imunisasi pada lansia
DESCRIPTION
imunisasi lansiaTRANSCRIPT
Stephanie Wirjomartani 406138166
IMUNISASI PADA LANSIA
Tahun 2020 diprediksikan akan terjadi akselerasi tertinggi populasi lansia di dunia.
Populasi meningkat maka permintaan pelayanan kesehatan akan meningkat, terutama dikarenakan semakin mudahnya populasi geriatri untuk terkena berbagai macam penyakit.
PENDAHULUAN
REKOMENDASI IMUNISASI
Pada pasien lansia terjadi penurunan sistem imun dan fungsi paru.
Pada sistem imun terjadi perlambatan proliferasi limfosit B dan T-helper yang berespon terhadap infeksi.
Fungsi paru pada lansia menurun terutama dari bagian epitel mukosilier di saluran pernapasan, sehingga meningkatkan resiko lansia untuk terkena pneumonia.
KENAPA LANSIA MUDAH TERKENA INFEKSI?
ISPA merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan pada lansia, dan seringkali berkembang menjadi Pneumonia.
ISPA dan pneumonia menurunkan kualitas hidup pada lansia, terutama saat penyakit tersebut menyerang dan pada waktu pemulihan pasca infeksi.
Vaksinasi diharapkan bisa berperan sebagai pencegahan primer terhadap terjadinya ISPA dan Pneumonia pada lansia serta menurunkan angka insiden dan mortalitas.
PENDAHULUAN
Biasa terjadi secara akut pada lansia
Disebabkan oleh virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus dan RSV (respiratory syncytial virus)
Virus influenza diklasifikasikan menjadi tipe A,B,C Tipe A menyerang manusia pada semua umur dan tipe ini
mudah mengubah bagian antigen virus sehingga mudah bergabung dengan virus subtipe A lainnya dan menyebabkan infeksi pandemik.
Tipe B menyebabkan infeksi pada anak – anak dan memiliki stabilitas antigen, sehingga dia tidak menular pada orang dewasa dan lansia.
Tipe C termasuk tipe yang tidak menular
INFLUENZA PADA LANSIA
• HA (Haemagglutinin) • Alat perekat ke membran
sel yang diinfeksi• Receptor specificity• Antigen utama• Dipecah oleh protease
• Enzym neuraminidase (NA)• Memecah residu asam
sialic dari receptor sel inang untuk virus
• Membebaskan partikel virus dan memungkinkan virus menyebar ke seluruh tubuh.
• HA dan NA mempunyai kemampuan keluar dari host humoral response
VIRUS INFLUENZA
• PB1 dan NP memberi kemampuan keluar dari host celullar response.
• Point mutation protein PB2 (suatu polymerase) memiliki kaitan dengan virulensi
• Protein NS1 merupakan antagonis interferon
• Antigenic instability : antigenic drift dan shift, reassortment dan recombination ?
VIRUS INFLUENZA
Sampai saat ini imunisasi masih merupakan cara yang cukup efektif untuk mencegah serta
mengurangi komplikasi akibat penyakit influenza.
VAKSIN INFLUENZA
PNEUMONIA
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau "liar".
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan atau dimatikan.
VAKSIN INFLUENZA
Virus Influenza[dimatikan/dilemahkan]
Vaksin Anti Influenza
STRUKTUR VIRUS INFLUENZA
IMUNITAS TERHADAP VAKSINASI INFLUENZA
Virus
Manusia
Antibody HA
Antibody NA
Menahan virus dengan
menetralisasi infektivitas
Membatasi penyebaran virus
dengan menghambat
lepasnya virion yang baru dirakit dari sel
yang terinfeksi
1. Vaksin virus mati utuh sangat berhasil dipakai untuk mencegah penyakit
influenza. Setiap dosisnya mengandung Virus Influenza A H1N1,
H3N2, dan virus influenza B. efikasi protektivitas 60-90% aman dan ditoleransi dengan baik
2. Vaksin Sub unit/ Split Vaccine sangat berhasil dipakai untuk mencegah penyakit
influenza. Efikasi untuk mencegah influensi adalah 77% dapat ditoleransi dengan sangat baik dan aman.
VAKSIN VIRUS YANG BIASA DIPAKAI
Vaksinasi influenzamenurunkan angka perawatan pneumonia di rumah sakit (Nicholson KG, Wood JM, Zambon M. Influenza. Lancet. 2003;362:1733-45)
Imunisasi pada penderita penyakit paru kronis dapat mengurangi angka perawatan rumah sakit sebagai akibat pneumonia sebanyak 52% (Nichol KL, Baken L, Nelson A. Relation between influenza vaccination and outpatient visit, hospitalization, and mortality in elderly person with chronic lung disease. Ann. Intern Med. 1999;130:397-403)
Kelompok yang mendapatkan vaksinasi dua kali (fully vaccinated) dapat mencegah terjadinya influenza dan pneumonia hingga 69-87%, sedangkan kelompok yang dilakukan penyuntikan vaksinasi hanya satu kali tidak menunjukkan efek yang bermakna atau sama dengan anak yang tidak mendapatkan vaksinasi influenza. (Dr. Mandy A. Allison, dari University Utah, Salt Lake City, Journal of Pediatrics.)
FAKTA STUDI TENTANG MANFAAT VAKSINISASI INFLUENZA UNTUK MENCEGAH PNEUMONIA
Pneumokokal Polisakarida (PPSV23)
Usia >60tahunCalon jemaah haji
dan umrahDosis diulang per 5
tahun pada usia 19-60tahun
Bila usia >60tahun tidak perlu diulang
Pneumokokal Konjugat 13-valent (PCV13)
Usia >50tahunCalon jemaah haji
dan umrahBila sebelumnya
pernah mendapat vaksinasi PPSV23 diberi jeda minimal 1 tahun untuk pemberian vaksin PCV13
VAKSIN PNEUMONIA
Pneumokokal Polisakarida (PPSV23)
Vaksinasi orang berusia 60 tahun ke bawah dengan kondisi berikut: perokok aktif , gangguan sistem pernapasan kronik (PPOK dan asma), gangguan sistem kardiovaskular, diabetes melitus, gagal ginjal kronik, s indroma nefrotik, gangguan hati kronik (termasuk sirosis), alkoholisme, implan koklea, kebocoran cairan serebrospinal, imunokompromais, asplenia, dan orang yang t inggal di panti jompo/tempat penampungan.
Pneumokokal Konjugat 13-valent (PCV13)
Vaksinasi orang berusia 19 tahun ke atas dengan kondisi berikut: imunokompromais ( immuno-defisiensi bawaan atau dapatan, HIV/AIDS, gagal ginjal kronis, sindroma nefrotik, leukemia, l imfoma, Hodgkin disease, kanker, immunosupresi iatrogenik, pasien yang mendapatkan transplantasi organ, mieloma multipel), asplenia fungsional atau anatomis (sickle cell disease / kelainan hemoglobin lain), pasien dengan implan koklea, dan kebocoran cairan serebrospinal.
VAKSIN PNEUMONIA
Berikan 1 dosis vaksin Zoster kepada semua individu berusia 60 tahun ke atas, dengan atau tanpa episode Zoster sebelumnya.
Vaksin Zoster merupakan vaksin hidup.Vaksin akan tersedia di Indonesia setelah proses
registrasi.
VAKSIN ZOSTER
TERIMA KASIH