laporan tutorial etika ske 3

35
LAPORAN TUTORIAL “PRINSIP DASAR ETIKA KEDOKTERAN” Diajukan guna melengkapi tugas tutorial dan memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan Blok Etika dan Hukum Pelayanan Kesehatan Masyarakat Disusun oleh : Kelompok Tutorial VI

Upload: sheila-dian-pradipta

Post on 28-Dec-2015

167 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Etika Ske 3

LAPORAN TUTORIAL “PRINSIP DASAR ETIKA KEDOKTERAN”

Diajukan guna melengkapi tugas tutorial dan memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan Blok Etika dan Hukum Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh :

Kelompok Tutorial VI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Laporan Tutorial Etika Ske 3

ANGGOTA KELOMPOK

Ketua : Lita Damafitra (111610101054)

Sciber papan : Whylda Dyasti E.F (111610101038)

Sciber meja : Sheila Dian Pradipta (111610101071)

Anggota :

1. Choiril Faizol A. (111610101021)

2. Yuntari Daniati (111610101028)

3. Ni Putu Inda Prisilia (111610101018)

4. Ayu Nurfitria (111610101058)

5. Fitria Krisnawati (111610101064)

6. Sitti Nur Qomariah (111610101066)

7. Tiara Fortuna B. B. (111610101067)

8. Adinda Martina (111610101072)

9. Dewi Martinda H. (111610101173)

Page 3: Laporan Tutorial Etika Ske 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa memberikan rahmat, hidayah

serta inayah-Nya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat menyusun laporan ini

meskipun kami menyadari masih ada beberapa kekurangan di dalamnya.

Dalam laporan ini kami membahas tentang Prinsip Dasar Etika Kedokteran yang

terdapat pada Blok Etika dan Hukum Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Semoga bisa

bermanfaat, khususnya bagi kalangan mahasiswa yang bertujuan untuk menggali

pengetahuan serta untuk memperoleh ilmu di dalamnya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. drg. Sri Lestari, M.Kes sebagai tutor selaku dosen pembimbing pada diskusi

tutorial yang telah memberi bimbingan dan waktu untuk menyelesaikan laporan

ini.

2. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulisan laporan ini.

Akhirnya kami pun berharap, Semoga laporan ini bisa memenuhi syarat untuk tugas

tutorial. Dan kami pun berharap semoga Allah SWT meridhoi amal usaha kami juga

memberikan balasan kebaikan yang lebih baik, Amin.

Jember, Juni 2014

Penulis

Page 4: Laporan Tutorial Etika Ske 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam dunia ini, sering ditemukan masalah dalam menentukan apakah

perbuatan yang kita lakukan itu baik atau buruk, benar atau salah. Apabila melakukan

sesuatu yang dianggap salah oleh masyarakat, seringkali tindakan tersebut dikatakan

tidak etis atau tidak sesuai dengan etika. Etika berasal dari kata Yunani ethos yang

berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang baik, yang layak. Menurut

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan

tentang azas dan akhlak.

Di dalam dunia pekerjaan/profesi, tentunya sangat dibutuhkan etika. Di dalam

dunia kedokteran juga mengenal istilah etika kedokteran. Etika kedokteran merupakan

seperangkat perilaku dokter dalam hubungannya dengan pasien, sesama dokter, keluarga,

masyarakat, dan lainnya. Di dalam etika kedokteran, terdapat istilah bioetika.

Bioetik berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti

norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetika medis merupakan studi

interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi

dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang.

Awalnya bioetika dikemukakan oleh V.P Potter, munculnya konsep ini dilatarbelakangi

oleh adanya masalah-masalah yang timbul dari kecerobohan manusia seperti polusi

lingkungan yang berkembang cepat, sehingga menyebabkan lingkungan bumi beserta

sistem ekologinya berada dalam bahaya. Dalam perkembangannya bioetika cenderung

mengarah pada penanganan issu-issu tentang nilai-nilai dan etika yang timbul karena

perkembangan ilmu dan teknologi serta biomedis yang cepat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin membahas tentang prinsip

dasar etika kedokteran dan penerapannya dalam pengambilan keputusan perawatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penjelasan prinsip dasar etika kedokteran?

Page 5: Laporan Tutorial Etika Ske 3

2. Bagaimana cara menentukan pengambilan keputusan perawatan kepada pasien sesuai

dengan prinsip dasar etika kedokteran?

3. Bagaimana mengkomunikasikan kepada pasien dalam menerima dan menolak

perawatan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Mampu memahami dan menjelaskan prinsip dasar etika kedokteran.

2. Mampu memahami, menjelaskan dan menentukan pengambilan keputusan perawatan

kepada pasien berdasarkan prinsip dasar etika kedokteran.

3. Mampu mengkomunikasikan kepada pasien dalam menerima atau menolak

perawatan.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan tutorial ini adalah dapat

melengkapi informasi tentang prinsip dasar etika kedokteran dan penerapannya dalam

pengambilan keputusan perawatan.

Page 6: Laporan Tutorial Etika Ske 3

1.5 Mapping

Pasien dengan perubahan warna

Pemeriksaan

Rencana Perawatan

Diagnosa

ObyektifSubyektif

Prinsip dasar etika kedokteran

Beneficence Non-maleficence Justice Autonomi

Pengambilan keputusan perawatan

MenerimaMenolak

Informed Consent

Informed Refuse

Pemeriksaan

Pasien dengan perubahan warna

Page 7: Laporan Tutorial Etika Ske 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioetika

Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang

ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, baik pada skala

mikro maupun skala makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem

nilainya, kini dan masa mendatang. Di dalam uraian mengenai bioetika dibedakannya

etika dalam 3 pengertian yaitu,

a. Etika sebagai nilai-nilai dan azas-azas moral yang dipakai seseorang atau suatu

kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.

b. Etika sebagai kumpulan azas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas ( apa yang

dianggap baik atau buruk). Misalnya kode etik kedokteran, kode etik rumah sakit.

c. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudt-sudut norma

dan nilai-nilai moral. (J. Guwandi, 1991)

Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika:

a. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara orang

memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggungjawab dengan organisme

hidup dalam kehidupan mereka.

b. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada orang lain apa

yang baik atau jelek secara etika, dan apa prinsip-pinsip yang paling penting dalam

membuat keputusan-keputusan seperti itu. Ini dapat juga dikatakan bahwa

seseorang atau sesuatu mempunyai hak, dan orang lain mempunyai kewajiban

terhadap hak ini.

c. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di atas antara

orang, kelompok dalam masyarakat, dan komunitas. ( Gunawan, 1992 )

Page 8: Laporan Tutorial Etika Ske 3

2.2 Prinsip Dasar Bioetika

Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang mempermudah

penalaran etik. Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Pada praktiknya, satu prinsip dapat

dibersamakan dengan prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi

berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan

mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan prima facie. Konsil

Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan

bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada 4 kaidah dasar moral (sering

disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika) antara lain :

1. Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy)

Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus

diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan

nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau

hilang perlu mendapatkan perlindungan.

Menurut pandangan Kant yaitu otonomi kehendak sama dengan otonomi

moral yakni kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri

sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa

hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi

dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia. Sedangkan

pandangan J. Stuart Mill, otonomi tindakan/pemikiran sama dengan otonomi

individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan

keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi

pandang pribadi. Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela,

membiarkan pasien demi dirinya sendiri (sebagai mahluk bermartabat). Hal ini erat

terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan

peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended).

(Shahid, 2001)

2. Berbuat baik (beneficence)

Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan

agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya. Pengertian ”berbuat

baik” diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi

kewajiban.Tindakan berbuat baik (beneficence). Ciri-ciri dari kaidah benefince

Page 9: Laporan Tutorial Etika Ske 3

antaralain, alturisme, memandang sesuatu seseorang tak hanya sejauh

menguntungkan dokter, manfaat lebih besar dari pada kerugian dan menggunakan

prinsip Golden rule principle.

a. General beneficence, melindungi & mempertahankan hak yang lain,

mencegah terjadi kerugian pada yang lain, dan menghilangkan kondisi

penyebab kerugian pada yang lain.

b. Specific beneficence, menolong orang cacat, menyelamatkan orang dari

bahaya. Mengutamakan kepentingan pasien, memandang

pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah

sakit/pihak lain, dan maksimalisasi akibat baik. (Gunawan, 1992)

3. Tidak berbuat yang merugikan (Non-Maleficence)

Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil

risikonya dan paling besar manfaatnya. Sisi komplementer beneficence dari sudut

pandang pasien, seperti tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm)

pasien, minimalisasi akibat buruk kewajiban dokter untuk menganut ini

berdasarkan hal-hal :

a. Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang

penting

b. Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

c. Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif

d. Manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter (hanya mengalami

risiko minimal).

4. Keadilan (justice)

Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama

dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta

perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap

pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi

perhatian utama dokter. Ciri-ciri kaidah justice yaitu memberlakukan secara

universal, menghargai hak setiap pasien dan tidak membedakan pelayanan kesehatan

yang diberikan. Jenis keadilan ada 4 yaitu, komparatif, distributive, social dan

hukum :

a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)

b. Distributif (membagi sumber): kebajikan membagikan sumber-sumber

kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan

Page 10: Laporan Tutorial Etika Ske 3

sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani, secara material kepada seetiap

orang dengan andil yang sama, setiap orang sesuai dengan kebutuhannya,

setiap orang sesuai upayanya, setiap orang sesuai kontribusinya, dan setiap

orang sesuai jasanya.

c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan

kesejahteraan bersama yaitu utilitarian dengan memaksimalkan

kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social dan

memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien. Libertarian dengan

menekankan hak kemerdekaan social dan ekonomi (mementingkan

prosedur adil lebih besar daripada hasil substantif/materiil). Komunitarian

dengan mementingkan tradisi komunitas tertentu. Egalitarian dengan

kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh

setiap individu rasional (sering menerapkan kriteria material kebutuhan dan

kesamaan).

d. Hukum (umum) Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan

hak-hak kepada yang berhak.pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan

untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum.

(Purwadianto, 2007)

Page 11: Laporan Tutorial Etika Ske 3

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prinsip Dasar Etika Kedokteran

3.1.1 Benefience

Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat

manusia, dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam

kondisi sehat. Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam

kaidah ini. Kaidah beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan

kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk

memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang

terkandung didalam kaidah ini adalah:

Mengutamakan Alturisme

Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya

menguntungkan seorang dokter

Tidak ada pembatasan “goal based”

Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan

dengan suatu keburukannya

Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang

Menjamin kehidupan baik-minimal manusia

Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan

Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang

orang lain inginkan

Memberi suatu resep berkhasiat namun murah

Mengembangkan profesi secara terus menerus

Page 12: Laporan Tutorial Etika Ske 3

Minimalisasi akibat buruk

Contoh kasus beneficence:

1. Dokter gigi Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh

dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani

oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan

karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena

puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter

gigi Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup

kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang

membutuhkan pertolongannya. Dokter tersebut telah menerapkan prinsip

alturisme, yaitu rela berkorban.

2. Drg. Wawan kemudian meresepkan beberapa obat dan vitamin. Drg. Wawan

menjelaskan bahwa macam obat itu ada dua, yaitu obat generic dan yang paten.

Drg. Wawan juga menjelaskan bahwa obat generic yang lebih murah, namun

bukan berarti kualitasnya tidak sebaik obat paten dan obat yang mahal pun

kualitasnya belum tentu lebih baik dibandingkan obat generic. Dalam kasus ini,

drg. Wawan memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak

hanya menguntungkan seorang dokter, memaksimalisasi hak-hak pasien secara

keseluruhan, mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak

dibandingkan dengan suatu kerugiannya.

3.1.2 Non Maleficence

          Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak

melakukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang

paling kecil resikonya bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan

kunoFist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence

mempunyai ciri-ciri:

Menolong pasien emergensi

Mengobati pasien yang luka

Tidak membunuh pasien

Tidak memandang pasien sebagai objek

Page 13: Laporan Tutorial Etika Ske 3

Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

Melindungi pasien dari serangan

Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter

Tidak membahayakan pasien karena kelalaian

Menghindari misrepresentasi

Memberikan semangat hidup

Tidak melakukan white collar crime

Contoh kasus Non-Maleficent:

Apabila tidak dapat menyembuhkan pasien, jangan membahayakan nyawa

pasien. Bekerja sesuai standard profesi dan standard operasional prosedur.

Walaupun tindakan yang salah sepele, namun apabila dapat merugikan pasien

termasuk melanggar prinsip non maleficence.

3.1.3 Justice

Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang

dokter wajib memberikan perlakuan sama rata serta adiluntuk kebahagiaan dan

kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik,

agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan

kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap

pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :

Memberlakukan segala sesuatu secara universal

Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang

sama

Menghargai hak sehat pasien

Menghargai hak hukum pasien

Menghargai hak orang lain

Page 14: Laporan Tutorial Etika Ske 3

Menjaga kelompok rentan

Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status

social, dan sebagainya

Tidak melakukan penyalahgunaan

Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil

Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat

Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan

kesehatan

Bijak dalam makroalokasi

Contoh kasus Justice antara lain sebagai berikut:

1. Drg. Peter sudah praktek d desa sumber waras selama sepuluh tahun. Selama

praktek, drg. Peter tidak membeda-bedakan pasien yang ditanganinya. Pasien

pejabat dan pasien seorang tukang becak diberlakukan sama. Baik dari

pelayanan maupun penjelasan mengenai pilihan perawatan agar pasien dapat

memilih perawatan yang terbaik untuk dirinya. Apabila pasien tidak mampu,

maka drg peter memberikan alternatif yang terbaik bagi pasien. Dalam hal ini

drg. Peter memberlakukan segala sesuatu secara universal, memberikan

kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama. Drg. Peter

juga menghargai hak sehat pasien dan tidak membedakan pelayanan terhadap

pasien atas dasar SARA, status sosial, dan sebagainya. Memberikan

kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien serta meminta

partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya.

2. Apabila ada seorang pasien datang ke praktek drg dengan HIV, maka dokter

harus tetap memberikan perawatan karena pasien HIV juga mempunyai hak

sehat, drg harus memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam

Page 15: Laporan Tutorial Etika Ske 3

posisi yang sama. Dokter gigi haruslah memproteksi diri dengan

menggunakan masker, sarung tangan, serta alat yang tajam dan steril.

3.1.4 Autonomi

Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan

hak manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang

mempunyai hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk

berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud

menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien

demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip – prinsip sebagai

berikut:

Menghargai hak menentukan nasib sendiri

Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan

Berterus terang menghargai privasi

Menjaga rahasia pasien

Menghargai rasionalitas pasien

Melaksanakan Informed Consent

Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien

Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan,

termasuk keluarga pasien sendiri

Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non

emergensi

Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien

Mejaga hubungan atau kontrak

Contoh kasus Autonomy :

Seorang pasien datang dengan gigi depan yang hilang akibat kecelakaan

dan meminta dokter gigi untuk dibuatkan gigi tiruan. Kemudian dokter gigi

Page 16: Laporan Tutorial Etika Ske 3

tersebut memberikan penjelasan tentang pilihan bahan-bahan dari yang ideal

hingga standar. Kemudian dokter gigi tersebut mengembalikan keputusan kepada

pasien untuk memilih bahan yang akan digunakan. Seorang dokter gigi tidak

boleh mengintervensi atau memaksakan kehendak pasien dalam mengambil

keputusan demi keuntungan dirinya.

3.2 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Prinsip Dasar Etika Kedokteran

- Bab I Pasal 1

Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan

kepada pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara

lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan

dilakukan kepada pasien.

- Bab II tentang persetujuan tindakan medis

Pasal 2

1. Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien

harus mendapat persetujuan.

2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan

secara tertulis maupun lisan.

3. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah

pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya

tindakan kedokteran dilakukan

Page 17: Laporan Tutorial Etika Ske 3

Pasal 3

1. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi harus

memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang

berhak memberikan persetujuan

2. Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dengan

persetujuan lisan.

3. Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam

bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat

untuk itu.

4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan dalam

bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala

yang dapat diartikan sebagai ucapan setuju.

5. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dianggap meragukan, maka dapa dimintakan

persetujuan tertulis.

Pasal 7

1. Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung

kepada pasien dan/atau keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak

diminta

2. Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar,

penjelasan diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar.

3. Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) sekurang-kurangnya mencakup:

a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;

b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;

c. Alternatif tindakan lain, dan resikonya;

d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

f. Perkiraan pembiayaan

Pasal 9

1. Penjelasan tentang diagnosis sebagaimana dimaksud dalam pasal 8

harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah

Page 18: Laporan Tutorial Etika Ske 3

dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk mempermudah

pemahaman

2. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dan

didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter

gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan tanggal,

waktu, nama, dan tanda tangan penerima penjelasan dan pemberi

penjelasan.

3. Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan tersebut

dapat merugikan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan

penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan

penjelasan tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh

seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.

- Bab V tentang penolakan tindakan kedokteran

Pasal 16

1. Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/ atau

keluarga terdekatnay setelah menerima penjelasan tentang tindakan

kedokteran yang akan dilakukan.

2. Penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus dilakukan secara tertulis

3. Akibat penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus dilakukan secara tertulis.

4. Akibat penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) menjadi tanggung jawab pasien.

Page 19: Laporan Tutorial Etika Ske 3

3.3 Mengkomunikasikan kepada pasien dalam menerima atau menolak perawatan

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan

komunikasi yang digunakan:

Manfaat :• Kepuasan pasien meningkat• Kepercayaan pasien meningkat• Keberhasilan diagnosis terapi

dan tindakan medis meningkat• Meningkatkan kepercayaan diri

dan ketegaran pada pasien

Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien

Page 20: Laporan Tutorial Etika Ske 3

Informasi yang perlu dikomunikasikan kepada pasien oleh dokter

adalah:

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

b. Diagnosis

c. Rencana perawatan, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek

samping/komplikasi.

d. Perawatan alternatif lain (kekurangan dan kelebihan masing-masing cara)

e. Prognosis

f. Dukungan (support) yang tersedia

Informasi dokter dapat diberikan kepada pasien, keluarganya atau orang

lain yang ditunjuk oleh pasien maupun keluarganya atau pihak lain yang menjadi

wali/pengampu dan bertanggung jawab atas pasien.

Informasi yang diberikan pasien sebanyak yang pasien kehendaki, yang

dokter merasa perlu untuk disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental

pasien dan untuk keluarga pasien sebanyak yang diperlukan agar dapat

menentukan tindakan selanjutnya. Waktu untuk menyampaikan informasi sesegera

mungkin jika kondisi dan situasinya memungkinkan. Informasi dapat disampaikan

di ruang praktik dokter, di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat, di ruang

diskusi. di tempat lain yang pantas atas persetujuan bersama pasien/keluarga dan

dokter. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak

melalui telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui

pos, faksimile, sms, internet. Persiapan penyampaian informasi meliputi materi

yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah

disepakati oleh tim). Kemudian dokter menjajaki sejauh mana pengertian

pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan dan menanyakan kepada

pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan amati kesiapan

pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.

Page 21: Laporan Tutorial Etika Ske 3

3.4 Penjelasan Kasus Skenario

1. Beneficence

Dokter gigi tersebut harus menjelaskan bahwa warna gigi –

geligi kuning kecoklatan yang dialami pasien merupakan warna alami

gigi pasien. Aplikasi home bleaching yang dilakukan pasien

konsentrasinya kecil sehingga gigi pasien tidak berubah warna. Dokter

gigi tersebut menyarankan agar gigi yang mengalami atrisi dan abrasi di

restorasi dengan menggunakan restorasi komposit dan menjelaskan dan

menangani kebiasaan buruk bruxism pasien.

2. Non Maleficence

Dokter gigi menjelaskan bahwa apabila menggunakan in-office

bleaching dengan konsentrasi yang besar memang mengubah warna gigi,

namun akibat dari konsentrasi bahan bleaching yang besar menyebabkan

mikroporositas yang akan menyebabkan stain mudah melekat dan cepat

merubah warna gigi kembali kuning serta menyebabkan terjadinya

sensitivitas. Menyarankan untuk merestorasi gigi yang mengalami atrisi

dan abrasi serta menghilangkan kebiasaan buruknya.

3. Justice

Apabila pasien tetap menginginkan merubah warna giginya

maka doker gigi menyarankan dilakukan veneer untuk merestorasi atrisi

dan abrasi serta menutupi giginya yang kuning kecoklatan. Dokter gigi juga

harus menjelaskan kekurangan dari veneer karena mengurangi jaringan

sehat. Dokter gigi dalam hal ini telah menerapkan prinsip justice yaitu

mengembalikan hak kepada pemiliknya, menghargai hak orang lain, dan

memberikan kontribusi relatif sama dengan kebutuhan pasien.

Page 22: Laporan Tutorial Etika Ske 3

4. Autonomy

Apabila pasien tetap menginginkan merubah warna giginya

maka doker gigi menyarankan dilakukan veneer untuk merestorasi atrisi

dan abrasi serta menutupi giginya yang kuning kecoklatan. Apabila pasien

tetap menginginkan di bleaching, dokter gigi berhak menolak dan

menyarankan untuk mencari second opinion. Dokter gigi juga masih dapat

menerima permintaan pasien untuk di bleaching karena tindakan tersebut

tidak membahayakan nyawa pasien.

Page 23: Laporan Tutorial Etika Ske 3

BAB IV

KESIMPULAN

Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang

ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya

memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga

memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang. Prinsip dasar

etika kedokteran (Bioetika) ada 4 antara lain beneficence, non maleficence, justice

dan autonomy. Dari keempat prinsip tersebut semua berkedudukan sama, apabila

menentukan suatu perawatan harus mempertimbangkan dari keempat prinsip

tersebut dan memilih satu perawatan yang terbaik untuk pasien. Pada kasus di

scenario dokter dapat menolak perawatan dan meminta pasien untuk mencari

second opinion, namun dokter masih bias melaksanakan karena tidak

membahayakan nyawa pasien.

Page 24: Laporan Tutorial Etika Ske 3

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, M.Chrisdiono. 2007. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan

Zaman. Jakarta : EGC

Gunawan, 1992. Memahami Etika Kedokteran. Yogyakarta : Kanisius

Hanafiah, Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC

J. Guwandi, 1991. Etika dan Hukum Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbitan Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Purwadianto, Agus. 2007. Segi Kontekstual Pemilihan Prima Facie Kasus Dilemma Etik dan

Penyelesaian Kasus Konkrit Etik, dalam bahan bacaan Program Non Gelar. Jakarta : Blok

II Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia