laporan_24010310120023 promethee

Upload: noor-dedhy

Post on 05-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    1/99

     

    APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN

    LOKASI PENANAMAN TANAMAN KELAPA SAWIT

    MENGGUNAKAN METODE PROMETHEE

    SKRIPSI

    Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputerpada Jurusan Ilmu Komputer / Informatika

    Disusun Oleh: 

    Rahmat Kurniawan

    24010310120023

    JURUSAN ILMU KOMPUTER / INFORMATIKA

    FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    2015

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    2/99

    ii 

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

     Nama : Rahmat Kurniawan

     NIM : 24010310120023

    Judul : Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Penanaman Tanaman

    Kelapa Sawit Mengunakan Metode PROMETHEE

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir/skripsi ini tidak terdapat karya yang

     pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

    sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

    ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

    ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

    Semarang, 16 November 2015

    (materai)

    Rahmat Kurniawan

    24010310120023

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    3/99

    iii 

    HALAMAN PENGESAHAN

    Judul : Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Penanaman Tanaman

    Kelapa Sawit Mengunakan Metode PROMETHEE

     Nama : Rahmat Kurniawan

     NIM : 24010310120023

    Telah di ujikan pada sidang tugas akhir pada tanggal 03 November 2015 dan dinyatakan lulus

     pada tanggal 16 November 2015

    Semarang, 16 November 2015

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Ilmu Komputer/Informatika Panitia Penguji Tugas Akhir

    FSM Universitas Diponegoro, Ketua,

    Ragil Saputra, S.Si, M.Cs Nurdin Bahtiar, S.Si, MT

    NIP. 19801021 200501 1 003  NIP. 19790720 200312 1 002 

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    4/99

    iv 

    HALAMAN PENGESAHAN

    Judul : Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Penanaman Tanaman

    Kelapa Sawit Menggunakan Metode PROMETHEE

     Nama : Rahmat Kurniawan

     NIM : 24010310120023

    Telah diujikan pada sidang akhir pada tanggal 03 November 2015

    Semarang, 16 November 2015

    Pembimbing,

    Beta Noranita, S.Si, M.Kom.

    NIP. 197308291998022001

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    5/99

    ABSTRAK

    Tingkat kebutuhan akan tanaman kelapa sawit yang semakin tinggi mengakibatkan

     pemerintah maupun pihak swasta banyak melakukan pembukaan lahan perkebunan sawit.

    Dalam pembukaan lahan diperlukan penentuan lokasi yang sesuai agar tanaman dapat

    tumbuh dan menghasilkan produksi yang melimpah. Dalam menentukan lokasi penanaman

     perlu adanya proses pemilihan terlebih dahulu dengan membandingkan sifat lahan satu

    dengan yang lain untuk memperoleh lahan terbaik, sehingga lahan yang terbaik akan

    dijadikan pertimbangan dalam pembukaan perkebunan kelapa sawit. Untuk itu perlu

    dirancang suatu aplikasi pendukung keputusan dalam menentukan lokasi penanaman tanaman

    kelapa sawit. Aplikasi ini dibangun menggunakan metode Preference Ranking Organization

     Method for Enrichment Evaluation ( PROMETHEE ) dan metode pengembangan perangkat

    lunak yang digunakan yaitu linier sequensial . Dari hasil pengujian aplikasi ini didapati

     bahwasanya metode PROMETHEE mampu menentukan lokasi terbaik penanaman tanaman

    kelapa sawit dari beberapa persyaratan lahan yang diajukan. Aplikasi ini memiliki kelebihan

    yaitu dapat menentukan tipe penilaian yang dapat diubah sesuai dengan kondisi lapangan.

    Kata Kunci: PROMETHEE, linier sequensial, aplikasi

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    6/99

    vi 

    ABSTRACT 

    The increasing of demand level for palm oil plants resulting the opening of oil palm

     plantations in many government and privates sector. In the clearance, it is needed to

    determine a suitable location so that plants can grow and produce abundant production. In

    determining the location of planting the need for the electoral process in advance by

    comparing land properties with one another to obtain the best land, so the best land to be

    taken into consideration in the opening of oil palm plantations. For that we need to design a

    decision support applications in determining the crop planting site Palm oil. This application

    was built using Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation

    (PROMETHEE) and software development method used was linear sequensial. From the

    results it was found that application testing PROMETHEE method was able to determine the

     best location planting palm oil from some of the requirements of the proposed land. This

    Application has the advantages that it can determine the type of assessment that can be

    changed in accordance with the conditions of the field.

    Keywords: PROMETHEE, linear sequensial, application

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    7/99

    vii 

    KATA PENGANTAR

    Segala puji penulis ucapakan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

    hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul ” Aplikasi

    Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Penanaman Tanaman Kelapa Sawit

    Mengunakan Metode PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method For

    Enrichment Evolution)” sehingga memperoleh gelar sarjana strata satu Program Studi Teknik

    Informatika pada Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro.

    Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mendapat bantuan dan dukungan dari

     banyak pihak. Atas peran sertanya dalam membantu penyelesaian tugas akhir ini, penulis

    ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. 

    Prof. Dr. Widowati, S.Si, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Matematika

    (FSM) Universitas Diponegoro.

    2.  Ragil Saputra, S.Si, M.Cs, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komputer/Informatika

    FSM Universitas Diponegoro.

    3. 

    Helmie Arief Wibawa, S.Si, M.Cs, selaku Dosen Koordinator Tugas Akhir Jurusan

    Ilmu Komputer/ Informatika FSM Universitas Diponegoro. 

    4.  Beta Noranita, S.Si, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing.

    Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan baik dari segi

    materi ataupun dalam penyajiannya karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

     penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan.

    Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis padakhususnya.

    Semarang, 16 November 2015

    Penulis,

    Rahmat Kurniawan

    24010310120023

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    8/99

    viii 

    DAFTAR ISI

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. iii

    ABSTRAK .................................................................................................................................v

    ABSTRACT ............................................................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ............................................................................................................ vii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

    1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................................................... 2

    1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................................ 3

    BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................4

    2.1 Kelapa sawit ................................................................................................................ 4

    2.2 Sistem Pendukung Keputusan (SPK) .......................................................................... 4

    2.2.1 Pengertian SPK .................................................................................................... 5

    2.2.2 Tahap Pengambilan Keputusan............................................................................ 5

    2.2.3 Karakteristik SPK ................................................................................................ 6

    2.2.4 Komponen SPK ................................................................................................... 8

    2.3 Multi Criteria Decision Making .................................................................................. 9

    2.4  Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation

    (PROMETHEE) ................................................................................................................... 102.4.1. Pengertian PROMETHEE ................................................................................. 10

    2.4.2. Prioritas Alternatif ............................................................................................. 11

    2.4.3. Dominasi Kriteria............................................................................................... 12

    2.4.4. Fungsi Preferensi ............................................................................................... 12

    2.4.5. Indeks Preferensi Multikriteria .......................................................................... 17

    2.4.6. PROMETHEE Ranking ..................................................................................... 18

    2.4.7. PROMETHEE I ................................................................................................. 19

    2.4.8. PROMETHEE II ................................................................................................ 19

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    9/99

    ix 

    2.4.9. Tahap Perhitungan PROMETHEE .................................................................... 20

    2.5 Model Proses Perangkat Lunak ................................................................................. 21

    2.5.1. Rekayasa dan Pemodelan Sistem/ Informasi ..................................................... 22

    2.5.2. Analisis .............................................................................................................. 23

    2.6 Pemodelan Analisis ................................................................................................... 23

    2.6.1. Pemodelan Data ................................................................................................. 24

    2.6.2. Pemodelan Fungsional ....................................................................................... 25

    BAB III ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN ...............................................28

    3.1. Analisis Sistem .......................................................................................................... 28

    3.1.1. Definisi Kebutuhan Data.................................................................................... 28

    3.1.2. Analisa Pemilihan Lahan Penanaman Kelapa Sawit menggunakan Metode

    PROMETHEE ................................................................................................... 31

    3.1.3. Pemodelan Data ................................................................................................. 39

    3.1.4. Pemodelan Fungsional ....................................................................................... 41

    3.2. Perancangan .............................................................................................................. 45

    3.2.1. Desain Data ........................................................................................................ 45

    3.2.2. Perancangan Fungsional .................................................................................... 47

    3.2.3. Perancangan Antarmuka .................................................................................... 53

    BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN .....................................................................65

    4.1. Implementasi ............................................................................................................. 65

    4.1.1. Spesifikasi Perangkat ......................................................................................... 65

    4.1.2. Implementasi Struktur Data ............................................................................... 65

    4.1.3. Implementasi Fungsional ................................................................................... 68

    4.1.4. Implementasi Antarmuka ................................................................................... 68

    4.2. Pengujian ................................................................................................................... 76

    4.2.1. Rencana Pengujian ............................................................................................. 77

    4.2.2. Deskripsi dan Hasil Uji ...................................................................................... 79

    4.2.3. Analisis Hasil Pengujian .................................................................................... 85

    BAB V PENUTUP ..................................................................................................................86

    5.1. Kesimpulan................................................................................................................ 86

    5.2. Saran .......................................................................................................................... 86

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    10/99

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Fase Proses Pengambilan Keputusan (Simon 1960) ............................................. 6

    Gambar 2.2. Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan ......................................................... 6

    Gambar 2.3. Skematik Sistem Pendukung Keputusan ............................................................... 9

    Gambar 2.4. Kriteria Biasa ...................................................................................................... 14

    Gambar 2.5. Kriteria Quasi dengan Parameter q ..................................................................... 14

    Gambar 2.6. Kriteria Linier dengan Parameter p ..................................................................... 15

    Gambar 2.7. Kriteria Linier dengan Parameter q,p ................................................................. 16

    Gambar 2.8. Kriteria Linier dengan Parameter q,p ................................................................. 16

    Gambar 2.9. Kriteria Gaussian, dengan Parameter ............................................................. 17Gambar 2.10. Model Proses Sekuensial Linear ....................................................................... 22Gambar 3.1. Arsitektur Sistem Penentuan Lahan Kelapa Sawit ............................................. 31

    Gambar 3.2. ERD KUPAS....................................................................................................... 39

    Gambar 3.3. Hubungan KRITERIA dan DATA_KRITERIA ................................................. 39

    Gambar 3.4. Hubungan PERIODE dan KRITERIA ................................................................ 40

    Gambar 3.5. Hubungan PERIODE dan LAHAN .................................................................... 40

    Gambar 3.6. Hubungan LAHAN dan DATA_KRITERIA ..................................................... 40

    Gambar 3.7. Hubungan USER dan LAHAN ........................................................................... 41

    Gambar 3.8. DFD Level 0........................................................................................................ 41

    Gambar 3.9. DFD Level 1........................................................................................................ 42

    Gambar 3.10. DFD Level 2 Proses Evaluasi ........................................................................... 44

    Gambar 3.11 Antarmuka Login ............................................................................................... 54

    Gambar 3.12 Antarmuka Data Periode .................................................................................... 56

    Gambar 3.13 Antarmuka Tambah Data Periode ...................................................................... 56

    Gambar 3.14 Antarmuka Data Kriteria .................................................................................... 57

    Gambar 3.15 Antarmuka Tambah Data Kriteria ...................................................................... 57

    Gambar 3.16 Antarmuka Data Member ................................................................................... 58

    Gambar 3.17 Antarmuka Data Lahan Member ........................................................................ 59

    Gambar 3.18 Antarmuka Data Lahan ...................................................................................... 59

    Gambar 3.19 Antarmuka Laporan Admin ................................................................................ 59

    Gambar 3.20 Antarmuka Ubah Password ............................................................................... 60

    Gambar 3.21 Antarmuka Registrasi Member  .......................................................................... 61

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    11/99

    xi 

    Gambar 3.22 Antarmuka Menu Utama Member  ..................................................................... 61

    Gambar 3.23 Antarmuka Menu Informasi ............................................................................... 61

    Gambar 3.24 Antarmuka Data Lahan ...................................................................................... 62

    Gambar 3.25 Antarmuka Tambah Data Lahan ........................................................................ 63

    Gambar 3.26 Antarmuka Masukkan Data ............................................................................... 64

    Gambar 3.27 Antarmuka Input Data Kriteria .......................................................................... 64

    Gambar 3.28 Antarmuka Laporan Member ............................................................................. 64

    Gambar 4.1. Antarmuka Login ................................................................................................ 69

    Gambar 4.2. Antarmuka Menu Utama Admin ......................................................................... 69

    Gambar 4.3. Antarmuka Data Periode ..................................................................................... 70

    Gambar 4.4. Antarmuka Tambah Periode ............................................................................... 70

    Gambar 4.5. Antarmuka Data Kriteria ..................................................................................... 71

    Gambar 4.6. Antarmuka Tambah Kriteria ............................................................................... 71

    Gambar 4.7. Antarmuka Tambah Kriteria ............................................................................... 71

    Gambar 4.8. Antarmuka Data Lahan Member ......................................................................... 72

    Gambar 4.9. Antarmuka Nilai Lahan ....................................................................................... 72

    Gambar 4.10. Antarmuka Laporan Admin ............................................................................... 73

    Gambar 4.11. Antarmuka Ubah Password .............................................................................. 73

    Gambar 4.12. Antarmuka Registrasi Member  ......................................................................... 74

    Gambar 4.13. Antarmuka Menu Utama Member  .................................................................... 74

    Gambar 4.14. Antarmuka Menu Informasi .............................................................................. 74

    Gambar 4.15. Antarmuka Data Lahan ..................................................................................... 75

    Gambar 4.16. Antarmuka Tambah Data Lahan ....................................................................... 75

    Gambar 4.17. Antarmuka Pengisian Data................................................................................ 75

    Gambar 4.18. Antarmuka Input Data Kriteria ......................................................................... 76

    Gambar 4.19. Antarmuka Laporan Member ............................................................................ 76

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    12/99

    xii 

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Data dasar analisa PROMETHEE .......................................................................... 11

    Tabel 2.2. Contoh SRS............................................................................................................. 23

    Tabel 2.3. Tabel Notasi ERD ................................................................................................... 25

    Tabel 2.4. Tabel Notasi DFD ................................................................................................... 27

    Tabel 3.1. Tabel Karakteristik Pengguna ................................................................................. 29

    Tabel 3.2. Tabel Kebutuhan Fungsional .................................................................................. 30

    Tabel 3.3. Tabel konversi kriteria iklim................................................................................... 32

    Tabel 3.4. Tabel konversi kriteria ketersediaan air .................................................................. 32

    Tabel 3.5. Tabel konversi kriteria ketersediaan oksigen.......................................................... 33

    Tabel 3.6. Tabel konversi kriteria bahaya erosi ....................................................................... 33

    Tabel 3.7. Contoh Detail Lahan ............................................................................................... 33

    Tabel 3.8. Tabel konversi contoh detail lahan ......................................................................... 34

    Tabel 3.9. Tabel Konversi dengan tipe penilaian dan tipe preferensi ...................................... 34

    Tabel 3.10. Tabel indeks preferensi multikriteria .................................................................... 37

    Tabel 3.11. Tabel Hasil Perhitungan........................................................................................ 38

    Tabel 3.12. Tabel User ............................................................................................................. 45

    Tabel 3.13. Tabel Periode ........................................................................................................ 46

    Tabel 3.14. Tabel Kriteria ........................................................................................................ 46

    Tabel 3.15. Tabel Lahan .......................................................................................................... 47

    Tabel 3.16. Tabel Data Kriteria ............................................................................................... 47

    Tabel 4.1. Rencana Pengujian .................................................................................................. 77

    Tabel 4.2. Deskripsi dan Hasil Uji ........................................................................................... 79

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    13/99

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bab ini menyajikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta ruang

    lingkup tugas akhir mengenai Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penanaman

    Tamanam Kelapa Sawit menggunakan metode PROMETHEE (Preference Ranking

    Organization Method For Enrichment Evolution).

    1.1  Latar Belakang

    Menurut peraturan Menteri Pertanian NOMOR: 9/ Permentan/ OT.140/ 3/

    2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia(INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO), pengembangan perkebunan

    kelapa sawit sebagai bagian dari pembangunan ekonomi yang ditujukan untuk

    meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan negara,

    meningkatkan devisa negara, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan

     produktivitas, nilai tambah dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan

     bahan baku industri dalam negeri, serta mengoptimalkan pengelolaan sumber

    daya alam secara lestari. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan perencanaan yang

    matang dalam pembukaan lahan penanaman kelapa sawit sehingga dapat

    mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan.

    Penentuan lahan yang sesuai untuk dijadikan area penanaman kelapa sawit

    harus memenuhi persyaratan antara lain iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik

    lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman (Djaenudin et al., 2011). Dalam

     persyaratan tumbuh tanaman harus memenuhi beberapa kriteria yang disajikan pada

    Tabel Lampiran 1 (Ritung, Wahyunto, Agus, & Hidayat, 2007) agar dapatmemaksimalkan produksi kelapa sawit. Pemilihan lahan yang melibatkan banyak

    kriteria memerlukan suatu sistem yang dapat membantu meningkatkan ketelitian

     pemilihan lahan yang sesuai.

    Sistem pendukung keputusan adalah sistem yang interaktif mendukung proses

     pengambilan keputusan individu maupun kelompok dalam kehidupan masyarakat,

    organisasi, swasta maupun badan lain yang membuat (Zarate, 2009). Pada penelitian

    ini metode pendukung keputusan yang digunakan ialah PROMETHEE. Metode

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    14/99

    PROMETHEE adalah salah satu metode yang menggunakan prinsip outranking  untuk

    menyelesaikan permasalahan pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif

    terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan kriteria yang ditetapkan (Novaliendry,

    2009).

    Metode PROMETHEE sebelumnya telah banyak digunakan dalam

    menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan penentuan alternatif terbaik.

    Adiprama dan Ciptomulyono menggunakan metode ini untuk mengatur efisiensi

    listrik di Rumah Sakit Haji Surabaya (Adiprama & Ciptomulyono, 2012). Selain itu

     Novaliendry menggunakan metode ini untuk menentukan media promosi pada

    STMIK Indonesia (Novaliendry, 2009). Berdasarkan literatur tersebut maka

    didapatkan bahwa metode PROMETHEE dapat digunakan dalam penentuan alternatifterbaik. Dari penjelasan diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Aplikasi

    Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Penanaman Tanaman Kelapa Sawit

    Mengunakan Metode PROMETHEE”. 

    1.2  Rumusan Masalah

    Melihat latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang akan dibahas

    dalam proposal tugas akhir ini adalah membangun sebuah aplikasi untuk menentukan

    lokasi penanaman kelapa sawit dengan metode PROMETHEE.

    1.3 

    Tujuan dan Manfaat

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan proposal tugasa akhir ini adalah

    menghasilkan sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan penentuan lokasi

     penanaman tanaman kelapa sawit tanaman kelapa sawit menggunakan metode

    PROMETHEE dengan memberikan pilihan lahan terbaik dari beberapa lahan yang

    dibandingkan.

    Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian tugas akhir ini adalah

    membantu para pengusaha perkebunan dalam menentukan lokasi penanaman kelapa

    sawit. Sehingga dalam pembukaan lokasi perkebunan sawit mendapatkan produksi

    yang optimal. 

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    15/99

    1.4 

    Ruang Lingkup

    Adapun ruang lingkup pembangunan sistem pendukung keputusan penentuan

    lahan kelapa sawit menggunakan metode PROMETHEE adalah sebagai berikut:

    1.  Sistem berbasis web.

    2.  Sistem dibangun dengan menggunakan bahasa pemograman  PHP dan DBMS

     MySQL. 

    3.  Inputan berupa data kasus hasil survei karakteristik/sifat lahan.

    4.  Output dari aplikasi ini adalah data lahan terbaik dari karakteristik yang

    dimasukkan untuk penentuan lokasi penanaman kelapa sawit.

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    16/99

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Bab ini menjelaskan dasar teori yang digunakan untuk pengembangan aplikasi

     pendukung keputusan penanaman kelapa sawit menggunakan metode PROMETHEE. 

    2.1  Kelapa sawit 

    Kelapa sawit (elaeis gulnensis JACG) adalah salah satu tumbuhan palma

    yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersil (Ramdani 2007). Selain untuk

    digunakan sebagai minyak makanan, kelapa sawit juga dapat digunakan untuk

    industri sabun, lilin dan industri kosmetik.

    Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh tinggi mencapai 24m. Bunga dan

     buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Memiliki ukuran buah yang kecil, apa

     bila telah masak berwarna merah kehitaman. Mengandung minyak pada bagian kulit

    dan buahnya yang padat. Ampasnya yang disebut bungkil dapat dimanfaatkan

    sebagai makanan ternak digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makan

    ayam. Bagian tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

    Kelapa sawit berkembang biak dengan biji, tumbuh di daerah tropika, pada

    ketinggian 0-500m diatas permukaan laut. Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah

    yang subur, di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi yang ditentukan oleh

    adanya curah hujan yang tinggi, sekitar 2000-2500 mm pertahun.

    Pendekatan kesesuaian lahan ini didasarkan pada persyaratan hidup kelapa

    sawit atau kebutuhan pokok kelapa sawit agar dapat tumbuh secara optimal. Untuk

    keperluan evaluasi penggunaan tanah komoditas kelapa sawit, persyaratan klasifikasi

    kesesuaiannya di sajikan pada Tabel Lampiran 1 (Ritung, Wahyunto, Agus, &

    Hidayat, 2007).

    2.2  Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

    Pada subbab berikut menjelaskan mengenai pengertian, tahap, karakteristik

    serta komponen dari sistem pendukung keputusan.

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    17/99

    2.2.1  Pengertian SPK

    Menurut Kadarsah Suryadi dan M. Ali Ramdani (2013) pengambilan

    keputusan adalah pendekatan sistematis pada hakekat suatu masalah, pengumpulan

    fakta-fakta, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan pengambilantindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

    Seperangkat sistem yang mampu memecahkan masalah secara efisien dan efektif

    disebut Sisem Pendukung Keputusan.

    Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih

    lanjut dari Sistem Informasi Manajemen terkomputasi (Computerized Managemen

     Information System), yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif

    dengan pemakainya. Sifat interaktif ini dimaksudkan untuk memudahkan integrasi

    antara berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan guna membentuk

    suatu kerangka keputusan yang bersifat fleksibel (Suryadi and Ali, Sistem

    Pendukung Keputusan 2013).

    2.2.2  Tahap Pengambilan Keputusan

    Simon (1960) mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan

    keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu (Simon 1960):

    1. 

    Intelligence

    Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup

     problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses,

    dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

    2.  Design

    Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis

    alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti

    masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan solusi.

    3.  Choice

    Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan

    yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan

    dalam proses pengambilan keputusan.

    Ketiga langkah proses pengambilan keputusan yang telah disampaikan oleh

    Simon dijelaskan pada Gambar 2.1.

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    18/99

    Gambar 2.1. Fase Proses Pengambilan Keputusan (Simon 1960)

    Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak

     berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna

    menggambarkan hubungan antar fase secara lebih menyeluruh (komprehensif).

    Implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa berkerja

    untuk mengatasi masalah (Suryadi and Ali, Sistem Pendukung Keputusan 2013).

    2.2.3  Karakteristik SPK

    Sistem Pendukung Keputusan Turban (2005) mengemukakan karakteristik

    dari Sistem Pendukung Keputusan pada Gambar 2.2 :

    Gambar 2.2. Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

    http://2.bp.blogspot.com/-PJY8oMNUNxo/UJ5rIQ4XWTI/AAAAAAAADgE/afcJB52BD_k/s1600/fase+pengambilan+keputusan.bmp

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    19/99

    1.  Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan

    tak terstruktur, dengan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan

    informasi terkomputerisasi. Masalah-masalah tersebut tidak dapat dipecahkan

    dengan konvinien oleh sistem komputer lain atau oleh metode atau alat kuantitatif

    standar

    2. 

    Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer

    lini

    3.  Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur sering

    memerlukan keterlibatan individu dan departemen dan tingkat organisasional yang

     berbeda atau bahkan dari organisasi lain. SPK mendukung tim virtual melalui alat-

    alat Web kolaboratif

    4. 

    Dukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial. Keputusan dapat

    dibuat satu kali, beberapa kali, atau berulang (dalam interval yang sama)

    5.  Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan, intelegensi, desain,

     pilihan dan implementasi

    6.  Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan

    7.  Adaptivitas sepanjang waktu. Pengambil keputusan seharusnya reaktif, dapat

    menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan dapat mengadaptasikan SPK

    untuk memenuhi perubahan tersebut. SPK bersifat fleksibel dan karena itu

     pengguna dapat menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah, atau

    menyusun kembali elemen-elemen dasar. SPK juga fleksibel dalam hal dapat

    dimodifikasi untuk masalah lain yang sejenis

    8.  Pengguna merasa seperti di rumah. Ramah-pengguna, kapabilitas grafis yang

    sangat kuat, antarmuka manusia-mesin interaktif dengan satu bahasa alami dapat

    sangat meningkatkan keefektifkan SPK. Kebanyakan aplikasi SPK yang baru

    menggunakan antarmuka berbasis-web

    9. 

    Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi, timeliness,

    kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan keputusan). Ketika

    SPK disebarkan, pengambilan keputusan sering membutuhkan waktu yang lama,

    namun keputusannya lebih baik

    10. Kontrol penuh pengambilan keputusan terhadap semua langkah proses

     pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. SPK secara khusus

    menekankan untuk mendukung pengambilan keputusan, bukannya menggantikan

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    20/99

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    21/99

    3.  Communication

    Subsistem antarmuka merupakan subsistem yang dipakai pengguna untuk

     berkomunikasi dan memerintahkan sistem pendukung keputusan. Pengguna

    adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem.

    4.   Knowlage Management

    Subsistem manajemen berbasis pengetahuan mendukung semua subsistem lain

    atau bertindak sebagai suatu komponen independen. Sistem pendukung keputusan

    memberikan inteligensi untuk memperbesar pengetahuan si pengambil keputusan.

    Pengambilan keputusan adalah pemilihan beberapa tindakan alternatif yang

    ada untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan yang telah diterapkan (Turban,

    Aronson and Liang 2005).

    Gambar 2.3. Skematik Sistem Pendukung Keputusan

    2.3  Multi Criteria Decision Making

     Multi Criteria Decision Making   (MCDM) adalah suatu metode pengambilan

    keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan

     beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran, aturan-aturan atau

    standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Kusumadewi et al., 2006).

    Ada beberapa fitur umum pada MCDM:

    1.  Alternatif

    Merupakan obyek-obyek beberapa dan memiliki kesempatan yang sama untuk

    dipilih oleh pengambil keputusan.

    2.  Atribut (karakter)

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    22/99

    10 

    Atribut atau sering disebut juga karakteristik, komponen atau kriteria keputusan.

    Meskipun pada kebanyakan kriteria bersifat satu level, namun tidak menutup

    kemungkinan adanya sub kriteria yang berhubungan dengan kriteria yang telah

    diberikan.

    3.  Konflik dan kriteria

    Beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara satu dengan yang lainnya,

    misalnya kriteria keuntungan mengalami konflik dengan kriteria biaya.

    4.  Bobot keputusan

    Suatu bobot keputusan menunjukkan kepentingan relatif dari setiap kriteria. Pada

    MCDM mencari bobot kepentingan dari setiap kriteria.

    5.  Matriks keputusan

    Matrik keputusan X yang berukuran mxn, berisi elemen elemen x ij, yang

    merepresentasi rating dari alternatif Ai(i = 1,2,..,m) terhadap criteria C j  (j =

    1,2,..,n).

    Menurut Zimmermann berdasarkan tujuannya, MCDM dapat dibagi dua

    model:  Multi Attribute Decision Making (MADM) dan  Multi Objective Decision

     Making (MODM).

    Untuk menerangkan kelas dan kategori yang sama seringkali menggunakan

    MADM dan MODM. MADM digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah

    dalam ruang diskrit. MADM biasanya digunakan untuk melakukan penilaian atau

    seleksi terhadap beberapa alternatif dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan MODM

    digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah pada ruang kontinyu. Secara

    umum, MADM dapat dikatakan menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif,

    sedangkan MODM merancang alternatif terbaik.

    2.4 

    Preference Ranking Organization Method for Enri chment Evaluation  (PROMETHEE)

    2.4.1.  Pengertian PROMETHEE

    Menurut Ariyansyah (2013), PROMETHEE adalah salah satu dari

     beberapa metode yang termasuk MCDM yang berarti penentuan urutan atau

     prioritas dalam analisis multikriteria. Metode ini lebih efisien dan simpel, selain

    itu metode ini juga mudah diterapkan dibanding dengan metode lain untuk

    menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan multikriteria (Ariansyah,

    Aknurandi and Rachmadi 2013).

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    23/99

    11 

    Menurut Brans, PROMETHEE adalah suatu metode penentuan urutan

    (prioritas) dalam analisis multikriteria. Masalah pokoknya adalah kesederhanaan,

    kejelasan, dan kestabilan. Dugaan dari dominasasi kriteria yang digunakan dalam

    PROMETHEE adalah penggunaan nilai dalam hubungan outrangking . Dimana semua

     parameter yang dinyatakan mempunyai pengaruh nyata menurut pandangan ekonomi

    (Brans, Vinckel and Mareshal 1986).

    2.4.2.  Prioritas Alternatif

    Menurut Suryadi (2013), prinsip yang digunakan metode PROMETHEE

    dalam penetapan prioritas alternatif yaitu berdasarkan pertimbangan ( ∀i|  f i (.) → Ɍ  [real word]), dengan kaidah dasar :

    Max {f 1 (x), f 2 (x), f 3 (x), …, f  j (x), …, f k (x) | x ∈ Ɍ  }dimana k  adalah sejumlah kumpulan alternatif, dan f i (i = 1, 2, …, k ) merupakan nilai/ukuran relatif kriteria untuk masing-masing alternatif. Dalam aplikasinya sejumlah

    kriteria telah ditetapkan untuk menjelaskan k  yang merupakan penilaian dari Ɍ   (real

    word).

    PROMETHEE  termasuk dalam keluarga metode outrangking yang

    dikembangkan oleh B.Roy (1985) yang meliputi dua fase, yaitu membangun

    hubungan k  atau sekumpulan alternatif dan eksploitasi dari hubungan ini memberikan

     jawaban optimasi kriteria dalam paradigma permasalahan multikriteria (Suryadi and

    Ali, Sistem Pendukung Keputusan 2013).

    Pada fase pertama, nilai hubungan outrangking  berdasarkan pertimbangan

    dominasi masing – masing kriteria. Indeks preferensi ditentukan dan nilai outrangking

    secara grafis disajikan berdasarkan preferensi dari pengambil keputusan. Data dasar

    untuk evaluasi dengan metode PROMETHEE disajikan pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Data dasar analisa PROMETHEE

    f 1 (.) f 2 (.) . . . f  j (.) . . . f k (.)

    a1  f 1 (a1) f 2 (a1) . . . f  j (a1) . . . f k (a1)

    a2  f 1 (a2) f 2 (a2) . . . f  j (a2) . . . f k (a2)

    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    24/99

    12 

    an  f 1 (an) f 2 (an) . . . f  j (an) . . . f k (an)

    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    am  f 1 (am) f 2 (am) . . . f  j (am) . . . f k (am)

    Keterangan:

    f  j (.) : kriteria

    an : alternatif

    2.4.3.  Dominasi Kriteria

     Nilai f   merupakan nilai nyata dari suatu kriteria (Suryadi and Ali 2013) :

      ∶ → RUntuk setiap alternatif a ∈ k ,  (a) merupakan evaluasi dari alternatif tersebutuntuk suatu kriteria. Pada saat dua alternatif dibandingkan a,b ∈  k , harus dapatditentukan perbandingan preferensinya.

    Penyampaian intensitas (P) dari preferensi alternatif a terhadap alternatif b

    sedemikian rupa sehingga :

    P(a,b) = 0, berarti tidak ada perbedaan (indefferent ) antara a dan b, atau tidak ada

     preferensi dari a lebih baik dari b

    P(a,b) ~ 0, berarti preferensi dari a lebih baik dari b bernilai lemahP(a,b) ~ 1, berarti preferensi dari a lebih baik dari b bernilai kuatP(a,b) = 1, berarti preferensi dari a lebih baik dari b bernilai mutlak

    Pada metode ini, fungsi preferensi seringkali menghasilkan nilai fungsi yang

     berbeda antara dua evaluasi, sehingga :

    P(a,b) = P(f(a) –  f(b)) .............................................................................................(2.1) 

    Untuk semua kriteria, suatu alternatif akan dipertimbangkan memiliki nilai

    kriteria yang lebih baik ditentukan oleh nilai f dan akumulasi dari nilai ini

    menentukan nilai preferensi atas masing-masing alternatif yang akan dipilih.

    2.4.4.  Fungsi Preferensi

    Dalam metode PROMETHEE disajikan enam bentuk fungsi preferensi

    kriteria, yaitu kriteria biasa (Usual criterion), kriteria Quasi (Quasi criterion), kriteria

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    25/99

    13 

    dengan preferensi linier (U-shape criterion), kriteria level (level criterion), kriteria

    dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda (V-shapecriterion), kriteria

    Gaussian (Gaussian criterion). Untuk memberikan gambaran yang lebih baik

    terhadap area yang tidak sama, maka digunakan fungsi selisih nilai kriteria antara

    alternatif H (d), dimana hal ini mempunyai hubungan langsung dengan fungsi

     preferensi P (Suryadi and Ali 2013).

     Aba     ,   aPbb f  a f       )()( .......................................................................(2.2) 

    )(),(   b  f  a  f     aIbba f       )()(  

    Keterangan:

    a= alternatif a 

    b= alternatif b 

     f(a)= nilai fungsi alternatif a 

     f(b) = nilai fungsi alternatif b 

    aPb= alternatif a prefer  alternatif b 

    aIb= alternatif a indifference dengan

    alternatif b 

    Dari rumus diatas mempunyai pengertian bahwa setiap alternatif a dan b yang

    merupakan elemen himpunan A, apabila nilai dari alternatif a untuk kriteria yang

    ditetapkan untuk alternatif a lebih dari nilai dari alternatif b, maka alternatif a lebih

    dipilih ( prefer ) daripada alternatif b, sedangkan jika nilai dari alternatif a sama dengan

    nilai dari alternatif b, maka dapat disimpulkan bahwa alternatif a tidak mempunyai

     perbedaan (indifference) dengan fungsi b, sehingga untuk menentukan alternatif mana

    yang lebih diprioritaskan dilakukan dengan memperhatikan nilai dari alternatif

    lainnya.

    Penjelasan dari ke enam tipe preferensi yang digunakan dalam PROMETHEE, 

    yaitu:

    1. 

    Kriteria Biasa (Usual Criterion)

    Pada tipe ini dianggap tidak ada beda antara alternatif a dan alternatif b

     jika a = b atau f(a)=f(b), maka niliai preferensinya benilai 0 (Nol) atau H(d)=0.

    Apabila nilai kriteria pada masing-masing alternatif memiliki nilai berbeda, maka

     pembuat keputusan membuat preferensi mutlak benilai 1 (Satu) atau H(d)=1

    untuk alternatif yang memiliki nilai lebih baik.

    H(d) = {0 jika d = 0

    1 jika d ≠ 0................................................................................... (2.3)

    Keterangan:H(d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    26/99

    14 

    d : Selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) }

    Fungsi H(d) untuk fungsi ini disajikan pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4. Kriteria Biasa

    2.  Kriteria Quasi (Quasi Criterion)

    Pada kasus ini, dua alternatif memiliki preferensi yang sama penting

    selama selisih atau nilai (d) dari masing-masing alternatif untuk kriteria tertentutidak melebihi nilai q, dan apabila selisih hasil evaluasi untuk masing-masing

    alternative melebihi nilai q maka terjadi bentuk preferensi mutlak. Jika pembuat

    keputusan menggunakan kriteria quasi, maka ia harus menentukan nilai q, dimana

    nilai ini dapat menjelaskan pengaruh yang signifikan dari suatu kriteria. Preferensi

    yang lebih baik diperoleh apabila selisih antara dua alternatif di atas nilai.

    H(d) = {0 jika d ≤ q1 jika d > q

    ................................................................................... (2.4)

    Keterangan:

    H(d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif

    d : Selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) }

    q : Parameter q (harus merupakan nilai yang tetap)

    Fungsi H(d) untuk fungsi ini disajikan pada Gambar 2.5.

    Gambar 2.5. Kriteria Quasi dengan Parameter q 

    3. 

    Kriteria Linier ( Linear Criterion)

    Kriteria preferensi linier  menjelaskan bahwa selama nilai selisih memiliki nilai

    yang lebih rendah dari p, maka preferensi dari pembuat keputusan akan meningkat

    secara linier dengan nilai d . Jika nilai d   lebih besar daripada nilai  p, maka akan

    terjadi preferensi mutlak.

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    27/99

    15 

    Pada saat pembuat keputusan mengidentifikasikan beberapa criteria untuk tipe

    ini, ia harus menentukan nilai kecenderungan dari nilai  p. Dalam hal ini nilai d di

    atas nilai p telah dipertimbangkan akan memberikan preferensi mutlak dari suatu

    alternatif.

    H(d) = 0 jika d ≤ 0  jika 0 < ≤ 1 jika d >  ......................................................................... (2.5)Keterangan:

    H(d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif

    d : Selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) }

     p : Parameter p (nilai kecenderungan atas)

    Fungsi H(d) untuk fungsi ini disajikan pada Gambar 2.6.

    Gambar 2.6. Kriteria Linier dengan Parameter p 

    4.  Kriteria Level ( Level Criterion)

    Tipe ini mirip dengan tipe Quasi yang sering digunakan dalam penilaian suatu

    data dari segi kualitas atau mutu.. Jika d berada di antara nilai q dan p, maka hal

    ini berarti bahwa situasi preferensi lemah ( H (d )=0.5)

    H(d) = 0 jika d ≤ q

     jika q < ≤ 1 jika d >   ........................................................................ (2.6)

    Keterangan:

    H(d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif

    d : Selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) }

    q : Parameter q (harus merupakan nilai yang tetap)

     p : Parameter p (nilai kecenderungan atas)

    Fungsi H(d) untuk fungsi ini disajikan pada Gambar 2.7.

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    28/99

    16 

    Gambar 2.7. Kriteria Linier dengan Parameter q,p

    5. 

    Kriteria Linier Quasi ( Linear Criterion with Indifference)

    Tipe  Linear Quasi  juga mirip dengan tipe linear   yang seringkali

    digunakan dalam penilaian dari segi kuantitatif atau banyaknya jumlah. Untuk

    kasus ini, pengambilan keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi

    secara linier dari area yang tidak berbeda, sehingga preferensi mutlak dalam area

     berada di antara dua kecenderungan q dan p. 

    H(d) = 0 jika d ≤ p−−  jika q < ≤ 1 jika d >  .................................................................... (2.7)Keterangan:

    H(d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif

    d : Selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) }

    q : Parameter q (harus merupakan nilai yang tetap)

     p : Parameter p (nilai kecenderungan atas)

    Fungsi H(d) untuk fungsi ini disajikan pada Gambar 2.8.

    Gambar 2.8. Kriteria Linier dengan Parameter q,p

    (area yang tidak berbeda)

    6.  Kriteria Gaussian (Gaussian Criterion)

    Tipe Gaussian sering digunakan untuk mencari nilai aman atau titik

    aman pada data yang bersifat continue atau berjalan terus. Fungsi ini bersyarat

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    29/99

    17 

    apabila telah ditentukan nilai   (deviasi standar populasi), dimana dapat dibuat berdasarkan distribusi normal dalam statistik.

    H(d) =   0 jika d ≤ 0 1 e−

    σ jika d > 0

     ................................................................... (2.8)

    Keterangan:

    H(d) : Fungsi selisih kriteria antar alternatif

    d : Selisih nilai kriteria  : Gaussian Thresholde : nilai exp

    Fungsi H(d) untuk fungsi ini disajikan pada Gambar 2.9.

    Gambar 2.9. Kriteria Gaussian, dengan Parameter  2.4.5.  Indeks Preferensi Multikriteria 

    Tujuan pembuatan keputusan adalah menetapkan funsi preferensi P i dan πi

    untuk semua kriteria f i(i = 1, …, k) dai masalah optimasi kriteria majemuk. Bobot πi

    merupakan ukuran  relatif dari kepentingan kriteria f i ; jika semua kriteria memiliki

    nilai kepentingan yang sama dalam pengambilan keputusan maka semua bobot adalah

    sama.

    Indeks preferensi multikriteria di tentukan berdasarkan rata-rata bobot dari

    fungsi preferensi Pi.

     A

    n

    i

    baba P iba  

      1

    ,:),(),(..............................................................(2.9)

    ),(   ba merupakan intensitas preferensi pembuat keputusan yang

    menyatakan bahwa alternetif a  lebih baik dari alternatif b  dengan pertimbangan

    secara simultan dari seluruh kriteria. Hal ini dapat disajikan dengan nilai 0 dan 1,

    dengan ketentuan sebagai berikut:

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    30/99

    18 

    a.  ),(   ba  = 0, menunjukkan preferensi yang lemah untuk alternatif a lebih dari

    alternatif b berdasarkan seluruh kriteria.

     b. 

    ),(   ba  = 1, menunjukkan preferensi yang kuat untuk alternatif a lebih dari

    alternatif b berdasarkan seluruh kriteria.

    Indeks preferensi ditentukan berdasarkan nilai hubungan outranking   pada

    sejumlah kriteria pada masing-masing alternatif (Suryadi and Ali 2013).

    2.4.6.  PROMETHEE Ranking

    Dalam perhitungan arah preferensi, metode PROMETHEE dipetimbangkan

     berdasarkan nilai indeks, yaitu:

    1.   Leaving Flow 

     Leaving flow  adalah jumlah dari nilai garis lengkung yang memiliki arah

    menjauh dari node a. Ini merupakan karakter pengukuran outranking , dan juga

    merupakan suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan kekuatan dari alternatif.

    Penentuan setiap simpul dalam grafik nilai outranking adalah berdasarkan leaving

     flow (Figueria et al., 2005), dengan menggunakan persamaan:

    ),(

    1

    1)(   x

    n

    a   a

        

     ............................................................................. (2.10)

    Dimana ),(   xa menunjukkan preferensi alternatif a lebih baik dari x.

    2.   Entering Flow

     Entering flow  adalah jumlah dari yang memiliki arah mendekat dari node a dan

    hal ini merupakan karakter pengukuran outrangking  (Figueria et al., 2005).

    ),(1

    1)(   a x

    na  

     

       ........................................................................... (2.11)

    3.   Net Flow 

     Net flow  diukur dengan menghitung selisih leaving flow  dan  entering flow

    (Novaliendry, 2009).

    )()()(   aaa    ........................................................................... (2.12)

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    31/99

    19 

    Keterangan:

    a.  ),(   xa  ;menunjukkan preferensi bahwa alternatif a lebih baik dari alternatif x.

     b. 

    ),(   a x ; menunjukkan preferensi bahwa alternatif x lebih baik dari alternatif a.

    c. 

    )(a  ; Leaving flow, digunakan untuk menentukan urutan prioritas pada proses

    PROMETHEE I yang menggunakan urutan parsial.

    d.  )(a ; Entering flow, digunakan untuk menentukan urutan priorotas pada

     proses PROMETHEE I yang menggunakan urutan parsial.

    e.  )(a  ; Net flow, digunakan untuk menghasilkan keputusan akhir penentuan urutan

    dalam menyelesaikan masalah sehingga menghasilkan urutan lengkap.

    Penjelasan dari hubungan outranking  dibentuk dengan pertimbangan masing-

    masing alternatif pada grafik nilai outranking , berupa urutan parsial (PROMETHEE 

    I) atau urutan lengkap (PROMETHEE II) pada sejumlah alternatif yang mungkin,

    yang dapat diusulkan kepada pembuat keputusan untuk memperkaya penyelesaian

    masalah.

    2.4.7.  PROMETHEE I

    Pada PROMETHEE I nillai terbesar pada leaving flow dan nilai terkecil padaentering flow  merupakan alternatif terbaik. Adanya nilai leaving flow  dan entering

     flow menyebabkan beberapa hal berikut, yaitu:

    a p+ b jika + (a) > +(b)

    a I+ b jika + (a) = +(b)

    a p- b jika - (a) < -(b)

    a I- b jika - (a) > -(b)

    Dengan menggunakan metode  PROMETHEE I  masih menyisakan bentuk  incomparable, atau dengan kata lain hanya memberikan solusi  partial preoder  

    (sebagian) (Suryadi and Ali 2013).

    2.4.8.  PROMETHEE II

     PROMETHEE   II   disajikan dalam bentuk net flow  berdasarkan pertimbangan

     persamaan (Suryadi and Ali 2013):

    a Pu  b jika  (a) > (b)

    a Pu  b jika  (a) = (b)

    ),(1

    1)(   b

    n

    aa  

     

      

     

    ),(1

    1)(   aa   b

    n

     

      

     

    )()()(   aaa

     

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    32/99

    20 

    Pada PROMETHEE II, informasi yang dihasilkan lebih komplit dan realistik.

     Nilai dari net flow didapatkan dari jumlah leaving flow keseluruhan dikurangi dengan

     jumlah entering flow keseluruhan untuk mendapatkan nilai yang akan dijadikan acuan

    untuk rangking keseluruhan dari alternatif yang ada.

    2.4.9.  Tahap Perhitungan PROMETHEE

    Diperlukan tahapan-tahapan  yang harus dilakukan oleh pembuat keputusan

    untuk mendapatkan hasil penyeleksian dengan metode PROMETHEE (Ariansyah,

    Aknurandi and Rachmadi 2013). 

    1.  Menentukan beberapa alternatif  

    Alternatif disini bisa diartikan dengan obyek yang akan diseleksi (obyek seleksi).Pada perhitungan penyeleksian dengan PROMETHEE diperlukan penentuan

     beberapa obyek yang akan diseleksi (minimal 2 obyek) yaitu antara obyek yang

    satu dengan obyek lainnya akan dibandingkan. 

    2.  Menentukan beberapa kriteria 

    Setelah melakukan penentuan obyek yang akan diseleksi, maka dalam perhitungan

     penyeleksian PROMETHEE   juga diperlukan penentuan beberapa kriteria,

     penentuan kriteria disini sebagai syarat atau ketentuan dalam penyeleksian. 

    3.  Menentukan bobot kriteria 

    Ketika menentukan kriteria, decision maker   harus menentukan bobot setiap

    kriteria. Setiap kriteria boleh memiliki nilai bobot yang sama atau berbeda.

    4.  Menentukan tipe penilaian, yaitu minimum dan maksimum 

    5. 

    Menentukan tipe preferensi

    Untuk setiap kriteria yang paling cocok didasarkan pada data dan pertimbangan

    dari decision maker . Tipe preferensi ini berjumlah Enam (Usual, Quasi, Linear,

     Level, Linear Quasi dan Gaussian).

    6.  Menghitung nilai preferensi dan indeks preferensi multikriteria

    7.  Perhitungan Entering Flow, Leaving Flow dan Net   Flow.

    a.   Nilai  Entering Flow  adalah jumlah dari yang memiliki arah mendekat dari

    suatu node. Jadi bisa diartikan, nilai  Entering Flow  adalah nilai postif yang

    diberikan kepada sebuah obyek seleksi yang memiliki arah mendekat dari

    suatu node.

     b. 

     Nilai  Leaving Flow  merupakan kebalikan dari nilai  Entering Flow. Nilai

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    33/99

    21 

     Leaving Flow adalah jumlah dari yang memiliki arah menjauh dari suatu node.

    Jadi bisa diartikan, nilai  Leaving Flow  adalah nilai negatif yang diberikan

    kepada sebuah obyek seleksi yang memiliki arah menjauh dari suatu node.

    c.   Nilai  Net Flow  adalah penilaian secara lengkap. Lengkap disini adalah

     penilaian yang didapat dari nilai  Entering Flow yang dikurangi nilai  Leaving  

     Flow. Jadi bisa diartikan, nilai  Net Flow adalah nilai  akhir atau hasil yang

    didapat dari nilai positif yang dikurangi nilai negatif dari sebuah node. 

    2.5  Model Proses Perangkat Lunak  

    Dalam pengembangan suatu perangkat lunak diperlukan model yang dapat

    menyederhanakan proses perangkat lunak tersebut. Terdapat beberapa model proses

     perangkat lunak yang saat ini dikenal dan akan terus berkembang. Contoh dari model-

    model tersebut adalah model sekuensial linier, model prototyping , model RAD, model

    spiral, dan agile model.

    Strategi pemilihan model dalam pengembangan perangkat lunak dipilih

     berdasarkan sifat aplikasi dan proyeknya, metode dan tools  yang digunakan, serta

    kontrol yang dibutuhkan (Pressman 2002).

    Model yang diterapkan dalam pengembangan sistem informasi ini adalah model

    sekuensial linear (linear sequential model ) karena model ini menekankan pada

     pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial mulai dari

    analisis, desain dan implementasi. Hal tersebut akan secara jelas telihat pada gambar

    2.10. Pada model sekuensial linier aktivitas-aktivitas yang terjadi adalah sebagai

     berikut (Pressman 2002).

    1. 

    Rekayasa dan pemodelan sistem : Pengumpulan kebutuhan pada tingkat sistem

    dengan sejumlah kecil analisis serta desain tingkat puncak. Proses ini jugamencakup pengumpulan kebutuhan pada tingkat bisnis. Hal ini penting karena

     perangkat lunak yang dibangun pasti berhubungan dengan elemen-elemen lain

    seperti manusia, perangkat keras, perangkat lunak lainnya, dan database.

    2.  Analisis kebutuhan perangkat lunak : Pada proses ini pengumpulan kebutuhan

    diintensifkan dan difokuskan, khususnya yang berhubungan erat dengan perangkat

    lunak itu sendiri seperti domain informasi, tingkah laku,  performance  dan antar

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    34/99

    22 

    muka. Kebutuhan yang didokumentasikan pun perlu dikonsultasikan dengan

    customer  agar proses analisis berjalan sempurna.

    3.  Desain : Tahap ini sebenarnya adalah proses menerjemahkan kebutuhan yang

    telah dikumpulkan menjadi empat atribut perangkat lunak sebelum dilakukan

     proses coding. Atribut perangkat lunak tersebut adalah struktur data, arsitektur

     perangkat lunak, representasi antarmuka dan detail prosedur.

    4. 

    Generasi kode : Desain yang telah ada harus diterjemahkan ke dalam bentuk

    mesin yang dapat dibaca oleh komputer dan proses inilah yang akan

    melaksanakan tugas tersebut. Jika desain dilakukan secara lengkap maka

     pembuatan kode dapat diselesaikan secara mekanis.

    5. 

    Pengujian : Setelah kode dibuat, proses pengujian pun dimulai. Proses ini

    menitikberatkan pada logika internal perangkat lunak, memastikan bahwa semua

     pernyataan telah diuji, dan pada external   fungsional serta memastikan bahwa

    keluaran aktualnya adalah seperti keluaran yang diharapkan berdasar masukan

    tertentu.

    Gambar 2.10. Model Proses Sekuensial Linear

    Model linier sekuensial melingkupi aktivitas-aktivitas sebagai berikut :

    2.5.1.  Rekayasa dan Pemodelan Sistem/ Informasi

    Perangkat lunak merupakan bagian dari sistem yang lebih besar. Aktifitas ini

    dimulai dengan membangun syarat dari semua elemen sistem dan mengalokasikan

     beberapa bagian dari kebutuhan ke perangkat lunak tersebut. Pandangan sistem ini

     penting ketika perangkat lunak harus berhubungan dengan elemen-elemen lain seperti

     perangkat keras, manusia, dan database. Rekayasa dan analisis sistem menyangkut

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    35/99

    23 

     pengumpulan kebutuhan pada tingkat sistem dengan sejumlah kecil analisis serta

    desain tingkat puncak.

    2.5.2.  Analisis 

    Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan difokuskan pada perangkat

    lunak. Untuk memahami sifat program yang dibangun, analis harus memahami

    domain informasi, tingkah laku, unjuk kerja, dan antarmuka yang diperlukan.

    Kebutuhan perangkat lunak didokumentasi dan dilihat kembali oleh pelanggan yang

    sering dikenal dengan Software Requirements Spesification (SRS). Contoh SRS dapat

    dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 2.2. Contoh SRS SRS ID Deskripsi

    SRS –  XXXX –  FXX ……………………….. 

    Keterangan :

    SRS : Software Requirement Spesification 

    XXXX : Nama sistem yang dibangun (singkatan/nama pendek)

    FXX : F adalah fungsional dapat juga ditulis NF (non-fungsional), XX

    adalah nomor urut.

    Inti dari pemodelan analisis terstruktur yang diterapkan pada pengembangan

    aplikasi ini adalah pemodelan data dan pemodelan fungsional.

    2.6  Pemodelan Analisis 

    Aktifitas pemodelan analisis menitik beratkan pada tiga sasaran utama, yaitu:

    untuk menggambarkan apa yang dibutuhkan pelanggan, untuk membangun dasar bagi

     pembuatan desain perangkat lunak, dan untuk membatasi serangkaian persyaratan

    yang dapat divalidasi begitu perangkat lunak dibangun (Pressman 2002). 

    Ada dua macam metode pemodelan analisis yang dapat digunakan, yaitu

    analisis terstruktur dan analisis berorientasi objek. Metode analisis yang diterapkan

     pada aplikasi ini adalah metode analisis terstruktur. Inti dari pemodelan analisis

    terstruktur yang diterapkan pada pengembangan aplikasi ini adalah pemodelan data

    dan pemodelan fungsional.

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    36/99

    24 

    2.6.1.  Pemodelan Data

    Pemodelan data berfungsi untuk menjelaskan objek data utama yang akan

    diproses oleh sistem, bagaimana komposisi dari masing-masing objek data termasuk

    atributnya, hubungan antara masing-masing objek data dan objek yang lainnya dan

     bagaimana hubungan antara objek dengan proses yang mentransformasikannya

    (Pressman 2002).

    Untuk menjawab berbagai hal tersebut, metode pemodelan data menggunakan

    diagram-ER atau Entity Relationship Diagram (ERD). ERD hanya berfokus pada data

    dan melihat data secara independen dari pemrosesan yang mentransformasikan data

    tersebut. ERD terdiri dari sekumpulan objek-objek, yang disebut dengan entitas dan

    hubungan yang terjadi diantara objek-objek tersebut. ERD terdiri dari tiga informasi

    yang saling tergantung, yaitu objek data atau entitas, atribut yang menggambarkan

    objek data tersebut atau atribut, dan hubungan objek data satu dan lain atau relasi.

    1.  Objek data atau entitas

    Suatu entitas merupakan suatu objek dasar atau individu yang mewakili sesuatu

    yang nyata eksistensinya dan dapat dibedakan dari objek-objek yang lain. Suatu

    entitas mempunyai sekumpulan sifat, dan nilai dari beberapa sifat tersebut adalah

    unik, sehingga dapat mengidentifikasi entitas tersebut. Sekumpulan entitas yang

    mempunyai tipe sama (sejenis) dan berada dalam ruang lingkup yang sama

    membentuk suatu himpunan entitas.

    2.  Atribut

    Atribut merupakan sifat-sifat atau  property  yang dimiliki oleh entitas.

    Berdasarkan sifat keunikannya, atribut dibagi menjadi dua, yaitu atribut key

    (identifier ) dan atribut non-key (descriptor ). Atribut key digunakan untuk

    menentukan suatu entitas secara unik (primary key), sedangkan, atribut non-key

    digunakan untuk menspesifikasikan karakteristik dari suatu entitas yang tidak

    unik.

    3. 

    Relasi dan himpunan relasi

    Relasi menunjukkan adanya hubungan di antara sejumlah entitas yang berasal dari

    sejumlah himpunan entitas yang berbeda. Kumpulan semua relasi di antara

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    37/99

    25 

    entitas-entitas yang terdapat pada himpunan entitas membentuk suatu himpunan

    relasi.Notasi-notasi yang digunakan dalam ERD dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.3. Tabel Notasi ERD

    Notasi Keterangan

     Entity

    Atribut

    Hubungan

    Penghubung

    2.6.2.  Pemodelan Fungsional

    Pemodelan fungsional menggambarkan keseluruhan fungsi dari suatu sistem

    sebagai sebuah transformasi dari input yang diberikan user   menjadi output yang

    dihasilkan oleh sistem. Alat batu yang digunakan dalam melakukan pemodelan

    fungsional ini adalah DFD ( Data Flow Diagram).

    DFD menggambarkan bagaimana data ditransformasikan pada perangkat

    lunak, menggambarkan fungsi-fungsi yang mentransformasikan data. Komponen-

    komponen DFD yaitu proses, data flow, data store, external entity. DFD level 0

    disebut juga DCD ( Data Contaxt Diagram).

    DCD adalah diagram tingkat atas, merupakan diagram yang paling tidak detail

    dari sebuah sistem informasi yang menggambarkan aliran-aliran data masuk dan

    keluar sistem dan entitas-entitas eksternal.

     Data Flow Diagram merupakan penjabaran lanjur dari Data Context Diagram.

    Pada DFD terdiridaribeberapa level yang merincikan setiap fungsinya, level-level

    tersebut adalah :

    1.  Level 0: Merupakan level tertinggi dan biasa di sebut dengan DCD

    2. 

    Level 1: Merupakan penjabaran fungsi yang lebih rinci dari level 03.

     

    Level 2: Merupakan penjabaran fungsi yang lebih rinci dari level 1, dst

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    38/99

    26 

    DFD mempunyai empat komponen utama, yaitu external entity, data flow,

     proses, dan data store. Penjelasan dari masing-masing elemen tersebut adalah sebagai

     berikut:

    1. 

    External Entity

    Sesuatu yang berada di luar sistem, tetapi memberikan data ke dalam sistem atau

    menerima data dari sistem.

    Pedoman pemberian nama external entity :

    a.   Nama external entity berupa kata benda

     b. 

     External entity  tidak boleh memiliki nama yang sama kecuali memang

    objeknya sama (digambarkan dua kali).

    2.  Data Flow (Arus Data)

    Arus data merupakan tempat mengalirnya informasi dan digambarkan dengan

    garis yang menghubungkan komponen dari sistem. Arus data mengalir di antara

     proses, data store. Arus data dapat merupakan input  bagi sistem maupun output  

    dari sistem.

    Pedoman pemberian nama aliran data :

    a.   Nama aliran data yang terdiri dari beberapa kata dihubungakan dengan garis

    sambung.

     b.  Tidak boleh ada aliran data yang namanya sama, dan pemberian nama harus

    mencerminkan isinya.

    c.  Aliran data yang terdiri dari beberapa elemen dapat dinyatakan dengan grup

    elemen.

    d.  Hindari penggunaan kata ‘data’ dan ‘informasi’ untuk memberi nama pada

    aliran data.

    e.  Sedapat mungkin nama aliran data ditulis lengkap.

    f.  Tidak boleh ada aliran data dari external entity ke data store atau sebaliknya.

    Hubungan antara external entity dengan data store harus melalui suatu proses,

    sebab external entity bukan merupakan bagian dari sistem.

    g.  Aliran data yang masuk atau keluar dari data store tidak perlu diberi nama bila

    aliran data sederhana dan mudah dipahami atau aliran data menggambarkan

    seluruh data item (satu record  utuh).

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    39/99

    27 

    3.  Proses

    Proses merupakan apa yang dikerjakan oleh sistem, berfungsi untuk

    mentransformasikan data masukan menjadi data keluaran sesuai dengan

    spesifikasi yang diinginkan. Pedoman pemberian nama proses :

    a.   Nama proses terdiri dari kata kerja dan kata benda yang mencerminkan fungsi

    dari proses tersebut.

     b.  Jangan menggunakan kata ‘proses’ sebagai bagian dari nama suatu proses.  

    c.  Tidak ada proses yang memiliki nama sama.

    d. 

    Proses harus diberi nomor sesuai dengan kaidah penomoran level pada DFD.

    4.  Data Store 

     Data store merupakan tempat penyimpanan data yang ada dalam sistem. Pedoman

     pemberian nama data store :

    a.   Nama harus mencerminkan data store tersebut.

     b.  Bila namanya lebih dari satu kata maka harus diberi tanda sambung.

     Notasi untuk setiap elemen DFD dapat dilihat pada tabel 2.3 di berikut:

    Tabel 2.4. Tabel Notasi DFD

    Notasi Keterangan

     External Entity (Entitas Eksternal) 

     Data Flow (Aliran Data)

     Process (Proses)

     Data Store

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    40/99

    28 

    BAB III

    ANALISA KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN

    Bab ini menyajikan tahap dari proses pembangunan aplikasi sistem pendukungkeputusan penentuan lokasi penanaman tanaman kelapa sawit mengunakan metode

    PROMETHEE (KUPAS), yaitu tahapan analisis kebutuhan dan perancangan. Kedua tahap ini

    merupakan fase dari pengembangan perangkat lunak menggunakan model proses linier

     sequensial. 

    3.1.  Analisis Sistem

    Analisi sistem dilakukan terhadap kebutuhan sistem, kebutuhan informasi, dan

    kebutuhan antarmuka yang diperluakan. Pada tahap ini menjelaskan mengenai definisi

    kebutuhan, analisis penentuan lahan penanaman kelapa sawit menggunakan metode

    PROMETHEE, pemodelan data, dan pemodelan fungsional. 

    3.1.1.  Definisi Kebutuhan Data

    Bagian ini merupakan langkah dalam mengidentifikasi dan mendokumentasi

    data yang dibutuhkan dalam perancangan aplikasi. Adapun langkah yang dilakukan

    dalam mengidentifikasi kebutuhan data pada perancangan aplikasi pendukung

    keputusan ini meliputi deskripsi umum, karakteristik pengguna, spesifikasi kebutuhan

    fungsional, dan arsitektur sistem.

    3.1.1.1.  Deskripsi Umum

    Dalam penentuan lokasi penanaman tanaman kelapa sawit diperlukan

    karakteristik lahan yang sesuai, hal ini untuk memenuhi syarat tumbuh tanaman itu

    sendiri. Karakteristik lahan menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai

    dalam usaha-usaha perbaikan untuk meningkatkan hasil produksi. Karakteristik lahan

    erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan, hal ini dikelompokkan dalam 3 faktor

    utama, yaitu topografi, tanah dan iklim. Faktor topografi adalah bentuk wilayah

    (relief) atau lereng dan ketinggian tempat diatas permukaan laut. Faktor iklim

    memiliki 2 kriteria yakni suhu udara dan curah hujan. Faktor tanah dalam evaluasi

    kesesuainan lahan ditentukan oleh beberapa sifat diantaranya drainase tanah, tekstur,

    kedalaman tanah, retensi hara, serta sifat lainnya diantaranya alkalitas, bahaya erosi,

    dan banjir/genangan. (Ritung et al., 2007)

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    41/99

    29 

    Dalam menentukan lahan yang baik dilakukan dengan pencocokan syarat

    tumbuh tanaman dengan lahan yang terdapat dilapangan. Hal ini bertujuan untuk

    menentukan apakah lahan tersebut masih dapat dilakukan perbaikan atau tidak. Ini

     berpengaruh terhadap efisiensi pembukaan lahan baru.

    Proses penentuan lahan dalam aplikasi sistem pendukung keputusan penentuan

    lokasi penanaman tanaman kelapa sawit mengunakan metode PROMETHEE ini

    diawali oleh admin  dengan menetapkan periode terlebih dahulu sebagai tanda

    dimulainya perhitungan, serta menentukan data kriteria untuk pembanding lahan.

    Kemudian dilanjutkan oleh member   dengan menentukan data lahan serta data nilai

    kriteria sebagai modal pokok penilaian lahan. Data yang telah di masukkan

    merupakan model penilaian yang kemudian di olah menggunakan prosesPROMETHEE. Setelah melakukan semua urutan proses, maka akan didapatkan daftar

    ranking lokasi lahan. Untuk lahan dengan nilai tertinggi akan dijadikan saran sebagai

    lokasi terbaik dalam pembukaan lahan kelapa sawit. Sebelum pemasukan data yang

    diperlukan pada proses perhitungan, member   diharuskan mendaftar terlebih dahulu

     pada form yang disediakan agar mendapatkan akses dalam menggunakan aplikasi.

    3.1.1.2.  Karakteristik Pengguna

    Aplikasi sistem pendukung keputusan penentuan lahan kelapa sawit ini

    memiliki dua jenis pengguna (user ) yaitu admin  dan member . Setiap pengguna

    memiliki peran berbeda yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1. Tabel Karakteristik Pengguna

    Pengguna Peran

    Admin Pengguna sistem yang berperan mengelola periode, kriteria,

    serta berperan dalam mengelola member .

    Member Pengguna sistem yang memilik tugas mnemasukkan data

    lahan dan mengisi nilai kriteria lahan.

    3.1.1.3.  Spesifikasi Kebutuhan Fungsional

    Spesifikasi kebutuhan fungsional aplikasi sistem pendukung keputusan

     penentuan lokasi penanaman tanaman kelapa sawit ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    42/99

    30 

    Tabel 3.2. Tabel Kebutuhan Fungsional 

    NO SRS ID Deskripsi

    1. SRS-KUPAS-01 Input data registrasi member  

    2. SRS-KUPAS-02  Login ke sistem

    3. SRS-KUPAS-03 Mengolah data kriteria oleh admin 

    4. SRS-KUPAS-04 Mengolah periode perhitungan oleh admin 

    5. SRS-KUPAS-05 Mengolah data lahan oleh member  

    6. SRS-KUPAS-06 Mengolah nilai kriteria oleh member  

    7. SRS-KUPAS-07 Proses perhitungan metode PROMETHEE

    8. SRS-KUPAS-08 Tampilkan data member  pada admin 

    9. SRS-KUPAS-09 Tampilkan data hasil evaluasi pada admin dan member  

    10. SRS-KUPAS-10 Ubah password  admin 

    3.1.1.4.  Arsitektur Sistem

    Arsitektur sistem KUPAS membutuhkan sebuah basis data, sistem server, dan

     personal computer  dalam pengoprasiannya. Seluruh komponen dari arsitektur sistem

    ini terhubung melalui jaringan internet. Arsitektur sistem penentuan lahan kelapa

    sawit dapat dilihat pada Gambar 3.1.

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    43/99

    31 

    Gambar 3.1. Arsitektur Sistem Penentuan Lahan Kelapa Sawit

     Admin  mengelola periode dan kriteria yang menjadi bahan pertimbangan

    keputusan. Member  memasukkan data dan nilai lahan sesuai kriteria yang di tentukan

    oleh admin. Seluruh data masukkan akan disimpan pada basis data yang akan dihitung

    oleh sistem untuk menentukan hasil evaluasi lahan. Pada akhir evaluasi admin  dan

    member  ada mendapatkan laporan ranking lahan sebagai bahan pertimbangan dalam

     penentuan lahan terbaik.

    3.1.2.  Analisa Pemilihan Lahan Penanaman Kelapa Sawit menggunakan

    Metode PROMETHEE 

    Pada subbab ini menjelaskan rancangan metode PROMETHEE sebagai

    subsistem manajemen model penentuan lahan kelapa sawit. Dalam penentuan lahan

    kelapa sawit terbaik haruslah memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan pakar

    sebagai manajemen dan berbasis pengetahuan pendukung keputusan. Contoh

     beberapa kriteria yang digunakan dalam penentuan lahan meliputi iklim, ketersediaan

    PCPC

    internet

    Sistem

    database

    admin member  

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    44/99

    32 

    air, ketersediaan oksigen dan bahaya erosi. Simbol yang digunakan untuk kriteria

    tersebut adalah:

    f 1 (.) : iklim (Suhu tahunan rata-rata oC)

    f 2 (.) : ketersediaan air (Curah hujan tahunan rata-rata mm)

    f 3 (.) : ketersediaan oksigen (Ketersediaan Oksigen oa)

    f 4 (.) : bahaya erosi

    Setiap kriteria memiliki bobot yang digunakan sebagai parameter pemilihan

    lahan terbaik. Nilai bobot ditentukan oleh pakar dalam penentuanya berdasarkan tabel

    Lampiran 1 dimana karakteristik S1 di beri nilai 4, S3 diberi nilai 3, S2 diberi nilai 2,

    dan N diberi nilai 4. Pada contoh khasus yang digunakanan, bobot mewakili kriteria

    iklim, ketersediaan air, ketersediaan oksigen dan bahaya erosi yang di sajikan dalam

    Tabel 3.3, 3.4, 3.5 dan 3.6.

    Tabel 3.3. Tabel konversi kriteria iklim

    Kriteria iklim(oC) Bobot

    25 ≤ a1 ≤ 28 4

    22 ≤ a 1< 25 atau 28 < a1 ≤ 32 3

    20 ≤ a1< 22 atau 32 < a1 ≤ 35 2

    a1 < 20 atau a1 > 35 1

    Tabel 3.4. Tabel konversi kriteria ketersediaan air

    Kriteria Ketersediaan air(mm) Bobot

    1700 ≤ a2 ≤ 2500 4

    1450 ≤ a2 < 1700 atau 2500 < a2 ≤ 3500 3

    1250 ≤ a2 1250 atau a2 > 4000 1

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    45/99

    33 

    Tabel 3.5. Tabel konversi kriteria ketersediaan oksigen

    Kriteria Ketersediaan Oksigen(oa) Bobot

    a3 = Baik, sedang 4

    a3 = Agak terhambat 3

    a3 = Terhambat, agak cepat 2

    a3 = Sangat terhambat, cepat 1

    Tabel 3.6. Tabel konversi kriteria bahaya erosi

    Kriteria Bahaya Erosi Bobot

    a4 = Very low 4

    a4 = Low-moderate 3

    a4 = Severe 2

    a4 = Very severe 1

    Seluruh kriteria tersebut memiliki klasifikasi penilaian masing-masing sesuai

    dengan petunjuk teknis penentuan lahan kelapa sawit pada Lampiran 1.  Member  memberikan masukan pada form yang telah di sediakan oleh sistem sesuai dengan

    nilai konversi setiap kriteria. Contoh lahan yang akan dihitung menggunakan metode

    PROMETHEE disajikan dalam Tabel 3.7.

    Tabel 3.7. Contoh Detail Lahan

    No Kriteria LAHAN 1 LAHAN 2 LAHAN 3

    1 Iklim 29 oC 33 oC 24 oC

    2 Curah hujan 1300mm 1000mm 1400mm

    3Ketersediaan O2 Sangat

    terhambat

    Baik Agak terhambat

    4 Bahaya erosi Severe Severe Severe

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    46/99

    34 

    3.1.2.1. Perhitungan PROMETHEE

    Sebelum melakukan perhitungan pemilihan lahan kelapa sawit menggunakan

    metode PROMETHEE ,  contoh data pada Tabel 3.7 harus dikonversi sesuai bobot

     penilaian yang telah ditentukan pada setiap kriteria. Hasil konversi disajikan pada

    Tabel 3.8.

    Tabel 3.8. Tabel konversi contoh detail lahan

    No. Kriteria

    Alternatif

    a1  a2  a3 

    1 f 1 (.) 3 2 3

    2 f 2 (.) 2 1 2

    3 f 3 (.) 1 4 3

    4 f 4 (.) 2 2 2

    Keterangan:

    a1 : Lahan1 f 1 (.) : iklim f 4 (.) : bahaya erosi

    a2 : Lahan 2 f 2 (.) : ketersediaan air

    a3 : Lahan 3 f 3 (.) : ketersediaan oksigen

    Secara garis besar perhitungan PROMETHEE  diawali dengan menentukan

    tipe penilaian (max/min) dan tipe preferensi yang digunakan. Kemudian menentuakan

    nilai indek serta menghitung nilai leving flow, entering flow, dan  net flow. Berikut

    merupakan penjelasan lebih lengkap tentang perhitungan metode  promethe dalam

     penentuan lahan kelapa sawit.

    1. 

    Menentukan tipe penilaian (max/min) dan tipe preferensi

    Tabel 3.9. Tabel Konversi dengan tipe penilaian dan tipe preferensi

    Kriteria Min/Max Lahan Tipe Preferensi

    a1  a2  a3 

    f 1 (.) Max 3 2 3 1

    f 2 (.) Max 2 1 2 1

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    47/99

    35 

    f 3 (.) Max 1 4 3 1

    f 4 (.) Max 2 2 2 1

    2. 

    Menghitung nilai preferensi

    Dalam kasus pemilihan lahan kelapa sawit, tipe preferensi yang digunakan

    adalah tipe preferensi I (Usual Criterion).

    a.  Perhitungan dilakukan pada Lahan1 dan Lahan 2, dengan nilai preferensi (P)

     berpasangan antara a1 dan a2 ialah sebagai berikut: (persamaan 2.1)

    1)  Untuk f(1) = iklim

    d = 3 - 2 = 1

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a1 , a2) = 1 

    P (a2 , a1) = 0

    2) 

    Untuk f(2) = curah hujan

    d = 2 -1 = 1

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a1 , a2) = 1 

    P (a2 , a1) = 0 

    3)  Untuk f(3) = ketersediaan oksigen

    d = 1 - 4 = -3

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a1 , a2) = 0 

    P (a2 , a1) = 1 

    4)  Untuk f(4) = bahaya erosi

    d = 2 - 2 = 0

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a1 , a2) = 0 

    P (a2 , a1) = 0

     b.  Perhitungan dilakukan pada Lahan1 dan Lahan 3, dengan nilai preferensi (P)

     berpasangan antara a1 dan a3 ialah sebagai berikut: (persamaan 2.1)1)  Untuk f(1) = iklim

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    48/99

    36 

    d = 3 –  3 = 0

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a1 , a3) = 0 

    P (a3, a1) = 0

    2) 

    Untuk f(2) = curah hujan

    d = 2 - 2 = 0

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a1 , a3) = 0 

    P (a3 , a1) = 0 

    3) 

    Untuk f(3) = ketersediaan oksigen

    d = 1 - 3 = -2

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a1 , a3) = 0 

    P (a3 , a1) = 1

    4) 

    Untuk f(4) = bahaya erosi

    d = 2 - 2 = 0

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a1 , a3) = 0 

    P (a3 , a1) = 0 

    c.  Perhitungan dilakukan pada Lahan 2 dan Lahan 3, dengan nilai preferensi (P)

     berpasangan antara a2 dan a3 ialah sebagai berikut: (persamaan 2.1)

    1) 

    Untuk f(3) = iklim

    d = 2 - 3 = -1Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a2 , a3) = 0 

    P (a3 , a2) = 1

    2)  Untuk f(2) = curah hujan

    d = 1 - 2 = -1

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    49/99

    37 

    P (a2 , a3) = 0 

    P (a3 , a2) = 1 

    3)  Untuk f(3) = ketersediaan oksigen

    d = 4 - 3 = 1

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:

    P (a2 , a3) = 1 

    P (a3 , a2) = 0 

    4) 

    Untuk f(4) = bahaya erosi

    d = 2 - 2 = 0

    Berdasarkan tipe penilaian maksimal dan tipe preferensi I (persamaan 2.2)

    Maka:P (a2 , a3) = 0 

    P (a3 , a2) = 0 

    3.  Menghitung nilai indeks preferensi multikriteria

    Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya dapat dihutung nilai indeks preferensi

    multikriteria. (persamaan 2.9)

    δ (a1, a2) = ( 1 + 1 + 0 + 0 )/4 = 0,5

    δ (a2, a1) = ( 0 + 0 + 1 + 0)/4 = 0,25

    δ (a1, a3) = ( 0 + 0 + 0 + 0 )/4 = 0

    δ (a3, a1) = ( 0 + 0 + 1 + 0 )/4 = 0,25

    δ (a2, a3 ) = ( 0 + 0 + 1 + 0 )/4 = 0,25

    δ (a3, a2) = ( 1 + 1 + 0 + 0)/4 = 0,5

    Tabel 3.10. Tabel indeks preferensi multikriteria

    a1  a2  a3 

    a1 - 0,5 0

    a2 0,25 - 0,25

    a3 0,25 0,5 -

    4.  Menghitung aliran perangkingan dan perangkingan parsial

    Setelah mendapatkan nilai indeks preferensi multikriteria, selanjutnya

    dihitung leaving flow  (LF) dan enteing flow (EF). Pada  PROMETHEE  I  nilai

    tertinggi dari LF dan nilai terendah dari EF yang dijadikan acuan pemilihan

    terbaik. (persamaan 2.10 dan persamaan 2.11)

  • 8/16/2019 laporan_24010310120023 PROMETHEE

    50/99

    38 

    LF(a1) =(−) (0 ,5 + 0) = (0,5) =0.25 

    LF(a2) =(−) (0,25+0,25) = (0,5) =0.25 

    LF(a3) =

    (−) (0,25+0,5) =

    (0,75) =0.375 

    EF(a1) = (−) (0,25+0,25) = (0,5) =0.25 EF(a2) =

    (−) (0,5+0,5) = (1) =0,5 EF(a3) =

    (−) (0,+0,25) = (0,25) =0.125 5.  Menghitung aliran  perangkingan bersih dan peringkat lengkap

    Setelah mendapatkan nilai leaving flow  dan enteing flow  maka dengan

    PROMETHEE II dapat menghitung nilai net flow (NF) , dimana  hasil tertinggi

    dari nilai net flow  yang digunakan dalam menyelesaikan masalah sehingga

    menghasilkan urutan lengkap. (persamaan 2.12)

     NF(a1) = 0,25 –  0,25 = 0

     NF(a2) = 0,25 –  0,5 = -0,25

     NF(a3) = 0,375 –  0,125 = 0,25

     Nilai tertinggi didapatkan oleh a3 

    Sehingga didapatkan hasil keseluruhan perhitungan pada Tabel 3.11.

    Tabel 3.11. Tabel Hasil Perhitungan

    Leaving Flow Entering Flow Net Flow

    A1 0,25 0,25 0

    A2 0,25 0,5 -0,25