skenario ii laporan

36
SKENARIO II Ibu Julaekah 41 tahun datang ke praktik drg. Wahyu ingin dilakukan perawatan gigi tiruan tetap untuk menggantikan gigi depannya yang hilang. Berdasarkan hasil pemeriksaan intraoral, diketahui gigi 21 dan 22 hilang dan gigi 11,13,21, dan 23 dapat diindikasik sebagai gigi penyangga. Konstruksi retainer gigi 11,13,21,23 adalah tipe extracoronal retainer dengan menggunakan porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 21 dan 22 menggunakan ridge lap pontic dengan desain porcelain fused to metal. Perawatan dimulai dengan melakukan pencetakan diagnostic dan dilanjutkan dengan preparasi pada gigi 11,13,21, dan 23 dengan akhiran preparasi berbentuk chamfer. Setelah pencetakan fungsional pada gigi penyangga akan dilakukan pemasangan temporary bridge. Selanjutnya dilakukan penyesuaian warna gigi dan pasien diharapkan kontrol kembali untuk dilakukan pemasangan percobaan gigi tiruan. Pada akhirnya dilakukan insersi gigi tiruan tetap. 1

Upload: linda-shafira

Post on 16-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario II Laporan

SKENARIO II

Ibu Julaekah 41 tahun datang ke praktik drg. Wahyu ingin dilakukan

perawatan gigi tiruan tetap untuk menggantikan gigi depannya yang hilang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan intraoral, diketahui gigi 21 dan 22 hilang dan gigi

11,13,21, dan 23 dapat diindikasik sebagai gigi penyangga. Konstruksi retainer

gigi 11,13,21,23 adalah tipe extracoronal retainer dengan menggunakan

porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 21 dan 22 menggunakan ridge lap

pontic dengan desain porcelain fused to metal. Perawatan dimulai dengan

melakukan pencetakan diagnostic dan dilanjutkan dengan preparasi pada gigi

11,13,21, dan 23 dengan akhiran preparasi berbentuk chamfer. Setelah pencetakan

fungsional pada gigi penyangga akan dilakukan pemasangan temporary bridge.

Selanjutnya dilakukan penyesuaian warna gigi dan pasien diharapkan kontrol

kembali untuk dilakukan pemasangan percobaan gigi tiruan. Pada akhirnya

dilakukan insersi gigi tiruan tetap.

1

Page 2: Skenario II Laporan

STEP I

IDENTIFIKASI KATA-KATA SULIT

1. Chamfer : bentukan akhir pada servikal yang tidak menyudut,

baik digunakan pada restorasi logam karena

kekuatan yang diterima gigi penyangga lebih kecil

sehingga dapat menghindari fraktur.

2. Temporary bridge : gigi tiruan tetap sementara yang dipasang pada

pasien sebelum gigi tiruan tetap dipasangkan,

berfungsi untuk melindungi pulpa gigi yang sudah

di preparasi.

3. Pencetakan fungsional : pencetakan rahang dengan bahan elastomer yang

meliputi batas-batas fungsional dari jaringan

anatomis yang membatasinya untuk menghasilkan

model kerja.

4. Pencetakan diagnostic : pencetakan rahang dengan bahan irreversible

hidrocoloid (Alginat) untuk menghasilkan

bentukan negatif dari jaringan rongga mulut sesuai

bentuk anatominya dan menghasilkan model

anatomis/model diagnosa/model studi untuk

mendukung diagnosa dan recana perawatan.

5. Insersi : proses pemasangan gigi tiruan tetap ke dalam

rongga mulut pasien.

6. Ridge lap pontik : pontik dimana bagian lingual/palatal berkontak

dengan ridge namun tidak seluas tipe sadle.

2

Page 3: Skenario II Laporan

STEP II

RUMUSAN MASALAH

1. Apa dasar pertimbangan penentuan desain pada skenario?

2. Apakah ada bahan dan desain lain yang memungkinkan untuk skenario, apa

dasar pertimbangannya?

3. Bagaimana prinsip preparasi untuk kasus di skenario?

4. Bagaimana prosedur pembuatan gigi tiruan tetap?

5. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses insersi gigi tiruan tetap?

3

Page 4: Skenario II Laporan

STEP III

BRAINSTORMING

1. Dasar pertimbangan penentuan desain pada skenario

Permintaan pasien untuk dibuatkan gigi tiruan yang tetap, tidak bisa

dilepas pasang oleh pasien.

Hasil pemeriksaan intraoral, gigi 11,13,21,23 dapat diindikasikan

sebagai gigi penyangga.

Umur pasien dewasa (41 tahun), berkaitan dengan sensitifitas pulpa

pada saat dilakukan preparasi. Struktur anatomis enamel pada orang

dewasa lebih tebal, dan ruang pulpa sudah terbentuk sempurna.

Sehingga sensitifitas pulpa lebih rendah jika dibandingkan dengan umur

muda.

Aspek estetik pada kasus kehilangan gigi anterior akan lebih

dipertimbangkan sehingga berhubungan dengan pemilihan retainer

(extracoronal retainer) dan pemilihan bahan restorasi yaitu

menggunakan porcelain fused to metal.

Extracoronal retainer lebih retentif dan dapat memberikan warna yang

sama dengan pontik.

Porcelain fused to metal lebih estetis karena menyerupai gigi, lebih

kuat karena mengandung metal sehingga tahan terhadap fraktur.

Ridge lap pontic lebih estetik, dan higienis karena tidak ada celah

antara pontik dengan ridge sehingga makanan tidak mudah masuk,

cocok untuk orang dengan oral hygiene baik maupun kurang baik.

2. Desain lain yang memungkinkan untuk kasus di skenario dan dasar

pertimbangan

Jenis gigi tiruan: gigi tiruan tetap konvensional

Jenis retainer : extracoronal retainer dengan bahan mahkota porcelain

Jenis pontik : ovate pontic atau modified ridge lap

Konektor : fixed rigid

4

Page 5: Skenario II Laporan

Jenis gigi tiruan : gigi tiruan konvensional cantilever bridge

Gigi penyangga : gigi 21 dan gigi 11

Jenis pontik : ridge lap pontic, modified ridge lap, atau ovate pontic.

Konektor : fixed rigid

Dasar pertimbangan :

Bahan mahkota porcelain : estetik sangat baik.

Ovate pontik : estetik sangat baik karena dapat menampilkan jaringan

pendukung gigi seolah-olah muncul atau tumbuh dari dalam ridge

karena bentuk ridge dibuat cekung, dan lebih higienis.

Modified ridge lap pontic : dipertimbangkan untuk pasien dengan oral

hygiene yang buruk sehingga bagian palatal mudah dibersihkan dan

estetik cukup baik.

Cantilever bridge : gigi 13, dan 23 masih vital, tidak ada kelainan.

Sedangkan gigi 21 dan 11 sudah cukup dijadikan gigi penyangga.

Sehingga gigi 13 dan 23 bisa dipertahankan untuk tidak diikutkan

dalam preparasi.

3. Prinsip preparasi untuk kasus di skenario

Aspek mekanik

Pengasahan gigi harus mendapatkan retensi dan resistensi dari mahkota

Aspek biologis

Pengasahan gigi tidak boleh membahayakan pulpa sebagai jarigan vital

gigi. Jika pengasahan terlalu dalam dan teknik pengasahan kurang tepat

akan menyebabkan sensitifitas pulpa.

Aspek estetik

Pengasahan gigi harus memberikan ruang yang cukup untuk

membangun bidang restorasinya sehingga estetika terpenuhi. Ketebalan

reduksi untuk porcelain fused to metal adalah 1,5-2 mm. Pengurangan

insisal harus mengikuti bentuk anatomi gigi, lingual dan palatal

dibentuk lancip. Reduksi di bawah gingival crest agar tidak

menimbulkan umbrella effect. 1/3 servikal sejajar sumbu gigi dan 2/3

5

Page 6: Skenario II Laporan

insisal mengikuti permukaan gigi. Sudut preparasi idealnya 50-70 jika

terlalu konus akan mengganggu vitalitas pulpa, dan jika terlalu lurus

akan sulit pada saat insersi. Tepi preparasi harus dibulatkan, karena jika

sudut tajam akan mengurangi retensi dan menyebabkan stress/tegangan

bahkan bisa menyebabkan fraktur. Akhiran servikal dibuat chamfer/

tidak menyudut pada bagian palatal dan shoulder pada bagian labial

untuk menghindari distorsi, menambah retensi dan kekuatan restorasi.

Aspek higienis

Preparasi tidak mudah menjadi tempat akumulasi plak, dan tidak

mengganggu self cleansing.

4. Prosedur pembuatan gigi tiruan

1. Perawatan pendahuluan

2. Pencetakan diagnosa untuk menghasilkan model study

3. Preparasi gigi penyangga

4. Membuat cetakan fungsional

5. Pemilihan warna

6. Pemasangan temporary bridge

7. Insersi gigi tiruan tetap tetap

8. Pengiriman model kerja ke laboratorium dental

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses insersi gigi tiruan tetap

Keadaan estetik : bentuk gigi tiruan, kontak proksimal, kontak oklusal

Path of insertion : garis imajiner dan arah pemasangan

Bahan semen gigi tiruan sementara bisa menggunakan ZnOE

Bahan semen gigi tiruan tetap bisa menggunakan ZnPO4

Stabilisasi : pada saat mastikasi

Retensi

Pengecekan oklusi : untuk menghindari traumatic occlusion

menggunakam articulating paper.

6

Page 7: Skenario II Laporan

GIGI HILANG

GIGI TIRUAN TETAP

DESAIN

Dasar Pertimbangan

PROSEDUR

KLINIK LAB

INSERSI

STEP IV

MAPPING

STEP V

LEARNING OBJECTIVES

1. Memahami dan menjelaskan prosedur pembuatan gigi tiruan tetap (Klinik dan

Lab)

2. Memahami dan menjelaskan prosedur insersi gigi tiruan tetap

7

Page 8: Skenario II Laporan

BAB V

PEMBAHASAN

LO. 1 PROSEDUR PEMBUATAN GIGI TIRUAN TETAP

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dokter gigi sebelum melakukan

pembuatan gigi tiruan tetap antara lain :

1. Melakukan diagnosa untuk menentukan rencana perawatan yang akan

dilakukan

2. Melihat keadaan rongga mulut pasien serta hal-hal lain yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan tetap seperti:

Keadaan rongga mulut. Pada pasien dengan kondisi rongga mulut

yang kurang baik yang akan menimbulkan masalah setelah dibuatkan

gigi tiruan tetap. Biasanya dokter gigi akan melakukan DHE terlebih

dahulu kepada pasien yang mempunyai OH buruk. Faktor kebersihan

mulut dengan restorasi gigi tiruan tetap berkaitan dengan adanya plak,

karies dibawah restorasi dan adanya kelainan periodontal

3. Melakukan foto rontgen periapikal untuk melihat perbandingan antara

crown dan root ratio pada gigi yang digunakan sebagai abutment.

Prosedur Klinik I pada Pembuatan Gigi Tiruan Tetap

1) Pencetakan diagnostik untuk mendapatkan model studi

Untuk mendapatkan model studi, bahan yang dibutuhkan untuk

mencetak adalah alginat (irreversible hidrocolloid) dengan alat sendok

cetak. Model diagnostik merupakan hasil tiruan yang akurat dari gigi

dan batas-batas jaringan. Jadi dalam model studi harus tercetak semua

anatomical landmark sehingga dapat membatu dalam diagnosa dan

rencana perawatan. Adapun tujuan dari pencetakan diagnostik adalah

sebagai berikut :

- Untuk menentukan diagnosa dari pasien

- Untuk mendapatkan model studi

8

Page 9: Skenario II Laporan

- Untuk pemeriksaan oral yang meliputi oklusi, derajat overclosure

dan besarnya ruang interoklusal yang ada

- Untuk survei lengkung rahang pada pembuatan gigi tiruan

- Untuk menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan

- Untuk pemilihan gigi penyangga serta preparasi yang akan

dilakukan

- Untuk melihat gigi geligi yang perlu diasah

- Untuk menentukan arah pasang dari gigi tiruan

- Untuk pembuatan sendok cetak perorangan/ individual tray

2) Preparasi gigi penyangga

Dalam prinsip preparasi gigi penyangga, hendaknya juga

memperhatikan hal sebagai berikut :

a) Bahan restorasi

Jenis bahan restorasi juga harus diperhatikan, apabila yang

digunakan porcelain fused to metal maka reduksi gigi penyangga

sebesar 1,5 – 2 mm, karena membutuhkan ketebalan lebih untuk

mencapai resistensi dan retensi dari porcelain fused to metal yang

merupakan gabungan dari dua bahan.

b) Path of Insertion

Path of insertion merupakan arah pasang dari gigi tiruan cekat yang

akan diinsersikan pada pasien. Path of insertion masuk dalam

tahapan preparasi atau prosedur klinis 1 oleh karena preparasi yang

dilakukan pada tahapan ini harus mempertimbangkan arah pasang

dari gigi tiruan cekat yang akat dibuat. Hal ini berhubungan dengan

kesejajaran dari preparasi antara gigi penyangga satu dengan gigi

penyangga dua. Preparasi dari keduanya harus sejajar sehingga

arah pasang dari gigi tiruan cekat akan mudah dalam insersi dan

tidak menimbulkan trauma pada pasien.

c) Retensi

9

Page 10: Skenario II Laporan

Pada tahapan preparasi perlu diperhatikan dari segi retensi hasil

preparasi. Dimana retensi didapat dari konverginitas dinding-

dinding preparasi yaitu antara 3-5 derajat. Apabila melebihi maka

retensi akan minimal, selain itu juga kekuatan rekat dari semen

yang digunakan tidak optimal sehingga retensi berkurang.

d) Dimensi Cervico-Insisal atau Cervico-Oklusal

Dimana bidang preparasi yang tinggi akan mempunyai permukaan

yang lebih luas sehingga menjadi lebih retentive dan resisten.

Prosedur Preparasi

1. Preparasi Permukaan Incisal Dan Oklusal

Membuat pedoman preparasi dengan garis atau groove pada

permukaan labial, sejajar dan berjarak 1,5 mm dari tepi incisal.

Permukaan incisal diambil sesuai pedoman preparasi.

Pengambilan bersudut 45° terhadap bidang horisontal ke arah

palatal dan dilakukan 2 tahap, pertama sebagian mesial dan

kemudian sebagian distalnya

ALAT : Diamond wheel bur.

Cylindrical diamond stone bur.

10

Page 11: Skenario II Laporan

2. Preparasi Permukaan Proksimal

Pada permukaan mesial dan distal yang sejajar dengan sumbu

gigi yang normal atau membentuk sudut 5° konvergen kearah

incisal atau oklusal.

Dimulai dari gingival margin dan berjarak 1-1,5 mm dari titik

kontak.

Membuat pedoman berupa garis atau groove pada permukaan

labial.

Permukaan proksimal diambil dengan edge cutting disc,

kemudian dibentuk atau diratakan dengan safe side separating

disc, atau tappered cylindrical diamond stone.

3. Preparasi Permukaan Labial/Bukal

Pengambilan permukaan labial/bukal sebanyak 1-1,5 mm:

a. 1/3 bag cervical preparasi sejajar terhadap sumbu gigi (untuk

menghilangkan undercut).

11

Page 12: Skenario II Laporan

b. 2/3 bag incisal mengikuti anatomi permukaan labial gigi.

Batas pengambilan permukaan labial adalah gingival crest.

12

Page 13: Skenario II Laporan

Pembuatan groove dilakukan dengan cylindrical diamond stone

yang mempunyai diameter 1-1,5 mm.

Alat :

a. Diamond wheel dan cylindrical diamond stone untuk 2/3

incisal.

b. Tappered cylindrical diamond stone untuk 1/3 cervical.

4. Preparasi Permukaan Lingual/Palatal

Pengambilan permukaan lingual dan palatal 1- 1,5 mm

13

1/3 bagian cervical sejajar sumbu gigi

2/3 bagian incisal mengikuti anatomi permukaan labial gigi

Preparasi permukaan

labial pada gigi anterior

Page 14: Skenario II Laporan

Preparasi dibagi 2 tahap:

Bagian singulum ke incisal: Pengambilan sejajar dengan

anatomi permukaan gigi.

Bagian singulum ke cervical gigi: Pengambilan sejajar dengan

permukaan gigi. Sedangkan 1/3 cervical dibuat sejajar dengan

sumbu gigi.

Alat : Dari Cingulum Ke Incisal:

- Wheel Diamond Stone.

- Cylindrical Diamond Stone.

Dari Cingulum Ke Cervical:

- Wheel Diamond Stone.

- Tappered Cylindrical Diamond Stone

6. Finishing

Hal yang harus diperhatikan pada saat finishing adalah :

a. Seluruh permukaan dan margin yang telah dipreparasi halus dan

rata

b. Semua line angle dibuat membulat

c. Shoulder membentuk sudut 90o pada cavosurface atau bisa juga

dibevel shoulder.

Tujuan:

a. Agar tidak terjadi fraktur pada bagian yang tajam.

b. Untuk mendapatkan restorasi yang baik (fit)

14

Page 15: Skenario II Laporan

Alat:

Tappered cylindrical diamond stone yang halus atau dengan

sand paper disc yang halus.

3. Pembuatan GTT sementara

Setelah gigi di preparasi, tahapan selanjutnya adalah pembuatan

gigi tiruan tetap atau mahkkota sementara yang terbuat dari akrilik.

Fungsi dari pembuatan gigi tiruan sementara adalah sebagai proteksi

terhadap pulpa gigi penyangga untuk mencegah iritasi termal,kimia,dan

toksik. GTT sementara juga berfungsi sebagai stabilisasi posisi agar

gigi yang telah di preparasi tidak miring, memenuhi kepentingan

estetik, dan mengembalikan fungsi mastikasi. Cara pembuatan gigi

tiruan tetap sementara dapat dilakukan secara direct maupun indirect.

Pembuatan GTT sementara secara direct :

a.    Self curing akrilik putih.

Cara kerja:

- Cetak gigi yang akan dipreparasi dengan bahan alginat.

- Setelah itu, preparasi gigi penyangga atau gigi yang akan

dipasangkan GTT.

-  Lalu olesi gigi yang telah dipreparasi dengan vaselin.

-  Isi cetakan alginat dengan self curing akrilik di bagian gigi

yang dipreparasi.

-  Cetakan dikembalikan ke mulut pasien pada posisi semula.

-  Kelebihan akrilik diambil dengan bur hingga mahkota

sementara sesuai dengan bentuk gigi sebelum dipreparasi.

-  Lalu lekatkan atau pasang mahkota atau tetap sementara

tersebut pada gigi yang telah dipreparasi dengan semen atau

fletcher.

b.   Mahkota sementara siap pakai (buatan pabrik).

15

Page 16: Skenario II Laporan

Mahkota buatan pabrik memiliki bentuk dan ukuran bermacam-

macam. Biasanya untuk bagian anterior terbuat dari akrilik dan

untuk bagian posterior terbuat dari logam.

Cara kerja:

- Cari bentuk dan ukuran yang sesuai.

- Preparasi gigi.

- Olesi gigi yang akan dipasangkan mahkota dengan vaselin.

- Mahkota sementara diisi dengan self curing akrilik lalu dorong

perlahan-lahan pada posisinya.

- Ambi kelebihan akrilik.

- Bagian palatal/oklusal diambil agar tidak mengganggu

oklusi/artikulasi.

- Poles bagian yang kasar.

Pembuatan GTT sementara secara indirect

- Sediakan model gigi pasien yang belum dipreparasi (model

diagnostik) model A.

- Sediakan model gigi pasien yang sudah dipreparasi  oleskan

vaselin pada gigi penyangga  model B.

- Susun gigi pada daerah pontik pada model A  anasir gigi tiruan

dan pola malam.

- Cetak model A dengan sendok cetak setengah rahang dengan bahan

alginat.

- Buka cetakan  hasil cetakan harus mencakup semua gigi

penyangga.

- Aduk akrilik swapolimerisasi panas yang berwarna putih.

- Tempatkan adonan akrilik ke sendok cetak hasil cetakan alginat.

- Cetak kembali ke model B (model gigi yang sudah dipreparasi) 

tunggu sampai polimerisasi hampir sempurna.

- Lepaskan sendok cetak dari model B, rapikan sisa akrilik mahkota

pada model B.

16

Page 17: Skenario II Laporan

- Setelah polimerisasi sempurna, lepaskan mahkota sementara dari

model B.

- Rapikan mahkota sementara dengan menggunakan bur frasser.

- Poles mahkota sementara.

- Mahkota sementara siap dipasang pada pasien  sementasi dengan

semen sementara.

4) Pencetakan fungsional untuk mendapatkan model kerja

a) Sebelum proses pencetakan gigi dimulai, terlebih dahulu dilakukan

pembongkaran mahkota sementara dan pembersihan menyeluruh

pada kavitas. Semua partikel kotoran dibersihkan dengan

semprotan udara dan air, lalu dikeringkan.

b) Proses pencetakan dilakukan dengan teknik mencetak double

impression. Tahap pencetakan dilakukan 2 kali yaitu dengan

menekan sendok cetak yang telah diberi bahan cetak pada gigi.

Cetakan kavitas dan lengkung gigi (RA) dibuat dengan

menggunakan bahan cetak elastomer, sedangkan cetakan dari

rahang antagonisnya (RB) dicetak dengan alginat.

c) Tahap I bahan cetak putty type diaduk sesuai aturan pabrik

dan diletakkan pada sendok cetak. Dimasukkan ke dalam mulut

pasien (RA) dan ditunggu sampai setting. Kemudian

dikeluarkan dari dalam mulut.

d) Tahap II bahan cetak light body type diaduk kemudian

dituangkan di atas hasil cetakan yang jenis putty type tadi, lalu

dicetakkan kembali ke dalam mulut pasien. Setelah bahan cetak

setting, sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan hati-hati.

Diperiksa keakuratan hasil cetakan tersebut.

Adapun beberapa syarat untuk pemilihan sendok cetak untuk

pencetakan fungsional adalah sebagai berikut:

a) Harus seuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakkan di

dalam mulut harus ada selisih kira-kira 4-5 mm.

17

Page 18: Skenario II Laporan

b) Harus sesuai dengan bahan cetaknya, jika memakai alginat harus

memakai sendok cetak yang berlubang atau yang memakai spiral

di tepinya.

c) Sayap sebelah lingual sendok cetak rahang bawah dapat

diperpanjang dengan malam untuk memperluas di bagian

posterior..

Prosedur Laboratorium

1. Pembuatan Model Malam untuk Retainer, Pontik, dan Konektor.

Dilakukan pemberian bahan separator (paraffin) pada mahkota model.

Setelah itu malam inlay (warna biru) diaplikasikan dengan pisau malam

pada mahkota model selapis demi selapis. Dimana tidak boleh ada

lipatan-lipatan pada permukaan dari dalam model. Selain itu, perlu

diperhatikan juga kontak mesio-distalnya dari setiap gigi penyangga

dengan gigi tetangganya. Batas model malam mahkota gigi penyangga

pada bagian servikal adalah sesuai dengan batas preparasi gigi yang

telah dibuat. Selanjutnya dilakukan pengukiran untuk membentuk

mahkota gigi penyangga. Dimana bentuk anatomis model malam

mahkota mengikuti bentuk anatomis gigi asli. Setelah selesai dilakukan

pembuatan model malam pada kedua mahkota gigi penyangga,

kemudian dilanjutkan dengan pembuatan model malam pontik.

Pembuatan pontik berbentuk sanitary.

2. Pembuatan Facing.

Pembentukan model malam untuk pembuatan facing dari akrilik.

3. Pembuatan Sprue dan Ventilasi.

Pembuatan sprue dilakukan dengan ukuran Ø a = 1,5 mm, Ø b = 2 mm,

Ø c = 2,5 mm, Ø d = 3 mm melalui malam merah yang digulung

dengan menggunakan dua buah lempeng kaca yang dipananskan. Sprue

yang dibuat harus mempunyai bentuk yang bulat, halus, dan tidak ada

bagian yang porus ataupun berlubang.

4. Pemasangan Tetap pada Crussible Former.

18

Page 19: Skenario II Laporan

Setelah pembuatan sprue dilakukan pemasangan model malam tetap

dalam bumbung tuang. Dimana pemasangan sprue membentuk sudut

450 dengan permukaan yang tertebal dari oklusal gigi. Selain itu,

diameter ventilator Ø = 1 mm.

Kemudian model malam diulasi dengan air sabun dengan menggunakan

kuas kecil, untuk menurunkan tegangan permukaan. Pada saat

melakukan penanaman model malam tetap, perhatikan jarak antara

bagian pinggir model malam tetap dengan dinding bumbung tuang

dengan jarak antara bagian atas model malam tetap dengan bagian atas

bumbung tuang sekurang-kurangnya 0,5 cm.

Setelah itu dilanjutkan dengan pengisian bahan tanam dalam bumbung

tuang yang sebelumnya model malam tetap pada bagian dalam telah

diulasi dengan bahan tanam denggan menggunakan kuas. Pada saat

mengisi bahan tanam dalam bumbung tuang, dilakukan ketukan-

ketukan ringan agar bahan tanam mengisi semua ruang yang ada. Lalu

bumbung tuang didiamkan sampai bahan tanam mengeras.

Dilakukan pembuangan malam setelah bahan tanam dalam bumbung

mengeras. Pembuangan malam ini dilakukan diatas pinggiran kompor

yang menyala dengan posisi 450 agar bahan malam dapat mengalir

keluar. Sebelum dilakukan pengecoran, bumbung dimasukkan ke dalam

oven sampai suhu 7000 C. Setelah itu dilakukan pengecoran logam

dengan menggunakan alat casting machine tipe sentrifugal, diawali

dengan pemanasan logam, setelah dilakukan penguncian putaran

sebanyak 2,5 kali putaran. Setelah logam mencair dilakukan pelepasan

penguncian tersebut. pelepasan gigi tiruan tetap dapat dilakukan setelah

bumbung tuang mencapai suhu yang sama dengan suhu kamar.

Pemilihan warna

Dalam melakukan pilihan warna banyak faktor yang

memperngaruhi keberhasilannya. Beberapa faktor tersebut meliputi

19

Page 20: Skenario II Laporan

sumber cahaya, mata operator, lama waktu penglihatan dan latar

belakang atau kondisi ruangan.

Sumber cahaya merupakan faktor yang paling dominan. Sumber cahaya

yang baik, yang akan memberikan hasil sesuai warna acuana dalah sinar

matahari pada pukul 12.00 siang sampai 13.00. Namun sumber cahaya

ini tidak terlalu sering kita gunakan karena pasien biasanya datang pada

jam - jam praktek, yaitu sore sampai malam hari. Saat ini sudah banyak

tersedia lampu yang dapat menghasilkan cahaya dengan memiliki

karakteristik seperti cahaya matahari pada tengah hari.

Operator juga berperan dalam keberhasilan pemilihan warna,

kualitas penglihatan mata operator dan kelelahan mata operator sangat

berpengaruh terhadap keakuratan warna. Lamanya pengamatan warna

juga berpengaruh terhadap keakuratan warna. Selain itu, latar belakang

juga sangat mempengaruhi keakuratan warna. Latar belakang yang

dimaksud tidak hanya kondisi ruangan, namun termasuk baju pasien

dan warna lipstik yang digunakan.

3. LO. 2 PROSEDUR INSERSI GIGI TIRUAN TETAP

Pada tahap insersi, setelah gigi tiruan selesai difabrikasi dari

laboratorium sebelum dipasangkan/ disementasi pada pasien gigi tiruan

ini perlu dievaluasi terlebih dahulu. Jika sudah baik maka bisa

disementasikan di gigi pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Kecekatan (Fitness/ Self Retention)

GTT harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan

bisa pas dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan

mampu melawan gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah

insersi tanpa sementasi.

2. Marginal Fitness & Integrity

Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde

apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan

pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga kondisi

20

Page 21: Skenario II Laporan

gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal yang

terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan

pengurangan panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang

dapat berakibat terbukanya tepi restorasi.

3. Kontak Proksimal

Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur

(terlalu ke labial atau lingual atau oklusal). Pengecekan dilakukan

dengan menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal gigi

tetangga ataupun antar GTT. Disini benang harus mengalami

hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang.

4. Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva

Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat,

sehingga tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak

diberi gaya. Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan

menekan salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu

karena nantinya GTT akan menekan gusi meskipun ringan namun

tetap tidak boleh membuat perubahan warna pada gusi yang dapat

berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan efek self

cleansing pada daerah embrasurnya.

5. Penyesuaian Oklusal

Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan

di titik kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas

tersebut dalam kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak

adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan bahwa oklusi

sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan

saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan ini dapat

berujung pada gangguan sistem mastikasi. Cara memeriksa oklusi

dilakukan dengan menggunakan kertas artikulasi yang diletakan

diantara gigi rahang atas dan rahang bawah kemudian pasien

diinstruksikan untuk mengunyah. Pada keadaan normal akan terlihat

warna yang menyebar secara merata pada permukaan gigi. Apabila

21

Page 22: Skenario II Laporan

warna tidak merata maka perlu dilakukan selective grinding.

Pengecekan ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.

6. Estetika

Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi,

khususnya pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya

sewarna gigi dan seideal mungkin, maka pada bagian yang terlihat

saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil posterior) maka restorasi

harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur,

anatomi, dan bentuk normal gigi tersebut.

7. Internal Fit

Internal fit merupakan ketepatan bagian dalam retainer gigi tiruan

cekat dengan permukaan luar gigi penyangga yang telah di preparasi

8. Kontur

Kontur pada bagian eksternal dari gigi tiruan yang telah jadi harus

sesuai dengan kontur anatomis gigi sebelumnya. Hal ini akan

mempengaruhi dari kontak dan hubungan dengan jaringan dalam

rongga mulut pasien

Prosedur Klinik II / Insersi Gigi Tiruan Tetap

1. Menyiapkan crown

Crown dibersihkan dengan alat ultrasonic, ataupun sikat gigi dan

detergent. Selanjutnya dibilas dengan air dan dikeringkan dengan

hembusan air.

2. Menyiapkan gigi

Gigi yang akan dipasangi crown dibersihkan dengan air dan

hembusan udara.

3. Menyiapkan semen

Semen yang biasa digunakan adalah Zinc Fosfat , Zinc Okside

Eugenol ataupun Glass Ionomer. Kemudian semen diaduk dengan

aturan sesuai dengan jenis semen dan aturan pabrik.

Zink Fosfat

22

Page 23: Skenario II Laporan

Kelebihan : lebih tahan lama, compressive strength baik,

working time relatif lebih lama, tahan terhadap penyerapan air,

tidak mengiritasi pulpa walaupun mengandung asam

Kekurangan : tensile strength rendah

Indikasi : gigi tiruan tetap konvensional dengan preparasi yang

baik (retentif) dan untuk restorasi multiple karena working time

dapat diperpanjang, semen untuk mahkota tetap

Zink Okside Eugenol

Kelebihan : cukup tahan lama, compressive strength baik,

working time relatif lebih lama, tahan terhadap penyerapan air

(tidak lebih lebih tahan dari zink fosfat), tidak mengiritasi

pulpa

Kekurangan : tensile strength rendah, lapisan film yang

dihasilkan tebal

Indikasi : gigi vital/sensitif, semen untuk mahkota sementara/

temporary bridge

Glass Ionomer

Kelebihan : mengandung fluoride

Kekurangan : sensitif dalam keadaan lembab, tensile strength

rendah, tidak tahan terhadap asam

Indikasi : gigi tiruan tetap konvensional dengan pasien yang

memiliki tingkat karies tinggi, atau oral hygiene kurang, sering

digunakan sebagai alternatif semen zink fosfat

4. Mengaplikasikan semen pada cekungan crown dan permukaan

gigi yang akan dipasangi crown.

5. Insersi crown

Crown dipasang dengan cepat dan ditekan dengan kuat dan stabil

secara terus menerus untuk memaksa keluar sisa sisa semen dari

margin. Penekanan bias dilakukan oleh operator ataupun pasien

23

Page 24: Skenario II Laporan

dengan menggigit gulungan kapas. Penekanan ini dipertahankan

selama semen belum setting.

6. Setelah semen seting, sisa sisa semen dibersihkan, cek oklusi dan

dilakukan pemolesan.

24

Page 25: Skenario II Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Basker RM . 2003. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi Edisi 3.

Jakarta : EGC

Prajitno,H.R.1991. Ilmu Gigi Tiruan Tetap: pengetahuan dasar dan rancangan

pembuatan;editor Lilian Yuwona. Jakarta:EGC

Wassell, R. 2002. “Crown and other-coronal restoration: Try-in and cementation

of crowns”. British Dental Journal. Vol.193 (1): 17-28

25