKSINO. KABUPATEN / TBM TM TR/TT JUMLAH (TON)

  KOTA          1 2 3 4 5 6 7

1 L u w u 1.015,85 11.779,90 1.387,75 14.183,50 9.471,492 Luwu Utara - 108,00 102,75 210,75 31,303 Luwu Timur 7,00 70,70 20,00 97,70 22,764 Palopo 279,00 491,46 871,14 1.641,60 282,435 Tana Toraja 511,50 781,00 586,00 1.878,50 103,506 Toraja Utara 8,50 415,00 440,00 863,50 53,997 B o n e 582,00 2.507,00 63,00 3.152,00 2.111,008 Soppeng - 173,00 54,00 227,00 52,549 W a j o 4,00 1.887,00 2.152,00 4.043,00 271,00

10 Sinjai 81,00 4.052,00 1.339,00 5.472,00 1.155,0011 Bulukumba 357,00 2.834,00 1.430,00 4.621,00 3.400,0012 Selayar 68,00 822,50 172,50 1.063,00 256,9513 Bantaeng 50,00 491,00 38,25 579,25 293,0014 Jeneponto 23,25 143,00 34,75 201,00 54,5415 G o w a 20,00 315,00 102,00 437,.00 183,6216 M a r o s 2,00 3,00 8,00 13,00 1,2017 Pangkep 5,00 14,00 8,00 27,00 4,0018 B a r r u 31,00 122,50 85,50 239,00 33,4519 Pinrang 10,00 135,00 166,00 311,00 65,0020 Sidrap 435,00 1.622,00 129,40 2.186,40 329,0021 Enrekang 610,50 1.131,50 811,00 2.553,00 509,20

Jumlah 4.100,60 29.898,56 10.001,04 44.000,20 18.684,97

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Cengkeh Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009

    JUMLAH

8

NO. KABUPATEN / PRODUKTIVITAS PETANI  KOTA (KG/HA) (KK)1 2 3 4

1 L u w u 804,04 10.7172 Luwu Utara 289,81 3573 Luwu Timur 321,92 2624 Palopo 574,68 1.1405 Tana Toraja 132,52 3.3596 Toraja Utara 130,10 1.7267 B o n e 842,04 4.9888 Soppeng 303,70 4939 W a j o 143,61 9.893

10 Sinjai 285,04 9.89211 Bulukumba 1.199,72 9.01012 Selayar 312,40 96313 Bantaeng 596,74 1.41914 Jeneponto 381,40 57315 G o w a 582,92 1.45616 M a r o s 400,00 5517 Pangkep 285,71 6818 B a r r u 273,06 310 19 Pinrang 481,48 330 20 Sidrap 202,84 2.262 21 Enrekang 450,02 5.940

 J u m l a h 624,95 65.213

B. VISI DAN MISI

9

Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka melaksanakan

program dan kegiatan mengacu kepada Visi dan Misi 2008 – 2013.

Visi

Terwujudnya Sulawesi Selatan sebagai wilayah perkebunan terkemuka berbasis

kakao

Misi

Mengembangkan perkebunan yang maju, produktif dan berkualitas melalui

penguatan komoditi unggulan berbasis Kakao;

Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan yang utuh melalui pemberdayaan

di hulu untuk memperkuat di hilir dalam mendukung industri berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan;

Memberdayakan kelembagaan masyarakat perkebunan untuk mendorong akses

penguatan usaha perkebunan melalui pengembangan kerjasama dan kemitraan

usaha;

Mendorong pengembangan inovasi teknologi dalam mendukung peningkatan

produktivitas dan nilai tambah produk perkebunan yang berbasis unggulan

kompetitif.

Tujuan :

10

Meningkatkan produksi/produktivitas dan kualitas komoditas perkebunan dengan

berbasis Kakao yang memiliki keunggulan kompetitif untuk meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan;

Meningkatkan usaha agribisnis perkebunan untuk menunjang ketersediaan input

produksi dalam rangka mendukung peningkatan pengolahan hasil produk

perkebunan.

Meningkatkan kerjasama usaha untuk mendorong pengembangan kemitraan

dalam rangka memperkuat akses kelembagaan masyarakat perkebunan dan

memperluas jaringan pasar.

C. BUDIDAYA TANAMAN

I. Pendahuluan

Cengkeh merupakan salah satu komoditi pertanian yang tinggi nilai ekonominya.

Komoditi ini banyak digunakan di bidang industri sebagai bahan pembuatan rokok

kretek, dan dibidang farmasi sebagai bahan pembuatan minyak atsiri.

Seorang pakar cengkeh terkemuka di Indonesia menyebut tanaman cengkeh

sebagai tanaman yang sangat manja. Namun sebagai tanda “terima kasihnya”,

tanaman ini akan memberikan imabaln yang setimpal. Ungkapan klise ini mempunyai

arti yang luas dan dalam. Artinya, tanaman cengkeh merupakan tanaman yang bisa

11

mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda, walau tidak semua petani akan

mendapat hasil semacam itu. Untuk mendapatkannya petani harus menanam

cengkeh unggul pada tempat yang sesuai, dan tidak segan-segan mengeluarkan

tenaga serta biaya untuk merawatnya.

Sifat pohon cengkeh seperti diatas sering mengecoh banyak petani. Mula-mula

banyak petani yang tergiur untuk menanam cengkeh dengan harapan memperoleh

keuntungan yang berlipat dibanding dengan tanaman lainnya. Mereka lalu beramai-

ramai mencari bibit cengkeh tanpa mempedulikan jenis bibit, lahan yang cocok, dan

cara merawatnya. Akibatnya, banyak petani yang kecewa lantaran hasil yang

diperoleh tidak sebanding dengan angan-angan semula.

Pada mulanya, cengkeh hanya dipergunakan untuk obat-obatan. Namun dalam

perkembangannya pemanfaatan cengkeh menjadi lebih luas, yaitu sebagai rempah-

rempah, bahan baku parfum, dan sumber eugenol. Bagian tanaman yang paling

banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan adalahnya bunganya. Dengan

meluasnya pemanfaatan cengkeh maka cengkeh menjadi salah satu komoditas

perdagangan dunia yang banyak dicari. Di Indonesia sendiri, pada tahun 1920-an

penggunaan cengkeh berkembang menjadi bahan baku untuk pembuatan rokok

kretek. Dengan berkembangnya pemakaian cengkeh sebagai bahan baku rokok

kretek, maka sejak tahun 1930 Indonesia menjadi konsumen cengkeh terbesar di

dunia. Sejak saat itu pula tumbuh pabrik-pabrik rokok kretek, terutaman di daerah

12

Jawa Tengah dan akhirnya berkembang ke beberapa kota di Jawa Timur dan

Sumatera. Jumlah pabrik rokok kretek yang ada di Indonesia saat ini diperkirakan

mencapai lebih dari 100 buah.

Kondisi yang menguntungkan itu sejak lama disadari oleh pemerintah, dan tahun

1966/1967 dicanangkan kebijaksanaan swasembada cengkeh melalui ekstensifikasi

dan intensifikasi. Usaha ini ternyata cukup sukses, terbukti dengan meningkatnya

produksi cengkeh yang cukup pesat. Dari rata-rata 13,6 ribu ton/tahun periode 1965-

1970, menjadi 16,5 ribu ton/tahun pada periode 1970-1975, dan 36,9 ribu ton/tahun

pada periode 1980-1985.

Peranan cengkeh terhadap perekonomian negara meliputi penerimaan negara

dan penyediaan lapangan kerja. Penerimaan negara dari cengkeh berasal dari cukai

dan pajak rokok serta devisa dari ekspor produk cengkeh. Pada tahun 2000,

penerimaan negara dari cukai dan pajak rokok mencapai 11,7 triliun rupiah. Devisa

yang dihasilkan dari ekspor produk cengkeh, seperti minyak cengkeh dan rokok kretek

mancapai US$200 milyar/tahun. Keberadaan komoditas cengkeh ini dapat

meneydiakan lapangan kerja di sektor pertanian, industri, dan perdagangan. Secara

keseluruhan tenaga yang teserap oleh ketiga sektor tersebut diperkirakan menjadi 16

juta orang.

Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian (budidaya) terdiri atas kegiatan

pemeliharaan dan pemetikan bunga (panen). Rata-rata kebutuhan tenaga kerja untuk

13

pemeliharaan adalah 0,5 orang/ha yang bekerja sepanjang tahun, sedangkan untuk

pemetikan bunga 2,5 orang/ha yang bekerja 100 hari/tahun. Namun, sejak harga

cengkeh turun drastis, penyerapan tenaga kerja dari sektor budidaya ini menurun

karena kegiatan pemeliharaan dan pemetikan berkurang. Penyerapan tenaga kerja ini

kembali meningkat sejak tahun 2000 karena harga cengkeh mulai membaik.

Penyerapan tenaga kerja di sektor industri terutama berasal dari pabrik rokok

kretek dan industri penyulingan minyak cengkeh. Sektor industri rokok kretek yang

menggunakan tangan menyerap tenaga kerja lebih besar dibandingkan yang

menggunakan mesin. Untuk menghasilkan 30.000 batang rokok kretek pada industri

yang memakai mesin hanya dibutuhkan tenaga kerja 3 orang, sedang bila memakai

tangan dibutuhkan tenaga kerja 20 orang.

Penyerapan tenaga kerja disektor perdagangan terutama berasal dari pengecer

dan pedagang rokok. Rata-rata setiap pengecer rokok. Rata-rata setiap pemgecer

rokok dapat menjual 60 bungkus/hari. Setiap bungkus terdiri atas 10-12 batang dan

waktu efektif untuk berdagang rokok 1.300 hari/tahun.

Saat ini, yang termasuk sentra produksi cengkeh di Indonesia adalah Provinsi

Nagro Aceh Darussalam, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku. Namun, sangat

sulit untuk menentukan sentra produksi cengkeh yang produktif karena sebagian

besar kondisi pertumbuhan tanamannya rusak dan produktivitasnya rendah.

14

Produktivitas cengkih di sentra produksi saat ini rata-rata 200 kg bunga kering/ha atau

kira-kira 1,2 kg bunga kering/pohon. Padahal potensinya dapat mencapai 3-5 kg

bunga kering/pohon atau 480-800 kg bunga kering/ha. Namun, secara sporadis masih

terdapat tanaman cengkeh yang pertumbuhannya cukup baik. Biasanya tanaman

tersebut berada di daerah-daerah yang penghidupan petaninya masih tergantung

pada komoditas cengkeh sehingga pemeliharaan tanaman masih tetap dilakukan.

II. Biologi Tanaman

Sifat-sifat tanaman cengkeh harus diketahui dengan baik agar pertumbuhannya

optimal. Sifat-sifat tanaman cengkeh dari segi morfologi yang meliputi batang, daun,

akar dan bunga akan diuraikan berikut ini.

1. Morfologi Tanaman

Cengkeh (Eugenia aromatica OK atau Syzigium aromaticum (L) termasuk dalam

famili Myrtaceae. Tanaman ini berbentuk pohon, tingginya dapat mencapai 20-30 m,

dan dapat berumur lebih dari 100 tahun.

Tajuk tanaman cengkeh umumnya berbentuk kerucut, piramida atau piramida

ganda, dengan batang utama menjulang ke atas. Cabang-cabangnya amat banyak

dan rapat, pertumbuhannya agak mendatar dengan ukuran yang relatif kecil jika

dibandingkan batang utamanya. Daunnya kaku, berwarna hijau atau hijau kemerahan

dan berbentuk elips dengan kedua ujung runcing. Daun-daun ini biasanya keluar per

15

periode. Dalam satu periode, ujung ranting akan mengeluarkan satu set daun yang

terdiri dari lima pasang. Masing-masing pasangan terdiri atas dua daun yang

terletak saling berhadapan.

Ranting dan daun secara keseluruhan akan membentuk tajuk yang sangat

indah. Bagian terbawah dari mahkota tajuknya ada yang sampai permukaan tanah,

walau ada pula yang mencapai 1 - 1,5 m dari permukaan tanah.

Cengkeh memiliki empat jenis akar, yaitu akar tunggang, akar lateral, akar

serabut dan akar rambut. Akar tunggang dan akar lateral mempunyai ukuran yang

relatif besar. Bedanya akar tunggang tumbuh lurus ke bawah dan sedikit bercabang,

sedang akar lateral tumbuh menyamping dan bercabang. Akar serabut berukuran

kecil, amat panjang, tumbuh menyamping dan ke bawah dengan jumlah yang sangat

banyak. Akar serabut ini memiliki banyak akar rambut berukuran sangat kecil yang

berfungsi sebagai penyerap air dan unsur hara.

Ujung ranting yang telah menghasilkan bunga, biasanya tidak menghasilkan

bunga lagi pada musim berikutnya. Apabila semua ujung ranting telah berbunga, bisa

dipastikan pada musim bunga berikutnya tanaman ini hanya mampu menghasilkan

sedikit bunga. Pola pembungaan seperti ini menyebabkan siklus panen besar dan

panen kecil yang berulang 3-4 tahun sekali.

Tanaman cengkeh mulai berbunga pada umur 4,5 – 8,5 tahun, tergantung dari

jenis dan lingkungannya. Bunga ini merupakan bunga tunggal, berukuran kecil

16

(panjang 1-2 cm) dan tersusun dalam satu tandan yang keluar pada ujung ranting.

Setiap tandan terdiri dari 2-3 cabang malai yang bisa bercabang lagi atau langsung

mendukung 2-3 tangkai bunga. Jumlah bunga per malai bisa mencapai lebih dari lima

belas kuntum.

Bakal bunga biasanya keluar setelah pasangan daun kelima dari satu set daun

termuda telah dewasa atau mencapai ukuran normal (fase ini disebut fase mepet tua).

Bakal bunga ini kadang-kadang sudah keluar setelah daun pertama, kedua, atau

ketiga tidak lagi membentuk bakal daun, tetapi langsung membentuk bunga. Fase ini

disebut fase mepet muda. Bakal bunga ini bisa dibedakan dari bakal daun . Bakal

bunga berwarna hijau, berujung tumpul dan ruas dibawahnya sedikit membengkak,

sedang bakal daun berwarna merah dan berujung lancip.

Bakal bunga keluar pada awal musim hujan (Oktober-Desember). Bila bakal

bunga mulai keluar dan kekurangan sinar matahari, mendung terus menerus, atau

terjadi penurunan suhu malam sampai dibawah 17oC, maka bakal bunga akan

berubah menjadi bakal daun sehingga ranting tersebut gagal menghasilkan bunga.

Hal semacam ini pun bisa terjadi pada saat bakal bunga mulai membentuk cabang.

Apabila lingkungannya baik, bakal bunga akan berkembang membentuk

cabang-cabangnya dalam waktu 1-2 bulan. Bila cabang-cabang telah terbentuk, dari

ujung cabang terakhir akan keluar kuncup-kuncup bungan yang berukuran kecil. Fase

17

ini disebut sebagai fase mata yuyu. Selanjutnya, dalam waktu 5-6 bulan setelah itu

(April-Juli), bunga telah matang dan siap untuk dipetik.

Bunga cengkeh yang tidak dipetik pada saat matang petik, dalam waktu

beberapa hari akan mekar (biasanya pada pagi atau sore hari). Beberapa saat

sebelum atau setelah mekar, bunga akan segera mengadakan penyerbukan dengan

cara penyerbukan sendiri atau silang melalui bantuan angin atau serangga.

Setelah penyerbukan, secara perlahan bunga berubah menjadi buah yang

mengandung biji. Dalam waktu tiga bulan sejak penyerbukan, kulit buahnya menjadi

keunguan dan siap dipetik untuk dijadikan benih. Biji yang terdapat di dalam buah

mempunyai bentuk yang agak berbeda-beda. Biji tipe si kotok biasanya agak bulat

(gemuk), biji zanzibar agak panjang, dan tipe si putih dan ambon agak lonjong dengan

ujung runcing.

2. Jenis-jenis Cengkeh

Di Indonesia banyak sekali ditemukan tipe-tipe cengkeh yang satu sama liannya

sulit sekali untuk dibedakan. Misalnya cengkeh tipe ambon, tipe raja, tipe cengkeh

sakit, tipe indari, tipe dokiri, cengkeh afo dan tauro. Perkawinan antara berbagai tipe

ini membentuk tipe-tipe cengkeh di Indonesia sangat sulit digolongkan.

Cengkeh di Indonesia dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu “si putih”, “si

kotok”, “zanzibar”, dan “ambon”. Dengan pertimbangan bahwa tipe si kotok mirip

dengan zanzibar dan si putih mirip dengan tipe ambon, maka Pusat Penelitian dan

18

Pengembangan Tanaman Industri saat ini hanya memusatkan perhatian pada tipe

zanzibar dan tipe ambon. Sifat tipe cengkeh adalah sebagai berikut :

1) Cengkeh si putih

Daun cengkeh si putih berwarna hijau muda (kekuningan) dengan helaian daun

relatif elbih besar. Cabang-cabang utama yang pertama mati, sehingga percabangan

seolah baru dimulai pada ketinggian 1,5-2 m dari permukaan tanah. Cabang dan daun

jarang sehingga kelihatan kurang rindang. Mahkota berbentuk bulat atau agak bulat.

2) Cengkeh si kotok

Daun cengkeh si kotok mulanya berwarna hijau muda kekuningan kemudian

berubah menjadi hijau tua dengan permukaan atas licin dan mengkilap. Helaian

daunnya agak langsing dengan ujung agak membulat. Cabang utama yang pertama

hidup, sehingga percabangan kelihatan rendah sampai permukaan tanah. Ruas daun

dan cabang rapat merimbun. Mahkota bunga berbentuk piramid atau silindris.

Bunganya relatif kecil dibanding dengan si putih, bertangkai panjang, antara 20-50

kuntum pertandan. Mulai berbunga pada umur 6,5 – 8,5 tahun. Bunganya berwarna

hijau ketika masih muda, menjadi kunig saat matang dengan pangkal berwarna

merah. Adaptasi dan produksinya lebih baik daripada si putih tetapi lebih rendah dari

zanzibar, dengan kualitas sedang.

3) Cengkeh tipe zanzibar

19

Tipe ini merupakan tipe cengkeh terbaik. Sangat dianjurkan karena daya

adaptasi yang luas, produksi tinggi, dan berkulitas baik. Daun, mulanya berwarna

ros/merah muda, kemudian berubah menjadi hijau tua mengkilap pada permukaan

atas, dan hijau pucat memudar pada permukaan bawah. Pangkal tangkau daun

berwarna merah. Bentuk daunnya agak langsing dengan bagian terlebar tepat di

tengah. Ruas daun dan percabangan sangat rapat merimbun. Cabang utama yang

pertama hidup sehingga percabangannya rapat dengan permukaan tanah dengan

sudut-sudut cabang lancip (kurang dari 45o), sehingga mahkotanya berbentuk kerucut.

Tipe ini mulai berbunga pada umur 4,5 – 6,5 tahun sejak disemaikan. Bunganya agak

langsing, bertangkai pendek, ketika muda berwarna hijau dan menjadi kemerahan

setelah matang petik. Percabangan bunganya banyak dengan jumlah bunga bisa

lebih dari 50 kuntum per tandan.

4) Cengkeh tipe ambon

Tipe cengkeh ini tidak dianjurkan untuk ditanam, karena produksi dan daya

adaptasinya rendah, serta kualitas hasil yang kurang baik. Daun yang muda berwarna

ros muda atau hijau muda (lebih muda daripada zanzibar). Daun yang tua permukaan

atasnya berwarna hijau tua dan kasar, sedang permukaan bawah berwarna hijau

keabu-abuan. Daunnya agak lebar kira-kira 2/3 kali panjangnya. Cabang dan daunnya

jarang sehingga tampak kurang rimbun. Mahkota agak bulat atau bulat, bagian atas

agak tumpul, sedang bagian bawahnya agak meruncing. Cabang-cabang utamanya

20

mati, sehingga seolah-seolah percabangannya mulai pada ketinggian 1,5 – 2 m. Tipe

ini mulai berbunga pada umur 6,5 – 8,5 tahun sejak disemaikan. Bunganya gemuk

dan bertangkai panjang, berwarna hijau saat muda dan kuning saat matang petik.

Percabangan bunganya sedikit dengan jumlah bunga kurang dari 15 kuntum per

tandan.

III. Kesesuaian Lingkungan

Tanaman cengkeh menghendaki lingkungan yang khusus agar tumbuh dan

berproduksi dengan baik. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman cengkeh adalah iklim dan tanah. Iklim

meliputi tinggi tempat dari permukaan laut, jumlah dan sifat hujan, dan pancaran sinar

matahari.

1. Iklim

Tanaman cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup

merata, karena tanaman ini tidak tahan musim kemarau yang panjang. Tanaman ini

tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian 0 – 800 mdpl (diatas

permukaan laut) atau pada suhu 22o – 30oC, tetapi paling optimum pada ketinggian

300 – 600 mdpl. Pada ketinggian diatas 900mdpl, tanaman ini masih bisa tumbuh

dengan baik, tetapi produksinya sangat rendah. Di beebrapa daerah yang menghadap

ke laut, cengkeh tumbuh baik dan berproduksi tinggi sampai ketinggian 1200 mdpl,

21

karena daerah itu setiap malam mendapat aliran udara dari laut yang suhunya cukup

tinggi. Daerah-daerah seperti ini baik ditanami cengkeh.

Selain suhu, juga menghendaki jumlah dan sifat hujan tertentu. Curah hujan

yang dikehendaki tanaman ini adalah 1500 – 4500 mm/tahun dengan bulan kering

(curah hujan kurang dari 60 mm/bulan) berturut-turut 2-3 bulan. Akan tetapi tidak

boleh lebih dari 3 bulan. Di daerah yang curah hujannya kurang dari 1500

mm/tahun atau memiliki bulan kering berturut-turut lebih dari 3 bulan, tanaman

cengkeh akan mudah kekeringan terutama tanaman cengkeh muda. Pada tanaman

dewasa, kekurangan air bisa merontokkan bunga yang hampir matang petik.

Sebaliknya di daerah yang curah hujannya melebihi 4500 mm/tahun, tanaman

cengekh pun bisa mati, karena akarnya sering tergenang air sehingga membusuk.

Daerah dengan curah hujan yang kurang dari 2000 mm/tahun dan tersedia air irigasi

yang cukup, sangat ideal bagi tanaman cengkeh. Ini karena cengkeh yang dihasilkan

di daerah kering mempunyai kualitas lebih baik daripada daerah yang curah hujannya

tinggi.

Saat turunnya hujan juga berpengaruh terhadap pembungaan cengkeh. Musim

kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli- September secara tidak langsung

mendorong tanaman untuk bersiap-siap mengeluarkan bakal muda. Bila musim

kemarau ini terlambat sampai bulan Oktober-November biasanya terjadi pembungaan

yang lebat (tahun besar) yang dalam keadaan tertentu bisa mengakibatkan timbulnya

22

penyakit mati bujang. Sebaliknya bila hujan terus menerus turun dan tidak ada bulan

kering sama sekali, maka pembungaan akan terhambat. Akibatnya, produksi akan

sangat kurang.

Musim kemarau yang lebih cepat dari biasanya, kadang berpengaruh buruk

terhadap pembungaan cengkeh, karena tanaman akan mengeluarkan bunga sebelum

siap mengumpulkan “tenaga”. Misalnya, musim kemarau yang terjadi pada bulan

Februari-Maret (di Jawa) akan mendorong tanaman mengeluarkan bunga pada bulan

Juni-Juli. Padahal saat itu sebagian bunga cengkeh yang dihasilkan pada musim

sebelumnya belum dipanen semuanya.

2. Tanah

Tanaman cengkeh menghendaki yang gembur, dalamnya minimal 2m, tidak

berpadas, pH 5,5 – 5,6 dan mempunyai drainase (pembuangan air) baik. Jenis

tanah yang paling baik untuk tanaman cengkeh berturut-turut adalah latosol,

andosol dan podsolik merah. Tanah liat yang berwarna kekuningan atau kelabu

kurang cocok untuk tanaman cengkeh karena biasanya berdrainase jelek. Sebaliknya

yang terlalu gembur yang banyak mengandung pasir juga tidak baik untuk tanaman

cengkeh, karena mudah menyebabkan kekeringan.

Tanah dengan kemiringan sampai 20 % lebih baik dari pada tanah datar, karena

drainasenya lebih baik. Pada tanah datar harus dibuat parit drainase sedalam ± 1 m

agar air yang meluap pada musim hujan dapat tersalurkan ke tempat lain.

23

Tanah dengan pH 5,5 – 5,6 sangat optimum untuk pertumbuhan tanaman

cengkeh. Tanah yang ph-nya kurang dari 5,5 disarankan untuk dikapur sebanyak

0,4 –1 kg per pohon, diulangi setiap 2-3 tahun.

IV. Pembibitan

Membuat bibit sendiri biasanya dilakukan bila akan membuat kebun cengkeh

yang cukup luas sehingga memerlukan bibit yang cukup banyak. Pembuatan bibit

cengkeh bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu menyemaikan benih, stek atau

penyusuan. Bibit yang dihasilkan melalui stek dan penyusuan mempunyai sifat yang

lebih baik dari pada semai. Namun karena masih sulit dilaksanakan dan rendah

tingkat keberhasilannya, maka kedua cara ini belum dianjurkan. Cara yang dianjurkan

adalah dengan menyemaikan benih.

1. Perkiraan Jumlah Benih

Jumlah benih yang disemaikan kira-kira dua kali jumlah bibit yang akan ditanam

di lapang. Maksudnya adalah memberikan cadangan bagi benih yang tidak tumbuh

menjadi bibit yang baik, dan untuk penyulaman di lapang, sebagai contoh : Membuat

kebun cengkeh seluas 10 ha dengan jumlah tanaman 200 pohon per ha, maka jumlah

benih yang harus disemaikan minimal 10 x 2 x 200 = 4000 butir.

2. Syarat Lokasi Pembibitan

24

Pembuatan bibit sendiri, perlu tempat khusus untuk pembibitan, karena

meskipun bibit kelak sudah ditanam di lapang, tempat ini masih digunakan untuk

membuat bibit. Bibit itu digunakan untuk peremajaan, penyulaman dan perluasan

areal yang bisa dilakukan sepanjang waktu.

Lokasi untuk membuat bibit sebaiknya dipilih yang terbaik diantara lahan yang

ada. Sedapat mungkin tanah yang paling subur, berdekatan dengan sumber air, datar

atau sedikit miring, mudah terjangkau oleh pemelihara, berdrainase baik, tidak terlalu

lembab dan tidak sering terkena angin kencang.

3. Penyemaian

Tahap penyemaian bertujuan untuk menyemaikan benih sehingga diperoleh

semaian (kecambah) yang masih berukuran kecil. Penyemaian ini bisa dilakukan di

dalam bedengan penyemaian tanah atau di dalam polibag berukuran kecil. Bahkan

beberapa petani yang hanya akan membuat bibit dalam jumlah kecil, benih langsung

disemaikan di bedengan pemeliharaan.

4. Seleksi Bibit

Tidak semua bibit boleh ditanam diareal tanam, kecuali bila memenuhi

persyaratan berikut ini :

25

1) Tumbuhnya normal. Bibit normal mempunyai tinggi rata2 60 cm pada waktu

umur 1 tahun dan 90 cm pada waktu berumur 2 tahun. Bibit umur 1 tahun

yang tingginya kurang dari 48 cm dan bibit umur dua tahun yang tingginya

kurang dari 72 cm sebaiknya tidak digunakan.

2) Bibit harus sehat, tidak menunjukkan gejala serangan hama dan penyakit

serta kekurangan unsur hara. Bibit yang sehat mempunyai percabangan

yang kekar dan daunnya berwarna hijau muda-hijau tua mengkilap.

3) Mempunyai akar tunggang yang lurus. Bibit yang akar tunggangnya bengkok

atau melengkung sebelum mencapai panjang 25 cm sebaiknya tidak

digunakan. Bibit yang akarnya bengkok setelah panjangnya 25 cm, boleh

digunakan tetapi akar yang bengkok ini dipotong dulu hingga tinggal yang

lurus.

4) Mempunyai batang tunggal. Bibit yang batang utamanya ganda, kelak akan

mudah patah (terbelah) bila kena angin.

V. Persiapan Lahan

Lahan untuk areal tanam cengkeh harus sudah disiapkan minimal enam bulan

sebelum tanam. Bahkan untuk kebun yang cukup luas dan sering mendapat angin

26

kencang, persiapan ini harus dimulai 1-2 tahun sebelum tanam.

1. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat 3-6 bulan sebelum tanam. Hal itu dimaksudkan untuk

memperbaiki struktur tanah, menghilangkan senyawa-senyawa beracun dan

membunuh bibit penyakit. Lubang ini berukuran panjang, lebar, dalam, masing-

masing 75 cm, 75 cm dan (75-100) cm. Semakin liat tanah, ukuran lubang harus

semakin besar dan dalam. Apabila pada kedalaman 1 m telah menemui tanah liat,

maka penggalian diteruskan sampai kedalaman 2 m.

2. Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pagi hari (jam 6.30-10.00) atau sore hari (jam

15.00-17.30), agar penguapan dapat ditekan serendah mungkin sehingga tanaman

tidak layu. Lubang tanam yang semula ditutup digali lagi dengan ukuran yang lebih

kecil, atau sedikit lebih besar dari gumpalan yang membungkus akar bibit. Lubang

ditutup dengan tanah sampai agak menggunung agar bibit tidak tergenang air.

Selanjutnya tanah disiram air sebanyak 5-10 liter/tanaman. Tanaman diberi peneduh

buatan setinggi 30 cm di atas tinggi tanaman dengan intensitas naungan ± 50 %.

Peneduh ini bisa terbuat dari daun kelapa atau alang-alang.

VI. Pemeliharaan

27

Selama masa pertumbuhannya, tanaman cengkeh mengalami tiga fase kritis,

yaitu : 1. Selama masa di pembibitan, 2. Sejak dipindah ke lapang hingga tahun

ketiga, 3. Pada tahun kedelapan sampai tahun keduapuluh sejak dipertanaman.

Apabila masa kritis itu terlampaui, umumnya tanaman cengkeh dapat hidup sampai

lebih dari lima puluh tahun dengan produksi semakin meningkat. Pemeliharaan kebun

dan tanaman cengkeh meliputi berbagai aspek antara lain yaitu :

1. Pemangkasan Tanaman Cengkeh

Pemangkasan tanaman cengkeh hanya dilakukan pada cabang air,

cabang/ranting yang mengering dan batang ganda. Cabang air mempunyai ciri-ciri

pertumbuhan sangat cepat dan lurus ke atas, berwarna lebih muda, ruas antar daun

lebih panjang dan banyak mengandung air (lunak). Cabang ini tidak produktif dan bila

dibiarkan akan merusak bentuk mahkota pohon.

Pemangkasan ranting dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas atau

gergaji. Perlu diingat dan diperhatikan, bahwa setiap pemangkasan berarti melukai

tanaman sehingga memberikan peluang masuk dan berkembangnya bibit penyakit.

Untuk menghindarinya, pemangkasan sebaiknya dilakukan dengan cara miring ke

atas, agar air hujan dapat langsung mengucur ke bawah sehingga luka cepat kering.

Luka pangkasan sebaiknya dilumuri bahan pelindung seperti parafin atau ter,

terutama untuk dahan atau cabang yang berukuran besar.

28

2. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara esensial bagi

tanaman serta memperbaiki kondisi tanah sehingga akar tanaman dapat tumbuh

dengan baik dan dapat menyerap unsur hara dalam jumlah yang cukup. Unsur hara

esensial adalah unsur yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan normalnya.

Apabila salah satu unsur itu tidak terdapat di dalam tanah atau tidak mencukupi, maka

pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal.

Jenis pupuk yang sering digunakan untuk tanaman cengkeh adalah pupuk

buatan dan pupuk organik. Pupuk buatan yang digunakan terdiri atas pupuk urea,

TSP atau fosfat alam, KCL dan CaCo3 atau dolomit, sedang pupuk organik berupa

pupuk kandang atau kompos.

3. Pengendalian Hama, Penyakit

Tanaman Cengkeh merupakan salah satu jenis tanaman yang amat mudah

dipengaruhi oleh lingkungan. Sejak disemaikan di pembibitan, tanaman ini sudah

terancam gangguan hama, penyakit dan gulma yang bisa mempengaruhi

pertumbuhan, menurunkan produksi, atau bahkan mengakibatkan kematian. Sebab

itu, tanaman cengkeh sedapat mungkin dihindarkan dari ketiga jenis gangguan itu.

Usaha untuk menghindari serangan hama, penyakit dan gulma harus dilakukan

sedini mungkin. Beberapa langkah penting untuk mencegah timbulnya serangan itu

antara lain adalah : gunakan benih atau bibit cengkeh dari jenis yang betul-betul

29

unggul dan sehat seperti yang telah dianjurkan, tanam cengkeh pada tempat-tempat

yang telah dianjurkan, pilih tanaman pelindung dan penutup tanah yang tahan

terhadap serangan hama penyakit, khususnya yang bisa menyerang tanaman

cengkeh dan tanaman cengkeh tidak boleh terlalu rimbun oleh bagian-bagian

tanaman yang tidak perlu.

Hama yang sering menyerang tanaman cengkeh antara lain rayap, kutu daun ,

penggerek batang dan penggerek ranting, ulat dan uret. Hama-hama ini mempunyai

sasaran serangan dan cara pengendalian yang berbeda-beda sehingga harus dikenali

satu persatu.

VII. Panen dan Pasca Panen

Tanaman Cengkeh yang terawat dengan baik biasanya berproduksi pada umur

4,5-8,5 tahun, sejak disemaikan tergantung pada jenis dan lingkungannya. Cengkeh

tipe zanzibar berproduksi pada umur 4,5-6,5 tahun, sedangkan tipe sikotok dan siputih

pada umur 6,5-8,5 tahun. Cengkeh yang ditanam di dataran rendah biasanya akan

lebih cepat berbunga dari pada yang ditanam didataran tinggi.

Tanaman cengkeh di Indonesia, mempunyai pola produksi yang khas, yakni

mempunyai jumlah produksi yang berfluktuasi menurut siklus tertentu. Pada tahun

tertentu tanaman akan menghasilkan produksi yang banyak dan pada tahun-tahun

tertentu pula produksinya menurun sampai 10-40 %. Pola produksi tanaman cengkeh

bisa digolongkan menjadi pola siklus 2 tahun dan siklus 3-4 tahun.

30

Pola siklus 2 tahun umumnya terdapat di daerah yang mendapat pengaruh nyata

dari iklim laut. Siklus 3-4 tahun umumnya terdapat di daerah yang tidak mendapat

pengaruh iklim laut. Panen besar (produksi tinggi) umumnya terjadi setelah kemarau

panjang. Kalau sesudah panen, ini tidak diikuti pemeliharaan yang intensif, maka

biasanya terjadi kegagalan panen (produksi rendah) pada masa panen berikutnya.

Namun bila pemeliharaan intensif dengan pemupukan yang cukup, panen besar akan

diikuti oleh produksi sedang.

Untuk memperoleh hasil yang bermutu baik, bunga cengkeh harus dipetik bila

betul-betul sudah matang petik. Tanda-tanda matang petik yaitu kepala bunga

kelihatan sudah penuh, tetapi belum membuka. Apabila bunga dipetik sebelum

matang petik atau masih muda, berat kering dan kualitasnya akan rendah. Sebaliknya

bila dipetik setelah kelopaknya membuka, maka pada waktu pengolahan benang sari

akan terlepas dan bunga tidak berkepala lagi, sehingga mutunya menjadi rendah.

Matangnya bunga dalam satu tanaman umumnya tidak serempak sehingga

pemetikannya juga dilakukan bertahap. Untuk menghemat tenaga, pemetikan bisa

dimulai bila 50-60 % jumlah bunga yang ada dipohon telah matang petik. Pemetikan

ini bisa diulangi lagi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan.

Waktu mulai pemetikan sangat tergantung pada iklim setempat. Di daerah Jawa

dan sekitarnya, panen dimulai bulan Mei dan berakhir bulan Juli atau Agustus. Di

31

Maluku, panen berlangsung bulan Oktober-Januari, sedang disebagian besar

Sumatera berlangsung bulan April – Juli

Untuk mendapatkan hasil yang bermutu baik, masalah pengolahan juga harus

diperhatikan dengan saksama. Pengolahan cengkeh ini dilakukan beberapa tahap

yaitu sortasi basah, pemeraman, pengeringan, sortasi kering dan penyimpanan.

Sortasi basah dilakukan segera setelah cengkeh tiba di tempat pengolahan. Sortasi ini

dilakukan dengan cara memisahkan bunga dari gagangnya dan menempatkannya

pada tempat yang berbeda.

Bunga dan gagang cengkeh masing-masing dimasukkan ke dalam karung atau

peti dan diperam selama sehari (24 jam). Pemeraman ini selain untuk mempersingkat

waktu pengeringan juga bisa memperbaiki warnanya. Cengkeh yang sudah diperam

biasanya berwarna cokelat mengkilap. Setelah diperam selama sehari, cengkeh lalu

dikeringkan untuk mendapatkan kadar air 12-14 %. Kadar air yang melebihi 14 %

menyebabkan cengkeh mudah terserang jamur sehingga tidak tahan disimpan.

Sebaliknya bila kadar air kurang dari 12 %, cengkeh akan mudah hancur sehingga

mutunya rendah. Melalui pengeringan ini, berat cengkeh akan turun hingga 29-33 %.

DAFTAR PUSTAKA

Ruhyanat Agus, 2002. Memproduktifkan Cengkeh. PT.Penebar Swadaya, Bogor.

32

Najiyati Sri dan Danarti, 1990. Budidaya dan Penanagan Pasca Panen Cengkeh. PT.Penebar Swadaya, Bogor.

Disbun, 2009. Cengkeh, Data Statistik Perkebunan 2009. Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Ruhyanat Agus, 1993. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Unsur-unsur Iklim Terhadap Pembungaan Tanaman Cengkeh. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Vol.X No.1.

Ruhyanat Agus, 2001. Peningkatan Produktivitas Tanaman Cengkeh Melalui Pemupukan. Makalah Pelatihan Petugas Teknis Lapang Dinas Perkebunan Jawa Barat, Bogor.

Siswanto dan I.M Trisawa, Hama Penggerek Tanaman Cengkeh dan Usaha Pengendaliannya. Monograf Cengkeh (Bogor : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 1997).

Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi SelatanJl. Perkebunan No. 7 Makassar

Sulawesi Selatan – IndonesiaTelepon (0411-449918, 449167)

Fax (0411-443865)

33