jurnal skripsi q
TRANSCRIPT
PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN PERIODE 2003-2005
Oleh : Arista Wahyuningrum
STIE Widya Manggala Semarang
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine empirically the influence of dividend policy and SBI interest rate toward tock price. The population of this research is the banking company’s listed in ICMB from 2003 up to 2005. While the sample of this research is 15 banking companies which report their financial statement to BAPEPAM or BEJ continuously. The writer uses purposive sampling as the sampling technique. Then, the analysis instruments in this research are multiple linear regressions, normality test, and classic assumption test.
Based on the partial hypothesis test, there are two results. First, it shows that dividend policy measured from DPR has significant influence toward stock price with t value 4.245 > t table 2.020. Then, DPS also indicates the significant influence toward stock price. It is proved by t value 9.072 > t table 2.020. Second, it shows that SBI interest nite has negative significant influence toward stock price. It is proved by the value of t -2.129 > t table -2.020.
The simultaneous hypothesis test shows that there is significant influence of dividend policy (X1) and SBI interest rate (X2) toward tock price with F value 29.936 F table 2.83.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Aktifitas perdagangan saham di Bursa Efek ditunjukkan oleh semakin maraknya
perubahan harga saham. Semakin meningkatnya harga suatu saham menyebabkan kondisi
ekonomi menjadi baik sehingga para pemodal menilai investasi dalam bentuk saham akan
sangat menguntungkan ( Ang. 2001 ). Dalam memperkirakan harga saham terdapat dua
macam analisis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Salah satu tolok ukur tingkat
kemakmuran pemegang saham berupa harga pasar saham. Pelaksanaan kedua fungsi utama
manajer keuangan beserta keputusan yang diambil pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Faktor eksternal berkaitan dengan fundamental makro yang mencerminkan
fundamental makro dapat dijadikan pedoman dalam menentukan harga saham. Salah satu
faktor fundamental makro adalah suku bunga Sertifikat bank indonesia ( SBI ). Selama ini
investor lebih suka menempatkan dana di SBI karena instrumen ini merupakan risk free rate
artinya suku bunga pada suatu investasi yang tidak mengandung resiko dimana didalamnya
sudah terkandung faktor inflasi ( Ang. 2001:20.10 ). Suku bunga SBI merupakan patokan
untuk menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito, dan kredit. Jika suku bunga SBI
tinggi secara signifikan akan berimbas pada kenaikan suku bunga tabungan, deposito, dan
kredit. Suku bunga tinggi menjadi masalah serius, ini terjadi pada tahun 1998 ketika suku
bunga SBI yang ditentukan Bank Indonesia mencapai prosentase diatas 50%. Hal tersebut
dilakukan untuk mengantisipasi inflasi supaya nilai tukar tidak makin liar dan mengurangi
jumlah uang beredar.
Suku bunga SBI merupakan faktor yang mempengaruhi harga saham secara tidak
langsung. Menurut Bolten dan Weigand ( 1998 ) dalam Herlina ( 2006 ) ada beberapa hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa harga saham berhubungan negatif dengan tingkat suku
bunga, pada saat tingkat suku bunga rendah membawa pengaruhyang positif terhadap harga
saham. Pada saat SBI turun, investor akan menarik uang dari bank dan menginvestasikan
dalam saham dengan harapan memperoleh gain sehingga harga saham naik. Penurunan suku
bunga SBI memberi peluang kepada perbankan untuk mendapatkan keuntungan dari
penjualan saham sehingga diharapkan berimbas pada kenaikan harga saham. Sebaliknya, jika
suku bunga SBI tinggi menjadi daya tarik investor untuk membeli SBI sehingga permintaan
investasi pada SBI meningkat yang berdampak menurunnya permintaan saham perbankandan
harga saham akan turun.
Begitu pula dengan perusahaan perbankan, merupakan salah satu perusahaan yang
turut serta dalam pasar modal. Terjadinya krisis moneter diikuti dengan krisis ekonomi yang
dihadapi telah membawa dampak langsung terhadap kegiatan di pasar modal, hal itu
tercermin pada merosotnya harga saham beberapa perusahaan baik perusahaan besar maupun
kecil yang telah terdaftar di bursa efek, termasuk didalamnya meliputi sejumlah perusahaan
bank. Dengan terjadinya kenaikan maupun penurunan pada perusahaan perbankan tersebut,
maka hal itu berdampak pada harga saham ( closing price ).
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijakan deviden terhadap harga
saham pada perusahaan perbankan periode 2003-2005 ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga SBI terhadap
harga saham pada perusahaan perbankan periode 2003-2005 ?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kebijakan deviden dan tingkat suku
bunga SBI secara bersama-sama terhadap harga saham pada perusahaan perbankan
periode 2003-2005 ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh yang signifikan antara kebijakan
deviden terhadap harga saham pada perusahaan perbankan selama periode 2003-2005.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh yang signifikan antara tingkat
suku bunga SBI terhadap harga saham pada perusahaan perbankan selama 2003-2005.
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh yang signifikan antara kebijakan
deviden dan tingkat suku bunga SBI secara bersama-sama terhadap harga saham pada
perusahaan perbankan selama periode 2003-2005.
II. Landasan Teori
Harga Saham
Harga saham yang terjadi dipasar ditentukan oleh kesepakatan antara penjual dan
pembeli sebelum bertemu, masing-masing telah menetapkan harga yang pantas untuk sebuah
saham berdasarkan analisa dan evaluasi terhadap kondisi dan prospek emiten kemudian
melakukan transaksi sampai disepakati tingkat harga yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Penentuan harga saham dilakukan untuk dapat memperoleh tingkat keuntungan yang
menarik dalam berinvestasi saham. Walaupun sulit bagi pemodal untuk dapat terus menerus
mengalahkan pasar dan memperoleh tingkat keuntungan diatas normal. Namun, upaya untuk
merumuskan bagaimana menentukan harga saham tetap penting dilakukan.
Saham akan mempunyai nilai jual yang tinggi apabila saham tersebut diterbitkan oleh
perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan laba yamg tinggi. Begitu sebaliknya, jika
perusahaan tersebut dalam kondisi resesi maka harga saham tersebut akan turun. Harga
saham di bursa akan ditetapkan oleh kekuatan pasar, yang berarti saham akan tergantung dari
kekuatan permintaan dan penawaran.
Faktor yang mempengaruhi harga saham
Menurut Husnan ( 2001 ) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham di pasar adalah :
a. Taksiran tentang penghasilan yang akan diterima investor.
b. Besarnya tingkat keuntungan yang diisyarakatkan oleh para investor yang dipengaruhi
oleh keuntungan yang bebas resiko yang ditanggung investor.
Kebijakan Deviden
Deviden merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau
equity investor ( Riyanto, 2003:265 ). Sedangkan Gallagher dan Andrew ( 1995 ) dalam
Handoyo ( 2002 ) mengungkapkan bahwa devidends are the cash payment that corporations
make to their common stockholders ( deviden adalah pembayaran langsung dari perusahaan
kepada pemegang saham mereka ). Dengan demikian dividen merupakan kas yang berasal
dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham.
Weston dan Copeland ( 1992 ) dalam Handoyo ( 2002 ) menyatakan bahwa dividend
policy determines the division of earnings between payments to stockholders and
reinvestment in the firm ( kebijakan deviden menentukan pembagian penghasilan antara
pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke perusahaan ). Lebih lanjut
Weston et al. ( 1996 ) dalam Handoyo ( 2002 ) mengungkapkan bahwa dividend policy
involves the decision to pay out earnings or to retain them for investment in the firm
( kebijakan deviden melibatkan keputusan pembayaran penghasilan atau untuk menahan
investasi di perusahaan ).
Sementara itu menurut Sartono ( 1990 ) dalam Handoyo ( 2002 ) kebijakan deviden
adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang
saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba yang ditahan guna pembiayaan
investasi di masa yang akan datang. Husnan ( 2001:381 ) mengungkapkan bahwa kebijakan
deviden menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham yang
pada dasarnya dapat dibagikan sebagai deviden atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Menurut Kolb ( 1983 ) dalam Haryani ( 2004 ), Kebijakan deviden ( dividend policy )
adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan
yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali
( reinvestment ) atau ditahan ( retained ) didalam perusahaan. Kebijakan deviden penting
karena 2 alasan, yaitu : pertama, pembayaran deviden mungkin akan mempengaruhi harga
saham. Kedua, pendapatan yang ditahan ( retained earning ) biasanya merupakan sumber
tambahan modal sendiri ( equity capital ) yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan
perusahaan. Kedua alasan tersebut merupakan 2 sisi kepentingan perusahaan yang agak
kontroversial. Agar keduanya dapat terpenuhi secara optimal, manajemen perusahaan harus
memutuskan secara hati-hati dan teliti mengenai kebijakan deviden yang akan dipilih.
Berdasarkan pendapat para penulis diatas maka dapat dikemukakan bahwa kebijakan
deviden adalah keputusan seberapa besar laba yang menjadi hak pemegang saham yang akan
dibagikan sebagai deviden dan seberapa besar yang dijadikan laba yang ditahan untuk
diinvestasikan kembali kedalam perusahaan agar perusahaan memperoleh pertumbuhan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden suatu perusahaan dapat
disebutkan antara lain sebagai berikut ini ( Jogiyanto, 2000 ) :
1) Posisi Likuiditas
Posisi kas atau likuiditas dari perusahaan merupakan faktor yang penting yang
harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya
deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham, oleh karena itu deviden
merupakan “ cash flow “ maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti
semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Suatu perusahaan sedang
tumbuh, mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari
dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, dengan demikian kemampuan
untuk membayar cash dividend sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu
perusahaan ditentukan oleh keputusan-keputusan dibidang investasi dan cara
pemenuhan kebutuhan dananya. Dari uraian diatas, maka makin kuat posisi likuiditas
suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana sewaktu-waktu mendatang makin
tinggi, “ dividend payout ratio “.
2) Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi
baru untuk membiayai perluasan perusahaan,sebelumnya harus sudah direncanakan
bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat dilunasi pada
hari jatuh temponya dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru ( refunding of
debit ). Atau alternatif lain, yaitu perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang
berasal dari keuntungan untuk melunasi utang tersebut.
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari
laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya atau
earning yang dapat dibayarkan sebagai deviden. Dengan kata lain sering melihat
adanya klausul atau syarat yang bersifat “ protective “dalam pinjaman obligasi atau
bentuk pinjaman lainnya yang mengandung pembatasan tentang pembayaran deviden.
3) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan
dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana
untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut
biasanya lebih senang menahan “earning “ dari pada dibayarkan sebagai deviden
kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan
makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh
keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang
berarti makin rendah “dividend payout ratio“.
4) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Faktor penting lainnya yaitu “ control “ atau pengawasan terhadap perusahaan.
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan
dana yang berasal dari sumber intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar
pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil
penjualan saham baru akan melemahkan “ control “ dari kelompok dominan di dalam
perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan utang akan memperbesar
resiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha
mempertahankan “ control “ terhadap perusahaan, berarti mengurangi “dividend
payout ratio “.
Pembayaran deviden barangkali merupakan alat komunikasi langsung yang
penting kepada pasar mengenai kesehatan ekonomi ( economic health ) sebagian
perusahaan. Pembayaran deviden yang stabil dapat diinterpretasikan sebgai satu sinyal
bahwa perusahaan tersebut berada dalam kondisi sehat. Manajemen umumnya tidak
akan menaikkan deviden jika ia tidak yakin bahwa jumlah tersebut tidak dapat
ditingkatkan, minimal dipertahankan dimasa yang akan datang. Dengan demikian, satu
kenaikan deviden memberikan sinyal bagi pemodal yang menggambarkan keyakinan
manajemen bahwa laba dan arus kas ( cash flow ) perusahaan telah tumbuh secara
permanen.
Interpretasi pasar mengenai kandungan informasi ( information content ) deviden
adalah sangat penting karena berkaitan dengan seluruh pemaksimalan
( maximazing ) nilai per lembar saham perusahaan. Oleh karenanya, manajemen tidak
akan memberikan sinyal yang keliru ( misleading ) sebab kekeliruan akan
mengakibatkan kehancuran yang berlipat bagi perusahaan di masa yang akan datang
( Jogiyanto, 2000 ).
Sertifikat Bank Indonesia ( SBI )
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai
rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer ( uang kartal dan uang giral di
Bank Indonesia ) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah.
Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia terdiri dari :
a. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka
waktu 1 dan 3 bulan.
b. Denominasi : dari yang terendah Rp. 50 juta sampai dengan tertinggi Rp. 100 miliar.
c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan
Rp. 50 juta.
d. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus berikut ini :
Nilai nominal x 360
360 + ( tingkat diskonto x jangka waktu )
e. Pembelian SBI memperoleh hasil berapa diskonto yang dibayar dimuka.
Besarnya diskonto adalah nilai nominal dikurangi dengan nilai tukar.
f. Pajak Penghasilan ( PPh ) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %.
Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ( SBI )
Dalam pelaksanaan lelang Sertfikat Bank Indonesia yang diadakan setiap hari rabu
masing-masing peserta mengajukan penawaran jumlah Sertifikat Bank Indonesia yang ingin
dibeli serta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan
penawaran tingkat diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang
diumumkan tercapai. Mula-mula tingkat Sertifikat Bank Indonesia ditentukan oleh Bank
Indonesia, tetapi kemudian ditentukan oleh mekanisme pasar dengan cara lelang dipasar.
Semakin rendah suku bunga yang ditawarkan oleh peserta lelang, maka semakin besar
kemungkinan peserta tersebut akan memenangkan lelang. Naik turunnya tingkat suku bunga
SBI yang telah ditetapkan sebagai salah satu kebijakan moneter, akan berdampak pula pada
perubahan tingkat suku bunga yang tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh masing-masing
bank.
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data
( Sugiyono, 2001:51 ). Maka hipotesis yang diajukan adalah :
1. Ho : β1 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kebijakan deviden terhadap
harga saham pada Perusahaan perbankan.
Ha : β1 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan kebijakan deviden terhadap harga
saham pada Perusahaan perbankan.
2. Ho : β2 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan tingkat suku bunga SBI
terhadap harga saham pada perusahaan perbankan.
Ha : β2 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat suku bunga SBI terhadap
harga saham pada Perusahaan Perbankan.
3. Ho : β1,β2 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kebijakan deviden dan tingkat
suku bunga SBI secara simultan terhadap harga saham pada
Perusahaan perbankan.
Ha :β1,β2 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan kebijakan deviden dan tingkat suku
bunga SBI secara simultan terhadap harga saham pada Perusahaan
perbankan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini obyek yang diambil adalah di Perusahaan Perbankan yang
terdaftar di BEJ, dengan mengambil data di lokasi Bursa Efek Jakarta Pojok UNDIP
Semarang.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas ( Variabel Independent )
Yaitu sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor didalamnya menentukan atau
mempengaruhi adanya variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebas yaitu :
1. Kebijakan deviden ( X1 )
2. Tingkat suku bunga SBI ( X2 )
b. Variabel tergantung ( Variabel Dependent )
Yaitu sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor yang didalamnya ditentukan
atau dipengaruhi oleh adanya variabel yang lain.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah harga saham ( Y ).
Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Bebas ( Independent Variebel )
1. Kebijakan deviden ( X1 )
Adalah kebijakan deviden menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak
para pemegang saham yang pada dasarnya dapat dibagikan sebagai deviden atau
ditahan untuk diinvestasikan kembali, dimana kebijakan deviden dapat diukur
melalui :
1) Data devidend per share ( DPS ) pada perusahaan perbankan selama tahun 2003-
2005.
2) Data devidend Payout Ratio ( DPR ) pada perusahaan perbankan selama tahun
2003-2005.
2. Tingkat suku bunga SBI ( X2 )
Adalah tingkat suku bunga yang berlaku di Bank Pemerintahan. Adapun
indikatornya adalah : suku bunga Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ) setiap tahun
selama periode penelitian 2003-2005. Data mengenai tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia ( SBI ) diukur dengan angka prosentase dan berskala rasio. Data
tersebut diambil dari www.bi.go.id
b. Variabel Terikat ( Dependent Variabel ) ( Y )
Harga saham merupakan harga dari suatu saham yang diperjual belikan di bursa efek,
yang mana nilainya diukur dalam mata uang dengan melalui proses permintaan dan
penawaran. Adapun indikatornya adalah harga penutupan ( closing price ) saham
periode 2003-2005 pada perusahaan perbankan.
Pengambilan sampel
Sampel adalah bagian kecil dari suatu populasi yang kaarakteristiknya hendak diselidiki
dan dianggap dapat mewakili dari keseluruhan populasi. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek
Jakarta selama 3 tahun dari tahun 2003-2005 sebanyak 15 perusahaan.
Teknik Analisis Data
Didalam penelitian ini digunakan dua analisis yaitu analisis deskriptif dan kantitatif.
Adapun masing-masing dari pengertian tersebut adalah sebagai berikut :
Analisis Deskriptif
Yaitu analisis yang ditunjukkan pada perkembangan dan pertumbuhan dari suatu
keadaan dan hanya memberikan gambaran tentang keadaan tertentu dengan cara menguraikan
tentang sifat-sifat dari obyek penelitian tersebut ( Umar, 2002:36 ).
Analisis Kuantitatif
Yaitu suatu analisis data yang diperlukan terhadap data kemudian dilakukan analisa
berdasarkan metode statistik dan data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori
tertentu untuk mempermudah dalam menganalisa. Alat analisis yang digunakan adalah :
1. Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam data, variabel terikat dengan variabel bebas
keduanya mempunyai hubungan distribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah
memilki distribusi data normal atau mendekati normal ( Ghozali, 2001:28 ). Uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian adalah :
a. Analisis grafik
Yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Pada
prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram dari residualnya.
Menurut Ghozali ( 2001:76 ) dasar pengambilan keputusan :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonalnya dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
b. Analisis Statistik
Mendeteksi normalitas dapat dilakukan juga dengan uji statistik. Tes statistik
sederhana yang dapat dilakukan dengan melihat besaran Kolmogrov-Smirnov.
Adapun kriteria pengujian normalitas menurut adalah ( Santoso, 2002:36 ) :
Angka signifikansi ( SIG ) > 0,05, maka data berdistribusi normal.
Angka signifikansi ( SIG ) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
Analisis Regresi Linear Berganda
Digunakan untuk mengetahui antara variabel bebas dengan variabel terikat
mempunyai pengaruh yang berarti atau tidak, secara serempak / keseluruhan ( subagyo,
2002:108 ).
Rumus : Ŷ = a + b1 X1 + b2 X2
Keterangan :
Ŷ = Harga saham
a = Konstanta / intersept
X1 = Kebijakan deviden
X2 = Tingkat suku bunga SBI
b1 = Koefisien regresi berganda antara X1 dan Y
b2 = Koefisien regresi berganda antara X2 dan Y
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa pengaruh antara kebijakan
deviden, yang diukur melalui DPR dan DPS mempuyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham. Untuk DPR mempunyai pengaruh yang signifikan dengan nilai t
hitung 4,245 > nilai t tabel =2,020 dan signifikan sebesar = 0,000 < 0,05. Untuk DPS
juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, dengan nilai t hitung
sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
dan hipotesis yang menyatakan dugaan adanya pengaruh signifikan antara kebijakan
deviden ( X1 ) yang diukur melalui DPR dan DPS terhadap harga saham ( Y ) terbukti
atau dapat diterima.
2. Berdasarkan pengujian secara parsial menunjukkan bahwa pengaruh antara tingkat suku
bunga SBI terhadap harga saham adalah signifikan negatif, artinya bahwa apabila
tingkat suku bunga SBI menurun, maka harga saham akan mengalami peningkatan. Hal
ini dibuktikan pada taraf α = 5 % atau 0,05 diperoleh nilai t hitung = -2,129 < nilai t
tabel = -2,020 dan signifikasi sebesar 0,000 jauh dibawah α sebesar 0,05. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima dan hipotesis yang menyatakan dengan
adanya pengaruh signifikan antara tingkat suku bunga SBI ( X2 ) terhadap harga saham
( Y ) terbukti atau dapat diterima.
3. Pengaruh antara kebijakan deviden dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham
secara bersama-sama adalah signifikan. Pada taraf α = 5 % atau 0,05 diperoleh nilai F
hitung = 29,936 >F tabel = 2,83 dan signifikasi sebesar =0,000 lebih kecil dari α
sebesar 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dugaan adanya
pengaruh signifikan antara kebijakan deviden ( X1 ), dan tingkat suku bunga SBI
( X2 ) secara bersama-sama terhadap harga saham ( Y ) dapat diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Komarudin, 2001. Analisa Laporan Keuangan, BPFE dan LMPZM AMP, YKPN,
Yogyakarta
Ang, Robert, 2001, Pasar Modal Indonesia,Media Soft Indonesia, Jakarta
--------------, 2001, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Media Soft Indonesia. Jakarta
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, dkk, 2001, Pengantar Pasar Modal, Rineka Cipta, Jakarta
Asri, Marwan, 2003, Dasar-dasar Ilmu Pembelanjaan, BPFE, Yogyakarta
Bolten & Weigand, The Generation of Stock Market Cycles, The Financial Review Journal,
Vol 52, 1998
Darmadji, Tjiptono, 2001, Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta
Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Edisi kedua,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Hermanto, 2000, Analisa Laporan Keuangan, BPFE dan LMPZM AMP, YKPN, Yogyakarta
Husnan, Suad, 2001, Pembelanjaan Perusahaan : Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Liberty, Yogyakarta
-------------, 2003, Pembelanjaan Perusahaan : Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Liberty,
Yogyakarta
http // : www.bi.go.id
ICMD, 1999-2002, Indonesian Capital Market Directory
Indriantoro, Nur, 2001, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta
Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE, Yogyakarta
Kasim, 2002, Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Indonesia dan Indeks Bursa Internasional
terhadap IHSG di BEJ, Tdak dipublikasikan, Universitas Padjajaran
Kuncoro, Mudrajat, 2001, Metode riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta
Maria, 2004, Pengaruh Kinerja Keuangan dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Food and Beverage Periode 1999-2000, Tidak dipublikasikan,
Undip, Semarang
Munawir S, 2002, Analisis Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta
Natarsyah, Syahib, 2000, Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap
Harga Saham, ( Kasus Industri Barang Konsumsi yang Go Publik di Pasar Modal
Indonesia ), Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Volume 15, no. 3, hal 294-313
Ningrum, Risa, 2005, Analisa Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Resiko
Sistematik terhadap Harga Saham ; Kasus Industri Barang Konsumsi yang Go
Publik di Pasar Modal Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15,
No. 3, Hal 294-312
PSAK, 1999, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Edisi 1 dan Edisi 2, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta
Purnomo, Yogo, 1998, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Harga Saham Pada
Industri Barang Konsumsi yang Go Publik, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia
Volume 15, no.9, hal 185
Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit
BPFE UGM, Yogyakarta
---------------2003, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Kelima, Penerbit BPFE
UGM, Yogyakarta
Sartono, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kelima, Penerbit Yogyakarta
Santoso, Singgih, 2002, SPSS Versi 10, PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia,
Jakarta
Siamat, Dahlan, 1995, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta, Intermedia
Sugiri, Slamet, 2000, Analisis Variabel-variabel yang Mempengaruhi Harga Pasar
Saham,Kompak No.6, No.3
Sunariyah, 2000, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung
Usman, Marzuki, 1990, ABC Pasar Modal, LPII ISEI, Jakarta
Wiranti, 2005, Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Periode 2000-2002, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia Volume 15
Widiatmojo, Sawidji, 1996, Cara Sehat Investasi di pasar Modal : Pengetahuan Dasar,
Aksara Grafika, Jakarta