laporan tetap 6
DESCRIPTION
Biokimia 1TRANSCRIPT
LAPORAN TETAP BIOKIMIA 1
PENGENDAPAN DENGAN ALKOHOL
Nama : Septi Andriani
NIM : 06101181320005
Kelompok : 2
Anggota : 1. Dess Kasturi
2. Eka Ranti Bendari
3.Hasanul Kamil Ridho
4.Nurul Hidayah
5.Yuliana
Dosen Pembimbing : Maefa Eka Haryani., S.Pd.M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
I. Percobaan ke : 6
II. Tanggal Percobaan : 30 Oktober 2015
III. Nama Percobaan : Pengendapan dengan Alkohol
IV. Tujuan Percobaan :
Untuk menguji dan mengidentifikasi proein menggunakan uji pengendapan
alkohol.
V. Dasar Teori
Protein adalah suatu polipeptida yang memiliki kira-kira 100 sampai 1.800 atau lebih
residu asam amino.Protein alamiah memiliki 20 jenis asam amino. Untuk setiap protein
tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusunnya sangat spesifik. Suatu protein
yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus kimia lain disebut protein
sederhana.Protein disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan asam amino dari jenis
protein lain disebut gugus prostetik. Contohnya, lipoprotein mengandung lipid dan
glikoprotein mengandung gula. (Amstrong,1995). Di dalam tubuh, protein mempunyai
peranan yang sangat penting. Fungsi utamanya sebagai zat pembangun atau pembentuk
struktur sel. misalnya untuk pembentukan kulit, otot, rambut, membran sel, jantung, hati,
ginjal,dan beberapa organ penting lainnya. Kemudian,terdapat pula protein yang mempunyai
fungsi khusus, yaitu protein yang aktif. Beberapa diantaranya adalah enzim yang berperan
sebagai biokatalisator,hemoglobin sebagai pengangkut oksigen, hormon sebagai pengatur
metabolisme tubuh dan antibody untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit.
Kekurangan protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai proses metabolisme di
dalam tubuh serta mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. (Winarno,
1982). Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan,baik yang berasal dari
hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani,
sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Sumber protein dari beberapa
bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, dan buah-buahan. Protein
dalam makanan yang dikonsumsi manusia akan dipecah menjadi asam-asam amino dalam
proses pencernaan dengan dibantu oleh enzim seperti pepsin dan tripsin.
Asam–asam amino yang dihasilkan diserap oleh usus dan dibawa darah ke hati atau
didistribusikan ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Selain untuk pembentukan sel-sel
tubuh,protein dapat pula digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh kita
terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. (Riawan,1990). Secara kimiawi, protein merupakan
senyawa polimer yang tersusun atas satuan asam-asam amino sebagai monomer-nya. Asam-
asam amino terikat satu sama lain melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil
(-COOH) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain
dengan melepaskan satu molekul air, peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut
dipeptida. Sebaliknya, peptide yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih asam amino masing-
masing disebut tripeptida, tetra peptide, dan seterusnya. (Amstrong, 199).
Protein adalah blok bangunan kehidupan. Tubuh membutuhkan protein untuk memperbaiki
dan mempertahankan dirinya. Struktur dasar dari protein adalah rantai asam amino. Protein
adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan. Selain air, protein adalah jenis yang paling melimpah dari molekul dalam
tubuh. Protein dapat ditemukan di semua sel tubuh dan merupakan komponen struktural
utama dari semua sel dalam tubuh, terutama otot. Ini juga termasuk organ tubuh, rambut dan
kulit. Protein juga digunakan dalam membran, seperti glikoprotein . Ketika dipecah menjadi
asam amino, mereka digunakan sebagai prekursor untuk asam nukleat , co-enzim, hormon,
respon imun, perbaikan sel, dan molekul lain yang penting bagi kehidupan. [4] Selain itu,
protein diperlukan untuk membentuk sel darah.
Protein dapat ditemukan dalam berbagai makanan. Kombinasi terbaik dari sumber
protein tergantung pada wilayah di dunia, akses, biaya, jenis asam amino dan keseimbangan
gizi, serta selera diperoleh. Beberapa makanan yang tinggi asam amino tertentu, tapi cerna
mereka dan faktor-faktor anti-nutrisihadir dalam makanan ini membuat mereka nilai terbatas
dalam gizi manusia. Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan kecernaan dan profil gizi
sekunder seperti kalori, kolesterol, vitamin dan kepadatan mineral penting dari sumber
protein. [6] Pada dasar di seluruh dunia, makanan protein nabati berkontribusi lebih dari 60
persen dari pasokan per kapita protein, pada rata-rata. Di Amerika Utara, makanan yang
berasal dari hewan berkontribusi sekitar 70 persen sumber protein. Daging, telur dan ikan
merupakan sumber protein lengkap. Susu dan susu yang diturunkan makanan juga merupakan
sumber protein yang baik.
Ketika protein dicerna, asam amino yang tersisa. Tubuh manusia membutuhkan
sejumlah asam amino untuk memecah makanan. Asam amino harus dimakan dalam jumlah
cukup besar untuk kesehatan yang optimal. Asam amino yang ditemukan dalam sumber-
sumber hewani seperti daging, susu, ikan, dan telur, serta sumber tanaman seperti kedelai,
kacang-kacangan, kacang-kacangan, selai kacang, dan beberapa biji-bijian (seperti
gandum). Anda tidak perlu makan produk hewani untuk mendapatkan semua protein yang
Anda butuhkan dalam diet Anda. Asam amino diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
Esensial
Nonesensial
Bersyarat
Kekurangan protein dan kekurangan gizi dapat menyebabkan berbagai penyakit.
termasuk keterbelakangan mental dan kwashiorkor. [9] Gejala kwashiorkor termasuk apatis,
diare, tidak aktif, gagal tumbuh, kulit terkelupas, fatty liver, dan edema dari perut dan
kaki. Edema ini dijelaskan oleh aksi lipoxygenase pada asam arakidonat untuk membentuk
leukotrien dan fungsi normal dari protein dalam keseimbangan cairan dan transportasi
lipoprotein. Meskipun malnutrisi energi protein lebih umum di negara-negara berpenghasilan
rendah, anak-anak dari negara-negara berpenghasilan tinggi juga terpengaruh, termasuk anak-
anak dari daerah perkotaan besar di lingkungan sosial ekonomi rendah. Hal ini juga dapat
terjadi pada anak-anak dengan penyakit kronis, dan anak-anak yang dilembagakan atau
dirawat di rumah sakit untuk diagnosis yang berbeda. Faktor risiko meliputi diagnosis utama
cacat intelektual, cystic fibrosis, keganasan, penyakit jantung, penyakit ginjal tahap akhir,
penyakit oncologic, penyakit genetik, penyakit saraf, beberapa diagnosa, atau rumah sakit
yang berkepanjangan. Dalam kondisi ini, manajemen gizi menantang mungkin bisa diabaikan
dan diremehkan, mengakibatkan penurunan kemungkinan untuk pemulihan dan
memburuknya situasi.
VI. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Tabung reaksi 1. Larutan putih telur 1%-5%
2. Rak tabung reaksi 2. Larutan Albumin
3. Pipet tetes 3. HCl 0,1 M
4. Beeker gelas 4. NaOH 0,1 M
5. Batang pengaduk 5. Buffer asetat pH 4,7
6. Gelas Ukur 6. Etil alkohol 95% (Etanol)
VII. Prosedur Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan ini
2. Ambil masing-masing sampel yang digunakan sebanyak 5 ml lalu masukkan
kedalam tabung reaksi. (setiap sampel digunakan untuk 3 tabung reaksi,jadi total
setiap1 sampel 15 ml untuk 3 tabung reaksi)
3. –untuk tabung pertama : 5 ml larutan sampel yang diambil kemudian ditambah 1
ml HCl 0,1 M, homogenkan larutan kemudian tambahkan lagi dengan etil alkohol
95% (etanol) sebanyak 6 ml. Lakukan untuk setiap sampel yang akan digunakan.
-untuk tabung kedua : 5 ml larutan sampel yang diambil kemudian ditambah 1 ml
NaOH 0,1 M, homogenkan larutan kemudian tambahkan lagi dengan etil alkohol
95% (etanol) sebanyak 6 ml. Lakukan untuk setiap sampel yang akan digunakan
-untuk tabung ketiga : 5 ml larutan sampel yang diambil kemudian ditambah 1 ml
buffer asetat, pH 4,7, homogenkan larutan kemudian tambahkan lagi dengan etil
alkohol 95% (etanol) sebanyak 6 ml. Lakukan untuk setiap sampel yang akan
digunakan.
4. Lihat dan amati perubahan yang terjadi, kemudian jika larutan sampel berubah
mempunyai endapan, maka pisahkan endapan dengan larutannya
5. Uji endapan dengan air (akuadest), amati perubahan yang terjadi dan catatlah
hasilnya.
VIII. Data Hasil Pengamatan
No Sampel Hasil Pengamatan
Uji dengan Etanol Uji dengan Air
1 Larutan albumin 5 ml (bening) + 1
ml HCl 0,1 M (bening) + 6 ml Etil
Alkohol (Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih -
2 Larutan putih telur 1% 5 ml
(bening) + 1 ml HCl 0,1 M (bening)
+ 6 ml Etil Alkohol (Etanol) 95%
(bening)
Endapan Putih -
3 Larutan putih telur 2% 5 ml
(bening) + 1 ml HCl 0,1 M (bening)
+ 6 ml Etil Alkohol (Etanol) 95% -
Endapan Putih -
(bening)
4 Larutan putih telur 3% 5 ml
(bening) + 1 ml HCl 0,1 M (bening)
+ 6 ml Etil Alkohol (Etanol) 95%
(bening)
Endapan Putih -
5 Larutan putih telur 4% 5 ml
(bening) + 1 ml HCl 0,1 M (bening)
+ 6 ml Etil Alkohol (Etanol) 95%
(bening)
Endapan Putih -
6 Larutan putih telur 5% 5 ml
(bening) + 1 ml HCl 0,1 M (bening)
+ 6 ml Etil Alkohol (Etanol) 95%
(bening)
Endapan Putih -
1 Larutan albumin 5 ml (bening) + 1
ml NaOH 0,1 M (bening) + 6 ml
Etil Alkohol (Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih -
2 Larutan putih telur 1% 5 ml
(bening) + 1 ml NaOH 0,1 M
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih -
3 Larutan putih telur 2% 5 ml
(bening) + 1 ml NaOH 0,1 M
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih -
4 Larutan putih telur 3% 5 ml
(bening) + 1 ml NaOH 0,1 M
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih -
5 Larutan putih telur 4% 5 ml
(bening) + 1 ml NaOH 0,1 M
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih -
6 Larutan putih telur 5% 5 ml Endapan Putih -
(bening) + 1 ml NaOH 0,1 M
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
1 Larutan albumin 5 ml (bening) + 1
ml buffer asetat, pH 4,7 (bening) +
6 ml Etil Alkohol (Etanol) 95%
(bening)
Endapan Putih Endapan yang ada
menjadi larut
sebagian
2 Larutan putih telur 1% 5 ml
(bening) + 1 ml buffer asetat, pH 4,7
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih Endapan yang ada
menjadi larut
sebagian
3 Larutan putih telur 2% 5 ml
(bening) + 1 ml buffer asetat, pH 4,7
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih Endapan yang ada
menjadi larut
sebagian
4 Larutan putih telur 3% 5 ml
(bening) + 1 ml buffer asetat, pH 4,7
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih Endapan yang ada
menjadi larut
sebagian
5 Larutan putih telur 4% 5 ml
(bening) + 1 ml buffer asetat, pH 4,7
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih Endapan yang ada
menjadi larut
sebagian
6 Larutan putih telur 5% 5 ml
(bening) + 1 ml buffer asetat, pH 4,7
(bening) + 6 ml Etil Alkohol
(Etanol) 95% (bening)
Endapan Putih Endapan yang ada
menjadi larut
sebagian
IX. Persamaan Reaksi
Reaksi dengan HCl 0,1 M dan dilanjutkan dengan alkohol
Reaksi dengan NaOH 0,1 M dan dilanjutkan dengan alkohol
Reaksi dengan Buffer Asetat pH 4,7 dan dilanjutkan alkohol
X. Pembahasan
Pada percobaan ini kami melakukan percobaan tentang pengujian protein dengan uji
pengendapan dengan logam. Disini kami melakukan pengujian terhadap 2 sampel yaiu
larutan albuin dan larutan putih telur 1% sampai 5% dimana masing-masing sampel ini
dilakukan tiga kali pengujian dengan menggunakan tiga tabung reaksi untuk setiap larutan
sampel. Pada percobaan ini tujuan dari penggunaan alkohol dikarenakan alkohol yang
merupakan pelarut organik yang akan mengurangi konstanta dielektrika dari air sehingga
kelarutan dari protein akan berkurang. Juga karena alkohol akan mengalami kmpetisi dengan
protein terhadap air.
Dari hasil pengujian yang kami lakukan terhadap sampel untuk tabung pertama yaitu
larutan albumin dan putih telur 1% - 5% yang ditambahkan dengan larutan HCl dan etil
alkohol 95% (etanol) kami mendapatkan data bahwa terdapat perubahan pada semua larutan
sampel tersebut yaitu terdapat endapan putih didalam larutannya, tetapi endapannya tidak
banyak sehingga kalau dilihat sekilas larutan tersebut seperti tidak mengalami perubahan
apapun. Terdapatnya endapan ini dikarenakan penambahan HCl yang membuat pH larutan
protein berada dibawah titik isoelektrik. Tabung kedua yang kami uji yaitu larutan sampel
yang ditambahkan dengan 1 ml NaOH. Data yang kami dapatkan menunjukkan bahwa
terdapat endapan putih tetapi sangat sedikit sehingga tidak tampak seperti larutannya
mengalami perubahan dikarenakan warna larutan tetap bening. Hal ini disebabkan karena
penambahan larutan NaOH kedalam larutan sampel menyebabkan ph larutan berada diatas ph
isoelektriknya sehingga kelarutan protein meningkat dan larutan berwarna bening. Walaupun
ditambah dengan larutan etanol larutan tetap menjadi bening. Ini dikarenakan molekul-
molekul protein yang meningkat akibat penambahan basa yang berkompetisi dengan gugus
–OH dari etanol untuk mengikat air. Untuk tabung terakhir larutan sampel ditambahkan
dengan larutan buffer asetat dengan ph 4,7. Dari hasil yang kami dapatkan bahwa endapan
putih yang banyak terbentuk setelah ditambahkan dengan buffer asetat karena buffer asetat
ini memiliki ph 4,7 yang sama dengan ph isolistrik albumin (4,55-4,90). Inilah mengapa
endapan putih yang paling banyak terbentuk terdapat pada albumin. Endapan ini juga
terbentuk karena kondisi larutan berada di bawah ph isoelektriknya karena ph buffer asetat
yang sedikit asam serta dikarenakan penambahan alkohol yang membuat protein semakin
banyak endapan.
Endapan yang bisa kami uji kelarutannnya dengan air hanya terdapat pada endapan
yang dihasilkan oleh penambahan buffer asetat, sedangkan endapan yang lain tidak kami
lakukan karena sulit untuk memisahkan larutan dengan endapannya dikareankan endapannya
yang sangat sedikit. Untuk pengujian dengan air, endapan ini tidak semuanya larut dalam air
tetapi sebagian yang lainnya larut ini dikarenakan kelarutan pada larutan protein tersebut
telah mengalami penurunan isoelektriknya.
Endapan yang terbentuk ini dipengaruhi oleh ph isoelektrik larutan. Ph isoelektik
adalah kondisi dimana muatan positif dan negatif yang ada itu jumlahnya sama banyak.
Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga protein
bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi
sebagai asam atau bermuatan negatif. Pada pH isolistrik muatan gugus amino dan karboksil
bebas akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol.
XI. Kesimpulan
1. Semua larutan yang di uji dengan pengendapan alkohol ini bereaksi positif karena
menghasilkan endapan putih
2. Larutan yang paling banyak endapannya yaitu larutan pada penambahan buffer
asetat ph 4,7
3. Endapan yang diuji kelarutannya dengan air tidak semuanya larut (hanya larut
sebagian)
4. Adanya endapan protein ini dikarenakan gugus hidroksi dari alkohol lebih mudah
mengalami hidrasi
XII. Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Laporan Praktikum Uji Protein. Online :
(http://lovechemistryeducation.blogspot.com/2012/04/laporan-praktikum-uji-
protein.html) diakses tanggal 4 November 2015
Anonim. 2013. Reaksi Uji Protein. Online : (http://meypharmacys.blogspot.
com/2013/04/reaksi-uji-protein.html) diakses tanggal 4 November 2015
Nurbi.2010.Uji protein;(online) http://nurbio08uh.blogspot.com/ pada tanggal 4
November 2015
Sukaryawan, Made dan Desi. 2014. Petunjuk Praktikum Biokimia I. Indralaya : Unsri
XIII. Lampiran