faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya akne vulgaris
DESCRIPTION
skripsiTRANSCRIPT
NILAM PERMATANIM: 030.10.206
FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
AKNE VULGARIS PADA USIA REMAJA
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL
BAB IV METODE
DAFTAR PUSTAKA
HIPOTESIS
Jenis kelamin, riwayat keluarga, diet tinggi lemak, diet makanan dengan indeks glikemik tinggi, pemakaian kosmetik komedogenik, jenis kulit berminyak, stress, dan aktivitas pada cuaca panas merupakan faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya akne vulgaris.
MANFAAT
Informasi peneliti, subjek peneliti dan pembaca
peningkatan prevensi Masyarakat awam dan pemerintah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
(Sumber Medscape)
• Histo anatomi kelenjar sebasea/holokrin/palit
• (-) lumen•Sekret kelenjar dari dekomposisi sel-sel kelenjar•Sebum tdd: trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, kolesterol.•Sekresi dipengaruhi hormon androgen
Etiologi : multifaktorial1. Faktor genetik
2. Faktor infeksi : Propionibacterium acnes
3. Faktor hormonal
4.Faktor diet:o Produk susu (dairy) terdapat hormon IGF-1(insulin
like growth factor-1) efek komedogenik, hormon androgen produksi sebum
o Indeks glikemik tinggi insulin proliferasi polisebasea, merangsang efek androgen produksi sebum akne
o Diet tinggi lemak meningkatkan IGF-1
5. Faktor kosmetik yang mengandung komedogenik
6. Faktor obat-obatan menggangu hormonal
7. Faktor jenis kulit berminyak berpori besar jika ada debu, kotoran dll penyumbatan kelenjar sebasea akne
8. Faktor pekerjaan oli, logam terpapar lama
9. Faktor psikis, makan tidak terarur (terlalu banyak/cepat) indeks glikemik
10. Faktor iklim,musim, suhu, dan kelembaban
Klasifikasi (Sumber: Regional Consensus on Acne
Management)22
Akne Ringan Komedo < 20
Lesi inflamasi < 15
Total Lesi < 30
Akne Sedang Komedo 20 – 100
Lesi Inflamsi 15 – 50
atau Total Lesi 30 – 125
Akne Berat Kista > 5 atau komedo > 100
atau Lesi inflamasi > 50
atau Total lesi > 125
DiagnosisGejala klinis+ pemeriksaan ekskohlesi sebum
Diagnosis bandingErupsi akneiformisAkne venenata dan akne akibat rangsangan fisisRosasea Dermatitis perioral
Pencegahan Menghindari faktor-faktor pemicu
Pengobatan 1) Pengobatan Topikal1
o Retinoido Antimikrobao Sulfuro Anti peradangan topical
2) Pengobatan sistemik1
o Antimikrobao Obat hormonal
Pengertian remaja
WHO mendefinisikan rentang usia remaja sebagai dekade kedua kehidupan, yaitu 10-19 tahun.
Ringkasan pustaka
No Peneliti, tahun, lama penelitian
Subjek, lokasi, desain, lama penelitian
Variabel yang diteliti
Hasil
1. R.A.Khalida Purwaningdyah dan Nelva Karmila Jusuf. 2013
100 Murid SMA di Shafiyyatul Amaliyyah. Deskriptif dengan cross-sectional
Akne vulgaris, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, diet, hormon, iklim, psikis, kosmetika, bagian tubuh yang terkena akne dan pengobatan.
Penderita mayoritas berusia 17 tahun (41%), berjenis kelamin laki-laki (58%), ada riwayat keluarga (41%), diet terbanyak yang memicu timbulnya akne vulgaris adalah kacang (64%), pada perempuan terjadi setelah dan sebelum menstruasi (15%), panas merupakan pemicu(70%), memperhatikan kondisi akne vulgarisnya setiap hari (51%), mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan sosial penderita (39%), stress(90%), foundation (42.9%) merupakan kosmetika yang dapat memicu, predileksi akne vulgaris pada bagian wajah (85%), obat topikal untuk menangani masalah pada akne (61%) dan kebanyakan tidak melakukan pengobatan.
2. S. Zahra Ghodsi, Helmut Orawa dan Christos C. Zouboulis. 2009
1002 Murid SMA di Tehran, Iran. Cross-sectional, community-based
Akne vulgaris, riwayat keluarga, nutrisi, kebiasaan, stress emosional, menstruasi, dan merokok.
Prevalensi tidak akne (6.8%), akne ringan (79.1%), akne sedang-berat (14%). Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan keparahan akne. Yang memiliki riwayat keluarga (19.9%), yang tidak (9.8%). Angka keparahan akne pada jenis kulit seborrheic>normal, pada fase premenstrual, tetapi merokok tidak berpengaruh. Makanan berpengaruh pada keparahan akne yaitu kacang, coklat, makanan berminyak, sedangkan makanan pedas tidak berpengaruh.
3. Dewi Rahmawati. 2012
64 siswi berumur 15-17 di SMA/MA/SMK kecamatan Semarang Selatan. Observasi, cross sectional, dengan cluster random sampling
Akne vulgaris, perwatan kulit wajah, riwayat keluarga, hormonal, diet, obat-obatan, jenis kulit, dan psikis.
Sebagian besar responden menderita akne derajat ringan-sedang (93,8%), timbul menjelang menstruasi (84,4%), akne bertambah banyak setelah memakan makanan yang tinggi lemak adalah 52 (81,3%), sebagian besar menyatakan tidak melakukan pengobatan akne (73,4%), dan sebagian besar responden berjenis kulit berminyak(73,4%).
4. Jae Yoon Jung, Mi Young Yoon, Seong Uk Mini, Jong Soo Hong, Yu Sung Choi, dan Dae Hun Suh. 2010
1285 subjek di Korea. Case-control
Akne, tes darah yaitu insulin, insulin like growth factor-1 (IGF-1), insulin-like growth factor binding protein-3 (IGFBP-3), glukosa darah post prandial, dan dehydroepiandrosterone sulphate (DHEA)
783 (61%) akne dan 502 (39%) kontrol dibagi menjadi 2 kelompok yaitu aggravated by food (AF) dan not-aggravated by food (NAF). (54%) kelompok AF, (46%) NAF, laki-laki (44%), perempuan (56%), hal yang paling berpengaruh pada akne pada laki-laki adalah makanan(49.5%), sedangkan pada perempuan adalah menstruas i(60.1%), kedua adalah makanan (56.3%). Jemis makanan adalah makanan berlemak yang paling berpengaruh (71.5%). Pada sampel kontrol waktu makan lebih teratur dan sarapan, tidak pada penderita akne. IGF-1 pada AF (543.9 ± 56.4 ng/mL) lebih tinggi dari NAF (391.3 ± 118.2 ng/mL). IGFBP-3 pada AF (3,876.9 ± 720.0 ng/mL) lebih rendah dari NAF (4,458.0 ± 1,066.2 ng/mL). IGF-1 lebih tinggi pada laki-laki AF (530 ng/mL) dibanding NAF (398 ng/mL). IGFBP-3 lebih rendah pada wanita AF (3,990.2 ng/mL) dibanding NAF (4,878.2 ng/mL)
5. V. Bataille, H. Snieder, A. J. MacGregor, P. Sasieni dan T. D. Spector. 2002
458 pasang kembar monozigot dan 1099 pasang kembar dizigot. Cross-sectional, case control
Akne vulgaris, genetik, dan lingkungan
Prevalensi pada kembar monozigotik (14,3%) dan dizigotik (13,8%). Akne tidak berhubungan dengan zygoty. Terdapat riwayat keluarga pada 220 kembar akne yaitu 47 % . Hasil dari analisis kuantitatif genetik bahwa ada relatif kontribusi antara genetik dan lingkungan.
6. Sri Wilin I. Lihawa dan Warih Andan Puspitosari. 2008
140 siswa berumur 15-18 tahun, tidak sedang atau menjelang menstruasi bagi siswa perempuan,tidak mempunyai riwayat keluarga dengan akne vulgaris,tidak sedang dalam pengobatan yang menyebabkan erupsi dan tidak menggunakan kosmetik yang bersifat aknegenik di lingkungan sekolah SMA Negeri 3 Gorontalo. Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Akne vulgaris, kecemasan
(54,86%) Akne vulgaris dengan cemas, (29,62%) akne vulgaris tanpa cemas, (45,13%) cemas tanpa akne vulgaris, dan (70,37%) tanpa cemas dan akne vulgaris.
7. Clement A. Adebamowo, Donna Spiegelman, F. William Danby, A. Lindsay Frazier, Walter C. Willett, Michelle D. Holmes. 2005. 1989-1998
47.355 siswi SMA. Cohort
Akne vulgaris dan asupan diet dairy (susu)
Rasio multivariat prevalensi 95% akne berhubungan dengan asupan susu full cream , susu rendah lemak, dan susu skim, juga termasuk makanan cepat saji, keju.
8. Dipta Wahyuning Astuti, Lewie Suryaatmadja. 2011
60 siswi berusia antara 14-18 tahun di SMA Semarang. Observasional dengan rancangan cross sectional.
Akne vulgaris identitas penderita, lama menderita akne, riwayat menstruasi, riwayat akne pada keluarga, pemakaian bahan kosmetik, riwayat pengobatan sebelumnya, pengobatan terakhir, dan makanan yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya akne.
Kejadian akne vulgaris paling banyak ditemukan pada waktu sebelum menstruasi(41,7%). Usia terbanyak yang menderita akne vulgaris adalah 17tahun(53,3%), riwayat keluarga kurang mempengaruhi akne vulgaris (41,7%) dengan riwayat akne vulgaris ditemukan paling banyak pada ibu (64%), kosmetik berpengaruh pada akne vulgaris (86,7%), terapi akne vulgaris masih rendah (23,3%) dan bentuk obat paling banyak yaitu obat oles (93,3%), perilaku membersihkan wajah secara teratur (75%), faktor stress berpengaruh pada akne vulgaris (55%), jenis makanan yang berpengaruh pada akne vulgaris paling banyak yaitu kacang-kacangan (60%). Ada hubungan antara menstruasi dengan angka kejadian akne vulgaris pada remaja (p=0,004).
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Kerangka konsep
Kosmetik komedogenik
Aktivitas pada cuaca panas
Stress
kulit berminyak
Riwayat keluarga
Diet tinggi lemak
Diet tinggi indeks glikemik
Karakteristik subjek : jenis kelamin
Akne vulgaris
Definisi operasional
no Variabel Definisi operasional
Alat Pengukuran
Cara pengukuran
Hasil Skala
1. Jenis kelamin
Keadaan menjadi laki-laki atau perempuan.1
Tabel yang telah disusun sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.
Mencatat sesuai yang tercantum pada rekam medik.
1. Laki-laki2. Perem-puan
Nominal
2. Akne Vulgaris
Akne vulgaris merupakan kelainan kulit yang ditandai adanya komedo, papula, pustula, nodul, dan jaringan parut. Tempat predileksi pada muka, leher, badan bagian atas dan lengan atas.1
Tabel yang telah disusun sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti.
Mencatat sesuai yang tercantum pada rekam medik.
1. Akne vulgaris berat2. Akne vulgaris sedang3. Akne vulgaris ringan4.Tidak ada akne vulgaris.
Ordinal
3. Riwayat keluarga
Keluarga penderita juga mempunyai riwayat akne vulgaris.3
Tabel yang telah disusun sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti
Mencatat riwayat keluarga menderita akne vulgaris sesuai yang tercantum pada rekam medik.
1. Ada riwayat keluarga akne vulgaris.2. Tidak ada riwayat keluarga akne vulgaris.
Nominal
4. Diet tinggi lemak
Lemak adalah lipid sederhana terdiri dari ester gliserol dan asam lemak.Contoh makanan tinggi lemak yaitu gorengan, kacang, susu, keju, dan sejenisnya.26
Tabel yang telah disusun sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti
Mencatat adanya riwayat kebiasaan memakan –makanan yang mengandung tinggi lemak pada rekam medik.
1. Ada riwayat kebiasaan memakan-makanan mengandung tinggi lemak.2. Tidak ada riwayat kebiasaan memakan-makanan mengandung tinggi lemak.
Nominal
5. Diet makanan dengan indeks glikemik tinggi
Indeks glikemik adalah ukuran seberapa besar efek suatu makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar gula darah setelah dimakan. Contoh makanan yaitu corn flakes, beras krispi, kentang panggang, semangka, roti putih, nasi yang paling putih(jasmine).27
Tabel yang telah disusun sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti
Mencatat adanya riwayat kebiasaan memakan –makanan yang mengandung indeks glikemik tinggi pada rekam medik.
1. Ada riwayat kebiasaan memakan-makanan mengandung indeks glikemik tinggi.2. Tidak ada riwayat kebiasaan memakan-makanan mengandung indeks glikemik tinggi.
Nominal
6. Kulit berminyak
Ciri-ciri kulit berminyak yaitu mengkilat, tebal, kasar, berpigmen, berpori besar.15
Tabel yang telah disusun sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti
Mencatat sesuai dengan rekam medik.
1. Kulit berminyak2. kulit tidak berminyak.
Nominal
7. Stress adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan yang tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan seseorang untuk mengatasinya dengan efektif yang didapatkan dari pengaruh eksternal.29
Tabel yang telah disusun sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti
Mencatat sesuai dengan rekam medik.
1. Terdapat stress psikologik2. Tidak terdapat stress psikologik
Nominal Stress
8. Aktivitas pada cuaca panas
Beraktivitas pada suhu yang tinggi dan kelembaban udara yang lebih besar, serta terpapar sinar ultra violet.17
Tabel yang telah disusun sebelumnya berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti
Mencatat sesuai dengan rekam medik.
1. Riwayat kebiasaan beraktivitas pada cuaca panas2. Tidak ada riwayat beraktivitas pada cuaca panas
Nominal
BAB IV METODE
Desain : Cross sectional yang bersifat observasional analitik
Lokasi : Poliklinik Kulit Kelamin RS X
Waktu : Bulan Agustus sampai Desember 2013
Populasi : Pasien yang menderita akne vulgaris (laki-laki dan perempuan) berumur 10-19 tahun yang mengunjungi Poliklinik Kulit Kelamin RS X selama periode Januari sampai Juni 2013
Teknik pengambilam sampel : teknik simple random sampling.
Besar sampel penelitian
Poupulasi infinit No=
= 472 sampel
Populasi finit n =
Besar populasi penelitian = poupulasi finit+ 15% DO
Kriteria inklusi:Pasien berobat di Poliklinik Kulit Kelamin RS X yang
pada periode Januari-Juni 2013.Menderita akne vulgaris.Pasien remaja yaitu usia 10-19 tahun
Kriteria eksklusi:HamilPenggunaan obat hormonalOccupational akne vulgaris
Bahan : data sekunder yang diperoleh dari rekam medik
Instrumen Alat tulis Komputer
Pengolahan data Pengeditan pengkodian pemberian nilai (scoring)
SPSS hitung frekuensi tabel
Analisis dataUnivariatBivariat
Alur kerja
Hasil
Persetujuan membuka rekam medis oleh pihak RS
Memilih rekam medis yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
Sampel kasus
Pengolahan dan analisis rekam medis
Etika PenelitianEthical clearance dari FK TrisaktiIzin membuka rekam medis dari RS
Jadwal penelitianTahun/Bulan
Kegiatan
2013 2014
6 7 8 9 10 11 12 1 2
Pengajuan judul skripsi
Persetujuan judul
Penyusunan proposal
Penyerahan proposal
Ujian proposal
Pengajuan dan persetujuan Kaji Etik
Penyusunan skripsi
Penyerahan skripsi
Persiapan ujian skripsi
Penyusunan manuskrip publikasi E-
jurnal
DAFTAR PUSTAKA1. Wasitaadmadja SM. Akne Vulgaris, Rosasea, Rinofima. In: Djuanda A, Hamzah
M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005; p. 253-9.
2. Zouboulis C, Eady A, Philpott M, Goldsmith L, Orfanos C, Cunliffe W, et al. What is the pathogenesis of acne? Experimental dermatology. 2005;14(2):143-52.
3. Tjekyan S. Kejadian dan faktor risiko akne vulgaris. MEDIA MEDIKA INDONESIA. 2008;43(1):37-43.
4. Brown RG, Burns Tony. Akne, Erupsi, Akneiformis, dan Rosea. In: Lecture Notes on Dermatologi. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005; p.55-65.
5. Wasitaadmadja SM. Anatomi Kulit. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005; p.3-8.
6. Smith RN, Mann NJ, Braue A, Mäkeläinen H, Varigos GA. A low-glycemic-load diet improves symptoms in acne vulgaris patients: a randomized controlled trial. The American journal of clinical nutrition. 2007;86(1):107-15.
7. Pawin H, Beylot C, CHIVOT M, FAURE M, Florence P, REVUZ J, et al. Physiopathology of acne vulgaris: recent data, new understanding of the treatments. European Journal of Dermatology. 2004;14(1):4-12.
8. James WD. Acne. New England Journal of Medicine. 2005;352(14):1463-72.9. Healthy Women. Androgen. C2011. Available at:http://www.healthywoman.com.
Accesed on July 8,2013.10. Spencer EH, Ferdowsian HR, Barnard ND. Diet and acne: a review of the evidence.
International journal of dermatology. 2009;48(4):339-47.11. Jung JY, Yoon MY, Min SU, Hong JS, Choi YS, Suh DH. The influence of dietary
patterns on acne vulgaris in Koreans. Eur J Dermatol. 2010;20(6):768-72.12. Adebamowo CA, Spiegelman D, Danby FW, Frazier AL, Willett WC, Holmes MD. High
school dietary dairy intake and teenage acne. Journal of the American Academy of Dermatology. 2005;52(2):207-14.
13. Rizvi F, Chaudry MA. Precipitating Factors of Acne Vulgaris in Females. Ann Pak Inst Med Sci. 2009;5(2):104-7.
14. Medications that cause acne. Available at: http://acnetreatmentsreviewed. net/medications-that-cause-acne.html. Accessed on July 6, 2013.
15. Rahmawati D. Hubungan Perawatan Kulit Wajah dengan Timbulnya Akne Vugaris pada Siswi SMA/MA/SMK yang menderita akne vulgaris.(skripsi). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012.
16. Ancona A. Occupational acne. Occupational medicine (Philadelphia, Pa). 1986;1(2):229.17. Purwaningdyah RK. Profil Penderita Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi di SMA
Shafiyyatul Amaliyyah Medan. e-jurnal Fakultas Kedokteran USU. 2013;1(1).18. Yosipovitch G, Tang M, Dawn AG, Chen M, Goh CL, Chan YH, et al. Study of
psychological stress, sebum production and acne vulgaris in adolescents. Acta dermato-venereologica. 2007;87(2):135-9.
19. Chiu A, Chon SY, Kimball AB. The response of skin disease to stress: changes in the severity of acne vulgaris as affected by examination stress. Archives of dermatology. 2003;139(7):897.
20. Pawin H, Beylot C, CHIVOT M, FAURE M, Florence P, REVUZ J, et al. Physiopathology of acne vulgaris: recent data, new understanding of the treatments. European Journal of Dermatology. 2004;14(1):4-12.
21. Harahap M, editors. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates. 2000:22-6.22. Sitohang IBS, Makes WI. Penggunaan Klindamisin Oral Pasien Akne Vulgaris Sedang di Poliklinik
RSCM Jakarta Tahun 2009. Available at: http://www.perdoski.org/index.php/public/information/mdvi-detail-content/117. Accesed on July 15, 2013.
23. Haider A, Shaw JC. Treatment of acne vulgaris. JAMA: the journal of the American Medical Association. 2004;292(6):726-35.
24. Organization WH. Young people's health: a challenge for society: report of a WHO Study Group on Young People and" Health for All by the Year 2000": World Health Organisation; 1986.
25. Doherty D, Kaufman M, Lindsay D, Panzer L, Sharpe D, Tonkin R. Age limits and adolescents [policy statement]. Ottawa (ON): Canadian Paediatric Society. 1994.
26. Anwar TB. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. (skripsi). Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2004.
27. Glycemic Index of Foods. Available at: http://www.news-medical .net/health/Glycemic-Index-of-Foods.aspx. Accessed on July 16, 2013.
28. NB Simpson, Cunliffe WJ. Disorders of sebaceous glands. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editor. Rook's Textbook of Dermatology, 7 th ed 2004.,Oxford: Blackwell publishing;.p. 43.1- 43.75
29. Korneliani K, Meida D. Hubungan Obesitas dan stress dengan kejadian hipertensi guru SD wanita. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012;7(2).