kasus 5-parotitis

42
BAB 1 STATUS PASIEN I. PASIEN 1. Identitas Pasien a. Nama/Kelamin/Umur :Tn.S/ Laki-laki b. Umur : 38tahun c. Jenis Kelamin : Laki-Laki d. Agama : Islam e. Bangsa : Indonesia f. Pekerjaan : Buruh bangunan g. Pendidikan : Tamat SMP sederajat h. Alamat :RT 25 Simpang IV Sipin 2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga a. Status Perkawinan : Sudah menikah b. Jumlah Anak : 2 orang c. Status Ekonomi Keluarga : Menengah kebawah d. Kondisi Rumah : Rumah pasien merupakan rumah semi permanen dengan panjang 6 meter dan lebar 4 meter yang dibangun dari batu permanent, berlantai semen, dan hanya memiliki 1 ventilasi dibagian depan rumah (<10% 1

Upload: giza-skandina

Post on 15-Apr-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus 5-Parotitis

BAB 1

STATUS PASIEN

I. PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur :Tn.S/ Laki-laki

b. Umur : 38tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-Laki

d. Agama : Islam

e. Bangsa : Indonesia

f. Pekerjaan : Buruh bangunan

g. Pendidikan : Tamat SMP sederajat

h. Alamat :RT 25 Simpang IV Sipin

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga

a. Status Perkawinan : Sudah menikah

b. Jumlah Anak : 2 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : Menengah kebawah

d. Kondisi Rumah :

Rumah pasien merupakan rumah semi permanen dengan panjang 6 meter

dan lebar 4 meter yang dibangun dari batu permanent, berlantai semen, dan

hanya memiliki 1 ventilasi dibagian depan rumah (<10% luas lantai).

Memiliki 1 ruang tamu sekaligus dijadikan ruang keluarga, kamar tidur

sebanyak 2 kamar,1 ruangan dapur yang terbuat dari kayu dan papa

permanent yang ditutupi dengan plastik dan beberapa seng rumah, serta

ruang makan, 1 kamar mandi dengan WC jongkok yang limbahnya langsung

mengalir ke got. Sumber air bersih dari air PDAM yang digunakan untuk

mandi dan mencuci, sedangkan untuk memasak

1

Page 2: Kasus 5-Parotitis

dan minum menggunakan air galon. Sumber listrik dari PLN. Sampah

keluarga dibuang di tempat pembuangan sampah.

Tampak depan rumah Kamar tidur

e. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan :

Sekitar rumah tidak memiliki halaman rumah yang begitu luas,

pasien tinggal dikawasan padat penduduk. Dimana disisi sebelah kanan dari

rumah pasien dibagian belakan terdapat sebuah kandang ayam.halaman depan

rumah tidak begitu bersih, got tempat mengalir nya sampah dan limbah

rumah tangga terdapat dibagian belakang rumah pasien. Pasien dan keluarga

memiliki kebiasaan mengkonsumsi air isi ulang yang jarang untuk dimasak

duluan, minum sirup dan minum air es diluar rumah mengingat pekerjaan

pasien adalah sebagai buruh serabutan. Saat bekerja dan keluar rumah pasien

tidak menggunakan masker.

3. Aspek Psikologis di Keluarga :

Pasien merupakan seorang suami dan ayah dari 2 orang anak, pasien

bekerja sebagai buruh serabutan yang tidak tetap pekerjaan, biasanya pasien

2

Page 3: Kasus 5-Parotitis

bekerja sebagai kuli bangunan, menjual ikan asin dipasar angso duo,

terkadang juga mengojek disekitar rumah. Anak pertama pasien berusia 10

tahun, sedangkan anak kedua nya berusia 6 tahun. Istri pasien seorang ibu

rumah tangga, yang terkadang sehari-hari bekerja sebagai buruh pengupas

buah pinang. Hubungan pasien dengan istri dan kedua anaknya cukup

harmonis.

4. Riwayat Penyakit Dahulu atau Penyakit Keluarga

a. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengeluhkan keluhan yang sama sebelumnya.

Riwayat alergi disangkal.

Riwayat imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela) belum pernah.

b. Riwayat Penyakit Keluarga :

Ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien, yaitu

anak bungsu pasien.

5. Riwayat Penyakit Sekarang

a. Anamnesis :

Keluhan Utama : Nyeri pada leher sebelah kiri sejak 3 hari

sebelum datang ke puskesmas.

Perjalanan Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Puskesmas Simpang IV Sipin dengan

keluhan leher sebalah kiri bengkak sejak 3 hari yang lalu yang

semakin hari semakin membesar. Keluhan disertai nyeri dan tegang

dibagian leher yang bengkak, sehingga pasien merasakan sakit saat

membuka mulut dan mengganggu saat hendak makan. 2 hari

3

Page 4: Kasus 5-Parotitis

sebelumnya ada riwayat diurut namun keesokan harinya bengkak

semakin besar. Demam (+) 1 hari yang lalu tidak begitu tinggi pada

malam hari, nyeri menelan (+), menggigil (-), keringat dingin pada

malam hari (-), Batuk (-), pilek (-), keluhan di tenggorokan (-),

keluhan di gigi dan gusi (-), riwayat trauma bagian leher (-). 1 hari

sebelumnya anak pasien juga mengeluhkan hal yang sama seperti

pasien, namun bengkak tidak begitu besar.

6. Riwayat Imunisasi

BCG : - Campak : -

Polio : - Hepatitis : -

DPT : - Kesan : imunisasi tidak lengkap

7. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

IMT : BB 54 kg,TB: 16019,2(berat badan kurang)

Tanda vital :TD 110/60 mmHg, nadi 79 x/i, RR 20 x/i, suhu 37,4ºC

Kepala : Normocepal

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek

cahaya +/+, reflek kornea +/+

Telinga : Nyeri tekan (-), bengkak (-)

Hidung : Simetris, napas cuping hidung (-), lendir -/-

Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-)

Tenggorok : Tonsil sulit dinilai, hiperemis(-)

Leher :Teraba massa di regio submandibula sinistra, batas

sulit dinilai, nyeri tekan (+), perabaan hangat, warna lebih eritem

4

Page 5: Kasus 5-Parotitis

dibandingkan kulit sekitarnya, mobilitas (-). Regio submandibularis

dextra tidak ditemukan kelainan.

Thorak :

Pulmo :

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Simetris Simetris

Palpasi Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Perkusi Sonor

Batas paru-hepar:ICS VI

kanan

Sonor

Auskultasi Vesikuler (+)

Wheezing (-), rhonki (-)

Vesikuler (+)

Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung :

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula kiri, tidak

kuat angkat.

Perkusi Batas-batas jantung :

Atas : ICS II kiri

Kanan : Linea sternalis kanan

Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi Datar, jaringan parut (-), bekas operasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Nyeri tekan (-), defans musculer (-), hepatomegali (-),

splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)

5

Page 6: Kasus 5-Parotitis

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ektremitas : Akral hangat, edema -/-

8. Diagnosis Kerja : Parotitis Akut Unilateral Sinistra(ICD D50.8 )

9. Diagnosis Banding :

Limfadenitis (ICD D 53.2)

10. Anjuran Pemeriksaan:

Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan serologi

Amilase serum

Neutralization test

11. Prognosa:

Quo ad vitam: dubia ad bonam

Quo ad functionam: dubia ad bonam

12. Manajemen

a. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya

adalah akibat virus ataupun bakteri dan akan sembuh sendiri dengan

daya tahan tubuh yang baik.

- Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat menular, bisa melalui percikan

ludah, kontak langsung dengan penderita parotitis lain, muntahan dan

urin, dijelaskan bahwa pasien tidak boleh membuang ludah

sembarangan, dan membuang muntahan seenaknya.

6

Page 7: Kasus 5-Parotitis

- Menggunakan masker untuk mencegah penularan ke orang lain.

b. Preventif :

- Jangan sering mengkonsumsi makanan yang tidak terjamin

kebersihannya seperti jajanan di pinggir jalan atau makanan diluar

rumah.

- Jangan menggunakan alat makan secara bersamaan-sama dengan

penderita parotitis.

- Menggunakan masker untuk menutupi hidung dan mulut saat

beraktivitas diluar rumah.

- Sebagai pencegahan sebelum terkena penyakit ini, dapat dilakukan

vaksin MMR (Mumps, Morbili, Rubela).

- Jangan suka membeli minuman ataupun air isi ulang diluar sana,

lebih baik untuk memasak sendiri air yang akan dikonsumsi oleh

keluarga

- Jangan suka begadang pada malam hari

- Jangan bekerja terlalu berat

- Jangan lupa untuk menjaga kebersihan dan kesehatan mulut dengan

cara rajin kontrol kesehatan gigi di puskesmas terdekat minimal 6

bulan sekali, untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.

c. Kuratif :

- Non Farmakologi :

Istirahat yang cukup selama fase demam dengan tidur kurang

lebih 8 jam sehari dimulai dari jam 9 malam, hindari

begadang..

Konsumsi makanan yang lunak dan cairan yang cukup.

Konsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayur-sayuran dan

tinggi protein seperti telur, tahu, tempe, daging, dll.

7

Page 8: Kasus 5-Parotitis

Kompres dengan menggunakan air hangat pada area yang

bengkak sebanyak 4-6kali sehari selama 30 menit untuk

mengurangi nyeri ataupun bengkak pada leher.

Olahraga untuk menjaga stamina agar tetap sehat minimal 2

kali dalam seminggu.

- Farmakologi :

Paracetamol tab 500 mg

Amoxicilin tab 500mg

Dexamethason tab 0,5mg

Vit C Tab

-Obat tradisional

Resep 1

• 30 gr kayu manis, 25 gr daun dewa, pegagan 20 gr, sambiloto 15 gr,jahe

merah 10 gr. cuci bersih semua bahan. Kemudian masukkan dalam panci

enamel/kuali tanah. Tambahkan takaran 3 gelas air. Rebus jadikan 1/2 nya.

Saring airnya. Minum pagi dan malam hari selama 7 hari.

 

Resep 2

• 1 buah kayu manis sebesar ibu jari, 15 gram jahe merah, 5 gram biji pala, 5

butir kapulaga, dan 4 lembar daun cocor bebek direbus semua bahan dengan

600 cc air hingga airnya tersisa 300 cc. Setelah itu, air rebusan disaring dan

diminum. 

d. Rehabilitatif

Istirahat yang cukup dan berkulitas.

Kontrol ulang di tempat pelayanan kesehatan terdekat jika nyeri atau

demam semakin memberat.

8

Page 9: Kasus 5-Parotitis

Kompress area yang bengkak dengan air hangat secara rutin yaitu 3-4

kali sehari untuk mengurangi pembengkakan yang dirasakan.

RESEP

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI

PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN

RESEP PUSKESMAS

dr. Wiwik Selviana

SIP: No. 437/SIK/2012

Jalan Buton RT. 36 Payolebar

28 November 2015

R/ Paracetamol tab 500 mg No.X

S3dd tab 1

R/ Amoxicilin tab 500 mg No.X

S3dd tab 1

R/ Vit.C Tab No.V

S1dd tab 1

Pro : Tn S (38tahun)

Alamat : RT 25 simpang IV Sipin

9

Page 10: Kasus 5-Parotitis

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI

PUSKESMAS SIMPANG IV SIPIN

RESEP ILMIAH 1

dr. Wiwik Selviana

SIP: No. 437/SIK/2012

Jalan Buton RT. 36 Payolebar

28 November 2015

R/ Paracetamol tab 500 mg No.X

S3dd tab 1

R/ Dexamethason 0,5mg tab No.X

S3dd tab 1

Pro : Tn S (38tahun)

Alamat : RT 25 simpang IV Sipin

10

Page 11: Kasus 5-Parotitis

11

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBIPUSESMAS SIMPANG IV SIPIN

RESEP PUSKESMASdr. Wiwik Selviana

SIP: No. 437/SIK/2012Jalan Buton RT. 36 telanaipura

08 Desember 2015

R/ Paracetamol tab 500 mg No. X

S3dd tab 1

R/ Vit C tab No. V

S1dd tab 1

Pro : Tn. S (38 tahun)

Alamat : RT 25 simpang IV sipin

Page 12: Kasus 5-Parotitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Saliva

Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu

kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri

dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis.

Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Saliva

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak

secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus

mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung

zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis

shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi

anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus

otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2

permanen rahang atas.

12

Page 13: Kasus 5-Parotitis

Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar

kedua setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula.

Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang

terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat

dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar.

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak

paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape),

terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-

masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk

massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis,

kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar

lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar

lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan

ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran

posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan

margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mucus.

Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir.

Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni

mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari

palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama

dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan

glossopalatinal.

2.2 Parotitis

2.2.1 Definisi

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit

menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang

13

Page 14: Kasus 5-Parotitis

menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang

sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian

bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara

endemik atau epidemik. Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak

dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).

Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar

ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus).  Gejala khas yaitu

pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis.  Pada saluran kelenjar

ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan

penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis

(buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ

lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular

penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-

obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang

kekurangan zat Iodium dalam tubuh.1-5

2.2.2 Klasifikasi Parotitis

a. Parotitis Kambuhan

Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia

antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya

anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.

b. Parotitis Akut

Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan

dan pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-

bedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia

lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya

gangguan dehidrasi.

14

Page 15: Kasus 5-Parotitis

2.2.3 Etiologi

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok

paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles,

dan virus newcastle disease.  Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 –

300 mµ.  Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin,

otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal

genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae.

Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan

perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup

memfiksasi, yaitu antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari

nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.4-8

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat

bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.  Paramyxovirus dapat hancur pada

suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30

detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi

pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local

dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang

berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah

kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus

masuk ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel

mononuclear. Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari

ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.

Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari

sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24

jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan

menghilang.

2.2.4 Patofisiologi

15

Page 16: Kasus 5-Parotitis

Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab

parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:

Percikan ludah

Kontak langsung dengan penderita parotitis lain

Muntahan

Urine

Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya

kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps

pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG

secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak

penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel

traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran

darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang

kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi

demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot.

Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang

mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan

sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari

saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat

degenerasi dan nekrosis jaringan5-8

2.2.5 Tanda dan Gejala

Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondongan mengalami gejala: demam

(suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan

nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya

disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).

16

Page 17: Kasus 5-Parotitis

Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang

diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua

kelenjar mengalami pembengkakan.

Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur

mengempis.

Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula)

dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil baliq adakalanya

terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran

darah.6-8

2.2.6 Penatalaksanaan

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited

(sembuh/hilang sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu.

Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu

pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.

Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat,

sialagog seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena

mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan

oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi,

maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai. Berikut tatalaksana yang

sesuai dengan kasus yang diderita:

1. Penderita rawat jalan

Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum

cukup baik).

Istirahat yang cukup, di berikan kompres.

Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup.

Kompres panas dingin bergantian.

Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu:

17

Page 18: Kasus 5-Parotitis

o Metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari.

o Parasetamol  : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.

o Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin

berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka

namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum

tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai

“salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.

2. Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala

hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi.

Diet lunak, cair dan TKTP

Analgetik-antipiretik

Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi.3-8

2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya

leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun.

Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis

relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear

tingkat sedang.

b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan

pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2

minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

18

Page 19: Kasus 5-Parotitis

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk

menunjukan adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:

1. Hemaglutination inhibition (HI) test

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset

cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga.  Jika perbedaan titer

spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya  parotitis.

2. Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk

biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi

hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi

dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika.  Uji netralisasi asam serum

adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas

tetapi tidak praktis dan tidak mahal.

3. Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah

respon antibody terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi

parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak

dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian 

menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap

ada.  Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun

menunjukan infeksi yang baru terjadi.  Antibodi terhadap antigen S timbul

cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala,

hilang dalam 6 sampai 12 minggu.

d. Pemeriksaan Virologi

19

Page 20: Kasus 5-Parotitis

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi

virus dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor

serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi

dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang

diberi serum hiperimun.5-8

2.2.8 Diagnosis banding

a.Carsinoma faring

b. Limfeadenoma

c. Limfadenitis

2.2.9 Komplikasi

Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi

fasial, obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna,

dan disfungsi nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan

meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan

nefritis.

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa

penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2

minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus

dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi

terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau

pengobatan yang kurang dini menurut Nelson (2000):

a. Meningoensepalitis

Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang

kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi

(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-

anak.

b. Ketulian

20

Page 21: Kasus 5-Parotitis

Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya

rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan

pendengaran mungkin sementara atau permanen.

c. Orkitis

Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang

terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen

Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam

tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan

sakit pada testis.  Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis.  Bila

testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil.  Orkitis biasanya menyertai

parotitis dalam 8 hari setelah parotitis.  Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14

hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan

merah.  Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. 

Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%.  Tetapi infertilitas absolut jarang

terjadi.

d. Ensefalitis atau Meningitis

Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku

kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan

kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami

ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti

ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

e. Ooforitis

Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita

wanita pasca pubertas.

f. Pankreatitis

21

Page 22: Kasus 5-Parotitis

Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita

merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam

waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan sampai

sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.  Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai

dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda

adanya pankreatitis akibat mumps.

g. Nefritis

Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan

viruria terdeteksi pada 75%.  Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak

belum diketahui.  Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah

parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna

tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.

h. Tiroiditis

Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus

dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan

perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.

i. Miokarditis

Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan

miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat

terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari

miokarditis  seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat

disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.

j. Artritis

Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan

pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.

22

Page 23: Kasus 5-Parotitis

Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang

sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya

parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut.

Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.

k. Kelainan pada mata

Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya

bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala

bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan

penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia,

keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; 

skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.1-6

2.2.9 Prognosis

Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri.

Prognosis  parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta

jarang berlanjut menjadi kronis. Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.5-8

2.2.10Pencegahan

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara

imunisasi pasif dan imunisasi aktif.

1. Pasif : Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau

mengurangi komplikasi.

2. Aktif.

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis

epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck,sharp

and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin

ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi

23

Page 24: Kasus 5-Parotitis

virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat

diberikan bersama vaksin campak danrubella. Pemberian vaksinasi dengan

virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna

dalam antibodi “mumps”padaindividu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan

telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.Proteksi yang baik sekurang-

kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap

morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan

serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi

maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap

komponenvaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan;

limfoma;sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit;

sedangmendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah

infeksi bila diberikansetelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi

penggunaan vaksin“Mumps” dalam situasi ini.4-

BAB III

ANALISIS KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:

Rumah pasien merupakan rumah semi permanen dengan panjang 6 meter dan

lebar 4 meter yang dibangun dari batu permanent, berlantai semen, dan hanya

memiliki 1 ventilasi dibagian depan rumah (<10% luas lantai). Memiliki 1

ruang tamu sekaligus dijadikan ruang keluarga, kamar tidur sebanyak 2

kamar,1 ruangan dapur yang terbuat dari kayu dan papa permanent yang

ditutupi dengan plastik dan beberapa seng rumah, lantai dapur terbuat dari

tanah liat dan terlihat kotor dan kurang terjaga kebersihan nya, serta ruang

makan, 1 kamar mandi dengan WC jongkok yang limbahnya langsung

mengalir ke got, lantai kamar mandi sudah terbuat dari semen, lantainya tidak

licin serta cukup terjaga kebersihan nya. Sumber air bersih dari air PDAM

24

Page 25: Kasus 5-Parotitis

yang digunakan untuk mandi dan mencuci, sedangkan untuk memasak dan

minum menggunakan air gallon, istri pasien sangat jarang memasak air

minum sendiri.Sumber listrik dari PLN. Sampah keluarga dibuang di tempat

pembuangan sampah.Keadaan rumah yang kurang bersih dan terkesan kotor

dapat berpengaruh pada kesehatan.Hal ini sangat memungkinkan untuk

terkena paparan virus penyakit ataupun bakteri. Maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien dengan keadaan

rumah dan lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga:

Parotitisyaitu penyakit yang ditandai dengan peradangan pada kelenjar

parotis dan gampang untuk menular pada orang lain, bisa melalui percikan

ludah, kontak langsung dengan penderita parotitis lain, muntahan dan urin.

Pasien sendiri sering kali minum dengan gelas yang sama bersama anggota

keluarga yang lain, hal ini dapat membuat penularan penyakit. Istri pasien

juga jarang memasak air minum sendiri dan lebih sering mengkonsumsi air

galon isi ulang, dimana kita ketahui bahwa air galon isi ulang tidak terjamin

kebersihan dan keamanan nya. Air galon kemungkinan tidak dimasak dengan

suhu yang panas sehingga mikroba ataupun mikrobakteria akan banyak

terkandung dalam air minum tersebut. Keadaan rumah yang tidak bersih serta

lingkungan rumah yang kotor dan dekat dari kandang ternak, dapat

menimbulkan penyebaran bakteri ataupun virus lebih gampang. Maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara penyakit yang diderita pasien

dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

c. Hubungan diagnosa dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan

lingkungan sekitar:

25

Page 26: Kasus 5-Parotitis

Parotitis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus

yang mengenai kelenjar ludah.Perilaku kesehatan pasien yang buruk dapat

membuat pasien tertular penyakit ini, seperti kebiasaan mencuci tangan tanpa

sabun saat sebelum makan, tidak menggunakan masker saat berada diluar

rumah padahal pasien bekerja diarea yang banyak debu dan polusi, makan

tidak teratur dan suka mengkonsumsi makanan diluar yang tidak terjamin

kebersihan nya, sangat riskan untuk terinfeksi bakteri ataupun virus, ditambah

lagi nutrisi makanan yang tidak terpenuhi akan membuat tubuh menjadi lemah

dan gampang untuk terpapar penyakit. Semua ini dapat menyebabkan daya

tahan tubuh menurun. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

penyakit yang diderita pasien dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan

lingkungan sekitar.

d. Analisis kemungkinan faktor resiko atau etiologi penyakit pada pasien:

Parotitis adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi

oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah. Dalam hal ini

faktor penyebab yang mungkin berperan adalah daya tahan tubuh yang

menurun, dapat dikarenakan oleh tidak teraturnya makan dan suka

mengkonsumsi makanan diluar, perilaku kesehatan yang buruk seperti

kebiasaan mencuci tangan sebelum makan tanpa sabun, keadaan rumah dan

sekitar rumah yang tidak bersih dan terpapar polusi, tidak menggunakan

masker saat bekerja. Hal ini dapat menyebabkan mudahnya tertular virus

penyakit.

e. Analisis untuk mengurangi paparan:

Karena keluhan yang timbul disebabkan oleh daya tahan tubuh yang menurun

dan faktor lingkungan yang kurang bersih, sehingga dapat disarankan untuk makan

dengan teratur yaitu 3 kali sehari disaat pagi, siang dan malam dengan kandungan

26

Page 27: Kasus 5-Parotitis

nutrisi yang cukup seperti harus mengandung karbohidrat berupa nasi, lauk pauk,

sayur-sayuran atau sesekali bisa diimbangi dengan makan buah-buahan seperti jeruk,

menjaga kebersihan lingkungan rumah dengan cara 3 kali dalam seminggu

membersihkan halaman rumah dan got pembuangan limbah, melakukan perlindungan

diri jika sedang bekerja diluar rumah dengan menggunakan masker karena pasien

bekerja sebagai buruh bangunan,serta kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan

air mengalir sebelum dan sesudah makan, dan tidak menggunakan alat-alat makan

secara bersamaan, serta mencuci alat-alat makan dengan bersih menggunakan

sabun.Saat batuk biasakan untuk tutup mulut dengan menggunakan sapu tangan, tidak

membuang ludah atau dahak disembarang tempat, serta menjaga kebersihan dan

kesehatan mulut dengan tidak menggunakan sikat gigi yang sama antar setiap

anggota keluarga lain nya.

27

Page 28: Kasus 5-Parotitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Isselbacher, dkk. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:

EGC; 1992:2

2. Maldonado Y. Mumps. Dalam Behrman RE, Kliegman RM. Jenson HB.

Penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: WB Saunders

Company; 200. H.954-5

3. Gershon AA. Mumps. Dalam: Gershon AA, Hotez PJ, Katz SL, Penyunting.

Krugmans infectious disease of children. Philadelphia. Mosby; 2004.h 391-9

4. Niizuma T, Terada K, Kosaka Y, Daimon Y, Inoue M, Ogita S, dkk. Elevated

Serum C- reactive protein in mumps orchitis. Infect Dis J 2004; 23;296-6

5. Erwanto. 2011. Penatalaksanaan Mumps. Diunduh dari :

http://www.jacinetwork.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=73:gondongan-

mumps&catid=45:immunization-vaccination&Itemid=70 (21 September

2015)

6. Jones. Parotitis rekuren pada Anak. Diunduh dari :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1988676/pdf/archdisch01408-

0024.pdf (21 September 2015)

7. Adam A. Rosenberg, David W. Kaplan, Gerald B. Merenstein, Mumps

(Epidemic Parotitis) dalam hand book of pediatric, Edisi XVI, Colorado,

1991, hal 442-4

8. Suprohaita, Arif M, Wardani. Parotitis epidemika dalam kapita selekta

kedokteran, Edisi III jilid II, media Aesculapius FKUI, Jakarta 2000. Hal 418-

19

28

Page 29: Kasus 5-Parotitis

Parotitis Bersama pasien

29

Tampak depan halaman rumah Tampak samping kanan