laporan skenario i (1).docx
TRANSCRIPT
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Tutorial yang
membahas tentang Penyakit Degenerasi pada Blok Dentomaksilofasial II ini
dengan baik.
Laporan Tutorial ini kami buat untuk memenuhi kegiatan tutorial dan juga
sebagai salah satu sarana untuk dapat lebih mendalami materi pembelajaran
tentang penyakit degenerasi pada regio dentomaksilofasial, terutama pada jaringan
kerasnya, yang telah kami diskusikan dalam tutorial.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada :
1. drg. Peni Pujiastuti sebagai Tutor dalam kelompok diskusi tutorial kami
yang telah membimbing, mengarahkan dan menambah pengetahuan dan
wawasan kami
2. Petugas dan Anggota Tutorial 5 yang telah berperan aktif dalam diskusi
maupun pembuatan laporan ini.
Semoga laporan Tutorial ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi
pada blok Dentomaksilofasial II . Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan,
terima kasih atas perhatiannya, jika terdapat kekurangan mohon diberikan saran.
Jember, 5 September 2013
Kelompok 5
1
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................................. 2
SKENARIO ............................................................................................. 3
STEP 1 ( Identifikasi Kata Sulit ) ................................................... 3
STEP 2 ( Menetapkan permasalahan ) ................................................... 4
STEP 3 ( Analisis Masalah ) ................................................... 4
STEP 4 ( Mapping ) ................................................... 8
STEP 5 ( Learning Objective ) ................................................... 9
STEP 7 ................................................... 9
Daftar Pustaka
2
SKENARIO
Seorang perempuan, 50 tahun, datang ke dokter gigi dan menceritakan
bahwa sejak 1 tahun yang lalu mengeluhkan rasa sakit pada daerah rahang
terutama saat membuka mulut lebar dan ada bunyi krek-krek. Dari anamnesa,
penderita juga sering mengeluh kakinya sering linu, selain itu haid mulai tidak
teratur sejak 1 tahun lalu. Pemeriksaan klinis terdapat rasa sakit pada daerah
depan telinga kanan dan kiri bila ditekan, ada krepitasi saat rahang digerakkan,
sebagian besar giginya sudah hilang alveolar ridge sudah flat. Dari radiograf
proyeksi lateral didapatkan osteophyte (bony spur) formation pada aspek anterior
dari articular surface of condylar head.
STEP 1
Identifikasi Kata Sulit
1. Osteophyte (bony spur) formation :
Tonjolan bertulang atau pertumbuhan tulang pada tepian sendi atau tepi
sambungan tulang sehingga menyebabkan pergerakan sendi terbatas dan
terasa nyeri. Timbul karena adanya degenerasi, penuaan, hyperfunction, atau
penyakit tertentu.
2. Krepitasi :
- Bunyi krek-krek di daerah TMJ
- Bunyi dari fragmen tulang yang bersentuhan
- Bunyi dari pertemuan tulang yang tidak baik, menunjukkan fungsi yang
tidak normal
- Bunyi yang diakibatkan oleh degenerasi bantalan sendi (diskus artikularis)
3
STEP 2
Menetapkan Permasalahan
1. Bagaimana hubungan penuaan dengan penyakit degeneratif?
2. Apa hubungan haid yang tidak teratur dan kaki linu dengan keluhan rasa sakit
pada rahang pasien?
3. Mengapa alveolar ridge menjadi flat setelah gigi menghilang?
4. Bagaimana gejala, tanda, dan gambaran klinnis dari penyakit degeneratif?
5. Apa saja etiologi osteophyte formation?
6. Bagaimana pathogenesis dari osteophyte formation?
7. Apa yang menyebabkan rasa sakit pada saat pasien membuka mulut lebar?
STEP 3
Analisis Masalah
1. Teori Penuaan
Usia semakin tua kemampuan regenerasi / reproduksi sel menurun
Merupakan faktor intrinsik yang menyebabkan penyimpangan pada
kemampuan sel sehingga terjadi penurunan fungsi pada suatu jaringan atau
organ tertentu. Misalnya : fungsi kelenjar endokrin menurun metabolisme
tubuh menurun.
Teori Wear and Tear
Usia semakin tua organ tubuh (sendi dan tulang) semakin lama dan sering
dipakai aus / rusak karena penggunaan dan beban yang diterima melebihi
batas kemampuan mengalami degenerasi.
4
2. Perempuan usia ± 50 tahun mulai mengalami pra-menopause sehingga juga
mulai terjadi gangguan hormon salah satunya terjadi penurunan hormone
estrogen dan progesteron. Hormon estrogen memiliki beberapa fungsi yaitu
sebagai:
- Pelindung tulang karena dapat menghambat fungsi osteoklas
- Pengatur pengangkutan kalsium
Ketika hormone estrogen menurun terjadi pengapuran tulang
osteoarthritis. Osteoarthritis adalah suatu penyakit di mana tanda-tandanya
adalah tulang terasa sakit / nyeri setiap melakukan pergerakan.
- Estrogen menurun osteoklas meningkat osteoblas menurun
remodeling tulang tidak seimbang osteoporosis tulang linu dan
menjadi lebih rapuh dan rentan terhadap fraktur
Osteoporosis baru terasa sakit bila telah ada keretakan / patah tulang.
Tanda-tanda terjadinya osteoporosis salah satunya adalah rasa nyeri pada
tulang belakang / leher dan tinggi badan menurun
- Pada kartilago ada reseptor hormon estrogen
- Estrogen menurun metabolisme sel pada kartilago terganggu
3. Terjadi penuaan pada mandibula. Saat gigi tanggal, tulang alveolar menipis.
Alveolar ridge akan mengalami resorpsi ± 1 centimeter sehingga menjadi flat.
4. Gejala
Adanya masalah muskuloskeletal
- Kekuatan menurun dan pergerakan tidak seimbang
- Osteoporosis
Gangguan hormone, misalnya : menopause estrogen menurun
Merasa lesu
Gangguan tidur
Nyeri otot, kaku sendi, dan nyeri kepala
Bertambahnya berat badan karena tubuh menyimpan lebih banyak air
5
Gangguan kelenjar
Xerostomia
Gambaran klinis
- Perjalanan penyakit lambat
- Berkaitan dengan herediter
- Menyebabkan kehilangan jaringan
5. Etiologi osteophyte formation
Penuaan
Meningkatnya aktifitas osteoklas
Merupakan adaptasi tubuh
Hilangnya gigi
Adanya maloklusi
Rongga sendi yang berisi tulang
6. Patogenesis osteophyte formation
- Adanya ketidakseimbangan penggunaan TMJ beban kunyah salah satu
sendi berbeda dapat terjadi TMD jika terus menerus muncul
arthritis / peradangan sendi tipe osteoarthritis atau penyakit degeneratif
pada sendi tubuh adaptasi (homeostasis) tumbuh tonjolan tulang
pada tepian tulang / sendi yang digunakan sakit
- Peradangan pada kartilago (zona subkondral) inflamasi akut (produksi
cereative protein, sel radang akut meningkat) terjadi respon enzimatis
kolagenase (degenerasi kolagen) kartilago mudah rusak respon
zona subkondral dengan memproduksi tumpukan kalsium di darah tulang
yang rusak tonjolan di tepi tulang sakit
7. Penyebab sakit saat membuka mulut lebar
6
Adanya pertumbuhan kartilago di tepian sendi bergesekan dengan
tulang lain
Osteophyte bisa menekan reseptor nyeri sehingga sulit membuka mulut
Produksi cairan synovial (pelumas untuk mobilisasi sendi) menurun
Kapsula sendi menebal
7
Krepitasi
Penyakit Degeneratif
Degenerasi jaringan keras pada Dentomaksilo
Patogenesis
Gambaran dan Gejala Klinis
Osteophyte formationSakit
Etiologi
STEP 4
Mapping
8
STEP 5
Learning Objectives
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1. Macam Penyakit Degeneratif Jaringan Keras Dentomaksilo
2. Etiologi Penyakit Degenerative Jaringan Keras Dentomaksilo
3. Pathogenesis
4. Gambaran dan gejala klinis
5. Pemeriksaan penunjang
STEP 7
Sebelum membahas tentang penyakit degeneratif yang terjadi pada jaringan keras
di regio dentomaxillo, kami akan membahas sedikit tentang penyakit degenerative
yang terjadi secara umum. Macam penyakit tersebut cenderung diawali dengan
adanya degenerasi pada suatu jaringan yang mempengaruhi organ-organ yang ada
di sekitarnya, seperti:
1. Degenerasi Lemak
Merupakan timbunan lemak yang abnormal dalam sel yang sakit, dapat
terjadi pada hepar, jantung, ginjal dan pulpa.
Etiologi :
Anoxia : ketiadaan oksigen ke jaringan meskipun perfusi darah
ke jaringan adekuat
Infeksi
Intoksikasi zat kimia (Chlour, Phospor, Bismuth, Arsen)
Malnutrisi
Diabetes mellitus
2. Degenerasi Lendir
9
Degenerasi complex : H.A + PROTEIN. Degenerasi ini dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Degenerasi Miksomikotik
Merupakan akumulasi yang berlebihan dari konjugat yang berasal dari
karbohidrat. Pembentukan jaringan ikat “miksomatosa” terdapat dalam
banyak jaringan ikat, khususnya pada jaringan fibrosa dan ditemukan
pada penyakit kolagen, dalam pembuluh darah.
b. Degenerasi Mukoid
Degenerasi ini biasanya digunakan dalam produksi sejumlah besar
sekresi musinosa oleh sel.
3. Degenerasi Hyalin
Merupakan degenerasi yang menyangkut metabolism berbagai macam
bahan protein hyaline. Degenerasi hyaline pada umumnya merupakan dalam sel
atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran homogeny, cerah dan
berwarna merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
4. Degenerasi Keruh / Zat Protein
Contoh dari degenerasi ini adalah degenerasi albumin pada epitel tubulus
ginjal yang mengalami penyakit pielonefritis kronis. Gambaran histologiknya
berupa epitel tubulus yang membengkak, sitoplasma sel nampak bergranular serta
dinding sel menjadi tidak jelas.
5. Degenerasi Hidropik
Merupakan jejas reversibel dengan penimbunan intraselular yang lebih
parah jika dibandingkan degenerasi albumin. Etiologinya dianggap sama dengan
pembengkakan sel, hanya intensitas rangsang patologiknya saja yang lebih berat
dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.
6. Degenerasi Amiloid
10
Degenerasi ini memiliki kesamaan dengan degenerasi hyaline. Degenerasi
amiloid memberikan sifat yang khas diantaranya memberikan reaksi khusus pada
pengecatan. Macam amilodosis :
Amilodosis primer
Amilodosis sekunder
Amilodosis pada multiple myeloma
Amilodosis local (setempat), bila tidak dirawat akan menjadi amilodosisumum
7. Degenerasi Zenker
Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus abdominis dan
diafragma, warna mirip hyaline, serat-serat otot menjadi hilang dan diganti
dengan jaringan homogeny.
PENYAKIT DEGENERATIF JARINGAN KERAS DENTOMAKSILO
A. Osteoarthrosis
Osteoarthrosis merupakan kondisi dari sendi yang mengalami proses
degeneratif yang non-inflamasi, ditandai oleh perubahan struktural permukaan
sendi.
Gambaran klinis :
- Tidak ada rasa sakit
- Tidak ada rasa nyeri tekan pada palpasi
- Krepitus
- Jarak gerak terbatas yang disebabkan karena degenerasi
- Bila jarak gerak terbatas, terjadi deviasi ke arah sisi yang terkena pada saat
pembukaan mulut
- Terdapat gambaran radiografik perubahan struktural tulang
B. Osteoarthritis
Definisi
11
Osteoarthritis merupakan penyakit pada sendi di mana terjadi proses
penuaan atau degenerasi pada lapisan tulang rawan, disebabkan oleh kerusakan
atau penguraian. Hal ini terjadi dalam waktu yang lama membuat rasa ngilu pada
sendi bila digerakan.
Reaksi lain yang timbul akibat dari permukaan sendi yang kasar sehingga
menyebabkan terjadi gesekan yang kuat. Gesekan yang kuat dam berulang dapat
menyebabkan munculnya osteophyte akan menyebabkan tertekannya saraf
sensorik yang mempersyarafi daerah tersebut.
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang bersifat unilateral
pada TMJ. Penyakit ini dapat bersifat self-limiting atau bisa sembuh sendiri tanpa
dilakukan perawatan. Degenerasi sendi yang terjadi pada osteoarthritis biasanya
secara khas dari tengah menuju ke tepi.
Perubahan pada tulang terlihat dari processus condylaris dan eminentia
articularis yang mendatar, terjadinya penyempitan sendi, adanya pembentukan
zona sklerosis pada permukaan artikular. Berdasarkan etiologinya, osteoarthritis
dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Osteoarthritis primer (idiopatik) dapat disebabkan oleh faktor genetik
sehingga terjadi denormalitas kolagen yang menyebabkan kolagen mudah
rusak.
2. Osteoarthritis sekunder didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,
pertumbuhan, trauma, dan imobilitas yang terlalu lama (hyperfunction).
Sedangkan secara klinis osteoarthritis dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a. Subklinis
Tidak ditemukan gejala/tanda klinis. Dapat ditemukan peningkatan
jumlah air, pembentukan bulla/blister dan fibrilasi serabut-serabut jaringan
ikat kolagen pada tulang rawan sendi apabila terdapat proses patologis.
Sedangkan pada tulang subkondral, yang letaknya ada di bawah tulang rawan
pada articular surface terjadi sklerosis.
b. Manifest
12
Timbul adanya nyeri pada saat bergerak (pain of motion) dan rasa kaku
pada permulaan gerak, telah terjadi kerusakan sendi yang lebih luas. Pada foto
rontgen tampak penyempitan ruang sendi (joint space) dan sklerosis tulang
subkondral.
c. Decompensated
Stadium ini disebut juga surgical state. Ditandai dengan timbul rasa
nyeri pada saat istirahat (pain on rest) dan pembatasan ruang lingkup gerak
sendi. Terjadi ketika penyakit telah mencapai tingkatan yang progresif dan
seluruh tulang rawan sendi rusak.
Tulang subkondral menjadi sangat sklerotik, pembentukan osteophyte
ketika penyakit telah kronis, kapsul sendi menjadi kendor sehingga tampak
deformitas sendi yang jelas.
Etiologi
a. Idiopathik
b. Penekanan beban tubuh secara terus menerus terhadap persendian,
ditambah beban pengunyahan pada temporomandibular joint sangat besar.
Faktor Predisposisi
a. Kebiasaan merokok
- merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempegaruhi
hilangnya tulang rawan
- merokok meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah
sehingga jaringan akan kekurangan oksigen dan dapat menghambat
pembentukan tulang rawan
b. Defisiensi vitamin D
c. Trauma pada sendi
d. Neurologic
e. Kelainan metabolic
f. Kurangnya cairan synovial
Patogenesis
13
Berdasarkan etiologi yang ada, penekanan beban tubuh secara terus-
menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang rawan sendi yang
berakibat pada menipisnya lapisan tulang rawan, sehingga terjaadi perubahan
struktural dan pengikisan kartilago.
Gangguan ini diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi air karena
gangguan mekanik, yang selanjutnya berlanjut pada degradasi makromolekul
matriks. Ketika terjadi gangguan ini secara otomatis akan terjadi respon
kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.
Kondrosit sendiri berfungsi meningkatkan sintesis dan degradasi matriks
serta berproliferasi. Proliferasi ini berfungsi untuk menggantikan jaringan
yang rusak, mempertahankan jaringan, dan meningkatkan volume kartilago.
Namun, hal ini dapat saja gagal karena kerusakan mekanis pada jaringan
dengan kondrosit rusak dan regulasi menurun.
Ketika terjadi perubahan fungsi kondrosit, misalnya kolagen dan
proteoglikan yang mengalami imbalance antara pembentukan dan
penghancuran sehingga tulang rawan tipe I menggantikan tipe II yang normal
sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat kolagen, yang
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan struktural yang tidak sama
dengan sebelumnya. Dan pada akhirnya terjadi kelainan sendi berupa nyeri
dan kekakuan.
Sederhananya, dapat dijelaskan lewat bagan di bawah ini:
Penekanan beban tubuh secara terus-menerus
Kerusakan tulang rawan sendi
Menipisnya lapisan tulang rawan
Perubahan structural dan pengikisan kartilago
Gangguan / perubahan matriks kartilago
Respon kondrosit terhadap gangguan / perubahan matriks
14
Perubahan fungsi kondrosit
Kartilago artikular overhidrasi dan membengkak
Hilangnya aktivitas kompresif yang menyebabkan tekanan pada rulang subkondral
Tulang trabekular rusak dan peredam benturan yang tidak normal, tubuh akan melakukan mekanisme perbaikan pada tepi permukaan artikular yang
mengakibatkan sintesis kartilago (osteofit)
Pada osteoarthritis, osteophyte tidak langsung terbentuk sebagai proses
adaptasi tubuh. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa
osteoarthritis adalah penyakit yang bersifat self-limiting yang berarti dapat
terjadi penyembuhan sendiri oleh respon pertahanan tubuh.
Penyembuhan ini dapat terjadi ketika osteoarthritis masih bersifat akut
sehingga tidak sampai terjadi pembentukan osteophyte yang menunjukkan
bahwa penyakit ini telah mencapai kondisi kronis.
Berdasarkan lama terjadinya, osteoarthritis dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
a. Osteoarthritis akut terjadi degenerasi kolagen (penipisan kolagen) dan
terdapat reaksi zona subkondral sklerosis (indurasi/pengerasan)
b. Osteoarthritis kronis terbentuk bone formation pada articular surface
osteophyte
15
Patogenesis terjadinya osteoarthritis juga dapat dikaitkan dengan penuaan
yang terjadi. Dapat dilihat seperti pada bagan di bawah ini.
Usia penurunan jumlah cairan synovial (menurunnya kemampuan jaringan synovial)
Mekanik sendi (kasar)
Stress mekanik
Luka
Terbentuk radikal bebas
IL-1 dan TNF α Radang (inflamasi) IL-1 dan TNF α
Memicu system enzimatik Reactive oxygen species (ROS)
Merusak susunan tulang dan kadar nutrisi tulang
Osteoarthritis kronis pertahanan tulang
(osteophyte)
Dari skema di atas dapat dijelaskan dengan bertambahnya usia maka
fungsi jaringan synovial akan mengalami kemunduran fungsi. Sehingga terjadi
penurunan jumlah cairan synovial, berkurangnya jumlah cairan synovial akan
mempengaruhi kerja sendi semangkin berat sehingga terjadi mekanik sendi
yang kasar.
16
Mekanik sendi yang kasar tersebut menyebabkan timbulnya stress
mekanik pada sendi. Dengan pemakaian yang terus-menerus tulang rawan dan
jaringan pendukung lainnya dapat mengalami peradangan yang disebabkan
rusaknya jaringan.
Pada proses ini mediator radang seperti IL-1 dan TNF-α akan
merangsang katabolisme asam arahidronik dan menginduksi pembentukan
ROS. Selain itu IL-1 dan TNF-α juga memicu system enzyme seperti enzim
kolagenase dan metalloproteinase.
Enzim tersebut akan merusak jaringan-jaringan pendukung tulang
kartilago seperti serat kolagen oleh enzim kolagenase dan pecahnya matriks
fibrokartilago oleh enzim metalloproteinase. Jika keadaan ini terus berlanjut
osteoarthritis akan menjadi kronis sehingga tulang subkondral membuat
pertahanan berupa spur yang biasa kita sebut osteophyte.
Gejala Klinis
1. Rasa nyeri, terutama pada sendi pergerakan dan pada saat
menanggung beban yang berat. Nyeri hilang timbul pada sendi TMJ dan
bagian temporal yang tumpul.
2. Suara bergeletak atau berderik pada TMJ (krepitasi).
3. Rasa kaku terjadi setelah sendi tidak digunakan selama beberapa
waktu. Contohnya adanya rasa kaku pada pagi hari, rasa kaku setelah duduk
dalam waktu yang lama, rasa kaku atau sulit membuka mulut, bahkan TMJ
dapat terkunci pada keadaan membuka dan menutup.
4. Keterbatasan gerak, rasa kaku yang terjadi menyebabkan rasa nyeri
saat sendi digerakkan sehingga pergerakan terbatas
Pemeriksaan Penunjang
- Rentang pergerakan, bunyi sendi, rasa nyeri dan sakit.
- pemeriksaan radiografik (panoramic, MRI, CT Scan) dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi detail gambaran rongenologis TMJ.
17
- pemeriksaan cairan synovial (normal, leukosit tidak lebih 200
sel/mmᶟ)
- pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan intra oral yang perlu
diperhatikan adalah :
Hubungan oklusi
Free way space / inter occlusal space / inter occlusal gap / inter
occlusal clearance, merupakan ruang bebas / celah antara gigi-gigi atas dan
gigi-gigi bawah pada saat posisi istirahat fisiologis (physiological rest
position) yang besarnya relatif konstan (2-4 mm)
Overjet dan overbite
Gigi yang hilang
Restorasi dan proteosa
Atrisi dan abrasi pada gigi
C. Degenerasi Pulpa
Definisi
Degenerasi pulpa cenderung tidak berhubungan dengan adanya infeksi,
misalnya pada suatu gigi yang karies, pulpa memang mungkin mengalami
peradangan, namun tidak mengalami degenerasi. Pulpa akan terus-menerus
mengecil dengan bertambahnya umur. Seorang peneliti yaitu Soeno
mengatakan bahwa jarak antara dasar pulpa dengan atap pulpa pada seseorang
usia 10-19 tahun adalah sebesar 1,72 mm. Sedangkan pada seseorang umur
50-59 tahun menyempit sekitar 50% yaitu sebesar 0,72 mm.
Degenerasi pulpa terdiri dari beberapa macam yaitu:
1. Degenerasi Kalsifik
Degenerasi kalsifik merupakan degenerasi sebagian jaringan pulpa
yang digantikan oleh bahan yang mengapur yaitu terbentuk suatu batu
pulpa atau yang sering disebut dengan dentikel. Dentikel terdiri dari dua
macam yaitu true dentikel dan false dentikel.
18
True dentikel adalah suatu dentikel yang dibentuk oleh odontoblast
dan dapat seperti dentin sekunder. Sedangkan false dentikel adalah suatu
dentikel yang berasal dari jaringan pulpa yang mengalami pengapuran.
Bentuk dentikel : 1. Tidak terikat pada dinding pulpa
Dengan bentukan seperti batu berlamina seperti kulit bawang dan
ketika dilakukan pengambilan akan meninggalkan lubang yang
cukup besar.
2. Menyatu pada dinding pulpa
Ketika terjadi keradangan pada pulpa maka tubuh akan beradaptasi
dengan cara melokalisir keradangan tersebut oleh jaringan ikat.
Jaringan ikat inilah yang akan mengalami pengapuran sehingga akan
menyebabkan pembentukan dentikel.
2. Degenerasi Atrofik
Pada degenerasi atrofik terjadi pengecilan pulpa yang penyebabnya
tidak jelas dan menyebabkan jaringan pulpa menjadi kurang sensitif.
Degenerasi ini lebih sering terjadi pada usia lanjut dan pada gigi yang
tidak berfungsi, misalnya pada gigi yang tertanam atau impaksi.
Penyebab dari degenerasi atrofik ini masih belum jelas.
Gambaran HPA menunjukkan adanya sel – sel stelata yang
menurun, cairan interselular meningkat, dan jaringan pulpa yang kurang
sensitif. Penderita seringkali tidak mengalami keluhan apapun. Jika
dilakukan pemeriksaan listrik dan tes termis untuk memeriksa vitalitas
pulpa, pulpa hampir tidak bereaksi. Pada pemeriksaan rontgen foto
terlihat pulpa dan saluran akar mengecil.
3. Degenerasi Fibrous
Pada degenerasi fibrous ditandai dengan pergantian elemen seluler
oleh jaringan penghubung fibrous dan dapat terlihat jelas pada saat
19
pengambilan jaringan pulpa yang berupa jaringan keras. Pada
pemeriksaan rontgen foto terlihat normal namun kadang-kadang terjadi
resorpsi tulang alveolar.
D. Degenerasi Tulang Alveolar
Akibat dari resorpsi tulang alveolar adalah berkurangnya jumlah tulang
akibat kerusakan tulang karena terjadi peningkatan jumlah osteoklas. Penuaan
mengakibatkan kontraksi otot bertambah saat menutup mulut sehingga sendi
sendi bekerja lebih kompleks.
Resorpsi tulang alveolar juga terjadi terutama setelah pencabutan gigi,
yang menyebabkan kehilangan kontak oklusal sehingga fungsi kunyah
terganggu. Akibat dari resorpsi tulang alveolar lainnya adalah terjadi
perubahan pada tampilan wajah, yaitu berkurangnya proyeksi dan tinggi
wajah bagian bawah, dan sudut rahang meningkat.
Pada pertambahan usia terutama pada wanita yang mengalami masa
menopause akan mengalami perubahan hormon. Seperti berkurangnya hormon
estrogen sehingga membuat tulang mengalami resorpsi yang berlebih karena
peningkatan jumlah osteoklas. Resorpsi yang berlebih pada tulang alveolar
menyebabkan tulang tidak mampu lagi menyokong gigi sehingga gigi akan
lebih mudah tanggal. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka akan terjadi
komplikasi yang berlanjut seperti terjadinya maloklusi sehingga akan
memperberat kerja TMJ.
E. Osteoporosis
Degenerasi pada jaringan keras rongga mulut seperti tulang alveolar
merupakan dampak dari osteoporosis pada wanita yang sedang mengalmi
masa menopause. Osteoporosis dapat didefinisikan sebagai penyakit kelainan
pada tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang, kerusakan
tubuh ataupun arsitektur tulang sehingga tulang mudah patah atau rentan
terhadap fraktur.
20
Mekanisme yang mendasari dalam semua kasus osteoporosis adalah
ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Secara
normal, dalam tubuh kita terjadi suatu tahapan remodeling tulang, yaitu proses
pergantian tulang yang sudah tua oleh tulang yang baru.
Proses remodeling dimulai dengan terjadinya resorpsi atau penyerapan
atau penarikan tulang oleh sel tulang yaitu osteoklas, kemudian tulang yang
telah diserap tadi akan diisi oleh tulang baru dengan bantuan sel tulang yang
bernama osteoblas.
Osteoklas yang telah teraktivasi dapat menempel pada permukaan tulang
dan membentuk sealing zone, di mana daerah tersebut menjadi terisolir.
Osteoklas dapat menghasilkan suatu produk yang dapat mengasamkan daerah
tersebut sampai pH 4, dan melarutkan kristal hidroksiapatit, serta protease
asam yang mampu merusak kolagen. Proses ini akan menimbulkan cekungan
yang dangkal, dan osteoblas akan membentuk atau mendepositkan material
tulang baru di daerah yang sama.
Namun, setelah manusia berumur 35 tahun, terutama pada wanita,
keadaan ini tidak berjalan dengan seimbang lagi dimana jumlah tulang yang
diserap lebih besar dari jumlah tulang baru yang menggantikan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang menyebabkan
terjadinya osteoporosis.
Osteoporosis post-menopause terjadi karena kekurangan estrogen, yaitu
hormon utama pada wanita yang membantu mengatur pengangkutan kalsium
ke dalam tulang pada wanita. Ada pula osteoporosis senilis yang diakibatkan
oleh kurangnya kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan
tulang yang baru.
Osteoporosis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Osteoporosis tipe 1
Disebut juga osteoporosis ideopatik (post-menoposal osteoporosis), bisa
terjadi pada dewasa muda dan usia tua, baik pria maupun wanita. Pada
21
wanita usia 51-70 tahun 6 kali lebih banyak dibandingkan dengan pria
kelompok usia yang sama.
Osteoporosis tipe 1 berkaitan dengan perubahan hormone setelah
menopause. Pada osteoporosis tipe 1 ini terjadi penipisan bagian keras
tulang paling luar (korteks) dan perluasan rongga tulang (trabekula).
2. Osteoporosis Tipe 2
Disebut juga senile osteoporosis (involutional osteoporosis), banyak
terjadi pada usia di atas 70 tahun, dan 2 kali lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan pria pada usia yang sama.
Osteoporosis tipe 2 terjadi karena :
Gangguan pemanfaatan vitamin D oleh tubuh, misalnya karena
keadaan kebal terhadap vitamin D (vitamin D resisten)
Atau kekurangan dalam pembentukan vitamin D (vitamin D
synthesa)
Atau mungkin karena kurangnya sel-sel perangsang pembentuk
vitamin D (vitamin D reseptor)
Etiologi
Ada beberapa factor yang menjadi penyebab atau factor-faktor yang
beresiko terkena osteoporosis, diantaranya :
1. Wanita
2. Berusia diatas 50 tahun
3. Kekurangan hormone estrogen
4. Mengalami pengangkatan rahim / ovarium
5. Kurang kalsium
6. Kurang sinar matahari dan kurang vitamin D
7. Kurang aktivitas fisik
8. Histori keluarga ada yang osteoporosis
9. Perokok
10. Peminum kopi dan minuman bersoda
22
11. Peminum alcohol
12. Pengguna obat-obatan seperti kortison, prednisone, antikonvulsan,
hormone tiroid
Gejala Klinis
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, terutama pada penderita
ospteoporosis senilis. Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala,
karena itu sering disebut sebagai The Silent Thief. Jika kepadatan tulang
sangat nyeri tulang dan kelainan bentuk.
Gambaran Radiografi Osteoporosis
Gambaran radiografi Osteoporosis berupa penurunan radiopasitas tulang
dan terdapat penipisan pada lamina dura dan korteks.
23
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Niu Jingbo, Hunter David, et al. Smoking Worsens Knee Osteoarthritis.
News Center Oklahoma City, Oklahoma USA : 2006.
Ganong, William F. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran ed. 22. Jakarta:EGC
Grossman, Louis I.1995.Ilmu Endodontik Dalam Praktek.Jakarta:EGC.
Guyton, Arthur C. and John E. Hall. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi
11. Jakarta: EGC
JA. 1969. Oral Radioghrapic Diagnosis Stafne’s 3rd edition. W.B Saunders
Company.
NeillMc, Charles.1993.Kelainan Kraniomandibula.
Pedersen, Gordon. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa; Purwanto
Basoeseno, editor; Lilian Yuwono. Jakarta: EGC.
Silvia A. Price and Laoraine Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Tanzil, Antonia.2008.Radikal bebas pada gangguan fungsi sendi rahang.
Tarigan, Rasinta; Tarigan, Gita. 2012. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti) Edisi 3.
Jakarta:EGC.
White, Stuart C.;Pharoah, Michael J. 2009. Oral radiology: principles and
interpretation 6th edition. Missouri: Elsevier
Yatim, Faisal. 2000. Osteoporosis ( Penyakit Kerapuhan Tulang) pada Manula.
Jakarta : Pustaka Popular Obor.
Yatim, Faisal. 2003. Osteoporosis ( Penyakit Kerapuhan Tulang) pada Manula.
Jakarta : Pustaka Popular Obor.
24