cr icu tinpus

32
TINJAUAN PUSTAKA A. DI ABETES MELLITUS 1. De fi ni si Di abet es Me ll it us Di ab et es mel li tu s ad al ah kel ai nan yang di ta nda i de nga n ka dar gl uko sa darah yang me lebih i normal (hiperg li kem ia) dan ga ngguan me tab ol isme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut, apabila dibiarkan tidak terkendali dapat terjadinya kompli kasi metabolik akut mau pun kom plik asi vask ule r jangka pan jang yai tu mikroangiopati dan makroangiopati. Diabet es mellitus adalah suatu kelompok penya kit metabolik deng an karakteris tik hiper glikemia yang terjadi karen a kelain an sekresi insuli n, gangg uan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. 2. Kla sifikasi dan Diag nsis Diab et es Mell itu s Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh P!K"# adalah yang sesuai  dengan anjuran klasif ikasi DM $merican Diabe tes $ssocia tion ($D$)  %&&'. Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus, menurut $D$ %&&' adalah sebagai berikut a. Diabet es ti pe . (destruksi sel bet a, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut) * $utoimun. * #diopatik.  b. Diabetes tipe %. (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin). c. Dia bet es ti pe la in . * Defek genetik fungs i sel beta

Upload: marlintan-sukma-ambarwati

Post on 14-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

"Manajemen Klinik Ke

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    1/32

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DIABETES MELLITUS

    1. Definisi Diabetes Mellitus

    Diabetes mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan kadar glukosa

    darah yang melebihi normal (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme

    karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin

    secara relatif maupun absolut, apabila dibiarkan tidak terkendali dapat terjadinya

    komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang yaitu

    mikroangiopati dan makroangiopati.

    Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

    hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja

    insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,

    ginjal, saraf dan pembuluh darah.

    2. Klasifikasi dan Diagnsis Diabetes Mellitus

    Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh P!K"# adalah yang sesuaidengan anjuran

    klasifikasi DM $merican Diabetes $ssociation ($D$)%&&'.Klasifikasi etiologi

    Diabetes mellitus, menurut $D$ %&&' adalahsebagai berikut

    a. Diabetes tipe . (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

    absolut)

    * $utoimun.

    * #diopatik.

    b. Diabetes tipe %. (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin

    disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin

    disertai resistensi insulin).

    c. Diabetes tipe lain.

    * Defek genetik fungsi sel beta

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    2/32

    Maturity*+nset Diabetes of the oung (M+D) , %, -.

    D"$ mitokondria.

    Defek genetik kerja insulin.

    * Penyakit eksokrin pankreas.

    Pankreatitis.

    umor/ pankreatektomi.

    Pankreatopati fibrokalkulus.

    * ndokrinopati.

    $kromegali.

    0indroma 1ushing.

    2eokromositoma.

    3ipertiroidisme.

    * Karena obat/ 4at kimia.

    Pentamidin, asam nikotinat.

    5lukokortikoid, hormon tiroid.

    ia4id, dilantin, interferon alfa dan lain*lain.

    * #nfeksi rubella kongenital, sitomegalovirus.

    * 0ebab imunologi yang jarang antibodi insulin.

    * 0indrom genetik lain yang berkaitan dengan DM 0indrom Do6n, 0indrom

    Klinefelter, 0indrom urner dan lain*lain.

    d. Diabetes mellitus 5estasional (DM5).

    Diagnosis DM ditegakkan dengan mengadakan pemeriksaan kadar

    glukosa darah. 7ntuk penentuan Diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah

    yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara en4imatik dengan bahan

    darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (6hole blood), vena ataupun

    kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka*angka kriteria

    diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan 83+, sedangkan untuk

    pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa

    darah kapiler. Kriteria diagnosis DM menurut 83+ tahun %&&& dan $D$

    tahun %&&' dapat dilihat pada tabel % dan tabel - di ba6ah ini

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    3/32

    abel % Kriteria Diagnostik Diabetes mellitus 83+ ahun %&&&

    . "ormo*glikemia, bila 5DP 9 & mg/dl atau 5D%:PP 9 ;& mg/dl%. #25 atau #5, bila 2P5 < & mg/dl dan #25 9 %= mg/dl, atau 5D%:PP < ;& mg/dl

    dan #5 9 %&& mg/dl

    -. Diabetes, bila 25P < %= mg/dl atau 5D%:PP < %&& mg/dl atau ditemukannya gejala*

    gejala Diabetes dengan konsentrasi glukosa plasma se6aktu < %&& mg/dl

    0umber 83+, %&&&.

    abel - Kriteria Diagnostik Diabetes mellitus menurut $D$ %&&'

    . 5ejala klasik DM dengan glukosa darah se6aktu > %&& mg/dl (. mmol/?).

    5lukosa darah se6aktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

    memperhatikan 6aktu makan terakhir.

    5ejala klasik adalah poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.

    %. Kadar glukosa darah puasa > %= mg/ dl ('.& mmol/?).

    Puasa adalah pasien tak mendapat kalori sedikitnya @ jam.

    -. Kadar glukosa darah % jam PP > %&& mg/ dl (, mmol/?)

    5+ dilakukan dengan standar 83+, menggunakan beban glukosa yang setara

    dengan 'A g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.

    $pabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat

    digolongkan ke dalam kelompok 5 atau 5DP tergantung dari hasil yang

    dipeoleh

    5 glukosa darah plasma % jam setelah beban antara ;&*BB mg/dl

    (',@*,& mmol/?)

    5DP glukosa darah puasa antara && * %A mg/dl(A,=*=,B mmol/?) 0umber $D$

    %&&'.

    !. "e#ala dan Tanda$Tanda Diabetes Mellitus

    5ejala dan tanda*tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala

    kronik.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    4/32

    a. 5ejala $kut Penyakit Diabetes Mellitus

    5ejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan,

    mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.

    Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli),yaitu

    * Canyak makan (poliphagia).

    * Canyak minum (polidipsia).

    * Canyak kencing (poliuria).

    Cila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala

    * Canyak minum.

    * Canyak kencing.* "afsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun A *

    & kg dalam 6aktu % * ; minggu).

    * Mudah lelah.

    * Cila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan

    jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.

    b. 5ejala Kronik Diabetes Mellitus

    5ejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes mellitus adalah

    sebagai berikut

    Kesemutan.

    Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk*tusuk jarum.

    !asa tebal di kulit.

    Kram.

    1apai.

    Mudah mengantuk.

    Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.

    5atal di sekitar kemaluan terutama 6anita.

    5igi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun, bahkan

    impotensi.

    Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam

    kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari ; kg.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    5/32

    %. Patgenesis Diabetes Mellitus

    Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan

    insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui - jalan,

    yaitu

    a. !usaknya sel*sel pankreas karena pengaruh dari luar (virus, 4at kimia tertentu,

    dll).

    b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.

    c. Desensitas/kerusakan reseptor insulin (do6n regulation) di jaringan perifer

    $pabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin, maka dapat mengakibatkan

    a. Menurunnya transport glukosa melalui membram sel, keadaan ini

    mengakibatkan sel*sel kekurangan makanan sehingga meningkatkan

    metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah penderita

    Diabetes mellitus selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat EpoliphagiaE.

    b. Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati dan otot

    terganggu.

    c. Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukoneogenesis, karena proses ini

    disertai nafsu makan meningkat atau poliphagia sehingga dapat mengakibatkan

    terjadinya hiperglikemi. Kadar gula darah tinggi mengakibatkan ginjal tidak

    mampu lagi mengabsorpsi dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang

    disebut glukosuria. Manifestasi yang muncul yaitu penderita sering berkemih

    atau poliuria dan selalu merasa haus atau polidipsia.

    &. 'akt( )isik Diabetes Mellitus

    2aktor*faktor risiko terjadinya Diabetes mellitus tipe % menurut $D$ dengan

    modifikasi terdiri atas

    a. 2aktor risiko mayor

    . !i6ayat keluarga DM.

    %. +besitas.

    -. Kurang aktivitas fisik.

    ;. !as/tnik.

    A. 0ebelumnya teridentifikasi sebagai #25.

    =. 3ipertensi.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    6/32

    '. idak terkontrol kolesterol dan 3D?.

    @. !i6ayat DM pada Kehamilan.

    B. 0indroma polikistik ovarium.

    b. 2aktor risiko lainnya

    . 2aktor nutrisi.

    %. Konsumsi alkohol.

    -. Kebiasaan mendengkur.

    ;. 2aktor stress.

    A. Kebiasaan merokok.

    =. :enis kelamin.

    '. ?ama tidur.

    @. #ntake 4at besi.

    B. Konsumsi kopi dan kafein.

    &. Paritas.

    . #ntake 4at besi

    *. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

    ujuan pengelolaan Diabetes mellitus adalah

    a. ujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan

    mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.

    b. ujuan jangka panjang yaitu mencegah komplikasi, mikroangiopati dan

    makroangiopati dengan tujuan menurunkan mortalitas dan morbiditas.

    Prinsip pengelolaan Diabetes mellitus, meliputi

    a. Penyuluhan

    ujuan penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan diabetisi tentang

    penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat mera6at sendiri sehingga

    mampu mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih

    lanjut. Penyuluhan meliputi

    Penyuluhan untuk pencegahan primer

    Ditujukan untuk kelompok risiko tinggi.

    Penyuluhan untuk pencegahan sekunder

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    7/32

    Ditujukan pada diabetisi terutama pasien yang baru. Materi yang diberikan

    meliputi pengertian Diabetes, gejala, penatalaksanaan Diabetes mellitus,

    mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik, pera6atan

    pemeliharaan kaki, dll.

    Penyuluhan untuk pencegahan tersier

    Ditujukan pada diabetisi lanjut, dan materi yang diberikan meliputi cara

    pera6atan dan pencegahan komplikasi, upaya untuk rehabilitasi, dll.

    b. Diet Diabetes mellitus

    ujuan Diet pada Diabetes mellitus adalah mempertahankan atau mencapai

    berat badan ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal,

    mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas hidup.

    Penderita Diabetes mellitus didalam melaksanakan diet harus memperhatikan

    -:, yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jad6al makan yang harus diikuti, dan

    jenis makanan yang harus diperhatikan.

    Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

    seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat ( ;A*=&F), Protein (&*AF),

    lemak (%&*%AF), garam (G -&&& mg atau =*' gr perhari), dan serat (H %A g/hr).

    :enis buah*buahan yang dianjurkan adalah buah golongan C (salak, tomat, dll)

    dan yang tidak dianjurkan golongan $ (nangka, durian, dll), sedangkan sayuran

    yang dianjurkan golongan $ (6ortel, nangka muda, dll) dan tidak dianjurkan

    golongan C (taoge, terong, dll).

    Ceberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh,

    diantaranya dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang

    besarnya %A*-& kalori/kg CC ideal, ditambah atau dikurangi (H %A*-&F),

    tergantung beberapa faktor misalnya jenis kelamin, umur, aktivitas dan berat

    badan.

    Perhitungan berat badan ideal(CC#) dengan rumus Crocca yang

    dimodifikasi sebagai berikut

    CC# I B&F J (C dalam cm * &&) J kg

    Cagi pria tinggi diba6ah =& cm dan 6anita diba6ah A& cm, rumus

    dimodifikasi sebagai berikut

    CC# I (C dalam cm * &&) J kg

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    8/32

    Kriteria

    CC "ormal CC ideal H &F

    CC Kurus 9 CC# * &F

    CC 5emuk

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    9/32

    c. ?atihan 2isik (+lah !aga).

    ujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah

    kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru

    dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

    +lah raga meliputi empat prinsip

    . :enis olah raga dinamis

    aitu latihan kontinyu, ritmis, interval, progresif dan latihan daya

    tahan.

    %. #ntensitas +lahraga

    akaran latihan sampai '%*@' F denyut nadi maksimal disebut 4ona

    latihan. !umus Denyut "adi maksimal adalah %%& dikurangi 7sia (dalam

    tahun).

    -. ?amanya ?atihan

    ?amanya latihan kurang lebih -& menit.

    ;. 2rek6ensi latihan

    2rek6ensi latihan paling baik A J per minggu.

    d. Pengobatan

    :ika diabetisi telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang

    teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka

    dipertimbangkan pemberian obat. +bat meliputi obat hipoglikemi oral ( +3+)

    dan insulin.

    Pemberian obat 3ipoglikemi +ral diberikan kurang lebih -& menit sebelum

    makan. Pemberian insulin biasanya diberikan le6at penyuntikan di ba6ah kulit

    (subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena atau

    intramuskuler. Mekanisme kerja insulin short acting, medium acting dan

    long acting.

    e. Pemantauan Pengendalian Diabetes dan Pencegahan Komplikasi

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    10/32

    ujuan pengendalian Diabetes mellitus adalah menghilangkan gejala,

    memperbaiki kualitas hidup, mencegah komplikasi akut dan kronik, mengurangi

    laju perkembangan komplikasi yang sudah ada.

    Pemantauan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah puasa dan %

    jam post prandial, pemeriksaan 3b$1setiap - bulan, pemeriksaan ke fasilitas

    kesehatan kurang lebih ; J pertahun (kondisi normal) dan dilakukan

    pemeriksaan jasmani lengkap, albuminuria mikro, kreatinin, albumin globulin,

    $?, kolesterol total, 3D?, trigliserida, dan pemeriksaan lain yang

    diperlukan.

    B. ULKUS DIABETIKA

    1. Definisi

    7lkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa

    luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan

    setempat.

    7lkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena

    adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan

    neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak

    dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri

    aerob maupun anaerob.

    2. Klasifikasi

    Klasifikasi 7lkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut 8agner

    dikutip oleh 8aspadji 0, terdiri dari = tingkatan

    &. idak ada luka terbuka, kulit utuh.

    . 7lkus 0uperfisialis, terbatas pada kulit.

    %. 7lkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.

    -. 7lkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.

    ;. 7lkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki,

    bagian depan kaki atau tumit.

    A. 7lkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.

    !. Tanda dan "e#ala

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    11/32

    anda dan gejala ulkus diabetika yaitu

    a. 0ering kesemutan.

    b. "yeri kaki saat istirahat.

    c. 0ensasi rasa berkurang.

    d. Kerusakan :aringan (nekrosis).

    e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.

    f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.

    g. Kulit kering.

    %. Diagnsis Ulkus diabetika

    Diagnosis ulkus diabetika meliputi

    a. Pemeriksaan 2isik inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada

    kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang

    atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.

    b. Pemeriksaan Penunjang J*ray, M5 dan pemeriksaan laboratorium untuk

    mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan kuman

    penyebabnya.

    &. Patgenesis Ulkus diabetika

    0alah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus adalah

    ulkus diabetika. 7lkus diabetika disebabkan adanya tigafaktor yang sering disebut

    rias yaitu #skemik, "europati, dan #nfeksi.

    Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi

    komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena

    adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson

    menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi

    otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati*

    hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika.

    #skemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan

    darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. 3al ini disebabkan

    adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan

    menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri

    dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    12/32

    Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya

    dimulai dari ujung kaki atau tungkai.

    $terosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit

    karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri

    di kaki dapat mempengaruhi otot*otot kaki karena berkurangnya suplai darah,

    sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka 6aktu

    lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi

    ulkus diabetika.

    Proses angiopati pada penderita Diabetes mellitus berupa penyempitan dan

    penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai ba6ah terutama

    kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian

    timbul ulkus diabetika.

    Pada penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika

    intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan

    pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga

    mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang

    mengakibatkan ulkus diabetika.

    ritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan 3b$1 yang

    menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan oleh

    eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi

    jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang

    selanjutnya timbul ulkus diabetika.

    Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan

    tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan

    memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan

    mengganggu sirkulasi darah.

    Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, ?D?, trigliserida plasma

    tinggi. Curuknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan hipoksia

    dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang

    terjadinya aterosklerosis.

    Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan

    lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi 3D? (highdensity*lipoprotein)

    sebagai pembersih plak biasanya rendah. $danya faktor risiko lain yaitu

    hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap aterosklerosis. Konsekuensi

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    13/32

    adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan menurun sehingga kaki menjadi atrofi,

    dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga

    timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.

    Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali menyebabkan

    abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu,

    demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada infeksi

    mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem phlagositosis*bakterisid intra

    selluler.

    Pada penderita ulkus diabetika, A& F akan mengalami infeksi akibat

    adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan

    bakteri yang subur. Cakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman

    aerobik 0taphylokokus atau 0treptokokus serta kuman anaerob yaitu 1lostridium

    perfringens, 1lostridium novy, dan 1lostridium septikum.

    *. 'akt( )isik Ulkus diabetika

    2aktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut

    ?ipsky dengan modifikasi dikutip oleh !iyanto dkk. terdiri atas

    a. 2aktor*faktor risiko yang tidak dapat diubah

    7mur > =& tahun.

    ?ama DM > & tahun.

    b. 2aktor*2aktor !isiko yang dapat diubah (termasuk kebiasaan dan gaya hidup)

    "europati (sensorik, motorik, perifer).

    +besitas.

    3ipertensi.

    5likolisasi 3emoglobin (3b$1) tidak terkontrol.

    Kadar glukosa darah tidak terkontrol.

    #nsusifiensi Laskuler karena adanya $terosklerosis yang disebabkan

    * Kolesterol otal tidak terkontrol.

    * Kolesterol 3D? tidak terkontrol.

    * rigliserida tidak terkontrol.

    Kebiasaan merokok.

    Ketidakpatuhan Diet DM.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    14/32

    Kurangnya aktivitas 2isik.

    Pengobatan tidak teratur.

    Pera6atan kaki tidak teratur.

    Penggunaan alas kaki tidak tepat.

    2aktor*faktor risiko terjadinya ulkus diabetika lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut

    a. 7mur > =& tahun.

    7mur > =& tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetika karena pada usia

    tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi

    penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh

    terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Penelitian di

    $merika 0erikat dikutip oleh !ochmah 8 menunjukkan bah6a dari tahun

    BB=*BB' pada lansia umur < =& tahun, didapatkan hanya %F saja pada usia

    tua dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali, @F kadar kolesterol

    normal, hipertensi ;&F, dan A&F mengalami gangguan pada aterosklerosis,

    makroangiopati, yang faktor*faktor tersebut akan mempengaruhi penurunan

    sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah besar atau sedang di tungkai

    yang lebih mudah terjadi ulkus diabetika.

    b. ?ama DM > & tahun.

    7lkus diabetika terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang telah

    menderita & tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali,

    karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga

    mengalami makroangiopati*mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan

    neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanyarobekan/luka pada kaki penderita diabetik yang sering tidak dirasakan.

    c. "europati.

    Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan

    mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut

    saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut

    akan terjadi neuropati. 0yaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal

    ke otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    15/32

    selain itu juga kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah

    robek. "europati perifer berupa hilangnya sensasi rasa berisiko tinggi terjadi

    ulkus diabetika. Keberadaan neuropati berkaitan dengan kejadian ulkus

    diabetika.

    d. +besitas.

    Pada obesitas dengan #M > %- kg/m%(6anita) dan #M > %A kg/m%(pria) atau

    CC! lebih dari %& F akan lebih sering terjadi resistensi insulin. $pabila kadar

    insulin melebihi & 7/ml, keadaan ini menunjukkan hiperinsulinmia yang

    dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak pada vaskulopati, sehingga

    terjadi gangguan sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan

    tungkai akan mudah terjadi ulkus/ganggren diabetika.

    e. 3ipertensi.

    3ipertensi (D < -&/@& mm 3g) pada penderita Diabetes mellitus karena

    adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah

    sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah

    lebih dari -&/@& mm 3g dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel.

    Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati melalui

    proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi

    sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan

    terjadinya ulkus. Penelitian studi kasus kontrol oleh !obert di #o6a

    menghasilkan bah6a ri6ayat hipertensi akan lebih besar ; J terjadi ulkus

    diabetika dengan tanpa hipertensi pada DM.

    f. 5likolisasi 3emoglobin (3b$1) dan kadar glukosa darah tidak terkendali.

    5likosilasi 3emoglobin adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam

    sirkulasi sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah

    merah. $pabila 5likosilasi 3emoglobin (3b$c) > =,A F akan menurunkan

    kemampuan pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan

    hipoksia jaringan yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos

    subendotel.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    16/32

    Kadar glukosa darah tidak terkontrol (5DP < && mg/dl dan 5D%:PP < ;;

    mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi kronik jangka panjang, baik

    makrovaskuler maupun mikrovaskuler salah satunya yaitu ulkus diabetika.

    g. Kolesterol otal, 3D?, rigliserida tidak terkendali.

    Pada penderita Diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan kadar

    trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi 3D? (high*density*

    lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah (G ;A mg/dl). Kadar

    trigliserida > A& mg/dl , kolesterol total > %&& mg/dl dan 3D? G ;A mg/dl akan

    mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan

    hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan dan terjadinya

    aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis adalah penyempitan lumen

    pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan

    sehingga suplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang

    atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea,

    kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi

    nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki

    atau tungkai

    h. Kebiasaan merokok.

    Penelitian case control di 1alifornia oleh 1asanno dikutip oleh 83+ pada

    penderita Diabetes mellitus yang merokok > % batang per hari mempunyai

    risiko - J untuk menjadi ulkus diabetika dibandingkan dengan penderita DM

    yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung di

    dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi

    penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran

    sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance lemak darah dan

    mempermudah timbulnya aterosklerosis. $terosklerosis berakibat insufisiensi

    vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis juga

    akan menurun.

    i. Ketidakpatuhan Diet DM.

    Kepatuhan Diet DM merupakan upaya yang sangat penting dalam pengendalian

    kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati normal sehingga

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    17/32

    dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika. Kepatuhan Diet DM

    mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu mempertahankan berat badan

    normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar

    glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas reseptor

    insulin dan memperbaiki sistem koagulasi darah.

    j. Kurangnya aktivitas 2isik.

    $ktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi

    darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,

    sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah

    terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik Diabetes mellitus. +lah raga

    rutin (lebih - kali dalam seminggu selama -& menit) akan memperbaiki

    metabolisme karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolisme lipid dan

    sumbangan terhadap penurunan berat badan. 0alah satu penelitian tentang efek

    olah raga pada penderita DM menunjukkan bah6a olah raga akan menurunkan

    kadar trigliserida.

    k. Pengobatan tidak teratur.

    Pengobatan rutin pada penderita Diabetes mellitus tipe #, menurut hasil

    penelitian di $merika 0erikat dikutip oleh Minadiarly didapatkan bah6a

    pengobatan intensif akan dapat mencegah dan menghambat timbulnya

    komplikasi khronik, seperti ulkus diabetika.

    l. Pera6atan kaki tidak teratur.

    Pera6atan kaki diabetisi yang teratur akan mencegah atau mengurangi

    terjadinya komplikasi kronik pada kaki.

    m. Penggunaan alas kaki tidak tepat.

    Diabetisi tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena tanpa menggunakan alas

    kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus

    diabetika, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa

    berkurang atau hilang.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    18/32

    +. SEPSIS

    1. DE'INISI

    0epsi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda*tanda klinis dan gejala*

    gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok

    septik.

    0#!0 (systemic inflammatory response syndrome) adalah istilah kedokteran yang

    menggambarkan adanya sistemasi infeksi didalam tubuh dan terjadi proses

    perla6anan tubuh yang hebat terhadap infeksi Cakteremia adalah adannya sirkulasi

    bakteri di dalam aliran darah (yang dalam keadaan normal tanpa di ikuti biakan

    kuman sehingga tidak menimbulkan simptoma). Dengan sistem imun yang normal

    masuknya bakteri dalam jumlah kecil ke dalam darah bisa dengan segera di

    musnahkan oleh sel*sel immun. Penyebab terjadinya bakteremia yang paling sering

    terjadi sehari hari misalnya saat menggosok gigi (%;F)N selain itu penanggalan gigi

    (A&F), pengangkatan tonsil leher (tonsilektomi), gastroskopi.

    2. ETI,L,"I

    Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram (*) dengan prosentase =&*'& F

    kasus, yang menyebabkan berbagai produk yang dapat menstimulasi sel imun.

    Staphylococci, Pneumococci, Sterptococcus dan bakteri gram negatif lainnya

    menyebabkam sepsis. 0elain itu jamur opoortunistik, virus (denguedan herpes) atau

    proto4oa (Falciparum malariae) dilaporkan dapat menyebabkan sepsis, 6alaupun

    jarang.

    Peptidoglikan merupakan komponen dinding sel dari semua kuman, pemberian infus

    substansi ini pada binatang akan memberikan gejala mirip pemberian endotoksin.

    Peptidogliksn diketahui dapat menyebabkan agregasi trombosit.

    ksotoksin yang dihasilkan oleh berbagai macam kuman , misalnya O*hemolisin ( S.

    Aurens ), E. coli hemolisin ( E. coli) dapat merusak integritas membran sel imun

    secara langsung.

    !. 'AKT,) )ESIK, SEPSIS

    2aktor risiko sepsis pada anak menurutZimmermandanBone adalah

    a. 2aktor pejamu

    Malnutrisi, immunodefisiensi, penyakit kronis, trauma/ luka bakar, penyakit

    berat.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    19/32

    b. 2aktor pengobatan

    indakan operasi, prosedur invasif, antibiotika, terapi immunosupresif, lama

    pera6atan, lingkungan rumah sakit.

    %. PAT,'ISI,L,"I

    Cakteri gram negatif memiliki struktur dinding sel luar yang khas terdiri dari

    lipopolisakarida yang dikenal sebagai endotoksin karena dapat memacu respons

    toksin. oksin akan direspons oleh sitokin yang akan mengaktivasi respons immun.

    Pada fase a6al tumor necrosis factor ("2) O , #?*, #?*=, #?*@ dan platelet

    agregating factor (P$2) berperan dalam proses terjadinya respons immun sistemik

    yang terjadi pada jam ke %. 0itokin ini juga menyebabkan depresi miokard,

    menghambat oksigen radikal spesies pada sel endotel dan menyebabkan dilatasi otot

    polos vaskuler. #nterleukin = dan granulosite colony stimulating factor (5*102)

    mulai berperan dalam memproduksi immunoglobulin sel C aktif, differensisis sel ,

    sintesis protein fase akut (1!P). 5*102 berperan dalam peningkatan aktivasi

    neutrofil, memperlambat apoptosis neutrofil dan meningkatkan produksinya dari

    sumsum tulang. :uga terjadi peningkatan degranulasi neutrofil, perlekatan pada

    endotel dan daya oksidasi neutrofil. erjadi aktivasi kaskade koagulasi dan sistem

    komplemen. Proses metabolisme asam arakhidonat menghasilkan leukotrien,

    tromboksan $%, dan prostaglandin (P5% dan P5#%). #?* dan #?*= akan

    mengaktivasi sel untuk menghasilkan interferon Q, #?*%, #?*; dan 5M*102.

    #nteraksi tersebut akan meningkatkan respons inang terhadap infeksi. #nterferon

    gamma dan "2 akan meningkatkan aktivitas fagosit neutrofil.

    T-e Mediat( A/ti0it-

    1ellular

    mediators

    ?ipopolysaccharide

    $ctivation of macrophages, neutrophils,

    platelets, and endothelium releases various

    cytokines and other mediators

    ?ipoteichoic acid

    Peptidoglycan

    0uperantigens

    ndotoRin

    1ytokines

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    20/32

    3umoral

    mediators

    Potent proinflammatory effect

    "eutrophil chemotactic factor

    $cts as pyrogen, stimulates C and lymphocyte

    proliferation, inhibits cytokine production,

    induces immunosuppression

    $ctivation and degranulation of neutrophils

    1ytotoRic, augments vascular permeability,

    contributes to shock

    #nvolved in hemodynamic alterations of septic

    shock

    Promote neutrophil and macrophage, platelet

    activation and chemotaRis, other

    proinflammatory effects

    nhance vascular permeability and contributes to

    lung injury

    nhance neutrophil*endothelial cell interaction,

    regulate leukocyte migration and adhesion, and

    play a role in pathogenesis of sepsis

    "2*alpha and #?*

    #?*@

    #?*=

    #?*&

    M#2S

    5*102

    1omplement

    "itric oRide

    ?ipid mediators

    Phospholipase $%

    P$2T

    icosanoids

    $rachidonic acid

    metabolites

    $dhesion molecules

    0electins

    ?eukocyte integrins

    Pada dasarnya terdapat keseimbangan antara mediator proinflamasi dengan

    antiinflamasi. Cila penyebab inflamasi lebih dominan kerusakan akan berlanjut

    menjadi D#1, depresi otot jantung, gangguan mikrosirkulasi, gangguan penyaluran

    oksigen ke jaringan, gagal multi organ. erjadinya gangguan homeostasis dan

    aktivasi sistem inflamasi intravaskuler pada syok septik terutama disebabkan

    disregulasi dalam pembentukan berbagai sitokin. ndotoksin, "2 O, P$2 leukotrien

    dan tromboksan $% meningkatkan permeabilitas kapiler. ndotel juga melepaskan

    endothelium derived relaxingfactor yang menyebabkan relaksasi otot polos dan

    menghambat agregasi trombosit. $ktivasi komplemen akan menyebabkan

    vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskuler, aktivasi dan degranulasi

    neutrofil. Proses ini melepaskan oksigen radikal bebas, en4im lisosomal,

    pembentukan mikroemboli yang akan merusak endotel vaskuler.

    ,(gan S-ste Mild +(ite(ia Se0e(e +(ite(ia

    Pulmonary 3ypoRia/hypercarbia $!D0 reUuiring PPS

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    21/32

    reUuiring assisted ventilation

    for -*A dcm 3%+ and 2i+%

    T9&.A

    3epatic

    Cilirubin %*- mg/d? or other

    liver function tests more than

    t6ice normal, P elevated tot6ice normal

    :aundice 6ith bilirubin @*&

    mg/Dl

    !enal

    +liguria (9A&& m?/d or

    increasing creatinine) %*-

    mg/d?

    Dialysis

    5astrointestinal#ntolerance of gastric feeding

    for more than A d

    0tress ulceration 6ith need

    for transfusion, acalculous

    cholecystitis

    3ematologicaP

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    22/32

    3ipotensi terjadi akibat aktivasi faktor J##, prekalikrein, kalikrein, kininogen,

    bradikinin yang bersifat vasodilator kuat. Proses selanjutnya akan terjadi penurunan

    deformitas eritrosit yang menyebebkan gangguan homeostasis mikrosirkulasi.

    Peningkatan permeabilitas mikrovaskuler pada sistem vaskuler sistemik dan paru

    menyebabkan edema jaringan terutama di paru, ginjal, kulit, otot, jantung dan otak.

    Pooling intravasculer dapat terjadi di intestinal akibat relaksasi arteriolae dan

    konstriksi venulae. Darah yang terperangkap ini menyebabkan volume kapilermenurun, aliran balik vena dan curah jantung menurun. Kongesti darah dapat terjadi

    di paru dan kelenjar adrenal yang bisa berlanjut menjadi perdarahan. !espons

    adrenergik dalam mikrosirkulasi akan dipengaruhi oleh endotoksin dan terjadi

    gangguan sensitivitas terhadap noradrenalin. Peningkatan viskositas darah dan

    resistensi post kapiler. !edistribusi aliran darah organ, terbukanya arteriovenous

    shunt, reaksi multiple endotelium.

    &. "AMBA)AN KLINIS

    anda 0#!0 ditemukan % dari gejala berikut

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    23/32

    . 0uhu tubuh < -@ &1 atau 9 -= &1

    %. Denyut jantung < B& kali/menit

    -. ?aju napas < %& kali/menit atau Pa 1+%9 -% mm3g

    ;. ?eukosit < %.&&& atau 9 ;.&&&/mm- atau ditemukan&F leukosit imatur.

    Ceberapa ahli tidak sependapat untuk syarat penemuan kuman gram negatif,

    mengingat bah6a bakteri tersebut sering sudah tidak dijumpai, disamping itu kuman

    penyebab tidak selalu gram negatif.

    0epsis ditandai dengan gejala 0#!0 dan ditemukannya kuman penyebab infeksi.

    5ejala tambahan berupa gangguan perfusi organ

    . Perubahan status mental.

    %. 3ipoksemia, Pa+%9'% mm 3g dengan 2i+% %F.

    -. Peningkatan kadar laktat plasma.

    ;. +liguria (produksi urine 9 -& ml atau &.A ml/kg selama minimal jam)

    #nfeksi merupakan istilah untuk menamakan keberadaan berbagai kuman yang

    masuk ke dalam tubuh manusia. Cila kuman berkembang biak dan menyebabkan

    kerusakan jaringan disebut penyakit infeksi yang terjadi jejas sehingga timbul reaksi

    inflamasi. Meskipun dasar proses inflamasi sama, namun intensitas dan luasnya

    tidak sama, tergantung luas jejas dan reaksi tubuh. #nflamasi akut dapat meluas serta

    menyebabkan tanda dan gejala sistemik.

    #nflamasi ialah reaksi jaringan vaskuler terhadap semua bentuk jejas. Pada dasarnya

    inflamasi adalah suatu reaksi pembuluh darah, syaraf, cairan dan sel tubuh di tempat

    jejas. #nflamasi akut merupakan respon langsung yang dini terhadap agen penyebab

    jejas dan kejadian yang berhubungan dengan inflamasi akut sebagian besar

    dimungkinkan oleh produksi dan pelepasan berbagai macam mediator kimia.

    Meskipun jenis jaringan yang mengalami inflamasi berbeda, mediator yang

    dilepaskan adalah sama.

    0epsis merupakan 0#!0 ditambah tempat infeksi yang diketahui ( ditentukan dengan

    biakan positif terhadap organisme dari tempat tersebut ). Meskipun 0#!0, sepsis dan

    syok septic biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri, tidak harus terdapat

    bakteriemia. Cakteriemia adalah keberadaan bakteri hidup dalam komponen cairan

    darah, bersifat sepintas, dijumpai setelah jejas berada dipermukaan mukosa primer

    (tanpa fokus infeksi intravaskuler atau ekstravaskuler). 0epsis berat adalah sepsis

    yang berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan hipoperfusi atau hipotensi.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    24/32

    *. DIA"N,SA KLINIS

    7paya untuk membakukan terminologi telah mengakibatkan pembentukan kriteria

    untuk diagnosis sepsis dalam de6asa dira6at di rumah sakit. Kriteria ini meliputi

    manifestasi dari pejamu menanggapi infeksi, selain identifikasi organisme. #stilah

    sepsis, sepsis berat dan syok septik digunakan untuk menghitung besarnya sistemik

    reaksi radang. Pasien dengan sepsis memiliki bukti dari infeksi, serta sistemik tanda*

    tanda dari peradangan (misalnya, demam, leukositosis dan takikardia).

    3ipoperfusion dengan tanda*tanda disfungsi organ disebut sepsis berat. 0yok septik

    memerlukan kehadiran di atas, terkait dengan bukti*bukti yang lebih signifikan

    jaringan hipoperfusion dan hipotensi sistemik. Di samping hipotensi, maldistribusi

    dari aliran darah dan shunting di mikrosirkulasi, lebih lanjut yaitu terganggunya

    pengiriman nutrisi untuk jaringan sekitar.

    Mengenali sepsis dimulai dengan mendefinisikan pasien berisiko. Manifestasi klinis

    sepsis biasanya akan menjadi jelas dan meminta inisiasi pera6atan sebelum

    konfirmasi bakteriologik organisme atau sumber organisme diidentifikasi. 0elain

    demam, takikardia, dan takipnoe, tanda*tanda hipoperfusi seperti kebingungan,

    malaise, oliguria, atau hipotensi mungkin ditemukan. Karena hal*hal ini maka kita

    harus agresif mencari adanya kemungkinan infeksi termasuk melalui pemeriksaan

    fisik yang menyeluruh, inspeksi dari semua luka, evaluasi kateter infus atau badan*

    badan asing lainnya, mendapatkan kultur sesuai, dan terapi ajuvan sebagaimana

    diperlukan.

    . PEME)IKSAAN PENUNJAN"

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain

    ?aboratorium Kultur darah dengan mengambil specimen darah pasien dengan

    mengisolasi mikroorganisme darah atau situs lokal infeksi.

    3. PENATALAKSANAAN

    Dasar strategi pengelolaan meliputi

    . Mencari dan memberantas kuman penyebab infeksi dengan memberi antibiotik

    adekuat menghilangkan fokal infeksi dengan tindakan bedah.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    25/32

    %. Memulihkan hemodinamik dengan resusitasi cairan &*%& ml/kgCC kristaloid

    maupun koloid. Perbaikan tekanan perfusi dan fungsi jantung dapat dilakukan

    dengan pemberian vasoaktif dan inotropik.

    -. Memulihkan fungsi organ.

    7ntuk mencapai tujuan diatas diperlukan pemberian antibiotika 6alaupun hasil

    kultur kuman belum ditemukan. indakan menghilangkan sumber infeksi

    dikerjakan dengan drainase eksudat, eksisi nekrosis, ekstirpasi . Menghilangkan

    perubahan hemodinamik dan pemulihan perfusi jaringan dengan cepat.

    Memperbaiki pernapasan, pemberian cairan adekuat, pemberian kortikosteroid

    masih kontroversi, penggunaan vasoaktif dengan memperbaiki aliran darah dan

    perfusi jaringan dan memulihkan tekanan darah.

    ;. Memulihkan fungsi organ tubuh vital terutama jantung, paru, ginjal.

    A. Penggunaan antiendotoksin dan antimediator antibodi anti "2 , antibodi anti

    #?*, #5M, #5$, #55, pA, 3$*$, interferon gamma.

    =. Pengelolaan lain nutrisi, pera6atan intensif, monitoring ketat

    atalaksana yang dapat diberikan antara lain pemberian antibiotika, dimana

    pemberian antimikroba harus diberikan secepatnya setelah darah dan specimen

    lainnya dikultur. $pabila hasilnya belum dapat ditentukan dapat diberikan

    pengobatan secara empirik yang efektif mela6an bakteri gram positif dan gram

    negatif. Pemilihan antimikroba dapat merupakan hal yang kompleks, maka harus

    memperhatikan ri6ayat pasien, komorbiditas, sindroma klinis, data pe6arnaan gram,

    dan pola resistensi lokal. Dosis maksimal antimikroba yang dianjurkan dapat

    diberikan secara intrvena, dengan penyesuaian pada gangguan renal jika dibutuhkan.

    $pabila hasil kultur telah didapatkan, maka regimen dapat lebih disederhanakan,

    karena seringkaliantimikroba tunggal dapat adekuat untuk pengobatan pathogen

    yang diketahui.

    4. K,MPLIKASI

    Komplikasi yang akan terjadi pada penderita septik bila tidak segera ditangani

    sebagai berikut

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    26/32

    Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan

    yang berkepanjangan

    0indrom distres pernapasan de6asa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler

    karena hipoksia

    #nsiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian

    infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat, melakukan debridemen luka

    untuk membuang jaringan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan

    secara tepat danmencuci tangan dengan benar.

    D. INSULIN#nfus insulin (glucose*insulin*potassium V5#KW) terbukti dapat memperbaiki luaran pada

    pasien ga6at darurat yang dira6at di ruang intensif akibat kelainan jantung atau stroke.

    erapi insulin intensif pada pasien ga6at darurat yang dira6at di ruang intensif terbukti

    dapat menurunkan angka kematian. 3al tersebut terutama disebabkan oleh penurunan

    angka kejadian kegagalan organ multipel akibat sepsis. 0elain itu, penggunaan infus

    insulin juga dapat menurunkan mortalitas di rumah sakit secara keseluruhan, sepsis,

    gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis atau hemofiltrasi, jumlah transfusi darah sel

    darah merah, polineuropati, dan penurunan penggunaan ventilasi mekanis yang

    berkepanjangan serta lama pera6atan di ruang intensif. Penggunaan infus insulin*

    glukosa secara intensif pada pasien infark miokard akut juga memperbaiki angka

    kematian jangka panjang. 3al serupa ditemukan pada pasien stroke. Pasien stroke

    dengan hiperglikemia ringan sampai sedang yang mendapatkan infusinsulin (5#K)

    memiliki angka kematian yang lebih kecil dibandingkan pasien tanpa pemberian infus

    insulin 5#K. 0ementara itu, perbaikan luaran klinis pada pasien mungkin disebabkan

    oleh efek insulin terhadap perbaikan stres oksidatif dan pelepasan berbagai molekul

    proinflamasi yang dikeluarkan saat terjadi hiperglikemia akut.

    Pasien yang dira6at di rumah sakit dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok

    pertama pasien yang memerlukan pera6atan di ruang intensif, misalnya pasien

    ketoasidosis, pascaoperasi, atau pasien penyakit ga6at seperti sepsis. Kelompok kedua

    adalah pasien yang tidak memerlukan pera6atan di ruang intensif, misalnya pasien

    praoperatif atau pasien dengan penyakit yang tidak ga6at. 0ecara umum, cara pemberian

    http://nursingbegin.com/mencuci-tangan-yang-baik-dan-benar/http://nursingbegin.com/mencuci-tangan-yang-baik-dan-benar/http://nursingbegin.com/mencuci-tangan-yang-baik-dan-benar/http://nursingbegin.com/mencuci-tangan-yang-baik-dan-benar/
  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    27/32

    terapi insulin bagi kedua kelompok di atas memiliki perbedaan. Pasien yang dira6at di

    ruang intensif umumnya memerlukan terapi intensif dengan cara pemberian insulin infus

    (drip) intravena atau secara intramuskular. 1ara intramuskular jarang dilakukan dan

    hanya dilakukan bila fasilitas insulin drip intravena tidak tersedia. Pasien yang dira6at di

    ruang biasa umumnya tidak memerlukan terapi insulin infus intravena. erapi untuk

    pasien ini cukup dengan pemberian subkutan atau dengan pompa insulin (10##). Cahkan

    pada kasus yang ringan, terapi dengan obat antidiabetik oral masih dapat diberikan untuk

    pasien DM, terutama pasien DM%.

    A. Sasa(an Kendali "luksa Da(a5

    Puasa/sebelum makan @&*& mg/dl

    jam seteNah makan 9 @& mg/dl

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    28/32

    Pasien bedah dan keadaan kritis @&*& mg/dl

    B. +a(a Pebe(ian Insulin

    0ecara umum, kebutuhan insulin dapat diperkirakan sebagai berikutinsulin basaladalah A&F kebutuhan total insulin per hari atau &,&% 7/kgCCN insulin prandial

    adalah A&F dari kebutuhan total insulin per hariN dan insulin koreksi sekitar &*%&F

    dari kebutuhan total insulin per hari.

    #nsulin infus intravena

    * 0asaran kadar glukosa darah

    0asaran kadar glukosa darah dan batas kadar glukosa darah untuk memulai

    pemberian terapi insulin tergantung dari setiap kasus yang dihadapi. Padapasien bedah yang kritis (sakit berat/ga6at), sasaran kadar glukosa darah

    lebih rendah dari pada pasien penyakit kritis nonbedah atau penyakit bedah

    tidak kritis.

    * #ndikasiinsulininfus intravena

    Pada prinsipnya, pasien penyakit berat atau kritis yang dira6at di rumah sakit

    memerlukan terapi insulin. 0ebagian besar dari mereka membutuhkan terapi

    insulin yang diberikan secara infus intravena, misalnya pada pasien

    kritis/akut seperti hiperglikemia ga6at darurat, infark miokard akut, stroke,

    fraktur, infeksi sistemik, syok kardiogenik, pasien transplantasi organ, edema

    anasarka, kelainan kulit yang luas, persalinan, pasien yang mendapat terapi

    glukokortikoid dosis tinggi, dan pasien pada periode perioperatif. 3al lain

    yang perlu diperhatikan adalah adanya strategi untuk mencapai dosis yang

    tepat sebelum konversi dari terapi insulin infus intravena ke terapi insulin

    subkutan 0elain itu, hal yang juga perlu diperhatikan adalah derajat bukti

    manfaat penggunaan insulin infus intravena.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    29/32

    * Protokol insulin infus intravena

    Protokol ini dimulai dengan tahap persiapan yaitu dengan memberikan infus

    DAF &&cc/jam. 0etelah itu, bila terdapat fasilitas syringe pump, siapkan A&

    unit insulin reguler (!#) dalam spuit berukuran A& cc, kemudian encerkan

    dengan larutan "a1l &,B F hingga mencapai A& cc ( cc "a1l I unit !#).

    Cila diperlukan ,A unit insulin/jam, petugas tinggal mengatur kecepatan

    tetesan ,A cc/jam. Dapat pula diberikan %A !# dalam %A& ml larutan "a1l

    &,BF, yang berarti setiap % cc "a1l I unit !#.

    Cila tidak tersedia syringe pump, dapat digunakan botol infus A&& cc larutan

    "a1l &,BF. Masukkan % unit !# (dapat juga = unit atau angka lain, sebab

    nantinya akan diperhitungkan dalam tetesan) ke dalam botol infus A&& cc

    larutan "a1l &.BF. Cila dibutuhkan unit insulin/jam, maka dalam botol

    infus yang berisi % unit !#, diatur kecepatan tetesan % jam/botol, sehingga

    % unit !# akan habis dalam % jam. Cila dibutuhkan % unit perjam,

    kecepatan tetesan infus diatur menjadi = jam/botol, karena % unit !# akan

    habis dalam = jam, demikian seterusnya, tetesan diatur sesuai permintaan.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    30/32

    0ebagai patokan tetesan, cc cairan infus I %& tetesan makro I =& tetesan

    mikro.

    * Peralihan insulin infus intravena ke insulin subkutan

    0etelah kadar glukosa darah stabil dan pasien mulai mendapatkan makanan,

    terapi insulin dapat dialihkan menjadi jalur subkutan dengan tetap

    memperhatikan kaidah terapi insulin basal dan bolus, serta disesuaikan

    dengan pola respon insulin fisiologis. 0ebelum terapi insulin infus intravena

    dihentikan, terapi insulin subkutan sebaiknya sudah dimulai supaya diperoleh

    6aktu yang cukup untuk a6itan kerja insulin. erapi insulin infus intravena

    dapat dihentikan % jam setelah pemberian insulin subkutan.

    Kebutuhan insulin subkutan dihitung berdasarkan total kebutuhan insulin

    infus intravena dalam %; jam. Dosis total harian insulin subkutan adalah @&F

    dari dosis total insulin infus intravena selama %; jam. Dosis total harian

    tersebut dibagi menjadi dosis insulin basal dan insulin bolus subkutan. Dosis

    insulin basal adalah sebesar A&F dari dosis harian total. :enis insulin yang

    diberikan biasanya long acting insulin (lebih baik digunakan insulin yang

    tidak memiliki puncak kerja/peak,seperti insulin glargine atau detemir).

    Dosis insulin bolus subkutan adalah A&F dari dosis harian total subkutan.

    Dalam pemberiannya, dosis dibagi rata sesuai jumlah kali makan, umumnya

    - kali/hari. :enis insulin yang diberikan berupa short atau rapid acting

    insulin.

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    31/32

    #nsulin subkutan

    8alaupun penggunaan terapi obat antidiabetik oral masih memungkinkan untuk

    diberikan pada pasien diabetes melitus yang dira6at di rumah sakit, tapi bagi

    pasien yang akan menjalani pembedahan atau memiliki penyakit beratsebaiknya digunakan terapi insulin. $da beberapa bentuk pemberian insulin

    subkutan pada pasien yang dira6at di rumah sakit, antara lain insulin terjad6al

    (scheduled atau programmed insulin) dan insulin koreksi. Program pemberian

    insulin terjad6al terbagi atas kebutuhan insulin basal dan insulin prandial.

    #nsulin basal dapat diberikan dengan menggunakan pompa insulin (10##),

    insulin kerja intermediate ("P3 atau premiRed) %*; kali sehari, atau insulin

    analog kerja panjang. 0ementara itu, kebutuhan insulin prandial dapat dipenuhi

    dengan insulin kerja cepat (insulin regular atau rapid acting insulin analog).

    #nsulin tersebut diberikan sebelum makan atau setelah makan (hanya untuk

    penggunaan rapid acting insulin analog)apabila jad6al dan jumlah asupan

    makanan tidak pasti.

    E. ANEMIA

  • 5/24/2018 Cr Icu Tinpus

    32/32

    Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi

    hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal sesuai usia dan jenis kelamin.

    De(a#at Laki$Laki Pe(euan

    & (nilai normal)