issn:2087-7706 agroteknos - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · jurnal agroteknos...

68
J J U U R R N N AGR Volume 3 No Nopember 20 JURUSAN A FAKULTAS PE UNIVERSITAS KENDARI J. Agroteknos Vol. 3 N N N A A L L ISSN: ROTEKN omor 3 013 AGROTEKNOLOGI ERTANIAN S HALUOLEO No. 3 Hal: 127-188 Kendari, Nopember 20 2087-7706 NOS 013 ISSN: 2087-7706

Upload: trantuong

Post on 07-Apr-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JJUURRNNAALL IISSSSNN:: 22008877--77770066

AGROTEKNOSVolume 3 Nomor 3Nopember 2013

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI

J. Agroteknos Vol. 3 No. 3 Hal: 127-188 Kendari, Nopember 2013 ISSN: 2087-7706

JJUURRNNAALL IISSSSNN:: 22008877--77770066

AGROTEKNOSVolume 3 Nomor 3Nopember 2013

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI

J. Agroteknos Vol. 3 No. 3 Hal: 127-188 Kendari, Nopember 2013 ISSN: 2087-7706

JJUURRNNAALL IISSSSNN:: 22008877--77770066

AGROTEKNOSVolume 3 Nomor 3Nopember 2013

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI

J. Agroteknos Vol. 3 No. 3 Hal: 127-188 Kendari, Nopember 2013 ISSN: 2087-7706

Page 2: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOSISSN: 2087-7706

Diterbitkan oleh Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo,Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) Cabang Sulawesi Tenggara

Alamat : Gedung Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas HaluoleoJl. H.E.A. Mokodompit, E-mail :[email protected]

SUSUNAN DEWAN REDAKSIPelindung/Penasehat:

Dekan Fakultas Pertanian Universitas HaluoleoPenanggung Jawab:

Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo

Ketua Dewan Redaksi:Dr. Andi Khaeruni R.

Wakil Ketua:Dr. Dirvamena Boer

Sekretaris:Dr. La Ode Afa

Redaksi Ahli:Prof. Dr. Sahta Ginting (Kesuburan Tanah-UNHALU)

Prof. Dr. Sylvia Sjam (Entomologi-UNHAS)Prof. Dr. Elka Wakib Syam’un (Fisiologi Tanaman-UNHAS)

Prof. Dr. Andi Bahrun (Agrohidrologi-UNHALU)Prof. Dr. Muhammad Taufik (Fitopatologi-UNHALU)

Dr. I Gusti Ray Sadimantara (Pemuliaan Tanaman-UNHALU)Dr. Fransiscus S. Rembon (Pengelolaan Tanah-UNHALU)

Dr. Suaib (Pemuliaan Tanaman-UNHALU)Dr. Teguh Wijayanto (Bioteknologi Tanaman-UNHALU)

Redaksi Pelaksana:Dr. Gusti Ayu Kade Sutariati, Dr. La Ode Muhammad Harjoni Kilowasid, Asniah, M.Si,

Syamsu Alam, M.Sc

Bendahara:Tresjia C. Rakian, M.P

Adminisitrasi:Arsy Aysyah Anas, M.P, Asmar Hasan, M.P, Wahyu Arif Sudarsono, M.Si

Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiahmasalah pertanian, khususnya dibidang ilmu dan teknologi: budidaya tanaman, pengendalianorganisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan sumberdaya alam pertanian. Artikel yangdipertimbangkan pemuatannya berupa hasil penelitian atau telaah (review) yang belum pernahditerbitkan atau tidak sedang menunggu diterbitkan pada publikasi lain. Dewan penyuntingberhak memperbaiki naskah yang akan dimuat tanpa mengubah maksud dan isinya. JurnalAgroteknos terbit tiga kali setahun yakni pada bulan Maret, Juli dan Nopember.

Page 3: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3. Hal 127-132ISSN: 2087-7706PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS GLIOKOMPOS TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH(Capsicum annuum L.)

Effect of Various Dosages of Gliocompos on Growth and Production ofChilli Pepper (Capsicum annuum L.)LA ODE SAFUAN*), TRESJIA C. RAKIAN, ENDI KARDIANSA

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari

ABSTRACTThe aim of the research was to study the effect of several glyochompost's dosages on

the growth and production of chilli. The research was carried out in Lamomea Village,District Konda, Konawe, Southeast Sulawesi, from December 2012 to February 2013. Thisresearch was arranged on completely randomized block design consisted of 4 treatments,i.e : without glyochompost (Go), glyochompost 30 g (G1), glyochompost 40 g (G2) andglyochompost 50 g (G3) per 20 kg soils. Analysis of variance (ANOVA) was used for statisticaldata analysis. Duncan's Multiple Range Test (DMRT) was applied to determine thesignificantly diferent among treatment with 95% convidence level. The results of theresearch showed that : (1) glyochompost effectively influenced the plant hight, totalproductive branch, total numbers and chilli’s weight, (2) Applications of glyochompost 50 grper 20 kg soils have given the best influence on growth and production of chilli plants.Key words: chilli, growth, glyochompost, plants, production

1PENDAHULUANTanaman cabai (Capsicum annuum L.)merupakan salah satu komoditas tanamanhortikultura yang mempunyai nilaiekonomis yang tinggi. Buahnya mempunyainilai gizi yang cukup tinggi, terutamavitamin A dan C, juga mengandung minyakatsiri yang rasanya pedas dan diminati olehmasyarakat terutama di Asia, sehinggakebutuhan cabai terus meningkat. Berbagaiupaya telah dilakukan untuk meningkatkanproduksi cabai di Indonesia, namunMenurut Muharam dan Sumarni (2005)produktivitas cabai merah di Indonesiamasih rendah, yaitu baru mencapai 6,70ton ha-1.Sulawesi Tenggara mempunyai lahan keringyang cukup luas untuk pengembangantanaman cabai merah, namun demikianproduktivitas cabai merah di daerah ini*) Alamat Korespondensi:E-mail: [email protected]

masih sangat rendah yaitu pada tahun2011 sekitar 2,50 ton ha-1 danproduktivitas pada tahun 2010 yaitusekitar 3,98 ton ha-1 (BPS Sultra, 2011).Rendahnya produktivitas tanaman cabai diSulawesi Tenggara disebabkan karenalahan pertanian di dominasi oleh tanahultisol yang mempunyai tingkat kesuburanrendah. Oleh karena itu maka untukmeningkatkan produktivitas tanaman cabaidi Sulawesi Tenggara perlu aplikasi pupukuntuk memperbaiki kesuburan tanah.Gliokompos adalah bahan organik dalambentuk kompos dengan bahan aktifGlyocladium sp. Beberapa kelebihan daribahan organik ini adalah berbahan bakualami dan ramah lingkungan yang mampumenekan serangan penyakit tular tanahyang dapat menyerang tanaman cabai.Selain itu, bahan organik ini diketahuiberfungsi sebagai pupuk yang bergunauntuk menunjang pertumbuhan tanamandan menekan kehilangan hasil yang

Page 4: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Gliokompos 128diakibatkan oleh serangan OrganismePengganggu Tumbuhan (OPT) serta dapatmenjaga kualitas hasil pertanian (BPTPH,2010). Namun demikian pemberian bahanorganik yang terlalu banyak, selain tidakefisien, juga dapat menurunkan produksitanaman karena kelebihan unsur haramikto dan peningkatan serangan hama danpenyakit tanaman, oleh karena itu perludilakukan penellitian untuk mengetahuiPengaruh gliokompos dengan dosis yangberbeda terhadap pertumbuhan danproduksi tanaman cabai.BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian inidilaksanakan pada bulan Desember 2012sampai Februari 2013 di Kebun PercobaanBalai Proteksi Tanaman Pangan danHortikultura (BPTPH) Provinsi SulawesiTenggara di Desa Lamomea KecamatanKonda Kabupaten Konawe Selatan, ProvinsiSulawesi Tenggara.Bahan dan Alat. Bahan yang digunakanadalah benih tanaman cabai, gliokompos,tanah, air, sekam padi, dan polibag ukura40x40 cm. Alat yang digunakan padapenelitian ini adalah parang, cangkul,sekop, handsprayer, kertas label,timbangan, mistar, ember plastik, bakpersemaian, gembor, kamera dan alat tulismenulis.Rancangan Percobaan. Penelitian ini disusunberdasarkan Rancangan Acak Kelompok(RAK) terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu:gliokompos 0 g (Go), gliokompos 30 g (G1),gliokompos 40 g (G2), dan gliokompos 50 g(G3) per 20 kg tanah, yang diulangsebanyak 4 kali sehingga diperoleh 16 unitpetak percobaan. Masing-masing unitpercobaan terdiri dari 4 tanaman sehinggajumlah tanaman dalam penelitian iniadalah 64 tanaman.Perlakuan Benih. Benih cabai yangdisemaikan terlebih dahulu direndamdalam air hangat selama 30 menit, gunamempercepat proses perkecambahan,benih yang tenggelam adalah benih yangsiap untuk disemaikan.Persemaian. Media persemaian terdiri atascampuran tanah dan sekam padi denganperbandingan 1 : 1 setebal 5 cm. Benihcabai disemai pada waktu sore hari untuk

menghindari terjadinya penguapan yangberlebihan. Benih ini ditempatkan padalarikan, ukuran larikan semai ini berjarak5 cm antar larikan dengan kedalaman 2 cm.Setelah semai berumur 21 hari, maka siapuntuk dipindahkan.Penanaman. Media tanam terdiri atast anahdan sekam padi yang dicampur secaramerata kemudian dimasukkan ke dalampolibag berukuran 40x40 cm, banyaknyamedia adalah 8 kg per polibag. Gliokomposdiberikan pada setiap polibag dengan dosissesuai perlakuan (0 g, 30 g, 40 g dan 50 g)dengan cara ditugal kemudian ditutuptanah. Bibit tanaman cabai dipindah tanamke polibag, yaitu pada saat bibitdipersemaian berumur 3 minggu setelahsemai.Pemangkasan/Perempelan. Pemangkasandilakukan untuk mengurangi tunasdiantara ketiak daun, sehinggaperkembangan buahnya maksimal. Daun-daun di bawah cabang utama dipangkaspada saat tajuk tanaman telah optimal,yaitu telah berumur 75 HST. Pemangkasanjuga bertujuan untuk mengurangigangguan hama dan penyakit (Prajnanta,2007).Pemeliharaan dan Panen. Pemeliharaanmeliputi penyiraman, pengendalian gulma,dan pengendalian hama dan penyakit.Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sorehari atau sesuai kebutuhan. Pengendaliangulma dilakukan secara manual dengancara mencabut gulma yang tumbuh dipolibag. Panen dilakukan pada saattanaman menghasilkan buah pertama yaitupada saat tanaman berumur 90 HST.Parameter Penelitian. Variabel yang diamatidalama penelitian ini adalah : Tinggitanaman (cm) pada saat tanaman berumur20, 30, 40, 50, 60, dan 70 hari sesudahtanam. Jumlah cabang produktif pada saattanaman berumur 50, 60, dan 70 harisesudah tanam, Jumlah buah cabaisaattanaman berumur 70, 80 dan 90 harisesudah tanam, dan Berat buah segat pertanaman (g).

HASIL DAN PEMBAHASANTinggi tanaman. Hasil penelitianmenunjukkan bahawa pemberian berbagaidosis gliokompos memberikan pengaruh

Page 5: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

129 Safuan et al.J. Agroteknosyang nyata terhadap tinggi tanaman cabemerah pada saat tanaman berumur 20, 30,40, 50, 60, dan 70 hari sesudah tanam.Perbedaan pengaruh berbagai dosisgliokompos terhadap tinggi tanaman cabemerah pada setiap fase pertumbuhan

tanaman diuji dengan Uji Jarak BergandaDuncan pada taraf kepercayaan 95%. HasilUji Jarak Berganda Duncan pada tarafkepercayaan 95% pengaruh berbagai dosisgliokompos terhadap tinggi tanaman Cabedisajikan pada Tabel 1.Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman cabai pada berbagai dosis gliokomposGliokompos(g/20kg tanah) Tinggi tanaman (cm) pada pengamatan ke...HST20 30 40 50 60 70G0 = 0 8,8 c 12,6 c 15,0 d 16,2 d 17,5 d 20,7 dG1 = 30 11,5 b 17,2 b 19,5 c 21,7 c 23,8 d 28,2 cG2= 40 15,1 a 20,6 a 22,0 b 23,9 b 26,3 b 29,5 bG3 = 50 15,7 a 21,8 a 23,7 a 25,8 a 28,0 a 30,9 aKeterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom sama, berbeda nyatapada uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 95%Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur 20dan 30 HST rata-rata tinggi tanaman cabaiyang lebih tertinggi berada pada perlakuanG3, namun demikian tidak bereda nyatadengan tinggi tanaman cabe pada pelakuanG2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuanG1 dan G0, sedangkan tanaman cabe yangpaling pendek adalah pada pelakuan G0,yang berbeda nyata dengan perlakuan G1,G2, dan G3. Pada saat tanaman berumur 40,50, 60, dan 70 HST, menunjukkan bahwaterjadi perbedaan yang nyata antar semuaperlakuan dosis gliokompos terhadaptinggi tanaman, dan tanaman yang cabetertinggi adalah tanaman cabe yangmempeoleh giokompos 50 g per 20 kgtanah, sedangkan yang paling pendekadalah tanaman cabe yang tidak mendapatgliokompos. Hasil tersebut menunjukkanbahwa tanaman cabe yang ditanam padatanah ultisol perlu diberi pupuk organikuntuk meningkatkan pertumbuhantanaman cabe yang lebih baik. Tabel 1 jugamenunjukkan bahwa kebutuhan pupukpada vegetatig lebih rendah, danpeningkatan kebutuhan akan terusmeningkat hingga masuk fase generatifuntuk mendukung pertumbuhan danperkembangan buah.Pupuk organik organik selain mengandungunsur mikro juga mmengandung unsurhara makro sperti N, P, dan K yang sangatdibutuhkan oleh tanaman, pada saat fasevegetatif tanaman membutuhkan hara Ndalam jumlah yang lebih banyak. Hutasoit

(2011) menyatakan bahwa pertumbuhantinggi dipengaruhi oleh unsur nitrogen (N)yang tersedia di dalam tanah. Nitrogenyang terdapat dalam gliokompos tersediaperlahan-lahan bagi pertumbuhan tanamanyang diperlukan untuk pembentukan ataupertumbuhan bagian-bagian vegetatiftanaman. Peranan unsur nitrogen yaitumeningkatkan pertumbuhan, membentukwarna hijau daun karena merupakan bahanpenyusun klorofil serta meningkatkanjumlah anakan. Selain itu juga berperandalam merangsang pertumbuhan tanamansecara keseluruhan khususnya batang,cabang dan daun.Pada umur 70, 80 dan 90 HST, tanaman cabaididuga telah mengalami perkembanganakar dan dengan pemberian pupukgliokompos ini mampu memperbaikikondisi tanah. Pupuk kandang mempunyaiperanan yang cukup besar terhadappertumbuhan tanaman. Pengaruh pupukkandang terhadap tanaman adalahmenyebabkan akar tanaman dapat tumbuhdengan leluasa, kebutuhan unsur haraterpenuhi sehingga tanaman dapat tumbuhdengan baik dan mempercepatpertumbuhan dan perkembangannya(Suwandi dan Rosliani, 2004).Jumlah Cabang Produktif Tanaman Cabai.Hasil penelitian menunjukkan bahwapemberian berbagai dosis gliokomposmemberikan pengaruh yang nyataterhadap jumlah cabang produktif tanamancabe merah pada saat tanaman berumur

Page 6: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Gliokompos 13050, 60, dan 70 hari sesudah tanam.Perbedaan pengaruh berbagai dosisgliokompos terhadap jumlah cabangproduktif tanaman cabe merah diujidengan Uji Jarak Berganda Duncan padataraf kepercayaan 95%. Hasil Uji JarakBerganda Duncan pada taraf kepercayaan95% pengaruh berbagai dosis gliokomposterhadap jumlah cabang produktif tanamancabe disajikan pada Tabel 2.Tabel 2. Rata-rata jumlah cabang produktiftanaman cabai pada berbagai dosisgliokomposGliokompos(g/20kgtanah)Jumlah cabang produktif(cabang)50 hst 60 hst 70 hstG0 = 0 2,4 c 4,1 d 10,3dG1 = 30 5,6 b 11,4c 15,0cG2= 40 8,0 b 15,3b 19,6bG3 = 50 12,0a 18,0a 22,9aKeterangan: Angka-angka yang diikuti olehhuruf yang tidak sama pada kolomsama, berbeda nyata pada uji JarakBerganda Duncan dengan tarafkepercayaan 95%Tabel 2 menunjukkan bahwa pada saattanaman cabe berumur 50 hari sesudahtanam menunjukkan bahwa tanaman cabeyang menghasilkan cabang produktif yangpaling banyak adalah tanaman cabe padaperlakuan G3 dan berbeda nyata denganperlakuan G2, G1, dan G0, sedangkantanaman cabe yang mempunyai cabangproduktih yang lebih sedikit adalahtanaman cabe yang tidak memperolehgliokompos (G0), yang berda nyata denganperlakuan G1, G2, dan G3. Pada saat tersebutperlakuan G1 tidak berbeda nyata denganperlakuan G2. Pada saat tanaman berumur60 dan 70 HST, menunjukkan bahwaperlakuan berbagai dosis gliokomposmenunjukkan perbedaan yang nyata.Perlakuan yang memberikan pengaruhyang lebih baik terhadap peningkatanjumlah cabang produktif adalah perlakuanG3 dan berbeda nyata dengan perlakuan G2,G1, dan G0, sedangkan tanaman cabe yang

menghasilkan cabang produktif yang lebihsedikit adalah tanaman cabe yang tidakmemperoleh gliokompos.Setyorini et al. (2006) menyatakan bahwaaktifitas berbagai mikroorganisme di dalamkotoran ternak (gliokompos dari pupukkandang) menghasilkan hormon-hormonpertumbuhan, misalnya auksin, giberalin,dan sitokinin yang memacu pertumbuhanorgan tanaman seperti batang, jumlahcabang, dan perkembangan akar-akarrambut sehingga daerah pencarianmakanan lebih luas. Pernyataan ini sejalandengan pendapat Fatmawati (2009) yangmenyatakan bahwa kotoran ternak setelahterinkubasi merupakan bahan yangmengandung banyak unsur hara.Keuntungan penambahan mikroorganismeefektif sebagai bioaktivator adalahdiantaranya: mempercepat dekomposisibahan-bahan organik secara fermentasi,melarutkan P(Phospat) yang tidak tersediamenjadi bentuk P yang tersedia bagitanaman, mengikat nitrogen udara,menghasilkan berbagai enzim dan hormonbagi senyawa bioaktif untuk pertumbuhan.Jumlah Buah Cabai. Hasil penelitianmenunjukkan bahawa pemberian berbagaidosis gliokompos memberikan pengaruhyang nyata terhadap jumlah buah tanamancabe merah pada saat tanaman berumur70, 80, dan 90 hari sesudah tanam.Perbedaan pengaruh berbagai dosisgliokompos terhadap jumlah buah tanamancabe merah pada saat tanaman berumur70, 80, dan 90 hari sesudah tanam diujidengan Uji Jarak Berganda Duncan padataraf kepercayaan 95%. Hasil Uji JarakBerganda Duncan pada taraf kepercayaan95% pengaruh berbagai dosis gliokomposterhadap jumlah buah tanaman Cabedisajikan pada Tabel 3.Tabel 3. Rata-rata jumlah buah cabai padaberbagai dosis gliokomposGliokompos(g/20kgtanah)Jumlah buah cabai (buah)pada pengamatanke..HST70 80 90G0 = 0 9,8 c 11,2d 10,9dG1 = 30 14,6b 18,3c 21,3c

Page 7: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

131 Safuan et al.J. Agroteknos

G2= 40 19,3a 23,6b 28,3bG3 = 50 22,3a 29,4a 31,8aKeterangan: Angka-angka yang diikuti olehhuruf yang tidak sama pada kolomsama, berbeda nyata pada uji JarakBerganda Duncan dengan tarafkepercayaan 95%Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata jumlahbuah masak terbanyak pada tanaman cabaipada umur 70, 80 dan 90 HST berada padaperlakuan G3 (50 g), yakni masing-masingsebanyak 22,3, 29,4 dan 31,8 buah danjumlah buah terendah berada padaperlakuan kontrol (G0). Perlakuan yangmemberikan pengaruh terbaik terhadapjumlah buah berada pada pelakuan G3(50gr) dan terendah berada padaperlakuan tanpa menggunakan gliokompos(G0) serta berbeda nyata dengan perlakuanlainnya. Perbedaan ini dapat disebabkankarena pada perlakuan G3 menggunakangliokompos dengan dosis tertinggi diantaraperlakuan lainnya sehingga jumlah buahyang dihasilkan lebih banyak dibandingpada perlakuan lainnya.Denis and Webster (1971) menyatakan bahwapenggunaan gliokompos dipersemaianyang tepat dosis dengan komposisicampuran yang tepat, selain mampumenanggulangi kerugian akibat seranganpenyakit tular tanah, juga mampumeningkatkan kesuburan tanaman, danmeningkatkan produksi bunga dan buah.Selain itu, hasil penelitian Suwandi danRosliani (2004), mengenai “Pengaruhgliokompos, pupuk nitrogen, dan kaliumpada cabai yang ditanam tumpanggilirdengan bawang merah” menunjukkanbahwa pemberian pupuk gliokompos padatanah aluvial untuk tanaman bawangmerah (tumpanggilir dengan cabai) tidaknyata meningkatkan hasil bawang merah,tetapi dapat menekan susut bobot bawangmerah setelah dikeringkan/disimpan.Pemupukan N dan K serta kombinasinyadengan gliokompos berpengaruh nyataterhadap pertumbuhan tinggi tanaman,jumlah cabang, jumlah buah sehat, danbobot buah sehat cabai per petak.Berat Buah Cabai. Hasil penelitianmenunjukkan bahawa pemberian berbagai

dosis gliokompos memberikan pengaruhyang nyata terhadap berat buah tanamancabe merah. Perbedaan pengaruh berbagaidosis gliokompos terhadap berat buahtanaman cabe merah diuji dengan Uji JarakBerganda Duncan pada taraf kepercayaan95%. Hasil Uji Jarak Berganda Duncanpada taraf kepercayaan 95% pengaruhberbagai dosis gliokompos terhadap jumlahbuah tanaman Cabe disajikan pada Tabel 4.Tabel 4. Rata-rata berat buah cabai per tanamanpada berbagai dosis gliokomposGliokompos(g/20kgtanah) Berat buah cabai(g/tanaman)G0 = 0 96.3 dG1 = 30 200.8 cG2= 40 276.7 bG3 = 50 318.1 aKeterangan: Angka-angka yang diikuti olehhuruf yang tidak sama pada kolom,berbeda nyata pada uji JarakBerganda Duncan dengan tarafkepercayaan 95%Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata beratbuah cabai berkisar antara 96,3–318,1gram per tanaman dengan perlakuan yangmemberikan pengaruh terbaik terhadapberat buah berada pada pelakuan G3 (50gr)yang berda nayata dengan perlakuan G2,G1, dan G0, sedangkan tanaman yangmenghasilkan buah yang terendah beradapada perlakuan tanpa menggunakangliokompos (G0) serta berbeda nyatadengan perlakuan lainnya. Perbedaan inidapat disebabkan karena pada perlakuanG3 menggunakan gliokompos dengan dosislebih tinggi diantara perlakuan lainnyasehingga mempengaruhi berat buah yangdihasilkan tanaman cabai. Hal ini sesuaidengan hasil penelitian Rosmahani (2004)mengenai sistem usahatani berbasisbawang merah di lahan kering dataranrendah, yang menunjukkan bahwapemberian gliokompos dari pupuk kandangayam dan gliokompos dari pupuk kandangsapi dapat menekan serangan busuk buahdan memberikan produksi berat basahyang lebih baik bagi tanaman bawangmerah.

Page 8: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Gliokompos 132SIMPULANKesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasanmaka dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Pemberian pupuk gliokomposmemberikan pengaruh yang sangatnyata terhadap tinggi tanaman, jumlahcabang produktif, jumlah buah danberat buah cabai.2. Pemberian dosis 50 g gliokomposmemberikan pengaruh terbaikterhadap pertumbuhan dan produksitanaman cabai.SaranBerdasarkan hasil penelitian untukmemperoleh produksi cabai yang lebih baikdapat menggunakan aplikasi gliokomposdengan dosis 50 gram per tanaman.

DAFTAR PUSTAKABalai Proteksi Tanaman Pangan danHortikultura (BPTPH) Provinsi SulawesiTenggara, 2010. Teknik PembuatanKompos dengan Menggunakan AgensHayati. Leaflet. Laboratorium PHPKendari.Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi).2012. Gliokompos BerpeluangMenggantikan Fungisida Sintetis.Jakarta.Badan Pusat Statistik (BPS) ProvinsiSulawesi Tenggara. 2011. SulawesiTenggara dalam Angka. Kendari.Denis, C and J. webster 1971. AntagonisticPropertis of Spesies Groups ofTrichoderma. Trans. Br. Micol. soc. 57(1):25-39.Dinas Perkebunan dan Hortikultura. 2003.Buku Petunjuk Teknis BudidayaTanaman Sayuran. Kendari.Fatmawati. U. 2009. Potensi Kotoran Sapi.Http//www.wordpress.org. DiaksesTanggal 8 Juli 2012.Hutasoit Nella. 2011. Pengaruh PemberianPupuk Nitrogen dan Pupuk FosfatTerhadap Pertumbuhan dan ProduksiTanaman Cabai Merah, (online),(nellahutasoit’sblog)http:nellahutasoit.wordpress.com.Diakses pada tanggal 11 Juli 2012.Lingga, P. dan Marsono. 2003. PetunjukPenggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Bogor.

Mardiasih, P.W. et al. 2010. PedomanPengenalan dan PengendalianOrganisme Pengganggu TumbuhanUtama pada Tanaman Cabai. DirjenHortikultura. Jakarta.Moekasan, K.T. et al. 2011. PengelolaanTanaman Terpadu pada Cabai MerahSistem Tanam Tumpanggilir denganBawang Merah. Balitsa. KementerianPertanian Republik Indonesia. Jakarta.Muharam, A. dan Sumarni, N., 2005.Panduan Teknis Budidaya TanamanCabai Merah. Balittanah. Litbang.Deptan.Nurmawati, S. dan Suhardianto, A. 2000.Studi Perbandingan Penggunaan PupukKotoran Sapi dengan Pupuk Kascingterhadap Produksi Tanaman Selada.Laporan Penelitian. UniversitasTerbuka. Jakarta.Prajnanta, F. 2007. Kiat Sukses BertanamCabai di Musim Hujan. PenebarSwadaya. Jakarta.Pustika, A.B. dan Musofie, A. 2007.Perkembangan Penyakit BerbagaiTanaman Hortikultura PadaPenggunaan Trichoderma spp. danGliocladium spp. Di Kawasan PertanianPantai Kulonprogo. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Yogyakarta.Ripangi, A. 2012. Budidaya Cabai. PT.Buku Kita. Yogyakarta.Rosmahani, L. et al. 2004. Sistem UsahataniBerbasis Bawang Merah Di Lahan KeringDataran Rendah. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial EkonomiPertanian, Bogor. Bogor.Saediman, 2003. Tantangan dan Peluangpemasaran Produk-Produk PertanianProvinsi Sulawesi Tenggara di EraGlobalisasi. Makalah disampaikan padaSemiloka Pengembangan KurikulumGBPP/SAP Fakultas EkonomiUniversitas Haluoleo. Kendari.Sarwono Hardjowigeno 2003. Ilmu Tanah.Cetakan Kelima. Akademika Pressindo.Jakarta.Setiadi. 2006. Bertanam Cabai. PenebarSwadaya. Jakarta.Setyamidjaja, D. 1986.Pupuk dan Pemupukan. CV. Simpleks.Jakarta.Setyorini, D., Saraswati. R., Anwar. E.K.2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati :Kompas. Balittanah.litbang.Deptan.

Page 9: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

133 Safuan et al.J. AgroteknosSupriadi. 2006. Analisis Resiko AgensHayati Untuk Pengendalian PatogenPada Tanaman. Jurnal LitbangPertanian. Jakarta.Suwandi dan Rosliani, R. 2004. PengaruhGliokompos, Pupuk Nitrogen, DanKalium Pada Cabai Yang DitanamTumpanggilir Dengan Bawang Merah.Balai Penelitian Tanaman Sayuran,Lembang.Warisno. 2001. Peluang Usaha danBudidaya Cabai. Kres Dahana. Jakarta.Yusuf. T. 2010. Agens Hayati UntukPengendalian Organisme PenggangguTanaman. (online),(http://tohariyusuf.wordpress.com.Diakses Pada Tanggal 3 April 2012).

Page 10: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3. Hal 133-138ISSN: 2087-7706PENGARUH FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DAN NUTRISI ORGANIK

TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI MERAH BESAR(Capsicum annuum L.)

The Effect of Arbuscular Mycorrhizal Fungi and Organic Nutritionon Growth of Chili Plant (Capsicum annuum L.)

MAKMUR JAYA ARMA*), RISNAWATI, GUSNAWATY H.S.Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari

ABSTRACTThe research to study the effects of arbuscular mycorrhiza fungi (AMF) and organic

nutrients to enhance the growth of chili has been conducted in Experimental Field, Faculty ofAnimal Husbandry and laboratory of Agrotechnology, Halu Oleo University, from June toNovember 2012. The research was based on the split-plot design with a randomized blockdesign pattern (RAK) of two factors: Organic Nutrition as the main plot and AMF as subplot.Organic nutrients as the main plot consisted of three levels, namely: without organicnutrition (S0), 1 mL L-1 of water (S1) and 2 mL L -1 of water (S2); and AMF dose as subplotconsisted of three levels, namely: without AMF (M0), 5 g plant-1 (M1) and 10 g plant-1 (M2).therefore, there were 9 combinations of treatments and each treatment combination wasrepeated three times to obtain 27 experimental units. Each variable was analyzed byanalysis of variance, then followed by Duncan's Multiple Range Test (UJBD) at 95%confidence level. The results of research indicated that the best interaction of AMF andorganic nutient treatment was 10 g AMF plant-1 (M2) and 2 mL L-1 (S2) of organic nutrients.This treatment combination can improve growth on variables: leaf area, leaf area index andyield index of the chili plants. The best treatment for AMF independently was at 10 g plant-1

(M2) because it can promoted growth of plant height of the chili plants. The best treatmentfor organic matter independently was at 2 mL L-1(S2), because it can promoted growth ofplant height of the chili plants.

Keywords: FMA, organic nutrition, growth, chili

1PENDAHULUANTanaman cabai merupakan salah satukomoditas andalan hortikultura yang banyakmendapat perhatian karena memiliki nilaiekonomis yang cukup tinggi. Cabai banyakdigunakan sebagai bumbu dapur, yakni bahanpenyedap berbagai macam masakan antaralain sambal, saus, aneka sayur dan produk-produk makanan kaleng. Selain digunakansebagai penyedap masakan,cabai juga dapatdimanfaatkan dalam pembuatan ramuan obat-obatan (industri farmasi), industri kosmetik,industri pewarna makanan dan bahancampuran pada berbagai industri pengolahanmakanan dan minuman (Erliana, 2006).*) Alamat Korespondensi:Email: [email protected]

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik(2012) bahwa Indonesia mampumemproduksi tanaman cabai sebesar1.378.727 ton pada tahun 2009 dengan luasanlahan 233.904 ha atau sekitar 5,89 ton ha-1,kemudian pada tahun 2010 sebesar 1.328.864ton dengan luasan lahan 237.105 ha ataumenurun sekitar 3,26% dan pada tahun 2011produksi cabai mencapai 1.483.079 tondengan luasan lahan 239.770 ha atau sekitar6,19 ton ha-1. Produksi cabai SulawesiTenggara pada tahun 2010 sebesar 7.817 tondengan luasan lahan 1.959 ha atau mengalamipeningkatan sebesar 3.054 ton atau sekitar39,07% dibanding produksi pada tahun 2009.Pada tahun 2011 produksi cabai mencapai4.764 ton, atau menurun sebesar 3.053 tonatau sekitar 39% dibanding produksi padatahun 2010. Penurunan produksi yang terjadidiperkirakan karena semakin rendahnya

Page 11: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula 134produktivitas tanaman akibat luasan lahanyang tidak diimbangi dengan kesuburan tanahyang baik, penguasaan teknik budidaya yangkurang serta serangan hama dan penyakit.Sulawesi Tenggara adalah salah satudaerah dengan potensi lahan kering yangcukup luas dengan dominasi jenis tanahultisol. Hardjowigeno (2003), problema tanahultisol adalah reaksi tanah masam, kandunganAl tinggi dan unsur hara rendah. Oleh karenaitu, perlu adanya input teknologi sebagaiupaya peningkatan kesuburan tanah dalammeningkatkan produktivitas tanah dantanaman. Salah satu input teknologi tersebutyaitu penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula(FMA). FMA merupakan alternatif teknologiyang dikembangkan pada budidaya tanamanlahan kering yang secara efektif dapatmeningkatkan penyerapan unsur hara makrodan mikro. Selain itu, akar tanaman yangbermikoriza dapat menyerap unsur hara yangberbentuk terikat seperti hara P menjaditersedia bagi tanaman (Setiadi, 1989; Anas,1997; Mulyati dan Sinwin, 2010).Selain berbagai keuntungan penggunaanFMA terhadap tanah dan tanaman khususnyadalam penyerapan unsur hara, namun FMAjuga memiliki kekurangan yakni tidak dapatmenyediakan seluruh unsur maupun nutrisiyang dibutuhkan oleh tanaman pada waktuyang bersamaan. Oleh karena itu, penambahannutrisi organik lain menjadi alternatif dalammelengkapi kebutuhan nutrisi yangdibutuhkan oleh tanaman. Salah satu nutrisitersebut dapat dibantu dengan memberikanNutrisi Organik Wong Tani.Nutrisi merupakan salah satu bahan /unsuryang dibutuhkan tanaman dalampertumbuhan dan perkembangannya. Nutrisiorganik dapat diaplikasikan melalui dauntanaman karena mengandung senyawa-senyawa yang secara langsung dapatdimanfaatkan oleh tanaman dalam prosesfotosintesis. Lebih lanjut, Martin (2000)

menyatakan bahwa pemberian melalui daundapat mempercepat absorbsi senyawa padatanaman dan efektif menanggulangikekurangan unsur mikro. Nutrisi organikwong tani dapat meningkatkan pertumbuhantanaman terutama pada daun, memicumunculnya tunas, bunga, meningkatkanpertumbuhan batang (pembelahan sel) sertaakar akan berkembang pesat (Ardian, 2009).BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat. -Bahan yang digunakandalam penelitan ini yaitu bibit cabai merahbesar varietas Wibawa F1, Fungi MikorizaArbuskula (FMA), Nutrisi Organik (WongTani), pupuk kandang sapi. Alat-alat yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu polybagukuran 8 cm x 12 cm, cangkul, sabit, parang,patok, mulsa plastik, timbangan analitik,meteran, hand sprayer, ember, tali rafia, gelasukur kimia, mistar, jangka sorong, amplopkopy, oven listrik, pisau, kamera dan alat tulismenulis.Rancangan Percobaan. Percobaanlapangan disusun berdasarkan rancanganpetak terpisah (RPT) dengan pola rancanganacak kelompok (RAK) sebagai ulangan.Percobaan ini terdiri atas dua faktor yaituNutrisi Organik sebagai petak utama terdiridari tiga taraf uji yaitu tanpa Nutrisi Organik(S0), 1 mL L-1 air (S1) dan 2 mL L air (S2) danFMA sebagai anak petak terdiri atas tiga tarafuji yaitu tanpa FMA (Mo), 5 g tan-1 (M1) dan 10g tan-1 (M2). Setiap taraf dari faktor dosis FMAdikombinasikan dengan setiap taraf darifaktor dosis Nutrisi Organik. Oleh karena itu,terdapat 9 kombinasi perlakuan. Setiapkombinasi taraf diulang 3 kali sehinggakeseluruhan terdapat 27 unit percobaan.

HASIL DAN PEMBAHASANTinggi.

Tabel 1. Pengaruh mandiri nutrisi organik terhadap tinggi tanaman cabai merah besar (cm) umur 48HST.Nutrisi Organik Rata-rata tinggi tanaman (cm) UJBD 0,050 mL L-1 (S0) 52,87 a 2= 2,091 mL L-1 (S1) 50,53 b 3= 2,142 mL L-1 (S2) 53,49 aKeterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris dan kolom yang samaberbeda nyata pada UJBD 0,05

Page 12: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

135 Arma et al. J. Agroteknos

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-ratatinggi tanaman 48 HST tertinggi diperolehpada perlakuan S2 yang berbeda tidak nyatadengan perlakuan S0, namun berbeda nyatadengan perlakuan S1. Hal ini diduga karenatanaman cabai merah besar telah mampumemanfaatkan substrat senyawa organik yangdisediakan oleh nutrisi organik berupahormon giberelin, sitokinin yaitu zeatin dankinetin serta hormon auksin yaitu IAA (Asam

asetik Indol), hormon-hormon tersebut dapatmemicu pertumbuhan tanaman dan menjadihara atau nutrisi organik bagi pertumbuhantanaman (Aryulina, 2011). Hasil penelitianFermin (2013) menunjukkan bahwapemberian nutrisi organik mampumeningkatkan pertumbuhan, perkembangandan hasil tanaman jagung dan kacang tanah.Tabel 2. Pengaruh mandiri FMA terhadap tinggi tanaman cabai merah besar (cm) umur 34 HST.Fungi Mikoriza Arbuskula Rata-rata tinggi tanaman (cm) UJBD 0,050 g tan-1 (M0) 39,64 ab 2= 3,425 g tan-1 (M1) 37,30 b 3= 3,5810 g tan-1 (M2) 41,93 aKeterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris dan kolom yang samaberbeda nyata pada UJBD 0,05.Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-ratatinggi tanaman 34 HST tertinggi diperolehpada perlakuan M2 yang berbeda nyatadengan perlakuan M1, namun berbeda tidaknyata dengan perlakuan M0 dan perlakuan M1berbeda tidak nyata terhadap M0. Hal inimenunjukkan bahwa pada dosis FMA 10 g tan-1 telah mampu membantu tanaman dalampenyerapan unsur hara yang cukup untukmemenuhi kebutuhan tanaman dalampertumbuhannya. Hal ini juga disebabkan olehadanya mikoriza yang bersimbiosis denganakar tanaman cabai merah besar yang sejalandengan pernyataan Solahuddin (1993) yangmenyatakan bahwa tanaman yang dikolonisasimikoriza akan memberikan pertumbuhanyang lebih baik.Widawati dan Sulisih (1999) menyatakanbahwa mikoriza berperan dalam

meningkatkan kapasitas tanaman dalammenyerap unsur hara dan air. Selain itu,Setiadi (1989) menambahkan bahwa mikorizajuga mampu memperluas permukaan areaserapan unsur hara dan CO2 pada tanah-tanahyang kurang subur (tanah marginal) sertamenyerap unsur hara P berbentuk terikatmenjadi tersedia bagi tanaman. Satrahidayat(1999) mengungkapkan bahwa meningkatnyapenyerapan P akan diikuti oleh peningkatanpenyerapan unsur-unsur lain (chelator) baikdalam bentuk kation (Kalsium (Ca++),Magnesium (Mg++), Seng (Zn++), Besi (Fe++)dan protein) maupun dalam bentuk terikatseperti Ca-P, Mg-P, Al-P, Fe-P atau occluded-P.Hal ini karena P akan membentuk ATP(Adenosin Triphospat) yang sangat bergunauntuk penyerapan hara mineral.Tabel 3. Pengaruh interaksi FMA dan Nutrisi Organik terhadap luas daun tanaman cabai merah besar(dm2) pada umur 20, 34, 48, 62 dan 76 HST.Umur Tanaman(HST) Nutrisi Organik (ml L-1) Dosis Fungi Mikoriza Arbuskula UJBD0,050 g tan-1 (M0) 5 g tan-1 (M1) 10 g tan-1 (M2)20 0 mL L-1 (S0) 2,458 b 2,420 a 2,689 bc 2=0,377P P P 3=0,3951 mL L-1 (S1) 2,614 ab 2,667 a 2,661 cP P P2 mL L-1 (S2) 2,972 a 2,581 a 3,486 aQR R P34 0 mL L-1 (S0) 4,486 b 3,649 a 4,754 ab 2=0,736P Q P 3=0,7721 mL L-1 (S1) 3,493 c 3,966 a 4,189 bP P P2 mL L-1 (S2) 5,623 a 3,353 a 5,107 aP Q p

Page 13: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula 13648 0 mL L-1 (S0) 8,187 b 6,032 c 7,358 b 2=1,076P Q P 3=1,1281 mL L-1 (S1) 6,046 c 8,325 a 9,374 aQ P P2 mL L-1 (S2) 10,364 c 7,101 bc 10,145 aP Q P62 0 mL L-1 (S0) 14,785 a 11,924 bc 14,042 ab 2=1,736P Q p 3=1,8201 mL L-1 (S1) 8,384 b 14,166 a 13,026 bQ P P2 mL L-1 (S2) 13,790 a 11,435 c 15,480 aP Q p76 0 mL L-1 (S0) 16,041 b 13,712 c 16,485 c 2=1,585P Q P 3=1,6631 mL L-1 (S1) 10,023 c 16,532 a 16,502 bcQ P P2 mL L-1 (S2) 19,488 a 14,659 bc 18,284 aP Q PKeterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama (a-b) dan barisyang sama (p-q) berbeda nyata padaUJBD 0,05Tabel 4. Pengaruh interaksi FMA dan nutrisi organik terhadap indeks luas daun tanaman cabai merahbesar pada umur 20, 34, 48, 62 dan 76 HST.Umur Tanaman(HST) Nutrisi Organik Fungi Mikoriza Arbuskula UJBD 0,050 g tan-1 5 g tan-1 10 g tan-1(M0) (M1) (M2)20 0 mL L-1 (S0) 0,051 b 0,050 a 0,056 bc 2= 0,008P P P 3= 0,0081 mL L-1 (S1) 0,054ab 0,056 a 0,055 cP P P2 mL L-1 (S2) 0,062 a 0,054 a 0,073 aQ R P34 0 mL L-1 (S0) 0,093 b 0,076 a 0,099 ab 2= 0,015P Q P 3= 0,0161 mL L-1 (S1) 0,073 c 0,083 a 0,087 bP P P2 mL L-1 (S2) 0,117 a 0,070 b 0,106 aP Q P48 0 mL L-1 (S0) 0,171 b 0,126 c 0,153 c 2= 0,022P Q P 3= 0,0241 mL L-1 (S1) 0,126 c 0,173 a 0,195 bQ P P2 mL L-1 (S2) 0,216 a 0,148bc 0,211 aP Q P62 0 mL L-1 (S0) 0,308 a 0,248 bc 0,293 ab 2= 0,036P Q P 3= 0,0381 mL L-1 (S1) 0,175 b 0,295 a 0,271 bQ P P2 mL L-1 (S2) 0,287 a 0,238 c 0,323 aP Q P76 0 mL L-1 (S0) 0,355 b 0,275 c 0,377 a 2= 0,033P Q P 3= 0,0351 mL L-1 (S1) 0,210 c 0,368 a 0,339 bQ P P2 mL L-1 (S2) 0,403 a 0,312 b 0,372 ab

Page 14: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

137 Arma et al. J. Agroteknos

P Q PKeterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama (a-b) dan barisyang sama (p-q) berbeda nyata padaUJBD 0,05Tabel 5. Pengaruh interaksi FMA dan nutrisi organik terhadap nilai indeks panen tanaman cabai merahbesarNutrisi Organik Fungi Mikoriza Arbuskula UJBD 0,050 g tan-1 5 g tan-1 10 g tan-1(M0) (M1) (M2)0 mL L-1 (S0) 2,924 b 3,551 a 3,446 bc 2= 0,588Q P PQ 3= 0,6161 mL L-1 (S1) 3,962 a 3,857 a 3,441 cP P P2 mL L-1 (S2) 4,136 a 3,410 a 5,436 aQ R PKeterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama (a-b) dan barisyang sama (p-q) berbeda nyata padaUJBD 0,05Luas Daun (dm2), Indeks Luas Daun dan

Indeks Panen Tanaman. Daun mempunyaiperanan yang penting dalam penyerapanradiasi surya dan variasi pengaruhnyaterhadap pertumbuhan dapat dikajimelalui indeks luas daun (Muhadjir, 1988dalam Fermin, 2013). Hasil pengamatanmenunjukkan bahwa kombinasi dosisNutrisi organik 2 mL L-1 (S2) pada FMA 10g tan-1 (M2) berpengaruh sangat nyataterhadap luas daun dan indeks luas dauntanaman pada umur 34, 48, 62 dan 76HST dan berpengaruh nyata pada umur 20HST. Gardner et al., (1991) menyatakanbahwa produksi dan perluasan daun yangcepat dapat memaksimalkan penyerapancahaya dan asimilasi.Luas daun dan ILD berkorelasi positifdengan nilai indeks panen tanaman cabaimerah besar. Muhadjir (1988) dalamFermin, (2013) mengemukakan bahwaagar diperoleh hasil panen yang tinggi,tanaman budidaya harus dapatmenghasilkan indeks luas daun yangcukup dengan cepat untuk menyerapsebagian besar cahaya guna mencapaiproduksi berat kering maksimum.Menurut Heddy (1987) dalam Fermin(2013), indeks luas daun yang tinggibiasanya akan meningkatkan prosesfotosintesis dan penyerapan unsur hara

serta hasil bahan kering tanaman sebagaihasil fotosintesis yang tertimbun. Hal inisejalan dengan hasil penelitian yangmenunjukkan bahwa perlakuan FMA 10 gtan-1 dan nutrisi organik 2 mL L-1 (S2) baiksecara interaksi maupun mandiriberpengaruh nyata terhadap nilai indekspanen tanaman cabai merah besar.SIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanKesimpulan yang dapat diperoleh darihasil penelitian adalah sebagai berikut:1. Interaksi FMA dan dosis nutrisi organikyang terbaik pada perlakuan FMA 10 g tan-1 dan dosis nutrisi organik 2 mL L-1 karenadapat meningkatkan pertumbuhan luasdaun, indeks luas daun dan nilai indekspanen tanaman cabai merah besar.2. Perlakuan FMA terbaik pada dosis 10 g tan-1 karena dapat meningkatkanpertumbuhan tinggi tanaman cabai merahbesar.3. Perlakuan dosis nutrisi organik terbaikpada dosis 2 mL L-1 karena dapatmeningkatkan pertumbuhan tinggitanaman cabai merah.SaranPerlu adanya penelitian lebih lanjutmengenai pengaruh berbagai jenis FMA dannutrisi oeganik yang lebih tinggi dalammeningkatkan pertumbuhan tanaman cabai

Page 15: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula 138merah besar serta perlu adanya penambahanpupuk NPK sebagai pupuk dasar.

DAFTAR PUSTAKAAnas. I., 1997. Bioteknologi Tanah.Laboratorium Biologi Tanah. JurusanTanah. Fakultas Pertanian. IPB.Ardian, D., 2009. Hormon Wong Tani. (Online),(http://npkjagotani.com/produk-terlaris-2/hormon-wong-tani/. Diakses tanggal 31Januari 2012).Aryulina, D., 2011. Fungsi hormon dan vitaminbagi tumbuhan. (Online),(http://artikelterbaru.com/pendidikan/fungsi-hormon-dan-vitamin-untuk-tumbuhan-20111107.html. Diakses tanggal31 Januari 2012).Badan Pusat Statistik Indonesia, 2012.Statistik Indonesia 2012. Jakarta.Badan Pusat Statistik Provinsi SulawesiTenggara, 2012. Sulawesi Tenggara dalamAngka 2012. Kendari.Erliana, 2006. Pengaruh Pemberian PupukKandang dan Periode Penyiraman terhadapPertumbuhan dan Produksi Cabai Merah(Capsicum annuum L.). Skripsi Sarjana,Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo.Kendari.Fermin, uli., 2013. Pertumbuhan dan ProduksiJagung (Zea mays L.) dan Kacang Tanah(Arachis hypogaea L.) melalui PemberianNutrisi Organik dan Waktu Tanam dalamSistem Tumpangsari. Skripsi Sarjana,Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.Kendari.Gardner. F., Breant Pearce dan roger L., 1991.Fisisologi Tanaman Budidaya. UniversitasIndonesia. Jakarta.Hardjowigeno, H., 2003. Ilmu tanah.Akademika Presindo, Jakarta.Martin. 2000. Harper Review Chemistry.California CBA. California.Mulyati dan Sinwin, 2010. KontribusiPemanfaatan Pupuk Organik Kascing danPupuk Hayati terhadap Pertumbuhan danSerapan Fosfor pada Jagung.(Online),(http://ajo-biob.blogspot.com/06/lichenes-dan-mikoriza.html. Diakses tanggal 26 Januari2012).Sastrahidayat, I.R., 1995. Study rekayasatekhnologi pupuk hayati mikoriza.Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya

Setiadi, 1989. Pemanfaatan Mikroorganismedalam Kehutanan. Pusat Antar UniversitasBioteknologi IPB. Bogor.Solahuddin. S., 1993. Pengaruh inokulasi VAMrhizobium terhadap pertumbuhan danhasil kedelai. Majalah Ilmiah UniversitasHalu Oleo. Kendari.Widawati, S. dan Sulisih, 1999. Status JamurMikoriza Vesikular-Arbuskular dan BakteriPelarut Fosfat pada Perakaran BeberapaTanaman dan Tanah dari Hutan TamanNasional Bukit Barisan Selatan.(Online),(http://ajo-biob.blogspot.com/2009/06/lichenes-dan-mikoriza.html.Diakses tanggal 31 Januari2012).

Page 16: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3. Hal 139-143ISSN: 2087-7706UJI POTENSI TRICHODERMA INDIGENOUS SULAWESI TENGGARA

SEBAGAI BIOFUNGISIDA TERHADAP Phytophthora capsici SECARA IN-VITRO

In-vitro Potential test of Trichoderma indigenous Sulawesi SoutheastAs Biofungicide Against Phytophthora capsiciGUSNAWATY HS, ASNIAH*, MUHAMMAD TAUFIK, FAULIKA

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari

ABSTRACTThis research was conducted in the Laboratory of Plant Pest and Disease, Department

of Agrotecnologi, Faculty of Agriculture, Halu Oleo University Kendari, from May to August2013. This study aimed to evaluate potential Trichoderma isolates indigeneous SoutheastSulawesi as biofungicide against Phytophthora capsici and Fusarium oxysporum in-vitro. Thepotential inhibitory test used multiple testing methods on PDA medium. The research designwas a completely randomized design (CRD) consisting of 11 treatments (trichodermaisolates) with three replications. Variables measured were the inhibition of trichodermaindigeneous on the growth of P. capsici and F. oxysporum. Results of the experiment showedthat the trichoderma isolates were potential as biofungicide of P. capsici and F. oxysporumbecause they were able to inhibit the growth of pathogens in-vitro. All trichoderma isolatestested had the same potential as biofungicide against P. capsici, and isolate DKT, BPS, LKA,ASL, LTB, APS, DPA, LKO and DKP has the best potential as biofungicide against pathogenic F.oxysporum in-vitro.Keywords: F. oxysporum, inhibitory, indigenous of Southeast Sulawesi, P. capsici,trichoderma

1PENDAHULUAN

Phytophthora capsici merupakan patogenpenting yang seringkali menginfeksi tanamanlada di Sulawesi Tenggara. P. capsicimerupakan penyebab busuk pangkal batang(BPB) pada tanaman lada. Kerusakantanaman lada akibat penyakit BPB diSulawesi Tenggara tahun 2011 berkisarantara 487.60 Ha dari total tanaman ladaSulawesi Tenggara berkisar 11.683 Ha (DinasPerkebunan dan Hortikultura SulawesiTenggara, 2012).Metode pengendalian yang sering dilakukanoleh para petani yaitu penggunaan bahanpestisida sintetik yang melebihi dosisanjuran dan digunakan secara terus-menerussehingga mengakibatkan akumulasi pestisidatinggi sehingga menimbulkan dampak negatifterhadap lingkungan. Untuk itu, alternatifpengendalian yang ditawarkan adalah*) Alamat Korespondensi:E-mail: [email protected]

penggunaan agens hayati lokal SulawesiTengara berupa trichoderma indigenousyang telah beradaptasi dengan lingkunganasalnya dan tidak menimbulkan efek negatifbagi manusia sehingga dapat menjadipengendali hayati yang efektif di daerahnya.Ernawanti (2003) menyatakan bahwapengendalian hayati bersifat spesifik lokal,yaitu mikroorganisme antagonis yangterdapat di suatu daerah hanya akanmemberikan hasil yang baik di daerahasalnya.Mekanisme agens antagonis cendawanTrichoderma sp. terhadap patogen adalahkompetisi, mikoparasit dan antibiosis selainitu cendawan Trichoderma sp. juga memilikibeberapa kelebihan seperti mudah diisolasi,daya adaptasi luas, dapat tumbuh dengancepat pada berbagai substrat, memilikikisaran mikroparasitisme yang luas dan tidakbersifat patogen pada tanaman (Arwiyanto,2003). Beberapa hasil penelitian dilaporkanbahwa Trichoderma sp. dapat mengendalikan

Page 17: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Uji Potensi Trichoderma Indigenous 140patogen pada berbagai komoditas tanamandiantaranya P. infestan penyebab penyakitbusuk daun dan umbi kentang (Purwantisari,2009). Pythium sp. penyebab penyakit rebahkecambah pada bibit durian (Octriana, 2011)Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perludilakukan penelitian tentang uji potensitrichoderma indigenous Sulawesi Tenggarasebagai biofungisida terhadap P. capsici asaltanaman lada secara in-vitro.METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Penelitian. Penelitian inimenggunakan Rancangan Acak Lengkap(RAL) terdiri dari 11 isolat trichodermaindigenous Sulawesi Tengara yaitu: isolatDKT (P1T1), isolat BPS (P1T2), isolat LKA(P1T3), isoat ASL (P1T4), isolat LTB (P1T5),isolat APS (P1T6), isolat LPS (P1T7), isolat LKP(P1T8), isolat DPA (P1T9), isolat LKO (P1T10)dan isolat DKP (P1T11) ke-11 kombinasiperlakuan diulang sebanyak 3 kali sehinggaterdapat 33 unit percobaan.Pengambilan Sampel Tanaman TerinfeksiPatogen. Sampel tanaman yang terinfeksipatogen P. capsici yang diambil yaitu berupadaun, batang dan akar yang masih belumbergejala lanjut yaitu antara bagian tanamanyang telah terinfeksi dan bagain tanamanyang masih segar kemudian dimasukkandalam kantong plastik agar terjagakelembabannya sampai akan digunakan.Sampel yang terinfeksi patogen tersebutharus segera diisolasi untuk menghindarikontaminasi mikroba lain selain patogenyang diinginkan.

Isolasi Cendawan Patogen. Isolasicendawan patogen P. capsici dilakukandengan cara mengisolasi bagian tanamanyang terinfeksi patogen .Apabila telahterdapat isolat yang kita inginkan kemudiandimurnikan hingga mendapatkan betul-betulisolat yang diharapkan sesuai denganidentifikasi menurut Alexopoulos etal.,(1996).Peremajaan Isolat Trichoderma.Peremajaan isolat Trichoderma spp.dilakukan dengan cara menumbuhkankembali isolat tersebut dimedia PDA yangbaru kemudian diingkubasi selama tujuh harihingga siap untuk dilakukan pengujian.Uji Daya Hambat Cendawan Trichodermaspp. terhadap P. Capsici. Pengujian dayahambat cendawan Trichoderma spp.terhadap P. capsici dilakukan menggunakanmetode Uji Ganda pada media PDA. Satupotong koloni isolat Trichoderma spp. danpatogen yang berumur 7 hari ditumbuhkanbersamaan pada media PDA dengan jarak 3cm yang di letakkan secara berlawanandalam cawan petri yang berukuran 9 cm.Masing-masing isolat cendawan Trichodermaspp. Persentase penghambatan (P) dihitungsebagai berikut: P= (R1 –R2)/R1X100%, dimana P= Persentasepenghambatan, R1= jari-jari pertumbuhanpatogen ke arah tepi cawan petri, dan R2=jari-jaripertumbuhan patogen ke arah cendawanTrichoderma spp.

HASIL DAN PEMBAHASANPersentase Daya Hambat Trichoderma spp.terhadap P. capsici.Tabel 1. Daya hambat (%) isolat Trichoderma spp. terhadap P. capsiciPerlakuan Persentase Daya Hambat pada Pengamatan ke......HSI1 2 3 4 5 6 7P1T1 16,67 41,64 a 59,56 65,00 65,00 65,00 65,00P1T2 13,89 25,16 ab 42,01 56,67 56,67 56,67 56,67P1T3 11,11 22,33 ab 42,93 53,37 53,37 53,37 53,37P1T4 16,24 35,84 ab 52,52 58,89 58,89 58,89 58,89P1T5 8,84 38,52 a 51,05 59,00 59,00 59,00 59,00P1T6 8,58 25,59 ab 45,33 53,33 53,33 53,33 53,33P1T7 11,36 32,55 ab 47,71 57,78 57,78 57,78 57,78P1T8 13,89 15,58 b 39,37 48,89 48,89 48,89 48,89P1T9 8,84 37,12 a 54,00 62,22 62,22 62,22 62,22P1T10 8,33 28,39 ab 46,50 54,60 54,60 54,60 54,60P1T11 15,02 40,79 ab 57,10 61,11 61,11 61,11 61,11

Page 18: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

141 Gusnawaty et al. J. Agroteknos

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkanuji jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.Hasil analisis sidik ragam menunjukkanpersentase daya hambat 11 isolatTrichoderma spp. terhadap P. capsiciberpengaruh tidak nyata pada pengamatan 1HSI, 3 HSI, 4 HSI, 5 HSI, 6 HSI dan 7 HSI danberpengaruh nyata pada 2 HSI. Histogramyang menunjukan perbedaan yang nyatapada pengamatan 2 HSI disajikan sebagaiberikut:

Gambar 1. Histogram daya hambat Trichodermaspp. terhadap P. capsici 2 HSI secara in-vitro.Gambar 1. Menunjukan bahwa perlakuanP1T1 yang merupakan Trichoderma spp. isolatDKT yang memiliki daya hambat tertinggidibanding perlakuan lainnya pada 2 HSI yaitusebesar 41,64% dan yang terendahdiperlihatkan oleh perlakuan P1T8 yangmerupakan trichoderma isolat LKP yaitusebesar 9,91%. Seperti halnya denganpengamatan 2 HSI, pengamatan yang lainjuga memperlihatkan bahwa isolat DKT yangmemilki nilai penghambatan tertinggiterhadap P. capsici namun tidak berbedadngan pengamatan lainnya hinggapengamatan akhir oleh karena itu dianggapbahwa semua isolat trichoderma berpotensisebagai biofungisida terhadap P. capsicisecara in-vitro

Phytophthora capsici penyebab BusukPangkal Batang (BPB) merupakan patogentular tanah yang sering menginfeksipertanaman lada di Sulawesi Tenggara.Solusi pengendaliaan yang lebih efektif danramah lingkungan dalam mengendalikankedua patogen tersebut, salah satunya adalahpenggunaan agens hayati seperti

trichoderma indigenous. Trichoderma spp.merupakan salah satu cendawan tanah yangbersifat saprofit dan antagonis padacendawan patogen misalnya, P. infestanpenyebab penyakit busuk daun dan umbikentang (Purwantisari, 2009), Pythium sp.penyebab penyakit rebah kecambah padabibit durian (Octriana, 2011) dan F.oxysporum penyebab penyakit layu padatanaman tomat (Taufik, 2008).Berdasarkan hasil pengamatan uji antagonisTrichodrma spp. terhadap P. capsicimemperlihatkan bahwa pertumbuhan jari-jari koloni patogen kearah titik tengahmedium PDA lebih lambat dibandingpertumbuhan Trichoderma spp. Purwantisaridan Hastuti (2009) menyatakan bahwaTrichoderma sp. merupakan jenis yangpotensial untuk pengendalian penyakitsecara hayati. Hasil penelitian yang telahdilakukan mendukung pendapat tersebutdimana ke-11 isolat Trichoderma spp. yangdiuji mampu menghambat pertumbuhan P.capsici di medium PDA secara in-vitro.Berdasarkan hasil pengamatan terlihatbahwa semua isolat Trichoderma spp. yangdiujikan memiliki kemampuan dalammenekan pertumbuhan patogen uji (Tabel 1).Hal ini mengindikasikan Trichoderma spp.indigenous Sulawesi Tenggara mampumemanfaatkan nutrisi, ruang, serta didugamampu menghasilkan senyawa antibiosisdan memarasit cendawan patogen yangmenyebabkan terhambatnya perkembanganpatogen.Trichoderma spp. yang diuji memilikiperbedaan kemampuan dalam melakukanaktivitas penghambatan terhadap P. capsici.Perbedaan tersebut diduga karenaperbedaan karakter setiap isolatTrichoderma spp. yang berkaitan dengankecepatan pertumbuhannya pada mediumserta mekanisme dalam aktivitas dayahambatnya terhadap P. capsici (Tabel 1).Menurut Djafaruddin (2000) faktor pentingyang menentukan aktivitas mikroorganismeantagonis untuk megendalikan patogenadalah memiliki kecepatan pertumbuhanyang tinggi sehingga mampu berkompetisi

Page 19: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Uji Potensi Trichoderma Indigenous 142dengan patogen dalam hal penguasaan ruangdan makanan yang pada akhirnya dapatmenekan pertumbuhan cendawan patogen.Hasil pengamatan yang telah dilakukanmenunjukan semua isolat Trichoderma spp.yang diujikan terhadap P. capsici, rata-ratadapat menghambat pertumbuhan padapengamatan 2 HSI ditandai dengan kolonicendawan patogen maupun agens antagonissaling mendekat dan terbentuk zonapenghambatan. Zona penghambatan ini tidaktetap selama pengamatan hal ini dikarenakanke-11 isolat Trichoderma spp. masih aktifdalam melakukan aktivitas penghambatan.Mekanisme penghambatan dari ke-11 isolatTrichoderma spp. terhadap Phytophthoracapsici secara umum berupa kompetisi ruangdan mikoparasit (Tabel 4.) menurutPurwantisari dan hastuti (2009) bahwacendawan yang tumbuh cepat mampumengungguli dalam penguasaan ruang danpada akhirnya bisa menekan pertumbuhancendawan lawannya. Selain mekanismekompetisi ruang, ke-11 isolat tersebut jugadiduga dapat menghambat patogen melaluimekanisme antibiosis yang ditandai denganmenipisnya koloni patogen karena enzimyang dihasilkan, Fravel (1988) dalamAchmad et al. (2011) menyatakan bahwaantibiosis adalah antagonisme yangdiperantarai oleh metabolit spesifik atau nonspesifik, enzim, senyawa volatil, atau zatberacun (toksin) lainnya yang dihasilkan olehmikroba.Hasil penelitian memperlihatkan semuaisolat trichoderma indigenous SulaweiTenggara memiliki kemampuan yang samadari hasil analisis ragam dalam menekanpertumbuhan patogen P. capsici. Nilaipenghambatan Trichoderma spp. terhadap P.capsici diakhir pengamatan berturut-turutyaitu isolat DKT sebesar 65,00%, DPAsebesar 62,22%, DKP sebesar 61,11%, LTBsebesar 59,00%, ASL sebesar 58,89%, LPSsebesar 57,78%, BPS sebesar 56,67%, LKOsebesar 54,60% LKA sebesar 53,37%, APSsebesar 53,33% dan LKP sebesar 48,89%,rata-rata isolat trichoderma memperlihatkandapat menghambat P. caspici di atas 40% halini mengindikasikan semua isolat efektif

sebagai biofungisida terhadap P. capsicisecara in-vitro.Semua isolat trichoderma yang diujikandapat menghambat P. capsici karena memilikimekanisme berupa kompetisi ruang yangcepat dibanding patogen hal ini ditandaidengan terhambatnya pertumbuhan patogenpada pengamatan 2 HSI selanjutnya setelahisolat tersebut mengkolonisasi ruang tumbuhmekanisme antagonis selanjutnya yangdihasilkan adalah mekanisme mikoparasityaitu proses memarasit cendawan patogendimana koloni cendawan P. capsici ditumbuhioleh koloni Trichoderma spp. pada mediumPDA hal ini diduga terjadinya pelilitan hifapada pertemuan hifa patogen denganantagonisnya. Djaya (2003) melaporkanbahwa Ketika mikoparasit itu mencapaiinangnya, hifanya kemudian membelit ataumenghimpit hifa inang tersebut denganmembentuk struktur seperti kait (hook-likestructure) kemudian menyerap nutrisiinangnya.Mekanisme antagonis lain yang didugadihasilkan oleh trichoderma dalammenghambat P. capsici berupa antibiosisdimana isolat tersebut kemungkinanmenghasilkan enzim selulase sehinggadinding sel patogen P. capsici menjadi lisisyang ditandai dengan menipisnya koloni P.capsici hal ini didukung oleh pernyataanSalma dan Gunarto (1999) bahwaTrichoderma sp. mampu menghasilkan enzimselulase untuk mendegradasi selulosa.Selulosa merupakan komponen utamapenyusun dinding sel cendawan P. capsici.

SIMPULANDari hasil pengamatan dan pembahasanmaka dapat disimpulkan bahwa Semua isolattrichoderma indigenous Sulawesi Tenggarayang diujikan berpotensi sebagaibiofungisida terhadap P. capsici secara in-vitro dengan persentase penghambatantertinggi dimiliki oleh isolat P1T1 yakni 65 %pada 4 HSI.

DAFTAR PUSTAKAAlexopoulos, C.J., C.W ., Mims dan M.,Blackwell, 1996.Introductory Mycology. John Wiley dan Sons, Inc.Canada America.

Page 20: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

143 Gusnawaty et al. J. Agroteknos

Arwiyanto.T, 2003. Pengendalian hayati penyakit layubakteri tembakau. Jurnal perlindungan tanamanIndonesia, 3(1): 54-60.Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, 2012.Statistik Perkebunan Provinsi Sulawesi Souteast.Djaenuddin .N, 2011. Bioekologi penyakit layufusarium (Fusarium oxysforum). ProsidingSeminar dan Pertemuan xxi PEI. PFI Komda Sulseldan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulsel.Makassar.Erwanti, 2003. Potensi Mikroorganisme TanahAntagonis Untuk Menekan Pseudomonassollanacearum pada Tanaman Pisang. Secara invitro di Pulau Lombok. Makalah Falsafah SainsProgram Pasca Sarjana (S3). (Tidakdipublikasikan)Gultom, J.M., 2008. Pengaruh Pemberian BeberapaJamur Antagonis dengan Berbagai TingkatKonsentrasi Untuk Menekan Perkembangan JamurPhytium sp. Penyebab Rebah Kecambah padaTanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.).Diakses 10 Maret 2013.Hindayana .D, 2002. Musuh Alami Hama dan PenyakitTanaman Lada. Deptan. Jakarta.Jamilah. R, 2011. Potensi Trichoderma harzianum(T38) dan Trichoderma pseudokoningii (T39)sebagai Antagonis Terhadap Ganoderma sp.Penyebab Penyakit Akar Pada Pohon Sengon(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen.). SkripsiSarjana. Departemen Silvikultur. FakultasKehutanan Institut Pertanian. Bogor. (Tidakdipublikasikan).Kethan. S.k., 2001. Mikrobial Pest Kontrol. MacelDelker. Inc. New York.Manohara, D dan Nurheru, 2007. Hama dan penyakitutama tanaman lada dan pengendaliannya. BalaiPenelitian Tanaman Rempah dan Aneka TanamanIndustri. Jurnal Warta Penelitian danPengembangan Pertanian, 29(4): 5-6.Mulya, K., R. Noveriza, D. Manohara. 2003. Efikasi InVivo Pelet Erwinia BST4 dan Trichodermaharzianum Blt1 dalam Menekan InfeksiPhytophthora capsici pada Lada. Bull Peneliti TRO12:1-6.Octriana.L, 2011. Potensi agen hayati dalammenghambat pertumbuhan Phytium sp. secara invitro. Buletin Plasma Nutfah, 17(2): 7-9.Purwantisari. P. dan R.B. Hastuti, 2009. Ujiantagonisme jamur patogen Phytophthora infestanspenyebab penyakit busuk daun dan umbi tanamankentang dengan menggunakan Trichoderma spp.isolat lokal. Jurnal BIOMA, 11(1): 24-32.Salma. S. Dan L. Gunarto, 1999 Enzim selulase dariTrichoderma spp. Buletin Agribio. Balai PenelitianBioteknolgi Tanaman Pangan, 2(2)Semangun, H. 2008. Penyakit-Penyakit TanamanPerkebunan di Indonesia. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.Sudanta, i. M., i. M. Kesratarta, i. Sudana. Ujiantagonisme beberapa jenis jamur saprofit

terhadap Jamur fusarium oxysporum f. Sp. Cubensepenyebab penyakit layu Pada tanaman pisang sertapotensinya Sebagai agens pengurai serasah.UNRAM. NTB.Setiyono,R.T., 2009. Perakitan lada hibrida tahanterhadap penyakit busuk pangkal batang. JurnalWarta Penelitian dan Pengembangan TanamanIndustri, 15(2): 19-20.Taufik, M., 2011. Aplikasi rizobakteri dan trichodermaspp. Terhadap pertumbuhan tanaman dan kejadianpenyakit busuk pangkal batang dan kuning Padatanaman lada (piper nigrum l.). Prosiding Seminardan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI KomdaSulawesi Selatan dan Dinas PerkebunanPemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.

Page 21: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3. Hal 144-151ISSN: 2087-7706EFEKTIVITAS LIMBAH CAIR PERTANIAN SEBAGAI MEDIA

PERBANYAKAN DAN FORMULASI Bacillus subtilis SEBAGAI AGENSHAYATI PATOGEN TANAMAN

Effectivity of Agricultural Waste as Media Propagation andFormulation of Bacillus subtilis As Biological Agents of Plant

PathogensANDI KHAERUNI*), ASRIANTI, ABDUL RAHMANJurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari

ABSTRACTThis study aimed to find the best medium for formulation and storage of B. subtilis.

The study consisted of two phases: (1) Selection of agricultural wastes as a propagationmedium for Bacillus subtilis, (2) test for the stability of Bacillus subtilis in materialformulation and its inhibition activity against Rhizoctonia solani. The second phase wasconducted based on completely randomized design, consisting of five treatments, namely:100 % medium synthetic, 100% coconut water, 75% coconut water + 25 % syntheticmedium, 50% coconut water + 50% synthetic medium and 25% coconut water + 75%synthetic medium. Each treatment was repeated three times, so that there were 15experimental units. B. subtilis ST21e isolate was formulated in liquid medium according totreatment and kept in plastic container at room temperature for 8 weeks to count thenumber of colonies and inhibition activity every 2 weeks. The results showed that theagricultural wastes (coconut water, tofu water and molasses) can be used as a media for B.subtilis ST21e propogation in different cell growth pattern. B. subtilis propogation inmedium coconut water + 10% TSB had the best growth pattern compared to the othermedia. On the other hand, medium containing 25% coconut water + 75% synthetic mediumwas the best combination for storage medium of B. subtilis ST21e.Key words: biological agents, Bacillus subtilis, agricultural waste

1PENDAHULUANSeiring dengan kemajuan teknologi danilmu pengetahuan, teknologi di bidangpertanian, termasuk pengendalian penyakittanaman juga berkembang dengancepat, namun perkembangannya masihterfokus pada pengendalian secara kimiawiyaitu penggunaan pestisida sintetik.Ketergantungan terhadap pestisida inikarena penggunannya praktis dancepat. Namun disisi lain penggunaanpestisida sintetik belum mampumenyelesaikan masalah penyakit tanaman,malah sering menimbulkan masalah-masalahbaru, seperti terjadinya kerusakan*) Alamat Korespondensi:E-mail: [email protected]

lingkungan disamping dapat menginduksipatogen menjadi resisten terhadap pestisidayang digunakan. Oleh karena itu diperlukanalternatif yang ramah lingkungan yaituberupa pengendalian hayati sehinggamengurangi penggunaan pestisida sintetik.Bacillus subtilis merupakan salah satubakteri yang banyak dikembangkan sebagaiagens hayati untuk mengendalikan patogentanaman. B. subtilis termasuk bakteri grampositif, berbentuk batang, dapat tumbuh padakondisi aerob dan anaerob. Bakteri tersebutdapat membentuk endospora dan dapatbertahan hidup dalam waktu yang lama padakondisi lingkungan yang tidakmenguntungkan untuk pertumbuhannya(Woitke, 2004).Bacillus subtilis ST21e dilaporkan mampumenghambat perkembangan patogen

Page 22: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Efektivitas Limbah Cair Pertanian 145

Fusarium oxysporum, Sclerotium rolfsii,Phytopthora capsici dan Rhizoctonia solanisecara in-vitro (Khaeruni et al., 2010a) dansecara in-vivo mampu menghambat penyakitlayu Fusarium pada tomat (Khaeruni et al.2010b); penyakit busuk batang Rhizoctoniapada kedelai (Khaeruni et. al, 2012); danpenyakit busuk akar Sklerotium pada kedelai(Nengtias et. al, 2012), sehingga sangatpotensial dikembangkan sebagai agens hayatipatogen tanaman.

Bacillus subtilis merupakan bakterisaprofit yang mampu bertahan danberkembang biak pada sisa-sisa bahanorganik. Berdasarkan sifat tersebut sehinggabakteri ini dapat ditumbuhkan dandiperbanyak pada limbah organik cair yangtersedia melimpah di masyarakat sepertilimbah air kelapa, air tahu dan molase.Giyanto et. al. (2009) menyatakan bahwalimbah cair organik sangat berpotensisebagai media perbanyakan agens hayatikarena mengandung komposisi nutrisi yangbaik untuk pertumbuhan mikroba sepertikarbohidrat, protein, air, asam amino, lemak,garam-garam mineral dan nutrisi lainnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitentang potensi limbah cair pertanianseperti : air tahu, air kelapa dan molasesebagai media perbanyakan dan formulasi B.subtilis sebagai agens hayati.

BAHAN DAN METODELokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian inibertempat di Laboratorium Agroteknologi UnitIlmu Hama dan Penyakit Tanaman FakultasPertanian Universitas Halu Oleo Kampus BumiTridharma Kendari yang dilaksanakan padabulan Maret sampai dengan bulan September2013.Bahan. Bahan-bahan digunakan dalampenelitian ini adalah limbah air kelapa, air tahu,molase, Bacillus subtilis ST21e (koleksiLaboratorium IHPT), cendawan Rhizoctonia

solani, akuades, media Tryptic Soy Broth (TSB,media Tryptic Soy Agar (TSA), media PotatoDextrose Agar (PDA), agar-agar, alkohol 70%,spritus dan media sintetik (Protease pepton danMgSO4).

Rancangan Penelitian. Rancangan penelitianhanya dilakukan pada tahap uji stabilitas danpenghambatan Bacillus subtilis ST21e secara in-

vitro dalam bahan formulasi. Tahapan inidilakukan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap(RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dengan tigakali ulangan sehingga terdapat 15 unitpercobaan. Perlakuan yang diuji sebagai mediapertumbuhan bakteri B. subtilis ST21e, yangmeliputi: A=100% Media sintetik, B= 100% Airkelapa, C= 75% Air kelapa + 25% Media sintetik(3:1 v/v), D= 50% Air kelapa + 50% Mediasintetik (1:1 v/v), dan E= 25% Air kelapa + 75%Media sintetik (1:3 v/v).Tahapan-tahapan pelaksanaan Penelitian:Peremajaan isolat bakteri B. subtilis ST21e.Strain bakteri Bacillus subtilis ST21e yang berasaldari stok penyimpanan (larutan glyserol 15%)dikultur ulang pada media TSA di dalam cawanpetri dan diinkubasi pada suhu ruang selama 2 x24 jam.Penyediaan media perbanyakan limbah

cair pertanian dan inokulum B. subtilis ST21e.Bahan yang digunakan sebagai mediaperbanyakan B. subtilis yaitu limbah cairpertanian berupa: air kelapa dan air tahu segaryang diambil masing-masing dari pasarMandonga Kendari dan tempat pengolahan tahudi Konda Kab. Konawe Selatan, serta molase yangdipesan dari industri gula di Kediri Jawa Timur.Masing-masing limbah cair pertanian secaraterpisah dimasukkan dalam erlenmeyer ukuran250 mL sebanyak 50 mL, lalu ditambahkandengan bahan-bahan kimia TSB 10%, selanjutnyaditambahkan akuades sehingga mencapaivolume 200 mL. Campuran media tersebutdisterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121oCselama 15 menit, setelah sterilisasi mediadidinginkan dan siap digunakan sebagai media ujipertumbuhan. Penyediaan inokulum B. subtilisST21e dilakukan dengan membuat suspensi B.subtilis umur 48 jam dalam akuades sterilkemudian ditentukan nilai optical densitynya(OD=1,00) dengan menggunakanspektrofotometer UV-VIS pada panjanggelombang 550 nm.

Perbanyakan Bacillus subtilis ST21e dalammedia limbah cair pertanian. Sebanyak 10 mLsuspensi inokulum B. subtilis ST21e tersebutdimasukkan ke dalam masing-masing mediaperbanyakan yang berisi limbah cair pertanianyang berbeda dan diinkubasi pada suhu ruang didalam shaker dengan kecepatan 200 rpm selama48 jam untuk mengukur pertumbuhan bakteridan jumlah koloni bakteri. Perlakuan yang diujiadalah media limbah cair pertanian yang terdiridari : Media limbah air kelapa + 10% TSB; Media

Page 23: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

146 Khaeruni et al. J. Agroteknoslimbah air tahu + 10% TSB; Media molase + 10%TSB; dan 4. TSB 100%.Uji Stabilitas dan Penghambatan B. subtilisST21e dalam Bahan FormulasiUji stabilitas B. subtilis ST21e dalam bahan

formulasi. Pada tahapan ini digunakan limbahair kelapa sebagai media formulasi (hasil terbaikpada tahap penelitian I). Kultur bakteri B. subtilisST21e yang berumur 48 jam disuspensikandengan akuades steril hingga mencapaikerapatan sel 10-10 CFU/mL. Sebanyak 40 mLsuspensi bakteri ditambahkan ke dalam media airkelapa hingga volume akhir mencapai 200 mL,lalu disimpan dalam jerigen plastik volume 250mL dan diletakkan pada suhu ruang sesuaidengan rancangan percobaan yang digunakan,untuk dihitung perkembangan bakteri antagonisB. subtilis dan daya hambatnya setiap 2 mingguselama 2 bulan penyimpanan.

Uji daya hambat B. subtilis ST21e secara in-vitro setelah penyimpanan dalam bahanformulasi. Untuk mengetahui pengaruh bahanformulasi terhadap aktivitas penghambatanbakteri B. subtilis ST21e selama penyimpanan 2bulan, maka dilakukan uji daya hambat terhadappatogen Rhizoctonia solani dengan metode ujiganda. Bacillus subtilis yang diisolasi dari setiapperlakuan pada setiap waktu pengamatandiremajakan pada media TSA. Masing-masingisolat B. subtilis yang diuji digoreskan memanjangpada media PDA dengan jarak 3 cm dari tepicawan, lalu diinkubasi pada suhu ruang.Potongan medium PDA padat dengan diameter0,5 cm yang ditumbuhi hifa R. solani digunakansebagai inokulum dan diinfestasi pada cawanpetri yang berisi medium PDA yang sebelumnyatelah diinokulasikaan bakteri antagonis B. subtilisumur 24 jam secara berlawanan dengan jarak 3cm. Setiap isolat agens antagonis B. subtilis dariperlakuan yang berbeda diulang 3 kali. Kulturkembali diinkubasi dalam ruang bersuhu 260-280C selama 3 hari untuk dilakukan pengamatandaya hambat agens antagonis terhadap patogenuji.

Variabel Penelitian. Variabel penelitianyang diamati pada penelitian ini yaitu :1. Kerapatan sel bakteri B. subtilis ST21e dalammedia cair, dihitung dengan cara: diukurberdasarkan nilai absorbansi (OpticalDensity) dengan alat spektrofotomer UV-VISpada panjang gelombang 550 nm pada padaumur 5 jam, 10 jam, 15 jam, 20 jam dan 25jam pertumbuhan,

2. Jumlah koloni (log CFU/mL) B. subtilis ST21epada media perbanyakan pada umur 48 jam.Perhitungan jumlah koloni dilakukan denganpembiakan pada media TSA melalui metodepengenceran berseri. Jumlah koloni yangtumbuh selanjutnya dikonversikan ke dalambentuk log CFU/mL,3. Jumlah koloni B. subtilis ST21e pada mediaformulasi air kelapa pada umur 2, 4, 6 dan 8minggu. Bahan formulasi terlebih dahuludihomogenkan dengan cara mengocok hinggatercampur secara merata, lalu diambilsebanyak 1 mL bahan formulasi dandiencerkan ke dalam air steril hinggamencapai pengenceran 10-10 laluditumbuhkan pada media TSA dan diinkubasipada suhu ruang. Perhitungan jumlah koloni(log CFU/mL) B. subtilis pada umur 2 harisetelah inkubasi (HSI).4. Daya hambat isolat B. subtilis ST21e terhadapcendawan patogen (Rhizoctonia solani),dilakukan pada umur 3 hari setelah ujitantang dengan mengukur jari-jaripertumbuhan patogen. Rumus untukmengetahui daya hambat bakteri terhadappatogen uji menurut Nielsen et al. (1998)adalah: DH = (R1 - R2) / R1 x 100%, dimanaDH = Daya hambat bakteri B. subtilisterhadap patogen uji (%), R1 = Jari-jaripertumbuhan patogen ke arah tepi cawan(cm), dan R2 = Jari-jari pertumbuhan patogenke arah bakteri (cm).Analisis Data. Data pada tahap pertamadianalisis secara sederhana denganmembandingkan pola pertumbuhan B. subtilisST21e pada setiap jenis media cair yangdigunakan, sedangkan data hasil pengamatanpada tahap kedua dianalisis menggunakananalisis sidik ragam. Apabila terdapat pengaruhnyata pada perlakuan maka dilakukan uji lanjutmenggunakan Uji BNT.

HASIL DAN PEMBAHASANNilai absorbansi (Optical Density) B.

subtilis ST21e dalam berbagai medialimbah cair. Hasil pengukuran absorbansipertumbuhan B. subtilis ST21e pada berbagaimedia cair limbah pertanian padapengamatan 5 jam pertama hingga 25 jamterakhir disajikan pada Tabel 1, sedangkanpola pertumbuhannya disajikan padaGambar 2.

Tabel 1. Nilai absorbansi (OD) B. subtilis ST21e dalam berbagai media perlakuan

Page 24: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Efektivitas Limbah Cair Pertanian 147No. PerlakuanLimbah Pertanian Nilai OD pada Waktu Pengukuran (jam)5 10 15 20 251. Air Kelapa + 10% TSB 0,041 0,046 0,222 0,275 0,3292. Air Tahu + 10% TSB 0,047 0,056 0,459 0,414 0,3053. Molase + 10% TSB 0,041 0,535 0,072 0,045 0,0474. TSB 100% 0,275 0,724 1,078 1,114 1,011

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan B. subtilis ST21e pada berbagai media cairHasil pengamatan Tabel 1 menunjukkanbahwa pada dasarnya agens hayati B. subtilisST21e dapat tumbuh dan berkembang padaberbagai media limbah cair pertanian sepertiair kelapa, air tahu dan molase, hal iniditandai dengan terjadinya peningkatan nilaiabsorbansi kerapatan sel bakteri pada semuamedia yang digunakan. Hasil pengukurankerapatan sel (OD) menunjukkan bahwa dariawal pengamatan hingga diakhir pengamatanpertumbuhan tertinggi bakteri terdapat padamedia cair berbahan kimia sintetik (TSB),namun dari grafik pola pertumbuhanmenunjukkan bahwa kerapatan sel bakteridalam media TSB 100% mengalami

penurunan setelah pertumbuhan 20 jam, halyang sama terjadi pada media perbanyakanlimbah air tahu dan molase. Sebaliknya padamedia perbanyakan yang menggunakan airkelapa + 10% media TSB, secara konsistensiterus mengalami peningkatan pertumbuhanyang baik hingga akhir pengamatan, dengannilai OD pada waktu pertumbuhan 5 jampertama hingga 25 jam berturut-turut 0,041;0,046; 0,222; 0,275 dan 0,329.Jumlah koloni pada berbagai media

limbah cair. Hasil perhitungan rata-ratajumlah koloni B. subtilis ST21e dari berbagaimedia limbah cair pada pengamatan umurpertumbuhan 24 jam disajikan pada Tabel 2.Tabel 2. Rata-rata jumlah koloni B. subtilis ST21e dari berbagai media cair pada umur 25 jamNo. Media Pertumbuhan Jumlah koloni(log CFU/mL)1 Air Kelapa + 10% TSB 15,352 Air Tahu + 10% TSB 15,043 Molase + 10% TSB 15,134 TSB100% 15,43Rata-rata hasil pengamatan pada Tabel 2menunjukkan bahwa jumlah koloni B. subtilisST21e dalam berbagai media berkisar antaralog 15,04 sampai log 15,43 CFU/mL. Jumlahkoloni tertinggi didapatkan pada mediaperbanyakan TSB 100% yaitu log 15,43CFU/mL, namun nilai tersebut tidak jauh

berbeda dengan jumlah koloni yang terdapatpada perlakuan air kelapa + 10% TSB yaitulog 15,35 CFU/mL. Berdasarkan kurvapertumbuhan dan jumlah koloni B. subtilisST21e pada waktu pengamatan 25 jam,didapatkan bahwa media limbah cair yangterbaik sebagai media perbanyakan B. subtilis

Page 25: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

148 Khaeruni et al. J. Agroteknosadalah media limbah air kelapa. Limbahinilah yang selanjutnya digunakan sebagaibahan formulasi pada tahap selanjutnya(kedua).Jumlah koloni Bacillus subtilis ST21e

dalam bahan formulasi air kelapa. Hasil ujirataan jumlah koloni B. subtilis pada berbagaiperlakuan konsentrasi air kelapa padapengamatan minggu ke 2, 4, 6 dan 8 dapatdilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah koloni B. subtilis ST21e pada berbagai perlakuan konsentrasi media air kelapaNo. Perlakuan Rata-rata jumlah koloni (log CFU/mL) B. subtilis padapenyimpanan minggu ke-2 4 6 81. (A) 100% MS 13,20a 12,57bc 12,17bc 12,08ab2. (B) 100% Air kelapa 12,58b 12,12c 11,51c 11,50b3. (C) 75% Air kelapa + 25% MS 13,38a 12,07c 10,90c 11,86b4. (D) 50% Air kelapa + 50% MS 13,11a 12,95ab 13,08ab 12,58a5. (E) 25% Air kelapa + 75% MS 13,41a 13,31a 13,60a 12,50aKeterangan: MS = Media sintetik. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbedatidak nyata dalam uji BNT pada taraf kepercayaan 95%Berdasarkan uji lanjut hasil pengamatanpada Tabel 3, menunjukkan bahwa jumlahkoloni B. subtilis tertinggi pada umur 2minggu setelah penyimpanan dalam bahanformulasi terlihat pada perlakuankonsentrasi air kelapa 25% yaitu log 13,41CFU/mL. Nilai tersebut berbeda tidak nyatadengan perlakuan media air kelapa 50%,75% dan 100% MS, namun berbeda nyatadengan perlakuan konsentrasi air kelapa100%. Rata-rata jumlah koloni B. subtilispada umur 4 dan 6 minggu setelahpenyimpanan jumlah koloni tertinggidiperlihatkan pada perlakuan air kelapakonsentrasi 25% yaitu log 13,31 CFU/mL dan

log 13,60 CFU/mL, kedua nilai tersebutberbeda tidak nyata dengan perlakuan airkelapa konsentrasi 50%, namun berbedanyata terhadap perlakuan lainnya.Sementara pada umur 8 minggu jumlahkoloni bakteri tertinggi tetap ditunjukkanpada perlakuan air kelapa konsentrasi 50%yaitu log 12,58 CFU/mL.Persentase Daya Hambat Bacillus

subtilis ST21e terhadap Rhizoctoniasolani. Hasil rataan daya hambat B. subtilispada berbagai perlakuan konsentrasi airkelapa pada pengamatan minggu ke 2, 4, 6dan 8 setelah penyimpanan dapat dilihatpada Tabel 5.Tabel 4. Daya hambat B. subtilis ST21e terhadap patogen Rhizoctonia solani pada pengamatan 2 sampai 8minggu setelah masa penyimpanan.No. Perlakuan Rata-rata daya hambat B. subtilis (%) padapenyimpanan minggu ke-2 4 6 81. (A) 100% MS 47,41c 46,66tn 60,74a 11,11c2. (B) 100% Air kelapa 62,96a 48,89 tn 53,33a 17,04c3. (C) 75% air kelapa + 25% MS 54,07bc 39,26 tn 59,26a 48,15ab4. (D) 50% air kelapa + 50% MS 57,04ab 51,11 tn 48,15a 52,59a5. (E) 25% air kelapa + 75% MS 56,30ab 38,52 tn 17,78b 40,00abKeterangan: MS = Media sintetik. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berbedatidak nyata dalam uji BNT pada taraf kepercayaan 95%Hasil pengamatan pada Tabel 4,menunjukkan bahwa B. subtilis ST212edalam penyimpanan pada berbagaikonsentrasi limbah kelapa masih memilikidaya hambat terhadap R. solani hingga akhirpengamatan (8 minggu setelahpenyimpanan), dengan persentase dayahambat yang berbeda-beda. Perlakuan yangmemperlihatkan konsistensi daya hambatyang relatif stabil dengan aktivitas daya

Page 26: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Efektivitas Limbah Cair Pertanian 149hambat di atas 40% ialah perlakuan denganmedia penyimpanan air kelapa 50% .Perlakuan ini juga memperlihatkan dayahambat tertinggi pada masa penyimpanan 8minggu yaitu 52,59% yang berbeda nyatadengan perlakuan MS 100% dan media airkelapa 100%, namun berbeda tidak nyatadengan konsentrasi air kelapa 25% dan 75%.Berdasarkan hasil penelitianmenunjukkan bahwa pola pertumbuhan B.subtilis ST21e pada setiap media biakan yangdigunakan menghasilkan kerapatan sel (OD)yang berbeda-beda. Perbedaan kerapatan selpada masing-masing media didugadisebabkan oleh perbedaan kandungannutrisi pada media tersebut, baik dari segikuantitas maupun kualitasnya. MenurutGiyanto et al. (2009) salah satu faktorpenting yang mempengaruhi pertumbuhanbakteri selain kondisi untuk pertumbuhanseperti suhu, pH, kadar air, aerasi dan agitasi,juga sangat ditentukan oleh kandungannutrisi media perbanyakannya.Pada Tabel 1 dan Gambar 2 dapat dilihatbahwa dari tiga jenis limbah pertanian yangdigunakan, yang terbaik digunakan sebagaimedia perbanyakan dan penyimpanan B.subtilis ST21e adalah media air kelapa +10% TSB, media cair ini menunjukkankonsistensi peningkatan pertumbuhan hal inidiperlihatkan dengan nilai OD pada selamamasa pertumbuhan 25 jam, sementara mediayang mengandung air tahu dan molase hanyamemperlihatkan peningkatan OD pada awalpertumbuhan, penurunan nilai OD padamedia air tahu mulai terjadi setelah 15 jampertumbuhan, sedangkan pada media molaseterjadi setelah 10 jam pertumbuhan. Hasil inisemakin diperkuat dari hasil perhitunganpopulasi B. subtilis diakhir pengamatan yangmenunjukkan jumlah koloni pada media airkelapa + 10% TSB, cenderung lebih tinggiyaitu berkisar pada nilai log 15,35 CFU/mLsetelah media TSB 100%, sementara populasipada media TSB 100% setara dengan log15,43 CFU/mL, suatu perbedaan nilai yangtidak signifikan. Peningkatan jumlah bakteridalam media air kelapa + 10% TSB didugakarena kandungan nutrisi untukpertumbuhan bakteri tersedia cukup banyak,dimana sumber nutrisi ini berasal dari air

kelapa dan media TSB. Menurut Vigliar et al.(2006) air kelapa mempunyai komposisinutrisi yang lengkap berupa 95,5% air; 4%karbohidrat; 0,1% lemak; 0,02% kalsium;0,01% fosfor; 0,5% besi, asam amino, vitaminC, vitamin B kompleks dan garam-garammineral. Kandungan nutrisi yang lengkappada air kelapa menyebabkan pertumbuhanpopulasi/jumlah koloni B. subtilis cukup baikdan stabil selama dalam prosespenyimpanan.Hasil sidik ragam menunjukkan bahwapenyimpanan bahan formulasi bakteri padaumur 2, 4, 6 dan 8 minggu memberikanpengaruh yang berbeda terhadappertumbuhan jumlah koloni B. subtilis ST21e.Hal ini menggambarkan bahwa waktupenyimpanan dapat mempengaruhipertumbuhan jumlah sel B. subtilis.Berdasarkan hasil penelitian rata-ratapertumbuhan sel bakteri yang tinggi untuksemua perlakuan terjadi pada umurpenyimpanan 2 minggu. Sedangkan padaumur penyimpanan 4 dan 6 minggu rata-ratapertumbuhan tertinggi hanya diperlihatkanpada perlakuan 25% air kelapa + 75% MSdan 50% air kelapa + 50% MS. Sementarapengamatan pada minggu ke-8 rata-ratapertumbuhan bakteri pada semua perlakuancenderung memperlihatkan penurunanjumlah koloni/sel (lihat Tabel 4). Penurunanjumlah sel diduga adanya pengaruhkomposisi nutrisi yang dibutuhkan olehbakteri baik dari segi kualitas maupunkuantitasnya. Semakin berkurang nutrisi didalam media maka jumlah sel semakinmenurun. Berkurangnya komposis nutrisidalam media karena nutrisi tersebutdimanfaatkan oleh bakteri untukperkembangbiakannya. Kematian bakteridisebabkan karena zat makanan yangdiperlukan berkurang (Dwijoseputro, 2003).Hal ini menunjukkan bahwa komposisi mediaberperan penting dalam pertumbuhan B.subtilis. Secara umum pertumbuhan B.subtilis yang paling baik diperlihatkan padaperlakuan media 25% air kelapa + 75% MS.Peningkatan jumlah bakteri disebabkankarena nutrisi untuk pertumbuhan tersediacukup banyak, dimana sumber nutrisi iniberasal dari air kelapa dan media sintetik.

Page 27: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

150 Khaeruni et al. J. AgroteknosPertumbuhan B. subtilis ST21e pada setiapmedia perlakuan menunjukkan jumlah koloniyang berbeda (berfluktuasi). Hal inidikarenakan di dalam setiap perlakuanmemiliki konsentrasi kandungan nutrisi yangberbeda-beda. Kandungan nutrisi padasetiap media sangat menentukan viabilitassel bakteri tersebut. Perbedaan nutrisi yangtersedia pada media berpengaruh terhadappembentukan sel mikroorganisme (Giyantoet. al., 2009).Uji antagonis B. subtilis ST21e terhadapRhizoctonia solani secara in-vitro ditujukanuntuk mengetahui pengaruh bahan formulasiyang diuji terhadap aktivitas antagonis B.subtilis terhadap patogen selama masapenyimpanan 8 minggu. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perlakuan yangmenggunakan media cair 50% air kelapa +50% MS secara konsisten memperlihatkandaya hambat relatif stabil (±50%) terhadapR. solani selama masa penyimpanan 8 minggudalam bahan formulasi, sementara perlakuanlain memiliki daya hambat yang berfluktuasi,hal ini diduga adanya pengaruh dari lamanyapenyimpanan dan kandungan nutrisi yangtersedia dalam formulasi terhadap produksiantibiotik oleh B. subtilis. Menurut Giyanto etal. (2009) lama penyimpanan suatu formulasidapat mempengaruhi konsentrasi nutrisiyang ada sehingga secara tidak langsungdapat berpengaruh terhadap aktivitasantagonis suatu agens hayati. Hal inimenunjukkan bahwa konsentrasi media cairair kelapa berpengaruh pada aktifitasantagonis B. subtilis terhadap patogen.Pada uji daya hambat yang dilakukan padaumur penyimpanan 2-8 minggu terlihatperbedaan antara miselium cendawan yangtumbuh berdekatan dengan agens antagonisdengan miselium yang tidak berdekatandengan agen antagonis. Pertumbuhanmiselium yang berdekatan dengan B. subtilisterlihat lebih tebal dan pendek dibandingkandengan miselium yang tidak berdekatandengan B. subtilis. Hal ini diduga bahwabakteri tersebut dapat menekanpertumbuhan R. solani melalui aktivitasantifungal kitinolitik yaitu enzim yang dapatmendegradasi dinding sel cendawansehingga pertumbuhan cendawan tidak

optimal (terhambat). Hal ini sejalan denganpenelitian Khaeruni et. al. (2010a) yangmenyatakan bahwa bakteri Bacillus subtilisST21e mampu menghasilkan enzim proteasedan kitinase yang berperan sebagai enzimpengurai dinding sel patogen. Aktivitasantagonis B. subtilis terjadi melalui beberapamekanisme antara lain yaitu produksisenyawa anti mikroba, kompetisi nutrisi(karbon dan nitrogen) dan ruang tempatinfeksi (Liu et. al. 2009; Supartono, et. al.,2011).SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa:1. Limbah pertanian air kelapa, air tahu danmolase dapat digunakan sebagai mediaperbanyakan agens hayati Bacillus subtilisST21e dengan pola pertumbuhan sel yangberbeda-beda. Namun limbah yang palingefektif dijadikan sebagai media perbanyakanadalah limbah air kelapa.2. Dari 3 limbah cair pertanian yang digunakan,limbah cair yang terbaik sebagai mediaperbanyakan Bacillus subtilis ST21e adalahlimbah air kelapa + 10% TSB karena secarakonsisten memperlihatkan polapertumbuhan yang terus meningkat hingga25 jam pertumbuhan.3. Penggunaan limbah air kelapa 25% - 50%merupakan konsentrasi terbaik untuk mediaformulasi Bacillus subtilis ST21e, karenamampu memperlihatkan jumlah kolonibakteri yang tertinggi tanpa menurunkanaktifitas antagonis secara drastis pada masapenyimpanan 8 minggu.

DAFTAR PUSTAKADwidjoseputro, D., 2003. Dasar-dasar Mikrobiologi,Edisi 14. Djambatan. JakartaGiyanto A, Suhendar dan Rustam. 2009. Kajianpembiakan bakteri kitinolitik Pseudomonasfluorescens dan Bacillus sp. pada limbah organikdan formulasinya sebagai pestisida hayati (BIO-Pesticide). Prosiding seminar hasil penelitian. IPBKhaeruni A., Sutariati GAK, Wahyuni S. 2010a.Karakterisasi dan uji aktifitas bakteri rizosfer lahanultisol sebagai pemacu pertumbuhan tanaman danagensia hayati cendawan patogen tular tanahsecara in-vitro. Jurnal Hama dan Penyakit TanamanTropika, 10(2):123-130.Khaeruni A., Sutariati GAK, Wahyuni S. 2010b. Potensirizobakteria indigenus tanah podsolik merahkuning sebagai agens pengendali hayati penyakit

8

Page 28: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Efektivitas Limbah Cair Pertanian 151layu Fusarium dan pemacu pertumbuhan tanamanmentimun. Jurnal Fitomedika, 7(1):25-30.Khaeruni A., Rahman A. 2012. Penggunaan bakterikitinolitik sebagai agens biokontrol penyakit busukbatang oleh Rhizoctonia solani pada kedelai. JurnalFitopatologi Indonesia, 8(2):37-41.Kumar RS et al. 2005. Characterization of fungalmetabolite produced by a new strain Pseudomonasaeruginosa PUPa3 that exhibits broad-spectrumantifungal activity and biofertilizing traits. Journalof Applied Microbiology, 98:145-154.Liu X., Pang J., Yang Z. 2009. The biocontrol effect ofTrichoderma and Bacillus subtilis SY1. Journal ofAgricultural Science, 1(2):132-136.Nengtias, SP., Darwis, Khaeruni A. 2012. Potensirizobakteri indigenous tanah ultisol sebagai agenpengendali hayati penyakit layu sklerotium danpemacu pertumbuhan tanaman. Berkala PenelitianAgronomi, 1(2): 148-155.Supartono, Wijaya N., Herlina L., Ratnaningsih E.,2011. Produksi antibiotik oleh Baciluus subtilisM10 dalam media urea-sarbitol. Reaktor Vol13(3):185-193Vigliar R, Sdepanian VL, Neto UF. 2006. Biochemichalprofile of coconut water from coconut palmsplanted in inland region. Journal de Pediatria82(4):308-312Woitke, M. 2004. Bacillus subtilis as growth promotorin hydroponically grown tomatoes under salineconditions. Acta Hort 659:363-369.

Page 29: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3. Hal 152-162ISSN: 2087-7706PERAKITAN PUPUK ALAM BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL UNTUK

MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN P DAN K SERTA HASILKEDELAI DI TANAH MASAM

Assembly of Natural Fertilizer Based on Local Resource to ImproveEfficiency of P and K Fertilization and Yield of Soybean in Acid SoilsM. TUFAILA*), SYAMSU ALAM

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari

ABSTRACTThe research aimed to formulate a natural fertilizer based on local resources to

improve the efficiency of fertilizer P and K and yield of soybean in acid soils of SoutheastSulawesi. The research involved natural fertilizer formulations with mica schist rockmaterials, harzburgite, and rock phosphate, and further testing of fertilizers. Laboratoryfertilizer testing was performed by experimental methods to determine the slow releaseproperties and the amelioration capabilities of fertilizer. Fertilizer treatments werefertilizer of mica schist and rock phosphate without coating harzburgite (L0), semifagitfertilizer with coatings harzburgite 1 time (L1), semifagit fertilizer with coatings harzburgite2 times (L2), and semifagit fertilizer with coatings harzburgite 3 times (L3). Further testingwas fertilizers test on acid soils, soybean yield and fertilizer efficiency with experimentalmethods. The treatments were fertilizer factors consisting of two levels: fertilizer of micaschist and rock phosphate without harsburgit coatings and semifagit coated fertilizers bestharzburgite on experiments in the laboratory, and fertilizer factor of five levels: 0%, 40%,60%, 80%, 100% P2O5 kg.ha-1 of the recommended dosage (100 kg.ha-1). The researchconcluded that the natural fertilizer was slow release, use of harsburgit as the outer layer offertilizer increased fertility of acid soils, fertilizers of mica schist and rock phosphate withcoatings harsburgit 3 time (L3) was the best to amelioration of acid soil, the higher dose offertilizer was followed by the higher the pH, total N, available P, exchangeable K, Mg, and CECand the lower content of Al-dd soil; the use of semifagit fertilizer dose of 80% of therecommendated dose (100 kg P2O5.ha-1) gave a better effect on plant height, wet weight, dryweight, number of pods, weight of 10 seeds and soybean yield per hectare (2.74 ton.ha-1).The higher the dose of fertilizer was followed by the higher uptake of P and K, and thehighest efficiency of fertilizer P and K was at 19.32% and 15.26% for fertilizer usingsemifagit with a dose of 80% of the recommended dose (100 kg P2O5.ha-1).Keywords: mica schist rocks, harsburgit, rock phosphate, soybean, natural fertilizer

1PENDAHULUANKedelai (Glycine max L.) merupakan tanamanpangan terpenting ketiga setelah padi danjagung karena merupakan sumber proteinnabati (Nichols et al., 2006; Shapawi et al.,2013). Proyeksi kebutuhan kedelai pada tahun2015 sebanyak 2,71 juta ton dan 3,35 juta tonpada tahun 2025 (Simatupang et al., 2005).Untuk mencukupi kebutuhan kedelai dengansasaran menekan laju impor menjadi 40% danmenuju swasembada pada tahun 2015diperlukan upaya peningkatan hasil kedelai*) Alamat Korespondensi:E-mail: [email protected]

dalam negeri rata-rata 9,72% per tahun, danpeningkatan areal tanam sebesar 7,25% pertahun (Badan Penelitian dan PengembanganPertanian, 2007). Tantangannya adalahbagaimana mencapai areal tanam tersebutsementara lahan yang tersedia terbatas dandigunakan untuk berbagai tanaman palawijalainnya yang lebih kompetitif (Atman, 2009).Salah satu daerah potensial untukpengembangan kedelai adalah SulawesiTenggara yang mempunyai total luas lahanuntuk pengembangan kedelai sebanyak669.069 ha (BBSDLP, 2008). Pada umumnyalahan tersebut adalah tanah-tanah marginalyang didominasi oleh tanah ultisol yangbereaksi masam (Santoso, 1991). Tanah

Page 30: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Perakitan Pupuk Alam 153masam mempunyai permasalahan kesuburanberkendala ganda (multifactors stres), sepertikandungan Al dan kemasaman tanah yangsangat tinggi, kahat hara P, K, Ca, Mg , Cu, Zn,Mo, B, mineralisasi dan nitrifikasi sangatlambat (Gruba and Mulder, 2008; Bougnom etal., 2009; Kanev, 2011).Peningkatan produksi tanaman kedelai diSulawesi Tenggara tidak cukup hanya denganmemberikan pupuk karena pemupukkantersebut tidak akan efektif bila pH tanah masihdi bawah 4,5. Untuk itu sebelum pupukdiberikan maka perlu terlebih dahulumeningkatkan pH tanahnya denganpemberian bahan pembenah tanah(amelioran) yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah masam tersebut. Beberapasumberdaya lokal yang dapat digunakansebagai pupuk dan bahan pembenah tanahdan banyak terdapat di Provinsi SulawesiTenggara adalah gambut, sekis mika,harsburgit dan fosfat alam. Gambut sebagaisumber bahan humat untuk pelarut batuan(Kpomblekou and Tabatabai, 1994; Li et al.,2003), sekis mika sebagai sumber K(Takeshita et al., 2004; Guelfi-Silva et al.,2013), harsburgit sebagai sumber Mg bersifatbasis (Kadarusman et al., 2004; Tufaila et al.,2011), dan fosfat alam sebagai sumber P(Kasno et al., 1998; Kochian et al., 2004;Zwolicki et al., 2013).Kombinasi bahan humat dari ekstrak gambutdan batuan alam kaya hara tersebut(harsburgit, sekis mika dan fosfat alam)merupakan pupuk alam yang dapat digunakansebagai alternatif pengganti pupuk kimia(Straaten, 2007), terutama untuk tanamankedelai yang diusahakan pada tanah masamyang miskin hara. Bahan baku pupuk yangmelimpah dan belum banyak dimanfaatkan,sehingga dapat dihasilkan pupuk alam yangmurah dan ramah lingkungan untukmeningkatkan hasil kedelai di SulawesiTenggara.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkanformulasi pupuk alam berbasis sumberdayalokal yang bersifat lepas terkendali (slowrelease) dan dapat berperan sebagai amelioransehingga mampu meningkatkan efisiensipemupukan P, K dan memperbaiki kesuburantanah masam, dan mendapatkan takaranpupuk alam berbasis sumberdaya lokal yangmemberikan pertumbuhan dan hasil tanamankedelai yang paling tinggi.

BAHAN DAN METODEPenyiapan Bahan dan Formulasi PupukAlam. Batuan sekis mika dan fosfat alamdihaluskan, kemudian diayak denganmatasaring 100 mesh. Gambut sebanyak 5 gditambah 20 ml KOH 0,5 N. Kemudian diadukselama 15 menit, didiamkan selama 10 menitlangkah ini diulangi 3 kali, lalu didiamkansemalam. Kemudian disaring dengan kertassaring sehingga didapatkan cairan yangberwarna coklat kehitaman (bahan humat)(Rocha et al., 1998; Eladia, 2005).Bubuk sekis mika dan fosfat alam dipanasipada suhu 300oC selama 4 jam. Setelah dingin,sekis mika dan fosfat alam ditambah denganbahan humat dengan perbandingan 1 : 3,dibiarkan selama 24 jam, kemudian digojokselama 5 jam. Setelah sekis mika dan fosfatalam yang sudah terasidulasi dinginditambahkan tanah vertisol halus lolos 100mesh sebanyak 1% lalu dibuat granuler(ukuran ± 2 mm) dengan alat granulasi,kemudian dikeringanginkan sampai kering.Pada tahap ini akan didapatkan sekis mika danfosfat alam yang sudah terasidulasi bahanhumat berbentuk granuler.Batuan harsburgit dihaluskan dan disaringlolos 100 mesh sehingga didapatkan serbukharsburgit, kemudian ditambah kanji 1 %.Selanjutnya sekis mika dan fosfat alamgranuler dimasukkan kedalam campuranharsburgit-kanji dan diaduk-aduk hingga sekismika dan fosfat alam granuler tersebutterlapisi secara merata. Selanjutnya pupukalam ini disebut SEMIFAGIT (SEkis MIkafosFAt harsburGIT), kemudiandikeringanginkan. Pelapisan ada yangdilakukan sekali, dua kali dan tiga kali. Daritahapan percobaan ini didapatkan 3 macampupuk yaitu semifagit berlapis 1 kali (L1), 2kali (L2) dan 3 kali (L3). Selanjutnya dianalisispH, DHL, P, Ca, K, Mg, Na, Al dan Fe, dan bahanorganik dan kadar air.Pengujian sifat lepas terkendali hara P danK dari Pupuk Semifagit. Pupuk semifagitsebanyak 2 g dicampur dengan tanah masamkering angin sebanyak 180 g. Tanah yangdigunakan telah disaring dengan saring 2 mm.Kemudian dimasukkan ke dalam emberplastik yang tertutup dan diinkubasikan padaperiode 1, 10, 20, dan 30 hari pada suhuruangan. Kelembaban tanah dipertahankanpada 30 % dari kapasitas lapangan. Untuk

Page 31: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

154 Tufaila dan Alam J. Agroteknoskontrol menggunakan pupuk sekis mika danfosfat alam biasa. Pada akhir masa inkubasi,pupuk diambil lalu dicuci dengan air destilasidan dioven pada suhu 70oC. Selanjutnyadianalisis kandungan P dan K dari pupuktersebut. Percobaan dilaksanakanmenggunakan rancangan acak lengkap yangdiulang 3 kali. Perlakuannya : L0 = Pupuksekis mika dan fosfat alam tanpa pelapisharsburgit; L1 = Pupuk semifagit pelapisharsburgit 1 kali; L2 = Pupuk semifagit pelapisharsburgit 2 kali; dan L3 = Pupuk semifagitpelapis harsburgit 3 kali.Pengujian Kemampuan Ameliorasi PupukSemifagit. Pupuk semifagit sebanyak 5 gdicampur dengan tanah masam kering anginsebanyak 500 g. Tanah yang digunakan telahdisaring dengan saring 2 mm. Kemudiandimasukkan ke dalam ember plastik yangtertutup dan diinkubasikan selama 30 haripada suhu ruangan. Kelembaban tanahdipertahankan pada kapasitas lapangandengan menambahkan air destilasi secaraperiodik. Untuk kontrol menggunakan pupuksekis mika dan fosfat alam biasa. Percobaandilaksanakan menggunakan rancangan acaklengkap yang diulang 3 kali. Perlakuannyaadalah : L0, L1, L2, dan L3. Peubah yangdiamati adalah pH H20, daya hantar listrik(DHL), kandungan Al-dd, H-dd dan kejenuhanAl diakhir percobaan (hari ke 30).Pengujian Efisiensi Pupuk Semifagit.Percobaan tanaman kedelai pada tanahmasam disusun dalam Rancangan AcakLengkap (RAL) menggunakan dua faktorperlakuan, yaitu 2 aras perlakuan pupuk dan 5aras takaran pupuk yang diulang 3 kali.Faktor-faktor dan aras yang akan ditelitiadalah (i) Perlakuan pupuk : Sekis mika danfosfat alam tanpa pelapis harsburgit (PK), danSemifagit berlapis harsbugit terbaik padapercobaan di Laboratorium (PKH), dan (ii)Pupuk dengan 5 aras takaran : 0 % P2O5 kg/ha(0), 40 % P2O5 kg/ha (1), 60 % P2O5 kg/ha (2),80 % P2O5 kg/ha (3), dan 100% P2O5 kg/hadari dosis rekomendasi (4). Kebutuhan hara Pper pot dihitung berdasarkan jumlah takaranrekomendasi hara P per hektar untuk tanamankedelai di tanah masam yaitu 100 P2O5 kg /ha(Atman, 2009). Parameter yang diamatiadalah analisis tanah awal, diakhir percobaandianalisis pH, Al-dd, P, K, Mg, dan KPK,serapan dan efisiensi P dan K tanaman, tinggitanaman, bobot basah, bobot kering, jumlah

polong, bobot 10 biji, dan hasil kedelai ton.ha-1.HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik fosfat alam, sekis mika,bahan humat, dan harsburgit. Fosfat alamyang digunakan adalah guano yangmempunyai pH (H2O) 4,15; DHL 4,19 µS,bahan organik 8,12%, N total 9,20%, P-total9,73%, CaO 10,42%, MgO 0,76%, K2O 2,23%,Na2O 0,77%, Al2O3 0,19%, Fe2O3 0,15%, danMnO 5 ppm. Batuan sekis mika mempunyai pH(H2O) 7,15; DHL 249 µS, SiO2 45,78%, CaO3,50%, K2O 18,91%, Na2O 3,39%, MgO 2,02%,Al2O3 13,16%, Fe2O3 5,91%, dan MnO 0,16%.Batuan harsburgit yang digunakanmengandung Mg yang cukup tinggi yaitu44,83% sehingga sangat baik digunakansebagai sumber magnesium dan termasukbatuan basis dengan pH (H2O) 8,48; DHL193,10 µS, SiO2 37,15%, CaO 1,5%, K2O 0,01%,Na2O 0,77%, Al2O3 1,16%, Fe2O3 8,07%, danMnO 0,12%.Bahan humat ekstrak gambut mengandungbahan humat 23,77%, kemasaman total 3,45meq.g-1, gugus fungsional karboksil (-COOH)0,67 meq.g-1, dan hidroksil fenolat (-OH) 2,78meq.g-1. Hal ini menunjukkan bahwa bahanhumat ekstrak gambut yang digunakanternyata didominasi oleh gugus fungsionalhidroksil fenolat.Karakteristik Tanah Mineral Masam. Tanahmineral masam yang digunakan pupukmempunyai pH (H2O) 4,1 (sangat masam), pH(KCl) 3,2. Kandungan C-organik 0,28%, C/N2,15, P total 10,62%, P tersedia 3,77 ppm, Ca-dd 0,15 cmol(+).kg-1, Mg-dd 0,19 cmol(+).kg-1,dan KB 2,95% tanah tersebut tergolong sangatrendah, kandungan N total 0,13%, K-dd 0,14cmol(+).kg-1, dan Na-dd 0,25 cmol(+).kg-1tergolong rendah, Al-dd 5,75 cmol(+).kg-1 dankejenuhan Al 23,21% tergolong tinggi, danKPK 24,77 cmol(+).kg-1 tergolong sedang.Bertekstur lempung pasiran dengan BV 1,23g.cm-3.Karakteristik Pupuk Semifagit. Perakitanpupuk alam yang dihasilkan adalah pupuk sekismika dan fosfat alam granuler tanpa pelapisharsburgit (L0), dan semifagit pelapisharsburgit satu kali (L1), dua kali (L2), dan tigakali (L3). Keempat jenis pupuk yang dihasilkantersebut merupakan sumber hara P dan K.

Page 32: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Perakitan Pupuk Alam 155Tabel 1. Karakteristik pupuk sekis mika dan fosfat alam granuler (L0) dan semifagit lapis satu (L1), dua(L2), dan tiga kali (L3)Karakteristik Satuan KandunganL0 L1 L2 L3pHDHLP2O5MgOCaOK2ONa2OAl2O3Kadar airBahan organik

-µS%%%%%%%%

6,89136,218,970,7510,4019,380,650,173,252,78

7,04149,178,656,2011,2518,350,560,143,692,33

7,12153,357,868,7311,1218,500,530,153,072,19

7,51165,677,3410,6711,0317,270,560,184,082,08Sifat lepas terkendali hara P dan K Pupuk.Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwaperlakuan pupuk Lo, L1, L2, dan L3 secaraumum berpengaruh nyata terhadap kandunganP dan K total pupuk pada inkubasi 1, 10, 20,dan 30 hari tetapi tidak berpengaruh nyata

terhadap P total pupuk pada inkubasi 20 hari.Hal ini diduga pada inkubasi 20 hari bahanpelapis pupuk (L1, L2, dan L3) telah terurai kedalam tanah sehingga yang tersisa adalahhanya inti pupuk yang sama dengan pupuk Lo.Tabel 2. Purata kandungan P dan K total pupuk Lo, L1, L2, dan L3 pada inkubasi 1, 10, 20, dan 30 hariPerlakuan Lama inkubasi (hari)1 10 20 30P total(%) K total(%) P total(%) K total(%) P total(%) K total(%) P total(%) K total(%)LoL1L2L3

8,96 d*)8,63 c7,80 b7,33 a19,36 c*)18,30 b18,49 b17,25 a

7,25 b*)7,28 b7,15 b6,80 a16,94 d *)17,28 c18,28 b16,29 a

5,05 a*)5,09 a5,16 a5,12 a12,15 a*)14,09 b14,46 b14,52 b

2,75 a*)3,11 b3,08 b3,13 b6,25 a*)7,11 b7,59 c7,23 bc

*) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata Duncan5%Gambar 1 menunjukkan bahwa selamainkubasi berlangsung terjadi pelepasan hara Pdan K pupuk secara berkala atau tidak terjadipelepasan hara secara draktis. Hal ini

menunjukkan bahwa pupuk yang dibuatmempunyai sifat lepas terkendali (slowrelease).

Gambar 1. Hubungan antara lama inkubasi dengan kadar P dan K total serta pelepasan P dan K pupuk Lo,L1, L2, dan L3

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 5 10 15 20 25 30Lama inkubasi (hari)

Kad

ar P

tota

l (%

)

LoL1L2L3

0

0.5

1

1.5

2

2.5

0 10 20 30 40Lama inkubasi (hari)

Pel

epas

an P

(%)

Lo

L1

L2

L3

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 10 20 30 40Lama inkubasi (hari)

Pele

pasa

n K

(%)

LoL1L2L3

0

5

10

15

20

25

0 10 20 30 40Lama inkubasi (hari)

Kad

ar K

tota

l (%

)

LoL1L2L3

Page 33: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

156 Tufaila dan Alam J. AgroteknosPenurunan kandungan P dan K pupuk ataupelepasan P dan K pupuk yang paling tajamterjadi pada pupuk Lo, kemudian menyusulL1, L2, dan L3. Hal ini dapat terjadi karenapupuk Lo tidak dilapisi harburgit sehinggalangsung terjadi pelepasan P dan K padawaktu inkubasi, sedangkan pupuk L1, L2, danL3 yang dilapisi harsburgit terlebih dahulumelepaskan unsur yang terdapat pada bahanpelapis kemudian menyusul P dan K sebagaiinti pupuk.Kemampuan Amelorasi Pupuk Semifagit.Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwaperlakuan pupuk Lo, L1, L2, dan L3berpengaruh nyata terhadap pH (H2O), Al-dd,dan kejenuhan Al tetapi tidak berpengaruhnyata terhadap H-dd tanah. Tanah mineral

umumnya mempunyai kandungan H-dd yangsangat terbatas, sumber kemasaman terutamaakibat reaksi protonasi Al atau Fe (Essington,2004).Gambar 2 menunjukkan bahwa semakinbanyak pelapis bubuk harsburgit pada pupukmaka semakin tinggi pH tanah, semakinrendah Al-dd, dan kejenuhan Al. Hal inidimungkinkan karena semakin tinggi jumlahbubuk harsburgit sebagai pelapis pupuksemifagit maka semakin banyak kandunganMg, bubuk harsburgit mengandung Mg44,83%. Mg yang terdapat dalam harsburgitmelalui proses hidrolisis akan melepaskan ionOH-. Kehadiran hidroksida yang tinggi akanmeningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd,dan kejenuahan Al (Lesovaya et al., 2012).Tabel 3. Purata pH, Al-dd, kejenuhan Al, dan H-dd tanah pada perlakuan pupuk Lo, L1, L2, dan L3Perlakuan pH(H2O) Al-dd(cmol(+).kg-1) Kejen. Al(%) H-dd(cmol(+).kg-1)LoL1L2L34,27 a*)5,28 b5,75 c6,68 d

5,05 c*)4,72 b2,34 a2,28 a20,10 c*)18,89 b9,45 a9,14 a

0,07 a*)0,08 a0,10 a0,08 a*) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata Duncan

5%

Gambar 2. pH (H2O) tanah, Al-dd, kejenuhan Al, dan H-dd tanah pada perlakuan pupuk Lo, L1, L2, dan L3Berdasarkan pengaruh pupuk terhadap pH, Al-dd, kejenuhan Al, dan H-dd sebagaimanaditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 2, makapupuk terbaik dari empat jenis pupuk yangdiperlakukan tersebut adalah pupuk semifagitdengan pelapis harsburgit 3 kali (L3).Pengaruh pupuk terhadap tanah masamdan tanaman kedelai . Hasil analisiskeragaman menunjukkan bahwa perlakuan

4.275.28 5.75

6.67

012345678

Lo L1 L2 L3Pupuk Semifagit

pH ta

nah

5.05 4.75

2.28 2.34

0

1

2

3

4

5

6

Lo L1 L2 L3Pupuk Semifagit

Al-d

d (c

mol

(+).k

g-1)

20.39 19.16

9.2 9.46

0

5

10

15

20

25

Lo L1 L2 L3Pupuk Semifagit

Kej

. Al (

%)

0.070.08

0.11

0.08

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

Lo L1 L2 L3Pupuk Semifagit

H-d

d (c

mol

(+).k

g-1)

Page 34: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Perakitan Pupuk Alam 157pupuk berpengaruh nyata terhadap pH, Al-dd,N total, dan P tersedia.Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin tinggidosis pupuk cenderung diikuti dengansemakin tinggi pH, N total, dan P tersediatanah tetapi untuk kandungan Al-dd terjadisebaliknya yaitu semakin tinggi dosis pupukdiikuti dengan semakin rendah Al-dd tanah.Hal ini dapat terjadi karena dengan semakintinggi dosis kedua jenis pupuk maka jumlahhara (seperti P, K, dan bahan organik) yang

mempengaruhi karakteristik tanah menjadisemakin tinggi sehingga memungkinkanterjadinya peningkatan pH tanah, kandunganN total dan P tersedia tanah. Peningkatan pHtanah selanjutnya mengakibatkan semakinrendahnya kandungan Al-dd tanah setelahpercobaan. Johnson and Richard (2006) danKpomblekou and Tabatabai (2003)menyebutkan bahwa bahan organik dapatmeningkatkan ketersediaan P.Tabel 4. Purata pH, Al-dd, N total, P tersedia tanah pada akhir percobaanPerlakuan pH (H2O) Al-dd(cmol(+).kg-1) N total (%) P tersedia(ppm)PK0PK1PK2PK3PK4PKH0PKH1PKH2PKH3PKH4

4,13 a*)4,50 b4,80 c5,17 d5,60 e4,17 a4,90 c5,57 e6,20 f6,67 g

5,74 g*)5,42 f5,17 f4,61 e3,55 d5,75 g3,52 d3,09 c2,21 b1,27 a

0,14 a*)0,15 a0,18 cd0,18 cd0,19 cd0,15 a0,16 ab0,17 bc0,18 cd0,20 d

3,21 a*)8,13 b10,07 c12,04 d13,11 e3,23 a12,55 de16,37 f20,27 g23,73 h*) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata Duncan

5%

Gambar 3. Hubungan antara dosis pupuk dengan pH (H2O), N total, P tersedia, dan Al-dd tanah setelahpercobaanGambar 3 juga menunjukkan bahwapeningkatan pH dan P tersedia cenderunglebih tinggi dan penurunan kandungan Al-ddtanah cenderung lebih rendah pada perlakuanpupuk semifagit berlapis harsburgitdibandingkan pupuk sekis mika dan fosfatalam tanpa pelapis harsburgit. Hal ini

dimungkinkan karena semakin tinggi dosispupuk semifagit berlapis harsburgit, semakintinggi kandungan harsburgit yang kaya denganMg. Harsburgit sebagai lapisan luar pupuk akanbereaksi terlebih dahulu menetralkan tanahsebelum terjadi pelepasan P dan K sebagai intipupuk. Sebagaimana disebutkan sebelumnya

33.5

44.5

55.5

66.5

7

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

pH

Sekis mika dan BFASemifagit

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

0.2

0.22

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari sosis rekomendasi)

N to

tal (

%)

Sekis mika dan BFASemifagit

01234567

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Al-d

d (c

mol

(+).k

g-1)

Sekis mika dan BFASemifagit

0

5

10

15

20

25

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

P te

rsed

ia (p

pm)

Sekis mika dan BFASemifagit

Page 35: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

158 Tufaila dan Alam J. Agroteknosbahwa kehadiran Mg dalam jumlah yang tinggisebagai lapisan luar pupuk, selama proseshidrolisis dalam tanah akan melepaskanhidroksil dalam jumlah yang tinggi pulasehingga mengakibatkan meningkatnya pH danmenurunnya Al-dd tanah. Kondisi seperti inimemungkinkan pada waktu pelepasan P dan Ksebagai inti pupuk, jumlah P yang terfiksasi Aldan Fe dalam tanah menjadi berkurangsehingga mengakibatkan meningkatnyakandungan P tersedia tanah.Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwaperlakuan pupuk berpengaruh nyata terhadapK-dd dan Mg-dd tetapi tidak berpengaruhnyata terhadap KPK tanah, berpengaruh nyataterhadap tinggi tanaman 28, 63, dan 88 HSTtetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggitanaman kedelai 14 HST, berpengaruh nyataterhadap bobot basah, bobot kering, jumlahpolong, dan hasil per hektar tanaman kedelai

tetapi tidak berbeda nyata terhadap bobot 10biji, berpengaruh nyata terhadap serapan danefisiensi serapan P dan K tanaman kedelai.Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin tinggidosis pupuk sekis mika dan BFA tanpa pelapisharsburgit dan pupuk semifagit pelapisharsburgit cenderung diikuti dengan semakintinggi K-dd, Mg-dd, dan KPK tanah. Hal inidimungkinkan karena semakin tinggi dosiskedua jenis pupuk tersebut maka kandungan Pdan K sebagai inti pupuk serta harsburgit yangkaya dengan Mg sebagai lapisan luar pupuksemifagit juga semakin banyak yang diberikanpada tanah sehingga mengakibatkan semakinbanyak pula kandungan P, K, dan Mg tanah.Terjadinya peningkatan KPK tanah didugaakibat kandungan bahan organik yangterdapat pada kedua jenis pupuk tersebuttetapi peningkatannya dianggap tidakberpengaruh nyata.Tabel 5. Purata K-dd, Mg-dd, dan KPK tanah pada akhir percobaanPerlakuan K-dd(cmol(+).kg-1) Mg-dd(cmol(+).kg-1) KPK(cmol(+).kg-1)PK0PK1PK2PK3PK4PKH0PKH1PKH2PKH3PKH4

0,09 a*)0,26 bc0,29 cd0,34 e0,45 f0,09 a0,25 b0,27 bc0,31 de0,43 f

0,14 a*)0,18 a0,19 a0,21 a0,21 a0,15 a0,57 b0,74 c0,90 d1,10 e

24,7825,3726,3726,2326,2724,7325,9826,4326,8526,90*) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata Duncan

5%

Gambar 4. Hubungan antara dosis pupuk dengan K-dd, Mg-dd, dan KPK tanah setelah percobaanGambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggidosis pupuk cenderung diikuti dengansemakin tinggi tanaman kedelai pada 14 dan28 HST sedangkan tinggi tanaman 63 dan 88HST cenderung mengalami peningkatansampai pada dosis 80% dari dosisrekomendasi. Hal ini disebabkan karena pada

dosis pupuk 100% dari dosis rekomendasi,jumlah hara yang terkandung dalam pupuktersebut diduga melebihi kebutuhan tanamansehingga berpengaruh negatif terhadappertumbuhan tinggi tanaman pada 63 dan 88HST.Tabel 6. Purata tinggi tanaman kedelai pada 14, 28, 63, dan 88 HST

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

K-dd

(cm

ol(+

).kg-

1)

Sekis mika dan BFASemifagit

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Mg-

dd (c

mol

(+).k

g-1) Sekis mika dan BFA

Semifagit

24.5

25

25.5

26

26.5

27

27.5

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

KP

K (c

mol

(+).k

g-1)

Sekis mika dan BFASemifagit

Page 36: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Perakitan Pupuk Alam 159Perlakuan Tinggi tanaman (cm)14 HST 28 HST 63 HST 88 HSTPK0PK1PK2PK3PK4PKH0PKH1PKH2PKH3PKH4

6,807,337,477,377,306,907,237,707,607,73

11,77 a*)12,70 abc13,63 cde13,13 bcd14,53 e12,13 ab14,23 de13,93 cde14,87 e14,83 e

35,17 a*)34,60 a39,30 b41,53 bc40,50 bc36,13 a39,30 b40,93 bc42,03 c41,30 bc

37,07 a*)36,83 a40,97 b42,93 b42,87 b37,53 a42,53 b43,50 b43,67 b44,13 b*) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata Duncan

5%

Gambar 5. Hubungan antara dosis pupuk dengan tinggi tanaman kedelai 14, 28, 63, dan 88 HSTTabel 7. Purata bobot basah, bobot kering, jumlah polong, bobot 10 biji, dan hasil per hektar tanamankedelaiPerlakuan Bobot basah(g) Bobot kering(g) Jumlah polong Bobot 10 biji(g) Hasil (ton.ha-1)PK0PK1PK2PK3PK4PKHPKH1PKH2PKH3PKH4

23,03 a*)25,77 b25,90 b28,67 c28,27 bc22,47 a28,63 c28,50 c29,90 c29,73 c

10,13 a*)11,43 abc11,70 bc12,10 c12,03 c10,40 ab12,87 c12,83 c14,37 d14,20 d

27,33 ab*)28,67 abc28,67 abc30,33 bc29,67 abc26,67 a30,33 bc31,00 c37,33 d35,33 d

0,931,131,101,131,070,971,131,101,171,03

1,60 a*)2,04 b1,98 ab2,16 b1,99 ab1,62 a2,16 b2,13 b2,74 c2,29 b*) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata Duncan

5%

10

11

12

13

14

15

16

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Ting

gi ta

nam

an28

HS

T (c

m)

Sekis mika dan BFASemifagit

6.66.8

77.27.47.67.8

8

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Ting

gi ta

nam

an 1

4 H

ST

(cm

)

Sekis mika dan BFASemifagit

3032343638404244

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Ting

gi ta

nam

an63

HS

T (c

m)

Sekis mika dan BFASemifagit

36373839404142434445

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Ting

gi ta

nam

an88

HS

T (c

m)

Sekis mikadan BFASemifagit

Page 37: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

160 Tufaila dan Alam J. Agroteknos

Gambar 6. Hubungan antara dosis pupuk dengan bobot basah, bobot kering, jumlah polong, bobot 10 biji, danhasil per hektar tanaman kedelaiGambar 6 menunjukkan bahwa semakin tinggidosis pupuk sampai dosis 80% dari dosisrekomendasi cenderung diikuti dengansemakin tinggi bobot basah, bobot kering,jumlah polong, bobot 10 biji, dan hasil perhektar tanaman kedelai. Hal ini menunjukkanbahwa perbaikan pertumbuhan danperkembangan tanaman kedelai dapat dicapaipada dosis 80% dari dosis rekomendasi,pemberian dosis pupuk lebih dari itu didugamelebihi kebutuhan tanaman dan berdampaknegatif terhadap hasil tanaman kedelai. Secarakeseluruhan penggunaan pupuk semifagitberlapis harsburgit memberikan pengaruhyang lebih baik daripada pupuk tanpa lapisharsburgit.Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin tinggidosis pupuk cenderung diikuti dengansemakin tinggi serapan P dan K. Hal inidisebabkan karena dengan semakin tinggidosis pupuk yang diberikan didugamengakibatkan semakin tinggi kandungan Pdan K tanah selanjutnya didikuti dengansemakin banyak kedua unsur tersebut diserap

tanaman kedelai. Namun efisiensi serapanhara P dan K tertinggi dicapai pada dosis 80%dari dosis rekomendasi, sedangkanpenggunaan pupuk melebih dosis tersebutadalah tidak efisien lagi untuk menunjangpertumbuhan dan perkembangan tanamankedelai. Secara keseluruhan penggunaanpupuk semifagit berlapis harsburgitmemberikan pengaruh yang lebih baikterhadap serapan dan efisiensi serapan P danK daripada pupuk tanpa lapis harsburgit. Halini diduga karena pupuk semifagit yangberlapis harsburgit, pada waktu pelepasanhara, lapisan luar pupuk yang kaya Mg terlebihdahulu akan bereaksi menetralkan kondisitanah masam sehingga pelepasan hara P dan Kdari inti pupuk kedalam tanah memungkinkansebagai besar dimanfaatkan oleh tanaman dandiduga sangat minim terfiksasi oleh Al atau Fe.Kondisi seperti ini mengakibatkan serapandan efisiensi pupuk P dan K lebih tinggi terjadipada pupuk semifagit berlapis harsburgit daripada pupuk tanpa pelapis harburgit.

Tabel 8. Purata serapan dan efisiensi serapan P dan K tanaman kedelaiPerlakuan Serapan P(mg.tanaman-1) Serapan K(mg.tanaman-1) Efisiensiserapan P (%) Efisiensiserapan K (%)

19

21

23

25

27

29

31

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Bob

ot b

asah

(g)

Sekis mika dan BFASemifagit

6789

101112131415

0 20 40 60 80 100Dosis Pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Bob

ot k

erin

g (g

)

Sekis mika dan BFASemifagit

20

24

28

32

36

40

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Jum

lah

polo

ng

Sekis mika dan BFASemifagit

0.8

0.9

1

1.1

1.2

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Bob

ot 1

0 bi

ji (g

)

Sekis mika dan BFASemifagit

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Has

il (to

n.ha

-1)

Sekis mika dan BFASemifagit

Page 38: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Perakitan Pupuk Alam 161PK0PK1PK2PK3PK4PKH0PKH1PKH2PKH3PKH4

7,37 a*)15,34 b22,52 c27,28 d32,39 e7,03 a18,34 b24,39 cd32,83 e48,12 f

280,27 a*)296,96 b304,44 bc314,19 cd322,53 d274,78 a292,54 b301,26 bc312,94cd321,13 d

-6,37 a*)8,08 bc7,96 b8,01 b-9,05 bcd9,26 bcd10,32 d9,53 cd

-13,36 a*)12,89 ab13,57 ab13,52 ab-14,21 abc14,12 abc15,26 c14,83 bc*) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata Duncan

5%

Gambar 7. Hubungan antara dosis pupuk dengan serapan dan efisiensi serapan P dan K tanaman kedelai

SIMPULANPupuk sekis mika dan fosfat alam terasidulasibahan humat tanpa atau dengan pelapisharsburgit bersifat lepas terkendali. Kelarutansekis mika dan fosfat alam terasidulasi bahanhumat tanpa pelapis harsburgit lebih tinggidaripada yang dilapisi harsburgit. Penggunaanharsburgit sebagai lapisan luar pupuk dapatmeningkatkan kesuburan tanah masam.Pupuk sekis mika dan fosfat alam denganpelapis harsburgit tiga kali adalah pembenahtanah masam yang terbaik. Semakin tinggidosis pupuk diikuti dengan semakin tinggi pH,N total, P tersedia, K-dd, Mg-dd, dan KPK tanahserta semakin rendah kandunga Al-dd tanah.Penggunaan pupuk semifagit dengan dosis80% dari dosis rekomendasi (100 kg P2O5.ha-1) memberikan pengaruh yang lebih baikterhadap tinggi tanaman, bobot basah, bobotkering, jumlah polong, bobot 10 biji dan hasilper hektar tanaman kedelai (2,74 ton.ha-1).Semakin tinggi dosis pupuk diikuti dengansemakin tinggi serapan P dan K tanaman

kedelai. Efisiensi pemupukan P dan K yangtertinggi yaitu sebesar 19,32% dan 15,26%terjadi pada penggunaan pupuk semifagitdengan dosis 80% dari dosis rekomendasi(100 kg P2O5.ha-1).DAFTAR PUSTAKA

Atman, 2009. Strategi peningkatan produksi kedelai diIndonesia. Jurnal Ilmiah Tambua, VIII(1):39-45.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007.Prospek dan Arah Pengembangan AgribisnisKedelai. Departemen Pertanian Indonesia.

BBSDLP, 2008. Potensi dan ketersediaan lahan untukpengembangan kedelai di Indonesia. WartaLitbang Pertanian. (30)1:3-5.

Bougnom, B.P., J. Mair, F.X. Etoa, H. Insam, 2009.Composts withwood ash addition: A risk or achance for ameliorating acid tropical soils.Geoderma. 153: 402-407.

Eladia, M., Peña, M., Josef, H. and Jiří, P., 2005.Humic substances – compounds of still unknownstructure: applications in agriculture, industry,environment, and biomedicine. J. Appl. Biomed.3:13-24.

0

10

20

30

40

50

60

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Ser

apan

P (m

g.ta

nam

an-1

)

Sekis mika dan BFASemifagit

270

280

290

300

310

320

330

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Ser

apan

K (m

g.ta

nam

an-1

)

Sekis mika dan BFASemifagit

0

2

4

6

8

10

12

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Efis

iens

i ser

apan

P (%

)

Sekis mika dan BFASemifagit

02468

1012141618

0 20 40 60 80 100Dosis pupuk (% dari dosis rekomendasi)

Efis

iens

i ser

apan

K (%

)

Sekis mika dan BFASemifagit

Page 39: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

162 Tufaila dan Alam J. Agroteknos

Essington, M.E., 2004. Soil and water chemistry. CRCPress LLC, USA. 534 p.

Gruba, P. and J. Mulder, 2008. Relationship betweenAluminum in Soils and Soil Water in MineralHorizons of a Range of Acid Forest Soils. Soil Sci.Soc. Am. J. 72(4):1150-1157.

Guelfi-Silva, D.R., G. Marchi, C.R. Spehar, L.R.G.Guilherme, and V. Faquin, 2013. AgronomicEfficiency of Potassium Fertilization in LettuceFertilized with Alternative Nutrient Sources. Rev.Ciênc. Agron. 44(2):267-277.

Johnson, S. E. and R.H. Loeppert, 2006. Role oforganic acids in phosphate mobilization from ironoxide. Soil Sci. Soc. Am. J. 70:222–234.

Kadarusman, A., S. Miyashita, S. Maruyama, C.D.Parkinson and A. Ishikawa, 2004. Petrology,geochemistry and paleogeographyc reconstructionof the east Sulawesi ophiolite, Indonesia.Tectonophysics. 392: 55-83.

Kanev, V.V., 2011. Dynamics of Acid-Soluble IronCompounds in Soddy-Podzolic Soils of theSouthern Komi Republic. Eur. Soil Sci.44(11):1201-1214.

Kasno, A., S. Adiningsih, dan M. Sediyarso, 1998.Keefektifan waktu pemberian dan jenis fosfat alampada tanah plinthic kandiudults. J. Tanah Trop.7:59-73.

Kochian, L.V., Hoekenga, O.A., Pineros, M.A., 2004.How do crop plants tolerate acid soils.Mechanisms of aluminum tolerance andphosphorous efficiency. Annu. Rev.Plant Biol.55:459-493.

Kpomblekou, A. K. and M. A. Tabatabai, 1994. Effectof organic acids on release of phosphorus fromphosphate rocks. Soil Sci. 158:443-453.

Kpomblekou, A. K. and M. A. Tabatabai, 2003. Effectof low-molecular weightorganic acids onphosphorus release and phyto availability ofphosphorus in phosphate rocks added to soil.Agric. Ecosystem Environ. 100:275-284.

Li, Li, W. Huang, P. Peng, G. Sheng, and J. Fu, 2003.Chemical and Molecular Heterogeneity of HumicAcids Repetitively Extracted from a Peat. Soil Sci.Soc. Am. J. 67(3): 740-746.

Lesovaya, S. N., S. V. Goryachkin, and Yu. S.Polekhovskii, 2012. Soil Formation andWeathering on Ultramafic Rocks in theMountainous Tundra of the Rai-Iz Massif, PolarUrals. Eurasian Soil Science. 45(1):33-44.

Nichols, D.M., K.D. Glover, S.R. Carlson, J.E. Spechtand B.W. Diers, 2006. Fine Mapping of a SeedProtein QTL on Soybean Linkage Group I and ItsCorrelated Effects on Agronomic Traits. Crop Sci.46:834-839.

Rocha, J. C., A.H. Rosa and M. Furlan, 1998. Analternative metodology for the extraction of humicsubstances from organic soils. J. Braz. Chem.Soc.,9(1):52-56.

Rossita Shapawi, R., I. Ebi, and A. Yong, 2013.Soybean Meal as a Source of Protein in

Formulated Diets for Tiger Grouper, EpinephelusFuscoguttatus Juvenile. Part I: Effects on growth,survival, feed utilization and body compositions.Agricultural Sciences. 4(7):317-323.

Santoso, D., 1991. Agricultural land of Indonesia.IARD, J. 13:33-36.

Simatupang, P., Marwoto, dan D.K.S. Swastika, 2005.Pengembangan kedelai dan kebijakan penelitian diIndonesia. Makalah disampaikan pada LokakaryaPengembangan Kedelai di Lahan Sub Optimal.Balitkabi Malang, 26 Juli 2005.

Straaten, P.v., 2007. Agrogeology : The use of rocksfor crops. Departemen of Land Resource ScienceUniversity of Guelph, Ontario. Canada. 440 p.

Takeshita, H., C. Gouzu and T. Itaya, 2004. Chemicalfeatures of white micas from The Piemonte Calc-schist, Western Alps and Implications for K-ArAges of Metamorphism. Gondwana Research.7(2):457-466.

Tufaila, M., B.H. Sunarminto, D. Shiddieq, and A.Syukur, 2011. Characteristics of soil derived fromultramafic rocks for Extensification of Oil Palm inLanggikima, North Konawe, Southeast Sulawesi.J. Agrivita. 33(1):93-102.

Zwolicki, A., K. M. Zmudczyn´ska-Skarbek, L.Iliszko, and L. Stempniewicz, 2013. GuanoDeposition and Nutrient Enrichment in theVicinity of Planktivorous and Piscivorous SeabirdColonies in Spitsberg. Polar Biol, 36:363-372.

Page 40: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3. Hal 163-169ISSN: 2087-7706HUBUNGAN KEKERABATAN AKSESI PISANG KEPOK (Musa paradisiaca

Formatypica) DI KABUPATEN MUNA BERDASARKAN KARAKTERMORFOLOGI DAN PENANDA RAPD

Genetic Relationship of Kepok Banana (Musa paradisiacaFormatypica) Accessions in Muna Regency Based on Morphological

Characters and RAPD MarkersTEGUH WIJAYANTO*), DIRVAMENA BOER, LA ENTEJurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari

ABSTRACTTwenty-four accessions that belong to four groups of kepok banana in Muna Regency

have been analyzed for their genetic diversity based on morphological characters(qualitative and quantitative characters), and a few accessions based on RAPD markers. Thisstudy aimed to determine the genetic diversity and phylogenetic relationship of accessionsof kepok bananas based on 52 qualitative and 12 quantitative morphological characteristicsand DNA characteristics. Results of clustering analysis showed the euclidian values rangedbetween 0.50 to 1.00 for the qualitative data, 0.01 to 0.50 for quantitative data, and 0.83 to0.88 for DNA profile data. Combined qualitative and quantitative data had similaritycoefficient ranged from 0.00 to 2.50. Dendogram of each character produced 2 main groups.The main group 1 formed subgroups. Although the qualitative and quantitative charactersresulted in different accession groupings, the combined data analysis of quantitative andqualitative data showed that kepok banana in Muna regency was classified into 4 subgroups namely banana Manuru, Bugisi, Jiwaka and Manuru Lakabu.Keywords: cluster analysis, kepok banana, qualitative and quantitative characters,morphology, RAPD markers.

1PENDAHULUANIndonesia merupakan salah satu pusatkeragaman genetik tanaman dunia, termasuktanaman pisang (Damayanti dan Samsurianto,2010). Untuk mengetahui lebih jauh besarnyakeragaman genetik tersebut maka perludilakukan identifikasi dan analisis keragamangenetik. Kegiatan identifikasi keragamangenetik juga penting untuk keperluanperbaikan sifat genetik tanaman dalam upayamenghasilkan varietas atau klon-klon barumasa depan yang lebih baik untukdibudidayakan (Prihatman, 2000; Prahardiniet al., 2010; Ocimati et al., 2014)).Kegiatan eksplorasi, inventarisasi danpelestarian plasma nutfah pisang di Indonesiamasih terbatas. Hal ini disebabkan karenakoleksi tanaman pisang saat ini berada di*) Alamat Korespondensi:E-mail:: [email protected]

tempat yang terpencar-pencar. Keadaan inimenyebabkan pengelolaan tanaman koleksimenjadi tidak optimal, sehingga tampilantanaman juga tidak optimal dan seringkalimengacaukan data karakteristik varietas atauklon (Sukartini, 2006).Keragaman pisang kepok secara umum dansecara khusus di Kabupaten Muna belumteridentifikasi dengan baik, baik secaramorfologi maupun genetik. Identifikasigenetik suatu populasi plasma nutfah adalahsuatu kegiatan untuk memeriksa keragamanaksesi berdasarkan sejumlah karakter penciri(Darmono, 1996; IPGRI, 1996; Lengkong,2008). Identifikasi morfologi yang dilakukandapat digunakan untuk melakukan analisiskekerabatan antara aksesi. Berkaitan denganhal tersebut, banyak sedikitnya jumlahkarakter morfologi yang mempunyaiheritabilitas atau repeatabilitas tinggi akan

Page 41: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Hubungan Kekerabatan Aksesi Pisang Kepok 164menentukan keakuratan pengelompokanaksesi-aksesi (Sukartini, 2006).Keragaman populasi tanaman pisangsangat diperlukan dalam penyusunanstrategi pemuliaan guna mencapaiperbaikan varietas pisang secara efesien dimasa yang akan datang (Ekesa, 2012; Galalet al., 2014). Dengan dasar inilah makadilakukan penelitian analisis keragamangenetik berbagai aksesi pisang kepok diKabupaten Muna. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui keragamangenetik dan hubungan kekerabatan antaraksesi pisang kepok yang ada diKabupaten Muna, berdasarkan karaktermorfologi dan penanda RAPD.

BAHAN DAN METODEBahan dan Alat. Bahan yang digunakanpada pengamatan karakter morfologi adalahanakan pisang kepok yang dikoleksi dari 10Kecamatan di Kabupaten Muna. Alat yangdigunakan berupa cangkul. Sabit, ember,timbangan, meteran, mistar, kamera digitaldan alat tulis menulis. Bahan yang digunakanpada pengamatan penanda RAPD adalahBuffer CTAB, pasir kuarsa, larutan PCI, dH2O,etanol 70 %, aquades, RNAse, primer, mastermix, TAE, Enzim taq polymerase, agaros,ethidium bromida, loadyng dye dan buffer TE.Alat yang digunakan berupa : mikropipet, tip,sentrifugator, spin, vorteks, sel elektroforesis,mesin PCR, waterbath, tabung eppendorff,inkubator, timbangan analitik, photoforesis,cetakan agaros, hotplate, spektrofotometer,alu dan mortal, spatula, kuvet dankulkas/refrigerator. Pengamatan profil DNAdilakukan di Laboratorium Genetika FakultasMIPA Universitas Halu Oleo Kendari.Analisis Karakter Morfologi. Eksplorasiaksesi pisang kepok dilakukan pada 10kecamatan di Kabupaten Muna, diambilanakannya selanjutnya ditanam pada lokasipenelitian. Sebanyak 24 aksesi anakan pisangkepok diperoleh, dan dilakukan karakterisasimorfologi berdasarkan panduan deskripsipisang INIBAB (2001), berupa 52 karakterkualitatif dan 12 karakter kuantitatif.Analisis Penanda RAPD. Isolasi DNAdilakukan dengan memodifikasi metode yangdigunakan oleh Rabi’ah (2005). Bahan isolasiadalah 0,1 - 0,2 g daun muda pisang kepok,

digerus dengan menggunakan pasir kuarsasampai membentuk serbuk halus, laludimasukan ke dalam tabung eppendorff danditambahkan sekitar 600 µl buffer ekastraksi.Kemudian diinkubasi dalam waterbath padasuhu 650C selama 30 menit.Campuran inidisentrifugasi pada 10.000 rpm selama 10menit. Suprenatant dipindahkan kedalamtabung steril baru dan ditambahkan 1 xvolume PCI (Phenol-Chalorofom-IsoamilAlcohol). Pemisahan fraksi di dalam campurandilakukan dengan mengambil fase cair danmemindahkannya ke dalam tabung eppendorffbaru dan disetrifugasi pada 10.000 rpmselama 10 menit dengan suhu 40C.Supernatant hasil pemurnian dipindahkan kedalam tabung baru ditambahkan 1 x volumeetanol absolut, diinkubasi dalam suhu 40Cselama 2 jam, selanjutnya disetrifugasikembali pada 10.000 rpm selama 10 menitdengan suhu 4 menit. Gumpalan DNA yangterbentuk (pelet) dicuci dengan 0,5 µl etanol70%, kemudian dikering anginkan dandiinkubasi selama 12 jam pada suhu 370C.

Uji kualitas dan kuantitas DNA dilakukanmelalui elektroforesis dan spektrofotometer.Uji kuantitats DNA melalui elektroforesis padaprinsipnya dilakukan dengan memigrasikanDNA hasil isolasi dalam gel agaros dandirunning dalam bak elektroforesis padategangan 100 volt selama 30 menit. Pita hasilisolasi dapat dilihat dengan manggunakan alatphotoforesis. Uji kuantitas melaluispektrofotometer pada prinsipnya adalahmelihat densitas DNA secara optik (OpticalDensity) pada gelombang 260 nm dandisetarakan dengan 50 µg/mL setiap 1 nilaiOD pada absorbansi UV gelombang tersebut.Kualitas DNA diketahui denganmembandingkan hasil OD pada absorbansi260 nm terhadap 280 nm.Seleksi primer dilakukan untukmendapatkan primer yang dapatmenghasilkan produk amplifikasi danmempunyai tingkat keragaman genetik yangtinggi. Beberapa primer yang akan diseleksi,yaitu: OPA-12, OPA-18, OPD-10, OPB-10 danOPH-07. Seleksi primer menggunakan 5sampel DNA pisang kepok yang memilikiperbedaan struktur secara morfologi, yaitu,K20-H2, K06-C1, K11-D4, K05-B2 dan K10-D3.Proses amplifikasi DNA dilakukan denganmenggunakan mesin PCR. Metode danprosedur PCR ini mengacu pada prosedur

Page 42: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

165 Wijayanto et al. J. Agroteknoshasil modifikasi Rabi’ah (2005). Bahancampuran untuk satu tabung reaksi PCRterdiri atas dNTPs (gabungan dari dATP,dCTP, dGTPdan dTTP), satu macam primerRAPD, buffer PCR, DNA template hasil isolasi,enzim Taq DNA polymerase dan air bebas ion.Eletroforesis dan visualisasi hasil amplifikasiPCR menggunakan alat photophoresis, untukmelihat karakteristik pita DNA yangteramplifikasi.Data hasil pengamatan morfologi berupadata kualitatif disajikan dalam bentuk databiner dan dianalisis hubungankekerabatannya dengan menggunakan jarakgenetik Match Maching, selanjutnya datakuantitatif distandarisasi terlebih dahuluselanjunya dianalisis hubungankekerabatannya dengan menggunakan jarakgenetik euclidian. Selanjutnya data tersebutdianalisis gerombol dengan menggunakanprogram NTSYS (Numerical Taxonomy andMultivariate).Data hasil RAPD juga disajikan dalambentuk data biner berdasarkan ada tidaknyapita DNA. Analisis kemiripan antar aksesidilakukan dengan menggunakan prosedurSIMQUAL (Similarity for Qualitative).

HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis Hubungan Kekerabatan Pisang

Kepok Berdasarkan Data Kualitatif. Hasilpengamatan terhadap 52 karakter kualitatifmenunjukkan adanya penampilan yangberagam pada beberapa aksesi, namun ada

beberapa aksesi yang memiliki penampilansama. Secara visual, keragaman karakterkualitatif yang diamati pada daun adalahbentuk pangkal daun, bentuk membukapangkal daun, lilin bawah daun, simetrispangkal daun, warna belakang daunmenggulung, warna permukaan atas daun,warna permukaan bawah daun, warna tepidaun, warna tulang daun atas dan warnatulang daun bawah. Variasi yang terdapatpada tangkai daun (petiola) adalah: bentuktepian petiola, lilin petiola, warna petiola danwarna tepian petiola. Variasi pada batangmuda yang diamati adalah keadaan bercakbatang, warna pigmentasi batang bagiandalam, warna pigmentasi batang bagian luar,warna bercak batang, warna dasar batangbagian dalam, warna dasar batang bagian luardan lilin pada batang. Variasi pada anakanadalah: warna daun anakan, warna tepiandaun anakan, warna tulang daun atas, warnatulang daun bawah, keadaan lilin permukaanbawah daun, warna petiola daun anakan,warna tepian petiola anakan, warna tepipetiola,warna tunas anakan dan bercak batanganakan. Variasi yang nampak pada karakterbuah adalah keadaan permukaan kulit buah,warna daging buah masak dan bentuk ujungbuah.Hasil analisis gerombol terhadap seluruhdata kualitatif pisang kepok menghasilkandendogram dengan koefisien kemiripansebesar 0,50 – 1,00 seperti tampak padaGambar 1.

Gambar 1. Dendogram hubungan kekerabatan 24 aksesi pisang kepok berdasarkan data 52 karakterkualitatif

ab

a1a221

Page 43: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Hubungan Kekerabatan Aksesi Pisang Kepok 166Berdasarkan dendogram pada Gambar 1terlihat bahwa terdapat hubungankekerabatan yang signifikan dengan nilaikoefisien kemiripan antara 0,51– 1,00.Semakin kecil nilai koefisien kemiripan(mendekati nol), maka hubungankekerabatannya semakin jauh dan sebaliknya

semakin besar nilai koefisien kemiripan(mendekai satu), maka hubungankekerabatannya semakin dekat. Hasilpengelompokan aksesi berdasarkandendogram data kualitatif disajikan padaTabel 1.Tabel 1. Kelompok aksesi pisang kepok berdasarkan dendogram data kualitatifKelompok utama Sub Kelompok Aksesi Nama Lokal1 a1 K01-A1, K04-B1, K06-C1, K08-D1, K12-E1, K14-F1, K16-G1,K19-H1, K21-I1, dan K23-J1 Manurua2 K03-A3, K10-D3 dan K18-G3 JiwakaB K02-A2, K05-B2, K07-C2, K09-D2, K13-E2, K15-F2, K17-G2,K20-H2, K22-I2, dan K24-J2 Bugisi2 C K11-D4 Manuru Lakabu

Analisis Hubungan Kekerabatan PisangKepok Berdasarkan Data Kuantitatif.Berdasarkan data karakter kuantitatif pisang kepok umur 10 bulan diperoleh nilaimaksimal dan minimal serta rata-rata setiapkarakter seperti pada Tabel 2.Tabel 2. Nilai minimal, maksimal dan rata-rata karakter kuntitatif pisang kepokKarakter yang diamati NilaiMinimal Maksimal Rata-rataUkuran Aksesi Ukuran AkasesiLebar daun 55,23 cm K11-D4 85,93 cm K08-D1 70,74Panjang daun 160,00 cm K18-G3 280,33 cm K04-B1 218,56Rasio panjang dan lebar daun 2,40 K01-A1 3,63 K04-B1 3,08Jumlah daun 6,33 lbr K14-F1 9,67 lbr K11-D4 7,97Dalam kanal petiola 1,73 cm K11-D4 2,60 cm K08-D1 2,14Keliling petiola 11,77 cm K11-D4 17,37 cm K06-C1 13,86Lebar kanal petiola 1,10 cm K04-B1 2,20 cm K18-G3 1,73Lebar tepian petiola 0,30 cm K11-D4 1,55 cm K17-G2 0,79Panjang petiola 32,70 cm K01-A1 46,50 cm K21-I1 40,90Keliling batang 44,63 cm K11-D4 85,57 cm K14-E1 60,87Tinggi batang semu 215,33 cm K07-C2 291,67 cm K19-H1 256,00Jumlah anakan 0 anakan K01A1, K04-B1, K12-E1,K16-G1 1,76 anakan K06-C1 0,80Berdasarkan analisis gerombol dihasilkandendogram dengan koefisien kemiripan (euclidian) berkisar antara 0,01 - 0,50 sepertitampak pada Gambar 2.

Gambar 2. Dendogram hubungan kekerabatan 24 aksesi pisang kepok berdasarkan data 12 karakterkuanlitatif

12

1a1b

Page 44: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

167 Wijayanto et al. J. AgroteknosPola hubungan kekerabatan dari 12karakter kuantitatif yang diamati pada 24aksesi menunjukan keragaman denganpengelompokan tertentu. Pengelompokanaksesi secara kuantitatif dari 24 aksesi pisangkepok di Kabupaten Muna tidak terlalu tegasseperti pada pengelompokan aksesi secarakualitatif. Hal ini disebabkan karena karakterkuantitatif sangat rentang dengan pengaruhfaktor lingkungan. Beberapa faktor

lingkungan yang dapat mempengaruhiperbedaan karakter morfologi tanaman pisangantara lain kondisi fisiologis individu tanaman,terutama kemampuan menyerap unsur haratanaman dan serangan hama dan penyakit(Robi’ah, 2005).Pengelompokan aksesi pisang kepokberdasarkan dendogram data kuantitatifdisajikan pada Tabel 3.Tabel 3. Kelompok aksesi pisang kapok berdasarkan dendogram data kuantitatifKelompokutama SubKelompok Aksesi

1 A K01-A1, K19-H1, K20-H2, K24-J2, K21-I1, K09-D2, K14-F1, K02-A2,K08-D1, K05-B2, K12-E1, K13-E2, K22-I2, K15-F2, K23-J1 dan K10-D3.B K03-A3, K18-G3, K16-G1 dan K11-D42 C K04-B1, K06-C1, K07-C2 dan K17-G2.Analisis Hubungan Kekerabatan Pisang

Kepok Berdasarkan Data GabunganKarakter Kualitatif dan Kuantitatif.Berdasarkan analisis gerombol terhadapseluruh data gabungan karakter kualitatif dankuantitatif pisang kepok di Kabupaten Muna,dihasilkan dendogram dengan koefisienkemiripan (similariti) berkisar antara 0,00 -2,50 seperti tampak pada Gambar 3.

Pengelompokan aksesi pisang kepokberdasarkan hasil dendogram tersebutmenunjukkan hal yang sama seperti padagambar dendogram data kualitatif. Semakinkecil jarak genetik antara dua aksesi yangdibandingkan, maka hubungankekerabatannya semakin dekat dan semakinbesar jarak genetik antara dua aksesi yangdibandingkan, maka hubungankekerabatannya semakin jauh.

Gambar 3. Dendogram aksesi pisang kapok berdasarkan gabungan data kualitatif dan kuantitatifAnalisis Hubungan Kekerabatan Pisang

Kepok Berdasarkan Penanda RAPDSebanyak 5 aksesi pisang kepok yang diisolasiDNA nya, hanya 3 aksesi yang teramplifikasidengan PCR, yaitu aksesi K20-H2, K06-C1 danK11-D4. Hasil amplifikasi DNA-PCRditampilkan pada Gambar 4.

a 1

2b

a1a2

a 1

2b

a1a2

Page 45: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Hubungan Kekerabatan Aksesi Pisang Kepok 168

Gambar 4. Profil pita DNA pisang kepok hasil PCR. Primer OPA-18 untuk sumur 1,2 dan 3, primerOPH-07 untuk sumur 5, 6 dan 7, dan primer OPD-10 untuk sumur 9,10 dan 11. Sumur 4 dan8 adalah DNA Phage Lamda PstI. Sumur 1, 5 dan 9 untuk aksesi K20-H2, sumur 2, 6 dan 10untuk aksesi K06-C1 dan sumur 3, 7 dan 11 untuk aksesi K11-D4. M adalah ukuran(Ladder) Phage Lambda DNA PstI.Berdasarkan analisis clustering penandaRAPD nampak bahwa secara genetik dari 3aksesi yang teramplifikasi dalam PCR memilikikeragaman dengan nilai koefisien kemiripanantara 0,83 - 0,88. Aksesi K20-H2 dan K06-C1memiliki kekerabatan yang sangat dekatdengan koefisien kemiripan 0,88, sehinggatergabung dalam satu kelompok, sedangkanaksesi K11-D4 sedikit berbeda dengan aksesiK20-H2 dan K06-C1 dengan nilai koefisienkemiripan sebesar 0,83. Hal ini tampakseperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Dendogram aksesi pisang kapok berdasarkan data RAPDSIMPULAN DAN SARANBerdasarkan data hasil penelitian danpembahasan, maka dapat ditarik beberapakesimpulan sebagai berikut:1. Aksesi pisang kepok di Kabupaten Munaberdasarkan karakteristik kualitatifmemiliki hubungan kekerabatan dengankoefisien kemiripan antara 0,51 s.d 1,00,dan terkelompok dalam 4 (empat) grup,yaitu pisang Manuru, pisang Bugisi, pisangJiwaka dan pisang Manuru Lakabu.

Berdasarkan karakter kuantitatif, aksesipisang kepok tersebut tidak terkelompoksecara tegas seperti pada karakteristikkualitatif. Secara kuantitatif merekamemiliki hubungan kekerabatan dengankoefisien kemiripan antara 0,01 sampai0,50.2. Aksesi pisang kepok di Kabupaten Munaberdasarkan karakteristik gabungan datakualitatif dan kuantitatif memilikipengelompokan yang sama denganpengelompokan secara kualitatif, dan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 M

Page 46: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

169 Wijayanto et al. J. Agroteknosmemiliki hubungan kekerabatan dengankoefisien kemiripan antara 0,00 sampai2,50.3. Dari 3 (tiga) aksesi pisang kepok yangberhasil diamplifikasi secara PCR-RAPD(aksesi K20-H2, K06-C1 dan K11-D4),maka diketahui bahwa mereka memilikihubungan kekerabatan dengan koefisienkemiripan antara 0,83 sampai 0,88.DAFTAR PUSTAKADamayanti, F. dan Samsurianto, 2010.Konservasi invitro Plasma Nutfah Pisanguntu aplikasi di Bank Gen. Bioprospek, Vol.7(2): 86-90.Darmono, T.W., 1996. Ulas balik analisiskeragaman tanaman dengan teknikmolekuler (Analysis of plant geneticvariation with molecular technique).Hayati, 3(1): 7-11.Ekasa, B.N., 2012. Bioaccessibility of provit Ain banana (Musa sp). Food Chemistry 133:1471-1477.Galal, A.A., I.A. Ibrahiem, and J.M. Salem, 2014.Influence of triadimefon on the growth anddevelopment of banana cultivars. African J.

of Biotech. Vol 13(16): 1694-1701.INIBAP, 2001. Banana diversity.International network for theimprovement of Banana and plantain.IPGRI, 1996. Discriptors for banana (Musa spp). International plant genetic, ResourcesInstitute Rome Monllier, 55 pp.Lengkong, E., 2008. Keragaman geneticplasma nutfah pisang (Musa sp) diKabupaten Minahasa Selatan dan MinahasaTenggara. Jurnal Formas, hal. 302-310.Ocimati, W., G. Blomme, and C. Murekezi,2014. Musa germplasm diversity status. J.Appl. Biosc. 73:5979-5990.Prahardini, PER., Yuniarti, dan A. Krismawati,2010. Karaterisasi varietas unggul pisangMas Kirana dan Agung Semeru diKabupaten Lumajang. Buletin PlasmaNutfah, Vol 16(2): 126-133.Prihatman, K., 2000. Pisang (Musa spp).http://www. Ristek.go.idRobi’ah R.H., 2005. Analisis keanekaragamangenetik pisang introduksi (Musa spp)berdasarkan penanda fenotipik denganpenanda RAPD. Pascasarjana InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Sukartini, 2006. Pengelompokan aksesipisang menggunakan karakter morfologi.Balai Penelitian Tanaman Buah Tropik.J.Hort, 17(11): 26 -33.

Page 47: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3. Hal 170-177ISSN: 2087-7706THE STUDY ON CONTRIBUTION OF TEMPERATURE AND SOLAR

RADIATION INTENSITY TO FROGEYE DISEASE DEVELOPMENT ONTOBACCO

Studi Pengaruh Suhu dan Intensitas Radiasi Matahari terhadapPerkembangan Penyakit Patik pada TembakauAHMAD RAFIQI TANTAWI1*, BAMBANG HADISUTRISNO2, HARYONO SEMANGUN2, I. HARTANA2,LISNAWITA3

1Program study of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Medan Area University, Medan;2 Departement ofPlant Pest and Disease, Agriculture Faculty, Gadjah Mada University 3Program study of Agroecotechnology,

Agriculture Faculty, University of Sumatera Utara, Medan

ABSTRAKTembakau merupakan tanaman penting di Indonesia karena peranannya bagi

ekonomi Indonesia dan lapangan kerja. Salah satu faktor penghambat produksi tembakauadalah penyakit patik (frogeye), penyakit cendawan yang disebabkan oleh Cercosporanicotianae Ell. Et. Ev. Ledakan penyakit ini diduga berhubungan erat dengan aspek cuaca,seperti kecepatan angin, suhu, intensitas radiasi matahari dan kelembapan relatif.Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi, Program Studi Hama dan PenyakitTanaman, Fakultas pertanian, UGM dan di dua perkebunan tembakau di Jember dan Klatenuntuk mempelajari pengaruh/peranan suhu dan intensitas radiasi matahari terhadapperkembangan penyakit patik pada tembakau. Hasil penelitian menunjukan bahwaperkembangan penyakit patik dipengaruhi oleh faktor-faktor cuaca, seperti: suhu, namunintensitas radiasi bukan merupakan faktor penting pada perkembangan penyakit ini.Kata Kunci: tembakau, suhu, intensitas radiasi matahari, perkembangan penyakit patik.

1INTRODUCTIONFrogeye constitutes (Cercospora nicotianaeEll. Et Ev.) a significant disease on the scope oftobacco (Nicotiana tabacum L.). Based onDalmadiyo (1999), more than 60 % of Na-Oogst besuki tembakau leaves are broken,which are caused by frogeye with 100 billionrupiahs loss, and 100 – 125 billion rupiahsloss for bawah naungan tobacco.The development of this disease reallydepends on the climate and temperature.The climate factors that have influence ontobacco cultivation are temperature,humidity, rain fall, solar radiation andwind (Akehurst, 1981; Cahyono, 1998).Tobacco needs all day’s continuousradiation of the sun. Therefore, thelocation of tobacco planting is focused in*) Corresponding author:E-mail: [email protected]

the open area toward the radiation of thesun and the stable velocity of the windblows. The temperature of tobaccocultivation is varied, but generally, it isplanted on temperature range 21 - 32, 3oC, 2000 mm/year rainfall for the low landtobacco and 1500 – 3500 mm/year rainfallfor the highland tobacco (Akehurst, 1981;Cahyono, 1998).The very humid weather condition willgive a great advantage for the growth ofCercospora. The frogeye attack tends to bebroader while the weather is gettinghumid before the harvest comes (Hartana,1998b). Cercospora will becomedevastating on the relatively high fieldtemperature, particularly during themonths which have a very hightemperature. The spots which exist on theleaves will grow fast during the hottemperature, humid and rainy (Lamey, et

Page 48: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Studi Pengaruh Suhu dan Intensitas Radiasi Matahari 171al. 1996; Agrios, 1997). Based onDickinson (1976), the weather factors thataffect fungi are: 1). Temperature, affect onthe growth line and the existence ofhyphae and propagules, 2). Rain fall andmoisture, will directly affect on thehumidity of the leaves that will enable theexistence of germination and the growthof pathogens, exudation andsendimentating konidium on the surfaceof the plant and the dispersal. 3).Humidity,gives influence on the ability to survive,the growth of pathogen and the release ofthe spore, 4). Wind, will become as themedium of the spreading process and thesedimentating konidium on the plantsurface, and 5). Light, affect on exudation,sporulation, konidium dispersal,germination and growth.Although there is a lot of informationrelated to the influence of the weather towardthe growth of frogeye, but the research onfrogeye forecasting on tobacco, has not beenconducted yet. The forecasting on frogeyeinfection rate, particularly for the type offorecasting which is arranged based on theamount of konidium in the air, the completeweather elements, and the relation with theinfection rate has not been found yet. Whereasthis information is important as the basicforecasting of frogeye on tobacco with theresult that the anticipation can beimplemented before the explosion of frogeyeemerges.Based on the matter, the research isconducted which has a purpose ofunderstanding the contribution oftemperature and the intensity of solarradiation toward the growth of frogeye ontobacco.MATERIAL AND METHODThe research is conducted at MikrologiLaboratorium, Department of Plant Pest andDisease, Agriculture Faculty, Gajah MadaUniversity and in the tobacco cropping whichis the property of PTPN X with the secondseries of location of cropping in Jember and inKlaten. The tobacco varieties used are H382and TV38 x G. The observation in Jember isconducted from September to October;meanwhile the observation in Klaten is

conducted from November to December. Thedetermination of location for the temperaturemeasurement, the solar radiation intensity,and the growth of frogeye are implemented inthe PTPN X plantation area in Jember andKlaten which were the frogeye endemic. Theselective location is based on the age of theeven plants and still enable to do research fortwo months, the width of overlay is 5 hectares,the cropping area is flat, which is not blockedby tall trees, with the result that the solarradiation is not blocked, and the frogeye isfound. The observation of temperature andsolar radiation intensity is conducted for each4 hours, during ten days, for each month.RESULT AND DISCUSSIONThe observation result for the relationbetween temperature and the solar radiationintensity toward the frogeye intensity can beseen in Table 1, 2, 3, and Picture 1, 2, 3.

The intensity of disease at pre harvestphase of NO besuki tobacco in Jember. Inthe dry month, which coincides with the preharvest phase in Jember, the intensity offrogeye shows a progress which is in accordwith the lowness of wind velocity (X1),temperature (X2), length of time of solarradiation (X5) and the increase of air humidity,the solar radiation intensity, and the konidiumdispersal (X7). The air humidity (X3) and thesolar radiation intensity (X4) indicate the tinyrole toward the increase of frogeye at preharvest phase in the dry month. Thecorrelation analysis result (data is not shown)seems that during the pre harvest, all weatherelements indicate a tiny influence toward theintensity of frogeye, whereas the influence ofamount of konidium seems bigger. It meansthat during the dry month, all weatherelements do not support the growth offrogeye, with the result that the frogeye growsslowly. (Table 1, Pigure 1). Kerr (1998), basedon his research on Cercospora beticola, theinfection and the epidemic development ofCercospora leaf spot, depends on the existenceof susceptive of parent varieties, the enoughamount of inokulum, and the length of periodof wet leaf on the high temperature inside theplant canopy. Generally, the infection occurs ifthe night temperature is higher than 60 F (15,5 oC), the day temperature is 80 – 90 oF (26, 7– 32, 2 oC), and the length of period of wet leaf

Page 49: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

172 Tantawi et al. J. Agroteknosis more than 11 hours. In the dry month, inJember, the period of moisture just occurs for7 – 8 hours, with the result that the period ofwet leaf does not occur simultaneously withthe konidium dispersal.The intensity of disease at harvest phase

of NO besuki tobacco in Jember. Theintensity of disease in the humid month whichcoincides with the harvest phase indicates thefrogeye intensity increases rapidly andexponentially. The increase of this diseaseintensity is supported by the high humidity(X3), the reducing length of time of solarradiation (X5), and the konidium dispersal(X7). The decrease of temperature (X2), as theeffect of the weather change (from dry tohumid) has a tiny effect toward thedevelopment of frogeye.The humid month which coincides with theharvest phase, the wind velocity is slower thanduring the pre harvest in the dry month.Besides, at harvest phase in humid month,konidium is heavier, because of containing thehigher water content that is compared withkonidium in dry month at pre harvest phase.This circumstance creates a condition that

supports the increase of the disease intensity.Besides, at harvest phase, the crop canopieshave covered one another, with the result thatit can increase the humidity inside the canopy.The air humidity and the high amount ofkonidium, temperature and the short length oftime of solar radiation increase the intensity offrogeye on tobacco. The solar radiationintensity indicates the unworthy effect towardthe disease intensity in the humid month(Table 2, Pigure 2).In the humid month, the period of wet leafis longer. Kerr’s research (1998) indicatesthat; at 60 F (15,5 C), it is required at least 20hours wet leaf for the occurrence of infection.At 70 oF (21 oC) the infection has been able tooccur if the period of wet leaf is 3 hours. Kerr’sresearch (1998) is conducted in the sub tropiccondition. The temperature condition that isexamined in Kerr’s research is very difficult tosimulate in the tropic area. The data that hasbeen collected during the research in thehumid month (Table 2), indicates that thehumidity during the day never reaches 90 %.The intensity of frogeye in the humid monthincreases from 13,4 – 32,29 %.Table 1. The average daily temperature, solar radiation intensity, and the intensity of frogeye on tobaccoin the dry month at the pre harvest phase of besuki tobacco in Jember.No. Date Hour Temperature (º) Solar Radiation Intensity Disease Intensity (%)1. 11-Sep 06.00-18.00 * * 0,63518.00-06.00 24,5 0,0 0,7162. 12-Sep 06.00-18.00 29,8 215,5 0,79618.00-06.00 25,0 0,0 0,8763. 13-Sep 06.00-18.00 30,5 215,0 0,95718.00-06.00 26,0 0,0 1,0374. 14-Sep 06.00-18.00 28,3 156,7 1,11718.00-06.00 24,5 0,0 1,1985. 15-Sep 06.00-18.00 29 169,3 1,27818.00-06.00 25,63 0,0 1,3586. 16-Sep 06.00-18.00 30,0 144,0 1,43818.00-06.00 25,6 0,0 1,5197. 17-Sep 06.00-18.00 29,8 110,3 1,59918.00-06.00 26,0 0,0 1,6798. 18-Sep-01 06.00-18.00 28,3 180,0 1,76018.00-06.00 26,0 0,0 1,8419. 19-Sep-01 06.00-18.00 28,7 228,3 1,92318.00-06.00 25,0 0,0 2,00510. 20-Sep 06.00-18.00 28,5 228,3 2,08618.00-06.00 24,5 0,0 2,16811. 21-Sep 06.00-18.00 27,5 229,0 2,25018.00-06.00 24,0 0,0 2,33112. 22-Sep 06.00-18.00 28,3 188,3 2,41318.00-06.00 24,0 0,0 2,49413. 23-Sep 06.00-18.00 29,0 274,7 2,57618.00-06.00 23,0 0,0 2,65814. 24-Sep 06.00-18.00 29,3 258,3 2,73918.00-06.00 25,0 0,0 2,82115. 25-Sep 06.00-18.00 28,8 153,0 2,903

Page 50: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Studi Pengaruh Suhu dan Intensitas Radiasi Matahari 173

Table 2. The average daily temperature, solar radiation intensity, and the intensity of frogeye on tobaccoin the humid month at harvest phase of besuki tobacco in Jember.No. Date Hour Temperature(ºC) Solar RadiationIntensity Disease Intensity(%)1. 11-Okt 06.00-18.00 28,8 176,7 13,47718.00-06.00 24,0 0,0 13,7932. 12-Okt 06.00-18.00 27,3 263,3 14,10818.00-06.00 24,2 0,0 14,4243. 13-Okt 06.00-18.00 27,7 225,0 14,73918.00-06.00 24,7 0,0 15,0554. 14-Okt 06.00-18.00 28,5 176,7 15,37018.00-06.00 25,3 0,0 15,6855. 15-Okt 06.00-18.00 28,5 246,7 16,00118.00-06.00 25,5 0,0 16,3166. 16-Okt 06.00-18.00 29,3 285,0 16,63218.00-06.00 24,7 0,0 16,9477. 17-Okt 06.00-18.00 29,7 366,7 17,26318.00-06.00 27,3 0,0 17,5788. 18-Okt 06.00-18.00 29,8 296,7 17,89418.00-06.00 24,5 0,0 18,9229. 19-Okt 06.00-18.00 28,7 206,7 19,95118.00-06.00 25,5 0,0 20,97910. 20-Okt 06.00-18.00 28,7 258,7 22,00818.00-06.00 24,7 0,0 23,03711. 21-Okt 06.00-18.00 81,0 380,67 24,06518.00-06.00 91,0 0,0 25,09412. 22-Okt 06.00-18.00 81,7 42000 26,12218.00-06.00 92,7 0,0 27,15113. 23-Okt 06.00-18.00 82,7 30767 28,18018.00-06.00 91,0 0,0 29,20814. 24-Okt 06.00-18.00 81,3 34900 30,23718.00-06.00 91,0 0,0 31,26615. 25-Okt 06.00-18.00 82,3 30433 32,29418.00-06.00 0,0 0,0 0The Intensity of disease in the

vorstenland tobacco in Klaten. The researchthat is held in Klaten, conducted in plant seriesII from two series that are planted in PTPN X’sfarm in Klaten. The early process of plantationseries II occurs in the rainy season. Thereforethe observation occurs in the wet month. Thedisease intensity in the vorstenland tobacco,which is planted in the wet month, differsfrom the disease intensity in the humid monthin Jember, the development is based on theexponential curve, and the diseasedevelopment in vorstenland tobacco which is

planted in the wet month is based on the linierline. Pigure 3 indicates that the intensity offrogeye in vorstenland tobacco, which isplanted during the rainy season, is affected bythe increase of wind velocity and the konidiumdispersal, temperature decrease, air humidity,the intensity and the length of time of solarradiation and rain fall. Several weatherelements indicate the different influencetoward the disease intensity during the rainyseason in the wet month, compared with thedry and humid months.

Page 51: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Studi Pengaruh Suhu dan Intensitas Radiasi Matahari 175

Pigure 1. The estimation curve of temperature effect and solar radiation intensity, toward theintensity of frogeye in the dry month in Jember.

Pigure 2. The estimation curve of temperature effect and solar radiation intensity, toward theintensity of frogeye in the humid month during the harvest phase.

Pigure 3. The estimation curve of relation between weather elements and the intensity of frogeye onvorstenland tobacco during the wet month.

Page 52: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

176 Tantawi et al. J. Agroteknos

Table 3. The average daily temperature, solar radiation intensity, and the intensity of frogeye on tobaccoin the wet month at the harvest phase of vorstenland in Klaten.Date Hour Temperature (ºC) Solar Radiation Intensity Disease Intensity11-Nop 06.00-18.00 33,00 280,0 10,6418.00-06.00 25,33 0,0 11,15212-Nop 06.00-18.00 29,00 236,7 11,66418.00-06.00 24,67 0,0 12,17613-Nop 06.00-18.00 30,00 191,7 12,68918.00-06.00 26,67 0,0 13,20114-Nop 06.00-18.00 30,33 251,7 13,71318.00-06.00 23,33 0,0 14,22515-Nop 06.00-18.00 26,00 122,7 14,73718.00-06.00 24,00 0,0 15,24916-Nop 06.00-18.00 27,67 268,3 15,76118.00-06.00 24,33 0,0 16,27317-Nop 06.00-18.00 27,67 203,0 16,78618.00-06.00 24,33 0,0 17,29818-Nop 06.00-18.00 28,33 231,7 17,8118.00-06.00 25,33 0,0 18,7519-Nop 06.00-18.00 26,67 168,7 19,6918.00-06.00 24,00 0,0 20,6320-Nop 06.00-18.00 28,33 233,3 21,5718.00-06.00 25,33 0,0 22,5121-Nop 06.00-18.00 28,33 225,0 23,4518.00-06.00 26,33 0,0 24,3922-Nop 06.00-18.00 30,67 278,3 25,3318.00-06.00 25,33 0,0 26,2723-Nop 06.00-18.00 31,67 235,0 27,2118.00-06.00 25,67 0,0 28,1524-Nop 06.00-18.00 30,33 315,0 29,0918.00-06.00 25,67 0,0 30,0325-Nop 06.00-18.00 29,25 296,7 30,9718.00-06.00 * * 35,4193-Des 06.00-18.00 29,00 255,0 39,86918.00-06.00 26,67 0 41,2784-Des 06.00-18.00 25,33 184,0 42,68718.00-06.00 24,33 0 44,0965-Des 06.00-18.00 27,33 285,0 45,50518.00-06.00 24,33 0 46,9146-Des 06.00-18.00 24,67 141,7 48,32318.00-06.00 23,67 0,0 49,7337-Des 06.00-18.00 26,67 284,3 51,14218.00-06.00 24,33 0,0 52,5518-Des 06.00-18.00 27,33 308,3 53,9618.00-06.00 24,33 0,0 55,3699-Des 06.00-18.00 28,00 288,3 56,77818.00-06.00 25,00 0,0 57,51910-Des 06.00-18.00 27,00 403,0 58,2618.00-06.00 24,00 0,0 59,00111-Des 06.00-18.00 29,00 312,7 59,74218.00-06.00 25,00 0,0 60,48312-Des 06.00-18.00 28,13 200,0 61,224

Page 53: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Studi Pengaruh Suhu dan Intensitas Radiasi Matahari 177

CONCLUSIONSThe elements of weather can affect thekonidium dispersal, the disease intensity andthe growth rate of frogeye. The growth rate ofdisease can differ for the weather changes. Atthe planting in Jember, the solar radiationintensity shows a very small role toward theincrease of frogeye at the pre harvest phase inthe dry month. The intensity of frogeyeincrease rapidly and exponentially at theharvest phase of the NO besuki tobacco inJember and the vorstenland tobacco in Klaten,which is in accord with the reducing solarradiation intensity.REFERENCESAgrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th Eds.Academic Press, San Diego.Akehurst, B.C. 1981. Tobacco. TropicalAgriculture Series, Longman, London. 764hlm.Cahyono, B. 1998. Tembakau. Budidaya danAnalisis Usaha Tani. Edisi Revisi. Kanisius,Yogyakarta. 126 hlm.Cahyono, B. 1998. Tembakau. Budidaya danAnalisis Usaha Tani. Edisi Revisi. Kanisius,Yogyakarta. 126 hlm.Dalmadiyo G. 1999. Pengendalian PenyakitTembakau secara Terpadu. Di dalam :Prosiding Semiloka Teknologi Tembakau.Tirtosastro S, Rahman A, Isdijoso SH,Gothama AAA, Dalmadijo G & Mukani(eds.).. Balai Penelitian Tembakau danTanaman Serat, Malang.Dickinson CH. 1976. Fungi on the AerialSurface of Higher Plants. Di dalam :Micrology of Phyllosphere. Dickinson CH &Preece TF (eds.). Cambridge UniversityPress.Cambridge. hlm. 77-100.Hartana I. 1998. Penyakit-penyakit Jamurpada Tanaman Tembakau dan CaraPengendaliannya. Makalah PenyegaranTenaga Peneliti/Praktisi TembakauLingkup PTP Nusantara II dan X di Jemberpada 3-5 Nopember 1998.Kerr, E.D. 1998. Cercospora Leaf Spot of SugarBeet. Cooperative Extension, Institute ofAgriculture and Natural Resources.University of Nebrasca, Lincoln.http://www.ianr.unl.edu/pubs/plantdisease/g1348. htm

Lamey HA, Cattanach AW, Bugbee WM &Windels CE. 1996. Cercospora Leafspot ofSugarbeet. North Dakota State UniversityExtension Service.

Page 54: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3. Hal 178-182ISSN: 2087-7706KARAKTERISASI BIOKIMIAWI RIZOBAKTERI ASAL GULMA

BERDAUN LEBAR YANG BERPOTENSI SEBAGAI DELETERIOUSRHIZOBACTERIA

Biochemical Characterization of Rhizobacteria from broadleafweeds Potential as Deleterious RhizobacteriaASNIAH*), TRESJIA C. RAKIAN, MUHIDIN, GUSNAWATY HS, SRI WANGADI

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo

ABSTRACTThe research aimed to know biochemical characters of rhizobacteria from broadleaf

weed that are potential as deleterious rhizobacteria. The research was conducted atAgronomy Laboratory of Agriculture Faculty Halu Oleo University Kendari from Januaryuntil March 2013. The results showed that 9 of 10 rhizobacteria isolates tested frombroadleaf weeds rhizosphere had the ability to solubilize phosphate with differentdiameters. For nitrogen fixation ability, all isolates tested were potential but only isolates ofML-01 and KL-06 had high capability. All isolates had different ability to produce IAA, withisolates of KL-06 produced higher concentration of IAA (33,07 ppm) compared to otherisolates. Isolates that had the ability to produce HCN were isolates BL-07, with filter paperchange from yellow to dark brown, and BL-08 and BL-03 light brown color changes indicatedto that the production of HCN was increased. Result of research showed that some isolatestested had biochemical character as deleterious rhizobacteria by the ability to solubilizephosphate, fix nitrogen, produce IAA and HCN.Keywords: biochemical characterization, rhizobacteria, broadleaf weeds, deleterious.

1PENDAHULUANGulma adalah tumbuhan yangkeberadaannya dapat menimbulkan gangguandan kerusakan bagi tanaman budidaya.Kehadiran gulma pada areal tanaman sangatberpengaruh terhadap hasil panen. Hal initerjadi karena gulma memiliki kemampuandalam hal berkompetisi yang tinggi untukmemperoleh air, unsur hara, cahaya matahari,CO2, dan pemanfaatan ruang tumbuh (Rao,2000).Penggunaan herbisida sintetis yangberlebihan dapat mengakibatkan pencemaranlingkungan karena sifatnya yang sulit teruraidalam tanah sehingga meninggalkan residuyang berbahaya bagi organisme lain terutamamanusia sebagai konsumen terakhir. Salahsatu alternatif usaha pengendalian gulmapertanian yang ramah lingkungan adalah*) Alamat Korespondensi:Email: [email protected]

menggunakan rizobakteri yang memilikipotensi sebagai deleterious rhizobacteria yaiturizobakteri yang bersifat memacupertumbuhan tanaman sekaligus sebagaibioherbisida dalam pengendalian gulma.Peranan rizobakteri selain sebagai pemacupertumbuhan tanaman adalah memilikipotensi sebagai bioherbisida terhadap gulmasesuai dengan hasil penelitian Carvalho et al.(2007) menunjukkan bahwa senyawa antimetabolit yang dihasilkan oleh Bacillus cereusmampu menghambat 52% pertumbuhan bijigulma Brachiaria decumbens dan 48% bijilainnya menjadi abnormal.Penelitian ini sangat penting dilakukankarena diharapkan menjadi solusi untukmemecahkan masalah gulma sekaligusmengembangkan teknik baru dalampengendalian gulma secara biologi yangmurah dan ramah terhadap lingkungan sertapeningkatan pertumbuhan tanaman denganpemanfaatan rizobakteri. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui

Page 55: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Karakterisasi Biokimiawi Rizobakteri Asal Gulma 179karakter biokimiawi rizobakteri asal gulmaberdaun lebar yang berpotensi sebagaideleterious rhizobacteria

BAHAN DAN METODEBahan dan Alat. Bahan yang digunakandalam penelitian ini adalah koleksi isolatrizobakteri, plastik wrap, alumunium foil,alkohol 70 %, tissue, aquadesh, media TSA,media glisin, agar, TCP, glukosa, yeast extract,sukrosa, asam amino triptofan, NaCl, KCl,MgSO4, MnSO4, FeSO4, (NH4)2SO4, KOH, H2SO4,FeCL3, K2HPO4, KH2PO4, CaSO4 dan Na2MOO4.Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalah gelas kimia, timbangan analitik,

wiseclave, spatula, cawan petri, pelubanggabus, pH meter, botol schoot, pipet mikro, hotplate, erlenmeyer, shaker, tabung reaksi,vortex, oven, laminar air flow cabinet, jarumose, spektrofotometer.Sejumlah 10 isolat potensial yang diisolasidari rizosfer gulma berdaun lebar yang diujiadalah berasal dari empat Kabupaten diSulawesi Tenggara yaitu Buton, Muna, Kolakadan Konawe Selatan. Kesepuluh isolat tersebuttelah dilakukan uji potensi sebagai pemacupertumbuhan tanaman dan biherbisida padapenelitian sebelumnya, kemudian penelitianini dilakukan karakterisasi Biokimiawinya.

Kemampuan Melarutkan Fosfat.Untuk menguji kemampuan rizobakterimelarutkan fosfat digunakan media ujiPikovskaya’s agar dengan penambahan tri-calcium posphate (TCP) sebagai sumber fosfat.Komposisi per liter media yang digunakanterdiri atas: glukosa (10g), NaC1 (0,2g), KC1(0,2g), MgSO4 (0,1g), MnSO4 (2,5mg), FeSO4(2,5mg), yeast extract (0,25g), (NH4)2SO4(0,25g), dan agar-agar (15g). Mediadisterilisasi dengan pemanasan menggunakanautoklaf. Setelah sterilisasi pH media diaturmenjadi 7,2 dengan KOH 5 N. Media ujidituangkan kedalam cawan petri, dibuatlubang dengan pelubang gabus dan diisidengan 0,2 mL suspensi masing-masing 10isolat rizobakteri yang diuji. Media uji yangtelah berisikan bakteri di inkubasi selama 3hari dalam inkubasi dengan suhu 280C.Perlakuan ini dilakukan dengan 3 kalipengulangan. Kemampuan melarutkan fosfatdari isolat yang diuji dievaluasi secarakualitatif berdasarkan terbentuknya halo di

sekitar lubang yang berisi suspensi bakteri(Thakuria et al., 2004).Kemampuan Memfiksasi Nitrogen.Kemampuan rizobakteri sebagai pemfiksasinitrogen secara bebas dari udara dilakukansecara kualitatif dengan menggunakan mediaBurk sebagai berikut: (1) MgSO4 2 g, K2HPO4 8g, KH2PO4 2 g, dan CaSO4 1,3 gram dicampurmenjadi satu dan digunakan sebagai stokmedia Burk Salt; (2) FeCl3 0,145 g danNa2MoO4 0,0235 g di larutkan dalam 100 mLaquades dan dijadikan sebagai stok larutan Fe-Mo. Sebanyak 1,3 gram media Burk Saltdicampur dengan 1 mL stok larutan Fe-Mo laluditambahkan 10 g sukrosa, semua bahantersebut dilarutkan dalam 1000 mL aquadessteril dan selanjutnya disterilisasi denganautoclave pada suhu 121oC tekanan 1 atmselama 15 menit. Sebanyak 20 µl media Burksalt dimasukan dengan tahap reaksi steril.Sebanyak 1 ose isolat rizobakteri yang diujidimasukan kedalam larutan tersebut laludiinkubasi pada shaker inkubator selama 48jam menggunakan 150 rpm. Isolat positifsebagai pemfiksasi nitrogen jika bakteritersebut mampu tumbuh dalam larutan BurkSalt yang ditandai dengan kekeruhan mediadalam tabung reaksi. Isolat yang tumbuhdiberi tanda + (positif), sedangkan yang tidaktumbuh diberi kode – (negatif).Produksi Asam Indol Asetat (IAA) .Kemampuan masing-masing isolat rizobakteriuntuk memproduksi IAA dianalisis denganmetode Glickman dan Dessaux (1995). Isolatbakteri rizosfer ditumbuhkan selama 24 jamdalam medium TSB untuk memacu sintesisauksin, kedalam masing-masing mediaditambahkan asam amino triptofan 0,5 g∕l.Kultur bakteri disentrifugasi dengankecepatan 5000 rpm selama 30 menit,kemudian supernatan dipisahkan dariendapan bakteri, disaring dengan membrannitroselulosa berporositas 0,2 g dan dianalisiskandungan IAA-nya. Kandungan IAA dalamfiltrat kultur bakteri dideteksi denganmenggunakan pereaksi FeCI3 12g∕l. dalam 7,9M H2SO4. Pereaksi FeCI3 (1 ml) dan filtrat dankultur bakteri (1 mL) dimasukan dalamtabung eppendorf (Volume 2 mL), dancampuran di inkubasi didalam ruang gelappada suhu 26oC selama 30 menit. Setelahperiode inkubasi, nilai absorbansi dibacadengan spektrofotometer pada panjanggelombang 550 nm. Kurva standar bedasarkan

Page 56: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

180 Asniah et al. J. AGROTEKNOSnilai absorbansi larutan, IAA murni dengankosentrasi 0; 6,25; 12,5; 25; 50; 75; 100; 150dan 200 ug/mL digunakan untuk menghitungkandungan IAA dalam filtrat kultur bakteri.Kemampuan Menghasilkan senyawa

HCN. Produksi senyawa HCN dari setiap isolatrizobakteri dilakukan berdasarkan metodeyang dikembangkan Bakker dan Schipper(Munif, 2001). Isolat bakteri rizosfer yang diujiditumbuhkan pada media glisin dalam cawanpetri. Pada bagian tengah tutup cawan petriditempelkan potongan kertas saring yangtelah direndam dalam larutan untukmendeteksi HCN (asam pikrat 2 g, natriumkarbonat 8 g, dalam 200 mL air). Kulturbakteri diinkubasikan selama 4 hari pada suhu24oC dan perubahan warna kertas saringdigunakan sebagai indikator terbentuknya

senyawa HCN. Warna kertas saring yang tetapkuning mengindikasikan isolat yang diuji tidakmemproduksi HCN sedangkan warna coklatmuda, coklat dan merah bata mengindikasikanproduksi HCN yang semakin meningkat.Semua data hasil pengamatan karakterisasibiokimiawi dari setiap isolat rizobakteri yangdiperoleh dianalisis secara deskriptif.HASIL DAN PEMBAHASANHasil pengamatan menunjukkan semuaisolat yang diuji dapat melakukan fiksasi Ntetapi tidak semua mampu memproduksisenyawa metabolit HCN. Hasil pengamatankarakter biokimia dari isolat rizobakteri dapatdilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kemampuan isolat rizobakteri dalam melarutkan fosfat, memfiksasi nitrogen, memproduksi IAAdan HCN.Kode Isolat Pelarutfosfat (cm) Fiksasi N Kandungan IAA (ppm) Produksi HCNBL-03BL-05BL-07BL-08ML-01ML-04KL-06KL-11KL-15SL-01

1,331,101,371,601,301,201,670,001,101,57

++++++++++++++++++

20,0817,7524,3929,4317,3020,3333,0726,2718,2429,47

+-+++------Keterangan: untuk fiksasi N (+) cukup keruh, (++) keruh, (+++) sangat keruh, untuk produksi HCN (-)kuning, (+) coklat muda, (++) coklat tuaHasil penelitian menunjukkan ada 9 dari 10isolat yang diuji dengan rata-rata luas zonabening yang berbeda menunjukkan isolattersebut mampu melarutkan fosfatmenggunakan media pikovskaya’s agar denganpenambahan TCP sebagai sumber fosfat.Kemampuan rizobakteri pelarut fosfat dalammelarutkan P dilakukan dengan mengukurdiameter zona bening (halo). Semakin tinggidiameter halo yang dihasilkan, kemampuanrizobakteri pelarut fosfat dalam melarutkan Pjuga tinggi. Isolat KL-06 dan BL-08 memilikiluas zona bening tertinggi masing-masing 1,67dan 1,60 cm. Hal ini menunjukkan isolattersebut memiliki kemampuan melarutkanfosfat paling baik diantara isolat lain.Mikroba pelarut fosfat mempunyai peranansangat besar dalam membantu penyediaan

unsur hara bagi tanaman karena mampumengubah bentuk-bentuk fosfat yang tidaktersedia bagi tanaman menjadi bentuk yangtersedia. Tanaman membutuhkan fosfat untukperkembangan dan pertumbuhannya, namunsenyawa fosfat yang ada dalam lingkungantanaman tidak selalu tersedia, sehinggakeberadaan bakteri pelarut fosfat di rizosfertanaman dapat membantu penyediaansenyawa fosfat bagi tanaman, seperti bakteriPseudomonas sp., dan Bacillus sp. dapatmengeluarkan asam-asam organik, sepertiasam formiat, asetat dan laktat yang bersifatmelarutkan bentuk-bentuk fosfat yang sukarlarut menjadi bentuk yang tersedia bagitanaman. Fosfat tersedia dalam bentukorganik dan anorganik. Fosfor organikmengandung senyawa-senyawa yang berasal

Page 57: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 Karakterisasi Biokimiawi Rizobakteri Asal Gulma 181dari tanaman dan mikroorganisme dantersusun dari asam nukleat, fosfolipid dan fitin(Rao, 1994). lebih lanjut menurut Rao (1994)mikroorganisme tanah yang dapat melarutkanfosfat memegang peranan dalam memperbaikitanaman yang mengalami defisiensi fosfor.Kemampuan isolat rizobakteri melarutkanfosfat merupakan salah satu karakter fisiologirizobakteri yang berhubungan denganperannya sebagai pemacu pertumbuhantanaman (Sutariati, 2006). Selain melarutkanfosfat, karakteristik biokimia yang dimilikioleh rizobakteri adalah kemampuanmemfiksasi nitrogen. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa isolat KL-06 dan ML-01memiliki kemampuan yang lebih baikdibandingkan dengan isolat yang lain dalammengikat nitrogen dengan dihasilkankekeruhan yang sangat keruh pada mediayang digunakan.Interaksi rizobakteri terhadap sistemperakaran tanaman berpengaruh terhadapkeberhasilan pertumbuhan tanamandiatasnya. Bakteri penambat N non simbiotiktermasuk kelompok rizobakteri yang berperandalam penyediaan unsur N bagi tanaman(Khairul, 2001). Keberadaan populasi bakteripenambat N non simbiotik sertadistribusinya yang cukup luas memberikanarti penting bagi tersedianya unsur N bagitanaman. Menurut Rao (1994), bakteripenambat N non simbiotik mampumenyumbang sekitar 10 sampai 15 kgN/ha/tahun, tergantung dari tersedianyasumber karbon. Karakteristik penting yangdimiliki oleh rizobakteri selain mampumelarutkan fosfat dan memfiksasi nitrogenadalah kemampuannya dalam memproduksiasam indol asetat (IAA). Berdasarkan nilaiabsorbansi isolat uji yang diperolehmenunjukkan isolat-isolat rizobakteri mampumemproduksi IAA dengan produksi tertinggidihasilkan oleh isolat KL-06 yaitu dengankonsentrasi 33,07 ppm dibandingkan denganisolat lainnya dengan kemampuan yangberbeda dalam menghasilkan IAA yaitukisaran 17,30 sampai dengan 29,47 ppmPerbedaan produksi IAA dari berbagairizobakteri bergantung pada isolat yang diujidan kemampuan masing-masing isolat dalammengolonisasi perakaran tanaman (Thakuriaet al., 2004).Kemampuan suatu isolat rizobakterisebagai penghasil IAA mampu memfiksasi

nitrogen serta sebagai pelarut fosfat daribentuk tersedia menjadi tersedia bagitanaman menunjukkan isolat-isolat tersebutmemiliki potensi sebagai agensia pemacupertumbuhan tanaman.Selain sebagai pemacu pertumbuhantanaman, isolat rizobakteri yang diuji bisabersifat menghambat pertumbuhan gulmadengan senyawa metabolit sekunder yangdihasilkannya seperti HCN. Rizobakteri yangsifatnya menghambat atau merugikan disebutdengan Deleterious rhizobakteria (DRB). Halini dapat dilihat pada penelitian pengujianHCN yang dilakukan terhadap setiap isolatyang berasal dari rizosfer gulma berdaunlebar pada tabel 4, terdapat 3 isolat yang diujimampu memproduksi HCN yaitu denganterjadinya perubahan warna kertas saring. Halini sejalan dengan penelitian Kremer danSouissi (2001), mengemukakan bahwa DRBmenunjukkan reaksi positif dalammenghasilkan HCN yang jumlahnya bervariasiyang dapat terdeteksi berdasarkan intensitaswarna yang diuji.Hasil penelitian menunjukkan isolat BL-07dengan produksi HCN yang lebih tinggidibandingkan dengan isolat BL-08 dan BL-03,sedangkan 7 isolat lainnya tidak mampumemproduksi HCN. 3 isolat yang mampumenghasilkan senyawa HCN ini juga mampumelarutkan fosfat, memfiksasi nitrogen danmemproduksi IAA sehingga isolat inidiindikasikan sebagai deleterious rhizobacteriakarena berpengaruh negatif bagi gulma tetapiberpengaruh baik untuk tanaman. SenyawaHCN yang dihasilkan oleh rizobakteri khususmenghambat pertumbuhan gulma tapi tidakpada tanaman. Beberapa DRB yang diisolasidari berbagai akar gulma dapat mengurangiperkecambahan benih, vigor danpertumbuhan tanaman (Kremer dan Souissi,2001). Cara DRB menginfeksi gulma adalahdengan memproduksi phytotoksin yang dapatdiserap oleh biji-biji gulma. DRB tidakmemberantas gulma, akan tetapi hanyamenekan pertumbuhan awal dari gulma danmenekan perkecambahan biji.SIMPULANBerdasarkan hasil penelitian danpembahasan dapat disimpulkan bahwa isolat-isolat rizobakteri berpotensi memilikikarakter biokimiawi sebagai deleterious

Page 58: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

182 Asniah et al. J. AGROTEKNOS

rhizobacteria melalui kemampuannya dalammelarutkan fosfat, fiksasi nitrogen, produksiIAA dan HCN. Isolat rizobakteri yangmemiliki potensi sebagai deleteriousrhizobacteria yaitu isolat BL-03, BL-07 danBL-08 melalui kemampuannyamenghasilkan HCN, sebagai pelarut fosfat,pemfiksasi nitrogen dan memproduksiIAA

DAFTAR PUSTAKACarvalho, D. D. C., D. F. Oliveira, R. S. B. Correa,V. P. Campos, R. M. Guimaraes and J. L.Coimbra, 2007. Rhizobacteria able toproduce phytotoxic metabolites. BrazilianJournal Of Microbiology 38:759-765.Glickman, E., and Dessaux, Y., 1995. A criticalexamination of specificity of the salkowskireagent for indolic compounds produced byphytopathogenic bacteria. App EnvironMicrobiol 61:793-796.Khairul, U. 2001. Pemanfaatan BioteknologiUntuk Peningkatan Produksi Pertanian,(online),(http://www.worddagroforestry.org/sea/publocation/files/book/BK0028pdf.Diakses pada tanggal 13 Maret 2013).

Kremer, R. J. and T. Souissi, 2001. Cyanideproduction by Rhizobacteria potential forsupression of weed sedling growth. CurrentMicrobiology 43:182-186.Munif A., 2001. Studies on the importance ofendophytic bacteria for the biologicalcontrol of the root-knot nematodeMeloidogyne incognita on tomato[Dissertation]. Bonn, Germany: Institute forplant Diseases, University of Bonn.Rao, N.S. Subba, 1994. Mikroorganisme tanahdan pertumbuhan tanaman. TerjemahanSoil organisms and growth. Terjemahanoleh Herawati Susilo. UI-PRESS. Jakarta..Rao, V.S., 2000. Principles of weed science.Second edition. Science Publisher Inc.Plymouth. UK.Sutariati GAK, Widodo, Sudarsono, Ilyas S.,2006. Pengaruh perlakuan Plant GrowthPromoting Rhizobacteria terhadappertumbuhan bibit tanaman cabai. BuletinAgronomi 34(1):46-54.Thakuria, D, Talukdar NC, Goswami C,Hazarika S, Boro RC, Khan MR., 2004.Characterization and screening of bacteriafrom rhizosphere of rice grown in acidicsoils of Assam. CurrSci 86:978-985

Page 59: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3. Hal 183-188ISSN: 2087-7706MEDIA ALTERNATIVE PERBANYAKAN IN-VITRO ANGGREK BULAN

(Phalaenopsis amabilis)

An Alternative Media for In-vitro Multiplication of (Phalaenopsisamabilis)KASUTJIANINGATI*), RUDI IRAWAN

Departemen Produksi Pertanian, Politeknik Negeri. Jember

ABSTRACTThe aim of this research was to study the effects of alternative medium composition

on micropropagation of Phalaenopsis amabilis. The species is one of the most important“queen of flower“commodities in Indonesia and it can increase domestic incomes.Completely randomized design was used for the experiment. The experiment used a singlefactor, multiplication media, consisted of 6 different compositions, i.e. VW + BAP 2 ppm,VW+ coconut water 150 ml/L, VW + Ambon banana extract 50 gt/L, POY + BAP 2 ppm, POY+coconut water 150 ml/L, POY + Ambon banana extract 50 gt/L . Parameters observed werethe number of shoots, leaves and roots. The results showed that addition of coconut water,banana extract, and BAP on media VW (Vacin and Went) or POY (liquid organic fertilizerYoga) were not significantly different. Shoot number obtained was as many as 2 shoots.Key words: coconut water , banana extract, liquid organic fertilizer, Phalaenopsis

1PENDAHULUANTanaman anggrek merupakan tanamanhias yang mempunyai 25.000 – 30.000 spesiesdi dunia. Keindahan dan kecantikan bunganyamembuat tanaman ini disebut “queen offlower“. Di Indonesia anggrek merupakantanaman yang mempunyai nilai ekonomistinggi, baik untuk bunga potong maupununtuk bunga pot.Permintaan pasar anggrek cenderungmeningkat setiap tahunnya, namunperkembangan produksi anggrek di Indonesiamasih relatif lambat (Widiastoety, 2001).Produksi tanaman anggrek di Indonesia padatahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan.Pada tahun 2005 kebutuhan anggrek7.902.403, tahun 2006 10.703.444, tahun2007 9.484.393, tahun 2008 15.430.040 danpada tahun 2009 16.205.949 (BPS, 2010).Kebutuhan anggrek yang kian meningkatperlu ditunjang dengan penyediaan bibit*) Alamat Korespondensi:Email: [email protected]

dalam jumlah banyak dan dalam waktu yangsingkat, kualitas prima. Sementaraperbanyakan konvensional anggrek denganpemisahan anakan (split) membutuhkanwaktu yang lama dankondisi bibit rawanterhadap penyebaran penyakit. Solusi terbaikadalah melalui perbanyakan in vitro denganmenyusun komposisi nutrisi, hara makro-mikro, vitamin serta zat pengatur tumbuhuntuk pertumbuhan tanaman.Permasalahanyang harus dihadapi adalah dalam kegiatankultur jaringan membutuhkan bahan kimiayang saat ini harganya tidak murah, sehinggaperlu dicari alternativ media yang murahtetapi mampu menghasilkan bahan tanamyang berkualitas..Pada skala usaha budidayaanggrek, penggunaan pupuk cair dan ekstrakbuah dapat menjadi alternativ penggantivitamin sintetik dan unsure-unsur lain yangdikandungnya.Zulfan (2010) menggunakanpupuk Super Vit 6 mL/Lpada media sub kulturtanaman anggrek Dendrobium sp. dan mampumemperlihatkan pertumbuhan yang baik padajumlah anakan, pertumbuhan tinggi tanaman,dan rata – rata bobot segar tanaman.

Page 60: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No. 3, 2013 Media Alternatif perbanyakan in-vitro Anggrek Bulan 184Menurut Ummi (2008) pada pembuatanmedia dapat ditambahkan bahan organikseperti air kelapa, ekstrak tomat, ekstraktauge dan ekstrak buah pisang sebagai sumbergula, vitamin, ZPT dan asam amino. Muawanah(2005) menggunakan tambahan ekstrakpisang pada media kultur anggrekDendrobiumcanayo. Ummi (2008), menggunakan ekstrakpisang ambon 50 gr/L pada kultur pisangrajabulu (Musa paradisiaca L.), menghasilkanjumlah tunas sebesar 3,1 tunas, panjang tunas11,6 cm, jumlah daun sebesar 6,8 daun,panjang daun 5,9 cm, jumlah akar 8,3 akar,serta panjang akar 9,0 cm.Penelitian ini bertujuan, mempelajaripengaruh beberapa taraf komposisi mediatumbuh dengan bahan dasar komposisi mediaVW, pupuk organik cair (Yoga), ZPT eksogensitokinin (BAP), pisang ambon dan air kelapaterhadap pertumbuhan tunas angrek Bulan(Phalaenopsis amabilis), untuk mencapaitujuan mendapat media alternatifperbanyakan in vitro anggrek Bulan(Phalaenopsis amabilis)dengan bahan yangmudah diperoleh dan harga murah dalamwaktu singkat jumlah banyak. Sedangkankegunaan dari hasil penelitian ini diharapkanmenjadi bahan informasi untuk penelitiselanjutnya dan pihak yang membutuhkanya.

BAHAN DAN METODEPenelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan(Mei – September 2013) dilakukan diLaboratorium Kultur Jaringan PoliteknikNegeri Jember. Sebagai sumber bahan eksplanpada penelitian ini adalah planlet sterilanggrek bulan Phalaenopsis amabilis dariSimanis Orchid, Malang yang sudah berumur 1tahun. Media dasar proliferasi yang digunakanadalah medium VW (Vacint and Went) danpupuk organik cair Yoga (POY) 10 mL/ Lmedia, bahan tambahan ekstrak pisangambon, 20 g/l sukrosa. Sebagai bahanpemadat digunakan agar (7 g/L). Zat pengaturtumbuh yang digunakan BAP. Bahansterilisasi eksplan meliputi, Bayclin (NaOCl),alkohol 70 % dan aquades steril.Variabel yang diamati dalam penelitian iniadalah laju multiplikasi eksplan (jumlah tunas,jumlah plb, jumlah daun, jumlah akar danjumlah total tunas) pada tahap multiplikasi,dan tahap pembesasan planlet.

Percobaan menggunakan Rancangan AcakLengkap (RAL) dengan 6 macam perlakuanyang terdiri atas : Media VW (ditambah BAP 2mg/L; air kelapa 150 mL/L dan ekstrak pisangambon 50 g/L) dan media POY (ditambahBAP 2 mg/L; air kelapa 150 mL/L dan ekstrakpisang ambon 50 g/L)Rancangan yang digunakan adalahRancangan Acak Lengkap. Setelah uji F makaakan diuji Beda Nyata Jujur dengan taraf 5 %.Percobaan ini dilaksanakan dengan 20ulangan setiap perlakuan. Satu uniteksperimen pada percobaan ini berupa satueksplan dalam setiap botol. Data yangdiperoleh dianalisis ragam mengunakanprogram SASHASIL DAN PEMBAHASAN

Multiplikasi Tunas. Kultur angrek bulan(Phalaenopsis amabilis) yang dicobamemperlihatkan proliferasi pada mediumperlakuan. Secara bertahap terjadipeningkatan jumlah tunas (multiplikasi)sesuai dengan tingkatan sub kultur. MenurutArinaitwe et al. (2000), jaringan eksplanmampu berproliferasi bila diinduksi sitokinindari luar. Hasil analisis ragam responmultiplikasi tunas terhadap perbedaankomposisi bahan media yang digunakanterhadap total tunas tidak menunjukan hasilbeda nyata secara statistik. Berarti perbedaankomposisi media yang dibuat bukan berartitidak mampu memberikan respon dalammempengaruhi proliferasi sel secara nyata,pertumbuhan jumlah tunas bertambah padasubkultur pertama (2 minggu)dan subkulturke 2 (minggu ke 6) dari asal 1 tunasbertambah menjadi 2 tunas, walaupunpeningkatan belum mampu menunjukan bedanyata (Tabel 1).Aktivitas sitokinin eksogen menjelaskanuptake rate atau respon dari jaringan eksplandan adanya pengaruh akumulasi ZPTeksogenpada jaringan eksplan mengikuti tahapansubkultur sehingga translokasi ZPTtersebutakan mempengaruhi proses metabolismepertumbuhan dan perkembangan tunas(Blakseley, 1991; Arinaitwe et al., 2000), jugatergantung level auksin dan sitokinin endogendari eksplan (Barker dan Steward, 1962;Zaffari et al., 2000; Wong, 1986).

Page 61: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

185 Kasutjianingati dan Irawan J. AGROTEKNOSZPTeksogen diberikankan guna memberiperimbangan terhadap hormon indogen agarmampu mempengaruhi dediferensiasi selmeristematis kembali, mempengaruhi responfisiologis sebagai pendorong pembelahan danperpanjangan sel saat multiplikasi dan saatmorfogenesis tunas (pertumbuhan danperkembangan bagian atas) dan pembentukanakar (kesempurnaan organ bawah).Kandungan komposisi dari air kelapa danpisang ambonpada media dasar pada hasilpenelitian pengaruhnya diperkirakan setaradengan BAP 2 mg/L terhadap metabolismeanggrek bulan. Energi pertumbuhan

multiplikasi tunasselanjutnya yangseharusnya diharapkan terpusat padapembelahan sel dan pendewasaan sel ataujaringan sehingga mampu menghasilkanpenambahan jumlah tunas, nampaknyamenjadi terbagi ke arah perkembangan organbagian atas (daun) yang seimbang denganperkembang organ bagian bawah(akar).Afriani (2006) menunjukkan bahwapada perbesaran planlet anggrek Dendrobiumsp, media dengan ekstrak pisang 50 g/lmenghasilkan planlet paling tinggi yaitu 3,2cm dan jumlah daun terbanyak (pada 24 MST).

Tabel 1. Respon multiplikasi tunas (jumlah tunas, PLB, jumlah akar dan jumlah daun) terhadapperbedaan komposisi bahan media yang digunakanPerlakuan Jumlah Tunas Jumlah PLB Jumlah Akar Jumlah DaunSubkultur minggu ke::2 :6 :2 :6 :2 :6 :2 :6VW +BAP 2mg/L 2.2 3.2 0.0 0.0 2.8ab 3.3 7.3a 8.6+Air kelapa 150mL/L 2.0 2.2 0.0 6.0 2.3bc 2.1 2.2b 2.8+Ps Ambon 50g/L 2.3 2.2 0.0 0.0 1.8c 3.6 2.3b 4.2POY +BAP 2mg/L 2.4 2.9 0.0 0.0 2.2bc 2.6 3.7b 3.8+Air kelapa 150mL/L 2.2 2.2 0.0 0.0 3.1 3.7 3.6b 4.7+Ps Ambon 50g/L 2.0 2.4 0.0 0.0 2.3 3.0 2.2b 3.3Air kelapa 150 ml/L pada media VWmampu mendorong pembentukanplb(protocorm like bodies) sebagai calontanaman. Protocorm adalah bentukan bulatyang siap membentuk pucuk dan akar sebagaiawal perkecambahan anggrek. Morel (1974)dan Gunawan (1995) menyatakan didalam airkelapa terkandung hormone sitokinin 5,8mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberalin yangdapat menstimulasi perkecambahan danpertumbuhan tanaman, berfungsi sebagaipenstimulir dalam proliferasi jaringan,memperlancar metabolisme dan respirasi.Oleh karena itu air kelapa mempunyaikemampuan besar untuk mendorongpembelahan sel dan proses deferensiasi.Menurut Bey dkk. (2006) perlakuan tunggalair kelapa dapat mempercepat munculnya plbpada tanaman anggrek bulan (Phalaenopsis

amabilis sp.).Hasil penelitian Syafi’i (2006)saat munculnya plb lebih cepat padaperlakuan tunggal air kelapa pada konsentrasi200 ml/L dimana plb tumbuh pada rentangwaktu 14 – 18 hsp pada tanaman anggrekbulan.

Penelitian Siska (2010) pada anggrek D.phalaenopsis, BAP 2 ppm menghasilkan jumlahtunas 2.50. Penelitian Muawanah (2005)menunjukkan bahwa penambahan ekstrakpisang pada media kultur anggrek Dendrobiumcanayo mendukung pertumbuhan tunasmenjadi lebih baik, di mana konsenrasi yangoptimum untuk pertumbuhan tunas adalah100 g/l. Menurut Arditti dan Ernst ( 1992 )bahwa dalam buah pisang terdapat hormonauksin dan giberalin. Giberalin berfungsiuntuk menginduksi tumbuhnya mata tunasyang dorman (Wattimena et al., 1992).Ahmadi( 1996 ) melaporkan bahwa ekstrak pisangpada dosis 50 gr/L memberikan pengaruhnilai yang tertinggi terhadap parameter tinggitanaman, jumlah akar, panjang akar, panjangdaun, dan berat basah planlet anggrekdendrobium dibandingkan dengan dosis yanglebih tinggi.Keseimbangan nutrisi diperlukan dalammetabolisme pertumbuhan tanaman, dalamhal ini komposisi nutrisi dalam POY mampumengimbangi komposisi media VW. Vany(2011) menyatakan bahwa penambahan POCsebanyak 20 ml/l memberikan pengaruh

Page 62: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No. 3, 2013 Media Alternatif perbanyakan in-vitro Anggrek Bulan 186terhadap banyaknya jumlah tunas yangterbentuk yaitu 0,94 pada tanaman pegagan.Kombinasi POC 20 ml/l dan ekstrak meniran 5ml/l menunjukkan saat muncul tunas pegaganyaitu 9 HST.Morfogenesis Planlet Anggrek Bulan(Phalaenopsis amabilis)untuk Mencapai VigorSiap AklimatisasiMorfogenesis merupakan prosespembesaran tunas membentuk struktur organtanaman (tinggi tanaman/batang, daun danakar). Pada fase tersebut perlu diingat bahwapilihan terbaik bukan pada perlakuan yangmenghasilkan tunas terbanyak, tetapi pada

rasio perbanyakan yang cukup tinggi denganmutu tunas terbaik (kelayakan tunas) (Yusnita2003; Kasutjianingati 2004).Hasil analisis ragam variabel planletanggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) yangdisubkultur kembali ke medium MS0 dariberbagai perlakuan komposisi mediamultiplikasisebelumnya dapat dilihat di Tabel2. Hasil menunjukkan bahwa total planletpada semua perlakuan bertambah walaupunmenunjukan pengaruh yang tidak berbedanyata secara statistik. Kesempurnaanpendewasaan planlet diperoleh pada mediaMS0Tabel 2. Morfogenesis planlet umur 1 bulan (jumlah tunas, PLB, jumlah akar dan jumlah daun) padamedia MS0Perlakuan Jumlah Tunas Jumlah Akar Jumlah DaunVW +BAP 2mg/L 3.6 5.3 9.7+Air kelapa 150mL/L 7.9 4.4 6.8+Ps Ambon 50g/L 4.6 5.4 5.6POY +BAP 2mg/L 6.1 5.6 6.3+Air kelapa 150mL/L 3.2 4.3 6.7+Ps Ambon 50g/L 4.9 5.3 5.4Eksplan yang telah terinduksi biladisubkultur pada media M0 (tidak adapengaruh ZPT eksogen lagi) maka proliferasitunas akan mengarah pada pendewasaanjaringan dan terspesialisasi mengarahkebentuk kesempurnaan tunas mendorongperkembangan plb yang terbentuk untuktumbuh menjadi planlet sempurna. Jaringantanaman yang telah terinduksi sel-selnya akanberproliferasi dan akan mengalamideterminasi, akan berkembang mengarahkepembentukan organ bergantung padalingkungan baru (media subkultur berikutnya)tanpa sitokinin atau sitokinin rendah(Salisbury dan Ross 1995; Yusnita 2003).Konsistensi atau kestabilan perolehantunas ditingkat subkultur ditentukan olehkomposisi ZPT media yang digunakan.Umumnya makin meningkat frekuensisubkultur dengan konsentrasi ZPT sama, akanmeningkatkan level ZPT pada eksplan. Levelatau rasio sitokinin/auksin eksplan akanmenentukan arah pertumbuhan danperkembangan eksplan dan selanjutnya akanmempengaruhi total tunas. Tingginya totaltunas yang dihasilkan akan menentukan mututunas (jumlah tunas besar, tunas sedang, tunaskecil) (Kasutjianingati et al., 2010).

Memenuhikeberhasilan morfogenesisplanletanggrek bulan (Phalaenopsis amabilis)menjadi viabel(mampu diaklimatisasi) perlupenurunan level rasio sitokinin/auksin tunasuntuk mengarahkan pertumbuhan regenerandari fase pembelahan sel ke arah pembesarandan pemanjangan sel, pemanjangan tunas.Tunas-tunas atau plb hasildari tahapmultiplikasi disubkultur ke media lain yangmengandung sitokinin sangat rendah) atautanpa sitokinin (MS0) sampai planlet mampumenyempurnakan kembali organvegetatifnya,Hal ini sejalan dengan pendapatHaq dan Dahot (2007) yang menyatakanbahwa morfogenesis tunas ke arahpertumbuhan tunas yang viabel dan vigorperlu perubahan komposisi media dan waktupengkulturan media yang sesuai dengankarakter eksplan yang digunakan.SIMPULANDari hasil penelitian dapat ditarik beberapakesimpulan, sebagai berikut:1. Penggunaan pupuk organic cair sebagaimedia mampu menjadi media alternativekultur in vitroanggrek bulan (Phalaenopsis

amabilis).

Page 63: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

187 Kasutjianingati dan Irawan J. AGROTEKNOS2. Penambahan BAP 2 mg/L; air kelapa 150ml/L dan ekstrak pisang ambon 50 gr/Lmember pengaruh sama padapenambahan jumlah tunas, rata-rata 2tunas.3. Morfogenesis pada media MS0,meningkatkan jumlah planlet danmeningkatkan kesempurnaan planletanggrek bulan (Phalaenopsis amabilis).

DAFTAR PUSTAKAArinaitwe, G., P.R.Rubaihayo , M.J.S. Magambo.2000. Proliferation rate effects ofCytokinins on Banana (Musa spp.) cultivars.Scientia Horticulture 86:13-21.Afriani, A. T. 2006. Penggunaan Gandasil, AirKelapa dan Ekstrak PIsang padaPerbanyakan Tunas dan Perbesaran PlanletAnggrek Dendrobium (DendrobiumKanayo) secara In Vitro. Skripi. ProgramStudi Hortikultura, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal.Ahmadi, S. A. 1996. Pengaruh Berbagai Jenisdan Dosis Ekstrak Pisang terhadapPertumbuhan Protocorm AnggrekDendrobium pada Kultur In Vitro ( hasilpenelitian ). http://biotek.umm.ac.id. 29Juni 2012.Arditti, J. and R. Ernst. 1992. Micropropagationof Orchids. Departemen of Horticulture.Second Edition. Butterworth-HeinemannLtd. Jordan Hill. P.38.Badan Pusat Statistika, 2010. ProduksiTanaman Anggrek Tahun 2005 – 2009.Indonesia.Bey, Y., W. Syafii, Dan Sutrisna. 2006.Pengaruh pemberian Giberalin (GA3) danair kelapa terhadap perkecambahan bahanbiji anggrek bulan (Phalaenopsis amabilisBL.) secara in vitro. Jurnal Biogenesis. 2(2):41-46.Barker WG, Steward FC. 1962. Growth anddevelopment of the banana plant. thegrowing regions of the vegetative shoot.Ann. Bot. 26: 386-411.Blakseley D. 1991. Uptake and metabolism of6-benzyladenine in shoot culture of Musaand Rhododendron. Di dalam Inibap.Musarama. The international BibliographicAbstracts Journal on Banana and Plantain.vol. 9, No 1-June 1996. INIBAP: Parc

Scientifque Agropolis, Bat.73497Montpelier Codex 5, France. hal 8.Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur JaringanIn Vitro dalam Hortikultura. PenebarSwadaya: Jakarta.Haq,I., M.U. Dahot. 2007. Micro-PropagationEfficiency in Banana (Musa sp) underdifferent immersion systems. Pakistanjournal of Biological Sciences 10(5):726-733.Kasutjianingati. 2004. Pembiakan MikroBerbagai Genotipe Pisang (Musa Spp) danPotensi Bakteri Endofitik terhadap LayuFusarium (Fusarium Oxysporum F. Sp.Cubense). (Tesis). Sekolah Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor. Bogor.Kasutjianingati, Poerwanto R, Khumaida N,Efendi D. 2010. Kemampuan pecah tunasdan kemampuan berbiak mother plantpisang Rajabulu (AAB) dan pisang Tanduk(AAB) dalam medium inisiasi in vitro.Agriplus. Vol 20, No.01.Morel, G.M. 1974. Clonal Multiplication ofOrchid. The Orchid Scientific Studies.Wiley-Interscience Publication. JohnWileyand Sons, New York.Muawanah, G. 2005. Penggunaan PupukHyponex, Ekstrak Tomat dan EkstrakPisang dalam Perbanyakan dan PerbesaranPlanlet Anggrek Dendrobium (Dendrobiumcanayo) secara In Vitro. Skripsi. ProgramStudi Hortikultura, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.Salisbury FB, Ross CW. 1995. FisiologiTumbuhan.Jilid 3. Lukman DR danSumarjono, penerjemah. ITB . Bandung.Siska, D.M. 2010. Pengaruh PemberianHormon IAA dan BAP TerhadapPertumbuhan Tunas Anggrek Dhendrobiumphalaenopsis Secara In Vitro. FKIP Biologi.Universitas Riau.Syafii, W, Sutrisna. 2006. Pengaruh PemberianGiberalin ( GA3 ) dan Air Kelapa TerhadapPerkecambahan Bahan Biji Anggrek Bulan(Phalaenopsis amabilis BL ) Secara In Vitro.FKIP. Universitas Riau.Ummi, M. 2008. Ekstrak Pisang sebagaiSuplemen Media MS dalam Media KulturTunas Pisang Rajabulu (Musa Paradisiciana. L. ABB GROUP) In Vitro. FakultasPertanian. Institut Pertanian Bogor. 2008.30 Juni 2012.

Page 64: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No. 3, 2013 Media Alternatif perbanyakan in-vitro Anggrek Bulan 188Vany Siskayanti. 2011. Uji BerbagaiKonsentrasi ( Ekstrak Mahkota Dewa danMeniran) serta Penambahan PupukOrganik Cair pada Pertumbuhan TunasPegagan ( Centella asiatica L.) Secara InVitro. Fakultas Pertanian. UniversitasSebelas Maret. Surakarta.Widiastoety, D. 2001. Perbaikan genetik danperbanyakan bibit secara in vitro dalammendukung pengembangan anggrek diIndonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 2 ( 4 ): 138-143.Wong WC. 1986. In vitro propagation ofbanana (Musa spp.): initiation, proliferationand development of shoot-tip cultures ondefined media. Plant cell. Tissue and OrganCulture. 6: 156-166. Martinus Nijhoffpublisher, Dordrecht. NetherlandsYusnita, Edy A, Kurniawai D, Koeshendarto,Rugayah, Hapsoro D. 1997. Pembiakan invitro dan aklimatisasi planlet pisang RajaSere. Agrotropika: volume II (1):6-12Yusnita. 2003. Kultur Jaringan. CaraMemperbanyak Tanaman secara Efisien.Agromedia Pustaka. Jakarta.Zaffari GR, Kerbauy GB, Kraus JE, Romano EC.2000. Hormonal and histological studiesrelated in vitro babana bud formation. plantCell, Tissue and organ culture. 63: 187-192.Zulfan, E.N. 2010. Penggunaan PupukPelengkap Cair dan NAA Pada MediaSubkultur Anggrek (Dendrobium sp).Fakultas Pertanian. Universitas Andalas.Padang.

Page 65: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

JURNAL AGROTEKNOS Nopember 2013Vol. 3 No. 3ISSN: 2087-7706PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL

PENGIRIMANJurnal Agroteknos menerbitkan artikelilmiah hasil penelitian dasar dan terapan5 (lima) tahun terakhir, serta artikel telaah(review) tentang ilmu dan teknologi budidayatanaman, pengendalian organismepengganggu tanaman serta pengelolaansumberdaya alam pertanian. Artkel yangdikirim belum pernah dipublikasikan atautidak dalam proses penerbitan dalampublikasi ilmiah lain.Penulisan artikel dapat disampaikan dalambahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.Naskah yang formatnya tidak sesuai denganpedoman penulisan Jurnal Agroteknos danyang ditulis tidak sesuai dengan kaedahBahasa Indonesia atau Bahasa Inggris akanditolak dan Editor tidak berkewajiban untukmengembalikan naskah tersebutPenulis diminta mengirimkan tigaeksemplar naskah asli beserta dokumen file didalam compact disc (CD) atau melalui e-maildari naskah tersebut yang harus disiapkandengan program Microsoft Word. Pada CDdituliskan nama penulis dan nama dokumen.Penulis berkewajiban untuk mengecekkeberadaan dan kemudahan dokumen untukdibuka di komputer lain dan tidakmengandung virus. Naskah akan ditolak tanpaproses jika persyaratan ini tidak dipenuhi.Naskah dan CD dapat diantar langsung ataudikirimkan ke:Editor Jurnal Agroteknos

d/a. Jurusan Agroteknologi FP-UHOKampus Bumi Tridharma

Jl. H. E.A. Mokodompit, Kendari 93232E-mail: [email protected] naskah harus disertai dengansurat resmi dari penulis utama/korespondensi(corresponding author) yang harus berisikandengan jelas mengenai nama penuliskorespondensi, alamat lengkap untuk surat-menyurat, nomor telepon dan faks, sertaalamat E-mail dan telepon genggam(handphone, HP). Penulis korespondensi

bertanggung jawab atas isi naskah danlegalitas pengiriman naskah yangbersangkutan. Naskah juga sudah harusdiketahui dan disetujui oleh seluruh anggotapenulis.FORMAT

UmumSeluruh bagian naskah termasuk abstrakdiketik pada kertas HVS A4 dengan margin 2cm, spasi 1,5 sentimeter kecuali Abstract,Tabel, Keterangan Gambar, Daftar Pustaka danketerangan lain diketik satu spasi. Pengetikandilakukan dengan menggunakan huruf bertipeTimes New Roman berukuran 12 point.Grafik dan gambar garis (line drawing)lainnya dibuat dengan menggunakan programgrafis yang dicetak dengan plotter ataupencetak laser (laser printer). Gambarfotografis diutamakan hitam putih dicetakjelas dan dengan resolusi tinggi, diharapkanjumlah foto dibatasi. Gambar (garis maupunfoto), dan tabel diberi nomor urut sesuaidengan letaknya dan diberi keterangan yangditulis di luar bidang gambar yang akandicetak. Nama ilmiah jasad (binomial) dicetakmiring.Setiap halaman diberi nomor secaraberurutan. Artikel yang berupa telaahmaksimal 12 halaman sebagai naskahsinambung tanpa subjudul Bahan dan Metode,Hasil, dan Pembahasan. Artikel berupa hasilpenelitian ditulis maksimum sebanyak 15halaman termasuk tabel dan gambar, dengansusunan naskah sebagai berikut:

Judul. Pada halaman judul tuliskan judul,nama setiap penulis, nama dan alamat institusibagi masing-masing penulis, dan catatan kakiyang berisikan tentang terhadap siapakorespondensi dilakukan, termasuk nomortelepon dan faks serta alamat e-mail. Naskahberbahasa Indonesia disertai dengan judulbahasa Inggris atau sebaliknyaAbstract. Abstract ditulis dalam bahasaInggris jika naskah ditulis dalam bahasaIndonesia atau sebaliknya. Abstract/abstrakpaling banyak terdiri atas 200 kata. Abstrakberisi ringkasan pokok bahasan lengkap dari

Page 66: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3 No.3, 2013 J. AGROTEKNOSkeseluruhan naskah tanpa harus memberiketerangan terperinci dari setiap bab. Hindaripenggunaan singkatan. Kata kunci denganjudul “Keywords” ditulis dalam Bahasa Inggrisdi bawah abstrak.Pendahuluan. Bab ini harus memberikanlatar belakang yang mencukupi sehinggapembaca dapat memahami dan dapatmengevaluasi hasil yang dicapai daripenelitian yang dilaksanakan. Gunakanpustaka yang benar-benar dapat mendukungpengungkapan latar belakang. Pendahuluanharus berisi latar belakang dan tujuanpenelitian.Bahan dan Metode. Bab ini harus berisiinformasi teknis yang cukup sehingga oranglain dapat berhasil mengulangi percobaandengan teknik yang dikemukakan. Uraikansecara lengkap jika metode yang digunakanmerupakan metode baru. Demikian jugasebutkan dengan jelas jika peralatan, bahandan galur mikroba yang tidak umumdigunakan.Hasil. Bab ini berisi hanya hasil-hasilpenelitian baik yang disajikan dalam bentuktubuh tulisan, tabel, maupun gambar.Hindarkan penggunaan grafik secaraberlebihan bila dapat disajikan dalam bentuktubuh tulisan singkat. Batasi penggunaanfotograf, sajikan yang nyata-nyata mewakilihasil penemuan. Beri nomor gambar dan tabelsecara berurutan.Pembahasan. Bab ini berisi interpretasidari hasil penelitian yang diperoleh danpembahasan yang dikaitkan dengan hasil-hasilyang pernah dilaporkan. Pengulanganpenyajian metode dan hasil penelitian sertahal-hal yang telah diungkapkan di BabPendahuluan harus dihindarkan. (atau hasildan pembahasan digabung sehingga menjadi

Hasil dan Pembahasan)Simpulan. Bab ini berisi simpulan hasilpenelitian yang telah dilakukan, ditulis secarasingkat dan jelas.

Ucapan Terima Kasih. Bab ini dapatdigunakan untuk menyebutkan sumber danapenelitian yang hasilnya dilaporkan padajurnal ini dan untuk memberi penghargaankepada institusi atau orang yang membantudalam pelaksanaan penelitian dan ataupenulisan laporan.Daftar Pustaka. Daftar Pustaka ditulismemakai sistem nama tahun dan disusunsecara abjad.

Beberapa contoh penulisan sumber acuan:

JurnalSingh, P.P., C.S. Shin, dan Y.R. Chung. 1999.Biological control of Fusarium wilt ofcucumber by chitinolitic bacteria.Phytophatol. 89:92-99.

BukuAlexopoulus, C.J., C.W. Mims, dan M. Blackwell.1996. Introductory Mycology 4th edition.John Wiley and Sons Inc. New York.Bab dalam BukuThomashow, L.S. dan D.M. Weller. 1996.Current conseptin the use of introducedbacterial for biological diseases control:mechanism and antifungal metabolities,pp.187-235. dalam Stacey, G. dan N.T. Keen(Eds), Plant microbe Interaction, vol. 1. NewYork, Chapman and Hall.SkripsiHerdiana, N. 2000. Pengaruh PenambahanPasir pada Media Tanam Tanah PodsolikMerah Kuning terhadap Serangan PatogenLodoh Rhizoctonia solani pada BeberapaTingkat Umur Semai Acacia crassicarpa[Skripsi] Bogor. Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor.

Page 67: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Vol. 3, 2013 J. AGROTEKNOS

UCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para Mitra Bestari yangtelah diundang oleh Jurnal AGROTEKNOS untuk menelaah artikel yang terbit padaVolume 3 Tahun 2013, yaitu:Prof. Dr. Ir. Muh. Taufik, M.Si(Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari)Dr. Ir. M. Tufaila, M.P(Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari)Dr. Ir. H. Andi Khaeruni, M.Si(Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari)Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr(Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari)Dr. Ir. Gusti Ayu K. Sutariati, M.Si(Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari)Dr. Ir. Teguh Wijayanto, M.Sc(Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari)Dr. La Ode Muhammad Harjoni Kilowasid., S.P., M.Si(Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari)Dr. La Ode Afa, S.P., M.Si(Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari)

Page 68: ISSN:2087-7706 AGROTEKNOS - 118.97.35.230118.97.35.230/lemlit/jurnal/28.pdf · Jurnal Agroteknos diterbitkan sebagai media komunikasi dan forum pembahasan ilmiah masalah pertanian,

Daftar IsiJURNAL AGROTEKNOSVol. 3 No.3. Nopember 2013

Artikel:Pengaruh Pemberian Berbagai DosisGliokompos terhadap Pertumbuhan danProduksi Tanaman Cabai Merah (Capsicumannuum L.)

La Ode Safuan, Tresjia C. Rakian,Endi Kardiansa 127-132Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskula danNutrisi Organik terhadap PertumbuhanTanaman Cabai Merah Besar (Capsicumannuum L.)

Makmur Jaya Arma, Risnawati,Gusnawaty H.S. 133-138Uji Potensi Trichoderma IndigenousSulawesi Tenggara sebagai Biofungisidaterhadap Phytophthora capsici secara In-Vitro

Gusnawaty H.S., Asniah,Muhammad Taufik, Faulika 139-143Efektivitas Limbah Cair Pertanian sebagaiMedia Perbanyakan dan Formulasi Bacillussubtilis sebagai Agens Hayati PatogenTanaman

Andi Khaeruni, Asrianti, AbdulRahman 144-151Perakitan Pupuk Alam Berbasis SumberdayaLokal untuk Meningkatkan EfisiensiPemupukan P dan K Serta Hasil Kedelai diTanah Masam

M. Tufaila, Syamsu Alam 152-162Hubungan Kekerabatan Aksesi Pisang Kepok(Musa paradisiaca Formatypica) diKabupaten Muna Berdasarkan KarakterMorfologi dan Penanda RAPD

Teguh Wijayanto, Dirvamena Boer,La Ente 163-169The Study on Contribution of Temperatureand Solar Radiation Intensity to FrogeyeDisease Development on Tobacco Ahmad Rafiqi Tantawi, BambangHadisutrisno, Haryono Semangun,I. Hartana, Lisnawita 170-177Karakterisasi Biokimiawi Rizobakteri AsalGulma Berdaun Lebar yang Berpotensisebagai Deleterious Rhizobacteria Asniah, Tresjia C. Rakian, Muhidin,Gusnawaty H.S., Sri Wangadi 178-182Media Alternative Perbanyakan In-VitroAnggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) Kasutjianingati, Rudi Irawan 183-188

DITERBITKAN OLEH:JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAPERTA UNHALU

PERAGI CABANG SULAWESI TENGGARATERBIT 3 KALI SETAHUN

Keterangan gambar sampul:Produksi Cabai Tanpa dan Denganperlakuan Gliokompos (lihat artikelhalaman 127)